pengembangan desa mandiri energi (dme) berbasis energi
TRANSCRIPT
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) Berbasis Energi Terbarukan (Biogas) di Desa Gunungsari Kota Batu Sandra Malin Sutan*1, Ruslan Wirosoedarmo1, Riyanto1, Annisa’u Choirun1
1 Universitas Brawijaya
*Coresponding author : [email protected]
PENGANTAR
Desa Gunungsari merupakan salah satu dari
9 desa di wilayah Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Desa Gunungsari memiliki potensi wisata alam
yang indah, udara yang segar dan sejuk.
Disamping itu, sektor peternakan mempunyai
peranan penting dalam pembangunan ekonomi
di Desa Gunungsari. Pada tahun 2017 jumlah
populasi sapi perah di Desa Gunungsari tercatat
1.350 ekor [1]. Rata-rata tiap kepala keluarga
(KK) memiliki lima ekor sapi perah. Peternak
sapi di wilayah ini sangat diuntungkan dari segi
geografis karena untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak tidak menemui kesulitan. Rumput
bisa tumbuh sangat baik dan subur sehingga
sangat cocok untuk memelihara ternak.
Usaha peternakan sapi perah dapat
memberikan dampak positif terhadap
pembangunan masyarakat, seperti peningkatan
pendapatan peternak, perluasan kesempatan
kerja, peningkatan ketersediaan pangan
terutama susu, serta peningkatan pendapatan
asli daerah. Namun, isu lingkungan dan
kesehatan terkait dengan peternakan sapi perah
terkadang kurang diperhatikan. Peternakan
intensif dapat mencemari lingkungan melalui
pembuangan kotoran ternak ke tanah, air
permukaan, serta emisi gas metana ke atmosfir
[6]. Limbah ternak umumnya digunakan sebagai
pupuk kompos [2,11] dan sedikit yang
ABSTRAK
Desa Gunungsari di Kota Batu menjadikan sektor pertanian dan peternakan sebagai usaha
yang banyak dikembangkan oleh masyarakatnya. Produksi ternak khususnya sapi perah terus
mengalami peningkatan dan memberi manfaat yang besar sebagai penyedia protein hewani.
Namun, hasil samping peternakan berupa limbah kotoran ternak dalam skala besar akan
menimbulkan masalah yang kompleks. Selain itu, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) terus
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya proses industrialisasi. 83% masyarakat di
Desa Gunungsari masih bergantung pada BBM dan Liquid Petroleum Gas (LPG) untuk memasak.
Kedua sumber energi tersebut berasal dari minyak bumi yang diketahui tidak bisa terbaharukan.
Oleh karena itu, diperlukan sumber energi alternatif berupa pemanfaatan kotoran ternak, khususnya
kotoran sapi menjadi biogas sehingga dapat digunakan sebagai pengganti LPG dan penggerak
generator. Sisa bahan organik dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan pakan ikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan Doktor Mengabdi ini dapat meningkatkan pendapatan
usaha tani melalui pengoptimalan sumber daya yang ada sehingga petani atau peternak mampu
menghasilkan energi mandiri untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari.
KEYWORDS
Biogas, energi, kotoran ternak, pupuk, fertilizer.
Article Number : 297-1059-1-SM
Received : 2020-11-16
Accepted : 2021-07-09 Published :
Volume : 07 Issue : 01
Mounth, Year July 2021
pp.1178-1183
1178
Journal Of Innovation And Applied Technology Volume 07, Number 01, 2021
e-ISSN:2477-7951 - p-ISSN:2502-4973
JIAT
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) Berbasis Energi Terbarukan (Biogas) di Desa Gunungsari Kota Batu
memanfaatkan sebagai biogas [4], padahal
limbah ternak berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi pada saat bahan bakar
energi terbatas.
Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk
keperluan industri, transportasi, maupun rumah
tangga dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Hasil survey menunjukkan bahwa 83%
masyarakat di Desa Gunungsari masih
bergantung pada Liquid Petroleum Gas (LPG)
untuk memasak. Selama ini energi yang berupa
LPG berasal dari minyak bumi yang notabene
tidak bisa terbaharukan. Menurut Farahdiba et
al. [4], persediaan minyak dan gas alam
Indonesia diprediksi masing-masing akan habis
dalam jangka waktu 15 dan 60 tahun. Cadangan
BBM tersebut diprekdiksi akan habis dalam dua
dekade mendatang jika terus dikonsumsi tanpa
ditemukannya cadangan baru.
