pengaruh transaksi hubungan istimewa, intensitas …repository.akuntansiukipaulus.com/75/1/skripsi...
TRANSCRIPT
PENGARUH TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA, INTENSITAS ASET
TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP PENGHINDARAN
PAJAK
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA PERIODE 2016-2018)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
MELIANTI TIMANG PALITEAN
6160301160048
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING
Judul : Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa, Intensitas
Aset Tetap, Intensitas Persediaan Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Pada Periode 2016-2018)
Nama Mahasiswa : Melianti Timang Palitean
No.Stambuk : 6160301160048
Program Studi : Akuntansi
Jenjang Studi : Strata Satu (S1)
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Oktavianus Pasoloran,SE,M.Si,AK,CA Yohanis Tasik Allo,SE,MM
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Ekonomi ketua program studi
Drs.Luther Palembangan Tangdialla,M.M. Erna Pasanda,SE.,M.Si
iii
iv
SURAT PERNYATAANPERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
(SKRIPSI) UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini:
Nama : Melianti Timang Palitean
Stambuk : 6160301160048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui bahwa karya ilmiah saya
yang berjudul “PENGARUH TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA,
INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PADA PERIODE 2016-2018)”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada)
untuk disimpan, dipublikasikan atau diperbanyak dalam bentuk apapun oleh UKI
Paulus Makassar bagi keperluan Akademis.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Makassar, 5 Februari 2020
Melianti Timang Palitean
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh transaksi hubungan
istimewa, intensitas aset tetap, intensitas persedian terhadap penghindaran pajak.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu transaksi hubungan
istimewa dengan menggunakan related party transaction piutang dan related
party transaction hutang, intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan.
Sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu penghindaran pajak.
Penelitian ini menggunakan 32 sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2016-2018. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisi data yang digunakan
yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa related
party transaction piutang, intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sedangkan related party transaction
hutang tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Kata kunci : Transaksi Hubungan Istimewa, Intensitas Aset Tetap, Intensitas
Persediaan, dan Penghindaran Pajak.
vi
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of related party transaction, the
intensity of fixed assets, the intensity of the supply of tax avoidance. The variables
used in this study are the independent variables and the dependent variable. The
independent variables used are related party transaction using related party
transaction receivables and related party debt transactions, the intensity of fixed
assets, and inventory intensity. While the dependent variable used is tax
avoidance.
This study uses 32 samples of manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in the 2016-2018 period. The sampling method uses
purposive sampling method. The data analysis technique used is multiple linear
regression analysis. The results of the study prove that related party transaction
receivables, the intensity of fixed assets, and inventory intensity affect tax
avoidance. While debt related party transactions do not affect tax avoidance.
Keywords: Related Party Transaction, Fixed Asset Intensity, Intensity
Inventory, and Tax Avoidance.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
penyertaan-Nya sehingga proses penyusunan skripsi yang berjudul PENGARUH
TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA, INTENSITAS ASET TETAP,
INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP PEGHINDARAN PAJAK” dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
dukungan atau bantuan baik moril maupun material dan juga bimbingan dari
berbagai pihak. Tanpa adanya mereka tentu penulis akan mengalami kesulitan
dalam menyusun skripsi ini. Maka dari itu, melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Agus Salim, SH.,MH selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia
Paulus Makassar.
2. Bapak Drs. Luther Palembangan Tangdialla,MM selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar.
3. Bapak Dr.Oktavianus Pasoloran,SE,M.Si,AK,CA selaku pembimbing I dan
Bapak Yohanis Tasik Allo, SE.,MM selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan di dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Erna Pasanda, SE.,M.Si selaku ketua Jurusan/Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar.
5. Bapak, Ibu dosen dan seluruh staf pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar.
viii
6. Kedua orang tua tercinta, saudara-saudaraku serta keluarga yang selalu
memberikan semangat, dan doa.
7. Seluruh teman-teman angkatan 2016 UKI-Pulus Makassar.
8. Semua pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu yang sudah ikut
membantu peneliti dalam penyelesaian proposal ini serta memberikan
semangat dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari untuk perbaikan selanjutnya.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Makassar, 5 februari 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..….i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………..ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING…………………..……iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI……………………………………….….iv
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………...……v
ABSTRAK…………………………………………………………………….…vi
ABSTRACT…………………………………………………………………..…vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………...…......viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..….xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………...………....xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...…....xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...…………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………..………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………..………4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………..…..……5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………....……6
2.1 Teori Keagenan………………………………………………………..…...…6
2.2 Transaksi Hubungan Istimewa………………………………………....……..7
2.3 Transfer Pricing................................................................................................8
2.3.1 Pengertian Transfer Pricing………………………………..….……….8
2.3.2 Tujuan Transfer Pricing…………………………………..…….…….10
2.4 Intensitas Aset Tetap……………………………………………...………....11
2.5 Intensitas Persediaan………………………………………..…………….…11
2.6 Pajak………………………………………………...……………………….12
2.6.1 Pengertian Pajak……………………………………………...…..……12
2.6.2 Pajak Penghasilan……………………………………..…………..…..13
2.6.3 Tarif Pajak Efektif…………………………………………..…….…..14
2.6.4 Penghindaran Pajak…………………………………………..……….14
2.7 Peneliti Terdahulu……………………………………………..……...……..16
2.8 Kerangka Pemikiran…………………………………………...………...…..18
x
2.9 Perumusan Hipotesis……………………………………………...…………19
2.9.1 Pengaruh Piutang-RPT Terhadap Penghindaran Pajak………………..19
2.9.2 Pengaruh Hutang-RPT Terhadap Penghindaran Pajak…………...…...19
2.9.3 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Penghindaran Pajak...….….20
2.9.4 Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Penghindaran pajak…….....21
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………..…………..….23
3.1 Jenis Penelitian………………………………………...………………..……23
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel……………...……....23
3.2.1 Variabel Dependen……………………………………...………………….23
3.2.2 Variabel Independen……………………………………...………………..24
3.2.2.1 Piutang-RPT………………………………..………………………..25
3.2.2.2 Hutang-RPT………………………….………………..…………….25
3.2.2.3 Intensitas Aset Tetap……………………………………......……….26
3.2.2.4 Intensitas Persedian…………………………………...………..……26
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel……………………………………...………28
3.4 Jenis dan Sumber Data………………………………………..……………...29
3.5 Metode Pengumpulan Data………………………………………..…………29
3.6 Teknik Analisis Data………………………………………...……………….29
3.6.1 Statistik Deskriptif…………………………………..……….………..29
3.6.2 Uji Asumsi Klasik…………………………………………...….……..30
3.6.2.1 Uji Normalitas…………………………………………..…….30
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas…………………………………………..31
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas……………………………………...….31
3.6.2.4 Uji Autokorelasi………………………………………..….….31
3.6.3 Analisis Regresi Linier ………………………………………..…..….32
3.6.4 Pengujian Hipotesis……………………………………..…………….33
3.6.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)…………………......…………33
3.6.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………………...……………33
3.6.4.3 Uji Koefisien Determinasi……………………..………….…..34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………..…………35
4.1 Data Perusahaan…………………………………..…………………….……35
4.2 Analisis Data…………………………………………..……………….…….37
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……………………………………....…..37
xi
4.2.2 Uji Asumsi Klasik…………………………………..………….……..38
4.2.2.1 Uji Normalitas……………………………...…….……………38
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas…………………………......……………39
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas………………………...……………….40
4.2.2.4 Uji Autokorelasi………………………………...……………..41
4.2.3 Analisis Regresi Linier…………………………………..……………42
4.2.4 Pengujian Hipotesis……………………………………..…….………44
4.2.4.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji T)…………………...………...…..44
4.2.4.2 Uji Signifikasi Simultan (UJi F)………………………....……47
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi………………………….…………48
4.3 Pembahasan………………………………...…………………...……………49
4.3.1 Faktor RPT Piutang………………………………...………...…49
4.3.2 Faktor RPT Hutang…………………………………..…………50
4.3.3 Faktor Intensitas Aset Tetap…………………………….………51
4.3.4 Faktor Intensitas Persediaan………………………...………..…52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….…..………53
5.1 Kesimpulan…………………………………..………………………..……..53
5.2 Keterbatasan Penelitian………………………………………...….…………54
5.3 Saran…………………………………………………….....…………………54
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….....……..55
LAMPIRAN………………………………………………………...………..….58
xii
DAFTAR TABEL
NO. KETERANGAN HALAMAN
2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Penghindaran Pajak……………....…….…16
3.1 Skala Pengukuran Variabel………………………………..…………...……27
4.1 Perusahaan Sampel………………………………...………………………..35
4.2 Analisis Statistik Deskriptif…………………………..……………….…….37
4.3 Hasil Uji Normalitas……………………………………………..........…….39
4.4 Uji Multikolinearitas…………………………………..…………….…..…..40
4.5 Hasil Uji Autokorelasi………………………………………...………...…..42
4.6 Hasil Uji Regresi Linier…………………………………………..……...….43
4.7 Hasil Uji Statistik T……………………………………………...…….…….45
4.8 Uji Statistik F……………………………………………..………….……...48
4.9 Uji Koefisien Determinasi………………………………...……...…………48
xiii
DAFTAR GAMBAR
NO. KETERANGAN HALAMAN
2.1 Kerangka Pemikiran…………………………………………...…........…….18
4.1 Hasil Uji Heterokedastis……………………………………..……..…….…41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
NO. KETERANGAN HALAMAN
1. Daftar Populasi Perusahaan Manufaktur di BEI (2016-2018)……..…….…58
2. Daftar Perusahaan Yang memenuhi Kriteria Sampel………………….……62
3. Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel…………………….....…….……66
4. Hasil Perhitungan ETR………………………………..………………...…..67
5. Hasil Perhitungan RPT Piutang………………………………...………..….68
6. Hasil Perhitungan RPT Hutang…………………………...……….………...69
7. Hasil Perhitungan Intensitas Aset Tetap……………………………….……70
8. Hasil Perhitungan Intensitas Persediaan…………………..………….…..…71
9. Hasil Uji SPSS……………………..……………………………….……….72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman sekarang ini perekonomian di dunia berkembang semakin pesat.
Banyak perusahaan yang saling bersaing untuk memajukan perusahaannya.
Banyak cara yang dilakukan termasuk memperluas kegiatan usahanya, tidak
hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri dan menjadi perusahaan
multinasional. Perusahaan-perusahaan tersebut kemudian akan membentuk
Holding company untuk mengatur, mengendalikan, serta mengkoordinasikan
aktivitas bisnis mereka. Dalam aktivitas bisnis perusahaan tersebut , Gusnardi
(2009) berpendapat bahwa biasanya sebagian besar aktivitas bisnis terjadi diantara
mereka sendiri yaitu dalam menentukan harga biasanya ditentukan berdasarkan
kebijakan harga transfer (transfer pricing) yang ditentukan oleh holding company
yang nantinya dapat sama atau tidak sama dengan harga pasar.
Transfer pricing merupakan suatu tindakan yang tidak baik (abuse of transfer
pricing) dimana penghasilan yang kena pajak dialihkan ke perusahaan di negara
lain yang memiliki tarif pajak lebih rendah. Jika holding company melakukan
transfer pricing maka akan menimbulkan masalah bagi perusahaan, tetapi juga
bisa menjadi kesempatan untuk perusahaan yang mau mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Transfer pricing biasanya timbul karena adanya hubungan
istimewa antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya (Related Party
Transaction-RPT). Jika Related Party Transaction dilakukan maka bisa mebuat
pajak yang dibayar oleh perusahaan menjadi lebih kecil.
2
Related Party Transaction merupakan salah satu strategi penghindaran pajak
yang banyak dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan tersebut rata-rata
adalah perusahaan milik keluarga. Related Party Transaction yaitu suatu transaksi
antar perusahaan yang mempunyai hubungan kepemilikan, perorangan sebagai
pemilik perusaahaan maupun pegawai yang memiliki pengaruh cukup besar serta
sangat penting, dan juga memiliki hubungan keluarga.
Suatu tindakan yang dilakukan untuk menghindari pajak dapat mengurangi
kas Negara dan juga berpengaruh terhadap penerimaan Negara dalam anggaran
pendapatan dan belanja Negara (APBN). Penerimaan pajak yang dilakukan di
Indonesia sudah rancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target yang
diinginkan sesuai APBN. Tetapi pemerintah belum bisa merealisasikan
penerimaan pajak dengan maksimal. Sehingga dapat memunculkan suatu
pertanyaan apakah wajib pajak melakukan tindakan penghindaran pajak atau
memang pemerintah belum mampu melaksakan pungutan secara maksimal.
