pengelolaan sampah pada masyarakat desa purba …
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT
DESA PURBA DOLOK KECAMATAN
DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Disusun oleh:
FEBRIANA 120905052
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama
:Febriana
NIM
:120905052
Departemen
:Antropologi Sosial
Judul
:Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba
Dolok Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
Medan, 17 Oktober 2018
Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,
Dr. Fikarwin, M. Ant Dr. Fikarwin, M. Ant
NIP. 196212201989031005 NIP. 196212201989031005
Wakil Dekan 1,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Husni Thamrin, S.Sos, M.SP NIP. 197203082005011001
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan
ini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar
kesarjanaan saya.
Medan, Oktober 2018
Penulis,
Febriana
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Febriana, 2018, Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba
Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, skripsi,
5 Bab, 80 halaman.
Skripsi ini mengkaji tentang Pengelolaan Sampah du Desa Purba Dolok, Kec. Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya orang batak toba melalui perilaku penanganan sampah.
Lokasi penelitian adalah di Desa Purba Dolok salah satu desa di Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi partisipan dan wawancara.
Hasil dari penelitian membuktikan pengelolaan sampah pada masyarakat desa Purba Dolok masih sangat kurang, masyarakat hanya mampu memisahkan sampah makanan dengan sampah yang lain disatukan. Pengetahuan masyarakat
yang kurang dalam mengelolah sampah sangat berpengaruh bagi kebersihan dan kesehatan lingkungan desa. Keberadaan tempat sampah tidak banyak mengubah
kebiasaan masyarakat membuang sampah. Pemerintah seperti tidak serius menyediakan tempat yang merata sehingga program perilaku hidup bersih dan
sehat tidak berjalan.
Kesimpulan yang bisa didapat melalui tulisan ini adalah Pengelolaan
Sampah yang benar sangat kurang, kebiasan membuang sampah di belakang rumah dan membakarnya sangat susah dihilangkan terlihat dari program
pemerintah daerah yang kurang tegas dalam masalah sampah yaitu kurangnya pemberian tempat sampah dan pengetahuan masyarakat yang kurang. Namun hal
tersebut belum cukup mengatasi masalah sampah di desa tersebut karena pengetahuan masyarakat masih sangat terbatas. Salah satu contohnya dalam perilaku masyarakat memisahkan sampah sisa makanan untuk pakan ternak tapi
sampah yang lain tidak dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Kebiasaan lain warga sekolah dan pegawai kantor yang tidak memiliki kesadaran tentang budaya bersih
terhadap lingkungan.
Kata-kata kunci : Pengelolaan Sampah
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
kasih dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi dengan judul “PENGELOLAAN SAMPAH PADA
MASYARAKAT DESA PURBA DOLOK KECAMATAN
DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN”. Penelitian
ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam pencapaian gelar kesarjanaan
Antropologi Sosial pada Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
keluarga saya yang senantiasa membesarkan, mendidik dan menjadi sumber
materil maupun segi moril, serta tetap memotivasi saya selama berada dibangku
sekolah hingga perkuliahan. Kepada keluarga saya, yaitu: Bapak G Nainggolan,
Ibu Delhelda P. Purba, Bapak Tua dan Mama Tua Essi, serta kakak dan adik-adik,
Stephany , Renaldo dan Michael.
Saya juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin
selaku Dosen Pembimbing atas waktu dan ketulusannya dalam membimbing saya
mulai dari pengajuan judul, penyusunan proposal hingga skripsi ini berhasil
diselesaikan. Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang, kesehatan, dan
rezeki kepada Bapak agar tetap mampu memberikan pendidikan dan pengajaran
bagi mahasiswa/i.
Universitas Sumatera Utara
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik beserta jajarannya, Kepada Ketua Departemen
Antropologi Bapak Dr. Fikarwin dan Bapak Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris
Departemen Antropologi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama
perkuliahan dan juga dalam penulisan skripsi ini. Secara umum saya juga
menyampaikan terima kasih kepada seluruh Dosen yang pernah mengajar, dan
memotivasi dalam studi perkuliahan.
Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman mahasiswa/i Antropologi FISIP USU angkatan 2012, atas pengalaman,
cerita yang tak pernah terlupakan selama masa perkuliahan, terutama kepada
Anita Lumban Raja, Lestari Panjaitan, Widya S. Bakkara, Erikson Silaban,
Mickhael Alex, Jupentus Bintang, Bill Tancher Situmorang, Hardy H.P Munte,
Irfan Sukama, Albret Toras T, Mariance Yustitisari, Ruth O Ginting, Mart Intan,
Jella Sembiring, Susi Susanti, Rizki Nanda, Kiki Intan, Arif Setiandi, Jayanty
Lubis, Muhammad Indra Bako, dan kerabat-kerabat yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu.Semoga kesuksesan berpihak kepada kita dikemudian hari.
Begitu juga kepada Abang/Kakak senior antara lain: Reza Mahendra,
Candra Sinabutar, Omry Simangunsong, Dapot Silalahi, Evelina Sihombing,
Simson Manullang, Novi Sinaga, Putri Septima, saya sampaikan terima kasih
untuk bantuan dan juga motivasinya. Begitu juga kepada Adek Stambuk yang
senantiasa mengingatkan dan mensupport saya dalam penyelesaian skripsi ini,
saya sampaikan terima kasih. Semoga studi perkuliahan kalian lancar dan cepat
selesai.
Universitas Sumatera Utara
Saya juga berterima kasih kepada saudara/i yang pernah atau sedang
menempati asrama Nyiur,Tioni E. Ompusunggu, Eklesi R. Ompunsunggu,
Julprida Purba, Naomi Purba, Mayesti Purba, Ika S Purba, Agnes Purba, Yaneta
Manurung, Johan, Haris Purba, atas dorongan dan motivasi kalian saya ucapkan
terima kasih dan semoga nanti kita dapat meraih kesuksesan.
Medan, Oktober 2018
Penulis,
Febriana
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Febriana lahir di Jakarta, pada
tanggal 2 Februari 1994.Anak kedua
dari empat bersaudara dan beragama
Kristen Protestan.
Riwayat pendidikan dimulai
dari Taman Kanak-Kanak (TK)
Swasta Stella Maris Flora II Bekasi
tahun 1999-2000, dan melanjutkan
sekolah dasar di SD Swasta Stella
Maris Flora II Bekasipada tahun 2000-2006. Lalu ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri19 Bekasi pada tahun 2006-2009 dan
Sekolah Menengah Atas di SMA NEGERI 10 Bekasi pada tahun 2009-2012.
Kemudian pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan
Tinggidi Universitas Sumatera Utara di jurusan Antropologi Sosial di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Email penulis : [email protected]
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama masa studi, antara lain :
Mengikuti kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru pada tanggal 28-30
Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara
Mengikuti kegiatan Inisiasi Antropologi Sosial pada tanggal 12-14 Oktober
tahun 2012 di Brastagi.
Anggota di Sie. Acara dalam acara panitia Natal Antropologi tahun 2012.
Anggota di Sie. Kesehatan dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru
(PMB) tahun 2013 di Parapat.
Anggota di Sei. Acara dalam acara panitia Natal Antropologi tahun 2013.
Anggota di Sei. ADM Kesek dalam kegiatan Inisiasi Mahasiswa Baru
tahun 2014 di Parapat.
Melakukan penelitian Antropologi Visual di Desa Nagalawan pada tahun
2014.
Melakukan Pelatihan „‟Training of Facilitator‟‟ (TOF) angkatan V oleh
Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara di Hotel
Candi, Medan pada tanggal 18 Januari 2015.
LO untuk delegasi dari Universitas Brawijaya pada kegiatan Rapat Kerja
Nasional (RAKERNAS) Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia
(JKAI) pada 26 Februari 2015-28 Februari 2015.
Melakukan PKL 1 di Desa Lumban Suhi-Suhi pada tanggal 30 April- 02
Mei 2015.
Melakukan PKL II dibagian arsip di kantor Bank BRI Cabang
Sisingamangaraja, Medan pada bulan September-November 2015.
Universitas Sumatera Utara
Mengikuti survey mengenai PILKADA dari IRC pada tanggal 17 maret
2016-22 Maret 2016.
Mengikuti survey mengenai PILKADA dari MRC padat anggal 7 Agustus
2016 - 12 Agustus 2016
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................
PERNYATAAN ORIGINALITAS....................................................................... i
ABSTRAKS ........................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .................................................... ......................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI......................................................................................... ................ vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 1.2. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................... 13
1.4. Lokasi Penelitian.......... .................................................................... 14
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 14
1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 14
1.4.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 15
1.6. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 15
1.7. Pengalaman Penelitian ..................................................................... 17
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Desa .................................................................................... 22 2.2. Letak Geografis ............................................................................... 25
2.3. Komposisi Penduduk ....................................................................... 27
2.3.1. Berdasarkan Kelompok Umur ............................................... 27
2.3.2 Berdasarkan Mata Pencaharian............................................... 28
2.3.3 Berdasarkan Agama dan Etnis ................................................ 29
2.3.4 Berdasarkan Pendidikan ......................................................... 30
2.4. Sarana dan Prasarana Desa .............................................................. 30
2.4.1 Pendidikan ............................................................................ 30
2.4.2 Transportasi Darat ................................................................. 31
2.4.3 Air Bersih .............................................................................. 31
2.4.4 Kesehatan .............................................................................. 32
2.5. Potensi Sumber Daya Desa Purba Dolok ........................................ 33
2.6. Profil Informan ................................................................................ 34
2.6.1. Heber P. Purba ..................................................................... 34
2.6.2. Edward Purba ....................................................................... 35
2.6.3. Ompung Lumban Gaol ........................................................ 35
2.6.4. Tumiar Simamora ................................................................ 36
2.6.5. G Aritonang .......................................................................... 36
2.6.6. Marsel Purba ........................................................................ 36
2.6.7. Natashya Sihite ..................................................................... 37
2.6.8. Janius Sinaga ......................................................................... 37
2.6.9. Damai Purba ........................................................................ 37
2.6.10. Manogam S.P Pasaribu. SE .................................................. 37
Universitas Sumatera Utara
BAB III. PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH MASYARAKAT DESA PURBA
DOLOK
3.1. Karakteristik Sampah Masyarakat Desa Purba Dolok ......................38
3.1.1.Volume Sampah ..............................................................................38
3.1.2 Perilaku Masyarakat Membuang Sampah. ................................42
3.1.3 Pemanfaatan Sampah .....................................................................46
3.1.4 Frekuensi Pengangkatan Sampah ke Tempat Pembuangan
Akhir....................................................................................................48
3.2. Tradisi Lama dan Sistem Pengelolaan Sampah..................................48
BAB IV. PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PURBA DOLOK
4.1. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
4.1.1 Poda Na Lima ..................................................................................52
4.1.2 Konsep Bersih ..................................................................................55 4.1.3 Konsep Sehat ....................................................................................56
4.1.4 Konsep Kotor ...................................................................................57
4.2. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga ...............................................58
4.3. Pengelolaan Sampah di Institusi Kehatan ............................................62
4.4. Pengelolaan Sampah di Tempat Umum ...............................................63
4.5. Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 1 Dolok Sanggul ...................66
4.6. Pengelolaan Sampah di Tempat Kerja..................................................68
4.7. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Sampah .......................72
4.8. Peran Pemerintah Kabupaten Dalan Pengelolaan Sampah ..............73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................................................78 5.2. Saran .............................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penelitian ini mencoba mengkaji tentang bagaimana masyarakat Desa
Purba Dolok yang penduduknya terdiri dari suku Batak Toba, yang sebagian besar
besar bekerja sebagai petani dan beragama Kristen mengelola sampah, serta
melihat upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah. Pengelolaan
sampah dengan baik dan benar tidak terlepas dari perilaku hidup bersih dan sehat.
Hidup bersih dan sehat merupakan hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap
orang, mengingat manfaat kesehatan yang penting bagi setiap manusia..
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, dalam Pasal 1 angka 5, pengelolan sampah adalah kegiatan sistematis,
munyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Persoalan sampah memang bukan persoalan yang mudah untuk diatasi.
Sampah tidak hanya menyangkut persoalan teknis semata, tetapi juga persoalan
budaya atau perilaku masyarakat. Masyarakat perlu terus diingatkan bagaimana
mengelola sampah dengan baik. Jika tidak, bencana banjir dan penyakit menular
akan mudah datang.
Jika pada suatu lingkungan masyarakat masih ditemukan sampah yang
berserakan di mana-mana, pertanda kawasan itu belum sehat. Banyaknya sampah
akan mendatangkan berbagai kuman sumber penyakit. Penanggulangan masalah
sampah adalah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, oleh sebab itu
1
Universitas Sumatera Utara
kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan supaya
lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hidup yang sehat dan bersih adalah
hidup yang terbebas dari sampah, namun pada kenyataannya sampah telah
menjadi permasalahan yang tiada ujungnya sejak masyarakat mulai berperilaku
buruk dalam pengelolaan sampah, permasalahan sampah tersebut semakin sulit
ditangani seiiring barjalannya waktu. Sampah yang dibuang secara sembarangan
dalam jangka waktu yang cukup singkat akan mengakibatkan penumpukan
sampah yang berlebihan, sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan.
masalah tersebut tidak hanya dialami oleh masyarakat yang berperilaku buruk
dalam pengelolaan sampah, akan tetapi masyarakat yang berperilaku baik dalam
pengelolaan sampah pun akan ikut merasakan dampaknya.
Mengubah kebiasaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat memang
sulit karena masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai atau selokan.
Kriteria sehatnya suatu kota atau desa dapat dilihat dari kebersihan sungai atu
selokan dengan tidak adanya sampah dialiran sungai atau selokan. Banyaknya
tumpukan sampah akan mendatangkan berbagai kuman dan sumber penyakit.
Oleh karena itu kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan
supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah.
Membuang sampah pada tempatnya merupakan sebuah tindakan
bijaksana yang dilakukan oleh individu-individu yang menyadari bahwa sampah
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kebersihan lingkungan. Kehidupan
manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan meskipun terkadang
2
Universitas Sumatera Utara
aktifitas-aktifitas yang dilakukan manusia sesekali dapat mempengaruhi
lingkungan. Hubungan yang berkesinambungan antara manusia dan lingkungan
harus seimbang karena perubahan lingkungan dapat menimbulkan kepunahan
manusia.
