pengertian lembaga kemasyarakatan menurut sosiolog

20
1. PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN MENURUT SOSIOLOG - ROBERT MAC IVER dan CHARLES H. PAGE Lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi. - LEOPOLD VON WIESE dan HOWARD BECKER Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya diartikannya sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-pola,sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya. - SUMNER Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan diartikannya sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. - PAUL HORTON dan CHESTER L. HUNT Lembaga sosial adalah sistem norma-norma dan hubungan- hubungan penyatuan nilai dan prosedur-prosedur tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. - PETER L BEGER Lembaga sosial adalah prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekankan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak sesuai dengan keinginan masyarakat. - MAYOR POLAK Lembaga sosial adalah kompleks atau sistem peraturtan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai penting. - W. HAMILTON Lembaga sosial adalah tata cara kehidupan kelompok dengan derajat sanksi. - ROBERT MAC IVER dan CH PAGE Lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara untuk mengatur hubungan antar manusia dalam suatu kelompok masyarakat.

Upload: made-indra

Post on 26-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lembaga kemasyarakatan

TRANSCRIPT

1. PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN MENURUT SOSIOLOG

ROBERT MAC IVER dan CHARLES H. PAGE

Lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi.

LEOPOLD VON WIESE dan HOWARD BECKER

Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya diartikannya sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-pola,sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.

SUMNER

Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan diartikannya sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

PAUL HORTON dan CHESTER L. HUNT

Lembaga sosial adalah sistem norma-norma dan hubungan-hubungan penyatuan nilai dan prosedur-prosedur tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

PETER L BEGER

Lembaga sosial adalah prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekankan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak sesuai dengan keinginan masyarakat.

MAYOR POLAK

Lembaga sosial adalah kompleks atau sistem peraturtan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai penting.

W. HAMILTON

Lembaga sosial adalah tata cara kehidupan kelompok dengan derajat sanksi.

ROBERT MAC IVER dan CH PAGE

Lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara untuk mengatur hubungan antar manusia dalam suatu kelompok masyarakat.

LEOPOLD VON WIERSE dan becker

Lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan kelompok yang berfungsi memelihara hubungan tersebut sesuai minat dan kepantingan individu dan kelompok.

KOENJARANINGRAT

Lembaga sosial adalah sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas memenuhi komplesitas kebutuhan khusus manusia.

SOERJONO SOEKANTO

Lembaga sosial adalah himpunan norma berkisar dari segala tingkatan kebutuhan pokok manusia.

Dari pengertian-pengertian diatas diketahui bahwa lembaga sosial berkaitan dengan;

a. Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung dan mempengaruhi.

b. Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah dan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan hidup.

c. Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat agar dapat berjalan tertib dan teratur. Lembaga sosial merupakan sekumpulan norma yang tersusun secara sistematis yang terbentuk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersifat khusus. Lembaga sosial sebagai sitem gagasan terorganisasi yang ikut serta dalam perilaku. Untuk memfungsikan sekumpulan norma atau gagasan perilaku, setiap lembaga sosial memiliki beberapa asosiasi atau organisasi. Hubungan antara lembaga sosial dan asosiasi

PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN SECARA UMUM

Batasan pengertian lembaga sosial cukup banyak. Menurut Soerjono (2003) lembaga sosial (kemasyarakatan) merupakan himpunan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (2000) pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada serangkaian aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam memahami lembaga sosial perlu diperhatikan tentang kebutuhan pokok manusia dan sistem perilaku yang terorganisasi. Secara umum lembaga sosial mempunyai dua aspek, yaitu lembaga sosial sebagai peraturan (regulative social institutions), dan lembaga sosial yang sesungguh-sungguhnya berlaku (operative social institutions). Lembaga sosial yang dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma tersebut membatasi serta mengatur perilaku orang-orang, misalnya lembaga keluarga mengatur hubungan-hubungan antara anggota keluarga dengan masyrakat. Lembaga sosial sebagai yang sesungguhnya berlaku apabila sepenuhnya membantu pelaksanaan kebutuhan pokok atau pola-pola masyarakat. Lembaga sosial mencakup semua norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu keperluan pokok dalam suatu kehidupan masyarakat. Apapun himpunan norma-norma yang menjadi patokan dalam perilaku masyarakat adalah :

