penggunaan strategi reframing untuk membantu siswa mengurangi perasaan cemas ketika bertanya di...

6
PENGGUNAAN STRATEGI REFRAMING UNTUK MEMBANTU SISWA MENGURANGI PERASAAN CEMAS KETIKA BERTANYA DI KELAS Ringkasan Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan strategi reframing untuk membantu siswa untuk mengurangi kecemasan saat bertanya di kelas. Kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan - perasaan lain yang kurang menyenangkan (Harlock, 1990). Kecemasan bermula dari rasa takut. Menurut Ariyani (2008) takut merupakan emosi yang biasa muncul pada waktu seseorang merasa entah nyata atau hanya bayangan berhadapan dengan hal yang berbahaya atau ada dalam situasi bahaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Usmawati (2007) kecemasan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk siswa, karena setiap manusia mengalaminya dan bagaimanapun rasa cemas dalam batas wajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berbagai bentuk kecemasan yang dialami siswa seperti: siswa yang cemas ketika mau berpendapat di kelas, cemas saat presentasi, cemas saat mengerjakan soal di papan tulis, cemas saat bertanya di kelas dan lain sebagainya. Semua itu membuat siswa tidak mampu mengendalikan pikiran buruk yang berulang-ulang dan kecenderungan berpikir bahwa keadaan semakin buruk bila dia bertanya di kelas karena akan ditertawakan oleh teman-temannya, guru dan akan dicemooh. Nursita (2009) menyatakan bahwa pencitraan bertanya di kelas yang salah, dan sudah melekat kuat di pikiran siswa dan cara pandang yang negatif inilah yang membuat banyak siswa cemas dalam mengajukan pertanyaan kepada guru saat pelajaran. Padahal masalah seperti ini tentu saja dapat mempengaruhi nilai partisipasi siswa dan menghambat prestasi sekolah siswa , Hal ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus karena akan

Upload: alfat-agustian

Post on 21-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Strategi Reframing Untuk Membantu Siswa Mengurangi Perasaan Cemas Ketika Bertanya Di Kelas

PENGGUNAAN STRATEGI REFRAMING UNTUK MEMBANTU SISWA

MENGURANGI PERASAAN CEMAS KETIKA BERTANYA DI KELAS

Ringkasan

Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan strategi reframing untuk membantu siswa

untuk mengurangi kecemasan saat bertanya di kelas. Kecemasan merupakan bentuk perasaan

khawatir, gelisah dan perasaan - perasaan lain yang kurang menyenangkan (Harlock, 1990).

Kecemasan bermula dari rasa takut. Menurut Ariyani (2008) takut merupakan emosi yang biasa

muncul pada waktu seseorang merasa entah nyata atau hanya bayangan berhadapan dengan hal yang

berbahaya atau ada dalam situasi bahaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Usmawati

(2007) kecemasan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk siswa, karena setiap manusia

mengalaminya dan bagaimanapun rasa cemas dalam batas wajar merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Berbagai bentuk kecemasan yang dialami siswa seperti: siswa

yang cemas ketika mau berpendapat di kelas, cemas saat presentasi, cemas saat mengerjakan soal di

papan tulis, cemas saat bertanya di kelas dan lain sebagainya. Semua itu membuat siswa tidak mampu

mengendalikan pikiran buruk yang berulang-ulang dan kecenderungan berpikir bahwa keadaan

semakin buruk bila dia bertanya di kelas karena akan ditertawakan oleh teman-temannya, guru dan

akan dicemooh. Nursita (2009) menyatakan bahwa pencitraan bertanya di kelas yang salah, dan sudah

melekat kuat di pikiran siswa dan cara pandang yang negatif inilah yang membuat banyak siswa

cemas dalam mengajukan pertanyaan kepada guru saat pelajaran. Padahal masalah seperti ini tentu

saja dapat mempengaruhi nilai partisipasi siswa dan menghambat prestasi sekolah siswa , Hal ini tidak

bisa dibiarkan terus-menerus karena akan merugikan siswa itu sendiri, orang tua, guru dan

sebagainya. Nursita (2009) menyatakan bahwa pencitraan bertanya di kelas yang salah, dan sudah

melekat kuat di pikiran siswa dan cara pandang yang negatif inilah yang membuat banyak siswa

cemas dalam mengajukan pertanyaan kepada guru saat pelajaran. Padahal masalah seperti ini tentu

saja dapat mempengaruhi nilai partisipasi siswa dan menghambat prestasi sekolah siswa , Hal ini tidak

