pengelolaan limbah b3

3
POTENSI & PENGELOLAAN LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TGL 20/10/2014. *Cahyadi Imran Pendahuluan Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang dilaksanakan diantaranya melalui pembangunan di bidang industri, pelayanan kesehatan dan jasa pariwisata serta pendidikan. Pembangunan di satu pihak akan menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup masyarakat, namun di lain pihak juga akan menghasilkan limbah. Diantara beberapa jenis limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan usaha tersebut terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun. Pengertian limbah bahan berbahaya dan beracun menurut PP 18 Tahun 1999 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencuciaan, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain, sedangkan yang dimaksud dengan limbah B3 dari kegiatan spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Limbah B3 yang dibuang langsung ke lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Mengingat resiko tersebut, maka perlu diupayakan agar setiap kegiatan usaha dapat menghasilkan limbah B3 seminimal mungkin dan perlunya pengelolaan limbah B3 secara baik. Pengelolaan limbah B3 dimaksudkan agar limbah B3 yang dihasilkan oleh setiap kegiatan usaha sesedikit mungkin bahkan diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan dan penerapan teknologi bersih. Bilamana masih dihasilkan limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan limbah B3. Pemanfaatan limbah B3 mencakup kegiatan daur ulang (recycling), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse). Dengan teknologi pemanfaatan limbah B3 akan mengurangi jumlah limbah B3 sehingga biaya pengolahan limbah B3 juga dapat ditekan dan dapat meningkatkan kemanfaatan bahan baku. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Langkah pertama yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengidentifikasi limbah B3 dari penghasil, apakah termasuk limbah B3 atau tidak. Mengidentifikasi limbah ini akan memudahkan pihak penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah atau penimbun dalam mengenali limbah tersebut sedini mungkin. Tahapan identifikasi limbah B3 adalah sebagai berikut : 1. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3, apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka limbah tersebut masuk kategori limbah B3; 2. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka diperiksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik : mudah meledak atau mudah terbakar atau beracun atau bersifat rekatif atau menyebabkan infeksi atau bersifat korosif;

Upload: crew

Post on 08-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENGELOLAAN LIMBAH B3

TRANSCRIPT

  • POTENSI & PENGELOLAAN LIMBAH B3

    (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) DI

    DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TGL 20/10/2014.

    *Cahyadi Imran

    Pendahuluan

    Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang dilaksanakan

    diantaranya melalui pembangunan di bidang industri, pelayanan kesehatan dan jasa pariwisata serta

    pendidikan. Pembangunan di satu pihak akan menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi

    kesejahteraan hidup masyarakat, namun di lain pihak juga akan menghasilkan limbah. Diantara

    beberapa jenis limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan usaha tersebut terdapat limbah bahan

    berbahaya dan beracun. Pengertian limbah bahan berbahaya dan beracun menurut PP 18 Tahun 1999

    adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang

    karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung

    dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan

    hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

    Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari

    sumber spesifik dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan

    produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang

    pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,

    pencuciaan, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain, sedangkan yang dimaksud

    dengan limbah B3 dari kegiatan spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang

    secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Limbah B3 yang dibuang langsung ke

    lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk

    hidup lainnya. Mengingat resiko tersebut, maka perlu diupayakan agar setiap kegiatan usaha dapat

    menghasilkan limbah B3 seminimal mungkin dan perlunya pengelolaan limbah B3 secara baik.

    Pengelolaan limbah B3 dimaksudkan agar limbah B3 yang dihasilkan oleh setiap kegiatan usaha

    sesedikit mungkin bahkan diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada sumber dengan

    pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan dan penerapan teknologi bersih.

    Bilamana masih dihasilkan limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan limbah B3.

    Pemanfaatan limbah B3 mencakup kegiatan daur ulang (recycling), perolehan kembali (recovery) dan

    penggunaan kembali (reuse). Dengan teknologi pemanfaatan limbah B3 akan mengurangi jumlah limbah

    B3 sehingga biaya pengolahan limbah B3 juga dapat ditekan dan dapat meningkatkan kemanfaatan

    bahan baku. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan,

    pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan termasuk penimbunan hasil pengolahan

    tersebut.

    Langkah pertama yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengidentifikasi limbah B3 dari

    penghasil, apakah termasuk limbah B3 atau tidak. Mengidentifikasi limbah ini akan memudahkan pihak

    penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah atau penimbun dalam mengenali limbah

    tersebut sedini mungkin. Tahapan identifikasi limbah B3 adalah sebagai berikut :

    1. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3, apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3,

    maka limbah tersebut masuk kategori limbah B3;

    2. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka diperiksa apakah limbah tersebut memiliki

    karakteristik : mudah meledak atau mudah terbakar atau beracun atau bersifat rekatif atau

    menyebabkan infeksi atau bersifat korosif;

  • 3. Apabila kedua tahapan tersebut sudah dilakukan dan tidak memenuhi ketentuan limbah B3, maka

    dilakukan uji toksikologi.

