penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa di kelas iii sd no....
DESCRIPTION
Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Di Kelas III SD No. 176111 Siulak KecilTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterampilan menulis sebagai sarana untuk menuju seseorang agar dapat
mengungkapakan gagasan, pendapat, dan pengalaman yang baik. Di zaman modern ini
gagasan, pendapat, pengalaman yang baik perlu diungkapkan dalam bentuk lisan mau pun
tulisan yang baik pula. Terkadang ada orang yang memiliki gagasan, pendapat, yang baik tapi
tidak bisa mengungkapkannya dengan baik, sehingga tak bermanfaat bagi orang lain.
Menulis sebagai salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang diajarkan di Sekolah Dasar. Hal ini
merupakan sarana yang penting untuk dikuasai siswa agar dapat mengungkapkan gagasan,
pendapat, pengalaman, dan perasaan dengan baik sehingga dapat berguna bagi orang lain.
Dalam mengajarkan menulis di Sekolah Dasar seperti di Kelas III SD No. 176/111
Siulak Kecil Mudik ada beberapa factor yang mempengaruhi diantaranya: (1) faktor siswa,
rendahnya bakat dan minat untuk menguasai keterampilan menulis; Siswa kurang memahami
penggunaan tanda baca yang benar; Siswa kurang tertarik pada pelajaran menulis karena
menganggap sebagai pelajaran yang sulit, sehingga tidak termotivasi. (2) faktor guru, belum
mengajarkan materi dengan metode yang tepat sehingga siswa kurang memahami materi yang
disampaikan.
Dari hasil pengamatan dan wawancara di atas, terlihat bahwa pembelajaran menulis
yang dilaksanakan di Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik perlu mendapat perhatian.
1
Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan dalam peningkatan keterampilan menulis
yaitu dengan menggunakan media gambar agar siswa lebih mudah menulis. Dengan
menggunakan media gambar diharapkan siswa dapat menulis karangan dengan baik dan
benar.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa di
Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah
penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa di Kelas
III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui penggunaan media gambar dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa di Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil
Mudik”.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaatn untuk:
1. Siswa, meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia pada
materi menulis karangan.
2. Guru, dapat memperbaiki cara mengajar guru untuk menggunakan berbagai
metode dalam pembelajaran dengan melakukan PTK.
2
3. Sekolah, dapat memfasilitasi media dan alat peraga dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Menulis
Untuk mendukung penelitian ini digunakan sejumlah teori yang erat hubungannya
dengan masalah yang diteliti. Rujukan teori yang digunakan akan dijadikan landasan untuk
membahas secara teoritis mengenai substansi penelitian ini. Teori-teori yang ada kaitannya
dengan penelitian ini antara lain: (1) pembelajaran menulis di SD, (2) keterampilan menulis
pidato, (3) proses menulis, (4) evaluasi diri dalam hubungannya dengan keterampilan
menulis, (5) penelitian yang relevan, dan (6) hipotesis tindakan.
2.2 Pembelajaran Menulis di SD
Dalam pembelajaran menulis, guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan menulis yang
bervariasi sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan. Ramirez (1995: 299)
mengemukakan bahwa "Kegiatan menulis dapat berupa melengkapi kalimat, membuat
catatan, menulis karangan deskripsi dan laporan, membuat surat, dan menciptakan puisi atau
cerita”. Kaplan (Ramirez, 1995: 273) mengemukakan empat kegiatan menulis, yaitu: (1)
writing without composing, yaitu mengisi titik-titik dalam latihan menulis, melengkapi
bentuk, dan menulis transkrip atau daftar kata, (2) writing for informational purposes,
misalnya note taking, laporan, ringkasan, (3) writing for persona/ purposes, misalnya jurnal,
buku harian, memo, catatan, (4) writing for imaginatif purposed, misalnya cerita fiksi, drama,
dan puisi.
Jenis kegiatan menulis yang disampaikan oleh Ramirez dan Kaplan di atas dibedakan
4
13
menjadi dua, yaitu sastra dan nonsastra. Jenis kegiatan menulis nonsastra meliputi membuat
catatan, laporan, pidato, surat, buku harian, memo, dan jurnal, sedangkan jenis sastra meliputi
menulis puisi, drama, dan cerita. Jenis kegiatan menulis tersebut seperti yang tertuang dalam
kurikulum 2004.
