peningkatan kemampuan berhitung anak usia 4 5...
TRANSCRIPT
“PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 4 – 5
TAHUN DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI PAUD
DAHLIA TAHUN AJARAN AJARAN 2018/2019”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
PUSPA AYU MELODYANA
NIM. 11140184000021
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018/2019
V
Abstrak
Puspa Ayu Melodyana 11140184000021 Peningkatan Kemampuan Berhitung
Anak Usia 4 – 5 Tahun Dengan Permainan Ular Tangga di PAUD Dahlia
2018/2019
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun dengan permainan ular tangga pada kelompok A
PAUD Dahlia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas kolaboratif dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.
PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di
dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
pelaksanaan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok A PAUD
Dahlia yang berjumlah 10 anak. Objek penelitian ini adalah kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi.
Teknis analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 75% dari 10 anak mencapai kemampuan
beritung anak usia 4 – 5 tahun. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Hasil penelitian menujukan bahwa kemampuan berhitung anak usia 4 – 5
tahun mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5
tahun terlihat dari indikator kemampuan membilang benda 1 – 10, mengenal konsep
bilangan, mengenal lambang bilangan 1 – 10, menyebutkan lambang bilangan 1 – 10,
mencocokan bilangan dengan lambang bilangan. Peningkatan kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun dengan permainan ular tangga dalam pelaksanaan pratindakan
31, 5%, dan pada siklus I meningkat menjadi 51,5%, karena masih kurang dari
kriteria keberhasilan yang seharusnya maka dilakukan tindakan selanjutnya yaitu
siklus II dan meningkat sangat baik dengan mendapatkan persentase 85%. Dengan
perolehan tersebut maka penelitian dihentikan karena telah mencapai kriteria
keberhasilan.
Kata Kunci: Kemampuan berhitung snsk usia 4 – 5 tahun, permainan ular tangga
VI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alaamiin. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik serta sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.
sebagai suri tauladan terbaik yang telah membawa kita ke zaman yang terang
benderang seperti sekarang ini.
Tulisan ini merupakan karya ilmiah yang berisi penelitian dan hasil yang
dilakukan selama di PAUD Dahlia. Semoga tulisan ini bisa menjadi bekal untuk
menjadikan pengalaman untuk keluarga maupun masyarakat.
Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikanya laporan ini, terutama kepada:
1. Ibu Siti Khadijah, M.A. Sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi selama ini.
2. Ibu Miratul Hayati, M.Pd. Sebagai Sekretaris Juruan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi selama
ini.
3. Ibu Dr. Fidrayani, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Ibu Rina Syafrid, M.Pd
selaku dospem Pembimbing II sebagai dosen pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan motivasi kepada saya
4. Ibu Nyai Maesaroh Sebagai Kepala Sekolah yang telah menerima peneliti untuk
melakukan penelitian di PAUD Dahlia.
5. Ibu Mimil sebagai wali kelas kelompok A yang membantu saya dalam
melakukan penelitian ini.
6. Tak lupa orang tua saya Bapak Anwar Susila dan Ibu saya Nining Kurniasih,
yang tak henti-hentinya selalu mendo’akan anaknya dengan tulus memberikan
VII
bantuannya, baik moril amaupun materil, semangat dan dorongan demi
keberhasilan anaknya dalam keadaan apapun
7. Tak lupa pula, kepada kakak dan akik saya Dini Ginanjarwati, Aditya Rizky
Anwari dan Putri Asmahani yang selalu menghibur dan memberikan semangat
demi keberhasilan kakaknya.
8. Kepada partner saya Muhamad Jaelani Dahlan yang selalu menjadi penyemangat
dan memberikan motivasi serta mendorong saya untuk mengerjakan karya ilmiah
ini
9. Kepada sahabat saya Sinta Devi Mulyani yang tidak pernah lelah mengingatkan
saya untuk mengerjakan karya ilmiah ini
10. Juga teman teman Cabay Syariah, Evi, Huda, Fita, Pia, Jihan, Irfha, Evi Ros,
Irfha, Mira, Aenida, Nadia, Tadia, Selfi, yang sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini dan berjuang selama 4 tahun di PIAUD UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
11. Kepada meylinda azizah teman seperjuangan saya diperjuangan akhir skripsi
saya untuk mempersiapkan persyaratan sidang
12. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya penulisan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa
memberikan kemudahan dalam hidupnya menjadikannya sebagai pemberat amal
kebajikan bagi kita semua, Aamiin.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran sangat peneliti harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini serta pembelajaran bermakna dan bermanfaat si masa
yang akan datang.
Jakarta, 11 Juni 2019
Puspa Ayu Melodyana
VIII
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ I
HALAMAN PERSETUJUAN JUDUL ............................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. III
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..................................................... IV
ABSTRAK ........................................................................................................... V
KATA PENGANTAR .......................................................................................... VI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... VIII
DAFTAR TABEL ................................................................................................ XII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... XIV
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ XVI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Peembatasan Masalah .............................................................................. 6
D. Fokus Penelitian ....................................................................................... 6
E. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
F. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
G. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Model Tindakan
1. Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini .......................................... 8
a. Pengertian Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun .......................... 8
b. Prinsip Kemampuan Berhitung ................................................ 12
c. Karakteristik Berhitung ............................................................ 13
IX
d. Tahapan Dalam Berhitung ....................................................... 14
e. Tujuan Berhitung ..................................................................... 17
f. Metode Pengembangan Berhitung ........................................... 17
B. Bermain
1. Pengertian Bermain .......................................................................... 19
2. Tahapan Bermain ............................................................................. 23
3. Manfaat Bermain ............................................................................. 26
4. Karakteristik Bermain ...................................................................... 30
5. Pengerian ular tangga ....................................................................... 31
6. Manfaat Bermain Ular Tangga ......................................................... 33
7. Langkah-langkah Bermain Ular Tangga .......................................... 34
8. Pengembangan Konseptual Rancangan Tindakan ........................... 35
C. Konsep Penelitian Tindakan
1. Penelitian Tindakan ......................................................................... 37
2. Penelitian Tindakan Kelas ............................................................... 39
3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 41
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 42
5. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas .......................................... 43
6. Bentuk-bentuk Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 43
7. Konsep Penelitian Yang Digunakan ................................................. 43
D. Penelitian Relevan ..................................................................................... 45
E. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 46
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................. 48
1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 48
B. Metode Penelitian ..................................................................................... 49
C. Prosedur Penelitian Tindakan ................................................................... 50
1. Observasi Awal ............................................................................... 50
X
2. Perencanaan Tindakan .................................................................... 50
3. Tahapan Pengamatan ...................................................................... 51
4. Refleksi ........................................................................................... 57
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan ............................................................... 58
E. Data dan Sumber Data
1. Data ................................................................................................. 59
2. Sumber Data .................................................................................... 60
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Instrumen ............................................................................... 61
2. Kisi-Kisi Instrumen .......................................................................... 65
a. Definisi Konseptual ................................................................ 65
b. Definisi Operasional .............................................................. 65
G. Validasi Instrumen ...................................................................................... 68
H. Validasi Data ............................................................................................... 69
I. Analisis Data ............................................................................................... 70
1. Analisis Data Kualitatif ................................................................. 71
2. Analisis Data Kuantitatif ................................................................ 72
J. Koding Data ............................................................................................. 72
1. Catatan Lapangan .............................................................................. 72
2. Catatan Wawancara ........................................................................... 73
BAB IV DESKRIPSI, HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum ................................................................................ 74
2. Deskripsi Khusus ................................................................................ 75
a. Deskripsi Data dan Pra Penelitian ................................................ 75
b. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran di Kelompok A .............. 79
c. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran ....................................... 79
B. Deskripsi Hasil Data dan Hasil Intervensi Tindakan
XI
1. Perencanaan Tindakan Siklus I ................................................... 81
2. Tindakan Siklus I ........................................................................ 81
3. Pengamatan ................................................................................. 94
a. Hail Pengamatan Secara Kualitatif ....................................... 94
b. Hasil Pengamatan Secara Kuantif ......................................... 96
4. Reflkeksi ..................................................................................... 98
5. Hasil Wawancara Guru ............................................................... 100
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan ................................................................................... 101
2. Tindakan Siklus II ......................................................................... 102
3. Pengamatan ................................................................................... 114
4. Refleksi ......................................................................................... 119
5. Hasil Wawancara Guru.................................................................. 120
D. Pembahasan Analisis Data
1. Analisis Data ................................................................................ 121
a. Analisis Data Kuantitatif ................................................. 121
b. Analisis Data Kualitatif .................................................. 124
E. Reduksi Data............................................................................................ 125
F. Temuan Penelitian ................................................................................... 137
G. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 139
B. Saran ......................................................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA
XII
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas .......................................... 48
TABEL 3.2 : Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................... 52
TABEL 3.3 : Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus II .......................................... 54
TABEL 3.4 : Kriterian Pencapaian Indikator ....................................................... 58
TABEL 3.5 : Sumber Data .................................................................................... 60
TABEL 3.6 : Kisi-kisi Instrumen .......................................................................... 66
TABEL 3.7 : Instrumen Penilaian ......................................................................... 66
TABEL 3.8 : Rubrik Penilaian .............................................................................. 67
TABEL 3.9 : Instrumen Wawancara ..................................................................... 68
TABEL 4.1 : Keadaan Siswa PAUD Dahlia ......................................................... 74
TABEL 4.2 : Nama Tenaga Kependidikan Guru PAUD Dahlia ......................... 75
TABEL 4.3 : Nama Anak Kelompok A PAUD Dahlia ........................................ 75
TABEL 4.4 : Data Hasil Pra Penelitian ................................................................ 80
TABEL 4.5 : Data Hasil Kenaikan Pra Penelitian Siklus 1 .................................. 97
TABEL 4.6 : Wawancara Guru Dalam Penggunaan Permainan Ular Tangga pada
Siklus I .................................................................................................................. 100
TABEL 4.7 : Rencana Pelaksanaan Siklus II Kelompok A .................................. 102
TABEL 4.8 : Data Perbandingan Score dan Presentase Kemampuan Berhitung Anak
Usia 4 – 5 Tahun Pada Pra Tindakan Siklus I dan II ............................................ 116
TABEL 4.9 : Wawancara Guru Dalam Penggunaan Permainan Ular Tangga pada
Siklus II ................................................................................................................. 120
TABEL 4.10 : Data Hasil Kenaikan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
Pada Pra Penelitian Siklus I dan II ........................................................................ 122
XIII
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 : Keempat langkah dalam siklus PTK
GAMBAR 2.2 : Model Kemmis dan Mc. Taggart
GAMBAR 2.3 : Kerangka Teoritik Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
GAMBAR 3.1 : Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart
GAMBAR 3.2 : Komponen dalam analisis data (flow model)
GAMBAR 4.1 : Kondisi PAUD Dahlia
GAMBAR 4.2 : Observasi Prapenelitian
GAMBAR 4.3 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
GAMBAR 4.4 : Mengenal konsep bilangan
GAMBAR 4.5 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
GAMBAR 4.6 : Menyebutkan lambang bilangan & Mengenal lambang bilangan
GAMBAR 4.7 : Membilang benda 1 – 10
GAMBAR 4.8 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
GAMBAR 4.9 : Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan
GAMBAR 4.10 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lamang bilangan
GAMBAR 4.11 : Mengenal konsep bilangan
GAMBAR 4.12 : Perbandingan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
Melalui Permainan Ular Tangga pada Pra Penelitian dan Siklus I
GAMBAR 4.13 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
XIV
GAMBAR 4.14 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
GAMBAR 4.15 : Membilang benda 1-10
GAMBAR 4.16 : Menyebutkan lambang bilangan
GAMBAR 4. 17 : Mencocokan Bilangan dengan lambang bilangan
GAMBAR 4.18 : Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
GAMBAR 4.19 : Mengenal konsep bilangan
GAMBAR 4.20 : Membilang Benda
GAMBAR 4.21 : Menyebutkan bilangan 1 – 10 & mengenal lambing bilangan
GAMBAR 4.22 : Mengenal konsep bilangan
GAMBAR 4.23 : Membilang benda
GAMBAR 2.24 : Presentase Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5
Tahun
GAMBAR 2.25 : Grafik Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
XV
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Permainan Ular Tangga
Lampiran 2 Penilaian Pra Tindakan
Lampiran 3 Penilaian Instrumen Siklus I Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5
Tahun Dengan Permainan Ular Tangga
Lampiran 4 Penilaian Perkembangan Anak Siklus I
Lampiran 5 Penilaian Instrumen Siklus I Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5
Tahun Dengan Permainan Ular Tangga
Lampiran 6 Penilaian Perkembangan Anak Siklus II
Lampiran 7 Surat Validasin Instruemen
Lampiran 8 Rubrik
Lampiran 9 RPPH
Lampiran 10 Surat Telah Melakukan Obsevasi
Lampiran 11 Uji Refrensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam psikologi perkembangan banyak dibicarakan bahwa dasar kepribadian
seseorang terbentuk pada masa anak-anak. Proses-proses perkembangan yang
terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan apa yang dialami dan diterima
selama masa anak-anaknya secara sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh
kembang menjadi manusia dewasa. 1
Anak adalah investasi sekaligus potensi dimasa mendatang. Para ahli teori
perkembangan sependapat bahwa usia dini merupakan The Golden Age atau masa
keemasan yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang dalam kehidupan
seseorang. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan berbeda satu sama lainnya.
Masing-masing anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda pula.
Kemampuan yang dimiliki anak itu adalah kemampuan bahasa, intelektual,
motorik dan kemampuan kognitif.
Kemampuan tersebut membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi. Perkembangan kognitif anak telah mulai sejak bayi. Anak usia 0 – 8
tahun sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan potensinya, yang
sangat menentukan untuk pengembangan kualitas manusia. Keith Osborn, Burton
L. White, dan Benyamin S. Bloom berdasarkan hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada
tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya
terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir pada
dasawarsa kedua.2
1 Gunarsa DS & Gunarsa. Y SD. Psikologi perkembangan anak dan remaja, (Jakarta: PT BPK
Gedung mulia; 200), H. 3 2 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media; 2010), h. 2
2
Anak bukan seorang dewasa kecil karena hingga mencapai usia 15 tahun, anak
tidak dapat membuat alasan atas tindakannya seperti orang dewasa. Informasi ini
didasarkan pada karya Jean Piaget, seorang ahli perkembangan biologi yang
mendedikasikan hidupnya untuk mengamati dan mencatat secara dekat
kemampuan intelektual bayi, anak dan adolesen. Tahapan-tahapan perkembangan
intelektual yang dirumuskan oleh Piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak.
Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga akhir masa
adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga
akhir masa dewasa. Kita sering sekali membuat kesalahan dengan mengharapkan
anak dapat berfikir seperti orang dewasa. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik
perlu memahami apa yang dapat diharapkan dari seorang anak secara realistis
ketika ia berada dalam masa perkembangannya menuju dewasa.
Piaget memulai studinya dengan mengamati secara hati-hati ketiga anaknya
yang masih bayi, meliputi pengamatan tentang bagaimana mereka mengeksplorasi
mainan-mainan baru, memecahkan masalah yang sederhana yang diberikan
kepada mereka, dan secara umum sampai pada pemahaman mengenai diri mereka
sendiri dan dunia mereka.3 Sebagaimana yang kita ketahui bahwa semua aspek
perkembangan sangat mudoi8lbh ah diserap oleh anak, diantaranya aspek
perkembangan sosial mosional, perkembangan bahasa, perkembangan fisik
motorik, perkembangan moral agama, dan perkembangan kognitif. Perkembagan
kognitif ini merupakan perluasan dari kemampuan mental atau intelektual anak.
Kemapuan Kognitif meliputi pengenalan, pemrosesan dan pengaturan informasi
serta penggunaan informasi dengan tepat. Kognitif ini mencakup kegiatan mental
seperti menemukan, menginterpretasi, memilah, mengelompokan dan mengingat.
Kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap
menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
3 Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, (Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka; 2016), h. 5.3
3
berkembangnya perkembangan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan
fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan
sehari-hari.4 Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif
salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Untuk memberikan pengalaman
yang lebih utuh tentang perkembangan kognitif ini.
Makna perkembangan kognitif bagi kehidupan anak, perkembangan kognitif
mengacu pada perkembangan anak dalam berfikir dan kemampuan untuk
memberikan alasan. Secara umum, pengertian dari perkembangan kognitif adalah
perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan
kognitif membuat anak, mampu mengingat, membayangkan bagaimana cara
memecahkan soal, menyusun strategi kretif atau menghubungkan kalimat menjadi
pembicaraan yang bermakna (meaningfull). Malkus, Feldman, dan Gardner dalam
Sujiono (2009) menggambarkan perkembangan kognitif sebagai “kapasitas untuk
tumbuh, menyampaikan, dan menghargai maksud dalam penggunaan beberapa
sistem simbol yang secara kebetulan ditonjolkan dalam suatu bentuk setting”
sistem simbol ini meliputi kata, gambar, isyarat, dan angka. 5
Pentingnya perkembangan kognitif untuk masa depan anak. Karena dengan
mengembangkan kemampuan kognitif anak sedini mungkin, dapat berpengaruh
kepada kehidupan anak dimasa yang akan datang atau mempersiapkan anak untuk
memasuki ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu cara dalam
mengembangan kognitif pada anak sedini mungkin dengan meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak. Dalam pengamatan peneliti pada PAUD Dahlia
bahwa pemanfaatan media yang kreatif dan mengedukasi untuk perkembangan
matimatika anak masih sangat kurang. Minat dan antusias anak pada
4 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya; 2012), h.
96 5 Yuliani Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka; 2015), h. 1.11
4
pembelajaran berhitung pun masih rendah. Dengan meningkatkan kemampuan
berhitung anak usia 4-5 tahun banyak sekali manfaat yang di dapat, sangat banyak
kebutuhan–kebutuhan yang dapat terpenuhi di jenjang selanjutnya bahkan di
kehidupan anak ketika dewasa kelak. Anak akan belajar bagaimana untuk berfikir
logis, anak akan belajar untuk berfikir konkret, semua itu sangat berpengaruh
untuk menyongsong kehidupan yang lebih sulit di masa depan. Anak akan lebih
siap menghadapi kehidupan yang akan datang, anak akan terbantu dengan
memecahkan masalah-masalah yang datang dengan segala permasalahan yang
akan datang kelak.
Orang beranggapan bahwa masih terlalu dini untuk mengajarkan matematika
pada anak usia dini. Hal ini yang harus diperhatikan karena pengenalan
matematika awal untuk anak usia dini sangatlah penting untuk masa depan anak.
Setelah peneliti mengobservasi PAUD Dahlia pada 07 November – 08 November
2018 yang sudah menerapkan pembelajaran matematika awal untuk anak usia
dini, tetapi metode atau cara yang digunakan masih menggunakan teknik
pembelajaran yang monoton dan membosankan untuk anak. Kemampuan guru
untuk pembelajaran berhitung anak usia 4 – 5 tahun ini menggunakan metode
menghitung jumlah buah-buahan dan menulis atau mencontoh angka bilangan
yang sudah dicontohkan oleh guru kelas.
Sehingga anak menganggap pembelajaran matematika atau berhitung tidak
menarik bagi mereka. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya media pembelajaran
matematika dasar yang digunakan untuk pembelajaran. Maka dari itu peneliti
melakukan penelitian tindak kelas di PAUD Dahlia 10 anak kelompok A yang
kemampuan berhitung permulaannya masih kurang. Berhitung anak usia 4 – 5
tahun sangat penting untuk membantu anak mempersiapkan diri untuk masuk ke
sekolah dasar.
Seperti penelitian sebelumnya yang membahas mengenai permainan Ular
Tangga yaitu Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4-5 Tahun Melalui
Kegiatan Bermain Ular Tangga (Penelitian Tindakan Kelas Di RA Al-Nur
Pancoran Jakarta Selatan). Penelitian sebelumnnya menjelaskan bahwa permainan
5
ular tangga permainan yang tepat untuk dapat meningkatkan kemampuan
berhitung permulaan pada anak usia dini. Yang pertama dengan anak melempar
atau mengocok dadu kemudian melemparnya, anak melempar dadu tersebut
terdapat beberapa titik yang dapat anak hitung. Dalam dadu terdapat terdapat titik
yang jumlahnya berbeda-beda pada setiap sisi dadu. Jumlah titik pada setiap sisi
pada dadu di antaranya satu, dua, tiga, empat, lima, dan yang terakhir enam titik.
Anak dapat belajar menghitung jumlah titik pada setiap sisi pada dadu.
Dalam permainan ular tangga, terdapat angka bilangan pada setiap kotak
dalam permainan. Anak dapat menghafal angka bilangan dengan bermain ular
tangga. Jika dadu yang anak lempar muncul pada sisi dadu yang berisikan lima
titik, anak tersebut memindahkan pion mereka sebanyak titik yang muncul pada
dadu tersebut kemudian pemain mereka akan berhenti pada satu angka bilangan.
Hal ini sangat membantu anak untuk menghafal angka bilangan. Karena pada
setiap kotak pada papan ular tangga terdapat angka bilangan dengan urutan yang
sistematis. Jika pada papan ular tangga tersebut terdapat dua puluh dua kotak itu
artinya dalam papan permainan ular tangga ada angka bilangan dari satu sampai
dua puluh, dan dua kotak sisanya untuk start dan finish.
Permainan ular tangga juga dapat membantu anak untuk dapat berhitung
secara sistematis atau secara urut. Anak yang telah melempar dadu tentu mereka
akan menghitung pada setiap kotak secara berurutan atau secara sistematis. Jika
anak melempar dadu dan muncul sisi yang terdapat empat mata dadu itu artinya
anak menjalankan bidaknya sampai empat kali. Permaian ular tangga juga dapat
melatih anak untuk bersabar atau mengantri menunggu giliran. Karena dalam
permainan ular tangga membutuhkan sedikitnya pemain yaitu dua orang. Jika
anak bermain ular tangga secara berkelompok, anak akan belajar sabar menunggu
gilirannya untuk main.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Peningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5
Tahun Dengan Permainan Ular Tangga penelitian tinakan yang dilakukan pada
kelompok A, PAUD Dahlia pada tahun 2018
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas agar penelitian lebih fokus dan
tidak terjadi perluasan kajian maka dilakukan fokus masalah dalam penelitian
tindakan kelas kelompok A di PAUD Dahlia yaitu
1. Pemilihan atau strategi pembelajaran belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2. Kurangnya kreasi guru dalam pembelajaran
3. Kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun masih rendah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti akan
memberikan batasan masalah sebagai ruang lingkup dari penelitian ini yaitu
meningkatkan lemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun pada kelompok A
PAUD dahlia.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelompok A di Paud Dahlia tahun ajaran
2017-2018. Focus dalam penelitian ini yaitu mengetahui peningkatan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun melalui permainan ular tangga. Penelitian ini
diterapkan oleh peneliti dan digunakan oleh siswa dalam penutup pada proses
pembelajaran. Berdasarkan identifikasi masalah ini yang harus dilakukan
peneliti yaitu mempersiapkan segala persiapan untuk penelitian tindakan dan
membuat strategi pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode learning
by doing yaitu bermain ular tangga.
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun setelah
diterapkannya permainan ular tangga?
2. Bagaimana meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun
dengan permainan ular tangga?
7
F. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara meningkatkan kemampuan berhitunganak usia 4 -5 tahun
menggunakan media ulang tangga pada kelompok A di PAUD Dahlia.
2. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran bagaimana meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun dengan permainan ular
tangga?.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun
untuk kelompok A di Paud Dahlia
2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun
khususnya mengenalkan bilangan dan berhitung sistematis menambah
pengetahuan guru dalam meningkatkan motorik kasar anak.
3. Bagi kepala sekolah, memberi kesempatan bagi guru untuk
mengembangkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Model Tindakan
1. Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini
a. Pengertian Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
Banyak sekali kemampuan yang dapat dikembangkan dalam periode
anak usia dini. Dimana salah satunya adalah periode umur 4 – 5 tahun
yang dimana mudah sekali pelajaran dapat diserap oleh otak anak pada
rentan usia tersebut. Salah satunya hal yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif anak. Dimana anak usia 4 – 5 tahun sangat mudah
menyerap rangsangan-rangsangan dari luar atau anak mudah sekali
memeroleh pelajaran dari teman-temannya, guru serta lingkungannya. Dan
yang terpenting anak diberi bekal kemampuan berhitung untuk membekali
mereka karena sangat mempengaruhi kehidupannya dimasa depan maupun
saat ini.
Menurut Yuliani Nurani Sujiono sebagaimana yang dikutip oleh Taopik
dkk kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan seseorang
untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa.6 Menurut Margaret W. Matlin, yaitu “Cognition, or mental
activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of knowledge”
dalam dictionary of Psycology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi
adalah istilah umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yakni
persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran”.7
Menurut Munandar dalam Susanto, bahwa kemampuan merupakan
daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan
6 Taopik Rahman dkk, Peningkatan Kemampuan Anak Usia Dini Mengenal Konsep Bilangan
Melalui Media Flashcard, (Vol. 1 No. 1 Juni 2017), h. 118 7 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2012), h.
97
9
yang dimilikinya.8 Jadi, seseorang sudah mempunyai fitrah sejak lahir bisa
dibilang sudah mempunyai kemampuan secara dasar pada setiap intividu.
Tinggal bagaimana kita sebagai masing-masing individu mengasah
kemampuan yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang
yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya
pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu. Senada
dengan Munandar, Robin dalam Ahmad Susanto juga menyatakan bahwa
kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan tertentu.9 Oleh karena itu, dari keterangan-keterangan yang
sudah dipaparkan di atas, bisa kita pahami bahwa kemampuan merupakan
suatu kekuatan dari dalam diri kita yang mana jika kemampuan ini tidak
dikembangkan atau diasah oleh setiap individu akan menjadi kemampuan
yang terpendam.
Salah satu kemampuan kognitif yang harus dimiliki anak yaitu
kemampuan berhitung. Berhitung merupakan bagian dari matematika.
Matematika berasal dari bahasa Yunani, ”mathenaein” atau “mathin” yang
artinya mempelajari. Menurut Lunchis, matematika membahas simbol,
numeric, matematika metode berfikir logis, dan matematika merupakan
sarana berpikir dan juga berarti pengetahuan atau ilmu.10
Smith, Jackman
dalam Hilda L. Jackman mengemukakan bahwa count real things to help
children use their own experience with objects to better understand
number. Maksud dari pernyataan tersebut anak akan dapat memahami
berhitung melalui benda konkret dengan keterlibatan langsung.11
Kemampuan berhitung adalah kemampuan untuk menggunakan
penalaran logika dan angka-angka. Pengertian berhitung adalah
8Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group; 2014),
h. 97 9 Ibid, h. 97
10 Lili Cholila, Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak 4-5 Tahun Melalui Kegiatan Bermain
Ular Tangga, (Jakarta: Skripsi; 2012), h. 12 11
Nancy Riana, Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Bermain Monopoli
Penelitian Tindakan Di SDN Palmerah 03 Pagi Jakarta Barat, 2014, (Universitas Singaperbangsa
Karawang, Jakarta, 2014), h. 4
10
kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan
yang terdekat dengan dirinya.12
Kemampuan berhitung merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika seperti
kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenal jumlah.
Kemampuan berhitung untuk anak usia dini diperlukan untuk
mengembangkan pengetahuan dasar matematika, seperti pengenalan
konsep bilangan, warna, bentuk, ukuran, ruang, posisi dan dapat
membentuk sikap logis, kritis, cermat dan kreatif pada diri anak.13
Sebagaimana menurut Ahmad dan Hikmah, belajar berhitung yaitu
mengenalkan konsep-konsep dalam berhitung.14
Seperti membilang benda,
mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, berhitung dengan
sitematis.
Kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun ialah kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karatkteristik
perkembangan dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya,
sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke
tahap pengertian mengenai jumlah, yaitu hubungan dengan jumlah dan
pengurangan.15
Griffith juga mengemukakan berhitung meupakan bagian
dari komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan sehingga
mampu untuk berhitung dengan benar.16
Salah satu kemampuan yang
dikembangkan pada rentang usia 4-5 tahun adalah kemampuan mengenal
konsep bilangan. Perkemendikbud 137 tahun 2014, tentang standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) usia 4-5 tahun yaitu: 1.
Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 2. Mengenal konsep
12
Rosa Imani Khan, Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan
Bowling Kaleng, (Vol. 10, Januari 2016), h. 65-71. 13
Ibid, h. 66 14
Dadan Suryana, Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana; 2016), h. 107 15
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group;
2014), h. 98 16
Jasni, Meningkatkan Kemampuan berhitung Melalui Media Permainan Ular Tangga di
Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, (Jurnal Media
Inovasi Edukasi Vol 04, No 13. 13 April 2018), h. 221
11
bilangan 3. Mengenal lambang bilangan.17
Griffith juga mengemukakan
berhitung meupakan bagian dari komponen mengenai konsep bilangan,
lambang bilangan
Anak usia 4 tahun telah dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan
satu kategori, mereka juga mulai menunjukan keterkaitan pada angka dan
kuantitas, seperti menghitung, mengukur, dan membandingkan.18
Kemampuan berhitung anak menurut Permendiknas Nomor 58 tahun 2003
adalah: 1) membilang angka 1 – 10, 2) menghitung benda 1 – 10, 3)
membaca lambang bilangan 1 – 10, 4) menghubungkan benda dengan
bilangan 1 – 10.19
Oleh karena itu kemampuan berhitung anak usia 4 – 5
tahun begaimana anak tersebut mengembangkan kemampuannya dengan
cara yang berbeda-beda dan dengan tingkatan yang berbeda pula. Seperti
anak mengembangkan kemampuan berhitungnya mulai dari mengenal
bilangan atau mengenal lambang bilangan dan berlanjut dengan mengenal
simbol-simbol biasanya jika anak sudah mulai ,engenal dan mengetahui
lambang bilangan dan simbol-simbol anak mulai bisa berhitung secara
sistematis dan anak mulai mencoba untuk menjumlahkan angka atau
pengurangan.
Kemampuan anak pra sekolah dalam fase-fase perkembangannya, perlu
diimbangi oleh berbagai faktor, intern dan ekstern anak ini, diantaranya
faktor intern yang berupa intelegensi, karena intelegensi sangat penting
dalam proses belajar mengajar, peranan intelegensi dapat menentukan
pertumbuhan dan kecerdasan seseorang.20
Jadi jika kemampuan intelegensi
anak baik maka kemampuan seperti matematis dan kemampuan bahasa
anak akan terstimulus.
17
Taopik Rahman dkk, Peningkatan Kemampuan Anak Usia Dini Mengenal Konsep Bilangan
Melalui Media Flashcard, (Vol. 1 No. 1 Juni 2017), h. 118 18
Dadan Suryana, Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana; 2016), h.108 19
Ria Novianti, Pengembangan Permainan Roda Putar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Angka Anak Usia 5-6 Tahun, (Vol. 4, No. 1, 2015), h. 56 20
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group;
2014), h. 98
12
b. Prinsip Kemampuan Berhitung
Untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak
dikenalkan melalui permainan berhitung, dikenal ada beberapa prinsip
mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung,
yaitu:21
1) Dimulai dari menghitung benda
2) Berhitung dari yang lebih muda ke yang lebih sulit
3) Anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri
4) Suasanya yang menyenangkan
5) Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh
6) Anak dikelompokan sesuai dengan tahapan berhitungnya
7) Evaluasi dari mulai awal sampai akhir kegiatan
Anak usia berada pada tahap pra operasional kongkrit yaitu tahap
persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongrit/nyata dan
berfikir intuitif yaitu anak mampu mempertimbangkan tentang besar,
bentuk, dan benda-benda didasarkan pengalamannya (presepsinya sendiri).
Selanjutnya menurut mudjito mengenai prinsip-prinsip permainan
berhitung yaitu:22
1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan
menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang
dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan
secara bertahap menurut tingkat kesukarannya.
3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan
berpatisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-
masalahnya sendiri.
21
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group; 2014),
h. 102 22
Depdiknas, Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional; 2007), h. 2
13
4) Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak.
5) Bahasa yang digunakan dalam pengenalan konsep berhitung harus
menggunakan bahasa yang sederhana.
6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokan sesuai tahap
penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi, dan lambang.
7) Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari
awal sampai akhir kegiatan.
Menurut Yew dalam Susanto, beberapa prinsip dalam mengajarkan
berhitung pada anak, diantaranya:23
1) Buat pelajaran mengasikan
2) Ajak anak terlibat secara langsung
3) Bangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan
berhitung
4) Hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya
5) Fokus pada anak yang capai.
Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajran
berhitung bukan suatu yang menakutkan, tetapi merupakan pelajaran
disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak akan merasa
membutuhkan karena mengasikan dan cara mengajarkannya pun harus
cepat.
c. Karakteristik Berhitung
Kecerdasan berhitung seorang anak ditandai dengan kemampuannya
untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berfikir logis dan
ilmiah serta adanya konsistensi dalam pemikiran. Menurut Musfiroh,
23
Ria Novianti, Pengembangan Permainan Roda Putar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Angka Anak Usia 5-6 Tahun, (Educhild Vol. 4, No 1 2015), h. 61
14
perkembangan logika matematika berkaitan dengan angka, menghitung,
menghubungkan sebab akibat, dan membuat klasifikasi.24
Menurut Suyanto konsep matematika anak usia dini, meliputi:
1) Menghitung
2) Angka, yaitu simbol dan kuantitas
3) Klasifikasi
d. Tahapan Dalam Berhitung
Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini, dengan
mengacu pada hasil penelitian Jean Piaget tentang intelektual, yang
menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional,
maka penguasaan kegiatan berhitung atau matematika pada anak usia
taman kanak-kanak akan melalui tahapan sebagai berikut:25
1) Tahap konsep/pengertian
Pada tahap ini anak berekpresi untuk menghitung segala macam
benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan
menghitung-hitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga
benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua
harus dapat memberikan pelajaran yang menarik dan berkesan,
sehingga anak tidak menjadi jera atau bosan.
2) Tahap transmisi/peralihan
Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang,
tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah
maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak
dengan baik, yaitu saat anak mampu mengitung yang terdapat
kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan.
Tahap transisi inipun harus terjadi dalam waktu yang cukup dikuasai
anak.
24
Dadan Suryana, Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana; 2016), h. 108 25
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group;
2014), h. 100
15
3) Tahap lambang
Tahap dimana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa
paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan
sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau
matematika.
Sama seperti Piage, Slavin dalam Wati mengatakan bahwa tahapan
berhitung sebagai berikut: (1) tahap konsep/pengertian; (2) Tahap
transmisi/peralihan; (3) Tahap lambang.26
Tahapan berhitung memang sangat penting diterapkan untuk
mengajarkan berhitung anak. Dengan tahapan-tahapan berhitung yang
sudah kita ketahui dan pahami memudahkan guru untuk meningkatkan
kemampuan berhitung anak agar optimal sesuai dengan tahapan-tahapan
yang sudah ada. Tinggal bagaimana guru mengkreasikan cara-cara dan
metode yang akan diterapkan pada anak.
Anak-anak dalam aktivitas berhitung, pasti melewati berbagai tahapan
untuk dapat melakukan penghitungan dengan baik. Adapun tahapannya
menurut Ika Budi Maryatun sebagai berikut:27
1) Pengalaman berhitung diajarkan dengan memberi kesempatan
seluas-luasnya pada anak untuk melakukan aktivitasnya sendiri
menggunakan benda konkrit.
2) Simbol. Berhitung menggunakan simbol jika mengajarkan tidak
memungkinkan untuk menggunakan benda konkrit.
3) Tulisan menggunakan lambang bilangan yang sangat abstrak bagai
anak-anak berhitung menggunakan tulisan hanya dapat diberikan
pada anak yang telah memiliki pengalamn melakukan aktivitas
sendiri menggunakan benda konkret dan simbol.
26
Wati Sukmawati, Penerapan Permainan Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Pada Anak Kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal 85 Legoso Ciputat Timur, (Istiqra,
Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 5, No 2 Desember 2017), h. 235 27
Ahmad Mushlih, dkk., Analisis Kebijakan PAUD, (Jawa Tengah: Mangku Bumi; 2018), h. 104
16
Secara garis besar tahapan berhitung menurut Depdiknas sama sejalan
dengan beberapa teori yang yang telah dikemukakan, permainan berhitung
di taman kanak-kanak dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan
berhitung di jalur matematika yaitu:28
1) Masa Transisi
2) Penguasaan Konsep
3) Lambang
Kemampuan berhitung adalah kemampuan untuk menggunakan
penalaran, logika dan angka-angka. Pengertian kemampuan berhitung
permulaan adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk
mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai
dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan
perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian
mengenai jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan
pengurangan.
Pembelajaran berhitung yang sesuai dengan tahapan penguasaan konsep
berhitung anak, yang dimulai dengan cara menghitung jumlah benda
konkrit disekitar anak, pengenalan dari benda terhadap lambang
bilangannya, dan tahap yang terakhir menggunakan lambing bilangan
untuk menunjukan jumlah benda yang dihitung dapat meningkatkan
kemampuan anak khususnya kemampuan berhitung.
Berdasarkan pernyataan dari beberapa tokoh dapat dideskripsikan
bahwa pembelajaran berhitung memiliki tahapan dari penguasaan konsep
yaitu pemahaman atau pengertian anak tentang suatu dengan
menggunakan benda dan peristiwa konkrit, aktivitas yang dilakukan
dengan cara permaianan, dengan cara meneliti pola-pola yang terdapat
pada konsep tertentu dalam suatu permainan, masa peralihan dimana anak
telah mengenal konsep dengan baik. Pada tahap simbolis, anak harus
28
Depdiknas, Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional; 2007), h. 6
17
mampu melambangkan setiap konsep dengan symbol matematika, dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk menulis lambang bilangan
atas konsep yang telah dipahami oleh anak.
e. Tujuan Berhitung
Dalam berhitung anak usia dini pasti ada tujuan yang akan dicapai, baik
guru maupun anak. Sangat penting bagi kita sebagai pendidik atau bahkan
calon orang tua untuk mengetahui bagaimana tujuan-tujuan atau apa saja
tujuan dala berhitung tersebut. Secara umum tujuan berhitung di TK untuk
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya
nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang
selanjutnya yang lebih kompleks.
Tujuan khusus dalam berhitung adalah dapat berfikir logis dan
sistematis sejak dini, dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam
kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan
keterampilan berhitung, memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan
daya apresiasi yang tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan wakru,
memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara
spontan.29
Menurut Sujiono, kegiatan berhitung bertujuan agar anak dapat
memiliki kemampuan sebagai berikut: anak dapat berfikir logis dan
sitematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkret,
gambar-gambar ataupun angka-angka yang terdapat disekitar anak. Anak
dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat
yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan dalam berhitung.30
f. Metode Pengembangan Berhitung
Dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak
dapat dilakukan beberapa metode. Metode yang dikembangkan dalam
29
Depdiknas, Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional; 2007), h. 2 30
Dadan Suryana, Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana; 2016), h.
18
mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung permulaan
misalnya: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen,
bermain, atau pemberian tugas.
Seperti yang dipaparkan oleh Mudjito metode yang digunakan oleh
guru adalah salah satu kunci pokok suatu keberhasilan dalam kegiatan
belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan
harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep, trasisi, dan lambang.
Adapun metode yang dapat dilakukan antara lain:31
1) Metode bercerita
2) Metode bercakap-cakap
3) Metode tanya jawab
4) Metode pemberia tugas
5) Metode demonstrasi
6) Metode Exsperimen
Metode yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berhitung
permulaan anak menurut Renew sebagaimana yang dikutip oleh Susanto,
dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenagkan, suasana
belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar.
Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat anak akan
belajar angka dengan cara yang kreatif dalam suatu permainan berdasarkan
tahapan-tahapan tertentu.
Metode yang digunakan dapat menumbuhkan kemampuan berfikir anak
serta mampu memecahkan masalah. Sebagaimana yang dikutip oleh
Susanto, Gordon dan Browne dalam Moeslichatoen mengemukakan tiga
macam pola kegiatan yang dapat dilakukan agar tujuan dari metoode yang
diterapkan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga macam
pola kegiatan tersebut adalah:32
1) Kegiatan dengan pengarahan langsung dari guru
31
Depdiknas, Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional; 2007), h. 14 32
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 104
19
2) Kegiatan berpola semi kreatif
3) Kegiatan berpola kreatif
Menurut Hurlock sebagaimana yang dikutip oleh Susanto, seiring
dengan perkembangan kemampuan berhitung permulaan ini, menyatakan
bahwa konsep yang dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya
pengalaman yang dialami anak, diantaranya konsep bilangan. Konsep
bilangan berhubungan dengan kata-kata ketika anak mulai berbicara.
Pengalaman yang dialami oleh seorang anak memengaruhi konsep
bilangan anak, karena itulah secara umum anak yang memulai pendidikan
di Taman Kanak-kanak umumnya belajar arti bilangan lebih cepat
dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami pendidikan di Taman
Kanak-kanak. Pada saat anak memasuki pendidikan taman kanak-kanak,
pemahaman konsep bilangan akan berkembang dengan cepat sampai
padapeningkatan ke tahap pengertian mengenai jumlah. Konsep bilangan
ini berhubungan dengan penambahan dan pengurangan, sehingga secara
bertahap bilangan menjadi lebih jelas. Oleh karena itu memahami konsep
bilangan melalui permainan anak akan cepat memahami maksud dari
pembelajran tersebut.33
B. Bermain
1. Pengertian Bermain
Menurut Hurlock dalam Musfiroh bermain adalah kegiatan yang dilakukan
atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari
pihak luar.34
Anak usia dini seolah-olah hidup untuk bermain, tetapi tanpa
disadari permainan yang dia lakukan dan permainan yang dia kerjakan dgan
senaang hati dan sukarela memberikan banyak pembelajaran untuk dirinya.
Jadi sangatlah penting arti bermain untuk mengeksplor kemampuan anak.
Memang bermain adalah dunia anak, maka anak pasti melakukan permainan
33
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group;
2014), h. 107 34
Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain, (Jakarta: PT Grasindo; 2008), h. 1
20
tersebut dengan hati yang gembira atau dengan kemauannya sendiri. Sebagian
orang menyatakan bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun
demikian, anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain.
Bermain, menurut Smith and Pellegrini dalam Musfiroh merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-
cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan
positif.35
Hal ini menunjukan bahwa bermain dilakukan atas dasar kemauan
sendiri tanpa paksaan orang lain atau bermain dilakukan untuk kesenagan diri
sendiri bukan untuk orang lain. Bermain juga tidak memperdulikan hasil dari
sebuah permainan tersebut, tak perduli bagaimana hasil dalam sebuah
permainan tersebut apakah akan menag atau kalah. Yang mereka lakukan
hanyalah ingin bersenang-senang dalam permainan yang mereka lakukan tanpa
perduli pada sebuah hasil akhirnya.
Sedangkan Patern dalam Dockett dan fleer memandang kegiatan bermain
sebagai sarana sosialisasi, diharapkan dalam bermain dapat memberi
kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta
lingkungan tempat dimana ia hidup.36
Bermain juga bersifat fleksibel, karena
bermain bisa dengan siapa saja dan bisa dimana saja. Karena bermain bukan
suatu hal yang kaku, dimana harus terpaku pada suatu aturan. Yang mereka tau
bermain adalah menyenagkan.Bermain juga bersifat aktif karena dalam
bermain hampir semua organ atau panca indra tubuh kita ikut bergerak
mengikuti permainan yang menyenangkan. Bagaimana organ tubuh yang
banyak bergerak karena anak akan bermain semau mereka tanpa tau rasa lelah.
Bermain juga bersifat positif dan sangat banyak memberikan hal positif
karena banyak sekali manfaat yang di dapat dari sebuh permainan untuk anak.
35
Tadkiroatun Musfiroh & Sri Tatminingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2016), h. 1.5 36
Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta Barat: Permata Puri Media;
2013), h. 144
21
Dari mulai perkembangan sosial emosiaonalnya karena dia akan belajar
bersosialisasi dengan temannya dan perkembangan kognitifnya dengan di
dapatnya pengetahuan-pengetahuan yang baru dari lingkungan bermainnya,
perkembangan motorik halus dan motorik kasarnya pun ikut berkembang
karena anak benar-benar terlibat aktif dalam permainannya. Bermain juga
membawa efek positif karena membuat pemainnya tersenyum dan tertawa
karena menikmati apa yang mereka lakukan.
Menurut suyadi menjelaskan bahwa “permainan dimaksud bukan sebagai
mainan semata, melainkan permainan yang dapat menstimulasi minat belajar
anak”37
Jika kita mengamati seseorang anak ketika bermain, maka yang
terlihat adalah wajah yang gembira, menyenagkan, berseri-seri, bahkan anak
tidak perduli lg dengan bajunya yang akan kotor karena sangat fokus pada
permainannya yang membuatnya lupa akan dunia diluar permainannya. Anak
memunculkan perilaku tersebut tanpa adanya arahan dari orang yang ada di
sekitarnya. Kegiatan bermain pada anak telah lama menjadi perhatian oleh para
psikologi dan kependidikan.
Menurut pendapat Frobel bermain merupakan aktivitas alamiah bagian dari
pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Selain Frobel sebagaimana yang
dikutip Syamsiatin beberapa ahli lain juga memiliki pendapat yang berbeda
tentang bermain. 38
Bruner : Belajar langsung
Dowey : Kegiatan yang memiliki nilai
Frobel : Bagian dari pertumbuhan dan perkembangan
Erikson : bertentangan dengan bekerja
Vigotsky : bermain imajinasi kunci perkembangan
Elkind : menurunkan tingkat stres
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, maka kegiatan bermain yang
dilakukan oleh anak bagian dari proses perkembangan yang dilalui oleh anak.
37
Ramaikis Jawati, Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Ludo Geometri
di Paud Habilul Ummi II, (Vol. 1, No 1, April 2013), h. 225 38
Eriva Syamsiatin, Bermain dan Permainan AUD, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka;
2017), h. 1.3
22
Kegiatan bermain oleh anak akan berubah dan berkembang sesui seiring
dengan usia dan perkembangan anak.39
Bermain merupakan suatu kebutuhan
dalam sebuah proses perkembangan bagi anak, karena pada saat bermain anak
mengasah seluruh perkembangan untuk memenuhi semua tugas perkembangan
di usiannya.
Misalnya pada saat anak bermain playdoh atau clay, anak sedang melatih
perkembangan motorik halusnya, dia bisa belajar bagaimana tekstur pada
mainan slame tersebut, menggunakan tangannya mengembangkan kordinasi
motorik halus perkembangan kognitifnya pun berkembang. Saat anak bermain
peran, anak sedang melatih perkambangan kognitifnya. Dengan bermain peran
anak bisa menambah pengetahuannya dengan peran yang ia mainkan. Contoh
bermain dokter-dokteran, anak bisa mengetahui nama alat-alat medis yang
biasa digunakan oleh dokter. Anak bisa berimajinasi seperti menggunakan
peralatan seadanya yang ada di rumah untuk dijadikan peralatan tempur
permainan mereka.
Seperti menggunakan kabel yang sudah tidak terpakai untuk alat infus
pasiennya, dengan begitu anak mengeksplor dan berfikir kreatif. Dalam
bermain peran perkembangan bahasa anak pun berkembang, dimana mereka
bermain dengan teman-temannya menambah koleksi kosa kata yang
sebelumnya ia belum tau. Anak jadi tau nama-nama alat untuk menyembuhkan
pasien dan sebagainya. Perkembangan sosial emosionalnya pun ikut
berkembang, hal ini ditunjukan dengan anak bekerja sama pada saat kegiatan
bermain berlangsung dan mengenal peran dari setiap anggota yang terlibat
dalam kegiatan bermain.
Ahli lain menyatakan bahwa anak bermain (berekreasi) untuk membangaun
kembali energi yang telah hilang (Lazarus). Bermain merupakan medium yang
menyegarkan badan kembali (revitalisasi) setelah bekerja selama berjam-jam.
Sedangkan pada aliran psikoanalisis menjelaskan bahwa melalui kegiatan
bermain, anak memuaskan keinginan-keinginan yang terpendam atau tertekan.
39
Eriva Syamsiatin, Bermain dan Permainan AUD, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka;
2017), h. 1.3
23
Dengan bermain anak seperti mencari kompensasi untuk apa yang tidak ia
peroleh di dunia nyata, untuk keinginan-keingan tidak mendapat pemuasan. 40
2. Tahapan Bermain
Dari berbagai bahasan mengenai kegiatan bermain, pada umumnya para
pakar hanya membedakan atau mengkatagorikan kegiatan bermain tanpa secara
gamblang mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi
tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
Menurut Mildred Parten dalam Stassen Berger, dan Turner & Helms
sebagaimana yang dikutip oleh Tedjasaputra menyoroti kegiatan bermain
sebagai sarana sosialisasi dan ia mengamati ada enam bentuk interaksi antar
anak yang terjadi saat mereka bermain. Pada keenam bentuk kegiatan bermain
tersebut terlihat adanya peningkatan kadar interaksi sosial, mulai kegiatan
bermain sendiri sampai bermain bersama. Tahapan perkembangan bermain
yang mencerminkan tingkat perkembangan sosial anak adalah sebagai berikut
ini:41
1) Unoccupied Play
Pada Unoccupied Play sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam
kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang
menarik perhatian anak. Bila tidak ada hal yang menarik, anak akan
menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal seperti memainkan
anggota tubuhnya. Mengikuti orang lain, berkeliling atau naik turun kursi
tanpa tujuan yang jelas.
2) Solitery Play (Bermain Sendiri)
Solitery Play (Bermain Sendiri) biasanaya nampak pada anak yang
berusia amat muda. Anak sibuk bermain sendiri, dan nampaknya tidak
memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya. Perilakunya yang
bersifat egiosentris dengan ciri antara lain tidak ada usaha untuk berinteraksi
dengan anak yang lain, mencerminkan sifat memusatkan perhatian pada diri
40
Eriva Syamsiatin, Bermain dan Permainan AUD, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka;
2017), h. 1.4 41
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain Mainan dan Permainan, (Jakarta: PT Grasindo; 2007), h. 21
24
sendiri dan kegiatannya sendiri. Anak lain baru dirasakan kehadirannya
apabila misalnya, anak tersebut mengambil alat permainannya.
3) Onlooker Play (Pengamat)
Onlooker Play (Pengamat) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati
anak-anak lain melakukan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang
semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya. Jenis kegiatan
bermain ini pada umumnya tampak pada anak usia dua tahun. Dapat juga
nampak pada anak yang belum kenal dengan anak lain di suatu lingkungan
baru, sehingga malu atau ragu-ragu untuk bergabung dalam kegiatan
bermain yang sedang dilakukan oleh anak-anak lainnya. Sambil mengamati
anak mungkin juga mengajukan pertanyaan serta memperhatikan perilaku
dan percakapan anak-anak yang diamatinya.42
Ketiga jenis kegiatan bermain ini oleh Berk sebagaimana yang dikutip
oleh Tedjasaputra dikategorikan sebagai Nonsocial Play karena amat
minimalnya faktor interaksi social yang terjadi dalam ketiga jenis kegiatan
bermain tersebut.
4) Pararel activity atau kegiatan bermain pararel
Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi
dengan anak lainnya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada di
dekat anak yang lain. Dalam tahap ini, anak juga tidak memengaruhi anak
lain dalam bermain dengan permainannya. Anak masih senag memanipulasi
benda daripada bermain dengan anak lain.43
Dengan melakukan kegiatan yang sama, anak dapat terlibat kontak
dengan anak lain. Mereka melakukan kegiatan paralel, bukan kerjasama,
karena pada dasarnya mereka masih amat egosentris dan belum mampu
memahami atau berbagi rasa dan kegiatan dengan anak lain.
5) Assosiative Play atau bermain dengan teman
Pada tahap ini terjadi interaksi yang lebih kopleks pada anak. Dalam
bermain anak sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain. Terjadi
42
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain Mainan dan Permainan, (Jakarta: PT Grasindo; 2007), h. 22 43
Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta Barat: Permata Puri Media;
2013), h. 148
25
tukar-menukar mainan atau anak mengikuti anak lain. Meskipun anak dalam
kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang
mengingat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum terjadi
diskusi untuk mencapai satu tujuan bersama.
Kegiatan bermain ini biasa terlihat pada anak usia pra sekolah.
Kemampuan anak untuk dapat melakukan kerja sama dalam bermain
bersama, tumbuhnya tergantung pada kesempatan yang dimilikinya untuk
dapat bergaul dengan anak lain. Oleh karena itu jenis kegiatan bermain
asosiatif, bukan kooperatif, yang masih banyak terlihat dilakukan oleh anak-
anak di taman kanak-kanak.
6) Cooperative or organized supllementary play atau kerja sama dalam
bermain atau dengan aturan
Saat anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan masing-masing
menjalankan peran yang saling memengaruhi satu sama lain. Anak bekerja
sama dengan anak lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan,
membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang
memeiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam bermain.44
Kegiatan bermain ini umunya sudah tampak pada anak berusia lima
tahun, namun demikian perkembangannya tergantung pada latar belakang
orang tua, sejauh mana mereka memberi kesempatan dan dorongan agar
anak mau bergaul dengan sesama teman. Bila orang tua kurang atau tidak
memberi kesempatan bagi anak-anaknya untuk bergaul dengan anak lain,
maka mungkin saja Cooperative Play tidak terlaksana.
Kegiatan bermain bersama teman sebenarnya merupakan sarana untuk
anak bersosialisasi atau bergaul serta berbaur dengan orang lain. Kegiatan
bermain bersama sangat membantu anak untuk bersosialisasi dan membuat
anak lebih kreatif dan berani. Banyak perkembangan yang terstimulus
dengan anak bermain berisnteraksi dengan orang lain.
44
Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta Barat: Permata Puri Media;
2013), h. 148
26
Penelitian mutakhir menunjukan bahwa jenis kegiatan bermain tersebut
tidaklah muncul berurutan, dan munculnya jenis kegiatan yang lebih sosial
akan menghentikan tampilnya kegiatan yang lebih nonsosial atau kurang
kadar interaksi sosialnya menurut Howes dan Matheson dalam Berk
sebagaimana yang dikutip oleh Tedjasaputra. Pada kenyataannya kesemua
jenis kegiatan bermain sosial tersebuat dapat diamati tampilnya pada anak-
anak usia pra sekolah.45
3. Manfaat Bermain
Anak pasti suka bermain. Bermain juga membuat anak ceria dan
berbahagia. Bermain memang sangat penting bagi anak. Penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Penjelasan berikut ini tentang
manfaat bermain bagi anak usia dini. Berbagai pendapat yang didasarkan pada
observasi dan riset menunjukan bahwa anak tidak dapat dipisahkan dari
bermain. Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode
perkembangan diri anak, meliputi dunia, fisik, sosial, sistem komunikasi.
Bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak menurut Berk
sebagaimana yang dikutip oleh Tatminingsih. Kegiatan bermain mempengaruhi
perkembangan enam aspek perkembangan anak, yakni aspek kesadaran diri
(personal awareness) emosional, sosial, komunikasi, kognisi, dan keterampilan
motorik menurut Catron & Allen dalam Tatminingsih dkk. Bermain memiliki
kekuatan untuk menggerakan perkembangan anak. Pada masa anak-anak,
bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain
merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energi perkembangan
itu sendiri menurut Hoom sebagaimana yang dikutip Tatminingsih.46
a. Manfaat Bermain Untuk Perkembangan Aspek Kognisi
Anak usia prasekolah mempunyai rentang perhatian yang terbatas. Tetapi
bila pengenalan konsep-konsep tersebut dilakukan sambil bermain, maka anak
45
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain Mainan dan Permainan, (Jakarta: PT Grasindo; 2007), h. 24 46
Tadkiroatun Musfiroh & Sri Tatminingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2016), h. 1.18
27
anak akan merasa senang, tanpa ia sadari ternyata mereka sudah banyak
belajar. Anak juga belajar macam-macam hal melalui cerita yang ia dengar,
buku-buku, televisi, menjelajahi lingkungan sekitarnya sehingga hal-hal yang
tidak didapat di rumah atau di sekolah bisa terpenuhi dengan pengalaman yang
ia peroleh dari lingkungan lain.47
Dengan teman-teman sebaya anak perlu
berkomunikasi, pada mula-mulanya melalui bahasa tubuh, tetapi dengan
meningkatnya usia dan bertambahnya pembendaharaan kata, ia akan lebih
banyak menggunakan bahasa lisan. Anak akan mengeksplore lebih banyak
pengalaman bermainnya sehingga dia bisa belajar memecahkan masalah dalam
pengalaman bermainnya. Jadi dengan bermain perkembangan kognisi anak
berkembang.
b. Manfaat Bermain Untuk Aspek Motorik Kasar dan Motorik Halus
Saat dilahirkan, seorang bayi tidak berdaya karena ia belum mampu
menggunakan anggota tubuh untuk dimanfaatkan bagi kepentingan dirinya,
bayi yang baru lahir hanya menangis dan menggerak-gerakan tangan dan
kakinya. Pada usia sekitar tiga bulan, ia mulai belajar meraih mainan yang ada
ditempat tidurnya dan untuk dapat meraih mainan tersebut, ia perlu belajar
mengkoordinasikan (menyelaraskan) gerakan mata dengan.48
Usia sekitar satu tahun misalnya, anak senang memainkan pensil untuk
membuat coret-coretan. Secara tidak langsung ia belajar melakukan gerakan-
gerakan motorik halus yang diperlukan dalam menulis. Usia sekitar dua tahun
ia sudah dapat membuat coretan benang kusut, usia sekitar tiga tahu7n berhasil
membuat garis lengkung.
Usia sekitar empat atau lima tahun mulai belajar menggambar bentuk-
bentuk tertentu yang biaisanya merupakan gabungan dari bentuk-bentuk
geometri misalnya rumah, orang dan lain-lain. Aspek motorik kasar juga
dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contoh, bisa diamati pada
anak yang lari berkejar-kejaran untuk mengkap teman-temannya.
47
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain Mainan dan Permainan, (Jakarta: PT Grasindo; 2007), h.42 48
Ibid, h. 40
28
c. Manfaat Bermain Untuk Aspek Perkembangan Sosial
Dengan teman sepermainan yang sebaya usianya, anak akan belajar berbagi
hak milik, menggunakan mainan secara bergilir, melakukan kegiatan bersama,
mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara pemecahan
masalah yang dihadapi dengan teman mainnya. Misalnya saja bagaimana
membuat aturan permainan sehingga pertengkaran dapat dihindari49
Ia juga belajar berkomuniksi dengan sesama teman baik dalam hal
mengemukakan isi fikiran dan perasaannya maupun memahami apa yang
diucapkan oleh teman tersebut, sehingga hubungan dapat terbina dan dapat
saling bertukar informasi (pengetahuan).
d. Manfaat Bermain Untuk Aspek Emosi
Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, anak
akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan-kelebihan yang
ia miliki sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif,
mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena ia merasa mempunyai
kompetensi tertentu. Anak belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah
laku agar dapat bekerja sama dengan teman-teman, bersikap jujur, kesatria,
murah hati, tulus dan sebagainya
e. Manfaat Bermain Untuk Aspek Bahasa
Dalam kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi dengan lawan
mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Awalnya
dalam bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh, namun seiring
berjalannya waktu, semakin bertambahnya pembendaharaan kata makan anak
akan menggunakan bahasa verbal dalam rangka berkomunikasi dengan teman
mainnya. Perkembangan bahasa dapat diembangkan ketika anak mengutarakan
keinginannya, mengeluarkan pendapat, serta memberi komentar kepada lawan
mainnya. 50
49
Ibid, h. 41 50
Naili Rohmah, Bermain dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak Usia Dini, (Jurnal
Tarbawi Vol. 13. No 2 Juli Desember 2016), h. 33
29
Berberapa ahli pengikut Vygotsky sebagaimana yang dikutip oleh
Tatminingsih, yakni bahwa bermain mempengaruhi perkembangan anak
melalui tiga cara. Pertama, bermain menciptakan zone of proximal
developmental (ZPD) anak, yakni wilayah yang menghubungkan antara
kemampuan aktual anak dan kemampuan potensial anak. Saat bermain, anak
melakukan sesuatau yang melebihi usianya dan tingkah laku mereka sehari-
hari. Bermain dapat diibaratkan sebagai kaca pembesar, yang berisi semua
kecendrungan perkembangan. Peran, aturan, dan dukungan motivasional
dimungkinkan oleh situasi imajiner yang menyediakan bantuan bagi anak
untuk membentuk tingkat yang lebih tinggi pada ZPD-nya menurut Vygotsky
dalam Bodrova & Leong sebagaimana yang dikutip .51
Kedua, bermain memfasilitasi separasi (pemisahan) pikiran objek dan aksi.
Di dalam bermain, anak lebih menuruti apa yang ada dalam pikirannya dari
pada apa yang ada dalam relita. Karena bermain memerlukan penggantian
suatu objek dengan yang lain, anak-anak mulai memisahkan makna atau ide
suatu objek dengan objek itu sendiri menurut Berk sebagaimana yang dikutip
oleh Ttatminingsih. Ketika sorang anak menggunakan balok sebagai gelas, dan
“minum” dari “gelas” tersebut, anak mengambil makna gelas dan memisahkan
makna itu dari objeknya. Sejalan dengan perkembangan anak, kemampuan
mereka untuk membuat subsituasi (penggantian) ini menjadi lebi fleksibel.
Pemisahan antara makna dengan objeknya merupakan persiapan untuk
perkembangan membuat gagasan dan berfikir abstrak menurut Berk
sebagaimana yang dikutip oleh Tatminingsih. Dalam berfikir abstrak, anak
mengevaluasi, memanipulasi, dan memonitor ide dan fikiran tanpa mengacu
pada dunia nyata. Kegiatan ini juga merupakan persiapan untuk transisi
menulis (dalam hal ini kata tidak tampak seperti objek). Akhirnya tingkah laku
anak tidak lagi dikendalikan oleh objek. Dengan menggunakan balok sebagai
gelas, misalnya anak dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah,
51
Tadkiroatun Musfiroh & Sri Tatminingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2016), h. 1.21
30
sebagaimana mereka menggunakannya untuk matematika menurut Bodrova &
Leong sebagaimana yang dikutip Tatminingsih.
Ketiga, bermain mengembangkan penguasaan diri. Dalam bermain, anak
tidak dapat bertindak sembarangan. Anak mesti bertindak sesuai skrenario.
Anak yang ebrtidak sebagai bayi, misalnya harus menirukan tangis bayi dan
berhenti ketika “sang ayah” membujuknya. Kegiatan menagis ini merupakan
kegiatan tingkah laku yang bdisengaja menggunakan fungsi mental yang lebih
tinggi. Ini menunjukan bahwa anak dapat menguasai tingkah laku mereka.
Bermain memerlukan kesadaran dan kontrol yang lebih signifikan daripada
konteks yang lain. Hal ini memungkinkan suatu ZPD untuk perkembangan
fungsi mental yang lebih tinggi.
Sedangkan Montolalu jg mengemukaan bahwa manfaat bermain sebagai
berikut ini:52
1) Bermain memicu kreativitas
2) Bermain bermanfaat mencaerdaskan otak
3) Bermain bermanfaat menanggulangi konflik
4) Bermain bermafaat melatih empati
5) Bermain bermanfaat melatih pancaindera
6) Bermain sebagai media terapi (pengobatan)
7) Bermain itu melakukan penemuan
4. Karakteristik Bermain
Berikut ini kita bahas kekhasan bermain berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristiknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bermain memiliki ciri-
ciri khas yang perlu diketahui oleh guru dan orang tua. Kekhasan itu
ditunjukan oleh perilaku anak. Kegiatan disebut bermain apabila:53
a. Menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; anak menikmati
kegiatan bermain tersebut; mereka tampak riang damn senang.
52
Ramaikis Jawati, Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,
(Vol. I No. 1 April 2013), h. 254 53
Tadkiroatun Musfiroh & Sri Tatminingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2016), h. 1.12
31
b. Dorongan bermain muncul dari anak, bukan paksaan orang lain; anak
melakuakn kegiatan karena memang mereka ingin.
c. Anak melakukan karena spontan atau suka rela; anak tidak merasa
diwajibkan.
d. Semua anak ikut serta bersama-sama sesuai peran masing-masing.
e. Anak berprilaku pura-pura, tidak sungguhan, atau memerankan sesuatu;
anak pura-pura matah atau pura-pura menangis.
f. Anak menetapkan aturan main sendiri, baik peraturan yang diadopsi dari
orang lain maupun peraturan yang baru; aturan main itu dipatuhi oleh
semua peserta bermain.
g. Anak berlaku aktif, mereka melompat atau menggerakan tubuh, tangan,
dan tidak sekedar melihat.
h. Anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain
lain, bermain bersifat fleksibel.
5. Pengertian Ular Tangga
Ular Tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan
untuk dua orang atau lebih. Papan permainan dibagi menjadi kotak-kotak kecil
dan di beberapa kotak digambar sejumlah “tangga” atau “ular” yang
menghubungkannya dengan kotak lain, permainan ini diciptakan pada tahun
1870.54
Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga. Setiap orang dapat
menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah, kotak, ular, tangga yang
berlainan. Dalam tiap kotak biasanya terdapat angka yang berurutan dari kotak
yang terletak dari kotak paling kiri bawah ke arah kanan. Urutan angka ini
terletak seperti liukan ular.
Permainan ular tangga ini biasanya cukup akrab untuk anak-anak, karena
biasanya alat permainan ini banyak dijual oleh pedagang keliling yang kadang
mangkal di depan sekolah. Papan permainannya banyak terbuat dari kertas
karton yang mudah dilipat dan mudah dibawa kemana-mana. Cara bermainnya
54
Ibid, h. 8.21
32
juga sangat mudah, tidak membutuhkan tempat khusus ataupun tempat yang
luas. biasanya dilakukan sambil duduk di lantai secara melingkar (apabila
dimainkan lebih dari dua orang). Papan pemain diletakan di tengah-tengah
pemian atau papan permainannya diletakan di atas meja. 55
Permainan ular tangga juga termasuk permainan populer di kalangan anak-
anak. Ular tangga adalah sebuah permainan dengan bentuk papan yang dibagi
dalam kotak-kotak kecil dan beberapa kotak bergambar sejumlah tangga atau
ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Biasanya, permainan ini
dimainkan oleh dua anak atau lebih.
