pengguna amphetamine - rehabbaddoka.comrehabbaddoka.com/...therapy...pengguna_amphetamine.pdf ·...
TRANSCRIPT
Dr. Dany H. Ludong, Sp. KJ
Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar
PENGARUH THERAPY COMMUNITY
TERHADAP PERBAIKAN KEPRIBADIAN
PENGGUNA AMPHETAMINE
1
PENGARUH THERAPY
COMMUNITY TERHADAP
PERBAIKAN KEPRIBADIAN
PENGGUNA AMPHETAMINE
Oleh Dr. Dany H. Ludong, Sp. KJ
Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar Sulawesi Selatan
2
ABSTRAK
PENGARUH THERAPY COMMUNITY TERHADAP PERBAIKAN
CIRI KEPRIBADIAN PENGGUNA NARKOTIKA JENIS AMPHETAMINE
Oleh: dr. Dany H. Ludong, Sp. KJ
Narkotika merupakan bahan yang sangat berbahaya yang dapat
melumpuhkan daya pikir yang sehat serta dapat mempengaruhi susunan saraf pusat
yang sifatnya membius dan dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bagi
pemakainya.
Adiksi menurut PPDGJ III: “gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat addiktif (f10 – f19)”
The Millon Clinical Multiaksial Inventarisasi-III (MCMI-III) adalah alat
penilaian psikologis yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
psikopatologi, termasuk spesifik gangguan kejiwaan yang digariskan dalam DSM-
IV.
Pemahaman umum tentang kepribadian meliputi ciri kepribadian dan
gangguan kepribadian.
Tujuan penelitian untuk penggunaan klinis, membantu menegakkan
diagnosis, melihat jenis kepribadian pecandu dan merencanakan terapi dan
rehabilitasinya
Sebagaimana kita ketahui narkotika jenis amphetamin dapat mempengaruhi
psikologi pengguna yang menyebabkan terjadinya gangguan kepribadian pada
pengguna narkotika. Jenis-Jenis gangguan kepribadian tersebut dapat dideteksi oleh
alat psikometri MCMI–III.
Jenis penelitian adalah “Clinical Trial” dengan perlakuan TC yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui
sejauhmana manfaat TC pada pecandu narkotika jenis amphetamine.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa umumnya pecandu yang menggunakan
zat jenis amphetamine mengalami gangguan kepribadian.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri.
Narkotika merupakan bahan yang sangat berbahaya yang dapat melumpuhkan daya
pikir yang sehat serta dapat mempengaruhi susunan saraf pusat yang sifatnya
membius dan dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bagi pemakainya.
Orang yang telah mengkonsumsi narkotika akan masuk dalam suasana mental yang
buruk dan cenderung mengarah pada tindak kriminalitas.
Adiksi atau ketergantungan terhadap narkoba merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap
suatu zat adiktif. Adiksi dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
Edisi III (PPDGJ III) dimasukkan dalam kelompok Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat Adiktif, dengan kode F10 – F19 sesuai jenis zat yang
disalahgunakan. Adiksi narkoba adalah suatu masalah yang sangat kompleks,
sehingga perlu dipahami bagaimana karakteristik adiksi itu sendiri. Roger &
McMillins (1991) mengatakan bahwa adiksi dapat digolongkan sebagai suatu
“penyakit” dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Merupakan penyakit primer
Seringkali tidak diperlukan suatu kondisi awal khusus untuk dapat
menyebabkan seseorang menjadi penyalahguna.
2. Kronis
4
Penyakit adiksi ini merupakan kondisi yang berulangkali kambuh dan terus
menerus menerus menginggapi penyalahguna narkoba seumur hidupnya. Yang
mendorong dirinya untuk tidak terjerumus adalah dukungan dari lingkungannya
(terutama keluarga sebagai kelompok sosial inti), adaptasi sikap sesuai dalam
menghadapi masalah ini, dan komitmen pribadi yang lagi-lagi muncul selain
dari dalam diri penyalahguna, juga karena dukungan lingkungannya.
3. Progresif
Penyakit adiksi dengan kondisi fisik dan psikologis penderita semakin lama
akan mengarah pada keadaan yang memburuk.
4. Potential fatal
Bila tidak ditolong dapat mengakibatkan kematian atau mengalami komplikasi
medis, psikologis dan sosial yang serius.
Salah satu zat adiktif yang akhir-akhir ini cenderung meningkat
penyalahgunaannya di kalangan muda dan pekerja adalah amfetamin. Amfetamin
adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang bekerja menstimulasi atau
merangsang kerja sistem saraf pusat (SSP). Amfetamin atau Amphetamine atau
Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenil-isopropilamin, atau benzedrin, adalah obat
golongan stimulansia yang dengan resep dokter diindikasikan untuk pengobatan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention-deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak, narkolepsi,
dan sindrom kelelahan kronis. Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan
untuk mengurangi nafsu makan dan mengontrol berat badan. Merk dagang
Amfetamin di AS antara lain Adderall, dan Dexedrine. Sementara di Indonesia
dijual dalam kemasan injeksi dengan merk dagang generik.
5
Millon Clinical Multiaxial Inventory-III (MCMI-III) adalah alat penilaian
psikologis yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang psikopatologi,
termasuk gangguan kejiwaan spesifik yang digariskan dalam DSM-IV. MCMI-III
dikembangkan Theodore Millon, PhD, profesor pada Harvard Medical School
(Psychiatry) dan University of Miami (Psychology). Tes ini dipakai sangat luas di
dunia dan telah banyak digunakan dalam penelitian. Posisinya dibawah MMPI-2
dan Rorschach, dalam hal banyaknya jumlah penelitian.
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian
seseorang akan berpengaruh dan dipengaruhi oleh kecenderungan
menyalahgunakan zat. Pemahaman umum tentang kepribadian meliputi:
1. Ciri kepribadian: adalah seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap, dan
bersifat khas pada seseorang dalam caranya mengadakan hubungan, caranya
berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri.
2. Gangguan kepribadian: adalah kondisi patologik dari kepribadian yang sangat
tidak fleksibel dan sangat sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup
sehingga mengakibatkan gangguan fungsi yang bermakna atau penderitaan
subyektif.
Program rehabilitasi Therapy Community (dikenal dengan singkatan TC)
adalah salah satu bentuk pendekatan rehabilitasi adiksi narkotika yang telah
diterapkan di dunia sejak tahun 60-an. Di Indonesia, pendekatan TC mulai
diterapkan sejak pertengahan tahun 9-0an dan merupakan inisiatif masyarakat,
khususnya pecandu dan keluarganya. Salah satu upaya penanggulangan masalah
narkotika yang dilaksanakan Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah
6
meningkatkan mutu pelayanan terapi dan rehabilitasi (T & R) bagi penyalahguna
narkoba.
Penyalahguna amfetamin memiliki karakteristik demografis tertentu,
mayoritas kalangan muda dan pekerja. Pendekatan yang dilakukan untuk
penatalaksanaan adiksi amfetamin tentu perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Melalui penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana pengaruh
pendekatan terapi dengan metode TC dapat memperbaiki profil kepribadian
penyalahguna amfetamin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
“Apakah metode rehabilitasi Terapi Community (TC) yang khususnya digunakan
untuk pecandu jenis Opiat, juga efektif digunakan pada pecandu yang
mengkonsumsi narkotika jenis amphetamin”
C. Tujuan Penelitian
a. Penggunaan klinis
Memberikan informasi kepada dokter, psikolog, konselor, pekerja sosial,
dan perawat dalam membuat penilaian terhadap kondisi kepribadian dari pengguna
narkotika tersebut.
b. Membantu menegakkan diagnosis
c. Mengetahui gangguan kepribadian pengguna
Untuk melihat jenis-jenis gangguan kepribadian yang paling sering terdapat
pada pengguna narkotik jenis amphetamin.
7
d. Pelaksanaan terapi dan rehabilitasi
Melihat sejauh mana penerapan Terapi dan Rehabilitasi model Terapi
Community (TC) pada pengguna jenis amphetamin.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan informasi ilmiah tentang korelasi antara penggunaan narkotika
jenis amphetamin dengan timbulnya ciri kepribadian pada seorang pecandu.
