penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi …
TRANSCRIPT
Vol. 2(4) November 2018, pp.768-779
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6885 (online)
768
PENGGUNAAN JALAN UMUM UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI TANPA IZIN
DI KECAMATAN KUTA ALAM BANDA ACEH
THE USAGE OF PUBLIC ROAD FOR PERSONAL BENEFIT WITHOUT LEGAL
PERMIT IN KUTA ALAM SUB DISTRICT OF BANDA ACEH
Dian Suryana
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111
Chadijah Rizki Lestari
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111
Abstrak - Tujuan penulisan artikel ini untuk menjelaskan dan mengetahui alasan penggunaan jalan umum untuk
kepentingan pribadi di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh mengapa tidak memiliki izin, kendala yang terjadi
pada saat dilakukannya penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa izin dan upaya yang ditempuh
oleh Polri Kota Banda Aceh untuk mengatasi penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa izin.
Untuk memperoleh data penulisan artikel ini, dilakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, jenis
penelitian yang dipakai bersifat yuridis empiris yaitu melihat hukum sebagai kenyataan dan gejala sosial yang
terjadi dimasyarakat. Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan cara membaca peraturan perundang-
undangan, karya ilmiah, pendapat para sarjana, buku-buku dan artikel. Penelitian lapangan dilakukan untuk
mendapatkan data primer yang berhubungan dengan penelitian ini melalui wawancara dengan responden dan
informan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pihak penyelenggara pesta perkawinan menyatakan
bahwa tidak mengetahui adanya Perkap Polri sehingga tidak mengurus izin resmi, sulitnya mengurus surat izin,
dan terdapat persyaratan yang diminta oleh pihak yang terkait. Disarankan kepada Polsek Banda Aceh untuk
menindak secara tegas pelanggar ketentuan penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi. dan disarankan
bagi Polri, Polres, atau Polsek untuk melakukan pengawasan lebih ketat, serta melakukan secara proaktif
sosialisasi Perkap Polri kepada masyarakat, meningkatkan koordinasi dengan perangkat gampong dan instansi
yang terkait dalam penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi sesuai dengan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012.
Kata Kunci : Peraturan Kepala Kepolisian, izin, masyarakat.
Abstract - The purpose of this articel is to explain and find out the reasons for using public roads for personal
use in Kuta Alam District, Banda Aceh, why not have a permit. Obstacles that occur when using public roads
for personal gain without permission and effort taken by the Banda Aceh city police to deal with the use of
public roads for personal gain without permission. To obtain the data of this articel, literature review and field
research are carried out, the type of research used is juridical empirical, such as looking at the law as a reality
and social symptoms that occur in society. To obtain secondary data is done by reading the laws and
regulations, scientific work, and the opinions of scholars, books and articles. Field research was conducted to
obtain primary data related to this research through interviews with respondents and informants. Based on the
results of the study, it was found that the organizers of the wedding party stated that they were not aware of the
existence of the Indonesian National Police Chief regulation so they don’t request any official permits, it is
difficult to acquire the permit and as well as there are requirements requested by related parties. It is suggested
to the Banda Aceh Police to take firm action against violators of the use of public roads for personal gain and it
is recommended for the national police, district police or sub-district police to conduct more rigorous
supervision and to proactively socialize the information about this regulation to the public, improve
coordination with village community managers and related institutions in the use of public roads for personal
use in accordance with the regulations of the police chief Republic of Indonesia No. 10 of 2012.
Keywords : Regulation of the Indonesian Republic Police Chief, permission, the community.
PENDAHULUAN
Jalan raya merupakan suatu infrastruktur transportasi darat (dalam bentuk apapun),
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 769
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
diperuntukan bagi lalu lintas. Bangunan pelengkap ini meliputi gedung-gedung pemerintahan
(kantor polisi,pos polisi, rumah sakit, dan lain sebagainya) dan perlengkapan seperti (lampu
traffic light, pagarpenghalang kereta api, rambu-rambu lalu lintas, dan lain sebagainya). Jalan
mempunyai peranan penting dalam segala bidang, termasuk menjadi salah satu kebutuhan
dasar bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
Secara yuridis pengertian jalan terdapat dalam Pasal 1 angka (12)Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu:
“Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel”.
