penilaian status nutrisi
TRANSCRIPT
6. Penilaian Status Nutrisi
165
Penilaian Status Nutrisi Raylene M. Rospond
KEBUTUHAN NUTRISIONAL
Nutrisi dapat didefinisikan sebagai jumlah
keseluruhan proses yang terlibat dengan asupan dan
penggunaan bahan-bahan makanan. Nutrisi yang
cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan, perbaikan,
dan perawatan aktivitas-aktivitas dalam tubuh.
Beberapa fungsi (atau tahapan) terlibat dalam proses
perolehan makanan: (i) proses menelan, (ii)
pencernaan, (iii) absorpsi, (iv) asimilasi, dan (v)
ekskresi.
Materi-materi esensial, disebut nutrien, harus disediakan oleh makanan untuk
mempertahankan fungsi-fungsi tersebut. Kebutuhan nutrien bervariasi menurut usia seseorang,
jenis kelamin, ukuran, keadaan penyakit, kondisi klinis, status nutrisional, dan tingkat aktivitas
fisik, tetapi terlepas dari variasi individu, semua orang memiliki kebutuhan nutrisional untuk
energi, protein, cairan, dan mikronutrien. Recommended dietary allowances (RDAs) Amerika
Serikat untuk nutrien standard harus digunakan sebagai arahan umum ketika mengkaji status
nutrisional pasien. Namun, perlu diingat, RDAs ditujukan untuk menggambarkan kebutuhan-
kebutuhan nutrisional dai individu-individu yang sehat.
Energi
Kebutuhan energi (atau kalori) dapat dipenuhi melalui asupan karbohidrat, lemak, dan
atau protein dalam makanan. Kebutuhan energi dapat dihitung berdasarkan kalori per berat
badan atau dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict (Kotak 6-1).
DAFTAR ISTILAH
Anorexia nervosa
Body Mass Index
Bulimia nervosa
Enteral
Kwashiorkor
Makronutrien
Marasmus
Mikronutrien
Nutrisi
Obesitas
Parenteral
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
166
Kotak 6‐1 Persamaan Harris‐Benedict (Kcal/d)
Perempuan: BEE = 655 + 9.6[wt(kg)] + 1.8[ht(in cm)] – 4.7(age) Laki‐laki: BEE = 66 + 13.7[wt(kg)] + 5[ht(in cm)] – 6.8(age) Perempuan Usia >60 tahun: BEE = 9.2[wt(kg)] + 637[ht(in m)] – 302 Laki‐laki Usia >60 tahun: BEE = 8.8 [wt(kg)] + 1,128[ht(in m)] – 1,071
BEE, basal energy expenditure; ht, height (tinggi badan); wt, weight (berat badan)
Metode yang paling sederhana – dan mungkin paling umum – dalam menentukan
kebutuhan energi adalah berdasarkan pada angka standard kalori yang dibutuhkan per
kilogram berat badan. Metode ini menggunakan berat badan tanpa lemak dan tidak
memperhitungkan perbedaan-perbedaan metabolisme energi terkait usia dan jenis kelamin
pada orang dewasa. Kebutuhan energi yang dianjurkan menggunakan metode ini dipaparkan
pada Tabel 6-1.
Persamaan Harris-Benedict memperkirakan penggunaan energi yang tersisa/resting
energy expenditure (REE), yang kemudian harus dimodifikasi berdasarkan pada faktor
“stress” atau “aktivitas”. Faktor-faktor stress mencakup kondisi-kondisi seperti operasi minor,
retak pada tulang (fraktura), trauma, sepsis, dan luka bakar parah. Faktor-faktor aktivitas
melibatkan apakah individu sedang atau tidak dalam kondisi istirahat ranjang. Dengan adanya
faktor stress, kebutuhan energi sebagaimana dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict
meningkat sedikitnya 30% (misalnya pada operasi minor dan fraktura) atau sampai dengan 80
hingga 130% (misalnya pada luka bakar parah). Indvidu yang tidak istirahat ranjang memiliki
kebutuhan energi 30% lebih besar dari yang dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict.
Asupan kalori atau energi yang melebihi energi yang digunakan disimpan dalam
cadangan tubuh. Karbohidrat utamanya disimpan sebagai glikogen hati dan otot. Lemak, yang
disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa, meliputi cadangan tenaga tubuh terbesar.
6. Penilaian Status Nutrisi
167
Protein
Kebutuhan protein pada orang dewasa bervariasi berdasarkan pada status nutrisi,
keadaan penyakit, dan kondisi klinis. Kebutuhan protein diekspresikan sebagai gram per
kilogram berat badan. Metabolisme protein tergantung pada fungsi ginjal dan hati; sehingga
kebutuhan akan berubah selama kondisi penyakit yang mempengaruhi kedua sistem organ ini
(lihat Tabel 6-1). Setelah dimetabolisme, protein diekskresikan sebagai senyawa-senyawa
mengandung nitrogen termasuk urea. Mengukur jumlah nitrogen yang diekskresikan dalam
urin selama 24 jam merupakan metode alternatif untuk menentukan kecukupan dukungan
nutrisi khusus.
Tabel 6‐1 Kebutuhan Makronutrien untuk Orang Dewasa
Nutrien Kebutuhan Harian
Energi Sehat, status nutrisi normal Kekurangan nutrisi atau stress ringan secara metabolik Sakit kritis, hipermetabolik Luka bakar mayor
~25 kcal/kg ~30 kcal/kg ~30‐35 kcal/kg 40+ kcal/kg
Protein Kebutuhan harian yang direkomendasikan Stress rendah Pemeliharaan Anabolik Stress hipermetabolik Gagal ginjal Tanpa dialisis Dengan dialisis Kegagalan sistem hepatik parah
0.8‐1.0 gram/kg 1.0‐1.2 gram/kg 1.3‐1.7 gram/kg 1.5‐2.5 gram/kg 0.6‐1.0 gram/kg 1.2‐2.7 gram/kg 0.5‐1.5 gram/kg
Cairan Sehat, status nutrisi normal Demam, keringat berlebihan, hipotiroidisme, muntah, diare, keluaran fistula yang tinggi Gagal ginjal, gagal jantung kongestif, hipoproteinemia
30 mL/kg atau 1 mL/kcal ↑ kebutuhan cairan ↓ kebutuhan cairan
Kelebihan protein disimpan sebagai protein visceral (visceral protein) dan somatik
(somatic protein). Cadangan protein visceral meliputi protein plasma, hemoglobin, beberapa
komponen pembekuan, hormon, dan antibodi. Cadangan protein somatik meliputi cadangan
pada otot rangka dan polos. Cadangan protein sangat esensial untuk berbagai fungsi fisiologis
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
168
dasar; sehingga, berkurangnya cadangan protein berakibat pada berkurangnya fungsi tubuh
yang esensial.
Cairan
Kebutuhan cairan harian orang dewasa dapat ditentukan berdasarkan berat badan atau
pada kebutuhan energi (lihat Tabel 6-1). Meningkatnya kebutuhan cairan terjadi dengan
meningkatnya kehilangan yang tidak disadari melalui kulit atau metabolisme (seperti muntah
atau diare). Kebutuhan cairan menurun pada pasien dengan gagal ginjal, volume ekstraseluler
yang meningkat, atau hipoproteinemia. Ketika memperkirakan kebutuhan cairan, farmasis
harus mempertimbangkan semua rute asupan atau hilangnya cairan. Sebagai contoh, sumber-
sumber nonnutrisional dari asupan cairan (misalnya: jumlah volume dalam pengobatan
intravena) harus dipertimbangkan.
Mikronutrien
Nutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak dianggap sebagai makronutrien.
Namun, mikronutrien seperti elektrolit, vitamin, dan mineral runut, juga dibutuhkan untuk
mempertahankan nutrisi yang cukup. Dosis pemeliharaan harian yang dianjurkan untuk
mikronutrien dijelaskan pada Tabel 6-2.
Mikronutrien dibutuhkan untuk penggunaan makronutrien secara tepat dan terlibat
dalam fungsi-fungsi fisiologis yang bervariasi luas. Keberagaman dalam absorpsi berbagai
nutrien bertanggung-jawab terhadap perbedaan antara kebutuhan enteral (yaitu: oral atau rute
lain ke dalam traktus gastrointestinal (GI) termasuk pemberian makanan melalui selang) dan
parenteral (yaitu intravena). Mikronutrien yang sulit diserap akan membutuhkan dosis yang
besar ketika ditelan melalui traktus gastrointestinal. Mikronutrien yang larut dalam air
diberikan dalam dosis yang lebih besar secara parenteral oleh karena ekskresi ginjal yang lebih
cepat ketika diadministrasikan melalui rute ini. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kebutuhan mikronutrien meliputi kehilangan melalui gastrointestinal (misalnya: diare, muntah,
keluaran fistula yang tinggi, hipermetabolisme), fungsi ginjal (terutama natrium, kalium,
magnesium, dan fosfor), dan sindrom refeeding (elektrolit).
6. Penilaian Status Nutrisi
169
Tabel 6‐2 Dosis Pemeliharaan Harian Orang Dewasa yang Dianjurkan untuk Elektrolit, Vitamin, dan Mineral Runut
Nutrien Enteral Parenteral
Elektrolit Kalsium Klorida Fluorida Magnesium Fosfor Kalium Natrium
1,000‐1,200 mg ‐ 3.0‐4.0 mg L: 400‐420 mg P: 310‐320 mg 700 mg 4,700 mg 1,200‐1,500 mg
0‐15 mEq ‐ ‐ 10‐20 mEq 20‐45 mmol 60‐100 mEq 60‐100 mEq
Vitamin Biotin Sianokobalamin (B12) Asam Folat Niasin Asam Pantotenat (B3) Piridoksin (B6) Riboflavin (B2) Thiamin (B1) Vitamin A Vitamin C Vitamin D Vitamin E Vitamin K
30 µg 2.4 µg 400 µg 14‐16 mg NE 5.0 mg 1.3‐1.7 mg 1.1‐1.3 mg 1.1‐1.2 mg 700‐900 µg RE 75‐90 mg ≤50 thn: 5 µg >50 thn: 10 µg >70 thn: 15 µg 15 mg TE 90‐120 µg
60 µg 5.0 µg 400 µg 40 mg NE 15 mg 4 mg 3.6 mg 3 mg 600 µg RE (3,300 IU) 100 mg 5 µg (200 IU) 10 mg TE (10 IU) 0.7‐2.5 mg
Mineral runut Kromium Tembaga Yodium Besi Mangan Molibdenum Selenium Seng
L: 30‐35 µg P: 20‐25 µg 900 mcg 150 µg L: 8 mg P (<50 thn): 18 P (>50 thn): 8 1.8‐2.3 mg 45 µg 55 µg 8‐11 mg
10‐15 µga
0.5‐1.5 mg 70‐140 µg bervariasi 0.15‐0.8 mg 100‐200 µg 40‐80 µg 2.5‐4.0 mgb
NE, niacin equivalents; RE, retinol equivalents; TE, tocopherol equivalents. aTambahan sebanyak 20 µg/hari dianjurkan untuk pasien dengan intestinal losses bTambahan sebanyak 12.2 mg/L kehilangan cairan melalui small‐bowel dan 17.1 mg/kg tinja atau keluaran ileostomi
dianjurkan; tambahan 2.0 mg/hari untuk stress katabolik akut.
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
170
Dari Chessman KH, Kumpf VJ. Assessment of nutrition status and nutrition requirements. Dalam: DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed. New York: McGraw Hill, 2005;2573, dengan ijin.
TINJAUAN PATOLOGIS
Nutrisi yang tidak memadai dapat diakibatkan dari kurangnya makanan. Namun, yang
lebih umum, malnutrisi diakibatkan dari penggunaan nutrien yang tidak mencukupi oleh
karena penyakit akut atau kronis dan perawatannya. Sebagai akibat dari malnutrisi, individu-
individu terpapar pada resiko morbiditas dan mortalitas yang meningkat dari perubahan-
perubahan pada fungsi organ akhir (Tabel 6-3). Secara umum, keadaan defisiensi nutrisioal
dapat dikategorikan sebagai keadaan yang melibatkan malnutrisi protein-kalori atau keadaan
yang diakibatkan dari kekurangan mikronutrien (misalnya: vitamin, mineral runut).
Tabel 6‐3 Respon Organ Akhir pada Malnutrisi
Organ Tanggapan Anatomik Tanggapan Fisiologis
Komposisi tubuh Peningkatan pada kompartemen air ekstraseluler; berkurangnya cadangan adiposa, berkurangnya massa tubuh tanpa lemak
Jantung Pelebaran (dilatasi) empat ruang; degenerasi athropic dengan nekrosis dan fibrosis; gangguan myofibrillar
Prolongasi QT, voltase rendah, bradikardia, hipotensi arteri, penurunan tekanan vena sentral, konsumsi oksigen, keluaran kardiak, volume stroke, dan kontraktibilitas; intoleransi preload, penurunan kemampuan merespons obat.
Paru Perubahan‐perubahan emphysematous, infark pulmonary, penurunan bersihan bakteri, atropi otot, penurunan pada massa otot diafragma dan kekuatan otot pernapasan.
Pneumonia, penurunan kapasitas residual fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas maksimum bernapas; pergerakan hypoxic/hypercarbic yang tertekan.
