penilaian perilaku ibu dalam pencegahan kejang demam pada anak di kota arak

Upload: ferdina-nidyasari

Post on 14-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    1/7

    Abstrak

    Pendahuluan:

    Kejang demam merupakan gangguan neurologis yang paling umum, sebagaimana

    merupakan jenis kejang yang paling umum, pada anak-anak di bawah usia 6 tahun.

    Mempertimbangkan peran penting dari ibu dalam mengontrol penyakit, sebagaimana masalah

    alami penyakit itu sendiri, kami melakukan studi ini untuk menilai perilaku ibu di kota Arak

    mengena pencegahan kejang demam berdasarkanHealth Belief Model.

    Bahan dan Metode:

    Studi cross-sectional ini pada 100 ibu dengan anak berusia di bawah dua tahun,

    merujuk pada pusat kesehatan di Arak. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

    berdasarkan Health Belief Model (kerentanan yang dirasakan, keparahan, keuntungan dan

    halangan, dan isyarat untuk bertindak) dan checklist fungsi dari ibu dalam mencegah kejang

    demam pada anak mereka.

    Hasil:

    Penemuan studi ini mengindikasikan bahwa ibu dengan fungsi buruk secara signifikan

    memilki tingkat halangan yang dirasakan lebih tinggi dibandingkan yang lain. Selain itu,

    fungsi secara signifikan lebih rendah pada ibu yang tidak bersekolah atau yang berpendidikan

    sekolah dasar dibandingkan yang lain. Sebagai tambahan, ibu dengan pendidikan yang lebih

    rendah dan fungsi yang buruk memiliki tingkat kerentanan yang dirasakan lebih rendah

    (p

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    2/7

    Penilaian Perilaku Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam pada Anak di Kota

    Arak: Aplikasi Health Beli ef Model

    Pendahuluan:

    Kejang demam merupakan tipe konvulsi yang paling sering pada anak berusia 6 bulan

    sampai 6 tahun. Hal ini terjadi pada 2%-5% anak dan mengakibatkan akibat tertentu seperti

    kepanikan orang tua sebagaimana peningkatan resiko kejang secara umum. Walaupun

    patologi utama dari kejang demam diketahui, faktor genetik berpengaruh pada proses, pada

    60%-70%, riwayat konvulsi terjadi pada salah satu orang tua atau saudara. Kejang pada anak

    dapat berpengaruh pada kehidupan keluarga, tidur, dan kehidupan sosial orang tua,

    menimbulkan tekanan besar dan kekhawatiran pada mereka. Hal ini juga mengakibatkan

    kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada anak. Menyediakan informasi yang cukup pada

    orang tua tentang hubungan antara demam dan kejang sebagaimana sifat jinak dari penyakit

    adalah pengukuran yang penting untuk menghilangkan stres dan kekhawatiran mereka.

    Sebuah studi oleh Ling menyatakan bahwa kebanyakan kurangnya pengertian yang tepat oleh

    ibu tentang penyakit dan pencegahannya. Studi lain mengindikasikan bahwa beberapa ibu

    langsung panik setelah demam terjadi pada anak mereka, dan kemudian gagal mengkontrol

    demam dan komplikasinya. Sheringham mengevaluasi 154 orangtua dengan anak yang

    mengalami kejang demam untuk menyimpulkan bahwa 54% dari orang yang berpendidikan

    memiliki informasi yang cukup menolong tentang masalah dan meningkatnya tingkat

    pendidikan cenderung meningkatkan fungsi. Karena ibu, sebagai pengasuh utama dari anak,

    memainkan pernana penting dalam menjaga kesehatan anak, sangat penting untuk ibu untuk

    memperoleh pengetahuan yang cukup untuk merubah perilaku. Studi sebelumnya

    mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang dikenal mempengaruhi perilaku akan

    menyederhaakan perubahan proses perilaku. Adapun, penting untuk memeriksa faktor-faktor

    yang mempengaruhi pencegahan kejang demam melalui pola yang mengidentifikasi danmemperkuat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. Salah satu model pendidikan adalah

    Health Belief ModelHBM. Model ini terdiri dari kerentanan yang dirasakan, keparahan,

    ancaman, keuntungan dan halangan, yang merupakan isyarat untuk tindakan ditambahkan.

