peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen...
DESCRIPTION
Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry Pada Siswa Kelas Vii b Smpn 10 Semarang Tahun Ajaran 2005-2006TRANSCRIPT
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF
TEKS PROFIL TOKOH DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
KOMPONEN INQUIRY PADA SISWA KELAS VII B
SMPN 10 SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : Munawaroh
NIM : 2101401037
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
SARI Munawaroh. 2005. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry Pada Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Haryadi, M. Pd., Pembimbing II: Drs. Wagiran, M. Hum.
Kata kunci: membaca intensif, teks profil tokoh, pendekatan kontekstual, dan komponen inquiry
Dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini paparan tentang profil
tokoh sangat banyak ditemukan di koran, tabloid,dan majalah. Banyak beredarnya teks profil tokoh mengindikasikan bahwa membaca intensif teks profil tokoh sangatlah penting. Mengingat pentingnya keterampilan membaca intensif teks profil tokoh, maka kompetensi dasar membaca intensif teks profil tokoh harus benar-benar dikuasai siswa. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru, keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang masih rendah, hal ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes yang belum mencapai target. Rendahnya keterampilan siswa ini disebabkan oleh faktor siswa dan faktor pola pembelajaran guru yang kurang tepat. Pendekatan kontekstual komponen inquiry dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh. pendekatan kontekstual membantu guru mengaitkan materi dengan situasi nyata siswa dan mendorong keaktifan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat permasalahan; 1) bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang? dan 2) bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang, dan 2) mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri darri perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengambilan data melalui tes dan nontes. Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang tahun ajaran 2005/2006. Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan
i
membaca intensif teks profil tokoh dan penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca intensif teks profil tokoh kelas VII B SMPN 10 Semarang mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Peningkatan keterampilan siswa ini dapat dilihat dari hasil tes pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil pratindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 56,51 atau berada pada kategori kurang. Setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa menjadi 67,46, artinya ada peningkatan sebesar 10,95% dari pratindakan. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata menjadi 81 atau meningkat sebesar 13,54%. Masing-masing aspek dalam membaca intensif teks profil tokoh juga mengalami peningkatan. Aspek menyarikan riwayat hidup tokoh skor rata-rata pratindakan sebesar 58, rata-rata siklus I sebesar 72,3 dan rata-rata siklus II sebesar 85,6. Pada pratindakan, aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh pratindakan sebesar 58, siklus I menjadi 72,3 dan siklus II meningkat menjadi 81,3. Aspek mencatat hal-hal yang bermanfaat skor rata-rata pratindakan 51, siklus I 56,4 dan siklus II meningkat sebesar 20% menjadi 76,4. Peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh ini diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas VIIB SMPN 10 Semarang. Perilaku negatif siswa berubah menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa terlihat menikmati pembelajaran, mereka juga semakin aktif dan semangat mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu, (1) guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya pada pembelajaran membaca, khususnya membaca intensif teks profil tokoh, menguasai berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran; (2) guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya dalam menyampaikan pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry karena dengan pembelajaran yang melatih siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan atau keterampilan dan mengaitkannya dengan dunia nyata siswa terbukti dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dan mengubah perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca; (3) siswa hendaknya dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan semangat dan perilaku positif; (4) peneliti di bidang pendidikan maupun di bidang bahasa hendaknya selalu termotivasi untuk melakukan penelitian tentang teknik-teknik pembelajaran sehingga diperoleh alternatif teknik pembelajaran baru khususnya pembelajaran membaca.
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, Oktober 2005
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Haryadi, M. Pd. Drs. Wagiran, M. Hum.
NIP 132058082 NIP 132050001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang.
pada hari : Senin
tanggal : 17 Oktober 2005
Panitia ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris
Prof. Dr. Rustono, M. Hum Drs. Agus Yuwono, M. Si. NIP 131281222 NIP 132049997 Penguji I, Penguji II, Penguji III, Drs. Subiyantoro, M.Hum Drs. Wagiran, M.Hum Drs. Haryadi, M.Pd NIP 132005032 NIP 132050001 NIP 132058082
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bahkan bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Oktober 2004
Yang Membuat Pernyataan
v
Munawaroh
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Wahai manusia, sesungguhnya kamu bekerja keras
dengan benar-benar untuk (menuju) kepada Tuhanmu
lalu kamu akan menemui- Nya.
(Al Insyiqoq:6)
Skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang
senantiasa memanjatkan doa dan
mencurahkan kasih sayang yang
tulus kepada penulis.
2. Kakak dan adikku tersayang yang
selalu memberikan dorongan kepada
penulis.
vi
3. Ridho Ahmad Khoir yang
senantiasa mendukung dan
menemaniku.
4. Ika, Erni, Ova, Endah dan Budi
yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
5. Teman-teman PBSI angkatan 2001
yang telah memberikan saran dan
kritiknya.
6. Guru-guruku yang telah
memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan Pendekatan Kontekstual Komponen
Inquiry pada Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006.
Penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
membaca intensif teks profil tokoh.
Penulis ini menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak
terlepas dari masukan, arahan, dan bimbingan yang telah diberikan dengan tulus
ikhlas dan sabar oleh Drs. Haryadi, M. Pd., dan Drs. Wagiran, M. Hum. sebagai
vii
pembimbing selama penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Rustono, M. Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2. Drs. Mukh Doyin, M. Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin
penelitian dan segala kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis selama duduk di
bangku perkuliahan.
4. Kepala SMP Negeri 10 Semarang yang telahmemberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 10 Semarang.
5. Bu Kamti, guru mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 10
Semarang yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis.
6. Keluargaku terkasih yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan doa
dan kasih sayang.
7. Sahabat-sahabatku Erni, Ova, Ika, Endah, dan Budi yang telah memberikan doa
dan dorongan semangat kepada penulis.
8. Teman-teman PBSI angkatan 2001 yang telah memberikan doa, bantuan dan
dukungan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
viii
Semoga segala bantuan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah
S.W.T. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Munawaroh
DAFTAR ISI
SARI..................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... .... iv
PERNYATAAN.............................................................................................. .... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
PRAKATA....................................................................................................... ... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... .... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
ix
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………… . 4
1.3 Pembatasan Masalah……………………………………………… 5
1.4 Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 5
1.6 Manfaat Penelitian………………………………………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………… 7
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................. 7
2.2 Landasan Teoretis............................................................................. 11
2.2.1 Hakikat Membaca.................................................................... 11
2.2.2 Tujuan Membaca ..................................................................... 12
2.2.3 Jenis-jenis Membaca ............................................................... 15
2.2.4 Hakikat Membaca Intensif ...................................................... 16
2.2.5 Teks Profil Tokoh.................................................................... 18
2.2.6 Pendekatan Kontekstual .......................................................... 19
2.2.7 Komponen Inquiry................................................................... 20
2.2.8 Pembelajaran Kontekstual Komponen Inquiry........................ 23
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................ 24
2.4 Hipotesis Tindakan........................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 26
3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 26
3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I ............................................. 27
3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II............................................ 29
3.2 Subjek Penelitian .............................................................................. 31
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 32
3.4 Instrumen Penelitian......................................................................... 34
3.4.1 Instrumen Tes .......................................................................... 34
3.4.2 Instrumen Nontes..................................................................... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
x
3.5.1 Teknik Tes ............................................................................... 40
3.5.2 Teknik Nontes ......................................................................... 41
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 43
3.6.1 Teknik Kuantitatif ................................................................... 43
3.6.2 Teknik Kualitatif...................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 45
4.1 Hasil Penelitian................................................................................. 45
4.1.1 Hasil Pratindakan..................................................................... 46
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I .......................................................... 48
4.1.2.1 Hasil Tes ..................................................................... 48
4.1.2.2 Hasil Nontes............................................................... 54
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ......................................................... 69
4.1.3.1 Hasil Tes ..................................................................... 69
4.1.3.2 Hasil Nontes............................................................... 75
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 90
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Kelas VII B SMPN 10 Semarang Setelah Mengikuti Pembelajaran
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry......................... 90
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Setelah
Mengikuti Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
Komponen Inquiry ............................................................................. 93
BAB V PENUTUP............................................................................................... 100
5.1 Simpulan........................................................................................... 100
5.2 Saran ................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 102
LAMPIRAN......................................................................................................... 103
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Aspek dan Skor Penilaian................................................................... 34
Tabel 2. Aspek dan Kriteria Penilaian.............................................................. 35
Tabel 3. Hasil Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Pratindakan......................................................................................... 46
Tabel 4. Hasil Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Siklus I ... 49
Tabel 5. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Menyarikan
Riwayat Hidup Tokoh........................................................................ 50
Tabel 6. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek
Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh................................................ 51
Tabel 7. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
Hal-hal yang Bermanfaat ................................................................... 52
Tabel 8. Hasil Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Siklus II.. 69
Tabel 9. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Menyarikan
riwayat Hidup Tokoh ......................................................................... 71
xii
Tabel10. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek
Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh................................................ 72
Tabel 11. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
Hal-hal yang Bermanfaat ................................................................... 73
Tabel 12. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh ..... 90
Tabel 13. Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II................................................ 95
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Pratindakan ...................................................................................... 47
Grafik 2. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Siklus I............................................................................................. 53
Grafik 3. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Siklus II............................................................................................ 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aktivitas pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh......... 66
Gambar 2 Situasi kelas pada saat pembelajaran ............................................ 67
Gambar 3 Aktivitas siswa dalam mengerjakan tes ....................................... 68
Gambar 4 Aktivitas siswa pada saat membaca intensif teks profil tokoh...... 87
Gambar 5 Aktivitas siswa pada saat berdiskusi ............................................. 88
Gambar 6 Aktivitas siswa pada saat memberi tanggapan.............................. 89
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Penilaian Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh……… 103
Lampiran 2 Kriteria Penilaian.............................................................................. 104
Lampiran 3 Pedoman Observasi ......................................................................... 108
Lampiran 4 Lembar Jurnal ................................................................................... 109
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ....................................................................... 110
Lampiran 6 Pedoman Dokumentasi .................................................................... 111
Lampiran 7 Rencana Pembelajaran Siklus I ........................................................ 112
Lampiran 8 Rencana Pembelajaran Siklus II ....................................................... 113
Lampiran 9 Soal-soal Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh ........................ 114
Lampiran 10 Daftar Subjek Penelitian................................................................. 118
Lampiran 11 Hasil Pratindakan............................................................................ 122
Lampiran 12 Hasil Siklus I .................................................................................. 128
Lampiran 13 Hasil Siklus II ................................................................................. 139
Lampiran 14 Hasil Tes Siswa Pratindakan .......................................................... 140
Lampiran 15 Hasil Tes Siswa Siklus I ................................................................. 141
Lampiran 16 Hasil Tes Siswa Siklus II................................................................ 142
Lampiran 17 Hasil Observasi Siklus I ................................................................. 143
Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II ............................................................... 144
Lampiran 19 Hasil Jurnal Siklus I........................................................................ 145
Lampiran 20 Hasil Jurnal Siklus II ...................................................................... 146
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus I............................................................... 147
Lampiran 22 Hasil Wawancara Siklus II ............................................................. 148
Lampiran 23 Surat Izin Penelitian........................................................................ 149
Lampiran 24 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................... 150
xv
108
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan membaca bagi seorang siswa mempunyai kedudukan
penting. Pertama, penting bagi siswa selama mereka mengikuti pendidikan di
berbagai jenjang dan jenis sekolah. Kedua, penting bagi siswa setelah mereka
selesai bersekolah dan bekerja di masyarakat.
Keterampilan membaca merupakan keterampilan dasar bagi siswa
yang harus mereka kuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan membacanya. Oleh karena
itu, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang sangat strategis.
Pembelajaran membaca bertujuan agar siswa mampu memahami
pesan-pesan komunikasi yang disampaikan dengan media bahasa tulis dengan
cermat, tepat, dan cepat secara kritis dan kreatif. Kecermatan dan ketepatan
dalam memahami pesan komunikasi itu sangat penting agar dapat dicapai
pemahaman terhadap pesan komunikasi tersebut.
Dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, berbagai
informasi disampaikan melalui berbagai media cetak, buku, majalah, dan
sebagainya. Setiap orang, khususnya siswa, dituntut untuk memiliki
kemampuan membaca yang cukup tinggi untuk menafsirkan berbagai
informasi yang tertulis.
Salah satu buku yang berperan penting guna menambah wawasan dan
pengetahuan adalah buku biografi atau otobiografi tokoh (profil tokoh). Buku
biografi atau otobiografi tokoh saat ini banyak beredar di pasaran. Di sisi lain,
paparan tentang profil tokoh juga sangat banyak ditemukan di koran,
tabloid,dan majalah. Banyak beredarnya teks profil tokoh mengindikasikan
bahwa membaca intensif teks profil tokoh sangatlah penting.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru, peneliti
menyimpulkan bahwa keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa
kelas VII B SMPN 10 Semarang masih rendah. Adapun rendahnya
keterampilan tersebut disebabkan karena siswa cenderung membaca sekilas
tidak secara intensif sehingga pemahaman yang didapatkan kurang maksimal.
Di samping itu, berdasarkan wawancara dengan siswa, pada umumnya mereka
tidak termotivasi untuk membaca teks profil tokoh sebab teks tersebut
dianggap kurang bermanfaat dan tidak menarik. Rendahnya keterampilan
siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang dalam membaca intensif teks profil
tokoh juga disebabkan penggunaan metode guru yang hanya bersifat satu arah.
Artinya hanya guru yang aktif berceramah, sedangkan siswa sebagai peserta
yang pasif. Siswa hanya mentransfer pengetahuan dari guru sehingga siswa
cenderung tidak melakukan kegiatan. Dengan demikian, keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang
perlu ditingkatkan.
Untuk itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang baru yang
lebih memberdayakan siswa. Strategi pembelajaran itu antara lain pendekatan
kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas
2002:1). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan dapat berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti.
Inquiry merupakan salah satu komponen dalam pendekatan
kontekstual. Pada kegiatan inquiry siswa dilatih untuk menemukan sendiri
pengetahuan atau keterampilan yang ada bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta. Dipilihnya komponen inquiry dalam pembelajaran kontekstual
disebabkan pengetahuan atau keterampilan yang ditemukan sendiri oleh siswa
akan lebih bermakna dibandingkan dengan mengingat fakta-fakta yang hanya
bertahan dalam jangka pendek.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry
diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam membaca intensif teks profil
tokoh siswa SMPN 10 Semarang kelas VII B sehingga keterampilan membaca
intensif teks profil tokoh dapat meningkat.
1.2 Identifikasi Masalah
Keterampilan membaca intensif siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor guru
dan faktor siswa.
Faktor dari guru yang menyebabkan siswa kurang mampu membaca
intensif teks profil tokoh adalah pendekatan dan teknik mengajar yang
digunakan oleh guru kurang menarik dan membosankan. Untuk memecahkan
masalah ini, guru harus mengubah metode pembelajaran yang selama ini
digunakan. Apabila selama ini guru sebagai sumber utama pengetahuan maka
untuk memperbaikinya siswa dilatih untuk menemukan sendiri pengetahuan
tersebut. Dengan demikian siswa dituntut untuk produktif. Untuk dapat
menarik perhatian siswa, guru harus mengubah teknik mengajarnya. Teknik
yang digunakan selama ini adalah teknik ceramah, maka guru harus
menggunakan teknik-teknik lain yang bervariasi. Salah satu teknik yang
digunakan dalam proses pembelajaran adalah teknik diskusi, dengan diskusi
siswa akan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Faktor siswa yang menyebabkan membaca intensif teks profil tokoh
rendah adalah siswa kurang berminat untuk membaca intensif teks profil
tokoh. Sebagian besar dari siswa beranggapan bahwa membaca intensif teks
profil tokoh kurang bermanfaat bagi mereka. Mereka cenderung menyukai
membaca legenda, dongeng, cerita anak, dan sejenisnya. Untuk mengubah
anggapan ini, seorang guru harus memberikan pengertian kepada siswa
tentang pentingnya membaca intensif teks profil tokoh.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam skripsi ini dipusatkan pada upaya
peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII
B SMPN 10 Semarang dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah berikut ini.
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas
VII B SMPN 10 Semarang?
2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah berikut ini.
1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas
VII B SMPN 10 Semarang.
2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan teori
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan
mempertinggi interaksi belajar mengajar melalui pemberian komponen inquiry
pendekatan kontekstual. Dengan demikian, hasil belajar siswa, khususnya
pembelajaran bahasa aspek membaca, dapat ditingkatkan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperbaiki
metode pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dan dapat
mengembangkan keterampilan guru bahasa dan sastra Indonesia
khususnya dalam menerapkan pembelajaran pendekatan kontekstual
komponen inquiry, serta dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik
dan tidak membosankan.
Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dan siswa mengetahui
beberapa tokoh-tokoh penting. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat
dijadikan dasar untuk membuat penelitian yang sejenis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian tindakan kelas tentang membaca merupakan penelitian
yang menarik. Banyaknya penelitian tentang membaca dapat dijadikan salah
satu bukti bahwa membaca intensif, salah satunya membaca pemahaman di
sekolah-sekolah, sangat menarik untuk diteliti. Penelitian tentang membaca
intensif pernah dilakukan oleh Nuryani (1998). Sedangkan penelitian tentang
membaca pemahaman telah banyak dilakukan, antara lain oleh Partini
(1999), Handayani (2001), Rejeki (2001), Rohman (2001), Khosiah (2002),
Suryanto (2004) dan Stephanus (2004).
Nuryani (1998) dalam skripsinya Perbedaan Tingkat Pemahaman
Membaca Intensif Siswa yang Diberi Tes Awal (Pre Test) dengan Siswa yang
Tanpa Diberi Tes Awal (Pre Test) pada Siswa SMU 2 Ungaran Tahun Ajaran
1998/1999 mengkaji tentang tingkat pemahaman membaca intensif siswa
yang diberi tes awal (pre test) dengan siswa yang tak diberi tes awal (pre
test). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan
tingkat pemahaman siswa yang diberi tes awal (pre test) dengan siswa yang
tak diberi tes awal (pre test). Siswa yang tak diberi tes awal tingkat
pemahaman membaca intensifnya rendah. Hal ini terbukti dari 26,67 % dari
keseluruhan respondennya mempunyai nilai kurang (<6). Siswa yang diberi
tes awal tingkat pemahaman membaca intensifnya cukup tinggi. Hal ini
7
8
terlihat dari keseluruhan respondennya tidak ada yang mempunyai nilai
kurang (<6). Dengan demikian ada perbedaan antara tingkat pemahaman
antara siswa yang diberi tes awal (pre test) dengan siswa yang tak diberi tes
awal (pre test).
Partini (1999) dalam skripsinya Peningkatan Kemampuan
Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas
I SLTP Negeri 1 Karanglewas mengkaji penggunaan teknik SQ3R yaitu
survey, question, read, recite dan review dalam pembelajaran membaca. Hasil
yang diperoleh adanya peningkatan kemampuan membaca pemahaman
dengan menggunakan teknik SQ3R. Hal ini dibuktikan dengan hasil pada
siklus 1 rata-rata 3,5 %, sedangkan pada siklus kedua hasil yang dicapai rata-
rata 4,06 %. Dengan demikian, ada peningkatan sebesar 0, 57 %.
Metode PQRST Sebagai Model Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas III Cawu 2 SLTP YPE Semarang Tahun
Ajaran 2000/2001 diteliti oleh Handayani (2001). Ia mengkaji penggunaan
metode PQRST dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan adanya metode
PQRST keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat. Hal ini
dibuktikan dengan hasil siklus I dan siklus II. Pada siklus I daya serap siswa
mencapai 65 % sedangkan pada siklus II daya serap siswa 70 %. Dengan
demikian, terjadi peningkatan pemahaman siswa sebesar 11 %.
Rejeki (2001) dalam skripsinya Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Teknik Close pada Siswa Kelas
9
II SLTPN I Sukorejo Kendal mengkaji penggunaan teknik close, yaitu
pemberian latihan secara bertahap dari tahap paragraf dilanjutkan dengan
tahap wacana yang lebih luas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah dengan teknik close adanya peningkatan keterampilan membaca
pemahaman. Hal ini dibuktikan dengan hasil siklus I rata-rata 72,22 %
sedangkan pada siklus II 76, 56 %. Dengan demikian, ada peningkatan
pemahaman siswa sebesar 4,34 %.
Rohman (2001) dalam skripsinya Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman dengan Teknik Skrambel pada Siswa Kelas II A SLTP
Negeri I Patean Kendal mengkaji tentang penggunaan teknik skrambel untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan
membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan dari tes awal ke tes akhir pada
siklus I ada kenaikan 6,48%, dari tes akhir siklus I ke tes akhir siklus II ada
kenaikan 8,37 %.
Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Metode
Tugas pada Siswa Kelas II E Mts Al- Asror Gunung Pati Semarang diteliti
oleh Khosiah (2002). Ia mengkaji mengenai metode pemberian tugas yang
dapat membantu mempermudah daya serap memahami bacaan. Hasil yang
diperoleh adalah bahwa metode pemberian tugas sangat efektif untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan pada
siklus I daya serap siswa 66,77 % sedangkan pada siklus II daya serap
mencapai 77,34 %. Dengan demikian ada peningkatan daya serap dari siklus I
ke siklus II sebesar 10,57 %.
10
Suryanto (2004) dalam skripsinya Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman Melalui Media Komik pada Siswa Kelas V SD PL
Gunung Brintik Semarang Tahun Ajaran 2003/2004 mengkaji tentang
penggunaan media komik dalam meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman. Hal ini dibuktikan dari tes awal siklus I dan siklus II. Rata-rata
tes awal pada siklus I 6,43 sedangkan pada siklus II 7.71. Dengan demikian,
ada peningkatan sebesar 1,28.
Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Teknik
Latihan Berjenjang Siswa Kelas I SMP PL Bonifasio Tahun 2003/2004
diteliti oleh Stephanus (2004). Ia mengkaji tentang penggunaan teknik latihan
berjenjang untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
latihan berjenjang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman
siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil siklus I pemahamn siswa sebesar 67,76 %
sedangkan pada siklus II 71,32%. Dengan demikian, ada peningkatan sebesar
3,56%.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas peningkatan keterampilan
membaca intensif, termasuk di dalamnya membaca pemahaman telah
dilakukan dengan menggunakan metode SQ3R, teknik close, metode tanya
jawab, teknik skrambel, media komik dan teknik latihan berjenjang. Namun
penelitian mengenai membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan
11
kontekstual belum pernah dilakukan sehingga kedudukan penelitian ini
sebagai pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Pada penelitian ini akan dikaji mengenai peningkatan membaca
intensif teks profil tokoh dan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B
SMPN 10 Semarang terhadap pembelajaran membaca intensif setelah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Pada penelitian ini guru akan melatih siswa untuk menemukan sendiri
(inquiry) informasi yang terdapat pada teks profil tokoh sehingga siswa dapat
membaca intensif teks profil tokoh dengan baik dan benar. Dengan demikian,
diharapkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dan tingkah laku
siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang meningkat.
2.2 Landasan Teoretis
2.2.1 Hakikat Membaca
Para ahli banyak yang memberikan pendapat tentang pengertian
membaca. Menurut Hodgson sebagaimana yang dikutip oleh Tarigan (1987:
7), membaca adalah proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Harjasujana dan Mulyati (1997: 4)
mengemukakan bahwa membaca merupakan kemampuan yang kompleks.
Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-
mata. Bermacam-macam perlu dikerahkan agar seseorang pembaca dapat
memahami lambang-lambang yang dilihatnya menjadi lambang-lambang
yang bermakna.
12
Anderson dalam Tarigan (1987:7) mengemukakan bahwa
membaca adalah proses dekoding (decoding) artinya suatu kegiatan untuk
memecahkan lambang-lambang verbal. Proses dekoding atau pembacaan
sandi dapat diartikan pula sebagai proses menghubungkan kata-kata tulis
(written word) dengan bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna.
Sementara itu, Finochiaro dan Bonomo (dalam Tarigan 1987:8)
berpendapat bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung di dalam bahasa tulis (Tarigan 1987:8). Batasan yang
diberikan oleh Finochario dan Bonomo tampaknya kurang tepat untuk
kegiatan membaca tingkat anak SMP ke atas karena membaca bagi mereka
tidak hanya memahami informasi yang tersurat saja, tetapi juga yang tersirat.
Dari beberapa definisi membaca di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau pembaca
untuk memperoleh pesan atau informasi melalui media tulis.
2.2.2 Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan.
Anderson (dalam Tarigan 1987: 9) mengemukakan beberapa tujuan membaca
yaitu :
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh
khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang
13
tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang
dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti
ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main
ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga atau seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu
masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini
disebut membaca umtuk mengetahui urutan atau susunan organisasi
cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang pengarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi
(reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa,
tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk
14
mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to
classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup
dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah ingin berbuat seperti yang
diperbuat sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam
cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading
to evaluate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana
dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai
pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Nurhadi (2004:14) mengemukakan bermacam-macam variasi tujuan
membaca yaitu:
1. Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)
2. Membaca untuk menangkap garis besar bacaan.
3. Membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan.
4. Membaca untuk menikmati karya sastra.
5. Membaca untuk mengisi waktu luang.
6. Membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah.
Dari beberapa tujuan membaca di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan membaca adalah untuk menemukan informasi yang terdapat pada
sebuah teks bacaan.
15
2.2.3 Jenis-jenis Membaca
Kegiatan membaca sebagai suatu keterampilan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis. Penjenisan yang didasarkan pada perbedaan tujuan
yang hendak dicapai dikemukakan oleh Tarigan (1987: 12-13). Tarigan
membedakan kegiatan membaca ke dalam jenis membaca bersuara atau
membaca nyaring (oral reading atau reading aloud) dan membaca dalam
hati (silent reading). Membaca bersuara atau membaca nyaring dipandang
tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis
seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik, sedangkan untuk
mencapai tujuan yang bersifat pemahaman maka yang paling tepat adalah
membaca dalam hati.
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi
guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atu
pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan
seorang pengarang. Sedangkan Membaca dalam hati hanya mempergunakan
ingatan visual (visual memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan
ingatan. Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas membaca
ekstensif dan intensif.
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya
meliputi sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin (Tarigan
1987: 31). Membaca ekstensif meliputi membaca survei (survey reading),
membaca sekilas (skimming reading) dan membaca dangkal (superficial
reading).
16
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira sampai empat halaman setiap hari (Tarigan 1987: 35).
Membaca intensif terbagi menjadi membaca telaah isi (content study reading)
dan membaca telaah bahasa.
Membaca telaah isi dibagi menjadi membaca teliti, membaca
pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Sedangkan membaca telaah
bahasa meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra.
Berdasarkan atas pembagian Tarigan tersebut dapat disimpulkan
bahwa membaca intensif meliputi membaca telaah isi dan telaah bahasa.
2.2.4 Hakikat Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan salah satu bagian dari jenis-jenis
membaca yang didasarkan pada perbedaan tujuan yang hendak dicapai.