Bentuk gambar dimodifikasi sedemikian rupa memang suatu kesengajaan
agar menarik perhatian dan minat anak untuk melakukan permainan ini.
Sehingga, meskipun gagal, anak tetap bersemangat untuk mencobanya
kembali. Inilah yang kemudian membuat anak kecanduan dan lupa karena
selalu dibuat penasaran oleh mainan ini.56
Ada banyak permainan populer yang
bisa anda mainkan bersama anak anda. Banyak diantaranya yang bisa melatih
kemampuan matematika khususnya kemampuan berhitung di samping strategi.
Di antara permainan populer yang bisa anda mainkan bersama anak adalah
permainan ular tangga.57
Di waktu santai ajaklah anak anda yang duduk di bangku TK untuk
memainkan permainan ini. Bahkan anak usia tiga tahun pun bisa anda ajak
untuk ikut memainkannya. Untuk memainkannya anda cukup menyiapkan satu
set permainan ular tangga yang terdiri atas satu papan permainan ular tangga,
dadu dan wadah pengocoknya, dan beberapa pion atau bidak sesuai jumlah
pemain.
Untuk memenangkan permainan, tentu permainan harus secepatnya
mencapai finis. Mencapai finis akan lebih cepat jika pemain memakai tangga
naik karena artinya banyak kotak yang diloncati, tidak harus dilewati.
55
Tadkiroatun Musfiroh & Sri Tatminingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2016), h.8.23 56
Adi D. Tilong, 49 Aktivitas Pendongkrak Kinerja Otak Kanan & Kiri Anak (Yogyakarta:
Laksana; 2016), h.29 57
Ani Ismayani, Fun Math With Children (Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2010), h. 58
33
Sementara jika berhenti di kotak yang ada ularnya, maka pemain harus turun,
sehingga sebisa mungkin ular itu harus dilewati. Disinilah strategi dipakai.
Bagaimana supaya mata dadu yang muncul dapat membawa pion ke tangga.
Walaupun sebenarnya setiap mata dadu memiliki kesempatan yang sama
untuk muncul, tetapi anda bisa membimbing anak anda agar dia bisa
memperhitungkan berapa biji mata dadu yang diinginkan muncul agar dia bisa
sampai di tangga atau agar terhindar melewati ular. Permainan ini dapat
melatih kemampuan berhitung anak, di samping tentu saja melatih sportivitas
anak.
6. Manfaat Bermain Ular Tangga
Manfaat yang bisa diperoleh anak dengan melakukan permainan ular
tangga. Permainan ular tangga sangat menunjang perkembangan otak kanan
dan kiri anak. Dengan permainan ini, si kecil berkenalan dengan sebuah
kemenangan dan kekalahan dalam hidup. Dalam permainan ini pula, si kecil
belajar mengatasi ketegangan, akankah ia menang atau kalah. Lewat permainan
ini, si kecil juga bisa mengetahui dan belajar cara memecahkan masalah. 58
Karena dapat dilakukan oleh dua anak atau lebih, maka permainan ini
bermanfaat mengajarkan si kecil bekerja sama dan menunggu giliran. Lebih
dari itu, anak yang melakukan permainan ini juga akan mampu berimajinasi
dan mengingat peraturan permainan yang diwujudkan dalam langkah-langkah
permainan. Hal yang lebih penting lagi, permainan ini dapat merangsang anak
belajar menghitung. Pasalnya, dalam permainan ini, anak dituntut untuk
menghitung langkah demi langkah permainan ular tangga. Selain itu, anak juga
akan menghitung jumlah mata dadu yang muncul pada setiap lemparan,
sehingga kemampuan berhitung anak menjadi terangsang. Dengan demikian,
anak yang suka bermain ular tangga, kecerdasan matematikanya akan
berkembang lebih.
58
Adi D. Tilong, 49 Aktivitas Pendongkrak Kinerja Otak Kanan & Kiri Anak (Yogyakarta:
Laksana, 2016) h. 30
34
Begitu pentingnya permainan ini, sebagai orang tua, anda harus memberikan
kesempatan bermain bagi si kecil dengan memperhatikan beberapa hal, seperti
menyediakan media permainan untuk si kecil, mengizinkan si kecil
mengundang teman-temannya ke rumah untuk bermain bersama-sama,
mengajarkan si kecil permainan aturan, serta menyiapkan mental si kecil agar
berbesar hati jika menerima kekalahan. Dan jangan lupa memberikan
penjelasan kepada anak bahwa yang terpenting dalam permainan ini bukan
masalah kalah atau menang, tetapi untuk memahami aturan permainan dan
bersenang-senang bersama teman-temannya.
7. Langkah-langkah Bermain Ular Tangga
Cara memainkan permainan ular tangga ini diawali dari bidak di kotak
pertama (kotak angka 1) yang terdapat di sudut kiri bawah. Untuk memulainya,
anak-anak yang memainkannya secara bergiliran harus melemparkan dadu
terlebih dahulu untuk menjalankan bidak mereka masing-masing. Dan hal ini
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum atau setiap kali anak hendak
memindahkan bidak. Sebab, bidak dijalankan sesuai jumlah mata dadu yang
muncul saat dilemparkan.
Dengan jumlah mata dadu tersebut, bidak bisa naik secara perlahan, bahkan
bisa langsung naik ke kotak atas atau jatuh ke kotak bawah. Maksudnya,
apabila mendarat di ujung bawah sebuah tangga, maka bidak dapat langsung
naik ke ujung tangga lainnya. Sebaliknya, jika bidak mendarat di kotak
bergambar ujung ekor ular, maka bidak harus turun ke kotak di ujung bawah
kotak yang bergambar kepala ular. Apabila pemain mendapatkan angka enam
dari hasil lemparan dadu gilirannya, maka permainan mendapatkan giliran
melempar dadu sekali lagi. Jika mendapatkan selain angka enam, maka giliran
jatuh ke pemain berikutnya. Adapun pemenang dari permainan ular tangga ini
adalah yang pertama kali atau lebih dahulu sampai pada kotak terakhir (kotak
nomor 100).59
59
Adi D. Tilong, 49 Aktivitas Pendongkrak Kinerja Otak Kanan & Kiri Anak, (Yogyakarta:
Laksana, 2016) h. 30
35
Di awal permainan, teraangkan kepada anak anda aturan mainnya. Saya
yakin anak anda akan senang dan penasaran untuk segera memainkannya.
Berikut yang bisa anda lakukan untuk menuntut anak anda memainkan
permainan ini:60
a. Masing-masing pemain memilih satu pion untuk digunankan masing-
masing memiliki pion yang berbeda. Bisa dibedakan dengan warna atau
bentuk pionnya.
b. Letakan pion pada kotak “start” (kotak ke-1) di pojok papan permainan.
c. Mulailah dengan suit atau dengan mengocok dadu untuk menemukan
siapa yang jadi pemain pertama, kedua dan seterusnya, untuk
menggerakkan pionnya.
d. Permainan dilakukan dengan melempar dadu terlebih dahulu. Kemudian
pemain melangkahkan pionnya sesuai dengan jumlah mata dadu yang
dilemparnya. Pion digerakan mengikuti urutan angka yang tertera dalam
papan ke arah kanan.
e. Ikuti petunjuk pada papan. Tangga menunjukkan gerakan naik,
sememntara ular menunjukan gerakan turun.
f. Permain yang pertama kali mencapai finis adalah pemenangnya.
8. Pengembangan Konseptual Rancangan Tindakan
Berdasarkan analisis teori yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa
kemampuan berhitung merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia sehari-hari yang tidak dapat lepas dari kegiatan berhitung.
Kemampuan berhitung permulaan perlu dikembangkan dan ditingkatkan sejak
usia dini. Perkembangan berhitung anak usia 4-5 tahun berada dalam tahap
praoperasional. Proses berfikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol.
Pada masa ini kesulitan yang dialami anak adalah berkaitan dengan perceptual
centration dan egocentrism. Biasanya anak hanya berkonsentrasi pada satu ciri,
sedangkan ciri lain diabaikan, serta ketidakmampuan anak untuk melihat sudut
pandang orang lain.
60
Ani Ismayani, Fun Math With Children, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2010), h. 58
36
Anak usia 4-5 adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan
berhitung dijalur matematika, karena anak sangat peka terhadap rangsangan
yang diterima dari lingkungan di sekitar anak umumnya terhadap angka sangat
besar. Mereka juga mulai menunjukan ketertarikan pada angka, dan kuantitas,
seperti menghitung, mengukur dan membandingkan. Meskipun demikian,
mereka seringkali menggunakan angka-angka tanpa pemahaman. Anak
mungkin hafal angka satu sampai se puluh, tetapi mereka mengalami kesulitan
ketika dihadapkan pada kegiatan menghitung yang sesungguhnya. Kemampuan
berhitung adalah suatu kondisi paham terhadap konsep-konsep dasar berhitung.
Hal tersebut dapat diperhatikan melalui sikap anak dalam menyebut urutan
bilangan dari satu sampai sepuluh, membilang dengan benda-benda sampai
sepuluh, menunjuk urutan benda bilangan sampai sepuluh, menyebutkan
penambahan dan pengurangan dengan benda sampai sepuluh. Konsep-konsep
dasar berhitung akan mudah dipahami apabila disajikan salam bentuk konkrit
dan melalui kegiatan bermain. Konsep tersebut akan dapat dipahami melalui
kegiatan bermain ular tangga.
Ular tangga adalah salah satu jenis permaian yang dimainkan oleh dua orang
atau lebih yang berupa papan permainan yang berupa papan permainan yang
berupa garis kotak-kotak kecil yang dibeberapa kotak digambar sejumlah
tangga atau ular yang menghubungkan kotak yang satu dengan kotak yang
lainnya. Ekor ular pada kotak berarti pemain harus turun kebawah. Sedangkan
ujung tangga artinya pemain dapat naik ke kotak atas tangga pada kotak lain
yang menghubungkannya. Permainan ular tangga juga dilengkapi seperangkat
alat permainan. Perangkat permainan papan ular tangga berupa kotak-kotak
kecil dengan gambar yang menarik. Petunjuk pemanfaatan berisi tentang cara
dalam bermaian permainan ular tangga, dan aturan-aturan dalam bermaian ular
tangga. Dadu adalah alat yang digunakan dalam permainan ular tangga yang
berbentuk persegi dan memiliki mata dadu pada setiap sisinya yang berbentuk
lingkaran dari jumlah satu hingga enam mata dadu. Sedangkan bidak atau poin
adalah alat yang digunakan sebagai penggerak dalam permainan ular tangga.
37
Ada tujuh langkah yang harus dilakukan pemain dalam bermain ular tangga.
Dibutuhkan disiplin anak dalam melakukan permainan ular tangga. Cara
menjalankan bidak adalah dari kiri ke kanan. Pada awal permainan anak yang
mendapat giliran pertama melempar dadu lebi dahulu. Bidak dijalankan sesuai
dengan jumlah mata dadu yang muncul pada setiap lemparan atau kocokan.
Anak belajar menghitung mata dadu pada setiap sisi yang berjumlah satu
hingga enam dalam bentuk lingkaran berwarna hitam atau biru, sehingga
konsep-konsep berhitung dapat dipahami oleh anak dalam bentuk konkrit.
Dengan demikian dapat diharapkan alat permainan ular tangga dapat
membantu anak dalam proses pembelajaran berhitung anak.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diharapkan
melalui kegiatan bermain ular tangga dalam kegiatan pembelajaran berhitung
khususnya dalam mengenalkan konsep bilangan, menyebutkan hasil
penambahan pengurangan, berhitung secara sistematis, dapat meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak usia 4-5 tahun di PAUD Dahlia.
C. Konsep Penelitian Tindakan
1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian yang
berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah
pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran demi
meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran. PTK merupakan kegiatan
penelitian yang dapat dilakukan secara individu maupun kolaboratif. 61
PTK mempunyai karaktaristik yang secara harfiah, penelitian tindakan
kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research, yang
berarti Action Research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di
kelas. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan pendapat berikut:62
61
Ani Widayati, Penelitian Tindakan Kelas, (Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia Vol. VI No. 1,
2008), h. 87-93 62
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: DIVA Press; 2011), h. 17
38
Arikunto, sebagaimana seorang ahli di bidang ini menjelaskan pengertian
pengertian tindakan kelas secara sistematis.
1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat.
2) Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencara
dengan tujuan tertentu. Gerakan ini dikenal dengan siklus kegiatan untuk
peserta didik.
3) Kelas adalah dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam
waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.
Dari pengertian ketiga di atas disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) pencermatan dalam bentuk tindakan dalam bentuk tindakan
dalam bentuk kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan. Seringkali penelitian didefinisikan menurut
sudut pandang yang berbeda, di antaranya bahwa penelitian merupakan
suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat, menganalisa suatu masalah.
Selain itu juga dimaknakan sebagai suatu penyelidikan secara sistematis,
atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat dari
pada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk akan
menetapkan faktor-faktor pokok atau akan menemukan paham-paham baru
dalam mengembangkan metode-metode baru.63
Dari definisi di atas dapat disimpulkan tentang hakikat dari suatu
penelitian:
(1) Merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau
mengembangkan prinsip-prinsip untuk proses penelitian
(menentukan/mengembangkan)
(2) Dengan cara/kegiatan mengumpulkan, mencatat, dan menganalisa
data (informasi/keterangan); dan
63
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakarya; 2012), h.
11
39
(3) Dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu
pengetahuan dengan metode ilmiah.
Penelitian dikatakan berhasil atau selesai apabila pertanyaan yang
diajukan pada saat dimulainya penelitian telah terjawab. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa penelitian merupakan proses yang berjalan secara
terus-menerus dan tidak akan pernah merupakan hasil yang bersifat final
karena sering kali hasil penelitian seseorang harus tunduk pada penelitian
orang lain dikemudian hari yang mampu membantah kebenaran hasil
penelitian sebelumnya.
2. Penelitian Tindakan Kelas
Pertama kali penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli
psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang
selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John
Eliot, Dave Ebbutt dan lainnya.64
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi
salah satu model penelitian yang dilakukan untuk mengatasi secara praktis
berbagai masalah pada bidang kerjaan tertentu dimana penelitian melakukan
pekerjaannya (praktis). Misalnya dibidang kesehatan, hukum, sosial, eksakta,
maupun pengelolaan sumber daya manusia.
Menurut Hopkins dalam Zetty Azizatun Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
subtantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha
seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan.65
Secara lebih luas penelitian tindakan
diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek
yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya.
Untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan
64
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakarya; 2012), h.
13 65
Zetty Azizatun, Urgensi Penelitian Tindakan Kelas Bagi Peningkatan Profesionalitas Guru
Antara Cita dan Fakta, (Realita Vol. 15 No. 2, Tahun 2017), h. 3
40
tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil
yang lebih baik.
Menurut Sementara French dan Bell dalam Trianto, mendefinisikan
penelitian tindakan dari dua segi, yaitu: (1) dari segi proses, penelitian tindakan
adalah pengumpulan data penelitian yang dilakukan secara sistematis tentang
suatu sistem yang sedang berjalan yang berhubungan dengan beberapa sasaran,
tujuan atau kebutuhan sistem; melakukan tindakan-tindakan dengan mengubah
variable yang dipilih dalam sistem tersebut berdasarkan data dan hipotesis; dan
menilai hasil tindakan dengan mengumpulkan banyak data; dan (2) dari segi
pendekatan, penelitian tindakan adalah aplikasi penelitian ilmiah untuk
menemukan fakta dan eksperimentasi masalah-masalah praktis dan
membutuhkan fakta, dan eksperimentasi masalah-masalah praktis yang
membutuhkan solusi dan melibatkan kolaborasi dan kerja sama ilmuwan,
praktisis, dan pihak lain yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi di atas merujuk pada suatu pengertian bahwa penelitian
tindakan merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang dilakukan
seseorang secara individual atau kolektif, yang bertujuan untuk mengubah atau
memperbaiki berbagai hal tentang permasalahan yang mendesak dalam suatu
komunitas atau kelompok tersebut.
Menurut Hopkons dalam Ekawarna PTK adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtantif, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seorang untuk
memahami apa yang telah terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan66
Sementara itu menurut pakar pendidikan A.
Suhaenah Suparno sebagaimana yang dikutip Trianto mendefinisikan
penelitian tindakan kelas sebagai salah satu cara pengembangan profesionalitas
guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri
dan menyususn rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus.
Berkaitan dengan itu yang menjadi obyek penelitian dalam hal ini adalah
proses pembelajaran yang merupakan interaksi antara guru, siswa, dan bahan
66
Ekawarna, Penelitain Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Pres; 2010), h. 4
41
belajar. Dari interaksi tersebut hal-hal yang penting yang memungkinkan ia
dapat mengidentifikasikan kejadian-kejadian penting yang dapat dikatagorikan
sebagai masalah. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas penelitian kualitatif yang dilakukan oleh guru sendiri
ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan
solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.
Jika kita perhatikan, maka maka titik tumpu (orientasi) dari pada PTK
adalah suatu kegitan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan
pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan
dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas tersebut. Namun demikian makna kelas, dalam
konteks ini menurut Sulipan dalam Trianto, tidak terikat pada makna ruang
kelas tetapi dalam makna yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok
siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama juga.
3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dikembangkan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek
pembelajaran secara berkesinambungan menurut Tim Pelatih Proyek PGSM
sebagaimana yang dikutip oleh Trianto. Dengan demikian tujuan PTK adalah
untuk memecahkan masalah, memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan mutu pembelajran.67
Apabila kita merujuk pada ruang lingkup
kajian PTK, maka luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah
sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and therapy). Antara lain
sebagai berikut; (1) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa
di sekolah; (2) peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembeljaran
di kelas; (3) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media,
alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya; (4) peningkatan atau perbaikan
terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur
67
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakarya; 2012), h.18
42
proses dan hasil belajar siswa; (5) peningkatan atau perbaikan terhadap
masalah-masalah pendidikan anak di sekolah; dan (6) peningkatan dan
perbaikan terhadap kualitas penerapan kurukulum dan pengembangan
kompetensi siswa di sekolah menurut Depdiknas sebagaimana yang dikutip
oleh Trianto.
Tujuan PTK sebagaimana yang dikutip oleh Ani Widayati: (1) memperbaiki
dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran; (2) memperbaiki kinerja
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru (3) mengidentifikasi, menemukan
solusi dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas; (4) meningkatkan
kemampuan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran; (5)
mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi pembelajaran; (6)
mencocokan gagasan, fikiran, kiat, cara, dam strategi baru dalam
pembelajaran.68
Jadi berdasarkan pemaparan mengenai tujuan PTK di atas
tujuan PTK yaitu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan dari seluruh
bidang dari seluruh aspek seperti dari segi peserta didiknya, dari pendidiknya,
dari proses pembelajarannya, dari cara pembelajarannya dari alat atau media
pembelajarannya yang dapat bekerjasama dalam memperbaiki segala usaha
untuk mencapai satu tujuan yang terbaik.
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas:69
a. Untuk mengembangkan inovasi pembelajaran di kelas
b. Untuk meningkatkan iklim di kelas yang kondusif melalui perbaikan
secara berkesinambungan
c. Dapat dijadikan sebagai upaya pengembangan kurukulum tingkat satuan
pendidikan
d. Untuk meningkatkan kinerja serta profesionalisme guru melalui
penelitian tindakan kelas
68
Ani Widayati, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, (Vol. VI No. 1, Tahun 2008), h. 90 69
Muhamad Afandi, Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Dalam Pembelajaran Di
Sekolah Dasar, (Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol. 1 No. 1 Januari 2014), h. 8
43
5. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
a. Bersifat siklis atau berulang70
b. Bersifat jangka panjang atau longitudinal
c. Bersifat partikular spesifik
d. Bersifat partisipatoris
e. Bersifat emik
f. Bersifat kolaboratif
g. Bersifat kasuistik
h. Menggunakan konteks alamiah kelas
i. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian
6. Bentuk-bentuk Penelitian Tindak Kelas
Dikenal juga bentuk-bentuk PTK, setidaknya dikenal 4 (empat) bentuk
penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti; (2)
penelitian tindakan kolaboratif; (3) penelitian tindakan simultan terintegrasi;
(4) penelitian tindakan administrasi sosial eksperimen menurut sukidin, dkk
sebagaimana ynag dikutip oleh Trianto. 71
Keempat bentuk PTK diatas, memiliki persamaan daan perbedaan. Menurut
Oja dan Simulyan Kasbolah sebagaimana yang dikutip Trianto, ciri-ciri dari
setiap penelitian tindakan tergantung pada: (1) tujuan utama atau pada tekanan
penelitian tersebut; (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti
luar; (3) proses yang digunakan dalam melaksanakan penelitian; dan (4)
hubungan antara proyek dengan sekolah.
7. Konsep Penelitian yang digunakan
Penelitian yang digunakan yaitu penelitian model Kemmis dan Mc Taggart.
Untuk melakukan siklus PTK menggunakan empat langkah, keempat langkah
dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut ini:
70
Ekawarna, Penelitain Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Pres; 2010), h. 6 71
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakarya; 2012), h.
38
44
Gambar 2.1
Sudah banyak penelitian yang menggunakan penelitian ini yang dilakukan
guru maupun tenaga pendidik dalam melakukan penelitiannya menggunakan
penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart.
Model Kemmis dan Mc. Taggart
Gambar 2.2
Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya
berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri
dari empat kompenen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.72
Jadi pengertian dari siklus disini adalah seperti putaran kegiatan
72
Wijaya Kusuma & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks,
2011), h. 21.
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
tindakan Siklus 1
45
yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Jumlah siklus
yang dilakukan peneliti tergantung pada permasalahan yang perlu diselesaikan.
D. Penelitian Relevan
Penelitian disini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya meniru tetapi juga
dapat mengambil masukan untuk peneliti selanjutnya. Judul penelitian yang
pertama peneliti ambil adalah Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Anak
Kelas Satu Melalui Permainan Ular Tangga (Penelitian Tindakan Kelas Di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Wahyu, Cibubur, Jakarta Timur).73
Persamaan hasil penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan permainan
ular tangga untuk kemampuan mengenal bilangan, hasilnya pun mengalami
peningkatan dari 66,7 % pada siklus I menjadi 82,7 % pada akhir siklus II.
Peneliti sama-sama menggunakan Peneltitiamn Tindak Kelas.
Perbedaannya pada penelitian ini bahwa peneliti meneliti pada anak
kelompok A dan disini peneliti meneliti anak kelas satu. Perbedaan yang
lainnya peneliti memfokuskan pada berhitung permulaan yang sebagaimana
anak dapat berhitung secara sistematis dan dapat mengenal angka bilangan
namun pada penelitian dalam judul ini peneliti lebih memfokuskan
penjumlahan bilangan satu angka dan dua angka; 2) penjumlahan dua angka;
3) penjumlahan tiga bilangan satu angka sampai dua angka; 4) menyelesaikan
soal cerita mengenai penjumlahan bilangan dua angka.
Judul penelitian yang kedua yang peneliti ambil adalah Peningkatan
Kemampuan Berhitung Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Kegiatan Bermain Ular
Tangga (Penelitian Tindak kelas Di Ra Al-Nur Pancoran Jakarta Selatan). 74
Persamaan hasil penelitian ini sama menggunakan permainan ular tangga
dan metode penelitian tindak kelas, dan sama-sama melakukan penelitian pada
anak usia kelompok A. Persamaan berikutnya yautu fokus penelitian yakni
73
Hestiana Murti, Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Anak Kelas 1 Melalui Permainan Ular
Tangga Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Al-Wahyu Cibubur Jakarta Timur,
(Jakarta, 2015), h. 183 74
Lili Cholila, Peningkatan Kemampuan Berhitung anak 4-5 Tahun melalui Kegiatan Bermain
Ular Tangga Penelitian Tindakan di RA Al-Nur Pancoran Jakarta Selatan, (Jakarta, 2014), h. 4
46
sama-sama memfokuskan kemampuan berhitung dalam hal mengenal angka
bilangan, anak akan mampu mengenal konsep banyak dan sedidkit, membilang
benda dari satu sampai dengan sepuluh, mengenal konsep bilangan. Perbedaan
dalam penelitian ini lebih pada cara mengaplikasikan permainan ular tangga
nya.
Judul penelitian yang ketiga peneliti ambil dengan judul Kemampuan
Berhitung Pada Anak Usia 4 – 5 Tahun Dengan Kegiatan Bermain Kartu
Angka.75
Persamaan pada penelitian ini adalah peneliti sama-sama menggunakan
metode penelitian tindak kelas dan sama-sama meneliti anak usia 4-5 tahun.
Persamaan yang lainnya juga terdapat pada tujuan yaitu sama-sama bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak nusia 4-5 tahun.
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada kegiatannya atau media
yang digunakan. Penelitian ini menggunakan kegiatan bermain kartu angka
yang dimana kegiatan yang menggunakan kartu dengan angka-angka di
dalamnya. Cara bermainnya pun berbeda dengan permainan ular tangga.
E. Kerangka berfikir
Pada penelitian ini, peneliti mengobservasi bagaimana anak kelompok A
dapat menghafal atau bilangan atau berhitung secara sistematis ketika peneliti
menggunakan permainan ular tangga dalam pembelajaran. Setelah dilakuakan
dalam beberapa siklus maka akan diketahui bagaimana anak tersebut dapat
belajar dengan lebih efektif . Hasil pengamatan yang dilakukan di PAUD
Dahlia menunjukan bahwa pada awalnya anak masih belum dapat berhitung
secara sistematis dan beberapa anak masih belum mengenal angka bilangan
namun dengan tindakan penelitian yang peneliti lakukan anak sudah mulai
menunjukan perkembangannya dalam meningkatkan berhitung permulaan.
Permainan ular tangga memiliki banyak manfaat yang dapat diambil. Selain
itu permainan ular tangga memberikan pengaruh yang besar terhadap
75
Irna Yoelianasari, Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia 4 – 5 Tahun Dengan Kegiatan
Bermain Kartu Angka, (Jakarta, 2017), h. 8
47
perkembangan konitif, fisik motorik, dan perkembangan sosial emosional.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa permainan ular tangga dapat digunakan
sebagai media dalam mengembangkan kemampuan berbagai aspek
perkembangan anak. Berhitung permulaan merupakan suatu yang seharusnya
sudah dimiliki oleh anak usia 4-5 tahun, dalam mengembangkan kemampuan
berhitung permulaan untuk mengembangkan dan memaksimalkan
perkembangan kognitif anak.
Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian
tindakankelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Anak Kelompok A
Peningkatan
kemampuan
berhitung
anak usia 4 –
5 tahun
setelah
bermain ular
tangga
Kemampuan
berhitung
permulaan
masih rendah
Permainan ular tangga
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Dahlia, Desa Serang Baru Kecamatan
Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi. Penelitian ini dilaksanakan di Paud Dahlia
karena peneliti menemukan masalah pada kemampuan berhitung anak usia 4 –
5 tahun di PAUD tersebut. Pelaksanaan observasi dilaksanakan pada tanggal
23 – Juli – 2018
Table 3.1
Pelaksanaan penelitian tindak kelas
NO Bentuk
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober November Desember
1 Observasi
2 Penyusunan
Proposal
Skripsi dan
Perbaikan
3 Seminar
Proposal
4 Pelaksanaan
Siklus 1
5 Pelaksanaan
Siklus 2
6 Analisis
Data
49
B. Metode Penelitian
Metode penelitian dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris,
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara yang
masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-
cara yang dilakukan itu dapat diamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam prnrlitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.76
Metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu.
Rancangan ini menggambarkan prosedur yang harus ditempuh, waktu penelitian,
sumber data, dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara data tersebut
diolah.77
Subyek Penelitian Tindakan Kelas yaitu kelompok A PAUD Dahlia,
pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, indikator keberhasilan
dalam penelitian tindakan kelas yaitu adanya peningkatan berhitung anak usia 4 –
5 tahun melalui permainan ular tangga di PAUD Kelompok A di PAUD Dahlia.
Gambar 3.1
(Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart)
76
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta; 2012), h. 2 77
Nana Syaodih Sukmaditana, Metode Penelitian Tindakan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya;
2010), h.52
Keterangan Siklus I
1. Perencanaan
2. Tindakan dan Observasi
3. Refleksi
50
C. Prosedur Penelitian Tindakan.
1. Observasi Awal
Dikutip oleh Mertier dari Schmuck Observasi, sebagai sarana
mengumpulkan data kualitatif , mencakup cermat memperhatikan dan secara
sistematis mencatat apa yang anda lihat dan dengar, berlangsung dalam setting
khusus. Observasi ruang kelas bisa berkisar dari yang sangat terstruktur, semi
terstruktur, sampai tidak terstruktur.78
Yang perlu peneliti lakukan selanjutnya yaitu memulainya dengan
memahami dan melatih keterampilan dalam mengamati atau mengobservasi
kelas yang anda teliti. Ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai, karena
apabila melakukannya dengan asal saja dan dengan demikian melakukan
kesalahan maka penelitian ini tidak akan memeberikan hasil yang memuaskan.
Salah satu diantaranya adalah pemahaman mengenai pengamatan, mengamati,
dan observasi. Pada umumnya observasi adalah tindakan yang merupakan
penafsiran dari terori seperti yang dikemukakan oleh Karl Popper dan dikutip
oleh Sukmaditana. Namun, dalam penelitian ini tidaklah demikian. Bahkan
sang peneliti apakah dosen, guru yang studi di PSS (Program Pascasarjana),
atau siapapumn, pada waktu memasuki ruangan kelas dengan maksud
mengobservasi, sebaiknya meninggalkan teori-teorinya diluar kelas, dan mulai
mengamati tanpa ada keinginan untuk menjustifikasi sebuah teori atau
menyanggahnya.79
2. Perencanaan Tindakan
Creswell dan Jojnson menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Craig A.
Mertler rencana tindakan merupakan hasil dari studi penelitian yang mungkin
bersifat informal atau formal. Ini sering tergantung pada sifat dan tujuan dari
proyek penelitian tindakan anda. Rencana tindakan bisa terdiri dari pernyataan
singkat atau deskripsi sederhana tentang implementasi masalah; rencana untuk
berbagi apa yang sudah anda pelajari dengan orang lain yang tertarik pada
78
Craig A. Mertier, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta Barat: PT Indeks; 2014), h. 133 79
Nana Syaodih Sukmaditana, Metode Penelitian Tindakan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya;
2010), h. 104
51
topik, seperti guru lain, administrator, dewan pendidikan, sekolah, atau distrik
lain, atau langkah berikut apapun yang mungkin anda ambil.80
Berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data disusun rencana untuk
memperbaiki dan meningkatkan kegiatan atau program. Menyusun rencana
diarahkan pada pelaksaanan kegiatan atau program secara optimal dengan
memperhatikan kondisi subjek sasaran serta faktor-faktor pendukung yang
ada.
Menurut Deborah South sebagaimana yang dikutip oleh Sukmaditana, ada
sembilan langkah yang harus ada di dalam rencana penelitian tindakan, yaitu:81
1. Merumuskan bidang fokus penelitian
2. Mendefinisikan Variabel
3. Merumuskan pertanyaan penelitian
4. Mendeskripsikan kegiatan atau inovasi
5. Menjelaskan keanggotaan tim penelitian
6. Menjelaskan siapa-siapa yang akan diajak kerjasama atau membantu
7. Menyusun jadwal penelitian
8. Merumuskan sumber-sumber yang akan digunakan
9. Mengembangkan rencana pengumpulan data
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
permainan ular tangga sebagai tindakan perbaikan pada meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun.
a. Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar terkait dengan tema.
b. Menyusun pedoman observasi
c. Membuat evaluasi siswa
3. Tahapan Pengamatan
Pengamatan melibatkan beberapa pihak didalamnya diantaranya guru,
peneliti, dan teman sejawat. Pelaksanaan observasi dilakukaan ketika proses
80
Craig A. Mertier, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta Barat: PT Indeks; 2014), h. 223 81
Nana Syaodih Sukmaditana, Metode Penelitian Tindakan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya;
2010), h. 151
52
pembelajaran sedang berlangsung dengan adanya lembar observasi yang telah
dibuat oleh peneliti. Hal yang harus diamati adalah proses pembelajaran yang
sedang berlangsung, setelah melakukan pengamatan terkait proses
pembelajaran yang berlangsung dilakukannya analisis hasil observasi untuk
mengetahui jalan pembelajaran yang berlangsung.
