pengujian motor dan stator

18
3.2 Pengujian Rotor dan Stator Ada beberapa pengujian pada sistem isolasi untuk mengevaluasi kekuatan dielektrik untuk menjamin keandalan. Perbedaan dari satu pengujian ke pengujian yang lain adalah perbedaan level tegangan yang diterapkan, pengukuran dan penunjukkan hasil. Secara garis besar pengujian rotor dan stator pada generator dibagi atas dua kategori yaitu Proof test dan Analytical test. 3.2.1 Proof Test Proof test yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang lebih tinggi daripada tegangan kerja. Argumen yang sering digunakan dalam pengujian tegangan lebih adalah mungkin akan menimbulkan breakdown pada lilitan. Breakdown biasanya mengalir selama kondisi beban puncak. Jika satu atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir gangguan, ini kemudian akan menjadi titik grounding dari lilitan, menggantikan netral dan kemudian menerapkan tegangan yang besar ke bagian lain lilitan. Breakdown susulan dapat mengalir kemudian, dimana dapat menghasilkan arus sirkulasi yang tinggi seperti gangguan fasake fasa. Ini akan menghasilkan kerusakan inti, yang mengharuskan inti diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari kelemahan, dan kemungkinan breakdown. Contoh proof test pada generator adalah pengujian High Potensial Test. 3.2.2 Analytical Test Analytical test yaitu pengujian dengan menggunakan level tegangan yang biasanya dibawah tegangan kerja. Beberapa diantaranya jenis jenis analytical test adalah sebagai berikut : a. Insulation Resistance Test / Megger Test b. DC Leakage c. Dissipation Factor d. Balancing Voltage Rotor Test e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor f. Partial Discharge Test Pengujian pada peralatan berdasarkan standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih menggunakan pengujian tambahan pada peralatan, juga harus berdasarkan standar yang dipublikasikan oleh ANSI. 3.3 Ulasan Pengujian 3.3.1 High Potensial Test High Potensial Test atau Hi- Pot Test paling umum diterapkan pada lilitan stator generator untuk mencari kerusakan pada lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian yang dimaksudkan untuk memperkirakan kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator generator. Prinsip kerja pengujian ini adalah jika ada kerusakan isolasi yang

Upload: -rendi-pratama-

Post on 26-Jul-2015

333 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengujian Motor Dan Stator

3.2 Pengujian Rotor dan StatorAda beberapa pengujian pada sistem

isolasi untuk mengevaluasi kekuatan dielektrik untukmenjamin keandalan. Perbedaan dari satu pengujian ke pengujian yang lain adalah perbedaan level tegangan yang

diterapkan, pengukuran dan penunjukkan hasil.

Secara garis besar pengujian rotor dan stator pada generator dibagi atas dua kategori yaitu Proof test dan Analytical test.3.2.1 Proof Test

Proof test yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang lebih tinggi daripada tegangan kerja.

Argumen yang sering digunakan dalam pengujian tegangan lebih adalah mungkin akan menimbulkan breakdown pada lilitan. Breakdown biasanya mengalir selama kondisi beban puncak. Jika satu atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir gangguan, ini kemudian akan menjadi titik grounding dari lilitan, menggantikan netral dan kemudian menerapkan tegangan yang besar ke bagian lain lilitan. Breakdown susulan dapat mengalir kemudian, dimana dapat menghasilkan arus sirkulasi yang tinggi seperti gangguan fasa ke fasa. Ini akan menghasilkan

kerusakan inti, yang mengharuskan inti diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari

kelemahan, dan kemungkinan breakdown. Contoh proof test pada

generator adalah pengujian High Potensial Test.

3.2.2 Analytical TestAnalytical test yaitu pengujian dengan

menggunakan level tegangan yang biasanya dibawah tegangan kerja.

