penggunaan model pembelajaran talking...

117
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA (Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matlaul Anwar) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh : Wahab NIM: 809018300501 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Upload: buidat

Post on 18-May-2018

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA

(Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

Wahab

NIM: 809018300501

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA

(Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Wahab

NIM: 809018300501

Di bawah bimbingan

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 3: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

LERMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan

Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul

Anwar). Disusun oleh: Wahab, NIM: 809018300501, Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Univesitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 25 Oktober 2013

Yang mengesahkan

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 001

Page 4: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skirpsi berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Mahluk Hidup

dan Fungsinya (Studi Penelitian Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar

Cibening, Pamijahan, Bogor) Disusun oleh: Wahab, NIM: 809018300501,

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 23

September 2013 dihadapan dewan penguji karena itu penulis berhak memperoleh

gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang pendidikan.

Jakarta, 3 April 2014

Panitia Ujian Munaqosah

Panitia Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Program Studi (PGMI)

Tanggal

TandaTangan

Fauzan, MA

NIP.19810623 200912 1003

Penguji I

Dr. Zulfiani, M.Pd

NIP. 19760309 2005012002

Penguji II

Fathia Alatas, M.Si

NIP.19761107 2007011013

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dra. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D

NIP. 19591020 198603 2001

Page 5: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wahab

NIM : 809018300501

Jurusan/ Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu

Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)

Bahwa Skripsi yang Berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Talking

Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh

Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa

Kelas IV MI Matla’ul Anwar) adalah benar hasil karya sendiri di bawah

bimbingan dosen:

Nama : Burhanudin Milama, M.Pd

NIP : 19770201 200801 1 001

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

saya siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini

bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 25 September 2013

Yang Menyatakan

Wahab

Page 6: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

i

ABSTRAKSI

Wahab: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar), 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran talking chips. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas,

penelitian ini dilaksanakan di MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor dan

obyek yang diteliti terbatas pada satu kelas yaitu kelas IV, dengan jumlah siswa 20

orang siswa. Pengambilan data melalui observasi dan Test (Pretest dan Postest).

Penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata

pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai 20 siswa pada siklus I rata-

rata pretest 50,5 setelah dilakukan treatment atau tindakan dan dilakukan postest rata-

rata nilai meningkat menjadi 68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai

dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 75% siswa dari

Standar Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa

dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau

sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus

sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari 70, sesuai

dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah

ditentukan oleh madrasah. Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang

ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan

terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%.

Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan

menggunakan Model Pembelajaran Talking Chips dilakukan postest rata-rata nilai

meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan

lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori

baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Hal ini

menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM ,

artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian

75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan

konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%.

Kata Kunci: Talking Chips, Hasil Belajar, dan Konsep Alat Tubuh Makhluk

Hidup dan Fungsinya

Page 7: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia yang dilimpahkanNya, sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan

Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul

Anwar)”.

Dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa

arahan dan dorongan selama penulis studi. Oleh karena itu penulis menyampaikan

terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Fauzan, MA sebagai Ketua Program Study, atas kebijakan, perhatian dan

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

3. Burhanudin Milama, M.Pd sebagai pembimbing, yang telah banyak

membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan sehingga

skripsi ini terwujud.

4. Kepala Sekolah beserta dewan guru, karyawan dan semua siswa MI

Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan yang telah membantu kelancaran

selama penelitian.

5. Kedua orang tua, istri dan anak penulis yang telah banyak membantu dan

memberikan semangat serta penuh pengertian selama penulis

menyelesaikan studi.

6. Teman-teman mahasiswa PGMI semua yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah

diperbuat dengan pahala yang mulia disisi Allah SWT.Akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para

Page 8: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

iii

pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan untuk kemajuan penulis dimasa yang akan datang.

Jakarta, 25 Oktober 2013

Wahab

Page 9: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

iv

DAFTAR TABEL

NO NAMA KETERANGAN HALAMAN

1. Tabel. 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan

kelompok belajar konvensional 9

2. Tabel. 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran

Kooperatif 15

3. Tabel. 2.3

Cara-cara Pembelajaran Kooperatif Model

Tallking Chips 19

4 Tabel 3.1 Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian 34

5 Tabel 3.2 Kisi-kisi Pretest dan Postest Siklus I dan II 43

6 Tabel 4.1 Data hasil pretest dan posttest siklus I 52

7 Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I

53

8 Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II 55

9 Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus II 59

10 Tabel 4.5 Data hasil posttest dan pretest siklus II 60

11 Tabel 4.6 Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest

Siklus II 62

12

Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar

Siklus I dan II 63

Page 10: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

v

DAFTAR GAMBAR

NO NAMA KETERANGAN HALAMAN

1. Gambar. 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 34

2. Gambar 3.2 Model Skema Penelitian Tindakan Hopkins 36

Page 11: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

1

3

4

5

6

RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II.

Lembar Observasi

Lembar Postest siklus I dan siklus II

Permohonan Izin Penelitian

Surat Penerimaan Izin Penelitian

Page 12: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ---------------------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------- ii

Daftar Tabel ---------------------------------------------------------------------------- iv

Daftar Gambar ------------------------------------------------------------------------- v

Daftar Lampiran ------------------------------------------------------------------------ vi

Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------- vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ----------------------------------------------- 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ------------------------------ 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ------------------------------------------ 6

D. Perumusan Masalah Penelitian --------------------------------------- 7

E. Tujuan Penelitian -------------------------------------------------------- 7

F. Kegunaan Hasil Penelitian --------------------------------------------- 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAN

INTERVESI TINDAKAN

A. Kajian Teoritis ----------------------------------------------------------- 8

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif --------------------------------- 8

a. Prinsip Dasar dan Ciri dalam Pembelajaran Kooperatif --- 13

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ----------------------------- 14

c. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif ----------------- 15

2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips ----------------- 16

a. Cara Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips ----- 18

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Model Talking Chips ------------------------------------------- 19

c. Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Model

Talking Chips dengan Model Kooperatif lain -------------- 20

Page 13: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

viii

3. Hasil Belajar ---------------------------------------------------------- 20

a. Pengertian Hasil Belajar --------------------------------------- 21

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ------------------ 22

4. Pembelajaran IPA ---------------------------------------------------- 26

a. Pengertian Belajar ---------------------------------------------- 26

b. Pengertian Pembelajaran -------------------------------------- 27

c. Pengertian IPA -------------------------------------------------- 28

B. Penelitian yang Relevan ------------------------------------------------ 29

C. Hipotesis Tindakan ------------------------------------------------------ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ----------------------------------------- 31

B. Metode dan Desain Penelitian ----------------------------------------- 31

C. Subjek Penelitian -------------------------------------------------------- 34

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian -------------------------- 34

E. Tahap Intervensi Tindakan --------------------------------------------- 35

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ------------------------- 39

G. Data dan Sumber Data -------------------------------------------------- 40

H. Instrumen Pengumpulan Data ----------------------------------------- 40

I. Teknik Pengumpulan Data --------------------------------------------- 41

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan --------------------------------- 44

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ----------------------------------- 45

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ------------------------------- 47

BAB IV DISKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data------------------------------------------------------------------ 48

1. Siklus I --------------------------------------------------------------------- 48

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ------------------------------------ 48

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ------------------------------------- 49

c. Hasil Tindakan Siklus I --------------------------------------------- 50

d. Refleksi Tindakan Siklus I ------------------------------------------ 55

2. Siklus II --------------------------------------------------------------------- 56

Page 14: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

ix

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ----------------------------------- 56

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ------------------------------------ 57

c. Observasi Tindakan Siklus II--------------------------------------- 58

d. Refleksi Tindakan Siklus II ----------------------------------------- 60

B. Analisis Data------------------------------------------------------------------ 62

C. Pembahasan ------------------------------------------------------------------ 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 71

B. Saran ---------------------------------------------------------------------------- 72

DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 73

Page 15: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Jadi kebiasaan cara belajar juga berpengaruh pada hasil yang

diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor

psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern contohnya

faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat.

Setiap siswa mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu siswa

dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa

mengalami berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru

dalam belajarnya mengalami kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan

oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan

dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis sehingga pada akhirnya

dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berada di bawah semestinya.

Proses belajar mengajar dilakukan oleh guru di kelas, diarahkan pada

pemberian pengalaman bagi para siswa, sehingga secara kultural dan pribadi

akan terjadi kegiatan belajar mengajar yang relevan antara guru dan siswa.

Dengan demikian, pengolahan, pengarahan dan kemudahan belajar di kelas

merupakan tugas penting bagi penyelenggara pendidikan formal di semua

jenjang.

Kegiatan belajar mengajar yang baik dan menguntungkan jika guru

mengetahui sacara tepat faktor-faktor yang menunjang terciptanya kondisi

tersebut. Guru mengenal masalah-masalah yang dianggap bisa merusak situasi

dan iklim belajar mengajar. Selain itu, guru harus menguasai beberapa

pendekatan dalam mengelola kelas atau mengatur kelas. Dengan kata lain,

bahwa progam kelas akan terlaksana dengan baik apabila guru

Page 16: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

2

mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur

yaitu: guru, siswa, dan pengelolaan kelas.

UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.1

Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam

pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak

adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.2

Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini dimana siswa hanya

mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum.

Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian.

Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam

pembelajaran.3

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak

berorientasi tercapainya standar kompetensi (SK)dan kompetensi dasar (KD).

Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA

sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. Siswa hanya

mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Siswa tidak dibiasakan

1 Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim. Pendidikan Berbasis Nilai.(Bogor: Galia Indah, 2010)

h. 10 2 Bambang Sutedjo. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta: Pusat

Kurikulum,Balitbang Depdiknas(2010) Hlm 4,tersedia di Www.Puskur.Net 3 Ibid., h. 5

Page 17: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

3

untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan

bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri.4

Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum

menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan

oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan

jumlah siswa per kelas yang terlalu banyak.5

Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan di lokasi

penelitian yaitu di kelas IV MI Matlaul Anwar Cibening Pamijahan Bogor,

proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yaitu

menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran masih terpusat pada

guru, semua informasi berpusat pada guru dan pembelajaran berlangsung

searah. Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang

terdapat di dalam buku, dan belum memanfaatkan pendekatan lingkungan

dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung

dengan lingkungan jarang dilakukan. Guru IPA sebagian masih

mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian

dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif,

karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan, sehingga

proses pembelajaran cenderung menyebabkan suasana membosankan. Dari

pembelajaran konvensional di atas berdampak terhadap hasil belajar. Siswa di

kelas IV yang saya ajar pada nilai ulangan IPA 30 persen yang mencapai

KKM, untuk nilai ulangan harian pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan

fungsinya.

Konsep pembelajaran IPA menuntut adanya perubahan peran guru.

Pada konsep konvensional guru lebih berperan sebagai transformator, artinya

guru berperan hanya sebagai penyampai informasi, ide, atau gagasan, dan guru

berada didepan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya

mendengar, menyimak, dan mencatat, kadang siswa diselingi pertanyaan dan

latihan. Pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja,

4 Ibid., h. 5

5 Ibid., h. 5

Page 18: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

4

seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan

konsep pembelajaran (instructional) . Pembelajaran memandang siswa sebagai

individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi

secara optimal. Agar pembelajaran lebih optimal, maka model pembelajaran

harus efektif dan selektif sesuai dengan konsep yang diajarkan, sehingga siswa

termotivasi untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Selain memandang

penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran

guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah guru tidak hanya

menerangkan dan menjelaskan materi kepada siswa, tetapi juga mengajak

siswa untuk ikut akif dalam proses belajar mengajar tersebut, karena

keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kualitas dan

kemampuan guru.

Pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat, tidak hanya

mempertimbangkan tujuan pendidikan, tetapi juga harus mempertimbangkan

keaktifan, potensi dan tingkat perkembangan siswa yang beragam, serta

bagaimana memotivasi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai

kreativitas yang tinggi dalam menggunakan model pembelajaran untuk

menunjang tercapainya proses belajar mengajar.

Salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah

pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai

macam model, salah satunya adalah talking chips. Di dalam talking chips

siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-5 orang perkelompok.

Dalam kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah

atau materi pelajaran. Kemudian setiap kelompok diberikan 4-5 kartu yang

digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya,

maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai

seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat

tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua

siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Teknik ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya

Page 19: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

5

di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam

kelas.

”Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu; proses

sosial dan proses dalam penguasaan materi”6. Proses sosial berperan penting

dalam talking chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam

kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di

dalam suatu bingkai sosial yaitu pada ke lompoknya. Para siswa belajar untuk

berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang

siswa pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah.

Penerapan pembelajaran model talking chips, akan memberikan

motivasi siswa dan pengalaman siswa dalam belajar. Namun Pendekatan model

pembelajaran talking chips masih belum dikenal di MI Matlaul Anwar,

sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini, dengan

mempertimbangkan usaha-usaha agar siswa dapat belajar dengan

menyenangkan dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan

kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang upaya meningkatkan proses

dan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Matlaul Anwar melalui pembelajaran

model talking chips.

Pembelajaran model talking chips yang diterapkan pada pokok bahasan

konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya juga diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa secara efektif dan dapat menghilangkan

kejenuhan siswa dalam belajar ke arah pembelajaran yang menciptakan

interaktif sesama siswa, sehingga siswa dapat terdorong minat dan motivasinya

untuk belajar IPA yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia.

Hasil belajar atau prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha yang

telah dilakukan. Agar proses pembelajaran IPA dapat berjalan dengan baik dan

tercapai tujuan pembelajaran IPA tersebut, maka diperlukan suatu strategi yang

tepat supaya hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi

belajar siswa. Guru harus dapat memilih metode-metode yang sesuai dengan

6 Sonia Kasal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Page 20: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

6

pokok bahasan yang disampaikan, dan mempunyai cara-cara yang menarik

sehingga siswa mempunyai minat dan motivasi yang tinggi terhadap pelajaran

IPA, dengan demikian prestasi mudah diraih. Berdasarkan hal tersebut pada

penelitian ini peneliti ingin mencoba mengaplikasikan sebuah model

pembelajaran dengan teknik taking chip, dengan harapan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh

Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada

Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)“.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:

1. Sebagian siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti .

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih

rendah dalam konsep alat tubuh makhluk dan fungsinya.

3. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan

materi pembelajaran.

C. Pembatasa Masalah

Supaya permasalahan yang dikaji dapat terarah dan untuk

menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya

pembatasan masalah. Masalah di sini dititik beratkan pada:

1. Penerapan model pembelajaran talking chips di MI Matlaul Anwar.

2. Hasil belajar siswa yang diukur hanya pada aspek kognitif.

Page 21: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

7

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat

perumusan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil

belajar siswa di kelas IV MI Matlaul Anwar dengan menggunakan model

pembelajaran talking chips?

E. Tujuan Penelitian

Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran talking chips.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi pihak-pihak

terkait, berikut peneliti uraikan kegunaan hasil penelitian:

1. Bagi Madrasah

Penelitian ini semoga berguna dan dapat dijadikan sebagai masukan

dalam rangka meningkatkan prestasi, minat belajar dan kualitas dalam

pelaksanaan pendidikan.

2. Bagi Guru

Memperluas wawasan, pengetahuan, dan keterampilan guru dalam

menerapkan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA.

3. Bagi siswa

Penelitian ini semoga dapat mendorong siswa agar dapat berperan

aktif dalam proses pembelajaran.

Page 22: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

8

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI

TINDAKAN

A. Kajian Teoritis

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Inggris dengan

kata kerja to cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Sedangkan

kooperatif dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti bersifat kerjasama.