    Juga kombinasi dari keparahan dan kerentanan yang dirasakan dinamakan ancaman ancaman

    yang dirasakan. Pada model ini, kerentanan yang dirasakan mengukur sikap ibu mengenai

    sejauh mana anak mereka mungkin mengalami konvulsi pada episode demam. Keparahan

    yang dirasakan menilai sikap ibu mengenai intensitas dan komplikasi yang dihasilkan dari

    konvulsi anak-anak mereka. Sebuah kombinasi dari dua elemen ini menghasilkan ancaman

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    3/7

    yang dirasakan tentang mengenai kondisi ini. Ancaman yang dirasakan, bersama dengan

    keuntungan dan halangan yang dirasakan (contoh: pemahaman keuntungan dalam

    pencegahan konvulsi dan pemahaman halangan yang potensial menghalangi pengukuran

    pencegahan potensial dari konvulsi) bersama dengan isyarat untuk tindakan atau rangsangan

    internal dan eksternal (contoh: teman dan saudara, dokter, perawat, bahan bacaan, program

    televisi, dll atau ketakutan akan komplikasi dari konvulsi atau perasaan lega ketika merawat

    anak yang demam) akan mengarahkan ibu untuk mengambil tindakan yang tepat, yang akan

    menurunkan demam dan mencegah konvulsi (Gambar 1). HBM yang diaplikasikan pada

    bermacam masalah seperti pencegahan osteoporosis, perawatan pasien diabetes, dan

    pencegahan penggunaan pengobatan yang tidak perlu; namun, Kami tidak menemukan studi

    untuk menilai perilaku yang dihubungkan untuk pencegahan kejang demam pada anak.

    Adapun, kami melakukan studi ini untuk menilai elemen-elemen mengenai perilaku untuk

    pencegahan kejang demam pada anak, dengan harapan bahwa penemuan kami dapat

    berkontribusi pada kesehatan anak.

    Bahan dan Metode:

    Pada studi analisis cross sectional ini, kami memperoleh 100 ibu dengan anak di

    bawah usia 2 tahun yang dirujuk pada delapan pusat kesehatan di Arak. Sampel dilakukan

    dengan langkah bertahap berdasarkan pada zona kode pos di kota Arak. Untuk tujuan ini,

    kami secara acak memilih delapan daerah di Arak, dan kemudian memilih satu pusat layanan

    kesehatan pada setiap daerah untuk sampel, menghasilkan total delapan pusat layanan

    kesehatan. Pada tiap pusat layanan kesehatan, kami menggunakan pengacakan sederhana

    untuk memilih partisipan kami berdasarkan pada arsip nomor daftar medis mereka. Kriteria

    inklusi adalah ibu-ibu dengan anak di bawah dia tahun yang dirujuk ke layanan keseharan

    yang telah ditunjuk, tanpa riwayat kejang pada anak atau keluarga. Kriteria eksklusi alah ibu-

    ibu yang enggan untuk berpartisipasi pada studi ini, atau ibu-ibu yang bekerja di bidang

    kesehatan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang mana dilengkapo dengan

    wawancara terstruktur dengan partisipan. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan tentang data

    demografis, kesadaran, dan pertanyaan-pertanyaan tentang HBM yang meliputi kerentanan

    yang dirasakan, keparahan, keuntungan, dan halangan terhadap kejang demam pada anak,

    dinilai menggunakan 5 pilihan skala Likert. Selain itu, dua pertanyaan mengevaluasi isyarat

    internal dan eksternal terhadap tindakan untuk pencegahan kejang demam dan checklist

    menilai fungsi ibu. Pada bagian kesadaran, setiap jawaban yang benar dinilai 1 dan tiap

    jawaban yang salah dinilai 0. Pada bagian kerentanan yang dirasakan, keparahan, keuntungan

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    4/7

    dan halangan, nilai tiap pertanyaan antara 0-4: saya tidak setuju sekali nilai 0, saya tidak

    setuju nilai 1, tidak tahu nilai 2, Saya setuju nilai 3, dan Saya sangat setuju nilai 4.

