peningkatan hasil belajar matematika tentang sifat bangun ... · v abstrak septrian hendys...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT
BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVMENT
DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V
SDN JAGIR 3 TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Disusun oleh
SEPTRIAN HENDYS VIRDIANTO
NIM. X7107074
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT
BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVMENT
DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V
SDN JAGIR 3 TAHUN AJARAN 2010/2011
Disusun oleh
SEPTRIAN HENDYS VIRDIANTO
NIM. X7107074
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Septrian Hendys Virdianto. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN JAGIR 3 TAHUN AJARAN 2010/2011. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: Meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun ruang dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) siswa kelas V SDN Jagir 3 tahin ajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Jagir 3. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verivikasi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang sifat bangun pada siswa kelas V SD Negeri 3 Jagir tahun ajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata Matematika siswa 63.4 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 43.75%, siklus I nilai rata-rata Matematika siswa 63.90625 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 66%, siklus II nilai rata-rata Matematika siswa 78.0625 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 78.25% dan siklus III nilai rata-rata Matematika siswa 81.40625 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 93.75%. penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelas V sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang sifat bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Septrian Hendys Virdianto. THE INCREASING OF MATHEMATICS ACHEVEMENTS ABOUT THE SPACE CHARACTERISTIC THROUGH COOPERATIVE MODEL WITH STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TYPE IN GRADE OF JAGIR 3 STATE ELEMENTARY SCHOOL ON 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas maret University, October 2011.
achievement about the space characteristics through cooperative model with Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in grade of Jagir State Elementary School on 2010/2011 academic year.
The form of this research is class action research which consists of three cycles, each cycle consists of four stages they are planning, implementation measures, observation, and reflection. As the subject of the research is the grade of Jagir State Elementary School. The techniques of the data gathering are interview, observation, test, and documentation. The analyze techniques use interactive analyze techniques which consist of three analyzing components they are data reduction, data presentation, and make conclution or verivication.
Depend on the class action research achievements which occurred in three cycles. The used of cooperative learning with Students Teams-Achievement Divisions (STAD) type can increasing the Mathematic achievement about the space characteristic in grade of Jagir State Elementary School 2010/2011 academic year. It proofed by the starting condition before the class action the average of Mathematic achievements is 63.4 with the classical completeness percentage is 43.75%, the cycle the average of Mathematic achievements is 63.90625 with the classical completeness percentage is 66%, the cycle the average of Mathematic achievements is 78.0625 with the classical completeness percentage is 78.25% and the cycle the average of Mathematic achievements is 81.40625 with the classical completeness percentage is 93.75%. The cooperative learning with Student teams-Achievement Divisions (STAD) type application in grade in which cam increasing the Mathematic achievement about the space characteristic.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Q.S. AlMujaadilah:11)
Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga (HR. Muslim)
Dengan bertawakal dan yakin maka apa yang kita harapkan pasti akan
tercapai. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur
kehadirat Allah SWT, karya ini
kupersembahkan kepada:
Ayah dan Ibu tercinta yang
telah membesarkan dengan penuh
kasih sayang yang tak pernah lekang
oleh waktu dan selalu mendoakan,
memberikan motivasi, bimbingan
dan kasih sayang dengan tulus ikhlas
serta mendukung, menuntunku
disetiap langkahku.
Kakak-kakakku tersayang
yang banyak memberi motivasi.
Sahabat-sahabatku yang aku
sayangi terimakasih atas dukung-
annya dan motivasi yang selalu
kalian berikan.
Rekan-rekan S-1 PGSD
FKIP UNS dan Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian Hasil Belajar Matematika
Tentang Sifat Bangun Ruang Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams-Achievment Divisions (STAD) Pada Siswa Kelas V SDN Jagir 3
guna memenuhi sebagai persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam penelitian ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada
kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr.H.M. Furqon Hidayatullah,M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Drs. Ngadino Y, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penelitian ini.
6. Drs. Hartono, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dalam penelitian ini.
7. Kepala SD Negeri Jagir 3 yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Bapak/Ibu Guru SD Negeri Jagir 3 yang banyak memberikan bantuan
dan dorongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Bapak dan ibu terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan
pengorbanan yang tulus selama ini.
10. Kakak-kakakku terimakasih atas semangat dan doanya selama ini.
11. Teman-teman S-1 PGSD Kelas C angkatan 2007 terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
12. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Disadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga
penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat
menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, 12 Desember 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 4
D. Rumusan Masalah 4
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 7
1. Hasil Belajar Matematika Tentang Sifat Bangun Ruang 7
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 28
B. Hasil Penelitian yang Relevan 33
C. Kerangka Berfikir 35
D. Hipotesis Penelitian 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 37
B. Subjek dan Objek Penelitian 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Bentuk Penelitian 37
D. Strategi Penelitian ........................................................................... 38
E. Sumber Data..................................................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
G. Validitas Data................................................................................... 42
H. Teknik Analisis Data........................................................................ 42
I. Indikator Kinerja .............................................................................. 44
J. Prosedur Penelitian .......................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 49
1. Deskripsi Lokasi Penelitian 49
2. Deskripsi Kondisi Awal 49
3. Deskripsi Hasil Penelitian 51
1) Siklus I ................................................................................. 51
2) Siklus II ................................................................................ 65
3) Siklus III............................................................................... 78
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 92
BAB V SIMPULAN DAN APLIKASI SARAN
A. Simpulan 97
B. Implikasi 97
C. Saran ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 102
LAMPIRAN ........................................................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal .................................................. 50
Tabel 2. Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 .......................................... 55
Tabel 3. Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ............................................... 57
Tabel 4. Nilai Afektif Siklus I Pertemuan 1 ................................................. 58
Tabel 5. Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 .......................................... 60
Tabel 6. Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 2 ............................................... 61
Tabel 7. Nilai Afektif Siklus I Pertemuan 2 ................................................. 63
Tabel 8. Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Siklus I ...................... 64
Tabel 9. Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 ........................................ 69
Tabel 10. Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1 ............................................. 70
Tabel 11. Nilai Afektif Siklus II Pertemuan 1 ............................................... 72
Tabel 12 Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 ........................................ 73
Tabel 13. Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 2 ............................................. 74
Tabel 14. Nilai Afektif Siklus II Pertemuan 2 ............................................... 76
Tabel 15. Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Siklus II .................... 77
Tabel 16. Nilai Psikomotor III Pertemuan 1 .................................................. 82
Tabel 17. Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 1 ............................................ 83
Tabel 18. Nilai Afektif Siklus III Pertemuan 1 .............................................. 85
Tabel 19. Nilai Psikomotor Siklus III Pertemuan 2 ....................................... 86
Tabel 20. Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 2 ............................................ 88
Tabel 21. Nilai Afektif Siklus III Pertemuan 2 .............................................. 89
Tabel 22. Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Siklus III ................... 91
Tabel 23. Nilai Rata-Rata Persentase Ketuntasan Klasikal Kondisi Awal,
Siklus I, Siklus II dan Siklus III .................................................. 94
Tabel 24. Skor Kemajuan Individu Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ........... 95
Tabel 25. Skor Kemajuan Kelompok Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ........ 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kubus ................................................................................... 22
Gambar 2. Kubus ................................................................................... 25
Gambar 3. Balok .................................................................................... 27
Gambar 4. Grafik Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal ............................. 50
Gambar 5. Grafik Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 .................... 56
Gambar 6. Grafik Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ......................... 57
Gambar 7. Grafik Nilai Afektif Siklus I Pertemuan 1 ........................... 59
Gambar 8. Grafik Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 .................... 60
Gambar 9. Grafik Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 2 ......................... 62
Gambar 10. Grafik Nilai Afektif Siklus I Pertemuan 2 ........................... 63
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-Rata Siklus I ............................................ 64
Gambar 12. Grafik Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 ................... 69
Gambar 13. Grafik Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1 ........................ 71
Gambar 14. Grafik Nilai Afektif Siklus II Pertemuan 1 .......................... 72
Gambar 15. Grafik Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 ................... 73
Gambar 16. Grafik Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 2 ........................ 75
Gambar 17. Grafik Nilai Afektif Siklus II Pertemuan 2 .......................... 76
Gambar 18. Grafik Nilai Rata-Rata Siklus II ........................................... 77
Gambar 19. Grafik Nilai Psikomotor Siklus III Pertemuan 1 .................. 82
Gambar 20. Grafik Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 1 ....................... 84
Gambar 21. Grafik Nilai Afektif Siklus III Pertemuan 1 ......................... 85
Gambar 22. Grafik Nilai Psikomotor Siklus III Pertemuan 2 .................. 87
Gambar 23. Grafik Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 2 ....................... 89
Gambar 24. Grafik Nilai Afektif Siklus III Pertemuan 2 ......................... 90
Gambar 25. Grafik Nilai Rata-Rata Siklus III ......................................... 91
Gambar 26. Grafik Nilai Rata-Rata Siklus I, II, dan III........................... 94
Diagram 1. Diagram Bagan Kerangka Berpikir. ..................................... 36
Diagram 2. Diagram Bagan Strategi Penelitian. ..................................... 39
Diagram 3. Diagram Pengambilan Data ................................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Matematika Kelas V ...................................................... 104
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 106
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 125
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ........................... 144
Lampiran 5. Kisi-Kisi Lembar Soal Evaluasi ................................................. 167
Lampiran 6. Pedoman Pengamatan Aspek Psikomotor .................................. 170
Lampiran 7. Pedoman Pengamatan Aspek Afektif ......................................... 172
Lampiran 8. Daftar Nilai Hasil Belajar Matematika pada Kondisi Awal ....... 176
Lampiran 9. Daftar Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 ............................. 177
Lampiran 10. Daftar Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 ........................... 178
Lampiran 11. Daftar Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ................................ 179
Lampiran 12. Daftar Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 2 ................................ 180
Lampiran 13. Daftar Nilai Afektif Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ........................ 181
Lampiran 14. Daftar Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 .......................... 183
Lampiran 15. Daftar Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 .......................... 184
Lampiran 16. Daftar Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1 ............................... 185
Lampiran 17. Daftar Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 2 ............................... 186
Lampiran 18. Daftar Nilai Afektif Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ....................... 187
Lampiran 19. Daftar Nilai Psikomotor Siklus III Pertemuan 1 ........................ 189
Lampiran 20. Daftar Nilai Psikomotor Siklus III Pertemuan 2 ........................ 190
Lampiran 21. Daftar Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 1 ............................. 191
Lampiran 22. Daftar Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 2 ............................. 192
Lampiran 23. Daftar Nilai Afektif Siklus III Pertemuan 1 dan 2...................... 193
Lampiran 24. Daftar Pembagian Tim Berdasarkan Peringkat .......................... 195
Lampiran 25. Daftar Hasil Pembagian Tim Matematika .................................. 196
Lampiran 26. Daftar Nilai Kuis Individu .......................................................... 197
Lampiran 27. Daftar Rangkuman Poin Kemajuan Tim .................................... 200
Lampiran 28. Pedoman Observasi Guru ........................................................... 201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 29. Lembar Observasi Guru.............................................................. 205
Lampiran 30. Hasil Rekapitulasi Observasi Guru Siklus I,II, dan III ................ 206
Lampiran 31. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .......................................... 207
Lampiran 32. Pedoman Wawancara Untuk Siswa Sebelum Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .......................................... 209
Lampiran 33. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .......................................... 211
Lampiran 34. Pedoman Wawancara Untuk Siswa Setelah Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .......................................... 213
Lampiran 35. Foto kegiatan pembelajaran ........................................................ 215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengacu kepada UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk membangun potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Soedjadi (2007:
matematika yang abstrak dapat dipelajari dengan baik apabila dalam mengajarkannya
dengan memanipulasi objek-objek abstrak matematika dengan benda konkret.
Apalagi dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang penerapannya perlu menggunakan alat bantu berupa benda-benda nyata
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat bantu tersebut berfungsi
untuk memperjelas materi yang akan di sampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Mata pelajaran matematika selalu diasumsikan sebagai pelajaran yang sulit
dan membosankan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sikap guru dalam menyampaikan
materi ke siswa yang lebih kepada pemberian doktrin doktrin yang kaku dan
monoton dengan metode ceramah. Selain itu, kurangnya latihan soal soal yang
bervariasi yang diberikan oleh guru, serta kurang optimalnya variasi penggunaan
media dalam pembelajaran matematika. Hasil wawancara dengan guru kelas V SDN
Jagir 3 diketahui adanya 9 siswa dari 16 siswa di SDN Jagir 3 yang memperoleh nilai
ulangan harian tentang sifat bangun ruang dengan nilai rata-rata 63.4 di bawah 65
(KKM) dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 43.75%. Selengkapnya bisa
dilihat di lampiran halaman 176. Hal tersebut dapat menyebabkan kurangnya hasil
belajar yang didapat siswa dalam pelajaran matematika. Sehingga keaktifan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 konsentrasi yang kurang pada saat pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran siswa. Dengan tidak adanya minat belajar matematika, membuat hasil
belajar matematika siswa kelas V SDN Jagir 3 Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi
menurun.
Untuk itu guru hendaknya menerapakan model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dengan mengadakan interaksi antara guru-siswa dan siswa-
siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model kooperatif
tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
mengelompokkan berbagai tingkat kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan
Djumbadi, 2009: 51). Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah
bagian dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu model pembelajaran
yang dikembangkan oleh R.E Slavin. Metode ini sebagai salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam munguasai materi pelajaran guna mencapai
hasil belajar yang maksimal. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar
kognitif, dalam hal ini para guru berfungsi sebagai fasilitator dan bukan sebagai
pemberi informasi. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar kondusif
bagi para siswa. Menurut teori ini siswa akan lebih mudah menemukan pengertian
akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan masalah tersebut
dengan temannya.
Menurut R.E Slavin (2009: 143-146), Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif paling sederhana.
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terdiri atas lima komponen utama
yaitu :1. Presentasi kelas, 2. Tim, 3. Kuis, 4. Skor Kemajuan Individual, 5. Rekognisi
Tim. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) yaitu:
a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-
masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang
dan rendah).
b. Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar
anggota sesama anggota tim.
c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau setiap dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik
yang telah dipelajari.
d. Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar dan
kepada siswa secara individu atau tim yang meraih hasil nilai tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau
semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau
standar tertentu.
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. (Isjoni,
2009: 17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke
dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok
tersebut.
Materi bangun ruang merupakan salah satu materi dalam pelajaran
matematika. Materi ini dianggap cukup sulit oleh sebagian besar siswa karena di
dalam pengerjaannya dibutuhkan suatu pemahaman dan ketelitian. Suryadi dalam
Isjoni (2009: 12) meneliti bahwa pada pembelajaran Matematika, salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah
cooperative learning. Oleh sebab itu, diperlukan cara yang mudah untuk
menyampaikan bahan pelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) diharapkan bisa memotivasi siswa
untuk lebih siap belajar matematika tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya.
