penilaian kerentanan sumberdaya air akibat … · nama program: air, sanitasi dan kebersihan...

67
PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI LAPORAN PENDAHULUAN USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

Upload: danghuong

Post on 05-May-2019

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

Page 2: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

Iklim berubah: Perubahan iklim mengakibatkan musim kemarau berkepanjangan dan musim hujan yang lebih singkat namun dengan curah hujan yang tinggi. Keduanya merupakan tantangan yang sangat berat dan dapat menghambat kinerja PDAM.

Kredit Foto: Virgi Fatmawati/ IUWASH Jakarta

Page 3: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

Laporan ini disusun dengan dukungan dari Rakyat Amerika Serikat melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International Development/USAID). Isi laporan ini merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari DAI dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.

Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia (USAID Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene)

Kantor USAID Sponsor: Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia (USAID/Indonesia Office of Environment)

Nomor Kontrak: AID-497-C-11-00001

Kontraktor: DAI

Tanggal Penerbitan: September 2012

Penyusun: DAI

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 4: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya
Page 5: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 11.1. Proyek Air, Sanitasi dan Kesehatan Perkotaan Indonesia 31.2. Strategi Perubahan Iklim dan Pembangunan USAID 4

SUMBERDAYA AIR DAN PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 52.1. Meningkatnya Ancaman 6

2.1.1. Suhu 62.1.2. Curah Hujan 62.1.3. Cuaca Ekstrem 72.1.4. Kenaikan Muka Laut 7

2.2. Dampak Perubahan Iklim 82.2.1. Air Permukaan (Sungai, Danau, Bendungan) 92.2.2. Air Tanah 9

2.3. Sumber Daya Air Indonesia dan Perubahan Iklim 102.4. Mengatasi Tantangan 11

PENDEKATAN PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR DAN PERENCANAAN ADAPTASI 133.1. Prinsip Dasar dan Asumsi 143.2. Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air dan Perencanaan Adaptasi 16

3.2.1. Evaluasi Situasi Saat Ini — Skenario Kondisi Saat Ini (Baseline Scenario) 163.2.2. Penilaian Risiko Perubahan Iklim – Skenario Berdasar Perubahan Iklim (Climate

Change Driven Scenario) 193.2.3. Rencana Adaptasi – Tanggapan Manajemen Risiko 223.2.4. Implementasi, Integrasi dan Pembelajaran 24

ALAT BANTU PENILAIAN KERENTANAN DAN PERENCANAAN ADAPTASI 274.1. Matriks Risiko Sumberdaya (Asset Risk Matrix) PDAM 28

4.1.1. Metodologi Pemberian Skor 294.1.2. Pelaksanaan MRA PDAP 30

4.2. Analisis Geospasial 324.3. Model Sirkulasi Umum 344.4. Analisis Kriteria Umum dan Analisis Biaya-Manfaat 36

4.4.1. Analisis Kriteria Umum 364.4.2. Analisis Biaya-Manfaat 37

MELAKSANAKAN KERANGKA KERJA PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR DAN PERENCANAAN ADAPTASI 395.1. Pemilihan Lokasi 405.2. Langkah Pelaksanaan 41

REFERENSI 43

LAMPIRAN 45Lampiran A: Daftar Pustaka Teranotasi 45Lampiran B: Rancangan Lingkup Kerja Penelitian Ambang Dasar Untuk Penilaian Kerentanan

Sumberdaya Air 48Lampiran C: Gambaran Pilihan Adaptasi Perubahan Iklim di Sektor Air 55Lampiran D: Contoh Analisis Kriteria Umum 57Lampiran E: Penilaian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi Sumberdaya Air :

Kerangka Laporan PDAM 58

Page 6: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya
Page 7: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 1

PENDAHULUAN

Page 8: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

2 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Perubahan iklim menimbulkan persoalan yang kompleks bagi pemerintah dan program-program pembangunan, antara lain karena beragamnya pemangku kepentingan yang terlibat, perbedaan definisi konseptual, banyaknya data serta proses penafsiran yang harus dilakukan, dan luasnya spektrum pilihan adaptasi yang tersedia. Sekalipun amat kompleks, mengintegrasikan variabel-variabel perubahan iklim ke dalam program perencanaan dan investasi amatlah penting untuk dilakukan oleh badan-badan pemerintahan dan penyedia layanan.

Menyadari pentingnya hal ini, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (US Agency for International Development/USAID) juga memasukkan pertimbangan adaptasi perubahan iklim ke dalam lingkup kerja Proyek Air, Sanitasi, dan Kebersihan Perkotaan Indonesia (Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene/IUWASH). USAID mengakui bahwa keberhasilan dalam meningkatkan akses terhadap air bersih yang telah dicapai saat ini hanya dapat dipertahankan keberlanjutannya apabila PDAM dan pemerintah daerah mulai secara sadar menyusun rencana menghadapi iklim yang lebih tak menentu, dan selanjutnya juga menjalankan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi sumberdaya sumberdaya asumberdaya alam dan infrastruktur yang ada di wilayah mereka. Di dalam Komponen 2 dari Proyek ini—“Peningkatan kapasitas untuk menyediakan layanan air bersih dan sanitasi berkelanjutan”—salah satu keluaran program spesifik yang ditetapkan di dalam ketentuan rujukan (terms of reference) adalah sebagai berikut: “Paling tidak 20 PDAM melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim berdasar penilaian awal kerentanan sumber air baku.”

Untuk memenuhi sasaran tersebut, laporan pendahuluan ini menguraikan pendekatan IUWASH dalam mengintegrasikan adaptasi terhadap perubahan iklim ke dalam program yang dilakukan. Hal ini karena Proyek berupaya meningkatkan akses berkelanjutan terhadap sumberdaya air dan layanan sanitasi. Lebih jelasnya, laporan ini memberikan kerangka kerja konseptual dan panduan pelaksanaan untuk pola kerja IUWASH dengan PDAM, dengan tujuan untuk memperkuat daya tahan terhadap perubahan iklim. Ada lima bagian dalam laporan ini yaitu:

Bagian 1 (bersambung setelah ini) mengenalkan secara ringkas latar belakang Proyek IUWASH, termasuk sasaran keseluruhan, lingkup geografis, dan integrasi adaptasi perubahan iklim. Bagian ini lebih lanjut memberikan garis besar mengenai hubungan pekerjaan ini dengan strategi USAID yang lebih luas dalam hal perubahan iklim dan pembangunan;

Bagian 2 memberikan konteks mengenai kerentanan PDAM di Indonesia, khususnya menghadapi perubahan iklim. Bagian ini menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam kondisi iklim saat ini dan juga bagaimana tantangan tersebut mungkin akan menjadi semakin berat akibat perubahan iklim di masa mendatang;

Bagian 3 menguraikan tentang penilaian kerentanan PDAM dan kerangka kerja perencanaan adaptasi yang dipergunakan oleh Proyek IUWASH bersama PDAM dan para pemangku kepentingan lainnya. Lebih jelasnya, bagian ini membahas tentang (a) prinsip yang menjadi dasar kerangka kerja, (b) langkah dan sub-langkah dari proses penilaian kerentanan, dan (c) metodologi pemilihan dan penyusunan prioritas pilihan-pilihan adaptasi;

Bagian 4 menguraikan berbagai alat bantu yang dipergunakan IUWASH untuk mendukung dan membimbing pelaksanaan kerangka kerja ini termasuk Matriks Risiko Sumberdaya PDAM (PDAM Asset Risk Matrix), analisis geospasial (geospatial analysis), model sirkulasi umum (general circulation model), analisis kriteria umum (multi-criteria analysis), dan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis); dan

Bagian 5 menguraikan langkah pelaksanaan kerangka kerja ini berkaitan dengan upaya IUWASH untuk melibatkan paling tidak 20 PDAM dalam dialog tentang kerentanan perubahan iklim dan pilihan-pilihan adaptasi yang potensial.

Yang perlu diketahui, dalam laporan pendahuluan ini tidak memasukkan pembahasan mengenai cara penerapan kerangka kerja perubahan iklim IUWASH di wilayah tertentu, karena hal ini akan diuraikan dalam rencana adaptasi masing-masing PDAM (satu rencana untuk tiap kota).

Page 9: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 3

Turunnya biaya air per unit yang dibayar oleh warga miskin di kelompok masyarakat sasaran, paling tidak sebesar 20%, melalui layanan yang lebih partisipatif, transparan, akuntabel dan terdukung secara keuangan.

Untuk membantu tersedianya akses yang lebih setara bagi semua orang, IUWASH menekankan pada memperluas akses di kalangan masyarakat berpendapatan rendah di perkotaan, yang saat ini merupakan kelompok yang memiliki akses paling terbatas terhadap layanan-layanan tersebut. Untuk memastikan agar perbaikan akses yang tercapai dapat terus berkelanjutan, IUWASH menjalankan kegiatan-kegiatan yang menunjang tercapainya tiga jenis hasil antara. Hasil-hasil antara ini adalah:

Meningkatnya permintaan air minum yang aman dan sanitasi yang lebih baik di kalangan masyarakat dan rumah tangga perkotaan yang saat ini aksesnya masih belum mengalami perbaikan;

Perbaikan layanan air dan sanitasi yang disediakan sektor publik maupun swasta di wilayah perkotaan, dengan kapasitas berkelanjutan yang memadai untuk memenuhi peningkatan permintaan; dan

Perbaikan tata kelola dan keuangan akan membentuk lingkungan mendukung yang memungkinkan adanya akses yang setara untuk air minum yang aman dan sanitasi yang lebih baik di wilayah perkotaan.

1.1. PROYEK AIR, SANITASI DAN KESEHATAN PERKOTAAN INDONESIA

Proyek Air, Sanitasi, dan Kebersihan Perkotaan Indonesia atau USAID Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) Project (Kontrak No. AID- 497-C-11-00001) adalah program selama 60 bulan yang dirancang untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai sasaran air bersih dan sanitasi dalam MDG dengan memperluas akses terhadap layanan tersebut. Proyek IUWASH (selanjutnya disebut juga dengan istilah “Proyek”) bekerja sama dengan badan-badan pemerintah Indonesia (pusat, provinsi, lokal), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat, universitas, dan sektor swasta. Dengan pendanaan USAID sebesar $33,7 juta, Proyek ini diharapkan memberi manfaat berikut bagi Indonesia: Dua juta orang di wilayah perkotaan mendapat

akses sumberdaya air bersih yang lebih baik berkat bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat;

200.000 orang di wilayah perkotaan mendapat akses fasilitas sanitasi yang lebih baik berkat bantuan Pemerintah Amerika Serikat; dan

Penyedia Layanan

W

arga

& M

asya

raka

t Sipil Pem

erintah

Daerah

Komponen Satu: Menggerakkan

Permintaan Layanan Sumberdaya Air dan

Sanitasi

Komponen Tiga: Memperkuat Kebijakan dan Keuangan untuk

membentuk Lingkungan yang Mendukung

Perbaikan Layanan Air dan Sanitasi

Komponen Dua: Memperbaiki dan

Meningkatkan Kapasitas Layanan Air dan Sanitasi

Advokasi

Regulasi & SupervisiAkuntabilitas

Penyampaian Layanan

Di samping sasaran-sasaran di atas, ada tiga komponen teknis yang secara bersama-sama akan membawa pada peningkatan akses layanan air dan sanitasi (lihat grafik yang menguraikan Kerangka Kerja Konseptual IUWASH). Komponen Satu fokus pada menggerakkan permintaan; Komponen Dua bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran layanan; dan Komponen Tiga berupaya untuk memperbaiki lingkungan penunjang. Komponen-komponen ini saling memperkuat dan sasaran di masing-masing komponen terkait secara langsung—dengan kata lain, salah satu komponen tidak akan mencapai keberhasilan jika dua komponen yang lain tidak mencapai keberhasilan yang serupa. Secara spesifik, upaya Proyek untuk mendorong tercapainya daya tahan terhadap perubahan iklim pada sektor air berada di dalam lingkup Komponen Dua yang terutama fokus pada kinerja operasional, teknis dan keuangan PDAM dan penyedia layanan sanitasi perkotaan.

Page 10: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

4 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

“membantu melindungi investasi yang telah ada dari dampak perubahan iklim, mempertahankan kemajuan pembangunan dan menunjang keamanan ekonomi” (hal. 15). Tentu saja, kapasitas adaptasi mitra lokal seperti PDAM memiliki banyak segi, dan dengan demikian upaya untuk mengembangkan kapasitas ini bisa meliputi meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim secara menyeluruh, analisis kerentanan yang dihadapi secara kelembagaan, kemampuan mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam skenario perencanaan jangka panjang, dan juga kemampuan untuk menanggapi ancaman yang terus berkembang. Selain itu, seperti yang dinyatakan dalam strategi USAID, pengetahuan ilmiah saja tidak cukup untuk dapat memberi respons yang memadai terhadap perubahan iklim, tetapi harus didampingi dengan “sistem tata kelola yang efektif ” terdiri dari “aturan dan kebijakan serta lembaga dan proses yang efektif untuk merancang, menjalankan, memantau, dan menegakkannya” (hal. 16). Penekanan terhadap tata kelola, yakni berupaya untuk memperbaiki proses tata kelola yang mendukung sektor air dan sanitasi, melengkapi pendekatan teknis IUWASH.

Berkaitan dengan Sasaran Strategis 3, dimasukkannya perubahan iklim ke dalam IUWASH merupakan contoh yang baik mengenai bagaimana USAID dapat mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam programnya. Dan memang, Bab IV dari Strategi Perubahan Iklim USAID menyebutkan bahwa kegiatan sumberdaya air, sanitasi, dan kebersihan adalah bidang-bidang yang memberi peluang terbesar untuk mengintegrasikan tema perubahan iklim ke dalam program USAID di lapangan. Secara khusus, dokumen tersebut menyebutkan bahwa, “Perencanaan dan pengelolaan sistem air dan sanitasi membutuhkan tindakan antisipasi terhadap tekanan yang berkaitan iklim, seperti curah hujan dan debit air yang lebih sulit diprediksi, dan tekanan tak berkaitan iklim seperti pertumbuhan populasi [dan] polusi” (hal. 19). Mengingat pengarusutamaan perubahan iklim ke dalam program WASH masih berada di tahap awal, bantuan teknis di dalam IUWASH yang diuraikan dalam laporan ini merupakan sebuah peluang penting untuk belajar jenis pendekatan dan alat bantu apa yang paling tepat untuk diterapkan di lapangan. Dengan demikian, harapan kami adalah pelajaran yang diperoleh IUWASH dan USAID-Indonesia dapat diterapkan ke proyek USAID di luar Indonesia, sehingga dapat mendukung upaya USAID untuk membentuk daya tahan di sektor WASH di seluruh dunia.

Secara operasional, IUWASH adalah proyek berbasis wilayah yang ditunjang oleh kantor pusat di Jakarta dan kantor wilayah di Medan, Semarang, Surabaya dan Makassar, serta kantor-kantor cabang dan penghubung di sekitar 30 lokasi lain. Dengan struktur semacam ini, IUWASH memiliki tujuan untuk membantu kira-kira 50 PDAM dan pemerintah lokal untuk memperbaiki akses terhadap air yang aman dan sanitasi yang memadai.

1.2. STRATEGI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN USAID

Yang penting untuk diketahui adalah dimasukkannya persoalan perubahan iklim dalam Proyek IUWASH bukanlah keputusan program yang berdiri sendiri, namun sejalan dengan strategi USAID untuk mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam programnya di seluruh dunia. Seperti yang disebutkan dalam Strategi Perubahan Iklim USAID 2012, USAID berupaya untuk “membangun kemampuan negara-negara lain untuk mempercepat peralihan mereka menuju pegembangan ekonomi berkelanjutan yang berdaya tahan terhadap perubahan iklim dan beremisi rendah” (USAID, 2012). Misi yang luas ini dibagi ke dalam tiga sasaran strategis berikut (hal. 1):

SS 1. Mempercepat transisi ke pembangunan rendah emisi melalui investasi pada energi bersih dan kelestarian lingkungan;

SS 2. Meningkatkan daya tahan manusia, tempat, dan mata pencarian melalui investasi dalam adaptasi; dan

SS 3. Memperkuat hasil pembangunan dengan mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam program, pembelajaran, dialog kebijakan, dan operasional USAID.

Pekerjaan yang diuraikan di sini berada di dalam lingkup SS 2 sekaligus SS 3 karena memiliki fokus pada adaptasi oleh PDAM sekaligus menjadi bagian dari investasi USAID yang lebih luas di sektor air. Berkaitan dengan fokus tersebut, USAID menguraikan bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim adalah upaya-upaya yang

Page 11: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 5

SUMBERDAYA AIR DAN PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Page 12: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

6 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Indonesia menghadapi ancaman lingkungan yang serius dari berbagai aspek sebagai akibat dari pembangunan ekonomi dan pertumbuhan populasi yang cepat namun dikelola secara kurang baik. Masalah lingkungan hidup ini menimbulkan tantangan fundamental terhadap keamanan sumber daya air Indonesia. Banyaknya perubahan penggunaan lahan telah mengurangi potensi penyerapan air hujan ke dalam tanah di wilayah tak berhutan dan perkotaan, sehingga mengakibatkan penurunan muka air tanah. Air hujan yang dahulu mengisi akuifer di bawah permukaan kini semakin banyak yang mengalir sebagai limpasan di permukaan tanah. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya banjir, erosi dan sedimentasi, longsor, tanah jenuh air, kerusakan tanaman, kontaminasi air, dan kerusakan infrastruktur.

Limbah dari sistem sanitasi dan pencemar industri yang tak diolah telah mencemari sumber-sumber air baku. Banjir dapat menghanyutkan dan menyebarkan pencemar dari limbah industri, pertanian dan domestik (meluapnya tangki septik, hanyut dan tersebarnya sampah dari tempat pembuangan akhir). Meningkatnya erosi tanah dapat meningkatkan padatan tersuspensi, garam-garam dan bahan pencemar. Dengan demikian, makin banyaknya limpasan dan erosi tanah memiliki peran dalam turunnya kualitas air. Sedimentasi yang berlebihan dapat mengganggu ekosistem, mempengaruhi alur sungai dan debit air, dan mengurangi kapasitas penyimpanan danau.

Manajemen yang buruk dan tak memadainya infrastruktur mengakibatkan lebih dari 50% kebutuhan air di Indonesia saat ini dipenuhi oleh air tanah dari akuifer di bawah permukaan (BAPPENAS, 2010). Karena sumber air jenis ini tidak diisi kembali secara memadai, maka pola semacam ini tidak dapat berkelanjutan. Lebih jauh lagi, banyak lingkungan perkotaan, termasuk Jakarta, yang mengalami penurunan muka tanah akibat pengambilan air tanah berlebihan. Hal ini mengakibatkan banjir menjadi semakin meningkat frekuensinya dan semakin parah dampak kerusakannya terhadap infrastruktur yang ada. Selanjutnya, penurunan muka air tanah mengakibatkan semakin jauhnya rembesan air laut ke sumber-sumber air tanah. Tangki septik yang bocor serta sumber-sumber pencemar lain juga merusak kualitas air tanah yang masih tersisa.

2.1. MENINGKATNYA ANCAMAN

Perubahan iklim diperkirakan membuat ancaman terhadap keamanan sumber daya air Indonesia menjadi semakin parah. Bagian ini memberi gambaran mengenai bagaimana iklim Indonesia telah berubah, proyeksi perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang yang selanjutnya akan membahayakan keamanan sumber daya air.

2.1.1. SUHU

Indonesia telah mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah sekitar 0,5°C di abad ke-20 ((BAPPENAS, 2009), atau 0,3°C sejak 1990 (Bank Dunia, tanpa tanggal). Rata-rata suhu Indonesia diproyeksikan meningkat sebesar 0,8°C hingga 1,0°C antara tahun 2020-50, jika dibandingkan dengan periode data dasar tahun 1961-1990 (BAPPENAS, 2010); dan antara 2,1°C dan 3,4°C pada tahun 2100 (Boer dan Faqih, 2005, Rataq, 2007). Peningkatan suhu ini bervariasi tergantung pada pulau atau wilayah dan juga pada musim, dan mungkin bisa mencapai 2°C (BAPPENAS, 2009). Meningkatnya suhu mengakibatkan semakin tingginya penguapan, stres tanaman, dan prevalensi penyakit-penyakit yang menyebar melalui air.

2.1.2. CURAH HUJAN

Indonesia mengalami penurunan curah hujan tahunan di wilayah selatan dan peningkatan curah hujan di wilayah utara (Bank Dunia, 2011). Secara keseluruhan, terjadi penurunan curah hujan tahunan pada beberapa dasawarsa terakhir (Aldrian, 2007). Pola hujan musiman juga telah bergeser sehingga di wilayah selatan pada musim hujan curah hujan meningkat, sementara curah hujan musim kemarau di wilayah utara turun. Sekali pun demikian, akibat perubahan iklim yang terus berlanjut, diperkirakan Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan sebesar 2% hingga 3% per tahun (Rataq, 2007, Susandi, 2007). Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Asia Tenggara telah mengalami penurunan curah hujan tahunan, namun kecenderungan ini diperkirakan akan berbalik pada pertengahan abad ini. Di masa mendatang diperkirakan

Page 13: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 7

Iklim masa depan

Agustus Desember Mei

Cur

ah H

ujan

Iklim saat ini

Gambar 1: Prediksi pergeseran pola curah hujan Indonesia karena perubahan iklim (UNDP, 2007)

musim kemarau berlangsung lebih panjang sementara musim hujan lebih singkat namun lebih lebat (Gambar 1), sehingga risiko kekeringan, banjir dan erosi meningkat secara signifikan (Rataq, 2007, BAPPENAS, 2009). Di samping itu itu resapan ke akuifer berkurang. Meningkatnya banjir dapat memperburuk risiko kontaminasi sumber air dan risiko korban jiwa, harta benda dan infrastruktur kecuali jika ada tindakan untuk mengurangi risiko ini. Meningkatnya erosi tanah bisa mengubah sistem aliran air baku dan daya tampung badan air. Bencana longsor juga kemungkinan meningkat jumlahnya, sejalan dengan meningkatnya erosi, curah hujan dan limpasan.

2.1.3. CUACA EKSTREM

Seperti tampak dalam Gambar 2, kejadian cuaca ekstrem di Indonesia sudah mengalami peningkatan (Boer dan Perdinian, 2008) dan pola cuaca kemungkinan juga akan lebih sulit diprediksi. Banjir diperkirakan makin sering terjadi, karena pola hujan yang lebih singkat namun lebih lebat (Rataq, 2007, Susandi, 2007). Temperatur yang lebih tinggi pada musim kemarau yang lebih panjang juga akan meningkatkan risiko kebakaran hutan. Perubahan kecepatan dan arah angin, tekanan udara, pembentukan awan, arus

laut, suhu dan tinggi muka laut juga kemungkinan dapat menimbulkan badai dan topan yang lebih parah. Risiko terbesar dari ini semua ditanggung oleh wilayah pesisir.

Satu karakteristik perubahan iklim di wilayah Asia-Pasifik adalah dampak dalam memperburuk kejadian Osilasi Selatan El Nino (El Niño Southern Oscillation/ENSO) (BAPPENAS, 2009). Kejadian ENSO umumnya berlangsung selama periode 0,5-2 tahun (BAPPENAS, 2010). Osilasi yang banyak diamati antara sistem iklim El Nino dan La Nina ini diprediksi oleh sebagian besar model iklim (lihat kotak penjelasan) akan menjadi lebih sering, lebih intens dan berjangka lebih panjang (BAPPENAS, 2009). Secara sederhana, kejadian La Nina membawa tingkat curah hujan yang lebih tinggi (banjir) dan suhu lebih rendah sementara El Nino menimbulkan suhu lebih tinggi dan curah hujan lebih sedikit (kekeringan) (lihat Gambar 3). Cuaca Indonesia amat terpengaruh ENSO dan dengan demikian amat rawan terhadap fluktuasi yang lebih ekstrem. Selain itu, di ujung barat Indonesia (Sumatra Utara) sistem Dwikutub Samudra India (Indian Ocean Dipole) memiliki pengaruh lebih besar daripada ENSO, dan sistem ini mungkin juga akan memperlihatkan amplitudo yang lebih besar dan frekuensi yang lebih panjang (DNP, 2010).

Page 14: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

8 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Flood

s

Landslid

es

Water- o

r Vec

tor-

Borne D

isease

s

Windstorm

s/Cycl

ones

Fores

t Fire

s

Drough

t

High Ti

de/Surge

Num

ber

19501955

19601965

19701975

19801985

19901995

20002005

Num

ber

14

12

10

8

6

4

2

0

120

100

80

60

40

20

0

108

3827

10 9 82

2.1.4. KENAIKAN MUKA LAUT

Sejak 1980-an, di banyak lokasi telah teramati peningkatan muka laut sebesar 1 hingga 9 mm per tahun (KLH, 2007a). Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC, 2007) memprediksi peningkatan muka laut akan berlanjut sebesar 1,3 (±0,7) mm per tahun selama beberapa dasawarsa ke depan. Namun, sejumlah model memproyeksikan peningkatan muka laut di Indonesia sebesar 6 hingga 8 mm per tahun, sehingga mencapai peningkatan kira-kira 195 mm pada 2030, 320 mm pada 2050, dan 700 mm pada 2100 (BAPPENAS, 2010). Indonesia dapat kehilangan ratusan pulau kecil karena perubahan iklim ini (KLH, 2007a). Sebaliknya, pada saat yang bersamaan banyak wilayah perkotaan yang mengalami penurunan muka tanah yang akibat pengambilan air tanah berlebihan. Contohnya, permukaan tanah Jakarta turun beberapa sentimeter tiap tahun—sampai sekitar 30 cm per tahun di beberapa wilayah dan paling sedikit 12 cm per tahun di wilayah pesisir Jakarta Utara (Djaja dkk., 2004). Karena muka laut semakin tinggi, tanah-tanah ini akan tergenang (UNDP, 2007). ENSO juga ditemukan berkorelasi dengan semakin banyaknya kejadian gelombang besar setinggi 2-5 meter di sekitar pantai. Dan gelombang besar ini akan semakin intens akibat pemanasan global. Muka laut yang lebih tinggi secara langsung mengancam jutaan orang yang tinggal di sepanjang pesisir di seluruh kepulauan Indonesia, kota-kota besar, industri, pertanian, ekosistem air tawar pesisir, dan juga akuifer air tanah produktif dan tanah-tanah subur akibat intrusi air laut.