Table 3.2
Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No Tindakan Awal Inti Penutup Media
1. Bermain
permainan
ular tangga
dengan
membagi
menjadi 2
bagian, satu
permainan
terdiri dari
empat orang
anak
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
bersama
Berdiskusi
tentang alam
Berdiskusi
tentang air
Berdiskusi
tentang air
sungai
Memberikan
permainan ular tangga
untuk dimainkan
Menjelaskan cara
bermain ular tangga
Memainkan
permainan ular tangga
Peneliti membuat
lingkarang di depan
kelas bersama anak-
anak mengelilingi
permainan ular tangga
Peneliti menunjukan
sejumlah crayon dan
spidol yang ditaruh di
dalam kotak dan
tempat pensil di atas
meja, lalu
menanyakan jumlah
crayon di dalam kotak
dan jumlah tempat
pinsil di atas meja
yang mana yang lebih
banyak
Mendokumen
tasikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Berdoa
bersama-
sama
Ular
tangga
2. Bermain
permainan
ular tangga
dengan
bermain satu
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
Bernayi angka
bersama
Menjelaskan cara
bermain ular tangga
Menanyakan
angka-angka
bilangan
Mendokomen
Ular
tangga
53
permainan
ular tangga
berisikan
tiga orang,
tiga orang
bersama
Mendengarkan
cerita tentang
air, terutama
tentang laut
Anak
menghitung
jumlah ikan
hasil
pancingan
Memainkan
permainan ular tangga
Tanya jawab tentang
lambang bilangan
tasikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Berdoa
bersama-
sama
Potong
an
kertas
origami
3. Bermain
permainan
ular tangga
dengan
bermain satu
permainan
ular tangga
berisikan
lima orang,
lima orang
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi tik-
tik bunyi hujan
bersama
Berdiskusi
tentang air
hujan
Berdiskusi
tentang proses
terjadinya air
hujan
Menjelaskan cara
bermain ular tangga
Memainkan
permainan ular tangga
Membilang benda
dengan crayon 1 – 10
Mencocokan bilangan
dengan lambang
bilanagan
Mendokomen
tasikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Berdoa
bersama-
sama
Ular
tangga
Crayon
Lembar
kerja
4. Bermain
permainan
ular tangga
dengan
bermain satu
permainan
ular tangga
berisikan
lima orang,
lima orang
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
bersama
Berdiskusi
tentang alam
Berdiskusi
segala tentang
kegunaan air
Memainkan
permainan ular tangga
Membilang benda
dengan crayon 1 – 10
Mencocokan bilangan
dengan lambang
bilangan
Mendokomen
tasikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Berdoa
bersama-
sama
Ular
tangga
Crayon
Lembar
kerja
5. Bermain
permainan
ular tangga
dengan
bermain satu
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
Memainkan
permainan ular tangga
Peneliti menunjukan
sejumlah crayon dan
Mendokomen
tasikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Ular
tangga
54
permainan
ular tangga
berisikan
dua orang,
dua orang
menanam
jagung
bersama
Berdsikusi
tentang tanah
Berdiskusi
maanfaat dari
tanah
spidol yang ditaruh di
dalam kotak dan
tempat pensil di atas
meja, lalu
menanyakan jumlah
crayon di dalam kotak
dan jumlah tempat
pinsil di atas meja
yang mana yang lebih
banyak
Berdoa
bersama-
sama
Crayon
Tempat
pinsil
Buku
gambar
Table 3.3
Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No Tindakan Awal Inti Penutup Media
1. Bermain ular
tangga
membagi nya
menjadi dua
kelompok
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
bersama
Bernyanyi
menanam
jagung
Berdiskusi
tentang
tanah
Guru
bercerita
geggunaan
tanah
Belajar menanam
kacang hujau
Memberikan
permainan ular
tangga untuk
dimainkan
Menjelaskan cara
bermain ular tangga
dengan model yang
baru menggunakan
banner dan mereka
yang menjadi pion
Memainkan
permainan ular
tangga menyebutkan
lambang bilangan
Mendokoment
asikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Berdoa
bersama-sama
Ular
tangga
Aqua
gelas
Kapas
Kacang
hijau
2. Bermain ular
tangga
membaginya
menjadi dua
kelompok,
satu
kelompok
berisikan
lima orang
Berbaris di
depan kelas,
berdoa
bersama,
bernyanyi
naik-naik
kepuncak
gunung
bersama
Menjelaskan kembali
cara bermain ular
tangga dengan model
yang baru
menggunakan banner
dan mereka yang
menjadi pion
Memainkan
Mendokoment
asikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Mengevaluasi
pembelajaran
hari ini
Ular
tangga
Crayon
55
Membilang
benda
menggunaka
n crayon
Mengenal
lambang
bilangan
Menyebutkan
lambang
bilangan
Berdiskusi
tentang
pegunungan
permainan ular
tangga
Membilang
benda
menggunakan
crayon
Berdoa dan
bernyanyi
bersama-sama
3. Bermain ular
tangga dan
membaginya
satu
permainan
berisikan tiga
orang
Membilang
benda
menggunaka
n crayon
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
lihat
kebunku
bersama
Berdiskusi
tentang
tanah
pekarangan
rumah
Guru
menceritaka
n manfaat
tanah untuk
tanaman
Membuat pagai
pekarangan rumah
menggunakan stik es
krim
Menjelaskan kembali
cara bermain ular
tangga dengan model
yang baru
menggunakan banner
dan mereka yang
menjadi pion
Memainkan
permainan ular
tangga
Mendokoment
asikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Mengevaluasi
pembelajaran
hari ini
Membilang
benda
menggunakan
crayon
Ular
tangga
Lembar
kerja
Stik es
krim
Lem
kertas
4. Bermain ular
tangga dan
bermain
dengan
semua anak
dalam satu
permainan
ular tangga
Mengerjakan
lembar kerja
mengenal
konsep
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
bersama
Berdiskusi
tentang
udara
Tanya jawab
tentang
Anak menebalkan
tulisan “udara untuk
berbafas”
Memainkan
permainan ular
tangga
Anak bermain
permainan ular
tangga dengan
kompak dan
bergantian
Mendokoment
asikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Mengevaluasi
pembelajaran
hari ini
Mengerjakan
lembar kerja
mengenal
Ular
tangga
Lembar
kerja
Gelas
berwar
na
56
bilangan
Membilang
benda
menggunaka
n gelas
berwarna
Mengelompo
kan gelas
berwarna
sesuai dengan
warna nya,
dan
membanding
kannya sesuai
dengan
jumlah
gelasnya
udara konsep
bilangan
Membilang
benda dengan
menggunakan
gelas berwarna
Mengelompok
an gelas
berwarna
sesuai dengan
warna nya, dan
membandingka
nnya sesuai
dengan jumlah
gelasnya
5. Bermain ular
tangga dan
bermain
saling
berpasangan
atau berdua-
dua dalam
satu
permainan
Mengerjakan
lembar kerja
mengenal
konsep
bilangan
Membilang
benda
menggunaka
n gelas
berwarna
Mengelompo
kan gelas
berwarna
sesuai dengan
warna nya,
dan
Berbaris di
depan kelas,
bedoa
bersama,
bernyanyi
bersama
Berdiskusi
tentang
udara
Anak
menghubungkan
gambar dengan
tulisan
Memainkan
permainan ular
tangga
Anak bermain
permainan ular
tangga dengan
kompak dan
bergantian
Mendokoment
asikan
kegiatan anak
dan tanya
jawab
Mengevaluasi
pembelajaran
hari ini
Mengerjakan
lembar kerja
mengenal
konsep
bilangan
Membilang
benda
menggunakan
gelas berwarna
Mengelompok
an gelas
berwarna
sesuai dengan
warna nya, dan
membandingka
Ular
tangga
Lembar
kerja
Gelas
berwar
na
57
membanding
kannya sesuai
dengan
jumlah
gelasnya
nnya sesuai
dengan jumlah
gelasnya
4. Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan
kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang
nyata dalam tindakan strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif
yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan
tempat timbulnya persoalan itu. Ada juga pengertian bahwa refleksi itu
deskriptif, yaitu memungkinkan dilakukannya peninjauan, pengembangan
gambaran, yang lebih hidup tentang kehidupan dan pekerjaan dalam situasinya,
tentang kendala yang dihadapi dalam meelakukan tindakan, dan, yang lebih
penting lagi tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk kelompok
dan untuk setiap anggota yang bertanggung jawab dalam rangka mencapai
tujuan.82
Peneliti harus kritis untuk menguji tindakannya dala meneliti, maka peneliti
harus terlibat dalam refleksi sistematis atau praktek itu. Refleksi bila
menyangkut penelitian tindakan, adalah suatu yang harus dilakukan pada akhir
siklus tindakan khusus. Yang merupakan langkah penting dalam proses itu,
karena ini adalah langkah dimana guru-peneliti meninjau apa yang dilakukan,
menentukan efektivitasnya, dan mengambil keputusan tentang revisi yang
mungkin dilakukan untuk implementasi masa depan proyek itu (yang, dalam
semua kemungkinan, akan terdiri dari siklus penelitian tindakan masa depan).83
Refleksi ini adalah tahap akhir dalam Penelitian Tindakan Kelas. Setelah
mengkaji, menganalisis, dan mengevaluasi pada siklus I peneliti dan guru
bekerjasama lagi untuk melanjutkannya dengan melakukan penelitian tindakan
82
Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan, (Bandung: Alfabeta; 2007), h. 64 83
Craig A. Mertier, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta Barat: PT Indeks; 2014), h. 49
58
di sikuls II jika pada siklus I hasil yang didapatkan belum sesuai dengan
kriteria keberhasilan.
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Penentu standar atau patokan keberhasilan dalam PTK ditentukan oleh peneliti
itu sendiri, dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan subjek penelitian
dengan ini peneliti telah menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi
aktivitas siswa, maka dilakukan pengelompokan atau 5 kriteria penilaian yaitu
sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.
Pnenelitian ini dikatakan berhasil apabila ada peningkatan dalam kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun. Indikator dalam penelitian ini mengenai
kemampuan anak membilang benda 1 – 10, mengenal konsep bilangan,
menyebutkan bilangan 1 – 10, mengenal bilangan 1 – 10, mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan pada anak kelomk A melalui permainan ular tangga
akan terlihat dari proses pembelajaran yang sesuai dengan indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan.
Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto sebagaimana
yang dikutip oleh Utami, Ditetapkan suatu rentang daya capai terhadap
pencapaian indikator keberhasilan sebagai berikut:84
Persentase % Interpretasi
81% - 100% Sangat baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Sangat Kurang
Table 3.4 Kriteria Pencapaian Indikator
84
Made Wahyu Utami, Model Icm untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPA ,
Jurnal Pendidikan Guru SD, (Universitas Negri Yogyakarta, Edisi 8, 2016), h. 807
59
Persentase pencapaian indikator tersebut kemudian diinterpresikan dengan
target keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ≥75%, hasil tersebut
diketahui berdasarkan instrument pengamatan anak melalui siklus 1 yang terdiri
dari 5 pertemuan, apabila dalam pelaksanaan siklus 1 belum mencapai indikator
keberhasilan maka akan dilakukan siklus berikutnya sampai kemampuan
berhitung anak dapat meningkat sesuai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan.
Penelitian tindakan kelas diasumsikan berhasil bila dilakukan tindakan
perbaikan kualitas pembelajaran, maka akan berdampak terhadap perbaikan
perilaku siswa dan hasil belajar. Urutan indikator secara logika/ilmiah disusun
kembali menjadi:85
a. Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran minimal „baik‟
(indikator ini untuk tujuan umum dari penelitian).
b. Indikator keberhasilan perbaikan perilaku siswa (misalnya, aspek motivasi
belajar, minat belajar, keaktifan siswa, kerjasama, dan lain-lain) minimal
„baik‟.
c. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari
jumlah siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan.
E. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah hasil pencatat peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka.
Dari sumber SK Mentri P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 juli 1977
disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil
pengelolaan data yang dipakai untuk suatu keperluan.86
Data digunakan
sebagai pengontrol kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan adanya rencana,
media permainan ular tangga sebagai permainan untuk meningkatkan
85
Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Erlangga, 2014), h.35. 86
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, PT.Rineka Cipta,
2002), h. 96.
60
kemampuan mberhitung permulaan anak sehingga keginaan data tersebut
merupakan komponen terpenting dalam penelitian.
Table 3.5 Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data Teknik
1 Kemampuan
Berhitung Anak Usia
4-5 Tahun
Guru
Anak
Wawancara
Observasi
2 Proses Memainkan
Media
Guru
Anak
Wawancara
Observasi
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuesoner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan.87
Sumber data yang di dapat dalam penelitian ini ada dua yaitu 1. Sumber
data pemantau tindakan, yaitu berupa proses kegiatan melalui permainan ular
tangga anak usia 4-5 tahun di PAUD Dahlia, Bekasi melalui permainan ular
tangga. 2. Sember data penelitian adalah anak usia 4-5 tahun di PAUD Dahlia,
Bekasi. Data yang diperoleh akan digunakan untuk menganalisis data
penelitian sehingga diperoleh gambaran adanya hasil pengembangan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun. Jenis sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Hasil observasi selama proses penelitian
2) Wawancara dengan guru kelas PAUD Dahlia
3) Dokumentasi yang di peroleh selama proses pembelajaran
87
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Pt Rineka Cipta; 2013), h. 172
61
F. Teknik Pengumpulan Data
Walkot menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Sukmadinata, teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu,
tetapi menggunakan multi teknik atau multi intrumen. Ada tiga kelompok teknik
pengumpulan data sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu: pengalaman,
pengungkapan, dan pengujian.88
Pengumpulan data berkenan dengan pelaksanaan kegiatan yang menjadi fokus
masalah, umpamanya pelaksanaan metode pembelajaran pemecahan masalah
dalam meta pelajaran ips. Dalam langkah ini guru atau dosen mengidentifikasi
menghimpun dokumen-dokumen, mengingat-ngingat kegiatan pembelajaran serta
hasil pembelajaran yang berkenan dengan pemecahan masalah yang pernah
dilakukannya. Topik-topik apa yang pernah dibahas, bagaimana langkah-
langkahnya, bagaimana kegiatan guru atau dosen, bagaiman kegiatan siswa atau
mahasiswa, buku, media, dan sumber belajar lain apa yang digunakan, kesulitan
apa yang dihadapi, keberhasilan yang dicapai dan sebagainya.89
Dalam tahap ini (pengumpulan data), untuk melihat kembali fokus masalah,
sebab kalau dari data-data yang dihimpun ternyata pelaksanaanya sudah baik dan
hasilnya sudah baik, mungkin fokus masalahnya harus diganti.
1. Jenis Instrumen
a. Wawancara
Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte, wawancara merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang
yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang
dipandang perlu. Menurutnya masih ada tiga wawancara , yakni wawancara
baku dan terjadwal, wawancara baku dan tidak terjadwal. Serta wawancara
tidak baku. Pertanyaan-pertanyaan yang sama diajukan dalam urutan yang
sama, apabila pertanyaan lanjutan atau probing diperlukan, maka hal itu
juga harus baku. Wawancara yang tidak terjadwal adalah wawancara bentuk
88
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Banndung: PT Remaja
Rosdakarya; 2010), h. 151 89
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Banndung: PT Remaja
Rosdakarya; 2010), h. 147
62
lain dari yang terjadwal, hanya saja urusannya yang berubah tergantung
jawaban yang diberikan oleh informan.90
Peneliti menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data atau
keterangan yang diperlukan. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh
data kegiatan pembelajaran dikelas, kemampuan berhitung anak usia 4 – 5
tahun, dan kendala yang dihadapi anak dalam meingkatkan kemampuan
berhitungnya.
b. Observasi
Sebagai mana yang dikutip oleh Sugiono, Sutrisno Hadi mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suat proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.91
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke masa yang akan
datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika
putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Observasi yang cermat
diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi dengan kendala realitas, dan
semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang
lalu. Observasi harus direncanakan , sehingga akan ada dasar dokumenter
untuk refleksi berikutnya. Observasi itu harus bersifat responsif, terbuka
pandangan dan pikirannya.92
Observasi, sebagai sarana mengumpulkan data kualitatif, mencakup
cermat memperhatikan dan secara sistematis mencatat apa yang ada lihat
dan dengar, berlangsung dalam seting khusus. Onbservasi bisa sangat
bermanfaat dalam situasi tertentu dimana bentuk-bentuk pengumpulan data
lain sesungguhnya tidak akan berfungsi, seperti ketika para guru ingin
mengecek reaksi nonverbal para siswa terhadap suatu yang terjadi di dalam
90
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya;
2010), h. 117 91
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta; 2012), h. 145 92
Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan, (Bandung: Alfabeta; 2007), h. 62
63
ruang kelas; atau ketika para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk memahami lebih baik, bagaimana mereka berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain. 93
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation dan non participant observation,
selanjutnya dari segi intrumentasi yang digunakan, maka observasi bisa
dibedakan menjadi observasi tertruktur dan observasi tidak terstruktur.
1) Obervasi Terstruktur
Umumnya tidak menuntut pengamat untuk melakukan apapun kecuali
observasi, melihat secara biasa perilaku-perilaku spesifik, reaksi atau
interaksi. Karena bengitu banyak hal lain berjalan dalam satu ruang kelas
tertentu ketika observasi dilakukan, maka sering sulit untuk melakukan
observasi terstruktur.
2) Observasi tidak terstruktur
Memberikan kepada guru-peneliti kelenturan untuk mengikuti
peristiwa atau aktivitas lain yang terjadi secara serenmpak dalam ruang
kelas; atau untuk terlibat dalam periode observasi yang singkat, namun
intens, dan mengambil catatan. Selain itu observasi tidak terstruktur lebih
khas merupakan kumpulan data kualitatif, karena mereka “bebas
mengalir” memungkinkan peneliti untuk menggeserkan fokus dari satu
peristiwa ke yang lain sebagai baru, dan mungkin yang lebih menarik,
peristiwa-peristiwa yang muncul.
c. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat
berskala. Walaupun bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi
cukup memberikan informasi tertentu program atau orang. Instrument ini
dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama
penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi
93
Craig A. Martler, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks; 2014), h. 133
64
munculnya sifat-sifat. Rating scale harus diinterpretasikan secara hati-hati
karena disamping menghasilkan gambar yang kasar juga jawab responden
tidak begitu saja mudah dipercaya. Sehubung dengan ini Bergman dan
Siegel mendaftarkan hal-hal yang mempengaruhi ketidak jujuran jawaban
responden yaitu: persahabatan, kecepatan menerka, cepat memutuskan,
jawaban kesan pertama, penampilan instrument, prasangka, halo effects,
kesalahan pengambilan rata-rata, kemurahan hati.
d. Dokumentasi
Menurut Goetz dan LeCompte sebagaimana yang dikutip oleh sukadinata
yang menyangkut para partisipan penelitian akan menyediakan kerangka
bagi data yang mendasar. Termasuk ke dalamnya ialah:
Koleksi dan analisis buku teks
Kurikulum dan pelaksanaan pedomannya
Catatan rapat
Catatan tentang siswa
Rencana pelajaran dan catatan guru
Hasil karya siswa
Kumpulan dokumen
Rekaman Foto, Slide, Tape dan Video
Agar anda mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang
sedang terjadi dikelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian
tindakan kelas, maka untuk menangkap suasana kelas, detail tentang
peristiwa-peristiwa penting khusus yang terjadi, atau ilustrasi dari episode
tententu, alat-alat elektronik ini dapat saja digunakan untuk membantu
mendeskripsikan apa yang anda catat di catatan lapangan apabila
memungkinkan.
65
2. Kisi-Kisi Instrumen
a. Definisi Konseptual
Kemampuan berhitung permulaan anak usia 4-5 tahun adalah
membilang benda 1 – 10, mengenal konsep bilangan, mengenal
lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1 – 10,
menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokan
lambang bilangan dengan bilangan.
b. Definisi Operasional
Kemampuan berhitung permulaan anak usia 4-5 tahun adalah
membilang benda 1 – 10, mengenal konsep bilangan, mengenal
lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1 – 10,
menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokan
lambang bilangan dengan bilangan.
Indikator kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun terhadap
perkembangan berhitung yang akan diteliti, dikembangkan berdasarkan
teori menurut para ahli. Penelitian tindakan berhasil apabila terdapat
peningkatan berhitung anak melalui permainan ular tangga. Aspek yang
dilihat merupakan aspek berhitung anak usia 4 – 5 tahun yang telah
dipaparkan sebelumnya. Berikut beberapa aspek yang akan diamat dalam
penelitiam tindakan kelas yang akan dilakukan, berikut ini merupakan kisi-
kisi instrumen penelitian meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 –
5 tahun melalui permainan ular tangga di PAUD Dahlia.
66
Table 3.6
Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Berhitung
Anak Usia 4 – 5 Tahun.
Berhitung Anak
Usia 4 – 5 Tahun
Indikator No Butir Jumlah
butir
Membilang benda 1 – 10 1 5
Mengenal konsep bilangan 2
Mengenal lambang bilangan 3
Menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10
4
Mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan
5
Table 3.7
Instrumen Penilaian
No Indikator 1
BB
2
MB
3
BSH
4
BSB
1. Membilang benda 1 – 10
2. Mengenal konsep bilangan
3. Mengenal lambang bilangan
4. Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10
5. Mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan
Keterangan:
BB = Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
67
Table 3.8
Rubrik penilaian kemampuan berhitung permulaan permulaan
Indicator Skor Deskripsi
Membilang
benda 1 – 10
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum bisa membilang benda 1 – 10
Anak mulai bisa membilang benda 1 – 5
Anak mulai bisa membilang benda 1 – 10
tanpa bantuan
Anak sudah lancar membilang benda 1 –
10 tanpa bantuan
Mengenal
konsep bilangan
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum mampu mengenal kosep
bilangan
Anak mulai mampu mengenal konsep
bilangan dengan bantuan
Anak sudah mulai mampu mengenal
konsep bilangan tanpa bantuan
Anak sudah mampu mengenal konsep
bilangan 1 – 10 dengan lancar
Mengenal
lambang
bilangan
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum mengenal lambang bilangan
Anak mulai bisa mengenal lambang
bilangan 1 – 5
Anak sudah mulai mengenal lambang
bilangan 1 – 10 tanpa bantuan
Anak sudah sangat mengenal lambang
bilangan 1 – 10 tanpa bantuan dengan
lancar
Menyebutkan
lambang
bilangan 1 – 10
BB
MB
BSH
Anak belum bisa menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10
Anak sudah mulai bisa menyebutkan
lambang bilangan 1 – 5
Anak mulai bisa menyebutkan lambang
68
BSB
bilangan 1 – 10
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10 dengan lancar
Mencocokan
bilangan dengan
lambang
bilangan
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan.
Anak mulai bisa mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan dengan bantuan
Anak mulai bisa mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan tanpa bantuan
Anak sudah lancar mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan tanpa bantuan
Table 3.9
Instrumen Wawancara Guru Dalam Menggunakan Permainan
Ular Tangga
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah permainan ular tangga
cukup mudah dilakukan untuk
dimainkan
2. Apakah permainan ular tangga
cukup efektif untuk
meningkatkan kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun
3. Bagaimana respon anak ketika
bermain ular tangga setelah 5
hari
G. Validasi Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu isntrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
69
berarti memiliki validitas rendah.94
Validasi instrumen ini dilakukan atas
dasar pertimbangan judgement atau expert judment para validator atau para
expert judment yaitu para pakar yang ahli dalam bidang penelitian tersebut.
Intrumen yang reliabel adalah intrumen yang bila digunakan berapa kali
untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Alat
ukur panjang dan karet adalah contoh intrumen yang tidak
reliabel/konsisten.
Dengan menggunakan intrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
reliabel. Jadi intrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak
berarti bahwa dengan menggunakan intrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel.
Hali ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan intrumen untuk mengumpalkan data.
Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti
dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan intrumen untuk
mengukur variabel yang diteliti. 95
H. Validasi Data
Terdapat cara-cara dalam validasi data penelitian tindakan kelas yaitu:96
1. Triangulasi
Triangulasi adalah membandingkan persepsi sumber data/informan
yang satu dengan yang lain di dalam/mengenai situasi yang sama
misalnya: persepsi situasi mengajar ditinjau dari:
Guru
Siswa
Pengamat.
94
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2013), h.211 95
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta; 2012), h. 122 96
Wijaya Kusumah dkk, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta PT.Indeks, 2012), h. 83.
70
2. Triangulasi dengan memakai berbagai sumber:
Survei
Kuesioner
Observasi
Intervensi
Dokumen
3. Audit Trail
Data diperiksa oleh pihak ketiga misalnya oleh responden kunci
mencangkup informasi yang mendeskripsikan cara-cara yang dipakai
untuk mengontrol kesalahan sehingga mampu mengambil
kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
I. Analisis Data
Menurut Bogan menyatakan bahwa “Data analysis is the process of
systematically searching and arranging the interview transcripis, fieldnotes,
and other materials that you accumutate to increase your own
understanding of them and to enable you to present what you have
discovered to others” Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data pada
penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data kualitatif untuk menentukan proses peningkatan kemampuan
membaca awal yang dinyatakan dalam suatu pernyataan keadan ataupun
kriteria. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria BB (Belum
Berkembang), MB (Mulai Berkembang), BSH (Berkembang Sesuai
Harapan), BSB (Berkembang Sangat Baik). Analisis data kuantitatif berupa
data dan hasil presentasi untuk memaparkan hasil data yang diperoleh dalam
bentuk angka-angka yang di dapat dari penelitian.
71
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data
tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga
selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang
didapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi,
ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi
teori.97
Analisis data di lapangan model Miles and Huberman
Analisis data di lapangan model kualitatif dilakukan ketika proses
pengumpulan data sedang berlangsung. Miles and Huberman
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification98
. Langkah-langkah analisis ditunjukan pada
gambar sebagai berikut:
Gambar 3.2 Komponen dalam analisis data (flow model)
97
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta; 2012), h.243. 98
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2012), h.246.
Periode pengumpulan
72
2. Analisis Data Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan
dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel
dan jenis responden menyajikan data tiap variabel yang di teliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang dajukan. Teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik, statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan.99
Analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan
belajar siswa sebagai pengaruh setiap tindakan yang dilakukan. Proses
analisis diarahkan untuk mengumpulkan informasi, kemudian dianalisis
dengan menghitung skor rata-rata kemampuan mengenal bentuk geometri
dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II kemudian dibandingkan untuk
dilihat peningkatannya. Membandingkan jumlah skor yang diperoleh
dengan skor ideal dalam kelas dapat dilakukan dengan perhitungan
sebagai berikut:
J. Koding data
1. Catatan Lapangan
Yang dimaksud catatan lapangan atau CL dalam penelitian adalah
bukti otentik berupa catatan pokok, atau catatan yang mendeskripsikan
tentang proses yang terjadi di lapangan, sesuai dengan fokus penelitian,
dan ditulis secara deskriptif. Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti
99
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2012), h.147.
skor yang diperoleh
x
Persentase nilai = Skor maksimal
100
73
yang melakukan penelitian pengamatan atau observasi terhadap subjek
atau objek penelitian tindak kelas. Berbagai hal yang di deskripsikan
setiap harinya tentang pembelajaran dikelas, suasana kelas, pengelolaan
kelas, interaksi uru dengan anak, interaksi anak dengan anak lain atau
temannya, dan beberapa aspek lainnyanya dapat dicatat sebagai catatan
lapangan dan akan digunakan sebagai sumber dapa PTK.
Di dalam catatan lapangan sendiri terdapat kode K yang berarti
“kalimat”, kode tersebut bertujuan untuk memudahkan pembaca ketika
melihat reduksi data. Salah satu contoh terdapat kode K.5 itu artinya
catatan lapangan tersebut berada pada kalimat ke 5. Kode lain yang
terdapat pada catatn lapangan atau CL yaitu P yang berarti “paragraf”,
kode tersebut bertujuan untuk memudahkan pembaca ketika direduksi
data. Salah satu contoh terdapat kode P.7 itu artinya catatan lapangan
tersebut ada pada paragraf ke 7.
2. Catatan Wawancara
Yang dimaksud catatan wawancara atau CW dalam catatan lapangan
yaitu catatan pertanyaan mengenai pertanyaan yang berhubungan dengan
proses pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas. Dalam tindakan
penelitian pada setiap siklus terdapat catatan wawancara peneliti dengan
guru kelar, hal ini berjuan agar peneliti bisa mengetahui bagaimana
pendapat atau masukan dari guru kelas mengenai penelitian tindakan
yang dilakukan.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum
a. Sejarah singkat PAUD SPS Dahlia berdiri pada tanggal 10 maret 2008.
Alamat PAUD Dahlia JL. Serang cibarusah RT 05/03 Desa Sukasari
Kec. Serang Baru Kab. Bekasi. No ijin operasional 422/148/SK PAUD
2010 tangga 14 April 2010. Sarana dan prasarana PAUD Dahlia,
memiliki tiga ruang kelas, satu kantor sekolah, satu kamar mandi, alat
permainan dalam (APE dalam), alat permainan luar (APE luar).
Gambar 4. 1
Kondisi PAUD Dahlia
Kondisi anak-anak di PAUD Dahlia pada tahun ajaran 2018/2019
sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Keadaan siswa PAUD Dahlia Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelompok Jumlah Siswa Total
Laki-laki perempuan
A 3 7 10
B 4 5 9
Jumlah 19
75
Tabel 4.2
Nama Tenaga Kependidikan (Guru) PAUD Dahlia Tahun Pelajaran
2018/2019
NO Nama TTL Kelas Mengajar
1 Nyai Maesaroh Bekasi 20-05-1965 Kepala Sekolah
2 Oom Komariah Bekasi 10-03-1970 Guru
3 Rina Sulistiyani Magetan 15-12-1975 Guru
4 Mimil Jamilah Sukabumi 01-07-1983 Guru
2. Deskripsi Khusus
a. Deskripsi data dan pra penelitian
Pra penelitian dilakukan sebagai langkah awal peneliti penelitian
tindakan kelas. Sampel penelitian adalah anak kelompok A di PAUD
Dahlia. Berikut ini adalah daftar nama-nama sampel anak yang akan
dijadikan subjek penelitian pada kelompok A di PAUD Dahlia.
Tabel 4.3
Nama Anak Kelompok A PAUD Dahlia
No Nama Usia
1 Zahra Asyahi 5 tahun 2 bulan
2 Zahira Asyahi 5 tahun 2 bulan
3 Anjani Septiani Putri 4 tahun 6 bulan
4 Laila Fauziah 5 tahun
5 Siti Regina Azkia Putri Junior 5 tahun 6 bulan
6 Januar Iswandi 5 tahun
7 Raka Ghanita 5 tahum
8 Kayysah Hannan Jamilah 4 tahun 5 bulan
9 Claudya Bellvania Putri Ardana 5 tahun 2 bulan
10 Hafiz Febrizio 4 tahun 7 bulan
76
Data diambil terkait dengan kemampuan anak mengenai peningkatan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun melalui permainan ular tangga
pada kelompok A diperoleh dengan melakukan pra tindakan. Pada pra
tindakan ini peneliti mengumpulkan informasi dan pengumpulan data anak
melalui dokumentasi dan observasi langsung pada guru kelas A. Kegiatan
observasi dilakukan 07 November dan 08 November 2018. Dibantu oleh
guru kelas A peneliti melakukan kolaboratif untuk melakukan assesmen
untuk awal melakukan tindakan. Kegiatan pra tindakan ini dilakukan pada
tanggal 06 November 2018 menggunakan instrumen observasi untuk
mengukur kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun dengan 5 pertanyaan
yang terkait dengan kemampuan berhitunga anak usia 4 – 5 tahun tersebut.
Peneliti memberikan permainan ular tangga pada anak tanpa diberi tahu
bagaiamana aturan bermain atau bagaimana cara memainkan permainan ular
tangga, bertujuan agar peneliti mengetahui bagaimana kemampuan anak
atau apakah anak sudah mengenal permainan ular tangga sebelum
dilakukannya penelitian tindakan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
peneliti untuk melakukan assesment atau penilaian terhadap kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun. Peneliti hanya memberikan dan menggelar
permainan ular tangga tanpa diberi tau cara atau aturan yang harus diikuti
selama permaian, anak memainkan permainan ular tangga dengan atau
tanpa intruksi atau peraturan.
Terdapat empat skala penilaian yang memperhatikan butir deskriptor
dalam penilaian yang akan diberikan, untuk skor 4 (BSB) berkembang
sangat baik: apabila anak sudah dapat dilakukan secara mandiri dengan
tepat dan cepat tanpa bantuan dan diingatkan guru. Untuk skor 3 (BSH)
berkembang sesuai harapan: apabila anak sudah dapat melakukan secara
mandiri dengan tepat tanpa bantuan dan diingatkan guru. Untuk skor 2
(MB) mulai berkembang: apabila anak melakukan dengan masih dibimbing
oleh guru. Untuk skor 1 (BB) belum berkembang: bila anak tidak dapat
melakukan dan di bantu atau dicontohkan oleh guru.
77
Gambar 4.2
Observasi pra penelitian
1) Hasil pertama observasi
Hari pertama observasi peneliti datang terlalu dini tepatnya pukul
07:00 ke PAUD Dahlia, dimana PAUD Dahlia masuk pada pukul 08:00.
Waktu menunjukan pukul 07:15 dua dari empat guru PAUD Dahlia
datang yaitu ibu Mimil dan ibu Rina akhirnya peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan
surat yang sudah di buat, setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti. Guru pun menyarankan peneliti untuk berbicara langsung
kepada kepala sekolah PAUD Dahlia.
