pengembangan pendidikan ips sd
TRANSCRIPT
Pengembangan Pendidikan IPS di SD i
Diktat
PPeennggeemmbbaannggaann
PPeennddiiddiikkaann IIPPSS SSDD
Oleh:
Habibuddin
(Untuk kalangan sendiri)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010
Pengembangan Pendidikan IPS di SD ii
Motto:
“Kebenaran hanya dicari oleh para individu,
dan mereka ini memutuskan hubungan dengan orang-orang
yang tidak cukup mencintainya.
Berapa banyak di dunia ini yang berhak atas kesetiaan kita?
Sungguh sedikit sekali, Saya kira orang harus setia kepada keabadian,
yang merupakan kata lain dari hidup, kata yang justru lebih kuat untuk itu”
(Dr. Zhivago)
Pengembangan Pendidikan IPS di SD iii
Daftar Isi
Motto iii
Daftar Isi iv
Kata Pengantar vi
Bagain 1 Pendahuluan 1
Bagian 2 Hakikat dan Arah Pembelajaran IPS di SD a. Hakikat dan Arah Pembelajaran IPS di SD
b. Tujuan Pembelajaran IPS di SD
c. Pengembangan Pengetahuan dan Pemahaman
d. Pengembangan Aspek Sikap, Nilai, dan Moral
e. Pengembangan Aspek Konatif
f. Pengembangan Materi Pembelajaran IPS di SD
3
3
9
12
13
14
15
Bagian 3 Inovasi Pembelajaran IPS di SD a. Pembelajaran Tematik
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
c. Strategi Pembelajaaran Tematik
d. Pembelajaran Kontekstual dalam IPS
e. Prinsip Pembelajaran CTL
f. Sumber dan Media Pembelajaran IPS
g. Media Pembelajaran Berbasis ICT
21
21
24
25
28
29
32
37
Bagian 4 Pembelajaran Pengendalian Diri, Keluarga, dan Lingkungan a. Manusia sebagai Individu
b. Interaksi Sosial
c. Masyarakat
d. Pembelajaran Lingkungan Rumah dan Keluarga
e. Pembelajaran Peran Keluarga dan Lingkungan
f. Pembelajaran Lingkungan Hidup, Jenis Pekerjaan dan Jual Beli
g. Pembelajaran Kegiatan Jual Beli
38
38
39
40
50
53
57
63
Bagian 5 Pembelajaran Peta, Kenampakan Alam, dan Persebaran
Sumber Daya Alam (SDA)
a. Pembelajaran Peta
b. Pembelajaran Kenampakan Alam
c. Pembelajaran Persebaran SDA dan Manfaatnya
d. SDA yang Dapat dan Tidak Dapat Diperbaharui
67
67
71
75
78
Pengembangan Pendidikan IPS di SD iv
Bagain 6 Pembelajaran Aktivitas Ekonomi, Teknologi, dan
Permasalahan Sosial a. Pembelajaran Aktivitas Ekonomi
b. Pembelajaran Perkembangan Teknologi
c. Pembelajaran Permasalahan Sosial
82
82
86
89
Bagain 7 Penutup 96
Daftar Pustaka
97
Pengembangan Pendidikan IPS di SD v
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga Bahan Ajar ini ini dapat diselesaikan
dengan baik. Bahan ajar ini terkait dengan mata kuliah Pengembangan Pendidikan
IPS SD. Bahan Ajar hadir sebagai salah satu upaya untuk berpartisipasi
memperkaya khazanah literatur yang terasa begitu minim di bidang
Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bahan Ajar ini disusun secara sederhana
berdasarkan silabus Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan IPS SD, selain itu
mata kuliah ini sebagai mata kuliah yang memiliki peran penting dalam
mendukung kelancaran proses pembelajaran IPS SD pada Program Studi PGSD
STKIP HAMZANWADI Selong.
Bahan ajar ini disusun secara sederhana, dengan harapan agar mahasiswa
dapat memahami strategi Pengembangan Pendidikan IPS SD, khususnya pada
pemahaman terkait dengan pembelajaran IPS SD. Harapan ini dapat tercapai jika
mahasiswa mempunyai kemampuan berfikir kritis-analitis-sistematis dalam
menghadapi setiap permasalahan yang diketengahkan kepada mereka, sehingga
mampu mengembangkan permasalahan, aktif menyelami seluk-beluk dan
landasan permasalahan dalam dunia pendidikan; khususnya pada materi
Pembelajaran Pendidikan IPS SD, kemudian mencari dan menemukan hubungan
antara permasalahan dengan landasan pemecahan, menarik dan memaparkan
hasil-hasil penghubungan itu ke dalam bentuk rumusan-rumusan yang logis dan
membuktikan kebenarannya dengan jalan menghadapkannya kepada fakta-fakta
sosial yang telah ada.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam bahan ajar mata kuliah
Pengembangan Pendidikan IPS SD ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh karena itu saran-saran perbaikan yang membangun sangat diharapkan dari
mahasiswa untuk kesempurnaan bahan ajar ini.
Semoga karya yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi mahasiswa
dalam mengkaji dan menganalisis Persoalan Sosial maupun Pendidikan Sosial.
Akhirnya kepada Allah Swt jua penulis memohon ampun, sekiranya terdapat
kesalahan dalam penyusunan bahan ajar (diktat) Mata Kuliah Pengembangan
Pendidikan IPS di SD ini. ***
Selong, 17 Maret 2010
Penulis
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 1
Bagian 1
Pendahuluan
A social scientist is a man who, if he was two little boys,
sends one to Sunday schools every Sundays and keeps
the other one home as an experimental group.
(Raymond Mack)
Pendidikan ilmu sosial di sekolah berbeda tujuannya dengan pendidikan
ilmu sosial di perguruan tinggi. Di sekolah, semua mata pelajaran yang diajarkan
umumnya diarahkan dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar lebih lanjut ke
jenjang perguruan tinggi dan mempersiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat
dan memasuki dunia kerja yang tersedia. Pendidikan ilmu sosial yang diajarkan
hanya bersifat pengenalan yang kelak jika mereka berminat memperdalamnya di
perguruan tinggi. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap ruang lingkup materi
yang harus dikaji oleh siswa. Masalah yang paling krusial adalah memilih mata
pelajaran di sekolah yang akan dipilih sebagai dasar bagi ilmu-ilmu sosial di
perguruan tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu-ilmu sosial di perguruan
tinggi ada disiplin ilmu politik, administrasi negara, sosiologi, sejarah, geografi,
dan lain-lain. Permasalahan ini tidak mudah, seperti kita saksikan saat ini,
mengapa IPS pada jenjang SMP hanya direkomendasikan atas empat disiplin ilmu
yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.
Para ahli mencoba menguraikan pokok persoalannya dari sudut
pandangnya masing-masing, kemudian membedakan antara ilmu sosial (social
science), studi sosial (social studies), dan IPS. Ilmu sosial dan atau ilmu-ilmu
sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia di masyarakat,
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ilmu-ilmu sosial lebih bersifat
akademis yang diajarkan di perguruan tinggi dan tiap bidang keilmuan
mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.
Oleh karena itu kita mengenal rumpun ilmu-ilmu sosial seperti ilmu ekonomi,
hukum, politik, sosiologi, antropologi, dan lain-lain. Berbeda dengan ilmu sosial,
studi sosial (social studies) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademik, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengakajian tentang gejala
dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial ini
menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 2
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu lain yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari
individu untuk menjadi pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya,
tetapi juga oleh kelompok sekitarnya. Dalam proses untuk menjadi pribadi,
individu dituntut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.
Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik dan non-fisik (psikis).
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar
suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan
tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga
menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu.
Kesadaran anak terhadap lingkungannya bersifat universal artinya setiap
anak dibelahan dunia manapun memiliki keinginan dan kesukaan untuk
menggambar. Keinginan untuk mencorat-coret adalah keinginan yang seolah-olah
“tidak tertahankan” bagi seorang anak. Dorongan ini harus dimanfaatkan oleh
guru sebagai kekuatan motivasi agar senang belajar. Artinya, sekali waktu ajaklah
anak belajar di kelas dengan cara metode bermain dan menggambar. Apalagi
untuk anak usia SD, metode bermain dan menggambar merupakan metode
pembelajaran untuk semua mata pelajaran termasuk IPS.
Tujuan mempelajari IPS salah satunya adalah agar siswa mengenal
permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Masalah sosial banyak sekali
jenisnya, sehingga perlu dipilih agar lebih bermakna bagi siswa. Diusahakan agar
guru dapat mengupas masalah sosial diambil dari lingkungan sekitar siswa.
Namun, jika dicari irisannya, setiap masayarakat Indonesia umumnya menghadapi
permasalahan sosial yang hampir sama seperti kemiskinan, pecahnya ikatan-
ikatan keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern, masalah
kependudukan, masalah lingkungan hidup, kehidupan politik yang tidak stabil,
kejahatan, dan konflik antar masyarakat yang memicu terjadinya kerusuhan dan
peperangan. Masalah sosial timbul dari berbagai sebab yang saling terkait.
Awalnya orang menganggap bahwa masalah sosial disebabkan oleh karena
kemiskinan. Namun ternyata, pada masyarakat yang makmur sekalipun masalah
sosial juga dapat muncul seperti kenakalan remaja, penggunaan obat-obat
terlarang, kehidupan seks bebas, dan kehidupan hedonisme (memuja kesenangan
hidup di dunia tidak peduli terhadap norma agama).
Dengan demikian, masalah sosial terjadi di setiap masyarakat. Semua
kehidupan di masyarakat adalah cobaan, siapa yang bisa menghadapinya dengan
baik maka akan bermanfaat, jika tidak, maka akan jadi masalah sosial. Masalah
sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam masyarakat atau
kebudayaan yang membayakan kehidupan kelompok sosial, terhambatnya
pemenuhan kebutuhan masyarakat, hingga rusaknya ikatan sosial dan keluarga,
oleh karena itu dalam pembelajaran pendidikan IPS di SD penekanannya
disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dihadapi oleh peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat.***
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 3
Bagian 2
Hakikat dan Arah
Pembelajaran IPS di SD Pembelajaran IPS
A. HAKIKAT DAN ARAH PEMBELAJARAN IPS DI SD
Zamroni (2001) mengemukakan bahwa studi tentang kehidupan manusia
dan masyarakatnya relatif baru, namun sejauh ini sudah menghasilkan akumulasi
pengetahuan yang dapat diwujudkan dalam suatu sistem pengetahuan tentang
hakikat, pertumbuhan, dan fungsi kehidupan manusia. Ilmu-ilmu sosial berusaha
untuk memahami kompleksitas manusia dan interaksinya serta strukturnya secara
rasional dan analitis. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kajian ilmu-ilmu
sosial muncul kecenderungan ethnocentric dan kurang objektif.
Lebih lanjut, Zamroni (2001) mendefinisikan bahwa ilmu-ilmu sosial
adalah studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia. Artinya semua disiplin
ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok umat manusia di masukkan dalam
kelompok ilmu-ilmu sosial. Apabila ada disiplin ilmu yang mempelajari aspek
lain dari umat manusia selain tingkah laku, maka disiplin itu bukanlah ilmu-ilmu
sosial. Walaupun sejumlah ilmu yang berkembang saat ini seperti geografi,
antropologi fisik, dan psikologi (karena perhatian utamanya pada tingkah laku
individu bukan kelompok), dan ilmu pendidikan (yang terlalu terpusat pada
metodologi) tidak selalu membahas tingkah laku kelompok, tetapi Calhoun
mengelompokkan ilmu-ilmu di atas memiliki bagian yang juga memperhatikan
tingkah laku kelompok umat manusia. Kelompok ilmu-ilmu sosial, di dunia
pendidikan dikenal dengan adanya pendidikan mengenai disiplin-disiplin ilmu
sosial yang disebut pendidikan ilmu sosial. Di lingkungan perguruan tinggi,
pendidikan ilmu-ilmu sosial tidak mengalami masalah epistimologi karena
mahasiswa yang memilih salah satu disiplin ilmu tersebut akan dididik dalam pola
pikir menurut disiplin ilmu itu, dikembangkan perhatiannya kepada objek studi
disiplin ilmu yang bersangkutan, menguasai berbagai teori yang dianggap
mutakhir, serta dilatih bekerja menurut metode kerja keilmuan dalam suatu
prosedur penelitian yang diakui.
Pendidikan ilmu sosial di sekolah berbeda tujuannya dengan pendidikan
ilmu sosial di perguruan tinggi. Di sekolah, semua mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah umumnya diarahkan dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar
lebih lanjut ke jenjang perguruan tinggi dan kedua mempersiapkan siswa untuk
terjun ke masyarakat dan memasuki dunia kerja yang tersedia. Pendidikan ilmu
sosial yang diajarkan hanya bersifat pengenalan yang kelak jika mereka berminat
memperdalamnya di perguruan tinggi. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap
ruang lingkup materi yang harus dikaji oleh siswa. Masalah yang paling krusial
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 4
adalah memilih mata pelajaran di sekolah yang akan dipilih sebagai dasar bagi
ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu-ilmu
sosial di perguruan tinggi ada disiplin ilmu politik, administrasi negara, sosiologi,
ilmu sejarah, geografi, dan lain-lain. Permasalahan ini tidak mudah, seperti kita
saksikan saat ini, mengapa IPS pada jenjang SMP hanya direkomendasikan atas
empat disiplin ilmu yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Mengapa
tidak diajarkan ilmu politik, administrasi negara, antropologoli, dan lain-lain. Di
tingkat SMA, kedudukan mata pelajaran ilmu-ilmu sosial semakin dipertegas
yaitu masing-masing telah mandiri sebagai mata pelajaran tetapi pertanyaannya
adalah sama, yaitu mengapa hanya mata pelajaran tertentu saja dan tidak untuk
yang lainnya. Para ahli mencoba menguraikan pokok persoalannya dari sudut
pandangnya masing-amsing. Pertama pendapat dari Sumaatmadja (1980),
membedakan antara ilmu sosial (social science), studi sosial (social studies), dan
IPS. Ilmu sosial dan atau ilmu-ilmu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang
mempelajari manusia di masyarakat, mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat. Ilmu-ilmu sosial lebih bersifat akademis yang diajarkan di perguruan
tinggi dan tiap bidang keilmuan mempelajari salah satu aspek tingkah laku
manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu kita mengenal rumpun
ilmu-ilmu sosial seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, sosiologi,
antropologi, dan lain-lain.
Berbeda dengan ilmu sosial, studi sosial (social studies) bukan merupakan
suatu bidang keilmuan atau disiplin akademik, melainkan lebih merupakan suatu
bidang pengakajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja
pengkajiannya, studi sosial ini menggunakan bidang-bidang keilmuan yang
termasuk dalam ilmu-ilmu sosial. Lebih lanjut, Sumaatmadja mengatakan bahwa
studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universiter, bahkan dapat merupakan
bahan-bahan pelajaran bagi murid-murid sejak pendidikan dasar, dan dapat
berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial.
Studi sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau
masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya
dari berberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada
satu dengan lainnya.
Kerangka kerja studi sosial menurut Sumaatmadja, penekanannya tidak
pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada praktis dalam mengkaji atau
mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat. Tugas studi sosial sebagai
suatu bidang studi mulai dari tingkat SD ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
yaitu membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya
berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial, dan mampu memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapinya. IPS bukanlah ilmu sosial tetapi lebih
dekat dengan studi sosial. Pengajaran IPS di sekolah tidak menekankan kepada
aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis dalam
mempelajari, menelaah, dan mengkaji gejala dan masalah sosial. Walaupun harus
tetap diakui bahwa induk dari IPS berasal dari rumpun ilmu-ilmu sosial yang
banyak dikaji di perguruan tinggi secara spesifik. Walaupun penjelasan sudah
cukup memberikan kedudukan IPS diantara ilmu sosial dan atau studi sosial. Di
kalangan para ilmuan tetap terbagi atas dua kelompok (terkait dengan kesepakatan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 5
ilmu-ilmu sosial yang manakah yang dapat dijadikan kajian pokok di jenjang
persekolahan). Kelompok pertama, menghendaki agar materi dari disiplin ilmu-
ilmu sosial hanyalah sebagai salah satu sumber materi/pokok bahasan kurikulum,
tetapi sebagian yang lain masih tetap beranggapan bahwa di sekolah, ilmu-ilmu
sosial harus memiliki jalurnya sebagaimana yang berlaku di perguruan tinggi.
Penganut kelompok pertama disebut golongan behavioralisme sosial sedangkan
kelompok kedua disebut golongan intelektual tradisional (Schubert, 1986: 223).
belajaraGolongan behavioralisme sosial beranggapan bahwa disiplin ilmu-ilmu
sosial hanyalah merupakan salah satu sumber materi untuk pendidikan. Golongan
ini tidak melihat pengajaran disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai suatu yang penting
dibandingkan dengan perkembangan manusianya. Golongan ini berpendapat
bahwa pendidikan tidak boleh membatasi diri pada suatu bidang ilmu atau bahkan
disiplin ilmu tertentu. Mereka beraggapan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik (Hasan, 1995: 16). Kelompok
ini kurang mendapat tempat di Indonesia. Posisi mata pelajaran dari rumpun ilmu
sosial di sekolah masih sangat tegas perbedaannya. Disiplin ilmu sosial yang
diajarkan di sekolah mengikuti nama jurusan di perguruan tinggi seperti adanya
mata pelajaran sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi, dan lain-lain. Di
Amerika Serikat, kelompok ini juga sangat sedikit pengikutnya. Di antara mereka
yang memperjuangkan pendapat ini adalah Engle dan Longstreet. Kedua orang ini
dengan tegas membedakan antara pendidikan sosial (social education) dan social
studies. Bagi mereka pendidikan sosial (dan atau studi sosial) adalah jauh lebih
penting daripada ilmu sosial atau bentuk apapun karena akan memberikan bekal
nyata bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat setelah mereka selesai
pendidikannya di sekolah (Hasan, 1995: 17). Dari pola pikirnya, Engle dan
Longstreet lebih dekat dengan keyakinan Sumaatmadja yang mengelompokkan
IPS sebagai suatu studi sosial. Golongan yang kedua adalah intelektual
tradisional. Golongan ini beraggapan bahwa disiplin ilmu-ilmu sosial adalah
sumber satu-satunya untuk pendidikan IPS. Golongan ini dibagi tiga atas
kelompok yaitu:
1. Mereka yang beranggapan bahwa pengajaran ilmu-ilmu sosial adalah
terpisah. Pengajaran ilmu sosial yang terpisah, menurut mereka jauh lebih
baik karena siswa tidak perlu berfikir dalam dimensi ilmu yang kabur.
Sudah sejak awal cara berfikir siswa terkendali untuk memperhatikan hal-
hal tertentu yang menjadi kepedulian ilmu tersebut. Namun demikian, ada
pula sisi kelemahannya yaitu terkadang ilmu yang dipelajari oleh siswa
terpisah dari keseluruhan konteks sosialnya. Suatu peristiwa (misalnya
interaksi di pasar) tidak dapat dibatasi oleh hanya ilmu ekonomi saja tetapi
peristiwa interaksi di pasar dapat dikaji oleh sosiologi, geografi,
antropologi, dan lain-lain. Untuk memahami pasar secara utuh dibutuhkan
berbagai disiplin ilmu yang tidak terpisah-pisah.
2. Kelemahan pada kelompok pertama memunculkan kelompok kedua yaitu
bahwa untuk mempelajari suatu konteks sosial (misalnya: interaksi di
pasar) dibutuhkan analisis keterhubungan antardisiplin ilmu-ilmu sosial.
Gagasan ini diusulkan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan
berhubungan atau korelasional yang bersifat interdisipliner dan pendekatan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 6
terpadu (integrated). Keterpaduan multidisiplin menganggap bahwa
kedudukan setiap disiplin ilmu dianggap sama. Problema yang sama dikaji
dalam berbagai dimensi dengan pendekatan keilmuan yang berbeda-beda.
3. Gagasan keterhubungan ilmu sosial lainnya adalah gagasan keterpaduan
(integrated). Kelompok ini dibagi dua lagi yaitu mereka yang
menghendaki agar ilmu-ilmu sosial melebur dirinya menjadi suatu disiplin
ilmu tertentu yang dinamakan ilmu sosial. Kelompok ini disebut synthetic
social sciences. Alat yang dikembangkan oleh kelompok ini adalah
generalisasi. Dengan cara ini, ilmu-ilmu sosial tidak terpisah-pisah lagi.
Artinya tidak ada lagi pendidikan sejarah, geografi, ekonomi, maupun
sosiologi di sekolah. Kelompok ini menurut Hasan (1995) dianggap gagal
karena terlalu berpihak pada suatu ilmu tertentu yaitu antropologi.
Kelompok kedua sepakat adanya gagasan mempadukan ilmu-ilmu sosial
tetapi tidak bermaksud menciptakan ilmu sosial yang baru. Kelompok ini
sudah cukup puas jika disiplin ilmu-ilmu sosial itu digunakan untuk
membahas berbagai permasalahan kehidupan sosial di sekitar siswa.
Batasan disiplin ilmu tidak perlu dikemukakan tetapi materi dari disiplin
itu digunakan berdasarkan kemanfaatannya dalam kajian terhadap masalah
yang sedang dibahas. Berdasarkan pada sejarah perkembangan ilmu sosial
di atas, pendidikan ilmu sosial di Indonesia nampaknya mengambil
langkah keterpaduan ilmu-ilmu sosial tetapi tidak ingin mengembangkan
ilmu baru. Ilmu sosial di SMA pendekatan keilmuan sesuai jalur kajian
ilmu di perguruan tinggi tetap dipertahankan sedangkan untuk di SMP
pendekatan gabungan tetap diterapkan tanpa memperjelas kedudukan ilmu
geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi secara terpisah.
Bagaimana IPS untuk SD? Mata pelajaran IPS SD nampaknya memiliki
kecenderungan untuk memadukan pendekatan behavioralisme sosial dan
intelektual tradisional sekaligus. Di SD, pendidikan IPS tidak nampak sebagai
disiplin ilmu sosial secara terpisah-pisah, namun masih memiliki alur
pengelompokkan berdasarkan disiplin ilmu sosial tertentu. Dalam naskah Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar ditegaskan bahwa IPS bersumber pada materi
disiplin ilmu Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi, tetapi tujuan
pembelajaran IPS sudah diarahkan untuk membina warga negara Indonesia yang
demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai. Dengan
demikian, tujuan IPS mengacu pada pendekatan behavioralisme sosial sedangkan
dalam pendekatan pembelajaran memilih pendekatan intelektual tradisional yaitu
IPS yang terintegrasi.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek manusia,
tempat, dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem sosial dan
budaya; dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Aspek-aspek yang dikaji tidak
menunjukkan adanya pemisahan antara disiplin ilmu sosial (geografi, ekonomi,
sejarah, dan sosiologi), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelaran
IPS di SD mengambil pendekatan integratif. Dalam bentuk berbagai disiplin ilmu
saling membantu secara fungsional atau berdasarkan kebutuhan yang timbul dari
pokok bahasan yang dipelajari. Dalam kedudukan semacam itu maka batas-batas
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 7
antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya (penunjang) tidak terlalu
digambarkan dengan jelas.
Dengan alur pikir di atas, ilmu sosial (social science) dapat dikatakan
sebagai kumpulan ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan
(yaitu membina warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan
warga dunia yang cinta damai). Isi ilmu sosial terdiri dari ilmu sejarah, ilmu
sosial, sosiologi, geografi, dan filsafat yang dalam prakteknya dipilih untuk tujuan
pembelajaran di sekolah bersangkutan. Apapun bentuk penyederhaan dan atau
pengintegrasian dari ilmu-ilmu sosial di sekolah, ilmu sosial dan atau IPS di SD
memiliki misi yang penting dalam membangun masyarakat dan negara. IPS tidak
sekedar mata pelajaran yang disampaikan dalam bentuk penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial tetapi sebaiknya dimaknai sebagai suatu internalisasi nilai-nilai budaya
bangsa, pembinaan karakter bangsa, membina persatuan dan kesatuan bangsa. IPS
bukan semata-mata penyederhanaan ilmu-ilmu sosial tetapi memiliki nilai untuk
menyiapkan peserta didik menghadapi kehidupan dengan segala tantangannya.
Mengikuti sebagian dari pendapat Tilaar (2002: 80), tantangan yang
sedang dihadapi bangsa Indonesia dan membutuhkan peran mata pelajaran IPS
dalam membangun masyatakat Indonesia baru adalah:
1. Bangsa Indonesia sedang menghadapi lahirnya masyarakat terbuka atau
masyarakat demokratis. IPS diharapkan memberi bekal peserta didik untuk
dapat hidup bersama dalam masyarakat terbuka yaitu memiliki sikap yang
penuh toleransi tanpa mengorbankan prinsip sebagai bangsa yang beragama
dan berbudaya luhur. Selain itu, dalam masyarakat demokratis perlu disiapkan
masyarakat Indonesia yang cerdas dan mau aktif berperan serta dalam semua
aspek kehidupan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
2. Bangsa Indonesia sedang mempersiapkan diri menghadapi era gloalisasi yang
didukung oleh teknologi informasi. Di dalamnya memiliki pengaruh terhadap
menurunnya rasa nasionalisme bangsa. Karena itu tanpa menutup diri terhadap
perubahan dunia dan globalisasi, bangsa Indonesia perlu memupuk rasa
nasionalisme budaya (cultural nationalism) yang berarti pengakuan terhadap
budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam masyarakat
Indonesia yang bhinneka. IPS diharapkan lebih giat memperkenalkan
khasanah budaya bangsa yang luhur dan secara bersamaan membentuk
karakter bangsa yang tangguh terhadap norma agama dan norma masyarakat
yang terus berkembang.
3. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan SDA. SDA tersebut tersebar
di daerah-daerah. Ekonomi bangsa Indonesia harus dapat dikembangkan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge-based economy).
Karena itu, IPS sebaiknya segera memaknai sumberdaya alam sebagai
kekayaan bangsa yang perlu digali dan dikelola oleh anak bangsa Indonesia
dan bukan oleh pihak asing (sebagaimana yang saat ini masing berlangsung).
IPS tidak hanya menyampaikan materi bahwa SDA tersebar di tanah air tetapi
juga memberi motivasi anak didik bahwa kekayaan itu adalah warisan yang
harus dikelola sendiri untuk kemakmuran bangsa.
4. Saat ini bumi nusantara sedang mengalami kerusakan alam yang semakin
parah. IPS hendaknya dapat berperan untuk memberi pemahaman yang baik
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 8
tentang upaya pelestarian dan memanfaatkan SDA lokal. Program
penghijauan, program perlindungan kekayaan alam Indonesia hanya dapat
dilaksanakan dengan peran serta masyarakat lokal. IPS di SD-MI sebaiknya
menyampaikan pesan moral bahwa alam di muka bumi termasuk di bumi
Indonesia telah terjadi kerusakan dunia saat ini sedang menghadapi
perdagangan pasar bebas (WTO) sebagai dampak lanjutan proses globalisasi.
5. Dalam perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan asing akan dengan bebasnya
masuk ke dalam negeri tanpa proteksi sesuai dengan Agreement Establishing
the World Trade Organization (WTO) pada tanggal 15 April 1994 di
Marrakesh Maroko yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang No. 7
Tahun 1994. Indonesia yang menyetujui agreement tersebut harus membuka
diri dan tunduk terhadap berbagai ketentuan dan aturan main dalam organisasi
tersebut baik yang tertuang dalam General Agreement on Tariff (GATT),
maupun Trade General Ageement on Trade in Service (GATS). Sebagai
negara yang memiliki potensi pasar yang besar. Langkah yang strategis untuk
mengimbangi dan mengungguli pasar bebas tersebut satu-satunya jalan adalah
meningkatkan daya saing produk barang dan jasa, melalui peningkatan
kualitas SDM sebagai subjek dalam persaingan tersebut. IPS harus mampu
berperan serta dalam menyampaikan informasi tantangan pasar bebas dengan
baik agar peserta didik dapat menyiapkan diri lebih awal.
6. Masyarakat dunia yang pada tahun 2000 telah mencapai lebih dari 5 milyar
tentu saja membutuhkan kehidupan yang layak, perlu bahan pangan, sandang,
dan fasilitas kehidupan lainnya yang diambil dari sumberdaya alam yang
jumlahnya semakin terbatas. Karena itu dibidang energi perlu ada upaya
alternatif untuk menggantikannya atau melahirkan teknologi canggih yang
hemat energi dan hemat bahan baku. Di bidang pertanian dibutuhkan
teknologi alternatif seperti bioteknologi dalam meningkatkan produktivitas
dan diversifikasi bahan pangan dan bahan konsumtif lainnya. Penduduk dunia
yang padat akan menimbulkan guncangan kehidupan, karena itu IPS
hendaknya dapat memberi rancangan agar peserta didik dapat berperan serta
dalam menghadapi ledakan penduduk.
7. Dunia pasar bebas yang berkembang saat ini cenderung mengarah pada era
kapitalisme. Setiap negara akan berusaha menjadi negara yang paling makmur
yang terkadang tidak peduli terhadap nasib negara lain. Dalam era
kapitalisme, negara maju mencoba menciptakan suatu kondisi agar negara lain
(negara berkembang) tergantung kepada negaranya. Cara yang kasar dapat
dengan cara menyerang negara lain dengan kekuatan militer sedangkan cara-
cara yang halus dapat menciptakan ketergantungan ekonomi. Cara yang lebih
halus lagi adalah menurunkan vitalitas kesehatan suatu bangsa dengan cara
menjual produk dagangan yang haram, mengandung zat pengawet, zat kimia
yang berbahaya, penggunaan obat-obatan kimia sintetik, dan lain-lain. Dengan
cara itu, sedikit demi sedikit bangsa Indonesia akan semakin rapuh tingkat
kesehatan tubuhnya dan dengan cara ini maka bangsa Indonesia akan menjadi
bangsa yang lemah dan semakin tergantung kepada negara lain. PS
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 9
B. TUJUAN PEMBELAJARAN IPS
Davies (dalam Hasan, 1995: 100) mengatakan bahwa tujuan dapat
diartikan sebagai titik yang menandai hasil suatu usaha, ambisi atau penyelesaian
tugas. Suatu tujuan tidak harus dilihat sebagai suatu tujuan akhir yang ditandai
selesainya suatu kegiatan, tetapi tujuan dapat diartikan sebagai tanda-tanda yang
ada di sepanjang perjalanan. Dari pengertian di atas dapat diilustrasikan,
sekelompok regu pramuka sedang mengikuti kegiatan lintas alam atau latihan
mencari jejak. Biasanya di setiap pos terdapat pesan yang disimpan di tempat
yang tersembunyi. Isi pesan biasanya ada dua bentuk yaitu pertama menyatakan
selamat atas tercapainya tujuan sementara hingga sampai di lokasi tersebut, dan
memberi pesan lanjutan agar regu tersebut menuju ke tempat tujuan berikutnya.
Tercapainya satu lokasi ke lokasi lainnya menunjukkan bahwa perjalanan mereka
tidak tersesat.
Dalam dunia pendidikan, setiap orang akan mengetahui perjalanannya
tersesat, jika mereka mengetahui arah tujuannya. Sebaliknya jika seseorang tidak
mengetahui arah tujuannya sejak awal maka di perjalanan tidak mungkin
menyadari apakah perjalananya tersesat atau tidak. Selanjutnya, tujuan akhir dapat
tercapai apabila tujuan antara juga berhasil dilalui. Dalam konteks pendidikan,
tujuan akhir pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan
nasional dapat tercapai jika setiap lembaga mencapai tujuan institusionalnya
masing-masing yang dirumuskan dalam KTSP. Tujuan institusional (lembaga)
akan tercapai jika setiap kegiatan di sekolah juga tercapai seperti tujuan dari
masing-masing mata pelajaran, tujuan pengembangan diri tercapai, tujuan muatan
lokal tercapai, tujuan pendidikan kecakapan hidup, dan tujuan-tujuan kegiatan
lainnya tercapai.
Tujuan antara biasanya bersifat lebih operasional, ruang lingkupnya lebih
terbatas, dan lebih mudah diketahui tercapai-tidaknya dibandingkan dengan tujuan
akhir. Oleh karena itu tujuan pembelajaran akan lebih mudah diketahui dari pada
tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum akan lebih mudah juga diketahui
dibandingkan dengan tujuan nasional. Ketercapaian tujuan pembelajaran lebih
sempit rumusan indikatornya dibandingkan dengan indikator keberhasilan dalam
tujuan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum juga lebih sederhana
dibandingkan dengan indikator ketercapaian tujuan pendidikan secara nasional.
Tujuan antara dapat bersifat tujuan tuntas (mastery objectives) dan bersifat
berkembang dan berkelanjutan (development objectives). Keduanya menunjukkan
indikator ketercapaian tujuan tetapi ada perbedaannya yaitu tujuan yang bersifat
tuntas biasanya cukup dicapai dalam satu pertemuan dan indikatornya sangat
sempit sedangkan tujuan antara yang berkembang dan berkelanjutan
membutuhkan waktu yang lebih dari dua kali pertemuan dan indikatornya lebih
rumit. Untuk memahami tentang konsep pasar, konsep uang, konsep cuaca,
konsep prasasti dan sejenisnya dapat dikelompokkan sebagai mastery objectives
sedangkan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
perjuangan meraih kemerdekaan RI, dan lain-lain adalah sebagai tujuan
berkelanjutan atau development objectives. Tujuan pembelajaran untuk
mengembangkan sikap dan kebiasaan tertentu juga dikelompokkan sebagai tujuan
berkembang dan berkelanjutan. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan waktu
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 10
lama dan proses pemantapan yang lama pula. Contoh tujuan mengembangkan
sikap dan kebiasaan dalam Pembelajaran IPS misalnya memupuk rasa cinta tanah
air, budi pekerti yang luhur, beriman dan bertakwa, dan lain-lain. Pencapaian
tujuan sikap dan kebiasaan mungkin tidak cukup sampai anak lulus di bangku SD,
tujuan sementara bagi anak itu akan dilanjutkan di jenjang yang lebih tinggi yaitu
di SMP, SMA, dan seterusnya. Seperti halnya mata pelajaran yang lain,
pembelajaran IPS memiliki tujuan yang bersifat tuntas dan yang berkembang.
