pengembangan instrumen tes formatif fisika …... · materi kinematika dengan analisis vektor,...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA
KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
Skripsi
Oleh:
Winda Fitrifitanofa
K2308060
PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
NOVEMBER 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA
KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
Oleh:
Winda Fitrifitanofa
K2308060
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan P. MIPA
Universitas Sebelas Maret
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
NOVEMBER 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
NIP. 19500522 197603 1 001
Pembimbing II,
Dra. Rini Budiharti, M.Pd
NIP. 19580728 198403 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 2 November 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
:
:
:
:
Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc
Drs. Pujayanto, M.Si
Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
Dra. Rini Budiharti, M.Pd
( )
( )
( )
( )
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Winda Fitrifitanofa. PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF
FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI.
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. November. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menyusun tes formatif pilihan ganda
untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang sesuai dengan Standar
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada (2 ) Menyusun kisi-kisi instrumen
tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi
materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada
Benda Elastik. (3) Menyusun item tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI
semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis
Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. (4) Memvalidasi hasil
penyusunan instrumen tes formatif pilihan ganda kelas XI semester gasal Program
Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak
Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan kuantitatif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Developmental
Research), dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research
and Development). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif pada penelitian merupakan hasil
telaah soal oleh ahli, yaitu oleh Drs. Sutadi Waskito selaku ahli materi, Dra. Rini
Budiharti, M.Pd sebagai ahli evaluasi, dan Brata,M.Pd serta Drs. Subandrio
selaku guru mata pelajaran Fisika Program Akselerasi. Data kuantitatif didapatkan
melalui uji coba tes kepada siswa sebanyak 2 kali, yaitu uji kelompok kecil dan uji
kelompok besar. Uji kelompok kecil dilakukan dengan subyek coba 24 orang
siswa Program Akselerasi SMA N 1 Karanganyar dan uji kelompok besar
dilakukan dengan subyek coba 56 orang siswa Program Akselerasi SMA N 3
Surakarta. Hasil tes kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft
Excel.
Tes formatif Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang
dikembangkan ini mencakup 3 materi untuk tengah semester gasal yaitu
Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda
Elastik. Penyusunanan instrumen diawali dengan pembuatan kisi-kisi sesuai
dengan silabus dari Depdiknas untuk kelas XI. Penyusunan kisi-kisi juga
diperlukan untuk memudahkan diberikannya rekam jejak kompetensi siswa
(Authentic Assesment). Tes formatif Fisika kelas XI semester gasal Program
Akselerasi yang disusun setelah dilakukan validasi didapatkan instrumen tes yang
sudah sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik. Instrumen tes yang
dikembangkan memenuhi validitas isi yang baik, reliabilitas soal yang tergolong
tinggi, untuk soal materi Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) memiliki
reliabilitas 0,810701 yang tergolong sangat tinggi, untuk soal materi Gravitasi
(Paket 2) memiliki reliabilitas 0,6844 yang tergolong tinggi, dan untuk soal
materi Gerak Harmonik dengan Benda Elastik memiliki reliabilitas 0,824764 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
tergolong sangat tinggi. Daya beda yang diukur menggunakan indeks diskriminasi
menunjukkan hasil semuanya diterima, yaitu berkisar D > 0,3. Taraf kesukaran
semua soal sedang yaitu 0,3 ≤ P ≤ 0,7, dan pengecoh yang masuk kriteria baik.
Dari hasil penelitian didapatkan instrumen tes formatif yang disusun
berdasarkan Kompetensi Dasar “ Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan
gerak parabola dengan menggunakan vektor “ untuk materi Kinematika dengan
analisis vektor, Kompetensi Dasar “Menganalisis keteraturan gerak planet dalam
tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton“ untuk materi Gravitasi, dan
Kompetensi Dasar “Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan “
untuk materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik dan semua kompetensi dasar
tersebut merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi “Menganalisis gejala
alam dan keteraturannya dalam cakupan benda titik”. Dari pengembangan tes
Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi dihasilkan 3 perangkat soal
yang seluruhnya berjumlah 64 soal yang berkualitas baik, karena telah memenuhi
standar telaah kualitatif, dan telaah kuantitatif mengenai reliabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan efektifitas distraktor. Selain itu instrumen tes
formatif yang disusun mendukung penilaian otentik yang digunakan pada
Program Akselerasi.
Kata Kunci: pengembangan, tes formatif, Fisika kelas XI, Program Akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Winda Fitrifitanofa, THE DEVELOPMENT OF PHYSIC FORMATIVE
TEST INSTRUMENT FOR THE ODD SEMESTER XI GRADE OF
ACCELERATION PROGRAM. Thesis, Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty. November. 2012.
This research’s aims to (1) develop a multiple choice formative test for
the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program corresponding to the
existing Standard Competency and Basic Competency, (2) to develop the outline
of multiple choice formative test for the Odd Semester XI Grade in Kinematics
material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic
Object, (3) to develop the multiple choice item of for formative test of the Odd
Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector
Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object, and (4)
validating the result of formative test instrument development for the Odd
Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector
Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object either
qualitatively and quantitatively.
This study was a developmental research using Research and Development
method. Techniques of analyzing data used were a descriptive qualitative
technique by the expert and a quantitative technique using Microsoft Excel
program. The test development was done by studying the item by the expert, and
then revising its validation. The test instrument consisted of 64 items that had
been tried out for its validity. In the small group tryout, 40 items had good
quality, and 24 items should be revised. The revision of the items with poor
quality (24 items) was done continuously until the expert considered that these
had been good for being tried out along with the 40 valid items to the larger
group.
The physics formative test of odd semester XI grade of Acceleration
Program that had been developed consisted of 3 material for mid-semester
including Kinematics with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic
Movement in Elastic Object. The instrument development was initiated by
making an outline corresponding to the syllabus of National Education Service for
the XI grade. The development of outline was also needed to facilitate the
administration of student competency’s track record (authentic assessment). The
physics formative test of odd semester XI grader of Acceleration Program that had
been validated indicated the test instrument corresponding to the characteristics of
good physic test. The test instrument developed had good content validity, high
item reliability, for Kinematics with Vector Analysis material (Package 1) had
reliability of 0.810710 belonging to very high category, for Gravitation material
item (Package 2) had reliability of 0.6844 belonging to high category, and for
Harmonic Movement with Elastic Object material had reliability of 0.824764
belonging to very high category. The variance was measured using discrimination
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
index indicating that all results were supported, D > 0,3. The difficulty level of
item fell into moderate category 0,3 ≤ P ≤ 0,7, and confounding coefficient
functions well. From the development of physics test of the Odd Semester XI
Grade of Acceleration Program, 64 items were obtained with good quality.
Keywords: development, formative test, Physics for XI grade, Acceleration
Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. (Q.S.Al-Insyirah : 6-7)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya………….”. (QS. Al Baqarah : 286)
“Be The First, Be Different, Be The Best “
“Do Your Best to get The Best “
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar”. (Q.S. Al
Baqarah 153)
“Siapa yang bersungguh – sungguh, dia akan berhasil”.(Man Jadda Wa
Jadda)
Bukan karena mudah maka aku yakin bisa, tapi karena aku yakin bisa
semuanya menjadi mudah. Bukan karena dunia tersenyum maka aku bahagia,
tapi karena aku bahagia maka dunia tersenyum.
Orang sukses adalah orang yang meskipun GALAU, tapi tetap melangkah.
(Mario Teguh)
Wong temen iku bakale tinemu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Allah SWT. yang selalu melimpahkan
rahmatnya.
Bapakku Drs.H.Mukhson,M.Pd dan Ibuku
Hj. Murdani, S.Pd.
Adik-adikku Faisal Muhammad Hasan,
Hafeid Rozaq Rais, dan Azzam Ibrahim
My advisors R. Wahyu Suryanto dan Arkan
Hoeda Dediana
Sahabat-sahabatku All B-One Crew, KPKC,
HRD 2010, PHT 2010
Teman-teman seperjuangan Fisika 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Koordinator Skripsi Program Fisika Jurusan
P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta..
5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd Selaku Pembimbing I atas bimbingannya
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas bimbingannya
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
7. Keluarga dan sahabat yang selalu menyemangati dan mendoakanku
8. Bapak Brata, M.Pd Selaku guru Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA
Negeri 1 Karanganyar, dan Bapak Drs. Subandrio Selaku guru Fisika kelas XI
Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam
penelitian.
9. Adik-adik kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA
Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak
kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.
Surakarta, November 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... I
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
ABSTRAK……………………………………………………………............. v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………............ ix
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………............ x
KATA PENGANTAR………………………………………………………... xi
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5 5
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 6
F. Spesifikasi Produk Yang dikembangkan ................................................... 6 6
G. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7 7
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan………………………….. 7
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 9 9
A .Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 9 9
1. Sekolah Program Akselerasi……………………………........... 9
a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi .............................. 9 9
b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi ................................. 21 21
c. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi ................ 32 32
2. Karekteristik Mata Pelajaran Fisika………………………….....
3. Pengukuran, Assesmen, dan Evaluasi.....................................
35
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Pengukuran………………………………………………….. 37
b. Assesmen…………………………………………………..... 38
c. Evaluasi ........................................................................................ 38 41
4. Pengembangan Tes Hasil Belajar .............................................................. 40 44
B. Kajian Penelitian yang Relevan .............................................................. 50 54
C. Kerangka Berfikir .................................................................................... 53 57
D. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 55 59
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 56 60
A. Model Pengembangan ............................................................................ 56 60
B. Prosedur Pengembangan ........................................................................ 57 61
C. Uji Coba Produk .................................................................................... 65 66
1. Desain Uji Coba ............................................................................... 65 66
2. Subjek Coba, Waktu dan Tempat Penelitian..................................... 66 67
3. Jenis Data .......................................................................................... 67 71
4. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 67 71
5. Teknik Analisa Data ......................................................................... 68 71
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data. ................................................................................ 77
B. Hasil Penelitian……………........................................................................ 78
1. Studi Pendahuluan….................................................................... 78
2. Merencanakan Penelitian. ........................................................... 80
3. Pengembangan Desain………………………………………….. 80
4. Melakukan Uji Kualitatif……………………………………….. 82
5. Melakukan Revisi Soal Hasil Telaah Kualitatif………………… 83
6. Melakukan Uji Coba Kelompok Kecil…………………………. 84
7. Melakukan Revisi Hasil uji Kelompok Kecil…………………...
8. Melakukan Uji Coba Kelompok Besar……………………….....
91
91
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 100
A. Kesimpulan ................................................................................. 100
B. Keterbatasan Penelitian………………………………………… 101
C. Saran Pemanfaatan dan pengembangan produk Lebih lanjut...... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
hal.
Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa 30
Tabel 2.2 Hasil Analisis Penelitian 56
Tabel 4.1 Nama Sekolah dan Jumlah Peserta Tes 78
Tabel 4.2 Hasil Keputusan Telaah Kualitatif Desain Soal 83
Tabel 4.3 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil 85
Tabel 4.4 Hasil Analisis tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok
Kecil
86
Tabel 4.5 Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil 88
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok
Kecil
89
Tabel 4.7 Rincian Hasil Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil 90
Tabel 4.8 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Besar 92
Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok
Besar
93
Tabel 4.10 Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Besar 94
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok
Besar
96
Tabel 4.12 Keputusan Hasil Uji Kelompok Besar 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
hal.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 58
Gambar 3.1 Alur Pengembangan Tes 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
hal.
Lampiran 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA 103
Lampiran 2 Silabus SMA kelas XI Semester Gasal 104
Lampiran 3 Dokumen Hasil Observasi SMA Program Akselerasi 113
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes 125
Lampiran 5 Desain awal Instrumen Tes 158
Lampiran 6 Deskripsi Telaah Kualitatif 188
Lampiran 7 Lembar Penelaahan Ahli 200
Lampiran 8 Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Kecil 227
Lampiran 9 Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil 276
Lampiran 10 Revisi Soal Hasil Uji Kelompok Kecil 322
Lampiran 11 Lembar Penelaahan Ahli sebelum Uji Kelompok Besar 340
Lampiran 12 Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Besar 345
Lampiran 13 Analisis Kuantitatif Uji Kelompok besar 409
Lampiran 14 Dokumentasi Pelaksanaan Tes 434
Lampiran 15 Surat-surat Penelitian 436
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama
semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi
ternyata bergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas. Menghadapi
persaingan global akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
merupakan kebutuhan mendesak bagi suatu negara agar dapat sejajar dengan
warga dunia lainnya. Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang
proaktif, kreatif, inovatif, mandiri dan memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif untuk menghadapi persaingan global.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi kondisi persaingan tersebut adalah
melalui pengembangan pendidikan yang berdimensi keunggulan. Pendidikan yang
berdimensi keunggulan dalam hal ini adalah pendidikan bagi anak-anak Cerdas
Istimewa Bakat Istimewa (CIBI). Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada
perhatian untuk memberikan layanan pendidikan bagi CIBI hal ini terbukti mulai
tahun 2000 yakni pada saat Mendiknas dipimpin oleh Yahya Muhaimin Indonesia
meluncurkan Program Percepatan Belajar (PPB) atau lebih dikenal program
akselerasi pada SD, SMP, dan SMA (Rusman, 2008 : 929).
Program akselerasi dilatarbelakangi oleh realitas hasil-hasil penelitian
yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas(1986). Dari penelitian tersebut
diperoleh temuan bahwa pada 20 SMA unggulan di Indonesia terdapat 21,75 %
siswa dengan kecerdasan umum prestasinya di bawah rerata, sedangkan para
siswa yang tergolong berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa sebesar 9,7 %.
Pada hasil temuan sebelumnya telah diungkapkan, bahwa masih terdapat siswa
yang dikategorikan berbakat istimewa mengalami underachiever masih tinggi,
yaitu menurut Depdikbud (1997) pada SD dan SMP sebesar 2-5 % dan SMA
sebesar 8 %. Kemudian riset – riset independen juga menyebutkan demikian,
seperti menurut Yaumil Achir (1990) pada SMA di DKI Jakarta ditemukan 39 %
siswa mengalami underachiever, Yusuf dan Widyastono (1997) menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masih terdapat 13,5 % sampai 20% siswa SMP mengalami underachievement
(Rusman, 2008 : 928-929).
Negara-negara maju dan berkembang seperti Amerika, Singapura, Cina,
dan Korea sudah mulai melihat potensi anak-anak CIBI. Negara tersebut mulai
menarik perhatian anak CIBI dengan memberikan beasiswa di perguruan tinggi
yang bagus dan bahkan menjamin pekerjaan hingga usia 55 tahun, negara-negara
tersebut yakin bahwa anak CIBI mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dan
mempunyai komitmen serta kerja keras yang tinggi, ini merupakan keunggulan
yang dibutuhkan oleh banyak negara di tengah semakin tingginya persaingan
perekonomian. Demikian pentingnya pendidikan yang berdimensi keunggulan
dalam menjawab tantangan masa depan, maka sangat beralasan apabila
pengembangan CIBI di Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak, baik pemerintah, sekolah dan orang tua siswa, agar CIBI tidak mengalami
underachiever.. Seperti yang kita ketahui underachievement mengakibatkan tidak
maksimalnya kemampuan yang CIBI miliki. Harapannya dimasa yang akan
datang CIBI dapat mewakili bangsa Indonesia pada era globalisasi sekaligus dapat
memenangkan persaingan global yang semakin tinggi.
Seperti halnya pada program sekolah reguler, pada sekolah akselerasi pun
pembelajaran juga dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan
(preparation), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Pada
tahap persiapan (preparation) adalah tahapan dimana seorang guru
mempersiapkan Bahan Ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus dan
Media Pembelajaran. Tahap Implementasi adalah tahapan penggunaan segala
sesuatu yang sudah dipersiapkan guru pada tahap persiapan. Sedangkan tahap
evaluasi adalah tahapan dimana seorang guru melakukan penilaian terhadap hasil
belajar peserta didik.
Menurut Nana Sudjana “dalam suatu proses pembelajaran ada 3
komponen penting di dalamnya, yaitu tujuan instruksional, pengalaman belajar
(proses belajar mengajar), dan hasil belajar” (2006 : 2). Ketiga komponen tersebut
bagaikan mata rantai yang tak terpisahkan satu sama lain. Suatu kegiatan belajar
mengajar dikatakan berhasil dapat dilihat dari kesesuaian antara tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
instruksional dan hasil belajar siswa, dan tentu saja harus melalui suatu
pengalaman belajar (proses belajar mengajar).
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui suatu kegiatan penilaian.
Kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan – tujuan instruksional telah dapat dicapai dan dikuasai oleh siswa dalam
bentuk hasil belajar yang diperilhatkannya setelah peserta didik menempuh
pengalaman belajar (proses belajar mengajar) (Suharsimi,2009:34). Untuk
melakukan suatu kegiatan penilaian dan melihat apakah hasilnya sudah sesuai
tujuan instruksional atau belum, maka diperlukan suatu instrumen tes. Instrumen
tes diperlukan agar didapatkan suatu hasil penilaian yang memiliki akurasi tinggi
dalam mengukur kemampuan siswa, oleh karena itu diperlukan suatu instrumen
tes yang baku.
Instrumen tes baku adalah suatu instrumen tes yang telah melalui beberapa
percobaan dan telah diuji akurasinya baik secara kualitatif maupun kuantitatif
(Suharsimi, 2009 : 35). Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah
menggunakan tes buatan guru pada setiap bidang studinya. Sekolah jarang
menggunakan tes baku karena meskipun tes baku lebih baik daripada tes buatan
guru, namun jumlahnya di dunia pendidikan masih sangat jarang. Hal ini
menyebabkan kurang akuratnya penilaian guru terhadap kemampuan siswa dalam
memahami suatu materi. Serupa dengan hal tersebut pada program akselerasi,
rata-rata guru juga memberikan soal evaluasi dengan menggunakan suatu
instrumen tes yang belum teruji atau belum memenuhi standar baku suatu tes
karena belum melalui serangkaian uji tes.
Selama ini kebanyakan guru baru mengira-ira tentang tingkat kesulitan
soal yang diberikan,kebanyakan belum memprtimbangkan patokan tingkat
kesulitan kognitif tes (C1-C6 Taksonomi Bloom). Pada program akselerasi yang
pada pembelajarannya menuntut high level thinking menuntut pula guru
memberikan soal dengan tingkat kesulitan C4(analisis), C5(sintesis) dan C6
(evalusi) agar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa tersebut (tidak mengalami
underarchiever) sekaligus juga dapat mengukur kemampuan siswa terhadap suatu
materi dengan akurat (Depdiknas, 2009:55). Bisa jadi suatu tes yang dinilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
gurunya akan sulit dikerjakan siswa, ternyata dianggap mudah oleh siswa yang
diberikan tes tersebut. Tes yang mudah dan ditujukan kepada sekelompok subjek
yang kemampuannya tinggi, tidak akan menghasilkan akurasi karena tidak sesuai
dengan levelnya. Begitu juga sebaliknya, tes yang sulit tidak akan cocok untuk
sekelompok subjek yang kemampuannya rendah. Jadi, tes yang baik adalah tes
yang mampu mengukur tingkat kemampuan subjek sasaran
Pada program akselerasi penilaian yang digunakan dalam pendidikan
khusus bagi CIBI adalah penilaian otentik (Autentic Assement), yaitu proses
pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa
(Depdiknas, 2009:56). Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Salah satu cara untuk melakukan penilaian otentik ini adalah
dengan melakukan tes formatif. Apabila tes sudah dipersiapkan dan dilaksanakan
dengan secermat mungkin, maka informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan
sejauh mana tujuan-tujuan instruktusional yang telah ditetapkan itu tercapai.
Informasi yang dihasilkan dari suatu hasil tes dapat dijadikan balikan
untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu,
perlu adanya suatu pengembangan instrumen tes formatif untuk program
akselerasi agar didapatkan suatu tes baku yang cocok untuk mengukur
kemampuan siswa program akselerasi dengan karakter khas siswa CIBI dan siap
pakai sehingga guru bisa menggunakan instrumen tes tersebut untuk
mengevaluasi kemampuan siswa apabila guru belum membuat/memiliki
instrumen tes yang baku, atau tes baku tersebut bisa juga dijadikan patokan
(acuan) guru dalam membuat instrumen tes.