1. Usage (cara)

2. Folkways (kebiasan)

3. Mores (tata kelakuan)

4. Customs (adat Istiadat)

Himpunan norma-norma di atas, memberikan arahan atau petunjuk bagi tingkah laku seseorang dalam berperilaku yang hidup dalam suatu masyarakat. Setiap tingkat menunjukkan pada kekuatan yang lebih besar yang digunakan oleh masyarakat untuk memaksa anggotanya supaya mentaati norma-norma yang terkandung didalamnya. Dengan demikian, kebiasaan lebih mengikat daripada cara, tata kelakuan lebih mengikat daripada kebiasaan, adat lebih mengikat daripada tata kelakuan. Kekuatan suatu norma dapat dilihat dari kuat dan lemahnya sangsi yang dikenakan pada para pelanggarnya. Disamping itu, dalam kehidupan masyarakat orang mempunyai berbagai kebutuhan pokok sepeti makanan, perkawinan, perumahan, pendidikan, keamanan, keindahan, keturunan, dan sebagainya, sehingga menimbulkan keragaman lembaga sosial diberbagai bidang. Dari penelaahan di atas, pengertian lembaga sosial adalah kesatuan dari adat istiadat yang dengan norma-normanya menguasai sejumlah tindakan dan kegiatan orang-orang atau kelompok sosial. Lembaga sosial merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari kelompok, organisasi, maupun sistem sosial lainnya. Wujud kongkrit dari lembaga sosial adalah asosiasi (assosiation), contohnya universitas adalah lembaga sosial, maka UI, UGM, UNPAD, UNEJ, dan sebagainya adalah assosiasi. Dalam hal ini, ada yang beranggapan baik lembaga maupun asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi sosial, yaitu sebagai kelompok-kelompok, hanya lembaga lebih universal sifatnya dibandingkan dengan asosiasi yang lebih spesifik. Ada juga yang berpendapat bahwa lembaga sebagai kompleks peraturan serta peranan sosial secara abstrak, sedangkan asosiasi sebagai bentuk organisasi secara kongkrit. Tujuan dari lembaga sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Adapun fungsi dari lembaga sosial menurut Soerjono (2003) adalah:

1. Memberikan pedoman pada para anggotanya, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah dalam masyarakat, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan pokok mereka.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

3. Meberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.

2. TIPE-TIPE LEMBAGA KEMASYARAKATAN MENURUT JL. GILLIN and JP. GILLIN

Tipe-tipe Lembaga Sosial Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe lembaga sosial menurut pendapat JL. Gillin and JP. Gillin, sebagai berikut:

a.Tipe pranata sosial dilihat dari sudut perkembangannya

1) Crescive institution atau lembaga paling primer Suatu tipe lembaga yang tumbuh tidak sengaja dan tumbuhnya berasal dari adat istiadat. Contoh; hak milik, bentuk-bentuk perkawinan, dan lumbung padi.

2) Enacted institution Tipe lembaga yang dibentuk dengan sengaja dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang bersangkutan. Contoh lembaga utang piutang, lembaga pendidikan dan lembaga perdagangan. Semuanya ini berakar dari kebiasaan-kebiasaan yang sistimatis dan diatur kemudian dituangkan lembagalembaga yang disahkan oleh pemerintah.

b.Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut nilai

1) Basic institution Dianggap sebagai lembaga sosial yang paling penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertibdalam masyarakat. Contoh; lembaga keluarga dan lembaga agama.

2) Subsidiary institutionLembaga sosial yang dianggap kurang penting oleh sekelompok masyarakat tertentu, misalnya lembaga rekreasi dan lembaga olah raga.

c. Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut penerimaan oleh masyarakat.

1) Aproved social institution Tipe lembaga ini merupakan lembaga-lembaga yang diterima oleh masyarakat karena dirasa memberi manfaat dankeuntungan serta sangat dibutuhkan misalnya lembaga agama, lembaga pendidikan, lembaga perdagangan, lembaga bantuan hukum dan lembaga penitipan anak danlembaga-lembaga swadaya masyarakat.