Menurut Hasan (1995: 98), tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu pengembangan kemampuan intelektual
siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan
pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan kemampuan intelektual
yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu; tujuan kedua
berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat;
sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik
untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu. Untuk mencapai tiga tujuan
di atas, seorang guru harus mampu menguraikan indikator-indikator
ketercapaiannya dari indikator yang sederhana sampai indikator lebih kompleks.
Caranya dapat mengamati dua indikator ketercapaian yaitu penguasaan siswa
terhadap materi kajian dan melihat dampak dari hasil pembelajarannya.
Ketercapaian tujuan berdasarkan materi kajian dapat dilihat dari ruang
lingkup yang berkembang dari lingkungan terdekat dengan kehidupan siswa
sampai dengan kehidupan yang sangat jauh berada di luar lingkungan fisik
kebereradaan siswa. Tujuan yang bersifatnya global dan menyangkut kehidupan
manusia di luar batasbatas negara Indonesia. Pendidikan ilmu-ilmu sosial akan
melakukan kajian materi yang berhubungan dengan kehidupan manusia di luar
negara Indonesia. Kajian sosial, budaya, ekonomi, politik, militer, lingkungan dan
sebagainya di negara luar baik yang berpengaruh langsung maupun yang tidak
langsung. Peristiwa yang terjadi di belahan benua lain membentuk suatu
kenyataan yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran IPS.
Cara kedua dalam melihat ketercapaian tujuan IPS adalah berdasarkan
dampak pembelajarannya. Menurut Joyce dan Weil (1980) ada dua dampak
pembelajaran yaitu dampak pengajaran (instructional effect) dan dampak
pengayaan (nurturant effect). Dengan mengadopsi istilah tersebut, dampak
pengajaran merupakan pencapaian tujuan pengajaran yang dicapai dengan
melakukan kegiatan dan pembahasan materi tertentu. Tujuan pengajaran
merupakan tujuan utama yang berkaitan dengan tujuan yang secara khusus akan
tercapai melalui kegiatan yang dirancang oleh guru bagi siswa. Selain tujuan
utama, dalam proses pembelajaran terkadang siswa memperoleh pengetahuan
tambahan yang tidak dirancang sebelumnya oleh guru. Pengetahuan tambahan
tersebut disebut tujuan pengayaan (nurturant objectives).
Tujuan pengayaan adalah tujuan ikutan dan positif sebagai akibat yang
dilakukan siswa belajar. Contohnya, pada saat siswa berdiskusi. Tujuan utamanya
adalah membahas tentang sesuatu yang menjadi tujuan pokok. Di dalam proses
diskusi, siswa akan memperoleh pengalaman baru atau pengalaman tambahan
yaitu pengalaman menghargai pendapat orang lain, pengalaman cara
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 11
mengungkapkan pendapat, pengalaman mengajukan argumentasi, dan
mempertahankan pendapatnya.
Berdasarkan hirarki tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran IPS
(instruksional) tidak terlepas dari tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran IPS), di
atasnya terdapat tujuan institusional, dan di atasnya ada tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional tersebut diterjemahkan ke dalam tujuan
sekolah yang dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Semua KTSP di semua jenjang pendidikan menurunkan tujuan pendidikan
nasional menjadi tujuan institusional. Dari setiap tujuan institusional diselaraskan
dengan tujuan kurikuler setiap mata pelajaran. Seperti mata pelajaran IPS, untuk
tingkat SD memiliki tujuan yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya;
2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Untuk meraih tujuan pendidikan tingkat lembaga yang tertuang dalam
KTSP, pencapaiannya tidak bisa oleh satu cara di dalam ruang kelas. Pencapaian
tujuan pembelajaran IPS sebagaimana yang tertera dalam dokumen Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu diciptakan suatu kondisi atau
lingkungan SD yang kondusif. Komponen yang ada dalam KTSP perlu
diimplementasikan secara simultan, seperti komponen pengembangan diri,
komponen kecakapan hidup, dan lain-lain.
Dalam komponen pengembangan diri, pihak sekolah harus secara
disengaja menciptakan kegiatan pembimbingan dan konseling bagi siswa secara
rutin. Jika perlu, disediakan waktu untuk membina siswa agar tumbuh potensi
dirinya. Kegiatan bimbingan dan konseling di SD diharapkan dapat mendukung
mata pelajaran IPS yaitu untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
bekerjasama. Selain itu, dalam pengembangan diri perlu juga diciptakan suatu
kegiatan pembiasaan berakhlak mulia seperti dalam pergaulan antar sesama siswa
maupun antara siswa dengan para guru di SD.
Dalam komponen kecakapan hidup, sekolah sebaiknya merancang suatu
kondisi agar program kecakapan hidup yang berlaku di sekolah mendukung
terhadap peningkatan kecakapan hidup baik yang bersifat kecakapan umum
(general life skill) maupun kecakapan khusus (spesific life skill). Kecakapan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 12
umum misalnya kecakapan pribadi, kecakapan berpikir, dan kecakapan sosial,
sedangkan kecakapan khusus yang dekat dengan mata pelajaran IPS adalah
kecakapan akademik yaitu kecakapan belajar mandiri. Pembelajaran IPS jika
hanya mengandalkan pertemuan di ruang kelas, tidak akan mencapai tujuan yang
optimal.
Berdasarkan ranah tujuan pembelajaran, mata pelajaran IPS sama halnya
dengan mata pelajaran lainnya, memiliki tiga kelompok ranah tujuan
pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif, dan konatif. Ranah kognitif yang paling
esensial adalah pengetahuan dan pemahaman. Ranah afektif yang paling esensial
adalah pengembangan nilai, sikap, dan moral. Ranah konatif adalah keinginan
untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. PENGEMBANGAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN
Pengetahuan dan pemahaman adalah tujuan pendidikan yang paling dasar.
Pengetahuan berhubungan dengan daya ingat seseorang. Apa yang didengar,
dlihat, atau dibaca seseorang disimpan dalam ingatannya kemudian dipanggil
kembali dalam keadaan yang belum terolah, maka itulah pengetahuan.
Pengetahuan atau ingatan menjadi penting sebagai dasar untuk meningkat pada
tahapan pemahaman. Seseorang yang tidak ingat terhadap sesuatu, tidak akan
memiliki pemahaman apapun. Namun demikian, untuk mencapai pemahaman
terhadap sesuatu tidak cukup hanya dengan ingatan. Ada satu lagi yang dbutuhkan
yaitu seseorang harus mampu mengaitkan apa yang dihafalnya dengan
pengetahuan yang sudah ada dalam dirinya. Pemahaman dapat pula dikatakan
sebagai sesuatu yang diingatnya dan bermakna. Pengetahuan tanpa pemahaman
akan menjadikan seseorang hafal, tetapi tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Dalam pembelajaran dikatakan sebagai verbalistis, tahu banyak istilah, konsep,
atau teori tapi tidak memahami maknanya.
Untuk mencapai suatu pemahaman, sesorang dituntut untuk melakukan
proses pengolahan informasi. Suatu istilah, peristiwa, konsep, generalisasi, teori,
atau prosedur yang diketahuinya dapat dimaknai oleh dirinya baik mengaitkan
antar konsep dan peristiwa maupun mengaitkan antara teori dengan prosedur
tertentu. Dalam tingkatan yang tertinggi, seseorang dapat dikatakan paham
terhadap suatu informasi apabila ia mampu menggunakan informasi yang telah
dimilikinya tersebut untuk menghasilkan informasi baru. Pendidikan IPS penuh
dengan tujuan yang termasuk pengetahuan dan pemahaman. Dalam belajar ilmu-
ilmu sosial seorang siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang berbagai konsep pokok dalam suatu disiplin ilmu. Dalam proses
memahami IPS terdapat proses berpikir, sebagaimana Beyer (dalam Hasan, 1995:
110) mengatakan bahwa berpikir adalah suatu proses penemuan makna dari apa
yang didengar, dilihat, dibaca atau dari apa yang sudah menjadi ingatan dan
pemahaman seseorang. Proses berpikir juga dikatakan sebagai suatu keterampilan
kognitif yang di dalamnya terdapat proses menggunakan/menerapkan,
menganalisis, mensintesa dan menilai berdasarkan kriteria tertentu. Dari itu semua
kita mengenal keterampilan dasar berpikir yaitu berpikir deduktif (dari sesuatu
yang bersifat umum ke sesuatu yang sifatnya khusus), induktif (dari sesuatu yang
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 13
sifatnya khusus menjadi sesuatu yang sifatnya umum), mengembangkan alternatif
model atau pola, dan lain-lain.
Keterampilan berpikir sangat penting bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial.
Dengan menguasai keterampilan berpikir, siswa akan mampu mengolah apa yang
dibaca, dilihat, dan didengarnya sehingga ia menemukan sesuatu yang memiliki
makna bagi dirinya. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir dalam
pembelajaran IPS akan mampu:
1. Menyelesaikan pendidikan formalnya dan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Keterampilan berpikirnya menjadi modal
dalam proses belajarnya dan setiap tahapan ujian yang diikutinya;
2. Siswa dapat menyederhakan informasi-informasi yang diperolehnya setiap
hari. Penyederhanaan itu dilakukan untuk menemukan pikiran pokok atau
hal-hal yang mendasar dari informasi yang diperolehnya. Proses yang terjadi
di dalam pikirannya akan mampu mengenali persamaan, perbedaan,
pengelompokkan, dan pengambilan kesimpulan. Dengan penyederhanaan,
informasi baru dapat disimpan lebih bermakna dan akan tersimpan lama
sebagai pengetahuannya.
D. PENGEMBANGAN ASPEK SIKAP, NILAI, DAN MORAL
Sikap, nilai, dan moral merupakan aspek afektif dalam ranah tujuan
pendidikan. Sikap adalah kecenderungan psikologis seseorang terhadap benda,
sifat, keadaan, pekerjaan, pendapat, dan lain-lain. Kecenderungan tersebut baru
berkembang setelah yang bersangkutan mengetahui benda, sifat, keadaan,
pekerjaan, atau pendapat tersebut. Artinya, sikap hanya berlaku untuk sesuatu
yang sudah dikenal dan bukan sesuatu yang belum pernah diketahui sama sekali.
(Hasan, 1995; 114).
Nilai adalah sesuatu yang menjadi kriteria apakah tindakan, pendapat, atau
hasil kerja itu bagus dan positif atau sebaliknya, sedangkan moral adalah kriteria
yang menjadi dasar untuk menentukan apakah tindakan, pendapat, atau suatu hasil
kerja itu baik atau tidak baik, boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan,
dianggap membangun atau merusak masyarakat, dan seterusnya. Nilai dapat
dikembangkan menjadi moral. Nilai tidak menuntut adanya sanksi sedangkan
moral selalu diikuti oleh sanksi jika ada yang melanggaranya. Setiap ilmu yang
dikembangkan atau diajarkan di sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan
aspek sikap, nilai, dan moral.
Dengan demikian, ilmu tidak pernah bebas dari nilai. Setiap ilmu yang
dikembangkan oleh suatu masyarakat akan terkait dengan nilai dan moral yang
berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Ilmu-ilmu sosial memiliki
kepedulian terhadap pengembangan sikap, nilai, dan moral. Sekurang-kurangnya
ada dua alasan yaitu bahwa IPS merupakan wahana untuk menarik perhatian
generasi muda sehingga mereka mau belajar tentang kehidupan sosial
masyarakatnya. Dengan mempelajari ilmu-ilmu sosial, nilai-nilai dan moral suatu
masyarakat dapat diwariskan kepada generasi penerusnya. Selain mewariskan
nilai-nilai dan moral positif, ilmu-ilmu sosial memiliki kewajiban untuk
mengembangkan nilai-dan moral yang berlaku dalam masyarakat agar menjadi
bagian dari kepribadian individu siswa. Nilai dan moral masyarakat yang dapat
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 14
diajarkan oleh ilmu-ilmu sosial misalnya nilai kebenaran, sikap kritis,
penghargaan kepada pendapat orang lain, menghargai fakta dan bersikap jujur,
kepatuhan terhadap aturan, penghargan terhadap prestasi, rasa kebangsaan, cinta
tanah air, dan lain-lain.
E. PENGEMBANGAN ASPEK KONATIFmbelajaran IPS
Tujuan pembelajaran yang ketiga adalah ranah konatif. Konatif adalah
kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan
dan pemahaman, memiliki sikap, nilai, dan moral tetapi juga ia memiliki
keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konatif adalah pelaksanaan dari apa
yang diketahui dan diyakininya. Pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai dan moral
telah menjadi kebiasaan dan menjadi jati dirinya.
Dalam pembelajaran IPS, ranah konatif dapat dinilai dari perilaku siswa
keseharian. Siswa berbuat jujur dan menghargai sesama temannya bukan hanya
karena ia ingin berlaku jujur dan menghargai temannya tetapi memang ia
mengetahui, memahami, menyadari, dan menjadi nilai serta moral bagi dirinya.
Dimensi konatif dapat dikatakan mudah dinilai tetapi juga sulit. Mudah dinilai
jika sikap dan perilaku siswa menunjukkan perilaku yang wajar dan tidak dibuat-
buat, karena ingin dipuji. Sebaliknya akan terasa sulit jika siswa berpura-pura
pada saat dilakukan penilaian.
Tujuan konatif untuk pendidikan ilmu-ilmu sosial, menurut Hasan (1995:
117) antara lain:
1. sikap dan kehidupan yang religius
2. melaksanakan tugas-tugas sosial
3. melaksanakan tanggung jawab pribadi
4. bekerja keras
5. bekerja dengan jujur
6. kemampuan dan kemauan beradaptasi
Konatif tidak terbatas pada keinginan dan melaksanakan apa yang
diyakinnya saja. Selain itu, terdapat aspek kesiapan bertindak, responsif, kehati-
hatian, dan keaslian tindakan menjadi bagian dari ranah konatif. Kesiapan
bertindak yaitu kesiapan mental untuk melakukan suatu tindakan jika bertemu
atau menghadapi suatu hal atau persoalan yang harus diselesaikan. Kesiapan
tindakan dapat dilihat dari cepat bereaksi untuk bertindak jika ada rangsangan
yang harus diselesaikan. Responsif artinya menanggapi dengan cepat terhadap
sesuatu yang dihadapinya. Dalam tulisan ini, responsif dimaknai sebagai kata
yang berlawanan dengan kekurangpedulian terhadap sesuatu yang menjadi
tugasnya. Jika suatu saat, ke sekolah ada tamu yang ingin berjumpa dengan salah
seorang guru. Siswa yang responsif akan cepat menyambut tamu dan
mempersilakannya menunggu di ruang tamu. Setelah itu, ia segera memberi tahu
guru yang akan ditemui oleh tamu tersebut.
Berbeda jika siswa tersebut membiarkan tamu di luar ruangan dan ia
sendiri tidak berusaha mencari guru yang dimaksud. Kehati-hatian juga
merupakan aspek konatif, yaitu tindakan yang cepat dilaksanakan tetapi tidak
terlepas dari perhitungan, ketertiban, dan cermat. Tindakannya tidak hanya
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 15
mengandalkan kekuatan fisik tetapi juga dibarengi dengan hasil pemikirannya
sehingga tujuannya tercapai. Keaslian tindakan dapat dimaknai dua jenis yaitu
merupakan penciptaan pola-pola tindakan baru yang sesuai dengan situasi dan
masalah khusus. Artinya tidak ada penjiplakan (imitasi) dari perilaku orang lain.
Walupun tidak dapat dikatakan sebagai perilaku buruk (bahkan mungkin perlu),
keaslian tindakan adalah wujud apresiasi individu yang khas dan dapat dikatakan
sebagai karakter kepribadiannya. an IPS
F. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN IPS SD
Materi pembelajaran IPS di sekolah bersumber dari ilmu-ilmu sosial,
dikembangkan dalam desain kurikulum tertentu yang akan dipelajari oleh siswa.
Materi kurikulum yang dikembangkan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dipilih
berdasarkan keterkaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Semakin kuat
keterkaitannya semakin besar kemungkinan materi tersebut akan dipilih sebagai
materi kurikulum.
Pada saat memilih materi kurikulum perlu dibekali suatu kerangka pikir
dalam subtansinya masing-masing yaitu substansi dari pandangan, tema,
fenomena, fakta, peristiwa, prosedur, konsep, generalisasi, dan teori. Menurut
Hasan (1995: 124), setiap kali orang berbicara mengenai kurikulum maka yang
dimaksud adalah hal yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan yang
berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep, generalisasi, dan teori.
Berikut akan dibahas beberapa materi substansi materi kurikulum yang terkait
dengan fakta, konsep, generalisasi, teori, dan proses:
1. Fakta
Fakta merupakan dasar bagi berkembangnya suatu ilmu. Fakta menjadi bahan
untuk menguji hipotesis, mengembangkan konsep, generalisasi, dan teori.
Tanpa fakta suatu disiplin ilmu tidak akan berkembang. Fakta bukan sesuatu
yang kasat mata. Lahirnya suatu fakta diperoleh dari hasil mengumpulkan data
dan informasi, selanjutnya diolah melalui prosedur tertentu hingga melahirkan
fakta. Dengan demikian, fakta tidak pernah tersedia begitu saja di lapangan
bahkan tidak juga dapat dikumpulkan langsung dari lapangan. Data atau
informasi yang diperoleh oleh sejumlah peneliti dengan latar belakang
keilmuannya akan berbeda fakta yang akan didapatkannya. Dari suatu bencana
semburan Lumpur Lapindo di Jawa Timur, bagi seorang geograf (ahli geografi)
akan memperoleh fakta bahwa material lumpur yang disemburkan mengandung
unsur gas metana, debit aliran sekian meterkubik per detik, dan lain-lain. Bagi
seorang sejarah akan mencatat bahwa akan banyak tersimpan fosil yang
tertimbun dan akan ditemukan di masa yang akan datang. Bagi seorang ahli
ekonomi akan berpikir, berapa kerugian yang diderita oleh masyarakat, dan
seterusnya.
2. Konsep
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda
atau sifat (Hasan, 1995; 129). Kesamaan adalah adanya unsur-unsur yang
sama, baik dalam bentuk konkrit maupu dalam bentuk abstrak. Sedangkan
keterhubungan diartikan sebagai adanya hubungan antara berbagai benda atau
sifat, baik yang sifatnya konkret maupun yang sifatnya abstrak dan terjadi
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 16
hanya atas dasar pemikiran abstrak tertentu pula. Selanjutnya Hasan
menyebutkan bahwa suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut.
Atribut adalah karakterustik yang dimiliki suatu konsep. Atribut atau gabungan
dari beberapa atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep
lainnya. Misalnya konsep sungai, di dalamnya terdapat atribut panjang, lebar,
kedalaman, arah aliran, dan isi sungai. Dengan adanya atribut, konsep sungai
berbeda dengan konsep parit atau selokan. Jumlah atribut dalam setiap konsep
berbeda-beda. Semakin banyak atribut yang dimiliki suatu konsep, semakin
sedikit benda atau sifat yang dapat menjadi anggotanya. Sebaliknya, semakin
sedikit atribut yang melekat pada suatu konsep semakin banyak anggotanya.
Misalnya, Konsep “hewan”, maka semua makhluk hidup selain manusia dan
tumbuhan dinamakan hewan seperti gajah, ular, belalang, kambing, dan lain-
lain. Tetapi jika dimunculkan konsep “kambing” maka akan muncul atribut
yang lebih banyak seperti bentuk, makanan, bau, cara hidup, ekor, kaki,
janggut, dan lain-lain. Antar atribut dalam suatu konsep memiliki pola
keterhubungan tertentu. Pola keterhubungannya akan menentukan jenis konsep.
Dalam disiplin ilmu-ilmu sosial dikenal adanya tiga jenis konsep sebagai akibat
dari pola keterhubungan atribut-atributnya, yaitu konsep konjungtif, konsep
disjungtif, dan konsep relasional. Konsep konjungtif merupakan konsep paling
rendah yaitu dengan jumlah atribut yang banyak. Konsep ini mengarah pada
benda atau sesuatu yang spesifik dan mudah difahami. Contohnya konsep
matahari, bulan, mesjid, romadhon, idul fitri, dan lain-lain. Konsep disjungtif
adalah konsep dengan atribut yang terbatas sehingga banyak sekali anggotanya,
seperti konsep hewan, alat kantor, harta warisan, pasar, gunung, dan lain-lain,
sedangkan konsep relasional adalah konsep yang atributnya berdasarkan
kriteria abtrak dan selalu dalam hubungan dengan kriteria tertentu (relasional)
di luar konseplain , seperti konsep interaksi, akulturasi, perubahan, dan lain-
lain.
3. Generalisasi
Generalisasi menggambarkan keterhubungan antara dua atau lebih konsep dan
merupakan hasil yang sudah teruji secara empirik. Generalisasi diperoleh
sebagai suatu kesimpulan yang bersifat umum dari suatu penelitian yang
menggunakan sampel. Atas dasar kebenaran yang ditemukan dari sampel itu
maka ditariklah kesimpulan mengenai kebenaran yang sama terhadap polulasi.
4. Teori
Teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi
atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis.
Selain sistematis, keterhubungan antara proposisi atau pun generalisasi tersebut
sudah harus teruji kebenarannya secara empirik dan dianggap berlaku
universal. Kebenaran yang menjadi idaman disiplin ilmu tercermin dalam
kebenaran dan kekuatan teori yang dianutnya. Goetz dan LeCompte (dalam
Hasan, 1995; 126) membagi teori atas empat jenis yaitu: grand theory (teori
besar), theoriticalmodels (model teoritis), formal and middle-range theory
(teori formal dan tingkat menengah), substantive theory (teori substantif).
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 17
a. Teori besar adalah sistem yang secara ketat mengkaitkan preposisi-
preposisi dan konsep-konsep yang abstrak sehingga dapat digunakan
menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi secara komprehensif
sejumlah fenomena besar secara non-probabilitas. Contoh teori besar
adalah teori challenge dan response yang dikembangkan oleh Toynbee.
b. Model teori adalah teori yang didefinisikan sebagai keterhubungan yang
longgar antara sejumlah asumsi, konsep, dan preposisi yang membentuk
pandangan ilmuan tentang dunia. Model teori banyak digunakan sebagai
pendekatan dalam melihat, mengembangkan dan memecahkan berbagai
persoalan. Contohnya teori fungsional, teori konflik, teori evolusi, dan
lain-lainnya.
c. Teori formal dan menengah didefinisikan sebagai preposisi yang
berhubungan yang dikembangkan untuk menjelaskan beberapa kelompok
tingkah laku manusia yang abstrak. Teori formal masih dekat dengan
generalisasi yang masih teterkaitan dengan data empirik masih kuat.
d. Teori substantif yaitu teori yang paling rendah tingkatan abtraksi dan dan
sangat terbatas dalam keumuman generalisasinya. Teori yang
dikembangkan berisi preposisi atau konsep yang hanya berlaku untuk
kelompok populasi, lingkungan, atau waktu tertentu. Contohnya teori
hubungan ras di suatu tempat, kejahatan remaja, dan lain-lain.
Materi proses adalah materi kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berkenaan
dengan berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan
siswa di dalam proses pembelajaran. Proses dapat digunakan untuk
mengembangkan wawasan, keterampilan, dan berbagai kemampuan berpikir.
Materi proses misalnya cara melihat permasalahan, pemilihan masalah,
operasionalisasi masalah dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret,
pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, teknik yang digunakan
dalam mengumpulkan data, cara pengolahan informasi. Materi proses yang bukan
dari ilmu-ilmu sosial tetapi mendukung materi IPS antara lain keterampilan
berkomunikasi baik melalui tulisan maupun melalui alat komunikasi lainnya.
Setelah materi pokok diidentifikasi berdasarkan fakta, konsep, generalisasi, teori,
dan materi dalam kajian proses selanjutnya materi tersebut diurutkan (sekuensi)
dan ditentukan ruang lingkupnya (scope) berdasarkan tingkat perkembangan
siswa.
Sekuensi materi adalah tata urutan antara pokok bahasan dengan pokok
bahasan lain atau dalam konteks kurikulum, sekuensi dapat berkenaan dengan tata
urutan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Penentuan
urutan mata pelajaran dapat dibicarakan oleh para guru melalui tim pengembang
KTSP, sedangkan penentuan urutan pokok bahasan pada satu mata pelajaran dapat
ditentukan oleh guru. Tata urutan materi atau sekuensi dapat dikelompokkan atas
dua pendekatan yaitu pendekatan logis dan pendekatan pedagogis. Kedua
pendekatan itu tidak harus saling bertentangan satu dengan lainnya. Pendekatan
logis adalah pendekatan berdasarkan pemikiran logis suatu disiplin ilmu, seperti
menjelaskan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan RI, maka urutan yang
terbaik diurut secara kronologis, misalnya dimulai dari pendirian organisasi Boedi
Utomo, perang kemerdekaan, proklamasi, dan terakhir menjelaskan perjuangan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 18
mempertahankan kemerdekaan. Sekuensi logis dikembangkan berdasarkan
keterhubungan logis antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya.
Hubungan logis yang dimaksud adalah hubungan mana yang dianggap harus
dikuasai lebih dahulu untuk dapat menguasai materi berikutnya secara lebih baik.
Sekuensi pedagogis adalah urutan yang memperhatikan kondisi siswa dan bukan
berdasarkan urutan yang ada dari disiplin ilmu. Kriteria pertimbangannya adalah
kemudahan, familiarisasi dengan pokok bahasan, serta tingkat abstrak suatu
materi.
Berdasarkan kriteria tersebut, sekuensi pedagogik sering dimulai dari
lingkungan terdekat siswa dan berkembang ke lingkungan terjauh. Dalam ilmu-
ilmu sosial, model ini dinamakan expanding community approach (pendekatan
komunitas yang meluas) yang dikemukakan oleh Paul Hanna (Hasan, 1995; 145).
Hanna membuat lingkaran dan menempatkan siswa sebagai pusat lingkaran.
Secara bertahap, siswa diperkenalkan mulai dari komunitas keluarganya,
komunitas sekolah, terangga, kota tempat tinggalnya, negara bagian (provinsi),
region, negara, dan terakhir dunia. Pada lingkaran tersebut dibagi-bagi lagi
berdasarkan segemen-segmen pendidikan, transportasi, komunikasi, parwisata,
dan lain-lain. Dengan model expanding community approach, ruang lingkup atau
scope materi dapat pula ditentukan kedalaman kajiannya. Untuk mengkaji tentang
alat transportasi, misalnya, anak usia dini cukup mengenal alat transportasi yang
dimiliki keluarganya yaitu sepeda miliknya, sepeda motor, dan mobil. Scara
bertahap, pada saat usianya sudah cukup ia dapat memperhatikan jenis kendaraan
milik tetangganya dan yang berada di kota kecamatan, hingga kendaraan yang
menghubungkan antara provinsi (pesawat, kereta api, atau kapal laut).
Arthur K. Ellis (1997), dalam bukunya yang berjudul: Teaching and
Learning Elementary Social Studies mengajukan model spiral yaitu berputar
keatas sambil terus melebar atau meluas, hal yang akan berkembang dari siswa
adalah isi, sikap, keterampilan, dan konsep seiring dengan masalah atau topik
bahasan IPS yang semakin kompleks. Pengembangan materi pembelajaran IPS
adalah pengorganisasian materi. Sebagaimana diketahui bahwa sumber
pembelajaran IPS berasal dari ilmu-ilmu sosial, karena itu perlu organisir. Apakah
pokok bahasan disusun berdasarkan materi pokok dari masing-masing ilmu-ilmu
sosial, artinya pokok bahasannya masih menampakkan karakteristik disipilin ilmu
masing-masing atau melebur dan memunculkan tema pembelajaran tertentu.
Dalam rangka mengorganisasi materi pembelajaran IPS ada empat strategi yaitu
terpisah (separated), korelatif (correlated), antardisiplin (interdiciplinary), dan
fusi (integrated).
1. Pengorganisasian terpisah
Cara ini merupakan cara yang paling tua, yaitu ilmu-ilmu sosial diajarkan
secara terpisah berdasarkan ciri dan karakteristiknya masing-masing. Dalam
organisasi itu, geografi diajarkan terpisah dari sejarah, ekonomi, antropologi,
sosiologi, dan seterusnya. Keuntungannya, siswa dapat terpusat pada satu
disiplin ilmu dan memudahkan dalam pengembangan tujuan pembelajaran.
Kelemahannya, guru akan terfokus pada materi ajar dan kurang
memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 19
2. Pengorganisasian korelatif
Pengorganisasian ini masih menonjolkan ciri dari masing-masing disiplin
ilmu, tetapi mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu pokok
bahasan dengan pokok bahasan lain. Pengembangan materi dengan cara ini
menuntut guru yang mengampu mata pelajaran ilmu-ilmu sosial (geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi, dan seterusnya) harus kompak. Mereka harus
bertemu dan menyepakati materi yang akan diajarkan di satu minggu pertama,
minggu kedua, dan seterusnya.
3. Antar disiplin (interdisciplinary) dan berbagai disiplin (multidisiplinary).
Pendekatan antar disiplin dan atau multidisiplin, keduanya menggunakan lebih
dari satu disiplin ilmu. Perbedaannya, pada pendekatan antar disiplin ada satu
disiplin ilmu yang dijadikan sumber materi utama sedangkan disilin ilmu
lainnya dijadikan sebagai sumber yang menambah kedalaman atau keluasan
materi. Sedangkan pendekatan multidisipilin, kedudukan setiap disiplin ilmu
itu sejajar (juxtaposition). Pada pengorganisasian antar disiplin, para guru
menetapkan satu mata pelajaran yang akan dijadikan disiplin utama sedangkan
mata pelajaran lainnya mengikuti, memperluas, dan memperdalam. Misalnya
akan membahas tentang status sosial (disiplin utamanya adalah sosiologi),
geografi dapat menjelaskan tentang ciri masyarakat perkotaan dan masyarakat
perdesaan. Ekonomi membahas tentang berbagai jenis kebutuhan manusia
seperti kebutuhan primer, sekunder, dan tertier. Pada saat membahas dapat
disinggung tentang status orang kaya telah mampu membeli barang-barang
dari kelompok sekunder dan tertier. Sejarah, mungkin dapat menjelaskan
tentang masa feodalisme yaitu adanya golongan ningrat dan rakyat biasa.
4. Pengorganisasian fusi
Dalam pengorganisasian fusi, ciri dan warna disiplin ilmu sudah tidak tampak.
Dalam organisasi semacam ini, orang tidak dapat mengatakan bahwa ini
adalah bahasan geografi, sosiologi, ekonomi, sejarah, antropologi atau ilmu
politik. Walaupun fusi, tetapi tidak melahirkan ilmu baru. Organisasi fusi
hanya didasarkan pada kepentingan anak didik bukan didasarkan kepentingan
keilmuan. Materi yang dijadikan pokok bahasan dikembangkan dari fenomena
sosial yang ada atau memilih salah satu konsep, prosedur atau generalisasi
tertentu. Guru yang mengembangkan materi IPS harus bersedia untuk tidak
menonjolkan dirinya dalam topik pembahasan itu. Misalnya dalam membahas
status sosial, tidak lagi nampak sosiologi, sejarah, geografi, atau ekonomi.
Status Sosial dibahas dapat dibahas tentang pengertian, status sosial di
masyarakat, simbol-simbol dalam mempertahankan status sosial, perjuangan
orang dalam meraih status di masa penjajahan, di era kemerdekaan, dan di era
global saat ini.***
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 20
Bagian 3
Inovasi Pembelajaran IPS di SD
A. PEMBELAJARAN TEMATIK
Fokus utama sejak memasuki reformasi pendidikan adalah bagaimana
guru mampu peningkatan kualitas pembelajarannya di kelas sehingga siswa dapat
melakukan lompatan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Zamroni, 2007). Pada sisi lain, para ahli pendidikan dan para guru bekerja keras
belajar melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran. Salah satu buktinya
muncul berbagai model yang diperkenalkan kepada masyaraat seperti Contextual
Teaching dan Learning (CTL), Cooperative Learning, Pendekatan Tematik,
model-model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAIKEM) dan lain-lain. Dalam melakukan reformasi pembelajaran.
Pembahasannya akan difokuskan pada pembelajaran yang dibutuhkan di SD yaitu
tematik dan pendekatan CTL. Untuk memperluas wawasan akan diulas tentang
sumber dan media pembelajaran IPS di SD (Solihatin dan Rahardjo, 2007).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang tidak memunculkan nama
mata pelajaran berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Orientasi pembelajarnnya pada
kebutuhan siswa dan tidak semata-mata pada kepentingan keilmuan. Pembelajaran
tematik selalu berusaha agar materi yang disampaikan bermakna bagi siswa, oleh
karena itu landasan filosofisnya adalah pembelajaran bermakna. Pembelajaan
tematik dapat pula diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Pengorganisasian materi pada pembelajaran
tematik adalah fusi. Materi yang dijadikan pokok bahasan dikembangkan dari
fenomena sosial yang ada atau memilih salah satu konsep, prosedur atau
generalisasi tertentu.
