pengembangan perangkat pembelajaran ips berbasis
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPS BERBASIS
PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR
Chumi Zahroul F1)
1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
e-mail: Chumi Zahroul [email protected]
Abstract: This research aims to produce a learning document that includes
lesson plan of learning social studies (RPP) and the Student Worksheet in
(LKS) cooperative learning which feasible and effective. The data of this study
is the validation results of the validator and the test results were analyzed with
descriptive qualitative and quantitative techniques. The tests showed that the
RPP and LKS good results categorized development. Social skills increased so
that it can be said that developed lesson plans and worksheets is feasible and
effective
Abstrak: Penelitian ini bertujuan menghasilkan perangkat pembelajaran IPS
yang meliputi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan Lembar Kerja
Siswa (LKS) dalam pembelajaran kooperatif yang layak dan efektif. Data
penelitian ini adalah hasil validasi dari validator dan hasil uji coba yang
dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil validasi
menunjukkan bahwa RPP dan LKS hasil pengembangan berkategori baik.
Keterampilan sosial meningkat sehingga dapat dikatakan RPP dan LKS yang
dikembangkan ini layak dan efektif.
Kata kunci: pengembangan perangkat pembelajaran, pembelajaran kooperatif,
keterampilan sosial
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
Sekolah Dasar berkewajiban mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-
hari yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat sehingga menjadi
warga negara yang baik.
Depdiknas (2009:16) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan IPS di tingkat Sekolah
Dasar adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut, 1) mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan
dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan
keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Tujuan PIPS tersebut dapat tercapai bila kegiatan proses pembelajaran IPS
dilaksanakan melalui program pendidikan IPS yang komprehensif yang mencakup empat
dimensi meliputi dimensi pengetahuan, keterampilan, tindakan, nilai dan sikap. Terkait
dengan dimensi keterampilan yang harus diajarkan melalui pembelajaran PIPS antaralain
keterampilan berfikir, keterampilan komunikasi, keterampilan sosial, dan keterampilan
meneliti.
Berkaitan dengan keterampilan sosial, maka tujuan pengembangan keterampilan sosial
dalam mata pelajaran IPS adalah agar siswa mampu berpartisipasi secara cerdas dalam
masyarakat demokratis, mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Menurut
Maryani (2011) keterampilan sosial merupakan hasil dari adanya kejujuran,
tanggungjawab, toleransi, empati, beretika, saling percaya, berbagi secara positif, saling
menguatkan dan membangun.
Keterampilan sosial sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai bekal kerjasama atau
bekerja dalam kelompok (teamwork). Kemampuan bekerja dalam kelompok sangat penting
karena dalam dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang mengantungkan hidup
melalui kelompok. Sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
manusia lainnya dan saling mempengaruhi baik secara individual ataupun kelompok, meliputi
daya rasional, reaksi emosional, aktivitas dan kreativitas.
Menurut Dahlan (dalam Handayani, 2012) guru yang kurang membekali keterampilan
sosial pada anak didiknya, anak-anak tersebut menunjukkan perilaku kesepian dan pemurung,
beringas serta kurang memiliki sopan santun. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya
seseorang untuk memliki keterampilan sosial sehingga ia dapat hidup dengan baik dan
tentram dalam lingkungan sosialnya.
Perlunya keterampilan sosial dimiliki oleh siswa pada saat ini karena beberapa alasan,
perilaku anak saat ini mempunyai kecenderungan untuk berperilaku individualistik. Asyik
dengan dirinya sendiri. Berbagai fakta yang terjadi akhir-akhir ini antaralain banyaknya
penyimpangan sosial seperti tawuran, korupsi, melunturnya kejujuran, kurang kasih
sayang antar sesama, mudah tersinggung, materialistis dan sebagainya merupakan fakta yang
disebabkan lemahnya keterampilan sosial, selaku individu, warga masyarakat dan warga
Negara. Menurut (Maryani, 2012) banyaknya tawuran, korupsi, hedonisme, disintegrasi
bangsa, individualisme, konflik antar etis, agama, krisis kepercayaan, kurangnya kasih
2 ________________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 1-9, September 2014
sayang, kurangnya empati dan sebagainya. Semua itu disebabkan semakin melemahnya
keterampilan sosial.
Keterampilan sosial tidak hanya di tumbuh kembangkan dalam keluarga, masyarakat
tapi juga pendidikan di sekolah. Pendidikan dalam arti luas, memang mengalami tantangan
yang sangat berat. Di saat kaum ibu masuk ke dalam sektor publik, maka pendidikan anak di
rumah menjadi terabaikan, di saat budaya baca belum terbentuk maka budaya visual melalui
TV masuk dengan intensif, di saat modal sosial belum terbina, individualisme melalui
permainan, home schooling, tugas individual menjadi kebutuhan dan tuntutan, di saat etos
kerja atau belajar dan produktivitas belum terbina, budaya santai telah terbentuk, di saat
profesionalisme semakin sulit di capai, maka tuntutan materi begitu mendesak. Keteladanan
pun menjadi sesuatu yang sangat langka.
Kondisi itu sangat bertentangan dengan salah satu tujuan pembelajaran IPS yang
menekankan pada kemampuan keterampilan sosial meliputi kemampuan menyesuaikan diri,
berkomunikasi, berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, rasa tanggungjawab,
kepercayaan, disiplin dan mampu bekerjasama. Kondisi kemampuan keterampilan sosial
siswa Sekolah Dasar saat ini memprihatinkan dan harus segera diatasi melalui perbaikan di
semua lini kehidupan secara terintegrasi. Untuk itu diperlukan grand desain untuk
memperbaiki kompetensi keterampilan sosial siswa sekolah dasar yang menyentuh semua lini
kehidupan. Grand desain tersebut tentunya memerlukan usaha keras, tanggung jawab, dan
komitmen yang kuat dari seluruh komponen bangsa untuk dapat mewujudkan (Sukartiningsih,
2011)
Implementasi peningkatan kompetensi keterampilan sosial di sekolah salah satunya
dapat mengembangkan perangkat pembelajaran IPS. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20
dinyatakan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran dan mensyaratkan
bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan RPP yang berkaitan dengan
standar proses, mensyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan
pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses, yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran mensyaratkan pendidik pada
satuan pendidikan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP
tersebut akan menghasilkan satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan dengan menggunakan lebih dari satu metode pembelajaran,menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Chumi Zahroul F, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS ......................................... ._________________________ 3
Dengan demikian, untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta didik Sekolah Dasar
yang meliputi berkomunikasi, kerjasama, berpartisipasi dalam diskusi, tanggungjawab,
berfikir kritis dan memecahkan masalah. maka perlu disusun dan dikembangkan perangkat
pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dapat memaksimalkan
kompetensi keterampilan sosial yang dimiliki peserta didik sehingga tujuan dari pembelajaran
dapat tercapai. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP dan LKS yang
berorientasi model pembelajaran kooperatif.
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar (Depdiknas, 2009). Dalam
menyusun RPP guru harus mencantumkan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, sumber belajar dan evaluasi. Lembar kerja siswa (student worksheet) adalah
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja siswa biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Pembelajaran kooperatif mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok yang bersifat
heterogen dari segi gender, etnis dan kemampuan akademis untuk saling membantu satu sama lain
dalam mencapai tujuan bersama. Model ini membiasakan peserta didik untuk selalu bekerjasama
secara berkelompok untuk mengerjakan suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas
Dari uraian tersebut, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kompetensi keterampilan sosial siswa SD? Dari
rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan penelitian ini, yaitu untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran IPS model pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan kompetensi keterampilan sosial siswa SD.
Manfaat penelitian ini adalah (1) diperoleh perangkat pembelajaran IPS meliputi RPP
dan LKS yang menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan
kompetensi keterampilan sosial, (2) Perangkat pembelajarannya yang dikembangkan dalam
penelitian ini dapat memfasilitasi, memotivasi penumbuhan dan pengoptimalan kompetensi
keterampilan sosial pada siswa sejak dini.
Penelitian tentang keterampilan sosial telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebagai
berikut. Penelitian yang akan dilakukan ini oleh Maryani (2010) untuk mengembangkan
keterampilan sosial melalui pembelajaran geografi. Dalam hal ini peneliti telah
mengoptimalkan keterampilan sosial untuk memecahkan masalah sosial. Dalam penelitiannya
Handayani (2012) telah berhasil meningkatkan keterampilan sosial pada anak usia dini
4 ________________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 1-9, September 2014
melalui metode beramain peran. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi upaya
peningkatan kompetensi keterampilan sosial dalam pendidikan formal. Penelitian-penelitian
tentang keterampilan sosial tampaknya belum menyentuh pengembangan perangkat
pembelajaran yang berorietasi pada peningkatan keterampilan sosial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Menurut Borg and Gall (dalam
Ibrahim, 2001) bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Adapun model pengembangan yang diacu dalam penelitian ini adalah model 4-D
(four D model) yang terdiri atas tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design),
tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Karena hasil penelitian
ini tidak disebarkan pada sekolah lain (selain tempat peneliti) maka hanya digunakan tiga
tahap, yaitu sampai tahap pengembangan.
Subjek dalam penelitian ini adalah 32 siswa SD sebagai subjek uji coba perangkat.
Untuk memperoleh sejumlah data yang diharapkan, maka dalam pengumpulan data dilakukan
dengan teknik pemberian angket, pengamatan, wawancara, dan pemberian tes perolehan
belajar. Sebagai upaya pengumpulan data tersebut, dalam penelitian ini digunakan instrumen
pengumpul data berupa angket, lembar pengamatan, pedoman wawancara, dan tes perolehan
belajar.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Data angket
dianalisis dengan menggunakan rumus persentase. Analisis data dipergunakan untuk
menyajikan data hasil angket, observasi, wawancara, dan tes yang seluruh datanya diperoleh
dari pengguna produk, dan dokumentasi perolehan nilai siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada tahap awal pendefinisian (Define), peneliti melakukan diskusi bersama guru.
Kegiatan tersebut meliputi analisis kurikulum, analisis konsep, analisis siswa, analisis tugas
dan analisis tujuan pembelajaran. Analisis kurikulum dengan melakukan analisis untuk SK
dan KD yang bermuatan keterampilan sosial. Analisis konsep untuk mengidentifikasi konsep-
konsep materi yang akan diajarkan secara utuh. Analisis siswa bertujuan untuk mengetahui
karakteristik siswa pada kompetensi keterampilan sosial, analisis tugas untuk merumuskan
Chumi Zahroul F, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS ......................................... ._________________________ 5
tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa selama pembelajaran. Analisis tujuan
pembelajaran dengan melakukan kegiatan mengkonversikan hasil analisis konsep dan analisis
tugas menjadi tujuan pembelajaran yang mengoptimalkan kompetensi keterampilan sosial.
Tahap perencanaan (Design) melakukan kegiatan penyusunan format nilai ,
berdasarkan tujuan dan indikator pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kompetensi
keterampilan sosial setelah mengikuti pembelajaran. Pada tahap ini juga menentukan
bagaimana format atau bentuk perangkat pembelajaran yang meliputi RPP dan LKS yang
dihasilkan (Draf 1)
Tahap pengembangan (Develop) beberapa langkah yang dilakukan antara lain revisi 1
(Draf 2), uji coba I, revisi II dan uji coba II. Perangkat pembelajaran yang sudah
dikembangkan peneliti perlu mendapat validasi dari validator. Uji coba I menerapkan
perangkat pembelajaran yang telah divalidasi pada kelas terbatas. Revisi II (Draf 3)
merupakan hasil revisi pada uji coba I Peneliti selanjutnya merevisi perangkat pembelajaran
RPP dan LKS berdasarkan penilaian, saran dan hasil konsultasi dengan validator. Bila hasil
revisi 2 sudah sesuai dengan indikator maka bisa dilanjutkan pada uji coba 2.
Penilaian validator terhadap RPP meliputi beberapa aspek yaitu ketercapaian indikator
dengan tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, kesesuaian metode pembelajaran
waktu pembelajaran, penilaian dan bahasa. Hasil validasi RPP, skor rata-rata mencapai 3,61.
Penilaian validator terhadap LKS yang terdiri dari judul LKS, identitas siswa, petunjuk siswa,
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, prosedur dan pertanyaan memperoleh skor rata-rata
3.55
Hasil kualitas substantif perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP
dan LKS berdasarkan penilaian validator disajikan dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil penilaian kualitas perangkat pembelajaran
Perangkat
Pembelajaran
Validator Nilai Keterangan
Rpp 1 A Dapat digunakan tanpa revisi
2 B Dapat digunakan dengan sedikit revisi
LKS 1 B Dapat digunakan dengan sedikit revisi
2 A Dapat digunakan tanpa revisi
Berdasarkan table 1, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang meliputi
RPP dan LKS menunjukkan baik dan layak diimplementasikan di lapangan dengan sedikit
revisi.
6 ________________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 1-9, September 2014
Data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kompetensi keterampilan sosial siswa
sangat tinggi, yaitu 83,12%. Skor capaian rata-rata siswa pada test pemahaman menunjukkan
bahwa 32 siswa tuntas secara individual dan ketuntasan klasikal sebesar 81,40%. persentase
keterlaksanaan sintaks pembelajaran sebesar 92% dengan nilai rata-rata sebesar 3.37 pada
skala penilaian 1-4. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterlasanaan perangkat
pembelajaran berkategori baik.
PEMBAHASAN
Didasarkan pada pertimbangan bahwa kompetensi keterampilan sosial untuk saat ini
merupakan kebutuhan yang mendesak dan penting untuk mengatasi sikap individualistik
yang mulai merambah semua sisi kehidupan peserta didik, maka perangkat pembelajaran
berbasis pembelajaran kooperatif dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kompetensi
keterampilan sosial yang dapat diterapkan dalam pendidikan formal, yakni pengintegrasian
pembelajaran kooperatif ke dalam beberapa metode pembelajaran pada setiap pelajaran yang
sudah ada. Pembelajaran ini memiliki keunggulan sebagai berikut. Pertama, pengintegrasian
kompetensi keterampilan sosial ke dalam indikator pembelajaran setiap mata pelajaran
dipandang sebagai cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kompetensi
keterampilan sosial karena tidak menimbulkan perubahan besar pada SD dan KD yang
menjadi beban baru bagi pemerintah maupun praktisi pendidikan sebagaimana jika dilakukan
dalam bentuk mata pelajaran tersendiri.
Kedua, pengintegrasian kompetensi keterampilan sosial ke dalam pembelajaran setiap
mata pelajaran yang sudah ada tidak menambah beban siswa yang selama ini sudah sangat
berat. Berdasarkan data statistik, jumlah jam pelajaran siswa di Indonesia paling besar
dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran negara lain. Kompetensi keterampilan sosial yang
dilakukan dalam bentuk mata pelajaran tersendiri tentunya akan menambah beban muatan
kurikulum dan beban jam belajar siswa.
Ketiga, pengintegrasian kompetensi keterampilan sosial ke dalam pembelajaran setiap
mata pelajaran bersifat natural. Artinya, kompetensi keterampilan sosial yang diberikan
secara terintegrasi dalam pembelajaran merupakan bagian dari proses internalisasi yang
menyatu dengan pemerolehan kompetensi kognitif, psikomotor, dan afektif siswa.
Keempat, pengintegrasian kompetensi keterampilan sosial ke dalam pembelajaran
setiap mata pelajaran yang sudah ada dapat dilakukan dengan cara yang mudah, yaitu dengan
Chumi Zahroul F, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS ......................................... ._________________________ 7
memasukkan indikator-indikator kompetensi keterampilan sosial sebagai indikator afektif
secara berdiri sendiri dari indikator kognitif dan psikomotor.
Untuk itu, kompetensi keterampilan sosial perlu diterapkan sejak dini dengan
pertimbangan sebagai berikut. Pertama, adanya tahapan pembetukkan karakter yang
membutuhkan proses yang lama dan bertahap, maka semakin dini kompetensi keterampilan
sosial tersebut diterapkan maka semakin memungkinkan bagi anak untuk memiliki
keterampilan sosial. Kedua, keterampilan sosial yang diberikan sejak dini kepada anak akan
lebih mempermudah guru dan orang tua dalam menanamkan keterampilan sosial sebelum
anak terpengaruh dengan karakter destruktif. Jika karakter destruktif tersebut sudah berada
pada tahapan karakterisasi, maka pembenahannya akan memerlukan proses yang lama dan
sulit (Sukartiningsih, 2011). Ketiga, pada anak usia dini akan lebih mudah mengalami proses
internalisasi dan karakterisasi dibandingkan dengan keterampilan sosial yang diberikan pada
anak-anak yang sudah berada di tingkat lanjut.
Dari uraian diatas menunjukkan pentingnya keterampilan sosial, untuk itu model
pembelajaran IPS berbasis pembelajaran kooperatif dengan tujuan meningkatkan kompetensi
keterampilan sosial perlu diterapkan mulai di kelas 1 SD. Untuk menunjang keterlaksanaan
dan keberhasilan kompetensi keterampilan sosial di SD, maka perlu desain perangkat
pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan standar isi KTSP di kelas I SD. Desain
perangkat pembelajaran IPS berbasis pembelajaran kooperatif dengan tujuan meningkatkan
kompetensi keterampilan sosial antara lain RPP dan LKS.
PENUTUP
Pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif berbagai tipe
untuk meningkatkan kompetensi keterampilan sosial perlu segera diterapkan, maka penelitian
pengembangan perangkat pembelajaran IPS berbasis pembelajaran kooperatif di SD sebagai
upaya menumbuhkan keterampilan sosial anak sejak dini penting dilakukan.
Berdasarkan hasil validasi dan uji coba dapat disimpulkan bahwa RPP dan LKS
berkategori baik yang berarti RPP dan LKS hasil pengembangan layak digu-
nakan.Berdasarkan catatan saat uji coba yang telah dilaksanakan, maka untuk
mengoptimalkan pelaksanaan RPP dan pemanfaatan LKS memberikan saran-saran sebagai
berikut: a) Hendaknya alokasi waktu pada RPP sangat diperhatikan, mengingat pelaksanaan
pembelajaran berbasis pembelajaran kooperatif memerlukan banyak waktu; b) LKS ini
disusun sesuai karakteristik siswa sehingga diharapkan siswa dapat menggunakannya secara
8 ________________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 1-9, September 2014
mandiri; c) Perangkat pembelajaran yang berupa LKS bukan merupakan satu-satunya sumber
belajar siswa, hendaknya guru menyarankan siswa untuk membaca sumber lain yang relevan.
Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pembelajaran kooperatif ini tidak
melakukan tahap desiminasi (penyebaran). Namun bila dikehendaki untuk proses desiminasi
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu perangkat pembelajaran ini disusun
berdasarkan karakteristik siswa SDN. Untuk lebih meningkatkan kualitas perangkat
pembelajaran hendaknya direvisi lebih lanjut dan dikembangkan untuk materi-materi yang
lain dalam mata pelajaran IPS
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jakarta:
Depdiknas
Depdiknas, 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran, Jakarta. Depdiknas
Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Keterampilan Sosial Melalui pembelajaran Geografi.
Makalah Seminar
Handayani, Sri 2012. Meningkatkan Keterampilan Anak Usia Dini Melalui Bermain Peran.
Bandung. Repository.UPI.Edu
Ibrahim, Muslimin. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Jerold E.
Kemp & Thiagarajan. Surabaya: PSMS-PPs Unesa.
Sjamsudin, 2008. Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah Pada Seminar Nasional. Makasar
Sukartiningsih, Wahyu. 2011. Upaya Merevitalisasi Karakter Bangsa Melalui
Pengembangan Perangkat Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Tematik Di
SD. Prosiding Seminar Nasional. Surabaya. UNESA University Press.
Chumi Zahroul F, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS ......................................... ._________________________ 9
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE
EKSPERIMEN MELALUI KERJA KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS III SDN KEMUNINGSARI KIDUL 02, JENGGAWAH JEMBER TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Sugiono1)
1) Sekolah Dasar Negeri Kemuningsari Kidul 02, Jenggawah, Jember
Abstract: This research aims to determine the increase motivation and learning
outcomes of students with experimental method through group work in science
subjects of class III SDN Kemuningsari Kidul 02, Jenggawah, Jember. The
study was conducted in class III SDN Kemuningsari Kidul 02 Jember, in
science subjects. Subjects numbered 39 students. The study design was a class
action research cycle model. Each cycle includes four phases of activities:
planning, action, observation, and reflection. Data collected by the method of
testing and observation. Action research was conducted in two cycles. The
results obtained in the first cycle: 22 students completed study, 17 students are
not yet complete and classically expressed unresolved. In the second cycle: 33
students completed study, 6 students are not yet complete and the classical
declared complete. In general motivation to learn is also increased from the
first cycle to the second cycle. The conclusion of this study is the experimental
method can improve motivation and learning outcomes third grade students of
SDN Myrtle Kidul 02, Jenggawah Jemberin Pre-cycle Class: 63.65%, for
Cycle 1: 69.95%, and Cycle 2: 78.10%.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa dengan metode eksperimen melalui kerja kelompok pada
mata pelajaran IPA kelas III SDN Kemuningsari Kidul 02, Jenggawah, Jember.
Penelitian dilakukan di kelas III SDN Kemuningsari Kidul 02 Jember, pada
mata pelajaran IPA. Subjek penelitian berjumlah 39 siswa. Desain penelitian
adalah penelitian tindakan kelas dengan model Siklus. Setiap siklus mencakup
4 tahap kegiatan yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data
dikumpulkan dengan metode tes dan observasi. Penelitian tindakan
dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil yang diperoleh pada siklus I: 22 siswa
tuntas belajar, 17 siswa belum tuntas dan secara klasikal dinyatakan belum
tuntas. Pada siklus II: 33 siswa tuntas belajar, 6 siswa belum tuntas dan secara
klasikal dinyatakan tuntas. Secara umum motivasi belajar juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas
III SDN Kemuning Kidul 02, Jenggawah Jember.
Kata kunci: Eksperimen , kerja kelompok, motivasi belajar siswa
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu sistim membelajarkan siswayang direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa mencapai tujuan tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur
pembelajaran diwujudkan dengan metode yang tepat, dengan memberikan motivasi dan
bimbingan. Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat
dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (out put) pendidikan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, belajar akan efektif jika dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan, sehingga siswa dapat mengaktualisasikan dan
nendayagunakan kemampuan yang dimiliki seoptimal mungkin. Pengembangan kemampuan
siswa dalam didang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi
Kemajuan pengatahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa
dalam bidang IPA guna melatih keterampilan siswa untuk berpikir secara kreatif dan inovatif
serta merupakan latihan awal bagi anak untuk berfikir kritis dalam mengembangkan daya
cipta dan minat siswa sejak dini kepada alam sekitarnya.
Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah sering terjadi masalah yang
timbul baik dari guru maupun perilaku siswa. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang
berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Pelajaran IPA di kelas
III SDN Kemuningsari Kidul 02 Kec. Jenggawah Kab. Jember, menunjukkan rendahnya
tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari yang
diperoleh siswa saat mengikuti ulangan, hanya 16 anak dari 39 siswa di kelas III SDN
Kemuningsari Kidul 02 yang mencapai tingkat penguasaan materi yang diberikan oleh guru
sebesar 70 ke atas, 14 anak mendapat nilai 70, yang lain mendapat nilai 50.
Dalam konteks pembelajaran, masalah rendahnya hasil belajar (nilai ulangan harian)
siswa dalam suatu materi pokok pembelajaran merupakan sebuah problem yang selayaknya
perlu mendapatkan perhatian serius. Sebab rendahnya perolehan hasil belajar (nilai ulangan
harian) siswa hakekatnya merupakan cerminan rendahnya tingkat pemahaman (penguasaan)
mereka terhadap suatu materi pokok pembelajaran. Masalah rendahnya hasil belajar siswa
kelas III SDN Kemuningsari Kidul 02 dapat diatasi dengan tindakan perbaikan pembelajaran
yang berlandaskan pada kaidah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti akan mencoba untuk mengatasi
melalui pembelajaran yang menitikberatkan pada siswa agar dapat belajar secara aktif dengan
menggunakan metode eksperimen melalui kerja kelompok.
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas. Maka
berikut ini dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode eksperimen melalui kerja kelompok pada
mata pelajaran IPA kelas III SDN Kemuningsari Kidul 02 Kec. Jenggawah Kab. Jember?”
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 11
Tujuan perbaikan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode eksperimen melalui kerja
kelompok pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Kemuningsari kidul 02 Kec. Jenggawah
kab. Jember.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan di SDN Kemuningsari Kidul 02 Kec. Jenggawah Kab.
Jember. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 39 siswa,
dengan mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah IPA kelas III Semester II
dengan standar kompetensi Energi dan perubahannya. Karakteristik siswa kelas III SDN
Kemuningsari Kidul 02 hampir sama dengan siswa-siswa SD / MI pada umumnya yang
bersifat heterogen dan dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Karakteristik
berdasarkan jenis kelamin, laki-laki berjumlah 19 anak dan perempuan berjumlah 20 anak.
Berdasarkan agama, siswa kelas III SDN Kemuningsari Kidul 02 seluruhnya beragama Islam.
Berdasarkan status sosial ekonomi orang tua, ekonomi orang tuanya rendah 19 anak dan
ekonomi orang tuanya menengah 20 anak.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka pendekatan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa dalam
melakukan tindakan pada subjek penelitian sangat diutamakan pengungkapan makna dan
proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa yang berdampak pada
hasil belajar yang meningkat melalui metode eksperimen.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu
penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan pembuat keputusan (decision
maker) tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan. Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk 2 siklus yang setiap siklus
mencakup 4 tahap kegiatan yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Indikator keberhasilan siklus adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa hingga
mencapai ketuntasan hasil belajar dengan standar yang digunakan sekolah, yaitu :
1. Daya serap perseorangan, siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila mencapai nilai >
65.
2. Daya serap klasikal, kelas dinyatakan telah tuntas belajar jika kelas tesebut terdapat >
70% dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai > 65.
12 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 10-23, September 2014
Prosedur Pada Siklus I
Siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2010 dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu
:
1.) Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan pada siklus I meliputi :
a. Merumuskan tujuan pelaksanaan metode eksperimen.
Tujuan eksperimen pada pembelajaran IPA dengan materi pokok gerak benda
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran adalah :
1. Agar siswa termotivasi dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
2. Agar siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan tepat.
3. Hasil belajar siswa meningkat.
Dalam hal ini guru terlebih dahulu memberikan tanya jawab tentang sumber energi
bunyi. Contohnya : Sebutkan sumber bunyi yang kamu ketahui! Kemudian siswa
menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.
b. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran IPA dengan materi pembelajaran gerak benda dipengaruhi oleh
bentuk dan ukuran masalah yang akan dieksperimen adalah bagaimana cara guru
melakukan percobaan serta cara menerapkan yang baik. Guru menjelaskan di depan
kelas bagaimana prosedur pelaksanaan percobaan tentang perambatan bunyi.
c. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar
untuk satu siklus.
d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Standar kompetensi energi dan perubahannya. Kompetensi dasar adalah
menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran.
e. Menentukan skenario pembelajaran dengan metode eksperimen.
f. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu / media yang dibutuhkan.
g. Menyusun lembar kerja siswa (kelompok).
h. Menyusun format evaluasi.
i. Guru melakukan kolaborasi dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
Pada saat guru melakukan tindakan, teman sejawat mengamati cara guru mengajar
dan perubahan motivasi siswa selama proses belajar berlangsung.
2.) Pelaksanaan Tindakan
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 13
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan proses pembelajaran
yang mengacu pada persiapan yang akan dilaksanakan. Pelaksanaannya sebagai
berikut :
a. Guru memberi salam.
b. Guru memeriksa kehadiran siswa.
c. Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan dibahas.
d. Guru memotivasi siswa melalui tanya jawab.
e. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan
dilalui.
f. Guru membagi siswa dalam kelompok belajar.
g. Guru menjelaskan prosedur pelaksanaan percobaan.
h. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok.
i. Guru dan siswa mendiskusikan hasil kelompok.
j. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dilaksanakan.
k. Guru mengadakan evaluasi.
3.) Pengamatan
Guru dibantu teman sejawat untuk mengamati kegiatan siswa dan mencatat motivasi
belajar ke dalam lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Observasi
dilakukan pada saat guru menerapkan metode eksperimen. Bentuk lembar observasi
menampilkan aspek-aspek dari proses yang harus diamati. Hal-hal yang diobservasi
adalah minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, keaktifan siswa, reaksi siswa
terhadap stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, kontak guru dengan siswa, serta
cara siswa mengamati perambatan bunyi.
4.) Refleksi
Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil tindakan dan hasil observasi
kemudian dianalisis untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan pada
siklus I. Hal-hal yang perlu direfleksikan yaitu motivasi belajar siswa, dan
keterampilan guru dalam menggunakan metode eksperimen selama proses belajar
mengajar berlangsung. Tujuan refleksi adalah untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan dan diambil kebijakan untuk menentukan perbaikan atau pemantapan pada
siklus berikutnya. Indikator keberhasilan siklus adalah adanya peningkatan motivasi
belajar siswa sehingga mencapai nilai > 65.
14 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 10-23, September 2014
Prosedur Pada Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2010. Prosedur yang dilakukan pada
siklus II sama dengan siklus I. Namun, pada siklus II ini merupakan siklus perbaikan yakni
jika kategori motivasi belajar yang dicapai dalam siklus I adalah kurang dari 65. Setelah
dilakukan tindakan refleksi pada siklus I akan tampak hal-hal yang menjadi kekurangan pada
siklus I dan tidak diikutsertakan, sehingga nantinya akan mencapai hasil yang optimal.
Tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada siklus II ini sama dengan yang dilakukan
pada siklus I, yaitu :
1.) Rencana Perbaikan
Tahap ini merupakan tahap rencana perbaikan dari siklus I. Berdasarkan refleksi dari
siklus I, diperoleh data mengenai kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I
yang merupakan acuan untuk melaksanakan tindakan berikutnya pada siklus II agar
hasil tindakan yang dicapai lebih optimal.
2.) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini sama dengan tindakan pada siklus I
namun diupayakan perbaikan guna mencapai hasil yang optimal.
Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Guru memberi salam.
b. Guru memeriksa kehadiran siswa.
c. Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan dibahas.
d. Guru memotivasi siswa melalui tanya jawab tentang sumber energi bunyi.
e. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan
dilalui.
f. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan memberi tugas untuk
melakukan percobaan.
g. Guru menjelaskan prosedur pelaksanaan percobaan tentang perambatan bunyi.
h. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok.
i. Guru dan siswa mendiskusikan hasil pengamatan.
j. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dilaksanakan.
k. Guru mengadakan evaluasi.
3.) Pengamatan
Tahap observasi pada siklus II ini bertujuan untuk mengetahui perubahan motivasi
belajar siswa selama tindakan berlangsung yang berdampak pada hasil belajar. Peneliti
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 15
dibantu oleh teman sejawat sebagai observer untuk melakukan kegiatan observasi
dengan lebih baik, teliti, dan lebih cermat lagi terhadap aspek-aspek yang belum
terobservasi dengan lebih sempurna sebagai realisasi perubahan pada siklus
sebelumnya.
4.) Refleksi
Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil tindakan dan hasil observasi
kemudian analisis untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan pada
siklus II berdasarkan data yang terkumpul. Hasil kajian yang diperoleh peneliti juga
digunakan untuk melengkapi, memperbaiki, menyempurnakan, dan memperkuat hasil
kajian siklus I, agar dapat dipastikan bahwa penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan pemahaman siswa dan berdampak pada meningkatnya hasil belajar
siswa. Hal-hal yang perlu direfleksikan yaitu meningkatnya motivasi serta pemahaman
siswa, peran guru selama proses belajar mengajar berlangsung, dan keterampilan guru
dalam menggunakan metode eksperimen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengolahan ; Setelah melakukan perbaikan pembelajaran setiap siswa diberi
tes formatif yaitu siklus I dan tes formatif siklus II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses perbaikan pembelajaran. Adapun data penilaian dalam
proses perbaikan pembelajaran per siklus adalah sebagai berikut :
1. Sebelum Perbaikan Mata Pelajaran IPA (Pra Siklus)
No. Nama Skor Tuntas Tidak
Tuntas
Ket.
1 Arda Riski 50 √
2 Diva Nabila 70 √
3 Dimas Arif 70 √
4 Indar Musyawamah 70 √
5 Indana Riskiatun 70 √
6 Lisna Dwi L 70 √
7 M.Agus Solihin 70 √
8 M.Aditya S. 70 √
9 Indah Puspa 60 √
10 M.Rozil Gufron 80 √
11 Miftahul Zannah 65 √
12 Nayla Novia 60 √
13 Sekar Ayu 60 √
14 Trio Arisandi 75 √
15 Ulviatun I 60 √
16 Vine Putri 55 √
17 Wahyu Okta 80 √
16 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 10-23, September 2014
18 Yuda Firdaus 60 √
19 Zainul Muhlisin 50 √
20 Elok Faiqoh 65 √
21 Antok Prasetyo 50 √
22 Riska Widyawati 40 √
23 Saiful Anam 40 √
24 Siti Afifah 50 √
25 Riski Salam 50 √
26 Ahm.Dwi Rian 50 √
27 Ahm.Wahyudi 40 √
28 M.Arif Hidayat 40 √
29 Eko Prasetyo 40 √
30 Imam Basoir 60 √
31 Choirun Nisak 50 √
32 Melgi Oktavia 50 √
33 M.Irfan Iqbal 54 √
34 Novi Agustin 50 √
35 Putri Aprilia 50 √
36 Riko Tri K 50 √
37 Yuliatul Hasanah 50 √
38 Zenny Purwasih 50 √
39 Sofiatul Hasanah 40 √
2. Daftar Skala Nilai IPA Kelas III Pra Siklus
No. Skala Nilai Kriteria Jumlah
Siswa
Jumlah
Siswa
Keseluruhan
Jumlah
%
1. 0 – 50 Kurang 18
39
46,15%
2. 51 – 60 Cukup
8 20,51%
3. 61 – 70 9 23,08%
4. 71 – 80 Baik
3 07,69%
5. 81 – 90 0 0%
6. 91 – 100 Baik Sekali 0 0%
Kesimpulan : Siswa yang mendapat nilai Kurang 18
Siswa yang mendapat nilai Cukup 8
Siswa yang mendapat nilai Baik 3
Siswa yang mendapat nilai Baik Sekali 0
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 17
3. Nilai Evaluasi Setelah Perbaikan Siklus 1
No. Nama Skor Tuntas Tidak
Tuntas
Ket.
1 Ananda Pratama 65 TUNTAS
2 Cici Paramyta 65 TUNTAS
3 Diki Ardinsyah 75 TUNTAS
4 Indah Permadani 82 TUNTAS
5 Indana Riskiatun 85 TUNTAS
6 Lisna Dwi L 95 TUNTAS
7 M.Agus Solihin 75 TUNTAS
8 M.Aditya S. 65 TUNTAS
9 Indah Puspa 65 TUNTAS
10 M.Rozil Gufron 85 TUNTAS
11 Miftahul Zannah 65 TUNTAS
12 Nayla Novia 85 TUNTAS
13 Sekar Ayu 65 TUNTAS
14 Trio Arisandi 72 TUNTAS
15 Ulviatun I 75 TUNTAS
16 Vine Putri 75 TUNTAS
17 Wahyu Okta 75 TUNTAS
18 Yuda Firdaus 65 TUNTAS
19 Zainul Muhlisin 65 TUNTAS
20 Elok Faiqoh 75 TUNTAS
21 Antok Prasetyo 40 TIDAK
TUNTAS
22 Riska Widyawati 40 TIDAK
TUNTAS
23 Saiful Anam 40 TIDAK
TUNTAS
24 Siti Afifah 50 TIDAK
TUNTAS
25 Riski Salam 65 TUNTAS
26 Ahm.Dwi Rian 50 TIDAK
TUNTAS
27 Ahm.Wahyudi 40 TIDAK
TUNTAS
28 M.Arif Hidayat 40 TIDAK
TUNTAS
29 Eko Prasetyo 40 TIDAK
TUNTAS
30 Imam Basoir 65 TUNTAS
31 Choirun Nisak 60 TIDAK
TUNTAS
32 Melgi Oktavia 50 TIDAK
TUNTAS
33 M.Irfan Iqbal 50 TIDAK
TUNTAS
34 Novi Agustin 50 TIDAK
TUNTAS
35 Putri Aprilia 50 TIDAK
TUNTAS
36 Riko Tri K 50 TIDAK
TUNTAS
37 Tika Yunita 50 TIDAK
TUNTAS
38 Iatan Permatasari 50 TIDAK
TUNTAS
39 Saiful Bahri 40 TIDAK
TUNTAS
Keterangan :
Jumlah siswa tuntas : 22
Jumlah siswa tidak tuntas : 17
Klasikal : Belum Tuntas
18 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 10-23, September 2014
4. Daftar Skala Nilai IPA Kelas III Siklus I
No. Skala Nilai Kriteria Jumlah
Siswa
Jumlah
Siswa
Keseluruhan
Jumlah
%
1. 0 – 50 Kurang 16
39
41,03%
2. 51 – 60 Cukup
1 2,56%
3. 61 – 70 10 25,64%
4. 71 – 80 Baik
7 17,95%
5. 81 – 90 5 12,82%
6. 91 – 100 Baik Sekali 0 0%
Kesimpulan : Siswa yang mendapat nilai Kurang turun dari 2 ke 0
Siswa yang mendapat nilai Cukup turun dari 12 ke 11
Siswa yang mendapat nilai Baik naik dari 5 ke 6
Siswa yang mendapat nilai Baik Sekali 0
5. Nilai Evaluasi Setelah Perbaikan Siklus 1I
No. Nama Skor Tuntas Tidak
Tuntas
Ket.
1 Ananda Pratama 65 TUNTAS
2 Cici Paramyta 75 TUNTAS
3 Diki Ardinsyah 100 TUNTAS
4 Indah Permadani 100 TUNTAS
5 Indana Riskiatun 85 TUNTAS
6 Lisna Dwi L 100 TUNTAS
7 M.Agus Solihin 80 TUNTAS
8 M.Aditya S. 80 TUNTAS
9 Indah Puspa 70 TUNTAS
10 M.Rozil Gufron 90 TUNTAS
11 Miftahul Zannah 65 TUNTAS
12 Nayla Novia 100 TUNTAS
13 Sekar Ayu 70 TUNTAS
14 Trio Arisandi 75 TUNTAS
15 Ulviatun I 75 TUNTAS
16 Vine Putri 80 TUNTAS
17 Wahyu Okta 75 TUNTAS
18 Yuda Firdaus 70 TUNTAS
19 Zainul Muhlisin 65 TUNTAS
20 Elok Faiqoh 85 TUNTAS
21 Antok Prasetyo 55 TIDAK
TUNTAS
22 Riska Widyawati 52 TIDAK
TUNTAS
23 Saiful Anam 52 TIDAK
TUNTAS
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 19
24 Siti Afifah 65 TUNTAS
25 Riski Salam 65 TUNTAS
26 Ahm.Dwi Rian 65 TUNTAS
27 Ahm.Wahyudi 52 TUNTAS
28 M.Arif Hidayat 65 TUNTAS
29 Eko Prasetyo 52 TIDAK
TUNTAS
30 Imam Basoir 70 TUNTAS
31 Ananda Pratama 70 TUNTAS
32 Cici Paramyta 65 TUNTAS
33 Diki Ardinsyah 65 TUNTAS
34 Indah Permadani 65 TUNTAS
35 Indana Riskiatun 55 TIDAK
TUNTAS
36 Lisna Dwi L 65 TUNTAS
37 M.Agus Solihin 65 TUNTAS
38 M.Aditya S. 65 TUNTAS
39 Indah Puspa 52 TIDAK
TUNTAS
Keterangan :
Jumlah siswa tuntas : 33
Jumlah siswa tidak tuntas : 6
Klasikal : Tuntas
6. Daftar Skala Nilai IPA Kelas III Siklus II
No. Skala Nilai Kriteria Jumlah
Siswa
Jumlah
Siswa
Keseluruhan
Jumlah
%
1. 0 – 50 Kurang 0
39
0%
2. 51 – 60 Cukup
7 17,95%
3. 61 – 70 17 43,59%
4. 71 – 80 Baik
6 15,38%
5. 81 – 90 5 12,82%
6. 91 – 100 Baik Sekali 4 10,26%
Kesimpulan : Siswa yang mendapat nilai Kurang turun dari 16 ke 0
Siswa yang mendapat nilai Cukup naik dari 11 ke 24
Siswa yang mendapat nilai Baik turun dari 12 ke 11
Siswa yang mendapat nilai Baik Sekali naik dari 0 ke 4
20 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 10-23, September 2014
7. Nilai Siswa Mata Pelajaran IPA
No. Nama Nilai
Pra
Siklus
Nilai
Siklus
I
Nilai
Siklus
II
Ket.
1 Arda Riski 50 65 65
2 Diva Nabila 70 65 75
3 Dimas Arif 70 75 100
4 Indar Musyawamah 70 82 100
5 Indana Riskiatun 70 85 85
6 Lisna Dwi L 70 95 100
7 M.Agus Solihin 70 75 80
8 M.Aditya S. 70 65 80
9 Indah Puspa 60 65 70
10 M.Rozil Gufron 80 85 90
11 Miftahul Zannah 65 65 65
12 Nayla Novia 60 85 100
13 Sekar Ayu 60 65 70
14 Trio Arisandi 75 72 75
15 Ulviatun I 60 75 75
16 Vine Putri 55 75 80
17 Wahyu Okta 80 75 75
18 Yuda Firdaus 60 65 70
19 Zainul Muhlisin 50 65 65
20 Elok Faiqoh 65 75 85
21 Antok Prasetyo 50 40 55
22 Riska Widyawati 40 40 52
23 Saiful Anam 40 40 52
24 Siti Afifah 50 50 65
25 Riski Salam 50 65 65
26 Ahm.Dwi Rian 50 50 65
27 Ahm.Wahyudi 40 40 52
28 M.Arif Hidayat 40 40 65
29 Eko Prasetyo 40 40 52
30 Imam Basoir 60 65 70
31 Choirun Nisak 50 60 70
32 Melgi Oktavia 50 50 65
33 M.Irfan Iqbal 54 50 65
34 Novi Agustin 50 50 65
35 Putri Aprilia 50 50 55
36 Riko Tri K 50 50 65
37 Yuliatul Hasanah 50 50 65
38 Zenny Purwasih 50 50 65
39 Sofiatul Hasanah 40 40 52
Jumlah Skor 2214 2394 2713
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 21
8. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa pada Mata Pelajaran IPA
No. Uraian
Hasil
Pra
Siklus
Hasil
Siklus I
Hasil
Siklus II
1 Nilai rata-rata hasil formatif 56,77 61,38 70,90
2 Jumlah siswa yang tuntas 12 22 33
3 Prosentase ketuntasan belajar 30,77% 56,41% 84,62%
Berdasarkan hasil diskusi teman sejawat perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata per siklusnya terus
mengalami perbaikan. Rangkuman dari ketiga siklus adalah sebagai berikut :
9. Rangkuman Hasil Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Berdasarkan Kriteria Nilai
No. Skala Nilai Kriteria Pra Siklus
(%)
Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
1. 0 – 50 Kurang 46,15% 41,03% 0%
2. 51 – 60 Cukup
20,51% 2,56% 17,95%
3. 61 – 70 23,08% 25,64% 43,59%
4. 71 – 80 Baik
07,69% 17,95% 15,38%
5. 81 – 90 0% 12,82% 12,82%
6. 91 – 100 Baik Sekali 0% 0% 10,26%
Berdasarkan tabel diatas, hasil nilai IPA kelas III mengalami peningkatan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
- Kriteria nilai Kurang : Pra Siklus 46,15%, Siklus I 41,03%, Siklus II 0%
- Kriteria nilai Cukup : Pra Siklus 43,59%, Siklus I 28,2%, Siklus II 61,54%
- Kriteria nilai Baik : Pra Siklus 07,69%, Siklus I 30,77%, Siklus II 28,20%
- Kriteria nilai Baik Sekali : Siklus II 10,26%
Deskripsi Temuan dan Hasil ; Berdasarkan hasil tes siswa tiap siklus, siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan. Dari tabel rangkuman hasil nilai siswa berdasarkan kriteria
nilai juga mengalami peningkatan :
a. Kriteria nilai Kurang : Pra Siklus 46,15%, Siklus I 41,03%, Siklus II 0%
b. Kriteria nilai Cukup : Pra Siklus 43,59%, Siklus I 28,2%, Siklus II 61,54%
c. Kriteria nilai Baik : Pra Siklus 07,69%, Siklus I 30,77%, Siklus II 28,20%
d. Kriteria nilai Baik Sekali : Siklus II 10,26%
22 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 10-23, September 2014
Pembahasan ; Berdasarkan hasil tes prestasi siswa, setiap siklus menunjukkan bahwa
dengan perbaikan pembelajaran siswa banyak diberi kesempatan untuk berdiskusi bersama
kelompoknya dan melakukan percobaan serta mengamati hasilnya. Berdasarkan hasil
observasi dengan teman sejawat diperoleh keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan metode eksperimen, alat peraga yang sesuai, mencoba dan memperagakan
sendiri. Keaktifan guru muncul diantaranya membimbing dan melatih siswa menggunakan
alat peraga, mengamati kerja siswa, memberi tugas dan evaluasi.
KESIMPUKAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan setiap bab dan siklus demi siklus, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (a) Model eksperimen dan kerja kelompok dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dalam pelajaran
IPA di SDN Kemuningsari Kidul 02 Kec. Jenggawah Kab. Jember. (2) Model eksperimen
mengajarkan siswa mencoba sendiri dan melatih kreativitas siswa dan meningkatkan
kemampuan berpikir yang lebih optimal. (3) Antara motivasi belajar dengan hasil belajar
mempunyai hubungan yang sangat erat.
Berdasarkan dari kesimpulan di atas, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan keaktifan siswa diantaranya : (1) Penjelasan
materi yang disampaikan hendaknya disertai dengan metode pembelajaran yang
menyenangkan agar siswa mudah memahami materi pembelajaran. (2) Media pembelajaran
yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kolb, D. (1984). Experiential Learning Experience as The Source of Learning and
Development Englewood Cliffs. Prentice Hall.
Ornstein, A.C. (1993). How to Recognize Good Teaching. American School Board Journal,
80 (1), 24 – 27.
Suciati, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sumantri, Mulyani & Permana, Johar. (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud
Ditjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Wahyudin, Dian, dkk. (2006). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K., Julaeha, Siti, & Marsinah, Ngadi. (2007). Pemantapan Kemampuan
Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wihardit, Kusuma, & Nasution, Noehi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Sugiono, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ..............................................._________________________ 23
PENINGKATAN KOMPETENSI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS GURU
MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK PADA PEMBELAJARAN PKN DI
SDN JENGGAWAH 04 KECAMATAN JENGGAWAH JEMBER SEMESTER
GENAP TAHUN 2012/2013
Nastiti Iriani1)
1)
SDN Jenggawah 04, Jenggawah, Jember
Abstract: The effectiveness of learning is a very important asset for learning.
The majority of the learning process method used by teachers is a conventional
method which is one-way only. The purpose of this study to increase the
competence and critical thinking skills in teaching fifth grade students at SDN
Jenggawah 04 Civics Jenggawah Jember District of Semester Year 2012/2013.
The study was conducted in class V SDN Jenggawah 04, Jenggawah, Jember,
on subjects Civics. Subjects numbered 43 students. This penetlitian design is
classroom action research cycle model. Each cycle includes four phases of
activities: planning, action, observation, and reflection. Data collected by the
method of testing and observation. Action research conducted in three cycles.
The results obtained in the first cycle: 34% of students scored more than 76, on
the second cycle increased to 66% and in the second cycle to 88%. In the
competence and critical thinking skills of teachers increased from the first
cycle to cycle III. The conclusion of this study is the project method can
improve the competence and critical thinking skills in teaching civics teacher at
SDN Jenggawah 04, Jenggawah, Jember even semester of 2013/2014.
Abstrak: Keefektifan belajar merupakan modal yang sangat penting untuk
belajar. Mayoritas dalam proses pembelajaran metode yang dipakai oleh guru
adalah metode konvensional yang hanya bersifat satu arah. Tujuan penelitian
ini untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas
V pada pembelajaran PKn di SDN Jenggawah 04 Kecamatan Jenggawah
Jember Semester Genap Tahun 2012/2013. Penelitian dilakukan di kelas V
SDN Jenggawah 04, Jenggawah, Jember, pada mata pelajaran PKn. Subjek
penelitian berjumlah 43 siswa. Desain penetlitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan dengan model siklus. Setiap siklus mencakup 4 tahap kegiatan
yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dikumpulkan
dengan metode tes dan observasi. Penelitian tindakan dilaksanakan dalam tiga
siklus. Hasil yang diperoleh pada siklus I: 34% siswa mendapat nilai lebih dari
76, pada siklus II meningkat menjadi 66% dan pada siklus II menjadi 88%.
Secara kompetensi dan kemampuan berpikir kritis guru meningkat dari siklus I
ke siklus III. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode proyek dapat
meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis guru pada
pembelajaran PKn di SDN Jenggawah 04, Jenggawah, Jember semester Genap
tahun 2013/2014.
Kata Kunci: Penerapkan Metode Proyek, peningkatan kompetensi dan
kemampuan berpikir kritis, PKn.
PENDAHULUAN
Keefektifan belajar merupakan modal yang sangat penting untuk belajar. Tanpa ada
keefektifan belajar, proses belajar mengajar akan kurang berhasil. Meskipun seorang murid
mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, ia akan kurang berhasil dalam belajarnya jika
keefektifan belajarnya lemah.
Berdasarkan pendapat tersebut keefektifan belajar merupakan hal-hal yang
menyebabkan, menyatukan, serta mempertahankan orang untuk berperilaku tertentu dan
keefektifan belajar penting karena dengan keefektifan ini diharapkan setiap individu mau
bekerja keras (belajar) dan antusias untuk mencapai produktivitas/prestasi yang tinggi.
Mayoritas dalam proses pembelajaran metode yang dipakai oleh guru adalah metode
konvensional yang hanya bersifat satu arah. Pembelajaran model ini seolah-olah siswa
diibaratkan botol kosong yang diisi air oleh guru sehingga kreatifitas berpikir siswa
berkurang, karena hanya bersifat transfer of knowledge. Untuk mengantisipasi kondisi seperti
ini perlu diadakan perubahan metode pembelajaran yang tepat, khususnya bidang studi
Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan ulasan diatas, siswa lebih terganggu oleh anggota keluarga lain yang
sedang menonton film sinetron. Melihat kondisi ini, menurut hemat penulis model ini sangat
tepat jika menggunakan azas konsentrasi. Sehingga dengan ini siswa lebih banyak berperan
aktif dalam proses pembelajaran dan secara otomatis keefektifan belajar siswa terhadap
pelajaran akan tinggi.
Yang dimaksud Metode proyek ialah cara mengajar yang dilakukan dengan jalan
menggabungkan (mengorganisir) bahan pelajaran dengan aspek-aspek kehidupan masyarakat
sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan yang dapat memenuhi prinsip-prinsip
didaktik.
Metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode problem solving.Pengertian
proyek biasanya meliputi suatu masalah yang luas yang dianggap para murid seolah-olah vital
dan sangat berharga baginya, sehingga mereka rela bekerja atas dorongan kesadaran sendiri
untuk mencapai tujuan-tujuan yang terkandung didalam proyek itu.
Karena itu pada setiap pengajaran, guru hendaknya dapat mengatur pelajaran yang
diajarkan sedemikian rupa sehingga ada suatu pokok tertentu yang sesuai dengan minat,
kebutuhan dan pengalaman murid-murid dalam kelas yang mendorong pemusatan perhatian
para murid serta kesediaan mereka melakukan penyelidikan dan menemukan suatu yang
mempunyai arti dan nilai bagi kehidupannya yang kelak sebagai warga negara yang dewasa.
Nastiti Iriani, Peningkatan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis ........................_________________________ 25
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa penerapan metode proyek akan lebih
menarik minat dan melatih kemandirian, percaya diri siswa dalam melakukan kegiatan
belajar. Karena itu maka penulis memberi judul : Peningkatan Kompetensi Dan Kemampuan
Berpikir Kritis Guru Melalui Penerapan Metode Proyek Pada Pembelajaran PKn Di SDN
Jenggawah 04 Kecamatan Jenggawah Jember Semester Genap Tahun 2012/2013.
FOKUS MASALAH
Apakah Melalui Penerapan Metode Proyek Dapat Meningkatkan Kompetensi Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn Di SDN Jenggawah 04
Kecamatan Jenggawah Jember Semester Genap Tahun 2012/2013?
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini model penelitian yang digunakan adalah model Elliot. Tempat
atau lokasi PTK ini adalah di SDN Jenggawah 04 Kecamatan Jenggawah Jember. Subjek
penelitian ditujukan pada seluruh siswa kelas kelas V SDN Jenggawah 04 Kecamatan
Jenggawah Jember yang berjumlah 43 siswa, dengan alasan kurangnya sikap kemandirian,
percaya diri siswa serta hasil belajar PKn di kelas tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR
Prestasi belajar merupakan hasil dari perbuatan individu sendiri yang belajar. Sebab
pada dasarnya prestasi merupakan hasil belajar siswa yang dicapai dari kegiatan belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Dalam kegiatan sudah barang tentu akan
ada faktor penghambat atau penunjang, maka seberapa jauh faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi tergantung dari jenis kegiatan yang dilakukan.
Dengan mempengaruhi faktor-faktor penghambat dalam belajar, maka guru siswa
hendaknya mampu mengatasi hambatan-hambatan itu untuk mencapai tujuan pengajaran atau
tujuan pendidikan. Sumadi Suryabrata (1982 : 6-13) mengatakan bahwa, “faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar
siswa”.
Secara rinci faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor dari dalam diri siswa
1) Faktor fisiologis
2) Faktor psikologis
26 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 24-29, September 2014
2. Faktor dari luar diri siswa
1) Faktor lingkungan
2) Faktor instrument
HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas yang mengambil setting di SDN Jenggawah 04 Kecamatan
Jenggawah Jember pelaksanaannya mengikuti alur sebagai berikut :
1. Perencanaan, meliputi penetapan bidang studi PKn dengan materi “Globalisasi”
dan alokasi waktu pelaksanaan, pembuatan skenario.
2. Tindakan meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui metode
proyek.
3. Observasi, dilaksanakan dengan proses pembelajaran meliputi aktivitas siswa,
pengembangan materi dan hasil belajar
4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran sekaligus menyusun
rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Penelitian Tindakan Kelas dengan alur tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi disajikan dalam siklus tampak seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Tabel keaktifan guru dalam pembelajaran
Nilai Guru 76-100 65-75 <65
Awal (pre tes) 2 (17%) 5 (41.5%) 5 (41,5%)
Siklus
I 4 (34%) 5 (41%) 3 (25% )
II 8 (66%) 4 (34%) 0 (0% )
III 10 (83%) 2 (17%) 0 (0%)
Tabel 2. Tabel Keaktifan guru pada tiap siklus
Aktivitas guru Sangat
Aktif Aktif
Kurang
Aktif
Tidak
Aktif
Kondisi Awal 1 (10%) 2 (22%) 4 (28%) 5 (40%)
Siklus I 3 (28%) 5 (34%) 2 (21%) 2 (17%)
Siklus II 5 (47%) 4 (27%) 2 (17%) 1 (9%)
Siklus III 9 (87%) 2 (10%) 1 (3%) 0 (0%)
Nastiti Iriani, Peningkatan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis ........................_________________________ 27
PEMBAHASAN
Hasil observasi menunjukkan berkembangnya pemahaman materi sejalan dengan
berkembangnya aktivitas. Keefektifan belajar dan hasil belajar siswa menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus ke siklus. Dengan kata lain semakin memahami materi siswa semakin
meningkat dalam hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini dapat dipahami karena pada
dasarnya metode ini memiliki banyak kelebihan antara lain :
1) melatih anak dalam pelaksanaan metode proyek pada pembelajaran menjadi cekatan
dan mudah mengekspresikan dari materi yang telah dikuasai.
2) metode ini menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi hidup dan
menyenangkan
3) anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah dalam mengambil kesimpulan
berdasarkan penghayatan sendiri
4) anak terlatih berfikir dengan runtut dan mudah menanggapi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi.
5) Anak dengan mudah memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran.
Melalui metode ini maka siswa akan lebih memahami dan menghayati materi yang
dipelajari karena siswa mengalami sendiri, memecahkan masalah sendiri tentang apa yang
dipelajarinya. Maka dengan demikian prestasi belajar siswa akan lebih meningkat serta guru
lebih efektif dan mampu berpikir kritis dalam pembelajaran. Selain itu kreatifitas guru juga
meningkat sehingga pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan guru.
KESIMPULAN
Dari hasil dan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa metode proyek dapat
meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis guru pada pembelajaran PKn di
SDN Jenggawah 04, Jenggawah, Jember semester Genap tahun 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah; Jakarta 1994
Mastur, Widiarso, W., Slamet, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD Kelas V,
Aneka Ilmu, Semarang.
28 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 24-29, September 2014
Abu A. , Joko T. P, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia
Agus, M., 2002, Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Azhar A., 2002, Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Baradja M.F, 1990, Kepala Selekta Pengajaran Pkn, Malang: IKIP
Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, 1993, kurikulum Berbasis Kompetensi
SD. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas, 2003, Draf Final Kurikulum 2004, Jakarta : Depdiknas.
Dimiyati, M., 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hasbulah, 1999, Dasar-dasar Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Professional : menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Natsir, 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Roestiyah N. K, 1998, strategi belajar mengajar, Jakarta : Bina Aksara.
Sumarmo, 2004, Quantum Teaching & Learning, Surabaya, Universitas Negeri Surabaya.
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung :cJemmars.
Suryabrat, S. 1989, Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: Penerbit Andi Opset.
Hobri, 2007, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru dan Praktisi.
Imansjah A. 1984, Didaktik Metodik, Usaha Nasional, Surabaya – Indonesia.
Nastiti Iriani, Peningkatan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis ........................_________________________ 29
PENERAPAN BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI PKG (PUSAT KEGIATAN
GURU) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS MELALUI
KEGIATAN WORKSHOP MENYUSUN RPP SEKOLAH DASAR KECAMATAN
JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER SEMESTER I TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Bambang Widyo Sunarko1)
1) Pengawas TK/SD/SDLB Kecamatan Jenggawah, Jember
Abstract: This research classified Schools Action Research involving 13
teachers in the elementary school supervisory subdistrict Jenggawah Jember
first semester of the school year 2013/2014. The research was conducted in two
cycles each cycle consisting of four phases, namely: planning, implementation,
observation and reflection. Performance indicators set is when a minimum
score of 65% (quite active). In the Working Group on Primary School Teachers
supervisory area subdistrict Jenggawah Jember then it can be said that the
actions implemented successfully. Aspects measured in observation was
Enthusiasm Teacher, Teacher interaction with the coach / supervisor of the
school, the interaction with the teacher in KKG, Cooperation group, activity in
group discussions. This study aims to improve the ability of elementary school
classroom teachers in preparing lesson plans with activities in the workshop of
Master Program Working Group in the sub-district supervisory Elementary
School Jenggawah Jember first semester of the school year 2013/2014, to
describe the opinion of the teacher training program of workshops in the
Working Group teachers can improve the competence of elementary school
teachers. From the analysis found that an increase in activity and competence
of teachers in preparing lesson plans from the first cycle to the second cycle.
Achievement of performance indicators contained in the action II. Thus, it can
be likened to that model of coaching workshops in the Working Group on
Teacher program can increase the commitment of Primary School Teachers in
preparing lesson plans, teachers responded positively to the development of
workshops in the Working Group on Teacher program can improve the ability
of Primary School Teachers in preparing lesson plans.
Abstrak: Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Sekolah dengan
melibatkan 13 orang guru di wilayah kepengawasan Sekolah Dasar kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember semester I tahun ajaran 2013/2014. Penelitian
dilakukan dengan dua siklus masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan,
yakni : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja
yang ditetapkan adalah bila minimal skor 65% (cukup aktif). Dalam Kelompok
Kerja Guru wilayah kepengawasan Sekolah Dasar kecamatan Jenggawah
kabupaten Jember maka sudah dapat dikatakan tindakan yang diterapkan
berhasil. Aspek yang diukur dalam observasi adalah Antusiasme Guru,
interaksi Guru dengan Pembina/ pengawas sekolah, interaksi dengan Guru
dalam KKG, Kerja sama kelompok, aktivitas dalam diskusi kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Guru kelas Sekolah
Dasar dalam menyusun RPP dengan kegiatan workshop dalam Program
Kelompok Kerja Guru di wilayah kepengawasan Sekolah Dasar kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember semester I tahun ajaran 2013/2014, untuk
mendeskripsikan pendapat guru terhadap pembinaan kegiatan workshop dalam
program Kelompok Kerja Guru dapat meningkatkan kompetensi guru Sekolah
Dasar. Dari analisis diperoleh bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan
kompetensi guru dalam menyusun RPP dari siklus I ke siklus II. Ketercapaian
indikator kinerja terdapat pada tindakan ke II. Dengan demikian, dapat
diumpamakan bahwa model pembinaan kegiatan workshop dalam program
Kelompok Kerja Guru dapat meningkatkan komitmen Guru Sekolah Dasar
dalam menyusun RPP, Guru memberikan respon positif terhadap pembinaan
kegiatan workshop dalam program Kelompok Kerja Guru dapat meningkatkan
kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam menyusun RPP.
Kata kunci: Peningkatan kemampuan Guru, RPP, workshop.
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar guru
SD/MI menegaskan bahwa seorang guru harus memiliki 6 (enam) kompetensi minimal, yaitu
kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan,
penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial. Survei yang dilakukan oleh Direktorat
Tenaga Kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para guru di suatu kabupaten (Direktorat
Tenaga Kependidikan, 2008: 6) menunjukkan bahwa para guru memiliki kelemahan dalam
kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka upaya untuk meningkatkan kompetensi guru
harus dilakukan melalui berbagai strategi. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menjangkau keseluruhan guru dengan waktu yang cukup singkat adalah memanfaatkan forum
Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wahana belajar bersama. Dalam suasana kesejawatan
yang akrab, para guru dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman guna bersama-sama
meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka.
Sosialisasi dan pelatihan yang selama ini biasa dilaksanakan dipandang kurang
memadai untuk menjangkau keseluruhan guru dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu,
karena terbatasnya waktu maka intensitas dan kedalaman penguasaan materi kurang dapat
dicapai dengan kedua strategi ini.
FOKUS MASALAH
Apakah aplikasi menyusun RPP melalui pembinaan pengawas dalam kegiatan
workshop dapat meningkatkan kemampuan Guru di wilayah kepengawasan Sekolah Dasar
kecamatan Jenggawah kabupaten Jember semester I tahun ajaran 2013/2014?.
Bambang Widyo Sunarko, Penerapan Bimbingan Berkelanjutan ......................................_________________________ 31
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang menggunakan desain siklus
tindakan Hopkins.Lokasi dan subjek penelitian ditujukan pada seluruh guru kelas di wilayah
kepengawasan Sekolah Dasar kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember semester I tahun
ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Kondisi Sekolah
A. Gambaran Komitmen dan Kemampuan Awal Guru-guru
Kemampuan awal guru-guru sebelum tindakan
Telah dijelaskan pada Bab I bahwa komitmen guru masih rendah dalam menyusun
RPP. Lebih dari 90% guru hanya menunjukkan RPP buatan tim Kabupaten. RPP itu hanya
untuk ditunjukkan sebagai bukti pisik. Implementasi dalam pembelajaran di kelas, sangat jauh
berbeda dengan skenario yang tertulis di dalam RPP.
Upaya selama ini telah dilakukan oleh para pengawas agar guru-guru menyusun sendiri dan
melaksanakan RPP yang telah ditulis sendiri, belum membuahkan hasil. Sebagai bukti, guru-
guru yang mengikuti uji sertifikasi belum mampu membuat RPP sesuai dengan kriteria
penilaian RPP dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ( Panduan Penyusunan Perangkat
Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan), yang mengacu kepada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007.
Mengingat setiap guru kelas di wilayah kepengawasan Sekolah Dasar kecamatan
Jenggawah kabupaten Jember semester I tahun ajaran 2013/2014 mempunyai permasalahan
tentang mata pelajaran maupun metode mengajar (penggunaan alat peraga serta sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan PBM) menurut jenjang kelas masing-masing, maka
materi tataran/latihan atau diskusi yang disiapkan oleh tutor dan guru pemandu, perlu
ditanggapi dan dikaji secara aktif oleh peserta KKG agar segala yang diperoleh lewat kegiatan
KKG benar-benar aplikatif dan memenuhi kebutuhan perbaikan KBM/PBM di sekolah.
Kesesuaian antara materi yang disajikan atau didiskusikan oleh KKG dengan pelaksanaan
KBM/PBM di kelas, dipantau oleh guru pemandu, pengawas dan pengawas TK/SD dengan
cara demikian guru pemandu,pengawas serta pengawas TK/SD dapat memperoleh masukan
untuk melakukan perbaikan pada pertemuan KKG berikutnya.
32 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 30-38, September 2014
Kelompok Kerja Guru berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan,
penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa dengan metode mengajar dan
lain lain yang berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa model kegiatan workshop dalam Program Kerja Guru
menunjukkan peningkatan kompetensi guru kelas di wilayah kepengawasan Sekolah Dasar
kecamatan Jenggawah kabupaten Jember semester I tahun ajaran 2013/2014 berinovatif.
Dengan demikian pemahaman terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat
ditingkatkan baik dalam teoritisnya maupun praktek.
B. Kegiatan Siklus
Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung diperoleh informasi bahwa
mayoritas guru terlibat secara mental dan fisik dalam proses kegiatan workshop. Partisipasi
tersebut terlihat dalam hal kemauan atau keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil
tugas belajar baik secara individu dan kelompok, mampu memberikan pendapat mereka
dengan memberikan penjelasan kepada sesama teman dalam kelompok dan kelas. Mereka
juga saling memberikan argumentasi untuk memberikan pendapat yang mereka kemukakan.