Membaca intensif adalah membaca dengan teliti, hati-hati agak lambat
terhadap suatu bahan bacaan dengan memahami isi bacaan secara cermat dan
tepat sampai ke relung-relungnya. Dalam prakteknya, membaca intensif
dilakukan di dalam hati hasilnya diungkapkan secara tertulis atau lisan.
Sedangkan Burhan (dalam Nuryani 1998:13) mengemukakan bahwa
membaca intensif adalah perbuatan membaca yang dijalankan dengan hati-
hati serta teliti dan membacanya lambat.
Dalam membaca intensif pendalaman sangatlah diutamakan karena
pembaca menelaah isi dan bahasa. Menurut Tarigan (1987: 36) tujuan
membaca intensif adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh
17
terhadap argumen-argumen yang logis, urut-urutannya retoris atau pola-pola
teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan
sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, dan juga saran-saran
linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Burhan (dalam Nuryani
1998:14) mengemukakan bahwa tujuan membaca intensif adalah memahami
keseluruhan bacaan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya.
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (dalam Nuryani 1998:14)
mengemukakan tujuan membaca sebagai berikut.
a. Membaca untuk mendapatkan ilmu
b. Membaca untuk mendapatkan pengetahuan tertentu
c. Membaca untuk mendapatkan hiburan
d. Membaca untuk mendapatkan pengalaman hidup yang berharga
e. Membaca untuk mendapatkan hal-hal yang baru, baik yang ada di dalam
negeri maupun manca negara
f. Membaca untuk mengetahui perkembangan zaman
g. Membaca untuk mendapatkan ketenangan batin
h. Membaca untuk mendapatkan pemecahan problema atau soal-soal yang
sulit baginya.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca
intensif pada umumnya untuk mendapatkan suatu pemahaman yang
mendalam serta terperinci terhadap suatu teks bacaan.
18
2.2.5 Teks Profil Tokoh
Tokoh adalah individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan di
dalam berbagai peristiwa (Sudjiman dalam Kristin 2003:9). Tokoh juga
merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakan.
Teks profil tokoh adalah teks yang di dalamnya memuat tentang
kehidupan tokoh mulai dari identitas tokoh, keluarga tokoh, riwayat
pendidikan, pekerjaan, prestasi bahkan hobi tokoh juga diulas.
Teks profil tokoh merupakan salah satu teks bacaan yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan dengan membaca teks profil tokoh dapat
mengetahui secara mendalam seluk-beluk seorang tokoh. Paparan tentang
profil tokoh dapat ditemukan di berbagai media tulis baik di koran, tabloid,
majalah maupun buku.
Secara garis besar ada beberapa tujuan membaca teks profil tokoh.
Pertama, untuk mencari hal-hal yang menarik dan mengesankan dari
perjalanan hidup seorang tokoh. Kedua, mencari hal-hal yang dapat
diteladani untuk kehidupan sendiri. Ketiga, mengungkapkan hal-hal yang
disukai pada diri tokoh. Keempat, mencari keistimewaan tokoh. Kelima,
mencari inti sari riwayat tokoh. Adapula pembaca yang membaca teks profil
tokoh hanya untuk mengisi waktu luang (Depdiknas 2004: 15).
19
2.2.6 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual ( Contextual teaching and learning (CTL) )
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi dan Gerrad 2003: 4). Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontestual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
pembelajaran daripada memberi informasi. Tugas guru cenderung mengelola
kelas menjadi sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa) (Depdiknas 2002:5). Sesuatu yang baru
baik pengetahuan maupun keterampilan datang dari ‘menemukan sendiri’
bukan dari apa kata guru.
Kontekstual merupakan sebuah strategi pembelajaran yang
dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan
bermakna. Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Pendekatan kontekstual menjadi pilihan karena sejauh ini
pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan
20
sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokos pada
guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama
strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar ‘baru’ yang
lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang
mendasari pembelajaran di kelas. Ketujuh komponen itu adalah
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (aunthentic assesment)
(Depdiknas 2002: 10).
2.2.7 Komponen Inquiry
Inquiry (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri (Depdiknas 2002:12).
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah
dialami. Oleh karena itu, inquiry menuntut peserta didik berpikir. Metode ini
menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang
bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui komponen
inquiry peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.
21
Inquiry mempunyai lima siklus, yaitu observasi (observation),
bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data
(data gathering), dan penyimpulan (conclussion) (Depdiknas 2002: 12).
Langkah-langkah dalam kegiatan inquiry adalah (1) merumuskan
masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan
manyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel dan karya lainnya, (4)
mengkomunikasikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens
yang lain (Nurhadi dan Gerrad 2003: 44).
Sedangkan, Mulyasa (2002: 235) mengemukakan langkah-langkah
dalam proses inquiry sebagai berikut.
a. Menyadarkan peserta didik bahwa mereka memiliki keinginan terhadap
sesuatu.
b. Mempradugakan suatu jawaban atau penyelesaian tentatif (hipotesis).
c. Mentes jawaban tentatif (hipotesis) berdasarkan data dan teori.
d. Menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab
permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.
e. Menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru. Kesimpulan
tersebut diperlakukan sebagai hipotesis yang baru untuk dibuktikan lebih
lanjut.
Ada beberapa strategi pelaksanaan inquiry salah satunya yang
dikemukakan Mulyasa (2002: 235-236) berikut ini.
a. Guru memberikan penjelasan, instruksi, atau pertanyaan terhadap materi
yang diajarkan. Sebelum memulai pelajaran guru harus memahami sejauh
22
mana peserta didik memiliki persepsi terhadap materi tersebut, kemudian
guru dan peserta didik secara bersama-sama membandingkan persepsi
mereka dengan berbagai pendapat para ahli atau berdasarkan teori-teori
yang ada.
b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau
menjawab pertanyaan serta pekerjaan rumah.
c. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin
membingungkan peserta didik.
d. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta dasar yang telah mereka pelajari
agar dapat dipahami sehingga guru dapat diyakinkan bahwa mereka telah
memahami materi yang telah dipelajari.
e. Guru memberikan penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi
terhadap data yang disajikan.
f. Siswa mendiskusikan aplikasi dan makna sesuai dengan informasi
tersebut.
g. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagi kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Sasaran akhir dari komponen inquiry adalah peserta didik mampu
merumuskan kesimpulan dengan kata-kata sendiri terhadap fenomena, fakta
tentang kehidupan manusia. Keberhasilan komponen ini sangat didukung oleh
metode pembelajaran yang lain yang digunakan secara bervariasi seperti
ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, wawancara, pengamatan dan
belajar sendiri.
23
2.2.8 Pembelajaran Kontekstual dengan Komponen Inquiry
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antarpengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas,
sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat (Nurhadi dan Gerrad 2003: 13).
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Kata kunci dari strategi inquiry adalah 'siswa menemukan
sendiri'. Pengetahuan atau keterampilan siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Inquiry mempunyai lima siklus yaitu observasi (observation),
bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data
(data gathering), dan penyimpulan (conclussion) (Depdiknas 2002: 12).
Dalam pembelajaran kontekstual komponen inquiry kegiatan
berpusat kepada siswa, namun guru tetap memegang peranan penting dalam
membuat desain pembelajaran pengalaman belajar. Guru harus selalu
merancang kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
Sedangkan bagi siswa, inquiry merupakan kegiatan yang melatih mereka
untuk aktif dalam menemukan sendiri pengetahuaan atau keterampilan baru.
24
Inquiry pada dasarnya menggiring siswa untuk menyadari apa yang
telah didapatkan selama belajar. Inquiry menuntut siswa untuk memproses
pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan penggunaan komponen inquiry pada pembelajaran kontekstual
diharapkan dapat menciptakan iklim yang kondusif dan menyenangkan ketika
proses pembelajaran berlangsung, sehingga mendorong siswa untuk aktif
dalam mengikuti pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B
SMPN 10 Semarang belum memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor guru dan faktor siswa. Salah satu faktor dari guru yang
menyebabkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa masih
rendah adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini
pembelajaran intensif teks profil tokoh yang dilakukan guru masih dengan
strategi ceramah. Hal ini menyebabkan siswa pasif, artinya siswa hanya
mentransfer dari guru sehingga siswa cenderung hanya mengingat atau
menghafal.
Keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B
SMPN 10 Semarang akan mengalami peningkatan apabila pembelajaran
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh menggunakan pendekatan
kontekstual komponen inquiry. Pada pembelajaran tersebut siswa diminta
untuk membaca secara intensif teks profil tokoh dan menemukan riwayat
25
hidup tokoh , keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat dari
teks tersebut dengan melakukan lima siklus pada inquiry yaitu observasi,
bertanya, hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulan data. Untuk lebih
mengaitkan dunia nyata siswa dipilih teks yang berkaitan dengan kehidupan
siswa. Penggunaan komponen inquiry dalam pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh membantu siswa memahami seluk beluk tokoh secara lebih
mendalam. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan membaca intensif
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry dapat
meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh, karena siswa
dapat menemukan sendiri informasi yang terdapat pada teks profil tokoh.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan
digunakannya komponen inquiry dalam pembelajaran kontekstual,
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh dapat
meningkat dan tingkah laku siswa SMPN 10 Semarang kelas VII B berubah
menjadi positif.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur tindakan kelas. Secara singkat,
penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat refleksi oleh pelaku tindakan, yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki
kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk
mewujudkan tujuan-tujuan, penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 2
siklus. Setiap siklusnya ada empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi.
Berikut ini adalah gambar penelitian yang ditempuh peneliti.
Siklus I Siklus II R
P RP
O O
T R T
Keterangan:
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R : Refleksi
RP : Revisi Perencanaan
26
27
Siklus I
Pelaksanaan pada siklus I meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-
langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini
merupakan upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan
adalah (1) menyusun rencana pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh,
(2) membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi,
lembar wawancara, lembar jurnal dan dokumentasi foto untuk memperoleh data
nontes, (3) menyiapkan perangkat tes membaca intensif teks profil tokoh, (4)
kolaborasi dengan guru pamong untuk mengonsultasikan rencana pembelajaran
dan kolaborasi dengan teman ketika melakukan observasi.
2. Tindakan
Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
perbaikan. Peningkatan atau perubahan sebagai solusi.
Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun. Tindakan yang akan dilakukan peneliti secara garis besar ialah
melaksanakan proses pembelajaran kontekstual komponen inquiry, tindakan ini
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan
tahap penutup.
28
Tahap pendahuluan dimulai dari apersepsi yaitu tahap mengkondisikan
siswa untuk siap melaksanakan proses belajar. Misalnya guru menyapa siswa,
menanyakan keadaan siswa. Kemudian guru bertanya kepada siswa tentang teks
profil tokoh. Guru juga menanyakan kepada siswa pernahkah mereka membaca
intensif teks profil tokoh ADI AFI. Selanjutnya guru memotivasi siswa untuk
tertarik terhadap materi yang diajarkan.
Tahap kegiatan inti adalah tahap melaksanakan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh. Pada tahap ini guru membagikan teks profil tokoh
kepada siswa. Siswa diminta untuk melakukan lima langkah dalam inquiry yaitu
observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulan data untuk
menemukan riwayat hidup tokoh, menyebutkan keistimewaan tokoh dan mencatat
hal-hal yang bermanfaat dari teks profil tokoh yang telah dibagikan. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil temuannya.
Siswa lain menanggapi siswa yang tampil. Guru memberikan penguatan atas
jawaban siswa dan memberi penghargaan kepada siswa yang tampil berupa
medali dari kertas. Untuk mengetahui keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh siswa, guru menyiapkan soal tes mengenai pembelajaran hari itu.
Pada tahap penutup guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi
kegiatan pembelajaran hari itu.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian ini menggunakan data tes dan nontes. Data tes
berupa tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh sedangkan data nontes
berupa pedoman observasi, jurnal siswa dan guru, pedoman wawancara serta
29
dokumentasi foto. Observasi, dokumentasi foto dan jurnal guru dilaksanakan
selama proses pembelajaran berlangsung sedangkan jurnal siswa dan wawancara
dilaksanakan setelah pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh.
4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes siklus I. jika hasil
tes siklus I belum memuaskan akan dilakukan tindakan siklus II. Masalah-
masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan solusinya sedangkan kelebihan-
kelebihannya akan dipertahankan dan ditingkatkan.
Siklus II
Proses penelitian tindakan kelas siklus II merupakan tindak lanjut dari
hasil siklus I. Siklus II terdiri atas 4 tahap yaitu revisi perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
1. Revisi perencanaan
Perencanaan pada siklus II berdasarkan temuan hasil siklus I. Adapun
perencanaan yang akan dilakukan adalah (1) membuat perbaikan rencana
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh menggunakan pendekatan
kontekstual komponen inquiry. Pada siklus I siswa diminta untuk menemukan
sendiri riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat dari teks tersebut secara individu sedangkan pada siklus II siswa
diminta untuk menemukan sendiri riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat dari teks tersebut secara individu tetapi pada
saat penyimpulan data dilaksanakan secara berkelompok, (2) menyiapkan lembar
wawancara, lembar observasi, lembar jurnal dan dokumentasi foto untuk
30
memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes teks profil tokoh
yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II, (4) meningkatkan
kolaborasi dengan guru pamong serta teman untuk merencanakan pembelajaran
selanjutnya.
2. Tindakan
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada siklus II terdapat perubahan teks
bacaan dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Pada tahap pendahuluan guru memberikan apersepsi, kemudian guru
memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang lalu. Guru juga
mengemukakan tujuan pembelajaran hari itu.
Tahap kegiatan inti guru memberikan teks profil tokoh kepada siswa.
Kemudian siswa diminta untuk melakukan langkah-langkah inquiry yaitu
observasi, bertanya, hipotesis, dan pengumpulan data menemukan riwayat hidup
tokoh, menyebutkan keistimewaan tokoh serta mencatat hal-hal yang bermanfaat
bagi siswa. Selanjutnya siswa diminta untuk berkelompok. Siswa diminta untuk
Menyimpulkan data yang diperoleh dengan berdiskusi sehingga masing-masing
anggota kelompok dapat bertukar pikiran nmengenai jawaban yang telah
ditemukan. Wakil tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Guru
memberikan penguatan mengenai jawaban dari tiap kelompok yang tampil. Siswa
yang tampil dalam mewakili kelompoknya diberi penghargaan berupa medali.
Untuk mengetahui keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa diminta
untuk mengerjakan soal tes yang telah disiapkan oleh guru.
31
3. Observasi
Observasi pada siklus II bentuknya sama dengan observasi pada siklus I.
Observasi pada siklus II ini dilihat dari data tes dan nontes. Data tes berupa tes
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh sedangkan data nontes diperoleh
dengan menggunakan pedoman observasi, jurnal siswa dan guru, pedoman
wawancara serta dokumentasi foto. Pada siklus II ini guru menggunakan metode
diskusi, sehingga perilaku siswa saat berdiskusi juga mendapatkan pengamatan
dari guru.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa
siklus I, untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai selama proses
pembelajaran, dan untuk mencari kelemahan-kelemahan yang masih muncul
dalam pembelajaran.
3.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca intensif siswa SMPN
10 Semarang kelas VII B. Kelas VII B tersebut terdiri atas 40 siswa yaitu 23 laki-
laki dan 17 perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan sebagai
berikut.
1. berdasarkan hasil observasi keterampilan membaca intensif teks profil tokoh
kelas VII B masih rendah dibandingkan dengan kelas VII A, VII C, VII D,
VII E dan VII F. Kurang terampilnya membaca intensif teks profil tokoh
siswa disebabkan karena siswa cenderung membaca sekilas tidak secara
intensif sehingga pemahaman yang didapatkan kurang maksimal. Sehingga
siswa kurang mampu dalam menyarikan riwayat hidup tokoh yang dibacanya.
Rendahnya keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B
32
juga terlihat dari ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
berkaitan dengan teks profil tokoh. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran
yang dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan tersebut.
2. peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia
yang mengajar di kelas tersebut.
3. kehadiran peneliti tidak mempengaruhi perilaku siswa karena siswa SMPN 10
Semarang sudah terbiasa mendapat pengawasan oleh staf pengajar yang
bersangkutan untuk menjaga stabilitas proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh dan penggunaan pendekatan kontekstual
komponen inquiry.
3.3.1 Variabel Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Variabel keterampilan membaca intensif teks profil tokoh merupakan
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh, yaitu membaca
dengan teliti, hati-hati, dengan waktu relatif lama terhadap suatu teks profil tokoh
untuk mendapatkan pemahaman yang cermat dan tepat sampai ke relung-
relungnya. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa terampil membaca
intensif teks profil tokoh dengan mampu menyarikan riwayat tokoh dan
menyebutkan kelebihan tokoh yang terdapat pada teks yang telah dibacanya serta
33
mampu mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa. Dalam penelitian tindakan
kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh apabila mencapai nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar tujuh puluh
dan meneladani sikap dari tokoh yang terdapat pada teks profil tokoh.
3.3.2 Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry
Variabel pendekatan kontekstual komponen inquiry adalah pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh menggunakan pendekatan kontekstual
komponen inquiry. Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang membantu
guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengatahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Inquiry adalah
salah satu komponen yang terdapat pada pendekatan kontekstual yang melatih
siswa untuk menemukan sendiri informasi atau keterampilan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta. Inquiry mempunyai lima siklus yaitu
observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulan data.
Pendekatan kontekstual komponen inquiry adalh pendekatan yang melatih siswa
untuk menemukan sendiri pengetahuan atau keterampilan dan mendorong siswa
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang telah ditemukan dengan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
34
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian tindakan kelas ini berupa soal tes dan soal nontes. Soal tes digunakan
untuk mengungkap data tentang keterampilan membaca intensif teks profil tokoh.
Soal nontes yaitu lembar observasi, lembar jurnal, dan lembar wawancara,
dokumentasi foto digunakan untuk mengungkap perubahan tingkah laku siswa.
3.4.1 Instrumen Tes
Tes yang digunakan keterampilan membaca intensif pada siswa kelas VII
B SMPN 10 Semarang menggunakan teks profil tokoh. Teks tersebut digunakan
pada pembelajaran membaca intensif, pre test, tes akhir siklus I dan tes akhir
siklus II. Setiap tes baik pada pre test, siklus I maupun pada siklus II digunakan
teks profil tokoh yang berbeda-beda. Teks profil tokoh yang digunakan adalah
teks bacaan yang disesuaikan minat dan usia siswa SMP. Bentuk soal berupa
uraian yang berjumlah 3 nomor. Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir
membaca intensif teks profil tokoh adalah jumlah skor dibagi tiga dikali 10.
Tabel 1 Aspek dan skor Penilaian
Aspek Penilaian Skor Maksimal
Menyarikan riwayat hidup tokoh
Menyimpulkan keistimewaan tokoh
Mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi
siswa
10
10
10
35
Tabel 2 Aspek dan Kriteria Penilaian
Aspek
Penilaian
Kategori
Skor
Skor Kriteria Penilaian
Menyarikan
riwayat hidup
tokoh
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir,
pekerjaan, status,
keluarga, riwayat
pendidikan, prestasi
dan kehidupan tokoh.
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir,
pekerjaan, status,
keluarga, riwayat
pendidikan.
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir,
pekerjaan, status,
keluarga.
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir.
36
Menyimpulkan
keistimewaan
tokoh
Mencatat hal-hal
yang bermanfaat
bagi siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
8-10
5-7
2-4
0-1
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
secara lengkap dan
benar.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
secara tidak lengkap
tetapi benar.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
secara lengkap tetapi
kurang benar.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
tidak lengkap dan
tidak benar.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 4 buah.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 3 buah.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 2 buah.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 1 buah.
37
Skor yang didapat pada tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II,
kemudian dimasukan ke dalam tabel kategori skor. Masuk ke dalam kategori skor
sangat baik jika rentang skor yang diperoleh antara 85-100. Masuk ke dalam
kategori skor baik jika rentang skor yang diperoleh antara 75-84. Masuk ke dalam
kategori skor cukup jika rentang skor yang diperoleh 60-74, dan kategori skor
kurang jika rentang skor yang diperoleh antara 0-59.
3.4.2 Instrumen Nontes
3.4.2.1 Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa selam proses
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry. Objek sasaran amatan peneliti yaitu sikap siswa terhadap
teknik pembelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya dan berkomentar, semangat
siswa dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam menemukan riwayat
hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat,
ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan oleh guru, kecakapan
siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya, keaktifan siswa dalam
pembelajaran, keaktifan siswa dalam menanggapi hasil presentasi temannya dan
keaktifan siswa dalam mengerjakan tes.
3.4.2.2 Pedoman Jurnal
Pedoman jurnal dibuat untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada
proses pembelajaran dan untuk mengungkap kemudahan dan kesulitan siswa
dalam membaca intensif teks profil tokoh. Jurnal dibuat baik oleh guru maupun
38
oleh siswa. Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam proses
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Sedangkan jurnal siswa memuat
tanggapan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan, ketertarikan siswa dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry, kemudahan dan kesulitan siswa dalam
membaca intensif teks profil tokoh, tanggapan siswa terhadap gaya guru mengajar
dan tentang hal-hal lain yang ingin dikemukakan siswa.. Jurnal tersebut dibuat
setiap akhir pembelajaran pada sebuah kertas.
3.4.2.3 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dilaksanakan oleh peneliti kepada siswa untuk
mendapatkan informasi tentang seberapa jauh responden (siswa) menguasai
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh berkaitan dengan variabel
penelitian. Pelaksanaan wawancara mengambil seorang siswa yang memperoleh
nilai tertinggi, cukup dan terendah.
Aspek-aspek yang diungkap dalam wawancara pada siklus I dan II adalah
sebagai berikut.
1. Tanggapan positif dan negatif terhadap teks profil tokoh yang disajikan dalam
pembelajaran membaca intensif.
2. Tanggapan siswa terhadap penggunaan pendekatan kontekstual komponen
inquiry dalam pembelajaran membaca intensif.
3. Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
4. Kesulitan yang dialami siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh.
39
5. Harapan siswa terhadap teks bacaan yang disajikan untuk pertemuan
selanjutnya.
6. Harapan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan
selanjutnya.
7. Manfaat yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan ini.
3.4.2.4 Dokumentasi Foto
Berikut adalah cara pengambilan dokumentasi aktivitas-aktivitas
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh.
a. Pada saat peneliti melaksanakan tes awal dan siswa sedang mengisi tes
membaca intensif teks profil tokoh.
b. Pada saat siswa sedang aktif mengikuti pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh siklus I, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.
c. Pada saat siswa mempresentasikan hasil temuannya pada siklus I, peneliti
mendokumentasikan kegiatan tersebut.
d. Pada saat siswa saling menanggapi hasil temuannya, peneliti
mendokumentasikan kegiatan tersebut.
e. Pada saat siswa berdiskusi menyarikan riwayat hidup tokoh, menyimpulkan
keistimewaannya dan mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa pada
siklus II, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.
f. Pada saat siswa mempresentasikan hasil temuannya.
g. Pada saat siswa mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh pada
siklus I dan siklus II.
40
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Bentuk instrumen tes dan nontes dalam penelitian tindakan kelas ini
ditampilkan validitas dan reabilitas permukaannya saja. Hal ini dilakukan dengan
cara mengonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pamong mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia tempat peneliti melakukan penelitian. Jika
sudah selesai dikonsultasikan kepada keduanya, yaitu dosen pembimbing dan
guru pamong, semua itu dianggap dapat atau layak untuk digunakan sebagai
instrumen tes.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan nontes untuk
memperoleh gambaran hasil pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
3.5.1 Teknik Tes
Tes membaca intensif teks profil tokoh dilakukan sebanyak tiga kali. Tes
pertama berupa tes awal untuk mengetahui keterampilan awal yang dimiliki siswa
dalam membaca intensif teks profil tokoh. Sedangkan pada tes kedua dan ketiga
dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II. Dalam tes ini, siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan teks profil tokoh. Tes ini
digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam membaca intensif
teks profil tokoh.
Tes dilaksanakan setelah siswa mendapatkan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry
41
dengan memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Prosedur penilaian pada
membaca intensif teks profil tokoh adalah setiap jawaban yang benar diberi skor
10. Nilai akhir adalah jawaban betul dibagi tiga sehingga skor tertinggi 10. Nilai
akhir adalah jawaban betul dibagi tiga kali 10 sehingga skor tertinggi 100.
Rumus:
3NNA Σ
= x 10
Keterangan:
NA = Nilai akhir
NΣ = Jumlah Skor
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes meliputi observasi, jurnal dan wawancara. Berikut
dijelaskan teknik tersebut.
3.5.1.1 Observasi
Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran menggunakan komponen inquiry. Adapun tahap
observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir
sasaran amatan tentang sikap siswa terhadap teknik pembelajaran, keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran maupun keaktifan siswa dalam
mengerjakan tes, (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu
mulai dari penjelasan guru, proses belajar-mengajar sampai dengan cara
42
mengerjakan tes, (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi
yang telah dipersiapkan.
3.5.1.2 Jurnal
Jurnal dibuat untuk meneliti kejadian-kejadian yang menonjol dalam
proses pembelajaran. Jurnal guru dan siswa dibuat setiap akhir pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh. Jurnal guru mengenai segala sesuatu yang
terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung. Jurnal siswa digunakan untuk
mengungkap tanggapan siswa mengenai bahan yang disajikan, ketertarikan siswa
terhadap pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh, tanggapan siswa
mengenai gaya guru dalam mengajar, mengenai hal-hal yang ingin dikemukakan
siswa berkaitan dengan pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry.
3.5.1.3 Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan tanya
jawab. Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap penyebab kesulitan dan
hambatan dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Sasaran
wawancara adalah para siswa yang nilainya kurang, cukup, baik dalam membaca
intensif teks profil tokoh. Hal ini berdasarkan pada nilai tes pada tiap siklus dan
berdasarkan observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran.
Wawancara dilaksanakan peneliti setelah pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry selesai
dilaksanakan.
43
Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu
(1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan
diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilainya kurang, cukup dan baik,
untuk kemudian diajak wawancara, (3) mencatat hasil wawancara.
3.5.1.4 Dokumentasi
Dokumentasi foto berisi sejumlah kegiatan pembelajaran berisi sejumlah
foto aktivitas pembelajaran dari mulai pelaksanaan tes awal sampai dengan
pengisian jurnal.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Berikut dijelaskan paparan kedua teknik tersebut.
3.6.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data
kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes membaca intensif teks profil tokoh yang
pembelajarannya dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siklus I
dan siklus II. Nilai hasil tiap-tiap tes dihitung jumlahnya dalam persentase dengan
menggunakan rumus.
%100XsxnN∑
Keterangan :
∑N = Jumlah nilai satu kelas
n = Nilai maksimal soal tes
s = Banyaknya siswa dalam satu kelas
44
Hasil penghitungan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh
dengan komponen inquiry pada pembelajaran kontekstual dari masing-masing
siklus kemudian dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai
prosentase peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
3.6.2 Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data
kualitatif ini diperoleh siswa dari data nontes yaitu data observasi, jurnal, dan
wawancara. Adapun langkah penganalisisan data kualitatif adalah dengan
menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran. Data jurnal
dianalisis dengan cara membaca seluruh jurnal siswa dan guru. Data wawancara
dianalisis dengan cara membaca kembali catatan wawancara. Hasil analisis-
analisis tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam
membaca intensif teks profil tokoh, untuk mengetahui kelebihan, kekurangan
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry, dan untuk dasar mengetahui peningkatan keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh dengan pembelajaran kontekstual komponen
inquiry.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil tes dan nontes, baik
pada siklus I maupun siklus II. Hasil kedua tes tersebut terangkum dalam tiga
bagian yaitu pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil tes pratindakan berupa
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh sebelum tindakan
penelitian dilakukan. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II berupa keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry. Hasil tes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk data kuantitatif.