Siswa diharapkan dapat melatih dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan siswa lain dalam suasana yang menarik. Model kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat membentuk aktivitas sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 siswa di dalam kelas. Maka dari itu, siswa diharapkan akan lebih mudah dalam
memahami pelajaran sehingga kemampuan dalam mengidentifikasi sifat bangun
ruang akan lebih meningkat.
Dengan latar belakang seperti di atas, peneliti akan melaksanakan penelitian
Hasil Belajar Matematika Tentang Sifat
Bangun Ruang melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) pada Siswa Kelas V SDN Jagir 3 tahun ajaran
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang siswa kelas V SDN Jagir 3 yang telah
diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Kegiatan belajar mengajar masih satu arah sehingga keaktifan dan kreatifitas
siswa kurang berkembang secara optimal.
2. Siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
3. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yang cenderung
membosankan.
4. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal sifat bangun ruang kurang.
5. Rendahnya nilai hasil belajar matematika tentang sifat bangun ruang.
6. Belum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) pada tentang sifat bangun ruang.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat
terarah dan mendalam, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai
berikut:
1. Rendahnya nilai hasil belajar matematika tentang sifat bangun ruang.
2. Belum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) pada tentang sifat bangun ruang.
D. Rumusan Masalah
Agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar maka
masalah yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 1. Apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang sifat bangun ruang pada siswa kelas V SDN Jagir 3 tahun ajaran
2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas V di SDN
Jagir 3 tahun ajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang sifat bangun ruang
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD) pada siswa kelas V SDN Jagir 3 tahun ajaran 2010 / 2011.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan
masalah peningkatan hasil belajar matematika tentang sifat bangun ruang
dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams-Achievment
Divisions (STAD).
b. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi peneliti
yang akan datang yang akan melakukan penelitian yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
2) Siswa lebih termotivasi dan berminat dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
3) Hasil belajar yang dicapai siswa diharapkan meningkat.
4) Meningkatkan aktivitas sosial siswa saat mengikuti pelajaran di dalam
kelas.
b. Bagi Guru
1) Lebih mudah dalam menyampaikan bahan ajar untuk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Sebagai pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran yang
akan digunakan dalam memberikan pelajaran.
3) Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions
(STAD) sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar
matematika.
4) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan serta kemampuan guru
sebagai peneliti dan supaya guru memperbaiki strategi pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan SDN Jagir 3
Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi.
2) Dapat mengembangkan kualitas peserta didik sekolah.
3) Dapat dijadikan sebagai acuan untuk Kepala Sekolah agar lebih aktif
dalam pengawasan dan pembinaan guru dalam pengelolaan kelas
sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Matematika Tentang Sifat Bangun Ruang
a. Pengertian Hasil Belajar
Abdurrahman (2003: 37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Reigeluth
dalam Uno (2007: 137) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah semua efek
yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu
metode di bawah kondisi yang berbeda.
Gagne (1992: 43-49) menjelaskan bahwa
human beings and in their capabilities for particular behaviors take place
yang artinya
hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang
diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan
pengajaran tertentu. Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni
Keterampilan intelektual (intellectual skill), Strategi kognitif (cognitive
strategies), Informasi verbal/lisan (verbal information), Keterampilan motoris
(motor skills), dan Sikap (attitude).
1) Keterampilan intelektual (intellectual skill), intellectual skill enable individuals
to interract with their environment in terms of symbols or conceptualizations.
Keterampilan intelektual memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan
lingkungannya dalam bentuk simbol-simbol maupun konseptualisasi.
2) Strategi kognitif (cognitive strategies), cognitive strategies are special and
very important kind of skills. They are the capabilities that govern the
own learning, remembering, and thinking behavior. Strategi
kognitif merupakan jenis keterampilan yang istimewa dan sangat penting.
Strategi-strategi tersebut yaitu kemampuan yang menentukan pembelajaran
individu itu sendiri, mengingat, dan tingkah laku berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8 3) Informasi verbal/lisan (verbal information), verbal information is the kind of
knowledge we are able to state. It is knowing that, or declarative knowledge.
Informasi verbal/lisan merupakan jenis pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk menyatakan sesuatu. Informasi tersebut yaitu mengetahui sebab, atau
pengetahuan untuk menyatakan sesuatu.
4) Keterampilan motoris (motor skills another kind of capability we expect
human beings to learn is a motor skill (Fitts and Posner, 1967; Singer, 1980) ...
a motor skill is one of the most obvious kinds of human capabilities. Fitts and
Posner, 1967; Singer, 1980 dalam Gagne (1992: 47) menyatakan bahwa jenis
kemampuan yang lain yang kami harapkan untuk dipelajari oleh umat manusia
adalah keterampilan motoris ... keterampilan motoris adalah satu yang paling
nyata dari sekian banyak jenis kemampuan manusia.
5) Sikap (attitude), considered as a human capability, an attitude is a persisting
Sebagai kemampuan
manusia, sikap merupakan pernyataan yang mengubah pilihan individu untuk
bertindak.
Bloom, dkk dalam Winkel (2005: 272-276) mengklasifikasikan hasil
belajar menjadi 3 ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
1) Ranah kognitif (cognitive domain) berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni:
a) Pengetahuan (knowlegde), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan. hal-hal itu dapat meliputi fakta,
kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk
ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
b) Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah
data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus
matematika kedalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan 1
(pengetahuan)
c) Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang konkret dan
baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada
persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada
pemecahan problem baru. kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada
kemampuan 2 (pemahaman), karena memahami suatu kaidah belum tentu
membawa kemampuan untuk menerapkannya terhadap suatu kasus atau
problem baru.
d) Analisis (analisys), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
kedalam begian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya
dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar,
bersama dengan hubungan/relasi antara semua bagian itu. Kemampuan
ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan 3 (penerapan), karena
sekaligus harus ditangkap adanya kesamaan dan adanya perbedaan antara
sejumlah hal.
e) Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain,
sehingga terciptakan suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam membuat suatu rencana, seperti penyusunan satuan
pelajaran atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu
skema dasar sebagai pedoman dalam memberikan ceramah dan lain
sebagainya. Kemampuan ini setingkat lebih daripada kemampuan 4
(analisis), karena dituntut kriteria untuk menemukan pola dan struktur
organisasi.
f) Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10 2) Ranah afektif (affective domain) berkenaan dengan sikap menurut Kratwohl,
Bloom, dkk dalam winkel (2005: 276-278) terdiri dari lima aspek yakni:
a) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti
buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
b) Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c) Penilaian/penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau
mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan
konsisten dengan sikap batin.
d) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai:
mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak
begitu penting.
e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex),
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
3) Ranah psikomotorik (Psychomotoric Domain) berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Simpson ada tujuh aspek
psikomotorik yakni:
a) Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan
pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan.
b) Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya
dalam keadaan akan memulai sustu gerakan atau rangkaian gerakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c) Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang
diberikan (imitasi).
d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan
untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan.
e) Gerakan yang kompleks (complex response), mencakup kemampuan
untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien.
f) Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan
yang telah mencapai kemahiran.
g) Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka
pola gerak yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai
isi bahan pengajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pencapaian perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses
belajar yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ngalim Purwanto (2002: 107) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar meliputi: a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan
instrumental; Faktor dari dalam, meliputi fisiologis dan psikologis. Dari faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor dari luar
a) Faktor lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial.
b) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya
sudah direncanakan sebelumnya, untuk menunjang proses pembelajaran
sesuai dengan hasil belajar yang di harapkan seperti kurikulum/bahan
pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/ manajemen.
2) Faktor dari dalam
a) Faktor fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya seperti kondisi fisik dan panca indera.
Kondisi fisik akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Kondisi fisik
yang sehat, segar akan mudah menerima informasi dari guru.
b) Faktor psikologis
Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-
beda, karena perbedaan itu juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor
psikologis yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar adalah :
(1) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.
(2) Minat
Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang
berminat untuk mempelajari sesuatu maka hasilnya akan baik.
(3) Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu. Orang yang cerdas pada umumnya
lebih mampu belajar, daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan
sesorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu,
sedangkan hasilpengukran dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan sebutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar.
(5) Kemampuan kognitif
Tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Namun pada umumnya pengukuran kognitif lebih
diutamakan dalam rangka menentukan keberhasilan belajar di sekolah.
Karena itu, kemampuan kognitif merupakan faktor penting dalam
belajar siswa.
Menurut Nana Sudjana (1989: 39-
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang
datang dari luar
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Di samping itu faktor kemampuan
yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik
dan psikis. Sungguhpun demikian, hasil yang dapat diraih masih tergantung pada
lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi
hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud kualitas
pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pengajaran.
Caroll dalam Nana Sudjana (1989: 40) berpendapat bahwa hasil belajar
yang dicapai siswa di pengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b)
waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan peserta didik untuk
menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan
individu.Empat faktor yang disebut di atas (a, b, c, e) berkenaan dengan
kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor di luar individu (lingkungan).
Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu yang berasal dari dalam
peserta didik seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, kecerdasan,
kemampuan kognitif, faktor psikis dan fisik, kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14 dan ekonomi sedangkan faktor dari luar diri peserta didik seperti lingkungan dan
instrumental.
c. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri
utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten
(arinimath.blogspot.com/2008/02/definisimatematika.html,06/01/2010).
Matematika adalah simbol ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang dapat
didefinisikan, ke postulat dan selanjutnya ke dalil. (Ruseffendi dalam Heruman,
2007: 1)
Menurut Jonson & Rising dalam Aji Apriyanto (http://www.ajipriyanto.
co.cc.html) Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat
atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan pada unsur yang didefinisikan,
aksioma, teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Dengan kata lain matematika
merupakan suatu bahasa yang dilukiskan dengan bilangan atau simbol tertentu
yang didefinisikan dengan cermat dan jelas.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan soal
hitung menghitung antara bilangan dan proses operasional yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah.
d. Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan
antarbangun dan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
matematika dalam penelitian ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15 masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,
tabel,diagram, dan media lain. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Asep Jihad (2008: 153) mengemukakan bahwa matematika
memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
1) Menggunakan algoritma atau prosedur pekerjaan.
2) Melakukan manipulasi secara matematika.
3) Mengorganisasikan data.
4) Memanfaatkan simbol, tabel, diagram dan grafik.
5) Mengenal dan menemukan pola.
6) Menarik kesimpulan.
7) Membuat kalimat atau model matematika.
8) Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang.
9) Memahami pengukuran dan satuan-satuannya.
10) Menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan hidup dan
belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa melalui
pengalaman belajar. Standar kompetensi lintas kurikulum adalah sebagai berikut:
1) Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling
menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.
2) Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan
orang lain.
3) Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola,
struktur, dan hubungan.
4) Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan
dari berbagai sumber.
5) Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi,
dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk
mengambil keputusan yang tepat.
6) Berpatisipasi, berinteraksi, dan berkontributif aktif dalam masyarakat dan
budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan
historis.
7) Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta
menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju
masyarakat beradab.
8) Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan
peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
9) Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan
bekerja sama dengan orang lain. Kompetensi dasar mata pelajaran
matematika pada penelitian ini adalah mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang.
Oleh karena itu hasil-hasil pembelajaran akan nampak pada kemampuan
berpikir yang matematis dalam diri peserta didik, yang bermuara pada
kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 e. Fungsi Matematika
Menurut Cornelius dalam Abdurrahman (2003: 253) mengemukakan
perlunya matematika diajarkan kepada peserta didik karena matematika:
1) Sarana belajar yang jelas dan logis.
2) Sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman.
4) Sarana untuk mengembangkan kreatifitas.
5) Sarana untuk mengembangkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Asep Jihad (2008: 153) menyebutkan bahwa matematika memiliki 2
fungsi utama, yaitu:
1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
dan simbol.
2) Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Cockroft dalam Abdurrahman (2003: 23) matematika perlu
diajarkan kepada peserta didik karena memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu:
1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan.
2) Semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.
3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat.
4) Dapat digunakan dalam menyajikan informasi dengan berbagai cara.
5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan
dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa fungsi
matematika yaitu untuk memberikan bekal kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan bernalar dengan menggunakan bilangan dan
simbol-simbol, serta dapat berfikir logis, analitis, kritis, mengembangkan
kreatifitas, dan dapat meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan
masalah yang menantang, yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan
permasalahan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dalam evaluasi pembelajaran matematika mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang kubus dan balok untuk mendapatkan hasil belajar. Untuk
mendapatkan hasil belajar tersebut melalui proses menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
f. Evaluasi Pembelajaran Matematika
Proses memperoleh data proses dan hasil belajar pendidik dapat
menggunakan berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan
kompetensi yang dinilai. Menurut pedoman umum Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dalam Endang Poerwanti (2008: 26-27), teknik penilaian
yang dapat digunakan secara komplementer ataupun sendiri-sendiri sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai antara lain:
1) Tes Kinerja
Tes Kinerja dalam hal ini adalah berbagai jenis tes yang dapat berbentuk tes
keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan
sebagainya. Melalui tes kinerja ini peserta didik mendemonstrasikan unjuk
kerja sebagai perwujudan kompetensi yang telah dikuasainya.
2) Demonstrasi
Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif sesuai kompetensi yang dinilai.
3) Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik
tanpa menggunakan instrumen.
4) Penugasan
Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat dilakukan dengan model
proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan
diselesaikan oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
baik secara tertulis maupun lisan. Penugasan ini dapat pula berbentuk tugas
rumah yang harus diselesaikan peserta didik.
5) Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan
belajar dan prestasi siswa.
6) Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang banyak digunakan oleh
pendidik, adalah tes yang bisa berupa tes dengan jawaban pilihan atau isian,
baik pilihan ganda benar salah ataupun menjodohkan, serta tes yang
jawabannya berupa isian ataupun uraian.
7) Tes lisan
Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan melalui
komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan satu atau
beberapa penguji. Pertanyaan ataupun jawabannya disampaikan secara
langsung atau spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan
pedoman penskoran.
8) Jurnal
Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi proses pembelajaran dengan
kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan kinerja ataupun sikap.
9) Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian peserta didik.
10) Inventori
Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap sikap,
minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek psikologis, ataupun
fenomena yang terjadi, antara lain berupa skala Likert dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20 11) Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang digunakan agar peserta didik
dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal.
12) Penilaian antar Teman (penilaian sejawat)
Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta siswa mengemukakan
kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal. Penilaian ini dapat pula
berupa sosiometri untuk mendapat informasi anak-anak yang favorit dan
anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) matematika standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun
dan hubungan antarbangun kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang materi sifat bangun ruang ini menggunakan teknik penilaian tes tertulis
yang berupa isian dalam mengerjakan soal evaluasi individu pada siklus 1
pertemuan 1, siklus 1 pertemuan 2, siklus 2 pertemuan 1, siklus 2 pertemuan 2,
siklus 3 pertemuan 1, dan siklus 3 pertemuan 2.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan karena
selama satu periode pendidikan berlangsung, guru perlu mengevaluasi hasil suatu
prestasi yang telah dicapai baik oleh pihak pendidik maupun oleh pihak yang
dididik. Hal ini dapat dirasakan dalam semua bentuk dan jenis pendidikan, baik
pendidikan formal, non formal maupun informal. Evaluasi berasal dari bahasa
Inggris evaluation rever to act or process to determining the
(Wand and Brown, 1957: 1).
