pengaruh upah minimum, pdrb dan inflasi terhadap ...eprints.ums.ac.id/75800/12/np tika.pdf · kerja...
TRANSCRIPT
PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB DAN INFLASI
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI
JAWA TENGAH TAHUN 2014-2017
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
TIKA CITRA KUMALASARI
B300150042
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB DAN INFLASI TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2014-2017
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
TIKA CITRA KUMALASARI
B300150042
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Muhammad Arif, SE. MEc. Dev
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB DAN INFLASI TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2014-2017
oleh:
TIKA CITRA KUMALASARI
B300150042
Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hari ...........................................
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Dewan Penguji:
1. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Syamsudin, M. M
NIDN: 017025701
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 31 Juli 2019
Penulis
TIKA CITRA KUMALASARI
B300150042
1
PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB DAN INFLASI TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2014-2017
Abstrak
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak terlepas dari masalah masalah
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi
oleh Indonesia adalah pesatnya peningkatan jumlah angkatan kerja. Indonesia yang
merupakan negara berkembang adalah merupakan satu dari banyak negara yang
memiliki masalah mengenai tenaga kerja. Upaya peningkatan penyerapan tenaga
kerja tentunya tidak terlepas dari dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti
upah minimum kabupaten/kota, PDRB dan inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014-2017 baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif kausal dengan pendekatan
kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder 35 Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2014-2017. Analisis yang digunakan adalah analisis
regresi data panel dengan model regresi Random Effect. Data diolah dengan
menggunakan Eviews 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Upah minimum
provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu
sebesar 0,026603, 2) PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja yaitu sebesar 0,004207, 3) Inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 2216,815. Berdasarkan hasil penelitian
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama variabel upah
minimum, PRDB dan inflasi memilki pengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014- 2017. Saran dari
penelitian ini Hendaknya pemerintah menyusun kebijakan pengupahan
sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
pertumbuhan produksi serta meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan pekerja.
Sehingga kebijakan pengupahan akan berorientasi kepada kepentingan seluruh
pihak, Pemerintah hendaknya mendorong penyerapan tenaga kerja di Provinsi
Jawa Tengah dapat dimaksimalkan salah satunya meningkatkan laju
pertumbuhan PDRB di setiap sektor ekonomi. Sehingga dapat meningkatan kualitas
sumber daya manusia sehingga nantinya membentuk pribadi yang kreatif dan siap
pakai. Seharusnya pemerintah memberikan dukungan melalui kebijakan dalam
mengatur inflasi sehingga nantinya dapat mempengaruhi dan memaksimalkan
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah.
Kata Kunci: penyerapan tenaga kerja, upah minimum, produk domestik regional
bruto (PDRB), inflasi
Abstract
Indonesia as one of the developing countries is inseparable from problems related to
employment. The employment problem corrected by Indonesia is an increase in the
number of the workforce. Indonesia which is a developing country is one of many
countries that have problems regarding labor. Efforts to Increase Labor Expenditures
can not be separated from the factors that influence it, such as district / city minimum
2
wages, GRDP and Expenditures on Employment Strengthening in Central Java
Province in 2014-2017 both partially and simultaneously. This research is a type of
research that uses quantitative research. The data used are secondary data of 35
districts / cities in Central Java Province in 2014-2017. The analysis used is panel
data regression analysis with Random Effect regression model. Data is processed
using Eviews 8. The results of the study show that: 1) The minimum number
of provinces that have a positive and significant effect on labor is 0.026603, 2)
Effective and significant GRDP is significant for labor at 0.004207, 3) Attractive
positive inflation and significant effect on labor displacement of 2216,815. Based on
the results of the research taken taken together with the minimum wage variable,
PRDB and loans have a positive and significant influence on the workforce in
Central Java Province in 2014-2017. Suggestions from this research The
government should formulate a wage decision policy to increase work productivity
and increase production and increase workers' understanding and welfare. Regarding
wage policy will be oriented to the interests of all parties, the Government takes over
the driving force of work in Central Java Province can be maximized, one of
which is increasing the growth of GRDP in each economic sector. So that it can
improve the quality of human resources so that they can form creative and
ready-to-use individuals. The government should provide support through policies
to allow it to increase workforce in Central Java Province.
