pengelolaan pesisir dan daerah aliran...
TRANSCRIPT
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFIUniversitas Gadjah Mada
EditorDjati Mardiatno
Dyah R. HizbaronEstuning T.W. Mei
Fiyya K. ShafaraniFaizal Rachman
Yanuar SulistiyaningrumWidiyana Riasasi
Seminar Nasional ke-2Pengelolaan Pesisir
dan Daerah Aliran Sungai
PROSIDING
Ikatan Geograf Indonesia
MPPDASFakultas Geografi
UGM
Badan InformasiGeospasial
Diselenggarakan oleh
PROSID
ING SEM
INA
R N
ASION
AL K
E-2Pengelolaan Pesisir dan D
aerah Aliran Sungai
ISBN 978-979-8786-61-7
i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR
DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
Editor:
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T. W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
ISBN: 978-979-8786-61-7
© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun
mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan
ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke semnas-
Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para
penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.
Tanggal terbit:
20 Juli 2016
Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595
Email: [email protected]
Website: www.geo.ugm.ac.id
Desain sampul:
Widiyana Riasasi
iii
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini. Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain 1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran
sungai 2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai 3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam
pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait. Terima Kasih Ketua Panitia Kegiatan Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc.
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iv
Pembicara Utama
PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................. 1
PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM
PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ........................................................ 11
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................................. 18
HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA .............................................................. 51
Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran
sungai
PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH
TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP .................................................... 58
IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK
MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ........................................................................................ 68
PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN
BANJARNEGARA, JAWA TENGAH .................................................................................................. 79
ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH
ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO .................................................... 86
UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK
ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ...................................................... 96
KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI
PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ............ 106
RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU
KASKADE MAHAKAM..................................................................................................................... 117
EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129
ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI
GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ................................................................................... 140
ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN
STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA
RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ............................................................................................ 148
BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI
SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK
BESI, KOTA BENGKULU ................................................................................................................. 159
FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ............. 167
KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI
WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ............................... 177
ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN
MALANG BAGIAN SELATAN ......................................................................................................... 187
ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN
BERKELANJUTAN DI PULAU KECIL STUDI KASUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU 199
v
EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI
KEBUMEN .......................................................................................................................................... 204
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT
BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ................................................................................................. 212
INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS
BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang
Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) .................................................................................. 223
ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO,
YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 233
PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI
INDONESIA TAHUN 2015 ................................................................................................................ 242
INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK
KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ........... 251
PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH
.............................................................................................................................................................. 263
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA
KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA
KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ................................................... 270
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN
MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN .................... 280
PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI
PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN ................................................................................................................ 290
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE .................................... 299
ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN
DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG
PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ................... 309
MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014
DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV .................................................................. 323
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI
KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ............................................... 330
Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH
PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ............................................................................................. 338
STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG
DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ................................................................................................ 347
ANALISIS LINGKUNGAN GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN
PENDEKATAN SPASIAL .................................................................................................................. 355
KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN
KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC
GEORAS .............................................................................................................................................. 367
PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN
SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ................................................. 380
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KAWASAN SAGARA
ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP
.............................................................................................................................................................. 386
vi
PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi
di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ............................................................................................ 397
ANALISIS KEMAMPUANLAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENTUNG,
KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ................... 408
MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421
PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN
WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK
KABUPATEN BANTUL ..................................................................................................................... 433
ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL
RUPABUMI INDONESIA .................................................................................................................. 444
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI
WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT .............................................................................. 454
Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam
pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA
TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code) 464
URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 476
LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE
TRANSPORTING SYSTEM .................................................................................................................. 487
KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU
KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA
BARAT ................................................................................................................................................ 497
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI
SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ....................................................... 507
KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA
PATUTREJO PURWOREJO ............................................................................................................... 519
KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA
OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ................................................................ 528
WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ........ 534
PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL
DENGAN SISTEM BANJAR .............................................................................................................. 547
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ............................................................................................... 557
PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS
MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ....................................... 564
OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI
BEDUL BANYUWANGI .................................................................................................................... 582
PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN
KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ...................................................... 592
STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
DI PANTAI DEPOK ............................................................................................................................ 603
PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN
TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ................................................... 610
vii
DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
SUMBERDAYA HUTAN ................................................................................................................... 618
ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI
KASUS DAS CITANDUY .................................................................................................................. 629
PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN
HASIL PROSES ................................................................................................................................... 638
KONFLIK SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN
DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ....... 652
KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661
KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR
CANGGU, BALI .................................................................................................................................. 672
PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR
UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ......................................................... 689
EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN
MERANTI ............................................................................................................................................ 703
KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG
LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN
GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO .......................................................................................... 716
PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO
BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ............................................................................ 725
STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS
SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH.............................................................................................................................................. 735
PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK
AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG.............................................................. 746
KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN
PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ...... 756
KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
.............................................................................................................................................................. 765
148
ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG
TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN STRUKTUR GEOMETRI TELUK
SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA RAWA
MAKMUR KOTA BENGKULU
Suwarsono, Supiyati, Budi Harlianto
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, KotaBengkulu
[email protected] (Gedung BS Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A, telp.