Jenis-jenis sampah saat ini sangat cenderung didominasi oleh sampah
sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, uplogam, kaca, dan lain-lain. Jika
sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang bisa
membahayakan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas udara.
Hasil pembakaran sampah pelastik menghasilkan gas-gas dioxin yang mempunyai
daya racun 350 kali dibanding asap rokok1.
Kebiasaan masyarakat untuk membakar sampah sudah membudaya di desa
maupun di perkotaan. Sampah sering dinamakan limbah padat (solid waste) yang
merupakan konsekwensi dari kegiatan manusia. Sampah muncul atau timbul
sebagai sisa, bekas, atau buangan yang berasal dari makanan, pertanian, dan
produk-produk konsumsi beserta kemasannya. Dari tahun ketahun peningkatan
volume sampah akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
dan aktivitas konsumsi masyarakat.
Kesadaran masyarakat baik di kota maupun di desa masih kurang untuk
membuang sampah pada tempatnya dan cara memperlakukan sampah. Umumnya
masyarakat masih mencampur sampah ke dalam satu penampungan, jenisnya
yaitu organik dan anorganik. Hal ini selain disebabkan kurangnya kesadaran
masyarakat, didukung juga dengan kurangnya pengetahuan masyarakat akan
1Dioxin termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh
manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker.
3
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan sampah. Masyarakat masih harus terus diingatkan bagaimana
memperlakukan sampah. Jika tidak, bahaya penyakit dan bencana akan terus
menghantui masyarakat. Sikap peduli akan kesehatan lingkungan sangat
diperlukan, kesadaran dan pengentahuan tentang sampah sangat diperlukan oleh
masyarakat desa untuk sekarang.
Pengelolaan sampah memerlukan partisipasi aktif individu dan kelompok
masyarakat agar peran pemerintah tidak semakin berat. Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah, dapat dilaksanakan dengan melibatkan
masyarakat sebagai penghasil sampah terbesar, dengan membudayakan perilaku
pengolaan sampah sejak dini dari rumah tangga, sebagai struktur terendah dalam
pengelolaan sampah.
Pengelolaan limbah sampah harus sesuai dengan jenis sampahnya karena
setiap jenis sampah beda cara penanggulangannya. Penanggulangan sampah yang
tergolong organik dapat dilakukan dengan mengubur atau membakar sampah
tersebut. Kandungan sampah tersebut adalah bahan-bahan organik yang dapat
lenyap ataupun dapat terurai oleh bakteri-bakteri pengurai. Kemudian sampah
yang tergolong anorganik memerlukan proses pengolahan seperti mendaur ulang.
Sampah anorganik mengandung bahan-bahan sintetis yang tidak dapat diuraikan
oleh bakteri sehingga penanganannya harus lebih intens. Pengklasifikasian
sampah merupakan langkah awal dan hal yang sangat perlu diperhatikan.
Pengolahan sampah di Jakarta masih mengandalkan peran pemerintah.
Petugas kebersihan mengambil sampah dari penduduk dan membawa sampah ke
TPS untuk diangkut ke TPA oleh dinas kebersihan. Persentasi masyarakat yang
4
Universitas Sumatera Utara
dilayani di Jakarta masih sangat tinggi, berarti peran serta masyarakat masih
rendah. Di Jakarta mulai dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola
sampah untuk mengatasi sampah. Kota Surabaya menghasilkan sampah 2.177 ton
per hari, yang masuk TPA 1.480 ton per hari. Lainnya dikomposkan di sepuluh
sentra pengomposan komunal milik Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP), 13
kelurahan pengomposan rumah tangga, dan dibakar dalam sepuluh unit
insenerator mini yang tersebar di wilayah kota. Pemerintah Daerah Surabaya
melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengelola sampah. Di
Kota Bandung, tanggung jawab pengelolaan sampah dibagi menjadi dua, yaitu
pengangkutan dari rumah ke TPS menjadi tanggung jawab masyarakat sedangkan
dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah2.
Pengelolaan sampah yang diselenggerakan oleh dinas terkait hanya
berfokus pada pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) tanpa pengolahan tertentu. Hampir semua pemerintah daerah di Indonesia,
masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan
hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. Untuk mengatasi berbagai
permasalahan tersebut sudah saatnya Pemerintah Daerah mau merubah pola pikir
yang bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah
saatnya diterapkan yaitu dengan meminimasi sampah serta maksimasi kegiatan
daur ulang dan pengomposan disertai dengan TPA yang ramah lingkungan.
Desa Purba Dolok, Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan menjadi lokasi penelitian untuk melihat prilaku dalam pengelolaan
2 Surahman Asti “Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah Domestik” Artikel Penelitian (Hal 404-410)
5
Universitas Sumatera Utara
sampah. Ide dari penelitian ini muncul dikarenakan peneliti melihat adanya
fenomena dimana masyarakat masih menggunakan paradigma lama dalam
pengelolaan sampah yaitu kumpul, angkut, buang yang dapat menyebabkan
kinerja TPA semakin berat dan cenderung membuang sampah secara
sembarangan atau masyarakat berinisiatif untuk membuang sampah di belakang
rumah dan kebun mereka masing-masing. Hal yang sama juga dilihat oleh peneliti
bahwa pada lingkungan sekolah dan instansi pemerintah yang berada di wilayah
desa tersebut.
Berdasarkan fenomena dan uraian di atas maka penulis mencoba
melaksanakan penelitian dan menulisnya dalam suatu skripsi yang berjudul
“Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”
1.2 Tinjauan Pustaka
Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006). Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses
alam yang berbentuk padat.
Terciptanya lingkungan yang terbebas dari sampah, tentunya perilaku
masyarakat yang menempati lingkungan tersebut haruslah baik khususnya dalam
pengelolaan sampah. Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2012, bahwa
pengelolaan sampah yang baik adalah pengelolaan yang mengacu kepada dua
6
Universitas Sumatera Utara
sistem, yaitu sistem pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah. Sistem
pengurangan sampah meliputi 3 indikator, antara lain:
1. Pembatasan timbunan sampah,
2. Pendaur ulangan sampah;
3. Pemanfaatan kembali sampah.
1. Pemilahan sampah;
2. Pengumpulan sampah;
3. Pengangkutan sampah;
4. Pengolahan, dan;
5. Pemrosesan akhir sampah.
Kedua sistem pengelolaan sampah yang baik tersebut akan tercapai apabila
masyarakat dan pemerintah setempat mau berjalan beriringan, apabila hanya
salahsatunya saja yang melaksanakan, maka pengelolaan sampah belum 100%
baik.
Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan
berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan
pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Sampah yang tercecer tidak pada
tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan
bahaya banjir. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat
yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.
Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya
dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan
7
Universitas Sumatera Utara
di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan
terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk
dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.3
Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya
dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan
di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan
terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk
dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.
Kebudayaan adalah pengetahuan yang diperoleh, digunakan seseorang
untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.
Maksudnya jika didalam suatu masyarakat memiliki perilaku membuang sampah
sembarangan maka akan mempengaruhi tingkah laku atau perilakunya dalam
pengelolaan samapah.(Spredley:2006)
Menurut Prof. Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar.
Melalui ketujuh unsur kebudayaan itu, maka kebudayaan itu dibagi kedalam
dua bagian yaitu,
1. Kebudayaan material (lahir,fisik) yaitu kebudayaan yang berwujud dan dapat
dilihat wujudnya (konkret), misalnya, rumah, gedung atau bangunan, atau
benda-benda lainnya yang hasil ciptaan manusia.
3http://www.dlh.tegalkab.go.id/index.php/2017/03/02/penanganan-sampah-di-indonesia/
8
Universitas Sumatera Utara
2. Kebudayaan immaterial (spiritual,batin) yaitu kebudayaaan yang tidak
terlihat bentuknya namun dapat dirasakan manfaatnya (abstrak), misalnya,
bahasa, religi, adat istiadat, ilmu pengetahuan.
Peneliti memakai arti kebudayaan menurut James P Spredley. Karena
masyarakat dalam perilaku membuang sampah sendiri berdasarkan pengetahuan
mereka sebelumnya atau turun-temurun. Dengan pengetahuan masyarakat yang
membuang sampah tentunya akan mempengaruhi bagaimana masyarakat
mengelola sampah yang dimilikinya. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat saat
ini. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa
mengelolanya dengan baik, bisa menjadi sumber penyakit dikarenakan rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap sampah.
Kebudayaan sangat berkaitan erat dengan manusia terutama cara mereka
untuk merespon keadaan lingkungan sekitar mereka. Memang pengetahuan
mereka yang sangat utama dalam memandang lingkungan sekitar mereka untuk
dapat melakukan tindakan ataupun respon dari pengetahuan yang mereka miliki.
Dalam tesisnya, Dr.Fikarwin Zuska konsep kebudayaan yang dimiliki oleh
Parsudi Suparlan, bahwa kebudayaan keselurahan pengetahuan manusia sebagai
mahluk sosial yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami
lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya
kelakuan.(Zuska:2008) Penulis mengartikan kebudayaan menurut Spredley,
bahwa pengetahuan merupakan dasar untuk membentuk cara berfikir masyarakat
dalam merespon atau bertindak dalam lingkungannya dalam membuang sampah
9
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Perilaku dalam sampah masih minim karena kurang pedulinya
masyarakat dalam keseimbangan lingkungan.
Kebudayaan menurut Spradley yaitu pengetahuan yang digunakan untuk
menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial yang dapat
dikatakan juga sebagai salah satu wujud dari kebudayaan seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Koentjaraningrat.
Adapun wujud kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wujud kebudayaan adalah sebagai sesuatu kompleks dari ide-ide,
gagasan,nilai-nilai, norma, peraturan.
2. Wujud kebudayaan adalah suatu kompleks aktivitas kelakuan berpikir
darimanusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut, maka perilaku masyarakat dalam
membuang sampah dan pengolaannya merupakan salah satu wujud kebudayaan
mereka dimana pengetahuan masyarakat belum mengerti sehingga masih
mengikuti tradisi atau kebiasaan secara turun-temurun dalam memperlakukan
sampah. Kebudayaan juga pada dasarnya memiliki fungsi dalam mengendalikan
perilaku masyarakat dalam menanggulangi dampak sampah terhadap lingkungan.
Apabila didalam masyarakat memiliki tatanan budaya pengelolaan dengan
memisahkan sampah sesuai jenisnya maka kebersihan dan kesehatan lingkungan
akan baik karena sampah merupakan hasil dari pada akivitas prilaku manusia.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah
(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
10
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan
manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna, dengan demikian sampah
mengandung prinsip sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003).
Berdasarkan bentuk dan bahan sampah dibedakan ke dalam beberapa jenis
sampah, hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah. Berikut
uraian mengenai jenis dan tipe sampah:
a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:
1. Sampah anorganik.
Sampah yang umumnya tidak dapat membusuk dan masih bisa didaur
ulang, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
2. Sampah organik
Sampah yang pada umumnya dapat membusuk,misalnya: sisa-sisa
makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar
1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik,
kain bekas dan sebagainya.
2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
11
Universitas Sumatera Utara
a. Sampah berdasarkan karakteristiknya
1. Abu (Ashes) merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah
terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri, seperti:
2. Sampah Jalanan (Street Sweeping) adalah sampah yang berasal dari
pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan
daun-daunan.
3. Bangkai Binatang (Dead Animal) merupakan jenis bangkai binatang
yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
4. Sampah pemukiman (Household refuse) adalah sampah campuran yang
berasal dari daerah perumahan.
5. Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles) termasuk jenis sampah ini
adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat
transportas lainnya.
6. Sampah industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri
pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.
7. Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste) yaitu
sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.
8. Sampah dari daerah pembangunan adalah sampah yang berasal dari sisa
pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari
daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat,
kertas dan lain-lain.
12
Universitas Sumatera Utara
9. Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid) jenis sampah yang
terdiri dari benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu
masuk suatu pusat pengolahan air buangan.
10. Sampah Khusus adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus
dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif
dan zat yang toksis (Mukono, 2006).
d. Sumber-Sumber Sampah
1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes). Sampah ini
terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang
sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah
dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan
sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah
tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum. Sampah ini berasal dari
tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus,
stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,
botol, daun, dan sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran.Sampah ini dari perkantoran, baik
perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan
sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan
sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah
terbakar (rubbish).
13
Universitas Sumatera Utara
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Desa Purba Dolok
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan?
2. Sejauhmana upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah di
Desa Purba Dolok?
1.4 Lokasi Penlitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Purba Dolok, salah satu desa yang ada di
Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa ini terdapat dalam wilayah
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan berjarak 2 km arah
Selatan dari kantor Camat Doloksanggul. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut
karena daerah tersebut merupakan desa yang didalamnya terdapat sekolah dan
beberapa pusat perkantoran pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan
daerah ini tidak telepas dari keberadaan sampah yang disebabkan oleh perilaku
masyarakat desa, sekolah dan perkantoran.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian pasti memiliki sasaran agar tercapainya
tujuan dan menghasilkan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat
dalam penelitian ini adalah:
Tujuan
1. Untuk mengetahui seberapa besar kepedulian masyarakat Desa Purba
Dolok dalam Pengelolaan Sampah.
14
Universitas Sumatera Utara
2. Apa saja kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa Purba Dolok dalam
Pengelolaan Sampah.
3. Menambah pengetahuan dan referensi bagi penulis, masyarakat dan
pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar.
4. Secara akademis bahwa hasil penelitian ini merupakan bahan untuk penulisan
skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada program studi
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara Medan.
1. Bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah demi terciptanya
lingkungan yang bersih dan sehat.
2. Bagi aparat desa sebagai sarana penyalur aspirasi masyarakat untuk ikut
mendukung kegiatan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pengelolaan sampah.
3. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan evaluasi akan pentingnya kepedulian
dalam pengelolaan sampah serta pentingnya peran serta pemerintah daerah
sebagai pendukung kegiatan positif masyarakat.
1.6 Metode Penelitian
1. Data Primer
Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang
digunakan adalah :
15
Universitas Sumatera Utara
a. Observasi
Dalam observasi ini, terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi
partisipasi yang fokus pada kegiatan sehari-hari masyarakat yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut
melakukan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan kepedulian terhadap sampah. Kemudian observasi secara
terang-terangan, yakni peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data
bahwa ia sedang melakukan penelitian
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
komunikasi dengan informan. Komunikasi dilakukan dengan dialok tanya
jawab untuk mendapatkan data secara lisan dan tulisan yang di ungkapkan
oleh informan. Wawancara dalam hal ini sangat penting untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk kelengkapan data penelitian dan untuk
memperoleh data sebanyak mungkin tentang Pengelolaan Sampah di Desa
Purba Dolok.
