peran ikhwanul muslimin suriah dalam bidang...

93
PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN 1945-1982 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh: Putri Inggita NIM: 1113022000009 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: nguyenphuc

Post on 11-Apr-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG

SOSIAL DAN AGAMA TAHUN 1945-1982

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh:

Putri Inggita

NIM: 1113022000009

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

LEMBARAN PERNYATAAN

Denganl■ l saya lnenyatakan bahwa:

1.

2.

うD

Skripsi ini mempakan has■ karya asli dari saya sendiri yang dttukan und

memenuhi sdah satu persyaratan ddaln mcmperolch gelar sttana ddan

jettang strata satu(Sl)di Fakuhtt Adab dan H― aniora lJIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Slmiber yang saya gunakall dalЯ m penulisall ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyanfHidayamlah Jakarta.

Jika dikemuditt hari terbukti bahwa karya ini b■ an has■ karya asli saya atau

merupakan hasijiplakan dari karya orallg lam,maka saya bersedia menerim

sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

Page 3: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

PERAN IKHヽVANUL ⅣIUSLIⅣllN SURIAH DALAM BIDANG SOSIALDAN AGAMIA TAHUN 1945-1982

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab danHumaniora

Unftrk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

S a{ana Humaniora (S.Hum. )

Oleh

PutH Inggita

NIMl ll13022000009

' Pembimbing,

NIP 19740530 200501 2 006

PROGRAM STUDISEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUⅣIANIORA

UNIVERSITAS ISLAⅣI NEGERI

SYARIF ⅡIDAYATULLAH

JAICARTA

2018Ⅳ1/1439H

Page 4: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

LEPIBAR PENGESAHAN

Skripsi bettudlll PERAN IKHWANUL MUSLIⅣIIN SURIAIll DALAⅣ I

BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHIJN 1945-1982 telah dittikall dalalll

sidang skripsi Fakultas Adab dan I‐ IumaniOra UIN SyarifHidayatllllall Jakarta pada

7 Maret 2018.SkripJ initelah diterima sebagtt salall satu syarat melllperoleh gdar

Sttana HllmaniOra(S.Hllm.)pada program stlldi SttaralldanPeradaban lslam.

」akada 7 Nfaret 2018

Sidang Skripsi

Ketua Merangkap anggota, S ekertari s Merangkap anggota,

H.Nurhasan,M.A.NIPi 19690724 199703 1 001

Pengtti I,

Anggota.

D∴ Awalia Rahma,PIoA.NIPi 19710621 200112 2 001

Dr.Saiflll Umam,ル I.A.

NIP:19671208199303 1002Pembimbing,

Dr.Zaklya Darojat,M.A.NIPi 19740530 200501 2 006

Pengu-ii [,

Sa'diyah, M.Pd

Page 5: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

i

ABSTRAK

Peran Ikhwanul Muslimin Suriah dalam Bidang Sosial dan Agama Tahun

1945-1982

Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi beraliran Sunni yang membangun

sistem secara komprehensif dan menyeluruh dari segala sisi seperti spiritual,

pendidikan, moral, sosial, dan politik. Ikhwanul Muslimin Suriah (IMS) didirikan

pada tahun 1945 oleh Mustafa al-Siba‟i. Keberadaanya menjadi sinyal bahwa

nilai-nilai Islam terus digalakkan di tengah-tengah gempuran globalisasi dan

sekulerisasi. Organisasi Ikhwanul Muslimin Suriah menjelma menjadi pihak

oposisi bagi pemerintahan Hafez al-Assad tahun 1970. IMS terus menghadang

penguasa Syi‟ah-Alawiyah agar masyarakat Sunni tidak tertindas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran yang

diberikan organisasi Ikhwanul Muslimin kepada masyarakat Suriah terutama

dalam bidang sosial dan agama serta penyebab ketidakberdayaan masyarakat

mayoritas Sunni terhadap pemerintahan minoritas Alawiyah. Metode yang

digunakan ialah metode penelitian sejarah. Metode yang dilalui yakni, heuristik,

verifikasi, interpretasi, pendekatan sosial dan politik, serta penulisan sejarah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa IMS memainkan peranan dalam kehidupan

sosial dan beragama di masyarakat. Contohnya, pendistribusian petani yang tidak

memiliki lahan, koperasi perserikatan pekerja, mempertahankan konstitusi yang

sesuai dengan agama Islam, dan memberikan modal usaha bagi pekerja di bidang

agama. IMS mendapatkan rintangan yaitu perseteruan internal yang berakibat

kegiatan dan gerakan yang digalakkan tidak maksimal. Akan tetapi organisasi

tersebut mencurahkan peran yang konsisten sejak awal berdiri untuk membantu

masyarakat dalam bidang sosial dan agama. Revolusi yang digemborkan IMS

untuk merevilatisasi pemerintahan Suriah harus kandas karena peristiwa al-

Ahdath yang terjadi pada Februari 1982. Meskipun begitu IMS telah menjadi

organisasi yang programnya ada di setiap sisi kehidupan masyarakat Suriah.

Kata Kunci: Ikhwanul Muslimin Suriah, oposisi, Peran Sosial, dan Peran Agama.

Page 6: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur ke hadirat Ilahi Rabbi di atas segala

nikmat-Nya, taufik, dan hidayat yang tercurah kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Atas ridho-Nya, skripsi yang berjudul “PERAN

IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA

TAHUN 1945-1982” dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Shalawat dan

salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Rasulullah SAW,

yang senantiasa menjadi contoh teladan kepada umatnya.

Dengan penuh kelemahan yang dimiliki oleh penulis dalam proses

penelitian ini, tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan,

motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis banyak

menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A., selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

3. Bapak H. Nurhasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyetujui dan

menerima judul skripsi ini sebagai tugas akhir penulis.