Beberapa diantaranya jenis – jenisanalytical test adalah sebagai berikut :a. Insulation Resistance Test / Megger Testb. DC Leakagec. Dissipation Factord. Balancing Voltage Rotor Teste. Tahanan Dalam (Rd) Rotor f. Partial Discharge Test

Pengujian pada peralatan berdasarkan standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih menggunakan

pengujian tambahan pada peralatan, juga harus berdasarkan standar yang dipublikasikan oleh ANSI.

3.3 Ulasan Pengujian3.3.1 High Potensial Test

High Potensial Test atau Hi-Pot Test paling umum diterapkan pada lilitan stator generator untuk mencari kerusakan pada lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian yang dimaksudkan

untuk memperkirakan kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator generator.

Prinsip kerja pengujian ini adalah jika ada kerusakan isolasi yang cukup besar, tegangan yang cukup besar diterapkan pada lilitan maka akan mengakibatkan breakdown pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang dilakukan karena sifatnya merusak sehingga perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi breakdown.

Selama pengujian masing – masing fasa terpisah, salah satu fasa dites sedangkan dua fasa lainya digroundkan.

High Potensial Test dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori :

Page 2: Pengujian Motor Dan Stator

3.3.1.1 AC High Potensial TestAC High Potensial Test /AC Hi-Pot

Test atau pengujian tegangan 50/60 hertz adalah pengujian dengan menggunakan tegangan pengujian normal 50/60 hertz.

Tegangan yang diterapkan dalam pengujian AC Hi-Pot Test adalah sebesar satu setengah kali dari tegangan line-to- line RMS generator (1,5E) untuk keserasian dengan peralatan dan setelah penggantian kumparan atau bar dipasang, sedangkan pada saat sebelum penggantian kumparan dipasang adalah sebesar 1,5 E +2000.

3.3.1.2 Very-Low-Frequency TestVoltageVery-Low-Frequency Test Voltage

atau VLF Test Voltage adalah pengujian dengan menggunakan tegangan frekuensi0.1 hertz.

Tegangan pada pengujian 0,1 hertz harus 15% lebih besar daripada nilai RMS tegangan pada pengujian AC Hi-Pot Test.

3.3.1.3 DC High Potensial TestPada Hi-Pot Test selain dengan

menggunakan tegangan AC juga dapat dengan menggunakan tegangan DC atau biasa disebut dengan DC Hi-Pot Test.

Besarnya tegangan pengujian DC seharusnya 70 % lebih besar daripada tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test. Tabel 3. Tegangan yang digunakan pada Hi- Pot Test

3.3.2 Insulation Resistance TestInsulation Resistance Test/Megger Test

merupakan pengujian yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan kemampuan isolasi. Megger Test ini dilakukan pada rotor dan stator generator, selain itu juga dapat diterapkan pada semua mesin atau lilitan. Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini disebut Mega Ohm Meter atau Megger Tester atau Megger saja.

Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukkan pembacaan megger dikenal sebagai dielectric absorbtion, yang diperoleh dengan pembacaan yang berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama. Jika pengujian berkelanjutan untuk periode selama 10 menit, megger akan mempunyai kemampuan untuk mempolarisasikan atau mencharge kapasitansi tinggi ke isolasi stator, danpembacaan resistansi akan meningkat jika isolasi bersih dan kering.Rasio pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index atau Indeks Polarisasi (IP). Nilai Indeks polarisasi adalah2,5 atau lebih tinggi pada stator dan 1,25 atau lebih tinggi pada rotor/medan.

Hasilnya mengindikasikan apakah ada atau tidak bagian lilitan yang terhubung singkat pada atau disekitar sistem isolasi. Jika IP terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa lilitan mungkin terkontaminasi oli, kotoran, serangga, atau terbasahi oleh air.

