pengendalian pyricularia oryzae.docx
TRANSCRIPT
Pengendalian
Menurut Santoso dan Nasution (2012) pengendalian penyakit blas dapat
dilakukan dengan menggunakan varietas tahan, diversifikasi varietas padi,
cara bercocok tanam dan pendekatan kimiawi.
Ketahanan Varietas
Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian
blas adalah penggunaan varietas tahan. Ketahanan varietas padi pada penyakit
blas umumnya mudah patah. Ketahanan varietas unggul yang dilepas patah
setelah beberapa musim tanam. Penggunaan varietas tahan tersebut harus
disesuaikan dengan sebaran ras yang dominan di suatu daerah. Apabila tanaman
padi ditanam berturut-turut sepanjang tahun, maka pergiliran varietas atau rotasi
gen harus dilakukan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan
sampai sekarang adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang, dan Batutegi.
Diversifikasi Varietas Padi
Diversifikasi varietas padi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penanaman varietas yang berbeda secara berseling-seling
2. Pelepasan galur secara terus-menerus
3. Penanaman sejumlah varietas/galur dalam suatu hamparan.
Pendekatan Cara Bercocok Tanam
Pengendalian penyakit blas dengan pendekatan cara bercocok tanam dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Pemakaian jerami sebagai kompos
2. Penggunaan pupuk nitrogen dengan tepat dosis
3. Waktu tanam yang tepat.
Pendekatan Kimiawi
Pengendalian penyakit blas dengan pendekatan kimiawi dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1. Cara perendaman benih (soaking) dalam fungisida;
2. Penyemprotan tanaman dengan fungisida.
Santoso dan Anggiani Nasution. Pengendalian Penyakit Blas Dan Penyakit
Cendawan Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/download/finish/19/485/
0. Diakses 26 Desember 2012
Pengaturan jarak tanam, tanaman yang terlalu rapat menyebabkan
pertanaman rimbun dan iklim mikronya menjadi lembab.
Penggunaan agensia hayati, jamur antagonis seperti Trichoderma
harzianum, Chaetomium globosum dan Gliocladium roseum dapat menghambat
perkembangan Pyricularia oryzae.
http://pejuang-pangan.blogspot.com/2011/08/penyakit-busuk-leher.html
Pembenaman Jerami dan varietas tahan
Penyakit blast berupa miselia yang dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman
padi, yaitu jerami dan biji sehingga sumber inokulum selalu tersedia dari satu
musim ke musim tanam berikutnya. Proses dekomposisasi dapat berfungsi ganda
yaitu dapat memanfaatkan jerami sebagai pupuk dan sumber inokulum di
lapangan dapat berkurang. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
membenamkan jerami sisa panen dalam tanah, sehingga miselia dapat terbunuh
dan tidak berpotensi untuk berkembang. Pembentukan jerami mengurangi sumber
inakulasi awal sehingga intensitas pada fase vegetatif dan generatif dapat
berkurang. Penggunaan varietas tahan dapat mengurangi peluang infeksi awal
atau penghambatan penetrasi awal sehingga cenderung patogen blast tidak dapat
berkembang maksimal pada tanaman (Sudarmo, 1991).
Penggunaan Pupuk yang seimbang
Amir (1981), melaporkan bahwa penggunaan pupuk nitrogen yang tinggi
menyebabkan peningkatan penularan blast. Selanjutnya ditemukan bahwa
penggunaan Nitrogen 90 kg/ ha dapat mengurangi penyebaran penyakit blast
(Amir, 2003). Keadaan ini memberi gambaran bahwa pemupukan nitrogen yang
berlebihan tanpa pemupukan kalium dapat menjadi faktor pemicu meningkatnya
serangan di lapang. Sehingga dianjurkan petani selalu mengikuti penggunaan
pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blast.
Pemupukan berimbang dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar
dapat mengurangi infeksi blast di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal
lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak
akan berkembang di lapangan.
Waktu Tanam yang Tepat
Perbedaan keadaan iklim dalam skala besar maupun skala kecil pada setiap
wilayah, menyebabkan perlunya pengelolaan penyakit blast yang berbeda pula
dalam pengendaliannya. Khusus untuk blast leher ( neck blast), kurun waktu pada
saat fase padi mulai berbunga bersamaan dan terdapat banyak embun, baik pada
malam, pagi dan sore hari memberi peluang berkembangnya penyakit blast leher.
Pada kondisi demikian, terdapat banyak embun pada pagi dan sore hari, faktor
suhu seperti 30 - 32 °C tidak berpengaruh, sehingga infeksi selalu ditemukan
dengan intensitas berat. Pengaturan waktu tanam pada saat yang bertepatan
banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit
blast yang berat. Keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-
wilayah pertanaman padi setiap lokasi (Sudarmo, 1991).
Pengendalian Secara Kimia dan Nabati
Perlakuan benih dengan fungisida sistemik mampu melindungi bibit dari
serangan penyakit blast sampai pada umur 30 hari setelah tanam. Penyemprotan
fungisida pada fase akhir bunting dan awal berbunga dapat menekan penyakit
blast(Sudarmo, 1991).
Amir, M. 1981. Masalah Penyakit blast (Pirycularia grisea) dan pengendaliannya
Kongres Nasional Perhimpunan Fitopatology Indonesia ke VI. Bukittinggi.
Amir, M. 2003. Strategi penyelamatan padi gogo dari ancaman penyakit blas.
Puslitbang tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian.
Sudarmo, S. 1991. Pengendalian Serangan Hama Penyakit dan Gulma Padi. Kanisius.
Yogyakarta.