penggunaan metode peta pikiran (mind mapping... · menyatakan bahwa skripsi saya berjudul...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI
SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SRI WAHYU PURWANINGRUM
K1208046
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sri Wahyu Purwaningrum
NIM : K1208046
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENGGUNAAN METODE PETA
PIKIRAN (MIND MAPPING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NARASI SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Sri Wahyu Purwaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI
SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
SRI WAHYU PURWANINGRUM
K1208046
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Andayani, M.Pd. Drs. Purwadi
NIP 19601030 198601 2 001 NIP 19540103 198103 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu
dan bagi orang-orang yang beriman”
(Al Anfal:64)
“Tak ada yang tak mungkin terjadi di dunia ini.
Jika mereka bisa, maka aku pasti lebih bisa”
(Penulis)
“Di mana ada kemauan, di stu ada jalan”
(Penulis)
“Hidup adalah kesempatan. Kesempatan yaitu kehidupan.
Maka, nikmatilah hidup ini”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
”Mamah dan Papah”
Doa kalian yang tiada terputus, kesabaran membimbingku, pengorbanan
yang tak terbatas dan kasih sayang yang sangat besar padaku.
Aku bersyukur mempunyai orang tua seperti kalian.
Terima kasih mamah, papah. I LOVE YOU.
“ Diana, adikku”
Terima kasih Cah Ayu, kau senantiasa memberi warna untukku di saat ku
membutuhkan semangat.
”S”
Terima kasih telah menjaga hati saya. Kau memberi semangat baru
dalam hidup ini.
“Teman-teman Bahasa dan Sastra Indonesia 2008, Teman-teman Kelompok
Peron Surakarta, Almamater”
Terima kasih atas kekeluargaan yang terjalin. Aku bangga dengan kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Sri Wahyu Purwaningrum. K1208046. PENGGUNAAN METODE PETA
PIKIRAN (MIND MAPPING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NARASI SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada
siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta
yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping).
Sumber data dalam penelitian ini meliputi: (1) tempat dan peristiwa, yakni
kelas VII A dan proses pembelajaran menulis narasi yang sedang berlangsung
melalui metode peta pikiran (mind mapping), (2) informan, yaitu guru pengampu
mata pelajaran Bahas Indonesia dan siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta,
dan (3) dokumen, yaitu hasil menulis narasi siswa. Teknik pengumpulan data yang
diterapkan yaitu : (1) observasi, (2) teknik tes, (3) wawancara, dan (4) analisis
dokumen. Uji validitas data dengan menggunakan triangulasi metode dan
triangulasi sumber data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
kritis dan interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan
metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis narasi siswa SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran
2011/2012. Hal tersebut dapat teridentifikasi dari persentase keaktifan siswa selama
apersepsi, minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, dan
keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi pada siklus I
berturut-turut adalah 51,6%, 67,7%, dan 74,2%. Persentase keaktifan siswa selama
apersepsi, minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, dan
keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi pada siklus II
berturut-turut meningkat hingga 81%, 81%, dan 77%. Peningkatan kemampuan
menulis narasi dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan menulis
narasi pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata kemampuan menulis narasi siswa pada
siklus I yaitu 64,03 dengan rincian 14 siswa (45,16%) mendapat nilai di atas 70.
Pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata kemampuan menulis narasi siswa
adalah 80,51 dengan rincian 25 siswa (80,64%) mendapat nilai di atas 70. Simpulan
penelitian ini adalah penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas VII A SMP
Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Kata kunci: metode peta pikiran (mind mapping), media gambar peta pikiran (mind
mapping), kualitas proses, kualitas hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ”PENGGUNAAN METODE PETA PIKIRAN (MIND
MAPPING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
NARASI SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN
AJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
persetujuan pengesahan skripsi ini.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.
3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin
menyusun skripsi ini.
4. Dr. Andayani, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang senantiasa memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Purwadi, selaku Pembimbing II yang penuh dengan kesabaran memberikan
bimbingan dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberi izin penulis guna
pengambilan data dalam penelitian.
7. Ibu Hasmanty Sri Lestari, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas VII A
SMP Negeri 14 Surakarta yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif
dalam proses penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Siswa siswi kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta yang telah berpartisipasi
aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2008
atas persahabatan, motivasi, dan kebersamaannya yang menjadi kenangan
indah.
10. Keluarga besar di rumah yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan
dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
Semoga doa, bantuan, dan dukungan yang diberikan menjadi amal
kebaikan. Semoga pula Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN ............................................................................... ii
PENGAJUAN .................................................................................. iii
PERSETUJUAN .............................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................... v
MOTTO ........................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................. 8
B. Penelitian yang Relevan ................................................ 39
C. Kerangka Berpikir .......................................................... 41
D. Hipotesis Tindakan ........................................................ 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 45
B. Subjek Penelitian ........................................................... 46
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................... 47
D. Sumber Data Penelitian .................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 48
F. Uji Validitas Data ........................................................ 50
G. Analisis Data ............................................................... 51
H. Prosedur Penelitian ...................................................... 52
I. Indikator Kinerja Penelitian ........................................ 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal Pembelajaran ....................................... 56
B. Pelaksanaan Tindakan ................................................ 60
1. Siklus I ................................................................... 60
2. Siklus II .................................................................. 71
3. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ............. 83
C. Pembahasan ................................................................ 85
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................... 89
B. Implikasi ..................................................................... 89
C. Saran .......................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 94
LAMPIRAN ................................................................................. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis Narasi….
2. Lembar Observasi Terstruktur untuk Siswa ………………………......
3. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Isi …………
32
35
37
4. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Organisasi… 37
5. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Kosakata .... 38
6. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen
Pengembangan Bahasa …………………………………………..…….
38
7. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Mekanika.… 38
8. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian…………………………. 46
9. Keterangan Indikator Keberhasilan Pembelajaran Menulis Narasi…… 55
10. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Pratindakan …………………… 59
11. Perolehan Nilai Keaktifan Siswa pada Siklus I……………………….. 69
12. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Siklus I………………………... 70
13. Perolehan Nilai Keaktifan Siswa pada Siklus II………………………. 80
14. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Siklus II………………………... 81
15. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ……………………………. 82
16. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Siklus I dan II………………….. 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Mind Mapping …………………………………………………. 27
2. Kerangka Berpikir Pembelajaran Menulis Narasi dengan
menggunakan Metode Mind Mapping …………………………
43
3. Alur Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman ......... 52
4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ……………………………….. 53
5. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus …………………….. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran ………………………………………………. 100
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan ………………….. 101
3. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan …………………… 104
4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pratindakan dengan Guru …... 107
5. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pratindakan dengan Siswa ….. 109
6. Lembar Observasi Pratindakan Terstruktur untuk Siswa …..……… 111
7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pratindakan……………………… 113
8. Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Menulis Narasi pada Pratindakan ……………………......................
115
9. Hasil Menulis Narasi Siswa Pratindakan …………………………... 117
10. Dokumentasi Pratindakan ………………………………………….. 119
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……………………… 120
12. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertemuan I Siklus I…………... 134
13. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan I Siklus I dengan
Guru………………………………………………............................
138
14. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan I Siklus I dengan
Siswa ………………………..………………………………………
140
15. Lembar Observasi Terstruktur Pertemuan I Siklus I ……………..... 142
16. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan I Siklus I …………….. 144
17. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertemuan II Siklus I………….. 146
18. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan II Siklus I dengan
Guru ………………………………………………...........................
148
19. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan II Siklus I dengan
Siswa ….………..………..………..………..……………………….
149
20. Lembar Observasi Terstruktur Pertemuan II Siklus I………………. 150
21. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan II Siklus I …………… 152
22. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertemuan III Siklus I………… 154
23. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan III Siklus I dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Guru………..………..………..………..………..………………...... 157
24. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan III Siklus I dengan
Siswa………..………..………..………..………..………………….
158
25. Lembar Observasi Terstruktur Pertemuan III Siklus I……………... 159
26. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan III Silkus I …………... 161
27. Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Menulis Narasi pada Siklus I …………………….............................
163
28. Hasil Mind Mapping Siswa Siklus I ……………………..………… 164
29. Hasil Narasi Siswa Siklus I ………………………………………... 170
30. Dokumentasi Siklus I ………………………………………………. 176
31. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………………...…… 177
32. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertemuan I Siklus II………….. 191
33. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan I Siklus II dengan
Guru………..………..………..………..………..…………………..
194
34. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan I Siklus II dengan
Siswa………..………..………..………..………..………………….
195
35. Lembar Observasi Terstruktur Pertemuan I Siklus II………………. 196
36. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan I Siklus II …………… 198
37. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertemuan II Siklus II………… 200
38. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan II Siklus II dengan
Guru………..………..………..………..………..…………………..
203
39. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan II Siklus II dengan
Siswa………..………..………..………..…………………………...
204
40. Lembar Observasi Terstruktur Pertemuan II Siklus II....................... 205
41. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan II Siklus II…………… 207
42. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertemuan III Siklus II………... 209
43. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan III Siklus II dengan
Guru………..………..………..………..……………………………
212
44. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertemuan III Siklus II dengan
Siswa………..………..………..………..…………………………...
213
45. Lembar Observasi Terstruktur Siswa Pertemuan III Siklus II……... 214
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
46. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan III Siklus II…………... 216
47. Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Menulis Narasi pada Siklus II ……………………...........................
218
48. Hasil Mind Mapping Siswa Siklus II……………………………….. 220
49. Hasil Narasi Siswa Siklus II ……………………………………….. 226
50. Dokumentasi Siklus II……………………...………………………. 232
51. Dokumentasi Lain-Lain………………………….…………………. 233
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai banyak sekali fungsi.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa beserta variasi-variasinya
antara lain yaitu: (1) sebagai alat berkomunikasi (menyampaikan maksud), (2)
sebagai alat penyampai rasa santun, (3) sebagai penyampai rasa keakraban dan
hormat, (4) sebagai alat pengenalan diri, (5) sebagai alat penyampai rasa
solidaritas, (6) sebagai alat penopang kemandirian bangsa, (7) sebagai alat
menyalurkan uneg-uneg, dan (8) sebagai cermin peradaban (Peodjosoedarmo,
2001: 170).
Berkaitan dengan hakikat belajar, Nurgiyantoro (1988) berpendapat,
Belajar adalah pengubahan tingkah laku yang disebabkan adanya
interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud amat luas,
bukan semata-mata berupa buku pelajaran, melainkan juga dari sekolah,
antarindividu, orangtua, masyarakat, alam, kebudayaan, dan sebagainya
(hlm. 21).
Sekolah merupakan salah satu wadah yang disediakan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Indra Djati Sidi (dalam
Hidayatullah, 2009) mengemukakan, ―Definisi tentang sekolah masa depan pada
dasarnya adalah sekolah yang mampu memberikan bekal kepada anak didik
berupa kemampuan dalam bertindak, belajar dan mengatur masa depannya sendiri
secara aktif dan mandiri‖ (hlm. 149). Ia menambahkan, ―Suasana pembelajaran
hendaknya bukan hanya mentransfer pengetahuan (knowledge) dari guru kepada
peserta didik tetapi melakukan pendidikan dalam arti keseluruhan‖ (hlm. 158).
Di sekolah, siswa dibekali beragam keterampilan berbahasa agar dapat
berbahasa dengan baik, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Tarigan (1993) menyatakan, ―Keterampilan berbahasa mempunyai
empat komponen, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara,
(3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis‖ (hlm. 192). Keempat
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
keterampilan berbahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama lain.
Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan keterpaduan beberapa komponen.
Gagne dan Briggs (dalam Krisna, 2009) mengatakan,
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Untuk itu, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai materi
ajar, metodologi pembelajaran, penggunaan media belajar, pemanfaatan situasi
lingkungan belajar dan evaluasi pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2003), ―Pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar‖ (hlm. 62). Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi
pelajaran yang disampaikan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir dan dapat merangsang siswa untuk belajar.
Nurgiyantoro (1988) mengungkapkan,
Seseorang dikatakan telah mengalami peristiwa belajar jika ia mengalami
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berkompeten dan tidak
berkapabilitas menjadi berkompeten dan berkapabilitas, dan dari cara
sikapnya memandang suatu masalah yang berbeda yang ―mengalami
peningkatan kualitas‖ dari cara sebelum dia belajar‖ (hlm. 21).
Seperti yang dinyatakan dalam pilar-pilar UNESCO, selain terjadi
learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga harus terjadi learning to do
(pembelajaran untuk berbuat) dan bahkan dituntut sampai pada learning to be
(pembelajaran untuk membangun jati diri yang kokoh), serta learning to live
together (pembelajaran untuk hidup bersama secara harmonis).
Alyuhendri (2010) mengutarakan, ―Menulis dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
sebagai alat atau medianya‖. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat
dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu penulis sebagai penyampai
pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca
sebagai penerima pesan.
Pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP, khususnya pada
pembelajaran menulis narasi, siswa dituntut untuk mampu secara aktif dan kreatif
menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Terlebih pada karakter tulisan
narasi yang mengutamakan daya imajinasi manusia. Pada kenyataannya, banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasi. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu pendekatan dan metode yang tepat untuk menangani
permasalahan tersebut.
Becker (2010) di dalam tulisannya mengungkapkan,
Constructivism is a theory of learning that explains why students retain
and understand certain information. Constructivism is similar to post-
modern thinking because learning and knowledge are constructed by a
person based on her own individual experiences and it is based on the
belief that “knowledge is always knowledge that a person constructs.”
Hal ini dapat dipahami juga bahwa pengetahuan dibangun berdasarkan
setiap pengalaman yang dialami seseorang. Pembangunan mirip dengan
pemikiran modern karena belajar dan pengetahuan dibangun oleh seseorang
berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadinya. Melalui pengalaman-
pengalaman itulah, seseorang belajar dan mendapatkan pengetahuan yang dapat
membangun kualitas pengetahuan yang dimilikinya.
Nurhadi (dalam Andayani, 2009) berpendapat,
Pendekatan kontekstual adalah sebuah konsep pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata
pelajarannya dengan situasi nyata. Situasi nyata yang disajikan dalam
pembelajaran adalah situasi yang benar-benar dialami dalam kehidupan
siswa. Penerapan pendekatan ini dapat memotivasi siswa untuk dapat
menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-
hari siswa sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat tempat siswa hidup (hlm. 2).
Andayani (2009) menyatakan, ―Pendekatan kontekstual merupakan suatu
konsep pembelajaran yang menekankan pentingnya proses pembelajaran‖ (hlm.
2). Proses yang dimaksud adalah proses yang memberikan kesempatan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
siswa mengembangkan sendiri pengetahuannya melalui aktivitas pembelajaran. Ia
juga menambahkan, ―Pendekatan kontekstual diterapkan guru dengan cara
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata yang
dihadapi siswa sehari-hari‖ (hlm. 9).
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008) mengartikan,
―Keterampilan menulis sebagai suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca‖ (hlm. 248). Keterampilan
menulis dirasa lebih sulit dikuasai dibandingkan dengan ketiga kemampuan
berbahasa lainnya. Oleh sebab itu, pendekatan dengan metode yang tepat
dibutuhkan untuk membantu siswa memunculkan ide atau gagasan untuk
dituangkan ke dalam kalimat.
Kenyataan di lapangan menunjukkan proses pembelajaran yang
berlangsung dalam pembelajaran menulis narasi di kelas VII A SMP Negeri 14
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 masih belum optimal. Berdasarkan survei awal,
diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi masih berlangsung secara
konvensional belum terjadi interaksi aktif antara guru dan siswa dalam
pembelajaran. Secara terperinci, pembelajaran menulis narasi tersebut dilakukan
guru dengan langkah–langkah sebagai berikut: (1) guru memberikan pengertian
menulis narasi, (2) guru menjelaskan materi menulis narasi, (3) guru menyuruh
siswa menuliskan kembali cerita yang pernah didengar, dan (4) guru memberi
siswa tugas mengerjakan latihan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS). Jika
diperhatikan, pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru mendominasi
pembelajaran dengan lebih banyak menerangkan materi di depan kelas. Hal ini
berpengaruh terhadap sikap dan keaktifan siswa selama pembelajaran.
Selain itu, masalah yang muncul dari siswa itu sendiri yang juga
berpengaruh antara lain: (1) siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan
secara lancar dan runtut, (2) perbendaharaan kata yang dimiliki siswa terbatas, (3)
siswa belum mampu menggunakan diksi secara tepat, (4) siswa belum mampu
menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat, dan (5) kurangnya kemampuan
siswa dalam mengembangkan paragraf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut peta pikiran
(mind mapping). Menurut Edward (2009), ―Peta pikiran (mind mapping) adalah
cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan
data dari atau ke otak‖ (hlm. 64). Dapat diketahui peta pikiran (mind mapping)
merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa
untuk belajar.
Peta pikiran (mind mapping) bisa juga dikategorikan sebagai teknik
mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan peta
pikiran (mind mapping) ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si
pembuatnya. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-
an. Hingga saat ini, ―Metode yang merupakan implementasi dari radiant thinking
adalah metode belajar yang paling banyak digunakan di seluruh dunia‖ (Yusuf,
2009).
Edward (2009) mengatakan, ―Sistem mind mapping mempunyai banyak
keunggulan yang di antaranya proses pembuatan mind mapping menyenangkan,
karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik
sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak‖ (hlm. 64-65).