Penghindaran pajak (tax avoidance) dianggap legal serta dimungkinkan
karena dalam penerapannya tidak bertentangan dengan peraturan dan ketentuan
hukum perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax
avoidance/tax planning/tax mitigation) dan juga penghindaran pajak yang tidak
diperbolehkan (unacceptable tax avoidance). Penghindaran pajak dapat dikatanya
illegal jika hal tersebut tidak memiliki tujuan bisnis yang baik misalnya
memanipulasi pembukuan untuk memperkecil beban pajak, dan hanya untuk
tujuan menghidari pajak.
3
Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012) menyatakan bahwa transaksi
Related Party Transaction dapat merugikan pemerintah jika terjadi
ketidakwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu
transaksi usaha. Untuk dapat mengetahui besar penghematan pajak dari transaksi
Related Party Transaction dapat di cari melalui Tarif Pajak Efektif (Efective Tax
Rate). ETR dapat memperlihatkan suatu efektivitas manajemen pajak dalam
suatu. Tarif pajak efektif (Effective tax rate / ETR) merupakan persentase
besarnya tarif pajak yang dibebankan kepada perusahaan.
Dalam penelitian ini transaksi hubungan istimewa menggunakan variabel
Related Party Transaction Piutang dan Related Party Transaction Hutang, dan
juga menggunakan variabel intensitas aset tetap dan intensitas persediaan yang
dapat digunakan untuk penghindaran pajak. Mulyani dalam Meisiska (2016)
mendefenisikan intensitas aset tetap sebagai proporsi dimana dalam aset tetap
terdapat pos untuk perusahaan dalam menambah beban, yaitu beban penyusutan
yang diakibatkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan. Apabila aset
tetap besar maka laba yang dihasilkan kecil, karena terdapat beban penyusutan
yang ada dalam aset tetap yang bisa mengurangi laba. Adapun Intensitas
persediaan juga dapat mengurangi pajak yang dibayar perusahaan yang
disebabkan oleh beban-beban yang muncul karena adanya persediaan. Beban-
beban tersebut akan mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga
mengurangi jumlah pajak yang dibayar perusahaan.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada periode 2016-2018 dengan
4
judul, “Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa, Intensitas aset Tetap,
Intensitas Persediaan Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah Related Party Transaction Piutang berpengaruh terhadap
penghindaran pajak?
2. Apakah Related Party Transaction Hutang berpengaruh terhadap penghindaran
pajak?
3. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
4. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Menemukan bukti transaksi Related Party Transaction Piutang terhadap
penghindaran pajak.
2. Menemukan bukti transaksi Related Party Transaction Hutang terhadap
penghindaran pajak.
3. Menemukan bukti intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak.
4. Menemukan bukti intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai Related
Party Transaction Piutang dan Related Party Transaction Hutang, intensitas aset
tetap, dan intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak, dan juga dapat
digunakan sebagai referensi untuk peneliti berikutnya yang ingin meneliti lebih
lanjut mengenai pengaruh transaksi hubungan istimewa, intensitas aset tetap,
intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan
untuk mengetahui pengaruh mengenai pengaruh transaksi hubungan istimewa,
intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan
Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut maka tanggung jawab dalam
hal pengelolaan perusahaan dapat diberikan kepada pihak yang profesional,
karena pemegang saham kadang memiliki banyak kekurangan. Memberikan
tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada pihak yang profesional
diharapkan dapat menutupi kekurangan yang ada. Dalam teori keagenan,
pemegang saham merupakan principal dan manajer merupakan agen.
Masalah keagenan ada karena pihak manajer yang mempunyai kepentingan
diri sendiri yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham. Masalah
keagenan muncul antara pihak yang mempunyai kepentingan serta tujuan yang
berbeda-beda sehingga dapat menyulitkan dan juga menghambat suatu perusahaan
untuk mencapai tujuan perusahaan. Karena agen yang mengelolah perusahaan
maka pasti mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan
dibandingkan dengan principal. Hal ini dapat memudahkan dan memberikan
peluang kepada agen dalam mengambil keputusan yang dapat menguntungkan
dirinya dan dapat melakukan hal yang merugikan principal, seperti memanipulasi
kinerja perusahaan, maupun memanfaatkan aset perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasi ada dua cara untuk
mengurangi kesempatan manajer untuk melakukan tindakan yang merugikan
7
investor luar, yaitu investor luar melakukan pengawasan (monitoring) dan
manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan-tindakan (bonding).
Kegiatan monitoring dan bonding dapat memperkecil kesempatan penyimpangan
yang dilakukan oleh manajer sehinggan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
terdapat dua masalah yang timbul akibat hubungan keagenan yaitu adanya
asimetris informasi (information asymmetry) karena secara umum manajemen
perusahaan lebih mengetahui banyak informasi tentang posisi keuangan
perusahaan yang sebetulnya serta aktivitas operasi dibandingkan dengan pemilik
perusahaan, dan terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) dikarenakan
ketidaksamaan tujuan, manajemen tidak selalu bertindak sesuai keinginan
kepentingan pemilik.
Jensen dan meckling (1976) mengemukakan bahwa, sebagai transaksi
yang opportunis dalam hal transaksi Related Party Transaction dapat
menyebabkan Conflict of interest konsisten dengan agency theory. Dalam konflik
keagena manajer cenderung mengolah sumber daya perusahaan dengan tujuan
kepentingan pribadinya, misalnya sebagai penghasilan tambahan ataupun
keuntungan untuk manajer. Maka dari itu, Jensen dan Meckling (1976)
menyebutkan bahwa transaksi dengan pihak istimewa (Related Party Transaction)
menyajikan potensi pengambilalihan sumber daya perusahaan.
2.2 Transaksi Hubungan Istimewa (Related Party Transaction)
Transaksi hubungan istimewa terjadi antara induk perusahaan dengan anak
perusahaanya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya, baik yang
berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri (Suandy,
8
2011). Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengenai pajak
penghasilan, hubungan istimewa dianggap ada, jika:
a. WP menyertaan modalnya baik langsung ataupun tidak langsung, paling
rendah sebesar 25% pada WP lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau
hubungan antara dua atau lebih wajib pajak yang disebut terakhir.
b. Wajib Pajak memiliki kuasa atas Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih
Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
c. Adanya hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
2.2.1 Transfer Pricing
2.2.1.1 Pengertian Transfer Pricing
Transfer pricing merupakan suatu kebijakan dalam perusahaan untuk
menetapkan harga transfer. Pengertian transfer pricing mempunyai dua dimensi
yaitu dimensi netral dan dimensi pejoratif. Dalam dimensi netral Menurut Gunadi
dalam Suandy (2011) “Transfer Pricing adalah penentuan harga atau imbalan
sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.” Dan dalam dimensi pejoratif
menurut Suandy (2011) transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat beban
pajak dengan cara menggeser laba ke negara yang mempunyai tariff pajak yang
rendah. Transfer pricing dapat terjadi dalam satu perusahaan (intracompany) dan
9
antarperusahaan (intercompany) yang terikat dalam hubungan istimewa (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2013).
Istilah transfer pricing biasa diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik
(abuse of transfer pricing) dimana penghasilan yang kena pajak dialihkan ke
perusahaan di Negara lain yang memiliki tarif pajak lebih rendah. Transfer
pricing dapat dilakukan dengan cara memperbesar biaya atau juga memperkecil
penjualan agar pembayaran pajak berkurang. Dengan memperkecil jumlah pajak
yang akan dibayar, maka keuntungan yang didaptkan perusahaan akan semakin
besar.
Terdapat dua kelompok transfer pricing, yaitu intracompany transfer
pricing, merupakan transfer pricing yang dilakukan antardivisi dalam satu
perusahaan. kemudian yang kedua yaitu Intercompany transfer pricing dimana
dua perusahaan memiliki hubungan istimewa, baik yang ada dalam satu Negara
yang sama (domestic transfer pricing) maupun yang berada pada Negara yang
berbeda (international transfer pricing).
International transfer pricing yang digunakan sebagai penghindaran pajak
dapat menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan
Indonesi (2013) Dengan melakukan international transfer pricing, perusahaan
yang berada pada Negara yang berbeda bisa mengatur harga transfer sedemikian
rupa sehingga perusahaan yang berada pada Negara yang tarif pajaknya kecil
dapat memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya, sedangkan perusahaan di
Negara yang tarif pajaknya besar mendapatkan keuntungan yang serendah-
rendahnya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).
10
Domestic transfer pricing bisa juga digunakan untuk menghindari pajak,
meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan, dengan cara menetapkan harga
transfer sedemikian rupa sehingga penghasilan kena pajak tersebar merata pada
perusahaan-perusahaan terkait untuk mengurangi kemungkinan terkena tarif pajak
progresif tertinggi dan laba dapat dialihkan kepada perusahaan yang masih berhak
menikmati kompensasi kerugian (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).
2.2.1.2 Tujuan Transfer Pricing
Dalam transaksi antara departemen-departemen atau divisi-divisi pada
suatu perusahaan, Transfer pricing dipakai untuk meneruskan data keuangan
pada saat mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain. Tujuan
transfer pricing antar divisi-divisi dalam satu perusahaan adalah untuk menilai
kinerja atau prestasi setiap divisi, serta untuk memberikan memotivasi kepada
manajer divisi penjualan dan pembelian untuk membuat keputusan yang baik dan
cocok untuk kepentingan perusahaan. Pada perusahaan multinasional transfer
pricing digunakan untuk memperkecil beban pajak, untuk mengendalikan devisa,
dan memperkecil risiko pengambilalihan yang dilakukan oleh pemerintah asing.
Dalam kegiatannya perusahaan multinasional cenderung mengoperasikan
usahanya secara desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue profit atau
corporate profit center concept, yang mengukur dan menilai kinerja dan motivasi
setiap divisi atau unit yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan (Suandy, 2011).
Oleh karena itu tujuan perusahaan multinasional adalah untuk
mendapatkan laba yang semaksimal mungkin dengan cara menggeser atau
11
memindahkan penghasilan yang diperoleh ke Negara lain yang memiliki tarif
pajak yang rendah dan mengeser biaya dengan jumlah yang besar ke Negara lain
yang mempunyai tarif pajak yang tinggi.
2.3 Intensitas aset tetap
Aset tetap merupakan suatu kekayaan berwujud yang dimiliki perusahaan
serta mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Intensitas aset tetap pada
perusahaan yaitu banyaknya investasi perusahaan pada aset tetap. Aset tetap
dalam hal ini mencakup bangunan, pabrik, peralatan, mesin, dan berbagi properti
lainnya (Noor et al., 2010 dalam Dharma dan Agus, 2015).
Aset tetap yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan tax avoidance
karena bisa mengurangi jumlah pajak yang akan dibayar perusahaan, karena aset
tetap memiliki biaya depresiasi yang bersifat deductible expense (biaya yang
dapat memperkecil penghasilan kena pajak pada wajib pajak) dan diatur dalam
undang-undang pajak penghasilan pada pasal 6. Biaya depresiasi yang ada pada
aset tetap perusahaan bisa digunakan manajer untuk memperkecil pajak yang
akan dibayar. Manajemen akan melakukan investasi dalam aset tetap dengan
menggunakan dana mengganggur perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
berupa biaya depresiasi yang berguna sebagai pengurang pajak penghasilan
perusahaan (Darmadi, 2013).
2.4 Intensitas persediaan
Persediaan merupakan barang-barang milik perusahaan yang nantinya
akan dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang
12
yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi maupun persediaan bahan
baku yang akan dipakai dalam suatu proses produksi. Intensitas persedian yaitu
tingginya tingkat persediaan yang ada dalam perusahaan, yang dapat memberikan
tambahan beban kepada perusahaan.
Berdasarkan PSAK 14 No. 13 mengemukakan adanya beberapa
pemborosan yang ditimbulkan akibat tingginya tingkat persediaan, biaya-biaya
tersebut meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya produksi, biaya
penyimpanan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan. Biaya tersebut
nantinya akan diakui sebagai biaya di luar persediaan dan dapat mengurangi laba
bersih dari perusahaan serta memperkecil beban pajak perusahaan.