Dalam melakukan observasi maupun wawancara sangat diperlukan
adanya rapport dengan para informan. Peneliti telah berusaha beradaptasi
atau menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan peraturan yang
berlaku ditempat penelitian dan bersosialisai dengan masyarakat desa.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti
bersumber dari buku, dokumen, laporan, jurnal dan referensi lainnya yang
16
Universitas Sumatera Utara
dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian..
Selama proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu untuk
merekam dan memotret serta catatan lapangan (fieldnote), untuk membantu
mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan
ada bagian dari pengumpulan data yang terlewat.
1.6 Pengalaman Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan. Lokasi penelitian dijangkau dengan
menggunakan transportasi darat, yaitu bus yang memiliki loket di Simpang Pos
Padang Bulan Medan. Bus yang dapat mengantarkan untuk sampai ke desa Purba
Dolok adalah Sampri singkatan dari Samosir Pribumi dengan ongkos Rp. 75.000,-
dengan jarak tempuh kurang lebih tujuh jam perjalanan. Perjalananpada malam
hari cukup nyaman, karena cuaca lebih dingin dan tidak terasa lama karena kita
dapat menghabiskan waktu dengan tidur.
Ketika saya sampai di desa Purba Dolok saya tinggal di Jalan Melanton
Siregar, tempat tante (inanguda)4 saya tinggal disana. Sembari beristirahat saya
bertanya pada inanguda saya bagaimana cara mendapatkan data mengenai desa,
siapa yang harus saya hadapi untuk meminta ijin melakukan penelitian, dan juga
mengenai tingkah laku masyarakat dalam melalukan pembuangan dan
pengelolaan sampah. Setelah saya merasa sudah cukup untuk beristirahat, lalu
saya pergi ke kantor kepala desa dengan beroleh informasi dari masyarakat
4Inanguda= adik ibu
17
Universitas Sumatera Utara
sekitar. Untuk sampai ke sana saya menggunakan motor karena jarak yang
lumayan jauh. Tetapi sesampainya disana ternyata kantor kepala desa masih tutup.
Lalu saya disarankan untuk datang ke rumahnya, tetapi beliau sedang sibuk dan
tidak ada di rumah karena dia memiliki pekerjaan lain untuk membuat paving
block dan batu bata. Akhirnya saya pulang, dan kembali ke sana setelah anak
sekolah pulang karena kepala desa akan menjemput anaknya dari sekolah.
Sembari jalan saya mengamati jalanan dan halaman rumah masyarakat.
Dari sini saya melihat pada saat di jalan, jalannya sudah beraspal, tetapi dipinggir
jalan masih ada sampah yang berasal dari mobil yang lewat yang dibuang
sembarangan oleh orang yang ada di dalam, dan hampir setiap rumah sudah ada
tong sampah disediakan dari pemerintah desa. Dari sini dapat dilihat bahwa
pemerintah desa dan masyarakat sudah cukup peduli dengan lingkungan mereka.
Sesampainya di rumah inanguda saya kembali beristirahat.
Saat jam makan siang sudah lewat, saya kembali menghadap kepaladesa
untuk meminta data dan meminta ijin, saya menemuinya di rumahnya. Setelah
bertemu dan beliau mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di desa tersebut
dan saya diajak ke kantor untuk mengambil data mengenai desa Purba Dolok.
Setelah mengambil data mengenai desa saya kemudian melanjutkan perjalanan
saya untuk berkeliling di desa Purba Dolok. Hari pertama saya belum melakukan
wawancara hanya mengamati aktivitas masyarakat dan fasilitas di sana. Selain
jalan yang memang pada umumnya sudah bagus dan beraspal, serta perumahan
sudah cukupramai sehingga pola pemukiman sudah terbentuk secara teratur
seiring dengan bertambahnya jumlah rumah di desa Purba Dolok.
18
Universitas Sumatera Utara
Keesokan harinya saya pergi ke pasar, saya memutuskan untuk pergi ke
pasar karena pasar dilakukan di desa Purba Dolok seminggu sekali dan disebut
dengan pekan atau onan. Seperti pasar pada umumnya lingkungan pasar memang
kotor, tetapi disediakan lapak dari pemerintah untuk para pedagang, dan selesai
onan maka pasar kembali dibersihkan oleh petugas Dinas Koperasi Perindustrian
dan Perdagangan yang bertanggung jawab atas kebersihan pasar. Setelah dari
pasar saya pergi melihat keadaan desa Purba Dolok dari jalan, sekolah, rumah dan
kantor pemerintahan yang ada. Saat saya mengelilingi desa tersebut, saya melihat
lokasi sekolah masih ditemukan adanya sampah berserakan walaupun tong
sampah sudah tersedia di setiap depan kelas.Terdapat juga poster mengenai
kebersihan yang ditempelkan di dinding sekolah.
Pemukiman warga Purba Dolok pada umumnya tempat sampah sudah
disediakan tetapi masih ada yang membakar sampah dibelakang rumah atau di
kebun mereka.Petugas dari Dinas Lingkungan Hidupakan mengambil sampah
seminggu dua kali. Sedangkan untuk kantor pemerintahan kesadaran untuk
menjaga kebersihan lingkungan sudah cukup baik, dan saya memutuskan untuk
mewawancari warga pada esok harinya.
Hari berikutnya saya pergi menjumpai kepala desa untuk menanyakan
program pemerintah mengenai kebersihan baik yang ada di rumah, sekolah dan
kantor pemerintahan. Program diadakannya tempat sampah di depan rumah warga
dimulai sejak Desember 2016. Setelah menemui kepala desa, saya pergi untuk
menemui warga, dan informan yang saya temui yaitu Ibu br. Purba. Dari Ibu br.
Purba saya mendapatkan informasi mengenai kegiatan gotong royong yang
19
Universitas Sumatera Utara
dilakukan di desa Purba Dolok, pola gotong royong, perilaku dalam mengelola
sampah rumah tangga.
Hari itu berlalu, lumayan sering saya mengelilingi Desa Purba Dolok yang
setiap senin sampai sabtu dilalui begitu banyak kendaraan umum dan pribadi
karena hari-hari itu merupakan hari sekolah dan kerja. Desa ini memiliki daerah
yang didalamnya kantor-kantor pemerintahan yaitu Perkantoran Pemerintah
Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di wilayah Desa Purba Dolok.Hari-
hari berikutnya saya menjumpai informan saya yang merupakan warga asli Desa
Purba dolok, selain bapak kepala desa saya menjumpai beberapa keluarga dan
melihat bagaimana perilaku keluarga tersebut membuang sampah, sebagian
keluarga yang saya jumpai memiliki hewan ternak yaitu babi, kerbau dan ayam.
Saya juga luamayan sering melihat beberapa anggota keluarga memberikan
makanan kepada hewan peliharaannya.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang berada di desa Purba Dolok
hanya satu yaitu berseberangan dengan rumah kepala desa. Kegiatan yang sering
dilakukan adalah melakukan imunisasi rutin yang di lakukan atas program
pemerintah, tepat di depan posyandu dimanfaatkan oleh warga untuk membangun
Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pertanyan banyak saya lontarkan
kepada kepala desa dan warga dan ini juga yang membuat saya sangat segan
karena kepala desa selalu menyiapkan minuman dan makanan saatdating untuk
wawancara.
Setelah berbulan-bulan saya kembali lagi ke desa tersebut beberapa
perubahan yang terlihat, yaitu tong sampah yang berada didepan rumah sebagian
20
Universitas Sumatera Utara
ada yang rusak, “penyok”, dan berlubang. Tong sampah yang disediakan oleh
pemerintah ternyata masih banyak warga yang tidak memilikinya. Beberapa
masyarakat juga tinggal berkelompok memiliki satu tempat yang digunakan untuk
membakar sampah.
Perkantoran yang sebelumnya saya lihat tidak begitu banyak sampah
sekarang sudah banyak berubah. Tempat sampah yang dibuat untuk menjadi
tempat sementara berubah berantakan, sampah berserakan sampai ke parit. Seperti
tidak terurus dan begitu banyak rumput-rumput liar yang tidak rutin dipotong dan
sekitarnya barserakan sampah plastik membuat daerah beberapa kantor terlihat
kumuh.
21
Universitas Sumatera Utara
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Desa
Purba Dolok adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di selatan Ibukota Kecamatan
Doloksanggul. Desa ini diperkirakan telah ada sejak Tahun 1500-an dimana para
nenek moyang berasal dari Tipang Bakara. Nenek Moyang yang pertama kali
menginjakkan kakinya ke Purba Dolok bernama Tahi Raja dan keluarganya.
Kemudian mereka bermukim di Purba Dolok dan beliaulah yang disebut-sebut
sebagai pendiri Purba Dolok pertama kalinya beserta anak-anaknya yang bernama
Ompu Raja Ihutan, Ompung Raja Unggul, Ompu Raja Idolok, dan Ompu
Habiaran. Konon, terbentuknya Purba Dolok itu di dahului dengan adanya
perseteruan antara Purba dan Simanullang Toba yang disebut sebagai perang
saudara yang terjadi sekitar Tahun 1600 dan berlangsung selama 1 tahun. Perang
tersebut memperebutkan wilayah kekuasan. Perseteruan dengan Raja Simanullang
Toba dalam memperebutkan wilayah sekitar 455 hektar, karena keinginan warga
Purba yang kuat dan memiliki pasukan lebih banyak dibandingkan Simanullang
Toba, maka Simanullang Toba pun menyerah dan wilayah dimaksud itu jatuh ke
tangan rakyat Purba.
Setelah wilayah seluas 455 hektar tersebut dikuasai oleh Tahi Raja Purba
lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanian dan permukiman. Semua
dikelola warga Purba dengan pola hidup gotong royong yang terjadi di dalam
22
Universitas Sumatera Utara
tatanan sosial marga Purba. Meskipun lahan pertanian itu kembali kosong karena
banyak masyarakat yang berdagang sehingga memilih untuk tidak mengolah
lahan, dengan didapatkannya lahan setelah melakukan perang, namun kekuasaan
atas tanah tersebut tetap dipegang secara turun temurun. Masyarakat pun berusaha
membentuk suatu organisasi atau kelompok masyarakat berdasarkan garis
keturunan. Setelah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, keturunan kedua
Tahi Raja Purba maka dibentuklah sebuah organisasi yang memiliki pemimpin
yaitu sekitar tahun 1700, pada saat itu Ompung Raja Unggul berperan sangat kuat
dan munculah ide untuk pembagian wilayah yang masih satu yaitu Purba dolok ,
Purba Manalu, Sosor Jabbatan dengan tokoh-tokoh berdasarkan garis keturunan
marga yaitu Toga Purba, Toga Manalu dan Debata Raja, Sejak saat itu, atas
kesepakata berpisahnya wilayah tersebut dipimpin Raja masing masing agar tidak
terjadi peperangan lagi maka pemimpinlah yang mengatur semua daerah
kekuasaan masing-masing
Pada tahun 1951 Desa Purba dibagi menjadi dua desa yaitu Desa Purba
Dolok dan Desa Purba Toruan (sekarang Desa Purba Manalu). Kepala Desa
Pertama adalah Paulus Purba tahun 1956-1986 dari Huta Lumban Gorat (sekarang
Dusun III), yang ke-2 Mangandar Purba tahun 1986-1994 dari Huta Parbubu
(sekarang Dusun I), yang ke-3 Tohap Purba tahun 1994-2002 dari Huta
Sihumonong (sekarang Dusun II), yang ke-4 Lord Minto Simatupang tahun 2002-
2008 dari Huta Lumban Tumiar (sekarang Dusun III), yang ke-5 Rimson Eledon
Purba tahun 2008-2014 dari Huta Sosor Julu, yang ke-6 Heber Posman M. Purba
23
Universitas Sumatera Utara
tahun 2014-2019 sampai dengan sekarang dari Huta Sosor Tapia (sekarang Dusun
III).
Penduduk Desa Purba Dolok pada umumnya hidup dari bertani dan beternak
dengan kehidupan adat-istiadatnya masih kental. Penduduk asli Purba Dolok 95%
adalah Marga Purba. Disebut desa Purba Dolok karena masyarakatnya adalah
Marga Purba dan berada pada dataran tinggi (dolok) , bisa kita lihat dari satu bukti
sampai sekarang sumber air minum khusunya di kecamatan Doloksanggul adalah
bersumber dari Desa Purba Dolok yang terletak di Lumban Sibabiat yang bisa
mengalir deras secara daya grafitasi sehingga Desa Purba Dolok bisa disebut desa
sumber air.
Desa Puba Dolok adalah desa lintasan menuju Kecamatan Sijama Polang.
Masyarakat desa Purba Dolok bisa digolongkan dengan desa yang cukup peduli
dengan pendidikan, terbukti dengan adanya kerelaan orang tua (pendahulu)
memberikan lahan yang sangat luas untuk mendirikan bangunan Sekolah
Menengah Atas (SMA dan SMK yang pertama di Kecamatan Doloksanggul) pada
tahun 1976.
24
Universitas Sumatera Utara
2.2 Letak Geografis
1. Letak dan Luas Desa
Gambar 1: Peta Desa Purba Dolok
Sumber: Kantor Desa Purba Dolok
Desa Purba Dolok terbentuk dari 3 dusun, memiliki luas wilayah 525 Ha, dengan
perincian sebagai berikut:
1. Dusun I seluas 160 Ha
2. Dusun II seluas 190 Ha
3. Dusun III seluas 175 Ha.
Desa Purba Dolok masuk dalam wilayah Kecematan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan berjarak 2 km arah Selatan dari kantor Camat
Doloksanggul, dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lumban Tobing
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sosor Tolong
25
Universitas Sumatera Utara
- Sebelah Timur bebatasan dengan Desa Purba Manalu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sihite I
Desa Purba Dolok berada pada ketinggian antara 1.300m diatas
permukaan laut. Iklim dari Desa Purba Dolok memiliki suhu 22-28C, curah
hujan di desa ini sekitar 2000-3000mm, kelembaban 26C dan kecepatan angin
0,5-5km/jam.