Keywords: labor force absorption, minimum wage, gross regional domestic Product
(GRDP), inflation
1. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak terlepas dari masalah masalah
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi
oleh Indonesia adalah pesatnya peningkatan jumlah angkatan kerja. Indonesia yang
merupakan negara berkembang adalah merupakan satu dari banyak negara yang
memiliki masalah mengenai tenaga kerja. Masalah yang dimaksud adalah masalah
mengenai tingginya jumlah pengangguran, dimana pengangguran merupakan
masalah yang menghambat proses pembangunan. Masalah ketenagakerjaan adalah
masalah yang sangat luas dan kompleks. Masalah pengangguran muncul sebagai
imbas dari jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan jumlah permintaan
lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengangguran yang jumlahnya bertambah terus
menerus tentunya akan menambah beban perekonomian daerah dan mengurangi
kesejahteraan rakyat (Hadi Sasana, 2009).
Ketidakmampuan negara dalam mengurangi peningkatan angka
pengangguran merupakan masalah yang cukup serius bagi pemerintah dan juga bagi
masyarakat. Perumusan kebijakan yang dapat memberikan dorongan kepada
perluasan lapangan kerja perlu dilakukan agar alat–alat dalam kebijakan ekonomi
3
dapat secara efektif mengurangi pengangguran. Keberhasilan sebuah pemerintahan
dalam hal pembangunan dapat dinilai melalui dari seberapa jauh pemerintah mampu
menciptakan dan menambah lapangan pekerjaan serta mengurangi jumlah
pengangguran, dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang yang baru dan semakin
bertambah akan berdampak pada terserapnya tenaga kerja yang ada sehingga terjadi
peningkatan pendapatan dan peningkatan daya beli yang pada akhirnya juga akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Paramitha Purwanti, 2009).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah
ketenagakerjaan yaitu memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum.
Penerapan kebijakan upah minimum merupakan usaha dalam rangka meningkatkan
upah perkapita pekerja sehingga tingkat upah rata-rata tenaga kerja dapat meningkat.
Selain upah, ada beberapa hal yang juga mendapat perhatian dari pemerintah sebagai
upaya mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yaitu produk domestik regional
bruto dan investasi. Faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau
sektor di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat mempengaruhi
jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat,
maka jumlah nilai tambah output atau penjualan dalam seluruh unit ekonomi disuatu
wilayah akan meningkat.
Gambar 1. Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah 2014-2017
Gambar 1 menunjukkan grafik jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2014-2017. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja di
4
Provinsi Jawa Tengah dari tahun-ketahun mengalami kenaikan dan penurunan yang
cukup signifikan seperti pada tahun 2014 sebesar 16.550.682 jiwa, dan pada tahun
2015 mengalami penurunan sebesar 16.435.142 jiwa, dan kemudian pada tahun 2016
mengalami kenaikan sebesar 16.813.964 jiwa, dan pada tahun 2017 mengalami
kenaikan sebesar 17.186.674 jiwa. Dengan demikian Peningkatan angkatan kerja
menunjukkan penawaran tenaga kerja di dalam pasar bertambah, namun penawaran
tenaga kerja yang bertambah tidak selalu diiringi dengan permintaan tenaga kerja
yang mampu menyerap angkatan kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih
banyaknya pengangguran di Provinsi Jawa Tengah.
1.1 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa
Tengah ?
2) Bagaimana laju pertumbuhan PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa
Tengah ?
3) Bagaimana pengaruh inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah ?
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1) Untuk mengetahui pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di
Jawa Tengah.
2) Untuk mengetahui laju pertumbuhan PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di
Jawa Tengah.
3) Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa
Tengah.
