penyalahgunaan senjata api oleh anggota polri...
TRANSCRIPT
PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA POLRI
Analisis Framing Pemberitaan Penembakan Mobil Berisi 7 Orang di
Kompas.com
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos)
Oleh
Ahmad Syahyunas Harya
NIM : 1110051100102
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ABSTRAK
Ahmad Syahyunas Harya PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA POLRI (Analisis Framing Pemberitaan Penembakan Mobil Berisi 7 Orang di Kompas.com)
Kompas.com merupakan media online yang memberikan informasi atau berita umum secara online di situs web (website) internet. Salah satu pemberitaannya adalah “Penembakan Mobil Berisi 7 Orang oleh Polisi di Lubuklinggau”. Berbagai media cetak ataupun elektronik menjadikan berita tersebut sebagai headline karena peristiwa tersebut melukai 7 (tujuh) orang satu diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Kompas.com membingkai pemberitaan penyalahgunaan senjata api oleh anggota polri? Bagaimana konteks pemberitaan penyalahgunaan senjata api oleh anggota polri di Kompas.com?
Peneliti menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas yang dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman, menjelaskan bahwa sesungguhnya realitas tidak muncul begitu saja, melainkan sudah dibangun dan dikonstruksi. Untuk mengetahui bagaimana Kompas.com membingkai berita mengenai penyalahgunaan senjata api oleh anggota polri, maka penulis menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman. Framing model ini menggunakan empat stuktur analisis yaitu Define Problem (pendefinisian masalah), Diagnoses Causes (memperkirakan sumber masalah), Make Moral Judgement (membuat keputusan moral), Treatment Recommendation( menekankan penyelesaian). Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu analisis teks dan wawancara.
Kompas.com menganggap pemberitaan penembakan yang dilakukan oleh oknum kepolisian tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Kompas.com melihat terdapat kelemahan-kelemahan yang ada di dalam pemberitaan tersebut, oleh sebab itu Kompas.com merasa perlu untuk memberitakanya. Menurut Kompas.com tindakan oknum polisi tersebut melanggar peraturan Undang-Undang Pasal 48 huruf b Perkapolri No. 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia. Didapat data bahwa tindak penyalahgunaan senjata api yang terjadi karena kondisi psikis dan mental oknum aparat kepolisian yang masih labil. Adanya penyalahgunaan senjata api oleh aparat kepolisian menunjukkan adanya kurang kedisiplinan yang baik dari aparat kepolisian dalam menggunakan senjata api. Ketidak disiplinan dalam menggunakan senjata api dapat ditanggulangi dengan adanya tindakan preventif dan represif.
Kata Kunci : Penyalahgunaan Senjata Api, Polri, Framing, Konstruksi,
Kompas.com
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru
sekalian alam yang menyeru sekalian hati hamba-Nya untuk selalu turut serta
dalam samudra makrifat hingga tenggelam dalam kecintaan kepada-Nya. Tiada
kata yang tepat untuk mendeskripsikan segalanya selain rasa syukur atas petunjuk
dan pertolongan kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat
serta salam kepada jujungan Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para
sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada umatnya dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang.
Setelah beberapa semester lamanya menimba ilmu di kampus tercinta,
akhirnya penulis dapat dengan sabar menuntaskan karya ini sebagai tongkat
estafet pengejawantahan ilmu. Penulis menyadari, karya ini belum mencapai
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membuka dengan lebar kritik dan saran
para pembaca. Penulisan karya ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. H. Suparto, M,Ed, Ph,D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaki Wakil Dekan
III Bidang Kemahasiswaan.
2. Kholis Ridho, M. Si selaku ketua Program Studi Jurnalistik. Sebagai
Ketua Program Studi beliau juga telah banyak memberikan bantuan moril
kepada penulis.
3. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A selaku sekertaris Program Studi
Jurnalistik yang telah meluangkan waktu untuk berkonsultasi dan
membantu penulis dalam hal perkuliahan.
4. Ade Rina Farida, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama
proses bimbingan.
5. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu-ilmunya kepada penulis selama penulis menimba ilmu.
6. Terima kasih kepada segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
7. Kedua orang tua tercinta Ayah Syahrir SPd.I dan Ibu Yusridah Nasution
M.Ag yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil, yang selalu
memberikan arahan yang baik dan tulus demi keberhasilan anak-anaknya.
Juga kepada Adik-Adik saya Muhammad Anggi Syahrur Ramadhan dan
Ahmad Bama Ardiansyah yang selalu mendoakan dan menghibur penulis
dengan cara mereka sendiri.
8. Terima kasih kepada Paman Dr. Darwyan Syah M.pd, M.Si dan Bibi
Mardiah Kalsum Nasution S.Ag, MM. M.Si atas doa, semangat dan
dukungannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dan juga untuk keponakan ku Cut Aisyah Meutia dan Iskandar Syah yang
telah menghibur penulis dengan cara mereka sendiri.
9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat Jurnalistik UIN 2010, Andy, Ambar,
Aji, Ardi, Erna, Regita, Meylisa, Putri, Fahri, Nandri, Kenwal, Oji, Irwan,
Rey, Iqbal, Muta, Irma, Devi, Mega, Ririn, Arsita, Oca, Fitri, Uvi, Widya,
Rani, Ika, Nour, Atep, Rizki, Algi, Anisa, serta seluruh sahabat Jurnalistik
C khususnya yang selalu memberikan semangat serta pencerahan dalam
melakukan penelitian. Tidak lupa mahasiswa Jurnalistik dari seluruh
angkatan, semoga tali silaturahmi kita akan terus abadi.
10. Terima kasih kepada sahabat-sahabat lainnya, Rudi, Sandi, Muhari, Hedo,
Vensa, Pitoy, Windi, Rizki, Gana, Munir, Danu, Doni, Usman yang tidak
bosan-bosannya menemani dalam mencari inspirasi serta referensi.
11. Terima kasih kepada keluarga besar LPM Journo Liberta yang telah
mengajarkan penulis tentang betapa pentingnya menjadi manusia yang
bermanfaat bagi manusia lainnya, terlebih dalam memberikan ilmu serta
pengalaman di bidang kejurnalistikan.
12. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Depok, 6 September 2017
Ahmad Syahyunas Harya
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah ....................................
1. Batasan Masalah .....................................................
2. Rumusan Masalah ..................................................
4
4
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................
1. Manfaat Akademis .................................................
2. Manfaat Praktis .......................................................
5
5
E. Metode Penelitian .........................................................
1. Paradigma Penelitian ..............................................
2. Jenis Penelitian .......................................................
3. Objek Penelitian.......................................................
4. Teknik Pengumpulan Data .....................................
5. Teknik Analisis Data ..............................................
6. Pedoman Penulisan ..................................................
6
6
7
7
8
9
F. Tinjauan Pustaka .......................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ...................................................
11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori Konstruksi Sosial ................................................ 13
B. Konseptualisasi Senjata Api .........................................
1. Pengertian Senjata Api ...........................................
2. Jenis-Jenis Senjata Api ..........................................
3. Prosedur Penggunaan Senjata Api .........................
16
16
18
19
C. Konseptualisasi Berita ...................................................
1. Definisi Berita ........................................................
2. Klasifikasi Berita ....................................................
3. Nilai Berita ..............................................................
4. Jenis Berita ..............................................................
22
22
25
25
27
D. Framing ........................................................................
1. Defenisi Framing ...................................................
2. Analisis Framing Model Robert N. Entman .........
28
28
31
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan Kompas.com .....................
B. Visi dan Misi Media Online Kompas.com.....................
C. Struktur Organisasi Kompas.com .................................
34
38
39
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Bingkai Pemberitaan Penyalahgunaan Senjata Api
oleh Anggota Polri Edisi 18-21 April 2017 di
Kompas.com ..................................................................
43
B. Konteks Pemberitaan Penyalahgunaan Senjata Api
oleh Anggota Polri di Kompas.com Periode 18-21
April 2017.......................................................................
53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................. 59
B. Saran .......................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Perangkat Framing Robert N. Entman ...................................... 9
Tabel 2.1 : Jenis- Jenis Senjata Api ............................................................. 18
Tabel 2.2 : Defenisi Framing ....................................................................... 29
Table 2.3 : Dimensi Besar Framing ............................................................. 31
Table 2.4 : Framing Model Robert N. Entman ............................................ 32
Table 3.1 : Group of Digital Management Team ......................................... 39
Table 3.2 : Editorial Department ................................................................. 40
Table 4.1 : Berita Terkait Penyalahgunaan Senjata Api Oleh Anggota Polri di Kompas.com pada Edisi 18-21 April 2017...................
42
Table 4.2 : “Kapolres Sebut Korban Penembakan Mobil Satu Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru” Edisi 18 April 2017 ................
44
Table 4.3 : “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan” Edisi 19 April 2017 ....................
46
Table 4.4 : “Kontras : Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak Aturan” Edisi 20 April 2017 ........................................
49
Table 4.5 : “Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga” Edisi 21 April 2017 ....................................
51
Table 4.6 : Hasil Konstruksi dalam Pemberitaan Peyalahgunaan Senjata Api di Kompas.com ...................................................................
56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat beragam jenis media komunikasi massa yang saat ini digunakan
oleh manusia untuk mencari berbagai informasi. Media komunikasi massa
yang saat ini digunakan oleh masyarakat antara lain media cetak, media
elektonik, dan media online. Media massa cetak adalah media yang
penyampaian pesannya berbentuk tertulis dan dicetak berupa lembaran seperti
koran, majalah, tabloid dan lain-lain. Media massa elektronik adalah sebuah
media yang dalam penyampaian informasinya disajikan dengan bentuk audio
ataupun visual seperti televisi dan radio. Kemudian hadir media online sebagai
perkembangan media komunikasi massa.
Media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web
(website) internet. Media online ini juga produk jurnalistik online. Jurnalistik
online disebut juga cyber journalism didefinisikan sebagai “pelaporan fakta
atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”. Kehadiran
media online membuat informasi atau berita yang disebarkan menjadi lebih
cepat dan dapat diakses kapan pun dan dimana pun oleh masyarakat dengan
koneksi internet. Berita di media online disajikan semenarik mungkin dengan
adanya audio visual seperti di televisi.
Pada bulan April 2017, tepatnya pada hari Selasa tanggal 18 April 2017,
publik dihebohkan dengan pemberitaan mengenai peristiwa penembakan satu
keluarga di dalam mobil Honda City berwarna hitam oleh oknum polisi di Kota
Lubuklinggau, Sumatra Selatan sekitar pukul 11.00 WIB. Berbagai media
cetak ataupun elektronik menjadikan berita tersebut sebagai berita utama
karena peristiwa tersebut melukai 7 orang satu diantanya meninggal dunia.
1
2
Salah satu media online yang menjadikan headline peristiwa penembakan
tersebut ialah Kompas.com. Dalam pemberitaan itu Kompas.com memberitakan
peristiwa penembakan di Lubuklinggau, Sumatra Selatan dari tanggal 18 - 21
April 2017. “Kapolres menjelaskan, kegiatan razia kendaraan bermotor
dilakukan awalnya berjalan normal dan lancar. Tiba-tiba melintas satu mobil
sedan ke lokasi razia. Namun, pada saat dicoba dihentikan anggota polisi,
pengemudi mobil justru hendak menabrak anggota polisi dan melarikan diri.”
Jelas Kapolres. (Kompas.com dipublikasikan 18 April 2017, pukul 22.31
WIB).
“Aksi kejar-kejaran antara polisi dan pengemudi mobil sedan berlangsung
sepanjang dua kilometer. Polisi sempat melepaskan tembakan peringatan ke
udara, namun tak digubris. “Polisi menembak ban mobil dan peluru memantul
(rekoset) ke badan mobil hingga mengenai penumpang di dalam
mobil.”(Kompas.com dipulikasikan 18 April 2017, pukul 22.47 WIB).
“Sebelumnya, satu rombongan keluarga yang sedang melintas dengan mobil
Honda City berwarna hitam BG1488ON ditembaki, Selasa (18/4/2017) sekitar
pukul 11.00 WIB, akibat kejadian tersebut 7 orang terluka satu diantaranya
meninggal dunia.”(Kompas.com dipublikasikan 18 April 2017, pukul 22.49
WIB).
Tugas Polri begitu banyak (misal sebagai alat negara, penegak hukum,
pengayom masyarakat) sehingga potensi untuk bertabrakan amat besar. Banyak
sekali kepentingan yang harus diamankan, sehingga saat melakukan strategi
kriminalisasi atas suatu penyimpangan sosial, misalnya, polisi tidak
mempergunakan pertimbangan hukum dan ketertiban (law and order). Tetapi
malah memasukkan (dan mengutamakan) pertimbangan politik, pertahanan-
keamanan-ekonomi dan lain-lain.
Oleh karena itu pula perilaku institusi polri boleh menjadi sulit diduga.
Dalam beberapa hal, agenda kerja serta agenda kepentingan Polri tidak sama
3
dengan agenda masyarakat. Ketimbang sebagai lembaga masyarakat yang
mengatur masyarakat itu sendiri, Polri lebih dipersepsi sebagai simbol represi
negara atas masyarakat. Berangkat dari sini, maka perlawanan anggota
masyarakat terhadap personil polisi dapatlah dilihat dari perspektif itu.1
Akhir bulan April 2017 kemarin tercatat dua kasus penyalahgunaan senjata
api oleh polisi diantanya, kasus penembakan mobil Honda City berwarna hitam
BG1488ON di Lubuklinggau, Sumatra Selatan dan Seorang polisi di Kota
Bengkulu, Provinsi Bengkulu, diduga salah tembak sehingga mengakibatkan
anaknya meninggal dunia. Dengan munculnya pemberitaan ini dapat
mengakibatkan dampak buruk bagi masyarakat, untuk itu perlu sistem prosedur
kepemilikan senjata api yang lebih ketat ketika diberikan kepada petugas
kepolisian.
