peran bahasa ibu dalam perkembangan bahasa indonesia

7
NAMA : RIAN FAJAR SEPTIYADI NPM : 3332120206 MK : BAHASA INDONESIA KELAS : A PERAN BAHASA IBU DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK PRASEKOLAH I. PENDAHULUAN Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue dalam bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak bela bahasa pertama mereka dari keluarga mereka. Kepandaian dalam bahasa penting untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai d berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membu belajar bahasa lain menjadi sulit. Bahasa asli oleh karena itu memi dalam pendidikan. Sekarang ini bahasa gaul atau yang kita kenal sebagai bahasa p mendominasi bahasa pada anak-anak. Mereka lebih sering menggunakan bah dalam berkomunikasi daripada menggunakan menggunakan bahasa ibu, terlebih baha Indonesia. Pada umumnya, mereka hanya mengetahui apa yang mereka ucapkan ketik berkomunikasi, itulah bahasaIndonesia, bahkan mereka sering mengaitkan antara bahasa ibu dengan bahasa Indonesia. Mereka mengganggap benar, ketika mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu dan dengan menggunakan ba Indonesia dengan ragam tidak formal. II. ISI A. Arti Bahasa Bagi Anak Bahasa merupakan bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap ma berfungsi sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat mengu maksud dan fikirannya kepada orang lain. Bahasa merupakan tanda atau simbol-si dari benda-benda, serta merujuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalima bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu (Kartini Kartono, 1990: 47). Bah pernah lepas dari kehidupan manusia. Elizabeth B. Hourlock mengungkap prasekolah dimulai pada umur 2 tahun sampai 6 tahun. Dalam hal ini berbahasa khususnya berbicara, menjadi sarana yang paling tepat untuk perkemb bahasa Indonesia pada anak prasekolah.

Upload: fadjarsensei

Post on 09-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

NAMA : RIAN FAJAR SEPTIYADINPM : 3332120206MK : BAHASA INDONESIAKELAS : APERAN BAHASA IBU DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIAPADA ANAK PRASEKOLAH

I. PENDAHULUANBahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue dalam bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka. Kepandaian dalam bahasa asli sangat penting untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar cara berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membuat proses belajar bahasa lain menjadi sulit. Bahasa asli oleh karena itu memiliki peran pusat dalam pendidikan.Sekarang ini bahasa gaul atau yang kita kenal sebagai bahasa prokem telah mendominasi bahasa pada anak-anak. Mereka lebih sering menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi daripada menggunakan menggunakan bahasa ibu, terlebih bahasa Indonesia. Pada umumnya, mereka hanya mengetahui apa yang mereka ucapkan ketika berkomunikasi, itulah bahasa Indonesia, bahkan mereka sering mengaitkan antara bahasa ibu dengan bahasa Indonesia. Mereka mengganggap benar, ketika mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu dan dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan ragam tidak formal.II. ISIA. Arti Bahasa Bagi AnakBahasa merupakan bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan maksud dan fikirannya kepada orang lain. Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda, serta merujuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat, dan bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu (Kartini Kartono, 1990: 47). Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Elizabeth B. Hourlock mengungkapkan, anak prasekolah dimulai pada umur 2 tahun sampai 6 tahun. Dalam hal ini, keterampilan berbahasa khususnya berbicara, menjadi sarana yang paling tepat untuk perkembangan bahasa Indonesia pada anak prasekolah.Menurut Elizabeth B. Hourlock, selama masa prasekolah, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk melatih kemandirian. Dengan berbicara, anak dapat mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Komunikasi yang intensif antara anak dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, sangat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam belajar berbahasa. Anak-anak dapat menemukan kosa kata baru dari apa yang telah didengarnya. Tangis bayi dan anak, juga merupakan bentuk bahasa, yaitu bahasa yang pertama dipakai untuk menyampaikan isi kehidupan batiniahnya. Dengan bertambahnya umur anak, bahasanya semakin berkembang pula (Kartini Kartono,1990: 126).B. Ragam Bahasa Ibu Bangsa Indonesia adalah bangsa yang luas. Dari sabang sampai merauke, berjajar pulau-pulau. Begitulah sedikit kutipan lagu nasional yang sering dinyanyikan pada saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Dari cuplikan lagu tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya. Tidak hanya kaya akan sumber daya alam yang melimpah ruah namu juga kaya akan budaya-budaya yang sangat unik dan beragam. Baik dari segi adat istiadat, bahasa, maupun ragam dialek pun mempengaruhi keanekaragaman bahasa ibu di Indonesia.Pada 2008 jumlah bahasa di dunia 6.912. Dari sejumlah itu, Indonesia menduduki peringkat kedua (741 bahasa) setelah Papua New Guinea (820 bahasa). Sebagian besar dari 741 bahasa itu adalah bahasa daerah dan yang paling banyak penuturnya adalah bahasa Jawa. Dalam Summer Institute of Linguistics 2006 disebutkan tentang peringkat bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia. Peringkat tersebut menunjukkan bahasa Jawa 75,6 juta penutur, bahasa Sunda 27 juta penutur, bahasa Indonesia 17,1 juta penutur (140 juta penutur sebagai bahasa kedua), bahasa Madura 13,7 juta penutur, bahasa Minangkabau 6,5 juta penutur, bahasa Batak 6,2 juta penutur, bahasa Bali 3,8 juta penutur, bahasa Bugis kurang dari 4 juta penutur, bahasa Aceh 3 juta penutur, bahasa Betawi/Kreol 2,7 juta penutur, bahasa Sasak 2,1 juta penutur, bahasa Makassar 2 juta penutur, bahasa Lampung kurang dari 1,5 juta penutur dan bahasa Rejang kurang dari 1 juta penutur.Adanya berbagai macam dan ragam bahasa menimbulkan masalah, bagaimana kita menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 1994:63). Dialek atau pelafalan bahasa daerah dan ragam bahasa dalam tatanannya sebagai bahasa lisan memiliki dampak terhadap pelafalan bahasa Indonesia yang baik dan benar meskipun dari segi makna masih dapat diterima. Pelafalan yang nyata sering terdengar dalam tuturan resmi berasal dari berbagai dialek bahasa di nusantara yaitu Jawa, Batak, Sunda, Bali, Minangkabau. Dialek-dialek tersebut akan lebih baik bila sekecil mungkin dihilangkan apalagi bila dialek itu diselingi dengan bahasa daerah dari bahasa ibu (B1) petuturnya sehingga tidak menimbulkan permasalahan khususnya salah penafsiran bahasa karena terdapat bahasa daerah yang mempunyai ucapan atau pelafalan sama namun memiliki makna yang berbeda.Contoh: suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir) kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak abang dalam bahasa Jawa bermakna merahC. Perkembangan Bahasa pada Anak PrasekolahClara dan William Stern (Zulkifli L, 1938: 47) ilmuwan bangsa Jerman, membagi-bagi perkembangan bahasa menjadi empat masa. Masa kalimat satu kata: satu tahun sampai dengan satu tahun enam bulanDalam masa ini, anak cenderung mengucapkan pengulangan suara. Contoh: ma-ma, mi-mi (artinya saya mau minum) (Zulkifli L., 1938: 47). Dalam hal ini, anak cenderung didorong keinginan kuat untuk belajar berbicara. Dia ingin mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dan apa yang menjadi keinginannya. Pada masa ini sering disebut sebagai Masa kalimat satu kata, karena anak-anak hanya mengungkapkan sepatah kata untuk menyatakan keinginannya. Masa memberi nama: satu setengah sampai dengan dua tahunPada