Besarnya Polarization Index (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pengujian TeganganPengujian

TeganganPengujian

Tegang an

IP R 1 0 menit

R menit1

50/60- Hertz AC(RMS)

0,1-HertzAC(puncak)

Penguji anDC

Pembacaan megger yang sangat rendah dan juga indeks polarisasi yang kecil biasanya mengindikasikan adanya kelembaban dan

Sebelum penggantian

1,5 E +2000

2 x1 15,x

1.7x(1,5E) =

pengeringan harus segera dilakukan.Secara garis besar megger pada

kumparan

Keserasian 1,5 E

1( 5, E 2000) 2,25E

1.7x(1,5

generator dibagi menjadi dua yaitu megger stator dan megger rotor.yang membedakan

dengan peralatan

2 1x 15,x 1( 5, E)

E) = 2,25E

adalah tegangan yang diterapkan.Berdasarkan standar IEEE no 43-2000

Setelah penggantian

1,5 E 2 1x 15,

1.7x(1,5E) =

besarnya tegangan yang diterapkan untuk pengujian berdasarkan tegangan kerja pada

kumparan x 1( 5, E) 2,25E lilitan generator dapat dilihat pada tabel 4.

Page 3: Pengujian Motor Dan Stator

Dimana E :Tegangan RMS line-to-line generator

Page 4: Pengujian Motor Dan Stator

Tabel 4. Tegangan DC yang diterapkan untuk pengujian megger berdasarkan tegangan kerja lilitan.

Megger stator sebelum penambahan resin

Megger stator setelah penambahan resinVAC

(tegangan kerja lilitan (line-to-line))

VDC

(tegangan DCyang diterapkan)

Megger stator sebelum divarnis Megger stator setelah rotor dimasukkan Megger stator sebelum busbar di

<100 5001000 – 2500 500 – 10002501 – 5000 1000 – 25005001 – 12000 2500 – 5000>12000 5000 -10000

Alat yang digunakan dalam megger adalah Metriso 5000A dengan tegangan yang diterapkan untuk megger stator sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam megger rotor tegangan yang diterapkan adalah 500 Volt DCkarena melihat kemampuan rotor untuk menahan tegangan.

3.3.2.1 Megger StatorSecara garis besar megger stator

sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger fasa ke fasa dan fasa ke ground. Berikut

connectMaksud megger stator yang

berkelanjutan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kelembaban lilitan stator tetap terjaga dan tidak terjadi hubung singkat atau kerusakanisolasiselama proses perawatan. Jika dalam proses didapatkan nilai indeks polarisasi (IP) yang terlalu kecil itu mengisyaratkan bahwa stator terlalu lembab maka perlu dipanasi dengan lampu halogen.

Tabel 5. Megger fasa – ground stator sebelum busbar di connect.R (Gȍ) S (Gȍ) T (Gȍ)

0,95 0,75 0,6

Tabel 6. Megger fasa – fasa stator sebelum busbar di connect.

adalah rangkaian megger stator : R - S,T-Ground(Gȍ)

R - T ,S-Ground(Gȍ)

S - T,R-Ground(Gȍ)

1,7 1,5 1,7

Gambar 6. Rangkaian megger stator fasa –ground

Megger stator sebelum busbar di connect ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa lilitan stator tidak ada yang mengalami hubung singkat. Apabila terjadi hubung singkat pada lilitan maka pada megger akan menghasilkan nilai hambatan sebesar nol (Z=0).

Gambar 7. Rangkaian megger stator fasa –fasa

Dalam pengukuran megger stator tidak hanya dilakukan sekali saja, pengukuran megger stator tersebut dilakukan berdasarkan suatu tahapan/proses. Megger awal stator

Dengan hasil IP seperti pengujian diatas maka stator masih lembab sehingga perlu dikeringkan supaya dapat didapatkan nilai IP yang sesuai. Kelembaban sangat mempengaruhi nilai IP karena resistansi pada awal pertama besar dan hanya meningkat sedikit pada

saat menit ke-10 sehingga didapatkan IP yang kecil. Ini berbeda pada saat kondisi kering pada saat awal menit pertama nilai resistansi kecil dan meningkat secara bertahap sampai menit ke 10 sehingga akan didapatkan nilai IP yang bagus.

