pengaruh waktu vaksinasi avian influenza … · hasil rekayasa genetika dengan cara menyilangkan...
TRANSCRIPT
PENGARUH WAKTU VAKSINASI AVIAN INFLUENZA
TERHADAPPERFORMA AYAM BROILER
MEGA SARY SEPTYANINGRUM
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Waktu Vaksinasi
Avian Influenza Terhadap Performa Ayam Broiler adalah karya sendiri dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
Mega Sary Septyaningrum
NIM B04060851
ABSTRACT
MEGA SARY SEPTYANINGRUM.. The Influence of Avian Influenza
Vaccination Time Against Broiler Performance. Under direction of Drh.Trioso
Purnawarman, M.Si and Drh. Chaerul Basri, M. Epid.
The study aimed to determine the influence of Avian Influenza (AI)
vaccination time in broiler performance. 1500 day old chick (DOC) were divided
into five groups which consisted 300 DOC each group. Each group got the same
treatment, a thing that distinguished a group to other groups was the AI
vaccination’s time program. Each group was treated by AI vaccination on the 1st
day, 7th
day, 10th day and 14
th day, meanwhile the other ones was used as control
which was not treated by AI vaccination. The type of vaccine used was inactive
vaccine which injected via subcutaneous. Broilers’ body weight, feed
consumption and mortality were recorded weekly, collected data were used to
calculate the feed conversion ratio (FCR) and index performance (IP) in each
treated group. The results of this study showed that broilers’ body weight,
mortality rate, FCR and IP in the group which treated by AI vaccination on the
14th days old age had given the better result compared to other groups.
Key words: feed conversion ratio, performance index, AI Vaccine
RINGKASAN
MEGA SARY SEPTYANINGRUM. Pengaruh Waktu Vaksinasi Avian
Influenza pada Performa Ayam Broiler. Dibimbing oleh Drh. Trioso
Purnawarman, MSi dan Drh. Chaerul Basri, M.Epid.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu
pemberian vaksinasi AI terhadap performa ayam broiler. Sebanyak 1500 ekor day
old chick (DOC) dibagi kedalam 5 kelompok yang masing-masing berjumlah 300
ekor. Tiap kelompok mendapatkan perlakuan yang sama, yang membedakan dari
masing-masing kelompok adalah waktu vaksinasi AI. Masing-masing kelompok
perlakuan diberikan vaksin AI pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-10, hari ke-14 dan
kelompok terakhir yang tidak diberikan vaksin AI bertindak sebagai kontrol.
Vaksin yang diberikan adalah vaksin inaktif yang diberikan melalui penyuntikan
pada bagian subkutan. Setiap minggu dicatat bobot badan ayam, konsumsi pakan
dan jumlah ayam yang mati, yang selanjutnya digunakan untuk menghitung FCR
(feed conversion rate)/RKP (rasio konversi pakan) dan IP (indeks performa) ayam
pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bobot badan, angka kematian, RKP dan IP pada kelompok yang diberikan vaksin
AI pada umur 14 hari memberikan hasil yang lebih baik dibanding kelompok
yang lain.
Kata kunci : Rasio konversi pakan, Indeks performa, Vaksin AI.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGARUH WAKTU VAKSINASI AVIAN INFLUENZA
TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER
MEGA SARY SEPTYANINGRUM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Waktu Vaksinasi Avian Influenza
Terhadap Performa Ayam Broiler
Nama Mahasiswa : Mega Sary Septyaningrum
NIM : B04060851
Program Studi : Kedokteran Hewan
Di setujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Drh.Trioso Purnawarman, MSi. Drh. Chaerul Basri, M.Epid
NIP : 19621005 198803 1 003 NIP : 19770525 200501 1 002
Diketahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Dr. Nastiti Kusumorini
NIP : 19621205 198703 2 001
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi tugas akhir kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan September
2008 hingga Januari 2009 ini adalah Pengaruh Waktu Vaksinasi Avian Influenza
Terhadap Performa Ayam Broiler.
Ucapan terima kasih penulis disampaikan pada :
1. Drh.Trioso Purnawarman, M.Si dan Drh. Chaerul Basri, M.Epid sebagai
dosen pembimbing skripsi.
2. Drh. Tutik Wresdiyati, Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik
3. CIVAS (Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies) dan IDP
Project (Indonesian Dutch Partnership) yang dikelola oleh Wageningen
UR yang telah mendanai penelitian ini.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Oktober 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Mega Sary Septyaningrum lahir di Bogor pada tanggal 2 September 1988
dari Ayah Oji Junaedi Anwar dan Ibu Sri Winarningsih. Penulis merupakan putri
pertama dari empat bersaudara. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di
SDN 04 Citeureup Kabupaten Bogor, selanjutnya menyelesaikan pendidikan
menengah pertama di SLTPN 01 Citeureup kabupaten Bogor. Pendidikan
menengah atas diselesaikan di SMAN 01 Cibinong Kabupaten Bogor pada tahun
2006. Selanjutnya Penulis masuk Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI IPB pada tahun 2005.
Penulis pernah menjadi Sekretaris Himpunan Minat dan Profesi
(HIMPRO) Satwaliar FKH IPB periode 2007-2008, kepala bidang kesejahteraan
anggota pada HIMPRO SATLI dan ketua KOMUNITAS SENI STERIL periode
2008-2009.
Penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Anatomi Veteriner II
pada tahun 2010, asisten praktikum mata ajaran Anatomi Topografi pada tahun
2009 dan asisten praktikum mata ajaran Ektoparasit pada tahun 2010. Di lingkup
IPB, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa ( BEM
KM ) 2006 - 2007, dan anggota dari Paduan Suara AGRIASWARA serta GITA
KLINIKA sampai sekarang.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... iii
1 PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ...................................................... 3
1.3. Manfaat Penelitian .................................................... 3
1.4. Hipotesis Penelitian .................................................. 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 5
2.1. Peternakan Ayam Broiler ........................................ 5
2.2. Pengukuran Performa Ayam Broiler ........................ 6
2.3. Program Vaksinasi pada Ayam Broiler ...................... 6
2.4. Pengaruh Vaksinasi terhadap Performa
Ayam Broiler ............................................................. 8
2.5. Kejadian Penyakit Avian Influenza pada
Ayam Broiler ............................................................. 10 2.6. Pengaruh Vaksinasi Avian Influenza pada Ayam ..... 11
3 BAHAN DAN METODE .................................................. 13
3.1. Waktu dan Tempat ................................................... 13
3.2. Alat dan Bahan ........................................................ 13
3.3. Rancangan Percobaan .............................................. 13
3.4. Pengambilan Sampel .................................................. 14
3.5. Parameter yang Diamati ............................................. 15 3.6. Analisis Data ............................................................. 15
4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 16
4.1. Persentase Daya Hidup ............................................ 16
4.2. Konsumsi Pakan ...................................................... 17
4.3. Bobot Badan Ayam Pedaging ................................... 18
4.4. Rasio Konversi Pakan (RKP) ................................... 21
4.5. Indeks Performa (IP) .................................................. 23
5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 25
5.1. Simpulan ................................................................. 25
5.2. Saran ....................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 26
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rancangan Percobaan ............................................................ 14
2. Rata-Rata Persentase Daya Hidup Ayam Pedaging
per Minggu ........................................................................... 16
3. Total Konsumsi Pakan Ayam per Minggu ............................ 18
4. Rata – Rata Bobot Badan Ayam Pedaging per Minggu ......... 18
5. Rasio Konversi Pakan (RKP) Ayam Broiler per Kelompok
Perlakuan ............................................................................. 22
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler ...................................................................... 5
2. Teknik Menimbang Ayam Broiler ...................................... 15
3. Grafik Rata-rata Persentase Daya Hidup Ayam Broiler ....... 16
4. Grafik Bobot Badan Ayam Broiler selama Tujuh Minggu ... 19
5. Grafik Rasio Konversi Pakan (RKP) Ayam Broiler selama Tujuh Minggu ......................................................... 22
6. Grafik Indeks Performa (IP) Ayam Broiler ......................... 23
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat menyebabkan
kebutuhan pangan asal hewan sebagai sumber protein hewani juga mengalami
peningkatan. Peningkatan kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan peningkatan
penyediaan sumber protein hewani yang meliputi daging, telur dan susu. Salah
satu bahan pangan yang penting adalah daging. Daging yang sering dikosumsi
oleh masyarakat adalah daging ayam, hal ini dikarenakan daging ayam memiliki
kualitas protein yang tinggi dan rendah lemak (Scanes et al. 1992). Harga daging
ayampun relatif terjangkau dibandingkan dengan daging lainnya dan daging ayam
cukup mudah diolah menjadi produk olahan bernilai tinggi. Selain itu daging
ayam dapat dikonsumsi oleh semua jenis golongan budaya dan agama, seperti
India yang mengharamkan mengkonsumsi daging sapi serta agama Islam dan
Yahudi yang mengharamkan mengkonsumsi daging babi (Scanes et al. 1992).