Meskipun masih juga saling memberikan argumentasi untuk mempertahankan pendapat yang
mereka kemukakan. Meskipun masih ada juga guru yang kurang berani ambil bagian dalam
diskusi, namun demikian jumlah kejadian ini tidak terlalu besar. Sehingga partisipasi guru
tersebut jauh lebih baik dibandingkan hasil observasi pada studi pendahuluan yakni ketika
guru menggunakan model pembelajaran konvensional yakni guru kurang memperhatikan
pentingnya RPP sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Pembinaan
kemampuan guru dengan kegiatan workshop adalah pola perbuatan membina sesuatu yang
disediakan untuk ditiru/diikuti dari hasil berlatih dengan pengawasan dalam kegiatan
melakukan sesuatu sehingga tidak bergantung pada orang lain (kamus Pelajar SLTP, 2003 :
751). Dengan demikian kegiatan workshop dalam penelitian ini adalah pola usaha, tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih
baik untuk ditiru dari hasil latihan dalam pengawasan sehingga dalam melakukan sesuatu
tidak bergantung pada orang lain Kelompok Kerja Guru adalah suatu wadah pembinaan
profesional bagi para guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan (Anonim, 1997:37). Kelompok Kerja Guru (KKG)yang
anggotanya semua guru didalam gugus, yang bersangkutan dimaksudkan sebagai wadah
pembinaan profesional bagi para guru dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional
Bambang Widyo Sunarko, Penerapan Bimbingan Berkelanjutan ......................................_________________________ 33
guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran di sekolah dasar (Anonim,
1996:14). Secara oprasional Kelompok Kerja Guru dapat dibagi lebih lanjut menjadi
kelompok yang lebih kecil berdasarrkan jenjang kelas (misalnya kelompok guru kelas I dan
seterusnya) dan berdasarkan mata pelajaran. Selanjutnya dalam sistem gugus Kelompok Kerja
Guru selain mendapatkan pembinaan secara langsung oleh Pengawas dan Pengawas Sekolah
juga dari para tutor dan guru pemandu mata pelajaran mekanisme pembinaan profesional guru
secara terus menerus dan berkesinambungan.. Hal ini tampak pada partisipasi guru dalam
proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan kedua aspek tersebut
juga diiringi dengan adanya peningkatan aspek psikologis yang penting lainnya, yakni minat
siswa terhadap materi pelajaran.
Hasil perbandingan guru dalam pembuatan RPP sebelum (nilai pre tes) dan sesudah
guru mengikuti kegiatan workshop untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
RPP (nilai pos tes) selengkapnya disajikan dalam gambar berikut (data dalam persen) :
Tabel 1. Keaktifan Guru
Aktivitas Sangat Aktif Aktif
Kurang
Aktif Tidak Aktif
Kondisi Awal 1 (7%) 2 (19%) 4(28%) 6 (46%)
Siklus I 3 (25%) 6 (37%) 2 (19%) 2 (19%)
Siklus II 11 (81%) 2 (19%) 0 (0%) 0 (0%)
Sumber: Data penelitian (hasil observasi) yang diolah.
Gambar 1. Perbandingan keaktifan guru dalam workshop sebelum dan saat penelitian
tindakan dilaksanakan.
Gambar di atas menginformasikan bahwa pada proses pembelajaran yang diamati
pada studi pendahuluan : Sangat Aktif 1 (7%) guru, Aktif 2 (19%) guru, Kurang Aktif 4
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sangat aktif Aktif Kurang aktif Tidak aktif
Awal
Siklus 1
Siklus 2
34 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 30-38, September 2014
(28%) guru, yang tidak aktif 6 (46%) guru. Kondisi tersebut berubah pada proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan kegiatan workshop menyusun RPP mengalami
peningkatan tiap siklusnya yakni pada siklus I, Sangat Aktif 3 (25%) guru, Aktif 6 (37%)
guru, Kurang Aktif 2 (19%) guru, yang tidak aktif 2 (19%) guru. Pada siklus II, Sangat Aktif
11 (81%) guru, Aktif 2 (19%) guru, Kurang Aktif 0 (0%) guru, yang tidak aktif 0 (0%) guru.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan kegiatan workshop menyusun RPP dapat meningkatkan
aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil analisa data hasil tes, data wawancara, data observasi, dan
data angket. Dapat dikatakan bahwa kegiatan workshop dapat digunakan dalam menyusun
RPP pembelajaran. Dikarenakan guru dan siswa lebih aktif dan minat lebih tinggi, sehingga
tujuan belajar dengan mudah dan cepat dapat diraih.
Hasil Tes
Data hasil tes yang diperoleh yaitu berupa hasil pre-test dan hasil pos-test. Hasil tes
digunakan untuk mengetahui hasil guru dalam menyusun RPP. Hasil perbandingan guru
dalam menyusun RPP sebelum (nilai pre tes) dan sesudah mengikuti kegiatan workshop (nilai
pos tes) selengkapnya disajikan dalam gambar berikut (data dalam persen):
Tabel 2. Nilai Hasil Mengajar
Nilai 76-100 65-75 <65
Awal 2 (15%) 4 (30%) 7 (56%)
Siklus I 5 (44%) 6 (37%) 2 (19% )
Siklus II 11 (85%) 2 (15%) 0 ( 0% )
Sumber: Data penelitian (nilai pre tes dan pos tes) yang diolah.
Gambar 2. Perbandingan kondisi awal guru (pre tes) dengan hasil menyusun RPP (pos tes)
setelah mengikuti kegiatan workshop.
0
10
20
30
40
50
76-100 65-75 <65
Awal
Siklus 1
Siklus 2
Bambang Widyo Sunarko, Penerapan Bimbingan Berkelanjutan ......................................_________________________ 35
Gambar diatas menginformasikan bahwa pada proses pembelajaran yang diamati pada
kondisi awal guru yaitu: nilai <65 terdapat 7 (56%) guru, nilai 65-75 terdapat 4 (30%) guru,
nilai 76-100 terdapat 2 (15%) guru.
Kondisi tersebut berubah pada proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan
kegiatan workshop dalam Program Kelompok Kerja Guru, yakni pada siklus I, nilai <65
terdapat 2 (19%) guru, nilai 65-75 terdapat 5 (37%) guru, nilai 76-100 terdapat 6 (44%) guru.
Pada siklus II, nilai <65 terdapat 0 (0%) guru, nilai 65-75 terdapat 2 (15%) guru, nilai 76-100
terdapat 11 (85%) guru. Berdasarkan hasil nilai pre tes dan pos tes, dapat diketahui adanya
peningkatan hasil mengajar tiap siklusnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kegiatan
workshop dalam Program Kelompok Kerja Guru menyusun RPP dapat meningkatkan hasil
guru dalam mengajar.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis post-tes pada siklus I, ketuntasan hasil mengajar sebesar 62%
diperoleh peningkatan hasil belajar sebesar 37% dari kondisi awal (pre tes), berarti
peningkatan skor dari pre-tes ke post-tes termasuk pada kategori rendah, hal ini terjadi karena
siswa kurang memahami model pembelajaran yang digunakan dan kurang memahami akan
tanggung jawabnya, pada saat itu peneliti kurang membimbing guru berdiskusi, sehingga guru
tidak maksimal kerjasama dan kurang memahami materi. Sehingga diperlukan perbaikan
dalam pembelajaran selanjutnya pada siklus II, yaitu harus sering menjelaskan bagaimana
kegiatan workshop dalam Program Kelompok Kerja Guru menyusun RPP itu sendiri, sering
mengingatkan akan tugas masing-masing guru, dan lebih aktif dalam membimbing diskusi.
Pada post-tes siklus II, diperoleh ketuntasan hasil mengajar sebesar 98% dengan
peningkatan skor dari pre-tes ke post-tes II sebesar 73% dan termasuk pada kategori tinggi.
Dengan demikian dapat diartikan adanya peningkatan dari hasil pre-tes ke post-tes pada
kegiatan workshop dalam Program Kelompok Kerja Guru menyusun RPP, Sehingga dapat
dikatakan pada siklus ini pembelajaran telah tuntas.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan workshop dalam Program
Kelompok Kerja Guru menyusun RPP efektif digunakan dalam pembelajaran, dapat dilihat
dari hasil observasi, hasil tes, wawancara dan angket yang menunjukkan perolehan hasil
belajar yang cukup tinggi, aktifitas yang tinggi dan minat siswa yang cukup tinggi pula.
Pada pembelajaran kegiatan workshop Program Kelompok Kerja Guru dalam
menyusun RPP juga mempunyai kelebihan yang diindikasikan adanya peningkatan hasil
belajar dan peningkatan kualitas kerjasama, adapun kelebihan-kelebihannya antara lain :
36 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 30-38, September 2014
1. Adanya persaingan antar kelompok untuk menjadi yang terbaik,
2. Dapat terjadi komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi
3. Saling membantu tercapainya hasil yang lebih baik,
4. Dapat berbagi pengetahuan di antara guru,
5. Ada perasaan terlibat yang lebih besar,
6. Berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling mempercayai,
7. Guru memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, mengolah
informasi, dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah,
8. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi hubungan antar pribadi yang
saling menghargai agar siswa memiliki kecakapan sosial termasuk kecakapan
berkomunikasi dan kerjasama,
9. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberi
pengalaman memimpin bagi anggota kelompok,
10. Pada saat pembelajaran dengan teknik umpan balik dalam menyusun RPP
berlangsung, pembina terus melakukan pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok.
Dari pembahasan di atas bisa diketahui bahwa walaupun banyak kekurangan-
kekurangan pada kegiatan workshop Program Kelompok Kerja Guru dalam menyusun RPP
tetapi model pembelajaran ini bisa diterapkan pada kegiatan belajar mengajar disekolah dalam
meningkatkan hasil mengajar dan keaktifan kerjasama guru.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa model pembinaan
kegiatan workshop dalam program Kelompok Kerja Guru dapat meningkatkan komitmen
Guru Sekolah Dasar dalam menyusun RPP, Guru memberikan respon positif terhadap
pembinaan kegiatan workshop dalam program Kelompok Kerja Guru dapat meningkatkan
kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam menyusun RPP
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati & Mulyono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Hadi, N. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang.
Hamalik, O. 1999. Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya
Bambang Widyo Sunarko, Penerapan Bimbingan Berkelanjutan ......................................_________________________ 37
Heru P. W. . 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press
Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT.
Gramedia
Nurkancana & Sunartama. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional
Saripudin, U. 1996. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar PTK & PTS. Malang: Cakrawala
Indonesia bekerjasama dengan LP3 UM
Sukardi, D. K. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta : Rineka Cipta
Sukidin. 2002. Menejemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia.
Suryosubroto. 1990. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutirjo. 2009. Menulis PTK Senikmat Minunm Teh. Malang: UM Press
Syafriani, D. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rineka Cipta
38 ______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No. 2 hal 30-38, September 2014
PENINGKATAN KECERDASAN SISWA MELALUI PEMANFAATAN STRATEGI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN BERBANTUAN MODUL DALAM
PEMBELAJARAN IPA DI SDN SERUNI 02 JENGGAWAH JEMBER
SEMESTER DUA TAHUN 2013/2014
Sri Rahayuningsih 1)
1) SDN Seruni 02 Jenggawah Jember
Abstract: Science learning in school has a very large role in the development
of affective aspects, especially the attitude. Affective aspects include the
competence to hear, receive or learn the information received. Responded
positively competence and competence to give consideration in the form of
values and beliefs. The attitude that can be developed through science teaching
in schools include: honest, objective, curiosity, conscientious, disciplined, able
to respect the opinions of others. The development of affective or aspect of this
attitude is not easily measured because it is very related to the student's
emotional development. Formulation of the problem in this study is whether
through the use of cooperative learning strategies with assisted modules in
science learning can improve the intelligence of fifth grade students at SDN
Seruni 02 Jenggawah Jember the 2nd half of 2013/3014? The research
objective was to determine the extent to which the use of cooperative learning
strategies in the learning module ipa assisted to improve the intelligence of
fifth grade students at SDN Seruni 02 Jenggawah Jember the 2nd half of
2013/3014. The experiment was conducted by using a design class refers action
research Hopskin cycle. The results of the study show through the use of
cooperative learning strategies with assisted learning modules IPA intelligence
fifth grade students in SDN Seruni 02 Jenggawah muddy the second half of
2013/3014 has increased significantly.
Abstrak: Pembelajaran IPA di sekolah mempunyai peranan yang sangat besar
di dalam pengembangan aspek afektif terutama sikap. Aspek afektif antara lain
mencakup kompetensi untuk mendengar, menerima atau mempelajari
informasi yang diterima. Kompetensi memberikan tanggapan secara positif dan
kompetensi memberikan pertimbangan berupa nilai serta keyakinan. Adapun
sikap yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA di sekolah antara
lain: jujur, objektif, rasa ingin tahu, teliti, disiplin, dapat menghargai pendapat
orang lain. Perkembangan aspek afektif atau sikap ini tidak mudah diukur
sebab sangat berkaitan dengan perkembangan emosional siswa yang
bersangkutan. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah melalui
pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif dengan berbantuan modul dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan kecerdasan siswa kelas V di SDN
Seruni 02 Jenggawah Jember semester 2 tahun 2013/3014? Tujuan penelitian
adalah mengetahui sejauh mana pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif
dengan berbantuan modul dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan
kecerdasan siswa kelas V di SDN Seruni 02 Jenggawah Jember semester 2
tahun 2013/3014. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain
penelitian tindakae kelas mengacu pada siklus Hopskin. Hasil dari penelitian
menunjukkan melalui pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif dengan
berbantuan modul dalam pembelajaran IPA kecerdasan siswa kelas V di SDN
Seruni 02 Jenggawah Jember semester dua tahun 2013/3014 mengalami
peningkatan yang signifikan.
Kata kunci: Peningkatan kecerdasan siswa, pembelajaran kooperatif dengan
berbantuan modul, dan pembelajaran IPA.
PENDAHULUAN
Pada dekade terakhir kualitas pendidikan di Indonesia banyak mengalami sorotan,
baik dari kalangan pemerintah, swasta ataupun kalangan insan pendidikan sendiri. Hal ini
ditandai dengan rendahnya perolehan nilai ujian siswa yang merupakan indikator pencapaian
hasil belajar.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi, pemerintah telah banyak melakukan usaha
yang intinya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Usaha tersebut di antaranya adalah
penataran guru-guru bidang studi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dari setiap sekolah
khususnya bidang IPA yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP), pendidikan guru ekstra yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi
seperti Universitas Negeri Medan (UNIMED) ataupun Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). Usaha tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran guru, yang akhirnya akan mendongkrak mutu lulusan.
Namun usaha yang dilakukan tersebut sepertinya belum memberikan hasil yang maksimal,
hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata hasil ujian siswa, khususnya untuk
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ahmadi dan Mulyono (1991) menyatakan bahwa komponen-komponen yang
mempengaruhi hasil belajar seorang siswa meliputi: (1) stimuli belajar, (2) metode belajar, (3)
individual siswa. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Van Dallen (1973)
menyatakan komponen-komponen yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa meliputi:
(1) guru, (2) kurikulum, (3) siswa, (4) media, (5) metode mengajar, dan (6) lingkungan. Untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal, maka antara komponen-komponen tersebut
harus saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Peningkatan kualitas Pendidikan merupakan keharusan dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembentukan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Perubahan-perubahan di bidang pendidikan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satunya
adalah IPA yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan yang serba berubah untuk
kehidupan alam sekitar.
40 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 39-48, September 2014
Mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta
secara sistimatis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa konsep-
konsep/fakta-fakta prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Dalam mata
pelajaran IPA siswa diharapkan untuk dapat berpikir kritis dalam memanfaatkan pengetahuan
untuk memahami kehidupan alam sekitar.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa tidak semangat untuk belajar IPA
sehingga mempengaruhi mutu pendidikan IPA. Siswa cenderung tidak memperhatikan
penjelasan guru pada waktu proses pembelajaran, hal ini disebabkan timbul perasaan jenuh
dan bosan pada diri siswa karena guru menjelaskan dengan ceramah apalagi IPA merupakan
mata pelajaran yang identik dengan perhitungan, pemahaman dan hafalan, hal ini pada
akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa, begitulah realitas di sekolah.
Faktor metode mengajar yang digunakan oleh seorang guru merupakan salah satu
faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa. Variasi penggunaan metode
pembelajaran akan membuat siswa merasa tertarik dengan apa yang disampaikan oleh seorang
guru. Guru yang mampu menerapkan berbagai metode mengajar cenderung akan mampu
mengelola kelas dengan baik. Hal ini sesuai dengan pengalaman penulis di lapangan bahwa
guru yang hanya menyajikan materi pembelajaran dengan hanya satu metode saja, akan
membuat siswa bosan dengan apa yang disampaikan guru.
Kenyataan bahwa banyak guru menyampaikan materi pelajaran khususnya mata
pelajaran IPA hanya dengan menggunakan satu metode saja, yaitu metode ceramah. Memang
penggunaan metode ini keunggulan yaitu cukup efisien baik dari segi penggunaan waktu
ataupun penyelesaian materi pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
Selanjutnya, menggunakan metode ceramah siswa mampu merekam informasi sebanyak
mungkin dari penjelasan guru, tetapi akhirnya siswa tidak mampu mengaplikasikannya dalam
hidupnya sehari-hari. Sehingga pembelajaran yang diterima oleh siswa tidak bermakna.
Aktivitas siswa dalam model pembelajaran cooperative learning teknik make a match
(mencari pasangan) bervariasi antara lain, aktivitas bertanya, aktivitas mengajukan pendapat,
aktivitas menjawab pertanyaan, aktivitas menyelidiki dan menganalisis, dan menarik
kesimpulan (Karli & Sriyuliariatiningsih, 2004:76). Hal ini senada dengan pendapat Slameto
bahwa aktivitas belajar siswa di dalam kelas meliputi, bertanya, mengajukan pendapat,
berdiskusi dengan guru, dan melakukan percobaan (Slameto, 1995:36). Paul B. Dierich dalam
Sardiman, (Sardiman, 2000:17) mengklasifikasikan jenis-jenis aktivitas siswa menjadi 8
golongan antara lain:
1. Visual activities yang meliputi kegiatan membaca dan memperhatikan.
Sri Rahayuningsih, Peningkatan Kecerdasan Siswa melalui……......................................._________________________ 41
2. Oral activities yang meliputi kegiatan bertanya, mengemukakan pendapat, berdiskusi, dan
memberi saran.
3. Listening activities yang meliputi kegiatan mendengarkan.
4. Writing activities yang meliputi kegiatan menyalin, dan menulis laporan.
5. Drawing activities yaitu kegiatan menggambar.
6. Motor activities yaitu kegiatan melakukan percobaan.
7. mental activities yang meliputi kegiatan menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan
menganalisa.
8. Emotional activities yaitu kegiatan menaruh minat.
Model pembelajaran kooperatif dengan berbantuan modul dimungkinkan dapat
diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena dalam aplikasi pembelajaran kooperatif dengan
berbantuan modul ini memuat semua komponen yang dapat mendukung aktivitas siswa di
kelas secara maksimal, sehingga dampak positif yang diharapkan dan hasil belajar yang baik
dapat terwujud.
Seorang guru dituntut untuk bisa kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa. Usaha ini harus dilakukannya, dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Memang usaha untuk meningkatkan hasil belajar ini bukanlah sebagai suatu usaha
yang mudah untuk dilakukan, tetapi ini sudah menjadi tanggung jawab sebagai guru,
bagaimana seorang siswa untuk mudah memahami materi yang disampaikannya, dan apa
yang diperolehnya merupakan sesuatu yang bermakna dalam hidupnya. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran.
Menggabungkan satu metode dengan metode yang lainnya, sehingga didapatkan satu metode
yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pelajaran IPA merupakan pelajaran
yang mudah untuk dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak konsep-konsep dalam
IPA yang merupakan kenyataan yang dapat dirasakan dan disadari oleh siswa, jika
kebermaknaan dalam belajar dapat diraih siswa.
Pemilihan strategi pembelajaran dengan memilih model dan metode pembelajaran
yang tepat untuk siswa, dapat membuat tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.
Deskripsi uraian di atas kiranya telah cukup menunjukkan, bahwa pada arah praktis terdapat
sebuah persoalan serius menyangkut kualitas pembelajaran IPA dimaksud ternyata tidak
cukup memadai untuk diatasi dengan sekedar merubah preferensi teknik pembelajaran yang
diterapkan oleh guru pengajar. Sebagai alternatif solusinya, merujuk pendapat Anita Lie
(2002), Guru pengajar mata pelajaran harus merubah preferensi model (strategi dan metode)
beserta paradigma pembelajaran yang menjadi basisnya. Lebih lanjut dikatakan oleh Anita
42 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 39-48, September 2014
Lie (2002) sudah saatnya model pembelajaran komperatif berbasis paradigma pembelajaran
lama (yang bersumber dari teori tabula Rasa John Locke maupun teori Evolusi Darwin) yang
selama ini banyak diadopsi dan mendominasi praktek pembelajaran IPA pada jalur
pendidikan formal di negeri kita, harus diubah dengan azas ulangan berbasis paradigma
pembelajaran baru (yang bersumber dari pokok-pokok pikiran Piaget, Freire, Anderson &
Armbruster, Maslow, Rogers, serta Johnson, Johnson Smith. Rekomendasi Anita Lie tersebut
menarik minat penulis, dan karena itu ingin mengkajinya lebih lanjut melalui penelitian ini.
Masalah yang akan dipecahkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah Melalui
Pemanfaatan Strategi Pembelajaran Kooperatif Dengan Berbantuan Modul Dalam
Pembelajaran IPA Dapat Meningkatkan Kecerdasan Siswa Di SDN Seruni 02 Jenggawah
Jember Semester Dua Tahun 2013/2014?