2. Melihat sejauh mana keberhasilan Terapi dan Rehabilitasi jenis Terapi Comunity
pada pecandu narkotika jenis amphetamin.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut pada bidang
Terapi dan Rehabilitasi Narkotika.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NARKOTIKA
Adalah zat atau obat yang dimasukkan kedalam tubuh dapat merubah fungsi
dan struktur dari organ tubuh.
Penyalahangunaan Narkotika:
Pemakaian narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya diluar indikasi
medis dan petunjuk medis sehingga pengguna tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam masyarakat dan menunjukkan perilaku maladatif.
Ketergantungan Narkotika:
Penyalahgunaan zat yang ditandai oleh adanya toleransi dosis dan gejala
putus zat ( withdrawal symptom ).
Ciri – Ciri Narkotika Yang Membuat Kecanduan:
Toleransi yaitu keadaan dimana untuk memperoleh khasiat yang sama dari
suatu zat psoikoaktif makin lama diperlukan makin banyak.
Gejala Putus Zat (Withdrawal Syndrom):
Adalah gejala yang timbul bila seseorang yang telah ketergantungan zat
mengurangi jumlah atau menghentikan zat yang dipakai.
Intoksikasi:
Adalah perubahan mental perilaku akibat langsung dari penggunaan zat
psikoaktif.
Zat psikoaktif menurut cara kerja di otak ada lima golongan kerja dan
menurut UU nomer 22 tahun 1997 yaitu adalah :
9
1. Depresan: Zat yang memperlambat fungsi susunan syaraf pusat (ssp)
mengendorkan dan menenangkan dan membuat tidur.
2. Narkotika: Zat yang mempunyai sifat menghilangkan rasa sakit (powerfull
painkiller) analgesik (meringankan rasa sakit) dan biasanya menyebabkan
ngantuk.
3. Stimulan: Zat kimia yang mempercepat fungsi susunan syaraf pusat yang
mengakibatkan peningkatan gairah dan kewaspadaan .
4. Halusinogen: Zat yang menghasilkan perubahan bizzare dalam pandangan
(Visual), pendengaran (auditory) dan tectile percection, termasuk dissociatives
stages (merasa lepas dari tubuh).
5. Inhalansia: Cairan pelarut kimia yang mudah menguap yang mempunyai efek
apabila dihirup.
Jenis narkotika yang disalahgunakan:
Narkotika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).
dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)
Narkotika Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
10
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I:
- Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain.
- Ganja atau kanabis, marihuana, hashis.
- Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, dandaun koka.
Cara Pemakaian Narkotika:
Ada beberapa cara pemakaian obat bisa memberikan efek pada organ tubuh
yaitu :
- Oral: Zat yang dimasukkan kedalam mulut dan efek dari zat tersebut bereaksi
dalam tempo 20 – 30 menit.
- Inhalasi (drag): Zat yang dihisap melalui mulut akan langsung masuk ke paru-
paru dan zat tersebut akan bereaksi selama 4 – 7 detik.
- Intravena: Zat yang disuntikkan langsung ke pembuluh darah vena dimana
akan langsung masuk ke paru – paru, jantung dan otak. Efek zat akan bereaksi
selama 10 – 20 detik.
- Intranasal: Zat yang dihisap melalui hidung dan diabsorbsi didalam mukosa
rongga hidung melalui pembuluh darah kapiler. Efek zat tersebut akan bereaksi
1-3 menit.
- Instillation: Absorpsi zat langsung oleh kulit dimana akhirnya akan mencapai
pembuluh darah. Akan bereaksi 60 menit.
Otak Manusia
Kapasitas otak tidak terbayangkan luasnya. Dilihat dari kerumitan &
kekuatannya otak melebih. Memahami adiksi sebagai suatu disfungsi neurokemikal
mempunyai banyak serabut yang dinamakan dendrit dan axon. Sel saraf otak jika
diuntai maka akan panjang jingga 9500 km. Neuron berhubungan satu sama lain
sehingga seluruhnya terdapat 100 trilliun sambungan yang dinamakan sinaps.
11
Persarafan
Sistem saraf adalah sekumpulan serabut sel-sel saraf, atau neuron – neuron.
Sel-sel ini merupakan sel-sel dengan percabangan yang panjang ( serabut saraf )
yang dapat mengirimkan impuls saraf.
Sistem saraf pusat (SSP ) yang terdiri atas :
- Serebrum.
- Serebellum.
- Batang Otak.
- Medulla Spinalis.
Sistem Limbik
Narkotika akan menyerang ke otak semua cuma yang paling utama adalah di
bagian tengah atau sistem limbik adalah salah satu sistem untuk mengatur emosi,
sexual, daya ingat lalu baru ke perilaku. Sistem tersebut yang sangat berpengaruh
terhadap fungsi otak kita yang dimana sistem tersebut yang mengganggu sistem
saraf yang dapat menghasilkan sugesti. Dimana sistem tersebut yang masuk
kedalam reseptor yang bekerja sesuai perintah. Sedangkan zat psikoaktif tersebut
dapat membuat sistem reseptor selalu dalam keadaan yang kosong dan tidak dapat
diisi dengan zat lainnya. Jika zat psikoaktif tersebut sudah mempengaruhi reseptor
dan mempengaruhi neurotransmitter barulah dia akan keluar barulah dia akan keluar
dan mempengaruhi cara berfikir, emosi & perilaku orang tersebut.
Detoksifikasi
Proses detoksifikasi adalah suatu proses membuang racun atau proses
pengosongan reseptor sel saraf dari zat psikoaktif. Proses pengosongan tersebut
akan menimbulkan rasa sakit yang sangat kuat, tetapi jika proses pengosongan
12
tersebut telah selesai maka dalam reseptor akan timbul sugesti. Proses pengeluaran
racun atau lepas sakaw ( toksik ).
- Amphetamine 7-14 hari.
- Ganja 2-3 hari.
Cold turkey: detoksifikasi tanpa obat-obatan atau alamiah.
Terapi simtomatik: terapi berdasarkan gejala yang timbul.
Gradual withdrawal dosis: Dosis diturunkan secara bertahap dengan zat psikoaktif.
Terapi substitusi: Pengganti sebagian golongan obat-obatan dari narkotika.
Contoh: codein, metadon, suboxon
Rapid opiate detoxification: Pakai naltroxon, nalokson.
Obat Tradisional: Pakai obat-obat Cina.
Pengobatan Alternatif: Pergi ke Kyai.
B. ADIKSI
Pengertian Adiksi
Pada dasarnya ketagihan adalah proses alamiah yang terjadi yang
disebabkan karena pemakaian suatu zat yang masuk kedalam tubuh kita. Hanya saja
untuk kali ini kita membicarakan tentang ketergantungan dengan zat psikoaktif.
Neurotransmitter yang paling banyak dipelajari berkaitan dengan tindakan
zat psikoaktif jenis amfetamin dalam sistem saraf pusat adalah dopamin. Semua zat
adiktif muncul untuk meningkatkan neurotransmisi dopamin, termasuk
amphetamine dan methamphetamine. Penelitian telah menunjukkan bahwa
amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin dicelah sinaptik , sehingga
mempertinggi respon neuron pasca-sinaptik. Ini merupakan petunjuk khusus pada
respon terhadap zat hedonis serta kualitas adiktif zat.Mekanisme tertentu pada
13
amfetamin yang mempengaruhi konsentrasi dopamin telah dipelajari secara
ekstensif.
Namun, aktivitas amfetamin di seluruh otak tampaknya lebih spesifik;
reseptor tertentu yang merespon amfetamin dibeberapa daerah otak cenderung tidak
melakukannya di wilayah lain. Sebagai contoh, dopamin D2 reseptor di
Hipocampus, suatu daerah otak yang terkait dengan membentuk ingatan baru,
tampaknya tidak terpengaruh oleh kehadiran amfetamin.