Peningkatan permintaan daging ayam di masyarakat ini membuat para ahli
genetik menciptakan ayam yang pertumbuhannya cepat dan mempunyai konversi
pakan yang cukup efisien (Amrullah 2004). Ayam ras pedaging yang merupakan
hasil rekayasa genetika dengan cara menyilangkan sekelompok ayam dalam satu
keluarga. Keturunan ayam yang memiliki pertumbuhan cepat dipilih untuk
dilakukan seleksi lagi, lalu ayam yang telah diseleksi tersebut dikawinkan
sesamanya dan demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat
tumbuh yang disebut ayam pedaging. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging
atau lebih hanya dalam waktu 30 hari (Amrullah 2004). Namun di sisi lain,
rekayasa genetik tersebut menyebabkan ayam menjadi lebih mudah stres dan
mudah terserang penyakit. Usaha pencegahan, pengobatan penyakit, dan
peningkatan kekebalan tubuh untuk stimulasi pembentukan antibodi sangat
diperlukan sehingga dapat meningkatkan kesehatan ayam.
Timbulnya penyakit dapat meningkatkan biaya manajemen dan dapat
menjadi penyebab utama penurunan produksi ternak. Salah satu penyakit yang
merugikan peternakan khususnya peternakan unggas adalah penyakit Avian
influenza (AI) atau sering disebut dengan Flu burung. Flu burung adalah penyakit
menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtype H5N1.
Virus AI termasuk dalam famili orthomyxoviridae dan merupakan virus
segmented negatif-sense RNA. Virus ini dikelompokkan menjadi 5 genera, yaitu
influenza tipe A, B, C, Isavirus, dan Thogotovirus. Virus influenza tipe A sangat
penting dalam menginfeksi unggas dan mamalia dibandingkan dengan virus
influenza tipe yang lainnya (Suarez dan David 2008). Virus AI dapat menginfeksi
spesies unggas domestik dan liar (termasuk kedalamnya yaitu ayam, kalkun,
bebek dan burung merak).
Manifestasi klinis pada ayam dimulai dari infeksi yang bersifat
asimptomatik sampai yang bersifat fatal. Virus AI yang termasuk Highly
Pathogenic memiliki kemampuan virulensi yang tinggi dan seringkali
menyebabkan kematian hingga 100% pada kandang yang terinfeksi (CIDRAP
2008). Hal ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi para peternak.
Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif untuk mencegah adanya
kerugian.
Langkah utama peternak untuk meredam wabah tersebut adalah dengan
menerapkan sembilan strategi pencegahan yang dikenal dengan sembilan strategi.
Kesembilan strategi tersebut meliputi peningkatan biosekuriti, program vaksinasi,
depopulasi (pemusnahan terbatas) di daerah tertular, pengendalian lalu lintas
unggas, produk dan limbahnya, surveillance dan penelusuran penyebaran AI,
pengisian kandang kembali, stamping out (pemusnahan menyeluruh di daerah
tertular), monitoring dan evaluasi. Program vaksinasi dilakukan atas dasar
pertimbangan tingkat kejadian penyakit atau untuk mengantisipasi mengganasnya
agen penyebab penyakit tertentu di suatu lokasi peternakan. Selain itu diperlukan
biosekuriti yang ketat serta tata laksana peternakan yang tepat untuk mencegah
serangan virus AI (Ditjenak 2006).
Vaksin adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme dan parasit yang
sifat patogenitasnya telah dihilangkan terlebih dahulu dan digunakan untuk
merangsang pembentukan sistem kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.
Program vaksinasi ayam pedaging biasanya diberikan berdasarkan pada status
kekebalan ayam umur tertentu untuk menghindari ternetralisasinya antibodi anak
ayam asal induk dengan antigen dalam vaksin (Weaver 2002). Vaksinasi yang
digunakan pada pencegahan penyakit AI yaitu vaksin inaktif.
Jumlah konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan menjadi tolok ukur
keberhasilan peternakan. Tingkat konversi pakan yang rendah berarti
mencerminkan keberhasilan peternakan itu, dan sebaliknya feed conversion ratio
(FCR)/rasio konversi pakan (RKP) yang tinggi berarti keberhasilannya rendah
(Jahja et al. 2000). Konversi pakan mencerminkan keberhasilan dalam memilih
atau menyusun ransum yang berkualitas terhadap pertumbuhan bobot badan.
Selain RKP, parameter lain yang dapat mengukur keberhasilan peternakan yaitu
indeks performa (IP). Besaran IP dipengaruhi oleh bobot badan, persentase daya
hidup, RKP dan umur panen rata-rata (Fadilah 2009).
Pemberian vaksin atau pemasukan agen patogen yang dilemahkan mampu
memberikan pengaruh stres bagi hewan yang divaksinasi. Efek respon stres dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan pada ayam karena respon stres ini akan
meningkatkan suhu tubuh ayam sehingga panas yang dibutuhkan untuk menjaga
panas tubuh berkurang dan ayam akan mengurangi konsumsi pakannya (Amrullah
2004). Kondisi ini dapat mempengaruhi nilai IP yang menunjukkan baik atau
buruknya performa ayam pada saat dipanen.
Waktu pemberian vaksin dapat mempengaruhi kondisi ayam broiler dan
dapat mempengaruhi keberhasilan tingkat produksi pada masa panen. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui waktu yang terbaik untuk
melakukan vaksinasi khususnya AI pada ayam broiler.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu vaksinasi Avian
Influenza terhadap performa ayam broiler.
