pengelolaan sumber daya air dalam hubungannya

5
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Hubungannya dengan Perubahan Iklim Global untuk Kota Makassar Makassar adalah kota terbesar dan termaju di Indonesia bagian timur, selain sebagai pusat ekonomi juga pemerintahan serta pendidikan. Kota ini merupakan bagian dari cluster MAMINASATA (Makassar,Kabupaten Gowa, Maros dan Takalar). Seperti halnya daerah lain Makassar mengalami mesalah yang berhubungan dengan urbanisasi, tata ruang, penyediaan air bersih dan dampak perubahan iklim global Makassar beriklim tropis dengan musim hujan dan kemarau yang jelas. Namun dampak perubahan iklim (el nino dan la nina) menyebabkan terjadinya anomaly iklim, pun pada kota Makassar. Begitupun dampak dari perubahan iklim yang menyebabkan pola kenaikan suhu global dan suhu Indonesia sebesar 0,3 0 C pada abad 20, menyebabkan terjadinya kenaikan suhu sebesar 0,27 0 C per decade. Akibat perubahan ini pula menyebabkan penurunan curah hujan sebesar 36%. Sekitar 72% penduduk Makassar menggunakan air dari PDAM, dengan 81% penggunaan dari suppali PDAM adalah dari sektor pemukiman Sumber air PDAM ada tiga yaitu - Sungai Jenneberang. Aliran airnya di tamping di dam Bili- Bili. Secara umum supplai dari sungai ini merupakan sumber air utama di Makassar. Namun aliran sungai ini rawan terhadap sedimentasi tinggi karena erosi tanah dan longsor dari gunung Bawah Karaeng - Sungai Tallo - Sungai Maros (bendungan lekkopancing). Serupa dengan sungai Jenneberang, suplai dari aliran sungai ini adalah suplai utama pada kota Makssar. Terkait penyediaan air baku, aliran Sungai Maros dapat berkurang hingga 60 persen pada musim kemarau, sehingga menurunkan pasokan

Upload: khalvati

Post on 17-Feb-2015

43 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

SDA, Makassar, climatechange

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Hubungannya

Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Hubungannya

dengan Perubahan Iklim Global untuk Kota Makassar

Makassar adalah kota terbesar dan termaju di Indonesia bagian timur, selain sebagai pusat ekonomi juga pemerintahan serta pendidikan. Kota ini merupakan bagian dari cluster MAMINASATA (Makassar,Kabupaten Gowa, Maros dan Takalar). Seperti halnya daerah lain Makassar mengalami mesalah yang berhubungan dengan urbanisasi, tata ruang, penyediaan air bersih dan dampak perubahan iklim global

Makassar beriklim tropis dengan musim hujan dan kemarau yang jelas. Namun dampak perubahan iklim (el nino dan la nina) menyebabkan terjadinya anomaly iklim, pun pada kota Makassar. Begitupun dampak dari perubahan iklim yang menyebabkan pola kenaikan suhu global dan suhu Indonesia sebesar 0,30C pada abad 20, menyebabkan terjadinya kenaikan suhu sebesar 0,270 C per decade. Akibat perubahan ini pula menyebabkan penurunan curah hujan sebesar 36%.

Sekitar 72% penduduk Makassar menggunakan air dari PDAM, dengan 81% penggunaan dari suppali PDAM adalah dari sektor pemukiman

Sumber air PDAM ada tiga yaitu

- Sungai Jenneberang. Aliran airnya di tamping di dam Bili-Bili. Secara umum supplai dari sungai ini merupakan sumber air utama di Makassar. Namun aliran sungai ini rawan terhadap sedimentasi tinggi karena erosi tanah dan longsor dari gunung Bawah Karaeng

- Sungai Tallo - Sungai Maros (bendungan lekkopancing). Serupa dengan sungai Jenneberang, suplai

dari aliran sungai ini adalah suplai utama pada kota Makssar. Terkait penyediaan air baku, aliran Sungai Maros dapat berkurang hingga 60 persen pada musim kemarau, sehingga menurunkan pasokan air ke Bendung Lekopancing, akibatnya, perlu tambahan pasokan dari Sungai Jeneberang ke instalasi penjernihan air (IPA) Pannaikang, namun kapasitas pipa transfernya terbatas, yaitu 500L/det. Selain itu, zone pelayanan air pada masing-masing IPA saat ini masih terbatas dan masih memerlukan perluasan

Masalah yang berhubungan dengan pengolahan sumber daya air di kota Makassar

1. Air limbah rumah tangga menyumbang beban polusi di Makassar dan berdampak pada kesehatan saluran air dan air tanah. Sanitasi diperkirakan mencakup 85% wilayah Makassar. Sistemnya berupa blackwater (air jamban) yang dibuang ke tanki septik atau lubang di masing-masing rumah dan greywater (air limbah dari kamar

Page 2: Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Hubungannya

mandi, dapur dan cucian) dibuang ke jaringan drainasi. Kondisi sistem septik di banyak tempat tidaklah diketahui dan diduga ada kebocoran pada air tanah.

