peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan …lib.unnes.ac.id/3226/1/6601.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI
DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF
MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA
KELAS VII C SMP N 2 SULANG
Skripsi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Retno Wulan Anggraeny
2101405618
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
ii
SARI
Wulan Anggraeny, Retno. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Mukh Doyin, M.Si., Pembimbing II Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.
Kata kunci: keterampilan menulis puisi, pendekatan emotif- imajinatif,
media audiovisual
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi disebabkan oleh dua faktor. Pertama, yaitu faktor siswa. Siswa kurang minat terhadap pembelajaran menulis puisi. Kedua, yaitu faktor guru. Guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Meneropong keadaan yang demikian, peneliti merasa tertantang untuk mendapatkan jalan keluar permasalahan itu. Salah satu upaya untuk dapat peneliti lakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa keas VII C SMP N 2 Sulang, yaitu dengan menggunakan pendekatan Emotif- Imajinatif melalui media audiovisual.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah, yaitu (1) seberapa besar peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N2 Sulang, (2) bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang, (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap siklus I dan tahap siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu peningkatan keterampilan menulis puisi dan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil tes keterampilan menulis puisi. Dan untuk teknik nontes berupa data perilaku siswa dari hasil observasi, jurnal, angket check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.
iii
Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang menunjukkan adanya peningkatan. Nilai rata-rata tes menulis puisi siklus I 75,09 selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 85,28. Setelah menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual juga terjadi perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebelumnya kurang bersemangat terhadap pembelajaran menulis menjadi lebih bersemangat, setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia agar menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada pembelajaran menulis puisi. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda.
iv
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia
Ujian Skripsi.
Semarang, Maret 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Mukh Doyin, M.Si. Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP 196506121994121001 NIP 196008031989011001
v
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang
Pada hari : Jumat
Tanggal : 12 Maret 2010
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Dra.Suprapti,M.Pd NIP 195801271983031003 NIP195007291979032001
Penguji I
Dra. L.M. Budiyati, M.Pd. NIP 194512301976032001
Penguji II Penguji III
Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP196008031989011001 NIP196506121994121001
vi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Maret 2010
Retno Wulan A
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
* Manusia dilahirkan untuk sukses, bukan gagal
(Henry David Thoreau)
* Kemenangan tanpa rintangan adalah hampa. Bukanlah prestasi kalau hanya
melintasi jalanan yang halus.
(Anonim)
Persembahan
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
* Ibu dan Keluarga, yang selalu berikan cinta,
kasih, sayang, dan semangat dengan tulus
* Almamaterku
viii
KATA PENGANTAR
Penulis sangat gembira serta syukur ke hadirat Ilahi dengan ucapan
alhamdulillah wassyukurillah karena penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul Peningkatan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif
Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor UNNES, Dekan FBS, serta Ketjur, yang telah memberikan izin
penelitian;
2. Drs. Mukh Doyin M.Si., dan Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., selaku
dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela
kesibukannya dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis;
3. Bapak dan Ibu dosen jurusan yang telah menyebarkan benih ilmu
sebagai bekal yang sangat bermanfaat;
4. Faizatul Khoeriyah, S.Ag., kepala MA Salafiyah Karang Tengah yang
telah memberikan izin penelitian;
5. Slamet, S.Pd., guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VII C yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;
6. Siswa-siswi kelas VII C SMP N 2 Sulang yang telah menjadi
responden dalam penelitian;
7. Keluarga tersayang yang selalu memberikan warna dalam hidupku;
8. Muhamad Asrory si babi moko, yang senantiasa memberi canda tawa,
kasih sayang dan perhatianya setiap detik;
9. Sahabat-sahabatku Paijo (F3), Ika, Nadia, Am2, Rosita, Erna,
Wisnu,teman- teman PPL,warga kos ungu yang telah memberikan
makna artinya persahabatan;
ix
10. Teman-teman PBSI angkatan 2005, khususnya alumni C paralel yang
telah memberikan segala informasi;
11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengharapkan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
x
DAFTAR ISI
SARI …………………………………………………………………….. ii
PERSETUJUAN ……………………………………………………….. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………….. v
PERNYATAAN ………………………………………………… vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………...... vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xvi
DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………….. xvii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………… 6
1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………… 8
1.4 Rumusan Masalah…………………………………………… 8
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 9
1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………… 9
1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………….. 9
1.6.2 Manfaat Praktis ………………………………………………… 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ............ 11
2.1 Kajian Pustaka ………………………………………………. 11
2.2 Landasan Teoretis …………………………………………… 13
2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif ……………………………………… 14
2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif ………………………………... 14
2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif ..................................................... 17
2.2.2 Hakikat Puisi ................................................................... 19
xi
2.2.2.1 Pengertian Puisi ………………………………………. 20
2.2.2.2 Unsur-unsur Pembangun Puisi ……………………….. 21
2.2.2.2.1 Diksi …………………………………….. …… 22
2.2.2.2.2 Pengimajian ……………………………………. 23
2.2.2.2.3 Kata Konkrit ……………………………………. 23
2.2.2.2.4 Bahasa Figuratif ………………………………… 23
2.2.2.2.5 Versifikasi ……………………………….……… 30
2.2.2.2.6 Tipografi…………………………………………. 31.
2.2.2.2.7 Tema………………………………………...….... 32
2.2.2.2.8 Perasaan, nada, …………………………….…….. 33
2.2.2.2.9 Suasana………………………………………….... 34
2.2.2.2.10 Amanat ………………………………….……… 34
2.2.2.3 Langkah-langkah Menulis Cerpen ………………………. 34
2.2.3 Pendekatan Emoitif- Imajinatif …………….............................. 35
2.2.4 Hakikat Media..................................................................... 41
2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Emoitif- Imajinatif…… 44
2.2.6 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif
Media Audiovisual ………………………………….............. 44
2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………… 46
2.4 Hipotesis Tindakan ………………………………………….. 48
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 49
3.1 Desain Penelitian ……………………………………………. 49
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ……………………………… 50
3.1.1.1 Perencanaan …………………………………………… 50
3.1.1.2 Tindakan ……………………………………………… 51
3.1.1.3 Observasi …………………………………………….. 52
3.1.1.4 Evaluasi………………….………………………………. 52
3.1.1.5 Refleksi ……………………………………………….. 53
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ………………………………. 54
3.1.2.1 Perencanaan ………………………………………….. 54
3.1.2.2 Tindakan ……………………………………………… 54
xii
3.1.2.3 Observasi …………………………………………….. 55
3.1.2.4 Refleksi ………………………………………………. 55
3.2 Subjek Penelitian …………………………………………….. 56
3.3 Variabel Penelitian …………………………………………… 56
3.3.1. Keterampilan Menulis Puisi ………………………………… 57
3.3.2 Pendekatan Emotif- Imajinatif……………...............…………… 57
3.4 Instrumen Penelitian …………………………………………. 58
3.4.1. Bentuk Instrumen ……………………………………………... 55
3.4.1.1 Instrumen Tes ……………………………………………. 55
3.4.1.2. Instrumen Nontes ……………………………………….. 69
3.4.1.2.1. Lembar Observasi …………………………….. 69
3.4.1.2.2. Pedoman Wawancara …………………………. 70
3.4.1.2.3. Jurnal …………………………………………. 71
3.4.1.2.4. Dokumentasi Foto ……………………………. 72
3.4.1.2.5 Angket Check List............................................. 73
3.4.2 Uji Validitas ……………………………………………….. 74
3.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………... 74
3.5.1. Teknik Tes ……………………………………………………. 74
3.5.2. Teknik Nontes ………………………………………………… 75
3.5.2.1. Observasi ………………………………………………… 75
3.5.2.2. Wawancara ………………………………………………. 76
3.5.2.3. Jurnal …………………………………………………….. 76
3.5.2.4. Dokumentasi Foto ………………………………… ……. 67
3.6 Teknik Analisis Data ………………………………………... 77
3.6.1. Teknik Kuantitatif …………………………………………….. 77
3.6.2. Teknik Kualitatif ……………………………………………… 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….. 80
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………… 81
4.1.1 Hasil Siklus I …………………………………………. 81
4.1.1.1 Hasil tes …………………………………………………. 82
4.1.1.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi…………. 84
xiii
4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 85
4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 86
4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 87
4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 88
4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi …….. 89
4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema …….. 90
4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada…. 91
4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 92
4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 93
4.1.1.2 Hasil Nontes ……………………………………………… 94
4.1.1.2.1 Hasil Observasi ………………………………… 94
4.1.1.2.2 Hasil Jurnal ……………………………………. 99
4.1.1.2.3 Hasil Check List ……………………………….. 104
4.1.1.2.4 Hasil Wawancara ………………………………. 105
4.1.1.2.5 Hasil Dokumentasi Foto …………………......... 108
4.1.1.3 Refleksi Siklus I …………………………………………. 113
4.1.2 Hasil Siklus II ……………………………………………. 117
4.1.2.1 Hasil Tes ………………………………………………… 117
4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi…………. 120
4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 121
4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 122
4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 123
4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 124
4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi …….. 125
4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema …….. 126
4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada… 127
4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 128
4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 129
4.1.2.2 Hasil Nontes …………………………………………….. 130
4.1.2.2.1 Hasil Observasi ………………………………... 130
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal ……………………………………. 131
xiv
4.1.2.2.3 Hasil Check List ………………………………. 138
4.1.2.2.4 Hasil Wawancara …………………………........ 138
4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto ……………………... 141
4.1.2.3 Refleksi Siklus II ………………………………………… 147
4.2 Pembahasan ………………………………………………….. 148
4.2.1 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Melalui Pendekatan
Emotif- Imajinatif Dengan Media Audiovisual Pada Siswa
Kelas VII C SMP N 2 Sulang .................................................... 148
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII C pada Siswa SMP N 2
Sulang Terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Melalui
Pendekatan Emotif- Imajinatif Media
Audiovisual.............................................................................. .... 152
BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 156
5.1 Simpulan …………………………………………………….. 155
5.2 Saran ………………………………………………………… 157
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 158
LAMPIRAN ....…………………………………………………………. 159
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Penilaian Tes Menulis Puisi
Tabel 2. Aspek Penilaian Tes Menulis Puisi
Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
Tabel 4 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I
Tabel 4.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi
Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian
Tabel 4.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit
Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif
Tabel 4.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi
Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi
Tabel 4.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema
Tabel 4.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada
Tabel 4.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana
Tabel 4.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat
Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II
Tabel 5.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi
Tabel 5.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian
Tabel 5.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit
Tabel 5.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif
Tabel 5.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi
Tabel 5.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi
Tabel 5.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema
Tabel 5.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada
Tabel 5.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana
Tabel 5.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat
Tabel 6 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I dan Siklus II
Tabel 7 Perbandingan Dokumentasi Foto Siklus I dan Siklus II
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan
Gambar 3 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi
Gambar 4 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Ide
Gambar 5 Sikap Siswa Membacakan Puisi di depan Kelas
Gambar 6 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan
Gambar 7 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi
Gambar 8 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Gagasan
Gambar 9 Sikap Siswa Saat Kegiatan Menulis Puisi
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I
Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus I
Diagram 3 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I dan Siklus II
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia untuk
menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam penjelasan
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 disebutkan pada hakikatnya pendidikan
dalam konteks pengembangan nasional mempunyai fungsi: pemersatu bangsa,
penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri. Pasal 19 ayat 1
Peraturan Pemerintah tersebut menerangkan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif serta
memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dengan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan pengembangan fisik, serta psikologis peserta didik
(Peraturan Pemerintah Nomor : 19, 2005 : Pasal 19 ayat 1). Tujuan utama
pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki kemampuan mengapresiasi karya
sastra. Apresiasi sastra adalah menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh
sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepercayaan yang baik terhadap karya sastra. Perilaku kegiatan apresiasi dapat
berupa kegiatan secara langsung dan kegiatan secara tidak langsung.
Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra
belajar menghargai manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran
2
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Serta
menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Menulis
adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan.
Menulis merupakan salah satu cara untuk melegakan perasaan, juga sebagai
pengungkapan diri. Menulis membutuhkan ketekunan, kesabaran dan keahlian
berkata-kata apa yang ditulisnya dapat dipahami orang lain. Menulis adalah
sebuah eksotisme, membantu menahan derita, menanggulangi masalah dan
bahkan membuatnya semakin indah.
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara
berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) siswa. Menulis tidak
ubahnya melukis, siswa banyak memiliki gagasan untuk dituangkan ke dalam
tulisan. Menulis juga merupakan kebutuhan utama dalam proses transfer dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Ketrampilan menulis adalah kemampuan
menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu
peristiwa sehingga timbul komunikasi.
Materi pengajaran Bahasa Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu materi sastra
dan materi bahasa. Pengajaran sastra mempunyai peranan yang penting dalam bentuk
watak, kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan bersastra pada siswa. Pengajaran sastra membuat siswa dapat
mengenal dan menikmati hasil karya sastra itu sendiri. Selain itu, dalam pengajaran
sastra siswa dapat menggunakan ide, gagasan, ataupun pendapat yang menjadi ekspresi
siswa. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memperkaya nuansa batin dan mampu
3
menubah pola pikiran siswa yang akhirnya dapat mempengaruhi tanggapan siswa
terhadap dirinya, alam sekitar dan Sang Pencipta.
Sistem pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah
menengah belum menampakkan adanya gejala-gejala perubahan yang menuju
kearah perbaikan (Afrarudin 1990 : 37). Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra yang
demikian kompleks itu masih dipegang oleh seorang guru. Perlu diperhatikan
dalam pengajaran sastra, seorang guru harus memperhatikan teknik mengajar
yang meliputi proses pembelajaran dan materi yang diajarkan. Hal itu bertujuan
untuk membantu siswa memunculkan ide-ide baru dan mewujudkan konsepsi
menjadi kenyataan (Rahmanto 1988 : 37). Guru harus mampu menciptakan
lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan kondisional. Lingkungan
kondisional dalam suatu aktifitas pembelajaran, meliputi beberapa penggolongan
ruang kelas, sumber belajar (Depdiknas 2003 : 13), sehingga indikator dalam
pembelajaran akan tercipta secara maksimal. Pentingnya pembelajaran sastra di
sekolah, termasuk pembelajaran menulis puisi, guru harus berusaha untuk
meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan berbagai upaya dan metode yang
diajarkan. Karena pembelajaran sastra khususnya puisi sampai saat ini
menghadapi sebagai masalah. Masalah yang dihadapi antara lain jumlah dan mutu
buku teks yang dipergunakan, proses pembelajaran yang cenderung monoton dan
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.
Keindahan puisi terdiri atas dan keindahan yaitu keindahan etis dan
keindahan estetis. Keindahan etis yaitu keindahan yang berkaitan dengan isi yang
4
disampaikan oleh penyair. Keindahan estetis adalah keindahan yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur pembangun puisi (Suharianto 2006 : 6).
Keindahan puisi yang bersifat etis adalah keindahan yang berupa nilai-
nilai yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Nilai tersebut diperoleh
diluar karya sastra atau unsure ekstrinsik. Unsur ekstrinsik puisi yang nilai
didaktis atau pendidikan nilai sosial, nilai kebangsaan dan nilai ketuhanan.
Keindahan puisi yang bersifat estetis adalah keindahan puisi yang bersumber dari
unsur pembangunan yang berasal dari dalam puisi atau unsur instriksik. Unsur
instrinsik puisi adalah tema, imajinasi, diksi, majas, rima, irama, dan suasana.
Nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik pada puisi dapat menjadikan siswa arif dan
bijaksana dalam menyiapkan kehidupan.
Berkata dengan pembelajaran puisi, berdasarkan hasil observasi yang
pernah dilakukan peneliti di SMP N 2 Sulang, menulis puisi telah diajarkan tetapi
mengalami berbagai hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh
dari guru pengampu mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi karena belum
mampu dalam menentukan tema, membayangkan hal-hal yang akan ditulis. Siswa
mengalami kesulitan untuk mencari bahasa yang khas untuk mengapresiasikan
apa yang dibayangkan. Kebingungan siswa merupakan suatu kendala
pembelajaran menulis puisi di sekolah. Selain itu, dalam pembelajaran guru masih
menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah.
Proses pembelajaran sastra menulis puisi seperti itu kurang mencapai
hasil yang maksimal karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru sehingga
5
siswa kurang kreatif, sehingga ekspersinya terbatas karena siswa hanya
melaksanakan tugas dari guru. Misal, apa yang dilakukan siswa kelas VII
khususnya kelas VII C pada saat mereka menerima materi yang disampaikan oleh
guru, dimana pada saat guru menerangkan materi yang sedang di bahas didepan
kelas, kebanyakan dari siswa hanya mengobrol dengan teman-temanya sehingga
membuat kelas menjadi gaduh. Kondisi itu disebabkan didalam prose belajar
mengajar hanya terjadi satu arah saja yaitu yang diberikan oleh guru. Padahal,
tujuan pembelajaran sastra adalah agar siswa mampu berekspresi, menikmati dan
memahami karya sastra. Selain, metode yang kurang bervariasi selama ini proses
pembelajaran dilakukan tanpa memperhitungkan daya tarik siswa. Misalnya saja,
dengan bantuan media audiovisual sehingga tidak membuat siswa menjadi jenuh.
Kejenuhan siswa dalam pembelajaran sastra disebabkan juga oleh
kurang berminatnya siswa dalam belajar sastra. Mereka beranggapan bahwa sastra
adalah pelajaran yang paling sulit, sejak awal siswa kurang tertarik pada sastra.
Selain itu, peletakan jam pelajaran kurang efektif, misalnya jam pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia diletakkan pada jam terakhir. Hal ini kurang mendukung
dalam pembelajaran karena siswa sudah lelah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sasrtra Indonesia, guru sering
berpedoman pada rencana pembelajaran yang terdahulu dan kurangnya
pembangunan rencana tersebut dan pada akhirnya tidak ada unsur kreatif dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
Penilaian ini menggunakan pendekatan emotif – imajinatif dengan media
audiovisual karena pendekatan dan penggunaan media tersebut merupakan
6
penggabungaan sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Dengan
menggunakan pendekatan emotif, imajinatif, dirasa cocok untuk pembelajaran
menulis puisi karena pendekatan emotif – imajinatif menawarkan pembelajaran
yang menekankan proses dan hasil. Tetapi jauh dari itu, siswa dianjurkan
bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar
(De Porter dalam Zein, 2008 : 3).
Penelitian memilih pembelajaran menulis puisi karena sampai saat ini
belum menemukan skripsi yang membahas menulis puisi melalui pendekatan
emiotif – imajinatif dengan media audiovisual. Atas dasar itulah penulis mencoba
membahas masalah peningkatan ketrampilan menulis dengan pendekatan emotif –
imajinatif menggunakan media audiovisual diharapkan dapat memberikan
pengalaman baru yang menyenangkan bagi siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis puisi dapat
dipengaruhi oleh faktor siswa, guru, dan lingkungan sekolah. Masalah yang
dialami siswa yaitu masih rendahnya kemampuan menulis puisi sebagai
keterampilan yang sulit dilakukan. Puisi yang dibuat siswa cenderung mampu
mengungkapkan gagasan, diksi, seta rima yang dipilih kurang menarik, sehingga
tidak mampu mendukung makna puisi yang ditulis.
Masalah yang dialami oleh guru yaitu pendekatan dalam pembelajaran
yang digunakan guru kurang tepat. Selama ini pendekatan yang digunakan guru
masih tradisional dan kurang bervariasi. Ceramah menjadi pilihan utama dalam
7
pembelajaran sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan teori saja. Hal ini
menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran tersebut. Guru
tidak cukup hanya menerapkan metode ceramah saja, tetapi diperlukan suatu
pendekatan pembelajaran yang mampu merangsang kreatifitas siswa agar
menggunakan ide penulisan puisi, karena kemahiran guru dalam menerapkan
pembelajaran sangat mempengaruhi perilaku siswa dan juga terhadap hasil belajar
siswa. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah ini adalah dengan
mengubah pendekatan dalam pembelajaran.
Rendahnya hasil yang diperoleh siswa karena siswa tidak terbiasa dilatih
menulis sastra. Mengatasi hal tersebut, guru sebaiknya membiasakan dan melatih
siswa untuk menulis.
Dalam lingkungan sekolah, kurangnya pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan menulis sastra (seperti pengadaan mading tentang sastra,
kegiatan perlombaan menulis sastra antar kelas, kegiatan menulis sastra)
menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk menulis sastra. Mengatasi masalah
ini, guru dan pihak sekolah hendaknya sering mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler tentang kesastraan, dan menyediakan tempat untuk mengadakan
mading sekolah di tempat yang strategis agar siswa tertarik dan berminat untuk
ikut berpartisipasi dalam pembuatan mading sekolah.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran sastra
khususnya dalam ketrampilan menulis. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam
8
pembelian ini, maka penelitian hanya membatasi permasalahan kurangnya ketrampilan
menulis puisi siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya dan media pembelajaran
yang digunakan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti akan menerapkan
emotif – imajinatif dengan media audiovisual agar dapat meningkatkan ketrampilan
siswa dalam menulis puisi dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh dan terlibat penuh
dalam proses pembelajaran. Sehingga terjadi perubahan perilaku siswa setelah
mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui penerapan pendekatan emotif –
imajinatif dengan media audiovisual.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusan
permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar peningkatan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP
Muhammadiyah Semarang melalui pendekatan emotif – imajinatif dengan
media audiovisual.
2. Bagaimana perubahan perilaku belajar siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang
setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif –
imajinatif melalui media audiovisual.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1. Mendiskripsikan peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi
dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media
audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang.
9
2. Mendiskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti menulis
puisi dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media
audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang .
1.6 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap dari penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh
manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan tentang pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi.
b. Menambah teori-teori dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis puisi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru yaitu memberikan alternatif pemilihan pendekatan
dan media pembelajaran menulis puisi dan dapat mengembangkan
keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan emotif – imajinatif
melalui media audiovisual.
b. Manfaat bagi peneliti yang dapat memperkaya wawasan tentang
penggunaan komponen pemodelan dengan pendekatan emotif –
imajinatif melalui media audiovisual dalam pembelajaran.
10
c. Manfaat bagi lembaga pendidikan adalah adanya peningkatan kualitas
pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif –
imajinatif melalui media audiovisual.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian ini murni beranjak dari awal jarang ditemui karena biasanya
suatu penelitian mengacu pada penelitian yang dapat dijadikan sebagai titik tolak
dalam penelitian selanjutnya ( Arikunto 1997:24 ) . Peninjauan terhadap
penelitian lain sangat penting sebab di gunakan untuk mengetahui revelensi
penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan di laksanakan.
Peninjauan penelitian sebelumnya digunakan untuk membandingkan seberapa
besar keaslian dari penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian tindakan kelas tentang menulis puisi merupakan penelitian yang
menarik. Banyaknya penelitian tenmtang menulis puisi tersebut dapat dijadikan
salah satu bukti bahwa menulis puisi di sekolah – sekolah sangat menarik untuk di
teliti. Penelitian melukiskan puisi telah banyak dilakukan antara lain oleh Hasyim
( 2001 ) , Fatoni ( 2002 ) , Kurnia ( 2005 ) , Fauziah ( 2006 )
Hasyim ( 2001 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Menulis puisi yang bertemakan Pengalaman Pribadi dengan Metode
Karya Wisata di SMP Muhammadiyah 7 Pengandol Kendal, menunjukkan
bahwakemampuan siswa dalam menulis puisi meningkat setelah digunakan
metode karya wisata dalam pembelajaran menulis puisi. Selain itu, hasil penelitian
12
menunjukkan bahwa metode karya wisata dapat menciptakan suasana
pembelajaran menjadi kondusif dan menyenangkan.
Fatoni (2002 ) menullis skripsi berjudul Kemampuan Menulis Puisi
Melalui Metode Karya Wisata pada siswa kelas II MA Nahdlatus Syiban Sayung
Kabupaten Demak. Penelitian Fatoni tidak jauh berbeda dengan penelitian
Hasyim (2001). Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai rata- rata skor pada
tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,2. Pada siklus I nilai rata- rata 73,5
dan pada siklus II menjadi 78,3. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 1,45% dari
tes awal ke siklus I, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1, 63 %
. Penelitian ini mempunyai keterkaitan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama –
sama meneliti tentang ketrampilan puisi, hanya saja penelitian yang di lakukan
oleh Fatoni menggunakan metode karya wisata sedangkan peneliti menggunakan
media audiovisual sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi.
