pengelolaan sampah di negara

25
Pengelolaan Sampah Di Negara-Negara Maju Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang (material) yang kita gunakan sehari- hari. Jenis sampah pun sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik biasa juga kita sebut sampah basah dan sampah anorganik kita sebut sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, botol, besi dll. Sampah organik dapat terdegradasi membusuk dan hancur secara alami. Sedangkan sampah anorganik, sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami serta memerlukan proses berpuluh tahun agar hancur. Semua negara di dunia mengalami masalah sampah ini, mari kita tengok bagaimana pengelolaan sampah di negara-negara maju? Pertama di Asia, contohnya: negara Jepang yang kita kenal dengan budaya tachiyomi (membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli). Selain itu, Jepang sangat disiplin dalam mengelola sampah sangat jauh berbeda dengan negara kita (Indonesia). Mereka (Jepang) telah membuat peraturan tentang pengelolaan sampah ini, yang diatur oleh pemerintah kota. Mereka telah menyiapkan dua buah kantong plastik besar dengan warna berbeda, hijau dan merah. Namun selain itu ada beberapa kategori lainnya, yaitu: botol PET, botol beling, kaleng, batu betere, barang pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masing-masing memiliki cara pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda. Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET dibuang di keranjang kuning punya pemerintah kota. Setelah sebelumnya label plastik yang menempel di botol itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk ke kantong sampah berwarna merah dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label itu ada label harga yang terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa. Selain pengelolaan sampah di rumah, departemen store, convenient store, dan supermarket juga menyediakan kotak-kotak sampah untuk tujuan recycle (daur ulang). Kotak-kotak tersebut disusun berderet berderet di dekat pintu masuk, kotak untuk botol beling, kaleng, botol PET. Bahkan di beberapa supermarket tersedia untuk kemasan susu dan jus (yang terbuat dari kertas). Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu atau jus (biasanya terpisah), terdapat ilustrasi tentang cara menggunting dan melipat kemasan sedemikian rupa sebelum dimasukkan ke dalam kotak. Proses daur ulang itu pun sebagian besar dikelola perusahaan produk yang bersangkutan, dan perusahaan lain atau semacam yayasan 1

Upload: stiye

Post on 25-Jun-2015

969 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Sampah Di Negara

Pengelolaan Sampah Di Negara-Negara Maju

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang (material) yang kita gunakan sehari-hari. Jenis sampah pun sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi.

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik biasa juga kita sebut sampah basah dan sampah anorganik kita sebut sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, botol, besi dll.

Sampah organik dapat terdegradasi membusuk dan hancur secara alami. Sedangkan sampah anorganik, sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami serta memerlukan proses berpuluh tahun agar hancur.

Semua negara di dunia mengalami masalah sampah ini, mari kita tengok bagaimana pengelolaan sampah di negara-negara maju? Pertama di Asia, contohnya: negara Jepang yang kita kenal dengan budaya tachiyomi (membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli). Selain itu, Jepang sangat disiplin dalam mengelola sampah sangat jauh berbeda dengan negara kita (Indonesia).

Mereka (Jepang) telah membuat peraturan tentang pengelolaan sampah ini, yang diatur oleh pemerintah kota. Mereka telah menyiapkan dua buah kantong plastik besar dengan warna berbeda, hijau dan merah. Namun selain itu ada beberapa kategori lainnya, yaitu: botol PET, botol beling, kaleng, batu betere, barang pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masing-masing memiliki cara pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda.

Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET dibuang di keranjang kuning punya pemerintah kota. Setelah sebelumnya label plastik yang menempel di botol itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk ke kantong sampah berwarna merah dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label itu ada label harga yang terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa.

Selain pengelolaan sampah di rumah, departemen store, convenient store, dan supermarket juga menyediakan kotak-kotak sampah untuk tujuan recycle (daur ulang). Kotak-kotak tersebut disusun berderet berderet di dekat pintu masuk, kotak untuk botol beling, kaleng, botol PET. Bahkan di beberapa supermarket tersedia untuk kemasan susu dan jus (yang terbuat dari kertas). Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu atau jus (biasanya terpisah), terdapat ilustrasi tentang cara menggunting dan melipat kemasan sedemikian rupa sebelum dimasukkan ke dalam kotak. Proses daur ulang itu pun sebagian besar dikelola perusahaan produk yang bersangkutan, dan perusahaan lain atau semacam yayasan untuk menghasilkan produk baru. Hebatnya lagi, informasi tentang siapa yang akan mengelola proses recycle juga tertulis dalam setiap kotak sampah.

