pengembangan diri dan dunia kita
TRANSCRIPT
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 1/23
Pengembangan diri dan dunia kita
Sejauh mana seseorang dapat mengembangkan dirinya, tergantung dari sejauh mana ia
dapat memahami dunia dimana ia hidup. Dengan mencoba memahami dunia, kita juga diajak
untuk sekaligus memahami diri sendiri. Untuk itu, sangat menarik jika kita perhatikan kisah yang
dikutip dari buku mega best seller Reallionare karangan Farrah Gray & Fran Harris[1].
Seorang bocah dan ayahnya berjalan di pegunungan
Tiba-tiba sang anak terjatuh, terluka dan berteriak
“aaaaahhhhhh....”
Sang anak terkejut kerena mendengar
sebuah suara menirukan teriakannya dari balik pegunungan;
„Aaaahhhhhh....”
Penasaran, ia beteriak; “siapa kau.....”
Jawaban yang diterimanya; “siapa kau..”
Marah mendengar respon yang didengarnya.
Ia kembali berteriak “Dasar pengecut!”
Lagi-lagi, ia menerima jawaban yang sama; “Dasar pengecut!”
Ia lalu memandang ayahnya dan bertanya; “apa yang sebenarnya terjadi?”
Sang ayah tersenyum dan berkata: “Anakku perhatikanlah”
Lalu ia berteriak ke arah pegunungan “aku mengagumimu..”
Suara itu menjawab teriakkannya dengan “aku mengagumimu...”
Sang ayah kembali berteriak “Kau adalah seorang juara!”
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 2/23
Suara itu menjawab “Kau adalah seorang juara!”
Sang anak terkesima, namun masih belum mengerti.
Orang-orang menyebutnya Gema, namun sebenarnya ia adalah hidup. Ia selalu mengembalikan
apapun yang kita katakan dan kita lakukan. Hidup kita adalah cermin tindakan kita. Jika kau
menginginkan lebih banyak cinta di dunia, ciptakanlah lebih banyak cinta dalam hatimu. Jika
kau ingin timmu lebih kompeten, tingkatkanlah kompetensi dirimu. Hal ini berlaku untuk
segalanya. Hidup akan mengembalikan segala hal yang kau berikan padanya.
Kurang lebih demikianlah prinsip pengembangan diri, yaitu bagaimana kita memberikan diri kita
pada dunia. Melalui buku ini,paling tidak kita akan berusaha untuk tidak memberikan hal negatif pada dunia, sehingga dunia tidak memberikan
kembali kepada kita hal-hal yang negatif tersebut.
1.6 Pengembangan diri, altrusime dan kebahagiaan
“memberi adalah ekspresi tertinggi potensi ke manusiaan kita. Dalam tindak memberisesungguhnya kita sedang mengalami kekuatan, kekayaan dan kemampuan kita. Pengalamam
puncak dan vitalitas tertinggi tersebut akan memenuhi seluruh jagad hati kita dengan sukacitadan rasa bahagia. Disitulah kita mengalami kelimpahan. Takkala memberi, kita mengalami
kehidupan yang sehidup-hidupnya. Memberi lebih membahagiakan daripada menerima, bukankarena kita kekurangan tetapi dalam tindak memberi itulah terletak ekspresi kehidupan kita
yang paling dinamis
(eric Fromm, 1976 dalam Jansen Sinamo [2] )
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 3/23
Dr Dan Baker, Direktur Program
Peningkatan Kehidupan – seperti
dikutip oleh Jalaludin Rahmat[3]
dalam bukunya meraih
kebahagiaan- membuat tulisan
tentang keajaiban hubungan antara
kebahagiaan dengan perbuatan
baik kepada orang lain (altruisme);
altruismen telah disebut sebagai
paradoks besar; jika Anda
memberikan sesuatu kepada
seseorang, Andalah yang paling
bahagia. Memberi adalah
menerima.
Penelitian menunjukkan bahwa
orang bahagia bersikap altruistik.
Dan orang altruistik berbahagia.
Tetapi tidak ada peneliti yang
dapat menentukan sifat mana yang
datang lebih dahulu. Altruisme
dan kebahagiaan berkaitan satu
sama lain.
Uraian Dr Dan Baker dimuka, mungkin secara tidak disadari sering kita alami. Mari kita coba
ingat kembali, manakah kejadian yang lebih membuat bahagia, ketika memberi atau menerima?
Saya tidak tahu jawaban Anda, namun pengalaman saya menyatakan bahwa saya ternyata lebih
bahagia ketika memberi. Ada suatu perasaan yang membuat diri kita lebih nyaman ketika
memberikan sesuatu kepada orang lain. oleh karena itu, mari kita coba berpikir sedikit lebih
rumit dan analitis, yaitu dengan membalik prosesnya. jika tadi kita bisa mendapatkan kebahagian
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 4/23
dengan memberi atau berbuat baik pada orang lain, maka kapanpun jika kita ingin merasa
bahagia, kita tinggal berbuat baik saja pada orang lain. Mungkin hal ini tidak terlalu terpikirkan
oleh kita, namun tidak ada salahnya untuk dicoba. Jadi, mari kita berkompetetisi untuk menjadi
orang yang paling bahagia, dengan berlomba-lomba menngerjakan kebajikan. Karena dengan
melakukannya, tanpa sadar kita juga sambil mengembangkan diri kita ke arah yang jauh lebih
positif.
Penulis selalu mengingat teori berkelimpahan yang diajarkan guru penulis. Secara sederhana,
teori tersebut berbunyi, bahwa semakin banyak member, maka sebenarnya semakin banyak kita
menerima. Bagaimana kaitan teori ini dengan wacana pengembangan diri? Sederhana sekali
sebenarnya, yaitu bahwa ketika kita membantu orang lain untuk mengembangkan diri (dengan
berbagi ilmu misalnya), maka pada hakekatnya kita sedang dua kali lipat mengembangkan diri.
Logikanya sederhana, ketika kita member suatu pemahaman terhadap orang lain, pada saat itulah
– tanpa disadari- pemahaman kita terhadap hal tersebut bertambah. Jadi, cara tebaik untuk belajar
suatu materi pelajaran, adalah dengan mencoba mengajarkan materi tersebut pada orang lain.
