peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui … · penelitian in berbentuk penelitian tindakan...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI
PENGGUNAAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, DAN
MENGEMBANGKAN) PADA SISWA KELAS X.1
SMA NEGERI 1 MUSUK KABUPATEN BOYOLALI
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ROBERTO DWI ALDHOMORO
X1206045
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI
PENGGUNAAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, DAN
MENGEMBANGKAN) PADA SISWA KELAS X.1
SMA NEGERI 1 MUSUK KABUPATEN BOYOLALI
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
ROBERTO DWI ALDHOMORO
X1206045
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Budhi Setiawan, M.Pd Sri Hastuti, S.S, M.Pd NIP 19610524 198910 1001 NIP 19690628 200312 2001
3
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
1. Dra. Raheni Suhita, M. Hum
2. Dra Sumarwati, M. Pd.
3. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd.
4. Sri Hastuti, S.S, M. Pd.
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M Furqon Hidayattulah, M. Pd NIP 19600727 1987021 001
4
ABSTRAK
Roberto, Dwi Aldhomoro. X1206045. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, DAN MENGEMBANGKAN) PADA SISWA KELAS X.I SMA NEGERI 1 MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010. SKRIPSI, SURAKARTA: FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan proses pembelajaran
menulis cerpen, ditandai dengan timbulnya keaktifan siswa yang meliputi rasa
semangat, motivasi serta minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran
menulis ditandai dengan aktif bertanya maupun memberikan tanggapan, aktif
mengerjakan tugas serta menjawab pertanyaan guru melalui penerapan strategi
3M.(2) meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X.1 SMA Negeri 1
Musuk di ditandai dengan hasil pekerjaan siswa yang telah mencapai angka yang
sesuai standar KKM 65 ke atas melalui penerapan strategi 3M.
Penelitian in berbentuk penelitian tindakan kelas dengan strategi
deskriptif komparatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 1
Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010 Adapun
jumlah siswa kelas X.1 adalah 33 siswa. 12 Siswa berjenis kelamin laki-laki dan
sisanya sebanyak 21 siswa berjenis kelamin perempuan. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan observasi, angket, wawancara, serta analisis dokumen.
Pelaksanaan tindakan dilakukan mulai dari pratindakan, siklus I, siklus II,
dan siklus III. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan
refleksi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Terjadi Peningkatan
Kemampuan Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap Siklus, (2) Terjadi
Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap Siklus. Peningkatan
proses pembelajaran menulis cerpen yang meliputi siklus I 69,6 %, pada siklus II
84, 8 %, dan pada siklus III 93,9 %. Peningkatan kemampuan menulis cerpen
meliputi siklus I 66,6%, siklus II 84,8%, serta sebesar 90,9% pada siklus III.
5
MOTTO
“Allah Mengazab siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan”
(Al-Quran, Surat Al’Ankabuut Ayat: 21 )
6
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah swt
karya kecil ini kupersembahkan untuk
1. Bapak Ibu pelita hidupku dalem ngaturaken
agunging panuwun tumrap sedoyo
pandongo soho panyengkuyungan ingkang
mboten nate kendhat saenggo saget
ndadosno kirangipun momotan kulo ingkang
keroas awrat.
2. Kakakku Agustin Merdeka Sari yang tak
pernah letih terangi hatiku dengan senyum,
sejukkan dahagaku dengan keceriaan, dan
membuatku mengerti akan arti persudaraan.
3. Teman bolo kurowo bastind 06 Anass, Roza,
Menot, Ganden, Ncrut, Lia, Tanti, Rini,
Afni, Siti, Anis, Dheniss, dll yang telah
mengisi hari-hariku.
4. Java Kost, Kost Mandiri, Kost Pak Budhi
Kota Barat, Kost 36, Kost Anass, serta
Rajawali kost yang semua telah memberiku
arti kedewasaan dan kemandirian.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur tiada terhingga ke hadirat Allah swt, atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis
memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penelitian ini.
2. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penulisan Skripsi.
3. Drs. Suparno, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin penulisan Skripsi.
4. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd, selaku ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan Skripsi.
5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Sri Hastuti, S.S, M.Pd,
Selaku Pembimbing II yang disela-sela kesibukannya telah membimbing
penulis dengan penuh ketelitian penuh kesabaran, keikhlasan, dan
kebijaksanaan memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menanamkan ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat.
7. Bambang Wahyadi, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Musuk yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
8
8. Sumadi, S. Pd selaku Guru BahasaIndonesia SMA Negeri 1 Musuk yang
telah memberikan motivasi serta kerelaannya membantu penulis dalam
penelitian.
9. Siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk, yang telah bersedia membantu
pelaksanaan penelitian.
Insya Allah jasa-jasa mereka akan saya kenang sepanjang hayat dan
semoga Yang Maha Kuasa memberikan yang terbaik dan Ridho-Nya kepada kita
semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………..……………………………………..…i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………..……………...ii
PENGESAHAN…………………………………………………....……..iii
ABSTRAK…………………………………………………...…...............iv
MOTTO ………………………………………………...…......................v
PERSEMBAHAN ………………………………………………...……..vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………..vii
DAFTAR ISI………………………………………………………..........ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………...…..xii
DAFTAR BAGAN………………………………………………...…....xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………....1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….…4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………...5
D. Manfaat Penelitian……………………………………….…….…...5
BAB II LANDASAN TEORI………………..……………...…………....7
A. Tinjauan Pustaka…..………………………...…………………………7
I. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis………………...………………………...7
b. Hakikat Pembelajaran…………………...……………….......9
c. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA..................................10
d. Penilaian Pembelajaran Menulis…..…………………………12
10
II. Menulis Cerpen
a. Pengertian Cerpen...................................................................13
b. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen………………..………..…16
c. Hakikat Menulis Cerpen……………………………..………21
d. Tahapan Menulis Cerpen…………………………….……...24
e. Anatomi Cerita Pendek……………………….…………..…24
f. Pembelajaran Menulis Cerpen di SMA…………….……….25
III. Strategi 3M
a. Pengertian Strategi 3M……………………………………..26
b. Rancangan Pengajaran Menggunakan Strategi 3M………...30
c. Tahapan Strategi 3M……………………………………..…31
B. Penelitian Yang Relevan………………………………….…………..32
C. Kerangka Berpikir……………………….…………….……………..34
D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………...35
BAB III METODE PENELITIAN…………...…………………..........36
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………....36
B. Subjek Penelitian…………………………………………............37
C. Sumber Data Penelitian…………………………….…………….37
D. Teknik Pengumpulan Data………………………….……………38
E. Uji Validitas Data…………………………………………..…….41
F. Teknik Analisis Data……………………………………….…….41
G. Indikator Keberhasilan...................................................................41
H. Prosedur Penelitian…………………………………………..…...43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………............46
A. Deskripsi Kondisi Awal………………………………………46
B. Deskripsi Kondisi Kelas……………………………………...46
C. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………….....49
11
Siklus I………………………………………………………..49
Siklus II……………………………………………………….56
Siklus III……………………………………………………...62
D. Pembahasan…………………………………………………..69
E. Keterbatasan Penelitian………………………………….…...78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……….………........80
A. Simpulan……….……………………………………………..80
B. Implikasi………………………………………………..…….81
C. Saran……………………………………………………..…...82
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...……………..84
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian……………….................36
Tabel 2. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen.........................................................38
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Proses Pembelajaran………….42
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Hasil Pembelajaran……...........43
Tabel 5. Presentase Keberhasilan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen………..69
Tabel 6. Presentase Keberhasilan Hasil Pembelajaran Menulis Cerpen…………70
13
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir.........................................................................35
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas…………………………………….…43
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pratindakan……………………………………………………….86
RPP Pratindakan…………………………………………...………………87
Catatan Lapangan………………………………………………………….88
Wawancara Pratindakan…………………………………………………...92
Daftar Nilai Menulis Cerpen Pratindakan………………………………....96
Foto Pratindakan…………………………………………………………...98
Tulisan Cerpen Siswa Pratindakan……………….......................................99
Lampiran II Siklus I…………………………………….…………………….106
RPP Siklus I……………………………………………………………....107
Catatan Lapangan Siklus I……………………………………...………...112
Daftar Nilai Menulis Cerpen Siklus I…………………………...…..........115
Foto Siklus I…………………………………………………………........117
Tulisan Cerpen Siswa Siklus I……………………………………………118
Lembar Pengamatan………………………………………………………128
Lampiran III Siklus II…………………………….…………………………..133
RPP Siklus II………………………………………………………….......134
Catatan Lapangan Siklus II……………………………………...……......139
Daftar Nilai Menulis Cerpen Siklus II………………………………........141
Foto Siklus II……………………………………………………………..143
Tulisan Cerpen Siswa Siklus II…………………………………………..144
Lembar Pengamatan……………………………………………………...152
Lampiran IV Siklus III……………………………………………………….157
RPP Siklus III…………………………………………………………….158
Catatan Lapangan Siklus III…………………………………...………….163
Daftar Nilai Menulis Cerpen Siklus III………………………...…............165
Foto Siklus III……………………………………………………….........167
Tulisan Cerpen Siswa Siklus III………………………………………….168
Lembar Pengamatan……………………………………………………...176
15
Lampiran V Pascatindakan…………………………………………………..181
Rentangan Nilai Siklus I, II, dan III……………………………………...182
Wawancara Pascatindakan…………………………………………….....184
Foto Wawancara………………………………………………………….187
Master Cerpen…………………………………………………………….188
16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat.
Urgensi bahasa mencakup segala bidang kehidupan, karena suatu yang dihayati,
diamati, dan dirasakan oleh seseorang dapat dipahami oleh orang lain, apabila
telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena
itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik lisan
maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan
berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya
diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau
langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara
terselubung atau tidak secara langsung.
Tarigan (1983:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup 4
segi yaitu menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dalam kegiatan
menulis, maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa dan kosakata, keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis
melainkan harus melalui latihan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta,
pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya.
Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir atau menuangkan ide
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide tersebut kemudian dikembangkan
dalam wujud rangkaian kalimat, selain itu menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Dalam menulis banyak hal yang perlu
diperhatikan salah satunya adalah penggunaan bahasa, agar orang lain dapat
membaca tulisan yang ditulis maka dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami.
Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan perhatian dan keseriusan dari
17
seluruh instrumen penyelenggara pendidikan terutama guru dan kurikulum yang
mendukung.
Menulis merupakan wujud kemahiran berbahasa yang memiliki manfaat
besar bagi kehidupan manusia, khususnya siswa. Dengan menulis siswa dapat
menuangkan segala keinginan hati, sindiran, kritikan dan lainnya. Tulisan yang
baik dan berkualitas merupakan manifestasi dan keterlibatan aktivitas berpikir
atau bernalar yang baik. Hal ini dimaksudkan bahwa seorang penulis harus
mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Pada saat melakukan
aktivitas menulis, siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya
berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis.
Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah, menata,
mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan dalam bentuk
tulisan atau karangan.
Keterampilan menulis merupakan serangkaian aktivitas berpikir
menuangkan gagasan untuk menghasilkan suatu bentuk tulisan secara lebih
mendalam. Akhadiah (1994:2-3) menyatakan bahwa aktivitas menulis yang
dimaksud adalah aktivitas untuk mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau
perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Dari pernyataan diatas dapat
dikatakan bahwa menulis sebagai proses melalui tiga tahap yakni tahap
pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang dilakukan
menulis adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangkan tulisan,
selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca menulis yang
meliputi tahap revisi, menyunting, dan mengikuti uji coba.
Aspek menulis difokuskan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai
pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam menyusun karangan, menulis
surat, meringkas buku, dan menulis catatan tertentu berdasarkan materi
pembelajaran. Sedangkan pada kemampuan bersastra, standar kompetensi aspek
menulis dijadikan satu dengan aspek keterampilan lainnya, yakni siswa
mengapresiasi ragam sastra siswa melalui mendengarkan dan menanggapi cerita
pendek, menulis prosa sederhana, memerankan drama anak tanpa teks, dan
menulis puisi bebas (Depdiknas, 2006:16).
18
Realitas menunjukan bahwa keterampilan menulis belum optimal dikuasai
oleh siswa. Mereka menganggap bahwa menulis merupakan sesuatu yang mudah
untuk dilakukan sehingga sering dipandang kurang penting. Akan tetapi, menulis
juga sering dianggap sesuatu kegiatan yang menjenuhkan dan membosankan.
Oleh karena itu, perlulah kiranya guru mencari dan menerapkan metode dan
strategi dalam upaya meningkatkan keterampilan keterampilan menulis.
Seringkali kita temukan berbagai permasalahan dalam pembelajaran
menulis di kalangan siswa. Seperti hanya yang terjadi pada siswa kelas Kelas X.1
SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun pelajaran
2009/2010. Hal ini tampak dari tugas menulis cerpen yang diberikan guru kepada
33 siswa di kelas tersebut, yaitu 12 siswa yang mencapai batas ketuntasan dengan
KKM yang ditentukan sekolah sebesar 65. Organisasi isinya meloncat-loncat
sehingga menampakkan penalaran bahasa yang kurang logis, terdapat banyak
kesalahan bahasa yang meliputi diksi, ejaan, pilihan kata, dan kalimat. Dari data
yang ada menunjukkkan bahwa pada karangan tersebut hanya sekitar 36 % siswa
yang mendapatkan nilai 65 ke atas (sebagai batas ketuntasan) dan sisanya hanya
mendapatkan nilai dibawah 65.
Rendahnya presentase kemampuan menulis cerpen siswa menjadi salah
satu petunjuk bahwa terdapat kelemahan dalam proses belajar. Hal ini merupakan
titik awal peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan belajar dan berupaya
mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan para siswa diperoleh fakta bahwa bagi mereka aktivitas
menulis terutama menulis cerpen hanya dilakukan saat mendapatkan tugas dari
guru sehingga karangan yang berupa cerpen seakan-akan dibuat hanya untuk
dibaca oleh guru. Adapun prosedur yang selama ini dilakukan guru dalam
pembelajaran cerpen meliputi: (1) pemberian tema kepada siswa, (2) tugas
menulis cerpen berdasarkan tema yang telah ditentukan,(3) batas waktu 2X30
menit dan cerpen harus dikumpulkan meskipun terdapat siswa yang belum selesai,
(4) guru melakukan evaluasi dengan membaca cerpen hasil kerja siswa tanpa
harus diketahui oleh siswanya, dan (5) guru mengembalikan cerpen kepada siswa
19
tanpa adanya latihan untuk menulis cerpen dengan tahapan maupun proses yang
seharusnya dilakukan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti berusaha untuk memberikan
alternatif strategi pembelajaran menulis yang kreatif dan inovatif dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada. Peneliti menggunakan strategi 3M (meniru,
mengolah, mengembangkan) karena sebagian besar siswa kesulitan dalam
menuangkan ide maupun gagasan untuk menulis cerpen terlebih mengembangkan
ide tersebut. Diskusi kelompok pada nyatanya tidak terlalu berhasil untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen terlebih sebagian besar
siswa belum mengetahui hakikat cerpen pada umumnya. Strategi pembelajaran
yang ditawarkan dilandasi oleh strategi copy the master. Ide ini diperkuat
pendapat bahwa strategi copy the master adalah strategi pemodelan yang dekat
dengan calon penulis terutama calon penulis cerpen atau dalam hal ini adalah
siswa. Adanya model yang dekat dengan siswa berarti memudahkan siswa untuk
memulai kegiatan menulis cerpen. Strategi copy the master tersebut selanjutnya
oleh Ismail Marahimin dikembangkan menjadi strategi menulis cerpen yang diberi
nama strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan). Adapun kelebihan
strategi 3M ini terletak pada proses peniruan cerpen yang tidak hanya sebatas
meniru secara lateral, namun terdapat tahap pengolahan dan perbaikan sehingga
akan dihasilkan cerpen baru.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian
yang berjudul “Peningkatan Kualitas Menulis Cerpen Melalui Penggunaan
Strategi 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan) pada Siswa Kelas X.1
SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun Pelajaran
2009/2010”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan strategi 3M dapat meningkatkan proses pembelajaran
menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk?
2. Apakah penerapan strategi 3M dapat meningkatkan kemampuan menulis
cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk?
C. Tujuan Penelitian
20
Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan proses pembelajaran menulis siswa, ditandai dengan timbulnya
keaktifan siswa yang meliputi rasa semangat, motivasi serta minat yang tinggi
dalam mengikuti pembelajaran menulis ditandai dengan aktif bertanya
maupun memberikan tanggapan, aktif mengerjakan tugas serta menjawab
pertanyaan guru melalui penerapan strategi 3M.
2. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X.1 SMA Negeri 1
Musuk di ditandai dengan hasil pekerjaan siswa yang telah mencapai angka
yang sesuai standar KKM 65 ke atas melalui penerapan strategi 3M.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:
a. Bahan kajian dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen.
b. Memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai pembelajaran
menulis cerpen.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1. Memberi kemudahan bagi siswa dalam menuangkan ide maupun
gagasan kedalam bentuk cerpen.
2. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan menjadikan
suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
b. Bagi guru
1. Mengatasi kesulitan pembelajaran menulis cerpen yang dialami guru.
2. Sebagai bahan acuan untuk membuat pembelajaran menulis cerpen lebih
kreatif dan inovatif.
c. Bagi peneliti
21
1. dapat menambah pengetahuan peneliti dalam penelitian yang terkait
dengan pembelajaran menulis cerpen.
2. Dapat memperoleh pengalaman dan wawasan nyata tentang penerapan
teknik pembelajaran dengan menggunakan strategi 3M untuk
meningkatkan kemampuan menulis cerpen
22
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang
dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan.
Menurut Tarigan (1994: 4) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif. Dal`am kegiatan menulis sang penulis haruslah terampil
memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Dalam kehidupan modern ini
jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu
berlebihan bila dikatakan bahwa keteramplan menulis merupakan suatu ciri
dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Salah satu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau
tidak secara tatap muka dengan orang lain ialah menulis. Dalam kegiatan
menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,
dan kosakata selain itu menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 8),
menyebutkan pengertian menulis: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi,
(2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang
gagasan yang akan disampaikan, (3) adalah bentuk komunikasi yang berbeda
dengan bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah,
gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu
ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta aturan
ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan
gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan
waktu.
23
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 2)
mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara
sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Secara lebih lanjut
mereka menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses. Sehingga dalam
menulis seseorang harus melewati beberapa tahap antara lain, tahap
prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.
Dengan kata lain kemampuan menulis lebih sulit dikuasai karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 4).
Menulis seperti juga ketiga keterampilan berbahasa lainnya,
merupakan suatu proses perkembangan. Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati
zuhdi (2001: 53) menyatakan bahwa dalam menulis seorang penulis tidak
akan secara langsung dan tiba-tiba bisa menulis, melainkan harus mengituti
tahap-tahap dalam menulis. Adapun tahap-tahap tersebut adalah tahap
pramenulis dan tahap penulisan. Sedangkan Henry Guntur Tarigan, (1993: 8)
mengemukakan bahwa menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan,
latihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi
seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara
logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya,
menuntut penelitian yang terinci, observasi yang seksama, pembedaan yang
tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya
Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan
tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan
mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara
tertulis. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif, menulis
cerpen termasuk salah satu kegiatan menulis kreatif. Tulisan kreatif
merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif
maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali
menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis
24
berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan
caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan
nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau
mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala
dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain, melalui tulisan
kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks bersifat kreatif adalah
teks cerpen seperti penulisan cerpen.
Dari definisi-definisi menulis di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengemukakan
gagasan melalui media bahasa berupa tulisan. Dapat pula dikatakan bahwa
menulis adalah suatu aktivitas aktif produktif yang dilakukan dengan
mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara
tersurat. Kemampuan menulis diperoleh melalui latihan yang terus menerus.
Sedangkan menulis cerpen memiliki arti bahwa kemampuan seseorang
mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan kreatif yang bersifat apresiatif
dan ekspresif.
2. Hakikat Pembelajaran
Winkel (1995: 36) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2001: 36)
menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi tujuan pembelajaran” (Oemar Hamalik, 2001: 57). Tujuan
pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku tentunya ke arah
yang lebih baik.
Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak bisa dipisahkan
dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami
sebagai berikut: pengajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi)
25
kurikulum, atau pengajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
Mengenai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pengajaran berarti perihal
mengajarkan sesuatu. Kata pengajaran menyiratkan adanya orang yang tugasnya
mengajar, di sekolah umumnya disebut guru. Pengajaran lebih luas pengertiannya
daripada mengajar (teaching). Pengajaran sebagai suatu proses, buah atau hasilnya
adalah belajar (learning), yaitu terjadinya peristiwa belajar di dalam diri siswa.
Peristiwa belajar pada siswa ini menunjukkan adanya sikap, minat, perhatian,
perasaan, percaya diri dan lainnya sebagainya.
Istilah pembelajaran mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat
seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam
diri orang tersebut. Pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran,
meskipun kedua istilah itu sering digunakan bergantian dengan arti yang sama
dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman. Pembelajaran mengandung makna
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang
optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian
tersebut di atas, maka pembelajaran pada hakikatnya ialah pelaksanaan dari
kurikulum sekolah untuk menyampaikan isi atau materi mata pelajaran tertentu
kepada siswa dengan segala daya upaya, sehingga siswa dapat menunjukkan
aktivitas belajar.
Jadi jelas bahwa dalam menyusun perangkat pembelajaran seorang guru
harus berlandaskan kurikulum yang berlaku nasional. Pada tahun 2004 yang
diberlakukan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan kemudian pada
tahun 2006 dirubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka
agar pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan yang terlalu besar, maka perlu
persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis yang didasarkan atas
kurikulum yang berlaku.
3. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA
Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia
pendidikan. Menurut Tarigan (1983: 1) keterampilan berbahasa mencakup 4 segi
yaitu menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speacking Skill), Membaca (Reading
Skill), dan Menulis (Writing Skill). Menulis merupakan kegiatan melahirkan
26
pikiran dan perasaan. Menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi
dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara
tertulis. “Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif”
(Tarigan 1982: 4). Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan
sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Pelajaran
Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi
juga materi kesastraan. Kedua materi tersebut direncanakan dan mendapat bagian
yang sama sehingga pengajarannya juga harus seimbang. Sebagi contohnya dalam
pembelajaran menulis cerpen, secara tidak langsung materi pembelajaran menulis
cerpen merupakan satu kesatuan dari materi kebahasaan dan materi sastra.
Pembelajaran menulis di sekolah diakui masih sangat minim dan kurang
aktraktif. Pembelajaran menulis di sekolah sering dianaktirikan. Pembelajaran
menulis dianggap tidak penting, menghabiskan waktu, dan tidak dapat
mendongkrak nilai ujian nasional. Sebab, soal-soal yang terkait dengan materi
mengarang mapun menulis dalam ujian nasional dirasa sangat sedikit. Menulis
adalah kegiatan yang memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Karena ide,
pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat disampaikan kepada orang lain
secara lebih luas melalui media tulisan. Kesempatan besar untuk menyebarkan ide
dan pemikiran perlu didukung dengan kemampuan menuliskan dan
menyampaikan dalam bentuk tulisan secara baik. Itu artinya ide yang tertulis
diharap dapat ditangkap, dan dimengerti oleh audiens yang dikehendaki atau
dituju. Ide dan pemikiran yang dicurahkan dalam tulisan perlu ditetapkan
tujuannya, baik tujuan menulis, dan kepada siapa tulisan ini ditujukan. Dengan
demikian, penggunaan bahasa, istilah, dan ide yang akan disampaikan sesuai.
Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. Sehingga dalam pembelajaran menulis ini berarti
kegiatan yang dilakukan mencakup memilih, menetapkan, dan mengembangkan
sebuah karangan baik karangan kebahasaan maupun karangan sastra seperti
cerpen. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan kurikulum KTSP untuk
SMA/MA Kelas X Semester 2 mencakup 2 kompetensi dasar yaitu
27
mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen dan
menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen.
4. Penilaian Pembelajaran Menulis
Ismail Marahaimin (2004: 16) menyatakan bahwa pelajaran menulis
memang rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai
dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Di antara yang memberikan
pelajaran tersebut terdapat sebagian yang memberikan teori tentang menulis
sekalipun buku-buku pegangan tentang pembelajaran menulis masih langka.
Namun, Dewasa ini pembelajaran menulis mulai ditingkatkan di sebagian sekolah.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran menulis, dilakukan dengan
dua cara penilaian yaitu: penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil
belajar.
a. Penilaian Proses Pembelajaran
Nana Sudjana (2006: 59) menyatakan bahwa keberhasilan proses
belajar-mengajar dapat dilihat dari efisiensi, keefektifan, relevansi, serta
produktivitas. Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat pembelajaran
berlangsung. Guru mengukur sampai berapa jauh tingkat keberhasilan
pembelajaran melalui pengamatan terhadap minat dan perhatian siswa dalam
mengikuti pembelajaran, maupun respon yang diberikan dalam dengan
menanggapi konsep menulis fungsional yang diberikan. Penilaian dilakukan
menggunakan ceklist pada lembar pengamatan. Pembelajaran dapat dikatakan
berhasil apabila anak memiliki minat dan perhatian yang cukup tinggi dalam
melakukan kegiatan menulis.
b. Penilaian Hasil Belajar
Zaini Mahmuoed dalam Burhan Nurgiyantoro (2001: 305) menyatakan
bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar
guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang
lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif,
penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis.
Penilaian hasil belajar dilaksanakan apabila pembelajaran telah selesai.
28
Penilaian ini dilakukan melalui tes tertulis. Keberhasilan pembelajaran dapat
ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi siswa pada kurun waktu tertentu
yang ditunjukkan pada nilai ulangan harian atau nilai tes hasil belajar. Apabila
nilai anak meningkat, maka hal tersebut merupakan indikasi bahwa
pembelajaran telah berhasil. Sebaliknya apabila nilai anak tidak meningkat,
bahkan menurun, hal ini merupakan indikasi bahwa pembelajaran tidak
berhasil.
5. Cerita Pendek (Cerpen)
a. Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)
Banyak pengertian serta aliran sastra yang muncul dalam cerita
pendek. Burhan Nurgiyantoro (1995: 11) menyatakan bahwa cerpen
merupakan cerita khas yang mampu mengemukakan secara lebih banyak dari
sekedar apa yang diceritakan. Sedangkan menurut Edgar Allam Poe dalam
Burhan Nurgiyantoro (1995: 10) menyatakan bahwa cerpen merupakan
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam. Sedangkan Menurut Doktor H.B. Jassin dalam
Korie Layun Sampan (1995: 10) menyatakan bahwa cerpen adalah cerita yang
pendek yang harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
Secara umum penulisan kreatif cerpen sama dengan menulis bisaa, pada
umumnya. ”Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena
hal ini sangat penting peranannya dalam pengembangan proses kreatif seorang
penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun
hasil akhirnya” (Titik, 2003: 31).
Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan
pengarang terhadap kehidupan yang kemudian direfleksikan melalui medium
bahasa pilihan. Jadi sumber penciptaan karya sastra tidak lain adalah
kehidupan kita secara keseluruhannya. Karya kreatif bisa saja merupakan
penemuan kembali kekuatan dan kelemahan kita di masa lalu, keberhasilan
kita kini, atau juga kegagalan kita dalam menyongsong masa depan. Oleh
karena itu di dalam karya sastra menyuguhkan nilai kehidupan, yakni nilai-
29
nilai yang bermakna bagi kehidupan, yang mengarahkan dan meningkatkan
kualitas hidup kita sebagai manusia. Menulis merupakan suatu kegiatan
produktif dan ekspresif.
Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang,
dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh
hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara
menulis yang paling selektif dan ekonomis.
Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan (Diponegoro 1994: 6). Dalam hal kreativitas menulis cerpen, Tamsir dalam Endraswara
(2003: 239) memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang
membidik perjalanan panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang
dimanusiakan. Pendapat itu memberikan gambaran bahwa penulis cerpen
harus tanggap terhadap lingkungan dan perubahan waktu. Pengalaman pribadi,
pengamatan atas kejadian-kejadian di sekitar kita, dari membaca buku atau
menonton film, bahkan dari mimpi bisa menjadi ide cerita yang mampu
menggerakkan imajinasi untuk berkreasi membuat cerpen.
Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk
mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat di
dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan
yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Cerita pendek
adalah wadah yang bisaanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan
sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian
pengarang. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh
utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita
pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang
terbatas.
30
Cerpen memuat penceritaan kepada satu peristiwa pokok, peristiwa
pokok itu tidak selalu berdiri sendiri ada peristiwa lain yang sifatnya
mendukung peristiwa pokok. Cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat
rentetan kejadian-kejadian.
Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, cerita pendek (cerpen)
memiliki banyak pengertian. Berikut pendapat beberapa ahli tentang
pengertian cerita pendek (cerpen). Jacob Sumardjo (2001: 91)
mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan
cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal,
dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang
terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Adapun
Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro (1995: 10) mengatakan bahwa cerpen
adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar
antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan
untuk novel. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengertian cerpen adalah cerita fiksi (rekaan) yang memiliki tokoh utama yang
sedikit dan keseluruhan ceritanya membentuk kesan tunggal, kesatuan bentuk,
dan tidak ada bagian yang tidak perlu.
Wiyanto (2005: 96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus
banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa
pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu.
Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh
pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita
rekaan.
Sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja
yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata
menentukan (perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang
menentukan). Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open
ending). Cerpen sering mempergunakan (pengaruh dari film) dan bahasanya
sederhana tetapi sugestif.
31
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup
permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang
menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal.
Menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan,
secara ekspresif dan apresiatif. Peristiwa, pelaku, waktu, tempat, dan suasana
yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.
b. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen
Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling
berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur
pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak.
Koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah
totalitas amat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu
bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: tema, alur atau
plot, tokoh penokohan,latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya
bahasa.
Tompkins dan Hoskinson (dalam Akhadiah 1994: 312) berpendapat
bahwa unsur-unsur sebuah cerpen antara lain sebagai berikut.
1) Tema
Yaitu gagasan inti dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan
pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan
tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama
sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian
cerita; dasar tolak untuk bercerita.
Tema merupakan sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada
para pembacanya. Sesuatu itu bisaanya adalah masalah kehidupan, komentar
pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup sang pengarang dalam
menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya
secara gamblang dan final, tetapi bisa saja hanya menyampaikan sebuah
masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan
32
menyelesaikannya. Cerpen yang baik dan besar bisaanya menyajikan berbagai
persoalan yang kompleks. Namun, selalu memiliki pusat tema, yaitu pokok
masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu.
2) Alur/ Plot
Alur yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk
mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara
orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot
adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan
tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua
aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.
Secara lebih jelas plot adalah sesuatu yang membuat cerita berjalan
dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar. Semua peristiwa yang
terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat,
sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan
semua peristiwa.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa alur adalah hubungan sebab
akibat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun secara logis dalam pengertian ini, alur merupakan suatu jalur tempat
lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus oleh sebab itu, suatu
kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab akibat kejadian yang lain. Kejadian
atau peristiwa-peristiwa itu tidak hanya berupa perilaku yang tampak seperti
pembicaraan atau gerak gerik, tetapi juga menyangkut perubahan tingkah laku
tokoh yang bersifat non fisik, seperti perubahan cara berpikir, sikap
kepribadian dan sebagainya. Alur cerita rekaan terdiri dari alur buka, alur
tengah, alur puncak dan alur tutup.
Dilihat dari cara penyusunannya bagian-bagian alur tersebut, alur atau
plot cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (flash back),
dan alur campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal
diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan
masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan
bergerak ke muka menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan
33
alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot
balik.
Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau plot
adalah jalinan peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan memperhatikan
hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu,
bulat dan utuh.
3) Latar/ Setting
Yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam
suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema
dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk
menghasilkan cerita pendek yang baik, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa
dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot.
Latar atau landasan tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat
peristiwa terjadi.
Latar dibedakan menjadi dua yaitu latar sosial dan latar fisik (latar
material) latar sosial mencakupi penggambaran keadaan masyarakat,
kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat istiadat, cara hidup, bahasa dan
lain-lain. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah latar di dalam wujud fisik.