Secara umum, pengertian pembelajaran kooperatif ditafsirkan berbeda-beda

oleh para ahli. Seperti yang dikutip oleh Miftahul Huda, menurut Roger, dkk

(1992) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok

yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara social di antara kelompok-kelompok belajar yang di

dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri

dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain .1

Menurut Anita Lie, mendefinisikan pembelajaran kooperatif atau

pembelajaran bergotong royong merupakan sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama sesamanya pada saat

mengerjakan tugas terstruktur.2 Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak

dalam Hasan Fauzi Maufur pembelajaran kooperatif merupakan sebuah

kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok–kelompok kecil yang terdiri dari 4-5

orang. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam

proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh

1Miftahul Huda, COOPERATIF LEARNING (Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan).

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 29 2 Anita Lie, COOPERATIF LEARNING (Mempraktikkkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang

Kelas.(Jakarta:Kencana, 2008), hal.12.

Page 23: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

9

guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan

belajar.3

Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan

para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan

belajar mengajar dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan yang berbeda, tiap anggota kelompok saling bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas untuk mencapai hasil belajar yang baik.

Pembelajaran kooperatif mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai

hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa perlu menjadi bagian dari

satu sistem kerjasama dalam kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam

pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh

kemampuan semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara

bersama di dalam kelompok. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan

konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan

kelompok belajar konvensional.4

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi kelompok

atau menggantungkan diri pada

kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salah seorang

anggota kelompok sehingga anggota

kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.

Kelompok belajar biasanya

homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering

3 Hasan Fauzi Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mangasikkan. (Semarang: Sindur Press, 2009) h.

129 4 Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas

Negeri Malang, 2004) h. 62-63

Page 24: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

10

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok.

ditentukan oleh guru atau kelompok

dibiarkan untuk memilih

pemimpinnya dengan cara masing-

masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong-royong seperti:

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang

lain, dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerjasama antar

anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering tidak dilakukan

oleh guru pada saat belajar kelompok

sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling

menghargai).

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas

Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung.

Di samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa

model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami

konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model kooperatif telah meningkatkan penilaian siswa pada belajar

akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Selain itu, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil

belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan

interpendensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur

Page 25: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

11

reward. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir, struktur

tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kompetisi yang

dibituhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.5

Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat

meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif juga dapat merealisasikan

kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan,

maka siswa perlu diajarkan keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif

tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas.

Peranan hubungan kerja dapat dibangun mengembangkan komunikasi antar

anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok.

Lungren dalam Hasan Fauzi Maufur, menyusun keterampilan-

keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan

keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal,

tingkat menengah dan tingkat mahir.6

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:

1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan

tanggungjawabnya.

2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman

dengan tugas tertentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam

kelompok.

3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota

kelompok untuk memberikan konstribusi.

4) Menggunakan kesempatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat.

5 Anita Lie. Op. Cit., h. 14

6 Hasan Fauzi Maufur, Op. Cit., h. 130-131

Page 26: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

12

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain:

1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal

agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi.

2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi

lebih lanjut.

3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat

berbeda.

4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan

bahwa jawaban tersebut benar.

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Keterampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain:

mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan

menghubungkan pendapat- pendapat dengan topik tertentu.

Pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk

bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara

sesama siswa terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik

bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan

siswa untuk saling bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk

memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Beberapa unsur

penting dalam pembelajaran kooperatif meliputi kerjasama dalam

menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama yang terstruktur,

tanggungjawab individu dan kelompok yang heterogen. Pembelajaran

kooperatif digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerjasama dalam

menyelesaikan tugas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok

bekerjasama dan tidak memiliki respon yang terpisah.

Page 27: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

13

a. Prinsip Dasar dan Ciri-ciri dalam Pembelajaran Kooperatif

Adapun prinsip dasar dan elemen yang terkait dalam pembelajaran

kooperatif menurut Nurhadi dkk sebagai berikut7:

1) Saling ketergantungan positif. Dalam hal ini, dituntut adanya interaksi

promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan

motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan

antara lain dalam hal pencapaian tujuan, penyelesaian tugas, bahan dan

sumber, peran, dan hadiah.

2) Interaksi tatap muka. Siswa harus saling berhadapan dan saling

membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan sumbangan pemikiran

dalam pemecahan masalah, siswa harus mengembangkan keterampilan

berkomunikasi secara efektif.

3) Pertangungjawaban individu. Setiap individu dalam kelompok

bertanggung jawab terhadap nilai kelompok, penilaian kelompok

didasarkan pada rata-rata nilai semua anggota kelompok secara

individu.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi merupakan keterampilan

sosial yang harus dimiliki dan diajarkan pada siswa seperti:

tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani

mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide bukan mengkritik

teman, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri.

Sedangkan menurut Shepardson dalam aninditya Sri Nugraheni,

ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut8:

1) Guru harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar siswa yang

berada dalam sebuah kelompok (student-to-student interaction).

Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan kondisi yang mampu

memberikan kesempatan yang merata kepada anggota kelompok untuk

memberikan pendapat, menyampaikan ringkasan, mempertahankan

pendapat, ataupun memberikan jalan keluar jika mengalami

7 Nurhadi dkk, Op. Cit., h. 61-62

8 Aninditya Sri Nugraheni, Penerapan Strategi Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Pedagogia, 20012) h. 47

Page 28: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

14

permasalahan dalam diskusi.

2) Guru harus menciptakan interpendensi positif di kalangan anggota

kelompok. Artinya, masing-masing anggota kelompok harus

diupayakan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik perlu

menjelaskan kepada kelompok bahwa masing-masing anggota harus

membiasakan diri mendengarkan dengan bak pendapat anggota lain,

menerima pendapat anggota lain, dan berupaya dapat membantu

teman lain menyumbangkan pikirannya.

3) Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara

adil (individual acountability). Di dalam pembelajaran kooperatif,

tidak ada peserta kelompok yang diperbolehkan mengemukakan

pendapatnya secara sukarela, masing-masing anggota kelompok akan

menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu, seorang anggota

kelompok akan menerima tugas dari pendidik, misalnya sebagai

pemimpin kelompok, sebagai perumus hasil diskusi, atau sebagai

penyamapi hasil diskusi.

4) Pembelajaran kooperatif menekankan pada pencapaian tujuan

bersama (group process skill). Pembelajaran ini mengajarkan kepada

siswa untuk saling memberi informasi, saling mengajarkan jika ada

anggota kelompok yang belum mampu, dan saling menghargai

pendapat anggotanya.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif

memiliki 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu:9

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model

pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit.

9 Ibid., h. 48

Page 29: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

15

2) Pengakuan adanya keragaman

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar

belakang. Perbedaan latar belakang tersebut diantaranya: perbedaan

suku, agama, ras, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam

pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat oang lain, bekerja dalam kelompok, dan

sebagainya.

c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu

ditunjukkan pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif10

Langkah-Langkah Tingkah Laku Guru

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Pengajar menyampaikan semua

tujuan pelajaran yang ingin

dicapai dan memotivasi siswa

belajar

Menyajikan informasi

Pengajar menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompokkelompok belajar

Pengajar menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

Membimbing kelompok bekerja dan

Belajar Pengajar membimbing kelompok

belajar pada saat siswa

mengerjakan tugas

Evaluasi Pengajar mengevaluasi hasil

10

Ahmad Noor Fatirul, Cooperatif Learning, google: www.

Trimanjuniarso.wordpress.com/Cooperatif-Learnig.pdf, h. 20

Page 30: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

16

belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing

anggota kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Memberikan penghargaan

Pengajar mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan

kelompok

2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips

Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris

yang berarti berbicara, sedangkan chips yang berarti kartu. Jadi arti talking

chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan talking chips dalam

pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam

kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota

kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai

apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke

atas meja.

Model pembelajaran talking chips atau kancing gemerincing

merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode

pembelajaran kooperatif. “ Teknik belajar mengajar kancing gemerincing

dikembangkan oleh Spender Kagan(1992)”.11

Teknik ini dapat digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Kegiatan kancing gemerincing membutuhkan pengelompokan siswa

menjadi beberapa kelompok. Teknik ini dapat memberikan kontribusi

siswa secara merata. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi,

mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain ataupun

untuk saling mengevaluasi hapalan. Teknik kancing gemerincing

dirancang untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang

sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada

anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya juga ada

11

Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajar. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI,

2009) h. 244

Page 31: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

17

anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan.12

Dengan menerapkan teknik talking chip ini dalam proses

pembelajaran, diharapkan semua siswa memiliki kesempatan yang sama

untuk aktif dalam mengemukakan pendapat sehingga terjadi pemerataan

kesempatan dalam pembagian tugas kelompok. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Lie bahwa “dalam kegiatan kancing gemerincing,

masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama

untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan

pemikiran anggota yang lain”.13

Di dalam talking chips (1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

kecil sekitar 4-6 orang perkelompok. (2) kelompoknya para siswa diminta

untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. ( 3 ) Setiap

kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara.

Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di

atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa

dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada

siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua

siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Disamping itu, penerapan

model pembelajaran kooperatif teknik talking chips merupakan

suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

oriented), dimana model pembelajaran ini sesuai menempati posisi

sentral sebagai subyek belajar melalui aktivitas mencari dan

menemukan materi pelajaran sendiri.

Talking chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu;14

proses sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial

berperan penting dalam talking chips yang menuntut siswa untuk dapat

bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat

12

Lukman Zain. Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 138 13

Asrul dkk. Pengaruh Peggunaan Teknik Talking Chip Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa

Kelas VII SMPN 1 IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. ( Pillar of Physics Education, vol. 1. April

2013, 97-103) h. 98 14

Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google:

www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Page 32: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

18

membangun pengetahuan mereka di dalam suatu bingkai sosial yaitu

pada kelompoknya. Para siswa belajar untuk berdiskusi, meringkas,

memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang mereka pelajari, serta

dapat memecahkan masalah-masalah.

Talking Chips mempunyai tujuan tidak hanya sekedar

penguasaan bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk

penguasaan materi tersebut. Hal ini menjadi ciri khas dalam

pembelajaran kooperatif. Disamping itu, talking chips merupakan

metode pembelajaran secara kelompok, maka kelompok merupakan

tempat untuk mencapai tujuan sehingga kelompok harus mampu

membuat siswa untuk belajar. Dengan demikian semua anggota

kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selain dengan kelompoknya, siswa juga dapat berinteraksi

dengan anggota kelompok lain sehingga tercipta kondisi saling

ketergantungan positif di dalam kelas mereka pada waktu yang sama.

Proses penguasaan materi berjalan karena para siswa dituntut untuk dapat

menguasai materi.

a. Cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips

Terdapat lima langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu

ditunjukkan pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 : Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model talking

chips15

No Tahap kegiatan

1. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing.

2. Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua

atau tiga buah kancing

3.

Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat

ide harus menyerahkan salah satu kancingnya dan

meletakkannya ditengah-tengah.

15

Masitoh dan Laksmi Dewi. Op. Cit., h. 244

Page 33: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

19

4.

Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh

berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan

kancing mereka.

5.

Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,

kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi

kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali

b. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif model

Talking Chips.

Dalam pembelajaran kooperatif model talking chips masing-

masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk

memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan

pemikiran anggota yang lain dalam kelompoknya. Keunggulan lain

dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan

kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak

kelompok kooperatif yang lain sering ada anggota yang selalu

dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada juga anggota yang pasif

dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi

seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak

tercapai karena anggota yang pasif akan selalu menggantungkan diri

pada rekannya yang dominan. Model pembelajaran talking chips

memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk

berperan serta.

Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran talking chips

diantaranya:

1) Tidak semua konsep dalam IPA dapat mengungkapkan model

talking hips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dapat

dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode

dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan

dibahas dalam proses pembelajaran.

2) Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu

diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama

dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.

Page 34: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

20

3) Pembelajaran model talking chips adalah model pembelajaran yang

menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena

memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam

pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa

yang ada di kelas. Hal ini cukup sulit dilakukan terutama jika

jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.

c. Persamaan dan perbedaan pembelajaran kooperatif model

Talking Chips dengan model-model pembelajaran kooperatif

lainnya.

Semua model-model pembelajaran kooperatif yang

berlandaskan metode pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan, ciri-

ciri, unsur-unsur, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan

pembelajaran yang sama, akan tetapi setiap model dalam pembelajaran

kooperatif mempunyai ciri khas tertentu.

Pembelajaran kooperatif model talking chips dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idenya, sehingga

tidak ada siswa yang mendominasi dan siswa yang diam saja.

Pembelajaran kooperatif model talking chips dapat membantu guru

untuk memonitor tanggung jawab individu siswa. Selain itu dalam

pembelajaran kooperatif model talking chips juga akan melatih

siswa untuk berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Kemampuan

ini sangat penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga

sangat penting bagi guru untuk membekali sebelumnya dengan

kemampuan berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua siswa

memiliki tingkat kemampuan untuk berkomunikasi.

3. Hasil Belajar

Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan

rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat bagaimana

taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat

dipercaya, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif

Page 35: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

21

dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi para

siswa. Oleh sebab itu, kita biasanya berusaha mengambil cuplikan saja yang

diharapkan mencerminkan keseluruhan perubahan perilaku itu. Tetapi

sebelumnya indikator-indikator tentang hasil belajar (prestasi) sebagai tujuan

pendidikan, penulis akan membahas tentang:

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Zainal Arifin “kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu

prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti

„hasil usaha‟. Istilah „prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi

pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar

meliputi aspek pembentukan watak siswa”.16

Di dalam buku Kamus Bahasa Indonesia untuk pendidikan dasar yang

disusun oleh Qonita Aliya bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya )”.17

Sedangkan belajar

berarti belajar memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih ; berubah tingkah

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas‟ud, Syaiful

Bahri Djamarah menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang

diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok

dalam bidang kegiatan tertentu.

Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian

prestasi belajar, diantaranya bahwa hasil belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil belajar

menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa,setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi hasil

belajar adalah “tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

16

Zainal Arifin.Evaluasi Pembelajaran.(Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 11 17

Qonita Alya Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. (Jakarta: PT INDAH JAYA

Pratama 2009) h.568

Page 36: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

22

mengenai sejumlah materi.

Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya

dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka.

Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diraih oleh siswa dari aktivitas belajarnya

yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat

diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada

umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Hasil

belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala

dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam

belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport

rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu “Faktor internal, faktor eksternal

dan faktor pendekatan belajar.