Sementara, pengelolaan sampah di stasiun kereta bawah tanah, shinkansen, pada saat para penumpang turun dari kereta adapetugas yang berdiri di depan pintu keluar dengan membawa kantong plastik sampah besar siap untuk menampung kotak bento dan botol kopi penumpang sambil tak lupa untuk membungkuk dan mengucapkan "otsukaresama deshita!."

Sebelum isu meningkatnya gerakan anti-terorisme (setidaknya mereka menyebut demikian), pada awalnya, di tempat umum juga menyediakan menyediakan kotak-kotak

1

Page 2: Pengelolaan Sampah Di Negara

sampah, biasanya untuk kategori kaleng, beling, dan sampah biasa (ordinary).

***

Sementara itu di Eropa dalam mengatasi masalah sampah ini, Komisi Eropa telah membuat panduan dasar pengelolaan sampah yang diperuntukkan untuk negara-negara anggotanya, seperti Belanda, Swedia dan Jerman. Dalam penyusunan panduan itu melibatkan pemerintah, pengusaha, dan rakyat masing-masing negara. Lalu, Kebijaksanaan Eropa itu kemudian diterjemahkan oleh parlemen negara masing-masing ke dalam perundang-undangan domestik, yang berlaku buat pemerintah pusat hingga daerah.

Sampai dengan abad ke-17 penduduk Belanda melempar sampah di mana saja sesuka hati. Di abad berikutnya sampah mulai menimbulkan penyakit, sehingga pemerintah menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah. Di abad ke-19, sampah masih tetap dikumpulkan di tempat tertentu, tapi bukan lagi penduduk yang membuangnya, melainkan petugas pemerintah daerah yang datang mengambilnya dari rumah-rumah penduduk. Di abad ke-20 sampah yang terkumpul tidak lagi dibiarkan tertimbun sampai membusuk, melainkan dibakar. Kondisi pengelolaan sampah di Negeri Kincir Angin (Belanda) saat itu kira-kira sama seperti di Indonesia saat ini.

Kini di abad ke-21 teknologi pembakaran sampah yang modern mulai diterapkan. Teknologi itu memungkinkan pembakaran tidak menimbulkan efek sampingan yang merugikan kesehatan. Agar tujuan itu tercapai, sebelum dibakar sampah mesti dipilah-pilah, bahkan sejak dari rumah. Hanya yang tidak membahayakan kesehatan yang boleh dibakar. Sampah yang memproduksi gas beracun ketika dibakar harus diamankan dan tidak boleh dibakar. Yang lebih menggembirakan, selain bisa memusnahkan sampah, ternyata pembakaran itu juga membangkitkan listrik.

Sementara, pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi. Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan.

Sehingga, kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara lain meliputi: Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sampai dengan 70 % pada tahun 2015. Sampah yang dapat dibakar (combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA sejak tahun 2002. Sampah organik tidak boleh dibuang ke TPA lagi pada tahun 2005. Tahun 2008 pengelolaan lokasi landfill harus harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi ditingkatkan.

Sedangkan di Jerman terdapat perusahaan yang menangani kemasan bekas (plastik, kertas, botol, metal dsb) di seluruh negeri, yaitu DSD/AG (Dual System Germany Co). DSD dibiayai oleh perusahaan-perusahaan yang produknya menggunakan kemasan. DSD bertanggung jawab untuk memungut, memilah dan mendaur ulang kemasan bekas.

Berbeda dengan kondisi Jerman 30 tahun silam, terdapat 50.000 tempat sampah yang tidak terkontrol, tapi kini hanya 400 TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 10-30 % dari sampah awal berupa �slag� yang kemudian dibakar di insinerator dan setelah ionnya dikonversikan, dapat digunakan untuk bahan konstruksi jalan.