Sistem saraf utama yang dipengaruhi oleh amfetamin sebagian besar terlibat
dalam sirkuit otak. Selain itu, neurotransmiter yang terlibat dalam jalur berbagai hal
penting di otak tampaknya menjadi target utama dari amfetamin. Salah satu
neurotransmiter tersebut adalah dopamin, sebuah pembawa pesan kimia sangat aktif
dalam mesolimbicdan mesocortical. Tidak mengherankan, anatomi komponen jalur
tersebut-termasuk striatum, nucleus accumbens, dan ventral striatumtelah
ditemukan untuk menjadi situs utama dari tindakan amfetamin. Fakta bahwa
amfetamin mempengaruhi aktivitas neurotransmitter khusus di daerah tersebut
terlibat dalam memberikan wawasan tentang konsekuensi perilaku zat, seperti
timbulnya stereotip euforia.
Zat psikoaktif dapat merubah suatu perasaan serta pusat syaraf pada sistem
otak manusia, dimana ini juga dengan sendirinya akan merubah secara keseluruhan
baik dari segi pemikiran, emosi serta tingkah laku manusia. Banyak orang untuk
pertama kalinya merasakan zat dapat merasakan kenikmatan yang dimana orang
tidak tahu bahwa zat tersebut mempunyai sifat ketergantungan yang sangat cepat
pada psikoaktif tersebut. Motivasi seseorang menggunakan psikoaktif dipengaruhi:
Dari dalam diri sendiri :
Agar dapat diterima dalam lingkungan.
14
Agar dapat suatu figure yang diidolakan.
Agar dapat suatu penghargaan pada lingkungannya.
Dari lingkungan :
Lingkungannya menggunakan zat tersebut.
Menjadikan suatu dorongan untuk melakukan hal tersebut.
Mendapatkan jaminan keamanan dari sekitar lingkungan.
Ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan sehingga terjadinya suatu
dorongan seseorang menggunakan zat psikoaktif tersebut. Hanya pada penilaian
terakhir saja dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa: seseorang menggunakan
zat psikoaktif karena orang tersebut yang memilih. Ini tercipta yang disebabkan
karena rasa ingin tahu dan coba-coba yang besar pada diri manusia.
Perubahan lingkungan:
Banyak perubahan yang berlaku dengan sendirinya pada kehidupan
keseharian manusia yang mempermudah orang menggunakan zat tersebut. Ini
disebabkan dengan perkembangan yang secara tidak langsung kita harus mengikuti
perubahan tersebut, dan perubahanya adalah sebagai berikut :
- Media
Dengan adanya system media yang berlaku saat ini menjadikan adanya rasa
tarikan serta dorongan seseorang menggunakan zat tersebut.
- Kehidupan yang sibuk
Ini merupakan perubahan yang sangat kuat pengaruhnya yang menjadi cara
hidup yang sulit berkomunikasi, diskusi antara sesama keluarga.
- Kemudahan mendapatkan zat psikoaktif
15
Dengan persaingan yang sangat kuat menjadikan setiap produk lebih mudah
didapat. Contoh : Bir, Heroin.
Dan banyak lagi perubahan sosial yang berlaku yang menjadikan sebuah
lingkungan kurang dapat berkomunikasi dengan baik.
Siklus Ketergantungan
Ketergantungan memiliki perputaran yang begitu cepat yang menjadikan
suatu tekanan dari segi fisik ( kesehatan ), cara berfikir, perasaan serta tingkah laku
seseorang pengguna zat sering berubah. Ini disebabkan karena :
1. Memiliki kenikmatan yang sebentar.
2. Mengakibatkan ketergantungan seumur hidup.
3. Mengakibatkan kebiasaan yang negatif ( manipulatif, mencuri ).
4. Yang disebabkan karena pemakaian dosis yang bertambah.
5. Menjadikan hidup yang tidak terkontrol.
6. Mengakibatkan kepada kehidupan keseluruhan (biologi, psikologi & sosial).
C. JENIS – JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN
Pola perilaku dan pengalaman batin yang bertahan/langgeng yang
menyimpang secara signifikan dari standar budaya seseorang, yang meresap dan
bersifat rigid, memiliki onset pada masa remaja atau awal masa dewasa, stabil dari
waktu ke waktu, menyebabkan ketidakbahagiaan dan gangguan, dan bermanifestasi
dalam setidaknya dua dari empat area yaitu kognisi, fungsi interpersonal, afektif,
kontrol impuls.
Klasifikasi Gangguan Kepribadian
Menurut DSM -5, dibagi dalam 3 cluster:
16
Cluster A:
Schizotipal: Kesulitan dalam membina hubungan, pola gaya hidup yang tidak
beraturan, distorsi persepsi dan kognitif, perilaku eksentrik
Schizoid: Keterlepasan/keterpisahan dari hubungan sosial (isolasi sosial), acuh
tak acuh, ekspresi emosi yang terbatas
Paraniod: Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang tidak berdasar
Cluster B
Antisosial: Tidak peduli dan pelanggaran kebenaran dan hak orang lain,
manipulasi, kebohongan, impulsif, iritabel, agresif, sembrono, tidak
bertanggungjawab, kurang rasa penyesalan
Borderline: Ketidak stabilan dalam hubungan interpersonal, citra diri dan
emosi, emosi yang selalu bergejolak, impulsif
Histrionik: Dramatik, emosional dan perilaku mencari perhatian yang
berlebihan, seduktif, perlaku provokatif , ekspresi emosi yang dangkal
Narsisistik: Grandiositi (fantasi atau perilaku), ego yang meningkat, kebutuhan
akan rasa dikagumi, merasa dirinya “spesial”, kurang empaty.
Cluster C
Avoidant: Pemalu, inhibisi sosial, perasaan ketidakmampuan, hipersensitif
terhadap penilaian negatif/penolakan
Dependent: Kebutuhan yang berlebihan akan dukungan/bantuan orang lain,
penurut/submisif, takut akan perpisahan
Obsesif Kompulsif: Preokupasi pada details, peraturan, daftar, urutan, susunan,
jadwal,tertib, perfeksionisme, sangat teliti, berhati-hati dan kaku terhadap moral,
etik, dan nilai-nilai (yg tidak tercatat dalam budaya atau agama), tidak bisa
mendelegasikan tugas
17
Gambaran Klinis
1. Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan kepada
orang lain dan kecurigaan berlebih bahwa orang di sekitarnya memiliki motif jahat.
Orang dengan kelainan ini cenderung memiliki kepercayaan yang berlebihan pada
pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri dan biasanya menghindari hubungan
dekat. Mereka mencari makna tersembunyi dalam segala sesuatu dan membaca niat
bermusuhan ke dalam tindakanorang lain. Mereka suka mengetest kesetiaan teman
dan orang-orang terkasih dan sering tampak dingin dan menjauh. Mereka biasanya
suka menyalahkan orang lain dan cenderung membawa dendam lama.
Gejala Paranoid Personality Disorder:
• Enggan untuk memaafkan karena dianggap penghinaan
• Sensitivitas yang berlebihan
• Susah percaya kepada orang lain dan kemandirian berlebihan
• Cenderung suka menyalahkan ke orang lain
• Selalu melakukan mengantisipasi terhadap pengkhianatan
• Agresif dan gigih untuk hak-hak pribadi
• Curigaan parah
2. Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan
dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants,
schizoids benar-benar lebih suka menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan
popularitas. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak
sosial. keterampilan sosial mereka lemah dan mereka tidak menunjukkan perlunya
perhatian atau penerimaan. Mereka dianggap tidak punya selera humor dan jauh dan
sering disebut sebagai “penyendiri.”
18
Gejala Schizoid Personality Disorder:
• Lemahnya kemampuan interpersonal
• Kesulitan mengekspresikan kemarahan, bahkan ketika diprovokasi
• “penyendiri” mentalitas; menghindari situasi sosial
• Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain
• Rendah gairah seksual
• Tidak responsif pada pujian atau kritik
3. Schizotypal
Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal mewakili
skizofrenia ringan. Gangguan ini ditandai oleh bentuk-bentuk berpikir dan
memahami dengan cara yang aneh, dan individu dengan gangguan ini sering
mencari isolasi dariorang lain . Mereka kadang-kadang percaya untuk memiliki
kemampuan indra yang ekstra atau kegiatan yang tidak berhubungan berhubungan
dengan mereka dalam beberapa cara penting. Mereka umumnya berperilaku
eksentrik dan sulit berkonsentrasi untuk waktu yang lama. pidato mereka sering
lebih rumit dan sulit untuk diikuti.