4. Ibu Sholikatus Sa‟diyah, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Sejarah

Peradaban Islam, yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan.

5. Ibu Dr. Zakiya Darojat, M.A., selaku Dosen Pembimbing skripsi. Terima

kasih telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, saran, dan

arahan kepada penulis dalam membantu menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

6. Bapak Dr. H. Abdul Chair, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

Terima kasih telah membantu penulis dalam menentukan tema dan judul

proposal skripsi, sehingga penulis mampu melanjutkan pada tahap

berikutnya.

Page 7: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

iii

7. Papah Hasan Kurniawan dan Mamah Yeti Kusniati selaku kedua orang

tua. Terima kasih untuk do‟a yang tidak pernah putus, motivasi, kesabaran,

dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah dicurahkan kepada penulis.

Kepada Aa Tias Harfiansyah yang telah mendukung dan memberikan

bantuan kepada penulis. Teteh Hasti Dibyanti, terima kasih telah

mendukung dan mencurahkan tenaga serta waktunya untuk membantu

penulis selama penelitian ini. Skripsi ini dipersembahkan untuk keluarga

penulis.

8. Sahabat penulis, Dwi Hartanti. Terima kasih karena tidak mengenal waktu

dan tempat terus memberikan bantuan dan motivasi yang tak terkira bagi

penulis.

9. Sahabat perjuangan penulis yakni Karlinda, Fahmi, Lia, Elis, Alfida,

Sania, Yuni, Izmi, Sunnah, Burhan, dan Ilham. Terima kasih telah

menemani penulis pada masa-masa kuliah maupun di luar perkuliahan.

Terima kasih telah menemani perjuangan ini hingga akhir. Tanpa

dukungan, do‟a, dan semangat yang kalian berikan, sangat sulit bagi

penulis untuk sampai pada titik ini.

Terakhir, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi

penulis dan pembaca.

Jakarta, 7 Maret 2018

Putri Inggita

Page 8: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv

DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................... vi

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Permasalahan Penelitian ...................................................................................... 7

1. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7

2. Batasan Masalah ..................................................................................... 8

3. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 9

E. Kerangka Teori ..................................................................................................... 12

F. Metode Penelitian....................................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 16

BAB II: SURIAH DALAM LINTASAN SEJARAH ........................................... 17

A. Demografi Suriah ............................................................................................... 17

B. Suriah Masa Islam .............................................................................................. 19

C. Suriah Masa Protektorat Prancis ...................................................................... 21

D. Suriah Pasca-Kemerdekaan Hingga Pemerintahan Hafez al-Assad ............ 24

BAB III: SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI

REVIVALISME ISLAM ............................................................................................ 31

A. Sejarah dan Berkembangnya Ikhwanul Muslimin Mesir .............................. 31

B. Perkembangan Organisasi Revivalisme di Timur Tengah ............................ 35

1. Yordania ............................................................................................... 36

2. Aljazair ................................................................................................. 37

Page 9: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

v

3. Uni Emirat Arab ................................................................................... 39

4. Sudan .................................................................................................... 40

C. Perkembangan Organisasi Revivalisme Islam di Asia .................................. 42

1. Pakistan ................................................................................................. 42

2. Indonesia ............................................................................................... 43

3. Malaysia ................................................................................................ 45

BAB IV: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG

SOSIAL DAN AGAMA .............................................................................................. 48

A. Sejarah dan Perkembangan Ikhwanul Muslimin di Suriah ........................... 48

B. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Bidang Sosial ............................................ 53

C. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Bidang Agama .......................................... 59

D. Respon Masyarakat Suriah terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin ............ 62

E. Organisasi Ikhwanul Muslimin Suriah Pasca-Peristiwa al-Ahdath ............. 63

BAB V: PENUTUP ...................................................................................................... 68

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 68

B. Saran ..................................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 71

LAMPIRAN................................................................................................................... 76

Page 10: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

vi

DAFTAR ISTILAH

Cuneiform: Atau tulisan Baji adalah tulisan-gambar kuno dengan

simbol-simbol berbentuk kapak yang mulai digunakan

sekitar tahun 3200 sebelum Masehi dan terus dipakai lebih

dari 3000 tahun.

Alawiyah: Sebuah organisasi sektarian yang didirikan pada abad ke-

10, di dalamnya terdapat perpaduan berbagai keyakinan dan

praktik Islam dan non-Islam. Alawiyah mengadopsi

gagasan trinitas ketuhanan dan reinkarnasi. Disebut sebagai

Syi‟ah Alawiyah karena mengambil kepercayaan akan

sistem emansi Tuhan dan mengkultuskan Ali bin Abi

Thalib. Akan tetapi berbeda dari Syi‟ah lainnya, kelompok

Alawiyah percaya bahwa Ali merupakan renkarnasi Tuhan

sendiri dalam sebuas konsep trinitas Tuhan yaitu: Ali adalah

makna atau esensi, Muhammad yang diciptakan Ali sendiri

adalah Ism‟ (nama), dan Salman al-Farisi adalah al-Bab

(gerbang).

FIS: Singkatan dari Front Islamique de Salut. Sebuah organisasi

Islam di Aljazair dan didirikan pada tanggal 10 Maret 1989.

FLN: Singkatan dari Front de Liberation Nationale. Sebuah partai

politik nasionalis di Aljazair yang didirikan tahun 1954.

FSI: Singkatan dari Front Sosialis Islam atau al-Jabha al-

Islamiyyah al-Istikhariyyah. Sebuah divisi khusus yang

dibentuk Ikhwanul Muslimin Suriah untuk menjalankan

program sosial pada tahun 1949.

ICF: Singkatan dari Islamic Charter Front. Sebuah partai politik

yang didirikan tahun 1964 oleh Ikhwanul Muslimin Sudan

sebagai pengganti partai politik the Islamic Front for the

Constitution.