Oleh karena itu, metode peta pikiran (mind mapping) ini akan sangat membantu
siswa dalam proses pembelajaran, terutama digunakan dalam pembelajaran
menulis narasi.
Metode peta pikiran (mind mapping) akan menambah pengetahuan siswa
untuk mencari urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang
diharapkan. Siswa akan lebih mudah jika dalam pembelajaran menulis narasi
mengangkat tema dari kehidupan siswa sehari-hari atau pengalaman yang pernah
dialami siswa. Melalui bimbingan guru, pengalaman-pengalaman tersebut
dituangkan ke dalam kerangka berpikir melalui peta pikiran (mind mapping). Cara
ini dapat memicu siswa untuk memetakan ide-ide yang akan dikembangkan.
Metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa
dalam memanfaatkan potensi kedua belah otaknya. Adanya interaksi yang luar
biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kemudahan dalam proses menulis. Terbiasanya siswa menggunakan dan
mengembangkan potensi kedua otaknya akan dicapai peningkatan beberapa aspek,
yaitu konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga siswa dapat
mengembangkan tulisannya melalui gambar peta pikiran (mind mapping).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis akan melakukan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII A
SMP Negeri 14 Surakarta tahuna ajaran 2011/2012 dengan menggunakan metode
peta pikiran (mind mapping).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas
VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah penggunaan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dapat
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas
VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi dengan
penggunaan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping) pada siswa
kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi dengan
penggunaan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping) pada siswa
kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan pembelajaran menulis narasi.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi
guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan dan meningkatkan kemampuan
menulis narasi.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih lanjut
terhadap kemampuan menulis narasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Sebagai bahan melatih siswa untuk berpikir kreatif dan imajinatif.
2) Sebagai motivasi dalam kegiatan memetakan gagasan untuk menulis
narasi.
3) Sebagai penumbuh minat menulis di kalangan pelajar.
b. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
1) Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana
kemampuan yang dimiliki siswa dalam pelajaran menulis narasi.
2) Sebagai bahan acuan masukan dalam mengajarkan pokok bahasan
kemampuan menulis narasi.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai masukan untuk memberikan dorongan kepada guru dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik.
2) Dapat meningkatkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga
tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Tarigan (1983) mengungkapkan, ―Menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif‖ (hlm. 3). Sementara itu, Hook (dalam Ahmadi,
1990) mengemukakan, ―Tulisan merupakan suatu medium yang penting bagi
ekspresi diri, untuk ekspresi bahasa, dan untuk menemukan makna‖ (hlm. 24-25).
Dengan demikian, menulis merupakan kemampuan berbahasa yang menuntut
seseorang dapat menghasilkan sesuatu sebagai ungkapan buah pikirannya secara
tertulis.
Pendapat lain berbunyi, ―Menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu‖ (Suyitno dan
Purwadi, 2000:1). Pada dasarnya, kegiatan menulis tidak hanya menggambarkan
bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang tetapi juga merupakan kegiatan
pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam
bentuk tulisan atau bahasa tulis.
Senada dengan pendapat di atas, Nurgiyantoro (1988) menyatakan,
―Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan,
penulis hendaknya menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat,
teratur, dan lengkap‖ (hlm. 271). Penyampaian bahasa tulis kepada pembaca harus
dapat menimbulkan pemahaman yang sama dengan apa yang dimaksudkan
penulis. Oleh karena itu, dalam kegiatan menulis diperlukan kepandaian
mengorganisasikan isi agar pembaca dapat memahami maksud penulis.
Supriyono (2011) mengungkapkan, ―Writing is not merely putting word
on paper but writing is the process of communicating between the writer and the
reader that begins with thinking” (hlm. 134). Dapat diartikan bahwa menulis
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tidak melulu meletakkan kata pada kertas, tetapi menulis adalah proses
komunikasi antara penulis dengan pembaca yang dimulai dengan pemikiran.
Dikuatkan pula oleh Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan
(1999) mengemukakan, ―Kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses
penulisan. Sebagai suatu proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas
(kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap)‖ (hlm. 2). Slamet
(2007) menambahkan, ―Fase-fase tersebut meliputi fase pramenulis (persiapan),
penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi
atau penyempurnaan tulisan) yang memerlukan banyak latihan‖ (hlm. 97).
Sejalan dengan itu, Sri Hastuti (dalam Slamet, 2007) mengungkapkan,
Menulis, di samping sebagai proses, menulis juga merupakan suatu
kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan
berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain:
(1) adanya kesatuan gagasan; (2) penggunaan kalimat yang jelas; (3)
paragraf disusun dengan baik; (4) penerapan kaidah ejaan yang benar;
dan (5) penguasaan kosakata yang memadai (hlm. 98).
Heaton (dalam Slamet, 2008) mengatakan, ―Dalam kegiatan menulis
diperlukan adanya kompleksitas kegiatan untuk menyusun karangan secara baik
yang meliputi: (1) keterampilan gramatikal, (2) penuangan isi, (3) keterampilan
stilistika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan‖ (hlm.
142). Sejalan dengan hal tersebut, kemampuan menulis diungkapkan Akhadiah,
Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 2) sebagai suatu kemampuan
yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk kegiatan
menulis maka menulis harus dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar dan
berlatih dengan sungguh-sungguh.
Frunchling, Rosemary T., dan Oldham (1976) di dalam bukunya
mengatakan,
We write to communicate
Such an obirous statement hardly needs to be made – or so it would
seem. A lot of people, however do not communicate when they write.
They miscommunicate.
Why? Because writing effectifely to communicate doas demand some
thougt and a bit of practice – nothing more than the average person can
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
muster. Writing – the everyday, essential writing that is our topic – is not
an obscure, esoteric skill that only a few can master. Writing the
everyday, essential writing is our topic – is not an obscure, esoteric skill
that only a few can master (hlm. 7).
Tulisan yang komunikatif jarang membutuhkan tindakan, akan tetapi
banyak orang yang tidak berkomunikasi ketika mereka menulis. Penyebabnya
adalah menulis secara efektif untuk berkomunikasi perlu pemikiran serius dan
sedikit praktik. Menulis yang dilakukan sehari-hari, menulis hal-hal penting
merupakan hal pokok yang dibicarakan, bukan berarti mengaburkan, melainkan
kecakapan yang hanya diketahui beberapa orang tertentu saja yang hanya sedikit
orang yang dapat menguasainya.
Byrne (dalam Slamet, 2008) mengungkapkan,
Keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan
menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata
dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan
keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke
dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,
lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan
kepada pembaca dengan berhasil (hlm. 141).
Lado (dalam Suriamiharja, Akhlan Husen, dan Nunuy Nurjanah, 1997)
mengatakan, ―To write is to put down the graphic symbols that represent
language one understand, so that other can read these graphic representation‖
(hlm. 1). Dapat diartikan bahwa menulis adalah kegiatan mengungkapkan pikiran
ke dalam bentuk simbol-simbol grafik untuk menjadi kesatuan bahasa yang
dimengerti sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol bahasa tersebut.
Menulis menurut Mc. Crimmon (dalam Slamet, 2007), ―Kegiatan
menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan
ditulis, menentukan cara menuliskan sehingga pembaca dapat memahaminya
dengan mudah dan jelas‖ (hlm. 196). Dengan demikian, menulis merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan dalam bentuk
lambang bahasa tulis agar dapat dipahami oleh orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat didefinisikan bahwa menulis adalah
serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami
isi dari pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, menulis merupakan
serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan
untuk disampaikan kepada pembaca.
b. Manfaat Menulis
Beberapa manfaat menulis menurut Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan
Sakura H. Ridwan (1999) antara lain: (1) dapat lebih mengenali kemampuan dan
potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis, (2)
dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan,
(3) dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis
maupun dalam bentuk berpikir terapan, (4) permasalahan yang kabur dapat
dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan menulis, (5) dapat menilai gagasan
sendiri secara objektif melalui tulisan, (6) dalam konteks yang lebih konkret,
masalah dapat dipecahkan dengan lebih melalui tulisan, (7) dapat memotivasi diri
untuk belajar dan membaca lebih giat, dan (8) dapat membiasakan diri untuk
berpikir dan berbahasa secara tertib (hlm. 1-2).
Untuk menjelaskan pentingnya menulis, Wiyanto (2006) mengajukan
pertanyaan ―Mengapa kita harus menulis?‖ (hlm. 3). Zaman prasejarah ditandai
dengan tidak diabadikan dengan tulisan sehingga tidak diketahui generasi
sesudahnya. Baru setelah ditemukan batu tertulis, peristiwa penting masa lalu
dapat diketahui dan manusia meninggalkan zaman prasejarah untuk memasuki
zaman sejarah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui menulis
seseorang akan lebih mampu mengenali potensi yang dimilikinya. Penulis akan
mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik atau bahan yang
akan dibuat tulisan. Selain itu, manfaat menulis yang lain adalah agar manusia
dapat mengetahui kejadian atau sejarah masa lalu yang penting melalui tulisan
yang dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Tujuan Menulis
Menulis sebagai suatu kegiatan sudah pasti memiliki tujuan. Tujuan-
tujuan tersebut berkaitan dengan isi sebuah tulisan. Sehubungan dengan tujuan
menulis, Hartig (dalam Suyitno dan Purwadi, 2000) merumuskan tujuan menulis
sebagai berikut: (1) assignment purpose, (2) altruistic purpose, (3) persuasive
purpose, (4) informational purpose, (5) self-expressive purpose,(6) creative
purpose, dan (7) problem-solving purpose (hlm. 5).
Altruistic purpose (tujuan altruistik) adalah kunci keterbacaan suatu
tulisan. Penulis mempunyai tujuan untuk menyenangkan pembaca,
menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih
mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tulisan yang mengandung
tujuan altruistik menarik untuk dibaca, seperti pada karya sastra untuk para
remaja.
Tulisan yang mengandung persuasive purpose (tujuan persuasif)
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
Tulisan ini mengandung sejumlah fakta yang disertai pendapat-pendapat untuk
menambah kuat informasi yang disajikan. Tulisan ini biasa terdapat pada bacaan-
bacaan yang ada di media cetak seperti opini pembaca dan sebagainya.
Tulisan yang mengandung informational purpose (tujuan informasional)
bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca. Informasi-
informasi seperti berita, petunjuk pelaksanaan, keterangan denah suatu tempat
hingga informasi suatu acara seperti poster-poster yang tertempel di papan
pengumuman. Tulisan-tulisan tersebut juga sebagai media untuk
menginformasikan suatu informasi kepada khalayak.
Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) adalah tujuan
memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
Biasanya pada prakata atau pendahuluan sebagai pembuka sebuah buku teks
pengarang memperkenalkan sedikit mengenai dirinya dan tujuan ia membuat
buku itu. Biografi lebih tepat mempunyai tujuan self-expressive purpose ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Creative purpose (tujuan kreatif) adalah tulisan yang bertujuan mencapai
nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. Tulisan ini terdapat pada karya sastra
seperti puisi, cerpen dan novel. Nilai-nilai artistik pada puisi terdapat pada untaian
kata yang digunakan, bisa juga melalui bentuk penulisan puisi yang indah.
Dalam tulisan yang mengandung problem-solving purpose (tujuan
pemecahan masalah), penulis mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu
permasalahan tertentu yang sedang dihadapi. Tulisan ini seperti pada karya ilmiah
bagian rumusan masalah hingga pembahasan. Di bagian tersebut, penulis
menguraikan pemecahan masalah kepada pembaca sehingga pembaca bisa
memahami permasalahan apa yang dimaksudkan penulis. Dari uraian di atas,
dapat diketahui bahwa setiap tulisan mempunyai tujuan penulisan yang berbeda
satu dengan yang lain sesuai dengan jenis tulisan dan sasaran pembacanya.
d. Jenis-Jenis Tulisan
Dalam perkembangannya, Gie (1992: 23) membuat klasifikasi tulisan
menjadi empat bentuk, yaitu: (1) cerita (narasi), (2) lukisan (deskripsi), (3)
paparan (eksposisi), dan (4) bincangan (argumentasi). Sedangkan teknik
pemaparan paragraf dikemukakan oleh Kunjana (2009) menjadi empat yaitu: (1)
paragraf deskriptif, (2) paragraf ekspositoris, (3) paragraf argumentatif, dan (4)
paragraf naratif (hlm. 166-167).
Parera (1993) menerangkan, ―Tulisan dan karangan dapat dikembangkan
dalam bentuk narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi‖ (hlm. 5). Di lain
pihak, Muslich (2007) membagi karangan menjadi lima macam, yaitu deskripsi,
narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Di sini, Muslich menambahkan
persuasi sebagai suatu jenis karangan.
Menurut Parera (1993), ―Narasi merupakan satu bentuk pengembangan
karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan
perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis
suatu peristiwa, kejadian, dan masalah‖ (hlm. 5). Pengarang bertindak sebagai
seorang sejarawan atau tukang cerita. Melalui tulisannya, pengarang ingin
meyakinkan pembaca atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan ketahui. Pengarang tidak mementingkan hubungan sebab akibat dari peristiwa
atau masalah yang dikemukakan.
Di sisi lain Muslich (2007) mengatakan, ―Secara sederhana, narasi
dikenal sebagai cerita. Pada narasi, terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu
urutan waktu‖. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu
konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok
sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur.
Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat
berisi fakta (nonfiktif) atau fiksi (fiktif). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya
sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif sering kali terdapat
pada berita-berita di surat kabar.
Pendapat Muslich (2007), ―Eksposisi merupakan karangan yang berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca‖. Eksposisi dipaparkan suatu kejadian atau
masalah secara analitis, spasial, dan kronologis supaya pembaca dapat memahami
informasi tersebut. Karangan ini berusaha menguraikan suatu objek yang mampu
memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi
dengan grafik, gambar atau statistik.
Di lain pihak, Parera (1993) mengutarakan, ―Eksposisi merupakan jenis
karangan yang bersifat memberi informasi. Pengarang akan menggunakan
pengembangan secara analisis, spasial, dan kronologis. Pengarang dan penulis
berusaha memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar dapat
memahami‖ (hlm. 5). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
eksposisi merupakan paparan atas suatu kejadian.
Menurut Parera (1993), ―Deskripsi adalah satu bentuk karangan yang
hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan‖ (hlm. 5). Deskripsi
memberikan satu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah.
Ditambahkan oleh Muslich (2007), ―Deskripsi merupakan karangan yang berisi
gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasakan hal tersebut‖.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Parera (1993) berpendapat, ―Argumentasi merupakan satu bentuk
karangan eksposisi yang bersifat khusus‖ (hlm. 5). Pengarang argumentasi
berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk
percaya dan menerima apa yang dikatakan. Pengarang dapat menggunakan
metode deduktif dan induktif dalam pemaparannya. Pengarang juga dapat
mengajukan argumen berdasarkan contoh-contoh, analogi, akibat ke sebab, sebab
ke akibat, dan pola-pola deduktif. Sedangkan menurut Muslich (2007), ―Karangan
argumentasi bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan
dengan data atau fakta sebagai alasan dan bukti‖. Dalam argumentasi, pengarang
mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan
data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Muslich (2007) menerangkan, ―Karangan persuasi bertujuan
mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu‖. Dalam persuasi pengarang
mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh
pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
e. Asas-asas Menulis
Menurut Widyamartaya (2000), ―Paragraf yang baik perlu menerapkan
tiga asas yang lebih berkenaan dengan gagasan yang hendak disampaikan dan tiga
asas yang lebih menyangkut tataran dalam menyampaikan gagasannya‖ (hlm. 37).
Ditambahkan juga, ―Asas-asas yang menyangkut gagasannya, yaitu kejelasan,
keringkasan, dan ketepatan. Asas-asas yang menyangkut tataran gagasannya,
yaitu kesatupaduan, pertautan, dan harkat‖ (hlm. 38).
Pada asas kejelasan, jelas berarti tulisan itu bersifat tidak samar-samar
sehingga tiap butir fakta atau pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak
nyata oleh pembaca. Asas keringkasan berarti bahwa karangan tidaklah harus
pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan itu tidak berboros kata, tidak
berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide yang sama,
dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa karangan dapat menyerap
butir-butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang dimaksudkan oleh penulis. Asas kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu
yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada satu gagasan pokok atau
pikiran utama karangan.
Asas pertautan adalah asas yang menghendaki agar ada saling kaitan
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam tiap paragraf (dan
juga antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain). Pengharkatan
(kelengkapan, pengembangan yang memadai) menghendaki agar karangan benar-
benar berbobot dan berisi. Jadi, dapat dikatakan bahwa tulisan yang baik adalah
tulisan yang mampu mengindahkan segala unsur-unsur dan asas-asas menulis
sehingga pembaca dapat memahami maksud penulis.
f. Tahap-tahap Menulis
Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Di dalamnya
terdapat beberapa tahap-tahap penulisan, meliputi tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi. Akhadiah, Maidar. G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan
(1999) mengemukakan, ―Tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi
tahap prapenulisan, penulisan dan revisi‖ (hlm. 2).
Tahap Prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan
menulis, di dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis
karangan meliputi: (1) menentukan topik, (2) membatasi topik, (3) menentukan
tujuan penulisan, (4) menentukan bahan penulisan, (5) membuat kerangka
karangan, dan (6) tahap persiapan penulisan.
