peningkatan kemampuan menulis angka 1 s
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ANGKA 1 s/d 5 DENGAN
MENGGUNAKAN TITIK KUNCI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG
KELAS 2 DI SLB C BINA ASIH CIANJUR
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk
mencapai perubahan tingkah laku anak didik agar sesuai dengan yang diharapkan.
Sekolah Luar Biasa merupakan salah satu lembaga penyelenggaraan
pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, yang mengembangkan potensi
siswa pada aspek kognitif, apektif, dan psikomotor. Setiap warga negara pada
prinsipnya berhak memperoleh pendidikan. Hal ini telah dirumuskan secara jelas
di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 5
ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.
2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental, emosi, intelektual dan
sosial berhak memperoleh pendidikan.
Setiap siswa berhak memperoleh pendidikan, namun dalam kondisi
obyektif tampak jelas bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dalam kemampuan
intelektual, fisik, latar belakang, keluarga, kebiasaan, serta pendekatan belajar
sehingga mengalami permasalahan yang berbeda-beda dalam mengikuti proses
belajar.
Anak tunagrahita secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata sedemikian rupa
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun
sosial, sehingga memerlukan pendidikan dan pelayanan secara khusus dalam
mengikuti proses belajar. Kesulitan ini sebagai dampak dari tidak dikuasainya
keterampilan pra-syarat yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan
berhitung (calistung). Permasalahan yang sering muncul khususnya bagi anak
tunagrahita sedang kelas D.2 adalah kesulitan belajar membaca dan menulis.
Menulis permulaan merupakan bagian terpenting dari pelajaran Bahasa Indonesia
di kelas D.2, bahkan dapat dikatakan merupakan pelajaran yang paling dominan.
Istilah menulis berasal dari kata tulis, menulis mempunyai pengertian
diantaranya: (1) membuat huruf (2) melahirkan pikiran atau perasaan. Menurut
Lerner (1985:413, dalam Abdurrahman (1999:224) mengemukakan bahwa
menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Menulis adalah
suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata
secara terintegrasi. Tarigan (1994:21) mendefinisikan menulis adalah melukiskan
lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun oran
lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Poteet
(1984:239), berpendapat menulis merupakan penggambaran visual tentang
pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa
untuk keperluan komunikasi atau mencatat.
Berdasarkan definisi tentang menulis yang telah dikemukakan tersebut,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
2. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide.
3. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat.
Keterampilan menulis tangan merupakan pra-syarat bagi upaya belajar
berbagai bidang studi yang lainnya. Kesulitan belajar menulis bisa terjadi karena
ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf, atau simbol-simbol dalam
matematika.( Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd,
1985:237) dalam Abdurrahman (1999:227).
Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa indonesia di sekolah yang
memegang peranan penting ialah pelajaran membaca dan menulis. Tanpa
memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai sejak dini, anak akan
mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Kemampuan membaca dan menulis
menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa indonesia, juga untuk
pengajaran yang lainnya. Permasalahan yang sering muncul khususnya bagi anak
tunagrahita sedang kelas D.2 adalah kesulitan membaca dan menulis.
Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan,
tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga berkaitan erat dengan
pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara. Keterampilan menulis tangan
merupakan keterampilan pra syarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang
lain.
Subyek dalam penelitian ini sebanyak dua orang siswa anak tunagrahita
sedang (IQ dan DW) yang duduk di kelas D.2, siswa tersebut mengalami
kesulitan terutama dalam menulis. Hal ini terlihat dalam proses belajar di kelas,
mereka belum bisa menulis angka 1 sampai 5 secara mandiri, meskipun
kemampuan menulis dalam menebalkan angka 1 sampai dengan 5 sudah mampu,.
Maka dari itu apabila siswa tersebut diberikan suatu teknik dengan memberikan
titik kunci sebagai perantara dari kemampuan menebalkan angka ke kemampuan
menulis secara mandiri.
sehubungan dengan permasalahan ke dua subyek di atas, maka penulis
akan meneliti penggunaan teknik titik kunci untuk diterapkan kepada anak
tunagrahita sedang kelas D.2 dalam menulis angka dari 1 sampai dengan 5.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh teknik
titik kunci peningkatan kemampuan menulis anka 1 s/d 5 anak tunagrahita sedang
kelas 2 SDLB.?