Guru yang mengembangkan materi tematik tidak akan menonjolkan
disiplin ilmu tertentu. Pembelajaran tematik sebenarnya diperuntukkan bagi siswa
di kelas I, II, dan III, oleh karena itu materi IPS tidak akan nampak dengan jelas
karena telah fusi pada suatu tema tertentu. Materi modul ini dimaksudkan untuk
mengakomodasi adanya kemungkinan menggunakan pendekatan antar disiplin.
Jika menggunakan pendekatan antar disiplin, para guru menetapkan IPS sebagai
mata pelajaran yang utama. Konsep atau tema pokok yang dipilih sesederhana
mungkin dan mencari konsep yang berada di lingkungan terdekat siswa.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 21
IPS SD Kelas I dinyatakan bahwa anak diharapkan dapat mengidentifikasi
diri, keluarga, dan kerabat; menceriterakan pengalaman diri, menceriterakan kasih
sayang antar anggota keluarga, dan menunjukkan sikap hidup rukun dalam
kemajemukan keluarga. Tema yang dapat dipilih antara lain keluarga, kasih
sayang, pengalaman diri, dan hidup rukun. Penetapan tema tersebut sebenarnya
dapat dianalisis pada konteks sosial yang berlaku pada suatu tempat dan waktu
tertentu. Jika kondisi masyarakat dalam kondisi yang aman dan damai, kita bisa
memilih tema keluarga atau kasih sayang.
Pemilihan pendekatan tematik sesuai dengan karakteristik perkembangan
anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan
masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa
ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang
secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu
mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan
kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap
bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang
pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang
berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan
keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman
sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan
kognitif). Dalam diri setiap anak terdapat struktur kognitif (yang disebut
schemata) yaitu sistem konsep yang ada dalam pikirannya sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Anak memperoleh
pemahaman tentang objek yang ada di lingkungannya melalui proses asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi adalah proses menghubungkan objek dengan konsep
yang sudah ada dalam pikiran sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan
konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek. Kedua proses tersebut
berangsung secara terus menerus sehingga membuat pengetahuan lama dan
pengetahuan baru menjadi seimbang. Tidak hanya itu, secara bertahap anak dapat
membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap lingkungannya. Jika terjadi
perbedaan antara apa yang ia ketahui dengan keadaan lingkungannya, anak akan
mengalami split-personality.
Proses belajar anak usia sekolah dasar, menurut Piaget berada pada
tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan
perilaku belajar sebagai berikut:
1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke
aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak;
2. Mulai berpikir secara operasional;
3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-
benda;
4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah
sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 22
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, belajar anak usia
sekolah dasar memiliki 3 (tiga) ciri, yaitu:
1. Konkrit.
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit
yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba, dicium, dan diotak atik. Agar anak
dapat melakukan semua kegiatan belajar (melihat, mendengar, meraba,
mencium, dan seterusnya) maka dibutuhkan keadaan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih
nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Integratif.
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari
berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif
yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Di dalam makna integratif juga
terkandung harmonisasi yaitu keseimbangan antar komoponen. Biasanya akan
akan kritis terhadap sesuatu yang tidak harmois atau tidak seimbang.
3. Hierarkis.
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan
logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Pembelajaran tematik sebagaimana telah disinggung di awal tulisan adalah
agar pembelajaran itu bermakna. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan
kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya. Belajar bermakna (meaningfull
learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
PembeLandasan pembelajaran tematik secara teoritis dilandasi oleh dua yaitu
landasan filosofis dan landasan psikologis. Landasan filosofis dalam pembelajaran
tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme,
konstruktivisme, dan humanisme. Dapat dijelaskan secara sederhana, bahwa:
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah
(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa;
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 23
suatu proses yang berkembang terus menerus.
Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya,
dan motivasi yang dimilikinya. Dengan humanisme, proses belajar bagi
seorang anak akan berbeda dengan anak lainnya. Karena memiliki perbedaan
maka perlu diperatikan oleh guru.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran
tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut
disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang lebih menekankan
pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
Proses pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru dituntut
untuk mampu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Beberapa ciri khas dari pembelajaran
tematik antara lain:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia SD;
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil
belajar dapat bertahan lebih lama;
4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan
6. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat yaitu:
1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan,
2. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;
3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep
akan semakin baik dan meningkat.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 24
Dengan pembelajaran tematik, diharapkan akan memberikan banyak
keuntungan yaitu di antaranya:
1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, dengan
demikian pemahaman terhadap materi pelajaran akan lebih mendalam dan
berkesan;
2. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
3. Siswa akan lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas; karena itu mereka akan lebih
bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari matapelajaran lain;
4. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
C. STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK
Prinsip dasar dari pembelajaran tematik adalah tidak menonjolkan mata
pelajaran tertentu. Namun dalam menentukan tema, guru dapat memilih suatu
tema yang menarik dan bernuansa islami. Berikut adalah langkah-langkah
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran tematik.
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi empat kegiatan yaitu kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
- Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah: Penjabaran Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator-indikator. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa; dikembangkan sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar; dikembangkan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran; dirumuskan dalam kata kerja
oprasional yang terukur dan dapat diamati
- Menentukan tema. Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua
cara yakni: (a) mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai. (b) menetapkan terlebih dahulu tema-tema
pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak. Untuk menentukan tema sebagaimana disarankan adalah
yang aktual dan memiliki maksud tertentu yaitu menanamkan nilai-nilai
keimanan dan membina kehidupan masyarakat yang harmonis. Dalam
menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 25
memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa; dari yang
termudah menuju yang sulit; dari yang sederhana menuju yang kompleks,
dari yang konkret menuju ke yang abstrak, tema yang dipilih harus
memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa; ruang lingkup
tema disesuaikan dengan usia, perkembangan siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya
- Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan
Indikator. Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema
sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
terbagi habis.
- Menetapkan Jaringan Tema
o Jaringan tema adalah membuat peta pemikiran yang
menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema
pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan
antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata
pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan
o sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
- Penyusunan Silabus
o Setelah dibuat peta pikir dalam jaringan teman, selanjutnya dibuat
silabus
o yang mencoba menata dalam sekuensi dan lama waktu yang
dibutuhkan.
o Komponen silabus mengacu pada ketentuan umum yaitu terdiri
dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman
belajar, alat/sumber, dan penilaian. Dalam menyusun silabus, dapat
menandai kompetensi dasar yang terkait dengan tema lingkungan.
- Penyusunan Rencana Pembelajaran
o Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen rencana
pembelajaran tematik meliputi: identitas mata pelajaran (nama
mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan); kompetensi
dasar dan indikator yang akan dilaksanakan; materi pokok beserta
uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator; strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang
dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup); alat dan media yang
digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai;
penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta
tindak lanjut hasil penilaian).
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 26
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran tematik adalah melaksanakan Rencana Pelaksanan
Pembelajaran (RPP). Kegiatannya bertahap mulai dari kegiatan pembukaan
atau pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk
mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian
terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan
menyanyi. Setelah selesai melakukan kegiatan pembukaan, secara mengalir
(tanpa dirasakan adanya suasana yang berbeda), guru memasuki kegiatan inti
yaitu memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
pengembangan kemampuan tertentu, misalnya cara berkomunikasi, membaca,
tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan
secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Setelah tujuan dianggap
dicapai, kegiatan berikutnya adalah penutup dan tindak lanjut. Sifat dari
kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan
penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita
dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
3. Tahap penilaian
Tujuan Penilaian pembelajaran tematik adalah mengetahui percapaian
indikator yang telah ditetapkan, memperoleh umpan balik bagi guru, untuk
pengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas
pembelajaran, memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa, dan hasilnya sebagai acuan dalam
menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).
Alat penilaian dapat berupa tes dan non-tes. Tes mencakup tes tertulis, lisan,
atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio. Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan
adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui
pengamatan yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu, sedangkan tes tertulis
digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk
mengetahui tentang penggunaan tanda baca, kata atau angka Nilai akhir pada
laporan, akan dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat
pada kelas satu, dua, atau SD, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,
Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.
Pembelajaran
D. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM IPS
Pembelajaran kontekstual lebih dikenal dengan istilah Contextual
Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan pendekatan pendidikan yang
melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih dari sekedar menuntun para siswa
dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka
sendiri. CTL berusaha melibatkan para siswa untuk mencari makna “konteks” itu
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 27
sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mengerti apa makna
dari belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya,
dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna
sebagai hidupnya nanti.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tugas guru adalah membantu siswa.
Guru akan lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi
materi pelajaran. Guru hanya mengelola kelas dan menciptakan situasi atau
kondisi agar siswa dapat belajar untuk mencapai tujuannya. Johnson (2007; 65)
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki delapan komponen sistem
yaitu:
1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna
2. Melakukan pekerjaan yang berarti
3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4. Bekerjasama
5. Berpikir kritis dan kreatif
6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7. Mencapi standar yang tinggi
8. Menggunakan penilaian autentik.
Dari delapan komponen di atas, jika dipraktekkan dalam proses
pembelajaran sebenarnya ada lima kegiatan yang dapat diamati yaitu kegiatan
mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),
bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transfering).
1. Mengaitkan berbagai konsep, gejala, atau pengetahuan yang telah diketahui
siswa sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Strategi ini
dianggap inti dari konstruktivisme, guru selalu mencoba mengkaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Pembelajaran kontekstual
akan berusaha menghadirkan benda asli, model, atau contoh yang telah
diketahui siswa di depan kelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menghindarkan siswa dari verbalisme.
2. Mengalami yaitu berusaha mengajak siswa untuk mengamati atau melakukan
kegiatan yang bermakna sesuai dengan tujuan belajarnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan yaitu mengajak siswa untuk mencoba menerapkan suatu konsep
dalam memecahkan masalah. Guru bertugas untuk memotivasi siswa dan
memberikan latihan yang realistik dan relevan agar masalah yang dihadapi
dapat diatas dengan baik.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan, sebaliknya siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan. Guru menyampaikan
informasi baru dan atau menunjukkan cara dalam mengatasi masalah
sehingga siswa terbimbing dalam memahami dan mengatasi masalah.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 28
Oleh karena pembelajarannya berorientasi kepada siswa, guru harus
melaksanakan beberapa hal yaitu mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari
oleh siswa secara utuh, memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa,
mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya
memilih dan menentukan apakah lingkungan sekolah dapat dimanfaatkan sebagai
sumber belajar siswa, merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau
teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki oleh
siswa dan lingkungan hidup mereka, serta melaksanakan penilaian terharap proses
dan atau hasil pekerjaan siswa selama kegiatan belajar.
E. PRINSIP PEMBELAJARAN CTL
Ada tiga prinsip pembelajaran yang menjadi ciri khas CTL dibandingkan
dengan pembelajaran yang lain yaitu prinsip kesalingketergantungan, prinsip
diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri (Johnson, 2007; Solihatin dan Rahardjo,
2007):
1. Prinsip kesaling-bergantungan adalah prinsip yang mengajak para
pendidik untuk memperhatikan keterkaitan mereka dengan pendidik yang
lainnya, dengan siswa-siswa mereka, dengan masyarakat, dan dengan
lingkungan. Prinsip itu menganggap bahwa sekolah adalah sebuah sistem
kehidupan. Para siswa, para guru, tukang kebun, tukang sapu, pegawai
administrasi, sekretaris, sopir bus, orangtua, dan masyarakat berada di
dalam sebuah jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar.
Prinsip saling ketergantungan akan memungkinkan melakukan kerjasama
sehingga para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang
rencana, dan mencari pemecahan masalah. Kaitannya dengan
pembelajaran dalam CTL, prinsip saling ketergantungan harus dirancang
oleh guru dan atau oleh sekolah bahwa semua pihak pada dasarnya akan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar.
2. Prinsip diferensiasi adalah prinsip yang memandang siswa dalam
keberagaman dan unik. Dengan keberagaman siswa, memungkinkan
mereka untuk melakukan kerjasama dan termotivasi untuk kreatif. Secara
alami, prinsip deferensiasi akan terus menerus menciptakan perbedaan dan
keragaman, menghasilkan keragaman yang tidak terbatas, keunikan yang
tidak terbatas, dan penggabungan-penggabungan yang sangat banyak
antara entitas-entitas yang berbeda. Secara alami, CTL akan memajukan
kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerjasama.
3. Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap
siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Caranya dengan menolong
para siswa untuk mencapai keunggulan akademik, memperoleh
keterampilan, dan mengembangkan karakter. Ketika siswa
menghubungkan materi akademik, mereka terlibat dalam kegiatan yang
mengandung prinsip pengaturan-diri. Mereka menerima tanggung jawab
atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan,
mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi,
dan dengan kritis menilai bukti.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 29
Ketiga prinsip tersebut terasa sulit diterapkan di tingkat sekolah dasar,
tetapi sebenarnya sangat mudah. Anda sebaiknya membayangkan bahwa ketiga
prinsip di atas dapat diciptakan asalkan di sekolah semua pihak kompak saling
mendukung program. Sebagai ilustrasi kita awali dari kehidupan siswa dari pagi
sampai sore hari. Mereka dari rumah pergi ke sekolah tentu dengan niat ingin
belajar. Ini adalah modal awal untuk keberhasilan pendidikan di hari itu.
Seandainya mereka disambut oleh dua atau tiga guru dengan keramahan di pintu
gerbang sekolah, menyapa dan memujinya, maka setiap hari anak-anak akan
selalu bersemangat untuk hadir kembali keesokan harinya.
Setelah mereka hadir, lakukanlah upacara di setiap koridor ruang kelas
untuk bernyanyi, mengaji, berhitung, atau menyebutkan beberapa hafalan. Semua
guru hadir dan semua kelas bernyanyi. Karyawan administrasi, tukang kebun,
pedagang di kantin sekolah atau siapapun yang ada menyambut hari gembira
untuk belajar. Semua saling ketergantungan untuk menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan. Pada saat masing-masing kelas masuk ruangan, sudah
tersedia ruangan yang selalu berbeda setiap hari. Keadaannya bersih, wangi,
penuh gambar, warna-warni. Untuk jam petama, sediakan waktu bermain sesuai
minatnya sambil diarahkan oleh guru akan rencana pembelajaran. Perbedaan
pendapat di antara mereka dicoba untuk diramu menjadi kegiatan yang saling
bekerjasama. Selanjutnya setelah semua terkondisikan, pembelajar CTL mulai
dilakukan. Ada tujuh pilar dalam pembelajaran CTL yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Konstruktivisme (constructivism). Landasan filosofis ini beranggapan
bahwa pengetahuan manusia diperoleh sedikit demi sedikit dan setelah
diperoleh sejumlah pengetahuan lalu dikonstruksi (bentukan) sendiri oleh
siswa. Secara sederhana konstruktivisme itu beranggapan bahwa
pengetahuan bukanlah suatu fakta yang ditemukan, melainkan suatu
perumusan yang diciptakan oleh orang yang sedang mempelajarinya.
Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana
siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri
makna dari sesuatu yang mereka pelajari. Sesuai dengan prinsip-prinsip
tersebut, maka proses pembelajaran, bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa (subjek belajar), tetapi suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya.
Pembelajarannya dalam bentuk partisipasi dan interaksi antar siswa yang
sedang membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, dan
menentukan justifikasi.
b. Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
kontekstual. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion).
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 30
c. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu
dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan
berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk menggali
informasi, menggali pemahaman siswa, membangkitkan respon,
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang
sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang
dikehendaki guru, dan membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar
menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan
orang lain. Hasil belajar diperolah dari tukar pikiran atau sharing antar
teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu.
Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok
atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
e. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang
dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya
untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya
melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga
mendatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon
tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang
sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa
pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Penialaian adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL,
gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus
penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual
serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS, pada mata pelajaran IPS
di SD sangat tepat jika banyak menerapkan pembelajaran kontekstual. Semua
prinsip CTL memiliki kedekatan dengan pembelajaran IPS seperti bekerjasama,
masyarakat belajar, dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Bahkan
dalam metode inquiry, dalam IPS akan banyak sumber belajar yang dapat digali
oleh siswa. Praktek pendekatan CTL hampir semunya dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran IPS. Gambaran umum bahwa IPS dapat memanfaatkan CTL sebagai
pendekatan pembelajaran yang menarik.
1. Konstruktivisme (constructivism) dan inquiry. Landasan filosofis ini dapat
membangun konsep atau generalisasi oleh siswa sendiri. Kuncinya, para
guru harus pandai bertanya dan menerapkan metode inquiry dan modeling.
Dalam menemukan (Inquiry), siswa dapat diberi tugas dalam bentuk LKS
terbimbing sehingga dapat menemukan sendiri dan terbentuk pengetahuan
dalam diri siswa.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 31
2. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual.
Dalam mata pelajaran IPS, pertanyaan dapat dipersiapkan oleh oleh guru
secara sistematis sehingga menggiring pemahaman siswa terhadap sesuatu
yang menjadi tujuan pembelajaran
3. Konsep masyarakat belajar juga bukan hal yang aneh. Mata pelajaran
sangat berkepentingan terhadap pembinaan masyarakat belajar. Sejak awal
menerapkan CTL, hendaknya sudah menciptakan masyarakat belajar
untuk belajar saling berbagi, menghargai pendapat orang lain, toleransi,
dan lain-lain.
4. Pemodelan dalam mata pelajaran IPS dapat menghadirkan pihak tertentu
sebagai model. Untuk materi-materi seperti sumberdaya alam, guru dapat
membawa berbagai sumberdaya alam.
5. Refleksi dan penilaian autentik dapat digunakan secara bersamaan dalam
IPS. Hasil pekerjaaan siswa seperti kliping, resume diskusi, dan tugas
dapat dijadikan bahan refleksi untuk memupuk karakter atau kepribadian
siswa.
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS
Sumber belajar dalam arti sempit sering disamakan dengan berbagai jenis
buku atau bahan-bahan cetak lainnya yang dimanfaatkan dalam proses belajar
mengajar. Belakangan, sumber belajar dimaknai lebih luas yaitu berbagai daya
yang bisa dimanfaatkan guru guna kepentingan proses belajar mengajar, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
Dengan demikian, apa saja yang dapat digunakan untuk mendukung dan
atau menjadi bahan belajar siswa, disebut sumber belajar. Secara teoritis, sumber
belajar dapat dibagi atas dua kelompok yaitu sumber belajar yang dirancang atau
learning resources by design yakni sumber belajar yang sengaja dirancang,
disiapkan untuk tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan sumber belajar yang
dimanfaatkan atau learning resources by utilization adalah sumber belajar yang
tidak sengaja dirancang atau tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi langsung
dipakai guna kepentingan pengajaran. Sumber belajar jenis ini diambil langsung
dari dunia nyata. Kedua jenis sumber belajar ini sama-sama digunakan dalam
kegiatan pengajaran karena keduanya memberikan kemudahan belajar siswa.
Sumber pembelajaran IPS dapat pada klasifikasi dan diuraikan sebagai
berikut:
1. Sumber belajar yang berupa pesan baik yang dirancang maupun dimanfaatkan
untuk pembelajaran IPS cukup melimpah. Sumber belajar yang dirancang
seperti bahan pelajaran dapat menggunakan buku paket IPS yang telah dinilai
lulus oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Jika bahan ajar atau
materi pembelajaran akan dibuat oleh guru, maka ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
o Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 32
diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
o Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga
harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
o Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya. Untuk bahan yang dimanfaatkan (tidak dirancang), guru
IPS dapat memanfaatkan berbagai buku yang bersifat pengayaan seperti
cerita anak, cerita penek, tulisan di koran atau majalah.
2. Sumber belajar yang berupa orang dalam pembelajaran IPS sangat beragam,
baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Guru adalah salah satu
sumber belajar dan dapat berperan sebagai fasilitator dalam menghadirkan
sumber belajar. Guru dapat merancang siswa agar dapat berperan sebagai
sumber belajar yang dirancang. Selain itu, dapat menghadirkan berbagai pihak
narasumber yang diperlukan dalam pembelajaran IPS. Sekali waktu guru
dapat menghadirkan pemuka masyarakat, kepala desa, camat, petani yang
berhasil, pedagang, dan lain-lain sebagai narasumber dalam belajar.
3. Bahan atau material yang dirancang dalam pembelajaran IPS antara lain
transparansi, slide, tape, buku, gambar, dan berbagai media pembelajaran
lainnya. Selain yang dirancang banyak pula yang dimanfaatkan seperti film
lepas, relief, candi, situs sejarah, batuan, dan lain-lain. Sumber dari unsur
bahan atau material IPS akan terus berkembang. Perkembangannya
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, nilai-nilai budaya setempat, dan
keadaan pemakai. Perkembangan teknologi akan mempengaruhi sumber
belajar yang dipergunakan. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak
dirancang banyak dipergunakan oleh guru, tetapi sekarang justru sumber
belajar yang dirancang lehih banyak dimanfaatkan. Pengaruh teknologi bukan
hanya terhadap bentuk dan jenis-jenis sumber belajar, melainkan juga
terhadap komponen-komponen sumber belajar.
4. Peralatan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran IPS hampir sama
dengan bahan yaitu OHP, proyektor, slide, film, TV, kamera, papan tulis dan
lain-lain.
5. Teknik, metode, teknik, atau kegiatan lainnya dapat dijadikan sumber belajar.
Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar menjadi sumber belajar bagi siswa
sendiri (yang kemudian kita sebut nurturant effect). Sumber kegiatan yang
berupa kegiatan misalnya wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi,
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 33
permainan, dan lain-lain. Dalam pembelajaran IPS, semuanya dapat dirancang
agar dapat menjadi sumber.
6. Lingkungan (setting) seperti ruang kelas, studio, perpustakaan, auditorium.
Lingkungan yang dirancang disebut juga sumber belajar fasilitas karena oleh
guru dapat disengaja dirancang agar dapat menjadi sumber belajar.
Pembelajaran IPS di SD dapat memanfaatkan taman, kebun, pasar, musium
bahkan alam terbuka seperti pantai, pegunungan, sungai, dan lain-lain dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Sumber belajar harus dipilih sedemikian rupa agar efektif. Memilih
sumber belajar harus didasarkan atas kriteria tertentu yang secara umum terdiri
dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai. Kedua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku baik
untuk sumber belajar yang dirancang maupun bagi sumber belajar yang
dimanfaatkan. Kriteria umum dalam memilih berbagai sumber belajar antara lain:
1. Ekonomis dalam pengertian murah. Ekonomis tidak berarti harganya selalu
harus rendah. Bisa saja dana pengadaan sumber belajar itu cukup tinggi,
tetapi pemanfaatannya dalam jangka panjang terhitung murah. Misalnya,
pengadaan kamera atau video shooting harganya sangat mahal tetapi karena
pemanfaatannya dalam jangka panjang maka akan terhitung murah.
2. Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan
yang sulit karena langka. Guru harus pandai memilih, secara sederhana
batuan ditengah jalan atau potbunga dapat dijadikan sumber belajar.
Penyediaan sumber belajar tidak hanya oleh guru, tetapi siswa dapat pula
menyediakan sumber belajar yang dipandu oleh guru seperti kliping dan tugas
lainnya.
3. Mudah diperoleh dalam arti sumber belajar itu dekat, tidak perlu diadakan
atau dibeli di toko dan pabrik. Sumber belajar yang tidak dirancang lebih
mudah diperoleh asal jelas tujuannya dan dapat dicari di lingkungan sekitar.
4. Bersifat fleksibel dan sesuai dengan tujuan, artinya bisa dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan pembelajaran, serta kriteria lainnya adalah sumber belajar
yang berdasarkan pada tujuan yaitu berguna untuk memotivasi belajar siswa,
untuk tujuan pengajaran, untuk penelitian, untuk memecahkan masalah, dan
untuk presentasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, media pembelajaran merupakan bagian
dari sumber belajar yaitu bahan dan juga peralatan. Di bawah ini akan dijelaskan
secara sekilas tentang media pembelajaran untuk pembelajaran IPS. Berdasarkan
pandangan ahli media, proses pembelajaran dianggap sebagai proses komunikasi.
Keberhasilan pembelajaran bergantung pada kesuksesan dalam berkomunikasi. Di
dalam proses komunikasi terdapat komunikator, pesan, saluran, dan komunikan
(penerima pesan). Semuanya tidak boleh ada gangguan, jika ada gangguan (noise)
maka komunikasi akan gagal. Media berperan sebagai saluran yang dapat
dimanipulasi (dioptimalkan) agar memperlancar komunikasi.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 34
Dengan media pembelajaran, perhatian komunikan (penerima informasi)
akan lebih termotivasi untuk memperhatian komunikator (guru). Bagi guru, media
atau saluran akan lebih mudah menyampaikan pesan. Dalam proses pembelajaran,
guru dapat dibantu oleh media bahkan sekali waktu, media dapat berperan sebagai
“guru”. Manfaat media pembelajaran antara lain:
1. Membantu penyampaian pesan
2. Membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran
3. Meningkatkan apresiasi
4. Menambah motivasi
5. Mengefektifkan waktu
6. Membantu keterbatasan daya abstraksi siswa
7. Pembelajaran lebih menarik
8. Modernisasi pembelajaran
9. Efisiensi karena dapat dipakai berulangulang
10. Mengurangi keterbatasan ruang
Berdasarkan jenisnya, media pembelajaran dibagi tiga yaitu media penyaji,
media objek, dan media interaktif. Media penyaji digunakan untuk membantu
menyampaikan pesan, sifatnya berusaha menyajikan. Kelompok media penyajian
ada tujuh yaitu media grafis (atau gambar, angka, huruf, dan fotografis), media
proyeksi diam, media audio, media visual diam, gambar hidup (film), televisi, dan
multimedia. Khususnya tentang multimedia, adalah gabungan dari seluruh media
penyajian. Kelengkapan multi media biasanya tersedia komputer, LCD, dan
soundsystem. Komputer yang digunakan multimedia dapat memutar kepingan CD
atau DVD.
Media objek dibagi dua yaitu objek yang sebenarnya (alami dan buatan)
dan objek pengganti (reflika, model, benda tiruan, mockup). Sedangkan media
interaktif merupakan media yang dirancang dapat berkomunikasi dengan siswa
secara individual. Media interaktif dirancang dalam komputer, sekurang-
kurangnya ada empat pola praktek dan latihan, pola tutorial, pola simulasi, dan
pola games. Pola praktek dan latihan bertujuan untuk memberi pengalaman
belajar konkrit melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman. Langkahnya
diawali dari penyajian masalah, siswa mengerjakan soal, program merekam
penampilan siswa, dan jika jawaban benar maka program dapat dilanjutkan
sedangkan jika salah maka disarankan untuk remedial.
Pola tutorial bertujuan untuk memberikan pemahaman secara tuntas
(mastery learning) kepada siswa mengenai materi pelajaran yang sedang
dipelajari. Langkah kegiatannya adalah penyajian informasi, pertanyaan dan
respon, penilaian respon, pemberian balikan respon, dan pengulangan. Pola
simulasi, siswa menasukkan data. Program memprosesnya dan kemudian sistem
akan menentukan jawabannya. Simulasi untuk memberi pengalaman yang lebih
konkrit menciptakan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana
sebenarnya. Pola permainan adalah untuk menyediakan suasana lingkungan yang
memberikan fasilitas belajar yang menambah kemampuan siswa. ***
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 35
Bagian 4
Pembelajaran Pengendalian Diri,
Keluarga, dan Lingkungan
A. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU Individu dalam Bahasa Perancis berarti orang seorang. Kata ini mengacu
pada manusia atau satu orang manusia. "In-dividere" berarti makhluk individual
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kata sifatnya "individual", menunjuk pada satu
orang dengan ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya dan sekaligus untuk
membedakan dengan masyarakat. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten,
yang memberikan kepadanya identitas khusus, disebut sebagai "kepribadian".
Banyak pakar yang memberikan pengertian tentang kepribadian. Dari beberapa
konsep atau pengertian tentang kepribadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah ciri-ciri/karakteristik watak individu yang konsisten yang
berkenaan dengan sikap, keinginan, pola pikiran dan tingkah laku untuk berbuat,
berpikir, dan merasakan khususnya apabila individu itu berhubungan dengan
orang lain atau menanggapi suatu keadaan di lingkungannya. Kepribadian
mempunyai karakteristik yang konsisten dan mencirikan 2 kepribadian secara
normal. Karakteristik kepribadian tersebut merupakan perpaduan antara bawaan
atau warisan yang dibawa sejak lahir dengan faktor lingkungan.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu lain yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari
individu untuk menjadi pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya,
tetapi juga oleh kelompok sekitarnya. Dalam proses untuk menjadi pribadi,
individu dituntut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.
Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik dan non-fisik (psikis).
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar
suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan
tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga
menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling
berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan
membutuhkan individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa hidup
sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan berkelompok merupakan
kebutuhan mutlak, maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di
dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan
himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 36
Menurut Soerjono Soekanto (1989), suatu himpunan manusia dapat
dikatakan kelompok sosial apabila:
1. Ada kesadaran dari setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok
yang bersangkutan.
2. Ada interaksi timbal balik antara anggota kelompok satu dengan anggota
lainnya.
3. Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya: tujuan, cita-cita, idiologi, dan
kepentingan.
4. Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
6. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis,
tetapi dinamis, selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik
dalam aktivitas maupun bentuknya.
B. INTERAKSI SOSIAL Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok-
kelompok manusia, maupun orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya komunikasi, jadi komunikasi di sini
sangatlah penting artinya. Komunikasi berarti seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain baik berwujud pembicaraan, gerak, maupun sikap.
Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial, pengertian ini menunjukkan
pada hubungan-hubungan yang dinamis. Interaksi sosial juga merupakan kunci
dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Dengan demikian jelas sekali bahwa interaksi sosial itu
sangat penting dalam kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dalam kehidupan di
sekolah. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa: kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), pertikaian (conflict), dan akomodasi (accomodation).
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan
telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat. Perubahan yang terjadi
tidak selalu sama, ada yang lambat (evolusi) dan ada yang cepat (revolusi). Pada
evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak
tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Sebaliknya revolusi, perubahan yang terjadi
dapat direncanakan atau tanpa rencana.
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya perubahan sosial bisa bersumber
dari dalam masyarakat (intern) dan bisa juga dari luar masyarakat (ekstern).
Faktor-faktor intern, antara lain: (1) Perubahan jumlah penduduk, (2) Penemuan
baru, (3) Pertentangan (konflik) sosial, (4) Pembrontakan atau revolusi. Adapun
faktor-faktor ekstern dapat disebabkan oleh lingkungan fisik yang ada di sekitar
manusia, misalnya: bencana alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perkembangan komunikasi, dan sebagainya.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 37
Faktor-faktor yang mendorong proses perubahan antara lain: (1) Kontak
dengan kebudayaan lain, (2) Kemajuan pendidikan, (3) Sikap menghargai hasil
karya seseorang dan keinginan untuk maju, (4) Sistem terbuka lapisan
masyarakat, (5) Penduduk yang heterogen, (6) Ketidakpuasan masyarakat
terhadap aspek-aspek kehidupan, (7) Nilai bahwa manusia harus senantiasa
berusaha untuk memperbaiki hidupnya. Selain faktor- faktor yang mendorong, ada
juga faktor-faktor yang menghambat yaitu: (1) Kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain, (2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, (3) Sikap
masyarakat yang sangat tradisional, (4) Adanya kepentingan-kepentingan yang
telah tertanam dengan kuat, (5) Rasa takut akan terjadinya perubahan
kebudayaannya, (6) Sikap tertutup terhadap hal-hal baru/asing, (7) Adat atau
kebiasaan, (8) Hambatan- hambatan yang bersifat idiologis, (9) Nilai bahwa hidup
ini pada hakikatnya tidak dapat diperbaiki.
C. MASYARAKAT Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut "society" yang berarti
sekelompok manusia (minimal dua orang) yang hidup bersama, saling
berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain, sehingga
menghasilkan kebudayaan yang sama. Beberapa pakar juga mengemukakan
pendapatnya, seperti Selo Soemardjan, mengatakan bahwa masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. M.J. Herkovits,
juga mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang
diorganisasikan dan mengikuti tata cara hidup tertentu.
Menurut Koentjaraningrat, mengartikan masyarakat adalah kelompok
manusia yang saling berinteraksi, memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut, dan
adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama. Anderson dan Parker,
menyatakan ciri-ciri masyarakat yaitu: (1) adanya sejumlah orang; (2) bertempat
tinggal dalam suatu daerah tertentu; (3) mengadakan hubungan satu sama lain; (4)
saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama; (5)
merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas; (6)
adanya saling ketergantungan; (7) merupakan suatu sistem yang diatur oleh
norma-norma atau aturan-aturan tertentu, dan (8) menghasilkan suatu kebudayaan.
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa komponen masyarakat itu terdiri dari: (1)
kelompok besar manusia yang relatif permanen; (2) berinteraksi secara permanen;
(3) menganut dan menjunjung suatu sistem nilai dan kebudayaan, dan (4) self
supporting.
1. Status dan Peran Individu dalam Masyarakat Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau dari
satu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran
diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau
tugas seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status dan peran
merupakan dua hal yang saling berkaitan. Status menunjuk pada siapa
orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu.