Pada tahap penulisan, penulis membahas setiap butir topik yang ada
dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu
kerangka yang utuh diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata yang
akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang
tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata
harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut
harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai
penggunaan tanda baca secara tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pada tahap revisi, sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti
secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika sudah melalui revisi, maka
selesailah sebuah tulisan.
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi
a. Pengertian Pembelajaran Menulis Narasi
Menulis narasi merupakan salah satu bentuk cipta sastra yang menjadi
materi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas VII SMP. Karangan narasi
merupakan jenis karangan yang di dalamnya mengandung runtutan peristiwa yang
terjadi dalam satu rangkaian waktu dengan maksud menceritakan dan
menggambarkan sejelas-jelasnya peristiwa yang terjadi. Dengan menulis karangan
narasi, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan
membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk mengorganisasikan
gagasan, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara
membuat karangan yang menarik untuk dibaca.
Widyamartaya (2000) mengungkapkan, ―Mengarang adalah kegiatan
yang kompleks‖ (hlm. 9). Mengarang dapat dipahami sebagai ―keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang
dimaksudkan oleh pengarang‖ (definisi Akademi Kepengarangan). Ia juga
mengungkapkan, ―Penceritaan atau narasi bertujuan menyampaikan gagasan
dalam urutan waktu atau dalam rangka waktu dengan maksud di depan mata
angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada suatu
kejadian utama‖.
Menurut Keraf (2007), ―Ciri karangan narasi yaitu: (1) menonjolkan
unsur perbuatan atau tindakan, (2) dirangkai dalam urutan waktu, (3) berusaha
menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?, dan (4) ada konflik‖ (hlm. 136). Narasi
dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada
konflik.
Selain yang telah disebutkan di atas, Semi (2003) mengungkapkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Ciri-ciri narasi sebagai berikut: (1) berupa cerita tentang peristiwa atau
pengalaman penulis, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan
berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata
imajinasi atau gabungan keduanya, (3) berdasarkan konflik, karena tanpa
konflik biasanya narasi tidak menarik, (4) memiliki nilai estetika, dan (5)
menekankan susunan secara kronologis (hlm. 31).
Ciri yang dikemukakan Keraf berisi suatu cerita, menekankan susunan
kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf
lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku. Hal tersebut mampu memperkuat
imajinasi pembaca dalam mengikuti alur cerita dari sebuah karangan narasi.
Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu: (1) hendak
memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan, dan (2)
memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Pembaca di sini menikmati
setiap jalan cerita yang ditulis pengarang melalui kejadian-kejadian pelakunya.
Selain itu, pembaca juga diharapkan mampu menangkap hikmah atau pesan yang
dikandung dari cerita narasi tersebut.
Langkah-langkah menulis karangan narasi yaitu: (1) tentukan dulu tema
dan amanat yang akan disampaikan, (2) tetapkan sasaran pembaca kita, (3)
rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema
alur, (4) bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita, (5) rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita, dan (6) susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
Seperti halnya tulisan, narasi sendiri juga memiliki jenis karangan narasi.
Jenis-jenis karangan narasi, yaitu narasi ekspositorik (narasi teknis) dan narasi
sugestif. Jenis karangan narasi ini terbentuk karena adanya perbedaan dalam
tujuan dan cara menyampaikan isi cerita kepada pembaca.
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian
informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis
menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang
ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat
ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi
ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis,
berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca
atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Tujuan dan sasaran
utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi
makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena
sasarannya adalah makna peristiwa, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya
khayal (imajinasi).
Kompetensi dasar kegiatan menulis narasi di kelas VII tercantum pada
silabus pembelajaran. Kenyataan di lapangan, siswa masih mengalami kesulitan
bahkan kebosanan untuk menulis narasi. Siswa merasa menulis adalah aktivitas
yang paling sulit. Selain diberikan pemahaman mengenai menulis narasi, siswa
seharusnya juga diberi motivasi untuk banyak membaca contoh karangan. Dengan
demikian, diharapkan siswa dapat mengembangkan imajinasinya melalui alur
cerita narasi yang runtut sehingga amanat dari narasi itu dapat tersampaikan
dengan baik.
b. Tujuan Pembelajaran Menulis Narasi
Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan,
dan guru sebagai salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan
dan perkembangan dunia pendidikan. Tugas utama seseorang guru ialah
mendidik, mengajar, membimbing, melatih, oleh sebab itulah tanggung jawab
keberhasilan pendidikan berada di pundak guru (Suharmanto: 2008).
Pandangan yang beranggapan bahwa mengajar hanya sebatas
menyampaikan ilmu pengetahuan itu sudah harus untuk ditinggalkan, karena
sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan zaman. Pembelajaran
inovatif adalah pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak
seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.
Moloney dan Lesley Harbon (2010) mengungkapkan, ―Teachers are
engaged in developing innovative practice which elicits and recognizes evidence
of new student learning. These initiatives will shape and support the future
development of intercultural language learning.‖ Dapat dipahami bahwa pendidik
erat hubungannya dengan pengembangan pembelajaran yang inovatif. Hal ini
sangat mendukung dan membantu siswa dalam belajar bahasa dari beberapa
kebudayaan.
Suharmanto (2008) menambahkan, ―Metode pembelajaran yang efektif
dan inovatif adalah metode pembelajaran yang dimodifikasi atau dibuat oleh guru
sendiri yang disesuaikan dengan berbagai faktor/kondisi nyata di lapangan
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal‖. Dengan kata lain,
guru harus kreatif menerapkan pendekatan dan metode tertentu sehingga
pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM).
Dalam pembelajaran di kelas VII SMP, pendekatan terpadu sangat
dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa. Konsep terpadu mengacu kepada
pengertian penyajian materi bahasa secara utuh. Artinya, materi pelajaran bahasa,
baik yang berupa unsur-unsur bahasa maupun keterampilan berbahasa, tidak
disajikan secara terpisah-pisah, melainkan dalam keutuhan sesuai dengan
kenyataan pemakaian bahasa secara alamiah dalam masyarakat pemakai bahasa
(Andayani, 2009: 44). Pendekatan terpadu sebagai suatu pendekatan
pembelajaran, dapat menghubungkan berbagai bidang disiplin yang pada
hakikatnya dapat mencerminkan dunia nyata (Andayani, 2009: 45).
Andayani (2009) menyatakan, ―Pengembangan kepekaan emosi, daya
imajinasi, dan kemampuan berpikir siswa dikembangkan secara terpadu dengan
pembelajaran keterampilan berbahasa‖ (hlm. 81). Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya
orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Melalui
keterampilan berbahasa yang dikuasai, siswa mampu menempatkan diri secara
mandiri di lingkungan bermasyarakat.
Pengamatan Doyle (dalam Dunne dan Ted Wragg, 1996), ―Para penelaah
hasil penellitian mengenai efektivitas mengajar guru menyimpulkan bahwa
terdapat sedikit konsistensi hubungan antara kemampuan guru dengan efektivitas
pembelajaran‖ (hlm. 11). Kurangnya pengetahuan guru terhadap metode
pembelajaran yang inovatif membuat pembelajaran di kelas menjadi
membosankan dan kurang kondusif.
Prawiradilaga (2008) mengungkapkan, ―Pengajar, disainer pembelajaran,
atau teknolog pendidikan sebagai tenaga ahli dapat memanfaatkan dua paradigma,
pembelajaran dan belajar untuk mendisain suatu pembelajaran atau proses belajar‖
(hlm. 8). Dalam hal ini, disain pembelajaran dikembangkan meliputi penekanan
pada konsep rancangan lingkungan belajar yang mendukung terjadinya proses.
Disain pembelajaran adalah suatu proses yang merumuskan dan menentukan
tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai
(Gentry dalam Prawiradilaga, 2008: 16).
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu -- dalam hal ini tujuan pembelajaran – sehingga
dapat tercapai secara optimal. Pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari
kajian strategi itu dalam proses pembelajaan disebut metode pembelajaran.
Bagaimana cara untuk menjalankan metode yang ditetapkan tersebut dinamakan
teknik. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, teknik harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di lapangan, maka munculah istilah taktik (Suharmanto: 2008).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Menurut Akhadiah, Maidar G.
Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1992), ―Pembelajaran bahasa Indonesia adalah
program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan berbahasa Indonesia
dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia‖ (hlm. 11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Meyer (2006) mengungkapkan, ―Narrative skills may seem intuitive to
us, since we are so much the product of stories”(hlm. 230). Kemampuan
menarasikan menampakkan intuisi kita yang karena itu kita menghasilkan banyak
karangan. Melalui pembelajaran menulis narasi, siswa diharapkan dapat
mengembangkan ide dan imajinasi untuk dituangkan ke dalam suatu karangan
narasi yang nantinya dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Aspek-aspek yang Dinilai dalam Pembelajaran Menulis Narasi
Tes kebahasaan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran bahasa. Melalui penilaian tersebut akan dapat diketahui hasil belajar
siswa secara objektif. Penilaian akan mendapatkan hasil yang baik jika aspek-
aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara lebih rinci.
Slamet (2008) berpendapat, ―Kegiatan menulis melibatkan aspek
penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan
kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan dan pengembangan model
karangan‖ (hlm. 209). Sehubungan dengan itu, Zaini Machmoed (dalam
Nurgiyantoro, 2009) menyebutkan, ―Kategori-kategori pokok dalam mengarang
meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3)
gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian
tulisan, dan kebersihan, dan (5) respons efektif guru terhadap karya tulis‖ (hlm.
305).
Sejalan dengan hal tersebut, Harris dan Amran (dalam Nurgiyantoro,
2009) mengemukakan, ―Unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi,
gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan
pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan)‖
(hlm. 306). Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi karangan yang
selanjutnya diikuti dengan organisasi, gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh
karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama dan terpenting ini
memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Hakikat Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Amalia (2010), ―Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,
langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran‖. Pengertian metode juga disampaikan Maolani (2007), ―Metode
secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan
sebagai cara melakukan kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis‖.
Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran artinya cara yang berisi
prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan
pengajaran materi pelajaran kepada siswa. Metode dapat juga dikatakan sebagai
prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan tertentu
Senada dengan pendapat di atas, Sudrajat (2008), ―Metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran‖. Dalam penerapannya, terdapat sejumlah metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi,
(5) laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7) brainstorming, (8) debat, dan (9)
simposium.
b. Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping)
Peta pikiran atau disebut dengan mind mapping merupakan salah satu
metode belajar yang dikembangkan oleh Toni Buzan tahun 1970-an yang
didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena peta pikiran ini berupa
urutan langkah-langkah yang sistematis.
Buzan (2009) mengungkapkan, ―Mind mapping adalah alat berpikir
kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak‖ (hlm. 2). Peta pikiran
memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola
radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang seperti yang secara internal selalu
digunakan otak, dan terhadap mana seseorang perlu membiasakan diri kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Kantiti (2010), ―Mind map atau peta pikiran adalah sebuah
diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran),
tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak‖. Peta pikiran
juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta
mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis.
Mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi
ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak—mind mapping adalah
cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan ―memetakan‖ pikiran-
pikiran kita (Buzan, 2009: 4). Peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang
(Rostikawati: 2008).
Wilde (1998) mengungkapkan:
Mind mapping is a visual, nonlinear way to organize information and
stimulate the thinking power of your mind. It allows your mind the
freedom to explore new territory, to mix ideas up in new ways, develop
new patterns and channels of thought, and to go deeper into a subject
while maintaining a broad overview.
Mind mapping merupakan sebuah gambar nonlinear yang mampu
mengorganisasikan informasi dan memberikan stimulus terhadap cara pikir otak.
Melalui mind mapping kita bebas mengembangkan, menggabungkan, dan
mengembangkan gagasan dengan suatu pola tertentu.
Herdian (2009) menyebutkan, ―Mind mapping sangat efektif bila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat
asosiasi di antara ide tersebut‖. Mind mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu
informasi kepada informasi yang lain
Buzan (2009) berpendapat, ―Mind map adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari
otak. Peta pikiran membuat otak manusia tereksplor dengan baik, dan bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
sesuai fungsinya‖ (hlm. 4). Ia menambahkan lagi, ―Mind Map menggunakan
kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-
besarnya‖ (hlm. 9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang
melengkung, akan merangsang secara visual sehingga infomasi dari mind
mapping mudah untuk diingat.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, lebih ditegaskan lagi oleh
Budd (2004) yang mengungkapkan, ―A Mind Map is an outline in which the
major categories radiate from a central image and lesser categories are
portrayed as branches of larger branches”. Peta pikiran (mind mapping)
merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang
digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta
pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-
warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja
alami otak dalam melakukan berbagai hal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta
pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang
digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi
kreatif. Imajinasi tersebut ditunjukkan dengan keberadaan gambar dan warna yang
digunakan pada peta mind mapping.
c. Langkah-Langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu
kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. Buzan
(2009) mengemukakan, ―Ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind
mapping” (hlm. 15). Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: (1) dimulai
dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar
(landscape), (2) menggunakan gambar atau foto untuk sentral, (3) menggunakan
warna yang menarik, (4) hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua,
dan seterusnya, (5) membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(6) menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis, dan (7) menggunakan
gambar.
Untuk permulaan membuat peta pikiran adalah dengan menggunakan
bagian tengah kertas kosong karena apabila dimulai dari tengah akan memberi
kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan
dirinya secara lebih bebas dan alami. Selanjutnya barulah diberi gambar atau foto
karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu
otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar
sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak
berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
Langkah selanjutnya adalah menggunakan warna karena bagi otak, warna
sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping)
lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.
Setelah itu barulah dihubungkan dari satu cabang ke cabang lainnya karena otak
bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal
sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan
diingat.
Dalam menghubungkan cabang satu dengan cabang lainnya tidak
dianjurkan untuk menggunakan garis lurus karena dengan garis lurus akan
membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti
cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
Sebuah kata kunci diperlukan karena dengan kata kunci tunggal dapat
memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping).
Selanjutnya diberi gambar karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna
seribu kata. Gambar tersebut dapat membantu daya imajinasi anak untuk
memunculkan ide atau gagasan.
Contoh mind mapping dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 1. Mind Mapping
d. Kegunaan Peta Pikiran (Mind Mapping)
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan peta
pikiran (mind mapping) sebagai teknik dalam kegiatan menulis. Di dalam
kegiatan menulis, peta pikiran membantu siswa menyusun informasi dan
melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi
hambatan menulis. Tugas menulis dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat
topik-topik utama yang mungkin berkembang menjadi subjek baru dengan
pemikiran dan penjelajahan lebih lanjut.
Di samping itu, menurut Maghfiroh (2009),
Peta pikiran (mind mapping) mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: (1)
mudah melihat gambaran keseluruhan, (2) membantu otak untuk
mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan, (3)
memudahkan penambahan informasi baru, (4) pengkajian ulang bisa
lebih cepat, dan (5) setiap peta bersifat unik.
Dari pendapat di atas dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan metode
peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan dalam pembelajaran khususnya
dalam menulis narasi bagi siswa SMP. Melalui peta pikiran (mind mapping) siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
lebih mudah dalam mengorganisasikan idenya untuk dituangkan ke dalam bentuk
tulisan narasi.
e. Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran
Menulis Narasi
Suatu media digunakan guru untuk mendukung jalannya proses
pembelajaran. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, guru bisa
memanfaatkan media visual, media audio, dan media audio visual. Media sebagai
salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu
mengatasi kesulitan dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu
proses belajar siswa yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar yang dicapai.
Franz (2008) mengungkapkan, ―A Mind Map is a powerful graphic
technique that harnesses words, images, numbers, logic, rhythm, color and spatial
skills”. Peta pikiran adalah sebuah teknik atau metode yang sangat jelas yang
memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan, angka-angka, logika, irama, warna dan
keterampilan-keterampilan ruang. Dengan metode peta pikiran (mind mapping)
tentu akan sangat membantu siswa memanfaatkan potensi kedua belah otak
karena interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu
kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berpikir.
Dengan telah terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan potensi kedua
otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas,
daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengambil keputusan
berkualitas yang tepat.
Ada bagian yang sulit dalam proses menulis, yaitu mengetahui hal apa
yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. Dengan peta pikiran,
sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga
menjadi pengembang gagasan dalam menulis.
Implementasi metode peta pikiran (mind mapping) adalah siswa bersama
guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di atas selembar kertas
kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
atau gambar yang berwarna. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk
peta pikiran, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Apabila
masih ada ide yang muncul di tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan
dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya
dituangkan dalam karangan narasi.
4. Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Narasi
a. Penilaian Proses Pembelajaran
Proses belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Dari
segi proses tersebut dapat diketahui proses siswa dalam memahami materi yang
diberikan oleh guru. Sikap, minat, dan aktivitas siswa dalam mengikuti penjelasan
dari guru merupakan objek yang harus diamati dalam melakukan penilaian proses
pembelajaran. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk
mengetahui kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang
sosial ekonomi, dan sebagainya (Sagala, 2003: 62)
Proses belajar jauh lebih penting daripada sekadar hasil. Hal ini sangat
penting, karena pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh hasilnya. Hasil
belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar cenderung
menunjukan hasil yang berciri antara lain: (1) kepuasan dan kebanggaan yang
dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa, (2) menambah
keyakinan akan kemampuan dirinya, (3) hasil belajar yang dicapai bermakna bagi
dirinya seperti akan tahan lama di ingatanya, (4) hasil belajar diperoleh siswa
secara menyeluruh atau komprehensif, dan (5) kemampuan siswa untuk
mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil
yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya
(Sudjana, 2009: 56).
