pengukuran kinerja sektor publik

48
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik yang diampu oleh Budi S. Purnomo, SE, MM, M.Si (2454) Oleh Ghia Giovani (1003038) Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039) Ria Maria (1005888) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: elsa-syefira-qhoirunnisa

Post on 27-Oct-2015

1.552 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Untuk memenuhi salah satu tugas Manajemen Keuangan Sektor Publik

TRANSCRIPT

Page 1: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan

Sektor Publik yang diampu oleh Budi S. Purnomo, SE, MM, M.Si (2454)

Oleh

Ghia Giovani (1003038)

Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039)

Ria Maria (1005888)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

Page 2: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Allah swt. atas penyertaan-Nya dalam

penulisan makalah yang berjudul “PENGUKURAN KINERJA SEKTOR

PUBLIK” sehingga makalah yang kami tulis ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Makalah ini ditulis untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen

Keuangan Sektor Publik.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini. Pihak-

pihak tersebut adalah:

1. Budi S. Purnomo, SE, MM, M.Si. selaku dosen mata kuliah Manajemen

Keuangan Sektor Publik atas kesempatan dan saran yang diberikan dalam

penulisan makalah ini.

2. Keluarga serta teman-teman yang telah memberikan dukungan.

3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan namanya.

Dengan segala kerendahan hati, kami pun menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf

sebelumnya atas segala kekurangan yang ada dalam makalah ini serta jika ada

pembahasan yang tidak tepat. Kami mengharapkan kritik dan saran guna

memperbaiki makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandung, September 2013

Penulis

i

Page 3: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Tema Sentral...................................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengukuran Kinerja......................................................................................3

B. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja................................................................................4

C. Manfaat Pengukuran Kinerja..........................................................................................4

D. Prinsip-prinsip Pemilihan Pengukuran Kinerja..............................................................5

E. Skala Pengukuran...........................................................................................................6

F. Siklus Pengukuran Kinerja.............................................................................................7

G. Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja..................................................7

BAB III PEMBAHASAN

A. Peranan Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja...................................................15

B. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value For Money.....................................................17

C. Pengukuran Value For Money........................................................................................19

D. Pengembangan Indikator Value For Money...................................................................20

ii

Page 4: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

iii

E. Langkah-langkah Pengukuran Value For Money...........................................................21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

Page 5: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinerja satuan organisasi/kerja banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini,

terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan.

Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas

pelayanan yang dilakukan. Walaupun anggaran rutin dan pembangunan yang

dikeluarkan oleh pemerintah semakin membengkak, nampaknya masyarakat

belum puas atas kualitas jasa maupun barang yang diberikan.

Di samping itu, selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan

dari satuan organisasi/kerja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya

sulit untuk dilakukan secara objektif. Kesulitan ini disebabkan belum pernah

disusun suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat menginformasikan

tingkat keberhasilannya.

Kesulitan lain adalah pengukuran tingkat kinerja satuan organisasi/kerja

lebih ditekankan kepada kemampuannya dalam menyerap anggaran. Dengan

kata lain, satuan organisasi/kerja akan dinyatakan berhasil apabila menyerap

100% anggaran pemerintah, walaupun hasil maupun dampak yang dicapai

dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh di bawah standar. Oleh

karena itu, sudah mendesak untuk disusun suatu sistem pengukuran kinerja

yang dapat memberikan informasi atas efektivitas dan efisiensi pencapaian

kinerja satuan organisasi/kerja.

Selama tiga dekade terakhir, belum pernah dikembangkan suatu standar

pengukuran kinerja satuan organisasi/kerja yang dapat memberikan informasi

kepada pimpinan, apakah satuan organisasi/kerja tersebut telah melaksanakan

tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,

terjadi jurang yang sangat luas antara perencanaan satuan organisasi/kerja

dengan pengukuran kinerja atas perencanaan tersebut. Karenanya, perlu

dikembangkan suatu model pengukuran kinerja yang membantu memberikan

1

Page 6: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

2

informasi apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Hal ini

juga sekaligus mengubah paradigma lama bahwa satuan organisasi/kerja yang

sukses dinilai atas keberhasilan penyerapan anggaran, dan bukan atas

pencapaian tujuan yang pada akhirnya memuaskan masyarakat banyak.

