pengenalan sig
DESCRIPTION
Pengenalan SIGTRANSCRIPT
PENGANTAR PEMETAAN
Yang dimaksud dengan pengantar pemetaan disini adalah menyangkut prinsip-prinsip
atau konsep dasar yang perlu diketahui tentang proses tebentuknya sebuah peta.
Defenisi sederhana sebuah peta adalah gambaran permukaan bumi pada satu bidang
datar dengan perbandingan (skala) tertentu. Sesuai dengan defenisi tersebut, maka ada
hal-hal prinsip atau asas-asas yang mesti diketahui dalam proses pemindahan ukuran
dan besaran bumi tersebut kepada satu bidang kertas sehingga menjadi sebuah peta.
Pada prinsipnya bahwa proses pemindahan bentuk dan ukuran permukaan bumi
kepada sebuah kertas tidaklah sederhana.
1.1 Asas-Asas Pemetaan
Hal-hal yang menyangkut asas-asas pemetaan tersebut antara lain adalah:
Kondisi fisik bumi
Model matematis bumi
Bidang referensi
Sistem proyeksi peta
Sistem Koordinat peta
Sistem Penyajian peta
Fokus survey pemetaan
1.1.1 Kondisi Fisik Bumi
Jika kita perhatikan kondisi ril permukaan bumi, maka terlihat bahwa bentuk
permukaan bumi tersebut tidaklah beraturan atau tidak rata dan tidak homogen.
Permukaan bumi terdiri dari lautan dan daratan, dimana lautan merupakan satu
permukaan yang rata sedangkan daratan permukaannya tidak rata. Jadi secara
Laut Daratan
keseluruhan bentuk bumi bukanlah merupakan bentuk matematis (bidang datar, bola,
ellipsoid).
Gambar 1.a Bentuk Fisik Bumi
Gambar 1.b Irisan Tegak Permukaan Bumi
Pada kondisi seperti ini sebetulnya posisi relatif satu titik terhadap titik lain tidak dapat
dihitung, karena: rumus matematis apa yang digunakan jika model atau bidang
matematis tidak ada.
Jadi, bagaimana menentukan bentuk dan ukuran bumi atau sebagian permukaan bumi?
Sebagian permukaan bumi yang akan dijadikan peta itu sebetulnya terdiri dari titik-titik,
garis-garis, dan areal-areal.
1.1.2 Model Matematis Bumi
Satu ciri model matematis adalah adanya keteraturan komponen-komponen sehingga
dapat dibuat formulasinya. Sebagai contoh model matematis adalah seperti; bidang
datar, lingkaran, bola, ellipsoid, dsb.
Posisi relatif satu titik dapat ditentukan dari titik-titik lain jika titik-titik tersebut terletak
pada satu bidang matematis, dimana formulanya telah tertentu secara matematis.
Model matematis bumi adalah satu bidang matematis bumi yang merupakan pendekatan
dari bentuk bumi sebenarnya. Hal ini mesti diadakan supaya semua titik-titik
dipermukaan bumi dapat dihitung posisinya dengan satu formula tertentu. Model
matematis bumi yang mendekati bentuk dan ukuran bumi sebenarnya adalah ellipsoid,
yang disebut dengan Ellipsoid Referensi. Pendekatan dari permukaan ellipsoid refrensi
ini pada kondisi nyata adalah permukaan air laut rata-rata yang disebut dengan geoid.
Berbagai ukuran ellipsoid referensi telah diteliti oleh banyak para ahli geodesi dunia,
seperti: Bessel, GRS, WGS , dsb.
Dalam satu pemetaan asas pertama yang perlu diperhatikan adalah ellipsoid referensi
apa yang digunakannya sebagai ukuran dari bumi tsb. Jadi, perbedaan ellipsoid referensi
yang digunakan akan membedakan pula hasil peta yang dibuat . Sebagai standar
pemetaan di Indonesia, Ellipsoid Referensi yang digunakan adalah Ellipsoid WGS’84.
Gambar 1.3 Ukuran Ellipsoid Referensi
1.1.3 Bidang Referensi
Bidang referensi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan semua data
ukuran pada permukaan bumi sehingga pada bidang ini dapat dihitung posisi semua
titik-titik. Disamping itu pada penentuan hitungan tinggi, bidang referensi ini adalah
tempat dimulainya hitungan tinggi. Dalam hal ini sebagai bidang referensi yang
digunakan adalah permukaan air laut rata-rata ( Mean Sea Level). Secara teoritis, semua
titik pada bidang ini tegak lurus terhadap garis gaya berat.
