pengembangan modul pai berbasis higher order …
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODUL PAI BERBASIS
HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
MELALUI MEDIA GRAFIS PADA MATERI
FIQIH ZAKAT
DI SMAN 6 KOTA TANGERANG SELATAN
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan (M.Pd.) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Zuhro
NIM. 218430231
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA
1441 H / 2020 M
PENGEMBANGAN MODUL PAI BERBASIS
HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
MELALUI MEDIA GRAFIS PADA MATERI
FIQIH ZAKAT
DI SMAN 6 KOTA TANGERANG SELATAN
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan (M.Pd.) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Zuhro
NIM. 218430231
Pembimbing:
Dr. KH. Ahmad Dimyati, MA
Dr. Pahrurraji, M.Ud
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ii
iii
iv
MOTTO/ PERSEMBAHAN
Motto:
يـن را يـفـقـهــــه فـى الد من يرد الله به خــيـ″Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, niscaya ia akan
diberikan pengetahuan lebih dalam bidang agama″.
(HR. al-Bukhārῑ, no. 69)
واسـتـح من جـهـلهم وجـهلك ۞ اعلم و علم جميع أهلك ″Belajarlah dan ajari (perkara agama) seluruh keluargamu, dan malulah
karena ketidaktahuan mereka serta ketidaktahuan dirimu″.
(Ahmad Yulie, Mereka yang dicintai Allah, 2014: 182)
Persembahan:
Karya ini didedikasikan:
Untuk mereka yang selalu berjuang dan memberikan semangat, inspirasi
serta doa teruntuk suami dan anak-anakku tercinta:
1. DR. Agus Suwarno, MA.
2. Muhammad Athif Raufan Ghifari
3. Ahmad Firnas Kasyful Akfa
4. Muhammad Wilhan Nathis AlMutafannin
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang
selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya akademik berupa tesis ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa terlimpah atas Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penulisan tesis ini
tidak lepas adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A., selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Bapak Dr. KH. Muhammad Azizan Fitriana, MA., selaku Direktur
Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
3. Bapak Dr. KH. Abdul Halim Sholeh, M.M., selaku Kaprodi Pendidikan
Agama Islam pada Program Pascasarjana (S2) Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi tepat
waktu.
4. Bapak Dr. KH. Ahmad Dimyati, MA., selaku Dosen Pembimbing I yang
membimbing, memotivasi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
tesis ini.
5. Bapak Dr. Pahrurraji, M.Ud., selaku Dosen Pembimbing II yang
membimbing, memberikan masukan dan saran berharga bagi penulis
dalam penyelesaian tesis ini.
6. Segenap dosen Program Pascasarjana (S2) prodi Pendidikan Agama
Islam Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah mentransfer ilmu
dan pengetahuan kepada penulis sehingga memiliki wawasan untuk
menyusun tesis ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta yang telah memberikan pelayanan prima selama proses
perkuliahan dan penyusunan tesis.
8. Staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta atas bantuan dan
pelayanannya sehingga penulis bisa memperoleh sumber primer maupun
sumber sekunder sebagai referensi dan rujukan penting dalam penulisan
tesis ini.
9. Pimpinan SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian, Ibu
Wakasek Kurikulum, Tim MGMP dan Guru PAI, Staf Tata Usaha yang
telah berkontribusi memberikan data untuk tesis ini.
vi
10. Kepada orang tuaku Ibunda Hajisa yang telah membesarkan dan
mendidik, atas keikhlasan dan ridhanya dengan senantiasa mendoakan
setiap saat. Teriring doa untuk Ayahanda Ahmad Dahlan (alm) semoga
ditempatkan yang terbaik di sisiNya. Semoga keduanya selalu
mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT.
11. Teruntuk suamiku tercinta Dr. Agus Suwarno, MA., yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan moril maupun materiil dalam
penulisan tesis ini, anak-anakku tersayang Muhammad Athif Raufan
Ghifari, Ahmad Firnas Kasyful Akfa, Muhammad Wilhan Nathis Al-
Mutafannin yang memberikan pengertian, sumber inspirasi dan selalu
setia mendampingi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
program studi magister ini.
12. Rekan-rekan seperjuangan Program Magister (S2) Prodi Pendidikan
Agama Islam Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta angkatan 2018, atas
segala kebaikan, kebersamaan dan kekompakannya.
Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
pendidikan agama Islam meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
masukan yang berharga sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan.
Wamā Taufῑqi illā billāhi.
Jakarta, Maret 2020
Penulis,
ZUHRO
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................ ii
Persetujuan Pembimbing ........................................................................ iii
Pengesahan Tim Penguji ........................................................................ iv
Pernyataan Penulis ................................................................................. v
Motto atau Persembahan ........................................................................ vi
Kata Pengantar ....................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................ ix
Daftar Tabel ........................................................................................... xii
Daftar Gambar ....................................................................................... xiii
Pedoman Transliterasi Arab – Latin ...................................................... xiv
Abstrak ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………... 1
B. Permasalahan …………………………………….............. 7
1. Identifikasi Masalah …………………………………. 7
2. Pembatasan Masalah ………………………………… 8
3. Perumusan Masalah …………………………………. 8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………... 9
D. Kegunaan Penelitian ………………………...................... 9
E. Kajian Pustaka …………………………………………... 10
F. Kerangka Teori ………………………………………….. 13
G. Metodologi Penelitian …………………………………… 16
H. Sistematika Penulisan ……………………………………. 23
BAB II MODUL PAI BERBASIS HIGHER ORDER THINKING
SKILLS (HOTS) MELALUI MEDIA GRAFIS PADA
MATERI FIQIH ZAKAT ………………………………….... 25
A. Modul PAI Berbasis Higher Order Thinking
Skills (HOTS) …………………………………………… 25
1. Modul ……………………………………………….. 25
a. Pengertian Modul ……………………………….. 25
b. Karakteristik Modul …………………………….. 25
c. Unsur-unsur Modul ……………………………... 26
d. Pengajaran Sistem Modul ………………………. 26
e. Kelebihan dan Keterbatasan Modul …………….. 27
2. Pendidikan Agama Islam …………………………… 28
3. HOTS (Higher Order Thinking Skills) ……………… 28
viii
B. Media Grafis Pada Materi Fiqih Zakat …………………. 32
1. Media Grafis ………………………………………... 32
a. Pengertian Media Grafis ………………………... 32
b. Jenis-jenis Media Grafis ………………………… 33
c. Penerapan Media Grafis ………………………… 37
d. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis ………. 38
2. Materi Fiqih Zakat ………………………………….. 39
C. Pengembangan Modul dan Standar Proses Pembelajaran
PAI ……............................................................................ 42
1. Mengajar Berpusat pada Siswa (Student Centered)…. 43
2. Siswa sebagai Subjek Belajar……………………….. 44
3. Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja……. 44
4. Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan… 44
5. Strategi Membelajarkan Siswa………………………. 44
D. Modul dan Peran Guru dalam Implementasi Belajar
Mandiri ……….................................................................. 45
1. Modul dan Peran Guru ……………………………… 45
2. Implementasi Belajar Mandiri ………………………. 47
a. Pengertian Belajar Mandiri ……………………… 47
b. Ciri-ciri Belajar Mandiri ………………………… 48
c. Langkah-langkah Belajar Mandiri ………………. 48
d. Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri …….. 49
3. Urgensi Belajar Mandiri (Self Motivated Learning) … 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………... 55
A. Jenis Penelitian …………………………………………... 55
B. Pendekatan Penelitian ……………………………………. 57
C. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… 59
D. Sumber Data ……………………………………………... 60
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ………………. 61
F. Deskripsi Objek Penelitian ………………………………. 68
G. Teknik Analisa Data ……………………………………... 69
BAB IV PENGEMBANGAN MODUL PAI BERBASIS HOTS
MELALUI MEDIA GRAFIS PADA MATERI FIQIH
ZAKAT DI SMAN 6 KOTA TANGERANG SELATAN …. 72
A. Tentang SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan ……….. 72
1. Sejarah berdirinya …………………………………… 72
2. Letak geografis ……………………………………… 73
3. Motto, Visi dan Misi ………………………………... 73
4. Tujuan ………………………………………………. 74
5. Susunan Organisasi dan Tata Kerja ………………… 75
ix
6. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ……… 78
7. Keadaan Siswa ……………………………………… 81
8. Sarana dan Prasarana ……………………………….. 83
9. Kurikulum …………………………………………... 84
B. Analisa Pengembangan Modul PAI Berbasis HOTS
Melalui Media Grafis Pada Materi Fiqih Zakat ………... 88
1. Konsep Pembelajaran PAI Berbasis HOTS
Pada Materi Fiqih Zakat ……..................................... 88
2. Prosedur Penilaian PAI Berbasis HOTS
Pada Materi Fiqih Zakat………………...................... 94
3. Integrasi HOTS Pada Media Grafis Fiqih Zakat ……. 104
C. Implementasi Pengembangan Modul PAI Berbasis
HOTS Melalui Media Grafis Pada Materi Fiqih Zakat
di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan …………………... 110
1. Hasil Observasi …………………………………....... 110
2. Hasil Wawancara ………………………………........ 119
3. Hasil Penilaian Pretest-Postest …………………....... 125
D. Strategi Pengembangan Modul PAI Berbasis HOTS
Melalui Media Grafis pada Materi Fiqih Zakat
di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan ................................ 129
1. Model Pembelajaran Proyek Fiqih Zakat …………... 129
2. Simulasi Tata Cata Ibadah Zakat ………………........ 131
E. Evaluasi Hasil Penelitian ………………………….......... 140
1. Faktor Pendukung ………………………………....... 141
2. Faktor Penghambat ……………………………......... 142
BAB V PENUTUP ………………………………………………….. 143
A. Kesimpulan ……………………………………………... 143
B. Saran ……………………………………………………. 145
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... 147
Lampiran-lampiran
Curriculum Vitae
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Keadaan Pendidik ......................................................... 78
Tabel 4.2 : Keadaan Tenaga Kependidikan dan Karyawan ............ 80
Tabel 4.3 : Keadaan Siswa .............................................................. 81
Tabel 4.4 : Keadaan Sarana dan Prasarana ..................................... 83
Tabel 4.5 : Kelompok Mata Pelajaran Umum dan Peminatan ........ 85
Tabel 4.6 : Kelompok Mata Pelajaran Peminatan Akademik ......... 87
Tabel 4.7 : Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Proses
Berpikir ......................................................................... 90
Tabel 4.8 : Peran Guru dan Peserta didik Dalam Proses
Pembelajaran ................................................................ 91
Tabel 4.9 : Gradasi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan ........... 96
Tabel 4.10 : Contoh Kisi-kisi L1/ C1-C2 ......................................... 98
Tabel 4.11 : Contoh Kisi-kisi L2/ C3 ............................................... 99
Tabel 4.12 : Contoh Kisi-kisi L3/ C4 ............................................... 101
Tabel 4.13 : Contoh Kisi-kisi L3/ C5 ............................................... 102
Tabel 4.14 : Contoh Kisi-kisi L3/ C6 ............................................... 103
Tabel 4.15 : Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran .................... 112
Tabel 4.16 : Instrumen Aktivitas Pembelajaran Modul Berbasis
HOTS Melalui Media Grafis ........................................ 116
Tabel 4.17 : Identitas Responden ..................................................... 121
Tabel 4.18 : Daftar Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas X IPA-4 .... 126
Tabel 4.19 : Daftar Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas X IPS-2 ..... 127
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Dasar Konsep Higher Order Thinking Skills ............. 31
Gambar 3.1 : Komponen Analisis Data (Interactive Model) ........... 66
Gambar 4.1 : Bagan Susunan Organisasi dan Tata Kerja ................ 75
Gambar 4.2 : Bagan Pelaksanaan Pembelajaran .............................. 89
Gambar 4.3 : Komponen Pembelajaran Efektif ............................... 111
Gambar 4.4 : Langkah Kerja (Sintaks) Project-Based Learning ..... 130
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
1. Konsonan
q : ؽ z : ز a : أ
k : ؾ s : س b : ب
l : ؿ sy : ش t : ت
m : ـ sh : ص ts : ث
n : ف dh : ض j : ج
w : ك th : ط ẖ : ح
h : ق zh : ظ kh : خ
ʼ : ء ʻ : ع d : د
y : م gh : غ dz : ذ
f : ؼ r : ر
2. Vokal
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fatẖah : a آ : ā م ai : ...ى
Kasrah : i م : ῑ ك au : ...ى
Dhammah : u ك : ū
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai bunyinya. Contoh:
al-Madῑnah : الػمديػنة al-Baqarah : البقرة
xiii
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : السػيػػدة ar-rajul : الرجل
ad-Dārimῑ : الدارمػػي asy-syams : الشػمس
c. Syaddah (Tasydῑd)
Syaddah (Tasydῑd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ـــ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydῑd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydῑd yang berada ditengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
Ᾱmannā billāhi : أىمىنا بالل
ػاءي Ᾱmana as-Sufahāʼu : أىمىػػػنى السفىػهى
Inna al-ladzῑna : إف الذي ػنى
ػػػػع Wa ar-rukkaʻi : كىالرك
d. Ta Marbūthah (ح)
Ta marbūthah (ح) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na′at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf ″h″.