Selain dengan menggunakan acuan indeks polarisasi sebagai penentu apakah lilitan generator dalam keadaan lembab atau

Page 5: Pengujian Motor Dan Stator

mengalami hubung singkat juga dapat digunakan acuan berdasarkan nilai resistansi minimum dengan syarat besarnya nilai resistansinya adalah sebesar tegangan operasi dalam KV ditambah 1 untuk kemudian dikalikan dengan 1000ȍ yang dapat dirumuskan sbb :

generator sebelum dilakukan sebelum heatingdan cleaning.Tabel 7. Megger awal rotor

Cuaca setelah hujan ( 29 °C )

Tegangan 500 V

Waktu ( t ) 1 menit

Rmin

Vrms(

)1 x100.M

Hasil Z = 800 Mȍ

Dimana :Rmin : resistansi minimum lilitan (Mȍ)Vrms : tegangan rms dalam KV (line-to- line)

Contoh pada generator 50 MW dengan tegangan operasi 11,5 KV maka resistansi minimumnya adalah sebesar : Rmin = (11,5 + 1) x 100 Mȍ

= 1250 Mȍ= 1,25 Gȍ

3.3.2.2 Megger RotorPada Megger rotor tegangan yang

dikenakan tidak boleh besar karena akan merusak isolasi pada rotor, karena tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada megger rotor ini digunakan tegangan sebesar 500 V DC.

Resistansi rotor dan stator sangat dipengaruhi oleh kelembabandisekitarnya karena akanmempengaruhi kelembaban lilitan, semakin besar kelembaban maka impedansi semakin besar.Tabel 8. Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas

Cuaca mendung (30 °C)

Tegangan 500 V

Waktu ( t ) 1 menit

Megger Rotor Z = 2,5 Gȍ

Megger Rotor diberi Resin Z = 1 GȍTabel 9. Megger rotor setelah Retaining Ring masuk

Cuaca Mendung (30 °C)

Tegangan 500 V

Waktu ( t ) 1 menit

Megger Rotor Z = 90 Mȍ

Gambar 8. Rangkaian Megger rotorBerdasarkan tahapannya megger

rotor pada saat overhaul tidak jauh berbeda dengan megger stator, berikut tahapan megger rotor :

Megger awal rotor Megger rotor (sebelum Retaining

Ring di lepas) Megger rotor sebelum injeksi DC

(Retaining Ring dilepas) Megger rotor (setelah Retaining

Ring masuk) Cek Megger rotor (Retaining Ring

masuk)Megger awal rotor ini dilakukan

ketika rotor baru saja dikeluarkan dari

Setelah Retaining Ring masuk ini sangat mempengaruhi resistansi rotor sehingga didapatkan nilai hasil megger yang besar.Tabel 10. Cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk

Menit ke Z (Mȍ)

1 65

2 100

3 100

4 105

5 110

6 120

7 121

8 125

9 125

10 130

IP = 2

Page 6: Pengujian Motor Dan Stator

Dengan hasil pada cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk didapatkan hasil bahwa indeks polarisasi sudah memenuhi standar yang ditentukan yaitu sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor setelah Retaining Ring masuk karena dalam pemasangan atau pelepasan Retaining Ring dengan memakai suhu yang sangat tinggi.

3.3.3 DC LeakageDC Leakage adalah tipe

pengukuran lain untuk menentukan resistansi isolasi. Ini diperoleh dengan pengujian dengan set tegangan yang berubah - ubah dimana tegangan yang diterapkan pada isolasi dinaikkan secara

Isolasi yang sempurna adalah mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi – rugi internal. Peningkatan faktor disipasi sebagai fungsi tegangan mengindikasikan angka peningkataan ionisasi, rugi – rugi internal dan pemanasan.