Terdapat beberapa aspek dalam ruang manfaat jalanyang meliputibadan jalan, saluran
tepi jalan, dan ambang pengamanannya.Bagian jalan tersebut merupakan bagian-bagian yang
sangat vital bagi pengguna jalan sehingga setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengganggu fungsi jalan. Karena apabila orang atau masyarakat masih melakukan suatu
perbuatan yang mengganggu fungsi jalan, tentu akan menimbulkan kekacauan bagi para
pengguna jalan yang melintas. Termasuk kedalam perbuatan yang dilarang tersebut adalah
sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
Tentang Jalan, yang berbunyi
(1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkanterganggunya fungsi
jalan di dalam ruang manfaat jalan;
(2) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi
jalan di dalam ruang milik jalan;
(3) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi
jalan di dalam ruang pengawasan jalan.
Meskipun begitu, penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas dapat
diperkenankan. Misalnya saja untuk kepentingan umum yang bersifat nasional daerah,
dan/atau kepentingan pribadi sebagaimana yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2)
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Pengaturan Lalu Lintas dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan Selain Untuk
Kegiatan Lalu Lintas (Perkap Polri). Secara khusus salah satu yang termasuk dalam
penggunaan jalan untuk kepentingan pribadi adalah pesta perkawinan. Hal ini sesuai dengan
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 770
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
ketentuan Pasal 16 ayat (2) Perkap Polri No 10 Tahun 2012 bahwa “Penggunaan jalan untuk
kepentingan pribadi antara lain untuk pesta perkawinan, kematian atau kegiatan lainnya”.
Adanya tingkat kebutuhan masyarakat yang tinggi tidak jarang penyelenggaraan pesta
mengakibatkan penutupan jalan, Hal tersebut dapat diizinkan sepanjang ada jalan alternatif
lain yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas sementara, sebagaimana yang diatur dalam
Perkap Polri No 10 Tahun 2012 Pasal 15 ayat (3) bahwa “Penggunaan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) yang mengakibatkan penutupan jalan dapat diizinkan
jika ada jalan alternatif. dan ayat (4) bahwa “Pengalihan arus lalu lintas ke jalan alternatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas sementara.
Selanjutnya dalam penutupan jalan terdapat tata cara perizinan yang harus diperoleh
untuk mendapatkannya, sesuai dengan Perkap Polri No 10 Tahun 2012 Pasal 17 ayat (2) dan
(3) yang berbunyi:
2) Tata cara memperoleh izin penggunaan Jalan sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
dilakukan oleh penyelenggara kegiatan dengan mengajukan permohonan secara
tertulis kepada:
a. Kapolsek/Kapolsekta untuk kegiatan yang menggunakan Jalan desa.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan palinglambat 7 (tujuh)
hari kerja sebelum waktu pelaksanaan dengan melampirkan persyaratan sebagai
berikut:
a. foto kopi KTP penyelenggara atau penanggungjawab kegiatan;
b. waktu penyelenggaraan;
c. jenis kegiatan;
d. perkiraan jumlah peserta;
e. peta lokasi kegiatan serta Jalan alternatif yang akan digunakan;dan
f. surat rekomendasi dari:
1. satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi urusan
pemerintahan perhubungan darat untuk penggunaan Jalan nasional dan
provinsi;
2 satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang membidangiurusan
pemerintahan perhubungan darat untuk penggunaan Jalan
kabupaten/kota; atau
3 kepala desa/lurah untuk penggunaan Jalan desa atau lingkungan.