Penentuan permukaan air laut rata-rata tersebut adalah melalui satu teknis pengukuran
tertentu, yaitu proses pengukuran pasut (pasang surut).
Gambar 1.4 Hubungan Ellipsoid, Geoid dan Permukaan Bumi
1.1.4 Pengertian Sistem Proyeksi Peta
Yang dimaksud dengan sistem proyeksi peta disini adalah proses dan aturan-aturan
(matematis) yang digunakan dalam memindahkan data ukuran dari permukaan bumi
sampai ke bidang datar, sehingga diperoleh peta yang tersaji dalam bidang datar
tersebut.
Banyak sekali metoda sistem proyeksi peta yang digunakan didunia atau pada masing-
masing negara. Di Indonesia sendiri terdapat sistem proyeksi peta yang berbeda-beda
dari dulu sampai sekarang, seperti Sistem Lambert (Zaman Belanda), Transver
Mercator 3 (TM 3), Universal Transver Mercator (UTM).
Namun sekarang di Indonesia sebagai standar digunakan sistem proyeksi UTM yang
diprakarsai oleh Bakosurtanal.
Pisik Bumi
Model Bumi
Silinder :Sistem Mercator
Peta dengan Sistem Koordinat Mercator
Sebagai gambaran proses sistem proyeksi ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1.4 Proses Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi UTM:
Bumi dibagi atas zone-zone ( 60 Zone)
Setiap Zone mempunyai ukuran 60
Setiap Zone mempunyai satu sistem koordinat
Gambar 1.5 Pembagian Zone UTM
1.1.5 Sistem Koordinat Peta
Pada prinsipnya ada dua sistem koordinat peta yang biasa digunakan, yaitu:
Sistem Koordinat Geografis
Sistem Koordinat Kartesian
1..1.5.1 Sistem Koordinat Geografis
Sistem Koordinat ini dinyatakan dengan Lintang dan Bujur dan satuannya adalah
derjat. Sistem koordinat ini mengacu kepada sistem koordinat bola atau ellipsoid atau
d.p.l bahwa titik-titik permukaan bumi diletakkan pada permukaan bola atau ellipsoid.
Sistem koordinat ini digunakan umumnya pada peta-peta skala kecil atau
menggambarkan satu permukaan bumi yang relatif luas.
1.1.5.2 Sistem Koordinat Kartesian
Sistem koordinat ini dinyatakan dengan sistem salib sumbu X dan Y, jadi posisi setiap
titik dinyatakan dengan koordinat (X, Y) dan satuannya adalah meter. Sistem koordinat
kartesian terdiri sistem koordinat tiga dimensi (3D) dan sistem koordinat dua dimensi
(2D). Sistem koordinat kartesian yang sering digunakan untuk peta adalah sistem
koordinat 2 D, dimana sistem koordinat dinyatakan dalam sumbu X dan Y (X,Y).
Gambar 1.6 Salib Sumbu Koordinat Zone UTM
1.1.6 Fokus Survey dan Pemetaan
Fokus dari Survey atau Pemetaan pada prinsipnya adalah penentuan posisi/ letak satu
titik relatih dari titik lain. Dari titik-titik akan membentuk garis, dan dari garis-garis
akan terjadi area atau objek satu unsur permukaan bumi. Kemudian objek/ unsur-unsur
permukaan bumi tersebut dapat digambarkan menjadi sebuah peta (pemetaan).
Ada dua jenis titik dalam survey/ pemetaan, yaitu:
Titik Kerangka Dasar (Titik Kontrol/ BM)
Titik Detail/ Situasi.
Perlakuan dua jenis titik tersebut dalam survey dan pemetaan adalah berbeda, baik dari
segi metoda pengukurannya maupun metoda hitungannya..
Prinsip utama dalam melakukan pemetaan (asas pemetaan) adalah bagaimana
membentuk kerangka dasar pemetaan yang terjamin ketelitiannya.
Ketelitian satu peta (betul atau tidaknya satu peta) sangat tergantung dari ketelitian
kerangka dasarnya.