Sistem Hematologi
Kegagalan produksi sel punca; sintesis eritropoietin yang tertekan; penurunan kemotaksis PMN; penurunan hitung limfosit dengan berkurangnya sel helper T, dan peningkatan sel suppressor T dan killer; penurunan blastogenesis hingga
Anemia; anergy; penurunan pembentukan granuloma; respons yang buruk terhadap kemoterapi; peningkatan laju infeksi
6. Penilaian Status Nutrisi
171
phytohemagglutinin Sistem ginjal Pembengkakan epitelial;
atrophy; kalsifikasi kortikal sedang; penurunan sintesis eritropoietin
Penurunan laju filtrasi glomerular dan ketidakmampuan menangani muatan natrium; poliuri; asidosis metabolik
Sistem gastrointestinal
Kehilangan massa yang tidak proporsional; perubahan‐perubahan hypoplastic dan atropik; penurunan pada tinggi mukosa total
Aktivitas enzimatik yang tertekan; waktu transit yang memendek; motilitas yang buruk; kecenderungan pertumbuhan bakteri yang berlebihan; maldigesti dan malabsorpsi
Hati Kehilangan massa; akumulasi lemak periportal
Penurunan sintesis protein visceral; aktivitas mikrosomal yang tertekan; hepatik yang tidak memadai pada akhirnya
Pankreas Fibrosis dan acinar atrophy Tidak memadainya pankreatikeksokrin
Sistem imun Penurunan total hitung limfosit, CD4+, CD8+, dan T‐helper: rasio suppresor, sekresi imunoglobulin, dan komplemen serum
Penurunan delayed cutaneous hypersensitivity, transformasi limfosit, respons leukosit PMN (fagositosis, metabolisme, kapasitas bakteri, kemotaksis)
PMN, polymorphonuclear granulocytes (neutrofil); QT, interval suatu elektroforegram dimulai dari awal kompleks QRS hingga akhir gelombang T. Diadaptasi dari Cerra FB. Manual of Surgical Nutrition, 4th ed. St. Louis: Mosby‐Year Book. 1984:6.
Malnutrisi Protein-Kalori
Tiga tipe dari malnutrisi protein-kalori adalah (i) marasmus, (ii) kwashiorkor, dan (iii)
campuran marasmus-kwashiorkor. Obesitas juga dapat dianggap sebagai bentuk malnutrisi
protein-kalori yang diakibatkan dari asupan mikronutrien yang berlebihan daripada defisiensi.
Tabel 6-4 membedakan keempat kondisi ini menurut defisit nutrisional yang utama, waktu
yang diperlukan hingga terbentuk defisit, dan parameter-parameter fisik, laboratorium, dan
imun yang terpengaruh. Sebagai tambahan, anorexia nervosa dan bulimia merupakan kelainan
makan yang dapat mengakibatkan konsekuensi medis yang serius, salah satunya adalah
malnutrisi.
Marasmus
Marasmus adalah kondisi kronik akibat dari defisiensi dalam asupan energi total.
Kekurangan baik protein somatik (yaitu otot rangka) dan cadangan adiposa dapat diamati,
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
172
tetapi produksi protein visceral (misalnya: serum albumin dan konsentrasi transferrin)
dipertahankan. Pada marasmus yang parah, kekebalan termediasi sel (cell-mediated immunity)
dan fungsi otot memburuk. Pasien dengan penyakit yang secara bertahap melemahkan
(misalnya kanker) umumnya memiliki marasmus dan penampilan yang kelaparan, cachectic,
atau cadaverous (sangat kurus dan pucat). Ambang penurunan berat badan relatif untuk
marasmus adalah 85% dari berat badan ideal.
Kwashiorkor
Kwashiokor terjadi akibat defisiensi protein sewaktu bayi atau masa kanak-kanak
awal. Hal ini umum pada pasien dengan asupan kalori yang cukup tetapi dengan defisiensi
protein relatif. Pasien-pasien ini seringkali katabolik, biasanya terjadi setelah trauma, infeksi,
atau luka bakar. Kwashiorkor melibatkan deplesi kumpulan protein visceral (dan pada
beberapa tingkatan, somatic), dengan preservasi relatif dari jaringan adiposa.
Hipoalbuminemia dan edema secara klasik dikategorikan sebagai kwashiorkor, yang dapat
secara cepat terbentuk sebagai tanggapan terhadap kehilangan protein selama stress metabolik
dan dapat disertai dengan kerusakan fungsi-fungsi imun.
Campuran Marasmus-Kwashiorkor
Campuran marasmus-kwashiorkor terjadi pada pasien yang sakit kronis dan kelaparan
yang sedang mengalami stress hipermetabolik. Hal ini dimanifestasikan sebagai berkurangnya
sintesis protein visceral yang ditambahkan kepada penurunan protein somatic dan cadangan
energi (yaitu jaringan adiposa). Kompetensi imun (immunocompetence) menurun, dan
kejadian infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk diamati pada pasien-pasien ini.
Obesitas
Berlawanan dengan marasmus, kwashiorkor, dan campuran marasmus-kwashorkor,
obesitas terjadi akibat asupan kalori yang berlebihan. Walaupun demikian, obesitas tetap
dianggap sebagai bentuk malnutrisi.
Obesitas tidak dapat digunakan saling menggantikan dengan istilah kelebihan berat
badan (overweight). Banyak atlit mungkin memiliki pembentukan otot di atas rata-rata dan
memiliki berat lebih dari biasanya untuk tinggi badan mereka, tetapi mereka tidak memiliki
6. Penilaian Status Nutrisi
173
kelebihan lemak. Seseorang yang kelebihan berat badan akan memiliki body mass index
(BMI) 25.0 hingga 29.9 kg/m2. Pada obesitas Kelas 1, BMI individu berkisar dari 30.0 hingga
34.9, Kelas 2 pada 35.0 hingga 39.9, dan obesitas ekstrim (Kelas 3) didiagnosa ketika BMI
lebih besar dari 40 kg/m2. Pembaca direferensikan ke Bab 5 untuk diskusi lebih detail
mengenai body mass index.
Apakah obesitas merupakan gejala suatu penyakit atau merupakan penyakit itu sendiri
masih menjadi perdebatan. Namun, obesitas tampaknya menjadi kelainan kompleks dari selera
makan, pengaturan dan metabolisme energi. Konsekuensinya meliputi penderitaan psikologis
dan sosial sebagaimana komplikasi-komplikasi medis (Kotak 6-2).
Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa
Anorexia nervosa dan bulimia nervosa merupakan kelainan makan yang terjadi
umumnya pada perempuan. Anorexia nervosa dikarakterisasikan dengan membuat diri
kelaparan, penurunan berat badan yang ekstrim, gangguan pada bentuk tubuh, dan rasa takut
yang sangat akan gemuk. Bulimia nervosa dikarakterisasikan dengan makan yang terlalu
banyak, yang biasanya diikuti dengan beberapa bentuk mencahar (misalnya: muntah yang
diinduksi sendiri, penyalahgunaan pencahar, atau tingkah laku berkaitan seperti penggunaan
diuretik, penggunaan pil diet, atau olah raga yang tanpa batas). Mayoritas pasien dengan
kelainan-kelainan ini, yang memiliki beberapa gejala yang saling tumpang tindih, terjadi
selama akhir keremajaan dan awal kedewasaan. Sebagai tambahan, pasien mungkin awalnya
datang apakah dengan anorexia nervosa atau bulimia nervosa tetapi kemudan berfluktuasi dari
satu ke yang lain. Tanda dan gejala-gejala kelainan makan ini didaftar pada Gambar 6-1.
Defisiensi Nutrien Tunggal
Malnutrisi juga dapat terjadi akibat dari defisiensi-defisiensi mikronutrien. Hal-hal ini
dapat terjadi dalam isolasi, dalam kombinasi, atau dengan defisiensi makronutrien yang telah
didiskusikan sebelumnya. Tanda dan gejala-gejala defisiensi mikronutrien diuraikan dalam
Tabel 6-5.
Kotak 6‐2 Komplikasi Medis yang Diasosiasikan dengan Obesitas GASTROINTESTINAL
Cholecystitis Cholelithiasis
Hiatus hernia Hepatic steatosis
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
174
Refluks Esofageal Penundaan waktu transit orocecal ENDOKRIN/REPRODUKTIF
Diabetes mellitus tipe 2 Hiperinsulinemia Dislipidemia Kelainan menstrual
Preeklampsia Kelainan endometrial Sindrom polikistik ovarium
PERNAPASAN Apne saat tidur Sindrom hipoventilasi obesitas Erythrocytosis Infeksi saluran pernapasan
Penyakit penyumbatan jalur udara Hipertensi pulmonari
KARDIOVASKULAR Penyakit arteri koroner Gagal jantung kongestif Hipertensi sistemik
Hipertropi ventrikel kiri Stroke
KEGANASAN (MALIGNANCY) Payudara Kolon Prostat Endometrium
Kandung empedu Serviks Ovarium
MUSKULOSKELETAL Penyakit sendi degeneratif Gout
KULIT Acanthosis nigricans Stretch marks
Skin tags Hirsutisme
PSIKOLOGIS Kelainan makan Depresi
Kelainan afektif Stigma sosial
6. Penilaian Status Nutrisi
175
Gambar 6‐1 Tanda dan gejala‐gejala dari anorexia dan bulimia nervosa. CNS, central nervous systems (sistem saraf pusat); DST, dexamethasone suppression test; ECG, electrochardiogaphic. (Dicetak ulang dengan ijin dari Marken PA, Sommi RW. Eating Disorders. Dalam DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacoteraphy: A Pathophysiological Approach, 6th ed. New York: McGraw Hill.
DASAR PENYEBAB PATOLOGI DENGAN EFEK-EFEK NUTRISIONAL
Penyakit akut dan kronis mungkin memainkan peran dalam mengubah asupan atau
penggunaan nutrien. Malnutrisi jarang terjadi sebagai keadaan penyakit yang terisolasi;
biasanya, ditemukan pada pasien dengan penyakit-penyakit lain yang telah ada sebelumnya
(Kotak 6-3). Keadaan-keadaan penyakit yang spesifik terhadap anak-anak dapat menempatkan
anak pada resiko tinggi defisiensi malnutrisi (Tabel 6-6).
Bulimia Nervosa Makan yang berlebihan Makan tanpa sadar Makanan tinggi lemak dan karbohidrat Perubahan berat badan yang seringkali Penyalahgunaan laksativa Penyalahgunaan diuretika Tidak dapat mengontrol hasrat Kerusakan lambung parah Parotitis Erosi gigi Kleptomania Mutilasi diri Percobaan bunuh diri Terbuka secara sosial
Muntah Perubahan SSP Penampilan tubuh lemah 90%‐95% perempuan Malnutrisi DST nonsupresi Penyalahgunaan obat Kegelisahan Kelesuan Penurunan konsentrasi Nyeri abdominal Disfungsi hipotalamik Ketidakseimbangan elektrolit Stres psikososial Stres sosiokultural Tergila‐gila dengan kurus Konstipasi/diare Dermatitis perioral Edema periferal Perubahan EKG Gastroparesis Anemia
Anorexia Nervosa Pembatasan kalori Disfungi rasa lapar/puas Energi/olah raga yang berlebihan Perasaan ketidakefektifan pribadi Tidur yang terganggu Haid yang terlewat Menarik diri dari lingkungan sosial Penampilan sangat kurus Kulit kering, pecah, dan berubah warna Rambut yang tipis
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
176
Tabel 6‐5 Defisiensi Mikronutrien
Defisiensi Mikronutrien
Tanda Klinis Temuan‐Temuan obyektif yang mendukung
Vitamin A Kulit kering, pecah‐pecah, dan bersisik Hiperkeratosis folikuler (kulit kering, kasar) Bitot’s spots (plak berbusa pada mata) Xerophthalmia (mata kering) Keratomalacia (kornea melunak) “Rabun senja”
Rasio Triene/tetraene >0.4 Penurunan retinol plasma
Vitamin B‐kompleks
Kulit kering, pecah‐pecah, dan bersisik Glossitis (lidah berwarna merah daging)
Piridoksin (B6) Nasolabial seborrhea Ruam pada kening seperti jerawat Angular stomatitis (pecahan berwarna merah pada sisi mulut) Peripheral neuropathy Convulsive seizures Depresi Anemia mikrostik
Penurunan piridoksal fosfat plasma
Vitamin B Disorientasi Irritabilitas
Tiamin (B1) Nyeri pada betis dan paha Peripheral neuropathy Sindrom Wernicke‐Korsakoff Gagal jantung kongestif Asidosis laktik Hiporefleksia Kekacauan mental
Penurunan RBC transketolase
Riboflavin (B2) Nasolabial seborrhea Red conjunctivae Cheilosis (pecahan vertikal pada bibir) Angular stomatitis Fotofobia, penurunan penglihatan Penyembuhan luka yang memburuk Anemia normositik
Penurunan RBC glutathione reductase
(B5) Lidah berwarna magenta/keunguan
Niacin (B3) Glossitis Pecah‐pecah pada kulit Lesi pada tangan, kaki, wajah, atau leher Pellagrous dermatosis (hiperpigmentasi kulit
Penurunan triptofan plasma Penurunan urinary N‐methyl nicotinamide
6. Penilaian Status Nutrisi
177
karena terpapar sinar matahari) Pellagra Peripheral neuropathy Myelopathy Encephalopathy Cheilosis Angular stomatitis Atrophic papillae
Asam folat Konjungtiva pucat sekunder terhadap anemia makrositik
Penurunan asam folat pada serum Penurunan RBC asam folat Makrositosis pada apusan/smear RBC
Asam pantotenat
Sindrom “Burning Feet” Kelelahan, keluhan Sakit kepala Insomnia Muntah, kram bagian abdominal
Sianokobalamin (B12)
Konjungtiva pucat sekunder terhadap anemia makrositik Peripheral paresthesias Glossitis Gejala‐gejala saraf tulang belakang
Penurunan B12 plasma Makrositosis dalam apusan RBC
Vitamin K Petekia dan ekimosis kulit Waktu protrombin yang diperpanjang
Vitamin C Petekia dan ekimosis kulit Gusi berdarah Folikel rambut yang menonjol Rambut yang terpilin Perdarahan berupa serpihan pada kuku Nyeri sendi Letargi, depresi Kelemahan otot Ketombe Bagian ekstremitas yang rapuh Perdarahan di bawah periosteum dari tulang panjang. Pembesaran sambungan costochondral Penghentian osteogenesis tulang panjang
Penurunan asam askorbat serum Selaput‐selaput tulang yang panjang.