Contoh:
ة ىف ػػػئػػػدى al-Afʼidah : ال
مػيػػػةي ػػلى س امػػػػعىػةي ال al-Jāmiʻah al-Islāmiyyah : ال ػجى
Sedangkan ta marbūthah (ح) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf ″t″. Contoh:
ʻᾹmilatun Nāshibah : عىػامػػلىةه نىاصػػبىػػةه
ػػب ػػرىل ىيىػػػةى ال ػكي al-Ᾱyat al-Kubrā : ال
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
xiv
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-
lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata
sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh: ′Ali Hasan al-′Ᾱridh, al-′Asqallānῑ,
al-Farmawῑ dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur′an
dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur′an, Al-Baqarah, Al-Fātiẖah dan seterusnya.
xv
PENGEMBANGAN MODUL PAI BERBASIS HIGHER ORDER
THINKING SKILLS (HOTS) MELALUI MEDIA GRAFIS PADA MATERI
FIQIH ZAKAT DI SMA NEGERI 6 KOTA TANGERANG SELATAN
Oleh: Zuhro, NIM 218430231, Tesis, Prodi Pendidikan Agama Islam,
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran modul PAI
berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis pada
materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan,
mendeskripsikan strategi pengembangan modul PAI berbasis Higher Order
Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat di SMA
Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, dan mengetahui faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam pengembangan modul PAI berbasis HOTS melalui
media grafis pada materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang
Selatan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sumber data diperoleh melalui informan,
fenomena, gambar, grafik, bagan dan dokumen. Analisis data menggunakan
teknik pengumpulan data, reduksi data, display data dan verifikasi/
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan: 1). Pembelajaran modul PAI berbasis
HOTS melalui media grafis pada materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota
Tangerang Selatan: (a). prinsip dan aspek pembelajaran efektif sudah
terpenuhi karena didukung subyek pendidik yang berperan aktif; (b).
aktivitas pembelajaran modul berbasis HOTS melalui media grafis
menghasilkan nilai baik dalam pencapaian tujuan pembelajaran; (c). media
grafis dapat memudahkan pemahaman dan mengembangkan penalaran
peserta didik; (d). proses pembelajaran menggunakan pengembangan modul
PAI berbasis HOTS menunjukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran di
kelas. 2). Strategi pengembangannya meliputi: model pembelajaran berbasis
proyek, simulasi tata cara ibadah zakat dan tugas pengayaan membuat
laporan karya tulis di lembaga pengelola zakat. 3). Faktor pendukung dan
penghambat pengembangan modul PAI berbasis HOTS melalui media grafis
pada materi fiqih zakat yaitu: a). Faktor pendukung: keterlibatan peserta
didik secara aktif, kesesuaian karakteristik materi dengan strategi
pembelajaran, mengimplementasikan ide-ide kreatif, merefleksikan
xvi
kehidupan nyata, menggunakan media lisan, tertulis dan teknologi, dan
sebagai bagian pengamalan ibadah. b). Faktor penghambat: kemampuan
mengulang konsep, kesadaran dan tanggung jawab individu, memerlukan
banyak waktu, pengaturan jadwal praktek kurang sesuai materi berikutnya
tertunda, dan memerlukan tambahan biaya.
Kata kunci: modul, PAI, HOTS, media grafis, fiqih zakat
xvii
MODULE DEVELOPMENT OF ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION
BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILLS THROUGH GRAPHIC
MEDIA ON ZAKAT FIQH MATERIAL IN STATE HIGH SCHOOL 6
SOUTH TANGERANG CITY
By: Zuhro, NIM 218430231, Thesis, Study Program Islamic Education,
The Qur’anic Institut of Science (IIQ) Jakarta
ABSTRACT
This research aims to know the learning modules of islamic religious
education based on higher order thinking skills through graphic media on
zakat fiqh material in state high school 6 south tangerang city, to describe
module development strategy of islamic religious education based on higher
order thinking skills through graphic media on zakat fiqh material in state
high school 6 south tangerang city, and know the supporting factors and
inhibiting factors in module development of islamic religious education
based on higher order thinking skills through graphic media on zakat fiqh
material in state high school 6 south tangerang city.
This type of research is field research using a qualitative descriptive
approach. Data collection technique through observation, interviews and
documentation. Data source obtained through informants, phenomena,
pictures, graphich, charts and documents. Data analysis using data
collection techniques, data reduction, data display and verification/
conclusions.
Research results to show: 1) module learning of islamic religious
education based on higher order thinking skills through graphic media on
zakat fiqh material in state high school 6 south tangerang city: (a). principle
and aspects of effective learning have been fulfilled because supported by
educator subject who an active role; (b). module learning activities based on
higher order thinking skills through graphic media produce good grades in
achieving learning objectives; (c). graphic media can make it easy
understanding and develop student reasoning; (d). Learning process to use
module development of islamic religious education based on higher order
thinking skills shows an increase in learning outcomes in class. 2). Its
development strategy include: project-based learning model, zakat
simulation procedures, and enrichment task make a paper report at the zakat
management agency. 3). Supporting and inhibiting factors module
development of islamic religious education based on higher order thinking
skills through graphic media on zakat fiqh material that is: a). Supporting
factors: active involvement of students, compatibility of material
xviii
characteristics with learning strategies, implementing creative ideas,
reflecting real life, using oral, written and technological media and as part
of the practice of worship. b). Inhibiting factors: the ability to repeat
concepts, individual awareness and responsibility, requires a lot of time,
practice schedule settings not appropriate the next material is delayed and
requires additional costs.
Keywords: module, islamic religious education, higher order thinking
skills, graphic media, fiqh of zakat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai
metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk
memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah
dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam
menspesifikasi aspek-aspek/ elemen dari sebuah konteks tertentu;
evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan
berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan
berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Guru sebagai pengajar atau pendidik, merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam pendidikan. Sebagaimana pendapat Ngainun
Na′im, guru tetaplah sosok penting yang cukup menentukan dalam proses
pembelajaran. Walaupun sekarang ini ada berbagai sumber belajar
alternatif yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun
sumber belajar lainnya, guru tetap saja menjadi kunci untuk optimalisasi
sumber-sumber belajar yang ada. Guru harus mampu memberdayakan
penggunaan media maupun sumber-sumber yang ada dalam pembelajaran
secara maksimal.1
Modul sebagai salah satu bahan ajar berbentuk cetak sangat baik
digunakan dalam pembelajaran. Diknas menjelaskan dalam buku
Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar, bahwa modul
adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa arahan atau bimbingan guru. Ini
menunjukkan bahwa modul dapat digunakan untuk pembelajaran
meskipun tidak ada pengajar.2
Modul juga merupakan bahan ajar dan sumber belajar bagi siswa
yang sangat kompleks dan lengkap. Sudah pasti penggunaan modul
dalam pembelajaran harus memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi pembelajaran seperti tujuan pembelajaran juga terutama
alokasi waktu dan kesesuaian modul pada materi yang akan
disampaikan.3
1 Ngainun Na′im, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan, dan Mengubah Jalan
Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 3-4. 2 Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan
Bahan Ajar, (Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004), h. 37. 3 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2012), h. 107.
2
Untuk menentukan suatu strategi pembelajaran salah satunya adalah
mengetahui unsur pelajaran apa yang hendak dipelajari. Dalam
pendidikan Agama Islam, ada lima unsur pelajaran yang terkandung di
dalamnya yaitu: 1] Al-Qur’an dan Hadits, 2] Aqidah, 3] Akhlak, 4] Fiqih,
dan 5] Sejarah Peradaban Islam. Setiap unsur tersebut memiliki
penekanan masing-masing dalam proses pembelajaran. Selain itu
penentuan strategi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan karakteristik materi
pembelajaran.4
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang harus
dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan
jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata
pelajaran.5
Standar kompetensi lulusan sekolah menengah, poin yang
diharapkan yaitu siswa dapat membangun dan menerapkan informasi atau
pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; menunjukkan
kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan
keputusan; serta menunjukkan kemampuan menganalisis dan
memecahkan masalah kompleks.6
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia disebutkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7
Berdasarkan uraian standar kompetensi lulusan dan tujuan
pendidikan nasional tersebut, maka pembelajaran pendidikan agama
Islam perlu adanya penguatan dalam peningkatan kompetensi terutama
bagi siswa, pola pikir pembelajarannya harus berubah, tuntutan
pembelajaran yang mengacu pada higher order thinking skills, yakni
proses berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan karena perkembangan
sosial yang sudah sangat kompleks lebih cepat daripada kapasitas
pengetahuan.
4 Jihan Nabila, Strategi Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Diandra Creative, 2005), Cet. 2, h. 10. 5 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun
2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 26-33. 6 Lampiran Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Tanggal 23 Mei 2006, h. 344. 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab 2 Dasar, Fungsi, dan Tujuan, Pasal 3, diundangkan Tanggal 8 Juli
2003.