Berdasarkan dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF
FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang
muncul. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Dibutuhkannya profesionalisme seorang guru dalam penyelenggaraan
pendidikan dan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi sangatlah penting karena
merupakan bagian integral dari proses pembelajaran
2. Perlunya instrument tes yang baku dan siap pakai, untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa di sekolah Program Akselerasi.
3. Instrumen tes yang sesuai dengan autentic assessment dibutuhkan guna
mendukung evaluasi pembelajaran di Program Akselerasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang
muncul, maka dalam penelitian ini dibatasi permasalahnya agar tujuan dalam
penelitian ini dapat tercapai secara optimal. Adapun pembatasan masalah tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan tes formatif Program Akselerasi sesuai dengan Standar
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada.
2. Penyusunan instrumen tes kelas XI tengah semester gasal pada materi
Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada
Benda Elastik.
3. Bentuk penulisan item tes adalah pilihan ganda.
4. Analisis hasil penulisan item tes secara kualitatif dan kuantitatif.
D. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana merancang tes formatif bentuk pilihan ganda untuk kelas XI tengah
semester gasal sekolah program akselerasi untuk mendukung autentic
assesment?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria kualitatif
suatu instrumen tes yang baku?
3. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria
kuantitatif suatu instrumen tes yang baku ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menyusun tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program
Akselerasi yang sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar
yang ada
2. Menyusun kisi-kisi instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI
semester gasal materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak
Harmonik pada Benda Elastik
3. Menyusun item soal pilihan ganda untuk tes formatif kelas XI semester gasal
Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor,
Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik
4. Memvalidasi hasil penyusunan instrumen tes formatif kelas XI semester gasal
Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor,
Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan
kuantitatif.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Dalam penelitian ini akan dikembangkan seperangkat instumen tes untuk
SMA Kelas XI semester gasal Program Akselerasi, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. pengembangan instrumen tes tengah semester gasal berdasarkan pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. (sesuai Lampiran 1)
2. pengembangan tes berdasarkan indikator yang mengacu pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. tes formatif yang dapat mengukur kemampuan kognitif siswa
4. bentuk tes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari stem, key, dan distarktor
5. tiap soal terdapat 5 options jawaban
6. Kompetensi Dasar yang ada dijabarkan dalam materi Kinematika dengan
Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti :
Untuk memecahkan masalah yang diteliti.
2. Bagi Guru:
a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi kesulitan dalam penyusunan
instrumen tes terutama tes pilihan ganda kelas XI tengah semester gasal
Program Akselerasi.
b. Memberikan masukan tentang alternatif model pengembangan tes
pembelajaran yang layak dan mampu mengukur ketercapaian indikator
dari suatu pembelajaran Program Akselerasi.
c. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan
evaluasi pembelajaran Program Akselerasi.
3. Bagi Siswa
a. Mempersempit lingkup belajar siswa karena tes yang diujikan mengacu
pada indikator sesuai tahapan proses pembelajaran.
b. Mengetahui hasil prestasi belajarnya secara bertahap.
4. Bagi sekolah
Memberi masukan yang dapat digunakan untuk alternatif perbaikan kualitas
pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada masa yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
H. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan
Adapun asumsi dan keterbatasan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran ini adalah :
1. Pengembangan instrumen terbatas pada bidang studi fisika untuk SMA kelas
XI tengah semester gasal Program Akselerasi.
2. Pengembangan instrumen tes terbatas pada tes pilhan ganda.
3. Pengembangan tes dilakukan pada sekolah yang memiliki kelas Program
Akselerasi.
4. Proses validasi dilakukan melalui tahapan yaitu :
a. Uji Ahli
b. Uji coba terbatas dengan jumlah subjek 24 siswa.
c. Uji coba skala besar dengan jumlah subjek 56 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sekolah Program Akselerasi
a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi
1). Pengertian
Sekolah Menengah Atas (SMA) Program Akselerasi adalah
sekolah yang memberikan layanan pendidikan untuk peserta didik cerdas
istimewa. SMA Program Akselerasi memberikan pelayanan pendidikan
kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat
istimewa untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka
waktu yang lebih singkat dibanding siswa lain yang tidak mengambil
program tersebut. Peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan
pendidikan dalam hal ini SMA dalam jangka waktu 2 tahun.
Menurut Semiawan, C.(1997) menyatakan:
Dalam program ini, peserta didik tidak semata – mata memperoleh
percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus
memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/
pendalaman. Pemberian layanan akselerasi tanpa memberikan
eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan
peserta didik. (Depdiknas ,2009:34)
Menurut Feldusen, Proctor, dan Black(1998) secara umum berikut
ini adalah pedoman sekolah yang melaksanakan program akselerasi,
yaitu sebagai berikut :
a) Perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif yang meliputi aspek –
aspek: kecerdasan, akademis, penyesuaian sosial dan emosional.
Evaluasi hendaknya melibatkan psikolog, guru, orang tua dan peserta
didik yang bersangkutan untuk menilai potensi yang dimiliki peserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Peserta didik yang direkrut harus memiliki prestasi akademis di atas
rata – rata anak – anak pada tingkatan kelas seusianya.
c) Perlu dilakukan tes untuk memastikan penguasaan seluruh
kemampuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari materi pada
tingkatan kelas yang diambil.
d) Peserta didik tidak mengalami masalah sosial dan emosional yang
serius serta memiliki ketekunan dan motivasi belajar yang tinggi
e) Peserta didik tidak merasakan ada tekanan atau takut gagal dalam
mengikuti program percepatan belajar. Peserta didik bersangkutan
harus memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti program
tersebut.
f) Peserta didik memiliki kesehatan yang baik.
g) Guru pada kelas akselerasi harus memiliki sikap positif dan
membantu proses penyesuaian peserta didik dalam menghadapi
program pembelajaran yang dipercepat.
h) Perlu dilakukan proses identifikasi yang cermat dan objektif serta
pengambilan keputusan yang objektif untuk menentukan peserta
program percepatan belajar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan dalam menempatkan peserta didik sehingga apabila terjadi
kesalahan tidak berakibat tekanan psikis jika peserta didik tersebut
seharusnya bukan peserta didik berbakat intelektual.
i) Percepatan belajar sebaiknya dilakukan pada awal tahun pelajaran,
namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pada tengah
ataupun menjelang akhir tahun pelajaran.
j) Setiap kasus percepatan belajar harus diberi kesempatan untuk
melakukan tahap percobaan minimal 6 minggu. Peserta didik
hendaknya menyadari bahwa jika tahap percobaan tidak berhasil
dilewati dapat membuatnya kembali ke kelas reguler. Penting untuk
diciptakan situasi yang membuat anak tidak merasa gagal. (Depdiknas
,2009:34-36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Depdiknas (2009:37) menjelaskan bahwa Sekolah Program
Akselerasi apapun jenjangnya diselenggarakan dalam upaya
mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan istimewa peserta
didik sehingga menghasilkan keluaran (output) yang unggul (high
achievement). Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan
(input/intake) seperti : peserta didik, guru, layanan pendidikan, sarana
penunjang, manajemen serta proses pendidikan diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Beberapa ciri – ciri yang harus terbentuk dalam penyelenggaraan
sekolah dengan peserta didik cerdas istimewa dan atau bakat istimewa
yang dirangkum sebagai berikut :
a) Masukan (input/intake) berupa peserta didik, diseleksi dengan
kriteria tertentu. Peralatan seleksi yang digunakan, antara lain : tes
intelligensi menggunakan Wechesler Adult Intelligence Scale
dengan skor 130, tes kreativitas, dan skala Task Commitment. Untuk
program akselerasi pada tahap ini diberikan juga tes proyektif
sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial
calon peserta didik anak berbakat.
b) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik seperti ketersediaan laboratorium MIPA yang
memadai, komputer yang tersambung dalam jaringan secara internal
maupun eksternal (internet), serta perangkat pendukung dalam upaya
pengembangan kecerdasan/ bakat non akademik melalui kegiatan
ekstra kurikuler.
c) Lingkungan belajar (secara fisik maupun sosial psikologis) yang
kondusif untuk berkembangnya potensi kecerdasan dan/ atau bakat
istimewa menjadi keistimewaan yang nyata.
d) Pendidikan untuk anak cerdas istimewa membutuhkan diferensiasi
kurikulum yaitu memberikan tugas dan kegiatan belajar yang
berbeda dari rata – rata anak sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen
yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar.
e) Dalam pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik cerdas
istimewa tidak cukup hanya dengan menu sumber isi maupun
standar kompetensi yang saat ini ada. Kegiatan pembelajaran dapat
difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berfikir tinggi
melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi untuk kelas
akselerasi dikembangkan oleh Dave (2000).
f) Rentang waktu belajar di sekolah lebih lama dengan program
sekolah reguler. Hal ini disebabkan peserta didik mendapatkan
materi pengayaan maupun kegiatan–kegiatan lain seperti praktek di
laboratorium. Dengan demikian sekolah dapat diselenggarakan
dengan sistem fullday atau boarding. Untuk itu, sekolah dapat
dilengkapi dengan asrama dalam mengoptimalkan pembinaan serta
menampung peserta didik yang berasal dari berbagai lokasi
geografis.
g) Pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa Bakat
Istimewa (PDCI / BI) merupakan bagian (inklusif) dari sistem
pendidikan nasional dan tidak bersifat eksklusif. Konsekuensinya
program ini tunduk kepada peraturan perundang -undangan yang
ada, meskipun memiliki keleluasaan sesuai dengan misi dan
tujuannya serta status pengelolaannya.
h) Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi PDCI / BI
diproyeksikan sebagai pusat keunggulan bagi sekolah–sekolah
disekitarnya. Artinya sekolah ini tidak hanya memberi manfaat
kepada peserta didik yang mengikuti pendidikan khusus bagi
PDCI/BI, tetapi juga mereka yang tidak termasuk program serta
sekolah lainnya. Dengan demikian sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan khusus bagi PDCI / BI memiliki resonansi sosial kepada
lingkungan sekitarnya. Depdiknas (2009:37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2). Kurikulum
Menurut Depdiknas (2009 : 44) Kurikulum Program Akselerasi
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta melibatkan
tenaga ahli dan lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar
kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip–prinsip berikut :
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b) Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi,
dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan
oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta
didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang
pendidikan.
f) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur – unsur
pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
hal ini sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Depdiknas, 2009 : 44)
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip – prinsip yang dirangkum sebagai berikut :
a) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan
dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan.
b) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu :
(1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
(2) Belajar untuk memahami dan menghayati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
(4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
(5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
c). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan /atau percepatan
sesuai potensinya, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan kemoralan.
d). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun
karsa, ing ngarsa sung tulada ( dibelakang memberikan daya dan
kekuatan, ditengah membangun semangat dan prakarsa , di depan
memberikann contoh dan teladan )
e). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, dengan prinsip semua yang terjadi, tergelar dan
berkembang di masyarakat dan lingkungan alam semesta dijadikan
sumber belajar, contoh dan teladan.
f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran , muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
(Depdiknas, 2009 :38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Depdiknas (2009:42) menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yang berdeferensiasi dan termodifikasi serta
dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan
mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai,
etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir
holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear, dan konvergen, untuk
memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang.
Kurikulum pendidikan PDCI / BI termasuk di dalamnya
untuk Program Akselerasi dikembangkan secara berdiferensiasi,
mencakup 4 (empat) dimensi yang berintegrasi dan dirangkum sebagai
berikut :
a) Dimensi umum
Merupakan bagian inti kurikulum yang memberikan
pengetahuan, keterampilan dasar, pemahaman nilai, dan sikap yang
memungkinkan peserta didik berfungsi sesuai dengan tuntutan
masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kurikulum inti merupakan kurikulum dasar yang diberikan pula
kepada peserta didik lain dalam jenjang pendidikan tersebut.
b) Dimensi Diferensiasi
Merupakan bagian kurikulum yang erat dengan ciri khas
perkembangan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
istimewa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap
bidang studi tertentu serta diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat tertentu lainnya. Diferensiasi kurikulum
bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilakukan melalui tiga
jalur : (a) Enrichment (pengayaan).(b) Extension (pendalaman). (c).
Accelleration (percepatan).
Peserta didik memilih bidang studi / bidang pengembangan bakat
yang diminati untuk dikuasai secara luas dan mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) Dimensi Media Pembelajaran
Implementasi kurikulum berdiferensiasi bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa menuntut adanya
penggunaan media pembelajaran seperti belajar melalui radio,
televisi, internet, CD-ROM, Pusat Belajar dan Riset Guru (Teacher
Research and Resource Centre), wawancara pakar, dan sebagainya.
d) Dimensi suasana belajar
Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan
keluarga dan sekolah harus mampu menciptakan iklim akademis
yang menyenangkan dan menantang, sistem pemberian apresiasi
hubungan antar peserta didik, antrara guru dan peserta didik, antara
guru dan orang tua peserta didik, dan antara orang tua dan peserta
didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka serta
hangat dengan prinsip tut wuri handayani.
e) Dimensi co-kurikuler
Sekolah memberi kesempatan kepada siswa untuk
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di luar sekolah,
misalnya kujungan ke museum sejarah dan budaya, panti asuhan,
pusat kajian ilmu pengetahuan, cagar alam dan lain – lain.
(Depdiknas,2009:43)
Menurut Depdiknas (2009 : 49-50) diferensiasi kurikulum
hendaknya dikembangkan dengan berfokus pada :
a) Kecepatan belajar yang dipercepat dengan pengulangan
(repetisi) minimal
b) Penguasaan kurikulum nasional dalam waktu lebih singkat
c) Materi lebih abstrak, lebih kompleks, lebih mendalam
d) Penggunaan keterampilan belajar dan menerapkan strategi
pemecahan masalah
e) Berorientasi pada peserta didik
f) Belajar berkelanjutan serta menerapkan strategi pemecahan
masalah
g) Berorientasi pada peserta didik
h) Belajar berkelanjutan serta menerapkan keterampilan penelitian
i) Bekerjasama secara mandiri
j) Adanya interaksi dengan pakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap
elemen yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar.
Menurut Depdiknas (2009 : 51) uraiannya adalah sebagai berikut :
a) Diferensiasi materi dilakukan dengan melakukan penyesuaian
kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan, yaitu :
(1) Tingkat abstraksi materi. (2) Tingkat kompleksitas materi. (3)
Tingkat variasi materi. (4) Melibatkan pengorganisasian nilai belajar.
(5) Memasukkan unsur studi tentang manusia, yakni tidak sekedar
mempelajari teori, tapi juga tokoh yang menemukan atau
mengembangkan suatu teori. (6) Studi tentang metode misalnya
metode belajar dan metode penelitian
b) Diferensiasi proses dilakukan dengan melakukan penyesuaian
kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu : (1) Penggunaan ranah kognitif tingkat tinggi. (2) Tugas
yang bersifat divergen. (3) Memungkinkan penemuan-penemuan. (4)
Menuntut bukti penalaran. (5) Memberikan kebebasan untuk
memilih pada peserta didik. (6) Melibatkan interaksi kelompok. (7)
Menerapkan berbagai variasi kecepatan belajar sesuai kebutuhan
peserta didik.
c) Diferensiasi produk dilakukan dengan melakukan penyesuaian
kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu : (1) Produk yang terkait dengan pemecahan masalah nyata
dalam kehidupan. (2) Produk disajikan untuk narasumber yang
nyata, misalnya topik tentang hutan dapat mengundang narasumber
dari dinas kehutanan. (3) Transformasi produk dari satu bentuk ke
bentuk lain, misalnya produk verbal berupa tulisan diubah menjadi
berupa drama atau gambar. (4) Perlu dipertimbangkan produk
dengan berbagai variasi, format produk dapat ditentukan sendiri oleh
peserta didik. (5) Dilakukan evaluasi produk yang tepat.
d) Diferensiasi lingkungan perlu dilakukan, karena lingkungan
memberikan pengaruh terhadap optimalisasi pengembangan potensi
peserta didik cerdas istimewa. Diferensiasi lingkungan belajar
mencakup beberapa hal, yaitu : (1) Belajar dalam lingkungan yang
aktual yakni belajar di lapangan sesuai topik yang dipelajari. (2)
Adanya batasan waktu yang fleksibel. (3) Lingkungan belajar
hendaknya memungkinkan penelitian yang mendalam. (4) Jika
dimungkinkan peserta didik dapat bekerja bersama dengan mentor.
3). Pembelajaran Program Akselerasi
Pendidikan khusus bagi PDCI/BI untuk satuan SMA / MA
menggunakan sistem kredit semester. Sistem kredit semester adalah
sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti
setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata
pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran
tatap muka, satu jam penugasan, dan satu jam kegiatan mandiri tidak
terstruktur. ( Depdiknas, 2009 :53-54)
Kegiatan pembelajaran menurut Dave (2009) dapat
difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berpikir tinggi
melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi selalu melibatkan
pemikiran dan pemecahan masalah. Model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Dave khusus untuk akselerasi ini dinamakan SAVI
(somatic, auditory,visual and, Intelektual) approach to learning.
Depdiknas(2009:54)
Model SAVI approach to learning menurut Dave(2009)
memiliki ciri khas yang yang dimunculkan pada model SAVI adalah
pembelajaran yang selalu mengandung kegiatan yang selalu bergerak
dinamis (mobile) dan selalu memberi peluang bagi peserta didik untuk
mencoba mengerjakannya, demikian pula peserta didik diberi
pengalaman pembelajaran melalui kombinasi pemberian pembelajaran
yang dikomunikasikan secara verbal dan pembelajaran yang
diperdengarkan, observasi serta pemecahan masalah.
Depdiknas(2009:53)
Penetapan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik cerdas
istemewa membawa konsekuensi kepada guru untuk memodifikasi
kegiatan pembelajaran bagi peserta didik reguler ke corak kegiatan
pembelajaran yang menuntut corak berpikir tingkat tinggi. Pola
pembelajaran yang banyak digunakan adalah pola pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) dan mengutamakan
produk/ proyek yang lebih banyak digunakan. Menurut Depdiknas
(2009 :55) sebagai konsekuensi dari pemilihan tipe problem solving
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang demikian selanjutnya mengharuskan guru untuk menetapkan
bobot materi juga harus bertipe setidaknya C4 (analisis) dan jika
dimungkinkan sampai C6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik
berfikir tingkat tinggi dan kritis.
4). Penilaian Program Akselerasi
Menurut Depdiknas (2009:56) penilaian yang digunakan
dalam pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah penilaian otentik
(Authentic Assesment), yaitu proses pengumpulan data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, hal ini diperlukan
agar guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Penilaian otentik menekankan pada proses
pembelajaran, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran, bukan pada saat siswa mengerjakan suatu tes. Alat
penilaian yang digunakan :
1. Hasil karya (product), berupa karya seni,, laporan, gambar,
bagan, tulisan, dan benda.
2. Penugasan (Project), yaitu bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok atau individual untuk menyelesaikan sebuah proyek.
3. Unjuk kerja (performance), yaitu penampilan diri dalam kelompok
maupun individual, dalam bentuk kedisiplinan, kerjasama,
kepemimpinan, inisiatif, dan penampilan di depan umum.
4. Tes tertulis (paper and pencil test), yaitu penilaian yang didasarkan
pada hasil ulangan harian, smester, atau akhir program.
5. Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), yaitu kumpulan karya
siswa berupa laporan, gambar, peta, benda – benda, karya tulis,
isian, tabel – tabel, dan sebagainya.
5). Peserta Didik Program Akselerasi
Menurut Depdiknas (2009:76) jumlah peserta didik program
akselerasi untuk setiap kelas sebanyak – banyaknya 20 orang. Peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
didik SD /MI dapat berusia di luar batas yang berlaku bagi peserta didik
biasa dan / atau dapat dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional. Peserta didik pada SMP / MTS adalah lulusan
SD/MI atau bentuk lainnya yang sederajat. Peserta didik pada SMA /
MA adalah lulusan SMP / MTS atau bentuk lain yang sederajat. Untuk
bisa mengikuti program akselerasi peserta didik harus mengikuti seleksi
secara ketat, dengan menerapkan tahapan sebagai berikut :
1. Seleksi Administrasi, meliputi :
a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-
rata 8,0.
b.Tes kemampuan akademik, dengan nilai rata – rata minimal 8,0.