Sederhana sekali, dengan memberi, maka kita akan menerima berkali-kali lipat, selama didasari
oleh niat yang tulus untuk membantu orang lain. Maka, berikanlah apa yang kita miliki, dan
berbahagialah
[1] Farrah Gray dan Fran Haris. 2007. Reallionaire: Kiat-kita pending yang menjadikan SayaMiliarder di Usia 14 tahun-9 Langkah menjadi Kaya Raya. Darras Book Jakarta
[2] Jansen Sinamo. 2005. 8 Etos KerjaProfesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Institut
Dharma Mahardika. Hal 12
[3] Jalaluddin Rahmat. 2004. Meraih Kebahagiaan. Penerbit Simbiosa Rekatama Media
Bandung, Cetakan Kedua
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 5/23
Pengembangan diri dan pendidikan
Psikologi untuk pengembangan diri adalah sebuah wacana yang dikembangkan penulis,
yang pada intinya adalah pemanfaatan ilmu psikologi (praktis) untuk mengembangkan diri, yang
pada gilirannya dapat digunakan untuk mendorong terciptanya pribadi yang positif. Self
development (pengembangan diri) itu sendiri, menurut kamus lengkap psikologi[1] adalah
pertumbuhan potensial dan kemampuan seseorang.
Seperti diketahui bahwa ilmu psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia dan sikap mental yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu,
sangat baik kiranya, jika pengetahun kita tentang diri kita tersebut dapat kita arahkan untuk
mengembangkan diri kita ke arah yang lebih baik. Iman Gazali, seperti dikutip olehGymnasitiar [2] menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai
eksistensinya. Sebaliknya, manusia cenderung membenci hal-hal yang dapat menghancurkan,
meniadakan, mengurangi atau memutuskan kesempurnaan itu.
Artinya bahwa, setiap diri manusia, telah memiliki dorongan untuk berbuat baik,
sehingga setiap individu mempunyai potensi untuk memiliki pribadi yang positif. Terminologi
pribadi yang positif, sangat sulit sebenarnya untuk dapat didefinisikan secara detil, namun
demikian paling tidak pendapat para ahli dibawah ini dapat menggiring kita menuju pemahaman
yang lebih baik (lihat box: Psikologi Positif). Pribadi yang positif adalah pribadi yang berada
dalam „badan‟ dan pikiran yang normal dan sehat. Secara konseptual, definisi umum keadaan
normal-sehat dapat dirumuskan oleh Winkel[3] (1991: 674-675) sebagai berikut:
1. Menurut pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization – WHO),
batasan sehat adalah “suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara
penuh dan bukan semata-mata berupa tidak adanya penyakit atau keadaan lemah
tertentu”.
2. Rumusan menurut pandangan psikiater bernama Karl Menniger: “Kesehatan mental
adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan
kebahagiaan yang maksimum; kesehatan ini bukan hanya berupa efisiensi atau hanya
perasaan puas, atau keluwesan dalam memenuhi berbagai aturan permainan dengan riang
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 6/23
hati. Kesehatan mental mencakup itu semua. Kesehetan mental meliputi kemampuan
menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang
lain, dan sikap hidup yang bahagia. Itulah jiwa yang sehat.”
3. Rumusan menurut pandangan psikolog H.B. English: “Kesehatan mental adalah keadaan
yang relatif tetap dimana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami
aktualisasi diri atau realisasi diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif, bukan
sekedar berupa tidak adanya gangguan mental.”
4. Rumusan menurut pandangan pekerja sosial bernama W.W. Boehm: “Kesehatan mental
meliputi suatu keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan
memberikan kepuasan bagi orang-orang yang bersangkutan.”
Karakteristik pribadi yang positif, tentu saja tidak saja sekedar normal dan sehat. Secara umum,
ketika seorang manusia berkembang secara positif, ia akan mencapai level pirbadi yang matang.
Kriteria Kepribadian yang Matang menurut Kilander [4] (1957) yaitu:
(1) Mampu meyayangi orang lain dan mempertimbangkan minat orang lain, dalam tindakan-
tindakannya
(2) Memiliki hubungan sosial yang kualitasnya memuaskan dan berlansung lama
(3) Bersikap baik terhadap dan mempercayai orang lain dengan harapan bahwa ia pun diharapkan
orang lain untuk mempercayai dan menyukainya
(4) Menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat pada banyak orang
(5) Tidak memaksa lingkungan, tetapi juga mereka tidak membiarkan diri mereka dipaksa atau
ditekan oleh lingkungan. Tidak ada saling paksa diantara dirinya dengan lingkunga
(6) Dapat merasakan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok atau populasinya
(7) Merasakan adanya “sense of responsibility” atas tetangga atau teman-temannya
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 7/23
Daftar dimuka adalah contoh dari pribadi yang matang dan sehat. Apakah semua orang dapat
memiliki kualitas dimuka? Tentu saja bisa, namun harus melewati proses tertentu. Kita tidak
terlahir dengan kualitas seperti dimuka. Oleh karena itu, dengan kesadaran penuh, setiap orang
perlu berjuang untuk meraihnya atau mereka tidak akan pernah mendapatkannya. Tidak selalu
mudah memang untuk meraihnya, namun bukan berarti mustahil untuk dicapai..
Individu yang matang, seringkali juga disebut sebagai individu yang mampu menerima realitas.
Menurut Wiramiharja[5] terdapat beberapa ciri orang yang sehat dalam kemampunnya untuk
menerima realitas yaitu:
1. Mereka menghadapi dan menangani masalah-masalahnya begitu masalah itu timbul
2. Mereka menerima responsibilitas, artinya jika mereka melakukan suatu tindakan, maka
resiko dari tindakan itu siap ia terima
3. Mereka mengatur atau membangun lingkungan sepanjang dimungkinkan atau
menyesuaikan diri jika diperlukan.
4.
Mereka merencanakan untuk masa depan, tapi tidak takut akan masa depan, tidak takutmenghadapi hambatan dan kesukaran
5. Mereka menyambut baik pengalaman baru maupun ide-ide baru. Artinya, perbedaan
pengalaman, gagasan dan keyakinan justru akan menambah kaya kehidupan mereka
6. Mereka menggunakan kapasitas alamiahnya, mereka paham sekali akan kapasitas awal
yang mereka miliki dan dari situ mereka membuat upaya-upaya untuk memaksimalkan
kapasitasnya tersebut
7. Mereka membangun tujuan-tujuan yang realistik bagi diri mereka
8. Mereka mampu untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan membuat keputusannya sendiri
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 8/23
9. Mereka melakukan upaya-upaya yang sebaik-baiknya dan menerima atau merasa puas
akan apa yang terjadi sebagai akibat keputusannya sendiri
Melihat daftar dimuka, tersirat jelas bahwa kualitas tersebut bukanlah sesuatu yang turun dari
langit, melainkan perlu diraih dengan kesadaran penuh. Selanjutnya, masih dari daftar yang
sama, kita dapat mengatakan bahwa kualitas seperti itulah yang diperlukan untuk dapat
menjalani kehidupan dengan dengan optimal. Maka, mari maksimalkan pemahaman kita tentangdiri kita sendiri (melalui ilmu psikologi) untuk mencapai kematangan tersebut.