2) Unproved= un sanctioned intitution Tipe lembaga ini ditolak oleh masyrakat secara umum sebab lembaga ini dianggap meresahkan dan merugikan masyarakat secara umum, misalnya gank persatuan perampok/ copet/ gali/momoli/ kumpul kebo/ kaum gay, lebian/ homo seks dan lembaga perakitan bom ilegal.

d. Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut penyebarannya.

1) General institution Suatu lembaga yang lahir atas dasar faktor penyebaran sehingga dikenal di seluruh dunia, misalnya lembaga pemerintahan, lembaga agama dan perserikatan bangsabangsa.

2) Ristricted institution Suatu lembaga yang dikenal hanya terbatas pada suatu masyarakat atau negara tertentu, misalnya lembaga adat, lembaga keyakinan/ aliran dan lembaga pemerintahan (khususnya pada sistemnya).

e. Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut fungsinya.

1) Operative institutionSuatu lembaga yang befungsi untuk menghimpun pola-pola atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya LSM, IMF, UMDB, dan lembaga industri.

2) Regulated institution Lembaga yang berfungsi mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak mutlak manjadi bagian dari pada lemabaga tersebut. Contoh lembaga hukum dan lembaga ferifikasi. Kelima tipe lembaga sosial di atas dapat mengetahui adanya bermacam-macam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat tertentu. Jadi setiap masyarakat mempunyai sistem nilai yang menentukan lembaga sosial mana yang dianggap paling atas dari lembaga-lembaga sosial lainnya. Semuanya tergantung dari masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan jenis-jenis masyarakat yang erat kaitannya dengan keberadaan lembaga sosial ada tiga yaitu:

a. Masyarakat totaliter Suatu masyarakat yang menganggap negara sebagai lembaga kemasyarakatan yang pokok membawahi lembaga-lembaga lain seperti lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga keluarga dan lain sebagainya. Contoh lembaga Unisoviet dan Rusia.

b. Masyarakat homigen dan tradisional Suatu masyarakat yang mengangap lembaga kemasyarakatansatu dengan yang lainnya sebagai suatu institusi configurasi (pola-pola hubungan). Contohnya, terciptanya suatu desa swasembada karena dukungan dari berbagai komponen kelembagaan pada tingkat desa. Komponen tersebut antara lain, lembaga perekonomian desa, lembaga keamanan desa, lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan.

c. Masyarakat komplek atau terbuka Masyarakat beranggapan dan percaya bahwa terjadinya perubahan sosial dan udaya dianggap sebagai sarana untuk merubah norma dalam rangka pemenuhan kebutuhan.

3. Bentuk-bentuk umum Lembaga Kemasyarakatan

Dari sudut pandang kompleks atau sederhananya suatu lembaga kemasyarakat atau menentukan berapa banyak atau besar lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada dalam satu masyarakat, sebenarnya sukar untuk diukur, karena hal ini tergantung dari sifat kompleks atau sederhananya kebudayaan suatu masyarakat. Makin besar dan kompleks perkembangan suatu masyarakat, makin banyak pula jumlah lembaga kemasyarakatan yang ada. Namun untuk menentukan lembagalembaga kemasyarakatan yang pokok, sekurangnya setiap masyarakat memiliki delapan buah lembaga kemasyakatan berdasarkan fungsi untuk memenuhi keperluan hidupnya, yaitu yang menyangkut lembaga :

1. kekerabatan yang disebut juga sebagai kinship institutions, antara lain mencakup lembaga perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak, sopan santun pergaulan antar kerabat, dan lain-lain.

2. ekonomi (produksi, mengumpulkan dan mendistribusikan hasil produksi, dan lain-lain), antara lain mencakup pertanian, peternakan, berburu, industri, perbankan, koperasi, dan sebagainya,

3. Pendidikan, yaitu yang menyangkut pengasuhan anak, berbagai jenjang pendidikan, pemberantasan buta huruf, perpustakaan umum, pers, dan sebagainya.