2. METODE
Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Tempat penelitian
yaitu seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah yang secara administratif terdiri dari 29
kabupaten dan 6 kota. Penelitian ini akan menganalisis tingkat penyerapan tenaga
kerja di Provinsi Jawa Tengah dan membahas seberapa besar pengaruhnya terhadap
upah minimum provinsi, pdrb dan inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja tersebut.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dari 2014 hingga tahun
5
2017. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan tipe data panel. Sumber
data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, buku-buku,
serta jurnal penelitian terdahulu. Penyerapan tenaga kerja sebagai variabel dependen
dan Upah minimum, PDRB, dan Inflasi sebagai variabel independen. Menggunakan
alat analisis regresi data panel, penggabungan antara data lintas waktu (time series)
dan data lintas individu (cross section). Parameter model dengan data panel yaitu :
Metode Common-Constant ( Pooled Ordinary Least Square/PLS), Fixed Effect
Model (FEM), Metode Random Effect (Random Effect Model/REM). Uji pemilihan
model dengan hausman test dan chow test, Uji Langrange Multiplier (LM). Uji
Kebaikan Model dengan Uji Statistik F, Uji Validitas Pengaruh (uji-t) Koefisien
Determinan (R-Square).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data Penelitian
Gambar 2 menunjukkan bahwa Penyerapan Tenaga Kerja nilai terendah di tahun
2014 sebanyak 16.550,682 jiwa, dan tahun 2015 sebanyak 16.435.142 jiwa, dan
tahun 2016 sebanyak 16.813.964 jiwa, dan nilai tertinggi di tahun 2017 sebanyak
17.186.674 jiwa.
Gambar 2. Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah 2014-2017
16.550.682
16.435.142
16.813.964
17.186.674
16.000.000
16.200.000
16.400.000
16.600.000
16.800.000
17.000.000
17.200.000
17.400.000
2014 2015 2016 2017
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Gambar 3. menunjukkan bahwa Upah minimum di Provinsi Jawa Tengah
setiap tahunnya mengalami perubahan, di tahun 2014 memiliki jumlah upah
minimum sebanyak Rp. 40.530.930,43, tahun 2015 memiliki jumlah upah minimum
6
sebanyak Rp. 45.307.700,00, tahun 2016 sebanyak Rp. 52.593.353,0 dan tahun 2017
meningkat menjadi Rp. 54.176.707,89.
Gambar 3. Perkembangan Upah Minimum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2017
40.530.930,43
45.307.700,00
52.598.353,00 54.176.707,89
-
10.000.000,00
20.000.000,00
30.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000,00
60.000.000,00
2014 2015 2016 2017
Upah Minimum
Upah Minimum
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Gambar 4 menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi
Jawa Tengah selama kurun waktu 2014-2017 mengalami kenaikan dari tahun
ketahun. Mulai tahun 2014 sebesar Rp. 763.219.714,00 pada tahun 2015 menjadi Rp.
805.107.511,96 di tahun 2016 sebesar Rp. 848.787.702,50 dan pada pada tahun
2017 sebesar Rp. 890.541.783,20.
Gambar 4. Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2017
763.219.714,00
805.107.511,96
848.787.702,50
890.541.783,20
650.000.000,00
700.000.000,00
750.000.000,00
800.000.000,00
850.000.000,00
900.000.000,00
950.000.000,00
2014 2015 2016 2017
PDRB
PDRB
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
7
Gambar 5 menunjukkan bahwa inflasi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014-
2017 mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan seperti pada tahun
2014 sebesar 8,22% dan pada tahun 2015 mengalami sedikit penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar 2,73% dan tahun 2016 sebesar 2,36% kemudian di tahun 2017
mengalami kenaikan sebesar 3,71%.
Grafik 5. Perkembangan Inflasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2017
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
3.2 Hasil Analisis
Tabel 1. Hasil Regresi Data Panel Cross Section
Variabel KoefisienRegresi
PLS FEM REM
C 565977,6 339224,1 334473,6
UMK -0,145048 0,031008 0,026603
PDRB 0,005274 0,003749 0,004207
INF -4929,323 2282,902 2216,815
R2 0,317162 0,995775 0,367047
Adj.R2 0,302099 0,994242 0,353085
F-Statistik 21,05626 649,6583 26,28865
Prob F-Statistik 0,000000 0,000000 0,000000
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Tabel 2. Hasil Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob
Cross-section F 481,802021 (34,102) 0,0000
Cross-section Chi-square 711,917964 34 0,0000
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Kesimpulan, nilai Probabilitas Statistic F 0,0000 (<0,05). Maka H0 ditolak,
sehingga model mengikuti Fixed Effect Model (FEM)
8
Tabel 3 . Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq. d.f Prob
Cross-section random 6,179791 3 0,1032
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Kesimpulan, nilai Probabilitas statistic Chi-Square 0,1032 (>0,05). maka H0
diterima sehingga model mengikuti Random Effect (REM)
Berdasarkan hasil estimasi data panel untuk memilih model yang terbaik
dengan Uji Chow dan Uji Hausman, maka terpilih model yang terbaik yaitu Random
Effect (REM).