3
Sayyid Quthb dalam ″Tafsir fi Zhilālil Qur’ān″ menjelaskan firman Allah
Surah al-Hasyr/59: 2, yang bunyi ayatnya:
أونعت جسواٱف … سٱ ل ثص ″…Maka, ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai wawasan (penglihatan)″. (QS. Al-
Hasyr/59: 2).
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT menyuruh
manusia untuk berpikir bagi orang yang mempunyai penglihatan atau
pandangan (al-abshār). Ia merupakan sentuhan yang tepat sasaran dan
tepat waktunya, di mana hati telah siap mengambil pelajaran dan terbuka
untuk menerima wejangan dan nasehat.8
Semua wejangan, nasehat dan petunjuk akan mampu dipecahkan
bagi orang-orang yang mau berpikir atas pemecahannya. Allah berfirman
dalam Al-Qur’an Surah Ghafir/40: 54 berikut:
لونهدي ي ذكس تو ٱل نج Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang
berfikir. (QS. Ghāfir/40: 54).
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang
bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus
dipecahkan. Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif.9
Proses berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif tersebut,
merupakan perwujudan dari proses berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills). Bagaimana mengintegrasikan HOTS dalam
pembelajaran? Di sini diperlukan kreativitas guru dalam upaya
meningkatkan belajar mandiri siswa dengan menggunakan modul
pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran tidak mungkin lagi
menggunakan model/ metode/ strategi/ pendekatan yang berpusat kepada
guru, namun guru perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (active
learning) tujuannya agar siswa dapat berpartisipasi dan terlibat aktif
selama dan setelah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran paling sedikit harus melibatkan
pendekatan saintifik 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengomunikasikan) sedangkan dalam penilaian soal-soal yang
8 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di bawah Naungan Al-Qur’an); Surah al-
Mujādilah s.d. at-Tahrīm, (Jakarta: Gema Insani, 2004), Jilid XI, Juz XXVIII, h. 208. 9 Tatang Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa
University Press, 2008), h.12.
4
dikembangkan harus tidak hanya terbatas pada level applying namun
sampai pada level creating.10
Proses belajar mengajar siswa tidak hanya mempelajari hal-hal yang
ada sekarang ini tetapi juga peristiwa-peristiwa masa lampau.
Penyampaian materi yang berasal dari pengalaman nyata itu diperlukan
pengganti yakni dengan mengikut sertakan media pengajaran dalam
proses belajar mengajar.11
Komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar
komunikasi antara guru dan peserta didik berlangsung baik dan informasi
yang disampaikan guru dapat diterima peserta didik, guru perlu
menggunakan media pengajaran.
Kegiatan belajar mengajar melalui media terjadi bila ada komunikasi
antara guru (sumber) dan peserta didik (penerima). Tugas media bukan
hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (guru) dan
penerima (peserta didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang
integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu
dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.12
Dalam pembelajaran menggunakan media menuntut guru relatif
berbeda dari pembelajaran konvensional. Agne dan Kellram (1996) yang
dikutip oleh Munir mengemukakan bahwa elemen grafis digunakan untuk
mendeskripsikan sesuatu lebih jelas. Grafis digunakan dalam presentasi
atau penyajian multimedia karena lebih menarik perhatian dan dapat
mengurangi kebosanan dibandingkan dengan teks.13
Grafis sebagai media
pendidikan akan berhasil dengan efektif, apabila disesuaikan dengan
faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunaan
dalam situasi belajar.14
Media grafis merupakan media pembelajaran yang sangat penting
karena dengan menggunakan media grafis siswa dapat memahami pesan
yang akan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol visual, selain itu
media grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian
10
Seseorang dapat menciptakan sesuatu setelah mengevaluasi atau melalui tahapan
evaluasi terhadap ide tertentu sehingga muncul ciptaan baru, dalam Tabel revisi taksonomi
Bloom. Diterjemahkan dari Anderson, L.W. Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank,
K.A., Mayer R.E., Pintrich, P.R., et.al., A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing:
A Revision of Bloom’s Taxonomyof EducationalObjectives, (New York: Longman, 2001), h.
28. 11
Asnawir dan Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. 1, h. 5. 12
Asnawir dan Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, h. 7-8. 13
Munir, Multimedia Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), h. 17. 14
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 68.
5
ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.15
Selanjutnya dalam hal pengelolaan zakat pemerintah juga
mengeluarkan peraturan perundang-undangan pengelolaan zakat, seperti
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Zakat, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Nomor D/291 Tahun 2000
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.16
Para ulama semenjak zaman shahabat sudah memperingatkan satu
hal penting, yaitu bahwa Al-Qur’an selalu menghubungkan zakat dengan
shalat, dan jarang sekali dihubungkan selain dengan shalat. Abdullah bin
Mas’ud berkata, ″Kalian diperintahkan mendirikan shalat dan membayar
zakat, siapa yang tidak berzakat berarti tidak ada arti shalat baginya″.
Ibnu Zaid berkata, ″Shalat dan zakat diwajibkan bersama, tidak secara
terpisah-pisah″, kemudian ia membaca (QS at-Taubah/9: 11): ″Bila
mereka bertaubat, mendirikan shalat dan membayar zakat, maka (berarti
mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama ″.17
Marcel A. Boisard menyatakan bahwa zakat juga merupakan latihan
spiritual yang sesuai dengan keseluruhan filsafat agama yang
menganjurkan tiap muslim untuk mengangkat dirinya lebih tinggi
dari sekedar memikirkan hajat-material, memindahkan dari egoisme
ke altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain) dan dari
individual kepada jiwa kolektif. Dalam memberikan zakat, orang
tidak merasakan kehilangan sebagian dari hartanya, akan tetapi
sebaliknya, merasa bahwa ia mengembalikan sebagian yang sangat
kecil dari anugerah Allah. Selain itu, zakat juga berfungsi sebagai
pembersih dan pemberi legalitas kepada kekayaan yang dizakati.18
Di dalam nilai ajaran Islam terdapat dua cara untuk mendistribusikan
pendapatan. Pengeluaran wajib (yaitu zakat), dan pengeluaran sukarela
(disebut infak dan sedekah). Dengan peningkatan taraf ekonomi umat
Islam pada saat sekarang ini, maka penerapan ekonomi Islam adalah
15
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Ed. 1, Cet. 17, h. 29. 16
Khuslan Haludhi dan Abdurrohim Sa’id, Integrasi Budi Pekerti Dalam Pendidikan
Agama Islam 1 untuk Kelas X SMA, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.
186-187. 17
Yusuf al-Qardhawi, Hukum Zakat; Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat
Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001), Cet. 4, h. 63-
64. 18
Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, pent. H.M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1980), Cet. 1, h. 143.
6
merupakan sebuah kebutuhan. Agar semua itu dapat direalisasikan secara
baik dan berkesinambungan maka umat Islam perlu memahami makna
zakat, infak dan sedekah secara lebih baik.19
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013, materi zakat
disatukan dengan ibadah haji dan wakaf dalam satu Kompetensi Dasar,20
yang semua materi tersebut harus sudah dituntaskan hanya dalam 9 jam
pelajaran. Khususnya materi fiqh zakat harus tuntas dalam 1 kali
pertemuan (3 Jam Pelajaran x 45 Menit).
Kompleksnya materi zakat, meliputi: pengertian dan hukum
berzakat; syarat dan rukun zakat; macam-macam zakat: a. zakat fitrah;
pengertian, syarat dan rukun zakat fitrah, waktu pembayaran zakat fitrah,
benda yang dikeluarkan untuk zakat fitrah, ukuran zakat fitrah dan orang
yang berhak menerimanya; b. zakat mal; syarat dan rukun zakat mal,
waktu pembayaran zakat mal, benda yang dikeluarkan untuk zakat mal;
hikmah dan keutamaan ibadah zakat; manajemen zakat di zaman
Rasulullah SAW; dan manajemen pengelolaan zakat kini dan masa
mendatang.21
Untuk itu, diperlukan fungsi pengorganisasian yang melibatkan
penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif
serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka
mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan.
Pengorganisasian yang efektif hanya dapat diciptakan manakala siswa
bisa belajar secara individual, karena pada dasarnya tujuan yang ingin
dicapai adalah siswa secara individual walaupun pengajaran itu
dilaksanakan secara klasikal.22
SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan merupakan SMA di
Kecamatan Pamulang sebagai salah satu pelaksana kurikulum 2013 yang
dalam memenuhi mutu layanan pendidikan mengacu pada 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan (SNP), yaitu: 1] standar kompetensi lulusan,
2] standar isi, 3] standar proses, 4] standar pendidik dan tenaga
kependidikan, 5] standar sarana dan prasarana, 6] standar pengelolaan, 7]
standar pembiayaan, dan, 8] standar penilaian.
19
Ridjaluddin FN., Revolusi Zakat, Infak, dan Shadaqah, Editor: ′Aisyah Muhaimin,
(Ciputat: Lembaga Kajian Islam Nugraha, 2016), Cet. 1, h. 11. 20
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013, Lampiran 40, h. 1-
10. 21
M. Ridwan dan R. Hidayat, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 1 Untuk SMA
Kelas X, Edisi K13 Revisi 2016, (Jakarta: Quadra, 2017), Cet. 1, h. 123-133. 22
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016), Ed. 1, Cet. 12, h. 25-26.
7
Proses pembelajaran konvensional dinilai monoton karena guru
menyampaikan informasi kepada peserta didik hanya dengan berbicara
(verbalisme) melalui metode ceramah dan presentasi. Keterbatasan
komunikasi dengan kata-kata sering menimbulkan kesulitan dalam
menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik.
Untuk itu, guru harus senantiasa inovatif dan kreatif dalam
mendesain proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas yang
hanya berbasis pada teks (buku paket/ modul) menyebabkan
pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individu maupun
kelompok; di mana siswa mempelajari materi, mengerjakan soal latihan,
mengerjakan evaluasi, dan mengulang jika respon yang diberikan
salah. Akibatnya aktivitas mengeksplorasi pengetahuan, mengkonstruksi
keterampilan, menanamkan sikap kemandirian dan tanggung jawab
belum sepenuhnya dilakukan oleh guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran sesuai yang diamanatkan kurikulum 2013.
Pembelajaran menggunakan modul yang diterapkan di Kelas X
SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan khususnya pada materi fiqih
zakat masih perlu dikembangkan sebagai upaya untuk menuntaskan
materi yang sangat padat dengan menggunakan teknik penugasan (belajar
mandiri) dan media grafis. Belajar mandiri melalui modul dan media
grafis dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi, proses
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan, peserta didik lebih aktif
berpikir melalui tanya jawab dan diskusi, serta meningkatkan perhatian,
minat dan motivasi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal.
Strategi pengembangan modul diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran pada kompetensi yang disyaratkan (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan) dengan menerapkan model pembelajaran sesuai
keterampilan abad 21, yaitu: pembelajaran yang berbasis tim (kolaborasi),
berpusat pada peserta didik, dapat mengembangkan pemikiran kritis,
inovatif dan kreatif, kemampuan memecahkan masalah, serta
pemanfaatan teknologi informasi (literasi digital).