4. Ilmu pengetahuan, meliputi pendidikan, penelitian, metodologi ilmiah, dan sebagainya,

5. Keindahan dan rekreasi, menyangkut berbagai cabang kesenian, olah raga, kesusateraan, dan sebagainya,

6. Agama, menyangkut peribadatan, upacara, semedi, penyiaran agama, doa, kenduri, ilmu gaib, ilmu dukun, dan sebagainya,

7. Kekuasaan, menyangkut pemerintahan, kepartaian, demokrasi, ketentaraan dan sebagainya,

8. Kesehatan atau kenyamanan, menyangkut kecantikan dan kesehatan, kedokteran, pengobatan tradisional, dan sebagainya.

Penggolongan tersebut di atas tentu belum lengkap, karena di dalamnya belum tercakup semua jenis lembaga kemasyarakatan yang mungkin terdapat dalam suatu masyarakat. Hal-hal seperti kejahatan, prostitusi, banditisme, dan lain-lain, juga merupakan lembaga kemasyarakatan. Disamping itu juga ada lembaga kemasyarakatan yang memiliki sangat banyak aspek, sehingga mereka juga dapat ditempatkan di dalam lebih dari satu golongan . Feodalisme, yang menciptakan suatu sistem hubungan antara pemilik tanah dan penggarap, yang sebenarnya menyebabkan terjadinya produksi dari hasil bumi, , dapat dianggap sebagai lembaga ekonomi; tetapi sebagai suatu sistem hubungan antara pihak yang berkuasa dengan fihak yang dikuasai, feodalisme dapat diangga sebagai lembaga politik. Selain itu dalam suatu masyarakat terdapat banyak lembaga yang tidak secara khusus tumbuh dari dalam adat-istiadat masyarakat yang bersangkutan, melainkan yang secara tidak disadari ataupun secara terencana diambil dari masyarakat lain, seperti misalnya demokrasi parlementer, sistem kepartaian, koperasi, perguruan tinggi, dan lainnya. Lembaga asing itu pada umumnya anya dapat bertahan apabila lembaga-lembaga itu dapat diselaraskan dengan lembaga-lembaga yang ada, kecuali apabila kegunaannya dapat disadari dan difahami sepenuhnya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

4. Ciri-ciri Umum lembaga Kemasyarakatan

Menurut Gillin dalam karyanya yang berjudulGeneral Feature of Social Instritution ciri-ciri Lembaga Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola prilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil.

2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan.

3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

4. Lembaga kemasyarakatan mempunya alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain sebagainya

5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.

6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis mau pun tidak tertulis, yang

merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku dan lain-lain.(Soekanto,2007)

7. Merupakan suatu organisasi tentang pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.

8. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu.

9. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

10. Mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan lembaga.

11. Mempunyai lambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembagatersebut.

12. Mempunyai tradisi yang tertulis maupun tidak tertulis, yangmerumuskan tujuan

Fungsi Lembaga Kemasyarakatan

Pada dasarnyalembaga kemasyarakatanmempunyai beberapa fungsi antara lain:

1. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial(social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Fungsi-fungsi diatas menyatakan bahwa apabila seseorang hendak mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu maka harus pula diperhatikan secara teliti lembaga-lembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan. (soerjono soekanto,1990)

Lembaga kemasyarakatan berfungsisebagai pedoman perilaku atau sikap tindak manusia dan merupakan salah satu sarana untuk memelihara dan mengembangkan integrasi di dalam masyarakat. Namun demikian, tidak semua norma di dalam masyarakat dengan sendirinya menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu. Hal ini tergantung pada proses pelembagaan dari norma-norma tersebut sehingga menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu.( Soekanto dan Taneko, 1984)

Fungsi-fungsi Lembaga Sosial

Dengan melihat dua tujuan lembaga sosial, yaitu mengatur ketertiban dan pemenuhan kebutuhan masyarakat maka untuk mewujudkan fungsi dari lembaga-lembaga sosial harus dapat dilaksanakan. MenurutSoerjono Soekanto,lembaga sosial memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau bersikap dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.

Contoh:

1. Lembaga ekonomi memberikan aturan-aturan produksi, distribusi dan hubungan kerja.

2. Lembaga agama memberikan aturan tentang halal dan haram, baik dan buruk dan tata cara peribadatan yang harus dilakukan oleh anggotanya.