    Pada bagian checklistfungsi, perilaku ibu yang benar untuk mencegah kejang demam dinilai

    1, dan perilaku yang tidak benar dinilai 0. Penilaian tiap partisipan pada tiap bagian

    didasarkan pada total nilai 100. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isyarat

    terhadap tindakan internal dan eksternal diukur sebagai frekuensi. Validitas kuesioner

    diperiksa menggunakan validitas isi. Untuk tujuan ini ahli yang berkualifikasi menilai

    kuesioner dan pendapat mereka digunakan untuk memperbaiki kuesioner. Untuk reliabilitas,

    kami menguji Cronbachs pada 15 ibu, mencapai nilai 0.80. Harus dicatat bahwa studi saat

    ini diizinkan oleh komite etik pada bagian ilmu kedokteran Universitas Arak. Sebagai

    tambahan untuk statistik deskriptif, kami menggunakan koefisien Pearson dan t-test untuk

    menganalisis data kami.

    Hasil:

    Usia rata-rata dari ibu pada studi kami adalah 27 5 tahun, dan usia rata-rata anak

    adalah 18.5 7 bulan. 76% dari ibu-ibu adalah ibu rumah tangga, 51% dari mereka memiliki

    anak laki-laki. 15% dari anak-anak pada studi kami memiliki riwayat penyakit sebelumnya

    (infeksi saluran kemih, penyakit kuning, hepatitis, anemia, urolithiasis dan thalassemia) dan

    sisanya tidak memiliki riwayat penyakit. Untuk pendidikan ibu, 16% tidak sekolah atau

    sekolah dasar, 18% sekolah menengah pertama, , 39% sekolah menengah atas, dan 27%

    berpendidikan universitas. Pada studi ini, nilai fungsi rata-rata dari ibu dalam pencegahan

    kejang demam adalah 45.85 20.5, dan nilai rata-rata kesaran adalah 36.2 12.05. Lebih

    lanjut, nilai rata-rata dari elemen HBM adalah 39.4 14.15 untuk kerentanan yang dirasakan,

    53.75 16.35 untuk keparahan yang dirasakan, 46.57 15.25 untuk ancaman yang

    dirasakan, 62.83 18.02 untuk keuntungan yang dirasakan, dan 68.45 18.67 untuk

    halangan yang dirasakan. Hasilnya mengindikasikan halangan yang dirasakan memiliki nilai

    tertinggi di anatar semua elemen (tabel 1). Pada studi ini, kami mengobservasi hubunganlangsung dan positif antara kerentanan yang dirasakan dan fungsi (r=0.43, p=0.008),

    keparahan yang dirasakan dan fungsi (r=0.51, p=0.002), dan keuntungan yang dirasakan dan

    fungsi (r=0.56, p=0.001). Kami mengobservasi hubungan terbalik antara halangan yang

    dirasakan dan fungsi ibu dalam mencegah kejang demam (r= -063, p=0.001). Selain itu,

    halangan yang dirasakan yang paling penting yang disebutkan oleh ibu adalah kurangnya

    uang atau waktu untuk merujuk ke dokter atau memandikan anak di air hangat, kurangnya

    akses terhadap pengobatan antipiretik, termometer atau kemampuan untuk menggunakannya,

    dan rasa cemas dan hilangnya kontrol ketika menghadapi demam. Penemuan studi saat ini

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    5/7

    mengindikasikan bahwa ibu dengan fungsi yang jelek cenderung secara signifikan memiliki

    tingkat yang lebih tinggi terhadap halangan yang dirasakan dibanding yang lain. Fungsi

    secara signifikan lebih jelek pada ibu yang tidak bersekolah dan yang memiliki pendidikan

    sekolah dasar. Kerentanan yang dirasakan lebih rendah pada ibu dengan pendidikan yang

    lebih rendah dan fungsi yang lebih jelek (p=0.001). Pada studi saat ini, dokter, perawat, dan

    radio dan televisi disebutkan menjadi isyarat eksternal yang paling penting yang

    mengarahkan pada tindakan yang benar untuk pencegahan kejang demam pada anak mereka

    (tabel 3). Sebagai tambahan, rasa takut terhadap komplikasi kejang demam pada anak.,

    perasaan lega ketika merawat anak yang demam, dan kepercayaan diri menghasilkan

    tindakan tepat waktu untuk mencegah kejang demam adalah isyarat internal paling penting

    yang disebutkan (Tabel 3).