Tabel 4. Model Estimasi Random Effect Method
TKit = 334473,6 + 0,026603 UMKit + 0,004207 PDRBit + 2216,815 INFit
(0,0210)** (0,0000)* (0,0033)*
R2 = 0,367046 ; DW-Stat = 1,221150 ; F-Stat = 26,28865 ; Sig. F-Stat =
0,000000
Keterangan : *Signifikan pada α = 0,01; **Signifikan pada α = 0,05; *** Signifikan
pada α = 0,10; Angka dalam kurung adalah probabilitas nilai t-statistik.
Tabel 5. Effect dan Konstanta Cross Section
No Wilayah Effect Konstanta
1 Kab Cilacap -12586,02 347059,62
2 Kab Banyumas 227081,7 357182,3
3 Kab Purbalingga 7110,379 341583,979
4 Kab Banjarnegara 39954,80 374428,4
5 Kab Kebumen 142369.5 476843.1
6 Kab Purworejo -75313,83 409787,43
7 Kab Wonosobo -21182,09 355655,69
8 Kab Magelang 190538,8 525012,4
9 Kab Boyolali 63125,35 397598,95
10 Kab Klaten 117588,0 452061,6
11 Kab Sukoharjo -33335,97 367809,57
12 Kab Wonogiri 70155,90 404629,5
13 Kab Karanganyar -21314,42 355788,02
14 Kab Sragen -6554,909 341028,509
15 Kab Grobogan 262816,9 597290.5
16 Kab Blora 7034,275 341507,875
17 Kan Rembang -104799,7 439273,3
18 Kab Pati 133245,8 467719,4
19 Kab Kudus -222523,7 556997,3
20 Kab Jepara 132921,0 467394,6
21 Kab Demak 84901,88 419375,48
22 Kab Semarang 62688,83 397162,43
23 Kab Temanggung -9269,282 343742,882
24 Kab Kendal -38327,89 372801,49
25 Kab Batang -68936,09 403409,69
26 Kab Pekalongan -23975,67 358449,27
27 Kab Pemalang 135486,8 469960,4
9
28 Kab Tegal 139746,0 474219,6
29 Kab Brebes 293959,1 628432,7
30 Kota Magelang -341653,9 676127,5
32 Kota Surakarta -237995,3 572468,9
32 Kota Salatiga -323061,2 657534,8
33 Kota Semarang -6374,839 340848,439
34 Kota Pekalongan -258306,3 592779,9
35 Kota Tegal -305213,8 639687,4
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Model dikatakan eksis apabila seluruh jumlah variabel independen secara
simultan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(koefisien regresi tidak secara simultan bernilai nol). Uji eksistensi model adalah Uji
F. Dalam penelitian ini formula hipotesisnya yaitu H0 Uji F : H0 : β1 = β2 = β3 = 0;
model yang dipakai tidak eksis dan Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0; maka model yang dipakai
eksis; H0 diterima apabila probabilitas F-statistik > α ; H0 diterima apabila
probabilitas F < α. Pengujiannya adalah probabilitas F-statistik 0,000000 < 0,05,
maka H0 ditolak, kesimpulannya model yang dipakai eksis.
Uji koefisien determinan bertujuan untuk melihat besarnya presentase variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam
model. Hasil estimasi nilai R2
sebesar 0,367047 yang artinya 36,70% variasi variabel
Penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan oleh variabel upah minimum kab/kota,
variabel PDRB, variabel Inflasi. Sisanya 63,30% dipengaruhi oleh variabel-variabel
atau faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen
Variabel T Sig.t Kriteria Kesimpulan
UMK 2,335410 0,0210 <0,05 Signifikan pada α = 0,05
PDRB 5,038835 0,0000 <0,01 Signifikan pada α = 0,01
INF 2,988564 0,0033 <0,01 Signifikan pada α = 0,01
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah
Dari Tabel 6 terlihat nilai p-value, probabilitas atau signifikan empirik
statistik t variabel UMK sebesar 0,0210 (<0,05); variabel PDRB sebesar 0,0000
(<0,01); dan variabel INF memiliki nilai p-value, probabilitas atau signifikansi
sebesar 0,0033 (<0,01). Dari hasil tersebut dapat disimpulkam, variabel upah
minimum kab/kota, variabel PDRB dan variabel Inflasi memiliki pengaruh
signifikan.