2.5 Pajak
2.5.1 Pengertian pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Pasal 1 yang
mengatur tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, mendefinisikan
pajak sebagai kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan, serta tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat dirasakan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum pemerintah (Soemitro dalam
Mardiasmo, 2011). Oleh karena itu pajak merupakan sesuatu yang wajib untuk
dibayar, guna mendukung kegiatan pemerintah. Adapun ciri-ciri pajak yaitu:
1. Pajak merupakan pungutan wajib yang berlaku untuk semua warga Negara.
13
2. Pajak sifatnya memaksa.
3. Pajak dipungut menurut aturan yang terdapat dalam undang-undang.
4. Pajak dipungut untuk mendukung kegiatan pemerintah.
5. Pajak tidak memberikan kontra prestasi secara individu
2.5.2 Pajak penghasilan
Dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perpajakan,
Negara bisa memungut pajak dari setiap wajib pajak baik itu orang pribadi
ataupun badan. Salah satu pajak yang dipungut oleh pemerintah yaitu pajak
penghasilan (PPh). Menurut Resmi (2014) pajak penghasilan merupakan salah
satu pajak langsung yang dapat dipungut oleh pemerintah pusat. Pajak
penghasilan adalah iuran wajib yang dibebankan kepada orang pribadi,
perusahaan maupun badan hukum lainnya atas penghasilan yang didapatkan
selama tahun pajak (1 tahun). Dalam Resmi (2014) PPh yaitu Iuran atau pungutan
wajib yang kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan atau atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam masa atau tahun pajak untuk
kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara
sebagai suatu kewajiban (Resmi, 2014). Pajak penghasilan adalah pajak langsung.
Maka dari itu, beban pajak tersebut menjadi tanggungan wajib pajak yang
bersangkutan dalam arti beban pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan pada pihak
lain (Resmi, 2014).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pada Pasal 4 Ayat 1
tentang pajak penghasilan, objek pajak adalah penhasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik dari dalam
14
Indonesia ataupun juga yang berasal dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Dalam Undan-undang pajak penghasilan (UU
PPh) pasal 1 menyatakan bahwa pejak penghasilan dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Kemudian, pada pasal 2 ayat 1 Undang-undang PPh dikatakan bahwa yang
menjadi subjek pajak adalah orang pribadi dan warisan yang terbagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak, badan, dan bentuk usaha tetap.
2.5.3 Tarif pajak efektif
Tarif pajak efektif (Effective tax rate / ETR) merupakan persentase
besarnya tarif pajak yang dibebankan kepada perusahaan. ETR digunakan
perusahaan untuk mengetahui berapa besar tarif pajak yang akan dibayarkan
perusahaan dari penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak. Apabila
perusahaan memiliki persentase ETR yang lebih tinggi dari tarif yang ditetapkan
dalam aturan perpajakan maka perusahaan kurang memaksimalkan insentif-
insentif perpajakan yang ada, karena dengan perusahaan memanfaatkan insentif
perpajakan yang ada maka dapat memperkecil persentase pembayaran pajak dari
laba komersial (Handayani, 2013).
2.5.4 Penghindaran Pajak
Setiap wajib pajak pasti ingin membayarkan pajak dengan tarif yang
rendah. maka dari itu, kebanyakan wajib pajak melakukan penghindaran pajak
baik yang bersifat legal maupun illegal guna memperkecil pajak yang akan
dibayar kepada pemerintah. Ada dua jenis penghindaran pajak yaitu tax avoidance
15
merupakan penghindaran pajak yang bersifat legal dan tax evasion
(penyelundupan pajak) merupakan penghindaran pajak yang bersifat ilegal. dalam
Khalidah Azizah (2016) memaparkan bahwa penyelundupan pajak (tax evasion)
adalah penyelundupan yang melanggar undangundang pajak, sedangkan
penghindaran pajak (tax avoidance) adalah cara mengurangi pajak yang masih
berada dalam ketentuan hukum serta peraturan perundang-undangan perpajakan
dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak.
Menurut (Dyreng: 2008) dalam Khalidah Azizah (2016) tax avoidance
merupakan segala bentuk kegiatan yang memberikan efek terhadap kewajiban
pajak, baik kegiatan diperbolehkan oleh pajak atau kegiatan khusus untuk
mengurangi pajak. Tax avoidance biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan
kekurangan dari peraturan-peraturan yang mengatur tentang perpajakan sehingga
tidak melanggar ketetapan hukum yang berlaku. terdapat tiga karakter tax
avoidance yaitu:
1. Artificial Arrangement, mengandung unsur artifisial atau buatan. Dimana
peraturan dibuat seolah-olah ada didalamnya namun sebenarnya tidak ada,
serta dilakukan karna tidak adanya faktor pajak.
2. Celah undang-undang yaitu karakter tax avoidance yang memanfaatkan cela
atau kelemahan undang-undang dalam melakukan ketentuan yang legal untuk
berbagai tujuan.
3. Terdapat unsur kerahasiaan, dimana para konsultan pajak memberitahukan dan
menunjukkan kepada kliennya cara melakukan penghindaran pajak dengan tax
16
avoidance tapi dengan syarat agar kliennya atau wajib pajak tersebut dapat
menjaga kerahasiaan.
Menurut Hanlon dan Heitzman (2010), secara teori faktor-faktor yang
mempengaruhi individu dalam mematuhi pajak adalah tarif pajak, kemungkinan
terdeteksinya penghindaran pajak, hukuman, denda dan tidak mau menanggung
resiko. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berlaku pada individu atau perorangan,
tetapi juga kepada perusahaan atau badan. Menurut Slemrod (2004) dalam Hanlon
dan Heitzman (2010), tambahan faktor untuk perusahaan dalam mematuhi pajak
yaitu terpisahnya kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan. Dengan Adanya
pemisahan kepemilikan dan kontrol dapat menyebabkan keputusan pajak
perusahaan yang mencerminkan kepentingan manajemen. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya penghindaran pajak perusahaan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai transaksi hubungan istimewa, intensitas aset
tetap, serta intensitas persediaan dalam hal penghindaran pajak telah banyak
dilakukan. Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Mengenai Penghindaran Pajak
Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian
Panjalusman,
Erik Nugraha,
Audita
Setiawan
(2018)
Pengaruh Transfer
Pricing terhadap
penghindaran pajak
Transfer Pricing,
penghindaran
pajak
Transfer Pricing
berpengaruh tetapi
tidak signifikan
terhadap
penghindaran
17
pajak.
Ida Bagus
Putu Fajar
Adisamartha,
Naniek
Noviari
(2015)
Pengaruh Likuiditas,
Leverage, Intensitas
Persediaan Dan
Intensitas Aset Tetap
Pada Tingkat
Agresivitas Wajib
Pajak Badan
Likuiditas,
Leverage,
Intensitas
Persediaan, dan
Intensitas Aset
Tetap
Intensitas
Persediaan
berpengaruh
positif pada
tingkat agresivitas
wajib pajak badan.
Intensitas Aset
Tetap tidak
berpengaruh pada
tingkat agresivitas
wajib pajak badan.
I Made Surya
Dharma dan
Putu Agus
Ardiana
(2016)
Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap,
Ukuran Perusahaan,
Dan Koneksi Politik
Terhadap Tax
Avoidance
Leverage,
intensitas aset
tetap, ukuran
perusahaan,
koneksi
politik,dan Tax
avoidance
Intensitas aset
tetap berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance.
Novi Sundari
dan
Vita Aprilina
(2017)
Pengaruh
Konservatisme
Akuntansi, Intensitas
Aset Tetap,
Kompensasi Rugi
Fiskal Dan Corporate
Governance Terhadap
Tax Avoidance
Konservatisme
akuntansi,
intensitas aset
tetap,
kompensasi rugi
fiscal, corporate
governance, dan
tax avoidance
konservatisme
akuntansi dan
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif secara
signifikan
terhadap tax
avoidance,
sedangkan
variabel intensitas
aset tetap,
kompensasi rugi
fiskal dan kualitas
audit tidak
berpengaruh
secara signifikan
18
terhadap tax
avoidance.
Sapta Setia
Darma (2019)
Pengaruh Related
Party Transaction dan
Thin Capitalization
Terhadap Strategi
Penghindaran Pajak
Strategi
penghindaran
pajak, RPT-
Piutang, RPT-
Hutang, Thin
Capitalization,
size, dan
Profitabilitas.
RPT-Piutang
secara signifikan
tidak berpengaruh
pada strategi
penghindaran
pajak. RPT-
Hutang secara
signifikan tidak
berpengaruh pada
strategi
penghindaran
pajak.
2.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bagan ataupun gambar yang dapat
menjelaskan serta menggambarkan keseluruhan variabel serta hipotesis dalam
suatu penelitian. Berdasarkan teori serta permasalahan yang telah dipaparkan,
sehingga dapat ditarik suatu kerangka pemikiran yang dapat memudahkan dalam
analisis pada model penelitian yang ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
H1
Variabel Dependen
H2
H3
H4
Related Party Transaction
Piutang (X1)
Intensitas Aset Tetap (X3)
Intensitas Persediaan (X4)
Penghindaran Pajak
(Y)
Related Party Transaction
Hutang (X2)
19
Berdasarkan bagan yang disajikan diatas, dapat dilihat bahwa penghindaran
pajak dipengaruhi oleh RPT-Piutang dan RPT-Hutang, Intensitas aset tetap, dan
juga Intensitas persediaan.
2.8 Perumusan Hipotesis
2.8.1 Pengaruh Related Party Transaction Piutang terhadap penghindaran
pajak
Piutang hubungan istimewa biasanya muncul dari transaksi penjualan kredit
kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. Piutang hubungan istimewa
terjadi karena adanyan peminjaman dana, dan juga karena transaksi penyerahan
barang maupun jasa. Transaksi piutang yang terjadi harus menggunakan prinsip-
prinsip yang wajar, tetapi transaksi piutang tersebut tidak memperhitungkan
ketentuan yang berlaku.
Transaksi piutang hubungan istimewa dilakukan karena adanya kesepakatan
antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, yang membuat piutang
tersebut menjadi tidak wajar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Darma (2019)
menyatakan bahwa RPT-Piutang secara signifikan tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
H1: Related Party Transaction Piutang berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak
2.8.2 Pengaruh Related Party Transaction Hutang terhadap penghindaran
pajak
Hutang hubungan istimewa merupakan transaksi yang terjadi antara pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa mengakibatnya adanya hutang hubungan
20
istimewa. Hutang hubungan istimewa timbul karena adanya transaksi penyerahan
barang maupun jasa. Transaksi hutang tersebut timbul karena adanya kesepakatan
antara pihak yang memiliki hubungan istmewa, yang membuat hutang tersebut
menjadi tidak wajar. Yang dimaksud tidak wajar disini yaitu pihak berelasi
sengaja melakukan hutang sehingga dalam pemabagian deviden kepada kepada
pemegang saham menjadi lebih kecil dan laba juga menjadi rendah.
Akibat dari transaksi hutang hubungan istimewa yang tinggi membuat tarif
pajak yang akan dibayar perusahaan menjadi rendah. Apabila perusahaan semakin
banyak melakukan hutang, maka laba perusahaan yang diperoleh menjadi kecil
akibatnya pajak yang akan dibayar juga kecil. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Darma (2019) menyatakan bahwa RPT-Hutang secara signifikan tidak
berpengaruh pada strategi penghindaran pajak.
H2: Related Party Transaction Hutang berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak
2.8.3 Pengaruh intensitas aset tetap tetap terhadap penghindaran pajak
Intensitas aset tetap merupakan suatu tingkat aset tetap yang dimiliki
perusahaan dalam mendukung akrivitas operasinya seperti bangunan, mesin,
pabrik, peralatan, dan lain sebagainya. Dalam aset tetap terdapat beban depresiasi
yang bisa mengurangi laba perusahaan. Beban depresiasi sendiri yaitu
pengurangan nilai guna suatu aktiva perusahaan. Apabila beban depresiasi aktiva
semakin besar, maka laba perusahaan akan berkurang.
Semakin tinggi Intensitas aset tetap yang dimiliki, maka beban depresiasi
pada aset akan semakin besar pula. Intensitas kepemilikan aset tetap pada
21
perusahaan akan memperkecil beban pajak perusahaan, karena menagandung
beban depresiasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksono
(2019) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intensitas aset tetap
berpengaruh positif yang signifikan terhadap penghindaran pajak, dan juga
penelitian yang dilakukan oleh Purwanti dan Sugiyarti (2017) dengan hasil yang
menyatakan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap
penghindaran pajak.
H3 : Intensitas aset tetap berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
2.8.4 Pengaruh intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak
Intensitas Persediaan merupakan tingkat persediaan yang dimiliki
perusahaan yang dapat menimbulkan beban tambahn kepada perusahaan.
Tingginya tingkat persediaan yang dipunyai perusahaan, dapat memperkecil pajak
yang dibayar perusahaan. Ini disebabkan karena munculnya beban-beban bagi
perusahaan akibat adanya pesediaan. Beban tersebut misalnya beban
penyimpanan, beban tenaga kerja, beban penjualan, biaya bahan, biaya produksi ,
serta biaya administrasi dan umum. Beban-beban inilah yang akan mengurangi
laba yang diperoleh perusahaan, sehingga pajak yang dibayarkan perusahaan juga
akan berkurang.