Page 11: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

vii

IFC: Singkatan dari The Islamic Front for the Constitution.

Sebuah partai politik yang didirikan tahun 1958 oleh

organisasi Ikhwanul Muslimin Sudan.

IME: Singkatan dari Ikhwanul Muslimin Uni Emirat Arab yang

didirikan pada tahun 1974.

IMM: Singkatan dari Ikhwanul Muslimin Mesir yang didirikan

pada tahun 1928.

IMS: Singkatan dari Ikhwanul Muslimin Suriah yang didirikan

pada tahun 1945.

IMY: Singkatan dari Ikhwanul Muslimin Yordania yang didirikan

pada 19 November 1945.

JI: Singkatan dari Jama‟at al-Islami. Sebuah organiasasi Islam

yang didirikan oleh Abu al-A‟la al-Maududi pada 21

Agustus 1941.

Kristen Maronit: Merujuk pada pengikut Gereja Maronit di Lebanon yang

jumlahnya sekitar 22% dari seluruh penduduk Lebanon.

Nama Maronit berasal dari Santo Maronite yang hidup di

akhir abad ke-4.

NIF: Singkatan dari The National Islamic Front. Sebuah partai

politik yang didirikan tahun 1986 oleh Ikhwanul Muslimin

Sudan.

PAS: Singkatan dai Persatuan Islam Se-Malaysia. Sebuah partai

yang didirkan pada tahun 1951 di Malaysia.

Revivalisme Islam: Kebangkitan kembali Islam dalam fenomena sosial, budaya,

dan politik modern sebagai respons terhadap faktor internal

di dunia Islam yaitu kemunduran dan stagnasi sedangkan

faktor eksternal dari kolonialisme Barat. Para pemikir

Muslim mulai mengusulkan ide tersebut pada akhir abad

ke-19 seperti Muhammad Abduh, Ahmad Khan, dan

Jamaluddin al-Afghani.

Page 12: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

viii

Salafiyah: Berasal berasal dari kata salafun yang berarti terdahulu.

Kaum salaf adalah para sahabat nabi, tabi‟in, tabi‟ tabi‟in,

orang-orang yang hidup pada tiga generasi pertama dan

empat imam mazhab. Kaum Salafiyah mengacu pada

metode berpikir yang mengikuti jejak kaum muslimin

periode awal Islam, dan dinisbahkan kepada orang Islam

yang mengikuti cara berpikir seperti ini.

Tarekat: Artinya jalan, petunjuk, dan cara. Tarekat adalah organisasi

yang dipimpin oleh Syaikh pembimbing, untuk

mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui dzikir-dzikir

dan cara-cara lain yang telah ditentukan oleh tarekat

tersebut

UAR: Singkatan dari United Arab Republic. Persatuan negara-

negara Arab yaitu Mesir, Suriah, dan Yordania dari tahun

1958 sampai 1961.

Neo-Ba‟ath: Istilah baru untuk mencatat orientasi baru dari Partai Ba‟ath

seperti lebih menekankan kepentingan Suriah daripada Pan-

Arabisme, upaya mobilisasi penduduk pedesaan, perubahan

gerakan yang taktis, dan penerapan cita-cita sosialis. Akan

tetapi ada yang mencatat sebagai akibat kalangan Alawiyah

dan Druze yang berkembang dan menguasai Partai Ba‟ath.

Page 13: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Ikhwanul Muslimin pertama kali didirikan oleh Hasan al-Banna

di Mesir pada tahun 1928.1 Beliau bersama dengan enam rekannya, yaitu Hafiz

„Abd al-Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fu‟ad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah,

Ismail „Izz, dan Zaki al-Maghribi2 ingin mengajak masyarakat Mesir kembali

pada semangat nasionalisme dan Islamisme pada pemerintahan. Negara Mesir

yang berada di bawah kekuasaan Prancis dengan kedatangan Napoleon Bonaparte

tahun 1798 dan menjadi protektorat Inggris dari tahun 1882 sampai 1922,

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat Mesir dengan

ketergantungan ekonomi kepada Inggris dan paham sekuler.3 Mesir merdeka dari

Inggris secara resmi tahun 1922 namun pengaruh Inggris terus berlanjut karena

kepentingan politik dan ekonomi (Terusan Suez). Pemerintahan Mesir yang

cenderung sekuler dan pengaruh imperialis Inggris ini melatarbelakangi pendirian

organisasi Ikhwanul Muslimin Mesir.

Pemerintahan Mesir pasca kemerdekaan lebih didominasi oleh golongan

sekuler dan liberal. Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin ingin

mengembalikan negara Mesir sebagai negara Islam.4 Berbeda dengan gerakan

Salafiyah5 dan Tarekat

6 yang berorientasi pada dakwah keagamaan saja, maka

1 Barbara H. E. Zollner, The Muslim Brotherhood Hasan al-Hudaybi and Ideology, (New

2 Zakariya Hasan Bayumi, al-Ikhwanul al-Muslimun wa al-Jama‟at al-Islamiyah fi al-

Hayat as-Siyasiyah al-Misriyah 1928-1947, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1978), h. 81. 3 Annete Ranko, The Muslim Brotherhood and its Quest for Hegemony in Egypt State-

Discourse and Islamist Counter-Discourse, (Hamburg: Springer VS, 2015), h. 43. 4 Hasan Isma‟il al-Hudhaibi, Ikhwanul Muslimin Mengajak bukan Menghakimi,

