penguasaan kosakata pada anak usia 5-6 tahun di …
TRANSCRIPT
1
PENGUASAAN KOSAKATA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
DI TK AISYIYAH MAMAJANG MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Nuraeni
10545 11071 16
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2020
2
3
4
5
6
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah
Hidup adalah sebuah lagu, maka nyanyikanlah
Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah
Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah
Hidup adalah cinta, maka nikmatilah
Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses
Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari
kegagalan
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini buat:
Kedua orang tuaku Ayah ( Muh. Anwar ) dan Ibu ( Salpiah ),
saudaraku, sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang berpengaruh
besar dalam menyusun skripsi ini.
Syukran Jazakumullah
7
ABSTRAK
Nuraeni, 2020. Penguasaan Kosakata Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah
Mamajang Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I Azizah Amal dan Pembimbing II Nur Alim Amri.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
Penguasaan Kosakata pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang
Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Penguasaan
Kosakata pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah
peserta didik Kelompok B di TK Aisyiyah Mamajang Makassar tahun ajaran 2019
dengan jumlah 10 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar Observasi dan Wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa gambaran Penguasaan
Kosakata Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar sudah
meningkat dengan adanya bantuan media gambar serta alat penunjang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, disimpulkan bahwa ada peningkatan
Penguasaan Kosakata Pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang
Makassar dengan bantuan media gambar dan alat penunjang lainnya.
Kata Kunci : Penguasaan Kosakata Pada Anak
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah swt.yang telah memberikan nikmat, hidayah
dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrip si ini. Selawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhamad sawa.
Beserta para sahabat dan keluarganya.
Skripsi ini berjudul“Penguasaan Kosakata Pada Anak Usia 5-6 Tahun
di TK Aisyiyah Mamajang Makassar” dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap usaha selalu ada hambatan yang
turut mewarnainya, baik yang bersifat internal maupun eksternal.Hambatan-
hambatan tersebutlah yang justru menambah jumlah pengalaman dan membuat
nikmat hidup ini menjadi lebih berharga.Oleh sebab itu, penulis memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:
1. Orang Tuanku tercinta, ayahanda Muhd. Anwar, dan ibunda Sapiah atas
segala doa’a yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah SET dalam sepertiga
malamnya untuk penulis serta jernih payah, kasih sayang, motivasi dan
pengorbanan, baik materimoril yang diberikan kepada penulis sampai akhir
penulisan skrip si ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.,Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
9
3. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., PhD., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
4. Bapak Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd.,Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini
5. Ibu Dr. Azizah Amal, S.S., M.Pd.,Pembimbing I dan Bapaku Nurah Alim
Amri, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing INI yang dengan ikhlas membimbing
dan memberikan Sarjan, arahan, dan masukan dalam penyelesaian skrip si ini.
6. Ibu Siti Aminah, S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Aisyiyah Mamajang
Makassar.
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama dalam
pendidikan.
8. Staf Dan Tata Usaha Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membantu dalam melayani mahasiswa dengan baik.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 terkhusus kelas B yang selalu
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman HMJ Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini angkatan
2018-2019 dan teman-teman IMM yang telah membersamai selama masa
studi.
11. Kepada saudara terbaikku kakak Rindu dan kaka kaka yang selalu
memberikan dukungan serta motivasi.
10
Semoga Allah SET membalasjasa-jasaatassegalabantuandanmotivasi yang
telah penulis dapatkan dari pihak-pihak yang tersebut diatasi mahupun pihak-
pihak yang penulis tidak sempat terkuat di lembaran ini.
Penulis menyadari sebagai hamba Allah SWT tidak lepas dari segala
kekhilafan.Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari isi dalam pembahasan maupun dari segi sistematika
penulisannya.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan skripsi ini serta
karya-karya penulis berikutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.
Akhirnya, penulis berharap semoga segala aktivitas keseharian kita selalu
bernilai ibadah disisi Allah SWT.
Makassar, November 2020
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... iii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN.................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Masalah Penelitian........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................5
BAB 11 KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori..................................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir.......................................................................... 38
12
BAB 111 METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian............................................................................... 44
b. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 44
c. Informan Penelitian......................................................................... 45
d. Fokus Penelitian............................................................................. 46
e. Instrumen Penelitian....................................................................... 46
f. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 47
g. Teknik Analisis Data....................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Lembaga..................................................................................... 51
B. Pembahasan ......................................................................................... 67
1. Penguasaan Kosa Kata ................................................................... 67
a. Kosa Kata Benda...................................................................... 67
b. Kosa Kata Kerja........................................................................ 68
c. Kosa Kata Sifat......................................................................... 69
d. Kosa Kata Bilangan.................................................................. 70
e. Kosa Kata Ganti....................................................................... 71
f. Kosa Kata Kekerabatan............................................................ 73
g. Kosa Kata Depan...................................................................... 74
h. Kosa Kata Imbuhan Prefix........................................................ 75
i. Kosa Kata Imbuhan Sufiks....................................................... 76
j. Kosa Kata Infiks........................................................................ 77
13
k. Kosa Kata Ulang....................................................................... 79
C. Analisis Data......................................................................................... 82
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 87
B. Saran ........................................................................................................ 88
C. Penutup..................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
14
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel. Bentuk – bentuk kemampuan Bahasa............................................. 13
2.2 Daftar Tabel Kosa Kata............................................................................. 30
2.3 Klarifikasi Penggunaan Data...................................................................... 49
2.4 Tabel Data Prasarana...................................................................................51
2.5 Tabel Jumlah Siswa.................................................................................... 62
2.6 Tabel Data Personil Guru........................................................................... 64
15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan
dasar yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Masa usia dini anak adalah masa keemasan (golden age), Para ahli
berpendapat bahwa masa usia dini, yaitu 0–6 tahun merupakan masa yang peka
sekaligus masa kritis dari seluruh siklus kehidupan manusia. Pada masa ini
anak mengalami perkembangan dalam diri mereka secara fisik maupun
mentalnya, sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus
dimulai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat tercapai secara optimal
dengan meletakkan dasar-dasar pembangunan kemampuan fisik, bahasa, sosio-
emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama (Marsiswati, 2018:
188).
Salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting ialah
perkembangan bahasa. Dalam pendidikan anak usia dini perkembangan bahasa
dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi berupa lisan, tulisan, simbol,
2
isyarat dan bahasa tubuh yang memiliki sebuah makna dan tersusun secara
sistematis dalam mengekspresikan sebuah ide atau gagasan (Rizkiyana, 2019:
4). Perkembangan bahasa itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dasar
yang harus dimiliki anak. Sehubungan dengan hal itu, faktor yang perlu
menerima rangsangan bagi anak usia dini agar dapat berkembang dengan
optimal adalah perkembangan kosakata. Hal ini dikarenakan kosakata selain
sangat berperan bagi perkembangan bahasanya, kosakata juga dapat membantu
anak untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama dengan teman
sebayanya.
Anak usia dini belajar bahasa berawal dari sesuatu yang didengar,
dilihat dan dipraktekkan yang kemudian berpengaruh terhadap penguasaan
kosakata anak. Ahmad Susanto, (2011: 78)Perkembangan bahasa anak usia 5-
6 tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata
yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau,
keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan
(kasar-halus), anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu
percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan
menanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6
tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan
oleh 2 dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya, Jamaris.
Anak usia dini, khususnya 4 -5 tahun dapat mengembangkan kosa kata
secara mengagumkan. Menurut Owners (Dhieni, 2011: 3.1 ) Mengemukakan
bahwa anak usia dini... memperkaya kosa kata melalui pengulangan. Mereka
3
seiring mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mungkin belum
memahami artinya. Dalam mengembangkan kosakata tersebut, anak
menggunakan flash mapping yaitu proses dimana anak menyerap arti kata baru
setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada masa kanak
– kanak awal i inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata,
dan kata menjadi kalimat.
Perkembangan kosakata pada anak usia dini haruslah diajarkan sejak
dini, sebab usia mereka lebih cepat dan mudah mencerna hal-hal baru. Salah
satunya memperkenalkan anak dengan kata-kata yang mudah terlebih dahulu
tetapi terdapat pula makna di dalamnya, dalam arti ajarkan anak dengan
beberapa kosakata yang mudah dipahami anak. Seperti mengajarkan anak
mengucapkan kata “buku” dan memberikan sedikit rangsangan, bahwa buku
merupakan sesuatu yang bisa mereka gunakan untuk menulis, dan bisa juga
guru memperlihatkan secara langsung pada anak seperti apa buku yang
dimaksud tersebut agar anak mudah mengerti.
Namun pada kenyataanya berdasarkan observasi yang dilakukan pada
tanggal 27-30 Juli 2020 di TK Aisyiyah Mamajang kelompok B, di dalam
kelas ada 3 anak yang cenderung diam dan kurang komunikasi kepada teman
atau pun gurunya. Hal ini terlihat saat guru di depan kelas, ada 3 anak hanya
cenderung mendengarkan dan pasif, jika ingin membuat anak berbicara guru
harus memancingnya dengan menanyakan sesuatu kepada siswa.
Kemampuan berbicara anak kelompok B sudah terbilang baik hal ini
juga terlihat pada saat anak diminta menerangkan sesuatu atau pun
4
menceritakan tentang sebuah pengalamanya sendiri meskipun ada 3 anak yang
kurang berbicara tetapi anak yang lain sudah mampu berbicara didepan teman-
teman serta gurunya, pembelajaran di TK ini memfokuskan pola penggunaan
LKS serta menggunakan beberapa media pembelajaran untuk menarik
perhatian anak pada saat belajar. Sehingga anak tertarik untuk belajar dan
bertanya serta menjawab apa yang ditanyakan gurunya.dikarenakan kalau
hanya berfokus di LKA kurang memberi kesempatan anak untuk
menyampaikan suatu pendapatnya atau ide gagasan yang dimilikinya melalui
keterampilan berbahasanya sehingga menjadikan anak kurang terampil dalam
berbicara dan kurang membawa anak untuk berani menyampaikan pendapat
yang dimilikinya.
Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti bermaksud untuk untuk
mengetahui gambaran penguasaan kosa kata anak di TK Aisyiyah Mamajang.
Sehingga membantu meningkatkan kemampuan berbicara serta menambah
penguasaan kosa kata anak di TK Aisyiyah Mamajang kelompok B3 melalui
media yang tepat. Beberapa media yang digunakan di TK tersebut seperti
Media gambar yang merupakan media yang tepat untuk meningkatkan minat
berbicara dengan menggunakan media gambar yang lebih kreatif dan menarik
akan membuat peserta didik lebih bergairah dalam menyimak dan
mengomentarinya, penggunaan media gambar pada dasarnya membantu
mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran
(Hafid, 2002: 4).
5
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ pengaruh Penguasaan
Kosakata pada Anak usia 5 – 6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran penguasaan kosakata anak di
TK Aisyiyah Mamajang?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran penguasaan kosakata anak di TK Aisyiyah
Mamajang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi akademis, dapat menjadi bahan informasi, masukan serta
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
Pendidikan Anak Usia Dini dalam meningkatkan mutu Mahasiswa
dalam jurusan tersebut.
6
b. Sebagai pijakan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang
berhubungan dengan penguasaan kosakata pada anak usia 5- 6
tahun serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, sebagai penambah wawasan dan pengalaman
langsung cara meningkatkan penguasaan kosakata pada anak usia
5- 6 tahun.
b. Bagi Pendidik dan calon pendidik, sebagai penambahan
pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara meningkatkan
penguasaan kosa kata pada anak usia 5 – 6 tahun.
c. Bagi anak didik, membantu anak meningkatkan penguasaan
kosakata pada anak usia 5 – 6 tahun.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
Kegunaan penelitian relevan di dalam penelitian ini diantaranya untuk
mencari persamaan dan perbedaan antara penelitian orang lain dengan
penelitian penulis. Selain itu juga digunakan untuk membandingkan
penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan diteliti penulis.
Berikut penelitian relevan terkait dengan penelitian penulis yang berjudul
“Penguasaan Kosakata pada Anak Usia 5 – 6 Tahun di TK Aisyiyah
Mamajang”.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Tina Ardian (2017) Nim
133131040 yang berjudul “Upaya Peningkatan Penguasaan
Kosakata Bahasa Indonesia Pada Anak kelompok TK B Metode
Bernyanyi di TK Aisyiyah Demangan Sambi Boyolali Tahun
Pembelajaran 2016/2017.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Ratri Eka Noor Mustari (2019) Nim
105450000415 yang berjudul “Pengaruh Media Kata Bergambar
Terhadap Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak Kelompok B
Taman Kanak-Kanak Teratai UNM Makassar”.