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 771
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
Kemudian ketentuan Pasal 18 ayat (1), (2), dan (3) Perkap Polri No 10 Tahun 2012 yang
berbunyi:
1) Pejabat Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), setelah menerima
permohonan izin, segera mempertimbangkan dan memberikan jawaban dapat
dikabulkan atau tidaknya permohonan tersebut, dengan menerbitkan surat pemberian
izin atau surat penolakan izin.
2) Dalam hal permohonan dikabulkan, Pejabat Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (2) wajib memberikan pengamanan dan menempatkan petugas pada ruas-ruas
Jalan yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut untuk
menjagaKeamanan, Keselamatan, Ketertiban, Dan Kelancaran Lalu Lintas.
3) Petugas yang ditempatkan pada ruas-ruas Jalan yang digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib menghimbau
kepada penyelenggara dan peserta kegiatan untuk:
a. tidak merusak fungsi Jalan;
b. tidak merusak fasilitas umum yang berada di Jalan atau sekitarlokasi
kegiatan; dan
c. membantu petugas dalam menjaga keamanan, ketertiban dankelancaran lalu
lintas.
Namun pada kenyataannya, ternyata masih ditemukan pihak-pihak yangmelakukan
penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi khususnya penyelenggaraan pesta
perkawinan tanpa mendapat izin. Sebagaimana yang terjadi di Kecamatan Kuta Alam Banda
Aceh.Berdasarkan hasil penelitian dari Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh dengan Pak
Aidin Fikri sebagai Staf Lalu Lintas dan Angkutan (LLA), Sejak bulan Januari sampai
dengan bulan Desember tahun 2017, tercatat 80 penyelenggara pesta perkawinan yang
dilaksanakan di 4 gampong yaitu gampong laksana, keuramat, beurawe, dan kota baru. Dari
80 penyelenggara pesta perkawinan tersebut diketahui bahwa hanya terdapat 2 penyelenggara
pesta perkawinan yang memiliki surat izin resmi untuk menyelenggarakan acara tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Penggunaan Jalan Umum untuk Kepentingan Pribadi Tanpa Izin di Kecamatan Kuta Alam
Banda Aceh”
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 772
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang bersifat yuridis empiris yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana hukum dilaksanakan, termasuk
proses penegakannya, sehingga akan terungkap berbagai faktor dan permasalahan yang
dihadapi,sehingga dapat berguna bagi pembangunan sistem hukum dalam arti luas.1dimana
penelitian ini melihat hukum berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan sebagai perilaku
nyata (das sein) sebagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Sedangkan penelitian
hukum yuridis empiris dilihat sebagai norma (das sollen) yang menggunakan bahan-bahan
hukum atau aturan-aturan hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di satu kecamatan yaitu Kecamatan Kuta AlamBanda
Aceh yang dimana terdapat Penggunaan Jalan Umum untuk Kepentingan Pribadi Tanpa
Izin.Secara khususpenulis memfokuskan pada 4 gampong yaitu gampong Laksana, Beurawe,
Kota Baru, Keuramat.Pemilihan ini didasarkan atas pertimbangan dari Polsek Kuta Alam
sebagai instansi terkait dengan penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa izin.
3. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjekyang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.2Populasi penelitian ini meliputi unsur pelaksana Dinas
Perhubungan (DISHUB) dan POLRIKota Banda Aceh sebagai instansi yang berwenang
dalam proses pemberian izin mengenai Penggunaan Jalan Umum untuk Kepentingan Pribadi
Tanpa Izin di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, serta penyelenggara pesta perkawinan di
Kecamatan Kuta Alam yang terkait dalam pemberian izin penggunaan jalan umum untuk
kepentingan pribadi di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang ingin diteliti.3Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Menggunakan Cluster Sampling yaitu teknik
memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil.Sesuai dengan namanya,
penarikan sampel ini didasarkan pada gugus atau cluster teknik ini digunakan jika catatan
1Rachmad Baro, Penelitian Hukum Non-Doktrinal, Deepublish, Yogyakarta, 2016, hlm. 1. 2 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 119. 3Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm 119
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 773
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
lengkap tentang semua anggota populasi tidak diperoleh serta keterbatasan biaya dan
populasi geografis elemen-elemen populasi berjauhan.4 Adapun responden dan informan
tersebut adalah:
Responden, terdiri dari:
a. 5 (lima) Penyelenggara Pesta Perkawinan tanpa Izin di gampong Laksana Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh
b. 5 (lima) Penyelenggara Pesta Perkawinan tanpa Izin di gampong Beurawe Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh
c. 5 (lima) Penyelenggara Pesta Perkawinan tanpa Izin di gampong Kota Baru Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh
d. 5 (lima) Penyelenggara Pesta Perkawinan tanpa Izin di gampong Keuramat Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh
Informan, terdiri dari:
a. Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan (LLA) Kota Banda Aceh
b. Kabag Lalu Lintas dan Angkutan (LLA) Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh
c. Kapolsek Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
d. Camat Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
e. Kechik gampong Laksana, Beurawe, Kota Baru, dan Laksana
f. 1(satu) orang Akademisi dari Fakultas Hukum Jurusan Hukum Administrasi
Negara Universitas Syiah Kuala
5. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu Penelitian kepustakaan yang dilakukan
guna memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara mempelajari peraturan
perundang-undangan, buku-buku teks, teori-teori, artikel-artikel, tulisan-tulisan ilmiah
yang berkaitan dengan penelitian ini.5
b. Penelitian lapangan (field research) yaitu Penelitian lapangan yang dimaksudkan untuk
memperoleh data primer.6 Lalu pendapat lainnya yang menyatakan memperoleh data
4Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 122. 5Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, Edisi Ke 1, Cetakan Ke 3, 2010, hlm
106 6Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm 16
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 774
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
primer adalah data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, data ini dapat
diperoleh melalui dengan cara mewawancarai responden dan informan.7
6. Cara Menganalisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan (library research)maupun
penelitian lapangan (field research) yang berkaitan dengan penggunaan jalan umum untuk
kepentingan pribadi tanpa izin di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang
dapat diterima oleh akal sehat manusia.8Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk
menghasilkan data deskriptif analisis yang selanjutnya dituangkan dalam sebuah karya
ilmiah.9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi di kecamatan kuta alam
banda aceh banyak yang tidak memiliki izin
Menggunakan jalan umum untuk kepentingan pribadi khususnya untuk
penyelenggaraan pesta perkawinan harus mendapat izin dengan melakukan pengurusan surat
izin resmi yang diperoleh dari Kapolri, Kapolres atau Kapolsek setempat untuk
menyelenggaraan acara tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 10
Tahun 2012 Tentang Pengaturan Lalu Lintas dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan
Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas (Perkap Polri). Setiap orang atau masyarakat yang ingin
menggunakan jalan umum untuk kepentingan pribadi dengan penutupan harus melakukan
pengurusan surat izin resmi yang diperoleh dari Kapolri, Kapolres atau Kapolsek setempat.
Hal tersebut diatur agar terwujudnya tertib lalu lintas baik dari segi tujuan agar orang atau
masyarakat tidak merusak fungsi jalan, tidak merusak fasilitas umum yang berada di jalan
atau sekitar lokasi kegiatan,dan membantu petugas dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas maupun dalam hubungan dengan perkembangan lalu lintas, agar dapat
berjalan dengan teratur sebagaimana yang diharapkan.
7Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 2003, hlm 23 8Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1986, hlm 159 9Lexi J, Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003, hlm 3
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 775
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
Dasar hukum penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi adalah
berdasarkanPerkap Polri Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengaturan Lalu Lintas dalam
Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas. Tujuan
dibentuknyaperaturan tersebut adalah agar terwujud keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas dalam keadaan tertentu dan penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu
lintas. dimana ketertiban lalu lintas yang diharapkan adalah suatu keadaan berlalu lintas yang
berlangsung secara teratur sesuai hak dan kewajiban setiap pengguna jalan.