1.2 Metodologi Pemetaan
Yang dimaksud metodologi pemetaan disini adalah semua metoda yang dapat
digunakan untuk mendapatkan gambaran (bentuk dan ukuran) sebagian permukaaan
bumi sehingga dapat diproses menjadi sebuah peta.
Berbagai metodologi yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran permukaan
bumi tersebut antara lain adalah:
1. Remote Sensing (Penginderan Jauh).
2. Foto Udara.
3. Global Positioning System (GPS).
4. Tererestris.
5. Bathimetrik/ Hidrografi.
6. Kombinasi.
Masing-masing metoda mempunyai ciri/ karakteristik tertentu dan mempunyai
perbedaan dari segi:
Teknologi yang digunakan.
Bentuk/ format data yang dihasilkan.
Metoda pemerosesan.
Penggunaan/ aplikasinya.
Biaya.
Waktu.
Luas area terpetakan.
Masing-masing metoda tersebut mempunyai kelebihan/ keunggulan dan
kelemahannuya. Banyak faktor yang menentukan kapan digunakan masing-maasing
metoda tersebut, antara lain seperti; luas area, waktu, biaya, tingkat ke-detail-an, tingkat
ketelitian, kondisi area, sarana pendukung, dlsb.
Dalam pelatihan ini akan diuraikan/ dijelaskan secara ringkas teknis masing-masing
metoda tersebut, sehingga kita dapat memahami dan membandingkan penggunaan
masing-masing metoda tersebut.
1.2.1. Metoda Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
Adalah metoda untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi dengan memancarkan
suatu gelombang elektromagnetik tertentu yang dipancarkan dari sebuah sratelit dengan
ketinggian kurang lebih 20.000 km diatas permukaan bumi.Gambaran permukaan bumi
yang dihasilkan melalui metoda ini berupa image yang disebut juga dengan citra
satelit. Teknik pemancaran gelombang tersebut seolah-olah melakukan ‘scanning’ atau
sapuan terhadap permukaan bumi dengan lebar tertentu. Pemoresan hasil ‘scanning’
tersebut dilakukan pada laboratorium dengan cara menganalisis gelombang tersebut
dengan metoda tertentu. Dalam proses ini juga dilakukan interpretasi terhadap citra
sehingga dapat diindentifikasi objek-objek yang ada dipermukaan bumi. Metodologi ini
mengalami perkembangan dari waktu kewaktu dengan sangat pesat. Perkembangan
tersebut sangat signifikan terlihat dari kualitas image/ citra yang dihasilkan. Resolusi
image yang dihasilkan sekarang sangat tajam, sehingga memungkinkan untuk mebuat
peta dengan skala besar.Contoh produk citra satelit ini antara lain adalah : Citra Land
Sat, NOA, Spot, IKONOS,Quick Bird, dlsb.
1.2.2. Metoda Foto Udara ( Fotogrametri)
Adalah metoda untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi dengan cara melakukan
pemotretan dari udara secara vertikal dengan ketinggian 2000 m s/d 10000 m diatas
permukaan tanah menggunakan pesawat terbang.
Hasil awal yang diperoleh dari metoda ini berupa image (foto) dari permukaan bumi
yang kemudian diolah/ diproses dengan cara fotogrametri sehingga dapat dihasilkan
sebuah peta.
Teknik dan prosedur pelaksanaan foto udara ini disusun sedemikian rupa memenuhi
kaedah-kaedah pemerosesan fotogrametri tersebut.
Bebrapa faktor yang diperhatiukan dalam prosedur pelaksanaannya adlah sebagai
berikut:
rencana dan identifikasi lokasi/ areal pemotreatan
peralatan yang digunakan (pesawat, kamera, dlsb.)
rencana overlap dan side lap foto
perencanaan jalur terbang
perencanaan terbang (ketinggian terbang, kecepatan, waktu pemotretan, dsb)
identifikasi titik kontrol tanah dan pemasangan premark (tanda dilapangan)
Prosedur metoda foto udara dapat digambarkan seperti diagram alir berikut ini.
Pemerosesan foto udara menjadi peta foto atau peta garis dilakukan pada Laboratorium
fotogrametri dengan peralatan tertentu.