Vitamin E Takikardia sekunder terhadap anemia hemolitik (pada bayi prematur) Pucat (pallor) sekunder terhadap anemia
Penurunan vitamin E serum Peningkatan hemolisis peroksida
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
178
hemolitik (pada bayi prematur) Bukti hemolisis pada apusan darah
Asam linoleat Kulit kering, pecah‐pecah, dan bersisik Hiperkeratosis folikuler Eksema Rambut yang kusam, kering, dan jarang Petekia, ekimosis, perdarahan dari trombositopenia
Triptofan Retakan pada kulit Lesi pada tangan, kaki, muka, atau leher
Lemak serum LDL atau VLDL yang berlebihan
Xantoma (timbunan kolesterol yang berlebihan)
Vitamin D Craniotabes (penipisan dari tabel sebelah dalam tengkorak) Pembesaran sambungan costochondral yang jelas terlihat Penebalan pergelangan tangan dan kaki Rakitis (rickets) Tetani Osteomalasia
Penurunan 25‐OH‐vitamin D Peningkatan alkaline phosphatase Penurunan kalsium Penurunan fosfor Selaput‐selaput tulang yang panjang.
Kalsium Osteoporosis Osteomalasia
Penurunan kadar kalsium dalam serum Selaput‐selaput tulang yang panjang. Densitometri tulang
Tembaga Perubahan warna rambut Rambut yang terpilin Konjungtiva pucat sekunder terhadap anemia makrositik, anemia hipokromik Lesi skeletal – osteoporosis Pucat sekunder terhadap anemia sideroblastik Neutropenia Dermatitis Anoreksia Diare Kemunduran mental
Peningkatan kolesterol serum Penurunan tembaga dalam serum Perubahan selaput mirip dengan ketombe
Kromium Intoleran terhadap glukosa Neuropati periferal Ataksia Peningkatan kadar asam lemak bebas
Penurunan kromium serum
6. Penilaian Status Nutrisi
179
Penurunan tingkat respiratori Penggunaan protein yang memburuk
Yodium Gondok hipotiroid Pelemahan neuromuskular Pelemahan kognitif Penurunan kesuburan Kretinisme Pembesaran tiroid (gondok), miksedema
Penurunan total yodium serum: organik, yodium terikat protein
Besi Konjungtiva pucat sekunder terhadap anemia makrositik, anemia hipokromik Koilonychia (kuku yang rapuh, runcing, atau berbentuk sendok) Takikardia sekunder terhadap anemia Kelelahan Kelemahan Pucat Glossitis Sakit kepala Disfagia Atropi gastrik Paresthesias
Penurunan besi dalam serum; peningkatan kapasitas pengikatan besi total
Magnesium Tremor, spasme Irritabilitas Kurangnya koordinasi, konvulsi
Penurunan magnesium serum
Mangan Mual, muntah Dermatitis, perubahan warna pada rambut Hipokolesterolemia Retardasi pertumbuhan Metabolisme karbohidrat dan protein yang tidak sempurna
Penurunan mangan serum
Molibdenum Takikardia Takipnea Perubahan status mental Perubahan penglihatan Sakit kepala Mual, muntah
Penurunan molibdenum serum
Kalium Otot yang nyeri, lemah, atau sakit Penurunan kalium serum
Selenium Kelemahan otot dan rasa nyeri (paha) Kardiomiopati
Penurunan selenium serum
Natrium Diare Penurunan natrium serum
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
180
Kelemahan Kebingungan mental Mual Letargi Kejang otot
Seng Rambut yang kusam, kering, dan jarang; alopesia Parakeratosis Hepatosplenomegali Hipogonadisme Anoreksia Hipogeusia Diare Apati Depresi
Penurunan seng serum
Lebih dari satu nutrien
Hipertropi papilar pada lidah
LDLs, low‐density lipoproteins; RBC, red blood cells; VLDLs, very low‐density lipoproteins.
PERTIMBANGAN KHUSUS
Pasien Anak
Kebutuhan makronutrien harian untuk anak-anak bervariasi menurut usia; Tabel 6-7
menggambarkan RDA untuk energi, protein, dan cairan. Kebutuhan kalori pada anak-anak
juga bervariasi menurut usia, penyakit atau gejala yang terjadi bersamaan, dan status
perkembangan. Kebutuhan energi menurun sejak lahir hingga dewasa.
Cacat-cacat perkembangan, seperti ambulasi yang berubah, cerebral palsy, dan
sindrom Down, akan mengubah kebutuhan kalori anak; tingkat dimana seorang anak dapat
berambulasi merupakan faktor kritikal dalam menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan energi yang
dikalkulasikan. Kebutuhan protein pada anak-anak berubah oleh faktor-faktor yang mirip
dengan faktor yang mempengaruhi orang dewasa. Secara umum, anak-anak membutuhkan
protein harian dalam jumlah yang lebih banyak oleh karena massa otot yang berkembang.
Persentase air tubuh dan laju metabolik basal mereka yang lebih tinggi berarti bahwa anak-
anak juga memiliki kebutuhan cairan yang lebih tinggi per kilogram berat badan; kebutuhan
ini bahkan lebih besar pada neonatus prematur oleh karena besarnya kehilangan yang tidak
disadari dan ketidakmatangan organ. Status cairan dikaji dengan memantau pengeluaran urin,
6. Penilaian Status Nutrisi
181
gravitasi spesifik, elektrolit serum, dan perubahan berat; pengeluaran urin 1,0 hingga 2,0
mL/kg/jam (atau lebih) adalah cukup.
Tabel 6‐7 Kebutuhan Makronurien untuk Anak‐Anak
Nutrien Kebutuhan Harian
Energi Prematur tahun 1‐7 tahun 7‐12 tahun 12‐18 tahun
120‐150 kcal/kg/hari ~100 kcal/kg/hari 75‐90 kcal/kg/hari 60‐75 kcal/kg/hari 30‐60 kcal/kg/hari
Protein Kebutuhan harian yang dianjurkan
Bayi: 1,6‐2,2 gram/kg/hari Anak 1‐10: 1,0‐2 gram/kg/hari Anak >10: 0,85‐0,95 gram/kg/hari
Cairan Masa bayi
Hari 1‐2: 70 ml/kg/hari Hari 3: 80 ml/kg/hari Hari 15‐20: 90‐100 ml/kg/hari
Suplementasi terapeutik dari vitamin dan mineral biasanya diperlukan hanya selama
kondisi dan status-status penyakit tertentu. Status patologis (misalnya: necrotizing
enterocolitis, peritonitis, prematuritas, disfungsi ginjal dan hati) dan terapi obat (misalnya:
diuretik, amphotericin B, kortikosteroid) dapat mengubah kebutuhan elektrolit normal anak-
anak. Kebutuhan elemen runut dapat berkurang pada anak-anak dengan penyakit ginjal (seng,
selenium, kromium), penyakit hati kolestatik (tembaga, mangan), pengeluaran ostomy dan
tinja yang tinggi (seng, selenium), luka bakar (seng), prematuritas (selenium), dan penyakit
akut (selenium).
Pasien Geriatrik/Manula
Penurunan dalam laju metabolik basal, massa tubuh tanpa lemak, dan aktivitas fisik
yang terjadi pada manula berakibat pada potensi kebutuhan kalori total yang lebih rendah.
BEE dapat diperkirakan untuk individu-individu yang lebih tua dari 60 tahun menggunakan
persamaan dalam Kotak 6-1. Untuk pasien manula yang aktif, hasil perhitungan harus
dikalikan dengan 1,2 hingga 1,5.
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
182
Kebutuhan protein, sebaliknya, tidak menurun menurut usia. Asupan protein yang
cukup adalah penting untuk membantu mengurangi kehilangan yang terjadi pada massa tubuh
tanpa lemak.
Pasien manula lebih rentan terhadap dehidrasi oleh karena kehilangan cairan yang
meningkat dari kemampuan pemekatan urin yang terkompromi, meningkatnya kehilangan
cairan yang tidak disadari melalui kulit yang rapuh, dan menurunnya respons rasa haus.
Kebutuhan cairan diperkirakan sekitar 30 mL/kg, atau 1,5 hingga 2,0 L/hari.
Oleh karena kebutuhan kalori total yang menurun, pasien manula membutuhkan lebih
sedikit tiamin, riboflavin, dan niasin dalam diet mereka. Kebutuhan akan besi juga menurun
untuk wanita postmenopause. Fungsi ginjal dan hati yang menurun dapat mengarahkan kepada
kebutuhan vitamin A dalam diet yang menurun. Kebutuhan vitamin yang mungkin meningkat
meliputi vitamin D (pada mereka dengan paparan terhadap sinar matahari yang menurun)
sebagaimana juga dengan vitamin B6 dan B12 (untuk mengkompensasikan kemampuan
mengabsorpsi protein yang menurun).
Kotak 6‐...Kelainan‐kelainan yang Dapat Berakibat Defisiensi Nutrisional
Infeksi‐infeksi kronis Acquired immunodeficiency syndrome Cystic fibrosis Status‐status inflammatori Penyakit‐penyakit neoplastic Kelainan‐kelainan endokrin Diabetes mellitus Hiperlipidemia Penyakit‐penyakit kronis Penyakit paru Sirrhosis Gagal ginjal Status‐status hipermetabolik Trauma Luka bakar Sepsis Penyakit‐penyakit digestif atau absorptif Penyakit inflammatory bowel Chronic intestinal pseudoobstruction Sindroma short bowel Necrotizing enterocolitis (pasien anak‐anak) Chronic protracted diarrhea
6. Penilaian Status Nutrisi
183
Pasien Hamil
Kehamilan menempatkan permintaan-permintaan tambahan pada tubuh. Kalori dan
protein yang cukup harus dikonsumsi untuk mendukung sintesis jaringan maternal dan janin.
Wanita hamil membutuhkan tambahan 300 kcal/hari sebelum anak lahir dan tambahan 500
hingga 800 kcal/hari selama menyusui. Protein tambahan dianjurkan selama kehamilan (10
hingga 14 g) sebagaimana juga saat setelah melahirkan /postpartum (20 g) untuk
mempertahankan laktasi. Wanita hamil dan wanita yang merencanakan untuk hamil juga harus
mengkonsumsi jumlah yang meningkat dari besi, vitamin B-kompleks, asam folat, kalsium,
dan beragam vitamin dan mineral lainnya.
PENGKAJIAN SISTEM
Pengkajian nutrisional didefinisikan oleh American Society of Enteral and Parenteral
Nutrition sebagai “evaluasi komprehensif untuk mendefinisikan status nutrisi, termasuk
riwayat medis, riwayat diet, pemeriksaan fisik, pengukuran-pengukuran anthropometric dan
data-data laboratorium.” Tujuan-tujuan dari pangkajian nutrisional adalah: (i) menyediakan
data untuk mendesain rencana asuhan nutrisional yang akan mencegah dan atau mengurangi
terbentuknya malnutrisi, (ii) menciptakan data patokan awal untuk mengevaluasi keberhasilan
asuhan nutrisional, dan (iii) untuk mengidentifikasi individu-individu yang kurang terawat
atau berada pada resiko terbentuknya malnutrisi.
Langkah pertama dalam mengevaluasi status nutrisional seorang pasien adalah
penapisan (screening) untuk menentukan apakah terdapat potensi untuk resiko nutrisional.
Penapisan nutrisional yang minimum melibatkan pengambilan riwayat kesehatan sehubungan
dengan kondisi-kondisi yang mungkin mengganggu dengan asupan makanan yang cukup,
pengukuran tinggi dan berat, dan tes-tes laboratorium rutin. Tabel 6-8 menggambarkan tanda
dan gejala-gejala spesifik dari pasien yang mungkin berada pada resiko tinggi untuk
malnutrisi. Penggunaan form standard dapat meminimalisir waktu yang diperlukan bagi anda
untuk melengkapi suatu penapisan nutrisional. Sebagai tambahan terhadap resiko morbiditas
dan mortalitas, terapi obat pasien dapat dikompromikan oleh karena perubahan-perubahan
yang diinduksi malnutrisi dalam hal tubuh memetabolisme obat-obat tertentu (Kotak 6-4).
Pengkajian nutrisional yang komprehensif direkomendasikan untuk semua individu dengan
faktor-faktor resiko nutrisional yang terkonfirmasi. Pengkajian komprehensif seperti itu
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
184
berkembang melebihi informasi yang terkumpul selama penapisan dan meliputi riwayati diet
dan informasi asupan, pemeriksaan fisik atau tanda-tanda klinis, mengukur anthropometrical,
dan tes-tes laboratorium. Tingkatan pengkajian nutrisional ini tidak secara rutin dilakukan oleh
farmasis; akan tetapi, hasil umumnya diterjemahkan oleh farmasis rumah sakit dalam
pelayanan nutrisional.
Informasi Subyektif
Evaluasi klinis dengan menggunakan riwayat medis dan diet tetap menjadi metode
paling tua, paling sederhana, dan mungkin yang paling banyak digunakan dalam mengevaluasi
status nutrisional pasien. Informasi yang diperoleh dari riwayat medis dan diet memiliki
korelasi yang baik dengan evaluasi-evaluasi obyektif. Riwayat medis dan diet memberikan
informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada pasien.
Kotak 6-5 menguraikan area-area bagi farmasis untuk berfokus ketika mengambil riwayat
medis dan diet.