Akhirnya peneliti bertemu dengan kepala sekolah PAUD Dahlia, yaitu
ibu Siti Maesaroh. Setelah beliau mendengarkan maksud dan tujuan
peneliti, beliaupun mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
Peneliti meminta izin untuk penelitian, itu menjadi hari pertama peneliti
melakukan observasi. Setelah lonceng sekolah dibunyikan oleh guru
kelas, anak-anak berbondong-bondong baris untuk masuk kelas. Setelah
anak sudah baris dengan rapih barulah guru memperkenalkan peneliti
pada murid PAUD Dahlia. Setelah berkenalan barulah peneliti
melakukan observasi terhadap anak kelompok A.
Peneliti melakukan observasi dari pembukaan sampai penutup atau
sampai anak-anak sudah dijemput oleh wali murid. Di pagi itu guru-guru
78
menyambut anak di depan kelas dan anak-anak mengucapkan salam dan
bersalaman lalu masuk kelas. Kegiatan pertama di dalam kel as diawali
dengan doa sebelum belajar dan membaca surat-surat pendek, setelah itu
guru menjelaskan akan belajar apa kita hari ini. Kebetulan hari dimana
peneliti melakukan observasi hari pertama yaitu mengenai pelajaran
kognitif, dimana anak sedang menghitung jumlah buah yang ada di
lembar kerja. Pada lembar kerja tersebut yaitu masih ada anak yang
belum mampu berhitung secara sistematis, bahkan ada b eberapa anak
yang tidak mau mengisi lembar kerja tersebut.
Kegiatan awal atau inti pun berakhir pada pukul 09:00, anak-anak
diperintahkan untuk mengumpulkan lembar kerja mereka ke atas meja.
Sebelum istirahat anak-anak membaca doa sebelum makan dan mereka
berpencar keluar kelas dan membuka bekal mereka. Disini anak-anak di
bebaskan, jadi ada anak yang memilih untuk bermain dikelas sekedar
berlarian ada juga yang main ayunan di halaman sekolah, ada juga yang
jajan di kantin sekolah dan ada pula yang makan bekalnya.
Diakhir kegiatan anak-anak mewarnai angka yang guru berikan,
sampai pada jam penutup anak-anak mengumpulkan lembar kerja
mereka. Sebelum pulang guru menanyakan kembali apa saja yang sudah
kita pelajari hari ini, kemudian anak-anak menjawab dengan semangat.
Di akhir kegiatan guru menyiapkan anak-anak untuk pulang sekolah dan
menyanyikan jargon-jargon lalu membaca surat Al-Ashr lalu anak-anak
diperbolehkan untuk pulang.
2) Hari Kedua Obvservasi
Hari ketiga observasi peneliti datang pukul 07:30. Peneliti membantu
menyiapkan anak-anak berbaris untuk masuk kelas. Pagi itu guru-guru
menyambut anak di depan kelas dan anak-anak mengucapkan salam dan
bersalaman lalu masuk kelas. Kegiatan pertama di dalam kelas diawali
dengan doa sebelum belajar dan membaca surat-surat pendek, setelah itu
guru menjelaskan akan belajar apa kita hari ini. Setelah itu anak-anak
79
diajak bermain kucing dan tikus di dalam kelas oleh guru karena hari ini
adalah hari olahraga. Jadi untuk membuat anak-anak menggerakan
seluruh badannya guru membuat permainan kucing dan tikus di dalam
kelas. Semacam permainan lari-larian ada yang menjadi kucing dan ada
yang menjadi tikus, jadi mereka saling mengejar satu sama lain.
Kemudian anak-anak diperbolehkan untuk istirahat. Seperti bisasa
pada jam istirahat anak-anak dibebaskan untuk bermain sesuka mereka,
ada yang bermain ayunan ada yang jajan di kantin sekolah, ada juga yang
sekedar meyantap bekal mereka di dalam kelas. Pada akhir kegiatan,
karena guru PAUD Dahlia sudah mengetahui maksud dan tujuan peneliti
untuk observasi jadi guru menanyakan kepada anak mengenai angka-
angka contohnya guru meyebutkan angka lalu anak-anak mengangkat jari
mereka sesuai dengan angka yang guru sebutkan.
b. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran di Kelompok A
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama dua hari,
beberapa anak kemampuan berhitung anak usia empat sampai lima tahun
masih perlu ditingkatkan lagi. Sebagian besar anak masih belum mengenal
angka bilangan, belum dapat menghitung secara sistematis. Berdasarkan
hasil yang diperoleh melalui kegiatan observasi yang sudah peneliti lakukan
yaitu anak membutuhkan cara belajar yang menyenangkan untuk
meningkatkan kembali semangat belajar mereka. Dengan belajar sambil
bermain anak akan merasa senang hati untuk melakukannya. Anak
memerlukan stimulus dengan memberikan model pembelajaran yang baru
agar perkembangan dan pengetahuan mengenai kemampuan berhitungnya
meningkat dengan optimal.
c. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran
Setelah hasil analisis yang yang diperoleh dari observasi yang peneliti
lakukan terhadap pembelajaran yang di lakukan di PAUD Dahlia masih
banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Beberapa anak masih
80
belum bisa berhitung secara sitematis dan masih ada yang belum mengenal
konsep dan angka bilangan, karena mereka sendiri kurang bersemangat
dalam pembelajaan berhitung atau mereka cenderung bosan dalam cara
mempelajari angka-angka.
Untuk mengetahui kondisi kemampuan perkembangan berhitung anak
usia empat sampai lima tahun, peneliti melakukan prapenelitian yang
dilakukan berdasarkan instrumen yang telah di uji coba pada anak-anak.
Kegiatan mengamati ini dilakukan oleh peneliti dan guru kelas pada saat
pembelajaran atau pada saat kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil
observasi dan prapenelitian pada kelompok A PAUD Dahlia yang berjumlah
10 anak, maka hasil dari kemampuan berhitung anak kelompok A PAUD
Dahlia sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data Hasil Pra Penelitian
No Nama Butir Indikator
Σ Ket % Kategori 1 2 3 4 5
1 ZA 1 1 1 1 1 5 Rendah 25 Rendah
2 ZA 1 1 1 1 1 5 Rendah 25 Rendah
3 ASP 2 2 2 2 2 10 Rendah 50 Rendah
4 LF 2 1 1 1 1 6 Rendah 30 Rendah
5 SRA 1 1 1 2 1 6 Rendah 30 Rendah
6 JI 1 1 1 1 1 5 Rendah 25 Rendah
7 RG 2 1 1 1 2 7 Rendah 35 Rendah
8 KHJ 1 1 2 1 1 6 Rendah 30 Rendah
9 CBP 2 1 1 1 1 6 Rendah 30 Rendah
10 HF 1 1 2 2 1 7 Rendah 35 Rendah
ZK 63
315
Rata-Rata 6,3 31,5
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih banyak anak yang
belum berhasil dalam kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun. Total
tertinggi adalah 10 dan terendahnya itu 5. Pada skor terendah ada 2
81
responden yang mendapatkan skor 5 dan skor tertinggi hanya ada 1
responden diperoleh oleh responden 3. Dengan demikian perlu dilakukan
peningkatan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun
B. Deskripsi Hasil Data dan Hasil Intervensi Tindakan
1. Perencanaan Tindakan Siklus 1
Pada perencanaan tindakan siklus satu ini dilakukan secara bertahap selama
5 kali secara berurutan, pertemuan pertama dimulai pada tanggal 13 November
2018 pada hari Selasa. Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti
membantu guru untuk menyiapkan pembelajaran hari ini. Selanjutnya peneliti
menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan dan menyiapkan alat
dokumentasi seperti kamera. Peneliti mengadakan penelitian dengan
perencanaan sebagai berikut:
a. Membuat satuan perencanaan tindakan yang telah disusun oleh peneliti
dan di diskusikan bersama dengan kolabolator. Ini dimaksudkan untuk
memaksimalkan kegiatan tindakan agar efektifnya peningkatan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun menggunakan permainan
ular tangga.
b. Membuat RPPH agar tindakan terstruktur dengan baik dan segala
stimulus berhitung anak usia 4 – 5 tahun bisa terpenuhi.
c. Menyiapkan instrumen penialian
d. Menyiapkan alat dokumentasi berupa foto dan video.
2. Tindakan Siklus 1
a. Pertemuan 1
Kegiatan pertama atau pertemuan pertama dimulai pada tanggal 13
November 2018 pada hari Selasa.(CL. 1)(K. 1)(P. 1) Pertama peneliti
membantu guru-guru menyiapkan kelas untuk pembelajaran hari ini,
kemudian seiring dengan berjalannya waktu anak-anak mulai berdatangan
karena jam pembelajaran akan segera dimulai.(CL. 1)(K. 2)(P. 1) Waktu
menunjukan pukul 08:00 kemudian peneliti membantu guru-guru yang lain
82
untuk menyiapkan anak-anak untuk berbaris di depan kelas. Lalu guru
memperkenalkan peneliti di depan anak-anak.(CL. 1)(K. 3)(P.1)
“sebelum masuk kelas, udah pada kenalan belum sama ibu guru ni?”
“belum buuu” “ini namanya ibu ody, nanti teman-teman akan ada kegiatan
bermain dengan ibu ody yaa” “iyaa bu guru” Kemudian anak-anak masuk
kelas dan menyanyikan lagu tanganku ada dua kemudian berdoa sebelum
belajar.(CL. 1)(K.1)(P.2) Sebelum melakukan tindakan melalui permainan
ular tangga anak-anak mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh
guru, setelah selesai anak-anak dipersilahkan untuk mengumpulkan lembar
kerja tersebut.(CL. 1)(K. 2)(P.2)
Kemudian peneliti menjelaskan tentang kegiatan yang akan kita lakukan,
pada kegiatan hari ini peneliti membiarkan anak bereksplorasi dengan
permainan ular tangga terlebih dahulu sebelum akhirnya peneliti
menjelaskan bagaimana peraturan dan cara bermainnya.(CL. 1)(K. 1)(P. 3)
“teman-teman sudah pernah mendengar permainan ular tangga?” “udahhhh”
“tau cara mainnya enggak?” “enggak tau”.(CL. 1)(K. 2)(P.3)
Lalu peneliti menjelaskan bagaimana cara dan aturan bermain ular
tangga. Kemudian anak-anak di bagi menjadi dua kelompok, satu kelompok
berisikan 4 orang.(CL. 1)(K. 1)(P. 4) Peneniti membuat memberikan
pengertian bahwa anak-anak harus sabar dan menunggu gilirannya untuk
bermain, Setelah memahami cara aturan bermain ular tangga anak-anak
langsung memulai permainan dengan bantuan peneliti dan guru.(CL.
1)(K.2)(P.4) Sebelum mulai anak peneliti tanya jawab angka-angka yang
ada di permaianan ular tangga, kemuadian mulai melakukan permainan
dengan melempar dadu secara bergiliran, kemudian pion mulai berjalan
sesuai jumlah titik pada dadu.(CL.1)(K.3)(P.4)
83
Gambar 4. 3
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
Kegiatan dengan bermain ular tangga pun berakhir, peneliti
membereskan alat peraga atau media kemudian anak-anak membantu
peneliti melipat alat peraga yaitu ular tangga lalu peneliti mengulas kembali
apa saja yang sudah kita pelajari hari ini.(CL. 1)(K. 1)(P. 5) Peneliti
menanyakan beberapa angka bilangan kemudian anak-anak menjawab.
“teman-teman seru enggak permainan ular tangganya tadi” “seruuuu”.(CL.
1)(K. 2)(P. 5) Sebelum menutup kegiatan pada hari ini peneliti menunjukan
sejumlah crayon dan spidol yang ditaruh di dalam kotak sama dengan
jumlah tempat pensil di atas meja atau sebaliknya.(CL. 1)(K.3)(P. 5) pada
kegiatan mengenal konsep bilangan ini anak-anak masih bingung dalam
membedakan benda dari jumlahnya, anak cenderung melihat benda yang
lebih besar itu yang menurutnya lebih banyak.(CL. 1)(K.4)(P. 5)
Waktu menunjukan jam 11:00 kemudian anak-anak diambil alih oleh
wali kelas yaitu guru kelas, kemudian mempersiapkan anak-anak untuk
pulang kerumah.(CL. 1)(K. 1)(P. 6) Guru dan peneliti menanyakan belajar
apa saja kita hari ini kepada anak-anak, dan mengevaluasi pembelajaran dari
pembelajaran awal sampai jam terakhir sebelum akhirnya anak-anak
bernyayi bersama tangan dan membaca doa QS. AL-Ashr secara bersama-
sama.(CL. 1)(K.2)(P. 6)
84
Gambar 4.4
Mengenal konsep bilangan
b. Pertemuan ke 2
Pertemuan kedua jatuh pada tanggal 14 November 2018 tepatnya hari
Rabu.(CL. 2)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa peneliti membantu guru-guru
menyiapkan kelas untuk pembelajaran hari ini, kemudian seiring dengan
berjalannya waktu anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran
akan segera dimulai.(CL. 2)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00
kemudian peneliti membantu guru-guru yang lain untuk menyiapkan anak-
anak untuk berbaris di depan kelas.(CL. 2)(K. 3)(P. 1)
Kemudian anak-anak menyanyikan jargon lalu kemudian masuk kelas.
Kegiatan pertama anak-anak bernyanyi dan membaca doa bersama-sama
lalu kemudian guru kelas menjelaskan apa yang akan kita pelajari hari
ini.(CL. 2)(K. 1)(P. 2) Saya membantu membagikan lembar kerja seperti
gambar laut yang dibuat oleh guru kelas lalu gambar laut tersebut dibuat
kolase menggunakan potongan-potongan kertas warna biru lalu anak-anak
menempelkan potongan-potongan kertas tersebut menggunakan lem, lalu
dibagian lain diwarnai dengan crayon.(CL.2)(K. 2)(P. 2)
Kegiatan pertama selesai, kemudian anak-anak mengumpulkan lembar
kerja yang telah selesai. Kemudian guru kelas mempersilahkan peneliti
untuk mengambil alih pembelajaran.(CL. 2)(K. 1)(P. 3) Peneliti mengulas
kembali apa yang telah kita pelajari hari kemarin dan menjelaskan kembali
cara bermain ular tangga.(CL. 2)(K. 2)(P. 3) “nah teman-teman hari ini kita
85
akan bermain ular tangga lagi. Senang semua?” “senang bu guruuu” “nah
masih inget enggak cara mainnyaa?” Kemudian anak-anak ada yang
mejawab masih dan ada beberapa yang masih diam, saya menjelaskan
kembali cara bermain ular tangga.(CL. 2)(K. 3)(P. 3) “jadi nanti kalo teman-
teman berhenti di kotak yang ada tangganya teman-teman naik atau turun?”
“naik bu guruuuu” “pinterrrrrrr.... terus kalo teman-teman berhenti dikotak
yang ada ularnya teman-teman naik atau turun?” “turun bu guruuu”
“pinterrrr, nanti sebelumnya jangan lupa dadunya di lempar dulu yaaa, nanti
teman-teman jalankan sesuai dengan jumlah titik yang ada di dadu nya.
Paham semuaaaa?” “paham bu guruuuuu”. (CL. 2)(K. 4)(P. 3)
Kemudian sebelum peneliti menggelar permainan ular tangga di depan
kelas, peneliti mempersilahkan anak-anak untuk membuat lingkaran di
depan kelas lalu anak-anak dengan semangat segera berbiondong-bondong
lari dari kursi mereka ke depan kelas dan membuat lingkaran.(CL. 2)(K.
1)(P. 4) Pada pertemuan kedua ini peneliti membuat menjadi dua kelompok
tetapi kali ini membaginya menjadi tiga orang tiga orang pada setiap
permainan ular tangga.(CL. 2)(K. 2)(P. 4)
Namun waktu menunjukan jam istirahat, kemudian peneliti
mempersilahkan anak-anak untuk baca doa sebelum makan sebelum
akhirnya anak-anak beristirahat untuk memakan bekal yang dibawanya atau
jajan di kantin sekolah.(CL. 2)(K. 1)(P. 5) Waktu menunjukan jam 10:00,
guru kelas mengambil kerincingan yanga ada dikantor dan kemudian
membunyiikannya itu artinya waktu istirahat sudah habis.(CL. 2)(K. 2)(P. 5)
Guru mempersilahkan peneliti untuk mengambil alih pembelajaran.
Kemudian peneliti mengajak anak bernyanyi angka terlebih dahulu untuk
membuat anak lebih bersemangat lagi.(CL. 2)(K. 1)(P. 6) mempersiapkan
permainan ular tangga dan menjelaskan kembali untuk hari ini setiap ular
tangga berisikan 3 orang. Lalu kemudian peneliti memilih siapa duluan yang
bermain permainan ular tangga.(CL. 2)(K. 2)(P. 6)
86
Setelah peneliti menyebutkan nama siapa yang bermain terlebih dahulu
lalu anak-anak mulai bermain dengan hompimpa untuk memulai permainan
ular tangga untuk menentukan siapa giliran pertama dan selanjutnya.(CL.
2)(K. 1)(P. 7) Sebelumnya peneliti menjelaskan bagaimana aturan dan
bermain hompimpa lalu anak mengikutinya, setelah memahami cara aturan
bermain ular tangga anak-anak langsung memulai permainan dengan
bantuan peneliti dan guru.(CL. 2)(K. 2)(P. 7) Anak mulai melakukan
permainan dengan melempar dadu secara bergiliran, kemudian pion mulai
berjalan sesuai jumlah titik pada dadu.(CL. 2)(K. 3)(P. 7) KH dan ZA
terlihat masih sedikit bingung dalam menjalankan pion mereka, namun
peneliti membantu sedikit demi sedikit KH dan ZA mulai bisa mengikuti
permainan.(CL. 2)(K. 4)(P. 7)
Gambar 4.5
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
Kegiatan bermain ular tangga berakhir pada jam 10: 30 kemudian anak-
anak membantu peneliti melipat ular tangga dan mengumpulkan pion dan
dadunya.(CL. 2)(K. 1)(P. 8) Sambil menunggu jam pulang sekolah peneliti
menunjuk acak angka-angka yang ada di depan kelas kemudian anak
menyebutkannya.(CL. 2)(K. 2)(P. 8) kegiatan tersebut bertujuan agar
membantu anak meingkatkan kemampuannya dalam mengenal angka
bilangan.(CL. 2)(K. 3)(P. 8) terbukti kemampuan anak dalam mengenal
lambang bilangan masih sangat rendah, yang sedikit terlihat lebih unggul
87
hanya ASP dan RG.(CL. 2)(K. 4)(P. 8). Kelas ditutup oleh guru kelas
kemudian guru menanyakan belajar apa saja kita hari ini kepada anak-anak
sebelum akhirnya anak-anak bernyayi tangan dan membaca doa QS. AL-
Ashr secara bersama-sama.( CL. 2)(K. 5)(P. 8)
c. Pertemuan Ke 3
Pertemuan ketiga yaitu pada tanggal 15 November 2018 tepatnya hari
kamis.(CL. 3)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa peneliti membantu guru-guru
menyiapkan kelas untuk pembelajaran hari ini, kemudian seiring dengan
berjalannya waktu anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran
akan segera dimulai.(CL. 3)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00
kemudian peneliti membantu guru-guru yang lain untuk menyiapkan anak-
anak untuk berbaris di depan kelas.(CL. 3)(K. 3)(P. 1)
Pada hari ketiga anak-anak melakukan permainan kucing dan tikus,
karena pada hari kamis jadwalnya melakukan olahraga atau menggerakan
tubuh. (CL. 3)(K. 1)(P. 2) Kemudian anak-anak diperintahkan masuk ke
kelas untuk berdoa dan anak-anak dipersilahkan untuk minum terlebih
dahulu sebelum memulai permainan.(CL. 3)(K. 2)(P. 2) Permainan di
lakukan di dalam kelas yang kosong, anak-anak terlihat gembira dan
antusias.(CL.3)(K. 3)(P. 2)
Kegiatan berakhir lalu anak-anak dipersilahkan untuk minum dan
beristirahat.(CL. 3)(K. 1)(P. 3) Jam 10:00 bu guru membunyikan
kencringan sebagai bel sekolah menandakan waktu istirahat sudah
habis.(CL. 3)(K. 2)(P. 3) Lalu anak-anak masuk ke dalam kelas kemudian
pembelajaran jam terakhir anak-anak belajar mengenai air hujan sebelum
melaukan permainan ular tangga.(CL. 3)(K. 3)(P. 3)
Sebelum peneliti melakukan tindakan peneliti memimpin doa sesudah
makan dan bernyanyi lagu tik-tik bunyi hujan kemudian peneliti
mempersiapkan permainan ular tangga anak-anak membantu menggelar
permainan ular tangga dan mengelilingi permainan ular tangga tersebut.(CL.
3)(K. 1)(P. 4) Sebelum memulai permainan saya menjelaskan kali ini
88
bermain masing-masing permainan terdiri dari 5 orang dan peneliti
menjelaskan kembali aturan bermain, kemudian peneliti mempersilahkan
anak-anak untuk berhitung.(CL. 3)(K. 2)(P. 4) Setelah memahami cara
aturan bermain ular tangga anak-anak langsung memulai permainan dengan
bantuan peneliti dan guru.(CL. 3)(K. 3)(P. 4) Anak mulai melakukan
permainan dengan melempar dadu secara bergiliran, kemudian pion mulai
berjalan sesuai jumlah titik pada dadu.(CL. 3)(K. 4)(P. 4) Ada beberapa
anak yang tidak sabar menunggu gilirannya untuk bermain, karena mereka
selalu ingin menjalankan pion nya agar cepat mencapai garis finish maka
dari itu di tengah permainan peneliti memberitahu bahwa harus sabar
menunggu giliran, karena mereka bermain secara berkelompok. (CL. 3)(K.
5)(P. 4) JI, CB dan RG sulit sekali untuk menunggu giliran, mereka ingin
selalu melempar dadu dan menjalankan pionnya.(CL. 3)(K. 6)(P. 4)
Gambar 4.6
Menyebutkan lambang bilangan & Mengenal lambang bilangan
Sebelum permainan diakhiri, peneliti memberikan crayon unt uk anak
membilang benda satu sampai sepuluh.(CL. 3)(K. 1)(P. 5) Dalam
membilang benda disini terlihat bahwa sebagian besar anak belum mengusai
kemampuan membilang benda 1 – 10, dari sepuluh anak yang terlihat
menonjol hanya ada beberapa anak yaitu ASP dan RG.(CL. 3)(K. 2)(P. 5)
Kemudian peneliti membagikan lembar kerja mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan, pada kegiatan ini anak masih perlu stimulus lagi dalam
89
kemampuan mencocokan bilangan sesuai dengan lambangnya, karena anak
masih banyak yang salah dalam menarik garis untuk mencocokan bilangan
dengan lambang bilangannya(CL. 3)(K. 3)(P. 5). Permainan berakhir pada
jam 10:45 lalu anak-anak membantu peneliti untuk melipat permainan ular
tangga dan kembali ke tempat duduknya masing-masing.(CL. 3)(K. 4)(P. 5)
Kemudian di bagian penutup anak bernyayi angka dengan dipimpin oleh
peneliti dan menyebutkan angka, disini mulai terlihat kemampuan anak
menyebutkan lambang bilangan mulai meningkat karena dibantu dengan
alunan nada atau nyanyian anak bernyanyi bersama dengan penuh
semangat.(CL. 3)(K. 5)(P. 5) setelah selesai anak kembali dipimpin oleh bu
Mimil lalu bersama-sama membaca doa QS. AL-Ashr secara bersama-
sama.(CL. 3)(K. 6)(P. 5)
Gambar 4.7
Membilang benda 1 - 10
d. Pertemuan ke 4
Pertemuan keempat yaitu pada tanggal 16 November 2018 tepatnya hari
Jumat.(CL. 4)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa peneliti membantu guru-guru
menyiapkan kelas untuk pembelajaran hari ini, kemudian seiring dengan
berjalannya waktu anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran
akan segera dimulai.(CL. 4)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00
kemudian peneliti membantu guru-guru yang lain untuk menyiapkan anak-
anak untuk berbaris di depan kelas.(CL 4)(K. 3)(P. 1)
90
Pada hari jumat anak-anak tidak langsung masuk ke dalam kelas,
melainkan senam bersama-sama di halaman sekolah terlebih dahulu.(CL.
4)(K. 1)(P. 2) Setelah kegiatan senam berakhir anak-anak dipersilahkan
untuk masuk kelas dan diperbolehkan untuk minum.(CL. 4)(K. 2)(P.2)
Sebelum pembelajaran dimulai guru dan peneliti memimpin doa lalu
kemudian guru menjelaskan akan belajar apa kita hari ini. Kegiatan pertama
anak-anak mewarnai buku gambar mereka dengan pensil warna.(CL. 4)(K.
3)(P. 2)
Kegiatan mewarnai selesai lalu anak-anak dipersilahkan untuk
membereskan alat mewarnai mereka masing-masing sebelum diperbolehkan
untuk istirahat.(CL. 4)(K. 1)(P. 3) Jam 10:00 guru membunyikan kencringan
sebagai bel sekolah meandakan waktu istirahat sudah berakhir.(CL. 4)(K.
2)(P. 3) Anak-anak masuk ke dalam kelas, kemudian peneliti menjelaskan
kembali bahwa kita akan bermain ular tangga dibagi menjadi dua satu ular
tangga ada yang beranggotakan 5 orang dan satu ular tangga lagi
beranggotakan tujuh orang dan mejelaskan kembali aturan bermain ular
tangga sambil memberi pengertian bahwa anak-anak harus sabar menunggu
giliran bermain.(CL. 4)(K. 3)(P. 3) “hari ini kita akan bermain ular tangga lg
teman-teman” “yeeeeeaaayy” “bosen engga main ular tangga” “engga bu
guruu” “seruuu kan main ular tangga?” “seruuu” “tapi kalo mau main ular
tangga lagi ibu punya syarat. Mainnya harus bergiliran yah, jangan berebut
dengan temannya, karena kan sudah punya giliran masing-masing” “iyaa
bu” “janji yaaa main nya tidak berebutan” “iyaaa”.(CL. 4)(K. 4)(P. 3)
Anak-anak menggelilingi permainan ular tangga.(CL. 4)(K. 1)(P. 4)
Sebelum permainan dimulai peneliti mengetes dan melakukan tanya jawab
dengan menanyakan angka bilangan yang ada di atas papan tulis kelas,
dengan semangat anak-anak menjawab dan menyebutkan bilangan peneliti
dengan menunjuk angka bilangan tersebut.(CL. 4)(K. 2)(P. 4) Anak-anak
memulai permainan tersebut dengan hompimpa lalu mereka bermain dengan
antusias.(CL. 4)(K. 3)(P. 4) Anak-anak mulai melakukan permainan dengan
melempar dadu secara bergiliran, kemudian pion mulai berjalan sesuai
91
jumlah titik pada dadu.(CL. 4)(K. 4)(P. 4) JI masih saja susah untuk
menunggu giliran bermain, namun yang lain mulai bisa menunggu
gilirannya. (CL. 4)(K. 5)(P. 4)
Gambar 4.8
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
Kegiatan bermain berakhir pada jam 10:40 lalu peneliti merapihkan
media dan anak-anak membantu melipat permainan ular tangga dan
mengumpulkan dadu dan pion mereka masing-masing.(CL. 4)(K. 1)(P. 5)
Kemudian anak-anak dipersilahkan untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.(CL. 4)(K. 2)(P. 5) Sebelum permainan diakhiri, peneliti
memberikan crayon untuk anak membilang benda satu sampai sepuluh.(CL.
4)(K. 3)(P. 5) dalam membilang benda kali ini terlihat peningkatan dari
setiap anak seperti RG, CBP, ASP, SRA, JI mulai dapat membilang benda
dengan 1- 5, walaupun belum sampai 10.(CL. 4)(K. 4)(P. 5) Kemudian
peneliti membagikan lembar kerja mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan, pada kegiatan ini anak masih perlu stimulus lagi dalam
kemampuan mencocokan bilangan sesuai dengan lambangnya, tetapi anak
mengalami peningkatan dari kemarin.(CL. 4)(K. 5)(P. 5)
Namun pada pertemuan keempat ini sebagain anak mengalami
peningkatan dalam mencocokan bilangan dengan lambang bilangan, seperti
ASP, LF, RG, CBP dan HF.(CL. 4)(K. 1)(P. 6) Kegiatan penutup ditutup
dengan peneliti kembali menanyakan lambang bilangan dari 1 – 10 dengan
92
angka-angka bilangan yang ditempel di depan kelas.(CL. 4)(K. 2)(P. 6)
Pada pertemuan keempat ini terlihat kenaikan kemampuan anak dalam
mengenal lambang bilangan cukup baik, semua anak mengalami
peningkatan(CL. 4)(K. 3)(P. 6) Hanya ada beberapa anak yang belum
terstimulus dengan baik, tetapi tetap mengalami peningkatan seperti ada
beberapa bilangan yang sudah anak kenal dengan baik, contohnya bilangan
1 – 5 anak sudah mulai mengenal, dan sisanya anak masih perlu diberikan
stimulus lagi.(CL. 4)(K. 4)(P. 6) Penutup dipimpin oleh guru dan peneliti
lalu bernyanyi sayonara bersama-sama dan membaca doa QS. AL-Ashr
secara bersama-sama.(CL. 4)(K. 5)(P. 6)
Gambar 4.9
Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan
e. pertemuan ke 5
Pertemuan kelima yaitu pada tanggal 19 November 2018 tepatnya hari
Senin.(CL. 5)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa peneliti membantu guru-guru
menyiapkan kelas untuk pembelajaran hari ini, kemudian seiring dengan
berjalannya waktu anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran
akan segera dimulai.(CL. 5)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00
kemudian peneliti membantu guru yang lain untuk menyiapkan anak-anak
untuk berbaris di depan kelas.(CL. 5)(K. 3)(P. 1)
Sebagai kegiatan pembuka hari ini anak-anak belajar hadist shalat, guru
menjelaskan tentang hadist shalat kemudian anak-anak menyimak.(CL.
93
5)(K. 1)(P. 2) Kemudian guru menjelaskan apa saja yang akan kita pelajari
hari ini.(CL. 5)(K. 2)(P. 2) Kegiatan selanjutnya anak-anak belajar tanah,
terutama tanah sawah.(CL. 5)(K. 3)(P. 2) Kemudian guru bercerita tentang
segala hal tentang tanah.(CL. 5)(K. 4)(P. 2) Kegiatan berakhir pada jam
09:00 kemudiana anak-anak dipersilahkan untuk istirahat.(CL. 5)(K. 5)(P.
2)
Jam 10:00 guru membunyikan bel sekolah menandakan waktu istirahat
sudah berakhir.(CL. 5)(K. 1)(P. 3) Kemudian guru mempersilahkan peneliti
untuk mengisi pembelajaran hingga waktu pulang sekolah.(CL. 5)(K. 2)(P.
3) Pada pertemuan kelima ini peneliti membagi anak untuk bermain berdua-
dua karena mengingat pertemuan sebelumnya ada beberapa anak yang
belum bisa menunggu giliran kemudian sebelum permainan dimualai anak
melakukan suit terlebih dahulu.(CL. 5)(K. 3)(P. 3) Kemudian anak mulai
melakukan permainan dengan melempar dadu secara bergiliran, kemudian
pion mulai berjalan sesuai jumlah titik pada dadu.(CL. 5)(K. 4)(P. 3)
Gambar 4.10
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lamang bilangan
Kegiatan berakhir pada jam 10:45 lalu peneliti merapihkan media dan
anak-anak membantu melipat permainan ular tangga dan mengumpulkan
dadu dan pion mereka masing-masing.(CL. 5)(K. 1)(P. 4) Kemudian anak-
anak dipersilahkan untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing.(CL.
5)(K. 2)(P. 4) Setelah itu peneliti menunjukan jumlah crayon dan spidol
yang ditaruh di dalam kotak sama dengan jumlah tempat pensil di atas meja
94
atau sebaliknya.(CL. 5)(K. 3)(P. 4) Pada kegiatan mengenal konsep
bilangan ini sebagian anak masih sulit untuk membedakan benda
berdasarkan jumlahnya, tetapi mulai ada perkembangan bagi beberapa anak
seperti ZA, ASP, LF, RG, HF.(CL. 5)(K. 4)(P. 4) Kegiatan penutup di
pimpin oleh guru lalu bernyanyi sayonara bersama-sama dan membaca doa
QS. AL-Ashr secara bersama-sama.(CL. 5)(K. 5)(P. 4)
Gambar 4.11
Mengenal konsep bilangan
3. Pengamatan
Pengamatan sangat penting adanya pada saat berlangsungnya penelitian.
