pengetahuan remaja putri tentang manfaat tablet fe … · 2018. 9. 21. · consuming fe tablets as...
TRANSCRIPT
i
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MANFAAT TABLET
FE DI SMK TUNAS HUSADA KENDARI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
SURIA MULIANI P00312017092
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2018
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan denga sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MANFAAT TABLET
FE DI SMK TUNAS HUSADA KENDARI
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjan Terapan
Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan
tiruan atau Duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari maupun di perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Kendari, Agustus 2018
Suria Muliani
Nim.P00312017092
iv
v
RIWAYAT hIDUP
A. Identitas diri
1. Nama : Suria Muliani
2. Nim : P00312017092
3. Tempat / Tanggal Lahir : Wakadawu, 16 Juni 1996
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/kebangsaan : Buton /Indonesia
7. Alamat : JL. MT. Haryono Lr. Praja II,
Kendari
8. Email : [email protected]
B. Pendidikan
1. SDN 1 Poasia Tamat Tahun 2007
2. MTsN 1 Kendari Tamat Tahun 2010
3. SMK Tunas Husada Kendari Tamat Tahun 2013
4. D-III di Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari Tamat Tahun
2016
5. D-IV kebidanan di Politeknik Kesehatan Kendari Tahun 2017
sampai 2018
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “pengetahuan remaja
putri tentang manfaat tablet Fe di SMK Tunas Husada Kendari”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang
membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih
sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Siti Aisa, AM.Keb, M.Pd selaku
Pembimbing I dan Ibu Wahida, S.Si.T, M.Keb selaku Pembimbing II yang
telah banyak membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
3. Bapak Usman, S.Pd, SKM selaku Kepala Sekolah SMK Tunas Husada
Kendari.
4. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku penguji 1, Ibu Askrening, SKM, M.Kes
selaku penguji 2, Ibu Fitriyanti, SST, M.Keb selaku penguji 3 dalam
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
vi
vii
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Ayahanda “Lahati” dan Ibunda “Auwi” dan Saudara Saudariku “ Arsal,
Ratia, Arna, Hamlin, Harni, Zumida Dan Zumardin „” terima kasih untuk
semua doa, dukungan materi maupun moril dan motivasi selama ini
kepada penulis.
7. Sahabat – sahabat tersayang yang selalu ada menemani penulis
dalam suka dan duka “ Nur Lita Imerdayanti, Melisa Retno Sari, Nur
Cahaya Harun, Yunika Nurinsani Dinur, Erlinda setiawati, Isni
Nurhasanah, Marhaeni, Nadia, Suci kumalasari, Leni F, Inci Ratna jaya
dan Terspesial Lingga perdana Putera”
8. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................... x
ABSTRACT....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8
B. Landasan Teori.......................................................................... 43
C. Kerangka Teori.......................................................................... 46
D. Kerangka Konsep...................................................................... 47
E. Hipotesis Penelitian.................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 48
A. Jenis Penelitian......................................................................... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 49
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 49
D. Variabel Penelitian..................................................................... 49
E. Definisi Operasional.................................................................. 49
viii
ix
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 50
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 50
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 53
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 53
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 54
C. Pembahasan ............................................................................ 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 62
A. Kesimpulan .............................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 63
LAMPIRAN
ix
x
ABSTRAK
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MANFAAT TABLET FE SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN
DI SMK TUNAS HUSADA KENDARI
Suria Muliani1 Sitti Aisa
2 Wahida
2
Latar belakang: Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih
sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan pola makan dan
kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu hamil trimester 3 di Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama yang berjumlah 36 ibu hamil. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner tentang anemia dalam kehamilan, pola makan, kepatuhan konsumsi tablet Fe. Analisis data mengunakan uji chi square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Kejadian anemia dalam kehamilan di
Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama sebanyak 20 ibu hamil (55,6%). Pola makan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama lebih banyak dalam kategori pola makan kurang sebanyak 21 orang (58,3%). Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama lebih banyak dalam kategori tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 20 orang (55,6%). Ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama (X
2=32,188; pvalue=0,019). Ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan
kejadian anemia dalam kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Adoolo Utama (X
2=11,416; pvalue=0,001).
Kata kunci : pengetahuan konsumsi tablet Fe 1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
x
xi
ABSTRACT
DAUGHTERS OF DAUGHTERS ABOUT FE TABLET BENEFITS BEFORE AND AFTER GIVEN EDUCATION
IN THE VOCATIONAL SCHOOL OF HUSADA, KENDARI
Suria Muliani1 Sitti Aisa2 Wahida2
Background: Anemia is one of the most common nutritional disorders and is a major nutritional problem in Indonesia. Pregnant women are one of the groups prone to malnutrition, because there is an increase in nutritional needs to meet the needs of mothers and fetuses. Objective: This study aimed to determine the relationship of diet and adherence to consuming Fe tablets with the incidence of anemia in pregnancy in the Main Adoolo Primary Health Center Work Area. Research Method: The research design used was cross sectional. The sample of the study was the third trimester pregnant women in the Working Area of Adoolo Utama Community Health Center, amounting to 36 pregnant women. Data collection instruments in the form of questionnaires about anemia in pregnancy, diet, compliance with consumption of Fe tablets. Data analysis using chi square test. Results of the study: The results showed anemia in pregnancy in the Adoolo Utama Health Center Work Area as many as 20 pregnant women (55.6%). The diet of pregnant women in the Adoolo Utama Health Center Work Area is more in the category of poor diet as many as 21 people (58.3%). Compliance with consuming Fe tablets in the Working Area of Adoolo Utama Health Center was more in the non-compliant category in consuming Fe tablets as many as 20 people (55.6%). There is a relationship between dietary patterns and the incidence of anemia in pregnancy in the Main Adoolo Primary Health Center Work Area (X2 = 32,188; p value = 0.019). There was a relationship between adherence to consuming Fe tablets with the incidence of anemia in pregnancy in the Main Adoolo Primary Health Center Work Area (X2 = 11.416; p value = 0.001). Keywords: knowledge of consumption of Fe tablets 1 Student of D-IV Midwifery Study Program, Poltekkes Kendari 2 Lecturers of the Department of Midwifery, Poltekkes Kendari
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada
pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan usia remaja
menurut World Health Organization (WHO) adalah usia 10–19 tahun,
yang ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik pada
masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja
tersebut (Sulistyoningsih, 2012). Remaja dikategorikan rentan terhadap
masalah gizi sehingga berisiko terhadap kesehatan. Pada usia remaja
percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi
lebih banyak selain itu, pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan
kebiasaan yang suka mencoba-coba makanan sehingga terjadi
ketidaksesuaian asupan energi dan zat gizi lainnya (Marmi, 2013).
Remaja putri juga memerlukan perhatian khusus dalam hal
kebutuhan zat besi karena pertumbuhan dan datangnya menstruasi,
sehingga pada remaja putri sangat rentan sekali terjadi anemia
(Sediaoetama, 2015). Anemia akibat kekurangan zat besi (Fe) merupakan
salah satu masalah gizi utama di Asia termasuk di Indonesia. Anemia
defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan
menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara global
adalah sekitar 51%. Prevalensi untuk balita sekitar 43%, anak usia
1
2
sekolah 37%, pria dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 35%
(Arisman, 2014). Anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi
yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu
kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik
(Arisman, 2014).
Sesuai dengan standar WHO, apabila prevalensi anemia pada
suatu populasi lebih besar dari 20%, maka merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Anemia defisiensi zat besi di Indonesia
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi pada
remaja putri 13-18 tahun dan wanita usia subur 15-49 tahun masing-
masing sebesar 22,7% dan ibu hamil 37,1% (BKKBN, 2013). Jumlah
kejadian anemia pada remaja putri di Kota Kendari sebesar 13% (Dinkes
Kota Kendari, 2017). Tetapi sebagian dari masyarakat mengabaikan
dan menganggap ini bukan masalah kesehatan masyarakat, padahal
jika berkelanjutan sampai remaja putri tersebut menikah, bisa berdampak
pada keselamatan jiwanya. Dampak buruknya, dapat mengakibatkan
kematian ibu dan bayi, bahkan menghasilkan bayi dengan berat
badan rendah (Dubey dkk, 2013).