Latar tidak hanya sebagai background saja, tetapi juga dimaksudkan
untuk mendukung unsur cerita lainnya. Penggambaran tempat, waktu dan
situasi akan membuat cerita tampak lebih hidup logis. Latar juga dimaksudkan
untuk membangun atau menciptakan suasana tertentu yang dapat
menggerakan perasaan dan emosi pembaca serta menciptakan mood atau
suasana batin pembaca
4) Penokohan dan Perwatakan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup
dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern,
berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya
menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang
didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan
ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
34
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk)
dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan
berbagai cara, diantaranya melalui: (1) tindakan, ucapan dan pikirannya; (2)
tempat tokoh tersebut berada; (3) benda-benda di sekitar tokoh; (4) kesan
tokoh lain terhadap dirinya; (5) deskripsi langsung secara naratif oleh
pengarang
Perwatakan dalam suatu fiksi bisaanya dapat dipandang dari dua segi.
Pertama mengacu pada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang
kedua adalah mengacu kepada pembauran dari minat, keinginan, emosi, dan
moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Tokoh
adalah yang melahirkan peristiwa. Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan
perwatakan tokoh dalam fiksi yaitu secara analitik dan secara dramatik. Secara
analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak tokoh atau
karakter tokoh, pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras
hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. Secara dramatik yaitu
penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu
disampaikan melalui pilihan nama, melalui penggambaran fisik / postur tubuh,
cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungannya dan
sebagainya dan melalui dialog.
5) Sudut Pandang Penceritaan
Diantara unsur-unsur pembangun cerpen yang tidak bisa ditinggalkan
adalah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan
tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan
tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik
bercerita. Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah
sebagai berikut. (1) Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of
view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang aku atau saya.
Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan aku dan
saya nya. (2) Sudut pandang orang ketiga, bisaanya pengarang menggunakan
tokoh ia, atau dia. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya. (3) Sudut
pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat
35
pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi
komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh
dan kejadian yang diceritakan. (4) Sudut pandangan yang berkuasa.
Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk
menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini
membuat cerita sangat informatif. Sudut pandang ini lebih cocok untuk cerita-
cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan
teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan
menjadikan cerpen terasa menggurui.
6) Gaya
Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan
pemakaian bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Dengan kata lain
gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Dan sebagai pribadi, ia berada
secara khas di dunia ini. Gaya adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran
dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-kalimat yang dihasilkannya
menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan perasaan tertentu,
dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran
pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra menjadi indah dan bernilai
seni.
7) Amanat
Amanat dapat diartikan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral dan
nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita.
Amanat pengarang terdapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra.
Dari tema cerita tergambar amanat yang ingin sampaikan oleh pengarang.
Menurut Wiyanto (2005: 84) amanat adalah unsur pendidikan,
terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja
tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat
mengetahui unsur pendidikannya setelah membaca seluruhnya.
36
Cerpen yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang membangun
jalan cerita yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi
tema, penokohan, alur/ plot, latar/ seting, gaya bahasa, dan sudut pandang
penceritaan. Suroto (1990: 88) berpendapat bahwa cerpen pada dasarnya dibangun
atas unsur-unsur tema, amanat, perwatakan dan penokohan, latar, alur, gaya, serta
amanat.
Berdasarkan pendapat tentang unsur-unsur pembangun cerpen di atas
dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembangun cerpen terdiri atas tema,
perwatakan, seting, rangkaian peristiwa/alur, amanat, sudut pandang, dan gaya.
Adapun semua unsur tersebut berjalinan membentuk makna baru.
6. Menulis Cerpen
a. Hakikat Menulis Cerpen
Menurut Widyamartaya (1990: 9) menulis adalah keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami
tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Korrie Layun Sampan
(1995:22) menyatakan sesungguhnya pengarang yang berbakat tidak pernah
menunggu datangnya inspirasi atau ilham, tetapi mencarinya. Hal tersebut
juga seharusnya dapat diterapkan pada semua kalangan penulis dengan
harapan seorang yang akan menulis akan bisa menulis tanpa menunggu
datangnya ilham atau inspirasi, melainkan menvcari inspirasi guna
dikembangkan.
Dengan demikian menulis cerpen pada hakikatnya sama dengan
menulis kreatif sastra yang lain. Menulis kreatif sastra adalah pengungkapan
gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang
dalam bentuk karangan. Tulisan yang termasuk kreatif berupa puisi, fiksi,
dan non fiksi. Sedangkan menurut Roekhan (1991: 1) menulis kreatif sastra
pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai
dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide
tersebut (bisaanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar jelas dan
37
utuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak
penulis), dan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi
menulis kreatif sastra adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai
seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik puisi maupun
prosa.
Dasar penulisan kreatif atau creative writting sama dengan menulis bisaa, pada umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena dalam hal ini sangat penting peranannya dalam penggembangan proses kreatif seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun akhirnya. Kreativitas dapat di artikan sebagai perilaku yang berbeda dengan perilaku umum, kecenderungan jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru lain dari yang umum, bentuk berpikir yang cenderung njlimet dan menentang arus. Pengertian kreativitas dapat juga mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada (Titik, dkk. 2003: 31). Terdapat empat unsur dalam kreativitas yakni: (1) keterampilan
berpikir kritis, (2) kepekaan emosi, (3) bakat, dan (4) daya imajinasi.
Sedangkan untuk proses penulisan cerpen dimulai dari (1) munculnya ide
dalam benak penulis, (2) menangkap dan merenungkan ide tersebut (3)
mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh. (4) membahasakan ide
tersebut dan menatanya (ini masih dalam benak penulis), dan diakhiri
dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra Dalam
penulisan kreatif sastra terdapat tiga unsur penting yakni: (1) kreativitas, (2)
bekal keterampilan bahasa, dan (3) bekal keterampilan sastra, kreativitas
sangat penting untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap dan
mematangkan ide, mendayagunakan bahasa secara optimal, dan
mendayagunakan bekal sastra untuk dapat menghasilkan karya-karya sastra
yang berwarna baru.
Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan yang bertujuan untuk mencapai
nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Terdapat dua tujuan yang dapat
dicapai melalui pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat
apresiatif dan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui
38
kegiatan penulisan kreatif orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati,
dan mungkin menciptakan kembali secara kritis sebagai hal yang dijumpai
dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri, ekspresif
dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan
berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita
untuk dikomunikasikan kepada orang lain dalam dan melalui tulisan kreatif,
sebagai sesuatu yang bermakna. Kedua tujuan tersebut sekaligus
memberikan peluang bagi pembentukan pribadi kreatif. Dalam kaitan ini,
kepribadian hendaknya dipahami tidak hanya sebagai kumpulan sejumlah
unsur kepribadian. Berdasarkan kenyataan harus diakui bahwa ciri-ciri yang
melekat pada pribadi yang kreatif antara ciri yang satu dengan yang lainnya
tidak bisa dipisahkan secara tegas. Ciri-ciri pribadi kreatif tersebut adalah
(1) keterbukaan terhadap pengalaman baru; (2) keluwesan dalam berpikir; (3) kebebasan dalam mengemukakan pendapat; (4) kaya imajinasi; (5) perhatian yang besar terhadap kegiatan cipta mencipta; (6) Keteguhan dalam mengajukan pendapat atau pandangan dan; (7) Kemandirian dalam mengambil keputusan (Sayuti 2002: 2). Proses kreatif adalah perubahan organisasi kehidupan pribadi. Jadi,
proses kreatif itu bersifat personal. Setiap pengarang memiliki daya juang
kreatif yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dari aspek pribadi tersebut
kreatifitas merupakan suatu tindakan yang muncul dari tindakan pribadi
yang unik dan khas, sebagai tanggapan terhadap lingkungannya, tanggapan
seseorang penulis (pengarang) terhadap lingkungan itu akan menolong
inisiatif mengulur imajinasi. Pengaluran imajinasi itu menunjukan bahwa
kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat
menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk
mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang
dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang ditulis dengan memenuhi
unsur-unsur berupa alur, latar/seting, perwatakan, dan tema.
39
b. Tahapan Menulis Cerpen
Sama halnya seperti menulis pada umumnya yang merupakan sebuah
proses, menulis cerpenpun demikian halnya yang harus melewati beberapa
tahap. adapun empat tahap proses kreatif menulis cerpen yaitu: 1) tahap
persiapan, 2) tahap inkubasi, 3) tahap saat inspirasi, 4) tahap penulisan. Pada
tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan
bagaimana menuliskannya.
Munculnya gagasan menulis itu membantu penulis untuk segera memulai menulis atau masih mengendapkannya. Tahap inkubasi ini berlangsung pada saat gagasan yang telah muncul disimpan, dipikirkan matang-matang, dan ditunggu sampai waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap inspirasi adalah tahap dimana terjadi desakan pengungkapan gagasan yang telah ditemukan sehingga gagasan tersebut mendapat pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan untuk mengungkapkan gagasan yang terdapat dalam pikiran penulis, agar hal tersebut tidak hilang atau terlupa dari ingatan penulis (Sumardjo, 2001: 70). Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
menulis cerpen sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif
mengharuskan penulis untuk berpikir kreatif dan mengembangkan
imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis cerpen, penulis
dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap memperhatikan
struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen.
c. Anatomi Cerita Pendek
Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan
unsur-unsur pembangun cerpen, maka sejatinya seseorang sudah sangat siap
untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya
seseorang perlu mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur
cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun tempatnya,
apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya
memiliki anatomi sebagai berikut: 1) situasi (pengarang membuka cerita), 2)
peristiwa-peristiwa yang terjadi, 3) peristiwa-peristiwa memuncak, 4)
klimaks, 5) anti klimaks.
40
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita
yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula bisaanya di
struktur cerita ini. Komposisi cerpen dapat dikatakan sebagai berikut: 1)
perkenalan, 2) pertikaian, 3) penyelesaian.
Sebuah cerpen dikatan berhasil memikat pembaca jika dalam
penyajian insiden atau kejadian dalam ceritanya mampu memberikan
kejutan atau surprise. Menurut Korrie Layun Rampan (1995: 56 ) kejutan
atau surprise merupakan daya tarik yang membawa kenang-kenagan atau
ingatan khusus pada cerita. Teknik kejutan yang paling populer adalah apa
yang disebut dengan surprise ending (kejutan akhir).
7. Pembelajaran Menulis Cerpen di SMA
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran
adalah belum maksimalnya penggunaan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran
erat kaitannya dengan tingkat kesiapan anak. Dalam hal ini, diperlukan suatu
pertimbangan khusus tentang bahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
perkembangan kognitif dan bahasa sekolah menengah pertama. Siswa yang
dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI sekolah menengah atas. Pada
periode ini anak mampu memahami konsep keadilan, kepribadian, dan kebenaran.
Pertimbangan dalam menentukan bahan pembelajaran menulis cerpen bagi anak
sekolah menengah adalah disesuaikan dengan kondisi psikologis siswa yakni,
bahan yang sudah mulai meninggalkan unsur-unsur fantasi dan masuk kepada
unsur realitas, mulai mengarah pada upaya pemahaman melalui hipotesis, dan
adanya implementasi konsep/prinsip. Pertimbangan psikologis tersebut diperlukan
agar dapat menumbuhkan minat, daya ingat, kemauan mengerjakan tugas,
kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan
problem yang dihadapi. Pemilihan bahan pembelajaran erat kaitannya dengan
tingkat kesiapan anak.
Pertimbangan selanjutnya untuk menentukan bahan pembelajaran menulis
cerpen adalah sudut pandang bahasa. Guru dalam memilih bahan pembelajaran
cerpen dengan mempertimbangkan kosakata yang baru, segi ketatabahasaan,
41
situasi dan pengertian isi wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Ciri-
ciri bahan pembelajaran yakni menarik, mengandung banyak lakuan, bahagia pada
akhir cerita, tidak terlalu panjang, dan menyenangkan.
Unsur-unsur literer yang membangun cerpen adalah alur, latar, tema,
penokohan, dan gaya yang khas. Alur cerita tersusun dalam urutan yang logis dan
sesuai tuntutan cerita. Latar cerita memiliki ciri-ciri: uiversal, menanamkan
kebenaran, dan perjuangan antara kekuatan baik dan jahat. Penokohan atau
penggambaran watak tokoh memiliki ciri-ciri: meyakinkan, nyata, tindakannya
konsisten dengan plot, penggambarannya sederhana dan langsung. Selain itu juga
sedikit memiliki citraan, penggambaran tokohnya hidup, memiliki suatu yang
khas dan menarik, serta nama tokoh mudah diingat atau mengesankan. Sedangkan
gaya pengarang dalam cerita memiliki ciri-ciri: mengesankan, segar, tepat, serta
bila dibacakan terlihat menarik.
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa materi pembelajaran
sastra tidak hanya mencakup tentang peristiwa sastra atau cipta sastra, melainkan
sejumlah persoalan dan hasil olah pikir dan karya siswa. Hasil tulisan siswa dapat
menjadi materi pembelajaran yang menarik dalam sebuah kelas apresiasi sastra.
Selain itu, pertanyaan-pertanyaan siswa dalam sebuah diskusi, merupakan materi
pembelajaran yang menghidupkan kelas. Materi pembelajaran ditujukan untuk
mengembangkan pengetahuan siswa tentang sastra dan membangkitkan minat
siswa untuk menulis kreatif sastra.
8. Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan)
a. Pengertian Strategi 3M
Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa
karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan
menuangkan pikiran. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa kondisi
sekolah mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Namun, kondisi tersebut
bisa diatasi apabila guru mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
merencanakan strategi pembelajaran yang menarik. Berdasarkan pertimbangan
42
tersebut, penulis berusaha untuk memberikan alternatif strategi pembelajaran
menulis yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Strategi pembelajaran tersebut dikembangkan dari strategi copy the
master. Strategi copy the master merupakan sebuah strategi yang diturunkan
dari pendekatan menulis terpimpin, kontekstual, model, dan proses. Sementara
itu, ungkapan copy master tersebut berasal dari pemikiran orang china
sebagaimana yang diutarakan Ismail Marahhimin (2004: 20) bahwa konon
pada zaman dahulu di China, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberikan
lukisan yang sudah jadi dan baik. Bisaanya lukisan yang dibuat oleh sang
master, yaitu orang yang ahli melukis atau pelukis terkenal. Sang calon
pelukis disuruh melukis dengan meniru model lukisan yang disediakan.
Dengan cara yang demikian ini, calon pelukis akhirnya bisa melukis sendiri,
dan mulai menemukan bentuk khas sesuai dengan kepribadiaannya. Dan
strategi pembelajaran yang demikian yang dinamakan copy the master, yang
artinya meniru lukisan sang ahli.
Proses tersebut dapat pula berlaku pada bidang lain termasuk
pembelajaran menulis. Ismail Marahimin (2004: 21) juga menyatakan bahwa
copy the master dalam pembelajaran menulis merupakan model yang paling
disukai banyak penulis. Ide ini diperkuat pendapat bahwa strategi copy the
master adalah strategi yang mudah karena dekat dengan penulis. Namun
seiring perkembangan ilmu pengetahuan copy the master juga mengalami
pengembangan. Copy the master selanjutnya oleh Ismail Marahimin
dikembangkan menjadi strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan).
Namun demikian, copy the master memiliki perbedaan dengan stategi 3M
meskipun Strategi 3M merupakan strategi hasil pengembangan strategi copy
the master. Perbedaan tersebut terletak pada proses yang berkelanjutan pada
strategi 3M yaitu proses mengolah dan mengembangkan, sementara pada copy
the master calon penulis hanya diberi kesempatan untuk meniru hingga sang
penulis mampu meniru tulisan yang dijadikan model.
Kelebihan dari Strategi 3M adalah model yang akan ditiru ini tidak
hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap
43
peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini.
Pada dasarnya strategi ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan
model yang ditawarkan. Strategi 3M melalui tiga tahap, yakni tahap meniru,
mengolah dan mengembangkan. Tahap meniru diisi dengan kegiatan
membaca, mengidentifikasi, selanjutnya menyadur. Hasil saduran tersebut
akan diolah pada bagian alur dan tokoh. Hasil olah tersebut akan
dikembangkan dalam bentuk dialog, monolog, dan komentar pengarang dan
hal inilah yang menjadi kelebihan pada strategi 3M. Strategi ini
mengedepankan proses yang sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu
kreativitas siswa juga dikembangkan pada tahap yang ketiga yaitu tahap
mengembangkan.
Jakob Sumardjo (2001: 91) menyatakan bahwa yang menjadi kriteria
cerpen yang akan dijadikan model yaitu: (1) Cerpen tersebut harus dekat
dengan calon penulis, dalam artian cerpen harus menarik perhatian calon
penulis; (2) cerpen tersebut merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh,
manunggal, dan mengandung arti.