Sedangkan, “Data pemantauan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Kekerasan (Kontras) periode Januari-Maret 2017 mencatat terjadi 124 operasi
penaggulangan kriminal dengan mekanisme penembakan oleh Polri di seluruh
Indonesia. Mayoritas penembakan terjadi di Sumatra dan Sulawesi.
Penembakan-penembakan tersebut menimbukan jatuhnya korban sebanyak 176
orang yang terdiri dari 97 korban luka dan 79 orang tewas. Ke-79 orang
tersebut tewas dalam 62 operasi penembakan oleh Polri. Sedangkan korban
tewas paling banyak berasal dari operasi penanggulangan narkotika, yakni dari
40 operasi telah menimbulkan korban luka 14 orang dan korban tewas 41
orang.”2
Anggota Kompolnas Irjen Pol (Purn) Bekto Suprapto menyebutkan
setidaknya ada tiga penyebab terjadinya penyalahgunaan tersebut. “Pertama,
banyak di antara anggota yang belum tahu aturan pemakaiannya, Masalah
kedua adalah kurangnya kesempatan untuk latihan menembak. Ketiga adalah
ketersediaan peluru yang terbatas,” papar Bekto dalam diskusi bertajuk
“Fenomena Polri: Penggunaan Senjata Api oleh Polisi” di Jakarta Selatan,
Kamis, 27 April 2017.3
1. Adrianus Meliala, Problema Reformasi Polri. Jakarta, 2002 Trio Repro, hal 8 2. http://news.detik.com/berita/d-3487795/kasus-salah-tembak-polri-didorong-evaluasi-
penggunaan-senpi diakses pada hari Minggu tanggal 30 April 2017, pukul 01:24 WIB 3. http://news.liputan6.com/read/2934504/3-penyebab-penyalahgunaan-senjata-api-oleh-
polisi diakses pada hari Jumat tanggal 28 April 2017, pukul 08:54 WIB
4
Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukakan penelitian dengan judul “Penyalahgunaan Senjata Api oleh
Anggota Polri” (Analisis Framing Pemberitaan Penembakan Satu
Keluarga di Kompas.com”).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang peneliti telah paparkan sebelumnya,
maka peneliti membatasi penelitian ini hanya pada pemberitaan
mengenai “Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota Polri” pada
tanggal 18 April 2017 sampai dengan 21 April 2017 di Kompas.com.
2. Rumusan Masalah
Mengacu pada pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pembingkai pemberitaan “Penyalahgunaan Senjata Api
oleh Anggota Polri” dengan menggunakan model Robert N. Entman
di Kompas.com pada 18 April 2017 sampai dengan 21 April 2017?
b. Bagaimana konteks pemberitaan Penembakan Mobil Berisi 7 tujuh
Orang di Kompas.com pada 18 April 2017 sampai dengan 21 April
2017?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana cara Kompas.com dalam membingkai
pemberitaan mengenai “Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota
Polri”.
b. Bagaimana konteks pemberitaan Penyalahgunaan Senjata Api oleh
Anggota Polri di Kompas.com.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberi masukan dan khazanah keilmuan
dalam studi framing khususnya model Robert N. Entman mengenai
berita di media online tentang suatu kasus atau peristiwa, yang mana
dalam penelitian ini adalah berita tentang “Penyalahgunaan Senjata
Api oleh Anggota Polri” di Kompas.com. Selain itu penelitian ini
diharapkan bisa menjadi referensi untuk pengembangan studi
komunikasi mengenai teori framing bagi civitas akademia Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi serta bisa menjadi bahan masukan bagi penelitian serupa,
dapat memberikan gambaran pada masyarakat agar lebih bijak dalam
mengkonsumsi informasi mengenai suatu pemberitaan yang diberikan
oleh media massa, serta mengetahui bahwa sesungguhnya
pemberitaan yang mereka terima dari sebuah media telah melalui
proses konstruksi.
6
D. Metdologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran.
Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model
tertentu, model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma.4
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis. Paradigma ini memandang realitas sosial bukanlah realitas
yang natural, tetapi dari hasil konstruksi.5 Paradigma ini hampir
merupakan antetisis terhadap paham yang menempatkan pentingnya
pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas.6
Rancangan konstruktivis melihat realitas pemeberitaan media sebagai
aktivitas konstruksi sosial.7
Fokus analisis pada paradigma konstruktivis adalah menemukan
bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, menggunakan
cara apa konstruksi tersebut dibentuk. Oleh karenanya paradigma
konstruktivis digunakan untuk melihat bagaimana realitas mengenai
pemberitaan “Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota Polri” di
Kompas.com.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yang bertujuan mencari sebab dan alasan mengapa sesuatu
terjadi, dia antaranya menjelaskan secara akurat mengenai suatu bahasan
topik, menghubungkan topik-topik yang berbeda, namun memiliki
kesamaan dan membangun atau memodifikasi sebuah teori dan topik
baru atau menghasilkan bukti yang mendukung sebuah penjelasan atau
teori.
4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakraya, 2006), h. 49
5 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 43. 6 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial ( Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006), h. 71 7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004).
cet. ke-3. h. 204.
7
Penelitian dengan jenis kualitatif ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan kuantitatif yang berbasis pada paradigma positivistik.
Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
bersifat umum yang didapatkan setelah melakukan analisis terhadap
kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian.8 Kemudian ditarik
kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan
tersebut. Penelitian ini menekankan pada kualitas bukan kuantitas data.9
Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif
yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses dari pada
hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga,
peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan
analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan,
melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat, penelitian
kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses
penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata
atau gambar.10
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pemberitaan mengenai “Penyalahgunaan
Senjata Api oleh Anggota Polri” pada 18 April 2017 sampai dengan 21
April 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik antara lain:
a. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah proses pengumpulan data
yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan instrument sebagai berikut:
8 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 125.
9 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 58.
10 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta : Kencana, 2006), h. 307.
8
1. Teks Berita, yaitu teks yang diambil dari situs berita Kompas.com
mengenai pemberitaan “Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota
Polri” pada 18 April 2017 sampai dengan 21 April 2017.
b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk
mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
instrumen sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-
buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi
dengan permasalahan yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian,
serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti
dengan instansi tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Dalam pemberitaan program “Penyalahgunaan Senjata Api oleh
Anggota Polri” di Kompas.com, peneliti menggunakan teknik analisis
framing, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media
tersebut mengemas berita mengenai pemberitaan “Penyalahgunaan
Senjata Api oleh Anggota Polri”. Data yang ada dikumpulkan,
kemudian diolah menggunakan analisis framing dengan merujuk pada
model Robert N. Entman, sehingga akan nampak bagaimana
Kompas.com mengemas berita tentang pemberitaan “Penyalahgunaan
Senjata Api oleh Anggota Polri” tersebut. Dalam konsep Entman,
perangkat Framing terdiri dari empat konsep yaitu:
9
Tabel 1.1
Perangkat Framing Robert N. Entman
Define Problem Bagaimana suatu peristiwa/isu itu dilihat?
(Pendefinisian Masalah) Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?
(Memperkirakan Apa yang dianggap sebagai penyebab suatu
Masalah atau Sumber masalah? Siapa (actor) yang dianggap
Masalah) sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk
(Membuat Keputusan menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang
Moral) dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Threatment Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
Recommendation mengatasi masalah/isu? Jalan apa yng
(Menekankan ditawarkan dan harus di tempuh untuk
Penyelesaian) mengatasi masalah
6. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2007.
10
E. Tinjauan Pustaka
. Di dalam penulisan skripsi ini peneliti menelaah skripsi-skripsi dari dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdahulu, diantaranya:
1. Skripsi dengan judul “Bingkai Pemberitaan Penyergapan
Terorisme Ciputat (Studi Komparasi Berita di Luputan6.com dan
Tempo.co)”. Karya Aji Sasongko Jurusan Konsentrasi Jurnalistik,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015. Skripsi ini meneliti karena terdapat perbedaan yang
signifikan pada sudut pandang media dalam pemberitaan yang dinilai
sangat menarik untuk diteliti lebih dalam. Menduga adanya perbedaan
sudut pandang ini dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing media
yang berbeda pula. Untuk itu peneliti tersebut menganalisis bagaimana
masing-masing media diatas mengkonstruksi realitas pemberitaan tersebut
dengan menggunakan analisis framing.
Perbedaan penelitian ini terletak pada model analisis framing yang
digunakan, teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis
framing model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki sedangkan peneliti
menggunakan analisis framing model Robert N. Entman.
2. Skripsi dengan judul “Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Foto
Pre Weeding Pada Detik.com dan Kompas.com” karya Nur Hisya
Wulandari mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2014.
Skripsi ini meneliti tentang bagaimana Kompas.com dan Detik.com
membingkai pemberian mengenai larangan foto pre weeding. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis framing model Robert N. Etman
dengan pendekatan kualitatif deskriptif.
11
Hasil dari skripsi ini adalah terdapat pembingkian yang ditampilkan oleh
Detik.com dan Kompas.com. Detik.com lebih menyudutkan foto pre
wedding kepada permasalahan etika dan syariat agama. Sedangkan
kompas dalam pemberitaanya lebih bersifat mengklarifikasi agar
masyarakat tidak salah mempersepsikan dan tidak menyudutkan MUI akan
permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan, yakni
dalam penelitian terdahulu dengan menggunakan dua media massa,
sedangkan penelitian yang sekarang hanya menggunakan satu media
massa yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini,
peneliti membagi dalam lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Masalah.
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sitematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI mengurai tentang kajian Teori Konstruksi Sosial,
Konseptualisasi Senjata Api, Konseptualisasi Berita dan Teori Framing
(Model Robert N. Entman).
BAB III GAMBARAN UMUM menjelaskan tentang Sejarah dan
Perkembangan Kompas.com, Visi, Misi, serta Struktur Organisasi
Kompas.com.
12
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA mengulas analisis framing
pembingkaian serta menganalisis konteks pemberitaan dari Kompas.com
mengenai “Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota Polri” pada
tanggal 18 April 2017 sampai dengan 21 April 2017 yang terdiri dari 4
berita dengan menggunakan analisis Framing model Robert N. Entman
BAB V PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran-saran dari penelitian
mengenai hal-hal yang telah di analisa oleh peneliti.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Konstruksi Sosial
Istilah konstruksi sosial (social construction of reality) diperkenalkan oleh
sosiolog interperetatif, Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman, ia banyak
menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas.1
Melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality : A Treatise
in the Sociological of Knowlege (1996) menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksi, dimana individu menciptakan secara terus menerus
suatu realitas yang di miliki dan dialami bersama secara subyektif.2
Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman antara “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka
mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat dalam realitas-realitas yang
diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kita sendiri.
Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas
itu nyata dan memiliki karakteristik secara spesifik.3 Realitas adalah hasil
ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia
sosial disekelilingnya.
Teori konstruksi ini menolak pandangan teori positivis yang memisahkan
antara subjek dan objek komunikasi sedangkan teori konstruksi tidak ada
pemisah antara subjek dan objek komunikasi. Konstruksi realitas memandang
bahwa bahasa adalah alat untuk memahami suatu realitas objektif dan subjek
dianggap sentral dalam kegiatan wacana dan hubungan sosialnya.
Manusia memaknai dirinya dan objek di sekelilingnya berdasarkan sifat-
sifat atau sensasi yang dialaminya saat berhubungan dengan objek tersebut.
Pemaknaan tersebut timbul dari tindakan yang berpola dan berulang-ulang
yang kemudian mengalami objektifasi dalam kesadaran mereka yang
mempersepsikannya.
1 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang, 2002), h. 15.
2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta : Kencana, 2006), h. 292.
3Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2006), cet Ke-4. h. 91.
13
Sebaliknya, manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat. Seseorang
baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal di dalam
masyarakatnya. Dalam aspek psikologis manusia dalam melihat sebuah realitas
dan dunia yang kompleks akan mengalami perspektif yang berbeda dari apa
yang dipahaminya. Ia Oleh karena itu, realitas yang sama bisa jadi akan
digambarkan berbeda, karena setiap manusia mempunyai pandangan/perpektif
yang berbeda juga. Maka sebagai makhluk yang memiliki kesadaran yang
terlampau bebas dalam memberi pemaknaan kepada kenyataan yang
dihadapinya. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui
respon-respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya.
Pendekatan Berger dan Luckman mengatakan terjadi dialektika antara
individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu.4
proses dialektika tersebut mempunyai tiga tahapan, Berger menyebutnya
sebagai momen. Ada tiga tahapan peritiwa. Pertama, eksternalisasi, yaitu
usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam
kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia
akan selalu mencurahkan diri ke tempat di mana ia berada.5 Kedua, objektivasi,
yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan
eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang
bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang
berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.6 Lewat
proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas sui generis. Hasil dari
eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi
kemudahan hidupnya, atau kebudayan non materil dalam bentuk bahasa. Baik
benda maupun bahasa sebagai prosuk eksternalisasi tersebut menjadi realitas
yang objektif. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif
perorangan, ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.
Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali
dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.7
15
Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan
ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala
internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari
masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga
sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan
dikonstruksi. Dalam konteks media massa, memungkinkan realitas memiliki
makna ganda. Setiap orang memiliki konstruksi yang berbeda terhadap suatu
realitas.