Semakin tinggi intensitas persediaan, maka semakin besar pula beban yang
akan ditanggung oleh perusahaan sehingga laba perusahaan pun akan berkurang
dan juga dapat mengurangi beban pajak yang dibayarkan perusahaan. hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2017) dimana hasil
22
penelitiannya menyatakan bahwa intensitas persediaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak.
H4 : Intensitas persediaan berpengaruh signifikan terhadap penghindarann pajak.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif, dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan maupun pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh dari variabel-variabel yang
digunakan terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil analisa penelitian,
maka akan ditentukan apakah variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh
terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Sugiyono (2013: 13) menyatakan bahwa Pendekatan kuantitatif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen). Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu penghindaran pajak, sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu
Related Party Transaction Piutang dan Related Party Transaction Hutang,
intensitas aset Tetap, dan Intensitas Persediaan.
3.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau yang biasa juga disebut variabel terikat merupakan
variabel yang akan berubah akibat perubahan pada variabel independen
(sudarmanto, 2013: 11). Adapun menurut Sugiyono (2010: 4) Variabel dependen
24
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah
penghindaran pajak (Y). penghindaran pajak dapat diukur dengan menggunakan
tariff pajak efektif (effective tax rate / ETR). Menurut Meilinda (2013) tarif pajak
efektif menunjukkan efektivitas manajemen pajak pada suatu perusahaan. ETR
bertujuan untuk mengetahui persentase perubahan dalam pembayaran pajak yang
sebenarnya terhadap laba yang didapatkan. Adapun untuk menghitung
penghindaran pajak dengan menggunakan rumusan effective tax rate (ETR)
sebagai berikut:
𝐸𝑇𝑅 =𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Keterangan:
a. ETR adalah effective tax rate menurut pelaporan akuntansi keuangan yang
berlaku.
b. Tax Expense merupakan beban pajak penghasilan badan untuk perusahaan i
pada tahun t menurut laporan keuangan perusahaan yang telah diterbitkan.
c. Pretax income yaitu penghasilan sebelum pajak untuk perusahaan i pada tahun
t menurut laporan keuangan perusahaan yang telah diterbitkan.
3.2.2 Variabel Independen
Sugiyono (2010: 4) berpendapat bahwa variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel dependen kearah yang negatif ataupun positif. Variabel
25
independen sering juga disebut sebagai variabel bebas yaitu variabel yang akan
menjadi penyebab perubahan pada variabel dependen (Sudarmanto, 2013: 11).
Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu RPT-
Piutang (X1), RPT-Hutang (X2), intensitas aset tetap (X3), dan intensitas
persediaan (X4).
3.2.2.1 Related Party Transaction Piutang
Piutang hubungan istimewa biasanya muncul dari transaksi penjualan
kredit kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. Piutang hubungan
istimewa terjadi karena adanyan peminjaman dana, dan juga karena transaksi
penyerahan barang maupun jasa. Transaksi piutang hubungan istimewa dilakukan
karena adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
yang membuat piutang tersebut menjadi tidak wajar. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh sapta setia darma menyatakan bahwa Related Party Transaction
Piutang secara signifikan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hutang
hubungan istimewa dapat dirumuskan sebagai berikut:
SPECREC =𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3.2.2.2 Related Party Transaction Hutang
Hutang hubungan istimewa merupakan transaski yang terjadi antara pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa mengakibatnya adanya hutang hubungan
istimewa. Hutang hubungan istimewa timbul karena adanya transaksi penyerahan
barang maupun jasa. Transaksi hutang tersebut timbul karena adanya kesepakatan
antara pihak yang memiliki hubungan istmewa, yang membuat hutang tersebut
26
menjadi tidak wajar. Yang dimaksud tidak wajar disini yaitu pihak berelasi
sengaja melakukan hutang sehingga dalam pemabagian deviden kepada kepada
pemegang saham menjadi lebih kecil dan laba juga menjadi rendah. Hutang
hubungan istimewa dirumuskan sebagai berikut:
SPECLIAB = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3.2.2.3 Intensitas Aset Tetap
Intensitas aset tetap dalam suatu perusahaan menunjukkan proporsi aset
tetap perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Aset tetap ini
seperti bangunan, mesin, peralatan, serta aset tetap lainnya. Dalam mengukur
intensitas aset tetap suatu perusahaan dilakukan dengan membandingkan total aset
tetap dengan total aset. Adapun rumusan untuk mengukur intensitas aset tetap
adalah sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
Total Aset 𝑋 100%
3.2.2.4 Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan menunjukkan besarnya perputaran persediaan yang
terjadi selama periode berjalan. Dalam PSAK No.4 tentang biaya yang
dimunculkan dari total persediaan yang kemudian diakui sebagai beban yang
dapat mengurangi laba, sehingga perusahaan mengharapkan pajak yang dibayar
akan rendah. Ardyansah (2014) menyatakan bahwa intensitas persediaan adalah
bagian dari capital intensity ratio yang merupakan aktivitas perusahaan yang
dikaitkan dengan investasi dalam persediaan. Untuk mengukur intensitas
27
persediaan dilakukan dengan membandingkan antara harga pokok penjualan
dengan total persediaan akhir perusahaan yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = Harga Pokok Penjualan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑋 100%
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi
Operasional
Sumber Data Skala Pengukuran
Penghindaran
Pajak (Y)
Suatu usaha
yang dilakukan
oleh
perusahaan
dalam
memperkecil
beban pajak
yang akan
dibayarkan.
Penghasilan
sebelum pajak
dan beban
pajak,
diperoleh dari
L/R tahun
2016-2018
Nomina
l
𝐸𝑇𝑅 =𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Related Party
Transaction
Piutang
Perbandingan
antara piutang
berelasi
dengan total
aset.
Piutang
berelasi dan
total aset,
diperoleh dari
neraca tahun
2016-2018
Persent
ase
SPECREC = 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Related Party
Transaction
Hutang
Perbandingan
antara hutang
berelasi
dengan total
aset.
Hutang
berelasi dan
total aset,
diperoleh dari
neraca tahun
2016-2018
Persent
ase
SPECLIAB = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Intensitas Aset
Tetap
Rasio antara
total aset tetap
dengan total
aset.
Total aset tetap
dan total aset,
diperoleh
melalui neraca
pada tahun
2016-2018
Persent
ase
Total Aset Tetap
Total Aset X 100%
28
Intensitas
Persediaan
Perbandingan
antara harga
pokok
penjualan
dengan total
persediaan.
Harga pokok
persediaan dan
total
persediaan,
diperoleh dari
L/R tahun
2016-2018
Persent
ase
Harga pokok pejualan
Total Persediaan 𝑋 100%
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
Suatu tempat atau lingkungan yang didalamnya terdiri dari objek ataupun
subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang ditentukan oleh
peneliti untuk dipelajari yang kemudian nantinya akan ditarik kesimpulannya
disebut dengan populasi. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2016-2018.
Sampel merupakan bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan dalam penelitian. Sugiyono (2010: 62) berpendapat
bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi”. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel
dengan kriteria tertentu yang dikehendaki oleh peneliti. Adapun kriteria yang
digunakan sebagai berikut:
1. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data-
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website
BEI selama periode 2016-2018.
29
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun
2016-2018.
4. Perusahaan menggunakan nilai rupiah dalam laporan keuangan.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data sekunder adalah jenis data yang dipakai dalam penelitian ini. Data
sekunder merupakan data yang didapatkan melalui perantara atau secara tidak
langsung seperti dari catatan, buku, dan majalah berupa laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh perusahaan, laporan pemerinta, artikel, dan sebagainya. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2018, yang diperoleh secara tidak langsung melalui situs resmi Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi serta studi pustaka dengan cara membaca artikel, jurnal dan juga
buku-buku yang mempunyai hubungan dengan masalah yang sedang diteliti serta
melakukan pengumpulan data sekunder berupa laporan keuangan, dokumen-
dokumen, laporan yang dipublikasikan, catatan-catatan serta informasi lainnya
melalui media perantara.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif mendeskripsikan atau menggambarkan suatu data di lihat
dari frekuensi, disperse (deviasi standar, Variance), tendensi sentral (rata-rata,
30
median, modus), serta pengukur-pengukur bentuk (measure of shape). Statistik
deskripsi adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi
sehinggan mudah untuk dipahami dan diinterprestasikan (Erlina, 2011: 93). Maka
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang
penghindaran pajak, Related Party Transaction piutang dan Related Party
Transaction hutang, Intensitas aset Tetap, dan Intensitas Persediaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini juga dilakukan uji asumsi klasik yang dipenuhi pada
model regresi berganda sebelum data-data tersebut dianalisis adalah sebagai
berikut:
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan tahap awal yang dipakai dalam pemilihan
analisis data. Uji normalitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel bebas dan variabel terikat memiliki distribusi yang atau
tidak. Apabila data normal maka yang digunakan yaitu statistic parametrik,
namun apabila data tidak normal maka yang digunakan yaitu statistik non
parametrik ataupun dengan menggunakan treatment sehingga data normal. Pada
uji normalitas dilakukan dengan memakai uji Kolmogorov Smirnov. Dalam
mengambil kesimpulan untuk mengetahui atau menentukan suatu data memiliki
distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat nilai signifikannya. Apabila
signifikannya > 0,05, maka variabel memiliki distribusi normal dan sebaliknya
jika signifikannya < 0,05, maka variabel memiliki distribusi tidak normal.
31
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan kondisi dimana adanya korelasi antara variabel
independen yang satu dengan variabel independen lainnya. Uji multikolinearitas
ini mempunyai tujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi
antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2005), pada model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk menguji adanya
multikolinearitas bisa dilihat berdasarkan tolerance value atau variance inflantion
factor (VIF) dimana batas nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 atau nilai VIF
tidak lebih dari 10.
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan keadaan di mana varians dan kesalahan
penganggu tidak konstan untuk seluruh variabel bebas. Dalam model regresi yang
baik, tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah suatu
model regresi mempunyai ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lainnya. Apabila varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, berarti terjadi heterokedastisitas, tetapi jika varians
residulnya berbeda disebut heterokedastisitas.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Pada uji autokorelasi mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (periode sebelumnya). Autokorelasi timbul karena adanya
observasi yang berurutan sepanjang waktu dan berkaitan satu sama lain. Masalah
ini muncul karena adanya residul atau kesalahan pengganggu yang tidak bebas
32
dari satu observasi ke observasi lainnya. Autokorelasi dapat dideteksi dengan
menggunakan pengujian Durbin Watson (DW). Apabila nilai DW > DU dan (4-
DW) > DU, maka tidak terdapat autokorelasi atau bisa dijabarkan sebagai
berikut: (4-DW) > DU < DW.
3.6.3 Analisis Regresi Linier
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji atau memeriksa apakah
koefisien yang diperoleh signifikan. Analisis regresi linier berganda dapat
dikatakan baik apabila memenuhi asumsi normalitas data serta tidak menujukkan
adanya multikolienaritas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Adapun model
analisis berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y= α + β1 (X1) + β2 (X2) +β3 (X3) + β4 (X4) + e
Keterangan:
Y : Penghindaran Pajak
a : Kostanta
X1: Piutang hubungan istimewa
X2: Hutang hubungan istimewa
X3: Intensitas Aset Tetap
X4: Intensitas Persediaan
β1 : Koefisien Regresi Variabel (SPECREC)
β2 : Koefisien Regresi Variabel (SPECLIAB)
β3 : Koefisien Regresi Variabel (IAT)
β4 : Koefisiensi Regresi Variabel (IP)
e :Kesalahan pengganggu (Standard Eror)
33
3.6.4 Pengujian Hipotesis
3.6.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji T ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pada
pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji secara parsial apakah masing-masing
dari variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
atau tidak. Uji signifikansi parsial dilakukan dengan membandingkan tingkat
signifkan t pada hasil pengujian dengan nilai signifikan yang dipakai pada
penelitian ini. Adapun cara pengujian pasial pada penelitian ini yaitu:
Ho: Apabila t dari masing-masing variabel yang didapatkan dari hasil pengujian
lebih kecil dari nilai signifikansi yang dipakai (5%), maka variabel
independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Ha: Apabila t dari masing-masing Variabel yang didapatkan dari hasil penelitian
lebih besar dari nilai sgnifikansi yang dipakai (5%), maka variabel
independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
3.6.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki pengaruh secara serempak atau bersama-
sama terhadap variabel dependen secara simultan. Uji F dilakukan dengan cara
membandingkan nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan nilai signifikansi
yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun cara pengujian secara simultan yaitu:
Ho: Apabila nilai F yang didapatkan dari hasil penelitian lebih kecil dari nilai
signifikansi yang dipakai (5%), maka dapat dikatakan bahwa semua variabel
independen yang digunakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
34
Ha: Apabila nilai f yang didapatkan dari hasil penelitian lebih besar dari nilai
signifikansi yang dipakai (5%), maka dapat dikatakan bahwa semua variabel
independen yang digunakan tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
dependen.
