peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan …repository.uinjambi.ac.id/2565/1/zulkaida...
TRANSCRIPT
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN
METODE DEMONSTRASI DALAM P EMANFAATAN BAHAN
BEKAS PADA KELOMPOK B DI RAUDHATUL ATHFAL
AT THOHIRIYAH MUARA BULIAN
KABUPATEN BATANG HARI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan dalam Konsentrasi Pendidikan Anak
Usia Dini Islam (PAUDI)
Oleh :
ZULKAIDA APRILIYANTI
NIM. MPU.16.2.2603
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2019
iii
iv
v
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................... 14
C. Rumusan Masalah ........................................................ 15
D. Batasan Masalah .......................................................... 15
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN DAN
PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori ............................................................. 18
1. Kemampuan Motorik Halus........................................ 18
2. Metode Demonstrasi.................................................. 24
3. Pemanfaatan Bahan Bekas (Media)........................... 32
4. Pendidikan Anak Usia Dini.......................................... 40
B. Konsep Model Tindakan ............................................... 49
C. Studi Relevan ............................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Tindakan .................................. 55
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................... 56
C. Jenis dan Sumber Data ................................................ 57
D. Teknik Pengumpulan Data............................................ 58
E. Teknik Analisis Data ..................................................... 61
F. Validasi Data ................................................................ 62
G. Prosedur Penelitian Tindakan ....................................... 64
H. Indikator Keberhasilan .................................................. 65
I. Rencana dan Waktu Penelitian ..................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Allah yang diberikan kelebihan
dibanding makhluk lainnya. Manusia disebut sebagai makhlauk pedagogik
“...makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan
dapat mendidik.”2 Setiap anak mempunyai bakat dan potensi yang luar
biasadalam dirinya, dan harus dioptimalkan dengan baik.3 Sebagaimana
firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.(Q.S Ar-Rum: 30)4
Berdasarkan dalil di atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah
proses secara sadar dalam membentuk anak didik untuk mencapai
perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan
proses ini merupakan usaha pendidik membimbing anak didik dalam arti
khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Pendidikan merupakan kegiatan
yang terpenting dalam kemajuan manusia. Kegiatan pendidikan pada
dasarnya selalu terkait dua belah pihak, yaitu pendidik dan peserta didik.
Keterlibatan kedua belah pihak tersebut merupakan keterlibatan
hubungan antar manusia. Hubungan tersebut akan serasi jika jelas
2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 16
3 Novi Mulyani, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kalimedia, 2012), hal. 9
4 Tim Penyusun, Al Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2016),
hal. 112
2
kedudukan masing-masing pihak secara profesional, yaitu hadir sebagai
subjek dan objek yang memiliki hak dan kewajiban.
Suatu Negara, baik itu Negara yang sudah maju ataupun yang baru
berkembang, sangatlah di utamakan kebutuhan akan pendidikan.
Kemajuan suatu negara tentu tidak terlepas dari adanya manusia yang
terdidik dan BSH dan mempunyai kepribadian serta perilaku terpuji
sebagaimana menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.5 Peran pendidikan dalam kehidupan
dunia ini sangatlah penting. Sehingga setiap orang tua yang mengerti
tentang pentingnya makna pendidikan bagi kehidupan akan berlomba-
lomba dalam memberikan pendidikan yang berkualitas pada anaknya di
setiap lembaga pendidikan.
Pendidikan dalam konteks organisasi tidak terlepas dari unsur
politik, sehingga kemudian pendidikan dan politik adalah dua elemen
penting dalam sistem sosial politik di setiap negara baik negara maju
maupun negara berkembang,6 terutama bagaimana mengorganisir
kegiatan belajar mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan sehingga
hasil akhir dari proses tersebut sesuai dengan tujuan yang diinginkan
akan lebih efektif dan efisien manakala orang-orang yang memiliki
decision maker mampu mendesain sebuah rancangan organisasi, budaya
sekolah, dan masyarakat pendidikan secara berkesinambungan dan
5 Tim Penyusun, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), hal. 7 6M. Sirozi, Politik Pendidikan: Dinamika Hubungan Antara Kepentingan Kekuasaan dan
Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 1
3
mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya.7 Alex Moore
kemudian mempertegas pendapat di atas dengan mengemukakan
pendapatnya bahwa pondasi utama kebijakan pendidikan pada prinsipnya
dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan rancangan dan
regulasi pendidikan yang dikelola langsung oleh sekolah dan lembaga
pendidikan tinggi lainnya.8
Lembaga pendidikan merupakan harapan orang tua dalam
menumbuhkembangkan minat dan bakat anak dalam pemberian
pendidikan serta menuju ke arah yang lebih baik bagi perkembangan
anak. Keberhasilan pendidikan di sekolah, baik dari mulai tingkat anak
usia dini sampai pada perguruan tinggi ditentukan dengan penguasaan
siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru dan
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat keberhasilan siswa
dalam menguasai materi pelajaran dinyatakan dengan penguasaan materi
serta pelaksanaan sikap.
Guru dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi, dimana guru disitu ada anak
didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya, dimana ada anak didik disitu
ada guru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada anak
didik. Guru dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan oleh anak
didiknya.9 Bryn Holmes dan John Gardner menawarkan beberapa hal
terkait dengan revolusi pendidikan ke arah yang lebih baik, yaitu: 1)
pendidikan harus memberikan akses yang seluas-luasnya pada
pengembangan ilmu pengetahuan, 2) kecakapan pembelajaran yang up to
date, 3) memaksimalkan peluang belajar mengajar melalui e-learning, 4)
memperhatikan pendidikan seumur hidup bagi masyarakat, 5)
7Abraham B. (Rami) Shani, Richard W. Woodman, dan William A. Pasmore (ed.),
Research in Organizational Change and Development, (United Kingdom: Emerald, 2011), hal. 3 8Alex Moore (ed.), Schooling, Society and Curriculum, (London dan New York:
Routledge, 2006), hal. 20 9 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal. 2
4
memperhatikan kebutuhan peserta didik terhadap dunia internet, 6)
memperhatikan implikasi dunia global, 7) pendidikan inklusif melalui e-
learing, dan 7) memperhatikan perkembangan dan perubahan waktu dan
lokasi secara limitatif (batasan waktu).10
Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu proses yang dengan
sengaja di ciptakan untuk kepentingan siswa, agar siswa senang dan
bergairah dalam belajar guru harus bisa menyediakan dan menggunakan
semua potensi dan upaya. Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki visi
dan misi strategis, selalu berupaya untuk meningkatkan nilai prestasi
siswa-siswinya baik dalam bidang ilmu pengetahuan umum serta agama.
Lembaga pendidikan tentunya memiliki kurikulum yang dijadikan sebagai
pedoman dalam melaksanakan pendidikan, khususnya pada Taman
Kanak-kanak yang notabenenya bagian dari Pendidikan Anak usia Dini.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat
telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan,
dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun
dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal.
Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-
Kanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang
menggunakan program untuk anak usia 4 – ≤6 tahun. Sedangkan
penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman
Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan
10
Bryn Holmes dan John Gardner, E-Learning: Concept and Practice, (London: SAGE Publication, 2006), hal. 51-52
5
program untuk anak usia 0 – <2 tahun, 2 – <4 tahun, 4 – ≤6 tahun dan
Program Pengasuhan untuk anak usia 0 - ≤6 tahun; Kelompok Bermain
(KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak
usia 2 – <4 tahun dan 4 – ≤6 tahun.11
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat
diprioritaskan dalam pembangunan nasional, karena akan mewujudkan
cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, berbagai usaha telah
dilakukan oleh pemerintah untuk peningkatan mutu pendidikan seperti
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, seperti perbaikan dan
peningkatan sarana dan prasarana, serta pengembangan pembelajaran
demi meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi.
Pendidikan merupakan aktivitas atau kegiatan yang selalu
menyertai kehidupan manusia, mulai dari bangsa yang sederhana
peradabannya sampai kepada yang tinggi peradabannya. Persoalan itu
sendiri muncul bersamaan dengan keberadaan manusia dalam
lingkungannya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk yang
selalu mendapat bimbingan dan bantuan dalam hidupnya lebih jauh dari
manusia itu harus pula dapat mendidik baik dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat pada umumnya yang ada di lingkungan sekitarnya. Pendidik
merupakan orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT,
makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang mandiri. Kegiatan
pembelajaran adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan. Guru yang
mengajar dan anak didik yang belajar, itulah yang dinamakan dengan
pelaksanaan pembelajaran.
Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan anak usia dini pada
jalur formal dimana melayani anak usia mulai dari usia 4 - 6 tahun. Tujuan
pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu pertumbuhan dan
11
Tim Penyusun, PERMENDIKNAS Nomor 58 Tahun 2009, Jakarta, hal. 2
6
perkembangan baik jasmani ataupun rohaninya agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini adalah
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan baik pada koordinasi motorik halus kasar, intelegensi
berupa daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual, sosial emosional berupa sikap perilaku serta agama, bahasa dan
komonikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.12
Anak usia dini merupakan anak yang juga haus akan ilmu
pengetahuan, ini dapat dibuktikan dengan sering bertanya anak pada
orang tua mengenai keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar tinggalnya.
Keingintahuan anak di arahkan melalui Pendidikan Anak Usia Dini yang
dikenal dengan sebutan PAUD. Anak usia dini tentulah tidak sama dengan
anak usia sekolah dasar, karena pendidikan usia dini merupakan
pendidikan pra sekolah. Maka dari itulah dibutuhkan keseriusan pendidik
dalam mengembangkan pembelajaran demi meningkatkan motorik halus
peserta didik serta menggali potensi siswa.
Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dan senantiasa
berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman,
sehingga dunia pendidikan semakin di tuntut agar dapat menjadi
pendidikan yang dapat bersaing dalam kemajuan, pendidikan memegang
peranan penting dalam membentuk generasi mendatang. Pendidikan
dapat melahirkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta
mampu menjawab tantangan zaman. Pendidikan pada dasarnya adalah
usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya
manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
belajar siswa melalui proses pembelajaran di sekolah. Ilmu pengetahuan
12
Mansur Hariwijaya.. PAUD ( Melejitkan Potensi Anak Dengan Pendidikan Sejak Dini). (Yogyakarta: Mahadika Publising, 2009) hal. 88
7
dan teknologi kembali menghasilkan temuan yang berkaitan dengan
perkembangan individu.
Pernyataan tersebut sejalan dengan Brewer yang menyatakan
bahwa masa anak usia dini, yaitu lahir sampai usia delapan tahun
merupakan masa yang sangat strategis bagi perkembangan selanjutnya.
Pernyataan tersebut sebagai salah satu bukti bahwa masa usia dini
sangat berarti bagi perkembangan individu. Hidayat Syarief
mengemukakan bahwa tahap yang sangat menentukan kualitas sumber
daya manusia adalah pada saat janin (prenatal) sampai usia remaja
(sekitar 15 tahun) dan tahap yang paling kritis adalah sampai usia lima
tahun (balita)13. Sedang Fasli Jalal mengemukakan bahwa pemberian
perhatian pada masa usia dini menjadi hal penting untuk memperoleh
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas14.
Kedua pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa masa usia dini
sebagai masa yang penting bagi perkembangan individu. Semua pihak,
yaitu keluarga (orang tua), masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh
agama, pengusaha dan lainnya serta pemerintah diharapkan terlibat untuk
memberi perhatian sebagai upaya memperoleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Untuk itu, semua pihak perlu memiliki pemahaman yang
benar tentang pentingnya masa usia dini untuk optimalisasi pertumbuhan
dan perkembangan. Pemahaman tentang pentingnya masa usia dini bagi
manusia berdampak terhadap kebijakan pemerintah saat ini.
Dalam dunia internasional, keseriusan pemerintah direalisasi
dengan mengikatkan diri dalam The World Education forum pada
Deklarasi Dakkar di Senegal tahun 2000 yang menghasilkan program
Education for All (EFA) yang dilanjutkan dengan komitmen World Fit for
Children, New York 8 Mei 2002. Kebijakan di dalam negeri ditunjukkan
dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
13
Hidayat Syarief, “Pengembangan Anak Dini Usia : Memerlukan Keutuhan”, Bulletin PADU, (Jakarta: Edisi Perdana, 2012) hal. 11 – 21. 14
Fasli Jalal, “Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Yang Mendasar”, Bulletin PADU, (Jakarta: Edisi Perdana, 2012) hal. 4 – 10.
8
2002 tentang Perlindungan Anak. Keseriusan tersebut juga ditegaskan
dengan keberadaan Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan munculnya
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini dalam pemerintahan. Kebijakan
tersebut menempatkan Pendidikan Anak Usia Dini dalam tatanan
pemerintahan dan kehidupan masyarakat dengan kekuatan hukum yang
jelas. Keseriusan pemerintah terhadap Pendidikan Anak Usia Dini
berdampak pada kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi
anak usia dini yang akhirnya kebutuhan akan Pendidikan Anak Usia Dini
meningkat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan
lembaga Pendidikan Anak Usia Dini baik dalam jalur formal dan non
formal yang maju pesat15. Kondisi tersebut semakin memperlihatkan
pentingnya komponen pendidikan dalam menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 1 ayat 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keBSHan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik. Sedang Pendidikan Anak Usia Dini secara khusus bertujuan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ketentuan tersebut mengisyaratkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
berfungsi sebagai fasilitator terhadap perkembangan semua potensi yang
dimiliki anak sehingga anak berkembang maksimal.
15
Statistik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, (Jakarta: Depdiknas Balitbang PDIP 2012), hal. 58.
9
Kenyataan bahwa masih banyak anak usia dini yang belum
mendapatkan pelayanan pendidikan tak dapat dipungkiri, terlebih bagi
masyarakat kelas bawah yang merupakan sebagian besar penduduk
Indonesia yang berada di pedesaan. Hal itu disebabkan antara lain
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini
masih sangat rendah. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi
dan kesehatan untuk peningkatan kualitas anak, nampaknya jauh lebih
baik daripada kesadaran akan pentingnya pendidikan. Hal ini sangat wajar
mengingat bahwa pemahaman masyarakat terhadap pentingnya PAUD
masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa
pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini
pendidikan dipandang belum perlu. Beberapa faktor yang menjadikan
penyebab masih rendahnya kesadaran masyarakat di bidang pendidikan
anak usia dini seperti: ketidaktahuan, kemiskinan, kurang berpendidikan,
gagasan orangtua tentang perkembangan anak yang masih sangat
tradisional, kurang mau berubah, masih sangat konkret dalam berpikir,
motivasi yang rendah karena kebutuhan yang masih sangat mendasar,
serta masih sangat dipengaruhi oleh budaya setempat yang sempit.
Konsep dasar bimbingan guru terhadap anak didik terutama pada
jenjang pendidikan anak usia dini sebagai berikut:
a. Bimbingan guru terhadap anak didik adalah serangkaian tahapan
kegiatan yang sistematis dan berencana terarah pada pencapaian
tujuan.
b. Bimbingan guru terhadap anak didik dalam penerapannya dapat
berupa:
1) Memfasilitasi perilaku kemandirian anak yang optimal.
2) Memberi pemahaman terhadap anak.
3) Memberi informasi.
4) Memberi nasehat.
5) Membantu memecahkan masalah dan
10
6) Menjalin hubungan yang harmonis.16
Landasan Idiil Pendidikan Anak Usia Dini yaitu “setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan dan pengajaran”. Dalam Amandemen UUD
1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun
2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa
”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai
dengan minat dan bakatnya”.17
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia
dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non
formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat,
(5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan
mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.”18
16
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori) (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 70 17
Tim Penyusun, Op.Cit., hal. 13-15 18
Ibid, hal. : 20
11
Landasan Konstitusional Pendidikan Anak Usia Dini terdapat pada
pasal 28 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional :
(a) Bab I, Pasal 1, butir (14), menetapkan pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang di tujuksn kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. (b) Pasal 28, butir (2) menyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal pasal 28, butir (3)
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk taman kanak-kanak (TK), Anak Usia Dini (PAUD) Raudatul
Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.19
Adapun indikator dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
siswa menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 yaitu: mencakup kemampuan dan
kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan
mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk.20
Adapun menurut PERMENDIKBUD Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengenai lingkup perkembangan
sebagaimana tabel berikut:
19
Martinis Yamin, Jamilah Sabri Sanan, (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : GP Press, hal. 1 20
Tim Penyusun, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014. Jakarta, hal.5
12
Tabel 1
Lingkup Perkembangan dan Tingkat Pencapaian
perkembangan Anak21
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 5 – 6 tahun
B. Motorik Halus 1. Menggambar sesuai gagasannya
2. Meniru bentuk
3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media
dan kegiatan
4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan
benar
5. Menggunting sesuai dengan pola
6. Menempel gambar dengan tepat
7. Mengekspresikan diri melalui gerakan
menggambar secara rinci
Adapun hasil grand tour penelitian ini berangkat dari observasi
sementara penulis di lokasi yang akan menjadi tempat penelitian
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari,
menunjukkan adanya gejala-gejala awal sebagai indikator bahwa
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Selasa, 06 Februari
2018 menunjukkan hal yang umumnya nampak di lapangan dalam
layanan pendidikan pada anak usia dini ialah pembelajaran di dalam kelas
yang cenderung tekstual seperti dengan LKA (Lembar Kerja Anak) serta
hasil karya lain. Sedangkan untuk pembelajaran yang bersifat kontekstual,
holistik integratife belum muncul. Permasalahan lain yang terjadi di
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari guru
kurang memanfaatkan metode demonstrasi dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus siswa sebagai salah satu aspek perkembangan
21
Tim Penyusun, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta, hal. 22
13
berdasarkan standar yang telah ditentukan dalam kurikulum PAUD.
Penulis melihat bahwa banyak bahan bekas yang dapat dijadikan sumber
pelajaran dan dimanfaatkan untuk kegiatan peningkatan kemampuan
motorik halus siswa. Hal ini menyebabkan rendahnya peningkatan
kemampuan motorik halus siswa. Sebagai indikator lemahnya
kemampuan siswa, dari segi motorik halus dapat dilihat dari 15 siswa, 3
(20%) belum bisa untuk memegang tutup botol dan memutar botol
minuman dengan menggunakan ibu jari, belum bisa mengekspresikan diri
melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan dan
sebagainya yang menunjukkan kelenturan motorik halus yang masih
lemah atau dalam kategori Belum Berkembang (BB) dan 12 siswa (80%)
sudah mulai bisa untuk menulis, melukis dan menggunting, namun masih
dalam kategori Mulai Berkembang (MB). 22
Tabel 2
Hasil Observasi perkembangan Motorik Halus Pra Tindakan23
No Nama Anak
Perkembangan Motorik Halus
Total Skor
Kriteria Keberhasilan
Persentase (%)
Cepat Rapi
4 3 2 1 4 3 2 1
1 A √ √ 2 BB 25 %
2 B √ √ 2 BB 25 %
3 C √ √ 3 MB 37,50 %
4 D √ √ 3 MB 37,50 %
5 E √ √ 4 MB 50 %
6 F √ √ 3 MB 37,50 %
7 G √ √ 3 MB 37,50 %
8 H √ √ 4 MB 50 %
9 I √ √ 4 MB 50 %
10 J √ √ 4 MB 50 %
11 K √ √ 2 BB 25 %
12 L √ √ 4 MB 50 %
13 M √ √ 3 MB 37,50 %
14 N √ √ 2 MB 25 %
15 O √ √ 4 MB 50 %
22
Observasi, Selasa tanggal 06 Februari 2018 23
Dokumentasi, tanggal 06 Februari 2018
14
Keterangan : 4= Sangat Cepat 4= Sangat Rapi 3= Cepat 3= Rapi
2= Cukup Cepat 2= Cukup Rapi 1= Belum Cepat 1= Belum Rapi
BB = Belum Berkembang 0 % - 25 % MB = Mulai Berkembang 26% - 50 % BSH = Berkembang Sesuai Harapan 51% - 75 % BSB = Berkembang Sangat Baik 76% - 100%
Berdasarkan hasil observasi pra tindakan dapat diketahui bahwa
sebagian besar anak masih dalam kategori mulai berkembang dalam
kemampuan motorik halus di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari. Penerapan metode demonstrasi selain dapat
memberikan rangsangan pada siswa juga dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus siswa dengan memanfaatkan bahan bekas.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti dan membahas
dalam penulisan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan
Bahan Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat
diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Guru di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian sebagian besar
lebih dominan menggunakan satu jenis metode pembelajaran pada
aspek metode ceramah (bercakap-cakap).