[1] C.P. Chaplin.1993. Kamus Lengkap Psikologi. Rajawali Press, PT Raja Grafindo.Diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono, hal 451
[2] Abdullah Gymnastiar. 2004. Aku Bisa! Manajemen Qolbu Untuk Melejitkan Potensi. MQ
Publishing Bandung
[3] Dalam MIF Baihaqi dkk. 2005. Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Penerbit
Refika Aditama, hal 17.
[4] Dalam Sutardjo Wiramiharja.2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Penerbit Refika Aditama
[5] Ibid, Wiramiharja, 2005:12
30'12
Ags
Tulisan kali ini adalah tulisan
yang membahas masalah perasaan
dan tidak hanya pikiran (yang
sangat terilhami oleh berbagai buku pengembangan diri terutama
Quantum Ikhlas). Loh apa
bedanya? Secara awam, bedanya
adalah, jika pikiran itu berasal
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 9/23
dari kerja otak, maka perasaan berasal dari hasil kerja hati. Namun penelitian menemukan bahwa
ketika kita menyebut hati, ternyata dari sisi anatomi organ tubuh, ternyata tidak menunjuk ke
hati/ulu hati(liver) melainkan ke jantung (heart). Telah dipelajari bahwa jantung, memiliki
mekanisme berpikir sendiri, mampu memompa dari secara otomatis (super canggih) dan
memiliki koneksi yang sangat baik dan kuat dengna otak. Sebagai contoh ketika otak berpikir
bahwa individu sedang mengalami rasa takut, maka hati akan berdegup lebih kencang dan lain-
lain. Artinya ada hubungan yang sangat sinkron antara jantung dan otak.
Pemahaman ini, kemudian oleh para ahli dikembangkan ke arah bagaimana sebenarnya
manusia itu berpikir dan merasa. Salah satu pemikiran yang fenomenal pada awal abad ke 20
adalah ditemukannya teori atau hukum tarik menarik (The Law of Attraction); “Manusia adalah
magnet, dan setiap detail peristiwa yang dialaminya, datang atas daya tarik (undangannnya)sendiri (Elizabeth Towne, 1906). Atau lebih jelasnya Hukum Tarik Menarik ini menyatakan:
“Sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya” (Erbe Sentanu, 2008;
49). Sebagai contoh sederhana misalnya ketika Anda bangun tidur dengan perasaan kurang enak,
dan kemudian mengawali hari dengan perasaan BT, maka yang terjadi adalah pada hari tersebut
Anda akan dipenuhi dengan berbagai kejadian yang kurang menyenangkan/mengenakkan. Untuk
lebih jelasnya, saya akan mengutip Erbe Sentanu (2008; 51) sebagai berikut: Hukum Tarik
Menarik berlansung secara otomatis. Ia tidak menanyakan kepada Anda apakah Anda suka.
Apakah Anda setuju dengan efek yang ditimbulkannya. Hukum ini berlaku otomatis di alam, dan
terlebih lagi sebenarnya berlaku pada pikiran dan perasaan Anda. Ingat, pikiran dan perasaan
adalah benda kuantum yang dasyat kekuatannya. Melalui kekuatan Hukum Tarik Menarik Anda
menarik apapun yang paling sering Anda pikirkan, apakah Anda memikirkannya atau tidak. Jadi,
jika Anda memikirkan apa „yang Anda suka‟, maka hidup anda akan dipenuhi oleh hal itu. Dan
sebaliknya, jika Anda selalu memikirkan hal-hal „yang Anda tidak suka‟ maka yang terjadi
dalam hiduppun akan mencerminkan hal itu. Luar biasa bukan? Menyitir pernyataan beberapa
tokoh filsafat, sebenarnya kita akan „the centre of the World’ , atau „ How the World work, is
depending on us’ . Nah, seberapa yakin Anda akan pernyataan-pernyataan tersebut, maka hal itu
akan sangat mempengaruhi perjalanan Anda bersama tulisan kita ini kedepan.
Perkembangan pemahaman yang luar biasa mengenai bagaimana otak kita bekerja
tersebut – atau lebih sering dikenal dengan positive thinking-, ternyata masih berkembang lagi.
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 10/23
Artinya ada bagian tubuh kita – selain otak- yang mampu memberikan kepada kita energi yang
luar biasa besar menuju kesuksesan, yaitu hati (yang organnya adalah jantung). Ya, inilah era
positife feeling , bukan hanya positive thinking . Mari kita lihat bedanya menurt Erbe Sentanu
(2008; 120), pada versi lama ketika kita berpikir positif, maka kita akan mendapatkan apa yang
paling sering kita pikirkan. Sedangkan pada versi baru, kita dianjurkan untuk berperasaan positif,
sehingga diharapkan kita akan mendapatkan apa yang paling sering kita rasakan – ketika kita
memikirkannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kita sering tidak/belum sukses karena kehendak
hati seringkali tidak sinkron dengan kehendak pikiran. Kita ingin mendapat nilai bagus, tapi
selalu menunda-nunda belajar. Ingin IPK tinggi tapi tidak mau mengulang pelajaran. Ingin badan
sehar tapi sangat malas untuk menggerakkan badan dan berolah raga. Ingin terlihat „charming‟
tapi malas merawat tubuh dan lain-lain. Ingin badan seperti „Ade Rai‟ tapi tubuh justru lebih
sering dibawa ke kasur. Ingin bermain gitar seperti „Steve Vai‟ tapi yang diulik jus tru lagu Lupa
dari Band Kuburan. Pikiran ingin tapi hati merasa malas. Ingin tapi malas. Malas sekali rasanya,
tapi sebenarnya ada keinginan yang kuat di pikiran. Jadi? Ya, tidak sinkron. Memendam rasa
rindu, tapi sekaligus juga benci. Kangen, tapi kesal kalo sudah bertemu. Sayang, tapi cemburu
buta.