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kemampuan awal menulis anka 1 s/d 5 anak tunagrahita sedang
kelas D.2 sebelum diberikan intervensi.
b. Mengetahui kemampuan menulis permulaan anak tuangrahita sedang kelas
D.2 setelah mendapat intervensi berupa teknik titik kunci.
c. Mengetahui pengaruh penggunaan teknik titik kunci terhadap kemampuan
menulis anka 1 s/d 5 anak tunagrahita sedang kelas D.2
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini yaitu:
a. Sebagai sarana yang dapat digunakan oleh guru SLB dalam memilih teknik
yang tepat, untuk memberikan pelajaran menulis anka 1 s/d 5 pada anak
tunagrahita sedang kelas D.2.
b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis
permulaan pada anak tunagrahita sedang kelas D.2 di SLB C Bina Asih
Cianjur.
Pengertian Menulis Permulaan
Definisi menulis menurut Lerner (1985:413), dalam Mulyono Abdurrahman,
(2003:224) mengemukakan bahwa “ menulis adalah menuangkan ide ke dalam
bentuk visual”. Menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk symbol
gambar. Menulis adalah suatu aktifitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan,
tangan , jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga berkaitan erat dengan
pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara.
Tarigan (1994:21) mendefinisikan menulis adalah melukiskan lambang-
lambang grafik dari bahasa yang dipahami oleh penulis maupun orang lain yang
menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.
Poteet, (1994:239) berpendapat bahwa menulis merupakan penggambaran
visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol
sistem bahasa untuk keperluan komunikasi atau mencatat.
Menurut beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa:
1) Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi;
2) Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan dan ide ke dalam bentuk
lambang atau simbol bahasa secara grafis; dan
3) Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi secara tidak
langsung.
Keterampilan menulis merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai
bidang studi yang lain, bukan hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia saja.
Konsep Mengenai Tulisan Tangan
Rea Reason dan Rene Boote (1994) mengemukakan konsep tulisan
sebagai berikut:
1) Tarikan garis dalam membuat huruf dimulai dari atas
2) Huruf mempunyai tubuh yang berdiri di atas garis
3) Semua huruf berdiri di atas garis, tetapi beberapa huruf mempunyai ekor yang
menggantung di bawahnya. Huruf tersebut ialah: g, j, p, q, y.
4) Beberapa huruf mempunyai antena yang berdiri di atas tubuh, huruf tersebut
ialah huruf b, d, k, dan l.
5) Huruf besar berdiri di atas garis
6) Beberapa huruf besar mempunyai bentuk Sama’ dengan huruf kecil tetapi
lebih tinggi dan berdiri di atas garis. Misalnya: Cc, Ff, Oo, Pp dan Ss.
Berdasarkan konsep di atas, sebaiknya guru atau orang tua mengajarkan
anak pada awal anak belajar menulis sesering mungkin agar anak paham
bagaimana Cara menulis yang baik dan benar. Karena pada umumnya anak
mengalami kesulitan dalam menulis yang tidak sesuai dengan konsep tulisan
tangan yang baik dan benar.
Kesulitan belajar Menulis Permulaan
Lerner (1985:402) dalam Abdurrahman (2003:227) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kamampuan anak dalam menulis
permulaan, yaitu:
1. Motorik
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami
gangguan akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas,
terputus-putus atau tidak mengikuti garis.
2. Perilaku
Perilaku yang dimaksud ialah perilaku hiperaktif dan gangguan perhatian.
Anak tersebut mengalami gangguan perhatian dan terlambat dalam
menyelesaikan pekerjaan menulisnya.
3. Persepsi
Gangguan persepsi dapat berpengaruh terhadap belajar menulis permulaan.