Menurut S. Bellen, ada beberapa jenis status dan peran sosial dalam
masyarakat, yaitu:
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 38
Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam
kenyataan (actual roles)
Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan
(achieved roles)
Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah
2. Pranata Sosial dan Hubungannya dengan Nilai dan Norma Sosial Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat menggambarkan adanya nilai-
nilai sosial yang hidup dalam masyarakat, yang sangat dihargai dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat karena berguna sebagai pedoman dalam
kehidupannya. Menurut Hendropuspito, nilai sosial adalah segala sesuatu
yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi
perkembangan hidup bersama. Hal-hal yang dihargai masyarakat dapat
berupa orang, benda, hewan, sikap, perbuatan, perilaku, cara berfikir, dan
pandangan. Nilai-nilai tersebut sifatnya masih abstrak, oleh karena itu
harus dijabarkan ke dalam hal-hal yang sifatnya lebih kongkrit, yang
disebut dengan norma. Menurut Th. L. Vanhoeven, dalam bahasa Latin,
norma berasal dari kata "normalis" yang berarti: menurut petunjuk, kaidah,
kebiasaan, kelaziman. Dengan demikian norma juga berarti kaidah
(patokan, standar, ukuran). Norma-norma yang ada dalam masyarakat
mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang
lemah, sedang sampai yang terkuat daya ikatnya, untuk yang terakhir ini
biasanya masyarakat tidak berani melanggarnya. Berikut ini adalah
beragam norma dari yang lemah sampai yang kuat, yaitu:
(a) Folkways, norma-norma berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam
tradisi, apabila dilanggar tidak ada sangsinya;
(b) Tata krama ( sopan santun, etiket), pola kelakuan tertentu yang
digolongkan sebagai norma, kaidah atau patokan tata krama, sopan
santun pergaulan. Pelanggaran terhadap norma tidak mendapat sangsi
hukum, hanya mendapat sangsi sosial;
(c) Mores (tata kelakuan), norma moral yang menentukan suatu kelakuan
tergolong benar atau salah, baik atau buruk. Perbuatan yang
melanggar mores biasanya dikenakan sangsi. Norma-norma atau
kaidah-kaidah tersebut sebetulnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Himpunan norma atau kaidah
itu disebut pranata sosial.
Jadi yang dimaksud dengan pranata sosial adalah himpunan kaidah atau
norma yang bertujuan untuk menata atau mengatur pola kelakuan warga
masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut kedudukan dan peran sosialnya dalam masyarakat. D.
Hendropuspito membagi pranata sosial berdasar fungsinya, yaitu:
1. Pranata kekeluargaan (family institution);
2. Pranata perekonomian (economic institution);
3. Pranata pendidikan (educational institution);
4. Pranata religi (religius institution);
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 39
5. Pranata seni dan rekreasi (aesthetic and recreation institution);
6. Pranata ilmiah (scientific institution).
Peranan yang paling penting dalam interaksi sosial untuk anak-anak dan
atau orang dewasa adalah komunikasi. Kontak sosial, setiap orang dapat
melakukannya tetapi untuk berkomunikasi belum tentu mampu. Kita dapat
bertemu dengan orang Arab bahkan bersalaman, tetapi belum tentu kita
dapat melakukan interaksi sosial karena ia berbahasa Arab sedangkan kita
berbahasa Indonesia. Kita berusaha menggunakan bahasa Inggris, tetapi
orang Arab juga tidak memahaminya akhirnya keduanya menggunakan
isyarat. Hal yang mungkin perlu dipelajari lebih lanjut, dikalangan anak-
anak terkadang tidak memiliki hambatan dalam komunikasi. Keduanya
dalam bahasanya masing-masing tetapi mereka akan tetap ceria dan saling
memahami. Arti penting dari komunikasi sosial adalah bahwa seseorang
menyampaikan pesan melalui pembicaraan, gerak-gerak isyarat, atau sikap
untuk difahami oleh pihak lainnya. Perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh seseorang dapat difahami oleh lawan komunikasinya.
Oleh karena itu, sejak awal tahun ajaran pengetahuan IPS langsung
“bekerja” memperbaiki bahasa anak agar mereka tahu tentang bahasa yang
baik dan sopan. Di dalam interaksi sosial, terdapat proses sosial yang harus
dieksplorasi oleh guru seperti adanya imitasi, sugesti, identifikasi, dan
simpati. Keempatnya dapat bergerak bersama-sama dalam membentuk
kepribadian siswa sejak awal. adapun empat jenis eksplorasi proses
interaksi sosial tersbut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Imitasi
Imitasi adalah proses menirukan tindakan orang lain. Seseorang anak yang
melakukan imitasi dapat menimbulkan ketaatan terhadap norma tertentu.
Mungkin pernah kita berdebat dengan anak kecil di rumah, anak biasanya
akan lebih taat apa yang dikatakan oleh gurunya daripada oleh orang
tuanya. Jika menemukan fenomena di atas, artinya sekolah telah berhasil
menanamkan proses sosial imitasi bagi anak. Celakanya, jika yang
diimitasi oleh anak-anak adalah perilaku buruk beberapa anak dari
keluarga yang kurang baik dan suka berkata kasar dan kotor. Dengan
demikian, guru di kelas 1 harus hati-hati dan menjadi teladan baik bagi
anak didiknya. Imitasi bersifat positif jika hasil imitasi “serasi” dengan
norma-norma dan kaidah yang diantut sebelumnya, sedangkan imitasi
bersifat negatif jika hasil imitasi “menentang” norma dan kaidah yang
dianut sebelumnya oleh masyarakat sekitarnya. Contoh imitasi positif
misalnya meniru pola hidup sehat, cara membuang sambah pada
tempatnya, cara makan yang baik, dan lain-lain, sedangkan contoh imitasi
yang negatif misalnya kebiasaan merokok, berkata kasar, suka bertengkar
dan berkelahi, dan lain-lain. Imitasi tidak perlu diajarkan di kelas dengan
cemarah, imitasi yang positif cukup dengan memberi contoh dalam
kehidupan di lingkungan sekolah. Program imitasi dapat disengaja dalam
kegiatan pembiasaan di SD.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 40
b. Sugesti
Proses sugesti berlangsung jika seseorang memberi suatu pandangan dan
pandangan tersebut kemudian diterima oleh fihak lain. Proses sugesti
sebenarnya hampir sama dengan imitasi akan tetapi titik tolaknya berbeda.
Pada imitasi proses peniruan dilakukan oleh yang meniru dan seseorang
yang ditiru terkadang tidak sengaja ingin ditiru oleh orang lain. Sedangkan
pada sugesti, ada pihak tertentu yang berusaha mempengaruhi seseorang
untuk menirukan tindakan tertentu sesuai dengan yang diinginkannya.
Dalam sugesti, pihak yang meniru biasanya dalam keadaan “setengah”
sadar atau dalam keadaan tidak stabil emosinya. Karena fikiran
rasionalnya terganggu, maka ia meniru saja apa yang dilakukan oleh orang
lain. Sugesti akan berjalan lancar jika yang memberi pandangan adalah
orang yang berwibawa, otoriter, atau mungkin memiliki kemampuan
hipnotis. Tidak hanya oleh orang yang berwibawa, proses sugesti dapat
juga terjadi di antara kita orang biasa.
c. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.
Proses identifikasi dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Secara
sadar jika seseorang berusaha bekerja keras karena ingin sukses seperti
orang yang dijadikan idolanya. Walaupun dapat berlangsung dengan
sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana
seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal fihak lainnya dengan
baik, sehingga sikap, tindakan, pakaian, dan pandangan hidupnya sangat
dijiwai oleh yang bersangkutan. Identifikasi adalah peniruan yang lebih
mendalam dari proses imitasi dan sugesti, dan tidak menutup kemungkinan
proses identifikasi diawali dari imitasi dan sugesti. Pada anak usia SD,
kegiatan belajar banyak berlangsung dari proses identifikasi atau meniru.
Untuk keberhasilan pembelajaran IPS, proses identifikasi hendaknya
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ciptakanlah kegiatan yang menarik di
sekolah, maka siswa akan melakukan identifikasi menirunya di lain
kesempatan. Disayangkan, identifikasi pada diri anak masih didominasi
oleh acara-acara televisi dan hiburan yang tidak mendidik, akhirnya yang
diikuti adalah perilaku yang tidak baik.
d. Simpati
Proses simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik
pada fihak lain. Di dalam proses simpati perasaan seseorang memiliki
keinginan untuk memahami fihak lain, bahkan ingin melakukan kerjasama
dengannya. Timbulnya rasa simpati karena fihak lain dianggap memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dan dihormati karena mempunyai kelebihan-
kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan
contoh. Atau bagi remaja, merasa simpati karena bertutur kata yang sopan,
cakep, tidak sombong, dan pantai. Awalnya simpati, tetapi selanjutnya
timbul rasa mencintai dan seterusnya. Lawan kata simpati adalah antipati,
yaitu proses di mana seseorang tidak menyukai kepada pihak lain. Faktor-
faktornya karena tidak sesuai dengan norma dan kaidah-kaidah yang
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 41
dianutnya, pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum, dan
kelemahan-kelemahan lainnya. Di lingkungan sekolah, proses interaksi
sosial dapat kita bagi dua kelompok besar yaitu bentuk interaksi yang
bersifat asosiatif (positif) dan yang bersifat disosiatif (negatif). Bentuk
asosiatif akan menimbulkan bentuk kerjasama, saling menghargai, dan
saling memberi dan menerima. Adapun bentuk disosiatif biasanya
menimbulkan persaingan, pertentangan, dan pertikaian. Materi yang
diajarkan untuk tingkat SD adalah bentuk interaksi asosiatif, dapat
dijelaskan sebagai berikut yaitu:
a. Kerjasama
Kerjasama merupakan proses interaksi sosial yang paling utama dalam
kehidupan manusia. Tidak ada orang yang hidup sukses tanpa ada
kerjasama dengan orang lain. Orang yang hidupnya ingin menyendiri dan
tidak mau bekerjasama tidak akan mencapai sukses, bahkan akan
dikucilkan tanpa teman. Namun perlu diingat, bekerjasama dalam tulisan
ini adalah bekerjasama dalam kebaikan bukanbekerjasama dalam
kejahatan. Bekerjasama dalam kejahatan biasanya disebut dengan istilah
bersekongkol atau berkomplot. Kerjasama dapat dijumpai pada semua
kelompok manusia, yaitu pada kanak-kanak, pemuda, dan orang dewasa.
Pada anak-anak dapat kita saksikan pada saat bermain bersama, sedangkan
pada orang dewasa dapat diamati ketika melakukan usaha bersama, hidup
bermasyarakat, dan lain-lain. Bentuk kerjasama dapat dibedakan atas dua
yaitu:
1. Kerjasama spontan yaitu kerjasama yang terjadi secara spontan atau
mendadak. Orang-orang dalam kerjasama spontan tidak memiliki
perjanjian terlebih dahulu di antara mereka. Contohnya, orang-orang
spontan bekerjasama dalam menolong kecelakaan di jalan raya. Para
penolong tanpa menghitung untung-rugi membantu korban, yaitu ada
yang mengangkat tubuh korban, bagi yang memiliki kendaraan
menyediakan jasanya untuk mengantar ke Rumah Sakit, sebagian ada
yang menelopong keluarga korban, ada yang mengatur lalu lintas yang
macet, dan lain-lain.
2. Kerjasama langsung yaitu bentuk kerjasama yang terorganisir baik
melalui perjanjian maupun secara kebiasaan tradisional. Kerjasama
yang melalui perjanjian disebut kerjasama kontrak. Semua pihak yang
bekerjasama mencatatkan perjanjiannya dalam bentuk surat-surat
perjanjian, sedangkan kerjasama tradisional biasanya terjadi tanpa ada
kontrak kerja tetapi berlangsung karena ikan solidaritas. Contohnya
bergotong-royong membangun rumah pada masyarakat pedesaan.
Seseorang membantu tetangga lainnya dalam membangun rumah, kelak
jika orang tersebut membangun rumah akan dibantu juga oleh tetangga
lainnya.
Bagaimana jika tidak mau membantu membangun rumah tetangganya?
hukumannya adalah, orang itu tidak akan dibantu oleh tetangganya pada
saat membangun rumah. Untuk memupuk jiwa bekerjasama, pembelajaran
IPS dapat membinanya melalui kegiatan saling membantu dalam suatu
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 42
pendekatan masyarakat belajar. Strategi pembelajaran untuk memupuk
jika bekerjasama misalnya dengan tugas kerja kelompok untuk
mengerjakan sesuatu, misalnya membuat kliping yang berhias,
menggunting dan menempel gambar secara bersama-sama, dan lain-lain.
b. Akomodasi
Akomodasi memiliki dua pengertian yaitu suatu keadaan yang
menunjukkan keseimbangan dalam suatu interaksi sosial baik antara orang
perorangan maupun antara orang dengan kelompoknya. Keseimbangan
terjadi karena diantara norma-norma dan nilai sosial masyarakat tidak
terganggu. Keadaan masyarakat yang aman dan tentram dapat dikatakan
sebagai kondisi yang seimbang. Arti yang lain dari akomodasi adalah
usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha
untuk mencapai keseimbangan atau stabilitas. Usaha akomodasi adalah
usaha untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan fihak
lawan. Tujuan dari akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi
yang dihadapinya, yaitu:
1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau
kelompokkelompok manusia sebagai akibat perbedaan faham.
Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu jalan tengah
antara kedua pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu cara
baru yang lebih adil.
2. Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik untuk
sementara waktu maupun untuk waktu yang lama
3. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-
kelompok sosial yang berbeda baik karena perbedaan kebudayaan
maupun suasana psikologis.
4. Pada masyarakat yang pernah mengalami konflik sosial (misalnya
kerusuhan antar desa) perlu ada usaha akomodasi yaitu misalnya
melakukan perayaan bersama, mengadakan pasar seni bersama, atau
melakukan upacara adat bersama agar kedua belah pihak merasa aman
kembali jika bertemu antar sesamanya.
5. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah, misalnya, melalui perkawinan campuran atau kerjasama
budaya. Akomodasi dapat berhasil tetapi juga dapat gagal. Karena itu
benih-benih pertentangan harus dihapuskan secara tuntas, salah
satunya menghilangkan prasangka buruk antara dua belah pihak.
6. Di lingkungan anak-anak terkadang terjadi pertentangan, sebaiknya
guru mengajak siswa untuk melakukan akomodasi secara demokratis.
Guru tidak boleh menghakimi tanpa pemeriksaan terhadap dua pihak
yang konflik (misalnya berkelahi). Biasanya, guru berusaha
mendamaikan tanpa melihat pihak yang mana yang benar dan mana
yang salah. Perdamaian dapat saja menimbulkan ketidakpuasan salah
satu pihak, karena tidak ada hukuman bagi yang salah. Karena itu guru
harus adil dalam memutuskan perkelahian.
c. Asimilasi
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 43
Asimilasi adalah proses sosial yang merupakan kelanjutan dari proses
akomodasi. Di dalam asimilasi, setiap pihak berusaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara orang perorangan atau
kelompok manusia. Selain itu, terdapat pula usaha-usaha mempertinggi
kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan
kepentingan-kepentngan dan tujuan bersama. Orang-orang yang
mengadakan asimiliasi, akan berusaha untuk tidak lagi membedakan
dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan adanya angapan
bahwa mereka sebagai orang asing. Dalam proses asimilasi, mereka
berusaha untuk memenuhi tujuan dan kepentingan kelompok. Apabila dua
kelompok manusia mengadakan asimilasi, maka batas-batas antara
kelompok-kelompok tersebut akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu
kelompok. Budaya yang tercipta adalah budaya baru yang merupakan
perpaduan dua kelompok yang melakukan asimilasi.
Proses asimilasi terjadi jika: (1) terdapat dua kelompok yang berbeda
kebudayaannya, (2) orang perorang dalam kelompok tadi saling bergaul
secara langsung dan intensif (sangat sering) untuk waktu yang lama, dan
(3) kebudayaankebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Asimilasi atau
pembauran sangat positif dilakukan di Indonesia yang terdiri dari
bermacam ragam budaya bangsa. Pemerintah saat ini sedang berusaha
untuk melakukan asimilasi antara suku warga negara asli dengan warga
negara Indonesia asal keturunan Tionghoa. Walaupun sudah lama bergaul
tetapi nampaknya keduanya belum sepenuhnya membaur. Untuk
memperlancar proses asimilasi, maka sangat dianjurkan untuk:
a. Toleransi
b. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, yaitu
antara penduduk asli dengan penduduk pendatang agar tidak dibedakan-
bedakan.
c. Jika salah satu merasa ada yang dibedakan, biasanya akan menimbulkan
konflik dan asimilasi gagal terjadi.
d. Adanya sikap menghargai keberadaan orang asing dan kebudayaannya.
Artinya jika asimilasi ingin mulus berjalan maka sikap penduduk asli
harus terbuka.
e. Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
f. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
g. Perkawinan campuran (amalgamation).
h. Adanya musuh bersama dari luar.
Pada saat kedatangan agama Islam di tanah air, asimilasi berjalan dengan
sukses. Persyaratan asimilasi dapat terpenuhi dengan baik. Berbeda ketika
yang datang adalah para pedagang bangsa Eropa, mereka sangat sukar
diterima oleh penduduk asli Indonesia. Hal ini karena bangsa Eropa
berniat jahat yaitu bangsa Indonesia dijadikan sebagai bangsa jajahan,
diperas tenaganya diperkebunan untuk memperkaya para pedagang Eropa.
Faktor lainnya yang paling berpengaruh adalah perkawinan campuran
(amalgamation). Perkawinan campuran adalah faktor yang paling
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 44
menguntungkan bagi jalannya proses asimilasi. Hal itu terjadi pada
masyarakat pedagang Islam dengan penduduk asli nusantara. Proses
asimilasi semakin kuat antara kaum pedagang Islam dengan penduduk
lokal karena menghadapi musuh bersama dari luar, yaitu para penjajah dari
Eropa. Dengan adanya serangan dari para penjajah Portugis dan Belanda,
bangsa Indonesia semakin kuat persatuannya hingga melahirkan semangat
kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hasil asimilasi yang
masih ada bekas-bekasnya adalah penerimaan bangsa Indonesia terhadap
warga negara keturunan asal Arab dan India. Bangsa Indonesia sampai
saat ini merasa tidak memiliki perbedaan dengan mereka karena sejak dulu
senasib sepenanggungan dalam melawan pejajahan.
d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila dua kelompok
kebudayaan yang berbeda bertemu. Unsur-unsur kebudayaan dari dua
kelompok tersebut lambat laun diterima oleh kedua belah pihak dan
“diolah” ke dalam budayanya masing-masing tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Jika dalam asimilasi, dua
kebudayaan bertemu dan melahirkan kebudayaan yang baru sedangkan
dalam akulturasi kedua budaya tetap berjalan seiring sejalan, atau
disesuaikan seperlunya tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya asli dari
masing-masing kelompok tersebut, dan tidak membentuk budaya baru.
Contoh adanya akulturasi adalah sebagai dari budaya barat yang diterima
oleh bangsa Indonesia (seperti cara berpakaian dengan memakai jas, rias
pengantin, berpesta, dan upacara agama Nasrani). Semua unsur budaya itu
diterima oleh bangsa Indonesia, tetapi unsur-unsur kebudayaan itu masih
memiliki jati dirinya masing-masing. Kita mengenal pakaian daerah tetapi
juga mengetahui model pakaian asal Eropa. Kita mengenal dan menerima
berbagai pernak-pernik dari Tionghoa tetapi kita juga masih dapat
membedakannya dengan jelas. Dalam proses akulturasi terkadang terdapat
adaptasi agar dapat disesuaikan dengan budaya pihak lainnya. Adaptasi
adalah penyesuaian diri untuk mengatasi perbedaan yang sangat mencolok.
Adaptasi terjadi di berbagai proses interaksi sosial, misalnya budaya
memakai peci atau kopiyah bagi orang Islam Indonesia. Pada kebudayaan
Turki, ada kopiyah seperti Tokoh Aladin sedangkan ketika masuk ke
Indonsesia kopiyah telah diadaptasi menjadi berwana hitam tetapi
bentuknya hampir sama. Proses interaksi yang bersifat disosiatif yang
cenderung berlawanan, dapat dimanfaatkan untuk memberi motivasi
belajar. Bentuk disosiatif di masyarakat antara lain persaingan dan
pertikaian. Persaingan adalah proses sosial, di mana orang perorang atau
kelompok bersaing untuk memperoleh keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan kepada pihak
yang dianggap pesaing. Persaingan mempunyai dua tipe umum yaitu
persaingan yang bersifat pribadi dan bukan pribadi. Persaingan yang
bersifat pribadi, misalnya siswa secara langsung bersaing dengan yang
lainnya untuk memperoleh kedudukan rangking nomor satu di kelas. Tipe
ini dinamakan juga rivalry. Sedangkan persaingan yang tidak bersifat
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 45
pribadi adalah persaingan antar kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya. Misalnya persaingan antara dua kelompok tim cerdas cermat
melakukan persaingan untuk memperoleh juara satu. Di masyarakat juga
terjadipersaingan, seperti perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai manfaat yang baik
bagi masyarakat yaitu:
1. Persaing dapat menyalurkan keinginan-keinginan individu atau
kelompok untuk merebut sesuatu yang menjadi pusat perhatian
masyarakat seperti kedudukan dan peluang usaha. Dengan persaingan
setiap orang dapat berusaha sekuat tenaga untuk memperolehnya.
Berbeda jika peluang itu ditutup oleh unsur KKN (Kolusi, Korupsi,
dan Nepotisme), walaupun kita berjuang dan berusaha sekuat tenaga
untuk meraih sesuatu tetapi karena ada KKN maka usaha kita akan
sia-sia karena yang akan memenangkan adalah mereka yang pandai
berkolusi, korupsi, dan unsur saudara (nepotisme).
2. Persaingan dapat melahirkan inovasi-inovasi dari berbagai bidang.
Jika kita ingin meraih sukses dan berhasil dalam persaingan maka
perlu selalu ada inovasi dari apa yang sedang kita perjuangkan. Akhir-
lahir ini banyak sekali handphone dengan berbagai bentuk inovasi.
Handphone selalu diperbaharui agar memenangkan persaingan.
3. Persaingan juga dapat dijadikan alat untuk melakukan seleksi atas
dasar prestasi. Diakhir persaingan akan terpilih juara yang lebih
unggul dan terbaik dari yang lainnya.
4. Fungsi lainnya adalah untuk menentukan seseorang dalam
pekerjaannya sesuai dengan keahliannya. Konsep persaingan secara
bertahap perlu disampaikan kepada siswa. Di lingkungan keluarga,
persaingan sebenarnya telah diajarkan antara kakak dan adik. Dalam
batas-batas tertentu, persaingan akan memberi motivasi belajar yang
baik bagi siswa.
Dari persaingan jika salah satu pihak tidak sehat atau melakukan
kecurangan dan atau mencederai lawan pesaingnya akan menimbulkan
pertentangan dan pertikaian. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu
proses sosial di mana orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang fihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. Akar dari pertentangan
sekurang-kurangnya ada empat yaitu:
1. Perbedaan antara orang perorangan yaitu permusuhan pribadi. Contoh
pertentangan antar pribadi misalnya dua orang tukang baso keliling
berebut jalur dagangan. Awalnya mereka berdua membenci, lama
kelamaan memfitnah, dan akhirnya berkelahi. Menyelesaikan masalah
dengan perkelahian adalah cara-cara kekanak-kanakan atau tidak
dewasa. Jika mereka dewasa, sebenarnya mereka dapat saling
kompromi yaitu sekali waktu berkeliling pada jam 10 malam dan satu
jam berikutnya (jam 11 malam) untuk tukang bakso yang lain, sehingga
keduanya dapat berkeliling tanpa harus bentrokan.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 46
2. Bentrok karena kepentingan yang berbeda. Misalnya, sekelompok
petugas ketertiban dan keamanan membubarkan para pedagang Kaki
Lima (PKL) di tepi jalan atau trotoar, sebaliknya para PKL menolak
dan tidak mau dibubarkan, akhirnya kedua kelompok saling memukul
dan terjadilah perkelahian.
3. Bentrok karena perubahan sosial. Contohnya pada saat bangsa
Indonesia melakukan reformasi pada tahun 1998, banyak jatuh korban
akibat bentrokan. Pada waktu itu para demonstran menuntut agar
Presiden Soeharto mundur sedangkan para petugas keamanan menjaga
istana agar para demostran tidak masuk ke istana dan merusak gedung.
Kedua kelompok itu akhirnya bentrok dan terjadilah kerusuhan sosial.
4. Bentrok karena perbedaan kebudayaan. Bentrokan semacam ini pernah
terjadi di Amerika Serikat antara warga kulit putih dan kulit hitam.
Keduanya saling bertikai menunut persamaan derajat dari warga kulit
hitam sedangkan bagi kulit putih merasa paling mulia dan terhormat.
Ketika tidak terjadi keseimbangan maka terjadilah pertikaian terbuka.
Bentuk pertentangan bermacam-macam mulai dari pertentangan pribadi,
pertentangan rasial, pertentangan antara kelas-kelas sosial, pertentangan
politik, dan pertentangan yang bersifat internasional. Pertentangan yang
menimbulkan pertikaian umumnya merugikan banyak pihak. Berikut
adalah dampak pertikaian yang sangat membahayakan:
1. Tumbuhnya solidaritas kelompok (in-group) yang membabi buta. Benar
atau salah terkadang tidak menjadi pertimbangan lagi. Asalkan ia
berasal dari kelompoknya maka akan dibelanya sampai mati.
2. Perubahan kepribadian dari orang perorang. Semangat solidaritas
kelompok
3. Terkadang mempengaruhi kepribadian seseorang sebagai anggota dari
kelompok tersebut. Contohnya seseorang menjadi benci kepada sesuatu
karena anggota kelompok lainnya juga membencinya.
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5. Dominasi dari pihak-pihak yang menang terhadap pihak-pihak yang
dikalahkan. Pada jaman dahulu banyak negara yang kalah perang,
rakyatnya dijadikan budak yang diperjualbelikan.
Sejak awal, pembelajaran IPS harus mulai membentuk karakter siswa yaitu
suka bekerjasama dan hidup harmonis. Jika menghadapi pertengkaran
dengan kakak dan aknya di rumah, atau bertikai dengan teman-temannya
di sekolah mereka harus mampu mengendalikan dirinya (tidak marah-
marah atau mengamuk di sekolah). Siswa harus menyadari bagaimana cara
penyelesaian masalah bagi diri dan temannya. Strategi pembelajaran
terhadap materi tentang mengenal diri dan keluarganya adalah tematik,
sasarannya adalah untuk menanamkan kesadaran siswa bahwa mereka
harus mampu hidup bersama dengan orang lain antara lain mengangkat
tema: bekerjasama, cara berteman baik, indahnya hidup damai, rumahku,
dan lain-lain.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 47
D. PEMBELAJARAN LINGKUNGAN RUMAH DAN KELUARGA
Setelah anak mengetahui tentang identitas diri dan keluarga, materi
berikutnya adalah mengajak agar siswa mampu mendeskripsikan lingkungan
rumahnya dan mampu memahami peristiwa penting di rumah. Untuk peristiwa
penting di rumah diharapkan berisi tentang peristiwa yang berkesan baik bukan
berkesan buruk. Untuk menyampaikan materi keadaan lingkungan rumah, siswa
dapat diajak untuk menyebutkan satu persatu nama benda yang ada di rumahnya.
Guru juga dapat menampilkan gambar-gambar peralatan rumah tangga sambil
memperkenalkan perkembangan berbagai teknologi alat rumah tangga.
Pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman merupakan suatu proses
belajar-mengajar yang menekankan pada pengalaman siswa, baik pengalaman
individual, emosional, sosial maupun fisik-motorik. Ciri Pembelajarannya
menekankan pada proses daripada hasil, terarah pada pengembangan kepribadian
siswa secara utuh (pengetahuan, sosial, emosi, dan motorik), dan pembelajaran
merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial. Langkah-
langkah pembelajaran berbasis pengalaman adalah berupa siklus yang diawali dari
(1) Pengalaman konkrit, (2) Pengalaman reflektif, (3) Konseptualisasi abstrak, dan
(4) Percobaan aktif. Hasil percobaan aktif merupakan pengalaman konkrit baru
bagi siswa (Sukmadinata, 2004).
Secara teori, guru harus menyadari dan selalu mengingatnya bahwa setiap
individu berbeda satu dengan lainnya baik secara fisik maupun psikhis. Siswa
merupakan pribadi yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis.
Mereka memiliki latar berlakang keluarga yang berbeda, dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat yang berbeda, dan memiliki potensi serta minat yang
berbeda pula. Selain itu, guru harus memahami dengan baik bahwa peserta didik
adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, seperti
perkembangan dalam aspek fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional, moral
dan lain-lain. Tugas guru adalah membantu mengoptimalkan perkembangan
peserta didik tersebut.
Setiap siswa adalah unik, maka guru harus memahami siswa dalam tingkat
perkembangannya masing-masing. Salah satu cara agar guru mengenal siswanya
dengan baik maka ia harus berbekal ilmu psikologi khususnya psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan berguna untuk
menentukan isi materi yang akan diberikan kepada siswa arag tingkat keluasan
dan kedalaman materi/bahan ajar sesuai dengan taraf perkembangan siswa
sedangkan psikologi belajar berkenan untuk memberi pemahaman kepada guru
tentang bagaimana pembelajaran dilakukan dan bagaimana siswa dapat belajar
dalam proses pembelajaran yang dirancang guru.
Dalam mengenal siswa, guru harus memahami bahwa proses belajar
merupakan proses perbantuan untuk mendewasakan anak didik. Siswa yang
menuju kedewasaannya harus dianggap sebagai orang yang memiliki potensi
bawaan dan akan berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh
lingkungan. Sebagai orang yang memiliki potensi, siswa harus dipandang sebagai
orang yang memiliki tugas-tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan
taraf/tingkat perkembangan yang dituntut oleh lingkungnnya. Bagaimana agar
guru dapat mempraktekkan teori yang telah diketahuinya dalam mengenal
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 48
siswanya? Guru yang mengenal siswanya sebagai sosok yang (1) unik, (2)
memiliki potensi dan selalu dipengaruhi oleh lingkungannya, dan (3) sedang
dalam proses berkembang maka dalam praktek pembelajarannya harus
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat
dan kebutuhannya.
2. Disamping disedikan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib
dikuasai setiap anak, disediakan pula pelajaran-pelajaran pilihan yang sesuai
dengan minat siswa.
3. Dalam pengembangan media pembelajaran yang digunakan memperhatikan
tingkat verbalisme media sehingga dapat dipahami oleh siswa sesuai tingkat
perkembangannya.
Bagaimana upaya guru untuk berkomunikasi dengan siswanya agar proses
belajar berjalan lancar. Upaya guru yang pokok untuk dapat berkomunikasi
dengan siswanya adalah memahami dengan baik tentang proses komunikasi yang
efektif. Komunikasi sebagai interaksi edukatif harus disadari guru bahwa
komunikasi tersebut memiliki makna yang berharga yaitu bertujuan untuk
mendidik dan mengatarkan siswa ke arah kedewasaan. Bentuk interaksi yang
digunakan tidak terlalu penting tetapi yang pokok adalah maksud
berkomunikasinya sehingga perlu dirancang dengan baik. Ciri komunikasi yang
telah dirancang misalnya:
1. telah menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan siswa
2. menggunakan berbagai rangsangan untuk meningkatkan komunikasi
3. memilih bentuk komunikasi yang tepat sesuai situasi belajar, topik bahasan
dan perkembangan siswa.
4. berkembangnya proses tanya-jawab antara siswa dan guru yang lebih efektif.
5. guru terampil dalam mengajukan teknik pertanyaan yaitu: pertanyaan yang
diajukan berlaku untuk seluruh kelas; menggunakan waktu “jeda” dan
membiarkan semua siswa untuk berfikir tentang jawabannya; dengan tepat
guru menentukan seorang siswa untuk menjawab; guru dengan bijak
mendengarkan jawaban siswa; guru menghargai jawaban siswa yang benar
dan tidak menyurutkan motivasi siswa ketika jawabannya salah.
6. guru dapat menggunakan bahasa tubuh dengan efektif dan juga memahami
bahasa tubuh siswa. Misalnya guru harus mengetahui dengan cepat tentang
siswa yang menghadapi masalah, sakit, atau lainnya.
7. guru dapat menghidupkan kehangatan suasana kelas yaitu misalnya dengan
humor, kedekatan, dan sentuhan.
8. guru dapat mengendalikan suasana kelas dengan menghilangkan kendala atau
gangguan komunikasi, dan menegakkan aturan kelas yang telah disepakati di
awal pembelajaran.
Satu lagi hal yang perlu diingat adalah bahwa guru memiliki peranan
sebagai leader di kelas dan di masyarakat. Kepemimpinan (leadership)
merupakan kemampuan (kompetensi) kunci dalam keseluruhan peran guru baik di
kelas maupun di masyarakat. Peran guru di kelas dan merupakan kompetensi guru
yang sepatutnya dikuasai adalah sebagai pencipta lingkungan belajar dan
mengendalikan proses belajar, sebagai konselor (BP), pemerhati kesehatan dan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 49
keselamatan siswa, pengelola kelas, dan kepemimpinan program. Berdasarkan
kompetensi yang dipersyaratkan, dalam kelas guru akan optimal mengambil
perannya sebagai:
1. Subjek ahli dalam proses pembelajaran, artinya sebagai sosok yang
berkompeten di lingkungan proses pembelajaran.