Kurnia ( 2005 ) menulis skripsi berjudul Penerapan Model Pembelajaran
dan sistem penilaian Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Puisi siswa kelas VII F SMP 40 Semarang, menunjukkan keterampilan
menulis puisi kreatif puisi siswa tersebut mengalami peningkatan 30,60 % setelah
mengikuti pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model pembelajaran sistem
penilaian berbasis portofolio. Hasil rata – rata tes menulis puisi pada pratindakan
sebesar 59,86 % dan pada siklus I meningkat sebesar 15,27 sedangkan pada siklus
II meningkat lagi sebesar 13,30 %
Fauziah ( 2006 ) menulis skripsi berjudul Peningkatan Kemampuan
Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung pada siswa
13
kelas VII F SMP 16 Semarang tahun pembelajaran 2005/2006 . Menyimpulkan
bahwa nilai rata – rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,56
%, Hingga terjadi peningkatan 59,55 % pada siklus I dan pada siklus II meningkat
8,73 %. . Dengan menghadirkan teknik objek secara langsung,ternyata
kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat setelah membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I, dan hasil
tes siklus II. Penelitian ini mempunyai keterlibatan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti kemampuan menulis puisi,
hanya saja teknik atau pendekatannya berbeda.
Berdasarkan sumber dan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa,
peneliti ingin meneliti keterampilan menulis puisi dengan pendekatan sugestif-
imajinatif dengan media audiovisual pada siswa SMP Mahamadiyah 3 Semarang.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian
sebelumnya merupakan penelitian tentang menulis puisi dengan metode karya
wisata dan pendekatan kontekstual pada siklus I dan II dengan hasil meningkat
yang menggunakan cara pembelajaran yang berbeda-beda. Sedangkan penelitian
sekarang ini meneliti tentang keterampilan menulis puisi dengan pendekatan
emotif imajinatif merupakan peraduan yang dapat digunakan sebagai untuk
meningkatkan menulis puisi pada siswa SMP.
14
2.2 Landasan Teoritis
2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif
Hakikat menulis kreatif telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli,
baik berupa definisi dan tujuan menulis kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari
uraian berikut ini.
2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif Puisi
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif. Menulis kreatif
pada hakikatnya dapat berupa puisi, drama, dan cerpen. Puisi menurut Waluyo
(2000:78) mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan
yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan
mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.
Menulis kreatif memiliki kecenderungan bersifat ekspresif, sugestif, dan
asosiatif. Ekspresif maksudnya adalah setiap bunyi yang dipilih, setiap kata yang
dipilih, dan setiap methapor yang dihadirkan harus berfungsi bagi kepentingan
ekspresi, mampu memperjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang
kuat. Sugestif maksudnya adalah bersifat menyarankan dan mempengaruhi
pembaca serta menyenangkan dan tidak memaksa. Asosiatif maksudnya mampu
membangkitkan pikiran dan perasaan yang merambat, tetapi masih berkisar
diseputar makna konvensial atau makna konotatif yang sudah lazim.
Menurut Suharianto (2005) dalam menulis karya sastra ada dua hal
penting yang amat dominan dalam setiap karya sastra kepengalaman. Kedua hal
15
tersebut adalah daya imajinasi dan daya kreasi. Daya imajinasi adalah daya
“membayangkan” atau “menghayalkan” segala sesuatu yang pernah menyentuh
perasaan atau singgah dalam pikiranya. Sedangkan daya kreasi adalah daya “
menciptakan” sesuatu yang baru, kemampuan menghadirkan sesuatu yang lain
daripada yang pernah ada. Seorang pengarang harus mampu menggabungkan
imajinasi dan kreatifitas karya yang bagus.
Trianto (2002:2) menyebutkan bahwa tulisan kreatif bersifat apresiatif dan
ekspresif. Apresiatif maksudnya adalah melalui kegiatan menulis kreatif orang
dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali
secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks- teks kreatif karya orang lain
dengan caranya sendiri dan memanfaatkan hal tersebut dalam kehidupan nyata.
Apresiatif dapat juga berarti karya sastra pada dasarnya merupakan hasil
penafsiran kehidupan yang di lakukan oleh sastrawan. Ekspretif disebut dan
merancang, dalam arti kita dimungkinkan mengekspresikan dan memgungkapkan
berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk
dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan keratif sebagai sesuatu yang
bermakna.
Menurut Roekhan ( dalam Hidayah 2007:14) proses penulisan kreatif pada
hakikatnya yaitu proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari : (1)
memunculkan ide dalam bentuk penulis, (2) menangkap dan merenungkan ide
tersebut, (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh, (4) membahas ide
tersebut dan merancang dan diakhiri dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam
bentuk karya sastra.
16
Tarigan (1986:3-4) menulis puisi sebagai salah satu aspek kemampuan
bersastra merupakan suatu proses pengembangan. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan efektif. Menurut Hairston (Darmadi dalam Gamar
Fauziayah 2006:15), menulis atau mengarang memiliki arti penting yaitu : 1)
dapat merangsang pikiran, 2) dapat memunculkan ide baru, 3) dapat melatih
kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, 4) dapat
melihat sikap objektif yang pada diri seseorang, 5) dapat membantu diri untuk
menyerap dan memproses informasi, 6) akan memungkinkan untuk berlatih
memecahkan beberapa masalah sekaligus, 7) dalam bidang ilmu akan
memungkinkan untuk menjadi aktif dan bukan hanya menjadi penerima
informasi, 8) dalam menulis fiktif memungkinkan untuk melatih emosi dalam
rangka pendendalian ekspresif diri.
Ketrampilan atau kempuan menulis puisi adalah kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan
menggunakan bahasa yang bersifat litere (Depdiknas dalam Fauzitah 2006:16).
Menulis puisi merupakan wujud komunikasi tidak langsung (bahasa tulis)
yang menekankan pada ekspresi diri, emosi, gagasan dan ide. Selain itu,
ketrampilan menulis puisi merupakan proses aktivitas berfikir manusia secara
produktif ekspresif serta didukung oleh proses pengetahuan, kebahasaan, dan
teknik penulisan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan
menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara
apresiatif dalam bentuk puisi sebagai sesuatu yang bermakna dengan
memanfaatkan berbagai pengalaman dalam kehidupan nyata.
17
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif puisi adalah
melahirkan pikiran atau perasaan melalui rangkaian kata yang disusun
berdasarkan kreatifitas, kemampuan bahasa, dan kemampuan sastra. Menulis
kreatif adalah penciptaan karya sastra yang bersifat apresiatif, ekspresif, dan
kreasi yang didasarkan pada kehidupan manusia yang mempunyai nilai- nilai yang
bermakna dalam kehidupan yang mengarah, dan meningkatkan kualitas hidup
sebagai manusia.
2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif
Setiap jenis tulisan yang dibuat mengandung beberapa tujuan. Menurut
Jabrohim (2003:71) mengemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh orang-
orang yang memilih bidang sastra sebagai “ lahan” kegiatan yakni bersifat
apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan bersastra
orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan memungkinkan menciptakan
kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam sastra dengan caranya
sendiri, serta memanfaatkan berbagai hal tersebutdalam kehidupan nyata.
Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau
mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam
diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui ( karya) sastra, sebagai
sesuatu yang bermakna.
Hugo Hartig ( dalam Tarigan 1986: 24-25) mengungkapkan bahwa tujuan
menulis adalah sebagai berikut:
(1) Assigment Purpose ( tujuan penuguasan)
18
Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis hanya
menulis karena ditegaskan, bahkan atas kemajuan sendiri.
(2) Altruistic Purpose ( tujuan alturistik)
Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para
pembaca, ingin menolong para remaja memahami, menghargai perasaan, dan
penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya.
(3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
di utarakan.
(4) Self-expressive Purpose ( tujuan penyesuaian diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada pembaca.
(5) Creative Purpose ( tujuan kreatif)
Tujuan tang bertujuan mencapai nilai- nilai artistik, nilai- nilai kesenian.
(6) Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.
Dalam proses pengajaran, pembelajaran menulis pada dasarnya
dilaksanakan untuk mencapai tujuan- tujuan berikut:
(a) mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggung jawab,
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati- hati,
integritas, dan sensitif.
(b) merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelek siswa
19
(c) menghasilkan tulisan atau karangan yang bagus, tepat, jelas, dan ekonomis
penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang
terkandung dalam hati dan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan menulis
kreatif adalah dengan kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, dan
menikmati, serta menciptakan tulisan- tulisan yang lebih kreatif. Selain itu, untuk
dapat mengungkapkan berbagai pengalaman yang dikomunikasikan kepada orang
lain.
Tujuan lain yang erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu
tujuan kratif. Akan tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan
melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic atau seni yang
ideal, seni yang menjadi idaman.
Melalui tulisannya, penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta
menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Kegiatan menulis
seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah (problem solving).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki
tujuan yang beragam. Oleh karena itu, kegitan menulis menghasilkan beragam
jenis tulisan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis.
Teori tentang menulis yang akan di paparkan di sini meliputi hakekat
menulis, fungsi menulis, tujuan menulis, jenis menulis dan manfaat menulis.
20
2.2.2 Hakikat Puisi
Teori tentang puisi yang akan dipaparkan pada bagian ini meliputi
:pengertian puisi, unsur - unsur puisi, jenis puisi, aspek yang dinilai dalam
penulisan puisi.
2.2.2.1 Pengertian Puisi
Waluyo (2005:2) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur
fisik dan struktur batinnya. Puisi adalah pengungkapan kembali segala peristiwa
atau kejadian yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Badrun (1989:2) menyatakan bahwa puisi pada hakikatnya
mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat
dan terorganisasi. Pradopo (2002:12) menyatakan puisi adalah hasil kratifitas
manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Puisi
merupakan susunan kata yang pada masing-masing baris terdapat persajakan
tertentu.
Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani : “poieo” atau “pio” atau”poetes”
yang berarti (1) membangun, (2) menyebabkan, menimbulkan, dan (3) membuat
puisi. “poetes” berarti poembuat puisi atau penyair (Muljana dalam Baribin
1990:1). Menurut Baribin puisi berarti ucapan yang dibuat, maksudnya ucapan
yang tidak langsung. Pengertian ini lawan dari pengertian prosa (berasal dari
bahasa Yunani : oratio sprovosa) yang berarti ucapan langsung (1990:1). Masih
menurut Baribin, puisi merupakan ungkapan perasaan, kesan atau kenangan
21
dengan pengucapan yang memusat, padat, dan intensif. Puisi adalah cipta sastra
berwujud lirik (Beribin 1990:3).
Berdasarkan pengertian di atas, para ahli mempunyai perbedaan-perbedaan
dalam memaparkan pengertian tentang puisi. Namun, kalau di pelajari lebih
mendalam pendapat-pendapat itu mencerminkan sebuah karya sastra kreatif
terhadap unsure-unsur yang sama, yaitu bentuk, emosi, ide, nada, imajinatif,
irama, suasana kata, pemikiran, kesan, panca indra, kepadatan, kata-kata kias, dan
perasaan yang bercampur baur sebagai cetusan sukma, penghayatan, terhadap
pengungkapan pikiran dan perasaan sebagai alat ekspresi atau sebuah terjadi
pengkonsentrasian pemadatan segala unsur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi
merupakan hasil penguangakpan kembali pengalaman batin manusia, yang di
wujudkan melalui bahsa yang estetis dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan
struktur batinya serta di padatkan kata-kata dalam bentuk teks.
2.2.2.2 Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan sebuah
struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan unsur yang satu dengan yang lainnya
menunjukkan hubungan keterlibatan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur yang
terdapat dalam puisi ada tiga yaitu 1) tema, 2) daya baying terdiri atas kata-kata
kiasan, lambang-lambang, pigiran-piguran bahasa dan 3) rima dan irama
(Suharianto (1982:49-55).
Menurut Waluyo (2000:71) puisi terdiri atas dua struktur fisik dan struktur
batin. Struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata kongret, bahasa firgurati,
(majas), versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan struktur batin puisi
22
meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana, serta amanat atau pesan yang
terkandung dalam puisi.
2.2.2.2.1 Unsur fisik
a. Diksi
Berfield dalam Pradopo (1987:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata
di pilih di susun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya
menimbulkan atau di maksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka
hasilnya itu disebut diksi puitis
Waluyo (2000:66-130) mengungkapkan bahwa diksi merupakan pilihan
kata. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, dan bersifat puitis.
Pembendaharaan kata pemyair sangat berperan dalam pemilihan kata.
Kedudukan kata dalam puisi sangat menetukan makna.
Aminuddin (2002:143) mengemukakan bahwa diksi merupakan
pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan. Pemilihan kata yang
ditulis dalam puisi harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam
rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Pemilihan kata ini berbeda
disebabkan oleh latar belakang social budaya, pendidikan, agama, zaman,
bahkan selera penyair. Diksi yang baik harus komunikatif dengan situasi dan
mencakup jenis maslaah yang akan dikemukakan serta apa tujuan
pengemukakannya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan harus
memperhatikan tempat serta suasana lingkungan.
23
Berdasarkan pengertian tersebut, disimpulkan bhwa diksi merupkan
pilihan yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan dan nilai estetik puisi.
b. Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang adapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran, dan perasaan.
Pengemajian menurut Waluyo (2000:79) di bagi menjadi tiga hal yaitu imaji
visual atau yang diwujudkan melalui pengalaman pendengaran, dan imaji taktik
yang diwujudkan dalam cita rasa.
c. Kata Konkrit
Waluyo (2000:81) kata kongkret merupakan kata-kata yang digunakan
penyair untuk menggambarkan suatu lukisan kedalaman atau suasana batin
dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata-kata yang
digunakan penyair haruslah dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh.
Dengan kata lain di perkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
d. Bahasa figuratif
Pradopo (1993:62) mengemukakan bahwa bahasa figurative atau
bahasa kiasan dibagi menjadi tujuh macam , yaitu; perbandingan ( simile),
metafora, perumpamaan,epos (epic simile), personifikasi, metonimi,
sinekdok,alegori. Perbandingan atau simile adalah bahasa kiasan yang
menyamakan suatu hal dengan hal lain yang lain dengan mempergunakan
kata- kata perbandingan seperti bak, sebagai, seperti, semisal,dan lain- lain.
Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan suatu hal dengan yang lain
24
tanpa mempergunakan kata pembanding. Perumpmaan epos adalah
perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dengan cara
melanjutkan sifat- sifat perbandinganya lebih lanjut. Dalam kalimat- kalimat
atau frase- frase yang berturut- turut. Personifikasi adalah kiasan yang
mempersamakan benda dengan manusia, benda di buat benda berbuat,berpikir
dan lain sebagainya seperti manusia. Metonimi adalah bahasa kiasan yang
berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek untuk menggantikan objek
tersebut. Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang
penting dari suatu benda untuk menanamkan benda atau hal itu seniri. Alegori
adalah bahasa kiasan yang mempergunakan cerita kiasan atsupun lukisan
kiasan.
Menurut Suharianto (2005:32) yang dimaksud bahasa kias adalah
sarana untuk mencapai efek puitis yang dapat berupa kata, frasa,ungkapan
ataupun satuan sintaksis yang mempuyai makna lain dari makna harfiahnya.
Fungsi bahasa kias adalah sebagai sarana mengedepankan sesuatu atau
menonjolkan sesuatu dengan cara sesingkat- singkatnya, dan untuk
membangkitkan tanggapan pembaca.
Dalam diksi dan gaya bahasa ( Keraf 2002:113 ) gaya bahasa dapat
dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis ( pemakai bahasa ). Gaya bahasa
sendiri menurut KBBI (2002:340 ) adalah pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu. Gaya bahasa menurut Keraf (2002:112 )
meliputi :
25
a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata :
1. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap,
yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan yang sermi. Gaya
bahasa ini dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.
2. Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipakai dalam
bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tak
formal. Gaya bahasa resmi juga sering disebut gaya bahasa yang umum
dan formal bagi kaum terpelajar.
3. Gaya Bahasa Percakapan
Gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-
kata percakapan. Gaya bahasa percakapan harus ditambahkan segi-segi
morfologis dan sintakisis, yang bersama-sama membentuk gaya bahasa
percakapan.
b. Gaya bahasa Berdasarkan Nada
1. Gaya Bahasa Sederhana
Gaya Bahasa ini sering dipakai untuk memberi perintah, instuksi,
pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. Untuk mempergunakan gaya bahasa
ini secara efektif, penulis harus mempunyai kepandaian dan pengetahuan
yang cukup. Gaya bahasa ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan
fakta-fakta atau pembuktian.
26
2. Gaya bahasa Mulia dan Bertenaga
Gaya bahasa ini sering digunakan dalam rangka pidato yang isinya
ajakan , ceramah , dan lain sebagainya. Nada yang agung dan mulai ini
akan sanggup menggerakkan emosi setiap pendengarnya. Dalam
keagungan , terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan
meyakinkan bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
3. Gaya Bahasa Menengah
Gaya bahasa menengah merupkan gaya bahasa yang diarahkan
untuk usaha yang menimbulkan suasana senang dan damai, maka andanya
juga bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang dan mengandung humor
yang sehat. Gaya bahasa menengah sifatnya lemah lembut, maka gaya
bahsa ini menggunakan metafora bagi pilihan katanya.
c. Gaya bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
1. Klimaks
Klimaks merupakan gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-
gagasan sebelumya. Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang
bersifat periodic. Klimaks disebut juga gradasi, istilah ini dipakai sebagai
istilah umum yang sebenarnya merujuk pada tingkat atau gagasan
tertinggi.
2. Antiklimaks
Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang
gagasannya diurutkan dari yang terpenting berurutan ke gagasan yang
27
kurang penting. Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur
mengendur. Antiklimaks kurang efektif, karena gagasan yang penting
ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak
lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya.
3. Paralelisme
Paralelisme merupakan semacam gaya bahsa yang berusaha
mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi
yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama pula. Kesejahteraan
tersebut dapat pula berbentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau
kelompok fungsinya sama.
4. Antitesis
Antitesis merupakan sebuah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata
atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya bahasa antitesis ini
menggunakan unsure-unsur paralelisme dan kesinambungan kalimat.
5. Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yangs esuai.
d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
1. Gaya Bahasa Retoris
a). Pleonasme
28
Pleonasme adalah acuan yang mengguankan kata-kata yang
lebih banyak dari pada yang diperlakukan untuk menyatakan satu
pikiran atau gagasab.
b). Eufemisme
Eufemisme adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak
menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan yang halus untuk
menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,
menyinggung perasaan orang lain.
c). Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu tujuan merendahkan diri.
d). Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu
hal atau mengandung suatu pernyataan yang berlebihan.
e). Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
2. Gaya Bahasa Kiasan
a). Simile
Simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit.
Perbandingan yang bersifat eksplisit adalah menyatakan sesuatu secara
langsung dengan hal yang lain. Menggunakan kata-kata: seperti, sebagai,
bagaikan, baik, laksana.
29
b). Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat tidak seperti simile
(menggunakan kata : seperti, sebagai, bagaikan, bak, laksana).
c). Personifikasi
Personifikasi merupakan semacam gaya bahasa kias yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa, seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifiaksi
merupakan suatu corak yang khusus dari metafora, yang mengkiaskan
benda-benda yang mati bertindak, berbuat, berbicara sama seperti
manusia.
d). Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam gaya bahasa figurative yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan
(pars pro toto) atau mempergunakanlah keseluruhan untuk menyatakan
sebagian (totum pro parte).
e). Metonomia
Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan
sebuah kata untuk menyatakan sesuatu hal yang lain, karena mempunyai
pertalian yang dekat.
30
f). Ironi
Ironi adalah suatu gaya bahasa yang ingin menyatakan sesuatu
dengan maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-
katanya. Gaya bahasa ironi biasanya digunakan untuk menyindir.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah
bahasa yang di gunakan oleh pengarang yang bertujuan untuk memperoleh efek
tertentu.
e. Versifikasi
Menurut Jabrohim (2001: 53) versifikasi meliputi ritma, rima, dan
metrum. Ritma dikenal sebagai irama atau irama, yakni pergantian turun naik,
panjang pendek, terasa lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima
adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi pada akhir baris puisi
atau pada keseluruhan baris dan bait puisi. Sedangkan metrum adalah irama
yang tetap, menurut pola tertentu.
Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Rima merupakan
pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
Menurut Suhaharianto (2005:57-59) rima dibedakan atas beberapa jenis yaitu
berdasarkan bunyinya dan berdasarkan letaknya dalam kata dan dalam baris.
Sedangkan irama yang sering disebut ritme adalah tinggi rendahya, panjang
pendek, keras lembut atau cepat dan lambatnya kata atau baris- baris suatu
puisi tersebut di baca.
Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang sangat penting
dalam suatu puisi bantuan kedua unsur tersebut baik nada maupun suasana
31
suatu puisi dapat terciptakan lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan
pada benak pembaca. ( Suharianto 2005:45).
f. Tipografi
Keindahan puisi tidak terlepas dari cara penulisan atau tipografi sesuai
dengan makna puisi. Keindahan tipografi dilihat secara visual dapat digunakan
untuk menampilkan peranan aspek artistik dan menciptakan nuansa warna dan
suasana tertentu.
Suharianto (1981:37) mengatakan bahwa tipografi disebut juga ukuran
bentuk ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi-puisi. Maksud
penyusunan tipografi beraneka ragam yaitu a) sekedar untuk keindahan
indrawi, maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah di
pandang, b) untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau
suasana puisi yang bersangkutan (Suharianto 1981:39).
Menurut Jabrohim ( 2001:54) tipografi adalah pembeda yang paling
awal untuk membedakan prosa fiksi dan puisi. Baris- baris puisi dalam puisi
tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan, tetapi sebelah kiri
maupun kanan sebuah puisi tidak harus di penuhi oleh tulisan, tidak seperti
halnya jika menulis prosa. Dengan kata lain tidak aturan tertentu yang
mengatur tipografi yang sesuai dengan nada, suasana dan makna puisi.
Tipografi merupakan benyuk tata wajah sebuah puisi ( Waluyo 1991:97)
Untuk pengertian yang sama, ada yang menyebutkan dengan istilah “
ukiran bentuk” yaitu cara penyair menuliskan puisinya penyair lebih bebas di
bandingkan dengan para penulis fiksi. Pada penulis fiksi sudah ada aturan
32
bakunya: yaitu setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan titik. Setiap alinea ditulis menjorok kedalam sekian ketukan. Tetappi
pada penulisan puisi tidak ada aturan seperti itu. Penulisan puisi sepenuhnya di
serahkan kepada masing- masing penyair. Oleh karena itu, ada penyair yang
menuliskan puisinya dengan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca apapun.
Ada penyair yang menuliskan puisinya dengan selalu memulai dengan huruf
capital pada setiap baris. Ada yang menggunakan tanda baca, tetapi untuk
keperluan- keperluan tertentu saja. Dapatlah dikatakan bahwa tipografi sangat
pribadi tetapi tidak permanen atau sangat goyah : artinya seorang penyair tidak
selalu setia pada salah satu jenis pilihan atau kegemaranya.
Menurut Suharianto (2005:53-54) dilihat dari kemanfaatanya, tipografi
dapat di bedakan atas dua macam:
a. Untuk keindahan visual, maksudya hanya sekedar untuk menjadikan puisi
yang bersangkutan indah di pandang.
b. Untuk mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi bersangkutan.
2.2.2.2.2 Unsur Batin
a. Tema
Suharianto (1982:50) menyatakan tema merupakan gagasan pokok
yang dikembangkan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama
pengucapan. Hal ini terjadi karena puisi mengungkapkan kata-kata kias atau
perlambangan. Dengan demikian tema adalah pokok permasalahan yang akan
kita kemukakan dalam bentuk puisi.
33
Waluyo ( 1991:106) mengatakan bahwa tema adalah sebagai gagasan
pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Suharianto
(2005:38), menyatakan bahwa seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi
juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok
permasalahan. Pada umumnya tema puisi dinyatakan secara stersirat, karena
puisi ummumnya menggunakan kata- kata kias satau perlambang- lambing.
Diperlukan kejelian dan kecerdasan kita sebagai pembacanya suntuk
menafsirkan kiasan- kiasan atau perlambang- perlambang yang dipergunakan
penyair.
Berdasarkan ungkapan di atas sdapat di simpulkan bahwa tema
merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran
atau pokok persoalan akan mendesak jiwa penyair, sehingga menjadi
landasan utama pengucapanya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan
antara penyair dengan alam, maka puisinya bias bertemakan keindahan alam.
b. Perasaan, nada, suasana.
Nuryatin ( 2005:36) berpendapat bahwa nada puisi adalah merupakann
sikap penyair kepada pembaca. Nada puisi dapat berwujud menggurui,
menasehati, mengejek, menyindir, bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu
kepada pembaca, santai dan sebagainya.
Susana puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah puisi atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Suasana puisi berupa iba
hati, pemberontak, khusuk, dan sebagainya.
34
Perasaan atau felling adalah perasaan penyair yang terekspresi dalam
puisi sebagai akibat dari sikapnya terhadap objek tertentu. Di dalam puisi
suasana perasaan penyair ikut terekspresikan dan harus dapat dihayati oleh
pembaca. Tema yang sama akan ditinjau oleh beberapa penyair dari sudut
yang berbeda sehingga akan menghasilkan puisi- puisi dengan perasaan yang
berbeda pula.