7
8
2. Penguasaan Kosakata Pada Anak
a. Karakteristik Bahasa Pada Anak
Novi Mulyani, ( 2018 : 107 ) Bahasa merupakan alat komunikasi
yang digunakan oleh seseorang dalam berinteraksi atau berhubungan
dengan orang lainnya. Bahasa sebagai alat komunikasi, menjadi efektif
sejak seorang berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Enung Fatimah dalam Novi Mulyani,( (2018:107 ) Bahasa
yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang berkembang di dalam
keluarga, yang sering kita sebut dengan istilah “ bahasa ibu “.
Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh budaya
masyarakat tempat dimana ia tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar
akan memberikan ciri khusus dalam perkembangan bahasa anak.
Menurut Jamaris dalam Susanto (2011: 78), karakteristik
perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sudah mampu mengucapkan
lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak
menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu,
perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), anak usia 5-
6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah
dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan
tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah
menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh
dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
9
Ahmad Susanto (2012), dalam jamaris (2006), karakteristik bahasa
anak usia empat tahun yaitu:
1. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa
anak. Anak telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan
benar.
2. Menguasai 90 persen dari fonem dan sintaksis bahasa yang
digunakannya.
3. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi
pembicaraan tersebut.
Selanjutnya, menurut jamaris karakteristik kemampuan bahasa
anak usia 5 – 6 tahun adalah sebagai berikut:
1. Anak dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
2. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut
warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan,
suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (
kasar- halus ).
3. Anak usia 5 – 6 tahun sudah dapat melakukan peran
sebagai pendengar yang baik.
4. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah
dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi
pembicaraan tersebut.
10
5. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5 – 6 tahun telah
menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang
dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta yang
dilihatnya. Anak pada usia 5 – 6 tahun melakukan ekspresi
diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi.
Menurut Ernawulan (2005: 49), perkembangan kemampuan
berbicara anak usia 5-6 tahun adalah sudah dapat mengucapkan kata
dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam
sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana,
dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa
akhir usia taman kanak-kanak umumnya anak sudah mampu berkata-kata
sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat
dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan
kesalahan berbahasa.
Selanjutnya Nurbiana (2008: 39) menyebutkan anak usia 4-6 tahun
mempunyai karakteristik berbicara yaitu:
1. Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik
2. Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana
dengan urutan yang mudah dipahami.
4. Menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya.
5. Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi.
11
6. Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa,
kapan
7. Membandingkan dua hal.
8. Memahami konsep timbal balik.
9. Menyusun kalimat.
10. Mengucapkan lebih dari tiga kalimat.
Mengenal tulisan sederhana Dari beberapa pengertian karakteristik
bahasa anak di atas, karakteristik perkembangan bahasa anak usia 5-6
tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, menyusun
kalimat enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang
sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang.
Selain itu anak suka berbicara dan umumnya berbicara kepada 10 orang,
tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya. Indikator
anak yang terampil berbicara adalah anak dapat berbicara dengan lancar,
berani mengemukakan ide kepada orang lain, berani bertanya dan
menjawab pertanyaan, berani menyampaikan kegiatan yang telah
dilakukan dan dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar.
Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem
perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain. Dalam hal ini,
kemampuan berbahasa melibatkan motorik, emosional, sosial, dan
kognitif.
12
Dengan demikian, perkembangan bahasa adalah kemampuan
menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, sedemikian rupa
sehingga dapat dimengerti Novi Mulyani dalam Bustomi ( 2012 ).
b. Tahapan Penguasaan Bahasa pada Anak
Novi Mulyani, ( 2018 : 130-131 ), Perkembangan bahasa sudah dimulai
dari awal kehidupan. Bahasa pertama seorang anak adalah menangis dan
merajuk, dan hal itu merupakan suara komunikasi pertama seorang bayi (
Beauty, 2014 ). Dalam hal demikian, ibu, ayah, dan anggota keluarga yang
lain segera mempelajari dan merespon suara bayi tersebut. Menangis dalam
banyak bentuknya bisa berarti, “aku lapar“, “aku ngantuk“, “aku tidak
nyaman”, dan lainnya. Sedangkan merajuk, bisa berarti, “aku senang”, “aku
bahagia”, dan “aku puas”.
Menurut Beaty, respon orang dewasa pada suara komunikasi pertama
ini sangat penting, karena bayi mendapati suara mereka berefek pada siapa
pun yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, bayi akan membuat suara
yang sama saat menginginkan efek yang sama. Untuk lebih intens
berkomunikasi dengan bayi, alangkah lebih baik orang tua untuk bicara
dengan anak kecil tiap kali merespon suara mereka. Misalnya, “Oh, sayang
kenapa nangis, kamu lapar ya?”. Saat orang tua menggunakan kata – kata
serupa, lagi dan lagi, maka bayi akan meneruskan suara komunikasi yang
serupa. Seiring waktu, ketika ia berusia batita, anak tersebut akan bilang “
13
lapar” saat mereka merasakan lapar, karena mereka telah mendengar kata itu
digunakan oleh orang tuanya ketika sedang merasakan lapar.
c. Bahasa Lisan dan Tulis
Novi Mulyani, ( 2018 : 134), untuk mempersiapkan anak ke
jenjang pendidikan dasar menjadikan anak sebagai komunikator yang
efektif, maka ia harus mempunyai kemampuan menggunakan bahasa, baik
itu bahasa lisan maupun tulisan. Bahasa lisan maupun bahasa tulis
mempunyai bentuk reseptif dan efektif. Mendengarkan dan membaca
merupakan bentuk reseptif ( menerima dan memahami pesan yang dibuat
orang lain secara lisan dengan mendengarkan atau secara tulis dengan
membaca). Sebaliknya berbicara dan menulis merupakan bentuk ekspresif (
Otto, 2015).
2.1 Tabel. Bentuk – bentuk kemampuan Bahasa
Bentuk kemampuan bahasa Reseptif Ekspresif
Bahasa lisan Mendengarkan Berbicara
Bahasa tulis Membaca Menulis
Bahasa lisan merupakan dasar dari pengetahuan bahasa tulis,
meskipun demikian, menurut purcell-Gates ( Otto, 2015), bahasa tulis
tidak semata – mata bahasa lisan yang dituliskan. Karena bahasa tulis
menggunakan kosakata yang berbeda dan susunan akta atau sintaksis yang
lebih kompleks. Dalam bahasa tulis, anak harus mampu menyampaikan
14
keseluruhan apa yang dimaksud dengan tulisan tidak membawa pesan tanpa
bahasa tubuh, ekspresi wajah, ataupun situasi kontekstual di sekitarnya.
Dalam kurikulum anak usia dini dan sekolah dasar menurut Otto,
penekanan yang menjadi prioritas adalah pada penyediaan kegiatan
pembelajaran yang fokus kepada empat hal tersebut ( mendengarkan,
berbicara, membaca,dan menulis).
d. Aspek – aspek perkembangan bahasa
Novi Mulyani, ( 2018 : 108 ), Ketika anak – anak mempelajari
bahasa, pada dasarnya mereka sedang mengembangan lima aspek atau
komponen yang berbeda, yakni : fonetik, semantik, sintaksis, morfemik,
dan pragmatik. Masing – masing aspek tersebut, jelas merujuk kepada
satu domain yang spesifik dalam pengetahuan bahasa. Namun demikian,
aspek –aspek tersebut tidak berkembang secara tertutup atau terisolasi
dari masing – masing aspek lainnya. Untuk lebih jelasnya terkait dengan
aspek – aspek pengetahuan bahasa, dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengetahuan Fonetik
Ketika anak mendengar dan memahami bahasa lisan, mereka
belajar bahwa bahasa melekat di dalam sistem bahasa-
simbol.
Pengetahuan fonetik merujuk kepada pengetahuan mengenai
hubungan bahasa-simbol di dalam bahasa. Fonem, seperti
yang dijelaskan Goodman; Hayes Ornstein, & Gage, adalah
unit linguistik terkecil berbentuk bunyi, yang membentuk
15
kata jika bergabung dengan fonem yang lain. Fonem, terdiri
dari bunyi-bunyi yang dianggap sebagai satu unit yang dapat
dimengerti oleh pendengar, seperti bunyi/m/pada kata
“mama”(Otto,2015).
Perkembangan pengetahuan fonetik pada anak dibantu oleh
pengetahuan mereka memahami perbedaan bunyi dan juga
bagaimana bahasa digunakan di sekitar mereka.
Secara bertahap, anak-anak belajar untuk membedakan
dan memproduksi bayi ujaran yang ditemukan dalam bahasa
ibu dan juga orang terdekat dalam keluarga. Yang harus
disadari, pengetahuan fonetik tidak berkembang secara
tertutup atau terisolasi dari aspek pengetahuan lainnya
Pembelajaran untuk membedakan antara kata-kata dengan
bunyi yang hampir sama, seperti can (dapat), dan car
(mobil) harus di mudahkan dengan berbagai cara, misalnya
dengan menunjukkan benda tersebut atau dengan tindakan
yang berbeda.
Pengetahuan fonetik anak ketika bayi dan balita terlihat
jelas ketika ia menghasilkan dan membedakan antara bunyi
yang digunakan dalam bahasa ibunya untuk berkomunikasi
dengan orang lain yang ada disekitarnya.Ketika anak-anak
beranjak ke usia masa prasekolah, mereka akan memperoleh
pengetahuan kesadaran dan pemahaman yang lebih
16
mengenai bunyi ujaran yang berbeda di dalam bahasa
mereka dan mulai menggunakan bahasanya dengan penuh
pertimbangan. Pemahaman anak tentang bahasa ujaran dan
melakukannya dengan penuh pertimbangan disebut
“kesadaran pneumatik”. Menurut Lieberman, kesadaran
mengenai bahasa ujaran ini berkontribusi secara signifikan
terhadap pemahaman anak mengenai hubungan antara ujaran
dan tulisan, ketika mereka mulai memperoleh pengetahuan
bahasa tulis di sekolah. Perkembangan kemampuan
membaca dan menulis ini, mengharuskan anak agar mampu
menggunakan simbol yang bisa mewakili bunyi bahasanya
di dalam penulisan dan untuk membaca simbol fonetik
ketika membaca ( Otto, 2015 ).
2. Pengetahuan Semantik
Pengetahuan semantik diperoleh dalam mempelajari
simbol oral atau bahasa lisan yang bermakna. Vygotsky
menjelaskan bahwa perkembangan pengetahuan semantik
berkaitan erat dengan perkembangan pengetahuan
konseptual. Dalam hal demikian, pengetahuan semantik
merujuk kepada penamaan kata yang merincikan suatu
konsep dan juga jaringan semantik, yang menunjukkan
hubungan timbal balik antar konsep. Jaringan semantik
merupakan struktur kognitif di dalam ingatan kita yang
17
mengatur pengetahuan konseptual. Jaringan semantik ini
melakukan pembelajaran baru dan ingatan serta
berkontribusi terhadap pengaturan dan penguraian
konseptual sebelumnya ( Otto, 2015 ).
Sebagai misal, kata “bola” merujuk kepada ide mengenai
benda bundar yang mempunyai sifat – sifat menggelinding
dan memantul, kadang digunakan dalam permainan. Dalam
memperoleh konsep ini, anak- anak belajar bahwa benda dan
tindakan dengan ciri atau fungsi yang hampir sama, maka
bisa dikelompokkan dalam kategori yang hampir sama,
maka bisa dikelompokkan dalam kategori yang sama atau
kategori yang berkaitan. Contohnya, ketika anak
mempelajari bahwa benda plastik yang kecil bundar, dan
berwarna merah disebut bola, mungkin ia melihat kemiripan
ketika ia melihat bola berwarna putih yang digunakan dalam
permainan sepak bola.
3. Pengetahuan Sintaksis
Pengetahuan sintaksis adalah pengetahuan tentang
penggabungan kata – kata untuk membentuk ekspresi yang
bermakna. Hal ini karena setiap sistem bahasa mempunyai
aturan atau tata bahasa yang menentukan bagaimana kata –
kata digabungkan untuk membentuk kalimat atau frasa atau
ujaran yang bermakna.
18
Dalam kehidupan sehari – hari anak – anak belajar bahwa
urutan kata atau sintaksis, penting dalam membangun makna
dan dalam memahami pesan yang disampaikan orang lain.
Pertanyaan, “ Apa kamu wina”? mempunyai makna yang
berbeda dengan pertanyaan “ Apa wina memukul kamu”?.
4. Pengetahuan morfemik
Pengetahuan morfemik merujuk kepada pengetahuan
struktur kata. Dalam memperoleh pengetahuan sintaksis
anak- anak belajar bahawa beberapa kata mempunyai
struktur yang berada pula. Misalnya dalam bahasa Inggeris,
happy, happiness, dan happily mempunyai makna yang
berhubungan, berkenaan dengan bahagia. Namun, happy
adalah kata sifat, happiness adalah kata benda, happily
adalah kata keterangan. Dalam mempelajari bagaimana
menggunakan kata – kata yang tepat secara sintaksis, anak –
anak juga belajar bahasa prefiks atau awalan dan akhiran,
mengubah makna sebuah kata dan penggunaan tata
bahasanya.