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak
pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar.
Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun,
sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa
3
remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan
zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi
badan optimal (Arisman, 2014).
Pada remaja putri, anemia disebabkan karena kurangnya asupan
zat besi melalui makanan, kehilangan zat besi basal, banyaknya zat besi
yang hilang pada saat menstruasi, penyakit malaria, dan infeksi-infeksi
lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia gizi besi. Rata-rata
darah yang keluar saat menstruasi 16-33,2 cc. Pada wanita yang lebih
tua maupun wanita dengan anemia defisiensi zat besi jumlah darah haid
yang dikeluarkan lebih banyak (Saifuddin, 2012). Beberapa faktor lain
penyebab anemia di kalangan remaja adalah konsumsi gizi yang tidak
memadai dan peningkatan kebutuhan akan zat besi serta kehilangan
darah secara kronis saat menstruasi.
Kehilangan darah saat menstruasi berarti mengeluarkan zat besi
yang ada dalam darah dan dapat menyebabkan terjadinya anemia. Pada
remaja putri yang sedang menstruasi, volume darah yang hilang selama
menstruasi berkisar antara 25-30 cc per bulan. Tingginya angka kejadian
anemia pada remaja putri dikarenakan masih banyaknya remaja putri
yang tidak terbiasa mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran dalam mengkonsumsi tablet Fe saat
menstruasi masih rendah (Gibney, 2014). Kesadaran konsumsi tablet Fe
saat menstruasi tidak lepas dari informasi dan pengetahuan, hal ini
4
dikarenakan pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumsi tablet Fe saat menstruasi (Suharto dkk, 2012).
Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah
yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat
manfaat tablet Fe. Pengetahuan tentang manfaat manfaat tablet Fe yang
baik dapat mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga
mencapai status gizi yang baik. Penyuluhan tentang manfaat manfaat
tablet Fe sangat penting untuk menambah pengetahuan remaja sehingga
perlu diberikan penyuluhan agar dapat merubah perilakunya dalam
mengkonsumsi tablet Fe (Sediaoetama, 2014).
Penyuluhan tentang manfaat tablet Fe masih belum dikenal di
kalangan masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya
sosialisasi dan penyampaian tentang manfaat tablet Fe. Metode
penyuluhan kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi
yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audien.
Hasil penelitian Hanifah (2015) menyatakan ada perbedaan
pengetahuan gizi seimbang pada remaja sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan dengan media video. Demikian pula hasil penelitian Lestrina
(2015) menyatakan promosi kesehatan melalui penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang anemia, peningkatan pengetahuan
5
dibarengi dengan pemberian makanan dapat meningkatkan kadar Hb
WUS.
Hasil studi awal di SMK Tunas Husada Kendari diperoleh data
jumlah siswi siswi berjumlah 103 siswi. Hasil wawancara dengan pada 10
siswi, diperoleh hasil bahwa dari 10 remaja, 8 remaja tidak tahu tentang
manfaat tablet Fe untuk menstruasi. Kesimpulan dari hasil survei awal
bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui manfaat mengkonsumsi
tablet Fe untuk menstruasi. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis
tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan remaja
tentang manfaat tablet Fe di SMK Tunas Husada Kendari.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah bagaimana pengetahuan remaja putri tentang manfaat tablet
Fe di SMK Tunas Husada Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang manfaat
tablet Fe di SMK Tunas Husada Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang manfaat
tablet Fe di SMK Tunas Husada Kendari.
b. Menganalisis perbedaan pengetahuan remaja putri tentang
manfaat tablet Fe di SMK Tunas Husada Kendari
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Remaja
Untuk menambah wawasan remaja tentang manfaat tablet Fe
sehingga faktor risiko kejadian anemia dapat dihindari.
2. Manfaat Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah untuk lebih
meningkatkan program pelayanan kesehatan reproduksi pada
remaja.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Ahmady dkk (2016) yang berjudul Penyuluhan Gizi Dan
Pemberian Tablet Besi Terhadap Pengetahuan Dan Kadar
Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju.
Perbedaan penelitian adalah variabel penelitian. Variabel
penelitian ini adalah perbedaan pengetahuan tentang tablet FE
sebelum dan sesudah diberi penyuluhan, sedangkan Ahmady
adalah Penyuluhan Gizi Dan Pemberian Tablet Besi Terhadap
Pengetahuan Dan Kadar Hemoglobin.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Warsiti (2013) yang berjudul
Tingkat Pengetahuan Siswa XI Tentang Pentingnya
Mengkonsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi di SMA
7
Muhammadiyah 1 Sragen. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Warsita adalah variabel penelitian. Pada penelitian ini
variabelnya adalah perbedaan pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan, sedangkan pada penelitian Warsita
variabelnya tentang tingkat pengetahuan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan bidan tentang partograf adalah hasil dari tahu
tentang partograf dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmojo, 2012). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
2) Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di
sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap
responden sudah tidak baik lagi.
4) Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan
apa yang dikehendaki.
8
9
5) Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam
daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.
1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan.
2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memehami
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lainnya.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi objek.
10
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2015), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu
1. Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi remaja dalam
memperoleh informasi tentang menstruasi. Oleh sebab itu,
makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah
menerima informasi dalam memperoleh informasi mengenai
menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki
dan semakin mudah remaja menerima informasi.
11
b). Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan
manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk
suatu kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam
pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim
dengan profesi.jadi dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dikelurkan oleh seseorang sebagai profesi sengaja dilakukan
untuk mendapatkan penghasilan. Bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Seorang remaja yang
dalam masa pendidikannya juga harus bekerja untuk dapat
membiayai studinya sehingga para remaja mempunyai
kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan informasi
yang bermanfaat bagi derajat kesehatannya khususnya tentang
menstruasi. Hal ini dikarenakan waktu luang yang ada
dimanfaatkan untuk bekerja dan beristirahat.
c). Umur
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Menurut Hucklock (2015) semakin
cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja jadi semakin
matangnya umur ibu. Semakin matang pula pemikirannya soal
kesehatan reproduksinya khususnya tentang bendungan ASI.
12
2. Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar, manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan
bisa membuat pola pikir remaja tentang menstruasi menjadi
sesuatu yang menakutkan, tergantung bagaimana lingkungan
memperlakukan remaja tersebut.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu
pula tentang menstruasi masih banyak masyarakat yang
menganggap bawah menstruasi itu sesuatu yang tabuh untuk
di bicarakan khususnya pada masyarakat yang adat istiadatnya
masih kental sehingga banyak mitos-mitos yang bermunculan
sehingga merasa cemas ketika menghadapi menstruasi.
c. Perkembangan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode
perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di
permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan
peradaban manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan
sering disebut sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu
13
1. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu,
lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi gagal,
kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.
2. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat
dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh
setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan sanksi
hukuman, baik moral maupun fisik.
3. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan
pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu
argumentasi.
4. Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan
pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara
ilmiah (Chandra, 2012).
d. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :
Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%
14
2. Manfaat Tablet Fe
a. Pengertian Tablet Fe
Tablet Fe adalah suplemen yang mengandung zat besi. Zat besi
adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (Hemoglobin) (Soebroto, 2014).
b. Fungsi zat besi
Menurut Almatsier (2014)
a) Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
b) Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi
c) Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai
pelarut obat-obatan.
c. Kebutuhan Tablet Fe Bagi Remaja Putri
Kebutuhan atau dosis zat besi dari setiap tingkat umur
dan jenis kelamin berbeda-beda. Wanita membutuhkan zat besi
lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan
perdarahan sebanyak 50–80 cc setiap bulan dan kehilangan zat
besis sebanyak 30–40 mgr. Dosis yang dianjurkan untuk diminum
adalah 1 x 1 tablet perhari sesuai dosis yang dianjurkan. Tetapi
apabila terjadi anemia berat dosis bisa dinaikkan menjadi 2 x 1
tablet yang di minum. Angka kecukupan zat besi yang dianjurkan
untuk Indonesi untuk remaja putri sebesar 14-25 mg.