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis tertarik untuk menulis tesis dengan judul: ″Pengembangan
Modul PAI Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui
Media Grafis Pada Materi Fiqih Zakat di SMA Negeri 6 Kota
Tangerang Selatan″.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
8
a. Tingkat kemampuan dan keragaman kecerdasan siswa dalam satu
kelas berbeda-beda.
b. Proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru
(teacher centered).
c. Konsepsi baru pada materi fiqih zakat dengan menggunakan
media grafis belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai salah satu
strategi pembelajaran.
d. Keterampilan abad 21 4C, yaitu: 1) Critical Thinking and
Problem Solving; 2) Creativity and Innovation; 3) Collaboration;
dan 4) Communication pada materi fiqih zakat belum terintegrasi
dalam pembelajaran.
e. Penggunaan sumber belajar (modul konvensional) yang berbasis
teks belum berdampak maksimal pada peningkatan prestasi
akademik siswa.
2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi dengan maksud untuk memfokuskan
masalah yang akan diteliti yaitu tentang ″Pengembangan Modul PAI
Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui Media Grafis
Pada Materi Fiqih Zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan″
dengan sub fokus pada: 1) konsep pembelajaran modul PAI pada materi
fiqih zakat, 2) prosedur penilaian PAI pada materi fiqih zakat, 3) integrasi
HOTS pada media grafis fiqih zakat, 4) materi fiqih zakat meliputi zakat
fitrah dan zakat mal, 5) strategi pengembangan modul PAI di SMAN 6
Kota Tangerang Selatan, 6) hasil belajar mandiri melalui pretest dan
postest siswa kelas X program IPA dan IPS di SMAN 6 Kota Tangerang
Selatan, dan 7) evaluasi faktor pendukung dan faktor penghambat.
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pembelajaran modul PAI berbasis Higher Order Thinking
Skills (HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat di SMA
Negeri 6 Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana strategi pengembangan modul PAI berbasis Higher Order
Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat
di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan?
3. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pengembangan modul PAI berbasis HOTS melalui media grafis pada
materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan?
9
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat ditentukan tujuan
yang akan dicapai oleh peneliti, yaitu:
1. Untuk mengetahui pembelajaran modul PAI berbasis Higher Order
Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat
di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan strategi pengembangan modul PAI berbasis
Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis pada
materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pengembangan modul PAI berbasis HOTS melalui media grafis pada
materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini penulis kelompokkan ke dalam
dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat Ilmiah
a. Sebagai suatu kajian ilmiah yang dapat menambah pengetahuan,
wawasan, dan pengalaman, khususnya bagi peneliti sendiri.
b. Memberikan peluang bagi siapa saja untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan mendalam tentang hal yang sama dengan
menggunakan teori-teori yang belum digunakan dalam penelitian
ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi pendidikan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pengambilan
kebijakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar melalui
pengembangan modul PAI berbasis higher order thinking skills
melalui media grafis pada materi fiqih zakat.
b. Manfaat bagi guru
Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme khususnya dalam memanfaatkan modul dan
media pembelajaran.
c. Manfaat bagi siswa
1). Menarik perhatian dan menumbuhkan minat belajar siswa
melalui pengembangan modul PAI berbasis HOTS melalui
media grafis pada materi fiqih zakat.
2). Memberikan motivasi kepada siswa agar dapat
mengembangkan kompetensi kognisinya melalui belajar
secara mandiri.
3). Meningkatkan hasil belajar siswa.
10
E. Kajian Pustaka
Telaah studi pustaka merupakan hasil penelitian yang relevan
dengan permasalahan. Fungsinya adalah mengemukakan secara
sistematis hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan. Berdasarkan judul penelitian di atas, maka
penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan antara lain:
Pengembangan Modul Pendidikan Agama Islam Berbasis
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas IV SDN
Warugunung 1 Surabaya Semester I, Siti Fatimah, (Surabaya: UIN Sunan
Ampel, 2017).23
Kesimpulannya adalah: penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan Research and Development (R&D) dengan
pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang mengacu pada model
4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan dan Sammel dengan 4 tahapan
yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan
(develop), dan penyebaran (disseminate). Walaupun terdapat persamaan
dalam hal pengembangan modul PAI, namun pengembangan dalam
penelitian ini berhenti pada tahap ke-3 yaitu sampai pada pengembangan
saja belum sampai pada tahap penyebaran. Modul PAI yang
dikembangkan didasarkan pada aktivitas guru, aktivitas siswa, respon
siswa dan hasil belajar pengetahuan (konsep) saja belum sampai pada
tahap keterampilan (praktek).
Model Pengembangan Bahan Ajar PAI Terintegrasi Pada
Pendidikan Karakter, Lingkungan dan Soft Skills Untuk Siswa SMK;
(Studi Analisis SMK di Kecamatan Mayong, Pecangaan dan Kedung-
Kabupaten Jepara), Trisno Pranoto, (Kudus: STAIN, 2017).24
Kesimpulannya adalah: penelitian ini menghasilkan bahan ajar PAI yang
mengintegrasikan pendidikan karakter, lingkungan dan soft skills.
Terdapat persamaan dalam menghasilkan bahan ajar PAI yang memiliki
kriteria layak didasarkan pada daya tarik siswa, manfaat, kemudahan
penggunaan modul/bahan ajar dan adanya peningkatan hasil belajar
siswa. Keterbatasan bahan ajar PAI pada aspek karakter/ soft-skills dan
lingkungan yang dikembangkan hanya fokus pada 5 aspek meliputi:
komunikasi, kerjasama, kejujuran, tanggung jawab dan peduli. Penelitian
ini hanya dilaksanakan untuk kelas X semester gasal sehingga belum
23
Siti Fatimah, ″Pengembangan Modul Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas IV SDN Warugunung 1 Surabaya Semester I″,
dalam Tesis, Prodi PAI, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017). 24
Trisno Pranoto, ″Model Pengembangan Bahan Ajar PAI Terintegrasi Pada
Pendidikan Karakter, Lingkungan dan Soft Skills Untuk Siswa SMK; (Studi Analisis SMK di
Kecamatan Mayong, Pecangaan dan Kedung-Kabupaten Jepara)″, dalam Tesis, (Kudus:
STAIN, 2017).
11
teruji efektivitasnya terhadap kelas lain yang mungkin memiliki materi
yang berbeda.
Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam SMP Kelas
VIII dengan Model Dick, Carey & Carey di SMPN 04 Ampelgading
Malang″, Khoirul Efendiy, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2012).25
Kesimpulannya adalah: tujuan pengembangan ini adalah menghasilkan
bahan ajar cetak berupa buku ajar PAI. Persamaannya menghasilkan
bahan ajar PAI namun berbeda dalam prosedur pelaksanaan
pengembangan bahan ajar. Prosedur pelaksanaan pengembangan bahan
ajar ini menggunakan Sembilan langkah yang diadopsi dari model Dick,
Carey & Carey (2001), di antaranya: (1) mengidentifikasi kebutuhan
untuk menentukan tujuan umum, (2) melakukan analisis pembelajaran,
(3) menganalisa siswa dan konteks, (4) merumuskan tujuan khusus, (5)
mengembangkan instrumen penilaian, (6) mengembangkan strategi
pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih bahan ajar, (8)
merancang dan melaksanakan evaluasi formatif, (9) merevisi bahan ajar.
Data dikumpulkan menggunakan teknik observasi, angket, wawancara,
dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data digunakan analisis
deskriptif kualitatif dan analisa data statistik. Berdasarkan temuan
pengembang, penggunaan bahan ajar hendaknya disesuaikan dengan
buku panduan dan karakteristik siswa.
Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Berbasis Multikultural Bagi Siswa Kelas XII SMAN 2 Kediri, Nino
Indrianto, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011).26
Kesimpulannya adalah: pengembangan bahan ajar mata pelajaran PAI ini
menyangkut tujuan pembelajaran, strategi belajar, komponen-komponen
bahan ajar dan materi berdasarkan standar isi KTSP 2006. Terdapat
persamaan menyangkut tujuan pembelajaran menghasilkan modul PAI
namun berbeda pada substansi materi pembelajaran dengan memasukkan
nilai-nilai multikultural sebagaimana yang telah dirumuskan oleh H.A.R.
Tilaar, yaitu: (1) cinta perdamaian, (2) cinta kearifan, (3) sikap hidup
inklusif, (4) menghargai pluralitas, (5) cerdik-pandai, (6) energik-kreatif,
(7) responsive terhadap masyarakat demokratis, (8) daya guna, (9) akhlak
mulia, dan (10) sopan santun. Dalam pengembangannya mengadaptasi
model pengembangan Borg dan Gall (1983), yaitu: (1) analisis
kebutuhan, (2) pengembangan produk, (3) penyusunan prototype bahan
25
Khoirul Efendiy, ″Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam SMP Kelas
VIII dengan Model Dick, Carey & Carey di SMPN 04 Ampelgading Malang″, dalam Tesis,
(Malang: Universitas Negeri Malang, 2012). 26
Nino Indrianto, ″Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Berbasis Multikultural Bagi Siswa Kelas XII SMAN 2 Kediri″, dalam Tesis, (Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011).
12
ajar, (4) uji coba, (5) revisi produk, dan (6) hasil akhir. Hasil akhir dari
kegiatan pengembangan ini adalah ″Modul Pendidikan Agama Islam
Berbasis Multikultural″ yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku
pegangan guru.
Pengaruh Media Grafis terhadap Keberhasilan Proses Belajar
Mengajar PAI di SDN Kebomlati Plumpang Tuban, Nafisah, (Surabaya:
UIN Sunan Ampel, 2000).27
Kesimpulannya adalah: media pengajaran
yang sering digunakan guru SDN Kebomlati Tuban dalam bidang studi
PAI adalah media grafis. Persamaannya dalam penggunaan grafis
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di kelas, namun media
grafis pada penelitian ini lebih difokuskan pada media gambar karena
dengan media gambar anak atau siswa tingkat dasar akan lebih mudah
memahami dan mengingat pelajaran yang disampaikan oleh guru serta
mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar sesuai dengan prestasi belajar siswa dalam bidang
pendidikan agama.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka yang telah ada. Penelitian
tentang pengembangan modul PAI pernah diteliti oleh Siti Fatimah.
Model pengembangan bahan ajar PAI pernah diteliti oleh Nino Indrianto,
Khoirul Efendiy dan Trisno Pranoto. Media grafis pernah diteliti oleh
Nafisah, akan tetapi penelitian lebih lanjut tentang pengembangan modul
PAI berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis
pada materi fiqih zakat belum ada.
Maka penelitian dengan judul ″Pengembangan Modul PAI
berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui Media Grafis
pada Materi Fiqih Zakat di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan″ yang
membahas tentang pengembangan modul berbasis HOTS diharapkan
mampu mendorong peserta didik untuk berpikir ke level pengetahuan
yang lebih tinggi dan melalui media grafis dapat menghasilkan kualitas
belajar yang lebih baik serta akan berdampak pada peningkatan hasil
belajar khususnya pada materi fiqih zakat.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi modul
konvensional yang sudah ada (modul berbasis teks) menjadi produk
modul berbasis HOTS yang mengintegrasikan media grafis untuk
mengembangkan pengetahuan (konsep) dan melatih keterampilan (skills)
peserta didik dengan mensimulasikan tata cara ibadah zakat sehingga
mampu menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap ajaran
agamanya. Untuk itu, penelitian ini memenuhi unsur kebaruan sehingga
27
Nafisah, ″Pengaruh Media Grafis terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar
PAI di SDN Kebomlati Plumpang Tuban″, dalam Tesis, (Surabaya: UIN Sunan Ampel,
2000).