Biogas merupakan salah satu jenis energi
yang dapat digunakan apabila ditinjau dari aspek
teknis, sosial, maupun ekonomi, terutama untuk
memenuhi kebutuhan energi di pedesaan [8,9].
Pemanfaatan energi biogas memberikan
beberapa keuntungan, yakni mengurangi bau
kotoran ternak yang tidak sedap, mencegah
penyebaran penyakit, mengurangi efek gas
rumah kaca, menghasilkan panas dan daya
mekanis/listrik, serta memberikan hasil samping
berupa pupuk padat dan cair [5]. Biogas dapat
dimanfaatkan terutama untuk memasak,
penerangan, dan bahan bakar untuk kendaraan
[7].
Produksi kotoran satu ekor ternak rata-rata
15 kg/hari, jika populasi sapi perah di Desa
Gunungsari sebanyak 1.350 ekor dan 1 kg
menghasilkan 0,01 m3 gas metane, maka jumlah
kotoran itu bisa dikelola menjadi bahan baku
biogas sebesar 202,5 m3. Jumlah yang luar
biasa ini cukup mencukupi kebutuhan memasak
202,5 KK karena rata-rata dalam 1 hari, 1 KK
hanya membutuhkan 1 m3 biogas. Peternak
yang mempunyai 2 ekor ternak sudah
mempunyai jaminan untuk mendapatkan energi
untuk memasak setiap harinya. Desa Mandiri
Energi ini diharapkan dapat mengoptimalkan
penggunaan input sumberdaya seperti limbah
ternak sebagai sumber energi sehingga
menghasilkan output dengan biaya yang lebih
rendah.
Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi
pada pedesaan dapat memberikan multiple
effect dan dapat menjadi penggerak dinamika
pembangunan pedesaan. Selain itu, merupakan
komponen sentral sistem usaha tani yang
mengkombinasikan pengolahan limbah,
penghasil energi panas dan listrik, serta produksi
pupuk. Pemanfaatan limbah menjadi biogas
secara ekonomi akan sangat kompetitif untuk
mengatasi peningkatan harga BBM dan pupuk
anorganik. Dengan demikian, limbah peternakan
yang dihasilkan tidak lagi menjadi beban biaya
usaha, tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan bila mungkin setara
dengan nilai ekonomi produk utama.
Pengembangan Desa Mandiri Energi di
Desa Gunungsari diwadahi dalam program
Doktor Mengabdi LPPM Universitas Brawijaya
yang melibatkan peran serta semua masyarakat,
dari awal sampai akhir. Pengabdian kepada
masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan petani desa melalui pemanfaatan
limbah ternak menjadi biogas serta
meningkatkan nilai tambah limbah biogas baik
padat maupun cair. Harapannya masyarakat
desa mampu mengolah limbah ternak menjadi
sumber energi sehingga mampu meningkatkan
kebermanfaatan dari limbah dan mendatangkan
keuntungan bagi masyarakat.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan pengabdian ini dilakukan di Desa
Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada
bulan Juni sampai November 2020. Kelompok
pemberdayaan yang menjadi sasaran kegiatan
ini adalah Kelompok Tani Mandiri Energi Jantur.
Metode pemberdayaan yang dilaksanakan
antara lain: (1) pelatihan pengolahan limbah
ternak menjadi biogas; (2) introduksi Teknologi
Tepat Guna (TTG); dan (3) pendampingan
dengan pendekatan individu dan kelompok.
Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman kepada mitra.
Pelatihan meliputi pengolahan limbah ternak
1179
Journal Of Innovation And Applied Technology Volume 07, Number 01, 2021
e-ISSN:2477-7951 - p-ISSN:2502-4973
JIAT
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) Berbasis Energi Terbarukan (Biogas) di Desa Gunungsari Kota Batu
menjadi biogas, pengolahan limbah cair biogas
menjadi pupuk organik, pengolahan limbah
padat biogas menjadi media ternak cacing tanah
dan pellet ikan. Introduksi TTG dimaksudkan
sebagai insentif kepada mitra agar ada
keberlanjutan program. Pendampingan intensif
baik individu maupun kelompok dilakukan
melalui komunikasi langsung atau tatap muka
dan komunikasi tidak langsung atau melalui
handphone.