Tana

h Lon

gsor

Keke

ringa

n

Pasan

g Ting

gi/

Banji

r Pasa

ng

Keba

karan

Huta

n

Angin

Ribut/

Bada

i

Peny

akit y

ang B

erasa

l

dari A

ir atau

Vekto

rBanji

r

Jum

lah

Jum

lah

Gambar 2: Frekuensi bahaya terkait iklim di Indonesia, 1950-2005 (Boer dan Perdinian, 2008)

Membentuk Model Perubahan Iklim

Seperti yang akan dibahas secara lebih rinci di Bagian 3, model numerik (Model Sirkulasi Umum (General Circulation Models/GCM)) yang menggambarkan proses fisik di atmosfer, lautan, kriosfer (wilayah yang tertutup es) dan permukaan tanah, merupakan alat bantu yang paling mutakhir yang tersedia saat ini untuk membangun simulasi tentang respons sistem iklim global terhadap peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Sekali pun model yang lebih sederhana juga telah dipergunakan untuk menyediakan perkiraan tanggapan iklim rata-rata global atau regional, hanya GCM, dan mungkin ditambah dengan model regional berjenjang, yang memiliki potensi untuk memberikan perkiraan yang konsisten secara geografis dan fisik mengenai perubahan iklim regional yang diperlukan dalam analisis dampak. GCM menggambarkan iklim menggunakan sebuah kisi tiga dimensi yang meliputi seluruh bola dunia, umumnya memiliki resolusi horizontal antara 250 hingga 600 km, 10 hingga 20 lapisan vertikal di atmosfer dan kadang hingga sebanyak 30 lapisan di samudra. Banyak proses fisik yang tak dapat dibuat modelnya secara akurat dan dengan demikian selalu ada ketidakpastian sampai derajat tertentu, dan simulasi GCM mungkin akan menunjukkan respons-respons yang berbeda untuk kombinasi daya yang sama, dikarenakan cara membentuk model atas proses dan daur umpan balik tertentu.(http://www.ipcc-data.org/ddc_scen_selection.html)

Page 15: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 9

2.2. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

Gambar 41 memperlihatkan distribusi air di permukaan Bumi. Berikut ini adalah uraian ringkas mengenai dampak potensial perubahan iklim pada masing-masing sumber daya.

2.2.1. AIR PERMUKAAN (SUNGAI, DANAU, BENDUNGAN)

Meningkatnya suhu akibat perubahan iklim mengakibatkan penguapan pada sumber air permukaan (sungai, danau, waduk) menjadi semakin tinggi. Penguapan mengurangi jumlah air baku sekaligus juga dapat menurunkan kualitas air baku sampai ke bawah batas yang dapat ditoleransi, karena air tersebut tak dapat diolah akibat meningkatnya kepekatan bahan pencemar. Tumbuhan dan hewan membutuhkan lebih banyak air untuk bertahan hidup, mengurangi sumberdaya air yang tersedia bagi manusia. Temperatur yang lebih tinggi juga mempercepat pertumbuhan organisme air yang membawa penyakit, sehingga kualitas air baku semakin buruk.

1 http://en.wikipedia.org/wiki/Hydraulic_conductivity

Curah hujan yang lebih tinggi pada periode yang lebih pendek meningkatkan jumlah limpasan permukaan yang terjadi selama hujan. Sayangnya, hal ini biasanya tidak meningkatkan ketersediaan air baku. Peningkatan (baik intensitas maupun frekuensi) kejadian banjir ekstrem dapat merusak lebih banyak bendungan, mengubah alur sungai, menimbulkan lebih banyak kerusakan pada infrastruktur air, dan mengakibatkan kontaminasi pada sumber-sumber air permukaan. Semakin banyaknya limpasan cenderung meningkatkan erosi tanah dan sedimentasi. Hal ini selanjutnya dapat menurunkan kualitas air (meningkatnya padatan tersuspensi total, salinitas dan bahan pencemar) serta mengurangi jumlah air baku yang tersimpan akibat berubahnya geometri danau-danau permukaan.

Dalam kejadian ENSO yang lebih parah yang diprediksi akan terjadi pada iklim Indonesia di masa depan, tingkat keparahan banjir dan kekeringan serta dampaknya akan semakin berlipat ganda. Naiknya muka laut akan menggenangi wilayah pesisir sebanyak beberapa meter pada beberapa kondisi cuaca ekstrem. Hal ini mengancam sumberdaya air baku pesisir dan juga infrastruktur sumberdaya air.

La Niña La Niña

Jatiluhur

Oktober - Januari

140

120

100

80

60

40

20

0

Februari - Mei Juni - September

Volu

me

air

(% d

ari n

orm

al)

Kedung Ombo

El Niño El Niño

Gambar 3: Perubahan Volume Air di Penampungan yang ada di Pulau Jawa, Indonesia selama

berlangsungnya La Nina dan El Nino (Las et al, 1999)

Gambar 4: Distribusi air di bumi

Air tawar 3%

Lainnya 0.9 % Sungai 2%

Swamp 11%

Danau 87%

Air asin (laut) 97%

Tudung es dan

Gletser 68.7%

Ground water 30.1%

Air permukaan

0.3%

Air di bumi Air tawar Air tawar permukaan

(cair)

Page 16: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

10 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

2.3. SUMBER DAYA AIR INDONESIA DAN PERUBAHAN IKLIM

Kapasitas yang dimiliki Indonesia untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim amatlah rendah. Lebih dari 50% populasi hidup di bawah garis kemiskinan yakni Rp 19.000 (US$2) per hari2 , sehingga mereka amat tergantung pada bantuan pihak lain. Parahnya, justru kelompok masyarakat Indonesia yang paling miskin inilah yang paling rentan terhadap perubahan iklim karena tingginya ketergantungan mereka terhadap lingkungan, besarnya paparan terhadap bahaya-bahaya berkaitan iklim, dan lebih diprioritaskannya sasaran pembangunan yang lain. Lebih jauh lagi, pemerintah masih belum memberi kontribusi signifikan terhadap program perubahan iklim (mitigasi atau adaptasi) karena terbatasnya sumber daya dan rendahnya pemahaman mengenai keilmuan dan kegentingan situasi ini. Badan perencanaan, pendanaan, dan pelaksanaan Pemerintah Indonesia, dan juga pemerintah daerah (PEMDA) serta PDAM, kurang memiliki pemahaman teknis atau keilmuan tentang perencanaan keamanan sumber daya air, konsep-konsep hidrologis/hidrogeologis terbaru, dan hubungannya dengan perubahan iklim. Kondisi ini membuat sulit pengembangan dan penegakan kebijakan pembangunan yang bertanggung jawab dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dan juga untuk memperkuat lembaga-lembaga (lokal) yang telah mulai berusaha mengatasi persoalan ini.

Masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, khususnya petani, umumnya lebih banyak mengalami langsung dampak perubahan iklim daripada mereka yang tinggal di wilayah perkotaan. Tak terhubungnya pembuat keputusan dengan mereka yang terdampak langsung oleh perubahan iklim menghambat kemajuan di bidang ini. Frekuensi bencana alam di Indonesia terus meningkat (Gambar 2), tetapi seperti selanjutnya dibahas dalam laporan ini, sering kali sulit untuk membedakan mana yang merupakan dampak dari perubahan iklim dan bukan dampak dari faktor lingkungan yang lain seperti penebangan hutan.

2 Lihat: http://www.usaid.gov/locations/asia/countries/indonesia

2.2.2. AIR TANAH

Sistem air tanah umumnya lebih tahan terhadap perubahan iklim daripada sumber air permukaan dan dengan demikian memberi peluang lebih besar untuk adaptasi terhadap perubahan iklim (Clifton, 2010). Sekalipun demikian, ada banyak ancaman terhadap sumberdaya air tanah karena perubahan iklim Indonesia. Karena penguapan meningkat, maka badan air kehilangan lebih banyak air. Selanjutnya lebih banyak air tanah yang secara alamiah terlepas masuk ke dalam badan air untuk mengimbangi hilangnya air permukaan (akibat perubahan pada tinggi tekan hidrolik).

Suhu yang lebih tinggi juga berarti bahwa pembentukan kerak tanah akan terjadi lebih cepat dan pada tingkat lebih tinggi, sehingga tanah membutuhkan waktu lebih panjang untuk kembali ke kondisi maksimum untuk meresapkan air hujan, sehingga mengurangi total volume air yang masuk ke penyimpanan air bawah tanah. Di sisi lain, curah hujan tahunan yang lebih tinggi dapat mengakibatkan lebih banyak pengisian ulang air tanah. Namun, karena tingkat resapan maksimum biasanya tercapai relatif cepat pada saat hujan (umumnya), curah hujan yang lebih tinggi di iklim Indonesia umumnya tidak meningkatkan volume pengisian ulang air tanah tetapi meningkatkan limpasan yang akan mengikis lapisan tanah atas yang amat berharga. Lebih jauh lagi, peningkatan pengisian ulang air tanah tidak selalu merupakan hal yang diinginkan di seluruh lokasi karena pada kasus-kasus ekstrem hal itu bisa menimbulkan kontaminasi, longsor, tanah jenuh air, dan percampuran air tanah. Banjir dapat mengendapkan tanah atau sedimen halus dalam jumlah besar, sehingga mengurangi potensi pengisian kembali karena menyumbat atau melapisi permukaan resapan. Banjir juga dapat membongkar dan menyebarkan kotoran atau pencemar yang memberi dampak negatif terhadap kualitas air tanah (melalui lubang-lubang sumur tak terlindung). Naiknya muka laut (transgresi) dapat menimbulkan intrusi air laut ke air tanah lebih jauh ke daratan hingga ke akuifer, mengotori lebih banyak air layak minum.

Page 17: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 11

Indonesia memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 80.000 kilometer (UNDP, 2007) mengelilingi ribuan pulaunya dan masyarakat yang tinggal dekat wilayah pesisir berjumlah relatif besar. Hal ini selanjutnya menimbulkan kerentanan yang lebih tinggi terhadap dampak kenaikan muka laut, intrusi air laut ke dalam akuifer, badai dan banjir pasang laut (rob). Posisi Indonesia di sekitar garis khatulistiwa serta berada di atas ‘Cincin Api Pasifik’ menimbulkan amat banyak bencana alam setiap tahun. Konsekuensinya, anggaran yang cukup besar harus digunakan untuk bantuan bencana dan perbaikan infrastruktur dan mengorbankan proyek-proyek untuk meningkatkan daya tahan terhadap bencana alam (termasuk yang terkait dengan perubahan iklim).

Kualitas dan kuantitas data iklim, bencana alam, penggunaan tanah dan sumber daya air juga rendah. Hal ini karena terbatasnya atau bahkan belum adanya sistem pengumpulan data dan penyimpanannya pada kementerian pemerintah dan PDAM. Sering kali, data tak dapat dikumpulkan karena pemerintah tak memiliki akses terhadap peralatan pengukuran dan laboratorium (atau pelatihan) yang diperlukan, atau tak memiliki sistem penyimpanan data terpusat (elektronik). Dalam beberapa kasus, sumber air berkualitas baik tak masuk dalam pertimbangan karena biaya atau faktor lain.

PDAM biasanya mengalami kerugian besar karena tingginya tingkat air bukan penghasilan (non-revenue water/NRW), yang sering tidak dilaporkan. Banyak PDAM di Indonesia memiliki NRW sekitar setengah dari seluruh air yang diproduksi. Tingginya NRW karena kebocoran, inefisiensi dan penggunaan air secara ilegal adalah faktor utama yang mengurangi kapasitas PDAM untuk memperluas jangkauan layanan atau mengatasi perubahan iklim karena mereka sering harus bekerja pada kondisi rugi secara keuangan.

Seperti nanti dibahas di Bagian 3, akan lebih baik adaptasi terhadap perubahan iklim dipaparkan kepada pemerintah dan penyedia layanan sebagai langkah yang 'tak ada ruginya’, dan memperkuat sasaran pembangunan saat ini. Proyek pembangunan untuk memperkuat daya tahan iklim merupakan solusi ‘menang-menang'. Lebih jauh lagi, perlu ada alasan yang kuat secara ekonomi untuk mengatasi kerentanan terhadap perubahan iklim secara proaktif sehingga persoalan ini mendapat perhatian saat mempertimbangkan alokasi sumber daya publik.

2.4. MENGATASI TANTANGAN

Di Indonesia, upaya adaptasi terhadap perubahan iklim masih pada tahap dini, dan hanya sedikit organisasi (pemangku kepentingan) yang bekerja di bidang ini. Umumnya, ilmu tentang perubahan iklim diabaikan atau tak dipahami oleh kementerian pemerintah, dan data yang relevan sering tak tersedia atau disalahtafsirkan. Para pemangku kepentingan antara lain adalah kementerian, departemen dan organisasi pemerintahan domestik maupun luar negeri; sektor swasta; kelompok penelitian; lembaga donor dan LSM. Lampiran A memberikan sebuah analisis mengenai seluruh pemangku kepentingan di bidang adaptasi perubahan iklim dan/atau pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Lampiran B memaparkan ringkasan kemajuan yang dicapai sampai awal 2012 dengan para pemangku kepentingan yang relevan. Perlu diketahui juga bahwa sudah tercapai kemajuan positif dalam program mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan dan proyek-proyek energi geotermal. Namun, proyek-proyek tersebut tidak dimasukkan ke dalam Lampiran A maupun Lampiran B.

Page 18: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

12 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Page 19: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 13

PENDEKATAN PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR DAN

PERENCANAAN ADAPTASI

Page 20: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

14 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

“Pertanyaan penting [ketika mengelola risiko iklim] bukanlah, "Bagaimana cara meminimalkan kerusakan akibat bahaya iklim?" tetapi "Bagaimana sasaran pembangunan dapat dicapai dengan memperhitungkan risiko saat ini dan masa depan?”~ The Economics of Climate Adaptation Working Group

keuangan, ekonomi, perencanaan, kebijakan publik, dan rekayasa teknik, pada saat kami bekerja dengan PDAM untuk mengembangkan strategi adaptasi.

Dari konteks tingkat Indonesia yang dibahas di Bab Dua, bab ketiga dalam Laporan Pendahuluan ini beralih membahas metodologi IUWASH untuk menilai kerentanan perubahan iklim yang dihadapi masing-masing PDAM dan penyusunan rencana adaptasi. Bagian 3.1 membahas prinsip dan asumsi yang menjadi dasar bagi pendekatan yang diambil. Bagian 3.2 selanjutnya menguraikan empat langkah Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi (Vulnerability Assessment and Adaptation Planning Framework) atau Kerangka Kerja PKPA, atau “Kerangka Kerja”.

3.1. PRINSIP DASAR DAN ASUMSI

Sebelum membahas lebih dalam tentang langkah-langkah Kerangka Kerja PKPA untuk PDAM, akan bermanfaat jika terlebih dahulu melihat secara garis besar prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan Kerangka Kerja dan akan memandu pelaksanaannya sepanjang proyek IUWASH:

(a) Perubahan iklim bukanlah persoalan yang berdiri sendiri atau bidang keilmuan yang terpisah, tetapi sebuah sumber risiko yang terkait sangat erat dengan cara PDAM dan masyarakat yang dilayani menggunakan sumber daya air dan tanah. Dengan demikian, pendekatan yang terbaik adalah pendekatan terpadu, dibangun atas dasar perencanaan yang lebih luas dari PDAM dan pemerintah daerah, sekaligus memberi kontribusi terhadap upaya perencanaan tersebut. Oleh karena itu sejauh yang dimungkinkan, IUWASH berupaya menghimpun sebanyak mungkin pemangku kepentingan untuk mendiskusikan dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air di masing-masing wilayah, sebagai upaya untuk memasukkan risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim ke dalam perencanaan keamanan air bagi setiap daerah. Dalam hal ini, perubahan iklim kemungkinan besar akan memperburuk risiko keamanan air baku yang saat ini terjadi. Karena risiko ini ditimbulkan oleh pembangunan ekonomi, pertumbuhan populasi, dan urbanisasi, maka untuk memikirkan hal ini harus juga memperhatikan apa yang terjadi di lapangan. Pendekatan ini sejalan dengan kesimpulan IPCC bahwa langkah-langkah adaptasi amat jarang (bahkan mungkin tak pernah) dilakukan secara berdiri sendiri hanya untuk mengatasi perubahan iklim3. Pendekatan kami juga sejalan dengan Kelompok Kerja Ekonomika Adaptasi Iklim (Economics of Climate Adaptation Working Group), seperti yang ditunjukkan pada kutipan. Secara praktis, prinsip ini juga berarti bahwa kami tak hanya akan menghimpun para pakar di bidang hidrologi dan sumber daya air, tetapi juga para pakar di berbagai bidang seperti 3 Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change). “Laporan Penilaian Keempat.” 2007

(b) Kerangka Kerja PKPA Sumberdaya Air IUWASH menggunakan pendekatan “bawah-ke-atas” yang fokus pada apa yang telah diketahui mengenai lingkungan saat ini dan seberapa besar kepekaan sistem air terhadap perubahan iklim. Seperti yang dinyatakan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS (US Environmental Protection Agency/EPA) (2010), pada dasarnya ada dua pendekatan untuk menjalankan penilaian kerentanan bagi PDAM: penilaian pembuatan model atas-ke bawah dan analisis ambang "bawah-ke atas". Pendekatan yang disebut lebih awal lebih banyak bergantung pada jenjang model mulai dari model iklim global, model iklim regional (pengurangan luasan wilayah), model hidrologis daerah daerah tangkapan air, dan model tekanan sistem air. Sudah sewajarnya bahwa pendekatan atas-ke-bawah akan amat banyak mengandalkan penelitian dan data, sehingga kurang praktis untuk wilayah yang belum memiliki data historis yang mencukupi dan kapasitas pembuatan model.

Alternatifnya, dengan menggunakan pendekatan “bawah-ke-atas” maka “dilakukan identifikasi kerentanan paling kritis pada sistem sumberdaya air di satu wilayah, lalu dicari penyebabnya, selanjutnya diambil langkah-langkah untuk mengatasi kerentanan ketidakpastian iklim tersebut” (EBMUD, 2009). Dengan kata lain, pendekatan bawah-ke-atas menekankan pada penggunaan pengetahuan lokal yang dikumpulkan melalui wawancara, diskusi kelompok-fokus, dan lokakarya pemangku kepentingan dan didasarkan pada analisis ilmiah. Para pengelola PDAM di Indonesia sudah cukup paham dengan pola aliran dan kerentanan sumber daya air baku mereka karena mereka sudah bertahun-tahun melakukan adaptasi terhadap perubahan ketersediaan air baku, yang artinya pada umumnya merekalah yang memiliki pemahaman terbaik mengenai apa yang bisa dan tak bisa dilakukan.

Page 21: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 15

(e) Penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi harus dijalankan secara berulang. Pengetahuan mengenai dampak perubahan iklim akan terus berkembang dengan semakin meningkatnya kesadaran dan semakin banyaknya upaya penelitian. Lebih jauh lagi, karena semakin banyak penyedia layanan air yang mulai menerapkan langkah adaptasi perubahan iklim, akan ada banyak pembelajaran mengenai apa yang berhasil dan yang tidak berhasil. Dengan demikian, evaluasi ancaman perubahan iklim dan pengembangan langkah tanggapan yang tepat harus selalu dipandang sebagai proses berulang. Untuk itu, kami mendorong PDAM untuk mengintegrasikan penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi ke dalam proses perencanaan bisnis lima tahunan, agar memastikan rencana adaptasi itu diperbarui secara berkala, mendapat anggaran, dan dilaksanakan.

(d) Proses penilaian kerentanan dan perencanaan itu sendiri merupakan cara untuk belajar, berkolaborasi, dan membangun kapasitas. Dengan kata lain, proses ini bukanlah sekedar “membuat rencana,” tetapi berpikir dan belajar dengan cara berkolaborasi antara PDAM, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan pendukung tentang cara yang lebih baik untuk membentuk rencana bagi masa depan yang amat besar rentang perubahannya. Dengan demikian, proses penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi itu sendiri menjadi sebuah peluang penting untuk membangun kapasitas lokal. Dalam hal ini, IUWASH juga bermitra dengan lembaga lokal—khususnya universitas setempat—untuk membantu menjalankan penilaian kerentanan. Melibatkan universitas tak hanya memungkinkan Proyek ini untuk mengakses sumber daya pengetahuan lokal yang penting, tetapi juga dapat mulai membangun kapasitas pada lembaga pendidikan tinggi untuk menjalankan penilaian semacam itu secara mandiri. Pendekatan yang serupa telah dijalankan di Amerika Serikat, yang mana perusahaan air minum sering bermitra dengan universitas untuk membantu mereka mengevaluasi risiko perubahan iklim.

IUWASH melibatkan perguruan tinggi setempat dalam proses penilaian kerentanan, untuk memanfaatkan sumber daya pengetahuan lokal yang penting, dan yang sama pentingnya yakni membangun kapasitas lokal untuk mengevaluasi dan merespon risiko perubahan iklim.

Yang penting diingat, pendekatan bawah-ke-atas bukan berarti mengurangi pentingnya analisis ilmiah. Seperti yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, variabilitas aliran air permukaan cenderung akan menjadi lebih parah, sehingga memerlukan perencanaan keamanan air pada tingkat yang lebih tinggi. Di sinilah peran penting alat-alat bantu ilmiah seperti model sirkulasi umum (GCM) untuk menyusun dan menggambarkan skenario iklim masa depan, agar menjadi masukan bagi manajemen PDAM dan pemangku kepentingan lainnya dari pemerintah saat menyusun berbagai skenario kemungkinan yang dapat terjadi.

(c) Untuk memfokuskan proses penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi, maka Kerangka Kerja PKPA Sumberdaya Air IUWASH membedakan antara sumberdaya sumberdaya alam dan sumberdaya infrastruktur (juga disebut sebagai sumberdaya “konstruksi” atau “bangunan”) yang dimiliki PDAM. Sumberdaya alam misalnya meliputi air tanah (kedalaman muka air tanah yang ada saat ini), akuifer, mata air, sungai dan danau, dan juga kondisi daerah aliran sungai setempat secara lebih luas. Sumberdaya infrastruktur adalah struktur yang dibangun dan melengkapi sumberdaya alam ini dan berfungsi untuk menyalurkan air bersih ke pelanggan. Contoh dari sumberdaya konstruksi antara lain pompa hisap, sumur, instalasi pengolahan air, bak penampung, pipa distribusi, dan juga kantor administrasi. Sebagaimana dibahas di Bab 2, penurunan sumberdaya alam bisa dikatakan menimbulkan ancaman terbesar untuk perluasan akses PDAM di Indonesia dewasa ini, sehingga hal ini mendapat penekanan yang cukup kuat dalam Kerangka Kerja. Karena meningkatnya risiko yang ditimbulkan oleh semakin banyaknya banjir, maka penting juga untuk memperhitungkan kerentanan infrastruktur dalam proses perencanaan agar PDAM dapat secara aktif mempertimbangkan risiko iklim potensial saat merencanakan investasi infrastruktur baru.

Yang juga terkait erat dengan perbedaan antara sumberdaya alam dan konstruksi adalah mempertimbangkan sumberdaya dan permintaan. Pertama, memahami sejauh mana sumberdaya alam dan konstruksi PDAM sanggup memenuhi permintaan dalam kondisi iklim sekarang merupakan hal yang penting, khususnya melihat pertumbuhan populasi, sasaran cakupan layanan, dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, setelah memperhitungkan jenis-jenis ancaman terhadap sumberdaya alam dan konstruksi yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, kita dapat menyusun skenario tentang bagaimana perubahan sumberdaya dan permintaan dalam jangka panjang dengan dilengkapi langkah-langkah yang diperlukan untuk menanggapi dan melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut.

Page 22: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

16 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Tahap Langkah Alat Bantu/ Metodologi

1. Evaluasi Situasi Saat Ini: Skenario Ambang Dasar

a. Pelibatan Pemangku Kepentingan: Memahami sasaran dan sudut pandang PDAM dan Pemda;

b. Pengumpulan dan Analisis Data: Uraian tentang sistem saat ini, jenis sumber daya air, data hidrologi-meteorologi, data pelanggan, dan proyeksi sumberdaya/permintaan;

c. Penilaian Kerentanan Skenario Ambang Dasar : Identifikasi ancaman bahaya saat ini dan evaluasi risiko yang berkaitan.