Baik pengamatan terhadap fasilitas sekolah maupun kinerja guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Pengamatan dilakukan pada saat penelitian
tindakan kelas oleh peneliti atau kolabulator menggunakan lembar
instrumen untuk memantau kesesuaian tindakan terhadap apa yang telah
direncanakan dan diharapkan. Peneliti dan kolabulator melakukan analisis
terhadap proses sejauh mana kinerja guru dalam melakukan tindakan atau
kegiatan anak selama proses pembelajaran terlaksana atau tidaknya dengan
perencanaan tindakan yang telah dibuat. Untuk hasil tiap kali tindakan
dibagi menjadi dua penjelasan yaitu kuantitatif dan kualitatif.
a. Hasil Pengamatan Secara kualitatif
Setelah dilakukannya penelitian tindakan selama lima kali pertemuan
pada siklus satu dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung anak
usia 4 – 5 tahun menggunakan permainan ular tangga menggalami
peningkatan yang cukup meningkat dibanding sebelum dilakukannya
95
tindakan melalui permainan ular tangga.Sebelum dilakukan tindakan 8
anak masih belum mampu mengenal angka bilangan, anak-anak masih
terbalik dalam menyebutkan angka bilangan, masih belum memahami
konsep bilangan, masih tidak mampu mencocokan bilangan dengan
angka bilangan dan hanya ada 2 anak yang lumayan lancar yaitu ASP
dan RG.
Melihat peningkatan pada anak setelah dilakukannya penelitian
tindakan pada siklus 1. Seperti pada kemampuan membilang benda 1 –
10 ada 5 anak yang kemampuannya meningkat dengan baik sisanya
masih membutuhkan stimulus untuk lebih meningkatkan kemampuan
membilang benda 1 – 10, masih ada anak yang ketika membilang benda
ada bilangan yang tidak anak sebutkan. Dalam kemampuan mengenal
konsep bilangan hanya sebagian kecil yang dapat membedakan
berdasarkan jumlah. Contohnya 2 buah apel di atas meja sama dengan
jumlah dua buah jeruk di atas keranjang. Dari awal ada 2 oranga anak
yang sedikit mengerti mengenai konsep bilangan sisanya masih harus
ditingkatkan lebih banyak lg. Setelah dilakukannya tindakan kemampuan
anak dalam mengenal konsep bilangan mengalami peningkatan. 5 dari 10
anak kemampuannya semakin meningkat.
Kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan pada awal
sebelum dilakukannya penelitian tindakan pada siklus satu kemampuan
anak-anak dalam mengenal lambang bilangan sangat rendah. Sebagian
anak tidak mampu mengenal bilangan jika sang guru menunjukan lalu
menanyakan lambang bilangan tersebut. Selanjutnya kemampuan anak
dalam meyebut lambang bilangan. Pada awal sebelum dilakukannya
penelitian anak belum mampu menyebutkan lambang bilangan. Jika
ditanya anak cenderung asal atau terbalik dalam menyebutkan lambang
bilangan ada sebagian anak yang hanya terdiam. Setelah dilakukannya
penelitian tindakan pada siklus 1 sebanyak 5 kali pertemuan kemampuan
anak dalam mengenal bilangan mulai berkembang. Namun dari 10 anak
96
masih ada 6 anak yang masih memnutuhkan stimulus dalam
meningkatkan kamampuan berhitungnya.
Terakhir kemampuan anak mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan. Pada awal sebelum dilakukannya penelitian siklus I anak masih
banyak salah dalam mencocokan bilangan dengan lambang bilangan.
Setelah dilakukannya penelitian siklus 1 yang dilakukan sebanyak 5 kali
pertemuan ada sekiranya 4 orang anak yang sudah mulai bisa mengenal
konsep bilangan. Dari hasil pengamatan peneliti pada siklus 1
kemampuan berhitung anak usia 4 - 5 tahun mengalami peningkatan
yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan, pada 10 orang
anak hampir semua anak mengalami peningkatan. Ada dua oranga anak
yaitu ZA dan ZA mereka kaka beradik yang kebetulan kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahunnya masih dibawah teman-temannya. Dari
jumlah keseluruhan jumlah anak memeang mengalami peningkatan,
namun peningkatan yang mereka alami belum mencapai batas standar
dalam kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun yang seharunya.
Maka dari itu peneliti mendiskusikan hal ini dengan guru, melihat dari
hasil analisis penelitian tindakan pada siklus I peneliti dan guru sepakat
untuk mengadakan penelitian lanjutan yaitu penelitian siklus II.
b. Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif
Hasil pengamatan secara kuantitatif pada peningkatan kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun pada kelompok A PAUD Dahlia melalui
permainan ular tangga adalah:
97
Tabel 4.5
Data Hasil Kenaikan Pra Penelitian dan Siklus I
Pada tabel tersebut, terlihat bahwa kemampuan berhitung anak udia 4 – 5
tahun melalui permainan ular tangga mengalami peningkatan. Skor total
penialai kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun sebelum dilakukannya
tindakan berjumlah 63 dengan rata-rata skor presentasenya 31, 5% namun
setelah dilakukannya tindakan pada siklus I skor kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun bertambah menjadi 103 dengan rata-rata presentase
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun adalah 51, 5%. Kenaikan skor
sebelumnya mencapai 40 dengan rata-rata presentase 20%. Jika tabel
kenaikan skor tersebut digambarkan dalam diagram dapat dilihat sebagai
berikut:
No Nama Pra-tindakan Siklus 1 Point
Poin % Poin % Kenaikan %
1 ZA 5 25 7 35 2 10
2 ZA 5 25 8 40 3 15
3 ASP 10 50 14 70 4 20
4 LF 6 30 11 55 5 25
5 SRA 6 30 10 50 4 20
6 JI 5 25 8 40 3 15
7 RG 7 35 13 65 6 30
8 KHJ 6 30 10 50 4 20
9 CBP 6 30 10 50 4 20
10 HF 7 35 12 60 5 25
Jumlah 63 31,5 103 51,5 40 20
98
Gambar 4.12
Perbandingan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
Melalui Permainan Ular Tangga pada Pra Penelitian dan Siklus I
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dan peneliti melakukan evauasi
bersama kolabolator, kemudian dilakukannya seberapa tingkat dan
kebehasilan kemampuan anak melalui kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pada pengamatan siklus I maka dibuat analisis sebagai berikut:
1) Membilang benda 1 – 10, terdapat 5 anak yang kemampuannya
meningkat dengan baik sisanya masih membutuhkan stimulus untuk
lebih meningkatkan kemampuan membilang benda 1 – 10. 3 anak
sudah lebih baik tetapi masih membutuhkan bantuan guru dan 2 anak
lainnya masih membutuhkan latihan dan stimulus lebih banyak lagi.
Masih ada anak yang ketika membilang benda ada bilangan yang tidak
anak sebutkan.
2) Mengenal konsep bilangan, Setelah dilakukannya tindakan
kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan mengalami
peningkatan. 4 dari 10 anak kemampuannya semakin meningkat.
99
Anak masih terkecoh dengan besar kecilnya benda tidak dari jumlah
pada benda tersebut.
3) Mengenal lambang bilangan, pada kemampuan ini terdapat 5 anak
sudah bisa mengenal lambang bilangan tetapi masih membutuhkan
stimulus, sisanya ZA, ZA, LF, JI, CBP jg mengalami peningkatan
tetapi masih tertinggal oleh 6 teman lainnya. Sebagian anak tidak
mampu mengenal bilangan jika sang guru menunjukan lalu
menanyakan lambang bilangan tersebut, masih ada yang terbalik
dalam menjawab atau menyebutkan bilangan. Namun sangat
mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukannya
tindakan siklus I.
4) Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10, pada kemampuan ini jika
ditanya anak cenderung asal atau terbalik dalam menyebutkan
lambang bilangan. Setelah dilakukannya penelitian tindakan pada
siklus 1 sebanyak 5 kali pertemuan kemampuan anak dalam
menyebutkan bilangan mulai berkembang. Anak-anak sudah dapat
menyebutkan lambang bilangan dari satu sampai enam dengan lancar,
dan sisanya masih membutuhkan stimulus.
5) Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan. Pada awal sebelum
dilakukannya penelitian siklus I anak belum tepat dalam mencocokan
bilangan dengan lambang bilangan. Setelah dilakukannya penelitian
siklus 1 yang dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan kemampuan anak
meningkat dalam mengenal konsep bilangan. Contohnya beberapa
anak sudah bisa menjawab dengan tepat walaupun dengan bantuan
guru.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada guru
terhadap permainan ular tangga, maka pada kegiatan refleksi ini peneliti
perlu dilakukan perubahan pada permainan ular tangga, karena pada
tindakan siklus I sebagian anak mulai merasa bosan dengan kegiatan
bermain ular tangga. Harus ada strategi yang perlu di rubah atau di
kembangkang dalam bermain ular tangga.
100
5. Hasil Wawancara
Pada kegiatan penelitian tindakan yang telah dilakukan di siklus I selama
lima kali pertemuan, peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang
bersangkutan mengenai kegiatan pembelajaran bermain ular tangga, sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Wawancara Kegiatan Bermain Ular Tangga Pada Siklus I
Yang Diwawancarai : Ibu Mimil
Tempat : PAUD Dahlia
No Pertanyaan Tanggal Jawaban
1. Apakah permainan
ular tangga cukup
mudah dilakukan
untuk dimainkan
19 –
November –
2018
Permainan ular tangga
cukup mudah untuk
anak mainkan jika di
awal dijelaskan
bagaimana peraturan
dan cara bermainnya.
Namun terkadang
beberapa anak tidak
mematuhi peraturan
yang ada seperti
menunggu gilirannya
bermain.
2. Apakah permainan
ular tangga cukup
efektif untuk
meningkatkan
kemampuan
berhitung anak
usia 4 – 5 tahun
Permaian ular tangga
sangat membantu
kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun,
anak menjadi aktif dan
bersemangat untuk
belajar berhitung dengan
cara yang meyenangkan.
Hanya saja karena anak
yang terlalu aktif
terkadang permainan
menjadi kurang tertib.
3. Bagaimana respon
anak ketika
bermain ular
tangga setelah 5
hari
Respon anak sangat
baik. Dari awal
pertemuan sampai pada
pertemuan kelima anak
masih bersemangat dan
tidak merasa bosan
101
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dilihat bahwa beberapa anak
kemampuannya masih belum mencapai standar dalam kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun namun rata-rata anak sudah mengalami
peningkatan dari setiap indikator setelah dilakukannya penelituan tindakan
pada siklus I sebanyak 5 kali pertemuan. Untuk pembelajaran selama siklus
I berlangsung tepatnya pada lima kali pertemuan, peneliti dan guru
melakukan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas, dari awal higga akhir pembelajaran. Peneliti dan guru sama-sama
mendiskusikan bagaimana peningkatan anak selama siklus I berlangsung
dan akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan tindakan lanjutan yaitu
penelitian tindakan pada siklus II. Peneliti dan guru berdiskusi mengenai
rencana selanjutnya yang akan peneliti rancang pada tindakan siklus II.
C. Deskripsi siklus II
Setelah melakukan penelitian tindakan pada siklus I selama 5 kali pertemuan
kemudian peneliti dan guru merencanakan penelitian tindakan yaitu siklus II.
Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini dilakukan sebanyak 5 kali
pertemuan dengan tahapan-tahapan berikut ini:
1. Perencanaan
Dari hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti melakukan
kembali perencanaan pembelajaran yang telah disusun yang berkaitan dalam
pelaksanaan tindakan pada siklus II, namun ada beberapa metode yang berbeda
dari siklus I agar anak lebih terstimulus dan berharap kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun bisa sesuai dengan harapan. Secara keseluruhan hampir
sama dengan tindakan pada siklus I. Adapun yang dilakukan pada tahap
perencanaan pada siklus II ini diantaranya, menyusun program pembelajaran,
mengalokasikan waktu untuk kegiatan tindakan, membicarakan atau
mendiskusikan persiapan bermain ular tangga bersama guru yang digunakan
dalam proses meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun pada
kelompok A PAUD Dahlia. Berikut jadwal pelaksanaan siklus II sebagai
berikut:
102
Rencana Pelaksanaan Siklus II Kelompok A PAUD Dahlia
Tabel 4.7
Pertemuan ke- Kegiatan Waktu kegiatan
Enam Bermain ular tangga membagi
nya menjadi dua kelompok
10.00 – 11.00
Tujuh Bermain ular tangga
membaginya menjadi 3
kelompok, satu kelompok
berisikan 3 anak, membilang
benda menggunakan crayon
10.00 – 11.00
Delapan Bermain ular tangga dan
membaginya satu permainan
berisikan tiga orang,
membagikan lembar kerja
mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan
10.00 – 11.00
Sembilan Bermain ular tangga dan
bermain dengan semua anak
dalam satu permainan ular
tangga, membagikan lembar
kerja mengenal konsep
bilangan, mengelopokan gelas
sesuai dengan warna dan sesuai
dengan jumlah, membilang
benda menggunakan gelas
berwarna
10.00 – 11.00
Sepuluh Bermain ular tangga dan
bermain saling berpasangan
atau berdua-dua dalam satu
permainan, membagikan lembar
kerja mengenal konsep
bilangan, mengelopokan gelas
sesuai dengan warna dan sesuai
dengan jumlah, membilang
benda menggunakan gelas
berwarna
10.00 – 11.00
2. Tindakan Siklus II
Pada siklus II ini peneliti dan guru kelas melakukan tindakan untuk
meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun menggunakan
permainan ular tangga. Dalam tahap ini peneliti mengubah sedikit cara atau
mengubah sedikit permainan, jika dalam siklus satu anak-anak bermain
103
menggunakan pion namun kali ini diri mereka sendiri yang menjadi pion. Jadi
pada saat memulai permainan anak akan berjalan atau melompat diatas
permainan ular tangga sebanyak mata dadu yang mereka lempar. Deskripsi
kegiatan permainan ular tangga pada siklus II dilakukan selama 5 kali
pertemuan sebagai berikut:
a. Pertemuan ke-1
Pertemuan pertama pada siklus kedua ini dilaksanakan sesudah libur
nasional yaitu perayaannya Maulid Nabi Saw, tepatnya pada hari Rabu
tanggal 21 November 2018.(CL. 6)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa yang
dilaksanakan di siklus satu peneliti membantu guru-guru menyiapkan kelas
untuk pembelajaran hari ini, kemudian seiring dengan berjalannya waktu
anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran akan segera
dimulai.(CL. 6)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00 kemudian
peneliti membantu guru-guru yang lain untuk menyiapkan anak-anak untuk
berbaris di depan kelas.(CL. 6)(K. 3)(P. 1)
Anak masuk kelas dan duduk ke kursinya masing-masing, sebelum
memulai pelajarana anak-anak berdoa sebelum belajar dan bernyanyi
lingkaran besar lingkaran kecil bersama-sama.(CL. 6)(K. 1)(P. 2) Guru
kelas menjelaskan akan belajar apa kita hari ini, pada kegiatan pertama
anak-anak belajar manfaat tanah bagi kehidupan.(CL. 6)(K. 2)(P. 2) Guru
kelas menjelaskan cara menanam biji kacang ijo.(CL. 6)(K. 3)(P. 2)
Peneliti membantu anak-anak yang lain yang mengalami kesulitan dalam
menanam kacang ijo pada gelas aqua.(CL. 6)(K. 1)(P. 3) Kegiatan pertama
selesai guru mempersilahkan anak-anak untuk merapihkan peralatan
menanamnya sebelum memperbolehkan istirahat.(CL. 6)(K. 2)(P. 3) Jam
10:00 guru membunyikan kencringan sebagai bel sekolah menadakan waktu
istirahat sudah berakhir.(CL. 6)(K. 3)(P. 3) Anak-anak kembali masuk kelas
dan duduk di kursinya masing-masing dan sebelum memulai kegiatan
bermain ular tangga peneliti memimpin doa menjelaskan bahwa kali ini
permainan sedikit berbeda dengan yang kemarin.(CL. 6)(K. 4)(P.
3)“selamat siang teman-teman” “siangggg” “siapa yang mau main ulatr
104
tangga lagi?” “akuuu” “bosen gak main ular tangga?” “enggaa” “pinterrr.
Tapi kali ini mainnya berbeda sama yang kemarin.. dengerin ibu yaaa... jadi
kalau kemarin temen-temen bermain ular tangga dengan pion tapi kali ini
teman-teman sendiri yang menjadi pionnyaa. Itu aja yang berbeda
selebihnya caranya masih sama dengan yang kemarin. Temen-temen
mengerti?” “mengertiii” (dengan wajah kebingungan) “ibu contohin yaaa”
(peneliti mencontohkan) “nah sekarang teman-teman boleh ke depan dan
membuat lingkaran, tapi ingat ya tidak berebut”(CL. 6)(K.5)(P. 3)
Kemudian peneliti membagi anak-anak menjadi dua kelompok, anak-
anak mengelilingi permainan ular tangganya masing-masing.(CL. 6)(K.
1)(P. 4) Kemudian anak mulai melakukan permainan dengan melempar
dadu secara bergiliran, kemudian mereka mulai melompat dari kotak satu ke
kotak berikutnya sambil berhitung sesuai dengan jumlah titik yang keluar
dari dadu yang mereka lempar.(CL. 6)(K. 2)(P. 4) Permainan berjalan
sangat menyenangkan dan mereka sangat antusias, seperti biasa peneliti
mempersilahkan anak untuk meyebutkan angka bilangan pada papan ular
tangga.(CL. 6)(K. 3)(P. 4)
Kegiatan berakhir pada jam 10:40 lalu peneliti merapihkan media dan
anak-anak membantu melipat permainan ular tangga dan mengumpulkan
dadu mereka masing-masing.(CL. 6)(K. 1)(P. 5) Kemudian anak-anak
dipersilahkan untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing.(CL. 6)(K.
2)(P. 5) Peneliti mengevaluasi pembelajaran hari ini dan bertanya kepada
anak-anak dengan menunjuk angka-angka yang ada di depan kelas satu
persatu.(CL. 6)(K. 3)(P. 5) Pada pertemuan kali ini kemampuan anak dalam
mengenal lambang bilangan meningkat dibanding pada siklus I, hampir
setiap anak mengalami peningkatan yang sangat baik.(CL. 6)(K. 4)(P. 5)
Kegiatan penutup di pimpin oleh guru lalu bernyanyi sayonara bersama-
sama dan membaca doa QS. AL-Ashr secara bersama-sama.(CL. 6)(K. 5)(P.
5)
105
Gambar 4.13
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
b. Pertemuan ke-2
Pertemuan pada siklus kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22
November 2018.(CL. 7)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa yang dilaksanakan di
siklus satu peneliti membantu guru menyiapkan kelas untuk pembelajaran
hari ini, kemudian anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran
akan segera dimulai.(CL. 7)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00
peneliti membantu guru-guru yang lain untuk menyiapkan anak-anak untuk
berbaris di depan kelas.(CL. 7)(K. 3)(P. 1)
Hari Kamis jadwalnya untuk mengolah tubuh, guru membuat permainan
yang menyenangkan sekaligus membuat anak menggerakan seluruh anggota
tubuh.(CL. 7)(K. 1)(P. 2) Anak berbaris di depan kelas mereka tidak
langsung masuk kelas, melainkan ke kelas kosong untuk bermain kereta-
keretaan menggunakan kursi tetapi tetap dalam pengawasan guru.(CL. 7)(K.
2)(P. 2)
Kegiatan pertama selesai anak-anak masuk kelas dan duduk ke kursinya
masing-masing, sebelum memulai pelajarana anak-anak berdoa sebelum
belajar dan bernyanyi bersama.(CL. 7)(K. 3)(P. 3) Kegiatan pertama anak-
anak belajar tentang pegunungan, dan mewarnai gambar pegunungan.(CL.
7)(K. 4)(P. 2) Guru mempersilahkan anak-anak untuk beristirahat.(CL.
7)(K. 1)(P. 3) Jam 10:00 bel sekolah dibunyikan tentanda waktu istirahat
sudah habis.(CL. 7)(K. 2)(P. 3) Anak-anak kembali masuk kelas dan duduk
106
di kursinya masing-masing, kemudian peneliti memimpin doa sesudah
makan dan mulai mempersiapkan permainan.(CL. 7)(K. 3)(P. 3) Peneliti
kembali menjelaskan bahwa permainan kali ini sama seperti kemarin yaitu
tidak menggunakan pion.(CL. 7)(K. 4)(P. 3) Kemudian anak-anak
membantu peneliti menggelar permainan ular tangga.(CL. 7)(K. 5)(P. 3)
Gambar 4.14
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
Kegiatan permainan ular tangga dimulai dengan anak melempar dadu dan
mereka melompat dari kotak ke kotak yang lain sambil berhitung sebanyak
jumlah mata dadu yang keluar.(CL. 7)(K. 1)(P. 4) Permainan berlangsung
dan anak dilatih untuk kompak karena mereka bertahan tiga orang dalam
satu kotak nomor pada ular tangga.(CL. 7)(K. 2)(P. 4) Permaian berakhir
pada jam 10:40 kemudian anak-anak membantu peneliti merapihkan
permainan ular tangga dan kembali ke tempat duduknya masing-
masing.(CL. 7)(K. 3)(P. 4) Kemudian peneliti mengevaluasi apa saja yang
di pelajari hari ini dan peneliti memberikan sejumlah crayon kepada anak
sehingga anak membilang crayon tersebut satu-persatu.(CL. 7)(K. 4)(P. 4)
Pada pertemuan ketujuh dalam kemampuan membilang benda, semua anak
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, karena anak sudah mulai
menguasai dalam kemampuan membilang benda namun masih ada anak
yang menyebutkan bilangan yang terlewat dalam membilang benda, tetapi
sebagian besar anak mengalami peningkatan yang baik.(CL. 7)(K. 5)(P. 4).
107
Kegiatan penutup dipimpin oleh guru dan peneliti, dalam mengakhiri
kegiatan pada pertemuan ketujuh ini guru dan peneliti melakukan tanya
jawab tentang pelajaran pada jam pertama mengenai pegunungan lalu
bernyanyi naik-naik kepuncak gunung dan membaca doa QS. AL-Ashr
secara bersama-sama.(CL. 7)(K. 6)(P. 4)
Gambar 4.15
Membilang benda 1-10
c. Pertemuan ke-3
Pertemuan ketiga pada siklus kedua dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 23 November 2018.(CL. 8)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa yang
dilaksanakan di siklus satu dan dua peneliti membantu guru menyiapkan
kelas untuk pembelajaran hari ini.(CL. 8)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan
pukul 08:00 peneliti membantu guru yang lain untuk menyiapkan anak-anak
untuk berbaris di depan kelas.(CL. 8)(K. 3)(P. 1)
Anak masuk kelas dan duduk ke kursinya masing-masing, sebelum
memulai pelajaran anak-anak berdoa sebelum belajar dan bernyanyi yang
dipandu guru dan dibantu oleh peneliti.(CL. 8)(K. 1)(P. 2) Pada kegiatan
pertama diisi dengan menulis huruf hijaiyah yang sudah dibentuk titik-titik
pada lembar kerja setelah itu anak-anak menembalIkannya dengan
pinsil.(CL. 8)(K. 2)(P. 2) Guru mempersilahkan mengumpulkan lembar
kerja sebelum istirahat setelah itu anak-anak menyebutkan hiruf hijaiyah
108
bersama-sama kemudian anak-anak diperbolehkan untuk istirahat.(CL.
8)(K. 3)(P. 2)
Jam 10:00 guru membunyikan kencringan sebagai bel sekolah
dibunyikan, waktu istirahat sudah berakhir.(CL. 8)(K. 1)(P. 3) Anak-anak
kembali masuk kelas dan duduk di kursinya masing-masing, peneliti
memimpin doa sesudah makan dan mulai mempersiapkan permainan.(CL.
8)(K. 2)(P. 3) Pertemuan kali ini peneliti membagi anak-anak menjadi
bertiga-tiga, satu permainan ular tangga berisikan tiga orang lalu bermain
secara bergiliran.(CL. 8)(K. 3)(P. 3) Dengan selalu merubah jumlah
permainan dalam bermain ular tangga hal ini bertujuan agar peneliti lebih
bisa melihat perkembangan setiap anak.(CL. 8)(K. 4)(P. 3) Kegiatan
permainan ular tangga dimulai dengan anak melempar dadu secara
bergantian dan mereka loncat dari kotak ke kotak yang lain sambil berhitung
sebanyak jumlah mata dadu yang keluar, anak bermain dengan penuh
semangat.(CL. 8)(K. 5)(P. 3)
Gambar 4.17
Menyebutkan lambang bilangan
Permainan berakhir pada jam 10:40 kemudian anak-anak membantu
peneliti merapihkan permainan ular tangga dan kembali ke tempat duduknya
masing-masing.(CL. 8)(K. 1)(P. 4) Kemudian peneliti kembali membagikan
lembar kerja menghubungkan bilangan dengan lambang bilangan guna
melihat perkembangan atau peningkatan anak dalam kemampuan ini dari
109
pertemuan-pertemuan sebelumnya.(CL. 8)(K. 2)(P. 4) Pada pertemuan
kedelapan ini kemampuan anak dalam mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan sangat meningkat, sebagian besar mengalami peningkatan
yang sangat baik, anak sudah bisa menghubungkan bilangan dengan
lambang bilangan tanpa keliru. (CL. 8)(K. 3)(P. 4) Terakhir peneliti
mengevaluasi apa saja yang di pelajari hari ini, dan menanyakan seberapa
menyenangkan atau apakah anak merasa bosan berbaik ular tangga,
kemudian anak menjawab tidak merasa bosan dengan semangat.(CL. 8)(K.
4)(P. 4) kegiatan penutup di pimpin oleh gur dan peneliti lalu bernyanyi
angka bersama dan membaca doa QS. AL-Ashr secara bersama-sama.(CL.
8)(K. 5)(P. 4) Sebelum keluar kelas peneliti mengetest satu-persatu anak
untuk menuliskan lambang bilangan dari 1 – 10 yang bisa boleh pulang
duluan.(CL. 8)(K. 6)(P. 4)
Gambar 4.17
Mencocokan Bilangan dengan lambang bilangan
d. Pertemuan ke-4
Pertemuan keempat pada siklus kedua ini dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 26 November 2018.(CL. 9)(K. 1)(P. 1) Seperti biasa yang dilaksanakan
di siklus satu dan dua peneliti membantu guru-guru menyiapkan kelas untuk
pembelajaran hari ini, kemudian seiring dengan berjalannya waktu anak-anak
mulai berdatangan karena jam pembelajaran akan segera dimulai.(CL. 9)(K.
2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00 kemudian peneliti membantu guru-
110
guru yang lain untuk menyiapkan anak-anak untuk berbaris di depan kelas.(CL.
9)(K. 3)(P. 1)
Anak masuk kelas dan duduk ke kursinya masing-masing, sebelum memulai
pelajaran anak-anak berdoa sebelum belajar dan bernyanyi yang dipandu guru
dan dibantu oleh peneliti.(CL. 9)(K. 1)(P. 2) Kegiatan pertama guru
mrnjrlaskan akan belajar apa hari ini.(CL. 9)(K. 2)(P. 2) Guru menceritakan
segala hal tentang udara dan manfaat udara.(CL. 9)(K. 3)(P. 2) Kegiatan
selanjutnya anak menebalkan tulisan “udara untuk bernafas”.(CL. 9)(K. 4)(P.
2) Guru memberikan pertanyaan pertanyaan mengenai udara yang sudah
dijelaskan, yang bisa menjawab diperbolehkan untuk istirahat.(CL. 9)(K. 5)(P.
2)
Jam 10:00 bel sekolah dibunyikan tertanda waktu istirahat sudah habis.(CL.
9)(K. 1)(P. 3) Anak-anak kembali masuk kelas dan duduk di kursinya masing-
masing, kemudian peneliti memimpin doa sesudah makan dan mulai
mempersiapkan permainan.(CL. 9)(K. 2)(P. 3) Pertemuan kali ini peneliti
membuat anak bermain dalam satu permainan ular tangga saja, tujuannya
peneliti ingin melihat bagaimana jika 10 anak bermain dalam satu
permainan.(CL. 9)(K. 3)(P. 3) Kegiatan permainan ular tangga dimulai dengan
anak melempar dadu secara bergantian dan mereka loncat dari kotak ke kotak
yang lain sambil berhitung sebanyak jumlah mata dadu yang keluar.(CL. 9)(K.
4)(P. 3) Permainan pertama sudah selesai kemudian peneliti kembali membagi
permainan menjadi dua bagian.(CL. 9)(K. 5)(P. 3)
Gambar 4. 18
Mengenal lambang bilangan & menyebutkan lambang bilangan
111
Permaian berakhir pada jam 10:30 kemudian anak-anak membantu
peneliti merapihkan permainan ular tangga dan kembali ke tempat duduknya
masing-masing.(CL. 9)(K. 1)(P. 4) Peneliti memberikan lembar kerja
menghubungkan gambar yang berbeda, kemudian gambar ditarik garis ke
gambar yang jumlahnya sama banyak, sama saja dengan anak mencoba
mengelompokan benda sesuai jumlahnya bukan berarti yang lebih besar
lebih banyak atau sebaliknya.(CL. 9)(K. 2)(P. 4) Kemudian peneliti menata
gelas berwarna yang disimpan di atas meja, anak mengurutkan dari yang
jumlah gelasnya paling sedikit ke banyak atau anak tau bahwa walaupun
warnanya gelasnya berbeda tetapi jumlahnya sama atau sebaliknya.(CL.
9)(K. 3)(P. 4) Dalam pertemuan kesembilan ini anak mengalami
peningkatan yang sangat baik, sebagian besar anak sudah bisa membedakan
banyaknya benda menggunakan jumlahnya, yang sedikit kurang menguasai
hanya ZA, tetapi tetap mengalami peningkatan.(CL. 9)(K. 4)(P. 4) Kegiatan
penutup anak membilang gelas 1 – 10 kemudian anak-anak dipersilahkan
kembali ke tempat duduk dan bernyanyi sayonara bersama-sama dan
membaca doa QS. AL-Ashr secara bersama-sama. (CL. 9)(K. 5)(P. 4)
Terakhir sebelum anak dipersilahkan untuk meninggalkan kelas peneliti
mengevaluasi apa saja yang di pelajari hari ini, dan memberika kuis
menyebutkan lambang bilangan dari 1 – 10 anak-anak menyebutkannya
dengan lancar satu persatu.(CL. 9)(K. 6)(P. 4)
\
Gambar 4.19
Mengenal konsep bilangan
112
Gambar 4.20
Membilang Benda
e. Pertemuan ke-5
Pertemuan kelima pada siklus II ini tepatnya pertemuan terakhir
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 November 2018.(CL. 10)(K. 1)(P.
1) Peneliti membantu guru-guru menyiapkan kelas untuk pembelajaran hari
ini, kemudian anak-anak mulai berdatangan karena jam pembelajaran akan
segera dimulai.(CL. 10)(K. 2)(P. 1) Waktu menunjukan pukul 08:00 peneliti
membantu guru-guru yang lain untuk menyiapkan anak-anak untuk berbaris
di depan kelas.(CL. 10)(K. 3)(P. 1)
Anak masuk kelas, sebelum memulai pelajaran anak-anak berdoa
sebelum belajar dan bernyanyi yang dipandu guru dan dibantu oleh
peneliti.(CL. 10)(K. 1)(P. 2) Kegiatan pertama diisi dengan mewarnai
gambar dimajalah menggunakan pensil warna atau crayon.(CL. 10)(K. 2)(P.
2) Kegiatan akhir semester memang diisi dengan menggisi majalah mereka
yang belum dikerjakan.(CL. 10)(K. 3)(P. 2) Kegiatan mewarnai selesai,
kemudian guru menjelaskan udara di pegunungan dan anak menghubungkan
gambar dengan tulisan .(CL. 10)(K. 4)(P. 2)
Jam 10:00 bel sekolah dibunyikan waktu istirahat sudah habis.(CL.
10)(K. 1)(P. 3) Anak-anak kembali masuk kelas dan duduk di kursinya
masing-masing, kemudian peneliti memimpin doa sesudah makan dan mulai
mempersiapkan permainan.(CL. 10)(K. 2)(P. 3) Kegiatan permainan ular
113
tangga dimulai dengan anak melempar dadu secara bergantian dan
menghitung jumlah mata dadu yang keluar.(CL. 10)(K. 3)(P. 3)
Gambar 4.21
Menyebutkan bilangan 1 – 10 & mengenal lambing bilangan
Permaian berakhir pada jam 10:30 kemudian anak-anak membantu
peneliti merapihkan permainan ular tangga dan kembali ke tempat duduknya
masing-masing.(CL. 10)(K. 1)(P. 4) Kemudian peneliti mengevaluasi
pelajaran apa saja yang sudah kita pelajari hari ini.(CL. 10)(K. 2)(P. 4)
Sebelum menutup kegiatan pada hari ini peneliti memberikan lembar kerja
menghubungkan gambar, kemudian gambar ditarik garis ke gambar yang
jumlahnya sama banyak.(CL. 10)(K. 3)(P. 4) Untuk memastikan
perkembangan kemampuan mengenal konsep bilangan seperti pertemuan
sebelumnya peneliti menata gelas berwarna yang disimpan di atas meja,
anak mengurutkan dari yang jumlah gelasnya paling sedikit ke banyak atau
anak tau bahwa walaupun warnanya gelasnya berbeda tetapi jumlahnya
sama atau sebaliknya. (CL. 10)(K. 4)(P. 4) Dalam pertemuan terakhir ini
kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan semua anak mengalami
peningkatan yang sangat baik.(CL. 10)(K. 1)(P. 4)
Kegiatan penutup anak-anak membilang benda dengan gelas yang
berwarna dari 1 - 10, Anak-anak sudah bisa membilang benda dengan
urutan yang benar atau secara sistematis dan mencapai angka sepuluh sesuai
dengan kemampuan yang seharusnya ada pada kelompok A.(CL. 10)(K.