(Bandung: Pustaka, 1984), h. 194. 5 Salafiyah berasal dari kata salafun yang berarti terdahulu. Kaum salaf adalah para

sahabat nabi, tabi‟in, tabi‟ tabi‟in, orang-orang yang hidup pada tiga generasi pertama dan empat

imam mazhab. Kaum Salafiyah mengacu pada metode berpikir yang mengikuti jejak kaum

muslimin periode awal Islam, dan dinisbahkan kepada orang Islam yang mengikuti cara berpikir

seperti ini. Soekma H. Karya, Ensiklopedia Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1996), h. 119-120. 6 Thariqat atau tarekat artinya jalan, petunjuk, dan cara. Tarekat adalah organisasi yang

dipimpin oleh Syaikh pembimbing, untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui dzikir-

Page 14: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

2

organisasi Ikhwanul Muslimin berorientasi bahwa seluruh sisi dan bidang

kehidupan harus kembali kepada al-Qur‟an dan Sunnah. Organisasi Ikhwanul

Muslimin Mesir membangun sistem yang komprehensif dengan memperhatikan

sisi spiritual, pendidikan, moral, sosial, dan politik.7 Pertumbuhan anggota

Ikhwanul Muslimin sangat pesat. Pada tahun 1936 beranggotakan 800 orang

sedangkan pada tahun 1948 lebih dari 2 juta orang.8 Ikhwanul Muslimin Mesir di

bawah kepemimpinan Hasan al-Banna mempunyai tujuan operasional yaitu anti-

Barat, anti-kolonial, menghilangkan pengaruh Inggris, tradisi, dan nilai-nilai yang

melenceng dari umat muslim.

Ikhwanul Muslimin (selanjutnya disingkat dengan IM) merupakan gerakan

yang mengakar di Mesir. Akan tetapi pada pertengahan abad ke-20, IM mulai

menyebar ke berbagai negara-negara di Timur Tengah lainnya seperti Suriah,

Yordania, Palestina, Irak, Uni Emirat Arab, Lebanon, Bahrain, Aljazair, Tunisia,

Sudan, dan Somalia. Pengaruhnya juga berkembang di wilayah Asia, Australia,

dan Eropa. Saat ini organisasi tersebut mempunyai cabang di 80 negara.9

Penyebaran organisasi ini melalui para pelajar dari negara-negara tersebut yang

belajar di Mesir dan pulang ke negaranya untuk mendirikan organisasi yang sama

di negara mereka. Salah satunya adalah Suriah, di mana IM didirikan oleh para

pelajar. Organisasi Ikhwanul Muslimin Suriah (selanjutnya disingkat dengan

IMS) terbesar kedua setelah Mesir.

Pemikiran dan kesadaran akan kebangkitan Islam mulai muncul kembali

pada tahun 1930-an di kalangan masyarakat Suriah. Masyarakat mulai aktif

membina lingkungan mereka agar politik dan nilai-nilai Islam menjadi pengaruh

yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.10

Masyarakat tersebut secara wilayah

dzikir dan cara-cara lain yang telah ditentukan oleh tarekat tersebut. Totok Jumantoro dan Samsul

Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 239. 7 Yusuf al-Qaradhawi, 70 Tahun al-Ikhwan al-Muslimun; Kilas Balik Dakwah, Tarbiyah

dan Jihad, penerjemah: Mustolah Maufur dan Abdurrahman Husain, (Pustaka al-Kautsar, 1999),

h. 80. 8 The History of Muslim Brotherhood, ( London: 9 Bedford Row International, 2015), h.

9. 9 Special Report The Muslim Brotherhood, The Clarion Project,

http://www.clarionproject.org/sites/default/files/Muslim-Brotherhood-Special-Report.pdf 10

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, (London: Hurst &

Co., 2013), h. 3.

Page 15: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

3

mendirikan yayasan atau asosiasi masing-masing. Penggabungan asosiasi dari

berbagai kota dan peran tokoh pelajar seperti Mustafa al-Siba‟i, inilah yang

menjadi cikal bakal terbentuknya organisasi IMS. Sejak awal berdiri organisasi

tersebut memainkan peranannya di bidang sosial, agama, dan politik untuk

masyarakat.

Organisasi IMS secara resmi didirikan pada tanggal 3 Februari tahun 1945

oleh Mustafa al-Siba‟i, sedangkan negara Suriah sendiri baru menetapkan hari

kemerdekaan mereka pada tanggal 17 April 1946 dari penjajahan Prancis yang

menjajahnya sejak 1922.11

Setelah merdeka, Suriah menjadi negara republik dan

memiliki berbagai macam partai seperti Partai Kurdi, Partai Komunis Arab,

Hizbul Wathan, Partai Ba‟ath, Partai Komunis Suriah-Lebanon, Partai Komunis

Suriah, Gerakan Pembebasan Arab, Partai Sosialis, Partai Reformasi Suriah,

Organisasi Demokratis Suriah, dan Ikhwanul Muslimin. Partai yang banyak dan

beragam juga sebagai refleksi masyarakat Suriah yang terdiri dari Muslim Sunni

sekitar 79%, Druze 3%, Syi‟ah Nushairiyah 8%, sisanya sekitar 10% adalah

minoritas Syiah Jafariyah, Syi‟ah Ismailiyah, Syi‟ah Alawiyah, Syi‟ah Yazidiyah

serta Kristen Ortodoks maupun Protestan, dan Yahudi.12

Banyaknya partai

mengakibatkan pemerintahan yang tidak kokoh sehingga seringkali terjadi kudeta

dan masa jabatan hanya sekitar 2 sampai 5 tahun.13

Pada pemilu pertama kali tahun 1947, IMS menjelma menjadi partai politik

keagamaan satu-satunya yang mengikut pemilu tersebut.14

Kegiatan politik IMS

mengalami pasang surut bergantung pada kebijakan presiden yang duduk di

pemerintahan. Pada tahun 1949, IMS menyatakan bahwa mereka akan

melanjutkan melayani masyarakat Arab dan Islam untuk meningkatkan iman,

budaya, kesehatan, dan keadilan sosial. Lebih lanjut IMS membentuk Front

11

Hafidz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khalifah Yang Hilang, (Bogor: Al-

Azhar Freshzone, 2013), h. 198. 12

Abu Fatiah Al-Adnani, Journey to Damascus, (Surakarta: Granada Mediatama, 2014),

h. 30. 13

Urutan Pemimpin atau Presiden Suriah bisa dilihat dalam lampiran. 14

Joshua Teitelbaum, “The Muslim Brotherhood and the „Struggle For Syria‟, 1947-1958

Between Accomodation and Ideology,” Middle Eastern Studies, Vol. 40, no. 3, (May 2004), h.