bisa dibiarkan terus-menerus karena akan merugikan siswa itu sendiri, orang tua, guru dan

sebagainya. Karena dari sekian banyak metode pengajaran, yang terbanyak dipakai adalah bertanya ,

mengajar itu adalah bertanya, bertanya adalah salah satu teknik yang paling tua dan paling baik,

pertanyaan adalah unsure utama dalam strategi pengajaran yang merupakan kunci permainan bahasa

dalam pengajaran. Menurut Janto (1996) pada umumnya pertanyaan-pertanyaan yang tepat dalam

penggunaannya dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan kuat. Mengajukan pertanyaan

merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan proses belajar mengajar dikelas. Apalagi pendidikan

di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang setingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan upaya

Page 2: Penggunaan Strategi Reframing Untuk Membantu Siswa Mengurangi Perasaan Cemas Ketika Bertanya Di Kelas

menyiapkan individu untuk mengembangkan potensinya sehingga dapat mempersiapkan diri

memasuki dunia kerja atau melanjutkan studi di Sekolah Menengah Umum (SMU). Siswa yang

mengalami kecemasan saat bertanya di kelas memerlukan penenangan diri dan pemahaman diri

bahwa dia mau mengubah kecemasan tersebut menjadi motivasi bagi dirinya untuk maju dan

menjadikan prestasi bagi dirinya. Salah satu bantuan yang bisa diberikan kepada siswa untuk

mengatasi kecemasaan saat bertanya di kelas adalah menggunakan strategi reframing. Sesuai dengan

pendapat Cormier (1985) fokus strategi reframing adalah terletak pada alasan yang salah dan

keyakinan serta kesimpulan yang tidak logis. Sedangkan menurut Cormier (1985) tujuan strategi

reframing adalah untuk membedakan keyakinan irrasional atau pernyataan negatif. Oleh karena itu

bantuan yang bisa diberikan kepada siswa untuk mengurangi kecemasan saat bertanya di kelas adalah

strategi reframing. Sesuai dengan pendapat Cormier (1985) “reframing (sometimes also called

relabeling) is an approach that modifies or structures a client’s perception or views of a problem or a

behavior”. (reframing (kadang-kadang juga disebut pelebelan ulang) adalah suatu pendekatan yang

merubah atau menyusun kembali persepsi klien atau cara pandang terhadap masalah atau tingkah

laku). Tujuannya adalah agar siswa mampu mengendalikan pikiran buruk yang berulang-ulang dan

kecenderungan berpikir bahwa keadaan semakin buruk bila dia bertanya di kelas karena akan

ditertawakan oleh teman-temannya, guru, akan dicemooh, dll. Dan dalam pelaksanaan strategi

reframing ini akan dilakukan dalam bentuk kelompok.

Tujuan pengkajian ini adalah untuk menguji apakah strategi reframing efektif untuk

mengurangi perasaan cemas ketika bertanya di kelas siswa kelas VIII.1 di MTs Nurul Abror Kraksaan

Probolinggo dengan melihat perbedaan skor kecemasan ketika bertanya di kelas antara sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan strategi reframing.apabila dalam penelitian ini terbukti bahwa

penggunaan strategi reframing terdapat pengaruh yang signifikansi terhadap pengurangan perasaan

cemas ketika bertanya di kelas.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini sasarannya adalah siswa kela VIII.1 MTs Nurul Abror Kraksaan

Probolinggo, dengan subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.1 MTs Nurul Abror Kraksaan

Probolinggo yang mempunyai skor tinggi dalam kecemasan saat bertanya di kelas yang diukur

melalui angket kecemasan saat bertanya di kelas. Rincian tahapan pelaksanaan strategi reframing

adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan format hasil pre-test dan mengatur ruangan untuk pelaksaan

pemberian perlakuan dan mengatur posisi subjek.