1)(P. 5) Pada pertemuan terakhir terlihat kemampuan anak dalam mengenal
114
lambang bilangan meningkat dengan sangat baik, seluruh anak bisa
menjawab(CL. 10)(K. 2)(P. 5) Kegiatan penutup dipimpin oleh bu Mimil
dan peneliti lalu bernyanyi sayonara bersama-sama dan membaca doa QS.
AL-Ashr secara bersama-sama.(CL. 10)(K. 3)(P. 5) Peneliti memberikan
kuis berhitung dari satu sampai sepuluh yang bisa menjawab anak-anak
diperbolehkan untuk pulang.(CL. 10)(K. 4)(P. 5)
Gambar 4.22
Mengenal konsep bilangan
Gambar 4.23
Membilang benda
3. Pengamatan
Dari hasil pengamatan siklus II ini terlihat peningkatan yang sudah sangat
cukup untuk memenuhi kriteria dalam kemampuan /berhitung anak usia 4 -5
tahun. Jika dibandingkan dari pra penelitian, siklus I dan siklus II anak-anak
mengalami peningkatan kemampuan berhitung secara bertahap. Seperti pada
aspek membilang benda, mengenal konsep bilangan, mengennal lambang
bilangan, meyebutkan bilangan 1 – 10, mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan. pada kemampuan ini 8 anak sudah dapat dikatakan terampil dengan
persentase tinggi kemudian 2 anak bisa dikatakan cukup terampil.
115
1) Hasil pengamatan secara kualitatif
Dari hasil pengamatan siklus II yang dilakukan peneliti selama 5 kali
pertemuan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung anak usia 4 – 5
tahun mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini dibuktikan dengan
melihat peningkatan pada anak yang sebelum dilakukan tindakan tindakan
penelitian pada siklus II, 5 anak masih belum mampu mengenal angka
bilangan, anak-anak masih terbalik dalam menyebutkan angka bilangan dan
hanya ada 3 anak yang lumayan lancar dan 2 anak sudah lancar yaitu ASP
dan RG. Sebelum dilakukannya tindakan siklus II anak-anak masih salah
dalam mengenal bagaimana angka 6 dan 9 masih terbalik dan bagaimana
angka 4, seperti bentuk apa angka 2 seperti apa angka 1, mereka cenderung
asal dalam menjawab dan sebagian besarnya lebih memilih diam ketika
diberikan pertanyaan mengenai angka bilangan.
Pada kemampuan mengenal konsep 6 anak masih belum mampu
membedakan 10 crayon dalam kotak lebih banyak dibandingkan 3 tempat
pensil, mereka cenderung yang terlihat lebih besar itu yang mereka anggap
lebih banyak. Sama halnya dengan 2 apel di atas meja dan 2 apel di dalam
keranjang sama banyaknya. Setelah dilakukannya penelitian tindakan
selama lima kali pertemuan pada siklus II anak mulai mengalami
peningkatan dalam memahami konsep bilangan. Hampir seluruh anak
memahami kemampuan mengenal komsep bilangan, dan bisa membedakan
mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit jumlahnya. Dengan
menggunakan cara yang berdeda dari siklus I, di siklus II anak
menggunakan gelas berwarna dalam meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan. Anak sudah bisa mengurutkan benda dari jumlah yang
terkecil sampai terbesar berdasarkan jumlah gelas tersebut, anak bisa
mengelompokan benda sesuai warna.
Kemampuan anak membilang benda sebelum dilakukannya penelitian
tindakan siklus II 4 anak masih tidak dapat berhitung secara sistematis. Ada
10 crayon di atas meja kemudian anak membilangnya satu persatu. Ada
empat anak yang masih belum mampu dalam membilang benda 1 – 10 dan
116
empat anak masih perlu dibantu oleh guru dua orang yang terlihat lebih
unggul dibanding teman-temannya. Namun setelah dilakukannya tindakan
selama 5 kali pertemuan di siklus II menggunakan permainan ular tangga
dan menggunakan gelas berwarna, anak sudah dapat membilang benda
dengan menggunakan gelas berwarna, anak membilang dengan lancar dari 1
– 10.
Kemampuan anak mencocokan bilangan dengan lambang bilangan
sebelum dilakukannya penelitian tindakan menggunakan permainan ular
tangga masih belum berkembang. Anak masih banyak yang salah dalam
menyambungkan garis atau menarik garis dari bilangan ke lambang
bilangan. 6 anak masih banyak salah untuk mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan sementara yang mulai mampu ada 2 anak walau dengan
bantuan guru sisanya 2 anak sudah sedikit lebih unggul dibanding teman-
temannya yang lain. Namun setelah dilakukannya tidakan penelitian mulai
mengalami perubahan dan peningkatan.
Untuk proses pembelajaran di dalam kelas, guru dan peneliti melakukan
kegiatan pengamatan terhadap kegiatan dari awal sampai akhir
pembelajaran. Berikut ini merupakan tabel mengenai kegiatan
pembelajarran dari awal sampai akhir pada siklus I.
2) Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif
Secara kuantitatif pelaksanaan siklus II dijelaskan sebagai berikut:
Table 4. 8
Data Perbandingan skor dan Presentase Kemampuan Berhitung Anak Usia 4
- 5 Tahun Pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
No Nama Pratindakan Siklus 1 Siklus II
Skor % Skor % Skor %
1 ZA 5 25 7 35 15 75
2 ZA 5 25 8 40 16 80
117
3 ASP 10 50 14 70 19 95
4 LF 6 30 11 55 17 85
5 SRA 6 30 10 50 17 85
6 JI 5 25 8 40 18 90
7 RG 7 35 13 65 17 85
8 KHJ 6 30 10 50 17 85
9 CBP 6 30 10 50 16 80
10 HF 7 35 12 60 18 90
Jumlah 63 31,5 103 51,5 170 85
Teble tersebut menunjukan bahwa kemampuan berhitung anak usia 4 -5
tahun dengan permainan ular tangga dari sebelum dilakukannya tindakan
sampai dilakukannya tindakan pada siklus II terjadi peningkatan yang sesuai
dengan terget yang telah ditentukan oleh peneliti. Peningkatan kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun terlihat pada skor total semua anak sebelum
dilakukannya tindakan adalah 63 dengan rata-rata presentase kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun bermain ular tangga adalah 31, 5%.
Kemudian ketika dilakukannya tindakan pada siklus I skor total keseluruhan
anak meningkat menjadi 103 dengan rata-rata presentasi 51,5%. Ketika
dilakukan lagi tindakan pada siklus II, mengalami peningkatan skor menjadi
170 dengan rata-rata presentase 85%. Disajikan pula diagram yang
menggambarkan presentase peningkatan kemampuan berhitung anak usia 4
– 5 tahun sebelum dilakukannya tindakan sampai dilakukannya tindakan
pada siklus II adalah sebagai berikut:
118
Gambar 4.24
Presentase Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5
Tahun.
Gambar 4.25
Grafik Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
Assesmen awal hingga assesmen akhir
119
Kenaikan presentase tersebut menunjukan bahwa dengan dilakukannya
tindakan pada siklus II, maka kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun
mengalami peningkatan yang signifikan dan lebih baik. Oleh karena itu,
peneliti tidak perlu lagi melakukan siklus berikutnya karena tujuan peneliti
untuk mencapai target yang diinginkan sudah terjawab dengan kemampuan
berhitung anak udia 4 – 5 tahun telah meningkat dengan melakukan
permainan ular tangga.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siklus II dan melakukan
evaluasi bersama kolabolator kemudian diukur dengan tingkat kemajuan
dan tingkat keberhasilan anak selama lima kali pertemuan melalui kegiatan
bermain ular tangga, maka dengan perlunya kegiatan bermain ular tangga
yang mampu meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun.
Berdasarkan pada pengamatan peneliti pada siklus II maka dapat dibuat
analisis sebagai berikut:
Hasil penelitian setelah pelaksaan tindakan pada siklus II selama lima
kali pertemuan dengan bermain permainan ular tangga untuk meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun meningkat dengan baik. Dalam
siklus II ini anak-anak sudah mampu berhitung secara sistematis, sudah
dapat mengenal lambang bilangan, sudah mampu membilang benda tanpa
ada yang terlewat atau sudah mampu menghitung jumlah benda dengan
baik, sudah mampu memahami konsep bilangan sesuai dengan jumlahnya
bukan berdasarkan besar kecilnya suatu benda atau bukan berdasarkan
sepengelihatan mata saja karena dalam hal ini contohnya anak sudah mulai
paham 5 buah bola basket lebih sedikit di banding lima belas kelereng di
dalam keranjang, sudah dapat menyebutkan bilangan dari 1 – 10 dengan
lancar dan sitematis dengan diberikannya stimulus tidak hanya di siklus II
tetapi di siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan, maka peneliti cukup
melakukan kegiatan hingga siklus II atau hingga 10 kali pertemuan karena
120
peningkatan anak sudah sesuai dengan harapan atau sudah kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun sudah setara dengan pencapaian anak usia 4
– 5 tahun.
5. Hasil wawancara
Pada kegiatan penelitian tindakan yang telah dilakukan di siklus II
selama lima kali pertemuan, peneliti kembali melakukan wawancara
terhadap guru yang bersangkutan mengenai kegiatan pembelajaran bermain
ular tangga dan permainan ular tangga pada guru kelas yang digunakan
untuk bermain ular tangga sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berhitung anak usia 4 -5 tahun, sebagai berikut:
Tabel 4.9
Wawancara Kegiatan Bermain Ular Tangga Pada Siklus II
Yang Diwawancarai : Ibu Mimil
Tempat : PAUD Dahlia
No Pertanyaan Tanggal Jawaban
1. Apakah permainan
ular tangga pada
diklus II cukup
mudah dilakukan
untuk dimainkan
Permainan ular tangga
cukup mudah untuk
anak mainkan jika di
awal dijelaskan
bagaimana peraturan dan
cara bermainnya. Anak
berperan aktif dalam
permainan di siklus II ini
semua badan ikut
digerakan dengan anak
menjadi pion pada
permainannya sendiri.
2. Apakah permainan
ular tangga cukup
efektif untuk
meningkatkan
kemampuan
berhitung anak
usia 4 – 5 tahun
Permaian ular tangga
sangat membantu
kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun,
anak menjadi aktif dan
bersemangat untuk
belajar berhitung dengan
cara yang meyenangkan.
121
Hanya saja karena anak
yang terlalu aktif
terkadang permainan
menjadi kurang tertib.
3. Bagaimana respon
anak ketika
bermain ular
tangga setelah 5
hari pada siklus II
Respon anak sangat
baik. Anak terlihat lebih
semangat pada
permainan ular tangga di
siklus II, karena pada
dasarnya anak-anak
tidak bisa hanya duduk
diam menikmati
pelajaran namun pada
permainan ini anak
sangat senang karena
permainan yang
menyenangkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan anak
sudah mencapai standar dalam kirteria keberhasilan kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun. Sehingga peneliti menyudahi penelitian sampai pada
siklus II karena telah mencapai kriateria keberhasilan yang seharusnya.
Untuk pembelajaran selama siklus II berlangsung, peneliti dan guru
melakukan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas, dari awal higga akhir pembelajaran.
D. Pembahasan Analisis Data
1. Analisis Data
Observasi hasil tindakan yang dilakukan peneliti selama proses pelaksaan
tindakan sangat dibutuhkan dalam melakukan analisis data secara kualitatif
dan kuantitatif. Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen
observasi, pedoman observasi yang berisikan indikator, pengamatan proses
pembelajaran, catatan lapangan, dokumentasi dan wawancara.
a. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif didapatkan dari hasil penelitian tindakan pada pra
penelitian, penetitian tindakan siklus I dan penelitian tindakan siklus II secara
122
kuantitatif data-data pengamatan terhadap kemampuan berhitung anak usia 4 –
5 tahun sebagai berikut:
Tabel 4.10
Data Hasil Kenaikan Pra Penelitian, Siklus I dan Siklus II
subjek Pra-
Tindakan Siklus 1 Poin Siklus II Poin
no nama Skor % Skor % Kenaikan % Skor % Kenaikan %
1 ZA 5 25 7 35 2 10 15 75 8 40
2 ZA 5 25 8 40 3 15 16 80 8 40
3 ASP 10 50 14 70 4 20 19 95 5 25
4 LF 6 30 11 55 5 25 17 85 6 30
5 SRA 6 30 10 50 4 20 17 85 7 35
6 JI 5 25 8 40 3 15 18 90 10 50
7 RG 7 35 13 65 6 30 17 85 4 20
8 KHJ 6 30 10 50 4 20 17 85 7 35
9 CBP 6 30 10 50 4 20 16 80 6 30
10 HF 7 35 12 60 5 25 18 90 6 30
Jumlah 63 31,5 103 51,5 40 20 170 85 67 34
Total tersebut menunjukan bahwa kemampuan anak dari pra penelitian,
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik.
Kemampuan anak mengalami peningkatan setelah dilakukannya siklus I
dengan rata-rata peningkatan kemampuan anak sekitar 20% dari sebelum
dilakukannya tindakan. Setelah itu rata-rata kemampuan anak meningkat
lagi setelah dilakukannya tindakan selanjutnya yaitu siklus II dengan rata-
rata kenaikan sebanyak 34% dari siklus I. Hasil tersebut jika digambarkan
dalam diagram adalah sebagai berikut:
123
Gambar 4.25
Diagram Peningkatan Siklus I dan Siklus II
Dari diagram diatas terlihat bahwa adanya peningkatan kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun anak setelah diadakan tindakan siklus I
dan siklus II. Responden I mengalami peningkatan 10% di siklus I,
kemudian meningkat 40% pada siklus II. Responden 2 mengalami
peningkatan 15% di siklus I, kemudian meningkat 40% pada siklus II.
Responden 3 mengalami peningkatan 20% di siklus I, kemudian
meningkat 25% pada siklus II. Responden 4 mengalami peningkatan 25%
di siklus I, kemudian meningkat 30% pada siklus II. Responden 5
mengalami peningkatan 20% du suklus I, kemudian meningkat 35% pada
siklus II. Responden 6 mengalami peningkatan 15% di siklus I, kemudian
meningkat 50% pada siklus II. Responden 7 mengalami peningkatan 30%
di siklus I, kemudian meningkat 20% pada siklus II. Responden 8
mengalami peningkatan 20% di siklus I, kemudian meningkat 35% pada
siklus II. Responden 9 mengalami peningkatan 20% di siklus I, kemudian
meningkat 30% pada siklus II. Responden 10 mengalami peningkatan 25%
di siklus I, kemudian meningkat 30% pada siklus II. Peningkatan
presentase ini dari pra tindakan sampai pada siklus II terebut menunjukan
124
bahwa dengan bermain permainan ular tangga dapat meingkatkan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun pada kelompok A.
b. Analisis Data Kualitatif
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan maka data
kualitatif yang didapat dalam penelitian ini adalah:
1. Proses Pembelajaran
a. Guru; guru melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
perencanaan dan mampu menggunakan kegiatan bermain ular
tangga untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4 –
5 tahun.
b. Anak: anak sangat antusias dan sangat bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih mempunyai motivasi
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Pelaksanaan kegiatan bermain ular tangga terdiri dari kegiatan
awal yaitu dengan berdoa sesuadah makan karena kegiatan
bermain ular tangga terjadi setelah bel istirahat dibunyikan, lalu
melakukan berhitung dengan menyebutkan angka yang ada pada
perainan ular tangga atau dengan bernanyi angka, lalu anak
membentuk kelompok dan mengelilingi permianan ular tangga
kemudia untuk memulai permainan anak melakukan hompimpa
untuk mengetahui siapa yang akan mulai bermain terlebih
dahulu dan yang terakhir anak-anak melakukan permainan ular
tangga sesuai dengan aturan.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajran dirancang sesuai dengan kemampuan anak
pada usia 4 – 5 tahun yaitu yang pertama permainan ular tangga
pada siklus I dibuat dengan kertas karton yang digambar dan
dikreasiakan oleh peneliti. Kemudian permainan ular tangga pada
125
siklus dua didesign opula oleh peneliti karena pada siklus II
permainan ular tangga dibuat menggunakan benner.
3. Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa peningkatan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun yang meliputi
kemampuan anak membilang benda 1 – 10, mengenal konsep
bilangan, mengenal lambang bilangan, menyebutkan bilangan 1 –
10, mencocokan bilangan dengan lambang bilangan. Hal ini
ditunjukan melalui hasil pengamatan dalam proses pembelajaran.
Peningkatan kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 taun terdapat
pada foto, rekaman, catatan lapangan dan juga catatan wawancara.
E. Reduksi data
Data mengenai kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun diperoleh
berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi.
Berikut adalah reduksoi data berdasarkan indikator mengenai kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun melalui kegiatan bermain ular tangga.
1. Membilang benda 1 - 10
a. Reduksi Data
Data mengenai peningkatan berhitung anak usia 4 – 5 tahun PAUD
Dahlia Kelompok A diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan
wawancara, dan catatan dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data
mengenai kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun pada indikator
membilang benda 1 – 10. Pada indikator ini mulai terlihat dari pertemuan
ketujuh, dimana anak sudah mulai berkembang kemampuannya dalam
membilang benda 1 – 10. Sebelumnya anak lebih banyak tidak sistematis
dalam membilang benda, anak juga terkadang hanya diam dalam
membilang benda namun di pertemuan ketujuh ini anak mulai sistematis
atau sedikit lebih lancar dalam membilang benda, ada pada kegiatan (CL. 3
K. 2 P. 5, CL. 4 K. 4 P. 5, CL. 7 K. 6 P. 4). Beberapa anak ada yang belum
mampu membilang benda 1 – 10, ada yang mampu membilang benda 1 – 5
126
atau lebih, ini sebelum dilakukannya penelitian tindakan lanjutan yaitu
siklus II, terdapat pada kegiatan (CL. 3 K. 2 P. 5). Kemampuan anak
membilang benda sudah sesuai dengan kemampuan yang seharusnya ada
pada kelompok A, anak sudah bisa membilang benda dengan urutan yang
benar atau secara sistematis dan mencapai angka sepuluh, terdapat pada
kegiatan.(CL. 9 K. 5 P.4, CL. 10 K. 1 P. 5). Dokumentasi dari kegiatan
kemampuan membilang benda 1 – 10 ini ada pada catatan dokumen. (CD.
1), (CD. 2), (CD. 3), (CD. 4), (CD. 5), (CD. 6), (CD. 7), (CD. 8), (CD. 9),
(CD. 10)
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan selama siklus I dan II, catatan
dokumentasi dan catatan wawancara peneliti dengan guru kelas, dapat
diketahui anak sudah mampu menunjukan kemampuan membilang benda 1
– 10 melalui penyajian data dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Display data di atas menggambarkan peningkatan kemampuan
membilang benda 1 – 10 pada kemampuan berhitung anak nusia 4 – 5 tahun
CL
CL. 3 K. 2 P. 5
CL. 4 K. 4 P. 5
CL. 7 K. 6 P. 4
CL. 9 K. 5 P. 4
CL. 10 K. 1 P.5
CD
CD. 01
CD. 02
CD. 03
CD. 04
CD. 05
CD. 06
CD. 07
CD. 08
CD. 09
CD. 10
Membilang
Benda 1 – 10
CW
Cw 1, cw 2, cw 3
127
yaitu berupa catatan lapangan, catatan wawancara, dan dokumentasi
merupakan hal yang berkaitan untuk menjelaskan bahwa kemampuan
membilang benda 1 – 10 adalah bagian dari kemampuan berhitung anak usia
4 – 5 tahun.
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Kemampuan membilang benda 1 – 10 anak kelompok A PAUD Dahlia,
meningkat dengan baik dan terstimulus melalui kegiatan membilang benda
menggunakan crayon. Diawal pertemuan sebagian anak masih sangat
lamban dalam membilang benda, sebagian anak tidak sistematis dalam
menghitung, ada juga anak yang memilih diam jika tidak mampu
membilang bilangan selanjutnya. Setelah dilakukannya siklus I dan siklus II
kemampuan membilang benda anak usia 4 – 5 tahun terus meningkat.
2. Mengenal Konsep Bilangan
a. Reduksi Data
Data mengenai kemampuan mengenal konsep bilangan usia 4 – 5 tahun
di kelompok A PAUD Dahlia diperoleh berdasarkan catatan lapangan,
catatan wawancara, dan catatan dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi
data mengenai kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun tentang
kemampuan mengenal konsep bilangan pada saat diberikannya tindakan.
Kemampuan mengenal konsep bilangan ini sudah mulai terlihat di
pertemuan kelima, di pertemuan kelima ini sebagian anak sudah mulai bisa
membedakan banyak sedikitnya benda melalui jumlah benda atau
banyaknya benda tersebut seperti ZA, ASP, LF, RG, HF (CL. 5 K. 3 P. 4,
CL. 5 K. 4 P. 4). Sebelumnya anak-anak masih belum terlalu mampu
mengenal konsep bilangan, anak-anak masih bingung dalam membedakan
benda dari jumlahnya, anak cenderung melihat benda yang lebih besar itu
yang menurutnya lebih banyak.(CL. 1 K.4 P. 5, CL. 1 K. 2 P. 5, CL. 1 K.3
P. 5)
Pada siklus II dalam pertemuan kesembilan kemampuan mengenal
konsep bilangan dengan membedakan sedikit banyaknya melalui benda
128
gelas berwarna anak mengelompokan dari urutan terkecil sampai terbesar
atau sebaliknya, (CL. 9 K. 3 P. 4) mengalami peningkatan yang sangat baik,
sebagian besar anak sudah bisa membedakan banyaknya benda
menggunakan jumlahnya, yang sedikit kurang menguasai hanya ZA, tetapi
tetap mengalami peningkatan.(CL.9 K. 4 P. 4) Di pertemuan kesepuluh
kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan sudah sesuai dengan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun.(CL. 10 K. 4 P. 4, CL. 10 K. 5
P. 4)
Hasil dari kegiatan mengenal konsep dengan cara membedakan banyak
sedikitnya benda menggunakan crayon, sepidol dan tempat pensil terlihat
pada catatan dokumen. (CD. 1), (CD. 2), (CD. 3), (CD. 4), (CD. 5), (CD. 6)
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan selama siklus I dan II, catatan
dokumentasi dan catatan wawancara peneliti dengan guru kelas, dapat
diketahui anak sudah mampu menunjukan kemampuan mengenal konsep
bilangan melalui penyajian data dalam bentuk bagan sebagai berikut:
CL
CL. 1 K. 4 P. 5
CL. 5 K. 3P. 4
CL.9 K. 4 P. 4
CL. 10 K. 4 P. 4
CD
CD. 01
CD. 02
CD. 03
CD. 04
CD. 05
CD. 06
CD. 07
CD. 08
CD. 09
Mengenal
Konsep
bilangan
CW
Cw 1, cw 2, cw
3
129
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Kemampuan mengenal konsep bilangan di kelompok A PAUD Dahlia
mengalami peningkatan yang sangat baik dan terstimulus dengan baik.
Kegiatan mengenal konsep bilangan menggunakan sejumlah spidol dan
tempat pinsil dan menggunakan lembar kerja yang dibuat oleh peneliti.
Diawal pertemuan anak masih belum paham mengenai konsep bilangan,
sebagian besar dari mereka meranggapan benda yang lebih besar itu lebih
banyak jumlahnya. Namun seiring dengan stimulus-stimulus yang diberikan
pada siklus I dan II anak-anak mulai memahami dan mengenal konsep
bilangan berdasarkan jumlahnya bukan besarnya benda.
3. Mengenal Lambang Bilangan
a. Reduksi Data
Data mengenai kemampuan mengenal lambang bilangan usia 4 – 5
tahun di kelompok A PAUD Dahlia diperoleh berdasarkan catatan
lapangan, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi. Berikut ini
adalah reduksi data mengenai kemampuan berhitung anak usia 4 – 5
tahun tentang kemampuan mengenal lambang bilangan pada saat
diberikannya tindakan. Kemampuan mengenal lambang bilangan ini
mulai terlihat di pertemuan keempat. Dipertemuan keempat ini anak
sudah mulai mengenal lambang bilangan dengan baik, walaupun masih
harus memerlukan stimulus agar anak benar-benar mengenal lembang
bilangan dari 1 – 10 (CL. 4 K. 1 P. 6, CL. 4 K. 2 P. 6, CL. 4 K. 3 P. 6)
Sebelumnya anak-anak masih belum mengenal angka bilangan pada
awal pertemuan, hal ini terbukti dengan adanya catatan lapangan pada
(CL. 2 K. 2 P. 8, CL. 2 K. 3 P. 8, CL. 2 K. 4 P. 8) Disini kemampuan
anak dalam mengenal lambang bilangan masih sangat rendah, yang
sedikit terlihat lebih unggul hanya ASP dan RG namun masih tergolong
rendah dalam kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahunnya. Pada
pertemuan kedua ini anak masih lebih banyak diam ketika ditanya atau
ditunjukan angka bilangan oleh peneliti, lalu sisanya anak mejawab
130
dengan asal atau dia terbalik dalam menyebutkan angka bilangan. Anak
masih belum bisa mengenal lambang bilangan 1 – 5. Namun dalam
beberapa pertemuan kemampuan anak meningkat dalam mengenal
lambang bilangan karena peneliti selalu mengenalkan lambang bilangan
di setiap pertemuannya menggunakan permainan ular tangga.
Pada siklus II tepatnya pertemuan kesepuluh kemampuan anak dalam
mengenal lambang bilangan benar-benar meningkat dengan baik. Seluruh
anak bisa menjawab pertanyaan dari peneliti ketika peneliti bertanya
angka-angka secara acak pada permainan ular tangga atau menunjuk
angka bilangan yang ada di depan kelas (CL. 10 K. 1 P. 5, CL. 10 K. 2
P. 5) hal ini terlihat pada saat peneliti menanyakan angka angka pada
urutan acak yang ada di depan kelas, kemudian anak bisa menjawab
dengan benar.
Hasil dari kegiatan mengenal lambang bilangan dengan cara
memberikannya angka angka bilangan dan anak menjawabnya serta
dengan cara yang tentunya dilakukan disetiap tindakan yaitu bermian
permainan ular tangga dengan stiap lambang bilangan pada setiap
kotaknya membuat anak terstimulus dalam kemampuan mengenal angka
bilangan, terlihat dalam catatan dokumen (CD. 1), (CD. 2), (CD. 3), (CD.
4), (CD. 5), (CD. 6).
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan selama siklus I dan II, catatan
dokumentasi dan catatan wawancara peneliti dengan guru kelas, dapat
diketahui anak sudah mampu menunjukan kemampuan mengenal
lambang bilangan melalui penyajian data dalam bentuk bagan sebagai
berikut:
131
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Kemampuan mengenal lambang bilangan di kelompok A PAUD
Dahlia mengalami peningkatan yang sangat baik dan terstimulus dengan
baik. Kegiatan mengenal lambang bilangan menggunakan permainan ular
tangga dan angka-angka yang dibuat dari karton atau kertas berwarna
yang di tempel di depan kelas yang dibuat oleh peneliti. Diawal
pertemuan, kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan
tergolong masih sangat rendah. Pada awal pertemuan sebagian besar dari
anak masih terbalik dan cenderung asal menyebutkan angka bilangan,
sebagian dari mereka masih sangat ragu ketika ditanya atau dihadapkan
oleh lambang bilangan. Namun seiring dengan stimulus-stimulus yang
diberikan pada siklus I dan II anak-anak mulai memahami dan mengenal
lambang bilangan. Pada siklus satu anak mulai mengenal lambang
CL
CL. 1 K. 3 P.4
CL. 2 K.4 P. 8
CL. 3 K.4 P.4
CL. 4 K.2 P.4
CL. 5 K.4 P.3
CL. 6 K.3 P.5
CL. 7 K.1 P.4
CL. 8 K.5 P.3
CL. 9 K.4 P.3
CL. 10 K.1 P.5
CD
CD. 01
CD. 02
CD. 03
CD. 04
CD. 05
CD. 06
CD. 07
CD. 08
CD. 09
CD. 10
Mengenal
Lambang
Bilangan
CW
Cw 1, Cw 2, Cw
3
132
bilangan dengan cukup lancar dari satu sampai limat atau bahkan sampai
enam, sudah mulai bisa lancar dalam menjawab ketika ditanya mengenai
lambang bilangan. Di siklus II anak lebih lancar lagi dalam mengenal
lambang bilangan, anak sudah mulai bisa menyebutkan lambang bilangan
secara acak maupun secara urut dari bilangan satu sampai bilangan
sepuluh.
4. Menyebutkan Lambang Bilangan 1 – 10
a. Reduksi data
Data mengenai kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 – 10
pada usia 4 – 5 tahun di kelompok A PAUD Dahlia diperoleh
berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan
dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data mengenai kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun tentang kemampuan meyebutkan
lambang bilangan 1 – 10 pada saat diberikannya tindakan. Kemampuan
menyebutkan lambang bilangan mulai terlihat pada pertemuan ketiga. Di
pertemuan ketiga anak mulai bisa menyebutkan lambang bilangan 1 – 5,
kegiatan ini di lakukan dengan bernanyi sambil berhitung ada pada (CL.
3 K.5 P.5) dan dalam kegiatan ini peneliti juga secara acak menunjuk
beberapa anak untuk menyebutkan lambang bilangan bertuajuan agar
peneliti mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam menyebutkan
lambang bilangan, disini peningkatan anak dalam kemampuan
menyebutkan lambang bilangan 1 – 10 terlihat ketika anak sudah lancar
dalam bernyanyi angka dan tanpa ada nada anak sudah mampu
menyebutkan lambang bilangan dari bilangan satu sampai bilangan 6.
Pada siklus II tepatnya pertemuan kedelapan dan kesembilan
kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bilangan meningkat
dengan baik. Seluruh anak bisa menjawab pertanyaan dari peneliti ketika
peneliti memberikan kuis menyebutkan angka dari 1 – 10 secara
sistematis sebelum pulang sekolah, anak bisa menyebutkannya dengan
133
lancar, kegiatan ini ada pada catatan lapangan di pertemuan ke delapan
(CL. 8 K. 6 P. 4, CL. 9 K. 6 P. 4)
Hasil dari kegiatan menyebutkan lambang bilangan dengan cara
menyanyikan lagu angka lalu melakukan tanya jawab menyebutkan
lambang bilangan lalu berhitung sama-sama sebelum melakukan
tindakan membuat anak terstimulus dalam kemampuan menyebutkan
angka bilangan, terlihat dalam catatan dokumen (CD. 1), (CD. 2), (CD.
3), (CD. 4), (CD. 5), (CD. 6)
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan selama siklus I dan II, catatan
dokumentasi dan catatan wawancara peneliti dengan guru kelas, dapat
diketahui anak sudah mampu menunjukan kemampuan menyebutkan
lambang bilangan melalui penyajian data dalam bentuk bagan sebagai
berikut:
CL
CL. 1 K. 3 P.4
CL. 2 K. 2 P. 8
CL. 3 K. 5 P. 5
CL. 4 K. 2 P. 4
CL. 5 K. 4 P.3
CL. 6 K. 3 P. 4
CL. 7 K. 5 P. 3
CL. 8 K. 6 P. 4
CL. 9 K. 6 P. 4
CL. 10 K. 4 P. 5
Menyebutkan
Lambang
Bilangan
CD
CD. 01
CD. 02
CD. 03
CD. 04
CW
Cw 1, Cw 2, Cw 3
134
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 – 10 di kelompok A
PAUD Dahlia mengalami peningkatan yang sangat baik dan terstimulus
dengan baik. Kegiatan menyebutkan lambang bilangan menggunakan
permainan ular tangga dan angka-angka yang dibuat dari karton atau
kertas berwarna yang di tempel di depan kelas yang dibuat oleh peneliti.
Diawal pertemuan, kemampuan anak dalam menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10 masih rendah. Setelah dilakukannya tindakan pada siklus
I anak mulai bisa menyebutkan lambang bilangan dari satu sampai lima
atau dari satu sampai enam. Dengan stimulus-stimulus yang setiap
harinya diberikan dari setiap anak yang memainkan permainan ular
tangga.
Pada siklus II kemampuan anak dalam menyebutkan lambang
bilangan dari 1 – 10 lebih berkembang, peningkatan terlihat maksimal
pada pertemuan ke 3 pada siklus II atau sama saja pada pertemuan ke 8.
Pada pertemuan ke 8 ini kemampuan anak dalam menyebutkan bilangan
dari 1 – 10 sudah sangat baik seperti seharusnya kemampuan anak usia 4
– 5 tahun. Anak sudah bisa menyebutkan lambang bilangan 1 – 10
dengan lancar secara urut atau secara acak.
5. Mencocokan Bilangan Dengan Lambang Bilangan
a. Reduksi data
Data mengenai kemampuan mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan pada usia 4 – 5 tahun di kelompok A PAUD Dahlia diperoleh
berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan
dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data mengenai kemampuan
berhitung anak usia 4 – 5 tahun tentang kemampuan mencocokan
bilangan dengan lambang bilangan pada saat diberikannya tindakan.