Dengan demikian perasaan, nada, dan suasana berperan sebagai
pendukung makna dalam sebuah puisi. Sebuah tema yang sama akan
menghasilkan puisi yang berbeda, jika suasana dan perasaan penyair yang
menciptakan puisi itu berbeda.
c. Amanat
Waluyo (2000:134) amanat puisi adalah maksud yang hendak
disampaikan penyair. Amanat dapat kita temukan setelah kita mengetahui
tema, perasaan, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat tersirat di balik kata-
kata disusun dan ada juga di balik tema yang diungkapkan. Amanat syang
hendak disampaikan penyair mungkin secara sadar dalam pikiran penyair,
namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang di berikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan makna
tersirat yang disampaikan penyair dalam puisinya
2.2.2.3 Proses Menulis Puisi
Endraswara (2003:220-223) mengemukakan bahwa proses penciptaan
puisi terdisri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah pengindraan, tahap kedua
35
adalah perenugan atau pengendapan, dan tahap yang ketiga adalah tahap
memainkan kata.
Para penyair sebelum menciptakan sebuah puisi terlebih dahulu
melakukan pengindraan terhadap alam sekitar. Hal ini dilakukan untuk
menemukan keanehan yang terjadi di alam sekitar penyair. Keanehan- keanehan
itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sumber inspirasinya dalam puisi.
Pengindraan merupakan tahap dimana siswa dituntut untuk menentukan ide dalam
menulis puisi. Setelah ide ditentukan, maka proses belajar akan berjalan dengan
lancar.
Setelah penyair melakukan pengindraan, tahap selanjutnya adalah tahap
perenungan atau pengendapan. Perenungan ini akan semakin mendalam jika
disertai dengan daya intuisi yang tajam. Intuisi akan mampu memunculkan
sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Tahap yang terakhir adalah tahap memainkan kata. Yang pertama
dilakukan adalah terlebih dahulu mengumpulkan kata- kata yang berhubungan
dengan tema yang dipilih, kemudian perlu dilakukan penyelesaian makna kata
yang memiliki nilai rasa yang lebih tinggi itulah yang digunakan dalam menulis
puisi.
2.2.3 Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual
2.2.3.1 Pendekatan Emotif- Imajinatif
Pendekatan Emotif Imajinatif pada dasarnya berawal dari metode emphaty
bystander, yang dikembangkan oleh Willson pada tahun 1981. Secara kasar,
kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan daya pemikiran lebih
36
berkembang. Suasana hati atau emosi diri dapat ditimbulkan oleh apa yang kita
cium, apa yang kita lihat, dan sebagainya. ( Baron, 1990b). Psikolog sosial telah
mengindentifikasi tiga tipe yang berbeda dari pengambilan perspektif ( Batson,
Early, &Salvarani, 1997;Stotland,1969): (1) Anda dapat membayangkan
bagaimana orang lain mempersepsikan suatu kejadian dan bagaimana dia akan
merasakan sebagai akibatnya mangambil perspektif”membayangkan orang lain”.
(2) Anda dapat membayangkan bagaimana anda akan merasa jika Anda berada
dalam situasi tersebut mengambil perspektif ini berakibat pada respons emosional
pada orang yang membutuhkan, tetapi emosi- emosi spesifik pada setiap tipe. (3)
tipe ketiga dari mengambil perspektif melibatkan fantasi merasa empati pada
karakter fiktif. Sebagai akibatnya reaksi emosional terhadap
kegembiraan,kesedihan, ketakutan yang dialami oleh seseorang atau binatang
dalam sebuah, film, atau program televisi.
Dalam meningkatkan kulitas siswa dan mengembangkan kurikulum yang
tepat dan bermutu, berbagai usaha telah dilakukan oleh Depdiknas. Peranan guru
dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik "
apa yang di pelajari" saja, melainkan pada " bagaimana menyediakan dan
memperkaya pemgalaman belajar anak". Pengalaman anak belajar diperoleh
melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif berbagai keadaan
serta berkonsultasi dengan nara sumber yang lain ( Depdiknas 2002:1)
Pendekatan emotif- imajinatif secara teoritis adalah sintesis dari berbagai
peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni- murninya dan berbagai proses jiwa
yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi
37
dalam salah satu bentuk ( Slamet muljana). Ungkapan isi hati dan perasaan
seseorang dapat dilukiskan dalam rangkaian bait- bait kalimat yang indah.
Imajinasi sangat diperlukan dalam menulis puisi. Dengan imajinasi, artinya
kita dapat mengkonkritkan apa yang di khayalkan, yang nantinya akan terlihat
dalam bentuk kata- kata yang digunakan sebagai simbol atau lambang.
Pengkonkritan terlihat pada bahasa yang dipakainya. Berkaitan dengan instituisi
dan imajinasi, prosa tidak bersifat inuitif. Emosi dan asosiasi juga merupakan
faktor penting puisi. Emosi yang mincul ke permukaan akan mempengaruhi hasil
jadi sebuah puisi. Tugas guru di dalam kelas adalah membantu siswa mencapai
tujuanya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa)
Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran di peroleh dari kerja
sama dengan orang lain. Kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran
adalah 1) guru melakukan apersepsi mengenai pembelajaran yang akan di lakukan
yaitu; menulis puisi. 2) guru menunjukkan contoh model yang akan
membangkitkan daya imajinasi siswa. 3) siswa mendengarkan dan mengamati
contoh hasil visualisi dari proses pembelajaran; 4) siswa bersama guru
mendiskusikan struktur pembangunan puisi baik fisik maupun batin yang
dijadikan model, 6) siswa menyunting puisi yang telah dibuat baik dengan teman
sebangku maupun dengan kelompoknya. 7) guru meminta beberapa siswa untuk
membacakan puisi yang telah dibuat di depan kelas, kemudian siswa yang lain
38
menanggapi. 8) guru memberikan penguatan, 9) guru bersama siswa melakukan
refleksi pembelajaran.
Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP harus memiliki
berbagai evaluasi yang bersifat kreatif- estetif ( Depdiknas 2004:68-69). Evaluasi
yang bersifat estetis kreatif untuk menilai kemampuan penulisan puisi. Menulis
puisi siswa dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan diksi yang
tepat,di samping itu peneliti juga memasukkan unsur- unsur yang lain yang di
gunakan dalam penilaian menulis puisi. Unsur- unsur tersebut antara lain
kemampuan siswa dalam menentukan tema dan judul, menggunakan irama dalam
puisi, menentukan diksi yang tepat, menyusun pembaitan yang tepat, menciptakan
tipografi yang unik, serta menyesuaikan tema dengan isi yang ingin di sampaikan
dalam puisi.
Pendekatan emotif- imajinatif adalah pendekatan pembelajaran menulis
dengan cara memberikan rangsangan untuk membangkitkan emosi atau perasaan
yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat menimbulkan daya imajinasi. Media
audiovisual berfungsi sebagai pencipta suasana emotif, stimulus, dan sekaligus
jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan
kejadian atau peristiwa berdasarkan tayangan yang di tampilkan di depan kelas.
Respon yang di harapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan melihat
gambaran- gambaran kejadian tersebut dengan imajinasi dan logika yang dimiliki
lalu mengungkapkan kembali dengan menggunakan simbol- simbol verbal. (
Trimantara 2005:3)
39
Ridho (2006:4) menyebutkan bahwa untuk membangkitkan daya imajinasi
dapat disamakan dengan percepatan belajar atau accelerated learning yang
didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal disertai dengan kegembiraan. Cara ini
menyatakan unsur- unsur yang tidak mempunyai persamaan dengan hiburan,
permainan, warna, cara berpikir positip, kebugaran fisik, dan kecerdasan
emosional. Para pendidik mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang
positif untuk meningkatkan tindakan- tindakan yang positif dari peserta didik
sebagai faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa metode
emotif- imajinatif adalah suatu pembelajaran yang menggunakan media
audiovisual sebagai alat sentral untuk menciptakan daya emosi atau perasaan,
stimulus sehingga menjembatani siswa untuk berimajinasi, membayangkan
gambaran dan kejadian berdasarkan tayangan yang di tampilkan di depan kelas
sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan disertai kegembiraan. Melalui penggunaan metode emotif-
imajinatif dapat mengoptimalkan belahan otak kanan sehingga siswa dapat
mengembangkan imajinasinya secara leluasa. Otak adalah raksasa tidur. Kalau
kita mau memaksimalkanya maka otak kita adalah raksasa yang bisa berbuat apa
saja sesuai keinginan pemiliknya. Pemanfaatan otak kanan dan kiri secara
seimbangan orang bisa menulis dengan baik. Hal ini efek positif dari kerja
belahan otak kanan adalah rangsangan atau dorongan bagi kerja belahan otak kiri
sehingga pada saat bersamaan para siswa juga dapat mengembangkan logikanya,
40
yang pada akhirnya siswa dapat menghasilkan bentuk tulisan atau karangan yang
baik. Media audiovisual yang dipilih tidak hanya sesuai dengan materi dan tema
pembelajaran tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, artinya tayangan
yang akan di tampilkan di depan kelas harus sesuai dengan umur, selera dan minat
siswa. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran bahwa media audiovisual
yang sesuai dengan umur, selera dan minat siswa akan menciptakan suasana yang
nyaman dan menyenangkan untuk menimbulkan daya imajinasi siswa dalam
mengembangkanya untuk membentuk sebuah tulisan.
Singkatnya, pendekatan emotif- imajinatif merupakan pendekatan yang
menciptakan suasana pembelajaran keterampilan menulis yang nyaman dengan
cara memberikan rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan
daya imajinasi siswa. Apabila siswa sudah mendapatkan daya rangsangan untuk
berimajinasi maka mereka dapat dengan mudah untuk menuangkanya kedalam
bentuk tulisan misal yang berbentuk puisi.
2.2.3.1 Hakikat Media
Pembelajaran akan lebih menarik dan berhasil di hubungkan dengan
pengalaman langsung dimana anak dapat menyelidiki, mengamati, mencoba,
berpikir dan menemukan permasalahan yang ada. Keadaan tersebut dapat di
wujudkan dengan pengadaan media dalam pembelajaran. Penggunaan media
dalam pembelajaran di sesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan tingkat
kemampuan siswa. Untuk itu, sebelum menggunakan media sebagai sarana
penunjang proses pembelajaran, guru perlu memahami tentang media
pembelajaran.
41
2.2.3.2 Pengertian Media
Media pembelajaran adalah alat atau materi yang menyajikan bentuk
informasi secara lengkap dan menunjang proses pembelajaran Hamalik (1984)
mengembangkan, media adalah alat yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Burhanudin (2000 : 1) mengemukakan bahwa media adalah alat yang
dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari
sumber kepada penerimanya. Soeparno (1988:3) menyatakan media merupakan
paduan antara software dan hardware. Software adalah suatu program yang
diisikan pada hardware. Hardware yang telah diisi software aatau perangkat keras
yang telah diisi dengan perangkat lunak.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat dan
suatu jenis komponen (paduan anatara perangkat lunak dan perangkat keras) yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber yaitu guru kepada penerima
yaitu siswa agar proses pengiriman pesan berlangsung efektif.
2.2.3.3 Manfaat Penggunaan Media
Manfaat Praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar
menurut Arsyad (2005:25-26) adalah 1) media pembelajaran dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan
proses dan ahsil belajar, 2) media pembelajaran dapat menimbulkan motivasi
belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
42
minatnya 3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu. 4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
2.2.2.4 Hakikat Media Audiovisual
Menurut Rohani ( 1997:97-98), Media audiovisual adalah media
instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman ( kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ) meliputi media yang dapat dilihat, di dengar dan di
yang dapat didengar. Selanjutnya, media audiovisual menurut Djarmarah dan Zain
( 2002:141 ) adalah media yang mempunyai unsure suara dan gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena melipui kedua jenis
audio dan visual.
Media audiovisual memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) menimbulkan daya
tarik besar dan dapat menimbulkan keinginan dan minat baru, karena peranan
warna, garak, intonasi, bentuk, rancangan yang dibuat sehingga mempunyai sifat
yang unik, 2) dapat mengatasi keterbatasan fisik kelas, misalnya objek yang
terlalu besar atau tidak ada dilingkungan belajar, objek yang terlalu kecil, kejadian
yang jarang di temui, objek yang terlalu kompleks, 3) penggunaan berbagai media
dengan kombinasi yang cocok sdan memadai akan meningkatkan keefektivitasan
dan efesiensi proses belajar- mengajar, menumbuhkan gairah belajar, dan
memungkinkan siswa brinteraksi langsung dengan kenyataan yang di mediakan,
4) media dapat menyeragamkan penafsiran siswa yang berbeda- beda, 5) media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realitas, 6) media dapat
43
memberikan spengalaman yang menyeluruh deari pengalaman yang konkrit
sampai yang abstrak ( Anonim 1990).
Secara umum media audiovisual mempunyai kegunaan untuk mengatasi
berbagai hambatan, antara lain hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas,
siswa yang pasif, pengamatan yang kurang seragam, sikap objek belajar yang
khusus sehingga tidak mungkin di pelajari tanpa media, tempat yang terpencil dan
sebagainya.
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Pendekatan Emotif- imajinatif
Penerapan pembelajaran menulis dengan emotif- imajinatif memiliki
kelebihan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan
menulis. Pembangkit daya imajinasi yang diberikan melalui media audiovisual
dapat merangsang dan mengkondisikan siswa sedemikan rupa sehingga siswa
dapat memberikan respon yang bersifat positif.
Penggunaan metode emotif- imajinatif tidak cukup efektif bagi
kelompok siswa dengan tingkat ketrampilan menyimak yang rendah. Simulus
yang di sampaikan secara audivisual menghendaki adanya keterampilan yang
kebih baik.
Metode emotif- imajinatif sulit digunakan bila siswa cenderung pasif.
Metode ini mensyaratkan adanya keaktifan dari pihak siswa. Siswa harus aktif
menerima stimulus dan memberi respon dalam bentuk simbol- simbol verbal.
44
2.2.5 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif
dengan Media Audiovisual
Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam atau peristiawa
yang pernah di alami merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang berlaku
dalam Kurikulum 2006 ( KTSP). Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian
dituntut untuk mampu menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam atau
perisriwa yang pernah dialami. Menulis merupakan aktivitas yang menggunakan
seluruh belahan otak, baik otak kanan maupun otak kiri yang tidak satupun
belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpa adanya rangsangan atau dorongan
dari bagian yang lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembelajaran menulis
yang baik dari guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran dengan menggunakan metode emotif- imajinatif
merupakan pembelajaran dimana siswa di tempatkan pada suasana yang nyaman,
santai, dan menggembirakan. Rangsangan melalui media audiovisual untuk
membangkitkan daya imajinasi siswa ketika menulis puisi.
Penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi,
merupakan media yang efektif untuk memberi stimulus pada siswa sehingga dapat
dengan mudah membangkitkan imajinasi bagi siswa. Media audiovisual dijadikan
sebagai lahan inspirasi bagi siswa dalam menulis puisi, karena media audiovisual
dapat menarik minat siswa. Menyoroti hal tersebut, media audiovisual dapat
memudahkan siswa mengembangkan ide, gagasan, atau perasaan kedalam sebuah
karya sastra yang berupa puisi. Selain itu, media audiovisual dapat mencipatakan
45
suasana yang nyaman, santai dan menggembirakan, sehingga siswa jauh dari
tekanan stres dan mudah lelah.
Pembelajaran awal pada menulis puisi ini, terlebih dahulu guru
mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran dengan posisi
duduk yang santai dan tidak tegang. Kemudian guru melakukan pendahuluan
dengan memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa. Apersepsi dilakukan
dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang dapat membagun minat siswa
terhadap puisi. Setelah itu guru baru memberikan penjelasan kepada siswa
mengenai Kompetensi Dasar serta manfaat yang diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi.
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok materi pembelajaran puisi.
Pada kegiatan ini, guru menjelaskan mengenai proses pembelajaran menulis puisi
dengan metode emotif- imajinatif media audiovisual. Pada proses pembelajaran,
siswa di minta untuk melihat pemodelan yang di lakukan oleh guru. Pemodelan
berisikan penayangan pemutaran film yang dapat menumbuhkan daya imajinasi
siswa dan memberikan contoh salah satu hasil yang dihasilkan dari hasil setelah
menyaksikan tontonan yang di tampilkan di depan kelas. Guru membimbing
siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa dituntut untuk selalu
aktif mengembangkan daya imajinasinya sehingga kekreatifitasannya semakin
terasah. Perwakilan dari siswa menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas,
kemudian siswa yang lain menanggapi dan memberikan nilai pada teman mereka
yang telah tampil didepan kelas.
46
Kegiatan yang terakhir adalah guru bersama siswa mereflesikan hasil
dari pembelajaran tersebut, yang ditutup dengan guru memberikan kesimpulan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
2.2.6 Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, perlu adanya
upya- upaya dari guru agar pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ukuran
efektivitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pada hasil yang dicapai
berupa keterampilan siswa dalam menulis puisi.
Standart kompetensi pada pembelajaran menulis diharapkan siswa mampu
memahami dan menulis puisi serta menghasilkan suatu karya sastra. Menulis puisi
merupakan salah satu butir pembelajaran yang ada dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah Pertama kelas VII. Indikator pencapaian hasil
belajar dalam pembelajaran menulis puisi yaitu siswa diharapkan mampu
mengungkapkan isi puisi dengan mepertimbangkan nada, suasana, irama, pilihan
kata, dan pencitraan.
Kenyataanya ketrampilan menulis puisi siswa kelas VII C SMP
Muhammadiyah 3 Semarang belum mampu mengungkapkan, menangkap dan
merefleksikan pembacaan puisi dengan tepat. Untuk meningatkan kualitas
pembelajaran menulis puisi pada siswa secara efektif, maka upaya yang perlu
dilakukan oleh sekolah khususnya guru adalah dengan cara menyajikan media dan
metode atau pendekatan yang tepat dalam pembelajaran, salah satunya adalah
dengan media audivisual dan pendekatan emotif- imajinatif pada kompenen
masyarakat belajar.
47
Pengajaran sastra yang menuntut siswa agar mampu menciptakan sebuah
karya sastra, tidak berlangsung secara sederhana. Seorang guru harus mampu
berkreasi untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan bagi
siswa. Untuk mencapainya, diperlukan metode yang tepat sesuai dengan materi
pembelajaran. Begitu pula dalam pembelajaran menulis puisi deskripsi, guru
diharapkan mampu menciptakan metode yang bisa merangsang imajinasi siswa
untuk menuangkan ide- ide mereka agar dapat menjadi sebuah puisi.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode
emotif- imajinatif, karena dengan menggunakan metode emotif- imajinatif dalam
pembelajaran puisi serta deskripsi akan memudahkan siswa dalam menentukan
ide atau gagasan pokok, serta memudahkan siswa untuk menuangkan ide,
imajinasi dan kreatifitasannya dalam penulisan puisi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menggunakan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan media audiovisual dan komponen
masyarakat belajar, agar pembelajaran menulis lebih menarik, penggunaan media
audiovisual dan penggunaan metode atau pendekatan harus lebih bervariatif,
misalnya penggunaan media audiovisual dengan komponen masyarakat belajar
yang akan menjadikan pembelajaran lebih menarik, siswa akan lebih bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran menulis., serta pesan yang ingin di sampaikan
guru akan mendapat perhatian yang baik dari sisi yang pada gilirannya siswa akan
lebih midah dan cepat menerima.
48
2.2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah ketrampilan
menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang tahun ajaran 2008/ 2009
akan meningkatkan dan adanya perubahan perilaku jika dalam prose pembelajaran
menulis menggunakan media audiovisual dengan komponen masyarakat belajar.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
artinya penelitian yang berbasis kelas atau sekolah yang objek penelitian ini
adalah belajar mengajar yang merupakan interaksi antara guru, siswa, dan bahan
ajar. Dari interaksi tersebut guru mencatat hal-hal penting yang memungkinkan
objek dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian penting yang dapat digolongkan
sebagai masalah. PTK dilakasanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur
yang terdiri atas empat tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Penelitian ini menggunakan dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I
dan siklus II. Tes awal merupakan cara untuk mengetahui kemampuan siswa
sebelum diberikan tindakan. Tes awal ini dilakukan sebelum siklus I. Siklus I
bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi siswa dalam tindakan awal
penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil
proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan menulis puisi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar
mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat
tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Desain penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut.
50
Bagan 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas
3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I
Proses tindakan siklus I terdrri atas empat tahap yaitu perencanaan,
tindakan, observasi dan pengamatan, dan refleksi.
3.1.1.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini merupakan tahap awal yang berupa kegiatan
untuk menentukan langkah- langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk
memecahakan masalah yang akan dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan
kooordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai
waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan diajarkan,dan bagaimana
pelaksanaan penelitianya. Langkah ini merupakan upaya perbaikan kelemahan
dalam proses pembelajaran menulis puisi di SMP Muhammadiyah 3 Semarang
kelas VII C.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah (1) menyusun
rencana pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan menulis puisi
Refleksi
Tes Awal Pretes
Observasi Observasi
Tindakan Refleksi
Siklus I Perencanaan
Siklus II Perencanaan
51
dengan media audiovisual, Rencana pembelajaran ini dilakukan sebagai program
kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar
pembelajaran dapat tercapai. (2) menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes
dan non tes.. Peneliti menyiapkan rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non
tes. Rancangan evaluasi yang meliputi tes yaitu berupa soal yang akan diujikan
melalui lembar tes menulis puisi beserta kriteria penilaiannya. Rancangan evaluasi
yang non tes yaitu berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar jurnal,
dan dokumentasi yang berupa foto. (3) mempersiapkan media yang digunakan.
Setelah persiapannya di rasa sudah cukup peneliti berkoordinasi dengan guru mata
pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3.1.1.2 Tindakan
Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
perbaikan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang.
Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan proses
pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif imajinatif media
audiovisual. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses meliputi tiga
tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup
a. Tahap pendahuluan
Pada tahap ini, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa, mengenai
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan Emotif-imajinatif media
audiovisual. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang
diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
52
b. Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran, peneliti memberikan contoh puisi yang baik. Siswa
mengamati contoh puisi dan menemukan unsur-unsur dalam puisi tersebut. Siswa
mendiskusikan struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi yang
diamati. Setelah mendiskusikannya, peneliti memperkuat hasil diskusi tentang
struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi. Peneliti kemudian
menjelaskan mengenai pendekatan kontekstual dan langkah-langkah menulis
puisi.
c. Evaluasi
Setelah siswa paham mengenai menulis puisi, diakhir setiap siklus peneliti
mengadakan tes. Pada siklus I siswa diminta untuk menulis puisi secara individu
dengan kriteria penilaian yang diberikan oleh guru. Setelah itu, peneliti memilih
puisi terbaik dalam setiap baris tempat duduk yang kemudian akan
dipresentasikan di depan kelas.
3.1.1.3 Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan selama proses belajar mengajar
berlangsung. Pengamatan atau observasi dilakukan sekaligus untuk mengetahui
hasil tulisan siswa serta perilaku siswa selama proses belajar mengajar. Selain
menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan pemotretan selama
pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas yang
dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil pemotretan ini digunakan
sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran
berlangsung.
53
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti meminta tanggapan siswa,
kesan, dan pesan terhadap materi, proses pembelajaran, dan sumber belajar yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki
tindakan pada siklus berikutnya. Tanggapan tersebut tertulis dalam jurnal siswa.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa dengan tujuan
mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Wawancara
dilakukan diluar jam mata pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan
nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap
positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang ada peneliti akan lebih tanggap
terhadap segala yang menyangkut penyampaian materi menulis puisi dengan
pendekatan sugestif-imajinatif media audiovisual. Kesalahan dan kekurangan
selama proses belajar mengajar pada siklus I akan dapat teratasi dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus II.
Hasil pengamatan atau observasi yang diperoleh terhadap siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung dapat dijadikan sebagai acuan untuk
melaksanakan proses belajar pada siklus berikutnya. Dengan pengalaman pada
siklus I diharapkan pencapaian tujuan pembelajaran pada siklus II dapat lebih
maksimal.
3.1.1.4 Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi, hasil
jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil analisis ini digunakan
untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa selama proses
54
pembelajaran. Refleksi pada siklus I digunakan untuk mengubah strategi dan
sebagai perbakan pembelajaran pada siklus II.
3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II
3.1.2.1 Perencanaan
Pada dasarnya pelaksanaan proses belajar mengajar dalam siklus II sama
dengan siklus I. Siklus I dapat digunakan sebagai reflkesi untuk siklus II. Siklus II
digunakan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang masih kurang pada siklus
I, sehingga pada siklus II terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi dengan
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual dibandingkan dengan siklus I.