Pengujian ini merupakan pengujian AC yang menggunakan frekuensi kerja peralatan. Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja diterapkan pada isolasi stator, jumlah arus yang mengalir terdiri dari dua komponen arus kapasitif yang relatif besar ( ic ), yang mendahului tegangan 90°, dan arus resistif yang lebih kecil ( ir ) yang sefasa dengan tegangan.

Dielektrik kapasitor yang disimulasikanadalah sistem isolasi yang meliputi dua elektroda, konduktor tembaga tegangan tinggi dan inti besi stator. Faktor daya adalah cos ș, sudut antara tegangan yang diterapkan dan total arus.

bertahap dan arus bocor yang melewatiCos

i r E i r W Watts

isolasi diukur pada masing – masing tegangan. Pengujian ini telah digunakan secara ekstensif dalam peralatan elektris yang sudah tua, terutama menyangkut sistem isolasi, yang didasarkan kepada penyerapan kelembaban.

Tegangan dc yang diterapkan secara bertahap pada pengujian dc leakage

ti Ei t Ei t VA

tegangan maksimumnya dibatasi sampai dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari generator.

Gambar .9. Rangkaian dielektrik dasar.

VDC maksimumDimana :

2 xVAC rms

VDC maksimum : Tegangan dc maksimum pada pengujian dc leakageVAC rms : Tegangan RMS generator

3.3.4 Dissipation FactorPengukuran ini juga biasa disebut

power factor atau tan delta dan merupakan parameter untuk memperlihatkan efisiensi isolasi. Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan stator.

Pengujian ini efektif untuk mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas semikonduktor, jumlah kandungan kehampaan, dan kerusakan parsial.

Gambar 10. Arus pengisian total.

3.3.5 Balancing Voltage Rotor TestSebelum melakukan balancing voltage

rotor test maka dilakukan dahulu pengukuran Impedansi Karakteristik

Rotor untuk menentukan kelinearan impedansi rotor apabila diterapkan tegangan baik dengan pengujian tegangan naik maupun tegangan turun dengan tegangan AC sampai dengan tegangan yang akan diterapkan pada pengujian balancing tegangan rotor.

Dalam balancing voltage rotor ini dibutuhkan alat – alat antara lain adalah supply tegangan yang dapat divariasi berupa

Page 7: Pengujian Motor Dan Stator

voltage regulator, tang Amperemeter danAVO meter.

V

Tabel 12. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring.

Pole A Pole B

Center Pole

Vac- regulator(V)

Vac(V)

I(A)

Z Ÿ)

A

Power Supply(Regulator )10 - 130 V

130 130 4.99 26.05

120 120 4.95 24.24

110 110 4.58 24.01Gambar 11. Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik.

3.3.5.1 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor sebelum Pemasangan Retaining Ring.

Tabel 11. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring.

100 100 4.23 23.64

90 90 3.87 23.25

80 80 3.78 21.16

70 70 3.11 22.5

60 60 2.73 21.97

50 50 2.33 21.45

40 40 1.94 20.61

Vac- regulator(V) Vac

(V)I

(A)Z

Ÿ)

30 30 1.51 19.86

20 20 1.04 19.2310 10 0.53 18.86

20 19.9 1.04 19.13

30 30.2 1.56 19.36

40 40 2.03 20.7

50 50.2 2.47 20.32

60 60.1 2.9 20.72

70 70 3.31 21.14

80 80 3.7 21.62

90 90 4.1 21.95

100 100 4.47 22.37

110 110 4.85 22.68

120 120 5.23 22.94

130 130 5.6 23.21

10 10 0.54 18.51

Gambar 13. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring.

Gambar 12. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring.