HASIL DAN DISKUSI
Berdasar hasil kegiatan pengabdian yang
telah dilakukan oleh Tim Doktor Mengabdi LPPM
UB diperoleh beberapa kegiatan pemberdayaan
untuk meningkatkan kesejahteraan Kelompok
Tani Mandiri Energi Jantur.
Sistem Pertanian Terpadu
Sistem pertanian terpadu ini berangkat dari
pengembangan peternakan sapi yang
menghasilkan kotoran melimpah, lalu diolah
dengan biodigester untuk menopang kebutuhan
pertanian. Artinya, biodigester mampu
menghasilkan energi bagi kebutuhan rumah
tangga petani (pengganti LPG) dan olahannya
(sumber listrik). Selain itu, efluen (sampah)
biogas dapat digunakan sebagai sumber pupuk
organik yang dapat dipakai untuk bercocok
tanam dan nutrisi untuk hidroponik serta sebagai
media ternak cacing dan pellet ikan. Alur
pemanfaatan limbah ternak secara terpadu
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Alur Pemanfaatan Limbah Ternak Terpadu
Pengelolaan Limbah Ternak Menjadi Biogas
Biogas dari limbah kotoran hewan sangat
potensial sebagai sumber energi pada DME.
Kelompok Tani Mandiri Energi Jantur memiliki
sembilan ekor sapi perah, yang akan
menghasilkan kotoran kering 45 kg/hari dan
biogas 1,88 m3/hari (Tabel 1). Setiap kg kotoran
sapi kering menghasilkan biogas rata-rata
0,0315 m3. Jika produksi kotoran sapi per hari
adalah 50 kg maka setiap ekor sapi perah
dewasa dapat menghasilkan 0,0315 m3 x 50 kg
atau 1,5 m3 biogas [9]. Setiap 1 m3 biogas
sebanding dengan 0,46 kg elpiji. Dengan asumsi
tersebut, tabung gas 3 kg dapat diisi 6,5 m3
biogas dari 4,3 ekor sapi, sedangkam tabung
gas 12 kg dapat diisi 26 m3 biogas dari 17,4 ekor
sapi [12]. Dengan demikian, kotoran ternak perlu
dimanfaatkan sebagai biogas untuk bahan bakar
rumah tangga.
Tabel 1. Potensi kotoran ternak sebagai sumber energi
Uraian Jumlah
Jumlah sapi (ekor) 9
Jumlah kotoran sapi (kg/ekor) 25
Total kotoran per hari (kg/hari) 225
Total bahan kering (kg.BK) 45
Volume hasil biogas (m3) 1,8
Volume metana (m3) 1,26
Massa metana (kg) 0,82656
Sumber: Data Primer (2020)
Pemanfaatan Biogas sebagai Pengganti LPG
dan Penggerak Mesin Generator
Biogas merupakan sumber energi alternatif
potensial dari limbah pertanian dan peternakan
untuk menggantikan energi tidak terbarukan.
Energi dari 1 m3 biogas sebanding dengan
lampu 60 – 100 watt selama 6 jam, memasak
tiga jenis makanan untuk 5-6 orang, sebanding
dengan 0,7 kg bensin, menjalankan motor 1 PK
selama 2 jam, atau sebanding dengan 1,25 kwh
listrik [13]. Selain itu, energi yang terkandung
dalam 1 m3 sebersar 2.000 – 4.000 kkal atau
dapat memenuhi kebutuhan memasak bagi satu
keluarga (4-5 orang) selama 3 jam. Sebelum
biogas dimanfaatkan sebagai pengganti LPG
dan penggerak generator, tim Doktor Mengabdi
1180
Journal Of Innovation And Applied Technology Volume 07, Number 01, 2021
e-ISSN:2477-7951 - p-ISSN:2502-4973
JIAT
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) Berbasis Energi Terbarukan (Biogas) di Desa Gunungsari Kota Batu
melalukan pemurnian biogas dari gas pengotor
seperti karbondioksida, hydrogen sulfida, dan
uap air. Proses pemurnian biogas dilakukan
melalui proses adsorpsi dan absorpsi. Pada
kegiatan ini, mahasiswa beserta mitra
melakukan perakitan dan percobaan alat
pemurnian biogas, yang nantinya biogas yang
telah dimurnikan digunakan sebagai energi
pengganti LPG dan penggerak mesin generator.