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan
Luckman telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat
substansif dalam proses eksternalisasi, subjektivasi, dan internalisasi inilah
yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Menurut
perspektif ini, tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu
terjadi melalui beberapa tahap.8 Yakni sebagai berikut :
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi, ada tiga hal penting dalam tahapan
ini yakni : keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan
semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi, prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial
media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara
tepat berdasarkan agenda media. Sesuatu yang dipandang oleh media,
menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
3. Tahap pembentukan konstruksi realitas, pembentukan konstruksi
berlangsung melalui konstruksi realitas pembenaran, kedua kesediaan
dikonstruksi oleh media massa, sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton
atau pembaca memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.
Dalam teori konstruksi menyatakan bahwa isi media adalah hasil
konstruksi yang di pengaruhi oleh ideologi dan kebijakan media, maka jika
dilihat dari perspektif Islam proses penyampaian informasi perlu dilandasi oleh
nilai-nilai yang merujuk pada pandangan Islam.
8 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h. 206-207.
Menurut Parni Hadi, jurnalisme adalah kegiatan untuk menyampaikan
pesan (gagasan/ide dan informasi) dalam bentuk tulisan, gambar, dan suara
yang meliputi proses pencarian, pengumpulan, pengelolaan dan
penyebaran/penyiarannya kepada orang banyak atau publik.
Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Isi
media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas
yang dipilihnya. Di sebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa
adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah
realitas yang telah dikonstruksikan. Pembuatan berita di media pada dasarnya
tak lebih dari penyusunan realitas-relaitas sehingga membentuk sebuah
“cerita’. Setiap upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, benda, atau
apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas.
Konteks dari riset ini bertujuan untuk membahas proses konstruksi yang
dibangun oleh Kompas.com dalam memberitakan penyalahgunaan senjata api
oleh anggota polri. Karena seperti yang telah diketahui proses konstruksi yang
berlangsung di media massa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
begitu pula dengan media Kompas.com sendiri, faktor internal dan eksternal
tentu tidak bisa lepas dari pada media tersebut. Faktor internal yang
mempengaruhi salah satunya adalah kebijakan redaksional, setiap media massa
memiliki kebijakan redaksionalnya masing-masing.
Kebijakan redaksional merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga
media massa untuk menyiarkan atau tidaknya suatu berita. Sedangkan faktor
eksternalnya meliputi tekanan pembaca, sistem politik yang berlaku serta
kekuatan-kekuatan lainya. Faktor-faktor inilah yang memungkinkan media
massa tidak lagi menjadi media yang objektif.
B. Konseptualisasi Senjata Api
1. Pengertian Senjata Api
Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan
satu atau lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas
17
Yang dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran
cepat ini secara teknis disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya
menggunakan bubuk hitam sebagai propelan, sedangkan senjata api
modern kini menggunakan bubuk nirasap, cordite, atau propelan lainnya.
Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar untuk
memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan
lintasan.9
Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1976, senjata api adalah salah satu alat untuk melaksanakan tugas pokok
angkatan bersenjata di bidang pertahanan dan keamanan, sedangkan bagi
instansi pemerintah di luar angkatan bersenjata, senjata api merupakan alat
khusus yang penggunaannya diatur melalui ketentuan Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 1976, yang menginstruksikan agar para menteri (pimpinan
lembaga pemerintah dan non pemerintah) membantu pertahanan dan
keamanan agar dapat mencapai sasaran tugasnya.
Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 pasal I ayat (2)
memberikan pengertian senjata api dan amunisi yaitu termasuk juga segala
barang sebagaimana diterangkan dalam pasal I ayat (1) dari peraturan
senjata api 1936 (Stb 1937 Nomor 170), yang telah diubah dengan
ordonantie tanggal 30 Mei 1939 (Stb Nomor 278), tetapi tidak termasuk
dalam pengertian itu senjata “yang nyata” mempunyai tujuan sebagai
barang kuno atau barang yang ajaib dan bukan pula sesuatu senjata yang
tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak
dapat digunakan.
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang senjata api (L.N. 1937. No.
170 diubah dengan L. N. 1939 No. 278) tentang Undang-undang senjata
api (pemasukan, pengeluaran dan pembongkaran) 1936, yang dimaksud
senjata api adalah:
a. Bagian-bagian senjata api
b. Meriam-meriam dan penyembur-penyembur api dan bagian-bagiannya.
9 https://id.wikipedia.org/wiki/Senjata_api diakses pada 20 Januari 2017, pukul 04.19
c. Senjata-senjata tekanan udara dan senjata-senjata tekanan per, dan
pistol-pistol pemberi isyarat, dan selanjutnya senjata-senjata api
tiruan seperti pistol-pistol tanda bahaya dan revolver-revolver
perlombaan, pistol-pistol mati suri, dan revolver-revolver mati suri
dan benda-benda lain yang serupa itu yang dapat dipergunakan
untuk mengacam atau mengejutkan, demikian juga bagian-bagian
senjata itu, dengan pengertian, bahwa senjata-senjata tekanan udara,
senjata-senjata tekanan per dan senjata-senjata tiruan serta bagian-
bagian senjata itu hanya dapat dipandang sebagai senjata api,
apabila dengan nyata tidak dipergunakan sebagai permainan anak-
anak.
2. Jenis-jenis Senjata Api
Tabel 2.1
NO. TYPE JENIS KALIBER NEGARA
PRODUSEN
1. A-91 Rifle Gempur Padat 5.45x39 mm,
Russia 5.56x45 mm
2. AAI ACR Rifle Gempur 5.56x45 mm USA
3. AAI CAWS Senjata Gempur Dekat 7.62 mm USA
4. AAI SBR Serial Bullket Riffle 4.32x45 mm USA
5. SS1-V1 Rifle Gempur 5,56x45 mm Indonesia
6. SS1-V2 Rifle Gempur 5,56x45 mm Indonesia
7. AK-47 Rifle Gempur 7.62x39 mm Russia
8. AK-101 Rifle Gempur 5.56 mm Russia
9. Albini-Braendlin Riffle Satu 11x50 mm Jerman
Sumber : Http//senjata-api.webs.com/listsenjataapi.html
19
Sedangkan persyaratan-persyaratan dalam kepemilikan senjata api
antara lain: Pemohon izin kepemilikan senjata api juga harus memenuhi
syarat medis dan psikologis tertentu. Secara medis, ia harus sehat jasmani,
tidak cacat fisik yang dapat mengurangi ketrampilan membawa dan
menggunakan senjata api dan berpenglihatan normal. Syarat-syarat lain
bisa saja ditetapkan oleh dokter umum/spesialis. Syarat lain, harus
menyerahkan Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB).
Sementara itu, untuk syarat psikologis, si pemohon haruslah orang yang
tidak cepat gugup dan panik, tidak emosional dan tidak cepat marah. Tentu
saja sang pemohon juga bukanlah seorang psikopat. Pemenuhan syarat ini
harus dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh tim yang
ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri. Pihak Polri tidak akan tergesa-gesa
atau memberi izin secara sembarangan. Ada beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan yaitu lihat terlebih dahulu, kelayakan, kepentingan, dan
pertimbangan keamanan lain, dari calon pengguna senjata api itu. Jangan
sampai justru berakibat pada penyimpangan atau membahayakan jiwa
orang lain.
Selain senjata api yang memerlukan izin khusus dikenal dengan Izin
Khusus Senjata Api (IKSA). Masyarakat juga bisa memiliki senjata
genggam berpeluru karet dan senjata genggam gas. Jika pengajuan senjata
api harus disetujui oleh Kapolri langsung, senjata genggam berpeluru karet
dan senjata genggam gas cukup berizinkan Direktorat Intelejen Polri.
3. Prosedur Penggunaan Senjata Api Bagi Anggota Polri
Dalam menjalankan setiap tugas ada etika yang harus dijaga dan
dijunjung oleh anggota kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Ketika
aparat kepolisian mendapat gaji, tunjangan dan fasilitas dari negara,
tentunya itu semua didapatkan karena mereka memiliki tugas menjaga
keamanan negara. Tempaan fisik dan pendidikan militer termasuk amanat
memegang senjata, dimaksudkan untuk mendukung tugas mulia yang
mereka emban.
Prinsip-prinsip penggunaan kekerasan dan senjata api oleh polisi pada
dasarnya termasuk dalam prinsip-prinsip dasar PBB tentang penggunaan
kekerasan dan senjata api oleh petugas penegak hukum yang diadopsi dari
kongres PBB ke-8 tentang Perlindungan Kejahatan dan Perlakuan terhadap
pelanggar hukum di Havana Kuba, dari tanggal 27 Agustus sampai 7
September 1990.10 Prinsip-prinsip dasar PBB tentang penggunaan
Kekerasan dan Senjata Api oleh petugas penegak hukum ini, walaupun
bukan merupakan sebuah perjanjian internasional, tetapi merupakan
sebuah perangkat yang bertujuan memberikan panduan bagi negara-negara
anggota dalam pelaksanan tugas mereka untuk menjamin dan memajukan
peran petugas penegak hukum secara benar.
Ketentuan tentang pelatihan dan ujian khusus penggunaan kekerasan
dan senjata api dalam prinsip-prinsip dasar penggunaan kekerasan dan
senjata api menyatakan bahwa pemerintah dan pihak yang berwenang
harus memastikan dan menjamin bahwa polisi harus dilengkapi dengan
keahlian dan kemampuan yang memadai tentang penggunaan kekerasan
dan senjata api.
Selain harus memperhatikan dan mematuhi prinsip-prinsip dasar
tentang penggunaan kekerasan dan senjata api, aparat penegak hukum juga
harus memperhatikan dan mematuhi prinsip-prinsip dasar dalam
penegakan hukum, yaitu:11
a. Legalitas
Prinsip ini berarti semua tindakan yang dilakukan oleh anggota polisi,
harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Prinsip legalitas dalam Hak Asasi
Manusia tidak hanya diatur dalam perundang-undangan nasional, tetapi juga
secara internasional.
21
Oleh karena itu, semua anggota polisi, baik polisi maupun polisi wanita
harus mengetahui perundang-undangan nasional dan internasional yang
terkait dengan tugas penegakan hukum. Misalnya, dalam penahanan
seorang tersangka, anggota polisi yang menangkap harus memiliki mandat
menurut hukum untuk membatasi kebebasan tersangka. Dalam berbagai
keadaan, anggota polisi tidak dapat bertindak di luar hukum yang sah
(tidak bertindak sewenang-wenang).
b. Nesesitas
Nesesitas berarti sebuah keadaan yang mengharuskan anggota polri
untuk melakukan suatu tindakan, atau menghadapi kejadian yang tidak
dapat dihindarkan atau dielakkan sehingga terpaksa melakukan tindakan
yang membatasi kebebasan seseorang.
Pada penggunaan kekerasan dan senjata api, prinsip ini diterapkan pada
saat keadaan tidak dapat dihindarkan atau tidak dapat dielakkan, sehingga
penggunaan kekerasan dan senjata api merupakan satu-satunya tindakan
yang harus dilakukan. Artinya bahwa tidak ada cara lain untuk
memecahkan masalah tersebut dalam mencapai sasaran yang diharapkan.
Dalam semua keadaan, penggunaan senjata api yang mematikan hanya
dapat digunakan secara tegas guna melindungi kehidupan.
c. Proposionalitas
Prinsip proposionalitas dalam penegakan hukum, tidak bisa disamakan
dengan arti kata yang samadalam tindakan anggota Angkatan Bersenjata
(armed forces), dalam perpolisian, prinisp proposionalitas tidak berarti
menggunakan alat/peralatan yang sama dengna yang digunakan oleh
tersangka, misalnya dalam keadaan tersangka menggunakan senjata api,
tidak secara langsung polisi juga menggunakan senjata api.
Selain itu, apabila tujuan penggunaan kekerasan dan senjata api sudah
terpenuhi, maka penggunaan kekerasan harus dihentikan.
Proposionalitas adalah penggunaan kekerasan dan senjata api yang
sesuai, berdasarkan tujuan yang dicapai dan tidak melebihi batas.
Anggota polisi harus menerapkan prinsip proposionalitas dalam setiap
tindakan, terutama pada saat penggunaan kekerasan dan senjata api
(hanya pada saat dibuthkan). Prinsip proposionalitas dalam penggunaan
kekersan dan senjata api harus diterapkan pada saat berhadapan dengna
kadaan sebagai berikut:
1. Tindakan tersangka dan penggunaan sarana/peralatan (senjata api,
pisau dan lain-lain).
2. Keadaan yang mendadak menimbulkan resiko kematian (warga
masyarakat, petugas kepolisian dan tersangka).
3. Kondisi atau keadaan yang penuh bahaya, ancaman terhadap jiwa,
keadaan ketika bahaya atau ancaman sudah sangat dekat untuk
terlaksana.
4. Resiko dengan kemungkinan penggunaan senjata api terhadap jiwa,
keadaan terjadi, petugas harus mampu menentukan tingkat
penggunaan kekerasan yang akan digunakan.
C. Konseptualisasi Berita
1. Defenisi Berita
Berita berasal dari Bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam
bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi.
Sebagian ada yang menyebutnya vritta, artinya “kejadian” atau
“yang telah terjadi”. Vritta masuk ke dalam bahasa Indonesia
menjadi “berita” atau “warta”.12
23
Secara etimologis berita dalam bahasa inggris , berita (news) berasal dari
kata new (baru). Jadi berita adalah peristiwa-peristiwa yang baru dikalangan
wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari: north (utara),
east (timur), west (barat), dan south (selatan). Mereka mengartikan berita
sebagai laporan dari keempat penjuru mata angin, laporan dari mana-mana dan
dari berbagai tempat di dunia.13 Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya
“Reporting” mendefenisikan berita sebagai berikut:
“News is the timely reports of fact or opinion of either interest or importance, or both, to
a considerable number of people” (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau
opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi
sejumlah besar penduduk.”14
Dr.Willard G. Bleyer mendefenisikan berita sebagai segala sesuatu yang
hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik
adalah berita yang paling menarik perhatian bagi sejumlah pembaca yang
paling besar (Wonohito, 1960:2).15 Sedangkan William S. Maulsby dalam
Getting the News menegaskan berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan
secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting
dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang
memuat berita tersebut.16
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang
peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yakni
peristiwa dan jalan cerita. Jalan cerita tanpa peristiwa atau sebaliknya tidak
dapat disebut berita.17
13 Onong Uchajana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 130.
14 Ibid, h.131 15 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik (Bandung : Penerbit Nuansa, 2004), h. 103 16 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Teori dan Praktik, Menulis Berita dan
Feature Panduan Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64.