Sama seperti hanya pada strategi copy the master, strategi 3M juga
terdapat beberapa pendekatan yang menjadi latar belakang filofisnya. Ismail
Marahimin (2004: 30) menyatakan bahwa pendekatan yang menjadi latar
belakang filosofis metode 3M tersebut antara lain.
1) Pendekatan Menulis Terpimpin
Pendekatan menulis terpimpin merupakan pendekatan yang memulai
pembelajaran dari hal-hal yang mudah dan sederhana yang sesuai dengan
minat siswa. Keunggulan yang terdapat pada pendekatan menulis terpimpin
adalah membuat siswa menulis dengan mudah.
Depdiknas ( dalam Arnita, 2007) menyatakan bahwa pendekatan
menulis terpimpin adalah proses pembelajaran yang dimulai dari ha-hal
yang sederhana, dekat dengan lingkungan serta dapat menarik minat siswa
sehingga siswa dapat menyelesaikan tulisannya dengan mudah.
44
2) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
yang akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa aktivitas menulis akan
lebih bermakna bila dilakukan dengan berorientasi pada tujuan.
Tujuan menulis adalah menyampaikan apa yang ada dalam gagasannya kepada pembaca. Dengan demikian pembelajaran menulis yang dilakukan akan lebih alamiah karena siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002: 1).
3) Pendekatan Analisis Model
Pendekatan analisis model mengasumsikan bahwa keterampilan
menulis berhubungan erat dengan membaca. Menurut Stephen D. Krasen
(dalam Hernowo, 2004: 11) menyatakan bahwa hasil riset denga jelas
menunjukkan bahwa orang belajar menulis lewat membaca. Sehingga
kemampuan menulis seseorang dipengaruhi oleh banyaknya wawasan yang
diperoleh dari proses ia membaca.
Hal tersebut merupakan sebuah penguatan atas apa yang dicetuskan
Ismail Marahimin (2004: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis
haruslah mencontoh tulisan-tulisan bermutu sebagai model untuk ditiru. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya membaca sebagai langkah awal untuk
menulis.
4) Pendekatan Proses
Menurut Siswandi (2006: 7) dalam menulis seseorang dituntut
pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan khusus, dan
pengajaran langsung. ”Pendekatan proses dapat diartikan sebagai wawasan
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang
bersumber dari kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam
diri siswa” (Moejiono dan Dimyati, 1991: 14).
45
Secara garis besar terdapat tiga tahap yang harus dilalui jika
seseorang hendak menulis, yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap
penuangan; dan (3) tahap peninjuauan. Dalam penerapan di kelas, siswa
akan dituntun oleh guru untuk berlatih melalui proses menulis tahap demi
tahap, sehingga mereka merasa jika proses itu diikuti dan akan
menghasilkan tulisan yang baik.
b. Rancangan Pengajaran Menggunakan Strategi 3M
1) Tujuan Pengajaran
Sesuai dengan kurikulum yang menjadi pegangan dalam penelitian
ini, tujuan pengajaran yang diharapkan adalah peserta didik mampu menulis
karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam jenis cerpen.
2) Materi Pengajaran
Pembahasan materi pengajaran dalam stategi ini sebatas pada
pengetahuan awal yang nantinya akan menjadi landasan siswa terkait
dengan penulisan cerpen sehingga materi berfungsi sebagai pengetahuan
dasar secara teoritis terhadap sebuah cerpen. Materi yang akan disajiakan
pada pengenalan tersebut mencakup pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen,
unsur intrinsik cerpen, serta strategi 3M dalam menulis cerpen.
3) Peranan Siswa, Guru, dan Materi
Peranan siswa dalam penelitian ini adalah sebagai subyek
pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, hal ini
karena pembelajaran yang dilakukan tidak lagi menjadikan guru sebagai
pusat pembelajaran. Namun demikian pada tahap awal guru berkewajiban
memberikan pengantar materi pembelajaran tentang sebuah cerpen
kemudian mengarahkan siswa menulis cerpen menggunakan strategi 3M.
Materi yang ada dalam pembelajaran berperan sebagai pengetahuan awal
terhadap pembelaran cerpen yang sedang berlangsung.
46
c. Tahapan Strategi 3M
Ismail Marahimin (2004: 33) menyatakan bahwa tahapan strategi 3M
mengacu pada beberapa tahapan pembelajaran menulis pada penelitian-
penelitian sebelumnya. Adapun rincian dan penjelasan tahap pada strategi
3M sebagai berikut.
1) Tahap Meniru
Tahap meniru diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan
membaca cerpen yang dijadikan model. Pada tahap ini siswa akan diberikan
satu cerpen yang dijadikan model yang dekat dengan dunia mereka (siswa).
Selanjutnya siswa mengidentifikasi unsur cerpen dengan mengisi bagan
yang telah disediakan. Adapun bagan tersebut berisi tentang siapa, kapan,
bagaimana, dimana, mengapa. Setelah itu siswa akan menyadur cerpen
model dengan mengganti unsur tokoh dan latar yang sesuai dengan dunia
siswa. Adapun yang menjadi ciri-ciri tahap meniru adalah: (1) adanya
kegiatan pemahaman unsur-unsur cerpen dengan cara mengidentifikasi
unsur-unsur cerpen; (2) dilanjutkan dengan kegiatan mengganti unsur yang
paling mudah yakni tokoh dan latar; (3) kegiatan terakhir pada tahap meniru
yakni menulis dengan meniru model cerpen.
2) Tahap Mengolah
Pada tahap olah siswa akan mengolah hasil saduran namun hanya
beberapa unsur. Unsur tersebut adalah tokoh, latar, dan alur. Pertimbangan
digunakannya tiga unsur karena unsur tokoh, latar, dan alur adalah unsur
yang paling mudah dikembangkan secara kreatif dan untuk efisiensi waktu
pembelajaran. Pada tahap mengolah tokoh, yang dilakukan siswa yakni
dengan menambah tokoh dalam cerita, mendeskripsikan watak tokoh, dan
mengubah cerita secara relatif sama. Sedangkan pada tahap mengolah alur
cerita, kegiatan siswa adalah dengan membuat urutan-urutan peristiwa baru.
Adapun yang menjadi ciri-ciri tahap mengolah adalah: (1) kegiatan
mendeskripsikan tokoh dengan menambah dialog, monolog, dan komentar,
47
(2) kegiatan mendeskripsikan latar waktu dan tempat, dan (3) kegiatan
mengolah peristiwa dalam alur.
3) Tahap Mengembangkan
Tahap mengembangkan dilakukan siswa setelah tahap mengolah.
Pada tahap ini, siswa akan mengembangkan tema baru, mengembangkan
tokoh baru, mengembangkan latar baru, dan mengembangkan peristiwa yang
baru. Adapun rincian dari setiap unsur yang dikembangkan meliputi: (1)
tema dikembangkan secara orisinil dan unik; (2) mengembangkan tokoh
dengan melengkapi dialog, monolog, dan komentar; (3) mengembangkan
latar dengan mendeskripsikan secara rinci; (4) mengembangkan peristiwa
dalam kalimat secara lengkap; (5) menggunakan bahasa yang komunikatif;
(6) menggunakan ejaan yang benar.
Pada tahap mengembangkan memiliki ciri-ciri: (1) kegiatan
mengembangkan tema yang dilakukan oleh siswa sendiri dan (2) kegiatan
mengembangkan tokoh, latar, dan peristiwa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen merupakan penelitian
yang menarik. Banyaknya penelitian tentang menulis cerpen tersebut dapat
dijadikan salah satu bukti bahwa menulis cerpen-cerpen di sekolah-sekolah sangat
menarik untuk diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah
(2005), Maulana (2005), dan Kusworosari (2007).
Farikoh (2003) melakukan penelitian tentang peningkatan menulis cerpen
dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya
Wisata pada siswa Kelas I3 MA Ma`hadut Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
keterampilan siswa dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan metode
karya wisata. Peningkatan ini dapat terlihat pada daya serap siswa sebelum ada
tindakan yaitu 58,66% kemudian meningkat 10,22% setelah ada siklus I menjadi
69,38%, pada siklus II meningkat 7,25% menjadi 76,63%.
48
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tutiyah (2005) berjudul
Peningkatan Kemampuan Menulis Cerkak dengan Metode Karya Wisata pada
Siswa Kelas IE SMP Negeri 1 Banjarmangun. Penelitiannya mengkaji tentang
metode karya wisata yang berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis cerkak. Penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil peningkatan
keterampilan siswa yang signifikan dengan nilai rata-rata siswa pada kegiatan
pembelajaran prasiklus ke siklus I meningkat sebesar 2,27. Setelah menggunakan
metode karya wisata nilai rata-rata keterampilan siswa dalam menulis cerkak
meningkat sebesar 0,51 %.
Kusworosari (2007) melalukan penelitian dengan judul Peningkatan
Menulis Cerpen dengan Pengalaman Pribadi sebagai Basis Melalui pendekatan
Keterampilan Proses pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 5
Semarang mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I diperoleh hasil rata-rata kelas
sebesar 62,37. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata kelas 73,65. Hal ini
menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II. Perilaku siswa kelas X-1
SMA Negeri 5 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen
mengalami perubahan dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.
Penelitian yang dilakukan Maulana (2005), yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Iklan dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing
pada Siswa Kelas 2B SMP Cinde Semarang Tahun pelajaran 2004/2005.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ternyata ditemukan adanya
peningkatan keterampilan menulis siswa kelas 2 B SMP Cinde Semarang setelah
mengikuti pembelajaran menulis iklan dengan menggunakan metode latihan
terbimbing. Perubahan perilaku siswa juga tampak selama penelitian berlangsung,
siswa sudah berperilaku positif terhadap pembelajaran.
Berdasarkan penelitian di atas, diketahui bahwa penelitian tentang menulis
cerpen sudah mulai banyak dilakukan meski masih terbatas, dari penelitian
tentang menulis cerpen di atas menunjukkan adanya peningkatan. masing-masing
49
penelitian menggunakan media dan teknik yang berbeda-beda dan menghasilkan
peningkatan yang berbeda-beda pula. Tetapi upaya peningkatan menulis cerpen
masih perlu di kembangkan dan dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara
peningkatan keterampilan menulis yang dipilih oleh penulis adalah peningkatan
keterampilan menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M (meniru, mengolah,
mengembangkan).
C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pengajaran menulis mempunyai tujuan supaya siswa
memiliki keterampilan, pengalaman, dan memanfaatkan keterampilan menulis
dalam berbagai keperluan. Keterampilan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah. Kenyataan yang ada dalam pembelajaran menulis cerpen belum
memenuhi tujuan yang akan dicapai. Pada umumnya siswa belum mampu
menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaannya dengan baik dalam sebuah
karya sastra khususnya cerpen.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa strategi 3M (meniru,
mengolah, dan mengembangkan) menekankan keseimbangan antara kualitas
dalam pembelajaran menulis cerpen. Strategi 3M dilakukan melalui tahapan
prapenulisan yang berupa pengenalan siswa terhadap cerpen disertai contoh
cerpen, tahap penulisan (mengolah) yang didasarkan atas contoh cerpen yang
telah diberikan sebelumnya, dan proses terakhir proses mengembangkan dimana
siswa dituntut untuk dapat mengembangkan ide atau gagasan dalam membuat
cerpen berdasarkan rangkaian proses yang dilakukan sebelumnya. Adapun yang
menjadi tujuan pengadaan strategi 3M adalah agar siswa dapat terlibat secara
langsung proses penulisan cerpen yang dimulai dari proses prapenulisan hingga
sampai proses mengembangkan. Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan
rasa memiliki terhadap karangan yang mereka buat. Sebagai model pembelajaran
yang konstruktivistik, strategi 3M dapat memberikan lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berpartisipasi secara
aktif dalam pembelajaran, mengkonstuksi konsep-konsep yang terdapat dalam
strategi 3M, sehingga kemampuan menulis cerpen siswa dapat meningkat.
50
Kerangka berpikir
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah:
”Penggunaan Metode 3M (meniru, mengolah, mengembangkan) dapat
meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen dan kemampuan menulis
cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester
2 Tahun pelajaran 2009/2010”
Kualitas proses pembelajaran rendah ditandai dengan 1. Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. 2. Rendahnya Keaktifan para siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. 3. Kerja sama siswa tidak terjalin. 4. Pembelajaran tidak menarik karena berpusat
pada guru dan berorientasi pada siswa.
Rendahnya kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
Pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M.
Kemampuan menulis cerpen siswa rendah ditandai dengan 1. Penilaian yang meliputi topik, tokoh dan
penokohan, alur, latar, diksi dan gaya
bahasa, pilihan kata, ejaan dan tanda baca
belum mencapai KKM yaitu nilai 65.
2. Pengetahuan siswa tentang cerpen rendah.
Kualitas Pembelajaran Menulis Cerpen meningkat (Keaktifan, Kesungguahan, kerja sama siswa meningkat, dan pembelajaran berpusat pada siswa dan berorientasi pada proses menulis cerpen.
Kemampuan menulis dan pengetahuan siswa tentang
cerpen meningkat (Topik Cepen ( Isi gagasan yang
dikemukakan ), Organisasi Isi dalam Cerpen, Tata
Bahasa, Gaya (Pilihan Struktur dan Kosa Kata),
Ejaan, serta ketuntasan belajar meningkat).
Planning
Acting Observing
Reflecting
51
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk yang
beralamatkan di Manggung, Sukorejo, Musuk, Boyolali, kode pos 57361, telp.
08122615912. Sekolah ini dipimpin oleh Bambang Wahyadi, S.Pd. Alasan
pemilihan SMA Negeri 1 Musuk sebagai lokasi penelitian adalah karena memang
sekolah ini mengalami permasalahan di dalam pembelajaran menulis, khususnya
menulis cerpen. Alasan lain yaitu sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah
yang terbuka dan mau menerima segala bentuk penelitian yang berhubungan
dengan pendidikan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah dan
profesionalisme guru sekolah tersebut. Selain itu sekolah tersebut belum pernah
digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari
kemungkinan adanya penelitian ulang.
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan yang dimulai dari tahap
persiapan yang dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga pelaporan hasil
pengembangan pada bulan Mei 2010. Untuk lebih jelasnya berikut ini dapat
dikemukakan rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis kegiatan Waktu
Sep.
2009
Des.
2009
Jan.
2010
Feb.
2010
Maret
2010
April 2010 Mei
2010
1. Persiapan survai awal
sampai penyusunan
prososal
2 Pengumpulan data
3 Analisis data
4 Penyusunan Laporan
52
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 1
Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun
jumlah siswa kelas X.1 adalah 33 siswa. 12 Siswa berjenis kelamin laki-laki dan
sisanya sebanyak 21 siswa berjenis kelamin perempuan.
Dipilihnya kelas X.1 sebagai responden penelitian didasarkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut.
1. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas X.1 semester dua terdapat
beberapa kompetensi dasar, salah satunya yaitu kemampuan mengungkapkan
pengalaman diri sendiri atau orang lain ke dalam cerpen.
2. Hasil wawancara dengan Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
kelas X.1. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
kelas X.1 diperoleh informasi bahwa siswa kelas X.1 memiliki kemampuan
menulis cerpen yang rendah. Proses pembelajaran menulis cerpen yang
dilakukan selama ini masih menggunakan metode ceramah tanpa bantuan
media maupun strategi pembelajaran apapun.
3. Kelas X.1 memiliki keterampilan menulis cerpen rendah. Padahal menulis
merupakan tuntutan kurikulum. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan
keterampilan menulis tersebut salah satunya yaitu melalui penggunaan
strategi 3M.
C. Sumber Data Penelitian
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian
dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber dat tersebut
meliputi:
1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yakni
berbagai kegiatan pembelajaran menulis cerpen yang berlangsung di dalam
kelas yang dialami oleh siswa dengan menggunakan strategi 3M.
2. Informan dalam penelitian ini yaitu guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas
X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
53
3. Dokumen yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis cerpen, hasil tes
siswa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru dan peneliti,
serta hasil angket yang diisi oleh siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Tes
Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis cerpen. Tes menulis cerpen adalah
tes yang menuntut siswa untuk menulis cerpen. Tes ini bertujuan mengetahui
kemampuan siswa dalam menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M. Alat
tes menulis cerpen berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk
menulis cerpen. Waktu yang digunakan untuk menulis cerpen adalah 60 menit.
Kriteria penilaian menulis cerpen dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen Aspek Skor Maksimal
- Topik Cerpen ( Isi gagasan yang dikemukakan ).