1) Faktor Internal

Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa . Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan

kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan

lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap

informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran

siswa.Diantaranya adalah:

Page 37: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

23

a) Intelegensi siswa

Jean piaget dalam Muhammad Asrori mengatakan bahwa

intelligence atau kecerdasan yaitu “seluruh kemampuan berpikir dan

bertindak secara adaptif termasuk kemampuan-kemampuan mental yang

komplek seperti berpikir, memahami, mempertimbangkan, menganalisis,

mensintesis, mengvaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan”.18

Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan

tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan

rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark

mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga

tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan

tingkat keberhasilan belajar siswa.

b) Sikap siswa

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah

sikap. Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi “Sikap merupakan salah satu

ranah perilaku manusia atau siswa yang merupakan bagian dari tujuan

pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari ranah kognitif dan

psikomotorik. Sikap yang dimiliki seseorang mempengaruhi tindakan

orang tersebut terhadap suatu objek, orang atau peristiwa”.19

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek,

baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama

kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang

baik bagi proses belajar siswa.Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi

dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan

kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai

siswa akan kurang memuaskan.

c) Bakat siswa

18

Muhammad Asrori. Psikologi Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009) h. 48 19

Masitoh dan Laksmi Dewi. Op. Cit., h. 47

Page 38: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

24

Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah

untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa yang kurang atau

tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami

kesulitan dalam belajar.

d) Minat siswa

Menurut Getzel dalam Harun Rasyid dan Mansur, “Minat adalah

suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong

seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas pemahaman, dan

keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”.20

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar siswa. siswa yang menaruh minat besar

terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut

untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.

e) Motivasi Siswa

Callahan and Clark dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa

“motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan

adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Siswa akan belajar

sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi”.21

Tanpa motivasi yang besar, siswa akan banyak mengalami

kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong

kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

minat intrinsik dan minat ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan

20

Harun Rasyid dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana Prima, 2009) h. 17 21

E. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suatu Panduan Praktis). (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010, Cet ke-8) h. 264.

Page 39: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

25

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari

luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik

karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan

atau pengaruh orang lain.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),yakni kondisi/keadaan

lingkungan di sekitar siswa . Adapun faktor ekstern yang dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa adalah :

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf

administrasi dan teman-teman sekelasnya,yang dapat mempengaruhi

semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman

sepermainan di sekitar perkampungan siswa juga termasuk lingkungan

sosial bagi siswa. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak

mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu

sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan

keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk

terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.

b) Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah

tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca

dan waktu belajar yang digunakan siswa.

4. Pembelajaran IPA

Page 40: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

26

a. Pengertian belajar

A. Tafsir dkk mengemukakan bahwa belajar adalah“ suatu proses

yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya”.22

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya. Sejalan dengan pendapat di atas, A. Tafsir mengutip

beberapa pendapat 1) Arif S. Sadiman mengatakan “ Belajar adalah suatu

proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung

seumur hidup, sejak masih bayi sampai keliang lahat nanti” 23

2) Oemar

Hamalik berpendapat bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku

berkat interaksi dengan lingkungan”.24

Lukmanul Hakim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

“belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

yang terjadi dari adanya interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya”.25

Jadi perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Artinya,

seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang

tidak dapat dilakukan sebelumnya.

Gegne dalam Najib Sulhan mengemukakan bahwa “belajar adalah

sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan

kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan

kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai

jenis performance (kinerja)”.26

M. Dalyono mendefinisikan belajar sebagai “Suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan sebagainya”. 27

Perubahan tingkah laku atau pengalaman

itu berkat adanya pengalaman dan latihan.

22

Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati,

2009), h. 15 23

Ibid., h. 26 24

Ibid., h. 26 25

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima 2009), h. 142 26

Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010) h. 5 27

M. Dalyono.Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6) h. 49

Page 41: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

27

Syaiful Bahri Djamarah dkk., mengatakan “belajar adalah “Proses

perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan

adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organism atau

pribadi”. 28

Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum belajar dapat

dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang

terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Itu artinya bahwa dalam belajar terdapat tingkah

laku yang mengalami perubahan sebagai akibat dari interaksi dan

pengalaman serta latihan, dan karena itu, perubahan tingkah laku yang

disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak digolongkan sebagai

belajar. Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil

pengalaman.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk

yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah

kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar”

yang mendapat awalan pe -dan akhiran an yang merupakan konflik nominal

yang mempunyai arti proses.

Najib Sulhan mengatakan pembelajaran adalah “suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau

didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek

didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif

dan efisien”. 29

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

28

Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . (Jakarta: Renika Cipta, 2006 Cet

Ke-6) h. 10 29

Najib Sulhan, Op. Cit., h. 7

Page 42: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

28

suatu proses atau usaha yang telah dirancang dan didesain secara sistematis

agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien,

yaitu dapat terbentuk suatu karakter yang baik dan positif dalam diri siswa

itu sendiri dan dalam kondisi tertentu, selain itu siswa mendapatkan ilmu

pengalaman dan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan.

Pembelajaran adalah suatu kata yang memiliki arti sama dengan

kata mengajar. Kata mengajar memiliki arti yang kompleks dan beraneka

macam sesuai dengan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Para

ahli mengemukakan berbagai pengertian tentang mengajar bahwa, Mengajar

merupakan suatu proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan

informasi dari guru ke siswa, namun banyak kegiatan maupun tindakan

yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik

pada seluruh siswa. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam

rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar

mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sasaran akhir dari

proses pengajaran adalah siswa belajar.

c. Pengertian IPA

Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara

konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses

pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses

yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik.

Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai

sumber. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di

halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya.

Sarifuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber

belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan, media masa,

alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang

tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya

mengajak siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor

diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta

Page 43: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

29

keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal

sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal.

Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola

pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan

berpikir siswa. Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah. Pada

gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri

yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai

dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media sebagai sumber

belajar siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Tuti Hayati dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model

Pembelajaran talking chips. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran talking chips

pada matapelajaran PKn di kelas III MIS Tarbiyatul Falah Kaunggading

Pamijahan Bogor tahun ajaran 2011/2012. Tuti Hayati menyimpulkan bahwa

pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas

III MI Tarbiyatul Falah, Kaunggading, Pamijahan, Bogor. Peningkatan hasil

belajar siswa tampak dari kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh

keaktifan, interaksi, sikap, dan antusias siswa dalam melaksanakan mengikuti

proses pembelajaran dan dari nilai setelah diadakan tes.

Penelitian yang relevan juga pernah dilakuan oleh Indah Komala

Sari dalam skripsinya yang berjudul upaya peningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran

IPA. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa menggunakan model pembelajaran talking chips pada matapelajaran

IPA di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Miftahussudur Cibuntu Ciampea

Bogor tahun ajaran 2000/2011. Indah Komala Sari menyimpulkan bahwa

Page 44: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

30

model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas VIII MTs Miftahussudur, Cibuntu Ciampea, Bogor.

Penelitian-penelitian tersebut di atas membahas tentang

pembelajaran talking chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga

dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini yang

juga membahas tentang pembelajaran talking chips dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya pada objek penelitian ini

yaitu siswa kelas IV MI Matla‟ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor,

sedangkan dalam penelitian Tuti Hayati dilakukan di kelas III MI Tarbiyatul

Falah kaunggading Pamijahan Bogor dan penelitian yang dilakukan oleh

Indah Komala Sari dilakukan di kelas VIII MTs Miftahussudur Cibuntu,

Ciampea Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh peningkatan

hasil belajar IPA dengan penerapan model Pembelajaran talking chips di MI

Matla‟ul anwar seperti hasil penelitian yang terdahulu.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teoritis dan hasil penelitian yang relevan,

maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Penerapan Model

Pembelajaran talking cihps dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya.

Jika peningkatan hasil belajar mencapai nilai KKM mata pelajaran

IPA dengan menggunakan model pembelajaran talking chips maka siklus

tindakan sudah berhasil

Page 45: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVMI Matla’ul Anwar

CibeningPamijahan, Bogor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan membutuhkan waktu pelaksanaan selama

tiga bulan yaitu bulan Juli 2013 sampai September 2013.Pelaksanaan

penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran efektif

semester 1tahun pembelajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dan jenis penelitiannya

adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), penelitian

dengan tindakan bertujuan “untuk peningkatan dan perbaikan praktik

pembelajaran yang dilakukan oleh guru1”.

Menurut Priyono dalam Basrowi karakteristik penelitian tindakan

kelas dalam makalahnya yang berjudul “Action Research sebagai Strategi

Pengembangan Profesi Guru” yang dikutip oleh Basrowi dkk adalah (1)

masalah yang dijadikan objek penelitian muncul dari dunia kerja penelitian;

(2) bertujuan memecahkan masalah guna peningkatan kualitas; (3)

menggunakan data yang beragam; (4) langkah-langkahnya merupakan siklus;

(5) mengutamakan kerja kelompok2”.

Berdasarkan Uraian diatas, penelitian tindakan kelas mempunyai

karakteristik yang khusus, yakni untuk memecahkan masalah dan untuk

meningkatkan kinerja guru.Dalam pelaksanaan diwarnai oleh pikiran ulang

1 AsroriMuhammad, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 13

2 Basrowi dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Insan Cendikia, 2010, Cet ke: 4),

h. 23

Page 46: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

32

(Reflectif Thinking) kolaburatif.Peneliti belajar dari pengalaman selama

perubahan sehingga diperoleh suatu model pembelajaran yang benar-benar

sesuai dengan kondisi kelas yang ada.

Jadi secara garis besarnya penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri

melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerja sehingga prestasi

belajar siswa bisa lebih meningkat. Dalam penelitian ini guru dianggap paling

tepat melakukan penelitian ini karena:

1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya,

2. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya,

3. Interaksi guru dengan siswa berlangsung secara unik, dan

4. Keterlibatan guru dengan berbagai kegiatan inovatif yang bersifat

pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian

di kelasnya.

Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan tahap-tahap penelitian.Dalam

sebuah penelitian tindakan kelas kita mengenal adanya siklus.Model-model

siklus yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas diantaranya skema

penelitian tindakan Hopkins atau Kurt Lewin.

Model skema penelitian tindakan Hopkins menggunakan prosedur

kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral.Untuk selanjutnya dasar

penelitian tindakan kelas ini menggunakan pengumpulan berdasar pada

prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat

komponen yaitu.

1. Perencanaan (Planning)

2. Tindakan (Activity)

3. Pengamatan (Observing dan)

4. Refleksi (Reflecting)

Dari keempat komponen di atas satu sama lain mempunyai hubungan

yang sangat erat dalam satu siklus yang dapat divisualisasikan pada Gambar

3.1 sebagai berikut:

Page 47: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

33

Gambar3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Dalam siklus pertama menurut model Classroom Action Research

(CAR) Kemnis dan Taggart maka tahap awal yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Rencana: Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Tindakan: Tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya

perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

3. Observasi: Mengamati dan mengevaluasi atas hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa dan

4. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil

atau dampak dari tindakan, dari berbagai kriteria.3

Setelah dilakukan refleksi atau renungan yang mencakup analisis,

sintesis, dan penelitian terhadap hasil pengamatan dari proses serta hasil

tindakan biasanya ada beberapa masalahan atau pemikiran baru yang perlu

mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan

ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta diikuti refleksi ulang. Tahap-

tahap kegiatan ini berulang, sampai suatu permasalahan dianggap telah

teratasi.

3Basrowi, dkk., Op. Cit., h. 49

Reflecting

Planning

Activity

Observing

Page 48: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

34

C. Subjek Penelitian

yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI

Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor, yang berjumlah 20 orang siswa,

terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang peleliti lakukan merupakan penelitian

kolaburatif artinya pada penelitian ini peneliti melakukan pelitian tidak

sendiri akan tetapi dibantu oleh peneliti lain yang ditunjukkan pada Tabel 3.1

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian

No Nama dan Posisi Peran

1 Wahab

(Peneliti Utama)

1. Melakukan pretest dan postest

2. Melaksanakan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran talking chips

3. Memberikan lembar pretest

4. Bersama konsultan ahli dan observer

menganalisis dan menarik kesimpulan

terhadap hasil penelitian

2 Heri

(Observer)

1. Membantu peneliti utama mengamati

proses pretest, implementasi tindakan dan

melakukan postest.

2. Memberi masukan terhadap alalisis data

dan kesimpulan yang diambil

3 Dosen pembimbing

(Konsultan Ahli)

1. Memberikan masukan kepada peneliti

utama pada saat menyusun perangkat

pembelajaran dan menyusun instrumen

2. Member masukan pada saat membuat siklus

penelitian

3. Memberikan masukan pada saat melakukan

Page 49: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

35

analisis data dan penarikan kesimpulan

E. Tahap Intervensi Tindakan

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan skema penelitian Tindakan

Hopkins. Model skema penelitian tindakan Hopkins menggunakan prosedur

kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral dari (1) perencanaan, (2)

tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.

Berdasarkan model skema penelitian tindakan Hopkins kemudian

dikembangkan desain penelitian.Desain penelitian seperti yang terdapat pada

Gambar 3.2 berikut ini.

Gambar 3.2 Model Skema Penelitian Tindakan Hopkins

Tindakan Pendahuluan

Perencanaan

Tindakan dan Observasi

Analisis Hasil

Refleksi Tuntas Selesai

Tidak tuntas

Perencanaan

Tindakan & Observasi

Analisis Hasil

Refleksi

Tuntas Selesai

Tidak Tuntas

Siklus III

Page 50: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

36

Berdasarkan desain penelitian pada Gambar 3.2 di atas, jika pada

siklus I sudah diperoleh hasil yang diinginkan dan telah tercapai ketuntasan

belajar secara klasikal atau individual maka pelaksanaan siklus

dihentikan.Jika hasil yang dicapai masih belum seperti yang diinginkan maka

dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya. Prosedur penelitian yang

dilakukan berdasarkan gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tindakan Pendahuluan

a. Mengidentifikasi Masalah

Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan wali kelas terkait

dengan permasalahan yang selama ini muncul dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas IV, diantaranya tentang strategi/metode apa yang

digunakan dalam pebelajaran di kelas, bagaimana motivasi dan prestasi

belajar siswa selama ini pada pembelajaran IPA. Yang akan dijadikan

sebagai acuan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya.

b. Memeriksa Lapangan

Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan

padasaat kegiatan belajar berlangsung,untuk mengetahui permasalahan

yang telah diidentifikasi sebelumnya.Kemudian peneliti juga

melakukan pencatatan terhadap kejadian-kejadian di lapangan.Sebagai

kegiatan memeriksa lapangan peneliti melaksanakan pre test dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

2. Pelaksanan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Setelah peneliti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi,

peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan wali kelas IV,

dengan harapan permasalahan tersebut dapat terselesaikan dan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapunperencanaan yang

dipersiapkan antara lain:

1) Membuat silabus pembelajaran

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

3) Membuat modul pembelajaran

Page 51: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

37

4) Mempersiapkan lembar observasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan di kelas IV sesuai dengan perencanaan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat

sebelumnya.Peneliti juga membuat catatan terhadap perkembangan

yang terjadi di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung.Selama

pelaksanaan tindakan peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer

yang mencatat pada lembar pengamatan observasi.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan

yang sedang dan telah dilaksanakan. Untuk melihat kesenangan dan

keantusiasan siswa terhadap penggunaan media audio visual dalam

pembelajaran IPA. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk

mengemukakan data terkait hal-hal penting pada saat pembelajaran

berlangsung.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat hasil sementara peningkatan

hasil belajardengan menggunakan metode oudio visual pada mata

pelajaran IPA dan untuk melihat permasalahan yang timbul selama

poses pembelajaran berlangsung.

e. Revisi perencanaan

Hasil yang didapatkan dari siklus pertama, menjadi patokan

peneliti untuk melakukan revisi perencanaan selanjutnya.Revisi

dilakukan oleh peneliti bersama dengan wali kelas IV untuk meninjau

kembali rencana yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya dan

mendiskusikan jika ada permasalah baru yang muncul tanpa diprediksi

sebelumnya.