(0736) 20919; 21170 pes.208 fax. (0736) 26873)
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui penguatan ketinggian gelombang tsunami akibat refraksi dari bentuk
geometri morfologi cekungan teluk Sungai Serut dan jalur evakuasi tsunami harapan selamat di desa
Rawa Makmur di Kota Bengkulu. Penguatan akibat geometri ini mengancam 6.000 orang penduduk
desa Rawa Makmur dan sekitarnya yang bermukim di ujung teluk dengan rata-rata ketinggian
pemukiman antara 3-5 meter di atas permukaan laut.
Penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan berbagai faktor yang
mempengaruhi penguatan ketinggian gelombang tsunami tersebut, antara lain: sudut cekungan, panjang
teluk, topografi, kedalam laut, ketinggian pemukiman, faktor peredaman.
Hasil penelitian memperkirakan penguatan ketinggian di ujung teluk dan sekitarnya mencapai 1,5 –3
kali lipat dari ketinggian tsunami di mulut teluk sebelum masuk cekungan atau mengalami penguatan
antara 50% sampai 300%. Dtemukan ada 9 (Sembilan) jalur evakuasi tsunami yang mengarah ke
Timur.
Kata kunci: penguatan, geometri, refraksi, efek teluk, Bengkulu
PENDAHULUAN
Daerah-daerah yang mengalami kerusakan cukup parah akibat tsunami umumnya
berasosiasi dengan morfologi pantai yang berupa teluk. Oleh karena itu, wilayah-wilayah
pantai yang memiliki morfologi teluk patut diwaspadai sebagai daerah/ zona bahaya tsunami.
Daerah-daerah pantai di Aceh, Pangandaran, Maumere dan sekitarnya telah menderita
kerusakan yang cukup besar akibat tsunami, didukung dengan keadaan morfologi yang berupa
teluk. [6]. Gempa bumi besar di Segmen Mentawai berada pada periode waktu perulangan
sekitar 175 tahunan yang berpotensi akan disertai tsunami. Kawasan pantai Provinsi Bengkulu
pernah dilanda tsunami besar pada tahun 1833 yang didahului gempa besar di segmen
Mentawai dan akhir -akhir ini aktivitas gempa dengan pusat gempa di samudera Hindia
meningkat tajam di daerah ini yang dapat memicu terjadinya tsunami.
Daerah pesisir pantai barat Bengkulu termasuk dalam salah satu wilayah yang terancam
bahaya Tsunami di Indonesia [1].Berdasarkan jarak pusat-pusat gempa yang selama ini terjadi
sangat dekat dengan garis pantai Bengkulu, diperkirakan hanya antara 30 sampai 15 menit
saja waktu yang diperlukan untuk menjangkau pantai Bengkulu, itupun jika pusat tsunami di
sekitar Mentawai. Tetapi jika Tsunami terjadi di lokasi yang lebih dekat dengan garis pantai
maka Tsunami akan lebih cepat lagi menjangkau daratan. Waktu sesingkat itu tidak mungkin
untuk menggerakkan masyarakat desa lari menuju tempat-tempat tinggi yang rata-rata jauh
149
dari tempat tinggal. Oleh karena itu tempat evakuasi yang realistis dan mudah dijangkau
adalah disekitar rumah seperti bukit kecil , tanggul, pohon besar, rumah bertingkat, hutan
yang lebat dan potensi lokal lain yang memungkinkan. Sampai saat ini informasi tentang hal
tersebut belum ada dan usaha mewujudkan desa siaga yang mandiri mengalami stagnasi [7].