Pada tahap perencanaan siklus II, berdasarkan refleksi siklus I meliputi:
menyiapkan soal tes dan kriteria penilaiannya, lembar observasi, lembar jurnal,
lembar wawancara, dan dokumentasi yang berupa foto. Peneliti juga
berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada siklus II.
3.1.2.2 Tindakan
Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Sebelum siswa
menulis puisi, peneliti menjelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan hasil tes
siswa pada siklus I. Peneliti menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam
menulis puisi, kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar dalam
pelaksanaan kegiatan menulis puisi pada siklus II menjadi lebih baik.
Dalam proses pembelajaran, siswa membahas tugas yang diberikan pada
pembelajaran sebelumnya. Siswa berlatih menulis puisi secara berkelompok
dengan anggota kelompok empat orang, namun siswa diminta menulis puisi
55
secara individu. Setelah selesai, peneliti meminta dua orang siswa untuk
mempresentasikan puisinya di depan kelas. Guru memberi penghargaan kepada
siswa yang berani mempresentasikan puisinya di depan kelas.
3.1.2.3 Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap semua perubahan tingkah
laku dan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pada siklus II,
peneliti memberi perhatian yang lebih terhadap siswa yang belum baik dalam
bersikap pada proses belajar mengajar. Sehingga adanya peningkatan hasil tes dan
perilaku siswa dalam mengerjakan tugas dan keaktifan siswa dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Observator juga melakukan pengamatan terhadap siswa dengan
menggunakan lembar observasi dan melakukan pemotretan selama proses
pembelajaran berlangsung. Peneliti juga membagikan jurnal kepada siswa untuk
mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa selama mengikuti pembelajaran.
Peneliti melakukan wawancara di luar jam pelaran terutama kepada siswa yang
mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah, dengan tujuan untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelalajaran.
3.1.2.4 Refleksi
Peneliti merefleksikan perubahan-perubahan sikap dan peningkatan
keterampilan menulis puisi pada diri siswa dengan cara menganalisis hasil
observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran siklus II berlangsung.
Dari refleksi tersebut, dapat diketahui keefektifan penggunaan pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual.
56
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis puisi
dengan pendeketan emotif- imajinatif media audiovisual siswa kelas VII C SMP
N 2 Sulang. Tahun Pelajaran 2009/2010. Kelas VII C berjumlah 38 siswa, terdiri
dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas VII C merupakan salah
satu kelas VIII dari tiga kelas yang ada di SMP N 2 Sulang. Pembagian kelas
dilakukan dengan sistem menurut peringkat kelas siswa. Tiap-tiap kelas
kemampuan prestasi tidak sama antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya.
Prestasi siswa rendah dibandingkan prestasi kelas yang lain.
Peneliti memilih kelas VII C sebagai subjek penelitian dengan berdasarkan
pada kurang berhasilnya pembelajaran sastra menulis puisi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas
VII C, guru tersebut menyatakan bahwa di kelas VII C pada umumnya siswa
kurang respon terhadap materi pembelajaran sastra.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut F.N. Kerlinger (dalam Arikunta, 1997:97) menyebutkan variabel
sebagai konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam
konsep kesadaran. Sutrisno Hadi (dalam Arikunta, 1997:97) mendefinisikan
variabel sebagai gejala yang bervariasi.
Penelitian ini menggunakan dua variabel sebagai berikut:
57
3.3.1 Keterampilan Menulis Puisi
Peningkatan keterampilan menulis puisi dapat diketahui dengan
meningkatnya hasil keterampilan menulis puisi dan perubahan perilaku siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan.
Target tingkat keberhasilan setiap siswa ditetapkan jika siswa mampu
menulis puisi dengan baik, yaitu mampu menggunakan ritma, pilihan kata,
tipografi, pembaitan, dan mampu menyesuaikan tema dengan isi yang ingin
disampaikan dalam puisi. Target keberhasilan setiap siswa pada proses
pembelajaran siklus I dan siklus II ditetapkan nilai batas tuntas 70.
3.3.2 Pendekatan Emotif Imajinatif
Pemodelan adalah teknik menyampaikan pembelajaran melalui contoh-
contoh puisi. Dalam proses pembelajarannya menggunakan model berupa bentuk
puisi. Siswa diperlihatkan contoh bentuk puisi sehingga siswa dapat melihat
secara langsung bentuk puisi. Setelah itu siswa diminta untuk berlatih membuat
puisi.
Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif
imajintif adalah sebagai berikut:
1. Siswa diberi contoh/model puisi yang baik.
2. Siswa diminta mengamati dan mendiskusikan struktur pembangun fisik dan
batin dalam contoh puisi.
3. Guru menjelaskan mengenai metode emotif- imajinatif, dan langkah-langkah
menulis puisi.
58
4. Siswa berlatih menulis puisi dengan memperhatikan penggunaan rima, pilihan
kata, pembaitan, tipografi, dan kesesuaian tema dengan isi. Selama
mengerjakan tugas, guru memantau dan membimbing siswa.
5. Siswa mempresentasikan puisinya di depan kelas.
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen penelitian tindakan kelas ini ada dua bentuk, yaitu
instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes digunakan untuk
mengungkapkan data tentang keterampilan menulis cerpen. Instrumen nontes
berupa lembar observasi, lembar check list, lembar jurnal, dan pedoman
wawancara.
3.4.1.1 Instrumen Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1997:139).
Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
menulis puisi dengan memperhatikan penggunaan rima, pilihan kata, pembaitan,
tipografi, dan kesesuaian isi dengan tema yang ingin disampaikan dalam puisi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui siswa dalam menulis puisi.
Tes ini dilakukan setelah siswa mendapatkan penjelasan dari guru
mengenai berbagai unsur pembangun puisi, langkah-langkah menulis puisi, dan
setelah siswa memahami penerapan pendekatan emotif-imajinatif media
59
audiovisual. Nilai akhir siswa menulis puisi adalah skor keseluruhan dari masing-
masing aspek yang dinilai.
Tabel 2 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
No Aspek Penilian Skala Penilian
Bobot Skor 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5
6
7
8
9.
10
Diksi
Pengimajian
Kata Konkrit
Bahasa Figuratif
Versifikasi
Tipografi
Tema
Perasaan, nada
Suasana
Amanat
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Jumlah 10 100
Keterangan:
1) Skala nilai:
1 = Sangat kurang bila puisi yang dibuat siswa memenuhi kurang dari dua
aspek penilaian.
2 = Kurang bila puisi yang dibuat siswa disusun hanya memenuhi tiga aspek
penilaian.
60
3 = Cukup baik bila puisi yang dibuat siswa disusun hanya memenuhi empat
aspek penilaian.
4 = Baik bila puisi yang dibuat siswa memenuhi lima aspek penilaian.
5 = Sangat baik bila puisi yang dibuat siswa memenuhi semua aspek
penilaian.
2) Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan masing-
masing aspek dan berfungsi sebagai penggali angka skala yang diperoleh
masing-masing aspek.
3) Skor = skala nilai x bobot
4) Penentuan nilai siswa dengan menjumlah skor seluruh aspek.
Tabel 3 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
Tabel 2. Aspek Penilaian Tes Menulis Puisi
Aspek Skor Kriteria Kategori
Diksi 9-10 Diksi sangat relevan dengan
media audiovisual
SB
6-8 Diksi relevan dengan media
audiovisual
B
3-5 Diksi cukup relevan dengan
media audiovisual
C
0-2 Diksi tidak relevan dengan
media audiovisual
K
Pengimajian 16-20 Pengimajian sangat relevan
dengan media audiovisual
SB
11-15 Pengimajian relevan dengan B
61
media audiovisual
6-10 Pengimajian cukup relevan
dengan media audiovisual
C
0-5 Pengimajian tidak relevan
dengan media audiovisual
K
Kata Konkrit 16-20 Kata konkrit sangat relevan
dengan median audiovisual
SB
11-15 Kata konkrit relevan dengan
media audiovisual
B
6-10 Kata konkrit cukup relevan
dengan media audiovisual
C
0-5 Rangkaian peristiwa dalam
cerpen disusun tidak logis dan
tidak sesuai dengan media
audiovisual
K
Bahasa Figuratif 9-10 Bahasa figuratif sangat relevan
dengan media audiovisual
SB
6-8 Bahasa figuratif relevan dengan
media audiovisual
B
3-5 Bahasa figuratif cukup relevan
dengan media audiovisual
C
0-2 Bahasa figuratif tidak relevan
dengan media audiovisual
K
Versifikasi 9-10 Versifikasi sangat relevan
dengan media audiovisual
SB
62
6-8 Versifikasi relevan dengan
media audiovisual
B
3-5 Versifikasi relevan dengan
media audiovisual
C
0-2 Versifikasi tidak relevan dengan
media audiovisual
K
Tipografi 9-10 Tipografi sesuai dengan makna
puisi yang di gambarkan
SB
6-8 Tipografi cukup sesuai dengan
makna puisi yang di gambarkan
B
3-5 Tipografi kurang sesuai dengan
makna puisi yang di gambarkan
C
0-2 Tipografi tidak sesuai dengan
makna puisi yang di gambarkan
K
Tema 16-20 Tema sangat relevan dengan
media audiovisual
SB
11-15 Tema relevan dengan media
audiovisual
B
6-10 Tema cukup relevan dengan
media audiovisual
C
0-5 Tema tidak relevan dengan
media audiovisual
K
Perasaan.,nada 9-10 Perasaan, nada sangat relevan
dengan media audiovisual
SB
63
6-8 Perasaan, nada relevan dengan
media audiovisual
B
3-5 Perasaan, nada cukup relevan
dengan media audivisual
C
0-2 Perasaan, nada tidak relevan
dengan media audiovisual
K
Suasana 9-10 Suasana sangat relevan dengan
media audiovisual
SB
6-8 Suasana relevan dengan media
audiovisual
B
3-5 Suasana cukup relevan dengan
media audiovisual
C
0-2 Suasana tidak relevan dengan
media audiovisual
K
Amanat 16-20 Amanat sangat relevan dengan
media audiovisual
SB
11-15 Amanat relevan dengan media
audiovisual
B
6-10 Amanat cukup relevan dengan
media audiovisual
C
0-5 Amanat tidak relevan dengan
media audiovisual
K
64
Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
No Nilai Kategori
1 85 – 100 Sangat baik
2 70 – 84 Baik
3 60 – 69 Cukup
4 0 – 59 Kurang
No. Aspek Penilian Skala Nilai Patokan
1. Diksi
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Kurang sesuai
e. Tidak sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Diksi yang dipilih sangat sesuai
dengan isi puisi
Diksi yang dipilih sesuai dengan
isi puisi
Diksi yang dipilih cukup sesuai
dengan isi puisi
Diksi yang dipilih kurang sesuai
dengan isi puisi
Diksi yang dipilih tidak sesuai
dengan isi puisi
2. Pengimajian
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Pengimajian yang dipilih sangat
tepat sesuai media audiovisual
Pengimajian yang dipilih tepat
untuk mendukung makna puisi
Pengimajianyang dipilih cukup
65
d. Kurang sesuai
e. Tidak sesuai
Kurang
Sangat Kurang
tepat sesuai media audiovisual
Pengimajian yang dipilih kurang
tepat untuk mendukung makna
puisi
Pengimajian yang dipilih tidak
tepat untuk mendukung makna
puisi
3. Kata Konkrit
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Kurang sesuai
e. Tidak sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Kata konkrit sangat sesuai
dengan media audiovisual
Kata konkrit sesuai dengan
media audiovisual
Kata konkrit sesuai dengan
media audiovisual
Kata konkrit kurang sesuai
dengan media audiovisual
Kata konkrit tidak sesuai dengan
media audiovisual
4. Bahasa figuratif
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Bahasa figuratif sangat tepat
dengan media audiovisual
Bahasa figuratif tepat dengan
media audiovisual
Bahasa figuratif cukup tepat
dengan media audiovisual
66
d. Kurang sesuai
e. Tidak sesuai
Kurang
Sangat Kurang
Bahasa figuratif kurang tepat
dengan media audiovisual
Bahasa figuratif tidak tepat
dengan media audiovisual
5. Versifikasi
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Tidak sesuai
Sangat Cocok
Cocok
Cukup cocok
Kurang cocok
Versifikasi sangat cocok dengan
media audiovisual
Versifikasi cocok dengan media
audiovisual
Versifikasi cukup cocok dengan
media audiovisual
Versifikasi kurang cocok
dengan media audiovisual
6 Tipografi
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup cocok
d. Tidak cock
Sangat cocok
Cocok
Cukup cocok
Kurang
Tipografi sangat baik dengan isi
yang ada pada media
audiovisual
Tipografi cocok dengan isi yang
ada pada media audiovisual
Tipografi cukup cocok dengan
isi yang ada pada media
audiovisual
Tipografi kurang cocok dengan
isi media audiovisual
7. Tema
67
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Tidak sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Tema sangat cocok dengan
media audiovisual
Tema cocok dengan media
audiovisual
Tema cukup cocok dengan
media audiovisual
Tema kurang cocok dengan
media audiovisual
8. Perasaan.,nada
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Tidak sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Perasaan,nada sangat cocok
dengan media audiovisual
Perasaan, nada cocok dengan
media audiovisual
Perasaan, nada cukup cocok
dengan media audiovisual
Perasaan, nada kurang cocok
dengan media audiovisual
9 Suasana
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Tidak sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Suasana sangat baik dengan
media audiovisual
Perasaan, nada baik dengan
media audiovisual
Perasaan, nada cukup dengan
media audiovisual
Perasaan, nada kurang dengan
68
media audiovisual
10 Amanat
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Cukup sesuai
d. Tidak sesuai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Amanat sangat baik dengan
media audiovisual
Amanat baik dengan media
audiovisual
Amanat cukup dengan media
audiovisual
Amanat kurang dengan media
audiovisual
69
Berdasarkan pedoman penilaian keterampilan menulis puisi tersebut, dapat
diketahui keterampilan siswa dalam menulis puisi berhasil sangat baik, berhasil
baik, berhasil cukup baik, dan berhasil kurang baik. Siswa yang berhasil sangat
baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85 – 100, siswa yang berhasil dengan
baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75 – 84, siswa yang berhasil dengan
kategori cukup adalah siswa yang memperoleh nilai 60 – 69, dan siswa yang
berhasil dengan kategori kurang baik adalah siswa yang memperoleh nilai 0 – 59.
Tabel 4 Pedoman Penilian
No. Kategori Rentang skor
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
85-100
70-80
60-69
50-59
<50
3.4.1.2 Instrumen Nontes
Bentuk instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi, pedoman
wawancara, check list, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.
3.4.1.2.1 Lembar Observasi
Observasi digunakan untuk mengamati sikap siswa, respon, dan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi. Pedoman observasi memuat jenis
tingkah laku siswa selama proses pembelajaran menulis puisi menggunakan
media audiovisual dengan kompenen masyarakat belajar.
70
Jenis tingkah laku siswa yang menjadi sasaran penelitian meliputi (1)
kesiapan mengikuti pelajaran, (2) keseriusan siswa dalam mendengarkan
penjelasan guru, (3) ketertarikan pada materi pelajaran, (4) ketertarikan dengan
pendekatan pembelajaran, (5) keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
dalam kelompok, (6) mengajukan pertanyaan pada guru jika mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran, (7) mendengar dengan jelas gambar dan suara TV, (8)
memperhatikan media yang digunakan dalam pembelajaran, (9) reaksi siswa saat
melihat puisi yang ditampilkan melalui media audiovisual, (10) siswa mampu
mengerjakan tugas merefleksikan pembacaan puisi sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, (11) mencatat inti-inti dari proses pembelajaran, dan (12) partisipasi
siswa dalam menarik kesimpulan.
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang perilaku
siswa selama proses belajar mengajar yang berlangsung pada siklus I dan siklus
II. Hal-hal yang diamati yaitu keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran.
3.4.2.2 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai
respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan untuk memperoleh data
tentang respon siswa terhadap materi keterampilan menulis puisi. Aspek yang
digunakan dalam pedoman wawancara antara lain mengenai tanggapan siswa
terhadap materi pelajaran dan kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis puisi.
Pedoman wawancara dilaksanakan terhadap siswa yang kesulitan dalam
merefleksikan pembacaan puisi dan siswa yang mengalami peningkatan dalam
71
merefleksikan pembacaan puisi dengancara tanya jawab yang berkaitan dengan
variabel peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab tindakan tersebut.
Wawancara dilaksanakan di luar jam pelajaran efektif dengan teknik bebas,
maksudnya adalah pertanyaan telah dipersiapkan oleh pewancara dan responden
bebas menjawab pertanyaan- pertanyaan tanpa terkait. Aspek- aspek yang
digunakan dalam pedoman wawancara meliputi (1) apakah kamu memahami
penjelasan guru, (2) apakah gambar dan suara pada TV terlihat jelas, (3) apakah
kamu menyukai puisi yang ditampilkan melalui audiovisual, (4) apakah kamu
memahami puisi yang ditampilkan melalui audiovisual, (5) bagaimana sikap
positif siswa terhadap materi menulis puisi, (6) bagaimana kerjasama yang terjalin
dalam anggota kelompok, (7) apa kesulitan yang kamu alami dalam menulis puisi,
(8) bagaimana solusi teman dalam kesulitan merefleksikan pembacaan puisi, (9)
apakah kamu menyukai proses pembelajaran menyimak puisi dengan pendekatan
ini, dan (10) pendapat siswa tentang pembelajaran menulis puisi yang ttelah
dilakukan dan saran siswa untuk pembelajran ini.
Instrumen tersebut digunakan untuk mendapat data, data yang diperoleh
digunakan utuk mengambil simpulan. Untuk mengetahui instrumen itu valid atau
tidak, peneliti berkonsultasi dengan pembimbing sehingga dari pendapat itu
nantinya dapat disimpulkan bahwa instrumen yang akan digunakan sudah valid.
3.4.2.3 Jurnal
Jurnal ini terdiri atas dua jenis, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal
siswa berisi tentang kesulitan siswa, pendapat, pesan atau kesan tentang
pembelajaran menulis cerpen. Jurnal guru diisi guru pada saat akhir pembelajaran.
72
Jurnal ini berfungsi untuk mendiskripsikan atau mencatat fenomena saat
pembelajaran, yaitu respon siswa, keaktifan siswa, dan tingkah laku siswa saat
pembelajaran.
Dalam jurnal siswa, setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan terhadap cara-cara yang dipergunakan peneliti dalam menyampaikan
materi keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual. Siswa secara bebas memberikan kritikan, saran, maupun sekedar
mengungkapkan kesan tanpa menuliskan identitas dirinya. Jurnal siswa peneliti
dapat memperoleh data secara jujur dan objektif dari siswa tentang kekurangan
dan kelebihan pada saat penyajian materi. Hal ini sangat dibutuhkan untuk
mengevaluasi dan merefleksi. Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah proses
pembelajaran siklus I selesai.
3.4.2.4 Dokumentasi yang Berupa Foto
Pengambilan gambar (foto) dalam proses pembelajaran menulis dapat
dijadikan gambaran perilaku siswa dalam penelitian. Foto menghasilkan data
deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaan segi-segi
subjektif. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan sesuai
dengan aktifitas yang dilakukan siswa pada setiap siklus.
Foto yang diambil sebagai sumber data dan dapat memperjelas data yang
lain. Hasil dari pengambilan data ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data
yang lain. Penggunaan foto sangat bermanfaat untuk melengkapi sumber data.
Foto dianalisis bersama sumber data yang lain. Hasil penelitian ini digunakan
73
sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran
berlangsung.
Dokumentasi foto hanya sebagai pelengkap cara atau teknik dalam
mengambil data. Foto merupakan pelengkap atau sumber data tambahan. Dalam
penelitian tindakan kelas ini foto digunakan untuk mendokumentasikan keaktifan
siswa di kelas saat proses pembelajaran berlangsung, saat melakukan kegiatan
imajinasi, saat siswa ditugasi menulis cerpan, dan merekam fenomena yang terjadi
pada siswa dengan tingah lakunya saat pembelajaran
3.4.1.2.3 Check List
Check list dipilih sebagai alternatif pengumpulan data karena lebih praktis
dan efisien. Check list lebih praktis dan efisien karena berisi jawaban tertutup,
yaitu jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Check list
berisi beberapa aspek, yaitu minat terhadap metode pembelajaran, pendapat siswa
terhadap metode pembelajaran, minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi,
pendapat siswa tentang media pembelajaran, pendapat siswa tentang cara guru
mengajar, dan peningkatan keterampilan siswa menulis puisi
3.4.1.2.4 Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
kevalidan atau kesatuan instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid bila mampu
mengukur apa yang diinginkan pada data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji instrumen tes dilakukan dengan menggunakan validitas isi dan permukaan.
Validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan semua aspek menulis cerpen yang
akan dinilai. Adapun validitas permukaan dilakukan dengan cara
74
mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru Bahasa Indonesia yang
mengajar. setelah selesai dikonsultasikan dan dianggap layak maka instrumen ini
dapat digunakan untuk pengambilan data.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes
dan teknik nontes.
3.5.1 Teknik Tes
Untuk memperoleh data yang akurat peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan tes. Tes dilakukan pada akhir kegiatan menulis. Jenis
tes yang digunakan adalah tes tertulis. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
mengukur tingkat ketarampilan siswa terhadap ketrampilan menulis yang telah
dipelajarinya. Dengan demikian, peniliti akan mudah mengetahui keterampilan
siswa dalam menulis puisi.
Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu siklus I dan
siklus II. Teknik tes ini dilakukan pada saat pembelajaran menulis puisi sedang
berlangsung. Bentuk tes dan kriteria penilaian sama antara siklus I dan siklus II.
Adapun aspek yang dinilai dalam tes menulis puisi dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan, meliputi (1) kesesuaian isi dengan tema, (2)
diksi, (3) rima, (4) pembaitan, dan (5) tipografi. Keterampilan siswa dalam
menulis puisi dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunnya.
75
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan dengan maksud untuk sejauh mana
perubahan siswa setelah diadakan proses pembelajaran menulis puisi
menggunakan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual.
Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, wawancara, jurnal, dan
dokumentasi foto.
3.5.2.1 Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung
pada siklus I dan siklus II. Tujuanya adalah untuk mengamati siswa baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengamatan langsung mencakup semua
aktivitas dan keaktifan siswa selam proses pembelajaran menulis puisi
menggunakan media audiovisual denhgan kompenen masyarakat belajar yang
dapat diamati degan panca indera, sedangkan pengamatan tidak langsung melalui
lembar pengamatan. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan memberikan
tanda check list pada lembar observasi berdasarkan pengamatan proses
pembelajaran berlangsung. Teknik observasi ini tujuannya adalah mengumpulkan
data dan mengamati perilaku siswa dalam proses pembelajaran.
3.5.2.2 Teknik Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab kesulitan dan
hambatan dalam pembelajaran menulis puisi. Wawancara dilakukan setelah proses
pembelajaran selesai dengan menggunakan alat perekam. Wawancara ditujukan
kepada siswa tertentu yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.
76
Kegiatan wawancara ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat.
Hal ini bertujuan agar jawaban siswa lebih jujur dan terbuka.
Hal- hal yang ditanyakan dalam wawancara ini mengenai minat siswa
dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan kesulitan- kesulitan yang dihadapi terutama
aspek ketrampilan menulis puisi. Wawancara dilakukan diluar jam efektif,
dilaksanakan secara bertahap. Hal ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua
orang rekan dengan menggunakan alat perekam.
3.5.2.3 Teknik Jurnal
Jurnal adalah buku atau catatan yang dimiliki siswa dan guru selama
kegiatan pembelajaran menulis puisi berlangsung. Jurnal diisi oleh siswa proses
pembelajaran menulis puisi berlangsung untuk mengetahui respon dan minat
siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan, kesulitan yang dihadapi siswa dan kesan dan pesan siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan. Guru mengamati proses pembelajaran dengan
memperhatikan pedoman jurnal yang telah dibuat peneliti.
3.5.2.4 Teknik Dokumentasi Foto
Peneliti menggunakan dokumentasi yang berupa pengambilan gambar foto
pada saat penelitian berlangsung. Gambar foto ini menghasilkan data yang
autentik karena pengambilan foto tersebut dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas siswa
selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Dokumentasi berupa foto ini digunakan
sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
77
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
3.6.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis dan kuantitatif yang
diperoleh dari hasil tes menulis puisi pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes
secara kuantitatif dilakukan dengan merekap skor yang diperoleh siswa,
menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung skor rata-rata kelas,
dan menghitung persentase. Persentase skor dihitung menggunakan rumus
berikut:
%100R
NkNk ×=
Keterangan:
NP = Nilai Presentase
Nk = Nilai yang dicapai siswa
R = Responden
Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian
dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan
gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis puisi dengan
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual.
3.6.2 Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya
kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil data nontes. Data kualitatif dalam
penelitian ini berasal dari hasil observasi, jurnal, wawancara dan dokumen foto.
Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data nontes yang diperoleh.