Waktu yang tepat untuk minum tablet zat besi adalah
pada malam hari menjelang tidur, hal ini untuk mengurangi rasa
15
mual yang timbul setelah ibu meminumnya. Jika ibu meminum
tablet besi pada pagi hari maka ibu akan mual muntah karena
salah satu efenya menimbulkan rasa eneg (rasa tidak enak pada
perut). Tablet besi sebaiknya diminum dengan menggunakan air
jeruk atau air putih, karena membentu proses penyerapan zat
besi. Dan hindari minum tablet zat besi dengan menggunakan air
teh, susu dan kopi, karena akan menghambat proses penyerapan
absorpsi zat besi (Soebroto, 2014).
d. Sumber makanan yang mengandung zat besi
1) Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan,
telur.
2) Zat besi yang berasal dari nabati yaitu;kacang-kacangan,
sayuran hijau, dan pisang ambon.
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam
membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh.
Kehadiran protein hewani, vitmin C, Vitamin A, Asam folat, zat
gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam
tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber
zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena
makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber
vitamin A (Almatsier, 2014).
16
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi
Menurut Almatsier (2014), absorpsi terjadi dibagian atas
usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein
khusus. Ada dua jenis alat angkut protein didalam sel mukosa
usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu transferin dan
feritin. Transferin yaitu protein yang disintetis didalam hati.
Banyak faktor berpengaruh terhadap absorpsi besi antara lain :
1) Bentuk besi
Bentuk besi didalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapanya. Besi hem yang merupakan bagian dari
hemoglobin dan mioglobin yang terdapat didalam daging
hewan yang dapat diserap dua kali lipat daripada besi
non hem. Besi non hem terdapat didalam telur, sereal,
kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah- buahan.
2) Asam organik
Vitamin C sangat membantu penyerapan besi non hem
dengan merubah bentuk feri menjadi fero.
3) Tanin
Tanin terdapat didalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran
dan buah yang menghambat absorbsi besi dengan cara
mengikatnya.
17
4) Tingkat keasaman lambung meningkat daya larut besi.
Penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid
menghalangi absorbsi besi.
5) Kebutuhan tubuh
Kebutuhan tubuh akan besi sangat berpengaruh besar
terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau
kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorpsi
besi non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali,
sedangkan besi hem dua kali.
e. Akibat kekurangan Zat Besi
Defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber
daya manusia, yaitu terhadap kemampuan dan produktifitas kerja.
Kekurangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang
kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Kekurangan besi
pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing,
kurang nafsu makan, menurunya kebugaran tubuh, menurunya
kemampuan kerja, menurunya kekebalan tubuh dan gangguan
penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu
tubuh menurun. Pada anak-anak menimbulkan apatis, mudah
tersinggung, menurunya kemampuan untuk berkonsentrasi dan
belajar (Almatsier, 2014).
18
3. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang
kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan
masa dewasa (Santrock, 2013). Masa remaja disebut pula
sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini
terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama
fungsi seksual (Kartono, 2015). Remaja, yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin
adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”.
Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang
masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode
lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa
apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori,
2016). Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2014), masa remaja adalah
masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak
menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut,
ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang
bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua
19
adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri
remaja yang membuat remaja relative lebih bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and
stress period).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa
dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2014).
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan
kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal
masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu peristiwa
tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu
proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock,
2012).
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan
ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk
seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia
kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik
daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu
secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki
keturunan (Hurlock, 2015). Santrock (2012) menambahkan
20
bahwa kita dapat mengetahui kapan seorang anak muda
mengawali masa pubertasnya, tetapi menentukan secara tepat
permulaan dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche,
yang terjadi agak terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda
tunggal yang menggemparkan pada masa pubertas.
Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan
definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam
definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi
tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di
mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(Muangman dalam Sarwono, 2013).
Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi
setelah masa anak dan sebelum masa dewasa. Adanya
perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja baik
perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan
21
setelah mengalami menarche dan pada laki-laki setelah
mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya.
Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk
diperhatikan.
b. Batasan Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa
bayi hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja
dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa
remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria
usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan
pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja
pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-
laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir
pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21
tahun (Thalib, 2015).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun
atau awal dua puluhan tahun. Jahja (2012) menambahkan,
karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan,
maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih
22
singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap
dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, seringkali
laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat
berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur
12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai
dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun
sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori,
2016). Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu
dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun,
dan bukan 21 tahun seperti pada ketentuan sebelumnya.
Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku
sekolah menengah (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2016).
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa
remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut
membawa perubahan besar saling bertautan dalam semua
ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2014). Batasan usia remaja
menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI
adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut
BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2014).
23
c. Tugas Perkembangan Remaja
Hurlock (2016) menjelaskan bahwa semua tugas
perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-
kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa
dewasa. Tugas-tugas tersebut antara lain:
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan
teman sebaya baik pria maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya
secara efektif.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan
orang-orang dewasa lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai
pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Ali & Asrori (2016) menambahkan bahwa tugas
perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
24
berperilaku secara dewasa. Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2016)
juga menambahkan bahwa tugas- tugas perkembangan masa
remaja adalah berusaha:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya;
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis;
4) Mencapai kemandirian emosional;
5) Mencapai kemandirian ekonomi;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual
yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai
anggota masyarakat;
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua;
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki dunia dewasa;
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas
perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
25
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-
figur yang mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain,
baik secara individual maupun kolompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan
terhadap kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri)
atas dasar skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup.
(Weltan-schauung).
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Hurlock (2016) juga menjelaskan sebagian besar orang-
orang primitif selama berabad-abad mengenal masa puber
sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan setiap
orang. Mereka sudah terbiasa mengamati berbagai upacara
sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan terjadinya
perubahan- perubahan tubuh, anak yang melangkah dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Setelah berhasil melampaui
ujian-ujian yang merupakan bagian penting dari semua
upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan
memperoleh hak dan keistimewaan sebagai orang dewasa dan
26
diharap memikul tanggung jawab yang mengiringi status orang
dewasa.
Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai
hasil peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil
bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga berubah;
mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis.
Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal. Semua
bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja
menghadapi tugas utama mereka: membangun identitas –
termasuk identitas seksual- yang akan terus mereka bawa
sampai masa dewasa (Papalia, Old, & Feldman; 2015).
d. Perkembangan Fisik Masa Remaja
Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa
perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget
(dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan
bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan
tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja
mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang
dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak
strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan
kognitif. Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan
27
fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di
dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan
dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti
munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
a) Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama
masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu
dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau
12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata
beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ
reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini
adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah,
lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini
berlangsung terus sampai menjelang masa menopause.
Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan
(Widyastuti dkk, 2014).
b) Tanda-tanda seks sekunder
Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks
sekunder pada wanita antara lain:
28
1) Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga
tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya
rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada
kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali
rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya,
kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap
dan agak keriting.
2) Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar
dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah
kulit.
3) Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara
juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini
terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu
sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
4) Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih
kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi
berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih
lembut.
5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar
lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
29
Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan
selama masa haid.
6) Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin
membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu,
lengan dan tungkai kaki.
7) Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak
jarang terjadi pada wanita.
Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada
perempuan ialah pertambahan tinggi badan yang cepat,
menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan
rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam
Santrock, 2012).
e. Perkembangan Psikis Masa Remaja
Widyastuti dkk (2015) menjelaskan tentang
perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja
adalah:
1) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
a) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis,
cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa
alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada
remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
30
b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap
gangguan atau rangsangan luar yang
mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak
tanpa berpikir terlebih dahulu.
c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua,
dan lebih senang pergi bersama dengan temannya
daripada tinggal di rumah.
2) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini
menyebabkan remaja:
a) Cenderung mengembangkan cara berpikir
abstrak, suka memberikan kritik.
b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru,
sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan
tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan
fisiknya.
f. Perkembangan Kognitif Masa Remaja
Perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012). Menurut Piaget (dalam
Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku
31
adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget,
remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima
begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah
mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang
membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru.
Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih
abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir
seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji secara
sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis
(remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka
berpikir tentang ciri- ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain,
dan dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri,
pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan
tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan
dan memantau dunia sosial (Santrock, 2012).