Hasil nontes siklus I diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara dan
dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam
bentuk deskripsi data kualitatif.
4.1.1 Hasil Pratindakan
Hasil tes pratindakan adalah keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh siswa sebelum dilakukannya tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam
membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang.
Bacaan yang digunakan dalam tes pratindakan adalah teks yang berjudul K.H.
Gymnastiar Mereparasi Qolbu. Bacaan ini dipilih karena mengisahkan seorang
tokoh terkenal yaitu Aa Gym. Bacaan ini sudah disesuaikan dengan tingkat
45
46
keterbacaan siswa SMP kelas VII. Pada pratindakan ini ada seorang siswa yang
tidak hadir dikarenakan sakit yaitu Dwi Aprilyadi. Dengan demikian, jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 39. Hasil tes keterampilan membaca intensif teks
profil tokoh pratindakan dapat dilihat pada tabel berikut ini!
Tabel 3. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Pratindakan
No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-
rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
0
0
14
25
0
0
884
1320
0
0
21
79
Jumlah 39 2204 100
2204
39
= 56,51
Dari tabel 3 ditunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang dalam membaca intensif teks profil tokoh masih kurang, dengan skor
rata-rata klasikal hanya mencapai 56,51. Rincian data tersebut dijelaskan sebagai
berikut. Dari jumlah keseluruhan 39 siswa, 25 orang diantaranya atau sebanyak
64% termasuk dalam kategori kurang dengan nilai 0-59. Kategori cukup dengan
nilai 60-74 dicapai 14 siswa atau 36% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori
baik dan sangat baik belum tercapai, tidak seorang siswa pun atau 0% yang
termasuk dalam kategori tersebut. Masih rendahnya keterampilan siswa dalam
membaca intensif teks profil tokoh ini dikarenakan beberapa faktor yang
melingkupinya yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal ini
47
berasal dari siswa sendiri. Bukti data tes membaca intensif teks profil tokoh
pratindakan menyatakan bahwa keterampilan siswa dalam menyarikan riwayat
hidup tokoh, menyebutkan keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat secara klasikal masih kurang, di bawah nilai rata-rata.
Untuk lebih jelasnya hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh pratindakan siswa kelas VII B dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini!
GRAFIK PRATINDAKAN
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
JUm
lah
Skor
Jumlah Skor
Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Pratindakan
Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas jumlah skor siswa masih
berada pada level skor rendah antara 0-59 atau termasuk dalam kategori kurang.
14 siswa lainnya termasuk dalam kategori cukup karena pada level skor 0-64.
Dengan demikian, keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa
perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan
tindakan siklus I dengan pembelajaran kontekstual komponen inquiry.
48
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I ini merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Tindakan siklus I ini
dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan masalah yang
dihadapi pada pratindakan. Pada pembelajaran siklus II ini terdapat pula seorang
siswa yang tidak bisa hadir dikarenakan sakit sehingga jumlah keseluruhan siswa
sebanyak 39. Pelaksanaan pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh siklus
I terdiri dari data tes dan data nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara
rinci sebagai berikut.
4.1.2.1 Hasil Tes
Hasil tes membaca intensif teks profil tokoh pada siklus I merupakan data
awal digunakannya pendekatan kontekstual komponen inquiry. Kriteria penilaian
pada siklus I ini masih tetap sama seperti pada tes pratindakan yang meliputi tiga
aspek yaitu: (1) menyarikan riwayat hidup tokoh; (2) menyimpulkan
keistimewaan tokoh; dan (3) mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari
teks profil tokoh. Teks yang digunakan pada tes siklus I ini adalah teks yang
berjudul Micky Octapaliha Salah Satu Akademia 2. Teks ini menceritakan tentang
profil tokoh Micky Octapaliha, salah satu AFI 2. Dipilihnya teks ini karena
sebagian besar siswa SMP sedang menggemari AFI. Dengan demikian, siswa
SMP kelas VII lebih mudah untuk memahami teks bacaan tersebut. Sebelum
dilaksanakan tes siklus I dilaksanakan pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry dengan teks yang
berjudul Adi Sudah Mandiri Sejak Kecil. Antara pelaksanaan dengan
49
pembelajaran sengaja dipilih teks yang berbeda agar siswa terbiasa dengan
beragam kosakata sehingga menambah perbendaharaan kosakata siswa. Secara
umum, hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dapat dilihat
pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Siklus I
No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-
rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
1
9
19
10
86
710
1290
545
3
23
48
26
Jumlah 39 2631 100
2631
39
= 67,46
Pada tabel 4 ditunjukkan bahwa hasil tes keterampilan membaca intensif
teks profil tokoh siswa secara klasikal 67,46 atau dalam kategori cukup. Skor rata-
rata tersebut dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan sebesar 10,95% dari
hasil pratindakan. Namun demikian, peneliti belum puas dengan siklus I, karena
target maksimal klasikal sebesar 70 belum tercapai. Dari 39 siswa, hanya 3% atau
1 orang siswa yang berhasil meraih predikat sangat baik dengan jumlah skor 86.
Selanjutnya, 9 siswa atau 23% mendapatkan nilai baik dengan rentang nilai 75-
84. Selebihnya, 19 siswa atau 48% memperoleh nilai cukup dengan rentang nilai
60-74. Sedangkan untuk kategori kurang dicapai 10 orang siswa atau sebesar
26%.
50
Hasil tes tersebut merupakan jumlah skor tiga aspek keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh yang diujikan meliputi: (1) menyarikan
riwayat hidup tokoh; (2) menyimpulkan keistimewaan tokoh; dan (3) mencatat
hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari teks profil tokoh.
4.1.2.1.1 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Menyarikan
Riwayat Hidup Tokoh
Penilaian aspek menyarikan riwayat hidup tokoh difokuskan pada
kemampuan siswa dalam menyebutkan identitas tokoh, latar belakang pendidikan
tokoh, latar belakang keluarga tokoh dan kehidupan sehari-harinya. Hasil
penilaian tes menyarikan riwayat hidup tokoh dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Tes Aspek Menyarikan Riwayat Hidup Tokoh
No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
11
17
10
1
99
130
59
4
28
43
26
3
Jumlah 39 292 100
39292 x 10
= 74,8
Pada tabel 5 ditunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat
baik yaitu dengan skor 8-10 dicapai 11 siswa atau sebesar 28%. Kategori baik
dengan skor 5-7 dicapai oleh 17 siswa atau sebesar 43%. Kategori cukup dengan
skor 2-4 dicapai oleh 10 orang siswa atau sebesar 26% dan kategori kurang
51
dengan skor 0-1 tidak ada seorang siswa pun yang masuk kategori tersebut. Jadi,
rata-rata skor klasikal pada aspek menyarikan riwayat hidup tokoh sebesar 74,8
atau dalam kategori baik. Siswa cukup paham menyarikan riwayat hidup tokoh
karena aspek tersebut mengenai identitas tokoh yang dibaca. Dengan pemilihan
teks profil tokoh yang sudah dikenal dan digemari oleh siswa maka dalam
menyarikan riwayat hidup tokoh, diharapkan siswa tidak mengalami kesulitan.
4.1.2.1.2 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek
Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh
Penilaian aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh difokuskan pada
kemampuan siswa dalam menyebutkan keistimewaan tokoh yang terdapat pada
teks yang dibacanya. Hasil penilaian tes dalam menyimpulkan keistimewaan
tokoh dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Tes aspek Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh
No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
18
20
1
0
149
129
4
0
46
51
3
0
Jumlah 39 282 100
39282 x 10
= 72,3
Pada tabel 6 ditunjukkan bahwa pada tes aspek menyimpulkan
keistimewaan tokoh, kategori sangat baik yaitu dengan skor 8-10 telah dicapai 18
siswa atau sebesar 46%. Sedangkan kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai
52
oleh 20 siswa atau sebesar 51%. Kategori cukup dengan skor antara 2-4 dicapai
oleh seorang siswa atau sebesar 3% dan kategori kurang tidak ada seorang siswa
yang menduduki kategori tersebut atau sebesar 0%. Jadi, setelah direkapitulasikan
rata-rata skor siswa pada aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh mencapai 72,3
atau kategori cukup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa
dalam menyimpulkan keistimewaan tokoh secara lengkap dan benar telah
tercapai.
4.1.2.1.3 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
hal-hal yang Bermanfaat
Penilaian aspek mencatat hal-hal yang bermanfaat dari teks profil tokoh
difokuskan pada kemampuan siswa dalam menyebutkan dan mencatat beberapa
hal yang bermanfaat dari teks yang dibacanya. Hal-hal yang bermanfaat itu dapat
berupa bahasa yang digunakan pada teks bacaan, semboyan hidup yang dapat
diteladani dan sebagainya.
Hasil penilaian tes dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
dari teks profil tokoh dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Hasil Tes Aspek Mencatat Hal-hal yang Bermanfaat
No Kategori Rentang Skor
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
8-10 5-7 2-4 0-1
4 26 9 0
32 153 35 0
10 67 23 0
Jumlah 39 220 100
39220 x 10
= 56,4
53
Berdasarkan pada tabel 7 tersebut dapat dijelaskan bahwa secara klasikal
mencapai nilai rata-rata 56,4 atau dalam kategori kurang dalam mencatat hal-hal
yang bermanfaat. Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai
berikut. Siswa yang mendapat skor 8-10 atau dalam kategori sangat baik dicapai
oleh 4 siswa atau sebesar 10%, sedangkan untuk kategori baik dengan skor 5-7
dicapai oleh 26 siswa atau sebesar 67%. Kategori cukup dengan skor 2-4 dicapai
oleh 9 orang atau sebesar 23% dan kategori kurang dengan skor 0-1 tidak ada
seorang pun yang menduduki kategori tersebut atau sebesar 0%. Dengan
demikian, kemampuan siswa dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat yang
terdapat pada sebuah teks profil tokoh sudah dapat dikatakan sangat baik.
Hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa pada
siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini!
GRAFIK SIKLUS I
020406080
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39Subjek Penelitian
Jum
lah
Skor
Jumlah Skor
Grafik 2. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil
Tokoh Siklus I
Pada grafik 2 di atas ditunjukkan bahwa mayoritas siswa masih berada
pada kategori cukup antara 60-74, dan pada kategori baik antara 75-84 diperoleh 9
54
siswa sedangkan predikat sangat baik antara 85-100 diperoleh 3 orang siswa yang
bernama Fernandha, Dika dan Sumawardani.
Pada siklus I ini, hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh
siswa secara klasikal masih menunjukkkan kategori cukup. Selain itu perubahan
tingkah laku dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh masih
tergolong normal belum tampak perubahan yang berarti. Dengan demikian,
tindakan siklus II perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
4.1.2.2 Hasil Nontes
Hasil Penelitian nontes pada siklus I diperoleh melalui observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut pemaparan data nontes tersebut.
4.1.2.2.1 Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan selama pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B
SMPN 10 Semarang. Observasi ini dilaksanakan oleh peneliti sekaligus sebagai
guru dengan bantuan seorang teman. Objek sasaran yang diamati dalam observasi
ini meliputi sembilan perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul
saat pembelajaran berlangsung. Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah:
(1) sikap siswa terhadap teknik pembelajaran; (2) keaktifan siswa dalam bertanya
dan berkomentar tentang materi yang dijelaskan; (3) semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (4) keaktifan siswa
dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-
hal yang bermanfaat; (5) ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
55
oleh guru; (6) kecakapan siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya; (7)
keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (8)
keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja; (9) keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas membaca intensif teks profil tokoh.
Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi
melalui observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
inquiry, tidak semua siswa mengikutinya dengan baik. Peneliti menyadari hal
tersebut karena pola pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru
bagi mereka sehingga perlu proses untuk menyesuaikannnya.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa 56% dari jumlah siswa
mendengarkan penjelasan guru sedangkan 44% kurang merespons penjelasan
guru mereka asyik mengobrol sendiri, bergurau, jalan-jalan, bahkan ada siswa
yang melamun.
Salah satu siswa yang sempat peneliti tegur adalah responden nomor 7.
Siswa tersebut ditegur peneliti karena peneliti yang berperan sebagai guru merasa
terganggu dengan tingkah laku dari responden tersebut yang mengobrol sendiri
dan bergurau dengan teman-temannya.
Teguran yang ditujukan pada responden nomor 7 ternyata membawa
pengaruh baik terhadap pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh.
Beberapa siswa mulai tampak tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
digunakan oleh guru, banyak bertanya dan berkomentar. Dari hasil data diperoleh
56% dari jumlah keseluruhan siswa tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
56
digunakan oleh guru sedangkan sisanya 44% kurang tertarik. Ketertarikan siswa
disebabkan guru menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry yang
sebelumnya belum pernah dilakukan oleh guru pamong. Berdasarkan data yang
diperoleh 40% dari jumlah keseluruhan siswa aktif bertanya dan berkomentar
sedangkan sisanya 60% masih pasif untuk bertanya maupun berkomentar. Siswa
yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru tersebut di antaranya
responden nomor 9, 15, 20, dan 32. Mereka lebih aktif bertanya dibandingkan
dengan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya.
Pada saat pembelajaran teks profil tokoh 85% dari jumlah keseluruhan
siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Mereka bersemangat mengikuti
pembelajaran karena metode yang digunakan guru tidak membosankan.
Sedangkan sisanya 15% masih tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan
tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat masih kurang. Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh peneliti saat melakukan observasi. Dari hasil data
diperoleh 47% dari jumlah keseluruhan siswa sudah aktif dan sungguh-sungguh
dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal
yang bermanfaat sedangkan sisanya 53% masih pasif. Siswa yang pasif ini
dimungkinkan karena siswa bingung terhadap komponen inquiry dalam
pembelajaran kontekstual. Keadaan ini tentunya harus dicarikan solusi
pemecahannnya agar siswa secara merata aktif menemukan riwayat hidup tokoh,
keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat. Masalah ini
57
merupakan suatu tugas bagi peneliti untuk memperbaikinya pada siklus
selanjutnya.
Ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan sudah baik. Hal
ini terbukti dari jumlah keseluruhan siswa 63% menyatakan tertarik terhadap
bacaan yang disajikan. Sisanya 47% tidak tertarik terhadap teks yang disajikan.
Namun, kecakapan siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya masih
kurang. Dari data diperoleh 48% dari jumlah keseluruhan siswa telah cakap dalam
menyimpulkan hail temuannya sedangkan sisanya 52% masih kurang cakap atau
masih salah dalam menyimpulkan hasil temuannya. Hal ini disebabkan karena
pada saat mereka tidak sungguh-sungguh dalam menemukan riwayat hidup tokoh,
keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks pofil tokoh
sudah baik. Berdasarkan data diperoleh 55% dari jumlah keseluruhan siswa aktif
dalam pembelajaran sedangkan sisanya 45% masih pasif. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran dibuktikan dengan adanya siswa yang secara sungguh-sungguh
dalam membaca teks profil tokoh. Mereka sangat tertarik dalam membaca teks
yang disediakan karena teks tersebut berisikan kehidupan tokoh yang mereka
kenal dan digemari yaitu Adi AFI 2.
Sebaliknya keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja masih kurang.
Dari data diperoleh 41% siswa aktif dalam menanggapi hasil presentasi temannya
sedangkan sisanya 64% masih pasif.
Pada saat pemberian materi telah selesai. Tes membaca intensif teks profil
tokoh dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan dan pemahaman
58
siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh. Keaktifan siswa dalam
mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh sudah baik. Berdasarkan data
diperoleh 82% dari jumlah keseluruhan siswa sudah aktif dan sungguh-sungguh
dalam mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh. Sisanya 18% tidak
sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes. Bahkan masih ada siswa yang dalam
mengerjakan tes menunggu teguran dari guru. Pada siklus I ini adapula siswa yang
tidak selesai mengerjakan tes dalam waktu yang telah ditentukan.
Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif masih banyak menonjol. Siswa belum dapat menyesuaikan pola
pembelajaran yang diterakan guru. Keadaan ini merupakan masalah besar yang
harus dipecahkan peneliti. Rencana pembelajaran pada siklus berikutnya tentunya
harus lebih dimatangkan lagi agar perilaku negatif yang menonjol menjadi
perilaku positif.
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini nada dua macam yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan atau
tanggapan siswa dan guru selama pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh berlangsung.
a. Jurnal Siswa
Pengisian jurnal dilakukan seluruh siswa kelas VII B tanpa terkecuali.
Pengisian tersebut dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry, pada siklus I.
59
Tujuan diadakan jurnal siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan guna memperbaiki pembelajaran
selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih optimal. Jurnal siswa ini berisikan
pendapat atau tanggapan siswa mengenai: (1) bahan yang disajikan; (2)
kemudahan atau kesulitan yang siswa dalam memahami bacaan; (3) gaya guru
dalam mengajar; (4) kesan dan pesan yang diberikan siswa pada pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry.
Pada saat guru membagikan lembar jurnal kepada siswa kelas VII B,
tampak keantusiasan siswa untuk segera mengisinya. Ketertarikan siswa yaitu
tampak karena ada sebagaian siswa yang ingin segera mendapatkan lembar jurnal
dan berteriak pada temannnya untuk meminta bagiannya. Keadaan ini dapatlah
dipahami karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan kegiatan pengisisan
jurnal di akhir pembelajaran. Setelah semua siswa mendapat bagiannya, siswa
segera mengisi jurnal tersebut dengan jawaban sejelas-jelasnya.
Sebagian besar siswa menyatakan bahwa bahan bacaan yang disajikan
menarik karena berisikan mengenai profil tokoh yang kebetulan tokoh tersebut
mereka gemari yaitu Adi AFI 2 dan Micky AFI 2. Sehingga siswa merasa
tertarik untuk membaca teks tersebut dengan sungguh-sungguh.
Pada dasarnya sebagian besar dari mereka menanggapi baik terhadap
metode pembelajaran guru pada saat memberikan pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
inquiry. Siswa menilai metode pembelajaran yang digunakan guru dapat
60
membantu mereka dalam memahami bacaan secara mendalam, jelas, dan
menyenangkan. Dengan demikian, tugas guru dalam kelas kontekstual dapat
dikatakan berhasil karena guru telah membimbing siswa untuk mencapai
tujuannya dengan menciptakan pembelajaran yang lebih hidup. Dan
menyenangkan.
Kebanyakan siswa merespon positif terhadap pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh. Pernyataan menarik dan menyenangkan banyak tertulis
dalam jurnal. Pernyataan siswa ini membuktikan bahwa mereka menyukai materi
yang diajarkan guru. Siswa merespons bagus karena dalam pembelajaran guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil temuannya dan siswa lain
menanggapi serta guru memberikan penghargaan kepada siswa yang tampil.
Kondisi ini merupakan pengalaman baru siswa karena dalam pembelajaran
sebelumnya guru pamong jarang memberikan penghargaan kepada siswa yang
tampil. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respons sebagian besar
siswa yang diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama
pembelajaran berlangsung siswa menikmati semua metode pembelajaran guru
mulai apersepsi, kegiatan inti, dan penutup.
Walaupun siswa terlihat menanggapi dan menerima dengan baik
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh, namun kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh beberapa siswa ternyata masih ada. Berdasarkan hasil analisis,
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh meliputi: (1) siswa kesulitan dalam mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa yang terdapat pada teks profil tokoh; (2) siswa kesulitan
61
konsentrasi karena teman sebangkunya ramai; (3) siswa merasa kesulitan karena
mereka tidak paham dan kurang jelas dengan penjelasan guru. Peneliti menilai
bahwa kesulitan-kesulitan yang muncul dan menyelimuti sebagian kecil siswa ini
merupakan hal yang wajar karena dalam pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh merupakan hal yang baru bagi siswa dan tidak semua siswa dapat
menyerap materi dengan mudah, kapasitas pemahaman masing-masing siswa
berbeda. Namun setidaknya hal baru ini dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman nyata yang bermakna bagi siswa dan dapat ditingkatkan pada
kesempatan selanjutnya.
Siswa secara keseluruhan dapat menerima guru dalam mengajar dan
kehadiran guru selama pembelajaran. Hal itu penting untuk diketahui karena agar
proses pembelajaran dapat berlangsung lancar. Kehadiran guru dan gaya guru
dalam mengajar dapat mempengaruhi hasil dari kegiatan pembelajaran karna
dengan diterimanya guru ketika berada di depan kelas maka akan tercipta situasi
kelas yang kondusif dalam pembelajaran.
Pesan, kesan ataupun saran yang diberikan siswa selama pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry berbeda-beda. Adapun masukan yang diberikan siswa adalah mereka
menginginkan agar pada pembelajaran selanjutnya, teks yang digunakan lebih
beragam dan lebih mudah, waktu tes dalam membaca intensif teks profil tokoh
ditambah sehingga siswa dapat mengerjakan tes dengan baik dan tidak tergesa-
gesa, serta bentuk penghargaannya tidak berupa medali dari asturo tetapi berupa
62
hadiah. Saran yang diberikan siswa agar pembelajaran Bahasa Indonesia
menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama pembelajaran
berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal guru ini adalah :
(1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry; (2) respons siswa terhadap
teks profil tokoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (4) fenomena-fenomena yang
muncul di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat
menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa
guru merasa kurang puas terhadap proses pembelajaran karena masih ada
beberapa siswa yang belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan penuh konsentrasi. Namun siswa merespon
positif teks profil tokoh yang berjudul Adi sudah Mandiri Sejak Kecil dan Micky
Octapaliha Salah Satu Akademia 2. Mereka tampak senang karena teks tersebut
berisikan profil tokoh anggota AFI yang saat ini sedang digemari. Guru memilih
teks tersebut agar siswa lebih tertarik untuk membaca secara mendalam. Keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu yang
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Siswa kebanyakan masih grogi,
malu dan takut jawabannya salah bila diberi pertanyaan. Fenomena-fenomena lain
63
yang muncul di kelas saat pembelajaran tidak begitu menonjol hanya sebagian
besar siswa masih asing dengan guru praktikan. Walaupun terasa asing, siswa
sudah dapat menerima dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang
sopan dan ramah pada guru praktikan.
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara
Kegiatan wawancara dilaksanakan setelah selesai pembelajaran pada
siklus I. Sasaran wawancara difokuskan pada seorang siswa yang mendapatkan
nilai tertinggi, cukup dan nilai yang terendah pada hasil tes membaca intensif teks
profil tokoh. Wawancara ini mengungkap 7 butir pertanyaan sebagai berikut: (1)
bagaimana pendapat siswa terhadap teks bacaan yang disajikan dalam
pembelajaran; (2) bagaimana pendapat siswa mengenai penggunaaan pendekatan
kontekstual komponen inquiry dalam pembelajaran; (3) kemudahan apa saja yang
didapatkan siswa setelah dilaksanakannnya pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry; (4) kesulitan apa
saja yang ditemui siswa setelah mendapatkan pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh melalui pendekatan kontekstual komponen inquiry; (5) manfaat apa
saja yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; (6)
apa harapan siswa berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya; (7) apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran
yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya. Siswa yang diwawancarai yaitu
Fermandha Kurniawan yang memperoleh nilai tertinggi, Fahri Surya Laksana
64
yang memperoleh nilai cukup atau sedang dan Aditya Wijaya yang memperoleh
skor terendah.
Pada awal pelaksanaan wawancara, siswa bingung mengapa diwawancarai
kemudian peneliti menjelaskan bahwa tujuan wawancara kepada siswa yang
diwawancarai. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui kemudahan dan
kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh.
Siswa yang memperoleh nilai tertinggi, cukup dan terendah
mengungkapkan perasaan senang terhadap pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Mereka
menyatakan bahwa bahan bacaan yang disajikan guru cukup menarik karena
memberikan dorongan kepada mereka untuk membaca secara mendalam.
Ketertarikan siswa terhadap penggunaan pendekatan kontekstual komponen
inquiry yang digunakan dalam pembelajaran terlihat dengan banyaknya siswa
yang aktif menjawab pertanyaan guru dan memberikan tanggapan.
Kemudahan dalam memahami bacaan diungkapkan oleh siswa yang
mendapat nilai tertinggi dan cukup yaitu Fermandha dan Fahri. Mereka
mengungkapkan bahwa dengan penyajian bahan bacaan yang menarik serta
pendekatan yang digunakan oleh guru memudahkan mereka untuk memahami
bacaan. Berbeda dengan Fermandha dan Fahri, Aditya yang mempunyai nilai
terendah merasa kesulitan memahami bacaan dikarenakan bacaannya terlalu
panjang.
65
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang dialami siswa memang
selalu ada. Tidak semua siswa dapat menyerap pembelajaran dengan mudah
seperti yang dikatakan Aditya yang mempunyai nilai terendah. Aditya
menyatakan bahwa ia kesulitan dalam menyarikan riwayat hidup tokoh sedangkan
Fermandha dan Fahri mengaku tidak mempunyai kesulitan dalam pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh.
Manfaat yang cukup besar dari pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry diungkapkan oleh
Fermandha, Fahri, dan Aditya. Mereka mengungkapkan bahwa pembelajaran
yang menggunakan pendekatan kontekstual menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan dan menarik sehingga dalam mengikuti pembelajaran Bahasa
Indonesia mereka tidak merasa jenuh dan bosan.
Berkaitan dengan bahan bacaan yang digunakan mereka tidak memiliki
harapan tertentu karena pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memberi
banyak manfaat dan pengalaman belajar. Mereka berharap bahwa pembelajaran
yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya lebih menyenangkan dan
menghidupkan suasana belajar.
4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto
Pada sikus I ini dokumentasi foto yang diambil meliputi aktivitas siswa
pada saat pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh, situasi kelas pada saat
pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat mengerjakan tes membaca intensif
teks profil tokoh. Deskripsi gambar pada siklus I selengkapnya dipaparkan berikut
ini!
66
Gambar 1. Aktivitas Pembelajaran Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Gambar 1 menunjukkan aktivitas pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Pada kegiatan ini,
siswa terlihat antusias dalam membaca teks yang berjudul Adi Sudah Mandiri
Sejak Kecil. Ketika siswa diminta untuk membaca teks profil tokoh terlihat
beberapa siswa antusias dan bersemangat terhadap pembelajaran yang
berlangsung. Siswa terlihat tenang pada awal pembelajaran.