137.

Page 16: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

4

Sosialis Islam15

dan program yang menekankan masalah korupsi,

memperjuangkan kesetaraan sosial, hak-hak pekerja, pembatasan kepemilikan

tanah dan pajak, menanamkan kepercayaan kepada Tuhan beserta sedekah, dan

zakat. Pada periode 1950-1960 IMS menjadi organisasi pro-pemerintah. IMS

menjadi organisasi terbesar di masyarakat Suriah yang beraliran Sunni. Pengikut

organisasi IMS tidak hanya golongan mahasiswa tetapi pedagang, ulama, pegawai

kantoran, ibu rumah tangga, dan lain-lainya.

Program-program sosial IMS ditujukan kepada semua kalangan baik

anggota maupun masyarakat umum seperti koperasi khusus pedagang, koperasi

petani, koperasi serikat pekerja, pendidikan gratis bagi buta huruf, perawatan

medis gratis, pendistribusian petani di lahan-lahan pemerintahan, dan swasta. IMS

juga menjadi benteng yang tangguh untuk melawan masuknya ide-ide sekuler,

liberal, dan plularisme di tengah-tengah masyarakat. Menjalankan program

keagamaanya IMS memiliki visi yang jelas yaitu menjaga undang-undang tetap

berdasarkan Islam dan pemimpin negara Suriah seorang Muslim-Sunni. Media

yang berpengaruh dan menjadi senjata ampuh IMS ialah surat kabar yang

diterbitkan sendiri dari tahun 1945 yaitu al-Manar.16

Organisasi IMS mulai terpecah tahun 1964 menjadi dua bagian yaitu sayap

Damaskus yang lebih moderat dan sayap Aleppo yang lebih radikal. Anggota

Damaskus menolak pergantian pemimpin IMS yaitu I‟sam al-Attar yang dilarang

masuk kembali ke Suriah dan mereka memilih untuk menjalankan program yang

sudah ada. Sedangakan anggota Aleppo ingin pemimpin baru dan program yang

lebih militan untuk melawan pemerintah Ba‟ath. Sebenarnya tidak ada perbedaan

yang mencolok dari kedua sayap tersebut, hanya pergesekan tentang program dan

aktivitas organisasi yang cenderung tidak maksimal karena adanya kekosongan

pemimpin IMS pada tahun 1964 hingga 1972. Walaupun secara politik, IMS tidak

matang karena adanya krisis pemimpin. Menurut Alison Pargeter dalam bukunya

yang berjudul The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, perpecahan

15

Front Sosialis Islam atau al-Jabha al-Islamiyah al-Istirakiyyah merupakan divisi

khusus yang dibentuk IMS untuk menunjukkan visi dan misinya serta menjalankan program-

program yang berkaitan dengan sosialisme. 16

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 29.

Page 17: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

5

yang ditimbulkan oleh kedua sayap IMS tersebut tidak pernah ditemukan secara

jelas dan persaingan yang ditimbulkan tidak membuat organisasi IMS berhenti.17

Akan tetapi perbedaan pendekatan antara radikal dan moderat dalam anggota

internal IMS memperlambat program yang akan mereka jalani dibandingkan

dengan organisasi Ikhwanul Muslimin di berbagai negara seperti Tunisia, Libya

dan Mesir. Organisasi IMM lebih bekerja cepat dengan membangun popularitas

mereka dan kepercayaan masyarakat.18

Selama tiga dekade negara Suriah mengalami pasang surut kudeta terhadap

pemerintahan, sampai pada tahun 1971 dimulainya rezim Hafez al-Assad dan

perubahan catur perpolitikan dengan kaum minoritas (Partai Ba‟ath-Syi‟ah

Alawiyah) sebagai penguasa maka Organisasi IMS menjelma sebagai organisasi

oposisi yang melawan pemerintahan.19

Keadaan politik Suriah kembali berkutat

dengan pertentangan antara ideologi Syi‟ah Alawiyah20

(pemerintahan) dan

ideologi Sunnah wal Jama‟ah (mayoritas penduduk Suriah).21

Pada tahun 1970 di bawah pemimpin Abdul Fatah Abu Ghuddah IMS

menyatakan akan fokus pada program dakwah dan sosial.22

Keputusan tersebut

diambil karena bersebrangan dengan pemerintahan Hafiz al-Assad yang semakin

keras dan revolusi partai Neo-Ba‟ath.23

Menurut Mohammad Abu Rumman

17

Alison Pargeter, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, (Beirut: Saqi

Books, 2010), h. 61. 18

Mohammad Abbu Rumman, Islamist, Religion and the Revolution in Syria, h. 28. 19

Mohammad Saied Rassas, “Syria‟s Muslim Brotherhood: Past and Present,” diakses

pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 20.39 WIB, dari http://www.al-

monitor.com/pulse/politics/2014/01/syria-muslim-brotherhood-past-present.html, 20