Pola pemukiman masyarakat Desa Purba Dolok adalah pola pemukiman
menyebar karena mata pencaharian penduduk umumnya berupa petani, peternak,
pedangan. pegawai pemerintahan, wiraswasta dan sebagainya. Penduduk yang
tersebar juga membentuk unit-unit kecil. Unit-unit tersebut merupakan rumah-
rumah yang mengelompok dan terbentuk karena mendekati fasilitas umum,
adanya masalah keamanan, atau karena sikap masyarakat yang berjiwa sosial
tinggi.
26
Universitas Sumatera Utara
2.3 Komposisi Penduduk
2.3.1. Berdasarkan Kelompok Umur
Penduduk
Penduduk
Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
(Tahun) Penduduk
(Jiwa) (Jiwa)
0-20 440 483 923
21-40 295 285 580
41-60 149 146 295
61-70+ 67 90 157
Jumlah 951 1004 1955
Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di desa Purba Dolok
kelompok umur masyarakat yang paling banyak ada di usia 0-20 tahun dan 21-40
tahun, kelompok usia yang paling banyak termasuk dalam kelompok usia
produktif.
27
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Berdasarkan Mata Pencaharian
No.
Uraian Jumlah
( KK)
1 Petani 384
2 Supir/Jasa Angkut 49
3 Tukang 15
4 Buruh Bangunan 30
5 Pedagang 15
6 Penjahit 2
7 Pegawai Swasta 65
8 Pegawai Negeri Sipil 63
9 Pensiun 35
10 TNI/Polri 2
11 Perangkat Desa 8
12 Perbengkelan 6
13 Industri Pengelolaan 1
Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang dominan di desa
Purba Dolok adalah petani, lalu disusul dengan pekerjaan swasta dan pegawai
negeri sipil. Pekerjaan yang paling sedikit di desa Purba Dolok adalah penjahit
dan industri pengelolaan. Mata pencaharian sebagai petani dalam hal ini adalah
bercocok tanam di ladang dan di sawah serta berternak ayam, babi dan kerbau.
Suatu pengharapan utama masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraannya
sering diungkapkan melalui umpasa1 yaitu “Sai Sinurma napinahan, gabe ma
naniula” artinya, Kiranya ternak piaraan berkembang biak, hasil panen selalu
meningkat.
1Umpasa=Pantun
28
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Berdasarkan Agama dan Etnis
Agama
Jumlah
( Jiwa)
Kristen Protestan 2012
Kristen Katolik 70
Islam 45
Hindu -
Budha -
Khonghucu -
Etnis Jumlah
( KK)
Batak 433
Jawa 1
Nias 1
Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.
29
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan Desa Purba Dolok sebagai berikut:
Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
Lulusan S-1 keatas 61 7,9
Lulusan SLTA 234 30,6
Lulusan SMP 223 29,2
Lulusan SD 158 20,7
Tidak Tamat SD/ tidak sekolah 87 11,4
Jumlah 763 Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purba Dolok didominasi oleh lulusan
SLTA. Tradisi secara turun temurun dalam hal menyekolahkan anak cukup
berakar dalam kehidupan masyarakat Desa Purba Dolok. Motto dari masyarakat
adalah “Anakonhi do hamoraan di ahu, na ingkon do singkola satimbo-timbona,
sintap ni na tolap gogoki” artinya, Anakku adalah aset kekayaan terbesar bagi
saya, harus saya sekolahkan hingga jenjang pendidikan tertinggi sebatas
kemampuan saya. Dengan motto ini maka para orang tua akan berjuang habis-
habisan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
2.4. Sarana dan Prasarana Desa
2.4.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang paling penting untuk memperoleh
segala yang diinginkan manusia. Setiap orang pasti ingin memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, semua akan dikorbankan agar dapat bersekolah. Sama
halnya di Desa Purba Dolok sarana pendidikan di desa ini sudah relatif memadai
30
Universitas Sumatera Utara
karena memiliki 1 unit TK dan PAUD, 1 unit Sekolah Dasar (SD) 1 unit Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan 1 unit Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat
pendidikan masyarakat Desa Purba Dolok juga termasuk tinggi karena jarang
sekali ada anak yang putus sekolah dan minimal menamatkan tingkat SMA, dan
tidak jarang anak-anak desa yang melanjutkan kuliah di Kota Medan maupun di
luar Pulau Sumatera.
2.4.2. Transportasi Darat
Desa Purba Dolok memiliki sarana transportasi darat yang cukup lengkap,
berbagai kendaraan baik kendaran umum dan pribadi cukup banyak melewati desa
ini, karena desa ini berada dekat dengan jalan lintas dari dan menuju
Doloksanggul dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Kendaraan Lintas seperti
kendaraan pribadi yang digunakan sebagai kendaraan umum oleh desa lain,
minibus ataupun bus lalu lalang melewati desa Purba Dolok. Banyaknya
kendaraan yang melewati desa ini karena prasarana jalan sudah cukup memadai,
jalan utama desa yang memiliki aspal mulus menjadi primadona supir bus yang
melintasi desa ini, sehingga keadaan desa Purba Dolok menjadi salah satu desa
yang cukup ramai. Jika dari Medan untuk sampai ke desa Purba Dolok bias
melalui jalur dari Sidikalang menggunakan bus “Sampri”, jika diinginkan bisa
diantar sampai depan rumah.
2.4.3. Air Bersih
Desa Purba Dolok memiliki sarana air bersih yang sudah cukup baik
karena didukung oleh adanya sumber air yang dijaga kebersihannya, yang dikelola
oleh Unit Pelaksana Teknis Air Bersih Dinas Perumahan dan Permukiman.
31
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan desa lain yang ada disekitar Desa Purba Dolok, Desa Purba
Dolok sudah tidak memiliki MCK (Mandi Cuci Kakus) Umum karena semua
rumah sudah memiliki kamar mandi pribadi masing. Dibanding desa lain yang
masih memiliki MCK Umum yang merupakan tempat orang mandi dan buang air
masyarakat desa, Desa Purba Dolok hanya memiliki tempat penampungan air bagi
masyarakat desa tersebut jika air disetiap rumah mati, itulah manfaat dari tempat
penampungan air tersebut.
2.4.4. Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi setiap orang. Dengan
tubuh yang sehat dan fresh akan dapat menstimulasi tubuh untuk lebih
bersemangat melakukan segala kegiatan baik belajar maupun bekerja. Selaras
dengan tingkat kesehatan yang baik, maka ada sarana kesehatan yang cukup baik
pula, seperti puskesmas, klinik dan Rumah Sakit dan lain-lain.
Desa Purba Dolok merupakan desa yang memiliki penduduk dengan usia
hidup yang tergolong baik. Hal ini ditandai dengan masih banyak orangtua yang
berusia antara 70 – 100 tahun. Fasilitas kesehatan di Desa termasuk cukup
lengkap, klinik dan Bidan Desa (Bindes). Pelayanan yang cukup baik disediakan
pada Posyandu Purba Dolok karena tersedia 1(satu) orang Bidan Desa dan Mantri
Kesehatan yang siap melayani pasien. Jarak Rumah Sakit Umum Doloksanggul
ke Desa Purba Dolok cukup terjangkau, hanya berjarak 5 km sehingga
memudahkan masyarakat memperoleh fasilitas kesehatan yang baik.
32
Universitas Sumatera Utara
2.5. Potensi Sumber Daya Desa Purba Dolok
Sumber daya alam yang dapat dimanfaakan masyarakat desa Purba Dolok
terdiri dari berbagai macam jenis baik ladang maupun sawah. Luas lahan
pertanian desa purba dolok: Sawah 152 Ha, Darat 198 Ha, Lahan tidur 110 Ha dan
sungai 1.5KM.
NO
Jenis Komoditi
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Produksi
Perhektare (ton)
1
Padi
152 1.5
2
Kopi
15 0.5
3
Cabai
5 5
4
Sayur mayor
4 6
5
Jeruk
2 5
6
Ubi
7 9
7
Terong Belanda
2 1.5
8
Komoditi lain
11 -
Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.
Tabel diatas menunjukan bahwa padi merupakan komoditi yang paling
banyak ditanam oleh penduduk desa Purba Dolok atau dengan kata lain mayoritas
penduduk desa berprofesi sebagai petani, terbukti dengan jumlah lahan sawah
berjumlah 152 Ha, dan kopi juga merupakan penyumbang pemasukan bagi
33
Universitas Sumatera Utara
penduduk dengan jumlah lahan 15 Ha dan disusul dengan komoditi lain seperti
cabai 5 Ha, sayur mayur 4 Ha, jeruk 2 Ha, Ubi 7 Ha, terong belanda 2 Ha dll.
Penduduk desa Purba Dolok juga sangat banyak memelihara hewan ternak
seperti babi, kerbau, lembu, ayam dan lain-lain. Berbeda dengan kampung
lainnya, ternak babi di Desa Purba Dolok sudah teratur karena berada dikandang
pemilik ternak. Jumlah ayam di desa Purba Dolok 2.000 ekor, dan kerbau 100
ekor dan babi 200 ekor, dan hanya ayam yang terkadang dibiarkan bebas. Dari
peternakan ini ada juga permasalahan yang dialami peternak seperti pakan ternak
babi yang susah didapatkan. Pakan babi biasanya seperti ubi busuk, daun ubi jalar,
nasi sisa dan itu biasanya dilakukan 2-3 kali sehari.
2.6. Profil Informan
2.6.1 Heber P. Purba
Bapak Heber P. Purba merupakan Kepala Desa Purba Dolok yang ke-6,
beliau merupakan warga dari Huta Sosortapian yaitu Dusun sering dipanggil oleh
warga “ama Abet”. Bapak ini merupakan seorang petani dan pembuatan batu bata
di belakang rumahnya. Semenjak 2014 beliau disibukkan dengan jabatannya
sebagia Kepala Desa, menurut warga desa perubahan yang dilakukan Kepala Desa
sangat terasa. Beliau memiliki 4 anak yang semuanya masih duduk dibangku
Sddan SMA. Kepedulian Kepala Desa terhadap masyarakat sangat terasa, salah
satunya jalan disebagian desa sudah mulai ada perbaikan dan kepala desa yang
mau mendengar keluhan masyarakat. Pengadaan gotong royong setiap bulan di
desa merupakan ajakan dari Kepala Desa yang bisa menumbuhkan sikap
34
Universitas Sumatera Utara
kebersamaan antara masyarakat desa. Beliau jugalah informan pertama bagi
peneliti.
Kemudian setelah peneliti mendapatkan informasi dari Bapak Kepala Desa
peneliti bertanya dan meminta izin untuk memperbolehkan melakukan wawancara
kepada warga Desa Purba Dolok, kemudian Bapak Kepala Desa meperbolehkan
dan merokemendasikan keluarga yang bisa diwawancarai.
2.6.2 Edward Purba
Bapak Edward Purba yang berumur 53 tahun merupakan warga yang
rumahnya tidak jauh dari SMA Negeri 1 Doloksanggul. Beliau bekerja sebagai
petani dan pembuat gorong-gorong yang dipakai untuk membuat selokan. Bapak
Edward Purba sering disebut “Ama Nova” merupakan salah satu pemilik
penggilingan padi di Desa Purba Dolok. Beliau juga memiliki hewan ternak dan
peliharaan. Setiap hari waktu Bapak Edward Purba lebih sering membuat gorong-
gorong dari pada bertani, karena sudah ada istri dan pekerja yang dibayar untuk
melakukannya. Keluarga Bapak Edward juga banyak mengasilkan sampah rumah
tangga yang sebagian dibakar, dijadikan pupuk dan pakan ternak.
2.6.3 Omppung Lumban Gaol
Ompung Lumban Gaol merupakan wanita tua yang berumur 75 tahun ini
peneliti temui didepan rumah sedang yang langsung menghadap ke jalan utama
desa. Beliau ketika ditemui sedang menjemur kopi yang sudah digiling,
kesehariannya yaitu seorang petani, suaminya sudah sejak lama meninggal dan
beliau tinggal dengan anak dan menantunya.
35
Universitas Sumatera Utara
2.6.4 Tumiar Simamora
Tumiar Simamora yang ber umur 55 merupakan ibu dari 4 anak, beliau
merupakan tetangga Omppung Luman Gaol. Beliau merupakan seorang guru
Sekolah Dasar di desa lain yang lumayan jauh dari rumahnya. Kesehariannya Ibu
Tumiar tidak hanya mengajar tetapi beliau juga seorang petani sebagai tambahan.
Setiap pulang dari sekolah beliau menyempatkan diri ke ladang belakang rumah.
Ibu Tumiar juga memiliki anjing dan babi sebagai hewan ternak. Keseharian juga
ibu Tumiar masak dan melayani anak dan suaminya
2.6.5 G Aritonang
Bapak G Aritonang yang berumur 40 tahun merupakan seorang kepala
keluarga bagi istri dan ke-3 anaknya. Beliau merupakan seorang wirausaha dalam
bidang jasa perbaikan mobil di depan rumah, sedangkan istrinya bekerja sebagai
seorang perawat di salah satu rumah sakit di Doloksanggul dan terkadang beliau
memberikan imunisasi di Desa Purba Dolok ketika ada Bulan Imunisasi
Nasional. Pekerjaan mereka bukan hanya itu, bertani dan berternak juga menjadi
salah satu mata pencaharian. Bagi keluarga ini masa depan sangat penting karena
mereka mempunyai 3 anak yang masih kecil dan jika mereka semakin besar
kebutuh dan biaya hidup semakin meningkat.
2.6.6 Marsel Purba
Marsel Purba merupakan anak berumur 13 tahun yang duduk dibangku
kelas 8 SMP. Anak seumuran Marsel biasa sering bermain sehabis pulang
sekolah, terkadang Marsel juga membantu orang tuanya di rumah lalu
mengerjakan tugas dari sekolah.
36
Universitas Sumatera Utara
2.6.7 Natasya Sihite
Natashya Sihite merupakan murid dari SMA Negeri 1 Doloksanggul yang
duduk di kelas 11 IPS 2. Natasya tinggal di Pasar Doloksanggul, setiap hari pergi
sekolah dengan menggunkan kendaraan umum.
2.6.8 Janius Sinaga
Janius Sinaga merupakan warga dari Huta Lumban Julu, umur beliau 45
tahun. Keluarga Bapak Janius Sianga tinggal di pemukiman yang berkelompok
yang jauh dari jalan utama desa. Keberadan tempat sampah yang tudak merata
membuat pak Janius dan tetangga-tetangganya membuang sampah berkelompok
dan membakarnya.