78
Data yang diperoleh dari hasil tes siklus I dan siklus II digunakan untuk
mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis puisi, serta
untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan.
Data yang diperoleh dari hasil tes siklus I dan siklu II digunakan untuk
mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis puisi, serta
untuk mengetahui peningkatan ketrampilan menulis puisi dengan metode emotf-
imajinatif.
Hugo Hartig dalam Tarigan (1886:24) menyebutkan bahwa tujuan
kegiatan menulis ada tujuh yaitu assignment puspose ( tujuan penugasan),
altruistic purpose (tujuan penerangan), self ekspresif purpose,( tujuan pernyataan
diri), creative purpose ( tujuan kreatif), dan problem solving purpose ( tujuan
pemecahan masalah)
Kegiatan menulis dengan tujuan penugasan, penulis tidak memiliki tujuan
antuk apadia menulis, jika penulis melakukan kegiatan menukis karena adanya
tugas bukan aras jemuanya sendiri. Tujuan altristik yaitu menulis untuk
menyenangkan para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami,
menghargai perasaan dan penalaranya. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan
suatu tulisan yang mampu menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan. Akan tetapi, banyak penulis yang melakukan kegiatan menulis
dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca maka
tulisan yang di hasilkan beruopa paparan atau diskripsi.
79
Tujuan lain dari kegiatan menulis adalahpernyataan diri. Tujuan lain yang
erat hubunganya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kreatif. Akan tetapi
keinginan kreatif disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan
keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni yang menjadi
idaman.
Melalui tulisannya, pelukis ingin menjelaskan, menjernihkan serta
menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran- pikiran dan gagasan- gagasanya
sendiri agar dapat di mengerti dan di terima oleh pembaca. Kegiatan menulis
seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah ( problem solving).
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab IV ini akan disajikan hasil penelitian tindakan kelas. Hasil
penelitian ini meliputi hasil tes dan hasil nontes. Hasil penelitian ini diperoleh dari
tes siklus I dan tes siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II merupakan hasil tes
keterampilan menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif- imajinatif
melalui media audiovisual. Hasil nontes siklus I dan siklus II berasal dari
observasi, jurnal, angket check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tes
siklus I dan siklus II tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif. Sedangkan
hasil nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif.
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I merupakan tindakan awal pembelajaran keterampilan menulis
puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual.
Pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siklus I
dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul
sebelum penelitian dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siklus I
terdiri atas tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diurutkan secara rinci sebagai
berikut
4.1.1.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis puisi siklus I ini merupakan data awal dilakukannya
tindakan pembelajaran dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media
81
audiovisual kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi sepuluh aspek yaitu: 1)
mampu membentuk relevansi diksi sesuai media audiovisual; 2) mampu
membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; 3) mampu
membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual; 4) mampu
membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual; 5)
mampu membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; 6)
mampu membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; 7)
mampu membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; 8) mampu
membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; 9) mampu
membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; 10) mampu membentuk
relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Hasil tes menulis puisi pada
tindakan siklus I dapat dilihat tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siklus I
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
85 – 100 70 – 84 60 – 69 0 – 59
0 30 2 0
0 2265 138 0
0 93,75 6,25
0
=2403:32 =75,09 (cukup)
Jumlah 32 2403 100
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi siswa
kelas VII C SMP N 2 Sulang,dari 32 siswa terdapat 30 siswa atau sekitar 93,75%
memperoleh kategori baik, yaitu nilai antara 70-84. Terdapat 2 siswa atau sekitar
6,25% memperoleh kategori cukup, yaitu nilai antara 60-69. Untuk lebih jelasnya,
hasil tes kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C pada tindakan siklus I dapat
dilihat pada diagram batang berikut.
82
Diagram I menunjukkan batang untuk kategori cukup paling tinggi, yaitu
pada angka 93,75%. Hal ini menunjukkan bahwa 93,75% kemampuan siswa
dalam menulis puisi berada dalam kategori baik, sedangkan untuk kategori cukup
pada angka 6,25%.
Hasil tes pada siklus I ini secara klasikal merupakan penjumlahan skor
dari sepuluh aspek penilaian kemampuan menulis puisi, meliputi (1) diksi, (2)
pengimajian, (3) kata konkrit, (4) bahasa figuratif, (5) versifikasi, (6) tipografi, (7)
tema, (8) perasaan,nada (9)suasana, (10) amanat. Adapun hasil masing- masing
aspek penilaian tersebut secara rinci dapat dilihat dari paparan berikut ini.
4.1.1.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pemilihan Diksi
Penilaian aspek diksi difokuskan pada pemilihan kata yang konotatif dan
bersifat puitis sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian
menulis puisi aspek pemilihan diksi dapat dilihat pada tabel berikut ini
83
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
6 25 1 0
60 181 5 0
18,75 78,13 3,12
0
=246 : 32 = 7,67
Jumlah 32 246 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
pemilihan diksi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh
6 siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 25
siswa atau sekitar 78,13%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5
dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2
tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam
memilih diksi yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan
rata- rata klasikal sebesar 7,67.
4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian
Penilaian aspek pengimajian difokuskan pada susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran dan perasaan sesuai dengan
media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek
pengimajian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
6 25 1 0
56 180 5 0
18,75 78,13 3,12
0
241 : 32 = 7,53
Jumlah 32 241 100
84
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
pengimajian untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6
siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 25
siswa atau sekitar 78,13%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5
dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2
tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam
pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan
rata-rata klasikal pada aspek pengimajian sebesar 7,53.
4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit
Penilaian aspek kata konkrit difokuskan pada kata yang dapat
menggambarkan suatu suasana batin untuk membangkitkan imajinasi yang sesuai
dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek kata konkrit dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
3 28 1 0
29 211 5 0
9,38 87,5 3,12
0
245 : 32 = 7,67
Jumlah 32 245 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
kata konkret untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 3
siswa atau sekitar 9,38%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 28 siswa
atau sekitar 87,5%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1
siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada
85
siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian
yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata
klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,67.
4.1.1.1.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif
Penilaian aspek bahasa figuratif difokuskan pada pencapaian efek puitis
yang dapat berupa kata, frasa, ungkapan ataupun satuan sintaksis sesuai dengan
media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek bahasa figuratif dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
2 29 1 0
19 215 5 0
6,25 90,63 3,12
0
245 : 32 = 7,67
Jumlah 32 245 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
bahasa figuratif untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh
2 siswa atau sekitar 6,25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 29
siswa atau sekitar 90,63%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5
dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2
tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam
pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan
rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,67.
86
4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi
Penilaian aspek versifikasi difokuskan pada rima, ritma dan metrum sesuai
dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek versifikasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
2 29 1 0
18 209 5 0
6,25 90,63 3,12
0
232 : 32 = 7,25
Jumlah 32 232 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
versifikasi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 2
siswa atau sekitar 6,25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 29 siswa
atau sekitar 90,63%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1
siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada
siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian
yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata
klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,67.
4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada penggunaan tata wajah untuk
membentuk puisi yang utuh untuk keindahan visual danmengintensifkan makna
sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tipografi
dapat dilihat pada tabel berikut ini
87
Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipogfrafi
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
6 23 3 0
58 165 15 0
18,75 71,88 9,37
0
238 : 32 = 7,44
Jumlah 32 238 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tipografi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6
siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 23
siswa atau sekitar 71,88%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5
dicapai 3 siswa atau sekitar 9,37% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2
tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam
pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan
rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,44
4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema
Penilaian aspek tema difokuskan pada gagasan pokok yang dikembangkan
sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tema dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
6 24 2 0
56 168 10 0
18,75 75
6,25 0
234 : 32 = 7,31
Jumlah 32 234 100
88
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6 siswa
atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 24 siswa atau
sekitar 75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 2 siswa
atau sekitar 6,25% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa
yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang
sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal
pada aspek kata konkret sebesar 7,31.
4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada
Penilaian aspek perasaan, nada difokuskan pada perasaan, nada dalam
puisi sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek
perasaan, nada dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Persaan, Nada
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
8 23 1 0
77 161 5 0
25 71,88 3,12
0
243 : 32 = 7,59
Jumlah 32 243 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 8 siswa
atau sekitar 25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 23 siswa atau
sekitar 71,88%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1
siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada
siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian
89
yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata
klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7, 59.
4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana
Penilaian aspek suasana difokuskan pada keadaan jiwa yang ditimbulkan
sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi
aspek suasana dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
9 22 1 0
87 160 5 0
28,13 68,75 3,12
0
252 : 32 = 7,88
Jumlah 32 252 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
suasana untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 9 siswa
atau sekitar 28,13%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 22 siswa atau
sekitar 68,75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1
siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada
siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian
yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata
klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,88.
4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat
Penilaian aspek amanat difokuskan pada amanat dalam puisi sesuai
dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek amanat dapat
dilihat pada tabel berikut ini
90
Tabel 4.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
8 24 0 0
77 174 0 0
25 75 0 0
251 : 32 = 7,84
Jumlah 32 251 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
amanat untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 8 siswa
atau sekitar 25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 24 siswa atau
sekitar 75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dan kategori
kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan
demikian, kemampuan siswa dalam amanat yang sesuai dengan media
audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata
konkret sebesar 7,84.
4.1.1.2 Hasil Nontes
Pada siklus I ini data diperoeh dari hasil observasi, jurnal, Check List,
wawancara, dan dokumentasi foto. Dokumentasi foto hanya digunakan sebagai
data pendukung data-data yang lainnya, yakni sebagai bukti visual terjadinya
suatu peristiwa dalam proses pembelajaran siklus I. Hasil nontes selengkapnya
akan dijelaskan pada uraian berikut ini.
4.1.1.2.1 Hasil Observasi
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
menulis puisi dengan pendekatan emotif-imainatif melalui media audiovisual
siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang. Pengambilan data observasi bertujuan untuk
91
mengetahui respons perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran
menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual.
Objek sasaran yang diamati dalam kegiatan observasi terhadap siswa
meliputi lima perilaku siswa,yang meliputi: (1) antusias siswa dalam memngikuti
pembelajaran menulis puisi pendekatan emotif-imajinatif melalui media
audiovisual, (2) antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan guru dan
melakukan kegiatan yang tidak perlu, (3) antusias siswa aktif berpartisipasi
menjawab pertanyaan dari guru, (4) antusias siswa aktif bertanya mengenai materi
menulis puisi yang sedang berlangsung, (5) antusias siswa tidak meremehkan
kegiatan menyimak, (6) antusias siswa untuk tidak meremehkan kegiatan
imajinasi, (7) antusias siswa mengikuti proses kegiatan menulis puisi dengan baik,
(8) antusias siswa pada saat menulis puisi dengan penuh konsentrasi. Pada siklus I
ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang dapat terdeskripsi melalui kegiatan
observasi. Selama proses kegiatan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan
emotif-imajinatif media audiovisual, tidak semua siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan baik, diperoleh siswa yang berperilaku positif dan negatif.
Peneliti memaklumi keadaan tersebut karena proses pembelajaran yang dilakukan
penelliti merupaka sesuatu yang baru dan belum pernah diajarkan pada mereka
sebelumnya sehingga di butuhkan proses untuk menyesuaikannya. Selain itu
peneliti juga sadar bahwa setiap siswa memiliki karekteristik dan kemampuan
yang berbeda- beda. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi setiap
aspek yang telah di observasi oleh peneliti dengan bantuan seorang teman.
92
Hasil Observasi Perilaku Positif dan Negatif pada siklus I
No Nomor Responden
Kategori Perilaku Siswa Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 R-1 √ - √ - √ √ √ √ 1. Siswa siap mengikuti
pembelajaran menulis puisi
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (mengganggu teman, melamun, mengantuk)
3. Siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru saat kegiatan diskusi kelas sedang berlangsung
4. Siswa aktif bertanya mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung
5. Siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak
6. Siswa tidak meremehkan kegiatan imajinasi
7. Siswa mengikuti proses penulisan puisi dengan baik
8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi
Pengisian: (√) : positif (−) : negative
2 R-2 √ √ √ - √ √ √ √ 3 R-3 √ √ √ √ √ - √ √ 4 R-4 √ √ - - √ √ √ √ 5 R-5 √ √ √ - √ √ √ √ 6 R-6 √ √ √ - √ √ √ √ 7 R-7 √ - √ - √ - - √ 8 R-8 √ √ √ - √ √ √ √ 9 R-9 √ √ √ √ √ √ √ √ 10 R-10 √ √ √ √ √ - √ √ 11 R-11 √ √ √ √ √ - √ √ 12 R-12 √ √ √ - √ √ √ √ 13 R-13 √ - √ - √ √ √ √ 14 R-14 √ √ √ - √ √ √ √ 15 R-15 √ √ √ - √ √ √ √ 16 R-16 √ √ √ - √ √ √ √ 17 R-17 √ √ √ - √ √ √ √ 18 R-18 √ - √ - √ √ √ √ 19 R-19 √ √ √ - √ √ √ √ 20 R-20 √ √ √ - √ √ √ √ 21 R-21 √ √ √ - √ √ √ √ 22 R-22 √ √ √ - √ √ √ √ 23 R-23 √ √ √ - √ √ √ √ 24 R-24 √ √ √ - √ √ √ √ 25 R-25 √ √ √ - √ √ √ √ 26 R-26 √ √ √ - √ √ √ √ 27 R-27 √ √ √ - √ √ √ √ 28 R-28 √ √ √ - √ √ √ √ 29 R-29 √ √ √ - √ √ √ √ 30 R-30 √ √ √ - √ √ √ √ 31 R-31 √ √ √ - √ √ √ √ 32 R-32 √ √ √ - √ √ √ √ Jumlah 32 28 31 4 32 28 31 32 Jumlah dalam persen
100%
87,75%
96,88%
12,5%
100%
87,5%
96,86%
100%
Aspek pertama, yaitu siswa siap megikuti pembelajaran dikatakan sangat
baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak sudah siap megikuti pembelajaran
93
menulis puisi. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang positif yaitu mencatat
poin-poin penting yang dijelaskan oleh guru berkaitan dengan pembelajaran
menulis puisi. Selain itu terlihat juga pada saat peneliti memasuki ruangan,
dilanjutkan dengan apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran, serta
kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Sikap siswa secara alamiah sudah
terkondisikan dengan sendirinya. Hal ini merupakan langkah awal yang sangat
menggembirakan karena secara tidak langsung siswa sudah menerima peneliti
sebagai guru mereka.
Aspek kedua, yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak
melakukan kegiatan yang tidak perlu (berbicara dengan teman, melamun,
tertidur). Selama pembelajaran berlangsung 28 siswa atau 87,5% memperhatikan
penjelasan guru. Hanya 4 siswa atau 12,5% tidak serius mendengarkan penjelasan
guru. Siswa lebih memilih melamun, berbicara dengan teman sebelah, dan ada
juga yang tertidur.
Aspek ketiga, yaitu siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari
guru saat diskusi kelas sedang berlangsung. Sebanyak 30 siswa atau 93,75%
berpartisipasi aktif saat diskusi kelas berlangsung. Sedangkan 2 siswa atau 6,25 %
memilih pasif saat kegiatan diskusi kelas berlangsung.
Aspek keempat, yaitu siswa aktif bertanya mengenai materi pembelajaran.
Hasil dari observasi hanya 4 siswa atau 12,5% yang aktif bertanya mengenai
materi yang disampaikan oleh guru.
Aspek kelima, yaitu siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak
dikategorikan sangat baik atau sebesar 100% semua siswa menyimak vidio yang
94
diputarkan oleh guru dengan baik. Aspek keenam, yaitu siswa tidak meremehkan
kegiatan imajinasi sebagian siswa atau 81,25% dari jumlah siswa keseluruhan
dengan serius melakukan kegiatan imajinasi. Hanya 18,75% siswa kurang serius
melakukan kegiatan imajinasi.
Aspek ketujuh, yaitu siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan
baik. Hasil dari observasi sebanyak 31 siswa atau sebesar 96,86% tidak mengikuti
proses penulisan gagasan dengan baik. Hanya 1 siswa atau sebesar % melakukan
proses penulisan gagasan dengan baik.
Aspek kedelapan, yaitu siswa menulis puisi dengan baik dan penuh
konsentrasi. Pada aspek ini terlihat dikategorikan sangat baik atau sebesar 100%
semua siswa menulis puisi dengan baik.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan dibantu seorang peneliti selama
pembelajaran menulis puisi dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa
masih ada selama pembelajaran berlangsung. Sikap negatif yang muncul
dimungkinkan karena siswa masih merasa asing dengan pembelajaran yang
dibawakan oleh guru atau peneliti karena merupakan pengalaman baru bagi
mereka jadi butuh penyesuaian diri dari siswa. Keadaan ini perlu sekali
dipecahkan oleh peneliti.
Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan agar dapat mengurangi dan
menghilangkan sikap negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal ini
menjadi tugas guru atau peneliti pada siklus II untuk melakukan suatu cara agar
perilaku negatif tersebut dapat dikurangi. Rencana pembelajaran pada siklus II
95
tentunya harus lebih matang dan lebih baik lagi agar perilaku belajar siswa yang
negatif menjadi positif.
4.1.1.2.2 Hasil Jurnal
Pengisian jurnal dilakukan pada akhir pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Hasil jurnal siklus I ini
diperoleh melalui jurnal guru dan jurnal siswa. Tujuan pengisian jurnal siswa
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi yang
telah dilaksanakan guna memperbaiki pembelajaran. Selanjutnya, agar hasil
pembelajaran yang diperoleh lebih optimal. Sedangkan lembar jurnal guru berisi
mengenai segala hal yang dirasakan oleh guru selama proses pembelajaran
menulis cerpen berlangsung. Hasil jurnal siklus I dipaparkan sebagai berikut
a. Jurnal Siswa
Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan oleh seluruh siswa kelas VII C
SMP Negeri 2 Sulang. Jurnal siswa ini berisi 5 pertanyaan yang berkenaan dengan
(1) apa manfaat yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran menulis puisi,
(2) apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan
emotif-imajinatif melalui media audiovisual (disertai alasan), (3) apakah
penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual dapat dipahami, (4) kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa, dan (5) tulislah saran dan kesan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media
audiovisual. Berikut ini jawaban siswa ketika mengisi lembar jurnal mengenai
pembelajaran menulis puisi . Secara keseluruhan jawaban yang diberikan siswa
96
hampir sama, yaitu dapat meningkatkan kreativitas. Namun, ada juga yang
mengemukakan manfaat lain, yaitu berbagi pengalaman dengan orang lain.
Ketertarikan siswa terhadap pendekatan emotif-imajinatif media
audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan siswa
menunjukkan rasa tertariknya terhadap pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual. Maskipun dengan alasan yang cukup beragam. Alasan yang paling
menonjol yang dilontarkan siswa adalah belajar dengan menggunakan media
audiovisual sangat mengasyikkan, selain mendapatkan ilmu juga merasakan
pembelajaran yang santai. Dengan menggunakan media audiovisual lebih
memudahkan dalam menulis puisi daripada harus menentukan tema sendiri.
Pendapat siswa mengenai cara guru dalam menyampaikan materi secara
keseluruhan pendapat siswa, yaitu mudah dipahami oleh siswa. Namun, ada 4
siswa yang beranggapan bahwa penjelasan guru belum sepenuhnya dapat
dipahami. Peneliti memungkinkan karena adanya dua faktor. Pertama, siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Kedua, pada siklus I peneliti
mengajar setelah pelajaran olahraga berlangsung sehingga siswa kurang
berkonsentrasi apalagi kondisi ruangan cukup panas dan merasa lelah setelah
berolahraga sebelumnya.
Pada pertanyaan keempat mengenai kesulitan-kesulitan yanng dihadapi
siswa muncul pada saat mereka menulis puisi dengan memperhatikan unsur-
unsur pembangun dalam menulis puisi. Hal ini dimungkinkan karena siswa belum
terbiasa menulis puisi dan membaca referensi karya sastra dalam bentuk syair
puisi yang terdapat di perpustakaan sekolah maupun di toko-toko buku. Sebagian
97
besar siswa juga mengungkapkan kesulitannya pada saat mengembangkan media
audiovisual yang ditayangkan menjadi bentuk puisi yang utuh.
Pesan siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi melalui
pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual secara keseluruhan siswa
memberikan pesan dan harapan yang positif untuk memperbaiki pembelajaran
selanjutnya. Adapun saran yang diberikan siswa diantaranya adalah supaya contoh
puisi yang diberikan jangan hanya dua. Syair puisi yang dicontohkan lebih banyak
dan lebih beragam agar siswa lebih mengerti. Siswa juga memberikan saran agar
pada saat menjelaskan materi agar tidak terlalu cepat dan lebih bersikap tegas.
Adapula yang menyarankan supaya kegiatan seperti ini tidak hanya sekali tetapi
kapan- kapan diadakan lagi. Berbagai saran ini akan menjadi masukan yang bagus
bagi peneliti untuk memperbaiki kekurangan- kekurangan yang dilakukan pada
siklus I supaya tidak terulang pada siklus II. Kesan siswa secara keseluruhan
bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui
pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual karena dapat membantu
meningkatkan rasa percaya diri dalam menulis puisi.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru diisi oleh guru pada saat proses pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual selesai. Jurnal guru
memuat hal- hal yang berkenaan dengan kejadian- kejadian atau peristiwa yang
terjadi atau dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hal-
hal yang diungkapkan tersebut adalah (1) bagaimana kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam
98
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap
proses pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual saat pembelajaran
menulis puisi berlangsung, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas menulis
puisi yang diberikan oleh guru, dan (5) bagaimana tingkah laku siswa selama
pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan hasil jurnal guru yang mengacu pada objek sasaran yang
diamati dan dirasakan peneliti saat melaksanakan pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual dapat dijelaskan
bahwa dalam siklus I, kegiatan pembelajaran sudah berjalan cukup baik dan
sebagian besar siswa serius dan tertarik dengan kegiatan pembelajaran. Kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi sudah dikatakan baik. Hal ini
terlihat saat guru masuk ke ruangan dilanjutkan dengan melakukan apersepsi
secara alamiah siswa sudah terkondisikan dengan sendirinya. Hal ini merupakan
langkah awal yang baik karena secara tidak langsung siswa sudah menerima
peneliti sebagai guru mereka. Saat proses pembelajaran siswa belum semuanya
aktif. Hal ini terlihat ketika kegiatan diskusi bersama dan tanya jawab dengan
guru berlangsung, yang aktif hanya beberapa siswa saja.
Respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan emotif-imajinatif melalui media audiovisual cukup baik. Hal ini dapat
dibuktikan dari keseriusan siswa dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan guru
ketika awal pembelajar. Keaktifan siswa selama mengikuti jalanya pembelajaran,
tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran, dan fenomena-
fenomena apa saja yang muncul selam jalanya pembelajaran. Tanggapan siswa
99
terhadap tugas menulis puisi yang diberikan oleh guru juga cukup baik. Hal ini
tampak pada keantusiasan siswa ketika menulis puisi. Suasana kelas ketika siswa
menulis puisi terlihat tenang dan dapat terkendali dengan baik. Siswa terlihat lebih
santai. Fenomena yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan menulis
puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual, yaitu masih ada
beberapa siswa yang lebih senang berbicara dengan teman sebelahnya, melihat
hasil pekerjaan temannya. Tetapi kondisi seluruh siswa sudah terkendali dan sikap
mereka cukup baik ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Berdasarkan junal guru dapat disimpulkan bahwa keseriusan dan
keefektifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis puisi siklus I ini
cukup baik. Siswa masih dapat dikondisikan dan merespon baik setiap penjelasan
dari guru. Akan tetapi, pembelajaran menulis puisi ini masih belum maksimal
karena masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru
dengan serius dan bersungguh-sungguh.
4.1.1.2.3 Hasil Check List
Check list pada siklus I digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
mengenai pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media
audiovisual. Lembar check list diisi oleh semua siswa kelas VII C berjumlah 10
pernyataan dengan pernyataan mereka, yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju,
atau tidak setuju. Kesepuluh pertanyaan tersebut, yaitu (1) saya merasa ternyata
menulis puisi itu mudah, (2) saya senang dengan pendekatan dan media yang
digunakan guru dalam pembelajaran menulis, (3) pendekatan Emotif- imajinatif
100
media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi, (4) kebiasaan
menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan saya, (5). Saya merasa menulis
puisi dapat meningkatkan kreativitas saya. Berikut ini penjelasan hasil check list
siklus I.
Pada pernyataan pertama mengenai menulis puisi itu mudah, sebanyak 5
siswa atau 15,63% menjawab SS, 20 siswa atau 62,5% menjawab S, 7 siswa atau
21,87% menjawab KS dan tidak ada siswa yang menjawan TS. Siswa yang
menyatakan KS belum membiasakan diri untuk berlatih menulis.