10
Berdasarkan uji validitas pengaruh pada Tabel 6 variabel yang memiliki
pengaruh signifikan yaitu variabel Upah Minimum Kab/Kota (UMK), Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Inflasi (INF).
Variabel Upah Minimum (UMK) memiliki koefisien regresi sebesar
0,026603 pola hubungan antara variabel ini adalah linier-linier. Artinya apabila
variabel upah minimum naik 1 Rupiah, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan
mengalami kenaikan terhadap nilai Penyerapan Tenaga Kerja (TK) sebesar 0,026603
jiwa. Sebaliknya, jika Upah Minimum Kabupaten/Kota turun sebesar 1 Rupiah, maka
Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,026603 jiwa.
Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki koefisien
regresi sebesar 0,004207, pola hubungan antara variabel ini adalah linier-linier.
Artinya apabila variabel PDRB naik 1 juta rupiah maka Penyerapan Tenaga Kerja
akan mengalami kenaikan terhadap nilai Penyerapan Tenaga Kerja (TK) sebesar
0,004207 jiwa. Sebaliknya, jika Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) turun 1
juta rupiah, maka Penyerapan Tenaga Kerja turun sebesar 0,004207 jiwa.
Variabel Inflasi (INF) memiliki koefisien regresi sebesar 2216,815 pola
hubungan antara variabel ini adalah linier-linier. Artinya apabila variabel inflasi naik
1% maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami kenaikan akan meningkat
sebesar 2216,815 jiwa. Sebaliknya, jika Inflasi menurun 1% maka Penyerapan
Tenaga Kerja akan menurun sebesar 2216,815 jiwa.
Nilai konstanta masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Nilai konstanta tertinggi dimiliki Kabupaten Temanggung, sebesar 343742.882.
Apabila, terkait dengan pengaruh variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) ,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi (INF) terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja, maka Kabupaten Temanggung cenderung memiliki Penyerapan
Tenaga Kerja yang lebih tinggi dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya. Sedangkan
nilai konstanta yang terendah dimiliki oleh Kabupaten Banyumas sebesar 357182.3.
Artinya, terkait dengan variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) , Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi (INF) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja,
Kabupaten Banyumas cenderung memiliki Penyerapan Tenaga Kerja yang lebih
rendah dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya
11
3.3 Pembahasan
Dari beberapa variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja di Jawa Tengah, ternyata semua variabel memiliki pengaruh signifikan.
Berdasarkan hasil estimasi data panel cross section menunjukkan bahwa
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
dan Inflasi (INF) memiliki pengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga kerja di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2014-2017. Hal ini sesuai hipotesisi peneliti bahwa
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
dan Inflasi (INF) di Provinsi Jawa Tengah yang berarti apabila variabel independen
tersebut meningkat maka akan meningkatkan variabel dependen Penyerapan Tenaga
kerja (TK).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wasilaputri, 2016)
dimana variabel Upah Minimum Provinsi dan PDRB di Provinsi Jawa Tengah
memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja yang
berarti bahwa Upah Minimum Provinsi dan PDRB akan mempengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja.
Dan penelitian yang dilakukan oleh (Indradewa & Natha, 2015) dimana
variabel Inflasi, Upah Minimum dan PDRB di Provinsi Bali secara bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Peningkatan upah minimum mempengaruhi daya beli masyarakat yang
mengakibatkan permintaan menjadi meningkat dan diikuti oleh makin banyaknya
perusahaan yang masuk pasar sehingga penyerapan tenaga kerja yang dilakukan
perusahaan juga akan semakin meningkat dank arena dengan adanya tingkat upah
yang dinaikkan para pengusaha akan mengupayakan untuk dapat meningkatkan atau
menambah jumlah dari unit usahanya sehingga diharapkan dengan adanya
penambahan dari jumlah unit usaha, pengusaha juga akan menambah jumlah dari
tenaga kerjanya.