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang waktu yang
optimal untuk vaksinasi Avian Influenza agar diperoleh performa ayam broiler
yang baik.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :
H0 = Tidak ada pengaruh waktu vaksinasi Avian Influenza terhadap performa
ayam broiler
H1 = Ada pengaruh waktu vaksinasi Avian Influenza terhadap performa ayam
broiler
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peternakan Ayam Broiler
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam (Amrullah 2003). Data
perkembangan pertumbuhan memperlihatkan bahwa ayam broiler tumbuh jauh
lebih cepat dibandingkan dengan nenek moyangnya. Ayam ini akan tumbuh 40-50
kali dari bobot awalnya dalam kurun waktu 6-7 minggu. Broiler tumbuh sebanyak
50-70 gram per hari pada minggu-minggu terakhir (Amrullah 2004).
Sentra peternakan ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiap negara
(Sosroamidjoyo et al.1990). Usaha ternak ayam pedaging di Indonesia dapat
dijumpai hampir di setiap propinsi. Adanya berbagai macam strain ayam ras
pedaging yang telah berada di pasaran, peternak dapat dengan mudah dalam
menentukan pilihannya. Semua jenis strain yang telah ada di pasaran memiliki
daya produktifitas relatif sama. Apabila terdapat perbedaan, perbedaan tersebut
tidak mencolok atau sangat kecil sekali.
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3
(tiga) unsur produksi yaitu manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding
(pembibitan) dan feeding (pakan ternak) (Akoso 1998). Manajemen perkandangan
pada peternakan ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.
2.2. Pengukuran Performa Ayam Broiler
Salah satu parameter keberhasilan pemeliharaan ayam broiler yaitu
penghitungan Indeks Performa (IP) (Suprijatna et al. 2008). IP merupakan nilai
yang menunjukkan seberapa besar kinerja ayam pedaging. Menurut Infovet
(2007), pencapaian kinerja pemeliharaan ayam broiler yang utama dilakukan
melalui pengukuran 5 (lima) parameter, yaitu :
1) Pencapaian bobot badan atau Body Weight (BW)
2) Tingkat konsumsi pakan atau Feed Coversion Ratio (FCR);
3) Rata-rata Umur atau Age saat dipanen (A/U);
4) Tingkat kematian atau Mortality (M);
5) Nilai Produksi (NP)/Index Performance (IP).
Pengukuran dan penilaian kelima parameter kinerja pemeliharaan
mencerminkan kualitas pemeliharaan ayam broiler. Pengukuran dan penilaian ini
sangat berguna bagi peternak dan perusahaan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan produksi pemeliharaan ayam broiler dari suatu peternakan yang
dikelola, dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh perusahaan.
2.3. Kejadian penyakit Avian Influenza pada Ayam Broiler
Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular pada unggas yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus AI termasuk dalam famili
orthomyxoviridae dan merupakan virus segmented negatif-sense RNA. Virus ini
dikelompokkan menjadi 5 genera, yaitu influenza tipe A, B, C, Isavirus, dan
thogotovirus. Virus influenza tipe A sangat penting dalam menginfeksi unggas
dan mamalia dibandingkan dengan virus influenza tipe yang lainnya. Virus
influenza tipe B dan C merupakan virus yang patogen bagi manusia dan jarang
menginfeksi spesies yang lain. Kelompok Isavirus merupakan virus influenza
yang menyerang ikan atau sangat patogen bagi ikan dan merupakan Infectious
salmon anemia virus. Thogotovirus merupakan arbovirus yang dapat diisolasi dari
manusia dan peternakan (Suarez dan David 2008).
Virus AI mempunyai amplop virions dengan diameter 80-120 nm,
mempunyai panjang 200-300 nm, memiliki matriks (M) protein yang disebut
Helical segmented nucleocapsid (6-8 segmen). Genom terdiri dari 10 gen (8
struktur protein dan 2 struktur nonprotein) yaitu 3 transkriptase (PB2, PB1 dan
PA), 2 lapisan Glycoprotein (Haemaglutinin/HA dan Neuroamidase/NA), 2
protein matrix (M1 dan M2), 1 protein nucleocapsid (NP) dan 2 protein
nonstruktural (NS1 dan NS2) (CIDRAP 2008). Virus AI dapat diisolasi dari
unggas, burung tangkapan, dan burung liar di Afrika, Asia, Australia, Eropa, dan
Amerika, dan anti-AI ditemukan dan diidentifikasi dari penguin Antartic (Swayne
2008b).
Avian Influenza adalah penyakit eksotik dan termasuk daftar A, Office
International des Epizootiq ics, yaitu penyakit yang harus dilaporkan (notifiable)
yang penyebarannya sangat cepat dan melewati batas-batas negara (Alexander
1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian AI pada suatu peternakan atau
wilayah yaitu: jenis unggas yang dipelihara (ayam, itik dan burung puyuh),
tingkat kepadatan ternak ayam per-wilayah, manajemen peternakan (SDM,
perkandangan, pakan, air minum, budidaya, kesehatan umum), pelaksanaan
biosekuriti, vaksinasi AI, kontak dengan burung liar, rodensia insekta, mamalia
(anjing dan kucing), sistem pemasaran produk serta sistem penanganan kotoran
dan limbah. Penyakit AI ( H5N1) sekarang ini telah menyebar ke seluruh dunia
dan menyerang berbagai jenis unggas peliharaan termasuk kalkun, ayam, burung
puyuh, angsa, dan itik (Suardana 2009). Penyakit AI menyebabkan angka
kematian yang tinggi pada ayam di Italia pada tahun 1878. Namun, baru diketahui
pada tahun 1955 bahwa penyebab fowl plague sebenarnya adalah virus AI yang
memiliki komposisi gen yang serupa (hampir identik) dengan virus influenza
manusia (Wibawan et al. 2009).
Menurut CIDRAP (2008), AI memiliki masa inkubasi 3-7 hari dan
memiliki gejala yang bervariasi. Gejala yang ditimbulkan pada umumnya akibat
oleh infeksi virus AI akan menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,
2. Pembengkakan dan cyanosis di daerah bagian muka dan kepala,
3. Pendarahan di bawah kulit (subkutan),
4. Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna keunguan,
5. Pendarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki,
6. Batuk, bersin dan ngorok,
7. Unggas mengalami diare dan kematian tinggi,
8. Kebengkakan dan kongesti konjungtiva dengan occasional hemoragi,
9. Inkoordinasi, paralisis,
10. Haus yang berlebihan,
11. Depresi.
Gejala penyakit lain yang menyerupai AI adalah Newcastle disease (ND),
Cholera unggas, Fowl pox yang akut, dan penyakit saluran pernafasan pada
unggas (Infovet 2007).
Menurut CIDRAP (2008), penyakit flu burung dapat ditularkan dari
unggas ke unggas atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan 2 cara yaitu:
kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka dan kontak tidak
langsung. Penularan melalui kontak tidak langsung dapat melalui :
1. Percikan cairan atau lendir yang berasal dari hidung dan mata
2. Paparan muntahan
3. Lubang anus (tinja) dari unggas yang sakit
4. Penularan lewat udara
5. Melalui sepatu dan pakaian peternak yang tercemar dan terkontaminasi
6. Melalui pakan, air, dan peralatan yang terkontaminasi virus dan melalui
perantara angin.
2.4. Program Vaksinasi Avian Influenza ( AI ) pada Ayam Broiler
Program vaksinasi merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan di kalangan peternak ayam untuk menjaga kesehatan ayam sehingga
didapatkan ayam yang sehat dan mampu menghasilkan daging yang berkualitas.