Pertanyaan-pertanyaan khusus dalam riwayat medis dan diet meliputi:
Apakah pola-pola makan khusus anda?
Berapakah berat badan lazim anda
Apakah anda pernah mengalami adanya perubahan-perubahan dalam nafsu
makan, rasa, bau, atau dalam hal kemampuan untuk mengunyah atau menelan
Bagaimana anda menggambarkan tingkat stress pada saat ini?
Apakah anda pernah mengalami operasi, trauma, luka bakar, atau infeksi
belakangan ini?
Apakah anda memiliki penyakit-penyakit kronis? Jika ya, yang mana?
Apakah anda saat ini memiliki permasalahan-permasalahan dengan muntah,
diare, atau konstipasi? Apakah anda pernah mengalaminya di masa lalu?
Apakah anda pernah mengalami alergi makanan atau intoleransi?
Bagaimanakah anda mendeskripsikan hal tersebut?
Pengobatan apa saja yang sedang anda minum? Obat resep? Obat bebas?
Apakah anda menggunakan vitamin, mineral atau suplemen nutrisional? Jika
ya, jenis apa saja? Berapa banyak? Untuk berapa lama?
6. Penilaian Status Nutrisi
185
Fasilitas-fasilitas apa saja yang tersedia untuk penyiapan makanan? Siapa yang
menyiapkan makanan anda?
Apakah penghasilan anda mencukupi untuk membeli makanan yang cukup?
Siapa yang berbelanja? Transportasi apa yang tersedia bagi anda untuk pergi ke
pasar?
Apakah anda menggunakan alkohol atau obat-obatan terlarang? Kapan terakhir
kali anda minum alkohol? Berapa banyak anda minum pada kesempatan
tersebut? Berapa banyak anda minum setiap hari? Berapa banyak setiap
minggu?
Apakah pola olah raga dan aktivitas anda? Silakan mendeskripsikan jenis dan
jumlah per hari.
Pengkajian diet yang lengkap terbentuk dari empat tahapan: (i) pengukuran konsumsi
makanan, (ii) kalkulasi kandungan nutrien dari makanan yang dimakan, (iii) pengkajian dari
asupan yang diabsorpsi, dan (iv) evaluasi asupan nutrien dalam hubungan dengan
rekomendasi-rekomendasi. Dua tahapan terakhir paling baik diserahkan kepada ahli diet atau
spesialis nutrisi yang telah disertifikasi oleh badan.
Tabel 6‐8 Tanda dan Gejala‐Gejala yang Mengindikasikan Pasien Berada pada Resiko Malnutrisi
Populasi Pasien Situasi‐Situasi dengan Resiko Tinggi
Dewasa Anemia Diabetes mellitus Obesitas Hiperlipidemia
Wanita hamil, pasca melahirkan, dan menyusui
Usia <17 tahun Kehilangan ekonomi Kelainan‐kelainan makan, praktek‐praktek diet yang tidak sehat, vegetarian Dalam diet khusus untuk penyakit sistemik Hiperemesis gravidarum Preeklampsia Kehamilan lebih dari satu Perokok berat Vegetarian Penyalahgunaan alkohol Anemia defisiensi besi Berat badan <85% dari yang dianjurkan untuk tinggi badan Penurunan berat badan yang drastis
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
186
Peningkatan berat badan yang rendah dengan kehamilan berakibat berat lahir bayi yang rendah Kehamilan selama menyusui
Anak‐anak (bayi hingga usia sekolah)
Obesitas Kegagalan bertahan Anak‐anak vegetarian Alergi makanan yang lebih dari satu Orang tua dengan kelainan makan Penyakit tertentu (lihat Kotak 6‐3)
Remaja Kelainan‐kelainan makan Obesitas Vegetarian Remaja hamil
Lansia Skala MENGUKUR Kesedihan Kolesterol Albumin Penurunan berat badan Permasalahan makan Belanja dan penyiapan makanan Skala MENENTUKAN Penyakit Kurang makan Gigi yang tanggal/nyeri pada mulut Kesulitan ekonomi Berkurangnya kontak sosial Pengobatan/obat‐obatan Penurunan/peningkatan berat badan yang mendadak Membutuhkan bantuan dalam asuhan pribadi Usia >80 tahun
Kotak 6‐..Obat‐obatan dengan Perubahan‐Perubahan Parameter Farmakokinetik Diinduksi oleh Malnutrisi
Acetaminophen Cefoxitin Chloramphenicol Digoxin Estradiol Ferrous Sulfate Gentamicin Isoniazid (para) Aminosalicylic Acid (PASA) Penicillin G
Phenobarbital Phenylbutazon Phenytoin Salicylates Sulfadiazine Sulfisoxazole Tetracycline Thiopental Tobramycin Warfarin
6. Penilaian Status Nutrisi
187
Kotak 6‐.. Komponen‐Komponen Riwayat Medis dan Diet Riwayat kultural Pola makan – termasuk siapa yang menyiapkan makanan dan jika subyek makan sendirian Berat badan lazim; perubahan pada berat badan (sengaja atau tidak disengaja) Perubahan‐perubahan pada selera, rasa, pergigian, mengunyah, dan menelan Operasi, trauma, luka bakar, dan infeksi saat ini Penyakit‐penyakit kronis termasuk demensia Muntah, diare, dan konstipasi (atau setiap perubahan pada frekuensi normal) Alergi makanan dan intoleransi Pengobatan dan atau suplemen nutrisional Pengggunaan alkohol dan obat‐obatan terlarang Faktor‐faktor sosioekonomi Aktivitas lazim, pola‐pola olah raga
Penilaian Diet Kuantitatif
Penilaian diet kuantitatif dapat diselesaikan lewat rekam makanan melalui metode
mengingat kembali 24-jam (24-h) atau 3-hari. Mengingat kembali 24-h diselesaikan melalui
wawancara. Pewawancara harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan netral. Sebagai contoh,
“Saya ingin anda memberi tahu saya apa yang harus anda makan atau minum setelah bangun
tidur kemarin pagi. Kapan waktunya? Apakah anda memakannya di rumah? Apa yang anda
makan/minum sesudahnya, dan kapankah itu? Pewawancara kemudian melanjutkannya
sepanjang hari, mengulangi pertanyaan-pertanyaan ini bila perlu sambil merekam setiap
makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien. Sambil mengulas jawaban-jawaban dari
pasien, pewawancara harus memeriksa deskripsi lebih spesifik dari semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi, termasuk metode-metode memasak dan nama merk apabila
memungkinkan.
Keuntungan-keuntungan dari metode mengingat kembali 24-h meliputi beban
responden yang rendah (yaitu, tidak memerlukan banyak tindakan tambahan dari pasien),
tingkat kepatuhan yang tinggi, biaya yang rendah, kemudahan dan kecepatan dalam
penggunaan, wawancara yang terstandardisasi, unsur kejutan (yaitu, responden jarang
memodifikasi kebiasaan-kebiasaan makan mereka), dan kesesuaian untuk pasien-pasien buta
huruf. Kerugian-kerugian dari metode ini meliputi ketergantungan pada memori/ingatan, yang
membuatnya tidak sesuai untuk pasien anak kecil dan lansia; kesalahan-kesalahan dalam
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
188
perkiraan ukuran porsi; perkiraan yang lebih atau kurang dari asupan; dan pengecualian
terhadap makanan-makanan yang tidak sering dikonsumsi.
Rekam makanan 3-hari merupakan pengkajian diet yang lebih merupakan metode
prospektif daripada retrospektif. Dua hari kerja dan satu hari di akhir minggu harus disertakan
untuk memperhatikan perbedaan-perbedaan dalam pola-pola konsumsi makanan. Pasien
merekam informasi selama 3 hari berjalan. Oleh karena itu, berkebalikan dengan metode
mengingat kembali 24-h, pasien-pasien yang menyelesaikan rekam makanan 3-hari haruslah
mengerti angka, tulisan, dan memiliki motivasi tinggi.
Penilaian Diet Kualitatif
Penilaian diet kualitatif dapat diselesaikan menggunaan kuesioner frekuensi makanan
semikuantitatif atau dengan mengisi riwayat diet. Kuesioner frekuensi makanan didesain
untuk memperoleh informasi deskriptif kualitatif atau semikuantitatif mengenai pola-pola
lazim konsumsi makanan. Metode ini mengkaji frekuensi dimana kelompok atau jenis
makanan tertentu dikonsumsi selama periode waktu yang ditentukan, seperti harian,
mingguan, bulanan, atau tahunan. Keuntungan-keuntungan metode ini meliputi tingkat
respons yang tinggi, beban bagi pasien yang rendah, kecepatan, dan biaya yang rendah.
Kuesioner dapat kemudian dikelola baik oleh nonprofesional atau dikelola sendiri.
Riwayat diet adalah ulasan retrospektif dari asupan makanan yang lazim dan pola-pola
makan dari pasien selama periode waktu yang bervariasi. Riwayat diet, biasanya dilakukan
oleh ahli nutrisi selama wawancara pribadi, memiliki tiga bagian: (i) mengingat kembali 24-h
dari asupan aktual, (ii) kuesioner mengenai frekuensi dari konsumsi jenis-jenis makanan
spesifik, dan (iii) rekam makanan 3-hari menggunakan ukuran-ukuran rumah tangga.
Keuntungan-keuntungan dari riwayat diet meliputi kemampuannya untuk memberikan
informasi mengenai asupan diet yang menjadi kebiasaan dan beban bagi pasien yang relatif
rendah. Kerugian-kerugian dari metode ini meliputi ketergantungan pada ingatan dan
kemampuan untuk memperkirakan ukuran porsi; oleh karena itu, riwayat diet menjadi tidak
dapat dipercaya pada anak-anak lebih muda dari 14 tahun, pada pasien lansia, dan pada pasien
dengan pola-pola makan yang tidak teratur.
6. Penilaian Status Nutrisi
189
Informasi Obyektif
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang terfokus untuk pengkajian nutrisional harus berkonsentrasi
pada mengukur massa tubuh tanpa lemak dan distribusi jaringan adiposa sebagaimana juga
dengan temuan-temuan fisik dari defisiensi vitamin, mineral runut, dan asam lemak esensial
(lihat Tabel 6-5). Temuan-temuan fisik umum yang mengarahkan kepada malnutrisi meliputi
pucat, edema, kakeksia, obesitas, asites/busung, dan dehidrasi. Temuan-temuan fisik lain yang
mungkin ditemukan selama ulasan sistem diuraikan dalam Tabel 6-9.
PengukuranPengukuran Antropometrik
Pengukuran-pengukuran antropometrik adalah pengukuran kasar dari massa sel tubuh
dan meliputi ukuran-ukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Bobot, tinggi, dan rasio
bobot-tinggi merupakan yang paling sering digunakan untuk mengkaji pertumbuhan. Ukuran-
ukuran tambahan untuk pertumbuhan meliputi lingkar kepala sebagaimana juga dengan
panjang posisi telentang dan berdiri (pada anak-anak), tinggi lutut, dan lebar siku dan indeks
rangka (yaitu ukuran rangka tubuh).
Bobot
Evaluasi bobot badan merupakan langkah awal dalam pengkajian antropometrik orang
dewasa (Lihat Bab 5 untuk teknik yang tepat untuk memperoleh pengukuran bobot). Sebagai
tambahan, setiap tanda-tanda edema yang terlihat harus direkam untuk membantu mengkaji
status cairan pasien.
ABNORMALITAS
Kehilangan bobot yang tidak disengaja sebesar ≥10% selama suatu periode waktu
harus dianggap signifikan secara klinis.
Sebagai alternatif lain, berat badan sebagai persentase dari berat badan ideal juga dapat
dikalkulasikan. Berat badan ideal dapat diperkirakan menggunakan formula dalam Kotak 6-6.
Pengkajian berat badan sendiri saja, bagaimanapun juga cukup membatasi jika farmasis
mencoba untuk mengkaji perubahan dalam status nutrisional. Mengevaluasi perubahan dalam
berat badan seiring waktu merupakan refleksi lebih akurat dari status nutrisional yang
berubah. Perubahan-perubahan akut mungkin merefleksikan perpindahan dari status cairan.
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
190
Interpretasi dari setiap pengukuran berat badan aktual harus mempertimbangkan bobot ideal
untuk tinggi, berat badan lazim, status cairan, dan usia.
ABNORMALITAS
Malnutrisi sedang dapat didefinisikan sebagai bobot saat ini sebesar 80% hingga 90%
berat badan ideal, malnutrisi moderat sebagai bobot saat ini 70% hingga 80% dari ideal, dan
malnutrisi parah sebagai bobot saat ini <70% dari ideal.
Kendati batasan-batasannya, riwayat bobot seiring waktu adalah salah satu dari
ukuran-ukuran status nutrisional termudah dan paling murah.
Tinggi
Tinggi (atau perawakan) umumnya diukur dalam posisi berdiri untuk anak-anak
berusia lebih dari 2 tahun dan orang dewasa. (Lihat Bab 5 untuk teknik tepat untuk
memperoleh pengukuran tinggi).
Body Mass Index
Body Mass Index (BMI) merupakan cara alternatif untuk menentukan kesesuaian
rasio bobot:tinggi seorang individu. BMI mungkin lebih obyektif dalam keadaan obesitas,
tetapi tidak dapat membedakan antara bobot berlebih yang diproduksi oleh jaringan adiposa,
muskularitas, atau edema. BMI dapat dikalkulasikan dengan membagi bobot individu (kg)
dengan tinggi mereka (m2). (Lihat Bab 5 untuk nilai-nilai BMI yang dihubungkan dengan
bobot yang tepat).
Lebar Siku
Pengukuran lebar siku dapat digunakan sebagai indeks dari ukuran rangka. Untuk
menggunakan Tabel Metropolitan Life Insurance, anda perlu dapat menentukan apakah
ukuran rangka pasien kecil, sedang, atau besar.