3.6.4.3 Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2 ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel independen. Nilai dari koefisien
determinasi yaitu antara 0 dan 1 dan mencerminkan kemampuan dari variabel
dependen. Apabila nilai determinasi kecil, maka kemampuan vaeriabel
independen dalam menjelaskan atau memprediksi variabel dependen itu terbatas,
dan apabila nilai determinasi mendekati 1, maka variabel independen telah
memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk menjelaskan atau
memprediksi variabel dependen. Ghozali (2005) menyatakan bahwa “semakin
tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh variabel independen”.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Perusahaan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016-2018 yang digunakan
sebagai objek penelitian. Metode analisis data di uraikan dalam tiga bagian yang
meliputi analisis statistik deskriptif, hasil pengujian asumsi klasik, dan hasil
pengujian hipotesis. Analisis statistik dekriptif mengambarkan variabel terikat
penghindaran pajak dan variabel bebas yang diduga mempengaruhi
penghindaran pajak, yang selanjutnya yaitu pengujian asumsi klasik dari model
regresi linear berganda. Pada bagian ketiga berisikan hasil dari pengujian
hipotesis yang di uji dengan pengujian secara parsial (uji t), pengujian secara
simultan (uji f), dan pengujian koefisien determinasi (R2). Adapun nama-nama
perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Perusahaan Sampel
NO. KODE PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN
1. SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
2. SMCB Holcim Indonesia Tbk
3. WTON Wijaya Karya BetonTbk
4. AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
36
5. ALMI Alumindo Light Metal Industry tbk
6. BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
7. INAI Indal Aluminium Industry Tbk
8. ISSP Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk
9. MAIN Malindo Feedmill Tbk
10. ALDO Alkindo Naratama Tbk
11. AUTO Fajar Surya Wisesa Tbk
12. BOLT Garuda Metalindo Tbk
13. GJTL Gajah Tunggal Tbk
14. IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
15. SMSM Selamat Sempurna Tbk
16 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
17. TRIS Trisula International Tbk
18. JECC Jembo Cable Company Tbk
19. KBLM Kabelindo Murni Tbk
20. VOKS Voksel Electric Tbk
21. CEKA Cahaya Kalbar Tbk
22. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
23. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
24. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
25. MYOR Mayora Indah Tbk
26. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
37
27. SKLT Sekar Laut Tbk
28. HMSP Hanjaya MandalaSampoerna Tbk
29. DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
30. KAEF Kimia Farma Tbk
31. KLBF Kalbe Farma Tbk
32. UNVR Unilever Indonesia Tbk
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan membandingkan nilai
minimum, nilai maksimum, dan juga nilai rata-rata sampel. Pada tabel berikut
menggambarkan statistik deskriptif dari variabel terikat yaitu penghindaran pajak,
dan variabel bebas yaitu Related Party Transaction Piutang, Related Party
Transaction Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan
Tabel 4.2
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR 96 .07 .53 .2735 .07986
RPT Piutang 96 .00 .32 .0404 .05929
RPT Hutang 96 .00 .30 .0165 .03167
Intensitas Aset Tetap 96 .14 .83 .3640 .16354
Intensitas Persediaan 96 1.04 24.06 5.2296 3.67172
Valid N (listwise) 96
Sumber: Data diolah
38
Berdasarkan tabel analisis statistik deskriptif diatas memperlihatkan bahwa
nilai minimum untuk penghindaran pajak adalah sebesar 0,07, nilai maximum
sebesar 0,53, nilai mean sebesar 0,2735, dan nilai standar deviasi sebesar 0,07986.
Nilai minimum untuk RPT Piutang sebesar 0,00, nilai maximum sebesar 0,32,
nilai mean sebesar 0,404, dan nilai standar deviasi sebesar 0,05929. Nilai
minimum untuk RPT Hutang sebesar 0,00, nilai maximum 0,30, nilai mean
sebesar 0,0165, dan nilai standar deviasi sebesar 0,03167. Nilai minimum untuk
intensitas aset tetap sebesar 0,14, nilai maximum 0,83, nilai mean sebesar 0,3640,
dan nilai standar deviasi sebesar 0,16354. Nilai minimum untuk intensitas
persediaan sebesar 1,04, nilai maximum sebesar 24,06, nilai mean sebesar 5,2296,
dan nilai standar deviasi sebesar 3,67172.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan analisis regresi linear berganda diperlukan beberapa
asumsi agar model regresi linear berganda layak untuk digunakan. Adapun
asumsi-asumsi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedasitas, dan uji autokorelasi.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear berganda, variabel bebas dan variabel terikat memiliki distribusi
secara normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
One-Sampel Kolmogorov Smirnov. Penentuan normal atau tidak normalnya suatu
distribusi data dilihat berdasarkan taraf signifikansi dari hasil hitungan. Apabilah
taraf signifikansi berada diatas 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data
39
berdistribusi normal begitu pun sebaliknya, apabila taraf signifikansi berada di
bawah 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Adapun Hasil Uji
Normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean -.1205794
Std. Deviation .10651254
Most Extreme Differences Absolute .055
Positive .055
Negative -.046
Test Statistic .055
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data diolah
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa taraf signifikansinya adalah sebesar
0,200 yang berada diatas 0,05. Hal ini berarti data berdistribusi normal, sehingga
dapat dinyatakan bahwa model penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Pada model ini dinyatakan terbebas dari gangguan
multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance diatas
0,1. Adapun berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini:
40
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .021 .067 .315 .753
LG_X1 .057 .013 .359 4.207 .000 .907 1.102
LG_X2 .018 .017 .095 1.084 .281 .862 1.160
LG_X3 -.183 .047 -.334 -3.854 .000 .880 1.137
LG_X4 -.138 .043 -.290 -3.230 .002 .819 1.220
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Data diolah
Pada tabel diatas menunjukan bahwa semua nilai tolerance berada diatas
0,1 dan juga semua nilai VIF berada dibawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat gejala multikolinearitas pada model dalam penelitian ini.
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas
Suatu model regresi yang baik yaitu yang homokedastisitas atau dengan kata lain
tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk menguji apakah ada atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot (Scatterplot) antara
ZRESID dengan ZPRED yang dimana akan tampak gangguan heterokedastisitas
dengan adanya pola tertentu pada grafik plot. Berikut ini merupakan hasil uji
heterokedastisitas pada model dalam penelitian ini:
41
Gambar 4.1
Hasil Uji Heterokedastis
Sumber: Data diolah
Pada gambar diatas memperlihatkan bahwa penyebaran residu cenderung
tidak teratur, dan juga terdapat beberapa plot yang berpencar serta tidak terlihat
pola tertentu. Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
heterokedastisitas pada model dalam penelitian ini.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Pada uji autokorelasi mempunyai tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (periode sebelumnya). Autokorelasi timbul karena adanya observasi
yang berurutan sepanjang waktu dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah ini
42
muncul karena adanya residul atau kesalahan pengganggu yang tidak bebab dari
satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik yaitu regresi yang
bebas dari autokorelasi. Autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan
pengujian Durbin Watson (DW). Apabila nilai DW > DU dan (4-DW) > DU,
maka tidak terdapat autokorelasi atau bisa dijabarkan sebagai berikut: (4-DW) >
DU > DW. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian Durbin Watson (DW):
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .633a .400 .374 .08427375 2.172
a. Predictors: (Constant), LG_X4, LG_X1, LG_X3, LG_X2
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel Durbin Watson pada signifikasi 5% dengan jumlah
sampel penelitian sebanyak 96 dan jumlah variabel independen 4, maka diperoleh
nilai Durbin Upper (du)=1,7553 dan nilai Durbin Lower (dl)=1,5821. Pada tabel
hasil uji autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson (dw)=2.172 dimana lebih
besar dari batas du. Maka (4-dw=2,168) > du = 1,7553 < dw = 2,172 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4.2.3 Analisis Regresi Linier
Pada pengujian analisis regresi linier berganda untuk menjelaskan
seberapa besar pengaruh Related Party Transaction Piutang, Related Party
Transaction Hutang, Intensitas Aset Tetap, dan Intensitas Aset Tetap Terhadap
43
penghindaran pajak. Hasil pengujian analisis regresi linier berganda adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Linier
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .021 .067 .315 .753
LG_X1 .057 .013 .359 4.207 .000
LG_X2 .018 .017 .095 1.084 .281
LG_X3 -.183 .047 -.334 -3.854 .000
LG_X4 -.138 .043 -.290 -3.230 .002
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Data diolah
Dari tabel diatas dapat dirumuskan persamaan regresi untuk mengetahui
pengaruh RPT Piutang, RPT Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan
terhadap penghindaran pajak.
Y= α + (β1X1+ β2X2 + β3X3 + β3X4 + e)
ETR = 0,021 + (0,359 X1 + 0,095 X2 – 0,334 X3 - 0,290 X4) + e
Dari tabel hasil uji regresi linear di atas, diperoleh nilai konstanta 0,021.
Hal ini berarti jika variabel Related Party Transaction Piutang, Related Party
Transaction Hutang, intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan dianggap
konstan maka nilai variabel dependen penghindaran pajak akan sebesar 0,021.
1. Variabel Related Party Transaction Piutang memiliki nilai koefisien sebesar
0,359 dengan arah positif. Ini berarti jika nilai Related Party Transaction
44
Piutang mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan
penghindaran pajak sebesar 0,359 satuan.
2. Variabel Related Party Transaction Hutang memiliki nilai koefisien sebesar
0,095 dengan arah positif. Ini berarti jika nilai Related Party Transaction
Hutang mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan
penghindaran pajak sebesar 0,095 satuan.
3. Variabel Intensitas aset tetap (X3) memiliki nilai koefisien sebesar - 0,334
dengan arah negatif. Ini berarti jika intensitas aset tetap mengalami kenaikan
sebesar 1 satuan maka akan menurunkan penghindaran pajak sebesar 0,334
satuan.
4. Variabel intensitas persediaan (X4) memiliki nilai koefisien sebesar -0,290
dengan arah negatif. Ini berarti jika intensitas persediaan mengalami kenaikan
sebesar 1 satuan maka akan menurunkan penghindaran pajak sebesar 0, 290
satuan.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
4.2.4.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji T)
Uji signifikasi parsial atau uji T merupakan pengujian yang dilakukan
untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial atau secara individu
terhadap variabel terikat. Adapun berikut ini merupakan hasil dari uji T serta taraf
signifikasinya dalam penelitian ini:
45
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .021 .067 .315 .753
LG_X1 .057 .013 .359 4.207 .000
LG_X2 .018 .017 .095 1.084 .281
LG_X3 -.183 .047 -.334 -3.854 .000
LG_X4 -.138 .043 -.290 -3.230 .002
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji statistik T diatas pengujian hipotesis dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Related Party Transaction Piutang terhadap penghindaran
pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel RPT Piutang
berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini
ditunjukkan dari nilai signifikasi sebesar 0,000 atau < 0,05. Maka dapat di
simpulkan bahwa H1 dalam penelitian ini “Related Party Transaction Piutang
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak” diterima.
2. Pengaruh Related Party Transaction Hutang terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel Related Party
Transaction Hutang tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini
ditunjukkan dari nilai signifikan sebesar 0,281 atau > 0,05. Maka dapat
46
disimpulkan bahwa H2 dalam penelitian ini “Related Party Transaction
Hutang berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak “ ditolak.
3. Pengaruh intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel intensitas aset tetap
berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini
ditunjukkan dari nilai signifikan sebesar 0,000 atau < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa H3 dalam penelitian ini “Intensitas aset tetap berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak” diterima.
4. Pengaruh intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel intensitas persediaan
berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini
ditunjukkan dari nilai signifikasi sebesar 0,002 atau < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa H4 dalam penelitian ini “Intensitas persediaan berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak” diterima.