Page 52: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

38

3. Pelakasanaan Siklus II

a. Perencanaan

Setelah mengetahui perkembangan permasalahan, dan setelah

membuat revisi perencanaan, dalam tahap ini peneliti membuat rencana

baru, untuk menanggapi permasalahan baru yang muncul sebagai

usahaperbaikan dalam pembelajaran. Peneliti merencanakan tindakan

dan berdiskusi dengan wali kelas, dengan harapan permasalahan dapat

terselesaikan. Rencana tindakan diupayakan selalu terkait dengan

tindakan yang telah dilakukan, sehingga ada rencana baru yang

simultan, seperti mata rantai yang terus bersambung.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan selanjutnya adalah memperbaharui pembelajaran

dengan pokok bahasan selanjutnya.Pelaksanaan ini dilakukan dengan

menerapkan rencana tindakan.Dalam hal ini peneliti juga membuat

catatan terhadap berlangsungnya kegiatan belajar di dalam

kelas.Rencana yang sudah matang kemudian diaplikasikan di dalam

kelas sebagai bentuk tindakan.Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai

rencana tindakan guna memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan

yang diharapkan.

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan dalam

kegiatan pembelajaran terkait dengan perkembangan proses belajar

dengan menggunakan lembar observasi

d. Refleksi

Peneliti mencatat hasil observasi dan berdiskusi dengan wali

kelas untuk mengetahui hasil tindakan yang telah diterapkan. Peneliti

merefleksi hasil dan menyimpulkan dari siklus I sampai siklus II

sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan dalam proses dan

hasil belajar siswa.

Page 53: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

39

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, penulis terus

mengupayakan untuk memberikan tindakan dengan cara menyajikan materi

yang menarik yaitu dengan menampilkan beberapa film yang berkaitan

dengan materi pembelajaran untuk diamati secara kelompok agar peningkatan

hasil belajar dapat meningkat dan dapat mendorong siswa untuk aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran dikatakan berhasil bila pembelajaran dilaksanakan sesuai

dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini diketahui dari

sikap siswa yang merasa senang, antusias, termotivasi, aktif dan dapat

memahami konsep materi pelajaran.

2. Indikator keberhasilan terhadap penerapan pembelajaran talking chips.

Indikator keberhasilan terhadap hasil belajar siswa, siswa dikatakan

berhasil dalam memahami konsep dalam pembelajaran apabila telah tuntas

baik secara individu maupun secara klasikal untuk mendeskripsikan

ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum

dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila memiliki nilai

lebih dari standar ketuntasan belajar minimal ( >KKM) yang besarnya

ditentukan oleh guru atau sekolah. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal

tercapai apabila lebih dari 75% atau sama dengan dari banyaknya siswa di

kelas tersebut tuntas.

Penentuan KKM di tentukan oleh guru kelas dengan mengacu pada

nilai ketuntasan belajar siswa yang ditentukan oleh pencapaian skor minimal.

Untuk itu penelitian ini di katakana berhasil apabila hasil belajar IPA siswa

kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor mencapai indikator

ketuntasan minimal 75% dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah sebesar

70,00.

Page 54: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

40

G. Data dan Sumber Data

Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber

data adalah siswakelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor,

dimana siswa tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai

tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan.

Data penelitian ini mencakup:

1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil

diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada

setiap akhir tindakan (post test).

2. Hasil lembar observasi perilaku aktifitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas

siswa pada pembelajaran IPA berlangsung.

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan,

dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan media audio

visualuntuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Data

yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2)

observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari

evaluasi, pre test dan post test.

H. Instrumen Pengumpulan Penelitian

Dalam pelaksanaan pengumpulan data diperlukan instrument

pengumpulan data yang tepat.Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti

cukup rumit.Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan

data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian.

Secara terperinci instrument penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pedoman pengamatan untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat

pembelajaran sedang berlangsung, keceriaan atau keantusiasan siswa

dalam mengikuti pembelajaran, dan kerja sama kelompok.

Page 55: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

41

2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan siswa

terhadap penerapan metode pembelajaran yang dilaksanakan (khusus

kelompok tertentu), untuk memperoleh informasi secara mendalam.

3. Tes digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor tes, skor

tugas kelompok, dan skor tes kelompok.

I. Teknik pengumpulan data

Data yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data

tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan

beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan

mengadakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap

kenyataankenyataan yang akan diselidiki.4

Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan

seluruh alat indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan

peraba).

Dilihat dari hubungan antara observasi dan observan (yang

diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi

non partisipan.Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu

sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.

Berkaitan dengan judul skripsi ini maka peneliti melakukan

kegiatan observasi dengan cara partisipatif .Jadi peneliti terjun langsung

kelapangan dengan mengadakan pengamatan terhadap subyek terteliti

dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan.

Melalui teknik observasi ini diperoleh data tentang; keadaan MI

Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor sebagai obyek penelitian,

yang meliputi: PBM dikelas keadaan guru dan keadaan siswa, serta

keadaan sarana dan prasarananya.

4Anas Sudijono, Statistika Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 107

Page 56: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

42

Keuntungan dan kelemahan metode observasi antara lain :

a. Keuntungan :

1) Untuk mengecek data yang sudah ada yang diperoleh dengan teknik

lain.

2) Untuk memperoleh data secara serempak, sebenarnya dan langsung

b. Kelemahan :

1) Tidak dapat mengungkapkan masalah-masalah pribadi yang sifatnya

rahasia.

2) Faktor subyektifitas observer sukar untuk dihindari. Pedoman

observasi.

2. Metode Wawancara

menurut Esterberg dalam Sugiono mendefinisikan interview

sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and

ideas throught question and responss, resulting in communication and

joint construction of meaning about a particular topic”.5wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic

tertentu.

Dari dari pengertian diatas, dapat memberi arahan dan landasan

bagi peneliti bahwa melalui kegiatan wawancara diharapkan memperoleh

pemahaman yang sama antara peneliti dengan subjek peneliti tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri

atau self respons, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi.

5Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010 cet ke:

10) h. 231

Page 57: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

43

Melalui wawancara ini peneliti berharap dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan luwes sesuai

dengan yang direncanakan dalam penelitian.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya.

Metode dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data

dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis, gambar-

gambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti).

Metode ini digunakan untuk memperoleh:

a. Latar belakang sekolah.

b. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MI Matla’ul

Anwar Cibening Pamijahan Bogor.

c. Data program-program sekolah yang direncanakan dalam

pembelajaran.

d. Nilai prestasi belajar siswa

4. Pretest dan Postest

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan

sejumlah pertanyaan secara tertulis yang harus dijawab oleh responden

dengan beberapa alternatif jawaban yang disediakan untuk

mendapatkan informasi dari koresponden dalam arti laporan terhadap

pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini

peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah cara pengecekan

keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data sebagai

pembanding, misalnya konsultasi dengan guru wali kelas IV, guru mata

pelajaran, dan pengurus kurikulum.

Page 58: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

44

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan

sumber lainnya.Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini,

penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi.

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan membandingkan hasil

pengamatan dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.Untuk menguji

keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan melakukan:

Pertama, teknik triangulasi antar sumber data, antar teknik

pengumpulan data dan antar pengumpul data, yang dalam terakhir ini peneliti

akan berupaya mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data dari

warga di lokasi yang mampu membantu setelah diberi penjelasan. Triangulasi

adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu.

Kedua, pengecekan kebenaran informasi kepada para informan yang

telah ditulis oleh peneliti dalam laporan penelitian (member check). Dalam

kesempatan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para responden atau

informan, peneliti akan membacakan laporan hasil penelitian

Ketiga, analisis kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga

waktu tertentu dan

keempat, perpanjangan waktu penelitian. Cara ini akan ditempuh

selain untuk memperoleh bukti yang lebih lengkap juga untuk memeriksa

konsistensi tindakan atau ekspresi keagamaan para responden/ informan. Data

atau informasi yang telah dikumpulkan perlu diuji kebenarannnya

(keabsahannya) melalui teknik trianggulasi berikut :

1. Triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil

wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya;

2. Triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya, ditanyakan kepada

responden yang berbeda atau antara responden dan dokumentasi.

Dengan ungkapan lain jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut

ternyata tidak sama jawaban responden atau ada perbendaan data atau

Page 59: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

45

informasi yang ditemukan maka keabsahan data diragukan kebenarannya.

Dalam keadaan seperti ini peneliti harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut,

sehingga diketahui informasi yang mana yang benar (absah).

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya peneliti akan

melakukan analisis terhadap data tersebut. Adapun teknik analisa data dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. N-Gain (Normal Gain)

N-Gain adalah rata-rata peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep pada siswa setelah pembelajaran dilakukan dengan penggunaan

model pembelajaran tertentu. N-Gain dirumuskan sebagai berikut:

Post test score – Pre test score

N – Gain =

Maximum possible score – pre test score

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis deskriptif dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari sumber data melalui observasi,

wawancara, tes, dan dokumentasi di tuliskan dalam format rekaman

data yang telah dipersiapkan.Data tersebut kemudian diklasifikasikan.

b. Paparan Data

Paparan data merupakan lanjutan dari langkah penyederhanaan

(reduksi) data. Data yang telah disederhanakan kemudian di

diskripsikan secara naratif berbentuk paparan data. Dari paparan data

Page 60: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

46

tersebut akan didapatkan kesimpulan sementara yang berupa temuan

penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan

Tahap penarikan kesimpulan merupakan proses pemberian

makna terhadap data yang disajikan dalam rangka mengambil

keputusan serta dilakukan setelah didapatkan temuan penelitian.

Temuan penelitian ini di verifikasikan (pengecekan keabsahan temuan)

hingga diperoleh hasil penelitian.Verifikasi hasil penelitian merupakan

kegiatan pengujian kebenaran, kecocokan berdasarkan indikator

keberhasilan.Indikator keberhasilan merupakan salah satu faktor yang

dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.

Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran dikatakan berhasil bila pembelajaran dilaksanakan sesuai

dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini diketahui dari

sikap siswa yang merasa senang, antusias, termotivasi, aktif dan dapat

memahami konsep materi pelajaran.

2. Indikator keberhasilan penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips.

3. Indikator keberhasilan terhadap hasil belajar siswa, siswa dikatakan

berhasil dalam memahami konsep dalam pembelajaran apabila telah tuntas

baik secara individu maupun secara klasikal untuk mendeskripsikan

ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum

dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila memiliki

nilai lebih dari standar ketuntasan belajar minimal >KKM) yang besarnya

ditentukan oleh guru atau sekolah. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal

tercapai apabila lebih dari 75% atau sama dengan dari banyaknya siswa di

kelas tersebut tuntas.

Page 61: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

47

L. Pengembangan Rencana Tindakan

Pengembangan tindakan dalam penelitian dilakukan dalam dua siklus

tindakan. Dalam siklus pertama direncanakan dua kali tindakan proses

pembelajaran dan dalam siklus kedua direncanakan satu kali tindakan proses

pembelajaran.

Apabila rencana tindakan dua siklus dalam penelitian ini berhasil,

maka penelitian tindakan kelas dengan penggunaan model Pembelajaran

talking chips ini dihentikan.

Page 62: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

48

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Siklus I

a. PerencanaanTindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan siklus I dilaksanakan pada hari

Rabu dan jum’at tanggal 17 dan 19 Juli 2013. Pada pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru sekaligus sebagai

observer. Penelitian siklus I ini merupakan hasil refleksi dari pelaksanaan

tindakan awal sebelum siklus sebagai langkah perbaikan proses

pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada perencanaan tindakan I, sebelum penelitian dilakukan,

penelitian ini memiliki rencana untuk memperbaiki efektifitas dan

efisiensi kinerja proses belajar mengajar di dalam kelas.Pertama-tama

peneliti menyiapkan bahan dan materi dengan menerapkan model

pembelajaran talking chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

IVMI Matla’ul Anwar Cibening terhadap mata pelajaran IPA.

Siklus ini terdiri dari dua kali pertemuan yang membahas materi

tentang konsep “Rangka dan Alat Indra Manusia” (4x35 menit dengan 2

kali pertemuan). Sebelum tindakan dilaksanakan, penelitimelakukan

beberapa tahapan persiapan, yaitu:

1) Refleksi awal, dilakukan sebagai langkah perenungan mengenai

rendahnya hasil belajar IPAkelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening.

2) Menyusun RPP mengenai Standar Kompetensi “Rangka dan Alat Indra

Manusia”. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan Observer.

RPP yang dibuat memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar

indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, langkah-

langkah pembelajaran model pembelajaran talking chips serta rubrik

penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator keberhasilan

Page 63: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

49

pembelajaran. Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan pada ketepatan

siswa meletakkan konsep dan tanda hubung yang tepat. RPP

dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh

peneliti dan observer.

3) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa sebagai alat untuk

mencatat terhadap apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.

4) Membuat soal pre test dan post test.

5) Membagi siswa yang berjumlah 20 siswa menjadi 4 kelompok yang

masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang.

b. Pelaksanaan Tindakan

Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran maka proses

pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran

yang telah ditetapkan.

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 17 dan 19 Juli. Pada

pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu melakukan pretest. Pada

siklus pertama diadakan dua kali pertemuan. Adapun pembelajaran

dilaksanakan dalam waktu 4x35 menit.

Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah

tentang Kompetensi Dasar “Rangka Manusia”Proses pembelajaran ini

meliputi beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam

pembelajaran (RPP di lampiran).

Pada tahapan pelaksanaan sklus I ini penulis membahas

mengenai konsep “rangka tubuh manusia” dengan menggunakan

pembelajaran talking chips dengan . Indikator atau tujuan Pembelajaran

adalah siswa dapat mengidetifikasi rangka tubuh manusia. Pada kegiatan

awal pembelajaran guru menggali apersepsi siswa dengan mengajukan

pertanyaan kepada siswa mengenai rangka tubuh manusia. Siswa

menjawab pertanyaan guru secara serempak. Pada siklus ini terlihat

adanya perhatian dari siswa mengenai rangka tubuh manusia. Selain itu

guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai pentingnya

mempelajari materi tersebut.

Page 64: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

50

Setelah apersepsi selesai dilaksanakan kemudian masuk pada

kegiatan inti. pada kegiatan inti guru menampilkan gambar sambil

bercerita. Guru memperlihatkan gambar mengenai rangka manusia,

sambil menjelaskan detail gambar tersebut.

Setelah selesai guru menjelaskan, kemudian siswa dibagi

menjadi 4 (empat) kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa,

kemudian masing-masing kelompok diberi beberapa buah kotal gambar

dan diperintahkan untuk menjelaskan gambar tersebut,kemudian

mendiskusikan bersama kelompok lain.Setelah semua kelompok selesai

berdiskusi, guru membimbing dan meluruskan kesalahpahaman yang

telah terjadi. Pada kegiatan penutup guru dan siswa membuat kesimpulan

bersama.

Pada pertemuan kedua membahas tentang Kompetensi Dasar

Mengenai “Rangka Manusia”. Tujuan pembelajaran adalah setelah

mempelajari tentang rangka manusia, diharapkan siswa dapat

mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh dan

fungsinya.

c. Hasil Tindakan

1) Hasil Penilaian Test

Hasil penilaian test dalam tahap ini menunjukkan bahwa kelas

menjadi lebih berwarna, hal ini ditunjukkan oleh suasana presentasi dari

masing-masing kelompok dan tanggapan dari kelompok lain.