32
Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun),
transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk
tumbuh bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam
kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2012).
4. Penyuluhan
a. Pengertian
Pengertian penyuluhan dalam artian etimologis,
penyuluhan adalah usaha memberikan keterangan, penjelasan,
petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan dan arah yang harus
ditempuh oleh setiap orang sehingga dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya dan meningkatkan kualitas hidupnya
(Mardikanto, 2012). Penyuluhan sebagai ilmu adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia ke arah yang lebih baik terbentuk,
perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau
meninggalkan kebiasaan lama dan menggantikannya dengan
perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang
bersangkutan menjadi lebih baik (Slamet, 2013).
Dalam artian praktis, penyuluhan adalah suatu sistem
pendidikan di luar sekolah (non formal) untuk siswi, dimana siswi
belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau, dan bisa
menyelesaikan masalah yang dihadapi secara baik, dapat
menguntungkan dan memuaskan (Wiraatmadja, 2014). Hawkin
dan Van den ban (2014) mengemukakan bahwa penyuluhan
33
mencakup usaha secara sadar mengkomunikasikan informasi
untuk membantu orang-orang membentuk opini dan keputusan
yang baik. Menurut Belli (2012), penyuluhan adalah suatu sistem
pendidikan non formal untuk merubah perilaku (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) sasaran agar mampu berperan sesuai
dengan kedudukannya dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya.
Saville seperti dikutip Sulama (2013) memberikan
pengertian penyuluhan sebagai bentuk pengembangan
masyarakat terutama didalam bidang kesehatan, yang
mempergunakan proses pendidikan sebagai cara pendekatannya
untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi
masyarakat. Penyuluhan sebagai suatu bentuk perubahan kontak
terarah atau perubahan terencana, karena perubahan yang terjadi
adalah perubahan yang disengaja dengan adanya orang luar
atau sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen
pembaharu yang secara intensif berusaha memperkenalkan
ide-ide baru untuk mecapai tujuan yang telah ditentukan oleh
lembaga dari luar (Hanafi, 2017).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat
dikemukakan bahwa penyuluhan pada dasarnya adalah upaya
perubahan berencana yang dilakukan melalui sistem pendidikan
non formal dengan tujuan merubah perilaku (sikap, pengetahuan,
34
keterampilan) sasaran untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya, sehingga kualitas kehidupannya menjadi
meningkat (Yunasaf, 2013).
b. Kegiatan Penyuluhan
1) Perencanaan Program Penyuluhan
Perencanaan program penyuluhan adalah suatu proses
pengambilan keputusan yang rasional tentang apa yang akan
dilaksakan, yang ingin dicapai. dan mengapa hal itu harus
dilakukan (Slamet dan Suyatna, 2016). Jahi (2016) mengartikan
perencanaan program penyuluhan sebagai proses pembuatan
keputusan tentang arah dan intensitas kegiatan penyuluhan,
yang didasarkan pada prioritas masalah yang hendak
dipecahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Mardikanto (2013) mengemukakan beberapa pokok pikiran
dari pengertian- pengertian perencanaan program, yaitu :
1) Perencanaan program, merupakan suatu proses
berkelanjutan. Artinya, perencanaan program merupakan
suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang
tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan
(kebutuhan, keinginan, minat) yang dikehendaki.
2) Perencanaan program dirumuskan oleh banyak pihak.
Artinya, dirumuskan oleh penyuluh bersama-sama
masyarakat sasarannya dengan didukung oleh para
35
spesialis, praktisi dan penentu kebijaksanaan yang
berkaitan dengan upaya upaya pembangunan masyarakat
setempat.
3) Perencanaan program, dirumuskan berdasarkan
fakta dan dengan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia yang mungkin dapat digunakan.
4) Perencanaan program, meliputi perumusan tentang
keadaan, masalah, tujuan, dan cara (kegiatan) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu.
5) Perencanaan program, dinyatakan secara tertulis.
Artinya, perencanaan program merupakan pernyataan
tertulis tentang : keadaan, masalah, tujuan.
Selanjutnya Mardikanto (2013) juga mengungkapkan
beberapa alasan yang melatar belakangi pentingnya diadakan
perencanaan program penyuluhan, yaitu :
1) Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara
seksama tentang apa yang harus dilakukan dan
bagaimana cara melaksanakannya.
2) Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan
oleh masyarakat dengan pernyataan tertulis
diharapkan dapat mencegah terjadinya salah
pengertian, dan dapat dikaji setiap saat, sebelum dan
sesuadah program dilakukan.
36
3) Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap
adanya usul atau sasaran yang perkembangannya
dapat diukur dan dievaluasi.
4) Memberi pengertian yang jelas terhadap pemilihan
tentang kepentingnya dari masalah insidental dan
pemantapan dan perubahan-perubahan sementara.
5) Mencegah kesalah artian tentang tujuan akhir,
dan menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang
dirasakan maupun yang tidak dirasakan.
6) Memberikan kelangsungan dalam diri personal,
selama proses perubahan berlangsung.
7) Membantu perkembangan kepemimpinan, yatiu
dalam menggerakan semua pihak yang terlibat dan
menggunakan sumber daya yang tersedia dan dapat
digunakan untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki.
8) Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dan harus dicapai, yang perkembangannya dapat
diukur dan dievaluasi
9) . Menghindarkan dari pemborosan sumberdaya
(tenaga), biaya, dan waktu dan merangsang efisiensi
pada umumnya.
37
10) Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan didalam
masyarakat dan dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat.
Untuk memenuhi persyaratan prinsip-prinsip
perencanaan yang baik, maka setiap penyusunan program
perlu memperhatikan filosofi program penyuluhan. Dalam
hal ini Dahama dan Bhatnagar (Mardikanto 2013)
merumuskan filosofi program penyuluhan sebagai berikut :
1) Bekerja berdasarkan kebutuhan yang dirasakan (feel
need). Artinya program dirumuskan harus bertolak
dari kebutuhan yang dirasakan masyarakat, jika ada
kebutuhan nyata (real need) harus diupayakan
menjadi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini dilakukan
untuk menjamin adanya partisipasi.
2) Penyuluhan pertanian tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya semua saling Bekerja dilandasi oleh
anggapan bahwa masyarakat ingin dibebaskan dari
penderitaan dan kemiskinan. Artinya, setiap program
yang dirancang harus diupayakan untuk dapat
memperbaiki mutu masyarakat.
3) Harus dianggap bahwa masyarakat menginginkan
“kebebasan”, baik dalam menentukan garis hidupnya
38
sendiri untuk tercapainya perbaikan mutu kehidupan
mereka.
4) Nilai-nilai dalam masyarakat harus dipertimbangkan
selayakanya. Artinya, rumusan program harus
mencakup dan mempertibangkan nilai-nilai kerjasama,
keputusan kelompok, tanggung jawab sosial,
kepercayaan masyarakat.
5) Membantu dirinya sendiri (self help). Artinya secara
nyata warga masyarakat harus diarahkan untuk mau
dan mampu merencanakan dan melaksanakan
sendiri setiap pekerjaan yang diupayakan untuk
memecahkan masalah mereka sendiri yang akan
dirumuskan dalam program.
6) Masyarakat adalah sumberdaya yang terbesar.
Artinya dalam perumusan program, harus sebesar-
besarnya memanfaatkan potensi sumberdaya yang
tesedia di masyarakat itu sendiri.