1.2.3. Metoda Global Positioning System (GPS)
Metoda ini menentukan posisi titik-titik dipermukaan bumi dengan cara memancarkan
satu gelombang dari satelit-satelit yang diedarkan di atas permukaan bumi pada orbit
lebih kurang 20.000 km di atas permukaan bumi ini. Gelombang tersebut ditangkap dan
diproses oleh sebuah alat sehingga diperoleh posisi titik dimana alat tersebut berada.
Alat tersebut disebut juga dengan alat Global Positioning System (GPS).
Konsep penentuan posisi dengan alat ini menggunakan besaran dan fungsi gelombang
yang dapat diproses menjadi jarak dan kemudian berdasarkan jarak-jarak tersebut dan
posisi satelit yang teridentifikasi maka posisi alat dapat dihitung. Konsep penentuan
posisi dengan cara ini mirip dengan metoda pengikatan kebelakang, dimana minimal
dibutuhkan 3 satelit secara simultan yang dapat teridentifkasi dalam alat tersebut.
1.2.4. Metoda Trestris
Adalah metoda untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran langsung dilapangan melalui serangkaian pengukuran sudut, jarak dan
tinggi menggunakan peralatan tertentu. Hasil dari metoda ini adalah berupa posisi titik-
titik dilapangan yang kemudian dapat dihubungkan menjadi garis dan garis menjadi
poligon atau area sehingga dapat tergambarkan unsur-unsur permukaan bumi tersebut
baik unsur alam (sungai, danau, laut, gunung, dsb) maupun unsur buatan manusia (jalan,
jembatan, bangunan, dsb).
Metoda Trestris ini dikenal juga dengan Ilmu Ukur Tanah yang biasanya digunakan
untuk keperluan perencanaan teknis dengan penyajian skala besar serta keperluan
rekonstruksi dari perencanaan tersebut ke lapangan.
Prosedur umum dari metoda Trestris ini adalah sbb:
1. Identifikasi dan orientasi lapangan
2. Perencanaan kerangka dasar pemetaan
3. Penentuan titik awal dan sisi awal kerangka dasar
4. Pengukuran kerangka dasar pemetaan
Pengukuran kerangka dasar horizontal (sudut dan jarak metoda poligon)
Pengukuran kerangka dasar vertikal (beda tinggi metoda sipat datar)
5. Pengukuran detail situasi (planimetris dan kontur metoda Tachymetry)
6. Pengolahan data (horisontal dan vertikal)
7. Proses penggambaran dan penyajian peta (kartografi)
8. Reproduksi/ plotting peta.
1.2.5 Metoda Bathimetrik
Adalah Metoda untuk menentukan posisi dan bentuk permukaan bumi dibawah laut
(air).
Metoda ini biasa disebut juga dengan metoda Hidrografi, dimana dibutuhkan peralatan
dan prosedur khusus yang berkaitan dengan penentuan posisi unsur-unsur permukaan
bumi dilaut. Peralatan yang dibutuhkan pada prinsipnya adalah peralatan untuk
penentuaan posisi (koordinat) dan peralatan untuk penentuan kedalaman laut.
1.2.6 Metoda Gabungan
Pada prakteknya dimungkinkan terjadinya penggabungan atau kombinasi pada metoda-
metoda tersebut dalam rangka upaya meingkatkan kualitas dan efektifitas kerja. Hal ini
biasanya sesuai dengan kebutuhan atau aplikasinya serta kondisi sarana yang tersedia.
Contoh kombinasi metoda-metoda ini antara lain adalah: Remote sensing dengan foto
udara, foto udara dan GPS, Remote sensing dan GPS, TrestriS dan GPS, Bathimetrik
dan GPS, dsb.
PENGANTAR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
2.1 Pengertian dan Definisi SIG
Sistem informasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengandung satu set proses yang
melakukan fungsi pengolahan terhadap data untuk menghasilkan satu bentuk informasi
yang dibutuhkan bagi satu keperluan tertentu. Berbagai sistem informasi secara umum
telah dikenal seperti; Sistem Informasi Manajemen (Management Information System/
MIS), Sistem Informasi Keuangan, Sistem Informasi Sumberdaya Manusia, dlsb.,
dimana masing-masingnya mempunyai satu tujuan.