Jadi evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai sesuatu. Sedangkan Witherington (1950: 241) mengemukakan
bahwa aration that something has or does not have
Dalam hal ini evaluasi merupakan menentukan apakah sesuatu itu
mempunyai atau tidak mempunyai nilai.
Dari kedua rumusan di atas ada dua pokok yang harus diperhatikan,
yaitu: Pertama, bahwa evalusai merupakan suatu tindakan. Tindakan yang
dimaksud adalah tindakan yang dilakukan oleh seiring evaluator terhadap suatu
peristiwa atau kejadian. Tindakan itu mengandung maksud untuk memberikan arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21 atau makna dari kejadian itu sehingga dapat diproses lebih lanjut. Tindakan
tersebut dilakukan atas dasar obyektivitas dan integritas. Hal ini dimaksudkan
agar hasil yang diperoleh dapat memberikan kepuasan bagi semua pihak. Kedua,
bahwa evaluasi dimaksudkan untuk menentukan nilai sesuatu. Dari hasil evaluasi
dapat ditentukan apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain,
evaluasi dapat menunjukkan kualitas sesuatu. Hasil evaluasi akan lebih baik
apabila sudah diadakan pengukuran-pengukuran sebelumnya karena dalam
pengukuran itulah dapat ditentukan alat dan teknik apa yang hendak ditiru, yang
sudah barang tentu didasarkan atas pemikiran dan pertimbangan yang tepat dan
akurat. Dari pengukuran ini dapat diperoleh data-data kasar. Kemudian dengan
kriteria-kriteria tertentu akan ditentukan nilai atau kualitas sesuatu itu. Nilai
mempunyai manfaat tersendiri karena dengan nilai dapat untuk membandingkan
kemampuan siswa satu dengan siswa lainnya.
g. Sifat Bangun Ruang
1) Sifat-sifat Bangun Ruang
a) Kubus
(1) Pengertian Kubus
Buchori (2007: 66) mengemukakan bahwa kubus adalah
suatu bangun ruang yang istimewa karena mempunyai panjang
rusuk yang sama. Oleh karena itu, volume kubus dijadikan
sebagai pendamping dengan bangun ruang lain. Menurut RJ.
Soenarjo (2008: 233) Kubus adalah prisma siku-siku khusus.
Semua sisinya berupa persegi atau bujursangkar yang sama.
Muchtar Abdul Karim (2008: 3.7) kubus adalah suatu
prisma siku-siku yang semua sisinya dibatasi oleh bujursangkar.
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah
sisi berbentuk persegi kongruen yang berbentuk persegi yang
akan membatasi kubus, posisinya adalah: sisi alas, sisi depan, sisi
atas, sisi belakang, sisi kanan, dan sisi kiri.
(http://www.edukasi.net.).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 1 (kubus)
(2) Unsur-Unsur Kubus
Dalam http://www.edukasi.net dijelaskan bahwa unsur-
unsur kubus adalah :
(a) Sisi/Bidang
Dari Gambar 1.1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi
yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi bawah),
EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang),
BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan).
(b) Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang
kubus dan terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus.
Coba perhatikan kembali Gambar 1.1 kubus ABCD,EFGH
memiliki 12 rusuk, yaitu AB, BC,CD, DA, EF, FG, GH, HE,
AE, BF, CG, dan DH.
(c) Titik Sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk.
(d) Diagonal Bidang
Diagonal sisi/bidang adalah ruas garis yang menghubungkan
dua titik sudut berhadapan pada sebuah sisi kubus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(e) Diagonal Ruang
Diagonal ruang sebuah kubus adalah ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut berhadapan dalam kubus.
Diagonal ruang kubus berpotongan di tengah-tengah kubus.
Terdapat 4 buah diagonal ruang pada sebuah kubus dengan
panjang sama.
(f) Bidang Diagonal
(g) Bidang diagonal kubus adalah bidang yang memuat dua
rusuk berhadapan dalam suatu kubus. Bidang diagonal kubus
berbentuk persegi panjang. Terdapat 6 buah bidang diagonal,
yaitu : ACGE, BDHF, CDEF, BCHE.
(3) Sifat-Sifat Kubus
Menurut Suwarto (2007: 29) kubus mempunyai beberapa sifat,
yakni :
(a) Mempunyai 6 bidang sisi yang sama luas
(b) Mempunyai 12 rusuk
(c) Mempunyai 8 titik sudut
(d) Semua sudutnya siku-siku
Buchori (2007: 126) berpendapat bahwa kubus memiliki sifat
sebagai berikut :
(a) Bidang alas dan bidang atas kongruen
(b) Bidang tegak berbentuk persegi
(c) Rusuk-rusuknya sama panjang
Untuk memahami sifat-sifat kubus Crayonpedia
(http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Ruang_6.jpg)
menyatakan bahwa sifat kubus adalah sebagai berikut:
(a) Semua sisi kubus berbentuk persegi.
(b) Semua rusuk kubus berukuran sama panjang.
(c) Setiap diagonal bidang pada kubus memiliki ukuran yang
sama panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(d) Setiap diagonal ruang pada kubus memiliki ukuran sama
panjang.
(e) Setiap bidang diagonal pada kubus memiliki bentuk persegi
panjang.
(4) Langkah-langkah menggambar kubus
(a) Gambarlah sebuah persegi, misalkan persegi ABFE yang
berperan sebagai sisi depan. Bidang ABFE ini disebut
sebagai bidang frontal, artinya bidang yang dibuat sesuai
dengan bentuk sebenarnya.
(b) Buatlah ruas garis yang sejajar dan sama panjang dari setiap
sudut persegi yang telah dibuat sebelumnya. Panjang ruas-
ruas garis tersebut kurang lebih setengah dari panjang sisi
persegi dengan kemiringan kurang lebih 45o.
(c) Garis AD digambar putus-putus, ini menunjukkan bahwa
ruas garis tersebut terletak di belakang persegi ABFE.
(d) Buat persegi dengan cara menghubungkan ujung-ujung ruas
garis yang telah dibuat sebelumnya. Beri nama persegi
CDHG. Persegi tersebut berperan sebagai sisi belakang dari
kubus yang akan dibuat. Gambar tersebut, terlihat bahwa sisi
atas, sisi bawah, dan sisi samping digambarkan berbentuk
jajargenjang. Bidang seperti ini disebut bidang orthogonal,
artinya bidang yang digambar tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 2 (kubus)
Keterangan:
(1) A,B,C,D,E,F,G,H adalah titik sudut
(2) AB=BC=CD=DA=AE=EF=FB=FG=CG=GH=GF=EH
adalah rusuk yang sama panjang
(3) ABEF=BCGF=CDGH=ADEH=ABCD=EFGH disebut
bidang sisi
(4) BG=CF=AF=BE=AH=DE=DG=CH=AC=BD=EG=FH
adalah diagonal ruang
(5) HB=DF=CE=AG adalah diagonal ruang
(6) ACGE=BDHF adalah bidang diagonal
b) Balok
(1) Pengertian Balok
Balok adalah salah satu bangun ruang yang berbentuk
prisma tegak. (Buchori, 2007: 66). Sedangkan Clara Ika Sari
(2009: 3.26) menjelaskan bahwa balok adalah suatu bangun ruang
yang dibatasi oleh enam buah sisi berupa persegi panjang yang
masing-masing sisi berhadapannya kongruen.
Muchtar Abdul Karim (2008: 3.7) balok adalah prisma
siku-siku yang sisi-sisi sejajarnya berbentuk persegipanjang.
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah
sisi berbentuk persegi panjang yang sisi berhadapannya kongruen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Balok mempunyai unsur yang sama dengan kubus tetapi dalam
balok panjang rusuknya tidak selalu sama panjangnya.
(http://www.e-dukasi.net).
(2) Sifat-sifat Balok
Buchori (2007: 126) berpendapat bahwa balok memiliki
sifat sebagai berikut:
(a) Bidang alas dan bidang atas kongruen
(b) Bidang tegak berbentuk persegi panjang
(c) Rusuk-rusuk tegak sama panjang dan sejajar
Menurut Suwarto (2007: 30) balok mempunyai beberapa
sifat, yakni:
(a) Mempunyai 6 bidang sisi
(b) Mempunyai 12 rusuk
(c) Mempunyai 8 titik sudut
(d) Semua sudutnya siku-siku
(e) Bidang sisi yang berhadapan sama luas
Crayonpedia (http://www.crayonpedia.org/me/Berkas:
Ruang_6.jpg)mengungkapkan bahwa sifat balok adalah sebagai
berikut:
(a) Sisi-sisi balok berbentuk persegi panjang
(b) Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang.
(c) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki
ukuran sama panjang.
(d) Setiap diagonal ruang balok memiliki ukuran sama panjang.
(e) Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk persegi
panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 3 (balok)
Keterangan:
(1) A,B,C,D,E,F,G,H adalah titik sudut
(2) AB=CD=EF=GH merupakan rusuk panjang
(3) AD=BC=EH=FG disebut rusuk lebar
(4) AE=BF=CG=DH adalah rusuk tinggi
(5) ABEF=CDGH, ABCD=EFGH, ADEH=BCFG disebut
bidang sisi
(6) BG=CF, AF=BE, AH=DE, DG=CH, AC=BD, EG=FH adlah
diagonal bidang
(7) HB=CE, DF=AG adalah diagonal ruang
(8) ACGE=BDHF adalah bidang diagonal
(3) Langkah-langkah menggambar balok
(a) Gambarlah sebuah persegi panjang, misalkan persegi panjang
ABFE yang berperan sebagai sisi depan.
(b) Buatlah ruas garis yag sejajar dan sama panjang dari setiap
sudut persegi panjang yang telah dibuat sebelumnya dengan
kemiringan kurang lebih 45o.
(c) Garis AD digambar putus-putus, ini menunjukkan bahwa
ruas garis tersebut terletak di belakang persegi panjang
ABFE.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(d) Buat persegi panjang dengan cara menghubungkan ujung-
ujung ruas garis yang telah dibuat sebelumnya. Beri nama
persegi panjang CDHG.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievment Divisions
(STAD)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Mills dalam Agus Suprijono (2009: 45) mengatakan bahwa,
sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan
pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut Arends dalam Agus
Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Agus Suprijono
(2009: 45), model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas.
Joyce dalam Agus suprijono (2009: each model guides
us as we design instruction to help students achieve various object Bahwa setiap
model pembelajaran dapat menuntun kita untuk membuat perencanaan untuk
membantu siswa dalam menerima bermacam-macam materi pembelajaran. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang untuk merencanakan suatu
pembelajaran yang didalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
yang dilaksanakan dalam pembelajaran sampai pengelolaan kelas sehingga siswa
mencapai tujuan pembelajaran melalui model pembelajaran yang telah ditentukan.
Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29 b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1985) dalam Isjoni pembelajaan kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Sedangkan menurut Anita Lie (2000) dalam Isjoni (2008: 23),
menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong,
yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pada peserta didik
untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivisme. Hal ini sejalan dengan konstruktivisme
Vygotsky (Agus Suprijono, 2009: 55), menekankan bahwa pengetahuan dibangun
dan dikontruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris.
Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooeratif adalah
penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie dalam Agus Suprijono,
(2009: 55), model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homini
socius, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sedangkan Piaget dalam Agus
Suprijono (2009: 55) berpendapat: dalam pendekatan kontruktivisme, peserta
didik mengonstruksikan pengetahuan dengan mentransformasikan,
mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dan informasi
sebelumnya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan dapat bekerja
sama, berinteraksi, saling tolong-menolong, dan saling menstransformasikan
masing-masing pengetahuan baik yang dimiliki sebelumnya atau hasil yang
didapat dalam kelompok sosial yang telah ditentukan oleh guru.
c. Student Teams-Achievment Divisions (STAD)
Ibrahim, dkk (2000: 20) menyatakan bahwa Student Teams-Achievment
Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa di dalam satu kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30 tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang yang setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau
melakukan diskusi setiap individu.
The cooperative learning techniques used in his study was the Student
STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning
technique referred to as Student Team Learning Methods. In a STAD approach
student are assigned to four or five member teams reflecting a heterogeneous
grouping of high, average, and low achieving student of diverse ethnic
backgrounds and different genders. Each weeks, the teacher new materials
through a lectures, class discussions, or some form of a teacher presentation.
Team members then collaborate on worksheet designed to expand and reinforce
the material taught by the teacher. Team members may (a) work on the worksheet
in pairs, (b) take turns quizzing each others, (c) discus problems as a group, or
(d) use whatever strategies they which to learn the assigned materials. Each team
will then receive answer sheets, making clear to the students that their task is to
learn the concepts not simply fill out the worksheets. Team members are
instructed that their task is not completeuntil all team members understand the
assigned materials. Pembelajaran kooperatif dengan model STAD yang
dikembangkan oleh Robert E Slavin (1986). STAD merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap minggu, guru
memperkenalkan materi baru melalui ceramah, diskusi atau metode yang lain.
Anggota tim kemudian bekerja sama memberikan penjelasan materi yang
diberikan oleh guru. Anggota tim bekerja secara berpasangan, kuis, diskusi, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31 menggunakan materi apa saja untuk mempelajari materi yang diberikan. Tiap tim
menerima jawaban dari yang lain, untuk mempelajari konsep yang sulit. Tiap
anggota memperkenalkan materi yang diberikan sampai semua anggota
mengerti.(http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/pr
int).
Menurut Slavin (2009: 143-146) STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD terdiri atas lima komponen
utama yaitu:
1) Presentasi Kelas. Materi dalam STAD pertama-tama dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering
dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi juga bisa
memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut benar-benar berfokus
pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka
harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena
dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan
skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
2) Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi
utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya
untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan
materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi
lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap
kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3) Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode, setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim. Para siswa
mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling
membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab
secara individual untuk memahami materinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 4) Skor Kemajuan Individual. Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah
untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai
apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik
daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Para siswa
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis
mereka (presentase yang benar) melampaui skor awal mereka:
Skor kuis poin kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 - 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
5) Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor tim
siswa dapat juga dipergunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
peringkat mereka.
Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima
tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3)
tahap tes individual, 4) tahapa perhitungan skor perkembangan individu, 5) tahap
pemberian penghargaan kelompok Slavin (1995) dalam Isjoni (2007: 51).