Pada pernyataan kedua mengenai pendapat siswa yang merasa dengan
pendekatan dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis,
sebanyak 10 siswa atau 31,25% menjawab SS, 22 siswa 68,75% menjawab S, dan
tidak ada siswa yang menjawab KS ataupun TS. Hal ini dikarenakan pendekatan
dan media yang digunakan oleh guru membuat mereka senang, nyaman, percaya
diri tetapi tetap fokus pada pembelajaran.
Pada pernyataan ketiga mengenai pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi, ada 12 siswa atau
37,5% menjawab SS, 5 siswa atau 15,63% menjawab S, 15 siswa atau 46,87%
menjawab KS, dan tidak ada siswa yang menjawab TS. Siswa yang menyatakan
KS dikarenakan siswa kurang memperhatikan dan berkonsentrasi pada saat
pembelajran berlangsung.
Pada pernyataan keempat mengenai kebiasaan menulis puisi dapat
mewakili isi hati dan perasaan siswa, ada 10 siswa atau 31,25% menjawab SS, 20
siswa atau 62,5% menjawab S, 2 siswa atau 6,25% menjawab KS, dan tidak ada
101
siswa yang menjawab TS. Siswa yang menyatakan kurang setuju dikarenakan
siswa belum mengetahui manfaat lain dalam menulis puisi.
Pada pernyataan kelima mengenai keterampilan menulis puisi dapat
meningkatkan kreativitas siswa, sebanyak 7 siswa atau 21,88% menjawab SS, 25
siswa atau 78,12% menjawab S, dan tidak ada siswa yang menjawab KS ataupun
TS. Hal ini dikarenakan siswa menyadari bahwa menulis puisi dapat menjadikan
mereka kreatif.
4.1.1.2.4 Hasil Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran siklus I dan
setelah memperoleh nilai siklus I. Peneliti mewawancarai 3 siswa dengan kriteria,
1 siswa yang memperoleh nilai tinggi, 1 siswa yang memperoleh nilai sedang, dan
1 siswa yang memperoleh nilai rendah.
Kegiatan wawancara yang dilakukan memiliki tujuan untuk menggalil
informasi yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan penerapan dan
penggunaan pendekatan dan media yang digunakan pada pembelajaran menulis
puisi. Wawancara ini mengungkapkan tujuh pertanyaan sebagai berikut. (1) Minat
siswa dalam pembelajaran menulis puisi; (2) perasaan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis puisi ; (3) pendapat siswa mengenai pendekatan dan media
yang digunakan pada pembelajaran menulis puisi; (4) Kesulitan yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual; (5) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual; (6) Saran siswa mengenai pembelajaran menulis puisi melalui
102
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (7) Pendapat siswa mengenai
cara mengajar guru. Beberapa pertanyaan dalam wawancara ini bukan merupakan
pedoman terstruktur, jadi dapat dikembangkan oleh peneliti saat wawancara
berlangsung.
Pada awal pelaksanaan kegiatan wawancara siswa merasa canggung atau
bingung memahami penjelasan guru tentang tujuan pelakasanaan kegiatan
wawancara. Namun, pada akhirnya siswa pun mengetahui tujuan dari kegiatan
wawancara yang dilakukan peneliti pada mereka.
Hasil wawancara yang diperoleh dari ketiga siswa yaitu siswa yang
mendapat nilai tinggi (R1), siswa dengan nilai sedang (R2), dan siswa yang
mendapat nilai rendah (R3). Diketahui bahwa 1 dari 3 siswa yang diwawancarai
mengaku tidak suka dengan pelajaran menulis puisi. Mereka ialah siswa yang
mendapat nilai rendah (R3). R3 memberikan alasan bahwa dia tidak suka dengan
pembelajaran menulis puisi karena bagi dia menulis puisi itu membuatnya susah
terutama dalam kata. Selebihnya R1 dan R2 menyatakan suka degan kegiatan
menulis puisi. Alasan mereka diantarantya ialah menulis puisi merupakan hobinya
dan dengan menulis puisi itu bisa menggambarkan perasaan sehingga kita bisa
seperti menuangkan imajinasinya. Jadi kita bisa melampiaskan perasaan dengan
menulis syair puisi.
Kegiatan wawancara yang telah dilakukan pada ketiga siswa tersebut diketahui
bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan pendekatan dan media yang telah
dilakukan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi berpendapat bahwa dengan
memanfaatkan media audiovisual, kegiatan menulis puisi menjadi lebih mudah karena
103
sebagian unsur pembangun puisi sudah terpenuhi tinggal mengembangkannya.
Sedangkan dua siswa lainnya yaitu siswa yang memperoleh nilai sedang dan rendah
berpendapat bahwa pendekatan terutama media yang digunakan sangat menarik.
Hasil dari uraian diatas menunjukkan bahwa minat serta respon siswa
mengenai pembelajaran, pendekatan, dan media yang digunakan mendapat tanggapan
baik. Akan tetapi, ketiga siswa tersebut memberikan jawaban yang berlainan ketika
menjawab pertanyaan mengenai kesulitan yang mereka hadapi selama pembelajaran
menulis puisi dengan pendekatan dan media yang digunakan. Siswa yang memperoleh
nilai tertinggi berpendapat bahwa dia tidak mengalami kesulitan yang berarti walaupun
dia menyarankan untuk menggunakan teks puisi yang lebih dimengerti bahasanya agar
dapat menyalurkan imajinasi lebih luas lagi. Sementara siswa yang memperoleh nilai
sedang berpendapat bahwa masih mengalami kesulitan untuk menguntai kata yang
puitis. Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai terendah mengalami kesulitan dalam
mengembangkannya menjadi bentuk puisi yang utuh sesuai dengan unsur- unsur
pembangun puisi.
Pendapat serta saran siswa mengenai cara guru dalam mengajar juga
berlainan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi berpendapat penjelasan serta
langkah yang diterapkan guru cukup baik dan menarik, yaitu menyelingi cerita
sehingga tidak membosankan. Siswa yang mendapat nilai rendah berpendapat
bahwa dalam mengajar dan menerangkan, guru terlalu cepat sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam mencatat hal- hal yang penting.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan
104
pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual meskipun sebenarnya ada yang tidak
suka dengan menulis puisi. Selain itu, peneliti memperoleh banyak masukan dari
mereka mengenai kekurangan-kekurangan peneliti dalam melaksanakan proses
pembelajarandan hal ini menjadi tugas peneliti untuk memperbaiki pada siklus
berikutnya.
4.1.1.2.5 Hasil Dokumentasi Foto
Pada siklus I dokumentasi foto yang difokuskan pada kegiatan selama
pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media
audiovisual berlangsung. Dokumentasi foto ini merupakan bukti visual kegiatan
selama pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media
audiovisual. Dokumentasi foto yang diambil pada saat penelitian meliputi: (1)
sikap siswa saat guru memberikan penjelasan, (2) sikap siswa saat kegiatan
imajinasi, dan (3) sikap siswa saat kegiatan menulis puisi. Deskripsi siklus I
selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 1
105
Gambar 2
Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan
Pada tahap siklus I gambar tersebut menunjukkan kegiatan siswa saat
pembelajaran menulis puisi berlangsung, yaitu pada saat guru memberikan
penjelasan. Dari gambar di atas terlihat perilaku negatif yang ditunjukkan oleh
siswa terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada yang
tidak memperkatikan, seperti mengobrol dengan teman sebangku, tertidur, dan
melamun. Selama proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang aktif bertanya.
Gambar 3
Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi
106
Pada gambar di atas tampak bahwa siswa sedang menyimak film. Setelah
kegiatan menyimak dilanjutkan dengan kegiatan imaijinasi. Dari gambar di atas
terlihat terdapat beberapa siswa tidak melakukan kegiatan imajinasi dengan baik,
seperti melamun, dan tertidur.
Gambar 4
Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Ide
Pada gambar di atas memperlihatkan aktivitas siswa saat proses penulisan
ide yang akan dijadikan sebagai awal membuat kerangka karangan. Dari gambar
tersebut terlihat siswa serius menulis idenya. Namun, ada juga siswa yang tidak
melakukan proses penulisan ide dengan baik
107
Gambar 5
Sikap Siswa Saat Kegiatan
. Pada gambar di atas tampak masih ada siswa yang belum menulis
puisi dengan baik dan penuh konsentrasi, seperti melihat pekerjaan
teman, dan mengganggu teman sebelahnya.
4.1.1.3 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tes menulis puisi yang telah dicapai siswa setelah
dilakukan pembelajaran pada siklus I sudah mencapai nilai ketuntasan belajar 70
tetapi sangat minim yaitu hanya sebesar 75,09. Hal tersebut masih kurang
memuaskan karena masih ada siswa yang mendapat skor dibawah 70 yaitu
sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,25% dari jumlah seluruh siswa.
Siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan belajar disebabkan oleh
mereka telah memahami materi yang telah disampaikan guru tentang struktur
pembangun menulis puisi dan sudah memperhatikan aspek penilaian sehingga
mereka memaksimalkan kemampuan mereka.
108
Siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar disebabklan oleh
siswa masih banyak menggunakan perumpamaan kata yang kurang tepat dan tidak
tepat yang sesuai dengan unsur- unsur pembangun puisi yang tepat. Sebagian
besar siswa kurang memperhatikan aspek ini, siswa hanya menuliskan syair saja
tanpa mempertimbangkan apakah syair yang dipilihnya itu tepat dan mampu
menimbulkan kesan estetis dalam menulis syair puisi. Hasil nontes yang meliputi
observasi, check list, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto diperoleh hasil ada
beberapa siswa yang berperilaku negatif. Ada siswa yang asyik berbicara dengan
temannya saat proses pembelajaran berlangsung, melamun, dan mengantuk.
Faktor lain yang menyebabkan perilaku negatif siswa adalah ruang kelas yang
cukup panas.
Pada siklus I ini guru hanya memberikan materi tentang unsur- unsur
pembangun menulis puisi secara singkat dan cara mengembangkan menjadi
bentuk puisi yang utuh. Dalam siklus I ini, siswa terlihat kurang begitu terlibat
dan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pada siklus II peneliti ingin
mengajak siswa lebih aktif lagi yaitu dengan mengajak siswa untuk lebih
berkonsentrasi untuk membangkitkan daya imajinasi. Dengan demikian siswa
ajan lebih aktif dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi peneliti pada saat
pembelajaran, secara keseluruhan perilaku siswa dalam menerima pembelajaran
menulis puisi belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku siswa yang
menunjukkan siswa masih banyak melakukan perilaku negatif. Adapun secara
lenngkap hasil observasi ini dapat dillihat pada tabel di bawah ini:
109
Hasil Observasi Siklus I
No Aspek Kategori Skor Frekuensi Presentase Rata- rata
1 Diksi Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
6 25 1 0
18,75 78,13 3,12
0
7,67
2 Pengimajian Sangat Baik Baik Cukup Kuran
9- 10 6-8 3-5 0-2
6 25 1 0
18,75 78,13 3,12
0
7,53
3 Kata Konkrit
Sangat Baik Baik Cukup Kuran
9- 10 6-8 3-5 0-2
3 28 1 0
9,28 87,5 3,12
0
7,67
4 Bahasa Figuratif
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
2 29 1 0
6,25 90,63 3,12
0
7,67
5 Versifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-87 3-5 0-2
2 29 1 0
6,25 90,63 3,12
0
7,25
6 Tipografi Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
6 23 3 0
18,75 71,88 9,37
0
7,44
7 Tema Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
6 24 2 0
18,75 75
6,25 0
7,31
8 Perasaan, nada
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
8 23 1 0
25 71,88 3,12
0
7,59
9 Suasana Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
9 22 1 0
28,13 68,75 3,12
0
7,88
10 Amanat Sangat Baik Baik Cukup Kurang
9- 10 6-8 3-5 0-2
8 24 0 0
25 75 0 0
7,84
110
Guna mencapai pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh peneliti maka
kesulitan-kesulitan tersebut dicari jalan keluarnya untuk diterapkan pada saat
pembelajaran berikutnya. Jalan keluar tersebut, yaitu guru memberi motivasi pada
siswa dengan cara membuat suasana lebih santai lagi agar mengurangi ketegangan
siswa, guru lebih selektif lagi dalam memilih film yang akan ditayangkan.. Di
samping itu, guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan
ide berkaitan dengan film yang akan dijadikan media, tetapi film yang dipilih
harus mempunyai karakter, tema, dan irama yang sama dengan film pada siklus I.
Hal ini diharapkan dapat lebih menggugah minat dan semangat siswa dalam
menulis puisi. Guru membacakan nilai hasil pekerjaan siswa menulis puisi pada
siklus I, dan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat menulis
puisi pada siklus I dengan memberi penguatan. Perbaikan ini diharapkan dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam menulis puisi pada siklus selanjutnya.
4.1.2 Hasil Siklus II
Siklus II merupakan tindakan lanjutan dari siklus I yang berupa
perbaikan skenario pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun media
pembelajaran. Tindakan siklus ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siklus
I terdiri tas hasil tes dan hasil nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara
rinci sebagai berikut.
111
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes menullis puisi siklus II ini merupakan data kedua setelah
dilakukanya tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual. Aspek penilaian pada siklus II ini meliputi sepuluh aspek
penilaian yaitu, 1) mampu membentuk relevansi diksi sesuai media audiovisual;
2) mampu membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; 3)
mampu membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual; 4)
mampu membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual;
5) mampu membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; 6)
mampu membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; 7)
mampu membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; 8) mampu
membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; 9) mampu
membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; 10) mampu membentuk
relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Secara umum, hasil tes
menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual pada
siklusII dapat di lihat pada tabel berikut
Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
85 – 100 70 – 84 60 – 69 0 – 59
18 14 0 0
1581 1148 0 0
56,25 43,75 0 0
=2729:32 =85,28 (sangat baik)
Jumlah 32 2729 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan menulis puisi
siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang sudah mencapai kategori baik, dengan rata-
112
rata klasikal mencapai 85,28. Dari keseluruhan siswa, yaitu 32 siswa, 18 di
antaranya atau 56,25% mencapai kategori sangat baik dengan rentang nilai 85 –
100. Kategori baik dengan rentang nilai 70 – 84 di capai oleh 14 siswa atau
43,75%. Kategori cukup dengan rentang nilai 60 – 69 dan rentang nilai 0 – 59
tidak ada siswa yang mencapinya. Hasil tes keterampilan menulis puisi siklus II
ini juga dapat di lihat pada diagram 3 berikut.
Diagram di atasmenunjukkan batang yang lebih tinggi adalah
batang untuk kategori nilai baik, yaitu pada angka 56,25%. Artinya
sebanyak 56,25% siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori
sangat baik. 43,75%. Untuk kategori cukup dan kurang berada pada angka
0%, artinya tidak ada siswa yang mendapatkan kategori cukup dan kurang
pada siklus II ini.
Hasil tes siklus II ini secara klasikal merupakan penjumlahan nilai dari
sepuluh aspek penilaian kemampuan menulis puisi, meliputi 1) mampu
113
membentuk relevansi diksi sesuai media audiovisual; 2) mampu membentuk
relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; 3) mampu membentuk
relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual; 4) mampu membentuk
relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual; 5) mampu
membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; 6) mampu
membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; 7) mampu
membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; 8) mampu
membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; 9) mampu
membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; 10) mampu membentuk
relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Adapun hasil dari masing-
masing aspek penilaian tersebut secara rincindapat dilihat dari paparan berikut ini.
4.1.2.1 Hasil Tes Menulis puisi Aspek Diksi
Penilaian aspek diksi difokuskan pada pemilihan kata yang konotatif dan
bersifat puitis sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian
menulis puisi aspek pemilihan diksi dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
10 22 0 0
94 168 0 0
31,25 68,75 0 0
262 : 32 = 8,19
Jumlah 32 262 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 10 siswa
114
atau sekitar 31,25%. ategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 22 siswa atau
sekitar 68,75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan
kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam aspek diksi yang sesuai dengan
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek
diksi sebesar 8,19.
4.1.2.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian
Penilaian aspek pengimajian difokuskan pada susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran dan perasaan sesuai dengan
media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek
pengimajian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
17 15 0 0
158 118 0 0
53,13 46,87 0 0
276 : 32 = 8,63
Jumlah 32 276 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
pengimajian untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh
17 siswa atau sekitar 53,13%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 15
siswa atau sekitar 46,87%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5
dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan
115
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek
pengimajian sebesar 8,63.
4.1.2.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit
Penilaian aspek kata konkrit difokuskan pada kata yang dapat
menggambarkan suatu suasana batin untuk membangkitkan imajinasi yang sesuai
dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek kata konkrit dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
13 19 0 0
120 148 0 0
40,63 59,37 0 0
268 : 32 = 8,38
Jumlah 32 268 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
kata konkret untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh
13 siswa atau sekitar 40,63%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 19
siswa atau sekitar 59,37%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5
dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata
konkret sebesar 8,38.
4.1.2.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif
Penilaian aspek bahasa figuratif difokuskan pada pencapaian efek puitis
yang dapat berupa kata, frasa, ungkapan ataupun satuan sintaksis sesuai dengan
116
media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek bahasa figuratif dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
17 15 0 0
159 114 0 0
53,13 46,87
0 0
273 : 32 = 8,53
Jumlah 32 273 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
bahasa figuratif untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai
oleh 17 siswa atau sekitar 53,13%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8
dicapai 15 siswa atau sekitar 46,87%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang
nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang
mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai
dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada
aspek kata konkret sebesar 78,53
4.1.2.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi
Penilaian aspek versifikasi difokuskan pada rima, ritma dan metrum sesuai
dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek versifikasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini
117
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
16 16 0 0
145 127 0 0
50 50 0 0
272 : 32 = 8,5
Jumlah 32 272 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
versifikasi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dan kategori
baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 16 siswa atau sekitar 50%. Sedangkan
kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang
nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan
siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan
baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,5
4.1.2.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada penggunaan tata wajah untuk
membentuk puisi yang utuh untuk keindahan visual danmengintensifkan makna
sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tipografi
dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipogfrafi
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
15 17 0 0
143 131 0 0
46,88 53,12 0 0
274 : 32 = 8,56
Jumlah 32 274 100
118
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tipografi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 15
siswa atau sekitar 46,88%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 17
siswa atau sekitar 53,12%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5
dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata
konkret sebesar 8,56
4.1.2.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema
Penilaian aspek tema difokuskan pada gagasan pokok yang dikembangkan
sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tema dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
1 6 16 0 0
151 123 0 0
50 50 0 0
274 : 32 = 8,56
Jumlah 32 274 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dan kategori baik
dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 16 siswa atau sekitar 50%. Sedangkan kategori
cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2
tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam
119
pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan
rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,56.
4.1.2.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada
Penilaian aspek perasaan, nada difokuskan pada perasaan, nada dalam
puisi sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek
perasaan, nada dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Persaan, Nada
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
15 17 0 0
141 133 0 0
46,88 53,12 0 0
274 : 32 = 8,56
Jumlah 32 274 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 15 siswa
atau sekitar 46,88%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 17 siswa
atau sekitar 53,12%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan
kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata
konkret sebesar 8,56.
4.1.2.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana
Penilaian aspek suasana difokuskan pada keadaan jiwa yang ditimbulkan
sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi
aspek suasana dapat dilihat pada tabel berikut ini
120
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%)
Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
12 20 0 0
114 159 0 0
37,5 62,5
0 0
270 : 32 = 8,44
Jumlah 32 270 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
suasana untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 12
siswa atau sekitar 37,5%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 20
siswa atau sekitar 62,5%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5
dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata
konkret sebesar 8,44.
4.1.2.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat
Penilaian aspek amanat difokuskan pada amanat dalam puisi sesuai
dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek amanat dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat
No Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Bobot Skor
Persen (%) Rata-rata
1 2 3 4
Sangat baik Baik Cukup Kurang
9 – 10 6 – 8 3 – 5 0 – 2
20 12 0 0
188 95 0 0
62,5 37,5 0 0
283 : 32 = 8,84
Jumlah 32 283 100
121
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek
amanat untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 20
siswa atau sekitar 62,5%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 12
siswa atau sekitar 37,5%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5
dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam amanat yang sesuai dengan media
audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata
4.1.2.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus II diperoleh dari data observasi, jurnal,
check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada
uraian dibawah ini.
4.1.2.2.1 Hasil Observasi
Observasi pada siklus II masih sama dengan observasi siklus I, yakni
bertujuan untuk mengetahui respons perilaku siswa selama mengikuti proses
pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
menulis puisi dengan pendekatan emotif- imainatif melalui media audiovisual
siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang.
Adapun objek sasaran yang diamati dalam kegiatan observasi terhadap
siswa meliputi lima perilaku siswa,yang meliputi: (1) antusias siswa dalam
memngikuti pembelajaran menulis puisi pendekatan emotif- imajinatif melalui
media audiovisual, (2) antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan guru dan
melakukan kegiatan yang tidak perlu, (3) antusias siswa aktif berpartisipasi
122
menjawab pertanyaan dari guru, (4) antusias siswa aktif bertanya mengenai materi
menulis puisi yang sedang berlangsung, (5) antusias siswa tidak meremehkan
kegiatan menyimak, (6) antusias siswa untuk tidak meremehkan kegiatan
imajinasi, (7) antusias siswa mengikuti proses kegiatan menulis puisi dengan baik,
(8) antusias siswa pada saat menulis puisi dengan penuh konsentrasi.
Hasil observasi siklus II dapat diketahui adanya perubahan tingkah laku
siswa ke arah positif. Aspek yang menjadi sasaran observasi sama dengan aspek
sasaran observasi pada siklus I. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi
setiap aspek yang telah diobservasi oleh peneliti dengan bantuan seorang teman.
Hasil Observasi Perilaku Positif dan Negatif pada siklus II
No Nomor Responden
Kategori Perilaku Siswa Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8
1 R-1 √ √ √ - √ √ √ √ 1. Siswa siap mengikuti pembelajaran menulis puisi.
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (mengganggu teman, melamun, mengantuk).
3. Siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru saat kegiatan diskusi kelas sedang berlangsung.
4. Siswa aktif bertanya mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung.
5. Siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak.
6. Siswa tidak meremehkan kegiatan imajinasi.
7. Siswa mengikuti proses penulisan puisi dengan baik.
8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi.
2 R-2 √ √ √ - √ √ √ √3 R-3 √ √ √ √ √ √ √ √4 R-4 √ √ √ - √ √ √ √5 R-5 √ √ √ - √ √ √ √6 R-6 √ √ √ - √ √ √ √7 R-7 √ - √ - √ √ - √8 R-8 √ √ √ - √ √ √ √9 R-9 √ √ √ - √ √ √ √10 R-10 √ √ √ √ √ √ √ √11 R-11 √ √ √ √ √ - √ √12 R-12 √ √ √ - √ √ √ √13 R-13 √ - - - √ √ √ √14 R-14 √ √ √ - √ √ √ √15 R-15 √ √ √ - √ √ √ √16 R-16 √ √ √ - √ √ √ √17 R-17 √ √ √ - √ √ √ √18 R-18 √ - √ - √ √ √ √19 R-19 √ √ √ - √ √ √ √20 R-20 √ - √ - √ √ √ √21 R-21 √ √ √ - √ √ √ √22 R-22 √ √ √ - √ √ √ √23 R-23 √ √ √ - √ √ √ √24 R-24 √ √ √ - √ √ √ √25 R-25 √ √ √ - √ √ √ √
123
26 R-26 √ √ - - √ - - √ Pengisian: (√) : positif (−) : negative
27 R-27 √ √ √ - √ √ √ √28 R-28 √ √ √ - √ √ √ √29 R-29 √ √ √ - √ √ √ √30 R-30 √ √ √ - √ √ √ √31 R-31 √ √ √ - √ √ √ √32 R-32 √ √ √ - √ √ √ √Jumlah 32 29 31 3 32 30 31 32Jumlah dalam persen 100
% 90,63%
96,88%
9,38%
100%
93,75%
96,86%
100%
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses pembelajaran
menulis puisi pada tindakan siklus II dapat dikatakan baik karena hampir seluruh
siswa menunjukkan perubahan perilaku belajar dari perilau negatif ke perilaku
positif. Namun, dalam pengamatan peneliti pada siklus II masih ditemukan siswa
berperilaku negatif. Pada tindakan siklus II ini terdapat beberapa perilaku siswa
yang terdiskripsi melalui kegiatan observasi selam kegiatan pembelajaran menulis
puisi menggunakan media audiovisual berlangsung.
Aspek pertama, yaitu siswa siap megikuti pembelajaran dikatakan sangat
baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak sudah siap megikuti pembelajaran
menulis puisi. Hal ini tampak saat peneliti memasuki ruangan, sikap siswa secara
alamiah sudah terkondisikan dengan sendirinya. Aspek kedua, yaitu siswa
memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu
(berbicara dengan teman, melamun, tertidur). Selama pembelajaran berlangsung
pada siklus II sebanyak 29 siswa atau sekitar 90,63% dari siswa memperhatikan
penjelasan yang disampaikan oleh guru atau peneliti. Pada siklus II ini sudah ada
peningkatan perilaku dari siklus I.