Dalam memahami apa itu SIG, dapat dijelaskan sbb. :
SIG adalah singkatan dari Geographic Information System atau Sistem
Informasi Geografis (SIG)
SIG merupakan satu bentuk Sistem Informasi khusus yang digunakan untuk
memproses/ mengolah data geografi (data ruang) dalam menghasilkan informasi
Informasi yang dihasilkan melalui SIG ini biasanya dalam bentuk peta (peta
topografi dan peta-peta tematik), tabular, visualisasi ruang, model, dan statistik.
Satu SIG itu menggunakan data spasial (bereferensikan geografi) dan data non
spasial serta termasuk juga semua operasi-operasi yang mendukung analisis
spasial.
Dari pengertian di atas banyak sekali para ahli yang telah mencoba mendefinisikan
SIG, namun berbagai definisi SIG tersebut semuanya sangat tergantung dari latar
belakang keilmuan dan dunia praktisi yang digeluti para ahli yang bersangkutan.
Dalam konteks teori sistem, ESRI mendefeniskan SIG sebagai berikut :
“ SIG adalah satu sistem yang terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat
lunak (software), prosedur-prosedur yang dirancang untuk mendukung proses
pemerolehan, pengelolaan, manipulasi, analisis, permodelan, dan penyajian data
gepgrafi (spasial dan non spasial) untuk menyelesaikan masalah-masalah
perancangan, kontrol, pemantauan, dan manajemen yang kompleks”.
2.2 Komponen dan Fungsi SIG
Walaupun terdapat banyak definisi SIG yang telah dikemukakan orang, namun
secara prinsip SIG dapat dirumuskan kepada 4 sub sistem , yaitu : (1) Input Data, (2)
Penyimpan Data, (5) Manipulasi dan Analisis Data dan (4) Penyajian Data.
Sub SistemPEMASUKAN
DATA
Sub SistemPENYIMPAN
DATA
Sub SistemMANIPULASI &
ANALISIS
Sub SistemPENYAJIAN INFORMASI
Hardware & SoftwareData Geografi
Data Atribut
Personil/ OrganisasiPengguna
Gambar 1 : Sub Sistem Dalam SIG
Sebagai satu sistem informasi yang memproses data ruang/ geografi untuk berbagai
keperluan, SIG mempunyai beberapa komponen penting :
1. Data
2. Informasi
3. Prosedu-prosedur
4. Perangkat Keras (hardware)
5. Perangkat Lunak (Software)
6. Aplikasi
Gambar 2 : Komponen SIG
Secara garis besarnya dapat diidentifikasi mengapa SIG itu penting dan diperlukan :
1. Dengan kemampuan analisisnya, teknologi SIG itu seperti mikroskop, teleskop
dan komputer bagi berbagai bidang ilmu. Jadi teknologi SIG itu merupakan alat
bantu bagi meyelesaikan banyak masalah yang dulunya menjadi hambatan dan
tantangan bagi disiplin ilmu yang menggunakan data geografi, seperti tata ruang
(planologi), analisis linkungan, hidrologi, transportasi, dlsb.
2. SIG dapat mengintegrasikan data spasial dengan informasi lain dalam satu
sistem. Jadi SIG menawarkan satu kerangka yang konsisten bagi menganalisis
data geografi
3. Dengan menjadikan peta dan berbagai informasi lainnya dalam bentuk digital,
memudahkan kita untuk memanipulasi dan menyajikan pengetahuan yang
berhubungan dengan ruang/ geografi dalam cara yang lebih menarik
4. SIG menyediakan fasilitas untuk mencari/ mendapatkan berbagai data seperti
administrasi, hak milik tanah, pajak, perangkat utilitas, perpipaan, dlsb. melalui
kedudukan/ lokasi mereka.
Jadi, tugas utama yang mampu diselesaikan dengan SIG (Nijkam, ) yaitu :
1. Menyimpan, mengatur dan mengintegrasikan data spasial dalam jumlah
yang besar/ banyak. Basis data bereferensi geografis tsb. disusun dalam dua
tipe informasi, yakni data lokasi (spasial) dan atribut (deskriptif). Data dapat
diperoleh dari berbagai variasi sumber data yang luas, dan satu keistimewaan
terpenting SIG adalah fasilitas untuk integrasi data dan konversi data bagi
suatu tampilan spasial.