Teknik pengukuran lebar siku
Berdiri di depan subyek
Angkat tangan kanan subyek ke depan ke posisi horisontal
Tekuk siku subyek sebesar 90 derajat, dengan bagian belakang tangan
menghadap pemeriksa
Temukan lokasi epikondilus lateral dan medikal dari tulang lengan atas/humeri
6. Penilaian Status Nutrisi
191
Tempatkan bilah-bilah dari jangka sorong berbilah datar pada epikondilus,
dengan bilah-bilah menunjuk ke atas untuk membagi dua sudut tepat yang
terbentuk pada siku
Baca jarak antara kondilus
Rekam pengukuran (cm) hingga milimeter terdekat
Bandingkan nilai dengan yang normal
PERHATIAN!
Jangka sorong harus dipegang pada posisi dengan sedikit sudut terhadap
epikondilus, dan tekanan kuat untuk meminimalkan pengaruh jaringan lunak
dalam pengukuran.
Untuk laki-laki, lebar siku normal berkisar mulai dari kurang dari 6.6 hingga 6.7 cm
untuk rangka yang kecil, 6.7 hingga 8.1 cm untuk rangka sedang, dan mulai dari 7.8 hingga
8.1 cm atau lebih untuk rangka yang besar. Untuk perempuan, lebar siku normal berkisar dari
kurang dari 5.6 hingga 5.8 cm untuk rangka yang kecil, 5.7 hingga 7.1 cm untuk rangka
medium, dan dari 6.6 hingga 7.2 cm atau lebih untuk rangka besar.
Ketebalan Lipatan Kulit
Kebalikan dari pengukuran-pengukuran antropometrikal pertumbuhan yang telah
didiskusikan sebelumnya, pengukuran ketebalan lipatan kulit memberikan perkiraan cadangan
lemak tubuh. Lipatan kulit yang dapat diukur untuk pengkajian nutrisional meliputi bisep,
trisep, lipatan subkapsular dan suprailiak. Kemudahan diakses cenderung membuat triceps
skinfold (TSF) menjadi metode yang paling umum digunakan dalam menentukan lemak
subkutan (Gambar 6-2).
Teknik pengukuran TSF
Ulurkan tangan pasien sehingga menggantung bebas pada sisi mereka
Temukan lokasi dan tandai ujung dari proses akromion belikat pada ujung paling
terluar dari bahu dan ujung proses olecranon dari ulna (Gambar 6-3).
Ukur jarak antara kedua titik tersebut menggunakan pita pengukur, dan tandai
titik tengahnya dengan pena lunak atau pensil yang tidak dapat dihapus.
Genggam lipatan vertikal kulit, termasuk lemak tersembunyi, 1 cm di atas titik
tengah yang telah ditandai menggunakan ibu jari dan jari tengah anda
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
192
Perlahan tarik lipatan kulit dari jaringan otot yang tersembunyi.
Tempatkan rahang jangka pada sudut yang benar, tepat pada titik tengah yang
telah ditandai.
Pegang lipatan kulit antara jari-jari selama pengukuran berlangsung
Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali, kemudian hitung rata-rata hasil
Rekam proses pengukuran hingga ketelitian 5mm (0.5 cm)
Bandingkan hasil pengukuran-pengukuran yang dilakukan pada seseorang
dengan standard untuk usia dan jenis kelamin (Tabel 6-10).
ABNORMALITAS
Nilai TSF 10% di bawah atau di atas standard dianggap kekurangan atau kelebihan
nutrisi. Edema dapat menyebabkan pembacaan-pembacaan salah yang tinggi. Kesalahan
pemeriksa, mutu plastik, atau malfungsi dari instrumen dapat mengarah pada hasil-hasil yang
tidak reprodusibel.
PERHATIAN!
Pasien yang tidak dapat berambulasi harus berbaring pada satu sisi. Lengan bagian
paling atas harus ditekuk penuh, dengan telapak tangan beristirahat pada paha.
Penentuan TSF membantu dalam menetapkan bukti adanya penipisan cadangan lemak.
Namun, pada pasien obesitas atau pada mereka dengan akumulasi cairan ekstraselular, anda
mungkin tidak dapat mengukur TSF oleh karena ketidakmampuan jangka sorong untuk
mengakomodasi lipatan kulit.
Lingkar Lengan Bagian TengahAtas
Lingkar lengan bagian tengah-atas merupakan ukuran dari jaringan subkutan dan otot
rangka (Gambar 6-4). Pengukuran-pengukuran ini harus diambil dengan sebuah pita fleksibel,
tidak meregang terbuat dari kaca serat (fiberglass) atau baja; sebagai alternatif, pita dengan
insersi kaca serat dapat digunakan.
6. Penilaian Status Nutrisi
193
Gambar 6‐2 Pengukuran lipatan kulit trisep
Gambar 6‐3 Lokasi titik tengah lengan bagian atas
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
194
Kotak 6‐..Kalkulasi Berat Badan
BERAT BADAN IDEAL Perempuan: 45.5 kg untuk 5 kaki pertama + 2.3 kg untuk setiap inci lebih dari 5 kaki Laki‐laki: 50 kg untuk 5 kaki pertama + 2.3 kg untuk setiap inci lebih dari 5 kaki BOBOT SEBAGAI PERSENTASE BERAT BADAN IDEAL % Berat badan ideal = Bobot saat ini x 100 Bobot ideal BOBOT SAAT INI SEBAGAI PERSENTASE BOBOT LAZIM % Berat badan lazim = Bobot saat ini x 100 Bobot lazim PERUBAHAN BOBOT BARU‐BARU INI = Bobot lazim ‐ Bobot saat ini x 100 Bobot lazim
Teknik pengukuran lingkar lengan bagian tengah-atas
Minta subyek berdiri tegak atau duduk, menyamping pengukur, dengan lengan
mereka dalam posisi relaksasi dan kaki direnggangkan.
Cari dan tandai titik pengukuran pada titik tengah lengan kiri bagian sebelah atas,
pertengahan antara proses akromion dan ujung olekranon (lihat Gambar 6-3).
Ulurkan tangan kiri subyek sehingga menggantung bebas pada bagian samping
mereka, dengan telapak tangan menghadap ke dalam.
Lilitkan pita secara perlahan tetapi kuat sekeliling lengan pada titik tengah.
Lakukan pengukuran (cm) hingga milimeter terdekat.
Bandingkan hasil pengukuran orang tersebut dengan standard yang sesuai dengan
usia dan jenis kelamin (Tabel 6-11).
ABNORMALITAS
Pasien dengan ukuran-ukuran lingkar lengan bagian tengah-atas kurang dari bagian
per seratus (persentil) ke-10 atau lebih besar dari bagian per seratus ke-95 harus dirujuk untuk
evaluasi medis lebih lanjut. Pembacaan yang terlalu tinggi atau rendah mungkin dikarenakan
kesalahan pemeriksa.
PERINGATAN!
Pakaian dengan lengan baju harus dilepas atau lengan baju digulung ke atas sebelum
melakukan pengukuran. Jangan mengencangkan pita sehingga terjadi lekukan kontur kulit
atau jepitan.
6. Penilaian Status Nutrisi
195
Tabel 6‐10 Bagian Perseratus Ke‐50 dari Ketebalan Lipatan Kulit Trisep (cm) terhadap Tinggi Pada Laki‐Laki dan Perempuan Amerika Serikat Usia 25 Hingga 54 Tahun dengan Badan Kecil, Sedang, dan Besar
Tinggi (inci) Badan kecil Badan sedang Badan besar
60 L: tidak ada referensi P: 21
L: tidak ada referensi P: 26
L: tidak ada referensi P: 38
61 L: tidak ada referensi P: 21
L: tidak ada referensi P: 25
L: tidak ada referensi P: 36
62 L: 11 P: 20
L: 15 P: 24
L: tidak ada referensi P: 34
63 L: 10 P: 20
L: 11 P: 24
L: tidak ada referensi P: 34
64 L: 10 P: 20
L: 12 P: 23
L: tidak ada referensi P: 32
65 L: 11 P: 22
L: 12 P: 22
L: 14 P: 31
66 L: 11 P: 19
L: 11 P: 22
L: 14 P: 27
67 L: 11 P: 19
L: 13 P: 21
L: 11 P: 30
68 L: 10 P: 20
L: 11 P: 22
L: 14 P: 30
69 L: 11 P: tidak ada referensi
L: 12 P: 19
L: 15 P: 30
70 L: 10 P: tidak ada referensi
L: 12 P: 19
L: 14 P: 20
71 L: 20 P: tidak ada referensi
L: 12 P: tidak ada referensi
L: 15 P: tidak ada referensi
72 L: 10 P: tidak ada referensi
L: 12 P: tidak ada referensi
L: 12 P: tidak ada referensi
Diadaptasi dari Frisancho AR. New standards of weight and body composition by frame size and height for assessment of nutritional status of adults and the elderly.Am J Clin Nutr Assoc 1984;40:808‐819.
Tabel 6‐11 Bagian Perseratus ke‐50 dari Lingkar Lengan Bagian Tengah Atas (mm) untuk Kelompok‐Kelompok Usia Tertentu
Kelompok Usia (tahun) Bagian Perseratus ke‐50
1‐1.9 L: 159 P: 156
5‐5.9 L: 175 P: 175
10‐10.9 L: 210 P: 210
15‐15.9 L: 264
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
196
P: 254 19‐24.9 L: 308
P: 265 25‐34.9 L: 319
P: 277 35‐44.9 L: 326
P: 290 45‐54.9 L: 322
P: 299 55‐64.9 L: 317
P: 303 65‐74.9 L: 307
P: 299 Diadaptasi dari Frisancho AR. New norms of upper limb fat and muscle areas for assessment of nutritional status. Am J Clin Nutr Assoc 1981;30:2540‐2548.
Pengukuran-pengukuran Laboratorium
Pemeriksaan melalui laboratorium atau biokimia terutama digunakan untuk mendeteksi
defisiensi-defisiensi nutrisional yang belum menyebabkan gejala-gejala (yaitu defisiensi-
defisiensi subklinis) atau untuk mengkonfirmasi temuan-temuan subyektif saat ini. Pengkajian
biokimia dari status nutrisional dapat meliputi status protein serum, penunjuk-penunjuk
hematologis, status besi, status mineral, status vitamin, dan status lemak. Hasil dari tes-tes
biokimia dievaluasi dengan membandingkannya dengan nilai-nilai acuan. Akan tetapi, ketika
menginterpretasikan nilai-nilai abnormal, selalu kecualikan kemungkinan kesalahan
laboratorium atau sebab-sebab lain nilai abnormal (Kotak 6-7).
Kotak 6‐.. Faktor‐Faktor yang Dapat Mempengaruhi Tes‐Tes Biokimia
Regulasi homeostatis Variasi diurnal Kontaminasi sampel Keadaan fisiologis Infeksi‐infeksi Status hormonal Latihan fisik Usia, jenis kelamin, dan kelompok etnis Asupan diet baru‐baru ini Hemolisis (untuk serum/plasma) Obat‐obatan Keadaan penyakit Interaksi‐interaksi nutrien Stress terkait inflamasi
6. Penilaian Status Nutrisi
197
Penurunan berat badan Prosedur‐prosedur pengambilan dan koleksi sampel Akurasi dan presisi metode analitik Sensitivitas dan spesifisitas metode analitik
Diadaptasi dari Gibson RS. Nutritional Assessment: A Laboratory Manual. New York: Oxford University Press, 1993:104, dengan ijin.
Status Protein
Mayoritas protein tubuh terkonsentrasi dalam otot rangka (yaitu pool/kumpulan protein
somatik), dengan selebihnya dalam kumpulan protein viseral. Protein viseral ditemukan dalam
protein-protein serum, eritrosit, granulosit, limfosit, hati, ginjal, pankreas, dan jantung.
Ukuran-ukuran status protein viseral merupakan yang paling umum diperoleh, dan ini
meliputi protein serum total, albumin, transferin, protein pengikat retinol (retinol-binding
protein), prealbumin, fibronektin, dan somatomedin C. Albumin serum dan transferin
merupakan penunjuk-penunjuk pengkajian yang paling sering digunakan dan palng baik
dilakukan untuk memonitor perubahan-perubahan jangka panjang dalam status nutrisional.
Ukuran-ukuran protein pengikat retinol dan pre-albumin dalam serum lebih baik digunakan
untuk memonitor perubahan-perubahan jangka pendek dalam status protein viseral, karena
mereka memiliki total kumpulan tubuh yang kecil, waktu paruh yang lebih pendek, dan
spesifisitas yang relatif tinggi. Somatomedin C atau faktor pertumbuhan I serupa insulin
bahkan lebih sensitif untuk perubahan-perubahan akut dalam status protein.
Ukuran yang paling umum dilakukan untuk mengkaji status protein somatik
didasarkan pada kadar kreatinin. Kreatinin diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam
urin sebagai produk sampingan dari metabolisme kreatin. Kreatin utamanya terkonsentrasi
dalam otot tubuh. Indeks tinggi-kreatinin/creatinine-height index (CHI), yang dapat
dikalkulasikan setelah pengambilan sampel urin 24 jam, adalah persentase bahwa ukuran
kreatinin 24 jam aktual merepresentasikan nilai yang diharapkan:
CHI = (ekskresi kreatinin 24 jam aktual / ekskresi kreatinin 24 jam ideal) x 100%
Namun, ekskresi kreatinin ideal untuk dewasa bervariasi menurut tinggi. Semakin
rendah CHI, semakin parah deplesi protein somatik. Disfungsi ginjal, dehidrasi, asupan diet
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
198
protein yang tinggi, penggunaan steroid, usia, stress, akurasi pengambilan 24 jam, dan
kesesuaian dari standard-standard berat terhadap tinggi yang ideal semuanya dapat
mempengaruhi, yang dengannya CHI mencerminkan massa otot dalam subyek. CHI memiliki
kegunaan yang terbatas dalam praktek klinis kecuali untuk memverifikasi keakuratan
pengambilan urin 24 jam untuk keseimbangan nitrogen.