Berdasarkan tabel distribusi t dengan nilai signifikasi 0,025 (0.05:2) dan nilai
df = 91 maka diperoleh nilai t tabel = 1,98638. Apabila nilai t hitung lebih > t
tabel maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan
sebalikanya apabila t hitung < t tabel maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
47
1. Pengaruh Related Party Transaction Piutang terhadap penghindaran
pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t hitung Related Party
Transaction Piutang senilai 4,207 > t tabel = 1,98638. Hal ini berarti bahwa
Related Party Transaction Piutang berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
2. Pengaruh Related Party Transaction Hutang terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t hitung Related Party
Transaction hutang senilai 1,084 < t tabel = 1,98638. Hal ini berarti bahwa
Related Party Transaction hutang tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
3. Pengaruh intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t hitung intensitas aset tetap
senilai 3,854 > t tabel = 1,98638. Hal ini berarti bahwa intensitas aset tetap
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
4. Pengaruh intensitas persediaan terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t hitung intensitas persediaan
senilai 3,230 > t tabel = 1,98638. Hal ini berarti bahwa intensitas persediaan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak
4.2.4.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji signifikasi simultan atau uji F digunakan untuk melihat pengaru dari
keempat variabel beba (independen) terhadap variabel terikat (independen).
Berikut ini merupakan hasil dari uji F:
48
Tabel 4.8
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .431 4 .108 15.189 .000b
Residual .646 91 .007
Total 1.078 95
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
b. Predictors: (Constant), LG_X1, LG_X4, LG_X3, LG_X2
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji statistik F menunjukkan bahwa nilai F yang
diperoleh sebesar 15.189 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi
yang diperoleh sebesar 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa variabel independen
yaitu RPT Piutang, RPT Hutang, Intensitas aset tetap, dan Intensitas persediaan
secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu penghindaran pajak.
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi
Pada pengujian koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya. Nilai
koefisien determinasi yaitu antara nol dan satu. Hasil perhitungan nilai R serta
koefisien determinasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4.9
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .633a .400 .374 .08427375
a. Predictors: (Constant), LG_X4, LG_X1, LG_X3, LG_X2
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Data diolah
49
Berdasarkan tabel uji koefisien determinasi diperoleh nilai R sebesar 0,633
dan koefisien determinasi sebesar 0,400. Terlihat bahwa kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan varians variabel terikat terbatas yaitu hanya sebesar
40%. Sedangkan 60% lainnya dijelaskan oleh varians variabel lain.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Faktor Related Party Transaction Piutang
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, Related Party Transaction Piutang
berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darma (2019) yang menyatakan
bahwa Related Party Transaction Piutang secara signifikan tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Menurut hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa
hasil mendukung teori. Dimana pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
terbukti melakukan transaksi Related Party Transaction Piutang yang tidak
wajar.
Piutang hubungan istimewa biasanya muncul dari transaksi penjualan
kredit kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. Piutang hubungan
istimewa terjadi karena adanyan peminjaman dana, dan juga karena transaksi
penyerahan barang maupun jasa. Transaksi piutang hubungan istimewa dilakukan
karena adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
yang membuat piutang tersebut menjadi tidak wajar.
Dalam teori agensi, manajer akan berupaya sehingga tidak melakukan
piutang, agar laba yang diperoleh perusahaan tidak berkurang. Disisi lain, manajer
50
akan melakukan piutang agar laba yang diperoleh perusahaan menjadi kecil dan
akan mengurangi pajak yang akan dibayarkan perusahaan.
4.3.2 Faktor Related Party Transaction Hutang
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, Related Party Transaction Hutang
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darma (2019) yang menyatakan bahwa Related
Party Transaction Hutang secara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak. Hal ini menunjukan bahwa hasil penelitian tidak mendukung
teori. Dimana para pihak berelasi tidak terbukti melakukan Related Party
Transaction Hutang yang tidak wajar, sehingga dapat mengurangi pajak yang
akan dibayarkan.
Hutang hubungan istimewa merupakan transaski yang terjadi antara pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa mengakibatnya adanya hutang hubungan
istimewa. Hutang hubungan istimewa timbul karena adanya transaksi penyerahan
barang maupun jasa. Transaksi hutang tersebut timbul karena adanya kesepakatan
antara pihak yang memiliki hubungan istmewa, yang membuat hutang tersebut
menjadi tidak wajar. Yang dimaksud tidak wajar disini yaitu pihak berelasi
sengaja melakukan hutang sehingga dalam pemabagian deviden kepada kepada
pemegang saham menjadi lebih kecil dan laba juga menjadi rendah.
Apabila dikaitkan dengan teori agensi, manajer perusahaan akan berusaha
untuk mengurangi hutang sehingga nantinya tidak akan mengurangi laba
perusahaan. Disisi lain, untuk mengurangi beban pajak perusahaan manajer akan
51
melakukan hutang hubungan istimewa agar laba yang diperoleh menjadi rendah
dan akan menekan beban pajak perusahaan.
4.3.3 Faktor Intensitas Aset Tetap
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, intensitas aset tetap memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Aprilina (2017) yang
menyatakan bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penghindaran pajak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dharma dan
Ardiana (2016) menyatakan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian
mendukung teori. Dimana terbukti bahwa intensitas aset tetap dapat
mempengaruhi laba yang dipeoleh sehingga pajak yang dibayar akan rendah.
Intensitas aset tetap dalam suatu perusahaan menunjukkan proporsi aset
tetap perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Aset tetap ini
seperti bangunan, mesin, peralatan, serta aset tetap lainnya. Dalam mengukur
intensitas aset tetap suatu perusahaan dilakukan dengan membandingkan total aset
tetap dengan total aset. Dalam teori agensi, manajer berupaya untuk
meminimalisir biaya depresiasi, sehingga tidak megurangi laba. Namun untuk
mengurangi pajak yang akan dibayar, manajer akan menginvestasikan dana yang
menganggur pada perusahaan dalam bentuk aset tetap, yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dalam rupa depresiasi yang nantinya akan mengurangi
pajak.
52
4.3.4 Faktor Intensitas persediaan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, intensitas persediaan memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh fajar dan noviari (2015) menyatakan bahwa intensitas persediaan
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil penelitian mendukung teori. Dimana intensitas persediaan dapat
mempengaruhi laba sehingga pajak yang dibayar rendah.
Intensitas persediaan menunjukkan besarnya perputaran persediaan yang
terjadi selama periode berjalan. Dalam PSAK No.4 tentang biaya yang
dimunculkan dari total persediaan yang kemudian diakui sebagai beban yang
dapat mengurangi laba, sehingga perusahaan mengharapkan pajak yang dibayar
akan rendah. Ardyansah (2014) menyatakan bahwa intensitas persediaan adalah
bagian dari capital intensity ratio yang merupakan aktivitas perusahaan yang
dikaitkan dengan investasi dalam persediaan.
Berdasarkan teori agensi, manajer sebagai agen akan berupaya untuk
memperkecil beban yang muncul dari banyaknya persediaan sehingga tidak
mengurangi laba yang diperoleh peusahaan. Selain itu, manajer juga akan
berupaya memperbesar biaya tambahan yang terpaksa di tanggung agar dapat
memperkecil pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh transaksi
hubungan istimewa (Related Party Transaction Piutang dan Related Party
Transaction Hutang), intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan terhadap
penghindaran pajak pada perusahaan Maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2016-2018 dengan sampel 36 perusahaan. Sesuai dengan
hasil yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil Uji statistik F ( Uji Simultan / Keseluruhan ) bahwa Related
Party Transaction Piutang, Related Party Transaction Hutang, Intensitas aset
tetap, Intensitas persediaan berpengaruh secara bersama-sama terhadap
Penghindaran pajak.
2. Berdasarkan hasil Uji T (Uji Parsial ) bahwa Related Party Transaction
Piutang, Intensitas aset tetap, Intensitas persediaan berpengaruh secara
signifikan terhadap Penghindaran pajak. Sedangkan Related Party Transaction
Hutang tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
3. Berdasarkan hasil Uji R Square bahwa penghindaran pajak dapat dijelaskan
oleh Related Party Transaction Piutang, Related Party Transaction Hutang,
Itensitas aset tetap, dan intensitas persediaan sebesar 40% dan masih terdapat
60% varians variabel terikat yang belum dijelaskan dalam penelitian ini.
54
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang bisa dijadikan
sebagai untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Jumlah sampel yang masih terbatas, yaitu hanya pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode penelitian hanya selama 3 tahun yaitu dari tahun 2016-2018.
5.3 Saran
1. Penelitian mengenai penghindaran pajak ini dapat dikembangkan lagi
dengan meneliti di luar variabel penelitian ini atau di luar kriteria ini.
2. Periode waktu yang digunakan lebih diperpanjang agar hasil yang
didapatkan lebih baik.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ardyansah, Danis. 2014. “Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital
Intensity Ratio dan Komisaris Independen Terhadap Ffective Tax Rate
(ETR)”. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro:
Semarang.
Aziza, Khalidah. 2016. “Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Biaya Hutang
Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015”. Skripsi Thesis, Airlangga University.
Belinda, Clarissa. 2016. “Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa Sebagai
Strategi Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2014”. Skripsi. Universitas Katolik Widya
Mandala: Surabaya.
Darmadi, I. N. H., dan Zulaikha. 2013. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Manajemen Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada
Tahun 2011-2012”. Jurnal Akuntansi UNDIP, Vol. 2, No. 4, Oktober:
1-12.
Dyreng, Scott D., dkk. 2008. Long-Run Corporate Tax Avoidance,The
Accounting Review 83 (1): 61–82.
Djari, Stefanny. 2016. “Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa Terhadap Tarif
Pajak Efektif Pada Perusahaan Pertambangan Di Bei Tahun 2010-
2014”. Skripsi. Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya.
Darussalam dan Septiadi, .D.2008. Upayah Menangkal Praktik Penghindaran
Pajak,(http://accountingcommunity.blogspot.co.id/2008/05/upayamena
ngkal-praktik-penghindaran.html).
Erlina.2011. Metodologi Penelitian : Untuk Akuntansi, USU PRESS, Medan.
Fransiska, dan Lestari, J.S. 2014. “Pengaruh Transaksi Pihak-Pihak Istimewa
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Gusnardi. 2009. “Penetapan Harga Transfer Dalam Kajian Perpajakan”. Jurnal
Pendidikan, ekonomi dan bisnis, Vol. 1, No. 1: 36-43.
56
Handayani, I.R. 2014. “Analisis Pengaruh Pembelian dan Penjualan Kepada Pihak
Yang Berelasi Dan Tidak Berelasi Terhadap Laba Bersih Pada Industri
Otomotif dan Komponennya”. Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol 4, No. 1.
Handayani, D.2013. “Pengaruh Kecakapan Manajerial, Set Kesempatan investasi
dan Kepemilikan Pemerintah Terhadap Tarif Pajak Efektif”. Jurnal
Akuntansi Keuangan dan Bisnis, Vol 6: 26-35.
Herman, R. Y. 2013. “Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Istimewa Di
Sekitar Penawaran Saham Perdana”. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro: Semarang.
Hardianti, E. P. 2014. “Analisis Tindakan Penghindaran Pajak Pada Perusahaan
Yang Mempunyai Koneksi Politik (Studi Pada Perusahaan BUMN
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)”. Jurnal.
Universitas Negeri Surabaya.
Hanlon, Michelle dan Shane Heitzman. 2010. A Review of Tax Research. Journal
of Accounting and Economics, (50), pp:127-178
https://www.e-akuntansi.com/tax-avoidance-penghindaran-pajak/
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Jehsen, Michael C. & W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Jounal of Financial
Econemics 3. pp. 305-360.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Meilinda. 2013. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Pajak”.
Jurnal keuangan dan akuntansi. Vol.2. No.3. ISSN. 2337-3806.
Mulyani, Tri. 2017. “Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Intensitas Persediaan Terhadap Tax Avoidance”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Noor, R.M., Fadzillah, N.S., dan Matsuki, N. 2010. “Corporate Tax Planning A
Study On Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed
Companies”. International Journal of Trade, Economics, and Finance.
Puwanti, S. M., dan Listya Sugiyanti. 2017. “Pengaruh Intensitas Aset Tetap,
Pertumbuhan Penjualan Dan koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance”.
Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan. Unversitas Pamulang:
Tanggerang.
57
Panjalusman, Erik Nugraha, dan Audita Setiawan. 2018. “Pengaruh Transfer
Pricing Terhadap Penghindaran Pajak”. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Dan Keuangan Vol. 6, No. 2. Universitas Sangga Buana, Bandung:
Indonesia.
Putu, I. B., dan Naniek Noviari. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas
Persediaan Dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat Agresivitas Wajib
Pajak Badan”. Skripsi. Universitas Udayana: Bali.