Kekuatan terjangan tsunami dan jangkauan run-up genangan air ke daratan tidak
hanya ditentukan oleh kekuatan gempa tetapi ditentukan juga oleh morfologi bentuk
pantainya. Fakta-fakta di beberapan tempat di Indonesia maupun di Jepang menunj ukkan
bahwa kerusakan dan jangkauan run-up di bekas terjangan tsunami berbeda-beda walaupun
sumber tsunaminya sama. Kawasan yang biasanya paling parah di landa tsunami adalah
kawasan di ujung teluk terlebih jika di situ merupakan muara sungai. Morfologi pantai di
Provinsi Bengkulu salah satunya di pantai kota Bengkulu memiliki teluk yang bermuara
sungai dan menjadi pemukiman padat penduduk , seperti kawasan Kelurahan desa Rawa
Makmur, desa Kandang Kampung Melayu, desa Pondok Kelapa, desa Pondok Besi, desa
Lempuing dan masih banyak lagi pemukiman di muara sungai berupa teluk. Dalam penelitian
ini akan fokus di teluk Sungai Serut yang di kelilingi oleh desa Kampung Cina, Pondok Besi,
Pasar Bengkulu, Rawa Makmur, Beringin Raya dan Pondok Kelapa. Penduduk desa tersebut
memiliki kerentanan tinggi terancam bahaya Tsunami akibat letak geografisnya dan
morfologi pantainya berada di ujung dalam sekeliling teluk Sungai Serut yang memiliki
resiko lebih besar, akibat peningkatan kekuatan run-up gelombang tsunami dari jebakan
bentuk geometri morfologi teluk Sungai Serut. Hal ini sangat penting untuk melakukan
mitigasi bencana tsunami terhadap 3.921 orang penduduk desa Rawa Makmur, 2.500
penduduk desa Kampung Cina, penduduk desa Pondok Besi, 1.200 penduduk desa Pasar
Bengkulu, 650 penduduk desa Beringin Raya, 2250 penduduk desa Pondok Kelapa [2].
Hal-hal yang akan menjadi obyek spesifik dalam penelitian ini meliputi: perkiraan
ketinggian tsunami, geometri morfologi teluk, run-up jangkauan Tsunami, potensi lokal desa
untuk evakuasi seperti akses jalan, bukit/tempat tinggi lebih dari 10 meter dari permukaan
laut, fasilitas umum, gedung sekolah, tempat ibadah, balai desa, lapangan, sebaran kepadatan
komunitas penduduk, potensi kedaruratan logistik pangan, tingkat pengetahuan mitigasi
penduduk dan manajemen desa siaga bencana.
Hasil yang ditargetkan dari penelitian ini meliputi perkiraan amplifikasi ketinggian
tsunami akibat jebakan geometri teluk, jangkauan run-up genangan air laut ke darat akibat
tsunami, kuantitas kerentananyang menggambarkan perkiraan jumlah korban, tingkat kegawat
daruratan khususnya terhadap penduduk yng bermukim di ujung sekeliling teluk, peta jalur
evakuasi yang efektif, pocket book panduan mitigasi penduduk, berbagai macam potensi
lokal yang dimiliki desa untuk jalur dan tempat evakuasi, perhitungan kelayakan kemampuan
infrastruktur dan rekomendasi jalur tempat evakuasi yang aman.