Penentuan keseimbangan nitrogen juga dapat digunakan sebagai penanda kecukupan
nutrisi yang diberikan. Katabolisme asam amino menghasilkan penglepasan nitrogen, yang
diekskresikan dalam urin sebagai urea. Konsentrasi urea-nitrogen dalam urin bergantung pada
asupan protein dalam diet, fungsi renal subyek, dan volume urin. Kisaran normal ekskresi
urea-nitrogen urin pada orang sehat adalah 9.3 hingga 16.2 g/hari. Keseimbangan nitrogen
mengindikasikan perubahan bersih dalam massa protein tubuh total dan, oleh karenanya, dapat
menyediakan bukti untuk menentukan apakah seseorang anabolik (yaitu keseimbangan
nirogen positif) atau katabolik (keseimbangan nitrogen negatif). Keseimbangan nitrogen dapat
dikalkulasikan menggunakan formula berikut ini:
Keseimbangan Protein = Asupan protein (g) / 6.25 – Urea-nitrogen urin (g) + 4 g
(untuk kehilangan nitrogen nonurea)
Penandapenanda Hematologis
Parameter-parameter hematologis yang paling sering digunakan dalam pengkajian
nutrisional termasuk dalam hitung darah lengkap, yang terdiri dari hemoglobin, hematokrit,
hitung sel darah merah, hitung platelet, jumlah dan jenis sel darah putih/white blood cells
(WBC; yaitu pembedaan), dan tiga penanda sel darah merah: (i) rata-rata volume sel, (ii) rata-
rata hemoglobin sel, dan (iii) rata-rata konsentrasi hemoglobin sel. Teristimewa, dalam
pengkajian komprehensif, penanda-penanda seperti laju sedimentasi eritrosit, hitung
retikulosit, kerapuhan osmotik, penggumpalan darah, dan karakteristik tulang rawan juga
dapat digunakan. Penanda-penanda yang paling umum diperiksa untuk pengkajian nutrisional
adalah hemoglobin dan hematokrit.
Nilai hemoglobin bervariasi menurut usia, jenis kelamin, dan ras. Etnis Afrika-
Amerika memiliki nilai hemoglobin yang sedikit lebih rendah dibandingkan etnis Kaukasia.
Kadar hemoglobin normal berkisar dari 13 hingga 18 g/dL pada laki-laki dan dari 12 hingga
16 g/dL pada perempuan. Kadar hemoglobin yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi,
6. Penilaian Status Nutrisi
199
penurunan kadar dapat mengindikasikan anemia, perdarahan baru-baru ini, atau pengenceran
yang diakibatkan kelebihan cairan.
Nilai hematokrit juga bervariasi menurut usia dan jenis kelamin. Nilai hematokrit
normal berkisar mulai dari 37% hingga 53% pada laki-laki dan dari 36% hingga 46% pada
perempuan. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi. Akan tetapi, nilai yang
menurun lebih umum, dan dapat terjadi pada beberapa kondisi, termasuk infeksi kronis,
inflamasi kronis, perdarahan, kehamilan, dan hidrasi berlebihan.
Status Besi
Setelah penapisan terhadap status besi dilakukan menggunakan penanda-penanda
hematologis, pengujian yang lebih spesifik dapat dilakukan untuk mengisolasi faktor
penyebab dari anemia. Besi dalam serum, kapasitas pengikatan besi tidak jenuh dalam serum,
dan ferritin serum merupakan tes-tes biokimia umum untuk mengkaji status besi pasien.
Hitung besi dalam serum mencerminkan jumlah atom besi terikat pada transferrin.
Nilai besi serum normal bervariasi diantara laki-laki (50 hingga 160 µg/dL) dan perempuan
(40 hingga 150 µg/dL). Nilai besi serum yang rendah dapat dihasilkan dari anemia defisiensi
besi, infeksi, inflamasi, malignansi/keganasan, dan peningkatan eritropoiesis. Nilai besi serum
yang tinggi dapat dihasilkan dari penurunan eritropoiesis, hemokromatosis, anemia hemolitik,
kerusakan hati akut, absorpsi besi yang berlebihan dari saluran cerna, transfusi, dan terapi
besi. Berkebalikan dengan konsentrasi besi serum, total kapasitas pengikatan besi lebih kurang
terpengaruh oleh keadaan-keadaan penyakit lain, dan nilai ferritin serum biasanya rendah
hanya pada pasien dengan defisiensi besi.
Status Mineral
Komponen mineral utama tubuh manusia adalah kalsium, fosfor, dan magnesium.
Mineral-mineral tersebut berfungsi dalam mempertahankan tulang dan jaringan lunak, dan
mereka berfungsi sebagai agen-agen pengaturan dalam cairan tubuh. Konsentrasi normal
dalam serum untuk kalsium, fosfor, dan magnesium adalah 8.8 hingga 10.3 mg/dL (2.2 hingga
2.6 mmol/L), 2.5 hingga 5 mg/dL (0.8 hingga 1.6 mmol/L), dan 1.6 hingga 2.4 mEq/L (0.8
hingga 1.2 mmol/L), secara berurutan. Mineral runut terdapat di tubuh dalam jumlah yang
sangat kecil (yaitu “runut”) dan umumnya merupakan kurang dari 0.01% massa tubuh.
Walaupun sebanyak 10 mineral runut telah ditentukan essensial pada manusia, keadaan
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
200
defisiensi telah diidentifikasi untuk seng, tembaga, mangan, selenium, kromium, iodin,
molibdenum, dan besi. (Tanda-tanda klinis dari defisiensi mineral dan uji-uji biokimia untuk
mengkonfirmasi keadaan-keadaan tersebut dijabarkan dalam Tabel 6-5).
Evaluasi dari terapi pengobatan pasien memainkan peran penting dalam mengkaji
defisiensi mineral. Banyak pengobatan telah mengubah keberhasilan atau efek samping dalam
keberadaan defisiensi atau kelebihan mineral (Tabel 6-12). Defisiensi-defisiensi klinis mineral
runut dihasilkan pada pasien dengan kehilangan mineral yang abnormal. Defisiensi seng
seringkali terjadi pada pasien dengan penyakit Crohn’s, sindrom-sindrom malabsorpsi, atau
kehilangan fistula. Pasien dengan keadaan-keadaan malabsorpsi, enteropathi kehilangan
protein, atau sindrom nefrotik dapat memberi kecenderungan terhadap defisiensi tembaga.
Hampir sama dengan itu, defisiensi molibdenum dapat terjadi pada pasien-pasien dengan
kehilangan yang berlebihan melalui traktus gastrointestinal (misalnya dengan sindrom short
bowel). Nutrisi jangka panjang secara enteral dan parenteral memberi pasien – pasien
kecenderungan terhadap defisiensi seng, tembaga, kromium, mangan, selenium, dan atau
molibdenum.
Status vitamin
Status vitamin adalah keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan vitamin pada
pasien tertentu pada suatu titik tertentu dalam waktu. Defisiensi vitamin adalah kekurangan
suatu vitamin relatif terhadap kebutuhannya dari subyek tertentu. Defisiensi vitamin primer
diakibatkan oleh kegagalan untuk mengasup vitamin dalam jumlah yang mencukupi. Sebab-
sebab potensial dari defisiensi vitamin primer meliputi kebiasaan-kebiasaan makanan yang
buruk, kemiskinan, ketidaktahuan, kekurangan makanan total, kekurangan makanan-makanan
kaya vitamin, anoreksia (misalnya: lansia yang terpaksa tinggal di rumah, pasien-pasien yang
lemah, orang-orang dengan permasalahan gigi), tabu dan kegemaran sementara makanan
(misalnya: puasa), dan kelesuan. Sebaliknya, defisiensi sekunder diakibatkan oleh kegagalan
menyerap atau sebaliknya menggunakan vitamin. Sebab-sebab potensial untuk defisiensi
sekunder meliputi pencernaan yang buruk (misalnya: achlorhydria), malabsorpsi (misalnya:
diare, infeksi bakteri, operasi bariatric), penggunaan yang dilemahkan (misalnya: terapi obat),
kebutuhan-kebutuhan yang meningkat (misalnya: kehamilan, laktasi, infeksi, pertumbuhan
6. Penilaian Status Nutrisi
201
yang cepat), pengrusakan vitamin (misalnya: penyimpanan, proses memasak), dan
peningkatan ekskresi vitamin (misalnya: berkeringat secara berlebihan, diuresis, laktasi).
Serupa dengan defisiensi mineral, tanda-tanda klinis dari sebagian besar defisiensi
vitamin tidak terlalu spesifik. Tabel 6-5 merangkum tanda-tanda klinis yang diasosiasikan
dengan keadaan-keadaan defisiensi beragam vitamin sebagaimana juga uji-uji biokimia yang
dapat digunakan untuk memastikan diagnosis. Beberapa dari manifestasi yang paling umum
defisiensi vitamin meliputi anemia (misalnya: vitamin B6, vitamin B12, asam folat), neuropati
perifer (misalnya: vitamin B6, vitamin B12), perubahan-perubahan pada kulit dan membran
mukosa (misalnya: vitamin B2 [Gambar 6-5], niasin [Gambar 6-6], vitamin A [Gambar 6-7],
vitamin C [Gambar 6-8]), dan perubahan-perubahan pada formasi atau komposisi tulang
(vitamin C dan D [Gambar 6-9]). Defisiensi vitamin A dapat terjadi dengan beragam
perubahan pada mata, termasuk Bitot’s spots (Gambar 6-10), exoftalmia (yaitu: mata kering),
keratomalasia (yaitu: pelembutan kornea), dan rabun senja.
Diskusi-diskusi mengenai status nutrisional biasanya menyoroti presentasi dari
defisiensi; namun, dalam masyarakat sadar akan kesehatan masa kini, anda juga perlu untuk
mengenali presentasi fisik dari kelebihan vitamin (Tabel 6-13). Vitamin A dan D dianggap
memiliki potensi paling besar menimbulkan reaksi berlawanan ketika dikonsumsi pada kadar
di atas RDA. Niasin memiliki potensi sedang untuk toksisitas, dan vitamin E, vitamin C,
tiamin, riboflavin, dan piridoksin diklasifikasikan sebagai memiliki potensi toksik rendah.
Vitamin-vitamin tersebut dengan toksisitas yang dapat diabaikan meliputi vitamin K, asam
pantotenat, biotin, folat, dan vitamin B12.
Mengukur konsentrasi serum dapat melengkapi konfirmasi dari defisiensi atau
kelebihan vitamin. Juga, sadari bahwa interaksi-interaksi dapat terjadi diantara pengobatan dan
vitamin-vitamin berbeda yang dapat berakibat pada penurunan kemanjuran atau peningkatan
efek samping (Tabel 6-14).
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
202
Tabel 6‐12 Interaksi Obat‐Mineral
Obat Hipo‐natremia
Hipo‐kalemia
Hiper‐kalemia
Hipo‐magnesemia
Hipo‐kalsemia
Hiper‐kalsemia
Diuretik √ √ √ √ √ Antihipertensi √ √ Psikotropika √ Kortikosteroid √ Analgesik √ Laksatif √ Litium √ NSAIDs √ Antituberkular √ √ Heparin √ Alkohol √ Aldosteron √ Amfoterisin B √ Neomisin √ Garam‐garam kalsium √ Insulin √ Sequestering agents √ Vitamin D dan metabolit √ Antikonvulsan √ Antiaritmik √
NSAIDs, nonsteroidal anti‐inflammatory drugs (obat‐obat anti‐inflamasi nonsteroid)
Gambar 6‐5 Athropic “bald” tongue. (Lihat Pelat Warna 1; Dicetak ulang dengan ijin dari Neville BW, Damm DD, White DK, et al. Color Atlas of Clinical Pathology, 2nd ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.)
6. Penilaian Status Nutrisi
203
Gambar 6‐6 Pellagra. (Lihat Pelat Warna 2; Dicetak ulang dengan ijin dari Neville BW, Damm DD, White DK, et al. Color Atlas of Clinical Pathology, 2nd ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.)
Gambar 6‐7. Follicular hyperkeratosis. (Lihat Pelat Warna 3; Dicetak ulang dengan ijin dari Taylor KB, Anthony LE. Clinical Nutrition. New York: McGraw‐Hill, 1983; hak cipta Harold H. Sandstead, MD.)
Status Lipid
Pengkajian status lipid dalam darah dapat memberikan evaluasi dari metabolisme
lemak. Kolesterol serum total dan tingkat trigliserida serum paling umum digunakan untuk
menapis status nutrisional sebagaimana juga resiko kardiovaskular. Bab ini berpusat pada
pengkajian status nutrisional; untuk diskusi lebih lengkap dari pengkajian kardiovaskular, lihat
Bab 12.
Kolesterol merupakan prekursor untuk sintesis asam empedu dan hormon-hormon
steroid. Konsentrasi kolesterol normal bervarasi menurut usia dan jenis kelamin, berkisar dari
120 hingga 200 mg/dL. Nilai kolesterol cenderung meningkat dengan usia dan sedikit lebih
rendah pada perempuan hingga menopause, dan setelahnya melampaui nilai normal untuk lak-
laki. Sampel darah puasa harus digunakan ketika menentukan nilai kolesterol oleh karena
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
204
variasi-variasi yang luas (≤20%) diakibatkan oleh komposisi asam lemak dan kandungan
kolesterol dalam diet.