Dalam pelaksanaan penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi sudah
seharusnya memiliki surat izin resmi untuk menyelenggarakan acara tersebut dan terdapat
penerapan sanksi yang tegas terhadap pengguna jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa
izin, Tujuannya agar pengguna jalan umum untuk kepentingan pribadi patuh dengan aturan
yang sudah ditetapkan.
Kemudian terdapat beberapa alasan yang ditemukan terkait dengan izin penggunaan
jalan umum untuk kepentingan pribadi khususnya di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
Ketidaktahuan masyarakat mengenai peraturan ini disebabkan karena tidak adanya
sosialisasi khusus terkait dengan Perkap Polri yang dilakukan oleh pihak Polri sementara itu
penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi terus marak terjadi di masyarakat tanpa
ada pelaporan kepada pihak Polri.
Selain itu masyarakat kurang peduli pada kepentingan umum yang ujungnya
berdampak kepada pribadi, maka dari itu sulit untuk menyadarkan masyarakat tentang Perkap
Polri No 10 Tahun 2012 ini, apalagi masyarakat pada umumnya tidak pernah mengetahui
adanya Perkap Polri No 10 Tahun 2012 maka khususnya masyarakat gampong Laksana,
Beurawe, Kuta Baru, dan Keuramat tidak mengurus surat izin dari Polri setempat.10 Padahal
petugas pengamanan dan rambu-rambu lalu lintas sementara siap ditempatkan di ruas-ruas
jalan, akan tetapi tidak ada yang meminta untuk melakukan pengamanan di tempat kegiatan,
ketika nantinya ditempat tersebut terdapat kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh parkir
barulah pihak kepolisian turun tangan dalam mengatasinya.11
10Rahmad, Geuchik Gampong Laksana Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, Wawancara, 14 Maret 2018 11Ibda Iwan, Kapolsek Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, Wawancara, 13 Maret 2018
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 776
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
2. Kendala yang terjadi pada saat dilakukannya penggunaan jalan umum untuk
kepentingan pribadi di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
Salah satu faktor pendukung terselenggaranya pelaksanaan penggunaan jalan umum
untuk kepentingan pribadi dengan baik dan taat aturan adalah pengguna jalan atau
masyarakat. Dalam hal ini tidak semua penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi
berjalan mulus, terdapat hambatan-hambatan yang terjadi bagi pengguna jalan atau
masyarakat maka dari itu dikeluarkannya Perkap Polri Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Pengaturan Lalu Lintas dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan selain untuk Kegiatan
Lalu Lintas, dengan adanya Perkap Polri No 10 Tahun 2012 ini diharapkan dapat menjaga
ketertiban, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
Hasil wawancara dengan Fiter Bronson selaku Satlantas di Polda Banda Aceh,
diketahui penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa izin dapat
menyebabkanterganggunya pengguna jalan yang melintas khususnya pihak penyelenggara
pesta yang tidak mengurus izin resmi untuk menyelenggarakan acara tersebut, maka tidak ada
petugas yang melakukan penertiban dan pengawasan pada tempat kegiatan tersebut.12
Selanjutnya mengapa masyarakat terus dihimbau untuk mengurus izin dan melapor
jika melakukan penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi semua itu dilakukan
untuk kepentingan masyarakat umum, Terlebih sampai menghambat tertutupnya jalan dan
tidak ada jalan alternatif sementara yang bisa dilalui pengguna jalan lainnya, menimbulkan
dampak negatif yang terjadi diantaranya kemacetan, kecelakaan bahkan bisa berujung
kematian karena tidak adanya petugas dan rambu-rambu lalu lintas sementara diruas-ruas
jalan tempat kegiatan tersebut berlangsung.
