peran direktorat jenderal pemasyarakatan
TRANSCRIPT
Oleh: MUQOWIMUL AMAN, Bc.IP, SHDirektur Bina Khusus Narkotika
Latar belakangTerjadi Peningkatan jumlah Warga Binaan
Pemasyarakatan dalam empat tahun terakhir yang diikuti dengan peningkatan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan kasus Narkotika , Hingga bulan Maret 2010 tercatat jumlah WBP secara keseluruhan sejumlah = 129.120 orangWBP Kasus Narkotika sejumlah = 34.849 orang prosentase jumlah WBP Narkotika berbanding dengan WBP umum lainnya adalah berkisar = 27 %kapasitas / daya tampung lapas/rutan = 89.579 orang dan isi sampai dgn bulan Maret 2010 = 129.120 orang sehingga terjadi over capasitas sebesar = 44,14 %
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Total 87.187 92.853 112.740 127.995 130.075 132.372 129.120
Kapasitas 66.891 68.141 76.550 80.298 88.599 88.599 89.579
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Mar-10
Jumlah Narapidana/Tahanan Narkoba 2004 – Maret 2010
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Mar 2010
17.060
21.082
32.067
38.172
38.437
38.427
34,849
1. Kelebihan kapasitas (over capacity) sebesar 44.14%
2. Jumlah napi/tah.narkoba 27%dari ∑ napi/tah.
Kondisi faktual di Lapas dan Rutan di Indonesia
1.Situasi epidemi HIV-AIDS, TB dan IO masih belum dapat dikendalikan dan menjadi penyebab kematian tertinggi di Lapas dan Rutan
2.Masih ditemukannya beberapa kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Lapas dan Rutan di Indonesia
Data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
tahun 2006-2010 terdapat 96 kasus
Jumlah Tersangkanya:a. 40% Narapidanab. 35% Tahananc. 12% Pengunjungd. 13% Petugas
3. Rehabilitasi
4. Pelayanan Sosial
5.Pencegahan
6.Perawatan
IAgar tdk ada penyalahgunaan NARKOBA baru dalam Lapas/Rutan
IIRehabilitasi dan Yansos
IIICegah,=CST
(Care Support and Treatment)
PROGRAM PENDUKUNG7. Penelitian, Pengembangan dan Pengamatan
8. Kerjasama dan Koordinasi Multi Sektoral
1. Penegakan Hukum
2. Bimbingan Hukum
STRATEGI PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN
1. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
2. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Strategi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS dan Penyalahgunaan Narkotika di Lapas/Rutan Tahun 2005-2009.
4. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS dan Penyalahgunaan Narkotika di UPT Pemasyarakatan di Indonesia Tahun 2010-2014.
DASAR KEBIJAKAN
Stranas penanggulangan HIV-AIDS
dan Lahgun
narkotika 2005-2009
LANJUTAN
RAN PENANGGULANGA
N HIV-AIDS DAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
di UPT PAS
2010-2014
ARAH, KEBIJAKAN, STRATEGI, TATA NILAI,
LINGKUP PROGRAM, UKURAN KEBERHASILAN
JAJARAN PAS DALAM
MENGELOLA DAN
MELAKSANAKAN PROGRAM
PENANGGULANGAN HIV-AIDS DAN
LAHGUN NARKOTIKA
RUJUKAN UTAMA
RAN DITJENPAS2010-2014
TARGET
101-139 LAPAS / RUTAN20-25 BAPAS
di20-25 PROVINSISBG PRIORITAS
PELAKSANA PROGRAM
Akses layanan
Jml wbp = 81.886-90.000Atau
62 % dari total wbp Dr jml tsb 94 % nya adalah wbp kasus
narkotika
Lingkup program :1.Bimbingan dan
Gakkum, yansos , TR berkesinambungan
2.Pencegahan , pengobatan dan
perawatan hiv-aids dan io
3.Penelitian, pengamatan dan pengembangan
TargetCapaian
Ran Ditjenpas
2010-2014
Seluruh
WbpPada101-139Upt pasDan 20-25Bapas
Layanan :Gakkum, binkum, KIE,
yansos10 %-20% wbp mengakses layanan terapi medis dan
sosial11 Lapas / Rutan membuka layanan pemeriksaan dan pengobatan : IMS, VCT,
KDS, MK, PTRM, ARV dan IO
MENINGKATNYA K3 dan Kesehatan lingkungan di 50
% dari 101 – 139 Lapas/Rutan Prioritas
Program TR di Lapas dan Rutan
Mencakup 2 (dua) Program yaitu :
1. Program Terapi-Rehabilitasi Medis a. Layanan Kesehatan Dasar b. VCT / PICT c. PTRM d. Layanan kesehatan Lanjutan ( TB-DOTS, terapi ARV, PMTCT, Profilaksis, IMS, IO ) e. Akses Rujukan ke RS Luar Lapas sesuai Protap
2. Program Terapi- Rehabilitas Sosial Dilakukan di Lapas / Rutan melalui berbagai metode/pendekatan ,
diantaranya sebagai berikut : 1. pendekatan kedisiplinan 2. pendekatan keagamaan 3. pendekatan seni dan budaya 4. vocational training ( keterampilan kerja) 5. pendekatan pendidikan, bimbingan dan penyuluhan 6.Pendekatan Rekreasi dan Olah Raga 7. Therapeutic Community (Terapi berbasis komunitas) 8. Metode Criminon 4 Langkah 9. Narcotic Anonymous ( NA) / 12 Langkah 10.Pendekatan Perubahan Perilaku ( Behavior Change
Community ) 11. Perubahan Pola Pikir ( Cognitive Behavior Theraphy) 12. Peer Educater ( Kelompok Dukungan Sebaya) 13. Teraphy ComplementerPilihan atas metode tersebut didasarkan pada kondisi objektif di
Lapas/Rutan masing-masing
Beberapa Program Terapi - Rehabilitasi yang telah dilaksanakan di Lapas dan rutan IndonesiaProgram T & R di Lapas/Rutan terdiri berbagai macam
program diantaranya adalah Program TC & Program Criminon.