17 Tebba, Jurnalistik Baru (Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia, 2005), h. 55.
Dari beberapa definisi berita diatas, dapat disimpulkan bahwa berita
merupakan suatu laporan yang berbentuk pernyataan akan suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak menyimpang dari fakta yang ada, yang mengandung nilai
informasi lalu kemudian disajikan melalui media massa kepada khalayak, baik
media cetak maupun elektornik.
Ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana berita tersebut diproduksi.
Faktor-faktor tersebut adalah:18
a. Rutinitas Organisasi
Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita, dan
proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan keteraturan kerja yang
dijalankan setiap hari.
b. Nilai Berita
Nilai berita bukan hanya menentukan peristiwa apa yang akan
diberitakan, tetapi juga bagaimana berita dikemas. Peristiwa tidak lantas
dapat disebut sebagai berita tetapi ia harus dinilai terlabih dahulu apakah
peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita.
c. Kategori Berita
Kategori berita untuk membedakan jenis isi berita dan subjek peristiwa
yang menjadi berita.
d. Ideologi Profesional/Objektivitas
Objektivitas dalam produksi berita digambarkan sebagai tidak
mencampuradukkan anatara fakta dengan opini. Objektivitas merupakan
standar profesional yang berhubungan dengan jaminan bahwa apa yang
25
disajikan adalah suatu kebenaran. Menurut Michael Bugeja Objectivity is
seeing the world as it is, not how you wish it were. (objektivitas adalah
melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan
semestinya).19
2. Klasifikasi Berita
Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori; berita berat (hard
news) dan berita ringan (soft news). Hardnews adalah berita tentang peristiwa
yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok
maupun organisasi.20
Berita keras sifatnya penting dan harus segera disampaikan pada khalayak.
Sedangkan berita ringan atau Softnews yaitu berita yang tidak terkait dengan
aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam
ini seringkali lebih menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau
mengherankan pemirsa.
Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di
tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita
bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita tak diduga. Selebihnya, berita
juga bisa dilihat menurut materi isinya yang beraneka macam.21
Berita juga dibedakan menurut lokasi peristiwanya, berita di tempat
tertutup (indoor news), dan berita di tempat terbuka (outdoor news).
3. Nilai Berita
Nilai berita menjadi suatu ukuran berita atau yang bisa diterapkan yang
dapat menentukan berita itu layak untuk diterbitkan atau tidak. Nilai berita
tersebut antara lain:22
19 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2007), h. 44.
20 AS Harris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Teori dan Praktik, Menulis Berita dan Feature Penduan Jurnalis Profesional, h. 70.
21 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Teori dan Praktik, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, h. 65.
22 Setiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 18-20.
a. Immediacy, atau kerap diistilahkan dengan timelines, artinya terkait
dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering
dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi.
b. Proximity, ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa
dalam keseharian hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan
berita yang menyangkut kehidupan mereka.
c. Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita
yang mengandung nilai konsekuensi.
d. Conflict, peristiwa perang, demostrasi, atai kriminal, merupakan contoh
elemen konflik di dalam pemberitaan.
e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan
diperhatikan segera oleh masyarakat.
f. Sex, seks kerap menjadi elemen utama dari sebuah pemberitaan, tapi
sering pula seks menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu,
seperti pada berita sports, selebritis, dan kriminal.
g. Emotion, elemen emotion ini kadang dinamakan elemen human interst.
Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan,
kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahgiaan, atau humor.
h. Prominence, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names
make news”, nama membuat berita. Unsur keterkenalan selalu menjadi
incaran pembuat berita.
i. Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu,
terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berita yang
menyampaikan fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta
dituntut masyarakat.
j. Progress, elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa
yang ditunggu masyarakat.
27
4. Jenis Berita
Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indnesia menyebutkan
bahwa berita terbagi menjadi delapan bagian 23
a. Straight News Report berisi materi penting terkini yang harus segera
dilaporkan kepada publik. Ditulis secara singkat, tegas, dan padat
dengan prinsip penulisan piramida terbalik, yaitu meletakkan
informasi terpenting pada pokok berita (lead) dan uraian-uraian yang
kurang penting pada posisi terbawah. Berita jenis ini ditulis dengan
memuat unsur 5W + 1H (what, who, when, where, why, dan how).
b. Depth News Report adalah laporan mendalam mengenai sebuah
peristiwa yang dikembangkan dengan pengumpulan informasi-
informasi tambahan, pendalaman fakta-fakta peristiwa tersebut.
c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive News
mencoba menggali materi berita. Dengan melihat hubungan atau
keterkaitan berita satu dengan yang lainnya. Artinya, berita
komprehensif menuntut wartawan untuk menggali suatu kejadian
secara lebih mendalam. Berita jenis ini memberikan gambaran
menyeluruh mengenai sebuah peristiwa.
d. Interpretative Report biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah,
atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun, fokus laporan
beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti, bukan opini.
Dalam laporan jenis ini, reporter menganalisis dan menjelaskan
berbagai peristiwa publik.
e. Feature Story memanfaatkan fakta untuk menarik perhatian pembaca.
Umumnya menyajikan berita dengan memberikan unsur human
interest dibalik suatu peristiwa dan menuturkannya dengan gaya
bahasa yang menyentuh perasaan. Penulisan feature lebih
menonjolkan gaya penulisan dan humor daripada pentingnyainformasi
yang disajikan.
23 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Teori dan Praktik, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, h. 69.
f. Depth Reporting merupakan pelaporan jurnalistik yang mendalam,
tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau
aktual. Sajian berita ini akan membuat pembaca/penonton mengetahui
dan memahami dengan baik suatu persoalan dilihat dari berbagai
perspektif atau sudut pandang. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim,
disiapkan dengan matang, memerlukan waktu yang cukup panjang
serta biaya yang cukup besar.
g. Investigative Reporting, tidak jauh berbeda dengan laporan
interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah
masalah dan kontroversi. Namun, dalam pelaksanaannya sering illegal
dan tidak etis, karena demi mencapai tujuan wartawan biasanya
melakukan penyelidikan mendalam untuk memperoleh fakta
tersembunyi.
h. Editorial Writing adalah penyajian fakta dan opini dari hasil pikiran
sebuah institusi yang telah diuji di depan sidang pendapat umum,
yaitu dengan menafsirkan berita-berita penting dan memengaruhi
pendapat umum.
D. Framing
1. Definisi Framing
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu
dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi
realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang
lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah
mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media.
Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan,
menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.24
Pada dasarnya, framing adalah metode untuk melihat cara bercerita
(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambarkan pada “cara
melihat” realitas yang dijadikan berita oleh media. “Cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing sebagai
analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas.
29
Analisis framing juga untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan
dibingkai oleh media.25
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson
tahun 1995.26 Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan
wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas.
Dalam analisis framing yang harus dilakukan pertama kali adalah
melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan
sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya, wartawan dan medialah yang
secara aktif membentuk realitas. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang,
diabstraksikan menjadi peristiwa yang kemudian hadir di hadapan khalayak.
Jadi, dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana
realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana
media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang
menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif,
melainkan bagaimana bingkai dikembangkan oleh media.27 Berikut beberapa
definisi menurut para ahli:
Tabel 2.2
Definisi Framing
Robert N. Entman
Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.
25 Ibid, h.10 26 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,.h. 161. 27 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 7.
William A. Gamson
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Todd Gitlin
Strategi bagaimana realitas/dunia terbentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk disampaikan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
David E. Snow and Robert Sanford
Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, dan kalimat tertentu.
Amy Binder
Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan membeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa-peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membentu individu untuk mengerti makna peristiwa.
Zhongdan Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memperoses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
31
Analisis framing dapat disimpulkan secara sederhana, yakni sebagai
analisis dalam upaya mengetahui bagaimana suatu peristiwa dikemas dan
dibingkai oleh pembuat teks kemudiandiberitakan ke khalayak oleh media,
yang mana pembingkaian tersebut tidak terlepas dari proseskonstruksi. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa media “tidak netral” sewaktu mengkonstruksi
realitas sosial.
2. Analisis Framing Model Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar
bagi analisis framing untuk studi isi media.28 Konsep framing oleh Entman
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek
tertentu dari realitas oleh media. Entman melihat framing dalam dua dimensi
besar yakni seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek- aspek tertentu
dari realitas/ isu.
Penonjolan adalah proses membuatinformasi menjadi lebih bermakna,
lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan
secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam suatu realitas.29
Tabel 2.3
Dimensi Besar Framing
Seleksi isu Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dalam hal ini
dilihat aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan, ada
bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga yang
dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian isu ditampilkan
Penojolan aspek Bagian ini berhubungan denganfakta. Dalam hal ini, dilihat
bagaimana aspek tertentu ditulis. Hal ini sangat berkaitan
dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu
untuk ditampilkan kepada khalayak.
28 Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian Kualitatif (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h. 90.
29 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 221.
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana
untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang
diwacanakan.30
Menurut Entman (Qodari, 2000:20), framing dalam berita dilakukan
dengan empat cara, yakni: pertama, pada identifikasi masalah (problem
identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif atau
negatif apa; kedua, pada identifikasi penyebab masalah (causal interpretation);
ketiga, pada evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab
masalah; dan keempat, saran penanggulangan masalah (treatment
recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan
kadang kala memprediksi hasilnya.31
Tabel 2.4 Framing Model Robert N. Entman
Define Problem
(Pendefinisian Masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu itu dilihat?
Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose Causes
(Memperkirakan
Masalah atau Sumber
Masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?
Apa yang dianggap sebagai penyebab suatu
masalah? Siapa (actor) yang dianggap
sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement
(Membuat Keputusan
Moral),
Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai
untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu
tindakan?
33
Threatment
Recommendation
(Menekankan
Penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang
ditawarkan dan harus di tempuh untuk mengatasi
masalah
Define Problem (Pendefinisian masalah) merupakan elemen yang
pertama kali kita lihat mengenai framing, elemen ini merupakan bingkai yang
paling utama, ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan.
Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut
dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda dan pembingkaian
yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.
Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), Bagaimana
peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa (what) dan siapa (who) yang
dianggap sebagai sumber masalah. Oleh karena itu, masalah yang dipahami
secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami
secara berbeda pula.
Make moral judgement (membuat pilihan moral), Pada elemen ini
framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada
pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan,
penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat
untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan
dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), Elemen ini
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki wartawan. Jalan apa yang dipilih
untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung
pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai
penyebab masalah.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Dan Perkembangan Kompas.com
Kompas.com adalah salah satu pionir media online di Indonesia ketika
pertama kali hadir di Internet pada 14 September 1995 dengan nama Kompas
Online. Mulanya, Kompas Online atau KOL yang diakses dengan alamat
kompas.co.id hanya menampilkan replika dari berita-berita harian Kompas
yang terbit hari itu.
Tujuannya adalah memberikan layanan kepada para pembaca harian
Kompas di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh jaringan distribusi
Kompas. Dengan hadirnya Kompas Online, para pembaca harian Kompas
terutama di Indonesia bagian timur dan di luar negeri dapat menikmati harian
Kompas hari itu juga, tidak perlu menunggu beberapa hari seperti biasanya.
Selanjutnya, demi memberikan layanan yang maksimal, di awal tahun
1996 alamat Kompas Online berubah menjadi www.kompas.com. Dengan
alamat baru, Kompas Online menjadi semakin populer buat para pembaca setia
harian Kompas di luar negeri.
Melihat potensi dunia digital yang besar, Kompas Online kemudian
dikembangkan menjadi sebuah unit bisnis tersendiri di bawah bendera PT
Kompas Cyber Media (KCM) pada 6 Agustus 1998. Sejak saat itu, Kompas
Online lebih dikenal dengan sebutan KCM. Di era ini, para pengunjung KCM
tidak lagi hanya mendapatkan replika harian Kompas, tapi juga mendapatkan
update perkembangan berita-berita terbaru yang terjadi sepanjang hari.
Pengunjung KCM meningkat pesat seiring dengan tumbuhnya pengguna
Internet di Indonesia. Mengakses informasi dari Internet kini telah menjadi
bagian tak terpisahkan dari hidup kita sehari-hari. Dunia digital pun terus
berubah dari waktu ke waktu. KCM pun berbenah diri.
34
35
Pada 29 Mei 2008, portal berita ini me-rebranding dirinya menjadi
Kompas.com, merujuk kembali pada brand Kompas yang selama ini dikenal
selalu menghadirkan jurnalisme yang memberi makna. Kanal-kanal berita
ditambah. Produktivitas sajian berita ditingkatkan demi memberikan sajian
informasi yang update dan aktual kepada para pembaca. Rebranding
Kompas.com ingin menegaskan bahwa portal berita ini ingin hadir di tengah
pembaca sebagai acuan bagi jurnalisme yang baik di tengah derasnya aliran
informasi yang tak jelas kebenarannya.1 Hal ini menjadikan Kompas.com
sebagai sumber informasi lengkap, yang tidak hanya menghadirkan berita
dalam bentuk teks, namun juga gambar, video, live streaming.