2. Peneliti, artinya selain berperan sebagai pengajar, guru juga secara aktif
sebagai peneliti untuk mengembangkan dan meningkatkan proses
pembelajaran secara efektif.
3. Pembimbing dan konselor (guidance and counselling) yaitu menjadi tumpuan
siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa.
4. Ahli dalam berkomunikasi, artinya jalinan interaksi pembelajaran antara guru-
siswa dan antara siswa dengan siswa dapat berkembang sesuai dengan yang
diharapkan dan semua itu tidak terlepas dari peran guru.
5. Administrator, yaitu mengatur proses pembelajaran agar berjalan seefektif dan
seefisien mungkin pemenuh kebutuhan yang bersifat khusus, artinya guru
melayani kebutuhan siswa dan pembelajaran yang bersifat khusus evaluator
seluruh program pembelajaran penilai (assesor) hasil belajar siswa.
6. Desain program pengembang staf yaitu sebagai orang yang diharapkan dapat
mengoptimalkan peran staf dalam proses pembelajaran juru penerang
program, yaitu menerangkan atau menjelaskan setiap program kepada orang
tua siswa atau masyarakat pembuat dan pengguna media pembelajaran
E. PEMBELAJARAN PERAN DALAM KELUARGA & LINGKUNGAN
Siswa di sekolah merupakan “anak” masyarakat yang memiliki latar
belakang kedudukan sosial yang beragam. Mereka ada yang berasal dari keluarga
kaya, terpandang, kedudukan sosial tertinggi, terkenal dan lain-lain. Sebaliknya
diantara mereka juga ada dari keluarga miskin, tidak terkenal dan memiliki
kedudukan yang rendah. Seorang guru harus memahami tentang status sosial
sebelum mengajar tentang kedudukan dan peranan anggota dalam keluarga dan
lingkungan tetangga. Status adalah posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu
kelompok.
Untuk memperoleh status seseorang di masyarakat ada yang bersifat
objektif dan subjektif. Status yang bersifat objektif adalah status yang diperoleh
karena jabatan formal yang diperolehnya seperti menjadi lurah, menjadi kepala
sekolah, menjadi kepala stasiun, dan lain-lain. Sedangkan status subjektif yaitu
status karena faktor kelahiran (asal usul keturunanya), prestasi, otoritas
(kekuasaan), dan mutu pribadinya. Status objektif dan subjektif sebaiknya seiring
sejalan. Ketika seseorang memiliki status formal menjadi lurah maka diharapkan
didukung oleh status subjektifnya yaitu prestasi yang terbaik, otoritas yang
bijaksana, dan kepribadiannya yang luruh. Kepribadian seseorang akan berbeda
jika dilihat dari cara seseorang memperoleh status atau peranan.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 50
Ada dua cara yang utama bagi seseorang untuk memperoleh status
sosialnya yaitu:
1. Ascribed status adalah status yang diperoleh secara otomatis dan tanpa ada
usaha. Status jenis ini diperoleh karena garis keturunanya. Misalnya
keturunan raja atau keturunan seorang bangsawan. Ascribed status
ditemukan pada masyarakat dengan sistem lapisan sosial tertutup yaitu
pada masyarakat feodal atau masyarakat yang rasial. Kepribadian yang
dibentuk adalah kesombongan dan selalu menganggap orang dibawah
kedudukannya adalah rendah.
2. Achieved status yaitu status yang diperoleh seseorang melalui usaha yang
sungguh-sungguh. Statusnya tidak diperoleh melalui kelahiran atau
keturunan, tetapi melalui kerja dan belajar dengan keras, contohnya status
menjadi bupati, menteri, atau guru. Kepribadiannya akan sangat
menghargai orang lain berdasarkan usaha dan prestasinya.
3. Selain kedua usaha tersebut ada juga status yang diberikan karena jasa-
jasanya yaitu assigned status, contohnya gelar kebangsawanan bagi orang
umum yang telah berjasa kepada kerajaan atau negara. Dengan kedudukan
statusnya, seseorang akan memperoleh peranan sosialnya. Peran
merupakan tindakan atau prilaku yang diharapkan dari seseorang karena
posisi atau status yang dimilikinya.
Peran merupakan aspek dinamis jika seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika tidak sesuai dengan hak dan
kewajibannya seseorang akan dicopot statusnya, terutama status pada
kelompok Achieved status. Agar tidak dicopot dari statusnya maka ia berusaha
bertindak dalam kepribadian yang sesuai dengan tuntutan statusnya.
Kepribadian dirinya disesuaikan dengan tuntutan hak dan kewajibannya.
Untuk menjalankan perana dan statusnya tidak semua berhasil tergantung pada
kepribadian yang dimunculkannya. Kegagalan terjadi karena adanya konflik
peranan. Contoh konflik peranan yang sangat nyata misalnya seorang jaksa
harus menuntut anaknya atas tindak kejahatan yang telah dilakukannya, yaitu
mencuri. Dalam kasus ini ia akan diuji kepribadiannya yaitu apakah bertindak
sebagai ayah (dari anak itu) atau sebagai jaksa yang menuntut anaknya sendiri.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa status sosial adakan membentuk
mempengaruhi kepribadian seseorang dan sebaliknya kepribadian juga akan
menentukan keberhasilan dalam menduduki peranan sosialnya. Untuk
mengenal kepribadian seseorang dapat dipelajari dari pendidikannya,
kebudayaan daerahnya, lingkungan hidupnya (apakah di kota atau di desa),
dari kelas sosial yang mana, agamanya, profesi pekerjaannya, dan
status/peranan sosialnya. Dengan mengetahui latar belakang sosialnya, kita
dapat “memperkirakan” kepribadian seseorang. Namun demikian perlu
dicatat, untuk menilai kepribadian seseorang tidak mudah. Perlu waktu yang
panjang yaitu perlu berdialog, melihat pekerjaannya, temperamennya, dan
keteguhan hatinya. Sebagaimana diketahui, anak adalah cerminan kedudukan
dan status orangnya. Guru harus bersifat adil tehadap semua anak baik orang
tuanya memiliki status yang tinggi atau yang rendah. Dalam diri anak juga
harus ditanamkan bahwa di sekolah semua memiliki kedudukan yang sama.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 51
Tapi biasanya, orang tua yang sombong mempengaruhi anaknya agar jangan
bergaul dengan anak yang miskin dan memiliki kedudukan sosial yang
rendah. Hal ini terkadang mengganggu suasana kelas. Caranya agar tidak
berlanjut, guru menampaikan materi tentang kedudukan seseorang dan bahwa
masing-masing peranan memiliki tugas dan fungsinya di masyarakat.
Cara yang paling bijak misalnya dengan menerapkan metode bermain peran
atau sosiodrama. Sosiodrama (role playing) berasal dan kata sosio dan drama.
Sosio berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan
pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukkan,
mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosiodrama adalah mtode
mempertunjukkan atau mempertontonkan suatu keadaan atau peristiwa-
peristiwa yang dialami orang, tingkah laku oraang sesuai perannya. Metode
sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan
dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam
hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam
pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dan guru untuk
mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar
peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dan suatu situasi
sosial. Metode sosiodrama mempunyai kebaikan kebaikan antara lain ialah:
1. Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat bahan yang akan
didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita
secara keseluruhan, terutama untuk materi yang akan disampaikan,
sehingga daya ingatan siswa harus tajam;
2. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain
drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai
dengan waktu yang tersedia;
3. Bakat yang terpendam pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau timbul bibit seni dani sekolah. Jika seni drama mereka
dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan jadi pemain yang
baik di kemudian hari;
4. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya; siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesamanya;
5. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
Selain keunggulan-keunggulannya, metode sosiodrama mempunyai sejumlah
kelemahan-kelemahan, antara lain:
1. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang aktif;
2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman
isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan;
3. Memerlukan tempat yang cukup luas. Jika tempat bermain sempit
menyebabkan gerak para pemain kurang bebas; dan
4. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 52
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dan metode sosiodrama
antara lain ialah:
1. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode
ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan
masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat. Kemudian guru
menunjuk beberapa siswa yang berperan, masing-masing akan mencari
pernecahan masalah sesuai dengan perannya, dan siswa yang lain menjadi
penonton dengan tugas-tugas tertentu pula;
2. Guru harus memilih rnasalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia
dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga siswa terangsang
untuk memecahkan masalah itu;
3. Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan
sambil mengatur adegan pertama; dan
4. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus sesuai
dengan waktu yang tersedia.
Oleh karena itu harus diusahakan agar para pernain berbicara dan melakukan
gerakan jangan sarnpai banyak variasi yang kurang berguna. Pertanyaan
berikutnya, materi apa yang dapat disampaikan pada bermain peran. Dengan
tujuan agar siswa memahami tugas dan peranan setiap anggota masyarakat
misalnya tentang ajakan untuk melakukan kerjabakti di lingkungan RT.
Apapun metode yang akan digunakan guru, teori pembelajaran memberi
petunjuk bahwa dalam pemilihan strategi pembelajaran, hal yang perlu
memperhatikan lebih lanjut adalah memperhatikan tujuan, materi, siswa,
fasilitas, waktu dan guru.
a. Faktor tujuan
Tujuan merupakan faktor yang paling pokok, sebab semua faktor yang ada
di dalam situasi pembelajaran, termasuk strategi pembelajaran, diarahkan
dan diupayakan untuk mencapai tujuan. Dalam penentuan strategi
pembelajaran sangat ditekankan untuk memahami esensi tujuan
pembelajaran. Artinya tidak hanya dalam bentuk rumusan tujuan yang
disusun berdasarkan konsep Audience-Behavior-Condition-Degree
(ABCD) dan harus tersirat tujuan pengembangan baik aspek afektif,
psikomotor maupun aspek kognitifnya secara lebih spesifik.
b. Faktor materi
Sebagaimana sudah dimaklumi bahwa pada hakikatnya ilmu atau materi
pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik setiap
ilmu atau matapelajari membawa implikasi terhadap penggunaan cara dan
teknik di dalam proses belajar mengajar. Namun secara umum, setiap mata
pelajaran memiliki pola yang sama yaitu mengajarkan fakta, konsep,
prinsip, masalah, prosedur (keterampilan), dan sikap. Dalam mata
pelajaran IPS, mengajarkan fakta kelihatannya tidak terlalu sulit dan dapat
dibantu dengan berbagai media pembelajaran yang ada. Misalnya
menggunakan gambar pasar, melihat proses transaksi jual beli melalui
video, dan lain-lain. Mengajarkan konsep bukan sekedar supaya siswa
hafal akan konsep tersebut tetapi yang lebih utama ialah supaya siswa
memahami tentang ciri-ciri dari konsep tersebut.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 53
c. Faktor siswa
Siswa adalah pihak yang berkepentingan di dalam proses pembelajaran.
Karena itu tidak bijaksana jika dalam pemilihan strategi pembelajaran
tidak memperhatikan faktor siswa. Hal yang sangat penting dari faktor
siswa adalah bahwa siswa merupakan pribadi yang utuh-menyeluruh,
siswa merupakan pribadi tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang
lainnya baik kemampuan, cara belajar, kebutuhan, dan sebagainya. Selain
memperhatikan kualitas individu siswa, faktor siswa lainnya yang perlu
diperhatikan adalah kuantitasnya dalam suatu rombongan belajar (rombel).
d. Faktor fasilitas
Faktor fasilitas juga menentukan proses dan hasil belajar. Bila guru
merencanakan penggunaan metode demonstrasi dalam memberi contih
cara memasak kue tertentu, maka berbagai fasilitas yang dibutuhkan harus
tersedia. Tanpa ada fasilitas demonstrasi memasak maka metode
pembelajaran dengan sendirinya berubah yaitu menjadi metode ceramah.
e. Faktor waktu
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah waktu, baik jumlah
waktu yang tersedia maupun kondisi waktu. Jumlah waktu dihitung dalam
menit atau jumlah jam yang tersedia sedangkan kondisi waktu adalah pagi,
siang, sore dan waktu lainnya.
f. Faktor Guru
Jika sumber pembelajaran hanya guru, maka guru menjadi penentu yang
harus diperhatikan dalam strategi pembelajaran. Dedikasi dan kemampuan
gurulah yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan proses
pembelajaran, tetapi jika guru hanya salah satu alternatif sumber belajar
maka pemilihan strategi pembelajaran harus dikoordinasikan dengan
fasilitas yang tersedia.
F. PEMBELAJARAN LINGKUNGAN HIDUP, JENIS PEKERJAAN DAN
JUAL BELI.
1. Pembelajaran Tentang Lingkungan.
Berdasarkan lingkungan ekologinya, lingkungan hidup dibedakan juga
atas tiga kelompok, yaitu lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan
budaya. Lingkungan alam merupakan kondisi alamiah, lingkungan sosial adalah
manusia, baik dalam posisinya sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial,
dan lingkungan budaya merupakan hasil aktifitas manusia, baik berupa karsa,
karya maupun rasa. Lingkungan budaya terkadang disebut juga lingkungan buatan
(man made environment). Di dalam lingkungan hidup terdapat keterkaitan antar
komponen lingkungan hidup. Jalinan keterkaitan antar komponen dalam suatu
sistem kehidupan dikenal dengan istilah ekosistem. Di dalam ekosistem unsur-
unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur non hayati (zat-zat tak hidup) menjalin
hubungan timbal balik atau berinteraksi, konsep ini bisa ditampilkan secara rumit
atau sebaliknya menjadi sederhana.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 54
Untuk siswa SD hendaknya disampaikan dengan cara yang sederhana.
Untuk anak usia SD tingkat bawah, cukup kiranya disampaikan tentang
pengelompokkan unsur lingkungan hidup dan secara sederhana dapat ditunjukkan
bahwa antar komponennya saling keterkaitan satu dengan yang lain. Anak usia
SD, sudah mengenal konsep bahwa ada mahluk hidup dan benda mati. Anak dapat
mengamati ciri-ciri makluk hidup dari apa yang dilihatnya seperti dapat bernafas,
tumbuh, dan berkembang biak. Untuk menyampaikan materi ini, guru dapat
membawa binatang peliharaan ke dalam kelas (ayam, kelinci, itik, dan lain-lain),
batu, potongan kayu, air, pot bunga, dan berbagai benda yang ada di lingkungan
hidup. Secara bertahap, anak akan mampu menunjukkan bahwa binatang
peliharaan dan bunga dikelompokkan sebagai makhluk hidup sedangkan batu,
kayu, atau air dikelompokkan sebagai benda mati.
Setelah siswa mampu mengelompokkan berdasarkan benda nyata, untuk
anak usia SD tingkatan rendah (kelas I, II, dan III) dapat diajak untuk
menggambar dan atau menempel gambar-gambar benda-benda yang ada di
lingkungan siswa. Sambil mengambar anak, dapat diminta untuk memilih mana
gambar makhluk hidup dan maka yang benda mati. Substansi materi tentang
lingkungan hidup secara normatif dibedakan atas dua bagian utama, yaitu
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik adalah segala
makhluk hidup, mulai mikroorganisme sampai dengan tumbuhan dan hewan,
termasuk di dalamnya manusia. Lingkungan abiotik adalah segala kondisi yang
terdapat di sekitar makhluk hidup yang bukan organisme hidup, seperti batuan,
tanah, mineral, dan udara. Lingkungan biotik sering pula dinamakan lingkungan
organik, sedangkan lingkungan abiotik dinamakan juga lingkungan anorganik
Pada tingkatan yang lebih tinggi, materi tentang lingkungan hidup dapat
diperluas. Konsep ekosistem sederhana sudah dapat disampaikan dan guru dapat
memulai dari rantai makanan sederhana dan dilanjutkan dengan konsep interaksi
dan selanjutnya konsep saling ketergantungan. Untuk menyampaikan materi
tentang rantai makanan, guru hanya perlu keterampilan untuk memilih yaitu mana
yang sederhana dan maka yang lebih kompleks. Perhatikan gambar berikut yang
sama-sama satu tema yaitu rantai manakan tetapi memiliki tingkatan kerumitan
yang berbeda. Penyampaian materi tentang lingkungan alam dan lingkungan
buatan sebaiknya dilakukan di luar kelas.
Menurut Sumaatmadja (1980; 109) sekurang-kurangnya ada dua metode
yang digunakan di luar kelas yaitu tugas belajar (resitasi) dan metode karya
wisata. Metode tugas adalah untuk mengembangkan potensi anak didik. Tugas
dalam pembelajara IPS bukan merupakan pemberian beban dari guru kepada anak
tetapi harus didasarkan atas kegairahan anak untuk memenuhi tugas tersebut. Jika
anak bergairah dalam melaksanakan tugas, akan mengurangi kecurangan atau
penipuan yang dilakukan oleh anak didik dalam memenuhi tugas tersebut. Bentuk
tugas yang dapat diberikan kepada siswa dapat diberikan untuk tugas individual
dan tugas kelompok. Tugas individual lebih menekankan pada kepada pembinaan
kognitif, afektif, dan psikomotor secara individual. Sedangkan tugas kelompok
ditunjukan untuk memupuk kemampuan saling menghargai, bergotong royong,
toleransi kelompok, bekerjasama, dan kepatuhan terhadap ketentuan bekerja
kelompok.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 55
Metode karyawisata adalah suatu kunjungan ke objek tertentu di luar
sekolah, yang ada di bawah bimbingan guru IPS. Kunjungan ke objek tertentu
tidak harus jauh, menggunakan waktu yang berhari-hari, dan menghabiskan biaya
besar. Karyawisata dapat saja mengunjungi ke lokasi di dekat sekolah seperti
mengunjungi sungai, danau, pabrik, ternak, pasar, mall, kantor instansi, dan lain-
lain. Dalam penyelenggaraan karyawisata, siswa diharapkan memiliki dorongan-
dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajarinya (sense of
interest), dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality), dan dorongan
untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik perhatiannya (sense of discovery).
Hakikat naluriah tersebut harus mendapat perhatian guru untuk selanjutnya
dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS. Pelaksanaan metode karyawisata,
harus tetap diusahakan mengembangkan minat anak didik. Proses pengembangan
dan pemantapan sense of discovery inilah yang membantu anak-didik untuk
menjadi insan yang pandai peneliti. Berdasarkan penekanan ketiga aspek tadi
untuk tiap jenjang pendidikan sudah pasti harus berbeda-beda. Terlepas dari nilai
positif di dalam metode tugas dan karyawisata, yang pasti pemberian tugas dan
karyawisat membutuhkan media. Artinya, pemberian tugas dalam pembelajaran
IPS tidak dapat dilakukan secara konvensional, tetapi harus dibarengi oleh
lembaran kerja siswa yang bertujuan. Berdasarkan pengelompokkan sumber
belajar, LKS termasuk kelompok sumber belajar yang dirancang (learning
resources by design), artinya dapat digunakan untuk memperkaya pembelajaran.
LKS dalam mendukung metode tugas sangat tepat, asalkan LKS dirancang
sedemikian rupa untuk membangun konsep pengetahuan yang dikehendaki.
2. Pembelajaran pada Jenis-Jenis Pekerjaan.
Anak usia SD sudah tahu bahwa orang tuanya bekerja, tetapi mengapa
setiap orang tua mimiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, mungkin belum
diketahui oleh setiap siswa. Siswa kebanyakan sudah tahu bahwa setiap orang
memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan (uang) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi
dirinya dan keluarganya. Kebutuhan yang paling utama adalah untuk dapat
membeli makanan, pakaian, membangun dan memelihara tepat tinggal,
menyekolahkan anak-anaknya, untuk berobat jika sakit, dan lain-lain. Pekerjaan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dikenal dengan mata
pencaharian.
Mata pencaharian penduduk dalam ruang lingkup pertanian umumnya
terikat oleh tempat pekerjaannya dan berhubungan langsung tanah dan lahan.
Keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh keadaan alam lingkungannya. Di
antara jenis mata pencaharian pertanian antara lain:
1. Berburu dan meramu
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling sederhana. Alam menyediakan
bahan makanan dan manusia hanya mengambil, memburu, mengumpulkan,
dan meramu saja. Kehidupan masyarakat yang berburu dan meramu umumnya
mengembara ke berbagai wilayah yang luas dalam mencari makan. Dengan
demikian mereka hidup berpindah-pindah (nomaden) dan tidak membangun
rumah atau tempat tinggal yang tetap atau permanen.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 56
2. Perladangan berpindah-pindah
Mata pencaharian berladang yang berpindah-pindah berbeda dengan kegiatan
berburu dan meramu. Walaupun berpindah-pindah, masyarakat yang
melakukan perladangan sudah melakukan pengolahan tanah pertanian.
Aktivitas perladangan dapat dilakukan apabila jumlah penduduknya masih
sedikit dengan lahan untuk dijadikan ladang masih luas. Hutan yang dijadikan
ladang dapat ditanami dua atau tiga kali panen, setelah itu mereka pindah dan
membuka hutan kembali untuk dijadikan ladang. Aktivitas perladangan dapat
dilakukan apabila jumlah penduduknya masih sedikit dengan lahan ladang
yang masih luas. Hutan yang dijadikan ladang dapat ditanami dua atau tiga
kali panen, setelah itu mereka pindah dan membuka hutan kembali untuk
dijadikan ladang. Lahan yang ditinggalkan suatu saat akan dimanfaatkan
kembali karena ladang telah ditumbuhi hutan kembali dan kesuburan tanahnya
sudah kembali baik .
3. Pertanian sawah
Pertanian sawah merupakan mata pencaharian yang telah banyak kita kenal.
Ciri masyarakat bertani sawah adalah sudah menetap dan tidak berpindah-
pindah tempat. Pada pertanian sawah, lahan sudah benar-benar diusahakan
baik dalam pengolahan lahan, pemupukan, maupun pengairannya. Jenis
tanaman pertanian sawah umumnya bahan makanan pokok seperti padi. Pada
pertanian sawah dilakukan pula pertanian lahan kering yang mengusahakan
jenis tanaman seperti padi gogo, kedelai, ubi jalar, kacang-kacangan.
4. Perkebunan
Perkebunan hampir sama dengan mata pencaharian pada pertanian lahan
kering yaitu masyarakatnya sudah menetap. Berdasarkan besar kecilnya usaha,
ada dua jenis usaha perkebunan yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan
besar. Perkebunan rakyat merupakan usaha perkebunan yang dilakukan
masyarakat dalam skala kecil. Ciri-ciri perkebunan rakyat adalah luas lahan
garapan relatif sempit, jumlah tenaga kerja sedikit, peralatan pengolahan dan
pemeliharaan tanaman perkebunan sederhana, modal yang digunakan sangat
kecil, dan tentu saja hasil atau keuntungannya sedikit. Perkebunan besar
adalah usaha yang dilakukan dalam skala besar. Lahan yang diusahakan
sangat luas, modal yang digunakan cukup besar, jumlah tenaga kerja cukup
besar, peralatan pertanian sangat maju, dan hasil keuntungannya juga besar.
5. Peternakan
Beternak juga salah satu jenis mata pencaharian penduduk. Cara beternak di
Indonesia umumnya masih bersifat usaha keluarga dan dipelihara di halaman-
halaman rumah, seperti beternak itik, ayam, kambing, dan lembu. Berdasarkan
jenis ternak yang diusahakan, usaha peternakan ada tiga yaitu ternak kecil
seperti kambing, domba, dan kelinci. Usaha ternak besar seperti sapi, kerbau,
dan kuda, sedangkan ternak unggas adalah seperti ayam, itik, dan burung.
6. Perikanan
Usaha perikanan ada dua yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan
darat merupakan usaha perikanan yang dilakukan pada perairan darat seperti
di kolam, di danau, keramba di sungai, dan lain-lain. Usaha pengolahan
perikanan dimulai dari pembibitan, pemupukan, pemeliharaan ikan,
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 57
pemberantasan hama, dan pemanenan. Adapun perikanan laut dinamakan
usaha nelayan. Jadi nelayan adalah salah satu mata pencaharian penduduk.
Mereka hidup dengan cara menagkap ikan di laut, hasil tangkapannya dijual
untuk memenuhi kebutuhannya.
7. Industri
Mata pencaharian penduduk dibidang industri banyak sekali jenisnya.
Pokoknya semua kegiatan yang melakukan proses pengolahan bahan mentah
menjadi barang jadi, atau pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah
jadi, adalah bagian dari kegiatan industri. Jenis pekerjaan daam bidang
industri antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yaitu kebutuhan
makanan, pakaian, perumahan, hiburan, olah raga, dan lain-lain. Banyaknya
kebutuhan manusia, banyak pula jenis pekerjaan di bidang industri. Di
Indonesia, kegiatan industri dapat dikelompokkan dengan berbagai klasifikasi,
yaitu:
Berdasarkan bahan bakunya, industri dikelompokkan atas tiga jenis yaitu: (a)
Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari
alam, seperti industri dari hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan; (b)
Industri nonekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya berasal dari tempat
atau industri lain. Industri nonekstraktif dibagi dua jenis yaitu reproduktif jika
bahan baku berasal dari alam seperti industri teh dan susu. Jenis kedua adalah
industri manufactur, yaitu industri yang mengolah bahan baku yang hasilnya
untuk keperluan sehari-hari atau digunakan oleh industri lain. Contohnya
industri kayu lapis, benang tenun, dan kain; (c) Industri fasilitatif, yaitu
industri yang menjual jasa untuk keperluan orang lain, seperti: perbankan,
perdagangan, angkutan dan pariwisata.
Berdasarkan hasil produksi yang dihasilkan, industri ini dapat dibagi tiga
yaitu: (a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang-barang
tanpa pengolahan barang lebih lanjut, seperti penggilingan padi (hueler),
industri anyaman; (b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan
barang yang hasil produksinya membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum
dikonsumsi, seperti pemintalan benang dan industri ban; (c) Industri tersier,
yaitu industri yang dihasilkan dari kegiatan industri itu bukan berupa barang
tetapi bergerak di bidang jasa, seperti angkutan dan pariwisata.
Berdasarkan proses produksinya, jenis industri dapat dibedakan atas industri
hulu dan industri hulu: (a) Industri hulu, yaitu industri yang mengolah bahan
mentah menjadi barang setengah jadi, seperti industri kayu lapis dan
aluminium; (b) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah
jadi menjadi barang jadi atau industri yang menyempurnakan sehingga barang
yang dihasilkan dapat langsung dipakai konsumen, seperti industri meubel dan
industri konveksi.
Berdasarkan produknya, jenis industri dapat dibedakan atas: (a) Industri berat,
yaitu industri yang menghasilkan mesin atau alat produksi lainnya. Contohnya
industri alat-alat berat dan mesin percetakan; (b) Industri ringan, yaitu industri
yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi, seperti industri obat-
obatan, makanan dan minuman.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 58
Berdasarkan bahan dasar industri, jenisnya dapat dibedakan atas: (a) Industri
campuran, yaitu industri dimana bahan dasar yang digunakan lebih dari satu
jenis; (b) Industri trafik, yaitu industri khusus dimana bahan mentahnya
diimpor dari negara lain, seperti industri minuman cocacola; (c) Industri
konveksi, yaitu industri yang membuat pakaian yang siap dipakai; (d) Industri
perakitan, yaitu industri yang kegiatannya merakit komponen untuk menjadi
suatu barang yang siap pakai, seperti industri perakitan mobil.
Berdasarkan cara pengorganisasian, jenis industri dibedakan atas: (a) Industri
kecil, yaitu industri dengan ciri-ciri memiliki modal relatif kecil, teknologi
sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang, produknya masih sederhana,
seperti kerajinan anyam-anyaman dan gerabah; (b) Industri menengah, industri
yang memiliki ciri-ciri memiliki modal relatif besar, teknologi cukup maju
tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja upahan,
seperti industri bordir, keramik; (c) Industri besar/berat, industri yang
memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi lengkap dan modern,
organisasi teratur, tenaga kerja terampil dan jumlahnya lebih dari 300 orang,
produknya berkualitas dan jumlah yang besar, seperti: industri semen, pupuk.
a. Pertambangan
Kegiatan pertambangan adalah usaha penggalian sumberdaya mineral dan
berbagai sumberdaya alam lainnya. Jenis mata pencaharian di bidang
pertambangan cukup beragam yaitu mulai dari kegiatan pemetaan sumber
atau bahan galian, survey lapangan datau eksplorasi, perencana dan
pelaksanaan penggalian (eksploitasi), sampai dengan pengolahan menjadi
barang jadi dan setengah jadi.
b. Perdagangan
Jenis mata pencaharian dalam bidang perdagangan dapat dibagi tiga sesuai
skala perdanagannya, misalnya pada perdagangan besar untuk ekspor.
Pedagangan pada skala menengah disebut grosir dan atau penyalur,
sedangkan pedagangan yang langsung dengan konsumen disebut pengecer
baik dalam skala pertokoan besar (swalayan) maupun warung-warung
kecil dan pedagang asong.
c. Jasa
Mata pencaharian jenis jasa umumnya banyak dilakukan pada masyarakat
perkotaan. Jenisnya sangat beragam, mulai dari tukang sol sepatu, sopir
angkot (jasa angkutan), paket barang-barang (jasa pengatar barang),
perhotelan (jasa penginapan), sampai kepada pengacara (pembela dalam
kasus-kasus hukum). Lahirnya jenis pekerjaan sebenarnya adanya
kebutuhan pada manusia yaitu kebutuhan akan barang dan jasa. Dengan
adanya kebutuhan tersebut, setiap orang akan berusaha memenuhi barang
dan jasa bagi mereka yang membutuhkannya. Dengan demikian, pekerjaan
akan muncul sebagai upaya mendatangkan atau mengali barang kebutuhan
dan atau bekerja untuk melayani orang lain. Banyak pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh setiap orang, tetapi ada pula pekerjaan yang dilarang oleh
agama dan aturan hukum yaitu pekerjaan yang mengambil barang orang
lain (mencuri), merampok, menipu, menjual barang-barang yang haram
dan atau dilarang pemerintah, dan meminta-minta.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 59
Untuk menyampaikan materi tentang jenis pekerjaan dapat dilakukan dengan
metode permainan, yaitu:
1. Guru menyiapkan poster dan sejumlah kartu (5 cm x 10 cm) yang bertuliskan
jenis-jenis pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan yang ditulis harus spesifik
misalnya petani sayuran, petani padi, petani jagung, nelayan tambak, dan lain-
lain. Setiap kartu dapat berwarna warni dan sediakan masing-masing jenis
pekerjaan ada 5 buah atau lebih (misalnya kartu nelayan tambak, jumlahnya 5
buah dan begitu pula yang lainnya).
2. Guru memberi apersepsi tentang melimpahnya sumberdaya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bisa saja guru menerangkan sekilas
tentang kekayaan sumberdaya alam Indonesia, misalnya berbagai jenis
tanaman, kayu, ikan, ternak, dan lain-lain. Selain itu dapat pula ditambahkan
bahwa Indonesia kaya akan barang tambang seperti batu gamping, marmer
atau batuan pualam, fosfat, mangan, obsidian, bauksit, intan, timah, nikel,
emas dan perak, tembaga, dan lain-lain.
G. PEMBELAJARAN TENTANG KEGIATAN JUAL BELI
Munculnya kegiatan jual beli berawal dari usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan atau memiliki keinginan terhadap sesuatu. Acuan dari kebutuhan
ini adalah seberapa sering dan seberapa penting tingkat kebutuhan tersebut
diperlukan manusia :
1. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, merupakan
kebutuhan agar manusia tetap survive. Kebutuhan primer merupakan
kebutuhan yang pertama harus dipenuhi oleh manusia.
2. Kebutuhan Sekunder
Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan primer saja, tetapi juga
memerlukan kebutuhan lainnya. Kebutuhan sekunder diperlukan untuk
menjaga kenyamanan hidupnya.
3. Kebutuhan Tersier
Dari namanya tersier berasal dari bahasa latin yang berarti ketiga. Merupakan
kebutuhan ketiga setelah kebutuhan primer dan sekunder. Adakalanya
kebutuhan tersier ini bagi sebagian orang merupakan kebutuhan sekunder bagi
sebagian yang lainnya. Misalnya TV berwarna bagi orang di desa terpencil
merupakan kebutuhan sekunder bagi orang kota. Barang-barang mewah
merupakan contoh dari kebutuhan tersier ini, misalnya villa, berlian, mobil
ferarri dan sebagainya.
Kebutuhan sosio-budaya sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan
dan tradisi masyarakat serta dengan sifat-sifat psikologis manusia. Oleh karena
itu, kebutuhan dapat dirinci dengan kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologis.
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan dikarenakan tuntutan hidup di masyarakat
tempat ia tinggal. Seorang yang memiliki kedudukan tertentu di masyarakat
mengharuskan orang mempunyai atau melakukan upaya yang dipandang pantas.
Sedangkan kebutuhan psikologis berhubungan dengan kebutuhan sifat rohani
manusia, misalnya kebutuhan akan rasa aman, rasa dihargai, kebutuhan keamanan
dan ketentraman hati, dan kebebasan mengatur hidupnya.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 60
Ketika kebutuhan manusia ada, maka harus diikuti dengan adanya benda
pemuas kebutuhan. Adanya kebutuhan dan tersedianya barang pemuas kebutuhan
terdapat kaitan yang sangat erat. Barang atau benda pemuas kebutuhan adalah
segala sesuatu yang menjadi sarana, baik secara langsung maupun tidak langsung,
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia memiliki dua bentuk
yaitu kebutuhan barang dan kebutuhan jasa. Barang merupakan pemuas
kebutuhan yang berwujud, sedangkan jasa merupakan benda pemuas kebutuhan
yang tak berwujud. Alat pemuas kebutuhan tersebut diperoleh dengan cara dibeli
dari seseorang melalui alat pembayaran, yang kita kenal dengan sebutan uang.