2.6.9 Damai Purba
Damai Purba merupakan ibu dari 2 anak yang sedang merantau ke Jakarta.
Beliau berumur 60 tahun. Beliau memiliki mata pencaharian bertani, setiap hari
beliau pergi ke ladang atau kebun.
2.6.10 Manogam S.P Pasaribu. SE,
Bapak Manogam merupakan Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan dan
Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang
Hasundutan. Beliau merupakan informan yang mejelaskan bagaimana
pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah dan pengelolaan sampah
seperti apa yang ada di Desa Purba Dolok.
37
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH MASYARAKAT DESA PURBA
DOLOK
3.1 Karakteristik Sampah Masyarakat Desa Purba Dolok
3.1.1 Volume Sampah
Volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati
dalam suatu objek. Volume biasa disebut juga dengan kapasitas.
Volume hari ke 1 2 3 Rata-rata
(kg) (kg) (kg) (kg)
Sampah Organik 1,190 1,105 1,203 1,166
Sampah Anorganik 0,375 0.272 0,428 0,358
Sumber : Hasil Observasi Peneliti
Untuk volume sampah di desa Purba Dolok, peneliti menghitung berapa
banyak kira-kira sampah yang dihasilkan (dalam satuan kilogram (Kg)) dari suatu
kelompok rumah tangga dalam kurun waktu 3 hari. Dimana jumlah dari sampah
organik masyarakat per hari sekitar 1,66 kg/KK da. Sampah organik yang
dimaksud adalah sampah yang meliputi sisa-sisa makanan, buah-buahan, daun-
daunan, kertas, tisu, dan lain-lain.
Sedangkan untuk volume sampah anorganik yaitu plastik, kaleng, kaca,
besi, dan lain-lain. Perkiraan sampah anorganik tersebut dalam sehari yaitu 0,358
kg/hari. Dan hasil dari penambahan sampah organik dan sampah anorganik dalam
38
Universitas Sumatera Utara
sehari yaitu 2,018 kg dan apabila dikalikan dengan 30 hari/sebulan menjadi
60,54kg.Perhitungan tersebut didapat dari hasil penimbangan sampah yang
dilakukan disalah satu rumah warga desa Purba Dolok selama 3 hari yaitu rumah
bapak kepala desa Purba Dolok.
Gambar 2 : Contoh sampah organik dalam rumah tangga, yaitu sampah bawang.
Sumber : Dokumentasi pribadi.
39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3 : Contoh sampah anorganik dalam rumah tangga, yaitu sampah plastik.
Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 4 : Salah satu sampah dari rumah tangga yaitu sampah sisa makanan yang
telah di masak dan akan diberikan untuk ternak babi.
Sumber : Dokumentasi pribadi
40
Universitas Sumatera Utara
Sampah sisa makanan memiliki wadah yang berbeda, tempat sisa cat
tembok dibuat masyarakat sebagai wadah yang bentuknya seperti ember biasa
berwarna putih, tinggi dan memiliki penutup. Wadah cat ini memiliki masa 15L,
keluarga Pak Purba dan ibu Panjaitan setiap hari menghasilkan 1,5-2kg sisa
makanan, wadah ini penuh dalam kurung waktu seminggu. Pak Purba memiliki 2
ekor babi yang memerlukan makanan sisa setiap hari sehingga tidak hanya
menggunakan makanan sisa dari rumahnya saja tapi beliau mengambil sisa
makanan dari rumah kerabatnya yang tidak jauh dari desa. Seminggu sekali anak
Pak Purba mengambil sisa makanan dari ruamh kerabatnya yang terisi penuh satu
wadah cat. Keluarga Pak purba biasa mengahasilkan kurang lebih 15 kg per
minggu, sedangkan kerabatnya menghasilkan 20kg sisa makanan dalam satu
minggu.
Pemisahan sampah makanan dilakukan setiap hari, biasa yang
melakukannya adalah anggota keluarga yang sedang mencuci piring kotor.
Masyarakat hanya terbiasa memisahkan sisa makanan. Kebiasaan ini dilakukan
oleh masyarakat yang memIliki hewan ternak maupun tidak. Banyak masyarakat
yang dulunya memiliki hewan ternak dan sekarang tidak memilikinya masih tetap
memisahkan makanan karena tetangga atau kerabat yang memiliki hewan ternak
juga masih membutuhkannya. Hanya saja sampah yang lain tetap digabung seperti
sampah kertas dan plastik dan dibuang ke tempat sampah atau membakarnya di
belakang rumah.
41
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5 : sampah rumah tangga yaitu palstik, kertas, kain dll.
Sumber : dokumen Pribadi
3.1.2 Perilaku masyarakat membuang sampah
Masyarakat Desa Purba Dolok masih sering membuang sampah tidak pada
tempatnya. Hal tersebut bukanlah hal yang baru dan dilakukan oleh mayoritas
masyarakat di Desa Purba Dolok, masyarakat menganggap membuang sampah
sembarangan merupakan suatu hal yang biasa saja dan jarang ada yang mau saling
memperingatkan atau menegur jika ada yang membuang sampah tidak pada
tempatnya. Ada beberapa alasan masyarakat Desa Purba dolok tidak mau
membuang sampah pada tempatnya, yaitu;
42
Universitas Sumatera Utara
1. Membuang Sampah Sembarangan Menjadi Kebiasaan
Gambar 6: Sampah yang berada di belakang rumah
Sumber: Dokumentasi pribadi
Desa Purba Dolok adalah desa yang sebagian penduduknya bertani.
Keberadaan rumah-rumah yang dibelakangnya merupakan lahan pertanian
masyarakat membuat kebiasaan membuang sampah dibelakang rumah adalah hal
biasa. Salah satu penyebab masyarakat desa membuang sampah tidak pada
tempatnya adalah kebiasaan yang sudah turun temurun. Kebiasaan yang turun
temurun ini dilakukan di kebunnya masing-masing karena merasa milik mereka
dan sudah pasti tidak ada yang menegur, begitu juga dengan warga lainnya.
Mereka merasa tidak terganggu bila warga membuang sampah ke kebunnya
masing-masing atau belakang rumah.
Sampah yang biasa mereka buang dibelakang rumah adalah sampah
plastik. Jika sampah itu sudah menumpuk, maka sampah itu pasti akan dibakar.
Penulis sering melihat sampah tersebut di kebun kopi masyarakat, sampah ini
sudah bercampur dengan daun dan tanah. Apabila dilihat dari jauh tempat ini
seperti tempat pembuangan sampah.
43
Universitas Sumatera Utara
2. Tempat Sampah yang Tidak Merata
Gambar 7 : Keberadaan tempat sampah yang tidak merata di Lumban Julu.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Keberadaan tempat sampah di setiap halaman rumah penduduk hanya
terlihat disepanjang jalan utama di desa tersebut. Tempat sampah yang diberikan
oleh pemerintah merupakan Anggaran Dana Desa tahun 2016. Sedangkan untuk
rumah yang berkelompok di dalam gang tempat sampah tidak terlihat. Warga
yang rumahnya berkelompok lebih memilih membakar sampah dibelakang rumah
atau mengumpulkan sampah berkelompok dan membakarnya di kebun terdekat
dari rumah. Dapat dilihat pemberian tempat sampah yang tidak merata membuat
program pemerintah ini tidak berjalan dengan benar. Pak Janius Sinaga yang
merupakan warga dari Huta Lumban Julu menjelaskan,
“molo hami dang dapotan dope tong sampah i, holan di pasar i adong tong sampah dek, hami par hutaon mambakar sampah maaa,,,”
44
Universitas Sumatera Utara
(“kalo kami belum dapet tong sampah itu, cuman yang di jalan besar itu dikasih tempat sampah dek, kami orang kampung ini masih bakar sampah...”)
Gambar8: seorang warga membuang sampah di tanah kosong untuk dibakar.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3. Bentuk Tempat Sampah
Tempat sampah yang diberikan pemerintah kepada sebagian masyarakat
desa seringkali tidak berfungsi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh ukuran
tempat sampah yang tidak proporsional. Tempat sampah ini masih dapat
dijangkau oleh hewan peliharaan masyarakat misalnya anjing yang masih mampu
menjangkau tempat sampah tersebut dan membuat sampah yang ada di dalamnya
45
Universitas Sumatera Utara
berserakan. Tempat sampah yang diberikan yang pemerintah yang terbuat dari
drum membuatnya mudah sekali karatan dan bisa hancur.
Gambar 7: Tempat sampah yang redah dan karatan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.1.3 Pemanfaatan Sampah
Karena masyarakat masih tegolong agraris yang sumber pencaharian
bertani dan berternak maka sisa sampah organik digunakan untuk pakan ternak
seperti babi dan ayam, ada juga hewan peliharan yaitu anjing. Cara menggunakan
sisa makanan dimasak kembali bersama “dodak”. Sebagian sampah organik
digunakan sebagai pupuk dengan cara proses pembusukan yaitu dengan cara
membuangnya begitu saja ditanah. Sedangkan sampah unorganik seperti plastik,
kaleng bekas, botol bekas dan styrofoam.
Salah satunya keluarga Pak Edward Purba / br. Panjaitan.Pasangan suami
istri ini memiliki 6 anak. Di rumah tersebut yang tinggal hanya 2 anak laki-laki
46
Universitas Sumatera Utara
dan 1 orang tua Pak Purba, 4 anak perempuan lainnya tinggal di luar kota. Jadi di
rumah ada 5 anggota keuarga.Keluarga ini merupakan keluarga petani.Setiap hari
pak Purba dan keluarga melakukan aktivitas bertani dari pagi hingga sore. Pak
Purba, istri serta ibunya pergi ke ladang dari pagi hari sekitar jam 8, sebelum
berangkat sang istri memasak makanan untuk sarapan dan makan siang. Pak
Purba tidak terus ke ladang karena beliau juga mempunyai usaha penggilingan
padi atau dalam bahasa bataknya “Kilang Eme”, dan yang menggiling padi bukan
dari desa Purba Dolok saja desa-desa tetangga juga sering. Keluarga ini memiliki
hewan peliharaan dan ternak yaitu anjing dan babi.
Keluarga ini memiliki kebiasaan dalam membuang sampah dengan cara
memisahkan sisa makanan, kebiasaan ini dilakukan sudah dari dulu karena sisa
makanan tersebut akan dimanfaatkan untuk makanan anjing dan babi. Makanan
untuk anjing di berikan begitu saja tanpa diolah kembali, sedangkan makanan babi
terlebih dahulu dimasak dengan campuran bahan lainnya seperti dodak, labu
kuning, labu siam dan daun ubi jalar, biasa yang mengolahnya adalah ibu dari Pak
Purba, biasa dipanggil Ompung Nova. Makanan sisa yang ada didapat dari sisa-
sisa makanan yang di masak pada pagi dan malam hari, lalu jika ada undangan
pesta atau kegiatan-kegiatan yang ada di desa pasti setiap ibu membawa plastik,
yang berisi makanan yang ada di acara tersebut seperti daging babi
(saksang)¸rendang, ikan mas, acar, lappet dan dibawa pulang ke rumah masing-
masing untuk dimakan bersama keluarga dan kemungkinan makanan tersebut juga
bersisa dan akan jadi sampah makanan yang akan diolah menjadi makanan ternak.
47
Universitas Sumatera Utara
Keluarga lainnya yaitu bapak Ganti Aritonang /br. Situmeang. Pasangan
suami istri ini memili anak 3 yang masih kecil-kecil. Dalam urusan sampah
keluarga ini juga memisahkannya sama seperti keluarga pak Purba, bedanya pak
Purba dan istri sebagai petani sedangkan pak Aritonang sebagai wirausaha dengan
membuka bengkel service di rumah dan istri sebagai seorang perawat di salah satu
rumah sakit di Doloksanggul dan tidak membuka praktek di rumah. Keluarga ini
tidak memelihara hewan ternak melainkan sisa sampah organiknya ada yang
mengambil yaitu tetangga, jika ember yang berisi makanan sisa tersebut penuh
maka tetangga datang untuk mengambilnya biasa seminggu sekaliuntuk makanan
ternak unggas berupa bebek. Tetangga yang mengambil makanan sisa biasa
menggantinya dengan hasil dari hewan ternak mereka misalnya telur bebek.
3.1.4 Frekuensi Pengangkutan Sampah Ke Tempat Pembuangan Akhir
Adanya tempat sampah disebagian depan rumah warga sangat membantu
masyarakat untuk mengurangi smpah yang berserakan di luar rumah, keberadaan
tempat sampah dibarengi dengan keberadaan truk pengangkut sampah.
Pengangkutan dilakukan 1 sampai 2 kali. Pengangkutan ini langsung dari Dinas
Kebersihan yang bertulis “Pengangkut Sampah Kantor Pasar dan Kebersihan”.
Menurut petugas kebersihan frekuensi pegangkutan sampah seminggu 2 kali
menggunakan truk pengangkut sampah dan kontribusi dari setiap keluarga berupa
iuran sebesar Rp 5000,-.
48
Universitas Sumatera Utara
3.2 Tradisi Lama dan Sistem Pengelolaan Sampah
Desa Purba Dolok sama dengan desa-desa lainnya dimana membutuhkan
proses yang panjang untuk menerima kebudayaan baru. Hal yang dialami oleh
masyarakat Desa Purba Dolok sebelum mengenal bagaimana Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat adalah bagaimana masyarakat tersebut mengelola sampah di
kehidupan sehari-hari menurut pengetahuan mereka. Masyarakat memiliki
inisiatif tersendiri dalam pengelolaan sampah sebagai berikut:
3.2.1 Jenis Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat terdiri dari beberapa cara,
yang dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka yang terlebih
dahulu berdomisili di Desa Purba Dolok. Cara-cara yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut, diantara lainnya:
Membuang Sampah di belakang rumah adalah kebiasaan yang sudah
dilakukan oleh masyarakat Desa Purba Dolok salah satunya inang Tumiar
yang membuang sampah dibelakang rumah dimana hasil wawancara peneliti
bahwa inang ini mengatakan :
“molo hami dipudini jabu do mombolokkon sampah, alana dang adong tempat sampah nami, ba di pudi-pudima dipandanggurhon asa unang ruddut dijoloni jabu, molo dipudini jabu ba pittor dibakkar” (“kalau kami dibelakang rumah membuang sampah, karna gak ada tempat sampah kami, jadi dibuang dibelakanglah biar gak berantakan didepan rumah, kalo dibelakang rumah kan bisa langsung dibakar”)
Ladang atau kebun merupakan tempat bercocok tanam bagi masyarakat Desa
Purba Dolok. Setiap hari masyarakat pergi berladang, ada yang tidak jauh
dari rumahnya dan ada yang mengharuskan menggunakan kendaraan.