3. Lembaga pendidikan memberikan akses bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mereka

4. Lembaga keluarga memberikan pendidikan dasar tentang norma dan aturan dasar sosialisasi sehingga, individu mempunyai pengetahuan dasar bagaimana hidup dalam kelompok yang lebih besar sesuai dengan tujuan masing-masing.

2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat. Perpecahan atau disintegrasi ini sangat mungkin terjadi di tengah masyarakat, mengingat sumber pemenuhan kebutuhan hidup cenderung tida seimbang dengan perkembangan masyarakat baik secara jumlah maupun kualitasnya.

3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian sosial.Contohnya : dengan diberlakukannya peraturan sekaligus sanksi bagi pelanggar norma.

Jadi pada intinya, lembaga sosial berfungsi untuk mengatur kehidupan anggota-anggotanya agar mereka dapat hidup dengan tenang, damai, dan sejahtera dengan tercapainya tujuan-tujuan mereka.

Secara umum fungsi lembaga sosial dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu:

1. Fungsi manifes(nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang disadari dan menjadi harapan banyak orang. Contoh lembaga keluarga berfungsi sebagai tempat sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Lembaga ekonomi berfungsi mengatur sistem produksi, distribusi, dan konsumsi barang yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat.

2. Fungsi latenadalah fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan menjadi tujuan utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah fungsi yang tidak tampak di permukaan dan tidak diharapkan masyarakat, tetapi ada. Contoh dalam lembaga keluarga perkawinan dijadikan sarana untuk menutup rasa malu dari anggapan yang mengatakan bahwa orang yang tidak menikah berarti tidak laku. Dalam lembaga politik pemilu dijadikan sarana untuk mendapat kekuasaan semata karena dengan ekuasaan seseorang dapat menumpuk kekakayaan sebanyak-banyaknya.

5. Peran Lembaga Sosial Kemasyarakatan

Peran Sosial LSM Dalam khasanah kepustakaan tentang LSM (Mahasin, 2000), di Indonesia muncul istilah tentang berbagai generasi LSM. LSM generasi awal lebih merupakan lembaga sukarela untuk memberi bantuan dan santunan sosial. Generasi kedua mulai memperkenalkan pengembangan usaha swadaya, lewat kelompok-kelompok kecil dari masyarakat rentan. Semboyan mereka adalah memberi kail bukan sekedar ikan. Generasi ketiga mulai berinteraksi dengan pembuat kebijaksanaan, dan berperan sebagai semacam konsultan untuk berbagai program yang memerlukan dukungan swadaya masyarakat. Generasi keempat menggerakkan keprihatinan publik dengan melakukan kampanye tentang lingkungan hidup, hak-hak konsumen atau hak-hak azasi manusia. Tentu saja yang terakhir kecuali generasi pertama, semua ini lebih merupakan titik berat kegiatan daripada spesialisasi yang eksklusif. Ada juga LSM yang melakukan kegiatan-kegiatan itu sekaligus. Dalam kenyataannya bahwa LSM memiliki pandangan dasar, metode kerja dan tujuan yang relatif sama. Berbagai forum dan jaringan yang banyak dibentuk sejak tahun 1980-an, baik di daerah, di tingkat nasional, maupun internasional menyebabkan munculnya suatu komunitas yang khas, yang bilamana perlu bisa bertindak bersama. Suatu hal menarik dalam komunitas itu adalah telah berkurangnya tarikan primordial masing-masing, hingga LSM dari berbagai aliran dan latar belakang bisa bertemu untuk kepentingan bersama. Masih ada unsur tengah mainstream yang bisa menjadi acuan bersama. Unsur mainstream tersebut adalah usaha menggerakkan partisipasi masyarakat dan pembelaan hak rakyat. Dalam rangka inilah mereka mengembangkan jaringan, tak hanya antar LSM, tetapi juga dengan unsur-unsur yang tanggap dikalangan pemerintah, akademika, organisasi masyarakat dan para pembentuk pendapat umum. Jaringan itu longgar, tak resmi, di sana sini sering terkesan agak pribadi sifatnya, tetapi biasanya cukup efektif. Yang menjadi 5 dasar ikatan adalah keprihatinan kepada rakyat kecil, keinginan akan partisipasi dan secara berangsur-angsur merambah jalan ke arah demokratisasi. Untuk melihat peran sosial LSM, kiranya dapat dibedakan atas peran makro dan peran mikro.

