penuruanan nilai aset
DESCRIPTION
Penurunan nilai asetTRANSCRIPT
![Page 1: PENURUANAN NILAI ASET](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081121/557213db497959fc0b932e3f/html5/thumbnails/1.jpg)
PENURUNAN NILAI ASET
(ASSET IMPAIRMENT)
Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode
pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini
dikarenakan metode depresiasi tidak mencerminkan perubahan nilai kini dari aset (Kvaal,
2005). Wiecek & Young (2009) menjelaskan tujuan penyajian sumber daya ekonomik di
laporan posisi keuangan sebagai berikut,
An entity’s economic resources are presented on its statement of financial position as
key information for users. The assumption in evaluating these assets is that they are
reported on this statement as no more than the amount the entity can recover from
their use or sale.
Pernyataan di atas menyebutkan bahwa nilai aset yang dilaporkan dalam laporan
keuangan diasumsikan tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan
atau penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih rendah dari
nilai tercatat menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah turun, atau dalam kata lain aset
tersebut mengalami penurunan daya untuk menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik di
masa depan. Jika hal demikian terjadi, maka nilai tercatat aset harus diturunkan hingga
sebesar nilai terpulihkannya (dicatat rugi penurunan nilai). Tujuan dari hal ini adalah agar
nilai aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber
daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas, sehingga informasi yang disajikan ini tidak
menyesatkan (mislead) para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan
keputusan.
Pengertian Penurunan Nilai Aset
Impairment secara singkat merupakan penurunan nilai aset (umumnya dilakukan uji
impairment pada tahun selain revaluasi). Fokus pembahasan impairment di sini adalah
menurut versi IFRS, bagian FASB hanya dijelaskan mengenai aturan singkatnya. Secara
![Page 2: PENURUANAN NILAI ASET](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081121/557213db497959fc0b932e3f/html5/thumbnails/2.jpg)
umum impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan.
Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya
penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat
dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi pada
saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat dilakukan.
Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebih nilai yang dapat dipulihkan.
Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut
akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Semua aset memiliki potensi
mengalami penurunan nilai, namun ada yg diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur
umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Rugi penurunan nilai didefinisikan dalam PSAK 48 (revisi 2009) sebagai, “jumlah
yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah
terpulihkannya.” Aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil kas jika aset tersebut tidak
menghasilkan aliran kas secara independen. Jika keadaan berubah (pada umumnya kebalikan
indikasi rugi penurunan nilai), rugi penurunan nilai untuk aset selain goodwill dapat dibalik
(reversed). Tujuannya untuk mencerminkan peningkatan kembali daya dari aset.
Akuntansi Untuk Impairment Aset
Prosedur akuntansi penurunan nilai adalah:
1. Setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus mengukur nilai
terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai tercatat aset, maka
entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui kerugian penurunan nilai.
Entitas memberikan pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut. Entitas
mempertimbangkan faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar
entitas yang mengindikasikan dan mempengaruhi penurunan nilai aset seperti: penurunan
nilai pasar aset yang sangat signifikan melebihi penurunan nilai akibat pemakaian atau
berlalunya waktu, perubahan lingkungan seperti teknologi, ekonomi, teknologi, suku
bunga pasar dan lingkup operasi entitas.
2. Setelah ditemukan indikasi penurunan nilai, maka selanjutnya adalah menentukan nilai
terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset dan nilai
pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus tersedia semuanya. Jika salah satu nilai lebih
besar dari nilai tercatat, maka tak perlu dilakukan proses penurunan nilai berikutnya.
Dalam kondisi lain, nilai pasar aset sulit dilakukan karena tidak ada dasar untuk
![Page 3: PENURUANAN NILAI ASET](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081121/557213db497959fc0b932e3f/html5/thumbnails/3.jpg)
menentukan nilai pasar. Entitas dapat menggunakan nilai pakai sebagai nilai terpulihkan.
Namun sebaliknya jika entitas tidak meyakini nilai pakai aset, maka nilai wajar dikurangi
biaya penjualan digunakan sebagai nilai terpulihkan.
Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut. Contoh biaya
penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya pemindahan, biaya tambahan
untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan hubungan
kerja dan biaya terkait reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya
penjualan.
Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan diperoleh
entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah yang harus
dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari
pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas
masa depan tersebut.
3. Menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai atau tidak dengan membandingkan
nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika nilai tercatat lebih rendah dari nilai
terpulihkan, aset tak mengalami penurunan nilai. Entitas akan mengakui penurunan nilai
sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset akan disesuaikan atau diturunkan
nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi
periode berjalan. Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai
dalam catatan atas laporan keuangan.
Contoh Kasus :
Mulan co. membeli gedung 5 tahun silam $600,000 usia 20 tahun, depresiasi garis
lurus. BV gedung $450,000. Value in use aset untuk 15 tahun mendatang adalah $237,950
dan NRV aset saat ini adalah $220,000.
Recoverable Amount yang digunakan adalah yang lebih tinggi antara value in use dan NRV.