5. Pengetahuan Pragmatik
Pengetahuan Pragmatik meliputi pengetahuan atau
kesadaran terhadap keseluruhan maksud komunikasi dan
bagaimana bahasa digunakan untuk memperoleh maksud
tersebut. Pada perkembangan komunikasi anak, supaya anak
19
terlihat mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Gleason
memberi contoh, misalnya anak berusia 8 bulan yang
menatap ibunya dan mengulurkan kedua tangannya juga
mengucapkan ujaran yang kurang jelas ( uh, uh, uh )
dianggap sedang mengkomunikasikan bahwa dia ingin
digendong. Jika permintaannya tidak dipenuhi, maka anak
tersebut akan mengulangi permintaan ya dengan
mengucapkan ajaran yang semakin keras atau bahasa tubuh
yang semakin sungguh – sungguh ( Otot, 2015 ).
e. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Menurut Hurlock (1999: 183) faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak adalah mengemukakan kondisi yang dapat
menimbulkan perbedaan dalam bahasa yaitu kesehatan, kecerdasan,
keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi,
dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak,
kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, kepribadian. Kondisi
yang dapat menimbulkan perbedaan bahasa tersebut dapat diuraikan
berikut ini.
1. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar bahasa ketimbang anak
yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
20
2. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar bahasa lebih
cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul
ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih
mudah belajar bahasa, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih
banyak bahasa ketimbang anak dari kelompok yang keadaan sosial
ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari
kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak di dorong untuk bahasa dan
lebih banyak dibimbing melakukannya.
4. Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih cepat dalam belajar bahasa dibandingkan
anak laki laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih
pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih
sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
5. Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain
semakin kuat motivasi anak untuk belajar bahasa, dan semakin bersedia
menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
21
6. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk bahasa dengan
mengajaknya bicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal
mereka belajar bahasa dan semakin baik kualitas bicaranya.
7. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya bahasa
lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena
orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar
anaknya bahasa.
8. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul
ketimbang anak yang lahir kemudian. Ini karena orang tua dapat
menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan
mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar bahasa ketimbang
untuk anak yang lahir kemudian.
9. Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa
“anak harus dilihat dan bukan didengar” merupakan hambatan belajar,
sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis akan
mendorong anak untuk belajar.
10. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan
bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara
22
kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini
melemahkan motivasi mereka untuk belajar bahasa agar orang lain dapat
memahami mereka.
11. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan
semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota
kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar
bahasa.
12. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
kemampuan bicaranya lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif, ketimbang 1 anak yang penyesuaian dirinya kurang baik.
Kenyataanya, bahasa seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk
anak yang sehat mental. Dari pendapat Hurlock di atas menunjukan bahwa
kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam bahasa dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Faktor internal berkaitan
dengan kondisi dalam dirinya. Sedangkan faktor eksternal berkaitan
dengan kondisi lingkunganya. Kondisi lingkungan adalah keadaan yang
ada di sekitar anak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat membantu
perkembangan bahasa anak pada faktor eksternal yaitu dengan
memberikan dorongan anak untuk bahasa, berkomunikasi dan menjalin
hubungan dengan teman sebaya.
23
f. Tujuan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Pengembangan keterampilan bahasa anak merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang
sudah masuk ke lingkungan pendidikan prasekolah khususnya taman
kanak-kanak. Sehubungan dengan hal ini, early learning Goals (1999),
mengemukakan bahwa tujuan pengembangan bahasa pada anak usia
awal dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyenangi, mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa
lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya.
2. Menyelidiki dan mencoba dengan suara-suara, kata-kata, dan
teks.
3. Mendengar dengan kesenangan dan merespons cerita, lagu,
irama, dan sajak-sajak, dan memperbaiki sendiri cerita, lagu,
musik, dan irama.
4. Menggunakan bahasa untuk mencipta, melukiskan kembali
peran, dan pengalaman.
5. Menggunakan pembicaran, untuk mengorganisasi,
mengurutkan, berpikir jelas, ide-ide, perasaan, dan kejadian-
kejadian.
6. Mendukung, mendengarkan dengan penuh perhatian.
7. Merespons terhadap yang mereka dengan komentar,
pertanyaan, dan perbuatan yang relevan.
24
8. Interaksi dengan orang lain, merundingkan rencana dan
kegiatan, dan menunggu giliran dalam percakapan.
9. Memperluas kosakata mereka, meneliti arti dan suara dari kata-
kata baru.
10. Mengatakan kembali cerita-cerita dalam urutan yang benar,
menggambar pola bahasa pada cerita.
11. Berbicara lebih jelas dan dapat didengar dengan kepercayaan
dan pengawasan dan bagaimana memperlihatkan kesadaran
pada pendengar.
12. Mendengar dan berkata, ciri dan suara akhir dalam kata-kata.
13. Menyesuaikan suara dan huruf, memberi nama, mengarahkan
huruf-huruf dalam alfabet.
14. Membaca kata-kata umum yang sudah dikenal dan kalimat
sederhana.
15. Mengetahui bahwa cetakan ini memiliki arti contoh dalam
bahasa inggris membaca dari kiri ke kanan dari atas ke bawah.
16. Menunjukkan suatu pemahaman dan unsur-unsur buku seperti
karakternya urutan kajian, dan pembahasan.
17. Mencoba menulis untuk berbagai pilihan.
18. Menulis nama sendiri dan benda-benda lain seperti sebagai
label dan kata-kata di bawah gambar dan mulai dari bentuk
kalimat sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda baca.
25
19. Menggunakan pengetahuan huruf untuk menulis kata-kata
sederhana dan mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks.
20. Menggunakan pensil dan menggunakan secara efektif untuk
membentuk huruf yang dapat dikenal.
Adapun menurut Depdiknas (2000), mengemukakan bahwa
tujuan bahasa di Taman Kanak-Kanak ialah sesuai dengan garis-garis
besar program kegiatan belajar (GBPKB) taman kanak-kanak,
pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak
bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar
anak antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang
dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di
sekitar tempat tinggalnya.
Mencermati beberapa kutipan diatas tentang tujuan belajar
bahasa di taman kanak-kanak, pada intinya anak harus mampu
berkomunikasi baik dengan bahasa lisan maupun dengan bahasa tulisan.
g. Fungsi Bahasa bagi Anak Usia Dini
Dalam membahas fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak,
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Hal ini, terutama ditujukan
pada fungsi secara langsung pada anak itu sendiri. Ada beberapa sumber
yang telah mencoba memberikan penjabaran dari fungsi bahasa bagi
anak taman kanak-kanak, di antaranya menurut Depdiknas (2000),
fungsi pengembangan bahasa bagi anak prasekolah adalah:
26
1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan.
2. Sebagai alat untuk mengembangankan kemampuan intelektual
anak.
3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak, dan
4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran
kepada orang lain.
Lain halnya menurut Gardner (1983), bahwa fungsi bahasa bagi
anak taman kanak-kanak ialah sebagai alat mengembangkan kemampuan
intelektual dan kemampuan dasar anak. Secara khusus bahwa fungsi
bahasa bagi anak taman kanak-kanak adalah untuk mengembangkan
ekspresi – perasaan, imajinasi, dan pikiran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahawa fungsi
pengembangan berbahasa bagi anak taman kanak-kanak antara lain:
a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan;
b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual
anak;
c. Sebagai alat untuk mengembangakan ekspresi anak; dan
d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran
kepada orang lain.
h. Prinsip Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini
Sesuai tujuan dan fungsi yang dijabarkan di atas, maka pada
pelaksanaan upaya pengembangan bahasa untuk anak taman
kanak-kanak memerlukan beberapa prinsip dasar. Adapun
27
beberapa prinsip pengembangan bahasa sebagaimana yang
disajikan oleh Depdiknas (2000), sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.
2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak
dicapai sesuai potensi anak.
3. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan
perasaan dikaitkan dengan spontanitas.
4. Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya.
5. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan.
6. Guru menguasai pengembangan bahasa.
7. Guru harus bersikap normatif, model, contoh penggunaan
bahasa yang baik dan benar.
8. Bahasa pembelajaran membantu pengembangan kemampuan
dasar anak.
9. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diketahui
bahwa pengembangan bahasa yang dilakukan oleh guru harus
mendukung upaya pengembangan yang secara tidak sadar juga
dilakukan oleh anak.
i. Penguasaan Kosakata Pada Anak
Dalam mempelajari suatu bahasa, seseorang perlu memperbanyak
vocabulary atau kosa kata dari bahasa yang akan atau sedang
dipelajarinya. Karena tanpa memahami kosakata maka akan
28
mempersulit kita dalam pembelajaran. Menurut Suryanto, dalam
Nugraha ( 2017 : 7 ) “ kosa kata atau vocabulary merupakan kumpulan
kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila
menggunakan bahasa tersebut”. Linse dalam Nugraha, ( 2017 : 7 )
berpendapat bahwa “ kosakata adalah sekumpulan kata yang diketahui
oleh seseorang”.
Berbahasa tidak lepas dari kosakata atau perbendaharaan kata
adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa Soedjito, ( 1992 : 1
). Kosa kata merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan
kosakata dapat mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang.
Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan
mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosa kata yang
dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila
keterampilan berbahasa meningkat. Keterampilan berbahasa seseorang
meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosa katanya meningkat
Tarigan, ( 1993 : 14 ).
Kosa kata seseorang akan bertambah sedikit demi sedikit setiap
harinya. Perhatikanlah anak kecil yang sedang mulai berbicara. Kosa
kata pertama yang diucapkan biasanya mama dan papa. Kedua kata
tersebut memang mudah diucapkan. Dengan kata mama dan papa anak –
anak mulai berkomunikasi sedikit demi sedikit 5 kosa kata anak akan
bertambah. Ayah dan ibunya mengajari anak – anak mereka berbicara.
29
Satu demi satu anak- anaknya menirukannya. Anak- anak mulai
menguasai kosa kata agar bisa berkomunikasi lebih lancar.