Rapat Pembukaan Pemangku KepentinganWawancara Sumber Informasi PentingAnalisis GeospasialMatriks Risiko Sumberdaya (Asset Risk Matrix) PDAM

2. Penilaian Kerentanan Perubahan Iklim: Ske-nario Berdasar Peruba-han Iklim

a. Analisis dan sintesis data perubahan iklim tingkat lokal menggunakan laporan hasil penelitian, wawancara, dan model;

b. Menyusun Skenario Berdasar Perubahan Iklim: Menggunakan informasi kuantitatif dan kualitatif untuk memperkirakan dampak masa depan;

c. Penilaian Kerentanan dengan Skenario Berdasar Perubahan Iklim: Mengkaji bagaimana kemungkinan perubahan profil risiko PDAM.

Analisis GeospasialModel Sirkulasi UmumMatriks Risiko Sumberdaya (Asset Risk Matrix) PDAMLokakarya Pemangku Kepentingan

3. Perencanaan Adaptasi: Portofolio Tanggapan Yang Diprioritaskan

a. Menyusun Daftar Panjang Pilihan Adaptasi untuk Sumber-daya Alam dan Konstruksi;

b. Menyusun Daftar Pendek Pilihan Adaptasi;c. Menetapkan Prioritas di dalam Portofolio

Analisis Kriteria UmumAnalisis biaya-manfaatLokakarya Pembuat Keputusan

4. Implementasi, Integrasi, dan Pembelajaran

a. Implementasi portofolio pilihan adaptasi yang seimbangb. Integrasi respons adaptasi yang menjadi prioritas ke dalam

dokumen perencanaan PDAM;c. Mulai implementasi dan pemantauan, menekankan pada

pendekatan berulang agar secara berkala memasukkan pen-getahuan dan pengalaman baru (pembelajaran).

Rencana Strategi Bisnis PDAMStudi Kelayakan ProyekSistem Pemantauan dan Evaluasi

3.2. KERANGKA KERJA PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR DAN PERENCANAAN ADAPTASI

Dari prinsip yang telah dibahas di atas, IUWASH mengembangkan Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air dan Perencanaan Adaptasi untuk menjadi panduan konseptual selama proses pelaksanaan bersama setiap PDAM yang menjadi mitra. Tabel 1 di bawah ini menyebutkan secara ringkas empat tahap dan langkah-langkah terkait dalam Kerangka Kerja ini. Sub-bagian 3.2.1 sampai 3.2.4 membahas masing-masing langkah secara lebih terperinci, sementara alat-alat bantu akan diuraikan di bab selanjutnya.

3.2.1. EVALUASI SITUASI SAAT INI — SKENARIO KONDISI SAAT INI (BASELINE SCENARIO)

Sebelum berupaya menilai risiko perubahan iklim terhadap sumberdaya alam dan konstruksi PDAM, maka pertama-tama perlu dipahami sepenuhnya konteks saat ini, termasuk karakteristik sistem sumberdaya air yang ada secara keseluruhan (sisi sumberdaya), sifat basis pelanggan (sisi permintaan), sasaran pengembangan PDAM, dan ancaman yang ada saat ini terhadap sumberdaya PDAM. Mengenai butir terakhir yang disebutkan sebelumnya, amat penting untuk disadari bahwa sumberdaya alam dan konstruksi PDAM di Indonesia sudah mengalami berbagai risiko serius bahkan dalam kondisi iklim saat ini. Dan yang juga penting, sekalipun risiko seperti penebangan hutan merupakan hal yang terpisah dari kondisi iklim, perubahan iklim tak diragukan lagi akan semakin memperburuk risiko “ambang dasar” semacam ini. Langkah spesifik dalam tahap pertama Kerangka Kerja bisa dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1: Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air dan Perencanaan Adaptasi IUWASH

Page 23: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 17

(a) Pelibatan Pemangku Kepentingan. Untuk meluncurkan secara resmi proses penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi, tim IUWASH akan menjalankan sebuah pertemuan pembuka seluruh pemangku kepentingan untuk mendiskusikan proses ini bersama PDAM dan pemerintah daerah. Hal yang penting dalam rapat awal pemangku kepentingan antara lain: mengidentifikasi keluaran dan hasil yang diharapkan dari proses penilaian, menetapkan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, mendiskusikan ketersediaan data, dan memahami sasaran jangka menengah dan jangka panjang PDAM dan pemerintah setempat. Menyangkut butir yang disebut terakhir, memahami sepenuhnya sasaran pengembangan PDAM merupakan hal yang amat penting bagi IUWASH, khususnya jika PDAM mempertimbangkan untuk memperluas layanannya secara signifikan di tahun-tahun mendatang serta mempertimbangkan sumber-sumber air alternatif.Sebagai bagian dari proses awal membangun keterlibatan pemangku kepentingan, IUWASH juga meminta agar PDAM membentuk kelompok kerja perubahan iklim internal untuk bertindak sebagai penanggung jawab kelembagaan bagi proses penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi. Idealnya, pembentukan kelompok kerja tersebut dan pemilihan ketuanya perlu diformalkan dalam sebuah Surat Keputusan Direktur Utama PDAM tersebut.

(b) Pengumpulan dan Analisis Data. Pengumpulan dan analisis data harus dilakukan agar dapat memahami situasi yang ada. Data dasar yang diperlukan difokuskan pada bidang umum seperti meteorologi, hidrologi, dan tingkat permintaan, yang mungkin berpotensi terpengaruh oleh perubahan iklim. Secara umum, data dan informasi untuk masing-masing PDAM yang dievaluasi dihimpun pada bidang-bidang berikut ini:

Sumberdaya alam meliputi sumber daya air permukaan dan sumber daya air tanah (mata air dan sumur dalam), termasuk kuantitas dan kualitas dari air baku yang tersedia di masing-masing sumberdaya alam;

Geologi, hidrologi, hidrogeologi, topografi, penggunaan lahan, dan sumber polusi untuk setiap daerah tangkapan hujan PDAM;

Sumberdaya infrastruktur PDAM termasuk pompa hisap, instalasi pengolahan air, fasilitas penyimpanan, jalur pipa utama dan distribusi, dan bangunan administrasi;

Ancaman-ancaman historis terhadap sumber daya air PDAM, antara lain data tentang banjir, tanah longsor, kenaikan muka laut, intrusi air laut, banjir pasang laut, dan kekeringan. Informasi ini memasukkan, tetapi tidak terbatas pada sejauh

mana kerusakan yang terjadi, biaya yang timbul, wilayah yang terdampak, dan program yang dibuat oleh PDAM untuk mencegah terjadinya kerusakan di masa depan;

Data jangka panjang dan jangka pendek dari stasiun cuaca di wilayah layanan PDAM; dan

Populasi dan tingkat permintaan, baik saat ini maupun proyeksi masa mendatang, serta tingkat pemakaian oleh pelanggan.

Sumber data dan informasi tidak terbatas pada PDAM sendiri, tetapi juga badan-badan pemerintah seperti BAPPENAS, Dewan Nasional Perubahan Iklim, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan BMKG. Lebih jauh, sumber informasi potensial di kalangan donor antara lain: ADB (Water Resource Project), PAKLIM/GIZ, Mercy Corps, AusAID, dan Bank Dunia.Untuk pengumpulan, penyusunan, dan analisis data awal yang berkaitan dengan masing-masing proses penilaian kerentanan, IUWASH membentuk kemitraan dengan perguruan tinggi setempat (apabila ada lembaga semacam itu dan berminat untuk turut berperan dalam program ini). Karena telah mengenal dengan baik konteks lokal dan kapasitas penelitian yang telah ada, perguruan tinggi umumnya sangat siap untuk mengambil peran ini. Dan memang, sejumlah perguruan tinggi (di Jakarta dan Yogyakarta) telah memiliki program perubahan iklim, dan kerja sama dengan PDAM semacam ini akan membangun kapasitas mereka dan membuat mereka mampu menjadi sumber daya dalam jangka panjang. Gambaran mengenai cakupan pekerjaan dalam peran ini disampaikan dalam Lampiran B di laporan ini.

Salah satu unsur penting dari analisis data awal ini adalah penyusunan proyeksi sumberdaya dan permintaan dengan memperhatikan kapasitas dan basis pelanggan PDAM saat ini. Tujuan dari proyeksi ini adalah untuk memahami sejauh mana PDAM mungkin telah mengalami kesenjangan sumberdaya dari sumberdaya alamnya yang ada saat ini jika melihat peningkatan kebutuhan masyarakat.

(c) Penilaian Kerentanan Skenario kondisi saat ini. Dengan menggunakan ancaman bahaya baik historis maupun yang dihadapi saat ini, yang diidentifikasi dalam pengumpulan data, langkah akhir dalam Tahap 1 adalah penyusunan penilaian kerentanan untuk skenario ambang dasar yang memperkirakan tingkat risiko sumberdaya alam dan konstruksi PDAM dalam kondisi iklim saat ini. Seperti yang dinyatakan dalam paragraf pembuka bagian ini, sumberdaya sumberdaya PDAM sudah terancam

Page 24: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

18 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Apakah ini benar-benar masalah perubahan iklim?

Saat menyusun skenario risiko kondisi saat ini (atau juga skenario risiko berdasar perubahan iklim) sering ada godaan untuk secara langsung menentukan bahwa proporsi atau aspek risiko tertentu merupakan akibat perubahan iklim (bukan karena penyebab lain seperti urbanisasi yang cepat). Mencoba untuk “melepas kaitan” antara dampak negatif perubahan iklim dengan dampak dari praktik penggunaan lahan sering merupakan hal yang mustahil. Ada banyak penyebabnya, di antaranya tiga penyebab utama berikut:

Pertama, tanpa adanya catatan meteorologi dan hidrologi yang lengkap, maka akan amat sulit untuk melakukan kuantifikasi sejauh mana iklim lokal sudah berubah, dan selanjutnya, bagaimana perubahan ini telah mempengaruhi proses hidrologi lokal. Untuk dapat mengetahui laju perubahan setepat mungkin, kita harus mengumpulkan banyak data dari banyak titik pengamatan. Lebih jauh lagi, sekalipun variasi iklim sudah mulai tampak, pada titik ini hampir tak mungkin untuk memilah sejauh mana hal itu disebabkan oleh kegiatan manusia (misalnya, emisi gas rumah kaca) atau karena variasi iklim alamiah. Sekalipun di masa mendatang penilaian ini kemungkinan akan jadi lebih mudah karena dampak emisi lambat laun akan semakin mudah terlihat, kemajuan dalam pembuatan model digabung dengan himpunan data yang lebih lengkap masih dibutuhkan.

Kedua, untuk setiap risiko bahaya yang teridentifikasi, hampir bisa dipastikan ada banyak penyebab dan perubahan iklim sering hanya salah satu darinya. Misalnya kerentanan terhadap banjir, mungkin sebagian disebabkan oleh meningkatnya curah hujan (berarti karena perubahan iklim), tetapi juga kemungkinan disebabkan oleh penyebab lain seperti perubahan pola penggunaan lahan di wilayah hulu, pertumbuhan

populasi, perubahan jalur sungai, membangun sumberdaya di wilayah rawan banjir, lemahnya sistem pengambilan keputusan, tidak adanya sistem komunikasi darurat, dll.

Ketiga, mengingat adanya banyak penyebab ini, maka sekalipun penyebab meningkatnya kerentanan terhadap ancaman bahaya sepertinya sudah tampak jelas, kehati-hatian tetap diperlukan karena mungkin ada hal-hal tertentu yang belum dipahami dengan baik. Contohnya, sekalipun penebangan hutan di hulu daerah aliran sungai mungkin tampak jelas sebagai penyebab langsung meningkatnya banjir di DAS, penebangan hutan itu sendiri mungkin terkait dengan kecenderungan peningkatan suhu lokal yang memaksa petani memindahkan lahan pertaniannya ke lokasi yang lebih tinggi. Dengan demikian, perubahan iklim bisa dianggap sebagai pendorong tidak langsung bagi risiko banjir, sekalipun hal ini hanya dapat diketahui setelah menghimpun informasi sebanyak mungkin dari para petani menyangkut perubahan pola tanam.

Jadi pada dasarnya, perubahan iklim cenderung semakin memperburuk kerentanan yang telah ada, sehingga semakin membutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik untuk mengatasi semua sumber risiko. Lebih jauh, daripada melihat ke masa lampau dengan data historis dan mencoba menilik persoalan mana yang penyebab utamanya adalah perubahan iklim dan bukan faktor lain, penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi menggunakan pendekatan sudut pandang masa depan. Dengan kata lain, perencanaan adaptasi mengajukan pertanyaan, "Dari apa yang saat ini kita ketahui tentang risiko yang ada, dan digabungkan dengan kemungkinan meningkatnya ketidakmenentuan iklim, maka apa rencana terbaik yang bisa kita susun?”

oleh berbagai bahaya yang telah ada termasuk banjir, kekeringan / kekurangan air (water-stress), tanah longsor, dan kenaikan muka laut. Dengan mengecualikan kenaikan muka laut, ancaman-ancaman ini juga bisa disebabkan oleh tindakan-tindakan ekonomi yang tak lestari berkelanjutan (dalam hal ini yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup), perubahan iklim, atau kemungkinan besar, gabungan dari keduanya.

Untuk menyusun skenario risiko kondisi saat ini, maka IUWASH dan PDAM menggunakan dua alat bantu: analisis

geospasial dan Matriks Risiko Sumberdaya PDAM. Untuk analisis geospasial, maka sistem informasi geografis (geographic information system/GIS) akan dipergunakan untuk memetakan risiko baik risiko historis maupun yang dihadapi saat ini, dengan demikian dapat membantu mengidentifikasi secara spasial lokasi-lokasi rawan.

Sementara itu berkaitan dengan Matriks Risiko Sumberdaya (Asset Risk Matrix/ARM), alat bantu semi kuantitatif ini menggunakan analisis risiko probabilistik untuk memperkirakan dan memeringkat sumberdaya

Page 25: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 19

alam dan konstruksi PDAM sesuai dengan tingkat gambaran risikonya. Baik analisis geospasial dan Matriks Risiko Sumberdaya diuraikan secara lebih terperinci di bagian selanjutnya (Bagian 4), termasuk pemaparan beberapa contoh hasil.

Sasaran dasar dari skenario risiko ambang dasar adalah untuk menyusun sebuah profil menyeluruh dari risiko yang dihadapi sumberdaya alam dan konstruksi PDAM. Lebih jauh, secara umum sumber risiko dapat diidentifikasi, IUWASH tidak berupaya untuk memastikan risiko mana yang sudah terdampak oleh perubahan iklim atau praktik yang tak lestari berkelanjutan seperti urbanisasi tak terencana atau penebangan hutan di hulu daerah aliran sungai. Dan memang, seperti yang dijelaskan dalam kotak penjelasan di bawah, sering kali tak mungkin untuk secara akurat menentukan sejauh mana suatu risiko disebabkan oleh perubahan iklim atau oleh penyebab antropogenik lainnya.

3.2.2. PENILAIAN RISIKO PERUBAHAN IKLIM – SKENARIO BERDASAR PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE DRIVEN SCENARIO)

Tahap kedua dari Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi IUWASH mulai memasukkan variabel perubahan iklim. Di tahap ini perubahan pada skenario risiko ambang dasar akibat fluktuasi suhu dan curah hujan mulai diperhitungkan. Tantangan fundamental dalam menelaah risiko perubahan iklim adalah tingginya tingkat ketidakpastian dalam proyeksi iklim yang ada saat ini, bahkan untuk jangka pendek dan menengah. Seperti yang dibahas pada Bab 2, untuk skala Indonesia sudah ada perkiraan tentang bagaimana perubahan suhu dan curah hujan di dasawarsa mendatang. Namun, menurunkan skala prediksi tersebut ke tingkat daerah adalah persoalan yang berbeda karena iklim lokal dipengaruhi oleh amat banyak variabel, termasuk topografi lokal, jarak dengan badan air besar, dan kepadatan pembangunan serta urbanisasi. Sekalipun demikian, ketidakpastian ini tak dapat dijadikan alasan untuk tidak bertindak, namun dijadikan sebagai hal yang menjadi perhatian saat PDAM menilai besarnya risiko perubahan iklim. Selain itu, tingkat ketidakpastian dampak perubahan iklim lokal justru membuat upaya untuk memahami kerentanan iklim yang ada—yakni skenario ambang dasar—menjadi semakin penting, karena hal itu memberi landasan untuk membangun skenario “berdasar perubahan iklim” yang menjangkau ke masa depan.

Secara keseluruhan, ada tiga langkah utama dalam tahap penilaian risiko perubahan iklim: (a) analisis dan sintesis

informasi perubahan iklim lokal, (b) penyusunan skenario berdasar perubahan iklim, dan (c) penilaian bagaimana risiko yang ada saat ini akan berubah, jadi makin buruk, atau justru hilang karena perubahan iklim. Langkah-langkah tersebut diuraikan secara lebih rinci di bawah ini.

(a) Analisis dan sintesis data perubahan iklim lokal. Langkah pertama dalam penilaian risiko perubahan iklim adalah dengan membuat katalog, menganalisis, dan mensintesis informasi yang telah ada tentang bagaimana kemungkinan perubahan iklim lokal di dasawarsa mendatang. Ada tiga sumber utama untuk informasi ini yang dijadikan rujukan oleh IUWASH dan PDAM saat meringkas pemikiran terbaru menyangkut dampak perubahan iklim tingkat lokal:

Tinjauan Penelitian dan Literatur yang Telah Ada. Seperti dibahas dalam Bab 2, jumlah hasil penelitian mengenai bagaimana perubahan iklim yang mungkin terjadi di Indonesia, dan sampai tingkat tertentu juga perubahan iklim regional, terus bertambah. Dewan Nasional Perubahan Iklim, contohnya, telah melakukan analisis kerentanan untuk Provinsi Sumatra Utara, yang meliputi proyeksi perubahan suhu dan curah hujan hingga tingkat kota dan kabupaten. Bappenas dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) juga telah menjalankan cukup banyak analisis perubahan iklim di Jawa Barat untuk sektor air. Jika tersedia, hasil penelitian semacam itu merupakan cara yang efisien untuk memperoleh latar belakang proyeksi iklim wilayah dengan memanfaatkan analisis yang dilakukan oleh lembaga internasional maupun domestik.

Wawancara Ahli dan Diskusi Kelompok Fokus. Menghimpun pengetahuan lokal adalah cara penting untuk mendapatkan masukan kualitatif bagi proyeksi perubahan iklim. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menjalankan serangkaian wawancara dengan pakar di dunia akademis setempat dan juga melalui diskusi kelompok fokus dengan para pemangku kepentingan yang memiliki pengetahuan berkaitan hal ini. Dalam kaitannya dengan hal ini, selain diskusi dengan staf PDAM, masyarakat pertanian juga merupakan kelompok yang logis untuk diajak berbicara tentang kecenderungan iklim.

Model Perubahan Iklim. Model Sirkulasi Umum (GCM) merupakan sumber informasi ketiga untuk menyusun skenario iklim yang mungkin terjadi. IUWASH terutama mengandalkan “Climate 1-Stop Portal” yang didukung USAID dan juga Portal Pengetahuan Perubahan Iklim Bank Dunia.

Page 26: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

20 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Sekalipun masing-masing sumber ini sudah pasti akan membawa bias dan asumsinya sendiri, diharapkan dengan menghimpun berbagai lembaga, individu, dan model, maka kecenderungan bias ini dapat dikurangi serta dapat memunculkan “gambar besar” mengenai kecenderungan perubahan iklim di lokal. Seperti yang dinyatakan oleh IPCC dalam kutipan, keseimbangan sumber kuantitatif dan kualitatif juga membantu menangkap sepenuhnya kompleksitas kerentanan perubahan iklim, karena persoalan penting dapat terungkap melalui diskusi tatap muka, sementara hal itu mungkin tak dapat ditunjukkan oleh angka-angka.

(b) Penyusunan Skenario(-skenario) Berdasar Perubahan Iklim. Dengan informasi kuantitatif dan kualitatif yang dihimpun dari literatur, konsultasi lokal, dan model perubahan iklim, IUWASH selanjutnya bekerja sama dengan PDAM untuk menyusun satu atau dua skenario berdasar perubahan iklim (climate change-driven scenarios/SBPI) yang akan menjadi titik rujukan untuk perencanaan adaptasi. Penggunaan skenario dimaksudkan untuk membantu mengatasi ketidakpastian cukup besar pada proyeksi perubahan iklim.

The Economics of Climate Change Working Group (2009) memilih menggunakan pendekatan berbasis skenario dalam menilai kerentanan perubahan iklim di delapan negara, dengan cara menyusun skenario “perubahan iklim moderat” (moderate climate change) dan “perubahan iklim besar” (high climate change) untuk masing-masing wilayah (selain juga skenario “iklim tetap seperti sekarang” (today’s climate)). Berdasar Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air dan Perencanaan Adaptasi, IUWASH bekerja sama dengan PDAM untuk menentukan apakah diperlukan lebih dari satu skenario. Dengan kata lain, mungkin sudah cukup untuk menyusun satu skenario “perubahan moderat”, dengan tetap menyadari kemungkinan bahwa tingkat perubahan bisa lebih tinggi atau lebih rendah. Lebih jauh, kami juga menekankan rentang perencanaan jangka menengah (2020 hingga 2050) dibandingkan berupaya menyusun kemungkinan skenario untuk jangka waktu yang lebih panjang (melampaui 2050).

Yang penting diingat, konsep perencanaan dengan skenario berdasar perubahan iklim merupakan hal yang berbeda dari konsep skenario emisi, yang dibahas secara lebih terperinci pada kotak penjelasan.

(c) Penilaian Kerentanan dengan Skenario Berdasar Perubahan Iklim. Dilandasi skenario(-skenario) berdasar perubahan iklim, IUWASH dan PDAM selanjutnya meninjau peta kerentanan dan Matriks Risiko Sumberdaya PDAM yang telah disusun pada skenario ambang dasar (iklim saat ini) dan mengkaji bagaimana perubahan yang mungkin akan terjadi dapat semakin memperburuk (atau justru menghilangkan) risiko yang teridentifikasi. Secara lebih spesifik, kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain:

Secara luas, apakah perubahan iklim yang diantisipasi akan memiliki dampak lebih besar pada sumberdaya alam PDAM atau pada sumberdaya konstruksinya?

Bagaimana kemungkinan perubahan keseimbangan sumberdaya dan permintaan berdasar SBPI4?

Jenis sumberdaya alam apa (apakah air permukaan, mata air, atau air tanah) yang kemungkinan menghadapi risiko lebih tinggi berdasarkan SBPI? Apakah ada wilayah geografis tertentu, misalnya, yang mengalami risiko terbesar?

Jenis sumberdaya konstruksi apa (pompa hisap, instalasi pengolahan air, penampungan air, atau pipa distribusi) yang kemungkinan menghadapi risiko yang lebih tinggi berdasarkan SBPI? Apakah ada wilayah geografis tertentu yang mengalami risiko terbesar?

4 Apabila disusun lebih dari satu skenario berdasar iklim, akronim ini akan diberi nomor (contohnya (SBPI-1, SBPI-2, dll.) atau diberi penanda berdasar sifat skenario tersebut (misal, SBPI-M untuk perubahan moderat atau SBPI-H untuk perubahan besar).

Pendekatan kuantitatif untuk menilai kerentanan perlu dilengkapi dengan pendekatan kualitatif agar dapat menangkap gambaran lengkap kerumitan dan berbagai aspek benda maupun nirbenda dari kerentanan tersebut dalam berbagai dimensi yang berbeda.~ IPCC, 2012 (hal. 91)

Page 27: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 21

Bagaimana perubahan yang tampak akan mengubah angka-angka dalam Matriks Risiko Sumberdaya ? Dengan kata lain, sumberdaya yang mana yang seharusnya mendapat peningkatan angka dengan mempertimbangkan potensi ancaman perubahan iklim?

Bagaimana perubahan dalam skenario diterjemahkan menjadi revisi terhadap peta kerentanan? Dengan kata lain, apakah ada lokasi rawan yang perlu diperluas? Apakah perlu menambah lokasi rawan baru?

Sejauh mana kita juga dapat mengkuantifikasi peningkatan risiko ini dalam bentuk penurunan debit air baku, penurunan debit air bersih, jumlah pelanggan yang tak terlayani/kurang terlayani, atau nilai sumberdaya yang mengalami risiko?

Untuk membantu tercapainya mufakat pada pertanyaan penting di atas, IUWASH memfasilitasi sebuah lokakarya dengan PDAM dan pemerintah setempat, menyampaikan temuan awal dan meminta masukan dari sebanyak mungkin staf PDAM dan PEMDA

Skenario Emisi dari Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC).