13
bisa dipertanggungjawabkan karena belum pernah dilakukan oleh peneliti
lain.
F. Kerangka Teori
Kerangka teoritik merupakan teori-teori yang terkait dan menjadi
dasar berpikir dalam melakukan penelitian. suatu penelitian tentu
memerlukan teori yang mendukungnya. Adapun teori yang digunakan
dalam penelitian ini mencakup, pendidik dihadapkan pada tantangan yang
cukup serius dalam menciptakan hasil belajar peserta didik. Belajar
merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat
terjadi kapan saja dan di mana saja. Guru memegang peran yang sangat
penting dalam kegiatan belajar mengajar.28
Pendidik dalam melakukan persiapan mengajar harus terlebih dahulu
memahami karakteristik peserta didik yang akan menerima materi
pelajaran. Selanjutnya, materi pelajaran harus mengandung unsur
pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu yang diselaraskan pula
dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.29
Dalam ranah pendidikan dan pembelajaran, bagaimana proses
berpikir yang dilakukan seorang siswa di dalam proses belajarnya
menjadi temuan yang penting. Belajar tidak sekedar menerima transferan
ilmu (transfer of knowledge) dari sumber ilmu. Tetapi bagaimana
seseorang melakukan tindakan dan berperilaku dengan dasar ilmu baru
yang diperolehnya.30
Jumlah pertemuan dalam kelas melalui pembelajaran langsung
(direct teaching) yang tidak sebanding dengan kompleksnya tuntutan
dalam materi pembelajaran; karena materi zakat disatukan dengan ibadah
haji dan wakaf diperlukan pendekatan dan strategi pembelajaran yang
aktif, kreatif, dan efektif yang berpusat pada siswa agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Penggunaan modul dan media pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa dapat menciptakan suasana
dalam kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan sehingga
28
Hasan Baharun, Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan
Melalui Model Assure, dalam ″Cendekia: Journal of Education and Society″, 14.2 (2016),
231-46. 29
Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah; Dalam
Teori, Konsep dan Analisis, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2013), Cet. 1, h. 52. 30
Murni Ramli, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, dalam Makalah Utama ISSN: 2407-
4659, pada ″Seminar Nasional Pendidikan Sains V Magister Pendidikan Sains dan Doktor
Pendidikan IPA FKIP UNS″, (Surakarta: 19 November 2015), h. 11.
14
membantu siswa dalam memahami setiap materi sesuai tuntutan yang
dirumuskan dalam kompetensi dasar.
Modul dirancang untuk mengorganisasikan kegiatan belajar secara
sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya dengan
dilengkapi soal-soal latihan HOTS sehingga siswa dapat menyelesaikan
tugasnya dengan menemukan sendiri jawabannya melalui analisis dan
pemecahan masalah.
Konsep pengajaran individual yang diterapkan di dalam metode ini
memungkinkan siswa menguasai satu modul lantas boleh maju ke modul
berikutnya, tanpa harus menunggu kemajuan siswa yang lain seperti
halnya dalam pengajaran klasikal. Masing-masing siswa dapat
menentukan sendiri kecepatan belajarnya.31
Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik dapat
diberdayakan dengan memberikan masalah yang tidak biasa, sehingga
peserta didik dapat menjelaskan, memutuskan, menunjukkan, dan
menghasilkan penyelesaian masalah dalam konteks pengetahuan dan
pengalaman.32
Sebagaimana yang disampaikan Nofiana, bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) merupakan
suatu keterampilan berpikir yang tidak hanya mengandalkan
kemampuan mengingat, tetapi membutuhkan kemampuan lain yang
lebih dari itu.33
Perangkat pembelajaran HOTS meliputi metode dan model, materi
yang dikembangkan dalam bentuk modul dan instrument assessment
untuk memetakan capaian peserta didik. Menformulasikan strategi
pembelajaran HOTS dilakukan dengan mendefinisikan secara jelas
pendekatan, metode, model serta teknik yang mengiringinya misalnya
lesson design yang memadai.34
Dengan demikian, HOTS memberikan dampak pembelajaran bagi
peserta didik maupun pendidik yaitu: 1) belajar akan lebih efektif dengan
higher order thinking; 2) meningkatkan kemampuan intelektual pendidik
dalam mengembangkan higher order thinking; 3) dalam evaluasi belajar
31
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Editor: Mukhlis, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11, h. 36. 32
Dorothy C. Kropf, Connectivism: 21st Century′s New Learning Theory, dalam
″European Journal of Open Distance and Learning″, 16.2 (2013). 33
Mufida Nofiana, Pengembangan Instrumen Evaluasi Higher Order Thinking Skills
Pada materi Kingdom Plantae, dalam ″Jurnal Pedagogi Hayati″, 1.1 (2016). 34
Murni Ramli, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, h. 12.
15
dengan konsep ini, pendidik harus selalu menyiapkan soal pertanyaan
yang nantinya tidak dijawab secara sederhana.35
Media grafis mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa,
memperjelas sajian dan fakta tentang materi fiqih zakat sehingga
pembelajaran lebih menarik dan tidak mudak dilupakan. Belajar mandiri
termasuk model pembelajaran personal yang bertujuan untuk
pengembangan diri, menuntut kerja sama dan perencanaan kelompok
belajar sehingga diharapkan setiap siswa dapat terlibat aktif selama dan
setelah pembelajaran dengan menyelesaikan pelajaran sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing.
Untuk itulah kreativitas pendidik diperlukan untuk merangsang
keaktifan peserta didik dalam kelas dan kemandirin belajar peserta didik
di luar kelas. Inti dari proses pembelajaran adalah keaktifan siswa, maka
harus ada perubahan paradigma pembelajaran, yakni pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered), pendidik harus mengembangkan
keterampilan berpikir peserta didik yang dapat mendorong potensi
kecerdasannya berkembang.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada
materi fiqih zakat di era modern ini harus mampu mengakomodir
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan
modul dan media agar tujuan pembelajaran benar-benar tercapai.
Media pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan
kompetensi siswa dengan mengembangkan keterampilan berpikir sesuai
kecakapan abad 21 (critical thinking and problem solving, creativity and
innovation, collaboration, and communication) melalui ″Pengembangan
modul PAI berbasis higher order thinking skills (HOTS) melalui media
grafis pada materi fiqih zakat″sebagai implementasi dari literasi digital.36
Materi dianggap sebagai salah satu teaching supporting yang paling
handal selain pedagogical skills guru. Karakteristik formulasi materi
untuk melatihkan HOTS adalah materi yang bersifat kontekstual, real-
world problems, mengangkat kelokalan, dan mengikuti pola pikir saintis.
35
Abdul Hamid Wahid, Integrasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) Dengan Model
Creative Problem Solving, dalam ″Modeling, Jurnal Program Studi PGMI″, Vol. 5, No. 1,
(Maret 2018), h. 87. 36
Judul penelitian kualitatif yang dirumuskan adalah untuk mengungkapkan fenomena
dalam situasi sosial secara luas dan mendalam dan bersifat menemukan teori. Teori bagi
peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara
lebih luas dan mendalam. Untuk itu peneliti menggunakan judul ″Pengembangan″ hal ini
dipahami seperti dikutip Sugiyono, bahwa judul dalam penelitian kualitatif yang dirumuskan
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau
konteks sosial. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
CV Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 212-213.
16
Pengembangan HOTS terkini juga telah melibatkan IT.37
Sejalan dengan
perkembangan dunia global yang serba digitalisasi, media grafis adalah
salah satu bentuk pemanfaatan IT dalam pembelajaran HOTS.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif-kualitatif.38
Istilah deskriptif berasal dari istilah
bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau
menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi,
peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.39
Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,40
digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.41
Lebih lanjut menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini dalam
bukunya ″Penelitian Terapan″ bahwa penelitian kualitatif tidak bekerja
menggunakan data dalam bentuk angka atau yang ditransformasikan
menjadi bilangan atau angka, tidak diolah dengan rumus dan tidak
ditafsirkan/ diinterpretasikan sesuai ketentuan statistik atau matematik.
Sebuah rangkaian kerja atau proses penelitian kualitatif berlangsung
serempak dilakukan dalam bentuk pengumpulan atau pengolahan dan
menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif.42
37
Murni Ramli, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, h. 13. 38
Penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan
penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 7, h. 60. 39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), Cet. 15, h. 3. 40
Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak bisa mendapatkan fakta
dari suatu kenyataan apabila si peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang
ada. Hubungan peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena itu perlu
menggunakan prinsip triangulasi, yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data,
dan data. Lihat Juliana Batubara, ″Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan dan Konseling″, dalam ″Jurnal Fokus Konseling″, ISSN: 2356-2102, Vol. 3,
No. 2 Tahun 2017, 95-107, h. 103. 41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2015), Cet. 21, h. 15. 42
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1994), h. 176.
17
Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.43
Penelitian
kualitatif, kehadiran peneliti sangat penting kedudukannya, peneliti
berkedudukan sebagai instrumen penelitian yang utama. Begitu penting
dan keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap
permasalahan dan subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa peneliti
melekat erat dengan subjek penelitian.44
Penelitian kualitatif-deskriptif, maksudnya mencatat secara teliti
segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta dibacanya
(melalui wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video tape
recorder, dokumen pribadi atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan
lain-lain), kemudian peneliti harus membanding-bandingkan,
mengombinasikan, mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan.45
McMillan dan Schumacher, seperti dikutip Nana Syaodih, secara
umum penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu:
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore), dan
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).
Penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan dan mengungkap tentang situasi yang sangat
kompleks dan menjelaskan hubungan antar peristiwa dan antar
makna menurut persepsi partisipan.46
Menurut pendapat Suharsono, tujuan penelitian deskriptif adalah
memberikan informasi kepada peneliti sebuah riwayat atau gambaran
detail tentang aspek-aspek yang relevan dengan fenomena mengenai
perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau
lainnya.47
Sedangkan Suharsimi, berpendapat mengenai penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.48
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1989), h. 3. 44
Itulah sebabnya dalam penelitian kualitatif dituntut adanya pengamatan mendalam
(in-depth observation) dan wawancara mendalam (in-depth interview). Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 15, h. 24. 45
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), h. 93. 46
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 96-97. 47
Puguh Suharsono, Metode Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis,
(Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 8. 48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 15, h. 3.
18
Dalam penelitian kualitatif gejala itu bersifat kompleks, holistik,
eksploratif,49
dan deskriptif. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel. Oleh
karena itu, sering disebut emergent design. Maksudnya, prosedur
penelitian dapat berkembang terus menerus disesuaikan dengan kondisi
subjek/ partisipan/ responden di lapangan.50
Peneliti akan mempertimbangkan keseluruhan situasi sosial yang
diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial ini di dalam
kelas adalah ruang kelas; guru-siswa, serta aktivitas proses belajar
mengajar.
Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya. Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau
kejadian-kejadian yang biasa berjalan. Penelitian deskriptif tidak berhenti
pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan
interpretasi serta penyimpulan.51
Data kualitatif dikumpulkan dalam berbagai bentuk, tidak menutup
kemungkinan adanya data berbentuk angka yang bermakna, data
berbentuk angka tersebut diinterpretasi dan dimaknai menjadi hal yang
kualitatif. Apabila data yang diperoleh kurang meyakinkan, peneliti dapat
mengulang lagi pengambilan data dengan teknik dan instrumen yang
berbeda.52
Penelitian deskriptif mempunyai makna yang lebih luas, mencakup
deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Kajian metode ini juga
lebih lengkap dari metode survei karena mencakup penelitian melalui
pengamatan (observasi), studi dokumentasi, wawancara, dan dilanjutkan
dengan membandingkan, mencari kesamaan-perbedaan dan hubungan
kausal (sebab-akibat) dalam berbagai hal, serta penemuan makna dari
keseluruhan proses.
Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan
deskriptif kualitatif, berkaitan dengan pengembangan modul PAI berbasis
49
Kompleks: mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit, dan saling
berhubungan. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), Ed. 3, Cet. 3, h. 584; Holistik: cara pendekatan terhadap suatu masalah
atau gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 406; Eksploratif:
penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang
keadaan. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 290. 50
Asip Suryadi dan Ika Berdiati, Menggagas Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), Cet. 1, h. 53-54. 51
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 73-74. 52
Asip Suryadi dan Ika Berdiati, Menggagas Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru, h.
58.
19
HOTS melalui media grafis pada materi fiqih zakat yakni lebih pada
usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas
dan mendalam berdasarkan domain dalam pendidikan meliputi
kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana, tenaga pendidikan
dan kependidikan, manajemen, dan sistem evaluasi.
Tahap studi pengembangan dilakukan dengan mendesain modul PAI
berbasis HOTS melalui media grafis pada materi fiqih zakat,
pengembangan pembelajaran HOTS melalui model berbasis proyek
(Project Based Learning) pada materi fiqih zakat, simulasi tata cara
ibadah zakat fitrah dan zakat mal baik perorangan maupun kelompok
yang dapat menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap ajaran
agamanya, serta tugas pengayaan membuat laporan karya tulis di lembaga
pengelola zakat.
Tahap pengembangan ini dapat berguna untuk: 1) mengarahkan dan
membuat kemampuan pengetahuan (KD 3) dan keterampilan (KD 4)
peserta didik lebih berkembang secara optimal. 2) memberikan penalaran
dalam memahami interkoneksi antara teori (konsep) dan keterampilan
(praktek), dan 3) memiliki kemampuan menganalisa dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam dunia nyata khususnya tentang zakat
fitrah dan zakat mal.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta untuk
memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana
dijelaskan oleh Arikunto, subjek penelitian adalah subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti.53
Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber
informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan.
Moleong, mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang
artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.54
Peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan
wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi
sosial yang diteliti. Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh sebelumnya itu, peneliti
dapat menetapkan informan lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap. Praktik seperti inilah yang disebut
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 15, h. 145. 54
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 132.
20
sebagai ″serial selection of sample units″ (Lincoln dan Guba, 1985)
seperti dikutip Sugiyono.55
3. Prosedur Pengumpulan Data
a. Tahapan Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal yang dilakukan oleh peneliti
diawali dengan mempelajari sejumlah literatur, artikel, diktat, jurnal-
jurnal, serta bahan-bahan yang berhubungan dengan topik penulisan.
Dengan cara membaca, mengutip, serta menyadur pendapat-pendapat
para ahli yang ada hubungannya dengan penelitian.
Menurut Koentjaraningrat, teknik kepustakaan merupakan cara
pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat di ruang
kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen,
dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.56
Selain itu studi
kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini
dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur
ilmiah.57
b. Tahapan Pengumpulan Data
1). Observasi
Pengamatan (observasi) biasa diartikan sebagai
″Pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian″.58
2). Wawancara
Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni
wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara
tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam,
sedangkan wawancara terstruktur disebut juga wawancara baku,
yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan
pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan.59
55
Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya
fokus penelitian. Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Cet. 23, h. 219. 56
Koentjaraningrat, Kamus Istilah Anthropologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1984), h. 420. 57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, h. 291. 58
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Jogjakarya: Gajah Mada
University Press, 1990), h. 100. 59
Dedy Mulyana, Metodologi Kualitatif: Paradigma Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 180.
21
3). Dokumentasi
Dokumentasi berarti ″Pengumpulan, pemilihan,
pengolahan, dan penyimpanan informasi″.60
melalui peninggalan
tertulis berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat dan teori, dalil-dalil, atau buku-buku lain yang
berkenaan dengan masalah-masalah penyelidikan.61
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.62
c. Tahapan Pengolahan Data
Pada tahapan ini peneliti memastikan bahwa hasil dari tahapan
pengumpulan data benar-benar sudah lengkap sehingga untuk
selanjutnya dapat diolah, dianalisis, dan dipresentasikan dalam bentuk
uraian penjelasan dan kesimpulan.
Teknik analisis data adalah serangkaian kegiatan mengolah data
yang telah dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil,
baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk
kebenaran hipotesa.63
Dengan menggunakan instrumen data kualitatif, maka peneliti
akan terbimbing dalam memperoleh penemuan-penemuan yang tidak
terduga sebelumnya. Selain itu peneliti dapat menyajikan hasil yang
berbentuk kesimpulan menarik dan meyakinkan pembaca.64
4. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.65
Selanjutnya Mills (2000) seperti dikutip Zainal Arifin,
mengemukakan beberapa teknik analisis data kualitatif sebagai
60
Anton M. Mudiono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
h. 211. 61
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, h. 133. 62
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, h. 329. 63
Mohammad Hasyim, Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1982), h. 41. 64
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2006), h. 81. 65
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D, Cet. 21, h. 334.
22
berikut: (a) mengidentifikasi topik/tema, (b) membuat kode data,
baik dari hasil survey, observasi, wawancara, dokumentasi maupun
angket, (c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok, seperti apa,
mengapa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana, (d) mereview
organisasi unit (misalnya sekolah) yang diteliti, (e) membuat peta
konsep, (f) menganalisis faktor-faktor penyebab dan akibat, (g)
membuat bentuk-bentuk penyajian dari temuan, dan (h)
mengemukakan hal-hal yang belum ditemukan.66
Pengumpulan data (data collection) merupakan proses yang
berlangsung sepanjang penelitian, dengan menggunakan seperangkat
instrumen yang telah disiapkan, guna memperoleh informasi data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Miles and Huberman (1990), dikutip Mukhtar, mengemukakan
model analisis data berlangsung atau mengalir (flow model
analysis).67
Selanjutnya Sugiyono dengan mengutip Miles and
Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data
collection, data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.68
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data.
Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang
diperoleh. Pada tahap ini, peneliti memilih data mana yang relevan dan
kurang relevan dengan tujuan dan masalah penelitian, kemudian
meringkas, memberi kode, selanjutnya mengelompokkan (mengorganisir)
sesuai dengan tema-tema yang ada.
Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan, maka
langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Bentuk penyajian data yang
akan digunakan adalah bentuk teks-naratif. Hal ini didasarkan
pertimbangan bahwa setiap data yang muncul selalu berkaitan erat
dengan data yang lain. Oleh karena itu, diharapkan setiap data bisa
dipahami dan tidak terlepas dari latarnya.
Penyajian data ini digunakan sebagai bahan untuk menafsirkan dan
mengambil simpulan atau dalam penelitian kualitatif dikenal dengan
66
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, Editor: Adriyani
Kamsyach, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 3, h. 173. 67
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Editor: Saiful Ibad,
(Ciputat: GP Press Group, 2013), Cet. 1, h. 135. 68
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D, Cet. 21, h. 337.
23
istilah inferensi yang merupakan makna terhadap data yang terkumpul
dalam rangka menjawab permasalahan.
Langkah terakhir dalam analisis data ini adalah menarik simpulan
dan verifikasi. Simpulan tersebut merupakan pemaknaan terhadap data
yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, pengambilan simpulan
dilakukan secara bertahap. Pertama, menyusun simpulan sementara
(tentatif), tetapi dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan
verifikasi data, yaitu dengan cara mempelajari kembali data-data yang
ada dan melakukan ″peer-debriefing″ dengan teman sejawat (MGMP
PAI), agar data yang diperoleh lebih tepat dan objektif. Di samping itu,
meminta pertimbangan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan
penelitian tersebut, seperti kepala sekolah dan peserta didik.
Kedua, menarik simpulan akhir setelah kegiatan pertama selesai.
Penarikan simpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian
pernyataan responden dengan makna yang terkandung dalam masalah
penelitian secara konseptual.69
H. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini berisi ″kerangka proposal tesis″ dari
bab I sampai bab V. Setiap bab diberi penjelasan poin-poin pokok dari bab
tersebut, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, permasalahan: identifikasi masalah,
pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab Landasan Teori memuat tinjauan pustaka tentang Modul PAI
berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS), Media Grafis pada
Materi Fiqih Zakat, Pengembangan Modul dan Standar Proses
Pembelajaran PAI, serta Modul dan Peran Guru dalam
Implementasi Belajar Mandiri.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian,
Tempat dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Teknik dan Instrumen
69
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, h. 172-173.
24
Pengumpulan Data, Deskripsi Objek Penelitian, dan Teknik
Analisa Data.
BAB IV PENGEMBANGAN MODUL PAI BERBASIS HOTS MELALUI
MEDIA GRAFIS PADA MATERI FIQIH ZAKAT DI SMA N 6
KOTA TANGERANG SELATAN
Bab ini membahas tentang SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan,
Analisa Pengembangan Modul PAI Berbasis HOTS Melalui Media
Grafis Pada Materi Fiqih Zakat, Implementasi Pengembangan
Modul PAI Berbasis HOTS Melalui Media Grafis Pada Materi
Fiqih Zakat di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, Strategi
Pengembangan Modul PAI Berbasis HOTS Melalui Media Grafis
Pada Materi Fiqih Zakat di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, dan
Evaluasi Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran
Curriculum vitae
149
4). Pengaturan jadwal praktek terkadang kurang sesuai perlu
penambahan waktu sehingga mempengaruhi rencana
pembelajaran pada materi berikutnya menjadi tertunda.
5). Peralatan/media berbasis teknologi memerlukan tambahan
biaya yang harus disediakan oleh orang tua/peserta didik
berupa penyediaan smartphone, tablet/ laptop, dan kuota paket
internet. Untuk sekolah menyediakan instalasi listrik yang
memadai dan peralatan elektronik berupa infocus dan free
area hotspot.
150
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan hasil
penelitian tentang pengembangan modul PAI berbasis Higher Order
Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat di
SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran modul PAI berbasis Higher Order Thinking Skills
(HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat di SMA Negeri
6 Kota Tangerang Selatan; 1). Hasil observasi di kelas X IPA-4
menunjukkan prinsip dan aspek-aspek pembelajaran efektif sudah
terpenuhi karena didukung subyek pendidik yang berperan aktif.