49
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan masyarakat membuang sampah di ladang sudah dilakukan sejak
lama. Masyarakat memiliki alasan membuang sampah di ladang salah
satunya Oppung Lumban Gaol, contoh informan peneliti yang membuang di
ladang, yaitu:
“molo oppung tu balian do mambolokon sampah, inang. Alana oppung tu balian ganup ari, sekalian ma hu boan, asa pittor di bakkar dohot duhut i asa gabe pupuk” (“kalau oppung ke ladang membuang sampah nak, karena oppung ke ladang setiap hari, sekalianlah aku bawa, biar langsung dibakar bersama rumput biar jadi pupuk”)
Pinggir Jalan. Desa Purba Dolok merupakan desa yang dilalui oleh banyak
kendaraan dari dalam dan luar karena di desa terdapat sarana dan prasaran
seperti sekolah dan beberapa kantor dinas sehingga pinggir jalan adalah salah
satu tempat sampah bagi melalui jalan tersebut. Salah satu contoh peristiwa
ketika siswa yang baru pulang sekolah menggunakan kendaraan dan berjalan
kaki sering membuang sampah sembarangan tanpa ada rasa bersalah. Inang
Tumiar Panjaitan yang sering memperhatikan jalan lalu lintas mengatakan
bahwa siswa sering melemparkan sampah makanan mereka di jalan sehingga
banyak sampah berserakan di pinggir jalan.
“akka parsikkola i do na mambolokkon sampah i di dalan i, asal di pabollokkon ma di si. Gabe songoni ma topi dalan i, alogo na mambaen habang “ (“siswa sekolah yang membuang sampah ke jalan, langsung dibuang disitu. Jadi seperti itulah jalan penuh dengan sampah sehingga diterbangkan oleh angin”)
Jenis pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat berbeda-beda,
sesuai dengan bagaimana pengetahuan mereka tentang sampah dan juga
pengelolaannya. Masyarakat Purba Dolok memanfaatkan sekitar rumah atau
50
Universitas Sumatera Utara
tempat tinggal sebagai tempat pembuangan sampah, seperti yang telah
disampaikan oleh Inang Tumiar Panjaitan bahwasanya membuang sampah
dilakukan di belakang rumah dikarenakan tempat yang strategis langsung
melemparkannya dari dalam rumah, dan akan membakar sampah tersebut pada
sore harinya agar sampah tidak bertumpuk dan mengundang hewan lain untuk
merusak tempat sampah tersebut.
Masyarakat memiliki ide tersendiri untuk mengatasi masalah yang
dihadapi persoalan pembuangan sampah, baik itu dibelakang rumah, ladang dan
pinggir jalan. Masyarakat Purba Dolok tidak menemukan kesalahan saat
membuang sampah dan membakarnya, karena hasilnya tidak ada sampah yang
bertebaran di sekitar rumahnya, dan itu cukup untuk kategori bersih di dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Pada waktu saat oppung boru Lumban Gaol yang
membawa sampah ke ladang dan membakarnya di sana, hal tersebut sudah
menjadi kebiasaan bagi beliau akan membawa kantungan plastik sampah dan akan
membuangnya ke ladang dan membakarnya bersama rumput di ladang.
51
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PURBA DOLOK
4.1 Konsep Perilaku Bersih dan Sehat
4.1.1 Poda Na Lima
Poda dalam bahasa Batak berarti nasihat yang dalam sekali maknanya.
Poda semestinya disampaikan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih
muda. Poda na lima jika diartikan berarti 5 nasihat yang merupakan nasihat turun-
temurun dari nenek moyang suku Batak, dan selalu dituliskan atau dituturkan
secara berurutan dengan kalimat memerintah atau menyuruh yaitu;
1. Paias Roham
Paisa Roham berarti Bersihkan Hatimu maksudnya adalah bagaimana
cara kita supaya tetap memelihara hal-hal yang baik di dalam pikiran, dan jauh
dari segala pemiiran yang negatif, misalnya: jangan menyimpan dendam atau
rasa iri terhadap orang lain dan memaafkan kesalahannya, banyak bersyukur dan
berdoa dan jangan mengucapkan hal-hal yang buruk tentang orang lain.
2. Paias Pamatangmu
Paias Pamatangmu berarti Bersihkan Badanmu. Setelah menjaga
kebersihan hati, maka menjaga kebersihan badan atau tubuh adalah hal yang sama
penting. Menjaga kebersihan tubuh sangan penting untuk kesehatan, sehingga bisa
52
Universitas Sumatera Utara
terhindar dari segala bibit penyakit dan kuman. Mulai dari hal sederhana,
misalnya mandi sehari 2 kali atau gosok gigi setelah dan sebelum tidur.
3. Paias Paheanmu
Paias Paheanmu berarti Bersihkan Pakaianmu, jika menjaga kebersiahan
hati dan badan sudah selesai selanjutnya hal yang selanjutnya diperhatikan adalah
pakaian. Menjaga kebersihan pakaian dan segala hal yang melekat ditubuh sangat
penting, selain penampilan terlihat lebih baik, cara pandang orang-orang sekitar
sangat berpegaruh terhadap diri sendiri.
4. Paias Bagasmu
Paias Bagasmu artinya Bersihkan Tempat Tinggalmu. Menjaga
kebersihan rumah merupakan hal yang penting untuk dilakukan, supaya rumah
terlihat indah dan rapi, bebas dari kuman dan serangga, serta nyaman dihuni,
tetapi juga semua tempat dimana kita tinggal dan melakukan aktivitas, misalnya
kantor, sekolah atau kamar kost. Alasan ini juga berdasarkan istilah di Suku
Batak yaitu “Partamue” yang artinya kepada seseorang , yang rumahnya sering
dikunjungi tamu, apalagi tamunya merupakan sanak saudara yang datang dari
tempat yang jauh, dan tamu-tamu yang datang merasa nyaman selama mereka
berkunjung kerumah dan mau kembali bertamu dikemudian hari.
53
Universitas Sumatera Utara
5. Paias Alamanmu
Paias Alamanmu artinya Bersihkan Halaman atau Pekarangan Sekitarmu.
Menjaga halaman dan pekarangan rumah sama seperti menjaga kebersihan rumah.
Rumah yang indah tapi pekarangan yang tidak terawat, tentu menimbulkan
suasana yang kurang menyenangkan. Tidak terbatas pada halaman
ataunpekarangan rumah, tetapi nasihat ini juga menyueuh membersihakan
lingkungan sekitar juga, contohnya: jangan membuang sampah sembarangan5.
Orang Batak di kampung halaman biasanya melangsungkan pesta adat di
halaman depan rumah. Inilah mengapa menjaga kebersihan halaman dan
pekarangan rumah sekitar juga menjadi salah satu nasihat yang penting, supaya
tamu yang datang merasa nyaman.
Poda Na Lima ini, diawali dengan kata 'Paias', yang artinya "Bersihkan".
Perintah atau nasihat Paias ini, tidak hanya menyuruh untuk sekedar
membersihkan rumah atau kamar tempat tidur, n amun ada 5 hal yang memang
perlu dan harus kita bersihkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Nasihat atau Poda ini tidak selamanya dijalankan atau bahkan dilupakan
oleh oarang Batak, karena masih bisa kita lihat banyak sampah yang dibiarkan
menumpuk di samping dan belakang rumah yang tidak elok dilihat tapi masih
dimaklumi oleh warga sekitar.
5 https://www.idntimes.com/life/inspiration/leo-simatupang/5-hal-yang-harus-dijaga-kebersihannya-falsafah-poda-na-lima-c1c2/full
54
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Konsep Bersih
Bersih atau kebersihan adalah salah satu tanda hygene yang baik. Manusia
perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak berbau,
tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi
diri sendiri maupun orang lain6. Konsep bersih yang didapat oleh peneliti saat
wawancara dengan Inang Tumiar Panjaitan sama dengan oppung Lumban Gaol
bahwasanya konsep bersih itu, sebagai berikut;
“ias I ba tabo berengon, bagak jala angur, molo naeng ias iba berengon halak ba ikkon na ias ma jabu dohot alaman niba jala ikkon na malo ma iba mambuang akka sampah” (“bersih itu enak untuk dilihat, rapi dan juga wangi, kalau kita ingin dilihat bersih oleh orang lain ya kita rumah dan halaman kita juga harus bersih dan kita harus pandai membuang sampah”)
Konsep bersih adalah lawan kata dari kotor, sebagaimana yang dijelaskan oleh
informan saya ketika sesuatu disebut bersih maka enak untuk dipandang dan
wangi. Dan apabila sebaliknya berantakan maka itu disebut dengan kotor yang
menimbulkan kesan tidak enak ataupun layak untuk dilihat. Dalam pemikiran
masyarakat kotor dan bersih terdefenisi sebagai sesuatu yang terlihat mata.
Kebiasaan kehidupan masyarakat di lingkungan desa yang hidup sehat
menjadikan pemikiran mereka terhadap defenisi bersih itu kuat.
Dalam dunia kesehatan tentu pemikiran masyarakat seperti disebutkan
sebelumnya tidak dapat diterima dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya perbedaan defenisi dan realitanya. Menurut kesehatan, bersih itu bukan
hanya yang terlihat saja, tetapi terkadang banyak kuman yang tidak dapat terlihat
6 Defenisi sehat/kebersihan, dilihat pada tanggal 26 Februari 2017, pukul 18.13
55
Universitas Sumatera Utara
mata secara langsung. oleh karena itu terdapat banyak sekali anjuran-anjuran
kesehatan untuk menwujudkan hidup bersih.
4.1.3 Konsep Sehat
Sehat merupakan suatu keadaan yang lengkap dari fisik, mental dan
kesejahteraan sosial. Tidak hanya sekedar bebas dari sakit dan cacat, yang
memungkinkan seseorang dapat bekerja secara produktif. Konsep sehat yang
didefenisikan WHO memiliki pengertian yang berbeda dengan pandangan
masyarakat Desa Purba Dolok, dan yang didapat oleh peneliti dari hasil
wawancara adalah konsep sehat dari masyarakat yaitu; pendapat dari inang
Tiurma Panjaitan bahwa sehat adalah dapat melakukan pekerjaan seperti biasanya,
dan tidak ada penyakit yang dideritanya, seperti kutipan wawancara dibawah ini7.
“hipas i bah hipas-hipas sude, dang marsahit, boi karejo, I ma” (“sehat itu ya semuanya sehat, tidak ada penyakit dan bisa kerja”)
Dari pendapat informan Tumiar Panjaitan, bahwa sehat itu adalah tidak
ada penyakit sehingga dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasanya yaitu Ibu
rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah dan mengurus suami dan anak-
anaknya. Sehat yang dikemukakan oleh inang tersebut tidak terkait sehat dari
lingkungan yang bersih tetapi sehat yang diketahui oleh inang tersebut adalah
sehat karena masih bisa beraktivitas seperti biasanya.
Dari penjelasan tentang konsep sehat diatas, untuk memperoleh sehat
banyak cara dan strategi yang dilakukan setiap orang, baik itu untuk
mengkonsumsi makanan yang bersih ataupun menjaga lingkung tetap nyaman
7 Definisi sehat menurut WHO, dilihat pada tanggal 26 Februari 2017, pukul 17.10
56
Universitas Sumatera Utara
untuk dihuni. Seperti yang dikatakan Tumiar Panjaitan tentang bagaimana cara
memperoleh sebuah kesehatan Ibu ini mengatakan bahwa
“molo naeng sehat iba, bah ikkon na ias ma ibada, malo malo ma manjaga kkebersihan niba, molo mangallang sipanganon pe ikkon na jolo ias ma dicuci” (“kalau kita mau sehat yah harus bersih lah, harus pintar-pintar jaga kebersihan badan kita, dan kalau mau makan makanan harus dicuci dulu sampai bersih”)
4.1.4 Konsep Kotor
Kotor adalah tidak bersih, terkena noda, banyak sampah, jorok,
menjijikkan. Defenisi dari kotor sangat banyak dan tergantung dari topik ataupun
pembahasan sebuah masalah. Pengertian kotor di dalam penelitian ini yaitu
bagaimana konsep kotor menurut masyarakat, dan bagaimana cara mengatasi
masalah kotor yang dihadapi8. Kotor menurut inang Tumiar Panjaitan adalah
sebagai berikut:
“molo kotor i dang ias godang sampah, bau muse, dang suman
dipatuduhon tu hallak na asing, molo adong na kotor itor dipaias ma nian, hera au ma molo adong sampa hu itor hu tutung do i asa dang bau, molo bau kan gabe ro biang manghoreki sampa i” (“Kotor itu ya banyak sampah, bau, tidak layak untuk diperlihatkan, Kalau kotor ya tinggal dibereskan saja, contonya seperti sampah harus langsung dibuang ataupun dibakar saja, supaya tidak menimbulkan bau
ataupun nanti ada anjing ya mengais-ngais sampah”)
Sedangkan pendapat dari Oppung Lumban Gaol bahwa arti kotor dari hasil
wawancara adalah sebagai berikut;
“kotor itu kalau pulang dari ladang atau kerja di ladang, jadi harus mandi supaya tidak bau” (“kotor itu berantakan, tidak elok untuk dipandang”)
8 Defenisi Kotor dari KBBI dilihat pada tanggal 25 Februari 2017, pukul 17.39
57
Universitas Sumatera Utara
Konsep kotor yang diketahui oleh kedua informan yang diteliti adalah
kotor yang berkaitan dengan sesuatu yang dilihat oleh mata, ketika sesuatu tidak
terletak di lokasi yang seharusnya maka itu disebut kotor, contoh peralatan dapur
yang terletak tidak pada tempatnya maka itu disebut kotor ataupun tidak enak
untuk dilihat, dan ketika Oppung pulang dari ladang dan bekerja di ladang maka
itu disebut kotor karena sudah seharian penuh bergumul dengan tanah ataupun
lumpur yang ada di ladang.