Pada siklus ini sebagian besar kegiatan telah terlaksana

berdasarkan rencana pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan

oleh guru pada siklus pertama membawa dampak positif terhadap

kegiatan diskusi dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada proses

evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Evaluasi dilaksanakan dalam

berbagai aspek untuk mengetahui peningkatan kegiatan diskusi dan hasil

belajar siswa melalui observasi dan test. Berdasarkan pengamatan,post

Page 65: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

51

test berjalan lancar. Setelah dilakukan koreksi, skor tiap-tiap siswa

adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Data hasil pretest dan posttest siklus I

No Nama

Siswa

Jenis

Kelamin Pretest Postest N-Gain

1 Siswa-1 P 50 80 0,6

2 Siswa-2 L 40 60 0,33

3 Siswa-3 L 60 70 0,25

4 Siswa-4 L 40 60 0,33

5 Siswa-5 P 40 60 0,33

6 Siswa-6 P 60 80 0,5

7 Siswa-7 L 70 80 0,33

8 Siswa-8 P 60 70 0,25

9 Siswa-9 L 50 60 0,2

10 Siswa-10 P 40 60 0,33

11 Siswa-11 L 40 60 0,33

12 Siswa-12 P 60 70 0,25

13 Siswa-13 L 40 60 0,33

14 Siswa-14 L 60 90 0,75

15 Siswa-15 L 50 60 0,2

16 Siswa-16 P 40 60 0,33

17 Siswa-17 P 40 60 0,33

18 Siswa-18 P 60 70 0,25

19 Siswa-19 P 70 90 0,67

20 Siswa-20 L 40 60 0,33

Jumlah 1010 1360 7,22

Rata-Rata 50,5 68 0,36

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dikatakan bahwa penerapan

model pembelajaran talking chips terbukti dapat meningkatkan hasil

Page 66: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

52

belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang telah dipelajari.

Hal ini terlihat adanya peningkatan skor postest yang semula nilai

rata-rata kelas pada pretest sebesar 50,5 meningkat menjadi 68.

Berdasarkan Tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat

keberhasilan siswa pada siklus I meningkat,artinya siswa pada siklus I

yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai45%, sementara

harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi.

Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan

perincian7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa

atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang

dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55%

karenanilaiskor tesnya kurang dari70,sesuai dengan KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang telah ditentukan oleh

madrasah.

Kemudian jika dilihat dari rata-rata Normal-Gain (N-Gain)

pada tabel di atas adalah 0.36. hal ini menunjukkan adanya peningkatan

pemahaman atau penguasaan konsep siswa rata-rata sebesar 36% setelah

pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran talking

chips pada konsep alat tubuh manusia dan fungsinya.

2) Hasil Observasi Tindakan

Berdasarkan hasilobservasi terhadap proses pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep rangka

manusia disajikan dalam Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek yang di Observasi

Pertemuan I Rata-

Rata SB B C K SK

5 4 3 2 1

1 Mendengarkan penjelasan guru 6 5 3 3 3 3,4

Page 67: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

53

tentang tujuan pembelajaran

2 Melakukan komunikasi dengan

baik 4 5 3 4 3 3

3 Menjawab pertanyaan guru 5 6 3 2 4 3,3

4 Mampu berdiskusi dengan baik 2 5 7 4 2 3,05

5 Menanyakan hal yang belum

diketahui 2 6 4 4 4 2,9

6 Mengungkapkan pendapat 1 4 6 7 2 2,75

7 Keaktifan dalam berdiskusi 4 5 7 2 2 3,35

8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 2,8

Berdasarkan data pada Tabel4.2 di atas diketahui bahwa sebagian

siswa mulai enjoy mengikuti proses pembelajaran IPA yang disampaikan

dengan menggunakan model pembelajaran talking chips dengan bantuan

media gambar, ini dikarenakan mereka merasa senang dan merasa lebih

faham terhadap apa yang disampaikan oleh guru.Walaupun penggunaan

media gambar ini telah memberi peningkatan hasil belajar, namun dirasa

masih belum optimal, karena masih cukup banyak siswa yang

mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah

yaitu 70.Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan

beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu:

a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika

ada materi yang belum dipahami.

b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih

canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa

melakukan kegiatan diskusi.

c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari

guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir

mencari contekan dari teman lainnya.

d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri

terhadap materi yang diberikan oleh guru

Page 68: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

54

e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran.

3) Hasil Obsevasi Tindakan Pertemuan II

Berdasarkan hasilobservasi terhadap proses pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep

kerangka tubuh makhluk hidup disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek yang di Observasi

Pertemuan II Rata-

Rata SB B C K SK

5 4 3 2 1

1 Mendengarkan penjelasan guru

tentang tujuan pembelajaran 8 7 3 2 4,05

2 Melakukan komunikasi dengan

baik 5 6 6 3 3,65

3 Menjawab pertanyaan guru 8 5 6 1 4

4 Mampu berdiskusi dengan baik 5 6 5 4 3,6

5 Menanyakan hal yang belum

diketahui 5 8 5 2 3,8

6 Mengungkapkan pendapat 4 6 7 3 3,55

7 Keaktifan dalam berdiskusi 5 7 4 4 3,65

8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 2,8

Pada siklus I pertemuan ke II kegiatan pembelajaran mengalami

peningkatan yang sangat signifikan, suasan kelas terasa lebih

hidup,proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang

berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif

bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami.Diskusi kelompok

berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang

Page 69: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

55

dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti menemukan

beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu :

a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap

materi yang diberikan oleh guru

b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Pada kegiatan siklusI, yang dilaksanakan 2x pertemuan,

berkenaan hasil belum mencapai target 75% siswa yang lulus sesuai

KKM. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih kurang

efektif dan kurang maksimal dalam menerangkan model pembelajaran

talking chips. Oleh karena itu pada siklus kedua peneliti akan lebih

memaksimalkan penerapan model pembelajaran talking chips, supaya

proses pembelajaran semakin dapat dipahami. Pada pertemuan pada

siklus I menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan

perencanaan tindakan (RPP). Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan pembelajaran, sedangkan pada tahap pelaksanaan

tindakan menunjukkan:

1) Mempresentasikan gambar mengenai rangka tubuh manusia dapat

melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di depan orang-

orang, siswa masih terlihat malu-malu dan kurang percaya diri

karena mereka belum terbiasa melakukan presentasi

2) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking chips

dapat memberikan pengalaman baru bagi para guru dan siswa.

3) Penerapan model pembelajaran talking chips terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama

ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 20 siswa 7 siswa

atau sebesar 35%, dinyatakan lulus sesuai KKM dan 2 siswa atau 10%

dinyatakan tidak lulus. Walaupun hasil belajar siswa pada siklus I

Page 70: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

56

mengalami peningkatan, akan tetapi masih ada 11 siswa atau 55% yang

belum mencapai KKM yang telah ditentukan oleh madrasah, oleh karena

itu penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan siklus II

Siklus kedua penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24

Juli 2013.

Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan model

pembelajaran talking chips pada mata pelajaranIPA, dengan model

pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka

peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran,

yaitu siswa dibiasakan dengan model pembelajaran talking chips

sehingga diharapkan dapat lebih mudah memahami dan menguasai

materi.

Siklus ini terdiri dari dua kali pertemuan yang membahas

materi tentang kosep “rangka tubuh manusia” (2x35 menit dengan 1

kali pertemuan). Sebelum pembelajaran dilaksanakan penelitian ini

dimulai dari beberapa tahapan persiapan, yaitu:

1) Refleksi awal, dilakukukan sebagai langkah perenungan mengenai

masih banyaknya siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening yang

mendapatkan nilai dibawah KKM pada penelitian tindakan siklus I.

2) Menyusun RPP mengenai Kompetensi Dasar “Rangka dan alat indra

manusia”. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan

Observer. RPP yang dibuat memuat: standar kompetensi, kompetensi

dasar indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran talking chips

serta rubrik penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator

keberhasilan pembelajaran. Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan

Page 71: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

57

pada ketepatan siswa meletakkan konsep dan tanda hubung yang

tepat. RPP dikembangkan berdasarkan silabus yang telah

dikembangkan oleh peneliti dan observer.

3) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa sebagai alat untuk

mencatan terhadap apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.

4) Membuat soal pretest dan postest.

5) Membagi siswa yang berjumlah 20 siswa menjadi 4 kelompok yang

masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan penelitian siklus II dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Peneliti mengawali kegiatan dengan memberikan pujian kepada siswa

kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening yang telah dapat meningkatkan

hasil belajar pada siklus I, hal ini dilakukan untuk memberikan

stimulus kepada seluruh siswa agar termotivasi untuk terus mengasah

kemampuan kognitif mereka, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2) Kegiatan selanjutnya peneliti berusaha menggali apersepsi siswa

mengenai Kompetensi Dasar “Rangka Manusia”.

3) Kegiatan inti, guru menjelaskan model pembelajaran talking chips

yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.

4) Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok kecil, setiap

kelompok terdiri dari 5 anggota, kemudian setiap kelompok

mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka saksikan.

5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

6) Kegiatan penutup dengan membuat kesimpulan bersama siswa,

kemudian guru memberikan pujian kepada siswa agar terus

bersemangat dan terus berlatih mengasah keterampilan kognitif

mereka.

Page 72: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

58

c. Hasil Tindakan Siklus II

1) Hasil Observasi Tindakan Siklus II

Hasil observasi pada siklus II ini sebagian besar kegiatan telah

terlaksana sesuai dengan apa yang direncanakan, proses pembelajaran

pada siklus ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

dibuktikan dengan peningkatan kualitas prose pembelajaran dan hasil

belajar siswa, data hasil belajar siswa pada siklus ke II kami sajikan pada

Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Aspek yang di Observasi

Pertemuan I Rata-

Rata SB B C K SK

5 4 3 2 1

1 Mendengarkan penjelasan guru

tentang tujuan pembelajaran 12 6 2 4,5

2 Melakukan komunikasi dengan

baik 8 7 5 4,15

3 Menjawab pertanyaan guru 10 6 4 4,3

4 Mampu berdiskusi dengan baik 7 8 5 4,85

5 Menanyakan hal yang belum

diketahui 7 6 7 4

6 Mengungkapkan pendapat 5 10 6 4,15

7 Keaktifan dalam berdiskusi 8 7 5 4,15

8 Melakukan tes akhir 3 8 9 3,7

Pada siklus ke II, peneliti berusahan untuk terus menggali

kelemahan pembelajaran pada siklus I, dengan penerapan model

pembelajaran talking chips pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan

fungsinya pada mata pelajaran IPA di kelas IV MI Matla’ul Anwar

Cibening. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan talking chips. Pada

Page 73: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

59

siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang

signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua

arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung

dengan alot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab

dengan tepat, suasana post test berlangsung dengan hidmat dan penuh

keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum

mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah

berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana

dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil

menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan

sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

2) Hasil Test Tindakan Siklus II

Berdasarkan pengamatan, postest berjalan lancar. Setelah

dilakukan koreksi skor tiap-tiap siswa adalah sebagaimana disajikan

dalam Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Data hasil pretest dan posttest siklus II

No Nama Siswa Jenis

Kelamin Pretest Postest N-Gain

1 Siswa-1 P 60 80 0,5

2 Siswa-2 L 60 70 0,25

3 Siswa-3 L 70 80 0,33

4 Siswa-4 L 60 70 0,25

5 Siswa-5 P 60 70 0,25

6 Siswa-6 P 60 80 0,5

7 Siswa-7 L 80 90 0,5

8 Siswa-8 P 60 80 0,5

9 Siswa-9 L 60 80 0,5

Page 74: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

60

10 Siswa-10 P 60 70 0,25

11 Siswa-11 L 60 70 0,25

12 Siswa-12 P 70 80 0,33

13 Siswa-13 L 60 70 0,25

14 Siswa-14 L 70 90 0,67

15 Siswa-15 L 70 80 0,33

16 Siswa-16 P 60 70 0,25

17 Siswa-17 P 60 70 0,25

18 Siswa-18 P 70 80 0,33

19 Siswa-19 P 70 90 0,67

20 Siswa-20 L 60 70 0,25

Jumlah 1280 1540 7,41

Rata-Rata 64 77 0,37

Berdasar tabel di atas dapat dikatakan bahwa penerapan model

pembelajaran talking chips terbukti dapat meningkatkan hasil belajar

siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang telah dipelajari. Hal ini

terlihat adanya peningkatan skor post test yang semula nilai rata-rata

kelas pada pretest sebesar 64 meningkat menjadi 77.

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat

keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 18

siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik

atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Dari 20

siswa 100% siswa sudah mendapatkan nilai sesuai KKM mata pelajaran

IPA, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target

minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM.

Kemudian jika dilihat dari rata-rata Normal-Gain (N-Gain)

pada tabel di atas adalah 0.37. hal ini menunjukkan adanya peningkatan

pemahaman atau penguasaan konsep siswa rata-rata sebesar 37% setelah

pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran talking

chips pada konsep alat tubuh manusia dan fungsinya.

Page 75: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

61

d. Refleksi Tindakan Siklus II

Pada kegiatan siklus II, menunjukkan bahwa tidak ada

permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP). Jadwal

jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran

sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa :

1) Diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dari

banyaknya siswa yang mulai berani melontarkan pertanyaan-

pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang melakukan presentasi

pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung.

2) pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking

chips dapat memberikan pengalaman baru bagi para guru dan

siswa

3) penerapan model pembelajaran talking chips dengan bantuan media

video terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian pada siklus pertama ini hasil belajar siswa

mengalami peningkatan dengan peningkatan cukup signifikan yaitu

100% siswa dinyatakan telah lulus sesuai KKM yang telah ditentukan

oleh madrasah. selain itu peningkatan terjadi dalam hal berikut:

1) Perhatian siswa terpusat pada pembelajaran.

2) Adanya motivasi belajar siswa dalam mengikuti materi pelajaran.

3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif.

4) Keinginan siswa sangat tinggi.

5) Meningkatnya kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.

6) Peningkatan nilai rata-rata formatif

Pada siklus II ini perbaikan pembelajaran di anggap telah berhasil

karena Sebagian besar siswa telah tuntas belajar karena telah memenuhi

KKM yang telah ditentukan oleh madrasah dengan rata–rata kelas 77

atau sebanyak 100% siswa dinyatakan lulus.

Berdasarkan hasil Observasi, dan hasil tes atas penerapan

model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA,

sebagaimana telah dipaparkan di atas terbukti bahwa hipótesis yang

Page 76: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

62

dirumuskan di bab pendahuluan yang berbunyi bahwa:“Jika peningkatan

hasil belajar mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA dengan

menggunakan model pembelajaran talking chips maka siklus tindakan

berhasil terbukti”

B. Analisis Data

Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar

kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil

observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan

kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar

Cibening Pamijahan Bogor.