2. Menyediakan cara untuk memperoleh analisis dari hubungsn spesifik
komponen data geografis. Teknik analisis yang dilakukan dapat secara
sederhana atau analis yang lebih komleks/tinggi dengan menggunankan
pemodelan. Sebagai contoh adalah penggunaan teknik permodelan atmosfir
untuk menentukan area mana yang kemungkinan akan dipengaruhi oleh
polusi hasil dari letupan satu instalasi khusus yang berbahaya (sperti tragedi
Chernobyl), dimana dperhitungkan berdasarkan pengaruh angin dan kondisi
cuaca tertentu.
3. Melakukan pengorganisasian dan penataan sejumlah besar data dalam satu
jalur, sehingga semua pemakai mudah mengakses informasi.
Laporan
Peta-Peta
Hasil Fotografi
Statistik
ModelInput Data
Peta-peta
Data Survey
PengukuranLapangan
Fotogrametri
RemoteSensing
Program EksternalStatistik & Model
Simpan, Pemanggilan,
ManajemenDatabase
Manipulasi &Analisis Data
Penyajian DataPemerosesan
Data Input
OUTPUTINPUTSistem Informasi Geografis
Data DigitalLainnya
Pemprosesan data input Pemprosesan data input
Manipulasi& analisis
Simpan,pemanggilan
Interface(Editing, Pertanyaan
Jawab, .. )
Sistem InformasiLainnya
2.3 Sistem Kerja SIG
Sistem kerja SIG pada prinsipnya sama dengan sistem kerja sebuah sistem pada
umunya, yaitu terdiri unit input, unit pemrosesan, unit output serta feedback sistem.
Berdasarkan kemampuan yang ditawarkan SIG tersebut, banyak pihak yang tertarik
dan ingin mempelajarinya. Beberapa alasan sampai saat ini SIG semakin hangat
diperbincangkan orang adalah karena :
SIG dapat digolongkan kepada teknologi tinggi (high tech) yang dapat
memberikan kontribusi bagi berbagai kepentingan / bidang
Peta SIG merupakan fasilitas yang dapat dilihat dalam komputer
SIG merupakan alat penting (tool) dalam memahami dan memanage
lingkungan
Ada kecenderungan untuk melihat SIG sebagai sesuatu yang menarik
dan mencoba mengadakan pendidikan SIG
Gambar 3 : Sistem Kerja SIG
2.4 Software dan Hardware SIG
Secara umum pengetahuan orang terhadap SIG identik dengan perangkat lunak
(software) SIG yang beredar dipasaran. Untuk menganalisis ruang, diperlukan
perangkat lunak SIG yang memiliki analitical power tertentu. Semakin komplek daya
analisis satu perangkat lunak, berarti semakin tinggi analitical power-nya dan semakin
mahal harga perangkat lunak tersebut.
Berbagai sofware SIG yang beredar di Indonesia antara lain ; ArcInfo, MapInfo, Erdas,
ILWIS, Idrisi, Integraph, dlsb., dimana masing-masing perangkat lunak tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Namun perangkat lunak yang paling banyak
digunakan saat ini adalah ArcInfo dan MapInfo, dimana kedua software ini (terutama
ArcInfo) memiliki analitical power yang lengkap dan mampu berintegrasi dengan data
lain seperti multi media.
Untuk membangunan satu aplikasi SIG yang lengkap dibutuhkan software-software lain
yang sifatnya mendukung dari segi pembangunan basisdata, analisis data dan penyajian
informasi. Software-software tersebut antara lain adalah :
- Visual Basic
- Microsoft SQL/ Acses/ Oracle
- Map Object/ Map X
- ER-Mapper
Disamping itu perangkat keras utama SIG ini yaitu komputer haruslah memiliki
spesifikasi tertentu yang berfungsi untuk menjalankan software SIG tsb. dan sekaligus
untuk penyimpan data, memproses data dan penyajian data. Hal ini mengingat
karakteristik data SIG yang besar/ banyak dan memiliki beberapa format data grafik
(vektor dan raster) dan non grafik. Dalam menjalankan semua fungsi tersebut mesti
dilakukan secara cepat dan memadai. Beberapa faktor dan syarat utama yang perlu
diperhatikan dalam satu komputer SIG adalah :
- prosesor (CPU) yang cepat, contoh ; Pentium IV 2,5 GHz
- Penyimpan data (Hardisk) yang besar, contoh; >40 Gb
- Memory (RAM) yang besar, contoh ; > 1028 Mb
- Kartu Grafik (VGA Card) yang berkualitas tinggi;Contoh G Force II Ti4
Jadi, komputer yang diperlukan dalam pengelolaan SIG ini dianjurkan adalah
komputer yang mempunyai spesifikasi yang canggih terutama untuk aplikasi SIG
dengan data raster (foto/ image) yang banyak.
