penggunaan metode belajar aktif model pengajaran terarah
TRANSCRIPT
Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah
untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa Kelas VII
MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan 2017/2018
Amir Hamzah
STIT Miftahul Ulum Al Islamy Bangkalan
e-mail: [email protected]
ABSTRAK: Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkannya metode belajar aktif model
pengajaran terarah? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pelaksanaan
pembelajaran PAI degan metode belajar aktif model pengajaran terarah dan
peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkannya metode belajar aktif model
pengajaran terarah. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa kelas VII MA Al-Khatibiah Modung Bangkalam. Data yang diperoleh
berupa hasil tes formatif dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil
analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus III yaitu, siklus I (65,63%), siklus II (75,00%), siklus III (87,50%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode belajar aktif model pengajaran terarah
berdampak positif terhadap prestasi belajar Siswa kelas VII MA Al-Khatibiyah
Modung Bangkalan 2017/2018.
Kata Kunci: model pengajaran terarah, hasil belajar PAI, MA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daya serap siswa dalam pembelajaran bermacam-macam, ada yang cepat,
sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi cepat lambatnya
penerimaan siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan, oleh karenanya strategi
pengajaran yang tepat sesuai dengan karakter pembelajaran sangat diperlukan.
Menurut Degeng (2013) hal tersebut merupakan tugas dari ilmu pembelajaran dalam
mengatur strategi yang dapat mendorong prakarsa dalam memudahkan proses belajar
mengajar.
Proses belajar mengajar sendiri merupakan fenomena kompleks yang
melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Lozanov (1978),
menyatakan sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan,
presentasi, dan rancangan pembelajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar
mengajar berlangsung (dalam DePorter, 2002: 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian pebelajar ke dalam
nuansa proses pembelajaran yang bermakna. Menurut Walberg (1997) untuk
menciptakan pembelajaran yang baik, diperlukan adanya ikatan emosional dengan
pebelajar, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan
dan menyingkirkan ancaman. Studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar lebih banyak
belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah (dalam DePorter, 2002:
23). Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela
yang berhubungan dengan bahan pelajaran. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut
metode mengajar.
Kerangka Dasar Teori
Hasil penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa pembelajaran bergaya-
ceramah, berdampak pada 40% dari seluruh waktu digunakan untuk kegiatan di luar
pembelajaran (dalam Sileberman, 2004:16). Sedangkan McKeachie (1986)
menemukan bahwa siswa dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit pertama,
sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat 20% materi
(dalam Silberman, 2004:16). Selanjutnya Pike (1989) meneliti penggunaan media
visual yang dapat meningkatan hingga 200 persen dalam mengajarkan kosa kata. Dan
waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga
40% (dalam Silberman, 2004:17).
Sementara itu penelitian Schroeder (1993) yang menerapkan indikator tipe
Myer-Briggs (MBTI) untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses
belajar menunjukkan sekitar 60 persen dari siswa yang masuk memiliki orientasi
praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu bertambah setiap
tahunnya. Siswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret daripada
mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian
menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya menunjukkan bahwa siswa sekolah
menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada kegiatan yang
reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu (dalam Silberman, 2004:22).
Temuan-temuan tersebut tidak mengejutkan bila ditinjau dari perkembangan
teknologi komuniksi dan informasi yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan
cepat sehingga membuka peluang untuk mengubah segala sesuatu dari satu kondisi
ke kondisi lain, dengan lain kata siswa moderen lebih bersifat dinamis. Kaitannya
dengan metode pengajaran terarah, model pembelajaran ini memberikan peluang
kepada siswa untuk terlibat aktif karena guru harus mampu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa, kemudian memilah-milahnya menjadi
sejumlah kategori. Cara ini memungkinkan guru untuk mengetahui apa yang telah
diketahui dan dipahami oleh siswa sebelum memaparkan apa yang guru ajarkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode pengajaran
terarah, antara lain: (1) ajukan pertanyaan atau serangkaian pertanyaan yang
menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan yang mereka miliki, (2) berikan waktu
yang cukup kepada bagi siswa dalam pasangan atau kelompok untuk membahas
jawaban mereka, (3) perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan
catatlah pendapat mereka, (4) sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin
diajarkan, (5) perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka
dengan poin-poin pembelajaran utama, dan (6) catatlah gagasan yang memberi
informasi tambahan bagi poin pembelajaran.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kolaboratif, di mana
peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru kelas. Penelitian ini mengacu
pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart
(1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral
dengan tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau
pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus dihentikan apabila hasil sudah sesuai
dengan yang diinginkan.