2. Guru di RA umumnya hanya mencantumkan kegiatan pembelajaran
yang bersifat tekstual.
3. Pemanfaatan bahan bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus siswa.
4. Dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk keberhasilan
dalam pembelajaran.
15
5. Siswa cenderung kurang aktif dan kurang berinteraksi dengan siswa
lain selama proses pembelajaran berlangsung menyebabkan siswa
kurang bisa aktif untuk memahami materi pembelajaran.
6. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru saat mengajar
cenderung membuat siswa pasif dan hanya berpusat pada guru.
7. Perlunya variasi penggunaan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan peran aktif, kerjasama dan penguasaan pemahaman
belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut di atas,
maka masalah pokok penelitian ini adalah Peningkatan Kemampuan
Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan
Bahan Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari. Pertanyaan pokok ini kemudian
melahirkan sub-sub pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan
Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada
Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari?
2. Apakah Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan bahan
bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa pada
kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari?
D. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada Peningkatan Kemampuan Motorik
Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan
Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari, dimana lingkup kajiannya yang cukup luas
sehingga perlu disederhanakan dengan membatasinya pada anak usia 5
sampai 6 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang
dan waktu yang cukup bagi penulis dalam melakukan analisa dan
16
pembahasan, sehingga penelitian yang dilakukan tidak ambigu dan tidak
meluas yang dapat berimplikasi negatif pada hasil penelitian.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara
detail Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode
Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada anak Usia 5 sampai
6 Tahun di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari. Adapun tujuan penelitian secara terperinci dapat penulis
paparkan sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada
Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
b. Ingin mengtetahui Apakah Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Pemanfaatan bahan bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus siswa pada kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari.
2. Kegunaan Penelitian
Di samping tujuan penelitian sebagaimana telah dipaparkan di atas,
hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis
sebagai berikut:
a. Bagi penulis, mampu mengembangkan alur berpikir induktif dan
deduktif untuk mewujudkan gagasan-gagasan atau pendapat realitas
berdasarkan teori dan data di lapangan.
b. Bagi kepala taman kanak-kanak mampu mengimplementasikan
peningkatan hasil pelajaran secara umum, khususnya dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Bagi seluruh majelis guru, dapat menjadi referensi dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu pelajaran, khususnya
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus siswa.
17
d. Bagi kepala taman kanak-kanak, dapat menjadi bahan kajian
sederhana dalam meningkatkan mutu pendidikan di Taman Kanak-
Kanak.
e. Menambah khazanah ilmiah bagi pengembangan keilmuan dan
sumbangan pemikiran untuk para peneliti berikutnya.
18
BAB II
LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Motorik Halus
Montessori dalam Elizabeth B. Hurlock menegaskan bahwa anak
usia dini khususnya usia 3-6 tahun disebut sebagai periode sensitif atau
masa peka, yakni masa dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang,
diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Adapun
kepekaan yang harus dikembangkan pada usia ini mencakup kemampuan
berbahasa, karakter, kemampuan motorik dan fisik sekaligus
memaksimalkan sensitivitas anak terhadap obyek-obyek kecil, detil serta
terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. 24
Gerak motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil,
seperti ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu
membutuhkan tenaga, Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan
tangan yang cermat. Menurut Sumantri motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari
jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi
dengan tangan, ketrampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan
alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Oleh karena koordinasi antara
mata dan tangan sudah semakin baik maka anak sudah dapat mengurus
diri sendiri dengan pengawasan orang yang lebih tua. Gerakan motorik
halus yang terlihat pada anak usia TK antara lain adalah : Anak dapat
menyikat gigi sendiri, menyisir, membuka menutup retsluiting, memakai
sepatu sendiri, makan sendiri. Semakin baiknya gerakan motorik halus
24
Safrudin Aziz, Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hal. 38
19
anak membuatnya lebih mandiri, akan tetapi tidak semua anak memiliki
kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.25
Papalia dan Olds berpandangan perkembangan anak usia dini
dapat dikategorikan menjadi dua kelompok.
a. Kategori perkembangan fisik dan intelektual.
1) Perkembangan fisik melingkupi:
a) Pertumbuhan dan perkembangan fisik
b) Kesehatan dan masalah fisik
c) Keterampilan motorik
d) Pola tidur dan masalahnya.
2) Perkembangan intelektual melingkupi: ingatan, kognitif, bahasa dan
perkembangan intelegensia.
b. Kategori perkembangan kepribadian dan sosial.
Berbeda dengan Janet Black maupun Papalia dan Olds, Elizabeth B
Hurlock berpandangan bahwa perkembangan anak dapat ditinjau dari
aspek masa-masa atau unsur tertentu. Adapun aspek-aspek
perkembangan tersebut adalah: perkembangan fisik-motorik, sosial-
emosional, moral keagamaan dan perkembangan kognitif.26
Ada dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua
bentuk keterampilan motorik anak, yaitu:
a. Perkembangan motorik itu berlangsung dari yang sederhana kepada
yang kompleks.
b. Perkembangan motorik itu berlangsung dari yang kasar dan global
(gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi
terkoordinasi (finely coordinated movements).27
25
Jurnal Siti Hamsoh, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Kolase dengan Media yang Bervariasi Pada Anak Kelompok B RA Al Mufidah Kabupaten Tangerang (Universitas Terbuka Convention Center, 26 November 2016) 26
Suyadi dan Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), hal. 58-59 27
Novan Ardy Wiyani, Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media, 2014), hal. 37
20
Itulah sebabnya, PAUD memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengembangkan karakter atau kepribadiannya dan potensinya
secara maksimal. Konsekuensinya lembaga PAUD harus menyediakan
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek
perkembangan, seperti moral dan agama, kognitif, bahasa, sosial dan
emosi serta fisik motorik.28
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata
tangan.29. Semakin muda usia anak semakin lama waktu yang di
butuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan
kemampuan motorik halus, hampir setiap hari anak menggunakan
keterampilan motorik halusnya misal mengancing baju, makan dengan
menggunakan sendok, mengikat tali sepatu saat menggunakan sepatu,
jika di sekolah anak mengerjakan hal-hal seperti menggunting, menulis,
mewarnai, anak meronce manik-manik dan lain sebagainya. Kemampuan
motorik halus sangat penting dalam kehidupan anak. Namun dengan
berkembangnya teknologi seperti sekarang banyak anak yang bermain
dengan vidio games sehingga anak-anak jarang bermain menggunakan
permainan yang menggunakan motorik halus, misal bermain pasir,
bermain permainan tradisional misal bermain kelereng. Sehingga hal ini
pun dapat menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada
tangan. Sehingga anak bisa mengalami kesulitan dalam menggunakan
alat tulis ketika anak masuk sekolah.
Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka guru
Taman Kanak-kanak seyogyanya memberikan bimbingan kepada mereka
agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya. Bimbingan guru
itu berkaitan dengan perkembangan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya.
b. Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.
28
Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD (Yogyakarta: Gava Media, 2016), hal. 3 29
bidanku.com di unduh 23 april 2018
21
c. Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam
penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan
mata, atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan
karakteristik fisik yang sama.
d. Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam
kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau
melompat tetapi tidak seorangpun yang dapat terbang.
e. Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara
konstan, dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran dan
berakhir dengan kematian.
f. Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus
kehidupan yang penting bagi kehidupan.
g. Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat, mendengar,
mencium, dan menyentuh/meraba).
h. Memahami keterbatasan fisik seperti lelah, sakit, dan melemah.30
Menurut Novan Ardy Wiyani menjelaskan kembali tentang
perkembangan motorik pada anak usia dini sebagai berikut:
a. Keterampilan motorik pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan fisiknya, baik perkembangan fisik yang berupa
perkembangan anatomis maupun perkembangan fisiologis.
b. Perkembangan motorik yang kasar dan global kemudian memunculkan
keterampilan motorik kasar. Pada keterampilan motorik kasar ini anak
usia dini melakukan gerakan badan secara kasar atau keras, seperti
merangkak, berjalan, berlari, melompat, melempar dan berjongkok.
c. Perkembangan motorik yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan
memunculkan keterampilan motorik halus. Pada keterampilan motorik
halus ini anak usia dini dapat melakukan pengkoordinasian gerak
tubuh yang melibatkan mata dan tangan untuk dapat melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan gerakan tangan. Keterampilan
30
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hal. 164-165
22
motorik halus ini seperti menggenggam, memegang, merobek,
menggunting, melipat, mewarnai, menggambar, menulis, menumpuk
mainan dan lain-lain.31
Anak usia dini merupakan masa yang sangat cemerlang untuk
dilakukan dan diberikan pendidikan. Banyak ahli menyebutnya masa
tersebut sebagai golden age, yakni masa-masa keemasan yang dimiliki
oleh seorang anak, atau masa dimana anak mempunyai potensi yang
sangat besar untuk berkembang.32 Keterampilan motorik halus tidak
sepenuhnya berkembang hanya melalui kematangan saja, namun
keterampilan motorik halus tersebut harus di stimulasi dan di praktekkan.
Ada 8 kondisi penting untuk mempelajari keterampilan motorik halus
menurut harlock:
a. Kesiapan belajar: apabila pembelajaran tersebut di lakukan ketika
anak sudah siap belajar maka hasilnya akan lebih baik jika di
bandingkan dengan anak yang belum siap dalam belajar.
b. Kesempatan belajar: lingkungan dan orang tua hendaknya
memberikan kesempatan belajar agar anak tidak mengalami
keterlambatan perkembangan.
c. Kesempatan berpraktek: memberikan kesempatan berpraktek
sesering mungkin untuk dapat menguasai keterampilan motoriknya
sesuai yang di harapkan.
d. Model yang bagu : agar perkembangan keterampilan anak baik maka
harus adanya model yang baik, karena untuk dapat mempelajari dan
mengembangkan kemampuan motorik anak adalah meniru sehingga
membutuhkan model yang tepat.
e. Bimbingan: bimbingan di lakukan untuk memberikan arahan dalam
pengembangan keterampilan anak, karena meniru tanpa bimbingan
tak akan optimal, bimbingan pun penting diberikan agar anak
mengenali kesalahan yang dilakukannya.
31
Novan Ardy Wiyani, Op.Cit., hal. 37-38 32
M. Fadlillah, dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan (Jakarta: Kencana Pernada Group, 2014), hal. 21
23
f. Motivasi: dorongan yang di stimulus dari luar agar keterampilan
motorik halus dapat di tingkatkan atau dipertahankan.
g. Keterampilan sebaiknya di pelajari secara individu karena setiap jenis
keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, contoh: memegang sisir
untuk menyisir rambut berbeda dengan memegang pensil untuk
menulis.
h. Keterampilan sebaiknya di pelajari satu persatu: yaitu dalam kegiatan
belajar keterampilan hendaknya tidak dilakukan secara bersamaan
sehingga tidak menimbulkan kebingungan anak.33
Dengan demikian motorik halus adalah segala kegiatan yang
menggunakan otot halus pada bagian tubuh tertentu serta membutuhkan
koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik adalah salah satu hal
yang penting dalam perkembangan individu. Setiap anak dapat mencapai
perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat stimulasi
yang tepat, semakin banyak kesempatan, praktek dan bimbingan yang
kontinyu.
Perkembangan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang
mengaktualisasikan seluruh potensi anak berupa sikap, tindak dan karya.
Oleh karena itu keterampilan motorik sebagai bagian dari pendidikan
terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak secara menyeluruh.34
2. Metode Demonstrasi
Istilah metodologi pembelajaran, sebenarnya sama dengan Meto-
dik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau tekhnik
menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.35 Metode pembelajaran
merupakan ”...cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi
33
Hurlock, E, Perkembangan Anak Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2010), hal. 157 34
Partiyem, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan Bermain Plastisin Kelompok B Paud Istiqomah Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang (Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2014), hal. 30 35
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : Ciputat Press, 2005), hal. 3 - 4
24
contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu.”36
Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau upaya yang
dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
dalam proses pembelajaran. Apabila guru dalam menyampaikan materi
menggunakan metode yang tepat dan baik, maka proses pembelajaran
pun akan berjalan dengan baik. Begitu juga sebaliknya, apabila metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut kurang baik atau tidak
tepat dengan kondisi siswa, maka proses pembelajaran akan berjalan
kurang lancar.
Metode demonstrasi adalah ”...metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.”37
Hampir dalam setiap kegiatan main akan menjadi pengalaman-
pengalaman baru yang menimbulkan kegiatan belajar pada anak.
Pengalaman-pengalaman yang dikenal dengan pengalaman belajar
tersebut diperoleh anak melalui penglihatan, pendengaran dan peniruan.
Perolehan pengalaman belajar yang dirancang secara khusus untuk
menunjukkan, mengerjakan dan menjelaskan suatu objek atau proses dari
suatu peristiwa yang sedang dilakukan merupakan salah satu metode
bermain yang disebut demonstrasi.38
Metode demonstrasi sebagai salah satu wahana pemenuhan
keingintahuan anak, akan dikatakan efektif apabila guru TK
memperhatikan beberapa hal penting; Pertama, apa yang dilakukan dan
ditunjukan guru harus dapat diamati dengan jelas oleh anak. Bilamana
dirasakan perlu diadakan pengulangan demonstrasi maka harus dilakukan
dengan penuh kesabaran dan ketenangan sehingga anak-anak benar-
36
Mukhtar dan Martinis Yamin, Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas (Jakarta : Nimas Multima, 2003), hal. 153 37
Zakiah Daradjat, Op.Cit, hal. 296 38
Mukhtar Latif, dkk Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 114
25
benar merasakan kejelasan dari materi ajar bukan menambah
kebingungannya. Kedua, suara guru saat menjelaskan harus dapat
didengar dengan jelas. Intonasi suara guru yang wajar sesuai konteks
materi ajar, akan menarik perhatian anak sehingga konsentrasi mereka
tidak terganggu. Ketiga, setelah kegiatan pendemonstrasian oleh guru,
haruslah diikuti oleh kegiatan anak menirukan apa yang telah diperagakan
dan dijelaskan guru. Perhatian guru kepada anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam menirukan apa yang dicontohkan guru merupakan hal
yang juga tidak boleh diabaikan guru.39
”Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat
memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau
melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya.”40
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
benda atau cara kerja suatu produk tekhnologi yang sedang dipelajari.41
Beberapa bentuk kegiatan yang sesuai dengan metode
demonstrasi dalam rangka memberikan pengalaman belajar anak antara
lain:
a. Kegiatan yang bertujuan melatih koordinasi mata dan jari-jemari,
seperti memegang dan menggunakan alat tulis, membangun dengan
alat, dan bahan main yang bersifat konstruksi, mengikat tali sepatu,
memasang kancing baju, memakai kaus kaki, serta membuka dan
menutup alat makan-minum.
b. Kegiatan yang bertujuan melatih koordinasi tubuh atau gerakan-
gerakan dasar motorik kasar, seperti gerakan merayap, merangkak,
berjalan pada balok titian, menangkap dan melambungkan bola, dan
lain-lain.42
39
Tim Penyusun, Bermain dan Permainan Anak (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), hal. 10.18 40
Martinis Yamin, Setifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), hal. 155 41
Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana Prenada, 2006), hal.32 42
Mukhtar Latif, dkk, Loc.,Cit.
26
Metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu
sedangkan murid memperhatikannya.
Dasar pertimbangan pemilihan metode demonstrasi :
1) Mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, atau
menggunakan komponen-komponen sesuatu.
2) Membandingkan suatu cara dengan cara lain.
3) Mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
4) Ingin menunjukkan suatu keterampilan.
Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi :
1) Tahap persiapan
a) Menetapkan tujuan demonstrasi.
b) Menetapkan langkah-langkah demonstrasi.
c) Siapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi.
2) Tahap pelaksanaan
a) Mendemonstrasikan sesuatu sesuai dengan tujuan yang disertai
dengan penjelasan lisan.
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan
mempraktekkan.
3) Tahap tindak lanjut dan evaluasi
a) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan
apa yang telah diperagakan.
b) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan dalam
bentuk karya atau perbuatan.43
Metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang
diterapkan dalam proses pembelajaran. Metode demonstrasi merupakan
alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan
penerapan metode deminstrasi ini diharapkan agar siswa dapat
43
Ibid, hal.23
27
memahami pelajaran dengan mudah dan tidak membosankan. Sehingga
materi yang diajarkan sampai kepada siswa dan mudah diterapkan oleh
siswa tersebut.
Kelebihan metode demonstrasi yaitu :
1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit.
2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemonstrasikan.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih baik, karena siswa tidak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
4) Siswa akan mengamati dan tertarik mencoba.
5) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
6) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari.
7) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
8) Menghindari verbalisme dan membuat pelajaran lebih menarik,
lebih jelas dan lebih konkrit.
9) Memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan.
10) Siswa dituntut aktif dalam bentuk melakukan pengamatan,
membandingkan antara teori dan kenyataan serta mempraktekkan
secara langsung.
Kelemahan metode demonstrasi :
1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasikan dengan baik.
2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran,
terbatasnya waktu.
3) Demonstrasi memerlukan waktu yang banyak dibandingkan
ceramah dan tanya jawab.
4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang
matang.
5) Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang
diperagakan.
28
6) Tidak semua benda dapat diperagakan.
7) Guru dituntut memiliki keterampilan khusus terhadap hal-hal yang
akan didemonstrasikan.
8) Sulitnya memenuhi semua peralatan, atau benda yang dibutuhkan
untuk keperluan demonstrasi.
9) Diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang.
10) Penggunaan waktu yang lama akan menyita waktu jam pelajaran
lain.
Langkah-langkah metode demonstrasi yaitu :
1) Guru menyiapkan persiapan mengajar.
2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3) Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
4) Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan
sesuai skenario yang telah disiapkan.
5) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa.
6) Setiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dari
demonstrasi.
7) Guru membuat kesimpulan.44
Agar dapat efektif, maka setiap metode harus memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1) Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Belajar
merupakan akibat dari kegiatan peserta didik. Pada dasarnya belajar
itu berwujud melalui pengalaman, memberi reaksi, dan melakukan.
Menurut prinsip ini seseorang belajar melalui reaksi atau melalui
kegiatan mandiri yang merupakan landasan dari semua pembelajaran.
Pengajaran harus dilaksanakan melalui pembelajaran tangan pertama.
Dengan kata lain peserta didik banyak memperoleh pengalaman
belajar.
2) Metode tersebut harus memanfaatkan hukum pembelajaran. Kegiatan
metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan efisien
44
Ibid, hal.35
29
sesuai dengan hukum-hukum dasar yang mengatur
pengoperasiannya. Hukum-hukum dasar menyangkut kesiapan, latihan
dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam segala jenis
pembelajaran. Pembelajaran yang baik memberi kesempatan
terbentuknya motivasi, latihan, peninjauan kembali, penelitian dan
evaluasi.
3) Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta
didik. Memanfaatkan pengalaman masa lampau peserta didik yang
mengandung unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi
pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran. Hal
tersebut dapat dicapai dengan sangat baik melalui korelasi dan
pembandingan. Pembelajaran akan dipermudah apabila yang
memulainya dari apa yang sudah diketahui peserta didik
4) Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu
dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran. Ilmu
tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.
5) Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan individual dan
menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi.
Seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.
6) Metode harus merangsang kemampuan berpikir dan nalar para
peserta didik. Prosedurnya harus memberikan peluang bagi kegiatan
berpikir dan kegiatan pengorganisasian yang seksama. Prinsip
kegiatan mandiri sangat penting dalam mengajar peserta didik untuk
bernalar.
7) Metode tersebut harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik
dalam hal keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan dan sikap
peserta didik, karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi
perkembangan.
8) Metode tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengalaman-
pengalaman belajar melalui kegiatan belajar yang banyak dan
30
bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang banyak dan bervariasi tersebut
diberikan untuk memastikan pemahaman.
9) Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik ke
arah kegiatan yang menyangkut proses deferensiasi dan integrasi.
Proses penyatuan pengalaman sangat membantu dalam terbentuknya
tingkah laku terpadu. Ini paling baik dicapai melalui penggunaan
metode pengajaran terpadu.
10) Metode tersebut harus memberi peluang bagi peserta didik untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan. Dan memberi peluang pada guru
untuk menemukan kekurangan-kekurangan agar dapat dilakukan
perbaikan dan pengayaan (remedial dan anrichment).
11) Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan/
kelemahan metode lain. Metode tanya jawab, metode demonstrasi,
metode eksperiment, metode diskusi, dan metode proyek,
kesemuanya dapat digunakan untuk mendukung kelemahan metode
ceramah, kenyataan yang diterima secara umum bahwa metode yang
baik merupakan sintesa dari banyak metode atau prosedur. Hal ini
didasarkan atas prinsip bahwa pembelajaran terbaik terjadi apabila
semakin banyak indera yang dapat dirangsang.
12) Suatu metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau
mata pelajaran satu materi atau mata pelajaran memerlukan banyak
metode. 45
Pelaksanaan metode demonstrasi tentu saja bertujuan untuk
mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran sehingga mencapai
ketuntasan pembelajaran.
3. Pemanfaatan Bahan Bekas (Media)
Dunia Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebuah dunia yang tidak
terlepas dari bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Salah
satu sarana yang juga menjadi sumber belajar bagi anak di PAUD adalah
alat permainan edukatif yang lebih dikenal dengan APE. Alat ini bisa
45
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2006), hal.190.
31
didapatkan dengan cara membelinya dari produsen alat-alat permainan
anak atau juga bisa dengan membuatnya sendiri. Pada umumnya para
penyelenggara PAUD dan juga para guru PAUD masih banyak
yang membeli alat-alat permainan untuk sumber belajar anak. Hal ini
tentu saja akan menumbuhkan budaya konsumtif dan akan melemahkan
daya kreativitas dan inovasi para guru PAUD dalam menyelenggarakan
proses belajar yang berkualitas bagi anak. Alat permainan edukatif
tersebut disebut dengan media.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. 46Dalam buku Strategi Belajar
Mengajar karangan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain disebutkan
bahwa:
“Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah “perantara” atau pengantar”
dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar
atau penyalur pesan. Media adalah alat bantu apa saja yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.” 47
“Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medius yang secara harfiah berarti tengah perantara atau
pengantar”.48 Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media
dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.49
Dampak keterbatasan media pembelajaran terhadap hasil belajar
tentu saja sangat terlihat. Dimana dapat diketahui bahwa media
merupakan komponen sumber belajar yang membawa pesan atau tujuan
terhadap pelaksanaan pembelajaran, keterbatasan media pembelajaran
46
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2015), hal. 3. 47
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 136 48
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung : Pustaka Setia. 2011), hal. 243 49
Syaiful Bahri Djamarah dkk, Op.Cit., hal. 120
32
akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar serta pencapaian hasil
belajar.
Media sebagai alat fisik yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Proses pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting karena
dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai alat bantu. Kesulitan bahan
yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan
bantuan media, media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru
ucapkan dengan kata-kata atau kalimat tertentu, dengan demikian anak
didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran dengan menggunakan
media dari pada tidak memakai media. Menurut jenis dan perannya,
media pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a. Media audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa untuk mempelajari bahan
ajar, seperti radio dan tape recorder.
b. Media visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan, seperti gambar yang disajikan
melalui fotografik misalnya penggunaan proyektor.
c. Media audio visual
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa
disebut media pandang dengar. Seperti televisi, slide suara.50
Media pendidikan sangat tepat untuk membantu upaya mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Oleh karena
itu, guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih dan
menggunakan media pendidikan dan pengajaran. Secara garis besar
media pembelajaran terbagi atas:
50
Ibid, hal. 248-249
33
a. Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang
memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak
mengandung unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto, dan
sebagainya.
c. Media audio visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan
unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film dan
sebagainya.
d. Orang (people), yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada
dasarnya setiap orang bisa berperan sebagai sumber belajar, tetapi
secara umum dapat dibagi dua kelompok, yaitu :1) orang yang
didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik secara
profesional, seperti guru, instruktur, konselor, widyaswara dan lain-lain.
2) orang yang memiliki profesi, selain tenaga yang berada
dilingkungan pendidikan, seperti dokter, atlet, pengacara, arsitek dan
sebagainya.
e. Bahan (materials), yaitu suatu format yang digunakan untuk
menyimpan suatu pesan pembelajaran, seperti buku paket, alat
peraga, transpransi, film,slide dan sebaginya.
f. Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang disebut
dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan
pembelajaran, seperti komputer, radio, televisi, VCD/DVD dan
sebagainya.
g. Tekhnik (technik), yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang
dalam memberikan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran, seperti ceramah, diskusi, seminar, simulasi, permainan,
dan sejenisnya.
h. Latar (setting) yaitu lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun
di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak
secara khusus disiapkan untuk pembelajaran, seperti ruang kelas,
34
studio, perpustakaan, aula, taman, kebun, pasar, toko, museum, kantor
dan sebagainya.51
Media pembelajaran mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju
tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan bantuan media
mempertinggikan kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang
cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media
akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada
tanpa bantuan media.
Dari pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa media
adalah alat bantu atau benda yang dipergunakan untuk menyampaikan
pesan dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan
pembelajaran.
“Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardaware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat
dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera. Media pendidikan
memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat
lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. Penekanan media
pendidikan terdapat pada visual dan audio. Media pendidikan memiliki
pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar
kelas. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Media pendidikan
dapat digunakan secara missal (misalnya: radio, televise), kelompok besar
dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan
(misalnya: modul, computer, radio tape/ kaset, video recorder).”52
“Media pembelajaran yang akan dibahas tersebut akan mengikuti
taksonomi Leshin, dan kawan-kawanyaitu: 1. media berbasis manusia
(guru,instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain),
2.Media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan
51
Ibid, hal. 244-245 52
Azhar Arsyad, Op.Cit , hal. 6-7
35
lembaran lepas), media berbasis visual (buku,charts, grafik, peta,
figur/gambar, transparansi, film bingkai atau slide), 3. Media berbasis
audio-visual (video, film, slide bersama tape, televisi) 4. Media berbasis
computer (pengajaran dengan bantuan computer dan video interaktif).” 53
Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media
mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima
pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa.
Dalam proses pembelajaran maka penggunaan media harus selalu
memperhatikan berbagai fungsi media dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. “Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan
jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan
keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media
mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang
cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media
akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada
tanpa bantuan media.” 54
Hamalik yang dikutip oleh Azhar Arsyad mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologi terhadap siswa.” 55Secara umum banyak para penyelenggara
PAUD dan guru PAUD yang berpendapat bahwa memperoleh Alat
permainan edukatif dengan cara membeli adalah lebih mudah dan
ekonomis. Namun jika para guru mau berkreasi dan berinovasi untuk
menciptakan Alat permainan edukatif dari barang-barang bekas maka
tentu saja akan lebih ekonomis lagi. Banyak mainan sekarang ini yang
semakin kreatif, mahal dan beraneka macam. Tentunya hal ini akan
banyak membuat orang tua bingung. Banyak mainan yang dibuat oleh
pabrik yang sebetulnya kurang berfaedah bagi anak-anak karena
53
Ibid, hal. 81-82 54
Saipul Bahri Djamarah, Op.Cit., hal. 138 55
Azhar Arsyad, Op.Cit., hal. 15
36
sebenarnya alat bermain hanyalah alat bantu saja bagi seorang anak dan
bukan merupakan indikator mutlak untuk anak berkembang lebih baik.
Jadi mahal dan murahnya alat mainan bukanlah merupakan indikator.
Anak akan dapat bermain dengan manfaat yang besar apabila orang tua
dapat mengetahui sisi kegunaannya mainan tersebut.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada bahwa Alat permainan
edukatif, Kreatif dan Inovatif tidak mesti alat permainan yang mahal maka
kami berupaya mencoba mengembangkan dan membuat sebuah APE.
Sebelum membuatnya tentu saja kami harus mengetahui tentang
pengertian, fungsi dan prosedur pembuatan APE untuk menjadi salah satu
sumber belajar di PAUD.
Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Berbagai penelitian yang
dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada
kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar pada siswa menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan
pembelajaran menggunakan media. Oleh karena itu penggunaan media
pembelajaran sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam
pendidikan anak usia dini semakin penting artinya mengingat
perkembangan anak pada saat itu berada pada masa berfikir konkrit. Oleh
karena itu salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini harus
berdasarkan realita artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari
sesuatu secara nyata. Dengan demikian dalam pendidikan untuk anak
usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat
belajar secara konkrit. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya
digunakan media sebagai saluran penyampai pesan-pesan pendidikan
untuk anak usia dini.
Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tidak harus
dibeli dengan harga yang mahal. Hal ini dapat diminimalisir dengan
37
menggunakan media yang terbuat dari bahan bekas. Menurut
Iskandarbahan atau barang bekas yang dimaksudkan adalah semua
barang yang telah dipergunakan atau tidak dipakai lagi atau dapat
dikatakan sebagai barang yang telahdiambil bagian utamanya.56
Sedangkan menurut Nilawati bahan bekas yang biasanya disebut sebagai
sampah ini dapat berupa plastik, kaleng, kertas dan kain perca. Benda
tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sebuah benda yang memiliki nilai
tinggi. Keberadaan barang bekas yang tidak terpakai sangat mudah
ditemukan di lingkungan sekitar. Bahan bekas merupakan bahan yang
berasal dari benda-benda yang telah terpakai yang sudah tidak
digunakan. Bahan bekas ini dapat digunakan kembali apabila diolah dan
dikreasikan sehingga dapat menjadi sesuatu yang baru yang memiliki nilai
tertentu seperti nilai estetika dan nilai edukatif.57 Menurut Lee dalam
Nurani menyatakan bahwa sebagian besar peralatan rumah tangga atau
barang rongsokan yang tidak terpakai lagi dapat digunakan sebagai media
kreatif yang dapat menghasilkan suatu karya yang inovatif. Bahan bekas
selain bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran juga dapat mengurangi
limbah bahan sisa rumah tangga. Selain itu dengan memanfaatkan bahan
bekas sebagai media pembelajaran dapat mengajarkan kepada anak
untuk memanfaatkan bahan-bahan yang tidak terpakai agar menjadi lebih
bermanfaat.58
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa
konsep penggunaan media dari bahan sampah tentunya dapat dijadikan
alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
terutama dalam meningkatkan motorik halus pada siswa. Pemanfaatan
bahan bekas tidak hanya memiliki manfaat Sebagai alat bantu, juga
56
Agus Iskandar, Daur Ulang Sampah (Jakarta: Azka Mulia Media, 2016), hal. 2 57
Eva Sativa Nilawati, Menyulap Sampah Jadi Kerajinan Cantik (Jakarta: Nobel Edumedia, 2010) hal. 3 58
Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2010) hal. 73
38
mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran
dengan bahan yang mudah didapat.
4. Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Muhibbin Syah, pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu
kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik” artinya
memelihara dan memberi latihan dimana diperlukan adanya ajaran dan
tuntutan. Sedangkan dalam pengertian yang luas, pendidikan dapat
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.59
Pendidikan adalah merupakan upaya pebinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan,
pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki
kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.60 Anak usia dini adalah
sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
berada pada rentang 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbabagi aspek sedang mengalami masa yang
cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.61
Pendidikan anak usia dini dianggap sebagai cermin dari suatu
tatanan masyarakat, tetapi juga ada pandangan yang mengemukakan
bahwa sikap dan prilaku suatu masyarakat dipandang sebagai suatu
keberhasilan ataupun sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan dan
keberhasilan pendidikan tergantung kepada pendidikan anak usia dini
59
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru (Bandung; Remaja Rosdakarya, 1995), hal.10 60
Martinis Yamin, Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Gp Pres, 2010) hal. 1 61
Hendra Sofyan, Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis Peningkatannya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 70
39
baik, maka proses pendidikan pada usia remaja, usia dewasa akan naik
pula.
Pendidikan anak usia dini merupakan dasar dari pendidikan anak
selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan berbagai permasalahan
yang dihadapi anak. Dengan demikian maka pendidikan usia dini adalah
jendela pembuka dunia (window of opportunity) bagi anak.62 Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak-anak sejak dini usia yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
dasar dan kehidupan tahap berikutnya.63
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan
yang diselenggarakan untuk anak usia 0-6 tahun sebagai prasyarat untuk
jenjang pendidikan dasar. Lembaga ini bertujuan untuk mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta membentuk anak
Indonesia yang berkualitas.64
a. Landasan Konstitusional
Pasal 28 berdasarkan UU RI NO 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Secara Tegas telah mengatur Penyelenggaraan
PAUD, sebagai Berikut:
(a). Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. (b) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. (c)
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman
kanakkanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
(d) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
62
Ibid, hal. 3 63
Direktorat PAUD Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal, (2009), Acuan Menu Pembelajaran pada Pandidikan Anak Dini Usia (Menu Pembelajaran Generik), Jakarta,Departemen Pendidikan Nasionala, hal. 3 64
Mursyid, Pengembangan Pembelajaran PAUD (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2015), hal. 12
40
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat. (e) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan. (f) Berdasarkan Peraturan Mentri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005, PAUD Nonformal berada di
bawah pembinaan Direktorat PAUD, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah (Ditjen PLS).sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
Direktorat PAUD, Direktorat PAUD berkewajiban menyiapkan berbagai
pedoman yang bisa dijadikan acuan oleh masyarakat yang akan
menyelenggarakan PAUD Nonformal.65
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor: 20 tahun 2003, tentang
pendidikan nasional :
(a) Bab I, Pasal 1, butir (14), menetapkan pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang di tujuksn kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. (b) Pasal 28, butir (2) menyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal pasal 28, butir (3)
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk taman kanak-kanak (TK), Anak Usia Dini (PAUD) Raudatul
Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.66
Pendidikan anak usia dalam pandangan parah ahli pendidikan
sebagai berikut :
1) Ki Hajar Dewantara
Dewantoro berpendapat bahwa anak-anak adalah mahluk hidup
yang memiliki kodratnya masing-masing. Kaum pendidik hanya
membantu menuntun kodratnya tersebut. Jika anak memilki kodrat yang
65
Zainal Aqib Pedoman Teknis Penyelenggaraan (PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hal. 1 66
Martinis Yamin, Jamilah Sabri Sanan, Op. Cit., hal. 20
41
tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi baik. Jika
anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka ia akan lebih baik lagi
jika dibantu melalui pendidikan. Kodrat dan lingkungan merupakan
konvergensi yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Untuk rentang usia dalam pendidikan dibagi menjadi 3 masa, yaitu
(1) masa kanak-kanak/kinderperiod usia 1–7 tahun, (2) masa
pertumbuhan jiwa dan pikiran usia 7–14 tahun, (3) masa soial period atau
terbentuknya budi pekerti usia 14–21 tahun. Sesuai dengan rentang usia
tersebut, maka cara mendidik untuk masa kanak-kanak adalah dengan
memberi contoh dan pembiasaan, untuk masa pertumbuhan jiwa dan
pikiran dengan cara pengajaran dan perintah/paksaan/hukuman, dan
untuk masa social period dengan cara laku dan pengalaman lahir –
bathin.67
2) J H. Pestalozi
Sangat menekankan pada pendidikan yang memperhatikan
kematangan anak. Pendidikan harus didasarkan pada pengaruh “objek
pembelajaran”, misalnya guru membawa benda sesungguhnya ketika
mengajar. Sangat menekankan pada pengembangan aspek sosial
sehingga anak dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan
mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial
akan berkembang jika pendidikan dimulai dengan pendidikan keluarga
yang baik. 68
Peran utama pendidikan sangat ditekan pada ibu yang dapat
memberikan sendi-sendi dalam pendidikan jasmani, budi pekerti dan
agama. Pandangan dasar Pestalozzi yang pertama menekankan pada
pengamatan alam. Semua pengetahuan pada dasarnya bersumber dari
pengamatan yang akan menimbulkan pengertian. Namun jika
pengertian tersebut tanpa didasari pengamatan, maka akan menjadi
sesuatu pengertian yang kosong (abstrak). Pandangan kedua adalah
67
Zainal Aqib, Op.Cit., hal. 45 68
Ibid, hal. 75
42
menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak akan
mampu mengolah kesan (hasil) pengamatan menjadi suatu
pengetahuan.
Keaktifan akan mendorong anak melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Pandangan ketiga adalah pembelajaran pada anak
harus berjalan secara teratur setingkat demi setingkat atau bertahap.
Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh dan
berkembang secara bertahap. Pandangan dasar tersebut membawa
konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang diberikan pada anak
pun harus disusun secara bertingkat, dimulai dari urutan bahan yang
termudah sampai tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana
sampai yang terkompleks.
Dari uraian diatas bahwa menanamkan pendidikan pada anak usia
dini merupakan hal yang sangat penting. Anak Usia dini selayaknya
mendapat perhatian yang lebih serius dari pada sekedar penimbangan
belita di posyandu. Ia sosok yang pada saatnya akan tumbuh berkembang
menjadi generasi penerus bangsa. Begitu pentingnya program pendidikan
untuk anak usia dini sehingga Sugeng Sentoso, guru besar fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sampai pada kesimpulan bahwa
program wajib belajar mestinya dimulai sejak Taman Kanak-kanak.69
b. Proses Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
Reigeluth menjelaskan dalam buku teori pembelajaran itu terdapat
tiga variabel : variabel kondisi, variabel metode dan variabel hasil belajar
Semua komponen pembelajaran tersebut berinteraksi dalam kesatuan
yang utuh membentuk suatu proses pembelajaran, maka dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
membengun situasi serta kondisi, media, waktu, dan evaluasi yang
tujuannya adalah pencapaian hasil belajar anak.
Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan
pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu
69
Ibid, hal. 24
43
mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba,
misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru.
Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan
mereka merangkai kalimat.
Proses pembelajaran di kelas anak usia dini tidak terlapas dari
bagaimana peran guru dalam menciptakan suasana belajar, strategi
pembelajaran, media, model pembelajaran yang digunakan. Antara guru
yang membelajarkan harus tercipta korelasi yang efektif dan efisien agar
prosesa pembelajaran pada anak dapat berlangsung dengan baik. Mills
berpendapat bahwa “ model ”adalah yang memungkinkan seseorang atau
kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu
merupakan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang
diperoleh dari beberapa sistem. Pengertian model pembelajaran,
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang
diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasi pada tingkat
operasional didepan kelas. 70
Dalam mencari solusi permasalahan yang terjadi di kelas, salah satu
solusinya guru harus mencari model pembelajaran yang tepat yang dapat
mengakomodir semua perbedaan anak dan dapat membuat anak merasa
nyaman dalam belajar. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur
materi peserta didik dan memberi petunjuk kepada pembelajar di kelas
dalam setting lainnya. Memilih suatu model pembelajaran, harus
sesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada, serta
pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama dilakukan
antara guru dan peserta didik. Ada beberapa model pembelajaran yang
harus diketahui oleh guru anak usia dini dan dapat dipahami dalam
mengembangkan pembelajaran di kelas.