Salah satu kompleksitas utama yang berkaitan dengan pembentukan model dampak perubahan iklim adalah menentukan bagaimana respons iklim global terhadap tingkat emisi gas rumah kaca yang terjadi saat ini. Hal ini semakin dipersulit karena tingkat emisi gas rumah kaca di masa mendatang mungkin berbeda dari saat ini. Untuk membantu menjawab variabel tambahan ini dan memberi konteks bagi perencanaan perubahan iklim, IPCC telah menyusun serangkaian skenario emisi. Lebih jelasnya, seperti yang diuraikan dalam Laporan Khusus IPCC tentang Skenario Emisi (2000), pada dasarnya ada empat rumpun skenario (hal. 5):

Rumpun alur kisah dan skenario A1 menguraikan dunia masa depan yang mengalami pertumbuhan ekonomi amat cepat, populasi global yang memuncak di pertengahan abad dan selanjutnya menurun, dan teknologi baru yang lebih efisien disebarluaskan dengan cepat. Tema mendasar utama dalam rumpun ini adalah semua wilayah berusaha mencapai tujuan yang sama, membangun kapasitas, dan meningkatnya interaksi budaya dan sosial, dengan penurunan tajam perbedaan pendapatan per kapita antar wilayah. Rumpun skenario A1 berkembang menjadi tiga kelompok yang menguraikan berbagai alternatif arah perubahan teknologi dalam sistem energi.

Rumpun alur kisah dan skenario A2 menguraikan dunia yang amat beraneka ragam. Tema mendasar utamanya adalah kemandirian dan melestarikan

identitas lokal. Penyesuaian pola fertilitas antar wilayah terjadi amat lambat, akibatnya populasi global terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi berorientasi regional dan pertumbuhan ekonomi per kapita dan perubahan teknologi lebih terfragmentasi dan lambat dibanding alur kisah yang lain.

Rumpun alur kisah dan skenario B1 menguraikan dunia yang makin padu dengan populasi global yang juga mencapai puncak pada pertengahan abad dan selanjutnya turun seperti alur kisah A1, tetapi terjadi perubahan struktur ekonomi secara cepat menuju ekonomi jasa dan informasi, berkurangnya penggunaan sumber daya fisik, dan dipergunakannya teknologi bersih dan efisien. Penekanannya adalah pada solusi global untuk keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup, termasuk meningkatnya kesetaraan, tetapi tanpa prakarsa iklim lebih lanjut.

Rumpun alur kisah dan skenario B2 menguraikan dunia yang menekankan pada solusi lokal untuk keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam skenario ini, populasi global terus tumbuh seperti A2 tetapi lebih lambat kelajuannya, pertumbuhan ekonomi tingkat menengah, dan perubahan teknologi lebih beraneka ragam dan tidak secepat alur kisah B1 dan A1. Sekalipun skenario ini juga memberi penekanan lebih besar pada perlindungan lingkungan dan kesetaraan sosial, fokusnya adalah pada tingkat lokal dan regional.

Page 28: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

22 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

3.2.3. RENCANA ADAPTASI – TANGGAPAN MANAJEMEN RISIKO

Menurut IPCC (2012) adaptasi terhadap perubahan iklim terjadi baik di sistem manusia maupun alam. Tepatnya, adaptasi dalam sistem manusia adalah “proses adaptasi terhadap iklim dan dampaknya, baik yang telah berlangsung maupun yang diperkirakan akan terjadi, untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi atau menggali peluang yang bermanfaat.” Sementara itu untuk sistem alam, adaptasi mengacu pada “proses adaptasi terhadap iklim dan dampaknya; peran manusia dapat memudahkan adaptasi untuk mencapai iklim yang diharapkan” (hal. 36). Dengan demikian, baik dalam konteks sistem manusia atau alam, adaptasi adalah proses, yang artinya ini bukan kegiatan bisa selesai dalam sekali jalan, namun merupakan langkah-langkah proaktif dan reaktif yang terus berulang dan semakin maju.

Adaptasi perubahan iklim dapat memiliki berbagai bentuk. Secara luas, kegiatan tersebut dapat dikelompokkan dalam kategori-kategori berikut (Cabot Venton, 2012):

Perubahan Kegiatan yang Telah Ada/Direncanakan. Salah satu jenis tanggapan adaptasi yang paling mudah dilakukan adalah mengubah kegiatan atau proyek yang telah memiliki anggaran, dan menyesuaikannya berdasarkan pertimbangan perubahan iklim tertentu. Langkah adaptasi semacam ini bisa dianggap sebagai “tinggal petik” (low hanging fruit) karena tidak membutuhkan biaya tambahan yang banyak sementara potensi keuntungan yang dapat diperoleh mungkin cukup besar dalam hal meningkatkan daya tahan iklim. Salah satu contohnya antara lain apabila dalam rencana PDAM telah ada anggaran untuk membangun instalasi pengolahan air yang baru; maka daripada membangun instalasi tersebut 100 meter dari sungai, akan layak untuk dipertimbangkan untuk meletakkan instalasi itu 250 meter dari sungai, sehingga mengurangi risiko banjir.

Pilihan Yang Tak Ada Ruginya/Kerugian Kecil (No/Low Regrets Option). Adaptasi “tak ada ruginya” adalah yang memberi manfaat bersih apapun dampak yang timbul dari perubahan iklim (IPCC, 2012). Dengan kata lain, pilihan adaptasi tak ada/rendah kerugian akan memberikan keuntungan pembangunan baik jika ilmu pengetahuan yang mendasari proyeksi iklim tersebut sepenuhnya akurat ataupun tidak. Mendorong efisiensi penggunaan air, contohnya, adalah satu pilihan adaptasi yang dapat memberi manfaat bagi rumah tangga, industri, PDAM, dan lingkungan hidup secara keseluruhan, bagaimanapun nantinya perubahan suhu di masa depan.

Tindakan Daya Tahan Lunak. Mirip dengan pilihan tanpa rugi, langkah daya tahan lunak umumnya terdiri langkah mengatasi perubahan iklim yang berbasis kebijakan atau ekosistem dengan biayanya relatif rendah. Rehabilitasi DAS yang rusak dengan cara penanaman pohon merupakan contoh adaptasi daya tahan lunak yang dapat memberi dampak signifikan dengan biaya relatif rendah. Namun, “biaya rendah” tidak serta merta berarti “mudah dilaksanakan.” Justru, salah satu tantangan terbesar yang sering timbul pada kegiatan daya tahan lunak adalah kegiatan semacam ini cenderung membutuhkan kerja sama dalam jumlah besar, yang artinya ada banyak pemangku kepentingan yang harus sepakat mengenai tindakan yang diambil dan mendukung pelaksanaannya.

Tindakan Daya Tahan Keras. Seperti yang disiratkan namanya, tindakan daya tahan keras cenderung bersifat padat-infrastruktur dan sebelumnya membutuhkan uji tuntas yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa tindakan ini tepat untuk dilakukan. Membangun bendungan, contohnya, dapat dianggap sebagai tindakan daya tahan keras jika bendungan itu dianggap perlu dalam mengendalikan aliran sungai yang menjadi tidak menentu akibat perubahan iklim.

Proses untuk mengidentifikasi pilihan adaptasi yang perlu dilakukan, dalam banyak hal, mirip dengan jalur pembuatan keputusan investasi PDAM, karena bergerak dari “daftar panjang” tindakan menuju “daftar pendek” tindakan. Lebih jauh, tindakan yang masuk dalam daftar pendek kemudian diberi tingkat prioritas untuk menentukan tindakan mana yang perlu dijalankan segera dan mana yang direncanakan untuk jangka menengah dan panjang. Langkahnya secara spesifik diuraikan lebih terperinci di bawah ini.

(a) Menyusun Daftar Panjang Pilihan Adaptasi bagi Sumberdaya Alam dan Konstruksi. Langkah pertama adalah menyusun “daftar panjang” pilihan adaptasi yang dapat diambil untuk meningkatkan daya tahan sumberdaya alam dan konstruksi PDAM. IUWASH melakukan curah gagasan bersama PDAM untuk menyusun daftar lengkap berbagai tindakan potensial yang dapat diambil untuk mengatasi risiko yang telah diidentifikasi dalam dua tahap sebelumnya. Tabel 2 mewakili contoh berbagai tindakan yang dapat diambil, termasuk tindakan yang telah dicantumkan dalam cakupan kerja IUWASH dan dengan demikian dapat didukung langsung oleh Proyek ini. Selain itu, lampiran C memberikan daftar langkah adaptasi yang lebih banyak dan dikelompokkan berdasar jenis ancaman bahaya.

Page 29: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 23

Klasifikasi adaptasi Tanggapan SpesifikDimasukkan dalam SOW

IUWASH

Perlindungan Sumber Air

Perlindungan DAS: Pembentukan zona perlindungan yang penting untuk pengisian ulang air atau perlindungan mata air

Program pengisian ulang akuifer

Program penyuluhan pertanian dengan tujuan mengurangi erosi tanah

Memperbaiki pengumpulan dan pengolahan sampah

Pembayaran untuk Layanan Lingkungan

Efisiensi Air dan Pengelolaan Permintaan

Pengurangan kehilangan air

Pemeliharaan dan penggantian meter air

Penetapan harga air secara efisien (contoh, meningkatkan blok tarif)

Pemasaran sosial untuk perubahan perilaku pelanggan

Program insentif bagi pelanggan (contoh, alat yang hemat air)

Penggunaan ulang air limbah untuk pertanian dan industri

Pilihan Infrastruktur

Meningkatkan/memperluas kapasitas penyimpanan dengan membangun penampungan air baru

Menganekaragamkan sumber daya air dengan membangun sumur dalam, pompa hisap air permukaan yang baru, dan transfer air antar wilayah (interbasin transfer)

Pemeriksaan bendungan untuk memperlambat limpasan dan membantu pengisian ulang akuifer

Meningkatkan akses terhadap sistem sanitasi perkotaan yang lebih baik untuk mengurangi polusi sumber air di wilayah hulu dan air tanah setempat

Memperluas pengolahan air limbah untuk penggunaan ulang air di pertanian dan industri

Memperluas/memperbaiki sistem drainase perkotaan

Membangun tanggul, parit, atau tembok laut

Pemindahan/penguatan infrastruktur air yang rawan banjir

Manajemen Informasi

Sistem Bantuan Pembuatan Keputusan Alokasi Air

Stasiun Pemantauan Hidrologi/Meteorologi

Komputerisasi Penagihan dan Akuntansi

(b) Membentuk Daftar Pendek Pilihan adaptasi. Menyusun daftar pendek berisi tindakan yang layak dilaksanakan dari berbagai tindakan potensial yang tercantum dalam daftar panjang pilihan adaptasi merupakan salah satu tantangan terbesar dalam menyusun strategi adaptasi perubahan iklim, khususnya dalam lingkungan yang mengalami ketidakpastian yang cukup besar. Yang penting diingat, ketidakpastian ini dapat dikurangi dengan cara menjalankan pilihan tanpa rugi/rendah kerugian seperti disebut di atas, dan juga dengan mengidentifikasi himpunan portofolio tanggapan. Mirip dengan membuat keputusan investasi keuangan, menyusun portofolio pilihan berarti menghindari “meletakkan semua telur dalam satu keranjang” sehingga membawa pada rencana adaptasi yang lebih seimbang dan mantap. Untuk membantu PDAM mengidentifikasi daftar pendek atau portofolio pilihan adaptasi, IUWASH bekerja sama dengan PDAM untuk menjalankan analisis kriteria umum (AKU)

(multi-criteria analysis/MCA) dari pilihan-pilihan yang tersedia. Secara sederhana, AKU adalah kerangka kerja pembuatan keputusan yang menilai dan membandingkan dampak dengan cara menggabungkan kriteria kuantitatif dan kualitatif (Cabot Venton, 2012). Contoh kriteria ini antara lain biaya, kerumitan teknis, penerimaan politis, kecepatan pelaksanaan, dan besarnya kelompok penerima manfaat (dampak). Kriteria kemudian diberi angka (misalnya 1, 2, 3) atau peringkat (misalnya tinggi, sedang, rendah) untuk memudahkan perbandingan pilihan.

Sekalipun agak subyektif, salah satu keuntungan penting AKU adalah umumnya hal ini memungkinkan pembuat keputusan untuk dengan cepat mencoret sejumlah besar pilihan pada daftar panjang dan mulai menajamkan portofolio butir-butir tindakan yang dapat dijalankan. Proses analisis kriteria umum diuraikan secara lebih mendalam pada bagian selanjutnya laporan ini.

Tabel 2: Gambaran Pilihan Adaptasi Perubahan Iklim

Page 30: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

24 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Yang penting untuk diperhatikan adalah analisis kriteria umum—dan tentu saja seluruh proses untuk mengidentifikasi pilihan adaptasi—harus dilaksanakan dengan cara yang transparan dan melibatkan semua pihak. Untuk ini, IUWASH memfasilitasi serangkaian diskusi dengan PDAM dan pemerintah daerah, yang bermuara pada sebuah lokakarya para pemangku kepentingan untuk membahas setiap butir AKU dan menyusun permufakatan mengenai portofolio tindakan adaptasi yang paling mungkin untuk dilakukan.(c) Menetapkan Prioritas di dalam Portofolio. Tergantung dari banyaknya isi daftar pendek portofolio tanggapan adaptasi dan juga ketersediaan sumber daya, mungkin perlu juga untuk melakukan penyusunan prioritas tindakan lebih lanjut. Dalam hal ini, analisis biaya-manfaat (ABM) (cost-benefit analysis/CBA) merupakan alat yang penting untuk membuat keputusan yang sulit dan penuh nuansa ini. Sekalipun tidak dimungkinkan untuk menggunakan ABM untuk mengevaluasi pilihan dalam jumlah besar karena banyaknya waktu yang diperlukan untuk melakukannya, ABM sudah pasti merupakan langkah yang pas untuk membandingkan pilihan kebijakan yang berjumlah tidak banyak. Proses cara menggunakan ABM diuraikan secara lebih terperinci di bagian 4.

3.2.4. IMPLEMENTASI, INTEGRASI DAN PEMBELAJARAN

Tahap akhir dari Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi terdiri dari tiga langkah: implementasi, integrasi, dan pembelajaran.

(a) Implementasi. Berdasarkan portofolio pilihan adaptasi yang teridentifikasi dan telah diprioritaskan dalam tahap ketiga, PDAM selanjutnya mulai menjalankan tindakan jangka pendek. “Implementasi” ini bisa mengambil beberapa bentuk. Pilihan adaptasi yang sepenuhnya di dalam wewenang PDAM—misalnya program air bukan penghasilan atau perbaikan sistem pengambilan keputusan—dapat langsung dijalankan karena hanya membutuhkan sedikit dukungan atau konsultasi dengan pihak luar. Untuk usulan tindakan lainnya yang memiliki pemangku kepentingan kelembagaan yang lebih beragam, tahap pertama “implementasi” mungkin adalah langkah konsultasi dengan himpunan pemangku kepentingan yang lebih luas agar dapat membangun dukungan yang dibutuhkan untuk melangkah lebih jauh. Misalnya untuk adaptasi ekosistem, masyarakat lokal di ekosistem yang menjadi sasaran perlu mendapat informasi tentang perlunya melakukan perbaikan pengelolaan ekosistem serta pendekatan yang dipakai dan dilibatkan dalam prosesnya. Yang terakhir, untuk pilihan adaptasi daya tahan menengah dan keras yang ada dalam portofolio,

“implementasi” bisa mengambil bentuk mengeluarkan sumber daya untuk menjalankan kajian teknis atau analisis kelayakan keuangan.

Tentu saja, implementasi selalu tergantung pada pembiayaan. Sekalipun perubahan atas kegiatan yang telah direncanakan agar hasilnya lebih memberi daya tahan iklim kemungkinan hanya membutuhkan sedikit biaya tambahan bagi PDAM atau pemerintah daerah, sudah pasti ada pilihan adaptasi lain yang membutuhkan investasi besar, misalnya membangun kapasitas penampungan air yang lebih besar. Sebagian PDAM mungkin memiliki likuiditas untuk membiayai investasi semacam itu langsung dari arus kas mereka, sementara sebagian yang lain mungkin membutuhkan pembiayaan dari luar. Selain melalui suntikan modal dari pemerintah daerah, sumber pendanaan lain juga meliputi:

Pemerintah Pusat. Pemerintah Indonesia telah memiliki beberapa program yang dapat dimanfaatkan untuk mendanai program adaptasi tertentu. Pemerintah Indonesia telah menganggarkan IDR7,4 triliun sampai tahun 2014, untuk membantu pemerintah daerah dan PDAM mengamankan dan melindungi sumberdaya air baku yang diperlukan untuk memenuhi permintaan saat ini dan masa mendatang.

Donor Internasional. Banyak donor bilateral dan internasional yang menyalurkan sumber daya untuk pengembangan daya tahan iklim. Di Indonesia, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, GIZ, dan AusAID, seluruhnya aktif di sektor perubahan iklim.

Sektor Swasta. Baik sebagai bagian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) atau upaya untuk mendorong keberlanjutan perusahaan itu sendiri, sektor swasta juga memiliki kesadaran yang semakin tinggi untuk “mengembalikan sebagian rezeki” dan dengan melakukan hal itu mereka membantu melindungi lingkungan hidup yang memungkinkan mereka untuk berniaga. Contohnya Coca-Cola Indonesia mendukung pemasangan teknologi resapan buatan di wilayah hulu DAS Medan metropolitan, sehingga meningkatkan daya tahan wilayah tempatnya beroperasi.

Karena adaptasi perubahan iklim bersifat multi-disiplin, maka banyak pakar IUWASH memiliki peran dalam pelaksanaan. Spesialis hidrologi IUWASH, misalnya, dapat membantu PDAM dalam menentukan

Page 31: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 25

Implementasi, Integrasi, dan Pembelajaran

Penilaian Risiko Perubahan Iklim:

Skenario Berdasar Perubahan Iklim

Perencanaan Adaptasi: Portofolio Tanggapan Yang Diprioritaskan

Memahami Situasi Saat Ini: Skenario

kondisi saat ini

Gambar 5: Daur Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air dan Perencanaan Adaptasi

pendekatan terbaik untuk melindungi sumberdaya alam yang berharga seperti mata air. Pakar keuangan pemerintah daerah kami dapat mendukung persiapan studi kelayakan keuangan untuk mendapatkan pembiayaan dari pemerintah pusat. Yang terakhir, ahli teknik IUWASH dapat mengkaji rancangan teknis terperinci untuk membantu memastikan bahwa kerentanan perubahan iklim telah dipertimbangkan sebelum dimulainya konstruksi.

(b) Integrasi. Bersamaan dengan mulainya pelaksanaan pilihan adaptasi, yang juga penting adalah strategi adaptasi keseluruhan itu diintegrasikan sepenuhnya ke dalam rencana pengembangan PDAM yang lebih luas. Secara spesifik, hasil penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi dipadukan ke dalam rencana usaha PDAM yang telah ada. Dan memang, salah satu bagian penting dalam visi jangka panjang untuk memperkuat daya tahan PDAM adalah dengan memasukkan persoalan perubahan iklim ke dalam proses perencanaan lima tahunan sehingga seluruh dokumen perencanaan di masa mendatang berisi bagian tersendiri atau rujukan tersendiri mengenai potensi dampak perubahan iklim, termasuk pembaruan atas proyeksi ilmiah terakhir berdasar kecenderungan iklim terbaru.

Bagian penting dari visi jangka panjang untuk memperkuat daya tahan PDAM adalah memasukkan persoalan perubahan iklim ke dalam proses perencanaan lima tahunan PDAM.

dinyatakan IPCC (2012), “Sifat dinamis dari adaptasi menekankan pada pembelajaran adalah proses penting untuk membangun daya tahan. Dan dengan demikian prosesnya adalah dengan meningkatkan kapasitas adaptasi saat ini juga, alih-alih membuat sasaran untuk meningkatkan adaptasi nanti di masa depan yang jauh” (hal. 468).

Gambar 5 memperlihatkan daur Kerangka Kerja PKPA IUWASH. Seperti yang diperlihatkan pada sisi kiri gambar tersebut, tahap akhir implementasi, integrasi, dan pemantauan & evaluasi akhirnya akan membuka jalan bagi penilaian ulang skenario ambang dasar dan risiko perubahan iklim yang terkait. Dengan cara ini, Kerangka Kerja PKPA dapat langsung diintegrasikan ke dalam proses perencanaan PDAM yang lebih luas, yang berlangsung dalam daur lima tahunan.

(c) Pembelajaran (Pemantauan dan Evaluasi). Seperti yang disampaikan dalam prinsip-prinsip di awal bab ini, penilaian kerentanan perubahan iklim dan perencanaan adaptasi adalah proses berulang. Dengan demikian, pemantauan dan evaluasi merupakan sebuah aspek penting untuk memastikan daur perencanaan adaptasi selanjutnya dapat dikembangkan dari keberhasilan dan kesalahan sebelumnya. Secara sederhana, langkah terakhir dari Kerangka Kerja PKPA IUWASH adalah belajar. Sekalipun telah banyak penelitian yang dilaksanakan mengenai bagaimana kemungkinan dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dan cara terbaik untuk mengatasinya, namun masih banyak yang tak kita ketahui. Dengan kata lain, masih banyak yang harus dipelajari. Seperti yang

Page 32: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

26 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Page 33: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 27

ALAT BANTU PENILAIAN KERENTANAN DAN PERENCANAAN ADAPTASI

Page 34: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

28 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

paling rentan. Analisis risiko probabilistik menawarkan satu pendekatan untuk menghitung risiko sekumpulan sumberdaya . Seperti yang dinyatakan IPCC (2012), apabila dijalankan berdasar sebuah kerangka kerja tata kelola risiko yang lebih luas, analisis risiko probabilistik (ARP) (probabilistic risk analysis/PRA) merupakan cara yang tepat untuk "membantu mengalokasikan dan mengevaluasi upaya-upaya mengelola risiko." Secara sederhana, ARP didefinisikan sebagai:

Risiko = Probabilitas × Konsekuensi

Bab 4 membahas sejumlah alat bantu utama yang akan dipergunakan IUWASH untuk mendukung proses penilaian kerentanan perubahan iklim dan perencanaan adaptasi. Alat-alat bantu ini digunakan untuk memberi masukan bagi keseluruhan proses penilaian dan perencanaan, dan bukan untuk menghambat dialog karena dianggap merupakan satu-satunya "jawaban" yang benar. Yang paling penting, para pemangku kepentingan paham bagaimana dan mengapa alat bantu ini dipergunakan, sehingga memastikan terbentuknya transparansi dan keberlanjutan sepanjang pelaksanaan Kerangka Kerja PKPA.

4.1. MATRIKS RISIKO SUMBERDAYA (ASSET RISK MATRIX) PDAM

Menjalankan penilaian kerentanan untuk PDAM dapat merupakan tugas yang amat berat mengingat banyaknya risiko yang telah ada saat ini. Untuk mengatur dan menyederhanakan proses ini, diperlukan metodologi yang sistematis untuk membantu menghitung risiko dan memfokuskan analisis pada sumberdaya yang tampaknya

Ko

nse

ku

en

si

Tinggi IPA

Penampungan

Mata air

Rendah

Kemungkinan kecil

Kemungkinan besar

Probabilitas

Bisa diabaikan: Tak perlu mengambil tindakan

Rendah: Mungkin perlu tindakan tertentu (pendidikan, pelatihan)

Moderat: Perlu langkah pengendalian untuk mengurangi risiko

Tinggi: Langkah pengendalian perlu dijadikan prioritas tinggi

Ekstrem: Perlu langkah pengendalian sesegera mungkin

Pada dasarnya, untuk menghitung besarnya risiko, persamaan ini mempertimbangkan seberapa besar kemungkinan bahaya tertentu akan terjadi dikalikan dengan seberapa besar perkiraan kerusakan fisik atau lingkungan yang akan terjadi. Dalam hal ini, sumberdaya akan mengalami tingkat risiko tinggi apabila ada kemungkinan besar terjadi bahaya dan kerusakan yang terjadi juga besar. Gambar 6 di bawah menunjukkan contoh hubungan antara probabilitas dan konsekuensi, dan dalam contoh tersebut instalasi pengolahan air terkena kemungkinan "besar" dan konsekuensi "tinggi", yang artinya instalasi itu menghadapi tingkat risiko ekstrem.

Gambar 6: Matriks Risiko Sumberdaya (Asset Risk Matrix) PDAM

Page 35: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 29

Dalam banyak hal, konsep probabilitas dan konsekuensi berkaitan langsung dengan paparan dan kerentanan. Sumberdaya yang tingkat paparannya rendah, misalnya, akan memiliki kemungkinan rendah mengalami bahaya; demikian juga, sumberdaya yang amat rentan cenderung akan menghadapi konsekuensi yang lebih berat daripada yang kerentanannya rendah.

Dari konsep analisis risiko probabilistik ini, IUWASH mengembangkan Matriks Risiko Sumberdaya PDAM, sebuah alat bantu penilaian risiko semi-kuantitatif untuk membantu PDAM mengevaluasi tingkat risiko yang dihadapi sumberdaya alam dan konstruksi mereka. Lebih jelasnya, Matriks Risiko Sumberdaya (MRA) memberikan cara untuk menghitung nilai risiko sederhana untuk sumberdaya di masing-masing subsistem sumberdaya air, yang mana "subsistem" di sini didefinisikan sebagai serangkaian sumberdaya yang saling terhubung untuk mengambil air dari lingkungan alam, menyalurkannya, mengolahnya, dan menyimpannya. Gambar 7 memperlihatkan satu subsistem sumberdaya air. Dalam banyak kejadian, PDAM memiliki banyak subsistem sumberdaya air, dan sering kali menyalurkan air untuk wilayah geografis yang berbeda di dalam

wilayah layanannya. Utamanya, sumberdaya alam—atau sumber air baku—bisa terdiri dari beberapa bentuk antara lain sungai, mata air, atau akuifer. Selain itu, berdasar sifat sumber air baku dan jaraknya ke pengguna akhir, sebagian sumberdaya konstruksi (seperti instalasi pengolahan air atau penyimpanan) mungkin tidak diperlukan. Metodologi pemberian skor dan pelaksanaan Matriks Risiko Sumberdaya akan diuraikan secara lebih rinci pada sub-bagian berikut.

Daerah Aliran Sungai

Air Permukaan & Air Tanah

Pipa Transmisi

Pompa Hisap

Instalasi Pengolahan

Air

Penyimpanan & Distribusi

Gambar 7: Unsur-unsur Subsistem Sumberdaya Air

4.1.1. METODOLOGI PEMBERIAN SKOR

Untuk mengevaluasi tingkat risiko masing-masing subsistem sumberdaya air, IUWASH berkolaborasi dengan PDAM untuk menentukan tingkat probabilitas dan konsekuensi masing-masing sumberdaya pada subsistem tersebut. Untuk menetapkan tingkat probabilitas ancaman bahaya tertentu, analisis skenario ambang dasar menggunakan data historis untuk menilai frekuensi empat jenis ancaman: banjir, kekeringan (cekaman air), longsor, dan kenaikan muka laut. Contohnya, tingkat probabilitas terjadinya banjir dapat didasarkan pada data curah hujan atau debit sungai jangka panjang, yang umumnya

SUMBERDAYA ALAM SUMBERDAYA KONSTRUKSI

Page 36: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

30 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

SCORE DESCRIPTION

5

Probabilitas kejadian amat tinggi berdasar catatan historis dan proyeksi perubahan iklim. Ancaman ini bisa dikatakan pasti akan terjadi dalam rentang waktu yang dinyatakan.

4

Probabilitas kejadian tinggi dalam rentang waktu. Data pengamatan dan proyeksi sama-sama menunjukkan kecenderungan akan meningkat kejadiannya.

3Probabilitas kejadian ancaman bahaya tingkat sedang. Risiko “kemungkinan tidak terlalu besar.”

2Probabilitas kejadian ancaman bahaya rendah. Risiko masih mungkin terjadi tapi kemungkinan-nya kecil.

1

Probabilitas kejadian ancaman bahaya amat rendah. Risiko bisa dikatakan tidak ada atau kemungkinannya amat jauh.

SCORE DESCRIPTION

5

Dampak berjangka panjang (hitungan tahun) dengan kerusakan sumberdaya sepenuhnya dan kerugian finansial yang amat besar.

4

Dampak signifikan musiman (hitungan bulan) atau dampak episodik dan ada kerusakan sum-berdaya atau kerugian finansial yang besar.

3Dampak jangka pendek (hitungan minggu) den-gan kerusakan sumberdaya sedang.

2Dampak amat singkat terhadap tingkat layanan (hitungan hari) dengan tingkat kerusakan yang mudah diperbaiki/dipulihkan.

1

Dampak terhadap tingkat layanan hampir tidak ada atau sama sekali tak dirasakan oleh pelang-gan. Hampir tidak ada kerusakan sumberdaya.

dinyatakan dalam bentuk banjir 2-tahunan (1 dari 2), 10-tahunan (1 dari 10), atau 100-tahunan (1 dari 100). Setelah merujuk data yang tersedia, masing-masing jenis ancaman bahaya lalu dikategorikan sesuai tabel berikut:

4.1.2. PELAKSANAAN MRA PDAM

Seperti ditulis di Bab 3, Matriks Risiko Sumberdaya dipergunakan pada dua titik pelaksanaan Kerangka Kerja PKPA, yakni dalam penilaian kerentanan skenario ambang dasar (Tahap 1) dan sekali lagi pada penilaian skenario berdasar perubahan iklim. Dengan memperhatikan skenario ambang dasar, MRA akan dipergunakan mengukur risiko terhadap sumberdaya PDAM di dalam iklim saat ini. Dengan kata lain, berdasarkan data historis dan masukan dari pemangku kepentingan lokal, seberapa besar probabilitas dan besar dampak dari ancaman yang telah diketahui saat ini, dengan menganggap bahwa iklim tak berubah? Yang penting diingat, bukan berarti bahwa risiko yang teridentifikasi dalam skenario ambang dasar tidak disebabkan oleh perubahan iklim yang telah terjadi beberapa dasawarsa terakhir, tetapi hanya menganggap bahwa tidak ada perubahan di masa-masa selanjutnya.

Di dalam Tahap 2—penyusunan skenario berdasar perubahan iklim—Matriks Risiko Sumberdaya selanjutnya akan disesuaikan berdasarkan kemungkinan dampak perubahan iklim yang dapat terjadi. Kembali ke unsur-

Tingkat besarnya dampak dari banjir, longsor, kenaikan muka laut, dan kekeringan akibat perubahan iklim diringkas secara garis besar pada sisi kanan diagram dasi kupu-kupu di Bagian 3.2.1. Konsekuensi semacam itu dapat dianalisis dalam bentuk ketersediaan air baku (kebutuhan sumberdaya), biaya bagi PDAM, dan dampak bagi pelanggan. Sekalipun dampak, seperti kemungkinan bahaya, juga dapat dievaluasi secara kualitatif, semi-kuantitatif atau kuantitatif, MRA PDAM menggunakan pendekatan kualitatif karena terbatasnya data di banyak lokasi kerja IUWASH. Tabel 4 memperlihatkan matriks penilaian berdasarkan pendekatan semacam itu, dengan skor tinggi untuk kerusakan fisik yang besar dan skor rendah untuk kerusakan kecil atau tidak ada kerusakan. Apabila informasi mengenai kerusakan yang pernah terjadi bisa ditentukan berdasarkan kejadiannya, pendekatan yang lebih kuantitatif bisa dikembangkan.

Terakhir, setelah skor untuk masing-masing subsistem ditetapkan, skor ini juga bisa disesuaikan (diberi pembobotan) berdasarkan persentase masyarakat yang dilayani, tingkat kemiskinan, atau faktor-faktor

lain. Contohnya, jika instalasi pengolahan air melayani setengah populasi di satu kota, dampak dari bahaya yang dialami fasilitas ini akan lebih tinggi daripada mata air yang melayani hanya 10% populasi.

Tabel 3: Panduan Skor untuk Probabilitas Kejadian Tabel 4: Panduan Skor untuk Besarnya Dampak

Page 37: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 31

Ko

nse

ku

en

si

Tinggi IPA IPA

Penampungan

Mata air Mata air

Rendah

Kemungkinan kecil

Kemungkinan besar

Probabilitas

Bisa diabaikan: Tak perlu mengambil tindakan

Rendah: Mungkin perlu tindakan tertentu (pendidikan, pelatihan)

Moderat: Perlu langkah pengendalian untuk mengurangi risiko

Tinggi: Langkah pengendalian perlu dijadikan prioritas tinggi

Ekstrem: Perlu langkah pengendalian sesegera mungkin

unsur subsistem sumberdaya air yang diperlihatkan pada Gambar 6 di atas, jenis-jenis risiko yang berpotensi meningkat antara lain:

Sumber Air Baku: Curah hujan yang semakin tak menentu kemungkinan menimbulkan dampak besar terhadap sumberdaya alam PDAM sehingga sumber air baku menjadi berkurang keandalannya. Berdasar ketersediaan data, bisa digunakan model analitis untuk menentukan skenario yang mungkin terjadi, untuk memberi kejelasan yang lebih besar mengenai dampak terhadap sumber air baku. Model ini bisa berupa model keseimbangan air sederhana untuk DAS tertentu atau model air tanah yang lebih canggih, yang dapat dipergunakan untuk menentukan potensi intrusi air laut dan model aliran air permukaan. Masukan untuk model-model ini akan didasari oleh model perubahan iklim yang spesifik bagi masing-masing lokasi dan dikalibrasi menggunakan data historis.

Pipa Transmisi: Potensi tanah longsor di wilayah curam dan korosi pipa di dataran rendah dekat laut akibat intrusi air laut merupakan ancaman terbesar terhadap jalur pipa. Dengan menggunakan GIS atau teknik pemetaan, wilayah-wilayah ini harus diidentifikasi dan bahayanya dipetakan.

Pengolahan Air: Ancaman terbesar bagi instalasi pengolahan air kemungkinan adalah meningkatnya potensi terjadinya banjir. Dengan model seperti HEC-RAS atau data historis, wilayah-wilayah yang terancam bahaya dapat dipetakan dan langkah-langkah mitigasi dapat direncanakan. Sebagai tambahan, model transpor sedimen (sediment transport model) dapat dikembangkan untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melindungi penampungan air tawar, berdasarkan penggunaan tahan dan perubahan iklim.

Fasilitas Penyimpanan: Seperti fasilitas pengolahan, ancaman terbesar untuk fasilitas penyimpanan PDAM kemungkinan adalah banjir jika fasilitas tersebut berlokasi dekat dengan sumber air permukaan seperti sungai. Tanah longsor juga merupakan risiko lain yang bisa mengancam penampungan air, tetapi bisa dikatakan risiko ini minimal karena sebagian besar penampungan air tidak dibangun di atas atau di dekat lereng yang curam.

Berdasar sejauh mana perubahan iklim memperparah dan/atau menambah jumlah ancaman bahaya, maka kita dapat melihat pergeseran pada Matriks Risiko Sumberdaya menuju tingkat risiko keseluruhan yang lebih tinggi. Dalam Gambar 8 di bawah, contohnya, penyusunan skenario

Gambar 8: Gambaran Perubahan Risiko Karena Skenario Berdasar Perubahan Iklim

Page 38: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

32 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Analisis geospasial merupakan alat bantu penting untuk mengidentifikasi titik rawan kerentanan (hot spot), memungkinkan kita untuk menumpangkan peta-peta bahaya dan menemukan lokasi-lokasi di mana beberapa faktor risiko saling bertemu.

berdasar perubahan iklim telah menaikkan tingkat risiko dari instalasi pengolahan air dan mata air alam, sementara tidak ada ancaman tambahan terhadap fasilitas penampungan air.

Sepanjang pelaksanaan tentu saja penting diingat bahwa Matriks Risiko Sumberdaya PDAM adalah alat bantu penilaian cepat berdasarkan ukuran kualitatif. Dengan demikian, alat ini tidak dimaksudkan untuk memberikan jawaban yang terperinci dan langkah-langkah pasti, tetapi untuk memberi dasar bagi proses penilaian kerentanan, sehingga memberi pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi berbagai unsur risiko.

4.2. ANALISIS GEOSPASIAL

Risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim pada dasarnya bersifat spasial, atau berhubungan erat dengan karakteristik geografis dari lokasi tertentu termasuk pola penggunaan lahan, jarak dengan badan air di wilayah daratan dan pesisir, topografi (kemiringan), dan kepadatan penduduk. Sistem informasi geografis (Geographic information systems/GIS) adalah alat bantu yang tepat untuk menganalisis dan memvisualisasi bagaimana perubahan iklim akan meningkatkan atau menimbulkan risiko baru terhadap sumberdaya alam atau sumberdaya konstruksi PDAM. Untuk tujuan ini, IUWASH bekerja dengan PDAM dan pemerintah daerah untuk mengembangkan jenis analisis spasial berikut di dalam skenario ambang dasar :

Pola Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai. Pola penggunaan lahan di daerah aliran sungai memiliki dampak besar terhadap keberlanjutan sumber air baku. Dengan demikian, saat menyusun skenario ambang dasar, penting untuk memilah dengan jelas pola penggunaan lahan, memahami bagaimana dampaknya saat ini terhadap sumber air baku, dan bagaimana perubahan iklim dapat semakin memperburuk tantangan pola guna lahan yang telah ada (seperti berkurangnya resapan air tanah dan meningkatnya limpasan). Gambar 9 dan 10 memperlihatkan peta yang menggambarkan wilayah Medan, dan bujur sangkar biru menandai lokasi pompa isap air baku PDAM. Apabila datanya tersedia, kami juga akan memasukkan peta deret waktu untuk menunjukkan bagaimana perubahan penggunaan lahan di tahun-tahun belakangan.

Pola Banjir Historis. Di dalam skenario ambang dasar kita dapat menggunakan data banjir historis untuk menyoroti wilayah yang rawan banjir di masa lalu.

Hal ini terutama penting di wilayah pesisir, di mana ketinggian muka laut memerlukan perhatian khusus (lihat Gambar 10). Peta kejadian banjir historis juga dapat dipadukan dengan peta infrastruktur pengendalian banjir untuk menyoroti kapasitas adaptif yang telah ada (atau kurangnya kapasitas tersebut).

Geologi/Hidrogeologi. Memetakan kondisi bebatuan yang mendasari dan struktur akuifer membantu menunjukkan bagaimana wilayah yang berbeda—termasuk sumber air yang berbeda—saling berhubungan secara hidrologis. Utamanya, mengelola kesehatan akuifer diperkirakan menjadi semakin penting dalam perubahan iklim karena potensinya untuk secara alami menyimpan air dalam jumlah besar sekalipun air permukaan mengalami kering secara berkala.

Risiko Longsor. Dengan data topografis, kita dapat memetakan risiko longsor berdasar kombinasi kemiringan dan karakteristik penutup tanahnya. Juga dengan memasukkan pompa isap PDAM dalam peta tersebut, kita dapat dengan cepat melihat sumber mana yang rentan terhadap tanah longsor.

Apabila datanya tersedia, mungkin juga akan bermanfaat apabila informasi sosial ekonomi ditumpangkan ke peta di atas, termasuk data kemiskinan rumah tangga. Dengan demikian, PDAM dapat mempertimbangkan juga bagaimana dampak lumpuhnya instalasi pengolahan terhadap pelanggannya, terutama yang rentan terhadap kelangkaan air. Demikian juga, kita dapat menumpangkan beberapa peta bahaya—antara lain risiko banjir, penggunaan lahan, risiko tanah longsor, dan tingkat kemiskinan—untuk menemukan "titik rawan kerentanan" di mana dua atau lebih risiko saling berpotongan.

Page 39: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 33

Gambar 9: Pola Penggunaan Lahan di Medan Gambar 10: Wilayah Terancam Banjir Pesisir di Medan

Akhirnya, selain untuk alat bantu analisis, analisis geospasial juga merupakan alat bantu komunikasi. Maksudnya, GIS menjadi cara yang tepat untuk memaparkan informasi secara visual menyangkut kerentanan sumberdaya alam dan sumberdaya fisik PDAM. Menggunakan kasus pemetaan banjir pesisir di atas, apabila para pembuat keputusan dapat melihat bagaimana genangan air laut di tahun-tahun mendatang kemungkinan akan semakin jauh merasuk ke daratan—dan misalnya berdampak pada sumberdaya konstruksi seperti instalasi pengolahan air—dapat menjadi cara yang amat efektif untuk mengkomunikasikan pentingnya tindakan adaptasi perubahan iklim.

Selain menyusun analisis spasial untuk skenario ambang dasar, IUWASH juga bekerja dengan PDAM untuk mengkaji bagaimana lokasi dan tingkat parahnya risiko tertentu dapat berubah di dalam skenario berdasar perubahan iklim (Tahap 3). Misalnya di wilayah pesisir, kita dapat memetakan secara visual bagaimana perubahan muka laut dapat mengubah skenario genangan pesisir dan intrusi air laut untuk 30 hingga 60 tahun mendatang. Lebih jauh, menggunakan skenario semacam itu, kita lalu dapat mengkaji bagaimana titik rawan kerentanan tersebut bisa bergeser atau meluas dalam jangka panjang. Kita juga dengan mudah dapat memetakan batas-batas daerah tangkapan hujan di wilayah hulu (sungai, mata air) dan mengidentifikasi pemerintah daerah mana yang bertanggung jawab untuk memelihara / meningkatkan kualitas daerah tangkapan hujan tersebut dan juga mengidentifikasi wilayah yang paling tepat untuk pemasangan teknologi resapan.

Page 40: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

34 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

4.3. MODEL SIRKULASI UMUM

Seperti disebutkan pada Bagian 3.2.2 Model Sirkulasi Umum (General Circulation Model/GCM)—juga dikenal dengan nama Global Climate Model—merupakan alat yang penting untuk menyusun skenario berdasar perubahan iklim. Secara sederhana, GCM adalah proyeksi matematis hasil perhitungan komputer tentang bagaimana kemungkinan reaksi iklim global terhadap "daya pembentuk iklim" seperti emisi gas rumah kaca. Laporan Penilaian Keempat IPCC (2007) menyatakan bahwa "Model iklim didasarkan pada prinsip-prinsip alam yang telah banyak diketahui dan telah menunjukkan dapat membentuk gambaran sesuai perubahan iklim yang terjadi baru-baru ini dan di masa lalu yang diamati secara langsung" (hal. 591). Laporan ini lalu menyimpulkan bahwa, “Sudah cukup banyak keyakinan bahwa Model Sirkulasi Umum Atmosfer-Samudera (Atmosphere-Ocean General Circulation Models/AOGCM) memberikan perkiraan kuantitatif yang dapat dipercaya untuk perubahan iklim masa mendatang, khususnya di skala benua dan lebih besar" (hal. 591).

Namun, GCM memiliki beberapa keterbatasan penting. Pertama, seperti tersirat dalam pernyataan IPCC, kemampuan GCM untuk memprediksi secara akurat fluktuasi suhu dan curah hujan di tingkat regional dan lokal menurun, karena model ini tidak memperhitungkan karakteristik lokal seperti jarak ke badan air dan faktor topografis lain yang memiliki pengaruh penting terhadap pola cuaca lokal. Tantangan ini dapat diatasi dengan penggunaan teknik "penurunan skala" untuk membentuk model iklim regional (RCM) tetapi teknik semacam ini masih relatif baru dan belum banyak dilaksanakan di dunia, termasuk di Indonesia.

Kedua, mekanisme umpan balik iklim—seperti naiknya tingkat uap air, tudung awan, dan sirkulasi laut—masih sulit untuk diprediksi dalam model iklim dan berpotensi besar mengubah iklim masa depan.

Yang terakhir, model iklim disusun berdasarkan asumsi bahwa emisi Gas Rumah Kaca di masa depan berada pada tingkat tertentu. Seperti dijelaskan dalam kotak penjelasan di Bagian 3.2.2, tingkat emisi akan tergantung pada kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan populasi, penggunaan sumber energi bersih, dan berbagai faktor lain. Dengan demikian, ketidakpastian tingkat emisi masa depan juga berimbas pada ketidakpastian pada penyusunan model perubahan iklim, sehingga memperjelas skenario emisi yang dipergunakan dalam setiap analisis merupakan hal yang amat penting.

Sumber Data Iklim

Karena membiayai penyusunan model perubahan iklim yang mendalam berada di luar lingkup IUWASH, maka Proyek ini akan menggunakan sejumlah alat bantu proyeksi perubahan iklim berbasis web yang telah tersedia.

Portal Pengetahuan Perubahan Iklim Bank Dunia (World Bank Climate Change Knowledge Portal). Bank Dunia memiliki situs yang ditujukan bagi pelaksana pembangunan dan penyusun kebijakan berisi amat banyak data perubahan iklim, termasuk data historis dan proyeksi iklim. Proyeksi ini disusun berdasarkan 15 dari 23 model sirkulasi umum (GCM) yang tersedia dan digunakan oleh IPCC dalam laporan Penilaian ke-4 dan dapat dijalankan di dalam skenario SRES-A2 atau SRES-B1. Dalam hal periode waktu, periode proyeksi dimulai tahun 2020 dan berlanjut hingga 2100, dibagi ke dalam blok-blok 20 tahunan. (http://sdwebx.worldbank.org/climateportal/index.cfm)

Climate 1-Stop.org. Portal Web the Climate 1-Stop—yang disusun oleh sekelompok donor, LSM, dan organisasi pemerintah—menyediakan himpunan informasi berkaitan perubahan iklim, termasuk proyeksi iklim di seluruh dunia. Lebih jelasnya, portal ini menyediakan hasil dari tiga model yang dipakai dalam Laporan Penilaian ke-4 IPCC: National Center for Atmospheric Research Community Climate System Model (NCAR CCSM); European Centre/Hamburg Model (ECHAM); dan Geophysical Fluid Dynamics Laboratory Coupled Model (GFDL-CM21). Menurut situs tersebut, model-model ini dipilih karena mewakili proyeksi tertinggi, menengah dan terendah untuk perubahan pada variabel-variabel iklim. Utamanya, semua keluaran didasarkan pada skenario SRES A1B, dengan periode waktu yang tersedia adalah 2030 hingga 2040, dan 2041 hingga 2050. (http://arcserver4.iagt.org/climate1stop/ Default.aspx?mode=modeDataVisualization)

Sistem Pengamatan Bumi (Earth Observation System) SERVIR. Program SERVIR yang dikembangkan atas kerja sama USAID dan NASA menyediakan platform geospasial untuk menganalisis dan berbagi berbagai jenis data iklim dan sumber daya alam. Program SERVIR (SERVIR adalah akronim dalam bahasa Spanyol yang memiliki arti "sistem pemantauan dan visualisasi regional") saat ini memiliki pusat regional di Amerika Tengah, Afrika Timur, dan wilayah Hindu-Kush, dan dalam waktu dekat akan memperluas jaringannya ke Asia. Fungsi pemetaan dengan web interaktifnya menampilkan data sumber daya alam, demografi, dan iklim.

Page 41: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 35

Sekalipun memiliki keterbatasan, GCM tetap merupakan sumber informasi iklim yang penting dalam menyusun skenario yang mungkin terjadi, khususnya jika dipasangkan dengan sumber informasi lain seperti tinjauan pustaka dan wawancara pakar. Saat menggunakan GCM, ada beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab:

Periode waktu mana yang dipergunakan untuk proyeksi? Saat menjalankan sebuah model, pengguna harus selalu menetapkan periode waktu dari proyeksi iklim. Contohnya, banyak model dapat memberikan proyeksi hingga akhir abad. Namun, sesuai dengan tujuan IUWASH, maka Proyek ini umumnya menggunakan proyeksi yang lebih "berjangka pendek" berkisar antara 2020 hingga 2050. Dan, data ambang dasar untuk sebagian besar GCM adalah dari periode 1960 hingga 2000.

Skenario SRES mana yang akan dipakai? Pemerintah Indonesia menggunakan SRES-A2 dan SRES-B1 karena dari sudut pandang Pemerintah Indonesia, skenario tersebut merupakan yang paling mencerminkan pemahaman dan pengetahuan yang ada saat ini tentang ketidakpastian yang mendasari di dalam emisi (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010). Jika mungkin, maka IUWASH menggunakan SRES-A2 untuk menjadi bahan pertimbangan saat menyusun skenario perubahan iklim. Apabila skenario ini tidak tersedia dari sumber tertentu, kami lalu akan menggunakan rumpun skenario A1B, yang membuat perkiraan proyeksi emisi "semua berlangsung seperti sedia kala."

Model dan sumber apa yang akan dipergunakan? Laporan penilaian keempat IPCC menggunakan lebih dari 20 GCM untuk melaksanakan analisisnya, dan dengan demikian ada banyak model yang dapat dipilih. IUWASH akan mengandalkan platform GCM berbasis web seperti Portal Perubahan Iklim Bank Dunia, platform web Climate 1-Stop, dan SERVIR, alat bantu iklim yang disponsori USAID-NASA. Platform-platform ini—dan model spesifik yang digunakannya—diringkas di kotak penjelasan.

Dalam menyusun skenario yang mungkin akan terjadi, keluaran yang ditunjukkan GCM dapat membantu membangkitkan diskusi di kalangan pemangku kepentingan tentang bagaimana dampak perubahan iklim terhadap lingkungan hidup setempat di dasawarsa mendatang. Sekali lagi, karena GCM memiliki keterbatasan untuk memprediksi dampak perubahan iklim lokal secara akurat, maka hal itu lebih baik ditafsirkan sebagai salah satu kemungkinan yang dapat terjadi saat konsekuensi yang timbul karena perubahan iklim benar-benar terjadi. Sekalipun demikian, apabila dipaparkan secara grafis dan dibandingkan dengan kondisi iklim saat ini, hal itu dapat menjadi sumber bagi diskusi mendalam antara staf PDAM, pejabat pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Contohnya pada Gambar 11, yang membandingkan curah hujan rata-rata untuk Kota Medan dengan tingkat curah hujan yang diprediksi portal web Climate 1-Stop (SRES A1B). Secara

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

2031 - 2040

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rata-rata

Gambar 11: Curah Hujan Bulanan di Medan vs. Prediksi A1B 2031-2040

Page 42: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

36 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

keseluruhan, model ini menyiratkan adanya penurunan tingkat curah hujan, kecuali di bulan Mei dan Juni. Dengan menyadari batasan yang ada dalam modelnya, grafik ini bagaimana pun juga dapat membantu pembuat kebijakan untuk membentuk gambaran tentang iklim yang makin tak menentu.

4.4. ANALISIS KRITERIA UMUM DAN ANALISIS BIAYA-MANFAAT

Beralih dari daftar panjang pilihan adaptasi ke portofolio ringkas pilihan adaptasi yang menjadi prioritas—Tahap 3 dalam Kerangka Kerja PKPA—dapat merupakan hal yang amat menantang di lingkungan yang mengalami ketidakpastian yang besar. Analisis kriteria umum dan analisis biaya-manfaat merupakan dua alat pembuatan keputusan yang dapat membantu pembuat kebijakan membuat keputusan tentang cara mengalokasi sumber daya yang terbatas.

4.4.1. ANALISIS KRITERIA UMUM

Analisis Kriteria Umum (AKUAKU) memberikan kerangka kerja pembuatan keputusan yang di dalamnya para pemangku kepentingan mengidentifikasi dan menilai berbagai dampak dari sejumlah pilihan kebijakan atau adaptasi (Cabot Venton, 2012). AKU yang bersifat semi kuantitatif ini memberi titik awal logis dalam proses untuk menntukan pilihan adaptasi dengan cara membantu pemangku kepentingan menyampaikan secara jelas kualitas yang mereka inginkan dan pilihan adaptasi mana yang paling dapat memenuhi kualitas tersebut. AKU sesuai untuk situasi ketika pilihan adaptasi dan kriteria yang diinginkan tak dapat dengan mudah diungkapkan dengan unit pengukuran tunggal (misalnya nilai finansial), sehingga lebih sulit untuk membandingkan dan mengontraskan dampaknya. AKU juga amat tepat untuk upaya "penilaian cepat", yakni ketika pembuat kebijakan berminat untuk terlebih dahulu mengerucutkan sebuah daftar pilihan yang panjang sebelum mencurahkan waktu untuk melakukan analisis yang lebih mendalam dan terperinci terhadap masing-masing pilihan.

Secara garis besar, analisis kriteria umum meliputi langkah-langkah utama berikut:

1. Mengidentifikasi Daftar Panjang Pilihan Adaptasi. Seperti disebutkan dalam Kerangka Kerja PKPA IUWASH Tahap 3, langkah pertama adalah mengidentifikasi "daftar panjang" pilihan adaptasi yang menjadi pertimbangan. Tabel 2 di Bagian 3.2.3 di atas memberikan sebuah gambaran daftar pilihan adaptasi potensial bagi PDAM, dan daftar yang lebih lengkap dapat dilihat dalam Lampiran C. Namun, daftar ini hanya merupakan titik awal dan PDAM serta pemerintah daerah juga dapat memiliki pilihan lain yang dapat dimasukkan.

2. Mengidentifikasi Kriteria Evaluasi. Langkah kedua adalah PDAM dan pemerintah daerah menyampaikan dengan jelas bagaimana cara yang mereka inginkan untuk mengevaluasi berbagai pilihan adaptasi yakni dengan menentukan kriteria spesifik yang akan dipergunakan dalam analisis evaluasi tersebut. Gambar 12 di bawah memberikan contoh kriteria yang pernah dipergunakan oleh tiga

Gambar 12: Contoh Kriteria Evaluasi AKU (Sumber: Cabot Venton, 2012)

Keefektifan Biaya Kelayakan teknis Kelayakan sosial budaya Kecepatan proses pelaksanaan Kemudahan pelaksanaan Penerimaan pemangku kepentingan setempat Kemampuan lembaga Ukuran kelompok penerima manfaat

Manfaat ekonomi bersih Kapan manfaat dapat dirasakan Distribusi manfaat Kesesuaian dengan sasaran pembangunan Kesesuaian dengan kebijakan lain Biaya Dampak lingkungan Kemampuan melaksanakan Hambatan sosial, ekonomi, dan teknis

Keefektifan pilihan adaptasi Biaya Kelayakan

USAID

AIACC

OEDC

Page 43: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 37

lembaga donor. Yang penting adalah mendefinisikan arti dari masing-masing kriteria, khususnya ketika menggunakan kriteria evaluasi yang memiliki arti amat luas seperti "efektivitas." Sekalipun demikian, ketepatan dan kelengkapan (yakni jumlah kriteria yang dipergunakan) juga perlu diseimbangkan dengan kebutuhan untuk menjaga agar proses tetap sesederhana dan setransparan mungkin.

3. Menyusun Metodologi Pemberian Nilai dan Pembobotan. Secara umum, penilaian AKU menggunakan cara sederhana untuk memberi nilai seperti dengan angka (1, 2, 3, dll.) atau kategori (rendah, sedang, tinggi). Lebih jauh, jika ada kriteria tertentu yang dianggap lebih penting daripada kriteria lain, maka dapat juga diberi pembobotan untuk mencerminkan prioritas ini.

4. Memberikan dan Menghitung Nilai. Setelah pendekatan pemberian nilai disepakati, pemangku kepentingan dapat mendiskusikan setiap pilihan adaptasi dan memberikan nilai tertentu, dan nilai yang diberikan untuk masing-masing kriteria akan digabungkan membentuk skor keseluruhan untuk masing-masing pilihan adaptasi.

5. Menyusun Peringkat Pilihan Adaptasi dan Mengidentifikasi Peringkat Atas. Untuk memudahkan proses pemilihan, "daftar panjang" pilihan adaptasi dapat diperingkat menggunakan nilai akhir yang diperoleh. Yang penting diingat, sekalipun sebuah pilihan adaptasi seperti membangun penampungan air baru berada pada peringkat tertinggi, belum tentu hal itu harus dipilih. Namun, para pemangku kepentingan harus meninjau bersama-sama dan mendiskusikan hasilnya dan menentukan perubahan apa yang perlu dilakukan. Misalnya PDAM ingin mengurangi daftar panjang berisi 50 pilihan adaptasi menjadi 10 pilihan peringkat atas, maka PDAM jangan langsung memilih 10 tindakan dengan nilai tertinggi. Namun, dari proses diskusi mungkin akan muncul pertimbangan lain sehingga beberapa pilihan yang peringkatnya lebih rendah bisa dimasukkan dalam portofolio akhir. Misalnya pertimbangan untuk menyeimbangkan pilihan adaptasi "keras" (contoh, membangun infrastruktur) dan "lunak" (contoh, tindakan berbasis ekosistem atau kebijakan).

Untuk melihat contoh bagaimana analisis kriteria umum dipergunakan dalam mempertimbangkan pilihan tindakan adaptasi, silakan melihat Lampiran D yang memaparkan sebuah tabel yang dipergunakan oleh USAID dan DAI untuk mengevaluasi sehimpunan respons perubahan iklim di Filipina.

Ada dua hal tambahan yang perlu diingat saat menjalankan AKU. Pertama, AKU pada dasarnya dimaksudkan sebagai upaya kolaboratif; bukan dimaksudkan sebagai kerangka kerja pembuatan keputusan "kotak hitam" yakni pembuatan keputusan dilakukan sepenuhnya oleh tim konsultan. Dengan demikian, AKU akan lebih baik dijalankan dalam bentuk lokakarya, dihadiri para pemangku kepentingan dari PDAM dan pemerintah daerah untuk menentukan sifat dari daftar panjang, jenis kriteria evaluasi, metodologi pemberian nilai, dan pemilihan akhir tindakan respons peringkat atas. Biasanya, cara yang umum dilakukan adalah kelompok besar dibagi ke dalam tim-tim kecil untuk memberi nilai dan peringkat bagi pilihan adaptasi. Hasil dari masing-masing tim lalu disampaikan di dalam sesi pleno, dan dibandingkan dengan kelompok secara keseluruhan, dan mencatat alasan mengapa tanggapan adaptasi tertentu diberi peringkat lebih tinggi atau lebih rendah.

Akhirnya, yang juga terkait, AKU pada dasarnya adalah untuk memfasilitasi sebuah proses penilaian sistematis dan partisipatoris selain untuk memberi nilai dan peringkat bagi pilihan-pilihan adaptasi. Dan memang, salah satu manfaat terbesar dari AKU adalah cara pelaksanaannya yang menghimpun pemangku kepentingan bersama-sama untuk berbagi sudut pandang dan membentuk mufakat.

4.4.2. ANALISIS BIAYA-MANFAAT

Analisisi biaya-manfaat (Cost-Benefit Analysis/ABM) adalah alat bantu kedua untuk pembuatan keputusan. Alat ini mencoba memperhitungkan biaya dan manfaat ekonomi dari pilihan kebijakan tertentu. Sekalipun memberikan pembahasan metodologi ABM secara terperinci berada di luar cakupan laporan pendahuluan ini, secara luas bisa dikatakan metode ini menghitung nilai kini bersih (net present value/NPV) dari aliran biaya dan manfaat finansial yang akan terjadi yang terkait dengan masing-masing pilihan adaptasi. The Economics of Climate Adaption Working Group (2009) menjelaskan tentang biaya dan manfaat sebagai berikut:

Biaya ekonomi dari langkah adaptasi dapat meliputi belanja modal (seperti biaya membangun infrastruktur) dan biaya operasional (seperti biaya tenaga kerja, persediaan barang, biaya pemeliharaan, biaya depresiasi, dan semacamnya). Biaya ekonomi dari suatu langkah adaptasi seharusnya bisa dikurangi dengan penghematan biaya operasional yang akan diraih. Sekalipun sebagian pihak mungkin memasukkan penghematan tersebut sebagai "manfaat," untuk tujuan analisis lebih penting jika penghematan itu dikelompokkan bersama biaya operasional. Berkaitan dengan hal ini, bisa saja sebuah langkah adaptasi menjadi "berbiaya negatif."

Page 44: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

38 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Manfaat ekonomi dari langkah adaptasi dapat didefinisikan sebagai "kerugian yang dihindarkan dan tambahan aliran pemasukan yang dihasilkan oleh suatu langkah (jika ada)" (hal. 133). Yang penting diingat, biaya dari kerugian yang mungkin diambil dari perkiraan berkurangnya kerusakan fisik karena menurunnya tingkat keparahan suatu kejadian (seperti banjir) atau meningkatnya daya tahan sumberdaya dan juga berkurangnya jumlah sumberdaya yang terpapar bahaya (misalnya dalam hal relokasi sumberdaya fisik).

Melakukan ABM biasanya memerlukan penyusunan model keuangan untuk memperhitungkan berbagai aliran pendapatan dan penghematan keuangan yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan adaptasi yang diusulkan. Karena banyaknya waktu yang diperlukan untuk upaya semacam itu, ABM umumnya dibatasi hanya pada langkah-langkah adaptasi yang telah diprioritaskan melalui proses AKU. Dengan kata lain, akan kurang efisien untuk menggunakan ABM untuk menganalisis 50 pilihan adaptasi ketika banyak diantaranya kemungkinan akan tereliminasi oleh kriteria lain. Dengan demikian, IUWASH membantu PDAM menjalankan analisis biaya-manfaat jika dipandang perlu, misalnya untuk memilih di antara dua atau tiga pilihan adaptasi peringkat tinggi.

Page 45: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 39

MELAKSANAKAN KERANGKA KERJA PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA

AIR DAN PERENCANAAN ADAPTASI

Page 46: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

40 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air dan Perencanaan Adaptasi IUWASH merupakan pendekatan kolaboratif dan praktis untuk membantu PDAM dan pemerintah daerah setempat untuk menyusun rencana yang lebih baik dalam menghadapi iklim yang makin tak menentu. Secara sederhana, kerangka kerja ini: (1) mengkaji risiko yang dihadapi sumberdaya alam dan konstruksi PDAM di dalam iklim saat ini; (2) melihat bagaimana risiko tersebut bisa berubah atau meningkat di dalam skenario berbasis perubahan iklim; (3) menyusun portofolio pilihan adaptasi yang efektif-biaya dan seimbang; dan (4) memfasilitasi pembelajaran sepanjang proses implementasi untuk terus-menerus memperbaiki dan menyesuaikan langkah adaptasi sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan.

5.1. PEMILIHAN LOKASI

Sesuai dengan lingkup kerja Proyek, IUWASH menjalankan Kerangka Kerja PKPA pada minimum 20 PDAM, dan pada akhir proyek rencana-rencana adaptasi telah disepakati dan mulai dijalankan. Dalam pemilihan lokasi, IUWASH mempertimbangkan kriteria berikut:

Tingkat Keparahan Risiko yang Ada. Saat menjalankan penilaian lokasi awal, IUWASH fokus pada wilayah yang telah menghadapi risiko

besar tak mampu menyediakan air bersih secara berkelanjutan. Penekanan khusus diberikan pada PDAM yang mengalami kelangkaan air baku pada kondisi iklim saat ini.

Motivasi PDAM. Komitmen dan motivasi PDAM untuk secara aktif mengatasi risiko perubahan iklim merupakan faktor penting dalam kemampuan mereka beradaptasi terhadap risiko iklim.

Dukungan Pemerintah Setempat. Seperti dinyatakan dalam pendahuluan. pekerjaan IUWASH berlandaskan pada peningkatan tata kelola sektor air, dan dengan demikian Proyek ini hanya bekerja di kota yang memiliki dukungan nyata dari pemerintah setempat. Secara spesifik, wilayah di mana pemerintah lokal bekerja secara kolaboratif untuk mengelola sumber daya air yang langka melintasi batasan wilayah politik akan diutamakan.

Keseimbangan Regional. IUWASH berusaha mempertahankan keseimbangan 3 hingga 5 PDAM yang mengatasi risiko perubahan iklim di tiap wilayah.

Sekalipun lokasi spesifik di mana IUWASH akan melaksanakan penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi masih terus berubah pada saat penerbitan laporan ini, berdasarkan penilaian kebutuhan yang dilaksanakan pada tahun pertama Proyek ini, PDAM yang potensial adalah seperti dalam tabel berikut:

Tabel 5: Lokasi yang direncanakan untuk Pelaksanaan Kerangka Kerja PKPA IUWASH

Wilayah LokasiJenis Sumber Daya Air

Ancaman Saat IniMata air Sungai Sumur

North SumatraMedan X X X Kekeringan, tanah longsor, banjir, intrusi air lautPematang Siantar X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorSibolga X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsor

West Java/ Banten

Serang X X Kekeringan (menurunnya pelepasan) Bandung (kabupaten) X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorBogor (kota) X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorKarawang X X Kekeringan (menurunnya pelepasan)

Central JavaKudus X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorSemarang X X Kekeringan (menurunnya pelepasan) Salatiga X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsor

East Java

Mojokerto X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorProbolinggo (kota) X Kekeringan (menurunnya pelepasan), banjirProbolinggo (kabupaten) X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorMalang (kota) X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), banjirMalang (kabupaten) X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorBatu X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsor

South Sulawesi & Eastern Indonesia

Parepare X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), banjirEnrekang X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorSiddrap X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsorPinrang X X Kekeringan (menurunnya pelepasan), tanah longsor

Page 47: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 41

Tindakan KeluaranTahap Kerangka

Kerja PKPA

1. Penilaian lokasi awal • Melibatkan PDAM dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menentukan kebutuhan dan komitmen pelaksanaan PKPA PI

• Lokasi Dipilih• Pelaksanaan Rapat

Pembuka

2. Penelitian Ambang Dasar Penilaian Kerentanan Perubahan Iklim (PKPI)

• Mempersiapkan Lingkup Kerja untuk pihak ketiga• Tender Kontrak Harga Tetap• Menjalankan Penelitian Ambang Dasar PKPI• Meninjau/persetujuan Laporan Penelitian Ambang

Dasar

• Konsultasi Pemangku Kepentingan

• Persetujuan Laporan Ambang Dasar PKPI

3. Analisis Matriks Risiko Sumberdaya (MRA)

• Persiapan Ambang Dasar Matriks Risiko Sumberdaya untuk pemaparan/diskusi dengan PDAM

• Matriks Risiko Sumberdaya PDAM Selesai

4. Lokakarya dengan PDAM dan Pemda (SKPD)

• Meninjau hasil PKPI Ambang Dasar dengan PDAM dan Pemda

• Pemaparan MRA Ambang Dasar• Pembahasan kolaboratif tentang bagaimana

kemungkinan perubahan ambang dasar MRA akibat perubahan iklim

• Mendiskusikan daftar panjang pilihan adaptasi

• Merevisi MRA Ambang Dasar

• MRA Berdasar Perubahan Iklim

• Daftar panjang pilihan adaptasi

5. Merumuskan Hasil Lokakarya dan Mempersiapkan Rancangan Laporan PKPA

• Mencatat hasil lokakarya dan finalisasi hasil MRA• Rancangan Laporan Penilaian Kerentanan &

Perencanaan Adaptasi• Persiapan Rancangan Presentasi PKPA

• Rancangan Laporan PKPA• Rancangan Presentasi

PKPA

6. Lokakarya Pembuat Keputusan

• Presentasi hasil keseluruhan VA• Presentasi daftar panjang adaptasi• Mendiskusikan daftar pendek secara kolaboratif

menggunakan analisis kriteria umum

• Susunan prioritas pilihan adaptasi

7. Finalisasi Laporan PKPA PI • Memadukan hasil lokakarya pembuat keputusan ke dalam laporan PKPA, termasuk daftar pendek pilihan adaptasi

• Laporan Final PKPA PI untuk PDAM

8. Memadukan Hasilnya ke dalam Rencana Bisnis PDAM

• Bekerja dengan PDAM untuk memadukan hasil ke dalam Rencana Bisnis PDAM

• Kesepakatan untuk memadukan hasil ke dalam rencana bisnis

9. Dukungan Implementasi Langkah Adaptasi

• TA membantu PDAM menjalankan tindakan yang berada di dalam lingkup wewenangnya

• Advokasi kebijakan baru kepada Pemda jika diperlukan• Mengidentifikasi/mendayagunakan sumber pendanaan

baru• Memantau/Evaluasi pelaksanaan dan melakukan

penyesuaian jika diperlukan

• Paling tidak satu tindakan adaptasi sedang dijalankan

Tahap 1: Skenario

Ambang Dasar

Tahap 2: Skenario Berdasar

Perubahan Iklim

Tahap 3: Perencanaan

Adaptasi

Tahap 4: Implementasi,

Integrasi, & Pembelajaran

5.2. LANGKAH PELAKSANAAN

Untuk memfasilitasi pelaksanaan kerangka kerja PKPA oleh tim teknis dan regional IUWASH, maka diperlukan untuk menerjemahkan gabungan konsep dan alat bantu yang dipaparkan dalam Kerangka Kerja ini menjadi langkah-langkah pelaksanaan yang konkret. Tabel 6 di bawah ini menguraikan langkah-langkah implementasi spesifik yang dijalankan tim IUWASH bersama PDAM, pemerintah daerah, dan mitra universitas. Kolom terakhir dalam Tabel 6 memetakan empat tahap Kerangka Kerja PKPA ke

Tabel 6: Alat Bantu Untuk Penilaian Kerentanan Dan Perencanaan Adaptasi

dalam tindakan pelaksanaan yang telah dipaparkan. Tampak bahwa ada perpotongan antar tindakan jika dibandingkan dengan tahap-tahap Kerangka Kerja karena banyak kejadian kolaboratif dengan para pemangku kepentingan pada dasarnya dapat mengatasi risiko ambang dasar sekaligus risiko karena perubahan iklim.

Bekerja sama dengan masing-masing PDAM, IUWASH akan menyusun laporan Penilaian Kerentanan Perubahan Iklim dan Rencana Adaptasi untuk masing-masing PDAM yang meringkas hasil-hasil proses penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi.

Page 48: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

42 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Garis besar rancangan "laporan PDAM" ini bisa dilihat dalam Lampiran E. Seperti disebutkan sebelumnya, IUWASH juga berusaha agar hasilnya diintegrasikan atau "diarusutamakan" ke dalam proses penyusunan rencana bisnis PDAM.

Yang terakhir, seperti juga penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi yang lebih baik dilakukan secara berulang, maka IUWASH juga akan terus meninjau ulang, mengubah dan memperbaiki Kerangka Kerja PKPA sumberdaya air dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh sepanjang pelaksanaan IUWASH.

Page 49: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 43

Aldrian, E. 2007. ‘Decreasing Trends in Annual Rainfall over Indonesia: A Threat for the National Water Resource?’ Badan Meteorolog Dan Geofisika (Geophysics and Meteorology Agency), Jakarta, Indonesia.

Anshory Yusuf, A. & Francisco, H. 2009. Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia. Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA).

ADB. 2009. ‘Climate Change and Its Impact: A Review of Existing Studies’ (Chapter 3), in The Economics of Climate Change in Southeast Asia: A Regional Review. Asian Development Bank, Manila.

BAPPENAS. December 2009. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR): Synthesis Report. National Development Planning Agency, Republic of Indonesia.

BAPPENAS. March 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR): Water Resources Sector Report. National Development Planning Agency, Republic of Indonesia.

Boer, R., and Dewi, R. G. 2008. Indonesian Country Report—A Regional Review on the Economics of Climate Change in Southeast Asia. Asian Development Bank, Manila. Processed.

Boer, R., and Faqih, A. 2005. ‘Current and Future Rainfall Variability in Indonesia.’ Technical Report of the AIACC Project Integrated Assessment of Climate Change Impacts, Adaptation and Vulnerability In Watershed Areas and Communities in Southeast Asia (AIACC AS21): Indonesia Component. Assessments of Impacts and Adaptations to Climate Change, Washington, DC.

Boer, R., and Perdinan. 2008. Adaptation to Climate Variability and Climate Change: Its Socio-economic Aspect. Proceedings of the Workshop on Climate Change: Impacts, Adaptation, and Policy in South East Asia, Economy and Environmental Program for Southeast Asia, Bali.

Cabot-Venton, Courtney. 2012. “Investing in Climate Resilience.” Presentation to DAI in Bethesda, MD.

Calow, R., et al. 2010. Climate Change, Water Resources and WASH: A scoping study. Working Paper 337. Overseas Development Institute.

Case, M., Ardiansyah, F. and Spector, E. 2007. WWF: Climate Change in Indonesia – Implications for Humans and Nature.

Clifton, C., et al. 2010. Water and Climate Change: Impacts on groundwater resources and adaptation options. Water Working Notes 55027, note no. 25.

Danilenko, A., Dickson, E., Jacobsen, M. 2010. Climate Change and Urban Water Utilities: Challenges & Opportunities. Water Working Notes 54235, note no. 24.

Djaja, R., Rais, J., Abidin H.Z. and Wedyanto, K. 2004. TS 6 – Engineering Surveys: TS6.4 Land Subsidence of Jakarta Metropolitan Area. 3rd FIG Regional Conference. Jakarta, Indonesia, October 3-7, 2004.

DNPI (National Council on Climate Change). 2010. Climate Change Vulnerability in a Province (North Sumatra): Executive Summary. National Council on Climate Change, Republic of Indonesia, Jakarta.

Elliot, M., Armstrong, A., Lobuglio, J. and Bartram, J. 2011. Technologies for Climate Change Adaptation—The Water Sector. T. De Lopez (Ed.). Roskilde: UNEP Risoe Centre.

Economics of Climate Adaptation Working Group. 2009. Shaping Climate Resilient Development: A Framework for Decision-making. Working Group Members: Climate Works Foundation, Global Environment Facility, European Commission, McKinsey & Company, The RockefellerFoundation, Standard Chartered Bank and Swiss Re. FAO-ADAPT. 2011. Framework Programme on Climate Change Adaptation. Food and Agriculture Organisation.

Füssel, H.M. and Klein, R.J.T., 2006, Climate Change Vulnerability Assessment: An Evolution of Conceptual Thinking, Climatic Change, 75:301-329.

Hidayat, F. October 2009. ‘Floods and climate change - observations from Java.’ Center for River Basin Organizations and Management, Solo, Central Java, Indonesia. CRBOM Small Publications Series No. 10.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change [Solomon, S., D.

REFERENSI

Page 50: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

44 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Qin, M. Manning, Z. Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M. Tignor and H.L. Miller (eds.)]. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA, 996 pp.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). June 2008. ‘Climate change and water.’ IPCC Technical Paper VI, edited by Bryson Bates, Zbigniew W Kundzewicz, Jean Palutikof and Shaohong Wu. Intergovernmental Panel on Climate Change.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2012. Managing the Effects of Extreme Events and Disasters to Advance Climate Change Adaptation.

ISET. 2011. Catalyzing Urban Climate Resilience: Applying Resilience Concepts to Planning Practice in the ACCCRN Program (2009–2011).

Las, I., R. Boer, H. Syahbudin, A. Pramudia, E. Susanti, K. Surmaini, W. Estiningtyas, and Y. Apriyatna. 1999. Analysis of Probability of Climate Variability and Water Availability in ‘300—Rice Cropping Intensity’. Agriculture Research Management Project II Report. Central Research for Soil and Agroclimatology, AARD, Bogor.

MacCollum, David, 2006. Construction Safety Engineering Principles: Designing and Managing Safer Job Sites. McGraw-Hill Professional. ISBN 978-0071482448. December 2011, <http://books.google.com/books?id=IbLrmejZ2UMC&lpg=PA10&ots=yg21-Hs3XK&dq=hazard%20mode%20active%20dormant&pg=PA8#v=onepage&q=hazard%20mode%20active%20dormant&f=false>. PEACE. 2007. Indonesia and Climate Charge: Current Status and Policies.

Ratag, M. 2007. ‘Climate Variability and Climate Change Scenario in Indonesia.’ Paper presented at the Workshop on Issues on Climate Change and Its Connection with National Development and Planning, Jakarta, 1 October.

Ratag, M. 2007. ‘Perubahan iklim: Perubahan variasi curah hujan, cuaca dan iklim ekstrim.’ Badan Metereologi dan Geofisika, Jakarta.

SME (KLH). 2007a. Indonesia Country Report: Climate Variability and Climate Changes, and Their Implication. State Ministry of Environment, Republic of Indonesia, Jakarta.

SME (KLH). 2007b. National Action Plan for Addressing Climate Change. State Ministry of Environment, Republic of Indonesia, Jakarta.

SME (KLH). 2010. Risk and Adaptation Assessment to Climate Change in Lombok Island, West Nusa Tenggara Province: Synthesis Report and Raw Water Sector Report. State Ministry of Environment, Republic of Indonesia, Jakarta.

Susandi, A. 2007. ‘Perubahan iklim Indonesia dan implikasinya.’ Program Studi Meteorologi - ITB Bandung

Tearfund. March 2010. How to Integrate Climate Change Adaptation into National-Level Policy and Planning in the Water Sector: A practical guide for developing country governments.

UN Water Policy Brief. June 2010. Climate Change Adaptation: The Pivotal Role of Water.

UNFCCC. 2007. Climate Change: Impacts, Vulnerabilities and Adaptation in Developing Countries. UNDP. 2007. The other half of climate change: Why Indonesia must adapt to protect its poorest people. United Nations Development Programme, Indonesia.

UNECE, 2009, DRAFT Guidance on Water And Climate Adaptation, December 2011, <http://www.unece.org/env/water/meetings/wgwh/Firstmeeting_20...>

University of Gothenburg. September, 2008. Indonesia Environmental and Climate Change Policy Brief.

USAID. 2011. Water and Sanitation Sector Assessment for the Philippines. Chapter 7: Expected Impacts Of Climate Change On Water Supplies And Water Security. Prepared by DAI.

USAID. 2012. Climate Change and Development Strategy. Washington, DC.

US Corps of Engineers, undated, Delivering Integrated Sustainable Water Resources Solutions, Risk Modeling Corps Risk Analysis Gateway, December 2011, <http://www.corpsriskanalysisgateway.us.>

World Bank. 2011. Indonesia Dashboard. January 2011, <http://sdwebx.worldbank.org/climateportal/home.cfm?page=country_profile&CCode=IDN>

Page 51: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 45

LAMPIRAN A:DAFTAR PUSTAKA TERANOTASI

komponen mitigasi yang komprehensif. Disusun dengan bantuan GIZ, dengan masukan dari sebagian besar kementerian Indonesia.

BAPPENAS. Maret 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR): Water Resources Sector Report. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Republik Indonesia. Laporan ini, juga dari BAPPENAS, adalah sumber yang bagus lainnya untuk data, peta, dan grafik perubahan iklim. Sejumlah informasi dalam laporan ini tidak ditemukan pada laporan sintesis dan sebaliknya. Laporan sektor sumber daya air ini amat relevan karena membahas dampak perubahan iklim pada sektor ini, penilaian kerentanan dan yang juga penting, menyarankan strategi adaptasi. Disusun dengan bantuan GIZ, dengan masukan dari sebagian besar kementerian Indonesia.

Case, M., Ardiansyah, F. and Spector, E. 2007. WWF: Climate Change in Indonesia – Implications for Humans and Nature. Memberikan data perubahan iklim secara umum dan prediksi untuk semua sektor. Cukup umum dan ringkas pada komponen adaptasi, dengan perincian lebih besar pada lingkungan hidup (ekosistem, spesies terancam, dll.) daripada dokumen lain tentang PI di Indonesia.

Clifton, C., dkk. 2010. Water and Climate Change: Impacts on groundwater resources and adaptation options. Water Working Notes 55027, note no. 25. Memberikan analisis mendalam tentang bagaimana sumber daya air tanah kemungkinan terpengaruh oleh perubahan iklim dan mengapa air tanah adalah aspek yang amat penting dari adaptasi perubahan iklim. Pembahasan yang amat mendalam untuk pilihan adaptasi tertentu menggunakan studi kasus yang solid. Pembahasan yang amat membantu tentang potensi hambatan dan kesalahan.

Danilenko, A., Dickson, E., Jacobsen, M. 2010. Climate Change and Urban Water Utilities: Challenges & Opportunities. Water Working Notes 54235, note no. 24. Memberikan tinjauan umum mengenai tantangan dan peluang dalam perubahan iklim bagi PDAM di wilayah perkotaan. Cenderung fokus di negara-negara berkembang dan memasukkan studi kasus nyata. Memasukkan informasi tentang kerangka kerja penilaian kerentanan dan tindakan adaptasi.

Anshory Yusuf, A. & Francisco, H. 2009. Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia. Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA). Dokumen ini memberikan kesimpulan umum yang luas tentang kerentanan berbagai negara dan wilayah terhadap perubahan iklim. Kurangnya waktu, sumber daya dan ketersediaan data membatasi kedalaman dan manfaat dari model/kesimpulan. Hanya sedikit penilaian kerentanan yang sebelumnya pernah dijalankan di wilayah ini. Pembobotan indikator secara akurat tidak dilakukan (namun hanya diberi bobot sama rata) karena kurangnya data. Pembobotan lain dilakukan dengan cara melakukan jajak pendapat para ahli atau melalui keputusan eksekutif. 'Kebijakan dan Lembaga' tak dapat digunakan sebagai indikator kapasitas adaptif karena kurangnya data. Sumatra Barat dan Selatan serta Jawa Barat ditunjukkan sebagai wilayah paling rentan perubahan iklim di Indonesia. Sekalipun kapasitas adaptif di Jakarta dan Bangkok relatif tinggi, keduanya masih amat rentan karena tingginya risiko dan kepekaan. Lampiran yang diberikan memiliki informasi yang bermanfaat tentang sumber data untuk masing-masing indikator. Cukup bermanfaat untuk memahami pendekatan yang dipakai.

ADB. 2009. ‘Climate Change and Its Impact: A Review of Existing Studies’ (Bab 3), dalam The Economics of Climate Change in Southeast Asia: A Regional Review. Asian Development Bank, Manila. Tinjauan tentang bagaimana iklim Asia Tenggara sebagai satu wilayah (hanya mencakup Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) akan berubah dan dampaknya bagi masing-masing negara. Memberi beberapa data, tabel dan gambar yang relevan untuk penilaian situasional IUWASH. Mengulas bagaimana masing-masing sektor di tiap negara akan terkena dampak secara umum dan menyoroti kerentanan penting.

BAPPENAS. Desember 2009. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR): Synthesis Report. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Republik Indonesia. Laporan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau BAPPENAS ini adalah sumber yang baik untuk data, peta dan grafik perubahan iklim yang dapat diandalkan. Tabel 'Aktivitas Pengembangan Jangka Panjang di Sektor Air' (hal. 18) memberi rencana tindakan prioritas adaptasi perubahan iklim di Indonesia. Dalam laporan ini juga ada

LAMPIRAN

Page 52: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

46 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2010. Climate Change Vulnerability in a Province (North Sumatra): Executive Summary. Dewan Nasional Perubahan Iklim, Republik Indonesia, Jakarta. Makalah ini menggunakan pendekatan penilaian kerentanan yang berbeda dari pustaka yang lain. Berisi data dan kesimpulan iklim yang amat berguna bagi sektor air. Indikator Kerentanan Regional atau Indikator Kerentanan Kumulatif (IKKR) memiliki tujuh indikator kerentanan: jumlah masyarakat miskin, akses air bersih, kepadatan populasi, proporsi wilayah untuk tanaman pangan, proporsi wilayah perkebunan, proporsi wilayah pesisir, dan proporsi wilayah terbuka (tak ditanami). Kabupaten lebih rentan daripada kota karena kapasitas adaptifnya lebih rendah. Secara umum, Sumatra Utara 'cukup rentan' sementara Serdang Bedagai ' amat rentan'. Disebutkan ada lima faktor untuk kapasitas adaptif (IKKP): pendidikan, ekonomi, infrastruktur jalan, kesehatan dan listrik. IKKR digabungkan dengan IKKP menjadi Indeks Kapasitas untuk Mengatasi (Coping Capacity Index/CCI). CCI kemudian digabungkan dengan CCHI (kejadian cuaca ekstrem), dan hasilnya adalah tingkat kerentanan akhir.

Downing, T. E. & Patwardhan, A. Technical Paper 3: Assessing Vulnerability for Climate Adaptation. UNDP. Memberikan tinjauan umum tentang cara menjalankan penilaian kerentanan di mana pun di dunia.

Elliot, M., Armstrong, A., Lobuglio, J. and Bartram, J. 2011. Technologies for Climate Change Adaptation—The Water Sector. T. De Lopez (Ed.). Roskilde: UNEP Risoe Centre. Ringkasan terperinci tentang pilihan adaptasi perubahan iklim untuk sektor air. Mengidentifikasi enam 'tipologi' (contoh, diversifikasi sumberdaya, konservasi, dll.) adaptasi dan memberi gambaran bagaimana 11 praktik/teknologi adaptasi yang disebutkan berhubungan dengan satu atau lebih tipologi. Informasi yang amat baik untuk masing-masing praktik/teknologi Adaptasi Perubahan Iklim, termasuk latar belakang dan ilmu pengetahuannya, alasan mengapa Adaptasi Perubahan Iklim diperlukan, persyaratan, biaya, dll.

FAO-ADAPT. 2011. Framework Programme on Climate Change Adaptation. Laporan kerangka kerja tentang adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian. Memberikan konsep dan definisi umum tentang adaptasi, dampak perubahan iklim yang diperkirakan terjadi di masa depan, dan strategi adaptasi secara luas.

Hidayat, F. October 2009.‘Floods and climate change - observations from Java.’ Pusat Tata Kelola Wilayah Sungai, Solo, Jawa Tengah, Indonesia. CRBOM Small Publications Series No. 10. Memberikan pengamatan tentang meningkatnya bencana banjir di Jawa akhir-

akhir ini. Mengaitkan banjir dengan kerusakan DAS dan memperkirakan perubahan iklim akan meningkatkan risiko ini, tetapi tidak mencoba menunjukkan dampak perubahan iklim saat ini terhadap kecenderungan ini. Juga memberikan strategi adaptasi secara umum dan ringkas.

KLH. 2007a. Indonesia Country Report: Climate Variability and Climate Changes, and Their Implication. Kementerian Lingkungan Hidup, Republik Indonesia, Jakarta. Memberikan bahan umum, informasi dan pembahasan mengenai variabilitas iklim didampingi dengan data dasar.

KLH. 2010. Risk and Adaptation Assessment to Climate Change in Lombok Island, West Nusa Tenggara Province: Synthesis Report and Raw Water Sector Report. Kementerian Lingkungan Hidup, Republik Indonesia, Jakarta. Menilai kerentanan Lombok terhadap perubahan iklim dan strategi adaptasinya. Data yang bermanfaat untuk lokasi tersebut (tetapi hanya memberi data yang terbatas untuk lokasi yang menjadi fokus IUWASH). Menggunakan kerangka kerja analisis sederhana yang mungkin sesuai untuk direplikasi oleh IUWASH, sekalipun memerlukan pembuatan model yang cukup rumit. Didukung oleh GIZ.

Tearfund. Maret 2010. How to Integrate Climate Change Adaptation into National-Level Policy and Planning in the Water Sector: A practical guide for developing country governments. Memberikan pendekatan untuk mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim ke dalam kebijakan dan perencanaan tingkat nasional untuk sektor air di negara-negara berkembang. Secara spesifik melihat cara untuk memetakan pemangku kepentingan lain dan berkolaborasi dengan mereka.UN Water Policy Brief. Juni 2010. Climate Change Adaptation: The Pivotal Role of Water. Membahas keamanan air sebagai tujuan utama dari tercapainya keberhasilan strategi adaptasi perubahan iklim. Menekankan pendekatan 'tak ada ruginya' untuk perubahan iklim dan pendekatan terintegrasi untuk pengelolaan sumber daya air. Juga menyediakan tinjauan umum tentang pemikiran pembangunan arus utama di bidang ini.

UNDP. 2007. The other half of climate change: Why Indonesia must adapt to protect its poorest people. United Nations Development Programme, Indonesia. Memberikan tinjauan umum mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia baik saat ini maupun saat mendatang berikut strategi adaptasinya, sekalipun strategi yang disarankan untuk sektor air masih bersifat umum. Menekankan pada upaya pembangunan yang melindungi terhadap iklim (pendekatan 'tak ada ruginya'), dan pendekatan terpadu antara pengelolaan dan kebijakan lokal.

Page 53: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 47

UNFCCC. 2007. Climate Change: Impacts, Vulnerabilities and Adaptation in Developing Countries. Memberikan tinjauan umum tentang dampak, kerentanan dan adaptasi perubahan iklim di negara berkembang.

University of Gothenburg. September, 2008. Indonesia Environmental and Climate Change Policy Brief. Penilaian situasional tentang dampak perubahan iklim dan responnya di Indonesia. Penilaian ini dilakukan oleh Swedia untuk pembuatan kebijakan. Dokumen ini bersifat luas karena memasukkan mitigasi perubahan iklim dan membahas dampak ke semua sektor. Juga mencantumkan ringkasan tentang lingkungan pembuatan kebijakan di Indonesia dan pemangku kepentingan pemerintah.

USAID. 2011. Water and Sanitation Sector Assessment for the Philippines. Bab 7: Expected Impacts Of Climate Change On Water Supplies And Water Security. Disusun oleh DAI. Penilaian untuk Filipina tentang dampak masing-masing parameter perubahan iklim secara umum dan selanjutnya dampak secara spesifik terhadap sumber daya air, yang disebabkan oleh berbagai faktor. Situasi perubahan iklim yang serupa terjadi di Filipina dan Indonesia, sehingga artinya laporan ini amat relevan terhadap konteks Indonesia. Memberi solusi yang praktis dan spesifik untuk sektor air, khususnya di bab 7. Pendekatan yang disukai adalah membantu perencana sektor air untuk menjalankan penilaian sendiri dan mengembangkan kapasitas adaptif. Laporan ini juga mencakup sebuah tabel informasi membandingkan tindakan 'tak ada ruginya' dengan tindakan yang berdasarkan perubahan iklim.

Page 54: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

48 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

RANCANGAN Lingkup Kerja

Penelitian Ambang Dasar Kerentanan Sumberdaya Air PDAM Kabupaten XX, Provinsi XX

Antara XX hingga XX 2012

Pendahuluan tentang IUWASH

Proyek Air, Sanitasi, dan Kesehatan Wilayah Perkotaan Indonesia (Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene/IUWASH) adalah program selama enam puluh bulan yang dibiayai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan pelaksanaannya dipimpin oleh DAI. IUWASH bekerja dengan pemerintah, sektor swasta, LSM, kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan akses terhadap air yang aman dan sanitasi di wilayah perkotaan Indonesia. Tujuan lebih jauh IUWASH adalah membantu Pemerintah Indonesia (PI) agar mendapat kemajuan signifikan dalam mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goal/MDG) di bidang air yang aman dan sanitasi dengan memperluas akses terhadap layanan-layanan ini. Hasil yang diharapkan dapat dicapai adalah: (a) Dua juta orang di wilayah perkotaan mendapat akses sumberdaya air yang lebih baik; (b) 200.000 jiwa di wilayah perkotaan mendapat akses fasilitas sanitasi yang lebih baik; dan (c) biaya air per unit yang dibayar masyarakat miskin di wilayah yang menjadi sasaran turun paling tidak sebesar 20%. Untuk mencapai tujuan di atas, bantuan teknis ini dibagi menjadi tiga komponen teknis:

1. Menggerakkan permintaan layanan sumberdaya air dan sanitasi;2. Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas layanan air dan sanitasi; dan3. Memperkuat lingkungan kebijakan dan keuangan agar lebih mendukung perbaikan layanan air dan sanitasi

Salah satu tantangan utama yang dihadapi PDAM dan pemerintah daerah di Indonesia dewasa ini adalah ketersediaan dan kualitas sumberdaya air baku. Penyebab penting dari masalah ini adalah cepatnya perubahan pola penggunaan lahan, yang mengurangi resapan dan kapasitas penyimpanan air di alam dan menimbulkan peningkatan limpasan. Yang juga penting adalah kondisi ini akan—dan pada beberapa hal sudah terjadi—diperberat oleh dampak negatif perubahan iklim, yang diperkirakan akan mengubah durasi dan intensitas pola curah hujan.

Dengan demikian, satu aspek penting dari paket bantuan teknis IUWASH adalah membantu PDAM dan para pemangku kepentingan untuk dapat memahami secara lebih baik tentang kerentanan yang dihadapi sumberdaya air baku setempat dan menyusun strategi untuk mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan oleh penggunaan lahan yang tak lestari berkelanjutan dan perubahan iklim. Untuk tujuan ini, IUWASH telah menyusun kerangka kerja penilaian kerentanan dan perencanaan sumber daya air yang terdiri dari empat langkah. Langkah dalam kerangka kerja ini adalah: (1) menghimpun/melihat lingkup ancaman yang ada saat ini/telah diketahui, yang dihadapi PDAM, (2) evaluasi risiko perubahan iklim untuk memahami bagaimana perubahan iklim mengubah sifat ancaman yang dihadapi, (3) menyusun Rencana Adaptasi Perubahan Iklim, dan (4) pelaksanaan dan pemantauan rencana tersebut.

Utamanya, langkah pertama dari kerangka kerja ini—menghimpun dan menilai ancaman yang telah dihadapi PDAM saat ini—membutuhkan pengumpulan, pengaturan, dan analisis sejumlah besar data menyangkut kondisi sumber daya

LAMPIRAN B:RANCANGAN LINGKUP KERJA PENELITIAN AMBANG DASAR UNTUK PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR

Page 55: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 49

air baku dan infrastruktur yang membersihkan dan menyalurkan air ini ke masyarakat. Informasi yang diperlukan antara lain, hidrologi/hidrogeologi mata air dan sungai, penggunaan lahan dan topografi daerah tangkapan hujan, sumber utama limpasan dan kontaminasi, dan pola banjir dan kekeringan historis. Setelah dikumpulkan, informasi ini memungkinkan penyusunan skenario risiko ambang dasar, dan juga satu atau dua skenario risiko "yang didasarkan pada perubahan iklim". Pada akhirnya, penyusunan skenario ini akan membawa pada strategi adaptasi untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya air baku PDAM.

Tujuan dari penelitian Ambang Dasar ini dengan demikian adalah untuk memenuhi langkah pertama dari Penilaian Kerentanan Perubahan Iklim (Climate Change Vulnerability Assessment/CCVA) untuk wilayah administrasi Kabupaten XX dan wilayah perbatasan dengan kabupaten di sekitarnya (berbatasan dengan Kabupaten XX dan XX), Provinsi XX. Secara spesifik, penelitian Ambang Dasar ini akan fokus pada mata air dan sumber daya air baku seperti yang telah digariskan dalam rencana sumberdaya air PDAM XX yang telah ada dan sumber daya air baku alternatif lainnya.

(Peta terlampir)

Latar Belakang XX

Ringkasan dari informasi berikut:• kondisi geologis dan hidrogeologis di kabupaten• uraian sumber-sumber air baku PDAM (historis dan saat ini)• ringkasan tingkat permintaan dan sumberdaya PDAM• persoalan berkaitan kualitas air, potensi banjir, tanah longsor, intrusi air laut• masalah / tantangan dengan sumber air baku yang saat ini dipergunakan PDAM• rencana masa mendatang

Untuk mempertahankan dan memastikan ketersediaan sumberdaya air baku dari sumber daya air baku yang ada, amat penting bagi PDAM XX untuk memahami dan mengembangkan rencana tindakan untuk melindungi dan meningkatkan sumber daya ini. Sekalipun penyebab pastinya penurunan debit yang terjadi saat ini masih belum jelas benar, pemahaman yang lebih baik tentang kerentanan yang dihadapi merupakan hal yang amat mendasar untuk melakukan perlindungan, khususnya menghadapi kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Dengan demikian, rencana perlindungan dan peningkatan sumber daya air akan membutuhkan Penelitian Ambang Dasar Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air untuk PDAM Kabupaten XX. Organisasi yang ditunjuk sebagai Subkontraktor akan mengumpulkan informasi yang tersedia mengenai kondisi saat ini dan potensi ancaman terhadap sumber daya air utama dan infrastruktur sumberdaya air PDAM. Informasi ini diharapkan datang dari berbagai sumber, termasuk penelitian literatur, data PDAM, dan sumber-sumber lain (BPDAS, BMKG, Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral, dan lain-lain). Penelitian ini juga membutuhkan rapat dengan PDAM dan kunjungan lapangan awal oleh Subkontraktor untuk mendokumentasikan kondisi saat ini melalui wawancara, foto, dan jika mungkin, pengukuran singkat debit mata air dan sungai, serta ketinggian muka air di sumur, dan juga pengukuran parameter kualitas air (pH, suhu, konduktivitas listrik, dll.). Koordinat GPS juga akan dikumpulkan untuk masing-masing lokasi. Selain itu, informasi topografi, geologi, dan pengamatan lapangan yang tersedia mengenai wilayah tangkapan hujan PDAM, dan infrastruktur air akan digabungkan ke dalam sebuah sistem informasi geografis (geographical information system/GIS) yang terdiri dari berbagai lapisan, antara lain peta dasar, topografi, saluran-saluran drainase, wilayah banjir, dll.

Langkah spesifik dan outputnya diuraikan lebih terperinci dalam Lingkup Kerja berikut ini.

Tujuan dan Sasaran:

Tujuan dari "Studi Ambang Dasar" ini adalah mengumpulkan, mengatur, dan menjalankan analisis ambang dasar dari data sumberdaya air dan iklim yang tersedia untuk PDAM Kabupaten XX. Informasi ini akan dipergunakan untuk menjalankan evaluasi risiko perubahan iklim dan mengembangkan strategi adaptasi yang paling tepat.

Page 56: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

50 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Di bawah ini adalah sasaran yang lebih terperinci dari penelitian ini:

1. Mengumpulkan data terperinci tentang sumber daya air permukaan dan air tanah (mata air, sungai dan sumur dalam), yakni kuantitas dan kualitas masing-masing masukan air baku PDAM.

2. Menghimpun data dasar dan informasi geologi, hidrologi, hidrogeologi, topografi, penggunaan lahan, dan sumber polusi untuk setiap daerah tangkapan hujan PDAM.

3. Menghimpun sumber daya air baku alternatif yang direkomendasikan dan potensial untuk dapat dipergunakan oleh PDAM XX di masa mendatang, baik yang berlokasi di wilayah kabupaten XX dan di kabupaten sekitarnya.

4. Mengumpulkan data dan informasi menyangkut infrastruktur PDAM, termasuk produksi air bersih, jalur pipa transmisi dan distribusi, penampungan air, dll.

5. Menghimpun data dan informasi tentang ancaman historis atas sumber daya air dan infrastruktur PDAM, termasuk banjir, tanah longsor, intrusi air laut, banjir pasang dan kekeringan. Informasi ini memasukkan (tetapi tidak terbatas pada) sejauh mana kerusakan yang terjadi, biaya yang harus ditanggung oleh PDAM, wilayah yang terdampak, dan program yang dibuat oleh PDAM untuk mencegah terjadinya kerusakan di masa depan.

6. Mengidentifikasi kekurangan data pada data dasar ini dan membuat rekomendasi langkah tindak lanjut yang dapat diambil untuk mengisi kekurangan ini untuk memastikan dan mempertahankan sumberdaya air baku bagi PDAM.

7. Menelaah hasil penelitian perubahan iklim untuk wilayah layanan PDAM, jika sudah ada.

Data di atas akan dipergunakan oleh Subkontraktor untuk menyusun sebuah gambaran lengkap ancaman, baik yang historis maupun yang ada saat ini, yang dihadapi sumber daya air dan infrastruktur PDAM. Lebih jauh lagi, informasi ini akan memfasilitasi penyusunan skenario dampak perubahan iklim yang mungkin terjadi.

Hubungan dengan program IUWASH:

Lingkup Pekerjaan (SOW) ini akan mendukung pencapaian Keluaran IUWASH berikut:• Komponen 2 (IC): Meningkatkan Kapasitas untuk Menyediakan Air yang Aman dan Layanan Sanitasi secara

Berkelanjutan• Keluaran IC.4. Lembaga pemerintahan setempat melaksanakan langkah-langkah untuk beradaptasi terhadap

perubahan iklim, berdasar hasil penilaian kerentanan sumber air baku

Tugas TerperinciPenelitian Ambang Dasar ini dibagi menjadi enam tugas yang diuraikan sebagai berikut:

Tugas 1: Penyusunan Rencana KerjaLingkup Pekerjaan: Penyusunan rencana kerja terperinci, termasuk identifikasi personil yang bertanggung jawab dan

pendekatan menyeluruh penelitian Ambang Dasar CCVASerahan (Deliverable): Rencana kerja terperinciJadwal: Diselesaikan dalam dua minggu sejak penandatanganan kontrakKebutuhan Pelaksanaan: diperkirakan membutuhkan 4 hari kerja orang untuk menyelesaikan hal ini termasuk rapat

dengan IUWASH.Tugas 2: Tinjauan PustakaLingkup Pekerjaan: Tinjauan pustaka dan pengumpulan data terperinci dari berbagai sumber seperti PDAM XX,

BPDAS, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, internet, lembaga akademis dan lain-lain.Sebagai pedoman: Tabel 1 memperlihatkan daftar data yang akan dikumpulkan.Serahan (Deliverable): Ringkasan kegiatan pengumpulan data perlu dipaparkan kepada staf IUWASH untuk ditinjau.

Sebagai tambahan, salinan semua laporan, nama dan perincian (jabatan, alamat, email, dll.) dari semua orang yang dihubungi dan juga daftar referensi yang terperinci juga harus disampaikan kepada IUWASH.

Jadwal: Tugas ini akan diselesaikan dalam bulan pertama penelitian.Kebutuhan Pelaksanaan: Diperkirakan pengumpulan data / penelitian literatur akan membutuhkan 10-15 hari kerja.