Luaran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: papan rambu-rambu Tsunami
sepanjang jalur 3evakuasi menuju tempat aman, pocket book panduan mitigasi bencana
Tsunami untuk penduduk, Peta jangkauan run-up Tsunami akibat amplifikasi bentuk geometri
morfologi teluk, potensi lokal di desa sebagai tempat evakuasi aman, publikasi ke Jurnal
terakreditasi nasional, rekomendasi hal-hal yang dapat meminimalisir resiko korban
bencana.Salah satu indikator sikap siaga mengantisipasi bencana Tsunami pada massa depan
adalah tersedianya peta jalur evakuasi ke tempat aman di kawasan rawan tsunami dilengkapi
dengan rambu -rambu petunjuk menuju tempat aman, mudah dikenal dan jelas terlihat [6].
Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat
guna dan tepat waktu. Setiap orang dalam rumah sebaiknya tahu apa yang harus dilakukan
dan ke mana harus pergi bila situasi darurat terjadi.
Kejadian gempabumi besar disertai Tsunami di pantai barat Sumatra pernah terjadi
pada tahun 1797, 1799 dan 1833 yang menimbulkan bencana besar di pesisir barat Sumatra.
Kemungkinan besar bencana tersebut masih akan berulang. Disisi lain sejak Desember 2004
sampai Maret 2007, selain gempa dan tsunami Bengkulu pada September 2007 kerugian
akibat bencana gempa dan Tsunami di Indonesia mencapai 80 Triliyun rupiah, 172.136 orang
meninggal dunia dan 321.719 rumah hancur [3]. Pada tahun 2005 menurut Word Disaster
Reduction Compaign-UNESCO, Indonesia termasuk dalam peringkat ke-7 sebagai negara
150
paling sering di landa bencana alam [6]. Segmen Mentawai berada pada periode waktu
perulangan sekitar 175 tahunan . Daerah ini pernah dilanda tsunami besar pada tahun 1833
dan akhir-akhir ini aktivitas gempa meningkat tajam di daerah ini.Pesisir pantai Bengkulu
sepanjang 525 km merupakan salah satu pantai yang berhadapan langsung dengan pusat-pusat
gempa yang berpotensi tsunami, bahkan pantai Kabupaten Mukomuko Bengkulu bagian utara
adalah tempat yang terdekat dengan kepulauan Mentawai, yang merupakan titik sumber
tsunami besar yang melanda pantai Sumatra pada tahun 1833. Kebanyakan kota-kota di
provinsi Bengkulu terletak di tepi pantai Samudera Hindia, sehingga memiliki kerentanan
yang tinggi terhadap bencana tsunami. Bentuk geometri pantai Provinsi Bengkulu terdiri dari
tiga tipe yaitu tanjung berupa daratan yang menjorok kelaut, pantai sejajar daratan dan pantai
berupa teluk yaitu laut yang menjorok masuk ke daratan. Pada umumnya kota-kota pantai
terletak di ujung dalam teluk ini, yang secara tradisional merupakan kampung nelayan pada
awal mulanya. Kebanyakan teluk ini juga merupakan sisi dari muara sungai, sehingga akses
para nelayan untuk membongkar hasil tangkapan ikan ke darat.Pada hari-hari biasa teluk
merupakan kawasan pantai yang kurang berbahaya di banding di tengah laut, akan tetapi saat
gelombang tsunami melanda kawasan pantai teluk ini akan menjadi perangkap gelombang
tsunami sehingga memungkinkan mengalami penguatan energi dan ketinggiannya.
Gelombang tsunami yang masuk ke teluk yang menyempit akan mengalami perubahan:
panjang dan tinggi gelombang, refraksi, difraksi dan refleksi [10]. Amplifikasi energi dan
ketinggian tsunami di daerah ujung teluk ini telah terbukti di beberapa tempat setelah kejadian
tsunami dibandingkan daerah sekitarnya di luar cekungan teluk seperti setelah tsunami di
Aceh tahun 2004, tsunami di teluk Thailand tahun 2004, tsunami di Flores tahun 1992, pantai
Pangandaran di pantai selatan Jawa tahun 2010, tsunami di Jepang tahun 2011. Oleh karena
itu kewaspadaan penduduk di desa-desa yang terletak di teluk seharusnya lebih tinggi dan
melakukan mitigasi yang intensif, pemerintah juga seharusnya member perhatia n khusus
mengingat komunitas penduduk di banyak teluk di pantai provinsi Bengkulu merupakan
pemukiman padat penduduk. Pantai Pulau Flores di sebelah selatan pulau Babi berbentuk
cekungan bagaikan parabola yang memperbesar efek refleksi, sehingga member efek
kerusakan lebih besar dibanding di daerah utara yang langsung berhadapan dengantsunami
[11].