67
Gambar 2. Situasi Kelas Pada Saat pembelajaran
Gambar 2 menunjukkan situasi kelas yang tidak kondusif ketika
pembelajaran berlangsung. Pada gambar terlihat siswa yang berjalan-jalan di
sekitar kelas selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang sedang dilakukan
adalah siswa sedang membaca teks yang dibagikan guru untuk menemukan
riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan menemukan hal-hal yang
bermanfaat dari teks tersebut. Siswa diharuskan membaca secara mendalam dan
serius teks yang telah dibagikan, tetapi tetap saja ada siswa yang tidak membaca
dan kurang serius. Ada pula siswa yang ramai dan berbicara dengan temannya.
68
Gambar 3.Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tes
Gambar 3 menunjukkan aktivitas siswa pada saat mengerjakan tes
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry. Pada gambar terlihat beberapa siswa yang serius dalam mengerjakan tes,
tetapi adapula siswa yang mencontek jawaban temannya. Masih adanya siswa
yang mencontek menandakan bahwa masih adanya siswa yang kurang paham
mengenai pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II ini merupakan perbaikan dan pemecahan masalah yang dihadapi
pada siklus I. Pada siklus II ini terdapat seorang siswa yang tidak bisa hadir
dikarenakan sakit sehingga jumlah keseluruhan siswa 39. Pelaksanaan
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh siklus II terdiri data tes dan data
nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
69
4.1.3.1 Hasil Tes
Hasil tes membaca intensif teks profil tokoh pada siklus II ini merupakan
data kedua setelah dilaksanakannnya tindakan pembelajaran pada siklus I, namun
masih ada strategi pembelajran pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I
meliputi tiga aspek penilaian, meliputi menyarikan riwayat hidup tokoh,
menyimpulkan keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat yang
terdapat pada teks profil tokoh. Teks yang digunakan pada tes siklus II adalah teks
yang berjudul Ira koesno Anchor Jelita Pecinta Buku. Teks tersebut telah
disesuaikan dengan tingkat keterbacaan siswa SMP kelas VII. Secara umum, hasil
tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh pada siklus II dapat dilihat
pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Siklus II
No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-
rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
13
19
7
0
1165
1500
494
0
33
49
18
0
Jumlah 39 3159 100
3159
39
= 81
Pada tabel 8 ditunjukkan bahwa keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh siswa kelas VII B SMP N 10 Semarang sudah baik., dengan rata-rata skor
klasikal hanya mencapai 81. Dari jumlah keseluruhan 39 siswa, 13 siswa
diantaranya atau sebanyak 33% termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai
70
85-100. Kategori baik dengan nilai 75-84 dicapai oleh 19 siswa atau 49% dari
jumlah keseluruhan siswa. Kategori cukup dengan nilai 60-74 dicapai oleh 7
siswa atau sebesar 18%. Sedangkan kategori kurang tidak ada seorang siswa pun
yang menduduki kategori tersebut. atau sebesar 0%. Peningkatan keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh siswa dikarenakan beberapa faktor yang
melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat
dilihat pada kemampuan siswa yang mulai meningkat. Siswa mulai paham dengan
apa yang diajarkan guru. Faktor eksternal yang tak kalah pentingnya adalah
strategi yang digunakan guru, melalui pendekatan kontekstual komponen inquiry
guru berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca intensif teks profil
tokoh.
Hasil rata-rata skor yang memuaskan ini, merupakan keberhasilan guru
dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis kompetensi. Dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry guru dapat mengatasi
permasalahan yang melingkupi siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang. Kini siswa
dapat menyarikan riwayat hidup tokoh, menyimpulkan keistimewaan tokoh dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa yang terdapat pada sebuah teks. Hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil pencapaian skor siswa yang mengalami
peningkatan pada tiap aspek penilaian membaca intensif teks profil tokoh di
bawah ini.
71
4.1.3.1.1 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Menyarikan
Riwayat Hidup Tokoh
Penilaian aspek menyarikan riwayat hidup tokoh pada siklus II masih
sama dengan siklus I, yaitu masih difokuskan pada kemampuan siswa dalam
menyebutkan identitas tokoh, latar belakang pendidikan tokoh, latar belakang
keluarga tokoh dan kehidupan sehari-harinya.pada siklus II ini teks yang
digunakan berbeda dari siklus I. Teks yang digunakan adalah teks yang berjudul
Ira Koesno Anchor Jelita Pecinta Buku. Hasil penilaian tes aspek menyarikan
riwayat hidup tokoh dapat dilihat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Hasil Tes Aspek Menyarikan Riwayat Hidup Tokoh
No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
36
3
0
0
314
20
0
0
92
8
0
0
Jumlah 39 334 100
39334 x 10
= 85,6
Pada tabel 9 ditunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam membaca
intensif teks profil tokoh aspek menyarikan riwayat hidup tokoh sudah baik yaitu
dengan skor klasikal 85,6 atau dalam kategori sangat baik. Dari keseluruhan siswa
yang menempati kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 36 siswa atau
sebesar 92%. Kategori baik dengan skor 5-7 dicapai oleh 3 orang siswa atau
sebesar 8%. Kategori cukup dan kurang tidak seorang pun siswa yang menempati
kategori tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah
72
paham dan mengerti dalam menyarikan riwayat hidup tokoh Ira Koesno.
Dipilihnya teks profil Ira Koesno dilakukan guru guna mempermudah siswa
dalam memahami bacaan karena kebanyakan siswa sudah mengenal Ira Koesno
melalui televisi.
4.1.3.1.2 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek
Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh
Penilaian aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh difokuskan pada
kemampuan siswa untuk menyebutkan keistimewaan tokoh yang terdapat pada
teks secara lengkap dan benar. Hasil penilaian tes menyimpulkan keistimewaan
tokoh dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10. Hasil Tes Aspek Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh
No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
32
7
0
0
267
47
0
0
82
18
0
0
Jumlah 39 317 100
39317 x 10
= 81,3
Pada tabel 9 ditunjukkan bahwa pada tes aspek menyimpulkan
keistimewaan tokoh, kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 32 siswa
atau sebesar 82% dari jumlah siswa keseluruhan. Kategori baik dicapai oleh 7
siswa atau sebesar 18% dengan skor 5-7. Kategori cukup dan kategori kurang
tidak ada seorang pun siswa yang menempati kategori tersebut. Jadi setelah
73
direkap rata-rata skor siswa pada aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh
mencapai 81,3 atau dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kemampuan siswa dalam menyimpulkan keistimewaan tokoh yang
terdapat pada teks profil tokoh sudah mengalami banyak peningkatan. Siswa telah
berhasil menyebutkan keistimewaan tokoh secara baik, lengkap dan benar.
4.1.3.1.3 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
Hal-hal yang Bermanfaat
Penilaian aspek mencatat hal-hal yang bermanfaat difokuskan pada
kemampuan siswa dalam menyebutkan dan mencatat beberapa hal yang
bermanfaat dari teks yang dibacanya. hal-hal yang bermanfaat itu dapat berupa
bahasa yang digunakan pada teks, semboyan hidup tokoh, sifat tokoh yang perlu
diteladani dan kunci kesuksesan mereka. Hasil penilaian tes aspek mencatat hal-
hal yang bermanfaat bagi siswa dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Hasil Tes Aspek Mencatat Hal-hal yang Bermanfaat
No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
21
18
0
0
176
122
0
0
54
46
0
0
Jumlah 39 298 100
39298 x 10
= 76,4
74
Berdasarkan tabel 11 tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa
dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat yang terdapat pada teks profil tokoh
secara klasikal sudah termasuk kategori baik dengan mencapai rata-rata skor 76,4.
Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai berikut. Siswa yang
mendapat kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 21 siswa atau
sebesar 54%. Kategori baik dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 46% dengan skor
5-7. Kategori cukup dan kategori kurang tidak ada yang menempatinya atau
sebesar 0%. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa yang terdapat pada teks secara keseluruhan sudah dapat
dikatakan baik.
Hasil tes membaca intensif teks profil tokoh siswa lebih jelasnya dapat
dilihat grafik siklus II di bawah ini.
GRAFIK SIKLUS II
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
Kat
egor
i Sko
r
Jumlah Skor
Grafik 3. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
75
Grafik 3 di atas ditunjukkan bahwa mayoritas nilai siswa berada pada
kategori baik antara 75-84. Siswa yang memperoleh kategori ini mencapai 49%
atau sebanyak 19 siswa dan sisanya sebanyak 13 siswa atau 33% dari jumlah
keseluruhan mendapat nilai sangat baik yaitu 85-100.
Pada siklus II ini, hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh secara klasikal sudah menunjukkan kategori baik dan sudah meraih target
yang diinginkan peneliti. Pada siklus II ini nilai rata-rata klasikal pencapaian nilai
rata-rata kelas sudah melebihi target yang ditentukan yaitu 70. Peningkatan
prestasi siswa ini diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa dalam
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Siswa lebih aktif , jeli dan kritis
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dengan
demikian, tindakan siklus II ini tidak perlu dilakukan karena peneliti sudah puas
dengan hasil penelitian siklus II.
4.1.3.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus II ini didapatkan dari data observasi,
jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Keempat hasil penelitian nontes tersebut
dipaparkan berikut ini.
4.1.3.2.1 Hasil Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II dilaksanakan selama proses
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry di kelas VII B SMPN 10 Semarang. Observasi dilakukan oleh
peneliti sekaligus sebagai guru dengan bantuan teman. Objek sasaran dan cara
76
pelaksanaan observasi pada siklus II berbeda dengan siklus I. Pada siklus II ini
metode yang digunakan adalah metode diskusi sehingga peneliti juga meneliti
keaktifan siswa dalam berdiskusi. Ada sepuluh objek sasaran observasi yang
meliputi perilaku positif dan perilaku negatif siswa selama proses pembelajaran.
Pengambilan data observasi bertujuan untuk memotret respons perilaku siswa
dalam menerima pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh melalui
pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Pada siklus II ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi
melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
inquiry, guru merasakan ada perubahan tingkah laku siswa. Siswa yang
sebelumnya tidak dapat mengikutinya dengan baik, pada siklus II ini, siswa mulai
mengikuti dan menikmati pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Siswa yang
mulanya ditegur guru pada siklus I yaitu ressponden nomor 7, pada siklus II ini
tidak membuat gaduh lagi. Pada siklus II ini siswa sudah dapat menyesuaikan
pendekatan kontekstual yang diberikan guru. Siswa sudah merespons positif
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan baik. Berdasarkan data
diperoleh 80% dari jumlah keseluruhan siswa tertarik terhadap teknik
pembelajaran yang digunakan oleh guru sedangkan sisanya 20% tertarik. Berarti
ada peningkatan sebesar 24% dari siklus I. Ketertarikan siswa dalam pembelajaran
dikarenakan guru mengemas metode pembelajaran sedemikian rupa sehingga
tidak membosankan.
77
Berdasarkan observasi 78% dari jumlah keseluruhan siswa sudah aktif
bertanya dan memberi tanggapan sedangkan sisanya 22% masih pasif. Berarti ada
peningkatan sebesar 38% dari siklus I. Siswa yang aktif tersebut di antaranya
adalah responden nomor 18, 20, 24, 26 dan 32. Siswa-siswa ini lebih aktif
bertanya dan memberi tanggapan dibandingkan teman-temannya yang cenderung
pasif tidak mau bertanya.
Pada siklus II ini sebagian besar siswa atau 86% dari jumlah keseluruhan
siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Berarti ada peningkatan
sebesar 34% dari siklus I. Keberhasilan ini tidak lepas dari pendekatan yang
digunakan oleh guru. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru juga
mengalami peningkatan sebesar 40% dari siklus I.
Berdasarkan data pada siklus II 85% dari jumlah keseluruhan siswa sudah
aktif dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh, dan hal-hal
yang bermanfaat sedangkan sisanya 15% masih pasif. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah paham dalam menemukan
informasi yang terdapat pada teks profil tokoh.
Bahan bacaan yang disajikan pada siklus II ini adalah teks bacaan yang
berjudul Chairil Anwar. Sebagian besar siswa atau 86% tertarik terhadap bahan
bacaan yang disajikan sedangkan sisanya 14% merasa kurang tertarik terhadap
bahan bacaan tersebut.
Kecakapan siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya sudah baik.
Sebagian besar siswa atau sebesar 82% siswa sudah benar dalam menyimpulkan
hasil temuannya. Berarti pada siklus II ini siswa sudah paham dan sungguh-
78
sungguh pada saat menemukan informasi yang terdapat pada teks profil tokoh
sehingga penyimpulan hasil temuannya sudah benar. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran siklus II ini juga meningkat menjadi 77%.
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk
mendiskusikan teks profil tokoh yang telah dibagikan guru. Mereka diminta untuk
menyarikan riwayat hidup tokoh, menyimpulkan keistimewaan tokoh, dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat yang terdapat pada teks profil tokoh. Respons
siswa pada saat itu adalah seluruh siswa tampak aktif dalam mendiskusikan dan
mempresentasikan jawabannya. Hal ini terbukti dengan data yang diperoleh.
Berdasarkan data, sebagian besar siswa atau sebesar 89% siswa aktif dalam
berdiskusi. Kebanyakan siswa sudah berani mempresentasikan hasil diskusinya ke
depan kelas dan menanggapi hasil kerja temannya. Kini 67% siswa sudah berani
memberikan tanggapan dari hasil presentasi temannya walaupun masih ada
beberapa perwakilan kelompok yang masih malu menanggapi hasil kerja
temannya. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
jawabannya benar. Siswa tampak senang dan menikmatinya karena sebelumnya
guru pamong belum pernah menggunakan metode seperti itu.
Pada saat pemberian materi telah selesai, tes membaca intensif teks profil
tokoh dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan
pemahaman siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh yang telah diajarkan
guru. Sebagian besar siswa atau sebesar 83% siswa mengerjakan tes tersebut
dengan sungguh-sungguh tanpa menunggu teguran dari guru. Pada siklus II
seluruh siswa mampu mengerjakan tes dengan waktu yang ditentukan.
79
Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif sudah tergeser menjadi perilaku positif. Peningkatan perilaku
siswa dari perilaku negatif ke dalam perilaku positif tidak lepas dari usaha guru
yang mengubah pola pembelajaran yang disukai siswa. Namun, perubahan pola
pembelajaran ini tentunya masih dalam konteks pembelajaran kontekstual
komponen inquiry. Rencana pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan
perencanaan yang matang serta melalui tahap perbaikan tindakan yang sekiranya
dapat diikuti oleh siswa.
4.1.3.2.2 Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II masih sama seperti siklus
I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi perasaan,
tanggapan, pesan dan kesan dari perasaan siswa dan guru selama pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh berlangsung.
a. Jurnal Siswa
Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisisan jurnal
tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Tujuan diadakan jurnal siswa
ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya
pembelajaran dan mengungkap kesulitan-kesulitan siswa. Jurnal siswa ini terdiri
dari dari lima pertanyaan yaitu bagaimana tanggapan, pendapat atau perasaan
siswa mengenai: (1) bahan yang disajikan guru; (2) ketertarikan siswa pada
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual;
80
(3) kemudahan atau kesulitan siswa dalam memahami bacaan; (4) gaya guru
dalam mengajar; (5) kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Kegiatan pengisian jurnal ini merupakan hal yang tidak baru lagi, karena
penisian ini pernah dilakukan siswa pada siklus I. Pada saat pengisian jurnal ini
siswa tampak antusias ingin segera mendapatkan jurnal dan mengisinya. Setelah
semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa segera mengisi jurnal tersebut dengan
situasi tenang. Hasil jurnal siswa pada siklus II ini dipaparkan sebagai berikut.
Pada dasarnya sebagian besar siswa tertarik terhadap bahan yang
disajikan. Mereka juga menanggapi bahwa bahan yang disajikan oleh guru dapat
menambah pengetahuan siswa mengenai jati diri seorang tokoh sehingga mereka
lebih mengenal secara mendalam.
Selama mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry respons yang
diberikan siswa cukup mengesankan. Seluruh siswa menyatakan senang
mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Siswa merasa senang
karena pengalaman baru tentang pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
didapatkannya dengan metode guru yang menarik. Guru memberikan
penghargaan yang sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh.
Sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka tidak mengalami
kesulitan dalam memahami bacaan. Bahkan ada siswa yang menyatakan
pembelajaran kontekstual komponen inquiry membantu mereka memahami
81
bacaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendekatan kontekstual
komponen inquiry ini telah berhasil membawa siswa pada pemahaman
pembelajaran yang sempurna.
Siswa secara keseluruhan dapat menerima gaya guru dalam mengajar dan
kehadiran guru selama pembelajaran. Hal itu penting untuk diketahui agar
pembelajaran dapat berlangsung lancar. Kehadiran guru dan gaya guru dalam
mengajar mempengaruhi hasil dari kegiatan pembelajaran. Sebagian besar siswa
menyatakan bahwa dalam menyampaikan materi guru tidak bertele-tele. Dalam
menjelaskannya pun guru menyusupi dengan lelucon agar siswa tidak bosan.
Hal lain yang disampaikan siswa berkaitan dengan pembelajaran
kontekstual komponen inquiry adalah kesan dan pesan siswa setelah mengikuti
pembelajaran. Siswa secara keseluruhan menyatakan bahwa mereka menyukai
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual karena pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual menghidupkan suasana kelas menjadi hidup sehingga
siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Mereka menginginkan agar pembelajaran
selanjutnya wacana yang digunakan lebih mudah dan bervariasi.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi hal yang dirasakan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal guru ini adalah:
(1) Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif profil tokoh
dengan pendidikan kontekstual komponen inquiry; (2) Respons siswa terhadap
teks profil tokoh yang dihadirkan guru; (3) Keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (4) Tingkah laku siswa di kelas
82
saat diskusi kelompok berlangsung; (5) Fenomena yang muncul di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat
menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa
guru sudah merasa puas terhadap proses pembelajaran, karena hasil yang dicapai
pada siklus II ini sudah sesuai dengan target yang ditentukan, bahkan melampaui
target. Target minimal rata-rata klasikal yang ditentukan pada siklus II adalah 75
sedangkan hasil yang tercapai sebesar 81. Dengan demikian, dapat dikatakan
keberhasilan ini merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam memberikan dan
menerima pembelajaran kontekstual komponen inquiry ternyata berhasil dapat
meningkatkan kebutuhan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh. Hal ini
terbukti dengan hasil-hasil yang dicapai baik dari siklus I sampai siklus II yang
terus mengalami peningkatan. Siswa akhirnya dapat menerima dengan baik
pembelajaran yang diberikan guru. Respon positif siswa tergambar pada saat
pembelajaran berlangsung, siswa tampak menikmati pembelajaran yang guru
berikan. Tugas-tugas yang diberikan guru dijalankan dengan baik oleh siswa.
Semua siswa merespon positif teks profil tokoh yang dihadirkan guru.
Mereka tampak antusias dalam membaca teks yang berjudul Chairil Anwar. Teks
ini sengaja dipilih oleh guru karena di dalam teks ini berisikan riwayat hidup
penyair terkenal yaitu Chairil Anwar.
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah banyak mengalami
peningkatan, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang malas untuk diskusi
83
kelompok. Sebagian kecil siswa yang berperilaku negatif tidak menyurutkan
semangat siswa yang aktif dalam melakukan kegiatan diskusi.
Tingkah laku siswa pada saat pembelajaran siklus II sudah banyak
kemajuan. Pada siklus II ini siswa lebih banyak bertanya, menjawab pertanyaan
dan berkomentar terhadap hal-hal yang dipertanyakan guru. Siswa sudah berani
mengeluarkan pendapatnya tanpa ragu-ragu lagi dan malu-malu.
Fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran siklus II
yang paling menonjol adalah siswa semakin aktif dan siswa semakin akrab dengan
guru. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang ramah kepada guru praktikan.
Bahkan ada siswa yang menginginkan agar guru praktikan mengajarkan pelajaran
Bahasa Indonesia kepada mereka. Hal inilah yang membuat guru praktikan
merasa senang dan bahagia.
4.1.3.2.3. Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus II dilakukan kepada siswa yang memperoleh nilai
tertinggi, nilai sedang atau cukup, dan nilai terendah. Ketiga siswa tersebut
bernama Dika Permatasari yang mempunyai nilai tertinggi, Fadhilah Rahmawati
yang mempunyai nilai sedang dan Dimas Leon yang memperoleh nilai terendah.
Tujuan dilakukannya wawancara siklus II ini untuk mengetahui sejauh mana
sikap-sikap siswa terhadap proses pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Teknik wawancara
siklus II ini masih sama dengan siklus I. Siswa menjawab semua pertanyaan yang
dilontarkan guru atau pewawancara. Adapun pertanyaan yang diajukan guru
84
kepada siswa meliputi : (1) bagaimana menurut siswa bahan bacaan yang
disajikan oleh guru dalam pembelajaran; (2) bagaimana menurut siswa tentang
penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry yang digunakan dalam
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (3) kemudahan apa saja yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry; (4) kesulitan apa saja yang ditemui
pendekatan kontekstual komponen inquiry; (5) apa manfaat yang diperoleh siswa
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; (6) apa harapan siswa
berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya; (7)
apa harapan siswa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya.
Pertanyaan pertama yang diajukan pewawancara dijawab oleh ketiga
responden dengan jawaban yang sama. Menurut mereka teks yang disajikan oleh
guru mudah dipahami. Pertanyaan yang kedua juga dijawab sama oleh kedua
responden dari nilai yang tertinggi, sedang dan rendah. Ketiga siswa tersebut
menyatakan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry yang
digunakan dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh menciptakan
pembelajaran yang menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pada siklus II siswa mengalami kemudahan dari pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Dika, Fadhilah dan Dimas Leon. Mereka
menyatakan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat memudahkan
85
mereka dalam memahami bacaan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pembelajaran
membaca intensif teks profil dengan pendekatan kontekstual pada siklus II
dilaksanakan secara berkelompok. Pada saat menyarikan riwayat hidup tokoh,
menyimpulkan keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat yang
terdapat pada teks, siswa bekerja secara diskusi. Mereka bisa bertukar pikiran,
saling menanggapi dan menyimpulkan untuk mencari jawaban yang tepat.
Selanjutnya pertanyaan keempat masih sama dengan pertanyaan
wawancara siklus I yaitu kesulitan-kesulitan yang dialami siswa setelah
mendapatkan pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh melalui
pendekatan kontekstual komponen inquiry. Jawaban yang sama masih terlontar
dari ketiga siswa “tidak ada”. Jawaban singkat ini sungguh berarti bagi seorang
guru karena dapat dikatakan pembelajaran guru dalam membaca intensif teks
profil tokoh sudah berhasil.
Pada pembelajaran siklus II ini siswa memperoleh manfaat yang besar.
Dika, siswa yang mempunyai skor tertinggi menyatakan bahwa pembelajaran
yang dilaksanakan dengan diskusi dapat melatih kerjasama antara sesama siswa.
Sedangkan Fadhilah, siswa yang mempunyai skor cukup menyatakan bahwa
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry menciptakan pembelajaran menjadi menarik sehingga siswa
merasa senang mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Berbeda dengan
jawaban Dimas, siswa yang mempunyai skor terendah, ia mengungkapkan bahwa
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan metode diskusi, dapat
mengetahui apakah jawabannya sudah sesuai atau belum.
86
Berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan, Dika berharap bahwa pada
pertemuan selanjutnya bahan bacaannya lebih mudah dipahami dan jelas.
Sedangkan Fadhilah berharap bahwa pada pertemuan selanjutnya bahan
bacaannya tidak terlalu panjang. Berbeda dengan Dika dan Fadhilah, Dimas
berharap bahwa pada pertemuan selanjutnya bahan bacaan yang disajikan harus
lebih menarik, teks yang disajikan tidak hanya profil tokoh dalam negeri saja,
tokoh mancanegara pun juga disajikan. Mereka juga berharap bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya agar lebih
menghidupkan suasana belajar dan lebih menarik sehingga mereka tidak merasa
bosan dan jenuh.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga siswa ini dapat disimpulkan
bahwa mereka sekarang sudah memahami materi pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh. Keberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh tidak lepas dari pengaruh metode dan cara
mengajar guru yang berbeda dari sebelumnya, siswa merasa senang karena siswa
menemukan pengalaman baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kontekstual komponen inquiry yang diterapkan guru sudah berhasil
meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh.
4.1.3.2.4. Hasil Dokumentasi Foto
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II ini, dokumentasi foto yang
diambil meliputi aktivitas siswa pada saat membaca intensif teks profil tokoh,
aktivitas siswa pada saat diskusi, aktivitas siswa pada saat memberi tanggapan,
87
pendapat maupun sanggahan. Deskripsi gambar pada siklus II selengkapnya
dipaparkan berikut ini.
Gambar 4. Aktivitas Siswa Pada Saat Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Gambar 4 menunjukkan aktivitas siswa pada saat membaca intensif teks
profil tokoh. Pada gambar tampak bahwa siswa serius dalam membaca teks yang
berjudul Chairil Anwar. Siswa diminta untuk membaca teks yang berjudul
Chairil Anwar kemudian siswa diminta untuk menyarikan riwayat hidup Chairil
Anwar dan menyimpulkan keistimewaannya serta mencatat hal-hal yang
bermanfaat yang terdapat pada teks tersebut. Pada siklus II ini tidak tampak lagi
siswa yang berjalan-jalan di sekitar kelas, siswa tampak serius dan sungguh-
sungguh dalam membaca teks Chairil Anwar. Pada siklus II ini tidak tampak lagi
siswa yang berjalan di sekitar kelas. Dengan demikian, terjadi perubahan tingkah
laku dari siklus I ke siklus II.
88
Gambar 5. Aktivitas Siswa Pada Saat Berdiskusi.
Gambar 5 ditunjukkan kegiatan siswa pada saat berdiskusi. Pada gambar
tampak bahwa siswa sangat aktif berdiskusi tentang pembelajaran dan soal-soal
yang harus dikerjakan. Ada siswa yang sedang bertukar pikiran untuk menemukan
jawaban yang mereka anggap tepat, ada yang sedang mencatat alternatif jawaban
yang disampaikan temannya, dan ada yang sedang membaca teks bacaan untuk
menemukan jawaban lain. Beberapa kelompok ada yang sangat aktif dan antusias
untuk menjadi yang lebih baik dari kelompok yang lain.
Keantusiasan siswa tampak ketika ada salah satu anggota kelompok yang
bertanya tentang materi pada guru, kelompok yang lain tidak ketinggalan. Mereka
bertanya pada guru tentang materi yang mereka anggap sulit.
89
Gambar 6. Aktivitas Siswa Pada Saat Memberi Tanggapan
Gambar 6 menunjukkan kegiatan siswa pada saat memberi tanggapan,
pendapat maupun sanggahan kepada kelompok yang tampil. Ketika salah satu
kelompok tampil dan mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain
mendengarkan dan menanggapi atau memberi sanggahan. Pada gambar tampak
bahwa siswa sangat aktif dan antusias dalam memberi tanggapan, pendapat,
maupun sanggahan dari jawaban kelompok yang tampil dengan mengacungkan
jari.
4.2. Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi i9ni meliputi pembahasan tentang peningkatan
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh kelas VII B SMP Negeri 10
Semarang dan perubahan perilaku siswa kelas VII B setelah mengikuti
90
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry.
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Kelas VII B SMPN 10 Semarang Setelah Mengikuti Pembelajaran
Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan Pendekatan Kontekstual
Komponen Inquiry
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas VII B
dalam membaca intensif teks profil tokoh meningkat setelah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Peningkatan
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh dapat dilihat pada
tabel 11 berikut ini!