Alawiyah didirkan pada abad ke-10 merupakan sebuah sektarian yang di dalamnya

perpaduan berbagai keyakinan dan praktik Islam dan non-Islam. Alawiyah mengadopsi gagasan

trinitas ketuhanan dan reinkarnasi. Disebut sebagai Syi‟ah Alawiyah karena mengambil

kepercayaan akan sistem emansi tuhan dan mengkultuskan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi

berbeda dari Syi‟ah lainnya, orang Alawiyah percaya bahwa Ali merupakan inkarnasi Tuhan

sendiri dalam sebuas konsep trinitas Tuhan yaitu: Ali ialah makna atau esensi, Muhammad yang

diciptakan Ali sendiri adalah Ism‟ (nama), dan Salman al-Farisi adalah al-Bab (gerbang). Mahmud

A. Faksh, “The Alawi Community of Syria: A New Dominant Poltical Force,” Middle Eastern

Studies, Vol. 20, No. 2, (April 1984), h. 134-135. 21

Hanna Batatu, “Syria‟s Muslim Brethren,” MERIP Reports, Vol. 12, no. 9, (November

1982), h. 12. 22

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 97. 23

Neo-Ba‟ath merupakan istilah baru untuk mencatat orientasi baru dari partai Ba‟ath

seperti lebih menekankan kepentingan Suriah daripada Pan-Arabisme, upaya mobilisasi penduduk

pedesaan, perubahan gerakan yang taktis, dan penerapan cita-cita sosialis. Akan tetapi ada yang

mencatat sebagai akibat kalangan Alawiyah dan Druze yang berkembang dan menguasai partai

Page 18: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

6

bahwa dari semua gerakan-gerakan Islam di Suriah, IMS merupakan yang tertua

dan mempunyai peran signifikan dalam sejarah politik di sana.24

Organisasi ini

menjadi gerakan oposisi utama dalam pemerintahan Hafez al-Assad. IMS menjadi

role model penting di tengah masyarakat yang dibatasi oleh pemerintah yang

cenderung sekuler.

Pada bulan Juni 1979 aktivitas IMS meningkat dengan mulai menyerang

akademi militer di kota Aleppo dan menyebabkan 23 perwira meninggal dunia.

Sampai awal tahun 1980, IMS berhasil mengambil kontrol kota-kota besar. Untuk

mencegah revolusi yang digalangkan oleh IMS, pemerintahan Hafez

memberlakukan Undang-undang no. 49 pada bulan Juli 1980. UU yang berisi

bahwa menjadi anggota IMS merupakan suatu pengkhianatan dan pelanggaran

hukum dengan hukuman maksimal yaitu hukuman mati. Akan tetapi jika anggota

IMS menyerahkan diri maka hukuman bisa diringankan sampai 5 tahun penjara.

IMS wilayah Aleppo pada masa ini kehilangan 600 anggotanya.25

Menurut

laporan pemerintah sekitar 1.052 anggota IMS menyerahkan diri.26

Setelah

pemberlakuan UU pelarangan, cabang IMS di Damaskus membubarkan diri

dalam gerakan oposisi tetapi berfokus kepada dakwah, sosial, dan pendidikan.

Sedangkan cabang Aleppo tetap meneruskan perjuangannya menentang

pemerintahan.27

Pemerintahan melarang dakwah secara massif dan semua organisasi agama

harus mendaftar ke Pemerintahan Hafez al-Assad, kemudian pertemuan kelompok

agama maupun antar agama dilarang kecuali peribadatan. Pemerintahan yang

didukung oleh militer tersebut membuat IMS menjadi gerakan bawah tanah dan

menghindari urusan politik. Peranan IMS terhadap masyarakat sebagai wadah

aspirasi dan otoritas keagamaan yang lebih diakui dari pada hukum dan hakim

Ba‟ath. Steven Isaac, “The Ba‟ath of Syria and Iraq,” Longwood University, artikel diakses pada

tanggal 8 Februari 2018 pukul 10. 52 WIB, dari

http://www.longwood.edu/staff/isaacsw/Ba'th%20Excerpt.pdf 24

Mohammad Abbu Rumman, Islamist, Religion and the Revolution in Syria, (Jordan:

Friedrich-Ebert-Stiftung, 2013), h. 8. 25

Line Khatib, Islamic and Islamist Revivalism in Syria: The Rise and Fall of

Secularism in Ba‟athist Syria, ( UK: Routledge, 2011), h. 75. s 26

Liad Porat, The Syrian Muslim Brotherhood and the Asad Regime, Crown Center For

Middle East Studies, No. 47, (Desember 2010), h. 3. 27

Mohammad Abbu Rumman, Islamist, Religion and the Revolution in Syria, h. 19.

Page 19: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

7

negara. Akan tetapi IMS mendapatkan hadangan dan pukulan mundur dari

pemerintahan Hafez al-Assad dengan pengeboman kota Hama yang menjadi

markas perlawanan pada bulan Februari 1982. Peristiwa tersebut dikenal sebagai

„al-Ahdath‟ yang menjadi memori luka kolektif bagi seluruh masyarakat Suriah

dan membawa IMS menjadi organisasi bawah tanah yang memerlukan beberapa

tahun untuk bangkit kembali. Beberapa pemimpin dan anggota IMS yang selamat

dari pengeboman banyak yang memilih untuk berlindung dan mencari suaka ke

luar negeri.

Penelitian tentang IMS yang menekankan pada peranannya di bidang sosial

dan agama secara komprehensif sangat kurang karena mayoritas penulisan

cenderung membahas kiprah IMS dalam dunia politik atau sejarahnya saja.

Penelitian ini ingin memaparkan bahwa organisasi tersebut berkeinginan untuk

membangun masyarakat Suriah yang mayoritasnya Muslim Sunni untuk bangkit

secara mental dan spiritual serta menitikberatkan kontribusi IMS.