Page 57: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 51

Tugas 3: Kunjungan LapanganLingkup Pekerjaan: Kunjungan pengamatan awal untuk meninjau semua mata air, sumur, dan sumber daya air

permukaan yang potensial (sungai, danau, dll.). Dalam kunjungan ini, koordinat GPS, foto, pengukuran ambang dasar debit/ketinggian muka air, dan juga pengukuran kualitas air (pH, suhu, dan konduktansi jenis) akan dilakukan dan dicatat. Sebagai tambahan, data yang tersedia, peta sistem distribusi, dan informasi lainnya akan dikumpulkan dari PDAM dan daftar periksa pengumpulan data akan diperbarui. Lebih jauh, tim akan mewawancara petani lokal menyangkut perubahan yang mereka lihat pada ketersediaan air di daerah aliran sungai yang mempengaruhi fasilitas PDAM.

Serahan (Deliverable): Untuk kunjungan lapangan, akan dipresentasikan dalam bentuk foto dan laporan kunjungan untuk masing-masing harinya. Selain itu, saat menyelesaikan kunjungan lapangan, laporan "Kesenjangan Data" akan disampaikan kepada IUWASH untuk mengidentifikasi kesenjangan data dan keterbatasan informasi yang dihadapi menuju diselesaikannya tahap penelitian Ambang Dasar selanjutnya. Laporan pengumpulan data dari Tugas 2 juga akan diperbarui. Semua data akan dimasukkan ke dalam Lembar Kerja Excel atau Database Access dan salinannya diberikan kepada IUWASH.

Jadwal: Kunjungan lapangan akan dilangsungkan pada minggu ke-4 hingga minggu ke-7 dari penelitian ini.Kebutuhan Pelaksanaan: Diperkirakan alokasi pekerjaan untuk tugas ini adalah 40 hari kerja orang.

Tugas 4: Merapikan, Meninjau, dan Menganalisis DataLingkup Pekerjaan: Tinjauan dan analisis data sumber daya air yang tersedia untuk Kabupaten XX, termasuk (1)

sumber daya mata air baku, (2) sumber daya air baku permukaan, dan (3) sumber daya air baku dalam tanah. Sub-tugas spesifik adalah sebagai berikut:

• Meninjau dan menganalisis volume pengambilan air dan data kualitas air dari semua mata air, air permukaan dan sumur dalam yang dipergunakan PDAM di wilayah penelitian.

• Mengevaluasi data curah hujan dan menentukan hubungannya dengan tingkat air di sumur, air permukaan, sungai dan mata air.

• Melakukan analisis kecenderungan untuk memprediksi debit masa mendatang dan kualitasnya termasuk kondisi debit rendah, koefisien limpasan, dan karakteristik pengisian dan pengambilan air,

• Mengidentifikasi ancaman yang ada/potensial terhadap sumber daya air termasuk jenis, lokasi, dan besarnya ancaman. Ancaman ini bisa karena tanah longsor, polusi, perubahan tata guna lahan (penebangan hutan, pembangunan perkotaan, dll.).

• Analisis umum dari kondisi iklim dan hidrogeologi Kabupaten XX, dan secara spesifik, untuk masing-masing daerah tangkapan hujan mata air yang dipergunakan PDAM sebagai sumber air baku, termasuk variabel perubahan iklim yang diantisipasi.

• Analisis topografi berdasar peta yang ada untuk masing-masing daerah tangkapan hujan mata air PDAM. Hal ini juga meliputi batas-batas daerah aliran, rata-rata kemiringan, wilayah yang berpotensi longsor, dll.

• Analisis kondisi, alokasi, dan penggunaan lahan untuk masing-masing daerah tangkapan hujan mata air PDAM.

• Kondisi geologis dan hidrogeologis daerah tangkapan hujan Kabupaten XX, khususnya untuk daerah tangkapan hujan yang berhubungan dengan masing-masing mata air, termasuk penelitian sifat dan karakteristik batuan dan ancaman geologis potensial atau bencana alam.

• Meninjau badan pemerintah lokal yang bertanggung jawab untuk peraturan lokal dan analisis peraturan yang ada saat ini menyangkut perlindungan air baku, hak air, kesepakatan jual-belinya

• Meninjau badan pemerintah lokal yang bertanggung jawab untuk menyediakan anggaran bagi kegiatan perlindungan sumber daya air.

• Tinjauan dan analisis infrastruktur PDAM, meliputi:o Tinjauan sejarah banjir, tanah longsor, kekeringan dan kejadian lain yang telah

Page 58: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

52 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

menimbulkan kerusakan bagi fasilitasi PDAM; informasi tentang kerusakan yang ditimbulkan dan biaya ekonomi yang harus ditanggung PDAM untuk membersihkan, memperbaiki, mengganti, dan terputusnya layanan.

o Analisis potensi dan peluang pengaturan kelembagaan penggunaan sumber daya air lintas wilayah (regionalisasi sumber daya air).

o Analisis umum untuk kebutuhan sumber daya air PDAM di masa mendatang dengan memperhatikan sasaran jangkauan layanan, perkiraan pertumbuhan populasi, skenario permintaan air untuk 10 - 20 tahun mendatang.

o Penilaian rencana pengembangan PDAM di masa mendatang.o Menyusun kurva sumberdaya dan permintaan PDAM untuk 20 tahun mendatang

(dengan berasumsi iklim tetap statis), dengan menyoroti periode di mana kebutuhan diperkirakan akan melampaui sumberdaya.

Serahan (Deliverable): Hasil analisis ini akan dipaparkan dalam Laporan Akhir yang digariskan dalam Tugas 6. Namun, setelah dimulai, akan disampaikan laporan kemajuan bulanan kepada IUWASH.

Jadwal: Dimulai setelah selesainya Tugas 3 - Pengamatan untuk jangka waktu 5 minggu.Kebutuhan Pelaksanaan: Tingkat kebutuhan pekerjaan yang diantisipasi bagi tugas ini adalah 40 hari kerja orang

Tugas 5 Evaluasi Sistem Informasi GeografisLingkup Pekerjaan: Dalam tugas ini, peta dan analisis akan disusun menggunakan GIS, menggunakan lapisan di atas

peta dasar sehingga serangkaian peta dapat dikembangkan untuk menunjukkan:1. Sumber air (sumur, mata air, dan air permukaan) termasuk daerah tangkapan hujan2. Topografi3. Geologi/Hidrogeologi4. Tata guna lahan5. Data demografi dasar, termasuk kepadatan populasi dan tingkat kemiskinan6. Sistem transmisi, produksi, dan distribusi air7. Daerah banjir 100-tahunan (berdasar topografi).8. Lokasi tanah longsor historis, sumber polusi, dan wilayah yang rawan kekeringan, kebakaran, dll.

Serahan (Deliverable): File sistem GIS dan data terkaitJadwal: Dilaksanakan bersamaan dengan Tugas 3 dan 4 dan diselesaikan dalam 12 minggu setelah

dimulainya proyek. Kemajuan tugas ini harus dimasukkan dalam laporan kemajuan bulanan dari proyek ini.

Kebutuhan Pelaksanaan: Diantisipasi bahwa tingkat kebutuhan pekerjaan untuk tugas ini adalah 30 hari kerja orang

Tugas 6: Rancangan Laporan dan Laporan AkhirLingkup Pekerjaan: Berdasar hasil Tugas 1-5, sebuah rancangan laporan akan diserahkan kepada IUWASH untuk

ditinjau dan setelah ditinjau akan difinalisasikan. Laporan akhir akan mencakup topik-topik berikut1. Uraian lengkap tentang data dan informasi yang tersedia dari pustaka yang ada dan sumber

lain termasuk daftar pustaka lengkap.2. Pembahasan terperinci peninjauan data dan analisis, meliputi:

a. Uraian tentang PDAM dan tingkat penggunaan sumber daya air baku, termasuk:i. Struktur PDAM saat ini, sistem pengolahan dan distribusiii. Sumberdaya dan permintaan (% yang dilayani, tingkat penggunaan industri, dan

pengguna air lainnya)iii. Wilayah yang secara historis mengalami masalah sumberdaya airiv. Rencana pengembangan masa depan

b. Fisiografi Kabupaten XX (topografi, geomorfologi, dan penggunaan lahan)c. Meteorologi (curah hujan jangka panjang dan arah kecenderungan suhu)d. Hidrogeologi

i. Sifat dan cakupan akuiferii. Pengisian dan pengambilan (lokasi mata air, wilayah tangkapan hujan/pengisian)

Page 59: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 53

iii. Ketersediaan data tentang pemakaian, tingkat air, dan debitiv. Kualitas airv. Ancaman terhadap aliran dan kualitas (polusi, perubahan penggunaan lahan,

pemompaan berlebih)e. Hidrologi

i. Lokasi badan air permukaan (sungai, danau, dll.)ii. Uraian daerah tangkapan hujan (topografi, penggunaan lahan, sumber polusi)iii. Debit (analisis hidrografis dan statistik)iv. Koefisien limpasanv. Penggunaan (saat ini dan masa mendatang)

f. Latar Belakang Perubahan Iklim Regionali. Antisipasi perubahan curah hujan dan suhu berdasarkan informasi yang

tersedia untuk wilayah layanan (tinjauan literatur, wawancara)ii. Dampak potensial terhadap sumberdaya air baku dan infrastruktur PDAM

g. Kesimpulan dan Rekomendasii. Identifikasi kesenjangan dataii. Kesimpulan umum dan rekomendasi tentang kegiatan potensial yang perlu

dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam rencana tindakan PDAMiii. Informasi tambahan yang diperlukan untuk rencana tindakan tersebut agar

perubahan iklim bisa turut dimasukkan.iv. Persiapan presentasi PowerPoint tentang temuan dan kesimpulan

Serahan (Deliverable): Sebuah rancangan laporan dan laporan akhirJadwal: Rancangan laporan akhir diselesaikan 14 minggu setelah dimulainya proyek. Laporan akhir akan

diserahkan 16 minggu setelah dimulainya proyekKebutuhan Pelaksanaan: Tingkat kebutuhan pekerjaan yang diantisipasi bagi tugas ini adalah 30 hari kerja orang.

Serahan Dokumen:

Tabel berikut menampilkan ringkasan serahan yang harus diberikan oleh konsultan, tenggat waktunya, dan jadwal pembayarannya untuk enam (6) himpunan serahan yang diuraikan di atas:

Serahan (Deliverable) Uraian Tenggat Waktu

Jadwal Pembayaran (% nilai kontrak)

Serahan I: Rencana Kerja (Laporan Pendahuluan)

Metodologi Rencana Kerja, susunan tim, prosedur, penyeliaan

Akhir Minggu 2

40%

Serahan II: Ringkasan Pengumpulan Data

Laporan singkat berisi ringkasan data yang dikumpulkan sampai saat itu termasuk perincian tentang orang yang dihubungi dan pendekatan untuk kunjungan pengamatan lokasi.

Akhir Bulan 1

Serahan III: Laporan Kunjungan Lokasi dan Analisis Kesenjangan Data

Kegiatan harian dan jurnal foto dari kunjungan, informasi tentang kesenjangan data dan bagaimana kesenjangan ini dapat mempengaruhi kelanjutan penelitian.

Akhir Bulan 2 20%

Serahan IV: Laporan Kemajuan Hasil Pengumpulan Data

Laporan Pengumpulan Data dengan ringkasan kemajuan sampai saat itu, hasil pengumpulan data awal dan analisisnya, dan peta GIS awal.

Akhir Bulan 3

Serahan V: Rancangan Laporan Akhir

Hasil Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan. Laporan akan berisi peta, bagan dan foto lapangan dan bahan bagi dua presentasi

Akhir minggu ke-2 pada Bulan 4

Serahan VI: Laporan Akhir IUWASH dan PDAM memberikan tanggapan pada Rancangan Laporan Akhir, termasuk semua analisis data, peta, bahan presentasi (salinan fisik dan CD)

Akhir Bulan 4

40%

Page 60: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

54 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Jadwal Penelitian:

Penelitian ambang dasar akan dilaksanakan selama 5 bulan antara xx hingga xx, 2012.

Jadwal waktu:

No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Catatan

1 Task 1 Rencana kerja

2 Task 2 Tinjauan pustaka

3 Task 3 Kunjungan lapangan

4 Task 4 Peninjauan data

5 Task 5 Evaluasi GIS

Task 6a Rancangan laporan akhir

6 Task 6b Laporan akhir

Catatan : = periode pembayaran

Pihak yang Terlibat:• Tim Nasional dan Regional IUWASH• Manajemen dan tim teknis PDAM XX (sebagai penerima manfaat)• Pemda XX (Bappeda, PU Dis, Dishutbun, BPLHD, Perhutani, Distamben, dll.)• Masyarakat di/sekitar daerah tangkapan hujan• Lembaga, LSM, universitas lokal, dll.

Persyaratan untuk tim penelitian:Untuk menjalankan penelitian Ambang Dasar ini, diperlukan tim yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai. Tepatnya, Subkontraktor harus menyediakan tim terdiri dari tiga hingga lima orang dengan keahlian dalam hidrologi, geologi, rekayasa lingkungan hidup, sistem informasi geografis, dan ekonomi. Selain itu, Subkontraktor harus menunjuk satu anggota tim sebagai Pemimpin Tim, yang akan bertanggung jawab atas dipenuhinya serahan-serahan di atas dan bertindak sebagai titik hubungan dengan IUWASH. Pemimpin Tim diharapkan memiliki pengalaman minimal 10 tahun pada salah satu disiplin di atas, termasuk pengalaman mengelola dan mengawasi tim.

Perkiraan anggaran:IUWASH memperkirakan anggaran berkisar dari IDR xx juta.

Page 61: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 55

ANNEX C: GAMBARAN PILIHAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI SEKTOR AIR

Kategori Adaptasi

Tanggapan Spesifik

Kek

erin

gan

Ban

jir

Tana

h Lo

ngso

r

Ken

aika

n M

uka

Laut

Dim

asuk

kan

dala

m S

OW

IU

WA

SH

Pili

han

Tak

Ada

R

ugin

ya

Perlindungan Sumber Air

Perlindungan DAS: Ditetapkannya zona perlindungan yang penting untuk pengisian ulang air, perlindungan mata air, atau pelestarian riparian

Memperbaiki tata kelola sumber daya air regional dengan pem-bentukan badan tata kelola air (yakni komite pengelolaan daerah aliran sungai)

Memperkuat lingkungan peraturan termasuk izin pengambilan air tanah dan air permukaan

Program pengisian akuifer dan teknologinya (pengisian ulang akuifer secara terkelola)

Program penyuluhan pertanian dengan tujuan mengurangi erosi tanah dan limpasan zat hara

Perbaikan pengumpulan air limbah dan pengelolaan limbah padat

Forum para pemangku kepentingan dari para pengguna wilayah hulu untuk menghindarkan konflik atas sumber daya terbatas yang mengakibatkan kerusakan terhadap properti

Pembayaran untuk Layanan Lingkungan

Pengelolaan / Efisiensi Permin-taan Air

Pengurangan Air Bukan Pendapatan, termasuk deteksi, pengelo-laan, dan perbaikan kebocoran

Pemeliharaan dan penggantian meter air

Penetapan harga air secara efisien (contoh, meningkatkan blok tarif)

Pemasaran sosial untuk perubahan perilaku pelanggan

Langkah Efisiensi Energi untuk mempertahankan penyediaan layanan dengan penurunan biaya energi

Program insentif pelanggan untuk memasang peralatan yang efisien dan hemat air.

Penggunaan ulang/daur ulang air limbah untuk pertanian dan industri

Pilihan Infra-struktur

Pemeriksaan bendungan untuk memperlambat limpasan dan membantu pengisian ulang akuifer

Sistem pengumpulan air hujan di tingkat masyarakat.

Menganekaragamkan sumber daya air dengan membangun sumur dalam, pompa hisap air permukaan yang baru, transfer air antar wilayah (interbasin transfer), dan desalinasi

Page 62: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

56 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

Kategori Adaptasi

Tanggapan Spesifik

Kek

erin

gan

Ban

jir

Tana

h Lo

ngso

r

Ken

aika

n M

uka

Laut

Dim

asuk

kan

dala

m

SOW

IUW

ASH

Pili

han

Tak

Ada

R

ugin

ya

Pilihan Infra-struktur (lanju-tan)

Meningkatkan akses terhadap sistem sanitasi perkotaan yang lebih baik untuk mengurangi polusi sumber air di wilayah hulu dan air tanah setempat

Memperluas pengolahan air limbah untuk penggunaan ulang air di pertanian dan industri

Memperluas/memperbaiki sistem drainase perkotaan

Meningkatkan kapasitas penyimpanan (penampungan air, danau buatan, dll.)

Membangun tanggul, parit, atau tembok laut

Relokasi / memperkuat infrastruktur air yang rawan banjir, termasuk meninggikan posisi stasiun pompa dan mulut sumur, membangun pelindung untuk sumur bor.

Perencanaan dan Pengelolaan Informasi

Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan Alokasi Air (termasuk alat bantu prakiraan untuk sumber daya air)

Instalasi Stasiun Pemantauan Hidrologi / Meteorologi / Air Tanah

Menyusun dan mengatur tanggal iklim historis

Menurunkan skala Model Sirkulasi Umum hingga ke tingkat lokal

Penelitian sumber daya air, untuk, misalnya memahami secara lebih baik dan memetakan lokasi dan karakteristik akuifer.

Sistem Peringatan Dini untuk Bencana

Rencana Pengelolaan Bencana

Rencana Keamanan Air

Pelimpahan Risiko

Pembelian asuransi properti untuk bangunan dan sumberdaya penting lainnya (misalnya armada kendaraan)

Membentuk dana cadangan bencana pemerintah

Sources: Clifton, C., et al. 2010. Water and Climate Change: Impacts on groundwater resources and adaptation options. Water Working Notes 55027, note no. 25

DAI. 2011. Water and Sanitation Sector Assessment for the Philippines. Chapter 7: Expected Impacts Of Climate Change On Water Supplies And Water Security. Prepared for the US Agency for International Development. Washington, DC.

Elliot, M., Armstrong, A., Lobuglio, J. and Bartram, J. 2011. Technologies for Climate Change Adaptation—The Water Sector. T. De Lopez (Ed.). Roskilde: UNEP Risoe Centre.

Page 63: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID | 57

Kompleksitas Teknis

Kompleksitas Finansial

Kompleksitas Lembaga

Kompleksitas Politik

Kemungkinan Kerugian

Lembaga untuk Tindakan

Perlindungan Kualitas Air

Memperkuat persyaratan Undang-Undang Air Bersih untuk pelepasan air limbah

Rendah Rendah Menengah Menengah Tak ada ruginya

DENR/ EMB, NWRB, Kongres

Memperbaiki pemantauan kualitas air—air tanah dan permukaan

Menengah Rendah Rendah Rendah Tak ada ruginya

DENR, DOH, penyedia layanan air

Membatasi pembangunan di daerah tangkapan hujan yang penting

Rendah Rendah Menengah Menengah hingga Tinggi

Tak ada ruginya

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan DENR

Penghutanan kembali daerah aliran sungai yang rusak

Rendah Menengah Menengah Menengah Tak ada ruginya

DENR, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota

Melindungi zona riparian Menengah Rendah Menengah Menengah Tak ada ruginya

Provinsi, Kota dan DENR

Melembagakan dan menegakkan prinsip denda bagi pencemar untuk melindungi kualitas air

Menengah Menengah Menengah Tinggi Tak ada ruginya

DA, DENR/EMB

Membentuk pembayaran untuk jasa lingkungan untuk pengguna lahan/sumber daya hulu untuk melindungi daerah aliran sungai

Menengah Menengah Menengah Rendah Tak ada ruginya

Penyedia layanan air, LSM dan Pemerintah Provinsi

Memperluas wilayah perlindungan Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tak ada ruginya

DENR, Kongres

Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Air

Mengurangi Air Bukan Pendapatan pada penyedia layanan air

Menengah Menengah Rendah Rendah Tak ada ruginya

Penyedia layanan air

Memasang meter air untuk semua pelanggan

Rendah Rendah Menengah Rendah Tak ada ruginya

Penyedia layanan air

Mengatur tarif untuk mendorong efisiensi lebih tinggi

Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tak ada ruginya

Penyedia layanan air

Perubahan perilaku konsumen/program pemasaran sosial dan promosi alat-alat hemat air

Menengah Menengah Rendah Rendah Tak ada ruginya

Penyedia layanan air

Mengganti jaringan yang sudah usang Menengah Kompleks Rendah Menengah Jika diperlukan oleh iklim

Penyedia layanan air

LAMPIRAN D: CONTOH ANALISIS KRITERIA UMUM

AKU memberikan kerangka kerja pembuatan keputusan dengan menggunakan kriteria kuantitatif dan kualitatif untuk menilai dan membandingkan dampak (Cabot Venton, 2012). Tabel di bawah ini—diambil dari Penilaian Sektor Air dan Sanitasi di Filipina (DAI, 2011)—memberikan contoh bagaimana AKU dapat dimanfaatkan untuk mulai mengidentifikasi pilihan adaptasi. Contoh di bawah mengelompokkan pilihan di dalam dua kategori adaptasi (perlindungan kualitas air dan efisiensi penggunaan air) secara teknis, finansial, kelembagaan, dan penerimaan politis. Pilihan ini lalu dapat dipering-kat dengan cara mengubah peringkat menjadi nilai numerik (misalnya 1, 2 3) dan menjumlahkan skor keseluruhan.

Page 64: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN PERENCANAAN ADAPTASI

LAPORAN PENDAHULUAN

58 | USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE WWW.IUWASH.OR.ID

LAMPIRAN E:PENILAIAN KERENTANAN DAN PERENCANAAN ADAPTASI SUMBERDAYA AIR: KERANGKA LAPORAN PDAM

Garis besar di bawah menguraikan bagian utama dan subbagian dari laporan Penilaian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi yang dipaparkan sebagai hasil pelaksanaan Kerangka Kerja PKPA. Laporan ini memadukan hasil Penelitian Ambang Dasar (yang dibuat oleh pihak ketiga), konsultasi pemangku kepentingan, dan lokakarya dengan PDAM dan pembuat keputusan. Laporan ini akan dibuat dalam Bahasa Indonesia.

(1) Pendahuluan:a) Penjelasan tentang IUWASHb) Tinjauan tujuan dan cakupan laporanc) Uraian Kerangka Kerja PKPA (Metodologi)

(2) Situasi Sumber Daya Air Saat Ini:a) Latar Belakang PDAM: Uraian tentang sistem saat ini, jenis sumber daya air, data hidrologi-meteorologi, data

pelanggan, dan proyeksi sumberdaya/permintaan;b) Penilaian Kerentanan Skenario Ambang Dasar : Identifikasi ancaman bahaya saat ini dan evaluasi risiko yang

berkaitan.• Analisis Geospasial: Pemetaan risiko saat ini, termasuk penggunaan lahan, pola banjir, dan risiko longsor• Matriks Risiko Sumberdaya PDAM: Analisis risiko terhadap sumberdaya sumberdaya sumberdaya penting

PDAM

(3) Penilaian Kerentanan Perubahan Iklim:a) Analisis dan sintesis data perubahan iklim tingkat lokal menggunakan laporan hasil penelitian, wawancara, dan

model;b) Penilaian Kerentanan dengan Skenario Berdasar Perubahan Iklim: Mengkaji bagaimana kemungkinan perubahan

profil risiko PDAM.• Analisis Geospasial: Pemetaan risiko potensial masa depan, termasuk perubahan pola penggunaan lahan,

pola banjir yang baru, meningkatnya genangan pantai akibat kenaikan muka laut, dan risiko tanah longsor.• Matriks Risiko Sumberdaya PDAM: Analisis bagaimana tingkat risiko dapat berubah di dalam skenario

perubahan iklim moderat ataupun tinggi.

(4) Perencanaan Adaptasi:a) Pendahuluan tentang tujuan dan pendekatan perencanaan adaptasi.b) Daftar panjang pilihan adaptasi sisi sumberdaya dan permintaan, termasuk komentar singkat tentang manfaat/

kerugian masing-masing.c) Daftar pendek pilihan adaptasi. Uraian proses dengan pemangku kepentingan, kriteria yang dipakai (misalnya,

biaya/manfaat, penerimaan politis, jumlah persetujuan eksternal yang diperlukan, dll.), dan daftar pendek yang dihasilkan.

d) Tinjauan dan penetapan prioritas pilihan-pilihan.

(5) Kesimpulan:a) Tindakan segera dan penugasan tanggung jawab untuk pelaksanaan.b) Pendekatan untuk mengintegrasikan hasilnya ke dalam dokumen perencanaan PDAM/Pemerintah Daerah

seperti Rencana Bisnis.

Page 65: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya
Page 66: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENEMayapada Tower 10th Fl. Suite 01

Jl. Jend. Sudirman Kav. 28Jakarta 12920

Indonesia

Tel. +62-21 522 - 0540Fax. +62-21 522 – 0539

[email protected]

Page 67: PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT … · Nama Program: Air, Sanitasi dan Kebersihan Perkotaan Indonesia ... Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), asosiasi sektor, lembaga swadaya

INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENEMayapada Tower 10th Fl. Suite 01

Jl. Jend. Sudirman Kav. 28Jakarta 12920

Indonesia

Tel. +62-21 522 - 0540Fax. +62-21 522 – 0539

[email protected]