Pada tahun tersebut juga mulai ditampilkan chanel-chanel atau kanal-
kanal di halaman depan Kompas.com, kanal-kanal ini di desain sesuai dengan
tema berita dan membuat setiap pengelompokan berita memiliki karakter,
kanal-kanal tersebut antara lain adalah:
- KOMPAS Female
Memuat informasi seputar dunia wanita, tips-tips seputar karier, kehamilan,
trik keuangan serta informasi belanja.
- KOMPAS Bola
Tempat akurat untuk mengetahui update skor, berita seputar tim dan
pertandingan sepak bola.
- KOMPAS Health
Berisi tips-tips dan artikel tentang kesehatan, informasi medis terbaru, beserta
fitur informasi kesehatan interaktif.
- KOMPAS Tekno
Mengulas gadget-gadget terbaru di pasaran, menampikan review produk dan
beragam berita teknologi.
1 http://inside.kopams.com/about-us diakses pada 17 Mei 2017
36
- KOMPAS Entertaiment
Menyajikan berita-berita selebriti, ulasan film, musik dan hiburan dalam luar
negeri.
- KOMPAS Otomotif
Menampilkan berita-berita seputar kendaraan, tren mobil dan motor terbaru
serta tips-tips merawat kendaraan.
- KOMPAS Properti
Memuat direktori lengkap properti dan artikel tentang rumah, apartemen serta
tempat tinggal.
- KOMPAS Images
Menyajikan foto-foto berita berkualitas dalam resolusi tinggi hasil pilihan
editor foto KOMPAS.com.
- KOMPAS Kerier
Kanal yang tak hanya berfungsi sebagai direktori lowongan kerja, namun juga
sebagai one-stop career solution bagi para pencari kerja maupun karyawan.
Kompas.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan
konsep citizen journalism dalam Kompasiana. Setiap anggota Kompasiana
dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta
menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan
video. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan
para tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian
dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan.
Kompasiana, yang setiap hari melahirkan 300 hingga 400 tulisan telah berhasil
membangun komunitas jurnalisme warga yang mencapai 327.000 anggota.2
2 http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 17 Mei 2017.
37
Sebagai portal berita yang mengikuti perkembangan teknologi terkini, kini
selain bisa diakses melalui handphone atau dapat diunduh sebagai aplikasi
gratis di smartphone BlackBerry, Kompas.com juga tampil dalam format iPad
dan akan terus tumbuh mengikuti teknologi yang ada.
Tahun 2013 merupakan tahun perubahan identitas bagi Kompas.com.
Perubahan tidak hanya bisa dinikmati pada halaman muka Kompas.com, tetapi
juga logo.
Sumber : http://inside.kompas.com/about-us
1. Logo Mark
Kompas.com mengambil simbol 2 (dua) segitiga yang tumpang tindih
sebagai bentuk representasi panah penunjuk arah yang sejalan dengan nilai
kompas.com sebagai pedoman berita bagi pembacanya. Perbedaan sudut rotasi
di antara kedua segitiga diartikan sebagai kebebasan dalam memilih pandangan
& pendapat bagi pembacanya. Sementara, 3 (tiga) warna dasar & masing-
masing turunannya dimaksudkan untuk menggambarkan beragamnya individu
pembaca kompas.com.
2. Logo Type
Logo Type pada "Kompas.com", merupakan perpaduan dari dua unsur,
yaitu tulisan "Kompas" yang menjadi simbol historis serta merupakan bagian
dari grup Kompas Gramedia dan ".com" yang merupakan identitas bisnis
perusahaan sekaligus alamat URL dari portal berita digital ini.
38
3. Tagline
"RAYAKAN PERBEDAAN" Kompas.com memiliki tagline "Rayakan
Perbedaan" sebagai wujud semangat menghargai perbedaan dan keberagaman
dalam memenuhi kebutuhan berita berbagai pembacanya.3
Kompas.com memiliki visi “To become the best, largest, and most
profitable multimedia portal in Indonesia as well as in South East Asia” serta
misi, “By providing the lastest and most credible information to enlighten and
entertainment individual and communities”4
B. Visi dan Misi Media Online Kompas.com
Visi
- Menjadi perusahaan terbesar, terbaik, terpadu, dan tersebar di Asia
Tenggara. Melalui usaha berbasis pengetahuan untuk menciptakan
masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan, adil, dan
sejahtera
Misi
- Kompas.com memaulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di
Indonesia.
- Berita yang tertulis secara berani, kritis dan tajam.
- Lebih kaya, lebih segar, lebih elegan dan tentunya tetap
mengedepankan unsur user-friendly dan advertiser-friendly.
- Sinergi ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap,
yang tidak hanya menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga
gambar, video, live streaming.
- Kompas.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep
citizen journalism dalam kompasiana. Setiap anggota Kompasiana
dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan
serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun
rekaman audio dan video.5
3http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 17 Mei 2017. 4http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 17 Mei 2017. 5http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 17 Mei 2017.
39
C. Struktur Organisasi Kompas.com
Tabel 3.1
Group of Digital Management Team6
Director Andy Budiman
GM Sales Devie Emza
GM Marketing Dian Gemiano
GM HR & GA M. Trinovita
Editor in Chief Wisnu Nugroho
News Managing Editor Tri Wahoro
News Assistant Managing Editor Agustinus Wisnubarata
News Assistant Managing Editor J. Heru Margianto
News Assistant Managing Editor Amir Sodikin
Assistant Managing Editor Moh. Latip
Otomania.com Assistant Aris Fertonny Harvenda
Juara.net Managing Editor Firzie A. Idris
Juara.net Assistant Managing Jalu Wisnu Wirajati
VideoManager Jerry Eddie Nurcahyo H
Sales Assistant Manager Andrew H. Sinaga
Sales Assistant Manager Yulveni Setiadi
Marketing Communication Amalia Nuraini
Strategic Partner Development Tommy Anugroho
Kompas Karier Manager Naomi Octiva Corthyna N
Finance Assistant Manager Holly Emaria
Technology Manager Ihwan Santoso
Technology Assistant Manager Murfi Abbas Hatumena
Technology Assistant Manager Yohanes Kartiko P
Technology Assistant Manager MH Prio Agung Wibowo
Digital Media Business Advisor Eberhard Nove Ojong
6. http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 18 Mei 2017
40
Product Management Specialist Romi Dandiawan
Secretary to Director & GM Anastasia Angeline K
Kompasiana Manager Pepih Nugraha
Kompasiana Sales Manager V. Roro Sekar Wening
Kompasiana Assistant Manager Iskandar Zulkarnaen
Table 3.2
Editorial Department 7
Editor in Chief Wisnu Nugroho
News Managing Editor Tri Wahono
News Assistant Managing Editor Agustinus Wisnubrata
News Assistant Managing Editor J. Heru Margianto
News Assistant Managing Editor Moh Latip
Otomania.com Assistant Managing
Editor
Aris Fertonny Harvenda
Juara.net Editor in Chief Weshley Hutagalung
Juara.net Managing Editor Firzie A. Idris
Juara.net Asst Managing Editor Jalu Wisnu Wirajati
Photo Editor & Photographer Dino Oktaviano Sami Putra, Heribertus
Kristianto Purnomo, Roderick Andrian
Mozes, Ari Prasetyo
Languange Editing Officer Erwin Kusuma Oloan Hutapea, Dimas
Wahyu Trihardjanto, Eris Eka Jaya
Administrative & Secretary Tania Frederika Titaley, Ira Fauziah,
Adinda Dwi Putri
7. http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 18 Mei 2017
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Peristiwa penembakan satu keluarga di dalam mobil Honda City berwarna
hitam oleh oknum polisi yang melukai 7 orang satu diantaranya meninggal
dunia di Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Berbagai media cetak ataupun
elektronik, menjadikan berita tersebut sebagai headline. Salah satu media
online yang menjadikan headline peristiwa penembakan tersebut ialah
Kompas.com. dalam penelitian ini, objek yang diteliti adalah empat berita pada
media pemberitaan online Kompas.com edisi 18-21 April 2017.
Kedudukan Polri sebagai salah satu komponen ABRI adalah sistem-
sistem yang berlaku di Polri merupakan sub sistem dari sistem yang berlaku di
ABRI, meliputi sistem pembinaan personil, sistem pendidikan, sistem
anggaran, sistem operasional dan sistem-sistem lainnya1. Secara esensial fungsi
Kepolisian adalah sebagai aparat penegak hukum, yang termasuk di dalamnya
adalah aspek perlindungan HAM. Namun, sampai saat ini hal tersebut belum
dapat dilaksanakan dan dipenuhi oleh kepolisian Republik Indoensia. Dimana
dalam menjalankan tugas dan fungsinya aparat kepolisian masih memakai
sistem militerisme. Hal ini dapat dilihat dari beberapa peristiwa yang terjadi,
aparat lebih sering melakukan penembakan ketika berhadapan dengan
masyarakat sipil dan dalam setiap peristiwa, masyarakat sipil selalu menjadi
korban2.
1 Mei Rini. Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN Binjai No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai), 2007 USU Repository 2009
2 Ibid.
41
42
Tabel 4.1
Berita Terkait Penyalahgunaan Senjata Api Oleh Anggota Polri di
Kompas.com pada Edisi 18-21 April 2017
Media Periode No Judul Berita
Kompas.com
18 April 2017 1
Kapolres Sebut Korban
Penembakan Mobil Satu Keluarga
Tewas karena Pantulan Peluru
19 April 2017 2
Ini Kronologis Penembakan Mobil
Isi Satu Kaluarga oleh Polisi di
Sumsel
20 April 2017 3
Kapolda Sumsel Akui
Penembakan Mobil Satu Keluarga
Tak Sesuai Prosedur
21 April 2017 4
Pimpinan DPR Minta Polisi Adil
Usut Penembakan Mobil Isi Satu
Kaluarga
Menurut peneliti, keempat berita yang diteliti pada edisi 18 April 2017
sampai dengan 21 April 2017 dari media Kompas.com, semuanya berisi
tentang tidak sesuainya Standar Prosedur Operasional (SOP) Kepolisian dalam
menggunakan senjata api bagi anggotanya. Keempat berita tersebut akan
peneliti analisa dalam bab ini dengan menggunakan analisis framing model
Robert N. Entman. Kemudian akan diinterpretasikan dengan alur berpikir teori
Konstruksi Sosial Realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman.
43
A. Bingkai Pemberitaan Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota Polri
Edisi 18-21 April 2017
Kompas.com menampilkan berita dan artikel terkait penyalahgunaan
senjata api oleh anggota polri edisi 18-21 April 2017 sebanyak kurang lebih
empat berita. Berita tersebut anatara lain:
1. Berita pertama berjudul “Kapolres Sebut Korban Penembakan Mobil
Satu Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru” berita tersebut berisikan
penjelasan dari Kapolres Lubuklinggau, AKBP Hajat Mabrur
menjelaskan bahwa satu korban tewas dalam saat pengejaran oleh
polisi tewas akibat pantulan peluru.
2. Berita kedua berjudul “Ini Kronologis Penembakan Mobil Isi Satu
Kaluarga oleh Polisi di Sumsel” berita tersebut berisikan pernyataan
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol.
Rikwanto, sebelumnya sudah ada peringatan agar petugas yang
merazia tidak dilengkapi dengan senjata.
3. Berita ketiga berjudul “Kontras: Polisi Penembak Mobil Isi Satu
Keluarga Langgar Banyak Aturan” berita tersebut berisikan keterangan
Koordinator Kontras Yati Andriani, dalih polisi terhadap peristiwa itu
tidak bisa dibenarkan. Pihak polisi mengatakan, penembakan diawali
karena mobil terus melaju. Bahkan meski sudah dilepaskan tembakan
peringatan.
4. Berita keempat berjudul “ Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut
Penembakan Mobil Isi Satu Kaluarga” berita ini berisi pernyataan
Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto, ia menduga ada kesalahan
prosedur yang dilakukan polisi hingga melakukan penembakan. Harus
berkeadilan, transparan dan akuntabel sehingga di mata rakyat
seluruhnya polisi melaksanakan tugas sesuai prosedur tetap. Sesuai
juga dengan aturan-aturan yang berada di undang-undang.
44
I. Bingkai Pemberitaan “Kapolres Sebut Korban Penembakan Mobil Satu
Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru” Edisi 18 April 2017
Berita edisi 18 April 2017 di Kompas.com ini, berisikan penjelasan
AKBP Hajat Mabrur, korban luka dan meninggal itu terluka akibat pantulan
peluru dari ban mobil yang ditembaki anggota. Penembakan ke ban mobil
dilakukan karena mobil melarikan diri saat dihentikan petugas yang sedang
melakukan razia. Merasa tembakan peringatan tak diindahkan, polisi akhirnya
menembak ban mobil. Menurut Hajat, peluru pantulan dari ban mobil itulah
yang menghantam kaca dan badan mobil hingga mengenai penumpang di
dalam mobil.
Table 4.2
“Kapolres Sebut Korban Penembakan Mobil Satu Keluarga Tewas karena
Pantulan Peluru” Edisi 18 April 2017
Define Problem
(Pendefenisian masalah)
1) Satu korban tewas dalam saat pengejaran
oleh polisi tewas akibat pantulan peluru
Diagnoses Causes
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
1) Penembakan ke ban mobil dilakukan karena
mobil melarikan diri saat dihentikan petugas
yang sedang melakukan razia
Make Moral Judgement
(Membuat Keputusan Moral)
1) Diperlukan pengawasan yang ketat dari
seluruh Kepolisian dalam penggunaan
senjata api bagi anggotanya
Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian)
1) Diperlukannya penyelidikan yang mendalam
terhadap kejadian ini
45
Define Problem
Pada artikel berita yang dipublikasikan oleh Kompas.com pada tanggal
18 April 2017 ini, terlihat bahwa Kompas.com memberikan pendefenisian
masalah ini pada penyataan Kapolres Lubuklinggau AKBP Hajat Mabrur
mengenai korban penembakan mobil satu keluarga tewas karena pantulan
peluru.