4.2 Pengelolaan Sampah Pada Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah sangat penting untuk diajarkan sejak dini, dan dari
institusi yang paling dekat dengan setiap individu. Institusi keluarga merupakan
institusi yang terdekat, atau institusi dasar yang harus mengajarkan tentang pola
hidup bersih dan sehat, karena melalui institusi inilah individu ditempah dan
bertanggungjawab untuk mengarahkan perilaku setiap anak. Orangtua
bertanggung jawab mengajarkan anak-anaknya tentang hidup bersih, mulai dari
yang paling dasar seperti cara membuang sampah didalam rumah dan cara
membersihkan lingkungan rumah mereka. Dengan adanya kesadaraan anak
terhadap kebersihan maka anak tersebut akan terjauh dari yang namanya penyakit
dan dapat menempah psikologi anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan
untuk kebersihan. Rumah merupakan wujud diri dari sebuah keluarga, jika
rumahnya bersih maka dipastikan anggota di dalam rumah tersebut bersih, seperti
yang dikatakan ibu Damai Purba (68) :
“Molo mamereng halak ias bereng ma dapur na, molo ias dapur na ba ias ma halak na, ale molo kotor dapur na I, halak na I pe kotor do”
58
Universitas Sumatera Utara
(“kalau mau lihat seseorang itu kotor atau tidak lihat saja dapurnya, jika dapurnya bersih yah orangnya itu bersih lah, kalau kotornya dapurnya yah orangnya itu pasti kotor juga”)
Seperti itulah yang dikatakan ibu Purba jika melihat seseorang itu bersih
atau tidak, Ibu Purba mengambarkan seseorang bersih atau tidak dilihat dari dapur
rumahnya, karena menurut sang ibu dapur merupakan simbol kepribadian orang
batak, jika dapur disebuah rumah kotor itu merupakan gambaran sifat orang
tersebut juga kotor, kotor disini berarti tidak pandai mengkelola sampah dan
sembarangan dalam membuangnya.
Membiasakan diri dalam membuang sampah pada tempatnya melalui
didikan orang tua yaitu dari rumah tangga, dimana anak dengan mudah meniru
apa yang dilakukan oleh orang tua. Anak adalah peniru yang baik sehingga orang
tua harus jadi panutan bagi anaknya. Selain di rumah orang tua juga harus
menerapkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya di luar rumah. Salah
satunya orang tua membuat tempat sampah di dalam rumah yaitu di dapur dan
kamar tidur dan juga kamar mandi. Jika tempat sampah di dapur sisa-sisa
makanan atau organik dengan sampah anorganik dipisahkan. Sisa-sisa makanan
atau organik akan digunakan untuk bahan makanan ternak dan sebagian juga
digunakan untuk pupuk di ladang atau pertanian.
Dengan adanya bimbingan orangtua diharapkan anak-anaknya mampu
menjadi orang yang berbeda dengan yang lainnya. Seperti yang dikatakan Marsel
Purba (13):
”Kalau aku kak udah biasa abis makan ku pisahkan ke makanan pinahan ka,, biar ada campur makanan babi ka... kalo jajanku dibawa kerumah,
59
Universitas Sumatera Utara
kan ada 2 tempat ember ka, satu buat makanan babi, satu lagi sampah yang gk dimakan babi”
Dari wawancara diatas sebenarnya sudah ada kesadaran dari anak-anak
tentang memisahkan, kesadaran itu diperoleh dari kebiasaan anggota keluarga
memisahkan makanan mereka untuk makanan ternak, membuat anggota keluarga
memisahkan sampah.
Perilaku masyarakat Desa Purba Dolok ini belum lama terjadi, perilaku
masyarakat tentang kepedulian sampah ini mulai berubah sejak dana desa benar-
benar dikelola untuk menjaga kebersihan desa, seperti menyediakan tempat
sampah yang terletak didepan rumah warga. Tong sampah yang disediakan terbuat
dari drum yang dipotong menjadi dua bagian, drum-drum ini berwarna biru.
Dengan adanya tong sampah tersebut diharapkan tidak lagi ada sampah yang
berserakan dihalaman rumah dan dipinggir jalan.
Gambar 9: Tempat sampah yang berada di depan rumah.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
60
Universitas Sumatera Utara
Inilah gambar tong sampah yang diberikan Pemerintah melalui Kepala
Desa kepada setiap warga Desa Purba Dolok. Dari tong sampah ini diharapkan
ada kesadaran setiap warga untuk menjaga kebersihan melalui membuang sampah
pada tempatnya. Namun masih ada saja sampah plastik yang berserakan dipinggir-
pinggir jalan, sampah-sampah itu berasal dari masih adanya orang yang kurang
sadar akan kebersihan, dan asal sampah juga bukan hanya dari masyarakat desa,
tetapi juga berasal dari kendaraan-kendaraan yang lalulintas desa, karena desa ini
berada didekat jalan besar baik dari dan menuju kota Doloksanggul.
Gambar 10: Halaman penduduk yang terlihat bersih dari sampah.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
61
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pengelolaan Sampah Pada Institusi Kesehatan
Institusi Kesehatan merupakan lembaga yang menyediakan layanan
kesehatan bagi masyarakat, yaitu rumah sakit, puskesmas, dan posyandu.
Pelayanan yang diberikan demi mensejahterakan kesehatan masyarakat. Desa
Purba Dolok memiliki satu posyandu yang disediakan pemerintah untuk melayani
masyarakat desa.
Perilaku hidup bersih sehat dalam pengelolan sampah dilakukan di
posyandu bertujuan untuk mencegah orang sehat menjadi sakit dan tidak
memperburuk keadaan orang sakit menjadi lebih sakit.Salah satu bentuk perilaku
pasien maupun pengunjung posyandu dalam berperilaku hidup sehat yaitu dengan
membuang sampah pada tempatnya yaitu tong smapah yang telah disediakandan
tidak meludah sembarangan, serta membuat tong sampah berdasarkan jenis
sampah yang ada di posyandu.
62
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pengolaan Sampah Pada Tempat Umum
4.3.1. Jalan
Gambar 11: sampah yang dibuang sembarangan di pinggir jalan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalan merupakan salah satu fasilitas umum yang disediakan dan dibangun
oleh pemerintah untuk membantu kelancaran akses dan aktifitas masyarakat.
Kondisi jalan di lingkungan desa Purba Dolok sangat baik,hanya saja perawatan
dan peran masyarakat kurang aktif dalam memelihara kebersihan fasilitas
tersebut. Hal itu terlihat jelas dengan adanya sampah-sampah yang bertebaran di
pinggir jalan. Ketika dalam pengamatan, peneliti menemukan kondisi jalan yang
tidak dijaga dan dipelihara. Sampah-sampah bertebaran begitu saja menjadikan
63
Universitas Sumatera Utara
Susana pemandangan yang kurang baik. Jalan menjadi salah satu daerah yang
rentan untuk terjadinya pembuangan
Kebersihan jalan adalah tanggung jawab semua masyarakat yang
memanfaatkannya. Kurangnya kebersihan jalan disebabkan oleh ulah pejalan kaki
yang senantiasa membuang sampah makanan-makanan ringan. Selain itu daerah
purba Dolok yang juga merupakan jalan akses penghubung dengan daerah
Siborong-borong. Oleh sebab itu sampah-sampah yang bertebaran dipinggir jalan
kemungkinannya berasal dari orang-orang yang melintasi daerah purba Dolok
tersebut. Kemudian ada juga masyarakat yang memang sengaja membuang
sampah begitu saja. Mereka biasanya mencari daerah yang bukan wilayah
pemukiman.
4.3.2. Halte
Gambar 12: Halte sekolah untuk menunggu angkutan umum.
Sumber: DokumentasiPribadi
64
Universitas Sumatera Utara
Halte adalah fasilitas umum yang disediakan dan dibangun oleh pemerintah.
Di desa Purba Dolok, kita dapat menemukan halte di daerah sekolah dan
perkantoran. Halte yang dibangun sebenarnya sangat membantu khususnya bagi
para pelajar. Pemerintah menyediakan tempat berteduh dari teriknya mentari dan
dari dinginnya guyuran hujan. Kebijakan pemerintah membangun halte hanya
mengharapkan sumbangsih pengguna halte tersebut untuk senantiasa menjaga dan
memelihara kondisi bangunan halte dan kebersihannya. Memang ketika diamati
keadaan kebersihan halte dan lingkungan sekitarnya cukup bersih.
4.3.3. Gereja
Gereja adalah tempat umum yang rentan dengan suasana ramai. Keramaian
terkadang menjadikan orang berperilaku dan bertindak sembrono khususnya
dalam menyikapi adanya sampah. Oleh sebab itu kebersihan dan kenyamanan di
gereja menjadi sebuah tanggung jawab besar bagi para jemaat gerejanya. Orang
yang datang beribadah ke gereja bukan hanya masyarakat yang berdomisili di
desa purba Dolok. Biasanya yang berperan dalam menjaga kebersihan gereja dan
lingkungannya adalah para anak muda gereja. Mereka biasanya dikoordinir oleh
penatua gereja untuk melakukan kebersihan gereja.
4.3.4. Musolah
Musolah merupakan salah satu fasilitas umum yang dapat kita temukan di
desa Purba Dolok. Di desa ini hanya memiliki satu mushola saja, dan terletak agak
jauh dari desa Purba Dolok. Pengurus atau yang menjaga mushola tersebut
65
Universitas Sumatera Utara
rumahnya tidak jauh dari mushola.Masyarakat yang beragama Islam yang
menggunakan mushola juga membantu menjaga kebersihan Mushola dan
lingkungan sekitar Mushola seperti membersihkan Mushola.
4.5 Penelgolaan Sampah Pada SMA Negeri 1 Doloksanggul
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah upaya untuk
memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau
dan mampu mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi
yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja dan
disusun serta diatur oleh kurikulum yang berlaku.
Gambar 13: Slogan yang dibuat sekolah untuk mengingatkan siswa.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sekolah yang berada di Desa Purba Dolok ini memiliki kurang lebih 40
ruangan yang semuanya memiliki tempat sampah dan memiliki selogan tentang
66
Universitas Sumatera Utara
menjaga kebersihan disekitar lingkungan sekolah. Dari wawancara yang
dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini dengan siswa bernama Natasya Sihite
kelas 11 IPS 4 (16),
“kami ada piket kaa, ada jadwal kami masing-masing. Kadang kerja bakti semuanya ka, kalau ada acara sekolah atau mau ujian sekolah ka.....”
Gambar 14: Tempat sampah di sekolah SMA N 1 Dolok Sanggul
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar diatas merupakan tempat pembuangan sampah akhir di Sekolah
Menegah Atas (SMA) Negeri 1 Doloksanggul. Sampah yang dibuang oleh warga
sekolah dibuang lalu dibakar, dari sini dapat dilihat bahwa tidak adanya
Pengelolaan Sampah yang melibatkan siswa seperti memisahkan sampah organik
dan anorganik. Kegiatan membersihkan sampah disekolah lebih sering dilakukan
oleh siswa karena menurut penjelasan guru bahwa sekolah tersebut tidak memiliki
petugas kebersihan khusus sekolah.
67
Universitas Sumatera Utara
4.6 Pengelolaan Sampah Pada Tempat Kerja
Desa Purba Dolok merupakan salah satu desa yang didalam cakupan
wilayahnya terdapat lingkungan perkantoran. Lingkungan perkantoran adalah
definisi yg lebih tepat menurut penulis. Alasannya ialah terdapat berbagai
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Humbang Hasundutan, seperti Dinas Badan
Pusat Statistik, Dinas Pariwisata, Dinas Ketahanan Pangan, SAMSAT, Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak
(DPMDP2A). Lingkungan perkantoran seharusnya mencerminkan keadaan
lingkungan sekitar yang terlihat bersih dari serakan sampah-sampah yang berbeda
dengan keadaan lingkungan tersebut dengan lingkungan perumahan penduduk.
Memang dalam lingkungan perkantoran tersebut dapat ditemukan beberapa rumah
penduduk, namun berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa yang tinggal
masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut adalah orang-orang bekerja di
kantor-kantor tersebut.
Kebersihan lingkungan perkantoran merupakan salah satu bentuk perilaku
masyarakat yang setiap harinya melakukan aktifitas. Kebersihan lingkungan
tersebut tentu tidak terlepas dari sikap dan perilaku masyarakat yang bekerja di
kantor tersebut. Perilaku dalam hal ini lebih mengarah kepada tindakan manusia
dalam kaitannya mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Hal yang sangat
penting kita pertanyakan adalah motivasi dilingkungan kantor dalam mewujudkan
perilaku yang baik. Apakah mereka berperilaku sesuai arah Perilaku Hidup Bersih
68
Universitas Sumatera Utara
dan Sehat disebabkan oleh adanya aturan di kantornya? Apakah semua itu mereka
lakukan dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran akan pentingnya hidup bersih?
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti disertai dengan sedikit
penggalian informasi dengan melakukan tanya-jawab dengan seorang pegawai
kantor di dinas pariwisata.
“disini sampah ada yang urus dek, truss kalo sampah kami gabung semua...udah biasanya itu, tiap minggu pun ada yang ngambil , truk sampah itu”
Gambar 15: Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Humang Hasundutan
Sumber: dokumentasi pribadi
Dari penggalan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sampah yang ada pada Dinas Pariwisata dikelola oleh orang yang telah ditunjuk,
sampah yang banyak dihasilkan perkantoran adalah kertas. Kertas dan sampah
lain digabung oleh pegawai kantor karena tidak adanya kebiasaan memisahkan
sampah. Kebersihan lingkungan kantor merupakan wujud dari adanya kesadaran
69
Universitas Sumatera Utara
akan pentingnya hidup bersih dan adanya aturan tertulis yang mendorong setiap
orang berperilaku hidup bersih. Lingkungan kantor yang dilengkapi dengan
adanya tempat sampah diberbagai ruangan cukup mendukung dalam menciptakan
kebersihan. Setiap kantor dinas memiliki petugas kebersihan masing-masing yang
setiap harinya melakukan kegiatan kebersihan dilingkungan kantor,tetapi
sesungguhnya kebersihan lingkungan kantor tersebut bukan semata-mata hanya
tanggung jawabnya melainkan peran aktif semua warga kantor.
Namun berdasarkan apa yang peneliti saksikan di belakan tempat sampah
di daerah perkantoran terlihat penuh dan berserakan seperti pada gambar berikut.