Sebelum dikenal alat tukar (uang), orang memenuhi suatu kebutuhan dengan cara
menukar apa yang dimilikinya dengan apa yang tidak dimilikinya dari orang lain
yan kemudian dikenal barter. Sebagai tempat pertemuan antara penjual
barang/jasa dengan pembelinya dikenal sebagai pasar. Pasar dalam arti sempit
adalah tempat dimana pada umumnya barang atau jasa diperjualbelikan.
Kembali kepada alat pembelian barang/jasa atau uang. Dalam sejarahnya,
uang awalnya berupa logam berupa logam emas, lama-kelamaan muncul kesulitan
dalam penyesuaian transaksi-transaksi besar, di antaranya uang logam emas tidak
praktis, adanya biaya, dan dengan berkembangnya perdagangan, logam mulia
semakin banyak diperlukan padahal persediaan terbatas. Untuk menghindari
kesulitan tersebut, para pedagang mulai menitipkan sejumlah uang/ emasnya
kepada seseorang (pedagang, relasi atau familinya) di pasar. Orang yang
menerima titipan di pasar pada awalnya hanya menggunakan meja atau bangku
saja (dalam bahasa Itali bangku=banca). Orang tempat menitipkan emas atau
pandai emas semula hanya dititipi emas dan sebagai bukti penitipan dikeluarkan
surat atau bank notes, yaitu surat janji akan membayar kembali kepada pembawa
surat itu sejumlah uang/ emas seperti yang tertera pada surat tersebut. Bank notes
ini mulai berkembang sebagai uang kertas, dan tempat penitipannya berkembang
menjadi bank. Semula bank notes mewakili sejumlah emas yang dititipkan pada
bank dengan jumlah yang sama, atau bank notes dijamin 100% dengan emas yang
dititipkan, tetapi karena sebagian besar dari emas yang ditiitpkan pada bank itu
ternyata tidak diminta kembali secara sekaligus, maka para bankir mulai
memutarkan/menyalurkan sebagian dari emas atau uang tersebut dengan
memberikan pinjaman kepada pedagang yang memerlukan pinjaman (kredit).
Untuk itu, mereka juga mengeluarkan bank notes sehingga jumlah bank notes
yang beredar menjadi lebih besar dari jumlah emas yang disimpan di bank.
Berdasarkan pengalaman banyak bank-bank yang tidak bijaksana, mereka
mengeluarkan bank notes jauh lebih besar dari jumlah emas yang disimpan di
bank-bank tersebut sehingga ketika terjadi penarikan emas secara serentak (rush),
bank tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga kepercayaan masyarakat
hilang terhadap bank. Dari pengalaman tersebut pemerintah turut campur tangan
dengan mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap bank mempunyai
sejumlah emas/uang sebesar minimal 40% dalam bentuk tunai sebagai cadangan
kas terhadap kewajiban-kewajibannya. Pemerintah juga memberikan hak
mengedarkan bank notes dibatasi pada beberapa bank yang telah mendapatkan
kepercayaan pemerihtah dan masyarakat dengan mengeluarkan charter (piagam)
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 61
berhak mengedarkan uang kertas (uang kartal). akhirnya hak mengedarkan uang
kertas dipusatkan hanya pada satu bank saja, yaitu bank sirkulasi/bank sentral.
Dari sejarah bank tersebut kita dapat mengidentifikasikan definisi bank,
menurut Prof. G.M. Verryn Stuart, bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan
uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan
alat-alat penukaran uang berupa uang giral. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun
1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Demikianlah kegiatan ekonomi yang berlangsung saat ini. Bank sendiri
mengeluarkan kartu kredit seperti kredit rekening koran yaitu kredit yang
diberikan oleh kreditor (bank) kepada debitor (nasabah) tercatat dan tersimpan
dalam rekening koran debitor yang pengambilan atau penarikannya tidak
sekaligus, tetapi bertahap sesuai jenis kreditnya. Jenis kredit rekening koran ada
dua macam yaitu kredit rekening koran bebas yang sangat disukai karena sesuai
dengan kebutuhan para pedagang, yaitu penarikannya sesuai kehendak debitur
asalkan tidak melampaui jumlah kredit sedangkan kredit rekening koran terbatas
yaitu kredot yang diberikan kepada nasabah dengan pembatasan tertentu dalam
melakukan penarikan uang melalui rekeningnya. Nasabah tidak diizinkan
melakukan penarikan kredit sekaligus, tetapi bertahap sesuai dengan
kebutuhannya. Kalau perorangan, kredit koran mirip dengan kartu kredit yang
dapat digunakan untuk berbelanja. Uang belanja dibayar oleh bank dan nasabah
“tinggal” membayar utang atau kreditnya ke bank bersangkutan. Terkadang kartu
kredit juga efektif untuk belanja barang-barang yang kemudian dijual kembali.
Barang-barang yang dibeli dengan kartu kredit antara lain di supermarket-
supermarket di kota-kota. Besaran kredit yang dapat digunaan oleh si pemlik kartu
berbeda-beda. Untuk pemula biasanya hanya dikasih peluang 2 juta, tetapi jika
telah lama dan pihak bank mempercayai pihak nasabah plapon pinjaman dapat
dinaikka sampai puluhan juta. Bagi pedagang kecil dan kios-kios kecil yang
menjual kebutuhan rumah tangga, sangat baik jika menggunakan kartu kredit atau
kredit rekening koran. Dengan kartu kredit, orang dapat memperoleh barang di
toko dan nasabah membayarnya di bank yang mengelurkan kartu kredit.
Dalam pembelajaran IPS, selain aspek kognitif juga harus ditanamkan
aspek sikap. Khususnya dalam pemanfaatan uang dan kartu kredit, siswa harus
diberi tahu tentang cara bijak dalam pemanfatan uang. Untuk mendidik siswa
memanfaatkan uang dalam berbelaja, siswa dapat melakukan simulasi jual beli di
kelas. Nilai yang perlu ditanamkan dalam transaksi jual beli adalah kejujuran, dan
bagi penjual tidak berbohong kepada pembeli, tidak curang dalam timbangan.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 62
Bagian 5
Pembelajaran Peta, Kenampakan Alam,
dan Persebaran Sumber Daya Alam
A. PEMBELAJARAN PETA
Setiap anak sejak masih bayi telah terbiasa memperhatikan keadaan
lingkungan di sekitarnya. Hasil pengamatannya sangat senang ia tuangkan dalam
sebuah gambar sesuai dengan imajinasinya. Keadaan benda atau lingkungan yang
suka digambar anak-anak adalah rumah, halaman rumah, taman bunga, kendaraan
yang sangat ia sukai, gunung, pohon, gambar dirinya sendiri, orang tuanya, dan
lain-lain. Pada usia tertentu, ia mampu mengambar jalan yang menghubungkan
antara rumah dengan sekolahnya. Setiap benda atau keadaan yang dilalui selama
perjalanan dari rumah ke sekolahnya, digambar di dekat jalan.
Kesadaran anak terhadap lingkungannya bersifat universal artinya setiap
anak dibelahan dunia manapun memiliki keinginan dan kesukaan untuk
menggambar. Keinginan untuk mencorat-coret adalah keinginan yang seolah-olah
“tidak tertahankan” bagi seorang anak. Dorongan ini harus dimanfaatkan oleh
guru sebagai kekuatan motivasi agar senang belajar. Artinya, sekali waktu ajaklah
anak belajar di kelas dengan cara metode bermain dan menggambar. Apalagi
untuk anak usia SD, metode bermain dan menggambar merupakan metode
pembelajaran untuk semua mata pelajaran termasuk IPS. Peta yang diajarkan di
SD hendaknya tidak dibayangkan seperti membaca atau membuat peta dinding
atau atlas yang dijual di toko-toko buku. Bagi anak usia SD, cukup hanya
mengenal, bisa membaca, memanfaatkannya dalam menunjukkan suatu tempat,
dan sedikit mengetahui sejumlah bagian penting peta (seperti simbol peta,
legenda, orientasi atau arah utara peta, dan titik koordinat).
Untuk memperkenalkan peta kepada siswa; guru dapat membawa atlas,
peta, dan globel. ketiganya dapat ditujukkan sekaligus di depan kelas. Siswa
diharapkan menentukan pilihan, manakah dari ketiga benda tersebut yang paling
menarik perhatiannya. Jika ketiga benda tersebut tidak asing bagi mereka, kelas
dapat dibagi enam kelompok atau lebih dan masing-masing kelompok
memperoleh satu atlas, satu peta, dan satu globe. Untuk mengarahkan cara belajar
peta, guru dapat mengajukan permintaan untuk:
1. menunjukkan nama kota ibu kota provinsi atau kabupaten/kota para siswa;
2. menunjukkan nama jalan, gunung, sungai, atau danau
3. menunjukkan wilayah Indonesia secara keseluruhan pada globe
4. menunjukkan letak pelabuhan atau bandara,
5. dan seterusnya.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 63
Untuk pertanyaan tentang letak bandara, pelabuhan, atau lainnya sebagian
anak mungkin akan berapresiasi mencari simbol pesawat terbang atau kapal laut,
sedangkan sebagian lainnya mungkin masih mengalami kebingungan. Jika sudah
ada yang tahu, guru dapat bertanya, mengapa ia tahu bahwa tempat itu adalah
bandara atau pelabuhan. Jika dijawab karena ada gambar pesawat terbang dan
kapal laut, katakan bahwa jawabannya sudah baik. Namun, guru tidak cukup
sampai disitu. Guru diharapkan mulai mengarahkan pada kotak legenda peta yang
merupakan kumpulan dari simbol-simbol peta.
Dengan cara ini, anak akan semakin bersemangat karena dalam legenda
tertera banyak simbol. Dari simbol-simbol yang terdapat pada legenda peta, guru
dapat mengekplorasi atau menggali minat siswa untuk menemukan. Cara
menentukan letak suatu tempat di peta cukup dengan: “..... ini.... ini.....sebelah
kanan atau ini... ini...sebelah kiri!”. Hal ini akan membingungkan semua anak.
Jika ada anak yang tidak mengetahui, kondisi yang kacau di kelas akan
menurunkan minat siswa untuk belajar. Oleh karena itu, guru sudah mulai
menentukan aturan main baru yaitu permainan mencari nama tempat dalam peta
antar kelompok. Misalnya kelompok A bertanya kepada kelompok B untuk
meminta untuk dicarikan nama lokasi tertentu (bisa sungai, gunung, jalan, dan
lain-lain). Cara menjawabnya dengan menentukan titik koordinat tempat tersebut,
misalnya dengan menggunakan titik koordinat pada garis lintang dan garis bujur.
Jika tidak, bisa juga menentukan angka-angka grid yang tertera pada tepi peta.
Perhatikan contoh berikut. Kelompok A bertanya tentang letak Pelabuhan
Lembar-Lombok, kelompok yang ditanya harus segera menjawab terletak pada
titik koordinat 40 dan 119,7
0 (jawaban yang lengkap seharusnya: 4
0 LS dan 119,7
0
BT).
Namun karena konsep tentang garis Lintang Selatan dan Bujur Timur
belum diajarkan maka pembahasannya ditangguhkan). Dengan cara yang sama,
setiap kelompok mengajukan kuis dan kelompok lain menjawabnya. Agar
bervariasi, simbol peta yang diajukan harus bervariasi pula. Berbeda jika anak
lebih suka mengawali dari atlas. Pada atlas, simbol peta terdapat di bagian atau
halaman khusus (bisa di awal atau di akhir atlas, tergantung dari buku atlasnya).
Pada prinsipnya sama yaitu bermain mencari lokasi di atlas, tetapi menggunakan
indeks atlas, yaitu daftar nama kota, sungai, jalan, gunung, dan lain-lain yang
biasanya disimpan di bagian belakang atlas. Pada daftar tersebut tertera kode
halaman, kolom, dan baris. Nanti akan dijelaskan. Sebelumnya perlu dijelaskan
sekilas tentang atlas.
Pada awalnya peta adalah lembaran-lembaran yang terpisah. Setiap
lembaran biasanya digulung agar mudah dibawa. Awalnya terasa ringan dan
mudah dipelihara dari kerusakan. Namun semakin banyak peta yang harus di
bawa, orang merasa kesulitan untuk membawanya. Informasi yang akan dicari
juga tidak mudah karena tidak memiliki indeks peta. Indeks peta adalah semacam
daftar isi nama-nama daerah berdasarkan alfabetis dan letak nama daerah tersebut
pada halaman-halaman lembaran peta. Untuk mempermudah dibawa dan agar
memuat informasi lebih lengkap maka disusunlah buku kumpulan peta yang
kemudian disebut atlas. Kata “atlas” diambil dari nama Dewa Yunani yang
bertugas memikul bola dunia yang berarti Dewa Penopang Bumi.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 64
Peta yang dikumpulkan pada atlas umumnya bersifat tematis artinya setiap
peta yang dimuat memiliki tema tertentu. Ada juga, satu atlas isinya bertema yang
sama untuk setiap daerah yang dibuat. Karena itu nama atlas bermacam-macam
tergantung isinya, misalnya atlas geografi, atlas geologi, atlas histologi, dan atlas
astronomis. Atlas geografi berisikan lembaran-lembaran peta umum tentang
keadaan permukaan bumi. Atlas geologi berisikan peta yang memuat keadaan
batuan dan proses geologinya. Atlas histlologi berisikan peta-peta yang memuat
peristiwa-peristiwa bersejarah. Adapun atlas astronomis yaitu atlas yang berisi
keadaan alam semesta yang meliputi galaksi, tata surya, perbintangan dan benda
angkasa lainya.
Berdasarkan luas cakupannya, atlas dibagi atas atlas nasional, atlas
kawasan regional, dan atlas dunia. Atlas nasional yaitu atlas yang hanya memuat
peta-peta daerah di negara bersangkutan. Misalnya Atlas Indonesia, tentu saja
isinya hanya memuat wilayah-wilayah negara kesatuan Indonesia, peta daerah-
daerah propinsi, kabupaten, atau kecamatan tertentu yang dinaggap perlu
diinformasikan. Atlas kawasan regional, misalnya Atlas Asia, Atlas Eropa, dan
lain-lain. Isinya memuat peta-peta negara yang termasuk pada kawasan tersebut.
Adapun atlas dunia isinya meliputi seluruh daerah yang terdapat di permukaan
bumi. Isi atlas dunia menampilkan peta-peta benua, peta-peta negara- negara yang
ada di seluruh dunia. Manfaat atlas diantaranya untuk; (a) mencari letak suatu
obyek geografi, misalnya negara, propinsi, dan kota; (b) mencari informasi
tentang keadaan sosial dan ekonomi suatu daerah atau negara; (c) mencari
informasi tentang keadaan alam, misalnya yang berhubungan dengan iklim, flora
dan fauna; (d) mencari informasi tentang keadaan budaya, misalnya yang
berhubungan dengan pendidikan dan kebudayaan suatu daerah.
Bagaimana cara menggunakan atlas agar memperoleh informasi geografis?
Caranya sebagai berikut:
1. Bacalah judul atlas terlebih dahulu dan perhatikan tahun penerbitannya,
ketahui perusahaan atau lembaga yang menerbitkan atlas tersebut.
2. Dengan mengetahui lembaga penerbitnya, kita dapat memperkirakan
maksud dan tujuan pembuatan atlas.
3. Kalau ada kata pengantarnya lebih baik dibaca terlebih dahulu agar lebih
memahami maksud pembuatan atlas, carilah halaman daftar isi atlas yang
memuat daftar judul peta yang dimuat berikut halaman peta yang
ditampilkan, disarankan untuk mempelajari simbol-simbol peta yang
digunakan.
4. Hal ini penting karena simbol peta tidak akan ditampilkan pada setiap
lembaran peta di masing-masing halaman tetapi ditampilkan di halaman
awal atau akhir buku atlas tersebut. Pengamatan simbol peta sangat
penting agar tidak keliru dalam mempelajari atlas, kalau tujuan kita ingin
langsung mencari nama-nama kota, sungai, gunung, danau, rawa, nama
jalan atau lainnya disarankan untuk mencari daftar indeks atlas.
5. Indeks peta sebagaimana telah disinggung adalah daftar isi nama-nama
daerah berdasarkan alfabetis dan letak nama daerah tersebut pada halaman
lembaran peta. Biasanya pada atlas tertentu akan diberi petunjuk dan
contoh cara menggunakan indeks atlas.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 65
Bagaimana jika anak lebih suka memulai dari globe?. Guru harus siap
sedia mengajaknya “bermain”. Untuk mengawali belajar globe, setiap kelompok
dipersilakan untuk memutar-mutar globe, kearah kanan atau ke arah kiri. Untuk
mempelajari globe, sebaiknya tiap kelompok disediakan satu buah senter untuk
simulasi keadaan pada waktu siang dan waktu malam. Dari globe yang tersedia,
guru bisa meminta siswa untuk menemukan nama-nama benua, nama kota, nama
negara, nama pegunungan, nama sungai, dan lain-lain.
Namun jangan lupa, mereka harus tahu konsep bahwa globe adalah
miniatur planet bumi. Setelah mereka puas dengan saling bertanya tentang nama-
nama lokasi, pertanyaan diarahkan pada bagaimana globe berputar? Caranya,
salah seorang anak menyinari globe. Globe lalu diputar kearah menyongsong
matahari. Artinya, perhatikan agar setiap bagian timur dari globe tersinari oleh
matahari terlebih dahulu. Setiap anak harus merasakan proses siang dan malam di
permukaan bumi. Pergerakan bumi yang menyongsong ke arah timur, bermanfaat
untuk menghitung waktu matahari. Pada globe terlihat garis-garis yang
menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Garis-garis tersebut
dinamakan garis meridian, sedangkan garis-garis yang sejajar memotong garis
meridian disebut garis lintang atau paralel.
Fungsi garis lintang salah satunya dapat dijadikan patokan untuk
menentukan ciri iklim di bumi:
1. Daerah khatulistiwa (ekuator) terletak antara 100 LU dan 10
0 LS. Daerah
ini beriklim panas setiap tahun. Adanya musim dingin dan musim panas
kurang terasa karena setiap hari terasa panas.
2. Daerah Tropik terletak antara 100 – 25
0 LU dan LS. Musim dingin dan
musim panas sudah mulai terasa perbedaannya tetapi suhu udara relatif
tetap panas.
3. Daerah Subtropik terletak 250 – 35
0 LU dan LS (disebut daerah Etesia)
4. Daerah Lintang Sedang; di utara disebut Lintang Boreal dan di selatan
disebut Lintang Austral. Keduanya terletak antara 350-55
0 LU dan LS. Di
daerah ini pergantian musim panas dan musim dingin sangat terasa. Pada
musim dingin terjadi turun salju.
5. Daerah Subarctik dan Subantartic. Subarctik di utara dan subantartic di
selatan, masing-masing 550 – 60
0 LU dan LS.
6. Daerah Arctik di utara dan Antartic di selatan terletak antara 600– 75
0 LU
dan LS.
7. Daerah kutub utara dan kutub selatan masing-masing antara 750 – 90
0 LU
dan LS. Di daerah ini seluruhnya tertutup es abadi dan selalu dingin.
Globe memiliki banyak manfaat dalam memahami planet bumi.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, diantaranya dapat memperagakan gerakan
perputaran bumi pada porosnya atau gerak rotasi bumi. Gerakannya pada globa
adalah dari kiri ke kanan, atau menyongsong ke arah timur, dapat menunjukkan
garis-garis koordinat bumi yaitu garis lintang (paralel) dan garis bujur (meridian)
yang disepakati dunia internasional, dapat mencari jalur kapal laut yang terdekat
antara titik berangkat dan titik tujuan.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 66
B. PEMBELAJARAN KENAMPAKAN ALAM
Untuk memahami kenampakan alam di lingkungan setempat, sebaiknya
siswa dibawa keluar sejenak untuk melihat keadaan di sekelilingnya. Namun jika
lingkungan sekolah berada di tengah perkotaan atau permukiman, akan menjadi
sulit melihat kenampakan alam yang alami. Oleh karena itu, bisa juga seminggu
sebelumnya guru mengajak siswa menuju di suatu tempat yang agak tinggi dan
terbuka lalu memandang ke sekelilingnya. Dari tempat pemandangan yang indah,
mungkin kita dapat melhat gunung, lembah, sungai, sawah. Jika dekat dengan
pantai, mungkin akan melihat garis pantai dan dari kejauhan terlihat gunung.
Dari pengalaman langsung, pengetahuan anak akan lebih melekat. Setelah
puas di halaman sekolah atau tempat terbuka, semua anak bisa mengamati peta
relief atau peta timbul. Jika disekolah ada internet akan lebih afdhol dengan cara
mencari googleearth yaitu sebuah situs yang menyediakan gambar satelit
permukaan bumi. Warna gambar adalah warna sebenarnya sehingga akan terlihat
nyata sebuah relief permukaan bumi. Umumnya para guru sangat suka
berceramah di depan kelas sesuai dengan apa yang dikuasainya, tetapi jarang
sekali mencoba melakukan empati atau mendalami harapan siswa terhadap mata
pelajaran IPS di setiap kali pertemuan dengan guru. Guru yang baik setiap saat
harus memiliki berbagai kejutan bagi siswanya sehingga kehadiran guru selalu
dinanti di kelas oleh siswa. Dari pengalaman dan mengamati gambar permukaan
bumi, guru sebenarnya dapat juga mencari guntingan koran yang menggambarkan
tentang sketsa permukaan bumi.
Untuk menyampaikan materi pembelajaran tentang kenampakan alam
lingkungan, guru harus banyak dokumentasi foto-foto baik hasil yang diambil
oleh kamera pribadi maupun diambil dari foto-foto di internet. Guru IPS yang
menyampaikan materi tentang kenampakan alam lingkungan sekitar “dilarang”
untuk tidak membawa gambar-gambar. Sumber gambar sangat berserakan di
sekitar siswa dan kewajiban guru untuk mengkoordinir dan menatanya menjadi
sumber belajar. Kalau tidak sempat, bisa saja seminggu sebelumnya, guru
memberi tugas kepada siswa untuk mengumpulkan kliping gambar sesuai tema
yang akan dibahasnya. Sehingga pada saat hari pertemuan, pembelajaran dapat
memanfaatkan kliping sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru tidak
perlu mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran dengan biaya sendiri dan atau
menghabiskan waktu istirahat di rumahnya masing-masing.
Guru IPS di SD setiap saat meminta siswa membawa kliping, koran bekas,
atau majalah bekas yang mengandung tema pokok bahasan. Tugasnya tidak boleh
sekaligus. Satu anak cukup satu judul tulisan, jika satu kelas ada 30 orang siswa
maka akan terkumpul 30 tulisan. Agar tidak ada yang sama maka sejak awal
dipantau cara pengumpulannya agar masing-masing siswa mencari dari koran
yang berbeda, tanggal yang berbeda, dan halaman koran yang berbeda. Penulis
sangat yakin, jika guru membawa gambar (apalagi besar dan berwarna), siswa
pasti tertarik dan tidak ada satu pun yang berbicara menyaksikan gambar planet
bumi yang dibelah tersebut.
Dari sinilah kita dapat menerangkan bahwa keadaan bumi kita terdiri dari
berbagai lapisan. Untuk anak usia SD, nama-nama lapisan bumi disesuaikan
dengan gambar yang tersedia. Jika ada gambar yang menerangkan 4 lapisan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 67
pokok, terangkan saja 4 lapisan pokok. Jika gambar yang ditemukan ternyata
memuat 5 lapisan bumi, maka itulah yang diterangkan. Semuanya benar asalkan
ada sumbernya, seperti gambar yang saya temukan di atas:
o lapisan inti besi (inner core) atau baresfir yang padat dengan kedalaman
antara 4980- 6370 km.
o lapisan inti besi yang cair (outer core) dengan kedalaman 2900- 4980 km.
o lapisan mantel dengan kedalaman 250-2900 km.
o lapisan astenosfer yang lunak atau cair kental pada kedalaman 70-250 km.
o lapisan litosfer yang keras dan kaku dengan kedalaman 0-70 km.
Singkat cerita, guru bisa langsung menerangkan tentang proses yang
terjadi di dalam astenosfer dan mantel bumi, yaitu proses seperti berputar.
Terjadinya gerakan karena keadaan di dalam perut bumi yang selalu dalam
keadaan panas sebagai sisa tenaga sejak terbentuknya planet bumi. Akibat dari
perputarannya, lapisan paling atas (litosfer) ikut hanyut di atas aliran astenosfer.
Gerakan lempeng litosfer dikenal dengan gerak tektonik. Gerakannya terus
menerus bahkan kadang-kadang terdengar “gemeretak” atau lebih tepat terdengar
bergemuruh. Jika gerak lempeng itu tertahan, maka suatu saat akan bergerak
dengan cara menghentak. Bagi kita di atas permukaan bumi, gerakan lempeng
yang menghentak akan menimbulkan gempa bumi. Jika gempa bumi terjadi di
tengah samudera, maka dapat menimbulkan bencana tsunami seperti terjadi di
Aceh tahun 2004. Dahsyatnya tenaga yang berasal dari dalam bumi, maka dikenal
dengan sebutan tenaga endogen.
Lempeng litosfer yang selalu bergerak itu jumlahnya 12 kepingan
menutupi seluruh permukaan bumi. Keduabelas lempeng tersebut ada yang saling
menjauh, dan ada pula yang saling bertubrukan. Tempat di lokasi lempeng yang
saling menjauh, gejala gempa bumi sangat lemah sebaliknya jika dua lempeng
saling bertumburkan sewaktu-waktu akan terjadi gempa bumi. Tumbukan kulit
samudera dan litosfer mendesak benua sehingga membentuk deretan gunungapi.
Daerah ini disebut zone konvergen. (a) konvergensi lempeng samudera dengan
lempeng benua; (b) konvergensi lempeng benua dengan lempeng benua. Pada
serudukan lempeng tektonik selalu terjadi desakan terhadap lempeng benua.
Desakannya menciptakan pegunungan lipatan dan umumnya menjadi gunung api
yang aktif.
Guru membuka peta relief muka bumi secara utuh, atau membuka
persebaran peristiwa gempa bumi. Bukti adanya pergerakan benua-benua
dibuktikan oleh Alfred Wegener. Ia mengembangkan konsep lempeng tektonik
dari teori penghanyutan benua. Hasil penelitiannya dari tahun 1912 hingga
meninggalnya tahun 1930, menyimpulkan bahwa benua kita dahulu berasal dari
satu massa daratan raksasa yang bernama Pangaea. Ia menunjukkan bahwa dahulu
antara Amerika Selatan dan Afrika pernah bersatu, karena ada kekuatan endogen
tektonik lempeng maka kepingan benua Amerika Selatan dan Afrika terpisah.
Pada saat lempeng tektonik bergeser akan terjadi gempa bumi. Peristiwa
gempa belum dapat diduga dan diantisipasi oleh teknologi saat ini. Terjadinya
gempa bumi, seringkali didahului oleh suara gemuruh atau suara ladakan. Suara
ini menunjukkan sumber gempa yang dangkal. Gempa bumi mempunyai
pengaruh besar pada tanah dan air di dalamnya. Misalnya tanah retak, tanah
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 68
longsor, air sumur yang tiba-tiba mengering, timbulnya air panas. Kelainan-
kelainan pada tingkah laku binatang sebelum terjadi gempa bumi, misalnya singa
di kebun binatang meraung-raung, ikan lele melonjak-lonjak, burung sekonyong-
konyong berterbangan, ular keluar dari sarangnya, ikan laut yang biasanya hidup
di perairan yang dalam tiba-tiba tampak mendekati pantai.
Hasil penelitian memberi petunjuk, bahwa binatang-binatang tadi sudah
dapat menangkap getaran-getaran, sebelum manusia dapat merasakannya. Titik
terjadinya disebut hiposentrum atau pusat sumber gempa, sedangkan titik di
permukaan bumi yang tepat di atas hiposentrum adalah titik episentrum dan
merupakan tempat yang pertama kali merasakan gempa dari bawah permukaan.
Akibat gempa, permukaan bumi bergetar dan merembet melalui gelombang. Ada
dua macam gelombang gempa yang perlu diketahui yaitu:
o Gelombang longitudinal yaitu gelombang dengan gerak merapat-merentang
yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan kecepatan 7-14 km
per detik. Gelombang ini tercatat pertama kali oleh alat pencatat gempa
(seisograf).
o Gelombang tranversal adalah gelombang dengan gerak meluik-liuk naik turun.
Kecepatannya 4-7 km per detik. Gelombang ini disebut gelombang sekunder.
Untuk menentukan besaran kekuatan gempa, para ahli melahirkan
berbagai skala, misalnya ada Skala Richter dan Skala Mercalli. Di sini hanya akan
diterangkan skala Richter dan skala Mercalli yang umumnya digunakan orang.
Menurut catatan banyak sekali gempa yang menelan korban, katakanlah gempa di
Kota Kobe, Jepang. Gempa di Padang Panjang Sumatera Barat, 28 Juni 1926.
Gempa ini dirasakan hingga P. Enggano, Singapura, dan Sibolga, kurang lebih
pada jarak 560 Km. Kerusakan hebat terjadi di daerah antara Payakumbuh, Bukit
tinggi, Padang, dan Solok.
Gempa dahsyat lain yang menimbulkan tsunami adalah di Aceh, 26
Desember 2004. Gempa dan tsunami ini bukan hanya menelan korban di Banda
Aceh dan Sumatera Barat tetapi juga di negara-negara yang memiliki garis pantai
dengan Samudera Hindia Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India,
Maladewa, sampai ke Somalia di Afrika. Dengan adanya desakan lempeng yang
menimbulkan gempa, permukaan bumi sebagian ada yang terangkat, remuk,
amblas, melipat, dan kerusakan lainnya. Kerusakan permukaan bumi yang
ditimbulkan gerak lempeng teknonik inilah yang membentuk permukaan bumi
menjadi tidak rata, yaitu adanya deretan pegunungan, lembah yang lebar dan
dalam, dan lain-lain. Penjelasan ini sangat penting disampaikan agar siswa
mengetahui asal kejadian gunung dan pegunungan, lembah, dan perombakan
permukaan bumi lainnya.
Pada daerah jalur tumbukan antar dua lempeng tektonik, selain kerusakan
permukaan bumi, “tumbuh atau terbangun” pula vulkanisme atau gunung api.
Gejala vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan litosfer menyusup
ke berbagai lapisan batuan, ke atas dan ke samping. Proses penyusupan magma
hingga sampai ke permukaan bumi dinamakan ekstrusi magma. Cara keluarnya
magma disebut erupsi, jika dalam bentuk leleran lava disebut letusan efusif
sedangkan jika dalam bentuk ledakan atau letusan disebut eksplosif. Mengapa
terjadi gunungapi? Kita masih ingat ketika lempeng tektonik saling mendesak.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 69
Lempeng benua menjadi terangkat dan membengkak. Pada saat pendesakan tentu
saja akan terjadi retakan dan sebagian hancur lebur. Pada celah retakan, astenosfer
mengisinya dengan magma sehingga terkumpullan dapur magma. Di sinilah awal
mula terjadinya gunungapi. Magma yang terus bertambah dari bawah akan terus
mendesak ingin keluar. Satu hal yang perlu dicatat, pada saat gunungapi sudah
tidak aktif lagi, dapur magma yang berada di bawah kepundan gunungapi, yang
dahulu membara terisi oleh lava (batuan cair pijar dan panas), membeku menjadi
batuan yang sangat kuat. Apakah proses permukaan bumi sudah sampai di sini?.
Tidak, proses perubahan permukaan bumi dilanjutkan oleh tenaga dari luar bumi
yang disebut tenaga eksogen. Tenaga eksogen berasal dari keadaan iklim
permukaan bumi seperti perubahan suhu udara, hujan, kelembaban, dan angin.
Dari perubahan suhu udara yang terkadang panas dan terkadang dingin
mengakibatkan batuan di sekitarnya menjadi lapuk. Batuan yang telah lapuk akan
menjadi bahan dasar untuk terbentuknya tanah. Tanah yang sudah ada sangat
rawan oleh erosi air. Butiran tanah bisa hanyut berpuluh-puluh kilometer jauhnya
dari tempat asalnya. Jika butiran tanah hanyut sampai muara sungai dan
mengendap maka endapannya dinamakan delta. Jika tertahan di tengah perjalanan,
butiran tanah akan menutupi permukaan dataran rendah. Jadi dataran rendah pada
dasarnya merupakan hamparan batuan berbagai ukuran (dari pasir halus sampai
kerikil dan bongkah batuan) dan butiran tanah. Hamparan batuan dari pasir halus
sampai bongkaha batuan bisa berasal dari hasil letusan gunungapi sehingga
lembah-lembah yang dahulu ada terisi oleh material gunungapi sehingga terlihat
rata. Setelah itu, ditambah oleh endapan hasil erosi dari lereng-lereng perbukitan
yang terdekat.