2. Psikologis
Setelah peserta didik diiidentifikasi sebagai nominasi melalui proses
seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru,
orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat
keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap
penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun
secara individual, yaitu tes intelegensi, tes kreativitas, dan skala Task
Commitment. Selain itu diberikan juga tes proyektif sebagai tes
penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa
aksel. Dengan demikian ada tiga jenis tes yang dilakukan dalam
aspek psikologis calon peserta didik yaitu :
a. Kemampuan Intelektual (IQ)
b. Kreativitas
c. Keterikatan dengan tugas (task commitment)
b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi
1) Landasan Hukum Program Akselerasi
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa (selanjutnya
disingkat menjadi pendidikan khusus bagi peserta didik CI/BI ) di
Indonesia menggunakan landasab hukum sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional :
(1) Pasal 3, ” Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(2) Pasal 5 ayat 4 ” warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Pasal 32 ayat 1, ” pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
(4) UU No. 23/ 2002tentang Perlindungan Anak pasal 52, ” anak yang
memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas untuk
memperoleh pendidikan khusus. ”
(5) PP No 72/91, tentang Pendidikan Luar Biasa
(6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan
(7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik
Indonesia;
(8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187 / M Tahun 2004
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 171/ M Tahun 2005;
(9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional
(10) Keputusan Mendiknas No. 053/ 2001 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.
(11) Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
(12) Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
(13) Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
(14) Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
(15) Permendiknas No. 34 / 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta
Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau bakat
Istimewa.
(16) Rancangan Peraturan Pemerintah ( RPP) tentang Pengelolaan
Pendidikan. (Depdiknas,2009 :4-6)
2) Landasan Teoritis
Menurut Feldhusen (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009:8)
penggunaan istilah potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa berkait erat
dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan
berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya
terbatas pada kemampuan intelektual. Anak berbakat adalah anak yang
diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional yaitu anak yang
telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi
kemampuan pada beberapa bidang seperti :
a) kemampuan intelegensi umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) kemampuan akademik khusus ( specific academic aptitude)
c) berpikir produktif atau kreatif
d) kemampuan kepemimpinan
e) kemampuan di bidang seni
f) kemampuan psikomotorik
Prinsip mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa dilakukan dengan
menggunakan pendekatan multidimensional, artinya kriteria yang
digunakan lebih dari satu, yaitu bukan sekedar batasan peserta didik
memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan skor IQ 130
ke atas dengan menggunakan skala Wechesler.
Menurut Depdiknas (2009:18) Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan
dari Renzulli (1978,2005) banyak digunakan dalam menyusun pendidikan
untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari
pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa
(Gifted and Talented children). Berdasarkan Konsepsi Tiga Cincin
Keberbakatan tersebut ditentukan giftedness saling keterkaitan antara tiga
komponen yang penting yaitu :
a) Kemampuan umum ( kapasitas intelektual ) dan atau kemampuan
khusus diatas rata – rata.
b) Kreativitas yang tinggi
c) Komitmen terhadap tugas yang tinggi
Penggunaan model Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli
lebih berorientasi pada psikotes dan prestasi, masih belum menyentuh
seluruh populasi anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (gifted and
talented).
Menurut Adinugroho-Horstman (2007) yang dikutip oleh
Depdiknas (2009 :19) ada beberapa kelompok anak berbakat yang
kemungkinan besar terlewatkan dengan model identifikasi semacam itu,
seperti : anak – anak yang cerdas istimewa namun memiliki kesenjangan
tinggi antara kemampuan dan kinerja atau prestasinya (underarchiever),
anak – anak cerdas istimewa yang memiliki kesenjangan tinggi diantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
domain kemampuannya berdasarkan tes – tes kecerdasan yang baku,
prestasi maupun bakat dengan ketimpangan kemampuan kognisi dan
kemampuan adaptif serta prestasi di lapangan.
Menurut Monks dan Ypenburg (1995) yang dikutip dalam
Depdiknas (2009:19) untuk mengatasi masalah belum mendapat
tempatnya beberapa kategori anak berbakat dalam Konsepsi Tiga Cincin
Keberbakatan muncullah konsep The Triadich dari Renzulli-monks yang
merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dan
disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga
Cincin Keberbakatan. Konsep The Triadich menyebutkan bahwa potensi
kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan Renzulli itu tidak
akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah,
keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal.
Model multifaktor merupakan model pendidikan anak cerdas
istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan
dalam menanggapi gejala – gejala kecerdasan istimewa (giftedness),
toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang
positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi
penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya,
model pendekatan ini menuntut keterlibatan berbagai pihak yakni sistem
pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan
yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi
istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi
berprestasi rendah (underarchiever) pada seorang anak cerdas istimewa.
Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak – anak yang
mempunyai ciri – ciri berkecerdasan istimewa sekalipun (underarchiever)
masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang
memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia
dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya.
Model pendekatan multifaktor lebih fleksibel dalam melakukan
deteksi dan diagnosis anak cerdas istimewa, terutama dalam menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
anak-anak dengan kondisi tumbuh kembang yang mengalami
disinkronitas yang besar dan penting, berkesulitan dan bergangguan
belajar (learning difficulties dan learning disabilities), serta yang
mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan
perilaku yang patologis). Fleksibilitas dalam melakukan deteksi yang
dimaksud adalah dimungkinkannya penggunaan daftar dan alat – alat
ukur asesmen yang lebih beragam. Model multifaktor ini kemudian
dikembangkan oleh Heller (2004) dalam Depdiknas (2009 :20). Model
yang dikembangkan Heller merupakan modifikasi dari Triadic
Interdependence Model Monks (Model pendekatan Multifaktor) serta
Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Konsep keberbakatan Heller
(2004) ini dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang
saling terkait satu sama lain, yaitu (1) faktor talenta (talent) yang relatif
mandiri. (2) faktor kinerja (performance). (3)faktor kepribadian. (4)
faktor lingkungan.
Faktor kepribadian dan faktor lingkungan menjadi perantara utnuk
terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Faktor bakat (talent)
sebagai potensi yang ada dalam individu dapat meramalkan aktualisasi
kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup
tujuh area yang masing – masing berdiri sendiri, yaitu (1) kemampuan
intelektual, (2) kemampuan kreatif, (3) kompetensi sosial, (4) kecerdasan
praktis, (5) kemampuan artistik, (6) musikalitas, (7) keterampilan
psikomotor. Faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja,
yaitu (1) Matematika, (2) Ilmu Pengetahuan Alam, (3) Teknologi
Komputer, (4) Seni (musik,lukis), (5) Bahasa, (6) Olah Raga, (7) Relasi
Sosial
Bakat (talent) dapat berkembang menjadi kinerja dengan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
(1) karakteristik kepribadian yang mencakup : cara mengatasi stres,
motivasi berprestasi, strategi belajar dan strategi kerja, harapan –
harapan akan pengendalian, harapan akan keberhasilan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kegagalan, dan kehausan akan pengetahuan dan kehausan akan
pengetahuan
(2) kondisi – kondisi lingkungan yang mencakup : iklim keluarga,
jumlah saudara dan kedudukan dalam keluarga, tingkat pendidikan
orang tua, stimulasi lingkungan rumah, tuntutan dan kinerja yang ada
di rumah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan
peristiwa – peristiwa kritis.
Dalam proses terwujudnya bakat menjadi kinerja, bakat juga dapat
mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan, misalnya
bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi perlakuan orang tua dan
guru pada anak tersebut.
Pada dasarnya, ciri-ciri yang dimiliki peserta didik cerdas dan atau
berbakat istimewa serupa dengan peserta didik pada umumnya, yaitu ada
sisi positif dan sisi negatif. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan
pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila
kebutuhan – kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita
kecemasan dan keragu – raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka
yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh
pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa akan mengalami kesulitan.
Ciri – ciri tertentu dari peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa dapat atau mungkin mengakibatkan
timbulnya masalah – masalah tertentu seperti yang disebutkan oleh
Martinson (1974) yang dikutip oleh Depdiknas(2009:22), yakni sebagai
berikut :
a) kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap
meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain
b) kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal – hal yang
baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas
bosan terhadap tugas tugas rutin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus
keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan
pendapatnya
d) kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik
e) semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat
membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan
yang sedang berlangsung
f) dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam,
mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat
menjajaki dan mengembangkan minatnya
g) keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja,
serta kebutuhannya dan kebebasan, dapat menimbulkan konflik
karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap
tekanan dari orang tua, sekolah atau teman – temannya. Ia juga
bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya
h) sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran
yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan bagi
mereka.
Selain hal – hal yang diungkapkan oleh Martinson (1974) diatas,
berdasarkan penelitian Henry (1993) yang dikutip dalam Depdiknas (2009
: 23), mereka juga suka mengganggu teman – teman sekelasnya, karena
kecerdasannya dengan sekali penjelasan dari guru peserta didik cerdas dan
berbakat istimewa sudah mampu memahami materi yang disampaikan
sehingga ia memiliki banyak waktu luang, yang apabila tidak diantisipasi
gurunya akan melakukan hal – hal usil. Akibat lebih lanjut, mereka dapat
menjadi anak yang berprestasi rendah (underachiever) atau bahkan malah
mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar).
Menurut Henry(1996) dalam Depdiknas (2009:23) terhadap
peserta didik SD di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Ampung, dan
Kalimantan Barat, yang menunjukkan bahwa 22 % dari peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa beresiko tinggal kelas
(nilai rata-rata rapornya kurang dari 6,00). Demikian pula peserta didik
SLTP di empat provinsi yang sama menunjukkan bahwa 20 % dari peserta
didik SLTP yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga beresiko
tinggal kelas. Sementara itu, hasil penelitian Yaumil Achir (1990) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dikutip oleh Rusman (2008 :929) di Jakarta terhadap peserta didik SMA
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa menunjukkan
bahwa sekitar 38,7 % dari sampel tergolong underachiever.
Underachiever tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi
di negara lain. Beberapa penelitian di negara maju, seperti Amerika
Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15-50 % dari peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever
sedangkan di Inggris sekitar 25 % ( Utami Munandar, 1999 :20).
Sementara itu hasil penelitian Balitbang Diknas (1998) dalam Depdiknas
(2009 :25) menyimpulkan ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik
cerdas istimewa mengalami gejala prestasi kurang ( underachiever), yaitu:
a) lingkungan belajar yang kurang menantang mereka untuk mewujudkan
potensinya secara optimal
b) model pembelajaran yang kurang kondusif.
3) Landasan Filosofis
Menurut Depdikbud (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009 :
26) penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan istimewa, salah satu bentuk atau model layanannya
adalah program percepatan (akselerasi) belajar dan didasari filosofi yang
berkenaan dengan :
a) Hakekat manusia
b) Hakekat pembangunan nasional
c) Tujuan pendidikan
d) Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
4) Landasan historis
Menurut Depdiknas (2009:27) upaya pemerintah memberikan
pelayanan pendidikan khusus bagi PDCI/BI telah dilakukan sejak tahun
1974 dalam beberapa bentuk layanan dengan model :
a) PPSP dengan pendekatan maju berkelanjutan dan belajar tuntas
b) Kelas – kelas khusus dan unggulan
c) Sekolah – sekolah unggulan di sejumlah propinsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
d) Sekolah – sekolah swasta dengan kurikulum plusnya
e) Pondok pesantren modern dengan pola asrama
f) Pemberian beasiswa kepada peserta didik yang cerdas
Secara historis kebijakan pemerintah yang terkait dengan layanan
pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilihat pada Tabel
2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa
Tahun Bentuk Kebijakan / Program
1974 Pemberian beasiswa bagi peserta didik Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah
kemampuan ekonomi keluarganya.
1982 Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja
Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB).
Kelompok ini terdiri dari individu – individu yang
mewakili unsur – unsur struktural serta unsur – unsur
keahlian seperti Balitbang Dikbud, Ditjen Dikdasmen,
Ditjen Dikti, Perguruan Tinggi, serta unsur keahlian di
bidang sains, matematika, teknologi (elektronika,
otomotif, dan pertanian ), bahasa, dan humaniora, serta
psikologi.
1984 Balitbang Dikbud menyelenggarakan perintisan pelayanan
pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, SMA di
satu daerah perkotaan (Jakarta) dan satu daerah pedesaan
(Kabupaten Cianjur). Program pelayanan yang diberikan
berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains
(Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa, matematika, teknologi (elektronika, otomotif,
dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia),
humaniora, serta keterampilan membaca, menulis dan
meneliti. Pelayanan Pendidikan dilakukan di kelas khusus
di luar program kelas reguler pada waktu – waktu tertentu.
Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat ini
pada tahun 1986 dihentikan seiring dengan pergantian
pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdikbud.
1989 Di dalam UU no.2 tahun 1989 tentang Undang – Undang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat 2 dikemukakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus.
Pasal 24, setiap peserta didik pada satuan pendidikan
mempunyai hak – hak sebagai berikut : (1) mendapat
perlakuan yang sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya, (2) menyelesaikan program pendidikan
lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
1993 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan
kebijakan tentang Sistem Penyelenggaraan Sekolah
Unggul ( Schools of Excellence) dan membukanya di
seluruh provinsi sebagai langkah awal kembali untuk
menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta
didik dengan cara mengembangkan aneka bakat dan
kreativitas siswa.
1994 Depdikbud mengeluarkan dokumen tentang ”
Pengembangan Sekolah Plus ” yang menjadi naskah induk
tentang ” Sistem Penyelenggaraan Sekolah Menengah
Umum Unggul ”.
1998/1999 Dua sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah
swasta di Jawa Barat melakukan ujicoba pelayanan
pendidikan bagi anak berpotensi kecerdasan dan bakat
istimewa dalam bentuk program percepatan belajar
(akselerasi), yang mendapat arahan dari Ditjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
2000 Program percepatan belajar dicanangkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas menjadi
Program Pendidikan Nasional.
Dirjen Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK)
Mendiknas tentang Penentapan Sekolah Penyelenggara
Program Percepatan Belajar kepada 11 sekolah terdiri dari
1 SD, 5 SMP, dan 5 SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
2001/2002 Diputuskan penetapan kebijakan diseminasi program
percepatann belajar pada beberapa sekolah di beberapa
provinsi di Indonesia.
2003 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 5 ayat (4) menyebutkan warga negara
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pasal 32 ayat (1) Pendidikan khusus merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikutii proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan /atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2006 Diterbitkan Permendiknas no 34/2006 tentang Pembinaan
Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa.
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 115
sampai dengan pasal 118 tentang pendidikan khusus bagi
peserta didik yang memiliki potensi dan/atau bakat
istimewa.
(Sumber : Depdiknas, 2009 : 31-32)
c. Prinsip prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi
1). Otonomi
Prinsip otonomi memberikan implikasi bahwa penyelenggaran
Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI, memiliki keleluasaan untuk mengelola
program dan keuangan secara mandiri. Prinsip otonomi ini dapat
dipahami dengan memahami karakteristik desentralisasi pendidikan.
Prinsip – prinsip desentralisasi pendidikan dalam mengefektifkan
kebijakan otonomi sekolah, antara lain :
Bersifat multidimensional dan bersifat luwes terhadap perubahan dan
perkembangan
Mencakup multi pemangku kepentingan (stakeholder) dan mendorong
partisipasi mereka.
Manajemen program harus dilakukan secara demokratis , transparan,
sesuai dengan kondisi sekolah serta tersedianya sumber daya manusia
yang berkualitas
Tidak bersifat lokal, sempir, primordial dan sentimen kelompok
tertentu, tetapi senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional
Pengembangan lembaga dan program secara bottom-up melalui
pemanfaatan sumber daya secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dengan demikian, prinsip otonomi melalui desentralisasi
pendidikan adalah pemberian keleluasaan (independency) dan kemandirian
kepada sekolah penyelenggara Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI untuk
melakukan perbaikan secara terus menerus (continouse improvement).
2). Partisipasi
Partisipasi artinya keterlibatan mental dan emosional orang – orang
dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi pada tujuan kelompok dengan berbagai tanggung jawab
pencapaian tujuan itu. Penyelenggaran Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI
memerlukan partisipasi anggota masyarakat. Melalui partisipasi ini,
masyarakat diharapkan dengan sukarela memberikan perhatian,
pengorbanan, dan kerjasama untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran
program akselerasi.
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI dapat
melibatkan instansi atau lembaga terkait yang memiliki program
pembinaan dan pengembangan keilmuwan. Melalui kerjasama ini,
penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI diharapkan menjadi
lebih optimal. Partisipasi ini akan dapat mendorong terjadi
keberlangsungan (sustanbility). Hal ini akan penting karena
keberlangsungan penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI
memerlukan dukungan moral, teknis, dan finansial dari pemerintah dan
masyarakat setempat. Hal ini mengingat tidak semua peserta didik
berkecerdasan istimewa memiliki kemampuan ekonomis yang memadai
untuk mengikuti Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI secara optimal.
3). Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban seseorang atau pimpinan kolektif
suatu organisasi untuk mempertanggung jawabkan dan menjelaskan
kinerja kepada pihak – pihak untuk meminta jawaban dan penjelasan atas
hasil seluruh tindakannya. Akuntabilitas kinerja Pendidikan Khusus bagi
PDCI/BI merupakan bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan
penyelenggara program terhadap keberhasilan fungsi manajerial, prosess,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dan program yang telah dilaksanakan Akuntabilitas ini berbentuk laporan
atas hasil dan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah
(Direktorat PSLB , Dinas Pendidikan), masyarakat (komite sekolah), dan
stakeholders lainnya.
4). Jaminan Mutu
Jaminan mutu (quality assurance) adalah penetapan mutu
berdasarkan standar–standar yang dibuat oleh pemerintah maupun
sekolah penyelenggara program akselerasi. Jaminan mutu ini harus
memiliki sistem audit yang berfungsi mengecek apakah semua
Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI terlaksana sebagaimana mestinya, dan
sejalan dengan itu, terdapat sistem perbaikan ven berfungsi
memperbaikan kesalahan yang ditemukan .
Jaminan mutu merupakan penetapan mutu berdasarkan suatu
standar yang mencakup indikator–indikator, yakni input, proses, dan
output. Dalam penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI
keseluruhan indikator tersebut melingkupi : pengorganisasian kurikulum,
peserta didik, guru, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana
pendidikan, pembiayaan, peran serta masyarakat, dan evaluasi.
5). Evaluasi yang Transparan
Evaluasi adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
informasi yang diperoleh. Maksud evaluasi adalah memberi nilai tentang
kualitas sesuatu. Evaluasi tidak sekedar mencari jawaban terhadap
pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab
pertanyaan tentang bagaimana suatu proses penyelenggaraan Pendidikan
Khusus bagi PDCI/ BI dilakukan atau bagaimana hasil akhir program itu
diperoleh/didapatkan.
Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan,
menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI
dengan kriteria tertentu untuk pengambilan keputusan. Informasi hasil
evaluasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan. Seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
rangkaian Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI dilakukan secara terbuka
atau transparan. Yaitu suatu keadaan dimana mulai dari perencanaan,
proses maupun hasil evaluasi diinformasikan kepada masyarakat. Artinya
mekanisme penilaian, kriteria penilaian, dan hasil penilaian dapat
diketahui masyarakat pada saat evaluasi berlangsung. Di sisi lain hasil
evaluasi mengimplikasikan perlunya pembinaan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini Direktorat PSLB, Pengawas Sekolah, serta
lembaga terkait. Pembinaan dilakukan dalam upaya menjamin bahwa
penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI berjalan sesuai
dengan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan dan berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Fisika
Mata pelajaran fisika adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang
menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam alam serta fenomenanya
secara empiris, logis, sistematis dan rasional. Pada mata pelajaran fisika, siswa
banyak mempelajari tentang zat, energi, dan gerakan. Pelajaran fisika juga
merupakan ilmu pengetahuan kuantitatif atau ilmu pengetahuan tentang
pengukuran, dan percobaan. (Siregar, 2003:6).
Pada dasarnya, pelajaran Fisika sebagai salah satu cabang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis
pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat-sifat zat serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan dalam belajar mata
pelajaran fisika dapat dicapai jika siswa memiliki kemampuan untuk memahami
tiga hal pokok fisika yaitu konsep-konsep / pengertian, hukum-hukum / asas-asas,
dan teori-teori (Siregar, 2003:6).
