pengkajian sistem persyarafan

9
PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses keperawatan yang sangat menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. Tanpa pengkajian yang baik, maka rentetan proses selanjutnya tidak akan akurat, demikian pula pada pasien dengan gangguan persarafan. Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks. Beberapa gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas hidup sehari-hari bahkan berbahaya. Komponen utama pengkajian persarafan adalah : 1. Riwayat kesehatan klien secara komprehensif 2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan status persarafan 3. Diagnostik test yang berhubungan dengan persarafan baik bersifat spesifik maupun bersifat umum. 1. BIODATA Tujuan diperolehnya biodata kesehatan klien adalah menentukan status kesehatan saat ini dan masa lalu dan memperoleh gambaran kapan mulainya penyakit yang diderita saat ini. Riwayat kesehatan ini meliputi : data biografi, keluhan utama dan riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat psikososial dan pemeriksaan sistem tubuh.

Upload: uhnyunhy21

Post on 21-May-2017

258 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengkajian Sistem Persyarafan

PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN

Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses keperawatan yang sangat

menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. Tanpa pengkajian yang baik,

maka rentetan proses selanjutnya tidak akan akurat, demikian pula pada pasien dengan

gangguan persarafan.

Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks.

Beberapa gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas hidup sehari-

hari bahkan berbahaya.

Komponen utama pengkajian persarafan adalah :

1.      Riwayat kesehatan klien secara komprehensif

2.      Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan status persarafan

3.      Diagnostik test yang berhubungan dengan persarafan baik bersifat spesifik maupun

bersifat umum.

1. BIODATA

Tujuan diperolehnya biodata kesehatan klien adalah menentukan status kesehatan saat

ini dan masa lalu dan memperoleh gambaran kapan mulainya penyakit yang diderita

saat ini. Riwayat kesehatan ini meliputi : data biografi, keluhan utama dan riwayat

penyakit saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat psikososial

dan pemeriksaan sistem tubuh.

1.1 Data Biografi

Termasuk diantaranya adalah identitas klien, sumber informasi (klien sendiri

atau orang terdekat/significant other).

2.1 Keluhan utama :

Perawat memperoleh gambaran secara detail pada kondisi yang utama dialami

klien. Memperoleh informasi tentang perkembangan, tanda-tanda dan gejala-

gejala : onset (mulainya), faktor pencetus dan lamanya. Perlu menentukan

kapan mulainya gejala tersebut serta perkembangannya.

Page 2: Pengkajian Sistem Persyarafan

3.1 Riwayat kesehatan masa lalu :

Mencakup penyakit yang pernah dialami sebelumnya, penyakit infeksi yang

dialami pada masa kanak-kanak, pengobatan, periode perinatal, tumbuh

kembang, riwayat keluarga, riwayat psikososial dan pola hidup. Penyakit saraf

sering mempengaruhi kemampuan fungsi-fungsi tubuh. Perawat perlu

menanyakan perubahan tingkat kesadaran, nyeri kepala, kejang-kejang,

pusing, vertigo, gerakan dan postur tubuh.

4.1 Masalah kesehatan utama dan hospitalisasi :

Berbagai penyakit yang berhubungan dengan perubahan akibat gangguan

persarafan misalnya diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kanker, berbagai

penyakit infeksi dan hipertensi. Penyakit hati dan ginjal yang menahun akan

mengakibatkan gangguan metabolisme misalnya gangguan keseimbangan

cairan elektrolit dan asam basa akan mempengaruhi fungsi mental.

Perawat juga akan memperoleh informasi mengapa klien dirawat di rumah

sakit, kecelakaan atau pembedahan sehubungan dengan sistem persarafan

seperti trauma kepala, kejang, stroke atau luka akibat kecelakaan.

5.1 Pengobatan :

Perawat akan memperoleh informasi sehubungan dengan obat-obatan yang

diperoleh klien. Banyak obat-obat anti alergi dan pilek yang bisa dikomsumsi

dapat mengakibatkan klien mengantuk.