Aspek ketiga, yaitu siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari
guru saat diskusi kelas sedang berlangsung. Sebanyak 31 siswa atau 96,88%
124
sudah berpartisipasi aktif saat diskusi kelas berlangsung. Artinya, pada siklus II
mengalami peningkatan.
Aspek keempat, yaitu siswa aktif bertanya mengenai materi pembelajaran.
Selama pembelajaran berlangsung belum memperoleh hasil yang memuaskan
karena sebanyak 3 siswa atau 9,38% dari jumlah siswa yang aktif bertanya
mengenai materi pembelajaran. Namun, pada siklus II ini sudah ada peningkatan
dari siklus I.
Aspek kelima, yaitu siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak
dikategorikan sangat baik atau sebesar 100% semua siswa menyimak lagu yang
diputarkan oleh guru dengan baik. Aspek keenam, yaitu siswa tidak meremehkan
kegiatan imajinasi. Pada kegiatan ini belum mencapai hasil yang memuaskan,
namun terjadi peningkatan perilaku dari siklus I, yaitu meningkat menjadi 100%.
Aspek ketujuh, yaitu siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan
baik. Selama proses penulisan gagasan berlangsung belum memperoleh hasil yang
memuaskan namun sudah baik karena sebanyak 31 siswa atau sekitar 96,86% dari
siswa megikuti proses penulisan gagasan dengan baik.
Aspek kedelapan, yaitu siswa menulis cerpen dengan baik dan penuh
konsentrasi. Pada aspek ini mencapai 100% dari siswa dengan baik dan penuh
konsentrasi mengerjakan tugas menulis cerpen. Pada siklus I ini mengalami
peningkatan perilaku dari siklus I.
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal
Pada siklus II peneliti masih menggunakan pedoman jurnal yang sama
seperti pada siklus I. Juranal yang digunakan pada tindakan ini ada dua macam,
125
yaitu junal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil kedua jurnal
tersebut dalam tindakan siklus II akan diuraikan sebagai berikut.
a. Jurnal Siswa
Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan oleh seluruh siswa kelas VII C
SMP Negeri 2 Sulang. Jurnal siswa ini berisi 5 pertanyaan yang berkenaan dengan
(1) apa manfaat yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran menulis puisi,
(2) apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan
emotif- imajinatif melalui media audiovisual (disertai alasan), (3) apakah
penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual dapat dipahami, (4) kesulitan- kesulitan yang
dihadapi siswa, dan (5) tulislah saran dan kesan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media
audiovisual.Berikut ini jawaban siswa ketika mengisi lembar jurnal mengenai
pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual. Secara keseluruhan siswa sudah merasakan banyak manfaat menulis
puisi, yaitu dapat meningkatkan kreativitas, mewakili isi dan perasaan penulis,
berbagi pengalaman dengan orang lain, dan menambah wawasan.
Ketertarikan siswa terhadap pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan siswa
menunjukkan rasa tertariknya terhadap pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual. Maskipun dengan alasan yang cukup beragam. Alasan yang paling
menonjol yang dilontarkan siswa adalah belajar dengan menggunakan media
126
audiovisual sangat mengasyikkan, selain mendapatkan ilmu juga merasakan
pembelajaran yang santai. Dengan menggunakan media audiovisual lebih
memudahkan dalam menulis puisi daripada harus menentukan tema sendiri.
Pendapat siswa mengenai cara guru dalam menyampaikan materi secara
keseluruhan pendapat siswa, yaitu mudah dipahami oleh siswa. Pada pertanyaan
keempat mengenai apakah siswa sebelumnya mengenal pendekatan emotif-
imajinatif. Secara keseluruhan siswa menjawab belum mengenal pendekatan
emotif- imajinatif. Hal ini dikarenakan pendekatan emotif- imajinatif memang
baru dikenal oleh siswa.
Pesan siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi melalui
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual secara keseluruhan siswa
memberikan pesan dan harapan yang positif untuk memperbaiki pembelajaran
selanjutnya. Adapun saran yang diberikan siswa diantaranya adalah pendekatan
emotif- imajinatif media tetap diterapkan dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran menulis. Kesan siswa secara keseluruhan bahwa siswa merasa
senang mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual karena dapat membantu meningkatkan rasa percaya
diri dalam menulis puisi dan mendapatkan pengalaman baru yang mengasyikkan.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru diisi oleh guru pada saat proses pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual selesai. Jurnal guru
memuat hal- hal yang berkenaan dengan kejadian- kejadian atau peristiwa yang
terjadi atau dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hal-
127
hal yang diungkapkan tersebut adalah (1) bagaimana kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap
proses pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual saat pembelajaran
menulis puisi berlangsung, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas menulis
puisi yang diberikan oleh guru, dan (5) bagaimana tingkah laku siswa selama
pembelajaran menulis puisi
Sejak guru mulai masuk kelas, sudah terlihat sebagian besar siswa sudah
siap mengikuti pembelajaran. Semua sudah duduk di kursi masing- masing
dengan rapi meskipun terlihat ada dua siswa yang masih berbincang- bincang
dengan teman sebangku. Namun, ketika guru sudah membuka pembelajaran dan
mengucapkan salam, semua siswa terlihat menyambut dengan antusias.
Respon yang positif masih terus berlanjut saat kegiatan mencermati teknik
transformasi puisi pada sebuah contoh syair puisi untuk menemukan kesan- kesan
sebagai inspirasi dalam menulis puisi. Setelah siswa mencermati contoh syair
puisi, guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang syair puisi yang telah dibuat.
Tanggapan siswa terhadap tugas menulis puisi yang diberikan oleh guru
juga sudah baik. Hal ini tampak pada keantusiasan siswa ketika menulis puisi.
Suasana kelas ketika siswa menulis puisi terlihat tenang dan dapat terkendali
dengan baik. Siswa terlihat lebih santai dengan di tayangkannya film untuk
membantu membangkitkan daya imajinasi. Berdasarkan jurnal guru dapat
disimpulkan bahwa keseriusan dan keefektifan siswa dalam mengikuti proses
128
pembelajaran menulis puisi siklus II ini sudah baik. Siswa dapat dikondisikan dan
merespon baik setiap penjelasan dari guru.
4.1.2.2.3 Hasil Check List
Check list pada siklus II digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
mengenai pembelajaran menulis puisi . Lembar check list diisi oleh semua siswa
kelas VII C berjumlah 10 pernyataan dengan pernyataan mereka, yaitu sangat
setuju, setuju, kurang setuju, atau tidak setuju. Kesepuluh pertanyaan check list
pada siklus II sama dengan siklus I. Berdasarkan hasil check list diketahui adanya
perubahan tingkah laku siswa. Berikut ini penjelasan hasil check list siklus I.
Pada pernyataan pertama mengenai menulis puis itu mudah. Pada siklus II
tidak ada lagi siswa yang menyatakan KS terhadap pernyataan tersebut. Sebanyak
5 siswa atau 15,62% menyatakan SS, dan 27 siswa atau 84,38% menyatakan S.
Pada pernyataan kedua mengenai pendapat siswa yang merasa dengan metode dan
media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Sebanyak 13 siswa atau
40,62% menjawab SS, dan 19 siswa atau 59,38% menjawab S.
Pada pernyataan ketiga mengenai pedekatan emotif- imajinatif melalui
media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi. Pada siklus II
tidak ada lagi siswa yang menyatakan KS terhadap pernyataan tersebut. Sebanyak
13 siswa atau 40,63% menjawab SS, dan siswa atau 59,37% menjawab S.
Pada pernyataan keempat mengenai kebiasaan menulis puisi dapat
mewakili isi hati dan perasaan siswa. Hasil observasi siklus II tidak ada lagi siswa
yang menyatakan KS dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 12 siswa atau 37,5%
menjawab SS, dan 20 siswa atau 62,5% menjawab S.
129
Pada pernyataan kelima mengenai keterampilan menulis puisi dapat
meningkatkan kreativitas siswa. 23siswa atau 71,88% menjawab SS, dan 9 siswa
atau 28,12% menjawab S.
4.1.2.2.4 Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus dilakukan terhadap 3 siswa, yaitu 1 siswa yang
meperoleh nilai tinggi, 1 siswa yang mendapat nilai sedang, 1 siswa yang
mendapat nilai rendah. Dalam melakukan wawancara digunakan teknik bebas,
yaitu pertanyaan telah dipersiapkan oleh pewawancara dan responden bebas
menjawab tanpa terikat. Kegiatan wawancara yang dilakukan memiliki tujuan
untuk menggalil informasi yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan
penerapan dan penggunaan pendekatan dan media yang digunakan pada
pembelajaran menulis puisi. Wawancara ini mengungkapkan tujuh pertanyaan
sebagai berikut. (1) Minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi; (2) perasaan
siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi ; (3) pendapat siswa
mengenai pendekatan dan media yang digunakan pada pembelajaran menulis
puisi; (4) Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis puisi
melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (5) manfaat yang
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan
emotif- imajinatif media audiovisual; (6) Saran siswa mengenai pembelajaran
menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (7)
Pendapat siswa mengenai cara mengajar guru. Beberapa pertanyaan dalam
wawancara ini bukan merupakan pedoman terstruktur, jadi dapat dikembangkan
oleh peneliti saat wawancara berlangsung.
130
Hasil wawancara yang diperoleh dari ketiga siswa yaitu siswa yang
mendapat nilai tinggi (R1), siswa dengan nilai sedang (R2), dan siswa yang
mendapat nilai rendah (R3). Diketahui bahwa semua responden mengaku merasa
senang dengan pelajaran menulis puisi. Satu diantara mereka yaitu siswa yang
mendapat nilai tinggi (R1) mengatakan pendekatan dan media yang digunakan
dapat menarik perhatian dan mempermudah mereka untuk membuat puisi,
sedangkan 2 siswa yang lain mengaku belum mengetahui pembelajaran menulis
puisi dengan pendekatan dan media yang saat ini diajarkan.
Berkaitan dengan pertanyaan tentang persaan siswa ketika mengikuti
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual, semua siswa atau 100% dari 3 siswa menyatakan senang. Adapun
tanggapan siswa terkait dengan penggunaan pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual, ketiga siswa diwawancara mengatakan dengan pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual telah mampu merangsang mereka dalam menulis
syair puisi
Berdasarkan jawaban dari ketiga siswa yang diwawancara, 2 diantaranya
yaitu R1 dan R2 menyatakan sudah tidak kesulitan lagi dalam menulis puisi. R3
mengaku masih kesulitan dalam hal mencari rangkaian kata yang tepat. Adapun
usaha yang dilakukan kedua responden tersebut ialah bertanya kepada teman dan
berpikir dahulu dengan menyimak film yang ditayangkan lebih konsentrasi agar
bisa mebuat untaian kata yang tepat.
Berkaitan dengan kesan dan saran, ketiga siswa memberikan kesan yang
positif dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual terhadap
131
pembelajaran puisi. Menurut mereka pembelajaran tersebut cukup menarik dan
mampu membuat siswa yang semula tidak suka dengan menulis puisi menjadi
suka. Itu merupakan pendapat dari siswa yang mendapat nilai tinggi (R1) dan
siswa yang memperoleh nilai sedang (R2), sedangkan responden yang lain
menyatakan hal yang serupa, kata mereka pembelajaran ini cukup menyenangkan.
Adapaun saran mereka ialah supaya pembelajaran ini terus ditingkatkan dan
menyarankan kepada peneliti supaya dalam mejelaskan materi jangan terlalu
cepat- cepat
4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto
Pada siklus II ini, dokumentasi masih sama dengan kegiatan yang
dilakukan pada siklus I. Pengambilan foto dilakukan oleh teman peneliti.
Dokumentasi foto ini dijadikan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama
penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II akan dipaparkan sebagai
berikut.
Gambar 6
Salah satu siswa membacakan hasil puisinya di depan kelas
132
Gambar 7
Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan
Pada siklus II perilaku siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih positif.
Semua siswa memperhatikan penjelasan guru, tidak ada lagi siswa yang
mengantuk, melamun, dan mengobrol dengan teman sebelahnya. Selama proses
pembelajaran keaktifan siswa pun meningkat. Terlihat pada gambar di atas
tampak beberapa siswa yang tidak malu-malu lagi untuk bertanya.
Gambar 8
133
Gambar 9
Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Gagasan
Setelah melakukan kegiatan menyimak dan imajinasi guru meminta siswa
untuk melakukan proses penulisan ide. Pada gambar di atas tampak 3 siswa tidak
melakukan proses penulisan ide dengan baik.
Gambar 10
134
Gambar 11
Sikap Siswa Saat Kegiatan Menulis puisi
Setelah melakukan rangkaian kegiatan, siswa mendapat tugas dari guru
atau peneliti untuk menulis puisi berdasarkan media audiovisual yang
ditayangkan. Tampak pada gambar semua siswa serius dan penuh konsentrasi
mengerjakan tugas menulis puisi.
4.1.2.3 Refleksi Siklus II
Hasil keterampilan menulis puisi yang telah dicapai siswa setelah
dilakukan pembelajaran pada siklus II sudah mencapai ketuntasan, yaitu skor rata-
rata siswa mencapai 85,28. Hal ini dikarenakan siswa sudah lebih memperhatikan
setiap aspek dalam menulis. Hasil tersebut sudah mencapai target yang
diharapkan. Pada siklus II ini siswa dapat membentuk relevansi diksi sesuai
media audiovisual; membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media
audiovisual; membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual;
135
membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual;
membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; membentuk
relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi tema
sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi perasaan,nada sesuai
dengan media audiovisual; membentuk relevansi suasana dengan media
audiovisual; membentuk relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Hal
ini merupakan hal yang sangat menggembirakan karena berdasarkan hasil nontes
pada siklus II, terlihat juga adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif.
Pada tahap observasi, perilaku negatif siswa mulai berkurang. Siswa
mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dengan sikap yang baik. Hal ini
dibuktikan melalui hasil observasi yang menunjukkan adanya peningkatan
persentase perilaku positif siswa pada hasil observasi siklus II.
Pada kegiatan pengisian jurnal. Pada jurnal siswa mengalami perubahan
perilaku bila dilihat dari jawaban yang diberikan siswa. Pada jurnal guru terlihat
beberapa hasil yang menyatakan bahwa pada pembelajaran siklus II guru sudah
merasa puas selama pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual. Hal ini sebagai bukti adanya perubahan perilaku
siswa yang positif. Pada pengisian check list pada siklus II mengalami perubahan
sikap dari siklus I. Semula banyak siswa yang menyatakan kurang setuju terhadap
beberapa pernyataan, pada siklus II mulai berkurang. Hal ini sebagai bukti adanya
perubahan perilaku siswa yang positif.
Adapun mengenai hasil nontes yang berupa dokumentasi foto dapat
diketahui pembelajaran terlihat semakin kondusif dengan berkurangnya perilaku
136
negatif yang diperlihatkan siswa. Siswa sudah tidak malu lagi untuk bertanya.
Selain itu, pada kegiatan diskusi kelas siswa terlihat semakin berpartisipasi aktif.
Kegiatan ini semua tergambar dalam foto sebagai bukti untuk menguatkan data-
data nontes lainnya.
4.2 Pembahasan
Setelah dilakuakan analisis data tes dan nontes diperoleh hasil bahwa
penggunaan media audiovisual dalam menulis puisi dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi yang diperdengarkan siswa kelas VII C SMP N 2
Sulang, terbukti pada siklus I sebesar 75,09 dan meningkat menjadi 85,28 pada
siklus II. Tidak hanya dari segi kognitif, peningkatan juga terjadi pada perilaku
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pada pembelajaran menulis puisi dengan
media audiovisual lebih mengedepankan pada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya untuk
dipresentasikan di kelas. Pembahasan hasil tes berdasarkan perolehan nilai yang
dicapai oleh siswa dalam tes menulis puisi. Sedangkan pembahasan nontes
berdasarkan perolehan dari observasi,jurnal, check list, wawancara, dan
dokumentasi foto. Pembahasan hasil tes mengacu pada peningkatan kemampuan
menulis puisi dan pembahasan hasil nontes mengacu pada perilakku belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan media audiovisual.
Melalui hasil tes dan nontes pada siklus I, peneliti berusaha melakukan
perbaikan untuk kegiatan siklus II agar lebih baik lagi. Pada siklus II mengalami
beberapa perubahan, seperti rencana pembelajaran dan film yang digunakan
137
sebagai media. Tujuannya adalah merubah perilaku siswa ke arah positif terhadap
pembelajaran menulis puisi.
4.2.1 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif-
Imajinatif Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang
Pembahasan hasil penelitian ini berdasarakan hasil penelitian yang telah
diperoleh dari hasil tes tindakan siklus I, dan hasil tes tindakan siklus II.
Dalam penelitiannya, peneliti melakukan penelitian mengenai
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media
audiovisual yangterdiri atas dua siklus, yaitu tindakan siklus I dan tindakan siklus
II.
Hasil tes kemampuan menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 6 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Aspek Nilai Rata-rata Kelas Peningkatan SI SII
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Diksi Pengimajian Kata Konkrit Bahasa Figuratif Versifikasi Tipografi Tema Perasaan, nada Suasana Amanat
7,67 7,53 7,67 7,67 7,25 7,44 7,31 7,59 7,8 7,84
8,19 8,63 8,38 8,53 8,5 8,56 8,56 8,56 8,44 8,84
0,52 1,1 0,71 0,86 1,25 1.12 1,25 0,97 0,64 1
Jumlah 75,77 85,19 9,42 Keterangan:
S I: Siklus I
S II: Siklus II
138
Berdasarkan hasil rekapitilasi data hasil tes menulis puisi siswa dari siklus
I dan siklus II sebagaimana terliha pada tabel di atas, maka dapat dijelasakan
bahwa kemampuan menulis puisi pada siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan.
Hasil tes menulis cerpen pada siklus I dengan rata-rata nilai mencapai
75,77. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada
aspek diksi nilai rata- rata sebesar 7,67 masuk kategori baik. Pada aspek
pengimajian nilai rata- rata sebesar 7,53 masuk kategori baik. Pada aspek aspek
kata konkrit nilai rata- rata sebesar 7,67 masuk kategori baik. Pada aspek bahasa
figuratif nilai rata- rata sebesar 7,67 masuk kategori baik. Pada aspek versifikasi
nilai rata- rata sebesar 7,25 masuk kategori baik. Pada aspek tipografi nilai rata-
rata sebesar 7,44 masuk kategori baik. Pada aspek tema nilai rata- rata sebesar
7,31 masuk kategori baik Pada aspek perasaan, nada nilai rata- rata sebesar 7,59
masuk kategori baik. Pada aspek suasana nilai rata- rata sebesar 7,88 masuk
kategori baik. . Pada aspek amanat nilai rata- rata sebesar 7,84 masuk kategori
baik.
Hasil tes menulis cerpen pada siklus II dengan rata-rata nilai mencapai
85,19. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada
aspek diksi nilai rata- rata sebesar 8,19 masuk kategori baik. Pada aspek
pengimajian nilai rata- rata sebesar 8,63 masuk kategori baik. Pada aspek aspek
kata konkrit nilai rata- rata sebesar 8,38 masuk kategori baik. Pada aspek bahasa
figuratif nilai rata- rata sebesar 8,53 masuk kategori baik. Pada aspek versifikasi
nilai rata- rata sebesar 8,5 masuk kategori baik. Pada aspek tipografi nilai rata-
139
rata sebesar 8,56 masuk kategori baik. Pada aspek tema nilai rata- rata sebesar
8,56 masuk kategori baik Pada aspek perasaan, nada nilai rata- rata sebesar 8,56
masuk kategori baik. Pada aspek suasana nilai rata- rata sebesar 8,44 masuk
kategori baik. . Pada aspek amanat nilai rata- rata sebesar 8,84 masuk kategori
baik.
Peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual merupakan sesuatu yang cukup menggembirakan
bagi guru. Peningkatan-peningkatan yang terjadi memang suatu hal yang sangat
membanggakan.
Hasil tersebut merupakan target yang ingin dicapai dengan pembelajaran
menulis cerpen siklus II. Keberhasilan pencapaian target ini membuktikan bahwa
tindakan pada siklus II sudah berhasil.
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa VII C SMP 2 Sulang Terhadap
Pembelajaran Menulis puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media
Audiovisual
Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi diikuti dengan
perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku siswa ini dapat dilihat dari hasil
observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran pada siklus I dan
siklus II.
Berdasarkan serangkaian analisis data, baik tes maupun nontes dalam
pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media
audiovisual dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam belajar menunjukkan
adanya perilaku ke arah positif.
140
Dari hasil nontes, yaitu observasi pada siklus I sebagian siswa belum
memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang
mengantuk, melamun, dan adanya siswa yang mengobrol dengan temannya. Pada
siklus I partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru ketika kegiatan
diskusi sedang berlangsung belum mencapai 100% dari jumlah keseluruhan. Pada
saat guru memberikan tugas menulis puisi masih ada siswa yang melihat
pekerjaan temannya dan menggangu temen sebelahnya.
Pada siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa. Siswa sudah
memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang
mengantuk, melamun, dan mengobrol dengan temannya. Partisipasi siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru ketika kegiatan diskusi sedang berlangsung
meningkat. Meskipun masih ada 1 siswa yang belum berpartisipasi aktif. Pada
siklus II pada saat kegiatan menulis puisi mengalami perubahan ke arah positif.
Tidak ada lagi siswa yang melihat pekerjaan temannya, dan tidak ada lagi siswa
yang mengganggu temannya.
Dari lembar jurnal siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa terjadi
perubahan perilaku perilaku siswa ke arah yang lebih baik pada siklus II. Pada
siklus I siswa kurang memahami manfaat menulis puisi bagi mereka, akan tetapi
pada siklus II siswa sudah mulai mengerti apa saja manfaat yang dapat dipetik
dari menulis puisi. Pada siklus I siswa merasa film yang dijadikan media kurang
sesuai dengan minat dan selera mereka, pada siklus II siswa bersikap positif
dengan lebih antusias ketika menulis puisi karena media audiovisual pada siklus II
141
sudah sesuai dengan minat dan selera siswa. Fenomena perilaku negatif pada
siklus II sudah mulai berkurang ketika pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil check list pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II
juga terjadi peningkatan perilaku siswa ke arah positif. Siswa membuat
pernyataan SS, S, KS, dan TS pada siklus I dari pernyataan pertama sampai lima.
Sikap kurang setuju beberapa siswa tampak pada pernyataan pertama, ketiga,
keempat, kelima. Pada peryataan pertama, yaitu siswa merasa ternyata menulis
puisi itu mudah. Hal ini disebabkan siswa belum membiasakan diri untuk berlatih
menulis puisi. Pada siklus II, siswa tidak lagi menyatakan kurang setuju, tetapi
hanya setuju dan sangat setuju. Pada peryataan ketiga, yaitu pendekatan emotif-
imajinatif media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis. Hal ini
terjadi karena siswa kurang berkonsentrasi dalam membangkitkan daya
imajinasinya. Tetapi pada siklus II mengalami perubahan sikap siswa tidak lagi
menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebutPada pernyataan keempat
kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan siswa. hal ini terjadi
karena siswa kurang begitu memahami manfaat dari menulis puisi.
Selain check list, dibuktikan pula melalui hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti kepada enam responden. Keenam responden berpendapat senang dan
tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatn emotif- iamjinatif
media audiovisual. Siswa juga memberi saran yang positif terhadap pembelajaran
menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual.
Perubahan perilaku siswa yang positif dibuktikan juga melalui gambar
pada dokumentasi foto selama pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini
142
sebagai bukti visual keberhasilan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatam
emotif- imajinatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diketahui bahwa
penerapan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual dalam
menulis puisi dapat mengubah perilaku belajar siswa ke arah yang positif
sehingga terjadi peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi. Secara
klasikal siswa telah mencapai nilai batas ketuntasan belajar dan telah terjadi
perubahan perilku belajar siswa ke arah yang positif, maka penelitian ini bagi
peneliti dianggap cukup dan telah berhasil.