3. Upaya yang ditempuh oleh Polsek Kota Banda Aceh dalam mengatasi penggunaan
jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa izin
Dalam hal permohonan dikabulkan, Pejabat Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (2) wajib memberikan pengamanan dan menempatkan petugas pada ruas-ruas Jalan
yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut untuk menjagaKeamanan,
Keselamatan, Ketertiban, Dan Kelancaran Lalu Lintas.
Petugas yang ditempatkan pada ruas-ruas Jalan yang digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib menghimbau kepada
penyelenggara dan peserta kegiatan untuk: tidak merusak fungsi Jalan, tidak merusak fasilitas
12Fiter Bronson, Satlantas Polda Banda Aceh, Wawancara, 13 Maret 2018
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 777
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
umum yang berada di Jalan atau sekitar lokasi kegiatan dan membantu petugas dalam
menjaga keamanan, ketertiban dankelancaran lalu lintas.
KESIMPULAN
Penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi dalam Pelaksanaannya masih ada
yang tidak memiliki izin, hal ini dikarenakan masyarakat tidak mengetahui adanya Perkap
Polri No 10 Tahun 2012, sulitnya untuk mengurus surat izin dan banyaknya persyaratan yang
diminta oleh instansi yang terkait.
Kendala yang terjadi pada saat dilakukannya penggunaan jalan umum untuk
kepentingan pribadi adalah menghambat aktivitas para pengguna jalan lainnya, apalagi bila
pengguna jalan sampai mengakibatkan penutupan jalan yang tidak terdapat jalan alternatif
dan rambu-rambu lalu lintas sementara untuk dilalui
Upaya yang dilakukan Polsek Kecamatan Kuta Alam dalam mengatasi penggunaan
jalan umum untuk kepentingan pribadi tanpa izinadalah denganmelakukan sosialisasi,
menerapkan sanksi yang tegasbagi pelanggar penggunaan jalan umum untuk kepentingan
pribadi tanpa izin khususnya pesta perkawinan dilakukannya upaya pengawasan untuk
pemantauan dan pengecekan secara langsung bagaimana penggunaan jalan umum untuk
kepentingan pribadi sudah terselenggara dengan baik atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-buku
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta,
2011
Aldri Filndri, Hukum Adminstrasi Negara Tentang Perizinan, Universitas Negeri Padang,
2010
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 778
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
Dellyana, Shant, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara Rebuplik
Indonesia, Jilid II/Edisi Ketiga, Gunung Agung, Jakarta, 1997
Lexi J, Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003
Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1982
Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, GajahMada University
Press, Yogyakarta, 2008
Rachmad Baro, Penelitian Hukum Non-Doktrinal, Deepublish, Yogyakarta, 2016
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cet Ke 2, Yogyakarta, 2003
Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2011
Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo, Jakarta, 2011
Soerjono Soekanto,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Raja Grafindo
Persada, Jakarta,1983
Sjacran Basah, Perlindungan Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Alumni,
Bandung, 1992
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 2003
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2012
Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru: Bandung, 1983
Van Der Pot, Utrech dan Moh. Saleh Djindang, Pengantar Hukum Administrasi Negara
Indonesia, Jakarta, 1985
Y.Sri Pudyatmoko, Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, Grasindo,Jakarta, 2009
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, Edisi Ke 1, Cetakan Ke 3,
2010
JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 779
Dian Suryana, Chadijah Rizki Lestari
2. Peraturan Perundang-Undang
Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009Tentang Lalu Lintas danAngkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Pasal 2 ayat (1) TentangPrasarana dan Lalu
Lintas Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Pasal 89 ayat (3) Tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan
3. Makalah
Sjacran Basah, Sistem Perizinan Sebagai Instrumen Pengendalian Lingkungan, Makalah pada
Seminar Hukum Lingkungan, diselenggarakan oleh KLH bekerja sama dengan Lagal
Mandate Compliance end Enforcement Progam dari BAPEDAL, Jakarta, 1-2 Mei
1996