Maka Carrying Value > Recoverable Amount = $450,000 > $237,950
Accum. Dep. - Building (30,000 x 5th) $150,000
Loss on Impairment ($450,000-237,950) $212,050
Building ($600,000 - 237,950) $362,050
*Terdapat jurnal alternatifnya
Loss on impairment $212,050
Building $212,050
![Page 4: PENURUANAN NILAI ASET](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081121/557213db497959fc0b932e3f/html5/thumbnails/4.jpg)
atau
Loss on Impairment $212,050
Accum. Depr.-Building $212,050
Permasalahan dalam Impairment Aset
Permasalahan impairment adalah masalah lama yang diakui telah merupakan satu dari
ketidaksempurnaan akuntansi keuangan. Impairment diakui menjadi penting jika mengingat
bahwa perubahan ekonomi dewasa ini sangat cepat yang membuat berbagai aset begitu cepat
kehilangan kemampuannya untuk menutupi nilai perolehannya. Jatuhnya harga komoditas
perkebunan, kemajuan teknologi informatika yang membuat usang pabrik, peralatan dan
paten serta lisensi, serta perubahan cepat selera konsumen atau penurunan nilai mata uang
yang drastis membuat impairment atas aset sangat dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan. Akan tetapi, impairment telah dipraktikkan dengan tidak konsisten, dan justru
aturan mengenai konsistensi ini telah dihindari oleh penyusun standar. Oleh karena itu,
sampai sekarang impairment menghadapi permasalahan.
Pada intinya permasalahan mengenai standar, setidaknya menurut (Schuetze, 1987)
adalah mencakup ketidak jelasan pedoman dan ketidakkonsistenan. Ketiadaan pedoman
mengenai impairment sudah diakui secara terus terang pada tahun 1977, misalnya oleh FASB
dalam Statement 19, Financial Accounting and Reporting by Oil and Gas Producing
Companies, yang menyatakan bahwa pertanyaan tentang apakah menurunkan nilai berjalan
dari aset produktif ke jumlah yang diharapkan dapat ditutupi untuk penggunaan di masa
depan masih belum diatur dalam prinsip akuntansi. Dengan mengingat aturan dalam SFAS
144, permasalahan yang dikemukakan oleh Schuetze tentang praktik impairment yang masih
relevan adalah
antara lain:
a) Haruskah penurunan nilai diwajibkan jika ada kesempatan bagi aset untuk memulihkan
keadaannya atau hanya pada saat impairment bersifat permanen?
b) Bagaimana membedakan dengan meyakinkan antara impairment yang permanen dengan
yang sementara?
c) Bagaimana memisahkan aset individual yang ter-impair dari aset-aset lain dalam suatu
unit operasional?
d) Apakah penambahan nilai dapat diperkenankan bagi aset yang tidak terimpair? Alternatif
pengukuran yang tersedia adalah termasuk penggunaan nilai wajar, nilai pengganti, arus
![Page 5: PENURUANAN NILAI ASET](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081121/557213db497959fc0b932e3f/html5/thumbnails/5.jpg)
kas masa depan yang tidak didiskontokan, dan arus kas masa depan yang didiskontokan
dengan menggunakan berbagai alternatif tingkat bunga.
Keragaman ini telah memungkinkan praktik penurunan nilai yang berbeda pula, antara
lain dengan cara:
a) penurunan nilai atas aset yang masih dipelihara, baik yang menganggur maupun
masih dipakai,
b) penurunan nilai dengan menggunakan probabilitas,
c) penurunan nilai yang didasarkan atas pengujian pengurangan manfaat.
Penurunan nilai itu sendiri dilakukan secara beragam juga, antara lain dengan:
a) menggunakan nilai bersih yang dapat direalisasikan,
b) arus kas masa depan yang tidak didiskontokan,
c) penghitungan nilai sekarang arus kas masa depan
d) kombinasi cara-cara di atas.
Selain itu Schuetze juga mengemukakan bahwa ketidakkonsistenan penerapan
impairment telah terjadi dalam hal pemilihan keadaan yang membenarkan atau menuntut
penurunan nilai.
Contoh Kasus Impairment Aset
Penurunan Nilai Aset Rugikan Medco
Penurunan nilai aset telah membuat pencatatan laba PT Medco Energi Internasional
menurun. Hal tersebut terungkap dalam laporan keuangan semester pertama Medco yang
mencatatkan kerugian sebesar USD 3,87 juta sepanjang semester pertama tahun ini. Padahal,
pada tahun sebelumnya, Medco berhasil membukukan keuntungan sebesar USD 12,8 juta.
Pada semester pertama tahun ini, Medco telah membukukan penjualan dan
pendapatan usaha lainnya sebesar USD 554,3 juta atau lebih rendah dibanding pendapatan
pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penurunan ini disebabkan selama tahun buku 2012, MedcoEnergi sudah tidak lagi
memasukkan pendapatan usaha dari penjualan tenaga listrik, yang sudah tidak
dikonsolidasikan sejak tahun 2012," ujar Sekretaris Perusahaan Medco, Imron Gazali dalam
siaran persnya kepada merdeka.com, Jumat (28/9).
Sementara untuk penjualan bersih untuk minyak dan gas sebesar USD 428,2 juta, naik
tipis dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar USD 422,9 juta.
![Page 6: PENURUANAN NILAI ASET](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081121/557213db497959fc0b932e3f/html5/thumbnails/6.jpg)
Imron mengatakan kenaikan tersebut disebabkan oleh harga rata-rata penjualan minyak yang
mencapai USD 120,77 per barel selama paruh pertama.
Sementara laba kotor Medco telah mencapai USD 203,4 juta atau naik 11,5 persen
dibandingkan tahun lalu. Pada tahun ini, Medco mengalami kerugian atas penurunan nilai
aset yang diperbaharui sebesar USD 9,13 juta. Selain itu, perseroan juga mengalami kerugian
nilai tukar sebesar USD 449.843 akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD.