pengaruh self-concept career self- efficacy...

114
PENGARUH SELF-CONCEPT, CAREER SELF- EFFICACY, DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEMATANGAN KARIR MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Niki Yuniarti NIM: 11150700000139 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH SELF-CONCEPT, CAREER SELF-

    EFFICACY, DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

    KEMATANGAN KARIR MAHASISWA UIN SYARIF

    HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

    Oleh :

    Niki Yuniarti

    NIM: 11150700000139

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H / 2019

  • v

    MOTTO

    “DON’T STOP WHEN YOU’RE TIRED, STOP

    WHEN YOU’RE DONE.”

    PERSEMBAHAN:

    Karya ini dipersembahkan untuk orang-orang tersayang, mama, bapak, dan

    sahabat-sahabat yang selalu membantu dikala susah dan senang dan selalu

    menghiburku.

  • v

    ABSTRAK

    A) Fakultas Psikologi B) Juli 2019 C) Niki Yuniarti D) Pengaruh Self-Concept, Career Self-Efficacy, dan Dukungan Sosial terhadap

    Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    E) xiii + 88 halaman + 17 lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-concept, career self-

    efficacy, dan dukungan sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Populasi penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang diambil secara non-probability sampling dengan

    teknik accidental sampling. Sampel berjumlah 327 mahasiswa. Penulis

    menggunakan alat ukur Career Maturity Inventory-Revised dikembangkan

    Crites dan Savickas; Tennessee Self-Concept Scale yang dikembangkan Fitts;

    Career Decision Self-Efficacy-Short Form yang dikembangkan Taylor dan

    Betz; The Social Provisions Scale yang dikembangkan Weiss. Uji validitas

    alat ukur menggunakan teknik CFA (Confirmatory Factor Analysis).

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi

    berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan

    self-concept, career self-efficacy, dan dukungan sosial terhadap kematangan

    karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 30,5% sedangkan

    59,5% dipengaruhi variabel lain di luar penelitian ini. Penulis berharap

    implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada

    penelitian selanjutnya dengan menambah variabel-variabel lain, seperti self-

    esteem, work commitment, personality type, social adjustment, psychological

    well-being, hardiness, minat vokasional, self-appraisal, kecerdasan

    emosional, dan life skill.

    G) Daftar Bacaan: 56 ; buku : 15 + jurnal : 23 + skripsi : 5 + artikel : 5.

  • vi

    ABSTRACT

    A) Faculty of Psychology B) July 2019 C) Niki Yuniarti D) Influence of Self-Concept, Career Self-Efficacy, and Social Support on Career

    Maturity of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Students.

    E) xiii + 88 pages + 17 appendix F) This study aims to determine the influence of self-concept, career self-

    efficacy, and social support on career maturity of UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta students.

    The population of this study was final-year students of UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta and taken by non-probability sampling with accidental

    sampling techniques. The total sample was 327 students. The author used

    Career Maturity Inventory-Revised inventory instrument by Crites and

    Savickas; Tennessee Self-Concept Scale by Fitts; Career Decision Self-

    Efficacy-Short Form by Taylor dan Betz; The Social Provisions Scale by

    Weiss. The validity test of the instrument used CFA (Confirmatory Factor

    Analysis) techniques. This study used quantitative with multiple regression

    analysis. The result of this study show that there was influence of self-concept,

    career self-efficacy, and social support on career maturity of UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta students in amount of 30,5% while 59,5% influenced by

    others variable outside this study. The author hope the implication of this

    study can be reviewed and developed in the future studies with add the others

    variable, as self-esteem, work commitment, personality type, social

    adjustment, psychological well-being, hardiness, vocational interests, self-

    appraisal, emotional intelligent, and life skill.

    G) Reading material: 56 ; books : 15 + journal : 23 + skripsi : 5 + articles : 5.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

    hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

    “Pengaruh Self-Concept, Career Self-Efficacy, dan Dukungan Sosial terhadap

    Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Salawat serta

    salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,

    yang membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang

    benderang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan,

    namun berkat bantuan, bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

    terimakasih setulus-tulusnya kepada:

    1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024, beserta jajarannya.

    2. Bapak Miftahuddin, M.Si selaku pembimbing, terimakasih atas waktu, tenaga,

    ilmu, nasihat, motivasi serta bimbingannya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mendapatkan banyak masukan

    serta wawasan baru dari beliau.

    3. Bapak Dr. Achmad Syahid, selaku Penasihat Akademik penulis selama

    menempuh perkuliahan.

    4. Para dosen pengajar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas

    ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama kurang lebih empat tahun

    perkuliahan.

  • ix

    5. Seluruh mahasiswa tingkat akhir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, terimakasih banyak semoga

    Allah membalas segala bentuk kebaikan kalian.

    6. Terimakasih penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta atas

    tercurahkan kasih sayang yang tiada batasnya, serta segala bentuk nasihat dan

    motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan

    sampai tingkat perguruan tinggi. Terimakasih atas dukungan, doa, nasihat,

    motivasi serta kesabaran dalam menghadapi penulis, serta untuk keluarga

    besar yang selalu memberikan doa dan dukungannya demi kelancaran

    penelitian ini. Kalian semua adalah sumber dukungan terbaik yang pernah

    Allah SWT berikan kepada hidupku.

    7. Sahabat-sahabat tercintaku Chantax (Metsa, Nadhifa, Nadia, Lio, Cita, Tirta,

    Disa, Cindy, dan Nadhiva), sahabat-sahabat Bukber Ceunah (kak Vega dan

    Farida), Adhrover, Sofia, Ranza, dan Fadhil yang selalu bersama dalam suka

    dan duka selama proses perkuliahan. Terimakasih atas waktu, tenaga, bantuan

    dan motivasi selama ini. Sahabat-sahabat dari kecilku (Dewy, Siti, dan Putri)

    yang selalu bersama saat suka dan duka, serta yang selalu memberikan

    hiburan ketika jenuh dengan rutinitas. Terimakasih atas dukungan,

    pengalaman berharga, serta kebersamaannya.

    8. Kak Afrizal dan Kak Dhani, terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada

    penulis dalam proses pengolahan data skripsi.

  • ix

    9. Teman-teman pengurus DEMA-F 2017-2018 dan SEMA-F 2018-2019

    terimakasih atas ilmu, kebersamaan dan pengalaman berharga selama dua

    periode.

    10. Seluruh mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Psikologi, terimakasih semuanya.

    11. Serta kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terimakasih atas setiap

    bantuan dan doa yang diberikan.

    Semoga Allah SWT berkenan membalas segala bentuk kebaikan yang

    kalian berikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna

    melengkapi segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan di masa mendatang.

    Jakarta, 1 Agustus 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

    ABSTRAK .................................................................................................. v

    ABSTRACT ................................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................ vii-ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................... x-xi

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1-11

    1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 9

    1.2.1 Batasan masalah ....................................................... 9 1.2.2 Rumusan masalah ..................................................... 10

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 11 1.3.1 Tujuan penelitian ...................................................... 11 1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................... 11

    BAB 2 LANDASAN TEORI .................................................................... 12-34

    2.1 Kematangan Karir .................................................................. 12

    2.1.1 Definisi kematangan karir ........................................... 12

    2.1.2 Dimensi kematangan karir .......................................... 13

    2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi kematangan karir ... 15

    2.1.4 Pengukuran kematangan karir ..................................... 18

    2.2 Self-Concept ........................................................................... 19

    2.2.1 Definisi self-concept ................................................... 19

    2.2.2 Dimensi self-concept ................................................... 20

    2.2.3 Pengukuran self-concept ............................................. 22

    2.3 Career Self-Efficacy ............................................................... 23

    2.3.1 Definisi career self-efficacy ........................................ 23

    2.3.2 Dimensi career self-efficacy ....................................... 24

    2.3.3 Pengukuran career self-efficacy .................................. 25

    2.4 Dukungan Sosial .................................................................... 25

    2.4.1 Definisi dukungan sosial ............................................. 25

    2.4.2 Dimensi dukungan sosial ............................................ 27

    2.4.3 Pengukuran dukungan sosial ....................................... 29

    2.5 Kerangka Berpikir .................................................................. 30

    2.6 Hipotesis ................................................................................. 33

    BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................ 35-57

    3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 35

  • xi

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................... 35

    3.2.1 Variabel penelitian ..................................................... 35

    3.2.2 Definisi operasional ................................................... 36

    3.3 Instrumen Pengumpulan Variabel ......................................... 38

    3.4 Uji Validitas Konstruk .......................................................... 42

    3.4.1 Uji validitas konstruk kematangan karir .................... 44

    3.4.2 Uji validitas konstruk self-concept ............................. 45

    3.4.3 Uji validitas konstruk career self-efficacy ................. 47

    3.4.4 Uji validitas konstruk dukungan sosial ...................... 48

    3.5 Teknik Analisis Data ............................................................. 54

    3.6 Prosedur Penelitian................................................................ 56

    BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................. 58-70

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................... 58

    4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ....................... 59

    4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................. 61

    4.4 Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 62

    4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ............................. 62

    4.4.2 Pengujian proporsi varian IV terhadap DV ................. 68

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................ 71-79 5.1 Kesimpulan ........................................................................... 71

    5.2 Diskusi .................................................................................. 71

    5.3 Saran ...................................................................................... 77

    5.3.1 Saran teoritis ............................................................... 77

    5.3.2 Saran praktis ............................................................... 78

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 80-84

    LAMPIRAN ................................................................................................ 85-99

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Blue print skala kematangan karir ........................................................... 42

    Tabel 3.2 Blue print skala self-concept .................................................................... 43

    Tabel 3.3 Blue print skala career self-efficacy......................................................... 44

    Tabel 3.4 Blue print skala dukungan sosial ............................................................. 45

    Tabel 3.5 Muatan faktor kematangan karir .............................................................. 48

    Tabel 3.6 Muatan faktor self-concept....................................................................... 50

    Tabel 3.7 Muatan faktor career self-efficacy ........................................................... 51

    Tabel 3.8 Muatan faktor attachment ........................................................................ 53

    Tabel 3.9 Muatan faktor social integration.............................................................. 54

    Tabel 3.10 Muatan faktor reassurance of worth ........................................................ 55

    Tabel 3.11 Muatan faktor reliable alliance................................................................ 56

    Tabel 3.12 Muatan faktor guidance ........................................................................... 57

    Tabel 3.13 Muatan faktor opportunity for nurturance ............................................... 58

    Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan data demografi ....................... 61

    Tabel 4.2 Tabel analisis deskriptif .......................................................................... 64

    Tabel 4.3 Pedoman kategorisasi skor ....................................................................... 65

    Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel ........................................................................ 66

    Tabel 4.5 Model summary analisis regresi ............................................................... 67

    Tabel 4.6 Tabel ANOVA ......................................................................................... 68

    Tabel 4.7 Koefisien regresi ...................................................................................... 69

    Tabel 4.8 Model summary proporsi varian tiap IV terhadap DV ............................. 73

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ....................................................................... 31

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian.................................................................................. 88

    Lampiran 2 Kuesioner .................................................................................................. 89

    Lampiran 3 Hasil CFA ................................................................................................. 95

    Lampiran 4 Hasil Uji Regresi ...................................................................................... 100

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Di Indonesia permasalahan karir masih menjadi masalah yang cukup menarik

    perhatian. Meskipun sudah berbagai upaya diusahakan, namun masalah karir ini

    tetap menjadi masalah yang perlu ditangani lebih serius. Dilansir artikel Tempo.co

    (2017), peneliti bernama Elmore melakukan pengamatan dengan hasil bahwa

    masalah karir sering terjadi pada pekerja profesional muda di tahun pertama yang

    banyak menunjukkan gejala ketidaksiapan memasuki dunia kerja. Elmore juga

    menjelaskan hal ini dikarenakan pekerja muda tidak mau memulai dari bawah,

    kurang sabar dan ulet, bermasalah dengan otoritas, kurang inisiatif, etos kerja

    lemah, kurang bertanggung jawab, dan tidak punya kemampuan mengatasi

    konflik.

    Permasalahan karir pada pekerja muda ini bisa disebabkan karena

    kurangnya kesiapan diri individu dalam menghadapi dunia kerja atau yang disebut

    dengan kematangan karir selama menjadi mahasiswa. Penelitian mengenai

    kurangnya kematangan karir pada mahasiswa ini pernah diteliti di Indonesia yang

    dilakukan oleh El Hami, Hinduan, dan Sulistiana (2006) yang menunjukan bahwa

    sebanyak 52,8% mahasiswa tingkat akhir belum matang dalam karirnya. Padahal

    seharusnya mahasiswa tingkat akhir harus sudah siap dalam menghadapi dunia

    kerja.

    Mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang baik menurut Savickas

    dan Porfeli (2011) yaitu mahasiswa yang sudah memiliki orientasi dan terlibat

  • 2

    dalam proses pembuatan keputusan karir, sudah mengeksplorasi kemampuan dan

    keinginan pekerjaan yang cocok dengan dirinya, sudah mengetahui cara

    menanggulangi tantangan yang kompleks yang dapat terjadi di kemudian hari, lalu

    mahasiswa juga harus mencari saran dari mentor (seseorang yang sudah bekerja)

    dalam membuat pilihan karir yang bijak dan realistis. Hal tersebut akan membantu

    seorang mahasiswa dalam mempersiapkan dirinya memasuki dunia kerja.

    Selanjutnya, dilansir infobrief (2017), kematangan karir menjadi hal yang penting

    bagi seorang mahasiswa agar mahasiswa tersebut dapat merespon dengan baik

    tugas-tugas perkembangan karir, mengatur transisi karir selama kehidupan, dan

    bagaimana merespon perubahan dunia kerja.

    Dilansir Career Center (2018), kematangan karir juga dapat dibentuk

    dengan cara melakukan self-assessment untuk mengidentifikasi kemampuan,

    ketertarikan, skill, dan kepribadian. Kedua, melakukan eksplorasi untuk mencari

    informasi mengenai karir yang diinginkan. Ketiga, mencoba secara langsung

    dengan cara magang atau menjadi volunteer untuk mengetahui gambaran dunia

    kerja. Tahap terakhir yaitu implementasi dengan cara melakukan wawancara,

    mencari relasi, dan memperbaiki surat lamaran dan CV.

    Sementara itu, dilihat melalui konteks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dalam mempersiapkan kematangan karir, seorang mahasiswa sudah dilatih dengan

    cara magang di suatu perusahaan/institusi, sekolah, serta dinas sosial. Selanjutnya

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga memiliki program yang dinamakan Pusat

    Karir yang berfungsi untuk menunjang mahasiswa dalam mencari pekerjaan.

    Sebelumnya kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini

  • 3

    pernah di teliti oleh Woro Pinasti (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat

    pengaruh yang signifikan dari self-efficacy dan locus of control internal terhadap

    kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu, penelitian

    yang dilakukan Putri Nuraini (2018) mengenai kematangan karir di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta juga dilakukan namun dengan sampel mahasiswi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang menunjukkan bahwa achievement, stimulation, dan

    parent attachment memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karir

    mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Meskipun sudah ada penelitian mengenai kematangan karir mahasiswa

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tetapi permasalahan mengenai kematangan karir

    ini masih belum teratasi. Dilihat dari hasil studi lapangan yang dilakukan penulis

    terhadap 17 mahasiwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diantaranya masih

    banyak yang masih bingung mengenai karirnya dan hanya sedikit yang sudah siap

    dalam menghadapi dunia kerja. Mereka masih tidak tahu harus bekerja dimana

    bahkan untuk persiapan karirnya masih dikatakan kurang. Mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta juga merasa bahwa program magang yang dilakukan oleh

    pihak UIN belum bisa membantu dalam kesiapan mahasiswa untuk dunia kerja.

    Hal ini dikarenakan program magang tersebut hanya berlangsung kurang lebih 1-2

    bulan saja, jadi belum bisa membantu mahasiswa dalam benar-benar siap

    memasuki dunia kerja. Program Pusat Karir yang dibentuk oleh UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta sendiri juga masih belum banyak diketahui oleh mahasiswa.

    Berkenaan dengan tugas perkembangan seorang individu, Hurlock (1980)

    menjelaskan bahwa individu pada usia mahasiswa (remaja akhir hingga awal usia

  • 4

    30-an) berada pada tahap menjadi harapan-harapan masyarakat dan mencakup

    mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup

    bersama dengan membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, menerima

    tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok

    sosial yang cocok. Oleh karena itu, mahasiswa sudah harus memiliki kesiapan

    dalam menghadapi dunia kerja.

    Selanjutnya, penelitian-penelitian mengenai kematangan karir sendiri,

    salah satunya penelitian Crites & Savickas (1996) menyatakan bahwa kematangan

    karir mengacu pada tingkatan pengembangan karir terhadap tahapan tugas

    perkembangan individu. Lalu, penelitian yang dilakukan Liu (dalam Zhang, Chen,

    Zeng, dan Wang, 2018) menyatakan bahwa tingkat kematangan karir mahasiswa

    sebagai “tingkatan dimana mahasiswa dapat membuat keputusan karir yang cocok

    dengan tahapan perkembangan karirnya dan mempersiapkannya agar memiliki

    tujuan karir. Dimana hal ini terdapat pengetahuan dalam membuat keputusan karir

    dan sikap dalam mengambil keputusan karir”. Selanjutnya, penelitian yang

    dilakukan oleh Ohler, Levinson & Barker (1996) menunjukan bahwa kematangan

    karir pada mahasiswa dengan gangguan belajar memiliki tingkat kematangan karir

    lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki gangguan

    belajar.

    Dari kajian literatur yang telah dilakukan diatas, Super (dalam Brown,

    2013) menyimpulkan bahwa kematangan karir merupakan kesiapan individu yang

    aktif dalam persiapan dan eksplorasi pekerjaan di masa yang akan datang dan

    kesiapan untuk membuat pilihan karir yang baik. Oleh karena itu, mahasiswa

  • 5

    perlu memiliki kesiapan diri dalam menghadapi tantangan dan kesulitan dalam

    menyesuaikan diri dengan lingkungan, khususnya kesiapan diri memasuki dunia

    kerja.

    Pada dasarnya kematangan karir dipengaruhi oleh faktor internal dan

    eksternal. Salah satu faktor internal yang memengaruhi kematangan karir adalah

    self-concept. Menurut Fitts (1971), self-concept adalah suatu bentuk keseluruhan

    dari kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai

    oleh dirinya sendiri (dalam Lintina, 2015). Self-concept menjadi faktor yang

    memengaruhi kematangan karir dilihat melalui perkembangan operasional Super

    bahwa kematangan karir merupakan kesiapan individu dalam menghadapi dunia

    kerja. Hal tersebut diimplementasikan oleh Savickas mengenai self-concept

    individu di dalam perusahaan yang dapat terlihat melalui sumber perilaku dan

    pengetahuan kematangan karirnya (dalam Busacca dan Taber, 2002).

    Penelitian yang dilakukan Super (dalam Hughes, 2011) yang menyatakan

    bahwa individu dalam melakukan spesifikasi pilihan karirnya lebih memilih untuk

    melaksanakan bagaimana ia menilai dirinya. Individu yang memiliki self-concept

    menandakan bahwa sudah memiliki persepsi mengenai dirinya sendiri sehingga

    hal ini akan membantu individu dalam membentuk tujuan hidupnya, salah satunya

    mengenai karir. Individu dengan self-concept positif akan memiliki pandangan

    diri yang positif pula sehingga akan mempermudahnya dalam mengambil

    keputusan karirnya.

    Penelitian yang dilakukan Hughes (2011) menunjukkan hasil bahwa

    variabel self-concept signifikan dengan perencanaan karir dan eksplorasi karir

  • 6

    pada kelompok responden Australia. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Wallace, Serafica, dan Osipow (dalam Hughes, 2011), mereka

    menemukan bahwa self-concept di negara-negara Barat secara positif berkaitan

    dengan kematangan karir. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lawrence

    dan Brown (1976), ditemukan bahwa self-concept merupakan prediktor yang

    signifikan untuk aspek tertentu dari kematangan karir berdasarkan perhitungan

    CMI (Career Maturity Inventory). Hal ini menunjukan bahwa konsep pada

    perkembangan diri individu akan memberikan efek bagaimana individu bersikap.

    Individu yang memiliki self-concept positif akan melihat dunia kerja sebagai

    masalah yang harus dihadapi, dan sikapnya akan menunjukan keyakinan yang

    tinggi dan optimis, jadi perilakunya akan berkembang menjadi perilaku positif

    yang akan menghantarkannya pada kesiapan dunia kerja. Selanjutnya, individu

    yang memiliki self-concept negatif cenderung melihat dunia kerja sebagai masalah

    yang harus dihindari dan ditakuti.

    Selain self-concept, variabel lain yang memengaruhi kematangan karir

    adalah career self-efficacy. Hal ini ditunjukan melalui penelitian-penelitian

    terdahulu. Career self-efficacy menurut Taylor dan Betz (dalam Fadhilah, 2015)

    merupakan keyakinan dari seorang individu terhadap kemampuan yang dimiliki

    dalam mengambil keputusan untuk karirnya secara baik dan tepat sesuai dengan

    tujuan. Penelitian Hacket (1996) menunjukan bahwa career self-efficacy juga

    menjadi prediktor yang kuat mengenai pilihan karir pelajar sekolah menengah dan

    perguruan tinggi. Selanjutnya, penelitian Baiti, Abdullah, dan Rochwidowati

    (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara career self-

  • 7

    efficacy dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir sehingga

    mahasiswa yang memahami kemampuan dirinya cenderung memiliki kesiapan

    kerja yang tinggi.

    Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rosdi, Talib, dan Wahab (2016)

    mengindikasikan bahwa level career self-efficacy dalam kematangan karir

    seorang mahasiswa dapat ditingkatkan melalui semangat, dukungan, pengalaman

    dan interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan

    Harlow & Bowman (2016) menunjukan bahwa mahasiswa yang menjadi generasi

    pertama yang memasuki dunia perkuliahan dan bukan mahasiswa generasi

    pertama yang memasuki dunia perkuliahan memiliki pengaruh self-efficacy dalam

    pengembangan karir terhadap kematangan karir mahasiswa.

    Tidak hanya itu, penelitian yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di

    Medan memiliki hubungan yang signifikan secara positif antara career self-

    efficacy dengan kematangan karir. Hal ini berarti semakin tinggi career self-

    efficacy seseorang maka semakin tinggi juga tingkat kematangan karirnya.

    Menurut Bandura (dalam Munir & Tarigan, 2017), siswa dengan career self-

    efficacy yang rendah memiliki kesulitan dalam tugas karirnya, sementara siswa

    dengan career self-efficacy tinggi memiliki hasrat yang baik dalam bekerja. Hal

    inilah yang menunjukan bahwa career self-efficacy dapat dikatakan memengaruhi

    kematangan karir seorang mahasiswa.

    Selain harus memiliki self-concept dan career self-efficacy dalam

    perkembangan karirnya, mahasiswa juga harus mendapatkan dukungan dari

    berbagai pihak, salah satunya dari lingkungan sosialnya. Beberapa penelitian

  • 8

    menunjukan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel dukungan

    sosial dengan kemantapan pengambilan keputusan karir. Semakin tinggi

    dukungan sosial maka kemantapan pengambilan keputusan karir juga akan

    semakin tinggi dan sebaliknya. Selanjutnya, anak muda yang memiliki hubungan

    dekat dengan orang tua dan teman-temannya, mereka memiliki kepercayaan diri

    yang lebih baik. Terlebih, mereka akan memiliki penilaian yang jauh lebih baik

    pada akhirnya akan mempertinggi kematangan karirnya (Herin & Sawitri, 2017).

    Sementara itu, penelitian yang dilakukan Perry, Cabrera & Vogt (1999)

    menunjukan bahwa social integration (perasaan individu saat berada di dalam

    kelompok yang memiliki kesamaan minat dan perhatian) yang merupakan bagian

    dari dukungan sosial serta dukungan keluarga dan teman memiliki pengaruh yang

    baik terhadap kematangan karir.

    Penelitian lainnya yang dilakukan Ginevra, Nota, dan Ferrari (2015)

    memperoleh hasil bahwa dukungan orang tua yang diberikan akan menambahkan

    rasa dukungan dari lingkungan sekitar yang lebih besar pada remaja. Lebih lanjut,

    semakin anak merasa didukung, mereka semakin bisa mengidentifikasi tujuan,

    mencari informasi, dan membuat keputusannya sendiri. Sementara penelitian yang

    dilakukan Gibson (2006) pada mahasiswa atlet menunjukan bahwa interaksi

    kelompok peer berdasarkan divisi dan tingkatan atletnya memiliki pengaruh yang

    signifikan terhadap kematangan karir. Pengaruh dukungan sosial ini diperkuat

    melalui penelitian dari Turan, Celik, & Emin Turan (2014) yang menyatakan

    bahwa dukungan sosial keluarga, dukungan sosial teman, dan dukungan sosial

    dari pasangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksplorasi karir yang

  • 9

    merupakan bagian dari kematangan karir. Hasil ini menguatkan fakta peran

    dukungan sosial pada tahap awal perkembangan karir individu.

    Berdasarkan fenomena-fenomena serta hasil beberapa penelitian

    sebelumnya yang telah dipaparkan di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar

    mahasiswa secara umum masih berada pada taraf belum siap untuk menentukan

    arah karirnya. Oleh sebab itu, penulis memandang bahwa penelitian ini penting

    untuk dilakukan guna mengetahui apakah subjek yang akan diteliti memiliki

    kematangan karir. Dengan demikian, penulis mengangkat sebuah penelitian

    dengan judul Pengaruh Self-Concept, Career Self-Efficacy, dan Dukungan

    Sosial terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah

    1.2.1 Pembatasan masalah

    Fokus dalam penelitian ini adalah kematangan karir pada mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Faktor-faktor yang memengaruhi yaitu self-concept, career

    self-efficacy, dan dukungan sosial. Adapun pengertian konsep masing-masing

    variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a) Kematangan karir yang dimaksud yaitu siap tidak individu dalam menghadapi

    duni kerja yang meliputi concern, curiosity, confidence, dan consultation.

    b) Self-concept yang dimaksud adalah suatu bentuk keseluruhan dari kesadaran

    atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh dirinya

    sendiri.

  • 10

    c) Career self-efficacy yang dimaksud adalah menyatakan bahwa keyakinan dari

    seorang individu terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengambil

    keputusan untuk karirnya secara baik dan tepat sesuai dengan tujuan.

    d) Dukungan sosial yang dimaksud adalah hubungan individu dimana seseorang

    harus dihargai, dicintai, dan disayang untuk memberikan bantuan kepada

    individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam hidupnya. yang meliputi

    attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance,

    guidance, dan opportunity for nurturance.

    1.2.2 Rumusan masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan

    masalahnya sebagai berikut :

    1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari self-concept, career self-efficacy,

    dan dukungan sosial (attachment, social integration, reassurance of worth,

    reliable alliance, guidance, dan opportunity for nurturance) terhadap

    kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

    2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari self-concept terhadap kematangan

    karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

    3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari career self-efficacy terhadap

    kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

    4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial (attachment,

    social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan

    opportunity for nurturance) terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta?

  • 11

    5. Berapa besar proporsi varian self-concept, career self-efficacy, attachment,

    social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan

    opportunity for nurturance terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-concept, career self-

    efficacy, dan dukungan sosial terhadap kematangan karir. Selain itu, penelitian ini

    juga untuk mengetahui variabel atau dimensi mana yang memiliki pengaruh

    terbesar terhadap kematangan karir.

    1.3.2 Manfaat penelitian

    Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut :

    a. Teoritis

    Memberikan sumbangan literatur yang bermanfaat pada dunia psikologi

    untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kematangan

    karir khususnya pada mahasiswa.

    b. Praktis

    Mendorong minat rekan-rekan lainnya yang berkecimpung di bidang

    psikologi khususnya bimbingan dan konseling untuk melakukan penelitian

    yang berkaitan dengan kematangan karir, dan membantu dosen

    pembimbing akademik dalam konseling karir mahasiswa serta orang tua

    dalam memberikan arahan pemilihan karir kepada anak-anak.

  • 12

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kematangan Karir

    2.1.1 Definisi kematangan karir

    Kematangan karir merupakan salah satu konstruk psikologis yang mengalami

    banyak perkembangan. Konstruk ini dikemukakan oleh Donald Super pada lima

    puluh tahun yang lalu (Greenhaus & Callanan, 2006). Dalam bahasa Inggris

    istilah kematangan karir memiliki beberapa persamaan yang sering digunakan

    untuk menjelaskan kematangan karir seperti; vocational behaviour, career

    maturity, dan occupation maturity. Pengertian kematangan karir menurut Super

    (dalam Brown, 2013) sebagai kesiapan individu untuk mengatasi tugas tahapan

    perkembangan karirnya. Kematangan karir merupakan kesiapan individu yang

    aktif dalam persiapan dan eksplorasi pekerjaan di masa yang akan datang dan

    kesiapan untuk membuat pilihan karir yang baik.

    Sementara itu, menurut King (1989), kematangan karir didefinisikan

    sebagai kesiapan seseorang dalam membuat informasi yang baik, usia yang tepat

    dalam memilih karir. Selain itu, menurut Crites (dalam Jawarneh, 2016)

    mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkatan perkembangan siswa menjalin

    hubungan, membuat pilihan karir, mengatur entusiasme, dan memahami proses

    dalam memilih karir.

    Berdasarkan definisi yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli, penulis

    memutuskan untuk mengambil definisi menurut Super (dalam Brown, 2013)

    yaitu, kematangan karir merupakan kesiapan individu yang aktif dalam persiapan

  • 13

    dan eksplorasi pekerjaan di masa yang akan datang dan kesiapan untuk membuat

    pilihan karir yang baik. Dari ketiga definisi tersebut, definisi kematangan karir

    menurut Super merupakan definisi pertama kematangan karir yang langsung

    dikemukakan oleh Donald Super.

    2.1.2 Dimensi kematangan karir

    Berdasarkan definisi Super, Crites dan Savickas (1996) pada konsep kematangan

    karir (career maturity) memiliki beberapa dimensi, yaitu :

    1. Concern (fokus)

    Konsep ini mengukur tingkatan pada individu yang memiliki orientasi dan

    terlibat dalam proses membuat keputusan karir. Tahap pertama pada proses

    membuat keputusan karir adalah menjadi lebih waspada terhadap pilihan yang

    harus dibuat dalam waktu dekat dan berlanjut ke masa depan. Mengantisipasi

    pilihan yang dibuat harus tepat dalam melibatkan diri pada saat

    mempersiapkan pilihan. Tinjauan masa depan menjadi dikenal dengan

    bagaimana seseorang memilih pekerjaan dan mengembangkan karirnya.

    Sehingga individu dapat terlibat secara aktif berpartisipasi dalam proses

    mempersiapkan dalam membuat pilihan karirnya. Individu mungkin

    memulainya dengan memimpikan dirinya di dunia kerja dan membayangkan

    dirinya di berbagai pekerjaan.

    2. Curiosity (keingintahuan)

    Konsep ini mengukur tingkatan individu dalam mengeksplorasi dunia kerja

    dan mencari informasi mengenai pekerjaan dan persyaratannya. Individu dapat

    mengurangi kekacauan mengenai proses membuat keputusan karir dengan

  • 14

    mengeksplorasi kemampuan diri dan ketertarikan dengan pekerjaan yang

    cocok dengan kepribadian dan bakat. Pekerjaan berbeda secara signifikan

    pada persyaratan, rutinitas, dan hadiah. Ditambah, mulai dari proses mencari

    informasi melalui konsultasi dengan konselor atau pemberi nasihat untuk

    bantuan pada self-assessment dan eksplorasi pekerjaan.

    3. Confidence (kepercayaan)

    Konsep ini mengukur tingkatan apakah individu memiliki keyakinan pada

    kemampuan dirinya dalam membuat keputusan karir yang bijak dan pilihan

    pekerjaan yang realistis. Kepercayaan karir maksudnya adalah individu

    mengantisipasi kesuksesan dalam menyelesaikan masalah dan menanggulangi

    tantangan yang terdapat di pembuatan keputusan karir dan pilihan pekerjaan.

    Individu harus percaya pada kemampuan dalam penanganan tantangan yang

    kompleks yang mungkin dapat dihadapi dengan memilih pekerjaan dan

    pengembangan karirnya. Individu juga mungkin membutuhkan jaminan dan

    ketentraman hati terhadap kritik pedas dengan bereaksi berdasarkan pilihan

    pekerjaan yang sudah dibuat.

    4. Consultation (konsultasi)

    Konsep ini mengukur tingkatan individu dalam mencari saran dari mentor

    dalam membuat keputusan karir dan pilihan kerja. Saran yang sangat penting

    dengan mencarinya dari orang lain adalah informasi mengenai bagaimana

    dalam membuat pilihan yang bijak dan realistis, bukan pekerjaan apa yang

    spesifik yang harus dipilih. Ketika hal itu terjadi ke pilihan yang actual

    mengenai pilihan spesifik, beberapa dari individu butuh mencari

  • 15

    keseimbangan antara memilih pekerjaan oleh dirinya sendiri dan dengan orang

    tuanya. Kebanyakan orang lebih memilih untuk konsul penting dengan orang

    yang ada di hidupnya ketika orang lain lebih memilih untuk membuat pilihan

    untuk dirinya sendiri. Tidak ada seorangpun dengan metode yang benar

    dengan melibatkan diri dan teman-teman dalam membuat keputusan karir.

    Keseimbangan antara memilih dengan mereka atau diri sendiri merupakan

    keputusan sendiri. Individu akan merasakan yang terbaik, dalam jangka

    Panjang, jika individu membuat keputusan karir berdasarkan bagaimana suatu

    hal terlihat untuk individu.

    Setelah dijabarkan, maka keempat dimensi (concern, curiosity, confidence,

    dan consultation) yang akan penulis gunakan dalam penyusunan alat ukur pada

    variabel kematangan karir.

    2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi kematangan karir

    Berdasarkan beberapa hasil penelitian, Seligman (1994) menjelaskan beberapa

    faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karir individu dimana

    perkembangan karir akan menentukan kematangan karir. Faktor-faktor tersebut

    adalah :

    1. Faktor dukungan sosial

    Latar belakang keluarga berperan penting dalam kematangan karir seseorang.

    Pengalaman masa kecil, dimana role-model (model peran) yang paling

    signifikan adalah orangtua, berikut latar belakang orangtua.

    Urutan kelahiran juga ikut menyumbangkan peran dalam

    perkembangan karir. Penick dan Jepsen (1992) menemukan bahwa keluarga

  • 16

    berperan sangat penting dalam perkembangan karir dan identitas vokasional

    daripada faktor lain seperti pencapaian (achievement), jenis kelamin, dan

    status sosial-ekonomi. Seperti penelitian Herin dan Sawitri (2017) menyatakan

    bahwa anak muda yang memiliki hubungan dekat dengan orang tua dan

    teman-temannya, mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih baik yang

    pada akhirnya akan mempertinggi kematangan karirnya.

    2. Komitmen Kerja

    Faktor yang memengaruhi kematangan karir adalah komitmen kerja. Hal ini

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patton & Creed (2002) yang

    menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara komitmen kerja dan

    kematangan karir terutama pada perempuan.

    3. Faktor internal individu

    Faktor internal individu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan

    karir seseorang. Hal ini mencakup self-esteem (harga diri), self-expectation

    (pengharapan diri), career self-efficacy (keyakinan akan kemampuan dirinya

    dalam dunia kerja), locus of control (pusat kendali diri), self-concept (konsep

    diri), keterampilan, minat vokasional, kecepatan emosional, kepribadian, dan

    psychological well-being (Patton, Creed & Muller, 2002; Savickas, Briddick

    & Watkins Jr, 2002; Liu, dkk, 2017; Heo & Kim, 2016; Patton & Creed,

    2002).

    Super (dalam Hughes, 2011) menyatakan bahwa individu dalam

    melakukan spesifikasi pilihan karirnya memilih untuk melaksanakan self-

    concept nya. Penelitian yang dilakukan Hughes (2011) menyatakan bahwa

  • 17

    variable self-concept signifikan dengan perencanaan karir dan eksplorasi karir

    untuk kelompok responden Australia, tetapi tidak dengan kelompok responden

    Thailand.

    Lawrence dan Brown (1976) menyatakan bahwa self-concept

    merupakan prediktor signifikan hanya untuk aspek tertentu dari kematangan

    karir berdasarkan perhitungan CMI (Career Maturity Inventory). Lalu,

    penelitian Baiti, Abdullah, dan Rochwidowati (2017) menyatakan bahwa

    terdapat hubungan yang positif antara career self-efficacy dengan kesiapan

    kerja pada mahasiswa semester akhir. Tipe kepribadian juga memengaruhi

    kematangan karir berdasarkan pernyataan Gough (dalam Savickas, 2002)

    dimana empat kepribadian tersebut dapat mengembangkan kebutuhan individu

    akan potensinya di tempat kerja dan relasinya.

    4. Faktor sosial-ekonomi

    Faktor sosial-ekonomi merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap

    kematangan karir, mencakup 3 faktor lainnya, yaitu :

    a. Lingkungan

    Lingkungan dapat memengaruhi kematangan karir, setidaknya melalui tiga

    cara yaitu: kesempatan individu mendapatkan pekerjaan, hal-hal dimana ia

    merasa nyaman, dan informasi yang diterima mengenai jalur karir yang

    cocok.

    b. Status sosial-ekonomi

    Secara umum, masyarakat dengan latar belakang status sosial-ekonomi

    yang tinggi, memiliki cita-cita karir yang tinggi pula (Eroglu, 2017).

  • 18

    Beberapa hal sering dikaitkan dengan latar belakang ekonomi rendah

    seperti harga diri yang rendah, kurangnya role-model (model peran) yang

    kuat dari laki-laki, informasi karir yang terbatas, keuangan yang tidak

    memadai, kurangnya dorongan untuk sukses, dan stereotip yang negative,

    bisa saja benar di beberapa kasus, tetapi tidak ada satu penjelasan yang

    menerangkan bahwa hal-hal tersebut dapat menjadi terbatas dalam

    pencapaian karir.

    c. Jenis kelamin

    Adanya stereotip mengenai jenis pekerjaan laki-laki dan perempuan telah

    menimbulkan perbedaan dalam kematangan karir laki-laki dan perempuan.

    Tekke dan Ghani (2012) menyatakan bahwa mahasiswa internasional yang

    berjenis kelamin perempuan menunjukan nilai signifikan kematangan karir

    yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa internasional yang berjenis

    kelamin laki-laki. Bagaimanapun, Achebe (1982), peneliti yang

    melakukan penelitian di Nigeria menyatakan bahwa laki-laki memiliki

    nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dalam

    kematangan karir secara kesuluruhan namun tidak konsisten.

    2.1.4 Pengukuran kematangan karir

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur kematangan karir yang

    bernama Career Maturity Inventory-Revised (CMI-R). Alat ukur ini dibuat oleh

    John O. Crites & Mark L. Savickas yang terdiri atas 4 dimensi dari kematangan

    karir, yaitu concern, curiosity, confidence, dan consultation.

  • 19

    Skala CMI-R yang digunakan berjumlah 21 item pernyataan dari 4

    dimensi. Model skala yang akan digunakan adalah jenis skala likert yaitu dengan

    menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

    setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penulis menggunakan alat ukur ini dan

    mengadaptasinya dari Putri Nuraini (2018) dengan mempertimbangkan uji

    validitas yang sudah dilakukannya.

    2.2 Self-concept

    2.2.1 Definisi self-concept

    Fitts (1971) mengemukakan bahwa self-concept adalah suatu bentuk dari

    kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh

    dirinya sendiri. Secara fenomenologis ia menjelaskan bahwa ketika individu

    mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, berarti ia menunjukkan

    bagaimana dirinya dan penilaian abstraksi tentang dirinya (dalam Lintina, 2015).

    Verma dan Bagley (1982) mengungkapkan self-concept adalah simbol

    yang bercampur menjadi satu dari berbagai persepsi; memori dan pengalaman

    sebelumnya yang paling menarik perhatian di kehidupan manusia. Konsep ini

    adalah diri seseorang yang bersifat individual, dan menggambarkan bagian

    pengalaman yang menjadi beberapa pola sehingga menyatakan maksud dan

    tujuannya di dunia.

    Kamel (2012) menyatakan bahwa self-concept secara luas merupakan

    keyakinan diri yang jelas dan penuh percaya diri, konsisten secara internal, dan

    stabil. Menurut Shavelson & Bolus (1982), self-concept adalah persepsi seseorang

    tentang dirinya sendiri yang terbentuk melalui suatu pengalaman dari interpretasi

  • 20

    lingkungannya dan akan terpengaruh oleh adanya penguat, evaluasi dari

    pengalaman yang lain, dan suatu penyebab karena suatu perilaku.

    Berdasarkan definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli, penulis

    mengambil teori yang digunakan oleh Fitts (1971) yang mengemukakan bahwa

    self-concept adalah suatu bentuk dari kesadaran atau persepsi mengenai diri yang

    diobservasi, dialami, dan dinilai oleh dirinya sendiri. Definisi menurut Fitts

    (dalam Lintina, 2015) ini lebih tertuju pada diri sendiri.

    2.2.2 Dimensi self-concept

    Fitts (dalam Lintina, 2015) membagi self-concept menjadi dua dimensi pokok,

    yaitu sebagai berikut :

    1. Dimensi Internal

    Dimensi internal atau yang disebut dengan kerangka acuan internal (internal

    frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni yang

    dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam

    dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga sub dimensi :

    a. Diri identitas (identity self)

    Merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep dan mengacu pada

    pertanyaan, “siapakah saya”. Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-

    label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-

    individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan

    membangun identitasnya.

  • 21

    b. Diri pelaku (behavioral self)

    Merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan

    segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”. Selain itu

    bagian ini berkaitan dengan diri identitas.

    c. Diri penerimaan/penilaian (judging self)

    Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.

    Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas

    dan diri pelaku.

    2. Dimensi Eksternal

    Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan

    aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya.

    Namun dimensi yang dikemukakan oleh Fitts (dalam Lintina, 2015) adalah

    dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas

    lima sub dimensi, yaitu :

    a. Diri fisik (physical self)

    Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara

    fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan

    dirinya, penampilan dirinya dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk,

    kurus).

    b. Diri etik moral (moral-ethic self)

    Merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar

    pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi

    seseorang mengenai hubungan dengan tuhan, kepuasan seseorang akan

  • 22

    kehidupan dan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya,

    yang meliputi batasan baik dan buruk.

    c. Diri pribadi (personal self)

    Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya.

    Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang

    lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap

    pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

    d. Diri keluarga (family self)

    Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam

    kedudukannya sebagai anggota keluarga.

    e. Diri sosial (social self)

    Merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain

    maupun lingkungan di sekitarnya.

    2.2.3 Pengukuran self-concept

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur self-concept yang bernama

    Tennesse Self-Concept Scale (TSCS). Alat ukur ini menggunakan dua dimensi

    self-concept dari Fitts (1971), yaitu self-concept internal (identity self, behavioral

    self, dan judging self) dan self-concept eksternal (physical self, moral-ethical self,

    personal self, family self, dan social self).

    Skala TSCS berjumlah 100 item pernyataan dari 8 dimensi. Model skala

    yang akan digunakan adalah jenis skala likert yaitu dengan menggunakan empat

    alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

    sangat tidak setuju (STS). Penulis menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Fitts

  • 23

    (1971) dan mengadaptasi dari skripsi Shovia Lintina (2015) karena alat ukur ini

    sudah diuji validitasnya.

    Item pada alat ukur ini berjumlah 30 dari jumlah seluruh item yaitu 100

    item. Hal ini bertujuan agar menghindari kejenuhan responden saat mengisi

    kuesioner sehingga hasil yang diperoleh akan lebih valid hasilnya.

    2.3 Career Self-Efficacy

    2.3.2 Definisi career self-efficacy

    Lent dan Hackett (1987) menyatakan bahwa career self-efficacy merupakan

    implikasi lansgung dari adanya intervensi karir pada self-efficacy. Intervensi ini

    yaitu sejauh mana mahasiswa meningkatkan self-efficacy sesuai dengan

    kemampuan pengambilan keputusan karir yang diinginkan. Selanjutnya, Bandura

    (1997) menyatakan bahwa career self-efficacy adalah keyakinan individu pada

    kemampuannya dalam mengatur dan memilah perilaku yang akan menghasilkan

    sesuatu yang ingin dicapai.

    Selanjutnya, Menurut Greenhaus (2006), career self-efficacy merupakan

    keyakinan individu akan kemampuannya untuk berhasil dalam pekerjaan atas

    tugas-tugas yang sudah diberikannya. Career self-efficacy menurut Taylor dan

    Betz (dalam Fadhilah, 2015) menyatakan bahwa keyakinan dari seorang individu

    terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengambil keputusan untuk karirnya

    secara baik dan tepat sesuai dengan tujuan.

    Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, penulis menggunakan

    teori yang dikembangkan oleh Taylor dan Betz (dalam Fadhilah, 2015) yang

    menyatakan bahwa career self-efficacy merupakan keyakinan dari seorang

  • 24

    individu terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengambil keputusan untuk

    karirnya secara baik dan tepat sesuai dengan tujuan.