Dalam melaksanakan vaksinasi, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
yaitu: jenis vaksin, metode vaksin, dosis vaksin, cara penyimpanan vaksin
jadwal vaksinasi dan waktu pemberian vaksin. Selain itu hal lain yang
mempengaruhi vaksinasi yaitu kualitas vaksin. Adapun kualitas vaksin terutama
ditentukan oleh pembuatan vaksin, distribusi dan penyimpanannya, titer vaksin
dan masa kedaluwarsa vaksin.
Kunci keberhasilan vaksinasi ditentukan oleh penggunaan vaksin yang
berkualitas tinggi yang harus didukung oleh manajemen optimal, terutama
biosekuriti yang ketat. Vaksin harus diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya
infeksi oleh agen infeksi lapang. Vaksin juga harus memberikan perlindungan
kolektif pada semua ayam. Menurut Akoso (1998), keberhasilan vaksin ditentukan
oleh empat faktor, yaitu kesehatan unggas, status nutrisi unggas, sanitasi
lingkungan dan sistem perkandangan yang baik, serta ketepatan program
pemberian vaksin. Menurut Harder dan Warner (2008), vaksinasi dalam dunia
kedokteran hewan bertujuan untuk mencapai empat sasaran yaitu:
1. Perlindungan terhadap timbulnya penyakit secara klinis,
2. Perlindungan terhadap serangan virus yang virulen,
3. Perlindungan terhadap eksresi virus,
4. Pembedaan secara serologik antara hewan yang terinfeksi dari hewan yang
di vaksin (differentiation of infected from vacctinated animal/DIVA)
Vaksinasi mengurangi jumlah penyebaran virus dari burung dan titer virus
pada usapan (swab) oropharyngeal dan kloaka, namun demikian pada kebanyakan
kasus virus masih dapat terdeteksi, khususnya di trachea (Swayne et al. 2008b).
Vaksinasi diperlukan dalam penanganan AI karena akan melindungi gejala
klinis dan mortalitas yang disebabkan oleh virus HPAI. Vaksinasi akan
mengurangi populasi yang rentan, mengurangi pencemaran/shedding virus di
lokasi peternakan dan untuk mencegah kerugian ekonomi (Infovet 2007).
Vaksinasi pada ayam mengurangi infeksi virus dan mengurangi ekskresi virus.
Vaksinasi dapat digunakan sebagai alat eradikasi atau alat untuk mengontrol
penyakit dan mengurangi kontaminasi virus pada lingkungan (CIDRAP 2008).
Vaksinasi yang digunakan pada kasus AI adalah vaksin inaktif. Pembuatan vaksin
inaktif AI umumnya dilakukan dengan menyuntikkan virus pada telur embrio
tertunas (TET) atau dibiakkan pada kultur jaringan Madin Darby Canine Kidney
(MDCK). Virus AI ditumbuhkan pada embrio telur ayam yang tidak mengandung
virus atau patogen apapun yang dikenal dengan Specific Pathogen Free (SPF)
(Natih 2010).
Prinsip dasar pemakaian vaksin AI adalah virus vaksin (master seed) harus
homolog. Vaksin AI homolog adalah vaksin yang mempunyai kandungan antigen,
terutama komponen hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang sama
dengan virus AI yang sedang berjangkit di wilayah yang bersangkutan
(Mahardika 2009). Menurut regulasi OIE, master sheed vaksin harus berasal dari
isolat virus Low Patogenic Avian Influenza (LPAI) yang telah dikarakterisasi
(dimurnikan), mempunyai komposisi genetik yang stabil, proses inaktivasi
sempurna (uji laboratorik), bebas pencemaran agen infeksius lainnya,
mengandung konsentrasi antigen yang tinggi, menggunakan adjuvant berkualitas
tinggi, mempunyai tingkat keamanan serta potensi dan efektifitas yang tinggi (uji
laboratorik dan uji lapang) (Infovet 2007).
Karakteristik vaksin AI yang ideal (Suarez dan David 2008), vaksin dapat
merangsang respon kekebalan humoral (humoral mediate immunity/HMI) dan
kekebalan seluler (cell mediate immunity/CMI), sehingga perlindungan terhadap
ayam cepat terbentuk. Kriteria lain yang diharapkan pada vaksin AI adalah harga
relatif terjangkau, mudah diberikan pada ayam, perlindungan efektif, dapat
dicapai dengan dosis tunggal (ayam semua umur), aman untuk ayam/unggas dan
aman untuk diproduksi, master seed berasal dari virus Low Pathogenic Avian
Influenza (LPAI), waktu henti singkat (pada broiler), khusus vaksin vektor, dapat
merangsang respon antibodi pada ayam yang telah kontak dengan vektor. Selain
itu metoda vaksinasi, program vaksinasi, vaksinator, peralatan vaksinasi beserta
sarana/prasarana peternakan ayam, umur/variasi umur dan status kesehatan,
semuanya memegang peranan dalam keberhasilan penanggulangan AI (Infovet
2007).
2.5. Pengaruh Vaksinasi Terhadap Performa Ayam Broiler
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang
menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara
teratur sangat penting untuk mencegah penyakit (Anonim 2009a). Secara umum
vaksin adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme parasit yang sifat
patogenitasnya telah dihilangkan terlebih dahulu dan digunakan untuk
merangsang pembentukan sistem kekebalan tubuh tanpa menimbulkan penyakit.
Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif
adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih
lama daripada dengan vaksin inaktif. Vaksin inaktif adalah vaksin yang
mengandung virus yang telah dimatikan tanpa merubah struktur antigenik, hingga
mampu membentuk zat kebal. Pembentukan kekebalan tersebut memerlukan
energi yang sangat besar sehingga dapat menimbulkan kondisi stres terhadap
ternak. Efek respon stres yang berlebihan dapat mengakibatkan beberapa efek
negatif, yaitu berupa gangguan pada penampilan akhir (penurunan bobot badan
dan produksi telur) (Suska 2009). Vaksin merupakan kesatuan agen patogen yang
menyebabkan terjadinya respon imun terhadap patogen tersebut.
Pemberian vaksin berarti memasukkan antigen ke dalam tubuh hewan
yang sehat dengan tujuan menggertak timbulnya antibodi. Antigen ini dapat
berupa agen penyakit hidup yang dilemahkan maupun patogen yang telah
dimatikan (Suska 2009). Pemberian vaksin bertujuan agar ketika individu
menghadapi patogen spesifik yang diwakili oleh vaksin, individu tersebut dapat
mengenali agen dan dapat meningkatkan tanggap kebal sehingga melindungi
individu terhadap paparan agen tersebut (Korsman 2006). Wibawan (2009)
menyatakan, ayam memiliki sensitivitas tinggi terhadap protein asing, sehingga
dengan jumlah sedikit dapat memberikan respon pembentukan antibodi.
Pemberian vaksinasi pada ayam broiler biasanya diberikan pada umur 10-
14 hari. Sedangkan pada ayam petelur khususnya fowl pox dan Newcastle disease
dilakukan setelah 8 minggu (Sandra 2010). Pemberian vaksin inaktif pada ayam
broiler lebih baik dibandingkan dengan pemberian vaksin aktif. Begitu pula
pemberian vaksin setengah dosis lebih baik dan menghasilkan indeks performa
yang tinggi bila dibandingkan dengan pemberian vaksin dengan 1 dosis (Riza
2009). Pemasukan agen yang telah dilemahkan atau dimatikan memberikan
pengaruh stres bagi hewan yang divaksinasi. Stres ini menimbulkan gangguan
pertumbuhan pada ayam.