Hasil observasi di kelas X IPS-2 dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pembelajaran modul berbasis higher order thinking skills (HOTS)
melalui media grafis menunjukkan hasil 76,66 dengan kategori baik
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Pengembangan modul PAI berbasis Higher Order Thinking Skills
(HOTS) melalui media grafis pada materi fiqih zakat di SMA Negeri
6 Kota Tangerang Selatan meliputi: 1) Model pembelajaran berbasis
proyek (Project Based Learning/PjBL), 2) Kegiatan simulasi tata
cara ibadah zakat, 3) Tugas pengayaan, mencari informasi tentang
pelaksanaan/ praktik pengelolaan zakat melalui BAZNAS/ LAZ/
Dompet Dhuafa/ DT Peduli dan/ atau Rumah Zakat dengan membuat
hasil laporan karya tulis.
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan modul PAI
berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui media grafis
pada materi fiqih zakat di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
1). Keterlibatan peserta didik secara aktif selama proses
pembelajaran menunjukkan adanya perkembangan dan
peningkatan kemampuan pengetahuan (KD.3) dan
keterampilan (KD.4) melalui pengalaman nyata yang otentik
yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
2). Adanya kesesuaian karakteristik materi zakat sebagai
implementasi rukun Islam dengan strategi pembelajaran
berbasis proyek dan simulasi.
151
3). Mengimplementasikan ide-ide kreatif peserta didik baik
secara mandiri maupun kelompok dalam menghasilkan dan
mengembangkan produk.
4). Merefleksikan kehidupan nyata sehari-hari, peserta didik
dapat mengindentifikasi, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi data-data yang tersaji dari zakat fitrah dan zakat
mal secara mendalam.
5). Menggunakan media lisan, tertulis dan teknologi, peserta
didik dapat mengomunikasikan ide-ide dan gagasan secara
efektif pada pembelajaran berbasis proyek/produk dan praktek
menghitung zakat.
6). Sebagai bagian dari pengamalan ibadah terhadap ajaran
agamanya, peserta didik menjadi termotivasi dalam
menyelesaikan permasalahan zakat.
b. Faktor Penghambat
1). Kemampuan peserta didik dalam mengulang atau menyatakan
kembali konsep pada level C1 (mengingat), dan C2
(memahami) melalui modul dalam mengembangkan
pemahaman konsep terutama pada lafal niat zakat fitrah dan
jenis harta dan sumber zakat, nishab zakat dan praktek
menghitung zakat mal.
2). Penekanan pada kesadaran dan tanggung jawab (KD-sikap)
peserta didik sebagai individu atas pengetahuan dan
pemikirannya agar cenderung belajar mandiri dalam
menghasilkan produk atau melakukan praktek tidak sampai
pada kategori tingkat mahir karena orientasi pembelajaran
lebih fokus kepada kelompok.
3). Pembelajaran berbasis proyek dan simulasi memerlukan
banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks terutama pada materi zakat mal.
4). Pengaturan jadwal praktek terkadang kurang sesuai perlu
penambahan waktu sehingga mempengaruhi rencana
pembelajaran pada materi berikutnya menjadi tertunda.
5). Peralatan/media berbasis teknologi memerlukan tambahan
biaya yang harus disediakan oleh orang tua/peserta didik
berupa penyediaan smartphone, tablet/ laptop, dan kuota
paket internet. Untuk sekolah menyediakan instalasi listrik
yang memadai dan peralatan elektronik berupa infocus dan
free area hotspot.
152
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
saran atau masukan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
adalah:
1. Kepada lembaga SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan:
a. Hendaknya lebih berpartisipasi dalam pengembangan media
pembelajaran grafis terutama pada media poster dan komik
tentang zakat melalui pemenuhan literatur di perpustakaan
sekolah sehingga dapat menunjang dalam proses pembelajaran.
b. Optimalisasi peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad
21, hendaknya lembaga merespon dengan mengadakan kegiatan-
kegiatan pelatihan pembelajaran berbasis ICT (Information and
Communication Technology) dengan memanfaatkan perangkat
komputer dan jaringan internet seperti powerpoint, video materi
pembelajaran, animasi zakat fitrah dan zakat mal, e-modul
sehingga pembelajaran lebih praktis, efektif, efisien dan menarik.
2. Kepada guru/ pendidik:
a. Sajian materi fiqih zakat jika digrafiskan perlu pelibatan
ide/gagasan peserta didik untuk merangsang daya kreativitas
dalam pemanfaatan sumber belajar berbasis internet sebagai
implementasi dari keterampilan abad 21 dan literasi digital.
b. Melakukan strategi pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif
sebagai sebuah solusi pengembangan materi sesuai tuntutan KD
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan) melalui model
pembelajaran berbasis proyek, simulasi dan penugasan sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan lebih menarik, menyenangkan
dan mencerdaskan.
c. Melakukan analisis KD dengan menentukan kedudukan dimensi
proses kognitif (menganalisis-C4) sehingga pembelajaran dan
penilaiannya harus berorientasi pada pemikiran tingkat tinggi
(HOTS) sebagai bagian dari kompetensi profesional guru.
d. Dalam proses pembelajaran abad 21, guru harus melakukan
pemilihan strategi dan model pembelajaran yang relevan dengan
kompetensi dasar (KD) sehingga dapat memacu kemampuan
minat dan prestasi belajar peserta didik serta optimalisasi kualitas
pembelajaran yang bermakna.
e. Untuk menghindari pembelajaran yang monoton, guru ditantang
menemukan cara/metode yang lebih interaktif, inspiratif, dan
menantang dalam mengembangkan pemikiran dan
keterampilannya secara kolaboratif berfokus pada penyelesaian
masalah (problem solving) seputar fiqih zakat.
153
f. Guru dapat memanfaatkan strategi pengembangan modul PAI
berbasis HOTS melalui media grafis untuk diterapkan pada materi
yang lain, misalnya pada fiqih waris, sehingga pembelajaran yang
berfokus pada masalah praktek hitungan menjadi lebih menarik
dan menyenangkan.
147
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. SBM (Strategi Belajar Mengajar),
Editor: Maman Abd. Djaliel, Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. 2.
Amri, Sofan. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah;
Dalam Teori, Konsep dan Analisis, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya,
2013, Cet. 1.
Arifin, Imron (ed.). Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan
Keagamaan, Malang: Kalimasada, 1996.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
-------. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, Editor: Adriyani
Kamsyach, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, Cet. 3.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2013, Cet. 15.
-------. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
Ariyana, Yoki dan Pudjiastuti, Ari. dkk,. Buku Pegangan Pembelajaran
Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Press, 2015, Ed.
Revisi, Cet. 18.
Asnawir dan Basyaruddin Usman. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat
Press, 2002, Cet. 1.
Baharun, Hasan. Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis
Lingkungan Melalui Model Assure, dalam ″Cendekia: Journal of
Education and Society″, 14.2, 2016.
Bakker, Anton. Metode Penelitian, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
148
Baqa, Lukman Muhammad. Fiqih Zakat; Sari Penting Kitab Dr. Yusuf al-
Qardhawy, Bogor: Islamic Network, 1997.
Basri, Hasan. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi Agama, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995.
Batubara, Juliana. ″Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan dan Konseling″, dalam Jurnal Fokus Konseling, ISSN:
2356-2102, Volume 3, No. 2 Tahun 2017.
Bloom, Benjamin S. et.al. Taxonomy of Educational Objectives the
Classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain,
New York: David McKay Company, Inc., 1974, Cet. 19. dalam
Disertasi, Tasman Hamami, Pemikiran pendidikan Islam: Telaah
tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005.
-------. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1: Cognitive
Domain, New York: Mc Key, 1956.
Boisard, Marcel A. Humanisme Dalam Islam, pent. H.M. Rasjidi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1980, Cet. 1.
Brookhart, Susan M. How To Asses Higher-Order Thinking Skills In Your
Classroom, Virginia USA, ASCD Alexandria, 2010.
Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas,
Editor: Lilis Suryani, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, Cet. 5.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.
Burhanuddin, Yusak. Administrasi Pendidikan, Editor: Maman Abd. Djaliel,
Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. 3.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011, Ed. 2, Cet. 5.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan), Jakarta: Departemen Agama RI, 2007, Cet. 1.
149
Dinni, Husna Nur. HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya
dengan Kemampuan Literasi Matematika, dalam ″PRISMA (Prosiding
Seminar Nasional Matematika) 1″, Tahun 2018, tersedia di
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/.
Djamarah, Saiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
-------. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Echols, John M. and Hassan Shadily. An English-Indonesian Dictionary
(Kamus Inggris-Indonesia), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2000, Cet. 24.
Efendiy, Khoirul. Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam SMP
Kelas VIII dengan Model Dick, Carey & Carey di SMPN 04
Ampelgading Malang, dalam Tesis, Malang: Universitas Negeri
Malang, 2012.
Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan,
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006.
Fatimah, Siti. Pengembangan Modul Pendidikan Agama Islam Berbasis
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas IV SDN
Warugunung 1 Surabaya Semester I, dalam Tesis, Prodi PAI,
Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017.
FN., Ridjaluddin. Revolusi Zakat, Infak, dan Shadaqah, Editor: ′Aisyah
Muhaimin, Ciputat: Lembaga Kajian Islam Nugraha, 2016, Cet. 1.
Hafiduddin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah, Jakarta:
Gema Insani, 1998.
Hall, Gene E. et.al., Mengajar Dengan Senang; Menciptakan Perbedaan
Dalam Pembelajaran Siswa, Pent. Soraya Ramli, Jakarta: PT. Indeks,
2008, Cet. 2.
Haludhi, Khuslan dan Abdurrohim Sa’id. Integrasi Budi Pekerti Dalam
Pendidikan Agama Islam 1 untuk Kelas X SMA, Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2008.
150
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.
Harun, Salman. Mutiara Al-Qur’an; Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam
Kehidupan, editor: Ilham Khoiri R., Jakarta: Logos, 1999, Cet. 1.
Hasyim, Mohammad. Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat,
Surabaya: Bina Ilmu, 1982.
Hidayah, Ratna. Salimi, Moh. dan Susiani, Tri Saptuti. Critical Thinking
Skill: Konsep dan Indikator Penilaian, dalam ″Jurnal Taman
Cendekia″, Vol. 01. No. 02 Desember 2017, ISSN: 2579-5112.
Hornby, A.S. Oxford Advanced Learner′s Dictionary of Current English,
Eighth Edition, Oxford New York: Oxford University Press, 2010.
Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 2003.
Indriana, Dina. Ragam Alat Bantu Pengajaran; Mengenal, Merancang, dan
Mempraktikkannya, Yogyakarta: DIVA Press, 2011.
Indrianto, Nino. Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Berbasis Multikultural Bagi Siswa Kelas XII SMAN 2
Kediri, dalam Tesis, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011.
Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and Learning, Bandung: Mizan
Learning Center, 2010.
-------. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan Learning
Center, 2007.
Johnson, LouAnne. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik: Cara
Membangkitkan Minat Siswa melalui Pemikiran, Pent. Dani Dharyani,
Jakarta: PT. Indeks, 2008, Cet. 2.