Suyanto dan Hisyam (2000: 93) mengungkapkan bahwa ”pembelajaran menulis perlu
diarahkan secara fungsional, komunikatif, dan kreatif. Guru hendaknya mengaitkan dengan
mata pelajaran lain untuk peningkatan pembelajaran menulis secara fungsional, misalnya
menulis karya ilmiah remaja (KIR) atau penelitian ilmiah remaja (PIR). Kedua jenis karya
ilmiah memang ada perbedaan penekanan. Pada PIR, karya ilmiah ditekankan sebagai hasil
dari sebuah penelitian, sedangkan KIR tidak harus merupakan karya penelitian. KIR dapat
berupa sebuah karya hasil studi pustaka. Kedua jenis ini melatih kemampuan siswa untuk
berpikir kritis karena dalam menulis keduanya harus memenuhi kriteria pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah adalah langkah-langkah yang meliputi perumusan masalah, perumusan
hipotesis, penalaran deduktif, pengumpulan dan analisis data, serta pengujian hipotesis.
2.3 Keterampilan Menulis Karangan
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.
Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan menyimak dan membaca termasuk keterampilan reseptif yang
berkenaan dengan memahami bahasa, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis
termasuk keterampilan produktif yang berkenaan dengan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pemerolehannya, keterampilan menulis dikuasai setelah seseorang menguasai
5
kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.
Menurut Badudu (2001: 1988) menulis berarti ”melahirkan pikiran atau perasaan
(seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan”. Nurgiyantoro (1995: 296)
mengungkapkan dua pengertian menulis, yaitu:
Pertama, pengertian menulis dilihat dan segi kemampuan berbahasa, menulis adalah aktivitas produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Kedua, pengertian menulis secara umum. Secara umum, menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Pengertian pertama menekankan pada aktivitas menggunakan bahasa, sedangkan pengertian kedua menekankan pada aktivitas mengungkapkan gagasan.
Menurut Supriadi (dalam Kurniawan, 2000) ”menulis merupakan proses kreatif yang
banyak melibatkan cara berpikir menyebar (divergen) daripada memusat (konvergen)”.
Ketiga pengertian menulis yang diuraikan di atas memiliki karateristik yang sama,
yaitu: (a) menulis merupakan aktivitas berpikir, (b) aktivitas menulis memerlukan bahasa
tulis sebagai media, (c) produk yang dihasilkan dari menulis adalah gagasan (isi tulisan) dan
bahasa tulis (tulisan). Dalam mengungkapkan pengertian menulis di atas, keduanya
menekankan bahwa menulis sebagai suatu aktivitas atau proses produktif gagasan dengan
bahasa tulis, namun Supriadi lebih menekankan bahwa proses tersebut merupakan proses
yang kompleks karena melibatkan aktivitas berpikir secara luas.
Berkaitan dengan pengertian menulis, Brown (2001: 335) mengungkapkan
bahwa”secara sederhana menulis merupakan representasi dari bahasa lisan”. Pengertian ini
menunjukkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menulis berbeda
dengan kompetensi yang diperlukan untuk berbicara. Dengan demikian, pengertian Brown ini
melengkapi ketiga karakteristik menulis di atas, yaitu menulis sebagai suatu aktivitas berpikir
yang memerlukan kompetensi khusus, yaitu kompetensi menggunakan bahasa tulis dengan
6
baik yang tidak semua orang dapat mengembangkannya.
Berdasarkan uraian keempat pengertian menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan: (1) aktivitas berpikir dan bernalar; (2) aktivitas ini memerlukan bahasa
tulis sebagai medianya; (3) aktivitas ini menghasilkan gagasan (isi tulisan) dan bahasa tulis
(tulisan) sebagai medianya; (4) aktivitas ini memerlukan kompetensi khusus, yaitu
kemampuan menggunakan bahasa tulis yang tidak semua orang dapat mengembangkannya.
Untuk menulis dengan baik, seseorang dituntut menguasai berbagai unsur kebahasaan,
seperti: ejaan, tanda baca, kosakata, struktur kata, struktur kalimat, paragraf, dan gaya bahasa.