1. Peranan Makro

Dalam rangka aktualisasi peran sosial LSM maka peranan makro yang dapat dimainkan adalah berusaha menjaga independensi dan mengembangkan kemandirian organisasi; dan cara-cara tersebut (lihat juga Ida, 2000) antara lain : Pertama, mencoba menghidupkan atau mendirikan kembali lembaga-lembaga independen diberbagai level daerah untuk mengimbangi inkorporasi negara yang selama ini masuk kedalam hampir semua sektor kehidupan masyarakat, baik di pusat maupun daerah. Institusi independen yang dimaksudkan disini adalah mempersatukan kembali berbagai ide dari masyarakat yang pluralis kedalam suatu wadah yang relatif terlepas dari kekuatan dan campur tangan pemerintah. Kedua, melalui wadah independen yang sudah dibentuk dicoba dikembangkan mekanisme kerja yang mengarah pada fungsi kontrol terhadap aktivitas pemerintah, seperti yang berkaitan dengan proses penganggaran (budgeting process). Anggaran negara yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, pada hakekatnya adalah milik masyarakat yang seharusnya dilakukan secara transparan dan accountable. Selama era Orde Baru, yang dicirikan oleh pemerintahan sentralistik, hampir tidak ada kemungkinan bagi masyarakat untuk membentuk institusi yang dapat berfungsi mengontrol jalannya pemerintahan (lokal). Kondisi waktu itu juga memperlihatkan tidak adanya kesatuan dan kesamaan visi dikalangan LSM untuk secara bersama bangkit meminimalisasi intervensi negara yang berlebihan. Dalam era transisi otonomi daerah seperti sekarang ini, terutama dimasa mendatang, situasi tersebut hendaknya tidak terulang lagi. Karena itu kelompok LSM harus diberdayakan melalui pembentukan jaringan kelembagaan dan menciptakan jaringan kerja sama. Ketiga, menyebarluaskan (dissemination) berbagai informasi yang masih menjadi masalah yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui berbagai cara (public education) agar masyarakat menjadi tahu dan secara suka rela mau terlibat atau berpartisipasi di dalamnya.

2. Peranan Mikro

Dalam rangka aktualisasi peran sosial LSM, peranan mikro yang dapat dilakukan antara lain memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat miskin dan lemah dalam mengembangkan kemampuan, memecahkan masalah dan mengelola sumberdaya disekitarnya menuju kemandirian ekonomi mereka. Cara-cara tersebut dapat melalui antara lain : Kelompok ekonomi lemah terutama usaha rakyat, buruh dan sektor informal dalam kaitannya dengan globalisasi ekonomi dikhawatirkan tidak siap menghadapi hal ini. Mereka secara klasik memiliki persoalan yang terkait dengan soal keuangan, 6 manajemen, teknologi dan kelemahan pasar. Untuk itu kelompok ini harus menjadi perhatian khusus LSM. Yang sering muncul bagi usaha kecil/pelaku ekonomi lemah adalah ungkapan bahwa menghadapi persaingan antar pengusaha/pelaku ekonomi dalam negeri saja sudah mengalami kesulitan, lebih-lebih bersaing dengan pengusaha/pelaku ekonomi luar negeri yang lebih besar.

Beberapa hal yang bisa diusahakan LSM, antara lain :

1. Mengembangkan daya saing. Para pelaku ekonomi rakyat dibantu agar mampu menghasilkan produk dan jasa dengan daya saing yang tinggi, sehingga harus berkualitas.