Penilaian terhadap proses belajar mengajar mempunyai tujuan yang
berbeda dengan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar lebih ditekankan
pada derajat penguasaan tujuan pengajaran (instruksional) oleh para siswa
sedangkan tujuan penilaian proses belajar mengajar lebih ditekankan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar itu sendiri, terutama
efisiensi, keefektifan, dan produktivitasnya.
Dalam melakukan penilaian, seorang guru tidak semata-mata
memberikan penghakiman atas segala hal yang dilakukan oleh siswa selama
pembelajaran. Akan tetapi, guru harus memiliki kriteria atau pedoman dalam
memberikan penilaian dalam proses pembelajaran di kelas.
Sudjana (2009) mengungkapkan:
Kriteria dalam menilai proses belajar-mengajar meliputi beberapa hal.
Hal-hal tersebut antara lain: (1) konsistensi kegiatan belajar mengajar
dengan kurikulum, (2) keterlaksanaannya oleh guru dan siswa, (3)
keterlaksanaannya oleh siswa, (4) motivasi belajar siswa, (5) keaktifan
para siswa dalam belajar, (6) interaksi guru dan siswa, (7) kemampuan
guru mengajar, dan (8) kualitas hasil belajar siswa (hlm. 59).
Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum tersebut dapat
dilihat dari terlaksananya secara nyata dalam bentuk dan aspek, diantaranya
tujuan-tujuan pengajaran, bahan-bahan yang diberikan, jenis kegiatan yang
dilaksanakan, cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, peralatan yang digunakan,
dan penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.
Keterlaksanaannya oleh guru dan siswa dapat dilihat dalam hal
mengkondisikan kegiatan belajar siswa, menyiapkan alat, sumber, dan
perlengkapan belajar, waktu yang disediakan untuk belajar-mengajar, memberikan
bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, melakukan penilaian proses dan
hasil belajar siswa, dan menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat itu dan
tindak lanjut untuk kegiatan belajar-mengajar selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan keterlaksanannya proses belajar oleh siswa, hal
yang dinilai adalah siswa memahami, mengikuti petunjuk yang diberikan guru,
semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, menyelesaikan tugas sebagai
mestinya, memanfaatkan semua sumber belajar, dan menguasai tujuan-tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan guru.
Penilaian selanjutnya adalah siswa menunjukkan motivasi belajar pada
saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari, minat dan
perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melaksanakan tugas-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
tugas belajarnya, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, reaksi yang
ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, dan rasa senang dan puas
dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Keaktifan siswa dinilai dari adanya keberanian dalam hal berpendapat,
bertanya kepada guru atau teman ketika mengalami kesulitan, dan menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Minat dan motivasi siswa dinilai dari segala
aktivitas yang tidak mengganggu atau menyimpang selama proses pembelajaran
berlangsung.
Interaksi antara guru dengan siswa berkenaan dengan komunikasi yang
terbangun pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dalam, tanya
jawab atau dialog antara guru dengan siswa, bantuan guru terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar, terampil menggunakan berbagai alat dan sumber
belajar, menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, dan lain
sebagainya.
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar dapat dinilai dari
kemampuan menguasai bahan pelajaran, terampil komunikasi dengan siswa,
menguasai kelas, terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar, dan
terampil mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa dapat dilihat dari perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa, kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan
instruksional, jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal
75% dari jumlah tujuan instruksional yang harus dicapai, dan hasil belajar yang
tahan lama. Kriteria di atas paling tidak dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
penilaian proses belajar mengajar agar upaya memperbaiki proses belajar
mengajar dapat ditentukan lebih lanjut.
Penilaian proses yang diukur dalam penelitian ini dilihat dari keaktifan
siswa selama apersepsi, minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran,
dan keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi. Kualitas hasilnya
berupa hasil nilai menulis narasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 1. Nilai Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis Narasi
No.
Nama
Siswa
Keaktifan
siswa selama
apersepsi
Minat dan motivasi siswa
saat mengikuti kegiatan
pembelajaran
Keaktifan dan
perhatian saat guru
menyampaikan
materi
Skor Nilai Ket.
(Diadaptasi dari Suwandi, 2009:130)
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut:
1= sangat kurang
2= kurang
3= cukup
4= baik
5= sangat baik
b) Menghitung Nilai
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1) Nilai = 10-29 sangat kurang (4) Nilai = 70-89 baik
(2) Nilai = 30-49 kurang (5) Nilai = 90-100 sangat baik
(3) Nilai = 50-69 cukup
Nilai = × 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
d) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (sangat
aktif merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat
apersepsi).
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (aktif merespon penjelasan atau
pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 3:Jika siswa cukup aktif selama apersepsi (cukup merespon
penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 2:Jika siswa kurang aktif selama apersepsi (kurang merespon
penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1: Jika siswa sangat kurang aktif selama apersepsi (sama sekali tidak
mau merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru
saat apersepsi).
e) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak sangat antusias dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk,
sangat bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan
berkelompok).
Skor 4 : Jika siswa tampak antusias dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk,
bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan
berkelompok).
Skor 3 : Jika siswa cukup antusias dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, cukup
bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan
berkelompok).
Skor 2 : Jika siswa kurang antusias dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran (bosan, mengantuk, kurang bersemangat
dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Skor 1 : Jika siswa tampak tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (bosan, mengantuk, tidak bersemangat dalam
mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok).
f) Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi
Skor 5 : Jika siswa sangat aktif memperhatikan guru saat menyampaikan
materi dan aktif bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi,
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 4 : Jika siswa aktif memperhatikan guru saat menyampaikan materi
dan aktif bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi,
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif memperhatikan guru saat menyampaikan
materi dan sesekali bertanya, menjawab, berkelompok, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan.
Skor 1:Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara
atau membuat gaduh).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 2. Lembar Observasi Terstruktur untuk Siswa
LEMBAR OBSERVASI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA
Identitas
Hari dan tanggal pengamatan : Jumat, 15 Maret 2012
Waktu pengamatan : Jam pelajaran ke-2,3 pukul 07.40-09.00 WIB
Kompetensi dasar : Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
Pengamat :
Hasil Observasi
No Nama Aktivitas yang Diamati *)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Annida Ayu Safitri
2. Annisa Fitriana
3. Chrisgifta Indah Pradana
4. Dimas Setyawan
5. Dias Nurmala Sari
6. Diki Setiawan
7. Fanny Fiola Herwanda
8. Feliks Tri Utomo
9. Ghusta Lorensa
10. Gracia Elena
11. Jerrymia Heaven
12. Johan’s Ivan Tanujaya
13. Karisma Adista Pramesthi
14. Lantang Hari Utomo
15. Liva Tamalasari
16. Lucky Indriyani
17. Mayang Anggung Safitri
18. Nindya Meta Indria Sari
19. Rifaldi Muhamad Ridho
20. Robby Agung Permana
21. Rolanda Galih Wicaksono
22. Ruth Indah Natalia
23. Shieren Marsellianawati
24. Surya Yuli Setiawan
25. Tegar Madani Varianto
26. Velia Dian Pratiwi
27. Wahyu Cakra Guna
28. Yekti Murakapi
29. Yonathan Christovani
30. Yusuf Bachtiar
31. Zonifar Eranza
( Diadopsi dari Suwadi, 2011: 163)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Keterangan:
*) diisi tanda V (checklist)
1. Berbicara sendiri dengan teman
2. Mengerjakan pekerjaan lain
3. Mengantuk
4. Mengganggu teman lain
5. Memperhatikan penjelasan guru
6. Mencatat penjelasan guru
7. Menjawab karena ditunjuk guru
8. Mengerjakan tugas yang diperintahkan guru
9. Aktif berdiskusi
10. Aktif bertanya/menjawab pertanyaan guru atau berpendapat
b. Penilaian Hasil Pembelajaran
Dalam menilai hasil belajar peserta didik, kita harus menentukan
kompetensi apa yang akan diukur dan sesuai dengan pengalaman belajar yang
dibelajarkan. Lebih jelasnya, melalui kerja penilaian itu dapat diperoleh informasi
tentang peserta didik sebagai capaian pembelajaran yang telah dilakukannya untuk
kemudian dianalisis dan ditafsirkan serta dipergunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan. Penilaian hasil belajar merupakan suatu cara menetapkan
kuantitas dan kualitas hasil belajar. Nurgiyantoro (2010) menyatakan, ―Tes
kesastraan mencakup tes kognitif, tes afektif, dan tes psikomotorik‖ (hlm. 57). Tes
kognitif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Tes afektif
berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini seseorang.
Tes psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot,
fisik atau gerakan anggota badan.
Seluruh aspek penilaian menulis narasi tersebut dapat disajikan dalam
bentuk Tabel 3-7. berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 3. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Isi
Skor Kriteria
I
s
i
27-30 Sangat baik-sempurna: tema/ide cerita kreatif/segar,
pengembangan tema kreatif, pengembangan ide tuntas, unsur
intrinsic dikembangkan dengan baik, substansif.
22-26 Cukup-baik: tema/ide cerita kreatif/segar, pengembangan
tema cukup, pengembangan ide terbatas, unsur intrinsic
dikembangkan tetapi tidak lengkap, substansi kurang.
17-21 Sedang-cukup: tema/ide cerita terbatas, pengembangan
tema tidak cukup, pengembangan ide kurang, unsur intrinsic
tidak dikembangkan, substansi tidak cukup
13-16 Sangat-kurang: tema/ide cerita tidak jelas, tema tidak
berkembang, ide madeg, unsur intrinsic tidak ada, tidak ada
substansi.
Tabel 4. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Organisasi
Skor Kriteria
O
r
g
a
n
i
s
a
s
i
18-20 Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar, gagasan
diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan
logis, kohesif dan koheren
14-17
Cukup-baik: ekspresi kurang lancar, kurang terorganisai
tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan
logis tetapi tidak lengkap
10-13
Sedang-cukup: ekspresi tidak lancar, gagasan terpotong-
potong, urutan dan pengembangan tidak logis
7-9
Sangat-kurang: tidak komunikatif, tidak terorganisasi
dengan baik, tidak layak nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 5. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Kosakata
Skor Kriteria
K
o
s
a
k
a
t
a
18-20
Sangat baik-sempurna: pemanfaatan potensi kata cukup,
pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan
kata
14-17
Cukup-baik: pemanfaatan potensi kata cukup, pilihan kata
dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak
mengganggu
10-13
Sedang-cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering
terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak
makna
7 – 9
Sangat-kurang: pemanfaatan potensi kata asal-asalan,
pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai
Tabel 6. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen
Pengembangan Bahasa
Skor Kriteria
P
e
n
g
B
h
s
22-25
Sangat baik-sempurna: konstruksi kompleks tetapi efektif,
hanya terdapat sedikit kesalahan penggunaan bentuk
kebahasaan
18-21
Cukup-baik: konstruksi sederhana tetapi efektif , kesalahan
kecil pada konstruksi kompeks, terjadi sejumlah kesalahan
tetapi makna tidak kabur
11-17
Sedang-cukup: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi
kalimat, makna membingungkan atau kabur
5 –10
Sangat-kurang: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat
banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai
Tabel 7. Penilaian Tugas Menulis Narasi Berdasarkan Komponen Mekanika
Skor Kriteria
M
e
k
a
n
i
k
a
5 Sangat baik-sempurna: menguasai aturan penulisan, hanya
terdapat beberapa kesalahan ejaan
4 Cukup-baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi
tidak mengaburkan makna
3 Sedang-cukup: sering terjadi kesalahaan ejaan, makna
membingungkan atau kabur
2 Sangat-kurang: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat
banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak
nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sumber: Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi
(Nurgiyantoro, 2010: 441)
Skor Maksimum = 100
Cara menghitung hasil menulis narasi =
Keterangan:
N I = isi
N II = organisasi
N III = kosakata
N IV = pengembangan bahasa
N V = mekanik
Skor total dengan menjumlahkan hasil dari 5 aspek tersebut.
Standar Ketuntasan:
Siswa dinyatakan tuntas dalam aspek tersebut jika mencapai nilai minimal 70.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan referensi dari beberapa
penelitian pendahulunya, antara lain:
1. Penelitian Tyas Sri Utami dengan judul ―Penggunaan Metode Peta Pikiran
(Mind Mapping) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Argumentasi Pada
Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Slogohimo 2010/2011‖. Hasil penelitian ini
adalah: (1) meningkatnya kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi
dengan menggunakan metode mind mapping, (2) meningkatnya kualitas hasil
pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan metode mind
mapping. Peningkatan kemampuan menulis argumentasi tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan menulis argumentasi pada
setiap siklusnya, yaitu sebelum tindakan nilai rata-rata kemampuan menulis
argumentasi siswa 67,5, siklus 1 nilai rata-rata kemampuan menulis
argumentasi siswa 67,9, dan siklus 2 nilai rata-rata kemampuan menulis siswa
79,5. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 13 siswa
N I+N II+N III+N IV+N V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(39,39%), pada siklus 1, yaitu 17 siswa (51,5%), dan pada siklus 2 sebanyak 33
siswa (100 %).
2. Penelitian Sandra Puspita Dewi (2010) dengan judul ―Penerapan Metode Peta
Pikiran (Mind Mapping) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Trirenggo Bantul Yogya 2009/2010‖. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode peta pikiran (mind
mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi.
Hal ini ditandai dengan nilai jumlah siswa yang aktif mengalami peningkatan
pada setiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 60 %, siklus II sebesar 76%, dan
siklus III sebesar 78%.
3. Penelitian Wiwin Yuni Lestari (2009) dalam tesisnya ―Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerita dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)‖
menyebutkan bahwa penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis cerita. Hal ini ditandai dengan persentase
keaktifan, konsentrasi, minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis
cerita yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus I siswa
yang aktif sebesar 54%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 65%,
dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 65%. Pada siklus II siswa
yang aktif sebesar 81%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 85%,
dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 85%. Pada siklus III siswa
yang aktif sebesar 92%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 100%,
dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 100%.
4. Penelitian Wahyu Sulistiyana (2011) yang berjudul ―Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 4 Sukoharjo‖, juga
diungkapkan bahwa penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen. Hal ini ditandai
dengan persentase keaktifan, perhatian dan konsentrasi, minat dan motivasi
siswa dalam pembelajaran menulis cerpen yang mengalami peningkatan pada
tiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar 41,2%, siswa yang
perhatian dan konsentrasi sebesar 53%, dan siswa yang berminat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
termotivasi sebesar 50%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 61,8%, siswa
yang perhatian dan konsentrasi sebesar 64,7%, dan siswa yang berminat dan
termotivasi sebesar 64,7%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 92%, siswa
yang perhatian dan konsentrasi sebesar 100%, dan siswa yang berminat dan
termotivasi sebesar 100%.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan
menulis narasi belum menunjukkan hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam
menulis narasi masih rendah, terbukti dari hasil tes menulis narasi pratindakan.
Terdapat 38,71% siswa yang mempunyai nilai di atas KKM. Dari jumlah siswa 31
hanya 12 siswa yang nilainya di atas KKM. Hal ini disebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam menentukan topik yang akan ditulis, dan siswa kesulitan
menuangkan ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan.
Motivasi siswa yang kurang dalam belajar menyebabkan siswa tidak
fokus dan tidak aktif terhadap pembelajaran menulis narasi. Guru juga tidak
menerapkan metode yang inovatif sehingga siswa merasa bosan dan kesulitan
belajar. Metode yang digunakan oleh guru masih didominasi oleh metode
ceramah. Interaksi guru siswa ketika pembelajaran juga jarang terjadi sehingga
menyebabkan pembelajaran tidak kondusif.
Agar kemampuan siswa dapat berkembang maka peneliti akan
melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan menerapkan sebuah metode. Di
antara berbagai pendekatan dalam pembelajaran, metode peta pikiran (mind
mapping) adalah pendekatan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan
kemampuan menulis narasi siswa. Mind map atau peta pikiran adalah sebuah
diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran),
tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran
juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta
mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi,
pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Selain itu, dengan metode peta pikiran (mind mapping) ini diharapkan
proses pembelajaran dapat berubah menjadi lebih baik, aktif dan menyenangkan.
Melalui kolaborasi peneliti dan guru, metode peta pikiran (mind mapping) akan
diterapkan dengan menggunakan siklus yang melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti
melaksanakan dua siklus penelitian, yaitu dengan menetapkan indikator
ketercapaian 75%.