C. PEMBELAJARAN PADA PERSEBARAN SDA DAN MANFAATNYA
Untuk menyampaikan materi tentang SDA disarankan untuk menggunakan
pendekatan pembelajaran kontruktivisme. Ada tiga alasan, pertama karena
pandangan konstruktivsme sangat menghargai apa yang telah diketahui siswa
sebelumnya. Walaupun tahu serba sedikit, para siswa telah mengetahui tentang
sumbedaya alam yang ada di masyarakat seperti minyak tanah, batu bara, besi,
kayu, dan lain-lain. Apa yang telah diketahui oleh siswa, dapat kita manfaatkan
untuk membangun pengetahuan baru siswa. Kedua, prinsip pembelajaran
konstruktivisme adalah bahwa anak-anak memperoleh banyak pengetahuan dari
luar. Untuk memperlancar dan mempermudah siswa dalam memahami materi
ajar, guru harus banyak menyediakan dan menggunakan alat peraga, mengajak
siswa untuk berinteraksi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif, dan
menganjurkan agar siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.
Guru tidak boleh memaksakan pengertian tentang suatu istilah atau definisi
yang tertera dalam teks buku. Konstruktivisme harus membiarkan siswa
menyusun kata-katanya sendiri dalam mengartikan sesuatu istilah atau definisi,
asalkan tidak terlalu menyimpang. Ketiga, konstruktivisme mengandalkan metode
inkuiri. Dengan inquiri, siswa diharapkan lebih aktif. Untuk mendukung proses
pembelajaran yang aktif, guru harus menyediakan banyak sumber belajar di kelas.
Dengan cara ini, siswa akan termotivasi untuk aktif mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri dan atau pertanyaan dari guru. Dalam inquiry, pengetahuan dan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 70
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat fakta-
fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Menurut J.A. Katili (1983), yang menyatakan bahwa SDA adalah semua
bahan yang ditemukan manusia dalam alam, yang dapat dipakai untuk
kepentingan hidupnya. Ramdan, dkk (2003) juga menyebutkan bahwa
sumberdaya alam adalah bagian dari lingkungan alam (tanah, air, padang
penggembalaan, hutan, kehidupan liar, mineral atau populasi manusia) yang dapat
digunakan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dari semua
pengertian itu dapat dirangkum bahwa sumberdaya alam pada dasarnya adalah
semua keadaan lingkungan yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia dan mensejahterakannya. Jika kurang yakin, guru dapat menunjukkan
gambar-gambar tentang sumberdaya alam yang dijual di pasar.
Untuk menambah wawasan, guru harus mengetahui bahwa SDA yang ada
di permukaan bumi itu sangat beragam jenisnya. Para ahli mengelompokkannya
sesuai karakteristiknya masing-masing. Ada yang mengelompokkan berdasarkan
proses terbentuknya, berdasar sifatnya, berdasarkan bisa tidaknya diperbaharui
kembali, dan ada pula berdasarkan harga atau derajat nilai ekonominya. Tujuan
pengelompokkan sumberdaya itu adalah untuk mempermudah pemahaman kita
mengenai sifat-sifatnya, mempermudah dalam perencanaan, pemanfaatan dan
pengelolaannya, dan untuk memberikan manfaat yang lebih optimal. Klasifikasi
sumberdaya alam juga merupakan rambu-rambu bagi kita untuk berfikir bijak
dalam mengelolanya agar diperoleh hasil efisien dan aman bagi lingkungan
sekitar (Ramdan, dkk., 2003).
Berdasarkan sifatnya, SDA dibagi dua yaitu sumberdaya alam yang
melimpah dan ada pula yang terbatas. Sumerdaya alam yang melimpah tidak akan
habis walaupun dipakai terus menerus. Atau setidaknya dalam jangka waktu yang
lama tidak akan habis dipakai, contohnya sinar matahari, udara, angin, dan air
laut. Jika dikaitkan dengan harga uang, biasanya akan dihargai dengan murah atau
justru tidak dapat diperjualbelikan. Kebalikan dari sumberdaya alam yang
melimpah adalah sumberdaya alam yang terbatas. SDA yang terbatas misalnya
minyak bumi, batubara, bahan galian mineral, dan lainnya. Sumberdaya ini jika
telah dipakai, tidak akan ada lagi atau habis (setidaknya diperlukan ratusan
bahkan ribuan tahun untuk pembentukannya). Menurut proses terbentuknya,
sumber daya alam dibedakan atas dua golongan yaitu sumberdaya fisik-abiotik
dan sumberdaya biotik. Sumber daya fisik-abiotik adalah sumber daya alam yang
terbentuk oleh proses alamiah dan membutuhkan jangka waktu yang lama.
Misalnya mineral tambang, bahan galian, udara, tanah, dan lain-lain.
Pembentukan batu bara misalnya adalah barang tambang yang terbentuk dari sisa-
sisa tumbuhan yang sudah memfosil dan mengendap selama berjuta-juta tahun.
Setelah “matang” menjadi batu bara, lalu manusia menemukan dan menggalinya.
Batu bara bermanfaat untuk bahan bakar pabrik dan pembangkit listrik tenaga
uap. Setelah bahan batu bara terbakar, manusia tidak mampu memperbahruinya
lagi. Yang tersisa hanyalah debu dan asapnya. Sumber daya biotik adalah sumber
daya yang dapat tumbuh dan berkembangbiak, misalnya flora dan fauna dalam
wujud pertanian, perkebunan, hutan produksi dan peternakan. Manusia makan
nasi yang berasal dari bulir-bulir padi.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 71
Dengan ketekunan, manusia dapat mengembangbiakkan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Karena ada sumberdaya abiotik dan biotik dengan sifat-
sifatnya yang khas. Barlow akhirnya membagi sumberdaya alam itu menjadi tiga
kelompok yaitu:
1. SDA yang tak dapat diperbaharui atau tidak dapat dipulihkan (bersifat
abiotik). Sumberdaya alam ini mempunyai sifat fisik yang tetap dan tidak
dapat diperbaharui kembali dalam waktu singkat. Untuk terjadinya
sumberdaya jenis ini diperlukan waktu ribuan tahun dan dengan proses
geologis tertentu. Sumberdaya alam ini dapat dibedakan atas sumberdaya alam
yang jika dipakai akan habis dan tidak dapat dipakai ulang (contohnya
batubara dan mineral) dan ada pula yang dapat dipakai ulang (seperti logam
yang didaur ulang dan batubatuan).
2. SDA yang dapat diperbaharui atau dapat dipulihkan Sumberdaya ini secara
alamiah terperbaharui secara terus menerus. Proses pembaharuannya melalui
mekanisme alam atau proses alamiah. Selama struktur lingkungan tidak
terganggu maka pembaharuan dapat dilakukan. Contohnya air, udara, angin,
sinar matahari, dan lain-lain. Struktur lingkungan yang terganggu misalnya
rusak akibat pencemaran. Air sungai yang telah dipakai umumnya akan
tercemar. Selama zat pencemar tidak membunuh organisme pengurai yang
terkandung dalam air, maka air akan pulih kembali setelah sampai ke laut.
Struktur lingkungan akan terganggu jika zat pencemar itu adalah logam berat
seperti merkury atau air raksa. Organisme air yang mati oleh zat pencemar
tidak mampu lagi melakukan pemulihan air. Bahkan ikan yang tahan akan zat
pencemar akan menyimpan zat berbahaya itu dalam tubuhnya. Jika ikan
dimakan oleh manusia, maka manusia akan menjadi korban yaitu menderita
penyakit syaraf minamata.
3. Sumberdaya alam yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui (bersifat biotik). Contohnya
sumberdaya pertanian, hutan, margasatwa, padang rumput, perikanan, dan
peternakan. Dikatakan sebagai sumberdaya perpaduan karena sumberdaya ini
ditopang oleh sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (air, sinar matahari,
udara, dan lain-lain) dan oleh sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui
seperti tubuh tanah dan unsur mineral lainnya.
Dilihat dari penggunaannya, sumber daya alam dibagi atas tiga jenis yaitu
sumberdaya ruang, materi, dan energi. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Sumber daya ruang; merupakan sumber daya alam yang wujudnya berupa
ruang atau tempat hidup. Di dalam ruang terdapat udara, sinar matahari, angin,
lahan, dan seluruh lingkungan yang memungkinkan manusia untuk menghirup
udara dan melakukan aktivitas hidup lainnya. Di dalam ruang, sumberdaya
yang bersifat melimpah memberi kesejahteraan tanpa harus “dibeli” seperti
sinar matahari, udara segar, angin, dan lain-lain.
2. Sumber daya materi; yaitu sumber daya alam yang tampak fisik dan
wujudnya. Materi tersebut dapat diambil dari alam dan wujudnya dapat
bersifat biotik dan abiotik. Untuk memperoleh sumber daya materi, manusia
mengusahakannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggalian
sumberberdaya mineral sering kita namakan pertambangan, dan penggalian
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 72
sumber daya biotik lahirlah istilah-istilah pertanian, perikanan, peternakan,
dan lain-lain.
Departemen pertambangan memperjelas pembagian sumberdaya materi,
khususnya dari unsur barang tambang bahan industri. Penggolongan sumberdaya
alam bahan industri adalah berdasarkan tinggi rendahnya nilai manfaat mineral.
Pemerintah melalui peraturannya No. 27 tahun 1980 membagi 3 golongan bahan
galian yaitu:
a. Bahan galian strategis disebut pula sebagai bahan galian golongan A terdiri
dar: minyak bunii, bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal,
antrasit, batubara, batubara muda, uranium radium, thorium bahan galian
radioaktif Iainnya, nikel, kobalt, timah.
b. Bahan galian vital disebut pula sebagai bahan galian golongan B, terdiri dari:
besi, rnangaan, molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tembaga,
timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismut, ytrium,
rhutenium, cerium, dan logam-logam Iangka lainnya, berillium, korundum,
zirkon, kristal kuarsa, kriolit, fluorspar, barit, yodium, brom, khlor, dan
belerang.
c. Bahan galian non strategis dan non vital, disebut pula sebagai bahan galian
golongan C. Terdiri dari nitrat, nitrit. fosfat, garam batu (halit), asbes, talk,
mika, graft, magnesit, yarosit, leusit, tawas (alum), oker, hatu permata. batu
setengah permata, pasir kuarsa, kaolin, feldspar, batutulis, batu kapur, dolomit,
kalsit, granit, andesit, bagipsum, bentonit, tanah diatomea, tanah serap (fuller
earth), batu apung, trass, obsidian, marmer, salt, trakhit, tanah hat, pasir,
sepanjang tidak niengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun
golongan B dalam skala yang berarti dari segi ekonomi pertambangan. Bahan
galian industri sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari,
bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dan bahan galian
industri. Menurut Sukandarrumidi (1999) bahan galian industri yang
bermanfaat bagi manusia dikelompokkan atas 6 kelompok yaitu: (1) bahan
galian industri yang berkaitan dengan batuan sedimen (contohnya batu
gamping, dolomit, kalsit, marmer, fosfat, gipsum, bentonit, zeolit, yodium,
mangan, dan feldspar); (2) bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan
gunungapi (obsidian, tras, belerang, andesit dan basalt, serta pasir gunungapi);
(3) bahan galian industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam
dan ultra basa (alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes); (4) bahan galian
industri yang berkaitan dengan endapan residu dan endapan letakan (lempung,
pasir kuarsa, intan, kaolin, dan sirtu); (5) bahan galian industri yang berkaitan
dengan proses ubahan hidrothermal (gipsum, talk, magnesit, oker, dan tawas);
(6) bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan malihan (kalsit, batu
sabak, kuarsit, dan grafit).
3. Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam fisik yang diambil
manfaatkan untuk membangkitkan energi. Jumlahnya ada yang melimpah dan
ada pula yang terbatas, namun semuanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk penggaliannya. Contohnya sinar matahari, jumlahnya sangat
melimpah dan telah menjadi roda penggerak siklus hidrologi dan pembangkit
kehidupan. Walaupun kekuatannya sangat besar, tetapi manusia jarang
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 73
menyadarinya. Sinar matahari dapat “disadap” untuk membangkitkan listrik
tenaga surya. Sumberdaya energi yang melimpah tetapi belum banyak
dimanfaatkan untuk membangkit tenaga listrik antara lain tenaga ombak,
angin, dan air terjun. Adapun sumberdaya energi yang jumlahnya terbatas
antara lain batu bara, minyak bumi, dan gas bumi.
Pembelajaran
D. SDA YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DIPERBAHARUI
Dengan cara yang sama, siswa terus diajak untuk mengelompok-
mengelompokkan sumber daya alam ruang, materi, dan energi. Untuk
pengelompokkan materi dikelompokkan lagi berdasarkan barang tambang
strategis, vital, dan non vital. Selanjutnya, guru bisa juga menunjukkan peta
persebaran sumber daya mineral. Setelah siswa dianggap faham, guru mengajukan
lagi pertanyaan yang merangsang anak untuk berpikir yaitu bagaimana cara
mengambil, mengolah, dan memanfatakan sumberdaya alam. Guru bisa mencari
contoh dari yang sederhana, misalnya tentang cara menggali pasir, menggali batu,
dan sejenisnya. Setelah itu, bagaimana cara mengolah batu, dan bagaimana cara
memanfaatkannya. Atau bisa juga kita bertanya bagaimana cara menanam padi,
memelihara, memanen, mengolahnya hingga menjadi nasi.
Dari yang paling sederhana kemudian beranjak ke informasi yang lebih
sulit. Guru harus menyediakan berbagai bahan bacaan, buku, majalah, koran,
gambar, sumber dari internet yang menyampaikan informasi tentang pengambilan
dan pengolahan sumberdaya alam. Foto-foto yang menarik tentang pengeboran
minyak lepas pantai, mengambilan batu bara, menambang emas, dan lain-lain
dapat membantu mengapresiasi tentang SDA. Pengetahuan guru yang lebih
menjadi modal utama agar siswa bertambah wawasannya tentang sumberdaya
alam. Sebagai tambahan informasi tentang pengelolaan sumberdaya yang dibagi
atas pengelolaan sumberdaya alam biotik, mineral (abiotik), dan sumber energi.
Pengelolaan sumberdaya alam abiotik atau dalam hal ini merupakan sumber daya
mineral adalah merupakan bahan penopang pembangunan.
1. Bijih besi termasuk mineral logam terpenting. Besi disebut juga sebagai logam
tulang punggung (backbone metal) dan mempunyai penggunaan yang sangat
luas sebagai bahan pembuatan mesin, alat tranportasi dan alat berat lainnya,
persenjatan berat dan sebagainya.
2. Nikel sebagai unsur alloy digunakan dalam baja tahan karat dan dalam pipa
tekanan tinggi untuk bagian automotif dan mesin. Bijih nikel telah ditemukan
di Pulau Gak, Gebe. Pegunungan Cyclop di Irian Jaya dan jazirah tenggara
Sulawesi. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi besar bijih
nikel-laterit.
3. Mangan termasuk unsur alloy yang penting dalam pembuatan baja. Untuk
produksi setiap ton baja dibutuhkan kira-kira 16 pon mangan, sebagian besar
untuk mengeluarkan belerang dalam tanur tinggi baja. Bahan pengganti
rnangan belum ditemukan. Kira-kira 90% dan konsumsi mangan adalah untuk
kepenluan metalurgi. Mangan dalam jumlah kecil ditemukan di Pulau Jawa
dan juga di Pulau Ternate serta Nusa Tenggara Timur.
4. Chromium (chromir) juga termasuk unsur alloy. Di samping itu dipakai untuk
bagian tertentu mobil. bahan pelapis pelat (plating material) untuk kamar
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 74
mandi, dalam pabrik bahan pelapis pelat (refractories), dalam industri kimia
untuk pembuatan cat, pabrik kulit dan pelapis pelat elekiro (electro plating)
5. Molibdenium dan Vanadium sebagai bahan alloy juga penting untuk
pembuatan baja. Endapan Molibdenium telah ditemukan di Sulawesi Tengah.
Kalimantan Barat, Sumatera dan pulau-pulau timah.
6. Tembaga merupakan salah satu metal dasar (base metal) yang penting.
Penggunaan terbesar adalah dalam alat listrik. Eksplorasi intensif sedang
dilakukan di Sulawesi Utara dan Selatan yang diperkirakan mengandung
tembaga porfir sebagaimana di Filipina.
7. Timbal selain untuk pematrian (plumbing) mempunyai penggunaan besar
sekali dalam industri mobil. Sebagian terbesar dipakai dalam baterai
penyimpan aki.
8. Seng dalam penggunaannya didasarkan pada sifatnya yang khusus ialah
menahan efek yang merusak dan kelembaban dan gas dalam atmosfera.
Endapan-endapan kecil timbal dan seng tersebar di Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan dan daerah-daerah lain.
9. Timah sebagai logam dasar mempunyai penggunaan yang luas dalam lempeng
timah (tin plate) sebagai solder di mana timah dicampur dengan timbal dan
sebagai brass di mana timah dicampur dengan tembaga. Mineral ini ditemukan
di Kepulauan Riau, Bangka, Belitung, Singkep dan di sebelah timur Sumatera
antaranya di Bangkinang.
10. Aluminium digolongkan ke dalam logam ringan dan mempunyai penggunaan
luas sekali dalam industri dan konstruksi, serta alat transpor seperti kapal
terbang, bis, kereta api dan lain-lain.
11. Bauksit merupakan kelompok mineral aluminium hidroksida. Tambang
bauksit ditemukan pertama kali di Pulau Bintan. Kegunaan bauksit adalah
bahan utama pembuatan logam alumunium dan bahan dasar industri kimia dan
refractory.
12. Titanium sebagai logam ringan juga memainkan peranan tertentu dalam
industri. Penggunaan utama adalab sebagai oksida dalam pembuatan cat.
13. Bahan galian industri adalah mineral bukan logam seperti pasir, lempung,
gamping, marmer, ziolit, dan lain.lain.
Jenis sumberdaya energi yang sangat terkenal adalah minyak bumi, gas
alam, batubara, angin dan sinar matahari.
1. Minyak bumi merupakan salah satu bahan bakar dan sumber energi yang
sangat penting. Minyak bumi terbentuk selama berjuta-juta tahun.
Endapan minyak dan gas bumi di Indonesia terdapat pada 60 cekungan
sedimen tersier yaitu di Sumatera, kalimantan, Jawa, Sukawesi, NTT,
maluku, dan lain-lain. Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari
minyak bumi antara lain:
(a) Minyak tanah (kerosin), yaitu minyak mentah yang meliputi cairan
hidrokarbon dengan titik nyalaa 38 C. Minyak tanah dimanfaatkan
untuk bahan bakar kompor minyak dan bahan penerangan pada lampu
minyak.
(b) Gas minyak diesel (diesel gas oil), yaitu bahan bakar yang digunakan
untuk pembakaran pada mesin-mesin diesel dan penyala bahan bakar
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 75
pada instalasi pemanas. Kelompok gas minyak diesel adalah minyak
bakar, minyak diesel, minyak solar, minyak residu, dan minyak gas.
(c) Premium, yaitu bensin beroktan tinggi yang digunakan untuk bahan
bakar kendaraan bermotor.
(d) Avtur (Aviation turbine fuel), yaitu bahan bakar yang digunakan untuk
pesawat terbang turbin gas atau bermesin jet.
(e) Avgas (Aviation gasoline) digunakan untuk bahan bakar pesawat
terbang bermesin piston atau bukan jet. Sifat Avagas adalah seperti
bensin tetapi dengan oktan tinggi, sangat mudah menguap, dan
mempunyai titik beku yang rendah. Selain Avgas terdapat Jet
Propellant (JP) yang juga digunakan sebagai bahan bakar pesawat
terbang bermesi jet.
(f) Super TT, yaitu bensin super tanpa timbal yang digunakan untuk
bahan bakar
2. kendaraan bermotor. Pengusahaan tambang minyak bumi Indonesia
searang ini adalah Pertamina (Perusahaan Tambang Minyak Nasional)
yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1968.
3. Batu bara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yaang sudah memfosil dan
mengendap selama berjuta-juta tahun. Kumpulan sisa tumbuhan yang telah
tertutup oleh proses geologis akan mengalami proses coalification. Potensi
bahan taambang batu bara di Indonesia diperkirakan sebesar 36 miliar ton
yang tersebar di beberapa wilayah antara lain di Nanggroe Aceh
Darussalam sebesar 4,70%, Sumatra bagian tengah (Sumatra Barat, Riau,
dan Jambi) sebesar 11,40%, serta Sumatra bagian selatan sebesar 51,73%.
Di Pulau Kalimantan terdapat di Kalimantan Barat sebesar 5,83%,
Kalimantan Tengah sebesar 1,20%, Kalimantan Selatan sebesar 9,99%,
dan Kalimantan Timur sebesar 14,62%. Sisanya sebesar 0,53% tersebar di
Pulau Jawa, Sulawesi daan Irian Jaya.
4. Tenaga Panas Bumi merupakan sumber daya energi yang cukup penting.
Potensi panas bumi di Indonesia diperkirakan antara 8.000 – 10.000 mega
watt (MW), 5.500 MW diantaraanya terdapat di Pulau Jawa dan Bali,
1.100 MW, di Pulau Sumatraa, serta 1.400 MW di Pulau Sulawesi.
Selebihnya tersebar di wilayah Nusa Tenggara, Irian Jaya, daan pulau-
pulaau lainnyaa, selain Pulau Kalimantaan. Sumber tenaga panas bumi
lainnya yang sudah berproduksi adalah sumber tenaga panas bumi Dieng
(Jawa Tengah), Lahendong (Sulawesi Utara), Gunung Salak daaan
Gunung Darajat (Jawa Barat), Sarula (Sumatra Barat), serta Gunung
Sibayak (Sumatera Utara).
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 76
Bagian 6
Pembelajaran Aktivitas Ekonomi,
Teknologi, dan Permasalahan Sosial
A. PEMBELAJARAN AKTIVITAS EKONOMI
Mengawali pembelajaran IPS tentang aktivitas ekonomi, guru sebaiknya
merenung sejenak; apakah anak pernah dibawa ke pasar oleh orang tuanya?
Jawabannya, hampir 100% semua anak pernah dibawa ke pasar oleh orang tuanya.
Ini dalah sumber belajar yang harus digali oleh guru. Saya sarankan, agar Anda
mengawali pembelajaran dengan cara meminta siswa satu persatu untuk bercerita
tentang pengalamannya ketika diajak oleh orang tua atau saudaranya ke pasar.
Anak bisa bercerita apa yang dilihat, dibeli, atau dilakukan di pasar. Dari seluruh
cerita siswa, guru dapat merekam pengalaman tersebut untuk dilakukan refleksi.
Misalnya diawali dari pertanyaan pokok, mengapa kita perlu pergi ke pasar?
Orang pergi ke pasar karena ada kebutuhan. Dari sini, guru dapat menggali
berbagai kebutuhan orang pada umumnya.
Setelah penuh dengan daftar kebutuhan manusia, guru dapat mengajak
siswa untuk berpikir lebih lanjut yaitu apakah setiap kebutuhan manusia dapat
terpenuhi semua. Mungkin ada siswa yang menginginkan untuk memiliki sepeda
mini, tetapi mengapa tidak semua orang mampu membelinya. Orang banyak
menginginkan emas permata tetapi mengapa orang sangat sulit memperolehnya.
Setelah pertanyaan berkembang, guru mulai mengurai logika bahwa sebagaimana
kita ketahui bahwa sumberdaya yang kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia jumlahnya terbatas. Karena jumlahnya terbatas, maka tidak semua
orang dapat memperoleh kesempatan untuk memilikinya. Untuk memiliki
sumberdaya itu, orang-orang berusaha baik dengan cara berjualan, bekerja,
menawarkan jasa, dan lain-lain. Karena ada keinginan untuk memiliki
sumberdaya maka lahirlah berbagai tindakan ekonomi. Untuk memperoleh
keuntungan yang besar, ia berusaha menjual barang sebanyak-banyaknya agar
dari itu ia memperoleh selisih keuntungan yang besar.
Jika kehidupan ekonomi didasari oleh usaha dan pengorbanan yang
optimal, nampaknya tidak ada di masyarakat yang dikecewakan. Semua orang
akan merasa senang karena diantara mereka tidak ada yang berusaha menipu
orang lain tetapi justru akan memberi pelayanan terbaik agar memperoleh
keuntungan yang sepadan dengan usahanya. Prinsip ekonomi yang mengatakan
bahwa “dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapat hasil yang
sebesar-besarnya” di masa depan perlu dikaji ulang. Prinsip ekonomi pada jaman
sekarang ini, adalah bekerjasama untuk memperoleh keuntungan sesuai
pengorbanan yang diberikannya. Besarnya keuntungan disepakati bersama
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 77
sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Kita belum bisa mencontoh cara
Rasulullah berdang, tetapi minimal ada prinsip keterbukaan seperti dicontohkan
pada sistem perdagangan pasar swalayan. Pada setiap barang tertera harga jual
yang pasti, jika pembeli cocok dengan harganya akan diambil, tetapi jika tidak
cocok maka ia tidak akan membelinya. Harga yang ditawarkan tentunya telah
diperhitungkan, yaitu akan memberi keuntungan kepada semua pihak sesuai
dengan pengorbanan masing-masing. Para pengusaha, manajer pasar swalayan,
dan para pelayan akan memperoleh keuntungan tetapi besarannya sesuai dengan
pengorbanannya. Coba bandingkan dengan juan beli di pasar tradisional,
terkadang barang yang sama bisa berbeda-beda harganya untuk setiap pembeli.
Bagi yang pandai menawar barang akan lebih murah tetapi bagi yang malas
menawar, harganya akan melambung.
Cara berjualan di pasar tradisional memiliki prinsip yaitu bagaimana
caranya agar dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapat hasil yang
sebesar-besarnya. Jika pedagangnya tidak bermoral, maka rawan sekali adanya
penipuan atau mengurangi timbangan ketika sedang menimbang barang. Namun
demikian, pasar tradisional jaman dahulu tidaklah “sekejam” sekarang. Orang-
orang dipasar penuh kasih sayang, mereka menjual barang dengan harga yang
relatif murah karena yang dituju bukan hanya keuntungan tetapi jalinan kemitraan
(persaudaraan).
Guru mengajak diskusi atau tanya jawab tentang prinsip tindakan ekonomi
yang dianggap berlaku umum adalah:
1. Hemat. hemat artinya tidak boros. Sikap hemat berlaku bagi semua
tindakan ekonomi. Sebagai pengusaha harus bersikap hemat dalam
menggunakan bahan bakar, listrik, bahan baku, dan biaya. Pengusaha yang
hemat adalah orang yang bermoral, penghematannya akan mendapat
barang yang berkualitas tetapi dengan harga yang paling murah. Menjual
barang yang murah dan berkualitas tinggi sangat membantu masyarakat
sebagai konsumennya.
2. Selalu menentukan skala prioritas. Menentukan skala prioritas merupakan
prinsip umum dalam tindakan ekonomi. Dengan menentukan skala
prioritas akan diperoleh keuntungan yang lebih besar. Jika seorang ingin
membuka usaha goreng pisang, apakah ia akan membeli pisang dan terigu
sebelum membeli kompor dan bahan bakarnya?. Pedagang yang tahu skala
prioritas pasti akan membeli alat-alat produksi terlebih dahulu yaitu
kompor, penggorengan, dan minyak tanah. Setelah itu barulah ia membeli
bahan baku seperti pisang dan terigu.
3. Bertindak rasional. Berusaha yang baik, tidak akan melakukan sesuatu
tanpa ada perhitungan, bahkan dihindari melakukan sesuatu yang
didasarkan oleh tindakan “untung-untungan”. Bertindak rasional
tujuannya agar tidak merugi. Perhitungan para pedagang akan dimulai
ketika memilih lokasi berjualan, menentukan modal, menentukan biaya
promosi, mencari bahan baku, dan lain-lain.
4. Bertindak sesuai prinsip cost and benefit. Orang yang memiliki prinsip
ekonomi cost and benefit selalu menghitung biaya (cost) yang harus
dikeluarkan dan menghitung berapa besar manfaat (benefit) yang akan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 78
diperoleh sebagai hasil pengeluaran biaya tersebut. Misalnya seorang
pedang ayam goreng, setiap hari mengeluarkan biaya Rp. 3.000.000 dan
rata-rata akan memperoleh penghasilan (manfaat) Rp. 5.000.000, setelah
dikeluarkan untuk para karyawan dan sewa tempat maka diperoleh
keuntungan bersih Rp. 1000.000,- Jika ia tidak melakukan perhitungan itu,
maka tidak diketahui keuntungan yang sebenarnya dari usahanya. Secara
umum kegiatan ekonomi dapat dibagi tiga yaitu kegiatan produksi,
distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi merupakan kegiatan membuat
sesuatu barang atau menambah nilai sesuatu barang dan jasa. Untuk
memroduksi barang diperlukan sejumlah faktor yaitu antara lain faktor
alam, tenaga kerja, modal, dan pengusaha.
Oleh karena faktor produksi tidak mudah diperoleh, para pengusaha
(produsen) harus senantiasa menerapkan prinsip ekonomi sebagai produsen, yaitu:
1. memroduksi barang yang berkualitas tinggi;
2. memroduksi barang yang dibutuhkan masyarakat;
3. memroduksi barang yang harganya terjangkau masyarakat;
4. memroduksi barang dengan biaya seminimal mungkin;
5. menggunakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.
Berbeda dengan prinsip para produsen, para distributor atau pedagang
perlu memperhatikan prinsip distributor yaitu:
1. menjual barang yang dibutuhkan dan sesuai dengan selera masyarakat;
2. menjual barang yang berkualitas baik;
3. menggunakan saluran distribusi yang tepat;
4. memberikan pelayanan yang baik;
5. memberikan pelayanan purnajual yang memuaskan;
6. membeli barang semurah mungkin agar memperoleh keuntungan yang
memadai dan terjangkau oleh masyarakat.
Sebaliknya bagi konsumen sebaiknya melakukan prinsip ekonomi sebagai
konsumen yaitu:
1. harus dapat memilih barang dan jasa yang benar-benar diperlukan;
2. harus dapat memilih barang dan jasa yang kualitas atau bermutu baik dan
terjamin;
3. harus memperhatikan jumlah uang yang dimiliki, jangan sampai terlalu
banyak utang karena pengeluaran lebih besar daripada penghasilannya.
4. Belilah barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup yang diperluas,
yaitu dapat bermanfaat bagi orang lain. Artinya bukan semata-mata karena
motif kemewahan atau ingin dihormati oleh orang lain, tetapi ada keinginan
untuk membantu orang lain.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 79
Untuk materi tentang ekonomi, guru tentu sudah menguasai dengan baik.
Hal perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana mendidik siswa untuk dapat
berbuat baik (bermoral) dalam melakukan tindakan ekonomi dan atau dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut dalam misi guru IPS adalah sejumlah
ciri-cirinya:
a. Jujur.
Salah satu ciri dari makhluk ekonomi yang bermoral adalah berperilaku jujur.
Jika tidak jujur maka dapat kita katakan sebagai orang yang tidak bermoral.
Apapun usahanya, setiap orang harus jujur. Sebagai pedagang harus jujur,
sebagai karyawan juga harus jujur, sebagai direktur harus jujur. Guru
menanamkan moral dengan cara memberi contoh bersikap jujur. Misalnya ada
seorang pedagang kain, ia tahu dagangannya ada yang cacat (sobek sedikit). Ia
sengaja, pada bagian yang sobek disembunyikan dan ia mengatakan kepada
calon pembeli bahwa dagangannya mulus dan tidak cacat. Pedagang itu sudah
tidak jujur karena tidak mengatakan apa adanya. Di masyarakat sering
ditemukan pedagang yang tidak jujur. Misalnya, ia punya barang jualan
seharga Rp. 5000, kemudian ada seorang pembeli menawar barang itu dengan
harga Rp. 2500. Pedagang menolak tawaran itu dan berkata: “wah, belinya
juga belum dapat!,” padahal ia tahu bahwa harga barang yang dibelinya
seharga Rp. 2000,- Ia tidak jujur karena telah berbohong. Padahal cukup saja
ia berkata, “maaf belum bisa,....tolong naikkan dong tawarannya!”.
b. Memenuhi janji.
Pengusaha, pedagang, karyawan, dan siapa saja hendaknya berusaha
memenuhi janji yang telah diucapkannya. Jika berjanji akan mengirim barang
besok pagi jam 10.00, maka penuhilah janji itu bahkan kalau perlu sebelum
jam 10.00 pagi sudah terkirim. Dengan cara memenuhi janji, kegiatan
ekonomi akan lancar. Bagi pengusaha, keterlambatan pengiriman barang
berakibat fatal. Barang yang kita kirim, bisa tidak dibayar oleh pembeli atau
setidak-setidaknya harga barang akan dipotong. Jika janji sering tidak
dipenuhi maka pengusaha akan terus merugi.
c. Menghargai waktu.
Ada kata-kata mutiara, “waktu adalah uang”. Di tempat lain ada juga yang
menyatakan bahwa “waktu bagaikan pedang”, jika tidak digunakan dengan
baik maka waktu akan memenggal kepalamu. Orang yang menghargai waktu
akan berusaha untuk terus menerus berbuat baik dan bermanfaat. Tidak ada
waktu baginya untuk melakukan perbuatan yang sia-sia, misalnya kebanyakan
tidur, kebanyakan main, ngombrol kesana-kemana, dan lain-lain. Dengan
sikap yang menghargai waktu, kita akan berdisiplin.
d. Menghargai mutu.
Artinya mampu menciptakan produk barang yang terbaik dan atau memberi
pelayanan yang prima. Orang yang menghargai mutu tidak asal-asalan,
misalnya asal jadi atau asal dilaksanakan. Karyawan yang tidak menghargai
mutu akan merugikan perusahaan. Coba bayangkan, jika setiap karyawan
bekerja apa adanya maka perusahan akan cepat bangkrut, karena barang yang
diproduksi akan tidak laku dijual. Jika sudah bangkrut, akan banyak yang di-
PHK (pemutusan hubungan kerjanya).