Cerita menarik proses daur ulang ini datangnya dari Passau Hellersberg adalah sampah

2

Page 3: Pengelolaan Sampah Di Negara

organik yang dijadikan energi. Produksi kompos dan biogas ini memulai operasinya tahun 1996. Sekitar 40.000 ton sampah organik pertahun selain menghasilkan pupuk kompos melalui fermentasi, gas yang tercipta digunakan untuk pasokan listrik bagi 2.000 � 3.000 rumah.

Sejak 1972 pemerintah Jerman melarang sistem �sanitary landfill� karena terbukti selalu merusak tanah dan air tanah. Bagaimanapun sampah merupakan campuran segala macam barang (tidak terpakai) dan hasil reaksi campurannya seringkali tidak pernah bisa diduga akibatnya. Pada beberapa TPA atau instalasi daur ulang selalu terdapat pemeriksaan dan pemilahan secara �manual�. Hal ini untuk menghindari bahan berbahaya tercampur dalam proses, seperti misalnya baterei dan kaleng bekas oli yang dapat mencemari air tanah. Sampah berbahaya ini harus dibuang dan dimusnahkan dengan cara khusus.

Sampah Medis dan PengelolaannyaMenurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung , masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis.Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah ayng dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastika. Limbah Benda TajamLimbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktifb. Limbah InfeksiusLimbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ).c. Limbah Jaringan TubuhLimbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.d. Limbah Jaringan TubuhLimbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.e. Limbah Citotoksik

3

Page 4: Pengelolaan Sampah Di Negara

Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000ocf. Limbah FarmasiLimbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.g. Limbah KimiaLimbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksikh. Limbah Radio AktifLimbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.i. Limbah PlastikLimbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Pengelolaan Sampah MedisPengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.b. PenampunganPenampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”c. PengangkutanPengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-

4

Page 5: Pengelolaan Sampah Di Negara

site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.d. Pengolahan dan PembuanganMetoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah : Incinerasi C)Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde) Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan) Inaktivasi suhu tinggi Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60 Microwave treatment Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah) Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk

IncineratorBeberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai

Rabu, 07 April 2010

Membangun Alternatif Pengelolaan Sampah

Membangun Alternatif Pengelolaan Sampah

repost by:walhi jogya

5

Page 6: Pengelolaan Sampah Di Negara

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari.

Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Di Kota Jogjakarta sendiri menurut data DKKP pada tahun 2005 produksi sampah kawasan perkotaan sebanyak 1.700 m3 perhari, namun yang dapat diangkut ke TPA Pinyungan-Bantul baru sekitar 1300 m3 perhari, sehingga terjadi penumpukan sampah sebanyak 4oom3 per hari dan tidak terangkut ke TPS atau TPA Piyungan. Karena itu wajar kalau dibanyak lokasi, tanah-tanah kosong atau bantaran sungai di aglomerasi kota Jogjakarta terjadi penumpukan-penumpukan sampah yang kemudian berubah menjadi TPS atau TPA Illegal.

Jenis Sampah

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.

Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan. Beberapa diantaranya sangat mahal biaya penanganannya karena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

Membangun Alternatif Pengelolaan Sampah

Untuk menangani permasalahan sampah di Kota Jogjakarta, maka secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Secara serius pemerintah kota harus membangun komitmen dan konsistensi program pengelolaan sampah.

Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di kota Jogjakarta, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat. Misalnya saja, seluruh sampah dari kota Jogjakarta harus dibuang di Tempat Pembuangan Akhir di daerah Piyungan Bantul. Regulasi dalam bentuk perda yang sekarang ada pun masih mengarah pada retribusi dan pembuangan . Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi, sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah basah dan sampah kering.

6

Page 7: Pengelolaan Sampah Di Negara

Regulasi pengelolaan sampah secara terpusat mengarah pada sistem buang – angkut dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) harus dirubah kearah meminimalisir buangan sampah. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya dengan membangun alternatif-alternatif yang bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam.

Untuk mencapai hal tersebut, asumsi “membuang” dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru sbb :

Pertama, Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan yang tercampur seperti yang ada saat ini.

Kedua, pemerintah Kota harus mau mendesak industri-industri yang memasarkan produknya ke wilayah Kota Jogjakarta agar mendesain ulang produk-produk berdasarkan prinsip reduce, reuse, recyle replace serta mensosialisasikan kepada konsumennya prinsip memilah sampah untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.