Berdasarkan hal tersebut maka pada kondisi akhir diharapkan dengan
metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012. Secara skematis, kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar
2. berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 2. Kerangka Berpikir Pembelajaran Menulis Narasi dengan
Menggunakan Metode Mind Mapping
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dalam penelitian ini
diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 14
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
KONDISI
PRATINDAKAN
Guru menggunakan
metode konvensional
dalam pembelajaran
menulis narasi yaitu
metode ceramah
- Siswa pasif kurang fokus dalam
pembelajaran menulis narasi
- Nilai menulis narasi siswa kurang
memuaskan
Tindakan Kolaborasi Peneliti dan Guru
Perencanaan
Pembelajaran menulis narasi dengan
metode peta pikiran (mind mapping) Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
KONDISI PASCATINDAKAN
Guru
memanfaatkan
media gambar mind
mapping dalam
pembelajaran
menulis narasi
Media yang
digunakan kurang
menunjang
- Siswa fokus dan aktif dalam
pembelajaran menulis narasi
- Nilai menulis narasi siswa
meningkat
Guru menerapkan metode
inovatif yaitu metode peta
pikiran (mind mapping)
sehingga pembelajaran lebih
aktif dan menyenangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas
hasil menulis narasi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamat di Jebres. SMP Negeri 14 Surakarta
dikepalai oleh Ratna Purwaningtyastuti, S.Pd., M.Pd. Jumlah kelas yang ada di
SMP Negeri 14 Surakarta, yaitu 17 kelas dengan rincian kelas VII sejumlah 7
kelas, kelas VIII sejumlah 5 kelas, dan kelas IX sejumlah 5 kelas. Peneliti
mengambil kelas VII A yang berjumlah 31 siswa sebagai objek penelitian.
Pemilihan sekolah ini karena sekolah tersebut belum pernah menjadi objek
penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
Pemilihan ini juga berdasarkan pada kemampuan nilai menulis narasi yang masih
kurang dibandingkan kelas lainnya.
Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah ini yaitu laboratorium
IPA, laboratorium komputer, perpustakaan, aula, masjid, kantin, dan lapangan
basket. Di samping perpustakaan terdapat mading yang system pengisiannya
bergilir dari kelas A sampai G dimana semua kelas (VII, VIII, dan IX) ikut
berpartisipasi aktif. Sarana yang ada di ruang kelas terdiri atas: meja dan kursi,
white board, papan pengumuman, kalender, jadwal regu piket, struktur organisasi
kelas, dan tata tertib sekolah. Berbagai hiasan dinding seperti: gambar pahlawan,
gambar presiden dan wakilnya, garuda pancasila, peta, dan jam dinding.
Rincian rencana waktu pelaksanaan dan kegiatan yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. berikut.
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 8. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Persiapan
1. Menyusun
proposal
2. Koordinasi
dengan guru dan
kepala sekolah
3. Menyusun
instrumen
4. Pratindakan
B. Pelaksanaan
Tindakan
a) Siklus I
a. Perencanaan
menyusun
RPP/skenario
menyiapkan
media
b. Pelaksanaan
tindakan
c. Observasi
d. Analisis dan
refleksi
b) Siklus II
a. Perencanaan
menyusun
RPP/skenario
menyiapkan
media
b. Pelaksanaan
tindakan
c. Observasi
d. Analisis dan
refleksi
C. Analisis Data dan
Pelaporan
a. Analisis data (hasil
tindakan 2 siklus)
b. Menyusun
laporan/skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan
pengumpulan
laporan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 31 siswa. Kelas ini terdiri dari 16 siswa
perempuan dan 15 siswa laki-laki. Pemilihan subjek didasarkan atas siswa-siswa
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis narasi. Peneliti
menjadikan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai kolaborator penelitian..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Arikunto (2008) mengungkapkan, ―Penelitian tindakan kelas, yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas‖ (hlm. 2). Menurut John
Elliot (dalam Suwandi, 2011), ―Penelitian tindakan kelas adalah suatu kajian
tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi
sosial tersebut‖ (hlm. 10). Oleh sebab itu, kesahihan teori atau hipotesis tidak
terlalu bergantung pada tes kebenaran ilmiah, melainkan pada manfaatnya dalam
membantu masyarakat agar mereka dapat berperilaku secara lebih cerdas dan
terampil. Teori divalidasi melalui tindakan praktis (Suwandi, 2011: 10).
Selain itu, Suwandi (2011) menyatakan, ―Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan‖
(hlm. 12). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang
dilakukan oleh siswa.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses
belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan
ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur
(Sarwiji, 2011: 12). Dengan demikian, jelaslah bahwa guru merupakan faktor
utama yang harus memainkan perannya dengan baik.
Prinsip utama dalam penelitian tindakan kelas adalah pemberian tindakan
dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang
ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Suhardjono (dalam Arikunto 2008), ―Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat
tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan
(d) refleksi‖ (hlm. 73).
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data berbentuk
lisan maupun tertulis, dan bukan data berupa angka-angka. Data yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
diperoleh dideskripsikan dan dianalisis kemudian disimpulkan. Peneliti mencoba
memberikan gambaran dan menjelaskan berbagai fenomena dalam pelaksanaan
tindakan serta hasil penelitian dalam data tertulis.
D. Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yakni
seluruh kegiatan pembelajaran menulis narasi yang berlangsung di dalam
kelas dengan menggunakan metode mind mapping.
2. Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan siswa kelas VII A dan
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 14 Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012.
3. Dokumen, yaitu silabus, RPP, dan hasil menulis narasi siswa, serta foto-foto
peristiwa pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian, yaitu:
1. Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran
menulis narasi yang berlangsung di kelas. Observasi ini bertujuan untuk
mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa
di dalam kelas. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti
bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran di
kelas. Peneliti mengambil posisi duduk di belakang agar dapat mengamati
jalannya proses pembelajaran dan mencatat segala sesuatu yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan lembar
obsevasi ini untuk menilai aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
Obsevasi atau pengamatan dilakukan sebelum pemberian tindakan
dan pada saat pemberian tindakan. Observasi terhadap guru difokuskan pada
kemampuan guru dalam mengelola kelas, berinteraksi dengan siswa, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
merangsang kreatifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi
terhadap siswa ditujukan pada keaktifan siswa selama apersepsi, minat dan
motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran, dan keaktifan dan perhatian saat
guru menyampaikan materi menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind
mapping). Peneliti melaksanakan observasi pada prasiklus, siklus I, dan siklus
II. Peneliti melaksanakan prasiklus pada hari pratindakan yang dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 9 Maret 2012. Observasi siklus I pada Kamis tanggal
15 Maret 2012, Jumat tanggal 16 Maret 2012, dan Sabtu tanggal 17 Maret
2012. Observasi siklus II pada Jumat tanggal 30 Maret 2012, Sabtu tanggal
31 Maret 2012, dan Rabu tanggal 4 April 2012.
Peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII A
mendiskusikan hasil observasi kemudian dianalisis bersama untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan mencari solusinya. Solusi
dari hasil diskusi tersebut kemudian dibuat dalam instrumen penelitian dan
catatan lapangan dan selanjutnya diterapkan dalam siklus.
2. Teknik Tes
Nurgiyantoro (2010) mengungkapkan, ―Di dalam pengajaran bahasa, tes
kebahasaan merupakan salah satu hal yang kruisal dan wajib dilakukan‖ (hlm.
161). Melalui kegiatan tes tersebut dapat dilakukan penilaian secara obyektif,
khususnya terhadap hasil belajar bahasa siswa. Pada umumnya di dalam KTSP
Sekolah Menengah Pertama, pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
dilakukan secara tematik dan sastra diintregasikan dengan kemampuan
menulis.
Teknik tes digunakan dengan maksud untuk mengetahui perubahan hasil
belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran menulis narasi dengan metode
mind mapping. Tes yang diberikan pada penelitian ini dengan meminta siswa
menulis narasi dari hasil gambar mind mapping yang telah dibuatnya.
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data dengan
menggunakan tes adalah dengan menyiapkan perangkat tes, melakukan
penilaian serta mengolah data dari hasil kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data dari guru dan siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran menulis narasi di kelas. Dalam penelitian ini peneliti
menentukan narasumber guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
dan siswa kelas VII A. Data yang didapatkan meliputi kondisi dan latar
belakang sekolah, kemampuan menulis siswa secara global, kegiatan
pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran menulis narasi dengan
metode mind mapping.
Wawancara pratindakan dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia
kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta pada Rabu tanggal 7 Maret 2012.
Wawancara pratindakan dilakukan dengan siswa kelas VII A SMP Negeri 14
Surakarta pada Jumat tanggal 9 Maret 2012. Untuk selanjutnya, wawancara
guru dan siswa dilaksanakan secara bergantian setelah pembelajaran menulis
narasi dengan menggunakan metode mind mapping berakhir pada masing-
masing pertemuan.
4. Analisis Dokumen
Teknik ini digunakan untuk menganalisis dokumen yang telah
didapatkan dari hasil observasi. Dokumen yang dimaksud berupa berbagai
catatan lapangan selama berlangsungnya pembelajaran menulis narasi di
dalam kelas, silabus, RPP, hasil menulis narasi siswa, dan foto-foto peristiwa
pembelajaran.
F. Uji Validitas Data
Validitas data penelitian ini diuji dengan teknik:
1. Triangulasi metode digunakan untuk membandingkan data yang diperoleh
dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari wawancara guru dan
siswa. Data hasil observasi diperoleh dari pengamatan proses pembelajaran di
dalam kelas VII A. Data hasil wawancara guru dan siswa diperoleh setiap
pembelajaran menulis narasi selesai.
2. Triangulasi sumber data digunakan untuk menguji kebenaran data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
diperoleh dari suatu informan dengan informan lain. Dalam hal ini peneliti
menggali informasi dari berbagai sumber data, yaitu tempat pembelajaran
(kelas VII A), peristiwa pembelajaran (pembelajaran menulis narasi dengan
metode mind mapping), dan dokumen yang mendukung kelancaran proses
belajar mengajar (silabus, RPP, dan hasil menulis narasi siswa, serta foto-foto
peristiwa pembelajaran tersebut).
3. Review informan, dilaksanakan dengan mengkroscek kebenaran/validitas
data dari berbagai sumber data.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kritis dan interaktif. Teknik analisis kritis bertujuan untuk mengungkap
kekurangan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar
di kelas selama penelitian berlangsung. Teknik analisis kedua yang dipergunakan,
yaitu teknik analisis interaktif. Teknik analisis interaktif digunakan karena sumber
data sudah diketahui, namun mudah berubah. Menurut Iskandar (2008), ―Dalam
proses analisis data interaktif ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti.
Tiga langkah tersebut adalah (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3)
penarikan simpulan atau verifikasi‖ (hlm. 222).
Reduksi data adalah proses menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam
catatan lapangan. Dalam tahap ini peneliti memilah data, menggolongkan data,
dan membuang data yang tidak diperlukan, kemudian mengorganisasikan data
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Penyajian data adalah rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan dilakukan. Setelah direduksi, data
perlu disajikan secara rapi agar memudahkan penarikan kesimpulan atau
menentukan tindakan selanjutnya.
Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap pada akhir tiap siklus.
Dalam penarikan kesimpulan, diperlukan verifikasi untuk memantapkan simpulan
dari tampilan data agar dapat dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 3. Alur Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman dalam H. B.
Sutopo (2006: 120)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan. Menurut
Madya (2006), ―Prosedur penelitian tindakan kelas yaitu: (1) kegiatan menyusun
rencana tindakan bersama, (2) melakukan tindakan dan mengamati secara
individual maupun bersama-sama, kemudian (3) melakukan refleksi terhadap
tindakan yang akan dilakukan‖ (hlm. 59).
Senada dengan pendapat di atas, Arikunto, Suhardjono, dan Supardi
(2006) mengemukakan, ―Model penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian
tindakan kelas. Tahap-tahap model tersebut adalah: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi‖ (hlm. 16).
Pengumpulan Data
Display Data
Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto dkk, 2006:74)
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) persiapan tindakan, (2) mengajukan solusi alternatif, (3) pelaksanaan
tindakan, (4) observasi dan interpretasi, dan (5) analisis dan refleksi.
Tahap persiapan tindakan meliputi: (1) membuat skenario pembelajaran,
(2) menyiapkan sarana pembelajaran, dan (3) menyiapkan instrumen penelitian.
Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran
menulis narasi dengan mengoptimalkan metode mind mapping. Tahap observasi
dan interpretasi dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas
penerapan metode mind mapping pada proses pembelajaran menulis narasi. Tahap
analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan
interpretasi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan yang ingin
dicapai. Penelitian ini direncanakan tiga siklus, akan tetapi apabila pada
pelaksanaan siklus kedua sudah memenuhi target indikator yang ditentukan, maka
siklus ketiga tidak akan dilaksanakan.
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
I. Indikator Kinerja Penelitian
Mulyasa (2006) berpendapat, ―Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya 75%
peserta didik terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental, ataupun sosial selama
proses pembelajaran‖ (hlm. 209). Selain itu, siswa juga harus menunjukkan minat
tinggi terhadap pembelajaran. Dari 75% siswa yang mengalami perubahan positif
dan output yang bermutu tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas dan kondisi riil lapangan, pembelajaran
menulis narasi di kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta, dapat disimpulkan bahwa
indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kualitas
proses dan hasil pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 9. Keterangan Indikator Keberhasilan Pembelajaran Menulis Narasi
Aspek yang diukur Persentase Target
Capaian Siklus Akhir
Cara Mengukur
Aktif selama apersepsi
75% dari 31 siswa
Diamati saat pembelajaran
berlangsung, dihitung jumlah
siswa yang tampak aktif selama
apersepsi pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi.
Minat dan motivasi saat
mengikuti kegiatan
pembelajaran
75% dari 31 siswa
Diamati saat pembelajaran
berlangsung, dihitung jumlah
minat dan motivasi siswa yang
tampak saat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi.
Keaktifan dan perhatian saat
guru menyampaikan materi
75% dari 31 siswa
Diamati saat pembelajaran
berlangsung, dihitung jumlah
siswa yang tampak keaktifan
dan perhatian saat guru
menyampaikan materi dengan
menggunakan lembar observasi.
Mampu menulis narasi
dengan memperhatikan isi,
organisasi isi, kosakata,
pengembangan bahasa dan
mekanika mencapai nilai 70
75% dari 31 siswa
Diamati dari hasil kerja siswa
berupa tulisan narasi dan
dihitung dari jumlah siswa yang
memperoleh nilai menulis narasi
minimal 70 (batas nilai KKM
mata pelajaran Bahasa
Indonesia).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
di Kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan survei
awal/pratindakan. Survei awal/pratindakan dilakukan untuk mengetahui kondisi
awal pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta.
Selain itu, survei awal/pratindakan juga dilakukan untuk mencari informasi dan
menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya kelas VII A. Kondisi awal ini menjadi dasar bagi
peneliti untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam
pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
bahasa Indonesia. Kegiatan pratindakan dilakukan dengan cara wawancara guru
dan siswa, serta observasi lapangan.
Wawancara dengan guru dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Maret 2012
pada saat setelah jam istirahat pertama selesai, yaitu pukul 10.00-10.15 WIB di
ruang Perpustakaan. Peneliti mewawancarai guru berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah khususnya pembelajaran menulis di
kelas VII A. Peneliti juga menanyakan tentang kendala apa saja yang dialami guru
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. (Lampiran 4 halaman 107)
Observasi lapangan dilakukan pada hari Jumat, 9 Maret 2012 di kelas VII
A SMP Negeri 14 Surakarta pada saat jam pelajaran bahasa Indonesia, yaitu pada
saat jam keempat yaitu pukul 09.00-09.30 WIB. Observasi pratindakan ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa pada waktu mengikuti pembelajaran
bahasa Indonesia. Peneliti melakukan observasi dengan cara mengambil tempat
duduk paling belakang sehingga tidak mengganggu pembelajaran yang
berlangsung dan dapat mengamati proses pembelajaran sampai selesai.
Wawancara siswa dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Maret 2012.
Wawancara dengan siswa dilaksanakan di lobi depan ruang kelas VII A SMP
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Negeri 14 Surakarta pada saat jam istirahat berlangsung. Peneliti mengambil dua
orang siswa secara acak untuk diwawancarai. Wawancara dilaksanakan untuk
mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran menulis di kelas VII A.
(Lampiran 5 halaman 109)
Berdasarkan hasil kegiatan observasi pratindakan di atas, dapat
ditunjukkan hasil sebagai berikut. (Lampiran 8 halaman 115)
1. Siswa pasif dan kurang fokus terhadap pembelajaran yang berlangsung
Dari hasil pengamatan peneliti pada observasi pratindakan, diperoleh
data siswa yang aktif selama apersepsi sejumlah 11 siswa (35,48%), siswa
yang berminat dan bermotivasi saat mengikuti pembelajaran sejumlah 18
siswa (58,06%), dan siswa yang aktif dan perhatian saat guru menyampaikan
materi sejumlah 19 siswa (61,3%).
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran diindikasikan dengan
keberanian siswa mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan
berpendapat. Minat, motivasi, dan perhatian siswa terhadap pembelajaran
diindikasikan dengan perhatian siswa dan perilaku siswa yang tidak
mengganggu jalannya pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua orang siswa yang diambil
secara acak, semuanya menyatakan kesulitan dalam menulis narasi.
Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain disebabkan karena susah menuangkan
ide dalam bentuk tulisan, kesulitan dalam menggabungkan kalimat-kalimat
dalam paragraf, dan kesulitan menentukan topik dan pengembangannya.
Rata-rata siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis narasi karena
menulis narasi dirasa sulit dan membosankan bagi mereka.