Berbagai konflik inilah yang sering kali membuat langkah kita jadi maju mundur. Mengapa?
Karena hampir setiap saat kita melibatkan dua keputusan di bagian tubuh yang berbeda, pikiran
diputuskan di otak, dan perasaan diputuskan di hati. Solusi yang ditawarkan adalah, mengapa
tidak diselaraskan? Mengapa kita tidak (mencoba) merubah kebiasaan, untuk mulai melibatkan
hati (selain pikiran). Mengapa tidak mencoba merasa positif, selain berpikir positif? Inilah
tantangannya, kita terlalu biasa untuk memberikan beban ini pada otak, dan kurang terbiasa
untuk membaginya dengan hati. Padahal hal ini tidak mustahil untuk dilakukan
Mari kita lihat diri kita sendiri ketika sedang memulai menyelesaikan sebuah pekerjaan
dengan hati terpaksa, gundah dan kukulutus (bersungut-sungut dan mengeluh berkepanjangan),
seperti apa hasilnya? Bedakan dengan ketika kita memulai sebuah pekerjaan dengan tenang,
ikhlas dan penuh syukur. Mana yang lebih baik? Ketika baru bangun tidur, ada yang
membersihkan tempat tidurnya dengan ikhlas dan dengan kukulutus, mana yang lebih rapih?
Ketika belajar ada yang ikhlas dan sadar sepenuhnya bahwa ini untuk masa depannya, dan ada
yang terpaksa dan gundah.
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 11/23
Maka, sebagai manusia dewasa, rasanya kita sudah mulai dapat memilih untuk tidak
hanya berpikir positif tapi merasakan secara positif/menghayati energi perasaan positif. Mulailah
hari dengan ikhlas. Bagaimana caranya? Anda pasti lebih mengetahui jawabannya
pengembangan diri dan belajar
Manakah yang benar? Belajar
untuk hidup atau hidup untuk
belajar? Tentunya tidak
sederhana menjawab
pertanyaan ini, tapi satu hal,
kita dikaruniai akal untukdapat menganalisisnya. Jika
pernyataanya adalah belajar
untuk hidup, maka proses
belajar dapat dilakukan
dengan asal-asalan dan berbagai cara (bahkan jika perlu penuh dengan rekayasa, manipulasi,
plagitisme, kolegianisme bahkan korupsi sekalipun), yang penting menghasilkan uang untuk
hidup. Namun sebaliknya, jika pernyataannya adalah hidup untuk belajar, maka maknanya
adalah bahwa kita (akan terdorong) untuk menghabiskan waktu hidup kita di dunia (jam demi
jam, hari demi hari) untuk belajar. Nah inilah yang kelihatannya lebih tepat, yaitu kita mengisi
waktu-waktu kita dengan terus menerus mempelajari hal-hal yang baru.
Sayidina Ali, sahabat Rasul[1] yang juga merupakan singa padang pasir, sering dijuluki sebagai
gerbangnya ilmu, karena beliau memiliki banyak sekali filosofi yang bagus tentang belajar. Ia
dengan tegas dan yakin menyatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta, dengan beberapa
alasan sebagai berikut
- Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedangkan harta adalah pusaka Firaun,
Karun, dll
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 12/23
- Ilmu akan menjaga kita, sedangkan harta justru harus kita yang
menjaganya
- Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir), sedangkan pemilik ilmu
disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan
- Pemilik harta memiliki banyak musuh, sedangkan pemilik ilmu memiliki
banyak teman
- Harta bisa dicuri maling/pencuri, sedangkan ilmu tidak
- Harta akan hancur jika ditimbun, sedangkan ilmu tidak
- Pemilik harta akan keras hatinya, sedangkan pemilik ilmu justru akan
memiliki hati yang bercahaya
- Pemilik harta yang sangat besar, dapat mengaku sebagai tuhan, sedangkan
pemilik ilmu, dengan kebijaksanaanya justru akan mengaku sebagai
hamba
Luar biasa bukan? Ternyata banyak sekali filosofi yang mendukung bahwa hidup memang untuk
belajar, yaitu belajar untuk mengejar ilmu yang dapat mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.
Artinya lagi, sangat rugi bagi kita, jika melewatkan satu hari hidup di dunia, tanpa mendapatkan
ilmu baru. Satu hari tanpa mendapat harta, mungkin rugi juga, tapi satu hari tanpa dapat ilmu
(baru) rugi sekali. Karena sekecil apapun ilmu yang didapat, jika diresapi dan disyukuri dengan
ikhlas, akan dapat menambah kebijaksanaan dan kedewasaan kita, sekaligus juga untuk
mendorong kita merasa kecil dan tidak berdaya di tengah alam semesta yang begitu luas ini.Artinya, semakin kita banyak mengetahui hal baru, kita semakin sadar bahwa ada banyak sekali
hal yang kita belum ketahui, yang bahkan belum terbayangkan sebelumnya.
Al Qur‟an, sebagai pegangan hidup umat Islam, banyak sekali mengingatkan kita tentang
pentingnya belajar dan menggali ilmu. Surat yang paling terkenal tentu saja Al Alaq (1-5)
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 13/23
Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhan-mu yang menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak dikehendakinya
Sangat jelas bahwa kita (apapun status dan kondisinya) diajak untuk membaca (belajar) dengan
menyebut nama-Nya. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apa yang kita pelajari
(seyogianya) dapat membawa kita untuk lebih dekat dengan-Nya (karena kita tidak dianjurkan
untuk belajar tanpa menyebut nama-Nya/mengingatnya). Apa saj hal yang dapat dipelajari?
Tentu saja ada banyak sekali pelajaran yang dapat digali, mulai dari yang ada di tubuh kita
(organ tubuh, sel, otak, darah, dll) sampai ke isi bumi dan semesta alam (bumi, bebatuan,
bintang, galaksi dll). Allah SWT selalu mendorong manusia untuk mengamati segala apa yang
ada di alam (dimana dalam implementasinya, hal inilah yang merupakan cikal bakal ilmu
pengetahuan), seperti di surat Al Ghasyiah (17-20)
Maka, apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?
Paling tidak dari ayat dimuka kita dapat melihat bahwa terdapat banyak sekian banyak ilmu yang
tersirat muali dari biologi, astronomi, ekologi, geografi, geologi dan lain-lain. Luar biasa bukan?