Hasil observasi di ketiga teluk yang terlanda tsunami pada bulan Juni 1994 ini
menghasilkan suatu gambaran umum yang hamper sama, yaitu bahwa pantai-pantai yang
terkena tsunami sangat parah adalah pantai-pantai berteluk pada bagian datar sekitar muara
sungai [4]. Kerusakan paling parah terutama pada pantai yang membentuk huruf V atau
berupa teluk dengan arah gelombang yang semakin menyempit kearah daratan [8].
Gambar 1. Kondisi Teluk Sungai Serut Rawa Makmur Kota Bengkulu 2015
151
Jika dilihat kodisi teluk di sekitar Sungai Serut (Gambar 1) tersebut maka pola teluk dapat
dikatakan dengan teluk yang memiliki pola parabola, sehingga untuk menghitung ketinggian
gelombang tsunami akibat teluk akan digunakan persamaan yang akan digunakan adalah
persamaan menurut [5], yang dituliskan:
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah: desa-desa sepanjang daerah pesisir Provinsi Bengkulu dari
Kabupaten Kaur di selatan sampai ke Mukomuko di utara yang melintas di 7 Kabupaten. Tim
penelitian terdiri dari 4 orang dosen, 2 tenaga lapangan/teknisi, dan mengikutsertakan
beberapa mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan survey langsung ke
lapangan desa-desa di daerah pesisir Provinsi Bengkulu, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan data kependudukan atau data statistik daerah pesisir Provinsi Bengkulu
dan kondisi geografis wilayah yang akan diteliti.
2. Mengumpulkan hasil-hasil penelitian dan teori yang berkaitan dengan judul
penelitian yang akan dilaksanakan sebagai referensi (lihat daftar pustaka).
3. Menyiapkan peta topografi, geologi dan tutupan lahan Desa Rawa Makmur dan
sekitarnya.
4. Membuat (mendigitasi) peta lokasi penelitian (Desa Rawa Makmur dan sekitar teluk
Sungai Serut) dengan menggunakan ArcGis versi 9.3.
5. Membuat grid pada peta lokasi penelitian untuk menentukan titik pengukuran
ketinggian tempat dari permukaan laut.
6. Menyiapkan tim peneliti untuk melakukan survei ke lokasi penelitian serta membawa
peralatan dan peta dasar daerah pesisir teluk Sungai Serut Kota Bengkulu yang sudah
disiapkan sebelumnya.
7. Mengamati dan mencatat potensi lokal desa Rawa Makmur untuk keperluan evakuasi
dan mitigasi, beberapa hal yang diamati dan dicatat untuk evakuasi antara lain:
a. Mengukur ketinggian setiap titik yang sudah ditentukan sebelumnya dengan
menggunakan Global Position System (GPS)
b. Tempat-tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 10 meter di atas
permukaan air laut di sekitar pemukiman penduduk.
c. Jumlah penduduk, sebaran kepadatan dan umur penduduk setiap desa
d. Kondisi jaringan jalan, sungai dan jembatan serta kepadatan bangunan di
pemukiman penduduk.