7) Program mencakup perubahan sikap, kebiasaan
dan pola pikir, artinya perumusan program harus
mencakup banyak dimensi perilaku manusia.
c. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Pada pelaksanaanya kegiatan penyuluhan ada beberapa
unsur penyuluhan yang turut serta atau diikut sertakan dalam
39
unsur pelaksanaan kegiatan menunjang dalam satu kegiatan
(Samsudin, 2017). Adapun yang termasuk dalam unsur-unsur
penyuluhan meliputi :
1) Petugas Penyuluh
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan hanya
dikenal satu kriteria penyuluh lapangan yaitu penyuluh
kesehatan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa siswi
akan dibuat bingung jika kehadapan siswi berdatangan
para petugas penyuluh (Samsudin. 2017). Penyuluh
lapangan yang dimaksud adalah penyuluh yang profesional
yaitu penyuluh tingkat desa atau penyuluh lapangan yang
mempunyai profesionalisme tertentu, artinya penyuluh
lapangan harus mempunyai kemampuan untuk melihat
suatu masalah yang dihadapi oleh petani/peternak melalui
indera mata atau media indera yang lain, dan memiliki
kredibilitas tinggi, maka penyuluh lapangan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, disiplin yang tinggi dan sikap
rendah hati (Suhardiyono, 2014). Untuk memperoleh
kualitas personel yang baik, maka seseorang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) kemampuan
komunikasi dengan siswi, b) kemampuan bergaul dengan
orang lain, c) antusias terhadap tugasnya, dan d) berpikir
logis dan inisiatif (Suhardiyono, 2014).
40
2) Materi penyuluhan
Materi penyuluhan merupakan segala sesuatu yang
disampaikan dalam proses komunikasi yang menyangkut
ilmu dan dan teknologi pertanian atau isi yang terkandung
dalam setiap pelaksanaan kegiatan penyuluhan (Samsudin,
2017). Materi penyuluhan berasal dari lembaga-lembaga
penelitian, instansi-instansi pelaksana, atau dari petani
lainnya. Materi tersebut kemudian diolah penyuluh,
dirumuskan, selanjutnya diformulakan sesuai dengan
tujuan dan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh
penyuluh. Dalam menyusun materi penyuluhan harus
disesuaikan dan dipertimbangkan berdasarkan kebuituhan
dan kondisi lapangan (Suhardiyono, 2014).
3) Metode penyuluhan
Memperoleh kegiatan penyuluhan yang efektif
diperlukan untuk menggunakan metode penyuluhan yang
tepat guna, sehingga sasaran dapat mendengar, melihat,
merasakan atau melaksanakan contoh-contoh yang
diperagakan dengan tujuan untuk memberikan informasi
secara teknis dan meningkatkan pengetahuan maupun
keterampilan (Belli, 2011)
Menurut Rines dan Dagobert (1989), yang dikutip oleh
Belli (2011), dikenal dengan adanya metode mengajar (teaching
41
method). Metode mengajar adalah cara memungkinkan orang
yang mengajar bertemu dengan orang yang idajar. Sehubungan
dengan hal tersebut, dalam kegiatan penyuluhan dikenal dengan
golongan metode pendekatan, yaitu: a) metode
pendekatan perorangan, contohnya berkunjung kerumah
(anjang sono), surat menyurat perorangan, kunjungan ketempat
kerja perorangan (anjang karya), hubungan telepon, dan lain-
lain, b) metode pendekat kelompok, contohnya: diskusi
kelompok dan temu karya, kursus, demonstrasi cara atau hasil,
karyawisata atau widyawisata, dan lain-lain, c) metode
pendekatan massal, contohnya : rapat, siaran radio/televisi,
pemutaran film, penyebaran brosur, pemasangan poster, leaflet,
dan lain-lain.
4) Alat bantu penyuluhan
Perlengkapan berfungsi sebagai perantara yang
menghubungkan penyuluh dengan petani/peternak sebagai alat
untuk melaksanakan komunikasi, sehingga dengan
menggunakan dapat menghasilkan keefektifan metode dan
mempercepat diterimanya bahan informasi. Alat bantu atau alat
peraga dalam penyuluhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Alat ilustratif, (illustrative device and visual device) contoh,
film, gambar dari pameran.
42
b) Alat yang sifatnya untuk memperluas (extension device)
contoh : radio dan pengeras suara
c) Alat yang sifatnya lingkungan (enviromental device),
contoh: tumbuhan sekitar ruangan yang dapat digunakan
sebagi alat peraga.
d) Alat manipulasi (manipulative device), alat yang sifatnya
dapat diatur seperti alat untuk praktek (Samsudin, 2017).
5) Sasaran penyuluhan
Sasaran penyuluhan pertanian adalah siapa sebenarnya
yang disuluh atau ditujukan kepada siapa penyuluhan pertanian
tersebut (Samsudin, 2017). Jadi sasaran dalam penyuluhan
adalah masyarakat yang membutuhkan sesuatu informasi/
pesan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan tersebut
(Samsudin, 2017).
6) Waktu dan tempat penyuluhan
Waktu dan tempat penyuluhan pertanian merupakan
faktor yang penting karena menyangkut pelaksanaan kegiatan
penyuluhan yang dibatasi oleh lokasi dan waktu pelaksanaan,
sehingga materi penyuluhan dapat diterima oleh sasaran dengan
baik (Samsudin, 2017). Maka diperhitungkan waktu dan lamanya
serta lokasi yang akan dilaksanakan, agar informasi/ pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh sasaran.
43
G. Landasan Teori
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Batasan usia remaja menurut World Health Organization
(WHO) adalah usia 10–19 tahun, yang ditandai dengan perubahan fisik
dan mental. Remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal
kesehatan dikarenakan kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat
karena pertumbuhan dan datangnya menstruasi, sehingga pada remaja
putri sangat rentan sekali terjadi anemia (Sediaoetama, 2015).
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak
pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi
belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan
menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat,
kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak
tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2014).
Pada remaja putri, anemia disebabkan karena kurangnya asupan
zat besi melalui makanan, kehilangan zat besi basal, banyaknya zat besi
yang hilang pada saat menstruasi, penyakit malaria, dan infeksi-infeksi
lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia gizi besi. Rata-rata
darah yang keluar saat menstruasi 16-33,2 cc. Pada wanita yang lebih
tua maupun wanita dengan anemia defisiensi zat besi jumlah darah haid
yang dikeluarkan lebih banyak (Saifuddin, 2012). Beberapa faktor lain
44
penyebab anemia di kalangan remaja adalah konsumsi gizi yang tidak
memadai dan peningkatan kebutuhan akan zat besi serta kehilangan
darah secara kronis saat menstruasi.
Kehilangan darah saat menstruasi berarti mengeluarkan zat besi
yang ada dalam darah dan dapat menyebabkan terjadinya anemia. Pada
remaja putri yang sedang menstruasi, volume darah yang hilang selama
menstruasi berkisar antara 25-30 cc per bulan. Tingginya angka kejadian
anemia pada remaja putri dikarenakan masih banyaknya remaja putri
yang tidak terbiasa mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran dalam mengkonsumsi tablet Fe saat
menstruasi masih rendah (Gibney, 2014). Kesadaran konsumsi tablet Fe
saat menstruasi tidak lepas dari informasi dan pengetahuan, hal ini
dikarenakan pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumsi tablet Fe saat menstruasi (Suharto dkk, 2012).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012). Menurut Wawan & Dewi
(2014), beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja, yaitu
faktor Internal terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman. Faktor eksternal
terdiri dari lingkungan, sosial budaya, sumber informasi, ekonomi.
Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah
45
yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat
manfaat tablet Fe. Pengetahuan tentang manfaat manfaat tablet Fe yang
baik dapat mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga
mencapai status gizi yang baik. Penyuluhan tentang manfaat manfaat
tablet Fe sangat penting untuk menambah pengetahuan remaja sehingga
perlu diberikan penyuluhan agar dapat merubah perilakunya dalam
mengkonsumsi tablet Fe (Sediaoetama, 2014).
Penyuluhan tentang manfaat tablet Fe masih belum dikenal di
kalangan masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya
sosialisasi dan penyampaian tentang manfaat tablet Fe. Metode
penyuluhan kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi
yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audien.
46
H. Kerangka Teori
Faktor Internal a. Umur b. Pendidikan c. Pengalaman d. Pengetahuan
Faktor Eksternal
a. Lingkungan b. Sosial Budaya c. Sumber Informasi
(penyuluhan) d. Ekonomi
Manfaat Tablet Fe
Gambar 1.Kerangka Teori dimodifikasi dari Arisman (2014); Saifuddin (2012); Gibney (2014); Suharto dkk (2012); Sediaoetama (2014); Notoadmojo (2012); Wawan dan Dewi (2014)
47
I. Kerangka konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan
Variabel bebas : penyuluhan
Variable terikat : Pengetahuan Tentang Manfaat Table Fe
J. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang manfaat tablet Fe
di SMK Tunas Husada Kendari.