Desain dan alat pemurnian biogas dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Gambar dan Spesifikasi Alat Pemurnian
Biogas
Pembuatan mesin generator ini bertujuan
untuk mengkonversi energi panas menjadi
energi mekanik, lalu dari energi mekanik menjadi
energi listrik. Bahan bakar motor yang digunakan
adalah biogas dari kotoran sapi. Untuk
pemanfaatan biogas sebagai generator listrik,
yaitu dengan cara menyambungkan selang gas
dari sistem pemurnian berisi biogas dengan
selang gas yang menuju kompor dengan stop
kran. Kemudian mempersiapkan motor diesel
bensin dan dilakukan pemodifikasian karburator.
Pengoperasiannya cukup mudah yaitu dengan
hanya membuka stop kran biogas, kemudian
tekan on pada motor diesel, selanjutnya atur
choke motor bakar dalam kondisi tertutup, lalu
tarik tuas engkol motor bakar hingga menyala.
Setelah itu, buka choke perlahan hingga terjadi
pencampuran dengan udara. Adapun listrik yang
dihasilkan yaitu melalui putaran poros motor
diesel yang disambungkan dengan poros
generator, sehingga listrik akan menyala. Mesin
generator dan penggunaan listrik dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Mesin Generator dan Penggunaan Listrik
Pengelolaan Limbah Padat Biogas menjadi
Pellet Ikan melalui Proses Kascing
Kegiatan pengolahan limbah padat biogas
menjadi media ternak cacing dan pellet ikan
dilakukan tanggal 7 Juli 2020. Limbah biogas
mengandung vitamin B12 sehingga berpotensi
digunakan sebagai pakan. Kandungan vitamin
B12 pada limbah biogas mencapai 3.000
mikrogram per kg limbah biogas kering. Sebagai
perbandingan, tepung ikan dalam ransum pakan
ternak hanya mengandung 200 mikrogram per
kg, sedangkan tepung tulung sekitar 100
mikrogram per kg [3]. Dalam kegiatan
pengabdian ini, proses pembuatan pellet ikan,
kascing bertujuan untuk mendegradasi zat
organik dengan ekonomis dan tanpa
menimbulkan limbah sehingga sangat cocok
untuk diterapkan. Adapun alat yang dibutuhkan
dalam pembuatan pellet ikan ini sangat
sederhana, yaitu mesin gilingan, timbangan,
baskom plastik, sprayer, dan oven. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan meliputi cacing sebagai
decomposer limbah biogas, limbah biogas
sebagai media budidaya cacing, tepung tapioka
sebagai perekat adonan, dan air sebagai media
1181
Journal Of Innovation And Applied Technology Volume 07, Number 01, 2021
e-ISSN:2477-7951 - p-ISSN:2502-4973
JIAT
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) Berbasis Energi Terbarukan (Biogas) di Desa Gunungsari Kota Batu
pencampur. Produk pellet ikan yang dihasilkan
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pellet Ikan dari Limbah Padat Biogas
Pemanfaatan Limbah Cair Biogas Sebagai
Pupuk Organik Cair
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 16
Agustus 2020 yang bertujuan untuk mengolah
limbah cair biogas menjadi pupuk organik cair.
Kegiatan ini didampingi oleh mahasiswa dan di
monitor oleh tim dosen UB. Pupuk cair organik
ini nantinya akan digunakan sebagai nutrisi
dalam pengembangan hidroponik selada.
Proses pengolahan limbah cair biogas menjadi
pupuk cair merupakan proses yang simple yaitu
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
ambil limbah digester biogas kemudian saring
menggunakan kain saring, (2) aerasi air dari
hasil proses penyaringan menggunakan aerator
selama 2 minggu dan, (2) pupuk organik cair
siap di aplikasikan. Kandungan unsur hara yang
dimiliki limbah cair organik terdiri dari 1,45 %
nitrogen, 1,1% pospor, dan 1,1% kalium [10].
Pengaplikasian pupuk cair sebagai nutrisi
budidaya selada organik dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Pengaplikasian Pupuk Cair sebagai Nutrisi
pada Budidaya Selada Organik
KESIMPULAN dan SARAN
Biogas memiliki manfaat sebagai sumber
energi alternatif, pupuk organik padat maupun
cair, pellet ikan, dan untuk memperbaiki sanitasi
lingkungan. Oleh karena itu, biogas perlu
dimasyarakatkan terutama di daerah sentra
peternakan dengan memanfaatkan secara
langsung limbah ternak menjadi bahan biogas.