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Adapun desain siklus tindakan
Hopkins. Tempat penelitian di SDN Seruni 02 Jenggawah Jember. Subjek Penelitian siswa
kelas V yang berjumlah 40 orang.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Observasi
Observasi dilakukan pada saat diadakannya pre-test, post-test dan pada saat
pembelajaran di kelas berlangsung. Data hasil observasi proses belajar-mengajar
menunjukkan adanya aktivitas siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Dari observasi
diperoleh data bahwa aktif mempelajari materi dan mengerjakan soal latihan secara mandiri,
aktif berdiskusi dengan anggota kelompoknya, aktif bertanya, dan siswa bersemangat dalam
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Data hasil observasi selengkapnya
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Siswa Kelas V SDN Seruni 02 Jenggawah Jember Tahun 2013/2014
Nomor Nama L/P
1 Abas Alkafi L
2 Abdillah L
3 Abdul Hadi L
4 Abdul Qodir Jailani L
5 Abu Yazid Albustomi L
6 Achmad Baedowi L
7 Achmad Fani Mafar L
Sri Rahayuningsih, Peningkatan Kecerdasan Siswa melalui……......................................._________________________ 43
Nomor Nama L/P
8 Achmad Isyatir Rodhi L
9 Ade Irawan L
10 Adi Susanto L
11 Aditya Eka Zanani L
12 Afandik Mukorobin L
13 Afifah Nur Rahmah P
14 Afrin Khoirul Anwar L
15 Agus Febrianto L
16 Agustina P
17 Ahmad Ade Firmansyah L
18 Ahmad Ariadi L
19 Ahmad Faisal Bahri L
20 Ahmad Faisol L
21 Ahmad Fathur Rohman L
22 Ahmad Fauzi L
23 Ahmad Khoiron Anwar L
24 Ahmad Rofek Ariswandi L
25 Ahmad Sirojul Munir L
26 Ahmad Solehudin L
27 Ahmat Rianto L
28 Ainun Fitria P
29 Aisyah Dhea Ramadhani P
30 Aisyah Qory Imami P
31 Aldi Rifaldi L
32 Alex Saputra L
33 Alfian Nurul Hakim L
34 Alfin Umar Faruq L
35 Ali Al Gazali L
36 Ali Wafa L
37 Ali Zainal Abidin L
38 Alifah Ainun Nisa P
39 Alifatul Lailiyah P
40 Alifia Nurhotimah P
44 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 39-48, September 2014
Gambar 1. Nilai yang Diperoleh Siswa
PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi peneliti menemukan perbedaan keantusiasan, kegairahan
respon serta sikap terhadap pembelajaran, dengan yang diajar melalui pendekatan
konvensional. Pada saat menggunakan model pembelajaran kooperatif berbantuan modul dan
siswa kelihatan sangat antusias, berbeda jauh dengan yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa belajar dengan model pembelajaran
kooperatif berbantuan modul dan dapat membuat siswa semangat serta dapat belajar dengan
senang tanpa ada unsur paksaan, selain itu materi yang disampaikan lebih mudah diingat dan
sangat menarik karena terkait dengan realitas yang ada pada saat sekarang, siswa juga dapat
menghilangkan kebosanan dalam belajar.
Alasan ketertarikan terhadap model pembelajaran ini belum pernah diterapkan, mudah
mengingat materi. Metode ini juga mendorong siswa lebih aktif dalam belajar dan siswa.
Berkaitan dengan hasil belajar akan dijelaskan lebih lanjut.
Berdasarkan hasil belajar pembelajaran matematika dengan pembelajaran model
kooperatif berbantuan modul dan diperoleh rata-rata hasil belajar yang meningkat antara
siklus I dan II baik nilai hasil belajar aspek kognitif serta hasil belajar afektif dan psikomotor
yang diperoleh melalui observasi saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Hasil belajar
afektif dan psikomotor diperoleh melalui lembar pedoman observasi penilain afektif dan
psikomotor yang diberikan dengan maksud untuk membantu peneliti mengamati dan menilai
proses belajar mengajar pada awal hingga akhir proses pembelajaran, sedangkan nilai kognitif
diperoleh dari nilai tes dan nilai tugas.
Bentuk soal yang diberikan adalah bentuk essay, bentuk dan isi soal sebelumnya telah
disusun sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran/kompetensi yang ingin dicapai serta
adapun tugas yang diberikan dapat berupa masalah yang harus dipecahkan, pemberian tugas
0
10
20
30
40
<70 75-100
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Sri Rahayuningsih, Peningkatan Kecerdasan Siswa melalui……......................................._________________________ 45
ini dilakukan agar siswa secara individu atau kelompok kecil dapat mengerjakan sesuatu
untuk memecahkan masalah dengan cara dan daya sendiri.
Melalui kooperatif berbantuan modul dan dapat melatih siswa dalam menghadapi
berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Dalam penelitian ini
permasalahan tersebut dipecahkan melalui lembar kerja yang dibuat peneliti dan guru
matematika yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu siswa diberikan
lembar kerja (LK) untuk dikerjakan. Dalam penelitian ini digunakan LK dengan materi yang
berbeda pada tiap pertemuan atau pada tiap siklus sesuai dangan materi yang akan
disampaikan. Tugas diberikan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan. Hal ini
bertujuan agar siswa dapat terlebih dahulu mempelajari materi yang akan disampaikan,
dengan demikian siswa telah memahami materi yang akan diajarkan. Dalam mengerjakan LK
diaharapkan siswa membaca literature yang relevan dengan materi pelajaran.
Pada siklus I ini dapat dikatakan siswa memiliki nilai rata-rata kelas yang cukup
rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa memahamai model instruksional kooperatif
berbantuan modul. Ini terjadi kemungkinan siswa belum terbiasa dengan model ini. Sehingga
pengajar sebagai fasilitator dan motivator berupaya untuk memahamkan siswa agar dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif berbantuan modul dan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2004) bahwa kebiasaan siswa belajar dengan
mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir
memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai
sumber, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. Sehingga kondisi ini perlu dimaklumi
karena siswa baru mengenal model kooperatif berbantuan modul.
Pada siklus II dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami atau membiasakan
pembelajaran dengan model kooperatif berbantuan modul. Menurut Pazzini dalam Kusmawa
(1998:1) bahwa melalui proses pembelajaran ini para siswa akan mampu menjadi aktif
produktif pemikir yang handal dan mandiri. Siswa dirangsang untuk mampu menjadi seorang
eksplorer/mencari penemuan baru yang inovatif, desainer/ mengkreasi rencana dan model
terbaru, pengambilan keputusan/ berlatih bagaimana menetapkan keputusan yang bijaksana
dan komunikator/ mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan
berinteraksi.
46 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 39-48, September 2014
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, secara umum dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Melalui pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif dengan berbantuan modul dalam
pembelajaran IPA kecerdasan siswa kelas V di SDN Seruni 02 Jenggawah Jember
semester dua tahun 2013/2014 mengalami peningkatan yang signifikan.
2. Melalui pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif dengan berbantuan modul dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan kecerdasan siswa kelas V di SDN Seruni 02
Jenggawah Jember semester dua tahun 2013/2014.
3. Pembelajaran kooperatif dengan berbantuan modul dapat digunakan dalam pembelajaran
IPA di sekolah dasar terbukti dari pencapaian hasil belajar dan aktivitas siswa yang
meningkat.
4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan semangat siswa dalam belajar IPA karena
menggunakan modul.
5. Pembelajaran kooperatif dengan berbantuan modul efektif digunakan dalam pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar karena tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Dimyati dan Moedjiono. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Djamarah, S. B. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Gagne. 1974. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran . Surabaya: Usaha nasional.
Khamim, Supodo, Arif Ismiadi Rahmanto. 2007. IPA untuk SD/MI Kelas V. Semarang :
Aneka Ilmu.
Nasution, A.M. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, N. 1986. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi pengajaran. Bandung: Remadja
Karya.
Roestiyah, NK. 1982. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto, 1995. Metode Pembelajaraan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Soekamto, T. 1996. Teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Sri Rahayuningsih, Peningkatan Kecerdasan Siswa melalui……......................................._________________________ 47
Soekartawi, 1995. Meningkatkan Efektifitas Mengajar. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Sudirman dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sudirman, A. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suparno, A. 2000. Membangun Kompetisi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Tinggi.
Suryabarata, S. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada.
Suryobroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Yogyakarta: Rieneka Cipta.
Usman, Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.
…. 2002. Prosedur Penelitian, Pendekatan Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
…. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
48 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 39-48, September 2014
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI ”ALAT INDRA” MELALUI
METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER DI KELAS IV
SDN KEMUNINGSARI KIDUL 01 KEC. JENGGAWAH JEMBER
SEMESTER SATU TAHUN 2012/2013
Sri Iriani1)
1)
SDN Kemuningsari Kidul 01 Jenggawah
Abstract: In the process of teaching and learning science, students are not just
menerimal theory, but more emphasis on the formation process of knowledge
and mastery of concepts. This means that in learning students are required to be
able to construct their own knowledge in mind with its active role in the
learning process. In the implementation of the learning process, teachers must
have a strategy, so that students can learn efficiently and effectively, striking
the expected goals. One step to have a strategy that is to be mastered
presentation, or usually called the method of teaching. The learning process
involves the activities of teachers and students in the classroom. In the event of
a transformation process that is basically the teachers try to make students
achieve the goals set in the learning process in the classroom is a form
intregatif of the various components of education and teaching, in which each
component plays a role in accordance with its function. Among the integrated
components, the teacher and the student is an active component that other
components must be capable of functioning optimally. On this basis, the task of
the teacher is planning and program activities carried out by students in an
effort to achieve the learning objectives have been formulated, therefore,
teacher-oriented learning objectives, planning methods / approaches will be
used, tools needed, and completing materials or teaching material to be learned
siswa.Berdasarkan description above, the authors make efforts to increase the
ability to ask the teacher and students during a lecture with learning methods
Getting Giving Question and Answer.
Abstrak: Dalam proses belajar mengajar IPA, siswa tidak hanya sekedar
menerimal teori, akan tetapi lebih ditekankan pada terbentuknya proses
pengetahuan dan penguasaan konsep. Artinya dalam pembelajaran siswa
dituntut untuk dapat membangun pengetahuan dalam benak mereka sendiri
dengan peran aktifnya dalam proses belajar mengajar. Pada pelaksanaan proses
belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara
efisien dan efektif, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian,
atau biasanya disebut metode mengajar. Proses pembelajaran menyangkut
kegiatan guru dan siswa di dalam kelas. Pada proses tersebut terjadi suatu
transformasi yang pada dasarnya pihak guru berusaha agar siswa mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam proses belajar mengajar di kelas merupakan
bentuk intregatif dari berbagai komponen pendidikan dan pengajaran, yang
mana tiap-tiap komponen memainkan peran sesuai dengan fungsinya. Diantara
komponen yang terintegrasi tersebut, guru dan siswa merupakan komponen
aktif yang harus mampu memfungsikan komponen lainnya secara maksimal.
Atas dasar itulah, tugas guru adalah menyusun perencanaan dan progam
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, oleh karena itu, guru dengan berorientasi
pada tujuan pembelajaran, merencanakan metode/pendekatan yang akan
digunakan, alat yang diperlukan, dan menyelesaikan bahan atau materi
pengajaran yang perlu dipelajari siswa.Berdasarkan uraian diatas maka penulis
melakukan upaya peningkatan kemampuan bertanya guru dan siswa selama
KBM dengan pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer.
Kata kunci: Metode giving question and getting answer, meningkatkan
aktivitas, dan kemampuan berpikir.
PENDAHULUAN
Kondisi pendidikan di suatu negara mempengaruhi tingkat kemajuan bangsa tersebut
bahkan pesatnya perkembangan teknologi juga harus didukung oleh pendidikan yang
berkualitas.
Pelajaran IPA merupakan pelajaran dapat mengembangkan kemampuan berpikir
analitis dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar
(Depdiknas, 2002:7). Dalam proses belajar mengajar IPA, siswa tidak hanya sekedar
menerimal teori, akan tetapi lebih ditekankan pada terbentuknya proses pengetahuan dan
penguasaan konsep. Artinya dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat membangun
pengetahuan dalam benak mereka sendiri dengan peran aktifnya dalam proses belajar
mengajar.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mutu pendidikan ilmu pengetahuan alam
(IPA) belum memuaskan. Pelajaran IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang tidak
digemari oleh siswa. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa hanya mengetahui teori tanpa
mengaplikasikannya. Hal ini didukung dengan informasi mengenai rendahnya daya
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA. Siswa mampu menghapal fakta-fakta atau
teori-teori yang diterimanya dan mampu menyajikannya dengan baik tetapi siswa tidak
memahami secara mendalam konsep-konsep materi tersebut. Hasilnya, penguasan kognitif
untuk mata pelajaran IPA rata-rata rendah.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kemungkinan salah satu faktor penyebab
rendahnya mutu pendidikan IPA adalah strategi pembelajaran dan kurikulum yang berlaku.
Sistem pengajaran konvensional menghambat kreatifitas siswa karena guru mendominasi
proses belajar mengajar dan keterlibatan siswa sangat sedikit. Sistem ini menempatkan siswa
sebagai objek pengajaran dan bukan subjek. Kurikulum pembelajaran konvensional banyak
yang tidak sesuai dengan potensi tiap daerah sehingga pembelajaran IPA hanya terbatas pada
50 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 49-55, September 2014
teori tanpa pengaplikasian pada daerah tersebut. Untuk itu diperlukan strategi belajar yang
tepat agar pengetahuan yang siswa peroleh akan lebih bermakna.
Pada pelaksanaan proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efisien dan efektif, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau
biasanya disebut metode mengajar.
Metode mengajar adalah salah satu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
digunakan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
di dalam kelas, baik secara individual atau secara klasikal agar pelajaran itu dapat diserap,
dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Pendapat lain menyatakan bahwa metode
mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diuraikan
bahwa metode mengajar adalah cara belajar yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan dapat dicapai jika guru mampu memilih metode mengajar yang
sesuai, efektif dan efisien sehingga siswa dapat menguasai materi yang diberikan dengan baik.
Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif jika tujuan
pembelajaran tercapai. Semakin tinggi tingkatannya untuk mencapai tujuan pembelajaran,
semakin efektif metode itu. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penerapannya
dalam mencapai tujuan yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran
biaya dan waktu minimum. Oleh sebab itu untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan
seorang guru harus memilih metode mengajar yang tepat atau sesuai dengan materi dan baik.
Untuk memenuhi salah satu kompetensi guru dalam sistem instruksional yang modern,
maka perlu penguasaan teknik-teknik penyajian secara terperinci dan mendalam. Teknik
penyajian tersebut adalah teknik yang dikuasai oleh guru untuk mengajar di kelas agar
pengajaran tersebut ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Dalam
kenyataan keseharian teknik yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi. Lisan
kepada siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan
untuk memotivasi siswa agar siswa mampu mempergunakan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab pertanyaan akan berbeda
dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan menggunakan
pendapatnya sendiri didalam menghadapi persoalan. Berkaitan dengan hal tersebut untuk
menghindari kejenuhan dan mendapat hasil yang lebih baik, maka penulis mengadakan
penelitian tentang penggunaan metode giving question and getting answer.
Sri Iriani, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan……......................................._________________________ 51
Model pembelajaran giving question and getting answer merupakan implemetasi dari
strategi pembelajaran kontrukstivistik yang menempatkan siswa sebagai subjek dalam
pembelajaran. Artinya, siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator saja. Model giving question and getting answer ditemukan oleh
Spancer Kagan, orang berkebangsaan Swiss pada tahun 1963. Model ini dikembangkan untuk
melatih siswa memiliki kemampuan dan keterampilan bertanyadan menjawab pertanyaan,
karena pada dasarnya model tersebut merupakan modifikasi dari metode tanya jawab dan
metode ceramah yang merupakan kolaborasi dengan menggunakan potongan-potongan kertas
sebagai medianya.
Untuk memperoleh prestasi/ hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan
pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam
belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang
sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu
dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan
keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
Proses pembelajaran menyangkut kegiatan guru dan siswa di dalam kelas. Pada proses
tersebut terjadi suatu transformasi yang pada dasarnya pihak guru berusaha agar siswa
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam proses belajar mengajar di kelas merupakan bentuk
intregatif dari berbagai komponen pendidikan dan pengajaran, yang mana tiap-tiap
komponen memainkan peran sesuai dengan fungsinya. Diantara komponen yang terintegrasi
tersebut, guru dan siswa merupakan komponen aktif yang harus mampu memfungsikan
komponen lainnya secara maksimal. Atas dasar itulah, tugas guru adalah menyusun
perencanaan dan progam kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, oleh karena itu, guru dengan berorientasi pada tujuan
pembelajaran, merencanakan metode/pendekatan yang akan digunakan, alat yang diperlukan,
dan menyelesaikan bahan atau materi pengajaran yang perlu dipelajari siswa. Berdasarkan
latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini Apakah Metode Giving Question and
Getting Answer dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan berpikir siswa pada
pembelajaran IPA materi ”Alat Indra” di kelas IV SDN Kemuningsari Kidul 01 Kec.
Jenggawah Jember Semester Satu Tahun 2012/2013?.
52 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 49-55, September 2014
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan model skema Hopkins. Tempat penelitian ditetapkan di SDN
Kemuningsari Kidul 01 Kec. Jenggawah Jember. Subjek penelitian ditujukan pada seluruh
siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa di SDN Kemuningsari Kidul 01 Kec. Jenggawah
Jember dengan alasan kurangnya semangat dan minat belajar siswa.
HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di kelas IV SDN Kemuningsari Kidul
01 Kec. Jenggawah Jember. Sebelum dilakukan penelitian dilakukan pretest terhadap siswa
untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang akan diberikan. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi.
PEMBAHASAN
Pembahasan yang akan diuraikan disini adalah berdasarkan hasil pengamatan yang
dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I serta lembar observasi
siswa siklus 1 di dapatkan bahwa masih banyak siswa yang tidak lengkap mengerjakan tugas,
masih salah mengerjakan soal dan masih banyak kesulitan mengerjakan khususnya siswa
masih bingung dalam mengerjakan langkah kedua yaitu menyusun rencana. Penyebab hal ini
dikarenakan siswa belum paham betul dengan maksud dari soal, sehingga sulit untuk
menentukan apa yang harus dimisalkan, rumus apa yang digunakan dan yang utama
bagaimana menjawab soal-soal IPA. Selain itu beberapa siswa juga masih bingung dalam
mengerjakan langkah ke 4 yaitu memeriksa kembali. Akibatnya siswa tidak membuktikan
apakah jawabannya itu memenuhi atau tidak.
Dari lembar observasi siswa juga didapatkan siswa yang mengerjakan soal di papan tulis,
yang mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru masih sedikit siswa yang mampu
melaksanakan. Hal ini disebabkan karena kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran
sedangkan siswa yang mengerjakan tugas ada 38 siswa (100%) karena memang hal ini
diharuskan oleh peneliti bahwa semua siswa harus terlibat mengerjakan tugas .
Dari hasil refleksi pada siklus I juga ditemukan bahwa dari bermacam-macam dengan
kemampuan berfikir yang berbeda serta pengetahuan tentang rumus-rumus yang berbeda,
menyebabkan perlunya pengulangan kembali tentang rumus-rumus dasar. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut.
Sri Iriani, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan……......................................._________________________ 53
Dengan demikian, siklus I perlu diulang agar kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan materi “Alat Indra” dengan metode Giving Question and
Getting Answer dapat ditingkatkan. Dari pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa didalam
kelas pada siklus 2 mengalami kenaikan di banding siklus 1 hasilnya adalah siswa yang tidak
lengkap mengerjakan tugas, yang masih salah mengerjakan soal, siswa yang masih kesulitan
mengerjakan individu, hal tersebut sudah dapat dikurangi. Sedangkan siswa yang
mengerjakan soal di papan tulis mengajukan pertanyaan kepada guru, yang dapat menjawab
pertanyaan guru, sudah meningkat, dimana banyak siswa yang sudah melaksanakan. yang
sama sekali tidak aktif tidak ada karena memang diharapkan semua siswa aktif dalam
pembelajaran. Siswa yang mengerjakan tugas ada 21 siswa (100%) karena memang hal ini
diharuskan oleh peneliti bahwa semua siswa yang belum tuntas pada pembelajaran di kondisi
awal harus terlibat mengerjakan tugas.
Dengan menggunakan lembar pengamatan guru skor yang diperoleh pada siklus 2
lebih dari 4 atau baik. hal ini menunjukkan mengalami peningkatan daripada siklus 1.
Tabel 1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas pada Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan
Siklus III
Aktivitas siswa Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Kondisi Awal 2 (10%) 4 (22%) 6 (28%) 8 (40%)
Siklus I 6 (28%) 8 (34%) 3 (21%) 3 (17%)
Siklus II 9 (47%) 6 (27%) 3 (17%) 2 (9%)
Siklus III 17 (87%) 2 (10%) 1 (3%) 0 (0%)
Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal dengan metode Giving Question and Getting Answer pada umumnya sudah meningkat.
Hal ini dilihat dari hasil pekerjaan siswa yang sudah tersusun secara urut dan sistematis
kesalahan dalam perhitungan yang terjadi pada siklus I sudah dapat dikurangi. Siklus II sudah
dipandang cukup, karena kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal telah meningkat.
Berdasarkan tes dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
meningkat. Dengan demikian tujuan dapat dicapai. Hal ini dilihat dari analisis tes akhir siklus.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1999, Penyempurnaan atau Penyesuaian Kurikulum 1999. Jakarta.
Djamarah, S. B. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
54 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 49-55, September 2014
Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan Praktisi. ....
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud dirjen Dikti Proyek
pembinaan tenaga kependidikan.
Imansjah, A. 1984. Didaktik Metodik. Surabaya: Usaha Nasional.
Jaka, W. R. 2004. Gembira Belajar Sains untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Jakarta: Grasindo.
Roestiyah. 1994. Masalah Pengajaran sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Argesindo.
Sudjana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suryabarata, S. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryadi. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mondar Maju.
Suryosubroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Tantra, D. K. 1998. Penelitian Tindakan Kelas Dasar dan Pelaksanaan. Singaraja: P3M
STKIP Singaraja.
Usman, C. 1997. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
.... .... Hasil Belajar Siswa Kelas. Jember: FKIP Universitas Jember.