Untuk dapat menjawab pertanyaan akan tingkat keberhasilan satuan

organisasi/kerja, maka seluruh aktivitasnya harus dapat diukur. Pengukuran

tersebut tidak semata-mata pada masukan (input) dari kegiatan tetapi lebih

ditekankan kepada keluaran, manfaat, dan dampak dari kegiatan tersebut bagi

masyarakat. Dengan kata lain, sistem pengukuran kinerja yang merupakan

elemen pokok dari laporan akuntabilitas satuan organisasi/kerja akan

mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Selama ini, keberhasilan

suatu satuan organisasi/kerja lebih ditekankan kepada kemampuannya dalam

menyerap sumber daya (terutama anggaran) sebanyak-banyaknya, walaupun

hasilnya sangat mengecewakan.

Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan satuan organisasi/kerja akan

lebih dilihat dari kemampuannya, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya,

untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya.

B. Tema Sentral

Dalam makalah ini, penulis akan secara khusus membahas pengukuran

kinerja dan value for money yang disertai dengan indikator, langkah-langkah

pengukuran, serta pengembangannya di satuan organisasi/kerja pemerintah.

Page 7: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengukuran Kinerja

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor

publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor

publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan

nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat

pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada

tujuan dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam

memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber

daya dan pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk

menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan

kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu

ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari

pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada

indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara

komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang

dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran

3

Page 8: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

4

finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena

itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.

B. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and

bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

C. Manfaat Pengukuran Kinerja

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk

menilai kinerja manajemen.

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan

kolektif untuk memperbaiki kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward

and punishment).

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka

memperbaiki kinerja organisasi.

6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah

terpenuhi.

7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

Page 9: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

5

D. Prinsip-prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih

ukuran-ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang

ada

Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh

manajemen. Apabila skema indikator

kinerja sudah tidak berfungsi, maka

manajemen akan mengembangkan skema

baru.

Mengukur kegiatan yang

penting, tidak hanya hasil

Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran

hasil sering diformulasikan dalam rasio

keuangan. Pencapaian hasil akan

menunjukkan adanya permasalahan. Hasil

tersebut tidak akan menunjukkan

diagnosis hasil.

Pengukuran harus mendorong

tim kerja yang akan mencapai

tujuan

Pembagian proses pengukuran

menciptakan lingkungan tim kerja yang

aktivitasnya diarahkan pada pencapaian

tujuan organisasi.

Pengukuran harus merupakan

perangkat yang terintegrasi,

seimbang dalam penerapannya

Agar efektif, sistem pengukuran harus

diciptakan sebagai perangkat terintegrasi

yang diperoleh dari strategi perusahaan.

Sebagian besar perusahaan berusaha

meminimalkan biaya, meningkatkan

kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan

produksi, dan menciptakan pengembalian

investasi yang wajar.

Pengukuran harus memiliki

fokus eksternal jika

memungkinkan

Ukuran internal yang umum dipakai

dalam sebuah organisasi perbandingan

kinerja dari tahun ke tahun. Suatu

perbandingan tertentu dapat dilakukan ke

tingkatan mikro: divisi, departemen,

Page 10: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

6

kelompok, bahkan individu.

E. Skala Pengukuran

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a) Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah

tingkatannya karena dengan skala ini obyek pengukuran hanya dapat

dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan

kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan

berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan

lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain,

tetapi hanya sekedar berbeda.

b) Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala

nominal karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala

nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang

berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal,

yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini

dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat

dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.

c) Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran

yang sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau

antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.

d) Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena

skala ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di

bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti

bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada

titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

Page 11: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

7

F. Siklus Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses

penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan

dan sasaran, kebijakan, program operasional dan kegiatan/aktivitas.

2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan

setelah perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas

yang dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.

3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga

langkah, yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan

dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data

yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data

pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang

dapat dimengerti dan bermanfaat.