Kemampuan mencocokan bilangan dengan lambang bilangan mulai
terlihat pada pertemuan keempat. Dipertemuan keempat anak mulai bisa
mencocokan bilangan dengan lambang bilangan seperti ASP, LF, RG,
135
CBP dan HF walaupun masih ada yang membutuhkan bantuan dari guru.
(CL. 4 K. 5 P. 5, CL. 4 K. 1 P. 6)
Berbeda dengan kemampuan anak dipertemuan ketiga pada siklus I
anak kemampuan anak dalam mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan masih rendah, hal ini ada pada (CL. 3 K. 3 P. 5). Kemampuan
mencocokan bilangan dengan lambang bilangan terlihat sudah sangat
meingkat pada pertemuan kedelapan di atau pada pertemuan ketiga di
siklus II. Sebagian besar anak sudah bisa mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan tanpa bantua guru dan mengerjakannya dengan benar.
(CL. 8 K. 2 P. 4, CL. 8 K. 3 P. 4)
Hasil dari kegiatan mencocokan bilangan dengan lambang bilangan
dengan cara memberikan anak lembar kerja yang dibuat oleh peneliti
yang berisikan bilangan dan lambang bilangan sementara anak tinggal
menarik garis pada lembar kerja tersebut sesuai dengan jawaban yang
benar membuat anak terstimulus dalam kemampuan mencocokan
bilangan dengan lambang bilangan, terlihat dalam catatan dokumen (CD.
1), (CD. 2), (CD. 3), (CD. 4), (CD. 5), (CD. 6).
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan selama siklus I dan II, catatan
dokumentasi dan catatan wawancara peneliti dengan guru kelas, dapat
diketahui anak sudah mampu menunjukan kemampuan mencocokan
bilangan dengan lambang bilangan melalui penyajian data dalam bentuk
bagan sebagai berikut:
136
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Kemampuan mencocokan bilangan dengan lambang bilangan di
kelompok A PAUD Dahlia mengalami peningkatan yang sangat baik.
Kegiatan mencocokan bilangan dengan lambang bilangan menggunakan
lembar kerja yang dibuat oleh peneliti menstimulus kemampuan
mencocokan bilangan dengan lambang bilangan meningkat dengan
sangat baik. Diawal-awal pertemuan, kemampuan anak dalam
mencocokan bilangan dengan lambang bilangan masih rendah. Masih ada
anak yang menarik garis untuk mencocokan secara asal-asalan tidak
sesuai dengan lambang bilangannya. Setelah dilakukannya tindakan pada
siklus I anak mulai terstimulus dengan baik dalam mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan hanya terdapat satu dua nomer yang salah
dalam lembar kerja. Pada siklus II kemampuan mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan sudah sesuai dengan kemampuan yang
seharusnya ada apda anak usia 4 – 5 tahun. Anak sudah bisa mencocokan
bilangan dengan lambang bilangan dengan sangat baik.
CL
CL. 3 K. 3 P. 5
CL. 4 K. 5 P. 5
CL. 8 K. 3 P. 4
CD
CD. 01
CD. 02
CD. 03
CD. 04
CD. 05
CD. 06
Mencocokan
Bilangan Dengan
Lambang
Bilangan
CW
Cw 1, Cw 2, Cw 3
137
F. Temuan Penelitian
Pada penelitian ditemukan beberapa hal yaitu:
a. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini
permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun seperti yang dikatakan Ani Ismayani bahwa
permainan ular tangga bisa melatih kemampuan matematika
khususnya keampuan berhitung. Selaras dengan Dadan Suryana
kemampuan berhitung Peningkatan yang peneliti dapatkan ini
berdasarkan tindakan penelitian yang peneliti lakukan pada siklus I,
namun peningkatan yang terjadi belum memenuhi standar atau tinggat
yang seharusnya. Maka peneliti melakukan tindakan penelitian
lanjutan, yaitu penelitian siklus II. Terlihat pada siklus II kemampuan
berhitung anajk usia 4 – 5 tahun meningkat dengan baik sesuai dengan
harapan. Hal ini terbukti dengan dari banyaknya anak yang sudah
menguasai butir-butir instrumen.
b. Permainan ular tangga tidak hanya meningkatkan kemampuan
berhitung, tetapi banyak meningkatkan berbagai perkembangan lain.
Perkembangan itu meliputi perkembangan motorik anak,
perembangan sosial emosianal anak, perkembangan kognitif anak.
c. Penerapan permainan ular tangga ini dilakukan dengan beberapa
langkah-langkah yang membantu anak mengembangkan atau
meningkatkan banyak perkembangan. Sehingga dari satu permainan
yang anak mainkan banyak perkembangan lain yang anak dapat.
Permainan ular tangga ini juga membuat anak lebih bersemangat dan
termotivasi dalam belajar.
G. Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Saat penelitian terdapat anak yang sulit untuk menunggu gilirannya
bermaina, sehingga membuat permainan tidak kondusif
138
b. Saat penelitian terdapat anak yang tidak hadir, sehingga anak tersebut
tidak dapat mengikuti rangkaian kegiatan
c. Saat penelitian ada anak yang terkadang lupa mereka berada di kotak
nomer berapa.
139
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain ular tangga dapat meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun pada kelompok A PAUD Dahlia.
Dengan dilakukannya kegiatan bermain ular tangga ini kemampuan berhitung
anak usia 4 – 5 tahun, kemampuan membilang benda, mengenal lambang bilangan
1 – 10, menyebutkan lambang bilangan 1 – 10, mengenal konsep bilangan,
mencocokan bilangan dengan lambang bilangan dapat meningkat dengan
melakukan kegiatan bermain ular tangga. Peningkatan dapat terlihat dari
presentase pra tindakan dengan rata-rata 31,5% setelah dilakukan tindakan yaitu
pada siklus I meningkat dengan rata-rata presentase 51,1%. Dengan adanya
peningkatan pada siklus I hasil tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan
tindakan yang telah ditetapkan yaitu 75% dan hasil presentase pada siklus II rata-
rata keberhasilan meningkat menjadi 85%.
Peningkatan ini dilihat dari kemampuan anak dalam membilang benda,
mengenal lambang bilangan 1 – 10, menyebutkan lambang bilangan 1 – 10,
mengenal konsep bilangan, dan mencocokan bilangan 1 – 10. Penerapan yang
dilakukan yaitu dengan bermain ular tangga pada siklus I dengan anak bermain
secara berkelompok dan memainkan permainan ular tangga dengan bergiliran dan
anak menggunakan pion untuk memainkannya sampai mencapai garis finish anak
melewati kotak yang berisikan angka-angka sambil peneliti menilai seberapa
banyak peningkatan kemampuan berhitung anak pada setiap indikator. Anak yang
kesulitan dalam kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan
melalui permainan ular tangga. Implikasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan berhitungn anak usia 4 – 5 tahun pada anak kelompok
A. Mengingat pentingnya kemampuan berhitung anak usia 4 – 5 tahun maka dari
itu dilakukan metode yang menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan
140
berhitung anak usia 4 – 5 tahun melalui permainan ular tangga. Meningkatkan
juga kemampuan anak yang lainnya seperti kemampuan sosial emosianal dan
kemampuan motorik halusnya berkembang serta membangun motivasi dan minat
anak dalam belajar dan menciptakan suasana aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran.
B. Saran
Setelah mengetahui kesimpulan berhitung anak usia 4 – 5 tahun melalui
permainan ular tangga, maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Diharapkan agar permainan ular tangga dipakai dalam pembelajaran
berhitung anak, dan guru dapat mengembangkannya lagi.
b. Guru hendaknya memperhatikan memperhatikan atau membimbing dan
memotivasi anak baik secara individual maupun kelompok dilaksanakan
dengan penuh kesabaran.
c. Kreativitas guru dalam mengembangkan APE sebagai media
pembelajaran perlu ditingkatkan dari waktu ke waktu.
2. Bagi kepala sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru agar mempunyai inovasi
baru atau cara yang lebih kretif dalam belajar dan pembelajaran terutama
dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak.
b. Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam dalam pembelajaran
di sekolah menggunakan media atau alat permainan yang lebih kreatif.
3. Bagi peneliti lain
Diharapka peneliti selanjutnya menggunakan permainan ular tangga yang
berbeda atau menggunakan permainan ular tangga yang lebih bervariasi.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan hasil dari
penelitian ini sehingga penelitian ini dapat menjadi lebih bermanfaat bagi
Pendidikan Anak Usia Dini.
141
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa. Y SD, Gunarsa. DS. Psikologi perkembangan anak dan remaja, Jakarta:
PT BPK Gedung mulia; 200
Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Prenada Media; 2010
Aisyah, Siti. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka; 2016
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya; 2012
Sujiono, Yuliani Nurani. Metode Pengembangan Kognitif, Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2015
Rahman, Taopik. Peningkatan Kemampuan Anak Usia Dini Mengenal Konsep
Bilangan Melalui Media Flashcard, Vol. 1 No. 1 Juni 2017
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group; 2014
Cholila, Lili. Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak 4-5 Tahun Melalui
Kegiatan Bermain Ular Tangga, (Jakarta: Skripsi; 2012
Riana, Nancy. Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Bermain
Monopoli Penelitian Tindakan Di SDN Palmerah 03 Pagi Jakarta Barat, 2014,
Universitas Singaperbangsa Karawang, Jakarta, 2014
Imani Khan, Rosa. Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui
Permainan Bowling Kaleng, Vol. 10, Januari 2016
Suryana, Dadan. Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak, Jakarta: Kencana; 2016
Jasni, Meningkatkan Kemampuan berhitung Melalui Media Permainan Ular
Tangga di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Singkil Kabupaten Aceh
Singkil, Jurnal Media Inovasi Edukasi Vol 04, No 13. 13 April 2018
142
Novianti, Ria. Pengembangan Permainan Roda Putar Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Angka Anak Usia 5-6 Tahun, Educhil Vol. 4, No. 1, 2015
Depdiknas, Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional; 2007
Sukmawati, Wati. Penerapan Permainan Ular Tangga Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Pada Anak Kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal 85
Legoso Ciputat Timur, Istiqra, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 5, No 2 Desember
2017
Mushlih, Ahmad dkk., Analisis Kebijakan PAUD, (Jawa Tengah: Mangku Bumi;
2018
Sri Tatminingsih & Tadkiroatun Musfiroh. Bermain dan Permainan Anak,
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka; 2016
Nurani, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta Barat:
Permata Puri Media; 2013
Jawati, Ramaikis. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan
Ludo Geometri di Paud Habilul Ummi II, Vol. 1, No 1, April 2013
Syamsiatin, Eriva. Bermain dan Permainan AUD, Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka; 2017
Tedjasaputra, Mayke, S. Bermain Mainan dan Permainan, Jakarta: PT Grasindo;
2007
Tilong, Adi D. 49 Aktivitas Pendongkrak Kinerja Otak Kanan & Kiri Anak
Yogyakarta: Laksana; 2016
Ismayani, Ani. Fun Math With Children Jakarta: PT Elex Media Komputindo;
2010
Widayati, Ani Penelitian Tindakan Kelas, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia
Vol. VI No. 1, 2008
143
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Jogjakarta: DIVA Press; 2011
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prestasi
Pustakarya; 2012
Azizatun, Zetty. Urgensi Penelitian Tindakan Kelas Bagi Peningkatan
Profesionalitas Guru Antara Cita dan Fakta, Realita Vol. 15 No. 2, Tahun 2017
Ekawarna, Penelitain Tindakan Kelas, Jakarta: GP Pres; 2010
Widayati, Ani. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. VI No. 1, Tahun 2008
Afandi, Muhamad. Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Dalam
Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol. 1 No. 1
Januari 2014
Dedi Dwitagama, & Wijaya Kusuma. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: Indeks, 2011
Murti, Hestiana. Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Anak Kelas 1 Melalui
Permainan Ular Tangga Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Wahyu Cibubur Jakarta Timur, Jakarta, 2015
Yoelianasari, Irna. Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia 4 – 5 Tahun Dengan
Kegiatan Bermain Kartu Angka, Jakarta, 2017
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta;
2012
Sukmaditana, Nana Syaodih. Metode Penelitian Tindakan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya; 2010
Mertier, Craig A. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta Barat: PT Indeks; 2014
Madya, Suwarsih. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan, Bandung: Alfabeta;
2007
144
Wahyu Utami, Made. Model Icm untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa pada
Pembelajaran IPA , Jurnal Pendidikan Guru SD, Universitas Negri Yogyakarta,
Edisi 8, 2016
Tampubolon, Saur. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Erlangga, 2014
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,
PT.Rineka Cipta, 2002
Dedi Dwitagama & Wijaya Kusumah, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta PT.Indeks, 2012
Lampiran 1
Dokumentasi Kemampuan Berhitung Anak Usia 4 – 5 Tahun
1. Membilang Benda 1 – 10
Anak membilang benda dari 1 – 10 menggunakan crayon
Anak membilang benda dari 1 – 10 menggunakan gelas berwarna
2. Mengenal Konsep Bilangan
Anak membandingkan jumlah sepidol dan jumlah tempat pensil berdasakan jumlah
bukan berdasakan besarnya benda
Anak membandingkan jumlah gelas yang ditumpuk dengan gelas yang disejajarkan
berdasakan jumlah bukan berdasarkan besarnya benda
Anak menghubungkan gambar benda yang berbeda disambungkan dengan jumlah
yang sama banyaknya
3. Mengenal Lambang Bilangan 1 – 10
Anak sedang bermain ular tangga sambil belajar mengenal bilangan pada setiap angka
di dalam kotak permain ular tangga
4. Menyebutkan Lambang Bilangan 1 – 10
Anak sedang bermain ular tangga sambil meyebutkan lambang bilangan yang ada di
permainan ular tangga dan di atas papan tulis
5. Mencocokan Bilangan Dengan Lambang Bilangan
Anak sedang mencocokan bilangan dengan lambang bilangan menggunakan lembar
kerja
Lam
pir
an 2
HA
SIL
PE
NIL
AIA
N I
NT
RU
ME
N P
RA
PE
NE
LIT
IAN
K
em
am
puan B
erh
itung A
nak
Usi
a 4
- 5
Tahun
KE
MA
MP
UA
N B
ER
HIT
UN
G A
NA
K U
SIA
4 -
5 T
AH
UN
12
34
5
1Z
A1
11
11
5R
endah
25
Ren
dah
2Z
A1
11
11
5R
endah
25
Ren
dah
3A
SP
22
22
210
Ren
dah
50
Ren
dah
4L
F2
11
11
6R
endah
30
Ren
dah
5S
RA
11
12
16
Ren
dah
30
Ren
dah
6JI
11
11
15
Ren
dah
25
Ren
dah
7R
G2
11
12
7R
endah
35
Ren
dah
8K
HJ
11
21
16
Ren
dah
30
Ren
dah
9C
BP
21
11
16
Ren
dah
30
Ren
dah
10
HF
11
22
17
Ren
dah
35
Ren
dah
63
315
Rat
a-R
ata
6,3
31,5
Ket
eran
gan
Nam
a
Buti
r In
dik
ato
r Σ
Ket
%K
ate
gori
ZK
No
Lam
pir
an 3
KE
MA
MP
UA
N B
ER
HIT
UN
G A
NA
K U
SIA
4 -
5 T
AH
UN
12
34
5
1Z
A1
11
22
7R
endah
35
Ren
dah
2Z
A1
21
22
8R
endah
40
Ren
dah
3A
SP
32
33
314
Ren
dah
70
Ren
dah
4L
F3
21
23
11
Ren
dah
55
Ren
dah
5S
RA
21
23
210
Ren
dah
50
Ren
dah
6JI
21
12
28
Ren
dah
40
Ren
dah
7R
G3
22
33
13
Ren
dah
65
Ren
dah
8K
HJ
21
32
210
Ren
dah
50
Ren
dah
9C
BP
31
12
310
Ren
dah
50
Ren
dah
10
HF
22
32
312
Ren
dah
60
Ren
dah
103
515
10,3
51,5
Ket
eran
gan
Tid
ak T
unta
sT
idak
Tun
tas
PE
NIL
AIA
N I
NT
RU
ME
N S
IKL
US
I
%K
ate
gori
No
Nam
aΣ
Buti
r in
dik
ato
rK
et
Lampiran 4
PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SIKLUS I
BSB (4) BSH(3) MB(2) BB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 1
2 anak mampu mengenal konsep blangan 1
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 1
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 2
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 1
2anak mampu mengenal konsep blangan
2
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 1
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 2
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 2
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 3
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 3
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 3
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : ASP
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
Nama : ZA
Tempat : PAUD Dahlia
Aspek PenilaianNo Indikator
Nama : ZA
Tempat : PAUD Dahlia
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 2
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 1
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 2
2 anak mampu mengenal konsep blangan 1
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 2
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 3
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 2
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 2
2 anak mampu mengenal konsep blangan 1
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 1
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 2
Nama : JI
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : SRA
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : LF
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 2
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 2
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 3
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 2
2 anak mampu mengenal konsep blangan 1
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 3
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 2
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 1
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 1
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 3
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : RG
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : CBP
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : KHJ
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 2
2 anak mampu mengenal konsep blangan 2
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan 3
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 2
5
Anak mampu mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 3
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1. (BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : HF
Tempat : PAUD Dahlia
La
mp
ira
n 5
12
34
5
1Z
A3
33
33
15
tingg
i 75
tingg
i
2Z
A3
33
43
16
tunt
as
80
tunt
as
3A
SP
44
44
319
tingg
i 95
tingg
i
4L
F4
34
33
17
tingg
i 85
tingg
i
5S
RA
43
34
317
tingg
i 85
tingg
i
6JI
43
44
318
tunt
as
90
tunt
as
7R
G3
34
43
17
tingg
i 85
tingg
i
8K
HJ
43
34
317
tingg
i 85
tingg
i
9C
BP
33
34
316
tingg
i 80
tingg
i
10
HF
43
44
318
tunt
as
90
tunt
as
ZK
170
850
Rat
a-R
ata
17
85
Ket
eran
gan
tunt
as
tunt
as
%B
uti
r in
dik
ato
rK
ate
go
riN o
Na
ma
ΣK
et
PE
NIL
AIA
N I
NT
RU
ME
N P
EN
EL
ITIA
N S
IKL
US
2
KE
MA
MP
UA
N B
ER
HIT
UN
G A
NA
K U
SIA
4 -
5 T
AH
UN
Lampiran 6
PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SIKLUS II
BSB (4) BSH(3) MB(2) BB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan3
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 3
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep bilangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan3
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 4
2 anak mampu mengenal konsep blangan 4
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan4
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 4
Nama : ASP
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : ZA
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : ZA
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 4
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan4 1
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 3
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 4
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3Anak mampu mengenal lambang bilangan
3
4
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5
Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 4
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan4
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
Nama : JI
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : SRA
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : LF
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan4
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 4
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan3
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 3
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan3
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
Nama : CBP
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : KHJ
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
Nama : RG
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
BSB (4) BSH(3) BB(2) MB(1)
1 Anak mampu membilang benda 1 - 10 4
2 anak mampu mengenal konsep blangan 3
3 Anak mampu mengenal lambang bilangan4
4Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 - 10 4
5Anak mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan 3
Nama : HF
Tempat : PAUD Dahlia
Keterangan: 4. (BSB) 3. (BSH) 2. (MB) 1.(BB)
No IndikatorAspek Penilaian
SURAT KETERANGAN VALIDASI INSTRUMEN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Miratul Hayati, M.Pd
Telah meneliti dan memeriksa validitasi instrumen keterampilan motorik halus dalam
penelitian yang berjudul, “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA
4 – 5 TAHUN DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI PAUD DAHLIA
(Penelitian Tindakan di PIAUD Dahlia, Bekasi)”
Yang dibuat oleh:
Nama : Puspa Ayu Melodyana
NIM : 11140184000021
Program Studi : S1 /Pendidikan Anak Usia Dini
Angkatan : 2014
Berdasarkan hasil pemeriksaan validitas ini, menyatakan bahwa instrumen tersebut valid.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 12 September 2018
Penilai Ahli,
Miratul Hayati, M.Pd
Lampiran 8
Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Berhitung
Anak Usia 4 – 5 Tahun.
Berhitung Anak
Usia 4 – 5 Tahun
Indikator No Butir Jumlah
butir
Membilang benda 1 – 10 1 5
Mengenal konsep bilangan 2
Mengenal lambang bilangan 3
Menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10
4
Mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan
5
Table 3.7
Instrumen Penilaian
No Indikator 1
BB
2
MB
3
BSH
4
BSB
1. Membilang benda 1 – 10
2. Mengenal konsep bilangan
3. Mengenal lambang bilangan
4. Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10
5. Mencocokan bilangan dengan lambang
bilangan
Keterangan:
BB = Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
Table 3.8
Rubrik penilaian kemampuan berhitung permulaan permulaan
Indicator Skor Deskripsi
Membilang
benda 1 – 10
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum bisa membilang benda 1 – 10
Anak mulai bisa membilang benda 1 – 5
Anak mulai bisa membilang benda 1 – 10
tanpa bantuan
Anak sudah lancar membilang benda 1 –
10 tanpa bantuan
Mengenal
konsep bilangan
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum mampu mengenal kosep
bilangan
Anak mulai mampu mengenal konsep
bilangan dengan bantuan
Anak sudah mulai mampu mengenal
konsep bilangan tanpa bantuan
Anak sudah mampu mengenal konsep
bilangan 1 – 10 dengan lancar
Mengenal
lambang
bilangan
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum mengenal lambang bilangan
Anak mulai bisa mengenal lambang
bilangan 1 – 5
Anak sudah mulai mengenal lambang
bilangan 1 – 10 tanpa bantuan
Anak sudah sangat mengenal lambang
bilangan 1 – 10 tanpa bantuan dengan
lancar
Menyebutkan
lambang
bilangan 1 – 10
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum bisa menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10
Anak sudah mulai bisa menyebutkan
lambang bilangan 1 – 5
Anak mulai bisa menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10
Anak mampu menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10 dengan lancar
Mencocokan
bilangan dengan
lambang
bilangan
BB
MB
BSH
BSB
Anak belum mampu mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan.
Anak mulai bisa mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan dengan bantuan
Anak mulai bisa mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan tanpa bantuan
Anak sudah lancar mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan tanpa bantuan
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/15
Hari/Tanggal : Selasa/ 13 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema/Sub-sub Tema : Alam Semesta/Air/Air Sungai
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Lagu
3. Mendengarkan cerita tentang air, terutama tentang air sungai
4. Anak menyebutkan kegunaan air bagi kehidupan dan menghubungkan gambar
5. Anak menebalkan huruf A pada tulisan sungai
6. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar kerja berupa gambar alam
2. Alat tulis
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang alam
4. Berdiskusi tentang air
5. Berdiskusi tentang air sungai
6. Berdiskusi tentang permainan ular tangga
B. INTI (60 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Apa saja kegunaan air
Apa saja jenis air pada alam
3. Anak menghubungkan gambar alam
4. Anak menebalkan huruf A pada tulisan sungai
5. Anak mengumpulkan informasi
6. Anak menalar
Anak mengingat apa saja kegunaan air
Anak paham kegunaan air bagi kehidupan
7. Anak mengkomunikasikan
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang kegunaan air
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (30 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga
3. Bermain permainan ular tangga
4. Bermain konsep bilangan
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Selasa, 13 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/15
Hari/Tanggal : Rabu/14 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema/Sub-sub Tema : Alam Semesta/Air/Air laut
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Lagu
3. Mendengarkan cerita tentang air, terutama tentang laut
4. Anak membuat kolase gambar laut
5. Anak menghitung jumlah ikan hasil pancingan
6. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar kerja berupa gambar ikan dan laut
2. Potongan-potongan kertas origami
3. lem
4. Alat tulis
5. Ikan mainan yang terbuat dari origami
6. Benang dan kadus sebagai pancingan
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang alam
4. Berdiskusi tentang laut
5. Berdiskusi tentang ikan di laut
6. Berdiskusi tentang permainan ular tangga
B. INTI (60 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Apa saja hewan yang hidup di dalam air laut
3. Anak membuat kolase gambar laut
4. Anak mewarnai gambar ikan di dalam laut
5. Anak menghitung jumlah ikan hasil pancingan
6. Anak menalar
Anak mengingat apa saja kegunaan air
Anak paham kegunaan air bagi kehidupan
7. Anak mengkomunikasikan
Anak menghitung jumlah ikan
Anak menyebutkan hewan yang hidup di laut
Anak bermain ular tangga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang air laut dan seisinya
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (30 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga
3. Bermain permainan ular tangga
4. Menanyakan angka bilangan
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Rabu, 14 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/15
Hari/Tanggal : Kamis/15 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema/Sub-sub Tema : Alam Semesta/Air/Hujan
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Lagu tik-tik bunyi hujan
3. Mendengarkan cerita tentang air, terutama tentang air hujan
4. Anak menghitung jumlah rintikan hujan pada gambar dipapan tulis
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Gambar
2. Alat tulis
3. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang alam
4. Berdiskusi tentang air hujan
5. Berdiskusi tentang proses terjadinya air hujan
6. Berdiskusi tentang permainan ular tangga
B. INTI (60 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Bagaimana air hujan bisa turun
3. Anak menghitung jumlkah rintikan hujan
4. Anak menalar
Anak mengingat proses terjadinya ahujan
Anak paham air hujan adalah proses alam
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menghitung jumlah rintik hujan
Anak bermain ular tangga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang air hujan
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (30 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga
3. Bermain permainan ular tangga
4. Membilang menda menggunakan Crayon
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Kamis, 15 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/15
Hari/Tanggal : Jum’at/16 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Alam Semesta (Air)
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Senam
3. Guru bercerita tentang segala hal tentang air
4. Mewarnai buku gambar
5. Anak menunjukan manakah zebra, gajah, dan kuda dengan ,menuliskan angka 1 pada
gambar zebra, angka 2 pada gambar gajah, dan angka 3 pada gambar kuda
(keterangan: zebra, gajah, kuda sedang minum air)
6. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Buku Gambar
2. Alat tulis
3. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang alam
4. Berdiskusi tentang segala kegunaan air
5. Berdiskusi tentang permainan ular tangga
B. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Kegunaan air
Macam-macam air
3. Anak mewarnai buku gambar
4. Anak menalar
Anak paham kegunaan air atau manfaat air
Anak mengingat macam-macam air
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menjelaskan kembali kegunaan air
Anak menyebutkan kembali macam-macam air
Anak bermain ular tangga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang air
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga
3. Bermain permainan ular tangga
4. Membilang menda menggunakan Crayon
5. Menghubungkan bilangan dengan lambang bilangan
6. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
7. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Jum’at, 16 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/16
Hari/Tanggal : Senin/19 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema/Sub-sub Tema : Alam Semesta (Tanah) (Tanah sawah)
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Guru bercerita segala hal tentang tanah, terutama tanah sawah
3. Anak menirukan gerakan petani menanam padi
4. Anak mewarnai gambar sawah dan pegunungan
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Buku Gambar
2. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi cangkul yang dalam
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang tanah
4. Berdiskusi manfaat dari tanah
B. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Manfaat tanah
Macam-macam tanah
3. Anak mengumpulkan informasi
4. Anak menalar
Anak paham manfaat tanah
Anak paham cara menanam padi
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menjelaskan kembali kegunaan tanah
Anak menceritakan kembali bagaimana menanam padi
Anak bermain ular tanngga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang tanah dan menanam padi
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Bermain permainan ular tangga
3. Mengenal konsep bilangan
4. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
5. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Senin, 19 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/16
Hari/Tanggal : Rabu/21 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Alam Semesta (Tanah)
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Anak bernyanyi
3. Guru bercerita segala hal tentang tanah, terutama tanah untuk tempat menanam
4. Anak berlatih menanam biji kacang hijau
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Aqua gelas
2. Kapas
3. Kacang hijau
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi menanam jagung
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang tanah
4. Guru bercerita segala hal tentang tanah, terutama kegunaan tanah untuk tanaman
B. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Manfaat tanah
Macam-macam tanah
3. Anak berlatih menanam biji kacang ijo
4. Anak menalar
Anak paham manfaat tanah
Anak mengingat macam-macam tanah
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menjelaskan kembali kegunaan tanah
Anak menceritakan kembali bagaimana menanam kacang hijau
Anak bermain ular tanngga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang tanah
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga menggunakan metode yang sedikit berbeda
3. Bermain permainan ular tangga
4. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
5. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Rabu, 21 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/16
Hari/Tanggal : Kamis/22 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Alam Semesta (Pengunungan)
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Anak bernyanyi naik-naik ke puncak gunung
3. Guru bercerita segala hal tentang gunung atau pegunungan
4. Anak mewarnai gambar pegunungan
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar kerja gambar pegunungan
2. Pensil warna
3. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi naik-naik kepuncak gunung
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang pegunungan
4. Guru bercerita segala hal tentang tanah, terutama tanah di pegunungan
B. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Apa saja yang ada di pegunungan
Jenis-jenis gunung atau nama gunung
3. Anak mewarnai gambar pegunungan
4. Anak menalar
Anak paham tentang pegunungan
Anak mengingat jenis gunung
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menceritakan kembali tentang pegunungan
Anak menyebutkan jenis gunung
Anak bermain ular tanngga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang pegunungan
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga menggunakan metode yang sedikit berbeda
3. Bermain permainan ular tangga
4. Membilang benda menggunakan Crayon
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Kamis, 22 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/16
Hari/Tanggal : Jumat/23 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Alam Semesta (Tanah Pekarangan Rumah)
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Anak bernyanyi lihat kebunku
3. Guru bercerita segala hal tentang tanah terutama tanah pekarangan rumah
4. Anak membuat pagar halaman dengan menyambungkan stik es krim
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Stil es krim
2. Lem
3. Kertas
4. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Bernyanyi lihat kebunku
2. Do’a sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang tanah dipekarangan rumah
4. Guru bercerita segala hal tentang tanah, terutama kegunaan tanah untuk tanaman
D. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Apa saja tanaman yang dapat ditanam di tanah pekarangan rumah
Bagaimana cara menanam tanaman di pekarangan rumah
3. Anak membuat pagar pekarangan rumah menggunakan stik es krim
4. Anak menalar
Anak paham tentang menanam tanaman
Anak mengingat jenis tanaman yang dapat ditanam di pekarangan rumah
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menceritakan kembali tentang tanaman apa saja yang dapat ditanam di
pekarangan rumah
Anak menceritakan kembali cara menanam bunga di pekarangan rumah
Anak bermain ular tanngga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang pegunungan
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
B. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Menjelaskan permainan ular tangga menggunakan metode yang sedikit berbeda
3. Bermain permainan ular tangga
4. Membilang benda menggunakan Crayon
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Jumat, 22 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/17
Hari/Tanggal : Senin/26 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Alam Semesta (Udara)
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Guru bercerita segala hal tentang udrara dan manfaatnya
3. Anak menebalkan tulisan “udara untuk bernafas”
4. Anak tanya jawab mengenai udara
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar kerja
2. Alat tulis
3. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Do’a sebelum belajar
2. Berdiskusi tentang udara
3. Tanya jawab tentang udara
B. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Apa saja manfaat udara
Bagaimana jika tidak ada udara
3. Anak memebalkan tulisan “udara untuk bernafas”
4. Anak menalar
Anak paham tentang udara
Anak paham manfaat udara bagi kehidupan
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menceritakan kembali tentang udara
Anak bermain ular tanngga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang pegunungan
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Bermain permainan ular tangga
3. Membilang benda menggunakan gelas warna-warni
4. Mengenal konsep bilangan
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Senin, 26 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/bulan/minggu ke : 1/November/17
Hari/Tanggal : Selasa/27 November 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema/Sub Tema : Alam Semesta/Udara/Udara Gunung
MATERI DALAM KEGIATAN
1. Berdoa sesudah dan sebelum belajar
2. Guru bercerita segala hal tentang udrara dan manfaatnya
3. Anak menghubungkan gambar dan tulisan dengan garis
4. Anak tanya jawab mengenai udara
5. Bermain ular tangga
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN
1. Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
2. Mengucapkan salam
3. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar dan mengenal SOP pembukaan
4. Membereskan media atau alat tulis setelah digunakan
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar kerja
2. Alat tulis
3. Permainan ular tangga
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
1. Do’a sebelum belajar
2. Berdiskusi tentang udara
3. Tanya jawab tentang udara
B. INTI (50 Menit)
1. Anak mengamati
2. Anak bertanya
Apa saja manfaat udara
Mengapa udara di gunung lebih sejuk
3. Anak menghunungkan gambar dengan tulisan
4. Anak menalar
Anak paham tentang udara
Anak paham mengapa udara di pegunungan lebih sejuk
5. Anak mengkomunikasikan
Anak menceritakan kembali tentang udara
Anak bermain ular tanngga
RECALLING :
1. Menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang pegunungan
3. Menguatkan konsep tentang ular tangga
C. PENUTUP (40 Menit)
1. Menanyakan perasaan tentang hari ini
2. Bermain permainan ular tangga
3. Membilang benda menggunakan gelas warna-warni
4. Mengenal konsep bilangan
5. Menanyakan kesan pesan tentang permainan ular tangga
6. Berdo’a setelah belajar
Mengetahui, Selasa, 27 November 2018
Kepala PAUD Dahlia Guru Kelas
Nyai Maesaroh Puspa Ayu Melodyana