Langkah-langkah Metode STAD
1) Tahap penyajian materi
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal
sebagai berikut: a) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa
yang akan dipelajari siswa dalam kelompok; b) menekankan bahwa belajar
adalah memahami makna dan bukan sekedar hafalan; c) memberi umpan
balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa; d) memberi
penjelasan atau alasan mengapa jawaban itu benar atau salah dan e) beralih
pada materi berikutnya jika siswa telah memahami masalah yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 2) Tahap penyajian kelompok
Pada tahap ini, siswa diberi kertas kerja sebagai bahan dipelajari
dalam bentuk open-ended tasks. Dalam kerja kelompok ini siswa sering
berbagi tugas, saling bantu menyelesaikan tugas dengan target mampu
memahami materi secara benar. Salah satu kerja dikumpulkan sebagai hasil
kerja kelompok. Pada tahap ini guru harus mampu berperan sebagai fasilitator
dan motivator kerja kelompok.
3) Tahap tes individu
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,
diadakan tes secara individual atau kuis, mengenal materi yang telah
dipelajari dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan open-ended tasks.
Pada perhatian ini tes individu dilakukan pada akhir setiap pertemuan.
Tujuannya agar siswa dapat menunjukkan pemahaman dan apa yang telah
dipelajari sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu ini didata dan
diarsipkan sebagai bahan untuk perhitungan skor kelompok. Berikut contoh
lembar skor kuis untuk Student Teams-Achievement Division (STAD).
4) Tahap perhitungan skor individu
Dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada
nilai evaluasi hasil belajar semester I. berdasarkan skor awal setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor
maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
5) Tahap penghargaan
Penghargaan kelompok dilakukan dalam tahapan berikut ini: a)
Menghitung skor individu kelompok. b) Nilai perkembangan individu
dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes awal dan tes berikutnya,
sehingga setiap anggota memiliki kesenpatan yang sama untuk memberi
sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang
relevan dilaksanakan saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Heru Nurani den
Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD N 1 Soropaten
Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa, ada peningkatan hasil belajar bangun ruang siswa dari
sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan dari rata-
rata 62 meningkat menjadi 68, pada siklus II ada peningkatan dari rata-rata 68
menjadi 72. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada tes awal ada
57%, tes siklus I ada 78%, siklus II ada 86%. Penelitian Heru Nurani relevan
dengan penelitian ini karena sama-sama peningkatan hasil belajar dan
perbedaanya terletak pada model yang digunakan dalam penelitian karena
penelitan Heru Nurani menggunakan model Pendekatan Kontekstual.
Penelitian Sa Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Untuk Meningkatan Pemahaman Peristiwa
Proklamasi Indonesia Dalam Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri 01
Pereng Karanganyar Tahun Pela
dapat disimpulkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran pemahaman materi
pada pokok bahasan peristiwa Proklamasi Indonesia dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa
pada kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69,50% dan pada siklus II sebesar
88,50%. Rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia pada kondisi awal
51% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata 61,71%. Pada siklus I rerata
pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia adalah 69,50% siswa tuntas belajar
dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 68,94, sedangkan pertemuan ke-
dua dengan nilai rata-rata 74,57 dan siklus II rerata pemahaman peristiwa
Proklamasi Indonesia sebesar 88,50% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata
pada pertemuan pertama sebesar 78,28 sedangkan nilai rata-rata pada pertemuan
ke-dua sebesar 81,22. Penelitian Sarifah Nurhasanah relevan dengan penelitian ini
karena sama-sama model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan perbedaannya
terletak pada meningkatan karena penelitian Sarifah Nurhasanah meneliti tentang
meningkatkan pemahaman sedangkan penelitian ini tentang meningkatkan hasil
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievment Divisions (STAD), pembelajaran matematika di SD
Negeri Jagir 03 guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa
diposisikan sebagai objek dan dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa. Siswa
menjadi pasif, mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan ide atau
gagasan dan selama pembelajaran kurang adanya interaksi antara guru dengan
siswa maupun antar siswa sehingga membuat prestasi belajar siswa terhadap sifat
bangun ruang masih rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions (STAD), yaitu
suatu pembelajaran yang memandang matematika sebagai kegiatan manusia dan
harus dikaitkan dengan realitas sehingga siswa dapat memahami proses penemuan
kembali yang terbimbing. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD), dapat membangkitkan kemampuan berfikir dan
berargumentasi dalam menyelesaikan masalah dengan berbagai ide atau gagasan.
Melalui ide yang dimiliki siswa akan mudah memahami konsep matematika yang
sedang dipelajari.
Setelah guru menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD), diharapkan siswa lebih aktif, terjalin interaksi antar
siswa maupun guru dengan siswa, selain itu siswa dapat menyelesaiakan masalah
dengan berbagai ide atau gagasan yang mereka miliki. Pada kondisi akhir hasil
belajar siswa terhadap sifat bangun ruang meningkat, dan diharapkan dengan
menggunakan model pembelajaran tipe kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD) meningkat dari 70% siswa memperoleh nilai 65 KKM
menjadi 90% siswa memperoleh nilai 65 KKM.
Berdasarkan uraian diatas, maka alur kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Diagram 1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang sifat bangun ruang pada siswa kelas V SDN Jagir 3 tahun ajaran
2010/2011.
Kondisi Awal
Metode yang
digunakan guru dalam
pembelajaran masih
konvensional
Hasil belajar Matematika
khususnya sifat bangun
ruang masih rendah
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
dalam pembelajaran
Matematika
Melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD hasil
belajar Matematika dapat
meningkat
Tindakan
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jagir 3, Desa Jagir, Kecamatan
Sine, Kabupaten Ngawi. Sekolah ini dibawah pimpinan Bapak Drs. Kayat yang
bertindak sebagai kepala sekolah.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun
ajaran 2010/2011 mulai bulan Februari sampai dengan Juli 2011 atau selama 6
bulan. Tahap perencanaan dilaksanakan bulan Maret dan tahap pelaksanaan
dimulai bulan April.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu orang, benda, atau lembaga yang akan
diteliti. (Subliyanto.blogspot.com: 22 April 2011). Subjek pada penelitian ini
adalah siswa kelas V SDN Jagir 03, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. Siswa
kelas V yang berjumlah 16 siswa terdiri dari siswa 11 laki-laki dan 5 siswa
perempuan. Pada dasarnya mereka dari latar belakang kemampuan akademik yang
berbeda-beda. Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 29), objek penelitian adalah
variable penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika peneltian.
Objek penelitian ini adalah mata pelajaran matematika pada pokok bahasan sifat
bangun ruang.
C. Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskritif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Menurut IGAK Wardhani (2008: 1.4) penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38 hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan menurut Carr dan Kemmis
dalam IGAK Wardhani (2008: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah bentuk
penelitian yang bersifat reflektif atau spontan yang dilakukan oleh pelaku dalam
masyarakat sosial dengan tujuan memperbaiki pekerjaanya, memahami pekerjaan
dan situasi tempat melakukan pekerjaan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
peneliti menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan tujuan memperbaiki kinerja
melalui refleksi diri sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatnya hasil belajar.
D. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi penelitian tindakan kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16) secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Mempersiapkan instrumen penelitian
c. Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
d. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
2. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan (RPP). Kegiatan pelaksanaan selalu diamati/
dipantau dan direfleksikan.
3. Tahap pengamatan, pada tahap ini dilakukan dengan mengamati penerapan
tindakan yang sudah direncanakan pada pembelajaran yang sesungguhnya.
Pada tahap ini, observer berpedoman pada pedoman observasi, mengamati
pelaksanaan pembelajaran sehingga memperoleh data tentang aktivitas siswa,
kekurangan pelaksanaan tindakan sehingga dapat melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan tindakan.
4. Tahap refleksi, pada tahap refleksi diawali dengan menganalisis hasil
pengamatan sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang telah mencapai
tujuan penelitian dan bagian yang masih perlu diperbaiki. Dari hasil penarikan
kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
keberhasilan dengan adanya peningkatan hasil belajar atau tidak. Supardi
dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi
(reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang
perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik; (b) suasana kelas; dan (guru).
Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why),
bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) tindakan telah
menghasilkan perubahan secara signifikan.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut dapat digambarkan
seperti dalam diagram berikut:
Diagram 2. Bagan Strategi Penelitian (Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
E. Sumber Data
Keberhasilan suatu penelitian didukung oleh sumber data. Suharsimi
Perencaaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi
?
Perencaaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS III
Perencaaan
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini
sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut
meliputi:
1. Sumber data primer, yang menjadi sumber data pokok dalam penelitian ini
yaitu siswa dan guru kelas V SDN Jagir 03 tahun ajaran 2010/2011.
2. Sumber data sekunder, untuk melengkapi data yang kurang lengkap maka
diperlukan sumber data sekunder yang meliputi arsip atau dokumen, catatan
observasi, dan nilai hasil belajar siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan, menurut Amir (2007: 134) teknik pengumpulan data
berupa wawancara, observasi, tes, dokumentasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Menurut St.Y. Slamet dan Suwarto (2007: 48) tujuan wawancara
adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks
mengenai tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan
sebagainya. Hasil wawancara digunakan untuk mencari dan menggali
keterangan yang jelas dan pasti tentang pola dan sebab kesalahan siswa dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD Negeri Jagir 3..
2. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Suwarto (2007: 35) kegiatan
observasi merupakan cara menentukan data dengan mengamati, menatap
kejadian gerak, atau suatu proses secara keseluruhan. Datanya berupa lembar
pengamatan atau lembar observasi.
3. Tes
Menurut Nurkancana dan Sumartana dalam Sarwiji Suwandi (2009:
39) tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-
tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan
hasil siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-
kawan atau nilai standar yang ditetapkan. Tes merupakan suatu bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan/dijawab oleh siswa
yang sedang dites. Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-
pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan
kemampuannya.
Dilihat dari bentuk tes dapat dibedakan menjadi tes subjektif (essay)
dan tes objektif (short answer test), yang terdiri dari tes jawaban benar salah
(true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian singkat (completion), dan
penjodohan (matching) (Sarwiji Suwandi, 2009: 48). Adapun tes dalam
penelitian ini akan dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau setiap akhir
pertemuan sebagai evaluasi. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur
seberapa tinggi hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jagir 3 pada tentang
sifat bangun ruang setelah tindakan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievment Divisions (STAD).
4. Dokumentasi
Menurut St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 53) dokumen adalah bahan
tertulis maupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi
merupakan suatu metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan
melihat buku-buku, arsip-arsip atau catatan yang berhubungan dengan orang
yang diteliti. Selain itu dokumentasi ini sebagai sumber data karena dalam
banyak hal digunakan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.
Dokumentasi dilakukan dengan mencatat/mengabdikan kegiatan
berupa foto/melihat arsip-arsip (catatan-catatan) yang dilakukan dalam
penelitian. Dokumen-dokumen tersebut antara lain berupa arsip perencanaan
pembelajaran serta hasil pekerjaan siswa yang dapat memberi informasi data
serta dokumen berupa foto yang menggambarkan situasi pembelajaran
matematika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
dokumen resmi. Dokumen resmi untuk mengetahui data awal yaitu silabus,
RPP sebelum dilakukan tindakan, dan daftar nilai matematika kelas V tentang
bangun ruang sebelum tindakan. Sedangkan dokumen yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan anak dalam proses pembelajaran setelah tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berupa foto pembelajaran dan nilai evaluasi tentang sifat bangun ruang dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD).
G. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 160)
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu
instrument yang valid atau kurang sahih memiliki va Dalam
penelitian ini untuk menjamin validitas data yang akan dikumpulkan agar dapat
dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan, teknik yang digunakan
untuk memeriksa validitas data adalah dengan triangulasi yaitu menggunakan
berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian. (Supardi, 2007:
128).
1. Trianggulasi data dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber
berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberi informasi yang lebih
tepat sesuai keadaan siswa.
2. Triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Misalnya
angket, wawancara, dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan data
yang berbeda ini diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk
menguji kemantapan informasinya.
3. Triangulasi teori merupakan teknik yang menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas masalah yang dikaji. Selain itu, digunakan review
informan, yaitu teknik yang digunakan untuk menanyakan kembali kepada
informan, apakah data yang diperoleh peneliti sudah valid atau belum.
H. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud analisis data adalah cara mengelola yang sudah diperoleh
dari dokumen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
Interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif, mempunyai tiga buah
komponen pokok yaitu Reduksi data, Sajian Data, Penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43 pengumpulan data sebagai proses siklus. Kegiatan pokok analisis model ini
meliputi : reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan penarikan/
verifikasi Milles dan Huberman dalam Sarwiji Suwandi (2000: 20).
Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data.
Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi Milles dan
Huberman dalam Sarwiji Suwandi (2000: 16). Hasil reduksi data berupa
uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu. Reduksi
data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari proses pembelajaran, tes
unjuk kerja, silabus, RPP, dan foto kegiatan belajar menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD kemudian data yang tidak digunakan
dibuang.
2. Penyajian data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian data
berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur,
diringkas dalam bentuk kategori-kategori sehingga mudah dipahami makna
yang terkandung didalamnya. Data yang sudah didapat dikelas kemudian
disusun menjadi matrik yang digunakan untuk penelitian.
3. Kesimpulan-kesimpulan : penarikan/verifikasi
Setelah data-data direduksi, disajikan langkah terakhir adalah
dilakukannya penarikan kesimpulan. Data-data yang didapatkan dari hasil
penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan ini merupakan
bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan dilakukan
bertahap yaitu dari kesimpulan yang tepat dengan cara diskusi bersama mitra
kolaborasi. Penarikan kesimpulan dilaksanakan dengan membandingkan
perolehan nilai test tersebut. Tes ini dilakukan lebih dari satu kali. Jika
mengalami peningkatan maka usaha yang dilakukan dikatakan berhasil.
Menarik kesimpulan dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru kelas V
SD Negeri Jagir 3 tentang hasil akhir yang telah dicapai untuk menentukan
langkah penelitian selanjutnya.
Diagram 3. Pengambilan data (Suharsimi Arikunto, 2006: 92)
I. Indikator Kerja
Rumusan kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan
hasil belajar matematika tentang sifat bangun ruang yaitu sifat-sifat kubus dan
balok yang ditunjukkan dengan perolehan nilai minimum 65 (KKM). Penelitian
,
pada siklus II 80% siswa yang memperol dan pada siklus III
9
J. Prosedur Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 20). Ada empat tahapan penting
dalam penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi.
Hubungan keempat tahapan tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan
berkelanjutan berulang. Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan
penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Penelitian ini merupakan tindakan
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penyajian Data
(Data Display)
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45 kelas suatu penelitian yang mengkaji tentang permasalahan dengan ruang lingkup
yang tidak terlalu luas dan berkaitan dengan perilaku seseorang/kelompok
tertentu, disertai dengan penelahan yang diteliti terhadap suatu perlakuan dan
mengkaji sampai sejauh mana dampak perlakuan dalam rangka mengubah,
memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu perilaku itu terhadap perilaku yang
sedang diteliti. Penelitian ini adalah proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
3 siklus (direncanakan 3 siklus) yang masing-masing siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan
mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada dua kali tatap muka yang
masing-masing 2x35 menit sesuai RPP. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah
1) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran (RPP terlampir)
2) Menetukan pokok bahasan
3) Menyusun lembar soal eavaluasi
4) Menyiapkan sumber belajar dan media
5) Mengembangkan format evaluasi
b. Tindakan
Pada langkah ini guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD) yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran,
skenario dan lembar soal evaluasi. Dalam hal ini, pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan.
c. Obsevasi.