Jika persepsi visualnya terganggu, maka anak akan sulit membedakan huruf
yang hampir mirip seperti huruf d dengan b, P dengan q, h dengan w. Jika
persepsi auditorisnya terganggu, kemungkinan anak akan mengalami
kesulitan untuk menulis kata atau kalimat yang didikte.
4. Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kesulitan
belajar menulis permulaan, karena anak tidak mampu mengingat yang akan
ditulisnya. Jika gangguan menyangkut memori visual, maka anak mengalami
kesulitan untuk mengingat huruf atau kata. Sedangkan gangguan yang
menyangkut memori auditif, maka anak akan mengalami kesulitan dalam
menulis huruf atau kata yang baru diucapkan guru.
5. Kemampuan melakukan cross modal
Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan
mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.
Ketidakmampuan di bidang ini dapat menyebabkan anak mengalami
gangguan koordinasi mata tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas,
terputus-putus dan tidak mengikuti garis.
6. Penggunaan tangan
Anak yang penggunaan tangan kirinya lebih dominan (Kidal) tulisannya
sering terbali-balik dan kotor.
7. Kemampuan memahami instruksi
8. Ketidakmampuan memahami intruksi dapat menyebabkan anak sering keliru
menuliskan kata yang sesuai dengan perintah guru.
Anak Tunagrahita
Pengertian
Istilah tunagrahita telah resmi digunakan di Indonesia sebagaimana tercantum
dalam peraturan pemerintah RI No. 72 tahun 1991. Sedangkan yang dimasksud
dengan anak tunagrahita menurut Amin (1995:11) adalah mereka yang
kecerdasannya berada di bawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang
cakap memikirkan hal-hal yang abstrak dan berbelit-belit. Mereka kurang atau
terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari, sebulan atau dua
bulan tetapi untuk selamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir
segala-galanya; lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi
bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang
bersifat teoritis.
Sedangkan pengnertian ketunagrahitaan menurut American Assotiation on
Mental deficiensy (1973) adalah;
“Mental retarded refers to significantly subaverage general intellectual fungtioning resulting in or associated in adaptive behavior and manifested during the development period”.
Pengertian di atas menggambarkan kondisi anak tunagrahita dengan
kecerdasannya yang rendah tidak mampu mengikuti pelajaran seperti yang
dipelajari anak-ana normal pada umumnya. Untuk mengembangkan
kemampuannya, mereka membutuhkan program pendidikan yang dimodifikasi
sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata lain, mereka membutuhkan layanan
pendidikan luar biasa supaya potensinya berkembang secara optimal.
Klasifikasi Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita meliputi berbagai tingkat/derajat dari yang ringan sampai
yang berat. Perbedaan mereka terdapat variasi yang sangat besar.
Menurut WHO (Amin, 1995:21) anak tunagarahita diklasifikasikan dalam empat
keolompok, yaitu tunagrahita ringan dengan tingkat IQ 50-70; tunagrahita sedang
dengan tingkat IQ 30-50, dan tunagrahita berat dengan tingkat IQ kurang dari 30.
Pada bagian lain, Amin (1995:19) menguraikan klasifikasi anak tunagrahita sesuai
dengan PP No. 72/1991 sebagai berikut:
a. Anak tunagrahita ringan termasuk anak yang memiliki kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun masih mempunyai kemampuan
b. untuk berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
c. Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat tanggunng jawab sosial, dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
d. Anak tunagrahita berat pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja sepanjang hidupnya. Mereka selalu bergantung pada bantuan dan perawatan orang lain.
Pengelompokan di atas sebagai uapaya untuk memudahkan guru dalam
membuat program dan melaksanakan layanan pendidikan luar biasa secara efektif
dan efisien.
Selain perlunya pengelompokan, para pendidik perlu memahami dan
mengenal karakteristik khusus yang dimiliki anak tunagrahita. Mengenai hal ini,
James (Suhaeri , 1997:25) menguraikan karakteristik anak tunagrahita sebagai
berikut:
1) Kecerdasan
Kapasitas belajar anak tunagrahita terbatas terutama untuk hal-hal yangn
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (Rote learning)
dari pada dengan pengertian.