Selain unsur kebahasaan, seseorang harus menguasai unsur di luar bahasa sebagai unsur isi
tulisan. Unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga
menghasilkan karangan yang runtut dan padu (Nursiyantoro, 1995: 294). Kurniawan (2000: 1)
menegaskan bahwa “sekurang-kurangnya ada tiga komponen dalam perbuatan menulis, yaitu:
(1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata,
struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi sesuai dengan
topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana
merangkai isi dengan tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah
komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, pidato dan
sebagainya. Dari dua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa agar dapat menulis dengan
baik, seseorang harus menguasai bahasa tulis, isi tulisan yang sesuai dengan topik, dan jenis
tulisan.
7
2.4 Proses Menulis Karangan
Menurut Supriadi (dalam Kurniawan, 2000: 4), “menulis merupakan suatu proses kreatif
yang banyak melibatkan cara berpikir menyebar (divergen) daripada memusat (konvergen).
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat
empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (pramenulis), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi,
dan (4) tahap verifikasi/ evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh penulis.
Namun, jika dilacak lebih jauh semua proses menulis melalui tahap-tahap ini. Jadi, proses
kreatif di sini lebih banyak merupakan proses bernalar.
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan
Martinah (2005) meneliti tentang peningkatan keterampilan menulis melalui penerapan
penilaian portofolio pada siswa SMP 2 Kasihan Bantul, Yogyakarta menunjukkan bahwa
penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis. Hal ini teramati melalui peningkatan persentase pencapaian skor rata-
rata dari skor maksimal ideal yang ditetapkan pada setiap objek penelitian. Peningkatan skor
rata-rata pada setiap objek yang diteliti adalah: (1) rata-rata skor proses menulis meningkat
dari 66,32% pada siklus I menjadi 71,60% pada siklus II dan peningkatan ini mengubah
kategori nilai cukup menjadi kategori baik; (2) rata-rata skor kualitas tulisan meningkat dari
72,72% pada siklus I menjadi 75,95% pada siklus II keduanya dalam kategori baik; (3) rata-
rata prestasi belajar menulis meningkat dari 70,05% pada siklus I menjadi 79% pada siklus II
dan keduanya dalam kategori baik; dan (4) rerata skor minat siswa meningkat dari 71,40%
pada siklus I menjadi 78,10% pada siklus II dan keduanya dalam kategori baik.
8
Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang keterampilan
menulis. Perbedaannya bahwa penelitian ini menggunakan evaluasi diri sebagai tindakan
sehingga tergolong penelitian tindakan kelas yang tidak melibatkan kelompok kontrol.
Di lain pihak, Sumaratih (2005) meneliti tentang pengaruh asesmen portofolio terhadap
kemampuan menulis teks naratif bahasa Ingggris (Eksperimen pada siswa SMA Negeri 1
Singaraja), menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan menulis teks naratif bahasa
Inggris antara siswa yang diajar dengan pendekatan proses dan dinilai dengan asesmen
portofolio dengan siswa yang diajar dengan pendekatan proses dinilai dengan asesmen
konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh harga t-hitung 5,84 yang ternyata signifikan untuk
untuk taraf signifikansi 5%. Selanjutnya ditemukan bahwa kelompok eksperimen memiliki
kemampuan menulis naratif bahasa Inggris lebih tinggi dengan skor rata-rata 83,486
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan skor rata-rata 75,097.
Persamaannya dengan penelitian ini bahwa sama-sama menggunakan meneliti
kemampuan menulis, tapi lebih menekankan pada menulis naratif bahasa Inggris. Sedangkan
dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada kemampuan menulis pidato dengan melibatkan
evaluasi diri dalam pembelajaran menulis.
Sekarini (2007) dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Menulis Siswa
yang Menggunakan Penilaian Portofolio dengan yang Menggunakan Penilaian Konvensional
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Marga Tahun Pelajaran 2006/2007” menemukan bahwa ada
perbedaan kemampuan menulis siswa antara yang dinilai dengan penilaian portofolio dan
konvensional pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Marga. Skor rata-rata kemampuan menulis
siswa yang dinilai dengan penilaian portofolio sebesar 81,025, sedangkan skor rata-rata
9
kemampuan menulis siswa yang dinilai dengan penilaian konvensional sebesar 56,300. Ini
berarti skor rata rata-rata kemampuan menulis siswa yang dinilai dengan penilaian portofolio
lebih besar daripada skor rata-rata kemampuan menulis siswa yang dinilai dengan penilaian
konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa yang
dinilai dengan penilaian portofolio lebih baik daripada kemampuan menulis siswa yang dinilai
dengan penilaian konvensional pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Marga.