B. Permasalahan Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, setidaknya

terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, di antaranya adalah:

a. Masuknya dan berkembangnya ideologi IMM dan pembaharuan Islam di

beberapa negara termasuk Suriah.

b. Kemunculan IMS dan peranannya dalam bidang sosial dan agama

c. Kebijakan pemerintahan Hafez al-Assad tahun 1970.

d. Perubahan setting politik Suriah yang menjadikan IMS dan masyarakat

Sunni sebagai oposisi pemerintahan.

e. Peristiwa al-Ahdath pada tahun 1982, yang menghancurkan organisasi IMS

dan kekalahan telak bagi masyarakat pendukung oposisi.

Page 20: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

8

2. Batasan Masalah

Dari sejumlah identifikasi masalah di atas agar penelitian ini tidak terlalu

luas, maka penulis akan memberi batasan pada permasalahan yaitu setting politik-

sosial Suriah yang terus tidak stabil sehingga organisasi IMS menjadi oposisi

yang dicekal dan dilarang oleh pemerintahan Hafez al-Assad. Tetapi peranan IMS

sejak didirikan pada tahun 1945 sampai 1982 pada bidang sosial dan agama

sangat dibutuhkan dan kehadirannya sebagai wadah pemersatu masyarakat Sunni.

Penelitian akan berfokus program-program IMS yang dihadirkan pada bidang

sosial dan agama.

3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini lebih memfokuskan

tentang peranan IMS pada bidang sosial dan agama terhadap masyarakat pada

masa pemerintahan Hafez al-Assad, yang merupakan golongan minoritas yaitu

Syi‟ah-Alawiyah. Maka perumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana latar belakang terbentuknya Ikhwanul Muslimin sampai menjadi

organisasi sosial keagamaan di Suriah?

2) Apa peran IMS di bidang sosial dan keagamaan?

3) Bagaimana nasib pengikut IMS setelah peristiwa al-Ahdath?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih tentang peranan

Ikhwanul Muslimin Suriah dalam bidang agama dan sosial di masyarakat sejak

berdiri tahun 1945 hingga 1982, mengetahui kondisi sosial-politik Suriah masa

Hafez al-Assad terhadap organisasi Sunni ini dan mengetahui transformasi

organisasi Ikhwanul Muslimin.

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan kesejarahan yang

berkaitan tentang peranan organisasi Ikhwanul Muslimin Suriah masa

pemerintahan minoritas Syi‟ah yaitu Hafez al-Assad dan memberikan sumbangan

hasil penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Adab dan Humaniora,

Page 21: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

9

serta jurusan Sejarah Peradaban Islam. Menambah wawasan bagi pengetahuan

Sejarah tentang Timur Tengah khususnya Suriah.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum memulai penelitian, penulis melakukan tinjauan pustaka terlebih

dahulu. Berikut beberapa karya dalam bentuk buku, artikel, majalah, dan video

yang berkaitan dengan judul yang diteliti. Literatur pertama merupakan Dokumen

dari Defense Intelligence Agency dengan berjudul Syria: Muslim Brotherhood

Pressure Intensifies28

, yang dikeluarkan pada bulan Mei 1982 ini berisi tentang

sejarah IMS, pemimpin-pemimpinnya, taktik-taktik untuk menjatuhkan Rezim

Assad sampai peta rute IMS ke Hama. Pada dokumen ini menjelaskan bahwa

Organisasi IMS yang menjadi pihak oposisi untuk menggulingkan Hafez pada

periode 1970-1982 tidak berhasil karena masyarakat terpecah antara pendukung

Alawiyah, pemberontak Hama, dan pengikut Ikhwanul Muslimin.

Selanjutnya pidato Hafez al-Assad pada 7 Maret 198229

setelah peristiwa

pengeboman kota Hama pada 25 Februari 1982. Ia menyalahkan terjadinya

peristiwa tersebut karena aktivitas IMS yang berkedok dalam topeng Islam untuk

membunuh anak-anak, perempuan, dan orang tua atas nama Islam, menodai

masjid-masjid, dan mengubah tempat-tempat suci tersebut menjadi gudang

senjata. Ia mengatakan bahwa IMS menjadi sekutu Amerika Serikat dan

menerima bantuan dana dari luar negeri hanya untuk mengkhianati bangsa Suriah

sendiri.

Artikel selanjutnya yang berjudul The Muslim Brotherhood and the

„Struggle for Syria‟ 1947-1958 Between Accomodation and Ideology karya Joshua

Teitelbaum.30

Di dalam artikel tersebut mencoba menjelaskan sejarah Ikhwan di

28

Defense Intelligence Agency, Syria Muslim Brotherhood Pressure Intensifies, May,

1982. Dokumen diakses pada 22 Februari 2017 pukul 01.45 WIB, dari

https://syria360.files.wordpress.com/2013/11/dia-syria-muslimbrotherhoodpressureintensifies-

2.pdf 29

Pidato Hafez al-Assad tentang "Muslim Brotherhood", 1982,” video diakses pada

tanggal 22 Februari 2017 pukul 02.13 WIB, dari

https://www.youtube.com/watch?v=dTDeGAp8HAs 30

Joshua Teitelbaum, “The Muslim Brotherhood in Syria, 1945-1958: Founding, Social

Origins, and Ideology,” Middle East Journal, Vol. 65, No. 2, pp. 213-233, (2011).