Dalam melakukan observasi dengan memakai format observasi
dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan
siswa) selain itu menilai hasil tindakan dengan menggunakan format
lembar kerja evaluasi dan pengumpulan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tidakan kelas adalah upaya mengkaji apa
yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil
dituntaskan dengan tindakan yang dilakukan. Refleksi itu digunakan
untuk menetapkan lebih lanjut dalam mencapai tujuan PTK. Guru dan
peneliti secara bersama-sama membahas hasil pembelajaran meliputi
evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan serta RPP,
skenario, dan lembar soal evaluasi, memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi yang akan digunakan pada siklus berikutnya dan
evaluasi tindakan I. Nilai rata-rata hasil belajar matematika pada kondisi
awal 63.4 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 63.9.
Sedangkan dari segi ketuntasan pada kondisi awal sebesar 43.75%
kemudian pada siklus I sebesar 66%. Pada siklus I diharapkan siswa 70%
siswa yang memperoleh nilai 65 (KKM) sehingga peneliti melanjutkan
ke siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan dalam siklus II meliputi:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah
2) Merencanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions
(STAD).
3) Menentukaan pokok bahasan
4) Mengembangkan skenario pembelajaran
5) Menyusun lembar soal evaluasi
6) Menyiapkan sumber belajar dan media
7) Mengembangkan format evaluasi
8) Mengembangkan observasi pembelajaran
b. Tindakan
Beberapa tindakan yang dilakukan dalam siklus II ini meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1) Memperbaiki tindakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) yang mengacu pada RPP, skenario dan
lembar kerja evaluasi
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD).
c. Observasi
Dalam melakukan observasi dengan memakai format observasi
dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktifitas siswa dan
guru) kemudian menilai hasil tindakan dengan menggunakan format
lembar soal evaluasi dan pengumpulan data.
d. Refleksi
Menganalisis, merefleksi dan mengevaluasi tindakan dan hasil
observasi pada siklus II yang selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam
meningkatkan hasil belajar matematika sifat bangun ruang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions
(STAD) pada siswa kelas V. Nilai rata-rata hasil belajar matematika pada
siklus I 63.9 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 78.06.
Sedangkan dari segi ketuntasan pada siklus I sebesar 66% kemudian pada
siklus II sebesar 78.25%. Pada siklus II diharapkan siswa 80% siswa yang
memperoleh nilai 65 (KKM) sehingga peneliti melanjutkan ke siklus
berikutnya.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Perencanaan dalam siklus III meliputi:
1) Identifikasi masalah pada siklus II dan penetapan alternatif pemecahan
masalah
2) Merencanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions
(STAD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) Menentukaan pokok bahasan
4) Mengembangkan skenario pembelajaran
5) Menyusun lembar soal evaluasi
6) Menyiapkan sumber belajar dan media
7) Mengembangkan format evaluasi
8) Mengembangkan observasi pembelajaran
b. Tindakan
Beberapa tindakan yang dilakukan dalam siklus III ini meliputi:
1) Memperbaiki tindakan berdasarkan refleksi pada siklus II
2) Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD) yang mengacu pada RPP, skenario dan
lembar soal evaluasi
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD).
c. Observasi
Dalam melakukan observasi dengan memakai format observasi
dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktifitas siswa dan
guru) kemudian menilai hasil tindakan dengan menggunakan format
lembar soal evaluasi dan pengumpulan data.
d. Refleksi
Menganalisis, merefleksi dan mengevaluasi tindakan dan hasil
observasi pada siklus III yang selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam
meningkatkan hasil belajar matematika sifat bangun ruang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions
(STAD) pada siswa kelas V. Nilai rata-rata hasil belajar matematika pada
siklus II 78.06 yang kemudian meningkat pada siklus III menjadi 81.4.
Sedangkan dari segi ketuntasan pada siklus II sebesar 78.25% kemudian
pada siklus III sebesar 93.75%. Pada siklus III diharapkan siswa 90%
siswa yang memperoleh nilai 65 (KKM) sehingga peneliti mengakhiri
siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jagir 3, yang dikepalai oleh Drs
Kayat. Secara geografis SD Negeri Jagir 3 terletak di bagian barat daya Ibu Kota
Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Sine yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sragen.
SD Negeri Jagir 3 berjarak ± 40 km dari kota Kabupaten Ngawi. Terletak di
wilayah pegunungan, yaitu lereng Gunung Lawu maka sebagian besar penduduknya
banyak berprofesi sebagai petani maupun buruh petani. SD Negeri Jagir 3 adalah
Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101050913023, Nomor
Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20509108.
Data personil ketenagaan SD Negeri Jagir 3 terdiri dari satu kepala sekolah,
enam guru kelas, satu guru Agama Islam, satu guru Agama Kristen, satu guru
Penjaskes, satu guru Bahasa Inggris, tiga guru wiyata bakti, dua petugas
perpustakaan, satu staf administrasi dan satu penjaga sekolah. Semua personil telah
melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
tanggungjawabnya. Jumlah siswa SD Negeri Jagir 3 pada tahun pelajaran 2010/2011
adalah 135 siswa yang terdiri dari 68 siswa laki-laki dan 67 siswa perempuan.
Berkurangnya jumlah murid SD Negeri Jagir 3 belakangan ini disebabkan karena
semakin menurunnya jumlah penduduk berusia produktif yang tinggal di sekitar
lokasi SD Negeri Jagir 3 yang diakibatkan oleh proses urbanisasi ke kota-kota besar.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
Matematika kelas V sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50 Dari siswa kelas V yang berjumlah 16 siswa, hanya terdapat 7 siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Berikut adalah daftar nilai hasil belajar
Matematika siswa kelas V pada kondisi awal atau sebelum penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat dilihat di
lampiran 8 (halaman 176). Tabel frekuensi nilai hasil belajar kondisi awal siswa dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V pada Kondisi Awal
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 35 42 1 38.5 38.5 6.25 3 43 50 1 46.5 46.5 6.25 4 51 58 5 54.5 272.5 31.25
5 59 66 4 62.5 250 25 6 67 74 3 70.5 211.5 18.75 7 75 82 1 78.5 78.5 6.25 8 83 - 91 1 86.5 86.5 6.25
Jumlah 984 100% Rata - rata kelas 61.5
Dari data di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Pada Kondisi Awal
Berdasarkan tabel 1 siswa yang mendapat nilai di bawah 65 (KKM) yaitu
sebanyak 9 siswa atau sekitar 45% dari 16 siswa. Hal ini tentu masih jauh dari target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51 yang ingin dicapai yaitu 90% ketuntasan atau 15 siswa yang tuntas dari 16 siswa.
Dengan kata lain hasil belajar matematika kelas V di SD Negeri Jagir 3 masih rendah.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Guru kurang
inovatif dalam pembelajaran, sehingga siswa merasa jenuh dan hasil belajarpun
kurang bermakna. 2) Siswa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika
kemudian siswa kurang memahami konsep yang sedang mereka pelajari. 3) Pada
tentang sifat bangun ruang kubus dan balok yang hanya diberikan model gambar
membuat siswa hanya mampu membayangkan secara abstrak yang berakibat siswa
yang mengalami kesulitan.
Maka dari itu, diperlukan suatu pembelajaran matematika yang sesuai
dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa sehingga
siswa tidak hanya mengetahui secara instan tetapi juga mampu menemukan sendiri
konsep yang sedang mereka pelajari dengan mudah.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yaitu
suatu model pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan berbagai tingkat
kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk
pembelajaran individual. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar khususnya
sifat bangun ruang kubus dan balok sehingga KKM dapat tercapai.
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Dimana setiap siklusnya
terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 1 10 Juni
2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut
a. Perencanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Rabu, 1 Juni 2011.
Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.
Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada solusi permasalahan yang
muncul yakni dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD). Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
pada siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada tanggal 4 dan 8
Juni 2011. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun RPP yang akan dilaksanakan pada 2 kali pertemuan, yaitu
pada tanggal 10 dan 14 Juni 2011. Adapun RPP yang di susun meliputi; Standar
kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, Dampak pengiring, Materi, Metode dan
model pembelajaran, Kegitan pembelajaran, Media dan sumber, dan Penilaian.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
antara lain alat peraga berupa rangka yang berbentuk kubus dan balok .
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemun Ke-1
Pada pertemuan ini materi pembelajaran yaitu mengidentifikasi sifat bangun
ruang kubus.
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang benda-benda yang ada di
sekitar.
(2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru mendiskripsikan beberapa benda yang berbentuk kubus di
dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang benda yang berbentuk
kubus.
(c) Siswa mengukur panjang rusuk kubus.
(d) Siswa mengukur besar sudut kubus.
(2) Elaborasi
(a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok dibuat secara
acak/heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin dll).
(b) Siswa mendiskusikan tugas kelompok bersama kelompok masing-
masing
(c) Siswa bersama kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan
kelas.
(d) Kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok lain.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi jalannya diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan oleh
guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang
akan dilaksanakan selanjutnya.
1) Pertemuan Ke-2
Pada pertemuan ini materi pembelajaran yaitu mengidentifikasi sifat bangun
ruang balok.
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang bangun ruang yang sudah
dipelajari sebelumnya
(2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru mendiskripsikan beberapa benda yang berbentuk balok di
dalam kelas.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang benda yang berbentuk
balok.
(c) Siswa mengukur panjang rusuk balok.
(d) Siswa mengukur sudut balok.
(2) Elaborasi
(a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok dibuat secara
acak/heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin dll).
(b) Siswa mendiskusikan tugas bersama kelompok masing-masing
(c) Siswa menggambar bangun balok berdasarkan sifat-sifatnya.
(d) Siswa bersama kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan
kelas.
(e) Kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok lain.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi jalannya diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan oleh
guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang
akan dilaksanakan selanjutnya.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung. Pengamatan ini meliputi berbagai aspek antara lain: ketrampilan
menggambar, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa. Pada tahap ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55 yang utama yaitu mengamati kemampuan kognitif dari siswa. Hasil dari tahap
observasi ini sebagai dasar tahap refleksi pasa sklus I. Hasil dari observasi ini akan
disajikan dalam bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari jumlah siswa
kelas V yaitu sebanyak 16 siswa. Untuk lebih detailnya dari hasil observasi tersebut
maka akan dibahas di bawah ini.
1) Pertemuan ke-1
a) Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini pengukuran kompetensi psikomotorik menggambar bangun
ruang kubus dan balok, penilaian kemampuan siswa meliputi beberapa hal yaitu: (1)
ketepatan gambar (2) kerapian gambar. Untuk hasilnya dapat dilihat pada lampiran 9
(halaman 177). Berdasarkan lampiran 9 (halaman 177) hasil penilaian psikomotor ,
maka dapat di perjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan nilai pada
interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Psikomotor Siklus I Pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 - 70 10 65 650 62.5 2 71 81 5 76 380 31.25 3 82 92 1 87 87 6.26
Jumlah 1117 100% Nilai rata-rata kelas 69.8
Tabel 2 di atas dapat di sajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada
Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 5. Grafik Histogram Nilai Hasil Psikomotorik Siklus I Pertemuan 1
Dari lampiran 9 (halaman 177) dan Tabel 2 terdapat perbedaan yaitu pada
jumlah dan rata rata nilai. Hal ini disebabkan karena pada lampiran 9 (halaman 177)
jumlah dan rata rata nilai diambil dari hasil penilaian terhadap siswa secara
langsung, sedangkan pada tabel 3 jumlah dan rata rata diambil dari nilai tengah dan
frekuensi nilai tersebut. Pada penelitian ini data yang di gunakan untuk diolah siswa
adalah data yang diambil dari penilaian terhadap siswa secara langsung, sedangkan
untuk tabel frekuensi dan nilai tengah digunakan untuk mengetahui berapa banyak
siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu sehingga akan mempermudah
dalam mengkategorikan siswa yang berdasarkan pada nilai.
Dari grafik hasil pengamatan psikomotor di atas pada siklus I pertemuan 1
maka dapat diketahui nilai siswa diperoleh rata rata kelas yaitu 71.25. Jumlah siswa
yang sudah mencapai ketuntasan ada 12 siswa atau 75 % dari jumlah keseluruhan
siswa yaitu 16 siswa.
b) Aspek Kognitif
Aspek Kognitif diukur melalui kompetensi proses dan kompetensi produk.
Pengukuran kompetensi proses meliputi mengukur panjang bangun ruang kubus dan
balok dengan penggaris. Adapun hasil yang diperoleh terdapat pada lampiran 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57 (halaman 179). Berdasarkan lampiran 11 (halaman 179) hasil penilaian kognitif,
maka dapat di perjelas jumlah dan Persentase siswa yang mendapatkan nilai pada
interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai kognitif siklus I pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 35 - 40 1 37.5 37.5 6.25 2 41 - 46 2 43.5 87 12.5 3 47 - 52 1 49.5 49.5 6.25 4 53 - 58 1 55.5 55.5 6.25 5 59 - 64 1 61.5 61.5 6.25 6 65 - 70 7 67.5 472.5 43.75 7 71 - 76 1 73.5 73.5 6.25 8 77 - 82 1 79.5 79.5 6.25 9 83 - 90 1 85.5 85.5 6.25
Jumlah 1002 100% Nilai rata-rata kelas 62.625
Dari Tabel 3 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Histogram Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kognitif Matematika kelas V
siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 62.2. Siswa yang sudah tuntas
hanya mencapai 10 orang atau 62.5% dan siswa yang belum mencapai ketuntasan ada
6 siswa (KKM 65) atau 37.5% dari jumlah keseluruhan 16 siswa sehingga KKM
masih belum tercapai pada siklus I pertemuan 1
c) Aspek Afektif
Pada aspek ini, penilaian kemampuan Afektif siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) Bertanya, (2) Mengerjakan soal di depan kelas, (3) Aktif dalam kerja
kelompok, (4) Menjawab pertanyaan guru. Adapun hasil yang diperoleh terdapat
pada lampiran 13 (halaman 181). Berdasarkan lampiran 13 (halaman 181) hasil
penilaian afektif, maka dapat di perjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai hasil pengamatan afektif siklus I pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 55 - 60 4 57.5 230 25 2 61 - 66 3 63.5 190.5 18.75 3 67 - 72 4 69.5 278 25 4 73 - 78 4 75.5 302 25 5 79 - 84 1 81.5 81.5 6.25
Jumlah 1082 100% Nilai rata-rata kelas 67.625
Dari Tabel 4 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 7. Grafik hasil pengamatan afektif siklus I pertemuan 1
Grafik hasil pengamatan aspek afektif diatas pada siklus I pertemuan 1 maka
dapat diketahui nilai siswa dalam aktifitas sosial pada pembelajaran matematika dan
diperoleh rata rata kelas yaitu 68.125. Siswa yang mendapat nilai 55 60 sebanyak
4 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 61 66 sebanyak 3 siswa atau 18.75%.