Gejala Personality Disorder Schizotypal :
• Aneh atau tingkah laku atau penampilan eksentrik
• Bertakhyul atau sibuk dengan fenomena paranormal
• Sulit untuk mengikuti pola bicara
• Perasaan cemas dalam situasi sosial
• Kecurigaan dan paranoia
• Suka berpikir menganai kepercayaan aneh atau magis
• Nampak pemalu, suka menyendiri, atau menarik diri dari orang lain
19
4. Antisocial
Banyak yang salah paham bahwa gangguan kepribadian antisosial mengacu
pada orang yang memiliki keterampilan sosial yang buruk. Sebaliknya, gangguan
kepribadian antisosial ditandai oleh kurangnya hati nurani. Orang dengan gangguan
ini rentan terhadap perilaku kriminal, percaya bahwa korban-korban mereka lemah
dan pantas dimanfaatkan. Antisocials cenderung suka berbohong dan mencuri.
Sering kali, mereka tidak hati-hati dengan uang dan mengambil tindakan tanpa
berpikir tentang konsekuensinya. Mereka sering agresif dan jauh lebih peduli
dengan kebutuhan mereka sendiri daripada kebutuhanorang lain.
Gejala Gangguan Kepribadian antisosial:
• mengabaikan untuk perasaan orang lain
• impulsif dan tidak bertanggung jawab pengambilan keputusan
• Kurangnya rasa penyesalan karena merugikan orang lain
• Berbohong, mencuri, perilaku kriminal lainnya
• mengabaikan untuk keselamatan diri dan orang lain
5. Borderline
Borderline personality disorder ditandai oleh ketidakstabilan suasana hati
dan miskin citra diri. Orang dengan gangguan ini rentan terhadap perubahan
suasana hati dan kemarahan yang konstan. Sering kali, mereka akan melampiaskan
kemarahan pada diri mereka sendiri, mencederai tubuh mereka sendiri, ancaman
bunuh diri dan tindakan yang tidak biasa. Batasan berpikir secara hitam dan putih
sangat kuat, hubungan yang sarat dengan konflik. Mereka cepat marah ketika
harapan mereka tidak terpenuhi.
Gejala Borderline Personality Disorder:
• Menyakiti diri sendiri atau mencoba bunuh diri
20
• Perasaan yang kuat untuk marah, cemas, atau depresi yang berlangsung selama
beberapa jam
• Perilaku impulsif
• Penyalahgunaan obat atau alkohol
• Perasaan rendah harga diri
• Tidak stabil hubungan dengan teman, keluarga, dan pacar
6. Histrionic
Orang dengan gangguan kepribadian Histrionicadalah pencari perhatian
konstan. Mereka perlu menjadi pusat perhatian setiap waktu, sering
menggangguorang lain untuk mendominasi pembicaraan. Mereka menggunakan
bahasa muluk-muluk untuk menggambarkan kejadian sehari-hari dan mencari
pujian konstan. Mereka suka berpakaian ”yang memancing” atau melebih-lebihkan
kelemahannya untuk mendapatkan perhatian. Mereka juga cenderung membesar-
besarkan persahabatan dan hubungan, percaya bahwa setiaporang menyukai mereka.
Mereka sering manipulatif.
Gejala Personality Disorder Histrionic:
• Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian.
• Berpakaian atau melakukan tindakan-tindakan provokatif.
• Emosinya dapat berubah dengan cepat.
• Melebih-lebihkan persahabatan.
• Terlalu-dramatis , terkadang sangat ”lebay”.
• Mudah dipengaruhi, gampang dibujuk.
7. Narcissistic
Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh keterpusatan diri. Seperti
gangguan Histrionic, orang-orang dengan gangguan ini senang mencari perhatian
21
dan pujian. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka, mengharapkan orang lain
untuk mengakui mereka sebagai superior. Mereka cenderung teman, karena mereka
percaya bahwa tidak sembarang orang yang layak menjadi teman mereka. Narsisis
cenderung membuat kesan pertama yang baik, namun mengalami kesulitan menjaga
hubungan jangka panjang. Mereka umumnya tidak tertarik pada perasaanorang lain
dan dapat mengambil keuntungan dari mereka.
Gejala narsisistik Personality Disorder:
• Membutuhkan pujian dan kekaguman berlebihan
• Mengambil keuntungan dari orang lain
• Merasa diri penting
• Kurangnya empati
• Berbohong, diri dan orang lain
• Terobsesi dengan fantasi ketenaran, kekuasaan, atau kecantikan
8. Avoidant
Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kegelisahan sosial yang
ekstrim. Orang dengan gangguan ini sering merasa ”tidak cukup”, menghindari
situasi sosial, dan mencari pekerjaan dengan sedikit kontak denganorang lain.
Avoidant takut ditolak dan khawatir jika mereka memalukan diri mereka sendiri di
depan orang lain. Mereka membesar-besarkan potensi kesulitan pada situasi baru
untuk membuat orang berpikir agar menghindari situasi itu. Sering kali, mereka
akan menciptakan dunia fantasi untuk pengganti yang asli. Tidak seperti gangguan
kepribadian skizofrenia, avoidant merindukan hubungan sosial, tetapi belum merasa
merekabisa mendapatkannya. Mereka sering mengalami depresi dan memiliki
kepercayaan diri yang rendah.
Gejala Personality Disorder Avoidant :
22
• Keengganan dalam relasi sosial; mundur dari orang lain dalam mengantisipasi
penolakan
• Terobsesi denga tolakan atau kritikan dalam situasi sosial
• Takut dianggap memalukan, sehingga menghindari kegiatan baru
• Miskin citra diri; perasaan tidak puas dalam kehidupan sosial
• Keinginan untuk meningkatkan hubungan sosial
• Nampak sibuk sendiri dan tidak ramah
• Menciptakan kehidupan fantasi rumit
9. Dependent
Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga. Orang
dengan kelainan ini cenderung bergantung pada orang dan merasa takut kehilangan
mereka. Mereka mungkin menjadi bunuh diri ketika berpisah dengan orang yang
dicintai. Mereka cenderung untuk membiarkan orang lain mengambil keputusan
penting bagi mereka dan sering melompat dari hubungan satuke hubungan yang
lainnya. mereka sering bertahan dalam suatu hubungan, walaupun sering dikasari
atau disakiti. kepekaan berlebih terhadap penolakan umum. Mereka sering merasa
tak berdaya dan tertekan.
Gejala Gangguan Kepribadian Dependent:
• Kesulitan membuat keputusan
• Perasaan tidak berdaya saat sendirian
• Berpikir ingin bunuh diri jika ditalak
• Pasrah
• Merasa terpuruk jika dikritik atau ketika tisak disetujui idenya
• Tidak dapat memenuhi tuntutan hidup sehari hari
23
10. Obsessive Compulsive
Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip dengan
kecemasan obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat berbeda. Orang dengan
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif terlalu fokus pada keteraturan dan
kesempurnaan. Mereka harus melakukan segalanya “benar” sering mengganggu
produktivitas mereka. Mereka cenderung untuk terjebak dalam halhal yang detil,
namun kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka menetapkan standar yang
tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka sendiri dan orang lain, dan cenderung
sangat kritis terhadap orang lain ketika mereka tidak hidup sampai saat ini standar
yang tinggi. Mereka menghindari bekerja dalam tim, percaya orang lain terlalu
ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat keputusan karena
mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati dengan waktu atau uang.
Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan emosi.
Gejala Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif:
• mencari kesempurnaan dan disiplin yang berlebihan
• suka dengan ketertiban
• kaku
• Kurang murah hati
• terlalu fokus pada detail dan aturan
• suka bekerja keras untuk bekerja, kadang berlebihan
D. MILLON CLINICAL MULTIAKSIAL INVENTARISASI (MCMI-III)
Menurut Theodore Millon, Ph.D., D. Sc, ini Evolusioner Teori kepribadian
dan psikopatologi, yang Millon singkat Clinical multiaksial Inventarisasi-III
(MCMI-III) instrumen memberikan ukuran 24 gangguan kepribadian dan sindrom
24
klinis untuk orang dewasa yang menjalani penilaian atau pengobatan psikologis
atau kejiwaan. Khusus dirancang untuk membantu menilai gangguan baik Axis I
dan Axis II, tes psikologi ini membantu dokter dalam diagnosis psikiatri,
mengembangkan pendekatan pengobatan yang memperhitungkan gaya pasien
kepribadian dan perilaku coping dan keputusan pengobatan membimbing
berdasarkan pola kepribadian pasien.