Tabel 11. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Skor Rata-rata Kelas
Peningkatan (%) No. Aspek Penilaian
PT S I S II PT-S I SI-S II PT-SII 1. Menyarikan
Riwayat Hidup Tokoh
58 74,8 85,6 16,8% 10,8% 27,6%
2. Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh
51 72,3 81,3 21,3% 9% 30,3%
3. Mencatat hal-hal yang bermanfaat
51 56,4 76,4 5,4% 20% 25,4%
Rat-rata 56,51 67,46 81 10,95% 13,54% 24,49%
Pada tabel 11 ditunjukkan bahwa ketiga hasil tes keterampilan membaca
intensif teks profil tokoh yang meliputi tes awal atau pratindakan, tes akhir siklus
I, dan tes akhir siklus II mengalami peningkatan. Pada pratindakan rata-rata kelas
sebesar 56,51 termasuk kategori kurang. Aspek menyarikan riwayat hidup tokoh
91
pada pratindakan skor rata-rata kelas sebesar 58. Pada pratindakan siswa belum
memahami unsur-unsur apa saja yang perlu disebutkan dalam menyarikan riwayat
hidup tokoh, setelah dilakukan tindakan siklus I siswa mulai paham bahwa dalam
menyarikan riwayat hidup tokoh, identitas dan kehidupan tokoh perlu disebutkan
sehingga pada siklus I skor rata-rata kelas aspek menyarikan riwayat hidup tokoh
meningkat menjadi 72,3. Berarti ada peningkatan sebesar 16,8% dari pratindakan
ke siklus I. Pada siklus II skor rata-rata kelas aspek menyarikan riwayat hidup
tokoh meningkat sebesar 10,8% menjadi 85,6. Peningkatan dari pratindakan ke
siklus II sebesar 27,6%.
Aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh pratindakan sebesar 51. Pada
siklus I mengalami peningkatan sebesar 21,3% menjadi 72,3. setelah dilakukan
perbaikan pada siklus II skor rata-rata aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh
meningkat sebesar menjadi 81,3. Peningkatan dari pratindakan sampai siklus II
sebesar 30,3%. Peningkatan ini terjadi karena mulanya siswa hanya menyebutkan
keistimewaan tokoh secara garis besar saja setelah dilakukan tindakan pada siklus
I dan siklus II siswa mulai menyimpulkan keistimewaan tokoh secara lengkap dan
benar.
Pada pratindakan skor rata-rata aspek mencatat hal-hal yang bermanfaat
sebesar 51. Pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 5,4% menjadi 56,4.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II skor rata-rata menjadi 76,4 atau
meningkat sebesar 20%. Peningkatan dari pratindakan ke siklus II sebesar 25,4%.
Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai paham dalam menyebutkan hal-hal
yang bermanfaat.
92
Rata-rata kelas pada tes pratindakan, tes akhir siklus I dan tes akhir siklus
II juga mengalami peningkatan. Pada tes pratindakan rata-rata kelas sebesar 56,51
atau dalam kategori kurang. Pada siklus I hasil tes menjadi 67,46 atau meningkat
sebesar 10,95%. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus I pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh menggunakan pendekatan kontekstual
komponen inquiry.
Pada siklus II hasil tes menjadi 81 atau meningkat sebesar 13,54%. Pada
siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 81%. Skor tertinggi pada tes akhir
siklus II diperoleh oleh Dika Permatasari dengan nilai 96, Desi Tresiana, Dwi Eka
Suci dan Sumawardani dengan nilai 93. Peningkatan itu ditandai pula dengan
tidak adanya yang memperoleh nilai kurang dari 65. Adanya peningkatan antara
siklus I ke siklus II tidak lepas dari penggunaan metode yang digunakan oleh
guru. Pada siklus II peneliti menggunakan metode diskusi. Pelaksanaan diskusi
kelompok pada siklus II dipilih untuk membantu siswa dalam menyimpulkan data
yang diperoleh masing-masing anggota kelompok. Diskusi dilakukan agar antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat saling bertukar pikiran,
mengemukakan pendapat maupun sanggahannnya.
Berdasarkan dari data yang terkumpul, siswa yang memperoleh kategori
sangat baik pada tes awal belum ada, tetapi pada siklus I terdapat 1 orang siswa
atau sebanyak 3%, telah berhasil memperoleh kategori nilai sangat baik.
Sedangkan pada siklus II terdapat 13 siswa yang memperoleh kategori skor sangat
baik. Kategori baik pada tes awal belum ada, tetapi pada siklus I terdapat 9 orang
siswa atau sebesar 23% dan pada siklus II terdapat 19 siswa atau sebesar 49%.
93
Sebaliknya kategori nilai cukup mengalami penurunan yang berarti. Pada siklus I
terdapat 19 siswa atau sebesar 48% sedangkan pada siklus II terdapat 7 siswa atau
sebesar 18%. Kategori nilai kurang pada tes awal sebanyak 25 siswa atau sebesar
64% sedangkan pada siklus I terdapat 10 orang siswa atau sebesar 26% dan pada
siklus II tidak seorang siswa pun yang menduduki kategori tersebut. Dengan
demikian terjadi peningkatan yang baik pada siklus I dan siklus II.
Peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa ini
merupakan bukti keberhasilan pendekatan kontekstual komponen inquiry dalam
meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh. Sebelum
dilaksanakannya pendekatan kontekstual komponen inquiry, keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh siswa masih kurang, setelah diberlakukannya
pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siklus I dan II mengalami
peningkatan. Pada siklus I masigh kategori cukup, setelah dilakukan perbaikan
pada siklus II keterampilan membaca intensif teks profil tokoh menjadi baik.
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Setelah
Mengikuti Pembelajaran Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry
Peningkatan keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh
diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa. Sebelum dilakukan tindakan,
menunjukkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang
ketika diberi soal tes mereka mengeluh meskipun akhirnya dikerjakan. Perubahan
perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran dapat dilihatv dari hasil observasi.
94
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
12 berikut ini!
Tabel 13. Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II
Persentase Aktivitas Siswa No. Jenis Perilaku
Siklus I Siklus II
Persentase Peningkatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10.
Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran Keaktifan siswa dalam bertanya dan berkomentar Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Keaktifan siswa dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat Ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan Kecakapan siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya Keaktifan siswa dalam pembelajaran Keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja temannya Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal Keaktifan Siswa dalam berdiskusi
56%
40%
53%
47%
63%
48%
55%
41%
82% -
80%
78%
86%
86%
86%
82%
77%
67%
83%
88%
24%
38%
33%
39%
23%
34%
22%
26%
1%
87,82%
Pada tabel 13 ditunjukkan perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus
II. Kesepuluh jenis perilaku yang diamati mengalami perubahan pada siklus II,
hal ini merupakan bukti bahwa terjadi perubahan perilaku siswa setelah dilakukan
perbaikan pembelajaran kontekstual komponen inquiry. Untuk jenis perilaku
siswa terhadap teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru, pada siklus I
95
mencapai 56% dan pada siklus II meningkat menjadi 80%. Terjadi peningkatan
sebesar 24% dari siklus I. Siswa mulai tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Siswa menjadi tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
digunakan oleh guru karena guru mengemas sedemikian rupa sehingga
pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan. Siswa mulai aktif dan
bertanya dan berkomentar atau memberi tanggapan. Keaktifan siswa dalam
bertanya dan berkomentar mencapai 40% sedangkan siklus II meningkat menjadi
78%. Terjadi peningkatan sebesar 38% dari siklus I. Peningkatan ini terjadi
karena reward yang diberikan oleh guru pada siklus II lebih menarik. Semangat
siswa dalam mengikuti pembelajaran juga meningkat. Siswa yang bersemangat
dalam pembelajaran siklus I sebesar 85% dan meningkat menjadi 86% pada siklus
II. Terjadi peningkatan sebesar 33%. Peningkatan ini terjadi karena guru
menggunakan metode diskusi sehingga siswa bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran karena dapat bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya. Siswa
tidak hanya bersemangat mengikuti pembelajaran saja, namun dalam menemukan
riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat
masih kurang. Pada siklus I siswa yang aktif dan sungguh-sungguh dalam
menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat sebesar 47%. Masih sedikitnya siswa yang aktif dan sungguh-sungguh
dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal
yang bermanfaat disebabkan karena mereka masih bingung terhadap komponen
inquiry dalam pembelajaran kontekstual. Sedangkan pada siklus II siswa yang
aktif dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat
96
hal-hal yang bermanfaat meningkat sebesar 39% menjadi 86%. Peningkatan ini
terjadi karena siswa sudah paham mengenai komponen inquiry dalam
pembelajaran kontekstual.
Pada pembelajaran siklus I siswa tertarik terhadap bahan bacaan yang
disajikan oleh guru. Ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
sebesar 63%. Ketertarikan ini terjadi karena guru menyajikan teks profil tokoh
AFI yang sudah mereka kenal. Sedangkan pada siklus II ketertarikan siswa
meningkat menjadi 86%. Ketertarikan ini terjadi karena guru menyajikan tokoh
penyair terkenal Chairil Anwar dan tokoh pertelevisian Ira koesno. Dalam
mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru pun meningkat. Pada siklus
I siswa yang mencatat hal-hal penting sebesar 48% sedangkan pada siklus II
sebesar 82%. Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai menyadari bahwa dengan
mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru membantu mereka dalam
mengerjakan soal yang telah disediakan oleh guru.
Kecakapan siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya semakin
meningkat. Berdasarkan data pada siklus I kecakapan siswa dalam menyimpulkan
hasil temuannya sebesar 48% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 82%.
Peningkatan ini terjadi dikarenakan pada siklus II siswa menyimpulkan data
secara berkelompok.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga sudah terlihat. Pada siklus I 55%
siswa yang aktif dalam pembelajaran sedangkan sisanya 45% masih pasif. Pada
siklus II mengalami peningkatan. Siswa yang aktif dalam pembelajaran sebesar
77%. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus II guru menggunakan metode
97
yang berbeda dari siklus I sehingga siswa merasa tertarik untuk terlibat dalam
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Pada siklus II guru
menggunakan metode diskusi dimana tiap-tiap kelompok saling barsaing untuk
menemukan jawaban yang tepat dan terpilih menjadi kelompok yang terbaik.
Pada kegiatan diskusi yang diutamakan adalah penemuan riwayat hidup tokoh dan
keistimewaannya serta hal-hal yang bermanfaat yang diusulkan masing-masing
siswa dan penyatuan pendapat. Melalui kerjasama yang baik dalam diskusi,
siswa akan mengalami kemudahan dalam menyarikan riwayat hidup tokoh,
menyimpulkan keistimewaannya dan mencatat hal-hal yang bermanfaat dari teks
profil tokoh. Diskusi pada pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh juga
bermanfaat untuk melatih siswa berargumentasi dan mengasah kemampuan
mereka untuk menemukan jawaban yang benar berdasarkan pada alasan yang
tepat. Pada saat berdiskusi, tidak jarang di antara mereka yang menanyakan pada
guru tentang materi. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa terjalin baik pada
saat diskusi. Keaktifan siswa dalam berdiskusi pada siklus II sebesar 87,82%.
Untuk mengetahui temuannya benar atau salah siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil kerjanya. Kemudian siswa lain menanggapi dan
memberikan penilaian. Pada siklus I siswa yang aktif dalam menanggapi hasil
kerja temannya sebesar 41% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 67%.
Peningkatan ini disebabkan karena mereka sadar bahwa dengan menanggapi hasil
kerja temannya mereka dapat bertukar pikiran untuk menemukan jawaban yang
paling tepat.
98
Perubahan perilaku juga terlihat pada kesungguhan siswa dalam
mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh. Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh pada siklus I sebesar 82%
sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 83%. Siswa terlihat sungguh-sungguh
dan serius dalam mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh karena
mereka semakin paham dan ingin memperbaiki kesalahan untuk mendapatkan
nilai terbaik. Siswa juga tidak menunjukkan perilaku negatif seperti menyontek
atau melihat pekerjaan temannya. Hasilnya siswa dapat menyelesaikan soal tes
membaca intensif teks profil tokoh pada waktu yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil jurnal, wawancara dan dokumentasi foto ternyata pada
silklus I siswa masih bingung dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry
yang diterapkan oleh guru. Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan yaitu
dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat dan kurang paham penjelasan guru.
Kondisi yang kurang kondusif pada siklus I juga menganggu konsentrasi mereka
dalam membaca intensif teks profil tokoh. Pada siklus II siswa mengaku lebih
senang mengikuti pembelajaran karena pembelajaran lebih menyenangkan, guru
mrnyampaikan materi lebih menyenangkan sehingga siswa mengalami
kemudahan dalam menguasai materi. Pada siklus II suasana kondusif sudah dapat
tercipta sehingga mereka dapat berkonsentrasi dalam membaca intensif teks profil
tokoh.
Perubahan perilaku siswa yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa
pendekatan kontekstual komponen inquiry dapat mengubah perilaku siswa dalam
membaca intensif teks profil tokoh. Hasil observasi, jurnal, wawancara, dan
99
dokumentasi foto menunjukkan perubahan perilaku siswa. perilaku-perilaku
negatif yang ditunjukkan pada kondisi awal dan siklus I berubah menjadi positif
pada siklus II setelah dilakukan perbaikan-perbaikan pada pembelajaran..
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terjadi peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry dengan bukti skor rata-rata kelas
pada pratindakan sebesar 56,51atau berada dalam kategori kurang. Pada siklus
I rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 10,95% menjadi 67,46 atau
atau berada pada kategori cukup. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat
menjadi 81. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar
13,54%.
2. Terjadi perubahan perilaku siswa pada pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh setelah menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry
Perubahan perilaku itu adalah perubahan yang positif. Pada siklus I banyak
siswa kurang tertarik terhadap teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Mereka cenderung acuh dan tak acuh pada saat pembelajaran berlangsung.
Berbeda dengan pembelajaran siklus I, pada pembelajaran siklus II ini siswa
tampak tertarik terhadap teknik yang digunakan oleh guru. Pada siklus II i
guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk menyimpulkan riwayat
hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi
siswa. Mereka bersemangat saling bertukar pikiran, menyanggah dan memberi
tanggapan kepada sesama anggota kelompoknya. Ternyata pemilihan kegiatan
101
pembelajaran yang tepat dapat mengubah perilaku siswa dari negatif menjadi
perubahan yang positif.
5.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan penelitian ini, peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia hendaknya pada
pembelajaran membaca khususnya membaca intensif teks profil tokoh
menguasai berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2. Guru hendaknya dalam menyampaikan pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh mrnggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry karena
pembelajaran yang melatih siswa untuk menemukan sendiri informasi atau
keterampilan dan mengaitkannya dengan dunia nyata siswa terbukti dapat
meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dan mengubah
perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca.
3. Siswa hendaknya dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan semangat dan perilaku positif.
4. Peneliti di bidang pendidikan maupun di bidang bahasa hendaknya selalu
termotivasi untuk melakukan penelitian tentang teknik-teknik pembelajaran
sehingga diperoleh alternatif teknik pembelajaran baru khususnya
pembelajaran membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Pendidikan Konstektual. Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Direktorat pendidikan lanjutan pertama. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2004. Keterampilan Membaca Pemahaman. Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Dirjen Pendidikan Lanjutan Pertama. Handayani. 2001, Metode PQRST sebagai Model Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas III Cawu 2 SLTP YPE Semarang Tahun Ajaran 2000/2001. Skripsi UNNES.
Khosiah, Imrotul. 2002. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman
dengan Metode Tugas Pada Siswa II E MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Skripsi UNNES.
Kristin, Milla. 2003. Tokoh-tokoh Kriminal dalam Novel Kerudung Merah
Kirmizi Karya Remy Sylado.Skripsi UNNES. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan
Implementasi 2002. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyati, Yeti dan Harjasujana, Akhmad. 1996/1991. Membaca 2. Depdikbud. Nurhadi dan Agus Gerrad. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi. 2004. Kemampuan Membaca Efektif. Jakarta : Agensindo. Nuryani. 1998. Perbedaan Tingkat Pemahaman Membaca Sebagai Intensif Siswa
yang Diberi Tes Awal (Pre Test) Dengan Siswa yang Tanpa di beri Tes Awal (Pre Test) Pada Siswa SMU 2 Ungaran Tahun Ajaran 1998/1999. Skripsi UNNES.
Partini. 1999. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 1 Karang Lewas. Skripsi UNNES.
Rejeki. 2001. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan
Menggunakan Teknik Close pada Siswa Kelas II SLTP 1 Sukorejo Kendal. Skripsi UNNES.
102
103
Rohman. 2001. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Teknik
Skrambel pada siswa kelas II A SLTP Negeri 1 Patean Kendal. Skripsi UNNES.
Suryanto. 2004. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Media
Komik Pada Siswa Kelas V SD PL Gunung Brintik Semarang. Tahun ajaran 2003/2004. Skripsi UNNES.
Stephanus. 2004. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui
Latihan Berjenjang Siswa Kelas 1 SMP PL Bonifisio tahun 2003/2004. Skripsi UNNES.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
LAMPIRAN
Pedoman Penilaian Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
No Kategori Rentang Nilai
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
Kriteria Penilaian
Tabel 1 Aspek dan skor Penilaian
Aspek Penilaian Skor Maksimal
Menyarikan riwayat hidup tokoh
Menyimpulkan keistimewaan tokoh
Mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi
siswa
10
10
10
Tabel 2 Aspek dan Kriteria Penilaian
Aspek
Penilaian
Kategori
Skor
Skor Kriteria Penilaian
Menyarikan
riwayat hidup
tokoh
Sangat Baik
Baik
8-10
5-7
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir,
pekerjaan, status,
keluarga, riwayat
pendidikan, prestasi
dan kehidupan tokoh.
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir,
pekerjaan, status,
keluarga, riwayat
pendidikan.
Menyimpulkan
keistimewaan
tokoh
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
2-4
0-1
8-10
5-7
2-4
0-1
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir,
pekerjaan, status,
keluarga.
Menyebutkan identitas
tokoh mulai dari nama
lengkap, tempat
tanggal lahir.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
secara lengkap dan
benar.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
secara tidak lengkap
tetapi benar.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
secara lengkap tetapi
kurang benar.
Menyebutkan
keistimewaan tokoh
tidak lengkap dan
tidak benar.
Mencatat hal-hal
yang bermanfaat
bagi siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 4 buah.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 3 buah.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 2 buah.
Mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa
sebanyak 1 buah.
Jurnal Siswa
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Jurnal siswa berisi uraian pendapat/ tanggapan/ perasaaan siswa tentang….
1. Bahan yang disajikan
………………………………………………………
2. Ketertarikan siswa pada pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan pendekatan kontekstual
………………………………………………………
3. Kemudahan atau kesulitan siswa memahami bacaan
………………………………………………………
4. Gaya guru dalam mengajar
……………………………………………………..
5. Lain-lain
………………………………………………………
Jurnal Guru Siklus I
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Uraikan pendapat Anda mengenai pertanyaan di bawah ini !
1. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran memebaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry ?
2. Bagaimanakah respons siswa terhadap teks profil tokoh yang dihadirkan
guru ?
3. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh ?
4. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran
berlangsung ?
Jurnal Guru Siklus II
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Uraikan pendapat Anda mengenai pertanyaan di bawah ini !
1. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran memebaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry ?
2. Bagaimanakah respons siswa terhadap teks profil tokoh yang dihadirkan
guru ?
3. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh ?
4. Bagaimanakah tingkah laku siswa di kelas saat diskusi kelompok
berlangsung ?
5. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran
berlangsung ?
Lampiran 5
Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II
Mata Pelajaran :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana menurut Anda bahan bacaan yang disajikan untuk pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry?
2. Bagaimana menurut Anda tentang penggunaan pendekatan kontekstual
komponen inquiry yang digunakan dalam pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh ini?
3. Kemudahan apa saja yang Anda dapatkan setelah menciptakan pembelajaran
memebaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
4. Kesulitan apa saja yang Anda temui setelah mendapatkan pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh melalui pendekatan kontekstual komponen
inquiry?
5. Apa manfaat yang Anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan ini?
6. Apa harapan Anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
7. Apa harapan Anda berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disajikan
untuk pertemuan selanjutnya?
Daftar Subjek Penelitia
R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34
R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40
Jurnal Siswa Siklus I
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
1. Bagaimana pendapat anda mengenai bahan yang disajikan oleh guru?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
2. Apakah anda tertarik pada pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
3. Apakah Anda mengalami kemudahan atau kesulitan siswa memahami
bacaan?
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
4. Bagaimana pendapat anda mengenai gaya guru dalam mengajar?
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
5. Bagaimana kesan dan pesan anda setelah mengikuti pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………..
Jurnal Siswa Siklus II Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
1. Bagaimana pendapat anda mengenai bahan yang disajikan oleh guru?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
2. Apakah anda tertarik pada pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
3. Apakah Anda mengalami kemudahan atau kesulitan siswa memahami
bacaan?
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
4. Bagaimana pendapat anda mengenai gaya guru dalam mengajar?
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
5. Bagaimana kesan dan pesan anda setelah mengikuti pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
…………………………………………………………………………….
Jurnal Guru Siklus I
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Uraikan pendapat Anda mengenai pertanyaan di bawah ini !
1. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran memebaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Bagaimanakah respons siswa terhadap teks profil tokoh yang dihadirkan
guru ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran
berlangsung ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………
Jurnal Guru Siklus II
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Uraikan pendapat Anda mengenai pertanyaan di bawah ini !
1. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran memebaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry ?
……………………………………………………………………………
2. Bagaimanakah respons siswa terhadap teks profil tokoh yang dihadirkan
guru ?
……………………………………………………………………………
3. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh ?
……………………………………………………………………………
4. Bagaimanakah tingkah laku siswa di kelas saat diskusi kelompok
berlangsung ?
……………………………………………………………………………
5. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran
berlangsung ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Lampiran 20
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
Wawancara ke- : 1 Responden : Fermandha Kurniawan Nilai : 86 (tertinggi) Hari, tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005 Kelas/Sekolah : VII B/ SMPN 10 Semarang
No. Pertanyaan Jawaban 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan dalam pembelajaran ini? Bagaimana menurut anda mengenai penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kesulitan apa saja yang anda temui setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan? Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? Apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya?
Menarik. Sangat bagus karena dengan metode ini saya dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Saya mudah memahami bacaan. Tidak ada Dapat menemukan sendiri jawaban dari bacaan tersebut. Bahan bacaannya jangan terlalu panjang dan mudah dipahami Pembelajaran selanjutnya lebih menarik sehingga saya tidak jenuh.
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
Wawancara ke- : 2 Responden : Fahri Surya Laksana Nilai : 73 (sedang) Hari, tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005 Kelas/Sekolah : VII B/ SMPN 10 Semarang
No. Pertanyaan Jawaban 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan dalam pembelajaran ini? Bagaimana menurut anda mengenai penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kesulitan apa saja yang anda temui setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan? Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? Apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya?
Menarik Dengan pembelajaran seperti ini saya dapat menemukan jawaban sendiri dari soal-soal yang disediakan oleh guru. Memahami bacaan Tidak ada Belajar berkonsentrasi Bahan bacaannya harus lebih menarik Suasana belajar lebih menyenangkan dan menarik
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
Wawancara ke- : 3 Responden : Aditya Wijaya Nilai : 50 (terendah) Hari, tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005 Kelas/Sekolah : VII B/SMPN 10 Semarang
No. Pertanyaan Jawaban 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan dalam pembelajaran ini? Bagaimana menurut anda mengenai penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kesulitan apa saja yang anda temui setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan? Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? Apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya?
Bahan bacaannya menarik tetapi ada kata-katanya yang kurang jelas. Bagus Melatih daya ingat dan mudah memahami bacaannya Bacannya terlalu panjang dan waktu untuk membaca terlalu sedikit Dapat memahami bacaan secara mendalam Bacannya mudah dipahami dan menarik Pembelajarannya harus lebih menyenangkan
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Wawancara ke- : 1 Responden : Dika Permatasari Nilai : 96 (tertinggi) Hari, tanggal : Kamis, 18 Agustus 2005 Kelas/Sekolah : VII B/SMPN 10 Semarang
No. Pertanyaan Jawaban 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan dalam pembelajaran ini? Bagaimana menurut anda mengenai penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kesulitan apa saja yang anda temui setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan? Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? Apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya?
Teksnya mudah dipahami Bagus, pembelajaran menjadi menyenangkan Mudah memahami bacaan Tidak ada Dengan diskusi dapat melatih kerjasama antar siswa Bahan bacannya mudah dipahami dan jelas Pembelajarannya lain kali dengan berdiskusi dan pemberian rewardnya lebih menarik
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Wawancara ke- : 2 Responden : Fadhilah Rahmawati Nilai : 73 (sedang) Hari, tanggal : Kamis, 18 Agustus 2005 Kelas/Sekolah : VIIB/SMPN 10 Semarang
No. Pertanyaan Jawaban 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan dalam pembelajaran ini? Bagaimana menurut anda mengenai penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kesulitan apa saja yang anda temui setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan? Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? Apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya?
Bacannya mudah dipahami Bagus Mudah mengerti bacaan Tidak ada Pembelajarannya menjadi menarik Bahan bacaannya jangan terlalu panjang Pembelajarannya seperti ini.
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Wawancara ke- : 3 Responden : Dimas Leon Nilai : 66 (terendah) Hari, tanggal : Kamis, 18 Agustus 2005 Kelas/Sekolah : VII B/SMPN 10 Semarang
No. Pertanyaan Jawaban 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan dalam pembelajaran ini? Bagaimana menurut anda mengenai penggunaan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Kesulitan apa saja yang anda temui setelah dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry? Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan? Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? Apa harapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnyanya?
Bahan bacannya lengkap dan mudah dipahami Bagus karena pembelajarannya menjadi menarik Mudah memahami bacaan Tidak ada Dengan mempresentasikan hasil kerjanya kita dapat mengetahui apakah jawaban yang telah disusun benar atau salah Bahan bacaan harus lebih menarik dan tidak hanya profil dalam negeri saja sehingga menantang rasa ingin tahu Lain kali pembelajarannya harus lebih menarik dan tidak membosankan
Rekapitulasi Jurnal Siswa Siklus I
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Tempat Pelaksanaan : SMPN 10 Semarang
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005
Kelas : VII B
Tahun Pelajaran : 2005/2006
Jurnal siswa berisi uraian pendapat/tanggapan/perasaan siswa tentang:
1. Bahan yang disajikan
Sebagian besar siswa tertarik terhadap bahan yang disajikan. Mereka juga
menganggap bahan bacaannya mudah dipahami.
2. Ketertarikan Siswa pada pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan pendekatan kontekstual.
Pada pembelajaran siklus I, sebagian besar siswa tertarik terhadap
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan
kontekstual. Mereka menganggap pembelajaran kontekstual dapat
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga mereka tidak
mengalami kejenuhan.