2.6. Pengaruh Vaksinasi Avian Influenza (AI) pada Performa Ayam
Pemberian vaksin atau vaksinasi berarti memasukkan antigen kedalam
tubuh hewan yang sehat dengan tujuan menggertak timbulnya antibodi. Antigen
ini dapat berupa agen penyakit hidup yang dilemahkan maupun patogen yang
telah dimatikan (Suska 2009). Antigen yang masuk kedalam tubuh pertama kali
akan dijerat sehingga dapat diketahui sebagai bahan asing. Bila sudah dikenali
sebagai bahan asing, kemudian informasi ini akan dikirimkan ke sistem
pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara sel. Sistem ini harus segera
menanggapi dengan membentuk antibodi khusus dan/atau sel yang mampu
menyingkirkan antigen. Sistem kebal juga harus menyimpan “ingatan” tentang
kejadian ini sehingga pada paparan berikutnya dengan antigen yang sama,
tanggapannya akan jauh lebih efisien (Tizard 1987).
Vaksinasi AI dapat memberikan pengaruh stres bagi hewan yang
divaksinasi khususnya ayam broiler. Efek respon stres yang berlebihan dapat
mengakibatkan beberapa efek negatif, yaitu berupa gangguan pada penampilan
akhir (penurunan bobot badan dan produksi telur) (Suska 2009). Sementara itu
pemberian vaksinasi AI pada ayam kampung menunjukkan tidak ada respon
antibodi yang nyata pada ayam-ayam yang divaksin. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh vaksinasi terhadap kekebalan yang ditimbulkan rendah karena secara
genetik ayam kampung memiliki karakter respon vaksin yang rendah (Trobos
2009). Unggas lain seperti itik bali mampu memberikan respon imun yang baik
terhadap vaksin AI. Titer antibodi protektif dapat dicapai dua minggu setelah
vaksinasi kedua (Suardana 2009).
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kandang milik Bapak Supadma yang berlokasi
di Kampung Cilubang Lebak RT 03/RW 01, Desa Situ Gede, Kecamatan Bogor
Barat. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari bulan September
2008 sampai dengan Januari 2009.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah spuit, timbangan dan pewarna buatan untuk
menandai kelompok ayam.
Bahan yang digunakan adalah ayam broiler strain Cobb dengan jumlah
1500 ekor yang dipelihara sejak day old chicken (DOC), vaksin AI lokal (killed
oil emulsion vaccine), vaksin ND/Newcastle Disease (live vaccine) dan
IBD/Infectious Bursal Disease (live vaccine), kandang dan peralatannya, pakan
broiler komersial dan air minum.
3.3. Rancangan Percobaan
Ayam Broiler strain Cobb sebanyak 1500 ekor dibagi menjadi 5 kelompok
dengan masing-masing kelompok berjumlah 300 ekor yaitu kelompok A,B,C,D
dan E sebagai kontrol. Tiap kelompok mendapatkan pakan yang sama dan minum
secara ad libitum, dengan waktu vaksinasi AI yang berbeda-beda untuk masing-
masing kelompok. Program vaksinasi untuk masing-masing kelompok dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Percobaan
Minggu Hari
Pemberian Vaksin pada
Kelompok Bobot Konsumsi Jumlah
Kematian
Ayam A B C D E Badan Pakan
1 1 AI - - - -
4 ND ND ND ND ND
7 - AI - - - v v v
2 10 - - AI - -
12 IBD IBD IBD IBD IBD
14 - - - AI - v v v
3 18 ND ND ND ND ND
21 - - - - - v v v
4 28 - - - - - v v v
5 35 - - - - - v v v
6 42 - - - - - v v v
7 49 - - - - - v v v
Keterangan : v = Dilakukan pencatatan data bobot badan, konsumsi pakan dan
jumlah kematian ayam.
Vaksin yang digunakan adalah vaksin ND aktif umur 4 hari yang
diberikan melalui tetes mata, vaksin ND aktif umur 18 hari yang diberikan melalui
air minum, vaksin IBD aktif umur 12 hari yang diberikan melalui air minum dan
vaksin AI inaktif yang dilakukan dengan cara injeksi pada bagian subkutan. Rute
subkutan dilakukan dengan mencubit kulit di daerah dorsal leher lalu perlahan
vaksin disuntikkan kedalam jaringan dibawah kulit kearah punggung. Dosis
vaksin AI yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0.2 ml pada umur 1 hari dan
7 hari serta 0.25 ml pada umur 10 hari dan 14 hari. Setiap minggu dicatat bobot
badan ayam, konsumsi pakan dan jumlah kematian ayam. Hasil tersebut
digunakan untuk penghitungan RKP (Rasio Konversi Pakan) dan IP (Indeks
Performa) ayam pada masing-masing kelompok.
3.4. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan setiap minggu sampai dengan 7 minggu.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 20 ekor ayam yang diambil dari
masing-masing kelompok. Sampel yang telah diambil tersebut ditimbang dengan
menggunakan timbangan. Begitu pula dengan pakan dari tiap-tiap kelompok
ditimbang pada saat awal pemberian dan sisa pakan pada akhir minggu.
Penimbangan sampel dilakukan pada waktu sore hari setiap minggunya. Adapun
teknik menimbang ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Teknik Menimbang Ayam Broiler.
3.5. Parameter yang diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu :
1. Persentase Daya Hidup
Persentase daya hidup dihitung dengan rumus :
(Populasi awal - ayam yang mati)
Populasi awal
2. RKP (Rasio Konversi Pakan)
RKP dihitung dengan rumus (Tipakorn 2002) :
Konsumsi pakan (kg) perminggu
Total bobot badan (kg) perminggu
3. Indeks Performa
Indeks Performa ayam pedaging dihitung dengan rumus menurut Fadilah
(2009) :
Bobot hidup rata-rata (kg) x % daya hidup
RKP x umur panen rata-rata ( hari )
3.6. Analisis data
Analisis data bobot badan yang diperoleh diolah dengan uji one-way
Annova dan uji lanjut metode Duncan menggunakan software SPSS 15.
X 100
% Persentase daya hidup =
RKP =
IP = X 100 %
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
1 2 3 4 5 6 7
Rata
-rata
per
sen
tase
daya h
idu
p
A
B
C
D
E
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persentase Daya Hidup
Daya hidup atau kemampuan ayam untuk hidup memiliki peran penting
dalam menjaga keberlangsungan suatu peternakan. Secara alami ayam dengan
kondisi lingkungan dan kesehatan yang baik akan memiliki persentase hidup yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ayam dengan kondisi kesehatan yang buruk.
Rata-rata persentase daya hidup ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-Rata Persentase Daya Hidup Ayam Broiler per Minggu
Kelompok Rata-rata persentase daya hidup (%) pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7
A 100.0 99.7 99.4 99.4 95.5 95.5 94.2
B 100.0 99.7 99.4 98.7 98.1 97.4 95.8
C 99.7 99.4 98.7 97.4 97.1 94.5 94.5
D 99.0 98.7 98.1 98.1 97.4 97.1 96.2
E 99.0 98.7 98.4 97.7 97.1 96.8 96.5
Keterangan : A= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-1
B= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-7
C= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-10
D= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-14
E= Kelompok ayam yang tidak diberi vaksin
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ayam yang memiliki daya hidup
terbaik pada minggu terakhir dimiliki oleh kelompok D, diikuti dengan kelompok
B, kelompok C dan yang terendah yaitu pada kelompok A. Keterangan lebih
lanjut mengenai persentase daya hidup dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Rata-rata Persentase Daya Hidup Ayam Broiler.