152
e. Memetakan jalur jalan evakuasi menuju tempat tinggi, jauh dari pantai dan
aman baik evakuasi secara horisontal maupun evakuasi secara vertikal.
f. Gedung/bangunan yang layak untuk penampungan sementara (gudang,
sekolah, masjid/gereja atau tempat ibadah lainnya, balai desa dll) jika terjadi
bencana tsunami.
g. Penghitungan perkiraan ketinggian run-up landaan tsunami dengan
menggunakan persamaan 1.
h. Hasil perhitungan ketinggian run-up landaan tsunami dianalisis dengan
mempertimbangkan kondisi hutan (vegetasi), geometri sungai, morfologi
garis pantai dan muara sungai, dan geologi permukaan di sekitar desa Rawa
Makmur.
i. Membuat peta kontur ketinggian run-up landaan tsunami dengan
menggunakan surfer versi 12.
j. Mengoverlay peta dasar lokasi penelitian dengan peta kontur ketinggian run-
up landaan tsunami dengan menggunakan ArcGis versi 9.3.
k. Menginventarisir sumber daya dan potensi logistik yang ada dalam rangka
menuju desa siaga bencana mandiri.
8. Membuat peta jalur evakuasi desa (digitasi, editing, ploting), berdasarkan informasi
semua pengamatan penting di lapangan secara proporsional kemudian digambarkan
pada peta. Peta tetap harus ditampilkan sederhana, menarik dan informatif.
9. Membuat peta run-up jangkauan genangan air tsunami di seluruh desa Rawa Makmur
dan sekitarnya.
10. Membuat peta jalur evakuasi yang direkomendasikan
11. Membuat rekomendasi segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mewujudkan desa
siaga bencana mandiri yang dituangkan dalam buku ”pedoman/panduan mitigasi
bencana tsunami berbasis keunggulan potensi lokal desa menuju desa siaga bencana
mandiri”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengacu beberapa referensi seperti hasil penelitian di teluk Yos Sudarso Papua dan teori
pada persamaan 1.1 serta model penguatan tsunami di teluk seperti ditunjukkan Gambar 2.
Penguatan tsunami oleh teluk sungai Serut diperkirakan maksimum mencapai 30 meter yang
diperlihatkan dengan warna merah, sebagai acuan awal ketinggian tsunami di tengah laut
sebelum masuk area teluk 10 meter yang diperlihatkan dengan warna warna biru, seperti yang
ditunjukan pada Gambar 3.
153
Hasil pengolahan data landaan tsunami di daratan (run up) (Gambar 4) secara umum sekilas
desa Rawa Makmur yang terancam tsunami berada di tengah peta yang berwarna merah dan
dominan warna orange. Tempat yang aman ditunjukkan dengan warna biru sedangkan warna
hijau menunjukkan aman sedang.
Berikut ini uraian setiap lokasi berdasrkan blok jalan di pemukiman (jalan gang) sekitar jalan
kalimantan raya yang membelah desa rawa makmur.
157
Jika jalan Evakuasi ini dapat di lebarkan hingga 6 sampai 8 meter akan sangat ideal
untuk dapat memberikan akses yang lancar dan memadai. Kedepan perlu direncanakan untuk
dilebarkan dan terusannya menyambung sampai ge jalan gang masjid Al Ikhlas di bagian
timur desa Rawa Makmur. Panjang jalan evakuasi ini sekitar 3-4 km membujur dari barat
lurus ke timur untuk mencapai lokasi tinggi yang cukup dekat dan aman, bahkan jika waktu
evakuasi masih cukup dapat di arahkan melalui jalan Kalimantan Raya terus ke utara melalui
jalan WR. Supratman menuju kampus UNIB yang memiliki ketinggian 20 meter DPL.