70
Ibid, hal. 29
44
1) Model belajar behaviorisme menganggap behaviorisme atau tingkah
laku ini dapat diperhatikan dan diukur.
Prinsip utama ialah faktor rangsangan (stimulus), respon (response)
serta penguatan (reinforcement). Model ini menganggap faktor lingkungan
sebagai rangsangan dan respon peserta didik terhadap rangsangan itu
ialah responnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat ini sejalan dengan
pendapat Thorndike yang menyatakan bahwa hubungan diantara stimulus
dan respon akan diper-kuat apabila responnya positif diberikan riward
yang positif dan tingkah laku negatif tidak diberi apa – apa (hukuman).
Menurut Gagne et.al. dalam bevariorisme, terdapat delapan elemen
yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu :
(1) Menarik perhatian, (2) Menjelaskan tujuan, (3) Merangsang
proses “recall”, (4) Menyiapkan bahan atau materi yang dapat
merangsang/menarik perhatian, (5) Menyediakan bimbingan terhadap
peserta didik, (6) Memberi penghargaan terhadap kemajuan belajar
peserta didik, dan (7) Mengembangkan pengetahuan dan kepandaian
yang telah dimiliki peserta didik. 71
2) Model Belajar Kognitif
Merupakan model pemrosesan pengetahuan ini dengan
menyatakan, bahwa pengetahuan yang diterima itu akan terlebih dahulu
disimpan pada pendaftar sensor. Pengetahuan yang baru diterima kan
dibandingkan dengan kognitif yang telah dulu ada.pengetahuan yang telah
tersebut dapat diperbaiki, ditambah, disesuaikan dan digabungkan dengan
pengetahuan yang baru. Selanjutnya, pengetahuan tersebut dipindahkan
kepada ingatan jangka pendek dan jika pengetahuan itu dianggap penting,
akan dipindahkan kepada ingatan jangka panjang. Sebagai suatu
rangkaian pase, menggunakan step–step kognitif : pengkodean (cooding),
penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving), dan pemindahan
informasi (transferring information). Suatu tugas dapat dipelajari dengan
baik urutan yang spesifik pada sembilan peristiwa, yaitu : (a) Memperoleh
71
Ibid, hal. 32
45
perhatian (gaining attention), (b) Informasi peserta didik pada tujuan
(informing the learner of the objective), (c) Prasyarat daya ingat sebagai
prasyarat belajar (stimulating recall of prerequisite learning), (d)
Menyajikan materi baru (presenting new material), (e) Menyediakan
bimbingan belajar (providing learning guidance), (f) Menyatakan capaian
(eleciting performance), (g) Menyatakan umpan balik sebagai ketepatan
(providing feedback about correctness), (h) Menaksir capaian (assesing
performance), dan (i) Penambahan ingatan dan daya ingat (echancing
retencion and recall).72
3) Metode Resitasi (Recitation Method)
Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume.
Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis
anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu? Misalnya
anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk
mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.73
4) Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)
Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si
kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision
menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses
ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain
melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias
dan menggunakan alat-alat. Anda juga dapat mengajarkan anak berhitung
secara konkret.74
5) Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan
dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersama-
sama. 75
72
ibid, hal. 34 73
Ibid, hal. 27 74
Ibid,hal. 49 75
Ibid, hal. 50
46
6) Metode Perancangan (Project Method)
Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan
diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan
metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang
dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki.76
B. Konsep Model Tindakan yang Digunakan
Terdapat beberapa konsep dan model tindakan yang dikembangkan
oleh para ahli seperti Kurt Lewin, Kemmis, Henry, Mc Taggart, John Elliott,
dan Hopkins. Konsep model tindakan dalam tinjauan historis pertama kali
digagas oleh Kurt Lewin, tetapi pada perkembangan berikutnya model
Kemmis dan Mc Taggart banyak dikenal orang hingga dewasa ini. Adapun
model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
sebagaimana dikutip Suharsimi Arikunto didasarkan atas konsep pokok
bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat konsep pokok77 yang juga
menunjukkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan atau planning;
2. Tindakan atau acting;
3. Pengamatan atau observing;
4. Refleksi atau reflecting.
Refleksi menurut J. John Loughran adalah aktivitas manusia yang
cukup penting dalam menghadirkan kembali pengalaman, berpikir tentang
sesuatu dan kemudian mengevaluasinya kembali.78 Sementara Tony
Ghaye menyatakan bahwa tindakan reflektif dapat membantu memahami
hubungan antara apa yang akan dilakukan dan bagaimana
mengembangkannya.79 Siklus model Kurt Lewin tersebut di atas
76
Ibid, hal. 23 77
Suharsimi Arikunto, Ibid., hal. 131 78
J. John Loughran, Developing Reflective Practice: Learning About Teaching and Learning Through Modelling, (London-Washington D.C: Taylor & Francis e-Library, 2005), hal. 1 79
Tony Ghaye, Teaching and Learning Through Reflective Practice: A Practical Guide for Positive Action, (London and New York: Routledge, 2010), edisi ke-2, hal. 1
47
merupakan penelitian tindakan dengan melibatkan peneliti, guru sebagai
kolaborator dan unsur penunjang lainnya. Siklus tersebut kemudian dapat
digambarkan dalam bentuk visualisasi gambar berikut ini.80
(Sumber: Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 131)
Siklus model Kurt Lewin tersebut di atas terdiri dari empat komponen
penting dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Setiap
komponen di atas merupakan langkah dalam siklus sehingga komponen
tindakan dan pengamatan merupakan satu kesatuan utuh. Hasil dari
pengamatan yang dilakukan kemudian dijadikan dasar dan acuan dalam
melakukan langkah selanjutnya yaitu refleksi dengan mencermati apa
yang sudah terjadi. Setelah refleksi selesai kemudian melakukan langkah
berikutnya, yaitu penyusunan modifikasi yang diaktualisasikan dalam
bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, dan begitu seterusnya.
Model penelitian tindakan lainnya yang cukup populer digunakan di
kalangan praktisi pendidikan adalah model tindakan yang dikembangkan
oleh Kemmis & Mc Taggart yang menggambarkan bahwa siswa bukan
hanya diajar seperti biasa yang intinya mengerjakan soal-soal setelah
mempelajari ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa
harus aktif bekerja melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Secara
konkrit siklus penelitian tindakan dapat dipaparkan melalui peta konsep
berikut ini:
80
Suharsimi Arikunto, Ibid.,
Pengamatan
Refleksi Perencanaan
Perlakuan
48
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan.81
(Sumber: Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 137)
Peta konsep sebagaimana telah dikemukakan di atas pada dasarnya
sebuah mata rantai yang saling berhubungan antara item satu dengan
yang lain. Sehingga apabila dijelaskan secara naratif terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui oleh seorang peneliti untuk mengungkap
informasi yang akurat sesuai dengan domain permasalahan yang sedang
diteliti.
Berdasarkan paparan beberapa konsep model tindakan di atas,
penulis memilih konsep model tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis
& Mc Taggart dengan alasan bahwa konsep model tindakan tersebut
menampilkan empat tahapan yang saling berkaitan antara yang satu
81
Suharsimi Arikunto, Ibid., hal. 137
Perencanaan
SIKLUS 1 Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
?
SIKLUS 3
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
49
dengan lainnya yang dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut dapat penulis
paparkan pada pembahasan berikut.
Tahapan pertama adalah penyusunan rancangan tindakan yang
dikenal dengan perencanaan (planning). Tahapan ini secara konkrit
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Tahapan kedua adalah
pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan
secara konkrit dari postulat-postulat perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Tahapan ketiga adalah pengamatan atau observasi secara
langsung yang dilakukan peneliti terhadap individu pelaku tindakan.
Tahapan keempat adalah refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
untuk kemudian melakukan flash back terhadap beberapa kekurangan
terhadap tindakan yang dilakukan. Dengan demikian maka hasil dari
refleksi tersebut dapat direkonstruksi kembali tindakan yang lebih baik
dalam rangka menyempurkan kekurangan yang terdapat pada tindakan
sebelumnya.
C. Studi Relevan
1. Penelitian Partiyem, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan
Kegiatan Bermain Plastisin Kelompok B Paud Istiqomah Sumber
Bening Kecamatan Selupu Rejang (Bengkulu: Universitas Bengkulu,
201482 Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa adanya
peningkatan kemampuan motorik halus siswa dengan kegiatan bermain
yang dilakukan pada pembelajaran PAUD.
2. Penelitian Watini, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
Dengan Metode Demonstrasi Dalam Pemanfaatan Bahan Bekas Pada
82
Partiyem, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan Bermain Plastisin Kelompok B Paud Istiqomah Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang (Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2014)
50
Kelompok B Di Raudhatul Athfal Jamus Ngluwar Magelang.83 Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa pelaksanaan metode demonstrasi
dalam pembelajaran pada jenjang PAUD dengan memanfaatkan bahan
bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Penelitian Rosika Aprilia, Pengaruh Aktivitas Bermain Menggunakan
Media Bahan Kertas terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak di TK
Negeri Pembina Kalianda.84 Penelitian ini memperoleh kesimpulan
adanya peningkatan kemampuan motorik halus siswa melalui
pemanfaatan bahan kertas dengan metode bermain yang diterapkan
oleh guru.
4. Jurnal Suryawati, Sri Nugrohojati, Diana, Upaya Guru Dalam
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Menggunting
Berpola Di Kelompok B2 Di Taman Kanak-Kanak Islam Bina Empat
Lima Pontianak Timur.85
Penelitian ini memperoleh kesimpulan melalui
menggunting berpola yang diterapkan oleh guru dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.
5. Jurnal Siti Amsoh Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Melalui Kegiatan Kolase Dengan Media Yang Bervariasi Pada Anak
Kelompok B Ra Al Mufidah Kabupaten Tangerang.86 Penelitian ini
memperoleh kesimpulan peningkatan motorik halus siswa dapat
ditingkatkan melalui kegiatan kolase dengan memanfaatkan media
yang bervariasi.
6. Jurnal Rizki Fauziah, Pemanfaatan Kardus Bekas Sebagai Media
Pembelajaran Untuk Memperkenalkan Tempat Ibadah Pada Anak Usia
83
Watini, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Dengan Metode Demonstrasi Dalam Pemanfaatan Bahan Bekas Pada Kelompok B Di Raudhatul Athfal Jamus Ngluwar Magelang 84
Rosika Aprilia, Pengaruh Aktivitas Bermain Menggunakan Media Bahan Kertas terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak di TK Negeri Pembina Kalianda. 85
Suryawati, Sri Nugrohojati, Diana, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Menggunting Berpola Di Kelompok B2 Di Taman Kanak-Kanak Islam Bina Empat Lima Pontianak Timur 86
Rizki Fauziah, Pemanfaatan Kardus Bekas Sebagai Media Pembelajaran Untuk Memperkenalkan Tempat Ibadah Pada Anak Usia Dini.
51
Dini. Penelitian ini memperoleh kesimpulan pemanfaatan kardus bekas
sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
Penelitian yang akan penulis lakukan ini berbeda dengan
penelitian-penelitian yang telah ada, sebagaimana telah dikemukakan
beberapa hasil penelitian dalam bentuk action research di atas.
Perbedaannya terletak pada objek kajian dan subjek penelitian. Penelitian
ini dalam pandangan penulis belum pernah dilakukan oleh para penelitian
sebelumnya, karena fokus penelitiannya anak usia dini.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam
Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, penulis melakukan
pendekatan dalam pelaksanaan penelitian. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian adalah mixed methods research, yaitu pendekatan
kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif dalam suatu penelitian untuk
mendapatkan hasil analisis yang sempurna terhadap permasalahan yang
menjadi pokok kajian dalam penelitian tersebut.87 Penggabungan kedua
pendekatan tersebut pada prinsipnya untuk menggabungkan data yang
berbeda, antara data-data statistik dan non statistik. Dengan demikian,
maka kedua pendekatan tersebut saling melengkapi dalam menguraikan
data-data dieksplor dalam penelitian ini. Data-data yang bersifat statistik
akan diuraikan dalam bentuk narasi kualitatif untuk menggambarkan
bagaimana data tersebut dianalisa sampai pada kesimpulan hasil
penelitian.
Secara spesifik, penelitian ini menggunakan pendekatan Action
Research (AR) atau Penelitian Tindakan (PT) adalah penelitian yang
dilakukan secara kolaboratif oleh partisipan dalam ilmu sosial dan
pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan
pekerjaannya sendiri.88
Penelitian tindakan sebagai sebuah metode, terdiri
dari tiga aspek penting yaitu: pertama, penelitian sebagai sebuah kegiatan
mencermati obyek dengan menggunakan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam rangka
87
John W. Creswell, Research Design: Qualitativ, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, (Los Angeles-London-New Delhi-Singapore: SAGA, 2009), hal. 5 88
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi) (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hal. 129
53
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
penelitian. Kedua, tindakan yang merupakan suatu aktivitas yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk
rangkaian siklus kegiatan. Ketiga, kelas yang merupakan sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
seorang guru.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka penelitian tindakan
merupakan sekelompok kegiatan dalam pengembangan kurikulum, staf,
sekolah, sistem dan kebijakan. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai
kesamaan dalam aspek identifikasi strategi dari suatu tindakan terencana
yang kemudian dilaksanakan, dan secara sistematis diamati, direfleksikan
dan dimodifikasi.89
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari dengan asumsi dasar bahwa RA ini
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang notabene berafiliasi pada
pendidikan dasar Islam, sehingga seluruh prosedur pendidikan memiliki
petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) diatur dalam
Standar Operasional Pelaksanaan (SOP), baik yang berkaitan dengan
teknis administrasi, maupun proses pendidikan. Kemudian Taman Kanak-
kanak telah menerapkan berbagai metode dalam pelaksanaan
pendidikan, salah satunya metode demonstrasi.
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.90 Populasi dalam
penelitian ini mencakup seluruh peserta didik (anak usia 5-6 tahun)
Mengingat bahwa populasi dalam penelitian ini begitu besar, sehingga
kemudian menjadi kendala tersendiri dalam proses penelitian. Oleh sebab
itu, maka peneliti menggunakan sampel bertujuan (purposive sample).
Adapun pemilihan sampel ini disebabkan beberapa alasan, yaitu
89
Ibid, hal. 130 90
Ibid., hal. 173
54
keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel
yang besar secara keseluruhan. Dengan demikian, maka sampel yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik (anak
usia 5-6 tahun) Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data merupakan seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang
diperoleh di lapangan sebagai pendukung ke arah konstruksi ilmu secara
ilmiah dan akademis. Data penelitian adalah serangkaian informasi yang
diketahui atau dipahami secara konkrit. Diketahui artinya sesuatu yang
sudah terjadi sesuai fakta yang ada.91 Data dalam penelitian ini terdiri dari
dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu
data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung,
seperti kalimat-kalimat, catatan, foto, rekaman suara, gambar dan lain-
lain.92
Diantara data kualitatif dalam penelitian adalah kegiatan
pembelajaran di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari, gambaran umum objek penelitian seperti sejarah berdirinya
RA, letak geografis, struktur organisasi, dan beberapa aspek penting
lainnya. Adapun data kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka-
angka, seperti nilai perolehan peserta didik (siswa) dalam tes (ujian) baik
terstruktur maupun tidak terstruktur.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yang
91
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriftif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013), hal. 99 92
Ibid., hal. 103
55
terdiri dari orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.93
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik (anak
usia 5-6 tahun) Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari. Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini
adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
demonsntrasi, termasuk kegiatan pembelajaran kolaborasi antara guru
dengan peneliti dalam upaya meningkaRAan motorik halus siswa di RA
tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui efektifitas pendekatan
belajar reflektif dalam pembelajaran dilihat dari tingkat kompetensi
penguasaan siswa pada kognitif terhadap masing-masing pelajaran yang
diberikan guru, dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran. Penerapan tes
hasil belajar dilakukan dalam dua bentuk, yaitu lisan dan tertulis. Tes lisan
dapat diberikan dalam bentuk tanya jawab terkait dengan materi pelajaran
yang telah diberikan. Adapun tes tertulis, diberikan dalam bentuk essay
antara 5 sampai 10 soal.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui tentang
sejauhmana tindakan telah dilaksanakan secara efisien sesuai dengan
perencanaan serta efek yang ditimbulkan dari pelaksanaan tindakan
tersebut, baik bagi peserta didik, guru, maupun sistem pembelajaran
secara keseluruhan. Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan guru yang
terlibat sebagai kolaborator dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi dalam perspektif metodologi merupakan pengamatan atau
pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.94
93
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hal. 172 94
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Fsikologi UGM, 2004), jilid II, hal. 136
56
Observasi atau pengamatan memiliki tiga jenis, yaitu: 1) observasi
partisipan adalah sebuah pengamatan dimana seorang observer benar-
benar terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diobservasi. 2) observasi
sistematis (terstruktur) adalah sebuah kegiatan mengamati dengan
menggunakan struktur dan kerangka yang jelas serta memuat berbagai
kebutuhan yang diperluakan dalam pengamatan untuk kemudian
dilakukan pengelompokan dalam bentuk tabulasi. 3) observasi
eksperimental adalah pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui
adanya perubahan-perubahan sebagai suatu situasi eksperimen yang
sengaja diadakan untuk dapat diteliti.95
Karl Popper sebagaimana dikutip Rochiati berpendapat bahwa
observasi merupakan tindakan yang merupakan penafsiran dari teori.96
Metode observasi akan berdampak terhadap hasil yang diperoleh apabila
digunakan secara proporsional dan profesional. Metode observasi ini
penulis gunakan dalam mengumpulkan berbagai informasi penting terkait
dengan fokus penelitian dengan cara mengamati langsung berbagai hal
yang menjadi fokus penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi semi partisipan, dimana peneliti tidak
melaksanakan observasi partisipan secara utuh dengan maksud untuk
melihat bagaimana Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan
Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok B
di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah rekaman terhadap berbagai peristiwa yang
telah berlalu dan kemudian ditulis atau dicetak dalam berbagai bentuk
media, baik berupa catatan anekdot, surat, buku harian dan dokumen-
dokumen lainnya.97 Adapun tujuan penggunaan metode dokumentasi
95
K. Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hal. 43 96
Rochiati Wiriaatmadja, Metodoe Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 104 97
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2009), hal. 147
57
adalah sebagai pendukung hasil penelitian ini, peneliti akan lebih mudah
mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Dokumentasi atau yang sering disebut dengan rekaman data, digunakan
penulis untuk melihat secara nyata data-data tertulis yang diperlukan
dalam penelitian ini, dengan maksud bahwa data-data dan informasi yang
terekam dalam dokumentasi RA dapat memberikan informasi penting
yang penulis butuhkan dalam menganalisa data-data yang diperoleh dari
hasil wawancara dan pengamatan, yakni persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan
Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok B
di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
4. Angket Proses Pembelajaran
Angket digunakan untuk memperoleh komentar dan tanggapan dari
siswa sebagai partisipan tentang efektifitas dan daya tarik desain dan
bahkan instruksional yang disusun yang meliputi pemahaman terhadap
materi pelajaran, sistematika (langkah-langkah kegiatan belajar mengajar,
metode dan media) serta tes yang digunakan, prosedur pembelajaran,
dan strategi pembelajaran yang dipilih.