Kelompok D memiliki daya hidup yang paling tinggi dibandingkan
dengan kelompok ayam yang lain. Hal ini dikarenakan reaksi tubuh ayam yang
ditimbulkan setelah vaksinasi pada umur 14 hari sangat kecil, sedangkan umur
ayam yang lebih muda khususnya umur 1 hari akan menimbulkan reaksi yang
semakin kuat pascavaksinasi. Reaksi yang ditimbulkan yaitu demam, penurunan
produksi dan penurunan kesehatan. Selain itu vaksinasi yang diberikan pada saat
status maternal antibodi masih sangat tinggi akan menyebabkan imunosupresi
yaitu tekanan terhadap immunity response yang menyebabkan tingginya kepekaan
terhadap penyakit (Prabowo 2003).
Persentase daya hidup dapat dikaitkan dengan penyebab kematian.
Kematian pada ayam dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kekerdilan,
status pemeliharaan dan penurunan kekebalan tubuh. Dapat dikatakan ayam yang
berumur muda lebih peka terhadap kondisi lingkungan dan penyakit serta
memiliki respon stres yang tinggi setelah vaksinasi. Menurut Williamson dan
Payne (1993), jumlah kematian ayam broiler tidak akan mencapai 4% atau tingkat
hidup diatas 96% sampai umur 7 minggu pada pemeliharaan ayam yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok ayam yang divaksinasi pada
umur 2 minggu memiliki tingkat hidup yang tinggi (lebih dari 96%), sedangkan
kelompok ayam yang divaksinasi pada umur muda kurang dari 2 minggu hasilnya
lebih buruk (kurang dari 96%).
4.2. Konsumsi Pakan
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik
yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Konsumsi pakan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan sebagai bahan bagi
terbentuknya material jaringan dalam tubuh untuk pembentukan daging dan telur
(Suprijatna et al. 2008). Total konsumsi pakan ayam per minggu dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Total Konsumsi Pakan Ayam per Minggu
Kelompok
Total konsumsi pakan ayam (Kg) pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7
A 44.0 153.0 337.0 610.0 921.0 1261.0 1660.0
B 44.0 154.4 340.4 617.2 934.3 1228.8 1628.9
C 44.0 152.7 335.9 608.5 921.4 1211.4 1612.2
D 44.0 152.8 336.3 609.5 921.4 1210.8 1602.1
E 44.0 159.5 341.0 618.9 937.5 1227.5 1630.0
Keterangan : A= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-1
B= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-7
C= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-10
D= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-14
E= Kelompok ayam yang tidak diberi vaksin
Rata-rata konsumsi pakan setiap minggunya dari masing-masing
kelompok yang diperoleh semakin besar karena makin tua umur ayam maka
jumlah pakan yang dikonsumsi semakin meningkat, hal ini sesuai dengan
pernyataan Anggoroardi (1976) bahwa konsumsi ayam broiler akan terus
mengalami peningkatan dari minggu pertama hingga minggu terakhir.
Peningkatan atau penurunan konsumsi pakan dipengaruhi pula oleh umur, bobot
ayam, lingkungan dan kondisi ayam itu sendiri.
4.3. Bobot Badan Ayam Pedaging
Bobot badan ayam pedaging merupakan suatu hal yang sangat penting
karena merupakan komoditas utamanya. Nilai yang diperoleh pada saat
percobaan, ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Bobot Badan Ayam Broiler per Minggu
Kelompok Rata-rata Bobot badan (kg) pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7
A 0.16 0.34 0.69 1.25 1.89 2.12 2.77a
B 0.14 0.30 0.62 1.16 1.75 2.11 2.96ab
C 0.15 0.29 0.67 1.27 1.75 2.12 2.94ab
D 0.15 0.35 0.75 1.35 1.87 2.46 3.11b
E 0.16 0.34 0.65 1.32 1.80 2.35 3.11b
Keterangan: Perbedaan huruf superskrip diatas menunjukkan hasil yang berbeda
nyata (P<0,05)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
1 2 3 4 5 6 7
Nil
ai
rata
-rata
bob
ot
bad
an
A
B
C
D
E
Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p=0.012. Berarti pada alpha 5%
dapat disimpulkan ada perbedaan bobot badan ayam broiler diantara kelima
kelompok. Analisis lebih lanjut membuktikan bahwa terdapat persamaan antar
kelompok A dengan kelompok B dan C, sedangkan kelompok A memiliki
perbedaan yang nyata dengan kelompok D dan E. Kelompok B, C dan D
memiliki huruf superskrip yang sama dengan kelompok E. Hal ini menunjukkan
bahwa kelompok B, C dan D tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan
kelompok E, yang artinya kelompok B, C dan D memiliki kualitas performa yang
hampir sama dengan kelompok E. Diantara kelompok B, C dan D, kelompok yang
memiliki nilai yang relatif sama dengan kelompok E adalah kelompok D. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok D memiliki kualitas performa yang paling baik
diantara ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa bobot badan ayam pada
kelompok D menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan bobot
badan ayam pada kelompok A, B dan C. Bobot badan ayam terendah terjadi pada
kelompok A. Hasil penelitian ini tersaji dalam grafik pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Bobot Badan Ayam Broiler selama Tujuh Minggu.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok D memiliki bobot
badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ayam yang lain terutama
kelompok A. Kelompok D memiliki kondisi fisiologis ayam yang baik, sedangkan
pada kelompok A menunjukkan hasil yang buruk. Hal ini dikarenakan pada
kelompok A yaitu ayam umur 1 hari mengalami kondisi stres yang akan
mengakibatkan peningkatan sekresi adeno-corticotropic hormone (ACTH) oleh
kelenjar pituitari. Efek utama dari peningkatan ACTH adalah menurunnya laju
metabolisme secara umum, termasuk menurunnya penyerapan kuning telur akan
memberikan akibat buruk pada perkembangan ayam selanjutnya, yaitu gangguan
kecukupan nutrisi pada awal kehidupan yang akan menyebabkan keterlambatan
tumbuh pada ayam (Unandar 2009). Rata-rata bobot badan pada kelompok B dan
C menunjukan hasil yang baik karena pada umur ayam setelah 7 hari maternal
antibodi rendah sehingga pada saat diberikan vaksinasi, reaksi yang ditimbulkan
pasca vaksinasi tidak terlalu mempengaruhi konversi pakan.
Vaksin diberikan berdasar pada status kekebalan umur ayam untuk
menghindari ternetralisasinya antibodi anak ayam asal induk dengan antigen
dalam vaksin (Weaver 2002). Anak ayam yang baru menetas memiliki antibodi
maternal yang diturunkan dari induknya. Antibodi pada anak ayam diberikan
induk melalui transmisi lewat telur. Antibodi yang tinggi pada ayam yaitu
Imunoglobulin Y (IgY) (Larsson et al. 1993). Penghambatan antibodi maternal
berlangsung sampai antibodinya habis yaitu sekitar 10-20 hari setelah menetas
(Tizard 1987).