Persamaannya dengan penelitian ini bahwa sama-sama meneliti kemampuan menulis,
tapi dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada keterampilan menulis pidato dengan
melibatkan evaluasi diri dalam pembelajaran menulis. Perbedaan juga terletak pada jenis
penelitian dan perlakuan yang diberikan.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka yang penulis lakukan, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini bukanlah pengulangan atau jiplakan. Ditinjau dari segi masalah yang diteliti
tidak sama, demikian juga dari objek penelitiannya. Dengan demikian penelitian ini layak
diteruskan.
2.6 Hipotesis Tindakan
"Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin salah. Hipoesis akan
ditolak jika salah satu palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membuktikan" (Marzuki,
1981: 35). Pendapat ini menekankan bahwa pernyataan yang dikemukakan akan bisa benar
atau salah tergantung pada pengujinya. Oleh karena ada kemungkinan benar atau salah dapat
disebut dugaan, maka hipotesis adalah suatu dugaan yang mungkin benar atau mungkin
salah. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Hadi (1982: 63) bahwa, "Hipotesis adalah
10
dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah". Dugaan akan mungkin benar bila hasil
pengujian menerimanya dan dugaan akan salah bila fakta tidak mendukungnya. Atau dapat
juga dikatakan, bahwa hipotesis diterima atau hipotesis ditolak.
Terkait dengan topik tulisan ini, penulis kemukakan hipotesis yang mendasari dan
mengarahkan seluruh proses serta pelaksanaan penelitian ini. Hipotesis yang digunakan
adalah hipotesis alternatif, yaitu "Melalui Penggunaan media gambar dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan siswa di Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik Tahun
Pelajaran 2013/2014 ".
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik pada
semester genap. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan mulai dari kegiatan persiapan
sampai pelaksanaan tindakan.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis pelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
media gambar sebagai sasaran utama. Dimana penelitian ini berupaya memaparkan
penggunaan media gambar dalam pembelajaran matematika dalam meningkatkan hasil belajar
siswa di Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik Tahun Pelajaran 2013/2014.
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III berjumlah 25 yang diantaranya 14 orang
laki-laki dan 11 orang perempuan di Kelas III SD No. 176/111 Siulak Kecil Mudik.
Objek dalam penelitian ini adalah tindakan sebagai upaya untuk meningkatkan Hasil
Belajar siswa pada Pelajaran Matematika pokok bahasan menulis karangan dengan
menggunakan Media Gambar.
3.4 Defenisi Operasional Variabel
Adapun operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
12
a. Hasil belajar sebagai variabel terikat adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh
setelah mengalami kegiatan proses belajar berlangsung dengan menyelesaikan soal\
latihan.
b. Media Gambar sebagai variabel bebas yaitu perantara atau pengantar dari pengirim ke
penerima pesan.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tahapan pelaksanaan yang dilangsungkan didalam
kelas, meliputi pelaksanaan PTK berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi dikelas. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru
kelas dalam mengidentifikasi dan mencari permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran
Matematika pada pokok bahasan menulis karangan pada siswa Kelas III SD No. 176/111
Siulak Kecil Mudik.
Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu penelitian tindakan kelas maka dalam desain
penelitian ini memiliki tahapan-tahapan. Dewi (2009:76) ”secara garis besar terdapat empat
tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yakni (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi”.
Arikunto (2006:16) menerangkan bahwa Penelitian ini memiliki beberapa tahap
pelaksanaan tindakan yang dijabarkan dalam bentuk gambar dibawah ini:
13
Gambar 3.1 : Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas oleh Arikunto
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan dengan guru
kelas untuk mambahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam pertemuan
tersebut dikaji kurikulum sebagai acuan untuk materi pelajaran antara lain:
- Menyusun scenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan
- Mempersiapkan bahan materi yang akan diajarkan berupa contoh karangan
- Membuat soal-soal tugas yang akan diberikan pada masing-masing siswa berdasarkan
kompetensi dasar yang dipelajari
- Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana perkembangan peserta didik
didalam kelas
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
?