Jelas sekali bahwa manusia didorong untuk mengeksplorasi akal dan pikiran yang telah
dimilikinya sejak lahir. Sehingga, pada gilirannya, ia dapat memanfaatkannya untuk
meningkatkan potensi dirinya, yang berujung pada kemampuannya untuk dapat hidup mandiri,
berkeluarga, berketurunan dan lain-lain. Atau dengan kata lain, kita diajak untuk memulainya
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 14/23
dari mendalami ilmu, alih-alih mengumpulkan harta terlebih dahulu. Pahami ilmu terlebih
dahulu (sehingga hati kita penuh dengan rasa syukur) baru kemudian gunakan sebaik-baiknya,
dengan bijaksana
Sekarang, mari kita lihat dari diri sendiri. Kita akan tergolong orang yang ketinggalan jamanketika untuk belajar saja, masih harus disuruh-suruh, diingatkan atau bahkan diancam., Apalagi bagi mereka yang telah duduk dibangku universitas, mengingat diluar sana, banyak sekali anak
yang untuk dapat mengeyam pendidikan dasar saja sulitnya bukan main. Novel Laskar Pelangi
misalnya, telah dapat menyetil mereka yang masih malas untuk belajar, karena didalam cerita
tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan anak-anak di pulau Belitong, yang dengan segalaketerbatasnnya (sekolah hampir runtuh, SDM guru yang terbatas, fasilitas penunjang yang
hampir tidak ada) mampu memupuk dan memelihara motivasi belajarnya dengan begitu luar
biasa.
[1] Permadi Alibasyah. 2007. Bahan Renungan Kalbu: Pengntar Pencerahan Jiwa. Cetakan
ketiga. Penerbit Cahaya Makrifat Bandung.
Sebaris kalimat itu pernah menjadi sangat
terkenal ketika diangkat oleh salah satu iklan
rokok. Anyway, Kita tidak pernah tau (setelah
mereka menggunakan tagline tersebut) apakah
rokok tersebut menjadi semakin laku atau tidak, -
dan rasanya tidak perlu juga terlalu
dipermasalahkan-. Namun satu hal yang tidak
bisa dipungkiri adalah bahwa banyak makna yang
terkandung dari kalimat unik itu. Tua adalah pasti
katanya, dan hal itu memang benar tak terbantahkan. Secara biologis, mau tidak mau, setiap
orang akan beranjak tua dengan berbagai proses biologis yang mengikutinya, kulit mulai keriput,
mata mulai rabun, jalan mulai bungkuk dan lain-lain. Itu adalah proses alamiah yang tidak bisa
dihindari oleh teknologi apapun (teknologi hanya membantu memperlambat, mempersehat
ataupun membantu metabolisme agar dapat berjalan lebih baik lagi). Nah, jika tua adalah pasti,
maka (menurut kalimat bahasan utama kita) maka dewasa bukanlah suatu kepastian, tapi lebih
tepat adalah sebuah pilihan. Artinya, kita sendiri yang memilih, apakah kita mau (menjadi )
dewasa atau tidak.
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 15/23
Pertanyaan selanjutnya adalah; apakah dewasa itu? Ada banyak jawaban tentunya. Jika
dilihat dari KTP maka seharusnya kita (paling tidak yang hidup di tanah air tercinta Indonesia)
sudah dewasa sejak berusia 17 tahun. Di beberapa daerah tertentu, seseorang dikatakan dewasa
jika sudah menikah, -terlepas dari berapapun usianya-, atau jika ia sudah bekerja atau dapat
menghidupi dirinya sendiri. Stephen Covey, penulis best seller Internasional, yang terkenal
dengan bukunya the Seven Habit of Highly Effective People, menyatakan bahwa dewasa adalah
ketika seseorang telah memiliki courage (keberanian) dan consideration (pertimbangan).
Menariknya adalah, seseorang belum dikatakan dewasa ketika baru memiliki salah satunya saja,
misalnya ketika seseorang hanya memiliki courage (keberanian) saja, maka ia belum dianggapa
dewasa, karena tindakan berani tanpa consideration (pertimbangan) matang, akan berpotensi
menimbulkan dampak buruk (kenekatan, anarkis dll). Sebaliknya kita seseorang hanya memiliki
consideration (pertimbangan) saja, maka biasanya ia tidak melakukan apa-apa, karena terlalu
ragu-ragu dan terlalu takut.
Jika ingin ditelusuri tentunya ada banyak sekali wacana/pendefinisian tentang hal ihwal
dewasa ini. Namun pada tulisan ini, penulis memberanikan diri untuk membuat pernyataan
bahwa dewasa adalah ketika seseorang menyadari bahwa ia memiliki kebebasan yang seluas-
luasnya untuk menentukan segala pemikiran, sikap dan tingkah lakunya, sekaligus ia memiliki
pemahaman bahwa ia harus bertanggung jawab terhadap pemikiran, sikap dan seluruh tingkah
lakunya tersebut. Artinya sederhana, yaitu jika ada orang yang masih merasa bahwa pemikiran,
sikap dan tingkah lakunya ditentukan oleh pihak lain, lingkungan, orang tua, pacar, guru dan lain
sebagainya, maka ia belum dewasa, karena belum sadar sepenuhnya bahwa ia sebenarnya
memiliki kebebasan. Misalnya ketika ada orang yang masih menyatakan bahwa segala
ketidaksuksesan hidupnya adalah karena pihak lain, maka ia tergolong belum dewasa. Sebagai
contoh, biasanya mereka menyatakan hal-hal seperti ini:
-“Wah jelas saja nilai-nilai saya jelek, soalnya kuliahnya selalu siang, jadi saya
mengantuk”
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 16/23
-“Sudah pasti Badu sukses karena orang tuanya kaya, orang tua saya kan miskin, jadi
mana mungkin saya sukses”
-“Wajar jika saya tertinggal, karena saya berasal dari desa, sedangkan teman-teman saya
dari kota”
Itulah kira-kira gambaran orang yang belum pantas dikatakan dewasa
Demikian sebaliknya, jika ada orang yang masih merasa bahwa ia tidak perlu
bertanggung jawab atas segala pemikiran, sikap dan tingkah lakunya, maka ia juga belum
tergolong dewasa, karena berarti ia masih mencari kambing hitam atas segala akibat dari pemikiran, sikap dan tingkah lakunya. Nah, dimanakah posisi kita? Tergolong yang manakah
kita? Mari kita mulai tentukan sendiri, tidak usah menunggu orang lain (katanya sudah dewasa?)