Siswa yang mendapat nilai 67 72 sebanyak 4 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat
nilai 73 78 sebanyak 4 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 79 84
sebanyak 1 siswa atau 6.25%.
2) Pertemuan ke-2
a) Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini, penilaian kemampuan siswa meliputi beberapa hal yaitu: (1)
ketepatan gambar (2) kerapian gambar . Untuk hasilnya dapat dilihat pada lampiran
10 (halaman 178). Berdasarkan lampiran 10 (halaman 178) hasil penilaian
psikomotor, maka dapat di perjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan
nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 5. Nilai psikomotor Siklus I pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 70 8 65 520 50%
2 71 81 6 76 456 37.5% 3 82 92 2 87 174 12.5%
Jumlah 1150 100% Nilai rata-rata kelas 71.875
Tabel 5 di atas dapat di sajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Histogram nilai hasil pengamatan psikomotorik siklus I
pertemuan 2
Dari lampiran 11 (halaman 179) dan Tabel 5 terdapat perbedaan yaitu pada
jumlah dan rata rata nilai. Hal ini disebabkan karena pada lampiran 10 (halaman
178) jumlah dan rata rata nilai diambil dari hasil penilaian terhadap siswa secara
langsung, sedangkan pada Tabel 5 jumlah dan rata rata diambil dari nilai tengah dan
frekuensi nilai tersebut. Pada penelitian ini data yang digunakan untuk diolah sebagai
hasil belajar siswa adalah data yang diambil dari penilaian terhadap siswa secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61 langsung, sedangkan untuk tabel frekuensi dan nilai tengah digunakan untuk
mengetahui berapa banyak siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu
sehingga akan mempermudah dalam mengkategorikan siswa yang berdasarkan pada
nilai.
Dari grafik hasil pengamatan nilai psikomotor di atas pada siklus I
pertemuan 2 maka dapat diketahui nilai siswa diperoleh rata rata kelas yaitu 73.75.
Siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan ada 12 orang siswa atau 75% dari
jumlah keseluruhan siswa dan meningkat 15% dari pertemuan sebelumnya.
b) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur melalui kompetensi proses dan kompetensi produk.
Pengukuran kompetensi proses yaitu mengukur bangun ruang kubus dan balok
dengan penggaris. Adapun hasil yang diperoleh terdapat pada lampiran 12 (halaman
180). Berdasarkan lampiran 12 (halaman 180) hasil penilaian kognitif, maka dapat di
perjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu,
seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai kognitif Siklus I pertemuan 2
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase (%)
1 35 - 40 1 37.5 37.5 6.25 2 41 - 46 1 43.5 43.5 6.25 3 47 - 52 1 49.5 49.5 6.25 4 53 - 58 1 55.5 55.5 6.25 5 59 - 64 1 61.5 61.5 6.25 6 65 - 70 7 67.5 472.5 43.75 7 71 - 76 1 73.5 73.5 6.25 8 77 - 82 1 79.5 79.5 6.25 9 83 - 90 2 85.5 171 12.5
Jumlah 1044 100% Nilai rata-rata kelas 65.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari Tabel 6 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Histogram Nilai Kognitif Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kognitif Matematika kelas V
siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 65.6. Siswa yang sudah tuntas
hanya mencapai 11 orang 68.75% dan siswa yang belum mencapai ketuntasan ada 5
siswa (KKM 65) atau 31.25% dari jumlah keseluruhan 16 siswa sehingga KKM
masih belum tercapai pada siklus I pertemuan 2.
c) Aspek Afektif
Pada aspek ini, penilaian kemampuan Afektif siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) Bertanya, (2) Mengerjakan soal di depan kelas, (3) Aktif dalam kerja
kelompok, (4) Menjawab pertanyaan guru. Adapun hasil yang diperoleh terdapat
pada lampiran 13 (halaman 181). Berdasarkan lampiran 13 (halaman 181) hasil
penilaian afektif, maka dapat di perjelas jumlah dan Persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 7. Nilai hasil pengamatan afektif siklus I pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 65 6 62.5 375 37.5 2 66 71 3 68.5 205.5 18.75 3 72 77 4 74.5 298 25 4 78 83 2 80.5 161 12.5 5 84 89 1 86.5 86.5 6.25
Jumlah 1126 100% Nilai rata-rata kelas 70.4
Dari Tabel 7 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik hasil pengamatan afektif siklus I pertemuan 2
Grafik hasil pengamatan aspek afektif di atas pada siklus I pertemuan 2
maka dapat diketahui nilai siswa dalam aktifitas sosial pada pembelajaran matematika
dan diperoleh rata rata kelas yaitu 71.25. Siswa yang mendapat nilai 60 65
sebanyak 6 siswa atau 37.5%. Siswa yang mendapat nilai 66 71 sebanyak 3 siswa
atau 18.75%. Siswa yang mendapat nilai 72 77 sebanyak 4 siswa atau 25%. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64 yang mendapat nilai 78 83 sebanyak 2 siswa atau 12.5%. Siswa yang mendapat
nilai 84 89 sebanyak 1 siswa atau 6.25%.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dan observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil
belajar pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk indikator kinerja
peneliti menetapkan KKM adalah nilai rata rata dari aspek kognitif.
Tabel 8. Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Siklus I
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Persentase (%)
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
65 62.2 65.6 64 62.5% 68.75% 66%
Dari Tabel 8 dapat digambarkan dalam bentuk grafik, seperti terlihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Grafik Nilai Rata-Rata Ketuntasan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan Gambar 11 di atas, dapat dijabarkan bahwa siswa yang tuntas
adalah 66% atau 11 siswa dari 16 siswa. Walaupun pada pertemuan ke-1 siswa yang
tuntas baru 62.2%, akan tetapi pada pertemuan ke-2 hasil belajar dapat diperbaiki
menjadi 65.6% ketuntasan dan pada hasil nilai akhir indikator kinerja dapat tercapai
yaitu ketuntasan 66% pada siklus I.
Pada siklus I ini peneliti belum mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan yaitu 70% ketuntasan, akan tetapi pada siklus II ketuntasan siswa akan
dinaikkan menjadi 80%. Berpedoman pada siklus I maka pembelajaran perlu di
tingkatkan lagi pada siklus II.
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 10-15 Juni
2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Pada kegiatan yang awal siklus II, dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan
yaitu pada tanggal 11 dan 13 Maret 2011. Rancangan kegiatan yang akan
dilaksanakan di sesuaikan dengan solusi yang akan digunakan yaitu pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi, lembar observasi, instrumen
untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis, dan menetapkan indikator ketercapaian
yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Perencanaan dalam siklus II meliputi
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Merencanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
3) Menentukaan pokok bahasan.
4) Mengembangkan skenario pembelajaran
5) Menyusun lembar soal evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
6) Menyiapkan sumber belajar dan media
7) Mengembangkan observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini berdasar pada hasil refleksi
siklus I, yaitu pembelajaran Matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) yang sudah diperbaiki dan disempurnakan
sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, adapun langkah-langkahnya
a) Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal, guru mempersiapkan siswa secara mental dan psikis agar
sehingga siswa siap untuk menerima pelajaran, siswa menjawab pertanyaan
guru tentang titik sudut pada bangun kubus.
b) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, secara garis besar juga dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:
(1) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Guru
mendiskripsikan materi tentang titik sudut, rusuk, dan sisi pada kubus dan
balok beserta modelnya. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik
sudut, rusuk, dan sisi pada kubus dan balok. Siswa mengukur panjang rusuk
kubus dan balok. Siswa mengukur besar sudut kubus dan balok.
(2) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan dengan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Siswa dibagi
menjadi 4 kelompok, kelompok dibuat secara acak/heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin dll). Siswa dibantu guru mengidentifikasi
titik sudut bangun kubus dan balok. Siswa dibantu guru mengidentifikasi sisi
bangun kubus dan balok. Siswa bersama kelompok memaparkan hasil
diskusinya di depan kelas dan siswa lain menanggapi hasil kerja kelompok
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, siswa bersama guru mengevaluasi jalannya
diskusi. Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran
sifat kubus dan balok, setelah membuat kesimpulan siswa mengerjakan soal evaluasi
secara individu yang diberikan oleh guru, kemudian siswa menyimak penjelasan guru
tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya dan guru menutup
pembelajaran.
2) Pertemuan ke-2
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik sudut pada bangun
ruang balok
(2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru mendiskripsikan materi tentang titik sudut, rusuk dan sisi
pada balok beserta modelnya
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik sudut, rusuk dan
sisi pada balok
(c) Siswa mengukur panjang rusuk balok
(d) Siswa mengukur besar sudut balok
(2) Elaborasi
(a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok dibuat secara
acak/heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin dll).
(b) Siswa dibantu guru mengidentifikasi titik sudut bangun ruang
balok.
(c) Siswa dibantu guru mengidentifikasi rusuk bangun ruang balok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(d) Siswa dibantu guru mengidentifikasi sisi bangun ruang balok.
(e) Siswa bersama kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan
kelas.
(f) Kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok lain.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi jalannya diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Penutup
(1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan
oleh guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang
akan dilaksanakan selanjutnya.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung. Pengamatan ini meliputi berbagai aspek. Pada tahap ini yang
utama yaitu mengamati kemampuan kognitif dari siswa. Hasil dari tahap observasi ini
sebagai dasar tahap refleksi pada siklus I. Hasil dari observasi ini akan disajikan
dalam bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari jumlah siswa kelas V
yaitu sebanyak 16 siswa. Untuk lebih detailnya dari hasil observasi tersebut maka
akan dibahas di bawah ini.
1) Pertemuan ke-1
a) Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini, pengukuran kompetensi produk meliputi menggambar
bangun ruang kubus dan balok penilaian kemampuan siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) ketepatan gambar (2) kerapian gambar . Untuk hasilnya dapat dilihat pada
lampiran 14 (halaman 183) . Berdasarkan lampiran 14 (halaman 183) hasil penilaian
psikomotor di atas, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 9. Nilai Psikomotor Siklus II pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 - 70 5 65 325 31.25 2 71 - 81 8 76 608 50 3 82 - 92 3 87 261 18.75
Jumlah 1194 100%
Nilai rata-rata kelas 74.7 Tabel 9 di atas dapat di sajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada
Gambar 12.
Gambar 12. Grafik Histogram Nilai Psikomotorik Siklus II Pertemuan 1
Dari lampiran 14 (halaman 183) dan Tabel 10 terdapat perbedaan yaitu pada
jumlah dan rata rata nilai. Hal ini disebabkan karena pada lampiran 14 (halaman
183) jumlah dan rata rata nilai diambil dari hasil penilaian terhadap siswa secara
langsung, sedangkan pada Tabel 9 jumlah dan rata rata diambil dari nilai tengah dan
frekuensi nilai tersebut. Pada penelitian ini data yang di gunakan untuk diolah sebagai
hasil belajar siswa adalah data yang diambil dari penilaian terhadap siswa secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70 langsung, sedangkan untuk tabel frekuensi dan nilai tengah digunakan untuk
mengetahui berapa banyak siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu
sehingga akan mempermudah dalam mengkategorikan siswa yang berdasarkan pada
nilai.
Dari grafik hasil pengamatan di atas pada siklus II pertemuan 1 maka dapat
diketahui nilai siswa diperoleh rata rata kelas yaitu 76.9. Siswa yang telah mencapai
kriteria ketuntasan ada 13 siswa atau 81.25% dari jumlah keseluruhan siswa ada 16
siswa sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan ada 3 siswa.
b) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur melalui kompetensi proses dan kompetensi produk.
Pengukuran kompetensi proses yaitu mengukur bangun ruang kubus dan balok
dengan penggaris. Adapun hasil yang diperoleh terdapat pada lampiran 16 (halaman
185) . Berdasarkan lampiran 16 (halaman 185) hasil penilaian kognitif, maka dapat di
perjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu,
seperti yang terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase (%)
1 52 58 1 55 55 6.25
2 59 65 3 62 186 18.75 3 66 72 2 69 138 12.5 4 73 79 4 76 304 25
5 80 86 1 83 83 6.25 6 87 93 3 90 270 18.75
7 94 - 100 2 97 194 12.5
Jumlah 1230 100% Nilai rata-rata kelas 76.87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari Tabel 10 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik Histogram Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kognitif Matematika kelas V
siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 76.87. Siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan ada 12 siswa atau 75% sedangkan yang belum mencapai
kriteria ketuntasan ada 4 siswa atau 25% dari jumlah keseluruhan 16 siswa meningkat
9% dari hasil evalusai pada siklus I.
c) Aspek Afektif
Pada aspek ini, penilaian kemampuan Afektif siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) Bertanya, (2) Mengerjakan soal di depan kelas, (3) Aktif dalam kerja
kelompok, (4) Menjawab pertanyaan guru. Adapun hasil yang diperoleh terdapat
pada lampiran 18 (halaman 187). Berdasarkan lampiran 18 (halaman 187) hasil
penilaian afektif, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 11. Nilai hasil pengamatan afektif siklus II pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 65 2 62.5 125 12.5 2 66 71 4 68.5 274 25 3 72 77 5 74.5 372.5 31.25 4 78 83 3 80.5 241.5 18.75 5 84 89 2 86.5 173 12.5
Jumlah 1186 100% Nilai rata-rata kelas 74.12
Dari Tabel 11 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 14.
0
1
2
3
4
5
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89
2
4
5
3
2
Interval Nilai
Siswa
Gambar 14. Grafik hasil pengamatan afektif siklus II pertemuan 1
Grafik hasil pengamatan aspek afektif diatas pada siklus II pertemuan 1
maka dapat diketahui nilai siswa dalam aktifitas sosial pada pembelajaran matematika
dan diperoleh rata rata kelas yaitu 74. Siswa yang mendapat nilai 60 65 sebanyak
2 siswa atau 12.5%. Siswa yang mendapat nilai 66 71 sebanyak 4 siswa atau 25%.
Siswa yang mendapat nilai 72 77 sebanyak 5 siswa atau 31.25%. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73 mendapat nilai 78 83 sebanyak 3 siswa atau 18.75%. Siswa yang mendapat nilai 84
89 sebanyak 2 siswa atau 12.5%.
2) Pertemuan Ke-2
a) Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini, pengukuran psikomotorik ini meliputi menggambar bangun
ruang kubus dan balok penilaian kemampuan siswa meliputi beberapa hal yaitu: (1)
ketepatan gambar (2) kerapian gambar . Untuk hasilnya dapat dilihat pada lampiran
15 (halaman 184). Berdasarkan lampiran 15 (halaman 184) hasil penilaian
psikomotor di atas, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Psikomotor Siklus II Pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 - 70 3 65 195 18.75 2 71 - 81 7 76 532 43.75 3 82 - 92 6 87 522 37.5
Jumlah 1249 100% Nilai rata-rata kelas 78
Tabel 12 di atas dapat di sajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada
Gambar 15.