Berita ini menjelaskan bahwa AKBP Hajat Mabrur mengatakan, korban
luka dan meninggal itu terluka akibat pantulan peluru dari ban mobil yang
ditembaki anggota. Penjelasan ini, terdapat pada teks berita alenia ke dua,
sebagai berikut:
“Korban luka dan meninggal itu terluka akibat pentulan peluru dari ban
mobil yang ditembai anggota,”ujar dia saat dihubungi via telepon,
Selasa (18/4/2017).3
Diagnoses Causes
Dalam berita di Kompas.com ini, polisi melepas tembakan ke udara
sebagai peringatan agar mobil berhenti, tetapi tembakan tersebut tidak
digubris oleh pengemudi mobil, sehingga polisi akhirnya menembak ban
mobil.
“Hajat menjelaskan, penembakan ke ban mobil dilakukan karena mobil
melarikan diri saat dihentikan petugas yang sedang melakukan razia.
Petugas merasa curiga dengan tindakan pengemudi mobil”.4
Make Moral Judgement
Dalam berita ini, Kompas.com melalui narasumbernya menjelaskan
bahwa perlu adanya hukuman dari kepolisian terhadap anggotanya yang
menyalahi prosedur penggunaan senjata api.
“Hukuman sih yang pasti, bisa saja hukumannya di skors atau tidak
dapat menggunakan senjata selama waktu yang ditentukan”.5
3 Firmansyah, “Kapolres Sebut Kora Penembakan Mobil Satu Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru” Kompas.com, diakses pada 28 April 2017 alenia 2
4 Firmansyah, “Kapolres Sebut Korban Penembaka Mobil Satu Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru” Kompas.com, diakses pada 28 April 2017 alenia 4
5 Wawancara pribadi dengan Marketing Communication Executive Kompas.com Olani Syamuti, Jakarta, 20 Juli 2017
46
Threatment Recommendation
Kompas.com melalui narasumbernya yaitu AKBP Hajat Mabrur
memberikan solusi yakni, saat ini, Polres Lubuklinggau sedang melakukan
penyelidikan mendalam terhadap kejadian ini.
“Saat ini, Polres Lubuklinggau dibantu Polda Bengkulu sedang
melakukan penyelidikan mendalam terhadap kejadian ini. Satu orang
anggota Polres Lubuklinggau sedang diperiksa secara intensi”.6
Menurut analisa peneliti, polisi harus lebih memperhatikan dan
mengawasi penggunaan senjata api bagi anggotanya serta melakukan
pembinaan mental dan keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh seorang
anggota kepolisian.
II. Bingkai Pemberitaan “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil
Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan” Edisi 19 April 2017
Pada pemberitaan Kompas.com edisi 19 April 2017 ini, berisikan
tentang pernyataan Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian mengenai
penembakan mobil satu keluarga. Kapolri menyesalkan peristiwa
penembakan oleh polisi terhadap mobil satu keluarga di Lubuk Linggau,
Sumatra Selatan.
Table 4.3
“Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku
Kejahatan” Edisi 19 April 2017
Define Problem
(Pendefenisian masalah)
1) Lakukan penembakan, polisi mengira mobil
berisi satu keluarga pelaku kejahatan
Diagnoses Causes
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
1) Polisi mengejar mobil dan memberi
tembakan peringatan, namun kendaraan
masih belum berhenti dan melaju kencang
6 Firmansyah, “Kapolres Sebut Kora Penembakan Mobil Satu Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru” Kompas.com, diakses pada 28 April 2017 alenia 7
47
Make Moral Judgement
(Membuat Keputusan Moral)
1) Kapolda perintahkan pulihkan situasi
terutama keluarga korban dan masyarakat
dan juga melakukan langkah hukum
Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian)
1) Polisi yang melakukan penembakan sedang
di periksa internal Polres Lubuk Linggau
Define Problem
Berita mengenai penembakan mobil berisi satu keluarga kembali
disajikan oleh Kompas.com pada edisi 19 April 2017, dengan mengangkat
judul “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga
Pelaku Kejahatan”. Dalam hal ini Kompas.com mendefenisikan tentang
adanya pernyataan dari Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian tentang
penembakan yang terjadi di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan.
“Kendaraan di-stop polisi karena dicurigai, dan akan menabrak anggota
polisi. Sehingga anggota polisi beranggapan ini adalah pelaku
kejahatan,” ujar Tito, di Kompleks PTIK, Jakarta, Rabu 19/4/2017”.7
Diagnoses Cause
Kompas.com melalui narasumbernya menjadikan penyebab
permasalahan utama yang ada pada pemberitaan ini adalah polisi mengejar
mobil tersebut dan memberikan tembakan peringatan tetapi kendaraan masih
melaju kencang. Hal ini ditulis oleh Kompas.com sebagai berikut:
“Polisi mengejar mobil tersebut dan memberi tembakan peringatan.
Namun, kendaraan masih belum berhenti dan melaju kencang.
Akhirnya, seorang polisi memberondong badan mobil hingga sepuluh
kali”.8
7 Kemala Movanita “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 4
8 Kemala Movanita “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 5-7
48
Make Moral Judgment
Pada artikel berita yang dipublikasikan pada tanggal 19 April 2017 ini
Kompas.com melalui narasumbernya menegaskan bahwa Kapolda akan
melakukan langkah hukum dan memeriksa anggotayang terkait dengan
penembakan tersebut. Seperti yang tertulis pada beritanya.
“Kapaolda saya perintahkan pulihkan situasi terutama dengan keluarga
korban dan masyarakat setempat, juga melakukan langkah hukum,
melakukan pemeriksaan pada anggota yang bersangkutan,”kata Tito.9
Treatment Recommendation
Dalam pemberitaan ini, penyelesaian yang ditonjolkan oleh Kompas.com
melalui narasumbernya adalah diadakannya pemeriksaan oleh internal Polres
Lubuk Linggau serta Divisi Profesi dan Pengamanan Mabes Polri terhadap
polisi yang melakukan penembakan mobil satu keluarga.
“Saat ini, polisi tersebut tengah diperiksa internal Polres Lubuk Linggau
dan bantuan dari Divisi Profesi dan Pengamanan Mabes Polri”.10
III. Bingkai Pemberitaan “Kontras : Polisi Penembak Mobil Isi Satu
Keluarga Langgar Banyak Aturan” Edisi 20 April 2017
Pemberitaan Kompas.com edisi 20 April 2017 ini berisikan tentang
penyataan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(Kontras) tentang penembakan yang terjadi di Lubuk Linggau, Sumatra
Selatan. Koordinator Kontras Yati Andriani mengatakan, dalih polisi terhadap
peristiwa itu tidak bisa dibenarkan. Penembakan diawali karena mobil terus
melaju. Bahkan meski sudah dilepaskan tembakan peringatan.
9 Kemala Movanita “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 15
10 Kemala Movanita “Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 14
49
Table 4.4
“Kontras : Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak
Aturan” Edisi 20 April 2017
Define Problem
(Pendefenisian masalah)
1) Kontras : polisi penembak mobil isi satu
keluarga langgar banyak aturan
Diagnoses Causes
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
1) Pemberondongan mobil menggunakan
senjata api tidak dapat dibenarkan
Make Moral Judgement
(Membuat Keputusan Moral)
1) Kontras mendesak Kapolri untuk
bertanggung jawab atas peristiwa
penembakan brutal ini dengan melakukan
proses hukum
Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian)
1) Memastikan dilakukannya evaluasi dan audit
berkala terkait penggunaan senjata api
Define Problem
Pada artikel berita edisi 20 April 2017 ini Kompas.com kembali
menjadikan berita penembakan mobil satu keluarga sebagai bahasan utama.
Kompas.com menonjolkan tanggapan dari Koordinator Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tidak Kekerasan (Kontras) Yati Andriani. Seperti yang
ditulis Kompas.com berikut ini.
“Aksi brutal yang dilakukan Polres Lubuklinggau itu melanggar banyak
peraturan. Beberapa di antaranya Pasal 2 Ayat (2) huruf a dan Pasal 5
Ayat (1) Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan
Kekuatan dan Tindakan Kepolisian serta Pasal 49 (1) huruf d Peraturan
Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar
Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Polri”.11
11 Fabian Januarius Kuwado, “Kontras: Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak Aturan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 6-7
50
Diagnoses Causes
Pada bagian ini Kompas.com memberikan pernyataan dari Koordinator
Kontras Yati Andriani bahwa penembakan yang dilakukan oleh anggota
kepolisian terhadap mobil yang berisikan satu keluarga tidak dapat
dibenarkan.
“Dalih adanya tembakan peringatan, namun mobil tetap terus melaju dan
menghindari prtoli kepolisian, yang diikuti dengan pemberondongan
mobil menggunakan senjata api polisi tidak dapat dibenarkan, “ ujar Yati
melalui siaran pers, Kamis (20/4/2017).12
Make Moral Judgment
Kompas.com melalui narasumbernya Yati Andriani memberikan
pernyataan untuk mendesak Kapolri bertanggung jawab atas peristiwa
tersebut dan melakukan proses hukum secara terbuka dan adil terhadap
anggota Polres Lubuklinggau.
“Kontras mendesak Kapolri Jendral Tito Karnavian untuk bertanggung
jawab atas peristiwa penembakan brutal ini dengan melakukan proses
hukum secara terbuka dan adil terhadap anggota Polres Lubuklinggau
yang terbukti melakukan penembakan erhadap para korban”.13
Treatment Recommendation
Pada bagian ini, Kompas.com menyajikan pendapat narasumbernya (Yati
Andriani) sebagai saran untuk masalah ini. Beliau menyarankan agar
dilakukannya evaluasi dan dan audit berkala terkait penggunaan senjata api
oleh anggota-anggotanya.
“selain itu, Tito juga harus memastikan dilakukannya evaluasi dan audit
berkala terkait penggunaan senjata api oleh anggota-anggotanya di
lapangan yang seringkali melakukan proses hukum secara sewenang-
wenang”.14
12 Fabian Januarius Kuwado, “Kontras: Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak Aturan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 3
13 Fabian Januarius Kuwado, “Kontras: Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak Aturan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 8
14 Fabian Januarius Kuwado, “Kontras: Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak Aturan” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 9
51
IV. Bingkai Pemberitaan “Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut
Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga” Edisi 21 April 2017
Table 4.5
“Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu
Keluarga” Edisi 21 April 2017
Define Problem
(Pendefenisian masalah)
1) Pimpinan DPR minta polisi adil usut
penembakan mobil isi satu keluarga
Diagnoses Causes
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
1) Polisi melakukan penembakan saat mobil
sudah dalam posisi berhenti, setelah sempat
menerobos razia
Make Moral Judgement
(Membuat Keputusan Moral)
1) Kapola akan mendalami kasus tersebut,
karena tidak sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian)
1) Akan diadakannya rapat kerja komisi terkait
Define Problem
Dalam pemberitaan Kompas.com ini, pendefenisian masalahnya adalah
ungkapan Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto yang meminta polisi untuk
adil dan mengusut tuntas penembakan mobil isi satu keluarga di Lubuk
Linggau, Sumatra Selatan.
“Harus berkeadilan, transparan dan akuntabel sehingga dia mata rakyat
seluruhnya polisi melaksanakan tugas sesuai prosedur tetap. Sesuai juga
dengan aturan-aturan yang berada di undang-undang,” kata Agus di
Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (21/4/2017).15
15 Nabila Tashandra, “Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 3
52
Diagnoses Causes
Dalam pemberitaan ini, Kompas.com melalui narasumbernya
mengidentifikasikan yang menjadi penyebab masalah adalah polisi
melakukan penembakan saat mobil sudah dalam posisi berhenti, setelah
sempat menerobos razia.
“Jadi mobil sedan itu dilakukan pengejaran oleh empat orang petugas
termasuk di antaranya Bripda K menggunakan oil Mitsubishi Kuda
Patroli Lantas hingga akhirnya berhenti,”jelasnya saat jumpa pers di
Polda Sumsel, Rabu (18/4/2017).16
Make Moral Judgment
Dalam berita ini moral yang dikembangkan oleh Kompas.com yang
dinyatakan oleh Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryanto ialah
meskipun terjadi seperti itu tetap keadaannya tidak sesuai dengan Standar
Operasonal Prosedur (SOP).
“Saya rasa, meskipun seperti itu keadaannya tetap SOP-nya tidak seperti
itu dan itu sudah tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu akan kita dalami
kasus ini,”ujar Kapolda”.17
Treatment Recommendation
Dalam pemberitaan ini, Kompas.com memberikan solusi yang berupa
pernyataan dari Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto yang menyatakan akan
dilakukannya proses pemeriksaan di internal Kepolisian dan diadakannya
rapat komisi yakni Komisi III yang menangani hukum.
“Kata dia (Agus Hermanto), menyerahkan pada proses pemeriksaan di
internal Kepolisian. Namun, tak menutup kemungkinan peristiwa itu
dapat ditanyakan dalam rapat komisi terkait, yakni Komisi III yang
menangani hukum”.18
16 Nabila Tashandra, “Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 9
17 Nabila Tashandra, “Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 13
18 Nabila Tashandra, “Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga” Kompas.com diakses pada 28 April 2017 alenia 4
53
B. Konteks Pemberitaan Penyalahgunaan Senjata Api oleh Anggota
Polri di Kompas.com Periode 18-21 April 2017
Kompas.com memandang pemberitaan penembakan mobil satu keluarga
oleh anggota polri yang terjadi di Lubuklinggau, Sumatra Selatan tidak sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan langgar banyak aturan.