2. Pembelajaran berlangsung secara konvensional
Dalam pembelajaran, guru lebih dominan menggunakan metode
ceramah. Pada awal pembelajaran, terkesan komunikasi hanya berjalan satu
arah, guru sebagai penyampai dan siswa sebagai penerima materi. Sebenarnya
guru sudah berupaya menghidupkan suasana pembelajaran dengan
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan pertanyaan dan pendapat yang berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dengan menulis narasi, akan tetapi kesempatan tersebut tidak digunakan
secara baik oleh siswa. Dalam pembelajaran, guru menjelaskan dengan
bantuan media papan tulis untuk menuliskan beberapa poin penting
pembahasan dengan buku acuan dari buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk
SMP/MTS Kelas VII karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih tahun 2008
penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional halaman 109-
110.
3. Media yang digunakan kurang menunjang
Dalam pembelajaran kali ini guru hanya menggunakan media papan
tulis, spidol, dan materi penunjang dari buku acuan pelajaran Bahasa
Indonesia dan buku LKS.
4. Hasil pembelajaran siswa dalam keterampilan menulis narasi kurang
memuaskan
Dalam hal ini, guru menugasi siswa untuk menuliskan paragraf narasi
dengan tema bebas. Berdasarkan penilaian, diperoleh 61,29% (19 siswa) yang
tidak tuntas atau mendapat nilai di bawah 70, yang ditetapkan sebagai nilai
KKM, sedangkan siswa yang tuntas hanya 38,71% (12 siswa). Penilaian yang
digunakan guru adalah penilaian dengan pembobotan tiap komponen yang
meliputi isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanika.
Siswa banyak terjebak pada kesalahan-kesalahan ejaan, penulisan bentuk
bahasa yang baik dan benar, pengembangan topik yang relevan,
pengungkapan ide yang logis dan koheren serta penggunaan kalimat yang
efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 10. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Pratindakan
No Nama Komponen yang Dinilai Jumlah
Nilai
(100)
Ket
(T/BT) I II
III
IV
V
1. Annida Ayu Safitri 22 16 13 18 3 72 T
2. Annisa Fitriana 24 17 15 17 3 77 T
3. Chrisgifta Indah Pradana 18 15 15 16 3 67 BT
4. Dimas Setyawan 13 9 11 10 2 45 BT
5. Dias Nurmala Sari 19 15 15 16 3 68 BT
6. Diki Setiawan 20 10 10 19 3 62 BT
7. Fanny Fiola Herwanda 13 11 13 13 3 53 BT
8. Feliks Tri Utomo 8 10 10 15 2 45 BT
9. Ghusta Lorensa 23 17 17 20 4 81 T
10. Gracia Elena 13 10 11 14 2 50 BT
11. Jerrymia Heaven 19 16 14 17 3 69 BT
12. Johan’s Ivan Tanujaya 15 10 10 13 2 50 BT
13. Karisma Adista Pramesthi 21 16 18 17 3 75 T
14. Lantang Hari Utomo 10 9 12 12 2 45 BT
15. Liva Tamalasari 25 15 12 16 3 71 T
16. Lucky Indriyani 25 15 11 17 3 71 T
17. Mayang Anggung Safitri 25 15 15 20 3 78 T
18. Nindya Meta Indria Sari 20 15 13 20 3 71 T
19. Rifaldi Muhamad Ridho 15 10 14 14 2 55 BT
20. Robby Agung Permana 20 15 10 12 3 60 BT
21. Rolanda Galih Wicaksono 22 15 11 17 3 68 BT
22. Ruth Indah Natalia 13 10 9 13 2 47 BT
23. Shieren Marsellianawati 17 13 15 17 3 65 BT
24. Surya Yuli Setiawan 8 8 8 9 2 35 BT
25. Tegar Madani Varianto 21 17 15 20 3 76 T
26. Velia Dian Pratiwi 23 13 17 15 2 70 T
27. Wahyu Cakra Guna 25 17 15 13 3 73 T
28. Yekti Murakapi 20 15 17 16 3 71 T
29. Yonathan Christovani 15 10 8 15 2 50 BT
30. Yusuf Bachtiar 20 11 15 16 3 65 BT
31. Zonifar Eranza 13 10 8 12 2 45 BT
Jumlah 1930
Rata-rata 62,25
Keterangan:
I = Isi
II = Organisasi Isi
III = Kosakata
IV = Pengembangan Bahasa
V = Mekanika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
B. Pelaksanaan Tindakan
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus 1 ini dilakukan di SMP Negeri
14 Surakarta pada hari Rabu, 14 Maret 2012 di ruang perpustakaan. Guru dan
peneliti berdiskusi untuk membuat rancangan tindakan dan skenario
pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan siklus I.
Guru dan peneliti membuat kesepakatan mengadakan tindakan siklus I selama
3 kali pertemuan (4 × 40 menit) pada hari Kamis, 15 Maret 2012; Jumat, 16
Maret 2012; dan Sabtu, 17 Maret 2012. Tahapan-tahapan perencanaan yang
dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) Guru bersama peneliti merumuskan permasalahan pokok siswa dalam
menulis narasi. Dapat disimpulkan siswa mengalami kesulitan dalam
menuangkan ide dalam bentuk tulisan karena tidak tahu apa yang akan ia
tulis sehingga dirasakan perlu bantuan untuk merangsang ide yang
dimilikinya.
2) Guru dan peneliti merancang skenario pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode mind mapping. Langkah-langkah yang
disepakati yaitu sebagai berikut.
a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar siap dalam menerima
pelajaran menulis narasi. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang
pengalaman siswa dalam berwawancara dan menulis.
b) Guru juga menumbuhkan motivasi siswa dengan bertanya tentang
kegiatan menulis yang disenangi siswa beserta manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
d) Guru menjelaskan secara singkat materi mengenai kalimat langsung
dan kalimat tidak langsung dalam teks wawancara.
e) Guru menjelaskan materi mengenai menulis narasi dan menunjukkan
contoh gambar mind mapping.
f) Guru menjelaskan bagaimana cara membuat mind mapping.
g) Guru memberi contoh cara membuat mind mapping berdasarkan isi
teks wawancara.
h) Guru menyuruh 2 orang siswa untuk membacakan teks wawancara
yang telah dibagikan.
i) Siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk mind mapping sesuai
dengan isi teks wawancara.
j) Siswa (secara individu) menulis narasi berdasarkan peta pikiran (mind
mapping) yang telah mereka buat.
k) Guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil tulisannya di depan
kelas.
l) Guru memperlihatkan contoh mind mapping dan narasi beberapa siswa
untuk disimak bersama.
m) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah
dipelajari untuk mengetahui pemahaman siswa.
n) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan menggunakan metode mind mapping. Perencanaan RPP
mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, indikator, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, penilaian, dan pedoman penilaian.
(Lampiran 11 halaman 120)
4) Guru dan peneliti mempersiapkan media pembelajaran seperti kertas hvs,
kertas folio dan contoh gambar mind mapping. Guru dan peneliti juga
menentukan teks wawancara yang akan digunakan sebagai sumber isi
narasi yang akan dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
5) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis
narasi. Sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman
observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati aktivitas siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 15 Maret 2012; Jumat, 16 Maret 2012; dan
Sabtu, 17 Maret 2012 di ruang kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta.
Alokasi waktu masing-masing pertemuan adalah 2x40 menit; 1x40 menit;
dan 1x40 menit. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan disepakati antara
peneliti dan guru, pelaksanaan pembelajaran menulis narasi pada siklus I ini
dilakukan oleh guru kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Maret 2012 pada
jam kedua dan ketiga yaitu pukul 07.40-09.00 WIB. Indikator yang
diharapkan dapat tercapai dalam pertemuan ini antara lain: (1) siswa
dapat memahami pengertian dan karakteristik paragraf narasi, (2) siswa
dapat membuat kerangka karangan dalam bentuk peta pikiran (mind
mapping), dan (3) siswa dapat menulis karangan narasi berdasarkan isi
teks wawancara.
Materi yang diajarkan antara lain: (1) kalimat langsung dan
kalimat tidak langsung, (2) pengertian menulis, manfaat menulis, dan
jenis tulisan, (3) pengertian paragraf narasi dan karakteristiknya, dan (4)
pengertian dan manfaat peta pikiran (mind mapping). Media penunjang
yang digunakan adalah papan tulis dan contoh gambar peta pikiran (mind
mapping).
Secara rinci, urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan I
adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar siap dalam menerima
pelajaran menulis narasi. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang
pengalaman siswa dalam berwawancara dan menulis.
b) Guru juga menumbuhkan motivasi siswa dengan bertanya tentang
kegiatan menulis yang disenangi siswa beserta manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
d) Guru menjelaskan secara singkat materi mengenai kalimat langsung
dan kalimat tidak langsung dalam teks wawancara.
e) Guru memberi soal-soal mengenai kalimat langsung dan kalimat
tidak langsung di papan tulis.
f) Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan guru.
g) Guru menyuruh siswa untuk maju mengerjakan soal yang ada di
papan tulis.
h) Guru bersama-sama siswa mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
i) Guru menjelaskan materi mengenai menulis narasi dan menunjukkan
contoh gambar mind mapping.
j) Guru menjelaskan bagaimana cara membuat mind mapping.
k) Guru menyuruh 2 orang siswa untuk membacakan teks wawancara
yang telah dibagikan.
l) Guru memberi contoh cara membuat mind mapping berdasarkan isi
teks wawancara.
m) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Masing-masing siswa
membuat kerangka karangan dalam bentuk mind mapping sesuai
dengan isi teks wawancara.
n) Guru menyuruh siswa megumpulkan hasil pekerjaannya serta
memberi tahu kegiatan pembelajaran yang akan datang.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan I ini belum dapat
berjalan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Semula direncanakan
siswa akan menyelesaikan gambar mind mapping pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pertama. Hal ini tidak dapat terlaksana karena banyak siswa yang
keasyikan menggambar sehingga waktu pelajaran telah habis. Kegiatan
tersebut dilanjutkan pada pertemuan berikutnya dengan tidak mengubah
susunan rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Jumat, 16 Maret 2012 pada
jam keempat, yaitu pukul 09.00-09.30 WIB. Pada pertemuan ini kegiatan
yang dilakukan adalah melanjutkan membuat gambar mind mapping
yang belum selesai.
Secara rinci, urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan II dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pembelajaran kemudian
mengondisikan kesiapan siswa dengan melakukan tanya jawab
dengan siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang diterima
pada pertemuan sebelumnya.
b) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
c) Guru menyinggung sedikit tentang kerangka karangan yang
berbentuk mind mapping dan cara membuatnya, seperti yang sudah
dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyuruh siswa menyelesaikan gambar mind mapping.
e) Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil membuat mind mapping.
f) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah
dipelajari untuk mengetahui pemahaman siswa.
g) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru juga memberi
tahu kegiatan yang akan datang yaitu membuat narasi dari gambar
mind mapping yang telah dibuat.
h) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan II sudah berjalan
sesuai dengan rencana yaitu siswa menyelesaikan gambar mind mapping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Kegiatan pada pertemuan selanjutnya adalah siswa menulis narasi dari
gambar mind mapping yang telah dibuat.
3) Pertemuan III
Pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Maret 2012 pada
jam keempat, yaitu pukul 09.00-09.40 WIB. Pada pertemuan ini kegiatan
yang dilakukan adalah membuat narasi dari gambar mind mapping yang
telah dibuat.
Secara rinci, urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan III
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Kemudian guru mengondisikan kesiapan siswa dalam menerima
pelajaran dengan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk
menggali ingatan tentang materi yang diterima pada pertemuan
sebelumnya.
b) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
c) Guru mengulas sedikit materi mengenai pengertian dan karakteristik
paragraf narasi, seperti yang sudah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya.
d) Guru membagikan hasil pekerjaan mind mapping siswa. Guru juga
menunjukkan di depan kelas tiga buah mind mapping terbaik buatan
siswa kemudian mengembalikan kembali pada siswa yang
bersangkutan.
e) Guru menyuruh siswa membuat narasi dari hasil mind mapping yang
telah dibuat.
f) Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil menulis narasinya.
g) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah
dipelajari.
h) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
i) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan kegiatan guru bersama
siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan semua hasil kegiatan
pembelajaran. Setelah itu, guru menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Observasi dan Interpretasi
Pada tahap observasi, peneliti melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode peta
pikiran (mind mapping). Tindakan dalam siklus 1 ini dilakukan selama 3 kali
pertemuan (4 × 40 menit) pada hari Kamis, 15 Maret 2012; Jumat, 16 Maret
2012; dan Sabtu, 17 Maret 2012. Dalam hal ini, peneliti menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi diarahkan pada poin-poin
dalam pedoman yang telah dirumuskan oleh peneliti dengan guru kelas.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menulis narasi kelas VII A dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Penyusunan
RPP bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan
metode peta pikiran (mind mapping) dapat menghasilkan perubahan pada
hasil belajar menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta.
Peneliti mengambil posisi duduk di tempat duduk paling belakang agar tidak
mengganggu proses pembelajaran.
Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru dan peneliti telah
membuat rencana pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman
dalam mengajar. Rencana pembelajaran tersebut disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku di SMP Negeri 14 Surakarta, yaitu KTSP.
Pembelajaran berlangsung secara konseptual, guru mengajar sesuai dengan
rambu-rambu yang ada dalam rencana pembelajaran. Guru membuka
pembelajaran, memberikan pengantar, memberikan materi, menyimpulkan,
dan menutup pembelajaran. Guru menyampaikan materi pembelajaran
menulis narasi secara runtut dan jelas.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru dan siswa pada siklus I
ditunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa selama apersepsi, minat dan
motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran, dan keaktifan dan perhatian saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
guru menyampaikan materi menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind
mapping). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) pada siklus I dapat
meningkatkan keaktifan, minat dan motivasi, dan keaktifan dan perhatian
walaupun belum maksimal.
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tindakan siklus I
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga beberapa
siswa masih ragu-ragu untuk mengutarakan pendapatnya atau menjawab
pertanyaan yang diberikan guru.
2) Guru kurang tegas terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pembelajaran. Dengan kata lain guru kurang bisa mengendalikan kelas,
sehingga masih banyak siswa yang ramai sendiri saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3) Siswa kurang memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa masih sibuk
melakukan aktivitasnya sendiri bahkan ada juga yang mengantuk saat
guru menyampaikan materi.
4) Guru kurang bisa mengelola waktu pelajaran dengan baik, terutama pada
saat siswa membuat gambar mind mapping dan saat menulis narasi.
5) Masih banyaknya karangan siswa yang belum mencapai batas minimal
ketuntasan hasil belajar atau masih mendapat nilai di bawah 70. Hal
tersebut disebabkan masih banyaknya kesalahan yang terdapat pada
karangan siswa.
6) Guru tidak banyak memberikan balikan atau penguatan. Hal ini
menyebabkan siswa tidak mengetahui kekurangan-kekurangan dalam
narasi yang dibuatnya.
Dari keadaan tersebut, refleksi pelaksanaan tindakan siklus I adalah
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
1) Guru sebaiknya lebih aktif dalam kegiatan tanya jawab dengan siswa.
Dengan demikian, diharapkan siswa menjadi aktif dan nyaman dalam
menerima pelajaran.
2) Untuk memotivasi agar siswa aktif dalam pembelajaran sebaiknya guru
memberikan reward atau penghargaan untuk siswa yang bertanya,
menjawab, dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Reward dapat berupa
pujian atau tambahan nilai.
3) Guru sebaiknya memindah tempat duduk siswa yang ramai agar tidak
mengganggu proses pembelajaran. Guru juga harus memberikan teguran
secara tegas kepada siswa yang tidak memperhatikan, misalnya siswa
yang asyik berbicara sendiri dan membuat gaduh suasana pembelajaran
di kelas.
4) Guru mengingatkan siswa mengenai waktu pelajaran dan tugas yang
harus diselesaikan dengan tepat waktu.