Tabel 3
Kisi-Kisi Angket Proses Pembelajaran
Aspek yang diukur Indikator No. Item
Proses Pembelajaran
Pemahaman terhadap materi pembelajaran
1,2,3,4,5,6
Sistematika isi pembelajaran
7,8,9,10
Prosedur dan strategi instruksional yang dipilih
11,12,13
Penguatan Materi 14,15,16
Jumlah 16
5. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru untuk memperoleh data tentang
pendapat guru tentang efektifitas dan efisiensi pendekatan belajar reflektif
yang digunakan serta kendala yang dialami dalam proses
58
pelaksanaannya, khususnya pada Peningkatan Kemampuan Motorik
Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan
Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
E. Teknik Analisis Data
Analisis penelitian dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap
data-data kuantitatif yang terkumpul melalui skala, kompetensi, dan
angket. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan terhadap data-data
kualitatif yang terkumpul melalui observasi dan wawancara. Setelah
proses pengumpulan data yang dibutuhkan selesai, maka data tersebut
selanjutnya dianalisis secara berturut-turut dengan menggunakan
beberapa cara seperti analisis domain, analisis taksonomi, analisis
komponensial dan analisis tema kultural.
1. Analisis Domain
Analisis doman biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran
masalah yang diteliti.98 Analisis ini digunakan untuk pengambilan data
tentang gambaran umum lokasi penelitian, yaitu Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari yang meliputi letak
geografis, historis, keadaan sarana prasarana, keadaan guru dan siswa.
Semua elemen tersebut merupakan domain yang merupakan unsur-unsur
yang berbeda dalam lembaga yang bersangkutan.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah penelitian yang ditetapkan pada domain
tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau
menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran penelitian.99 Cara berpikir
ini digunakan untuk menganalisa Peningkatan Kemampuan Motorik Halus
Anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas
98
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), hal. 225 99
Ibid., hal. 226
59
pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial adalah suatu cara penyelidikan data yang
dilakukan setelah mempunyai banyak fakta dari hasil tes belajar, hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi.100 Analisis di atas peneliti
gunakan dalam mengolah data-data yang telah terhimpun sebelumnya
dalam pelaksanaan nanti akan ditemukan tentang metode pengajaran
yang digunakan dan sesuai dengan materi yang disampaikan.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban hasil tes, dan
observasi peserta didik diberi nilai dengan kategori:
a. BB = Belum Berkembang 0 % - 25 %
b. MB = Mulai Berkembang 26% - 50 %
c. BSH = Berkembang Sesuai Harapan 51% - 75 %
d. BSB = Berkembang Sangat Baik 76% - 100%
Selanjutnya berdasarkan penjabaran diatas maka penulis
merumuskan dalam bentuk hitungan persentase sebagai berikut:
P =
x 100
Keterangan:
P : Persentase
Js : Jumlah peserta didik yang mencapai skor tertentu
N : Jumlah keseluruhan peserta didik
F. Validasi Data
Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu
proses atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan
baik. Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian tindakan ini
adalah validitas demokratik, proses, dan dialogik.
100
Ibid., hal. 226
60
1. Validitas Demokratik
Validitas demokratik dilakukan dalam rangka identifikasi masalah,
penentuan fokus masalah, perencanaan tindakan yang relevan, dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan penelitian dari awal hingga akhir penelitian.
Semua subjek yang terkait meliputi guru, kolaborator, dan siswa.
Penelitian tindakan ini memenuhi validitas demokratik karena peneliti
benar-benar berkolaborasi dengan guru dan peserta didik serta menerima
segala masukan dari berbagai pihak untuk mengupayakan peningkatan
proses pembelajaran khususnya dalam Peningkatan Kemampuan Motorik
Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan
Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
2. Validitas Proses
Validitas proses pada penelitian ini dicapai dengan cara peneliti dan
kolaborator secara intensif berkolaborasi dalam semua kegiatan yang
terkait dengan proses penelitian. Pada penelitian ini tindakan dilakukan
oleh guru sebagai praktisi tindakan di kelas dan peneliti sebagai
participant observer yang selalu berada di kelas dan mengikuti proses
pembelajaran.
3. Validitas Dialogik
Berdasarkan data awal penelitian dan masukan yang ada,
selanjutnya peneliti mengklarifikasikan, mendiskusikan, menganalisis data
tersebut dengan guru RA untuk memperoleh kesepakatan. Penentuan
bentuk tindakan pada penelitian ini dilakukan bersama antara peneliti dan
guru Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
Dialog atau diskusi dilakukan untuk menyepakati bentuk tindakan yang
sesuai sebagai alternatif pemecahan permasalahan dalam penelitian ini.
Menurut Lexy Moleong bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaaRAan sesuatu yang lain di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
61
itu.101 Keabsahan data akan terjamin akuntabilitas dan akurasinya apabila
digunakan teknik triangulasi, maka dalam hal ini penulis menggunakan
triangulasi data.
Triangulasi data merupakan upaya-upaya peneliti membandingkan
beberapa data yang diperoleh dengan cara yang sama oleh peneliti yang
sama. Triangulasi data digunakan misalkan ketika peneliti
mendeskripsikan persepsi para guru terhadap peningkatan mutu
pembelajaran, khususnya Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada
Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari. Triangulasi digunakan untuk mencegah terjadinya
pembiasan dalam pengumpulan data dan akan membantu memudahkan
pengambilan kesimpulan dari suatu peristiwa.
G. Prosedur Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) ini dilakukan dalam tiga siklus
untuk memperoleh gambaran dan informasi valid terhadap data-data
faktual dari kegiatan tindakan yang dilakukan. Dalam proses penelitian
tindakan, peneliti berkolaborasi dengan guru Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari dalam meningkaRAan
kemampuan motorik halus siswa melalui metode demonstrasi dalam
penggunaan bahan bekas. Adapun model siklus yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan Kemmis & Mc
Taggart. Adalah alasan pemilihan model tindakan ini adalah bahwa model
tindakan ini lebih sederhana dengan cakupan langkah-langkah yang
lengkap sesuai kebutuhan.
Siklus 1
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan Tindakan (action)
3. Pengamatan (observation)
101
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi) (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 330
62
4. Refleksi (reflection)
Siklus 2
Sebagaimana proses dan prosedur tindakan yang dilakukan pada
siklus pertama, siklus kedua inipun memiliki empat tahapan atau langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan tindakan kolaborasi antara
peneliti dengan guru RA, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan Tindakan (action)
3. Pengamatan (observation)
4. Refleksi (reflection)
Siklus 3
Pelaksanaan siklus ketiga merupakan tindakan lanjutan dari siklus
sebelumnya. Tindakan ini dilakukan atas dasar bahwa hasil yang
diperoleh pada siklus kedua belum memberikan hasil yang ideal
sebagaimana diharapkan peneliti.
H. Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan tindakan dianggap berhasil apabila hasil yang diperoleh
dari tindakan tersebut mencapai standar yang diharapkan sebagaimana
telah dirumuskan pada perumusan awal kegiatan tindakan. Oleh sebab
itu, maka perlu dirumuskan beberapa indikator yang menjadi acuan dalam
melihat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
I. Rencana dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari dengan asumsi dasar bahwa RA ini
merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang notabene
berafiliasi pada pendidikan Islam. Penelitian dengan model tindakan kelas
ini dilakukan dalam waktu satu semester.
63
Tabel 4
Jadwal Penelitian
No.
Jenis Kegiatan
Tahun 2018
I II III IV V VI VII
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf Proposal
2 Konsultasi dengan Ketua Prodi
3 Revisi Draft
4 Proses ujian proposal
5 Revisi draft proposal setelah ujian
6 Izin riset
7 Pengumpulan data penelitian
8 Analisis dan verifikasi data
9 Penulisan laporan
10 Ujian tahap awal
Catatan : Jadwal penelitian ini dapat berubah sesuai waktu
64
BAB IV
DESKRPSI LOKASI DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Historis
Raudhatul Athfal At Thohiriah didirikan pada Tahun 2003, dan
dapat akte pendirian dengan nomor SK M.e2/4/PP/03.2/49/2003. Pada
awal berdirinya sampai saat ini sudah cukup banyak meluluskan para
peserta didik. Kegiatan belajar mengajar berlangsung Pagi hari mulai
Pukul 8.00 WIB sampai Pukul 10. 30 WIB, kegiatan belajar mengajar ini
masih berjalan sampai sekarang. Semenjak berdiri sampai saat ini kepala
Raudhatul Athfal At Thohiriah yaitu Ibu Yuhana, S.Ag.102
2. Geografis
Raudhatul Athfal At Thohiriah letaknya di jalan gajah Mada
Kelurahan Teratai Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Untuk
memudahkan dan mengetahui letak geografis dari Raudhatul Athfal At
Thohiriah, dapat diketahui dari batas-batas dibawah ini :
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk kelurahan
Teratai.
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Jambi-Muara Bulian.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Rawa – Rawa
d. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk Kelurahan
Teratai.103
3. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, Pengelola Raudhatul
Athfal At Thohiriah dibantu guru dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran dilaksanakan oleh guru dan Pengelola Raudhatul Athfal At
Thohiriah.
Struktur organisasi di atas digambarkan dalam bentuk bagan
102
Dokumentasi, Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019 103
Dokumentasi, Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019
65
sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI RAUDHATUL ATHFAL AT THOHIRIAH 104
Keterangan :
_________ : Garis Koordinasi Garis Komando
--------------- : Garis Komando
4. Keadaan Guru dan Peserta Didik
a. Keadaan Guru
Keadaan guru PAUD menurut data Statistik Guru Tahun Pelajaran
2019 berjumlah 9 orang dengan status guru honorer, adapun latar
belakang pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut :
104
Dokumentasi, Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019
Ketua Yasasan
Kepala RA
Wakil kepala
Pendidik
Bendahara
Pendidik
Pendidik
66
Tabel 5 Keadaan Guru Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019105
No. N a m a L/P Jabatan Kualifikasi Pendidikan TahuTahun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Yuhana, S.Ag
Umayah, S.Pd
Purwati, S.Pd.I
Deli, S.Pd
Ratmi, S.Pd
Siska Dewi, S.Pd.I
Ani Puji Astuti, S.Pd.I
P
P
P
P
P
P
P
Kepala RA
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
b. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu unsur yang paling penting dan tidak
dapat dilepaskan dari dunia pendidikan, maka dari itulah pentingnya
keberadaan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran di Raudhatul Athfal
At Thohiriah. Berdasarkan data statistik Raudhatul Athfal At Thohiriah
jumlah siswa adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut :
Tabel 6 Keadaan Siswa Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019106
No. Kelas
Jumlah Siswa Total Jumlah Rombongan
Belajar LK PR
1. A 23 34 57 2
2. B 8 7 15 1
Jumlah 31 41 72 3
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah
siswa yang ada di Raudhatul Athfal At Thohiriah cukup banyak, hal ini
105
Dokumentasi, Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019 106
Dokumentasi, Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019
67
merupakan salah satu bentuk kepercayaan masyarakat untuk mendidik
anak mereka di Raudhatul Athfal At Thohiriah tersebut.
5. Keadaan Sarana Prasarana
Keadaan Sarana dan prasarana yang penulis temukan di lapangan
yaitu di Raudhatul Athfal At Thohiriah adalah segala sesuatu yang dipakai
sebagai alat untuk berjalannya pelaksanaan proses belajar mengajar dan
alat penunjang bagi berjalannya proses belajar mengajar di Raudhatul
Athfal At Thohiriah. Sarana dan prasarana yang dimiliki Raudhatul Athfal
At Thohiriah pada tahun pelajaran 2019 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7 Keadaan Sarana dan Prasarana Raudhatul Athfal At Thohiriah
Tahun 2019107
No Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi
1.
2.
Ruang a. Lokal b. Ruang kantor c. WC Guru d. WC Peserta Didik e. Mushola f. Gudang
Perlengkapan sekolah
a. Meja dan Kursi Belajar b. Rak / lemari c. Ayunan d. Papan tulis e. Ayunan besi f. Plosotan panjatan g. Mandi bola h. Kaset senam i. Absen Guru j. Peralatan Menggambar k. Tape compo l. Dispenser m. Laptop n. Buku induk o. Printer
3 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang
72 Buah 1 Buah 1 Buah 3 Eks
2 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah 3 Eks 4 Set 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
107
Dokumentasi, Raudhatul Athfal At Thohiriah Tahun 2019
68
Berdasarkan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
adanya sarana dan prasarana tersebut, maka dalam proses pembelajaran
yang diselenggarakan di Raudhatul Athfal At Thohiriah dapat berjalan
dengan baik, walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Dan mudah –
mudahan dimasa yang akan datang secara berangsur – angsur sarana
dan prasarana tersebut dapat terpenuhi.
Demikian sarana dan prasarana yang tersedia yang dapat penulis
paparkan di sini dan diharapkan dengan sarana dan prasarana yang ada
dapat menunjang terhadap proses belajar mengajar di Raudhatul Athfal At
Thohiriah sehingga bisa berjalan dengan lancar tanpa ada rintangan dan
hambatan.
B. Temuan Penelitian
1. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode
Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok B
di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari
a. Tindakan Prasiklus
Setelah selesai penelitian pada setiap siklus, dilakukan
pengumpulan data. Data tersebut kemudian ditabulasi, dicari rata-rata,
dan persentase ketuntasannya. Adapun keterangan pengisian lembar
observasi sebagai beirkut:
1) Skor 1 untuk jawaban BB yang artinya Belum Berkembang: Maka disini anak
harus dibimbing dan dicontohkan oleh guru.
2) Skor 2 untuk jawaban MB yang artinya Mulai Berkembang: Maka disini
anak masih harus diingatkan dan dibantu oleh guru.
3) Skor 3 untuk jawaban BSH yang artinya Berkembang Sesuai Harapan:
Maka disini anak bisa mengerjakan tanpa harus diingatkan dan dibantu
oleh guru.
4) Skor 4 untuk jawaban BSB yang artinya Berkembang Sangat Baik:
Maka disini anak sudah bisa melakukan secara mandiri dan dapat
membantu temannya yang lain.
69
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap anak
melalui metode demonstrasi prasiklus diperoleh data nilai anak untuk
kemampuan motorik halus seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8
Observasi Prasiklus Kemampuan Motorik Halus Anak
No
Nama Anak
Kemampuan Motorik Halus
Total Skor
Kriteria Keberhasilan
Persentase (%)
Cepat Rapi
4 3 2 1 4 3 2 1
1 Adzkiah Saufa Sofiah (A)
√ √ 2 BB 25 %
2 Ahmadi Nejad (B)
√ √ 2 BB 25 %
3 Azka Zahida (C)
√ √ 3 MB 37,50 %
4 Darma Adi Juang Saputra (D)
√ √ 3 MB 37,50 %
5 Divo Ilham (E)
√ √ 4 MB 50 %
6 Fajra Nada Nadifa (F)
√ √ 3 MB 37,50 %
7 Fariq Ashar Alfathir (G)
√ √ 3 MB 37,50 %
8 Ghadira Kirana Mahesenari (H)
√ √ 4 MB 50 %
9 Habibah Nur Hafizhah (I)
√ √ 4 MB 50 %
10 Kaina Zahirah (J)
√ √ 4 MB 50 %
11 Kayla Ahzahwa (K)
√ √ 2 BB 25 %
12 Mu’ammar Rifki Baitullah (L)
√ √ 4 MB 50 %
13 Muhammad Iqbal (M)
√ √ 3 MB 37,50 %
14 Nadifa Sayyidatul Habibah (N)
√ √ 2 MB 25 %
70
15 Raihan Albiruni (O)
√ √ 4 MB 50 %
Tabel 9 Observasi Pra Tindakan Keterampilan Motorik Halus Anak
No Kriteria Total Skor Jumlah Anak
Persentase
1 BSB 0 0 0 %
2 BSH 0 0 0 %
3 MB 41 12 80 %
4 BB 6 3 20 %
N = 15 100 %
Berdasarkan data yang sudah diperoleh pada Pratindakan dapat
diketahui bahwa keterampilan motorik halus anak belum berkembang
dengan baik. Hal ini yang menjadi landasan peneliti untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus anak kelompok B melalui kegiatan
memanfaatkan bahan bekas melalui metode demonstrasi.
Penjelasan tabel sebelumnya dapat diketahui bahwa kemampuan
motorik halus anak dari jumlah siswa keseluruhan 15 orang yang
mencapai target Berkembang Sangat Baik (BSB) masih belum ada
dengan prosentase 0 %, kemudian Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
juga masih belum dijumpai dengan persentase 0 %, selanjutnya yang
Mulai Berkembang (MB) 12 orang anak dengan persentase 80 % dan
yang belum berkembang sebanyak 3 anak dengan persentase 20 %.
Dapat disimpulkan bahwa pada peningkatan kemampuan motorik
halus anak umumnya proses pembelajaran dengan metode yang
digunakan cukup berhasil walaupun masih terdapat beberapa anak yang
kemampuan motorik halusnya belum maksimal.
71
Tabel 10
Observasi Kegiatan Anak Prasiklus
No Nama Nomor Item
Indikator Aktivitas Anak Skor
1 A 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
1
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 6
Rata-Rata 1
2 B 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
1
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 6
Rata-Rata 1
3 C 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf
1
72
sesuai warna
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 9
Rata-Rata 1,50
4 D 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2
Jumlah 9
Rata-Rata 1,50
5 E 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2
Jumlah 12
Rata-Rata 2
73
6 F 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2
Jumlah 9
Rata-Rata 1,50
7 G 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
1
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 9
Rata-Rata 1,50
8 H 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas 2
74
untuk di putar pada Botol yang ditentukan
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 12
Rata-Rata 2
9 I 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 12
Rata-Rata 2
10 J 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2
Jumlah 12
Rata-Rata 2
11 K 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
1
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas 1
75
untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 6
Rata-Rata 1
12 L 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2
Jumlah 12
Rata-Rata 2
13 M 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 9
76
Rata-Rata 1,50
14 N 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
1
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1
Jumlah 6
Rata-Rata 1
15 O 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2
Jumlah 12
Rata-Rata 2
Keterangan :
BSB : 3,26 – 4,00 = 76 – 100 %
BSH : 2,51 – 3,75 = 51 – 75 %
MB : 1,76 – 2,50 = 26 – 50 %
BB : 1,00 – 1,75 = 1 – 25 %
77
Grafik 1 Hasil Observasi Aktivitas Anak Kelompok B Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
Berdasarkan fakta prasiklus, menunjukkan perkembangan
kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari belum berkembang secara optimal. Maka
sebelum dilaksanakan penelitian siklus 1, penulis mendapatkan data
tentang perkembangan kemampuan motorik halus anak sebelum siklus
atau prasiklus seperti penjelasan dibawah ini yang didapat dari data
observasi selama melaksanakan penelitian.
Tabel 11 Perkembangan kemampuan motorik halus anak sebelum siklus atau
prasiklus
No Nama Kemampuan Motorik Halus dengan Bahan Bekas
Persentase
1 A 6 25 %
2 B 6 25 %
3 C 9 37,50 %
4 D 9 37,50 %
5 E 12 50 %
6 F 9 37,50 %
7 G 9 37,50 %
8 H 12 50 %
9 I 12 50 %
10 J 12 50 %
11 K 6 25 %
0
0,5
1
1,5
2
2,5
A B C D E F G H I J K L M N O
Observasi Prasiklus
Series 1
78
12 L 12 50 %
13 M 9 37,50 %
14 N 6 25 %
15 O 12 50 % Jumlah 141
Persentase 141/4 x 100 % =35,25 %
Berdasarkan hasil pengamatan prasiklus dapat diketahui
kematangan kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari belum berkembang
dengan baik sesuai dengan kesepakatan guru dan peneliti. Hasil dari
persentase kemampuan motorik halus siswa di atas menunjukkan angka
35,25 %. Ini berarti kemampuan anak belum berkembang dengan baik
dan belum berkembang sesuai harapan dan masih mayoritas amak di
rentang MB (Mulai Berkembang). Oleh karena itu untuk mendapatkan skor
yang lebih tinggi dan lebih baik maka peneliti dan guru melakukan
kolaborasi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan
tindakan selanjutnya menggunakan media bahan bekas dan metode
demonstrasi.