2) Sosial
Pergaulan mereka tidak teratur, tidak dapat mengurus, memelihara dan
memimpin diri. Pada saat usia anak-anak harus dibantu secara terus menerus
seperti, disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggali pakaian, disingkirkan
dari bahaya, diawasi saat bermain dengan orang lain, bahkan harus terus
menerus diperingatkan apa yang harus dilakukannya.
3) Fungsi Mental
Mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Jangkauan
perhatiannya sangat terbatas dan cepat beralih pada hal lain sehingga kurang
tangguh dalam menghadapi tugas dan terkesan pelupa.
4) Motivasi dan emosi
Anak yang termasuk ke dalam kategori sangat berat hampir tidak
memperlihatkan motivasi untuk mempertahankan diri, kurang kuat dan
kurang banyak mempunyai karagaman. Mereka jarang sekali memiliki
imaginasi dan menghayati perasaan, begitu juga dengan tanggung jawab dan
hak sosial.
5) Organisme
Baik struktur maupun organisme pada anak normal sangat berbeda. Mereka
baru dapat berjalan dan bicara pada usia yang relatif lebih tua dari anak
normal pada umumnya.
Anak Tunagrahita Sedang
Pengertian
Anak tunagrahita sedang merupakan satu golongan anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan kecerdasan sedemikian rupa, sehingga untuk
mengembangkan kemampuannya dibutuhkan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan secara khusus, mereka memiliki kemampuan intelektual umum dan
adaptasi perilaku di bawah anak tunagrahita ringan, mereka dapat belajar
keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat
tanggung jawab sosial dan mencapai penyesuaian dengan bantuan, mereka
mampu memperoleh keterampilan mengurus diri, seperti berpakaian, makan,
menggunakan wc, melindungi diri dari bahaya, dapat belajar keterampilan dasar
akademis( membaca, menulis dan berhitung sederhana) dan bekerja dalam tempat
kerja yang terlindung di bawah pengawasan.
Menurut tabel American on Mental deficiency yang dikemukakan Heward dan
Orlansky (1988:99), anak tunagrahita ialah mereka yang mempunyai tingkat
kecerdasan atau IQ sekitar 50-60
Tabel 1
Level Intelegence tes score
Level Intelegence tes score
Mild
Moderat
Severe
Profound Below
50 - 55 approx 70 (+/-5)
35 - 40 to 50 – 55
30 – 25 to 35 - 40
20 - 25
AAMD (Heward dan Orlansky, 1988:99)
Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang meskipun memiliki kecerdasan dan adaptasinya
terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam
bidang akademik, penyesuaian sosial, kemampuan bekerja dan kemampuan untuk
mengurus diri, Menurut Amin dan Entang (1984:25), anak tunagrahita sedang
cenderung menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Karakteristik Mental
Mereka memiliki kecenderungan menjawab ulang respon terhadap pertanyaan
yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik, cenderung memiliki
kemampuan berpikir konkrit atau jelas, mereka tidak mampu mendeteksi
kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan, keterbatasan kemampuan dalam
penalarang dan visualisasi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
b. Karakteristik sosial emosional
Minat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang usia mentalnya sama
(MA) dibanding dengan usia kronologisnya (CA), mereka memiliki problem
sosial dan tingkah laku yang cenderung nakal dan susah diatur.
c. Karakteristik akademik
Kemampuan belajar mereka rata-rata rendah dan lambat, bagi mereka yang
tergolong sedang potensinya termasuk pada mampu latih, jadi mereka ini
biasanya mampu menyelesaikan pendidikannya setingkat kelas dua SD
umum.
Penggunaan Titik Kunci dalam menulis angka 1 s/d 5
Titik kunci merupakan teknik penyederhanaan dari teknik menebalkan
dalam menulis angka, karena berdasarkan temuan di kelas ke dua subjek yaitu
Alan dan Herlan apabila diberi tugas menebalkan rata-rata mereka dapat
menyelesaikannya dengan baik, tetapi jika di beri tugas untuk menulis langsung
angka mereka mengalami kesulitan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dengan teknik titik kunci
diharapkan akan dapat membantu anak dalam menulis angka 1 s/d 5 dengan baik
dan secara mandiri, selain titik kunci juga diberikan stimulus berupa instruksi
yang sudah di kenal oleh siswa.