- Organisasi Isi dalam Cerpen.
- Tata Bahasa.
- Gaya: Pilihan Struktur dan Kosa Kata.
- Ejaan.
35
25
20
15
5
Jumlah 100
( Burhan Nurgiyantoro.”Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra”.2001: 306)
Berdasarkan pedoman penilaian penilaian kemampuan menulis cerpen
tersebut, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen berhasil dengan
sangat baik, berhasil baik, berhasil cukup baik, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
Siswa yang berhasil sangat baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85-100,
siswa yang berhasil dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75-84, siswa
yang berhasil dengan kategori cukup baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 60-
74, siswa yang berhasil dengan kategori kurang baik yaitu siswa yang
memperoleh nilai 50-59, dan siswa yang tidak berhasil yaitu siswa yang
memperoleh nilai 0-49.
54
2. Instrumen Nontes
Teknik nontes alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan di kelas tanpa alat tes. Teknik nontes diperlukan untuk
mendapatkan data yang tidak , atau paling tidak secara langsung, berkaitan dengan
laku kognitif.
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
terhadap perubahan perilaku siswa pada proses pembelajaran menulis cerpen
yang terjadi selama proses penelitian di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
Teknik ini dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan tanggal 17 Februari
2010.
Observasi dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan
pasif dan mengamati jalannya proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti mengambil posisi duduk di tempat
duduk paling belakang yang memang telah disediakan untuk peneliti. Selama
berada di belakang peneliti dapat leluasa mengamati proses pembelajaran
tanpa mengaanggu jalannya pembelajaran menulis cerpen yang sedang
berlangsung.
Pengamatan terhadap siswa mencakup kemampuan siswa dalam
menulis cerpen. Tulisan cerpen yang dibuat siswa hendaknya sesuai dengan
struktur atau kriteria menulis cerpen yang baik yang mencakup aspek isi,
organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dam mekanisme pembuatan. Selain
itu, diamati dari keaktifan serta minat siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Sedangkan pengamatan terhadap kinerja guru diamati
berdasarkan kesuaian proses pengajaran dengan skenario pembelajaran yang
telah ditetapkan. Selain itu, diamati juga dari peran guru dalam pengelolaan
kelas srta peran guru dalam memberikan motivasi terhadap siswanya.
Hasil observasi selanjutnya didiskusikan peneliti dengan guru
kemudian dianalisis untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada serta
mencari jalan keluar atas permasalahan yang muncul selama proses
pebelajaran menulis ceren berlangsung.
55
b. Wawancara Mendalam ( teknik In-depth Interview )
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai
respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data
tentang respon siswa terhadap meteri keterampilan menulis cerpen melalui
penggunaan strategi 3M. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 16
Februari 2010 pada pukul 12.00 WIB. Wawancara dilakukan terhadap guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia di ruang Tata Usaha di sekolah tersebut.
Selain mewawancari guru, peneliti juga mewawancarai siswa yang
dilakukan di kantin sekolah selama istirahat pertama berlangsung pada hari
Sabtu, tanggal 13 Februari 2010. Suasana kantin pada saat itu tidak begitu
ramai karena sebagian besar siswa berada di lapangan menyaksikan latihan
upacara teman mereka sebagai persiapan lomba tata upacara bendera se-
kabupaten Boyolali. Wawancara dilakukan untuk mengetahi metode
pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan guru. Teknik ini juga digunakan
untuk mengetahi bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan guru selama ini. Adapun yang menjadi topik wawancara adalah
pembelajaran menulis cerpen yang terjadi di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
c. Dokumentasi (Foto)
Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengambilan gambar (foto). Dokumentasi merupakan data yang cukup penting
sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, peneliti
memandang perlu menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data
instrumen nontes. Foto yang diambil sebagai sumber data, dapat memperjelas
data yang lain. Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan dan
dipadukan dengan data lain. Pengambilan gambar dilakukan pada saat siswa
melakukan beberapa aktivitas yaitu menulis cerpen, dan pada saat guru
memberikan bimbingan kepada siswa saat pembelajaran.
56
E. Uji Validitas Data
Berbagai data yang didapatkan dalam penelitian ini diuji validitasnya
dengan teknik triangulasi sumber, triangulasi metode, serta review informan.
Trianggualsi metode adalah teknik untuk menguji kebenaran dengan
membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan data yang
diperoleh dari hasil wawancara. Trianggulasi sumber adalah teknik yang
digunakan untuk menguji kebenaran dengan mengacu pada kebenaran data yang
diperoleh dari satu informan dengan informan lain. Review informan digunakan
untuk mengetahui keaviditasan hasil wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Mulyadi (2006: 9) mengatakan bahwa teknik analisis
deskriptif komparatif mencakup analisis kritis komparatif terhadap kelemahan dan
kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di
dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai tes antar siklus
maupun dengan indikator kinerja
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara
diklasifikasikan sebagai data kualitaif. Data ini diinterpretasikan kemudian
dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Data yang berupa hasil tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan
nilai tes antar siklus dengan indikator kinerja. Analisis dilakukan terhadap nilai
yang diperoleh pada tiga siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes
antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas
ketercapaian yang telah ditetapkan.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dinilai dari aspek-aspek
indikasi ketercapaian dalam pembelajaran. Adapun aspek-aspek yang telah
57
ditentukan menjadi indikator ketercapaian tujuan penelitian ini yaitu aspek proses
pembelajaran menulis cerpen. Selain itu, indikator keberhasilan juga dilihat dari
aspek ketuntasan belajar menulis cerpen yang telah ditetapkan oleh sekolah
dengan batas ketuntasan minimal dengan nilai 65.
Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas dirumuskan
indikator sebagai berikut.
Tabel 3. Indikator Keberhasilan untuk Proses Pembelajaran Menulis Cerpen
Aspek yang Diukur
Indikator Keberhasilan Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Presentase
Hasil
Capaian
Siklus III
1. Motivasi Belajar
Siswa. Rendah
Terjadi
peningkatan >75 %
Siswa tertarik dan senang
dengan pembelajaran
menulis cerpen.
2. Keaktifan para
siswa dalam
kegiatan belajar
mengajar.
Rendah Terjadi
peningkatan >75 %
Siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Keterlaksanaan
oleh guru. Rendah
Terjadi
peningkatan >75 %
Pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan rencana.
4. Keterlaksanaan
oleh siswa. Rendah
Terjadi
peningkatan >75 %
Pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan rencana
tanpa ada hambatan yang
bersumber dari siswa.
5. Interaksi siswa
dengan guru. Rendah
Terjadi
peningkatan >75 %
Terjadi hubungan timbal
antara siswa dengan guru
dalam kegiatan belajar
mengajar.
( Nana Sudjana. ”Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”.2006: 60 )
58
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Kemampuan Menulis
Cerpen Aspek yang Diukur
Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Presentase
Target
Capaian Indikator Keberhasilan
Siklus III
Ketuntasan Belajar
(Hasil Pembelajaran
menulis Cerpen)
Rendah Tinggi >75 %
Nilai Siswa Mencapai Standar
Ketuntasan Minimal Untuk
Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, Yaitu 65
Didasarkan Atas Aspek
Penilaian Yang Meliputi:
1. Topik Cerpen.
2. Organisasi Isi.
3. Tata Bahasa
4. Gaya.
5. Ejaan.
( Nana Sudjana. ”Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”.2006: 62 )
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai dengan akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem
berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi
Arikunto (2006: 74). Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: 1)
perencanaan tindakan (Planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3)
pengamatan (observing), 4) refleksi ( reflecting).
43
59
Berikut ini prosedur penelitian ini jika dilukiskan dalam bentuk gambar.
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
( Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto,dkk.”Penelitian Tindakan
Kelas”.2006: 74)
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Rancangan Siklus I
1). Tahap Perencanaan, mencakup kegiatan:
a) Penyusunan silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan meteri menulis cerpen I.
b) Merancang skenario pembelajaran membaca cerpen melalui langkah-
langkah: (1) Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan
dengan kegiatan menulis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
contoh-contoh profesi yang berkaitan dengan kegiatan menulis, (2)
Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
tentang pengertian menulis, pengertian cerpen, unsur-unsur
pembangun cerpen. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi
dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi. Guru
memperkenalkan strategi 3M dalam menulis cerpen, (3) Guru
Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan data I
Perencanaan tindakan II Pelaksanaan
tindakan II
Refleksi II Pengamatan/ pengumpulan data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila masalah belum terselesaikan
60
membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan
contoh cerpen, siswa diminta untuk berdiskusi untuk mencari unsur-
unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagiakan,
(4) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan
kelas, (5) Guru meminta siswa menulis cerpen berdasarkan unsur-
unsur pembangun cerpen yang telah didiskusikan sebelumnya dengan
menggunakan strategi 3M.
2). Tahap Pelaksanaan, dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran
yang sesuai skenario pembelajaran dan RPP yang telah dibuat, siklus
pertama pembelajaran dilakukan oleh guru dengan mengenalkan strategi
3M pada pembelajaran cerpen selain itu juga masih harus melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran dengan wawancara kepada
beberapa siswa setelah pembelajaran selesai.
3). Tahap Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktikvitas siswa dalam mengikuti pembelajaran). Guna memperoleh data
yang akurat dapat dilakukan dengan wawancara dengan para siswa
berkaitan dengan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4). Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan dengan cara menganalisis hasil
pekerjaan siswa, hasil observasi, dan hasil wawancara yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil analisis maka akan didapat kesimpulan guna
mengetahui apakah strategi 3M yang diterapkan pada siklus I dapat
meningkatkan kualitas proses serta hasil pembelajaran menulis cerpen.
Sebagai bahan acuan keberhasilan proses serta hasil pembelajaran
dinyatakan dengan tercapainya target yang ditetapkan atau bahkan
melebihi target yang telah ditetapkan.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan)
Sebagaimana telah dituliskan di depan, penelitian ini bertujuan untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis cerpen pada
siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Survei kondisi pratindakan dilakukan
guna mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan
proses penelitian. Survei ini dilakukan dengan cara observasi lapangan,
wawancara dengan guru dan siswa, serta angket. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran menulis cerpen di kelas X.1 SMA Negeri 1
Musuk.
Survei dilakukan pada hari Selasa, 16 Februari 2010 pada jam pelajaran ke
7-8 (pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.45 WIB). Survei dilakukan pada
saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun jumlah siswa di kelas
tersebut adalah 33 siswa.
B. Deskripsi Kondisi Kelas
Kondisi kelas pada pratindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut.
1. Metode Mengajar yang Diterapkan Guru Kurang Menarik.
Dalam mengajar guru menggunakan metode tanya jawab dan tugas.
Terkadang siswa ditugasi untuk membaca sendiri materi modul yang kurang
lengkap, setelah itu siswa ditugasi mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh
guru secara berkelompok. Meskipun siswa sudah berada dalam kelompok
yang telah dibagi guru namun, guru belum mampu menguasai keadaan kelas
yang ramai. Hal ini terbukti dari hasil observasi terlihat dalam berdiskusi
siswa tidak semuanya mengerjakan tugas. Selain itu masih terdapat siswa
yang bermalas-malasan.
Saat mengerjakan tugas yang diberikan guru terlihat masih banyak
siswa yang merasa kesulitan menangkap penjelasan guru. Sebagian besar dari
mereka belum memahami betul mengenai cerpen dan langkah-langkah dalam
membuat cerpen. Berdasarkan hasil survei tersebut, guru dan peneliti
46
62
berdiskusi dan berkolaborasi sehingga menghasilkan kesepakan bahwa untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen adalah dengan
melakukan tindakan dengan menggunakan strategi 3M (Meniru, Mengolah,
dan Mengembangkan) yang merupakan strategi hasil pengembangan dari
strategi Copy Master.
2. Guru Kesulitan dalam Mengelola Kelas.
Sebagian siswa berbicara dengan temannya. Beberapa siswa yang lain
sibuk menyisir rambut, memukul-mukul meja dengan buku, tidur-tiduran
ketika pembelajaran berlangsung meskipun guru berada di dalam kelas.
Hanya sebagian kecil siswa yang tampak memperhatikan guru ketika
pembelajaran berlangsung, terutama siswa yang duduk di deretan terdekat dari
posisi guru ketika mengajar. Ketika guru berpindah ketitik yang lain, siswa
yang tadinya berada pada posisi dekat dengan guru dan terlihat
memperhatikan guru, ternyata sama halnya siswa yang lain yang berbicara
dengan temannya. Terkadang guru harus berdiam diri karena suara guru
hampir tidak terdengar karena terlalu ramainya kelas. Selain itu siswa yang
berada jauh dari posisi guru waktu mengajar terlihat tiduran. Hal ini
mengindikasikan bahwa keberadaan guru mengalami kesulitan dalam
mengelola kelas.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru, keadaan tersebut
memang diakui oleh guru. Guru mengungkapkan bahwa kondisi tersebut
disebabkan oleh terlalu dekatnya hubungan guru dengan siswa.
Menurut pengakuan siswa yang peneliti wawancarai, siswa
mengungkapkan bahwa sikap guru kurang tegas. Meskipun terkadang guru
terlihat tegas namun, guru lebih sering menuruti kemauan siswanya. Diakui
oleh siswa bahwa mereka memang dekat dengan guru namun, kedekatan
mereka justru membuat mereka merasa terbisaa berkelakuan yang tidak
seharusnya dilakukan oleh seorang siswa di dalam kelas pada umumnya. Hal
ini terlihat saat pelajaran berlangsung masih terdapat siswa yang
bercengkerama dengan temannya, tidur-tiduran bahkan memukul-mukul meja
63
menggunakan buku. Sehingga saat guru memberiakn pertanyaan pada mereka,
merekapun tidak mengerti sama sekali apa yang ditanyakan oleh gurunya.
Selain itu menurut siswa, guru yang bersangkutan baru awal semester II
mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut sementara pada
semester I diampu oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang lain.
3. Perhatian, Motivasi, dan Minat untuk Mengikuti pembelajaran Menulis
Cerpen Kurang.
Berdasar kegiatan pengamatan yang dilakukan di kelas, wawancara
terhadap siswa dan guru, terlihat bahwa perhatian motivasi, dan minat untuk
mengikuti pembelajaran menulis cerpen kurang. Menurut siswa, pembelajaran
menulis adalah pembelajaran yang tidak menyenangkan. Hal tersebut terlihat
dari sikap siswa yang selalu mengeluh saat diberikan tugas oleh guru untuk
menulis cerpen. Perhatian mereka tidak sepenuhnya tercurah pada
pembelajaran menulis cerpen.
Selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung, siswa menunjukkan
sikap kurang berminat mengikuti pelajaran. Hanya sesekali guru terlihat
memperingatkan siswa yang perhatiannya tidak terfokus pada proses
pembelajaran. Namun, siswa hanya memperhatikan saat guru mereka menugur
mereka. Sementara guru berpindah posisi mereka kembali menunjukkan sikap
yang kurang berminat dengan pembelajaran menulis cerpen.
Posisis guru ketika kegiatan pembelajaran menulis cerpen berlangsung
lebih benyak berada di depan kelas dan hanya sesekali berada di belakang
kelas itupun dilakukan guru hanya saat menegur siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru.
4. Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Rendah.
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kesulitan
dalam menulis cerpen. Mereka merasa kesulitan dalam merangkai kata dan
menuangkan ide maupun gagasan mereka dalam bentuk tulisan yang dalam
hal ini adalah cerpen. Selain itu, kosa kata yang dimiliki siswa sangat terbatas
64
sehingga cukup mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengembangkan
idenya untuk dituangkan dalam bentuk cerpen.
Hal lain yang membuat mereka Merasa kesulitan untuk menulis cerpen
yaitu mereka tidak bisa membuat karangan yang runtut. Dalam pembelajaran
menulis cerpen guru hanya memberikan materi cerpen secara umum dan
langsung menyuruh siswa untuk membuat cerpen sementara siswa belum
mengerti dengan jelas apa dan bagaimana bentuk cerpen tersebut. Penilaian
yang dilakukan gurupun belum menggunakan aspek-aspek penilaian dalam
kriteia penilaian tulisan. Guru selama ini menggunakan penilaian menulis
berdasarkan kerapian tulisan, panjang tulisan dan tidak terlalu banyaknya
coretan dalam tulisan siswanya. Sehingga, siswapun saat mendapatkan tugas
menulis termasuk menulis cerpen, mereka lebih mementingkan
memperbanyak tulisan mereka tanpa mengindahkan mekanisme dan langkah-
langkah menulis cerpen. Hal ini peneliti peroleh dari hasil menulis yang
dilakukan siswa sebelum adanya tindakan (pratindakan).
Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan berupa
cerpen yang baik, terbukti dari hasil pekerjaan menulis cerpen yang diberikan
guru belum memenuhi batas ketuntasan yang telah ditetapkan sekolah yaitu
nilai 65.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing
terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berikut penjabaran hasil
penelitian yang telah dilakukan, yaitu deskripsi tentang peningkatan kualitas
pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
Adapun rincian proses penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan Tindakan I
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010 di ruang
guru SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia mendiskusiskan rancangan tindakan pada siklus pertama yang akan
65
dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran
(2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai
dengan pukul 10.00 WIB.
Tahap perencanaan tindakan I yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 20
Februari 2010 meliputi kegiatan sebagai berikut.
a) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen
untuk hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45
menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan
pukul 10.00 WIB dengan menggunakan strategi 3M, yakni dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kegiatan
menulis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya contoh-contoh profesi
yang berkaitan dengan kegiatan menulis.
(2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
tentang pengertian menulis, pengertian cerpen, unsur-unsur
pembangun cerpen. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi
dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi. Guru
memperkenalkan strategi 3M dalam menulis cerpen.
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan
contoh cerpen, siswa diminta untuk berdiskusi untuk mencari unsur-
unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagiakan.
(4) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan
kelas.
(5) Guru meminta siswa menulis cerpen berdasarkan unsur-unsur
pembangun cerpen yang telah didiskusikan sebelumnya dengan
menggunakan strategi 3M.
b) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk materi menulis cerpen I berdasarkan silabus dari sekolah.
c) Peneliti dan guru mempersiapkan sumber belajar yang berupa contoh
cerpen dari buku dan media massa.
66
d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan
nontes. Instrumen tes berupa tes unjuk kerja untuk menilai kemampuan
menulis cerpen siswa. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan
keaktifan, motivasi, dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran di
kelas.
2) Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2
jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30
WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1
Musuk. Dalam pelaksanaan tindakan I ini, guru bertindak sebagai pemimpin
jalannya kegiatan belajar mengajar. Sedangkan peneliti melakukan observasi
atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang
sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
a) Guru masuk kelas, megucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, dan
melakukan presensi terhadap siswa.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, serta tujuan
pembelajaran menulis cerpen pada pertemuan kali ini.
c) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang
pengertian menulis, pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen.
Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan temanny tentang ha-
hal yang yang dipertanyakan tadi. Guru memperkenalkan strategi 3M
(meniru, mengolah, dan mengembangkan).
d) Guru membentuk siswa ke dalam kelompok belajar memberikan contoh
cerpen untuk dibaca oleh siswa kemudian dianalisis unsur-unsur
pembangun cerpennya dengan cara diskusi kelompok.
e) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas.
f) Siswa diminta meniru unsur-unsur cerpen yang dianalisis , mengolahnya
menjadi kerangka cerpen, kemudian mengembangkan kerangka cerpen
67
yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh untuk kemudian
dikumpulkan.
g) Guru menutup pelajaran pembelajaran pada pertemuan tersebut karena
pelajaran bahasa Indonesia telah selesai.
3) Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi
menulis cerpen di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Pengamatan
dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran
(2x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan
pukul 10.00 WIB.
Pada pelaksanaan tindakan I, guru mengajarkan materi menulis cerpen
dengan menggunakan strategi 3M. pada pembelajaran sebelumnya yang
dilakukan tanpa menggunakan metode maupun strategi dalam menulis cerpen.
Meskipun di awal pembelajaran guru sudah menerangkan seputar cerpen
namun. Pada tindakan I guru telah menerapkan strategi 3M diantaranya adalah
dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk dianalisis siswa berdasarkan
unsur-unsur pembangun cerpen yang terdapat di dalamnya, kemudian mereka
tiru dengan menganalisis unsur-unsur dalam cerpen yang disediakan sebagai
contoh cerpen, mengolah dengan mengubah unsur-unsur paling sederhana
yaitu tema, tokoh, serta alur, kemudian mengembangkan menjadi sebuah
cerpen yang utuh.
Pada awal pertemuan, guru mengadakan apersepsi terhadap siswa
tentang kegiatan yang berhubungan dengan menulis. Guru menyebutkan
beberapa tokoh yang berhasil sukses dari menulis. Hal tersebut dilakukan guru
dengan harapan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk menulis.
Guru membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
kemudian membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa berdasarkan
unsur-unsur pembangun cerpen yang terdapat di dalamnya. Kemudian
menyuruh siswa membuat cerpen dengan meniru unsur-unsur yang telah
68
didiskusikan sebelumnya. Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil tulisan
mereka sebelum menutup pelajaran pada pertemuan tersebut.
Sementara itu, peneliti mengadakan observasi sebagai partisipan pasif
terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengambil
posisi duduk di belakang kelas. Hal ini dilakukan peneliti agar mampu
mengamati jalanya pembelajaran tanpa mengganggu jalannya pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran
tentang jalannya kegiatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia pada
pembelajaran menulis cerpen sebagai berikutt.
a) Guru telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. RPP tersebut telah sesuai
dengan silabus pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat di dalam
kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut, yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
b) Guru telah melaksanakan kegiatan menulis cerpen dengan baik. Guru telah
mengajar dengan arah serta tujuan yang jelas dan terencana. Selain itu
guru juga telah berusaha menerapkan strategi 3M dan berusaha mengajak
siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari
pemberian contoh cerpen yang kemudian dianalisis siswa secara diskusi
dan hasil analisis tersebut dikembangkan menjadi sebuat cerpen yang utuh.
c) Sebelum memberikan materi menulis cerpen, terlebih dahulu guru
menggali pengalaman siswa mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan menulis. Hingga pada akhirnya mengerucut pada permasalahan
menulis cerpen. Guru mengamati dan mencatat keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran guna menerapkan penilaian yang otentik.
d) Beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tindakan I ini, yaitu:
(1) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas
yang ramai dan gaduh ketika murid-murid berdiskusi. Hal ini sebagai
suatu kesalahan guru karena tidak membagi siswa kedalam kelompok
diskusi yang lebih kecil. Diskusi yang dilakukan tidak teratur karena
siswa melakukan diskusi antar meja, antarderet kolom meja, antarbaris.
69
Hingga terdapat anggota kelompok yang letak tempat duduknya jauh
sehingga membuat gaduh suasana kelas. Ada juga siswa yang mondar-
mandir menanyakan jawaban kepada teman mereka.
(2) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “cukup”
dalam kinerjanya.
(3) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 23 siswa atau sebesar 69,6 %
dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak
33 siswa. Dari 33 siswa 12 siswa telah termasuk dalam kategori
“baik”, 11 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya
sebanyak 10 siswa termasuk dalam kategori “kurang”.
(4) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan
dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 25 siswa atau
sebesar 75,7 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran,
dengan 16 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 9 siswa dalam
kategori “cukup”, dan 8 siswa dalam kategori “kurang”.
(5) Siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
gurunya. Hal ini terlihat dari sebagian besar siswa masih terlihat takut
dalam mengungkapkan pendapatnya. Selain itu saat guru memberikan
tugas masih terdapat siswa yang tidak mengetahui tugas yang
diberikan guru hingga sang guru harus mengulangi perintah yang
diberikan pada siswanya.
(6) Dari segi hasil tes unjuk kerja dari keseluruhan siswa yaitu 33 siswa
hanya 22 siswa atau sebesar 66,6 % yang mampu menulis cerpen
dengan baik dan dikatakan tuntas belajar dengan KKM yang
ditentukan sekolah sebesar 65. Sisanya sebanyak 11 siswa atau sebesar
33,3 % masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
menulis cerpennya. Mereka belum mampu mencapai batas tuntas
minimal dalam menulis cerpen dan dinyatakan belum lulus.
70
4) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan
analisis dan refleksi. Adapun yang menjadi penyebab kelemahan pada
siklus I sebagai berikut.
a) Posisi guru selalu berada di depan kelas dan tidak memberikan teguran
kepada siswa yang tidak memperhatikan selama proses pembelajaran.
Guru seharusnya berkeliling guna memberikan bimbingan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran
secara aktif.
b) Pembentukan kelompok diskusi terlalu besar. Pembentukan kelompok
diskusi seharusnya dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang kecil
dan jarak antar anggota kelompok tidak berjauhan. Hal ini
dimaksudkan agar dalam proses pembagian kelompok dan proses
diskusi semua siswa dapat aktif dan tidak terjadi kegaduhan karena
harus bertukar tempat duduk.
c) Belum dilakukannya refleksi pascabelajar sehingga guru tidak bisa
mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
d) Guru tidak memberikan motivasi siswa agar mau memperhatikan
selama proses pembelajaran dengan mengemukakan pendapatnya,
meberikan komentar dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan
dengan lancar dan benar. Motivasi-motivasi tersebut dapat berupa
nasehat-nasehat yang bisa menyadarkan siswa sehingga mereka
mengikuti pelajaran atas dasar keinginan hati mereka bukan lantaran
terpaksa. Selain itu guru harus mampu mengatur waktu sesuai dengan
alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga kegiatan-
kegiatan dalam rangkaian pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
71
b. Siklus Kedua
1) Perencanaan Tindakan II
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 Maret 2010 di
ruang guru SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti dan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia mendiskusiskan rancangan tindakan pada siklus
kedua yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 selama
2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8,
pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB.
Peneliti dan guru berdiskusi untuk menganalisis pembelajaran
pada siklus I. Analisis siklus I berupa nilai siswa pada siklus I, kondisi
pembelajaran pada siklus I, mendiskusikan kelebihan dan kekurangan
selama berlangsungnya proses pembelajaran dan berupaya melakukan
perbaikan kekurangan pada siklus I.
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, akhirnya disepakati
hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam menyampaikan
materi menulis cerpen pada siswa. Hal-hal tersebut yakni:
(a) posisi guru selama pembelajaran sebaiknya selalu berkeliling ruang
kelas untuk memonitoring kegiatan siswa agar perhatian siswa
terfokus pada proses pembelajaran. Dengan kata lain guru akan
dapat memantau siswa, baik yang duduk di bagian depan maupun
di bagian belakang.
(b) Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara memotivasi dan membimbing
siswanya.
(c) Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum ia pahami. Dengan demikian
siswa akan melakukan hal-hal yang dikehendaki guru atas dasar
kesadaran dari dalam diri siswa. Guru harus bisa mengatur waktu
sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sehingga
rangkaian kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan perencanaan.
72
(d) Pembentukan kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil
dan dalam satu kelompok diharapkan tempat duduk antar anggota
kelompoknya tidak berjauhan. Hal ini dimaksudkan agar dalam
proses pembagian kelompok dan proses diskusi, semua siswa dapat
aktif dan tidak terjadi kegaduhan karena harus bertukar tempat
duduk.
(e) Perlu dilakukannya refleksi pascabelajar. Hal ini dimaksudkan agar
guru bisa mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan kata lain
setelah adanya refleksi pascabelajar diharapkan dapat mengurangi
kelemahan dan kesalahan terhadap pembelajaran berikutnya.
Kelemahan dan kesalahan dalam pembelajaran tersebut akan
diminimalisir dan diganti dengan cara lain yang dianggap akan
lebih efektif dalam proses pembelajaran.
Berpijak pada hal-hal tersebut, peneliti dan guru kemudian
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
menulis cerpen II berdasarkan silabus dari sekolah. Selanjutnya
peneliti dan guru mempersiapkan sumber belajar yang berupa contoh
cerpen dari buku.
Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran
menulis cerpen untuk hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam mata
pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00
WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB dengan menggunakan strategi
3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Guru menanyakan kesan siswa saat pertama kali menulis
cerpen menggunakan strategi 3M.
(2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman
siswa tentang tahapan-tahapan menulis cerpen dan anatomi
cerita pendek. Guru memberikan materi mengenai tahapan-
tahapan dalam strategi 3M. Guru mempersilakan siswa untuk
73
berdiskusi dengan temannya tentang hal-hal yang yang
dipertanyakan tadi.
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar yang lebih kecil
dari sebelumnya kemudian membagikan contoh cerpen, siswa
diminta untuk menganalisis unsur-unsur pembangun cerpen
pada contoh cerpen yang telah disediakan.
(4) Guru meminta siswa mengolah cerpen dengan meniru unsur
cerpen yang paling sederhana yaitu tema, tokoh, serta alur.
(4) Guru meminta siswa mengembangkan cerpen yang telah
mereka olah menjadi sebuah cerpen dengan mengganti unsur-
unsur yang paling sederhana dari cerpen yang dijadikan sebagai
contoh.
(5) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang
berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi
pascabelajar sebelum menutup pelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan II
Tindakan II dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010
selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan
ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB di ruang kelas
X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru
bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap
proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru mengaplikasikan
solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi
kekurangan pada proses pembelajaran pada siklus I. Sedangkan
Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah
kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk
peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran.
74
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
a) Guru masuk kelas, megucapkan salam, menanyakan keadaan
siswa, dan melakukan presensi terhadap siswa.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, serta tujuan
pembelajaran menulis cerpen pada pertemuan kali ini.
c) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
tentang tahapan-tahapan menulis cerpen dan anatomi cerita
pendek. Guru memberikan materi mengenai tahapan-tahapan
dalam strategi 3M.
d) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian
membagikan contoh cerpen, siswa diminta untuk menganalisis
unsur-unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah
disediakan.
e) Guru meminta siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi
sebuah cerpen dengan meniru, mengolah, serta mengembangkan
unsur-unsur yang terkandung dalam cerpen yang dijadikan sebagai
contoh dan disesuaikan dengan tahapan-tahapan dalam menulis
cerpen.
f) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang
berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi
pascabelajar sebelum menutup pelajaran.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.
3) Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan
materi menulis cerpen di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
Pengamatan dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam
mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul
12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB.
Seperti halnya pada siklus I pelaksanaan tindakan II guru
mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M.
75
Pada tindakan II guru masih menerapkan strategi 3M dengan
menyuguhkan contoh cerpen untuk ditiru siswa dan sebagai bahan
acuan sebagai kerangka cerpen yang pada akirnya mereka kembangkan
menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Pada awal pertemuan, guru menanyakan keadaan siswanya
kemudian melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi
terhadap siswa seputar pengalaman menulis siswanya pada pertemuan
sebelumnya (siklusI). Guru melakukan refleksi pada pelaksanaan
pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah membentuk
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang lebih kecil tanpa
adanya pertukaran tempat duduk diantara siswanya. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi kegaduhan saat pembentukan
kelompok diskusi dan pelaksanaan diskusi. Guru kemudian
membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa Kemudian
menyuruh siswa untuk meniru unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya kemunian mengolahnya menjadi sebuah kerangka cerpen
dengan dan terakhir siswa diminta mengembangkan kerangka cerpen
yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh untuk kemudian
dikumpulkan. Selama proses pembelajaran guru mendampingi
siswanya secara bergantian untuk mengevaluasi keseriusan dan
kendala-kendala yang mungkin ada dalam proses membuat kerangka
cerpen dan mengembangkannya ke dalam sebuah cerpen. Kali ini guru
tidak lagi segan untuk mengingatkan dan memberikan motivasi kepada
siswanya yang belum aktif dalam proses pembelajaran. Guru menutup
pelajaran pada pertemuan tersebut.
Sementara itu, peneliti masih berlaku sebagai partisipan pasif
terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti
mengambil posisi duduk di belakang kelas sama seperti pada tindakan
pada siklus I. Hal ini dilakukan peneliti agar mampu mengamati
jalanya pembelajaran tanpa mengganggu jalannya pembelajaran.
76
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus II ini, diperoleh
gambaran tentang kondisi siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung, yaitu sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8
% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu
sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa terdapat 18 siswa telah termasuk
dalam kategori “baik”, 10 siswa termasuk dalam kategori “cukup”,
dan sisanya sebanyak 5 siswa termasuk dalam kategori “kurang”.
b) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang
keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30
siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap
pembelajaran, dengan 20 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 10
siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori
“kurang”.
c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen,
diketahui sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8% telah mampu
menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas
belajar dengan KKM yang telah ditentukan sekoalah sebesar 65,
sedangkan 5 siswa atau sebesar 15,1% belum mencapai batas
ketuntasan.
d) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja
guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori
“baik” dalam kinerjanya.