Resmi,S. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sundari, Novi, dan Vita Aprilina. 2017. “Pengaruh Konservatisme Akuntansi,
Intensitas Aset Tetap, Kompensasi Rugi Fiskal Dan Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance”. JRAK Vol.8 No.1. Universitas
Islam 45: Bekasi.
Sapta setia darma. 2019. “Pengaruh Related Party Transaction Dan Thin
Capitalization Terhadap Strategi Penghindaran Pajak”. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Vol. 7, No. 1. Universitas Pamulang.
Sujarweni, Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta: Pustakabarupress.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV
Suandy, E. 2011. Hukum Pajak Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat
www.idx.co.id
Yuniasih., N.W., Rasmini., N.K., dan Wirakusuma, M.G. 2012. “Pengaruh Pajak
dan Tunneling Incentive Pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan
Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia”. E-Jurnal
Universitas Udayana.
Zubaidah, Lilik, dan Made, D. S. 2018. “Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa
Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Sektor Non Keuangan Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2012-2015”. Jurnal. Universitas Negeri
Surabaya.
58
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Daftar populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2016-2018
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
3 SMCB Holcim Indonesia Tbk
4 SMGR Semen Indonesia Tbk
5 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
7 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
8 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
9 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
10 MLIA Mulia Idustrindo Tbk
11 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
12 ALKA Alaska Industrindo Tbk
13 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
14 BAJA Saranacentral bajatama Tbk
15 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
16 CTBN Citra Turbindo Tbk
17 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
18 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
19 ISSP Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk
20 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
21 KRAS Krakatau Steel Tbk
22 LION Lion Metal Works Tbk
23 LMSH Lionmesh Prima Tbk
24 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
25 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
26 TBMS Tembaga Mulia semanan Tbk
27 BRPT Barito Pasific Tbk
28 BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk
29 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
30 EKAD Ekadharma International Tbk
31 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
32 INCI Intan Wijaya International Tbk
33 SRSN Indo Acitama Tbk
59
34 TPIA Chandra Asri Petrochemical
35 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
36 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
37 APLI Asiaplast Industries Tbk
38 BRNA Berlina Tbk
39 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk
40 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
41 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
42 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
43 TALF Tunas Alfin Tbk
44 TRST Trias Sentosa Tbk
45 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
46 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
47 MAIN Malindo Feedmill Tbk
48 SIPD Sierad Produce Tbk
49 SULI SLJ Global Tbk
50 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
51 ALDO Alkindo Naratama Tbk
52 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
53 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
54 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
55 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
56 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
57 SPMA Suparma Tbk
58 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
59 AMIN Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk
60 KRAH Grand Kartech Tbk
61 ASII Astra International Tbk
62 AUTO Astra Otoparts Tbk
63 BOLT Garuda Metalindo Tbk
64 BRAM Indo Kordsa Tbk
65 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
66 GJTL Gajah Tunggal Tbk
67 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
68 INDS Indospring Tbk
69 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
70 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
71 NIPS Nipress Tbk
72 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
73 SMSM Selamat Sempurna Tbk
74 ADMG Polychem Indonesia Tbk
60
75 ARGO Argo Pantes Tbk
76 CNTX Century Textile Industry Tbk
77 ERTX Eratex Djaja Tbk
78 ESTI Ever Shine Tex Tbk
79 HDTX Panasia Indo Resources Tbk
80 INDR Indo Rama Synthetics Tbk
81 MYTX Asia Pacific Investama Tbk
82 PBRX Pan Brothers Tbk
83 POLY Asia Pacific Fibers Tbk
84 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
85 STAR Star Petrochem Tbk
86 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk
87 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk
88 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
89 TRIS Trisula International Tbk
90 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
91 BATA Sepatu Bata Tbk
92 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
93 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
94 JECC Jembo Cable Company Tbk
95 KBLI KMI Wire & Cable Tbk
96 KBLM Kabelindo Murni Tbk
97 SCCO Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk
98 VOKS Voksel Electric Tbk
99 PTSN Sat Nusapersada Tbk
100 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
101 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
102 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
103 DLTA Delta Djakarta Tbk
104 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
105 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
106 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
107 MYOR Mayora Indah Tbk
108 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
109 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
110 SKBM Sekar Bumi Tbk
111 SKLT Sekar Laut Tbk
112 STTP Siantar Top Tbk
113 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk)
114 GGRM Gudang Garam Tbk
115 HMSP Hanjaya MandalaSampoerna Tbk
61
116 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
117 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
118 INAF Indofarma Tbk
119 KAEF Kimia Farma Tbk
120 KLBF Kalbe Farma Tbk
121 MERK Merck Indonesia Tbk
122 PYFA Pyridam Farma Tbk
123 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
124 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
125 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
126 ADES Akasha Wira International Tbk
127 KINO Kino Indonesia Tbk
128 MBTO Martina Berto Tbk
129 MRAT Mustika Ratu Tbk
130 UNVR Unilever Indonesia Tbk
131 CINT Chitose International Tbk
132 KICI Kedaung Indah Can Tbk
133 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
62
LAMPIRAN 2
Daftar perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
KRITERIA
1 2 3 4
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk X √ √ √
2 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk √ √ √ √ sampel 1
3 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √ √ √ sampel 2
4 SMGR Semen Indonesia Tbk x √ √ √
5 WTON Wijaya Karya Beton Tbk √ √ √ √ sampel 3
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk √ √ √ √ sampel 4
7 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk √ √ √ √
8 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk x √ √ √
9 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk √ √ √ √
10 MLIA Mulia Idustrindo Tbk x √ √ x
11 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk x √ √ √
12 ALKA Alaska Industrindo Tbk x √ √ √
13 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk √ √ √ √ sampel 5
14 BAJA Saranacentral bajatama Tbk √ √ √ √ sampel 6
15 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk x √ √ √
16 CTBN Citra Turbindo Tbk √ √ √ x
17 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk x √ √ √
18 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ √ sampel 7
19 ISSP Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk √ √ √ √ sampel 8
20 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk x √ √ √
21 KRAS Krakatau Steel Tbk √ √ √ x
22 LION Lion Metal Works Tbk x √ √ √
23 LMSH Lionmesh Prima Tbk x √ √ √
24 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk x x √ x
25 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk x √ √ √
26 TBMS Tembaga Mulia semanan Tbk x √ √ x
27 BRPT Barito Pasific Tbk x √ √ x
28 BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk x √ √ √
29 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk x √ √ √
30 EKAD Ekadharma International Tbk x √ √ √
31 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk x √ √ √
32 INCI Intan Wijaya International Tbk x √ √ √
33 SRSN Indo Acitama Tbk x √ √ √
34 TPIA Chandra Asri Petrochemical √ √ √ x
35 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk √ √ √ x
36 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk x √ √ √
63
37 APLI Asiaplast Industries Tbk x √ √ √
38 BRNA Berlina Tbk x √ √ √
39 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk √ √ √ x
40 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk x √ √ √
41 IMPC Impack Pratama Industri Tbk x √ √ √
42 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk x √ √ x
43 TALF Tunas Alfin Tbk x √ √ √
44 TRST Trias Sentosa Tbk x √ √ √
45 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk x √ √ √
46 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk x √ √ √
47 MAIN Malindo Feedmill Tbk √ √ √ √ sampel 9
48 SIPD Sierad Produce Tbk x √ √ √
49 SULI SLJ Global Tbk x √ √ x
50 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk x √ √ √
51 ALDO Alkindo Naratama Tbk √ √ √ √ sampel 10
52 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk x √ √ √
53 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk x √ √ x
54 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ √ x
55 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk x √ √ √
56 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk x √ √ √
57 SPMA Suparma Tbk x √ √ √
58 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk x √ √ x
59 AMIN Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk x √ √ √
60 KRAH Grand Kartech Tbk x √ √ √
61 ASII Astra International Tbk x √ √ √
62 AUTO Astra Otoparts Tbk √ √ √ √ sampel 11
63 BOLT Garuda Metalindo Tbk √ √ √ √ sampel 12
64 BRAM Indo Kordsa Tbk √ √ √ x
65 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ x
66 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ sampel 13
67 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √ √ √ sampel 14
68 INDS Indospring Tbk x √ √ √
69 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk x √ √ x
70 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk x √ √ x
71 NIPS Nipress Tbk x √ √ √
72 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk x √ √ √
73 SMSM Selamat Sempurna Tbk √ √ √ √ sampel 15
74 ADMG Polychem Indonesia Tbk x √ √ x
75 ARGO Argo Pantes Tbk √ √ √ x
76 CNTX Century Textile Industry Tbk √ √ √ x
77 ERTX Eratex Djaja Tbk x √ √ x
64
78 ESTI Ever Shine Tex Tbk x √ √ x
79 HDTX Panasia Indo Resources Tbk x √ √ √
80 INDR Indo Rama Synthetics Tbk √ √ √ x
81 MYTX Asia Pacific Investama Tbk x √ √ √
82 PBRX Pan Brothers Tbk x √ √ x
83 POLY Asia Pacific Fibers Tbk x √ √ x
84 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ √ √ sampel 16
85 STAR Star Petrochem Tbk x √ √ √
86 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk x √ √ x
87 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk √ √ √ x
88 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk x √ √ √
89 TRIS Trisula International Tbk √ √ √ √ sampel 17
90 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk x √ √ √
91 BATA Sepatu Bata Tbk x √ √ x
92 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk x √ √ √
93 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk x √ √ √
94 JECC Jembo Cable Company Tbk √ √ √ √ sampel 18
95 KBLI KMI Wire & Cable Tbk x √ √ √
96 KBLM Kabelindo Murni Tbk x √ √ √ Sampel 19
97 SCCO Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk x √ √ √
98 VOKS Voksel Electric Tbk √ √ √ √ sampel 20
99 PTSN Sat Nusapersada Tbk x √ √ X
100 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk x √ √ √
101 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk x √ √ √
102 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √ sampel 21
103 DLTA Delta Djakarta Tbk x √ √ √