Di samping itu untuk membangunan satu aplikasi SIG yang lengkap diperlukan
hardware-hardware lain, seperti :
- Scanner/ Digitizer : alat konversi data ke digital
- Printer dan Plotter ; alat untuk plotting peta-peta
2.5 Konsep Data SIG
Secara prinsip, data SIG itu adalah data yang mengacu kepada lokasi/ ruang atau data
geografis. Dalam satu data SIG terdiri dari data spasial dan non spasial yang saling
berhubungan (berintegrasi). Data spasial adalah data yang menunjukkan lokasi/
geografis, sedangkan data non sapasial adalah data yang menerangkan/ menjelaskan
segala sesuatunya terhadap data spasial tsb. Jadi konsep dasar data SIG itu adalah
pasangan data spasial dan non spasial yang memberikan satu informasi. Kadang-kadang
untuk memperjelas informasi, data SIG tersebut dapat dihubungkan (integrasi) dengan
media-media lain (multi media), seperti; video lokasi, foto lokasi.
Data spasial dibangun dengan konsep pemetaan, dimana sumber datanya diperoleh dari
berbagai alternatif, seperti; foto udara, remote sensing, pengukuran lapangan.
Sedangkan data atribut biasanya disajikan dalam bentuk tabular yang bersumber dari
hasil survey langsung, wawancara dan pengumpulan deskripsi.
Perangkat Pengintegrasian
DATA SIG
Spatial Non Spatial
Gambar 4 : Konsep Data SIG
2.6 Sumber Data SIG
Sumber data SIG secara garis besarnya terdiri dari 2 bagian, yaitu sumber data spasial
dan sumber data atribut.
1. Sumber Data Spasial
Sumber data spasial adalah merupakan sumber data keruangan atau berbentuk grafis
(feature) dari permukaan bumi (geografis) yang biasanya berupa peta-peta.
Berbagai sumber data spasial yang dapat digunakan sebagai basisdata SIG antara
lainn adalah :
- Peta garis berbentuk kertas (hardcopy)
- Peta garis dalam format digital (biasanya format Cad)
- Peta Foto (raster/ image)
- Peta Remote Sensing
2. Sumber Data Atribut
Sumberdata atribut merupakan sumber data yang terdiri dari keterangan-keterangan
atau diskripsi yang berkaitan dengan objek atau aspek keruangan.
Berbagai data atribut yang dijadikan sebagai sumberdata adalh:
- Tabel-tabel tentang tema objek spasial
- Hasil survey lapangan
- Deskripsi wilayah
- dlsb.
Dalam pengolahannya, sumber data atribut tersebut akan diintegrasikan dengan
basisdata spasialnya menjadi basisdata SIG.
2.7 Basis Data SIG
Basisdata merupakan kumpulan berbagai data spesifik yang dapat dikontrol dalam
satu sistem. Basisdata SIG terdiri dari lapisan-lapisan data (layer-layer) yang
disusun sedemikian rupa dalam software SIG berdasarkan kepada penggunaannya
(aplikasi). Masing-masing lapisan data tersebut mempunyai tema tersendiri yang
terdiri dari pasangan data spasial (geografsi) dan non spasial (atribut). Data spasial
merupakan peta digital yang dibangunan berdasarkan jenis grafik (titik, garis dan
area), sedangkan data non spasial merupakan tabel-tabel yang berintegrasi dengan
data spasialnya. Pembangunan basisdata dalam SIG merupakan pekerjaan yang
paling besar dan utama ( 70 % dari seluruh pembangunan SIG), karena tanpa
basisdata yang lengkap dan benar maka SIG tidak ada apa-apanya.