4) Analisis dan Refleksi
Pada siklus ini guru memberikan materi langkah-langkah
dalam membuat cerpen serta langkah-langkah dalam strategi 3M
sehingga siswa paham mengenai cerpen dan menulis cerpen
menggunakan strategi 3M. Siklus II ini dilakukakan pada hari Selasa, 2
Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada
jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB.
77
Proses pembelajaran pada siklus II ini berjalan dengan lancar.
Sebagian besar kekurangan pada siklus I sudah dapat diatasi. Namun
pada siklus II ini masih terdapat beberapa kekurangan. Adapun
kekurangan dalam siklus II antara lain:
(1) Siswa masih ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya saat
diberi pertanyaan oleh gurunya. Hal ini menjadi indikasi masih
terdapat kekurangan pada siklus II ini. Selain itu, meskipun terdapat
peningkatan hasil tulisan siswa, namun masih perlu dilakukan
perbaikan dalam hal aspek kriteria penulisan cerpen yang benar.
(2) Selain itu pada pertemuan ini belum terdapat kegiatan saling
merevisi tulisan antarteman. Hal ini penting dilakukan agar siswa
tahu dimana letak kesalahan tulisan yang dibuatnya.
(3) Pembentukan kelompok belum optimal dan masih meninbulkan
suasana kelas yang gaduh. Hal ini dikarenakan dalam menentukan
anggota kelompok tidak dilakukan oleh guru, melainkan siswa
mencari anggota kelompok mereka secara mandiri.
c. Siklus Ketiga
1) Perencanaan Tindakan III
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 di
ruang guru SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti dan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia mendiskusikan rancangan tindakan pada siklus ketiga
yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010 selama 2 jam
mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul
08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB.
Peneliti dan guru berdiskusi untuk menganalisis pembelajaran
pada siklus II. Analisis siklus II berupa nilai siswa pada siklus II,
kondisi pembelajaran pada siklus II, mendiskusikan kekurangan
selama berlangsungnya proses pembelajaran dan berupaya melakukan
perbaikan kekurangan pada siklus II.
78
Peneliti dan guru akhirnya menyepakati bahwa untuk siklus III
guru akan membekali siswa dengan materi hakikat menulis cerpen,
kriteria penilaian tulisan cerpen, dan memberikan ciri-ciri dalam
strategi 3M dengan harapan agar siswa mengetahui cara menulis
cerpen yang baik dan benar berdasarkan strategi 3M. Guru harus
melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan diskusi kelompok
dilakukan untuk kegiatan saling merevisi tulisan antarteman agar lebih
efektif dan efisien.hal itu dimaksudan agar siswa mengetahui
kekurangan serta kelemahan tulisan yang dibuatnya. Selain itu, guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum ia pahami dengan memberikan kesempatan
bertanya pada siswa yang belum pernah bertanya sama sekali pada
siklus I maupun siklus II.
Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran
menulis cerpen untuk hari Rabu, 3 Maret 2010 selama 2 jam mata
pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30
WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB dengan menggunakan strategi
3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Guru menanyakan kesan siswa satelah dua kali menulis cerpen
dan setelah mereka mengetahui langkah-langkah membuat
cerpen menggunakan menggunakan strategi 3M.
(2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman
siswa tentang hakikat serta tujuan menulis cerpen. Guru
memberikan materi mengenai ciri-ciri dalam strategi 3M.
Kemudian guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan
temannya tentang hakikat menulis cerpen, tujuan menulis
cerpen, dan ciri-ciri dalam strategi 3M
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian
membagikan cerpen hasil tes mereka pada siklus II. Kemudian
menyuruh siswa untuk saling merevisi tulisan antarteman.
79
(4) Guru memberikan contoh cerpen untuk dianalisis siswa
kemudian ditiru,diolah dan dikembangkan menjadi sebuah
cerpen utuh dengan tidak mengulangi kesalahan dalam menulis
cerpen pada siklus II.
(5) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang
berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi
pascabelajar.
(6) Guru menutup pelajaran.
Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis cerpen III berdasarkan
silabus dari sekolah. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian
yang berupa tes dan nontes. Instrument tes berupa tes unjuk kerja
untuk menilai kemampuan menulis cerpen siswa. Sedangkan
instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan Tindakan III
Tindakan III dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010
selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan
ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di ruang kelas
X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
Dalam pelaksanaan tindakan III ini, guru tetap bertindak
sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar. Guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk
mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran pada siklus II.
Sedangkan Peneliti tetap bertindak sebagai partisipan pasif dengan
duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja
disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
80
a) Guru masuk kelas, membuka pelajaran dengan megucapkan salam,
menanyakan keadaan siswa, dan melakukan presensi terhadap
siswa.
b) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
tentang hakikat serta tujuan menulis cerpen. Guru memberikan
materi mengenai ciri-ciri dalam strategi 3M. Guru menanyakan
kesan siswa satelah dua kali menulis cerpen setelah mengetahui
langkah-langkah membuat cerpen menggunakan menggunakan
strategi 3M.
c) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian
membagikan cerpen hasil tes mereka pada siklus II. Kemudian
menyuruh siswa untuk saling merevisi tulisan antarteman.
d) Guru memberikan contoh cerpen untuk dianalisis siswa kemudian
ditiru,diolah dan dikembangkan menjadi sebuah cerpen utuh
dengan tidak mengulangi kesalahan dalam menulis cerpen pada
siklus II.
e) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang
berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi
pascabelajar. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucap
salam.
3) Observasi dan Interpretasi
Pengamatan dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010 selama
2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4,
pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di ruang kelas X.1
SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti tetap bertindak sebagai partisipan pasif
dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja
disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran
seperti halnya pada siklus-siklus sebelumnya.
Seperti halnya pada siklus I dan siklus II pelaksanaan tindakan
III masih mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan
81
strategi 3M. Pada tindakan II guru masih menerapkan strategi 3M
dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk ditiru siswa dan diolah
sebagai bahan acuan sebagai kerangka cerpen yang kemudian mereka
kembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Pada awal pertemuan, guru menanyakan keadaan siswanya
kemudian melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi
terhadap siswa seputar pengalaman menulis siswanya pada pertemuan
sebelumnya (siklusI). Guru melakukan refleksi pada pelaksanaan
pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah membentuk
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang lebih kecil tanpa
adanya pertukaran tempat duduk diantara siswanya. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi kegaduhan saat pembentukan
kelompok diskusi dan pelaksanaan diskusi. Guru membagikan hasil
tulisan siswa pada siklus II untuk dianalisis oleh siswanya secara acak.
Guru kemudian membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa
Kemudian menyuruh siswa untuk meniru unsur-unsur yang terkandung
di dalamnya kemudian mengolahnya menjadi sebuah kerangka cerpen
dengan dan terakhir siswa diminta mengembangkan kerangka cerpen
yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh dengan
memperhatikan kesalahan hasil tulisan pada siklus II. Sama halnya
pada siklus II, selama proses pembelajaran guru mendampingi
siswanya secara bergantian untuk mengevaluasi keseriusan dan
kendala-kendala yang mungkin ada dalam proses 3M yaitu meniru,
mengolah, serta mengembangkannya ke dalam sebuah cerpen. Guru
tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada siswanya yang
belum aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan terakhir yang
dilakukan guru adalah menyuruh siswa mengumpulkan hasil tulisan
mereka kemudian guru melakukan analisis dan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah berlangsung sebelum guru menutup pelajaran
pada pertemuan tersebut.
82
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran pada
siklus III ini, diperoleh gambaran tentang kondisi pembelajaran
berlangsung, yaitu sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 31 siswa atau sebesar
93,3% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu
sebanyak 33 siswa. Sebanyak 23 siswa telah termasuk dalam
kategori “baik”, 8 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan
sisanya sebanyak 2 siswa termasuk dalam kategori “kurang”.
b) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang
keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30
siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap
pembelajaran, dengan 22 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 8
siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori
“kurang”.
c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen,
diketahui sebanyak 30 siswa atau sebesar 90,9 % telah mampu
menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas
belajar dengan KKM yang telah ditentukan sekolah sebesar 65,
sedangkan 3 siswa 9 % belum mencapai batas ketuntasan.
d) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja
guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori
“baik” dalam kinerjanya.
4) Analisis dan Refleksi
Secara umum kelemahan serta kekurangan yang ada dalam
proses pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M
ini telah teratasi dengan baik. Guru berhasil membangkitkan minat
serta motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib.
Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis
cerpen menggunakan strategi 3M. Guru telah mampu memancing
83
respons siswa terhadap stimulus yang diberikan guru dan guru mampu
mengelola kelas dengan baik dengan membuat siswa merasa senang
mengikuti pelajaran tanpa adanya paksaan.
Proses pembelajaran pada siklus III ini berjalan dengan lancar.
Sebagian besar siswa dengan sukarela menjawab pertanyaan yang
diberikan guru. Mereka sudah mulai terbisaa mengeluarkan pendapat
mereka tanpa ada rasa takut pendapatnya tidak diterima. Sedangkan
dari hasil menulis cerpen yang telah dikerjakan siswa, dapat
disimpulkan bahwa strategi 3M terbukti dapat meningkatkan
kemampuan menulis cerpen siswa
84
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M dapat
meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dan diikuti pula dengan
meningkatnya keaktifan dan keterlibatan siswa selama pembelajaran menulis
cerpen. Hal ini dapat diketahui dari table di bawah ini:
Tabel 5. Presentase Keberhasilan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen
Aspek yang Diukur
Presentase Hasil Capaian
Indikator Keberhasilan Siklus I
Siklus
II
Siklus
III
1. Motivasi Belajar
Siswa. 69,6 % 84,8 % 93,8 %
Siswa tertarik dan senang dengan
pembelajaran menulis cerpen.
2. Keaktifan para
siswa dalam
kegiatan belajar
mengajar.
69,6 % 84,8 % 93,8 % Siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Keterlaksanaan oleh
guru. 75,7 % 90,9 % 90,9 %
Pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan rencana.
4. Keterlaksanaan oleh
siswa. 75,7 % 90,9 % 90,9 %
Pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan rencana tanpa ada
hambatan yang bersumber dari
siswa.
5. Interaksi siswa
dengan guru. 50 % 77 % 88 %
Terjadi hubungan timbal antara
siswa dengan guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
85
Tabel 6. Presentase Keberhasilan Kemampuan Menulis Cerpen
Aspek yang Diukur
Presentase Hasil Capaian
Indikator Keberhasilan Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III
Ketuntasan Belajar
(Hasil Pembelajaran
menulis Cerpen)
66,6 % 84,8 % 90,9 %
Nilai siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM)
untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia, yaitu 65
1. Terjadi Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap
Siklus.
Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 23 siswa atau sebesar 69,6 % dari
keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa.
Dari 33 siswa 12 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 11 siswa
termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 10 siswa termasuk
dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 25 siswa
atau sebesar 75,7 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran,
dengan 16 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 9 siswa dalam kategori
“cukup”, dan 8 siswa dalam kategori “kurang”. Berdasarkan pengamatan yang
peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru
memperoleh kategori “cukup” dalam kinerjanya.
Pada siklus II, Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam
mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 28 siswa atau
sebesar 84,8 % dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu
sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa terdapat 18 siswa telah termasuk dalam
kategori “baik”, 10 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya
sebanyak 5 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam
menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki
86
motivasi terhadap pembelajaran, dengan 20 siswa termasuk dalam kategori
“baik”, 10 siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori
“kurang”. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja
guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “baik” dalam
kinerjanya.
Pada siklus III, Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam
mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 31 siswa atau
sebesar 93,3% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu
sebanyak 33 siswa. Sebanyak 23 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”,
8 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 2 siswa
termasuk dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen,
terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap
pembelajaran, dengan 22 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 8 siswa
dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori “kurang”. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran
di kelas, guru memperoleh kategori “baik” dalam kinerjanya.
2. Terjadi Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen di Setiap Siklus.
Pada siklus I, berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis
cerpen, diketahui sebanyak 22 siswa atau sebesar 66,6 % telah mampu
menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar,
sedangkan 11 siswa atau sebesar 33,3 % belum mencapai batas ketuntasan.
Pada siklus II, diketahui sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8 %telah mampu
menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar,
sedangkan 5 siswa atau sebesar 15,1 % belum mencapai batas ketuntasan.
Pada siklus III, diketahui sebanyak 30 siswa atau sebesar 90,9 % telah mampu
menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar,
sedangkan 3 siswa atau sebesar 9 % belum mencapai batas ketuntasan.
Penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) terhadap peningkatan
kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M pada siswa kelas
87
X.1 SMA Negeri 1 Musuk ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei pratindakan
guna mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses
pembelajaran menulis cerpen dan untuk mengetahui kondisi yang ada di
lapangan. Berdasarkan hasil survei pratindakan, peneliti menemukan bahwa
kualitas pembelajaran menulis cerpen dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk masih tergolong rendah. Oleh karena itu, peneliti
membuat kesepakatan untuk berkolaborasi dengan guru mata diklat Bahasa
Indonesia yang bersangkutan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
menggunakan strategi 3M dalam pembelajaran menulis cerpen.
Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk materi menulis cerpen I berdasarkan silabus dari sekolah. Siklus I
merupakan titik awal guna mengatasi permasalahan-permasalah menulis cerpen.
Pada siklus pertama, guru telah menerapkan strategi 3M pada proses
pembelajaran menulis cerpen. Adapun komponen dalam strategi 3M mencakup
tiga tahapan yaitu, tahap meniru, tahap mengolah dan tahap mengembangkan.
Berdasarkan siklus pertama tersebut diperoleh deskripsi hasil
pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. dari deskripsi
tersebut ternyata masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan
tindakan.
Adapun kelemahan yang bersumber dari duru antara lain :
a) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai
dan gaduh ketika murid-murid berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dari
guru.
b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas dan di deretan tempat duduk bagian
depan saja. Oleh karena itu, guru sulit untuk memonitor siswa yang duduk
deretan belakang. Selain itu guru jarang menegur siswa yang tidak fokus
terhadap proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung.
88
c) Guru tidak mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung. Sehingga guru tidak mengetahui seberapa jauh tingkat
pemahaman siswa terhadap materi menulis cerpen yang telah dipelajari.
d) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar
menjadi aktif seperti halnya siswa lain yang aktif dalam mengikuti pelajaran
menulis cerpen yang sedang berlangsung.
Kelemahan yang bersumber dari siswa diantaranya adalah Siswa terlihat
belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Hal ini terliht dari masih terdapat
beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
gurunya. Siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
gurunya. Sedangkan kelemahan yang bersumber dari metode yaitu belum adanya
aspek refleksi dalam proses pembelajaran.
Selama proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus I berlangsung,
siswa masih terlihat canggung dengan adanya kehadiran peneliti di dalam kelas
mereka. Pada pertemuan sebelumnya peneliti sudah pernah mengikuti proses
pembelajaran ketika melakukan survei pratindakan namun, siswa ternyata masih
terlihat belum terbisaa dengan kehadiran peneliti..
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran di siklus I,
diperoleh gambaran tentang kondisi siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung, yaitu sebagai berikut.
Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan
guna mengatasi kekurangan pada siklus I. solusi yang disepakati peneliti dan
guru berupa selama proses pembelajaran posisi guru selalu berkeliling ruang
kelas untuk memonitoring kegiatan siswa agar perhatian siswa terfokus pada
proses pembelajaran. Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut
dilakukan dengan cara memotivasi dan membimbing siswanya. Selain itu, guru
juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum ia pahami. Guru sudah mampu mengatur waktu sesuai dengan alokasi
waktu yang telah ditentukan.
Sudah terjadi pembentukan kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih
kecil dan dalam satu kelompok diharapkan tempat duduk antar anggota
89
kelompoknya tidak berjauhan. Sudah dilakukannya refleksi pascabelajar dengan
cara mengulas hasil pembelajaran dan memberi pertanyaan kepada siswa seputar
materi pembelajaran yang telah diberikan.
Meskipun telah terjadi peningkatan kemampuan menulis cerpen yang
cukup signifikan pada siklus II, namun masih ditemukan sedikit kekurangan atau
kelemahan dalam proses pembelajarannya. Kelemahan tersebut terlihat dari
masih terdapat beberapa siswa yang masih ragu-ragu dalam mengungkapkan
pendapatnya saat diberi pertanyaan oleh gurunya. Selain itu, dari segi hasil
tulisan cerpen yang dikerjakan siswa di siklus II masih perlu dilakukan perbaikan
dalam hal aspek kriteria penulisan cerpen yang benar. Pada pertemuan inipun
belum terdapat kegiatan saling merevisi tulisan antarteman. Hal ini penting
dilakukan agar siswa tahu dimana letak kesalahan tulisan yang dibuatnya.