3. Kemudahan dan kesulitan siswa dalam memahami bacaan
Kesulitan yang mereka hadapi adalah mereka sulit konsentrasi ketika
membaca teks profil tokoh. Hal ini disebabkan situasi kelas yang kurang
kondusif sehingga pemahaman mereka kurang maksimal.
4. Gaya guru dalam mengajar
Sebagian besar siswa sudah dapat menerima gaya guru dengan baik. Guru
dalam menyampaikan materinya jelas, padat, interaktif serta diselingi humor
sehingga mereka dapat menerima materi dengan baik.
5. Kesan dan pesan
Kesan yang diungkapkan sebagian besar siswa adalah mereka menginginkan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, karena pembelajaran seperti itu
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Mereka juga berharap pada pembelajaran selanjutnya
rewardnya lebih menarik sehingga mereka termotivasi untuk lebih aktif
dalam pembelajaran.
Rekapitulasi Jurnal Siswa Siklus II
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Tempat Pelaksanaan : SMPN 10 Semarang
Hari/Tanggal : Kamis,, 19 Agustus 2005
Kelas : VII B
Tahun Pelajaran : 2005/2006
Jurnal siswa berisi uraian pendapat/tanggapan/perasaan siswa tentang:
1. Bahan yang disajikan
Sebagian besar siswa berpendapat bahwa bahan yang disajikan menarik
karena dapat menambah pengetahuan mereka mengenai jati diri seorang
tokoh terkenal.
2. Ketertarikan siswa pada pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh.
Seluruh siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual. Siswa merasa
senang karena mendapat pengalaman baru tentang pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh.
3. Kemudahan dan kesulitan siswa memahami bacaan
Sebagian besar siswa menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam
memahami bacaan karena teks yang disajikan kata-katanya jelas dan
padat. Bahkan ada siswa yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
membantu mereka memahami bacaan secara mendalam.
4. Gaya guru dalam mengajar
Sebagian besar siswa menyatakan bahwa dalam menyampaikan materi
guru tidak bertele-tele. Dalam menjelaskannya pun guru menyusupi
dengan lelucon agar siswa tidak bosan.
5. Kesan dan pesan
Sebagian besar menyatakan bahwa mereka menyukai pembelajarann
dengan pendekatan kontekstual karena pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dapat menghidupkan suasana kelas menjadi hidup sehingga
mereka tidak bosan dan jenuh. Mereka berpesan agar dalam pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia selanjutnya menggunakan pembelajaran
kontekstual.
Rekapitulasi Jurnal Guru Siklus I
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Tempat Pelaksanaan : SMPN 10 Semarang
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005
Kelas : VII B
Tahun Pelajaran : 2005/2006
Jurnal guru berisi mengenai:
1. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Minat siswa dalam pembelajaran ini masih kurang. Hal ini terlihat dengan
ketidaksungguhan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh.
2. Respons siswa terhadap teks profil tokoh yang dihadirkan guru.
Pada pembelajaran ini siswa merespon positif teks yang dihadirkan oleh guru.
Mereka tampak senang dengan teks yang dibagikan oleh guru karena teks
tersebut berisikan profil tokoh anggota AFI yang saat ini sedang digemari.
3. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teka profil
tokoh.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran belum merata, hanya siswa
tertentu yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Siswa
kebanyakan masih grogi, malu dan takut jawabannya salah bila diberi
pertanyaan oleh guru.
4. Fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran
berlangsung.
Fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran tidak begitu
menonjol hanya sebagian besar siswa masih asing dengan guru praktikan.
Walaupun masih terasa asing siswa sudah dapat menerima dengan baik.
Rekapitulasi Jurnal Guru Siklus II
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Tempat Pelaksanaan : SMPN 10 Semarang
Hari/Tanggal : Kamis, 19 Agustus 2005
Kelas : VII B
Tahun Pelajaran : 2005/2006
Jurnal guru berisi mengenai:
1. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Pada pembelajaran ini siswa sangat berminat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru menggunakan metode diskusi
yang sebelumnya tidak ada pada siklus I.
2. Respons siswa terhadap teks profil tokoh yang dihadirkan guru.
Semua siswa merespon positif teks profil yang dihadirkan oleh guru. Mereka
tampak antusias dan sungguh-sungguh dalam membaca teks yang telah
dibagikan oleh guru.
3. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teka profil
tokoh.
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah banyak mengalami
peningkatan, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang malas untuk
berdiskusi.
4. Tingkah laku siswa di kelas saat diskusi kelompok berlangsung.
Tingkah laku siswa pada saat pembelajaran siklus II sudah banyak mengalami
kemajuan. Pada siklus II ini sudah banyak siswa yang bertanya dan
menjawab pertanyaan ketika diskusi berlangsung.
5. Fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran
berlangsung.
Fenomena-fenomena lain yang muncul di kelas saat pembelajaran siklus II
yang paling menonjol adalah siswa semakin aktif dan siswa semakin akrab
dengan guru. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang ramah kepada guru
praktikan bahkan ada siswa yang menginginkan agar guru praktikan
mengajarkan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Rekapitulasi Hasil Wawancara Siklus I
Responden : Fernandha Kurniawan, Fahri Surya Laksana, dan Fadhilah
Rahmawati.
Pelaksanaan : Rabu, 10 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/ SMPN 10 Semarang
Tahun Pelajaran : 2005/2006
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan untuk pendekatan
kontekstual komponen inquiry?
Menurut Fermandha dan Fahri bahan bacaan yang disajikan oleh guru menarik
karena teks tersebut berisikan tokoh AFI. Aditya yang mendapat nilai terendah
menambahkan bahan bacaannya menarik tetapi ada kata-katanya yang kurang
jelas. Padahal menurut Fernandha dan Fahri kata-katanya sudah jelas. Hal ini
disebabkan karena Fernandha dan Fahri sudah mengenal kata-kata yang tidak
baku sedangkan Aditya belum mengenal kata-kata tersebut sehingga ia
mengalami kesulitan dalam memahami bacaan.
2. Bagaimana menurut anda tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen
inquiry yang digunakan dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh?
Ketiga responden berpendapat bahwa pembelajaran membaca intensif dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry sangatlah bagus karena dengan metode
seperti ini siswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru.
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah menciptakan pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry?
Ketiga responden berpendapat bahwa dengan pembelajaran seperti ini dapat
membantu mereka dalam memahami bacaan secara mendalam.
4. Kesulitan apa saja yang anda temui setelah mendapatkan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry?
Fermandha dan Fahri tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran seperti ini,
tetapi Aditya yang mendapatkan nilai terendah berpendapat bahwa bacaannya
terlalu panjang dan waktu yang diberikan terlalu sedikit sehingga ia tidak
mendapatkan pemahaman yang maksimal.
5. Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan?
Fermandha mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran seperti ini dapat melatih
kita untuk menemukan jawaban sendiri jawaban dari soal-soal yang diberikan
oleh guru sedangkan Fahri berpendapat bahwa pembelajaran seperti ini dapat
melatih konsentrasinya ketika membaca sebuah teks. Berbeda dengan Fermandha
dan Fahri, Aditya berpendapat bahwa pembelajaran seperti ini dapat
membantunya dalam memahami bacaan secara mendalam.
6. Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
Fermandha berharap agar pada pertemuan selanjutnya bahan bacaannya tidak
terlalu panjang dan lebih mudah dipahami sedangkan Fahri dan Aditya berharap
agar bahan bacaannya pada pertemuan selanjutnya lebih menarik.
7. Apa harapan anda mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
Ketiga responden berharap agar pada pertemuan selanjutnya pembelajarannya
lebih menarik dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh.
Rekapitulasi Hasil Wawancara Siklus II
Responden : Dika Permatasari, Fadhilah Rahmawati dan Dimas Leon.
Pelaksanaan : Kamis, 19 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/ SMPN 10 Semarang
Tahun Pelajaran : 2005/2006
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana menurut anda bahan bacaan yang disajikan untuk pendekatan
kontekstual komponen inquiry?
Ketiga responden berpendapat bahwa bahan bacaan yang disajikan mudah
dipahami. Ini berarti guru sudah tepat dalam memilih bacaan.
2. Bagaimana menurut anda tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen
inquiry yang digunakan dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh?
Dika, Fadhilah dan Dimas mengungkapkan bahwa pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh sangatlah bagus karena pembelajarannya menjadi
menyenangkan.
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah menciptakan pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry?
Ketiga responden mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran sepeerti ini
mereka mudah memahami bacaan.
4. Kesulitan apa saja yang anda temui setelah mendapatkan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry?
Ketiga responden mengungkapkan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan
dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan
kontekstual komponen inquiry.
5. Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan?
Dika mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode diskusi dapat melatih
kerjasama antar siswa sedangkan Fadhilah berpendapat bahwa pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan Dimas
mengungkapkan bahwa dengan mempresentasikan hasil kerjanya dia dapat
mengetahui apakah jawaban yang telah disusun benar atau salah. Dari jawaban
ketiga responden itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual mempunyai banyak manfaat.
6. Apa harapan anda berkaitan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan
selanjutnya?
Dika dan fadhilah berharap agar bahan bacaan yang dissajikan untuk pertemuan
selamjutnya tidak terlalu panjang, mudah dipahami dan jelas. Berbeda dengan
Dika dan Fadhilah, Dimas berharap agar bahan bacaan yang disajikan pada
pertemuan selanjutntya harus lebih menarik tidak hanya profil tokoh dalam negeri
saja, tokoh luar negeri pun harus disajikan.
7. Apa harapan anda berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
Dika berharap agar pada pembelajaran selanjutnya dengan berdiskusi dan
pemberian rewardnya lebih menarik sedangkan Fadhilah menginginkan
pertemuan selanjutnya pembelajarannya seperti ini. Dimas menambahi bahwa
pembelajaran selanjutnya harus lebih bervariasi dan tidak membosankan.
RENCANA PEMBELAJARAN I
Mata Pelajaran : Bahasa dan sastra Indonesia
Kelas/Semester : VII/II
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Jenjang : SMP/MTs
A. STANDAR KOMPETENSI
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca: membacakan teks untuk orang lain, membaca teks pengumuman,
membaca memindai, membaca cepat, membaca tabel/diagram, membaca teks
percakapan, membaca intensif dan ekstensif ragam teks, dan menemukan gagasan
pokok isi suatu teks.
B. KOMPETENSI DASAR
Membaca intensif teks profil tokoh
C. INDIKATOR
• Mampu menyarikan riwayat hidup tokoh
• Mampu menyimpulkan keistimewan tokoh
• Mampu mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
D. MATERI POKOK
Teks profil tokoh
Riwayat hidup tokoh
Keistimewan tokoh
Hal-hal yang bermanfaat
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
NO. Kegiatan Alokasi Waktu Metode/teknik
1.
2.
PENDAHULUAN
1. Apersepsi
2. Guru bertanya kepada
siswa pernahkah mereka
membaca teks profil tokoh?
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran hari itu yakni
membaca intensif teks
profil tokoh.
KEGIATAN INTI
1. Guru membagikan teks
profil tokoh.
2. Siswa melakukan observasi
dengan membaca sekilas
teks tersebut.
3. Siswa bertanya mengenai
isi teks tersebut.
4. Siswa melakukan hipotesis
atau dugaan mengenai isi
teks tersebut.
5. Siswa diminta untuk
menemukan riwayat hidup
tokoh menyimpulkan
keistimewaan tokoh serta
mencatat hal-hal yang
5’
80’
Ceramah
Penugasan
Inquiry
bermanfaat bagi siswa.
6. Siswa melakukan
pengumpulan data tentang
riwayat hidup tokoh,
keistimewaannya dan hal-
hal yang bermanfaat bagi
siswa dengan membaca
kembali teks tersebut
secara intensif.
7. Siswa menyimpulkan
jawaban ketiga soal
tersebut.
8. Beberapa siswa
mempresentasikan hasil
temuannya.
9. Siswa lain menanggapi
siswa yang tampil.
10. Guru memberikan
penguatan mengenai
jawaban siswa yang tampil.
11. Guru memberikan
penghargaan kepada siswa
yang tampil berupa medali.
12. Siswa mengerjakan teks
profil tokoh yang telah
disiapkan oleh guru.
3. PENUTUP
1. Guru bersama siswa
merefleksi pembelajaran
pada hari itu.
2. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk memberi saran
mengenai pembelajaran
membaca intensif teks
profil tokoh untuk
pertemuan selanjutnya.
5’
Refleksi
F. SARANA DAN SUMBER BELAJAR
1. Sarana : Teks profil tokoh
Medali
2. Sumber pembelajaran : Buku paket Pemkot
G. PENILAIAN
• Proses
• Hasil
Mengetahui Semarang……………2005
Guru Mata Pelajaran, Peneliti,
Sukamti Munawaroh NIP. 131253690 NIM. 2101401037
Mengetahui Kepala Sekolah SMP N 10 Semarang
Sumardi Sri Purwono NIP. 130339150
RENCANA PEMBELAJARAN II
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : VII/II
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Jenjang : SMP/MTs
A. STANDAR KOMPETENSI
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca: membacakan teks untuk orang lain, membaca teks pengumumaman,
membaca memindai, membaca cepat, membaca tabel/diagram, membaca teks
percakapan, membaca intensif dan ekstensif ragam teks, dan menemukan
gagasan pokok isi suatu teks.
B. KOMPETENSI DASAR
Membaca intensif teks profil tokoh
C. INDIKATOR
♦ Mampu menyarikan riwayat hidup tokoh
♦ Mampu menyimpulkan keistimewaan tokoh
♦ Mampu mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
D. MATERI POKOK
Teks profil tokoh
♦ Riwayat hidup tokoh
♦ Keistimewan tokoh
♦ Hal-hal yang bermanfaat
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
No. Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode/Teknik
1.
2.
PENDAHULUAN
1. Apersepsi
2. Guru memberikan umpan balik
terhadap pembelajaran yang lalu.
3. Guru menanyakan kepada siswa
kesulitan dalam pembelajaran
membaca intensif teks profil
tokoh?
KEGIATAN INTI
1. Guru membagikan teks profil
tokoh.
2. Siswa melakukan observasi
dengan membaca sekilas teks
yang telah dibagikan oleh guru.
3. Siswa kemudian bertanya
mengenai isi teks tersebut.
4. Siswa diminta untuk menemukan
dan menemukan riwayat hidup
tokoh, menemukan keistimewaan
tokoh serta menyebutkan hal-hal
yang bermanfat bagi siswa.
5. Siswa melakukan hipotesis atau
dugaan mengenai riwayat hidup
tokoh, keistimewaannya serta
5’
80’
Ceramah
Inquiry
hal-hal yang bermanfaat yang
terdapat pada teks.
6. Untuk mengetahui apakah
hipotesisnya benar atau salah,
siswa mengumpulkan data
dengan membaca kembali teks
profil tokoh tersebut secara
intensif.
7. Siswa diminta untuk membentuk
sebuah kelompok dengan
beranggotakan 4-5 orang.
8. Tiap-tiap kelompok
mendiskusikan hasil temuannya
dan menyimpulkan jawaban
ketiga soal tersebut.
9. Beberapa kelompok
mempresentasikan hasil
diskusinya.
10. Guru menanggapi dan
memberikan penguatan kepada
kelompok yang tampil.
11. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang tampil
yang berupa medali dari kertas.
12. Siswa diminta untuk
mengerjakan soal tes teks profil
tokoh yang telah disiapkan oleh
guru.
Penugasan
Kerja Kelompok
3. PENUTUP
1. Guru bersama siswa merefleksi
pembelajaran pada hari itu.
2. Siswa diminta untuk
mengungkapkan tanggapannnya
mengenai pembelajaran hari itu.
5’
Refleksi
F. SARANA DAN SUMBER BELAJAR
♦ Sarana : Teks Profil tokoh
Medali dari kertas asturo
♦ Sumber Belajar : Buku Paket Pemkot
♦ Penilaian
- Proses : Diskusi kelompok
Selama pembelajaran berlangsung
- Hasil : Tes profil tokoh
Mengetahui Semarang……………2005
Guru Mata Pelajaran, Peneliti,
Sukamti Munawaroh NIP. 131253690 NIM. 2101401037
Mengetahui Kepala Sekolah SMP N 10 Semarang
Sumardi Sri Purwono NIP. 130339150
Identitas Teks
♦ Judul : Ira Koesno Anchor Jelita Pecinta Buku.
♦ Teks ini digunakan pada : Tes membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry siklus
II.
♦ Pelaksanaan tes siklus II : Kamis, 19 Agustus 2005.
♦ Teks ini dibaca selama : 10 menit.
IRA KOESNO
ANCHOR JELITA PECINTA BUKU
Sejak kecil Ira sudah rajin membaca. Kedua orang tuanya pun
mendukungnya secara penuh. Buku-buku cerita karya Enid Blyton dan Hans
Christian Andersen habis dilahapnya juga. Sekarang ia seorang anchor yang cerdas
dan handal.
Pemirsa televisi tentu tidak asing dengan sosok satu ini. Pembaca cerita yang
berhak menentukan karakter acara (dalam pertelevisian lazim disebut Anchor) ini
bernama lengkap Dwi Noviratri. Ira koesno yang berumur 32 tahun ini dikenal lewat
pertanyaan-pertanyaannya yang cerdas. Lawan bicara atau narasumber seringkali
dibuat “terpojok” ketika harus menjawab pertanyaannya.
Kepiawaiannnya dalam berpikir dan berbicara ini adalah buah dari
ketekunannnya membaca. Buku-buku cerita karya Enid Blyton dan Hans Christian
Andersen tak ada yang terlewat. Bahkan Cerita Lima Benua pun masih diingatnya
hingga kini.
Ratusan judul buku sudah dikoleksinya. Dalam deretan koleksinya bisa
dijumpai bacannya di masa kanak-kanak. Ibunyalah yang rajin mengumpulkan semua
bacaannya hinga kini tetap terawat baik. Ira koesno, anak kedua dari pasangan
Koesno Martoatmodjo dan Sri Utami, telah terbiasa membaca sejak kecil. Gadis
penggemar novel Marga T, ini memilah bacaannya menjadi dua kategori, yaitu
bacaan berat dan bacaan ringan. Yang pertama adalah buku-buku yang harus dibaca
karena ada hubungannnya dengan pekerjaan. Kedua adalah buku-buku bacaan untuk
penyegaran yang dinikmatinya menjelang tidur.
Putri pasangan dokter anak dan sarjana ekonomi ini pun masih menambah
bacaannya dengan buku-buku, seperti terampil berpikir, terampil berbicara, dan
sebagainya. Tuntutan untuk tampil berwawancara dalam durasi yang sangat singkat
(empat menit) mengharuskannya mampu mengolah kata tanpa mengaburkan pesan
yang akan disampaikan.
Ditemui di kantornya, lantai 12 Graha SCTV di kawasan Gatot Subroto
Jakarta Selatan, penggemar serial Lima Sekawan ini banyak bertutur tentang buku
dan minat baca. Peraih gelar master di bidang Film and TV Production dari
University of Bristol ini begitu fasih bicara tentang minat baca dan budaya
masyarakat Indonesia. “Budaya kita itu budaya mendengar, bukan membaca,
indoktrinasi!” katanya berapi-api. Pemerintah menurutnya, harus menyiapkan
infrastruktur yang diperlukan untuk meningkatkan budaya baca masyarakat seperti
perpustakaan keliling. Perpustakaan kita sudah diakses, koleksinya tidak lengkap, dan
suasananya kurang mengundang orang untuk membaca berlama-lama. Di Inggris,
tempat Ira juga belajar Broadcasting Journalism di University of Weisminster,
perpustakannnya begitu mudah diakses, koleksinya komplet, dan suasananya sangat
menyenangkan.
Memang, tidak mudah mengembangkan minat baca di tengah masyarakat
yang sedang dilanda krisis ini. Anak-anak lebih membantu orang tua untuk mencari
nafkah daripada harus membaca buku. Akan tetapi, tentu kita tidak boleh pesimis.
Pemerintah, orang tua, dan masyarakat harus bekerja sama bahu membahu untuk
menumbuhkan dan mengembangkan budaya baca. Menurut Ira, orang Indonesia
sebenarnya pintar-pintar. Terbukti dengan buku-buku yang ditulis penulis kita juga
bagus-bagus kualitasnya, tidak kalah jika dibandingkan dengan buku-buku asing.
Hanya dari segi kuantitas belum seimbang dengan jumlah penduduk yang ada.
Dalam upaya pengembangan minat baca ”Tidak ada kata terlambat untuk
memulai daripada tidak sama sekali”, ujar alumnus FEUI tahun 1993 ini. Anak-anak
dari kalangan berpunya sebaiknya dialihkan untuk membaca buku-buku dalam bentuk
CD ROOM daripada main sega (game). Anak-anak dari kalangan kurang mampu
secara swadaya harus dibantu pemerintah dan masyarakat dengan menyediakan
sarana yang dibutuhkan. Pemenjaraan terhadap kretivitas dan pemikiran, serta
pelarangan buku seperti yang pernah kita alami selama tiga dasawarsa hendaknya
ditiadakan. Demikian pesan gadis berdarah Jawa yang antiprimordialisme ini
mengakhiri pembicarannya dengan Buletin Pusat Perbukuan.
(Sumber: Buletin Pusat Perbukuan Vol VI tahun 2002).
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Sarikan riwayat hidup tokoh Ira Koeno berdasarkan teks di atas!
2. Sebutkan keistimewaan Ira Koesno!
3. Daftarlah hal-hal yang bermanfaat dari teks di atas!
Kunci Jawaban 1. Ira koesno yang bernama lengkap Dwi Noviratri merupakan seorang anchor (
pembaca berita yang berhak menentukan karakter acara) yang cerdas. Ira koesno
yang berumur 32 tahun ini dikenal lewat pertanyaan-pertanyaannya yang cerdas.
Ia dikenal dengan pertanyaannya yang dapat membuat terpojok lawan bicara atau
narasumber. Kepiawaiannnya dalam berpikir tidak lepas dari ketekunannya
membaca. Ira koeno merupakan anak kedua dari pasangan dokter anak dan
sarjana ekonomi. Ibunya bernama Sri Utami sedangkan ayahnya bernama Koesno
martoatmodjo. Ira koesno telah terbiasa membaca sejak kecil sehingga koleksi
buku-bukunya sangat banyak. Buku-buku cerita karya Enid Blyton dan Hans
Christian Andersen tak ada yang terlewat. Bahkan Cerita Lima Benua pun masih
diingatnya hingga kini. Tidak hanya bulu-buku cerita saja ia yang baca, novel pun
digemarinya juga. Novel yang digemarinya adalah novel karya Marga T.
Tuntutan untuk tampil wawancara dalam durasi yang sangat singkat
mengharuskannnya mampu mengolah kata tanpa mengaburkan pesan yang akan
disampaikannnya. Sehingga ia dituntut untuk terampil berbicara, terampil berpikir
dan sebagainya. Penggemar Lima Sekawan ini meraih gelar master di bidang Film
and TV Production dari University of Bristol. Ia juga belajar Broadcasting
Journalism di University of Weisminster Inggris. Tidak hanya itu saja, ia juga
alumnus FEUI tahun 1993. Kini ia seorang anchor yang berkantor di lantai 12
Graha SCTV di kawasan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Menurut Ira untuk
meningkatkan budaya masyarakat perlu dipersiapkan infrastruktur seperti
perpustakaan keliling.
2. Kestimewaan Ira Koesno adalah ia merupakan seorang anchor wanita yang cerdas
dengan pendidikan yang tinggi serta minat baca yang tinggi pula sehingga ia
terampil berpikr dan berbicara. Ia juga dapat membuat lawan bicara atau
narasumber “terpojok” ketika harus menjawab pertanyaannya.
3. Hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.
•
•
Kepiawaiannnya dalam berpikir dan berbicara ini adalah buah dari ketekunannnya
membaca.
Hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat yang dapat
dilaksanakan bagi seseorang yang ingin berhasil dan terampil dalam berpikir
dan berbicara yaitu tekun membaca.
Pembaca cerita yang berhak menentukan karakter acara (dalam pertelevisian
lazim disebut Anchor).
Pernyataan tersebut memberikan pengetahuan bagi kita tentang istilah
Anchor yang digunakan untuk pembawa cerita yang berhak menentukan
karakter acara.
•
•
•
•
Gadis penggemar novel Marga T, ini memilah bacaannya menjadi dua
kategori, yaitu bacaan berat dan bacaan ringan.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa jenis bacaan
ada dua yaitu bacaan ringan dan bacaan berat. Bacaan ringan adalah bacaan
yang sifatnya lebih santai sedangkan bacaan berat adalah bacaan yang
berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan. Sehingga pernyataan ira koesno
memberikan pengetahuan baru bagi kita.
”Tidak ada kata terlambat untuk memulai daripada tidak sama sekali”.
Pepatah tersebut merupakan pepatah yang disampaikan kepada orang
yang bijaksana dan cerdas. Untuk memulai sesuatu tidaklah ada kata
terlambat. Pepatah tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari agar
kita sukses dalam hidup.
Peraih gelar master di bidang Film and TV Production dari University of
Bristol ini begitu fasih bicara tentang minat baca dan budaya masyarakat
Indonesia.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ira koesno
berpendidikn tinggi. Hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat bagi orang
yang ingin sukses dan pandai tidaklah lepas dari pendidikan yang tinggi pula.
Sehingga pendidikan amatlah penting bagi kehidupan.
Penilaian
Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir membaca intensif teks profil tokoh
adalah jumlah skor dibagi tiga dikali 10
Tabel 1 Aspek dan skor Penilaian
Aspek Penilaian Skor Maksimal Menyarikan riwayat hidup tokoh Menyimpulkan keistimewaan tokoh Mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
10 10 10
Tabel 2 Pedoman Penilaian
Aspek
Penilaian
Katego
ri Skor
Skor Kriteria Penilaian
Menyarikan riwayat hidup tokoh
Sangat
Baik
8-10
Ira koesno yang bernama lengkap Dwi
Noviratri merupakan seorang anchor
(pembaca berita yang berhak
menentukan karakter acara) yang
cerdas. Ira koesno yang berumur 32
tahun ini dikenal lewat pertanyaan-
pertanyaannya yang cerdas. Ia dikenal
dengan pertanyaannya yang dapat
membuat terpojok lawan bicara atau
narasumber. Kepiawaiannnya dalam
berpikir tidak lepas dari ketekunannya
membaca. Ira koeno merupakan anak
kedua dari pasangan dokter anak dan
sarjana ekonomi. Ibunya bernama Sri
Utami sedangkan ayahnya bernama
Koesno martoatmodjo. Ira koesno
telah terbiasa membaca sejak kecil
sehingga koleksi buku-bukunya sangat
Baik
5-7
banyak. Ia gemar membaca buku
cerita maupun novel karya Marga T.
Penggemar Lima Sekawan ini meraih
gelar master di bidang Film and TV
Production dari University of Bristol.
Ia juga belajar Broadcasting
Journalism di University of
Weisminster Inggris. Tidak hanya itu
saja, ia juga alumnus FEUI tahun
1993. Tuntutan untuk tampil
wawancara dalam durasi yang sangat
singkat mengharuskannnya mampu
mengolah kata tanpa mengaburkan
pesan yang akan disampaikannnya.