Konsekuensi logis dari pemahaman kita akan kebebasan memilih sebenarnya sangat luar
biasa. Ada banyak hal yang bisa kita raih, ketika kita telah benar-benar memahaminya, yaitu
salah satunya adalah kita dapat benar-benar mengeluarkan seluruh potensi terpendam kita. Diana
Whitney & Amanda Trosten Bloom dalam bukunya the Power of Appreciative Inquiry (4 prinsip
perubahan positif dalam organisasi) menyatakan bahwa paling tidak ada enam syarat yang
diperlukan bagi pembebasan kekuatan. Syarat-syarat tersebut dikenal dengan enam kebebasan,
yaitu yang meliputi kebebasan untuk dikenal dalam hubungan; kebebasan untuk didengar;
kebebasan untuk bermimpi dalam komunitas, kebebasan untuk memilih dalam berkontribusi;
kebebasan untuk bertindak dengan dukungan; dan kebebasan untuk menjadi positif. Nah, inilah
yang harus senantiasa kita pahamkan dalam diri kita, yaitu bahwa kita lahir ke dunia ini dengan
kebebasan penuh untuk menjadi apa saja yang kita mau, bahkan untuk merubah dunia sekalipun.
Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk tidak lagi terlalu mudah menyalahkan lingkungan
atas kekurangsempurnaan prestasi kita, untuk tidak lagi terlalu gampang mengkambinghitamkansistem pendidikan atas keterbatasan pemikiran kita. Karena semua ternyata kembali ke diri kita
sendiri kok. Mari kita lihat, apakah ada jaminan orang yang kaya pasti lebih pintar dari orang
miskin? Tidak bukan? Apakah ada jaminan bahwa orang kota pasti lebih sukses dari orang desa?Tidak bukan? Artinya faktor-faktor di luar diri kita jangan lagi dijadikan kambing hitam atas
kekurangsempurnaan prestasi kita apalagi atas kegagalan kita. Katanya sudah dewasa?
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 17/23
gambar: melancholyholic.blogspot.com
Pengembangan diri dan berfikir apresiatif 30'12
Ags
Pembicaraan Anda membantu menciptakan dunia Anda.
Berbicaralah tentang kebahagiaan, bukan ketidakpuasan.
Berbicaralah tentang harapan, bukan keputusasaan. Biarkankata-kata Anda membalut luka, bukan menyebabkannya
(William Martin, penafsir modern kitab Tao Te Ching).
Penulis mengutip kalimat dimuka dari buku Appreciative
Inquiry yang ditulis oleh duet Diana Whitney & Amanda
Trosten[1]. Satu hal, apakah kita merasa tulisan dimuka
menyindiri diri kita? Mungkin ya mungkin tidak. Namun hal yang perlu ditekankan adalah
bahwa dunia disekitar kita (akhir-akhir ini) terlalu terfokus pada nuansa
negatif/keputuasaan/ketidakpuasan (wacana defisit). Terlalu banyak perbincangan yang
mengarah ke area negatif. Para komentator politik misalnya, terlalu sering membicarakan sisi
negatif dari partai/pemimpin yang menjadi objek bahasan. Mahasiswa, terlalu kerap membahas
masalah sulitnya mata pelajaran, betapa tidak menyenangkannya cara dosen X mengajar, betapa
kurangnya fasilitas kampus, betapa banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan lain-lain.
Keluarga-kelurga di meja makan, terlalu sering membahas masalah kesulitan ekonomi, anak
yang tidak mau belajar, harga sayur yang membumbung, dan lain sebagainya. Karyawan kantor
hampir selalu membaha rendahnya upah mereka, betapa tidak adilnya bos mereka, betapa
beruntungnya kerja di perusahaan lain dan lain-lain. Sehingga se-positif apapun kita, jika setiap
hari dibombardir seperti itu, akan sulit sekali melepaskan diri dari nuansa negatif dan wacana
defisit itu.
Merujuk pada tulisan dimuka, maka kita akan dapat menemukan satu kalimat yang
menarik, yaitu; pembicaraan Anda membantu menciptakan dunia Anda. Haruskah kita percaya
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 18/23
dengan pernyataan tersebut? Tentu saja terserah masing-masing. Namun mari kita lihat sejarah.
Ada banyak orator ulung dunia yang mengubah dunia dengan kata-katanya. Bung Karno adalah
salah satu tokoh yang mampu menginspirasi rakyat Indonesa akan hak-hak atas kemerdekaan.
Tentu masih banyak tokoh lain, Mahatma Gandi, Martin Luther King, John F. Kennedy dan
seterusnya. Apa yang mereka lakukan? Mereka mengubah dunianya sendiri dan lingkungan
sekitarnya dengan pemilihan kata-kata yang paling aspiratif. Bisakah mereka berbuat
sebaliknya? Mungkin saja bisa, karena justru hal tersebut lebih mudah. Namun, dengan
keyakinannya atas visi yang lebih besar, mereka memilih untuk menginspirasi dirinya sendiri
dan orang banyak. Dengan sengaja, mereka memilih kata-kata yang membangkitkan semangat,
mendorong daya juang, meledakkan potensi dan meletakkan pikiran apresiatif di tempat yang
benar.
Sekarang, mari kita tanya pada diri sendiri. Benarkan kata-kata dapat mengubah diri kita?