Sri Iriani, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan……......................................._________________________ 55
PENINGKATAN POTENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL
(BAHASA JAWA) MELALUI PENERAPAN TEKNIK DEMONSTRASI DAN
EKSPERIMEN DI SDN WONOJATI 01 KECAMATAN JENGGAWAH
KABUPATEN JEMBER SEMESTER I TAHUN AJARAN 2012/2013
Sunarso1)
1)
SDN Wonojati 01 Jenggawah Jember
Abstract: This study aims to improve the learning potential of teachers in local
content (Javanese) through demonstration and experimental techniques in SDN
Wonojati 01 District Jenggawah Jember, to describe teachers' opinion on the
issue in the Schools Program Teachers can improve their competence. This
study classified Schools Action Research involving 13 teachers at SDN
Wonojati 01 District Jenggawah Jember first semester of the school year
2012/2013 .Penelitian done in two cycles each cycle consisting of four phases,
namely: planning, with, observation and reflection . Performance indicators set
is when a minimum score of 65% (quite active). In the Work Program Teacher
SDN Wonojati 01 District Jenggawah Jember first semester of the school year
2012/2013 it has to be said that the actions implemented successfully. Aspects
measured in observation was Enthusiasm Teacher, Teacher interaction with the
coach/ supervisor of the school, the interaction with the teacher in KKG,
Cooperation group, activity in group discussions. From the analysis found that
an increase in activity and competence of teachers in preparing teaching local
content (Java Language) from the first cycle to and cycle II. Achievement of
performance indicators contained in the action II. Thus, it can be likened to that
of Engineering Demonstration and Experiment in Teachers Work program can
improve teacher competence. Thus it can be suggested to the principal,
supervisor or other researchers that the technique demonstrations and
experiments in Teachers Work program can improve teacher competence
remain to be implemented on an ongoing basis.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi guru dalam
pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) melalui teknik demonstrasi dan
eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah Jember, untuk
mendeskripsikan pendapat guru terhadap hal tersebut dalam Program Sekolah
Guru dapat meningkatkan kompetensinya. Penelitian ini tergolong Penelitian
Tindakan Sekolah dengan melibatkan 13 orang guru di SDN Wonojati 01
Kecamatan Jenggawah kabupaten Jember Semester I tahun ajaran 2012/2013.
Penelitian dilakukan dengan dua siklus masing-masing siklus terdiri atas empat
tahapan, yakni: perencanaan, dengan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja
yang ditetapkan adalah bila minimal skor 65% (cukup aktif). Dalam Program
Kerja Guru SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah kabupaten Jember
Semester I tahun ajaran 2012/2013 maka sudah dapat dikatakan tindakan yang
diterapkan berhasil. Aspek yang diukur dalam observasi adalah Antusiasme
Guru, interaksi Guru dengan Pembina/ pengawas sekolah, interaksi dengan
Guru dalam KKG, Kerja sama kelompok, aktivitas dalam diskusi kelompok.
Dari analisis diperoleh bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan kompetensi
guru dalam menyusun pembelajaran muatan lokal (Bahasa jawa) dari siklus I
ke dan siklus II. Ketercapaian indikator kinerja terdapat pada tindakan ke II.
Dengan demikian, dapat diumpamakan bahwa teknik demonstrasi dan
eksperimen dalam program kerja guru dapat meningkatkan kompetensi guru.
Dengan demikian dapat disarankan kepada kepala sekolah, pengawas atau
peneliti yang lain agar teknik demonstrasi dan eksperimen dalam program kerja
guru dapat meningkatkan kompetensi guru tetap dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Kata kunci: Teknik demonstrasi dan eksperimen, potensi guru, dan
pembelajaran muatan lokal.
PENDAHULUAN
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki
keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan,
keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan
dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui
upaya pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik
memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan dan
pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan
kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam
Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan.
Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh
karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta
didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun
secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah
disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal yang berlandaskan pada :
1. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2)
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan potensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata
Sunarso, Peningkatan Potensi Guru dalam Pembelajaran……............................................_________________________ 57
pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan.
Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap
tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang
berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional. Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya,
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang
berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di
daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat
dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Melalui PTS ini diharapkan guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan
kemampuan pada pembelajaran muatan lokal dengan maksimal sehingga secara otomatis jika
proses pembelajaran muatan lokal dirancang dengan baik, maka akan menciptakan suasana
kelas yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah
dan menyenangkan.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok diantara para guru kelas dalam
bentuk teknik demonstrasi dan eksperimen guna mendiskusikan masalah pembelajaran
muatan lokal.
Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam
pengembangan pembelajaran muatan lokal untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Penelitian Nur Mohamad dalam Ekowati (2001) menunjukkan diskusi kelompok memiliki
dampak yang amat positif bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang
tingkat pengalamannya tinggi.
Bagi guru yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi
guru yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan. Keunggulan diskusi
kelompok adalah keterlibatan guru bersifat holistic dan konprehensip dalam semua
kegiatan. Dari segi lainnya guru dapat menukar pendapat, memberi saran, tanggapan dan
berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi sebagai peluang bagi mereka untuk
meningkatkan kemampuan dan pengalaman.
Secara umum, potensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh suatu profesi dalam melaksanakan tugas
58 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 56-66, September 2014
keprofesionalannya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pasal 1 butir 10).
Berkaitan dengan potensi profesi guru, Sagala mengemukakan sepuluh potensi dasar
yang harus dimiliki guru, yaitu :
1) menguasai landasan-landasan pendidikan;
2) menguasai bahan pelajaran;
3) kemampuan mengelola program belajar mengajar;
4) kemampuan mengelola kelas;
5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar;
6) menilai hasil belajar siswa;
7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum;
8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan;
9) memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran;
10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan (Sagala, 2006: 210).
Adapun Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Potensi Guru menyebutkan bahwa ”Standar potensi guru ini dikembangkan secara utuh
dari empat potensi utama, yaitu potensi pedagogik, potensi kepribadian, sosial, dan
profesional. Ke empat potensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.” (BSNP, 2007 : 8).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan potensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata
pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata
pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat,
sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat
relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan
Sunarso, Peningkatan Potensi Guru dalam Pembelajaran……............................................_________________________ 59
dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan
lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Potensi dan Potensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan
lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas,maka dalam penelitian tindakan sekolah ini
difokuskan pada penelitian masalah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah potensi guru dalam pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) dapat ditingkatkan
dengan teknik demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember Kecamatan Jenggawah kabupaten Jember semester I tahun ajaran
2012/2013 ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan teknik demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember terhadap peningkatan potensi guru dalam
pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) di Kecamatan Jenggawah kabupaten Jember
semester I tahun ajaran 2012/2013?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi
sekolah atau yang lazim disebut action research (Kemmis, 1982:Suwarsih). Subjek penelitian
ini adalah seluruh guru SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah kabupaten Jember yang
terdiri atas 13 orang guru. Lokasi Penelitian di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah
Jember.
HASIL PENELITIAN
Secara lebih rinci hasil analisis tindakan dan hasil evaluasi yang didapat melalui
instrumen yang dipersiapkan didapat hasil sebagai berikut:
A. Analisis Data Siklus I
1. Berdasarkan hasil observasi didapat 4 orang guru atau sekitar 40 % dapat melakukan
demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember dalam pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) disetiap kegiatannya. Yakni
mereka dapat melaksanakan mempersiapkan perangkat administrasi pembelajaran secara
60 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 56-66, September 2014
lengkap yang meliputi Program tahunan, Program semester, silabus, dan RPP / Rencana
Proses Pembelajaran.
2. Berdasarkan hasil obsevasi menunjukan bahwa 9 orang guru atau sekitar 60% guru
belum mengadakan demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember dalam pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) disetiap
kegiatannya.
3. Berdasarkan dokumen evalusi berupa ketercapaian standart kompetensi pembelajaran
muatan lokal (Bahasa Jawa) yang didapat dari setiap guru diperoleh data sebagai berikut:
5 orang atau sekitar 50 % , dan 1 orang tidak mencapai target pembelajaran muatan lokal
(Bahasa Jawa).
Tabel 1. Ketercapaian Target Pembelajaran Siklus 1
No Nama Guru Target Pembelajaran Ketercapaian Target Pembelajaran
1 Suharti, S.Pd √
2 Siti Asiyah,S.Pd √
3 Sri Rahayu.U, S.Pd √
4 Andriyani Ekowati,Spd √
5 Sugeng Wiyono, S.Pd √
6 Suparman √
7 Joko Nur Cahyo √
8 Ruswidi Astutik √
9 M. Zaenal Arifin √
10 Ursilatur Roidah √
11 Miftahul Hasanah √
12 Diah Ayu Sofiah √
13 Eko Pujianto √
Gambar 1. Hasil Obsevasi tentang Disiplin dan Ketercapaian Target Kurikulum
75
60
50 A
B
C
Sunarso, Peningkatan Potensi Guru dalam Pembelajaran……............................................_________________________ 61
Keterangan:
A. 75 % guru yang memiliki target ketercapaian pembelajaran pada setiap kegiatan proses
pembelajaran .
B. 60 % guru yang memiliki target ketercapaian pembelajaran dalam mengadakan
perangkat persiapan proses pembelajaran.
C. 50 % guru yang mencapai target ketercapaian pembelajaran dalam setiap kali
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran .
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukan bahwa target
ketercapaian pembelajaran, guru sudah mengalami peningkatan yang pada awalnya hanya
sekitar 60% saja pada siklus I ini sudah mencapai 75%, demikian halnya dalam mengadakan
persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya hanya 50% dari jumlah guru pada siklus ini
sudah dapat mencapai 60%. Hal ini ternyata meimiliki dampak terhadap kegiatan proses
pembelajaran di kelas, hal ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang
menstandarkan pada KKM mata pelajaran muatan lokal. Pada awal siklus rata-rata
ketercapaian target kurikulum hanya berkisar pada 30-40% saja, sedangkan pada siklus ini
mencapai 50%. Ini menunjukkan kenaikan yang cukup memuaskan walaupun belum
mencapai target yang diinginkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%
B. Refleksi
Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus I menunjukan hasil yang cukup
signifikan metode demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember dapat meningkatkan potensi Guru dalam pembelajaran muatan lokal
(Bahasa Jawa) persiapan pembelajaran. Akan tetapi belum mencapai target yang diharapkan
yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Kendala yang ditemukan terhadap guru yang
kurang mampu melaksanakan demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember dalam pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) ternyata
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di rumah misalnya
ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, memasak (guru perempuan) transportasi,
keterampilan yang mereka kuasai.
Untuk mengatasi kekurangberhasilan tindakan pada Siklus I, peneliti merancang suatu
tindakan berupa pemberian arahan dan reward terhadap guru yang mampu melaksanakan
demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember
dalam pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) dan mencapai target kurikulum. Reward
yang diberikan berupa pujian dan dijadikan sebagai contoh bagi guru lain dengan harapan
62 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 56-66, September 2014
yang lain dapat mengikuti jejaknya sehingga diharapkan sekurang-kurangnya 85% guru dapat
melakukan demonstrasi dan eksperimen dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran
muatan lokal (Bahasa Jawa) dan mencapai target kurikulum yang diharapkan.
C. Analisis Siklus II
1. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan sepanjang siklus II ini diperoleh data
sebagai berikut : 9 orang guru atau sekitar 90 % dapat melakukan demonstrasi dan
eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember dalam
pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) dan mencapai target kurikulum.
2. Berdasaarkan hasil obsevasi menunjukan bahwa 8 orang guru atau sekitar 80% telah
dapat berusaha dan mengadakan perangkat administrasi persiapan pembelajaran muatan
lokal (Bahasa Jawa), sedangkan yang lainnya yaitu 2 orang atau sekitar 20 % masih
belum dapat melakukan pengadaan administrasi perangkat.
3. Berdasarkan dokumen evalusi berupa ketercapaian kurikulum yang didapat dari setiap
guru diperoleh data sebagai berikut : 8 orang atau sekitar 85 % , dan 2 orang (15% )
tidak mencapai target kurikulum minimal , lebih jelas dapat terlihat dalam tabel hasil
obsevasi di bawah ini.
Tabel 2. Ketercapaian Target Pembelajaran Siklus 2
No Nama Guru Target Kurikulum Ketercapaian Target Kurikulum
1 Suharti, S.Pd √
2 Siti Asiyah,S.Pd √
3 Sri Rahayu.U, S.Pd √
4 Andriyani Ekowati, Spd √
5 Sugeng Wiyono, S.Pd √
6 Suparman √
7 Joko Nur Cahyo √
8 Ruswidi Astutik √
9 M. Zaenal Arifin √
10 Ursilatur Roidah √
11 Miftahul Hasanah √
12 Diah Ayu Sofiah √
13 Eko Pujianto √
Sunarso, Peningkatan Potensi Guru dalam Pembelajaran……............................................_________________________ 63
Gambar 2. Hasil Obsevasi
Keterangan:
A. 90 % guru yang memiliki target ketercapaian pembelajaran pada setiap kegiatan proses
pembelajaran.
B. 80 % guru yang memiliki target ketercapaian pembelajaran dalam mengadakan
perangkat persiapan proses pembelajaran.
C. 85 % guru yang mencapai target ketercapaian pembelajaran dalam setiap kali
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran .
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukan bahwa teknik
demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember
sudah mengalami peningkatan yang signifikan pada akhir siklus I hanya sekitar 60 %
meningkiat menjadi 90%, demikian halnya dalam mengadakan persiapan perangkat
pembelajaran yang tadinya hanya 60 % dari jumlah guru pada siklus ini sudah dapat mencapai
80%. Hal ini ternyata memiliki dampak terhadap kegiatan proses pembelajaran di kelas, hal
ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan pada KKM muatan
lokal (Bahasa Jawa). Pada akhir siklus I rata-rata ketercapaian target kurikulum mencapai
60% saja, sedangkan pada siklus ini mencapai 85%. Ini menunjukkan kenaikan yang cukup
memuaskan sesuai dengan target yang diinginkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85 %.
D. Refleksi
Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus II menunjukan hasil yang cukup
signifikan bahwa teknik demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember dapat meningkatkan kemampuan guru, mengadakan perangkat
persiapan pembelajaran dan secara keseluruhan telah . mencapai target yang diharapkan yakni
sekurang-kurangnya mencapai 85%. Kendala yang ditemukan terhadap guru yang kurang
90
80
85 A
B
C
64 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 56-66, September 2014
disiplin waktu ternyata disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan
kesibukan di rumah misalnya ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, memasak (guru
perempuan) transportasi dan keterampilan yang dikuasai. Sehinggaa dengan pemberian teknik
demonstrasi dan eksperimen di SDN Wonojati 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember
ternyata dapat menimbulkan kesadaran guru atas tugas dan tanggung Jawabnya sebagai guru
yang profesiaonal.
KESIMPULAN
1. Peranan kepala sekolah dalam mengelola pengembangan pembelajaran muatan lokal dapat
meningkatkan kinerja guru dan pada akhirnya secara keseluruhan meningkatkan kinerja
sekolah.
2. Kesadaran guru dalam mengelola pengembangan pembelajaran muatan lokal dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, terlihat pada hasil penilitian siklus 1 s/d 2, kinerja guru
dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sangat signifikan.
3. Kemampuan guru dalam mengelola pengembangan pembelajaran muatan lokal pada
program-program sekolah seperti program tahunan, program semester, dan rencana
pengajaran berdampak pada kemampuan siswa semakin bertambah.
Tingkat kesadaran guru tentang pentingnya mengelola pengembangan pembelajaran
muatan lokal pada siklus 1 masih lemah, namun setelah siklus ke-2 semua guru yang menjadi
sampel sudah memiliki kinerja dalan kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, M. 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Hadi, Syamsul. 2009. Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah Disampaikan pada Sosialisasi
Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah dalam Inovasi Pembelajaran. Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan.
Hidayat, S. 1986. Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus
Indonesia. Jakarta: Prisma.
Sunarso, Peningkatan Potensi Guru dalam Pembelajaran……............................................_________________________ 65
Mangkunegara, A. P. 1994. Psikologi Perusahaan. Bandung: PT. Trigenda Karya.
Megawangi, R. 2007. Membangun SDM Indonesia melalui Pendidikan Holistik Berbasis
Karakter. Jakarta: Indonesian Heritage Foundation.
Nugroho, B. 2006. Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006.
Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Subagio. 2009. Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line].
Tersedia: http://subagio-ubagio.blogspot.com/2009/03/kompetensi-guru-
dalammeningkatkanmutu.html.
Sudrajat, A. 2009. Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. (On Line).
Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/03/04/manfaatprinsip-dan-asas-
pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2009].
…. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
66 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 56-66, September 2014
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENGGUNAKAN ALAT
PERAGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DI SDN JENGGAWAH 02 KECAMATAN JENGGAWAH
KABUPATEN JEMBER SEMESTER 2TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Tohir 1)
1) SDN Jenggawah 02 Jember
Abstract: The problem base of this research is a teacher in the learning process
still not maximized when use of props, so it need to find the solutions through
the use of appropriate methods to use props that can improve the ability of
teachers in the learning process and it can also have a positive impact on
activity and learning outcomes students. This research uses a model of action
research cycle Hopkins performed with three cycles. Each cycle consists of
four stages: planning, implementation, observation, and reflection. The results
of this study indicate that the use of methods of demonstration in the use of
props in the first cycle, the value of <65 there are 3 teachers (25%), the value
of 65-75 are five teachers (41.5%), and the value of 76-100 are 4 teachers
(34%). In the second cycle, the value of <65 no (0%), the value of 65-75 there
are 4 teachers (34%), and the value of 76-100 are 8 teachers (66%). In the third
cycle, the value of <65 no (0%), the value of 65-75 there are two teachers
(17%), and the value of 76-100 are 10 teachers (83%). This increase shows that
the use of methods of demonstration in the use of props can improve the ability
of teachers in the learning process.
Abstrak: Permasalahan yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini adalah
guru dalam proses belajar mengajar masih belum maksimal menggunakan alat
peraga, sehingga perlu dicari solusi melalui penggunaan metode yang sesuai
dalam menggunakan alat peraga yang mampu meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran dan dapat berdampak positif pula terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan siklus penelitian tindakan
model Hopkins yang dilakukan dengan tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari 4
tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam
menggunakan alat peraga pada siklus I, nilai <65 terdapat 3 guru (25%), nilai
65-75 terdapat 5 guru (41,5%), dan nilai 76-100 terdapat 4 guru (34%). Pada
siklus II, nilai <65 tidak ada (0%), nilai 65-75 terdapat 4 guru (34%), dan nilai
76-100 terdapat 8 guru (66%). Pada siklus III, nilai <65 tidak ada (0%), nilai
65-75 terdapat 2 guru (17%), dan nilai 76-100 terdapat 10 guru (83%).
Peningkatan ini menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam
menggunakan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran.
Kata kunci: Metode demonstrasi, alat peraga, dan kemampuan guru.
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar guru
SD/MI menegaskan bahwa seorang guru harus memiliki 6 (enam) kompetensi minimal, yaitu
kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan,
penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial.
Kondisi di lapangan saat ini tentu saja masih banyak guru SD/ MI yang belum
menguasai keenam dimensi kompetensi tersebut dengan baik. Survei yang dilakukan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para guru di suatu kabupaten
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 6) menunjukkan bahwa para guru memiliki
kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian, dan
pengembangan. Sosialisasi dan pelatihan yang selama ini biasa dilaksanakan dipandang
kurang memadai untuk menjangkau keseluruhan guru dalam waktu yang relatif singkat.
Selain itu, karena terbatasnya waktu maka intensitas dan kedalaman penguasaan materi
kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini. Berdasarkan kenyataan tersebut maka upaya
untuk meningkatkan kompetensi guru harus dilakukan melalui berbagai strategi. Salah satu
strategi yang dapat ditempuh untuk menjangkau keseluruhan guru dengan waktu yang cukup
singkat adalah memanfaatkan forum Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wahana belajar
bersama. Dalam suasana kesejawatan yang akrab, para guru dapat saling berbagi pengetahuan
dan pengalaman guna bersama-sama meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka.
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Pembaharuan di bidang
pendidikan dewasa ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
agar dapat memenuhi tuntutan jaman. Dalam konteks pembaharuan pendidikan ada tiga faktor
utama yang perlu diperhatikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran (Nurhadi dan Senduk, 2003: 1).
Kurikulum harus responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu
mengakomodasikan keberagaman keperluan serta kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran
harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan, dan secara mikro harus
ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih
memberdayakan potensi siswa.
FOKUS MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah
dengan menggunakan metode demontrasi dalam menggunakan alat peraga dapat
68 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 67-74, September 2014
meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran di SDN Jenggawah 02
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013?
METODOLOGI PPENELITIAN
Penelitian ini menggunakan siklus penelitian tindakan model Hopkins. Setiap siklus
terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN Jenggawah 02 dengan jumlah subjek penelitian yaitu 12 orang guru.
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Sekolah
Setiap guru kelas di SDN Jenggawah 02 Kecamatan Jenggawah Jember pada dasarnya
mempunyai permasalahan tentang mata pelajaran maupun metode mengajar dan penggunaan
alat peraga serta sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
(PBM) menurut jenjang kelas masing-masing. Berdasarkan kondisi tersebut, maka materi
tataran/latihan atau diskusi yang disiapkan oleh tutor dan guru pemandu, perlu ditanggapi dan
dikaji secara aktif agar segala yang diperoleh benar-benar aplikatif dan memenuhi kebutuhan
perbaikan PBM di sekolah. Kesesuaian antara materi yang disajikan atau didiskusikan dengan
pelaksanaan PBM di kelas, dipantau oleh guru pemandu dan kepala sekolah, dengan cara
demikian guru pemandu dan kepala sekolah dapat memperoleh masukan untuk melakukan
perbaikan pada pertemuan berikutnya.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung, diperoleh
informasi bahwa mayoritas siswa terlibat secara mental dan fisik dalam proses pembelajaran.
Partisipasi tersebut terlihat dalam hal kemauan atau keberanian siswa untuk
mempresentasikan hasil tugas belajar baik secara individu dan kelompok. Siswa mampu
memberikan pendapat mereka dengan memberikan penjelasan kepada sesama teman dalam
kelompok dan kelas. Siswa saling memberikan argumentasi untuk memberikan pendapat yang
mereka kemukakan dan mereka juga mampu mempertahankan pendapat yang mereka
kemukakan, meskipun masih ada juga siswa yang kurang berani ambil bagian dalam diskusi,
namun demikian jumlah kejadian ini tidak terlalu besar.
Partisipasi siswa tersebut jauh lebih baik dibandingkan hasil observasi pada studi
pendahuluan yakni ketika guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru kurang
memperhatikan pentingnya alat peraga sebagai penunjang keberhasilan proses belajar
Tohir, Penerapan Metode Demonstrasi dalam Menggunakan............................................._________________________ 69
mengajar. Pembinaan kemampuan guru dengan metode demontrasi adalah pola perbuatan
membina sesuatu yang disediakan untuk ditiru/diikuti dari hasil berlatih dengan pengawasan
dalam kegiatan melakukan sesuatu sehingga tidak bergantung pada orang lain (kamus Pelajar
SLTP, 2003: 751). Dengan demikian Metode demontrasi dalam penelitian ini adalah pola
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik untuk ditiru dari hasil latihan dalam pengawasan sehingga dalam
melakukan sesuatu tidak bergantung pada orang lain. Hal ini tampak pada partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan kedua aspek
tersebut juga diiringi dengan adanya peningkatan aspek psikologis yang penting lainnya,
yakni minat siswa terhadap materi pelajaran. Secara mendetail penerapan metode demonstrasi
dalam menggunakan alat peraga terhadap peningkatan aspek-aspek tersebut disajikan pada
paparan berikut.