143
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan
dalam penelitian ini, dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1) Kemampuan menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif melalui
media audiovisual pada siswa SMP N 2Sulang yang meliputi tes akhir siklus I
dan tes akhir siklus II. Hasil tes akhir siklus I menunjukkan rata-rata nilai yang
dicapai siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang sebesar 75,09 atau termasuk dalam
kategori cukup, sedangkan pada siklus II rata-rata nilai yang dicapai menjadi
85,28. Ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak
10,19atau sebesar 31,84%
2) Peningkatan hasil tes siswa juga diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas
VII C SMP N 2 Sulang ke arah positif setelah dilaksanakan pembelajaran
menulis puisi melalui pendekatan emotf- imajinatif . Pada saat pembelajaran
menulis puisi siklus I beberapa siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Akan tetapi, masih banyak siswa yang cenderung pasif dan kurang
memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa juga masih senang berbicara
dengan teman sebelahnya, mengantuk, dan melamun. Pada saat pembelajaran
menulis puisi siklus II perilaku siswa berubah. Siswa lebih bersemangat,
antusias, dan bersungguh-sungguh ketika mengikuti pembelajaran. Perilaku
negatif pada siklus I sudah tidak tampak lagi dan berubah menjadi perilaku
144
positif pada siklus II. Hal ini tampak ketika siswa mendengarkan penjelasan
dari guru dengan bersungguh-sungguh, siswa juga aktif dalam proses
pembelajaran dari awal hingga refleksi, siswa serius menyimak film yang
ditayangkan oleh guru, serta siswa merasa senang ketika menulis puisi.
Ternyata pemilihan kegiatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan minat
dan selera siswa dapat mengubah perilaku siswa dari negatif menjadi positif.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil tindakan pada penelitian tersebut, penulis
menyampaikan saran sebagai berikut.
1) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui
media audiovisual merupakan salah satu alternatif untuk pembelajaran
menulis khususnya menulis puisi. Hal ini dapat lebih memudahkan siswa
dalam pembelajaran menulis. Selain itu, dapat menumbuhkan minat dan rasa
tertarik siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Pendekatn emotif-
imajinatif juga dapat dijadikan alternatif bagi guru bidang studi lain dalam
mengajar mata pelajaran selain bahasa dan sastra Indonesia.
2) Para peneliti bidang pendidikan dan bahasa dapat menggunakan penelitian ini
sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lainnya dengan
menggunakan strategi belajar yang berbeda sehingga didapat berbagai
alternatif strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
145
3) Pembelajaran dengan media audiovisual dapat dijadikan alternatif bagi guru
bidang studi lain dalam mengajar karena dengan media dan pendekatan
tersebut dapat memberikan motivasi pada siswa
146
DAFTAR PUSTAKA
A, David. 2009. Methods for teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Arintoko. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Diaphan Siswa Kelas V SD PL Santo Yusuf Semarang Melalui Metode Karya Wisata 2003/2004. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Arsyad. 2005. Pemanfaatan Media Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baribin, Raminah. 1990. Teori Dan Apresiasi Puisi. Semarang IKIP Semarang UNNES
Covey, Stephen. 2009. The Leadder In Me. Jakarta: PT Gramedia
Fatoni. 2002. Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Karya Wisata Pada Kelas II MA Nahdatul Syibyan Sayung Kabupaten Demak. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Fauziah, Gamar. 2006. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas VIIF SMP Negeri 16 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Goleman, Daniel. 2008. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia
Hernacki, Mike. 2009. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan
Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Joyce, Bruce. 2009. Models of teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed.3-cet.2. .2002. Jakarta: Balai Pustaka
Kurnia. 2005. Penerapan Model Pembelajaran dan Sistem Penilaian Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif puisi Siswa Kelas VIIF SMP 40 Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks
Munthe, Bermawi. 2009. Desain dan pembelajaran center for teaching staff Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
147
Porter, Bobi. 2009. Quantum Memorizer. Jakarta: PT Kaifa
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi: Analisis Strata norma dan Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ridho. 2006. Accelerated Learning. Jakarta: PT Erlangga
Rohani. 1997. Manfaat Media. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Santrock, John. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika
Suryo Subroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin, Robert. 2008. Pendidikan Psikologi. Jakarta: Indeks Cipta
Solso, Robert. 2009. Psikologi Kognitif. Jakarta: PT Erlangga
Soeparno. 1988. Pengantar Media Piranti Lunak. Jakarta: Indeks Cipta
Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya Duta
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Woolfok, Anita. 2009. Education Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud
148
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Nama Sekolah : SMP N 2 SULANG
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : VII C/II
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit (2X pertemuan)
A. Standar Kompetensi
• Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan
menulis kreatif puisi
B. Kompetensi Dasar
• Menulis kreatif puisi berkenaan denga
C. Indikator
• Mampu menentukan unsur-unsur puisi.
• Mampu membuat menjadi satu kesatuan puisi yang utuh.
D. Tujuan Pembelajaran
• Siswa mampu membuat menjadi satu kesatuan yang utuh
E. Materi Pembelajaran
- Unsur-unsur puisi
- Langkah-langkah menulis puisi
- Praktek menulis puisi
F. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab
- Diskusi
- Inquiri
- Emotif- imajinatif
- Penugasan
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
149
1. Kegiatan Awal
a. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada
siswa berkaitan dengan menulis puisi
b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan manfaat pembelajaran hari
itu
2. Kegiatan Inti
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan
pengetahuan siswa terhadap puisi
b. Guru membagikan contoh cerpen kepada siswa
c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai cerpen yang
mencakup unsur-unsur pembangun puisi dan langkah-langkah menulis
puisi
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu
b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu
c.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari hari itu
b. Guru memberi umpan balik mengenai materi yang telah disampaikan
pada pertemuan lalu
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan proses pembelajaran menulis cerpen dengan
pendekatan Emotif- imajinatif media audiovisual
b. Guru memutarkan sebuah tayangan film kemudian siswa menyimak
dan meresapi tayangan tersebut
c. Guru memberi bimbingan pada saat siswa melakukan proses emotif-
iamjinatif. Siswa diminta untuk selalu aktif menulis gagasan. Siswa
menelaah dan mengelompokkan gagasan
d. Guru memberi penguatan berkaitan dengan proses emotif-imajinatif
150
e. Siswa diminta untuk menentukan unsur-unsur intrinsik yang akan
digunakan dalam menyusun kerangka karangan dengan menggali
imajinasinya
f. Siswa mulai berlatih menulis puisi dengan tema yang ada pada
tayangan yang dipertontonkan tersebut dengan bimbingan guru dan
diiringi tayangan yang diputar
g. Siswa dan guru berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami
ketika menulis puisi
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu
b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu
H. Sumber dan Media Pembelajaran
• Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesi Kelas VII
• Contoh puisi
• Film”Aladin”
• TV dan VCD
I. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan
2. Penilaian Hasil
Penilian pada hasil menulis cerpen
Semarang, Maret 2009
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Slamet, S.Pd Retno Wulan. A
NIP. NIM 2101405618
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Nama Sekolah : SMP 33 SEMARANG
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit (2X pertemuan)
A. Standar Kompetensi
• Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain kedalam puisi
B. Kompetensi Dasar
• Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam puisi
C. Indikator
• Mampu menentukan unsur-unsur puisi
• Mampu mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk
puisi
D. Tujuan Pemebelajaran
• Siswa mampu mengembangkan kerangka yang sudah dibuat dalam
bentuk puisi
E. Materi Pembbelajaran
a. Unsur-unsur puisi
b. Langkah-langkah menulis puisi
c. Praktek menulis puisi
F. Metode Pembelajaran
a. Tanya jawab
b. Diskusi
c. Inquiri
d. Emotif- imajinatif
e. Penugasan
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
152
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
a. Guru menjelaskan kesalahan siswa berkaitan dengan unsur-unsur puisi
b. Guru memberi motivasi siswa dan menyampaikan manfaat
pembelajaran menulis puisi
2. Kegiatan Inti
a. Guru berdiskusi dengan siswa mengenai kesulitan yang dialami siswa
dalam menentukan unsur-unsur puisi pada pertemuan yang lalu
b. Guru memberikan contoh puisi yang berbeda dari pertemuan yang lalu
kepada siswa
c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai puisi yang
mencakup unsur-unsur pembangun puisi dan langkah-langkah menulis
puisi
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu
b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a. Guru menjelaskan kesalahan yang dilakukan siswa pada saat menulis
puisi
b. Guru memberi motivasi kepada siswa agar lebih meningkatkan
keterampilan menulis
2.Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan proses pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan Emotif-imajinatif media audiovisual
b. Guru memutarkan sebuah film yang berbeda dari pertemuan
sebelumnya, kemudian siswa menyimak dan meresapi isi film tersebut
c. Guru membimbing siswa pada saat melakukan proses emotif-
imajinatif. Siswa diminta untuk selalu aktif menulis gagasan yang
muncul saat menikmati film
d. Siswa membuat telaah dan mengelompokkan gagasan
153
e. Guru memberi penguatan berkaitan dengan proses emotif-imajinatif
f. Siswa diminta untuk menentukan unsur-unsur intrinsik yang akan
digunakan dalam menyusun kerangka karangan dengan menggali
imajinasinya
g. Siswa mulai menulis puisi dengan tema yang ada pada lagu tersebut
dengan bimbingan guru dan diiringi film yang sudah diperdengarkan
3.Kegiatan Akhir
a. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari itu
b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu
4. Sumber dan Media Pembelajaran
• Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesi Kelas VII
• Contoh puisi
• Lagu “Aku Pasti Kembali”
• TV dan VCD
5. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan
2. Penilaian Hasil
Penilian pada hasil menulis cerpen
Semarang, Maret 2009
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Slamet, S.Pd Retno Wulan A NIP. NIM 2101405618
154
PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS I DAN SIKLUS II
Nama :
No. Presensi :
Kategori :
1. Apakah anda senang saat mendapatkan pembelajaran menulis puisi?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
2. Apakah anda mendapatkan kesulitan ketika menulis puisi? Kesulitan apa
yang anda rasakan?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
3. Apa pendapat anda tentang penggunaan pendekatan emotif-imajinatif
media audiovisual?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
4. Apakah anda mendapatkan kesulitan saat melakukan proses emotif-
imajinatif?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
5. Berikan saran anda terhadap pembelajaran menulis puisi pendekatan
emotif- imajinatif media audiovisual!
Jawab:……………………………………………………………………
155
FORMAT JURNAL SISWA SIKLUS I DAN SIKLUS II
Nama :
No. Presensi :
1. Apakah manfaat yang siswa peroleh saat mengikuti pembelajaran menulis
puisi?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
2. Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui emotif-
imajinatif media audivisual? Ya/Tidak (apa alasannya)
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
3. Apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi dapat
dipahami?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
4. Apakah sebelumnya siswa sudah mengenal pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
5. Tulislah pesan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis
puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual!
Jawab:…………………………………………………............................
156
FORMAT JURNAL GURU SIKLUS I DAN SIKLUS II
Siklus ke :
Guru Pengampu :
1. Bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi?
jawab:………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan media
audiovisual?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual saat pembelajaran menulis puisi berlangsung?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
5. Bagaimana tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis puisi melalui
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual?
Jawab:……………………………………………………………...
157
FORMAT JURNAL SISWA SIKLUS I
Nama :
No. Presensi :
1. Apakah manfaat yang siswa peroleh saat mengikuti pembelajaran menulis
puisi?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
2. Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Ya/Tidak (apa
alasannya)
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
3. Apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi dapat
dipahami?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
4. Apakah sebelumnya siswa sudah mengenal pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
5.Tulislah pesan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis
cerpen melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual!
Jawab:……………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
158
FORMAT JURNAL SISWA SIKLUS II
Nama :
No. Presensi :
1. Apakah manfaat yang siswa peroleh saat mengikuti pembelajaran menulis
puisi?
Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
2. Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Ya/Tidak (apa alasannya)
Jawab:………………………………………………………………….
…………………………………………………………………
3. Apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi dapat
dipahami?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………….
4. Apakah sebelumnya siswa sudah mengenal pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual?
Jawab:……………………………………………………………………
………………………………………………………………….
5. Tulislah pesan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran
menulispuisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual!
Jawab:……………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
159
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I
No No.
Responden
Kategori Perilaku Siswa Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
1. R 1 1.Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman).
2.Siswa aktif bertanya, memberi tanggapan mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung.
3.Siswa tidak melakukan diskusi dengan baik (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman)
4.Siswa meremehkan kegiatan menyimak.
5.Siswa meremehkan kegiatan imajinasi
6.Mengganggu teman lain pada saat pencarian gagasan
7. Siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik
8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi.
Keterangan : () :Perilaku positif (-) :Perilaku negtaif
2. R 2
3. R 3
4. R 4
5. R 5
6. R 6
7. R7
8. R 8
9. R 9
10. R 10
11. R 11
12. R 12
13. R 13
14. R14
15. R 15
16. R 16
17. R 17
18. R 18
19. R 19
20. R 20
21. R 21
22. R 22
23. R 23
Jumlah :
Prosentase :
Rata-rata :
160
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS II
No No.
Responden
Kategori Perilaku Siswa Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
1. R 1 1.Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman).
2.Siswa aktif bertanya, memberi tanggapan mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung.
3.Siswatidak melakukan diskusi dengan baik (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman)
4.Siswa meremehkan kegiatan menyimak.
5.Siswa meremehkan kegiatan imajinasi
6.Mengganggu teman lain pada saat pencarian gagasan
7. Siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik
8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi.
Keterangan : () :Perilaku positif () :Perilaku negtaif
2. R 2
3. R 3
4. R 4
5. R 5
6. R 6
7. R7
8. R 8
9. R 9
10. R 10
11. R 11
12. R 12
13. R 13
14. R14
15. R 15
16. R 16
17. R 17
18. R 18
19. R 19
20. R 20
21. R 21
22. R 22
23. R 23
Jumlah :
Prosentase :
Rata-rata :
161
FORMAT CHECK LIST SIKLUS I
Nama :
No. Presensi :
Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat
setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS)
No Pernyataan Skala Penilaian
SS S KS TS
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah
Saya senang dengan metode dan media yang
digunakan guru dalam pembelajaran menulis
Pendekatan Emotif-imajinatif media audiovisual
memberikan kemudahan dalam menulis puisi
Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati
dan perasaan saya
Saya merasa senang terhadap cara guru dalam
menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis
puisi.
Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses
emotif-imajinatif
Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan
kreativitas saya
Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif media
audiovisual merupakan pengalaman baru bagi saya
Media audiovisual yang digunakan dalam
pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan
saya berimajinasi
Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran
berlangsung dapat membantu memudahkan
pemahaman saya
162
FORMAT CHECK LIST SIKLUS II
Nama :
No. Presensi :
Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat
setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS)
No Pernyataan Skala Penilaian
SS S KS TS
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah
Saya senang dengan pendekatan dan media yang
digunakan guru dalam pembelajaran menulis
Pendekatan emoitif- imajinatif media audiovisual
memberikan kemudahan dalam menulis puisi
Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati
dan perasaan saya
Saya merasa senang terhadap cara guru dalam
menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis
puisi
Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses
Emotif-imajinatif
Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan
kreativitas saya
Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif media
audiovisual merupakan pengalaman baru bagi saya
Media audiovisual yang digunakan dalam
pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan
saya berimajinasi
Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran
berlangsung dapat membantu memudahkan
pemahaman saya
163
INSTRUMEN TES SIKLUS I DAN SIKLUS II
SOAL
1. Tulislah puisi berdasarkan pengalaman orang lain dengan media
audiovisual. Tuliskan puisi mu dengan memperhatikan tema, alur, tokoh
dan penokohan, latar, diksi dan gaya bahasa, sudut pandang, dan
keterpaduan unsur-unsur pembangun puisi!
164
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I DAN SIKLUS II
No No.
Responden
Kategori Perilaku Siswa Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
1. R 1 1.Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman).
2.Siswa aktif bertanya, memberi tanggapan mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung.
3.Siswatidak melakukan diskusi dengan baik (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman)
4.Siswa meremehkan kegiatan menyimak.
5.Siswa meremehkan kegiatan imajinasi
6.Mengganggu teman lain pada saat pencarian gagasan
7. Siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik
8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi.
Keterangan : () :Perilaku positif () :Perilaku negtaif
2. R 2
3. R 3
4. R 4
5. R 5
6. R 6
7. R7
8. R 8
9. R 9
10. R 10
11. R 11
12. R 12
13. R 13
14. R14
15. R 15
16. R 16
17. R 17
18. R 18
19. R 19
20. R 20
21. R 21
22. R 22
23. R 23
Jumlah :
Prosentase :
Rata-rata :
165
FORMAT CHECK LIST SIKLUS I DAN SIKLUS II
Nama :
No. Presensi :
Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat
setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS)
No Pernyataan Skala Penilaian
SS S KS TS
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah
Saya senang dengan pendekatan dan media yang
digunakan guru dalam pembelajaran
menulispendekatan Emotif-iamjinatif lagu
memberikan kemudahan dalam menulis puisi
Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati
dan perasaan saya
Saya merasa senang terhadap cara guru dalam
menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis
puisi.
Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses
emotif-imajinatif
Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan
kreativitas saya
Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif
merupakan pengalaman baru bagi saya
Media audiovisual yang digunakan dalam
pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan
saya berimajinasi
Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran
berlangsung dapat membantu memudahkan
pemahaman saya
166
Contoh Cerpen 1
RANKING 1 VS RANKING 2
Siapapun tahu, Nana dan Nano musuhan. Musuh bebuyutan. Mereka
selalu berebutan posisi ranking di kelas. Kalau Nano yang ranking pertama, Nana
pasti ranking kedua. Begitu sebaliknya. Nana dan Nano sama-sama tidak bisa
menerima kekalahan begitu saja. Akibatnya…di luar jam pelajaran mereka juga
musuh betulan.
“Ati-ati, No! biasanya, benci suka berubah jadi rindu!” seloroh Rino,
suatu hari.
“Apalagi nama kalian hampir sama. Nano…Nana! terus dari SMP
sampai SMA kalian sekelas terus, klop banget deh! kayaknya kalian
emang sudah dijodohin dari lahir,” kataToto.
“Ih, sori ya, aku nggak bakalan berjodoh sama cewek gendut! Emang
nggak ada cewek lain yang lebih langsing?!” kata Nano
“Walau gendut sebenarnya Nana cantik loh,” Aksan membela Nana
“Iya, cantik kalo dilihat pake sedotan, ngeliatnya dari puncak monas!
sampai kapanpun aku nggak bakalan naksir sama dia!” jawab Nano.
***
Seminggu kemudian anak-anak menghadapi semesteran untuk kenaikan
kelas
“Cihuy…si gendut sakit! dia pasti nggak konsen ngerjain soal. Aku
bakalan menang! Nano melompat-lompat kegirangan.
Ramalan Nano terbukti benar. Pas kenaikan kelas, Nana Cuma
mendapat renking dua sedangkan Nano menduduki pertama.
Sayangnya Nana belum bisa masuk sekolah saat penerimaan rapot,
sehingga Nano harus bersabar sampai liburan semester berakhir untuk
memamerkan kemenangannya.
***
Tibalah tahun ajaran baru. Kini Nana dan Nano sudah kelas tiga.
“Heh, curut jelek! jangan bangga dulu, mentang-mentang nggak ada
saingan. Ingat, kemenanganmu nggak sah! semester depan, aku pasti
167
dapat ranking satu. Kamu musti siap-siap lagi bersaing denganku!”
cewek itu lalu melangkah pergi dengan wajah mendongak sombong.
“Astaganaga! ya ampuuun! itu…itu kan…Nana! kenapa body-nya jadi
slim gitu?!” Nano pun tersadar
Gara-gara pertemuan yang mengejutkan, sesiangan Nano nggak bisa
nyimak pelajaran dengan baik. Dia sering tulalit tiap kali guru nanyain
jawaban soal ke dia.
***
“Na, misalnya nih…Nano naksir kamu gimana?” pancing Lina
“Iya Na, semua cowok disekolah kita sekarang ini lagi terfokus ke
kamu, nggak terkecuali pasti Nano.” sambung Via
“Udah deh, nggak usah repot-repot ngejodohin aku sama curut jelek
itu. Sampai kapanpun dia adalah musuhku!”
Ok, juga tekad Nana. Tapi nggak ada salahnya dong kalau mereka
berusaha mendamaikan kedua bintang kelas itu?. Akhirnya teman-
teman mereka sepakat mempertemukan mereka di lapangan senayan
saat joging. Nana dan Nano pun kaget saat mereka dipertemukan.
Setelah itu satu per satu anak-anak itu pergi. Mereka hanya berdiri
bengong tanpa melakukan apapun. Mereka saling membuang muka.
“Aku mau pulang! kata Nana sambil melangkah pergi
“ Pulang aja sana!” ketus Nano. “Bilang sama temen-temen kamu,
nggak akan pernah ada perdamaian diantara kita!”
“Ih, siapa juga yang mau damai!”
Nano menatap punggung Nana. Tak bisa dipungkiri Nana memang
cantik. Dari dulu sih sebenarnya, Nana juga anaknya baik.
Dalam perjalanan pulang Nana juga mengakui kalau teman-temannya
benar. Nano memang cakep dan baik.
Keduanya akhirnya memang saling menyadari dan saling menilai.
Tapi gimana dong mereka sudah terlanjur bersumpah nggak akan
pernah baikan, apalagi sampai pacaran. Boleh nggak sih melanggar
sumpah? Entahlah…………
168
Contoh Cerpen 2
PISTOL LEBARAN
Perampok itu menerobos masuk ke ruang makan sambil mengacungkan
pistolnya.
“Angkat tangan!” katanya setengah berteriak.
Lelaki tua yang tengah menikmati makan malamnya, kaget dan pucat.
Tentu saja dia tidak bisa berbuat lain kecuali menuruti perintah
perampok itu.
“Wah, saya sedang makan!” kata lelaki tua itu.
“Tak peduli! Tunjukkan simpanan emas-berlian kamu!
“Saya tak punya emas berlian!”
“Jangan bohong!”
“Kalau begitu, cari sendiri!”
Si perampok diam. Agaknya dia ragu-ragu atau bingung apa yang
harus dia lakukan. Barangkali dia berpikir : lebih baik menggunakan
kekerasan atau tidak?
“Kenapa rumah ini yang anda pilih untuk dirampok?” Tanya orang tua
itu sambil meneruskan makannya
“Feeling saya yang menyuruh…jadi Bapak hanya sendirian saja di
rumah ini?”
“Seperti Anda lihat. Anak-anak dan cucu pergi ke keluarga. Saya
tinggal sendirian. katanya disuruh jaga rumah!”
“Bapak tidak takut ditembak?”
Orang tua itu merampungkan makannya. Lalu minum. Mengusap bibirnya.
Berdiri bejalan ke arah bufet, mengambil sesuatu dan diletakkan di atas meja.
Perampok itu kaget luar biasa. Tapi, tidak berapa lama kemudian,
perampok itu tertawa terbahak-bahak. Perampok itu kini duduk di
kursi, meski agak jauh dari orang tua itu. Topeng yang sejak tadi
menutupi wajahnya, dia copot.
“Bagaimana Bapak tahu pistol ini hanya mainan?”
169
“Pertama : saya pensiunan letnan. Kedua : pistol mainan seperti itu
ada dua atau tiga di sini.”
“Anda bukan perampok. Itu jelas. Tapi kenapa ingin merampok
juga?”
“Sudah lebih dua tahun ini saya di-PHK. Cari kerja susah sekali. Coba
berdagang, malah bangkrut. Barang-barang berharga di rumah sudah
ludes. Padahal lebaran segera datang!”
“Berapa kira-kira yang Anda butuhkan saat ini?”
“Paling tidak Rp 200 atau Rp 300 ribulah. Sekadar agar dapat ikut
merayakan hari lebaran.”
Lelaki tua itu bangkit dari duduknya. Lalu berjalan kebalik pintu.
Keluar lagi dengan membawa sesuatu.
“Ini ada Rp 250 ribu. Ambillah. Dan jangan berpikir ini hasil
rampokan. Kasihan istri dan anak, kalau harus makan dari barang
haram.”
Perampok itu ragu-ragu harus mengambil uang itu atau tidak.
“Hmmm…apakah saya pernah melihat Anda? tiba-tiba orang tua itu
bertanya menyelidik.
“Barangkali. Rumah saya memang tidak terlalu jauh dari sini.
Mungkin Bapak pernah melihat saya?”
Di luar dugaan, lelaki tua itu menangis. Sesenggukan, seperti tak
dapat dibendung.
“Kenapa Bapak menangis?!”
“Sungguh keterlaluan! Kami para tetangga Anda yang punya
kelebihan uang, sudah haji pula. Kenapa tidak tahu kesulitan yang
tengah Anda hadapi?”
Perampok itu benar-benar kaget atas ‘simpati luar biasa’ yang
diperlihatkan lelaki yang akan dirampok itu. Hatinya tergoncang,
sehingga tak terasa air hangat memenuhi pelupuk matanya…..
Ayo, ambillah uang itu. Gunakan sebaik-baiknya untuk keluarga anda.
Perampok itu mengambil uang di atas meja. Lalu mendekati orang tua
170
itu dan menubruk sambil menangis. Orang tua itu menyuruhnya
berdiri, kemudian memeluknya dengan hangat. “Maafkan kami,”
katanya berbisik. Perampok itu pun melangkah pergi.
“Pistolnya tertinggal!” orang tua itu mengingatkan.
“Biar jadi koleksi mainan cucu Bapak!”