    Tabel 1: Nilai rata-rata dari kesadaran, kerentanan yang diterima, keparahan,

    keuntungan dan fungsi dari ibu di Arak mengenai kejang

    demam pada anak mereka

    Variabel Rata-rata Deviasi StandarKesa aran 36.2 12.05

    Kerentanan yang dirasakan 39.4 14.15

    Ancaman yang dirasakan 46.57 15.25

    Keparahan yang dirasakan 53.75 16.35Keuntungan yang dirasakan 62.83 18.02Halangan yang dirasakan 68.54 18.67

    Fungsi 45.85 20.50

    Tabel 2: Distribusi frekuensi dari kerentanan yang dirasakan dan keuntungan

    mengenai pencegahan kejang demam pada anak dari

    pandangan ibu

    Pernyataan Persentase

    Semua anak dapat mengalami kejang demam 27

    Kerentanan yangdirasakan menurut ibu Anak-anak lebih rentan terhadap kejang demam dibandingkan 33

    Kejang demam lebih serang pada beberapa keluarga 51

    Demam tidak menyebabkan kejang pada anak yang sehat 56

    Setelah vaksinasi, terdapat resiko kejang 29Pencegahan kejang demam akan menjaga kesehatan mentalkeluarga 78

    Keuntungan yang

    dirasakan menurut ibu Mengontrol demam dapat mencegah kejang 56Mengontrol demam dapat menyelamatkan IQ anak 45Mengontrol demam menghemat biaya pengobatan untuk anak 63

    Mengontrol demam menjaga kesehatan anak 71

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    6/7

    Tabel 3: Distribusi frekuensi dari isyarat internal dan eksterna terhadap tindakan

    untuk mencegaj kejang demam dari pandangan

    ibu

    Isyarat eksternal terhadap tindakan Jumlah PersentaseRa o an TV 27 27

    Dokter 32 32Keluarga 22 22Ibu-ibu lain 19 19

    Majalah dan Koran 13 13

    Perawat 15 15Isyarat internal terhadap tindakan Count PercentRasa takut terhadap komplikasi kejang demam 32 32Rasa lega menghasilkan tindakan tepat waktu untuk mencegahkejang demam 25 25Perkembangan dan Peningkatan kepercayaan diri menghasilkan

    tindakan tepat waktu untuk mencegah kejang demam 27 27

    Kesimpulan:

    Pada studi ini, kesadaran partisipan lebih rendah dari rata-rata, membutuhkan

    penilaian awalm kebutuhan pendidikan langsung dan tatap muka. Studi oleh Huang dan Liu,

    hanya 40% dari orang tua yang memiliki pengetahuan yang tepat tentang kejang demam pada

    anak. Hal yang mirip, Talebian dkk. melaporkan bahwa 30% partisipan pada studi mereka

    memiliki pengetahuan yang buruk tentang kejang demam pada anak. Semua studi ini

    mengindikasikan kelemahan orang tua memahami kondisi, yang menjamin untuk program

    pendidikan. Pada studi saat ini, banyak ibu tidak bisa berspekulasi tentang terjadinya kejang

    pada anak mereka yang demam, dan hal ini dapat membahayakan kesehatan anak lebih jauh.

    Adapun, kebutuhan untuk meningkatkan kerentanan ibu mengenai kejang demam. Penemuan

    ini segaris dengan studi-studi lain. Untuk keparahan yang dirasakan, nilai rata-rata yang

    diraih oleh ibu-ibu dalam studi kami lebih tinggi daripada rata-rata. Dengan kata lain, ibu-ibu

    ini menganggap komplikasi kejang demam berbahaya. Fakta ini mungkin positif yang mana

    mendorong tindakan yang tepat oleh ibu; dengan kata lain, dapat mengganggu fungsi uang

    tepat dari ibu yang berhubungan dengan kecemasan dan kepanikan yang terjadi pada mereka.