    POTENSI LIMBAH B3

    Di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, jenis limbah B3 banyak dihasilkan dari kegiatan industri

    bersumber dari industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri lampu, industri susu, industri

    otomotif/bengkel. Dari pelayanan kesehatan, banyak dihasilkan dari rumah sakit, puskesmas, rumah

    bersalin. Data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Tahun 2013 disebutkan bahwa di

    DIY terdapat 121 puskesmas dan 69 rumah sakit. Dari sektor pariwisata banyak dihasilkan dari hotel,

    mall, rumah makan, supermarket. Dari sektor pendidikan banyak dihasilkan dari kegiatan praktikum

    kimia/biologi yang ada di perguruan tinggi maupun smu/smk. Berikut ini adalah gambaran jenis

    kegiatan serta jenis limbah B3 yag dihasilkan :

    No. Jenis Kegiatan Jenis Limbah B3 yang dihasilkan

    1. Industri (Tekstil, Penyamakan Kulit,

    Lampu, Gula, Susu, Depo minyak

    bumi, Otomotiv/Bengkel

    Sludge IPAL, fly ash/bottom ash batubara, bahan kimia kadaluarsa,

    kemasan bahan kimia, oli bekas, lampu bekas, toner/cartride, batu

    baterai bekas, lampu bekas, accu bekas, kain majun

    2. Pelayanan Kesehatan (RS,

    Puskesmas, rumah bersalin, lab

    lingk/kesehatan, farmasi)

    Limbah padat medis, sludge IPAL, abu incinerator, obat kadaluarsa,

    limbah cair laboratorium/sisa reagen, accu bekas

    3. Jasa Pariwisata (hotel, rumah

    makan, supermarket, mall)

    Lampu bekas, batu baterai bekas, oli bekas, accu bekas

    4. Pendidikan (perguruan tinggi,

    smu/smk)

    Sisa bahan kimia / reagen yang digunakan di laboratorium

    5. Perumahan / permukiman Lampu bekas, batu baterai bekas, obat kadaluarsa

    Sesuai ketentuan PP 18/1999 pasal 11, disebutkan bahwa penghasil limbah B3 wajib menyampaikan

    catatan tentang jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3 serta pengelolaannya

    sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan ke instansi yang bertanggungjawab. Namun demikian,

    sampai dengan saat ini kegiatan usaha yang melaporkan pengelolaan limbah B3 tersebut jumlahnya

    masih sangat sedikit, sehingga potensi limbah B3 yang ada di wilayah DIY masih belum bisa terdata

    dengan baik.

    Dari laporan yang disampaikan oleh PT. Arah Environmental Indonesia selaku transporter limbah B3,

    disebutkan bahwa PT. Arah pada tahun 2013 mengangkut sebanyak 700,928 ton limbah B3 yang berasal

    berbagai kegiatan pelayanan kesehatan yang ada di wilayah DIY. Adapun dari hasil pengawasan proper

    2012-2013, diketahui bahwa beberapa industri secara akumulasi menghasilkan 3.445,527 ton limbah B3.

    Dari sektor pariwisata/perhotelan menghasilkan limbah B3 yang tidak terlalu besar mengingat limbah

    B3 yang dihasilkan hanya berupa lampu bekas dan batu baterai bekas. Karena belum semua kegiatan

    usaha melaporkan pengelolaan limbah B3nya, tentunya jumlah pasti potensi limbah B3 yang dihasilkan

    di wilayah DIY lebih dari yang telah disebutkan diatas. Beberapa jenis limbah B3 yang berpotensi

    banyak dihasilkan namun belum sepenuhnya terdata adalah oli bekas. Ada banyak usaha bengkel motor

    atau mobil yang berada di wilayah DIY, bila diasumsikan setiap bengkel tersebut menghasilkan 10 liter

    oli bekas setiap harinya, maka secara akumulasi limbah oli bekas yang terkumpul dari semua bengkel

    tersebut sangat besar. Selain itu adalah limbah sisa bahan kimia / reagen yang dihasilkan dari

    praktikum laboratorium biologi/kimia di sekolah smu/smk serta perguruan tinggi. Sebagaimana kita

    ketahui, ada banyak sekolah dan perguruan tinggi di DIY sehingga bisa dipastikan potensi limbah B3 dari

    sisa bahan kimia/reagen ini juga sangat besar jumlahnya. Potensi limbah B3 yang berasal dari rumah

    tangga pun juga sangat besar. Setiap rumah tangga menghasilkan limbah B3 berupa lampu bekas, batu

    baterai bekas, obat kadaluarsa. Selama ini limbah B3 dari rumah tangga tersebut kebanyakan masih

    dibuang bersama dengan jenis sampah domestik lainnya ke TPA Sampah. Hal ini tentunya perlu

  • mendapat perhatian serius sehingga limbah limbah B3 dari kegiatan rumah tangga juga bisa dikelola

    dengan lebih baik.

    Pengelolaan Limbah B3

    Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan,

    pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 bertujuan

    untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang

    diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar

    sehingga sesuai fungsinya kembali. Sebagian besar kegiatan usaha di DIY yang menghasilkan limbah B3,

    melakukan kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan pihak ketiga. Berbagai jenis limbah B3 tersebut

    diangkut dan dibawa keluar wilayah DIY untuk dilakukan pengelolaan lanjutan, seperti dimanfaatkan

    langsung, direduksi, diolah ataupun ditimbun. Pemanfaatan limbah B3 meliputi perolehan kembali

    (recovery), penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Pengolahan limbah B3 dapat

    dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi dan solidifikasi, secara fisika (reduksi-oksidasi, elektrolisasi,

    netralisasi, presipitasi/pengendapan, solidifikasi/stabilisasi, absorpsi, penukar ion, pirolisa), secara

    kimia , biologi dan/atau cara lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi.

    Penimbunan limbah B3 wajib menggunakan sistem pelapis yang dilengkapi dengan saluran untuk

    pengaturan aliran permukaan, pengumpulan air lindi dan pengolahannya, sumur pantau dan lapisan

    penutup akhir. Sebelum limbah B3 dibuang ke tempat penimbunan akhir (landfill), dilakukan proses

    stabilisasi/solidifikasi yakni proses pengolahan limbah dengan cara penambahan senyawa pengikat

    sehingga pergerakan senyawa-senyawa B3 dapat dihambat atau terbatasi dan membentuk ikatan massa

    monolit dengan struktur yang kekar (massive). Hal ini untuk memperkecil / membatasi daya larut,

    pergerakan/penyebaran dan daya racunnya.