5) Guru perlu memperjelas lagi perbedaan tulisan narasi dengan tulisan
lainnya serta karakteristik tulisan narasi itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 11. Perolehan Nilai Keaktifan Siswa pada Siklus I
No. Nama Siswa
Keaktifan
siswa selama
apersepsi
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Keaktifan dan
perhatian saat
guru
menyampaikan
materi
Skor
Nilai Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Annida Ayu Safitri V V V 14 93 Sangat Baik
2. Annisa Fitriana V V V 14 93 Sangat Baik
3. Chrisgifta Indah Pradana V V V 12 80 Baik
4. Dimas Setyawan V V V 7 47 Kurang
5. Dias Nurmala Sari V V V 12 80 Baik
6. Diki Setiawan V V V 10 67 Cukup
7. Fanny Fiola Herwanda V V V 11 74 Baik
8. Feliks Tri Utomo V V V 7 47 Kurang
9. Ghusta Lorensa V V V 13 87 Baik
10. Gracia Elena V V V 11 74 Baik
11. Jerrymia Heaven V V V 13 87 Baik
12. Johan’s Ivan Tanujaya V V V 7 47 Kurang
13. Karisma Adista
Pramesthi V V V 10 67 Cukup
14. Lantang Hari Utomo V V V 7 47 Kurang
15. Liva Tamalasari V V V 12 80 Baik
16. Lucky Indriyani V V V 11 74 Baik
17. Mayang Anggung Safitri V V V 13 87 Baik
18. Nindya Meta Indria Sari V V V 11 74 Baik
19. Rifaldi Muhamad Ridho V V V 13 87 Baik
20. Robby Agung Permana V V V 10 67 Cukup
21. Rolanda Galih
Wicaksono V V V 12 80 Baik
22. Ruth Indah Natalia V V V 8 53 Kurang
23. Shieren Marsellianawati V V V 11 74 Baik
24. Surya Yuli Setiawan V V V 7 47 Kurang
25. Tegar Madani Varianto V V V 14 93 Sangat Baik
26. Velia Dian Pratiwi V V V 12 80 Baik
27. Wahyu Cakra Guna V V V 14 93 Sangat Baik
28. Yekti Murakapi V V V 14 93 Sangat Baik
29. Yonathan Christovani V V V 7 47 Kurang
30. Yusuf Bachtiar V V V 13 87 Baik
31. Zonifar Eranza V V V 11 74 Baik
51,6%
( 16 siswa)
67,7%
(21 siswa)
74,2%
(23 siswa)
2280
Rata-Rata 73,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 12. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Siklus I
No Nama Komponen yang Dinilai Jumlah
Nilai
(100)
Ket
(T/BT) I II
III
IV
V
1. Annida Ayu Safitri 27 18 13 10 4 72 T
2. Annisa Fitriana 24 17 14 20 3 78 T
3. Chrisgifta Indah Pradana 18 18 15 15 3 69 BT
4. Dimas Setyawan 13 9 15 10 2 49 BT
5. Dias Nurmala Sari 25 15 15 17 4 76 T
6. Diki Setiawan 20 10 10 19 3 62 BT
7. Fanny Fiola Herwanda 15 11 13 13 3 55 BT
8. Feliks Tri Utomo 8 10 10 18 2 48 BT
9. Ghusta Lorensa 25 17 17 20 4 83 T
10. Gracia Elena 13 10 11 15 2 51 BT
11. Jerrymia Heaven 21 16 14 20 3 74 T
12. Johan’s Ivan Tanujaya 15 10 10 13 2 50 BT
13. Karisma Adista Pramesthi 23 16 18 17 3 77 T
14. Lantang Hari Utomo 10 9 13 12 2 46 BT
15. Liva Tamalasari 25 15 10 16 3 71 T
16. Lucky Indriyani 25 15 11 17 3 71 T
17. Mayang Anggung Safitri 25 15 13 20 3 78 T
18. Nindya Meta Indria Sari 21 15 13 20 3 72 T
19. Rifaldi Muhamad Ridho 15 10 15 14 2 56 BT
20. Robby Agung Permana 23 15 10 12 3 63 BT
21. Rolanda Galih Wicaksono 23 15 11 17 3 69 BT
22. Ruth Indah Natalia 15 10 9 13 2 49 BT
23. Shieren Marsellianawati 17 13 15 17 3 65 BT
24. Surya Yuli Setiawan 8 8 8 11 2 37 BT
25. Tegar Madani Varianto 23 17 15 20 3 78 T
26. Velia Dian Pratiwi 23 13 17 15 2 70 T
27. Wahyu Cakra Guna 27 17 15 13 3 75 T
28. Yekti Murakapi 22 15 17 16 3 73 T
29. Yonathan Christovani 17 10 8 18 2 55 BT
30. Yusuf Bachtiar 22 11 15 16 3 67 BT
31. Zonifar Eranza 13 10 8 13 2 46 BT
Jumlah 1985
Rata-rata 64,03
Keterangan:
I = Isi
II = Organisasi Isi
III = Kosakata
IV = Pengembangan Bahasa
V = Mekanika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
Persentase keaktifan siswa selama apersepsi, minat dan motivasi
siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, dan keaktifan dan perhatian saat
guru menyampaikan materi berturut-turut adalah 51,6%, 67,7%, dan 74,2%.
Perolehan nilai pada siklus I ini mengalami peningkatan, yaitu nilai rata-rata
kemampuan menulis narasi siswa menjadi 64,03 dengan rincian 14 siswa
tuntas dengan mendapat nilai > 70 (45,16%). Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode peta pikiran (mind
mapping) siklus I belum berhasil.
2. Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan
Tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam tiga pertemuan, yaitu pada
hari Jumat, 30 Maret 2012; Sabtu, 31 Maret 2012; dan Rabu, 4 April 2012.
Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan adalah 1x40 menit; 1x40
menit; dan 2x40 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus 2 adalah
sebagai berikut.
Pada tahap ini, guru dan peneliti berdiskusi tentang perbaikan yang
akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
menulis narasi dengan metode mind mapping yang belum berhasil secara
maksimal pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan
siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar bahasa Indonesia pokok bahasan menulis narasi pada siswa kelas VII
A SMP Negeri 14 Surakarta tetapi belum maksimal. Hal ini ditunjukkan
masih ada 17 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode mind mapping.
Dari hasil tindakan siklus I, diadakan diskusi sekaligus konsultasi
dengan guru untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil menulis narasi. Dari diskusi tersebut diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kesepakatan bahwa hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran menulis
narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) antara lain sebagai
berikut.
1) Guru menegur dengan tegas kepada siswa-siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran.
2) Guru mengingatkan siswa mengenai waktu pelajaran dan tugas yang harus
diselesaikan dengan tepat waktu.
3) Guru memperjelas lagi materi mengenai menulis narasi.
4) Guru menunjukkan kepada siswa mengenai kesalahan dan kekurangan
hasil menulis narasi siswa pada pertemuan sebelumnya agar siswa
mengetahui dan tidak mengulanginya lagi pada kegiatan menulis narasi
berikutnya.
5) Guru memberikan reward kepada siswa yang aktif bertanya dan menjawab
dengan tambahan nilai dan pujian.
6) Guru melibatkan siswa dalam dikusi kelompok untuk mendiskusikan
permasalahan dalam menulis narasi dengan metode mind mapping.
Tahap-tahap perencanaan pembelajaran menulis narasi dengan
metode peta pikiran (mind mapping) yang direncanakan adalah sebagai
berikut.
1) Guru bersama peneliti merumuskan permasalahan pokok siswa dalam
menulis narasi. Dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam membuat mind mapping, merangkai kalimat yang sesuai dengan ide
pokok, dan menggunakan pilihan kata yang tepat.
2) Guru dan peneliti merancang skenario pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode mind mapping. Langkah-langkah yang
disepakati yaitu sebagai berikut.
a) Guru memberikan apersepsi yakni menggali ingatan siswa pada
pembelajaran lalu. Apersepsi bekisar pada materi yang telah diajarkan
sebelumnya seperti kalimat langsung dan tak langsung, teks
wawancara, dan menulis narasi. Guru juga menjanjikan akan memberi
reward berupa tambahan nilai pada siswa yang aktif bertanya atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menjawab pertanyaan yang diberikan. Sebelum itu, guru memindah
tempat duduk beberapa anak yang ramai dan membuat posisi silang
antara siswa putra dan putri.
b) Guru juga menumbuhkan motivasi siswa dengan menyebutkan nama
siswa yang mendapatkan hasil narasi terbaik pada minggu lalu agar
siswa yang lain juga ikut termotivasi.
c) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
d) Guru menyuruh siswa yang mendapatkan hasil terbaik untuk maju dan
membacakan karangannya.
e) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran
menulis narasi yang telah dilakukan pada pertemuan minggu lalu.
f) Guru memberikan penghargaan berupa pujian pada siswa yang
mempunyai hasil terbaik pada gambar mind mapping dan karangan
narasi yang dibuat.
g) Guru membagikan teks wawancara dan menunjuk 2 orang siswa untuk
membacakannya. Kemudian guru bersama siswa menelaah isi teks
wawancara yang telah dibaca.
h) Guru memberikan contoh cara membuat gambar mind mapping
berdasarkan isi teks wawancara.
i) Siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk mind mapping sesuai
dengan isi teks wawancara.
j) Siswa menulis narasi berdasarkan peta pikiran (mind mapping) yang
telah mereka buat.
k) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan menggunakan metode mind mapping. Perencanaan RPP
mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, indikator, materi pembelajaran, langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pembelajaran, sumber belajar, penilaian, dan pedoman penilaian.
(Lampiran 31 halaman 177)
4) Guru dan peneliti mempersiapkan media pembelajaran seperti kertas hvs,
kertas folio dan contoh gambar mind mapping. Guru dan peneliti juga
menentukan teks wawancara yang akan digunakan sebagai sumber isi
narasi yang akan dibuat.
5) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis
narasi sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan siswa selama
apersepsi, minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran,
dan keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan, yaitu pada hari Jumat, 30 Maret 2012; Sabtu, 31 Maret 2012; dan
Rabu, 4 April 2012 di ruang kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta. Tiap-tiap
pertemuan adalah 1x40 menit; 1x40 menit; dan 2x40 menit. Sesuai dengan
RPP yang telah dibuat dan disepakati antara peneliti dan guru, pelaksanaan
pembelajaran menulis narasi pada siklus II ini dilakukan oleh guru kelas VII
A SMP Negeri 14 Surakarta.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Maret 2012 pada
jam keempat, yaitu pukul 09.00-09.30 WIB. Materi yang diajarkan pada
pertemuan ini adalah pengulangan materi kalimat langsung dan tak
langsung, teks wawancara, dan menulis narasi. Selain itu, guru juga
menjelaskan lagi tentang pembuatan mind mapping sebagai kerangka
paragraf narasi.
Secara rinci, urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan I
adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pembelajaran kemudian
mengondisikan kesiapan siswa dengan memindah tempat duduk
beberapa anak yang ramai dan membuat posisi silang antara siswa
putra dan siswa putri. Guru bertanya jawab tentang pengalaman
menulis narasi dan membuat gambar mind mapping pada minggu lalu.
b) Guru memberikan apersepsi, yakni menggali ingatan siswa pada
pembelajaran lalu. Apersepsi meliputi materi yang telah diajarkan
sebelumnya seperti kalimat langsung dan tak langsung, teks
wawancara, dan menulis narasi. Guru juga menjanjikan akan memberi
reward berupa tambahan nilai pada siswa yang aktif bertanya atau
menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
c) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
d) Guru menumbuhkan motivasi siswa dengan menyebutkan nama siswa
yang mendapatkan hasil narasi terbaik pada minggu lalu agar siswa
yang lain juga ikut termotivasi.
e) Guru menyuruh seorang siswa yang mendapatkan hasil terbaik untuk
maju dan membacakan karangannya.
f) Guru memberikan penghargaan berupa pujian pada siswa yang
mempunyai hasil terbaik pada gambar mind mapping dan karangan
narasi yang dibuat.
g) Guru membagikan teks wawancara dan menunjuk 2 orang siswa untuk
membacakannya.
h) Guru bersama siswa membahas tokoh, latar, dan isi di dalam teks
wawancara.
i) Guru juga memberikan penjelasan lagi mengenai penulisan kalimat
tidak langsung yang benar karena pada hasil menulis narasi kemarin
masih ditemukan kesalahan penulisan. Guru menuliskan kesalahan-
kesalahan yang ditemukan pada hasil tulisan siswa. Guru juga
menyuruh siswa menulisnya di buku tulis agar bisa dipelajari lagi di
rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
j) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
k) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama ini sudah
dapat berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Pada pertemuan ini dibahas materi dan kesalahan menulis narasi agar
siswa lebih paham dan matang sehingga diharapkan siswa tidak
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama pada kegiatan menulis narasi
selanjutnya.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pada
jam keempat, yaitu pukul 09.00-09.40 WIB. Pada pertemuan ini kegiatan
yang dilakukan adalah membuat kerangka karangan yang berupa mind
mapping.
Secara rinci, urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan II dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran. Guru
memindah tempat duduk beberapa anak yang ramai dan membuat
posisi silang antara siswa putra dan siswa putri.
b) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
c) Guru menunjuk 2 orang siswa untuk membacakan teks wawancara
yang telah dibagi.
d) Guru mengulangi kembali pengertian mind mapping dan cara
membuatnya sebagai kerangka karangan, seperti yang sudah
dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
e) Guru membagi membagi siswa ke dalam kelompok dan menyuruh
siswa membuat gambar mind mapping berdasarkan isi teks
wawancara. Guru menegaskan kepada siswa agar lebih bisa
mengefektifkan waktu karena waktu pembelajaran hanya satu jam
pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
f) Guru berkeliling kelas memantau pekerjaan siswa.
g) Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil mind mapping yang
telah dibuat.
h) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberitahu siswa tentang
kegiatan pada pertemuan berikutnya yaitu menulis narasi dari mind
mapping yang telah dibuat.
i) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua sudah
berjalan sesuai dengan rencana yaitu siswa menyelesaikan gambar mind
mapping. Kegiatan pada pertemuan selanjutnya adalah siswa menulis
narasi dari gambar mind mapping yang telah dibuat.
3) Pertemuan III
Pertemuan III dilaksanakan pada hari Rabu, 4 April 2012 pada
jam ketiga dan keempat, yaitu pukul 08.20-09.40 WIB. Pada pertemuan
ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat narasi dari mind mapping
yang telah dibuat.
Secara rinci, urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan III
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pembelajaran. Guru
memindah tempat duduk beberapa anak yang ramai dan membuat
posisi silang antara siswa putra dan siswa putri.
b) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
c) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab mengenai
pengertian dan karakteristik paragraf narasi, seperti yang sudah
dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru membagikan hasil pekerjaan mind mapping siswa.
e) Guru menyuruh siswa membuat karangan narasi dari hasil mind
mapping yang telah dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
f) Guru menyuruh siswa untuk maju membacakan hasil karangan narasi
yang telah dibuat kemudian dikumpulkan di meja guru.
g) Guru dan siswa mengoreksi karangan narasi yang telah dibacakan tadi.
h) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah
dipelajari.
i) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
j) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan kegiatan guru bersama
siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan semua hasil kegiatan
pembelajaran. Setelah itu, guru menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Observasi
Tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam tiga pertemuan, yaitu pada
hari Jumat, 30 Maret 2012; Sabtu, 31 Maret 2012; dan Rabu, 4 April 2012.
Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan adalah 1x40 menit; 1x40
menit; dan 2x40 menit. Seperti pada observasi sebelumnya, peneliti
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi
diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah dirumuskan oleh
peneliti dengan guru kelas.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data
mengenai seberapa besar perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia pada
kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping)
siklus II pada siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta. Pengamatan
ditujukan pada aktivitas atau partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
Peneliti mengambil posisi duduk di tempat duduk paling belakang agar tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran (Lampiran 45 halaman 214).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru dan siswa pada siklus II
menunjukkan adanya peningkatan keaktifan, minat dan motivasi, dan
keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi serta hasil menulis
narasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tindakan siklus
II dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Pada saat guru menyampaikan materi, seluruh siswa sudah memperhatikan
dengan baik. Posisi guru tidak terpusat pada satu titik saja, sehingga
seluruh siswa dapat dipantau dan mendapatkan perhatian dari guru.
2) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis narasi dengan
menggunakan media gambar peta pikiran yang telah dibuat oleh masing-
masing siswa. Semangat dan antusias siswa saat mengerjakan tugas
meningkat secara signifikan.
3) Pada saat mengerjakan tugas, kefokusan siswa sudah menunjukkan
perubahan yang signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan antusiasme
siswa dalam mengerjakan perintah guru.
4) Adanya reward dari guru efektif meningkatkan keaktifan minat dan
motivasi siswa dalam merespon pernyataan atau stimulus yang diberikan.