104 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ sampel 22
105 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ sampel 23
106 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √ sampel 24
107 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ √ sampel 25
108 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk x √ √ √
109 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk √ √ √ √ sampel 26
110 SKBM Sekar Bumi Tbk x √ √ √
111 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ sampel 27
112 STTP Siantar Top Tbk x √ √ √
113 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk x √ √ √
114 GGRM Gudang Garam Tbk x √ √ √
115 HMSP Hanjaya MandalaSampoerna Tbk √ √ √ √ sampel 28
116 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk x √ √ √
117 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ √ sampel 29
65
118 INAF Indofarma Tbk x √ √ x
119 KAEF Kimia Farma Tbk √ √ √ √ sampel 30
120 KLBF Kalbe Farma Tbk √ √ √ √ sampel 31
121 MERK Merck Indonesia Tbk x √ √ √
122 PYFA Pyridam Farma Tbk x √ √ √
123 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk x √ √ √
124 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk x √ √ √
125 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk x √ √ √
126 ADES Akasha Wira International Tbk x √ √ √
127 KINO Kino Indonesia Tbk x √ √ √
128 MBTO Martina Berto Tbk x √ √ √
129 MRAT Mustika Ratu Tbk x √ √ √
130 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ √ √ sampel 32
131 CINT Chitose International Tbk √ √ √ √
132 KICI Kedaung Indah Can Tbk x √ √ √
133 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk x √ √ √
66
LAMPIRAN 3
Daftar perusahaan yang menjadi sampel
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk
3 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
6 BAJA Saranacentral bajatama Tbk
7 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
8 ISSP Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk
9 MAIN Malindo Feedmill Tbk
10 ALDO Alkindo Naratama Tbk
11 AUTO Astra Otoparts Tbk
12 BOLT Garuda Metalindo Tbk
13 GJTL Gajah Tunggal Tbk
14 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
15 SMSM Selamat Sempurna Tbk
16 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
17 TRIS Trisula International Tbk
18 JECC Jembo Cable Company Tbk
19 KBLM Kabelindo Murni Tbk
20 VOKS Voksel Electric Tbk
21 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
22 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
23 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
24 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
25 MYOR Mayora Indah Tbk
26 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
27 SKLT Sekar Laut Tbk
28 HMSP Hanjaya MandalaSampoerna Tbk
29 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
30 KAEF Kimia Farma Tbk
31 KLBF Kalbe Farma Tbk
32 UNVR Unilever Indonesia Tbk
67
LAMPIRAN 4
HASIL PERHITUNGAN ETR
KODE PEUSAHAAN TAX EXPENSE PRETAX INCOME ETR
SMBR 90,190,025 349,280,550 0.258216568
SMCB 112,552 172,032 0.654250372
WTON 58,691,974,024 340,840,053,867 0.172197995
AMFG 88,117 348,561 0.252802235
ALMI 8,890,501,302 91,041,353,107 0.09765344
BAJA 19,199,403,477 53,592,758,567 0.358246226
INAI 22,544,497,747 58,097,472,991 0.388046099
ISSP 36,224 139,149 0.260325263
MAIN 69,261,085 281,221,622 0.246286486
ALDO 8,617,820,135 33,847,325,358 0.2546086
AUTO 165,486 648,907 0.255022677
BOLT 42,077,964,813 153,740,750,645 0.273694285
GJTL 199,386 825,947 0.241402899
IMAS 86,113,706,162 226,767,299,622 0.379744815
SMSM 156,016 658,208 0.237031455
RICY 9,329,017,013 23,362,443,532 0.399316835
TRIS 22,734,275,933 47,947,291,257 0.474151414
JECC 43,002,354 175,425,515 0.245131696
KBLM 14,689,067,757 34,528,844,006 0.425414409
VOKS 64,297,950,713 224,343,824,106 0.286604505
CEKA 36,130,823,829 285,827,837,455 0.126407645
ICBP 1,357,953 4,989,254 0.27217556
INDF 2,532,747 7,385,228 0.342947706
MLBI 338,057 1,320,186 0.256067706
MYOR 457,007,141,573 1,845,683,269,238 0.247608649
ROTI 89,639,472,867 369,416,841,698 0.242651289
SKLT 4,520,085,462 25,166,206,536 0.179609329
HMSP 4,249,218 17,011,447 0.249785806
DVLA 62,333,656 214,417,056 0.290712209
KAEF 111,427,977,007 383,025,924,670 0.290914974
KLBF 740,303,526,679 3,091,188,460,230 0.239488319
UNVR 2,181,213 8,571,885 0.2544613
68
HASIL PERHITUNGAN RPT PIUTANG
KODE PERUSAHAAN RPT PIUTANG TOTAL ASET SPECREC
SMBR 1,084,474 4,368,876,996 0.000248227
SMCB 17,349 19,763,133 0.000877847
WTON 415,967,274,222 4,663,078,318,961 0.089204437
AMFG 246,097 5,504,890 0.044705162
ALMI 42,747,243,457 2,153,030,503,531 0.019854453
BAJA 13,276,701,961 982,626,956,424 0.013511437
INAI 3,423,075,342 1,339,032,413,455 0.00255638
ISSP 21,279 6,041,811 0.003521957
MAIN 70,442,011 3,826,862,840 0.018407247
ALDO 6,434,893,393 410,330,576,602 0.015682218
AUTO 564,524 14,612,274 0.038633549
BOLT 3,693,320,866 1,206,089,567,283 0.003062228
GJTL 1,383,485 18,697,779 0.073991943
IMAS 291,098,274,614 25,633,342,258,679 0.011356236
SMSM 55,140 2,254,740 0.024455148
RICY 63,759,867,322 1,288,683,925,066 0.049476731
TRIS 47,947,291,257 639,701,164,511 0.07495264
JECC 88,753,865 1,587,210,576 0.055918141
KBLM 53,012,662,403 639,091,366,917 0.082950052
VOKS 46,135,521,300 1,668,210,094,478 0.027655702
CEKA 130,991,926,631 1,425,964,152,418 0.091862005
ICBP 2,736,633 28,901,948 0.094686801
INDF 887,206 82,174,515 0.010796608
MLBI 2,734 2,275,038 0.001201738
MYOR 3,941,757,573,221 12,922,421,859,142 0.305032417
ROTI 141,530,530,025 2,919,640,858,718 0.048475322
SKLT 1,497,089,400 568,239,939,951 0.002634608
HMSP 198,168 42,508,277 0.004661869
DVLA 21,342,480 1,531,365,558 0.013936894
KAEF 58,755,829,680 4,612,562,541,064 0.012738219
KLBF 24,593,763,005 15,226,009,210,657 0.001615247
UNVR 417,368 16,745,695 0.024923898
69
HASIL PERHITUNGAN RPT HUTANG
KODE PERUSAHAAN RPT HUTANG TOTAL ASET SPECLIAB
SMBR 67,374,099 4,368,876,996 0.015421377
SMCB 14,528 19,763,133 0.000735106
WTON 47,773,175,022 4,663,078,318,961 0.010244987
AMFG 73,103 5,504,890 0.013279648
ALMI 87,879,086,040 2,153,030,503,531 0.040816461
BAJA 1,431,107,528 982,626,956,424 0.00145641
INAI 5,106,678,249 1,339,032,413,455 0.003813708
ISSP 938 6,041,811 0.000155251
MAIN 30,951,639 3,826,862,840 0.008087993
ALDO 1,023,100,012 410,330,576,602 0.002493356
AUTO 472,754 14,612,274 0.032353212
BOLT 13,431,264,225 1,206,089,567,283 0.011136208
GJTL 375,765 18,697,779 0.020096772
IMAS 772,058,915,477 25,633,342,258,679 0.030119323
SMSM 32,780 2,254,740 0.014538262
RICY 33,101,274,605 1,288,683,925,066 0.025686108
TRIS 7,958,618,720 639,701,164,511 0.012441151
JECC 19,832,604 1,587,210,576 0.012495257
KBLM 205,705,142,698 639,091,366,917 0.321871259
VOKS 13,524,566,981 1,668,210,094,478 0.008107232
CEKA 37,835,858,847 1,425,964,152,418 0.026533527
ICBP 789,463 28,901,948 0.027315218
INDF 573,340 82,174,515 0.006977102
MLBI 4,674 2,275,038 0.002054471
MYOR 37,592,807,764 12,922,421,859,142 0.002909115
ROTI 61,675,545,442 2,919,640,858,718 0.02112436
SKLT 12,537,081,698 568,239,939,951 0.022063007
HMSP 1,302,730 42,508,277 0.030646502
DVLA 2,647,281 1,531,365,558 0.001728706
KAEF 30,340,587,298 4,612,562,541,064 0.006577816
KLBF 59,001,960,214 15,226,009,210,657 0.003875077
UNVR 346,557 16,745,695 0.020695289
70
HASIL PERHITUNG INTENSITAS ASET TETAP
KODE PERUSAHAAN TOTAL ASET TETAP TOTAL ASET 100%
SMBR 3,480,075,405 4,368,876,996 0.796560628
SMCB 16,608,121 19,763,133 0.840358712
WTON 2,219,223,927,235 4,663,078,318,961 0.47591393
AMFG 3,520,207 5,504,890 0.63946909
ALMI 701,939,227,149 2,153,030,503,531 0.326023819
BAJA 220,563,758,390 982,626,956,424 0.22446337
INAI 240,067,780,723 1,339,032,413,455 0.179284518
ISSP 1,984,343 6,041,811 0.328435133
MAIN 1,956,951,734 3,826,862,840 0.511372321
ALDO 111,122,445,703 410,330,576,602 0.270812004
AUTO 3,599,815 14,612,274 0.246355564
BOLT 575,391,836,965 1,206,089,567,283 0.477072228
GJTL 9,130,997 18,697,779 0.488346611
IMAS 3,864,989,875,127 25,633,342,258,679 0.150779787
SMSM 658,258 2,254,740 0.291944082
RICY 332,510,848,915 1,288,683,925,066 0.258023587
TRIS 132,953,556,301 639,701,164,511 0.207836977
JECC 408,722,055 1,587,210,576 0.25750966
KBLM 244,138,597,496 639,091,366,917 0.382008912
VOKS 294,723,998,885 1,668,210,094,478 0.176670792
CEKA 215,976,492,549 1,425,964,152,418 0.151459973
ICBP 7,114,288 28,901,948 0.246152543
INDF 25,701,913 82,174,515 0.312772311
MLBI 1,278,015 2,275,038 0.561755452
MYOR 3,859,420,029,792 12,922,421,859,142 0.298660736
ROTI 1,842,722,492,525 2,919,640,858,718 0.631146974
SKLT 299,674,475,232 568,239,939,951 0.527373129
HMSP 6,988,232 42,508,277 0.164396971
DVLA 404,599,316 1,531,365,558 0.264208186
KAEF 1,006,745,257,089 4,612,562,541,064 0.218261595
KLBF 4,555,756,101,580 15,226,009,210,657 0.29920881
UNVR 9,529,476 16,745,695 0.5690702
71
HASIL PERHITUNGAN INTENSITAS PERSEDIAAN
KODE PERUSAHAAN HARGA POKOK PENJUALAN TOTAL PERSEDIAAN 100%
SMBR 1,011,809,686 174,238,004 5.807055079
SMCB 7,527,537 763,634 9.85751944
WTON 2,977,298,901,593 694,463,252,298 4.287194307
AMFG 2,939,551 957,425 3.070267645
ALMI 2,398,715,233,863 840,062,055,130 2.85540243
BAJA 904,178,426,940 452,203,967,651 1.999492467
INAI 1,111,377,175,714 273,663,610,424 4.061106897
ISSP 2,560,584 2,453,266 1.043744951
MAIN 4,352,648,763 623,565,099 6.9802636
ALDO 554,275,328,517 95,547,717,345 5.801031609
AUTO 10,954,051 1,823,884 6.00589237
BOLT 780,077,072,718 286,099,123,747 2.72659721
GJTL 10,438,263 2,280,868 4.576443266
IMAS 12,383,420,122,230 1,932,266,351,053 6.408754215
SMSM 1,945,735 555,341 3.50367612
RICY 946,369,710,149 501,735,210,108 1.886193536
TRIS 686,698,421,105 187,917,258,688 3.654259465
JECC 1,689,088,200 389,385,675 4.337828298
KBLM 884,704,931,071 153,138,363,028 5.77716069
VOKS 1,549,155,027,093 443,479,179,250 3.493185474
CEKA 3,680,603,252,346 556,574,980,730 6.612951318
ICBP 23,606,755 3,109,916 7.590801488
INDF 47,321,877 8,469,821 5.58711654
MLBI 1,115,567 138,137 8.075801559
MYOR 13,449,537,442,446 2,123,676,041,546 6.333139885
ROTI 1,220,832,597,005 50,746,886,585 24.05729059
SKLT 619,332,040,650 90,312,510,404 6.857655023
HMSP 71,611,981 19,442,023 3.683360574
DVLA 649,918,928 209,777,851 3.098129402
KAEF 3,947,606,932,563 967,326,842,652 4.080944267
KLBF 9,886,262,652,473 3,344,404,151,105 2.956060992
UNVR 19,594,636 2,318,130 8.452777023
72
LAMPIRAN 5
HASIL SPSS
LAMPIRAN UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR 96 .07 .53 .2735 .07986
RPT Piutang 96 .00 .32 .0404 .05929
RPT Hutang 96 .00 .30 .0165 .03167
Intensitas Aset Tetap 96 .14 .83 .3640 .16354
Intensitas Persediaan 96 1.04 24.06 5.2296 3.67172
Valid N (listwise) 96
LAMPIRAN UJI NORMALITAS
73
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean -.1205794
Std. Deviation .10651254
Most Extreme Differences Absolute .055
Positive .055
Negative -.046
Test Statistic .055
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
74
LAMPIRAN UJI MULTIKOLINEARITAS
Uji Multikolinearitas
LAMPIRAN UJI HETEROKEDASTISITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .021 .067 .315 .753
LG_X1 .057 .013 .359 4.207 .000 .907 1.102
LG_X2 .018 .017 .095 1.084 .281 .862 1.160
LG_X3 -.183 .047 -.334 -3.854 .000 .880 1.137
LG_X4 -.138 .043 -.290 -3.230 .002 .819 1.220
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
75
LAMPIRAN UJI AUTOKORELASI
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .633a .400 .374 .08427375 2.172
a. Predictors: (Constant), LG_X4, LG_X1, LG_X3, LG_X2
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
LAMPIRAN UJI ANALISIS REGRESI BERGANDA
Uji Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .021 .067 .315 .753
LG_X1 .057 .013 .359 4.207 .000
LG_X2 .018 .017 .095 1.084 .281
LG_X3 -.183 .047 -.334 -3.854 .000
LG_X4 -.138 .043 -.290 -3.230 .002
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
76
HASIL UJI STATISTIK T
Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .021 .067 .315 .753
LG_X1 .057 .013 .359 4.207 .000
LG_X2 .018 .017 .095 1.084 .281
LG_X3 -.183 .047 -.334 -3.854 .000
LG_X4 -.138 .043 -.290 -3.230 .002
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
HASIL UJI STATISTIK F
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .431 4 .108 15.189 .000b
Residual .646 91 .007
Total 1.078 95
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
b. Predictors: (Constant), LG_X4, LG_X1, LG_X3, LG_X2
77
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .633a .400 .374 .08427375
a. Predictors: (Constant), LG_X4, LG_X1, LG_X3, LG_X2