a. Kosakata Dasar
2.2.Tabel Kosa Kata
No Kosakata Bahasa
Indonesia
Usia 3 tahun Usia 4 tahun Usia 5 tahun Usia 6 tahun
1. Kosakata Dasar
a. Kata Benda - Meja
- Kursi
- Bangku
- Papan tulis
- Kapur
- Pensil
- Krayon
- Buku
- Ayunan
- Tali
- Buku
- Pensil
- Krayon
- Penggaris
- Kelereng
- Meja
- Kursi
- Meja
- Kursi
- Papan tulis
- Kapur
- Pen
- Pensil
- Tas
- Topi
- Sepatu
- Kelereng
- Meja
- Pen
- Sampah
- Balok
- Karet
- Kelereng
- Buku
- Krayon
- Kapur
- Papan tulis
- Bola
b. Kata Kerja - Berhitung
- Menulis
- Membaca
- Belajar
- Main
- Angkat
- Membaca
- Belajar
- Menggambar
- Menabung
- Menanami
- Menyirami
- Main
- Membuang
- Membawa
- Duduk
30
- Menggambar - Dijauhi
- Menggambar
- Menulis
- Berhitung
- Belajar
- Menulis
- Berhitung
- Membaca
- Main
- Mengerjakan
- Menulis
- Membaca
- Berhitung
- Mencoreti
- Bermain
- Belajar
- Memetik
c. Kata Sifat - Kuning
- Baik
- Merah
- Sayang
- Nakal
- Malas
- Jahat
- Baik
- Kuning
- Nakal
- Putih
- Hitam
- Biru
- Merah
- Kuning
- Hijau
- Nakal
- Cantik
- Besar
- Pintar
- Rajin
- Malas
- Bulat
- Kecil
- Kotor
- Putih
- Biru
- Hijau
- Hitam
d. Kata Bilangan - 1-8
- Semua
- 1-10
- Banyak
- 1-20
- 500
- 1-30
- 1000
- Banyak
e. Kata Ganti - Aku - Aku - Aku - Aku
31
- Kamu
- Kami
- Kita
- Dia
- Kamu
- Kami
- Kita
- Dia
- Kamu
- Kami
- Kita
- Dia
- Kamu
- Kami
- Kita
- Dia
- Mereka
f. Kata yang
Berhubungan
dengan
Kekerabatan
- Ibu
- Ayah
- Adik
- Kakak
- Ibu
- Ayah
- Adik
- Kakak
- Ibu
- Bapak
- Kakek
- Nenek
- Paman
- Ibu
- Bapak
- Adik
- Kakak
- Kakek
- Nenek
g. Kata Depan - Di sana
- Di sini
- Di situ
2. Kosakata Turunan
a. Imbuhan prefix Me-tulis
Membaca
Menggambar
Berhitung
Me-tulis
Membaca
Menggambar
Berhitung
dijauhi
Me-tulis
Me-tanam
Me-tabung
Membaca
Menggambar
Berhitung
Meny-siram
Me-tulis
Me-petik
Membaca
Membuang
Membawa
Men-coret
Menggambar
32
Meng-kerja
Berhitung
Bermain
b. Imbuhan sufiks Semua-nya Ayun-an
Kedua-nya
Jari-nya
Bunga-nya
Menanam-i
Menyiram-i
Tugas-nya
Mencoret-i
Kerja-kan
c. Imbuhan infiks Belajar Belajar
Kelereng
Belajar
Kelereng
Belajar
Kelereng
Pintar
Kerja
d. Imbuhan
konfiks
Keduanya
Dijauhi
Menanami
Menyirami
Mengerjakan
Mencoreti
3. Kosakata Ulang - Satu-Satu
- Dua-Dua
- Tiga-Tiga
- Satu-Satu
- Dua-Dua
- Tiga-Tiga
- Lima-Lima
- Bunga-
Bunga
- Sepatu-
sepatu
- Main-main
- Kupu-kupu
- Balok-balok
- Main-main
- Bunga-
bunga
- Buku-buku
33
j. Langkah – Langkah Penggunaan Kosakata
Istilah kosakata dalam bahasa Indonesia sejajar dengan istilah
perbendaharaan kata atau leksikon. Membicarakan kosakata berarti
membicarakan suatu bidang bahasa yang disebut leksikologi atau ilmu
kosakata.Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk kata. Abu Bakar Sulaiman, A. Gani & Syafri
K. (1986: 6) menyatakan bahwa kata kosakata berasal dari bahasa
Sansekerta koca dan katha. Kedua kata tersebut diserap ke dalam
bahasa Indonesia sebagai kata majemuk. Tanpa kosakata yang luas,
seseorang tidak akan dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa
dalam komunikasi secara komprehensif. Tarigan (1986: 2)
menyatakan bahwa kualitas berbahasa seseorang tergantung pada
kualitas kosakata yang dimiliki.Makin kaya kosakata yang dimiliki
maka semakin besar pula kemungkinan terampil
berbahasa.Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat dinyatakan
bahwa kosakata adalah kata- 9 kata yang dimiliki suatu bahasa atau
seseorang yang membentuk bahasa yang bersangkutan atau dipakai
oleh orang atau kelompok masyarakat yang bersangkutan.
Pada masa kanak-kanak awal, penguasaan kata juga bertambah.
Pada usia tiga tahun, perbendaharaan katanya sekitar 1.000 dan sekitar
80 persen diucapkan dengan jelas bahkan untuk yang masih asing.
Tata bahasa yang lebih kompleks juga dapat diucapkan walaupun
tidak seperti pada orang dewasa dan masih sering terjadi kesalahan.
34
Ciri lain, anak sudah dapat mengatakan kata-kata yang
menggambarkan waktu yang akan datang, misalnya “nanti aku akan
sekolah,” “besok kalau besar aku akan menjadi pilot pesawat
terbang.” Dan kata ganti, misalnya saya, kamu, dan kita.
Menurut Lado (1979: 121-126), ada beberapa langkah yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran kosakata yaitu:
1. Mendengarkan kata
2. Mengucapkan kata
3. Memahami makna
4. Membuat ilustrasi dalam bentuk kalimat
5. Melakukan 10 latihan dalam pengekspresian makna
6. Mengucapkan kata tersebut dengan suara keras, dan
7. Menulis kata-kata tersebut.
Sitorus (1993: 3) menyatakan bahwa kata kata yang terdapat
dalam kelompok, golongan-golongan, dan dalam suatu perangkat
perangkat selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut Sitorus
(1993: 4) mengungkapkan ada dua cara mempelajari kosakata dalam
pengelompokan yaitu kelompok kata yang mempunyai satu dasar
umum dan kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam
pengertian (Hasugian, 2006).
Antara 4-5 tahun kalimat anak sudah terdiri dari 4-5 kata, juga
mereka sudah mampu menggunakan kata depan, seperti “di bawah,”
“dalam,” “di atas,” “di samping.” Mereka lebih banyak menggunakan
35
kata kerja dari pada kata benda. Dapat dikatakan pada usia kurang
lebih empat tahun ini, menurut Mussen dkk. (1984), pembicaraan anak
lebih lama dan kompleks, dapat mengatakan dua ide dalam satu
kalimat, kata-kata saling berhubungan, serta lebih menyerupai
pembicaraan orang dewasa.Misalnya, “Ani mau makan, dan aku
enggak mau.” Perbedaan dengan orang dewasa terletak pada gaya
pengucapannya saja. Anak juga sudah menggunakan kata: “di sini,”
“di sana,” “jarang,” “kadang-kadang,” serta telah dapat menggunakan
kata benda dan kata kerja sebagaimana mestinya.
Pada usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam
sampai dengan delapan kata. Anak-anak ini biasanya memiliki
kosakata pembicaraan sekitar 2.600 kata dan memahami lebih dari
20.000 kata (Papalia dkk., 2008). Mereka sudah dapat menjelaskan
arti kata-kata yang sederhana, mengetahui lawan kata, serta sudah
dapat menggunakan kata penghubung, kata depan, dan kata sandang.
Hetherington dan Park (2000) menyatakan bahwa pada masa
prasekolah ini anak mempunyai kemampuan mempelajari setiap
bahasa dengan lebih mudah dibandingkan usia sebelum maupun bila
ia telah dewasa. Menurut Carey dan Clark (dalam Santrock, 2007),
pada usia 6 tahun kosakata pembicaraannya berkisar 8.000 sampai
dengan 14.000 kata, dan rata-rata mereka mempelajari 22 kata baru
perhari.
36
h. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini adalah cara
yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada
peserta didik yaitu anak yang berumur di bawah 6 tahun untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan
perencanaan sebelumnya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan ke jenjang dasar.
Namun yang paling umum ada 8 Metode Pembelajaran PAUD
1. Bercerita
bercerita atau bertutur adalah metode pembelajaran yang paling
mudah karena dapat dilakukan secara lisan dan sesekali dengan
menggerakkan anggota tubuh lainnya untuk mempermudah pemahaman
terhadap cerita yang disampaikan. Agar cerita yang disampaikan lebih
hidup dan melibatkan emosi anak-anak, maka dalam acara bercerita anak-
anak bebas memberikan pertanyaan, pendapat, kritik, saran dan tanggapan.
Dan apabila salah satu anak mengetahui cerita yang sedang disampaikan
dapat diberikan kesempatan terhadap anak tersebut untuk melanjutkan
ceritanya. Metode bercerita juga dapat menggunakan buku sebagai alat
bantu bercerita atau alat peraga lainnya yang sesuai dengan tema yang
sedang disampaikan.
37
2. Demonstrasi
pembelajaran demonstrasi dilakukan pada saat ingin menunjukkan
atau memperagakan cara membuat dan melakukan sesuatu terhadap benda
atau tema yang sedang disampaikan. Metode demonstrasi biasanya lebih
disukai oleh anak-anak karena mereka sangat senang memperagakan dan
meniru hal-hal yang belum pernah mereka lakukan. Namun sebaiknya
pendidik harus memilih kegiatan demonstrasi yang ramah dan sesuai
dengan usia dan kemampuan perkembangan anak, terutama menghindari
hal-hal benda-benda tajam, berbau dan mengotori lingkungan.
3. Bercakap-cakap
bercakap-cakap beda dengan bercerita, bila bercerita menuntut untuk
menentukan tema, bercakap-cakap dapat dilakukan dengan hanya interaksi
antara pendidik, ayah-bunda dengan anak dan antara anak dengan anak
lainnya. Percakapan dapat dimulai dengan hal-hal yang ringan, misal
mulai dari ucapan salam, menyapa, menanya kabar hingga memuji soal
pakaian, sepatu, tas dan hal lainnya.
4. Pemberian Tugas
Tugas yang dimaksud bukanlah seperti PR (pekerjaan rumah)
untuk menulis dan menjawab sesuatu, tentu bukan itu maksudnya. Karena
pemberian tugas yang berbentuk PR apakah bahasa asing atau calistung
belum direkomendasikan terhadap anak PAUD. Tugas yang diberikan
lebih kepada rangsangan motorik halus dan motorik kasar anak, sehingga
dengan pemberian tugas tersebut anak-anak mendapatkan pengalaman
38
yang nyata. Pemberian tugas bisa dilakukan kepada anak secara individu
maupun kelompok.
5. Bermain Peran
Agar memberikan daya khayal dan imajinasi lebih, membentuk
kemampuan berekspresi dan meningkatkan kreativitas, anak PAUD dapat
melakukan kegiatan meniru dan menginspirasi tokoh-tokoh dalam cerita
atau benda-benda yang ada dalam cerita tersebut. Ekspresi bisa dilakukan
dengan gerak, ucapan dan peragaan lainnya baik melibatkan teman, guru
ataupun dilakukan sendiri oleh si anak.
B. Kerangka Berpikir
bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya,
dan bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori untuk
berpikir.kemudian bahasa juga merupakan alat untuk berfikir,
mengekspresikan diri dan berkomunikasi.
Berbahasa tidak lepas dari kosakata atau perbendaharaan kata
adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosa kata
merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat
mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan
kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak
dipengaruhi oleh kosa kata yang dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi
kepada seseorang apabila keterampilan berbahasa meningkat.
Agar penguasaan kosakata dapat berkembang dengan baik maka
seseorang perlu memperbanyak vocabulary atau kosa kata dari bahasa
39
yang akan atau sedang dipelajarinya khususnya di TK Aisyiyah Mamajang
Makassar. Karena tanpa memahami kosakata maka akan mempersulit kita
dalam pembelajaran. kosa kata atau vocabulary merupakan kumpulan kata
yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila
menggunakan bahasa tersebut. Keterampilan berbahasa seseorang
meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosa katanya meningkat maka
dari itu perlu namanya pembelajaran kosakata setiap hari untuk anak
karena Kosa kata seseorang akan bertambah sedikit demi sedikit setiap
hari ketika pembelajaran dilakukan secara rutin.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JenisMetodePenelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena dalam penelitian
kualitatif menghendaki data dan informasi yang berbentuk deskripsi dan narasi
untuk dapat mengungkapkan makna yang berada di balik deskripsi/uraian
informan. Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian
naturalistik karena penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting) yang lebih bersifat kualitatif.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
langsung dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian ini
didasarkan untuk mengungkapkan peran guru dalam mengembangkan kosakata
pada anak.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah Mamajang Makassar jalan
Tupai Nomor.35 Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam kurung waktu 3 minggu peneliti
melaksanakan tugasnya untuk menganalisis dan mengamati terkait kegiatan anak
di sekolah terkhusus pada penguasaan kosa kata.
44
45
3. Informan Penelitian
Informan penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas B. Penentuan
informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dimana peneliti memiliki
informan secara variatif berdasarkan alasan wawancara dengan mengadakan
Tanya jawab langsung kepada informan. Penentuan Sampel diantaranya yaitu,
Purposive Sampling yaitu penarikan informan secara purposive merupakan cara
penarikan informan yang dilakukan dalam memilih subjek berdasarkan kriteria
spesifik yang ditetapkan peneliti. (purposive sampling) Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana peneliti
cenderung memiliki responden secara variatif berdasarkan (alasan).
Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuannya
adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi yang akurat dan benar-benar
memenuhi persyaratan karena informan tersebut mengetahui secara lengkap
tentang lapangan atau daerah penelitian tersebut. Adapun alasan peneliti
menggunakan Purposive Sampling tidak lain karena peneliti sebelumnya telah
mengetahui terkait bagaimana lokasi yang akan digunakan untuk
penelitian.Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Adapun kriteria dari informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian
ini adalah wali kelas B. Selain menggunakan Purposive Sampling Peneliti juga
menggunakan sampel data jenuh yaitu ketika semua jawaban informan memiliki
kesamaan maka proses pengambilan data akan diselesaikan.
46
4. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian dalam Penelitian Kualitatif berkaitan erat dengan
rumusan masalah, dan rumusan masalah dalam penelitian dijadikan acuan dalam
menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini, fokus penelitian dapat berkembang
atau berubah sesuai perkembangan masalah penelitian di lapangan.
Fokus penelitian mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa
yang menjadi pusat perhatian serta kelak dibahas secara mendalam dan tuntas
untuk mengetahui secara mendalam mengenai Penguasaan Kosakata Anak di TK
Aisyiyah Mamajang .
5. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Namun instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih sistematis sehingga lebih mudah
diolah berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen ini
menggunakan lembar observasi dan panduan wawancara sebagai pendukung
dalam penelitian ini.
6. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber
yaitu sebagai berikut:
1. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya berupa hasil wawancara atau observasi dari suatu subjek,
peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan.
47
2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil telaah, buku, referensi
atau dokumentasi.
Sumber data penelitian adalah tempat darimana bukti atau data diperoleh.
Diantara yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas B.
Peneliti mendapatkan data tentang penguasaan kosakata pada anak yang
bersekolah di TK Aisyiyah Mamajang Makassar, ini dilakukan agar peneliti dapat
lebih mudah dalam mendapatkan kriteria lingkungan yang akan menjadi tempat
wawancara.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian
atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil
pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan
pengamatan peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subjek yang diamati
mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian subjek dan
objek yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara
dengan yang diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan bersamaan, di
mana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang
48
didapat dari observasi. Seperti yang dikemukakan yang mengatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan
wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan
wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya.
3. Studi Dokumen
Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis/gambar yang tersimpan
tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan
dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen tak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam
memeriksa keabsahan data, membuat interpretasi dan penarikan kesimpulan.
2.3Klasifikasi Pengumpulan Data
NO Teknik Pengumpulan
Data
Aspek yang Ingin diteliti
1. Observasi Penguasaan Kosakata pada Anak
2. Wawancara Bagaimana metode guru dalam
mengajarkan kosakata pada anak.
3. Dokumentasi a. Kondisi kelas B
b. Perangkat pembelajaran di kelas
49
8. Teknik Analisis data
Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan mengolah semua data
penelitian yang dilakukan dari pengumpulan data dari observasi, wawancara, studi
kepustakaan dan studi dokumen yang didapat dari sekolah, lalu di deskripsikan
oleh peneliti.
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, mencari pola dan tema dan membuang hal
yang tidak dianggap penting Dengan demikian peneliti menyajikan data secara
lebih spesifik dan terarah pada topik penelitian.
3. Display data
Penyajian (display) data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data
dapat dilakukan dalam uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram
alur (flowchart) dan lain sejenisnya. Penyajian dalam bentuk tersebut akan
memudahkan peneliti memahami yang terjadi dan merencanakan kerja peneliti
selanjutnya.
4. Verifikasi Data (Conclusion Drawing)
Langkah selanjutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal
50
dapat dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses
mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang
kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke
lapangan maka kesimpulan yang diperoleh adalah kesimpulan kredibel.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Lembaga
1. Letak Geografis
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Mamajang Makassar terletak di jalan
Tupai No. 35 Makassar Kecamatan Mamajang Makassar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Lokasi TK ini berada di Perkotaan Kota Makassar.
2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : TK AISYIYAH MAMAJANG
NPSN : 69812129
Jenjang Pendidikan : Taman Kanak-kanak (TK), KB, TPA
Status Sekolah : Swasta Terakreditasi A
Alamat : Jl. Tupai No. 35 Makassar
RT/RW : 01/03
Desa/Kelurahan : Mamajang dalam
Kode Pos : 90133
Kecamatan : Mamajang
Kabupaten/Kota : Makassar
Provinsi : Sulawesi Selatan
51
52
Negara : Indonesia
Nama Ranting : Ranting Mamajang Dalam
Cabang dan Kota : Cabang Mamajang Kota Makassar
Nama Kepala Sekolah : Siti Aminah, S.Pd
53
Nip : 197009102008012017
Pendidikan Terakhir :S1
Jurusan :PGTK
Tahun Akreditasi : Tahun 2017
No. SK Akreditasi : PAUD-TK/7371/0020/07/2017
Nama Yayasan : TK Aisyiyah Bustanul Athfal Mamajang
Nomor Izin Operasional : 26/PCA/D/TK/X/2018
Tanggal berdiri sekolah : Tahun 1955
Luas Tanah : 629 m2
Luas Bangunan : 400 m2
Tanggal berdiri sekolah : Tahun 1955
Jumlah Ruangan Belajar : 7 Ruangan
Gugus Sekolah : Gugus 1
Instansi Induk : Dinas Pendidikan Kota Makassar
54
3. Visi Misi dan Tujuan Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Mamajang Makassar
a. Visi :
“Menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang berkualitas untuk
membentuk anak yang cerdas, kreatif, dan berkarakter”.
b. Misi :
a. Menciptakan lingkungan pendidikan yang islami, aman, nyaman, serta
suasana belajar yang menyenangkan
b. Melaksanakan norma-norma agama menjadi pembiasaan sehari-hari
c. Mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kegiatan pembelajaran
d. Menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua, anak didik dan
masyarakat
e. Mengembangkan sikap hormat terhadap orang tua dan guru, sayang
sesama teman, serta cinta tanah air
f. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif dan
menyenangkan
g. Mengikutsertakan anak dalam berbagai lomba dan kegiatan
c. Tujuan:
a. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia, sehat, cerdas,kritis, kreatif inovatif, mandiri, dan bertanggung
jawab
55
b. Membantu anak membangun dan mengembangkan kecerdasan majemuk
yang optimal dalam aspek kognitif, afektif, fisik motorik, bahasa,
emosional dan spiritual dalam berbagai kegiatan.
c. Membangun dan membentuk karakter/kepribadian anak yang
mempunyai intelektualitas dan kematangan emosional yang dibingkai
dengan nilai-nilai Islamiyah yang sesuai dengan perkembangan anak usia
dini
d. Menciptakan lembaga pendidikan yang berbudaya dan siap menghadapi
tantangan zaman
e. Mewujudkan lembaga pendidikan yang mandiri
f. Meningkatkan prestasi di segala bidang
4. Riwayat Singkat Pendiri dan Pembina Sekolah Tempat PPL
Aisyiyah Ranting Mamajang di awal tahun 1950 an merupakan salah
satu ranting dari Aisyiyah Cabang Makassar. Walaupun masih berstatus
ranting tetapi semangat para pengurusnya untuk membuka amal usaha
pendidikan begitu besar.Setelah pengajian terbentuk dan berjalan dengan
baik, oleh pengurus bersepakat membentuk pendidikan untuk anak-
anak.Mengingat di kecamatan Mamajang belum ada lembaga pendidikan
untuk anak-anak sebelum jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Keinginan ibu-ibu pengurus Aisyiyah Ranting Mamajang ini
disampaikan ke pengurus Muhammadiyah, dan oleh pengurus
Muhammadiyah direspon dengan baik.Maka mulailah mereka mencari
lokasi yang akhirnya pada tahun 1955 mulai dibuka TK Aisyiyah dan
56
menerima murid.Sebagai tempat belajarnya sementara masih menumpang
di rumah bapak Dahlan Mangerangi dg.Sibali, selama kurang lebih 2 tahun
di lokasi awal.
Kegiatan TK kemudian berpindah ke kompleks perguruan PGRI
yang terletak di jalan Singa No. 2 Dengan usaha dari bapak :
1. Bapak Basri dg. Malalawa (Anggota DPRD)
2. Bapak H. Mansyur dg. Nuntung (kepala jabatan pendidikan kota
Makassar)
3. Bapak Palenrungi
Yang bermohon kepada Pemerintah agar Aisyiyah Ranting Mamajang
mendapatkan lahan untuk membangun gedung Taman Kanak-Kanak
Aisyiyah Mamajang, sehingga didapatkan sebidang tanah dari Pemda Kota
Makassar sebagai hak pakai.
Untuk membangun gedungnya diupayakan oleh Bapak H.Djubi,
walaupun gedungnya sangat sederhana tetapi sudah ada tempat yang tetap
untuk dipakai beraktivitas oleh anak-anak.
Pengurus Aisyiyah terus berupaya menghimpun dana agar dapat
membangun gedung yang permanen. Segala upaya dilakukan seperti
mencari donatur baik dari pengurus Aisyiyah/Muhammadiyah, keluarga
maupun dari handai Lautan.
Di awal tahun 1960 dibentuk panitia pembangunan yang terdiri dari :
57
1. Hj. Nurhayati Yasin Limpo
2. Hj. Qalbi Mansyur
3. Hj. Bansuhari
Dengan bantuan seorang pengusaha yang merupakan keluarga ibu Hj.
Nurhayati Yasin Limpo, membangun gedung TK yang permanen terdiri
dari 2 ruangan belajar dan 1 ruang kantor dapat diwujudkan.
Sejak berdirinya sampai sekarang, TK Aisyiyah Mamajang telah
berganti kepala TK sebanyak 7 orang yaitu :
1. Kepala pertama adalah ibu Hj. Zukriyah Jubi dg. Baju (Almarhum)
dan menjabat pada tahun 1955 sampai dengan tahun 1957
2. Pada tahun 1957-1958, ibu Rosmiati menjabat sebagai kepala TK
Aisyiyah Mamajang kedua
3. Pada tahun 1958-1963, ibu Dra. Ruqyah Karim menjabat sebagai
kepala TK Aisyiyah Mamajang ketiga
4. Pada tahun 1963-1998, ibu Hj. Aisyah Mansur menjabat sebagai
kepala TK Aisyiyah Mamajang ke empat
5. Pada tahun 1998-Januari 2017, ibu Hj. Misbahu Abdullah, S.Ag
menjabat sebagai kepala TK Aisyiyah Mamajang ke lima
6. Setelah ibu Hj. Misbahu Abdullah, S. Ag pensiun pada Januari 2017,
maka digantikan oleh ibu Siti Aminah, S.Pd sebagai kepala TK
Aisyiyah Mamajang ke enam.
Taman kanak-kanak Aisyiyah Mamajang dibina oleh :
58
1. 1 (satu) orang Kepala Taman Kanak-Kanak
2. 15 ( dua belas) orang tenaga guru
3. 1 (satu) orang tenaga administrasi
4. 1 (satu) orang tenaga keamanan
5. Keadaan Siswa
a. Penerimaan Siswa Baru
2. Orang tua anak didik baru mencari informasi mengenai TK
AISYIYAH MAMAJANG
3. Orangtua langsung mendaftarkan anak ke sekolah
4. Setelah terdaftar, orang tua anak mengambil formulir manual di TK
AISYIYAH MAMAJANG dengan membawa KK, akta kelahiran
5. Setelah dinyatakan lulus orang tua langsung membayar uang
semester anak dan mengambil baju seragam sekolah.
b. Proses Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran kriteria
kenaikan kelas:
1. Kepala Sekolah dan para guru mendapatkan rapat
2. Anak dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh
program pembelajaran pada dua semester di kelas yang di ikuti
3. Memenuhi Skala Capaian Perkembangan
4. Jika anak belum mencapai skala capaian perkembangan, maka
anak dinyatakan naik kelas. Namun jika capaian perkembangan
59
anak belum memenuhi syarat untuk naik kelas, maka anak akan
dikembalikan ke kelas masing-masing.