Biogas dapat menjadi alternatif energi yang
murah dibandingkan dengan sumber energi lain
yang semakin terbatas. Perbaikan teknologi
biogas, integrasi sistem biogas dengan produksi
pupuk organik, serta sosialisasi dan bimbingan
teknis dapat memperluas pengebangan biogas
di masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya
dukungan beberapa pihak seperti pemerintah,
universitas dan masyarakat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada
Universitas Brawijaya atas bantuan dana melalui
kegiatan Doktor Mengabdi tahun 2020. Ucapan
terimakasih juga penulis berikan kepada semua
kolega, tim pelaksana teknis dan tim mahasiswa
TA dan PKL Mandiri Energi yang membantu
dalam pengumpulan data serta pendampingan
kegiatan.
REFERENCES [1] BPS. 2018. Kota Batu Dalam Angka 2018.
https://batukota.bps.go.id/publica
tion/2018/08/16/0359f1ad025252
a858315ad1/kota-batu-dalam-
angka-2018.html
[2] Budiyanto, K. 2011. Tipologi pendayagunaan
kotoran sapi dalam upaya
mendukung pertanian organik di
Desa Sumbersari, Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten
Malang. J. GAMMA 7(1): 42-49.
[3] Elizabeth, R. dan S. Rosdiana. 2011.
Efektivitas pemanfaatan biogas
sebagai sumber bahan bakar
dalam mengatasi biaya ekonomi
rumah tangga di pedesaan.
Prosiding Seminar Nasional Era
1182
Journal Of Innovation And Applied Technology Volume 07, Number 01, 2021
e-ISSN:2477-7951 - p-ISSN:2502-4973
JIAT
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) Berbasis Energi Terbarukan (Biogas) di Desa Gunungsari Kota Batu
Baru Pembangunan Pertanian:
Strategi Mengatasi Masalah
Pangan, Bioenergi dan
Perubahan Iklim. hlm. 220-234.
[4] Farahdiba, A.A., A. Ramdhaniati, dan E.S.
Soedjono. 2014. Teknologi dan
manajemen program biogas
sebagai salah satu energi
alternatif yang berkelanjutan di
Kabupaten Malang. J. Inovasi
dan Kewirausahaan 3(2): 145-
159.
[5] Insam, H., M. Gomez-Brandon, and J.
Ascher. 2015. Manure-based
biogas fermentation residues:
Friend or foe of soil fertility? Soil
Biol. Biochem. 84: 1-14.
[6] Kasworo, A., M. Izzati, dan Kismartini. 2013.
Daur ulang kotoran ternak
sebagai upaya mendukung
peternakan sapi potong yang
berkelanjutan di Desa Jogonayan
Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 306-311.
[7] Minde, G.P., S.S. Magdum, and V.
Kalyanraman. 2013. Biogas as a
sustainable alternative for current
energy need of India. J.
Sust.Energy Environ. 4: 121-132.
[8] Rajendran, K., S. Aslanzadeh, and M.J.
Taherzadeh. 2012. Household
biogas digesters-A review.
Energies 5: 2911-2942.
[9] Rustijarno, S. 2009. Pemanfaatan biogas
sebagai sumber energi alternatif
terbarukan di lokasi Prima Tani
Kabupaten Kulon Progo. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan,
Bogor. hlm. 831-835.
[10] Sudiarto, B. 2008. Pengelolaan limbah
peternakan terpadu dan
agribisnis yang berwawasan
lingkungan. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Universitas
Padjajaran, Bandung
[11] Syamsuddin, A.R. Mappangaja, dan A.
Natsir. 2012. Analisis manfaat
program biogas asal ternak
bersama masyarakat
(BATAMAS) Kota Palopo (Studi
Kasus Kelompok Tani
Kampulang Kecamatan Wara
Selatan Kota Palopo): 18 hlm.
[12] Wahyuni, S. 2008. Analisa kelayakan
pengembangan biogas sebagai
energi alternatif berbasis individu
dan kelompok. Tesis Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor
[13] Widodo, T.W., A. Nurhasanah, A. Asari, dan
R. Elita. 2009. Pemanfaatan
limbah industri pertanian untuk
energi biogas. Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi
Pertanian, Serpong, Tangerang.
12 hlm.
1183