Mungkin pertanyaan ini tidak usah dijawab. Namun pernahkan emosi atau antusiasme kita
berubah setelah kita membaca kata-kata yang bagus dari sebuah buku? Pastinya pernah. Artinya,
kata-kata memang mengandung mejik. Biasanya kita tergugah ketika kisah/bacaan tersebut
mendorong kita untuk berpikir lebih positif. Berbagai penelitian psikologi menyimpulkan bahwa
manusia yang selalu berpikir positif, hidupnya akan jauh lebih sehat dan bahagia. Apa makna
berpikir positif? Yaitu membuang/mengganti pikiran/perasaaan negatif menjadi pikiran/perasaan
yang positif. Sederhana, namun tidak selalu mudah untuk dilakukan. Namun, perkembangan
kajian psikologis, saat ini telah melampui batas-batas itu. Kita, tidak lagi sekedar diajak untuk
berpikir positif, namun lebih jauh lagi, yaitu berpikir apresiatif. Artinya, kita harus apresiatif
terhadap berbagai kisah/aspek kehidupan manusia. Apresiatif berarti menghargai, memberi nilai
tambah, mengambil pelajaran. Praktik apresiatif akan membuat kita menjadi mahluk yang
menghargai segala sesuatunya, termasuk menghargai hal-hal kecil di sekeliling kita. Dan, dengan
berpikir apresiatif, kita tidak hanya akan mengubah yang negatif menjadi positif, namun kita
akan belajar menghargai apa yang sudah kita miliki/kita capai. Kita akan terdorong untuk
melihat, apa yang sebenarnya saya miliki, atau ada ada dibalik segala pencapaian kita (walaupun
belum maksimal) dan bukan sebaliknya, berusaha mengorek luka lama yang menyebabkan
kegagalan kita. Berpikir apresiatif adalah meningkatkan yang sudah ada alih-alih mengoreksi
kesalahan. Atau menyuburkan dan menyehatkan tanah yang belum ditanami, alih-alih
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 19/23
menyemprot dengan pestisida untuk menghilangkan hama. Mendorong gaya hidup sehat, alih-
alih mengobati penyakit dengan berbagai cara. Sekali lagi, meningkatkan yang sudah ada, bukan
mengoreksi kesalahan.
Agar menjadi lebih jelas penulis akan mengutip tulisan dari Diana Whitney & Amanda
Trosten tentang berpikir apresiatif sebagai berikut: berpikir apresiatif bukan berarti menafikan
apa yang negatif. Bukan membutakan diri terhadap kelemahan. Bukan tidak mengakui
kekurangan. Setiap orang pasti pernah salah. Setiap keluarga pasti punya aib. Setiap organisasi
pasti pernah mengalami kegagalan. Maka, berpikir apresiatif adalah upaya menghargai apa yang
ada pada diri kita, mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita lalui. Melalui berpikir
apresiasi, kita diajak untuk lebih fokus pada apa yang terbaik dari manusia dan sistem manusia,
apa yang memberi nafas pada kehidupan. Contoh, jika Anda adalah seorang mahasiswa yang belum memiliki IPK seperti yang dicita-citakan, maka tidak harus untuk selalu melihat dimana
masalahnya, sebaliknya Anda perlu menghargai semangat Anda sendiri. Hargai bahwa sampai
saat ini Anda masih punya semangat tinggi untuk mencapai IPK impian tersebut. Mencoba
mengorek apa kesalalah yang telah dilakukan, seringkali justru membuka luka lama dan
menurunkan motivasi. Sebaliknya, fokus pada apa yang telah dimiliki yaitu semangat,
antusiasme, kemampuan memahami pelajaran, teman-teman yang mendukung, lingkungan
belajar yang kondusif dan lain-lain, pada gilirannya justru akan menambah motivasi. Jadikan
angka IPK yang sudah diraih sebagai gelas setengah isi, bukan setengah kosong. Sehingga kita
akan termotivasi untuk mengisinya lebih lanjut, bukan malah mengorek-ngorek luka dan mencari
sumber masalah mengapa gelas tersebut hampir kosong.
Berdasarkan uraian dimuka, kita dapat mengatakan bahwa pemilihan kata/kalimat/pertanyaaan,
dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Ingat, pilihlah kata-kata yang menginspirasi.
Hal ini perlu dilakukan, karena sebenarnya kita sudah sangat tau bahwa kata-kata mampu
mengubah dunia kita. Hanya, yang belum dilakukan adalah, kita belum menjadikan kata-kata
inspiratif sebagai ritual diri. Mengapa? Karena di lingkungan sekitar kita sudah terlalu banyak
kata-kata negatif. Jadi, sudah saatnya bagi kita untuk serius dalam memiliih kata-kata, terutama
jika dikaitkan dengan diri sendiri.
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 20/23
Apabila kita coba menengok kedalam agama kita, bukankah Islam mengajarkan kita
untuk berkata-kata dengan baik, atau kalau tidak lebih baik diam saja? Jadi, mari mulai memilih
kata-kata yang membentuk dunia yang akan kita jalani sehari-hari. Ingat, kata-kata kita
membentuk dunia. Dan satu hal lagi, ternyata dari empat belas abad yang lalu, Al Qur‟an yang
agung telah mengajarkan kita untuk berpikir apresiatif (yaitu selalu mencari hikmah dari kisah
inspitatif). Mengapa kita baru mengetahuinya sekarang? Mungkin selama ini Qur‟an yang
dimiliki hanya dijadikan hiasan dinding, jarang dibaca dan jarang dikaji. Ingat, bahwa terdapat
banyak sekali kisah inspiratif dan penuh hikmah dalamnya. Artinya, wacana untuk berpikir
apresiatif – dan tidak hanya berpikir positif- sudah ada sejak ratusan tahun. Lalu, kemana saja
kita?
[1] Diana Whitney dan Amanda Trosten. 2007. 4 Prinsip Perubahan dalam Organisasi. PenerbitB-first Anggota IKAPI (PT. Bentang Pustaka)
Pengembangan diri dan keputusan yang
menentukan tujuan
30
'12
Ags
Jika berbicara mengenai motivasi berprestasi, maka
pasti kita tidak akan lupa kisah perjuangan Thomas
Alfa Edison dan Kolonel Sanders. Mereka adalah
para pejuang keyakinan. Mereka orang-orang yang
berjuang mempertahankan keyakinannya untuk
menggapai sukses yang diidamkan. Thomas Alfa
Edison kita kenal sebagai sosok yang tak kenal
menyerah dalam menciptakan lampu listrik. Ia
didera oleh berbagai kegagalan, bahkan
laboratoriumnya sempat meledak, sehingga ia perlu
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 21/23
mengulang kembali berbagai penelitian dan percobaannya. Sementara disisi lain Kolonel
Sanders adalah pejuang resep ayam KFC yang paling tangguh, tanpa kenal lelah ia menawarkan
resepnya ke berbagai pihak. Urat malunya diputus untuk menerima penolakan. Dan kini kita
sama-sama tau bahwa KFC dapat dinikmati hampir di seluruh dunia, dan di restorannya, pasti
menggunakan lampu listrik ciptaan Eyang Edison. Itulah hasil dari keyakinan akan kesuksesan.
Pertanyaannya, dari manakah keyakinan berawal?