Semakin besar output atau penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan
mendorong perusahaan untuk menambah permintaan tenaga kerja agar produksinya
dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan yang terjadi. Sehingga
penyerapan tenaga kerja akan bertambah
12
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil estimasi data panel cross section terpilih model terbaik yaitu
Random Random Effect Model (REM)
b. Berdasarkan uji kebaikan model secara cross section, variabel upah minimum
kabupaten/kota (UMK), produk domestik regional bruto (PDRB) dan inflasi
(INF) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di Provinsi Jawa Tengah.
c. Uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan pengaruh tingkat signifikansi variabel
upah minimum kabupaten/kota (UMK), Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dan Inflasi (INF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan Tenaga Kerja.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
a. Hendaknya pemerintah menyusun kebijakan pengupahan sedemikian rupa
sehingga mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan
produksi serta meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan pekerja. Sehingga
kebijakan pengupahan akan berorientasi kepada kepentingan seluruh pihak.
b. Pemerintah hendaknya mendorong penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa
Tengah dapat dimaksimalkan salah satunya meningkatkan laju pertumbuhan
PDRB di setiap sektor ekonomi. Sehingga dapat meningkatan kualitas sumber
daya manusia sehingga nantinya membentuk pribadi yang kreatif dan siap pakai.
c. Seharusnya pemerintah memberikan dukungan melalui kebijakan dalam
mengatur inflasi sehingga nantinya dapat mempengaruhi dan memaksimalkan
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sanusi. (1987). Apa yang membuat IKIP Kita IKIP. Bandung: IKIP
Bandung.
13
Alhiriani. (2013). Pengaruh Investasi dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor Industri Manufaktur di Sulawesi Selatan. Program Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Boediono. (1999). Pengantar Ilmu Ekonomi Jilid 1. Yogyakarta: BPFE UGM.
Badan Pusat Statistik. 2003.Statistik Indonesia. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2013.Statistik Indonesia. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2016.Statistik Indonesia. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2012.Statistik Indonesia. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Jawa Tengah. Jawa Tengah
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Jawa Tengah. Jawa Tengah
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Jawa Tengah. Jawa Tengah
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Jawa Tengah. Jawa Tengah
Biamrillah, Alfaiz & Nurhayati, S.F. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Karesidenan Semarang.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Surakarta.
Bustam, N.H. (2016). Pengaruh Jumlah Unit, PDB dan Investasi UMKM Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.
Riau: Vol.19.
Gujarati, D., & Porter, D. (2012). Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Hadi Sasana. 2009. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kesenjangan Antar
Daerah Dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan Di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 16. No. 1. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang.
Irham, Fahmi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Alfabeta: Bandung.
Indrawera, I.G.A. & Natha, K.S. (2015). Pengaruh Inflasi, PDRB dan Upah
Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Bali: Vol.8. Hal. 923-950.
Juanda, B., & Junaidi. (2012). Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor:
PT Penerbit IPB Press.
Kuncoro, M. (2002). Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi). Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Lokiman, Dasri. (2012). Pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Investasi
Swasta Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Dampaknya pada PDRB
(ADHK). Jurnal Berkala Efisiensi. Manado: FEB Unsrat Manado.
Lokiman, Dasri. (2012). Pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Investasi
Swasta Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Dampaknya pada PDRB
(ADHK). Jurnal Berkala Efisiensi. Manado: FEB Unsrat Manado.
14
Melliana Ayunanda, Zain Isnaini. 2013. Analisis Statistika Faktor yang
Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur. dengan Menggunakan Regresi Panel. Jurnal Sains & Seni
Pomits, Vol 3, No.1.
Mankiw, N. Gregory.(2012). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Pramitha Purwanti, Putu Ayu. 2009. Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di
Kabupaten Bangli dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 5, No. 1, 2009, ISSN 1907-3275. Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar.
Payaman, J. Simanjuntak (2001). ”Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia”
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pangestuti, Yulia. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tenaga
Kerja. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Jawa Tengah: Vol.4. No.2.
Simanjuntak, J. Payaman. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: FEUI.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Wasilaputri, F.R. (2016). Pengaruh Upah Minimum Provinsi, PDRB dan Investasi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa. Pulau Jawa: Vol.5,
No.3.