Menurut Subratha (2007: 8) disebutkan bahwa ruang lingkup mata
pelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) meliputi aspek – aspek
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton,
alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar
gelombang elektromagnetik
b. Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi,
gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum
sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika
c. Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan
energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan
arus bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom,
relativitas, radioaktivitas.
Pembelajaran Fisika pada Program Akselerasi menurut Depdiknas (2009 :
63) dituntut menggunakan level tinggi dalam konsep yang digunakan, level tinggi
dalam isi pelajaran, dan bercorak interdisciplinary study. Dengan demikian
seharusnya tidak ada dalam penyelenggaraan akselerasi yang menerapkan level
materi yang standar atau rerata bobotnya. Materi harus advanced level content.
Menjadi tidak logis apabila materi pelajaran yang diterapkan dalam
penyelenggaraan pendidikan akselerasi menggunakan standar isi dari
Kepmendiknas 22 yang masih standar.
3. Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi
Dalam melakukan penilaian ada tiga istilah yang biasa digunakan. Ketiga
istilah tersebut saling berkaitan, yaitu pengukuran, assesmen, dan evaluasi.
Ketiganya dilakukan dengan cara pengumpulan data, menganalis data kemudian
mengambil keputusan.
Menurut Norman E. Gronlund (1981:5) dijelaskan bahwa “…there is
some confusion concerning the meaning of the term evaluation as it applies to
classroom instruction. In some instances it is used as a synonym for the term
measurement”. Pernyataan tersebut berarti terdapat sedikit kebingungan mengenai
arti dari istilah evaluasi yang digunakan pada pengajaran di kelas. Pada beberapa
kasus evaluasi digunakan sebagai sinonim dari istilah pengukuran. Gronlund
melanjutkan “In other case evaluation is used as a collective term for those
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
appraisal methods that do not depend on measurement. It use of the two term
distinguishes “evaluations qualitative descriptios of pupil behavior” (e.g.,
anecdotal records of behavior) from “measurement,”which are quantitative
descriptions (e.g., test score)”. Artinya, pada kasus lain evaluasi digunakan
sebagai istilah pada metode - metode penilaian yang tidak tergantung pada
pengukuran. Kedua istilah tersebut digunakan secara berbeda. Evaluasi
mendiskripsikan secara kualitatif dari perilaku siswa (misalnya catatan anekdot
perilaku) dan pengukuran yang mendeskripsikan secara kuantitatif (misalnya:
nilai tes). Berikut ini penjelasan mengenai ketiga istilah di atas .
a. Pengukuran
Pengukuran didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Victor H
Noll(1965:7) menyatakan bahwa “…measurement is a quantitative process, the
result of measurement are always expressed in numbers…”. Pendapat Noll di atas
dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan proses kuantitatif, hasil dari
pengukuran selalu dinyatakan dengan angka. Pendapat Noll di atas sejalan dengan
pendapat Remmers, Gage dan Rummel (1960 :7) yaitu “ Measurement refers to
observation that can be expressed quantitatively and answer the question how
much”. Pernyataan di atas dapat diartikan pengukuran berkenaan dengan
pengamatan yang dinyatakan secara kuantitatif dan menjawab pertanyaan “berapa
banyak”. Sedangkan Anas Sudijono (2005 : 4) mengungkapkan bahwa “
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam
bahasa arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengukuran merupakan kegiatan membandingkan
sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu yang berhubungan dengan
pengamatan secara kuantitatif dan hasilnya dinyatakan dengan angka
Pengukuran juga diterapkan dalam dunia pendidikan. Mimin Haryati
(2007 :14) menyatakan ” Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik
telah mencapai karakteristik tertentu”. Di sekolah istilah pengukuran sering
diganti dengan tes, sebagai contoh tes prestasi belajar. Hal ini disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tes dianggap lebih formal, tertib dan terencana bila dibandingkan dengan
pengukuran.
Pengukuran pada proses pembelajaran dilakukan secara tidak langsung
dan hasilnya biasanya dinyatakan dengan skor. Sebagai contoh siswa diberi skor
oleh guru dengan terlebih dahulu mengerjakan serangkaian tes yang hasilnya
dikoreksi, kemudian diambil keputusan untuk pemberian skor sesuai dengan hasil
tes yang dikerjakan. Skor tersebut dinyatakan dalam angka.
b. Asesmen
Joanne Caldwell (2008:22) mengemukakan pendapat mengenai asesmen
yaitu “When we assess, we collect evidence and we analyze this evidence. As a
result of our analysis, we make a judgment that leads to a decision or to some
form of action”. Kalimat tersebut kurang lebih berarti : ketika melakukan
asesmen, fakta-fakta dikumpulkan kemudian dianalisis,dari hasil analisis dibuat
keputusan yang digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Joanne Caldwell(2008 :23) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam proses
asesmen terdapat empat langkah yang harus ditempuh yaitu :
1). Mengidentifikasi hal yang akan dinilai.
2). Mengumpulkan informasi atau fakta-fakta.
3). Menganalisis fakta-fakta.
4). Mengambil keputusan.
Dalam dunia pendidikan menurut TGAT (Task Group on Assesment and
Testing) yang dikutip Djemari Mardapi (2008:1) adalah:
Asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja
individu atau kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti
tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh
melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau
laporan diri. Definisi asesmen berkaitan dengan semua proses pendidikan,
seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar,
kurikulum, fasilitas, dan administrasi.
Assesmen yang efektif seharusnya dapat membantu siswa untuk mengerti
apa yang dibutuhkan ketika mengerjakan tugas. Hal ini seperti apa yang
dinyatakan oleh Milne, Heinrich dan Morrison (2008:491) menyatakan bahwa
”Effective assesment should help students to understand what is required of them
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
when submitting assignments and appreciate what high quality works looks like.”
Artinya, asesmen yang efektif membantu siswa untuk mengerti apa yang
dibutuhkan ketika mengerjakan tugas dan menghargai pekerjaan berkualitas yang
telah dilakukan. Asesmen seharusnya menjadi bagian dari pembelajaran,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Assesmen (penilaian) pada program akselerasi menerapkan authentic assesment
(penilaian otentik). Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah
benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172).
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera
bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar
itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan
di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil
belajar (seperti UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak
terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168). Data yang
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi
tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada
upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168).
Penilaian otentik menurut Santoso (2004 : 15) memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :
1) penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
2) penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3) menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4) penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran.
Sedangkan Nurhadi (2004 :173) mengemukakan bahwa karakteristik authentic
assesment adalah sebagai berikut:
1) melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)
2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
3) mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi
4) yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
5) berkesinambungan
6) terintegrasi
7) dapat digunakan sebagai umpan balik
8) kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas
Dalam pelaksanaan dari penilaian otentik menurut Santoso (2004:17)
memiliki beberapa prinsip adalah sebagai berikut:
1) Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
2) Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
3) Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta
mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan
dalam proses pembelajaran.
4) Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta
didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
Menurut Santoso (2004:20) Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat
menggunakan berbagai jenis penilaian diantaranya adalah: 1) tes standar prestasi,
2) tes buatan guru, 3) catatan kegiatan, 4) catatan anekdot, 5) skala sikap, 6)
catatan tindakan, 7) konsep pekerjaan, 8) tugas individu, 9) tugas kelompok atau
kelas, 10) diskusi, 11) wawancara, 12) catatan pengamatan, 13) peta perilaku, 14)
portofolio, 15) kuesioner, dan 16) pengukuran sosiometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Sedangkan menurut Nurhadi (2004 :174) hal-hal yang bisa digunakan sebagai
dasar penilaian prestasi siswa sesuai penilaian otentik adalah sebagai berikut:
1) proyek/kegiatan dan laporannya
2) hasil tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan)
3) portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun)
4) pekerjaan rumah
5) kuis
6) karya siswa
7) presentasi atau penampilan siswa
8) demonstrasi
9) laporan
10) jurnal
11) karya tulis
12) kelompok diskusi
13) wawancara
c. Evaluasi
Evaluasi memliki pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa ahli.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (John M.Echols dan Hasan Shadily,1983:220). Pendapat lain
mengatakan bahwa ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartiakan sebagai proses
menentukan nilai suatu objek (Nana Sudjana,1989:3). Sedangkan menurut
Edwind dan Gerald W.Brown dalam bukunya Essentials of Educational
dikatakan bahwa: Evaluation refer to the act or process to determining the value
of something (Wand and Brown,1957:1). Evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dari pengertian yang berbeda-
beda tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk
menafsirkan suatu nilai dengan melalui tindakan mengukur atau menaksir dan
menilai.
Evaluasi digunakan hampir diseluruh ranah kehidupan, tidak luput juga
dalam dunia pendidikan. Berikut ini adalah beberapa hal tentang evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pendidikan, mulai dari pengertian, macam – macam tekhnik evaluasi pendidikan,
penentuan hasil evaluasi pendidikan :
1) Evaluasi Pendidikan
Di Indonesia sendiri Lembaga Administrasi Negara mengemukakan
batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut:
a) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditentukan.
b) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi
penyempurnaan pendidikan
Dalam dunia pendidikan evaluasi pun ada bermacam – macam, ada yang
mengevaluasi kebijakan – kebijakan yang diambil oleh pemerintah, evaluasi
terhadap administrasi sekolah, dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran.
Dilihat dari fungsi dan tujuannya evaluasi hasil belajar memiliki fungsi
sebagai berikut (Suharno, dkk, 2000:76-78)
a) Untuk diagnostik dan pengembangan / remidi
Tidak semua siswa dapat mengikuti dan menguasai/ memahami
seluruh materi pelajaran yang diberikan guru. Salah satu cara untuk
mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa terhadap bagian-bagian
pelajaran yang yang telah diberikan maka guru dapat mengguanakn tes
diagnostik. Dengan demikian tes diagnostik bertujuan untuk mengetahui
kesulitan atau hal-hal yang belum dikuasai siswa terhadap suatu pelajaran.
Informasi tentang berbagai kesulitan yang diperoleh melalui tes
diagnostic dapat digunakan oleh guru untuk melakukan remidiasi atau
pembinaan. Guru memberikan pembenaran kepada siswa yang gagal
dalam tes diagnostik, sementara yang lainnya dapat melakukan
pendalaman atau pengayaan.
b) Untuk seleksi
Sering sekolah dihadapkan pada suatu situasi dimana fasilitas yang
dimiliki tidak sesuai dengan yang membutuhkan, seperti penerimaan siswa
baru, pemberian beasiswa, pemilihan siswa teladan, dan sebagainya.
Untuk membuat keputusan yang adil dan dapat diterima semua pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
maka dilakukan tes, sehingga diketahui siapa yang berhak untuk dipilih
dan siapa yang gagal.
c) Untuk kenaikan kelas (promotion)
Tes hasil belajar merupakan faktor penentu dalam hal penentuan
siswa untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Penentuan seseorang layak
untuk naik atau tinggal kelas adalah melalui tes hasil belajar yang tertuang
dalam bentuk rapor.
d) Untuk penempatan (placement)
Dalam suatu program pembelajaran sering ditemui adanya variasi
kemampuan siswa terhadap suatu mata pelajaaran. Pada situasi demikian
guru dapat mengelompokan siswa berdasarkan kemampuannya yang
dilihat dari tes hasil belajar mereka. Dengan adanya kelompok-kelompok
tersebut maka guru dapat memberikan pelayanan sesuai degan
kemampuan anak sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
2) Teknik evaluasi
Ada dua teknik evaluasi yang dikenal yakni teknik nontes dan tes, yang
tergolong teknik nontes adalah skala bertingkat (rating scale), kuisioner
(questionair), daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan
(observation), dan riwayat hidup. Sedangkan untuk teknik tes bisa ditinjau dari
peserta tes yakni tes individual dan tes kelompok. Ditinjau dari pembuatannya
yakni tes standar dan tes buatan guru. Ditunjau dari bentuk soalnya yakni tes
objektif dan subjektif serta ditinjau dari kegunaannya yakni tes formatis, sumatif,
diagnostik dan penempatan. (Suharsimi Arikunto, 1995: 29-30)
3) Evaluasi Hasil Belajar Siswa Program Akselerasi
Evaluasi hasil belajar siswa program akselerasi pada dasarnya sama
dengan program regular, hanya saja jika dilihat dari kegiatan pembelajarannya
yang menerapkan problem based learning pada pembelajarannya yang mengacu
pada tingkat masalah tingkat tinggi yang disebut types of problem situation dan
lebih banyak mengutamakan produk atau proyek sehingga sebagai
konsekuensinya guru harus menetapkan bobot soal setidaknya C4 (analisis) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
jika dimungkinkan sampai C6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik berfikir
tinggi dan kritis.
4. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Dalam program penilaian pendidikan di sekolah pentestingan lebih
dominan digunakan oleh guru untuk mengukur hasil belajar siswa. Menurut
(Mudjio, 1995: 3) tes memiliki kegunaan-kegunaan tertentu yang mungkin sulit
dicapai oleh teknik-teknik lainnya. Tuckman mengatakan kegunaan-kegunaan itu
sebagai berikut :
a. Untuk mendukung obyektivitas pengamatan yang dilakukan guru.
b. Untuk menimbulkan perilaku di bawah kondisi yang relatif terkontrol.
c. Untuk mengukur sampel kemampuan individu (siswa).
d. Untuk memperoleh kemampuan-kemampuan dan mengukur hasil yang sesuai
dengan tujuan dan tolok ukurnya.
e. Untuk mengungkapkan perilaku yang tidak kelihatan.
f. Untuk mendeteksi karakteristik dan komponen-komponen perilaku.
g. Untuk meramalkan perilaku yang akan datang.
h. Untuk menyediakan data sebagai umpan balik dan membuat keputusan.
Di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru yang disebut teacher
made test. Tes yang dibuat oleh guru terutama untuk menilai kemajuan siswa
dalam pencapaian hal yang dipelajari. Sebelum menuliskan sebuah tes menurut
Depdiknas(2008 :9) ada beberapa langkah yang harus disiapkan oleh setiap guru
agar menghasilkan suatu tes yang handal dan sahih, yaitu : (1)menentukan tujuan
tes, (2) memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (3)
menentukan jenis alat ukurnya, (4) menyusun kisi-kisinya dan menulis butir soal
beserta pedoman penskorannya. Berikut ini adalah penjelasan dari langkah-
langkah tersebut :
a. Menentukan tujuan penilaian.
Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki
penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,
diagnostik, atau seleksi.
b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau
yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui
gabungan kompetensi dasar.
c. Menentukan jenis alat ukurnya.
Menentukan jenis alat ukur disini adalah, jenis alat ukur apa yang
sebaiknya digunakan apakah alat ukur yang berupa tes ataukah non tes.
Penggunaan materi dilakukan sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya
adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai
peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat
terhadap mata pelajaran yang lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-
hari tinggi (UKRK). Setelah menentukan jenis tes apa yang digunakan maka
kemudian ditentukanlah bentuk tes yang sebaiknya digunakan.
Menurut Djemari Mardapi (2008 : 69) “ Bentuk tes yang digunakan di
lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tes objektif
dan tes non objektif . Objektif dapat dilihat dari system penskorannya,
siapapun tester yang memeriksa lembar jawaban akan menghasilkan skor yang
sama. Sedangkan tes non objektif adalah tes yang system penskorannya
dipengaruhi subjektifitas pembuat skor. Menurut Djemari Mardapi (2008 :
73) “Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta didik untuk menyampaikan,
memilih, dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan
menggunakan kata- katanya sendiri “.
Tes objektif ada bermacam-macam jenisnya, yaitu menjodohkan
benar-salah, dan pilihan ganda. Tes pilihan ganda sering digunakan pada mata
pelajaran eksak. Menurut Djemari Mardapi (2008 : 70) “Soal pada tes ini
jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan
angka dalam rumus, menghitung hasil dan menafsirkan hasilnya”.
Tes pilihan ganda merupakan salah satu jenis tes obyektif. Tes jenis
pilihan ganda menghadapkan kepada siswa sejumlah alternatif jawaban,
umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal. Siswa diharuskan
memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban tersebut yang dianggap
benar berdasarkan suatu dasar pemikiran tertentu. Ada beberapa istilah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
seringkali terdapat dalam tes jenis ini antara lain stem, options, key, dan
distractors.
Stem adalah bagian pokok dari soal yang merumuskan isi soal. Stem
bisa berbentuk pertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna.
Alternatif-alternatif jawaban yang menyertainya dinamakan options atau kalau
diterjemahkan secara langsung pilihan-pilihan. Alternatif yang benar
dinamakan key ataau kunci, sedangkan alternatif-alternatif lainnya yang
bertujuan mempersulit proses pencapaian jawaban yang benar dinamakan
distractors, atau kalau secara langsung diterjemahkan penganggu-
pengganggu/ pengecoh (Slameto, 2001: 59).
Tes pilihan ganda dikatakan baik apabila murid-murid yang menguasai
bahan pelajaran dapat menunjukkan secara jelas jawaban mana yang benar
dan dapat memlihnya. Sebaliknya murid-murid yang tidak menguasai bahan-
bahannya akan mendapat kesulitan untuk mengidentifikasi jawaban yang
benar. Hal ini disebabkan berfungsinya distactor pada item tersebut.
Distractor tersebut cukup dapat menarik perhatian untuk dijadikan pilihan
yang benar (Moh Kasiram, 1984: 24).
Tes pilihan ganda saat ini banyak dipakai dan dikembangkan untuk
ujian sekolah terutama pada ulangan harian maupun akhir semester dan ujian
akhir sekolah serta ujian masuk perguruan tinggi. Tes pilihan ganda dianggap
mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi, selain itu tes ini juga
bersifat fleksibel . T Raka Joni (Mudjio, 1995: 2) menyatakan bahwa jenis tes
bentuk multiple choice merupakan bentuk tes yang sangat fleksibel. Demikian
fleksibelnya sehingga batas kemungkinan pemakaiannya itu adalah ditentukan
oleh daya pikir dan cipta penyusunnya (Mudjio, 1995: 3).
Adapun untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda
digunakan 2 macam rumus :
1) Dengan denda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Keterangan :
S = skor yang diperoleh (Raw Score)
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
O = banyaknya option
1 = bilangan tetap
2) Tanpa denda
S = R
Keterangan :
S = skor yang diperoleh (Raw Score)
R = jawaban yang betul
Pada pengembangan instrumen tes ini, skor penilaian siswa adalah tanpa
denda.
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda seperti yang
dikemukakan oleh Sumarna Surapranata (2005: 243-244) meliputi enam belas
hal sebagai berikut
1) Materi soal yang disajikan minimal mencerminkan jabaran
substansi materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
2) Pengecoh harus berfungsi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
benar.
4) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
5) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan.
6) Pokok soal jangan memberi petunjuk kearah jawaban benar.
7) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
8) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
9) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
10) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau
kronologis waktunya.
11) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
12) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
13) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
14) Menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah
dimengerti.
15) Setiap soal harus menggunakan bahasa yag sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.
16) Jangan menggunakan bahasa daerah setempat jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki :1) validitas, 2) reliabilitas, 3) obyektivitas, 4)
praktikabilitas, 5) ekonomis (Suharsimi Arikunto, 1995:56). Keterangan dari
masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai berikut:
1). Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Ada beberapa macam validitas yaitu validitas logis
(logical validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas
kesejajaran (concurrent validity).
2). Reliabilitas
Tes dikatakan dapat dipercaya (reliabel) jika memberikan hasil
yang tetap apabila diteskan berkali-kali. sebuah tes dikatakan reliable
apabila hasil-hasi tes tersebut menunujukkan ketetapan. Jika kepada para
siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap
siswa akan tetap berada pada urutan (rangking) yang sama dalam
kelompoknya.
3). Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektivitas yang mempengaruhi.
apabiladikaitka dengan reiliabilitas, maka objektivitas menekankan
ketetapan (consistency) dalam scoring sedangkan reliabilitas menekankan
tetetapan dalam hasil tes.
4). Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis, tes yang praktis adalah tes yang sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak
dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih
dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b) Mudah pemeriksaannya, artinya tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif,
pemeriksaan akan lebih mudah dialkukan jika dikerjakan oleh siswa
dalam lembar jawaban.
c) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan oleh orang lain.
5). Ekonomis
Ekonomis yang dimaksudkan disini ialah pelaksanaan tes tersebut
tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu
yang lama.(Suharsimi Arikunto, 1995:56-61)
Secara umum ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati
dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan
instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan atau mengukur
kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka
menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu, yaitu :
1) Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning
outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
2) Butir-butir soal tes harus merupakan sampel yang representatif dari
populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3) Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi.
4) Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
5) Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
6) Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari
informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara
mengajar guru itu sendiri. (Anas Sudijono, 2005: 97-98 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Langkah awal dalam perencanaan pengembangan tes adalah
menetapkan spesifikasi tes yaitu suatu uraian yang menunjukkan keseluruhan
kualitas dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan
(Sumadi,1987:5). Kegiatan merencanakan spesifikasi tes merupakan proses
pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil berupa keputusan yang
berdasarkan pertimbangan berbagai hal. Berikut beberapa pertimbangan yang
perlu diperhatikan dalam merencanakan spesifikasi tes menurut Sumadi
Suryabrata (1987:5) :
1) Menentukan tujuan-tujuan umum serta persyaratan tes
2) Menyusun “blue print” atau kisi-kisi tes yang memuat secara khusus ruang
lingkup serta tekanan tes dan bagian-bagiannya.
3) Memilih tipe-tipe soal
4) Menentukan taraf kesukaran soal dan distribusinya
5) Menentukan banyaknya soal untuk seluruh tes dan untuk masing-masing
bagiannya
6) Menentukan cara mengkompilasikan soal-soal dalam bentuk akhirnya, dan
7) Menyiapkan penulisan soal (item writing) dan penelaahan soal (item
review).
Jika sebuah instrumen tes sudah memenuhi kaidah – kaidah seperti
diatas, maka untuk melihat kevalidan sebuah tes maka tes tersebut perlu
diujikan untuk bisa melihat apakah tes tersebut baku atau tidak. Kriteria yang
harus terpenuhi dari sebuah tes baku adalah sebagai berikut :
1) Taraf kesukaran
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi siswa
yang menjawab betul suatu soal (Slameto,2001). Makin besar tingkat
kesukaran berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu
makin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar. Menurut
Suharsimi Arikunto (2001 : 207), “Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak teralu sulit”. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa soal yang baik adalah soal dengan taraf kesukaran yang sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal digunakan
rumus :
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul
Js : jumlah seluruh siswa peserta tes
Taraf kesukaran soal dapat ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan indeks kesukaran dengan ketentuannya sebagai berikut :
a) Soal sukar jika : 0,00 ≤ P < 0,30
b) Soal sedang jika : 0,30 ≤ P 0,70
c) Soal mudah jika : 0,70 P 1,00
(Allen & Yen, 1979 : 121)
Menurut Elvin & Surantoro (2010 :185) tingkat kesukaran yang
berada di sekitar 0,5 dianggap yang terbaik, asumsi yang digunakan yaitu
bahwa soal yang terlalu mudah atau cenderung mudah lebih tepat
digunakan untuk tes diagnostik. Sedangkan soal yang terlalu sulit atau
cenderung sulit lebih tepat digunakan untuk tes seleksi. Oleh karena itu,
untuk keperluan tes yang mengukur hasil belajar (kompetensi) siswa
tertentu akan dianggap baik bila termasuk dalam interval sedang.
2) Daya Beda
Daya beda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi
dengan testee yang kemampuannya rendah demikian rupa sehingga
sebagian besar testee yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menjawab butir item tersebut lebih banyak menjawab butir item tersebut
lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya
rendah untuk menjwab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat
menjawab item dengan betul (Anas sudijono, 2001). Untuk menghitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumusan menurut Azwar (2007
:138) sebagai berikut :
Keterangan :
niT : Jumlah peserta tes yang menjawab benar dari kelompok tinggi
NT : Jumlah peserta tes kelompok atas
niR :Jumlah peserta tes yang menjawab benar dari kelompok rendah
NR : Jumlah peserta tes kelompok rendah
D : Daya Pembeda, rumus daya pembeda
Daya pembeda soal (nilai D) diklasifikasikan sebagi berikut
menurut Djemari (2005 :5) :
a) D < 0,1 : ditolak
b) 0,1 D 0,3 : direvisi
c) D > 0,3 : diterima
3) Efisiensi Pengecoh (Distraktor)
Pada tes pilihan ganda terdapat beberapa pilihan jawaban, dan
hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Penyebaran pilihan jawaban
dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban
selain kunci jawaban disebut pengecoh (distraktor). Menurut Elvin &
Surantoro (2010 :186) “Efektifitas pengecoh merupakan seberapa baik
pilihan jawaban yang salah dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak
mengetahui kunci jawaban yang tersedia “.Oleh karena itu semakin banyak
peserta tes yang memilih pengecoh maka semakin baik pula pengecoh
menjalankan tugasnya.
Menurut Azwar (2007 :142) efektifitas distraktor dapat dilihat dari
dua criteria, yaitu; 1) distraktor dipilih oleh peserta tes dari kelompok
rendah, dan 2) pemilih distraktor tersebar relative proporsional pada
masing-masing distraktor yang ada. Sedangkan menurut Suharsimi (2001 :
211) soal pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pengecoh: 1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa , 2) lebih
banyak dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham materi.
4) Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah kemampuan suatu tes untuk
memberikan hasil yang relatif ajeg atau tetap bila digunakan pada waktu
atau tempat yang berlainan. Untuk menghitung reliabilitas digunakan
rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson (rumus K-R 20)
sebagai berikut:
2
11 2
n S Σpq
n 1 Sr
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga rhitung > rtabel
, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen tes reliabel. Selain itu,
terdapat beberapa kriteria nilai reliabilitas sebagai berikut :
1. 0,800 ≤ r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi
2. 0,600 ≤ r11 < 0,800 : tinggi
3. 0,400 ≤ r11 < 0,600 : cukup
4. 0,200 ≤ r11 < 0,400 : rendah
5. 0,000 ≤ r11 < 0,200 : sangat rendah
(Slameto, 2001:215)
d. Menyusun Kisi-kisi tes.
Menurut Depdiknas (2008 :15) “kisi-kisi(test blue print atau table of
specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tekanan tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam
menulis soal”. Kisi-kisi ini perlu dibuat terlebih dahulu agar seandainya soal ini
dibuat oleh siapa pun dapat memiliki bobot yang sama, meskipun dibuat oleh
orang yang berbeda.
Menurut Depdiknas (2008:15) kisi-kisi yang baik harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut ini:
1). Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus /kurikulum atau materi yang
telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2). Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3). Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
Dalam pembuatan kisi-kisi diawali dengan penjabaran Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) menjadi indicator. Menurut
Depdiknas (2008 : 15) “Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam
merumuskan soal yang dikehendaki”. Untuk merumuskan indikator dengan
tepat, para tutor/guru harus memperhatikan isi kolom dalam kisi-kisi yaitu :
materi yang akan diujikan, hasil belajar/pengalaman belajar/indikator
pembelajaran, dan kompetensi dasar. Indikator yang baik adalah indikator yang
dirumuskan secara singkat dan jelas. Menurut Depdiknas(2008:15-16) syarat
indikator yang baik adalah :
1). Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2). Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau
lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/ tes perbuatan,
3). Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal objektif).
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan adalah sebagai berikut :
1. Judul Penelitian : Pengembangan Instrumen Evaluasi IPA Terpadu untuk
Mengukur Prestasi Belajar Siswa SMP pada Tema Energi Kalor dalam
Kehidupan.
Penelitian ini dilakukan oleh Nikmah Choiriyatun dari Universitas Negeri
Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen evaluasi sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dengan karakteristik IPA terpadu untuk mengukur prestasi belajar siswa SMP
pada tema energi kalor dalam kehidupan dan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan instrumen evaluasi IPA terpadu yang dikembangkan.
Penelitian ini berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan
(research and development, R&D) yang dikemukakan oleh Borg dan Gall yang
telah dimodifikasi. Kegiatan pada langkah-langkah penelitian pengembangan ini
adalah (1) studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka, survey lapangan dan
penyusunan draf instrumen evaluasi, dan (2) pengembangan, meliputi judgement,
revisi draf instrumen evaluasi, ujicoba terbatas, analisis butir soal dan produk
hasil pengembangan. Produk pengembangan ini adalah instrumen evaluasi IPA
terpadu untuk mengukur prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dalam bentuk
pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.
Hasil evaluasi oleh evaluator menunjukkan bahwa instrumen evaluasi
yang dikembangkan memenuhi kriteria baik dengan persentase rata-rata 96,52%.
Berdasarkan hasil analisis butir soal yang meliputi validitas, taraf kesukaran, daya
beda dan reliabilitas, diketahui bahwa dari 40 butir soal yang dibuat, 80%(32 butir
soal) diterima tanpa revisi, sedangkan butir soal yang diterima dengan revisi
sebanyak 12,5% (5 butir soal) dan sebanyak 7,5% (3 butir soal) ditolak.
Kelebihan instrumen evaluasi ini diantaranya adalah dapat digunakan
sebagai instrumen evaluasi untuk mengukur pada prestasi belajar siswa pada
ranah kognitif, sebagai pelengkap instrumen evaluasi dalam pembelajaran
terpadu. Selain itu, pemeriksaan hasil tes dapat dibantu oleh orang lain sehingga
dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Kekurangannya adalah instrumen
evaluasi ini hanya bisa digunakan untuk mengukur prestasi belajar pada ranah
kognitif saja, belum dapat mengukur prestasi belajar pada ranah psikomotor.
2. Judul penelitian : Pengembangan Tes Pemahaman Konsep Fisika SMA.
Penelitian ini dilakukan oleh I Komang Werdiana dan kawan-kawan dari
Universitas Tadulako. Penelitian ini bertujuan mengembangkan tes pemahaman
konsep yang bermanfaat menguji pemahaman konsep siswa SMA tentang listrik
arus searah. Pengembangkan tes dilakukan dengan cara menyusun dua tes, yakni
tes pemahaman konsep (TPK) dan tes hitungan (TH).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Analisis tes meliputi indeks kesukaran, indeks pembeda, koefisien korelasi
biserial, validitas dan reliabilitas. Indeks kesukaran adalah ukuran tingkat
kesukaran tiap butir soal dan indeks pembeda adalah ukuran daya pembeda
masing-masing item dalam tes. Koefisien korelasi biserial (kadang-kadang disebut
sebagai indeks relibilitas item) adalah ukuran konsistensi item tes dengan
keseluruhan tes. Validitas yang dimaksud di sini adalah validitas isi, yakni
kesesuaian antara butir soal dengan konsep yang diukur. Selain analisis item juga
dilakukan analsis pilihan jawaban siswa dan analisis perbedaan hasil TPK dengan
hasil TH.
Uji validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan dari tiga orang
pakar. Ketiga pakar diminta untuk menilai kedua tes (TPK dan TH), mengenai
kesuaian antara butir soal dengan konsep dan tujuan yang akan diukur. Hasil
penilain ketiga pakar menunjukan bahwa semua butir soal TPK dan TH
memenuhi validitas isi. Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Hasil Analisis Penelitian
Uji
tes
Jumlah
soal
Jumlah
siswa
Indeks
kesukaran
rata-rata
Daya
pembeda
rata-rata
Koefisien
korelasi
Biserial(rpbs)
Rata-rata
Koefisien
reliabilitas
TPK TH TPK TH TPK TH TPK TH
Tahap
I
34 354 0,31 0,29 0,24 0,28 0,23 0,29 0,45 0,61
Tahap
II
28 605 0,24 0,27 0,27 0,27 0,25 0,27 0,55 0,48
Tabel 2.2 Hasil Analisis Penelitian
Indeks kesukaran rata-rata P TPK hasil uji tahap I > 0,30, ini berarti TPK
masuk kategori sedang. Sedangkan P TPK hasil uji tahap II < 0,30, ini berarti
TPK masuk kategori sukar. Dari tabel di atas nampak koefisien reliabilitas tes,
pbs r dan D TPK pengujian tahap II lebih besar daripada pengujian tahap I.
Namun P TPK pengujian tahap II lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tes pemahaman konsep yang dikembangkan tersebut valid dan reliabel.
Koefiseian reliabilitas tes ini rendah.TPK dapat digunakan untuk menguji
pemahaman konsep siswa dan juga miskonsepsi yang dialami siswa terhadap arus
listrik serah. Hasil uji perbedaan antara TPK dan TH, menunjukkan ada perbedaan
yang siginifikan antara hasil TPK dan TH.
C. Kerangka Berfikir
Evaluasi Hasil belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu teknik evaluasi hasil belajar yang sering
digunakan yaitu teknik tes. Tes dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.
Pada pembelajaran program akselerasi evaluasi pembelajaran dilakukan
dengan model autentic assessment, yaitu proses pengumpulan data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran dengan benar. Salah satu cara untuk melakukan
penilaian otentik ini adalah dengan melakukan tes formatif. Apabila tes sudah
dipersiapkan dan dilaksanakan dengan secermat mungkin, maka informasi yang
dihasilkan dapat menunjukkan sejauh mana tujuan-tujuan instruktusional yang
telah ditetapkan itu tercapai. Program akselerasi adalah program belajar yang
menuntut high level thinking pada pembelajaran maupun evaluasinya, namun
dewasa ini belum banyak dikembangkan intrumen tes yang sesuai dengan cirri
khas program akselerasi tersebut sehingga perlu adanya pengembangan
instrument tes untuk program akselerasi.
Saat ini tes pilihan ganda banyak digunakan pada tes formatif maupun tes
sumatif. Hal ini dikarenakan tes pilihan ganda dianggap lebih efektif dibanding tes
uraian. Selain itu penggunaan tes pilihan ganda juga memudahkan guru dalam hal
pengoreksian, dan hasilnya lebih obyektif meski dikoreksi oleh siapa pun. Tetapi
tes pilihan ganda memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam penyusunannya.
Dalam penyusunan tes pilihan ganda terdapat beberapa aturan yang harus
diikuti dalam penyusunan tes jenis ini. Penyusunannya tidak boleh secara acak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
karena harus tiap langkah berdasarkan langkah sebelumnya dan menjadi dasar
langkah berikutnya. Karena penyusunannya yang rumit, terkadang guru
mengalami kendala dalam proses penyusunannya. Keterbatasan waktu juga
menyebabkan guru tidak sempat menguji instrumen tes tersebut sebelum
digunakan sehingga kualitas tes yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria tes yang
baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengembangan tes yang mampu
menghasilkan suatu tes yang baik.
Untuk mengetahui bahwa instrumen tes yang dikembangkan telah
memenuhi kriteria baik, maka dilakukan analisis baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan melibatkan para ahli baik ahli
materi, ahli evaluasi maupun ahli bahasa untuk menelaah tes secara isi maupun
konstruksi, sedangkan analisa kuantitatif dilakukan dengan menganalisis hasil tes
siswa menggunakan teori tes klasik. Skema kerangka berpikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Wawancara Studi Pustaka
adanya kesulitan dalam
penyusunan tes
Identifikasi Masalah
Pengembangan tes
Validasi Ahli
Uji coba
Kelompok Kecil Revisi
Produk Akhir
Persetujuan ahli
Uji coba
Kelompok Besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
D. Pertanyaan Penelitian
Dari keramgka berpikir yang telah dibuat, didapatkanlah pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana penyusunan instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas
XI semester gasal mata pelajaran Fisika sekolah Program Akselerasi ?
2. Apakah instrument tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester
gasal mata pelajaran Fisika sekolah Program Akselerasi telah memenuhi
kriteria baik ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya
dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010 : 297). Metode penelitian dalam
penelitian ini termasuk jenis penelitian research and development.
Penelitian research and development mengungkapkan pola dan
perurutannya melalui tahapan perubahan sebagai fungsi waktu. Alasan
penggunaan jenis ini didasarkan pada pemikiran bahwa research and development
ditunjukkan untuk menentukan pola pembahasan dalam rangka meramalkan
produk di masa yang akan datang. Metode pengembangan yang digunakan adalah
versi Borg and Gall (1989). Menurut Borg and Gall (1989 :782), yang dimaksud
dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and
validate educational product “. Kadang- kadang penelitian ini juga disebut
‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, Research and Development juga bertujuan
untuk menemukan pengetahuan – pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau
untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan khusus tentang masalah – masalah yang
bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan
praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini, perolehan produk lewat uji coba
merupakan bagian penting dalam penelitian pengembangan yang dilakukan.
Tujuannya agar model yang dibuat dapat diuji coba dan diperbaiki sehingga dapat
digunakan di sekolah yaitu produk yang efektif dan siap pakai. Pada penelitian
kali ini, produk yang dikembangkan berupa instrumen tes formatif Fisika kelas XI
semester gasal untuk Program Akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
A. Model Pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk
yang akan dihasilkan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model penelitian prosedural. Model penelitian prosedural adalah model
yang bersifat diskriptif yang menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti
untuk menghasilkan produk.
B. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode pengembangan research and
development versi Borg and Gall (1989) yang dikutip oleh Nana Syaodih (2007 :
169) yang meliputi sepuluh langkah yaitu : (1) Studi Pendahuluan, (2)
Perencanaan (planning), (3) Pengembangan draf produk (develop preliminary
form of product), (4) Uji Produk Terbatas ( Preliminery Field Test ), (5) Revisi
Hasil Uji Terbatas, (6) Uji Kelompok Kecil, (7) Revisi Hasil Uji Kelompok Kecil,
(8) Uji Kelompok Besar, (9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision)
(10) Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir. Pada penelitian ini dilakukan
langkah 1-8 karena adanya keterbatasan peneliti. Berikut ini penjelasan lebih rinci
pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini.
1. Studi Pendahuluan
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi
literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. Pada
penelitian ini studi pendahuluan dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis Kebutuhan
Menurut Syaodih (2007 :171) ada beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan, yaitu :
1) Apakah produk yang akan dibuat penting untuk bidang pendidikan ?
2) Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan
dan kepraktisan?
3) Apakah para pengembang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman dalam mengembangkan produk ini ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4) Dapatkah produk tersebut dikembangkan dalam jangka waktu yang tersedia?
Kriteria pertama juga merupakan kriteria utama, produk pendidikan yang akan
dihasilkan harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan dalam pendidikan.
Suatu produk banyak digunakan karena banyak membawa hasil dan mudah
digunakan. Produk yang dikembangkan hendaknya akan memberikan
sumbangan bagi peningkatan mutu pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran.
Pemilihan suatu produk yang akan dikembangkan sebaiknya didasarkan
atas pengukuran atau pengumpulan data kebutuhan. Sebelum menentukan
pilihan produk apa yang akan dikembangkan sebaiknya diadakan pengukuran
atau pengumpulan data kebutuhan dulu.
b. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk
yang akan dikembangkan. Studi literatur pada penelitian ini dilakukan dengan
studi teoritik yakni mengkaji teori – teori yang relevan sehinga dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan. Studi literatur juga diperlukan untuk
mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan suatu
produk.
Suatu produk pendidikan kemungkinan bukan hal yang sama sekali
baru. Produk sejenis atau produk yang mirip telah dikembangkan oleh
pengembang lain di tempat lain. Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur
berbentuk dokumen-dokumen hasil penelitian atau hasil evaluasi.
2. Merencanakan Penelitian
Setelah melakukan studi pendahuluan, penelitian dapat dilanjutkan pada
langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian ini disusun
dalam bentuk proposal penelitian yang meliputi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai dengan
penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian.
3. Pengembangan Desain
Langkah pengembangan desain meliputi :
1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2) Menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses
penenlitian dan pengembangan
3) Menentukan tahap – tahap pelaksanaan uji desain di lapangan;
4) Menentukan deskripsi tugas pihak – pihak yang terlibat dalam penelitian.
Namun, karena langkah pengembangan desain tersebut dirasa masih
terlalu umum untuk mengembangkan suatu instrumen tes maka peneliti
menggunakan alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi (2004:88) dalam
menyusun instrumen tes, yaitu : (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes,
(c) menelaah soal tes, (d) melakukan ujicoba tes, (e) menganalisis butir soal, (f)
memperbaiki tes, (g) merakit tes. Pada bagian pengembangan desain ini dari alur
pengembangan tes menurut Djemari Mardapi tersebut diambil cara menyusun
spesifikasi tes dan menulis soal tes.