Tingkat trigliserida serum digunakan untuk menapis hiperlipidemia dan untuk
menentukan resiko pasien terhadap penyakit arteri koroner. Pengukuran ini juga dapat
membantu untuk menentukan jenis spesifik dari hiperlipidemia yang ada. Konsentrasi
trigliserida mencapai tingkat normal dewasa pada hari ketiga kehidupan, dan secara berangsur-
angsur meningkat setelah 30 tahun usia. Perempuan cenderung memiliki tingkat trigliserida
serum yang lebih tinggi daripada laki-laki. Tingkat trigliserida normal berkisar dari 10 hingga
190 mg/dL. Pasien dengan diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan hiperlipidemia primer
tertentu seringkali memiliki tingkat trigliserida serum yang tinggi.
Gambar 6‐8 Gusi skorbut. (Dicetak ulang dari Public Health Image Library, Centers for Disease Control and Prevention.)
PenunjukPenunjuk Fungsi Imun
Uji-uji fungsi imun yang paling umum digunakan dalam status nutrisional adalah
hitung total limfosit/total lymphocyte count (TLC) dan uji kulit. Kehilangan
immunocompetence sangat berkaitan erat dengan malnutrisi.
TLC mencerminkan jumlah total limfosit yang bersirkulasi, mayoritas daripadanya
adalah sel-sel T. TLC dapat dihitung dari WBC dan diferensial WBC:
TLC (sel/mm3) = WBC X (% Limfosit / 100)
6. Penilaian Status Nutrisi
205
Gambar 6‐9 Rickets. (Dicetak ulang dengan ijin dari Latham MC, McGandy RB, McCann MD, et al. Scpe Manual on Nutrition. Kalamazoo: The Upjohn Company, 1980; hak cetak oleh Rosa Lee Nemir, MD.)
Gambar 6‐10 Bitot’s Spots. (Lihat Pelat Warna 4; Atas kebaikan dari DE Silverstone, MD, New Haven, CT.)
Tabel 6‐13 Presentasi Klinis dari Kelebihan Mikronutrien pada Orang Dewasa
Mikronutrien Presentasi Klinis
Vitamin Tiamin (B1) Nyeri kepala, kelemahan otot, paralisis, arritmia jantung, konvulsi, reaksi‐reaksi
alergi (hanya pada administrasi parenteral) Riboflavin (B2) Tidak ada gambaranNiasin (B3) Kemerahan pada kulit yang bersifat sementara dan sensasi rasa geli, nyeri kepala,
pusing, mual, gangguan pada GI, PUD, toksisitas hati, hiperurisemia, intoleransi glukosa, arritmia jantung, anoreksia
Piridoksin (B6) Penurunan lipid serum, neuropati sensori periferal, ataksia, lesi kulit Asam pantotenat Diare diamati hanya pada beberapa kasusBiotin Tidak ada gambaran
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
206
Asam folat Reaksi‐reaksi alergi hanya pada beberapa kasusSianokobalamin (B12) Reaksi‐reaksi alergi hanya pada beberapa kasusAsam askorbat (Vitamin C)
Kemungkinan batu ginjal, diare dengan 4‐15 g/hari, gout, penurunan kolesterol serum, scurvy kambuhan, peningkatan absorpsi besi, interferensi dengan antikoagulan oral, perawatan nyeri tekan Aktivitas antibakteri yang diperlemah
Vitamin A Akut: keletihan, keilitis, nyeri abdominal, anoreksia, penglihatan kabur, letargi, nyerikepala, hiperkalsemia, pusing, mual dan muntah, irritabilitas, desquamasi kulit, kelemahan otot, neuritis periferal Kronis: Alopesia, anoreksia, ataksia, nyeri tulang, keilitis, konjungtivitis, diare, diplopia, membran mukosa yang kering, disuria, edema, tekanan CSF yang tinggi, nyeri kepala, hepatomegali, hiperostosis, irritabilitas, letargi, ketidaknormalan menstruasi, nyeri dan kelemahan otot, mual, muntah, polidipsi, pruritis, desquamasi kulit, eritema, splenomegali, penurunan berat badan
Vitamin D Anoreksia, demineralisasi tulang, konstipasi, hiperkalsemia, nyeri dan kelemahan otot, mual, muntah, proteinuria, nyeri yang samar‐samar, pengecap yang buruk atau seperti logam, gagal ginjal, hipertensi
Vitamin E Gangguan GI sedang, beberapa mual, meningkatkan efek anti koagulan Vitamin K Muntah, jaundice neonatal, memblok efek antikoagulan oral (menadion) Mineral runut Kromium Lesi septal kulit/hidung, dermatitis bersifat alergi, meningkatnya insiden kanker paruTembaga Penyakit Wilson’s, sirosis hati, diare, muntah, rasa/kecap logam Iodin Thyrotoxicosis: benjolan gondok, penurunan berat badan, takikardia, kelemahan
otot, kulit hangat Besi Sirosis hati, cardiomyopathy, kerusakan pankreas, pigmentasi kulit Mangan Gejala‐gejala serupa Parkinson, hiperiritabilitas, halusinasi, gangguan libido, ataksiaMolibdenum Sindrom serupa gout, peningkatan tembaga urinSelenium Kerontokan rambut, kuku‐kuku jari yang rapuh, kelelahan, iritabilitas, bau atau
napas bawang putih Seng Anoreksia, mual, letargia, pusing, diare, muntah (dosis >2 g)
CSF, cerebrospinal fluid; GI, gastrointestinal; PUD,peptic ulcer disease
Malnutrisi ringan akan dianggap sebagai antara 1.200 dan 2.000 sel/mm3, malnutrisi
sedang sebagai 800 dan 1.200 sel/mm3, dan malnutrisi berat sebagai kurang dari 800 sel/mm3.
Uji hipersensitivitas kutan tertunda (yaitu uji kulit) mengharuskan suatu antigen
disuntikkan secara intradermal ke dalam lengan bawah subyek. Respon terhadap antigen, yang
diukur dari area kemerahan dan atau proses mengeras, dicatat pada 24 dan 48 jam. Respon
sebesar 5 mm atau lebih umumnya dianggap sebagai reaksi positif. Antigen-antigen yang
digunakan dalam pengkajian nutrisional adalah mumps, Candida albicans, streptokinase-
streptodornase, Trichophyton sp., coccidioidin, dan turunan-turunan protein yang dimurnikan.
Jika subyek tidak merespon terhadap tiga dari lima uji, mereka dianggap sebagai anergic,
yang dikorelasikan dengan malnutrisi. Secara klinis, subyek yang tidak merespon terhadap
baik mumps ataupun Candida biasanya dianggap anergic.
6. Penilaian Status Nutrisi
207
Baik TLC dan uji kulit dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor-faktor nonnutrisional,
termasuk usia, ras, status vaksinasi (terutama pada imigran saat ini), penyakit-penyakit sistem
imun, keadaan-keadaan penularan dan inflamasi, dan berbagai keganasan. Obat-obat
immunosuppressive (misalnya:kortikosteroid, agen-agen kemoterapeutik, cyclosporine) juga
dapat mempengaruhi respon imun.
Tabel 6‐14 Interaksi Obat‐Vitamin
Vitamin Obat Interaksi
Asam folat Phenytoin Penurunan efek phenytoin; penurunan absopsi vitamin D dari diet dan folat
Sulfasalazine Penurunan absorpsi folat dari diet
Triamterene Penurunan penggunaan folat yang berasal dari diet
Seng Penurunan availabilitas seng
Pentamidine Defisiensi asam folat
Antineoplastics Penurunan absorpsi folat dari diet dan antagonisme asam folatNiasin Isoniazid Kebutuhan niasin mungkin meningkatTiamin Antasida Defisiensi tiamin
Loop Diuretics Defisiensi tiaminPiridoksin Barbiturat Penurunan efek barbiturat
Kontrasepsi oral Dapat meningkatkan kebutuhan piridoksin
Hydralazine Dapat meningkatkan kebutuhan piridoksin
Isoniazid Dapat meningkatkan kebutuhan piridoksin
Levodopa Penurunan efek levodopa (bukan carbidopa)
Penisilamin Dapat meningkatkan kebutuhan piridoksin
Phenytoin Penurunan efek phenytoin
Antikoagulan oral Peningkatan efek antikoagulan dengan dosis besar vitamin ARiboflavin Antipsychotics Penurunan riboflavinSianokobalamin Antagonis
Histamine2‐ Defisiensi vitamin B12
Inhibitor pompa proton
Defisiensi vitamin B12
Vitamin A, D, E, K Cholestyramine Penurunan absorpsi vitamin
Colestipol Penurunan absorpsi vitamin
Kortikosteroid (kecuali Vit. K)
Penurunan kadar vitamin
Mineral Oil Penurunan absorpsi vitamin
Orlistat Penurunan absorpsi vitaminVitamin C Antikoagulan oral Penurunan tak berkala dari efek antikoagulan
Kortikosteroid Penurunan vitamin C
Kontrasepsi oral Peningkatan konsentrasi serum dan kemungkinan reaksi yang berlawanan
Vitamin K Antikoagulan oral Penurunan efek antikoagulan
Antibiotik oral Defisiensi vitamin K
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
208
Pertimbangan Khusus
Pasien Pediatrik
Pengkajian subyektif dari status nutrisional pada anak-anak kecil bergantung pada
memperoleh riwayat diet dari orang tua anak, wali, pengasuh bayi, atau pusat penitipan anak.
Namun, permasalahan nutrisional tertentu pada anak dapat diprediksi dari karakteristik
keluarga secara umum. Sebagai contoh, insiden dari malnutrisi tampak meningkat ketika
pemasukan keluarga menurun. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan dari anggota
keluarga yang membeli makanan, semakin baik status nutrisional dari anggota keluarga yang
lebih muda dari 17 tahun. Pertanyaan-pertanyaan tambahan yang mungkin tepat ketika
mengambil riwayat terkait bayi atau anak meliputi:
Apakah anak anda mau makan yang anda siapkan?
Apakah si anak memiliki kesukaan atau ketidaksukaan tertentu?
Berapa banyak anak mau makan?
Bagaimana anda mengatur makanan kudapan?
Memperoleh riwayat diet yang akurat dari remaja memiliki permasalahan-
permasalahan unik tersendiri. Namun, insiden-insiden obesitas, anoreksia nervosa, dan
bulimia nervosa yang selalu meningkat pada kelompok usia ini memperkuat pentingnya
membuka pembicaraan mengenai isu ini, terutama dengan remaja putri. Pertanyaan-
pertanyaan yang tepat untuk pasien-pasien ini meliputi:
Berapakan berat badan anda sekarang?
Apa yang ingin anda timbang?
Apakah anda dalam diet khusus untuk menurunkan berat badan?
Apakah anda pernah dalam diet lain untuk menurunkan berat badan? Apakah yang
terlibat di dalamnya? Jika demikian, apakah berhasil? Seberapa sering, jika pernah,
anda berpikir mengenai “merasa gemuk”?
Apakah anda secara sengaja muntah atau menggunakan laksativa atau diuretika setelah
makan?
Kudapan atau makanan cepat saji apa yang anda suka makan? Kapan anda
memakannya? Seberapa banyak anda makan?
6. Penilaian Status Nutrisi
209
(Untuk remaja putri): Kapan anda mulai menstruasi? Seperti apakah alur menstruasi
anda?
Ketidaknormalan Mens biasanya tertunda jika terjadi malnutrisi. Amenorrhea atau
alur menstruasi yang sedikit diasosiasikan dengan defisiensi nutrisional.
Sebelum melengkapi pengkajian nutrisional yang obyektif pada anak-anak, sifat
invasif dari metode harus ditimbang terhadap keuntungan potensial. Bobot, panjang atau
tinggi, lingkar kepala, ketebalan lipatan kulit, dan lingkar otot lengan semuanya merupakan
pengukuran-pengukuran noninvasif untuk menentukan komposisi tubuh. Nomogram terkait
usia telah dikembangkan untuk lingkat lengan dan TSF. Pengkajian bobot, panjang atau tinggi,
dan lingkar kepala dapat dievaluasi dengan penggunaan grafik-grafik pertumbuhan dan
dibandingkan secara grafis terhadap standard-standard terkait usia dan jenis kelamin.
Metode-metode untuk menentukan bobot dan perawakan berbeda pada anak kecil.
Perubahan-perubahan signifikan pada bobot nyata dari neonatus atau bayi dapat dihubungkan
dengan perubahan pada skala-skala, penambahan/pengurangan pakaian, gendongan, popok,
atau perubahan-perubahan pada pemberi asuhan dalam melakukan pengkajian. Untuk
meminimalkan efek dari faktor-faktor eksternal ini, bobot harus dikaji selama beberapa hari.
Pada anak dan remaja, bobot dapat diukur secara lebih jarang.
Konsentrasi albumin serum, transferrin, transthyretin (yaitu prealbumin), dan protein
pengikat retinol adalah terkait usia. Nilai-nilai ini seringkali digunakan untuk mengkaji status
protein visceral pada anak-anak.
Keseimbangan nitrogen pada anak kecil dan pra masa bayi harus diinterpretasikan
dengan perhatian. Mengumpulkan urin 24 jam pada bayi yang tidak dikateter sangatlah sulit.
Sebagai tambahan, fraksi urea-nitrogen urin dari total nitrogen urin suit diprediksi pada bayi.
Pengkajian fungsi imun dapat menjadi kurang membantu dalam mengkaji status
nutrisional pada anak daripada pada orang dewasa. Kurangnya respon imunologis terhadap
tantangan spesifik mungkin tidak mengindikasikan malnutrisi, tetapi lebih kepada sekunder
terhadap ketidakmatangan atau kurangnya pengalaman antigenik.