2. Setelah menyiapkan ruangan, konselor memanggil siswa yang mengalami

Page 3: Penggunaan Strategi Reframing Untuk Membantu Siswa Mengurangi Perasaan Cemas Ketika Bertanya Di Kelas

kecemasan saat bertanya di kelas

3. Rasionalisasi strategi reframing

4. Identifikasi persepsi dan perasaan konseli dalam gangguan perilaku

5. Menguraikan peran dan macam-macam persepsi terpilih

6. identifikasi persepsi alternatif

7. Modifikasi persepsi dalam gangguan perilaku

8. Memberikan tugas rumah

9. Tindak lanjut

Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan pembuktian dari proses penelitian. Subyek penelitiannya

berjumlah enam siswa.Data yang telah terkumpul melalui tes sebelum dan sesudah perlakuan perlu

diadakan analisis dengan rumus sign test. Hasilnya diperoleh perubahan tanda + atau x , sehingga

dapat dimasukkan dalam rumus ditemukan dapat ρ = 0,016 Mengingat hasil ρ = 0,016 harga ini lebih

kecil dari = 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada perubahan yang

signifikan terhadap pengurangan tingkat kecemasan bertanya di depan kelas pada siswa kelas VIII.1

di MTs Nurul Abror Kraksaan Probolinggo antara sebelum dan sesudah penggunaan strategi

reframing. Jadi pengaruh penggunaan strategi reframing menunjukkan perbedaan yang positif yaitu

menurunnya tingkat kecemasan saat bertanya di kelas pada siswa setelah diberikan perlakuan.

2. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan pada 33 siswa kelas VIII.1 MTs Nurul Abror Kraksaan

Probolinggo diketahui ada 6 (enam) siswa yang memiliki kecemasan tinggi ketika bertanya di kelas

yaitu MR, AN, AW, , ID, SY dan AR . Keenam siswa yang memiliki kecemasan tinggi ketika

bertanya di kelas, diberikan perlakuan yang berupa penggunaan strategi reframing. Hasil dari

perlakuan dengan penggunaan strategi reframing, yang diukur dari pemberian post-test berupa angket

kecemasan saat bertanya di kelas. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik uji tanda, diketahui ρ

= 0,016 dan harga ini lebih kecil dari nilai ρ = 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Ini

berarti ada perbedaan tingkat kecemasan saat bertanya di kelas yang signifikan pada siswa sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa penggunaan strategi reframing. Perbedaan tersebut

Page 4: Penggunaan Strategi Reframing Untuk Membantu Siswa Mengurangi Perasaan Cemas Ketika Bertanya Di Kelas

menunjukkan perbedaan yang positif, yaitu menurunnya tingkat kecemasan saat bertanya di kelas

setelah diberikan strategi reframing yang menyatakan bahwa ada perubahan yang positif, karena ada

penurunan nilai dari pre-test (XB) ke post-test (XA). Dalam penelitian ini faktor penunjang untuk

mengurangi kecemasan saat bertanya di kelas adalah pencitraan bertanya di kelas dan cara pandang

yang baik terhadap diri sendiri maupun pandangan orang lain terhadap dirinya. Selain itu faktor

penunjang untuk mengurangi kecemasan saat bertanya di kelas yakni mempunyai rasa percaya diri

yang baik, berani menerima kritikan atau masukan orang lain. Pada pelaksanaan penelitian, para klien

dan konselor melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan hal-hal yang telah ditentukan sebelumya.

Dimulai dengan pelaksanaan tes awal (pre-test), pemberian perlakuan dan pelaksanaan yang terakhir

adalah tes akhir (post-test). Pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) klien diberikan instrumen

yang berupa angket kecemasan saat bertanya di kelas. Hasil yang diperoleh adalah penggunaan

strategi reframing ini telah mengurangi kecemasan saat bertanya di kelas pada siswa. Pada pemberian

strategi ini tidak terdapat kendala yang berarti selama kegiatan berlangsung. Baik dari segi tempat,

petunjuk, pelaksanaan karakter siswa, maupun bahasa yang digunakan. Hanya keterbatasan waktu

saja yang sedikit menghambat dalam pemberian strategi ini, sehingga pemberian strategi reframing

tidak dilakukan secara individu, akan tetapi dilakukan secara kelompok. Hal ini di sebabkan banyak

faktor yakni waktu, ruang atau tempat yang kondusif untuk pelaksanaan konseling dan faktor yang

lainnya, sehingga pelaksanaan strtategi disesuaikan dengan kondisi atau waktu kosong siswa. Untuk

mengatasi masalah waktu, pemberian perlakuan dilakukan pada jam-jam tertentu yang bukan jam

efektif belajar di sekolah, sehingga permasalahan waktu dapat dihindari. Diharapkan pada peneliti

selanjutnya tidak hanya dilaksanakan di MTs Nurul Abror Kraksaan Probolinggo saja, melainkan

dapat dilaksanakan di seluruh kota yang mempunyai permasalahan yang sama sehingga dapat

dijadikan kelompok pembanding dengan penelitian sebelumnya.

Sumber: http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/4._artikel__Dian_dan_titin.pdf