Berikut ini penjelasan secara lebih terperinci mengenai langkah
pengembangan tes:
a. Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi
tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik
yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan
berikut :
1). Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di
lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes
sumatif. Dari empat macam tes tersebut dipilihlah satu tes yang cocok dalam
pelaksanaan autentic assesmen , selain itu juga tepat dilaksanakan dalam
waktu yang terbatas,mengingat untuk Program Akselerasi waktunya sangat
padat.
.
2). Penulisan kisi – kisi soal
Kisi – kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal
yang akan dibuat. Kisi – kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga
siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang memiliki isi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tingkat kesulitan relatife sama. Berikut ini adalah langkah – langkah dalam
mengembangkan kisi – kisi tes, yaitu :
a) Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi
pokok yang akan diujikan (Lampiran 1)
b) Menentukan indikator (Lampiran 4)
c) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan
(Lampiran 4)
3). Menentukan bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah
peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes,
cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian
ini menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda kerena jumlah peserta tes
banyak, sehingga waktu koreksi lebih singkat dan cakupan materinya lebih
menyeluruh.
4). Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes bedasarkan pada cakup materi ujian dan
kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-50
menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk
pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat
tes sebanyak 24 butir pada materi Kinematika dengan waktu 75 menit, 15
butir pada materi Gravitasi dengan waktu 45 menit, dan 25 butir pada materi
Gerak Harmonis pada Benda Elastik dengan waktu 75 menit.
b. Menulis soal tes
Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun
spesifikasi tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan
indikator menjadi pertanyaan – pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
perincian pada kisi-kisi (Lampiran 2) yang telah dibuat.
Pedoman utama dalam pembuatan tes pilihan ganda adalah:
1) Pokok soal harus jelas
2) Pilihan jawaban homogen
3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4) Tidak ada petunjuk jawaban benar
5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah
6) Pilihan jawaban angka diurutkan
7) Semua pilihan jawaban logis
8) Jangan menggunakan negatif ganda
9) Kalimat yang digunakan sesuai tingkat perkembangan peserta tes
10) Bahasa yang digunakan baku
11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak
Soal yang telah dibuat tercantum pada Lampiran 3.
4. Preliminary Field Test
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi
a) Melakukan uji awal terhadap desain produk
b) Bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat
c) Uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain
layak, baik substansi maupun metodologinya.
Pada penelitian ini, uji awal terhadap desain produk dilakukan oleh ahli,
yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi Fisika. Uji awal ini dilakukan
dengan menganalisis secara kualitatif desain instrumen tes yang dibuat. Analisis
ini dilakukan untuk memperbaiki soal tes sehingga soal tes yang dibuat memiliki
kualitas yang baik dilihat dari materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan
butir soal ini digunakan lembar penelaahan berupa daftar cek.
a) Materi
Pada telaah ini point pertama yang dikaji adalah materi. Soal yang
telah dibuat sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam kisi-kisi atau
belum. Materi harus memenuhi standar kualifikasi sebagai berikut :
(1) Soal harus sesuai dengan indikator yang telah disusun
(2) Pengecoh soal berfungsi, artinya setiap pilihan jawaban harus homogen
dan logis sehingga ada kemungkinan untuk dipilih oleh siswa
(3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(4) Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah , dan tingkatan kelas
b) Konstruksi
Telaah yang lain adalah dikaji kontruksi instrument soal yang telah
dibuat. Instrumen soal yang baik harus memenuhi standar kualifikasi sebagai
berikut :
(1) Dirumuskan secara jelas dan tegas
(2) Dirumuskan dengan singkat dan jelas
(3) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja
(4) Tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar
(5) Tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
(6) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
(7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
(8) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “ Semua pilihan jawaban
di atas salah “ atau “ Semua pilihan jawaban di atas benar “
(9) Untuk soal hitungan pilihan jawaban merupakan modifikasi rumus pokok
(10) Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi
(11) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
c). Bahasa
Soal yang baku jika dilihat dari segi kebahasaanny harus memenuhi
standar kualifikasi baik sebagai berikut :
(1) Kalimat menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang baku
(2) Menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti
(3) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang terdapat pada pokok
soal
(5) Rumusan soal tidak mengandung kata atau frase yang tidak etis atau kurang
sopan sehingga dapat menyinggung perasaan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
5. Revisi Hasil Uji Ahli
Revisi hasil uji ahli disini adalah perbaikan dari hasil uji terbatas yang
dilakukan oleh ahli, yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi sesuai dengan
hasil uji dari ahli tersebut. Revisi ini dilakukan sampai instrumen tes yang telah
dibuat dinyatakan layak oleh ahli. Soal hasil revisi tercantum pada Lampiran 5.
6. Uji Coba Terbatas
Langkah ini merupakan uji produk yakni instrumen tes pada kelompok
kecil untuk mendapatkan hasil uji secara kuantitatif. Uji secara kuantitatif ini
dilakukan agar didapatkan data empiris tingkat kebaikan soal yang disusun. Uji
coba terbatas ini dilakukan pada kelas XI program akselerasi SMA N 1
Karanganyar dengan jumlah siswa 24 orang. Dari hasil uji akan didapatkan data
mengenai taraf kesukaran, daya pembeda, efisiensi distraktor, reliabilitas. Apabila
hasil dari nilai taraf kesukaran, daya pembeda, efisiensi distraktor, dan reliabilitas
telah memenuhi standar baik, maka instrumen tes yang telah dibuat bisa langsung
diujikan pada kelompok yang lebih besar populasinya, namun jika belum
memenuhi kualifikasi standar maka instrumen tes perlu dilakukan revisi lagi.
dengan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Fisika
kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3
Surakarta.
7. Revisi Hasil Uji Coba Terbatas.
Dari hasil uji coba terbatas maka akan didapatkan kesimpulan bahwa
pada instrumen tes yang dibuat perlu dilakukan revisi atau tidak. Revisi soal
dilakukan dengan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata
pelajaran Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan
SMA Negeri 3 Surakarta. Revisi dilakukan sampai ahli menyatakan soal siap
untuk digunakan. Setelah revisi selesai dilakukan maka tes siap diujicobakan pada
kelompok yang lebih luas. Soal hasil revisi tercantum pada Lampiran 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
8. Uji Coba Lapangan Kelompok Besar
Langkah ini merupakan uji coba produk pada subyek yang lebih banyak
dan lebih heterogen. Uji coba ini akan dilakukan pada semua kelas XI Program
Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta. Di SMA Negeri 3 Surakarta kelas XI terdiri
dari 3 kelas dimana setiap kelas terdiri dari 18-19 orang siswa. Setelah dilakukan
uji coba lapangan kelompok besar, kemudian hasilnya dianalisis kembali secara
kuantiatif untuk mengetahui apakah instrumen tes yang dibuat telah memenuhi
standar atau belum. Jika soal telah memenuhi standar hal itu menunjukkan bahwa
produk akhir telah selesai, namun jika belum memenuhi standar maka tidak akan
dilakukan revisi lagi dan insttrumen tes yang dibuat akan dikumpulkan dalam
suatu bank soal. Penelitian hanya behenti pada uji coba lapangan kelompok besar,
karena jika dilanjutkan lagi pada kelompok yang lebih luas hal itu peneliti belum
mampu karena keterbatasan biaya, tenaga, dan lain-lain.
Uraian langkah penelitian menurut Barg and Gall (1989) di atas dapat
digambarkan secara sisngkat pada diagram alur penelitian Gambar 3.1 sebagai
berikut .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 3.1 Langkah Penelitian (Nana Syaodih, 2007 :169-170)
C. Uji Coba Produk
1. Uji Coba Desain
Desain uji coba yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Uji ahli atau Validasi, dilakukan dengan responden para ahli perancangan
produk , yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi. Kegiatan ini
Studi Pendahuluan :Analisis kebutuhan,Studi literatur
Perencanaan Penenlitian :
Disusun dalam bentuk proposal penelitian
Pengembangan desain adalah penyususnan tes sesuai spesifikasi yang terdiri dari: Tujuan tes, Kisi – kisi tes, Bentuk tes, Panjang tes
Uji ahli (Dosen pembimbing dan Guru) secara kualitatif tes, yang meliputi :Materi, Konstruksi, Kebahasaan
Revisi hasil uji ahli
Uji Coba Kelompok Kecil
Revisi hasil uji coba kelompok kecil
Uji coba kelompok besar
Instrumen Tes Formatif Kelas XI Semester Gasal Program Akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk
perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik
Delphi. Pada uji ahli ini, para ahli akan menyoroti kualitatif tes yang
dikembangkan, yaitu materi,konstruksi ,kebahasaan dan validitas isi.
2. Uji Coba Kelompok Kecil, atau Uji Terbatas
Uji coba ini dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk.
Terdiri dari siswa program akselerasi kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar
sebanyak 24 siswa . SMA Negeri 1 Karanganyar dipilih untuk mengujikan
tes kelompok kecil karena susunan materinya masih sama dengan susunan
materi dari Depdiknas, sehingga mempermudah pengujian, karena ada
sekolah akselerasi yang susunan materinya tidak sama dengan Depdiknas,
sehingga sulit untuk menentukan waktu pengujiannya. Kelompok kecil ini
akan mengerjakan instrumen tes yang dibuat, kemudian hasilnya akan di
analisis. Apabila hasilnya sudah baik maka langsung bisa dilakukan Uji
Kelompok Besar,namun apabila belum memenuhi kualifikasi maka akan
dilakukan revisi lagi terhadap instrumen tes.
3. Uji Coba Lapangan (field testing)
Uji coba lapangan (Uji coba kelompok besar) dilakukan pada subyek
penelitian yang lebih besar dan lebih beragam. Uji coba kelompok besar ini
dilakukan pada semua kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta Program
Akselerasi. SMA Negeri 3 Surakarta memiliki 3 kelas program akselerasi
dengan satu kelasnya terdiri dari 18 orang siswa. Di Surakarta terdapat 2
sekolah yang memiliki program akselerasi yaitu SMA Negeri 1 Surakarta dan
SMA Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 3 Surakarta lebih dipilih karena
susunan materinya sama dengan susunan materi dari Depdiknas sehingga
lebih mudah dalam penentuan waktu pengujiannya, dan jumlah siswanya
juga lebih banyak sehingga datanya lebih heterogen.
2. Subjek Coba, Waktu dan Tempat Penelitian
Subjek yang akan menjadi subyek uji coba dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
3 Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012-Juli 2012.
Tempat penelitian secara kualitatif (telaah ahli) dilaksanakan di Kampus UNS,
SMA Negeri 1 Karanganyar, dan SMA Negeri 3 Surakarta, sedangkan untuk
penelitian kuantitatifnya dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA
Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta
memiliki silabus yang sama dengan Depdiknas untuk kelas XI sehingga
mempermudah untuk pelaksanaan uji coba. SMA N 1 Karanganyar untuk
Program Akselerasinya terdiri dari 1 kelas dimana 1 kelasnya terdiri dari 24
siswa, sedangkan SMA Negeri 3 Surakarta terdiri dari 3 kelas, dimana setiap kelas
terdiri dari 18-19 siswa.
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
a. Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil penelaahan butir tes oleh ahli yang
terdiri dari ahli materi dan ahli evaluasi.
b. Data kuantitatif
Data yang dikumpulkan berupa hasil tes formatif semester gasal pada
materi Kinematika Gerak, Gravitasi, dan Gerak Harmonis pada benda Elastik
untuk kemudian dianalisis agar diketahui reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan keefektifan distraktor.
4.Instrumen Pengumpulan Data
Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan 2 instrumen sebagai
berikut:
a. Instrumen non tes berupa daftar cek. Daftar cek ini digunakan dalam
penelaahan butir soal. Daftar cek disini berisi pernyataan mengenai ranah
materi, konstruksi, dan bahasa dari butir soal. Penelaah hanya memberi tanda
pada nomor soal yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b. Instrumen tes berupa soal tes formatif pilihan ganda, yang terdiri dari 3 paket
tes. Paket 1 merupakan tes dengan materi Kinematika dengan Analisis Vektor
yang terdiri dari 24 soal, Paket 2 merupakan tes dengan materi Gravitasi yang
terdiri dari 15 soal, Paket 3 merupakan tes dengan materi Gerak Harmonik
pada Benda Elastik yang terdiri dari 25 soal.
5. Teknik Analisis Data
Setelah instrumen tes selesai dibuat kemudian instumen tersebut akan
diujicobakan untuk kemudian dianalisis tiap butir itemnya. Teknik analisis data
dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif oleh ahli yang dilakukan sebelum
instrumen tes diuji cobakan kepada siswa dan analisis kuantitatif yang datanya
baru diperoleh setelah instrument tes tersebut diuji cobakan ( dari hasil jawaban
siswa). Berikut ini adalah penjelasannya :
a. Analisis Kualitatif meliputi analisis terhadap :
1) Isi atau materi
Instrumen tes yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Soal harus sesuai dengan indikator
b) Pengecoh soal berfungsi, artinya setiap pilihan jawaban harus homogeny
dan logis sehingga ada kemungkinan untuk dipilih oleh siswa
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar
d) Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah , dan tingkatan kelas
2) Kontruksi
Instrumen tes yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Dirumuskan secara jelas dan tegas
b) Dirumuskan dengan singkat dan jelas
c) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja
d) Tidak member petunjuk kea rah jawaban benar
e) Tidak mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
f) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
g) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama
h) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “ Semua pilihan
jawaban di atas salah “ atau “ Semua pilihan jawaban di atas benar “
i) Untuk soal hitungan pilihan jawaban merupakan modifikasi rumus
pokok
j) Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi
k) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
3) Bahasa
Instrumen tes yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Kalimat menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia
b) Menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti
c) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
d) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang terdapat pada
pokok soal
e) Rumusan soal tidak mengandung kata atau frase yang tidak etis.
4) Validitas Isi
Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
validitas isi. Cara yang ditempuh dengan analisis rasional yaitu apakah butir
– butir dalam tes yang ditulis sesuai dengan indicator yang dibuat atau
belum. Analisis dilakukan denagn cara mengandalkan telaah soal oleh suatu
panel ahli dalam bidang mata pelajaran fisika yaitu dosen penguji dan guru
bidang studi. Cara yang dilakukan adalah dengan jalan pencocokan antara
table spesifikasi dengan butir soal dan masing – masing butir di analisis
berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan oleh pusjian Depdikbud, bila
butir tes telah mewakili bahan pelajaran.
b. Analisis kuantitatif meliputi analisis terhadap :
1). Taraf kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi siswa yang
menjawab betul suatu soal (Slameto,2001:215). Makin besar tingkat kesukaran
berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah
tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar. Menurut Suharsimi Arikunto
(2001 : 207), “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
teralu sulit”. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa soal yang baik adalah
soal dengan taraf kesukaran yang sedang. Untuk menentukan taraf kesukaran
dari tiap-tiap item soal digunakan rumus :
Js
BP
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul
Js : jumlah seluruh siswa peserta tes
Taraf kesukaran soal dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan
indeks kesukaran dengan ketentuannya sebagai berikut :
a) Soal sukar jika : 0,00 ≤ P < 0,30
b) Soal sedang jika : 0,30 ≤ P 0,70
c) Soal mudah jika : 0,70 P 1,00 (Allen & Yen, 1979 : 121)
2). Daya Beda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi
dengan testee yang kemampuannya rendah demikian rupa sehingga sebagian
besar testee yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab butir item
tersebut lebih banyak menjawab butir item tersebut lebih banyak yang
menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjwab
butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul
(Anas sudijono, 2001). Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
BAB
B
A
A PPJ
B
J
BD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Keterangan :
J : jumlah peserta tes
JA : banyaknya siswa kelompok atas
JB : banyaknya siswa kelompok bawah
BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
PA : proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Daya pembeda soal (nilai D) diklasifikasikan sebagi berikut
menurut Djemari (2005 :5) :
a) D < 0,1 : soal ditolak
b) 0,1 D 0,3 : soal direvisi
c) D > 0,3 : soal diterima
3). Penyebaran (Distribusi) Jawaban
Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang
tersedia. Soal pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila
penegcoh:
(a) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa
(b) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham
materi (Depdiknas, 2009: 14)
4). Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah kemampuan suatu tes untuk
memberikan hasil yang relatif ajeg atau tetap bila digunakan pada waktu
atau tempat yang berlainan. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson (rumus KR-20) sebagai
berikut :
2
11 2
n S Σpq
n 1 Sr
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (Suharsimi Arikunto, 2001 : 100-101)
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga rhitung > rtabel ,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen tes reliabel. Selain itu,
terdapat beberapa kriteria nilai reliabilitas sebagai berikut :
1. 0,800 ≤ r11 < 1,00 : sangat tinggi
2. 0,600 ≤ r11 < 0,800 : tinggi
3. 0,400 ≤ r11 < 0,600 : cukup
4. 0,200 ≤ r11 < 0,400 : rendah
5. 0,000 ≤ r11 < 0,200 : sangat rendah (Slameto, 2001:215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Instrumen tes formatif yang disusun berjumlah 64 butir soal, dengan rincian
24 butir soal untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, 15 butir soal untuk
materi Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik berjumlah 25 butir soal.
Ketiga materi ini merupakan penjabaran dari satu Standar Kompetensi yaitu
mendeskrepsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret
(partikel). Instrumen tes ini dijabarkan dari satu kesatuan standar kompetensi agar
terjadi kesinambungan antar materi agar dapat mendukung pelaksanaan autentic
assessment.
Waktu pelakasanaan tes dilaksanakan pada hari yang berbeda sebanyak 3 kali
sesuai jumlah pokok bahasan. Untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor
waktu pelaksanaanya 75 menit, sedangkan Gravitasi dilaksanakan selama 45 menit,
untuk materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik dilaksanakan selama 75 menit.
Pelaksanaan uji tes secara kualitatif dilaksanakan di Program Studi Fisika
Universitas Sebelas Maret, SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta.
Pelaksanaan uji kuantitatif dilaksanakan di dua SMA yang menyelenggarakan
Program Akselerasi, yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar, dan SMA Negeri 3
Surakarta. Lokasi kedua SMA ini sangat setrategis untuk kegiatan belajar mengajar.
Kedua SMA ini dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan kedua sekolah ini masih
menerapkan pembelajaran dengan susunan materinya pada silabus sama seperti
susunan materi dari Depdiknas untuk kelas XI pada umumnya, sehingga lebih mudah
dalam pelaksanaan uji instrumen tes secara kuantitatif. Pelaksanaan ujicoba
kelompok kecil dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar dengan 24 siswa. Uji
coba kelompok besar dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta dengan jumlah siswa
56. Peserta penelitian dapat dilihat sesuai tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.1 Nama Sekolah dan Jumlah Peserta Tes
Nama Sekolah Jumlah Peserta
Ujicoba Pertama Ujicoba Kedua
SMA N 1 Karanganyar 24
SMA N 3 Surakarta 56
B. Hasil Penelitian
Model pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah model
prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang
harus diikuti untuk menghasilkan produk berupa instrument tes untuk evaluasi
pembelajaran. Langkah langkah yang dilakukan dalam pengembangan instrumen tes
ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
Langkah ini adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam
pengembangan tes. Langkah ini meliputi:
a. Analisis Kebutuhan
Permasalahan pada penelitian dan pengembangan ini adalah masih
sedikitnya guru yang menggunakan instrumen evaluasi yang berkualitas baik.
Instrumen tes yang valid diperlukan agar mampu mengukur kemampuan
penguasaan materi siswa dengan akurat. Masih minimnya guru yang menggunakan
instrumen tes akurat, disebabkan karena untuk mendapatkan suatu instrumen yang
akurat diperlukan banyak sekali pengujian baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif yang cukup memakan waktu.