    Faktanya, jika ibu diberikan pendidikan yang tepat untuk menguasai kemampuan yang

    diperlukan untk tindakan ini, faktor ini akan menguntungkan bagi kesehatan anak mereka.

    Tanja melakukan sebuah studi di rumah sakit anak Swiss untuk menyimpulkan bahwa 91%

    orang tua mengalami kecemasan yang besar ketika dihadapkan dengan kejang. Dan tingkat

    dari kejang secara signifikan lebih tinggi pada individu yang tidak terlatih dibandingkandengan yang terlatih. Studi Van Stuijvenberg melaporkan bahwa 45% orang tua takut akan

  • 7/30/2019 Penilaian Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Anak Di Kota Arak

    7/7

    demam pada anak mereka dan percaya komplikasi akan menjadi buruk. Sebuah studi oleh

    Baumer juga menyimpulkan bahwa demam pada anak menimbulkan stres pada orang tua.

    Adapun, penting untuk mendidik semua orang tua tentang kejang demam dan pekerjaan ini

    akan lebih baik dilakukan oleh personil layanan kesehatan. Sebagaimana keuntungan yang

    dirasakan dihasilkan dari tindakan yang tepat dan tepat waktu oleh ibu, penemuan kami

    mengindikasikan bahwa pemahaman partisipan dalam studi ini lebih tinggi daripada rata-rata

    dari keuntungan menghasilkan dari pengambilan tindakan yang tepat untuk mencegah kejang

    demam. Hal ini memperlihatkan bahwa pemahaman ibu bahwa pencegahan kejang demam

    menurunkan komplikasi dari penyakit pada anak akan meningkatkan tingkat keuntungan

    yang dirasakan. Pada studi saat ini, halanagan yang dirasakan paling umum disebutkan oleh

    ibu adalah kekurangan pengetahuan bahwa demam dapat menyebbkan kejang. Pada studi

    yang dilakukan oleh Ofovwe dkk., ibu-ibu akan menjadi panik setelah berhadapan dengan

    de,a,, dan kemudian mereka tidak melibatkan diri secara langsung dengan proses perawatan,

    yang mana adalah sebuah faktor yang mengganggu ketetapatan tindakan. Studi lain oleh

    Shamsi dkk. Mengindikasikan bahwa dengan penurunan halangan yang dirasakan pada ibu

    mengenai konsumsi obat yang tidak perlu, perawatan sendiri mereka berkurang. Untuk tujuan

    ini, penignkatan keuntungan yang dirasakan untuk ibu akan mengurangi halangan yang

    dirasakan. Pada studi kami, fungsi ibu-ibu lenih rendah dari rata-rata. Sebuah studi oleh

    Kurugol melaporkan bahwa 36% orang tua merujuk anak yang demam ke rumah sakit tanpa

    melakukan tindakan langsung sendiri. Sejak banyak studi sebelumnya mengindikasikan

    bahwa program pendidikan didasarkan padaHealth Belief Modelmeningkatkan fungsi dalam

    studi partisipan, kami merekomendasikan perkembangan dari program pendidikan yang

    terperinci berdasarkan HBM. Sebagaimana penemuan kami menyatakan memiliki isyarat

    internal untuk tindakan (sebagai faktor internal yang mendorong ibu untuk mengambil

    pengukuran pencegahan melawan kejang demam), bersama rekomendasi yang dibuat oleh

    dojter (sebagai isyarat eksternal yang paling penting) akan memainnkan peranan penting

    dalam mengadopsi fungsi yang benar.

    .

    Kesimpulan: Di samping fakta bahwa kebanyakan ibu dalam studi kami berfungsi secara

    buruk dalam pencegahan kejang demam, meningkatkan kesadaran mereka, kerentanan yang

    dirasakan, keparahan, dan keuntungan dan pengurangan halangan yang dirasakan

    meningkatkan fungsi mereka. Adapun, kami merekomendasikan bahwa program pendidikan

    yang terperinci berdasarHealth Belief Modelsebaiknya dikembangkan untuk ibu.