0
2
4
6
8
60 -70 71 - 81 82 - 92
3
76
Interval Nilai
Siswa
Gambar 15. Grafik Histrogram Nilai Psikomotorik Siklus II Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari lampiran 15 (halaman 184) dan Tabel 12 terdapat perbedaan yaitu pada
jumlah dan rata rata nilai. Hal ini disebabkan karena pada lampiran 15 (halaman
184) jumlah dan rata rata nilai diambil dari hasil penilaian terhadap siswa secara
langsung, sedangkan pada Tabel 12 jumlah dan rata rata diambil dari nilai tengah
dan frekuensi nilai tersebut. Pada penelitian ini data yang di gunakan untuk diolah
sebagai hasil belajar siswa adalah data yang diambil dari penilaian terhadap siswa
secara langsung, sedangkan untuk tabel frekuensi dan nilai tengah digunakan untuk
mengetahui berapa banyak siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu
sehingga akan mempermudah dalam mengkategorikan siswa yang berdasarkan pada
nilai.
Dari grafik hasil pengamatan diatas pada siklus II pertemuan 2 maka dapat
diketahui nilai siswa diperoleh rata rata kelas yaitu 80.6. Siswa yang telah mencapai
kriteria ketuntasan ada 14 siswa atau 87.5% sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa
atau 12.5% dari jumlah keseluruhan 16 siswa meningkat 6.25% dari siklus
sebelumnya sehingga diharapkan pada siklus II pertemuan kedua hasilnya dapat lebih
meningkat.
b) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur melalui kompetensi proses dan kompetensi produk.
Pengukuran kompetensi proses yaitu mengukur bangun ruang kubus dan balok
dengan penggaris. Adapun hasil yang diperoleh terdapat pada lampiran 17 (halaman
186). Berdasarkan lampiran 17 (halaman 186) hasil penilaian afektif di atas, maka
dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan nilai pada interval
tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 2
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase (%)
1 58 65 3 61.5 184.5 18.75 2 66 73 1 69.5 69.5 6.25 3 74 81 3 77.5 232.5 18.75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4 82 89 5 85.5 427.5 31.25 5 90 97 3 93.5 280.5 18.75 6 98 105 1 101.5 101.5 6.25
Jumlah 1296 100% Nilai rata-rata kelas 81
Dari Tabel 13 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 16.
Gambar 16. Grafik Histogram Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 2
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kognitif Matematika kelas V
siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 79.25. Siswa yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan (KKM 65) ada 13 siswa sedangkan yang belum
mencapai kriteria ketuntasan ada 3 siswa meningkat 6.25% dari pertemuan
sebelumnya sehingga target pada siklus II belum tercapai.
c) Aspek Afektif
Pada aspek ini, penilaian kemampuan Afektif siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) Bertanya, (2) Mengerjakan soal di depan kelas, (3) Aktif dalam kerja
kelompok, (4) Menjawab pertanyaan guru. Adapun hasil yang diperoleh terdapat
pada lampiran 18 (halaman 187). Berdasarkan lampiran 18 (halaman 187) hasil
penilaian afektif, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 14. Nilai hasil pengamatan afektif siklus II pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 66 2 63 126 12.5 2 67 73 2 70 140 12.5 3 74 80 6 77 462 37.5 4 81 87 4 84 336 25 5 88 94 2 91 182 12.5
Jumlah 1246 100% Nilai rata-rata kelas 77.9
Dari Tabel 14 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 17.
Gambar 17. Grafik hasil pengamatan afektif siklus II pertemuan 2
Grafik hasil pengamatan aspek afektif di atas pada siklus II pertemuan 2
maka dapat diketahui nilai siswa dalam aktifitas sosial pada pembelajaran matematika
dan diperoleh rata rata kelas yaitu 74. Siswa yang mendapat nilai 60 66 sebanyak
2 siswa atau 12.5%. Siswa yang mendapat nilai 67 73 sebanyak 2 siswa atau 12.5%.
Siswa yang mendapat nilai 74 80 sebanyak 6 siswa atau 37.5%. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77 mendapat nilai 81 87 sebanyak 4 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 88
94 sebanyak 2 siswa atau 12.5%.
d. Refleksi
Pada siklus II tahap refleksi sama seperti pada siklus I, dimana data yang
diperoleh melalui pengamatan dan observasi dikumpulkan dan dianalisis.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil
belajar pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk indikator kinerja
peneliti menetapkan KKM adalah nilai rata rata dari aspek kognitif dapat dilihat
dalam bentuk Tabel 15 grafik, seperti terlihat pada Gambar 18.
Tabel 15. Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Siklus II
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Persentase (%)
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2 Siklus I
65 76.87 79.25 78.06 75% 81.25% 79.25%
70
72
74
76
78
80
82
Nilai Rata - rata Persentase
Pertemuan 1 pertemuan 2 Rata - rata Akhir
Gambar 18. Grafik Nilai dan Persentase Pembelajaran Matematika pada Siklus II
Berdasarkan Gambar 18 di atas, dapat dijabarkan bahwa siswa yang tuntas
adalah 78.25% atau 13 siswa dari 16 siswa. Walaupun pada pertemuan ke-1 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78 yang tuntas baru 75%, akan tetapi pada pertemuan ke-2 hasil belajar dapat diperbaiki
menjadi 81.25% ketuntasan dan pada hasil nilai akhir indikator kinerja dapat tercapai
yaitu ketuntasan 79.25% pada siklus II.
Pada siklus II ini peneliti belum mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan yaitu 80% ketuntasan, akan tetapi pada siklus III ketuntasan siswa akan
dinaikkan menjadi 90%. Berpedoman pada siklus II maka pembelajaran perlu di
tingkatkan lagi pada siklus III.
3. Siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan selama 2 minggu mulai tanggal 15-27 Juni
2011 Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Pada kegiatan yang awal siklus III, dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan
yaitu pada tanggal 15 dan 18 Juni 2011. Rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan
di sesuaikan dengan solusi yang akan digunakan yaitu pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi, lembar observasi, instrumen
untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis, dan menetapkan indikator ketercapaian
yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Perencanaan dalam siklus III meliputi
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Merencanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
3) Menentukaan pokok bahasan.
4) Mengembangkan skenario pembelajaran
5) Menyusun lembar soal evaluasi
6) Menyiapkan sumber belajar dan media
7) Mengembangkan format evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
8) Mengembangkan observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus III ini berdasar pada hasil refleksi
siklus II, yaitu pembelajaran Matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang sudah diperbaiki dan
disempurnakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, adapun langkah-
langkahnya
a) Kegiatan Awal
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik sudut pada bangun kubus.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, secara garis besar juga dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:
(1) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Guru
mendiskripsikan materi tentang titik sudut, rusuk, dan sisi pada kubus dan
balok beserta modelnya. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik
sudut, rusuk, dan sisi pada kubus pada pembelajaran sebelumnya. Siswa
memperhatikan penjelasan guru bagaimana cara manggambar bangun ruang
kubus
(2) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan dengan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Siswa dibagi
menjadi 4 kelompok, kelompok dibuat secara acak/heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin dll). Masing-masing kelompok mengerjakan
tugas kelompok sesuai penjelasan yang diberikan oleh guru. Setiap
kelompok menggambar bangun ruang kubus dengan berbeda-beda ukuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Siswa bersama kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas dan
siswa lain menanggapi hasil kerja kelompok lain.
(3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, siswa bersama guru mengevaluasi jalannya
diskusi. Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran sifat kubus dan balok, setelah membuat kesimpulan siswa
mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan oleh guru, kemudian
siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan selanjutnya dan guru menutup pembelajaran.
2) Pertemuan ke-2
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik sudut pada bangun ruang
(2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru mendiskripsikan materi tentang titik sudut, rusuk, dan sisi pada
balok beserta modelnya.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang titik sudut, rusuk, dan sisi
pada balok pada pembelajaran sebelumnya
(c) Siswa memperhatikan penjelasan guru bagaimana cara menggambar
bangun ruang balok.
(2) Elaborasi
(a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok dibuat secara
acak/heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin dll).
(b) Masing-masing kelompok mengerjakan tugas kelompok sesuai
penjelasan yang diberikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
(c) Setiap kelompok menggambar bangun ruang kubus dengan berbeda-
beda ukuran.
(d) Siswa bersama kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas.
(e) Kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok lain.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi jalannya diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Penutup
(1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan oleh guru.
(3) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan
skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok sangat
baik, dan kelompok super.
(4) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan selanjutnya.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung. Pengamatan ini meliputi berbagai aspek. Pada tahap ini yang
utama yaitu mengamati kemampuan kognitif dari siswa. Hasil dari tahap observasi ini
sebagai dasar tahap refleksi pada siklus II. Hasil dari observasi ini akan disajikan
dalam bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari jumlah siswa kelas V
yaitu sebanyak 16 siswa. Untuk lebih detailnya dari hasil observasi tersebut maka
akan dibahas di bawah ini.
1) Pertemuan ke-1
a) Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini, pengukuran kompetensi produk meliputi menggambar
bangun ruang kubus dan balok penilaian kemampuan siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) ketepatan gambar (2) kerapian gambar . Untuk hasilnya dapat dilihat pada
lampiran 19 (halaman 189) . Berdasarkan lampiran 19 (halaman 189) hasil penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82 psikomotor diatas, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai psikomotor Siklus III pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 68 2 64 128 12.5 2 69 77 2 73 146 12.5 3 78 86 5 82 410 31.25 4 87 95 6 91 546 37.5 5 96 - 104 1 100 100 6.25
Jumlah 1330 100 Nilai rata-rata kelas 83.125
Tabel 16 di atas dapat di sajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada
Gambar 19.
Gambar 19. Grafik Histogram Nilai Psikomotorik Siklus III Pertemuan 1
Dari lampiran 19 (halaman 189) dan Tabel 16 terdapat perbedaan yaitu pada
jumlah dan rata rata nilai. Hal ini disebabkan karena pada lampiran 19 (halaman
189) jumlah dan rata rata nilai diambil dari hasil penilaian terhadap siswa secara
langsung, sedangkan pada Tabel 16 jumlah dan rata rata diambil dari nilai tengah
dan frekuensi nilai tersebut. Pada penelitian ini data yang di gunakan untuk diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83 sebagai hasil belajar siswa adalah data yang diambil dari penilaian terhadap siswa
secara langsung, sedangkan untuk tabel frekuensi dan nilai tengah digunakan untuk
mengetahui berapa banyak siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu
sehingga akan mempermudah dalam mengkategorikan siswa yang berdasarkan pada
nilai.
Dari grafik hasil pengamatan diatas pada siklus III pertemuan 1 maka dapat
diketahui nilai siswa diperoleh rata rata kelas yaitu 81.25. Siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan ada 14 siswa atau 87.5% dari jumlah keseluruhan siswa
ada 16 siswa sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan ada 2 siswa.
b) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur melalui kompetensi proses dan kompetensi produk.
Pengukuran kompetensi proses yaitu mengukur bangun ruang kubus dan balok
dengan penggaris. Adapun hasil yang diperoleh terdapat pada lampiran 21 (halaman
191) . Berdasarkan lampiran 21 (halaman 191) hasil penilaian kognitif, maka dapat di
perjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu,
seperti yang terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 65 2 62.5 125 12.5 2 66 71 1 68.5 68.5 6.25 3 72 77 2 74.5 149 12.5
4 78 83 3 80.5 241.5 18.75 5 84 89 5 86.5 432.5 31.25 6 90 95 2 92.5 185 12.5
7 96 101 1 98.5 98.5 6.25
Jumlah 1300 100% Nilai rata-rata kelas 81.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dari Tabel 17 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
pada Gambar 20.
Gambar 20. Grafik Histogram Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 1
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kognitif Matematika kelas V
siklus III pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 80.625. Siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan ada 14 siswa atau 87.5% sedangkan yang belum
mencapai kriteria ketuntasan ada 2 siswa atau 12.5% dari jumlah keseluruhan 16
siswa meningkat 9% dari hasil evalusai pada siklus II.
c) Aspek Afektif
Pada aspek ini, penilaian kemampuan Afektif siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) Bertanya, (2) Mengerjakan soal di depan kelas, (3) Aktif dalam kerja
kelompok, (4) Menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan lampiran 23 (halaman 193)
hasil penilaian afektif, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 18. Nilai hasil pengamatan afektif siklus III pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 65 2 62.5 125 12.5 2 66 71 1 68.5 68.5 6.25 3 72 77 2 74.5 149 12.5 4 78 83 3 80.5 241.5 18.75 5 84 89 5 86.5 432.5 31.5 6 90 - 95 2 92.5 185 12.5 7 96 - 101 1 98.5 98.5 6.25
Jumlah 1300 100% Nilai rata-rata kelas 81.25
Dari Tabel 18 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Grafik hasil pengamatan afektif siklus III pertemuan 1
Grafik hasil pengamatan aspek afektif diatas pada siklus III pertemuan 1
maka dapat diketahui nilai siswa dalam aktifitas sosial pada pembelajaran matematika
dan diperoleh rata rata kelas yaitu 81.25. Siswa yang mendapat nilai 60 65
sebanyak 2 siswa atau 12.5%. Siswa yang mendapat nilai 66 71 sebanyak 1 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86 atau 6.25%. Siswa yang mendapat nilai 72 77 sebanyak 2 siswa atau 12.5%. Siswa
yang mendapat nilai 78 83 sebanyak 3 siswa atau 18.75%. Siswa yang mendapat
nilai 84 89 sebanyak 5 siswa atau 31.5%. Siswa yang mendapat nilai 90 95
sebanyak 2 siswa atau 12.5%. Siswa yang mendapat nilai 96 101 sebanyak 1 siswa
atau 6.25%.
2) Pertemuan Ke-2
a) Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini, pengukuran psikomotorik ini meliputi menggambar bangun
ruang kubus dan balok penilaian kemampuan siswa meliputi beberapa hal yaitu: (1)
ketepatan gambar (2) kerapian gambar . Untuk hasilnya dapat dilihat pada lampiran
20 (halaman 190). Berdasarkan lampiran 20 (halaman 190) hasil penilaian
psikomotor di atas, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Nilai Psikomotor Siklus III Pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 68 1 64 64 6.25 2 69 77 2 73 146 12.5 3 78 86 4 82 328 25 4 87 95 7 91 637 43.75 5 96 - 104 2 100 200 12.5
Jumlah 1375 100% Nilai rata-rata kelas 85.93
Tabel 19 di atas dapat di sajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada
Gambar 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
0
1
2
3
4
5
6
7
60 - 68 69 - 77 78 - 86 87 - 95 96 - 104
1
2
4
7
2
Interval Nilai
Siswa
Gambar 22. Grafik Histrogram Nilai Psikomotorik Siklus III Pertemuan 2
Dari lampiran 20 (halaman 190) dan Tabel 18 terdapat perbedaan yaitu pada
jumlah dan rata rata nilai. Hal ini disebabkan karena pada lampiran 20 (halaman
190) jumlah dan rata rata nilai diambil dari hasil penilaian terhadap siswa secara
langsung, sedangkan pada Tabel 18 jumlah dan rata rata diambil dari nilai tengah
dan frekuensi nilai tersebut. Pada penelitian ini data yang di gunakan untuk diolah
sebagai hasil belajar siswa adalah data yang diambil dari penilaian terhadap siswa
secara langsung, sedangkan untuk tabel frekuensi dan nilai tengah digunakan untuk
mengetahui berapa banyak siswa yang mendapatkan nilai pada interval tertentu
sehingga akan mempermudah dalam mengkategorikan siswa yang berdasarkan pada
nilai.