4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas

indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih

penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan

(inputs) dan keluaran (outputs).

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan

ukuran kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya.

Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi

tindakan dalam organisasi.

G. Informasi yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja

a) Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada

anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan

menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual

dengan anggaran yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

1. Varians pendapatan (revenue varians)

Page 12: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

8

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk

peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

2. Varians pengeluaran (expenditure variance)

Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan

untuk  membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya  lancar dan

terus menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan

roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure

variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya

cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah

aset atau kekayaanpemerintah, dan selanjutnya akan menambah

anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

Setelah dilakukan analisis varians, maka tahap selanjutnya dilakukan

identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusuri

varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.

b) Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap

kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja

yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi

dewasa ini adalah  Balanced Scorecard. Metode Balanced

Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek

finansial dan juga aspek nonfinasial.  Balanced Scorecard dinilai cocok

untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya

menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif

dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang

menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun

pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan

Page 13: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

9

(Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode ini melibatkan empat

aspek, antara lain :

1. Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced

scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari

konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh

pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah

perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan dari strategi

memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja

keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan

bisnis, yaitu:

Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan

perusahaan dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan

terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk

mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi,

menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem,

infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung

hubungan global, serta membina dan mengembangkan

hubungan dengan pelanggan.

Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih

melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan

tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan

mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan

mengembangkannya jika memungkinkan.

Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-

benar menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak

ada lagi investasi besar, baik ekspansi pembangunan

kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan

perbaikan.

2. Perspektif  kepuasan pelanggan (customer perspective)

Page 14: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

10

Dalam perspektif ini, perhatian perusahaan harus ditujukan

pada kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi,

dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini,

peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua

kelompok pengukuran, yaitu:

Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen

pengukuran, yaitu:

1) Pangsa Pasar (market share) : pangsa pasar ini

menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah

unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam

bentuk jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan atau

volume satuan yang terjual.

2) Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan

tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan

hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan

dengan mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis

dengan pelanggan yang ada saat ini.

3) Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini

menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu

menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi

ini dapat diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah

pelanggan baru di segmen yang ada.

4) Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran

ini berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan

terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.

Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja

yang terdapat pada Core value proportion didasarkan pada

atribut sebagai berikut:

1) Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau

jasa, harga, dan kualitas. Perusahaan harus

Page 15: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

11

mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas

produk atau jasa yang ditawarkan.

2) Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan

mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa

puas atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

3) Image and reputation membangun image dan reputasi dapat

dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang

dijanjikan.

3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis

utama yaitu:

1) Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan,

proses inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana

efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi

ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses

penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat

dibagi menjadi dua yaitu:

Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian

dasar dan terapan.

Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

2) Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing

organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses,

konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang

diberikan kepada pelanggan.

3) Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal

adalah dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual

kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup

Page 16: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

12

penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna

jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth

perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya

suatu organisasi bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya,

memantau kesejahteraan karyawan, dan meningkatkan pengetahuan

karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan

karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk

berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan

tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang

istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

5. Perspektif/Faktor yang Dinilai  Misi atau Visi

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk

variabel kunci.Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan

faktor-faktor yang menjadi penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik

variabel kunci, yaitu :

1) Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

2) Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan

cepat

3) Perubahannya tidak dapat diprediksi

4) Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

5) Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun

melalui ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh, kepuasan

masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan tetapi dapat

dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan

demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci:

Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci

Page 17: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

13

Rumah Sakit dan

hotel

Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total

kamar yang tersedia)

Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari

Perusahaan

Listrik Negara

KWH yang terjual

Perusahaan

Telekomunikasi

Jumlah pulsa yang terjual

Perusahaan Air

Minum

Jumlah debit air yang terjual

DLLAJ Jumlah alat angkutan umum

Paid seats/capacity seats

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki

Panjang jalan yang disapu/dibersihkan

Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas

Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani

DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

tertangani

Jumlah rapat yang dilakukan

Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam

Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini

merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya

dengan segera.

Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin

memulai upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap

pengukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas

pengukuran kinerja akan dilakukan.

Page 18: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

14

2) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan

(on-going process)

3) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif.

Proses ini merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk

selalu berupaya memperbaiki kinerja.

4) Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi

Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan

besarnya organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

Page 19: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peranan Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja

Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang

telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor

keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja

kunci (key performance indicator).

Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan

kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi

manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non-

finansial pada kondisi waktu tertentu.

Indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat

dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat  finansial maupun

non-finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator

ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

a) Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit

cost), misalnya biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki,

jumlah ton sampah yang terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan

mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karena output yang

dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe

pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator

kinerja produksi misalnya belanja per kapita.

b) Penggunaan (utilization)

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang

ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public

demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik

sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau presentase

15

Page 20: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

16

tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu

rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja

ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas

kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.

c) Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena

menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu

perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

d) Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau

peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan

dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

e) Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara

langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi

masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan

indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi

misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut

memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja:

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja

Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang

masuk

Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per

pasien yang masuk

Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per

pasien yang masuk

Penggunaan fasilitas

Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit

Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun

Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang

Page 21: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

17

masuk kembali

Proporsi tingkat hunian

Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah

total penduduk untuk wilayah tertentu

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total

panjang jalan

Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total

panjang jalan

Kondisi jalan

Keamanan jalan (road safety)

Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah

kriminalitas yang terdeteksi/tercatat

% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran

lalu lintas

% Jumlah pengaduan masyarakat yang

tertangani/Jumlah total pengaduan masyarakat yang

masuk

DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk

Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun

Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun

% Jumlah peserta rapat per total anggota

Dispenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

B. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value for Money

Menurut Mahmudi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja

Sektor Publik menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut:

a) Sederhana dan mudah dipahami,

b) Dapat diukur,

c) Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan

angka,

Page 22: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

18

d) Dikaitkan dengan standar atau target kinerja,

e) Berfokus pada costumer service, kualitas, dan efisiensi, dan

f) Dikaji secara teratur.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor

publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi,

dan efektivitas.

Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada

organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah

dalam melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya mengukur output

karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output berwujud tetapi

lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur kinerja

pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar

penilaian kinerja. Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator

kinerja, antara lain :

1. Sistem perencanaan dan pengendalian

Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan

bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh

bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando yang jelas yang

didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan, serta

tanggungjawab.

2. Spesifikasi dan standarisasi

Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan

menggunakan spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan

bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.

3. Kompetensi teknis dan profesionalisme

Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan

standarisasi yang ditetapkan maka diperlukan personel yang memiliki

kompetensi teknis dan professional dalam bekerja.

4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar

Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan

hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial, sedangkan

Page 23: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

19

mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang

menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran kinerja digunakan

sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (alat

pembinaan).

5. Mekanisme sumber daya manusia

Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk

memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.

Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :

a) Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b) Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan

c) Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial

d) Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan

pilihan

e) Untuk menunjukkan standar kinerja

f) Untuk menunjukkan efektivitas

g) Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya

yang paling baik untuk mencapai target sasaran

h) Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial

untuk dilakukan penghematan biaya.

C. Pengukuran Value for Money

Kriteria pokok manajemen publik  didasari atas: ekonomi, efisiensi,

efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang

dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban atas

pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat) dalam

pengadaan dan alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya guna) dalam

penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai

tujuan atau sasaran.

Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara

obyektif  digunakanlah indikator kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi

biaya dan kualitas pelayanan.

Page 24: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

20

D. Pengembangan Indikator Valur for Money

Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai

pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi

menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi),

dan indikator kualitas pelayanan (efektifitas). Indikator kinerja harus dapat

dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga akan membantu

pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan dalam

mengawasi kinerja anggaran.

Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:

1) Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of

input). Dengan kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan

jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang

dimungkinkan (spending less).

2) Efisiensi

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan

antara output yang dihasilakn terhadap input yang digunakan (cost of

output), dan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang

serendah-rendahnya (spending well).