Jalan gang di sebelah timur jalan Kalimantan Raya yang seharusnya mudah dan lancar
untuk diakses menuju tempat tinggi di bagian timur, ternyata sebagian jalan gang buntu atau
membelok setelah beberapa puluh atau beberapa ratus meter. Berdasarkan penelusuran
sampai tanggal 3 Oktober 20015 95 % jalan gang di desa Rawa Makmur merupakan jalan
membelok dan beberapa masih buntu untuk menuju tempat dengan ketinggian lebih dari 10
meter DPL. Beberapajalan gang sepertinya sedang ada usaha untuk cenderung lurus menuju
tempat tinggi di bagian timur. Hal ini ditunjang adanya pembangunan perumahan di bagian
timur karena pengembangan perumahan yang ditunjang dengan pembangunan jalan. Hanya
saja pemukiman yang di bagian rendah di terlanjur padat, sehingga kesulitan untuk
membangun jalan evakuasi yang lurus dari jalan Kalimantan Raya terus lurus menuju
kawasan di bagian timur. Beberapa kompleks hunian yang baru tertata lebih teratur dengan
jalan gang yang lurus seperti di tunjukkan oleh gambar di atas.Jangkauan run-up
maksimum mencapai 3 km di daratan dan lebih dari 3km di sungai Serut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian memperkirakan penguatan ketinggian di ujung teluk dan sekitarnya mencapai
1,5 – 3 kali lipat dari ketinggian tsunami di mulut teluk sebelum masuk cekungan atau
mengalami penguatan antara 50 % sampai 300%. Ditemukan ada 9 (sembilan) jalur evakuasi
tsunami mengarah ke timur dan uatara – timur Desa Rawa Makmur
Saran
1. Pembuatan peta jalur evakuasi dari setiap rumah oleh penduduk
2. Pembuatan peta untuk anak sekolah SDN 68, Puskesmas Rawa Makmur dan kantor Lurah.
3. Pembuatan shelter tsunami di SDN 68 di Merpati 17 dan kantor Lurah di Gang Merpati 5.
4. Perlu segera dilakukan simulasi evakuasi tsunami secara rutin.
158
5. Disarankan setiap rumah memiliki ruang gedung bertingkat lantai 3 untuk evakuasi
dadakan.
6. Seluruh penduduk yang bermukim di sisi barat jalan Kalimantan Raya harus mengungsi ke
arah timur.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kementerian
RISTEKDIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui skema penelitian Hibah Bersaing
tahun anggaran 2016. Kepada LPPM Universitas Bengkulu dan berbagai pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatuyang telah member kontribusi saran koreksi terhadap
penelitian ini kami sampaikan banyak terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Geologi, 2007: Tanggapan Bencana, (www.pdat.co.id)., Jakarta.
[2] Badan Pusat Statistik, 2013: Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu Tahun 2013, BPS Kota
Bengkulu, Bengkulu.
[3] BAPPENAS, 2007: Mitigasi bencana Alam di Sumatera, Jakarta.
[4] Brahmantyo, B., dkk. 1999: Penataan Ruang Kawasan Pantai Pontensi Bencana Tsunami dengan
Morfologi Sebagai Parameter Kontrol, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung, Indonesia.
[5] Dean R.G. dan Dalrymple R, 2000. Water Wave Mechanics For Engineers and Scientist.
Advanced Series On Ocean Eingineering – Volume 2.World Scientific. Singapore.
[6] Permana H., 2007: Pedoman pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami, Kementerian
RISTEK.
[7] Purwanto H. S. dkk. 2008: Mewaspadai morfologi teluk sebagai zona bahaya tsunami, Jurnal
Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008.
[8] Sri Naryanto, Heru dan Wisyanto. 2005. kajian dan analisis potensi bencana tsunami, konfigurasi
pantai serta mitigasi bencana di pantai selatan jawa timur: belajar dari pengalaman bencana tsunami
banyuwangi tahun 1994. Alami. Nomor 2. VOL.10 Tahun 2005.
[9] Suwarsono, 2013: Optimalisasi potensi local desa pesisir pantai Bengkulu dalam rangka mitigasi
bencana tsunami menuju masyarakat siaga bencana mandiri, LPPM UNIB.
[10] Triatmadja R., 2010: Tsunami Kejadian, Penjalaran, Daya Rusak dan Mitigasinya, Gadjah Mada
University Press.
[11] USC, 2010: Flores Indonesia Tsunami Picture, http://www.usc.edu/dept/tsunamis/indonesia/flores.
[12] Wahjono dan Sudarsono, U., 1994: Peta Bahaya Tsunami di Daerah Maumere, Flores Nusa
Tenggara Timur. Seminar Segari Masalah Tsunami di Indonesia dan Aspek-Aspeknya. Bandung. Hal.
182-190.