1. Analisis Hasil Belajar

Tabel 4.6

Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest Siklus II

No Nama

Siswa

Pretest

siklus I

Postest

Siklus I N-Gain

Pretest

siklus I

Postest

Siklus I N-Gain

1 Siswa-1 50 80 0,6 60 80 0,5

2 Siswa-2 40 60 0,33 60 70 0,25

3 Siswa-3 60 70 0,25 70 80 0,33

4 Siswa-4 40 60 0,33 60 70 0,25

5 Siswa-5 40 60 0,33 60 70 0,25

6 Siswa-6 60 80 0,5 60 80 0,5

7 Siswa-7 70 80 0,33 80 90 0,5

8 Siswa-8 60 70 0,25 60 80 0,5

9 Siswa-9 50 60 0,2 60 80 0,5

10 Siswa-10 40 60 0,33 60 70 0,25

11 Siswa-11 40 60 0,33 60 70 0,25

12 Siswa-12 60 70 0,25 70 80 0,33

13 Siswa-13 40 60 0,33 60 70 0,25

14 Siswa-14 60 90 0,75 70 90 0,67

15 Siswa-15 50 60 0,2 70 80 0,33

Page 77: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

63

16 Siswa-16 40 60 0,33 60 70 0,25

17 Siswa-17 40 60 0,33 60 70 0,25

18 Siswa-18 60 70 0,25 70 80 0,33

19 Siswa-19 70 90 0,67 70 90 0,67

20 Siswa-20 40 60 0,33 60 70 0,25

Jumlah 1010 1360 7,22 1280 1540 7,41

Rata-rata 50,5 68 0,36 64 77 0,37

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai pretest dan postest siklus I

mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata

pretest siswa pada siklus I adalah 50,5, dan rata-rata postest adalah 68.

Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-

Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan

pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%.

Pada siklus II nilai pretest dan postest mengalami peningkatan, hal ini

dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest siswa pada siklus II adalah

64, dan rata-rata postest adalah 77. kemudian jika dilihat dari penguasaan

konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar

37%.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan penerapan

model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya di kelas IV MI Matla’ul

Anwar Cibening Pamijahan. Hal ini dapat dilihat dengan selalu ada

peningkatan rata-rata hasil belajar siswa antara postest siklus I dan Postest

siklus II.

Page 78: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

64

2. Analisis Hasil Observasi

Tabel 4.7

Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar Siklus I dan II

No Aspek yang di Observasi Siklus I Siklus II

SB B C K SK SB B C K SK

1 Mendengarkan penjelasan guru

tentang tujuan pembelajaran 8 7 3 2 12 6 2

2 Melakukan komunikasi dengan

baik 5 6 6 3 8 7 5

3 Menjawab pertanyaan guru 8 5 6 1 10 6 4

4 Mampu berdiskusi dengan baik 5 6 5 4 7 8 5

5 Menanyakan hal yang belum

diketahui 5 8 5 2 7 6 7

6 Mengungkapkan pendapat 4 6 7 3 5 10 6

7 Keaktivan dalam berdiskusi 5 7 4 4 8 7 5

8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 3 8 9

Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa

penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu

a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada

materi yang belum dipahami.

b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan

tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan

diskusi.

c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal

ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan

dari teman lainnya.

d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap

materi yang diberikan oleh guru

e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru

yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Page 79: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

65

Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan

yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi

ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan

ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan

pahami. Diskusi kelompok berlangsung khidmat, sebagian siswa dapat

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini

peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran

berlangsung, yaitu

a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap

materi yang diberikan oleh guru

b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru

yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang

signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah,

diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan a

lot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat,

suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa

berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan

pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar

rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses

pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu

siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah

diberikan oleh guru.

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar

kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil

observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan

kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar

Cibening Pamijahan Bogor.

Page 80: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

66

Berdasar hasil belajardapat dikatakan bahwa penerapan model

pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar

siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test

yang semula nilai rata-rata kelas siklus I dari pretest sebesar 50,5

meningkat menjadi 68

Tingkat keberhasilan siswa pada siklus I meningkat, artinya siswa pada

siklus I yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara

harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan

perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan perincian 7 siswa

atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10%

mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus

sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari70,

sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang

telah ditentukan oleh madrasah. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada

siklus II

Pada siklus II penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti

dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA.Hal ini terlihat

adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest

sebesar 64 meningkat menjadi 77.

Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus

sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori

baik atau 90% dan 2siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%, hal ini

menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan

KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah

ditentukan oleh madrasah, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah

mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai

KKM.

Jika dilihat dari rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,36, hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh

guru pada siklus I dengan penggunaan model pembelajaran talking chips

meningkat 36% dan pada siklus II adalah 0,37, hal ini menunjukkan bahwa

Page 81: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

67

tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh guru pada siklus II

dengan penggunaan model pembelajaran talking chips meningkat 37%.

Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa

penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu

a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada

materi yang belum dipahami.

b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan

tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan

diskusi.

c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal

ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan

dari teman lainnya.

d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap

materi yang diberikan oleh guru

e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru

yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan

yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi

ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan

ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan

pahami. Diskusi kelompok berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini

peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung,

yaitu :

a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap

materi yang diberikan oleh guru

b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru

yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang

signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah,

diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan

Page 82: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

68

alot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat,

suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa

berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan

pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar

rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses

pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu

siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah

diberikan oleh guru.

Menurut Sonia Casal menyatakan bahwa talking chips mempunyai

dua proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan

materi1. Metode pembelajaran kooperatif teknik talking chips menekankan

kepada keterampilan sosial dan penguasaan materi. Keterampilan social

diamati pada saat siswa berdiskusi pada kelompoknya. Keterampilan yang

diamati antara lain: cara bekerjasama, cara mengungkapkan pendapat,

menghormati pendapat teman, bertanggungjawab terhadap kelompok, saling

ketergantungan terhadap teman. Keterampilan-keterampilan pada metode

kooperatif teknik talking chips menjadikan siswa termotivasi untuk

memberikan yang terbaik untuk kelompok dan dirinya. Dengan demikian

dapat meningkatkan keterampilan social mereka pada saat berdiskusi dan

meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan

metode kooperatif teknik talking chips memiliki penguasaan materi yang lebih

baik jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode diskusi

biasa. Dengan adanya hal ini peningkatan pemahaman dan penguasaan materi

yang lebih baik berkenaan dengan konsep-konsep yang ada pada materi rangka

makhluk hidup. Pemberian metode ini memicu siswa dapat belajar dari

temannya dan sekaligus membelajarkan temannya, sehingga saling timbul

ketergantungan positif.

1 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercisa From Spain), Google:

www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Page 83: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

69

Kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif

teknik talking chips sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar.

Kelebihan tersebut terlihat dalam hal mengembangkan potensi siswa, seperti

terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat

kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi

yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Kemudian

pada kegiatan pembelajaran, tiap siswa mengemukakan pendapat, ide atau

gagasan maka siswa dilatih untuk lebih berani berkomunikasi dan

menghormati pendapat yang diutarakan siswa lain.

Salah satu peningkatan hasil belajar siswa disebabkan terjadinya

diskusi antar kelompok. Hal ini dikarenakan pembentukan kelompok yang

heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademis dan jenis kelamin.

Pembentukan kelompok heterogen memberikan dampak positif karena dalam

pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antar siswa yang dapat

menguntungkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Yang pertama,

kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan

saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi

antar ras, etnik dan gender.

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa

berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa, dapat membantu

perkembangan perilaku siswa untuk meningkatkan prestasi. Berdasarkan

penelitian, metode kooperatif mengurangi peranan guru di kelas dan siswa

lebih aktif menanyakan kesulitan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Meinarni yang menyatakan bahwa

penggunaan metode kooperatif teknik talking chips menimbulkan keaktifan

siswa dalam berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Siswa merasa

senang berbagi dan bekerja sama dalam kelompok dan dapat memudahkan

siswa untuk memahami materi yang diajarkan2.

2 Meinarni, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung. (Bandung: UPI Bandung, 2005)

Page 84: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

70

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik talking chips

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat

memahami kandungan pembelajaran secara utuh, dikarenakan pembelajaran

kooperatif teknik talking chips ini dapat menunjukkan aktivitas total masing-

masing anggota kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan

tanggung jawab permasalahan, sehingga mendapatkan kesadaran anggota

kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam kelompoknya.

Berdasakan hasil observasi proses pembelajaran pada siklus I

pertemuan I dan II dan siklus II, pembelajaran terus mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi bertahap. Pada siklus I

pertemuan I, pembelajaran dengan model pembelajaran talking chips

merupakan awal sebagai langkah pembiasaan . Pada siklus I pertemuan I

peningkatan proses pembelajaran belum signifikan bahkan dapat dikatakan

peningkatannya sangat rendah, proses pembelajaran masih berlangsung

satu arah . Kemudian pada pertemuan Ke II, peningkatan mulai Nampak

dan cukup signifikan, ini dibuktikan dengan proses pembelajaran yang

terjadi dua arah dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Pada siklus ke

II peningkatan kualitas pembelajaran sangat signifikan, hal ini dibuktikan

dengan sebagian besar rencana yang dituangkan dalam rancangan

pembelajaran telah berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil pretest dan postest siklus I penerapan model

pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar

siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test

yang semula nilai rata-rata kelas dar pre test sebesar 50,5 meningkat

menjadi 68.

Berdasarkan hasil pretest dan postes tsiklus II, penerapan model

pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar

siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test

yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest sebesar 68 meningkat

menjadi 77.

Page 85: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

71

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada seluruh subjek atau

siswa, sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka merasa bahwa

model pembelajaran talking chips sangat menyenangkan, siswa merasa

tidak terbebani, karena mereka bisa saling bertukar pendapat, dan bisa

saling bertanya baik dengan siswa maupun dengan guru. Pada

pembelajaran sebelumnya siswa, siswa kurang mendapatkan bimbingan

secara individu , siswa kurang berani bertanya, yang menunujukkan

aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat.

Page 86: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,

dan didasarkan atas teori-teori, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Bahwa penerapan model pembelajaran talking chips dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk

hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari

perolehan nilai 20 siswa pada siklus I rata-rata pretest 50,5 setelah dilakukan

treatment atau tindakan dan dilakukan postest rata-rata nilai meningkat menjadi

68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai

45%, sementara harapannya adalah mencapai 85% siswa dari Standar

Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa

dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa

atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan

tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang

dari 70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran

IPA yang telah ditentukan oleh guru. kemudian jika dilihat dari penguasaan

konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar

36%.

Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan

menggunakan Model Pembelajaran talking chips dan dilakukan postest rata-

rata nilai meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II,

yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa

mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai

sangat baik atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah

mendapatkan nilai sesuai dengan KKM , artinya penelitian tindakan pada

siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan

Page 87: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

73

nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang

ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar

37%.

B. Saran

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga,

oleh karena itu peneliti memberikan saran di antaranya:

1. Bagi Peneliti

Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor

guru, metode yang dipakai dalam menyampaikan materi dan faktor

lainnya. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap

faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi terhadap perilaku belajar

tersebut. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan tindakan kelas, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa

saja yang turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut, perlu

kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.

2. Bagi Guru

Penggabungan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

lebih menarik perhatian siswa, sehingga dengan perhatian siswa tersebut

hasil belajar siswa meningkat.

3. Bagi Siswa

Kepada siswa MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan diharapkan untuk

terus menggali potensi dalam diri mereka dengan terus belajar dengan

serius dan berusaha memahami apa yang telah disampaikan oleh guru,

karena hanya dengan belajar dengan serius hasil belajar dapat diraih.

Page 88: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

74

DAFTAR PUSTAKA

Alisuf Sabri, M.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Alya, Qonita. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Jakarta: PT

INDAH JAYA Pratama, 2009.

Arifin,Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG

RI, 2009.

Asrori, Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima,

2009.

Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima, 2009.

Asrori,Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009

Basrowi,dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia,

2010.

Bahri, Syaiful Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Renika Cipta,

2006 Cet Ke-6

B. Hamzah Ono. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Casal, Sonia “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From

Spain), google:www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In

The Non-Teacher’s Classroom”, google: www.

Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003

hunt-miyake.pdf.

Dalyono. M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,WAWASAN Tugas Guru Dan

Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama, ,2005.

Rasyid,Harun dan Mansyur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana

Prima, 2009.

Sanjaya,Wina.STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2008, cet. 5

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima 2009

Sudijono, Anas. Statistika Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Page 89: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

75

Sulhan, Najib. Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010)

Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Sutedjo, Bambang. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta:

Pusat Kurikulum,Balitbang Depdiknas (2010) ,tersedia di

Www.Puskur.Net

Syukur, A. Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi

Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas

Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002

S.Wakhinudin, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar

(Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang

Press,(maret 2003).

Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung

Djati, 2009).

Tanree, Munir. Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting

Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009.

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Wahyudi, Supri utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran

Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di

SMKN 1 Madiun, Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007.

Page 90: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

RREENNCCAANNAANN PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN

((RRPPPP))

Nama Sekolah : MI Matlaul Anwar

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : IV / 1

Alokasi Waktu : 4x 35 Menit

Standar Kompetensi : 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia

dengan fungsinya dan pemeliharaannya

I. Kompetensi Dasar : 1.1.Mendiskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh

manusia dengan fungsinya serta pemeliharaannya

II. Indikator Pencapaian : – Mmampu mendiskripsikan rangka kepala manusia

– Mampu mendiskripsikan rangka badan manusia

– Mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia

III. Tujuan Pembelajaran : – Siswa mampu mendiskripsikan rangka kepala manusia

– Siswa mampu mendiskripsikan rangka badan manusia

– Siswa mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia

IV. Materi Pembelajaran

Rangka tubuh manusia

V. Metode Pembelajaran Metode Talking Chips

Metode Ceramah

Metote Diskusi

Metode Tanya Jawab

Metode Pemberian Tugas

Page 91: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

VI. Langkah-langkah Pembelajaran

Petemuan ke-1

A. Pendahuluan (10) menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru memberikan salam

dan memulai pelajaran

dengan membaca basmallah

dan kemudian berdo’a

sebelum pelajaran dimulai

Siswa menyiapkan buku

IPA, membuka bab yang

akan dipelajari

Guru menjelaskan secara

singkat materi yang akan

diajarkan dan tujuan dan

kompetensi dasar yang akan

dicapai.

Siswa menjawab salam

dan membaca basmallah

bersama-sama serta

berdo’a

Siswa menyiapkan buku

IPA dan membuka bab

yang akan dipelajari

memulai pelajaran

Siswa mendengarkan dan

menyimak penjelasan

guru tentang materi yang

akan diajarkan dan tujuan

atau kompetensi dasar

yang akan dicapai

Religius

Kreatif

Perhatian

B. Kegiatan Inti (55 Menit)

B.1. Eksplorasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru menjelaskan tentang

rangka kepala manusia.

Guru meminta beberapa

siswa untuk menjelaskan

mengenai materi yang telah

dijelaskan

Siswa menyimak

penjelasan guru tentang

rangka kepala manusia

Siswa yang ditunjuk

menjelaskan materi yang

telah dijelaskan

Perhatian dan Tekun

Berani

B.2. Elaburasi (35 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru membagi siswa Siswa membagi kelompok Taat

Page 92: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

menjadi lima kelompok,

untuk berdiskusi yang

berkaitan dengan rangka

kepala manusia

Guru meminta siswa agar

membacakan kesimpulan

hasil diskusi

menjadi lima kelompok

untuk berdiskusi

Siswa membacakan

kesimpulan hasil diskusi

Tanggung jawab

B.3. Konfirmasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Dengan bimbingan guru,

siswa merefleksi kegiatan

pembelajaran guna

menggali pengalaman

belajar yang telah dilakukan

Guru memfasilitasi siswa

untuk memecahkan

berbagai masalah dan

memberi informasi agar

bereksplorasi lebih jauh

tentang jasa pejuang

Guru memotivasi siswa

yang kurang atau belum

berpartisifasi aktif

Siswa merefleksi

kegiatanpembelajaran

guna menggali

pengalaman

Siswa menggunakan

fasilitas untuk

memecahkan berbagai

masalah belajar yang telah

dilakukan

Rasa ingin tahu

Kreatif

C. Penutup (10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru bertanya kepada siswa

tentang materi yang telah

dipelajari selama pertemuan

untuk mengetahui

pencapaian indikator,

pencapaian kompetensi, dan

kompetensi dasar

Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang

materi yang telah

dipelajari

Berani

Page 93: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

Guru bersama siswa

mengambil kesimpulan

materi yang telah dipelajari

Guru menutup pelajaran

dengan membaca

hamdallah dan

mengucapkan salam kepada

siswa

Siswa dan guru membuat

kesimpulan materi yang

telah dipelajari

Siswa bersama-sama

berdo’a mengakhiri

pelajaran

Kebersamaan

Religius

Petemuan ke-2

A. Pendahuluan 10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru memberikan salam

dan memulai pelajaran

dengan membaca basmallah

dan kemudian berdo’a

sebelum pelajaran dimulai

Guru memotivasi dan

menjelaskan tujuan

pembelajaran

Guru bertanya kepada siswa

mengenai pelajaran pada

pertemuan sebelumnya.