Setelah beberapa kriteria diatas terpenuhi maka selanjutnya acara
perpisahan yang didalamnya memiliki beberapa kegiatan antara lain:
1. Latihan menari untuk persiapan pentas kegiatan perpisahan
2. Foto wisuda
3. Pentas di gedung
4. Perpisahan
c. Waktu Belajar
Pukul 07:30 anak-anak sudah berada di sekolah dan pulang pukul
12.00 dari kelas kelompok A, B1, B2, B3, B4, dan B5. Dan untuk kelas
KB pulang pukul 11.00 dengan menggunakan model pembelajaran
sentra anak-anak akan melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Pijakan awal: (±90 menit) Sop Pembukaan
b. Pijakan Saat Main: (±90 Menit) Sop Moving
c. Istirahat: (±30 menit) Sop Istirahat
d. Pijakan Akhir: (±30 menit) Sop Penutup
Keterangan:
Hari senin anak-anak melakukan kegiatan upacara pukul
07.30.setiap harinya anak-anak akan melakukan kegiatan praktek Shalat
Dhuha pukul 08.30 di kelas masing-masing terkecuali hari kamis akan
dilakukan berjamaah dengan kelas lain di musholla dan Hari Jum’at
60
anak-anak melakukan kegiatan senam bersama pukul 07.30, baik
bersama temannya ataupun guru-guru lainnya. setelah selesai melakukan
kegiatan upacara, praktek sholat Dhuha dan senam anak-anak masuk di
kelas masing-masing dan mulai melakukan proses pembelajaran. Pukul
08:00 anak-anak melakukan pijakan awal yaitu pembukaan, pukul 09:00
anak-anak melakukan pijakan saat main selama 90 menit, moving/rolling
clas akan di lakukan setiap harinya. Pukul 10:30 anak-anak istirahat dan
bersiap untuk makan, setelah makan anak-anak merapikan tempat
makanannya dan duduk melingkar di karpet dan melakukan pijakan akhir
setelah pijakan akhir anak-anak belajar mengaji (Iqro). Dan Pukul 12.00
anak-anak bersiap untuk pulang, anak-anak akan pulang ketika
penjemputnya sudah datang menjemputnya.
d. Jumlah Siswa
Jumlah peserta didik yang mendaftar dari tahun ke tahun ( 5 tahun
terakhir) dan peserta didik yang tamat 5 tahun terakhir
2.5 Tabel jumlah siswa
No Tahun Ajaran Anak Yang
Mendaftar
Usia 4-5 Usia 5-6
1. 2013-2014 170 anak 60 anak 110 anak
2. 2014-2015 145 anak 35 anak 110 anak
61
3. 2015-2016 146 anak 19 anak 127 anak
4. 2016-2017 173 anak 54 anak 119 anak
5. 2017-2018 134 anak 60 anak 122 anak
6. 2018-2019 140 anak 30 anak 157 anak
7. 2019-2020 194 anak 32 anak 162 anak
1. Personil
a. Guru
2.6 personil guru
No Nama Jabatan Alamat
1. Siti Aminah, S.Pd Kepala
Sekolah
Jl. A. Mangerangi No.58a
2. Nurbaiti, S.Pd Guru
Perumnas Antang
3. Ida Asniar, S.Pd Guru
BTN Minasa Upa
4. Sitti B, S.Pd Guru BTN Toddopuli
5. Rosliana, S.Pd Guru BTN Jene Cinnong Blok A
62
No.2
6. Ir. Andryani Akib, M.Pd Guru Jl. Vet-Selir 3 No. 26
7. Ina Sutina Abidin, S.Pd Guru Jl. Inspeksi Kanal Selatan 2
No. 82E
8. Ita Rosita Ikhsan, S.Pd Guru BTN. AURA Blok K2/No.5
9. Suhaenah Ismail, S.Pd Guru Jl. Pramuka Limbung
10. Salma Rachim, S.Pd Guru
BTN Makkio Baji Antang
No.13
11. Hasnia, S.Pd Guru Jl. Komp Pengadilan F110
Panaikang
12. Murtini, S.Pd Guru BTN AURA Blok M No.19
13. Rifka Irfainy Guru BTN Hartaco Indah
14. Nurnisa, S.Pd Guru
Jl. Anuang
15. Mega Mutiara Lestari,
S.Pd
Guru Jl. Cendrawasih Lr.29 No.
42
16. Masliana, S.Pd Guru Jl. Onta Lama II No.7
63
B. Pembahasan
1. Penguasaan Kosakata Anak
a. Penguasaan Kosa Kata Benda
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosakata benda pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
macam-macam media gambar atau alat penunjang. Adapun media gambar yang
digunakan yaitu media gambar benda serta benda-benda yang ada di ruangan
kelas.seperti kursi, tas, bola, baju dan lain sebagainya. Pada umumnya anak sudah
mampu menyebutkan kata benda, dari 10 orang anak secara keseluruhan mampu
menyebutkan kata benda yang berjumlah 10 kata.(Observasi, 14 Oktober 2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosakata anak terlatih atau meningkat pada saat anak diminta
menyebutkan kata benda dengan menggunakan media gambar serta alat
penunjang lainnya. Guru menugaskan anak untuk menyebutkan kata benda
dengan menyebutkan benda-benda dengan media gambar yang disediakan oleh
gurunya serta benda-benda yang ada di ruangan kelas. Selanjutnya wawancara
yang dilakukan dengan ibu B yang menyatakan bahwa meminta anak untuk
menyebutkan kata benda dengan menggunakan media gambar dan menyebutkan
benda-benda yang ada di ruangan kelas bisa membantu, melatih serta
meningkatkan perbendaharaan kata anak. .(Wawancara, 14 Oktober 2020).
64
b. Penguasaan Kosa Kata Kerja
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata kerja pada anak dapat meningkat dengan melakukan
pembiasaan oleh anak pada saat melakukan sesuatu seperti pada anak diminta oleh
guru membuang sampah, belajar di rumah, memetik bunga, bermain di taman
serta belajar berhitung. Guru meminta anak untuk mengulang kata kerja yang
disebutkan oleh gurunya. Dengan begitu secara tidak langsung dengan bantuan
pembiasaan serta memanfaatkan lingkungan yang ada disekitarnya guru telah
mengajarkan anak kosakata kerja. Pada umumnya anak sudah mampu
menyebutkan kata kerja akan tetapi dari 10 orang anak yang diteliti hanya 7 orang
yang mampu menyebutkan kata kerja secara keseluruhan dan 3 anak yang masih
mendapatkan arahan dari gurunya. .(Observasi, 14 Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata kerja pada anak dapat meningkat dengan melakukan
pembiasaan oleh anak pada saat melakukan sesuatu seperti pada anak diminta oleh
guru membuang sampah, belajar di rumah, memetik bunga, bermain di taman
serta belajar berhitung. Guru meminta anak untuk mengulang kata kerja yang
disebutkan oleh gurunya. Dengan begitu secara tidak langsung dengan bantuan
pembiasaan serta memanfaatkan lingkungan yang ada disekitarnya guru telah
mengajarkan anak kosakata kerja. Pada umumnya anak sudah mampu
menyebutkan kata kerja akan tetapi dari 10 orang anak yang diteliti hanya 8 orang
yang mampu menyebutkan kata kerja secara keseluruhan dan 2 anak yang masih
mendapatkan arahan dari gurunya. .(Observasi, 23 Oktober 2020).
65
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosakata anak terlatih atau meningkat pada saat anak diminta
melakukan pembiasaan oleh anak pada saat melakukan sesuatu seperti pada saat
anak diminta oleh guru membuang sampah, belajar di rumah, memetik bunga,
bermain di taman serta belajar berhitung. Selanjutnya wawancara yang dilakukan
dengan ibu B yang menyatakan bahwa dengan melakukan pembiasaan oleh anak
pada saat melakukan sesuatu seperti diminta membuang sampah, memetik bunga.
Sambil melakukan pembiasaan yang diminta oleh gurunya anak juga
menyebutkan kata kerja yang disebutkan tadi. .(wawancara, 23 Oktober 2020).
c. Penguasaan Kosa Kata sifat
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata sifat pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
macam-macam media gambar atau alat penunjang. Serta memberikan motivasi
kepada anak melalui cerita dengan cara menunjukkan gambar. Adapun media
gambar yang digunakan yaitu media gambar anak yang sedang belajar serta anak
yang sedang membersihkan. Pada umumnya anak sudah mampu menyebutkan
kata sifat, dari 10 anak yang diteliti ada 8 orang anak yang mampu menyebutkan
secara keseluruhan kata sifat yang diajarkan kan oleh gurunya dan 2 anak yang
masih diarahkan oleh gurunya untuk menyebutkan kata sifat tersebut. .(Observasi,
23 Oktober 2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosakata anak terlatih atau meningkat pada saat anak diminta
66
menyebutkan kata sifat dengan menggunakan media gambar serta alat penunjang
lainnya. Guru menugaskan anak untuk bercerita tentang media gambar yang
berhubungan dengan kata sifat seperti pada gambar anak sedang belajar. Yang
berarti bahwa anak yang rajin belajar akan menjadi anak pintar. Selanjutnya
wawancara yang dilakukan dengan ibu B yang menyatakan bahwa penguasaan
kosa kata anak dapat meningkat dengan menggunakan media gambar serta
memberikan cerita motivasi yang menunjukkan kata sifat. Guru menugaskan anak
untuk mengulang cerita yang diceritakan oleh gurunya tentang kata sifat yang
terdapat pada gambar. .(Wawancara, 23 Oktober 2020).
d. Penguasaan Kosa Kata Bilangan
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosakata bilangan pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
macam-macam media gambar atau alat penunjang. Adapun media gambar yang
digunakan yaitu media gambar serta benda-benda yang ada di ruangan kelas. Dari
10 anak yang diteliti,keseluruhan anak sudah mampu membilang angka dari 1-10.
.(Observasi, 14 Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosakata bilangan pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
macam-macam media gambar atau alat penunjang. Adapun media gambar yang
digunakan yaitu media gambar serta benda-benda yang ada di ruangan kelas. Dari
10 anak yang diteliti,keseluruhan anak sudah mampu membilang angka dari 1-10.
.(Observasi, 21 Oktober 2020).
67
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosakata bilangan pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
macam-macam media gambar atau alat penunjang. Adapun media gambar yang
digunakan yaitu media gambar serta benda-benda yang ada di ruangan kelas. Dari
10 anak yang diteliti,keseluruhan anak sudah mampu membilang angka dari 1-10.
.(Observasi, 23 Oktober 2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosakata anak terlatih atau meningkat pada saat anak diminta
menyebutkan kata bilangan dari 1-10 yang ada di tembok kelasnya. Dengan
menggunakan media yang ada di tembok memudahkan guru untuk mengajar anak
tentang bilangan. Serta guru menugaskan anak untuk menghitung berapa jumlah
anak yang hadir hari ini. Selanjutnya wawancara dengan ibu B mengatakan bahwa
dengan bantuan media yang ada di dalam kelas seperti angka bilangan yang ada di
tembok serta meminta anak untuk berhitung jumlah yang hadir sebelum pelajaran
dimulai membantu meningkatkan penguasaan kosakata atau perbendaharaan kata.
.(Wawancara, 23 Oktober 2020).
e. Penguasaan Kosa Kata Ganti
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata ganti pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode bercerita, dengan lagu serta alat penunjang lainnya. Adapun
metode yang digunakan yaitu metode bercerita yang memberikan motivasi kepada
anak dan menjelaskan cerita tentang diri kita yaitu aku, dia yang berarti kamu,
68
teman yang berarti mereka dan aku dan dia yang berarti kami atau kita. Pada
umumnya anak sudah mampu menyebutkan kata ganti akan tetapi dari 10 orang
anak yang diteliti anak 5 anak yang mampu mengulang cerita gurunya dan 5 anak
yang masih mendapat bimbingan dan arahan dari gurunya. .(Observasi, 23
Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata ganti pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode bercerita, dengan lagu serta alat penunjang lainnya. Adapun
metode yang digunakan yaitu metode bercerita yang memberikan motivasi kepada
anak dan menjelaskan cerita tentang diri kita yaitu aku, dia yang berarti kamu,
teman yang berarti mereka dan aku dan dia yang berarti kami atau kita. Pada
umumnya anak sudah mampu menyebutkan kata ganti akan tetapi dari 10 orang
anak yang diteliti anak 6 anak yang mampu mengulang cerita gurunya dan 4 anak
yang masih mendapat bimbingan dan arahan dari gurunya. .(Observasi, 26
Oktober 2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata ganti anak terlatih atau meningkat pada
saat anak diminta mengulang apa yang diceritakan oleh gurunya. Yang secara
tidak langsung anak sudah menyebutkan kata ganti. Selanjutnya wawancara yang
dilakukan dengan ibu B yang menyatakan bahwa penguasaan kosakata anak dapat
terlatih atau meningkat dengan bantuan metode bercerita oleh gurunya. Yakni
anak diminta mengulang apa yang telah didengarkan,secara tidak langsung anak
69
sudah menyebutkan kata ganti seperti aku, kamu dan lain sebagainya.
.(Wawancara, 23 Oktober 2020).
f. Penguasaan Kosa Kata kekerabatan
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata kekerabatan pada anak dapat meningkat
dengan mengenalkan nama-nama panggilan yang ada lingkungan keluarganya.
Seperti panggilan ayah, ibu, kakak, adik dan lain sebagainya. Pada umumnya anak
sudah mampu mengucapkan kata kekerabatan. Dari keseluruhan anak yang diteliti
semua anak sudah mampu mengucapkan kata kekerabatan. .(Observasi, 14
Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata kekerabatan pada anak dapat meningkat
dengan mengenalkan nama-nama panggilan yang ada lingkungan keluarganya.
Seperti panggilan ayah, ibu, kakak, adik dan lain sebagainya. Pada umumnya anak
sudah mampu mengucapkan kata kekerabatan. Dari keseluruhan anak yang diteliti
semua anak sudah mampu mengucapkan kata kekerabatan. .(Observasi, 21
Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata kekerabatan pada anak dapat meningkat
dengan mengenalkan nama-nama panggilan yang ada lingkungan keluarganya.