Peristiwa ini menambah catatan penyalahgunaan senjata api oleh anggota
polisi, sebelumnya data pemantauan dari Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Kekerasan (Kontras) periode Januari-Maret 2017 mencatat terjadi 124
operasi penanggulangan kriminal dengan mekanisme penembakan oleh Polri di
seluruh Indonesia. Mayoritas penembakan terjadi di Sumatra dan Sulawesi.
Penembakan-penembakan tersebut menimbulkan jatuhnya korban sebanyak
176 orang yang terdiri dari 97 korban luka dan 79 orang tewas. Ke -79 orang
tersebut tewas dalam 62 operasi penembakan oleh Polri. Sedangkan korban
tewas paling banyak berasal dari operasi penanggulangan narkotika, yakni dari
40 operasi telah menimbulkan korban luka 14 orang dan korban tewas 41
orang.
Peristiwa ini merupakan salah satu tindakan yang sangat menunjukkan
kurangnya pemahaman dalam tahapan penggunaan senjata api oleh anggota
kepolisian, hal ini dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan wewenang
dalam menggunakan senjata api yang secara berlanjut kondisi tersebut sangat
memungkinkan masyarakat dilanggar hak asasinya. Dampak negatif dari
peristiwa ini adalah pihak kepolisian citranya akan terus memburuk di mata
masyarakat.
Ketetapan MPR Nomor VI Tahun 2000 tentang pemisahan POLRI dan
TNI serta TAP MPR Nomor VII Tahun 2000 tentang peran TNI dan POLRI,
yang kemudian dikuatkan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian. Kenyataannya perubahan yang ada belum memenuhi
harapan, sampai sekarang Polri masih menggunakan watak, ideologi, dan sikap
yang militeristik dalam menjalankan tugasnya. Dalam operasional banyak
tindakan polisi yang secara kasat mata melanggar HAM.
54
Memang tidak dapat disangkal bahwa dunia polisi penuh dengan
kekerasan. Seperti dikatakan oleh Sutherland, seorang kriminolog Amerika
Serikat, bahwa polisi dalam pekerjaan sehari-harinya sering bergaul dengan
dunia kekerasan.19
David L. Carter mengungkapkan bahwa penyimpangan polisi, dengan
menyalahgunakan wewenang dan kepercayaan yang diberikan kepadanya, akan
mendorong terjadinya pemudaran wibawa polisi.20 Memudarnya wibawa polisi
akan mengarah kepada suatu instabilitas keamanan, akan mendorong tindakan
anarkis dari masyarakat. Memudarnya wibawa polisi ini sama artinya menyeret
Polri kembali ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Dalam konteks
kekinian memudarnya pencitraaan dan wibawa polisi salah satunya disebabkan
oleh perilaku militeristik dalam menjalankan tugasnya. Hal ini terkait dengan
masih bercokolnya budaya militeristik dalam rahim pendidikan Polri.
Interpretasi
Proses pembentukan berita tentang penyalahgunaan senjata api di
Kompas.com diawali dengan persepsi bahwa penyalahgunaan senjata api
merupakan suatu berita untuk menetralisir penggunaan senjata api yang
semena-mena bagi anggota kepolisian. Persepsi ini dapat dinilai sebagai proses
eksternalisasi bagi wartawan Kompas.com dalam menyampaikan pemberitaan
penyalahgunaan senjata api. Eksternalisasi ialah bagaimana Kompas.com
mencurahkan dirinya kedalam sebuah realitas pemberitaan. Karena ini adalah
sudah menjadi sifat dasar sebuah media dalam membuat berita. Dari proses
eksternalisasi tersebut akan selanjutnya mempengaruhi objektivasi sang
wartawan dalam menciptakan realitas dalam sebuah pemberitaan. Objektivasi
ini adalah hasil dari kegiatan eksternalisasi dan akan mempengaruhi isi
pemberitaan. Bagaimana berita itu diciptakan oleh media tersebut bukan
tercipta secara ilmiah dan apa adanya. Kemudian hasil konstruksi media dapat
dilihat dari proses internalisasi. Ini berarti Kompas.com dalam menciptakan
realitas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Peter L. Berger dalam
teorinya yakni Konstruksi Realitas Sosial.
19 M. Khoidin Sadjijono, Mengenal Figur Polisi Kita, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2007, Hal. 97
20 https://muradi.wordpress.com/2007/03/06/upaya-mereduksi-budaya-militerisme-dalam-pendidikan-polri/ dikunjungi 10 Agustus 2017
55
Dalam menyampaikan beritanya Kompas.com cenderung menyoroti fakta
yang sebenarnya terjadi di lapangan secara terang-terangan. Kompas.com
selalu mengkroscek terlebih dahulu fakta yang terjadi dilapangan melalui
keterangan narasumber yang dipilihnya. Kompas.com tidak ingin berita yang
dimuat berujung pada fitnah belaka. Karena bagi kaum konstruksionis, realitas
itu bersufat subjektif. Realitas itu hadir karena disajikan oleh konsep subjektif
wartawan. Di sini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu
tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu.
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Dalam tahap ini, redaksional Kompas.com mengumpilkan semua bahan
berita yang berfokus kepada informasi yang bersifat menyentuh banyak orang,
yaitu persoalan yang mengandung unsur sensivitas di masyarakat, seperti isu-
isu yang meresahkan masyarakat. Dalam menentukan layak atau tidaknya
sebuah pemberitaan, ditentukan dari nilai beritanya, kemudian tentu saja yang
sesuai dengan kode etik jurnalistik. Sebagai tambahan, Kompas.com juga
sangat memperhatikan unsur 5W+1H, sehingga didalam pemberitaannya akan
menampilkan kebenaran. Berita-berita yang simpang siur dan tidak jelas, lalu
berpotensi merugikan pihak lain tentu tidak akan dijadikan sebuah
pemberitaan.
Kompas.com sangat memperhatikan setiap isi pemberitaannya, begitu juga
dengan pemberitaan penyalahgunaan senjata api, wartawan Kompas.com
mencari berita di lapangan dengan menyertakan pandangan dari narasumber
yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat membuka perspektif tentang
penyalahgunaan senjata api secara lebih luas untuk kemudian masuk ke pihak
redaksi. Menurut peneliti untuk pemberitaan penyalahgunaan senjata api edisi
18-21 April 2017, Kompas.com lebih menyoroti fakta-fakta tentang prosedur
penggunaan senjata api bagi polisi untuk kemudian dituangkan ke dalam
pemberitaannya.
56
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua
informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya
berdasarkan pada agenda media tersebut. Namun, kendati media telah
melakukan tahap mempublikasikan berbagai macam berita termasuk berita
mengenai penyalahgunaan senjata api, dengan struktur berita yang telah
dibangun dan diciptakan oleh Kompas.com, yang tentu saja dapat membangun
realitas di tengah-tengah masyarakat.
3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Di tahap pembentukan konstruksi realitas, mulanya masyarakat akan
cenderung menganggap semua yang tersaji di media massa adalah benar
adanya. Termasuk semua yang disajikan oleh Kompas.com mengenai
pemberitaan penyalahgunaan senjata api. Kemudian adanya pembentukan citra
yang dilakukan oleh media massa, yang meliputi model good news and bad
news.21 Menurut peneliti dalam hal ini Kompas.com menyajikan kedua model
tersebut dalam pembentukan konstruksi realitas dari pemberitaan
penyalahgunaan senjata api ini. Namun, untuk memperjelas hasil konstruksi
yang telah dibangun oleh Kompas.com terhadap pemberitaan ini, maka penulis
akan memaparkan secara sederhana melalui tabel di bawah ini:
Table 4.6
Hasil Konstruksi dalam Pemberitaan Peyalahgunaan Senjata Api di
Kompas.com
No Judul Berita Hasil Konstruksi
1 Kapolres Sebut Korban Penembakan
Mobil Satu Keluarga Tewas karena
Pantulan Peluru
Adanya penguat angle berita
terkait penembakan satu keluarga
melalui Kapolres bahwasannya
korban tewas di sebabkan oleh
pantulan peluru.
21 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h. 213
57
2 Ini Kronologi Penembakan Mobil Isi
Satu Kaluarga oleh Polisi di Sumsel
Kompas.com melalui
narasumbernya bahwa seluruh
anggota polisi sebelum melakukan
razia tidak menggunakan senjata
api
3 Kapolda Sumsel Akui Penembakan
Mobil Satu Keluarga Tak Sesuai
Prosedur
Kompas.com melalui
narasumbernya Irjen Pol. Agung
Budi Maryoto mengatakan bahwa
penembakan mobil tersebut tidak
sesuai dengan prosedur
4 Pimpinan DPR Minta Polisi Adil
Usut Penembakan Mobil Isi Satu
Kaluarga
Kompas.com melalui
narasumbernya Wakil Ketua DPR
RI Agus Hermanto meminta polisi
harus adil dalam mengusut tuntas
penembakan tersebut
Menurut peneliti dalam membingkai pemberitaan ini, wartawan
Kompas.com terlihat bermain sangat berani dalam memuat pemberitaanya, bisa
dilihat dari pemilihan narasumber yang dipilih tidak hanya dari pihak dalam
saja, namun pihak luar yang masih ada kaitanya pun turut dimintai pendapat
mengenai peristiwa ini. Hal ini menjadi kekuatan bagi Kompas.com dalam
menyampaikan sebuah berita secara lebih luas.
Disini terlihat bagaimana kekuatan Kompas.com dalam menciptakan
sebuah realitas atau pemberitaan. Menurut peneliti Kompas.com tidak
membatasi dirinya dan para pekerjanya dalam menafsirkan pemberitaan
mengenai penembakan mobil satu keluarga yang terjadi di Lubuklinggau,
Sumatra Selatan. Ini akan menimbulkan kesan bahwa Kompas.com tidak selalu
berada pada zona nyaman.
58
4. Tahap Konfirmasi
Media massa dan khlayak pada tahapan ini memberikan argumentasi serta
interpretasi. Bagi media tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi
argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi soial. Sedangkan bagi para
pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia
terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.22
Beberapa tahap di atas adalah proses siklus yang selalu terjadi pada
pembangunan realitas yang diciptakan oleh media massa, termasuk
Kompas.com dan sebuah realitas yang terkonstruk sebenarnya memang sangat
luar biasa. Karena pemberitaan tersebut lebih cepat diterima oleh khalayak
luas, menjadi lebih luas pula jangkauan pemberitaannya, penyebarannya
merata, karena media massa dapat ditangkap oleh masyarakat luas secara
merata dan di mana-mana, membentuk opini karena merangsang masyarakat
untuk berpendapat atas kejadian tersebut, massa cenderung terkonstruksi,
karena masyarakat cenderung terkonstruksi dengan pemberitaan-pemberitaan
yang sensitif, bahkan opini massa cenderung apriori sehingga mudah
menyalahkan berbagai pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Beberapa hasil temuan yang telah dipaparkan sebelumnya cukup
menunjukkan bahwa Kompas.com cukup dinamis dalam memberitakan
penembakan mobil satu keluarga melalui artikel-artikel yang
dipublikasikannya.
Pada akhirnya dapat disimpulkan, bahwa sebuah media massa, baik
elektronik, cetak amaupun online, sejatinya sangatlah pandai dalam
menciptakan sebuah konstruksi atas realitas yang ada di dunia sekitar melalui
frame yang disajikan dalam setiap beritanya. Kemudian hasil dari konstruksi
dan pembingkaian tersebut adalah, terciptanya interpretasi dalam
mengonfirmasi semuanya, dan tergiringnya opini masyarakat yang menjadi
khalayak dari media itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan data-data yang peneliti kumpulkan
mengenai analisis framing dalam teks artikel pemberitaan penyalahgunaan
senjata api bagi anggota polri di Kompas.com periode 18 April 2017 sampai
dengan 21 April 2017 dengan menggunakan metode analisis Framing model
Robert N. Entman, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam pembingkaian berita di Kompas.com, Kompas.com mencoba
menjelaskan kronologis kejadian penembakan mobil satu keluarga di
Lubuklinggau Sumatra Selatan. Kemudian Kompas.com juga
menyajikan aspek-aspek kelemahan yang ada pada anggota kepolisan
di dalam pemberitaannya. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya
keterangan dari berbagai sumber untuk mengemukakan pandangan
tersebut.
Kompas.com juga menilai kurang stabilnya emosi seorang aparat yang
menyebabkan turunnya tingkat profesionalisme anggota kepolisian
dalam menangani kasus. Serta kondisi psikis dan mental oknum aparat
kepolisian yang masih labil.
2. Konteks pemberitaan penyalahgunaan senjata api oleh anggota polri di
Kompas.com adalah, Kompas.com menganggap penembakan mobil
berisi satu keluarga yang di lakukan oleh anggota polri tidak sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga menjadi perlu
dan menarik untuk Kompas.com publikasikan kepada masyarakat.
59
60
B. Saran Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Instansi kepolisian hendaknya melakukan pengawasan khusus yang
responsif terhadap aparat kepolisian yang diberi wewenang memegang
senjata api.
2. Rekruitmen dan penempatan anggota kepolisian harus dilakukan
secara profesional.
3. Hendaknya pembinaan dilakukan secara intensif dan merata terhadap
anggota kepolisian dalam meningkatkan profesionalitasnya, khususnya
pembinaan mental dan ketrampilan khusus yang harus dimiliki oleh
seorang anggota kepolisian.
4. Terhadap pemberian izin pinjaman pakai untuk anggota polisi harus
dilakukan secara berkala dan seselektif mungkin. Sehingga, jika
terbukti menunjukkan perubahan perilaku maka senjata api dapat
ditarik sesegera mungkin dari pemegangnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adrianus Meliala, Problema Reformasi Polri. Jakarta: Trio Repro, 2002.