Joni, T. Rakaa. Cara Belajar Siswa Aktif: Wawasan Kependidikan dan
Pembaruan Pendidikan Guru, Malang: IKIP Malang, 1980.
Kamaruddin. Pengantar Metodologi Riset, Bandung: Angkasa, 1972.
151
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Penyusunan Soal
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, 2019.
Kementerian Pendidikan Nasional. Pedoman Umum Pemilihan dan
Pemanfaatan Bahan Ajar, Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004.
Khallaf, Abdul Wahhab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam: (Ilmu Ushulul Fiqh),
pen. Noer Iskandar al-Barsany, Moh. Tolchah Mansoer, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2000, Ed. 1, Cet. 7.
King, Ludwika G. dan Faranak R. Higher Order Thinking Skills; Assesment
Evaluation Education Services Program, (2011), tersedia di: http://
www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf., diakses 31
Desember 2015.
Koentjaraningrat. Kamus Istilah Anthropologi, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1984.
-------. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1993.
Kropf, Dorothy C. Connectivism: 21st Century′s New Learning Theory, dalam
″European Journal of Open Distance and Learning″, 16.2, 2013.
Krulik, S. & J. A. Rudnick. Innovative Tasks to Improve Critical and
Creative Thinking Skills, dalam ″Developing Mathematical reasoning
in Grades K-12″, Tahun 1998.
Kuntjojo. Metodelogi Penelitian, Kediri: Universitas Nusantara PGRI, 2009.
Kurniati, Dian. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di
Kabupaten Jember dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA, dalam
″Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan″, No. 20, Vol. 2, Tahun
2014.
Kuswana, Wowo S. Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Lampiran Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Tanggal 23
Mei 2006.
152
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta: 6 Juni 2016.
L.W., Anderson. Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, K.A., Mayer
R.E., Pintrich, P.R., et. al., A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom′s Taxonomy of Educational Objectives,
New York: Longman, 2001.
Ma’arif, Ahmad Syafi’i. ″Al-Qur’an dan Masalah Pendidikan: Sebuah
Pengantar″ dalam Yunahar Ilyas dan Muhammad Azhar, Pendidikan
dalam Perspektif Al-Qur’an, Yogyakarta: LPPI Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 1999.
Majid, Abdul. dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
-------. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. 1.
Matthew B., Miles & A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode Baru, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI
Press, 1992.
-------. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992.
Mbulu, Joseph. Pengajaran Individual, Malang: Yayasan Elang Emas, 2001.
Mellyda, Sisca. Pengembangan Modul Pendidikan Agama Islam
Menggunakan Pendekatan Saintifik Untuk Kelas VII Semester II″,
dalam Tesis, Lampung: UIN Raden Intan, 2017.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1989.
-------. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006.
-------. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
153
-------. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010.
Mudiono, Anton M. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1989.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin, 2000.
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Editor: Syaiful
Ibad, Ciputat: GP Press Group, 2013, Cet. 1.
Mulyana, Dedy. Metodologi Kualitatif: Paradigma Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Munir. Multimedia Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan, Bandung: CV.
Alfabeta, 2012.
Na′im, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan, dan Mengubah
Jalan Hidup Siswa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Nabila, Jihan. Strategi Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Diandra
Creative, 2005, Cet. 2.
Nafisah. Pengaruh Media Grafis terhadap Keberhasilan Proses Belajar
Mengajar PAI di SDN Kebomlati Plumpang Tuban, dalam Tesis,
Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2000.
Nasehudin, Toto Syatori dan Gozali, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, Cet. 1.
Nasution, S. Metode Research: Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara,
2003, Ed. 1, Cet. 6.
Nawawi, Hadari. Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Jogjakarya: Gajah
Mada University Press, 1990.
154
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1994.
Nofiana, Mufida. Pengembangan Instrumen Evaluasi Higher Order Thinking
Skills Pada materi Kingdom Plantae, dalam ″Jurnal Pedagogi Hayati″,
1.1, 2016.
Nurgiantoro, Burhan. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Nurhayati, Siti. Metode Penelitian Praktis, Pekalongan: Usaha Nasional,
2012, Ed. 2.
Ormrod, Jeanne E. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2008.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
Kurikulum 2013, Lampiran 40.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2017, Tentang
Hari Sekolah, Jakarta: 12 Juni 2017.
Pranoto, Trisno. Model Pengembangan Bahan Ajar PAI Terintegrasi Pada
Pendidikan Karakter, Lingkungan dan Soft Skills Untuk Siswa SMK;
(Studi Analisis SMK di Kecamatan Mayong, Pecangaan dan Kedung-
Kabupaten Jepara), dalam Tesis, Kudus: STAIN, 2017.
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Jogjakarta:
DIVA Press, 2012.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Editor: Tjun
Surjaman, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. 12.
Putra, Nusa dan Dwilestari, Ninin. Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak
Usia Dini, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Ed. 1, Cet. 1.
al-Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat; Studi Komparatif Mengenai Status dan
Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: Litera
Antar Nusa, 2001, Cet. 4.
155
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di bawah Naungan Al-Qur’an);
Surah al-Mujādilah s.d. at-Tahrīm, Jakarta: Gema Insani, 2004, Jilid
XI, Juz XXVIII.
Rachim, Fatur. How to STEAM Your Classroom, Editor: Deni Hadiana,
Jakarta: AGTIFINDO, 2019, Cet. 1.
Rahardjo, Mudjia. Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif, tersedia di
http://mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view, diakses 27
Januari 2020.
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam 3, pent. Soeroyo, editor: H.M.
Sonhadji, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
2005, Cet. 4.
Ramli, Murni. Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, dalam Makalah
Utama ISSN: 2407-4659, pada ″Seminar Nasional Pendidikan Sains V
Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS″,
Surakarta: 19 November 2015.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula, Bandung: Alfabeta, 2005.
Ridwan, M. dan R. Hidayat. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 1
Untuk SMA Kelas X, Edisi K13 Revisi 2016, Jakarta: Quadra, 2017,
Cet. 1.
-------. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas X,
Jakarta: Quadra, 2018, Edisi 1, Cet. 2.
Rohani, Ahmad. Media Intruksional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Sadiman, Arief S., dkk. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, Ed. 1, Cet. 17.
Salinan Lampiran 1 Permendikbud Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Struktur
Kurikulum 2013 Jenjang SMA/MA, meliputi Kompetensi Inti, Mata
Pelajaran, Beban Belajar dan Kompetensi Dasar, Jakarta: 14 Desember
2018.
156
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016
Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: 6 Juni
2016.
Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran, editor: Yayat Sri Hayati,
Jakarta: Bumi Aksara, 2015, Cet. 3.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010, Edisi 1, Cet. 3
Saputra, Hatta. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (Higher
Order Thinking Skills), Bandung: SMILE’s Publishing, 2016.
Sevilla, Consuelo G. et. al. Research Methods, Quezon City: Rex Printing
Company, 2007.
Siswono, Tatang Y. E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Kontekstual,
dalam Jurnal ″Matematika atau Pembelajarannya″, 2002, VIII, ISSN:
0852-7792, Tersedia di http://www.um.ac.id
-------. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif, Surabaya: Unesa University Press, 2008.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Bandung: CV Alfabeta, 2015, Cet. 21.
-------. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: CV
Alfabeta, 2016, Cet. 23.
-------. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alfabeta, 2005.
157
Suharjo. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar, Teori dan Praktek, Jakarta:
Depdiknas Dirjend Dikti Direktorat Ketenagaan, 2006.
Suharsono, Puguh. Metode Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan
Praktis, Jakarta: PT. Indeks, 2009.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sukmadinata, Nana S. dan Syaodih Erlian. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi, Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. 7.
Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Menurut Al-Ghazali; Solusi
Mengahadapi Tantangan Zaman, pent. Z.S. Nainggolan, Jakarta: Dea
Press, 2000.
Sumarno. Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik,
dalam ″Jurnal Pengajaran MIPA″, vol. 17, No. 17, 2011.
Sumber: http://indrabayang.blogspot.co.id/2017/07/mengintegrasikan-ppk-
literasi-4c-dan.html, diakses pada 13 Agustus 2018.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, Jakarta: 10 Desember 2019.
Suriantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1990.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, Ed.
2, Cet. 27.
Suryadi, Asip dan Ika Berdiati. Menggagas Penelitian Tindakan Kelas Bagi
Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018, Cet. 1.
Syafe’i, Rachmat. Fiqih Muamalah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001, Cet.
4.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Editor: Mukhlis,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. 11.
158
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Ed. 3, Cet. 3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab 2 Dasar, Fungsi, dan Tujuan, Pasal 3,
diundangkan Tanggal 8 Juli 2003.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab II, pasal 3, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional.
Usman, Husaini & Purnomo Stiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Wahid, Abdul Hamid. Integrasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Dengan Model Creative Problem Solving, dalam ″Modeling, Jurnal
Program Studi PGMI″, Vol. 5, No. 1, Maret 2018.
Widayati, Heni Wahyu. dkk. Modul Seri Pengayaan: Pendalaman Buku Teks
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 1B Kelas X SMA, Jakarta:
Yudhistira, 2019, Cet. 2.
Widodo, T. & S. Kadarwati. High Order Thinking Berbasis Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa, Dalam ″Jurnal Cakrawala Pendidikan″, No. 32, Vol. 1,
Tahun 2013.
Ya’kub, Ali Mustafa, et.al. Panduan Zakat; Petunjuk Praktis Tentang Zakat
dan Cara Penghitungannya, Jakarta: Bazis DKI Jakarta, 2013, Cet. 3.
Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Editor: Saiful
Ibad, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, Cet. 5.
237
CURRICULUM VITAE
Nama : Zuhro
Alamat : Jl. Gurame III F No. 43 RT. 004/001 Kel. Bambu Apus
Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan 15432
Status : Menikah
Nama Suami : Dr. Agus Suwarno, MA.
Nama Anak : 1. Muhammad Athif Raufan Ghifari
2. Ahmad Firnas Kasyful Akfa
3. Muhammad Wilhan Nathis AlMutafannin
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri No. 20 Karang Tanding Kec. Muara Pinang. Lulus Tahun
1999.
2. Madrasah Tsanawiyah Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Kec.
Pamulang. Lulus Tahun 2002.
3. Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Tahun 2002 s.d
2003.
4. Kelompok Belajar ″Bina Sejahtera″ Kel. Sawangan Kec. Sawangan,
Lulus Paket C setara SMA Tahun 2004.
5. Program D1 Bahasa Inggris di ABA YPKK Pondok Cabe Kec.
Pamulang, Tahun 2004 s.d 2005.
6. STIT Insida Jakarta, Program Studi PAI, Lulus S1 Tahun 2018.
Pengalaman:
1. Mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Islam Kel. Jatimekar Kec.
Jatiasih, Tahun 2018.
2. Mengajar di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Al-Bayyinah
Kampung Sawah Kec. Ciputat, Tahun 2019 s.d sekarang.
3. Kegiatan Majlis Ta’lim Ibu-ibu al-Mabrur Bambu Apus Kec. Pamulang.
Demikian curriculum vitae ini saya buat, semoga bermanfaat.
Jakarta, 5 Maret 2020
Zuhro