The MCMI-III terdiri dari 175 pertanyaan benar-salah dan biasanya
membutuhkan waktu rata-rata orang kurang dari 30 menit untuk menyelesaikan.
Setelah tes ini dicetak, menghasilkan 29 skala - 24 kepribadian dan skala klinis, dan
5 skala yang digunakan untuk memverifikasi bagaimana seseorang mendekati dan
mengambil tes.
The Millon Inventarisasi Clinical multiaksial, 3rd edition (MCMI-III)
merupakan update dari MCMI-II yang mewakili penelitian yang sedang
berlangsung, perkembangan konseptual, dan perubahan dalam DSM-IV. Ini adalah
standar, laporan diri kuesioner menilai berbagai informasi yang berhubungan
dengan kepribadian, emosionalitas, dan uji-taking sikap. Perubahan pada MCMI-II
meliputi penambahan skala Depressive dan PTSD.
The Millon sering diberikan dalam pengaturan klinis ketika pertanyaan
muncul tentang diagnosis spesifik seseorang mungkin memiliki, atau ciri-ciri
kepribadian atau karakteristik bahwa orang yang memiliki yang mungkin
berdampak kemampuan mereka untuk secara efektif menghadapi kehidupan atau
masalah kesehatan mental. Hal ini dapat dengan mudah menerangi ciri-ciri
kepribadian dan gaya kepribadian jauh lebih cepat dan efektif daripada wawancara
klinis untuk kebanyakan dokter.
25
Manfaat dari The MCMI-III
The MCMI-III dibedakan dari tes kepribadian lain terutama oleh kurangnya
pemahaman teoritisnya, format multiaksial, konstruksi tripartit dan validasi skema,
penggunaan skor tingkat dasar, dan kedalaman interpretatif. Hal ini merujuk ke teori
Millon tentang kepribadian dan terkoordinasi untuk Manual Diagnostik dan Statistik
Gangguan Mental (DSM-IV) gangguan kepribadian dan diagnosis klinis utama
lainnya.
Sebuah bagian dari MCMI-III didasarkan pada teori Millon tentang
kepribadian, seperti yang digambarkan dalam 15 gaya kepribadian berikut dan
subtipe:
• Menarik diri / skizoid
• Shy / Avoidant
• Pesimis / Melancholic
• Koperasi / Dependent
• Riang / hypomanic
• Sociable / histerik
• Confident / Narcissistic
• Tidak sesuai / antisosial
• Tegas / sadis
• Teliti / Kompulsif
• Skeptis / Negativistic
• Dirugikan / masokis
• Eksentrik / Schizotypal
• Berubah-ubah / Borderline
• Mencurigakan / Paranoid
26
Operasional Test Millon
Ada 90 item baru dan 85 yang tetap sama menjaga 175 total item dari
MCMI-II. Sebagian besar perubahan harus dilakukan dengan tingkat keparahan
gejala untuk meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi patologi. Tes terdiri dari
14 skala gangguan kepribadian dan 10 skala sindrom klinis, masing-masing yang
membantu untuk menentukan apakah seseorang mungkin memiliki gangguan
kepribadian, atau gangguan mental seperti depresi atau kecemasan.
Tes ini dipecah menjadi skala berikut:
▪ Moderat: Personality Disorder
1. skizoid
2A. Penghindar
2B. Depressive
3. Dependent
4. histerik
5. Narcissistic
6A. Antisosial
6B. Agresif (sadis)
7. Kompulsif
8A. Pasif-agresif (Negativistic)
8B. Yg merusak diri
▪ Parah: Kepribadian Patologi
S. Schizotypal
C. Borderline
P. Paranoid
▪ Moderat: Sindrom klinis
27
A. Kecemasan
H. Somatoform
N. Bipolar: Manic
D. Dysthymia
B. Alkohol Ketergantungan
T. Drug Dependence
R. Post-Traumatic Stress Disorder
Syndrome parah
SS. Proses Pikir Disorder
CC. Depresi Mayor
PP. Gangguan delusi
Ada juga lima skala yang digunakan untuk membantu mendeteksi tanggapan
ceroboh, bingung atau acak pada tes. Ada tiga "Memodifikasi Indeks" yang
memodifikasi nilai Tingkat Basis seseorang berdasarkan bidang-bidang berikut:
Pengungkapan (X), keinginan (Y), kehinaan (Z), dan dua indikator respon acak -
Validitas (V) dan Inkonsistensi (W) .
Tes ini singkat dibandingkan dengan tes kepribadian lainnya dan memiliki
dasar teori yang kuat. Beberapa psikolog lebih memilih untuk memberikan karena
administrasi dan scoring sederhana, dan memiliki format multi-aksial. Hal ini lebih
pendek dari tes kepribadian lainnya, seperti MMPI-2 yang memiliki 567 benar /
pertanyaan palsu. Hal ini dapat diberikan dan mencetak gol pada komputer di kantor
psikolog.
Untuk skala klinis dan kepribadian utama, skor Base Rate dihitung dari
bagaimana seseorang merespon pertanyaan pada tes. Skor dari 75-84 diambil untuk
menunjukkan ciri kepribadian yang signifikan atau masalah kesehatan mental. Skor
28
85 dan lebih tinggi menunjukkan gigih, klinis perhatian atau kepribadian gangguan
yang signifikan.
The psikometri dari MCMI-III baik dan itu dianggap sebagai tes psikologi
yang handal dan valid. The MCMI-III bernorma dengan pasien kejiwaan dan
menggunakan skor tertimbang baru, Rate Basis Score (BRS) yang
memperhitungkan prevalensi gangguan tertentu dalam populasi kejiwaan. Skor data
dan transformasi normatif didasarkan sepenuhnya pada sampel klinis dan berlaku
hanya untuk individu yang bukti gejala emosional dan interpersonal bermasalah
atau yang sedang menjalani psikoterapi profesional atau evaluasi psikodiagnostik.
Organisasi dikonfirmasi dengan analisis faktor dan korelasi dilakukan dengan tes
pihak ketiga lanjut mengkonfirmasi keabsahan timbangan. Internal konsistensi dan
alpha koefisien untuk tes, serta keandalan tes-tes ulang, semua baik.
E. THERAPEUTIC COMMUNITY (TC)
Rehabilitasi TC: Adalah suatu proses pemulihan klien gangguan penggunaan
narkotika baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang yang bertujuan
mengubah perilaku untuk mengembalikan fungsi individu tersebut di masyarakat.
Rehabilitasi jenis TC mulanya digunakan bagi pecandu jenis opiat, namun
sekarang digunakan bukan hanya untuk pecandu jenis opiat, tetapi untuk semua
jenis narkotika bagi pecandu yang direhabilitasi di Institusi Pemerintah Badan
Narkotika Nasional termasuk Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar.
Standar Rehabilitasi TC: Adalah buku acuan yang mengatur bagaimana sebuah
layanan rehabilitasi dengan pendekatan TC diselenggarakan, termasuk indikator
minimal penyelenggaraan dan kompetensi petugas yang dibutuhkan
Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan TC:
29
Pengertian TC adalah sebuah kelompok yang terdiri dari individu dengan masalah
yang sama, tinggal di tempat yang sama, memiliki seperangkat peraturan, filosofi,
norma dan nilai, serta kultural yang disetujui, dipahami dan dianut bersama.
Kesemuanya dijalankan demi pemulihan diri masing-masing.
Tujuan TC: Agar klien dapat mengolah subkultur yang dianut pengguna ke arah
kultur masyarakat luas (mainstream society), menuju kehidupan yang sehat dan
produktif, meskipun pengguna sendiri mempunyai beberapa nilai untuk
mempertahankan pemulihannya.