Sehingga ia dituntut untuk terampil
berbicara, terampil berpikir dan
sebagainya.
Ira koesno yang bernama lengkap Dwi
Noviratri. Ira koeno merupakan anak
kedua dari pasangan dokter anak dan
sarjana ekonomi. Ibunya bernama Sri
Utami sedangkan ayahnya bernama
Koesno martoatmodjo. Ira koesno
yang berumur 32 tahun ini dikenal
lewat pertanyaan-pertanyaannya yang
cerdas. Ia gemar membaca buku cerita
maupun novel karya Marga T.
Penggemar Lima Sekawan ini meraih
Cukup
2-4
gelar master di bidang Film and TV
Production dari University of Bristol.
Ia juga belajar Broadcasting
Journalism di University of
Weisminster Inggris. Tidak hanya itu
saja, ia juga alumnus FEUI tahun
1993. Ia gemar membaca buku cerita
maupun novel karya Marga T. koleksi
bukunya sangat banyak.
Ira koesno yang bernama lengkap Dwi
Noviratri. Ira koeno merupakan anak
kedua dari pasangan dokter anak dan
sarjana ekonomi. Ibunya bernama Sri
Utami sedangkan ayahnya bernama
Koesno martoatmodjo. Ira koesno
yang berumur 32 tahun ini dikenal
lewat pertanyaan-pertanyaannya yang
cerdas. Ia gemar membaca buku cerita
maupun novel karya Marga T.
Penggemar Lima Sekawan ini meraih
gelar master di bidang Film and TV
Production dari University of Bristol.
Ia juga belajar Broadcasting
Journalism di University of
Weisminster Inggris. Tidak hanya itu
saja, ia juga alumnus FEUI tahun
1993.
Menyimpulkan
keistimewaan
tokoh
Kurang
Sangat
Baik
Baik
Cukup
0-1
8-10
5-7
2-4
Ira koesno yang bernama lengkap Dwi
Noviratri. Ira koeno merupakan anak
kedua dari pasangan dokter anak dan
sarjana ekonomi. Ibunya bernama Sri
Utami sedangkan ayahnya bernama
Koesno martoatmodjo. Ira koesno
yang berumur 32 tahun ini dikenal
lewat pertanyaan.
Kestimewaan Ira Koesno adalah ia
merupakan seorang anchor wanita
yang cerdas dengan pendidikan yang
tinggi serta minat baca yang tinggi
pula sehingga ia terampil berpikr dan
berbicara. Ia juga dapat membuat
lawan bicara atau narasumber
“terpojok” ketika harus menjawab
pertanyaannya.
Kestimewaan Ira Koesno adalah ia
merupakan seorang anchor wanita
yang cerdas. Ia juga dapat membuat
lawan bicara atau narasumber
“terpojok” ketika harus menjawab
pertanyaannya.
Kestimewaan Ira Koesno adalah ia
merupakan seorang anchor wanita
yang senang membaca. Ia gemar
membaca buku cerita maupun novel
Mencatat hal-hal
yang bermanfaat
bagi siswa
Kurang
Sangat
Baik
0-1
8-10
karya Marga T. Penggemar Lima
Sekawan ini meraih Ia meraih gelar
master di bidang Film and TV
Production. Ia juga belajar di Inggris.
Kestimewaan Ira Koesno adalah ia
merupakan seorang anchor wanita
yang cerdas. Ia gemar membaca buku
cerita dan novel karya Marga T.
1. Kepiawaiannnya dalam berpikir
dan berbicara ini adalah buah dari
ketekunannnya membaca.
Hal tersebut merupakan hal yang
bermanfaat yang dapat
dilaksanakan bagi seseorang yang
ingin berhasil dan terampil dalam
berpikir dan berbicara yaitu tekun
membaca.
2. Pembaca cerita yang berhak
menentukan karakter acara (dalam
pertelevisian lazim disebut
Anchor).
Pernyataan tersebut memberikan
pengetahuan bagi kita tentang istilah
Anchor yang digunakan untuk
pembawa cerita yang berhak
menentukan karakter acara.
3. Gadis penggemar novel Marga T,
Baik
5-7
ini memilah bacaannya menjadi dua
kategori, yaitu bacaan berat dan
bacaan ringan.
Dari Pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa jenis bacaan ada
dua yaitu bacaan ringan dan bacaan
berat. Bacaan ringan adalah bacaan
yang sifatnya lebih santai sedangkan
bacaan berat adalah bacaan yang
berhubungan dengan sekolah atau
pekerjaan. Sehingga pernyataan ira
koesno memberikan pengetahuan
baru bagi kita.
4. ”Tidak ada kata terlambat untuk
memulai daripada tidak sama
sekali”.
Pepatah tersebut merupakan pepatah
yang disampaikan kepada orang yang
bijaksana dan cerdas. Untuk memulai
sesuatu tidaklah ada kata terlambat.
Pepatah tersebut dapat diterapkan pada
kehidupan sehari-hari agar kita sukses
dalam hidup.
1. Kepiawaiannnya dalam berpikir dan
berbicara ini adalah buah dari
ketekunannnya membaca.
Pernyataan tersebut merupakan hal
yang bermanfaat yang dapat
Cukup
2-4
dilaksanakan bagi seseorang yang
ingin berhasil dan terampil dalam
berpikir dan berbicara yaitu tekun
membaca.
2. Pembaca cerita yang berhak
menentukan karakter acara (dalam
pertelevisian lazim disebut Anchor).
Pernyataan tersebut memberikan
pengetahuan bagi kita tentang istilah
Anchor yang digunakan untuk
pembawa cerita yang berhak
menentukan karakter acara.
3. Gadis penggemar novel Marga T, ini
memilah bacaannya menjadi dua
kategori, yaitu bacaan berat dan
bacaan ringan.
Pernyataan tersebut dapat diketahui
bahwa jenis bacaan ada dua yaitu
bacaan ringan dan bacaan berat.
Bacaan ringan adalah bacaan yang
sifatnya lebih santai sedangkan
bacaan berat adalah bacaan yang
berhubungan dengan sekolah atau
pekerjaan. Sehingga pernyataan ira
koesno memberikan pengetahuan
baru bagi kita.
1. Kepiawaiannnya dalam berpikir dan
berbicara ini adalah buah dari
Kurang
0-1
ketekunannnya membaca.
Hal tersebut merupakan hal yang
bermanfaat yang dapat dilaksanakan
bagi seseorang yang ingin berhasil
dan terampil dalam berpikir dan
berbicara yaitu tekun membaca.
2. Pembaca cerita yang berhak
menentukan karakter acara (dalam
pertelevisian lazim disebut Anchor).
Pernyataan tersebut memberikan
pengetahuan bagi kita tentang istilah
Anchor yang digunakan untuk
pembawa cerita yang berhak
menentukan karakter acara.
1. Kepiawaiannnya dalam berpikir dan
berbicara ini adalah buah dari
ketekunannnya membaca.
Hal tersebut merupakan hal yang
bermanfaat yang dapat dilaksanakan
bagi seseorang yang ingin berhasil
dan terampil dalam berpikir dan
berbicara yaitu tekun membaca.
Identitas Teks ♦ Judul : Micky Octapaliha Salah satu Akademia 2.
♦ Teks ini digunakan pada : Tes membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry siklus
I.
♦ Pelaksanaan tes siklus II : Rabu, 10 Agustus 2005.
♦ Teks ini dibaca selama : 10 menit.
MICKY OCTAPALIHA SALAH SATU AKADEMIA 2
Pemuda kelahiran Pekanbaru, 2 Oktober 1979 ini mungkin tidak tahu kalau
nasibnya akan terkenal seperti ini. Kehidupan aslinya jauh dari kesan borju dan
kehidupan mewah. Biarpun lahir dari keluarga seniman, ibunya Poppy Kaligis
(penyanyi) dan bapaknya Indra Karina (drummer), Micky tetap hidup bersahaja.
Dari kecil, umur setahun, bakat menyayi Micky ternyata sudah kelihatan.
Menurut ibunya, suaranya waktu kecil sudah melengking banget.
Micky kecil pun mulai ikut-ikutan lomba. Dia pertama kali mulai berani
menyanyi waktu SD. Saat itu, ada acara perpisahan sekolah. Waktu itu, ibu gurunya
memanggil ibunya dan meminta Micky menyanyi di acara perpisahan. Karena Micky
kecil pemalu, mau tidak mau ibunya mencari akal agar ia mau menyanyi. Akhirnya
tante Poppy berkata kepada Micky, “kalau kamu tidak mau menyanyi, tidak naik
kelas. Akhirnya, dia mau”. Akhirnya, Micky mau menyanyi dan suaranya yang tinggi
memukau semua yang datang. Dari sinilah semua orang tahu kalau Micky punya
bakat yang lebih dari dunia tarik suara.
Beranjak SMP, Micky mulai rajin mengikuti acara-acara seni, bahkan mulai
terlibat di sebuah Sanggar Dang Merdu yang ada di kawasan Pemerintahan
Pekanbaru. Di sinilah Micky mulai belajar seni terutama seni tari di bawah asuhan
Pak Yan.
Micky pun mulai keasyikan sibuk di sanggar dan kadang lupa pulang ke
rumah. Makanya, ia kos di rumah Ibu Biadidar, yang ada di belakang sanggar. Karena
mudah kenal akrab, dengan keluarga Ibu Biadidar, yang ada di belakang sanggar.
Akhirnya Micky malah dianggap sebagai anak angkat. Biarpun begitu Micky tetap
kontak dengan keluarganya, terutama ibunya.
Micky pun mulai ikut lomba-lomba menyanyi. Waktu SMA, dia pertama kali
ikut festival tingkat provinsi di RRI. Alhamdulillah dia mendapat juara kedua. Dari
sinilah ibunya mulai memberi dorongan pada Micky untuk terus berlatih.
Bukan hanya dunia tari dan dunia nyanyi, yang dia geluti. Micky yang pernah
bergabung di sebuah band bernama True Box dan sering dikontrak menyanyi di
Timika. Di sini dia juga bergelut di dunia modelling di Pekanbaru, bahkan Micky
pernah menjadi juara kedua dan favorit di pemilihan Putra-Putri Riau tahun 1999.
Micky memang banyak disebut temannnya orang yang care banget. Akan
tetapi, Micky aslinya sangat pemalu dan cool abis. Dia suka memberi kejutan.
Contohnya, ketika dia masuk sepuluh besar AFI dan harus berangkat ke Jakarta.
Selain suka memberi kejutan, ternyata Micky suka gemesan kalau melihat bayi atau
kucing. Pernah kejadian, ketika umur tiga tahun, karena sangat gemes, tidak sadar
kucingnya tercekik sampai mati.
Sumber: Gaul, edisi 20.
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Sarikan riwayat hidup tokoh Micky Octapaliha?
2. Simpulkan keistemawaan tokoh Micky Octapaliha?
3. Daftarlah hal-hal yang bermanfaat bagi kamu dari teks yang berjudul “Micky
Octapaliha Salah Satu Akademia 2”?
Kunci Jawaban 1. Micky Octapaliha merupakan salah satu akademia 2 yang lahir di Pekanbaru pada
tanggal 2 Oktober 1979. Ia lahir di keluarga seniman, ayahnya bernama Indra
Karina (drummer) dan ibunya bernama Poppy Kaligis (penyanyi). Dari kecil
umur setahun, bakat menyanyi Micky sudah kelihatan. Micky kecil pun mulai
kut-ikutan lomba. Ia pertama kali mulai berani menyanyi waktu Sd di acara
perpisahan sekolah. Beranjak SMP, Micky mulai rajin mengikuti acara-acara seni
dan terlibat di Sanggar tari Dang Merdu. Karena keasyikan sibuk di sanggar
malka ia kos di Ibu Biadidar. Waktu SMA, ia pertama kali ikut festival tingkat
provinsi di RRI dan mendapat juara kedua. Dari sinilah ibunya mulai memberi
dorongan pada Micky untuk terus berlatih. Bukan hanya dunia tarik suara saja
yang ia geluti, dunia tari pun ia geluti juga. Micky pernag bergabung dalam
sebuah band yang bernama True Box dan sering dikontrak di Timika. Micky juga
menggeluti dunia modelling di Pekanbaru, bahkan Micky pernah menjadi juara
kedua dan favorit pemilihan Putra-Putri Riau tahun 1999. Micky mempunyai sifat
pemalu, cool abis, suka memberi kejutan. Selain suka memberi kejutan, ia juga
gemesan kalau melihat bayi atau kucing.
2. Keistimewaan Micky adalah ia mempunyai suara yang bagus sehingga ia dapat
masuk akademia AFI 2 dan segudang prestasi. Prestasi yang pernah ia terima
antara lain juara kedua menyanyi di festival tingkat provinsi di RRI, dikontrak di
Timika dengan grup bandnya True Box, juara kedua dan favorit di pemilihan
Putra-Putri Riau tahun 1999.
3. Hal-hal yang bermanfaat dalam bacaan tersebuta adalah sebagai berikut.
• Dari sinilah ibunya mulai memberi dorongan pada Micky untuk terus berlatih.
Hal tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat yang dapat
dilakukan oleh orang yang ingin memiliki keterampilan dan kepandaian yaitu
berlatih. Dukungan orang tua pun mempunyai peranan yang penting pula
seperti halya Micky yang didukung oleh ibunya.
•
•
•
•
•
Micky memang banyak disebut temannnya orang yang care banget.
Kata care banget merupakan kata tidak baku, kata bakunya adalah
perhatian sekali.
Akan tetapi, Micky aslinya sangat pemalu dan cool abis.
Cool abis termasuk kata tidak baku, kata bakaunya adalah keren
sekali.
Biarpun lahir dari keluarga seniman, ibunya Poppy Kaligis (penyanyi) dan
bapaknya Indra Karina (drummer), Micky tetap hidup bersahaja.
Pernyataaan tersebut memberikan pengetahuan bagi kita bahwa orang
yang lahir dari keluarga seniman, pada umumnya mempunyai darah seni yang
tinggi.
Beranjak SMP, Micky mulai rajin mengikuti acara-acara seni, bahkan mulai
terlibat di sebuah Sanggar Dang Merdu yang ada di kawasan Pemerintahan
Pekanbaru.
Pernyataan tersebut merupakan hal yang bermanfaaat bagi kita bahwa
jika ingin memiliki keterampilan dan kepandaian terutama di bidang seni
hendaknya sering mengikuti acara-acara seni atau bergabung dalam sangaar-
sanggar.
Penilaian
Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir membaca intensif teks profil tokoh
adalah jumlah skor dibagi tiga dikali 10.
Tabel 1 Aspek dan skor Penilaian Aspek Penilaian Skor Maksimal
Menyarikan riwayat hidup tokoh Menyimpulkan keistimewaan tokoh Mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
10 10 10
Tabel 2 Pedoman Penilaian
Aspek
Penilaian
Kategori
Skor
Skor Kriteria Penilaian
Menyarikan riwayat hidup tokoh
Sangat
Baik
8-10
Micky Octapaliha merupakan salah
satu akademia 2 yang lahir di
Pekanbaru pada tanggal 2 Oktober
1979. Ia lahir di keluarga seniman,
ayahnya bernama Indra Karina
(drummer) dan ibunya bernama Poppy
Kaligis (penyanyi). Beranjak SMP,
Micky mulai rajin mengikuti acara-
acara seni dan terlibat di Sanggar tari
Dang Merdu. Karena keasyikan sibuk
di sanggar maka ia kos di Ibu
Biadidar. Waktu SMA, ia pertama kali
ikut festival tingkat provinsi di RRI
dan mendapat juara kedua. Dari
sinilah ibunya mulai memberi
dorongan pada Micky untuk terus
berlatih. Bukan hanya dunia tarik
suara saja yang ia geluti, dunia tari
pun ia geluti juga. Micky pernah
bergabung dalam sebuah band yang
bernama True Box dan sering
dikontrak di Timika. Micky juga
menggeluti dunia modelling di
Baik
Cukup
5-7
2-4
Pekanbaru, bahkan Micky pernah
menjadi juara kedua dan favorit
pemilihan Putra-Putri Riau tahun
1999. Micky mempunyai sifat pemalu,
cool abis, suka memberi kejutan.
Selain suka memberi kejutan, ia juga
gemesan kalau melihat bayi atau
kucing.
Micky Octapaliha merupakan salah
satu akademia 2 yang lahir di
Pekanbaru pada tanggal 2 Oktober
1979. Ia lahir di keluarga seniman,
ayahnya bernama Indra Karina
(drummer) dan ibunya bernama Poppy
Kaligis (penyanyi). Ia pernah terlibat
di Sanggar tari Dang Merdu. Karena
keasyikan sibuk di sanggar maka ia
kos di Ibu Biadidar. Waktu SMA, ia
pertama kali ikut festival tingkat
provinsi di RRI dan mendapat juara
kedua. Micky pernah bergabung dalam
sebuah band yang bernama True Box
dan sering dikontrak di Timika.
Micky Octapaliha merupakan salah
satu akademia 2 yang lahir di
Pekanbaru pada tanggal 2 Oktober
1979. Ia lahir di keluarga seniman,
ayahnya bernama Indra Karina
Menyimpulkan
keistimewaan
tokoh
Kurang
Sangat
Baik
Baik
3-4
8-10
5-7
(drummer) dan ibunya bernama Poppy
Kaligis (penyanyi). Ia pernah terlibat
di Sanggar tari Dang Merdu. Micky
pernah bergabung dalam sebuah band
yang bernama True Box dan sering
dikontrak di Timika.
Micky Octapaliha merupakan salah
satu akademia 2 yang lahir di
Pekanbaru pada tanggal 2 Oktober
1979. Ia lahir di keluarga seniman,
ayahnya bernama Indra Karina
(drummer) dan ibunya bernama Poppy
Kaligis (penyanyi).
Keistimewaan Micky adalah ia
mempunyai suara yang bagus
sehingga ia dapat masuk akademia
AFI 2 dan segudang prestasi. Prestasi
yang pernah ia terima antara lain juara
kedua menyanyi di festival tingkat
provinsi di RRI, dikontrak di Timika
dengan grup bandnya True Box, juara
kedua dan favorit di pemilihan Putra-
Putri Riau tahun 1999.
Keistimewaan Micky adalah ia
mempunyai suara yang bagus
sehingga ia dapat masuk akademia
Mencatat hal-hal
yang bermanfaat
bagi siswa
Cukup
Kurang
Sangat
Baik
2-4
0-1
8-10
AFI 2 dan segudang prestasi.
Keistimewaan Micky adalah ia
mempunyai segudang prestasi. Micky
mempunyai sifat pemalu, cool abis,
suka memberi kejutan. Selain suka
memberi kejutan, ia juga gemesan
kalau melihat bayi atau kucing.
Keistimewaan Micky adalah ia Micky
mempunyai sifat pemalu, cool abis,
suka memberi kejutan.
•
•
Dari sinilah ibunya mulai memberi
dorongan pada Micky untuk terus
berlatih.
Hal tersebut merupakan sesuatu
yang bermanfaat yang dapat
dilakukan oleh orang yang ingin
memiliki keterampilan dan
kepandaian yaitu berlatih.
Dukungan orang tua pun
mempunyai peranan yang penting
pula seperti halya Micky yang
didukung oleh ibunya.
Micky memang banyak disebut
temannnya orang yang care
banget.
Kata care banget merupakan kata
tidak baku, kata bakunya adalah
Baik
5-7
perhatian sekali.
•
•
•
Biarpun lahir dari keluarga
seniman, ibunya Poppy Kaligis
(penyanyi) dan bapaknya Indra
Karina (drummer), Micky tetap
hidup bersahaja.
Pernyataaan tersebut memberikan
pengetahuan bagi kita bahwa orang
yang lahir dari keluarga seniman,
pada umumnya mempunyai darah
seni yang tinggi.
Beranjak SMP, Micky mulai rajin
mengikuti acara-acara seni, bahkan
mulai terlibat di sebuah Sanggar
Dang Merdu yang ada di kawasan
Pemerintahan Pekanbaru.
Pernyataan tersebut merupakan hal
yang bermanfaaat bagi kita bahwa
jika ingin memiliki keterampilan
dan kepandaian terutama di bidang
seni hendaknya sering mengikuti
acara-acara seni atau bergabung
dalam sangaar-sanggar.
Dari sinilah ibunya mulai memberi
dorongan pada Micky untuk terus
berlatih.
Hal tersebut merupakan sesuatu
yang bermanfaat yang dapat
Cukup
2-4
dilakukan oleh orang yang ingin
memiliki keterampilan dan
kepandaian yaitu berlatih.
Dukungan orang tua pun
mempunyai peranan yang penting
pula seperti halya Micky yang
didukung oleh ibunya.
•
•
•
Micky memang banyak disebut
temannnya orang yang care
banget.
Kata care banget merupakan kata
tidak baku, kata bakunya adalah
perhatian sekali.
Biarpun lahir dari keluarga
seniman, ibunya Poppy Kaligis
(penyanyi) dan bapaknya Indra
Karina (drummer), Micky tetap
hidup bersahaja.
Pernyataaan tersebut memberikan
pengetahuan bagi kita bahwa orang
yang lahir dari keluarga seniman,
pada umumnya mempunyai darah
seni yang tinggi.
Dari sinilah ibunya mulai memberi
dorongan pada Micky untuk terus
berlatih.
Hal tersebut merupakan sesuatu
Kurang
0-1
yang bermanfaat yang dapat
dilakukan oleh orang yang ingin
memiliki keterampilan dan
kepandaian yaitu berlatih.
Dukungan orang tua pun
mempunyai peranan yang penting
pula seperti halya Micky yang
didukung oleh ibunya.
•
•
Micky memang banyak disebut
temannnya orang yang care
banget.
Kata care banget merupakan kata
tidak baku, kata bakunya adalah
perhatian sekali.
Dari sinilah ibunya mulai memberi
dorongan pada Micky untuk terus
berlatih.
Hal tersebut merupakan sesuatu
yang bermanfaat yang dapat
dilakukan oleh orang yang ingin
memiliki keterampilan dan
kepandaian yaitu berlatih.
Dukungan orang tua pun
mempunyai peranan yang penting
pula seperti halya Micky yang
didukung oleh ibunya.
Identitas Teks
♦ Judul : Chairil Anwar
♦ Teks ini digunakan pada : Pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry siklus II.
♦ Pelaksanaan tes siklus II : Kamis, 19 Agustus 2005.
♦ Teks ini dibaca selama : 10 menit.
Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Medan (Sumatera Utara) 26 Juli 1922 merupakan putra
satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya, Toeloes, berasal dari
kenegerian Taeh, 50 kota (Sumatera Barat) yang bekerja sebagai pamongpraja di
Sumatera Utara, dan zaman revolusi kemerdekaan menjadi Bupati Indragiri,
Karesidenan riau. Sedangkan ibunya, Saleha, berasal dari Koto Gadang (Sumatera
Barat) yang masih memiliki pertalian keluarga dengan ayah Sutan Sjahrir.
Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di kota kelahirannya Medan
dengan bersekolah Belanda HIS (Hollands Inlandsche School, setingkat SD). Di sana
Chairil kecil sudah menampakkan diri sebagai siswa yang cerdas dan berbakat
menulis. Kemudian dia melanjutkan sekolahnya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager
Orderwijs, setingkat Sekolah Menengah Pertama). Ketika kelas dua, dalam usia 19
tahun, Chairil hijrah ke Jakarta mengikuti ibunya, sebagai protes terhadap ayahnya
yang menikah lagi dan bercerai dengan ibunya. Karena kesulitan ekonomi pada masa
kolonial Jepang di tahun 1942, akhirnya Chairil putus sekolah.
Di masa putus sekolah itu Chairil di Jakarta mengisi waktunya dengan
membaca sebanyak-banyaknya karya sastra lewat di depannya: Indonesia, Belanda,
Jerman, Inggris, Amerika dan berbagai terjemahan sastra dunia. Sebagai pelajar
MULO Chairil otomatis menguasai tiga bahasa asing yaitu Belanda, Inggris, dan
Jerman secara aktif. Bahasa daerah yang dia kuasai adalah bahasa Minang. Dan
kelak, penguasannya terhadap ketiga bahasa asing itulah yang mengantarkan Chairil
pada karya-karya sastrawan dunia sebagai referensi yang berhasil disadur dan
diterjemahkan. Keberhasilannya menyadur dan menerjemahkan karya puisi atau
cerpen Andre Gide, John Steinbeck, Raine Maria Rlke, Ernest Hemingway, WH
Auden, Conrad Aiken, John Cornford, Hsu Chih-Mo, Archibald MacLeish, Willem
Elsschat, H. Marsman, Edgar du Perron, J. Slaverhoff, dan lain-lain telah
menyudutkan Chairil pada klaim kritikus sastra sebagai plagiator, penyadur, atau
penerima pengaruh berat dari karya-karya itu.
Chairil makin memperlihatkan kematangannnya sebagai penyair yang
menyerahkan hampir seluruh perjalanan kehidupannya dengan penuh kesetiaan untuk
sastra. Di antara kredo penciptaan puisinya sangat menarik adalah puisiku tiap kata
akan kugali-korek sedalamnya hinggga ke kernwoord, ke kernbeeld. Dalam pidato
radio tahun 1946, penyair ini menegaskan kembali pendapatnya, bahwa sebuah sajak
(puisi) yang menjadi adalah suatu dunia. Dunia yang dijadikan, diciptakan oleh si
penyair.
Tiga kumpulan puisi Chairil, yaitu Deru campur Debu (1949), Kerikil Tajam
dan Yang Terempas dan Yang Putus (1949), atau Tiga Menguak Takdir (1950).
Kumpulan puisi bertiga dengan Asrul Sani dan Rivai Apin-merupakan sejumlah puisi
yang selama bertahun-tahun hidup dan memompakan antusiasme dalam sejarah sastra
Indonesia, sekaligus referensi, yang telah memasuki lubuk teks dunia pendidikan dan
bidang kajian penelitian sastra. Chairil juga menjadi bagian tersendiri dalam kejadian
atau penelitian mengenai sastra yang ditulis sastrawan Indonesia. Terjemahan
puisinya ke dalam bahasa Inggris adalah Selected Poems of Chairil Anwar (1970)
oleh Burton Raffel, The Complete Poems of Chairil anwar (1974) oleh Liauw Yock
Fang, dan dalam bahasa Jerman Fever und Asche oleh Walter Karwath.
Nama Chairil Anwar dikenal di lingkungan seniman dan budayawan Jakarta
ketika ia berusia 21 tahun (1843). Pada masa itu, ia sering datang ke kantor redaksi
majalah Panji Poestaka mengantarkan puisi-puisinya. Pergaulannya dengan para
sastrawan dan budayawan senior semakin luas ketika ia kerap muncul di Keimin
Bunka Shidoso, pusat kebudayaan bikinan tentara pendudukan Jepang.
Chairil sempat bekerja menjadi redaksi majalah Gema Suasana (1948). Ia
hanya bertahan selama tiga bulan di sana (Januari-Maret), kemudian keluar dan
bekerja di mingguan berita Siasat. Di sana ia menjadi anggota redaksi ruang
kebudayaan Gelanggang bersama Ida Nasoetion, Asrul Sani, Rivai Apin. Dia salah
seorang pemikir yang memberikan kontribusi pada lahirnya Surat Kepercayaan
Gelanggang.