Perbandingan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebelum (nilai pre tes)
dan sesudah guru menggunakan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga (nilai
pos tes) selengkapnya disajikan dalam gambar berikut (data dalam persen):
Tabel 1. Nilai Hasil Mengajar
Nilai Guru 76-100 65-75 < 65
Awal (pre tes) 2 (17%) 5 (41.5%) 5 (41,5%)
Siklus
I 4 (34%) 5 (41%) 3 (25% )
II 8 (66%) 4 (34%) 0 (0% )
III 10 (83%) 2 (17%) 0 (0%)
Sumber: Data penelitian (nilai pre tes dan pos tes) yang diolah
Gambar 1. Perbandingan Kondisi Awal Guru dengan Hasil Mengajar (Pre Tes) setelah
Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Peraga
0
2
4
6
8
10
76-100 65-75 <65
awal
siklus 1
siklus 2
siklus 3
70 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 67-74, September 2014
Gambar di atas menginformasikan bahwa pada proses pembelajaran yang diamati
pada kondisi awal guru yaitu: nilai <65 terdapat 5 guru (41,5%), nilai 65-75 terdapat 5 guru
(41,5%), dan nilai 76-100 terdapat 2 guru (17%).
Kondisi tersebut berubah pada proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode
demonstrasi dalam menggunakan alat peraga, yakni pada siklus I, nilai <65 terdapat 3 guru
(25%), nilai 65-75 terdapat 5 guru (41,5%), dan nilai 76-100 terdapat 4 guru (34%). Pada
siklus II, nilai <65 tidak ada (0% ), nilai 65-75 terdapat 4 guru (34%), dan nilai 76-100
terdapat 8 guru (66%). Pada siklus III, nilai <65 tidak ada (0%), nilai 65-75 terdapat 2 guru
(17%), dan nilai 76-100 terdapat 10 guru (83%).
Berdasarkan hasil nilai pre tes dan pos tes, dapat diketahui adanya peningkatan hasil
mengajar tiap siklusnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi
dalam menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil guru mengajar.
Hasil perbandingan keaktifan guru dalam proses pembelajaran sebelum dan sesudah
guru menggunakan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga selengkapnya
disajikan dalam gambar berikut (data dalam persen):
Tabel 2. Keaktifan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Aktivitas guru Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Kondisi Awal 1 (10%) 2 (22%) 4 (28%) 5 (40%)
Siklus I 3 (28%) 5 (34%) 2 (21%) 2 (17%)
Siklus II 5 (47%) 4 (27%) 2 (17%) 1 (9%)
Siklus III 9 (87%) 2 (10%) 1 (3%) 0 (0%)
Sumber: Data penelitian (hasil observasi) yang diolah
Gambar 2. Perbandingan Keaktifan Guru dalam Pembelajaran Sebelum dan Saat Penelitian
Tindakan Dilaksanakan
Gambar di atas menginformasikan bahwa pada proses pembelajaran yang diamati
pada studi pendahuluan: sangat aktif (1 guru/ 10%), aktif (2 guru/ 22%), kurang aktif (4 guru/
0
2
4
6
8
10
sangat aktif
aktif kurang aktif
tidak aktif
awal
siklus 1
siklus 2
siklus 3
Tohir, Penerapan Metode Demonstrasi dalam Menggunakan............................................._________________________ 71
28%), dan tidak aktif (5 guru/ 40%). Kondisi tersebut berubah pada proses pembelajaran yang
dilaksanakan dengan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga, dan mengalami
peningkatan tiap siklusnya. Pada siklus I, sangat aktif (3 guru/ 28%), aktif (5 guru/ 34%),
kurang aktif (2 guru/ 21%), dan tidak aktif (2 guru/ 17%). Pada siklus II, sangat aktif (5 guru/
47%), aktif (4 guru/ 27%), kurang aktif (2 guru/ 17%), dan tidak aktif (1 guru/ 9%). Pada
siklus III, sangat aktif (9 guru/ 87%), aktif (2 guru/ 10%), kurang aktif (1 guru/ 3%), dan tidak
aktif nihil (0%). Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga dapat meningkatkan aktifitas guru dan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil analisis data hasil tes, data wawancara, data observasi, dan data
angket. Dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga cukup
efektif digunakan dalam pembelajaran. Dikarenakan guru dan siswa lebih aktif dan minat
lebih tinggi, sehingga tujuan belajar dengan mudah dan cepat dapat diraih.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis post-tes pada siklus I, ketuntasan hasil mengajar sebesar 62%
diperoleh peningkatan hasil belajar sebesar 37% dari kondisi awal (pre tes), berarti
peningkatan skor dari pre-tes ke post-tes termasuk pada kategori rendah, hal ini terjadi karena
siswa kurang memahami alat peraga pembelajaran yang digunakan dan kurang memahami
akan tanggung jawabnya. Peneliti kurang membimbing siswa berdiskusi, sehingga siswa tidak
maksimal dalam bekerjasama dan kurang memahami materi, sehingga diperlukan perbaikan
dalam pembelajaran selanjutnya pada siklus II, yaitu guru harus sering menjelaskan cara
menerapkan metode demonstrasi dalam penggunaan alat peraga, sering mengingatkan akan
tugas masing-masing guru, dan lebih aktif dalam membimbing diskusi.
Pada post-tes siklus II, diperoleh ketuntasan hasil mengajar sebesar 74% dengan
peningkatan skor dari pre-tes ke post-tes II sebesar 49% dan termasuk pada kategori sedang.
Dengan demikian dapat diartikan adanya peningkatan dari hasil pre-tes ke post-tes pada
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga melalui media VCD, akan tetapi hasil pada
pembelajaran ini kurang maksimal, sehingga masih perlu perbaikan pada siklus selanjutnya
yaitu siklus III.
Pada post-tes siklus III, diperoleh ketuntasan hasil mengajar sebesar 98% dengan
peningkatan skor dari pre-tes ke post-tes III sebesar 73%. Nilai ini dikategorikan termasuk
pada kategori tinggi, sehingga dapat dikatakan pada siklus ini pembelajaran telah tuntas.
72 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 67-74, September 2014
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam
menggunakan alat peraga efektif digunakan dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil observasi, hasil tes, wawancara, dan angket yang menunjukkan
perolehan aktifitas yang tinggi, hasil belajar, dan minat siswa yang cukup tinggi pula.
Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dalam menggunakan alat
peraga juga mempunyai kelebihan yang diindikasikan dengan adanya peningkatan hasil
belajar dan peningkatan kualitas kerjasama, adapun kelebihan-kelebihan lainnya antara lain
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Adanya persaingan antar kelompok untuk menjadi yang terbaik,
2. Dapat terjadi komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi di antara siswa,
3. Saling membantu tercapainya hasil yang lebih baik,
4. Dapat berbagi pengetahuan di antara siswa,
5. Ada perasaan terlibat yang lebih besar,
6. Berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling mempercayai di
antara siswa,
7. Siswa memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, mengolah informasi, dan
mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah,
8. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi hubungan antar pribadi yang saling
menghargai agar siswa memiliki kecakapan sosial termasuk kecakapan berkomunikasi dan
kerjasama,
9. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberi pengalaman
memimpin bagi anggota kelompok,
10. Pada saat pembelajaran menggunakan alat peraga berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam
kerjasama antar anggota kelompok.
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa walaupun banyak kekurangan-
kekurangan, namun pembelajaran menggunakan alat peraga ini bisa diterapkan pada kegiatan
belajar mengajar di sekolah dalam meningkatkan hasil belajar dan keaktifan kerjasama siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar di SDN Jenggawah 02 Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember secara signifikan.
Tohir, Penerapan Metode Demonstrasi dalam Menggunakan............................................._________________________ 73
2. Penerapan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa di SDN Jenggawah 02 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
3. Penerapan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga cukup efektif digunakan
dalam pembelajaran karena dapat merangsang minat dan keaktifan siswa, sehingga
diperoleh hasil belajar yang memuaskan dengan waktu yang cepat dan tepat.
4. Penerapan metode demonstrasi dalam menggunakan alat peraga memiliki kelebihan-
kelebihan yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati & Mulyono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, N. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang.
Hamalik, O. 1999. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya.
Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.
Gramedia.
Nurkancana & Sunartama. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Saripudin, U. 1996. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Sirojudin. 2004. Belajar Matematika Untuk SD Kelas 5. Bandung: PT. Sarana Panca Karya
Nusa.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, D. K. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukidin. 2002. Menejemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto. 1990. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafriani, D. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
74 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 67-74, September 2014
PENINGKATAN DISIPLIN DAN KINERJA GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DI KELAS MELALUI PENGGUNAAN METODE REWARD AND
PUNISHMENT DI SD NEGERI JENGGAWAH 06 KECAMATAN JENGGAWAH
JEMBER SEMESTER SATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Untung Subiyanto1)
1)
SDN Jenggawah 06 Jember
e-mail: [email protected]
Abstract: Teacher discipline is a mental attitude that contains willingness to
comply with all applicable rules and norms in the discharge of duties and
responsibilities. Absence or delay in performing teachers teaching in class, if it
is always and often happens, it can make learning to be low quality and have a
negative impact on the image of the school. Issues relating to discipline and
performance of teachers in the learning process needs to be addressed, one
through the implementation of reward and punishment. This study uses a
model of action research cycle Stephen Kemmis and Mc.Taggart performed
with two cycles. Implementation of the first cycle shows that as many as one
person late for class teachers is less than 10 minutes, 3 teachers from 10-15
minutes late for class, and 6 teachers were late to class more than 15 minutes.
Implementation of the second cycle showed that as many as nine people late
for class teachers is less than 10 minutes, 1 teacher 10-15 minutes late to class,
and no one is sure teachers are late to class more than 15 minutes. Under these
conditions it can be concluded that the use of rewards and punishments
effective method to improve the discipline and performance of teachers in the
classroom teaching.
Abstrak: Kedisiplinan guru merupakan sikap mental yang mengandung
kerelaan mematuhi semua ketentuan dan norma yang berlaku dalam
menunaikan tugas dan tangung jawab. Ketidakhadiran atau keterlambatan guru
dalam melaksanakan KBM di kelas, apabila hal tersebut selalu dan sering
terjadi, maka dapat membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah dan
berdampak buruk pada citra sekolah. Permasalahan yang berkaitan dengan
disiplin dan kinerja guru dalam proses pembelajaran perlu untuk dicari
solusinya, salah satunya melalui penerapan reward and punishment. Penelitian
ini menggunakan siklus penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan
Mc.Taggart yang dilakukan dengan dua siklus. Pelaksanaan siklus I
menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari
10 menit, 3 orang guru terlambat masuk kelas 10-15 menit, dan 6 orang guru
terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Pelaksanaan siklus II menunjukkan
bahwa sebanyak 9 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 1
orang guru terlambat masuk kelas 10-15 menit, dan tidak ada satu orangpun
guru yang terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode reward and punishment
efektif untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru di kelas pada KBM.
Kata kunci: Disiplin, kinerja guru, metode reward and punishment.
PENDAHULUAN
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga
kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam informasi tentang wawasan wiyata mandala,
kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua
ketentuan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangung jawab.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan guru dan
pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada
dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pendidikan anak
didiknya, karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan merupakan cermin
bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan. Kinerja guru dan tenaga kependidikan akan
memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian sesuai
dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat disebutkan
beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai
penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to
latent requirements), dan sesuai lingkungan global (fitness to global environmental
requirements). Adapun yang dimaksud mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu
aspek dalam pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Garvin
seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk
menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) feature, (3)
kehandalan (reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi
pelayanan (service ability), (7) estetika (estetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan
pelanggan yang bersifat subjektif.
Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan:
1. Preventif, kegiatan yang bertujuan untuk mendorong kinerja diri di antara para karyawan
agar mengikuti berbagai standar atau aturan, sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah.
2. Korektif, kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan
mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut (Heldjrachman dkk,
1990).
Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/ perusahaan
dibutuhkan adanya:
76 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 75-86, September 2014
1. Tata tertib/ peraturan yang jelas;
2. Penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas; dan
3. Tata kerja yang sederhana serta mudah diketahui oleh setiap anggota dalam organisasi.
Dalam upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran di kelas dalam kegiatan
belajar mengajar bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan
disiplin dan kinerja guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian
ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dan Kinerja dalam sikap
dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c) mewajibkan guru untuk mengisi agenda kelas
dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal masuk sekolah
kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan kedisiplinan, (e)
memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap rapat pembinaan
diumumkan frekuensi pelanggaran terendah.
Ketidaktepatan guru masuk kelas sehingga jeda waktu pergantian jam bisa
dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner. Komitmen guru dalam hal ini
kadang sering menjadi penyebabnya. Dalam manajemen sekolah, biasanya pengawasan
banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik, lebih-lebih jika komitmen guru dan siswa
rendah maka sekolah-pun akhirnya sulit maju.
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi para pegawai.
Metode ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia,
senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara
berulang-ulang. Selain bisa memotivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat
lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.
Reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, sedangkan punishment sebagai
bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak, hal tersebut
bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari adanya punishment ini adalah untuk menimbulkan
rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang tidak baik,
jadi hukuman yang dilakukan harus bersifat pedagogis, yaitu untuk memperbaiki dan
mendidik ke arah yang lebih baik.
Bagi guru, ketidakhadiran dalam mengajar sesuai jadwal terkadang merupakan suatu
hal yang tidak terhindarkan, mengingat suatu kali mereka mempunyai keperluan mendadak
dalam waktu yang sama, sehingga tidak dapat melaksanakan pembelajaran. Hal demikian
menjadi tidak wajar jika ketidak hadiran atau keterlambatan mengajar di kelas selalu dan
sering terjadi.
Untung Subiyanto, Peningkatan Disiplin dan Kinerja Guru................................................_________________________ 77
Peran reward dan punishment bagi sumber daya manusia (SDM) inipun juga harus
dibawa menjadi bentuk participative. Likert (1967) menyebutkan bahwa dalam salah satu
sistem manajemen, participative ini mengakui dan berusaha memenuhi kebutuhan manusiawi
para pekerja, tidak saja kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan lainnya. Motivasi kerja tidak
hanya dapat ditumbuhkan melalui hadiah ekonomis, tetapi juga melalui partisipasi dalam
kelompok dan keterlibatannya dalam menentukan tujuan pekerjaannya serta sikap kooperatif
dan tenggang rasa (favorable) terhadap para tenaga kerja lainnya dalam organisasi. Bentuk
partisipasi pengambilan keputusan dilakukan meluas dalam organisasi, namun terintegrasi
dengan baik. Hal itu terjadi melalui revitalisasi pembinaan kepegawaian dan proses
pembelajaran dengan membangun komitmen kuat dalam mengemban tugas sebagai pegawai
negeri sipil (PNS), disertai pengembangan sistem reward dan punishment yang tepat dan
efektif (Bambang Nugroho, 2006).
KINERJA GURU
Kinerja dalam kamus bahasa Indonesia berarti prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan bekerja atau bisa juga diartikan sesuatu yang dicapai. Kinerja guru bisa juga
diartikan kemampuan guru mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Agar tercapai kinerja yang maksimal perlu
disiplin kerja guru yang maksimal pula.
Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan mutu. Salah satu faktor yang
penting adalah adanya contoh dalam kedisiplinan dan kinerja yang diberikan oleh kepala
sekolah. Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan
Nasional Ki Hadjar Dewantara, “Ing Ngarso Sung Tuladha.” Kepala sekolah selaku pemimpin
pembelajaran harus bisa memberikan contoh kepada semua warga sekolah agar tercipta
budaya kinerja di sekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan kualitatif,
artinya penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan rendahnya tingkat
kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada proses kegiatan belajar mengajar. Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc.Taggart (1998) yang
diadopsi oleh Suranto (2000: 49) dan kemudian diadaptasikan dalam penelitian ini. Seperti
78 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 75-86, September 2014
yang diungkapkan oleh Mills (2000: 17) “Stephen Kemmis has created a well known
representation of the action research spiral…”. Model ini digunakan karena dianggap paling
praktis dan aktual.
HASIL PENELITIAN
A. Siklus 1
Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3)
Pengamatan dan Evaluasi, serta (4) Refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan saat akan memulai tindakan. Agar
perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan, maka dibuat rencana tindakan sebagai
berikut:
a. Merumusan masalah yang akan dicari solusinya. Masalah yang akan dicari solusinya
dalam penelitian ini adalah masih banyaknya guru yang kehadirannya di kelas pada
proses belajar mengajar masih kurang maksimal.
b. Merumusan tujuan penyelesaian masalah. Penelitian ini mengambil rencana untuk
melakukan tindakan memberikan reward and punishment kepada guru-guru untuk
meningkatkan kinerja guru dan disiplin dalam kehadiran di kelas pada kegiatan belajar
mengajar (KBM).
c. Merumusan indikator keberhasilan penerapan reward and punishment dalam
meningkatkan kinerja guru dan disiplin dalam kehadiran di kelas pada proses belajar
mengajar. Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini ditetapkan sebesar 80%,
artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 80% guru tidak terlambat masuk kelas
dalam proses pembelajaran.
d. Merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah. Langkah-langkah yang
diambil antara lain melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang
akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan.
Para guru memperoleh informasi mengenai penerapan reward and punishment yang
akan diterapkan dalam penelitian ini. Pada siklus pertama ini, akan dipampang/ditempel
di ruang guru, maupun di ruang tata usaha (TU), peringkat guru yang paling rendah
tingkat keterlambatannya masuk kelas sampai yang paling tinggi tingkat
keterlambatannya.
Untung Subiyanto, Peningkatan Disiplin dan Kinerja Guru................................................_________________________ 79
e. Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam
penyelesaian masalah. Identifikasi dilakukan pada siapa saja yang dilibatkan dalam
penelitian ini, yaitu guru, guru piket, TU, dan siswa.
f. Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. Data yang diambil
merupakan data kualitatif, sehingga metode pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, pengamatan serta wawancara kepada siswa mengenai kehadiran guru di kelas
pada KBM.
g. Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi. Dalam pengambilan data, digunakan
instrumen berupa lembar observasi/pengamatan, skala penilaian serta angket yang
disebarkan kepada siswa, untuk mengetahui penilaian dari siswa mengenai tingkat
kehadiran guru di kelas dalam proses KBM.
h. Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan. Fasilitas atau alat bantu yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain: kertas (lembar pengamatan), alat tulis, serta jam dinding
yang ada di setiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain:
a. Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap ketua kelas atau sekretaris kelas
sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SD Negeri
Jenggawah 06 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember sebanyak 6 rombongan
belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar di kelas
tersebut setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas.
b. Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu
dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari TU.
Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir guru di kelas yang telah dibuat agar dapat
melihat tingkat kehadiran guru di setiap kelas dan di setiap pergantian jam pelajaran.
Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang.
c. Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari
guru piket, dari siswa maupun dari penulis.
d. Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu minggu
(satu siklus).
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi selama
satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 11 orang. Selama pengamatan,
80 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 75-86, September 2014
peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti meliputi:
a. Kehadiran guru di kelas;
b. Tingkat keterlambatan guru masuk kelas; dan
c. Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran.
Penilaian juga dilakukan dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus
kelas untuk mengamati kehadiran guru di kelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari
tingkat kehadiran guru di kelas pada KBM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Tingkat Keterlambatan Guru pada Kehadiran di Kelas pada Siklus I
Waktu Keterlambatan < 10 menit 10-15 menit > 15 menit
Jumlah Guru 1 3 6
Persentase 10% 30% 60%
Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru di kelas pada proses pembelajaran,
diperoleh data sebanyak 1 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 3 orang
guru terlambat masuk kelas 10-15 menit, dan 6 orang guru terlambat masuk kelas lebih dari
15 menit. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:
Gambar 1. Grafik Keterlambatan Guru dalam KBM pada Siklus I
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterlambatan guru masuk
kelas lebih dari 15 menit pada proses KBM masih tinggi yaitu 6 orang atau 60 %.
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 80%,
atau bila 80% guru tidak terlambat lebih dari 10 menit. Pada siklus pertama ini guru yang
tidak terlambat lebih dari 10 menit baru 30%, jadi dapat disimpulkan bahwa harus diadakan
tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus II. Disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja
Untung Subiyanto, Peningkatan Disiplin dan Kinerja Guru................................................_________________________ 81
hal ini tampak pada data dibawah ini bahwa masih ada guru yang belum memiliki
kelengkapan bukti fisik kinerja guru.
Tabel 2. Bukti Fisik Kinerja Guru pada Siklus I
Bukti Fisik Kinerja Guru Ada Tidak Ada
Silabus
Program Tahunan
Program Semester
Analisis SK/KD/KI
Penetapan KKM
Penyusunan RPP
Analisis Bahan Ajar
Daftar Nilai
Analisis Hasil Belajar
Program Remidi
Program Pengayaan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
4. Refleksi
Refleksi diadakan setelah selesai satu siklus mengenai kelemahan atau kekurangan
dari pelaksanaan tindakan pada siklus I. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator
untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan reward and punishment yang lebih tegas
lagi daripada siklusI.
B. Siklus 2
Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu: (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi.
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka direncanakan untuk melakukan tindakan
reward and punishment yang lebih tegas pada siklus II. Peneliti merencanakan untuk
mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru masuk kelas dalam
KBM, pada kegiatan upacara bendera hari Senin. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan
kepada semua guru pada saat refleksi siklus I.
82 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 75-86, September 2014
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus II ini dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut:
a. Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas
sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SD Negeri
Jenggawah 06 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Kabupaten Jember sebanyak 6
rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu telah dibuat daftar guru yang
mengajar di kelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk serta jam keluar kelas.
b. Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu
dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari TU.
Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir guru di kelas yang telah dibuat agar dapat
melihat tingkat kehadiran guru di setiap kelas dan di setiap pergantian jam pelajaran.
Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang.
c. Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari
guru piket, dari siswa maupun dari penulis. Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari
kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus) pada siklus II.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi selama
satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 10 orang. Selama pengamatan
peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti meliputi:
a. Kehadiran guru di kelas;
b. Tingkat keterlambatan guru masuk kelas;
c. Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran; dan
d. Bukti fisik kinerja guru.
Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada
pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru di kelas. Dari hasil pengamatan serta rekap
dari tingkat kehadiran guru di kelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Tingkat Keterlambatan Guru pada Kehadiran di Kelas Siklus II
Waktu Keterlambatan < 10 menit 10-15 menit > 15 menit
Jumlah Guru 9 1 0
Persentase 90% 10% 0%
Untung Subiyanto, Peningkatan Disiplin dan Kinerja Guru................................................_________________________ 83
Hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru di kelas pada proses pembelajaran
diperoleh data sebanyak 9 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 1 orang
guru terlambat masuk kelas 10-15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat
masuk kelas lebih dari 15 menit. Untuk lebih jelasnya, tingkat keterlambatan guru masuk
kelas pada KBM di siklus II ini dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:
Gambar 2. Grafik Keterlambatan Guru dalam KBM pada Siklus II
Dari hasil observasi pada siklus I dan siklus II dapat dilihat ada penurunan tingkat
keterlambatan guru di kelas pada KBM, atau terdapat peningkatan kehadiran guru di kelas
dan tentu saja juga meningkatkan kinerja guru.
4. Refleksi
Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi
mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan. Dari hasil observasi dan
data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus
II dinyatakan berhasil, karena terdapat 90% guru yang terlambat kurang dari 10 menit, atau
melebihi target yang telah ditentukan sebesar 80%. Selain itu pada siklus II ini bukti fisik
kinerja guru sudah lengkap. Semua guru memiliki bukti administrasi kinerja mulai dari
silabus, RPP sampai daftar hadir. Tampak pada tabel di bawah ini kelengkapan bukti fisik
guru pada siklus II.
Tabel 4. Bukti Fisik Kinerja Guru pada Siklus II
Bukti Fisik Kinerja Guru Ada Tidak Ada
Silabus
Program Tahunan
Program Semester
Analisis SK/KD/KI
V
V
V
V
84 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 75-86, September 2014
Bukti Fisik Kinerja Guru Ada Tidak Ada
Penetapan KKM
Penyusunan RPP
Analisis Bahan Ajar
Daftar Nilai
Analisis Hasil Belajar
Program Remidi
Program Pengayaan
V
V
V
V
V
V
V
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan reward and punishment efektif untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru di
kelas pada KBM. Data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan
tindakan berupa reward and punishment, guru yang terlambat lebih dari 15 menit adalah 0,
dan guru yang terlambat kurang dari 10 menit sebanyak 9 orang guru. Penerapan reward and
punishment dapat meningkat disiplin guru hadir di dalam kelas pada KBM di SD Negeri
Jenggawah 06 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. selain itu kinerja guru juga
meningkat, hal ini dibuktikan dengan kelengkapan adminisrasi guru di kelas yang awalnya
tidak memiliki buku program kerja, KKM, dan analisis, pada Siklus II sudah terpenuhi dan
menjadi bukti fisik kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, M. 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Hidayat, S. 1986. Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus
Indonesia. Jakarta: Prisma.
Mangkunegara, A. P. 1994. Psikologi Perusahaan. Bandung: PT. Trigenda Karya.
Megawangi, R. 2007. Membangun SDM Indonesia melalui Pendidikan Holistik Berbasis
Karakter. Jakarta: Indonesian Heritage Foundation.
Untung Subiyanto, Peningkatan Disiplin dan Kinerja Guru................................................_________________________ 85
Nugroho, B. 2006. Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006.
Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Subagio. 2010. Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran, dalam
http://subagio-subagio.blogspot.com/, diakses 10 November 2013.
Sudrajat, A. 2010. Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 06 Oktober 2013.
…. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya.
86 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 75-86, September 2014
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) MELALUI BIMBINGAN BELAJAR
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) OLEH KEPALA SEKOLAH
DI SDN KEMUNINGSARI KIDUL 01 KECAMATAN JENGGAWAH
KABUPATEN JEMBER SEMESTR I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Zaenal Arifin 1)
1) SDN Kemuningsari Kidul 01 Jenggawah Jember
Abstract: Teachers who are competent in the use of ICT is necessary to
develop personal competence, pedagogical, social, and professional in
accordance with the Ministerial Regulation No. 16 Year 2007 on Teacher
Competence. Based on such information, the study aims to improve the
competence of teachers in using ICT tools through ICT tutoring. This study
uses action research focused on the school situation. The results of this study
indicate that the value obtained prasiklus teacher is 56-70, the value in the first
cycle was 65-75, and the value obtained by the teacher in the second cycle is
75-90. Increasing this value indicates that the tutoring ICT can improve the
competence of teachers in the use of ICT in SDN Kemuningsari Kidul 01
District Jenggawah Jember.
Abstrak: Guru yang kompeten dalam pemanfaatan TIK diperlukan untuk
mengembangkan kompetensi personal, pedagogis, sosial, dan profesional
sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Kompetensi Guru.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan perangkat TIK melalui
bimbingan belajar TIK. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
tindakan yang difokuskan pada situasi sekolah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam prasiklus nilai yang diperoleh guru adalah 56-70,
nilai pada siklus I adalah 65-75, dan nilai yang diperoleh guru pada siklus II
adalah 75-90. Peningkatan nilai tersebut menunjukkan bahwa bimbingan
belajar TIK dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan TIK di
SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
Kata kunci: Kompetensi guru, teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
dan bimbingan belajar TIK.
PENDAHULUAN
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menempatkan TIK
sebagai salah satu pendukung utama dalam tersedianya layanan pendidikan. Penyediaan
tenaga pendidik berkompeten yang merata di seluruh Indonesia telah dinyatakan sebagai salah
satu tujuan strategis dalam Renstra Pendidikan Nasional 2010–2014. Penyediaan pendidik
yang menguasai kompetensi TIK merupakan kebutuhan mendesak demi tercapainya tujuan
strategis dalam Renstra 2010–2014 tersebut. Guru yang kompeten dalam pemanfaatan TIK
diperlukan untuk mengembangkan kompetensi personal, pedagogis, sosial, dan profesional
sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Kompetensi Guru. Saat ini
merupakan bangkitnya generasi emas yang menjadi landasan untuk mencapai generasi 2015
dan siswa yang cerdas dan kompetitif menjadi human capital dalam pembangunan sosial dan
ekonomi, seperti yang disampaikan dalam sambutan Menteri Pendidikan pada Hari
Pendidikan Nasional.
Hal di atas berbeda dengan apa yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Guru yang mengajar di
SDN Kemuningsari Kidul 01 belum seluruhnya bisa dan mahir menggunakan teknologi
dalam pembelajaran. Guru masih meminta bantuan orang lain dalam membuat perangkat
pembelajaran secara komputerisasi. Kemampuan yang dimiliki guru dalam bidang teknologi
belum begitu baik. Guru hanya sekedar bisa menghidupkan komputer dan dalam
pengoperasiannya belum begitu baik. Guru sekedar bisa mengetik dan kurang mampu
mengatur margin serta toolbar yang ada pada computer, itupun guru baru pada Microsoft
Word saja. Guru dalam hal ini masih pada taraf kurang bisa dalam menggunakan Microsoft
Word. Guru masih mengolah nilai dan data dalam bentuk manual, karena mereka masih
belum bisa dalam menggunakan Microrosoft Excel, padahal dengan Microsoft Excel ini guru
bisa mengolah nilai dengan mudah dan cepat. Hampir semua guru di SDN Kemuningsari
Kidul 01 belum bisa menggunakannya.
Guru di SDN Kemuningsari Kidul 01 belum mampu membuat media pembelajaran
yang standar dengan Microsoft Power Point, padahal dengan adanya media pembelajaran
yang menarik akan membantu dan memotivasi siswa dalam belajar. Rata–rata guru yang
belum bisa adalah guru–guru senior. Minat guru untuk mempelajari TIK sangat tinggi, tetapi
selama ini guru belum ada yang membina dan kurangnya program yang membantu guru untuk
bisa mengembangkan kemampuannya dalam bidang TIK.
Berdasarkan keterangan di atas, untuk mengatasi permasalahan yang ada, Kepala SDN
Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember membimbing teman–
teman guru untuk mempelajari TIK. Kepala sekolah memimbing guru dalam belajar
mengoperesikan komputer khususnya pada Microsoft Office. Tindakan tersebut diharapkan
dapat membantu guru dalam menyelesaikan perangkat pembelajaran, mengolah data, dan
membuat media pembelajaran. Materi Microsoft Word yang dipelajari guru diharapkan dapat
membantu guru dalam bekerja menyangkut administrasi sekolah yang berupa laporan–laporan
dan membuat perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
Silabus, Program Tahunan dan guru bisa mengetik sesuai dengan apa yang diinginkan.
88 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 87-95, September 2014
Kemampuan guru dalam menggunakan Microsoft Word dapat digunakan dalam menyusun
karya ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah mereka buat.
Guru yang mempelajari Microsoft Excell diharapkan dapat mengolah nilai secara
otomatis dan cepat dan dalam pengolahan data–data lain guru juga akan lebih mudah
mengerjakannya. Penggunaan Microsoft Excell dapat membuat tampilan pengolahan nilai
jauh lebih rapi dan baik, daripada dikerjakan secara manual. Guru yang sering menggunakan
Microsoft Power point, maka dalam membuat media pembelajaran akan menjadi lebih mudah,
menarik dan memudahkan guru dalam menyajikan pembelajaran. Kondisi tersebut didukung
dengan hampir semua guru SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember memiliki Laptop dan sekolahpun telah memiliki Proyektor untuk menunjang proses
pembelajaran yang berkualitas.
FOKUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah
dengan bimbingan belajar TIK oleh Kepala Sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam penggunaan TIK?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi
sekolah atau yang lazim disebut action research (Kemmis, 1982). Subjek penelitian ini adalah
seluruh guru di SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember yang
terdiri atas 12 orang guru.
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
Setiap guru harus melakukan pengembangan kompetensinya secara berkesinambungan
untuk dapat disebut sebagai profesional, atau sebagaimana dikemukakan oleh Danim (2010:
3) bahwa “untuk memenuhi kriteria profesional itu, guru harus menjalani profesionalisasi atau
proses menuju derajat profesional yang sesungguhnya secara terus menerus”.
Profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan
mutu pendidikan saat ini, maka apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan
berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu : (1) perkembangan IPTEK,
(2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Zaenal Arifin, Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penggunaan......................................_________________________ 89
Nanang (2010: 103) menyatakan bahwa guru sebagai arsitek perubahan prilaku siswa
sekaligus menjadi contoh buat siswa. Guru dituntut memiliki kompetensi paripurna seperti:
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik, dari aspek fisik, moral, spiritual, social, cultural,
emosional dan intelektual;
b. Menguasai teori–teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik;
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang ajarkan;
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;
e. Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran;
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki;
g. Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta didik;
h. Melakukan penilaian untuk kepentingan pembelajaran; dan
i. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia;
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat;
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa;
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa
percaya diri; dan
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena perkembangan jenis
kelamin, agam, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun kepada sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Berinteraksi di tempat tugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
90 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 87-95, September 2014
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diajarkan.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
e. Memanfaatkan TIK untuk mengembangkan diri.
Menurut Nanang (2010: 106) kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat
tergambar dalam rumus SERVICER yaitu kepanjangan dari :
1. Smile and Simpathy;
2. Empathy and Enthusiasm;
3. Respect and Recovery;
4. Vision and Victory;
5. Initiative, Impresif dan inovatif;
6. Care and Cooperative;
7. Empowering and Enjoying; dan
8. Result Oriented.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian dilaporkan secara deskriptif tentang alasan aplikasi penilaian dapat
meningkat SDM personil sekolah.
A. Alasan Aplikasi Penilaian dapat Meningkatkan SDM Guru (Personil Sekolah)
Pihak sekolah yaitu SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember belum terlalu mengacu atau terobsesi untuk menyukseskan program aplikasi
penilaian ini, padahal aplikasi penilaian ini kalau dilaksanakan secara optimal bisa sukses dan
menciptakan kualitas SDM yang tinggi di bidang Pendidikan. Aplikasi penilaian ini mulai
dilirik oleh semua dunia Pendidikan, terutama yang berhubungan dengan penilaian.
Zaenal Arifin, Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penggunaan......................................_________________________ 91
B. Tahapan-Tahapan Aplikasi Penilaian
Dinas Pendidikan, Pengawas Sekolah, dan Kepala Sekolah di Kabupaten Jember telah
mempunyai suatu konsep untuk pendidikan pengenalan aplikasi penilaian. Adanya konsep ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM, khususnya SDN Kemuningsari Kidul 01
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Adapun tahapan-tahapan dalam aplikasi penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Planing (perencanaan)
Semua guru di SDN Kemuningsari Kidul 01 dalam tahap ini, oleh kepala sekolah
(peneliti) diberi soft copy tentang aplikasi penilaian yang menggunakan ICT untuk kemudian
dipelajari oleh guru. Kepala sekolah selaku peneliti dan fasilitator sekolah menyiapkan lembar
observasi dan perangkat lainnya yang diperlukan.
2. Action (tindakan)
Pada tahapan ini guru harus sudah siap dengan aplikasi penilaian yang menggunakan
ICT, sementara kepala sekolah menjelaskan tentang aplikasi tersebut kepada guru di ruang
rapat. Guru diberi contoh penilaian, kemudian melaksanakan penilaian menggunakan aplikasi
penilaian yang ada, selanjutnya kepala sekolah memberikan tugas kepada guru untuk
membuat rekapitulasi penilaian menggunakan ICT.
3. Observation
Selama kegiatan berlangsung kepala sekolah sebagai peneliti mengamati secara
langsung proses penilaian mengunakan ICT dan mencatat hasil pengamatan pada lembar
observasi.
4. Refleksi
Tahap ini mencakup hasil yang diperoleh guru dalam mengerjakan tugas kepala
sekolah menggunakan aplikasi penilaian. Cara menulis aplikasi penilaian sangat penting
untuk menentukan hasil akhirnya.
C. Hasil Siklus I
Peneliti mengamati dan melaksanakan pretes dan siklus I, hasil penelitian yang
diperoleh dari lembar validasi aplikasi SDN Kemuningsari Kidul 01 diperoleh hasil sebesar
55%. Hal ini berarti bila disesuikan dengan kriteria indikator kelayakan validasi aplikasi yang
dibuat para guru belum layak karena kurang dari skor 56 (Kurang dari 95 % )dan hal ini dapat
dilihat pada tabel 1 berikut:
92 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 87-95, September 2014
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Aplikasi Penilaian Prasiklus dan Siklus I
No. Nama Guru Prasiklus Siklus I
1. YASMINAH, S.Pd 60 65
2. SRI IRIANI, S.Pd 65 68
3. MASDUKI, S.Pd 65 68
4. DEWI SUTRIATI, S.Pd 64 68
5. EKO BUDI. K 56 65
6. KOMSINAH, S.Pd 70 75
7. TOHARI 70 75
8. SUJONO, S.Pd 56 65
9. FERY NURDIANSYAH,S.Pd 70 75
10. SUPRAPTO 60 68
11. BAHTIYAR. R 60 65
12. CINDY WILIS, S.Pd 65 68
Kriteria atau indikator aplikasi penilaian ada tabel di atas yang perlu dicermati adalah
hasil pengamatan kinerja guru SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah
Kabupeten Jember dipandang dari aspek keberhasilan menunjukkan bahwa belum berhasil.
Hal ini diindikasikan dengan persentase sebesar 56% (kurang dari 95%) yaitu masuk 2 kali
dari 3 kali pertemuan.
D. Refleksi Siklus I
Refleksi yang dilakukan sebelum dilaksanakan siklus II adalah berdiskusi dengan para
guru SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember untuk memper-
baiki aplikasi penilaian. Bagian aplikasi penilaian yang diperbaiki adalah memperjelas data
yang terdapat di dalam aplikasi penilaian. Keberhasilan dipandang dari tingkat penulisan
sebesar 56% (kurang dari 95%) yaitu masuk 2 dari 3 kali pertemuan.
E. Hasil Siklus II
Berdasarkan pengamatan dan pelaksanaan siklus II, penilaian yang diperoleh dari
kelayakan aplikasi penilaian diperoleh nilai terendah 75 dan tertinggi 90 yang rinciannya
dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Aplikasi Penilaian Siklus I dan Siklus II
No. Nama Guru Siklus I Siklus II
1. YASMINAH, S.Pd 65 75
2. SRI IRIANI, S.Pd 68 76
3. MASDUKI,S.Pd 68 75
4. DEWI SUTRIATI, S.Pd 68 78
5. EKO BUDI. K 65 80
6. KOMSINAH, S.Pd 75 85
7. TOHARI 75 85
8. SUJONO, S.Pd 65 75
9. FERY NURDIANSYAH,S.Pd 75 90
Zaenal Arifin, Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penggunaan......................................_________________________ 93
No. Nama Guru Siklus I Siklus II
10. SUPRAPTO 68 90
11. BAHTIYAR. R 65 75
12. CINDY WILIS, S.Pd 68 75
Berdasarkan kinerja guru pada siklus II ini didapatkan skor persentase 100% yaitu
masuk 6 kali pertemuan selama 3 Bulan. Hal ini sesuai indikator keberhasilan dapat dikatakan
bahwa kinerja guru berhasil dari aspek aplikasi penilaian yang didasarkan pada
persentase aplikasi penilaian.
Refleksi yang dilakukan peneliti setelah melaksanakan siklus II ini adalah memberi
motivasi pada para guru SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember agar menyempurnakan aplikasi penilaian ini secara terus menerus dan displin dalam
mengajarnya, karena dilihat dari tingkat keberhasilan dari observasi aplikasi penilaian
(Silabus) dan tingkat keberhasilan sudah memenuhi dan keterbatasan waktu, maka penelitian
tindakan ini hanya pada sampai siklus II saja. Penelitian ini masih bisa dilanjutkan lagi
mungkin dilihat dari aspek lain, misalnya dari efektifitas pembelajaran, kelengkapan
literaturnya, dan atau kelengkapan sarana dan prasarananya.
Berdasarkan data di atas, maka dapat digambarkan grafik seperti di bawah ini:
Gambar 1. Grafik Hasil Rekapitulasi Penilaian Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
PEMBAHASAN
Pembahasan yang dapat dibahas pada penelitian tindakan sekolah ini adalah dengan
mengadakan deskripsi pelaksanaan aplikasi penilaian, perbaikan Silabus tiap siklus,
dan peningkatan kedisiplinan guru. Deskripsi diberikan karena penerapan aplikasi
penilaian di SDN Kemuningsari Kidul 01 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember ini dapat
menjadi contoh untuk pelaksanaan daerah lain yang mempunyai aplikasi penilaian unggulan,
sedangkan perbaikan silabus penting diadakan untuk peningkatan pembelajaran aplikasi
penilaian sendiri dan untuk kedisiplinan adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh para guru.
0
10
20
50-60 61-70 71-80 80-90
Siklus II
Siklus I
Pra Siklus
94 _______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2 No 2 hal 87-95, September 2014
KESIMPULAN
Proses peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam aplikasi penilaian dari
masing–masing siklus (nilai dari 56-90). Dari aspek produk hasil pengamatan pelaksanaan
praktek, terjadi peningkatan kemampuan guru SDN Kemuningsari Kidul 01 dalam
melaksananakan format aplikasi penilaian.
DAFTAR PUSTAKA
ARIF (tim edukom). 2003. Microsoft Excel. Jakarta.
Ayuningtyas, W. V. 2007. .... Yogyakarta: CV Andi Offset.
Danim, S. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mas'ud, A. …. http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/17/kompetensi-seorang-guru-
381547.html.
M.S. Maggie Key. 2001. Berkenalan dengan Windows. Yogyakarta: CV Andi Offset.
M.S. Maggie Key. 2007. Berkenalan dengan Lembar Kerja. Yogyakarta: CV Andi Offset.
M.S. Maggie Key. 2007. Berkenalan dengan Pengolah Kata. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Richey. 1962. Planning for Teaching an Introduction to Education. ….: Harper Brothers,
Publisher N. Y.
Sahertian, P. A., dkk. 1992. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, M. U. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widiyanto, J. 2007. Berkenalan dengan Pengolah Data. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Zaenal Arifin, Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penggunaan......................................_________________________ 95
PETUNJUK PENULISAN NASKAH JIPSD
1. Artikel diangkat atau merupakan hasil penelitian atau kajian analitis-kritis di bidang
pendidikan Sekolah Dasar.
2. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia/Inggris sepanjang lebih kurang 15 halaman
A4 spasi 1.5, dilengkapi abstrak (5 - 75 kata) dan kata-kata kunci. Biodata penulis dan
“identitas penelitian” dicantumkan sebagai catatan kaki pada halaman pertama naskah.
Artikel juga dapat dikirimkan dalam CD dengan file dalam program Microsoft Word.
3. Artikel hasil penelitian memuat:
Judul
Nama Penulis
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Kata kunci
Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, ringkasan
tinjauan pustaka, dan masalah/tujuan penelitian)
Metode
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka (berisi pustaka yang dirujuk dalam naskah)
4. Artikel hasil kajian analitis-kritis memuat:
Judul
Nama Penulis
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Kata kunci
Pendahuluan (tanpa subjudul)
Subjudul
Subjudul
Subjudul, dst (sesuai kebutuhan)
Penutup atau kesimpulan dan Saran)
Daftar Pustaka (berisi pustaka yang dirujuk dalam naskah)
5. Penulis yang artikelnya dimuat wajib memberi kontribusi biaya cetak minimal sebesar
Rp 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah).
6. Artikel 2 (dua) eksemplar dan CD-nya dikirimkan paling lambat 2 (dua) bulan
sebelum bulan penerbitan kepada:
JURNAL ILMU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
d.a. Program Studi PGSD FKIP Universitas Jember
Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegalboto Jember – 68121
Telp. 0331 334988, Fax . 0331 334988
Homepage: http://www.unej.ac.id
E-mail: [email protected]
7. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis. Penulis
yang artikelnya dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti pemuatan
sebanyak 3 (tiga) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan,
kecuali atas permintaan penulis.