Siswa menjawab salam

dan membaca basmallah

bersama-sama serta

berdo’a untuk memulai

pelajaran

Siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan

guru tentang tujuan

pembelajaran

Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang

materi pada pertemuan

sebelumnya

Religius

Kreatif

Perhatian

B. Kegiatan Inti (55 Menit)

B.1. Eksplorasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Untuk mengetahui

pengetahuan siswa, guru

memberi pertanyaan yang

berkaitan dengan kerangka

tubuh manusia dengan

fungsinya serta cara

Siswa menjawab

pertanyaan guru mengenai

kerangka tubuh manusia

dengan fungsinya serta

cara pemeliharaannya

Berani

Page 94: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

pemeliharaannya

Untuk mengetahui

pengetahuan siswa, guru

memberikan pertanyaan

yang berkaitan dengan

kerangka tubuh manusia

Guru menjelaskan rangka

badan manusia

Siswa menjawab

pertanyaan guru mengenai

kerangka tubuh manusia

Siawa mendengarkan

penjelasan guru tentang

rangka badan manusia

Berani

Perhatian

B.2. Elaburasi (35 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru menyuruh agar siswa

secara berkelompok

mendiskusikan tentang

rangka badan manusia

Guru membimbing siswa

dalam melaksanakan

diskusi

Guru meminta siswa agar

membacakan hasil diskusi

Siswa membagi kelompok

menjadi lima kelompok

untuk berdiskusi tentang

rangka badan manusia

Siswa membagi kelompok

menjadi lima kelompok

untuk berdiskusi

Siswa yang ditunjuk

temannya membacakan

hasil diskusi

Tanggung jawab

Tanggung jawab

Berani

B.3. Konfirmasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru bertanya kepada siswa

tentang hal-hal yang belum

diketahui oleh siswa

Guru bersama-sama siswa

bertanya jawab meluruskan

kesalahpemahaman,

memberikan penguatan dan

penyimpulan

Siswa menjelaskan hal-hal

yang belum diketahui

kepada guru

Berani

Page 95: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

C. Penutup (10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru bertanya kepada siswa

tentang materi yang telah

dipelajari selama pertemuan

untuk mengetahui

pencapaian indikator,

pencapaian kompetensi, dan

kompetensi dasar

Guru bersama siswa

mengambil kesimpulan

materi yang telah dipelajari

Guru menutup pelajaran

dengan membaca

hamdallah dan

mengucapkan salam kepada

siswa

Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang

materi yang telah

dipelajari

Siswa dan guru membuat

kesimpulan materi yang

telah dipelajari

Siswa bersama-sama

berdo’a mengakhiri

pelajaran

Berani

Kebersamaan

Religius

VII. Alat dan Sumber Belajar

Buku sumber : Buku paket/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI

kelas V karangan Warsito dkk.

Buku penunjang yang relevan

VIII. Penilaian

Indikator Pencapaian

dan Kompetensi

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian

Instrumen / Soal Skor

Mendiskripsikan

rangka kepala

manusia

Mendiskripsikan

rangka badan

manusia

Mendiskripsikan

rangka anggota gerak

Tes

tertulis

Pilihan

Ganda

Terlampir

Page 96: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

XI. Kriteria Penilaian

1. Produk (Hasil Diskusi)

No Aspek Kriteria Skor

1 Konsep - Semua benar

- Sebagian besar benar

- Sebagian kecil benar

- Semua salah

4

3

2

1

2. Performansi

No Aspek Kriteria Skor

1

2

Kerjasama

Partisipasi

- Bejerja sama

- Kadang-kadang bekerja sama

- Sebagian teknik bekerja sama

- Aktif berpartisipasi

- Kadang-kadang aktif

- Tidak aktif

4

2

1

4

2

1

3. Lembar penilaian

No Nama siswa Performansi

Produk Jml Skor Nilai Kerjasama Partisipasi

Catatan:

Nilai= (jumlah skor: jumlah skor maksimal) x 10

Untuk siswa yang tidak mencapai syarat penilaian KKM maka diadakan remedial

Pamijahan, 2013

Mengetahui

Kepala MI Matlaul Anwar

H. Baenuri

Guru Mapel IPA Kelas IV

Wahab

Page 97: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

RREENNCCAANNAANN PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN

((RRPPPP))

Nama Sekolah : MI Matlaul Anwar

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : IV / 1

Pertemuan Ke : 3 dan 4

Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit

Standar Kompetensi : – Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia

dengan fungsinya.

I. Kompetensi Dasar : – Mendiskripsikan hubungan anatara struktur kerangka tubuh

manusia dengan fungsinya dan pemeliharaannya.

II. Indikator Pencapaian : Kompetensi Pembelajaran

– Mamppu mendiskripsikan tentang sendi.

– Mampu mendiskripsikan fungsi rangka manusia.

III. Tujuan Pembelajaran : – Siswa mampu mendiskripsikan tentang sendi.

– Siswa mampu mendiskripsikan fungsi rangka manusia.

IV. Materi Pembelajaran

Rangka tubuh manusia dan fungsinya.

V. Metode Pembelajaran Metode talking chips

Metode Ceramah

Metode diskusi

Metode Tanya Jawab

Metode Pemberian Tugas

Page 98: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

V. Langkah-langkah Pembelajaran

Petemuan ke-3

D. Pendahuluan (10) menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru memberikan salam

dan memulai pelajaran

dengan membaca basmallah

dan kemudian berdo’a

sebelum pelajaran dimulai

Siswa menyiapkan buku

IPA, membuka bab yang

akan dipelajari

Guru menjelaskan secara

singkat materi yang akan

diajarkan dan tujuan dan

kompetensi dasar yang akan

dicapai.

Siswa menjawab salam

dan membaca basmallah

bersama-sama serta

berdo’a

Siswa menyiapkan buku

IPA dan membuka bab

yang akan dipelajari

memulai pelajaran

Siswa mendengarkan dan

menyimak penjelasan

guru tentang materi yang

akan diajarkan dan tujuan

atau kompetensi dasar

yang akan dicapai

Religius

Kreatif

Perhatian

E. Kegiatan Inti (55 Menit)

B.1. Eksplorasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru menjelaskan tentang

rangka kepala manusia.

Guru meminta beberapa

siswa untuk menjelaskan

mengenai materi yang telah

dijelaskan

Siswa menyimak

penjelasan guru tentang

rangka kepala manusia

Siswa yang ditunjuk

menjelaskan materi yang

telah dijelaskan

Perhatian dan Tekun

Berani

B.2. Elaburasi (35 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru membagi siswa Siswa membagi kelompok Taat

Page 99: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

menjadi lima kelompok,

untuk berdiskusi yang

berkaitan dengan hubungan

antara strruktur kerangka

tubuh manusia dengan

fungsinya dan

pemeliharaannya

Guru meminta siswa agar

membacakan kesimpulan

hasil diskusi

menjadi lima kelompok

untuk berdiskusi

Siswa membacakan

kesimpulan hasil diskusi

Tanggung jawab

B.3. Konfirmasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Dengan bimbingan guru,

siswa merefleksi kegiatan

pembelajaran guna

menggali pengalaman

belajar yang telah dilakukan

Guru memfasilitasi siswa

untuk memecahkan

berbagai masalah dan

memberi informasi agar

bereksplorasi lebih jauh

tentang jasa pejuang

Guru memotivasi siswa

yang kurang atau belum

berpartisifasi aktif

Siswa merefleksi

kegiatanpembelajaran

guna menggali

pengalaman

Siswa menggunakan

fasilitas untuk

memecahkan berbagai

masalah belajar yang telah

dilakukan

Rasa ingin tahu

Kreatif

F. Penutup (10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru bertanya kepada siswa

tentang materi yang telah

dipelajari selama pertemuan

untuk mengetahui

Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang

materi yang telah

dipelajari

Berani

Page 100: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

pencapaian indikator,

pencapaian kompetensi, dan

kompetensi dasar

Guru bersama siswa

mengambil kesimpulan

materi yang telah dipelajari

Guru menutup pelajaran

dengan membaca

hamdallah dan

mengucapkan salam kepada

siswa

Siswa dan guru membuat

kesimpulan materi yang

telah dipelajari

Siswa bersama-sama

berdo’a mengakhiri

pelajaran

Kebersamaan

Religius

Petemuan ke-4

D. Pendahuluan 10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru memberikan salam

dan memulai pelajaran

dengan membaca basmallah

dan kemudian berdo’a

sebelum pelajaran dimulai

Guru memotivasi dan

menjelaskan tujuan

pembelajaran

Guru bertanya kepada siswa

mengenai pelajaran pada

pertemuan sebelumnya.

Siswa menjawab salam

dan membaca basmallah

bersama-sama serta

berdo’a untuk memulai

pelajaran

Siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan

guru tentang tujuan

pembelajaran

Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang

materi pada pertemuan

sebelumnya

Religius

Kreatif

Perhatian

E. Kegiatan Inti (55 Menit)

B.1. Eksplorasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Untuk mengetahui

pengetahuan siswa, guru

memberi pertanyaan yang

Siswa menjawab

pertanyaan guru mengenai

hubungan antara struktur

Berani

Page 101: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

berkaitan dengan hubungan

antara struktur kerangka

tubuh manusia dengan

fungsinya dan

pemeliharaannya

Guru menjelaskan sendi

pada manusia

kerangka tubuh manusia

dengan fungsinya dan

pemeliharaannya

Siswa mendengarkan

penjelasan guru tentang

sendi pada manusia

Perhatian

B.2. Elaburasi (35 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru menyuruh agar siswa

secara berkelompok

mendiskusikan tentang

hubungan antara struktur

kerangka tubuh manusia

dengan fungsinya dan

pemeliharaannya

Guru membimbing siswa

dalam melaksanakan

diskusi

Guru meminta siswa agar

membacakan hasil diskusi

Siswa membagi kelompok

menjadi lima kelompok

untuk berdiskusi tentang

rangka badan manusia

Siswa membagi kelompok

menjadi lima kelompok

untuk berdiskusi

Siswa yang ditunjuk

temannya membacakan

hasil diskusi

Tanggung jawab

Tanggung jawab

Berani

B.3. Konfirmasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru bertanya kepada siswa

tentang hal-hal yang belum

diketahui oleh siswa

Guru bersama-sama siswa

bertanya jawab meluruskan

kesalahpemahaman,

memberikan penguatan

Siswa menjelaskan hal-hal

yang belum diketahui

kepada guru

Berani

Page 102: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

F. Penutup (10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru bertanya kepada siswa

tentang materi yang telah

dipelajari selama pertemuan

untuk mengetahui

pencapaian indikator,

pencapaian kompetensi, dan

kompetensi dasar

Guru bersama siswa

mengambil kesimpulan

materi yang telah dipelajari

Guru menutup pelajaran

dengan membaca

hamdallah dan

mengucapkan salam kepada

siswa

Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang

materi yang telah

dipelajari

Siswa dan guru membuat

kesimpulan materi yang

telah dipelajari

Siswa bersama-sama

berdo’a mengakhiri

pelajaran

Berani

Kebersamaan

Religius

VI. Alat dan Sumber Belajar

Buku sumber : Buku paket/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI

kelas V karangan Warsito dkk.

Buku penunjang yang relevan

VII. Penilaian

Indikator Pencapaian

dan Kompetensi

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian

Instrumen / Soal Skor

Mendiskripsikan

rangka kepala

manusia

Mendiskripsikan

rangka badan

manusia

Mendiskripsikan

rangka anggota gerak

Tes

tertulis

Pilihan

Ganda

Terlampir

Page 103: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

XII. Kriteria Penilaian

4. Produk (Hasil Diskusi)

No Aspek Kriteria Skor

1 Konsep - Semua benar

- Sebagian besar benar

- Sebagian kecil benar

- Semua salah

4

3

2

1

5. Performansi

No Aspek Kriteria Skor

1

2

Kerjasama

Partisipasi

- Bejerja sama

- Kadang-kadang bekerja sama

- Sebagian teknik bekerja sama

- Aktif berpartisipasi

- Kadang-kadang aktif

- Tidak aktif

4

2

1

4

2

1

6. Lembar penilaian

No Nama siswa Performansi

Produk Jml Skor Nilai Kerjasama Partisipasi

Catatan:

Nilai= (jumlah skor: jumlah skor maksimal) x 10

Untuk siswa yang tidak mencapai syarat penilaian KKM maka diadakan remedial

Pamijahan, 2013

Mengetahui

Kepala MI Matlaul Anwar

H. Baenuri

Guru Mapel IPA Kelas IV

Wahab

Page 104: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Nama Sekolah : MI Matla’ul Anwar

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Kelas Semester : IV/1

Materi : Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya

Siklus :

Hari, Tanggal :

Observer : Wahab

Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda

SB: Sangat Baik B: Baik C: Cukup K: Kurang SK: Sangat Kurang

No Aspek yang di Observasi Keterangan Nilai

Jumlah Ada Tidak SB B C K SK

1 Mendengarkan penjelasan guru

tentang tujuan pembelajaran

2 Melakukan kounikasi dengan

baik

3 Menjawab pertanyaan guru

4 Mampu berdiskusi dengan baik

5 Menanyakan hal yang belum

diketahui

6 Mengungkapkan pendapat

7 Keaktivan dalam berdiskusi

8 Melakukan tes akhir

Observer

Wahab

Page 105: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Nama Sekolah : MI Matla’ul Anwar

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Kelas Semester : IV/1

Materi : Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya

Siklus :

Hari, Tanggal :

Observer : Wahab

Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda

SB: Sangat Baik B: Baik C: Cukup K: Kurang SK: Sangat Kurang

No Aspek yang di Observasi Keterangan Nilai

Jumlah Ada Tidak SB B C K SK

1 Guru menyampaiakan

pembelajaran

2 Guru menyampaikan Tanya

jawab dengan siswa

3 Guru menyiapkan media

pembelajaran

4 Guru menutup pelajaran

Observer

Wahab

Page 106: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

Lembar Observasi Aktivitas Guru

Nama Sekolah : MI Matla’ul Anwar

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Kelas Semester : IV/1

Materi : Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya

Siklus :

Hari, Tanggal :