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2006
_________, Analisis Teks Media: Suatu pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2006
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Teori dan Praktik, Menulis Berita
dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2004 __________, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007 __________, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta : Kencana, 2006 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
Yogyakarta: LKIS, 2002 Kunanto, Etika Kepolisian, Jakarta: Cipta Manunggal, 1997
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, Bandung : Penerbit Nuansa, 2004
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakraya, 2006 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta : Penerbit Buku
Kompas, 2007
61
62
M. Khoidin Sadjijono, Mengenal Figur Polisi Kita, Yogyakarta : Laksbang Pressindo 2007
Mei Rini. Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri terhadap Penggunaan
Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN Binjai No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai), 2007 USU Repository 2009
Onong Uchajana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2003 __________, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2008
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Sentra HAM UI, Kemitraan Patnership dan Korps Brimob Polri, Modul
Penelitian HAM bagi Anggota Brimob Polri, Jakarta, 2009 Setiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, 2005 Tebba, Jurnalistik Baru, Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia, 2005
Totok Djuarto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2004
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi Teori Komunikasi dalam
Perspektif Penelitian Kualitatif, Bogor: Ghalia Indonesia, 2015
B. Referensi Lain
http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 18 Mei 2017 http://inside.kopams.com/about-us diakses pada 17 Mei 2017 http://nasional.kompas.com/read/2017/04/20/12553511/kontras.polisi.penembak.mobil.isi.satu.keluarga.langgar.banyak.aturan diakses pada hari Jumat tanggal 28 April 2017, pukul 15.36 WIB
63
http://news.detik.com/berita/d-3487795/kasus-salah-tembak-polri-didorong-evaluasi-penggunaan-senpi diakses pada hari Minggu tanggal 30 April 2017, pukul 01:24 WIB http://news.liputan6.com/read/2934504/3-penyebab-penyalahgunaan-senjata-api-oleh-polisi diakses pada hari Jumat tanggal 28 April 2017, pukul 08:54 WIB http://regional.kompas.com/read/2017/04/20/08360011/kapolda.sumsel.akui.penembakan.mobil.satu.keluarga.tak.sesuai.prosedur diakses pada hari Jumat tanggal 28 April 2017, pukul 15.36 WIB https://id.wikipedia.org/wiki/Senjata_api diakses pada 20 Januari 2017, pukul 04.19
Kapolres Sebut Korban Penembakan Mobil Satu Keluarga Tewas karena Pantulan Peluru Kontributor Bengkulu, Firmansyah Kompas.com - 18/04/2017, 22:49 WIB
Mobil berisi satu rombongan keluarga yang sedang melintas yang ditembaki oleh oknum diduga polisi di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Selasa (18/4/2017).(Tribun Sumsel/Eko Hepronis)
BENGKULU, KOMPAS.com - Kapolres Lubuklinggau, Sumatera Selatan, AKBP Hajat Mabrur menyebutkan bahwa satu korban tewas dalam saat pengejaran oleh polisi tewas akibat pantulan peluru.
Sebelumnya, Hajat menjelaskan, sempat terjadi kejar-kejaran antara polisi dengan pengemudi mobil sedan yang menerobos kegiatan razia kendaraan yang digelar oleh polisi.
"Korban luka dan meninggal itu terluka akibat pantulan peluru dari ban mobil yang ditembaki anggota," ujar dia saat dihubungi via telepon, Selasa (18/4/2017).
Hajat menjelaskan, penembakan ke ban mobil dilakukan karena mobil melarikan diri saat dihentikan petugas yang sedang melakukan razia. Petugas merasa curiga dengan tindakan pengemudi mobil.
"Aksi kejar-kejaran cukup panjang hingga dua kilometer, tembakan ke udara sebagai peringatan diberikan tapi tak digubris," ujar Hajat.
Merasa tembakan peringatan tak diindahkan, polisi akhirnya menembak ban mobil. Menurut Hajar, peluru pantulan dari ban mobil itulah yang menghantam kaca dan badan mobil hingga mengenai penumpang di dalam mobil.
Saat ini, Polres Lubuklinggau dibantu Polda Bengkulu sedang melakukan penyelidikan mendalam terhadap kejadian ini. Satu orang anggota Polres Lubuklinggau sedang diperiksa secara intensi.
Sebelumnya, satu rombongan keluarga yang sedang melintas dengan mobil Honda City berwarna hitam BG1488ON ditembaki, Selasa (18/4/2017) sekitar pukul 11.00 WIB.
Rombongan yang terdiri dari seorang ibu, anak-anak dan cucu-cucu dengan total tujuh orang ini ditembaki saat melintas di Kota Lubuklinggau.
Akibat peristiwa ini, satu orang, yaitu Surini (55), meninggal dunia karena luka tembakan di beberapa bagian tubuhnya. Sementara itu, beberapa anaknya mengalami luka tembak, Diki (29) di bagian punggung, Indra (32) di tangan bagian kiri, Novianti (31) di lengan sebelah kanan dan Dewi Arlina (35) di lengan sebelah kiri.
Cucu Surini, Genta Wicaksono (3) mengalami luka di atas telinga sebelah kiri karena diduga terserempet peluru. Seorang anak lainnya, Galih (6), tidak mengalami luka. Rombongan keluarga ini berasal dari Desa Blitar, Kecamatan Sindang Beliti, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Ini Kronologi Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga oleh Polisi di Sumsel Ambaranie Nadia Kemala Movanita Kompas.com - 19/04/2017, 11:57 WIB
Ilustrasi penembakan.(Shutterstock)
JAKARTA, KOMPAS.com - Penembakan mobil berisi satu keluarga di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, oleh polisi disebabkan kendaraan terus melaju saat ada razia cipta kondisi oleh gabungan jajaran Polres Lubuk Linggau dan Polsek Timur I Kota Lubuk Linggau.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto mengatakan, sebelumnya sudah ada peringatan agar petugas yang merazia tidak dilengkapi dengan senjata.
"Kapolsek Timur I Kota Lubuk Linggau AKP M. Ismail sudah memberikan pengarahan dalam pelaksanaan razia cipta kondisi untuk tidak menggunakan senjata api," ujar Rikwanto di Jakarta, Rabu (19/4/2017).
Ismail berjaga di pertigaan Jalan Fatmawati Kecamatan Lubuk Linggau Timur I bersama Kepala Unit Pemgamanan Objek Vital Satuan Sabhara Polres Lubuk Linggau, Ipda Fransisko Yosef.
Sekira pukul 11.30 WIB, mobil Honda City hitam bernomor polisi BG 1488 ON melintas di jalanan tersebut. Mobil itu berisi satu keluarga beranggotakan delapan orang.
Mereka hendak menuju Muara Beliti untuk menghadiri pernikahan keluarga. Belakangan diketahui berdasarkan pengecekan di samsat, nomor polisi itu tidak terdaftar.
"Ketika hendak diberhentikan, mobil tersebut tidak mau berhenti dan mencoba menabrak anggota yang sedang melakukan razia," kata Rikwanto.
Melihat gelagat tersebut, anggota berinisiatif untuk mengejar mobil itu. Setibanya di Jalan SMB II Kelurahan Margamulya, salah satu anggota Polres Lubuk Linggau yang mengejar, menembaki mobil tersebut sebanyak 10 kali.
Setelah itu, mobil tersebut berhenti. Tembakan itu mengakibatkan lima penumpang terluka dan satu orang meninggal dunia.
Korban bernama Surini (55), meninggal dunia karena luka tembakan di beberapa bagian tubuhnya.
Sementara itu, beberapa anaknya mengalami luka tembak, Diki (29) di bagian punggung, Indra (32) di tangan bagian kiri, Novianti (31) di lengan sebelah kanan dan Dewi Erlina (35) di lengan sebelah kiri.
Cucu Surini, Genta Wicaksono (3) mengalami luka di atas telinga sebelah kiri karena diduga terserempet peluru. Seorang anak lainnya, Galih (6), tidak mengalami luka.
Kasus penembakan satu keluarga tersebut telah ditangani kepolisian Lubuk Linggau. Para korban dibawa ke RS Sobirin untuk mendapat perawatan.
"Saat ini sedang dilakukan pendalaman terhadap peristiwanya," kata Rikwanto.
Kontras: Polisi Penembak Mobil Isi Satu Keluarga Langgar Banyak Aturan Fabian Januarius Kuwado Kompas.com - 20/04/2017, 12:55 WIB
Mobil berisi satu rombongan keluarga yang sedang melintas yang ditembaki oleh oknum diduga polisi di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Selasa (18/4/2017).(Tribun Sumsel/Eko Hepronis)
JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyoroti peristiwa penembakan polisi terhadap satu keluarga di dalam mobil di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, beberapa waktu lalu.
Koordinator Kontras Yati Andriani mengatakan, dalih polisi terhadap peristiwa itu tidak bisa dibenarkan. Pihak polisi mengatakan, penembakan diawali karena mobil terus melaju. Bahkan meski sudah dilepaskan tembakan peringatan.
"Dalih adanya tembakan peringatan, namun mobil tetap terus melaju dan menghindar patroli kepolisian, yang diikuti dengan pemberondongan mobil menggunakan senjata api polisi tidak dapat dibenarkan," ujar Yati melalui siaran pers, Kamis (20/4/2017).
Yati melihat tidak ada kondisi yang mengharuskan polisi melepaskan tembakan ke arah mobil. Bahkan tidak ada seorangpun di antara penumpang yang diketahui membawa senjata api atau tersangka kejahatan target polisi.
"Artinya apa? Ada penggunaan instrumen hukum yang dipakai secara sewenang-wenang. Apalagi Polres Lubuklinggau lebih memilih untuk merespons terburu-buru yakni dengan menembak serampangan, dibanding mengupayakan tindakan pencegahan yang dapat mengurangi kerugian atau dampak lebih fatal," ujar Yati.
Aksi brutal yang dilakukan Polres Lubuklinggau itu melanggar banyak peraturan.
Beberapa di antaranya Pasal 2 Ayat (2) huruf a dan Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian serta Pasal 49 (1) huruf d Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
Atas dasar itu, Kontras mendesak Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk bertanggung jawab atas peristiwa penembakan brutal ini dengan melakukan proses hukum secara terbuka dan adil terhadap anggota Polres Lubuklinggau yang terbukti melakukan penembakan terhadap para korban.
Selain itu, Tito juga harus memastikan dilakukannya evaluasi dan audit berkala terkait penggunaan senjata api oleh anggota-anggotanya di lapangan yang seringkali melakukan proses hukum secara sewenang-wenang.
"Kapolri juga harus memastikan bahwa tidak ada upaya tekanan dan ancaman baik secara fisik maupun psikis terhadap korban yang bertujuan untuk menghentikan proses hukum dan akuntabilitas internal Polri," ujar Yati.
Pimpinan DPR Minta Polisi Adil Usut Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga Nabilla Tashandra Kompas.com - 21/04/2017, 12:24 WIB
Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (21/4/2017)(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra)
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto mendorong Kepolisian segera mengusut tuntas penembakan mobil berisi satu keluarga di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.
Ia menduga ada kesalahan prosedur yang dilakukan polisi hingga melakukan penembakan.
"Harus berkeadilan, transparan dan akuntabel sehingga di mata rakyat seluruhnya polisi melaksanakan tugas sesuai prosedur tetap. Sesuai juga dengan aturan-aturan yang berada di undang-undang," kata Agus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (21/4/2017).
DPR, kata dia, menyerahkan pada proses pemeriksaan di internal Kepolisian. Namun, tak menutup kemungkinan peristiwa itu dapat ditanyakan dalam rapat kerja komisi terkait, yakni Komisi III yang menangani hukum.
"Setelah ini kami juga nanti ada kesempatan bisa memanggil ataupun pada saat rapat kerja bisa ditanyakan kepada Kepolisian," ucap Politisi Partai Demokrat itu.
Adapun dalam jadwal Komisi III, rapat kerja dengan Kapolri direncanakan akan dilangsungkan pekan depan.
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto, sebelumnya menganggap ada kesalahan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dilakukan anggotanya.
Polisi melakukan penembakan saat mobil sudah dalam posisi berhenti, setelah sempat menerobos razia.
"Jadi mobil sedan itu dilakukan pengejaran oleh empat orang petugas termasuk di antaranya Bripka K menggunakan mobil Mitsubishi Kuda Patroli Lantas hingga akhirnya berhenti," jelasnya saat jumpa pers di Polda Sumsel, Rabu (18/4/2017).
Namun, dikatakan Kapolda, setelah sedan tersebut berhenti, para penumpang yang ada di dalam mobil pun tidak mau turun saat diperintahkan untuk turun.
Akhirnya terjadi penembakan tersebut yang dilakukan oleh Bripka K menggunakan senjata SS1V2.
"Pas disuruh turun tidak ada yang mau turun. Dan, mungkin juga karena keadaan kaca yang gelap dan dinilai membahayakan sehingga terjadi penembakan tersebut," terangnya.
"Saya rasa, meskipun seperti itu keadaannya tetap SOP-nya tidak seperti itu dan itu sudah tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu akan kita dalami kasus ini," ujar Kapolda.
Akibat tembakan tersebut, Surini (55) meninggal dunia karena luka tembakan di beberapa bagian tubuhnya.
Beberapa anaknya mengalami luka tembak, yakni Diki (29) di bagian punggung, Indra (32) di tangan bagian kiri, Novianti (31) di lengan sebelah kanan dan Dewi Arlina (35) di lengan sebelah kiri.
Cucu Surini, Genta Wicaksono (3) mengalami luka di atas telinga sebelah kiri karena diduga terserempet peluru.
Seorang anak lainnya, Galih (6), tidak mengalami luka. Para korban langsung dibawa ke rumah sakit di Lubuk Linggau.