Pada waktu uji impedansi karakteristik seharusnya nilai Z perubahannya tidak terlalu besar baik pada saat pengujian tegangan naik maupun pada saat tegangan turun. Tegangan tertinggi pada saat

melakukan pengujian impedansikarakteristik adalah sebesar

tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu pengujian balancing rotor yaitu 130 Volt AC. Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan Retaining Ring (R-R), ini dimaksudkan untuk memastikan impedansi karakteristik rotor masih linear dengan peningkatan tegangan yang diterapkan.

Page 8: Pengujian Motor Dan Stator

3.3.5.2 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor setelah Pemasangan Retaining Ring.

Tabel 13. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring.

90 90.5 4.46 20.29

80 80.5 4 20.12

70 70.6 3.55 19.88

60 60.2 3.05 19.73

50 50.3 2.61 19.27

Vac- regulator(V)

Vac(V)

I(A)

Z Ÿ)

40 40.3 2.1 19.19

30 30.4 1.57 19.3610 10.1 0.62 16.29

20 20.3 1.21 16.77

30 29.9 1.7 17.58

40 39.9 2.19 18.21

50 50.8 2.71 18.74

60 60.9 3.18 19.15

70 70.9 3.64 19.47

80 80.3 4.05 19.82

90 90 4.46 20.18

100 100.6 4.94 20.36

110 110.4 5.34 20.67

120 120.6 5.75 20.97

130 130.1 6.14 21.18

20 20.1 1.06 18.96

10 10.4 0.6 17.33

Gambar 15. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring.

Dari pengukuran impedansi karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil impedansi karakteristik yang linear terhadap tegangan yang diterapkan secara bertahap.

Gambar 14. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring.Tabel 14. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring.

3.3.5.3 Balancing Voltage Rotor TestBalancing voltage rotor test adalah

mengukur ketidakseimbangan tegangan(unbalance voltage) antara kutup A dan kutupB terhadap center pole pada rotor.

Caranya adalah dengan cara menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt AC pada kedua ujung kutup rotor kemudian mengukur besarnya

tegangankutup A terhadapcenter pole kemudian mengukur

kutup yang lain (kutup B) sehingga akanVac- regulator(V)

Vac(V)

I(A)

Z Ÿ)

didapatkan tegangan masing masing tegangan kutup A terhadap center pole (VA) dan

130 130.1 6.14 21.19

120 120.6 5.74 21.01

110 110.5 5.27 20.96

100 100.5 4.89 20.55

tegangan kutup B terhadap center pole (VB). Rangkaian pengujian balancing voltage rotor adalah sebagai berikut :

Page 9: Pengujian Motor Dan Stator

Gambar 12. Rangkaian pengujian balancing tegangan rotor

Dari hasil pengukuran didapatkan hasil percobaan untuk masing masing kutup terhadap center pole adalah sebagai berikut : V kutup A - center pole = 68,8 V V kutup B - center pole = 59,4 V

Syarat seimbang adalah tegangan diantara kutup terhadap center pole adalah harus sama atau masih dalam batas toleransi yaitu maksimal drop tegangannya (¨V) adalah tidak boleh lebih dari 10 % dari total tegangan yang diinjeksikan ke rotor.

adalah hubung singkat dengan rotor, hubung singkat diantara lilitan baik antara fasa yang sama atau berbeda, dan lepas atau rusaknya koneksi lilitan.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan dalam adalah Winding Resistance Meter, produk dari Vanguard Instruments Company type WRM-40. Winding Resistance Meter dapat mengukur resistansi secara akurat dengan range dari 1 mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini dapat digunakan untuk mengukur resistansi lilitan motor, lilitan trafo atau pengujian resistansi rendah yang lain.

Dari hasil pengukuran didapatkan besarnya tahanan dalam masing – masing lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut. R1 : 118,6 miliohm R2 : 119,4 miliohm

Besarnya batas maksimum perbedaan tahanan dalam adalah tidak boleh melebihi dua persen dari total tahanan dalam.