Ho : Tidak ada perbedaan pengetahuan remaja tentang manfaat
tablet Fe di SMK Tunas Husada Kendari.
Pengetahuan
Manfaat Tablet Fe
48
BAB III
METODE PENELITIAN
K. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen dengan memakai
rancangan one group pre and post test design, yaitu suatu pengukuran
yang dilakukan pada saat sebelum dan sesudah penelitian (Hidayat,
2012). Dalam rancangan ini, responden diberikan intervensi. Kemudian
diukur pengetahuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Keterangan :
O1: Observasi sebelum perlakuan
X : Perlakuan
O2: Observasi setelah perlakuan
Gambar 3. Skema Rancangan Kuasi Eksperimen
L. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMK Tunas Husada
Kendari pada bulan Juli tahun 2018.
M. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI di
SMK Tunas Husada Kendari yang berjumlah 44 siswi.
O1 X O2
48
49
2. Sampel dalam penelitian adalah siswi kelas X dan XI di SMK
Tunas Husada Kendari yang berjumlah 44 siswi. Teknik
pengambilan sampel adalah total sampling, yaitu semua siswi
dijadikan sebagai sampel penelitian. Semua siswi akan diberikan
penyuluhan tentang manfaat tablet Fe dan akan diukur
pengetahuannya sebelum dan sesudah penyuluhan.
N. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu pengetahuan tentang manfaat
tablet fe.
2. Variabel bebas (independent) yaitu penyuluhan tentang manfaat
tablet Fe.
O. Definisi Operasional
Variabel Definisi Skala ukur
Kriteria
Pengetahuan tentang manfaat tablet fe
kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan manfaat tablet fe
ordinal
a. Pengetahuan baik : jika jawaban benar pada 76–100 %
b. Pengetahuan cukup : jika jawaban benar pada 56-75 %
c. Pengetahuan kurang : jika jawaban benar pada ≤55 %
Perbedaan pengetahuan dinilai dengan menggunakan
50
intervensi berupa penyuluhan tentang manfaat tablet fe
Penyuluhan tentang manfaat tablet Fe
suatu usaha memberikan keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan dan arah tentang manfaat tablet Fe sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi responden
nominal
P. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari wawancara
pada semua siswi kelas X dan XI di SMK Tunas Husada Kendari
mengenai pengetahuan tentang manfaat tablet Fe.
Q. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner mengenai pengetahuan tentang manfaat tablet Fe yang
berjumlah 15 pertanyaan yang terdiri dari 8 pertanyaan favorable dan
7 pertanyaan unfavorable dengan pilihan jawaban benar dan salah.
Setiap jawaban benar pada pertanyaan favorable diberi skor 1 dan
jawaban salah pada pertanyaan unfavorable diberi skor 1. Skor
tertinggi adalah 15.
51
R. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent
variable dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan
adalah uji t (independent sample t-test) dengan p=0,05.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMKS Tunas Husada Kendari, Alamat Jl. A.H Nasution No. G Kel.
Kambu Kec. Kambu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara,kode pos
93231 SK Pendirian Sekolah 838 Tahun 2009, Tanggal SK Pendirian
2015-09-23, status kepemilikan yayasan, luas tanah milik 100 m2 , nama
wajib pajak Bakti Nusantara Sultra, NPWP 2.83312E+13
Email: [email protected] dan
Website: http://smktunashusada.gmail.com.
Jumlah siswa sebanyak 103 siswa yang terdiri dari 36 laki-laki dan
12 orang perempuan, dengan uraian berikut
Tabel 1
Jumlah Siswa SMK Tunas Husada
Uraian Guru Tendik PTK PD
Laki-laki 8 0 8 36
Perempuan 12 0 12 67
Total 20 0 20 103
Keterangan :
a. Data Rekap Per Tanggal 12 Agustus 2018
b. Penghitungan PTK adalah yang sudah mendapat penugasan,
berstatus aktif dan terdaftar di sekolah induk.
c. Singkatan :
52
53
1. PTK = Guru ditambah Tendik
2. PD = Peserta Didik
Tabel 2 Jumlah Ruangan di SMK Tunas Husada Kendari
No Jenis Sarpras Jumlah
1 Ruang Kelas 12
2 Ruang Laboratorium 2
3 Ruang Perpustakaan 1
Total 15
B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang pengetahuan remaja putri tentang manfaat tablet
Fe sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada bulan Juli tahun
2018 di SMK Tunas Husada Kendari. Sampel penelitian siswi kelas X dan
XI di SMK Tunas Husada Kendari yang berjumlah 44 siswi. Setelah data
terkumpul, maka data diolah dan dianalisis. Data disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan beserta keterangan penjelasan dari isi tabel. Hasil
penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel.
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk
memperoleh gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi.
Variabel yang dianalisis adalah pengetahuan remaja tentang manfaat
tablet Fe sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang manfaat
tablet Fe. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:
54
a. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Manfaat Tablet Fe Sebelum
Diberikan Penyuluhan Di SMK Tunas Husada Kendari
Pengetahuan tentang Manfaat Tablet Fe sebelum diberikan
penyuluhan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh remaja tentang
HIV/AIDS sebelum diberikan penyuluhan. Pengetahuan dalam penelitian
ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan baik (skor 76–100%),
pengetahuan cukup (skor 56-75%), pengetahuan kurang (skor <56%).
Hasil penelitian mengenai pengetahuan tentang manfaat tablet Fe dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Manfaat Tablet Fe Sebelum
Diberikan Penyuluhan di SMK Tunas Husada Kendari
Pengetahuan Jumlah
n %
Baik 3 6,8 Cukup 15 34,1 Kurang 26 59,1
Total 44 100 Sumber: Data Primer
Kesimpulan yang diperoleh pada tabel 3 yaitu remaja putri di SMK
Tunas Husada Kendari memiliki pengetahuan yang kurang tentang
manfaat tablet Fe sebanyak 26 orang (59,1%).
b. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Manfaat Tablet Fe Setelah
Diberikan Penyuluhan Di SMK Tunas Husada Kendari
Pengetahuan tentang manfaat tablet Fe setelah diberikan
penyuluhan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh remaja tentang
manfaat tablet Fe setelah diberikan penyuluhan. Pengetahuan dalam
55
penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan baik (skor
76–100%), pengetahuan cukup (skor 56-75%), pengetahuan kurang (skor
<56%). Hasil penelitian mengenai pengetahuan tentang manfaat tablet Fe
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Manfaat Tablet Fe Setelah
Diberikan Penyuluhan di SMK Tunas Husada Kendari
Pengetahuan Jumlah
n %
Baik 44 100 Cukup 0 0 Kurang 0 0
Total 44 100 Sumber: Data Primer
Kesimpulan yang diperoleh pada tabel 4 yaitu semua remaja di
SMK Tunas Husada memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat
tablet Fe sebanyak 44 orang (100%).
2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang manfaat tablet Fe
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang manfaat tablet Fe di
SMK Tunas Husada. Uji yang digunakan adalah Uji Paired t tes. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel 5.
56
Tabel 5 Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang Manfaat Tablet Fe
di SMK Tunas Husada
Variabel N Mean p t
Pengetahuan Remaja Tentang manfaat tablet Fe Sebelum Diberikan Penyuluhan Tentang manfaat tablet Fe
44 8,00±1,89 0,000 -19,251
Pengetahuan Remaja Tentang manfaat tablet Fe Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang manfaat tablet Fe
44 13,29±1,19
Sumber: Data Primer p<0,05
Kesimpulan yang diperoleh dari tabel 5 adalah ada perbedaan
pengetahuan remaja tentang manfaat tablet Fe sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang manfaat tablet Fe di SMK Tunas Husada
(p=0,000).
C. Pembahasan
Hasil penelitian menyatakan ada perbedaan pengetahuan remaja
tentang manfaat tablet Fe sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
tentang manfaat tablet Fe di SMK Tunas Husada (p=0,000). Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ahmady dkk (2016) yang
menyatakan ada perbedaan pengetahuan siswi setelah diberikan
penyuluhan gizi dan pemberian tablet besi terhadap pengetahuan dan
kadar hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju.