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 80
e. Peduli sosial.
Peduli sosial adalah perhatian kepada orang lain. Orang yang peduli sosial
akan mementingkan kesehatan dan keselamatan konsumen. Pedagang yang
peduli sosial akan memperhatikan barang jualannya dengan baik, misalnya
tidak akan menjual makanan yang habis masa kedaluwarsanya. Pengusaha
yang peduli sosial akan mendirikan pabriknya jauh dari permukiman
penduduk supaya tidak mengganggu kehidupan masyarakat. Limbah
pembuangannya tidak mencemari lingkungan hidup. Jika berupa produk
makanan, ia tidak menambahkan zat pewarna atau zat-zat berbahaya lainnya.
Penguasaha yang tidak peduli terhadap keselamatan konsumen adalah
pengusaha yang tidak bermoral.
f. Hemat.
Sikap hemat dalam ilmu ekonomi tidak berlaku hanya untuk diri sendiri, tetapi
harus menjadi jiwa dan moral setiap orang. Tahukah kalian, saat ini kita
sedang menghadapi krisis bahan bakar minyak dan listrik? Salah satu cara
mengatasi krisis bahan bakar dan listrik adalah dengan cara berhemat.
Walaupun kalian adalah orang kaya, tetapi jika bersikap boros (misalnya
menyalakan lampu taman di siang hari) maka kalian termasuk orang yang
tidak bermoral karena tidak memperhatikan kepentingan masyarakat banyak.
g. Menyadari lingkungan sebagai sumber kehidupan.
Lingkungan adalah sumber daya kehidupan. Jika lingkungan hidup dirusak.
maka dapat mengakibatkan bencana. Pengusaha yang menyadari lingkungan
sebagai sumber kehidupan akan bersikap hati-hati, tidak mencemai lingkungan
dan tidak merusak. Pengusaha yang merusak lingkungan hidup adalah
pengusaha yang tidak bermoral.
B. PEMBELAJARAN TENTANG PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, tidak terlepas dari penemuan
mesin uap oleh James E. Watt (1736-1819) seorang ahli teknik atau insinyur
bangsa Skotlandia. Gagasan tentang sebuah mesin yang digerakkan oleh uap telah
diperkenalkan oleh Hero dan Iskandaria (Alexandria) pada abad ke-2 namun tidak
ada tindak lanjutnya. Dalam eksperimennya Watt mengadakan perubahan-
perubahan atas mesin-mesin yang pernah ada. Mesin uapnya yang pertama selesai
dibuat pada tahun 1769 dan terus disempurnakan hingga tahun 1774 ia berhasil
membuat mesin uap yang dapat memasok daya pada peralatan pabrik seperti
mesin pintal dan mesin bubut. Perkembangan teknologi pada mesin uap tersebut
ternyata membawa dampak yang sangat luas yaitu masyarakat memasuki era
industrialisasi yaitu kehidupan yang serba menggunakan mesin. Dengan
diciptakannya mesin-mesin yang terbuat dan besi di Inggris pada tahun 1780 telah
terjadi suatu fenomena yang disebut “revolusi industri” di bidang mesin produksi
pertekstilan. Sebelum terjadinya revolusi industri, barang-barang yang dibutuhkan
oleh masyarakat telah diproduksi oleh anggota masyarakat sendiri secara “industri
rumahan”. Artinya alat-alat atau barang-barang yang diperlukan dibuat oleh suatu
keluarga mula-mula untuk mereka pergunakan sendiri, misalnya alat-alat dapur,
alat-alat pertanian perabot rumah tangga. Pembuatan tekstil juga masih
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 81
diusahakan oleh masing-masing keluarga untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.
Setelah kebutuhan mereka terpenuhi barang-barang yang dibuat tersebut
sebagian diperdagangkan, artinya dijual kepada para pedagang yang kemudian
dibawa oleh mereka ke luar daerah untuk dijual kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Pembelajaran IPS tidak membahas tentang bentuk dan proses
ketiga teknologi (produksi, komunikasi, dan transportasi) tersebut. Pembaasan IPS
adalah perubahan perilaku manusia akibat perkembangan teknologi dan
bagaimana sikap kita dalam menghadapi perkembangan teknologi tersebut. Untuk
materi ini, sekurang-kurangnya siswa harus mampu mengidentifikasi perbedaan
perilaku masyarakat akibat perkembangan teknologi. Strategi pembelajaran yang
disarankan adalah menggunakan strategi cooperative learning dengan metode dua
tinggal dua tamu atau bentuk lainnya yang inovatif. Landasan pembelajaran
kooperatif adalah bekerjasama. Landasan filsafatnya berlawanan dengan Teori
Darwin yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang harus bersaing
dengan manusia yang lain. Coorperative learning memiliki asumsi bahwa tanpa
kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa
kerja sama, tidak ada proses pembelajaran. Tanpa kerja sama, kehidupan akan
punah. Pengembangan model pembelajaran cooperative learning belum banyak
diterapkan dalam pendidikan karena masih banyak orang yang beranggapan
bahwa belajar harus sunyi dan tidak boleh melakukan permainan apalagi
berpindah tempat dan bermain. Mereka beranggapan, cara itu akan menimbulkan
kekacauan di kelas dan siswa tidak bisa belajar jika mereka di tempatkan dalam
kelompok diskusi.
Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan
kerja sama atau belajar dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh
bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi
siswa yang lain dalam kelompok mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu
merasa minder ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih
pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya yang kurang mampu hanya
menghambat atau menumpang saja pada hasil jerih payah mereka. Kesan negatif
dalam kegiatan berkelompok tidak mampu melakukan percepatan penguasaan
informasi dan ilmu pengetahuan. Pekerjaan kelompok hanya ngobrol antar siswa
dan tidak banyak yang dibaca. Cooperative learning yang sekarang
dikembangkan mencoba menjawab kesan negatif tersebut dengan cara benar-
benar menerapkan prosedur model pembelajaran cooperative learning secara
terkontrol. Banyak guru hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi
tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenal pembagian tugas.
Cara-cara seperti itu akan dihindari oleh guru pembelajaran cooperative learning.
Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelaiaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Salah satu teknis
pembelajaran cooperative learning dari puluhan teknis lainnya adalah Dua
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). Metode ini memberi kesempatan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 82
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Caranya:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua orang dan masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka kepada tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Penerapan metode dua tinggal dua tamu bisa dimodifikasi, karena jika
jumlah siswa di kelas ada 32 orang, maka dibutuhkan 8 kelompok. Jumlah ini
terlalu ricuh dan pelaksanaan salng kunjung akan memakan waktu yang sangat
lama. Mungkin cukup dibagi 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok 8
orang. Pada saat berkunjung, ada 4 orang yang bertamu dan 4 orang lainnya
tinggal di tempat. Jumlah putaran menjadi lebih singkat. Masing-masing
kelompok bisa mengambil tema diskusi yaitu:
Kelompok 1:
Kelemahan alat-alat transportasi jaman dulu dan keuntungan alat-alat
transportasi jaman sekarang
Kelompok 2:
Kelemahan alat tenun jaman dulu dan keuntungan mesin tenun jaman
sekarang
Kelompok 3:
Kelemahan alat-alat komunikasi jaman dulu dan keuntungan alat-alat
komunikasi jaman sekarang
Kelompok 4:
Kelemahan alat-alat masak jaman dulu dan keuntungan alat-alat masak
jaman sekarang
Jika terlalu sulit, judul diskusi dapat diturunkan lagi, misalnya:
Kelompok 1:
Sebutkan berbagai kecanggihan alat-alat transportasi jaman modern
(pesawat terbang, kapal laut, mobil, dan lain-lain)
Kelompok 2:
Sebutkan berbagai kecanggihan alat produksi bahan pakaian jaman
modern (alat pintal, pembuatan kain batik, dan lain-lain)
Kelompok 3:
Sebutkan berbagai kecanggihan alat-alat komunikasi jaman modern
(telepon selular, fax, email, internet, SMS, MMS, dan lain-lain)
Kelompok 4:
Sebutkan berbagai kecanggihan alat-alat produksi bahan makanan jaman
sekarang (blender, kompor gas, magicjar, open, dan lain-lain)
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 83
Setelah selesai berdiskusi sesuai dengan temanya masing-masing, setiap
kelompok berdiskusi tentang pertanyaan apa saja yang akan diajukan kepada tuan
rumah jika mereka berkunjung. Sebaliknya mereka juga bersiap diri, sebagai tuan
rumah harus siap mengajukan argumentasi jika ada tamu yang berkunjung. Di
akhir acara, yaitu setelah semua kelompok saling berkunjung, guru dapat
melakukan refleksi dan menyimpulkan tentang berbagai manfaat dari semua
teknologi yang dibahas oleh setiap kelompok. Selain mengkaji manfaatnya, guru
bisa menambahkan bahwa dengan adanya teknologi canggih, jika manusia tidak
bisa menyesuaikan diri akan mengancam kehidupan sosial.
C. PEMBELAJARAN TENTANG PERMASALAHAN SOSIAL
Saidihardjo (1992) mengungkapkan bahwa tujuan mempelajari IPS salah
satunya adalah agar siswa mengenal permasalahan sosial yang ada di sekitarnya.
Masalah sosial banyak sekali jenisnya, sehingga perlu dipilih agar lebih bermakna
bagi siswa. Diusahakan agar guru dapat mengupas masalah sosial diambil dari
lingkungan sekitar siswa. Namun, jika dicari irisannya, setiap masayarakat
Indonesia umumnya menghadapi permasalahan sosial yang hampir sama seperti
kemiskinan, pecahnya ikatan-ikatan keluarga, masalah generasi muda dalam
masyarakat modern, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup,
kehidupan politik yang tidak stabil, kejahatan, dan konflik antar masyarakat yang
memicu terjadinya kerusuhan dan peperangan.
Masalah sosial timbul dari berbagai sebab yang saling terkait. Awalnya
orang menganggap bahwa masalah sosial disebabkan oleh karena kemiskinan.
Namun ternyata, pada masyarakat yang makmur sekalipun masalah sosial juga
dapat muncul seperti kenakalan remaja, penggunaan obat-obat terlarang,
kehidupan seks bebas, dan kehidupan hedonisme (memuja kesenangan hidup di
dunia tidak peduli terhadap norma agama). Dengan demikian, masalah sosial
terjadi di setiap masyarakat. Semua kehidupan di masyarakat adalah cobaan, siapa
yang bisa menghadapinya cobaan dengan baik maka akan bermanfaat, jika tidak,
maka akan jadi masalah sosial. Apa yang disebut masalah sosial? Secara
sederhana masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam
masyarakat atau kebudayaan yang membayakan kehidupan kelompok sosial,
terhambatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat, hingga rusaknya ikatan sosial
dan keluarga.
Masalah sosial secara umum dibagi empat kelompok yaitu masalah sosial
yang ditimbulkan oleh faktor ekonomis, biologis, psikologis, dan kebudayaan.
Faktor ekonomis yang dapat menimbulkan masalah sosial misalnya kmiskinan,
pengangguran, persaingan bisnis, dan lain-lain. Faktor biologis yang dapat
menimbulkan masalah sosial misalnya terjangkitnya wabah penyakit yang
menular, seperti flu burung, demam berdarah, dan lain-lain. Faktor psikologis
yang dapat menimbulkan masalah sosial misalnya penyakit syaraf dan
disorganisasi jiwa (stress), dan lain-lain, sedangkan faktor kebudayaan yang dapat
menimbulkan masalah sosial misalnya menyangkut mudahnya perceraian,
kenakalan anak-anak, konflik rasial dan konflik keagamaan. Untuk memberi
wawasan tentang permasalahan sosial, brikut akan dijelaskan serba sedikit tentang
kemiskinan, pecahnya ikatan-ikatan keluarga, masalah generasi muda dalam
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 84
masyarakat modern, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup,
kehidupan politik yang tidak stabil, kejahatan, dan konflik antar masyarakat yang
memicu terjadinya kerusuhan dan peperangan:
1. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat resiprokal (timbal balik)
antara rendahnya pendidikan, masalah kependudukan, lingkungan hidup,
kejahatan, konflik sosial, dan berbagai masalah sosial lainnya. Semua dapat
disebabkan oleh faktor kemiskinan dan pada saat yang lain semua masalah
sosial akan berakhir pada satu kata yaitu kemiskinan. Rendahnya pendidikan
mengakibatkan kurangnya peluang terhadap dunia usaha, karena itu ia akan
mengendap pada lembah kemiskinan. Kebanyakan orang terpaksa melakukan
urbanisasi karena di desa terhimpit kemiskinan, tetapi di perkotaan ia pun
tidak memiliki keterampilan yang memadai sehingga tetap miskin dan
menempati kawasan kumuh di perkotaan. Untuk mengatasi masalah
kemiskinan, salah satu langkah konkrit adalah agar setiap diri mau belajar
meningkatkan taraf pendidikan, semangat hidup yang tinggi, dan secara
bertahap belajar untuk bersilaturahim mencari peluang.
2. Pecahnya ikatan-ikatan keluarga merupakan masalah sosial kedua yang paling
nampak. Jika di masyarakat banyak kasus perceraian, keluarga yang tidak
bahagia, dan lain-lain. Disorganisasi keluarga dapat terjadi dari kalangan
keluarga sederhana, menengah, sampai atas. Namun kebanyakan kasus
perceraian terjadi pada keluarga yang kepala keluarganya gagal memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primer dan atau karena seorang istri tidak bersedia
dimadu. Di kalangan keluarga modern, disorganisasi keluarga bisa disebabkan
oleh terjerat kasus obat-obatan terlarang, kejahatan kerah putih, kasus korupsi,
berselingkuh, dan lain-lain. Apapun penyebabnya, perceraian adalah masalah
sosial yang perlu diperhatikan oleh para tokoh masyarakat dan pemerintah
agar dapat dicegah. Masalah perceraian akhir-akhir ini menggejala di kalangan
para keluarga yang para istri (ibu dari anak-anaknya) pergi menjadi Tenaga
Kerja Wanita di luar negeri. Di kalangan mereka, para TKW memperoleh
kesempatan untuk bekerja di luar negeri dengan gaji yang cukup. Sementara
para suami tinggal di rumah mengasuh anak-anaknya. Pada saat pengiriman
uang dari luar negeri (upah menjadi TKW), masalah keluarga mencuat. Para
suami merasa dirinya paling berhak, tetapi terkadang istri tidak percaya
kepada suaminya karena satu dan lain hal para suami semakin malas tidak
mau bekerja, para suami banyak utang, terkadang ada yang berselingkuh dan
menikah lagi dengan uang kiriman dari istrinya. Di lain pihak, orang tuanya
(nenek dari anak-anak mereka) yang telah berperan sebagai pengasuhnya
bertahun-tahun meminta bagian dari hasil kerja anaknya. Jika tidak dapat
dikontrol, biasanya pernikahannya tidak dapat dipertahankan.
3. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern menjadi masalah sosial jika
terdapat kesalahpahaman dalam kehidupan keluarga. Generasi muda dalam
wujud fisiknya merasa ingin bebas dari aturan orang tuanya sedangkan jauh di
lubuk hati yang paling dalam ingin diperhatikan sebagai anak, membutuhkan
kasih sayang, dan ingin mencurahkan kegalauan harinya (curhat). Pada sisi
yang lain, orang tua terlalu sibuk dalam pekerjaannya mencari uang. Orang tua
menganggap bahwa dengan memenuhi segala kebutuhan materi bagi anak-
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 85
anaknya dipandang cukup. Di sinilah terjadi saling tuduh, orang tua sudah
merasa telah memperhatikan sepenuh hatinya kepada anak-anaknya sedangkan
anak-anaknya tetap protes karena kurang mendapat pehatian. Anak yang
kurang mendapat perhatian dari orang tuanya terjerumus kepada kenakalan
remaja, masuk gang berandalan, obat-obatan terlarang, dan lain-lain. Banyak
kasus, dari anak-anak yang kurang perhatian dan menjadi berandalan telah
meresahkan masyarakat. Para anggota gang motor merasa paling jagoan dan
mereka tidak segan-segan membawa senjata seperti pistol ataupun benda
tajam lainnya yang kemudian mereka lancarkan begitu saja di jalan-jalan.
Tidak sedikit korban yang terluka akibat ulah mereka bahkan ada yang tewas.
Saat ada anggota baru yang akan masuk, mereka harus mengikuti adu kelahi
antara junior. Hal ini sama halnya seperti tindakan ploncoan dari para
seniornya. Itu salah satu cara untuk melindungi diri dari musuh (gang motor
lain). Selain itu mereka juga pernah melakukan tindak penculikan,
perampasan, dan pembunuhan. Di Bandung pernah ada nama geng motor yang
cukup meresahkan warga diantaranya Exalt To Coitus (XTC), Grab On Road
(GRB), Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada hakikatnya
memiliki ideologi sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP dan
SMA menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari tiga sumpah di
atas. Anggota bukan saja laki-laki, tetapi banyak juga remaja putri yang
senang ngumpul-ngumpul, berbaur dengan putra.
4. Masalah kependudukan, biasanya disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk yang lebih cepat dari ketersediaan lapangan pekerjaan, sarana dan
prasarana sosial, pranata sosial yang mengatur tingginya jumlah penduduk dan
lain-lain. Akibat belum tersedianya lapangan pekerjaan mengakibatkan
banyaknya pengangguran. Sarana sosial menjadi kumuh seperti di komplek-
komplek kumuh (slum areas) di perkotaan, dan banyaknya kerusuhan akibat
konflik sosial untuk memperoleh kesempatan hidup yang lebih sejahtera.
Masalah kependudukan tidak dapat diatasi oleh satu-satunya program
pembatasan jumlah anak (program KB) tetapi harus terintegrasi dengan sektor
atau urusan penyediaan tenaga kerja, peningkatan kualitas pendidikan, dan
lain-lain.
5. Masalah lingkungan hidup, adalah ekses dari keinginan untuk memeroduksi
berbagai barang dan jasa tanpa memperhatikan kapasitas daya tampung dan
daya lenting lingkungan hidup. Masalah lingkungan tidak hanya terjadi di
perkotaan yang banyak limbah dan polusi, di pedesaan juga terjadi masalah
lingkungan seperti pencemaran tanah dan air oleh penggunaan pestisida dan
pupuk kimia yang berlebihan. Masalah lingkungan akan menjadi masalah
sosial baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung akan
menimbulkan wabah penyakit yang pada gilirannya banyak penduduk
terjangkit penyakit. Karena penyakitnya, pendapatan dari hasil kerjanya
berbulan-bulan dapat habis seketika untuk berobat sehingga menimbulkan
kemiskinan. Secara tidak langsung, pencemaran lngkungan akan mengurangi
produktivitas lahan pertanian, karena banyak yang gagal panen maka
penduduk akan miskin kembali.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 86
6. Kehidupan politik yang tidak stabil merupakan masalah sosial yang sangat
kentara. Kehidupan politik yang tidak stabil banyak menimbulkan kerusuhan
sosial, dan dari itu akan menimbulkan masalah sosial.
7. Kejahatan adalah refleksi dari adanya masalah sosial. Tingginya angka
kejahatan biasanya seiring dengan meruncingnya masalah sosial. Penyebabnya
bermacam-macam, misalnya karena kemiskinan, kurangnya stabilitas politik
dan penegakan hukum, kesenjangan yang terlalu jauh antara si kaya dan si
miskin, dan lain-lain.
8. Peperangan juga merupakan masalah sosial di mana dua negara saling
berperang. Negara yang merasa paling berkuasa dengan sesuka hati merampas
tanah negara lain sehingga menimbulkan masalah sosial yaitu kemiskinan,
penderitaan, kebodohan, penindasan, dan lain-lain.
Bagaimana cara menyampaikan materi tentang masalah sosial yang sangat
rumit bagi anak usia SD? Disarankan agar guru IPS menggunakan metode
konstruktivistik dari wawasan yang sederhana merangkak kepada masalah yang
sangat kompleks. Sebagai contoh, anak usia SD kelas IV mungkin tahu tentang
orang miskin yaitu tentang kehidupan kesehariannya, apa yang dimakan,
pakaiannya, kondisi rumuahnya, dan lain-lain. Dimulai dari pertanyaan, mengapa
mereka bisa miskin? Anak dapat menyebutkan penyebabnya yaitu karena mereka
tidak memiliki uang, tidak memiliki uang karena tidak bekerja atau karena
pekerjaannya merupakan pekerjaan kasar, pedagang kecil, banyak keluarganya,
tidak memiliki lahan pertanian, dan lain-lain.
Ambillah salah satu kasus tentang seorang peminta-minta. Untuk anak usia
kelas IV mungkin dapat digali pengalamannya ketika memberi uang recehan
kepada pengemis dan atau menolak tidak mau memberi. Bagi anak yang memberi,
dapat mengemukakan alasannya sedangkan bagi yang tidak memberi juga dengan
alasannya. Dari sosok pengimis, siswa diajak untuk merasakan apa yang terdapat
dalam dirinya yaitu antara rasa iba dan rasa waspada jika si pengemis adalah
berpura-pura, pengemis sebagai seorang yang pemalas atau sebagai pihak yang
korban keadaan ekonomi yang sulit, dan berbagai komentar tetapi diharapkan satu
kesimpulan yang sama bahwa meminta-minta adalah perbuatan hina. Namun
beberapa kasus jika pengemis itu adalah benar adanya, usaha yang dapat
dilakukan adalah oleh pemerintah atau swadaya masyarakat berupa panti-panti
asuhan dan panti jompo.
Untuk mengarahkan proses pembelajaran, guru harus memiliki pegangan
bahwa mengkaji sosial bukan hanya menjawab apa, tetapi juga harus menjawab 5
W + 1 H yaitu apa (what), di mana (where), kapan (when), mengapa (why), siapa
(who), dan bagaimana (how). What untuk mengetahui apa yang terjadi?, where
untuk mengetahui di mana peristiwa itu terjadi? when untuk mengetahui kapan
peristiwa itu terjadi?, why untuk mengetahui mengapa peristiwa itu dapat
terjadi’?, who untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya
peristiwa itu atau terlibat di dalamnya?, dan how untuk mengetahui bagaimana
peristiwa itu seharusnya diselesaikan dengan baik (how to solve the problem).
Cara ini akan melatih siswa untuk jeli dan lebih cermat dalam menelaah tulisan
atau wacana sehingga lebih efektif. Penggunaan metode inquiry 5 W + 1 H dapat
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 87
dilakukan secara bervariasi. Pada perencanaan, misalnya direncanakan skenario
pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang diambil diantaranya:
1. Menyusun atau membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan
permasalahan tentang kemampuan membaca pemahaman.
2. Menyiapkan siswa secara berkelompok di ruang kelas dan diberi tugas untuk
membaca kliping
3. Menyediakan media atau alat peraga untuk membantu pemahaman membaca.
4. Guru menjelaskan arti 5 W + 1 H dan selanjutnya guru menulis 5 W + 1 H di
papan tulis.
5. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
beranggotakan 7 orang.
6. Masing-masing kelompok membagi anggotanya untuk membaca suatu tema
tentang masalah sosial dan mencari jawaban dari 5 W+1 H. Tugas membaca
cerita, tema cerita di setiap kelompok berbeda.
7. Kelompok diubah dan ditukar menjadi kelompok baru berdasarkan fokus
perndalaman unsur 5 W+1 H.
8. Masing-masing anggota kelompok pada kelompok baru bercerita satu sama
lainnya dari cerita yang telah dibaca.
Terkait dengan metode inquiry perlu dijelaskan sedikit bahwa inkuiri yang
dalam bahasa inggris Inquiry adalah berarti pertanyaan atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap
percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Inquiry
Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri) yaitu system belajar dimana
guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang formal, tetapi peserta
didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (dalam hal ini
memecahkan masalah yang dipandu dengan 5 W + 1 H.
Di dalam sistem pembelajaran ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak
dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari
dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan
pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya sebagai berikut:
1. Stimulation (Rangsangan Masalah): guru mengemukakan permasalahan
(sosial), secara langsung melalui perantara media yang mengungkapkan data
yang sifatnya probelamtik.
2. Problem Statement (Pernyataan/Perumusan Masalah). Siswa diberi
kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang relevan
sebanyak mungkin, brainstorming. Kemudian diminta menentukan
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 88
permasalahan yang amat mungkin dapat dipecahkan. Permasalahan
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
3. Data Collection (Pengumpulan Data). Siswa diberi kesempatan untuk mencari
berbagai informasi yang dapat mendukung terhadap pemecahan pertanyaan
masalah/hipotesis melalui telaah literatur, kunjungan objek, atau wawancara
kepada sumber.
4. Data Processing (Analisis Data). Siswa diberi kesempatan untuk melakukan
analisis data dengan melakukan olahan atas hasil data-data yang diperoleh
melalui langkah berikut: pengecekan data, pengklasifikasian data,
pentabulasian data dan penafsiran dengan memperkirakan tingkat kepercayaan
tertentu (secara statistic).
5. Verifikasi. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan pengujian apakah
pertanyaan masalah/hipotesis teruji atau tidak?
6. Generalisasi. Siswa diberi kesempatan untuk dapat mengambil kesimpulan
atau generalisasi atas hasil temuannya dalam verifikasi. Untuk dapat
melaksanakan pembelajaran inquiry, dengan tahapan pembelajaran
sebagaimana diterangkan di atas maka dibutuhkan suatu strategi pembelajaran
yang berorientasi kepada masalah.
Model pembelajaran yang berorientasi masalah (problems centred)
direncang agar siswa dapat belajar langsung terhadap fokus yang diminatnya dan
yang dapat diusahakan pemecahannya sebagai masalah kehidupan baik secara
individual maupun sosial. Desain pembelajarannya menekankan pada desain
tematik dan desain masalah. Pada desain tematik, mata pelajaran tidak berbentuk
suatu body of knowledge tertentu tetapi berdasarkan realitas kebutuhan siswa dan
berdasarkan desain masalahnya, pembelajaran diarahkan pada realitas esensial
masalah sosial yang dihadapi siswa. Dalam pembelajaran yang berorientasi
masalah, setting kelas dirancang dalam suatu diskusi dan kerja kelompok artinya
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan
kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru
(instruktur), tetapi juga antar siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.
Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problem-
problem yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat
yang lebih baik. Satu lagi jika siswa yang Anda ajar lebih “encer” dan dapat
mengembangkan masalah lebih baik. Jika menghadapi kondisi kelas yang lebih
berani mengemukakan pendapat, guru dapat mengunakan pendekan mind-
mapping. Pemetaan pikiran (mind mapping) sangat terkenal pada revolusi
Quantum Leraning. Peta pikiran adalah salah suatu teknik penggambarkan
lintasan gagasan yang ada pada otak secara keseluruhan dalam satu halaman
dengan mengunakan citra visual dan perangkat grafisnya. Teknik Peta pikiran
mulai dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan yang didasarkan pada cara
kerja otak. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengikat bentuk visual dan
sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang
digunakan untuk belajar, mengorgansasi dan merencanakan (DePorter dan
Hernacki, 1999; 152). Dikatakan bahwa metode ini dapat membangkitkan ide-ide
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 89
orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Selain itu, sangat menyenangkan,
menenangkan, dan kreatif.
Dalam sebuah artikel karya Hernowo (Pikiran Rakyat, edisi 17 Februari
2005) dikatakan bahwa mind mapping dapat melancarkan kegiatan menulis (tentu
saja dekat dengan melakukan penelitian) yaitu:
o Memberi kebebasan dalam menuangkan gagasan, penuh rasa percaya diri,
dan dapat mengalirkan apa pun yang ia kehendaki
o Memfungsikan secara sinergi belahan otak kiri dan otak kanan yaitu
mempadukan cara kerja otak yang logis, sekuensial, linier, dan rasional
(otak kiri) dengan cara kerja yang acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik
(otak kanan).
o Peta pikiran dapat mendeteksi lebih dini apakah semangat menulis
didukung oleh ketersediaan bahan yang akan dituangkan. Jika cukup maka
dapat dilanjutkan, jika masih kurang perlu disediakan terlebih dahulu
dengan baca atau dengan mencari informasi lainnya. Peta pikiran dapat
memetakan jaringan pikiran sehingga dapat melahirkan gagasan baru
daripada menggunaan teknik outlining (membuat outline).
o Membantu menulis secara kreatif dan menemukan keunikan gaya masing-
masing penulis, membantu menulis secara lebih cepat, membantu menulis
secara mendalam dan bermakna. Lewat pemetaan, pikiran kita dapat diajak
untuk mengeksplorasi sampai sejauh-jauhnya apa yang disimpan oleh kita
sendiri.
Teknik pemetaan pikiran hanya dapat dilakukan bagi mereka yang sudah
terbebas dari rasa takut menulis dan telah terbiasa membaca dan mencerap
informasi. Informasi yang dimiliki menjadi modal dasar untuk menyebarnya
jaringan gagasan. Contoh cara memetakan pikiran yang diaplikasikan untuk
pemetaan masalah penelitian diawali dengan menancapkan satu topik masalah,
lalu mulai menjalar ke berbagai sudut dengan cara membuat garis dan simbol-
simbol visual yang mengingatkan kita pada pengalaman di masa lalu (imajinasi
reproduktif) atau pada wujud imajinasi produktif.***
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 90
Bagian 7
Penutup
Pengembangan materi Pengembangan Pendidikan IPS SD adalah
pengorganisasian materi yang berasal dari ilmu-ilmu sosial. Pokok bahasan
disusun berdasarkan materi masing-masing ilmu-ilmu sosial, artinya masih
menampakkan karakteristik disipilin ilmu masing-masing atau melebur dan
memunculkan tema pembelajaran tertententu. Dalam rangka mengorganisasi
materi pembelajaran IPS ada empat strategi yaitu terpisah (separated), korelatif
(correlated), antardisiplin (interdiciplinary), dan fusi (integrated).
Dalam proses pembelajaran, pemanfaatan teknologi informasi dalam
pembelajaran di kelas, dapat memberi pengayaan bagi siswa tetapi juga dapat
membantu guru dalam proses interaksi antara guru dengan siswanya. Dalam
pembelajaran IPS, selain aspek kognitif juga harus ditanamkan aspek sikap.
Model pembelajaran yang berorientasi masalah (problems centred) direncang agar
siswa dapat belajar langsung terhadap fokus yang diminatnya dan yang dapat
diusahakan pemecahannya sebagai masalah kehidupan baik secara individual
maupun sosial. Desain pembelajarannya menekankan pada desain tematik dan
desain masalah. Pada desain tematik, mata pelajaran tidak berbentuk suatu body of
knowledge tertentu tetapi berdasarkan realitas kebutuhan siswa dan berdasarkan
desain masalahnya, pembelajaran diarahkan pada realitas esensial masalah sosial
yang dihadapi siswa.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang berorientasi masalah, setting
kelas dirancang dalam suatu diskusi dan kerja kelompok artinya pendidikan bukan
upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Kerjasama
atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antar
siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan
sumber belajar lainnya.***
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 91
Daftar Pustaka
Arthur K. Ellis, (1997), Teaching and Learning Elementary Social Studies, Six
Edition, London: Allya and Bacon
Bouman, P. J., (1953), Ilmu Masyarakat Umum. Jakarta: Pembangunan
Cholisin dan Djinad Hisyam (ed), (2006), Reorientasi dan Pengembangan IPS di
Era Indonesia Baru. Yogyakarta: Efisiensi Press.
Dadang Supardan, (2008), Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Dorothy J. Skeel, (1995), Elementary Social Studies. Orlando, Florida: Harcourt
Brace & Company
Etin Solihatin dan Raharjo, (2007), Cooperative Learning: Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah B. Uno, (2007), Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar
Mengajr yang Kreatif dan Efektifitas, Jakarta: Bumi Aksara
James A. Banks, (1990), Teaching Strategies for the Social Studies, 5ed,
Longman; New York
Kenneth R. Hoover, (1990), Unsur-unsur Pemikiran Ilmiah dalam Ilmu-ilmu
Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Manasse Malo, (ed), (1989), Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia
Sampai Dekade 80-an. Jakarta: Rajwali Press.
Mochtar Buchori, (2001), Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius
Poedjawiyatna, (2003), Etika: Filsafat Tingkah Laku, Jakarta: Rineka Cipta
______, (1991), Tahu dan Pengetahuan, Jakarta: Rineka Cipta
Robert E. Slavin, (2008), Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik,
Bandung: Nusa Media
Saidihardjo, (1992), Problem-problem Penyiapan Guru Ilmu-Ilmu Sosial di Masa
Mendatang, Makalah disampaikan pada seminar sehari di FPIPS dalam
rangkan Dies Natalis IKIP Yogyakarta. Tanggal 18 Mei 1992.
Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta.
Sindhunata, (ed), (2000), Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:
Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi. Yogyakarta:
Kanisius
Soerjono Soekanto, (1989), Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sue Law D. Gloves, (2000), Educational Leadership and Learning: Practice,
Policy, and Research, Philadelphia: Chestnut Street.
Tilaar, HAR, (2002), Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Zamroni, (2001), Pengajaran Ilmu-Ilmu Sosial Pada Era Globalisasi, Makalah
disampaikan pada Lokakarya membedah Ilmu-Ilmu Sosial yang
diselenggarakan oleh FIS-UNY, tanggal 13 Oktober 2001. Yogyakarta:
FIS-UNY.
Pengembangan Pendidikan IPS di SD 92
______, (2007), Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi: Prakondisi Menuju
era Globalisasi. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.