R 1 R 2

Dimana drop tegangannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

RR

max 1 x100 persen2R

V V A C VB C x100 persen

RV

Dimana :¨Rmax = selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2

Dimana :¨V = drop tegangan dalam %VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan rotorVA-C = tegangan hasil pengukuran kutup Aterhadap center poleVB-C = tegangan hasil pengukuran kutup Bterhadap center pole

Dari pengujian diatas total tegangan

R1 = besarnya tahanan dalam kutup Aterhadap center pole.R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole.

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah sebesar :

yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi Rmax , 118 6 , 119 4

x100 persendalam perhitungan drop tegangan adalah sebesar :

118 6,

0 8,

,119 4

V 6 8

8 ,

, 5 9 4

100x130

= 7,076 % x100 persen

238

Jadi besarnya drop tegangan masih 0 3361.persen

dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 %.

3.3.6 Tahanan Dalam (Rd) RotorPengujian tahanan dalam atau coil

resistance test adalah pengujian untuk mengetahui kesetidaktimbangan antar

fasa/kutup. Masalah yang timbul biasanya

Page 10: Pengujian Motor Dan Stator

Dari hasil pengukurandapat disimpulkan bahwa

nilai tahanan dalam rotor masih memenuhi standar karena besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 masih dibawah 2 % yaitu sebesar 0,3361 %.

Page 11: Pengujian Motor Dan Stator

Perbedaan antara megger rotor dengan pengukuran tahanan dalam (Rd) rotor adalah level tegangan yang digunakan untuk pengujian, dalam megger rotor tegangan pengujian adalah besar dengan arus yang kecil hanya dalam orde miliampere. Sedangkan dalam pengukuran tahanan dalam rotor tegangan pengujian hanya sampai beberapa Volt dengan arus yang besar hingga orde puluhan Ampere.

3.3.7 Partial Discharge TestPartial Discharge Test atau PD

test telah dipakai untuk mengukur kualitas isolasi, dan kadang – kadang untuk mendeteksi penurunan isolasi yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi.

PD test dapat dilakukan pada saat generator beroperasi (on-line PD test) dan pada saat generator berhenti operasi atau mengenergize peralatan tegangan tegangan tinggi dengan trafo eksternal(off-line PD test).Pengujian partial discharge secaralangsung mengukur pulsa arus yang dihasilkan dari PD pada lilitan. Jadi proses kegagalan yang dihasilkan PD sebagai gejala dapat dideteksi dengan metode ini.

Page 12: Pengujian Motor Dan Stator

4. Theraja. BL, “Electrical Technology Volume II”, S. Chand & Company LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1994.

5. United States Department of The Interior, “Testing Solid Insulation of Electrical Equipment, Facilities Instructions, Standards, and Tecniques”, Volume 3-1, Facilities Engineering Branch Denver, Colorado, 2000.

6. www.gmc-instruments.com7. www.gepower.com8. www.indonesiapower.co.id9. www.vanguard-instruments.com10. ........., “Drying Turbine Generator

Windings, GEI-69534B”, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

11. ........., “Drying Turbine Generator Windings-Hidrogen Cooled Turbine Generator, GEI-53946D”, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

12. ........., “Insulation Testing of Turbine- Generator Windings, GEK-7613A”, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

13. ........., “Insulation Testing of Turbine- Generator Windings (Epoxy-Bonded Mica Insulation System), GEK-7613F”, Manual Book PLTU Unit1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

BIODATA

Nama : Eko ParjonoNIM : L2F 004 473Lahir di Boyolali pada tanggal 21 Oktober 1985. Riwayat pendidikan : TK Pertiwi Jatirejo, SD N Klabang, SLTP N 1 Sawit, SMU N 1 Kartasura. Saat

ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang, semester 8 dengan Konsentrasi Ketenagaan. Kerja Praktek di PLTU Unit 1PT. Indonesia Power UBP Semarang pada tanggal 3 sampai dengan 31 Desember 2007.

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Abdu l Syaku r , S T , M T NIP. 132 231 132