3) Efektifitas

Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau

target kebijakan (hasil guna). Kegiatan operasional dikatakan efektif

apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan

(spending wisely).

Dari uraian diatas, value for money sangat berkaitan. Ekonomi

membahas masukan (input), efisiensi membahas masukan (input) dan

keluaran (output), dan efektifitas membahas mengenai keluaran (output) dan

dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 25: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

21

Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama.

Karena disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis

dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai target. Sedang dipihak

lain, program dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak dicapai

dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu program efektif dan efisien maka

program tersebut dikatakan cost-effectivenness.

E. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money

a) Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang

dipergunakan dan merupakan ukuran relatif.

b) Pengukuran Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi

dalam bentuk relatif, karena efisiensi diukur dengan membandingkan

keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan

cara:

Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada

proporsi peningkatan input.

Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada

proporsi penurunan output.

c) Pengukuran Efektifitas

Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,

maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.

d) Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap

masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output,

Page 26: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

22

karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya

terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan

dampak yang dihasilkan (Smith, 1996)

e) Estimasi Indikator Kinerja

           Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :

1. Kinerja tahun lalu

Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator

kinerja. Karena merupakan perbandingan bagi unit untuk melihat

seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping itu, terdapat

time lag antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang

timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang timbul pada tahun

sekarang dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.

2. Expert Judgement

Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh

terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan

dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert

judgement digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu,

dari segi biaya juga tidak terlalu mahal. Tetapi mempunyai

kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif para

pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara

otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami

peningkatan kinerja.

3. Trend

Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena

adanya pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.

4. Regresi

Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh

variabel-variabel independen mampu mempengaruhi variabel

dependen.

f) Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja

Page 27: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

23

Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi,

dan efektivitas adalah memahami operasi dalam menganalisis kegiatan

dan program yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan

yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi

sumber daya input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau

beberapa proses konversi atau operasi.

Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: output, akibat, dampak, dan

distribusi manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan

sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap tujuan program. Hal ini

disebut dengan outcome program.

Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu

program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu

dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran kinerja pengganti

tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program. Terlalu

banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan

perilaku disfungsional pada manajer dan pengambilan keputusan.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input

Input Mahasiswa -       Latar belakang sosial ekonomi

-       Latar belakang budaya

Sumber Daya -       Jumlah dosen

-       Fasilitas

Indikator Proses

Staf -       Kualitas dosen

-       Tingkat perpindahan dosen

Perkuliahan -       Frekuensi temu kelas dan konsultasi

-       Rasio dosen

Kurikulum -       Mata kuliah utama

-       Mata kuliah pilihan

Daya Dukung Pendidikan -       Forum-forum ilmiah

Page 28: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

24

-       Saran olahraga

Organisasi -       Manajemen perguruan tinggi

-       Organisasi mahasiswa

Mutually -       Tingkat ekspektasi dosen

-       Tingkat tanggung jawab mahasiswa

Indikator Output

Mahasiswa -       Sikap dan perilaku masasiswa

-       Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran

Dosen -       Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran

-       Keterlambatan

Page 29: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanSistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu

strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran

kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi. Pengukuran

kinerja dilakukan melalui lima tahapan, yaitu perencanaan strategi,

penciptaan indikator kinerja, mengembangkan sistem pengukuran kinerja,

penyempurnaan ukuran, dan pengintegrasian dengan proses manajemen.

Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja meliputi informasi

finansial dan non-finansial dengan indikator value for money dibagi menjadi

dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi), dan

indikator kualitas pelayanan (efektifitas).

Langkah-langkah dalam pengukuran value for money yaitu sebagai

berikut:

a. Pengukuran Ekonomi

b. Pengukuran Efisiensi

c. Pengukuran Efektifitas

d. Pengukuran Outcome

e. Estimasi Indikator Kinerja

f. Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja

25

Page 30: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nordiawan, Deddi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Teknik Pengukuran Kinerja di Lingkungan Departemen Agama. Tersedia:

http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/TekPengukuranKinerja.pdf

Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

26