Untuk mengatasi kelamahan tersebut peneliti dan guru kemudian mencari
solusi yang akan diterapkan pada tindakan siklus III. Dengan kata lain, siklus III
dilaksanakan untuk memberikan solusi guna mengatasi kekurangan pada siklus
II. solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa dengan memberikan materi
tentang kriteria cerpen yang baik, membuat kelompok belajar yang lebih kecil,
melakukan revisi hasil tulisan pada siklus II, dan memotivasi siswa agar rasa
percaya diri siswa muncul saat siswa mengemukakan pendapatnya.
Siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Pada
siklus ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi
selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru dan peneliti,
guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. Hal
tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kalitas pembelajaran menulis cerpen,
baik dari proses maupun hasilnya. Selain itu, penelitian ino juga bermanfat untuk
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan
menarik di dalam kelas.
Keberhasilan penggunaan strategi 3M dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut.
90
1. Kemampuan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran menulis cerpen
serta mengembangkan materi ajar.
Sebelum tindakan penelitian dilakukan, guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang bersangkutan belum pernah menggunakan strategi
pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru hanya
mengandalkan modul sebagai bahan acuan dan sumber belajar, selebihnya
guru menggunakan papan tulis, tes lisan, dan metode ceramah. Guru
beranggapan bahwa modul sudah cukup untuk digunakan sebagai media
sekaligus sumber belajar siswa karena sudah sesuai dengan kurikulum KTSP
yang berlaku di sekolah tersebut.
Setelah diadakan tindakan, guru menyatakan bahwa Strategi 3M
merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan agar menarik perhartian,
minat, dan motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi
belajarnya.
2. Guru telah mampu melakukan pengelolaan kelas.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan sebuah proses
pembelajaran adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas meliputi tindakan gur untuk menumbuhkan motivasi belaja
siswa, menumbuhka keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
pemberian hukuman dan penghargaan, perhatian, melibatkan siswa ke dalam
proses pembelajaran, dan posisi guru saat mengajar.
Pada pengamatan siklus I terlihat bahwa kemampuan mengelola kelas
oleh guru masih kurang baik. Hal ini terlihat dari indikator sebagai berikut.
a) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang
ramai dan gaduh ketika murid-murid berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Hal ini sebagai suatu kesalahan guru karena tidak
membagi siswa kedalam kelompok diskusi yang lebih kecil. Diskusi yang
dilakukan tidak teratur karena siswa melakukan diskusi antar meja,
antarderet kolom meja, antarbaris. Hingga terdapat anggota kelompok
yang letak tempat duduknya jauh sehingga membuat gaduh suasana kelas.
91
b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas dan di deretan tempat duduk
bagian depan saja. Oleh karena itu, guru sulit untuk memonitor siswa yang
duduk deretan belakang.
c) Selain itu guru tidak memberikan peringatan kepada siswa yang tidak
fokus terhadap proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang
berlangsung
d) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar
menjadi aktif seperti halnya siswa lain yang aktif.
3. Perhatian, motivasi, dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
menulis cerpen meningkat.
Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa terlihat kurang
berminat, kurang memperhatikan, dan kurang termotivasi mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa
tidak tertarik dengan cara mengajar guru yang selalu berada di depan kelas.
Kegiatan semacam ini dapat memunculkan kebosanan siswa, sehingga tidak
temotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut terlihat
dari suasana kelas yang gaduh dan siswanya tidak aktif dalam memberikan
tanggapan atas stimulus yang diberikan oleh guru. Sebagian besar siswa
terlihat bermalas-malasan dan tidak merespon ketika guru memberikan
pertanyaan.
Setelah dilakukan tindakan dengan mempergunakan strategi 3M,
terlihat sebagian besar siswa mulai tertarik dengan pembelajaran menulis
cerpen. Secara umum kelemahan serta kekurangan yang ada dalam proses
pembelajaran menulis cerpen ini telah teratasi dengan baik. Guru telah
berhasil membangkitkan minat serta motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran dengan tertib. Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses
pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M. Guru telah mampu
memancing respons siswa terhadap stimulus yang diberikan guru dan guru
mampu mengelola kelas dengan baik dengan membuat siswa merasa senang
mengikuti pelajaran tanpa adanya paksaan. Sebagian besar siswa dengan
sukarela menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Mereka sudah mulai
92
terbisaa mengeluarkan pendapat mereka tanpa ada rasa takut pendapatnya
tidak diterima.
4. Peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa
Sebelum diadakan tindakan, siswa mengalami kesulitan dalam menulis
cerpen Karena siswa memang tidak menyukai kegiatan menulis. Dari hasil tes
tertulis, hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh hasil yang memuaskan
dan dinyatakan tuntas belajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum
mampu dalam menulis cerpen dengan baik.
Setelah diadakan tindakan,kemampuan menulis cerpen sisw
mengalami pengkatan. Hal tersebut terlihat dari nilai tes tertulis mereka
peroleh. Indikasi menigkatnya kemampuan menulis cerpen siswa dapat juga
dilihat melalui peningkatan nilai yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya.
Peneeliti dan guru menetapkan batas minimal ketuntasan menulis cerpen
adalah 65. batas ketuntasan tersebut adalah batas ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajran Bahasa Indonesia.
Penilaian pada siklus I, hanya terdapat 22 siswa yang mampu menulis
cerpen dengan baik dan dikatakan tuntas belajar dengan batas ketuntasan 65
dari dari keseluruhan siswa yang berjumlah 33 siswa. Sisanya sebanyak 11
siswa masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis
cerpennya. Penilaian pada siklus II, terdapat 28 siswa telah mampu menulis
cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 5
siswa belum mencapai batas ketuntasan. Pada siklus III, diketahui sebanyak
30 siswa telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam
kategori tuntas belajar, sedangkan 3 siswa belum mencapai batas ketuntasan.
Peningkatan niali siswa dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini memilki dampak positif terhadap kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas. Dampak tersebut antara lain terdapat peningkatan
kemampuan guru, penggunaan bahan ajar, serta pemanfaatan strategi
pembelajaran. Siswa yang tadinya tidak begitu aktif dalam mengikuti
93
pembelajaran berubah menjadi siswa aktif dan percaya diri dalam mengemukakan
pendapatnya. Guru memberikan stimulus dan siswa memberikan respon terhadap
stimulus tersebut.
Ditinjau dari segi kemampuan guru, semula guru masih mengalami
kesulitan untuk memotivasi siswanya. Namun setelah adanya tindakan guru mulai
dapat mengembangkankan kemampuannya untuk memotivasi siswa agar lebih
aktif.. selain itu, guru yang semula tidak berpikir untuk menggunakan strategi
pembelajaran, sekarang lebih tertarik menggunakan strategi pembelajaran sebagi
upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen. Kemampuan
guru dalam memanfaatkan media dan mengembangkan materi dapat meningkat
setelah tindakan penelitian ini dilaksanakan.
Ditinjau dari segi keaktifan siswa, telah terjadi perubahan positif
terhadap sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. sebagian
besar siswa mulai tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen. Minat serta
motivasi siswa mengalami peningkaan untuk mengikuti pembelajaran dengan
tertib. Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis
cerpen menggunakan strategi 3M.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa ada beberapa permasalahan penelitian yang
belum tersentuh atau kurang mendapatkan data yang akurat. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan waktu dan tenaga dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan
adanya keterbatasan penelitian ini diharapkan dapat disikapi dan ditindaklanjuti
didalam penelitian lanjut yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
menulis cerpen berikutnya. Adapun keterbatasan penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Pertama, kurangnya data penelitian yang memfokuskan pada aspek
efektifitas pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan
strategi 3M dibandingkan dengan dengan strategi lain. Oleh karena itu, penelitian
ini belum dapat menyampaikan hasil penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan
pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M jika dibandingkan
94
dengan menggunakan strategi lainnya. Kedua, pengambilan data dalam penelitian
ini masih secara perwakilan dari siswa dan belum bisa dilaksanakan terhadap
seluruh siswa, terutama untuk wawancara. Sehingga dapat dimungkinkan masih
terdapat pendapat yang belum termuat dan belum teranalisis dalam penelitian ini.
Ketiga, hasil maupun simpulan penelitian ini hanya berlaku pada siswa kelas X.1
SMA Negeri 1 Musuk yang dijadikan subjek penelitian. Sehingga, simpulan ini
relatif tidak bisa digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik yang
berbeda.
95
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Terjadi peningkatan proses pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas
X.1 SMA Negeri 1 Musuk yang terlihat dari beberapa indikator sebagai
berikut.
a. Proses pembelajaran menulis cerpen mengalami peningkatan pada
setiap siklusnya. Siswa tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen
dengan menggunakan strategi 3M yang digunakan oleh guru. Perhatian
siswa terfokus pada proses pembelajarn menulis cerpen yang sedang
berlangsung dan siswa tidak melakukan kegiatan di luar kegian mereka
menulis cerpen. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis
cerpen dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tulisan cerpen
yang ditugaskan oleh guru.
b. Siswa terlibat aktif di dalam proses pembelajaran menulis cerpen yang
sedang berlangsung. Hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang yang
terlihat aktif dalam memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Selain itu, keaktifan siswa juga terlihat dari kegiatan diskusi
dan observasi. Siwa mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru.
Jika terjadi permasalahan, siswa berperan aktif dalam membantu
pemecahan masalah. Selain itu telah terjadi hubungan dua arah antara
siswa dengan guru.
c. Guru telah mampu mengelola kelas dengan baik. Suasana kelas
menjadi teratur dan dapat dikendalikan oleh gur sehingga siswa merasa
nyaman dengan pembelajaran menulis cerpen yang sedang
berlangsung.
2. Terjadi peningkatan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X.1
SMA Negeri 1 Musuk. Hal ini terlihat dari hasil tes menulis cerpen pada
80
96
setiap siklus yang mengalami peningkatan. Hasil penilaian menulis cerpen
siswa menunjukan bahwa pada siklus I terdapat 22 siswa, pada siklus II
terdapat 28 siswa, dan pada siklus III terdapat 30 siswa yang mampu
melampuai batas ketuntasan yaitu nilai 65. Perolehan nilai siswa dapat
dilihat pada lampiran.
B. Implikasi
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas,
implikasi yang didapat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. Implikasi
pertama yaitu implikasi pedagogis. Implikasi pedagogis dari penelitian ini
yaitu dapat membuka cakrawala baru tentang pembelajaran menulis cerpen
dengan penggunaan strategi 3M. Penggunaan strategi 3M dapat membantu
siswa meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Selain itu juga dapat
memberikan pengaruh positif berupa pembelajaran yang nyata bagi siswa
yang dialaminya ketika pembelajaran berlangsung. Sehingga, siswa mampu
mengaitkan ilmu yang ia dapatkan dengan pengalaman dan penerapan
pengalaman nyata di masyarakat.
Penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor
tersebut bisa berasal dari guru, siswa, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, dan pihak-pihak yang berhubungan dengan kepentingan
pendidikan. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain agar
tujuan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Implikasi kedua yaitu implikasi praktis. Implikasi praktis dari
penelitian ini yaitu untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang
penelitian tindakan kelas. Sehingga dapat memacu guru maupun peneliti lain
untuk melakukan penelitian sejenis demi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peneliti ini juga dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan
pembelajaran kearah yang lebih kreatif dan inovatif. Sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan
strategi sejenis sebagai strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
97
Selain itu, penelitian ini juga berguna bagi guru untuk dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk lebih mencermati dan memahami kondisi siswa dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan sehingga dapat merancang desain
pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran-
saran sebagi berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif.
Siswa harus bisa menambah wawasannya untuk lebih mendalami materi
yang sedang dipelajari. Siswa harus memiliki inisiatif untuk meniru
mengolah, kemudian mengembangkan cerpen tanpa harus adanya perintah
dari guru. Selain itu, sekiranya siswa kurang setuju dengan cara mengajar
yang digunakan guru, siswa tersebut diharapkan dapat memberi masukan
maupun saran kepada guru agar pembelajaran menulis cerpen yang terjadi
dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta bisa saling memberi dan
menerima ilmu dengan lebih baik.
2. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya melakukan
perencanaan dan evaluasi. Guru seharusnya selalu mencari terobosan
dalam pembelajaran semisal menggunakan strategi 3M dalam menulis
cerpen dengan harapan agar pembelajaran menulis cerpen dapat menarik
minat siswa. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar dalam proses
pembelajaran guru yang bersangkutan dapat memperkecil atau bahkan
menghilangkan kemungkinan munculnya permasalahn dalam
pembelajaran.
Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan
kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi
serta dalam pengelolaan kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang
dilakukan dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan
98
kemampuanyang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya membuka diri
untuk menerima berbagai saran dan kritik agar dapat lebih memperbaiki
kualitas dirinya.
3. Bagi Kepala Sekolah
Agar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kulitas
kinerjanya sebagai sebagai seorang pendidik yang berkompeten di
bidangnya, disarankan kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi sarana
dan prasarana pendukung pembelajaran, (b) memotivasi guru untuk
senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan
pembaruan dalam pendidikan dan pengajarannya, (c) mengirim guru
kebeberapa forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, workshop, maupun
diskusi ilmiah guna menambah wawasan dan memperdalam
pemahamannya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas
pokoknya.
4. Bagi Pembaca dan Peneliti Lainnya
Pembaca dan peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan
penelitian lanjutan mengenai strategi 3M untuk diterapkan pada aspek
keterampilan berbahasa lainnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan
disiplin ilmu lainnya.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi.2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Aloys Widyamartaya dan Vero Sudiati. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi, Lukisan dan Cerita. Yogyakarta: Pusataka Widyatama.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Barulgensindo. Arnita.2007. ”Penggunaan Pendekatan Menulis Terpimpin Dalam pembelajaran
Menulis Bagi siswa Kelas III SDN No.04 Guguk Malintang”, (Online), (http:// arnita-situs pribadi.blogspot.com/ 2007/10/ penggunaan-pendekatan-menulis-terpimpin.html, diakses 28 Desember 2009).
Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya. A Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Bahdin Nur Tanjung dan Ardial.2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Thesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Depdiknas.2002. Pendekatan Konteks tual (Contextual teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Dick Hartoko dan B. Rahmanto. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Penerbit kanisius.
Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra.Yogyakarta: Kota Kembang.
Erzuhedi.2008. ”Imitasi, Metode Pengajaran Retorika”, (Online), (http://erzuhedi.wordpress.com/2007/12/10/16/, diakses, 28 Desember 2009
Henry Guntur Tarigan. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
.1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hernowo. 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat Untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ismail Marahimin.2004. Menulis secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya. Jacob Sumardjo. 2001. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Bandung: Mitra
Kencana. Korrie Layun Rampan.1995. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek. Flores:
Nusa Indah. Muhammad Pujiono. 2006. Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerita Pendek
(Cerpen) Karya Miyazawa Kenji. (http.wwwlibrary.usu.ac.id.pdf) Diakses tanggal 25 September 2009.
84
100
Mulyadi H. P. 2006. Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Moedjiono dan Moh Dimyati. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Tahun 1991/ 1992.
Nuril Huda.1988. Metode Audio Lingual Vs. Metode Komunikatif Suatu Perbandingan. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif, Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang :YA3.
Sabarti Akhadiah. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan.1996. Menulis. Jakarta: Dikti.
. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Siswandi. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan menulis Narasi Melalui Penggunaan Metode Copy The Master Varian Teknik Anakronisme pada siswa Kelas X-4 SMA Negeri 2 Demak Tahun Pelajaran 2006/2007”. Laporan Hasil Penelitian. Demak : Dinas Pendidikan SMA Negeri 2 Demak.
Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta. Suharsimi Arikunto, Sudjanto, dan Supardi.2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara. Suminto A Sayuti. 1988. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suroto. 1990. Teori Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta:
Erlangga. Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK. Widyamartaya A. (1990). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: UNS Press. Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo Indonesia SMP dan SMA. Jakarta : Grasindo.
Zulfahnur dan Firdaus, Sayuti Kurnia, Yuniar Z. Adji.1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.
101