2. Membantu pelaku ekonomi rakyat melepaskan diri dari isolasi. Mereka harus masuk dalam jaringan pasar yang lebih luas dan untuk ini diperlukan kesiapan sumberdaya manusia yang mempunyai keberanian dan percaya diri. Agar terwujud dua hal diatas, maka LSM perlu ikut mengupayakan adanya peningkatan sumberdaya manusia, serta perbaikan iklim usaha dan bekerja yang mampu menunjang kegiatan profesionalitas pelaku ekonomi rakyat tersebut. Upaya peningkatan SDM tersebut dapat dibebankan pengembangannya kepada perusahaan besar dan pemerintah, dimana LSM menjadi jembatan antara mereka dengan pelaku ekonomi rakyat. Ada baiknya bagi setiap perusahaan besar diwajibkan mengadakan pelatihanpelatihan sebagai bagian dari kewajiban pengembangan dan peningkatan SDM suatu perusahaan bagi masyarakat di sekitarnya. Arah pelatihan terutama meliputi salah satu atau keseluruhan dari penguasaan teknologi, aset dan permodalan, peluang pasar, dan peningkatan kreativitas, prakarsa, keuletan berusaha, resiko usaha, dan manajemen usaha (Karsidi, 1999). Selain itu, sebagai fungsi layanan publik Pemda perlu memikirkan adanya layanan pusat-pusat pelatihan bagi warga yang tidak tertampung dalam suatu perusahaan, yang mudah diakses oleh pelaku ekonomi rakyat guna membantu mengembangkan usahanya. Pusat-pusat magang juga perlu diselenggarakan dan disupport agar mudah memberikan layanan pendidikan/latihan bagi yang memerlukan.

2. Untuk menjaga independensi LSM, maka LSM seharusnya juga mengembangkan kemandirian kelembagaan dengan merintis sumber-sumber pendapatan lembaga yang menjamin pada keberlanjutan (sustainability) kegiatan mereka. Pemaknaan LSM sebagai lembaga non-profit harus dimengerti bukan berarti tidak boleh melakukan usaha-usaha demi kelangsungan hidup lembaganya atau hanya melulu tergantung dari sumber lain. Semoga bermanfaat (RK)

6. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Sosial

Lembaga-lembaga dalam masyarakat berkembang melaui proses pelembagaan sosial atau institutionalisation, yaitu suatu proses yang dilewatkan oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan (Soerjono,2003). Maksudnya adalah norma baru kemasyarakatan itu dikenal, diakui, dihargai, kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya, proses pelembagaan dapat berlangsung lebih lanjut sehingga norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi pelembagaan, tetapi menjadi internalized dalam kehidupan para anggotanya, maksudnya adalah suatu taraf perkembangan dimana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku sejalan dengan perilaku yang memang sebenarnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Lebih jauh lagi pemahaman internalized adalah pelembagaan norma-norma baru dalam masyarakat yang telah mencapai taraf mendarah daging atau menghayati norma-norma itu. Dalam pelembagaan sosial ada proses yang mengatur dan membina pola-pola prosedur disertai sangsi-sangsi dalam masyarakat. Kekuatan suatu norma dapat dilihat dari kuat lemahnya sangsi yang dikenakan pada para pelanggarnya berkaitan dengan tingkatan kekuatan daya pengikat norma, yaitu cara, kebiasaan, tata kelakuan, serta adat istiadat masyarakat baik di bidang sosial, politik, maupun ekonomi. Ruang lingkup lembaga sosial sangat luas, misalnya lembaga yang mengatur hubungan kekerabatan, perkawinan, warisan, hutang piutang, pendidikan, kesehatan, birokrasi, dan lain sebagainya. Lembaga sosial yang cukup penting dalam mengatur kehidupan masyarakat antara lain: lembaga keluarga, lembaga keagamaan, dan sebagainya. Lembaga ekonomi seperti bank. Lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah dari play group sampai perguruan tinggi. Lembaga pemerintahan, dan sebagainya. Lembaga keluarga sangat penting karena mengatur keturunan, menyalurkan kebutuhan biologis yang sehat, ada hubungan primer yang akrab diantara para anggota keluarga. Lembaga keagamaan penting juga karena mempunyai norma-norma yang harus dihormati dalam usaha orang beribadat berdasarkan kepercayaan masing-masing agama. Lembaga keuangan penting seperti bank dalam rangka mengatur lalu lintas keuangan. Lembaga pendidikan sangat penting dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Lembaga-lembaga kenegaraan penting dalam rangka mengatur penggunaan kekuasan, pemerintahan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

https://katahatimutiara.files.wordpress.com/2012/09/bab-03.pdf

https://ikaribajuwanita.files.wordpress.com/2012/05/lembaga-sosial.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30601/3/Chapter%20II.pdf

http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Kegiatan/195707071981031006ravik_5.pdf