2. Tindakan Siklus 1
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan segala cara yang dilakukan secara detail
untuk melakukan tindakan, asesment awal, penyusunan rencana
pembelajaran, proses pengamatan anak, keterlibatan guru dan menyusun
jadwal kegiatan.
1) Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari. Subjek penelitian ini adalah anak
kelompok B dengan rentang usia 4 tahun – 5,5 tahun sebanyak 15 anak.
Adapun permasalahan kemampuan motorik halus anak di kelas B pada
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
masih belum berkembang secara optimal karena disebabkan oleh
penerapan permainan yang belum dapat meningkatkan motorik halus
79
anak belum diterapkan secara optimal, kemudian media yang digunakan
masih kurang menarik dan belum dikemas dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.
2) Asesmen Awal
Sebelum penelitian tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan
observasi proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Hasil
pengamatan peneliti menemukan bahwa beberapa permasalahan
diantaranya terdapat anak yang tidak mau bergabung dengan teman-
teman pada saat permainan pembelajaran, pada saat bermain dan belajar
sebagian anak terlihat diam karena tidak menyukai dan tidak tertarik
dengan pembelajaran. Maka dari itu peneliti berkolaborasi dengan guru
untuk membuat dan merancang pembelajaran dengan menggunakan
penerapan metode demonstrasi dan didukung oleh media bahan bekas
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3) Penyusunan Rencana Pembelajaran
Penyusunan rencana pembelajaran dengan menerapkan berbagai
langkah-langkah untuk mengembangkan tema, media, lembar kerja,
proses mengamati atau observasi, partisipasi guru dalam penyusunan
jadwal kegiatan untuk siklus 1.
a) Persiapan mengembangkan tema
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan
berkolaborasi dengan guru tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran
saja melainkan berkolaborasi dengan persiapan tema pembelajaran.
Tema yang dipilih pengetahuan dalam mengenal huruf pada kelas B di
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
b) Media
Media yang digunakan yaitu bahan bekas botol plastik yang
diwanai dan diberikan tempelan huruf. Media dipersiapkan untuk
mendukung metode demonstrasi yang akan dilakukan dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
80
c) Persiapan kegiatan bermain anak
Sebelum melaksanakan kegiatan inti, maka peneliti dan guru
menyusun perencanaan permainan yang memudahkan anak untuk
menguasai konsep pembelajaran.
d) Pengamatan pelaksanaan kegiatan bermain anak dalam belajar
Pada saat pelaksanaan bermain dan belajar, maka peneliti
melakukan pengamatan atau observasi. Penilaian yang dilakukan sesuai
dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui perkembangan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan bermain dan belajar dengan
penggunaan media bahan bekas botol plastik yang digunakan.
e) Keterlibatan guru dalam penerapan metode demonstrasi
Guru tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan penelitian ini, karena
penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, tindakan dan evaluasi tindakan.
f) Jadwal kegiatan siklus 1
Setelah melakukan kolaborasi dengan guru diawal penelitian, maka
disepakati jadwal siklus 1 atau siklus pertama sebagaimana tabel berikut:
Tabel 12 Jadwal Penelitian Siklus 1
No Hari dan Tanggal
Aktivitas Aspek yang dinilai
1 Senin 04 Februari 2019
- Cara Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
- Cara Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
- Cara Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
- Cara Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
- Cara Menggunakan Tutup
Kemampuan Motorik Halus
Anak 2 Senin 11 Februari 2019
3 Senin 18 Februari 2019
81
Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
- Cara Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
b. Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dijelaskan berikut
ini:
1) Siklus 1 pertemuan 1
Siklus 1 pertemuan 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 04
Februari 2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dialnjutkan dengan tanya jawab.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasiikan guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
2) Siklus 1 pertemuan 2
Siklus 1 pertemuan 2 dilaksanakan pada hari senin tanggal 11
Februari 2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
82
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan menjelaskan
huruf vokal dengan menggunakan media bahan bekas.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasiikan guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
3) Siklus 1 pertemuan 3
Siklus 1 pertemuan 3 dilaksanakan pada hari senin tanggal 18
Februari 2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan tanya jawab
tentang huruf vokal menggunakan media bahan bekas botol plastik.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
83
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasiikan guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat anak-anak mengikuti kegiatan
yanng disusun berdasarkan rencana kegiatan harian. Pengamatan
terhadap aktivitas anak yang sedang melaksanakan kegiatan dan hal
yang diamati disesuaikan dengan panduan observasi yang ada, berupa
instrumen penelitian yaitu kemampuan motorik halus anak. Hasilnya
kemudian dianalisis untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.
Selain itu pula pada saat proses pelaksanaan permainan dan
pembelajaran dengan menggunakan bahan bekas botol plastik dilakukan
obsevasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagaimana dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 13 Data hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelompok B Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Kinerja Guru Pertemuan Rata-rata 1 2 3
1 Kemampuan guru dalam memotivasi anak dalam belajar
3 3 3 3
2 Kemampuan guru dalam apersepsi 2 3 3 2,66
3 Kemampuan guru dalam membimbing anak memegang tutup botol bekas dengan ibu jari dan jari telunjuk
2 3 3 2,66
4 Kemampuan guru dalam membimbing 3 3 3 3
84
anak untuk membawa dan mencocokkan dengan warna yang sama
5 Kemapuan guru dalam membimbing anak untuk menggunakan tutup botol bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
6 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
7 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
8 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk cara mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
9 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk bermain dan belajar secara individu
3 3 4 3,33
10 Kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam pelaksanaan pembelajaran
3 3 3 3
11 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk mengikuti pembelajaran secara individu
3 3 3 3
12 Keefektifan Guru dalam menggunakan media bahan bekas pada pembelajaran
3 3 3 3
13 Penguatan 3 3 3 3
14 Kemampuan guru dalam evaluasi pembelajaran
3 3 3 3
15 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk menyimpulkan pelajaran
2 3 3 2,66
16 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk menerapkan materi pembelajaran
2 2 3 2,33
Jumlah 44 47 49 46,66
Rata-rata 2,75 2,93 3,06 2,91
Persentase 69% 73% 77% 73%
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap guru pada kelompok
B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
pada tabel di atas dapat diketahui bahwa proses pertemuan pada siklus 1
85
pertemuan 1, siklus 1 pertemuan 2 dan siklus 1 pertemuan 3 masih dalam
kategori “Baik” yaitu dengan pada pertemuan 1 perolehan jumlah 44, rata-
rata 2,75 dan persentase 69%. Kemudian pertemuan 2 perolehan jumlah
47, rata-rata 2,93 dan persentase 73%. Sedangkan pertemuan 3
perolehan 49, rata-rata 3,06 dan persentase 77 %.
Namun demikian masih banyak yang harus diperbaiki oleh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan bahan bekas botol
plastik pada materi pengenalan huruf. Hasil observasi pada aktivitas
kegiatan guru dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik 2
Data hasil observasi guru dalam menerapkan pembelajaran menggunakan media bahan bekas kelompok B di Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
Strategi guru dalam mengajar secara tidak langsung akan
mempengaruhi proses belajar anak. Maka dampak tersebut dapat
dijelaskan pada tabel berikut:
2,75
2,93
3,06
2,55
2,6
2,65
2,7
2,75
2,8
2,85
2,9
2,95
3
3,05
3,1
Data Hasil Observasi Guru
86
Tabel 13 Hasil observasi aktivitas anakn siklus 1 dalam kegiatan pengenalan huruf menggunakan bahan bekas botol plastik pada kelompok B di
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama Aktivitas Anak Pertemuan Siklus 1 Rata-rata 1 2 3
04/02/2019 11/02/2019 18/02/2019
1 A 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 2 2 2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 2 2 1,66
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1 2 2 1,66
Jumlah 10 12 12 11,33
Rata-Rata 1,66 2 2 1,88
Persentase % 41,66 50 50 35,53
2 B 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
87
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 3 2,33
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1 2 2 1,66
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 1 2 1,33
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1 2 2 1,66
Jumlah 9 11 13 11
Rata-Rata 1,5 1,8333 2,1667 1,83
Persentase % 37,5 45,833 54,167 45,83
3 C 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1 2 2 1,66
4 Mengekspresikan diri melalui
1 2 2 1,66
88
pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 1 2 1,66
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1 2 2 1,66
Jumlah 8 11 12 10,33
Rata-Rata 1,33 1,83 2 1,72
Persentase % 33,33 45,83 50 43,05
4 D 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
1 2 2 1,66
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1 1 1 1
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 1 1 1
6 Mengelompokkan 1 1 1 1
89
dengan warna dan huruf yang sama
Jumlah 8 9 9 8,66
Rata-Rata 1,33 1,5 1,5 1,44
Persentase% 33,33 37,5 37,5 36,11
5 E 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 2 2 2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 2 2 1,66
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 2 2
Jumlah 11 12 12 11,66
Rata-Rata 1,83 2 2 1,94
Persentase% 45,83 50 50 48,61
6 F 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan 2 2 2 2
90
Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
1 2 2 1,66
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 1 2 1,33
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1 2 2 1,66
Jumlah 9 11 12 10,66
Rata-Rata 1,5 1,83 2 1,77
Persentase % 37,5 45,83 50 44,44
7 G 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan
1 1 2 1,33
91
permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 1 2 1,33
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1 2 2 1,66
Jumlah 9 10 12 10,33
Rata-Rata 1,5 1,66 2 1,72
Persentase % 37,5 41,66 50 43,05
8 H 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 3 3
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 2 2
6 Mengelompokkan dengan warna
2 3 3 2,66
92
dan huruf yang sama
Jumlah 16 17 17 16,66
Rata-Rata 2,66 2,83 2,83 2,77
Persentase % 66,66 70,83 70,83 69,44
9 I 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 2 2 2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 2 2 1,66
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 2 2
Jumlah 11 12 12 11,66
Rata-Rata 1,83 2 2 1,94
Persentase % 45,83 50 50 48,61
10 J 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 3 3
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna
3 3 3 3
93
yang sama
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 17 17 18 17,33
Rata-Rata 2,833 2,833 3 2,88
Persentase % 70,83 70,83 75 72,22
11 K 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1 2 2 1,66
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan
2 2 2 2
94
ketepatan jari tangan pada huruf
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
1 1 2 1,33
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
1 1 1 1
Jumlah 9 10 11 10
Rata-Rata 1,5 1,66 1,83 1,66
Persentase % 37,5 41,67 45,83 41,66
12 L 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 2 2 2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 2 2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 2 2
95
Jumlah 12 12 12 12
Rata-Rata 2 2 2 2
Persentase 50 50 50 50
13 M 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 2 2
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 2 2 2
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 2 2 2
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 2 2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 2 2
Jumlah 12 12 12 12
Rata-Rata 2 2 2 2
Persentase 50 50 50 50
14 N 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 2 3 2,33
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
2 2 2 2
3 Menggunakan 2 2 2 2
96
Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 2 2 2,33
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 2 2
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 2 2
Jumlah 12 12 13 12,33
Rata-Rata 2 2 2,1667 2,05
Persentase % 50 50 54,167 51,38
15 O 1 Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 4 3,33
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada
3 3 3 3
97
huruf
5 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 18 18 19 18,33
Rata-Rata 3 3 3,1667 3,05
Persentase 75 75 79,167 76,38
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat 12 anak
mendapatkan skor kurang (Mulai Berkembang) dan 3 anak mendapatkan
skor baik (Berkembang Sesuai Harapan). Anak yang mendapat skor baik
yaitu H, J dan O selebihnya masih kurang.
Berikut akan disajikan grafik tentang perkembangan motorik halus
anak setelah melaksanakan siklus 1 pada pertemuan 1, 2 dan 3 melalui
penggunaan bahan bekas.
Grafik 3 Perkembangan aktivitas motorik halus anak siklus 1 menggunakan
bahan bekas dengan penerapan metode demonstrasi pada Kelompok A di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
2 2,1667
2
1,5
2 2 2
2,83
2
3
1,833 2 2 2
3,1667
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
A B C D E F G H I J K L M N O
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
98
Jadi perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan
menggunakan bahan bekas berdasarkan siklus 1 sebagai berikut:
Tabel 14 Persentase perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan bahan bekas siklus 1 pada kelompok B di Raudhatul
Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama
Anak
Kemampuan Motorik Halus Persentase
1 A 11,33 47,22%
2 B 11 45,83%
3 C 10,33 43,05%
4 D 8,66 36,11%
5 E 11,66 48,61%
6 F 10,66 44,44%
7 G 10,33 43,05%
8 H 16,66 69,44%
9 I 11,66 48,61%
10 J 17,33 72,22%
11 K 10 41,66%
12 L 12 50%
13 M 12 50%
14 N 12,33 51,38%
15 O 18,33 76,38%
Jumlah 184,28
Persentase 184,28/4X100% = 46,07%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan
motorik halus anak belum berkembang secara optimal, hal ini terlihat dari
1 orang anak mendapat persentase 76-100% dengan kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu O, 3 orang anak mendapatkan
persentase antara 51-75% dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan
99
(BSH) yaitu H, J dan N dan 11 anak mendapat persentase 26-50%
dengan kategori Mulai Berkembang (MB) yaitu A, B, C, D, E, F, G, I, K, L
dan M.
Tabel 15
Perbandingan Persentase perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan bahan bekas prasiklus dan siklus 1 pada
kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama
Anak
Prasiklus Siklus 1
1 A 25 % 47,22%
2 B 25 % 45,83%
3 C 37,50 % 43,05%
4 D 37,50 % 36,11%
5 E 50 % 48,61%
6 F 37,50 % 44,44%
7 G 37,50 % 43,05%
8 H 50 % 69,44%
9 I 50 % 48,61%
10 J 50 % 72,22%
11 K 25 % 41,66%
12 L 50 % 50%
13 M 37,50 % 50%
14 N 25 % 51,38%
15 O 50 % 76,38%
Rata-rata 39% 51%
100
Grafik 4 Hasil pengamatan perkembangan kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
Berdasarkan tabel data terlihat adanya peningkatan kemampuan
motorik halus anak pada siklus 1 dimana saat prasiklus persentase rata-
rata keseluruhan anak 39% dan pada siklus 1 persentase rata-rata
keseluruhan anak 51%. Berdasarkan selisih sektor tersebut dapat
disimpulkan terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus anak
namun hasil yang diperoleh belum maksimal. Peneliti kemudian
melakukan kolaborasi dengan guru dan memiliki kesepakatan bahwa nilai
anak berkembang dengan sangat baik apabila mendapatkan nilai 76 –
100%. Nilai tersebut merupakan nilai akumulasi Berkembang Sangat Baik
(BSB). Kemudian peneliti dan guru melakukan tindakan pada siklus
berikutnya karena nilai persentase masih diangka 51%.
d. Refleksi
Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan
tahap selanjutnya yaitu kegiatan refleksi. Penulis melakukan instrumen
observasi untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
A B C D E F G H I J K L M N O
Prasiklus
Siklus 1
101
Pada pelaksanaan siklus 1 masih ada beberapa kelemahan yang
ditemukan sehingga masih berdampak kurangnya perkembangan
kemampuan motorik halus anak dengan maksimal yaitu:
1) Bahan bekas botol plastik masih kurang menarik dan belum diwarnai.
2) Masih rendahnya rasa percaya diri anak dalam pelaksanaan bermain
dan belajar, masih dijumpai ada anak yang masih belum berinteraksi
dengan teman.
3) Masih banyak anak yang kurang bisa mencocokkan huruf pada tutup
botol dan botol.
4) Anak yang sudah menyelesaikan semua kegiatan diberi kebebasan
untuk bermain sehingga suasana kelas kurang kondusif, sementara
anak yang belum selesai mengerjakan terganggu dan kurang fokus.
Disamping itu pula ada juga anak yang belum selesai ikut teman yang
sudah selesai dalam bermain.
3. Tindakan Siklus 2
Berdasarkan hasil tindakan siklus 1 kemampuan motorik halus
anak masih harus diperbaiki dan ditingkatkan. Karena hasil tindakan dari
siklus 1 masih dibawah rata-rata dari hal yang diharapkan. Oleh sebab itu
peneliti bersama guru melakukan kolaborasi melanjutkan tindakan pada
siklus 2.
a. Perencanaan
Adapun penyusunan rencana pembelajaran dengan menerapkan
berbagai langkah-langkah untuk mengembangkan tema, media, lembar
kerja, proses mengamati atau observasi, partisipasi guru dalam
penyusunan jadwal kegiatan untuk siklus 1.
1) Persiapan mengembangkan tema
Tema yang dipilih pengetahuan dalam mengenal huruf pada kelas
B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
102
2) Media
Bahan bekas botol plastik yang diwanai dan diberikan tempelan
huruf. Media dipersiapkan untuk mendukung metode demonstrasi yang
akan dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3) Persiapan kegiatan bermain anak
Sebelum melaksanakan kegiatan inti, maka peneliti dan guru
menyusun perencanaan permainan yang memudahkan anak untuk
menguasai konsep pembelajaran.
4) Pengamatan pelaksanaan kegiatan bermain anak dalam belajar
Pada saat pelaksanaan bermain dan belajar, maka peneliti
melakukan pengamatan atau observasi. Penilaian yang dilakukan sesuai
dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui perkembangan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan bermain dan belajar dengan
penggunaan media bahan bekas botol plastik yang digunakan.
5) Keterlibatan guru dalam penerapan metode demonstrasi
Guru tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan penelitian ini, karena
penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, tindakan dan evaluasi tindakan.
6) Jadwal kegiatan siklus 1
Setelah melakukan kolaborasi dengan guru diawal penelitian, maka
disepakati jadwal siklus 1 atau siklus pertama sebagaimana tabel berikut:
Tabel 16 Jadwal Kegiatan siklus 2
No Hari dan Tanggal
Aktivitas Aspek yang dinilai
1 Senin 04 Maret 2019
- Cara Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
- Cara Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
- Cara Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
Kemampuan Motorik Halus
Anak 2 Senin 11 Maret 2019
3 Senin 18 Maret 2019
103
- Cara Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
- Cara Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
- Cara Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
b. Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dijelaskan berikut
ini:
1) Siklus 2 pertemuan 1
Siklus 2 pertemuan 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 04
Maret 2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan tanya jawab.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasikan guru
kemudian memegang botol untuk membuka dan menutup botol
menyesuaikan dengan perintah guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
104
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
2) Siklus 2 pertemuan 2
Siklus 2 pertemuan 2 dilaksanakan pada hari senin tanggal 11
Maret 2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan menjelaskan
huruf vokal dengan menggunakan media bahan bekas.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasikan guru
kemudian memegang botol untuk membuka dan menutup botol
menyesuaikan dengan perintah guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
3) Siklus 2 pertemuan 3
Siklus 2 pertemuan 3 dilaksanakan pada hari senin tanggal 18
Maret 2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
105
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan tanya jawab
tentang huruf vokal menggunakan media bahan bekas botol plastik.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasikan guru
kemudian memegang botol untuk membuka dan menutup botol
menyesuaikan dengan perintah guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat anak-anak mengikuti kegiatan
yanng disusun berdasarkan rencana kegiatan harian. Pengamatan
terhadap aktivitas anak yang sedang melaksanakan kegiatan dan hal
yang diamati disesuaikan dengan panduan observasi yang ada, berupa
instrumen penelitian yaitu kemampuan motorik halus anak. Hasilnya
kemudian dianalisis untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.