Seperti panggilan ayah, ibu, kakak, adik dan lain sebagainya. Pada umumnya anak
sudah mampu mengucapkan kata kekerabatan. Dari keseluruhan anak yang diteliti
70
semua anak sudah mampu mengucapkan kata kekerabatan. .(Observasi, 23
Oktober 2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata kekerabatan anak terlatih atau
meningkat pada saat anak diminta menyebutkan kata panggilan ayah, ibu,
kakak,adik dan lain sebagainya. Selanjutnya wawancara yang dilakukan oleh ibu
B yang menyatakan bahwa penguasaan kosa kata tentang kata kekerabatan dapat
meningkat dengan metode pembiasaan yang dilakukan dilingkungan sekitar untuk
mengucapkan panggilan ayah,ibu, adik kakak, dan lain sebagainya. .(Wawancara,
23 Oktober 2020).
g. Penguasaan Kosa Kata Depan
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata depan pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode berbicara pada saat guru mengajar, yakni ketika guru
mengatakan di sana, di sini, atau situ pada saat sedang berlangsung pelajaran
maka secara tidak langsung guru telah mengucapkan kata depan yang berarti telah
mengajarkan anak pembendaharaan kata. Untuk membantu proses pembelajaran
tentang penguasaan kosakata anak maka guru juga meminta anak untuk
mengulang kembali apa yang telah disebutkan seperti di sini, di sana atau di situ.
Dari 10 orang anak ada 7 yang mampu mengulang kembali apa yang disebutkan
gurunya dan 3 anak yang masih mendapatkan bimbingan ataupun arahan.
.(Observasi, 21 Oktober 2020).
71
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata tentang kata depan pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode berbicara pada saat guru mengajar, yakni ketika guru
mengatakan di sana, di sini, atau situ pada saat sedang berlangsung pelajaran
maka secara tidak langsung guru telah mengucapkan kata depan yang berarti telah
mengajarkan anak pembendaharaan kata. Untuk membantu proses pembelajaran
tentang penguasaan kosakata anak maka guru juga meminta anak untuk
mengulang kembali apa yang telah disebutkan seperti di sini, di sana atau di situ.
Dari 10 orang anak ada 8 yang mampu mengulang kembali apa yang disebutkan
gurunya dan 2 anak yang masih mendapatkan bimbingan ataupun arahan.
.(Observasi, 23 Oktober 2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata depan pada anak terlatih atau
meningkat pada saat anak diminta menyebutkan serta mengulang kata depan yang
telah diucapkan oleh gurunya seperti di sini, di sana, atau di situ. Secara langsung
anak sudah belajar tentang kosa kata depan. Selanjutnya wawancara yang
dilakukan dengan ibu B yang menyatakan bahwa penguasaan kosa kata pada anak
tentang kata kekerabatan dapat meningkat atau terlatih dengan melakukan
pembiasaan mengucapkan apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Yakni guru
meminta anak untuk menyebutkan atau mengulang apa yang telah disebutkan
seperti di sini, di sana atau di situ. .(Observasi,23 Oktober 2020).
72
h. Penguasaan Kosa Kata Turunan Imbuhan Prefix
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosakata tentang kata imbuhan Prefix pada anak dapat meningkat
dengan menggunakan metode bercerita serta alat penunjang lainnya. Yakni ketika
guru sedang melakukan proses pembelajaran guru melakukan pembiasaan
mengucapkan kata yang berimbuhan prefix seperti membaca, berhitung, bermain,
membuang dan lain sebagainya sehingga anak dapat mendengarkan dan
mengulang apa yang telah diucapkan oleh gurunya.yang secara tidak langsung
guru telah mengajarkan kata yang berimbuhan prefix kepada anak. Dari 10 orang
anak ada 5 anak yang mampu mengulang kembali apa yang telah diucapkan oleh
gurunya dan 5 anak yang masih mendapatkan arahan dan bimbingan. .(Observasi,
23 Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosakata tentang kata imbuhan Prefix pada anak dapat meningkat
dengan menggunakan metode bercerita serta alat penunjang lainnya. Yakni ketika
guru sedang melakukan proses pembelajaran guru melakukan pembiayaan
mengucapkan kata yang berimbuhan prefix seperti membaca, berhitung, bermain,
membuang dan lain sebagainya sehingga anak dapat mendengar kan dan
mengulang apa yang telah diucapkan oleh gurunya.yang secara tidak langsung
guru telah mengajarkan kata yang berimbuhan prefix kepada anak. Dari 10 orang
anak ada 7 anak yang mampu mengulang kembali apa yang telah diucapkan oleh
gurunya dan 3 anak yang masih mendapatkan arahan dan bimbingan. .(Observasi,
26 Oktober 2020).
73
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata yang berimbuhan prefix anak terlatih
atau meningkat pada saat anak diminta menyebutkan atau mengulang kata yang
berimbuhan prefix oleh gurunya seperti berhitung, bermain, membaca dan lain
sebagainya. Dengan begitu secara tidak langsung anak sudah menambah
perbendaharaan katanya. Selanjutnya wawancara yang dilakukan oleh ibu B yang
menyatakan bahwa penguasaan kosa kata tentang kata berimbuhan prefix pada
anak dapat terlatih atau meningkat ketika anak diminta oleh gurunya menyebutkan
atau mengulang kata yang telah disebutkan seperti bermain, berhitung dan lain
sebagainya. .(Wawancara, 23 Oktober 2020).
i. Penguasaan Kosa Kata Turunan Imbuhan Sufiks
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata yang berimbuhan sufiks pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode pembiasaan berbicara setiap memulai pembelajaran oleh
guru yang berkaitan dengan kata imbuhan sufiks sehingga anak dapat mendengar
dan mengetahui serta mampu menyebutkan.Seperti kata tugasnya, mencoreti,
kerjakan dan lain sebagainya. Dari 10 anak yang diteliti ada 4 anak yang mampu
menyebutkan atau mengulang apa yang disebutkan oleh gurunya dan 6 anak yang
masih mendapatkan bimbingan dan arahan oleh gurunya. .(Observasi, 26 Oktober
2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata yang berimbuhan sufiks pada anak dapat meningkat dengan
74
menggunakan metode pembiasaan berbicara setiap memulai pembelajaran oleh
guru yang berkaitan dengan kata imbuhan sufiks sehingga anak dapat mendengar
dan mengetahui serta mampu menyebutkan.Seperti kata tugasnya, mencoreti,
kerjakan dan lain sebagainya. Dari 10 anak yang diteliti ada 5 anak yang mampu
menyebutkan atau mengulang apa yang disebutkan oleh gurunya dan 5 anak yang
masih mendapatkan bimbingan dan arahan oleh gurunya. .(Observasi, 28 Oktober
2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata imbuhan sufiks anak terlatih atau
meningkat pada saat anak diminta menyebutkan atau mengulang kembali kata
imbuhan sufiks yang telah disebutkan oleh gurunya, seperti kata tugasnya,
kerjakan dan lain sebagainya. Selanjutnya wawancara yang dilakukan oleh guru B
yang mengatakan bahwa penguasaan kosa kata tentang kata imbuhan sufiks anak
dapat terlatih dan meningkat pada saat anak diminta menyebutkan atau mengulang
kembali kata imbuhan sufiks yang telah disebutkan oleh gurunya, seperti kata
tugasnya, kerjakan dan lain sebagainya. .(Wawancara, 26 Oktober 2020).
j. Penguasaan Kosa Kata Turunan Imbuhan Infiks
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata yang berimbuhan infiks pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode pembiasaan berbicara setiap memulai pembelajaran oleh
guru yang berkaitan dengan kata imbuhan infiks sehingga anak dapat mendengar
dan mengetahui serta mampu menyebutkan.Seperti kata belajar, kelereng, pintar
75
dan lain sebagainya. Dari 10 anak yang diteliti ada 4 anak yang mampu
menyebutkan atau mengulang apa yang disebutkan oleh gurunya dan 6 anak yang
masih mendapatkan bimbingan dan arahan oleh gurunya. .(Observasi, 14 Oktober
2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata yang berimbuhan infiks pada anak dapat meningkat dengan
menggunakan metode pembiasaan berbicara setiap memulai pembelajaran oleh
guru yang berkaitan dengan kata imbuhan infiks sehingga anak dapat mendengar
dan mengetahui serta mampu menyebutkan.Seperti kata belajar, kelereng, pintar
dan lain sebagainya. Dari 10 anak yang diteliti ada 7 anak yang mampu
menyebutkan atau mengulang apa yang disebutkan oleh gurunya dan 3 anak yang
masih mendapatkan bimbingan dan arahan oleh gurunya. .(Observasi, 23 Oktober
2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata imbuhan infiks anak terlatih atau
meningkat pada saat anak diminta menyebutkan atau mengulang kembali kata
imbuhan infiks yang telah disebutkan oleh gurunya, seperti kata belajar, kelereng,
pintar dan lain sebagainya. Selanjutnya wawancara yang dilakukan oleh guru B
yang mengatakan bahwa penguasaan kosa kata tentang kata imbuhan infiks anak
dapat terlatih dan meningkat pada saat anak diminta menyebutkan atau mengulang
kembali kata imbuhan infiks yang telah disebutkan oleh gurunya, seperti belajar,
kelereng, pintar dan lain sebagainya. .(Wawancara, 23 Oktober 2020).
76
k. Penguasaan Kosa Kata Ulang
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata ulang pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
metode pembiasaan berbicara setiap memulai pembelajaran oleh guru yang
berkaitan dengan kata ulang sehingga anak dapat mendengar dan mengetahui serta
mampu menyebutkan. Seperti kata balok-balok, main-main, bunga-bunga, buku-
buku, dan lain sebagainya. Dari 10 anak yang diteliti ada 6 anak yang mampu
menyebutkan atau mengulang apa yang disebutkan oleh gurunya dan 4 anak yang
masih mendapatkan bimbingan dan arahan oleh gurunya. .(Observasi, 26 Oktober
2020).
Berdasarkan hasil observasi di kelompok B dapat dikemukakan bahwa
penguasaan kosa kata ulang pada anak dapat meningkat dengan menggunakan
metode pembiasaan berbicara setiap memulai pembelajaran oleh guru yang
berkaitan dengan kata ulang sehingga anak dapat mendengar dan mengetahui serta
mampu menyebutkan. Seperti kata balok-balok, main-main, bunga-bunga, buku-
buku, dan lain sebagainya. Dari 10 anak yang diteliti ada 8 anak yang mampu
menyebutkan atau mengulang apa yang disebutkan oleh gurunya dan 2 anak yang
masih mendapatkan bimbingan dan arahan oleh gurunya. .(Observasi, 28 Oktober
2020).
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu A yang menyatakan
bahwa penguasaan kosa kata tentang kata ulang anak terlatih atau meningkat pada
saat anak diminta menyebutkan atau mengulang kembali kata ulang yang telah
77
disebutkan oleh gurunya, Seperti kata balok-balok, main-main, bunga-bunga,
buku-buku, dan lain dan lain sebagainya. Selanjutnya wawancara yang dilakukan
oleh guru B yang mengatakan bahwa penguasaan kosa kata tentang kata ulang
anak dapat terlatih dan meningkat pada saat anak diminta menyebutkan atau
mengulang kembali kata ulang yang telah disebutkan oleh gurunya, Seperti kata
balok-balok, main-main, bunga-bunga, buku-buku, dan lain sebagainya.
.(Wawancara, 26 Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi di TK Aisyiyah Mamajang Makassar tentang
penguasaan kosa kata yang diperkuat dengan wawancara oleh guru serta
dokumentasi yang terdapat di lampiran bahwa perkembangan kosakata anak dari
data diatas anak mampu mengucapkan kata benda yang dikategorikan
berkembang sesuai harapan 10 anak. Pada tanggal 14 Oktober 2020 Mampu
menyebutkan kata kerja yang dikategorikan mulai berkembang 3 anak dan
berkembang sesuai harapan 7 anak. Pada tanggal 23 Oktober 2020 Mampu
menyebutkan kata kerja yang dikategorikan mulai berkembang 2 anak dan
berkembang sesuai harapan 8 anak. Pada tanggal 23 Oktober 2020 Mampu
menyebutkan kata sifat yang dikategorikan berkembang sesuai harapan 8 anak
dan mulai berkembang 2 anak. Pada tanggal 14 Oktober 2020 Mampu
menyebutkan kata bilangan yang dikategorikan berkembang sesuai harapan 10
anak. Pada tanggal 21 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata bilangan yang
dikategorikan berkembang sesuai harapan 10 anak.Pada tanggal 23 Oktober 2020
Mampu menyebutkan kata bilangan yang dikategorikan berkembang sesuai
harapan 10 anak. Pada tanggal 23 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata ganti
78
yang dikategorikan mulai berkembang 5 anak dan berkembang sesuai harapan 5
anak. Pada tanggal 26 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata ganti yang
dikategorikan mulai berkembang 6 anak dan berkembang sesuai harapan 4 anak.