masa ini, anak bersifat kritis tentang apa yang tidak diketahuinya. Dia akan menanyakan tentang perihal atau benda yang tidak diketahuinya. Anak juga akan memberikan nama terhadap benda-benda yang baru diketahuinya. Masa kalimat tunggal: dua tahun sampai dengan dua setengah tahunPada masa ini, bentuk bahasa dan kalimat anak, semakin baik dan sempurrna. Anak telah menggunakan kalimat tunggal. Sekarang dia mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bantuk warna bahasanya (Zulkifli L, 1938: 47). Masa kalimat majemuk: dua tahun enam bulan dan seterusnyaPada masa ini, anak dapat mengungkapkan pendapatnya dengan menggunakan kalimat majemuk. Anak sering menanyakan kenapa sesuatu itu bisa terjadi dan apa sebabnya. Dalam hal ini, dia tidak benar-benar ingin kejelasan dari suatu hal atau peristiwa yang masih asing baginya.Berdasarkan pemaparan perkembangan bahasa di atas, kita dapat mengetahui apa dan bagaimana perkembangan bahasa pada anak. Orang dewasa harus mau mengerti dan mendengarkan dari apa yang anak utarakan. Anak masih memerlukan bimbingan untuk perkembangan bahasanya. Semakin bertambah umur mereka, semakin bertambah pula perkembangan bahasa yang dimilikinya. Namun semua itu, tidak terlepas dari pengaruh orang tua dan orang-orang yang ada disekelilingnya.Menurut Syamsu Yusuf (2006; 46), dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, beliau membagi dua tipe perkembangan bahasa anak.1) Egnocentric Speech, yaitu anak berbicara pada dirinya sendiri (monolog). Tipe ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak-anak berusia 2 sampai 3 tahun.2) Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answers (jawaban). Tipe kedua ini, mengarah kepada pengembangan kemampuan penyesuaian sosial.

D. Pengaruh Orang Tua terhadap Bahasa pada Anak PrasekolahAda sebuah istilah yang mengatakan Ibu adalah pendidik yang pertama dan utama. Dari istilah tersebut, dapat kita ambil gambaran bahwa bahasa anak mencerminkan pendidikan orang tua terhadapnya. Anak tidak dapat belajar sendiri dari bahasa yang dia peroleh. Anak memerlukan bimbingan dan pengawasan yang ketat dari orang tua. Ketika anak baru lahir atau dalam usia 5 sampai 6 bulan, orang tua mengenalkannya dengan dua bahasa, yaitu papa dan mama. Orang tua memberikan pengertian kepada anaknya tentang sebutan untuk papa dan mama. Sejak saat itu, anak terus dikenalkan bahasa-bahasa dari kosa kata baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.Ketika anak sudah mulai bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun dengan lingkungannya, maka secara otomatis dia menemukan bahasa baru dari hasil sosialisasinya itu, kemudian bahasa itu dia bawa ke dalam rumah. Jika tidak ada penyaringan bahasa dari orang tuanya terhadap bahasa yang didapatnya, maka sangat memungkinkan bahasa yang kurang pantas bagi anak akan terserap ke dalam memorinya. Dalam waktu jangka panjang bisa saja anak menerapkan bahasa yang didapatnya dari hasil sosialisasinya itu.Oleh sebab itu, pengontrolan yang dilakukan orang tua terhadap bahasa pada anak harus dilakukan secermat mungkin, agar bahasa-bahasa negatif yang dia peroleh dari hasil sosialisasinya itu tidak dapat terserap ke dalam memorinya. Orang tua juga harus memberikan contoh kepada anak dalam menggunakan bahasa yang baik. Baik itu bahasa ibu maupun bahasa Indonesia, agar bahasa yang dipakai anak akan terasa santun dalam bertutur, tidak hanya untuk masa kini, melainkan untuk masa ketika dia telah dewasa. E. Peran dan Fungsi Bahasa Ibu dalam Perkembangan Bahasa Indonesia pada Anak PrasekolahAli (1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama (B1) merupakan suatu proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut bahasa.Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang anak kuasai, bahasa yang dipakai dalam penuturan sehari-hari dilingkungannya. Untuk bahasa ibu ini, anak tentu sudah menguasai berbagai macam kosa kata dalam berbicara, namun untuk penggunaan bahasa Indonesia, masih sangat sulit untuk digunakan dalam tindak tutur. Perkembangan dua bahasa ini sering kita sebut dengan bilingual.Bilingual juga harus dilihat sebagai sesuatu yang berhubungan dengan budaya dan lingkungan sosial (Singgih D. Gunarasa, 2004: 87). Bahasa kedua akan dikuasai secara fasih apabila bahasa pertama (B1) yang diperoleh sebelumnya sangat erat hubungannya (khususnya bahasa lisan) dengan bahasa kedua tersebut. Hal itu memerlukan proses, dan kesempatan yang banyak. Kefasihan seorang anak untuk menggunakan dua bahasa sangat tergantung adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika kesempatan banyak, maka kefasihan berbahasanya semakin baik (Chaer, 1994: 66).Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) anak sudah dikenalkan dengan budayanya, karena anak lebih dahulu menggunakan B1 dalam berkomunikasi. B1 di sini, lebih diarahkan kepada bahasa daerah yang anak gunakan dalam berkomunikasi.Banyak cara yang dilakukan orang tua bagi perkembangan B2 pada anak. Mulai dari pembiasaan menggunakan B2 dalam berkomunikasi di lingkungan rumah, sampai pada pembiasaan menggunakan B2 di lingkungan sekolah atau di Taman Kanak-kanak. B2 dalam hal ini adalah bahasa Indonesia.Peran dan fungsi B1 bagi perkembangan B2 pada anak sangat penting, karena anak akan lebih sering menggunakan B2 dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah atau di tempat lain. Peran dan fungsi tersebut antara lain:1) B1 dapat memberikan pemahaman tentang kosa kata yang baku dalam B22) B1 dapat memberikan pemahaman tentang kalimat yang tidak efektif dalam penggunaan B2.F. Pengaruh Bahasa Ibu bagi Perkembangan Bahasa Indonesia pada Anak PrasekolahDalam dunia bilingualisme, ada dua hal yang bisa dikenal, yaitu balanced bilingual dan imbalanced bilingual. Balanced bilingual terjadi bila seseorang mempunyai kemampuan berbahasa yang setara untuk kedua bahasa yang dikuasainya, sementara imbalanced bilingual terjadi bila seseorang mengerti dan berbicara dalam kedua bahasa yang dikuasainya dengan lancar, namun dia lebih fasih atau lebih nyamam berbicara dengan salah satu bahasa (Singgih D. Gunarasa, 2004: 94).Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa anak dapat menguasai dua bahasa sekaligus, namun ada salah satu unsur bahasa yang labih dominan dalam berbicara. B1 memberikan pengaruh yang kuat bagi perkembangan B2. Anak harus terlebih dahulu mempelajari B2 dalam berbahasa. B1 dapat memberikan pelatihan-pelatihan yang intensif terhadap perkembangan B2, karena anak lebih dahulu menggunakan B1 dalam berbahasa. Pada anak prasekolah, ingatannya masih sangat kuat untuk mengingat dan memahami terhadap apa yang dia dapat dari pelatihan-pelatihan B2 dalam berbahasa.III. PENUTUP3.1 KesimpulanBahasa ibu (B1) merupakan bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya. Sehingga orang tua berperan penting dalam proses pemerolehan bahasa pertama (B1) anak. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap perkembangan anak dalam permerolehan bahasa kedua anak. Sehingga peranan bahasa ibu terhadap pendidikan anak adalah sebagai berikut: (1) Bahasa ibu merupakan alat ekspresi dan komunikasi bagi anak; (2) Bahasa ibu mudah dipelari oleh anak; (3) Bahasa ibu merupakan sumber pengetahuan bagi anak; (4) Bahasa ibu merupakan pertahanan yang kuat untuk melawan tergerusnya pemakaian bahasa daerah yang terjadi di era globalisasi; (5) Bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah.DAFTAR PUSTAKAGunarasa, Singgih D. 2004. dari Anak sampai Usia Lanjut, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Jakarta: Gunung Mulia.Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar MajuYusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung; Remadja RosdakaryaZulkifli L. 1938. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remadja Karya