    2.3.2 Dimensi career self-efficacy

    Beberapa dimensi yang dikembangkan oleh Taylor dan Betz (dalam Wu, 2009)

    memiliki pengaruh penting terhadap kinerja individu. Dimensi-dimensi tersebut

    yaitu:

    1. Accurate self appraisal (penilaian akurat mengenai diri sendiri)

    Dimensi ini berhubungan dengan sejauh mana individu mampu melakukan

    asesmen atau pengukuran terhadap kemampuan, minat karirnya, tujuan, dan

    nilai-nilai yang dianutnya.

    2. Gathering occupational information (mengumpulkan informasi mengenai

    pekerjaan)

    Dimensi ini berhubungan dengan sejauh mana individu melakukan

    pengukuran terhadap pengetahuan yang dimilikinya mengenai dunia pekerjaan

    dan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.

    3. Goal selection (pemilihan tujuan)

    Dimensi ini berhubungan dengan sejauh mana individu mampu melakukan

    pengukuran terhadap kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan

    karakteristik pekerjaaannya.

    4. Making plans for the future (membuat rencana masa depan)

    Dimensi ini berhubungan dengan sejauh mana individu mampu melakukan

    perencanaan dengan baik dalam membuat keputusan karir masa depannya.

  • 25

    5. Problem solving (pemecahan masalah)

    Dimensi ini berhubungan dengan sejauh mana individu memiliki kemampuan

    dalam mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya serta bagaimana

    mengambil keputusan terhadap masalah tersebut.

    2.3.3 Pengukuran career self-efficacy

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur career self-efficacy. Alat

    ukur ini menggunakan alat ukur yang dikembangkan Taylor dan Betz (1983) yang

    bernama Career Decision Self-Efficacy-Short Form (CDSE-SF), dengan lima

    aspek yaitu accurate self appraisal, gathering occupational information, goal

    selection, making plans for the future, dan problem solving.

    Skala CDSE-SF berjumlah 22 item pernyataan dari 5 aspek. Model skala

    yang akan digunakan adalah jenis skala likert yaitu dengan menggunakan empat

    alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

    sangat tidak setuju (STS). Penulis menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Taylor

    dan Betz (1983) dan mengadaptasi dari skripsi Dini Rizky Fadhilah (2015) karena

    alat ukur ini sudah diuji validitasnya.

    Item pada alat ukur ini berjumlah 22 dari jumlah seluruh item yaitu 25

    item. Hal ini bertujuan agar menghindari kejenuhan responden saat mengisi

    kuesioner sehingga hasil yang diperoleh akan lebih valid hasilnya.

    2.4 Dukungan Sosial

    2.4.1 Definisi dukungan sosial

    Pada dasarnya individu adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan

    lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial ini merupakan lingkungan yang akan di

  • 26

    hadapi individu setiap harinya. Salah satu interaksi sosial yang pertama biasa

    individu lakukan adalah dengan keluarganya karena keluarga merupakan

    kelompok individu pertama dalam interaksi sosial. Kedekatan tersebut dapat

    berupa dukungan orang tua yang akan didapatkan oleh seorang anak atau anggota

    keluarga lainnya. Dukungan orang tua sangat berperan besar di dalam kehidupan

    seorang anak, dikarenakan orang tua adalah orang yang pertama akan dijumpai

    oleh anak tersebut setiap kali ia pulang ke rumah.

    Menurut Rollins dan Thomas (dalam Pierce dan Sarason, 1996) dukungan

    sosial memiliki arti bahwa pendekatan yang dilihat sebagai prediktor kepribadian

    dan perkembangan sosialnya. Lalu, Caplan (1974: 4) mendefinisikan dukungan

    sosial sebagai bentuk sosial dimana individu menggunakan kesempatannya untuk

    memberikan feedback mengenai dirinya dan membuktikan harapannya pada orang

    lain. Sedangkan Cobb (1976: 4) mendefinisikannya sebagai informasi yang

    membimbing subjek untuk percaya bahwa ia dipedulikan dan dicintai. (dalam

    Sarason, 1985).

    Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987) mendefinisikan dukungan sosial

    merupakan suatu proses hubungan individu dengan persepsi bahwa seseorang

    harus dicintai, dihargai, dan disayang, hal ini untuk memberikan bantuan kepada

    individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.

    Dari beberapa definisi mengenai dukungan sosial di atas, penulis

    menggunakan teori Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987) karena lebih rinci.

    Dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan individu dengan persepsi

  • 27

    bahwa seseorang harus dicintai, dihargai, dan disayang, hal ini untuk memberikan

    bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.

    2.4.2 Dimensi dukungan sosial

    Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987) mengembangkan The Social Provisions

    Scale untuk mengukur ketersediaan dukungan sosial yang diperoleh dari

    hubungan individu dengan orang lain. Dalam alat ukur tersebut terdapat 6

    dimensi, yaitu :

    1. Attachment (kelekatan atau kedekatan emosional)

    Attachment merupakan jenis dukungan yang memungkinkan seseorang

    memperoleh kedekatan secara emosional, sehingga menimbulkan rasa aman

    bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini

    merasa tentram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan

    bahagia. Sumber dukungan ini biasanya didapatkan dari pasangan, teman

    dekat, atau hubungan keluarga.

    2. Social Integration (integrasi sosial)

    Social integration merupakan jenis dukungan yang memungkinkan individu

    memiliki perasaan suatu kelompok yang memungkinkan untuk berbagi minat,

    perhatian, serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama.

    Social integration dapat memberikan kenyamanan, keamanan, dan

    kesenangan. Individu akan merasa tidak kesepian, memiliki orang yang

    mendukungnya, yang satu minat dengannya.

  • 28

    3. Reassurance of Worth (penghargaan atau pengakuan)

    Reassurance of worth merupakan dukungan sosial yang memungkinkan

    individu mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta

    mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap kompetensi,

    keterampilan, dan nilai yang dimiliki seseorang. Sumber dukungan sosial ini

    dapat berasal dari keluarga atau instansi dimana ia bekerja. Dengan diakui

    individu menjadi lebih percaya diri dan dapat meningkatkan potensi yang

    dimilikinya.

    4. Reliable Alliance (ikatan atau hubungan yang dapat diandalkan untuk

    mendapatkan bantuan yang nyata)

    Reliable alliance merupakan dukungan sosial yang memungkinkan individu

    mendapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat

    diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan. Jenis

    dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota

    keluarga. Individu yang memiliki hubungan yang baik dengan keluarga akan

    merasa aman, karena mendapatkan dukungan yang berkualitas dan dapat

    diandalkan dalam memberikan bantuan.

    5. Guidance (saran atau informasi)

    Guidance merupakan dukungan sosial yang memungkinkan individu

    mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi

    kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial

    ini bersumber dari guru, mentor, atau sosok orang tua. Individu yang merasa

    didukung oleh guru, mentor, atau orang tua akan memiliki kepercayaan diri

  • 29

    untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, merasa bahwa dirinya tidak

    sendiri.

    6. Opportunity for Nurturance (kemungkinan membantu)

    Opportunity for nurturance merupakan aspek penting dalam hubungan

    interpersonal yang berupa perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Dukungan

    sosial ini memungkinkan individu mulai mengambil tanggung jawab untuk

    kesejahteraan orang lain, sehingga dapat mengembangkan perasaan

    dibutuhkan. Individu yang merasa dibutuhkan oleh orang lain akan merasa

    berguna dan keberadaannya pun diakui oleh orang lain.

    2.4.3 Pengukuran dukungan sosial

    Penulis menggunakan alat ukur dukungan sosial yang bernama The Social

    Provisions Scale (SPS) yang dikembangkan oleh Weiss (dalam Cutrona & Russel,

    1987) untuk mengukur dukungan sosial. SPS ini memiliki tujuan untuk menguji

    sejauh mana hubungan sosial responden dengan orang lain. Instrument ini berisi

    24 item, yang mengukur enam dimensi sebagai berikut: attachment, social

    integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan opportunity for

    nurturance. Skala ini dibuat dalam bahasa Inggris, karenanya penulis melakukan

    adaptasi dari Rachmawati (2015) untuk mempermudah responden dalam mengisi

    kuesioner. Alat ukur ini terdapat 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju

    (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

    Selain SPS yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat alat ukur lain

    yang dapat mengukur dukungan sosial yaitu interpersonal support evaluation list

    (ISEL) yang dikembangkan oleh Cohen & Hoberman (1983). Perbedaan pada

  • 30

    ISEL terletak pada jumlah item, yaitu 40 item dan menguji 4 dimensi yaitu:

    tangible support, belonging support, self-esteem support, dan appraisal support.

    2.4 Kerangka Berpikir

    Masalah karir yang terjadi pada mahasiwa disebabkan karena kurangnya kesiapan

    mahasiswa menghadapi dunia kerja. terdapat 52,8% mahasiswa tingkat akhir yang

    belum matang dalam karirnya (El Hami, Hiduan, dan Sulistiana, 2006).

    Mahasiswa yang belum matang karirnya akan sulit dalam merespon perubahan

    dunia kerja, menyelesaikan tugas-tugas pekerjannya. Sehingga penting memiliki

    kematangan karir bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja (indobrief,

    2017).