Selain itu pula pada saat proses pelaksanaan permainan dan
pembelajaran dengan menggunakan bahan bekas botol plastik dilakukan
obsevasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagaimana dapat dijelaskan pada tabel berikut:
106
Tabel 17 Data hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelompok B Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Kinerja Guru Pertemuan Rata-
rata 1 2 3
1 Kemampuan guru dalam memotivasi anak dalam belajar
3 4 4 3,66
2 Kemampuan guru dalam apersepsi 3 3 4 3,33
3 Kemampuan guru dalam membimbing anak memegang tutup botol bekas dengan ibu jari dan jari telunjuk
3 3 4 3,33
4 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk membawa dan mencocokkan dengan warna yang sama
3 3 4 3,33
5 Kemapuan guru dalam membimbing anak untuk menggunakan tutup botol bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 4 3,33
6 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
7 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 4 3,33
8 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk cara mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 4 3,33
9 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk bermain dan belajar secara individu
3 3 4 3,33
10 Kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam pelaksanaan pembelajaran
3 3 4 3,33
11 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk mengikuti pembelajaran secara individu
3 4 4 3,66
12 Keefektifan Guru dalam menggunakan media bahan bekas pada pembelajaran
3 3 3 3
13 Penguatan 3 3 3 3
14 Kemampuan guru dalam evaluasi pembelajaran
3 3 3 3
107
15 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk menyimpulkan pelajaran
3 3 3 3
16 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk menerapkan materi pembelajaran
3 3 3 3
Jumlah 48 50 59 52,33
Rata-rata 3 3,12 3,68 3,27
Persentase 75% 78% 92% 82%
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap guru pada kelompok
B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
pada tabel di atas dapat diketahui bahwa proses pertemuan pada siklus 2
pertemuan 1 dan siklus 2 pertemuan 2 masih dalam kategori “Baik” yaitu
dengan pada pertemuan 1 perolehan jumlah 48, rata-rata 3 dan
persentase 75 %. Kemudian pertemuan 2 perolehan jumlah 50, rata-rata
3,12 dan persentase 78 %. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan 3
mendapatkan perolehan sangat baik dengan jumlah 59, rata-rata 3,68 dan
persentase 92%.
Namun demikian masih banyak yang harus diperbaiki oleh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan bahan bekas botol
plastik pada materi pengenalan huruf. Hasil observasi pada aktivitas
kegiatan guru dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik 5 Data hasil observasi guru dalam menerapkan pembelajaran
menggunakan media bahan bekas kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Observasi Guru
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
108
Strategi guru dalam mengajar secara tidak langsung akan
mempengaruhi proses belajar anak. Maka dampak tersebut dapat
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 18 Hasil observasi aktivitas anak siklus 2 dalam kegiatan pengenalan huruf menggunakan bahan bekas botol plastik pada kelompok B di
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama Aktivitas Anak
Pertemuan Siklus 2 Rata-rata
1 2 3
04/03/2019 11/03/2019 18/03/2019
1 A 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 2 3 2,66
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 3 3 2,66
Jumlah 15 17 18 16,66
109
Rata-Rata 2,5 2,83 3 2,77
Persentase % 62,50 70,83 75,00 69,44
2 B 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,33
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 4 3,33
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 3 2 2,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 3 3 2,66
Jumlah 14 17 18 15,99
Rata-Rata 2,33 2,83 3 2,66
Persentase % 58,33 70,83 75 66,65
3 C 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
110
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 3 3 2,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 3 3 2,66
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 3 3 2,66
Jumlah 13 17 18 16
Rata-Rata 2,16 2,83 3 2,66
Persentase % 54,17 70,83 75 66,67
4 D 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 4 3,33
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 4 3,33
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan
2 3 3 2,66
111
ketepatan jari tangan pada huruf
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 3 2,33
Jumlah 15 17 20 17,33
Rata-Rata 2,5 2,83 3,33 2,88
Persentase % 62,50 70,83 83,33 72,22
5 E 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang
3 3 3 3
112
sama
Jumlah 16 17 18 17
Rata-Rata 2,66 2,83 3 2,83
Persentase % 66,67 70,83 75,00 70,83
6 F 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 3 3 2,66
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 3 3 2,66
Jumlah 14 17 18 16,33
Rata-Rata 2,33 2,83 3 2,72
Persentase % 58,33 70,83 75 68,06
7 G 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2 Membawa dan Mencocokkan dengan Warna
3 3 4 3,33
113
yang sama
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 4 3,33
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
2 3 3 2,66
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 3 3 2,66
Jumlah 14 17 20 17
Rata-Rata 2,33 2,83 3,33 2,83
Persentase % 58,33 70,83 83,33 70,83
8 H 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 4 3,33
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 4 3,33
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan
3 3 4 3,33
114
dengan ketepatan jari tangan pada huruf
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 17 18 21 18,66
Rata-Rata 2,83 3 3,5 3,11
Persentase % 70,83 75 87,50 77,78
9 I 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6 Mengelompokkan dengan warna
3 3 3 3
115
dan huruf yang sama
Jumlah 16 18 18 17,33
Rata-Rata 2,66 3 3 2,88
Persentase % 66,67 75 75 72,22
10 J 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 4 4 3,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 4 3,33
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 17 18 21 18,66
Rata-Rata 2,83 3 3,5 3,11
Persentase % 70,83 75 87,50 77,78
11 K 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
1 2 2 1,66
2 Membawa dan Mencocokkan
2 3 3 2,66
116
dengan Warna yang sama
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
2 2 3 2,33
Jumlah 13 15 17 15
Rata-Rata 2,16 2,5 2,83 2,5
Persentase % 54,17 62,50 70,83 62,50
12 L 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4 Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan
3 3 3 3
117
permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 2 3 2,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 16 17 18 17
Rata-Rata 2,66 2,83 3 2,83
Persentase % 66,67 70,83 75 70,83
13 M 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 4 3,33
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 4 3,33
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6 Mengelompokkan 3 3 3 3
118
dengan warna dan huruf yang sama
Jumlah 16 18 20 18
Rata-Rata 2,66 3 3,33 3
Persentase % 66,67 75 83,33 75
14 N 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
2 3 3 2,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 17 18 19 18
Rata-Rata 2,83 3 3,16 3
Persentase % 70,83 75 79,17 75
15 O 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 4 4 3,66
2 Membawa dan 3 3 4 3,33
119
Mencocokkan dengan Warna yang sama
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 18 19 21 19,33
Rata-Rata 3 3,16 3,5 3,22
Persentase% 75,00 79,17 87,50 80,56
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat 9 anak
mendapatkan skor Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan 6 anak
mendapatkan skor Berkembang Sangat Baik (BSB).
Berikut akan disajikan grafik tentang perkembangan motorik halus
anak setelah melaksanakan siklus 2 pada pertemuan 1, 2 dan 3 melalui
penggunaan bahan bekas.
120
Grafik 6 Perkembangan aktivitas motorik halus anak siklus 2 menggunakan
bahan bekas dengan penerapan metode demonstrasi pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
Jadi perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan
menggunakan bahan bekas berdasarkan siklus 2 sebagai berikut:
Tabel 19 Persentase perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan bahan bekas siklus 2 pada kelompok B di Raudhatul
Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama
Anak
Kemampuan Motorik Halus Persentase
1 A 16,64 69,44%
2 B 15,99 66,65%
3 C 16 66,67%
4 D 17,33 72,22%
5 E 17 70,83%
6 F 16,33 68,06%
3 3 3
3,33
3 3
3,33 3,5
3
3,5
2,83 3
3,33 3,16
3,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
A B C D E F G H I J K L M N 0
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
121
7 G 17 70,83%
8 H 18,66 77,78%
9 I 17,33 72,22%
10 J 18,66 77,78%
11 K 15 62,50%
12 L 17 70,83%
13 M 18 75%
14 N 18 75%
15 O 19,33 80,56%
Jumlah 258,27
Persentase 258,27/4X100% = 64,56%
Beradasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan
motorik halus anak belum berkembang secara optimal, persentase yang
diperoleh sebanyak 64,56 %
Tabel 20 Perbandingan Persentase perkembangan kemampuan motorik halus
anak dengan menggunakan bahan bekas prasiklus, siklus 1 dan Siklus 2 pada kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama
Anak
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
1 A 25 % 47,16% 69,44%
2 B 25 % 45,75% 66,65%
3 C 37,50 % 42,95% 66,67%
4 D 37,50 % 36,08% 72,22%
5 E 50 % 48,58% 70,83%
6 F 37,50 % 44,37% 68,06%
7 G 37,50 % 43% 70,83%
8 H 50 % 69,41% 77,78%
9 I 50 % 48,58% 72,22%
122
10 J 50 % 72,60% 77,78%
11 K 25 % 41,62% 62,50%
12 L 50 % 50% 70,83%
13 M 37,50 % 50% 75%
14 N 25 % 52,75% 75%
15 O 50 % 76,37% 80,56%
Rata-rata 39% 51% 72%
Grafik 7 Hasil pengamatan perkembangan kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
Berdasarkan tabel data terlihat adanya peningkatan kemampuan
motorik halus anak pada siklus 2 dimana saat prasiklus persentase rata-
rata keseluruhan anak 39% dan pada siklus 1 persentase rata-rata
keseluruhan anak 51% kemudian pada siklus 2 persentase rata-rata 72%.
Berdasarkan selisih sektor tersebut dapat disimpulkan terjadinya
peningkatan kemampuan motorik halus anak namun hasil yang diperoleh
belum maksimal. Peneliti kemudian melakukan kolaborasi dengan guru
dan memiliki kesepakatan bahwa nilai anak berkembang dengan sangat
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
A B C D E F G H I J K L M N O
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
123
baik apabila mendapatkan nilai 76 – 100%. Nilai tersebut merupakan nilai
akumulasi Berkembang Sangat Baik (BSB). Kemudian peneliti dan guru
melakukan tindakan pada siklus berikutnya karena nilai persentase masih
diangka 72%.
d. Refleksi
Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan
tahap selanjutnya yaitu kegiatan refleksi. Penulis melakukan instrumen
observasi untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.
Pada pelaksanaan siklus 2 masih ada beberapa kelemahan yang
ditemukan sehingga masih berdampak kurangnya perkembangan
kemampuan motorik halus anak dengan maksimal yaitu:
1) Bahan bekas botol plastik masih kurang menarik walaupun sudah
diwarnai maka perlu diperbaiki lagi.
2) Anak-anak berebut untuk diberikan kesempatan dalam bermain
menggunakan bahan bekas.
3) Walaupun sudah diberikan kesempatan, tapi masih terdapat anak yang
mengganggu teman dalam bermain bahan bekas dalam tema
pengenalan huruf.
4. Tindakan Siklus 3
Berdasarkan hasil tindakan siklus 1 dan 2 kemampuan motorik
halus anak masih harus diperbaiki dan ditingkatkan. Karena hasil tindakan
dari siklus 1 dan 2 masih belum mendapatkan hasil sebagaimana yang
diharapkan. Oleh sebab itu peneliti bersama guru melakukan kolaborasi
melanjutkan tindakan pada siklus 3.
a. Perencanaan
Adapun penyusunan rencana pembelajaran dengan menerapkan
berbagai langkah-langkah untuk mengembangkan tema, media, lembar
kerja, proses mengamati atau observasi, partisipasi guru dalam
penyusunan jadwal kegiatan untuk siklus 3.
1) Persiapan mengembangkan tema
124
Tema yang dipilih pengetahuan dalam mengenal huruf pada
kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari.
2) Media
Bahan bekas botol plastik yang diwanai dan diberikan tempelan
huruf kemudian diberikan hiasan tempelan menarik perhatian siswa.
Media dipersiapkan untuk mendukung metode demonstrasi yang akan
dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3) Persiapan kegiatan bermain anak
Sebelum melaksanakan kegiatan inti, maka peneliti dan guru
menyusun perencanaan permainan yang memudahkan anak untuk
menguasai konsep pembelajaran.
4) Pengamatan pelaksanaan kegiatan bermain anak dalam belajar
Pada saat pelaksanaan bermain dan belajar, maka peneliti
melakukan pengamatan atau observasi. Penilaian yang dilakukan sesuai
dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui perkembangan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan bermain dan belajar dengan
penggunaan media bahan bekas botol plastik yang digunakan.
5) Keterlibatan guru dalam penerapan metode demonstrasi
Guru tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan penelitian ini, karena
penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, tindakan dan evaluasi tindakan.
6) Jadwal kegiatan siklus 3
Setelah melakukan kolaborasi dengan guru diawal penelitian, maka
disepakati jadwal siklus 3 atau siklus pertama sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.19
Jadwal Kegiatan siklus 3
No Hari dan Tanggal
Aktivitas Aspek yang dinilai
1 Senin 01 April 2019
- Cara Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
Kemampuan Motorik Halus
Anak 2 Senin
125
08 April 2019 - Cara Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
- Cara Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
- Cara Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
- Cara Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
- Cara Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 Senin 15 April 2019
b. Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dijelaskan berikut
ini:
1) Siklus 3 pertemuan 1
Siklus 3 pertemuan 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 01 April
2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan tanya jawab.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasikan guru
kemudian memegang botol untuk membuka dan menutup botol
126
menyesuaikan dengan perintah guru dan menyusun huruf ditempat yang
sudah ditentukan.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
2) Siklus 3 pertemuan 2
Siklus 3 pertemuan 2 dilaksanakan pada hari senin tanggal 08 April
2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan menjelaskan
huruf vokal dengan menggunakan media bahan bekas.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasikan guru
kemudian memegang botol untuk membuka dan menutup botol
menyesuaikan dengan perintah guru dan menyusun huruf ditempat yang
sudah ditentukan dengan bimbingan guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
127
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
3) Siklus 3 pertemuan 3
Siklus 2 pertemuan 3 dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 April
2019 dengan tema pengetahuan dalam mengenal huruf dengan
menggunakan media bahan bekas dibantu dengan penerapan metode
demonstrasi. Pada kegiatan awal sebelum anak masuk kelas, anak
berbaris bersama di halaman sekolah untuk bershalawat bersama, setelah
itu mereka antri masuk kelas masing-masing. Setelah masuk kelas guru
memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu
mereka menyanyikan huruf dari A – Z, dilanjutkan dengan tanya jawab
tentang huruf vokal menggunakan media bahan bekas botol plastik.
Pada kegiatan inti anak-anak dan guru menyanyi bersama dan
mulai permainan dengan menggunakan botol bekas, mereka bermain
untuk mencocokkan masing-masing huruf ke botol yang sudah ditentukan
sesuai warna yang diberikan pada huruf dengan didemonstrasikan guru
kemudian memegang botol untuk membuka dan menutup botol
menyesuaikan dengan perintah guru dan menyusun huruf ditempat yang
sudah ditentukan tanpa dibimbing guru.
Setelah selesai mengerjakan kegiatan bermain, anak-anak dan
guru makan bersama dengan mencuci terlebih dahulu tangan sebelum
makan kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Setelah makan bersama guru berdiskusi dengan anak tentang
pelajaran dilanjutkan dengan bercerita. Kemudian guru menanyakan pada
anak tentang perasaan anak dalam belajar dan bermain di hari itu.
Kemudian guru menjelaskan tentang pelajaran untuk besok pada anak,
dilanjutkan berdoa dan pulang.
128
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat anak-anak mengikuti kegiatan
yanng disusun berdasarkan rencana kegiatan harian. Pengamatan
terhadap aktivitas anak yang sedang melaksanakan kegiatan dan hal
yang diamati disesuaikan dengan panduan observasi yang ada, berupa
instrumen penelitian yaitu kemampuan motorik halus anak. Hasilnya
kemudian dianalisis untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.
Selain itu pula pada saat proses pelaksanaan permainan dan
pembelajaran dengan menggunakan bahan bekas botol plastik dilakukan
obsevasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagaimana dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 22
Data hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 3 di kelompok B Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari
No Kinerja Guru Pertemuan Rata-rata 1 2 3
1 Kemampuan guru dalam memotivasi anak dalam belajar
4 4 4 4
2 Kemampuan guru dalam apersepsi 4 4 4 4
3 Kemampuan guru dalam membimbing anak memegang tutup botol bekas dengan ibu jari dan jari telunjuk
4 4 4 4
4 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk membawa dan mencocokkan dengan warna yang sama
3 3 4
3,33
5 Kemapuan guru dalam membimbing anak untuk menggunakan tutup botol bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 4
3,33
6 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4
3,33
7 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk Menggunakan Tutup Botol
4 4 4 4
129
Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
8 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk cara mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 4 3,33
9 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk bermain dan belajar secara individu
4 4 4 4
10 Kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam pelaksanaan pembelajaran
3 3 4 3,33
11 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk mengikuti pembelajaran secara individu
3 4 4 3,66
12 Keefektifan Guru dalam menggunakan media bahan bekas pada pembelajaran
3 3 3 3
13 Penguatan 3 3 3 3
14 Kemampuan guru dalam evaluasi pembelajaran
4 4 4 4
15 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk menyimpulkan pelajaran
3 3 3 3
16 Kemampuan guru dalam membimbing anak untuk menerapkan materi pembelajaran
3 3 3 3
Jumlah 54 55 60 56,33
Rata-rata 3,37 3,43 3,75 3,52
Persentase 84% 86% 94% 88%
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap guru pada kelompok
B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
pada tabel di atas dapat diketahui bahwa proses pertemuan pada siklus 3
pertemuan 1 dan siklus 3 pertemuan 2 sudah dalam kategori “Sangat
Baik” yaitu dengan pada pertemuan 1 perolehan jumlah 3,37, rata-rata
3,37 dan persentase 84 %. Kemudian pertemuan 2 perolehan jumlah 55,
rata-rata 3,43 dan persentase 86%. Sedangkan pada siklus 3 pertemuan
3 mendapatkan perolehan sangat baik dengan jumlah 60, rata-rata 3,75
dan persentase 94%.