14
SIKLUS I PelaksanaanRefleksi
PelaksanaanSIKLUS IIRefleksi
Perencanaan
- Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian
diterapkan
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan menonjolkan tindakan yang ingin
diterapkan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa penguasaan guru akan materi menulis
karangan.
c. Observasi
Pada saat melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui
keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, mengetahui kemampuan siswa dalam
mengeluarkan pendapat dan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan. Observasi ini juga bertujuan untuk kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah
disusun dan juga berguna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan
perubahan sesuai dengan yang dikehendaki.
d. Refleksi
Hasil yang didapatkan dari tahap tindakan dan observasi dikumpulan dan dianalisa
sehingga didapat kesimpulan dari tindakan yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini kemudian
digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
Setelah siklus I dilaksanakan dan belum tuntas, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus
II.
15
2. Siklus II
a. Perencanaan tindakan
Prosedur ini sama dengan siklus I dan pembelajaran dilakukan dengan memperbaiki
kekurangan yang ditemukan pada siklus I dimana proses belajar mengajar dilakukan 3 x 40
menit dengan materi menulis karangan dengan menggunakan media gambar. Setelah
melakukan proses belajar mengajar, maka peneliti memberikan soal\ latihan yang bertujuan
mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan dan hasil belajar siswa dalam mempelajari
menulis karangan.
b. Tahap pelaksanaan
Penelitian melakukan kegiatan yang sama pada siklus I tetapi dilakukan setelah ada
perbaikan. Dimana pada tahapan ini proses pembelajaran sudah menggunakan media gambar
yang dilakukan oleh guru didalam proses belajar mengajar selama 3 x 40 menit pelajaran.
Dimana siswa lebih aktif, kreatif, dan mempunyai pemikiran yang luas dalam proses belajar
mengajar.
Setelah selesai guru melaksanakan proses belajar mengajar, guru melakukan tes untuk
mengetahui hasil dari proses belajar mengajar tes belajar yang dilakukan bersifat individual.
c. Observasi
Pada waktu penelitian melakukan tindakan observasi untuk mengetahui hasil belajar
siswa meningkat, kondisi dan keaktifan siswa dalam mempelajari menulis karangan.
16
d. Refleksi
Hasil yang didapat dari tahap tindakan dan observasi yang dikumpulkan dan dianalisis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
3.6 Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi:
1. Tes
Peningkatan salah satu evaluasi yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa
dari suatu bahan ajar yang disampaikan adalah tes. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti
yaitu: tes belajar pertama dan tes belajar kedua yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa dengan menggunakan media gambar.
1. Tes yang digunakan disesuaikan dengan kurikulum dan indikator yang hendak dicapai
diambil dari buku matematika kelas III SD. Dimana KKM yang telah ditetapkan
apabila siswa telah mencapai nilai 60.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan siswa
mulai dari awal pelaksanaan tindakan observer (guru kelas) mengamati tindakan peneliti.
Dalam melaksanakan tindakan, berupa pembelajaran dengan menggunakan media gambar
pada materi menulis karangan. Lebih jelasnya, pedoman observasi guru dan siswa dapat
dilihat pada lembar lampiran.
17
3.8 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan maka akan
digunakan kriteria ketuntasan minimal dimana dengan adanya kriteria penilaian tes ini, kita
dapat melihat hasil pembelajaran baik dari segi soal yang digunakan maupun siswa yang
menjadi sampel pada penelitian dengan nilai ketuntasan 60.
1. Analisis Data
Analisa ini dilakukan dengan mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan
dengan menggunakan persentase sebagai berikut:
a. Sudjana (2009:50) rumus untuk melihat hasil belajar dari segi soal yang digunakan:
Keterangan:
N : Persentase nilai tiap siswa dari keseluruhan soal
f : Jumlah yang benar dari keseluruhan soal
n : Jumlah keseluruhan soal
b. Dan untuk menentukan persentase hasil belajar siswa secara klasikal dengan
rumus :
P = x 100%
P = Perubahan
f = Jumlah siswa yang mengalami perubahan
18
n = Jumlah seluruh siswa (dalam Dewi, 2009 :114 )
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Bulan Mei
Minggu Efektif
1 2 3 4 5
1 Refleksi awal (persiapan
pelaksanaan tindakan
kelas)
x
2 Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan II
Evaluasi Siklus I
x
3 Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan II
Evaluasi Siklus I
x
4 Analisis Data x
5 Penulisan laporan Hasil
penelitian
x
19