    Salah satu indikasi dari individu yang sudah matang dalam keputusan

    karirnya ialah ketika ia sudah mampu mempersepsikan dirinya dan yakin akan

    dirinya berdasarkan pengalaman yang sudah dialaminya. Dengan kata lain jika

    mahasiswa sudah mampu dalam mengambil keputusan serta memilih karirnya

    maka ia memiliki self-concept yang tinggi. Hal ini menandakan mahasiswa

    tersebut telah matang dalam karir. Semakin tinggi self-concept individu maka ia

    akan semakin matang dalam karir.

    Selain self-concept, individu juga harus yakin akan kemampuan yang ia

    miliki dalam dirinya. Keyakinan ini dapat berasal dari orang lain, pengalaman

    masa lalu, serta pengaruh dari persuasi sosial. Keyakinan yang dimiliki individu

    ini sangat penting untuk kematangan karirnya karena hal ini merupakan indikasi

    bahwa individu telah matang dalam karirnya. Dengan kata lain, semakin tinggi

  • 31

    keyakinan yang dimiliki seorang individu maka semakin baik pula kematangan

    karir seorang individu dan begitu juga sebaliknya.

    Hal lain yang penting dalam kematangan karir individu adalah dukungan

    sosial dari lingkungan individu tersebut. Individu yang matang dalam karirnya

    terbiasa dengan dukungan dari lingkungan sekitarnya sehingga hal ini menjadi

    motivasi serta modal individu dalam mempersiapkan karir hingga matang.

    Sementara itu, semakin besar dukungan sosial yang diberikan maka kematangan

    karirnya juga akan semakin besar.

    Salah satu bagian dari dukungan sosial yaitu, attachment atau kelekatan

    emosional seorang individu dengan orang lain. Kelekatan ini perlu ada agar

    individu merasa lebih aman. Maka semakin tinggi attachment yang diperoleh akan

    semakin tinggi juga kematangan karir individu. Selanjutnya, social integration

    atau perasaan yang dimiliki individu ketika berada di dalam kelompok yang

    memiliki kesamaan minat dan perhatian. Jika individu merasa nyaman berada di

    kelompok yang memiliki kesamaan minat, maka kematangannya akan baik

    melalui sikapnya. Lalu, reassurance of worth atau dukungan sosial yang

    memungkinkan individu mendapat pengakuan atau penghargaan atas keahliannya.

    Oleh karena itu, semakin tinggi pengakuan yang diperoleh seorang individu maka

    semakin tinggi pula kematangan karirnya. Keempat, reliable alliance atau

    hubungan individu yang dapat diandalkan dimana individu mendapatkan bantuan

    ketika membutuhkannya. Jadi, semakin besar bantuan yang diperoleh maka

    semakin besar kematangan karirnya. Kelima, guidance atau dukungan sosial

    dimana individu mendapatkan saran dan informasi dari orang sekitarnya. Semakin

  • 32

    banyak informasi yang diperoleh maka semakin tinggi kematangan karirnya.

    Terakhir, opportunity for nurturance atau perasaan individu dimana individu

    merasa dibutuhkan. Maka semakin individu merasa dibutuhkan, semakin tinggi

    kematangan karirnya.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa meningkatnya self-concept

    dan career self-efficacy akan meningkatkan kematangan karir, sementara semakin

    besar dukungan sosial yang diberikan maka akan besar pula kematangan karirnya.

    Secara keseluruhan uraian maka jika digambarkan dalam sebuah bagan maka akan

    terlihat seperti berikut:

    Gambar 2.1

    Kerangka berpikir

    Dukungan sosial

    Career self-efficacy

    Attachment

    Social integration

    Reassurance of worth

    Reliance alliance

    Guidance

    Opportunity for

    nurturance

    Self-concept

    Kematangan

    Karir

  • 33

    2.6 Hipotesis

    Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang

    diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    H1 : Ada pengaruh yang signifikan self-concept, career self-efficacy, dan

    dukungan sosial (attachment, social integration, reassurance of worth,

    reliable alliance, guidance, dan opportunity for nurturance) terhadap

    kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    H2 : Ada pengaruh yang signifikan variabel self-concept terhadap kematangan

    karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    H3 : Ada pengaruh yang signifikan variabel career self-efficacy terhadap

    kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi attachment pada variabel

    dukungan sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi social integration pada variabel

    dukungan sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi reassurance of worth pada variabel

    dukungan sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    H7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi realiable alliance pada variabel

    dukungan sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

  • 34

    H8 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi guidance pada variabel dukungan

    sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    H9 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi opportunity for nurturance pada

    variabel dukungan sosial terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

  • 35

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i S1 tingkat akhir yang tercatat

    aktif kuliah di tahun ajaran 2018/2019 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berjumlah

    33.291 mahasiswa/i (PDDIKTI, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah 327

    mahasiswa/i tingkat akhir. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan

    menggunakan teknik non probability metode accidental sampling, yaitu teknik

    sampling berdasarkan faktor pertimbangan kemudahan, artinya seseorang diambil

    sebagai sampel karena kebetulan orang tersebut ada di tempat atau mengenal

    orang tersebut. Pengambilan data menggunakan kuesioner fisik yang diberikan

    penulis secara langsung dan google forms kepada responden yang sesuai dengan

    kriteria penulis. Jadi dasar pertimbangannya ditentukan karena populasi memiliki

    kriteria kematangan karir, yaitu:

    a. Mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    b. Mahasiswa semester 8-14.

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

    3.2.1 Variabel penelitian

    Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki jumlah sebanyak

    delapan variabel, yaitu :

    1. Kematangan karir

    2. Self-concept

    3. Career self-efficacy

  • 36

    4. Attachment

    5. Social integration

    6. Reassurance of worth

    7. Reliance alliance

    8. Guidance

    9. Opportunity for nurturance

    3.2.2 Definisi operasional

    Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu :

    1. Kematangan karir merupakan kesiapan individu dalam mengatasi tugas

    perkembangan karirnya yang berupa siap secara kognitif dan bersikap.

    Kematangan karir memiliki empat dimensi, yaitu concern (memiliki orientasi

    dan terlibat dalam proses membuat keputusan karir), curiosity

    (mengeksplorasi dunia kerja dan mencari informasi mengenai pekerjaan dan

    persyaratannya), confidence (memiliki keyakinan pada kemampuan dirinya

    dalam membuat keputusan karir yang bijak dan pilihan karir yang realistis),

    consultation (mencari saran dari mentor dalam membuat keputusan karir dan

    pilihan kerja).

    2. Self-concept adalah persepsi individu mengenai dirinya sendiri yang

    diobservasi, dialami, dan dinilai oleh dirinya dengan dua dimensi pokok, yaitu

    dimensi internal: identity self (aspek yang mendasar pada konsep dan mengacu

    pada diri sendiri), behavioral self (persepsi individu tentang tingkah lakunya),

    judging self (pengamat, penentu standar, dan evaluator). Dimensi eksternal:

    physical self (persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik),

  • 37

    moral-ethic self (persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar

    pertimbangan nilai moral dan etika), personal self (perasaan atau persepsi

    seseorang tentang keadaan pribadinya), family self (perasaan dan harga diri

    seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga), social self

    (penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun

    lingkungan di sekitarnya).

    3. Career self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan yang dimiliki

    individu dalam menghadapi tugas-tugas pekerjaannya. Alat ukur yang akan

    digunakan yaitu Career Decision Self-Efficacy-Short Form (CDSE-SF) yang

    terdiri dari 5 dimensi: accurate self appraisal (kemampuan individu dalam

    mengetahui kemampuan, minat kerjanya, tujuan, dan nilai-nilai yang

    dianutnya), gathering occupational information (kemampuan individu

    mengenai pengetahuan informasi mengenai pekerjaannya), goal selection

    (kemampuan individu dalam menyesuaikan dirinya dengan karakteristik

    pekerjaan), making plans for the future (kemampuan individu dalam

    merancang keputusan karir masa depannya), dan problem solving

    (kemampuan individu dalam menyelesaikan serta mengambil keputusan

    terhadap masalah yang dihadapi).

    4. Dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan individu dengan persepsi

    bahwa seseorang harus dicintai, dihargai, dan disayang, hal ini untuk

    memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam

    kehidupannya. Hubungan ini memiliki aspek:

  • 38

    a. Attachment (merasakan kedekatan atau kelekatan dengan orang terdekat

    secara emosional).

    b. Social integration (perasaan seorang individu saat berada di dalam

    kelompok yang memiliki kesamaan minat, perhatian, dan melakukan

    kegiatan bersama).

    c. Reassurance of worth (mendapatkan pengakuan dari orang lain atas

    kemampuan dan keahliannya).

    d. Reliable alliance (hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan

    bantuan).

    e. Guidance (mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang diperlukan

    dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi).

    f. Opportunity for nurturance (perasaan dibutuhkan oleh orang lain).

    3.3 Intrumen Pengumpulan Variabel

    Dalam penelitian ini akan digunakan 3 macam alat ukur baku berdasarkan setiap

    variabel dalam pengumpulan data, yaitu :

    1. Skala Kematangan Karir

    Skala kematangan karir dalam penelitian ini diadaptasi dari skala Career

    Maturity Inventory-Revised (CMI-R) yang dikembangkan oleh John O. Crites dan

    Mark L. Savickas dalam Nuraini (2018). Alat ukur ini penulis adaptasi dari Putri

    Nuraini (2018) terdiri atas 21 item dengan pertimbangan uji validitas yang sudah

    dilakukannya. Alasan alat ukur ini diadaptasi karena jumlah item yang cukup

    banyak sehingga akan membuat responden mudah jenuh lalu akan memengaruhi

    respon atau jawaban pada setiap item. Di dalam alat ukur ini mengukur 4 dimensi

  • 39

    dari kematangan karir yaitu concern, curiosity, confidence, dan consultation.

    Untuk melihat detailnya, dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Blue print skala kematangan karir

    No. Jenis Indikator No. Item Jumlah

    1. Concern - Memperluas orientasi karir

    individu

    - Proses membuat keputusan karir

    1*, 4*, 8*,

    12*, 16*, 19* 6

    2. Curiosity - Eksplorasi dunia kerja - Mencari informasi mengenai

    pekerjaan dan persyaratannya

    2*, 5*, 9*,

    13*, 17*, 20* 6

    3. Confidence - Percaya akan kemampuannya

    dalam membuat keputusan dan

    pilihan pekerjaan realistis

    6*, 10*, 14*,

    21* 4

    4. Consultati

    on

    - Mencari saran dari orang lain untuk pilihan karir dan pekerjaan

    3*, 7, 11, 15*,

    18 5

    Total 21

    Item UnFavorable

    2. Skala Self-Concept

    Skala self-concept yang digunakan adalah skala Tennessee Self Concept Scale

    (TSCS) yang dikembangkan oleh Fitts dalam Lintina (2015). Jumlah item pada

    alat ukur ini berjumlah 100 item lalu akhirnya penulis memutuskan untuk

    mengadaptasi alat ukur yang digunakan oleh Shovia Lintina dengan

    mempertimbangkan uji validitas yang sudah dilakukannya dengan jumlah item

    yang valid adalah 30 item yang diuji olehnya. Penulis mengadaptasi alat ukur ini

    untuk mempermudah responden agar tidak mudah jenuh sehingga jawaban yang

    diperoleh akan lebih valid. Untuk melihat detailnya, dapat dilihat pada tabel 3.2

    sebagai berikut:

  • 40

    Table 3.2

    Blue Print skala self-concept

    No. Dimensi Sub Dimensi Indikator No. Item Jumlah

    1.

    Internal Identity

    Self

    - Mengenali diri sendiri

    - Mengenal lingkungan

    1, 2

    3, 21*

    2

    2

    Behaviora

    l self

    - Berperilaku sesuai identitas diri

    - Menerima diri dengan senang hati

    4, 5

    22*

    2

    1

    Judging

    self

    - Menerima diri - Menilai diri

    6, 23*

    7, 8

    2

    2

    2. Eksternal Physical

    self

    - Menerima keadaan fisik

    - Mengetahui keadaan fisik

    9

    10, 11

    1

    2

    Moral-

    ethical

    self

    - Mengaplikasikan ajaran agama

    - Berperilaku baik kepada sesama

    12*, 24

    13, 25*

    2

    2

    Personal

    self

    - Merasa puas dengan keadaan diri

    - Menilai kesuksesan diri

    16*, 28

    17, 29*

    2

    2

    Family

    self

    - Melakukan tugas rumah tangga

    - Mempersepsikan lingkungan keluarga

    14*, 26

    15, 27*

    2

    2

    Social self - Berinteraksi dengan orang lain

    - Menjaga hubungan baik dengan orang

    lain

    18, 30*

    19, 20

    2

    2

    Total 30

    Item UnFavorable

    3. Skala Career Self-Efficacy

    Skala career self-efficacy dalam penelitian ini adalah Career Decision Self-

    Efficacy-Short Form (CDSE-SF) yang dikembangkan oleh Taylor dan Betz

    (1983). CDSE-SF ini terdiri dari 25 item dari 5 aspek. Penulis mengadaptasi alat

    ukur yang digunakan oleh Dini Rizky Fadhilah (2015) dengan jumlah 22 item

    yang sudah di uji validitas konstruknya. 5 aspek ini yaitu: accuarate self

  • 41

    appraisal, gathering occupational information, goal selection, making plans for

    the future, dan problem solving. Untuk melihat detailnya, dapat dilihat pada table

    3.3 sebagai berikut:

    Table 3.3

    Blue print skala career self-efficacy

    No. Dimensi Indikator No. Item Jumlah

    1. Accuarte self

    appraisal

    Mampu menilai kemampuan,

    menilai minat, dan mampu

    melihat tujuan karirnya

    1, 2, 3, 4, 5 5

    2. Gathering

    occupational

    information

    Mampu menilai pengetahuan

    yang dimilikinya mengenai dunia

    pekerjaan

    6, 7, 8, 9, 10 5

    3. Goal

    selection

    - Mampu menilai kemampuannya dalam menyesuaikan keadaan

    dirinya dengan berbagai

    karakteristik

    - Mampu memilih tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya

    11, 12, 13, 14 4

    4. Making

    plans for the

    future

    Mampu melakukan perencanaan

    dengan baik dalam membuat

    keputusan karir masa depannya

    15, 16, 17 3

    5. Problem

    solving

    Mampu mengatasi masalah

    dalam pengambilan keputusan

    18, 19, 20, 21,

    22

    5

    Total 22

    *item unFavorable

    4. Skala Dukungan Sosial

    Skala dukungan sosial dalam penelitian ini adalah The Social Provisions Scale

    yang dikembangkan oleh Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987). The Social

    Provisions Scale ini penulis modifikasi dari penelitian Rachmawati (2015)

    sehingga menjadi 24 item yang mengukur 6 aspek dari dukungan sosial, yaitu

    attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,

    dan opportunity for nurturance. Berikut ini adalah blueprint alat ukur The Social

    Provisions Scale:

  • 42

    Table 3.4

    Blue Print skala dukungan sosial

    No. Jenis Indikator No. Item Jumlah

    1. Attachment - Merasakan kedekatan emosional - Merasa aman dengan orang lain

    9, 2*, 15,

    19*, 22

    5

    2. Social

    integration

    - Mempunyai kesempatan untuk berbagi minat dan kesenangan

    - Melakukan aktivitas yang sama

    4, 7, 12* 3

    3. Reassurance

    of worth

    - Mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keahliannya

    - Mendapatkan penghargaan atas kompetensi dan keterampilannya

    5*, 8*, 11,

    18

    4

    4. Reliable

    alliance

    - Hubungan yang dapat diandalkan 1, 16*, 23 3

    5. Guidance - Mendapatkan nasihat atau saran dari orang lain

    10, 14, 17* 3

    6. Opportunity

    for

    nurturance

    - Perasaan dibutuhkan oleh orang lain

    3, 6, 13*,

    20*, 21*, 24

    6

    Total 24

    * Item UnFavorable

    Penulis melakukan modifikasi alat ukur ini agar responden tidak letih dan

    bosan dalam mengisi kuesioner. Setelah dimodifikasi maka alat ukur ini

    berjumlah 24 item dimana aspek attachment, reassurance of worth, opportunity

    for nurturance masing-masing terdiri dari 4 item sedangkan social integration,

    guidance dan reliable alliance masing-masing terdiri dari 3 item.

    3.4 Uji Validitas Konstruk

    Untuk menguji validitas konstruk instrumen pengukuran dalam penelitian ini

    menggunakan pendekatan analisis faktor berupa Confirmatory Factor Analysis

    (CFA). Pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software

    LISREL 8.70 Adapun logika CFA adalah sebagai berikut: dilakukan adalah

    sebagai berikut (Umar, 2016).

  • 43

    1. Bahwa ada sebuah konsep yang didefinisikan secara operasional sehingga

    dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan

    ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan

    melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

    2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

    subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

    bersifat unidimensional.

    3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang

    seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini

    disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,

    yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka

    tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dan matriks S, atau bisa juga

    dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

    4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

    square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil

    tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat

    diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor

    saja.

    5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

    tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika

    hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam

    mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.

    Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan taraf kepercayaan 95%

  • 44

    sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-value

    lebih dari 1,96 (t > 1,96).

    6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

    faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai

    dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).

    3.4.1 Uji validitas konstruk kematangan karir

    Penulis menguji apakah 21 item dari skala kematangan karir bersifat

    unidimensional, artinya seluruh item benar-benar hanya mengukur kematangan

    karir. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

    ternyata tidak fit dengan Chi-Square=2220.79, df=189, P-value=0.00000,

    RMSEA=0.182. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan

    pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

    diperoleh model fit dengan Chi-Square=121.47, df=101, P-value=0.08084, dan

    RMSEA=0.025. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item

    hanya mengukur satu faktor saja yaitu kematangan karir.

    Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05 dapat dinyatakan

    bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya

    mengukur satu faktor yaitu kematangan karir. Langkah selanjutnya adalah penulis

    ingin melihat signifikan atau tidaknya dalam mengukur apa yang hendak diukur

    dan menentukan apakah item tesebut perlu di-drop atau tidak. Pengujian koefisien

    muatan faktor dapat dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan faktor,

    jika nilai t>1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu sebaliknya. Koefisien

  • 45

    muatan faktor untuk item kematangan karir dapat dilihat dalam tabel 3.5 sebagai

    berikut:

    Tabel 3.5

    Muatan Faktor Kematangan Karir No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

    Item 1 0.51 0.05 9.60 √

    Item 4 0.45 0.06 8.08 