Untuk menghormati kepenyairan Chairil Anwar, Dewan Kesenian Jakarta
memberikan Anugerah Sastra Chairil Anwar, pertama kepada Mochtar Lubis di tahun
1992 dan kedua, Sutardji Calzoum Bachril di tahun 1998.
Sumber: Derai-derai Cemara dengan Pengubahan Seperlunya.
Jawablah Pertanyaan di bawah ini!
1. Sarikan riwayat hidup tokoh Chairil Anwar pada bacaan di atas!
2. Simpulkan keistimewaan tokoh Chairil Anwar!
3. Catatlah hal-hal yang bermanfaat yang dapat kamu peroleh dari bacaan di atas!
Kunci Jawaban
1. Chairil Anwar lahir di Medan (Sumatera Utara) 26 Juli 1922 merupakan putra
satu satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya, Toeloes, bekerja
sebagai pamongpraja di Sumatera Utara. Sedangkan ibunya, Saleha, berasal dari
Koto Gadang (Sumatera Barat) yang masih memiliki pertalian keluarga dengan
ayah Sutan Sjahrir. Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di HIS
(Hollands Inlandsche School, setingkat SD). Kemudian ia melanjutkan
sekolahnya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Orderwijs, setingkat Sekolah
Menengah Pertama). Karena kesulitan ekonomi pada masa kolonial Jepang di
tahun 1942, akhirnya Chairil putus sekolah. Pada masa itu ia sering membaca
sehingga ia dapat menyadur atau menerjemahkan cerpen. Tiga kumpulan puisi
Chairil, yaitu Deru campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan
Yang Putus (1949), atau Tiga Menguak Takdir (1950) sangat terkenal. Chairil
sempat bekerja menjadi redaksi majalah Gema Suasana (1948). Untuk
menghormati kepenyairan Chairil Anwar, Dewan Kesenian Jakarta memberikan
Anugerah Sastra Chairil Anwar.
2. Keistimewaan Chairil Anwar adalah ia dapat menerjemahkan karya puisi atau
cerpen. Ia juga menguasai tiga bahasa asing yaitu Belanda, Inggris, dan Jerman
secara aktif. Chairil Anwar juga membuat kumpulan puisi. Kumpulan puisinya
yang terkenal di antaranya Deru campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang
Terempas dan Yang Putus (1949), atau Tiga Menguak Takdir (1950). Ia pernah
mendapatkan Anugerah Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta.
3. Hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari teks tersebut adalah :
1. Di masa putus sekolah itu Chairil di Jakarta mengisi waktunya dengan
membaca sebanyak-banyaknya karya sastra lewat di depannya: Indonesia,
Belanda, Jerman, Inggris, Amerika dan berbagai terjemahan sastra dunia.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Chairil tidak menyia-
nyiakan waktu walaupun ia sudah berhenti sekolah ia tetap rajin membaca.
Seperti halnya Chairil jika kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan
mengisi waktu luang dengan membaca maka kita dapat menjadi orang yang
sukses.
2. Pergaulannya dengan para sastrawan dan budayawan senior semakin luas
ketika ia kerap muncul di Keimin Bunka Shidoso, pusat kebudayaan bikinan
tentara pendudukan Jepang.
Pergaulan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir kita. Seperti
halnya Chairil yang pergaulannya dengan sastrawan maka ia pun menjadi
sastrawan pula.
3. Dalam menghadapi hidup kita harus pantang menyerah seperti halnya yang
dilakukan Chairil. Walaupun ia dituduh plagiat ia tetap berkarya.
4. Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di kota kelahirannya Medan
dengan bersekolah Belanda HIS (Hollands Inlandsche School, setingkat SD).
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Chairil mempunyai
pendidikan yang tinggi pada masa itu. Orang yang sukses tidak terlepas dari
pendidikan tinggi.
Identitas Teks
♦ Judul : K.H. Abdullah Gymnastiar Mereparasi Qolbu
♦ Teks ini digunakan pada : Tes membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry
pratindakan.
♦ Pelaksanaan tes siklus II : Rabu, 10 Agustus 2005.
♦ Teks ini dibaca selama : 10 menit.
K.H. Abdullah Gymnastiar Mereparasi Qolbu
Ibarat sebuah magnet yang mampu menyedot, setiap pukul 10.00 Ahad pagi
hingga Zhuhur, ribuan orang hadir di Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT),
Bandung, JABAR. Hadir pula manajer-manajer dan pengusaha papan atas dari
berbagai kota. Bahkan ada yang dari negeri jiran seperti Malaysia, Brunei
Darussalam. Semuanya hendak mendengar taushiyah yang sejuk dan bersahaja dari
seorang ulama muda, K.H. Abdullah Gymnastiar.
Aa’ Gym, panggilan akrabnya selalu mengajak khalayak merenungi diri:
sudah sejauh mana menjaga kebersihan qolbu dalam setiap langkah sehari-hari.
Ayah enam anak ini memang sangat menguasai seni berda’wah. Masa lalunya
yang warna-warni membuatnya mudah diterima beragam lingkungan. Sentilan-
sentilan ringannya terkadang menjadi renungan panjang. Isak tangis dan penyesalan
senantiasa terdengar di antara hadirin setiap kali ia menyampaikan taushiahnya.
“Hal-hal sepele pun kalau Aa’ yang menyampaikan, bisa membuat orang
meneteskan air mata,” kata Muhammad Rajab, mahasiswa sebuah perguruan tinggi
negeri di Bandung. “Terasa seperti sedang memutar rekaman film tentang tingkah
laku kita sendiri,” kata seorang eksekutif muda yang baru pertama kali menghadiri
pengajiannya kepada Sahid di Jakarta.
Ternyata tidak ada resep khusus. “Saya menyampaikan tidak usah yang rumit-
rumit, yang gampang saja, “katanya kepada Sahid. Sesuatu yang disampaikan dengan
hati yang tulus maka akan menyentuh relung hati pendengar yang paling dalam.
Lelaki yang pernah menjadi komandan resimen Mahasiswa Universitas
Jenderal Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal oleh banyak orang dengan konsep
Manajemen Qolbunya. Menurutnya, tubuh kita ibarat sebuah kerajaan. Sekujur tubuh
ini adalah bala tentaranya dan rajanya adalah hati. “Kalau rajanya sakit maka
seluruhnya sakit,” ujarnya.
Karena keahliannya dalam hal mereparasi qolbu sampai ada yang menjuluki
pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962 ini sebagai Stephen Covey dari pesantren.
Stephen Covey adalh guru manajemen yang terkenal dengan buku dan pelatihannya
Seven Habits for Effective People.
Rekaman ceramahnya sudah banyak beredar dalam bentuk kaset dan VCD.
Buku-bukunya yang membahas masalah hati dan kiat menjadi SDM unggul laris
manis, seperti Menuju Generasi Ahli Dzikir, Fikir, dan Ikhtiar, Tanda-tanda Ikhlas,
Syukur Pengundang Nikmat, Manajemen Waktu, dan Seni Menata Hati dalam
Bergaul.
Di setiap akhir ceramahnya, mantan vokalis dan penyanyi ini sering mengajak
jamaahnya beristighfar dan berdo’a atau melantunkan serangkaian bait-bait nasyid
dengan suara yang merdu.
Sumber: Hidayatullah, Edisi khusus 01/Thn. XIV.
Mei 2001, hal. 55.
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Sarikan riwayat hidup tokoh K.H. Abdullah Gymnastiar berdasarkan teks di atas!
2. Sebutkan keistimewaan tokoh K.H. Abdullah Gymnastiar!
3. Daftarlah hal-hal yang bermanfaat atau hal-hal positif yang dapat kamu peroleh
dari teks di atas!
Kunci Jawaban
1. K.H. Abdullah Gymnastiar lahir di Bandung, 29 Januari 1962. Beliau biasanya
dipanggil dengan Aa’Gym. Ayah enam anak ini memang sangat menguasai seni
berda’wah. Sentilan-sentilan ringannya terkadang menjadi renungan panjang.
Lelaki yang pernah menjadi komandan resimen Mahasiswa Universitas Jenderal
Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal oleh banyak orang dengan konsep Manajemen
Qolbunya. Menurutnya, tubuh kita ibarat sebuah kerajaan. Sekujur tubuh ini
adalah bala tentaranya dan rajanya adalah hati. Jika ia berdakwah banyak
pengunjung yang hadir baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Beliau dijuluki
sebagai Stephen Covey dari pesantren. Rekaman ceramahnya banyak beredar
dalam kaset maupun VCD.
2. Keistimewaan Aa’Gym adalah hal-hal sepele pun kalau Aa’ yang menyampaikan,
bisa membuat orang meneteskan air mata. Sentilan-sentilan ringannya terkadang
menjadi renungan panjang. Beliau menyampaikan dakwahnya secara sederhana
dan mudah, tidak rumit-rumit sehingga banyak orang yang hadir ketika ia
menyampaikan dakwahnya.
3. Hal-hal bermanfaat yang dapat diambil dari teks tersebut adalah:
1. Sesuatu yang disampaikan dengan hati yang tulus maka akan menyentuh relung
hati pendengar yang paling dalam.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam menyampaikan
sesuatu kepada orang lain harus dengan hati tulus sehingga orang yang
mendengarnya pun akan merasa senang dan terharu.
2. Masa lalunya yang warna-warni membuatnya mudah diterima beragam
lingkungan.
Masa lalu merupakan pelajaran berharga yang dapat diambil
hikmahnya dan diamalkan dalam kehidupan.
3. Menurutnya, tubuh kita ibarat sebuah kerajaan. Sekujur tubuh ini adalah bala
tentaranya dan rajanya adalah hati. “Kalau rajanya sakit maka seluruhnya
sakit,” ujarnya.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa hati merupakan bagian
utama dari tubuh kita. Sehingga jika hati kita sakit maka tubuh kita pun akan
ikut sakit pula.
4. Jika kita mempunyai ilmu hendaknya diamalkan kepada orang lain. Begitu pula
yang dilakukan Aa’Gym ketika ia menyampaikan dakwahnya.
Pedoman Penilaian
• Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir membaca intensif teks profil tokoh
adalah jumlah skor dibagi tiga dikali 10.
Tabel 1 Aspek dan skor Penilaian
Aspek Penilaian Skor Maksimal
Menyarikan riwayat hidup tokoh
Menyimpulkan keistimewaan tokoh
Mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi
siswa
10
10
10
Tabel 2 Pedoman Penilaian
Aspek
Penilaian
Kategori
Skor
Skor Kriteria Penilaian
Menyarikan riwayat hidup tokoh
Sangat
Baik
Baik
8-10
5-7
K.H. Abdullah Gymnastiar lahir di
Bandung, 29 Januari 1962. Beliau
biasanya dipanggil dengan Aa’Gym.
Ayah enam anak ini memang sangat
menguasai seni berda’wah. Sentilan-
sentilan ringannya terkadang menjadi
renungan panjang. Lelaki yang pernah
menjadi komandan resimen
Mahasiswa Universitas Jenderal
Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal
oleh banyak orang dengan konsep
Manajemen Qolbunya. Menurutnya,
tubuh kita ibarat sebuah kerajaan.
Sekujur tubuh ini adalah bala
tentaranya dan rajanya adalah hati.
Jika ia berdakwah banyak pengunjung
yang hadir baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Beliau dijuluki
sebagai Stephen Covey dari pesantren.
Rekaman ceramahnya banyak beredar
dalam kaset maupun VCD.
K.H. Abdullah Gymnastiar lahir di
Bandung, 29 Januari 1962. Beliau
biasanya dipanggil dengan Aa’Gym.
Cukup
Kurang
2-4
0-1
Ayah enam anak ini memang sangat
menguasai seni berda’wah. Sentilan-
sentilan ringannya terkadang menjadi
renungan panjang. Lelaki yang pernah
menjadi komandan resimen
Mahasiswa Universitas Jenderal
Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal
oleh banyak orang dengan konsep
Manajemen Qolbunya. Beliau dijuluki
sebagai Stephen Covey dari pesantren.
K.H. Abdullah Gymnastiar lahir di
Bandung, 29 Januari 1962. Beliau
biasanya dipanggil dengan Aa’Gym.
Ayah enam anak ini memang sangat
menguasai seni berda’wah. Sentilan-
sentilan ringannya terkadang menjadi
renungan panjang. Lelaki yang pernah
menjadi komandan resimen
Mahasiswa Universitas Jenderal
Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal
oleh banyak orang dengan konsep
Manajemen Qolbunya.
K.H. Abdullah Gymnastiar lahir di
Bandung, 29 Januari 1962. Beliau
biasanya dipanggil dengan Aa’Gym.
Ayah enam anak ini memang sangat
menguasai seni berda’wah.
Menyimpulkan
keistimewaan
tokoh
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
Keistimewaan Aa’Gym adalah hal-hal
sepele pun kalau Aa’ yang
menyampaikan, bisa membuat orang
meneteskan air mata. Sentilan-sentilan
ringannya terkadang menjadi renungan
panjang. Beliau menyampaikan
dakwahnya secara sederhana dan
mudah, tidak rumit-rumit sehingga
banyak orang yang hadir ketika ia
menyampaikan dakwahnya.
Keistimewaan Aa’Gym adalah hal-hal
sepele pun kalau Aa’ yang
menyampaikan, bisa membuat orang
meneteskan air mata. Sentilan-sentilan
ringannya terkadang menjadi renungan
panjang.
Keistimewaan Aa’Gym adalah hal-hal
sepele pun kalau Aa’ yang
menyampaikan, bisa membuat orang
meneteskan air mata. Beliau dijuluki
sebagai Stephen Covey dari pesantren.
Rekaman ceramahnya banyak beredar
dalam kaset maupun VCD.
Keistimewaan Aa’Gym adalah ia
pernah menjadi komandan Resimen
Mahasiswa Universitas Jenderal
Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal
oleh banyak orang dengan konsep
Mencatat hal-hal
yang bermanfaat
bagi siswa
Sangat
Baik
8-10
Manajemen Qolbunya.
1. Sesuatu yang disampaikan dengan
hati yang tulus maka akan
menyentuh relung hati pendengar
yang paling dalam.
Dari pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa dalam
menyampaikan sesuatu kepada
orang lain harus dengan hati tulus
sehingga orang yang mendengarnya
pun akan merasa senang dan terharu.
2. Masa lalunya yang warna-warni
membuatnya mudah diterima
beragam lingkungan.
Masa lalu merupakan
pelajaran berharga yang dapat
diambil hikmahnya dan diamalkan
dalam kehidupan.
3. Menurutnya, tubuh kita ibarat sebuah
kerajaan. Sekujur tubuh ini adalah
bala tentaranya dan rajanya adalah
hati. “Kalau rajanya sakit maka
seluruhnya sakit,” ujarnya.
Dari pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa hati
merupakan bagian utama dari tubuh
kita. Sehingga jika hati kita sakit
Baik
5-7
maka tubuh kita pun akan ikut sakit
pula.
4. Jika kita mempunyai ilmu hendaknya
diamalkan kepada orang lain. Begitu
pula yang dilakukan Aa’Gym ketika
ia menyampaikan dakwahnya.
1. Sesuatu yang disampaikan dengan
hati yang tulus maka akan
menyentuh relung hati pendengar
yang paling dalam.
Dari pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa dalam
menyampaikan sesuatu kepada
orang lain harus dengan hati tulus
sehingga orang yang mendengarnya
pun akan merasa senang dan terharu.
2. Masa lalunya yang warna-warni
membuatnya mudah diterima
beragam lingkungan.
Masa lalu merupakan
pelajaran berharga yang dapat
diambil hikmahnya dan diamalkan
dalam kehidupan.
3. Menurutnya, tubuh kita ibarat sebuah
kerajaan. Sekujur tubuh ini adalah
bala tentaranya dan rajanya adalah
hati. “Kalau rajanya sakit maka
Cukup
Kurang
2-4
0-1
seluruhnya sakit,” ujarnya.
Dari pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa hati merupakan
bagian utama dari tubuh kita.
Sehingga jika hati kita sakit maka
tubuh kita pun akan ikut sakit pula.
1. Sesuatu yang disampaikan dengan
hati yang tulus maka akan
menyentuh relung hati pendengar
yang paling dalam.
Dari pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa dalam
menyampaikan sesuatu kepada
orang lain harus dengan hati tulus
sehingga orang yang mendengarnya
pun akan merasa senang dan terharu.
2. Jika kita mempunyai ilmu hendaknya
diamalkan kepada orang lain. Begitu
pula yang dilakukan Aa’Gym ketika
ia menyampaikan dakwahnya.
1. Sesuatu yang disampaikan dengan hati yang tulus maka akan menyentuh relung hati pendengar yang paling dalam.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain harus dengan hati tulus sehingga orang yang mendengarnya pun akan merasa senang dan terharu.
Identitas Teks
♦ Judul : Adi Sudah Mandiri Sejak Kecil
♦ Teks ini digunakan pada : Pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry siklus I.
♦ Pelaksanaan tes siklus II : Rabu, 10 Agustus 2005.
♦ Teks ini dibaca selama : 10 menit.
ADI SUDAH MANDIRI SEJAK KECIL
Masuknya Adi dalam 12 besar AFI 2 bukan hal yang aneh buat bungsu dari
tiga bersaudara pasangan bapak Abdullah Syukur dan Ibu Indrawati (alm.) ini. Sebab,
sebelum ikut AFl, Adi pernah masuk lima besar ajang Popstar. Di ajang pencari bakat
ini juga Adi berkenalan dengan Mawar, Akademia AFI 1. Berbagai lomba tingkat
daerah pun pernah Adi ikuti. Dalam setiap lomba, Adi pasti membawa pulang piala.
Wajar kalau koleksi piala di rumah ada sekitar 50 buah.
Kepiawaian Adi bukan hanya di tarik suara. Didukung, postur tubuh yang
tinggi dan senyum yang manis, nampaknya melengkapi kesuksesan Adi dalam dunia
model. Cowok yang bercita-cita menjadi entertain ini pernah menjadi juara I Mbak
dan Mas (seperti Abang dan None Jakarta), juara Putra-Putri Idola. Pada 2002 lalu,
dia juga berhasil memboyong juara Putra Pariwisata dan memperoleh piala dari
Walikota Jogjakarta. Pada tahun yang sama, Adi juga memperoleh juara I, Mbak dan
Mas tingkat Jawa Tengah. Masih banyak prestasi Adi yang lainnya.
Kecintaan cowok yang lahir pada 1 Januari 1980 ini pada tarik suara sudah
terlihat sejak kecil. Saat berusia dua tahun, mata Adi tidak mau lepas dari televisi.
begitu ada program menyanyi atau menari. Adi memperhatikan dengan seksama.
Setelah acara selesai, giliran Adi menirukan gerak artis di televisi. Hebatnya semua
gerak artis itu bisa persis. Saking pintarnya menirukan gerakan, saat TK Adi sudah
diminta mengajari teman-temannya menari. Melihat perkembangan putra bungsunya
yang cenderung ke seni, ibunya, Indrawati, terus mendorong. Misalnya dengan
membuat pernak-pernik untuk pentas. Soalnya, saat Adi kecil sudah mulai ikut lomba
menyanyi. Melihat bakat seni yang sangat tinggi pada Adi, sang ayah kemudian
mengirim Adi belajar nyanyi pada salah seorang guru vokal yang terkenal di Kudus.
Bakat menyanyi Adi mengalir dari kedua orang tuanya. Ibunya adalah
penyanyi keroncong, sedangkan sang ayah, meski mengajar IPA di SMU I Kudus,
tetapi menjadi pembina seni musik di sekolah favorit di kota penghasil rokok itu. Adi
pun pernah membuat grup band dengan sang kakak. Meski anak bungsu, Adi bukan
tipe anak manja. Sejak kecil sudah diajarkan mandiri. Saat masih kuliah di
Universitas Negeri Jogjakarta, Adi bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan.
Maklum, uang kiriman orang tua tidak begitu besar. Jadi, untuk kebutuhan selama
kos di Jogjakarta, dia mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak SD. Atau mengajar
bule-bule yang ingin belajar bahasa Indonesia. Dari hasil membuat les ini, kadang
Adi mengirim sebagian penghasilannya kepada orang tuanya. Adi juga sering
mendapat hadiah uang dari lomba yang dimenanginya. Kalau mendapat hadiah,
uangnya pasti diberikan kepada ibunya. Katanya, untuk belanja. Dari dulu, Adi
memang memiliki perhatian kepada keluarga. Anaknya sopan, ramah, cerdas, dan
patuh pada orang tua. Dia tidak pernah membantah. Kalau diminta menyapu halaman
rumah oleh orang tuanya, ya, menyapu. Adi juga bisa bergaul dengan siapa saja,”
kata Ibu Erna, tante Adi.
Adi tergolong cerdas. Sejak kecil, dia selalu mendapat peringkat di kelasnya.
Dia juga serba bisa dan mau belajar. Suatu kali, Adi tidak bisa mengoperasikan
komputer, dia belajar komputer sendiri. Beberapa minggu berikutnya, dia sudah bisa
mengutak-ngutik program komputer, bahkan bermain internet. Bahasa Inggris yang
dikuasainya pun berkat kemauan keras Adi belajar. Padahal dia tidak pernah ikut kursus
bahasa Inggris.
Sebagai anak bungsu, wajar kalau Adi dekat dengan orang tuanya, terutama
ibunya. Karena itu, dia sangat terpukul saat ibunda tersayang meninggal karena stroke.
“Waktu itu, Adi masih kuliah di Jogja. Saat ibunya sakit keras, Adi diminta pulang,
sepertinya sang ibu menunggu Adi pulang. Sebab, saat Adi tiba di rumah sang ibu
meninggal dunia. lbunya sempat berbicara kepada saya. la ingin melihat Adi sukses dan
tampil di televisi. Sayangnya, ibunya tidak bisa melihat Adi sekarang,” kata Ibu Erna,
adik kandung ibu Adi. Kepergian ibu tersayang membuat Adi terpukul. Sebab, selama ini
sang ibulah yang paling mendukung dan tempat Adi berkeluh kesah. Sekarang, sang
ayahlah tempat curhat Adi.
“Tidak tahu kenapa, sekarang saya lihat Adi terlihat sensitif. Mungkin, ya, itu
tadi, kangen dengan ibunya. Dari dulu, Adi memang ingin menyenangkan orang tuanya.
Dia sekarang mudah menangis. Padahal, dulu tidak. Kalau ada Akademia yang sakit atau
tereliminasi, dia pasti menangis. Adi memang mudah peduli,” lanjut Ibu Erna.Saat ikut
AFI, Adi melakukan semuanya sendiri. Dari mulai mendaftar sampai proses audisi. Adi
tidak segan-segan mendatangi sekolah-sekolah dan kantor untuk minta dukungan. “Adi
terus mendatangi sekolah dengan naik sepeda motor. Di sana dia menyanyi. Dia juga
mendatangi kantor-kantor. Maklum, dia tidak mempunyai biaya untuk minta dukungan.
Karena itu, dia mendatangi sekolah atau kantor. Kerena terlalu bersemangat dalam
meminta dukungan, Adi sampai terjatuh dari sepeda motor. Sangat beruntung dia tidak
cedera. Pak lurah, Bapak Nurul, tempat Adi tinggal juga mendukung. Kebetulan, Pak
lurah masih muda dan hobi menyanyi. Suatu kali, pernah Pak lurah dan Adi boncengan
naik motor mendatangi sekolah di Kudus. Pak lurah juga ikut membuat spanduk dan
membagikan brosur mendukung Adi,” tandas Ibu Erna.
Pak Abdullah pun ikut mencari dukungan buat Adi. Pak Abdullah mendatangi
SMUN 1 tempat dulu mengajar untuk minta dukungan buat Adi. Kepada beberapa teman
guru yang tidak punya handphone, Pak Abdullah memberikan kartu perdana seharga 50
ribu rupiah. Pak Abdullah berharap Pak Bupati ikut mendukung.
Sumber: Fantasi, Minggu Kedua Mei 200
Jawablah Pertanyaan berikut ini!
1. Sarikan riwayat hidup tokoh Adi!
2. Simpulkan keistimewaan Adi!
3. Catatlah hal-hal yang bermanfaat yang terdapat pada teks tersebut!
Kunci Jawaban 1. Adi adalah anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan bapak Abdullah Syukur dan
Ibu Indrawati (alm.) ini. Sebelum ikut AFl, Adi pernah masuk lima besar ajang
Popstar. Di ajang pencari bakat ini juga Adi berkenalan dengan Mawar, Akademia
AFI 1. Berbagai lomba tingkat daerah pun pernah Adi ikuti. Wajar kalau koleksi
piala di rumah ada sekitar 50 buah. Kecintaan cowok yang lahir pada 1 Januari
1980 ini pada tarik suara sudah terlihat sejak kecil. Bakat menyanyi Adi mengalir
dari kedua orang tuanya. Ibunya adalah penyanyi keroncong, sedangkan sang ayah,
meski mengajar IPA di SMU I Kudus, tetapi menjadi pembina seni musik di
sekolah favorit di kota penghasil rokok itu. Meski anak bungsu, Adi bukan tipe
anak manja. Sejak kecil sudah diajarkan mandiri. Saat masih kuliah di Universitas
Negeri Jogjakarta, Adi bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan. Anaknya
sopan, ramah, cerdas, dan patuh pada orang tua. Dia tidak pernah membantah. Adi
tergolong cerdas. Sejak kecil, dia selalu mendapat peringkat di kelasnya. Dia juga
serba bisa dan mau belajar.
2. Keistimewaan Adi adalah ia mempunyai suara yang indah dan segudang prestasi.
Walaupun anak bungsu ia tidak pernah manja karena sejak kecil sudah diajarkan untuk
mandiri. Ia tergolong anak yang cerdas dan patuh kepada orang tua.
3. Hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari teks tersebut adalah sebagai berikut.
1. Walaupun anak bungsu, ia tidak pernah manja.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Adi tidak pernah manja
walaupun anak bungsu. Sikap itu patut kita contoh karena jika sejak kecil kita
sudah terbiasa mandiri maka ketika dewasa pun kita akan mengalami kemudahan
dalam menghadapi segala masalah yang kita hadapi.
2. Anaknya sopan, ramah, cerdas, dan patuh pada orang tua. Dia tidak pernah
membantah.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Adi merupakan anak yang
tidak pernah membantah. Sikap Adi itu patutu kita teladani karena anak yang
patuh dan taat kepada orang tualah yang dapat sukses dalam hidup.
3. Adi sering mengikuti lomba-lomba baik dari segi tarik suara maupun model.
Jika kita ingin mempunyai pengalaman kita harus berani mencoba mengikuti
berbagai pertandingan maupun lomba walaupun terkadang kita harus kalah, karena
pengalamn merupakan ilmu yang tiada taranya.
4. Dalam hidup kita harus pantang menyerah dan berusaha keras jika kita ingin
berhasil. Seperti halnya yang dilakukan Adi. Untuk memperoleh suara dalam AFI,
ia rela mengunjungi kantor-kantor maupun sekolah-sekolah. Bahkan sampai ia
terjatuh dari sepeda motor, ia tetap berusaha dan pantang menyerah.