Penelitian bertempat di MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan tahun
pelajaran 2017/2018. Subyek penelitian adalah siswa Kelas VII.
1. Pengumpulan Data
Tes formatif diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan guru (objektif). Soal berjumlah 44 soal yang telah diujicoba, kemudian
mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap
soal. Analisis tersebut digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat
digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai
berikut.
a. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur secara tepat. Validitas butir soal atau validitas item digunakan
untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat
dihitung dengan korelasi Product Moment:
2222 YYNXXN
YXXYNrxy (Arikunto, 2002:72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatanan reilabel apabila menunjukkan hasil-hasil yang mantap.
Antara validitas dengan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, yaitu untuk
memenuhi syarat relaiabilitas, suatu soal harus valid dulu. Oleh karena itu reliabilitas
suatu soal tidak perlu diragukan lagi apabila soal tersebut benar-benar sudah valid,
jadi soal yang valid pasti reliabel. Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
)1(
2
2/21/1
2/21/111
r
rr
(Arikunto, 2002:93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar
dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks
kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
Js
BP (Arikunto, 2002:208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut.
Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang
digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
BA
B
B
A
A PPJ
B
J
BD (Arikunto, 2002:213)
Di mana:
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
A
AA
J
BP Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
B
BB
J
BP Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut.
Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.
2. Uji Coba Instumen Penelitian
Untuk menguji keakuratan dalam menjaring data, maka instrumen penelitian
ini perlu diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen penelitian dilakukan di luar
sasaran penelitian. Secara umum ujicoba dimaksudkan untuk memperoleh (1)
validitas, (2) relabilitas, (3) derajad kedukaran, dan (4) daya beda instrumen. Hasil
dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
a. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga
dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 44 soal
diperoleh 14 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal
dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel Validasi Soal Tes Formatif
No. Kriteria No. Soal
1 Valid
1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19,
21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38,
39, 40, 41, 42, 43, 44
2 Tidak Valid 2, 3, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33,
34, 35
b. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari
hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 654. Harga ini lebih
besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 32) dengan r (95%) =
0,439. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat
reliabilitas.
c. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil
analisis menunjukkan dari 44 soal yang diuji terdapat.
22 soal mudah
13 soal sedang
9 soal sukar
d. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan
demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
3. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan
data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalinasis tingkat keberhasilan
atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu.
a. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh
rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
N
XX
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa=
b. Untuk ketuntasan belajar
Terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai
65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut.
%100...
xSiswa
belajartuntasyangSiswaP
c. Untuk lembar observasi
1) Lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan terbimbing
Untuk menghitung lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan
terbimbing digunakan rumus sebagai berikut:
2
21 PPX
Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2
2) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk mnghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan
rumus sebagai berikut:
%100% xX
X
dengan
2.
tan.. 21 PP
pengamatjumlah
pengamahasiljumlahX
Dimana: % = Persentase angket
X = Rata-rata
X = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
HASIL PENELITIAN
Data penelitian yang diperoleh adalah data observasi berupa pengamatan
pengelolaan belajar aktif dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi
diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran
metode pengajaran terarah yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan
metode pengajaran terarah dalam meningkatkan prestasi Data tes formatif untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan belajar aktif.
Analisis Data Penelitian Persiklus
Siklus I: pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Data hasil penelitian pada siklus I sebagai berikut.
Tabel Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I
Keterangan: Kriteria: (1) Tidak Baik (2) Kurang Baik (3) Cukup Baik (4) Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang
baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan
waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di
atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan
bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
No Aspek yang diamati
Penilaian Rata-
rata
P1 P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2
2
2
2
2
2
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam
kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan
hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan
konsep
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
3
3
3
3
3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
2
3
2
3
2
3
Jumlah 32 32 32
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel
berikut.
Tabel Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing
sebesar 18,3% dan 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang
persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing
18,7% 14,4 dan 11,5%.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar sudah dilaksanakan dengan
baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan
arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
No Aktivitas Guru yang diamati
Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
5,0
8,3
8,3
6,7
13,3
21,7
10,0
18,3
8,3
No Aktivitas Siswa yang diamati
Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
22,5
11,5
18,7
14,4
2,9
5,2
8,9
6,9
8,9
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada
tabel berikut.
Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
belajar aktif model pengajaran terarah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 68,75 dan ketuntasan belajar mencapai 65,63% atau ada 21 siswa dari 32
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
hanya sebesar 65,63% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%..