Ketiga, program pengelolaan sampah di Kota Jogjakarta harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Program pengelolaan sampah seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal di Jogjakarta tukang sampah atau pemulung merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah.

Berkaitan dengan sampah berbahaya (B3) dibutuhkan penanganan khusus. Pemilahan sampah di sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum. Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah secara teknis, tidak rumit, dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insenator

PENDAHULUAN

1. A. Konsep

Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak dipakai atau sudah dibuang oleh manusia. Penyebab penyakit dari penanganan sampah yang buruk dapat menyebabkan infeksi Nosokimial. Infeksi Nosokimial adalah terkenanya penyakit seseorang yang didapat akibat adanya aktivitas kegiatan di rumah sakit tersebut.

7

Page 8: Pengelolaan Sampah Di Negara

Hal ini disebabkan oleh faktor penularan melalui sarana, prasarana, tenaga medis maupun non medis serta serangga. Sumber utama sampah dirumah sakit berasal dari kerumahtanggaan serta proses pengobatan atau tindakan medis. Penanganan sampah infeksius di ruang perawatan rumah sakit pada umumnya belum mendapat perhatian yagn serius. Akibatnya dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Infeksi Nosokimial dan pencemaran lingkungan di rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah infeksius di rumah sakit :

1. Karakteristik ruang perawatan

Yaitu faktor jenis ruang perawatan, jumlah tempat tidur dan tingkat hunian (BOR) ruang perawatan, faktor kelas ruang perawatan.

1. Karakteristik sarana dan prasarana

Yaitu faktor ketersediaan kantong plastik sampah, ketersediaan tempat sampah, infeksius, protap pembuangan sampah.

1. Karakteristik petugas perawatan

Yaitu faktor tingkat pendidikan kepala ruangan, tingkat pengetahuan kepala ruangan, faktor kebiasaan membuang sampah, faktor jumlah tenaga perawat dan faktor jumlah tenaga pekarya kesehatan.

Ada 8 target penting

1. Identifikasi pasien secara tepat2. Meningkatkan komunikasi yang efektif3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian4. Mengurangi salah lokasi5. Mengurangi salah pasien6. Mengurangi salah tindakan operasi7. Mengurangi resiko infeksi8. Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh

1. B. Teori

Sampah dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Sampah padang2. Sampah cair3. Sampah gas

Berdasarkan karakteristiknya sampah dibagi atas :

1)     Kandungan zat/kimia

8

Page 9: Pengelolaan Sampah Di Negara

Adalah sampah yang terdiri atas sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik merupakan sampah tidak membusuk (logam, pecahan gelas, plastik). Sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk (sisa makanan).

2)     Dapat dan tidaknya terbakar

Adalah sampah mudah terbakar (kertas, karet, plastik) dan sampah yang tidak dapat terbakar (kaleng bekas, logam atau besi, kaca)

Berdasarkan data statistik

Seluruh sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit sekitar 75-90% sampah umum atau non medis. Sedangkan 10-25% adalah sampah medis. Antara sampah medis maupun non medis itu harus ada pemisahannya, kalau sampah non medis di masukkan ke dalam plastik kuning dan sampah citotoksik dikumpulkan ke dalam plastik ungu.

Berdasarkan sifatnya

Sampah tajam, wadahnya menggunakan sharp jerigen ”sampah tajam sebelum di bakar ke inceherator dilakukan pre-treatment dengan alat destroyer atau penghancuran supaya menjadi serpihan” sampah medis tajam seperti (spuit bekas).

1. Alat pengangkutan sampah di Rumah Sakit dapat berupa grobak atau troli dan kereta yang harus memenuhi syarat dari Depkes RI, yaitu :

1. Memiliki wadah yang mudah dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.

2. Harus kedap air dan mudah untuk diisi dan dikosongkan3. Setiap keluar dari pembuangan akhir selalu dalam kondisi bersih

1. D. Untuk Membentuk Program Patien Savety yang terdiri dari 4 aspek utama yakni :

1. Penetapan norma standar dan pedoman global mengenaii pengertian, pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko

2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti dengan standar global yang menitikberatkan terutama dalam aspek produk yang aman dan praktek klinis yang aman. Sesuai dengan pedoman medikal produk dan indikal defises yang aman digunakan serta freas, budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan

3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakuii karakteristik profidar pelayanan kesehatan bahwa telah melewatii benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional (patien savien nasionally)

4. Mendorong penelitian terkait dengan patien savety

1. E. Pengelolaan Sampah

9

Page 10: Pengelolaan Sampah Di Negara

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pada tahap ini, sampah kering dan sampah benda tajam kemudian dilanjutkan pengangkutan.

1. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Sampah dimusnahkan atau dikelola dengan cara sebagai berikut :

a. Memasukkan/menimbun dalam tanah

b. Melakukan pembakaran di tungku pembakaran

Pada prinsipnya dalam proses pemusnahan sampah di incenerator adalah dengan adanya pemanasan pada incenerator yang mencapai 600-1000 derajat celcius agar kuman penyakit yang ada disampah medis tersebut mati, penanganan sampah di rumah sakit perlu ditangani secara serius. Hal ini dikarenakan sampah yang ada bisa menjadi sumber penularan reservoir maupun breeding site bagi kuman penyakit.

KELEBIHAN KELEMAHANINCINERATOR

(proses pengolahan melalui pembakaran suhu tinggi pada kondisi yang terkendali untuk mengoksidasi karbon dan hydrogen)-      Dapat memusnahkan banyak materi yang mengandung karbon dan patogen

-      Reduksi volume mencapai 80-90%

-      Hasil pengolahan tidak dikenali sebagai bentuk aslinya

-      Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan uap

-      Emisi udaranya menghasilkan bahan pencemar, terutama dioksin dan fluran yang oleh WHO dinyatakan karsinogenik

-      Perlu tenaga operator yang terampil

-      Resiko tinggi terhadap operator karena panas dan potensii kebakaran

-      Sulit menguji patogen secara rutin

-      Fly-ash dari incinerator termasuk kategori limbah berbahaya

MICROWAVE

(proses pengolahan melalui pemanasan dengan uap menggunakan tenaga gelombang mikro yang bekerja dari dalam ke luar)-      Dapat mensterilkan semua materi yang diproses

-      Reduksi volume mencapai 30-50%

-      Tidak menimbulkan emisi udara

-      Hasil pengolahan masih dapatt dikenali sebagai bentuk aslinya, sehingga memerlukan penanganan lanjut

10

Page 11: Pengelolaan Sampah Di Negara

yang dapat mencemari udara

-      Tidak perlu tenaga operator karena panas dan potensi kebakaran rendah

-      Alat ini biasanya dilengkapi dengan sistem pengujian patogenAUTOCLAVE

(proses pengolahan melalui pemanasan dengan uap yang bekerja dari luar ke dalam dengan pre vacuum dalam suhu rendah)-      Dapat mensterilkan semua materi yang diproses

-      Reduksi volume mencapai 30-50%

-      Tidak menimbulkan emisi udara yang dapat mencemari udara

-      Tidak perlu tenaga operator yang terampil

-      Resiko terhadap operator karena panas dan potensi kebakaran rendah

-      Alat ini biasanya dilengkapi dengan sistem pengujian patogen

-      Hasil pengolahan masih dapat dikenali sebagai bentuk aslinya, sehingga memerlukan penanganan lanjut

-      Proses pre vacuum dapatt menimbulkan resiko pemindahan patogen

1. F. Penanganan Sampah 1. Sampah non medis adalah segala zat padat, semi padat yang terbuang/tidak

berguna baik yang dapat membusuk dan tidak dapat membusuk.

Penanganan dibuang ke tempat pembuangan sementara yang selanjutnya akan diangkut oleh dinas lingkungan hidup dan kebersihan untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Sampah non medis limbah non medis,diklasifikasi sebagai limbah non infeksius. Limbah ini terdiri dari sampah kering dan basah. Sampah kering (rubbish) seperti kertas kardus, bungkus makanan, plastik, kaleng (logam), pecahan kaca yang dihasilkan dii ruang administrasi/kantor, halaman, ruang tunggu, ruang perawatan. Sampah basah (Garbage) seperti sampah dari dapur utama maupun instalasi gizi yang juga ditemui di ruang tunggu dan perawatan.

1. Sampah Medis

11

Page 12: Pengelolaan Sampah Di Negara

Penanganannya dengan pemusnahan di incenerator. Sampah medis mudah membusuk (perban). Sampah medis tidak mudah membusuk (botol infus), sampah medis formasi (obat-obatan kadaluarsa).