Demikian pula hasil penelitian Lestrina (2015) menyatakan ada perbedaan
pengetahuan siswi tentang anemia setelah diberikan penyuluhan,
57
peningkatan pengetahuan dibarengi dengan pemberian makanan dapat
meningkatkan kadar Hb WUS.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Batasan usia remaja menurut World Health Organization
(WHO) adalah usia 10–19 tahun, yang ditandai dengan perubahan fisik
dan mental. Remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal
kesehatan dikarenakan kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat
karena pertumbuhan dan datangnya menstruasi, sehingga pada remaja
putri sangat rentan sekali terjadi anemia (Sediaoetama, 2015).
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak
pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi
belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan
menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat,
kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak
tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2014).
Pada remaja putri, anemia disebabkan karena kurangnya asupan
zat besi melalui makanan, kehilangan zat besi basal, banyaknya zat besi
yang hilang pada saat menstruasi, penyakit malaria, dan infeksi-infeksi
lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia gizi besi. Rata-rata
darah yang keluar saat menstruasi 16-33,2 cc. Pada wanita yang lebih
tua maupun wanita dengan anemia defisiensi zat besi jumlah darah haid
58
yang dikeluarkan lebih banyak (Saifuddin, 2012). Beberapa faktor lain
penyebab anemia di kalangan remaja adalah konsumsi gizi yang tidak
memadai dan peningkatan kebutuhan akan zat besi serta kehilangan
darah secara kronis saat menstruasi.
Kehilangan darah saat menstruasi berarti mengeluarkan zat besi
yang ada dalam darah dan dapat menyebabkan terjadinya anemia. Pada
remaja putri yang sedang menstruasi, volume darah yang hilang selama
menstruasi berkisar antara 25-30 cc per bulan. Tingginya angka kejadian
anemia pada remaja putri dikarenakan masih banyaknya remaja putri
yang tidak terbiasa mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran dalam mengkonsumsi tablet Fe saat
menstruasi masih rendah (Gibney, 2014). Kesadaran konsumsi tablet Fe
saat menstruasi tidak lepas dari informasi dan pengetahuan, hal ini
dikarenakan pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumsi tablet Fe saat menstruasi (Suharto dkk, 2012).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012). Menurut Wawan & Dewi
(2014), beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja, yaitu
faktor Internal terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman. Faktor eksternal
terdiri dari lingkungan, sosial budaya, sumber informasi, ekonomi. Tingkat
pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
59
dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah yang menentukan
mudah tidaknya seseorang memahami manfaat manfaat tablet Fe.
Pengetahuan tentang manfaat manfaat tablet Fe yang baik dapat
mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga mencapai status
gizi yang baik. Penyuluhan tentang manfaat tablet Fe sangat penting
untuk menambah pengetahuan remaja sehingga perlu diberikan
penyuluhan agar dapat merubah perilakunya dalam mengkonsumsi tablet
Fe (Sediaoetama, 2014).
Remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang cenderung akan
mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya akan memiliki tindakan yang
akan membahayakan bagi dirinya sendiri. Remaja yang memiliki
pengetahuan kurang tentang manfaat tablet Fe akan memilikiperilaku
yang kurang tepat dalam pencegahan manfaat tablet Fe. Remaja yang
sudah mendapatkan pengetahuan tentang manfaat tablet Fe akan
memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta pandangan hidup yang positif
dan lebih optimis untuk melakukan tindakan pencegahan tentang manfaat
tablet Fe. Namun bagi remaja yang tidak memiliki pengetahuan yang
memadai bahkan kurang tentang manfaat tablet Fe akan mengalami
kesulitan dalam melakukan tindakan pencegahan manfaat tablet Fe.
Penyuluhan tentang manfaat tablet Fe masih belum dikenal di
kalangan masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya
sosialisasi dan penyampaian tentang manfaat tablet Fe. Metode
penyuluhan kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering
60
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi
yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audien.
Pemberian penyuluhan yang telah diberikan berarti sangat bermanfaat
meningkatkan pengetahuan seseorang, hendaknya seluruh siswa di
sekolah-sekolah diberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
mereka. Pengetahuan dapat diperoleh melalui bangku sekolah,
pengalaman-pengalaman. Pengetahuan berpengaruh terhadap sosialisasi
dimana seseorang bereaksi sesuai rancangan dan pengetahuan yang
didapatkan akan membantu seseorang dalam menerima sebuah inovasi.
Melihat adanya perbedaan yang signifikan pada hasil penelitian
bahwa pemberian perlakuan berupa penyuluhan dapat meningkatkan
pengetahuan siswa, sehingga dengan demikian diharapkan upaya
tersebut dapat mengurangi angka keladian manfaat tablet Fe khususnya
di Indonesia.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan remaja tentang manfaat tablet Fe sebelum diberikan
penyuluhan di SMK Tunas Husada Kendari sebagian besar dalam
kategori pengetahuan kurang sebanyak 26 orang (59,1%).
2. Pengetahuan remaja tentang manfaat tablet Fe setelah diberikan
penyuluhan di SMK Tunas Husada Kendari sebagian besar dalam
kategori pengetahuan baik sebanyak 44 orang (100%).
3. Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang manfaat tablet Fe
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di SMK Tunas
Husada Kendari (p=0,000).
B. Saran
1. Remaja diharapkan dapat lebih mencari informasi tentang manfaat
tablet Fe khususnya kepada petugas kesehatan agar diperoleh
informasi yang benar tentang manfaat tablet Fe.
2. Pihak sekolah sebaiknya bekerja sama dengan petugas kesehatan
untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi khususnya
hal-hal yang berhubungan dengan manfaat tablet Fe.
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan II. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Arisman, ( 2014). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, & Macro International Inc. (2013) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., (2015) Buku ajar
keperawatan maternitas. (Maria A. Wijayarini, Penerjemah) (Edisi 4). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Buku asli diterbitkan tahun 1995.
Chapman, L., & Durham, R., (2015) Maternal-newborn nursing: The critical
components of nursing care. Philadelphia: F.A. Davis Company. Dewi, Wawan, A., ( 2013) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Dinkes Sultra, (2013) Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari. Dinkes Kota Kendari, (2013) Profil Kesehatan Kota Kendari. Kendari. Dubey, A.P., Parakh, A., and Dublish, S., (2013) Current trends in the
management of beta thalassemia. Indian J Pediatr; 75 (7): 739-43. Hailu, M., Gebremariam, A., & Alemseged, F., (2014) Knowledge about
obstetric danger sign among pregnant women in aleta wondo district, Sidama Zone, Southern Ethiophia. Ethiophia Journal Health Science, 20(1), 25–32.
Hanifa, D.L. (2015) Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Gizi Seimbang Dengan Menggunakan Media Video Di Smp Negeri 2 Kartasura. Naskah Publikasi.
Isdiaty, F.N., Ungsianik, T., (2013) Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan
Dan Perilaku Perawatan Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.1, Maret 2013, hal 18-24 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
63
Kabakyenga, J.K., Ostergren, P.O., Turyakira, E., & Petterson, K.O. (2011) Knowledge of obstetric danger signs and birth preparedness practices among women in rural Uganda. Reproductive Health, 8 (33). doi:10.1186/1742-4755-8-33.
Kemenkes RI., (2015) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Lestrina, D. Nurhayati, I., Martony, O. (2015) Pengaruh Promosi
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Kadar Hemoglobin Pada Wanita Usia Subur Di Desa Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam. Wahana Inovasi. Volume 4 No.1.
Marmi. (2013) Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Notoatmodjo, S., (2012) Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. ____________ ( 2012) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Nursalam, ( 2013) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Pembe, A.B., Urassa, D.P., Carlstedt, A., Lindmark, G., Nyström,
L., & Darj, E., (2013) Rural Tanzanian women‟s awareness of danger signs of obstetric complications. BMC Pregnancy and Childbirth, 9 (12). doi: 10.1186/1471-2393-9-12.
Panthumas, S., Kittipichai, W., Pitikultang, S., & Chamroonsawasdi, K.,
(2012) Self-care behaviors among Thai primigravida teenagers. Global Journal of Health Science, 4 (3), 139–147.