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut: (1) guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru kurang baik dalam pengelolaan waktu,
dan (3) siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. Perbaikan
yang perlu dilakukan adalah: (1) guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa
dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru perlu mengatur
waktu secara baik dengan menambahkan informasi yang perlu dan memberi catatan,
dan (3) guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga
siswa bisa lebih antusias.
Siklus II: pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
68,75
21
65,63
Tabel Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
Keterangan: Kriteria: (1) Tidak Baik (2) Kurang Baik (3) Cukup Baik (4) Baik
Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar
mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru mendapatkan penilaian yang cukup
baik dari pengamat. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk
penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah
memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan
konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam diharapkan siswa dapat
menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya
sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-
rata P1 P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
3
3
4
3
3,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam
kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3,5
4
4
4
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
4
4
4
3,5
4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
III
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
4
4
3
4
3,5
4
Jumlah 41 43 42
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:
Tabel Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.
Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta
siwa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa
merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah
Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan
siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami
penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
6,7
11,7
11,7
25,0
8,2
16,6
6,7
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
17,9
12,1
21,0
13,8
4,6
5,4
7,7
6,7
10,8
(7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang
mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil
pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan
mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel
berikut.
Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,31
dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 24 siswa dari 32 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa
setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya
siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa
yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode belajar aktif
model pengajaran terarah.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut: (1) memotivasi siswa, (2) membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (3) pengelolaan waktu.
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi
selama proses belajar mengajar berlangsung, (2) guru harus lebih dekat dengan siswa
sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan
No Uraian Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
75,31
24
75,00
pendapat atau bertanya, (3) guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (4) guru harus mendistribusikan waktu
secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, dan (5) guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan
memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
Siklus III: pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.
No Aspek yang diamati Penilaian
Rata-
rata P1 P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
4
3
4
3
4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam
kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan
konsep
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3,5
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
4
4
4
4
4
4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
4
4
4
4
4
4
Jumlah 45 44 44,5
Tabel Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
Keterangan: Kriteria: (1) Tidak Baik (2) Kurang Baik (3) Cukup Baik (4) Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode
pengajaran terarah mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah
memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep,
dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pengajaran
terarah diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Tabel Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%) dan (11,7%).
Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi/langkah-langkah (13,3%),
No Aktivitas Guru yang diamati Persent
ase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
10,7
13,3
10,0
22,6
10,0
11,7
10,0
No Aktivitas Siswa yang diamati Persent
ase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
20,8
13,1
22,1
15,0
2,9
4,2
6,1
7,3
8,5
meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas yang tidak
mengalami perubaan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa
(6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah
Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan
mendengarkan/menperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami
peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru (15,0%). Sedangkah aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada
tabel berikut.
Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,31
dan dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 4 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 87,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III
ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar
aktif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan belajar
aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) selama
proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
No Uraian Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
80,31
28
87,50
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, (2) berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, (3)
kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik, dan (4) hasil belajar siswsa pada siklus III
mencapai ketuntasan.
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
PEMBAHASAN
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode belajar aktif model
pengajaran terarah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III)
yaitu masing-masing 65,63%, 75,00%, dan 87,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar
aktif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PAI pada pokok bahasan perkembangan teknologi untuk produksi,
komunikasi dan transportasi dengan metode belajar aktif model pengajaran terarah
yang paling dominan adalah bekerjadenganmenggunakan media, mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru. Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan LKS/ menemukan konsep, menjelaskan materi yang tidak dimengerti,
memberi umpan balik/ evaluasi/ tanyajawab di mana prosentase untuk aktivitas cukup
besar.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode belajar aktif model pengajaran
terarah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus
I (65,63%), siklus II (75,00%), siklus III (87,50%) dan penerapan metode belajar aktif
model pengajaran terarah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn metode belajar aktif model
pengajaran terarah sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran, yaitu: untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model pengajaran
terarah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan metode pembelajaran yang berbeda, walau dalam taraf yang sederhana,
dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian
ini hanya dilakukan di kelas VII MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan tahun
pelajaran 2017/2018. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-
perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta
Degeng, Nyoman S. 2013. Ilmu Pembelajaran Klasifikasi Variabel untuk
Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung: Kalam Hidup.
DePorter, B. dan Hernacki, M. 2002. Quantum Learning: Unleashing the Genius in
You. Diterjemahkan oleh: Alwiyah Abdurrahman. 2007. Bandung; Kaifa.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Silberman, Mel. 2004. Active Learning (101 Strategi Pembelajaran Aktif)
Yogyakarta: Yappendis.