Hanya satu jawabannya, yaitu dari sebuah keputusan. Inilah yang sering kita lupakan.
Kita sering mengeluh mengapa kita tidak sukses/tidak berhasil. Sungguh sangat lucu. Mengapa
lucu? Karena sebelum memulai sesuatu kita sangat jarang (bahkan sebagian tidak pernah) untuk
memutuskan bahwa saya akan memulai ini dan menyelesaikannya. Kita jarang benar-benar
memutuskan untuk mengerjakan sesuatu dari awal hingga akhir. Mari kita lihat, mengapa kitatidak mendapatkan IPK yang kita inginkan? Jawabannya mungkin sederhana, karena kita belum
pernah memutuskan level IPK yang kita inginkan diawal semester. Mengapa kita lulus sesuai
target kita? Jelas, karena kita belum pernah memutuskan kapan tepatnya kita ingin lulus. Satu
hal, bukan proses, bukan sumber daya, bukan lingkungan saja yang paling berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan, tetapi keputusan kita untuk mencapai tujuan kita. Ingat keputusanlah yang
menentukan tujuan.
Mari kita lihat hari-hari kita. Apakah kita terbiasa untuk memutuskan apa yang harus
saya dapat hari ini? Mungkin belum. Akhirnya hari demi hari mengalir seperti air, tanpa
mendapatkan sesuatu yang berarti. Ingat, satu keputusan sederhana, bisa mengubah hari-hari
kita. Misalnya, di pagi hari kita memutuskan untuk mendapat pemahaman baru dari surat Al
Ikhlas, maka percayalah segala pikiran, perasaan, bahkan khayalan kita turut mendukung untuk
pencapaian keputusan kita tersebut. Di setiap menit di hari itu, kita akan teringat menuntaskan
apa yang telah kita putuskan. Atau kita bisa memutuskan untuk membaca Al Qur‟an minimal
satu ayat setiap hari. Maka, lihatlah dampaknya. Bagaimana jika kita tetap melupakan keputusan
yang kita buat? Jawabannya sederhana, berarti kita belum serius dalam membuat keputusan.
Ingat, tidak membuat keputusan adalah juga sebuah keputusan. Atau sederhananya, jika kita
tidak membuat keputusan apa-apa mengenai target harian kita, berarti kita memang memutuskan
untuk tidak mendapatkan hasil apa-apa. Maka tidak usah heran jika kita tidak pernah
mendapatkan apa-apa yang kita inginkan. Sederhana bukan?
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 22/23
Seorang Ustadz sholat Jumat pernah bercerita tentang seorang murid pengajiannya yang
berhasil menamatkan satu juz Al Qur‟an setiap hari. Bagi sebagian orang hal ini terasa berat,
karena boro-boro satu juz, satu ayatpun sulit untuk kita membacanya. Ketika ditanya mengapa ia
mampu melakukannya, jawabannya sederhana; karena saya mau, dan saya telah memutuskan
untuk melakukanya. Itulah kekuatan keputusan. Keputusan yang baik adalah yang mampu
membuat kita melesat dan tidak berhenti melangkah. Keputusan yang benar adalah yang
membuat kita merasa bersalah ketika berhenti melangkah. Keputusan yang berpengaruh adalah
yang mampu membuat kita tetap berada di rel yang benar untuk menjalankan lokomotif kereta
hati dan pikiran kita menuju stasiun yang dicita-citakan.
Ada beberapa kisah klasik lagi yang akan kita bahas. Yang pertama ialah seorang tokoh
Entrepreneurship dari Indonesia yaitu Dr. Ir. Ciputra. Prestasi terhebatnya ialah ia ditunjuksebagai wakil dari Indonesia untuk penobatan entrepreneurship of the year oleh lembaga
internasional Ernst & Young. Apa kira-kira resepnya? Hanya satu, yaitu bahwa sejak kecil ia
telah memutuskan untuk meleburkan diri dan seluruh jiwa raganya untuk entrepreneurship,
sehingga sejak itu setiap langkah, pemikiran dan perasaannya adalah hanya untuk
entrepreneurship. Maka, tidak heran ketika saat ini bisnisnya telah melebar tidak hanya diseluruh
Indonesia, tapi mulai merambah negara-negara di ASEAN. Satu tagline beliau yang terkenal
yaitu entrepreneurship akan merubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Kini beliau telah
membuktikannya.
Kisah terakhir pada tulisan ini adalah tentang Walt Disney. Ia adalah tokoh panutan ketika
sebuah seminar/training/workshop berbicara atau membahas masalah visi. Ia adalah figur yang
dianggap memiliki visi yang sangat kuat tentang apa yang ingin diraihnya. Tentunya Anda
mengenal taman bermain Walt Disney yang sangat terkenal di Amerika dan kini ada juga di
berbagai belahan dunia. Awalnya, tidak ada seorang pun yang bermimpi bahwa hal tersebut
dapat diwujudkan. Namun keputusannya sudah bulat, bahwa ia akan membangun sebuah pusat
rekreasi keluarga yang lengkap dan dapat dinikmati oleh orang dari berbagai belahan dunia.
Sayang, ketika visi tersebut terwujud, ia sudah meninggal, sehingga upacara pembukaannya
hanya dihadiri oleh istrinya. Pestanya cukup meriah, dan banyak wartawan yang hadir.
Kemudian ada seorang wartawan yang bertanya pada sang istri, “Bu, kira-kira bagaimana
perasaan suami Ibu kalau ia masih hidup? Sayang sekali, ketika hasil karyanya selesai, ia bahkan
7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita
http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 23/23
tidak sempat melihatnya..” Sang istri dengan tenang menjawab,”Beliau tidak akan menyesal,
karena beliau sudah melihatnya..” Luar biasa, itulah kekuatan sebuah visi, Itulah dahsyatnya
sebuah keputusan. Walt Disney sudah membuat keputusan dan tidak mengubahnya sampai akhir
hayatnya. Bahkan ia sudah melihat hasil dari keputusannya tersebut, sebelum dilaksanakan.
Mari, mulai saat ini, kita tidak membiarkan hari-hari kita berlalu tanpa didahului oleh keputusan-
keputusan yang positif. Karena waktu tidak akan berulang, dan jarum jam tidak dapat diputarmundur. Ingat, tidak membuat keputusan adalah bentuk dari keputusan, yaitu keputusan untuk
membiarkan hari-hari kita berlalu tanpa makna.
gambar: dharmavirya.blogspot.com