Pillitteri, A., (2015) Maternal & child health nursing: Care of the
childbearing & childrearing family. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Rashad, W.A., & Essa, R.M., (2015) Women‟s Awareness of Danger Sign
of Obsetrics Complications. Journal of American Science. 6 (10), 1299–1306.
Saifuddin, A.B., (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo
64
Sulistyoningsih, H. (2012) Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suharto A, Subagyo, Supriasih. Hubungan antara ukuran LLA, kenaikan
BB selama kehamilan, dan kadar Hb dengan berat bayi lahir di wilayah kerja desa Gerih kec Gerih kab Ngawi. J kesehatan suara forikes; 3(2) : 103-11.
Sediaoetama, AD. (2014). Ilmu Gizi. Jilid I Cetakan Keempat. Jakarta:
Dian Rakyat. Wiknjosastro, H., (2012) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka. World Health Organization, (2013) Promoting Proper Feeding For Infants
and Young Children. Geneva: WHO.
65
HASIL ANALISIS
Statistics
PENGETAHUAN
_SEBELUM
PENGETAHUAN
_SESUDAH
N Valid 44 44
Missing 0 0
PENGETAHUAN_SEBELUM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
BAIK 3 6,8 6,8 6,8
CUKUP 15 34,1 34,1 40,9
KURANG 26 59,1 59,1 100,0
Total 44 100,0 100,0
PENGETAHUAN_SESUDAH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid BAIK 44 100,0 100,0 100,0
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 PENGETAHUANSEBELUMPENYULUHAN 8,000 44 1,8925 ,2853
PENGETAHUANSETELAHPENYULUHAN 13,295 44 1,1926 ,1798
66
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PENGETAHUANSEBELUMPENYULUHAN &
PENGETAHUANSETELAHPENYULUHAN
44 ,371 ,013
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
(2-
tailed)
Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
PENGETAHUANSEBEL
UMPENYULUHAN -
PENGETAHUANSETEL
AHPENYULUHAN
-5,2955 1,8246 ,2751 -5,8502 -4,7407 -19,251 43 ,000
2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Saudari responden
di SMK Tunas Husada Kendari
Nama saya Suria Mulia mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian yang bertujuan mengetahui pengetahuan remaja putri tentang manfaat
tablet Fe sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di SMK Tunas Husada
Kendari, yang mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan prodi D-IV Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan saudari untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi saudari dalam
penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak yang
membahayakan. Jika saudari bersedia, saya akan memberikan lembar
kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk diisi dengan
kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin kerahasiaan Jawaban dan
identitas saudari. Jawaban yang saudari berikan digunakan hanya untuk
kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya
disampaikan terima kasih.
Kendari, 2018
Responden Peneliti
…………….
3
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MANFAAT TABLET FE
SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN
DI SMK TUNAS HUSADA KENDARI
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini, serta
beri tanda silang (x) pada jawaban yang telah disediakan!
Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Kelas :
4. Alamat :
4
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)
PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Tablet Fe adalah suplemen yang
mengandung zat besi yang dibutuhkan
untuk membentuk sel darah merah
(Hemoglobin)
2. Fungsi zat besi adalah sebagai vitamin
3. Anak usia sekolah, ibu hamil/ menyusui,
remaja putri perlu mendapat tablet Fe
4. Akibat yang bisa ditimbulkan apabila tidak
mengkonsumsi tablet Fe adalah daya
tahan tubuh menurun
5. Yang harus diperhatikan pada saat
mengkonsumsi suplemen tablet Fe adalah
minum tablet Fe dengan air teh atau kopi
6. Tablet Fe sebaiknya diminum pada malam
hari
7. Saat menstruasi merupakan saat dimana
wanita kehilangan banyak darah
8. Tablet Fe diminum sebutir sehari
9. Vitamin K merupakan vitamin yang
membantu penyerapan zat besi
10. Efek samping saat mengkonsumsi tablet
Fe adalah mual
5
11 Mengkonsumsi tablet Fe secara teratur
dapat menyebabkan terjadinya anemia
12 Konsumsi tablet zat besi dapat
memperbaiki pembentukan haemoglobin
(Hb) dalam tubuh dalam waktu relatif
cepat
13 Mengkonsumsi tablet zat besi dalam
keadaan perut kosong
14 Kehilangan darah saat menstruasi sangat
baik untuk kesehatan
15 Selain mengkonsumsi tablet Fe, remaja
juga perlu mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi
6
MASTER TABEL
PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG MANFAAT TABLET FE
DI SMK TUNAS HUSADA KENDARI
NO NAMA UMUR KELAS
PENGETAHUAN SEBELUM PENYULUHAN
PENGETAHUAN SETELAH PENYULUHAN
PENYULUHAN
NILAI SKOR KATEGORI NILAI SKOR KATEGORI
1 Nn. D 15 X 7 47 KURANG 13 87 BAIK
2 Nn. Z 16 X 8 53 KURANG 13 87 BAIK
3 Nn. D 15 X 6 40 KURANG 12 80 BAIK
4 Nn. S 15 X 6 40 KURANG 13 87 BAIK
5 Nn. N 14 X 9 60 KURANG 14 93 BAIK
6 Nn. A 14 X 5 33 KURANG 13 87 BAIK
7 Nn. A 15 X 7 47 KURANG 14 93 BAIK
8 Nn. M 16 X 5 33 KURANG 15 100 BAIK
9 Nn. N 18 X 6 40 KURANG 15 100 BAIK
10 Nn. W 15 X 6 40 KURANG 12 80 BAIK
11 Nn. H 15 X 5 33 KURANG 12 80 BAIK
12 Nn. M 14 X 7 47 KURANG 12 80 BAIK
13 Nn. P 15 X 8 53 KURANG 12 80 BAIK
14 Nn. Y 14 X 5 33 KURANG 12 80 BAIK
15 Nn. S 14 X 5 33 KURANG 12 80 BAIK
16 Nn. F 15 XI 8 53 KURANG 13 87 BAIK
17 Nn. M 16 XI 9 60 CUKUP 13 87 BAIK
18 Nn. R 16 X 5 33 KURANG 14 93 BAIK
19 Nn. R 15 XI 7 47 KURANG 13 87 BAIK
20 Nn. M 15 XI 8 53 KURANG 14 93 BAIK
21 Nn. R 16 XI 9 60 CUKUP 13 87 BAIK
22 Nn. R 16 XI 10 67 CUKUP 13 87 BAIK
23 Nn. N 16 XI 10 67 CUKUP 14 93 BAIK
24 Nn. M 16 XI 9 60 CUKUP 13 87 BAIK
25 Nn. F 16 XI 8 53 KURANG 12 80 BAIK
26 Nn. C 16 XI 8 53 KURANG 13 87 BAIK
27 Nn. S 15 XI 9 60 CUKUP 14 93 BAIK
28 Nn. P 15 XI 7 47 KURANG 13 87 BAIK
29 Nn. E 16 XI 13 87 BAIK 15 100 BAIK
30 Nn. F 16 XI 7 47 KURANG 14 93 BAIK
31 Nn. K 16 XI 9 60 CUKUP 15 100 BAIK
7
32 Nn. M 15 XI 9 60 CUKUP 14 93 BAIK
33 Nn. F 16 XI 10 67 CUKUP 15 100 BAIK
34 Nn. M 16 XI 8 53 KURANG 13 87 BAIK
35 Nn. R 15 XI 8 53 KURANG 14 93 BAIK
36 Nn. F 16 XI 9 60 CUKUP 13 87 BAIK
37 Nn. P 15 XI 10 67 CUKUP 13 87 BAIK
38 Nn. N 16 XI 10 67 CUKUP 14 93 BAIK
39 Nn. S 15 XI 12 80 BAIK 15 100 BAIK
40 Nn. S 15 XI 9 60 CUKUP 12 80 BAIK
41 Nn V 16 XI 8 53 KURANG 12 80 BAIK
42 Nn. S 16 XI 9 60 CUKUP 15 100 BAIK
43 Nn. M 15 XI 10 67 CUKUP 15 100 BAIK
44 Nn. H 16 XI 12 80 BAIK 14 93 BAIK
8
9
10
11
12
DOKUMENTASI