Basis data SIG terdiri dari berbagai lapisan data (layer) yang disusun dalam software
SIG tertentu. Konsep basis data ruang SIG dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 5: Basisdata Ruang Wilayah
2.8 Aplikasi SIG Dalam Manajemen Pembangunan
Dinamika pembangunan, khususnya bagi negara berkembang ditandai dengan
pertumbuhan berbagai bidang dan kepentingan yang meningkat dengan cepat, sehingga
permasalahan yang dihadapi cenderung semakin komplek. Sebagai contoh, seperti yang
terjadi pada kota-kota yang secara kontinu tumbuh dan berkembang, tekanan terhadap
pemilikan lahan akan semakin meningkat. Terutama pada lingkaran pinggir area
terbangun, seKring muncul konflik antara keperluan lahan untuk pembangunan fisik
dengan kepentingan lingkungan yang perlu dipertahankan.
Kompleknya permasalahan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan yang saling
berkaitan dan makin banyaknya faktor/ unsur yang perlu dipertimbangkan,
membutuhkan penanganan masalah secara efektif dan efisien. Tidak dapat dipungkiri
bahwa peningkatan pembangunan disegala bidang membutuhkan ruang/ lahan sebagai
unsur utama dari pembangunan tersebut. Namun, sifat keterbatasan ruang (konstan)
mestilah mendapat perhatian dalam setiap proses baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang dalam aktivitas perencanaan dan pengambilan keputusan.
Salah satu persoalan penting yang muncul dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan adalah menyangkut ketersediaan alat dan metoda/ model yang akan
digunakan untuk membantu pencapaian hasil yang optimal. Sebagai contoh, untuk
keperluan penetapan tataguna tanah pada situasi ketika kebutuhan bagi perumahan,
perkantoran, rekreasi, kawasan perdagangan/ industri dan infrastruktur yang sedang
mengalami perubahan/ ledakan berarti. Disamping itu, langkah untuk memperbaiki
kualitas kesehatan dan kualitas hidup dewasa ini mendapat perhatian lebih besar,
bersamaan pula dengan keperluan untuk mempertahankan, melindungi dan
memperbaiki lingkungan hidup. Oleh karena itu suatu alat dan teknologi baru makin
dibutuhkan, agar memungkinkan pemimpin masyarakat dan pelaku perencanaan/
pembangunan bekerja secara efektif dan efisien dalam mencari solusi permasalahan
tersebut. Hal ini juga memerlukan tersedianya suatu kemampuan untuk
mempertimbangkan situasi sekarang bagi tujuan pembangunan ke depan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, informasi menjadi sangat penting sebagai petunjuk
efektif dalam perubahan suasana dan keadaan yang cepat dewasa ini. Analisis dan
perencanaan harus betul-betul mempertimbangkan informasi dalam setiap proses
aktifitasnya. Semua informasi yang terkait harus dimasukkan, dikelola, sehingga
tersedia dan disajikan dalam bentuk yang sesuai untuk digunakan pada tingkatan yang
berbeda-beda dalam satu proses perencanaan. Hal inilah yang menyebabkan perlunya
SIG sebagai alat dan teknologi untuk menjawab tantangan tersebut. Penggunaan SIG
dalam pembangunan mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam memanage
pembangunan tersebut pada setiap sektor dan tingkatan manajerial.
Berbagai aplikasi SIG yang dapat digunakan dalam pembangunan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1 : Aplikasi SIG Dalam Pembangunan
Jenis Penggunaan Contoh Aplikasi
Pelaporan dan Pemetaan Area Analisis dan penyajian data
Izin mendirikan Bangunan Analisa Pemerosesan izin mendirikan bangunan
Pengawasan Pembangunan Analisa kecenderungan arah pembangunan dan
penyajian peta scenario arah pembangunan
Manajemen daerah Penyediaan peta dan data terbaru daerah
Analisis dan presentasi informasi daerah
Penanggulangan bahaya Penyediaan peta dan informasi route rawan bahaya bagi kendaraan
Penyediaan peta-informasi wilayah rawan bencana
Manajemen Fasilitas Wilayah Analisis dan Perencanaan serta pemeliharaan
Jalan, saluran, PDAM, jaringan listrik
Pemutakhiran, penyajian peta fasilitas kota/ kab
Rencana untuk pengembangan fasilitas