5) Hasil menulis narasi yang dibuat siswa sudah menunjukkan peningkatan,
yaitu terlihat pada pengembangan gagasan/ide yang menarik dan sesuai
tema, pemakaian diksi yang tepat, dan penggunaan bahasa yang
komunikatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 13. Perolehan Nilai Keaktifan Siswa pada Siklus II
No. Nama Siswa
Keaktifan Siswa
Selama Apersepsi
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Keaktifan dan
perhatian saat guru
menyampaikan
materi Skor
Nilai Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Annida Ayu Safitri V V V 14 93 Sangat Baik
2. Annisa Fitriana V V V 14 93 Sangat Baik
3. Chrisgifta Indah
Pradana V V V 14 93 Sangat Baik
4. Dimas Setyawan V V V 9 60 Cukup
5. Dias Nurmala Sari V V V 12 80 Baik
6. Diki Setiawan V V V 12 80 Baik
7. Fanny Fiola
Herwanda V V V 13 87 Baik
8. Feliks Tri Utomo V V V 9 60 Cukup
9. Ghusta Lorensa V V V 14 93 Sangat Baik
10. Gracia Elena V V V 12 80 Baik
11. Jerrymia Heaven V V V 13 87 Baik
12. Johan’s Ivan
Tanujaya V V V 9 60 Cukup
13. Karisma Adista
Pramesthi V V V 12 80 Baik
14. Lantang Hari
Utomo V V V 9 60 Cukup
15. Liva Tamalasari V V V 12 80 Baik
16. Lucky Indriyani V V V 12 80 Baik
17. Mayang Anggung
Safitri V V V 13 87 Baik
18. Nindya Meta Indria
Sari V V V 12 80 Baik
19. Rifaldi Muhamad
Ridho V V V 14 93 Sangat Baik
20. Robby Agung
Permana V V V 13 87 Baik
21. Rolanda Galih
Wicaksono V V V 11 74 Baik
22. Ruth Indah Natalia V V V 11 74 Cukup
23. Shieren
Marsellianawati V V V 12 80 Baik
24. Surya Yuli
Setiawan V V V 9 60 Cukup
25. Tegar Madani
Varianto V V V 14 93 Sangat Baik
26. Velia Dian Pratiwi V V V 13 87 Baik
27. Wahyu Cakra Guna V V V 14 93 Sangat Baik
28. Yekti Murakapi V V V 14 93 Sangat Baik
29. Yonathan
Christovani V V V 9 60 Cukup
30. Yusuf Bachtiar V V V 14 93 Sangat Baik
31. Zonifar Eranza V V V 12 80 Baik
Persentase 81%
( 25 siswa)
81%
(25 siswa)
77%
(24 siswa)
2500
Rata-Rata 80,64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 14. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Siklus II
No Nama Komponen yang Dinilai Jumlah
Nilai
(100)
Ket
(T/BT) I
II
III
IV
V
1. Annida Ayu Safitri 28 18 18 20 4 88 T
2. Annisa Fitriana 29 18 17 22 4 90 T
3. Chrisgifta Indah Pradana 26 17 18 18 4 83 T
4. Dimas Setyawan 21 13 10 11 3 58 BT
5. Dias Nurmala Sari 28 18 19 21 4 90 T
6. Diki Setiawan 27 18 17 21 4 87 T
7. Fanny Fiola Herwanda 25 15 16 22 4 82 T
8. Feliks Tri Utomo 22 16 10 11 3 62 BT
9. Ghusta Lorensa 29 18 18 21 4 90 T
10. Gracia Elena 27 17 17 21 4 86 T
11. Jerrymia Heaven 22 15 14 20 4 75 T
12. Johan’s Ivan Tanujaya 20 17 11 11 3 62 BT
13. Karisma Adista Pramesthi 27 18 17 19 4 85 T
14. Lantang Hari Utomo 20 10 10 13 3 56 BT
15. Liva Tamalasari 28 18 17 22 4 89 T
16. Lucky Indriyani 25 16 15 20 4 80 T
17. Mayang Anggung Safitri 30 20 18 23 4 95 T
18. Nindya Meta Indria Sari 27 20 17 22 4 90 T
19. Rifaldi Muhamad Ridho 26 18 17 21 4 86 T
20. Robby Agung Permana 25 16 18 21 4 84 T
21. Rolanda Galih Wicaksono 28 18 18 20 4 88 T
22. Ruth Indah Natalia 27 18 17 20 4 86 T
23. Shieren Marsellianawati 28 18 18 20 4 88 T
24. Surya Yuli Setiawan 21 13 12 11 3 60 BT
25. Tegar Madani Varianto 27 18 18 18 4 85 T
26. Velia Dian Pratiwi 28 18 17 20 4 87 T
27. Wahyu Cakra Guna 29 18 18 21 4 90 T
28. Yekti Murakapi 28 18 17 18 4 85 T
29. Yonathan Christovani 22 13 11 11 3 60 BT
30. Yusuf Bachtiar 25 14 17 14 4 74 T
31. Zonifar Eranza 25 16 13 17 4 75 T
Jumlah 2496
Rata-rata 80,51
Keterangan:
I = Isi
II = Organisasi Isi
III = Kosakata
IV = Pengembangan Bahasa
V = Mekanika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
Persentase keaktifan, minat dan motivasi, dan keaktifan dan
perhatian saat guru menyampaikan materi berturut-turut adalah 81%, 81%,
dan 77%. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus II telah menunjukkan
perubahan yang cukup signifikan dengan nilai rata-rata kelas mencapai 80,51
dengan persentase ketuntasan 80,64%. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode mind
mapping pada siklus II ini sudah berhasil meningkatkan kualitas proses dan
hasil.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Dari hasil pengamatan peneliti dari siklus I dan siklus II, dapat
diungkapkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi melalui
metode peta pikiran (mind mapping) mengalami peningkatan.
Tabel 15. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
No. Aspek Persentase
Siklus I Siklus II
1 Siswa aktif selama apersepsi 51,6% 81%
2. Siswa berminat dan bermotivasi
saat mengikuti kegiatan
pembelajaran
67,7% 81%
3. Siswa aktif dan perhatian saat guru
menyampaikan materi 74,2% 77 %
4. Kemampuan siswa dalam
menulis narasi 45,16% 80,64%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Siklus I Siklus
II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pe
rse
nta
se
Tindakan
Perbandingan antar siklus
Aktif selamaapersepsi
Minat danMotivasi
Aktif danPerhatian
Mampu menulisnarasi
Gambar 5. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 16. Perolehan Nilai Menulis Narasi pada Siklus I dan II
No Nama Siklus
I
Siklus
II
Keterangan
1. Annida Ayu Safitri 72 88 Meningkat
2. Annisa Fitriana 78 90 Meningkat
3. Chrisgifta Indah Pradana 69 83 Meningkat
4. Dimas Setyawan 49 58 Meningkat tetapi belum tuntas
5. Dias Nurmala Sari 76 90 Meningkat
6. Diki Setiawan 62 87 Meningkat
7. Fanny Fiola Herwanda 55 82 Meningkat
8. Feliks Tri Utomo 48 62 Meningkat tetapi belum tuntas
9. Ghusta Lorensa 83 90 Meningkat
10. Gracia Elena 51 86 Meningkat
11. Jerrymia Heaven 74 75 Meningkat
12. Johan’s Ivan Tanujaya 50 62 Meningkat tetapi belum tuntas
13. Karisma Adista Pramesthi 77 85 Meningkat
14. Lantang Hari Utomo 46 56 Meningkat tetapi belum tuntas
15. Liva Tamalasari 71 89 Meningkat
16. Lucky Indriyani 71 80 Meningkat
17. Mayang Anggung Safitri 78 95 Meningkat
18. Nindya Meta Indria Sari 72 90 Meningkat
19. Rifaldi Muhamad Ridho 56 86 Meningkat
20. Robby Agung Permana 63 84 Meningkat
21. Rolanda Galih Wicaksono 69 88 Meningkat
22. Ruth Indah Natalia 49 86 Meningkat
23. Shieren Marsellianawati 65 88 Meningkat
24. Surya Yuli Setiawan 37 60 Meningkat tetapi belum tuntas
25. Tegar Madani Varianto 78 85 Meningkat
26. Velia Dian Pratiwi 70 87 Meningkat
27. Wahyu Cakra Guna 75 90 Meningkat
28. Yekti Murakapi 73 85 Meningkat
29. Yonathan Christovani 55 60 Meningkat tetapi belum tuntas
30. Yusuf Bachtiar 67 74 Meningkat
31. Zonifar Eranza 46 75 Meningkat
D. Pembahasan
Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian
pendahuluan serta paparan hasil penelitian, berikut ini dijabarkan pembahasan
hasil penelitian yang meliputi kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis
narasi dengan metode mind mapping siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Narasi dengan
Menggunakan Metode Mind Mapping
Penilaian proses diambil berdasarkan keaktifan, minat dan motivasi, dan
keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi. Aktivitas-aktivitas
yang diamati antara lain yaitu: (1) berbicara sendiri dengan teman, (2)
mengerjakan pekerjaan lain, (3) mengantuk, (4) mengganggu teman lain, (5)
memperhatikan penjelasan guru, (6) mencatat penjelasan guru, (7) menjawab
karena ditunjuk guru, (8) mengerjakan tugas yang diperintahkan guru, (9) aktif
berdiskusi, dan (10) aktif bertanya/menjawab pertanyaan guru atau aktif
berpendapat.
Keaktifan siswa dinilai dari adanya keberanian dalam hal berpendapat,
aktif berdiskusi, dan aktif bertanya/menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dinilai dari segala aktivitas yang tidak
mengganggu atau menyimpang selama proses pembelajaran berlangsung.
Aktivitas-aktivitas baik tersebut yaitu memperhatikan penjelasan guru, mencatat
penjelasan guru, dan mengerjakan tugas yang diperintahkan guru.
Dalam pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode mind
mapping, siswa mengalami peningkatan secara kualitas proses. Hal ini dapat
dilihat dari:
1) Ranah Kognitif
a) Siswa dapat mengembangkan isi pikiran atau gagasannya dengan
metode mind mapping.
b) Siswa lebih mudah membuat karangan narasi dengan metode mind
mapping.
c) Siswa secara runtut dapat mengungkapkan isi pikirannya dalam bentuk
karangan narasi dengan metode mind mapping.
d) Kemampuan siswa dalam mengerjakan karangan narasi meningkat.
2) Ranah Afektif
a) Siswa bersemangat mengikuti pelajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode mind mapping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b) Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan menggunakan metode
mind mapping.
c) Siswa mengikuti petunjuk dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.
d) Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu.
3) Ranah Psikomotorik
a) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru saat pembelajaran berlangsung.
b) Siswa aktif dalam kegiatan diskusi .
c) Siswa aktif memberikan komentar terhadap hasil narasi temannya.
Setelah diterapkan metode mind mapping, siswa mengalami peningkatan
keaktifan, minat dan motivasi, dan keaktifan dan perhatian saat guru
menyampaikan materi berturut-turut hingga 81%, 81%, dan 77%. Dengan
demikian, penerapan metode mind mapping berhasil meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
2. Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Narasi dengan
Menggunakan Metode Mind Mapping
Menurut Sudjana (2009), ―Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya‖ (hlm. 22). Hasil
yang ingin dicapai dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan
menggunakan metode mind mapping adalah pencapaian nilai kompetensi menulis
narasi yang meningkat secara hasil. Dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) maka hasil
belajar menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta juga
meningkat. Peningkatan dapat dilihat dari nilai hasil kemampuan menulis narasi
yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan
setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II.
Dari hasil pelaksanaan siklus dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM ≥70 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata
kemampuan menulis narasi siswa pada kondisi pratindakan adalah 62,25 dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
perbandingan dari 31 siswa hanya 12 yang tuntas dengan nilai di atas 70. Pada
siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kemampuan menulis narasi
siswa menjadi 64,03 dengan rincian 14 siswa mendapat nilai di atas 70 (45,16%).
Pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata kemampuan menulis narasi siswa
adalah 80,51 dengan rincian 25 siswa mendapat nilai di atas 70 (80, 64%).
Peningkatan tersebut membuktikan bahwa metode peta pikiran (mind mapping)
dapat membantu meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi siswa
kelas VII A SMP Negeri 14 Surakarta.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14
Surakarta adalah dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping).
Metode mind mapping dapat memudahkan siswa dalam menuangkan
pikiran/gagasannya ke dalam bentuk karangan narasi. Selain itu, siswa juga
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode mind mapping.
Terhadap enam anak yang tidak mencapai batas minimal ketuntasan
belajar (70), peneliti telah melakukan wawancara mendalam pada guru yang
bersangkutan. Dari wawancara dengan guru terungkap bahwa keenam siswa
tersebut tergolong siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa tersebut
memang lebih lambat dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari perolehan nilai
siswa pada sebagian besar pelajaran yang lain juga. Keenam siswa tersebut
mendapat nilai kurang dibandingkan dengan siswa yang lain.
Perolehan nilai pada tabel di siklus I dan II diketahui bahwa beberapa
anak mempunyai masalah yang berbeda pada masing-masing pembobotan
penilaian. Dimas Setyawan, Feliks Tri Utomo, dan Johan’s Ivan Tanujaya
mempunyai kesulitan dalam hal pemakaian kosakata dan pengembangan bahasa.
Di dalam hasil menulis narasinya terjadi banyak sekali penggunaan pilihan kata
yang tidak tepat. Seringnya terjadi kesalahan dalam konstruksi kalimat membuat
makna menjadi membingungkan. Kesalahan-kesalahan ini dapat diminimalisasi
dengan banyak membaca dan berlatih menulis. Hal tersebut dapat menambah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
perbendaharaan kata sehingga dapat menggunakannya dalam konstruksi kalimat
dengan tepat.
Surya Yuli Setiawan dan Yonathan Christovani juga mempunyai
permasalahan yang sama seperti Dimas Setyawan, Feliks Tri Utomo, dan Johan’s
Ivan Tanujaya yang mempunyai kesulitan dalam hal pemakaian kosakata dan
pengembangan bahasa. Perbedaannya, kesalahan-kesalahan penggunaan kosakata
pada tulisan Surya dan Yonathan tidak sampai mengaburkan makna. Persamaan
yang lain, kelima siswa ini sudah dapat mengembangkan tema meskipun ide
ceritanya masih terbatas atau belum dikembangkan secara bagus.
Lantang Hari Utomo mempunyai kesulitan dalam menguasai komponen
organisasi isi dan kosakata. Gagasan-gagasan yang ditulisnya terpotong-potong
dan ekspresinya kurang lancar. Pemanfaatan potensi kata yang terbatas dan
terjadinya kesalahan penggunaan kosakata dapat membuat makna menjadi rusak.
Kesalahan ejaan yang masih banyak terjadi juga mengurangi estetika sebuah
tulisan.
Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan, sebaiknya keenam siswa
tersebut belajar bersama dengan siswa yang lebih menguasai komponen penulisan
atau bisa juga dengan guru yang bersangkutan. Motivasi, minat, dan kebiasaan
belajar juga harus ditumbuhkan lagi. Dengan demikian, diharapkan siswa lebih
fokus dan aktif dalam pembelajaran menulis narasi sehingga mampu menulis
narasi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan:
1. Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri
14 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dalam. Hal ini tampak pada peningkatan
persentase keaktifan siswa selama apersepsi, minat dan motivasi siswa saat
mengikuti kegiatan pembelajaran, dan keaktifan dan perhatian siswa saat guru
menyampaikan materi berturut-turut adalah 51,6%, 67,7%, dan 74,2%. Pada
siklus II persentase keaktifan siswa selama apersepsi, minat dan motivasi
siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, dan keaktifan dan perhatian
siswa saat guru menyampaikan materi berturut-turut meningkat hingga 81%,
81%, dan 77%.
2. Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dalam. Peningkatan hasil menulis narasi
tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil menulis narasi
pada setiap siklusnya. Pada siklus I yaitu nilai rata-rata kemampuan menulis
narasi siswa 64,03 dengan rincian 14 siswa (45,16%) mendapat nilai di atas
70. Pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata kemampuan menulis narasi
siswa adalah 80,51 dengan rincian 25 siswa (80,64%) mendapat nilai di atas
70.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat
diketahui bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat
meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Surakarta. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut.
1. Implikasi Teoretis
a. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam rangka mengembangkan
pembelajaran ke arah yang lebih inovatif, menarik, dan tidak
membosankan. Guru dapat menggunakan metode mind mapping
sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis
siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memperkaya kajian
penelitian tindakan kelas. Guru maupun peneliti lain dapat melakukan
penelitian sejenis guna meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran bahasa Indonesia secara umum. Dengan metode mind
mapping akan memudahkan siswa dalam mengungkapkan dan
mengembangkan hasil pemikirannnya dalam bentuk tulisan. Penelitian
ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan metode
pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada
siswa.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk dapat memanfaatkan berbagai metode dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tidak hanya tergantung pada ketersampaian materi saja
akan tetapi metode yang digunakan guru juga berpengaruh dalam
menentukan kualitas proses pembelajaran.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif permasalahan sejenis
dalam pembelajaran, terutama untuk mengatasi masalah kemampuan
menulis siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti mengajukan
saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana dan prasarana belajar
mengajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru guna
mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran
Bahasa Indonesia.
b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan senantiasa
memberikan dorongan kepada para guru untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam kegiatan belajar mengajar, baik dengan
mengikutsertakan guru dalam kegiatan seminar, workshop,
penataran, maupun dengan mendukung guru untuk melakukan
berbagai penelitian dalam pendidikan dan pengajaran.
c. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia, metode
mind mapping sangat bagus untuk diterapkan dalam rangka
meningkatkan kemampuan menulis siswa.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat menerapkan metode peta pikiran (mind mapping) dalam
pembelajaran, khususnya materi menulis.
b. Guru hendaknya lebih memotivasi siswa agar berani
mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaannnya melalui media
gambar yang kreatif dan inovatif.
c. Guru hendaknya bisa memunculkan tema-tema baru yang menarik
sehingga pembelajaran menulis tidak monoton dan tidak
membosankan.
d. Guru dapat menerapkan metode mind mapping secara maksimal
dan memvariasikannya dengan metode lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
e. Guru dapat menerapkan metode yang sesuai dan menarik yang
dapat merangsang keaktifan dan kefokusan siswa selama
pembelajaran.
3. Bagi Siswa
a. Siswa dapat menerapkan metode mind mapping dalam mencatat
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
b. Siswa diharapkan dapat memanfaatkan media gambar sebagai
sarana untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran
menulis.
c. Siswa hendaknya mengikuti pembelajaran secara aktif dan
bersungguh-sungguh.
d. Siswa hendaknya menggunakan gambar dan warna yang lebih
menarik dalam pembuatan mind mapping.
e. Siswa hendaknya menambah wawasan dengan banyak menulis dan
membaca karangan narasi agar dapat menghasilkan karangan yang
baik sehingga dapat mencapai nilai tuntas yang ditetapkan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi berkembangnya
penelitian-penelitian lain yang lebih kreatif dan inovatif.
b. Bagi peneliti lain diharapkan agar mampu berkolaborasi secara
aktif dengan guru dan menciptakan pendekatan pembelajaran baru
yang dapat mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas siswa
sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
c. Peneliti lain diharapkan mampu menciptakan langkah-langkah
pembelajaran baru yang berkaitan dengan penggunaan media
gambar berwarna untuk memacu keaktifan dan kreativitas siswa
secara maksimal.