Penelitian menemukan masalah pada saat melakukan observasi di beberapa
Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi, yaitu SMA Negeri 1 Surakarta, SMA
Negeri 3 Surakarta, dan SMA Negeri 1 Karanganyar. Wawancara dilakukan
dengan bapak Sriyanto,S.Pd selaku guru Fisika Program Akselerasi SMA Negeri 1
Surakarta, Bapak Drs.Subandrio selaku guru Fisika Program Akselerasi SMA N 3
Surakarta dan dengan Bapak Brata, M.Pd Selaku guru Fisika Program Akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
SMA N 1 Karanganyar. Dokumen hasil observasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Rata-rata guru memberikan soal evaluasi dengan menggunakan suatu instrumen
tes buatan guru sendiri yang belum teruji atau belum memenuhi standar baku suatu
tes karena belum melalui serangkaian uji tes. Selama ini kebanyakan guru
menggunakan soal yang dinilai sulit oleh guru tersebut tanpa melihat tingkat
kesulitan kognitif tes (C1-C6 Taksonomi Bloom), padahal sesuai pedoman dari
Depdiknas(2009 : 55) untuk Program Akselerasi yang pada pembelajarannya
menuntut high level thinking menuntut pula guru memberikan soal dengan tingkat
kesulitan C4 (analisis), C5(sintesis) dan C6 (evaluasi). Hal ini diperlukan agar
terjadi keseimbangan antara kecerdasan siswa, proses pembelajaran, dan
evaluasinya.
Suatu tes yang dinilai gurunya akan sulit dikerjakan siswa, bisa jadi
dianggap mudah oleh siswanya. Tes yang sulit dan ditujukan kepada sekelompok
subjek yang kemampuannya rendah, tidak akan menghasilkan akurasi. Begitu juga
sebaliknya, tes yang mudah tidak akan cocok untuk sekelompok subjek yang
kemampuannya tinggi karena tidak sesuai dengan levelnya. Jadi, tes yang baik
adalah tes yang mampu mengukur tingkat kemampuan subjek sasaran. Oleh karena
itu diperlukan adanya instrumen tes yang baku (standar) sehingga guru bisa
menggunakan instrumen tes tersebut apabila guru belum membuat instrumen tes
yang baku. Selain itu instrumen tes yang dihasilkan dari penelitian ini dapat juga
dijadikan referensi guru dalam membuat instrumen tes.
Penelitian pengembangan instrumen tes untuk kelas XI Program Akselerasi
ini tidak membutuhkan waktu yang lama seperti halnya pengembangan produk
pendidikan yang lain, karena kekhususan dari program yang dikembangkan.
b. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk
yang akan dikembangkan. Studi literatur pada penelitian ini dilakukan dengan
studi teoritik yakni mengkaji teori-teori yang relevan sehinga dapat digunakan
sebagai dasar pengembangan. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan suatu produk. Suatu
produk pendidikan kemungkinan bukan hal yang sama sekali baru. Produk sejenis
atau produk yang mirip telah dikembangkan oleh pengembang lain di tempat lain.
Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur berbentuk dokumen-dokumen hasil
penelitian atau hasil evaluasi tentang pengembangan instrumen tes formatif,
tentang asesmen, dan juga tentang sekolah program Akselerasi.
2. Merencanakan Penelitian
Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti dapat melanjutkan langkah
kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian ini disusun dalam
bentuk proposal penelitian yang meliputi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai dengan
penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian. Perencanaan penelitian
ini dilakukan dengan arahan dari pembimbing dan beberapa ahli pada saat
dilaksanakannya seminar proposal.
3. Pengembangan Desain
Langkah pengembangan desain produk pendidikan dalam penelitian ini
menggunakan alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi (2004:88) dalam
menyusun instrumen tes yaitu :
a. Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes
yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang
harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut :
1). Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di
lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes
sumatif. Pada penelitian ini , tes yang dikembangkan adalah tes formatif. Tes
formatif pada umumnya dilakukan pada akhir setiap Satuan Acara Pelajaran
(SAP) dan terutama diarahkan pada ranah kognitif siswa. Dari hasil penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
menggunakan tes formatif guru akan melihat sejauh mana siswa telah memahami
suatu materi pelajaran yang diajarkan guru, dalam penelitian ini akan dilakukan
penyusunan (pengembangan) instrumen tes formatif Fisika untuk kelas XI
semester gasal Program Akselerasi dengan spesifikasi materi Kinematika dengan
Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. Tes formatif
dipilih karena dengan tes formatif dapat mendukung terlaksananya autentic
assesment , selanjutnya mampu memberikan informasi rekam jejak siswa dalam
penguasaan materi.
2). Penulisan kisi – kisi soal
Kisi – kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal
yang akan dibuat. Kisi – kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga
siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang memiliki isi dan tingkat
kesulitan relatif sama. Berikut ini adalah langkah – langkah dalam
mengembangkan kisi – kisi tes, yaitu :
a) Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi
pokok yang akan diujikan (Lampiran 1)
b) Menentukan indikator (Lampiran 4)
c) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan
(Lampiran 4)
Dalam pembuatan kisi-kisi dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan
guru sekolah Program Akselerasi kelas XI tempat dilakukannya penelitian.
3). Menentukan bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan sesuai tujuan tes, jumlah
peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan
materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian ini
menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda karena jumlah peserta tes banyak,
sehingga waktu koreksi lebih singkat dan cakupan materinya lebih menyeluruh,
selain itu dari pihak sekolah hanya memberikan sedikit waktu untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
uji tes pada siswa mengingat waktu Program Akselerasi yang terbatas namun
dengan materi yang banyak, yaitu materi 1 semester hanya dilaksanakan 4 bulan.
4). Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes bedasarkan pada cakup materi ujian dan
kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-150
menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk
pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat tes
sebanyak 25 butir pada materi Kinematika dengan waktu 75 menit, 15 butir pada
materi Gravitasi dengan waktu 45 menit, dan 25 butir pada materi Gerak
Harmonis pada Benda Elastik dengan waktu 75 menit.
b. Menulis soal tes
Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi
tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi
pertanyaan – pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi
(Lampiran 4) yang telah dibuat. Soal yang telah ditulis sebelum di uji coba kualitatif
dapat dilihat di Lampiran 5.
4. Melakukan Uji Kualitatif
Pada penelitian ini, uji awal terhadap desain produk dilakukan oleh ahli,
yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi Fisika SMA Negeri 1 Karangnyar.
Uji awal ini dilakukan dengan menganalisis secara kualitatif desain instrumen tes
yang dibuat. Analisis ini dilakukan untuk memperbaiki soal tes yang telah disusun
sehingga soal tes yang dibuat memiliki kualitas yang baik dilihat dari materi,
konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan butir soal ini digunakan lembar
penelaahan berupa daftar cek.
Pada telaah dari para ahli ini poin pertama yang dikaji adalah materi. Soal
yang telah dibuat sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam kisi-kisi atau
belum. Pada telaah materi ini peran yang paling utama adalah guru bidang studi,
karena guru bidang studi yang memberikan materi secara langsung. Dari telaah secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
materi ini semua soal sudah sesuai dengan materi, karena sebelum dilakukan
penyusunan soal dilakukan terlebih dahulu telaah materi berdasarkan silabus yang
berasal dari diknas dan dari sekolah.
Pada telaah secara kontruksi dan bahasa dari soal yang dibuat. Pada
kontruksi soal yang direvisi bervariasi penyebabnya. Secara konstruksi ada soal yang
kurang lengkap dalam penulisannya, misalnya dalam menuliskan satuan atau ada
pokok soal yang belum tercantum. Selain itu mengenai pilihan jawaban juga menjadi
bahan revisi, pilihan jawaban pada awalnya belum merupakan hasil dari penggunaan
rumus yang salah. Dengan konstruksi yang demikian pengecoh akan tidak berfungsi
dan jawaban mudah ditebak. Oleh sebab itu ,untuk pilihan jawaban dibuat dengan
memperkirakan pilihan jawaban apabila terjadi kombinasi rumus yang salah,
sehingga walaupun rumus yang digunakan salah, tetap terdapat opsi jawabannya.
Dalam hal bahasa yang ditelaah adalah tentang pemilihan kata, dan
penulisan soalnya. Kebanyakan soal yang telah dibuat banyak menimbulkan
penafsiran yang berbeda dengan maksud soal sebenarnya dan agak membingungkan
siswa oleh karena itu perlu diperbaiki.
Diskripsi telaah soal secara kualitatif dapat dilihat di Lampiran 6 dan
Lembar validasi ahli di Lampiran 7. Dari hasil telaah kualitatif di dapatkan hasil
sesuai Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2. Hasil Telaah Kualitatif Desain Soal
Instrumen tes Soal yang harus direvisi
Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) 1,7,10,13,16,17,24
Gravitasi (Paket 2) 8,11,14,15
Gerak Harmonik pada benda Elastik (Paket 3) 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
5. Melakukan Revisi Soal Hasil Telaah Kualitatif
Revisi instrumen tes hasil telaah kualitatif dilakukan dengan berdasarkan
koreksi dari ahli yang mencakup aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam
pelaksanaannya revisi instrumen tes ini dilakukan dengan saran dari para ahli. Revisi
akan terus dilakukan sampai para ahli menilai instrumen tes tersebut layak untuk
diujicobakan. Instrumen tes hasil revisi dan merupakan soal uji kelompok kecil dapat
dilihat di Lampiran 6.
6. Melaksanakan Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil dilakukan setelah instrumen tes yang telah dibuat
mendapat persetujuan untuk diujicobakan dari para ahli. Ujicoba ini dilakukan untuk
mendapatkan data empiris awal tentang kualitas tes. Soal yang dibuat ini
menggunakan teori tes klasik yaitu tes yang hasil tesnya tergantung pada kemampuan
siswanya. Instrumen tes pada saat diujikan pada siswa yang kemampuannya rendah
maka taraf kesukaran soal seharusnya bernilai rendah/soal tergolong sulit dan
sebaliknya apabila soal diujikan pada siswa dengan kemampuan yang tinggi maka
taraf kesukaran soal seharusnya menjadi tinggi/soal tergolong mudah. Dalam
pembuatan soal ini dispesifikkan untuk mengevaluasi pemahaman materi siswa
program akselerasi, sehingga kemampuan siswanya homogen yang tergolong siswa
CIBI. Untuk tes formatif digunakan tes dengan tingkat kesukaran sedang. Soal yang
telah dibuat, dirancang dengan jenjang tingkat kemampuan kognitif siswa C4-C5-C6
(high level thinking). Ujicoba kelompok kecil dilakukan di SMA Negeri 1
Karanganyar dengan subyek coba 24 siswa kelas XI Program Akselerasi.
Setelah ujicoba tes kelompok kecil dilakukan, hasil tes kemudian dianalisis
secara kuantitatif menggunakan program microsof excel untuk mengetahui reliabilitas
tes, tingkat kesukaran item soal, daya beda soal, dan efektifitas distraktor tiap item
soal. Hasil analisis secara kuantitatif dapat dilihat di Lampiran 8. Dari analisis
kuantitatif ujicoba kelompok kecil di SMA Negeri 1 Karanganyar didapatkan hasil
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
a. Reliabilitas Instrumen tes
Reliabilitas dihitung dengan rumus Kuder Richardson 20 atau KR-20. Kriteria
realibilitas yang digunakan dalan menganalisis instrumen tes yang dibuat berdasarkan
kriteria reliabilitas dari Slameto (2001:215) yaitu kriteria sangat tinggi untuk
reliabilitas 0,800 ≤ r11 < 1,00 , tinggi untuk reliabilitas 0,600 ≤ r11 < 0,800, cukup
tinggi untuk reliabilitas 0,400 ≤ r11 < 0,600 , rendah untuk reliabilitas 0,200 ≤ r11 <
0,400 ,dan sangat rendah untuk reliabilitas 0,000 ≤ r11 < 0,200. Semakin tinggi
reliabilitas suatu tes, menunjukkan bahwa tes tersebut semakin ajeg dalam mengukur
kemampuan siswa, artinya tes tersebut memberikan hasil yang relatife tidak berbeda
apabila di lakukan tes pada subyek yang sama meskipun dalam waktu yang berbeda.
Hasil analisis reliabilitas uji kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil.
Instrumen Tes Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) 0.69398 Tinggi
Gravitasi (Paket 2) 0.62755102 Tinggi
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3) 0.769453 Tinggi
Dari hasil analisis reliabilitas tes didapatkan hasil instrumen tes paket 1 memiliki
niliai reliabilitas 0.69398 atau kriteria tinggi, paket 2 memiliki nilai reliabilitas
0.62755102 atau kriteria tinggi, dan paket 3 memiliki nilai 0.769453 atau kriteria
tinggi. Ketiga paket instrumen tes yang dibuat memiliki kriteria tinggi yang berarti
memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur kemampuan siswa yang sama,
meskipun diujikan dalam waktu yang berbeda.
b. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi siswa yang
menjawab betul suatu soal (Slameto,2001:215). Makin besar tingkat kesukaran
berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah tingkat
kesukaran berarti soal itu makin sukar. Menurut Suharsimi Arikunto (2001 : 207),
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak teralu sulit”. Oleh
karena itu, dapat dinyatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan taraf kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
yang sedang.Tingkat kesukaran item tes dihitung dengan menggunakan rumus Du
Bois, yaitu
. Perhitungan analisis tingkat kesukaran item tes berada pada
Lampiran 7. Ada beberapa klasifikasi tingkat kesukaran suatu tes menurut Allen &
Yen (1979 :120), yaitu suatu soal termasuk dalam kategori sukar jika P kurang dari
0,30, suatu soal termasuk dalam kategori sedang jika tingkat kesukaran soal berada
pada interval 0,30 sampai 0,70, dan termasuk kategori soal mudah jika nilai tingkat
kesukaran soal lebih dari 0,70. Hasil analisis kuantitatif instrumen tes dari hasil uji
coba kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes.
No Instrumen Tes Kriteria
Tingkat Kesukaran
Nomer Soal Jumlah
1 Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Sukar 19,20 2
Sedang 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,
13,14,15,16,17,18,21,22,
23,24
21
Mudah 1 1
2. Gravitasi (Paket 2) Sukar - 0
Sedang 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15
15
Mudah - 0
3. Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Sukar 18 1
Sedang 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15,16,17,19,20,
21,22,23,24,25
24
Mudah - 0
Dari hasil analisis instrumen tes secara kuantitatif didapatkan hasil bahwa tuntuk
materi Paket 1 terdapat 2 soal tergolong mudah, 21 soal tergolong sedang, dan 1 soal
tergolong mudah. Pada Paket 2 semua soal tergolong sedang. Pada Paket 3 terdapat 1
soal tergolong sukar, 24 soal tergolong sedang, dan tidak terdapat soal yang tergolong
mudah. Hasil analisis tingkat kesukaran tes ini kemudian akan dipadukan dengan
hasil analisis daya pembeda item tes, dan efektivitas distraktor untuk melihat kualitas
tiap-tiap soal, setelah itu akan diambil keputusan mana soal yang diterima, direvisi,
dan ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dalam pembuatan instrumen tes ini, soal yang akan dipertahankan adalah soal
dengan tingkat kesukaran sedang. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pembuatan
instrumen tes ini adalah untuk keperluan pegukuran hasil belajar (kompetensi)
sehingga soal yang dianggap baik adalah yang termasuk kategori sedang. Keputusan
ini diambil berdasarkan teori Allen & Yen (1979 :121) dalam Elvin &Surantoro
(2010:185) yang menyatakan “…soal yang terlalu atau cenderung mudah lebih tepat
digunakan untuk diagnostik, sedangkan soal yang terlalu sulit atau cenderung sulit
lebih tepat digunakan untuk tes seleksi. Oleh karena itu untuk keperluan tes yang
mengukur hasil belajar (kompetensi) siswa tertentu akan dianggap baik bila termasuk
dalam interval soal yang sedang “.
c. Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan rendah. Daya beda instrumen tes ini dilakukan dengan rumus indeks
diskriminasi yaitu dengan menghitung perbedaan proporsi kelas atas yang menjawab
benar dengan proporsi kelas bawah yang menjawab benar. Untuk menghitung daya
pembeda setiap soal, dapat digunakan rumusan menurut Azwar (2007 :138) yaitu
. Dimana niT merupakan jumlah siswa yang menjawab benar dari
kelompok atas, NT merupakan jumlah siswa pada kelompok atas, niR merupakan
jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok bawah, NR merupakan jumlah
siswa pada kelompok bawah. Kelompok atas dan kelompok bawah dibagi dengan
terlebih dahulu menghitung skor siswa kemudian mengurutkannya berdasarkan
peringkat siswa. Setelah didapatkan peringkat siswa dan diurutkan berdasarkan
peringkatnya siswa dibagi menjadi 2 kelompok, peringkat 1-12 masuk dalam
kelompok atas, dan 13-24 masuk dalam kelompok bawah. Perhitungan analisis daya
beda soal dapat dilihat di Lampiran 8.
Nilai daya beda soal dapat dikategorikan menjadi beberapa menurut
Djemari (2005 :5), yaitu soal yang memiliki D < 0,1 ditolak, soal yang direvisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
memiliki daya beda 0,1 D 0,3, dan soal yang diterima memiliki daya beda D >
0,3. Hasil analisis daya beda instrumen tes ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4.Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes
No Instrumen Tes Kriteria
Daya Beda
Nomer Soal Jumlah
1 Kinematika dengan Analisis
Vektor (Paket 1)
Diterima 2,3,4,5,6,7,9,11,14,16,
21
11
Direvisi 1,8,12,17,18,20,22,23,24 9
Ditolak 10,13,15,19 4
2. Gravitasi (Paket 2) Diterima 1,2,3,4,5,6,7,11,12,13,14,
15
12
Direvisi 8,9,10 3
Ditolak - -
3. Gerak Harmonik pada Benda
Elastik
(Paket 3)
Diterima 1,3,4,5,6,8,9,11,12,13,14,
15,16,17,18,19,20,21,22,23,
24,25
22
Direvisi 2,10, 2
Ditolak 7 1
Dari hasil analisis kuantitatif terdapat 11 soal diterima, 9 soal direvisi, dan 4 soal
ditolak pada paket 1. Pada paket 2 terdapat 12 soal diterima dan 3 soal direvisi,
sedangkan pada paket 3 tedapat 22 soal diterima, 2 soal direvisi, dan 1 soal ditolak.
Hasil analisis daya beda ini kemudian akan dianalisis dengan tingkat kesukaran,
efektifitas distraktor, dan reliabilitasnya untuk mengetahui keterterimaannya.
d. Efektifitas Distraktor
Efektifitas distraktor merupakan seberapa baik pilihan jawaban salah yang
tersedia dapat mengecoh peserta tes yang tidak mengetahui kenci jawaban yang
tersedia. Semakin banyak suatu jawaban salah dipillih maka semakin baik pula
pengecoh menjalankan tugasnya. Menurut Azwar (2007 :142) efektifitas distraktor
dapat dilihat dari dua criteria, yaitu; (a) distraktor dipilih oleh peserta tes dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
kelompok rendah, dan (b) pemilih distraktor tersebar relatif proporsional pada
masing-masing distraktor yang ada. Menurut Suharsimi (2001 : 211) soal pilihan
jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh : (1) paling tidak
dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa ,dan (2) lebih banyak dipilih oleh kelompok
siswa yang yang belum paham materi.
Pada uji kelompok kecil ini peserta tes ada 24 orang siswa, jadi 5 % dari 24
siswa adalah 1.2, berarti dalam tes ini suati distraktor dapat dikatakan efektif
apabila dipilih minimal dua orang. Distraktor yang baik terutama dipilih dari
kelompok bawah, akan tetapi distraktor kurang maksimal jika hanya dipilih oleh
kelompok bawah saja, sebaiknya dipilih pula oleh kelompok atas. Distraktor
sebaiknya dipilih lebih banyak oleh kelompok bawah, jika dipilih lebih banyak
oleh kelompok atas maka berarti distraktor tersebut menyesatkan dan sebaiknya
diganti dengan distraktor lain. Distraktor dikatakan berfungsi apabila semua
distraktor pada tiap soal berfungsi baik, apabila dalam satu soal ada distraktor yang
belum berfungsi,atau menyesatkan maka distraktor pada soal tersebut dikatakan
belum maksimal berfungsi maka distraktor tersebut sebaiknya direvisi. Penyebaran
distraktor dapat dilihat di Lampiran 8. Tabel 4.5 menunjukkan hasil rekapitulasi
efektifitas distraktor.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor
No Instrumen Tes Kriteria
Efektifitas
Distraktor
Nomer Soal Jumlah
1 Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Berfungsi 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,
15,16,17,18,19,20,21,22,23,24
23
Belum
maksimal
1 1
2. Gravitasi (Paket 2) Berfungsi 1,2,3,5,6,7,8,10,11,12,13,
14,15
13
Belum
maksimal
4,9 2
3. Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Berfungsi 1,3,4,6,10,11,12,14,15,16,
17,18,19,20,21,22,23,24,25
19
Belum
maksimal
2,5,7,8,9,13 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Dari 64 soal yang telah dibuat terdapat 55 soal yang sudah memiliki distraktor
yang telah berfungsi baik, dan 9 soal yang distraktornya belum maksimal. Soal
yang distraktornya belum maksimal sebaiknya direvisi sebelum digunakan untuk
ujicoba selanjutnya.