Pada tanggal 14 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata kekerabatan yang
dikategorikan berkembang sesuai harapan 10 anak. Pada tanggal 21 Oktober 2020
Mampu menyebutkan kata kekerabatan yang dikategorikan berkembang sesuai
harapan 10 Mampu mengucapkan kata depan yang dikategorikan mulai
berkembang 3 anak dan berkembang sesuai harapan 7 anak. Pada tanggal 23
Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata kekerabatan yang dikategorikan
berkembang sesuai harapan 10 Mampu mengucapkan kata depan yang
dikategorikan mulai berkembang 3 anak dan berkembang sesuai harapan 7 anak.
Pada tanggal 23 Oktober Mampu menyebutkan kata turunan imbuhan prefix yang
dikategorikan berkembang sesuai harapan 5 anak dan mulai berkembang 5 anak.
Pada tanggal 26 Oktober Mampu menyebutkan kata turunan imbuhan prefix yang
dikategorikan berkembang sesuai harapan 7 anak dan mulai berkembang 3 anak.
Pada tanggal 23 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata turunan imbuhan sufiks
yang dikategorikan mulai berkembang 6 anak dan berkembang sesuai harapan 4
anak. Pada tanggal 26 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata turunan imbuhan
sufiks yang dikategorikan mulai berkembang 8 anak dan berkembang sesuai
harapan 2 anak. Pada tanggal 14 Oktober 2020 Mampu menyebutkan kata turunan
imbuhan infiksik yang dikategorikan berkermbang sesuai harapan 6 anak dan
mulai berkembang 4 anak. Pada tanggal 23 Oktober 2020 Mampu menyebutkan
kata turunan imbuhan infiksik yang dikategorikan berkermbang sesuai harapan 7
79
anak dan mulai berkembang 3 anak dan yang terakhir pada tanggal 26 Oktober
2020 mampu mengucapkan kata ulang yang dikategorikan berkembang sesuai
harapan 6 anak dan mulai berkembang 4 anak. pada tanggal 28 Oktober 2020
mampu mengucapkan kata ulang yang dikategorikan berkembang sesuai harapan
8 anak dan mulai berkembang 2 anak.
C. Pengolahan dan Analisis Data
Pada bab ini penelitian membahas tentang pengolahan dan analisis data yang
diperoleh dengan melalui penelitian yang dilakukan, yakni dengan menggunakan
metode instrumen yang peneliti tentukan pada bab sebelumnya.
Adapun data-data tersebut penelitian dapatkan melalui observasi dan
wawancara sebagai metode dalam pengumpulan data.
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai metode yang mendukung untuk
melengkapi data yang tidak peneliti dapatkan memalui observasi dan
wawancara.Peneliti ini merupakan peneliti deksriptif kualitatif, yang mana hasil
dari observasi wawancara dan dokumentasi yang telah peneliti lakukan.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Oktober sampai 5 November 2020 di
TK Aisyiyah Mamajang Makassar, dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik
dalam kelas B berjumlah 26 anak ,14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Berkaitan analisis data yang bersifat deskriptif maka bagian ini akan peneliti
uraikan hasil observasi dan wawancara pada penguasaan kosakata anak usia 5-6
tahun d TK Aisyiyah Mamajang Makassar, bahwa pertama guru dan anak
80
bersama-sama membahas tentang tema-tema dan sub tema dipilih dan disesuaikan
dengan permainan yang akan dilakukan.
Kedua, guru memberikan motivasi melalui cerita dan menunjukkan gambar-
gambar yang sesuai dengan tema. Gambar-gambar yang diberikan guru berupa
gambar yang biasa membuat anak merasa tertarik mengikuti permainan. Melalui
gambar tersebut anak akan menjadi tertantang dan juga semangat karena biasa
membuat suatu karya dalam bentuk nyata.
Ketiga, guru mengenalkan macam-macam gambar dan alat penunjang atau
permainan lain yang akan digunakan. Sebelum bermain anak guru perlu
mengenalkan alat-alat permainan yang akan dipakai. Guru harus memberitahu
setiap nama-nama dari gambar yang akan dipakai, setelah itu guru mulai memberi
contoh cara membuat gambar tersebut agar menjadi suatu bentuk yang diinginkan.
Selanjutnya,guru juga harus mengulang kembali kata yang diucapkan baik itu
kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan, kata depan , kata kekerabatan,
kata turunan yang berarti imbuhan prefiks, sufiks, infiks, dan kata ulang sehingga
anak anak dapat mengingat apa yang telah disebutkan oleh gurunya. Dengan
begitu perbendaharaan kata anak dapat terlatih dan meningkat.
Y.Miarso mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian dan kemajuan pembelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajarannya.
81
Sedangkan dalam poerwadarminta gambar adalah tiruan barang
(orang,binatang, tumbuhan, dan sebagainya),yang dibuat dengan
cat,tinta,coret,potret,dan sebagainya atau lukisan.
Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan
dalam hal bentuk rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan.Diantara media
pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini
dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada itu, apalagi jika gambar
dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan
menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Alat peraga
dapat memberi gagasan atau dorongan kepada guru dalam mengajar.Sehingga
tidak tergantung pada gambar dalam buku teks, tetapi dapat lebih kreatif dalam
mengembangkan alat peraga agar para murid menjadi senang dan semangat
belajar.
Dari kegiatan yang sering dilakukan oleh anak khususnya dalam
mengembangkan kosakata dengan menggunakan media gambar banyak sekali
yang didapatkan oleh anak bukan hanya perkembangan kosakata seperti
mengulang kalimat sederhana, bertanya dengan kalimat yang benar tetapi anak
juga mampu menyebutkan kata kosa kata dasar, kata turunan, serta kata ulang.
Adapun manfaat gambar sebagai media pembelajaran.
1. Menimbulkan daya tarik bagi anak
2. Mempermudah pengertian/pemahaman murid
82
3. Memudahkan penjelasan yang sifatnya abstrak sehingga anak lebih
mudah memahami apa yang dimaksud
4. Memperjelas bagian-bagian yang penting atau bagian-bagian yang
kecil sehingga dapat dinikmati
5. Menyingkat suatu uraian informasi yang dijelaskan dengan kata-kata
mungkin membutuhkan uraian panjang.
Hal tersebut senada dengan perkembangan kosakata usia 5-6 tahun yang
berkembang sejalan dengan kemampuan dalam kepekaan memadukan kegiatan
persepsi visual (apa yang dilihat) dengan kemampuan bahasa atau kemampuan
berfikir dan mentransformasikan kedua hal tersebut kedalam anak mengulang
kalimat sederhana,menyebutkan kata benda, kata sifat, kata kekerabatan, kata
depan, kata bilangan, kata dengan imbuhan prefiks, sufiks, infiks dan kata ulang
hubungan mungkin ada diantara semua hal tersebut. Di dalamnya termasuk
kemampuan memvisualisasikan secara grafis.
Dari hasil observasi dan wawancara yang sudah peneliti lakukan dapat
diambil kesimpulan bahwa penguasaan kosakata pada anak dengan bantuan media
menunjukkan perubahan yang signifikan seperti mengulang kalimat
sederhana,mampu menyebutkan kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata ganti,
kata kekerabatan, kata dengan imbuhan prefiks, sufiks, kata ulang dan lain
sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Miranti menyatakan bahwa kosakata
adalah kemampuan anak untuk mengenal,memahami,serta menggunakan kata-
kata dengan baik dan benar saat mereka bercerita. Anak mampu mengungkapkan
apa yang mereka pikirkan dengan kalimat sehari-hari secara sederhana,terkadang
83
tanpa sadar mereka menambah kosakata melalui kata-kata yang baru mereka
dengar.
84
BAB V
KESIMPULAN,SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan yang telah diuraikan penulis menyimpulkan
bahwa:
1. Penguasaan kosakata pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah
Mamajang Makassar mulai berkembang dengan adanya bantuan media
gambar serta alat penunjang lainnya. Meskipun sudah berjalan cukup
baik,dalam pelaksanaannya belum sesuai langkah-langkah yang
benar,sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal. Dengan
demikian maka peneliti tegaskan bahwa penguasaan kosakata pada
anak di TK Aisyiyah dengan media gambar sudah cukup berkembang.
2. Ada beberapa faktor yang menyebutkan penggunaan media gambar
pada anak usia 5-6 tahun dalam meningkatkan kosakata di TK
Aisyiyah Mamajang Makassar yaitu:
a. Masih kurang tepatnya langkah-langkah pembelajaran media
gambar yang benar dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pelaksanaan.
b. Guru kadang kalah sering lupa untuk membacakan teks-teksnya
yang terdapat dalam media gambar.
c. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempraktikkan apa yang terdapat dalam media gambar sehingga
peserta didik kurang begitu efektif.
87
85
B. Saran
Setiap peserta didik memiliki perkembangan bahasa yang berbeda-beda
karena informasi yang didapat dikumpulkan peserta didik tidak hanya tergantung
pada banyaknya jenis penglihatan serta pendengaran yang mereka miliki, namun
juga pada cara mereka belajar menggunakan penglihatan dan pendengaran itu
dengan penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya guru selalu mempertahankan hal-hal yang sudah dilakukan
tentang pengembangan kosakata anak dengan cukup baik dan
benar,seperti membacakan teks-teks atau pesan yang terdapat pada
media gambar agar pembelajaran bertambah efektif dan lebih baik
sehingga pemahaman dan perkembangan kosakata anak akan tumbuh
dengan baik pula.
2. Hendaknya guru selalu mengikut serta akan menunjuk peserta didik
untuk mempraktekkan apa yang terdapat dalam media gambar dan
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
3. Guru hendaknya memerintahkan seluruh anak secara
klasikal,kelompok maupun individu untuk meniru gerakan-gerakan
pada gambar sambil mengingat isi materi yang disampaikan guru
sehingga perkembangan kosakata anak dapat terlihat jelas.
86
C. Penutup
Alhamdulillah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SET,yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrip
si ini, shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammas SAWA,
yang telah menghantar kan umat manusia kepada agama yang selalu memberi
petunjuk di setiap kehidupan.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang
penulis miliki.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi
penulis khususnya.Amin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian, Istiqomah Tina. 2017. Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa
Indonesia Pada Anak Kelompok Tk B Melalui Metode Bernyanyi Di Tk
Aisyiyah Demangan Sambi Boyolali Tahun Pembelajaran 2016/2017.
Https:// http://eprints.iain-surakarta.ac.id. (Skripsi Online).
Bustomi, M Yazid. 2012.Panduan Lengkap PAUD Melejitkan Potensi dan
Kecerdasan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Publishing.
Dhieni, Nurbiana. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Depdiknas.
Otto, B. (2015). Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini. Prenada Media
Group
Martsiswati, Ernie dkk. 2014. Peran Orang Tua Dan Pendidik Dalam
Menerapkan Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan.
(Online). Vol. 1 No. 2.
Mustaki, Muh. Nur. 2005. Peranan Cerita Dalam Pembentukan Perkembangan
Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Mustari, Ratri Eka. 2019. Pengaruh Media Kata Bergambar Terhadap
Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak
Teratai UNM Makassar. (Skripsi).
Novi, Mulyani. 2018. Perkembangan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media
Nurbiana, Dhieni, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
BPFE.
Rizkiyana, Mar’ah. 2019. Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Melalui Media Kartu Bergambar Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Wates Gadingrejo Pringsewu. Https://repository.radenintan.ac.id.
(Skripsi Online).
Tarigan, H. G. (1993). Pengajaran kosakata. Bandung: Penerbit Angkasa.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Soedjito dan Saryono. 2011. Kosakata Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media.
Usman, Muhammad. 2015. Perkembangan Bahasa Bermain dan Permainan.
Yogyakarta: Deepublish.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2010 .Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tarigan, H. G. (1986). Pengajaran kosakata. Bandung: Penerbit Angkasa.
Sri wahyuni Novialdi (2016) Metode Pembelajaran Yang digunakan
PAUD.Sumatera Barat.Vol 4
Dokumentasi pada saat anak belajar kata sifat melalui gambar
Dokumentasi pada saat wawancara dengan guru kelas
Dokumentasi pada saat anak belajar kata tentang kata pada melalui gambar
Dokumentasi pada saat anak belajar kata tentang kata pada melalui gambar
Media yang ada di kelas
Dokumentasi pada saat wawancara dengan guru kelas
RIWAYAT HIDUP
Nuraeni, Dilahirkan di Pulau Pamalikang Desa Sabaru Kabupaten Pangkep pada
tanggal 3 januari 1998, dari pasangan Ayahanda Muh. Anwar dan Ibunda
Salpiah. Penulis masuk SD pada tahun 2004 di SDN 12 Pulau Pamalikang dan
tamat 2010, tamat SMPN 2 LK.KALMAS pada tahun 2013, dan tamat SMAN 1
PANGKEP tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan Pendidikan pada
Program Strata Satu (SI) Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Makassar.