Tingginya kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan menyebabkan sistem ini kurang efektif di beberapa tempat. Seiring peningkatan jumlah penduduk kota, beban polusi dari greywater yang terbuang ke saluran drainasi juga akan meningkat.

2. Masalah air limbah dari zona industri KIMA meskipun diolah secara baik melalui instalasi pengolahan air limbah di KIMA. Namun, pemantauan kualitas air limbah yang dibuang dan penerapan hukum tersebut masih dibatasi oleh kemampuan keuangan.

3. Pembuangan sampah padat ke saluran air atau ke lahan kosong merupakan kebiasaan umum. Hal ini berdampak pada kesehatan kanal dan saluran air mengurangi kapasitas drainasi dan bahkan dapat menutupnya. Akibatnya, terjadi luapan air dan banjir pada saat hujan dengan intensitas tinggi, dan adanya resiko pencemaran air.

4. Kurangnya pengendalian penggunaan lahan dan pembangunan. Urbanisasi dan deforestasi merupakan resiko yang dapat mengancam integritas DAS, dan wilayah ekosistem dan air tanah yang sensitif (misalnya mangrove, karts, rawa dan dataran banjir). Karena DAS melewati beberapa kabupaten di MAMMINASATA, maka kerjasama institusi menjadi sesuatu yang penting, namun kerjasama antar institusi pengelola tiga DAS tersebut masih belum terlalu efektif.

5. Makassar memiliki kebutuhan air yang beragam (industri, perumahan, rekreasi).6. Penyediaan air bersih belum mencakup seluruh wilayah bagian utara; di wilayah

pantai infrastrukturnya sudah berumur dan perlu penggantian; di wilayah selatan diperlukan peningkatan penyediaan air

7. Persoalan drainasi di bagian utara dan selatan kota, yang terkait dengan banjir; dan kurangnya infrastruktur air limbah untuk pulau-pulau kecil di Makassar

8. Air tanah terancam oleh intrusi air laut dan salinisasi, serta jumlah pengambilan yang intensif. Sumberdaya air tanah tidak terlalu diketahui dan teratur, dan bisa saja air tanah menjadi tidak berkelanjutan di masa depan.

Peneliti SUD memperkenalkan sebuah metode untuk mengkaji keseimbangan antara permintaan dan penyediaan air permukaan di Makassar menggunakan perangkat lunak Resource Allocation and Modelling (REALM). Kerangka kajiannya mengintegrasikan iklim, hidrologi, jumlah penduduk, infrastruktur dan aturan operasi yang dapat digunakan untuk mengkaji ketahanan air Makassar dalam berbagai skenario yang memungkinkan dari 2020 hingga 2050. Hasil analisanya menunjukkan ketahanan air di masa depan dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk dan yang berkaitan dengan itu, kenaikan kebutuhan air. Permasalahan yang terkait dengan aliran sungai yang bersifat musiman masih akan terus terjadi konsisten dengan proyeksi dampak perubahan iklim pada debit aliran sungai , meski peningkatan infrastruktur seperti yang direncanakan dalam masterplan telah

Page 3: Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Hubungannya

diimplementasikan. Selain itu permintaan air perkotaan dan perdesaan (pertanian) akan mengurangi air simpanan saat musim kemarau, sehingga negoisasi dan perencanaan pengambilan air yang melibatkan berbagai pengguna air haruslah dilakukan.

Dengan kondisi infrastruktur tahun 2010, kekurangan air menjadi sesuatu yang umum mulai dari tahun 2020 bagi wilayah yang dilayani oleh dua IPA besar (Somba Opu dan Pannaikang). Jika Masterplan air bersih diimplementasikan, maka kebutuhan wilayah pelayanan Somba Opu dapat dipenuhi hingga 2044, namun solusiini hanya bersifat jangka pendek.

Masalah di atas membutuhkan consensus yang bersifat top-down dan bottom-up , juga solusi yang berhubungan dengan teknis dan rekayasa

1. Top Down- Diperlukan sinergi antara elemen-elemen pemangku kepentingan- Meningkatkan pengelolaan sumber daya air dengan memperkuat koordinasi (PU, Deptan, Dephut, Pemda, Dephut , KLH, peneliti, Universitas ) - Memantapkan perencanaan dan pelaksanaan antisipasi dampak perubahan iklim global (BMKG, Bakorsurtanal, Universitas, Peneliti, PU, Pemda, KLH, Lemhannas, Depkes, Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI) di bidang sumber daya air,Bapenas, BUMN)- Membudayakan hemat air pada masyarakat melalui regulasi dan sosialisasi (LSM, Peneliti, Universitas, Depkominfo, BNPB, dpkes, dephut, PU)

2. Bottom up-Pendidikan masyakarakat mengenai pengelolaan air limbah di wilayah berpenghasilan rendah di Makassar-Inisiasi partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan limbah padat lokal melalui 3R – (Reuse,Reduce dan Recycle)

3. Teknis dan rekayasa dalam tataran praktis- Pengelolaan air terpadu perkotaan (Integrated Urban Water Management, IUWM)- Penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL komunal), Makassar- Penerapan Biopori- Penggolahan dan penggunaan kembali greywater- Pengerukan kanal- Konservasi hutan lindung- Konservasi RTH

.