Setelah didapatkan hasil analisis reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda,
dan efektifitas distraktor, kemudian dari masing-masing soal diputuskanlah soal yang
sudah baik, dan soal yang perlu direvisi, atau soal mana yang ditolak sehingga perlu
diganti dengan soal yang baru. Menurut Elvin & Surantoro (2010 :187) suatu soal
dapat dimasukkan dalam kriteria soal diterima, direvisi, atau ditolak jika memenuhi
kriteria keputusan untuk penilaian item soal sebagai berikut : (1) item soal diterima,
apabila karakteristik item soal memenuhi semua kriteria. Item soal yang terlalu sukar
atau terlalu mudah, tetapi memiliki daya beda dan distribusi pengecoh item yang
memenuhi criteria, butir soal tersebut dapat diterima atau dipilih; (2) item soal
direvisi, apabila salah satu atau lebih dari ketiga criteria karakteristik item soal tidak
memenuhi kriteria ; (3) item soal ditolak, jika item soal memiliki karakteristik yang
tidak memnuhi semua kriteria.
Dari 64 soal yang telah dibuat didapatkan 40 soal ddikatakan berkualitas baik
atau diterimma dan 24 soal direvisi. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.6 .
Tabel 4.6. Rincian Hasil Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil
Instrumen tes Kriteria Nomer Soal Jumlah
Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Soal yang diterima 2,5,6,8,9,11,14,16,22,23 10
Soal yang direvisi 1,3,4,7,10,12,13,15,17
18,19,20,21,24
14
Soal yang ditolak - -
Gravitasi (Paket 2) Soal yang diterima 1,2,3,5,6,7,11,12,13,14,
15
11
Soal yang direvisi 4,8,9,10 4
Soal yang ditolak - -
Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Soal yang diterima 1,3,4,6,10,11,12,14,15,
16,17,18,19,20,21,22,23,24,
25
19
Soal yang direvisi 2,5,7,8,9,13 6
Soal yang ditolak - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
7. Melaksanakan Revisi Hasil Uji Kelompok Kecil
Setelah dilakukan uji kelompok kecil dan dilakukan analisis secara kuantitatif
mengenai reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas distraktor
kemudian dilakukanlah revisi terhadap soal yang belum baik kualitasnya. Soal yang
harus direvisi berjumlah 24 item. Revisi soal dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan analisis kemungkinan faktor yang menyebabkan soal harus direvisi.
Revisi soal dilakukan dengan masukan dari ahli evaluasi, ahli materi, dan guru Fisika
SMA Negeri 3 Surakarta. Dalam pembuatan instrumen ini tidak menggunakan ahli
bahasa secara khusus karena aspek kebahasaan soal sudah sekaligus masuk dalam
penelaahan ketiga ahli tersebut. Revisi soal selesai setelah para ahli menilai soal yang
direvisis layak untuk digunakan untuk ujicoba selanjutnya. Hasil revisi dapat dilihat
di Lampiran 9 dan soal uji kelompok besar dapat dilihat di Lampiran 10.
8. Melaksanakan Uji Coba Kelompok Besar
Uji coba kelompok besar dilakukan di kelas XI Program Akselerasi SMA
Negeri 3 Surakarta dengan subyek coba 56 siswa. Uji coba kelompok besar ini hanya
dilakukan di SMA N 3 Surakarta, karena di SMA N 3 Surakarta masih digunakan
susunan materi yang sama sesuai dengan pedoman untuk kelas XI dari Depdiknas.
Tidak semua sekolah Program Akselerasi masih mengikuti pedoman susunan materi
dari Depdiknas, ada materi yang seharusnya diajarkan di kelas XI tetapi diajarkan di
kelas X. Hal ini menyebabkan kesulitan menentukan waktu ujicoba jika melihat
jadwal siswa akselerasi sendiri yang sudah sangat padat selain itu juga kurang
maksimal karena materi tersebut sudah sangat lama dipelajari oleh siswa,
kemungkinan besar banyak siswa yang sudah lupa dengan materi tersebut.
Seandainya tetap dilakukan ujicoba bisa dilakukan di siang hari setelah pulang
sekolah, dan siswa terlebih dahulu diberi tahu bahwa akan dilakukan tes, tetapi
kemungkinan besar mood siswa untuk mengerjakan akan berkurang karena harus
belajar lagi materi yang bukan menjadi beban belajar di kelas XI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Uji coba kelompok besar dilakukan untuk mendapatkan data empiris tentang
kualitas soal, setelah melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah hasil analisis uji
kelompok besar secara kuantitatif soal :
a. Reliabilitas Instrumen Tes
Sama halnya dengan analisis kuantitatif pada uji coba kelompok kecil
reliabilitas dihitung dengan rumus Kuder Richardson 20 atau KR-20. Kriteria
reliabilitas yang digunakan dalan menganalisis instrumen tes adalah kriteria
reliabilitas dari Slameto (2001 :215) yaitu kriteria sangat tinggi untuk reliabilitas
0,800 ≤ r11 < 1,00 , tinggi untuk reliabilitas 0,600 ≤ r11 < 0,800, cukup tinggi
untuk reliabilitas 0,400 ≤ r11 < 0,600, rendah untuk reliabilitas 0,200 ≤ r11 <
0,400 ,dan sangat rendah untuk reliabilitas 0,000 ≤ r11 < 0,200. Semakin tinggi
reliabilitas suatu tes, menunjukkan bahwa tes tersebut semakin ajeg dalam
mengukur kemampuan siswa, artinya tes tersebut memberikan hasil yang relatif
tidak berbeda apabila tes dilakukan pada subyek yang sama dalam waktu yang
berbeda. Hasil analisis reliabilitas uji kelompok besar dapat dilihat pada Tabel 4.7,
sedangkan perhitungannya dapat dilihat di Lampiran 13.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil.
Instrumen Tes Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) 0.810701
Sangat tinggi
Gravitasi (Paket 2) 0.6844
Tinggi
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3) 0.824764
Sangat tinggi
Dari hasil analisis reliabilitas tes didapatkan hasil instrumen tes paket 1 memiliki
niliai reliabilitas 0.810701 atau kriteria sangat tinggi, paket 2 memiliki nilai
reliabilitas 0.6844 atau kriteria tinggi, dan paket 3 memiliki nilai 0.824764 atau
kriteria sangat tinggi. Paket instrumen tes yang dibuat memiliki kriteria
reliabilitas yang berbeda paket 1, dan 3 dengan kriteria sangat tinggi, sedangkan
paket 2 memiliki kriteria tinggi dari kriteria-kriteria ini dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
instrument tes yang dibuati memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur
kemampuan siswa yang sama, meskipun diujikan dalam waktu yang berbeda.
b. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran item tes dihitung dengan menggunakan rumus Du Bois,
yaitu
. Perhitungan analisis tingkat kesukaran item tes dapat dilihat pada
lampiran 7. Ada beberapa klasifikasi tingkat kesukaran suatu tes menurut Allen &
Yen (1979 :120), yaitu suatu soal termasuk dalam kategori sukar jika P kurang
dari 0,30, suatu soal termasuk dalam kategori sedang jika tingkat kesukaran soal
berada pada interval 0,30 sampai 0,70, dan termasuk kategori soal mudah jika nilai
tingkat kesukaran soal lebih dari 0,70. Hasil analisis kuantitatif tingkat kesukaran
instrumen tes dari hasil uji coba kelompok besar dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan
perhitungan pada Lampiran 13.
Tabel 4.8. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes.
No Instrumen Tes Kriteria
Tingkat Kesukaran
Nomer Soal Jumlah
1 Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Sukar - 0
Sedang 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15,16,17,18,19
20,21,22,23,24
24
Mudah - 0
2. Gravitasi (Paket 2) Sukar - 0
Sedang 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15
15
Mudah - 0
3. Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Sukar - 0
Sedang 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15,16,17,18,19
20,21,22,23,24,25
25
Mudah - 0
Dari hasil analisis instrumen tes secara kuantitatif didapatkan hasil bahwa tuntuk
materi Paket 1 24 soal tergolong sedang dan tidak ada soal yang tergolong sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
atau mudah. Pada Paket 2 tidak ada soal yang tergolong mudah atau sukar. Pada
Paket 3 semua soal tergolong sedang. Dari tingkat kesukaran item tes ini semua
soal tergolong criteria sedang, hal ini menunjukkan bahwa item tes yang dibuat
sudah tepat jika ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa.
c. Daya Beda
Daya beda instrumen tes ini dilakukan dengan rumus indeks
diskriminasi yaitu dengan menghitung perbedaan proporsi kelas atas yang
menjawab benar dengan proporsi kelas bawah yang menjawab benar. Untuk
menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumusan menurut Azwar
(2007 :138) yaitu
. Dimana niT merupakan jumlah siswa yang
menjawab benar dari kelompok atas, NT merupakan jumlah siswa pada kelompok
atas, niR merupakan jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok bawah,
NR merupakan jumlah siswa pada kelompok bawah. Kelompok atas dan kelompok
bawah dibagi dengan terlebih dahulu menghitung skor siswa kemudian
mengurutkannya berdasarkan peringkat siswa. Setelah didapatkan peringkat siswa
dan diurutkan berdasarkan peringkatnya siswa dibagi menjadi 2 kelompok,
peringkat 1-28 masuk dalam kelompok atas, dan 29-56 masuk dalam kelompok
bawah. Perhitungan analisis daya beda soal dapat dilihat di lampiran 13.
Nilai daya beda soal dapat dikategorikan menjadi beberapa menurut
Djemari (2005 :5), yaitu soal yang memiliki D < 0,1 ditolak, soal yang direvisi
memiliki daya beda 0,1 D 0,3, dan soal yang diterima memiliki daya beda D >
0,3 . Hasil analisis daya beda instrumen tes ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.8.Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes
No Instrumen Tes Kriteria
Daya Beda
Nomer Soal Jumlah
1 Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Diterima 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
,14,15,16,17,18,19,20,21,22,
23, 24
24
Direvisi - 0
Ditolak - 0
2. Gravitasi (Paket 2) Diterima 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
,14,15
15
Direvisi - 0
Ditolak - 0
3. Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Diterima 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
,14,15,16,17,18,19,20,21,22,
23,24,25
25
Direvisi - 0
Ditolak - 0
Dari hasil analisis kuantitatif dapat diketahui bahwa semua soal yang diujikan pada
uji kelompok besar ini memiliki criteria daya beda diterima. Kriteria diterima
menunjukkan soal tersebut sudah mampu membedakan kemampuan siswa
kelompok atas dan siswa kelompok bawah.
d. Efektifitas Distraktor
Efektifitas distraktor merupakan kriteria seberapa baik pilihan jawaban
salah yang tersedia dapat mengecoh peserta tes yang tidak mengetahui kunci
jawaban yang tersedia. Semakin banyak suatu jawaban salah dipillih maka
semakin baik pula pengecoh menjalankan tugasnya. Menurut Azwar (2007 :142)
efektifitas distraktor dapat dilihat dari dua kriteria, yaitu; (a) distraktor dipilih oleh
peserta tes dari kelompok rendah, dan (b) pemilih distraktor tersebar relatif
proporsional pada masing-masing distraktor yang ada. Menurut Suharsimi (2001 :
211) soal pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
: (1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa ,dan (2) lebih banyak
dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham materi.
Pada uji kelompok kecil ini peserta tes ada 56 orang siswa, jadi 5 % dari 56
siswa adalah 2.8, berarti dalam tes ini suatu distraktor dapat dikatakan efektif
apabila dipilih minimal 3 orang, terutama dari kelompok bawah, akan tetapi
distraktor kurang maksimal jika hanya dipilih oleh kelompok bawah saja,
sebaiknya dipilih pula oleh kelompok atas. Distraktor sebaiknya dipilih lebih
banyak oleh kelompok bawah, jika dipilih lebih banyak oleh kelompok atas maka
distraktor tersebut menyesatkan dan sebaiknya diganti dengan distraktor lain.
Distraktor dikatakan berfungsi apabila semua distraktor pada tiap soal berfungsi
baik, apabila dalam satu soal ada distraktor yang belum berfungsi,atau
menyesatkan maka distraktor pada soal tersebut dikatakan belum maksimal
berfungsi sebaiknya distraktor tersebut direvisi. Penyebaran distraktor dapat dilihat
di Lampiran 13. Tabel 4.9 menunjukkan hasil rekapitulasi efektifitas distraktor.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor
No Instrumen Tes Kriteria
Efektifitas
Distraktor
Nomer Soal Jumlah
1 Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Berfungsi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,
14,15,16,17,18,19,20,21,22,2
3,24,25
24
Belum
maksimal
- 0
2. Gravitasi (Paket 2) Berfungsi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,
14,15
15
Belum
maksimal
- 0
3. Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Berfungsi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,
13,14,15,16,17,18,19,20,21,2
2,23,24,25
25
Belum
maksimal
- 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dari hasil analisis efektifitas distraktor dapat diketahui bahwa semua distraktor
sudah berfungsi dengan baik.
Setelah didapatkan hasil analisis reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda,
dan efektifitas distraktor, kemudian dari masing-masing soal diputuskanlah soal yang
sudah baik, dan soal yang perlu direvisi, atau soal mana yang ditolak sehingga perlu
diganti dengan soal yang baru. Menurut Elvin & Surantoro (2010 :187) suatu soal
dapat dimasukkan dalam kriteria soal diterima, direvisi, atau ditolak jika memenuhi
kriteria keputusan untuk penilaian item soal sebagai berikut : (1) item soal diterima,
apabila karakteristik item soal memenuhi semua criteria. Item soal yang terlalu sukar
atau terlalu mudah, tetapi memiliki daya beda dan distribusi pengecoh item yang
memenuhi kriteria, butir soal tersebut dapat diterima atau dipilih; (2) item soal
direvisi, apabila salah satu atau lebih dari ketiga kriteria karakteristik item soal tidak
memenuhi kriteria ; (3) item soal ditolak, jika item soal memiliki karakteristik yang
tidak memnuhi semua kriteria.
Dari 64 soal yang telah dibuat didapatkan bahwa semua soal dikatakan
berkualitas baik atau diterima. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.8 .
Instrumen tes Kriteria Nomer Soal Jumlah
Kinematika dengan Analisis Vektor
(Paket 1)
Diterima 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25
24
Direvisi - 0
Ditolak - 0
Gravitasi (Paket 2) Diterima 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,
15
15
Direvisi - 0
Ditolak - 0
Gerak Harmonik pada Benda Elastik
(Paket 3)
Diterima 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15
16,17,18,19,20,21,22,23,24,25
25
Direvisi - 0
Ditolak - 0
. Berdasarkan prinsip pelaksanaan penilaian otentik instrumen tes formatif
yang disusun sudah mampu untuk mendukung pelaksanaan penilaian otentik karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
dengan adanya tes formatif yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dapat dilihat kemajuan
perkembangan belajar siswa, apakah naik atau turun (prinsip Keeping track). Selain
itu hasil dari tes formatif yang dilaksanakan mampu menunjukkan ketercapaian
kemampuan peserta didik karena dari skor yang dihasilkan dapat dilihat apakah nilai
siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) atau tidak (prinsip Checking
Up) . Tes formatif ini digunakan diakhir suatu pokok materi, dari hasil tes tersebut
dapat dilihat rata-rata nilai siswa apabila masih banyak yang mendapat nilai di bawah
KKM dapat sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran (prinsip
Finding Out). Tes formatif yang disusun merupakan penjabaran dari suatu Standar
Kompetensi, dari 3 kali tes tersebut dapat diambil kesimpulan sementara (melalui
rata-rata skor tes formatif) apakah siswa tersebut sudah mencapai KKM atau belum
(prinsip Summing Up).
Penilaian otentik memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1) penilaian
merupakan bagian dari proses pembelajaran. 2) penilaian mencerminkan hasil proses
belajar pada kehidupan nyata. 3) menggunakan bermacam-macam instrumen,
pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar. 4) penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran. Dari karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa
instrumen tes yang disusun mampu mendukung pelaksanaan penilaian otentik
meskipun tidak semua karakteristik tetapi hanya pada karakteristik nomor satu dan
empat, karena pada penilaian otentik yang menilai proses pembelajaran memerlukan
banyak metode yang tidak hanya paper and pencil (bentuk tes) tetapi juga hasil karya
(product), penugasan (project), unjuk kerja (performance), dan kumpulan hasil kerja
(portofolio).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data secara kualitatif dan secara kuantitatif hasil
penelitian mengenai pengembangan instrumen tes formatif kelas XI Program
Akselerasi adalah :
1. Tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi
disusun berdasarkan Standar Kompetensi “Mendeskripsikan gejala alam dalam
cakupan mekanika klasik system diskret (partikel) sehingga mampu
mendukung pelaksanaan authentic assessment jenis paper and pencil karena
ketersinambungan materinya .
2. Tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi
telah memenuhi kriteria kualitatif suatu instrumen yang baku karena telah
ditelaah oleh ahli evaluasi, ahli bahasa, dan ahli materi dan memenuhi kriteria
baik pada aspek konstruksi soal, materi dan bahasa.
3. Tes Fisika yang dikembangkan memenuhi kriteria baik secara kualitatif
karena telah ditelaah oleh tim ahli. Secara kuantitatif memiliki reliabilitas soal
yaitu 0,810701 untuk Paket 1 yang tergolong sangat tinggi, Paket 2 0,6844
yang tergolong tinggi , dan paket 3 0,824764 yang tergolong sangat tinggi.
Daya beda soal diterima, yaitu D > 0,3, taraf kesukaran sedang yaitu 0,3 ≤ P ≤
0,7, dan pengecoh yang berfungsi dengan baik.
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif penelitian
pengembangan tes formatif kelas XI pilihan ganda untuk Program Akselerasi ini
memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut.
1. Penyusunan tes memerlukan waktu yang lama karena penyusunan instrumen
tes pilihan ganda tidak semudah penyusunan tes uraian. Tester dituntut untuk
kreatif memikirkan kemungkinan pilihan jawaban sehingga distraktor
berfungsi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
2. Penyusunan instrumen tes dikembangkan untuk kelas khusus yaitu Program
Akselerasi sehingga subyek cobanya sangat terbatas karena di daerah
Surakarta dan sekitarnya hanya sekolah tertentu yang membuka kelas Program
Akselerasi.
3. Penyusunan instrumen tes terbatas pada penyusunan instrumen tes untuk
mendukung penilaian otentik jenis paper and pencil saja.
C. Saran Pemanfaatan dan Pengembangan
Produk Lebih Lanjut
Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif penelitian
pengembangan tes formatif kelas XI pilihan ganda untuk Program Akselerasi ini
memiliki saran pemanfaatan dan pengembangan produk lebih lanjut adalah
sebagai berikut .
1. Saran Pemanfaatan
Tes yang sudah diujicobakan dan dianalisis ini dapat dimanfaatkan
sebagai bank soal .
2. Pengembangan Produk Lebih Lanjut
Dari instrumen tes formatif kelas XI Program Akselerasi dapat dikembangkan
produk lebih lanjut, yaitu sebagai berikut :
a. Dilakukan pengembangan soal tes formatif untuk materi lain, dan jenjang
kelas yang lain, yaitu kelas X, dan kelas XII.
b. Dilakukan pengembangan instrumen penilaian otentik tidak hanya jenis
paper and pencil tetapi juga jenis yang lain.
c. Uji Coba tes sebaiknya dikembangkan untuk subyek coba yang lebih
banyak, agar didapatkan hasil yang lebih baik lagi.