Dengan demikian hasil observasi pada aktivitas kegiatan guru
dapat dilihat dari grafik berikut:
130
Grafik 8 Data hasil observasi guru dalam menerapkan pembelajaran
menggunakan media bahan bekas kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
Strategi guru dalam mengajar secara tidak langsung akan
mempengaruhi proses belajar anak. Maka dampak tersebut dapat
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 23 Hasil observasi aktivitas anak siklus 3 dalam kegiatan pengenalan huruf menggunakan bahan bekas botol plastik pada kelompok B di
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama Aktivitas Anak
Pertemuan Siklus 1 Rata-rata
1 2 3
01/04/2019 08/04/2019 15/04/2019
1 A 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
4 4 4 4
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai
3 4 4 3,66
3,37 3,43
3,75
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6
3,7
3,8
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Observasi Guru
131
warna
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
4 4 4 4
Jumlah 20 22 23 21,66
Rata-Rata 3,33 3,66 3,83 3,61
Persentase % 83,33 91,67 95,83 90,28
2 B 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
4 4 4 4
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
4 4 4 4
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5 Menggunakan Tutup Botol
3 3 3 3
132
Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 20 21 22 21
Rata-Rata 3,33 3,5 3,66 3,5
Persentase 83,33 87,50 91,67 87,50
3 C 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 3 3
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
2 3 4 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 16 18 19 17,66
Rata-Rata 2,66 3 3,16 2,94
Persentase % 66,67 75 79,17 73,61
133
4 D 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 4 4 3,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
4 4 4 4
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 4 4 3,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 4 3,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 19 21 22 20,66
Rata-Rata 3,16 3,5 3,66 3,44
Persentase % 79,17 87,50 91,67 86,11
5 E 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 4 3,33
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3 Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di
3 3 3 3
134
cocokkan pada huruf sesuai warna
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
2 3 3 2,66
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 17 19 20 18,66
Rata-Rata 2,83 3,16 3,33 3,11
Persentase % 70,83 79,17 83,33 77,78
6 F 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 3 3
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 4 3,33
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 4 4 3,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
135
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 18 19 20 19
Rata-Rata 3 3,16 3,33 3,16
Persentase % 75 79,17 83,33 79,17
7 G 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
4 4 4 4
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 4 4 3,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
4 4 4 4
Jumlah 20 22 23 21,66
Rata-Rata 3,33 3,66 3,83 3,61
136
Persentase % 83,33 91,67 95,83 90,28
8 H 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 4 4 3,66
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
4 4 4 4
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 4 3,33
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 4 3,33
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 19 20 23 20,66
Rata-Rata 3,16 3,33 3,83 3,44
Persentase % 79,17 83,33 95,83 86,11
9 I 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 4 3,33
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3 Menggunakan Tutup Botol
3 3 4 3,33
137
Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 4 4 3,66
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 18 20 23 20,33
Rata-Rata 3 3,33 3,83 3,38
Persentase % 75 83,33 95,83 84,72
10 J 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
4 4 4 4
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 4 4 3,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada
3 3 4 3,33
138
huruf
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
4 4 4 4
Jumlah 20 22 23 21,66
Rata-Rata 3,33 3,66 3,83 3,61
Persentase % 83,33 91,67 95,83 90,28
11 K 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 3 3
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 3 3
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 4 3,33
139
Jumlah 18 18 20 18,66
Rata-Rata 3 3 3,33 3,11
Persentase % 75 75 83,33 77,78
12 L 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
4 4 4 4
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 4 4 3,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
4 4 4 4
Jumlah 20 22 23 21,66
Rata-Rata 3,33 3,66 3,83 3,61
Persentase % 83,33 91,67 95,83 90,28
13 M 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 4 3,33
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
4 4 4 4
140
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
4 4 4 4
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 3 3
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 4 3,33
Jumlah 20 20 22 20,66
Rata-Rata 3,33 3,33 3,66 3,44
Persentase 83,33 83,33 91,67 86,11
14 N 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
3 3 3 3
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 3 3 3
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 3 4 3,33
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan
3 4 4 3,66
141
ketepatan jari tangan pada huruf
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6
Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang sama
3 3 3 3
Jumlah 18 19 20 19
Rata-Rata 3 3,16 3,33 3,16
Persentase % 75 79,17 83,33 79,17
15 O 1
Memegang Tutup Botol Bekas dengan Ibu Jari dan Jari Telunjuk
4 4 4 4
2
Membawa dan Mencocokkan dengan Warna yang sama
3 4 4 3,66
3
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di cocokkan pada huruf sesuai warna
3 4 4 3,66
4
Mengekspresikan diri melalui pelaksanaan permainan dengan ketepatan jari tangan pada huruf
3 3 4 3,33
5
Menggunakan Tutup Botol Bekas untuk di putar pada Botol yang ditentukan
3 3 3 3
6 Mengelompokkan dengan warna dan huruf yang
4 4 4 4
142
sama
Jumlah 20 22 23 21,66
Rata-Rata 3,33 3,66 3,83 3,61
Persentase 83,33 91,67 95,83 90,28
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat 1 anak (C)
mendapatkan skor Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan 14 anak
mendapatkan skor Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu A, B, D, E, F, G,
H, I, J, K, L, M, N dan O.
Berikut akan disajikan grafik tentang perkembangan motorik halus
anak setelah melaksanakan siklus 3 pada pertemuan 1, 2 dan 3 melalui
penggunaan bahan bekas.
Grafik 9 Perkembangan aktivitas motorik halus anak siklus 3 menggunakan
bahan bekas dengan penerapan metode demonstrasi pada Kelompok A di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
Jadi perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan
menggunakan bahan bekas berdasarkan siklus 3 sebagai berikut:
Tabel 24
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
A B C D E F G H I J K L M N O
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
143
Persentase perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan bahan bekas siklus 3 pada kelompok B di Raudhatul
Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama
Anak
Kemampuan Motorik Halus Persentase
1 A 21,66 90,28%
2 B 21 87,50%
3 C 17,66 73,61%
4 D 20,66 86,11%
5 E 18,66 77.78%
6 F 19 79,17%
7 G 21,66 90,28%
8 H 20,66 86,11%
9 I 20,33 84,72%
10 J 21,66 90,28%
11 K 18,66 77,78%
12 L 21,66 90,28%
13 M 20,66 86,11%
14 N 19 79,17%
15 O 21,66 90,28%
Jumlah 304,59
Persentase 304,59 /4X100% = 76,14%
Beradasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa adanya
peningkatan kemampuan motorik halus anakdari siklus 2 ke siklus 3
dengan persentase perolehan 76,14%
144
Tabel 25 Perbandingan Persentase perkembangan kemampuan motorik halus
anak dengan menggunakan bahan bekas prasiklus, siklus 1 dan Siklus 2 pada kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari
No Nama Anak
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 A 25% 47,22% 69,44% 90,28%
2 B 25% 45,83% 66,65% 87,50%
3 C 37,50% 43,05% 66,67% 73,61%
4 D 37,50% 36,11% 72,22% 86,11%
5 E 50% 48,61% 70,83% 77.78%
6 F 37,50% 44,44% 68,06% 79,17%
7 G 37,50% 43,05% 70,83% 90,28%
8 H 50% 69,44% 77,78% 86,11%
9 I 50% 48,61% 72,22% 84,72%
10 J 50% 72,22% 77,78% 90,28%
11 K 25% 41,66% 62,50% 77,78%
12 L 50% 50% 70,83% 90,28%
13 M 37,50% 50% 75% 86,11%
14 N 25% 51,38% 75% 79,17%
15 O 50% 76,38% 80,56% 90,28%
Rata-rata 39% 51% 72% 85%
Grafik 10 Hasil pengamatan perkembangan kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
A B C D E F G H I J K L M N O
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
145
Berdasarkan tabel data terlihat adanya peningkatan kemampuan
motorik halus anak pada siklus 3 dimana saat prasiklus persentase rata-
rata keseluruhan anak 39% dan pada siklus 1 persentase rata-rata
keseluruhan anak 51% kemudian pada siklus 2 persentase rata-rata 72%
dan pada siklus 3 persentase rata-rata 85%. Berdasarkan selisih sektor
tersebut dapat disimpulkan terjadinya peningkatan kemampuan motorik
halus anak telah berkembang dengan sangat baik. Peneliti kemudian
melakukan kolaborasi dengan guru dan memiliki kesepakatan bahwa nilai
anak berkembang dengan sangat baik apabila mendapatkan nilai 76 –
100%. Nilai tersebut merupakan nilai akumulasi Berkembang Sangat Baik
(BSB). Selanjutnya peneliti dan guru sepakat untuk tidak melanjutkan ke
siklus 4 karena hasil yang diharapkan sudah sangat memuaskan.
d. Refleksi
Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan
tahap selanjutnya yaitu kegiatan refleksi. Penulis melakukan instrumen
observasi untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.
Pada pelaksanaan siklus 3 terdapat poin yang perlu dicermati
shingga kemampuan motorik halus anak berkembang dengan baik yaitu:
penggunaan bahan bekas dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran
yang efektif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Penggunaan media yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran
membuat kemampuan atau perkembangan kemampuan motorik halus
anak berkembang dengan baik.
C. Analisis Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan tentang Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam
Pemanfaatan Bahan Bekas pada usia anak 5 -6 tahun pada Kelompok B
di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
pada tahun ajaran 2018/2019 dilakukan sampai pada siklus 3.
Pembelajaran menggunakan bahan bekas dengan penerapan
metode demonstrasi berdampak sangat baik bagi peningkatan
146
kemampuan motorik halus anak, ini terlihat dari skor yang didapatkan. Ini
sebagaimana penulis sajikan pada tabel berikut:
Tabel 26 Data hasil pengamatan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari
No Hasil Pengamatan Nilai Perolehan Persentase
1 Prasiklus 141 35,25%
2 Siklus 1 184,48 46,07%
3 Siklus 2 258,27 64,56%
4 Siklus 3 304,59 76,14%
Tabel 27
Keterangan Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak
Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Kriteria
1 – 25 % Rendah
26 – 50 % Sedang
51 – 75 % Tinggi
76 – 100 % Sangat Tinggi
147
Grafik 11 Perbandingan hasil pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari pada prasiklus, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3.
Data diatas menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak
mengalami peningkatan dengan sangat baik, apabila dilakukan dengan
pendekatan dan metode yang baik pula. Hal ini dibuktikan dengan hasil
penelitian dengan kolaborasi bersama guru yang dilakukan tindakan
kelas. Hasilnya menunjukan bahwa terlihat peningkatan positif dari
tindakan yang dilakukan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 dengan
menggunakan tema pengenalan huruf.
Hasil penelitian tindakan kelas tentang penggunaan bahan bekas
dengan penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak adalah sebagai berikut:
Pertama, peningkatan kemampuan motorik halus anak sebelum
diberi tindakan belum berkembang dengan baik atau optimal, hal ini
terlihat dari banyaknya anak yang belum mampu mencocokkan tutup botol
plastik pada botol plastik yang ditentukan karena pelaksanaan
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
148
pembelajaran belum dikemas secara menarik, terutama dalam
meningkatkan motivasi belajar anak.
Kedua, setalah dilakukan tindakan melalui pelaksanaan siklus 1, 2
dan 3 maka dapat dilihat peningkatan kemampuan motorik halus anak.
Adapun cara yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui penggunaan bahan bekas dengan menggunakan
metode demonstrasi yang diterapkan guru. Dimana peneliti dan guru
melakukan kolaborasi mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran sehingga anak dapat tertarik
dalam belajar.
Ketiga, setelah diberikan tindakan dengan memanfaatkan bahan
bekas botol plastik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak
pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari. Ini dapat dilihat dari kegiatan yang dimulai dari
tahapan prasiklus, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 yang selalu mengalami
peningkatan.
149
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data di lapangan yang berhasil dikumpulkan
selama penelitian dan hasil-hasil pembahasan rumusan masalah
penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai “Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam
Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok B di Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari”, sebagai berikut:
1. Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi
sebelum memanfaatkan Bahan Bekas pada Kelompok B di Raudhatul
Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, belum ada
peningkatan secara optimal. Dimana masih terdapat anak-anak yang
belum mampu menggerakkan jari-jarinya secara baik yang
menunjukkan masih rendahnya kemampuan motorik halus anak.
Namun setelah peneliti melakukan kolaborasi dengan guru melalui
berbagai tindakan pada siklus 1, 2 dan 3 terlihat adanya peningkatan
kemampuan motorik halus anak.
2. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pemanfaatan bahan bekas
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa pada
kelompok B di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari, dimana nilai perolehan prasiklus yaitu 141
dengan persentase 35,25%, siklus 1 nilai perolehan 184,28 dengan
persentase 46,07%, siklus 2 nilai perolehan 258,27 dengan
persentase 64,56% dan siklus 3 nilai perolehan 304,59 dengan
persentase 76,14% yang sudah menunjukkan kriteria sangat tinggi.
B. Implikasi
Penggunaan bahan bekas dengan penerapan metode demonstrasi
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak telah menunjukkan
efektivitasnya. Dan memiliki implikasi yang baik secara teoritis maupun
150
praktis. Secara teoritis penggunaan bahan bekas termasuk dalam media
pembelajaran, metode demonstrasi termasuk dalam penerapan metode
pembelajaran. Penggunaan media atau bahan bekas dapat menambah
atau meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan kemampuan guru
secara praktis media bahan bekas dapat diterapkan dalam kegiatan
operasional dengan didukung metode demonstrasi pada proses
pembelajaran anak usia dini.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui tindakan pada
pelaksanaan siklus 1, 2 dan 3 maka dapat dilihat peningkatan
kemampuan motorik halus anak. Adapun cara yang dilakukan dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui penggunaan bahan
bekas dengan menggunakan metode demonstrasi yang diterapkan guru.
Ini menunjukkan kemampuan motorik halus anak pada Kelompok A di
Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
meningkat lebih baik dari sebelumnya.
C. Rekomendasi
Merujuk pada temuan hasil penelitian dalam Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode Demonstrasi dalam
Pemanfaatan Bahan Bekas pada Kelompok A di Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, maka perlu adanya
rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepala dan Guru Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari untuk menerapkan hasil yang lebih baik lagi
pada penggunaan bahan bekas dengan didukung metode yang lebih
variatif yang efektif dalam meningkatkan kemampuan mtorik halus
anak.
2. Wali murid Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari untuk bersama mendukung kegiatan yang ada di RA agar
lebih baik lagi dalam meningkatkan perkembangan anak.
151
3. Kepada pihak terkait seperti pemerintah untuk lebih memperhatikan
sarana prasarana pendukung pendidikan di Raudhatul Athfal At
Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten Batang Hari untuk memudahkan
guru dan anak dalam proses pendidikan.
4. Kepada pihak masyarakat untuk membantu hal-hal yang bersangkutan
dengan kebijakan yang ada di Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari, agar salah satu unsur pendidikan yang
ada dapat lebih maju dan berkualitas.
D. Saran
1. Kepada Kepala Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari untuk dapat berupaya meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan melului program yang tepat seperti memanfaatkan
bahan bekas sebagai perwujudan dari rasa peduli lingkungan.
2. Kepada guru Raudhatul Athfal At Thohiriyah Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari agar dapat meningkatkan dan menerapkan seluruh
kompetensi yang dimilikinya, terutama pada pelaksanaan
pembelajaran seperti menggunakan kreativitas media pembelajaran.
Agar anak dapat memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan pada
saat pelaksanaan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan
motorik halus anak..
3. Kepada peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
bacaan atau literatur pendukung dalam referensi meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.
E. Kata Penutup
Dengan mengucapkan alhamdulillah kepada Allah SWT. yang telah
menganugerahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini walaupun masih
terdapat kesalahan dan kekurangan baik segi isi maupun gaya bahasa
yang digunakan, namun ini bukanlah merupakan kesengajaan melainkan
karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki.
152
Untuk itu penulis sangat berlapang dada dan senang hati menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Kemudian dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi membantu dalam menyelesaikan tesis ini,
khususnya kepada dosen pembimbing yang sudah bersusah payah
membimbing dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya penulis memohon kehadirat Allah SWT. semoga tesis ini
dapat bermanfat bagi pembaca, khususnya bagi penulis sendiri dan
penulis mohon maaf sedalam-dalamnya bila ada kesalahan dan
kekhilafan dalam penulisan tesis ini. Semoga kita selalu dilindungi Allah
SWT.
Amin ya rabbal’alamin
Muara Bulian, Juni 2019
Wassalam, Penulis
ZULKAIDA APRILIYANTI NIM. MPU.16.2.2603
153
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Kementerian Agama RI. 2016. Abraham B. Rami Shani. Richard W. Woodman. dan William A. Pasmore.
ed. Research in Organizational Change and Development. United Kingdom: Emerald. 2011.
Agus Iskandar. Daur Ulang Sampah. Jakarta: Azka Mulia Media, 2016. Ahmad Susanto. Pendidikan Anak Usia Dini. Konsep dan Teori). Jakarta:
Bumi Aksara. 2017. Alex Moore. ed. . Schooling. Society and Curriculum. London dan New
York: Routledge. 2006. Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2015. Basyiruddin Usman. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta :
Ciputat Press. 2005. bidanku. com di unduh 23 april 2018
Bryn Holmes dan John Gardner. E-Learning: Concept and Practice.
London: SAGE Publication. 2006. Direktorat PAUD Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal. 2009. Acuan
Menu Pembelajaran pada Pandidikan Anak Dini Usia. Menu Pembelajaran Generik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasionala.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: ALFABETA. 2009. Eva Sativa Nilawati. Menyulap Sampah Jadi Kerajinan Cantik. Jakarta:
Nobel Edumedia, 2010. Fasli Jalal. “Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Yang Mendasar”.
Bulletin PADU. Jakarta: Edisi Perdana. 2012. Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. 2011. Hendra Sofyan. Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis
Peningkatannya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
154
Hidayat Syarief. “Pengembangan Anak Dini Usia : Memerlukan Keutuhan”. Bulletin PADU. Jakarta: Edisi Perdana. 2012.
Hurlock. E. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2010. Iskandar. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung
Persada Press. 2006. J. John Loughran. Developing Reflective Practice: Learning About
Teaching and Learning Through Modelling. London-Washington D. C: Taylor & Francis e-Library. 2005.
John W. Creswell. Research Design: Qualitativ. Quantitative. and Mixed
Methods Approaches. Los Angeles-London-New Delhi-Singapore: SAGA. 2009.
Jurnal Siti Hamsoh. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
melalui Kegiatan Kolase dengan Media yang Bervariasi Pada Anak Kelompok B RA Al Mufidah Kabupaten Tangerang. Universitas Terbuka Convention Center.
K. Kartono. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
2009. Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosda Karya. 2011. 330 M. Fadlillah. dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan
Pembelajaran Menarik. Kreatif. dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana Pernada Group. 2014.
M. Sirozi. Politik Pendidikan: Dinamika Hubungan Antara Kepentingan
Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007
Mansur Hariwijaya. . PAUD. Melejitkan Potensi Anak Dengan Pendidikan
Sejak Dini). . Yogyakarta: Mahadika Publising. 2009. Martinis Yamin. Jamilah Sabri Sanan. 2010) Panduan Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta : GP Press. _______. Setifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta : Gaung
Persada Press. 2006. Muhibin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru.
Bandung; Remaja Rosdakarya.
155
Mukhtar dan Martinis Yamin. Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta : Nimas Multima. 2003.
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group. 2013.
Mukhtar Latif, dkk. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2013. Mursyid. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2015. Novan Ardy Wiyani. Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Gava Media, 2014. _______. Konsep Dasar PAUD. Yogyakarta: Gava Media. 2016. Novi Mulyani. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kalimedia.
2012. Partiyem. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan
Bermain Plastisin Kelompok B Paud Istiqomah Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang. Bengkulu: Universitas Bengkulu. 2014.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset. 2006. Rochiati Wiriaatmadja. Metodoe Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya. 2005. Safrudin Aziz. Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Kalimedia, 2017. Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada. 2006. Suharsimi Arikunto. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. 2011. Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Fsikologi UGM.
2004. jilid II. Suyadi dan Maulidya Ulfah. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2013. Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
156
Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Syamsu Yusuf LN. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.
Tim Penyusun.Statistik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Jakarta:
Depdiknas Balitbang PDIP 2012. _______. Bermain dan Permainan Anak. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka. 2014. _______. PERMENDIKNAS Nomor 58 Tahun 2009. Jakarta. _______. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014. Jakarta, _______. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini _______. Undang-Undang SISDIKNAS. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sinar Grafika. 2009. Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks, 2010. Zainal Aqib. Pedoman Teknis Penyelenggaraan. PAUD) Pendidikan Anak
Usia Dini. Bandung: Nuansa Aulia. 2010. Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
157
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
ZULKAIDA APRILIYANTI dilahirkan di Boyolali / 26
April pada tahun 1993. Putra dari Bapak Ali Masykur
dan Ibu Atiatul Khoiriyah. Suami Zulkaida Apriliyanti
adalah Doni Arif Hartono.
Riwayat Pendidikan
Memperoleh pendidikan dari mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyah Pasesan
pada tahun 2005 dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 23
Batang Hari pada tahun 2008. Selanjutnya mengenyam pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Bhineka Karya 2 Boyolali pada tahun 2011. Setelah itu kembali
melanjutkan pendidikan pada jenjang Sarjana Strata Satu pada Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada konsentrasi pendidikan Psikologi tahun 2015
Karya Ilmiah
Karya Ilmiah antara lain penah menulis skripsi pada tahun 2015 dengan
judul Hubungan Antar Konsep Diri dengan gaya Hidup Konsumtif SMA Bhinneka
Karya 2 Boyolali.
Pengalaman Kerja
Pernah menjadi ADM pada PT. ESGI SAMBI pada tahun 2016. Kemudian
guru TK. Aulia Muara Bulian 2017, dan saat ini menjadi Psikolog di Badan
Nasional Narkotika (BNN) Kabupaten Batang Hari mulai dari tahun 2018 sampai
sekarang.