Cardinal Rules; No Drugs, No Sex, and No Violence
Filosofi TC:Program TC berlandaskan pada filosofi dan slogan-slogan tertentu,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Filosofi TC tertulis: “Saya berada di sini karena tiada lagi tempat berlindung, baik
dari diri sendiri, hingga saya melihat diri saya di mata dan hati insan yang lain. Saya
masih berlari, sehingga saya masih belum sanggup merasakan kepedihan dan
menceritakan segala rahasia diri saya ini, saya tidak dapat mengenal diri saya
sendiri dan yang lain, saya akan senantiasa sendiri. Dimana lagi kalau bukan di sini,
dapatkah saya melihat cermin diri sendiri? Bukan kebesaran semu dalam mimpi
atau si kerdil di dalam ketakutannya, tetapi seorang insan, bagian dari masyarakat
yang penuh kepedulian. Di sini saya dapat tumbuh dan berakar, bukan lagi
seseorang seperti dalam kematian tetapi dalam kehidupan yang nyata dan berharga
baik untuk diri sendiri maupun orang lain.”
Filosofi tidak tertulis:
Honesty (kejujuran) Adalah nilai hakiki yang harus dijalankan para residen, setelah
sekian lama mereka hidup dalam kebohongan.
30
No free lunch (di dunia ini tidak ada yang gratis) Tidak ada sesuatupun di dunia ini
yang didapatkan tanpa usaha terlebih dahulu.
Trust your environment (percaya pada lingkunganmu) Percaya pada lingkungan
rehabilitasi dan yakin bahwa lingkungan ini mampu membawa klien pada
kehidupan yang positif.
Understand is rather than to be Understood (pahami lebih dulu orang lain sebelum
kita minta dipahami)
Blind faith (keyakinan total pada lingkungan)
To be aware is to be alive (waspada adalah inti kehidupan)
Do your things right, everything else will follow (pekerjaan yang dilakukan dengan
benar-benar akan memberikan hasil yang positif)
Be careful what ask to you, you might just get it (mulutmu harimaumu)
You can’t keep it unless you give it away (sebarkanlah ilmumu pada banyak orang)
What goes around, comes around (perbuatan baik akan berbuah baik)
Compensation is valid (selalu ada ganjaran bagi perilaku yang kita buat)
Act as if (bertindak sebagaimana mestinya)
Personal growth before vested status (kembangkanlah dirimu seoptimal mungkin)
Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan Agama
Ada berbagai macam pusat rehabilitasi dengan pendekatan agama, misalnya
Pondok Pesantren Suryalaya dan Pondok Pesantren Inaba di Jawa Barat dengan
pendekatan nilai- nilai agama Islam dimana kegiatan utamanya adalah berdzikir.
Beda halnya di Thailand dimana para biksu Budha merawat klien yang
mengalami ketergantungan opioida di kuil, antara lain kuil Budha Tan Kraborg. Di
dalam kuil, setiap pagi klien diberi ramuan daun yang menyebabkan klien muntah
dan sore harinya mendapat pelajaran agama Budha dalam lima hari pertama.
31
Setelah lima hari tidak ada lagi kegiatan terstruktur dan klien diberi kesempatan
untuk memulihkan kesehatannya dari kelelahan. Para pendeta ini juga telah dilatih
dalam memberi konseling kepada klien.
Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan Narcotic Anonymus
Narcotic Anonymus adalah suatu program recovery yang dijalankan seorang
pecandu berdasarkan prinsip 12 langkah. Langkah-langkah ini harus dijalankan
lebih dari satu kali. Setelah selesai mengerjakan seluruh langkah yang ada, seorang
pecandu harus menjalankan kembali langkah pertama. Karena banyak hal baru yang
terjadi dan timbul sehingga seorang pecandu harus menjalankan recorvery-nya
seumur hidup.
Twelve (12) Steps Narcotic Anonymus, adalah:
1. Kami mengakui bahwa kami tidak punya kekuatan untuk mengatasi kebiasaan
menggunakan alkohol sehingga hidup kami menjadi tidak terkendali.
2. Kami berkesimpulan bahwa suatu kekuatan yang lebih besar dari diri kami
sendiri dapat memulihkan kami kepada hidup yang lebih sehat.
3. Kami memutuskan untuk memalingkan kemauan dan hidup kami di bawah
bimbingan Tuhan, sebagaimana kami memahaminya.
4. Mencari dan tidak takut akan menemukan moral kami sendiri.
5. Mengakui kepada Tuhan, kepada diri kami sendiri dan kepada orang lain,
kesalahan- kesalahan kami yang bersifat alamiah.
6. Siap secara bulat menerima Tuhan yang akan mengubah semua cacat watak.
7. Dengan rendah hati memohon kepada-Nya untuk menghilangkan kekurangan
kami.
8. Membuat daftar-daftar orang yang telah kami rugikan, dan ingin berubah
terhadap mereka.
32
9. Berubah secara langsung kepada orang tersebut dimana mungkin, kecuali bila
dengan berbuat demikian akan mencederai mereka atau orang lain.
10. Terus menemukan diri kami sendiri dan bila terdapat kesalahan, segera
mengakuinya.
11. Melalui doa dan meditasi meningkatkan hubungan secara sadar dengan Tuhan,
sebagaimana kami memahami-Nya, berdoa hanya untuk mengetahui akan
kehendak- Nya atas diri kami dan kekuatan melaksanakannya.
12. Dengan memiliki kesadaran spiritual sebagai hasil dari langkah ini, kami akan
mencoba untuk menyampaikan kabar ini kepada pecandu alkohol, dan
menerapkan prinsip ini dalam semua kehidupan kami.
Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan Terpadu
Suatu pelayanan rehabilitasi dengan memadukan konsep dari berbagai
pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga dapat memfasilitasi korban
narkotika dalam mengatasi masalahnya dari aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual.
Tahapan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahguna narkotika dilaksanakan sesuai Standar Minimal dan Pedoman
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN,
meliputi:
Pendekatan awal
Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi
program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi lain guna memperoleh
dukungan dan data awal calon klien residen dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
33
Penerimaan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah
diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(i) Pengurusan administrasi surat-menyurat yang diperlukan untuk persyaratan
msuk panti (seperti surat keterangan medical check up, test urine negatif, dan
sebagainya),
(ii) Pengisisan formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan menjadi residen,
(iii) Pencatatan residen dalam buku registrasi
Assessment
Assessment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah
untuk mengetahui seluruh permasalahan residen, menetapkan rencana dan
pelaksanaan intervensi. Kegiatan assessment meliputi:
(i) Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan residen
(ii) Melaksanakan diagnosa permasalahan
(iii) Menentukan langkah-langkah rehabilitasi
(iv) Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan
(v) Menempatkan residen dalam proses rehabilitasi
Bimbingan fisik, kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik
residen, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris-berbaris, dan
olahraga.
Bimbingan mental dan sosial, meliputi bidang keagamaan / spiritual, budi
pekerti individual dan sosial / kelompok dan motivasi residen (psikologis).
Bimbingan orang tua dan keluarga, dimksudkan agar orang tua / keluarga
dapat menerima keadaan residen, memberi dukungan, dan menerima residen
kembali di rumah pada saat rehabilitasi telah selesai.
34
Bimbingan keterampilan, berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha
(survival skill), sesuai dengan kebutuhan residen.
Resosialisasi / reintegrasi
Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang
diarahkan untuk menyiapkan kondisi residen yang akan kembali kepada keluarga
dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi:
(i) Pendekatan kepada residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga
dan masyarakat tempat tinggalnya,
(ii) Menghubungi dan memotivasi keluarga residen serta lingkungan masyarakat
untuk menerima kembali residen,
(iii) Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah
Penyaluran dan bimbingan lanjut (aftercare)
Dalam penyaluran dilakukan pemulangan residen kepada orang tua / wali,
disalurkan ke sekolah maupun instansi / perusahaan dalam rangka penempatan kerja.
Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh /
relapse dengan kegiatan konseling, kelompok, dan sebagainya.
Terminasi
Kegiatan ini berupa pengakhiran / pemutusan program pelayanan dan
rehabilitasi bagi residen yang telah mencapai target program (clean and sober).