Adapun titik kunci dan instruksi tersebut dapat diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 2
Tabel Titik Kunci
Angka Titik Kunci Instruksi
1 k Garis lurus seperti pagar
2 u Melengkung satu kali seperti kepala Bebek
3 l Melengkung dua kali seperti daun telinga
4 } Menyambungkan garis seperti kursi terbalik
5 p Garis lurus seperti pagar, melengkung di bawahnya dan
diberi topi di atasnya
Skema Pelaksanaan Penelitian
Metode Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan.
Menurut Sugiono (2010 : 75) yang dimaksud dengan eksperimen yaitu : “Metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Metode penelitian eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan tujuan
penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran langsung mengenai pengaruh
teknik titik kunci terhadap peningkatan kemampuan menulis anak tunagrahita
sedang.
Dalam penelitian ini rancangan eksperimen yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject Research), yaitu suatu metode
eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
melihat hasil ada tidaknya dampak yang akan terjadi dari suatu perlakuan yang
diberikan secara berulang-ulang.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian Single Subject
Research (SSR) adalah desain A-B-A di mana desain ini dapat menunjukan sebab
akibat antara variabel terikat dan variabel bebas, seperti dikemukakan oleh
Sunanto et al (2006 : 44) yaitu: “Desain A-B-A merupakan salah satu
pengembangan dari desain dasar A-B. Mula-mula perilaku sasaran (target
behavior) diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode
Kem
ampu
an M
enul
is
Ang
ka 1
s/d
5
Eksprimen Teknik Titik Kunci SSR
HasilDeskripsi Hasil Penggunaan Teknik TITIK KUNCI Dalam Menulis Angka 1 s/d 5
010203040
5060708090100
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4
Baseline (A-1)
Sesi
Kem
ampuan M
enulis
waktu tertentu kemudian pada intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada
desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada
kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua
(A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga
keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel
bebas dan variabel terikat lebih kuat.
Desain A-B-A ini bertujuan untuk mempelajari seberapa besar pengaruh
dari suatu perlakuan (intervensi) terhadap variabel tertentu yang diberikan kepada
individu, dengan membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah
intervensi.
Agar lebih jelas desain penelitian Subject Research dengan desain A-B-A
digambarkan pada grafik sebagai berikut :
Grafik 1
A-1 : Keadaan baseline -1 yaitu keadaan subjek sebelum mendapat
treatment. Dalam hal ini menyangkut kemampuan menulis angka 1 s/d
5 sebelum diberikan perlakuan melalui teknik titik kunci. Sunanto et
al (2005:58) menyatakan bahwa baseline adalah kondisis di mana
pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum
intervensi apapun.
B : Intervensi (trearment), yaitu suatu keadaan subjek diberi perlakuan
yang diberikan secara berulang-ulang, dengan tujuan untuk melihat
kondisi kemampuan menulis angka 1 s/d 5 setelah diberikan perlakuan
dengan menggunakan teknik titik kunci. Pada fase treatmen subjek
Intervensi (B)
Baseline(A-2)
diberi perlakuan dengan cara diberikan teknik titik kunci untuk
selanjutnya subjek menulis angka 1 s/d 5 secara mandiri sesuai
contoh.
A-2 : Merupakan pengulangan kondisi baseline -1 (A-1) yang dilakukan
untuk mengetahui hasil intervensi yang diberikan kepada anak.
Melalui fase ini dapat diketahui kemampuan menulis angka 1 s/d 5
setelah diberi intervensi dengan diberikan teknik titik kunci.
Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Subjek Penelitian
Peneliti menggunakan satu sabjek yaitu seorang siswa tunagrahita ringan
dengan identitas sebagai berikut :
1. Nama :
Jenis kelamin :
Kelas :
Tempat, tanggal lahir :
Agama :
Alamat :
2. Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Tempat, tanggal lahir :
Agama :
Alamat :
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SLB C Bina Asih Cianjur, yang
beralamat di jalan Suryakancana No. 11 Kel. Sawahgede Cianjur.
Teknik Pengumpulan Data
Σ skor yang diperoleh x 100
Σ skor maksimal
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
berupa tes kinerja di mana subjek diminta untuk melakukan 5 soal menulis angka
1 s/d 5 dengan benar.
Peneliti menggunakan tes mulai dari tahap baseline (A-1), intervensi dan
baseline (A-2) untuk mendapatkan skor siswa, sebelum mendapatkan intervensi.
Setelah semua data terkumpul kemudian dijumlahkan, dan untuk menghitung nilai
kemampuan menulis dapat dihitung dengan:
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data yang dilakukan pada waktu penelitian (Arikunto, 2002 : 194) Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes.
Arikunto (2002 : 127) menjelaskan bahwa: “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh
individu atau kelompok “. Pada setiap fase baik itu fase baseline (A-1), B
(intervensi), dan baseline (A-2) melalui tes kinerja dimana anak akan melakukan
keterampilan meronce kalung. Berikut instrumen penelitian yang terdapat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Menulis angka 1 s/d 5
Prilaku Aspek Indikator
Kemampuan Menulis angka 1 s/d 5
Menuliskan angka 1 s/d 5 secara benar.
1. Dapat menuliskan angka 1 s/d 5 dengan benar secara mandiri.
2. Dapat menuliskan angka 1 s/d 5 dengan benar dengan bimbingan guru.
3. Tidak dapat menuliskan angka 1 s/d 5 dengan benar
Tabel 4
Kriteria Penilaian Menulis Angka 1 s/d 5
No. Aspek yang DinilaiSkor Perolehan
3 2 1
1. Menulis angka 1
2. Menulis angka 2
3. Menulis angka 3
4. Menulis angka 4
5. Menulis angka 5
Skor maksimal : 15Keterangan Skor Perolehan Skor 3 : Dapat menuliskan dengan benar secara mandiriSkor 2 : Dapat menuliskan dengan benar dengan bimbingan guruSkor 1 : Tidak dapat menuliskan dengan benar
Prosedur Penelitian
Baseline (A1)
Pada fase baseline ini pengukuran dilakukan sebanyak empat sesi, dimana
masing-masing sesi dilakukan pada hari yang berbeda. Dalam setiap sesinya
dilaksanakan tes sebanyak 5 item kemampuan menulis angka 1 s/d 5. Langkah
awal pada baseline 1 (A1) subjek diminta untuk menuliskan angka 1 s/d 5.
Setelah melaksanakan proses tes tersebut, data yang didapatkan dicatat
kemudian dinilai sebagai hasil untuk melihat kemampuan menulis angka 1 s/d 5
yang dimiliki oleh subjek.
Intervensi (B)
Pada tahap intervensi dilakukan dengan menggunakan teknik titik kunci.
Dalam pelaksanaan intervensi, pada fase ini dilakukan sebanyak 8 sesi langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima materi, setelah siswa siap
kemudian guru memperlihatkan titik kunci untuk memudahkan menulis angka
1 s/d 5 pada kertas atau buku tilis siswa.
2) Guru memberikan perintah dengan memberikan petunjuk-petunjuk agar
memudahkan anak dalam menulis angka 1 s/d 5.
a.
b. ...........
3) Siswa menuliskan angka 1 s/d 5 dengan bimbingan guru yaitu :
a. .......
b. .......