Tempat sampah yang penuh dengan sampah terlihat bahwa sampah tersebut sudah
lama, terlihat dari tekstur sampah seperti sudah lama tidak diangkut dan sering di
bakar.
Gambar 16 : Bak sampah yang berada di belakang kantor Badan Pusat Statistik.
Sumber : Dokumentasi pribadi
70
Universitas Sumatera Utara
Gambar 17: Sampah dan rumput liar yang berada di samping perkantoran
Sumber : Dokumentasi pribadi
Selain itu terlihat juga sampah yang berada di samping perkantoran yang
merupakan jalan akses ke perkantoran melalui Huta Sihite. Sampah yang
berserakan merupakan sampah pelastik seperti botol minum dan kantung plastik.
Tempat sampah dan truk sampah tidak membuat lingkungan perkantoran di desa
Purba Dolok menjadi bersih tapi perilaku masyarakat yang berkerja di daerah
tersebutlah yang masih kurang menjaga kebersihan.
71
Universitas Sumatera Utara
4.7. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Sampah
Perangkat desa adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat. Perangkat desamampu dan
mau melaksanakan tugasnya, yaitu membantu masyarakat untuk bisa menolong
dirinya sendiri dan berperan serta aktif mereka perlu dipersiapkan dan
dikembangkan. Persiapan perangkat desa harus dilakukan dengan sebaik-baiknya,
karena ditangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan
peran serta masyarakat yang sangat penting itu.
Peran pemerintah desa dalam mendukung pemberdayaan masyarakat di
desa Purba Dolok dalam membuang sampah adalah melalui penyuluhan dan
pelatihan pengolahan sampah menjadi kompos yang diberikan langsung
masyarakat. Peran kepala desa sangat vital karena berada diposisi terdepan yang
setiap saat berkomunikasi dengan masyarakatnya. Bentuk dari peran kepala desa
adalah memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menyadarkan bahwa
sampah itu adalah tanggung jawab bersama bukan hanya pemerintah.
“Setiap bulannya kami mengadakan gotong royong bersama warga desa, kegiatan dilakukan minimal sebulan sekali, dalam kegiatan
gotong-royong ini masyarakat dapat menjalin komunikasi dan berdiskusi tentang memelihara lingkungan....”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa sebagaimana tersebut
diatas,selain pemerintah desa, ternyata masyarakat juga ikut serta berperan dan
bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan gotong royong
yang dilakukan secara rutin digerakkan oleh para aparatur desa. Masyarakat
bersama dengan warga biasanya melakukan diskusi di rumah kepala desa. Bapak-
72
Universitas Sumatera Utara
bapak, Ibu-ibu dan para anak-anak muda berperan aktif dalam kegiatan gotong
royong tersebut. Bersama-sama dalam mewujudkan lingkungan yang bersih harus
dengan agenda yang disetujui oleh masyarakat desa dengan menjalankan
kominikasi dan berdiskusi.
Peran pemerintah desa yang juga dapat dilihat di Desa Purba Dolok, yaitu
berupa pemberian bantuan tempat sampah yang terbuat drum bekas yang dipotong
dua dan dicat warna biru dan diberi tanda dan tulisan BERSINAR yang
kepanjangannya adalah Bersih Sehat Indah Rapi. Tempat sampah tersebut
diberikan satu buah untuk satu rumah dan diletakkan di depan rumah. Kebijakan
ini berlangsung sejak Desember 2016 dan masih tetap berlangsung sampai saat
ini.Harapan dari kebijakan ini adalah masyarakat semakin sadar untuk membuang
sampah pada tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah desa.
4.8. Peran Pemerintah Kabupaten Dalam Pengelolaan Sampah
Dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya sepihak ataupun dari
masyarakat saja tetapi peran pemerintah sangan penting.Peran tersebut merupakan
pembangunan kesehatan yang diwujudkan dengan menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).
“...kami memiliki 1 armada BB8149 D, pengangkutan 2 kali dalam seminggu, yang kita angkut hanya sepanjang jalan protkol Purba
73
Universitas Sumatera Utara
Dolok, sampah yang di letakkan ditempat sampah depan rumah rutin dilakukan pengangkutan oleh petugas kami...”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Manongam SP Pasaribu, SE
selaku Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Dinas
Lingkungan Hidup Humbang Hasundutan, sampah yang rutin diangkut hanya
yang berada disepanjang jalan protokol Desa Purba Dolok yaitu dari Aek
Sibundong sampai perkantoran sementara untuk daerah perkampungan
pengangkutan sampah masih belum dilakukan. Dinas Lingkungan Hidup juga
membentuk petugas penyapu jalan dipinggir jalan yang dijadwalkan seminggu
sekali yang berada disepanjang jalan protokol.
Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam menangani masalah
Kebersihan dan Pengolaan Sampah menyediakan 14 unit armada yang terdiri dari
2 unit arm roll truck, 6 unit durm truck dan 6 unir motor roda 3, armada yang
tersedia dioperasikan setiap hari melalui rute-rute yang ditentukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup. Semua armada yang ada dioperasikan oleh petugas yang telah
ditunjukan, petugas yang menangani masalalah sampah berjumlah 65 orang yang
terdiri dari 49 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT), 10 orang honorer daerah dan 6
orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas dilapangan dan digaji oleh
Pemerintah Kabupaten. Petugas yang ada berasal dari daerah kecamatan masing-
masing.
Menurut data yang didapat dari Dinas Lingkungan bahwa jumlah
timbunan sampah dari aktivitas masyarakat sehari hari adalah 389,78m3/hari,
sedangkan timbunan sampah terangkat oleh petugas sekitar 93m3/hari. Sampah
74
Universitas Sumatera Utara
yang terangkat merupakan wilayah yang dilayani petugas, sisanya masyarakat
membakarnya, membuatnya sebagai pupuk kompos dan untuk pakan ternak.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang Hasundutan pengelolaan
sampah sekarang masih dalam Paradigma Lama yaitu kumpul, angkut, dan buang
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih menggunakna sistemOpen
Dumping9. Sistem pembuangan open dumping banyak menimbulkan persoalan
mulai dari kontaminasi air tanah oleh air lindi10
, bau, ceceran sampah hingga asap.
Pada tahun ini sudah dibangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan
sistemControlled landfill11
yang rencana akan digunakan pada tahun 2019. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi bau, mengurangi perkembangbiakan lalat, dan
mengurangi keluarnya gas metan. Selain itu, dibuat juga saluran drainase untuk
mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air lindi dan instalasi
pengolahannya, pos pengendalian operasional, dan fasilitas pengendalian gas
metan.
“...perilaku membuang sampah pada tempatnya sangat rendah dalam masyarakat apalagi anorganik. Karena area terbuka masih luas, jadi
dampak dari pencemaran dari sampah tersebut belum terlalu signifikan..semestinya karena kita sudah rutin mengangkut sampah alangkah baiknya ditaruh ditempat sampah, kalaupun kita lalai
mengangkut sampah artinya masyarakat bisa mengeluh ketika sampah tidak diangkut, tapi sampai sekarang keluhan itu belum ada, artinya
kepedulian tentang sampah itu rendah ”
9 Open Dumping adalah sistempembuangan paling sederhana dimana sampah dibuang
begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa perlakuan lebih lanjut. 10 Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah basah atau sampah organik yang terkena air hujan. Jika lindi tersebut tidak ditata dengan baik, maka dapat menyebar ke dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah.
11 Controlled landfill adalah sistemsampah yang datang setiap hari diratakan dan dipadatkan dengan alat berat menjadi sebuah sel. Kemudian, sampah yang sudah
dipadatkan tersebut dilapisi dengan tanah setiap lima atau seminggu sekali.
75
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil wawancara Pak Manongam SP Pasaribu, SE kesadaran
masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih redah. Kebiasaan ini
belom terlalu berdampak pada pencemaran lingkungan karena masih banyaknya
ruang terbuka hijau. Jasa pengangkutan sampah dipungut sebesar Rp2.000,- per
bulan dari setiap rumah tangga dan Rp 5.000,- untuk pedangang yang sampahnya
diangkut secara rutin, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Humbang Hasundutan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Retribusi Daerah.Peraturan
Daerah ini hanya menyangkut tentang retribusi tapi sampai saat ini belum adanya
Peraturan Daerah mengenai sanksi apabila membuang sampah tidak pada
tempatnya.
Gambar 8: Truk pengangkut sampah Desa Purba Dolok.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain mengangkut sampah dari tong sampah atau dari Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pemerintah
76
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Dinas Kesehatan juga secara rutin
melaksanakan penyuluhan dalam bentuk sosialisasi tentang bagaimana
menangani sampah dan kepedulian masyarakat terhadap sampah. Sosialisasi
yang pernah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup terakhir dilaksanakan
tahun 2016 yang langsung mengundang setiap kecamatan 200 orang yang
terdiri dari sekolah, guru, murid, perangkat desa, pelaku bisnis yang ada di
kota dan tokoh masyarakat.
77
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan beserta uraian
sebagaimana dituangkan dalam Bab I sampai Bab IV, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Sistem Pengolaan Sampah pada Desa Purba Dolok masih ditandai dengan
kurangnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya serta kurangnya pemahaman akan bahaya membuang sampah
sembarangan. Walaupun sudah ditemukan adanya pengolahan sampah untuk
menjadi pupuk organic oleh rumah tangga, namun hal tersebut masih sangat
sederhana dan tradisional, belum menggunakan alat teknologi pengolahan
sampah yang cukup modern.
2) Peranan Pemerintah dalam pengolaan sampah di Desa Purba Dolok adalah
meliputi peranan pemerintah desa dan peranan pemerintah kabupaten.
Peranan Pemerintah Desa adalah melalui penyuluhan akan bahaya membuang
sampah sembarangan, menyediakan tong sampah kepada masyarakat dengan
menggunakan Dana Desa serta menggerakkan masyarakat untuk bergotong-
royong membersihkan lingkungan. Sedangkan peranan Pemerintah
Kabupaten adalah meliputi penyediaan tong sampah kepada sekolah dan
perkantoran yang berada di Desa Purba Dolok, pengangkutan sampah dari
tong sampah atau dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat
78
Universitas Sumatera Utara
Pembuangan Akhir (TPA) serta melaksanakan Sosialisasi dan penyuluhan
kesehatan pada acara kegiatan posyandu dan senam kesegaran jasmani
kelompok lansia.
3) Walaupun Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten telah melaksanakan
peranannya melalui program secara rutin, namun hal tersebut belum
menunjukkan hasil yang maksimal dalam mengubah sikap dan prilaku
masyarakat Desa Purba Dolok untuk meninggalkan kebiasaannya membuang
sampah secara sembarangan dan tanpa mengolanya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan kondisi sebagaimana diuraikan di atas, maka
penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :
1) Pemerintah Desa Purba Dolok sebaiknya menyusun dan menetapkan
Peraturan Desa tentang Pengelolaan Sampah, yang memuat aturan yang lebih
jelas tentang ketentuan membuang sampah pada tempatnya dan mengatur
sanksi yang jelas terhadap pelanggarannya serta menerapkannya secara
konsisten;
2) Disamping tetap memprogramkan pengadaan tong sampah kepada
masyarakat yang belum memiliki tong sampah, Pemerintah Desa Purba
Dolok perlu memprogramkan Lomba Kebersihan Pekarangan Rumah setiap
menjelang HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus atau menjelang hari-hari besar
keagamaan, dan memberikan hadiah bagi pemenang. Dengan demikian
79
Universitas Sumatera Utara
masyarakat akan selalu termotivasi dan meningkat kesadarannya untuk
membuang sampah pada tempatnya;
3) Selain tetap melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan secara rutin,
Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Dinas Lingkungan
Hidup perlu lebih proaktif untuk mengangkut sampah dari Desa Purba Dolok
ke Tempat Pembuangan Akhir, termasuk mengangkut sampah dari semua
Dusun, bukan hanya mengangkutnya dari lingkungan perkantoran pemerintah
yang berada di desa tersebut dan dari pemukiman yang berada di pinggir
jalan raya saja. Disamping itu Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian
perlu memprogramkan pengadaan teknologi pengolahan sampah menjadi
pupuk organik yang dapat memberikan manfaat besar terhadap peningkatan
produksi pertanian. Dengan demikian penulis yakin, secara bertahap masalah
prilaku membuang sampah secara sembarangan akan dapat teratasi, kesehatan
masyarakat meningkat, bahkan produksi pertanian akan meningkat dengan
tersedianya teknologi pengolahan sampah menjadi pupuk organik.
80
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Chandra
2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EG
Spradley, James
2006. Metode Etnografi (Terj). Yogyakarta: Tiara Wacana
Zuska,Fikarwin
2008,Relasi Kuasa Antar Pelaku Dalam Kehidupan Sehari-hari. Medan:
Indonesia oleh Fisip USU Press
Koendjaraningrat
1990, Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
1990. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta
Denzin, Norma K
2009, Hanbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Foster, George M
2016, Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Skripsi dan Jurnal :
Novi Puji Lestari, “Studi Tentang Kepedulian Masyarakat Dalam Pangelolan
Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi”.
I Dewa Putu Eskasasnanda, “Mengelola Sampah, Mengelola Hati”. Sejarah dan
Budaya, Tahun ke 7, Nomor 1, Juni 2013
Jumarianta, “Studi Penelitian di Desa Karang Intan Kecematan Karang Intan
Kabupaten Banjar”. As Siyasah, Volume 2, Nomor 2, November 2017
Djonny Sinaga, “Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS): Studi
Kasus Di Kabupaten Bantul 2003”. JMPK, Volume 8, Nomor 2, Juni 2005
Universitas Sumatera Utara
Mohamad Julrisam Gomo, “Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Sekolah Pada Siswa Kelas Akselerasi di SMPN 8 Menado”. eBM, Volume 1,
Nomor 1, Maret 2015
Hardani Yudistira, “Pola Perilaku Membuamg Sampah Masyarakat Kampung
Sangir Kelurahan Titiwungen Selatan di Daerah Aliran Sungai Sario”.
Surahman Asti, “Hubungan Tingkat Pengetahuna dan Sikap Terhadap Perilaku
Masyarakat Dalam Mengolah Sampah di Dusun Padukuhan Desa Sidokarto
Kecamatan Godean Kabupaten Seleman Yogyakarta”. KESMAS, Volume 6,
Nomor 3, September 2012
Sumber lain:
Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Peraturan Daerah Humbang Hasundutan tahun 2013 WHO
Universitas Sumatera Utara