Keberhasilan vaksin ditentukan oleh empat faktor, yaitu kesehatan
unggas, status nutrisi unggas, sanitasi lingkungan dan sistem perkandangan yang
baik, serta ketepatan program pemberian vaksin. Kegagalan vaksin dapat terjadi
karena hal-hal berikut ini: anak ayam masih memiliki kekebalan yang berasal dari
induk (umur 0-3 hari), anak ayam yang mengidap penyakit gumboro sehingga
organ kekebalannya tidak berfungsi, dan faktor keturunan (Suprijatna et al. 2005).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok ayam yang berumur satu hari
masih memiliki maternal antibodi yang akan mempengaruhi kegagalan pemberian
vaksin. Ayam dengan antibodi asal induk (maternal antibodi) yang cukup tinggi
jika divaksin tidak akan membentuk antibodi pasca vaksinasi yang tinggi. Hal ini
terjadi karena vaksin yang diberikan secara cepat akan dinetralisir oleh maternal
antibodi. Selain itu kondisi stres juga sangat mempengaruhi kesehatan unggas
yang dapat mempengaruhi pula pada status keberhasilan vaksin. Stres ini
ditimbulkan salah satunya pada saat pengangkutan atau transportasi dari tempat
asal menuju kandang percobaan serta penempatan di kandang yang baru.
Cara pemberian vaksin juga berpengaruh pada keadaan fisiologis ayam.
Vaksinasi yang digunakan adalah vaksinasi inaktif yang diberikan melalui rute
sub cutan, hal ini bertujuan agar vaksin dan adjuvant dapat disimpan pada
jaringan lemak yang banyak terdapat di sub cutan sehingga dapat dilepaskan
sedikit demi sedikit dan memberikan kekebalan yang lebih lama. Aspek positif
dari vaksin inaktif berdasarkan pengalaman kasus di Hongkong adalah proteksi
klinis luas yaitu dapat digunakan untuk semua spesies unggas, aman, standar
vaksin mudah dikontrol serta tidak direkomendasikan untuk ayam sebelum
berumur 8-10 hari. Aspek negatifnya, konsentrasi virusnya tidak distandarisasi,
berisiko bila menggunakan vaksin high pathogenic, diperlukan booster dan
monitoring lebih kompleks dengan antibody berbeda-beda untuk AGPT, HA dan
ELISA (Rahardjo 2004). Alasan lain dipilih rute sub cutan yaitu struktur sub
cutan yang banyak mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe sehingga
dapat mempercepat reaksi respon imun.
4.4. Rasio Konversi Pakan (RKP)
Konversi pakan adalah jumlah pakan yang habis dikonsumsi ayam
dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertambahan bobot badannya
(Tipakorn 2002). Semakin baik mutu pakan semakin kecil pula konversi pakan,
dan sebaliknya semakin tinggi konversi pakan menunjukkan semakin banyak
pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat
(Sarwono 2003). Adapun RKP setiap minggu pada penelitian ini dilihat pada
Tabel 5.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
1 2 3 4 5 6 7
Nil
ai
RK
P a
yam
bro
iler
A
B
C
D
E
Tabel 5. Nilai RKP Ayam Broiler per Kelompok Perlakuan
Keterangan : A= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-1
B= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-7
C= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-10
D= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-14
E= Kelompok ayam yang tidak diberi vaksin
Penghitungan konversi pakan perlu dilakukan untuk menilai efisiensi
penggunaan pakan dan kualitas pakan. Konversi pakan merupakan komponen
penting dalam usaha peternakan. Peternak selalu menginginkan angka konversi
pakan atau nilai RKP yang rendah karena nilai RKP yang makin kecil
menunjukkan tingkat kinerja yang baik. Nilai RKP terkecil pada penelitian ini
ditunjukkan oleh kelompok D dan nilai terbesar ditunjukkan oleh kelompok A.
Nilai RKP berbagai perlakuan tersaji pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Nilai RKP Ayam selama Tujuh Minggu.
Kelompok RKP ayam pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7
A 0.92 1.44 1.59 1.59 1.59 2.02 2.04
B 1.02 1.66 1.79 1.74 1.75 1.92 1.83
C 0.94 1.74 1.63 1.58 1.75 1.90 1.88
D 0.95 1.41 1.47 1.50 1.63 1.64 1.72
E 0.91 1.54 1.72 1.55 1.73 1.74 1.75
0
50
100
150
200
250
300
350
400
A B C D E
Nil
ai I
ndek
s P
erfo
rma
Kelompok Perlakuan
A
B
C
D
E
Nilai RKP pada kelompok A menunjukkan nilai yang tinggi. Tingginya
nilai RKP ini dapat dipengaruhi oleh total konsumsi pakan dan bobot badan
ayam. Kelompok D menunjukkan nilai RKP yang rendah, berarti kinerja ayam
lebih baik untuk mengkonversi semua pakan menjadi daging. Kondisi stres dapat
menurunkan peristaltik usus yang diikuti dengan perubahan komposisi
mikroflora usus sehingga terjadi penurunan efisiensi pakan, hal ini dapat terlihat
pada kelompok A. Pertumbuhan dan konversi pakan ayam broiler sangat
dipengaruhi oleh suhu didalam kandang. Suhu yang terlalu dingin atau terlalu
panas akan menurunkan konsumsi ransum secara langsung, karena ayam berada
dalam cekaman stres akibat perubahan suhu. Suhu yang ideal yaitu 21⁰C
(Amrullah 2003).
Nilai RKP normal untuk ayam pedaging strain Cobb adalah 1.65
(Anonim 2009b). Ini berarti kelompok D memiliki nilai RKP yang mendekati
normal, artinya konversi pakan menjadi daging lebih efisien. Kelompok A yang
diberi vaksin pada hari pertama memiliki nilai RKP yang tinggi atau konversi
pakan tidak efisien karena nilainya jauh diatas normal.
4.5. Indeks Performa (IP)
Indeks performa menunjukkan seberapa besar kinerja ayam broiler. Nilai
ini dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu bobot badan rata-rata, persentase
kehidupan, nilai RKP dan umur saat ayam panen. Nilai IP pada setiap kelompok
hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Indeks Performa Ayam Broiler.
Nilai IP kelompok D lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
lain. Hal ini dikarenakan kondisi metabolisme ayam kelompok D dalam keadaan
baik sehingga tidak mengalami gangguan pada nafsu makan ayam yang
merupakan dasar nilai IP. Kelompok B dan C juga menunjukkan hasil diatas 300
yang menunjukkan kinerja ayam broiler kelompok B dan C baik. Kelompok A
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang lain. Hal ini diakibatkan karena
pemberian vaksin pada hari pertama yang masih memiliki maternal antibodi yang
akan merusak dan menghalangi antigen yang masuk terutama antigen dalam
vaksin. Hal ini pun dapat memicu timbulnya kondisi stres yang akan
berpengaruh pada performa ayam broiler. Kondisi stres ini tentunya akan sangat
mempengaruhi pola makan dan kinerja ayam broiler.