Berdasarkan KEPMENKES No.996/MENKES/SK/VIII/2002, komponen
kegiatan yang ada pada rehabilitasi narkotika meliputi:
Memperbaiki gizi dengan makanan yang bermutu dalam jumlah memadai.
Memulihkan kebugaran jasmani dengan senam dan olahraga.
Melatih penyalahguna NAPZA mengatasi ketegangan otot dan mental bila
mengatasi stress melalui terapi relaksasi.
35
Meningkatkan konsep diri melalui psikoterapi kognitif behavioral.
Membangkitkan kembali kepercayaan diri dan sikap optimis melalui psikoterapi
suportif.
Meningkatkan sikap tegas untuk mampu menolak segala macam bujukan atau
ajakan yang bersifat negatif melalui psikoterapi asertif.
Meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal melalui dinamika
kelompok, konseling.
Memperbaiki disfungsi keluarga melalui terapi keluarga.
Melakukan konseling keluarga bagi semua anggota keluarga agar dapat
mendukung proses pemulihan.
Melatih tanggung jawab melalui kegiatan sehari-hari.
Mempelajari suatu keterampilan sesuai minat.
Mengikutkan penyalahguna NAPZA dalam pekerjaan sehari-hari.
Pembinaan spiritual dan agama sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-
masing.
Mewaspadai komplikasi medik.
Memahami kemungkinan dual diagnosis (gangguan mental lain).
Rekreasi di dalam maupun di luar sarana rehabilitasi.
Kegiatan lain yang disesuaikan dengan metode yang digunakan.
36
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Narkotika
Pecandu
MCMI - III
GangguanKepribadian
Terapi Community (TC)
Recovery
Otak
Neurotransmitter DOPAMIN
GangguanPsikologis
Amphetamine
MCMI - III
37
B. Kerangka Konsep
Adiksi
Narkotika
MCMI - III
GangguanKepribadian Normal
TerapiComunity TerapiComunity
Recovery
38
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
- Terdapat korelasi antara penggunaan narkotika jenis amphetamin
dengan gangguan kepribadian.
- Gangguan kepribadian pada pecandu jenis narkotika golongan
amphetamin dapat dipulihkan dengan terapi dan rehabilitasi model TC.
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian Clinical Trialadalah suatumetodepenelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui sejauh mana manfaat TC
padapecandunarkotikajenis amphetamine.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, jalan Batara
Bira VI, Nomor 35, Kelurahan Pai, Kecamatan Birringkanaya, kota Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari tanggal 1
September 2015 sampai 30 November 2015
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna Narkotika jenis
amphetamine, di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Tahun 2015.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan obyek
penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengguna amphetamine
yang berada di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Tahun 2015
40
Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling yaitu suatu
cara pengambilan sampel nonprobability, dimanapeneliti mengambil semua sampel
yang memenuhi kriteria penelitian hingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
E.Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus :
(Zα + Zβ) S 2
n1 = n2 = 2
X1 - X2
Zα : 1,282 S : 10
Zβ : 1,282 X1 - X2 : 10
(1,282 + 1,282) 10 2
n1 = n2 = 2 = 13,107 (dibulatkan 13)
10
Dari rumus di atas, maka besar sampel yang yang diperlukan minimal berjumlah
13 orang.
F. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
o Pengguna berumur 17 s/d 40 tahun
o Narkotika yang digunakan, jenis amphetamin
o Tidak sedang menderita gangguan jiwa berat
o Tidak mengalami gangguan jiwa sebelum mengkonsumsi narkotika
o Tidak sedang mengkonsumsi narkotika lain secara bersamaan, selain jenis
amphetamin atau pernah mengkonsumsi narkotika jenis lain tetapi sudah
berhenti dan dirasakan oleh pengguna bahwa sekarang sudah tidak
mempengaruhi keadaan adiksinya
41
2. Kriteria Eksklusi
o Menderita gangguan jiwa berat
o Terdapat riwayat gangguan kepribadian sebelumnya
o Mengkonsumsi narkotika lebih dari satu jenis zat
G. Cara Kerja
Cara Penelitian
a. Melakukan pencatatan subjek yang akan dijadikan sampel penelitian dan
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
b. Memberikan informed consent
c. Mencatat identitas sampel
d. Menilai keadaan gangguan kepribadian dengan test MCMI-III pertama di
fase Medis
e. Menilai keadaan gangguan kepribadian dengan test MCMI-III kedua di fase
Primery
f. Mengolah dan menganalisa data secara statistik dengan sistem
komputerisasi
H. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
1. Identifikasi Variabel
Variabel Dependen : Jenis Gangguan Kepribadian
Variabel Independen : Therapy Community
Variabel kendali : Umur, Jenis Narkotika / Zat, Jenis Kelamin
2. Jenis Data (skala pengukuran)
- Jenis Gangguan Kepribadian dengan menggunakan MMCI-III
42
I. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Definisi Operasional
- Adiksi adalah pemakaian zat atau obat tanpa prosedur yang tepat dan
berdampak negatif bagi kesehatan dan perkembangan otak. Bila terus terjadi
dapat berakibat pada suatu gangguan yang dinamakan adiksi dan dependency
(ketergantungan).
- Narkotika(Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Amfetamin adalah kelompok narkotika yaitu obat psikoaktif sintetis yang
disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulants. Merupakan satu jenis narkotika
yang dibuat secara sintetis dan dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun
coklat, atau bubuk putih kristal kecil.
- Gangguan Kepribadian adalah Pola perilaku dan pengalaman batin yang
bertahan/langgeng yang menyimpang secara signifikan dari standar budaya
seseorang, yang meresap dan bersifat rigid, memiliki onset pada masa remaja
atau awal masa dewasa, stabil dari waktu ke waktu, menyebabkan
ketidakbahagiaan dan gangguan, dan bermanifestasi dalam setidaknya dua
dari empat area: Kognisi, Fungsi interpersonal, Afektif dan Kontrol Impuls
- MCMI-III adalahalat test yang digunakan digunakan untuk mengukur
informasi yang berkaitan dengan kepribadian, penyesuaian emosional, dan
sikap. Difokuskan pada berbagai gangguan perilaku bersama gejala-gejala
yang sering dikaitkan dengan gangguan-gangguan tersebut.
43
- Therapy Community adalah sebuah kelompok yang terdiridari individu
dengan masalah yang sama, tinggal di tempat yang sama, memiliki
seperangkat peraturan, filosofi, norma dan nilai, serta kultural yang
disetujui, dipahami dan dianut bersama. Kesemuanya dijalankan demi
pemulihan diri masing-masing.
J. Alur Penelitian
Pengguna Narkotika
Golongan Amphetamin
Test MCMI-III
Gangguan Kepribadian
Terapi dan rehabilitasi Model TC
Recovery
44
K. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, ditabulasi berdasarkan
jenis data studi dan dianalisa dengan desain SPSS (Statistical Package For
Social Science). Untuk mengetahui korelasi antara penggunaan amphetamine
dengan gangguan kepribadian digunakan uji korelasi Lambda.
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Therapy
Community pada gangguan kepribadian pengguna amphetamin menggunakan
uji parametrik (Uji T berpasangan) jika memenuhi syarat dan jika tidak
memenuhi syarat maka digunakan uji nonparametrik (Uji Wilcoxon).
45
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data Jenis Zat Yang Dipakai Residen / Pecandu
Di BALAI REHABILITASI BNN BADDOKA MAKASSAR TAHUN 2015
No Jenis Zat Jumlah
1 Amphetamine 25
2 Amphetamine + Zat lain 67
3 Zat Lain (Yang Bukan Golongan Amphetamin) 14
Tabel 1. Sebaran Sampel Menurut Jenis Kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH
1 Laki-laki 43
2 Perempuan 8
Tabel 2. Sebaran Sampel Menurut Usia
NO USIA JUMLAH
1 < 17 tahun 2
2 17- 40 tahun 48
3 > 40 tahun 1
46
Jenis Kepribadian yang muncul pada pemeriksaan MCMI-III pengguna
amphetamine adalah sebagai berikut :
JENIS KEPRIBADIAN JUMLAH MCMI-III
Schizoid 10
Avoidant 17
Depressive 18
Dependent 23
Histrionic 4
NarcisSistic 8
Antisosial 9
Sadistik 4
Compulsive 3
Negativistic 18
Masochistic 17
Paranoid 3
Borderline 9
Schizotypal 3
Untuk mengetahui korelasi antara timbulnya gangguan kepribadian pada
pengguna amphetamine, maka dilakukan Uji Korelasi Lambda karena kedua
variabel tersebut tidak setara (nominal dan numerik).