Pengolahan Sampah Medis

Pengolahan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

1. Penimbulan (Pemisahan dan Pengurangan)

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagaii jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

1. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasii kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan ”domestik”.

1. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapii dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternall memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhii peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

1. Pengolahan dan Pembuangan

12

Page 13: Pengelolaan Sampah Di Negara

Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.

1. G. Pengelolaan Limbah Cair

1)     Kriteria

Kriteria pengelolaan limbah cair meliputi kriteria kondisi fisik dan kualitas limbah cair yang akan dibuang ke lingkungan. Kriteria kondisi fisik meliputi tidak adanya gangguan aliran dari sumur hingga unit pengolahan. Sedangkan kriteria kualitas secara nasional mengacu kepada Keputusan Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit.

2)     Upaya Sanitasi

Pengelolaan limbah cair meliputi penanganan pada sumber, penyaluran dan pengolahan. Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan criteria, maka beberapa kondisi yag perlu diperhatikan meliputi :

a)     Penanganan Pad Sumber

Penanganan pada sumber penghasil limbah cair diharapkan pengembangan hal-hal sebagai berikut :

-     Menyediakan saringan pada setiap outlet alat saniter

-     Membersihkan setiap hari atau setiap ada sampah berlebihan

-     Menyediakan tempat sampah di dekat lokasi kegiatan

-     Menuliskan himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya

-     Menyediakan saringan pada setiap bak kontrol outlet gedung

-     Membersihkan setiap minggu atau setiap ada sampah berlebihan

b)     Penyaluran

Agar aliran lancar, sistem penyaluran diharapkan menerapkan hal-hal berikut ini :

-     Saluran harus tertutup dengan menggunakan bahan yang kedap air

-     Saluran harus memiliki kemiringan tertentu (dianjurkan 1 banding 40) bagi yang menganut sistem gravitasi

13

Page 14: Pengelolaan Sampah Di Negara

-     Pada setiap jarak 15 meter atau setiap terjadi perubahan aliran perlu disediakan bak kontrol

-     Pada bak kontrol perlu disediakan saringan

c)     Pengolahan

Pengolahan limbah cair pada umumnya memiliki tujuan sebagai berikut :

-     Mengurangi jumlah padatan tersuspensi

-     Mengurangi jumlah padatan terapung

-     Mengurangi jumlah bahan organik

-     Membunuh bakteri patogen

-     Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun

-     Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan

-     Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem.

d)     Metode Pengolahan Limbah Cair

Jenis-jenis pengolahan yang banyak dikembangkan di rumah sakit adalah sebagai berikut :

-     Proses Lumpur Aktif

Prinsipnya adalah pemurnian air dengan memanfaatkan lumpur aktif yang berasal dari limbah cair sebagai media pertumbuhan bakteri pengurai, yang mendegradasi kandungan organik. Proses ini biasanya dilengkapi dengan pengolahan pendahuluan berupa penyaringan dan sedimentasi serta pengolahan lanjutan berupa disinfeksi dan filtrasi.

-     Proses Bofilm

Prinsipnya adalah pemurnian air dengan memanfaatkan media biofilm yang menjadi tempat pertumbuhan bakterii pengurai, yang mendegradasi kandungan organik. Proses ii biasanya membutuhkan lahan yang relatif lebih kecil, karena memiliki permukaan untuk pertumbuhan bakteri lebih luas. Seperti halnya pada proses lumpur aktif, proses ini juga harus dilengkapi dengan pengolahan pendahuluan berupa penyaringan dan sedimentasi serta pengolahan lanjutan berupa disinfeksi dan filtrasi.