Dari grafik hasil pengamatan diatas pada siklus III pertemuan 2 maka dapat
diketahui nilai siswa diperoleh rata rata kelas yaitu 84.37. Siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan ada 15 siswa atau 93.75% sedangkan yang belum tuntas
ada 1 siswa atau 6.25% dari jumlah keseluruhan 16 siswa meningkat 6.25% dari
siklus sebelumnya sehingga diharapkan pada siklus III pertemuan kedua hasilnya
dapat lebih meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur melalui kompetensi proses dan kompetensi produk.
Pengukuran kompetensi proses yaitu mengukur bangun ruang kubus dan balok
dengan penggaris. Adapun hasil yang diperoleh terdapat pada lampiran 22 (halaman
192). Berdasarkan lampiran 22 (halaman 192) hasil penilaian kognitif di atas, maka
dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang mendapatkan nilai pada interval
tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 65 1 62.5 62.5 6.25 2 66 71 1 68.5 68.5 6.25 3 72 77 2 74.5 149 12.5
4 78 83 2 80.5 161 12.5 5 84 89 7 86.5 605.5 43.75 6 90 95 3 92.5 277.5 18.75
Jumlah 1324 100 Nilai rata-rata kelas 82.75
Dari Tabel 20 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
0
1
2
3
4
5
6
7
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95
1 1
2 2
7
3
Interval Nilai
Siswa
Gambar 23. Grafik Histogram Nilai Kognitif Siklus III Pertemuan 2
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kognitif Matematika kelas V
siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 82.1875. Siswa yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan (KKM 65) ada 15 siswa sedangkan yang belum
mancapai kriteria ketuntasan ada 1 siswa meningkat 6.25% dari pertemuan
sebelumnya sehingga target pada siklus II sudah tercapai.
c) Aspek Afektif
Pada aspek ini, penilaian kemampuan Afektif siswa meliputi beberapa hal
yaitu: (1) Bertanya, (2) Mengerjakan soal di depan kelas, (3) Aktif dalam kerja
kelompok, (4) Menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan lampiran 23 (halaman 193)
hasil penilaian afektif, maka dapat diperjelas jumlah dan persentase siswa yang
mendapatkan nilai pada interval tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Nilai hasil pengamatan afektif siklus III pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 60 65 1 62.5 62.5 6.25 2 66 71 2 68.5 137 12.5 3 72 77 1 74.5 74.5 6.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
4 78 83 3 80.5 241.5 18.75 5 84 89 4 86.5 346 25 6 90 95 3 92.5 277.5 18.75 7 96 - 101 2 98.5 197 12.5
Jumlah 1336 100% Nilai rata-rata kelas 83.5
Dari Tabel 21 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Grafik hasil pengamatan afektif siklus II pertemuan 2
Grafik hasil pengamatan aspek afektif di atas pada siklus III pertemuan 2
maka dapat diketahui nilai siswa dalam aktifitas sosial pada pembelajaran matematika
dan diperoleh rata rata kelas yaitu 83.43. Siswa yang mendapat nilai 60 65
sebanyak 1 siswa atau 6.25%. Siswa yang mendapat nilai 66 71 sebanyak 2 siswa
atau 12.5%. Siswa yang mendapat nilai 72 77 sebanyak 1 siswa atau 6.25%. Siswa
yang mendapat nilai 78 83 sebanyak 3 siswa atau 18.75%. Siswa yang mendapat
nilai 84 89 sebanyak 4 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 90 95
sebanyak 3 siswa atau 18.75%. Siswa yang mendapat nilai 96 101 sebanyak 2 siswa
atau 12.5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91 d. Refleksi
Pada siklus III tahap refleksi sama seperti pada siklus II, dimana data yang
diperoleh melalui pengamatan dan observasi dikumpulkan dan dianalisis.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil
belajar pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk indikator kinerja
peneliti menetapkan KKM adalah nilai rata rata dari aspek kognitif Adapun hasil
yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 22 dan digambarkan dalam bentuk grafik,
seperti terlihat pada Gambar 25.
Tabel 22. Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Siklus III
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Persentase (%)
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2 Siklus I
65 80.62 82.18 81.40 87.5% 93.75% 90.625%
Gambar 25. Grafik Nilai dan Persentase Pembelajaran Matematika pada Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Berdasarkan Gambar 25 di atas, dapat dijabarkan bahwa siswa yang tuntas
adalah 90.625% atau 15 siswa dari 16 siswa. Walaupun pada pertemuan ke-1 siswa
yang tuntas baru 87.5%, akan tetapi pada pertemuan ke-2 hasil belajar dapat
diperbaiki menjadi 93.75% ketuntasan dan pada hasil nilai akhir indikator kinerja
dapat tercapai yaitu ketuntasan 90.625% pada siklus III.
Berdasarkan hasil refleksi siklus III dan melihat hasil belajar Matematika
yang diperoleh masing-masing pertemuan, maka pembelajaran Matematika kelas V
dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
pada siklus III sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian atau sesuai
dengan indikator kinerja yang telah ditentukan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada
siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
tentang sifat bangun ruang kubus dan balok siswa SD Negeri Jagir 3 tahun pelajaran
2010/2011.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Masalah 1
Apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievment Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang sifat bangun ruang pada siswa kelas V SDN Jagir 3 tahun ajaran 2010/2011?
Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran Matematika tentang sifat bangun ruang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jagir 3 tahun ajaran 2010/2011.
Pengamat pada aspek hasil belajar siswa pada saat pembelajaran diperoleh hasil
sebagai berikut: Pada kondisi awal siswa yang mendapat nilai di bawah 65 Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 9 siswa atau sekitar 45% dari 16 siswa, siklus
I pertemuan I siswa yang sudah tuntas hanya mencapai 10 orang atau 62.5% dan
siswa yang belum mencapai ketuntasan ada 6 siswa atau 37.5% dari 16 siswa, siklus I
pertemuan II siswa yang sudah tuntas hanya mencapai 11 orang atau 68.75% dan
siswa yang belum mencapai ketuntasan ada 5 siswa atau 31.25% dari 16 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93 Namun pada siklus II terjadi peningkatan yaitu pada siklus II pertemuan I siswa yang
sudah tuntas ada 12 siswa atau 75%, siklus II pertemuan II yang sudah tuntas 13
siswa sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan ada 3 siswa meningkat
6.25% dari pertemuan sebelumnya. Dan pada siklus III pertemuan I hasil belajar
meningkat yaitu siswa yang sudah tuntas 14 siswa atau 87.5%, siklus III pertemuan II
siswa yang sudah tuntas 15 siswa sedangkan yang belum tuntas ada 1 siswa
meningkat 6.25% dari pertemuan sebelumnya. Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata Matematika siswa 63.4 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 43.75%, siklus I nilai rata-rata Matematika
siswa 63.90625 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 66%, siklus II nilai
rata-rata Matematika siswa 78.0625 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar
78.25% dan siklus III nilai rata-rata Matematika siswa 81.40625 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 93.75%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada dapat dilihat
adanya peningkatan hasil belajar yang dilakukan melalui pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) kelas V SD Negeri Jagir 3.
Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I, siklus
II dan siklus III yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan.
Setelah tindakan demi tindakan dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian
yang ada dapat dikemukakan hasilnya. Hasil penelitian pada dasarnya merupakan
jawaban atas permasalahan yang telah dikemukakan. Sebagaimana telah dipaparkan
pada deskripsi permasalahan penelitian yang terletak pada siklus I, siklus II dan
siklus III yaitu
1) Kemauan siswa mengerjakan soal di depan kelas masih rendah.
2) Siswa kurang teliti dalam mengerjakan lembar soal evaluasi.
3) Kerja sama dalam kelompok belum terlihat yang mengerjakan hanya beberapa
siswa.
Berdasarkan hasil observasi di atas, maka diperoleh data seperti yang terlihat
pada Tabel 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 23. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika dan Persentase
Ketuntasan Klasikal Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Kriteria Ketun-tasan Mini- mal
(KKM)
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Persentase (%)
Sebe- lum Tin-
dakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Sebe- lum Tin-
dakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
65 63.4 63.90 78.06 81.40 43.7% 66% 79.25% 93.75% Dari perhitungan nilai rata-rata hasil pembelajaran Maetematika pada Tabel
23, siswa
yang cukup signifikan. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran
Matematika dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya
peningkatan nilai hasil belajar Matematika. Jika digambarkan dalam sebuah grafik
maka akan terlihat seperti pada Gambar 26.
Gambar 26. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 26 terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika pada
kondisi awal hanya 63.4 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 63.90625
meningkat lagi pada siklus II menjadi 78.0625 dan meningkat lagi pada siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95 menjadi 81.40625. Sedangkan dari segi ketuntasan belajar Matematika pada kondisi
awal ketuntasan sebesar 43.75% (9 siswa dari 16 siswa) kemudian pada siklus I
ketuntasan belajar meningkat sebesar 66% (11 siswa dari 16 siswa), pada siklus II
ketuntasan belajar meningkat sebesar 78.25% (13 siswa dari 16 siswa), dan pada
siklus III ketuntasan belajar meningkat lagi sebesar 93.75% (15 siswa dari 16 siswa).
Setelah mengolah data hasil observasi pada hasil belajar Matematika pada
siswa kelas V SD Negeri Jagir 3, peneliti juga melakukan perhitungan skor kemajuan
individu dan skor kemajuan tim pada siklus I, siklus II dan siklus III. Perhitungan
poin kemajuan individu dan skor kemajuan tim ini berdasar pada teori model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Untuk
mengetahui skor kemajuan individu lebih jelasnya dapat disajikan dalam bentuk tabel
24.
Tabel 24. Skor Kemajuan Individu Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Jagir 3 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Tim Nama Siswa Skor Kemajuan Siklus I Siklus II Siklus III
A
Fahrudin Tri Rahmadi 10 30 5 Sri Anjar Wati 30 20 5 Langgeng Setiawan 10 30 5 Agung Ardianto 30 5 30
B
Rudiah Ramadani 20 20 10 Muchamad Rifaldi 30 5 30 Wulan Sari 30 10 20 Randika Darmawan 30 20 10
C
Johan Wahyu Nugroho 30 10 20 Sri Lestari 30 5 30 Puguh Mahardika 30 5 30 Mahernis Guteres Z.G 30 5 30
D
Bayu Nugroho 30 20 20 Julaifan Dwi Nugroho 30 10 20 Apriliana Setyo Dewi 30 20 20 Roy Hariyanto 30 20 10
Setelah menghitung skor kemajuan individu, juga dilakukan perhitungan skor
kemajuan kelompok dan pemberian penghargaan kelompok. Sedangkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96 mengetahui skor perolehan tiap kelompok Student Teams Achievement Division
(STAD) lebih jelasnya dapat disajikan dalam bentuk tabel 25.
Tabel 25. Skor Kemajuan Kelompok Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Jagir 3 dengan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada
Siklus I, Siklus II, dan siklus III
Tim Skor Rata-rata I
Kategori Skor Rata-rata II
Kategori Skor Rata-
rata III Kategori
A 20 Tim Baik 21.25 Tim Super Hebat
11.25 Tim Baik
B 27.5 Tim Sangat Baik 13.75 Tim Sangat
Baik 17.5 Tim Sangat
Baik
C 30 Tim Super 6.25 Tim Baik 27.5 Tim Super
D 30 Tim Super 17.5 Tim Super 17.5 Tim Sangat
Baik
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran Matematika tentang sifat bangun
ruang kubus dan balok kelas V SD Negeri Jagir 3 Tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga
siklus. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang sifat
bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Jagir 3 tahun ajaran 2010/2011. Hal
ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata
Matematika siswa 63.4 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 43.75%,
siklus I nilai rata-rata Matematika siswa 63.90625 dengan presentase ketuntasan
klasikal sebesar 66%, siklus II nilai rata-rata Matematika siswa 78.0625 dengan
presentase ketuntasan klasikal sebesar 78.25% dan siklus III nilai rata-rata
Matematika siswa 81.40625 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar
93.75%. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Matematika di kelas V sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
tentang sifat bangun ruang.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada mata pelajaran Matematika kelas V. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang
digunakan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 18 Maret
2011, siklus II dilaksanakan pada tanggal 18-25 Maret 2011 dan . Dalam setiap
pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang,
sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan
dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap
siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98 perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan
dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus III.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika tentang sifat bangun ruang siswa kelas V
SD Negeri Jagir 3. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang sifat bangun pada
siswa kelas V, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut.
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih media
pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam
pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan multimedia
interaktif dapat meningkatkan hasil belajar sifat bangun ruang siswa kelas V
karena penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) dalam pembelajaran Matematika memungkinkan terjadinya
interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, proses pembelajaran
lebih menarik , dan sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga
sangat penting. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga
siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan
melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran. Motivasi
dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan
memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Pentingnya pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran Matematika terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain itu pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99 kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) juga dapat
meningkatkan kreativitas dan kerja sama kelompok.
Presentase peningkatan hasil belajar sifat bangun ruang Matematika
siswa setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD). Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata tiap siklus pada aspek kognitif siswa. Dengan adanya peningkatan ini
kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya peningkatan hasil belajar
Matematika siswa kelas V SD Negeri Jagir 3 meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan media
dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SD
Negeri Jagir 3.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan
oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada umumnya dimiliki
oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran
Matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu aspek
peningkatan hasil belajar harus diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan
pembelajaran khususnya Matematika.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang tepat sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100 2. Bagi Guru
a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa
menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang sesuai,
sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap siswa untuk lebih
memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu
memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Bagi Siswa
a) Siswa hendaknya lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD), sebagai salah satu model
pembelajaran model pembelajaran yang menarik, sehingga dapat digunakan
sebagai cara alternative dalam memperoleh hasil belajar matematika yang
optimal.
b) hendaknya keterampilan kooperatif lebih ditingkatkan dan usahakan
mempunyai hubungan baik antarsiswa, sehingga mempermudah dalam
proses pembelajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) guna melengkapi kekurangan yang ada serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101 sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar Matematika yang
belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user