Observer : Wahab

Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda

SB: Sangat Baik B: Baik C: Cukup K: Kurang SK: Sangat Kurang

No Aspek yang di Observasi Keterangan Nilai

Jumlah Ada Tidak SB B C K SK

1 Mengkondisikan siswa sebekum

belajar

2 Member kesempatan kepada siswa

untuk menyampaikan idenya

3 Memotivasi siswa

4 Menyampaikan indicator yang dicapai

5 Melalukan apersepsi

6 Menggunakan media kartu sesuai

indikator

7 Penjelasan pembelajaran dengan

metode talking chips

8 Memberikan pertanyaan kepada siswa

9 Kemampuan menggunakan talking

chips

10 Kemampuan menutup pelajaran

Observer

Wahab

Page 107: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

1

KISI-KISI SOAL SIKLUS I

Indikator Soal Jenjang Kunci

Jawaban Keterangan

Mendeskrip

sikan

rangka

kepala

manusia

Dalam susunan rangka manusia

bagian yang paling atas adalah …

a. Rangka kepala

b. Rangka anggota

c. Rangka badan

d. Semua salah

Tulang tengkorak berfungsi untuk ...

a. Melindungi otak

b. Melindungi jantung

c. Melindungi paru-paru

d. Semua salah

Rangka manusia terbungkus oleh …

a. Lemak

b. Otot dan daging

c. Kulit

d. Daging

Bagian tulang rangka kepala yang

dapat bergerak adalah …

a. Tulang dahi

b. Tulang rahang bawah

c. Tulang ubun-ubun

d. Semua salah

Contoh hewan yang memiliki

rangka dalam seperti manusia

adalah …

a. Kepiting

b. Capung

c. Belalang

d. Jerapah

Berikut adalah contoh hewan yang

tidak memiliki tulang dalam …

a. Kambing

b. Kepiting

c. Ayam

d. Burung

Tulang rawan terdapat pada....

a. tangan c. telinga

b. kaki d. rusuk

Ketika kita mengunyah makanan

maka tulang yang bergarak adalah

tulang …

a. tulang dahi

b. tulang pilipis

c. tulang tapis

d. tulang rahang bawah

C1

C1

C1

C2

C2

C2

C1

C2

a

a

b

c

d

c

c

d

Page 108: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

2

Mendeskrip

sikan

rangka

badan

manusia

Tulang keras banyak mengandung

a. zat kapur

b. zat perekat

c. mineral

d. mineral dan kalsium

Tulang rawan banyak mengandung

a. mineral

b. zat perekat

c. zat perekat

d. zat

Salah satu fungsi rangka adalah...

a. melindungi otak.

b. melindungi mata

c. melindungi jantung

d. melindungi tulang

Tulang anggota tubuh bagian atas

dan bawah disebut....

a. tulang poros

b. rangka tubuh

c. anggota tubuh

d. rangka anggota gerak.

Hubumgan antara tulang satu

dengan tulang lain disebut …

a.sendi c.otot

b.daging d. b dan c benar

Dibawah ini adalah kumpulan

tulang yang membentuk Badan

adalah....

a. tulang belikat, tulang dada,

tulangrusuk

b. tulang hasta, tulang belikat,

tulang kering.

c. tulang belakang, tulang paha,

tulang betis

d. tulang rusuk, tulang hasta,

tulang pengumpil.

Tulang dada terdiri atas tiga bagian

yaitu …

a. tulang rusuk, tulang bahu,tulang

belikat

b. b.tulang hasta, tulang belikat,

tulang belakang.

c. tulang bahu, tulang rusuk, tulang

rawan

d. tulang tangkai, tulang badan

tulang taju pedang

Tulang yang membentuk rangka

bahu adalah …

a. tulang belikat

C2

C1

C2

C1

C1

C1

C2

C1

a

c

c

d

a

a

d

c

Page 109: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

3

b. tulang belikat

c. tulang gelang bahu

d. tulang leher

Dibawah ini yang bukan merupakan

fungsi rangka adalah ...

a. membentuk tubuh.

b. menegakan tubuh

c. tempat melekatnya otot

d. membentuk daging.

Kelainan pada tulang belakang yang

melengkung belakang disebut …

a. lordosis c. skoliosis

b. kifosis d. rahitis

Kelainan pada tulang belakang yang

melengkung kedepan, disebut …

a. kifosis c. rahitis

b. skoliosis d. lordosis

Kelainan tulang belakang yang

melengkung kekiri atau kekanan

disebut …

a. skoliosis c. rahitis

b. lordosis d. kifosis

C2

C1

C1

C1

d

c

d

a

Page 110: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

4

KISI-KISI SOAL SIKLUS II

Indikator Soal Jenjang Kunci

Jawaban Keterangan

Mendeskr

ipsikan

rangka

tubuh

manusia

Tulang rusuk terdiri dari …

a. 7 pasang tulang rusuk sejati, 3

pasang tulang rusuk palsu, 2

pasang rusuk melayang

b. 7 pasang tulang rusuk sejati, 2

pasang tulang rusuk palsu, 3

pasang tulang rusuk melayang

c. 6 pasang tulang rusuk sejati, 3

pasang tulang rusuk palsu, 6

pasang tulang rusuk melayang.

d. 5 pasang tulang rusuk sejati, 2

pasang tulang rusuk palsu, 3

pasang tulang rusuk melayang

Rongga dada dibentuk oleh …

a. tulang belikat

b. tulang bahu

c. tulang hasta

d. tulang rusuk dan tulang dada.

Rongga panggul dibentuk oleh ...

a. tulang rusuk

b. tulang belikat

c. tulang gelang panggul

d. tulang bahu

Berikut ini yang bukan merupakan

tulang rangka badan adalah …

a. tulang rusuk

b. tulang belakang

c. tulang hasta

d. tulang rusuk palsu

Rangka badan meliputi …

a. tulang belakang, tulang

rusuk.tulang dada

b. b.tulang belakang„tulang

hasta,tulang dada

c. tulang hasta, tulang dada tulang

kering

d. tulang keras, tulang dada .tulang

rawan

Berikut ini organ tubuh yang

dilindungi oleh bangka badan

kecuali....

a. jantung c. hati

b. paru-paru d. mata

Sikap tubuh yang salah ketika

C1

C1

C1

C1

C1

C2

C2

a

d

c

b

a

d

a

Page 111: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

5

Mendeskr

ipsikan

anggota

gerak

duduk akan mengakibatka gangguan

pada...

a. tulang belakang

b. tulang baha

c. tulang leher

d. tulang hasta

Salah satu kegiatan yang dapat

membantu pemeliharaan kesehatan

rangka adalah …

a. Nonton TV c. duduk

b. Main d. olah raga

Sinar matahari dapat membantu

pembentukan vitamin …

a. a b. b

c. d d. c

Zat yang dibutuhkan supaya tulang

tidak cepat kropos adalah zat …

a. fospor c. vitamin b

b. vitamin a d. kalsium

Penyakit akibat kekurangan vitamin

D adalah penyakit …

a. rematik c. kofosis

b. rahitis d. skoliosis

Osteoporosis adalah penyakit yang

menyerang....

a. kulit c. tulang

b. otot d. sendi

Yang termasuk rangka anggota

gerak bagian atas adalah....

a. kaki c. tangan

b. kepala. d.kaki dan tangan

Kaki adalah rangka anggota gerak

bagian …

a. atas c. tengah

b. bawah d. samping.

Sendi yang terdapat pada siku

adalah sendi ....

a. pelana c. engsel

b. peluru d. geser

Sendi yang dapat bergerak kesemua

arah adalah sendi...

a. engsel c. putar

b. pel ana d. peluru

Sendi yang terdapat pada tulang

hasta dan tulang pengumpil adalah

sendi …

a. peluru c. geser

b. engsel d. pelana

Yang termasuk tulang anggota gerak

C2

C2

C1

C1

C1

C1

C1

C1

C1

C1

C2

d

d

d

b

c

c

a

c

d

c

a

Page 112: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

6

bagian atas adalah …

a. tulang lengan atas, tulang hasta,

tulang pengumpil.

b. tulang hasta tulang paha, tulang

kering

c. tulang lengan atas, tulang betis,

tulang paha.

d. tulang betis, tulang paha, tulang

kering

Yang bukan bagian dari tulang

anggota gerak bawah adalah ...

a. tulang paha .

b. tulang betis

c. tulang pengumpil

d. tulang kering.

Rangka anggota gerak bagian bawah

adalah ....

a. tulang paha, tulang kering,

tulang pengumpil.

b. tulang paha, tulang pengumpil,

tulang jari

c. tulang lengan atas, tulang hasta,

tulang kering

d. tulang paha, tulang betis, tulang

kering.

C1

C2

c

d

Page 113: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

Pretest/Postest Siklus I

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor

Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar!

1. Dalam susunan rangka manusia bagian

yang paling atas adala…

a. Rangka Kepala

b. Rangka Anggota

c. Rangka Badan

d. Semua Salah

2. Tulang tengkorak berfungsi untuk…

a. Melindungi otak

b. Melindungi jantung

c. Melindungi paru-paru

d. Semua salah

3. Rangka manusia terbungkus oleh…

a. Lemak

b. Otot dan daging

c. Kulit

d. daging

4. bagian tulang rangka kepala yang dapat

bergerak adalah..

a. tulang dahi

b. tulang rahang bawah

c. tulang ubun-ubun

d. semua salah

5. contoh hewan yang memiliki rangka

dalam seperti manusia adalah…

a. kepiting c. belalang

b. capung d. jerapah

6. berikut adalah contoh hewan yang

memiliki tulang dalam…

a. kambing c. kepiting

b. ayam d. burung

7. tulang rawan terdapat pada..

a. tangan c. telinga

b. kaki d. rusuk

8. ketika kita mengunyah makanan, maka

tulang yang bergerak adalah tulang…

a. dahi c. tapis

b. pelipis d. rahang bawah

9. tulang keras banyak mengandung…

a. zat kapur c. mineral

b. zat perekat d.mineral & kalsium

10. tulang rawan banyak mengandung..

a. mineral c. zat perekat

b. kalsium d. zat kapur

11. salah satu fungsi rangka adalah..

a. melindungi otak

b. melindungi mata

c. melindungi jantung

d. melindungi tulang

12. tulang anggota tubuh bagian atas dan

bawah disebut..

a. tulang poros

b. rangka tubuh

c. anggota tubuh

d. rangka anggota gerak

13. hubungan antara tulang satu dengan

tulang lain disebut..

a. sendi c. otot

b. daging d. b dan c benar

Page 114: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

14. dibawah ini adalah kumpulan tulang

yang membentuk badan adalah..

a. tulang belikat, tulang dada, tulang

rusuk

b. tulang hasta, tulang belikat, tulang

kering

c. tulang belakang, tulang paha,

tulang betis

d. tulang rusuk, tulang hasta, tulang

pengumpil

15. tulang dada terdiri atas tiga bagian,

yaitu…

a. tulang rusuk, tulang bahu, tulang

belikat

b. tulang hasta, tulang belikat, tulang

belakang

c. tulang bahu, tulang rusuk, tulang

rawan

d. tulang tangkai, tulang badan, taju

pedang

16. tulang yang membentuk tulang bahu

adalah..

a. tulang belikat

b. tulang gelang

c. tulang gelang bahu

d. tulang leher

17. dibawah ini yang bukan merupakan

fungsi rangka adalah..

a. membentuk tubuh

b. menegakkan tubuh

c. tempat melekatnya otot

d. membentuk daging

18. kelainan pada tulang belakang yang

melengkung kebelakang disbut..

a. lordosis

b. kifosis

c. skoliosis

d. rahitis

19. kelainan pada tulang belakang yang

melengkung kedepan adalah.

a. Kifosis

b. Skoliosisi

c. Rahitis

d. lordosisi

20. kelainan tulang belakang yang

melengkung kekiri atau kekanan

disebut..

a. skoliosis

b. lordosis

c. rahitis

d. kofosis

Page 115: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

Pretest/Postest Siklus II

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor

Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar!

1. Tulang rusuk terdiri dari…

a. 7 pasang tulang rusuk sejati, 3

tulang pasang tulang rususk palsu, 2

pasang rusuk melayang

b. 7 pasang tulang rusuk sejati, 2

pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang

tulang rusuk melayang

c. 6 pasang tulang rusuk sejatu, 3

pasang tulang rusuk palsu, 6 pasang

tulang rusuk melayang

d. 5 pasang tulang rusuk sejati, 2

pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang

tulang rusuk melayang

2. Rongga dada dibentuk oleh..

a. Tulang belikat

b. Talang bahu

c. Tulang hasta

d. Tulang rusuk dan tulang dada

3. Rongga panggul dibentuk oleh…

a. Tulang rusuk

b. Tulang belikat

c. Tulang gelang panggul

d. Tulang bahu

4. Berikut ini yang bukan merupakan

tulang rangka badan adalah..

a. Tulang rusuk

b. Tulang belakang

c. Tulang hasta

d. Tulang rusuk palsu

5. Rangka badan meliputi..

a. Tulang belakang, tulang rusuk,

tulang dada

b. Tulang belakang, tulang hasta,

tulang dada

c. Tulang hasta, tulang dada, tulang

kering

d. Tulang keras, tulang dada, tulang

rawan

6. Berikut ini organ tubuh yang dilindungi

oleh rangka badan, kecuali..

a. Jantung c. hati

b. Paru-paru d. mata

7. sikap tubuh yang salah ketika duduk

akan mengakibatkan gangguan pada..

a. tulang belakang

b. tulang kaki

c. tulang leher

d. tulang hasta

8. salah satu kegiatan yang dapat

membantu pemeliharaan kesehatan

rangka adalah..

a. nonton tv c. duduk

b. main d. olah raga

9. sinar matahari dapat membantuk

pembentukan vitamin..

a. a c. c

b. b d. d

Page 116: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar

10. zat yang dibutuhkan supaya tulang

tidak cepat keropos adalah zat..

a. fosfor c. vitamin b

b. vitamin A d. kalsium

11. penyakit akibat kekurangan vitamin D

adalah penyakit..

a. rematik c. kofosis

b. rahitis d. skoliosis

12. osteoporosis adalah penyakit yang

menyerang..

a. kulit c. tulang sendi

b. otot d. sendi

13. yang termasuk rangka anggota gerak

bagian atas adalah..

a. kaki

b. kepala

c. tangan

d. kaki dan tangan

14. kaki adalah rangka anggota gerak

bagian..

a. atas

b. bawah

c. tengah

d. samping

15. sendi yang terdapat pada siku adalah

sendi..

a. pelana

b. peluru

c. engsel

d. geser

16. sendi yang dapat bergerak kesemua

arah adalah sendi..

a. engsel

b. pelana

c. putar

d. peluru

17. sendi yang terdapat pada tulang hasta

dan tulang pengumpil adalah sendi..

a. peluru

b. engsel

c. geser

d. pelana

18. yang termasuk tulang anggota gerak

bagian atas adalah..

a. tulang lengan atas, tulang hasta,

tulang pengumpil

b. tulang hasta, tulang paha, tulang

kering

c. tulang lengan atas, tulang betis,

tulang paha

d. tulang betis, tulang paha, tulang

kering

19. yang bukan bagian dari tulang

anggota gerak bawah adalah..

a. tulang paha

b. tulang betis

c. tulang pengumpil

d. tulang kering

20. rangka anggota gerak bagian bawah

adalah..

a. tulang paha, tulang kering, tulang

pengumpil

b. tulang paha, tulang pengumpil,

tulang jari

c. tulang lengan atas, tulang hasta,

tulang kering

d. tulang paha, tulang betis, tulang

kering

Page 117: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2535… ·  · 2016-10-09RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II. Lembar Observasi Lembar