Baseline (A-2)
Peneliti melakukan tes kembali seperti pada baseline 1 (A1) sebanyak 4
sesi. Dengan format tes yang sama dan prosedur pelaksanaan yang sama pula,
setiap sesinya dilaksanakan tes sebanyak 5 item kemampuan menulis angka 1 s/d
5 ini dimaksudkan untuk melihat hasil dari intervensi yang diberikan untuk
mengetahui kemampuan menulis yang dapat ditarik kesimpulan, sehingga dapat
mengidentifikasi teknik titik kunci dapat mempengaruhi kemampuan menulis
angka 1 s/d 5 pada subjek penelitian yang didapat dari pengolahan data yang
dikumpulkan selama penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Kemampuan motorik halus diperoleh melalui pengamatan selama proses
permbelajaran berlangsung. Pengamatan dalam satu pertemuan dilakukan pada
waktu pembelajaran dilaksanakan. Pada fase basline A-1 dilakukan pengamatan
selama 4 kali pertemuan, pada fase ini subyek penelitian belum mendapatkan
intervensi. Untuk fase intervensi (B), subyek diberikan intervensi dengan latihan
Meronce. Fase intervensi (B) dilakukan selama 8 kali pertemuan. Selanjutnya
untuk mengontrol ada tidanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan
terikat dilakukan pengamatan untuk fase basline A-2. Pada fase ini subyek tidak
dikenakan intervensi. Hasil pengamatan pada fase A-1, B1 dan A-2 merupakan
skor mentah, artinya data tersebut belum diolah sesuai dengan teknik dan analisa
data.
Data yang diolah merupakan rata-rata kemampuan motorik halus tiap
pertemuan. Analisis data visual yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Komponen
analisis dalam kondisi meliputi enam komponen, diantaranya ; Panjang kondisi,
estimasi kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas
dan rentang, level perubahan.
Untuk lebih jelasnya tabel berikut merupakan data tentang kemampuan
motorik halus anak pada fase basline dan intrervensi sebagai berikut :
Analisis Visual Kemampuan Menulis Angka 1 s/d 5
1. Analisis Dalam Kondisi
Pada Kondisi baseline A1 terdiri dari 4 fase, sedangkan pada
kondisi intervensi 8 fase dan pada fase basline A2 4 fase . Analisis dalam
kondisi meliputi : (1) panjang kondisi (2) estimasi kecenderungan arah, (3)
kecenderungan stabilitas, (4) jejak data, (5) level stabilitas dan rentang,
(6) level perubahan. Hasil analisis dalam kondisi sebagai berikut :
Berdasarkan hasil tes kemampuan menulis angka 1 s/d 5 diperoleh
data seperti pada tabel berikut :
Tabel 5Kemampuan Menulis angka 1 s/d 5
Fase A1 – B1 – A2
NO FaseTANGGAL Nilai Kemampuan Menulis
PENELITIAN AW HP
A1 1 9-Apr-2012 40 60
2 10-Apr-2012 47 603 11-Apr-2012 47 604 12-Apr-2012 47 60
IN
TERV
ENSI
(B)
5 13-Apr-2012 80 1006 14-Apr-2012 80 1007 16-Apr-2012 80 1008 17-Apr-2012 93 1009 18-Apr-2012 100 1001 19-Apr-2012 100 10011 20-Apr-2012 100 10012 21-Apr-2012 100 100
A
2 13 23-Apr-2012 47 8714 24-Apr-2012 73 9315 25-Apr-2012 73 10016 26-Apr-2012 87 100
Data pada tabel 4 di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut :
Grafik 2
Kemampuan Menulis angka 1 s/d 5 Fase A1 – B1 – A2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 160
20
40
60
80
100
120
Series1 Series2
Kem
ampu
an M
enul
is A
ngka
1
s/d
5
AW HP
Intervensi B1 Baseline A 2
Berdasarkan grafik 2 pada baseline A-1 permasalahan kemampuan
menulis angka Alan dan Herlan masih dibawah nilai 50. Hal ini menunjukkan
kemampuan menulis angka masih sangat kurang, yaitu anak masih
memerlukan bantuan guru ketika menulis angka-angka tersebut.
Pada kegiatan Intervensi terlihat ada peningkatan kemampuan menulis
angka baik alan maupun Herlan, Alan Memperoleh nilai tertinggi 73
sedangkah Herlan memperoleh nilai 86, dengan demikian kemampuan
menulis angka 1 s/d 5 dapat meningkat setelah diberikan intervensi berupa
teknik titik kunci.