Nilai indeks performa yang baik adalah diatas 300 (Anonim 1999),
Gambar 6 menunjukkan bahwa kelompok B, C dan D memiliki IP di atas normal
yaitu 316.5, 301.9, 355.26. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok B, C dan D
memiliki kinerja yang baik, dimana dari ketiga kelompok tersebut kelompok D
memiliki IP yang sangat baik. Kelompok A memiliki nilai dibawah rata-rata
yaitu 261.1. Indeks performa diatas normal atau tinggi dapat meningkatkan
keuntungan bagi peternak karena hasil produksi ayam broiler tersebut mengalami
peningkatan.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa vaksinasi AI pada hari
ke-14 pada ayam broiler akan memberikan indeks performa yang lebih baik
dibandingkan pada hari ke-1, ke-7 dan hari ke-10.
5.2. Saran
Pada peternakan ayam broiler sebaiknya dilakukan vaksinasi AI agar
dapat memberikan hasil produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso BT. 1998. Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknik, Penyuluhan
dan Peternak. Jakarta : Penerbit yayasan Kanisius
Alexander DJ. (1996). Highly Pathogenic Avian Influenza. Manual of Standards
for Diagnostic Test and Vaccines. OIE. 155-160.
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Pedaging. Bogor : Lembaga Satu Gunung Budi.
hlm : 1-5
Anggoroardi R. 1976. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta : Gramedia
[Anonim]. 1999. Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda.
http://mitraunggas.com/index.php?main_page=news_article&article_id=
58 [26-08-2010]
[Anonim]. 2009a. Pemberian Vaksinasi dan Obat Ayam Petelur.
http://www.agromaret.com/artikel/467/pemberian_vaksinasi_dan_obat_a
yam_petelur [29-11-2009]
[Anonim]. 2009b. Karakteristik Strain Pedaging dan Layer.
http://cjfeed.co.id/indeks.php?option=com_content [09-12-2009]
Cahyono Bambang. 2001. Ayam Buras Pedaging. Jakarta : Penerbit Swadaya.
[Center for Infectious Disease Research and Policy] CIDRAP. 2008. Avian
Influenza (Birdflu). Agricultural and Wildlife Consideration.
http://www.Cidrap.umn.edu/cidrap/content/influenza/avianflu/biofacts/av
flu.html [22-01-2008]
[Direktorat Jendral Peternakan] Ditjenak. 2006. Prosedur Operasional Standar
Pengendalian Penyakit Avian Influenza di Indonesia. Direktorat Jenderal
Peternakan Departemen Pertanian RI. Jakarta.
Fadilah R. 2009. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta :
Agromedia Pustaka
Harder TC, Warner O. 2008. Avian Influenza. World disease: Dangerous disease.
http//www.influenzareport.com/ir/ai.htm. [31 Mei 2008]
[Informasi Veteriner] Infovet. 2007. Perkembangan Kasus Avian influenza.
http://www.majalahinfovet.com/2007/08/avian-influenza.html
[14-02-2010]
Jahja J, Retno D, Suryani T. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Cetakan ke
Delapan Belas. Bandung : Medion
Korsman S. 2006. Vaccine. Influenza Report. http://
www.influenzareport.com/ir/ai.htm.[14 Juni 2008]
Kresno SB. 2001. IMUNOLOGI : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi
keempat. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Larsson A, Ros-Mari B, Tomas L. Lindahl, Per-Olof Forsberg. 1993. Chicken
Antibodies: Taking Advantage of Evolution-A Review. Sweden.
Department of Clinical Chemistry, University Hospital. 1807-1812
Malole MBM. 1988. Virologi. Bogor : Pusat Antar Universitas.
Mahardika IGK, I Nyoman S, Ida BKS, I Gusti AYK, I Wayan TW. 2009.
Perbandingan Sekuens Konsensus Gen Hemaglutinin Virus Avian
Influenza Subtipe H5N1 Asal Unggas di Indonesia dengan Subtipe H5N2
dan H5N9. 10(1) : 12-16.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/3.%20mahardika%20et%20al.pdf
Natih KKN. 2010. Preparasi Imunoglobulin G Kelinci sebagai Antigen
Penginduksi Antibodi Spesifik Terhadap Virus Avian Influenza
H5N1 Strain Legok. 11(2): 99-106
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/7.%20natih%20et%20al.pdf
Prabowo D. 2003. Maternal Antibodi Anak Ayam Pelung yang Induknya Divaksin
Dengan ND Kombinasi. Purwokerto: FAPET Universitas Jendral
Sudirman.11-18
http://www.animalproduction.org/index.php/ap/article/viewFile/103/141.
[8-08-2010]
Rahardjo Y. 2004. Avian Influenza, Pencegahan, Pengendalian dan
Pemberantasannya: Hasil Investigasi Kasus lapangan. Edisi I. PT Gallus
Indonesia Utama. Jakarta
Riza F. 2009. Pengaruh Vaksinasi Infectious Bursal Disease Inaktif Terhadap
Kinerja Ayam Pedaging [skripsi]. Bogor : FKH IPB.
Sandra P. 2010. Vaksinisasi Ayam Petelur.
http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik10.html. [22-04-2010]
Sarwono B. 2003. Beternak ayam buras. Jakarta : Penebar Swadaya
Scanes, Colin, George B, Ensminger ME. 1992. Poultry science (Animal
Agriculture Series). Fourth Edition. Danvie-Illinois : Interstate Publisher.
hlm : 8-11
Scheibner V. 2000. Adverse Effect Of Adjuvants In Vaccines. Nexus 8 (1)
Sosroamidjoyo MS, Soeradji. 1990. Peternakan Umum. Jakarta : CV
YASAGUNA
Suardana IBK. 2009. Respon Imun Itik Bali terhadap Berbagai Dosis Vaksin
Avian Influenza H5N1. 10(3) : 150-155.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/6.%20suardana%20et%20al.pdf
[24-08-2010]
Suprijatna Edjeng, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Jakarta : Penerbit Swadaya
Suska D.2009. Gumboro, Vaksin dan Kekebalan. http://Infovet.blogspot.com
[11-09-2009]
Suarez, David L .2008. Influenza A Virus . Avian Influenza. 2008: 3-22
Swayne ED, Mary Pantin-jackwood. 2008a. Pathobiology of Avian Influenza
Virus infection in Birds and Mammals. Avian Influenza. 87-122
Swayne ED. 2008b. The Global Nature of Avian Influenza. Avian Influenza. 123-
143
Tipakorn N. 2002. Effect of Andrograpis Paniculata (Burm.F) Nees on
performance, Mortality and Coccidiosis in Broiler Chickens. [Disertasi].
Thailand. Faculty of Agricultural sciences, Institut of Animal physiology
and Animal Nutrition.
Tizard. 1987. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi II. Partodiredjo M.
penerjemah. Surabaya: Airlangga University press. Terjemahan dari:
Introduction to veterinary immunology.
Trobos. 2009. Kalau Ayam Kampung ?Mutung? Divaksin AI.
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=8&aid=60. [01-02-2009]
Unandar T. 2009. Broiler Modern dan Reaksi Pasca Vaksinasi. Subang. PT.
Malindo
Weaver WD. 2002 .Commercial Chicken Meat and Egg Production. Fifth Edition.
New York : Springer. hlm: 456-460
Wibawan IWT, Sri M, Retno DS. 2009. Produksi IgY Antivirus Avian Influenza
H5N1 dan Prospek Pemanfaatannya dalam Pengebalan Pasif. 10(3) :
118-124.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2.%20wibawan%20et%20al.pdf.
[24-08-2010]
Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Penerjemah : Parmadja SGND. Jogjakarta : Gajah Mada Press.