Kedua program ini dilaksanakan sebagai program kerjasama antara Ditjen Pemasyarakatan dengan Depsos dan BNN
Telah diimplementasikan sejak Tahun 2004 di 4 Lapas yaitu LPN Banceuy, LPN Pamekasan, LPN Cirebon, dan LPN Jakarta;
Pada tahun 2009 program ini diperluas lingkupnya ke 13 Lapas/Rutan yaitu LPN Lubuk Linggau, LPW Medan, LP Madiun, LP Besi Nusakambangan, LP Denpasar, LPN Bangli, LP Pekalongan, LPN Tanjung, LPW Tangerang, LP Semarang, LP Magelang, dan Rutan Bandung.
Tantangan Dalam Pelaksanaan T&R diLapas/Rutan Indonesia1. Aturan teknis dalam penanganan penyalahguna
narkotika masih belum memadai 2. Struktur organisasi yang diterapkan di Lapas
khusus narkotika masih menggunakan struktur organisasi Lapas Umum sehingga belum dapat mengakomodir kebutuhan
3. sarana fisik, finansial dan perlengkapan yang kurang memadai
4. Terbatasnya pengetahuan dan pemahaman petugas mengenai metode T & R bagi narapidana narkoba;
5. Perbedaan persepsi antar petugas mengenai penekanan fokus, apakah pada keamanan atau pada perawatan/pembinaan terhadap narapidana;
Lanjutan
6. Perbedaan lingkungan budaya antara TR Lapas/Rutan dengan fasilitas pelaksana TR di masyarakat;
7. Terbatasnya waktu untuk melaksanakan metode TR di Lapas/Rutan , sebagai akibat banyaknya program pembinaan lainnya yang ada;
8. Terbatasnya jumlah petugas Lapas/ Rutan ; dan
9. Terbatasnya konselor dan tenaga terlatih lainnya yang ada di Lapas / Rutan
Lanjutan
10. Belum terpisahnya penempatan antara Pemakai, bandar, pengedar dan produsen di Lapas / Rutan
11. Sistem monitoring informasi dan evaluasi belum sepenuhnya mendukung upaya pembinaan narapidana narkotika
12. Koordinasi dan kerjasama dalam pembinaan narapidana narkotika masih belum optimal
Implementasi Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika Dengan mulai berlakunya UU No 35 tahun 2009
maka terhadap Korban penyalahguna hakim dapat menjatuhkan putusan untuk menjalani proses Terapi-Rehabilitasi baik medis atau sosial di Rumah Sakit/lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah.
Kondisi ini merupakan langkah maju mengingat selama ini terhadap korban penyalahguna dihukum dengan pidana penjara dan menjadi beban Lapas/Rutan sementara penanganan pihak Lapas/Rutan sampai saat ini masih belum maksimal.
Kendala dalam penanganan
Masih belum diatur dengan jelas mengenai tanggung jawab terhadap keamanan selama korban penyalahguna menjalani masa Terapi – Rehabilitasi di Rumah sakit atau di Panti Rehabilitasi.
Mekanisme pelaksanaan putusan hakim masih perlu petunjuk lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, khususnya terhadap korban penyalahguna yang menjalani proses Terapi –Rehabilitasi
Untuk sementara diperlukan adanya regulasi terpadu antara para pemangku kepentingan untuk penanganan masalah pelaksanaan penempatan korban penyalahguna di tempat Rehabilitasi.