Pasien Lanjut Usia/Geriatrik
Pengkajian nutrisional sangat bergantung pada memperoleh informasi akurat selama
riwayat medis dan kesehatan. Perhatian-perhatian khusus untuk melengkapi riwayat kesehatan
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
210
dan pengobatan dengan pasien lanjut usia dijelaskan pada Bab 3. Pertanyaan-pertanyaan
tambahan untuk ditanyakan kepada pasien-pasien menua meliputi:
Bagaimana diet anda berbeda dari ketika anda lebih muda? Mengapa?
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi bagaimana anda makan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu mengelusidasi perubahan-perubahan
fisik yang telah menyebabkan pasien memodifikasi kebiasaan-kebiasaan makan mereka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cara seorang individu yang menua untuk makan meliputi
status sosioekonomi (misalnya: hidup dalam penghasilan tetap), isolasi yang menyebabkan
penurunan minat makan, penurunan mobilitas yang mempengaruhi kemampuannya untuk
mempersiapkan makanan, perubahan-perubahan psikologis (misalnya: depresi), keadaan-
keadaan penyakit dan pengobatan yang bersamaan. Oleh karena jumlah besar pengobatan
yang diresepkan kepada seseorang, pasien lanjut usia berada pada resiko tinggi dari efek
samping, interaksi obat-obat, dan interaksi obat-nutrien. Pada pasien lanjut usia, kekurangan
nutrisi adalah lebih berbahaya daripada kelebihan berat badan.
Malnutrisi pada pasien lanjut usia terjadi seringkali. Namun, identifikasi dan intervensi
dini dapat meningkatkan hasil fungsional pasien. Tidak ada faktor tunggal yang secara
mencukupi menapis malnutrisi dalam kelompok ini. Bobot yang disesuaikan untuk tinggi,
jenis kelamin, dan usia tetap merupakan batu penjuru evaluasi nutrisional. Lingkar lengan
bagian tengah berguna untuk menentukan secara akurat status nutrisional somatik pada pasien
dengan edema; namun, hal ini sulit untuk diterapkan secara klinis oleh karena kesulitan-
kesulitan dalam mengukur lipatan kulit secara akurat. Status protein visceral paling baik
diukur dengan albumin, dan resiko harus diidentifikasi pada pasien-pasien dengan konsentrasi
albumin mendekati 4 lebih daripada 3,5 g/dL. Tingkat kolesterol total kurang lebih 160 mg/dL
atau kurang mengindikasikan kekurangan nutrisi serius pada pasien yang lebih tua.
Faktor-faktor psikososial memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan
malnutrisi pada kelompok pasien ini. Oleh karena itu, berikan perhatian lebih untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menempatan orang tua pada resiko.
6. Penilaian Status Nutrisi
211
Pasien Hamil
Pengkajian subyektif terhadap nutrisi pada pasien hamil dibentuk pada yang akan
dilakukan pada orang dewasa normal. Pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk ditanyakan
kepada pasien hamil meliputi:
Berapa kali anda pernah hamil? Kapan?
Apakah ada permasalahan-permasalahan yang dialami selama kehamilan sebelumnya?
Selama kehamilan ini?
Apakah ada anak anda yang kekurangan berat badan ketika mereka lahir? Jika ada,
berapakah beratnya? Mengapa dokter anda sebelumnya merasa hal ini terjadi? Apakah
mereka lahir dengan kesulitan-kesulitan terkait nutrisi yang lain?
Makanan apa yang anda lebih sukai ketika anda hamil? Makanan apa yang anda
hindari? Apakah anda mengidam makanan tertentu?
Apakah sejauh ini anda mengalami permasalahan dengan kehamilan? Ada mual?
Muntah? Apakah anda meminum obat? Suplemen-suplemen vitamin? Kalsium? Asam
folat?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu anda mengidentifikasi faktor-faktor resiko
tambahan yang mungkin mengganggu keberhasilan kehamilan. Ketika kehamilan terjadi
kurang dari jarak 1 tahun, status nutrisional dari sang ibu memerlukan perhatian tambahan,
oleh karena cadangan-cadangan nutrisionalnya masih sangat tipis. Komplikasi-komplikasi
yang pernah dialami sebelumnya (misalnya: muntah berlebihan, kesulitan mencerna,
konstipasi) dapat diantisipasi pada kehamilan selanjutnya untuk meminimalkan dampak
nutrisional terhadap ibu dan janin. Riwayat lampau melahirkan bayi dengan bobot rendah
menimbulkan sugesti kesulitan-kesulitan nutrisional lampau. Melahirkan bayi lebih dari 10
pound dapat menjadi tanda diabetes gestasional pada ibu.
Bobot merupakan ukuran obyektif dari nutrisi yang digunakan secara ekstensif dalam
monitoring wanita selama kehamilan. Calon ibu harus dianggap ada pada resiko secara
nutrisional jika berat badannya 10% atau lebih rendah dari ideal atau 20% atau lebih di atas
norma untuk tinggi dan kelompok usianya. Status cairan juga harus dimonitor secara hati-hati
dengan memeriksa pasien untuk tanda-tanda edema. Edema yang berlebihan dapat
meningkatkan berat badan pasien dan juga mempengaruhi nilai-nilai laboratorium (misalnya:
hemoglobin, hematokrit). Nilai hemoglobin dan hematokrit yang rendah dapat mengarah pada
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
212
pemberian suplemen besi yang tidak diperlukan, yang lebih lanjut dapat menghambat nutrisi
pasien karena memperburuk konstipasi.
PERTANYAAN ASESMEN DIRI
1. Hitung kebutuhan-kebutuhan kalori, protein, dan cairan untuk laki-laki 70 kg.
2. Sebutkan tiga jenis malnutrisi protein-kalori.
3. Definisikan anoreksia nervosa.
4. Definisikan bulimia nervosa.
5. Untuk masing-masing kelompok pasien berikut, sebutkan sedikitnya dua faktor resiko
untuk buruknya nutrisi: dewasa, wanita mengandung, anak-anak, remaja, dan orang
tua.
6. Sebutkan paling sedikit lima komponen riwayat medis dan diet yang penting untuk
pengkajian nutrisional
7. Metode-metode apa yang dapat digunakan untuk menjalankan riwayat diet kalitatif?
8. Apakah pengukuran laboratorium yang paling umum untuk status protein?
PERTANYAAN KRITIS
1. KM adalah laki-laki berusia 65 tahun yang baru-baru saja diberikan ramipril untuk
tekanan darahnya. Dia datang ke apotek anda mengeluh tentang jantung menderu dan
palpitasi. Jelaskan efek samping obat yang menyebabkan gejala-gejala ini.
2. JJ adalah wanita kulit putih berusia 45 tahun yang datang ke apotek anda mengeluh
tentang nyeri pada kaki kanan di bawah lutut. Pada pemeriksaan, kaki hangat dan
eritematus. JJ mengatakan bahwa gejala-gajala ini mirip dengan ketika dia mengalami
penggumpalan darah di kakinya. Profilnya mengungkapkan bahwa dia dalam
pengobatan warfarin untuk mencegah trombosis vena dalam yang berulang. Ketika
tanya jawab, JJ menyatakan bahwa dia telah makan salad dalam 3 bulan terakhir dalam
upaya menurunkan berat badan. Jelaskan penyebab yang mungkin dari trombosis vena
dalam yang berulang JJ.
PUSTAKA
Akamine D, Kilho MK, Peres CM. Drug-nutrient interactions in elderly people. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 2007;10(3):304-310.
6. Penilaian Status Nutrisi
213
Apovian CM, Jensen GL. Overnutrition and obesity management. In: Kirby DF, Dudrick SJ, eds. Practical Handbook of Nutrition in Clinical Practice. Boca Raton: CRC Press, 1994:33.
ASPEN Board of Directors. Definition of terms, style and conventions used in ASPEN guidelines and standards. Nutr Clin Pract 2005;20:281-285.
ASPEN Board of Directors and The Clinical Guidelines Task Force. Guidelines for the use of parenteral and enteral nutrition in adult and pediatric patients. J Parenter Enteral Nutr 2002;26S:9SA-12SA.
Baer MT, Harris AB. Pediatric nutrition assessment: identifying children at risk. J Am Diet Assoc 1997;97(suppl 2):S107-S115.
Baumgartner TG. Clinical Guide to Parenteral Micronutrition, 2nd ed. Melrose Park: Fujisawa, 1991.
Baumgartner TG. Micronutrients. In: Nutrition Support Pharmacy Practice Review Course. Silver Spring: ASPEN, 1996:38-65.
Baumgartner TG. Trace elements in clinical nutrition. Nutr Clin Pract 1993;8:252-263.
Blackburn GL, Bistrian RB, Maini BS, et al. Nutritional and metabolic assessment of the hospitalized patient. J Parenter Enter Nutr 1977;1:11-22.
Chernoff R. Physiologic aging and nutritional status. Nutr Clin Pract 1990;5:8-13.
Chernoff R. Micronutrient requirements in older women. Am J Clin Nutr 2005;81(5):1240S-1245S.
Chernoff R. Nutrition and health promotion in older adults. J Gerontol A Biol Sci Med Sci 2001;56(2):47-53.
Chessman KH, Kumpf V. Assessment of nutrition status and nutrition requirements. In: DiPiro JT, Tabert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed. New York: McGraw-Hill, 2005:2559-2660.
Duerksen DR, Yeo TA, Siemens JL, et al. The validity and reproducibility of clinical assessment of nutritional status in the elderly. Nutr 2000;16:740-744.
Edington J. Problems of nutritional assessment in the community. Proc Nutr Soc 1999;58:47-51.
Elia M, Ward LC. New techniques in nutritional assessment: body composition methods. Proc Nutr Soc 1999;58:33-38.
Frisancho AR. Anthropometric Standards for the Assessment of Growth and Nutritional Status. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1990.
Frisancho AR: New norms of upper limb fat and muscle areas for assessment of nutritional status. Am J Clin Nutr 1981;30: 2540-2548.
Frisancho AR. New standards of weight and body composition by frame size and height for assessment of nutritional status of adults and the elderly. Am J Clin Nutr Assoc 1984;40: 808-819.
Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009
214
Gibson RS. Nutritional Assessment: A Laboratory Manual. New York: Oxford University Press, 1993.
Guigoz Y, Vellas B, Garry PJ. Assessing the nutrition status of the elderly: the mini-nutritional assessment as part of the geriatric evaluation. Nutr Rev 1996;54:S59-S65.
Gorstein J, Sullivan K, Yip R, et al. Issues in the assessment of nutritional status using anthropometry. Bull World Health Organ 1994;72:273-283.
Greer JP, Foerster J, Lukens J. Wintrobe's Clinical Hematology, 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003.
Hamaoui E, Hamaoui M. Nutritional assessment and support during pregnancy. Gastroenterol Clin North Am 1998;27:89-121.
Hammond KA. The nutritional dimension of physical assessment. Nutr 1999;15(5):411-419.
Hopkins B. Assessment of nutritional status. In: Gottschlich MM, Matarese LE, Shronts EP. Nutrition Support Dietetics Core Curriculum, 2nd ed. Silver Spring: ASPEN, 1993.
Ineck B, Mason BJ, Thompson EG. Anemias. In: DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed. New York: McGraw-Hill, 2005: 1805-1832.
Jaffe M. Geriatric Nutrition and Diet Therapy, 2nd ed. El Paso: Skidmore-Roth Publishing, 1995.
Jeejeebhoy KN. Nutritional assessment. Nutr 2000;16:585-590.
Kirby DF, Didrick SJ. Practical Handbook of Nutrition in Clinical Practice. Boca Raton: CRC Press, 1994.
Lipkin EW, Bell S. Assessment of nutritional status: the clinician's perspective. Clin Lab Med 1993;13:329-352.
Lukaski HC. Methods for assessment of human body composition: traditional and new. Am J Clin Nutr 1987;46:537-556.
Mandt JM, Teasley-Strausburg KM, Shronts EP. Nutritional requirements. In: Teasley-Strausburg KM, ed. Nutrition Support Handbook: A Compendium of Products with Guidelines for Usage. Cincinnati: Harvey Whitney Books, 1992:19-36.
Marken PA, Sommi RW. Eating disorders. In: DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed. New York: McGraw-Hill, 2005:1147-1156.
Mascarenhas MR, Zemel B, Stallings VA. Nutritional assessment in pediatrics. Nutr 1998;14:105-115.
Metropolitan Life Insurance Company. Statistical Bulletin, New Weights and Standards for Men and Women. Chicago: Metropolitan Life, 1983;64:2-9.
Miller DK, Kaiser FE. Assessment of the older woman. Clin Geriatr Med 1993;9:1-31.
Nix S. Williams' Basic Nutrition & Diet Therapy, 12th ed. St. Louis: Mosby-Year Book, 2004.
P.101
6. Penilaian Status Nutrisi
215
Ricciardi R, Talbot LA. Use of bioelectrical impedance analysis in the evaluation, treatment, and prevention of overweight and obesity. J Am Acad Nurse Pract 2007:19(5):235-241.
Sacks G, Reiter PD. Prevalence and significance of malnutrition. In: DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed. New York: McGraw-Hill, 2005: 2579-2590.
Shronts EP, Lacey JA. Metabolic support. In: Gottschlich MM, Matarese LE, Shronts EP. Metabolic Stress—Core Curriculum, 2nd ed. Silver Spring: ASPEN, 1993;351-366.
Spiekerman AM. Proteins used in nutritional assessment. Clin Lab Med 1993;13:353-369.
Theobald HE. Eating for pregnancy and breastfeeding. J Fam Health Care 2007:17(2):45-49.
Ulijaszek SJ, Kerr DA. Anthropometric measurement error and the assessment of nutritional status. Br J Nutr 1999;82:165-177.
Zeman FJ. Clinical Nutrition and Dietetics. Lexington: The Collamore Press, 1983.