Hasil analisis Uji Korelasi Lambda adalah sebagai berikut :
Jumlah MCMI-III
Gangguan Kepribadian r 1.000
p 0.000
n 25
Dari hasil uji analisis Uji Korelasi Lambda diperoleh adanya korelasi yang
bermakna antara timbulnya gangguan kepribadian dan pengguna amphetamine
(p=0.000), dengan kekuatan korelasi bersifat sangat kuat (r=1.000).
47
Grafik 1. Sebaran Jenis Kepribadian Sebelum Memulai Program TC
Tabel 3. Sebaran Jenis Kepribadian yang Muncul dalam Pemeriksaan MCMI
Profil Kepribadian Sebelum TC Setelah TC
1. Schizoid 10 11
2. Avoidant 17 16
3. Depressive 17 21
4. Dependdent 24 22
5. Histrionic 4 3
6. Narcis Sistic 8 8
7. Antisocial 9 9
8. Sadistic 4 7
9. Compulsive 3 0
10. Negativistic 17 15
11. Masochistic 17 15
12. Paranoid 3 3
13. Borderline 9 7
14. Schizotypal 3 4
15. Disclosure 0 0
16. Desirability 0 0
17. Anxiety 0 0
18. Somatoform 0 0
19. Bipolar (Manic) 0 0
20. Dysthymia 0 0
21. Alcohol Dependence 0 0
22. Drug Dependence 0 0
23. Post Traumatic Stress 0 0
24. Thought Disorder 0 0
25. Major Depression 0 0
26. Delusional Disorder 0 0
27. Debasement 0 0
10
17 17
24
4
89
43
17 17
3
9
3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
48
Grafik 2. Sebaran Jenis Kepribadian Setelah Menyelesaikan Program TC
Grafik 3. Perbandingan Sebaran Jenis Kepribadian Sebelum dan Setelah
Mengikuti Program TC
11
16
2122
3
89
7
0
15 15
3
7
4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
49
Sebelum dilakukan analisis data secara bivariat, maka dilakukan Tes
Normalitas terlebih dahulu terhadap data yang telah diperoleh. Tes Normalitas pada
penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang tersedia
sebanyak 25 orang ( kurang dari 50 orang).
Hasil Tes Normalitas menggunakan Uji Shapiro-Wilk sebagai berikut :
SHAPIRO – WILK
Statistic df Sig.
Sebelum TC .786 25 .000
Setelah TC .789 25 .000
Karena diperoleh nilai p=0.000, maka distribusi data dalam penelitian ini tidak
normal (p < 0.05) sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan UJI
PARAMETRIK. Oleh karena itu, maka pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan UJI NONPARAMETRIK yaitu UJI WILCOXON.
50
Dari hasil Uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0.470 (nilai p > 0.05), sehingga tidak
terdapat perbedaan yang bermakna pada gangguan kepribadian antara sebelum dan
setelah dilakukan therapy community. Terdapat 14 gangguan kepribadian yang
menetap setelah dilakukan TC (ties: 14), ada 4 gangguan kepribadian yang
bertambah setelah dilakukan TC (positive ranks: 4 ) dan ada 7 gangguan
kepribadian yang berkurang setelah dilakukan TC (negative ranks: 7).
N Mean
Ranks
Sum of
Ranks
Setelah TC –
Sebelum TC
Negative
Ranks
7a
5.86
41.00
Positive
Ranks
4b
6.25
25.00
Ties 14c
Total 25
Setelah TC – Sebelum TC
Z -7.22
Asymp.Sig (2-tailed) .470
Hasil Uji Wilcoxon adalah sebagai berikut :
51
B. Pembahasan
Pecandu yang direhabilitasi di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka sebagian besar
pecandu yang menggunakan zat jenis amphetamine.Umumnya pecandu yang
mengkonsumsi zat jenis amphetamin mengalami gangguan kepribadian.Gangguan
kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempersulit proses
pemulihan.Pecandu yang direhabilitasi umumnya berada pada usia produktif (antara
17 s/d 40 tahun).
Dalam penelitian ini didapati adanya korelasi yang sangat kuat antara pengguna
narkotika jenis amphetamine dengan angka kejadian Gangguan Kepribadian. Dari
hasil penelitian ini tidak didapati adanya perubahan gangguan kepribadian yang
bermakna pada pengguna zat amphetamine dari residen yang mengikuti terapi dan
rehabilitasi di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar.
Keterbatasan dari penelitian ini yaitu bahwa penelitian ini hanya melihat
hubungan antara zat jenis amphetamin dengan gangguan kepribadian, tanpa melihat
pengaruh lainnya seperti faktor sosiodemografik dan faktor klinis lainnya.
Instrumen penilaian gangguan kepribadian yang dipakai dalam penelitian ini
adalah MCMI III, dimana kita ketahui jawaban pertanyaannya sangat dipengaruhi
oleh persepsi subjektif dari sampel penelitian, sehingga pasian masih dapat
melaporkan keadaan yang kurang atau lebih dari keadaan sebenarnya.
52
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa umumnya pecandu yang menggunakan
zat jenis amphetamine mengalami ciri kepribadian patologis
2. Penggunaan narkotika jenis amphetamine dapat menyebabkan terjadinya
Gangguan Kepribadian.
3. Metode Rehabilitasi jenis TC kurang memberikan dampak pemulihan bagi
pecandu narkotika jenis amphetamine.
B. SARAN
a. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi Badan Narkotika nasional
RI, cq. Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar untuk meninjau kembali
tentang efektivitas model Theraphi Community (TC) yang selama ini
digunakan sebagai cetak biru program rehabilitasi dalam lingkup BNN RI.
b. Merencanakan untuk kedepannya membuat Tailor Made (metode
rehabilitasi) sendiri di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, sesuai dengan
kondisi kearifan lokal setempat.
c. Meningkatkan kualitas SDM bagi para petugas / konselor berupa pelatihan,
TOT, atau seminar yang berhubungan dengan masalah adiksi secara berkala.
d. Balai Rehabilitasi BNN Baddoka secara berkesinambungan terus melakukan
penelitian lanjutan untuk menindak lanjuti hasil penelitian yang sudah ada ini.
53
DAFTAR PUSTAKA
Australian Therapeutic Community Association. 2002. Towards Better Practice in
Therapeutic Communities. Bangalow, NSW: ATCA
DeLeon, G. 2000. The Therapeutic Community: theory, model and method. New
York: Springer Publishing Company
Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI. 2002.
Metode Therapeutic Community (Komunitas Terapeutik dalam Rehabilitasi
Sosial Penyalahgunaan NAPZA), Jakarta: Direktorat Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2009.
Standar Pelayanan Rumah Sakit Jiwa, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2009.
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Jiwa, Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik
http://www.drugabuse.gov/ResearchReports/Therapeutic/default.html, Diakses pada
tanggal 25 Januari 2011
(http://www.therapeuticcommunities.org/klac.htm), accessed on February 19, 2011
International journal of therapeutic communities 28, 1, Spring 2007. Therapeutic
Community.
National Institute on Drug Abuse. 1994. Therapeutic Community: Advances in
Research and Application. Research Monograph Series No. 144. Bethesda,
MD: NIDA
Nosocomial Infection, www.wikipedia.org, Diakses pada tanggal 12 Februari 2011
54
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit
Perfas B. Fernando, “Therapeutic Community- A Practice Guide”, 2003
WHO Western Pacific Region. 2006. Integration of Harm Reduction Into
Abstinence-based Therapeutic Communities: a case study of We Help
Ourselves, Australia. Geneva: WHO
Undang- Undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Universal Precaution, www.wikipedia.org, Diakses pada tanggal 12 Februari 2011.
Sopiyudin M. Teori Sederhana Prosedur Pemilihan Uji Hipotesis dalam Statistik
Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Edisi 5, Jakarta, Salemba medika, 2011