Pengolahan Limbah Padat

1)     Kriteria

14

Page 15: Pengelolaan Sampah Di Negara

Pengelolaan limbah padat di rumah sakit harus memisahkan antara limbah padat medis dan non medis. Berikut ini digambarkan kriteria pada setiap tahapan penanganan, khususnya untuk limbah pada medis.

a)     Pemilihan dan pewadahan menggunakan ketentuan sebagai berikut

KategoriWarna Wadah/ Kantong Plastik

Lambang Keterangan

Sangat Infeksius Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor, atau wadah yang dapat disterilkan

Infeksius, patologi & anatomi

Kuning Plastik kuat dan anti bocor atau wadah

Kimia dan farmasi Coklat Kantong plastik atau wadah

b)     Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan di Rumah Sakit, yaitu :

-     Pengumpulan limbah padat medis dari tiap ruangan penghasil menggunakan troli khusus yang tertutup

-     Penyimpanan limbah padat medis harus sesuai dengan iklim tropis, pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam

c)     Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit (dilakukan bila rumah sakit tidak menyediakan alat pengolahan sendiri), yaitu :

-     Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat

-     Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus

d)     Pengolahan dan Pemusnahan

-     Limbah padat medis tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan

2)     Upaya Sanitasi

a)     Pemilihan dan pewadahan

-     Menyusun dan menetapkan standar metodologi dan peralatan pemilahan dan pewadahan untuk setiap jenis limbah padat berdasarkan tingkat risiko ruangan

-     Menyusun dan menetapkan prosedur tetap pewadahan dan pemilahan untuk setiap jenis limbah padat berdasarkan tingkat risiko ruangan

15

Page 16: Pengelolaan Sampah Di Negara

-     Melakukan supervisi terhadap pemilahan dan pewadahan secara ketat dan supervisi hasil secara visual

-     Melakukan evaluasi dan intervensi, baik secara insidensi maupun berkala agar pemilahan dan pewadahan limbah padat dapat terkendali secara baik

b)     Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan

-     Menyusun dan menetapkan standar metodologi dan peralatan pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan untuk setiap jenis limbah padat berdasarkan tingkat risiko ruangan

-     Menyusun dan menetapkan prosedur tetap pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan untuk setiap jenis limbah padat berdasarkan tingkat risiko ruangan

-     Melakukan supervisi terhadap pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan secara ketat dan superrvisi hasil secara visual

-     Melakukan evaluasi dan intervensi, baik secara insidensii maupun berkala agar pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah padat terkendali secara baik

1. H. Kategori Limbah

Limbah Infeksius

Limbah yang dicurigai mengandung bahan patogen contoh kultur laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta.

Limbah Patologis

Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin.

Limbah Benda Tajam

Limbah benda tajam, contoh jarum, peralatan infus, skalpel, pisau, potongan kaca

Limbah Farmasi

Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi, item yang tercemar atau berisi obat

Limbah Genotoksik

Limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitotastik (sering dipakai dalam terapi kanker) zat kimia genotoksik. Produk bersifat genotoksik yang paling banyak digunakan untuk sarana pelayanan kesehatan :

16

Page 17: Pengelolaan Sampah Di Negara

1. Golongan Karsinogenik2. Obat Sitotoksik

o Benzen

Azatioprin, Klorambusil, Siklosporin, Siklofosfamid, Melfalan, Semustin, Tamoksifen, Tiotepa, Treosulfan

1. Golongan yang kemungkinan karsinogenik

Azacitidine, bleomycin, carmustine, chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin, dacarbazine, daunorubicin, dihydroxymethylfuratrizine (e.g. Panfuran S-no longer in use), doxorubicin, lomustine, methylthiouracil, metronidazole, mitomycin, nafenopin, niridazole, oxazepam, phenacetin, phenobarbital, phenytoin, procarbazine hydrochloride, progesterone, sarcolysin, streptozocin, trichlormethine

Limbah Kimia

Limbah yang mengandung bahan kimia contoh reagen dii laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosiff (pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik

Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Baterai, thermometer yang pecah, alat pengukur tekanan darah

Wadah bertekanan

Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cari.

Limbah Radioaktif

Limbah yang mengandung bahan radioaktif  contoh cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratorium

KESIMPULAN

Dari pengelolaan sampah rumah sakit dan insinerator sebagaii treatment limbah medis, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagaii   berikut :

-         Klasifikasi sampah

1. Sampah padat

17

Page 18: Pengelolaan Sampah Di Negara

2. Sampah cair3. Sampah gas

-         Pengelolaan sampah melalui 2 cara :

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

-         Penanganan sampah dibedakan menjadi 2 :

1. Sampah non medis2. Sampah medis

-         Kategori limbah

1. Limbah infeksius2. Limbah patologis3. Limbah benda tajam4. Limbah farmasi5. Lumbah genotoksik6. Limbah kimia

18