Perawat harus mengkaji obat yang digunakan, jenis obat, efek terapinya, efek

samping yang ditimbulkan dan lamanya digunakan.

6.1 Riwayat keluarga :

Perawat akan menanyakan pada keluarga sehubungan dengan gangguan

persarafan guna menentukan faktor-faktor resiko / genetik yang ada. Misalnya

epilepsi, hipertensi, stroke, retardasi mental dan gangguan psikiatri.

7.1 Riwayat psikososial dan pola hidup :

Perawat mengajukan pertanyaan sehubungan faktor psikososial klien seperti

yang berhubungan dengan latar belakang pendidikan, tingkat penampilan dan

perubahan kepribadian. Perawat memperoleh informasi tentang aktifitas klien

sehari-hari. Juga menanyakan adanya perubahan pola tidur, aktifitas olahraga,

hobi dan rekreasi, pekerjaan, stressor yang dialami dan perhatian terhadap

kebutuhan seksual.

Page 3: Pengkajian Sistem Persyarafan

2. TINGKAT KESADARAN

1.2 Alert : Composmentis / kesadaran penuh

Pasien berespon secara tepat terhadap stimulus minimal, tanpa stimuli individu

terjaga dan sadar terhadap diri dan lingkungan.

2.2 Lethargic : Kesadaran

Klien seperti tertidur jika tidak di stimuli, tampak seperti enggan bicara.

Dengan sentuhan ringan, verbal, stimulus minimal, mungkin klien dapat

berespon dengan cepat. Dengan pertanyaan kompleks akan tampak bingung.

3.2 Obtuned

Klien memerlukan rangsangan yang lebih besar agar dapat memberikan

respon misalnya rangsangan sakit, respon verbal dan kalimat membingungkan.

4.2 Stuporus

Klien dengan rangsang kuat tidak akan memberikan rangsang verbal.

Pergerakan tidak berarti berhubungan dengan stimulus.

5.2 Koma

Tidak dapat memberikan respon walaupun dengan stimulus maksimal, tanda

vital mungkin tidak stabil.

3. FUNGSI SENSORIK

Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan

sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab itu sebaiknya

dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain (tetapi ada yang

menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan

masih bisa konsentrasi dengan baik).

Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli

(tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin (coldness)

atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan motorik

(kelemahan otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya) disajikan oleh

klien sebagai keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik

meliputi:

a. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada

perlengkapan reflex hammer), untuk rasa nyeri superfisial.

b. Kapas untuk rasa raba.

Page 4: Pengkajian Sistem Persyarafan

c. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu

d. Garpu tala, untuk rasa getar.

e. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :

Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.

Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk

pemeriksaan stereognosis

Pen / pensil, untuk graphesthesia.

4. FUNGSI MOTORIK

Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri,

impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus pyramidal medulla

spinalis dan bersinaps dengan lower motor neuron.

Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.

a. Massa otot :

hypertropi, normal dan atropi

b. Tonus otot :

Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai

persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara berganti-

ganti dan berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang agak

menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.

Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot disebut

kaku. Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama.

Pada tiap gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana

kekuatan otot tidak tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan

ekstensi extremitas klien.

Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan

terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.

Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.

Page 5: Pengkajian Sistem Persyarafan

c. Kekuatan otot :

Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif

menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya

dapat dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan

skala Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)

0 = tidak ada kontraksi sama sekali.

1 = gerakan kontraksi.

2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan

tahanan atau gravitasi.

3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.

4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.

5 = kekuatan kontraksi yang penuh.

Page 6: Pengkajian Sistem Persyarafan

OLEH :KELOMPOK 2

SRI WAHYUNI S.

NINI ASTUTINURBAYARISKA AMALIARISMAWATISUMARNITRI SUTRIANIsalmiah

RESKI ARISAL MUHAMMAD

IQBALTRI BUDIMANTAUFIK

HIDAYAT

STIKES muhammadiyah2014/2015