Page 22: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

10

Suriah yang berkembang berbeda dengan rekannya di Mesir, karena tidak lagi

menjadi organisasi politik-hukum. IMS tetap ada dan beraktivitas mengikuti jejak

pendirinya yaitu Mustafa al-Siba‟i. Penelitian ini menggambarkan pada tahun

1960-an, menjadi awal aktivitas IMS melakukan perlawanan terhadap sikap

pemerintahan yang anti-Islam. IMS pada mulanya terikat dalam politik parlemen,

mengirimkan partisipan dalam pemilu sampai memegang kursi di parlemen dan

jabatan menteri. Masyarakat Suriah yang juga terdapat kaum Kristen mulai

khawatir bahwa organisasi ini akan fanatik kekerasan yang akan mempengaruhi

isu-isu politik Suriah seperti di negara Arab, Yordania, Mesir, dan Irak yang

berhubungan negara-negara Barat. Joshua mencoba menjelaskan dengan runtut

bagaimana strategi dan aktivitas IMS. Bisa dikatakan bahwa pada rentang tahun

inilah organisasi tersebut berada di puncak kancah politik Suriah karena setelah

itu rezim Ba‟ath pada 1970-an mulai melarang segala aktivitas IMS. Tema

perjuangan IMS 1947 sampai 1958 dengan perubahan-perubahan ideologi

maupun bentuk dari organisasi itu sendiri.

Artikel selanjutnya berjudul Syria‟s Muslim Brethren karya Hana Batatu,

yang di dalamnya mengulas tentang signifikansi IMS secara sosial, bagaimana

kaitanya dengan struktur sosial Suriah, dan apakah mereka hanya sebuah

fenomena ekspresi yang kebetulan atau organisasi yang mempunyai kekuatan

struktural dasar?.31

IMS diinterpretasi secara ekploratif dengan beberapa

gambaran program dan kegiatan yang jelas dan tajam. Hana Batatu memberikan

gambaran IMS secara saksama pada program-program sosialnya yang menjadi

nilai penting bukan dengan sejarah gerakan IMS yang menyeluruh dan halus.

Literatur selanjutnya buku yang berjudul Ashes of Hama The Muslim

Brotherhood in Syria karya Raphaël Lefèvre.32

Di dalam buku yang terdiri dari 4

bab ini merinci secara komprehensif setiap peristiwa dan kejadian yang terjadi

pada IMS. Buku ini menyediakan evolusi ideologi IMS, konflik politik internal,

dan propaganda IMS terhadap Rezim Ba‟ath. Program dan kontribusi IMS juga

31

Hanna Batatu, “Syria‟s Muslim Brethren,” MERIP Reports, Vol. 12, No. 9, (November

1982). 32

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, (London: Hurst &

Co., 2013).

Page 23: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

11

banyak dibahas akan tetapi tidak fokus dijabarkan dalam satu bab melainkan

menyebar sesuai dengan kronologis sejarah. Karya Raphaël Lefèvre ini sangat

membantu karena ia juga menyajikan struktur sosial dan politik Suriah untuk

membantu merangkai faktor-faktor dari setiap peristiwa dan program IMS.

Artikel The Muslim Brotherhood Prepares for Comeback in Syria karya

Raphaël Lefèvre,33

yang di dalamnya menjelaskan IMS sebagai kelompok oposisi

Suriah yang strategi politiknya bertumpu pada membangun aliansi dengan

kekuatan ideologi agama dan jaringan aktivis untuk penggalangan dana yang kuat

dari dalam negeri maupun luar. IMS didominasi oleh kalangan tua. Akan tetapi

terdapat kalangan muda yang mempunyai potensi lebih dinamis, inovatif, dan siap

melakukan rekonstruksi organisasi IMS bila diperlukan. Penguasa negara yang

dipegang oleh kaum Syi‟ah-Alawiyah sangat waspada akan kebangkitan IMS.

Tantangan bagi organisasi ini menurut Raphaël adalah rekonstruksi struktur

organisasi, basis sosial, dan kebutuhan untuk merangkul serta mendapatkan

kepercayaan kembali dari masyarakat Suriah. Organisasi ini harus benar-benar

siap dan mau untuk merangkul sentrisme ideologi dan karakteristik politik. Pada

akhirnya, ia mengajukan pertanyaan, “ketika rezim Assad turun dan melaksanakan

pemilu, apakah Ikhwanul Muslimin siap untuk memerintah Suriah?.”

Buku The Islamic Struggle in Syria karya Umar F. Abdullah.34

Literatur

tersebut menguraikan Mustafa as-Siba'i, sebagai orang pertama yang meletakkan

dasar-dasar sosial dan politik dari IMS. Penggantinya, I'sam al-Attar, dipandang

“sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam politik Suriah” sehingga

diasingkan pada tahun 1963 oleh Ba‟ath. Krisis kepemimpinan yang

dikembangkan pada tahun 1969 dan 1970 atas penolakan Al-Attar untuk

mendukung ide konfrontasi kekerasan dengan rezim Partai Ba‟ath. Buku ini

mengulas perkembangan IMS dari didirikan sampai tahun 1983, dimana peristiwa

penekanan terhadap organisasi IMS masih berlangsung.

33

Raphaël, Lefèvre, The Muslim Brotherhood Prepares for A Comeback in Syria,

Washington DC: Carnegie Endowment for International Peace, Mei, 2003. 34

Umar F. Abdullah, The Islamic Struggle in Syria, (Berkeley: Mizan Press, 1983).

Page 24: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

12

Buku The Ghost Of Hama, The Bitter Legacy of Syria‟s Failed 1979-1982

Revolution karya Aron Lund,35

di dalamnya menjelaskan tentang pemberontakan

antara rezim Ba‟ath yang merupakan kelompok minoritas tetapi mempunyai

kekuatan politik dengan organisasi oposisi IMS. Revolusi terjadi di kota-kota

Suriah dan pemberontakan terus bergolak di kota Hama sehingga pasukan Hafez

al-Assad memadamkan protes dengan pemboman kota Hama. Sekitar 1.300 warga

sipil menjadi korban pembunuhan dan ribuan orang dipenjara. Peristiwa yang

terjadi antara 1979 sampai 1982 ini menjadi memori kolektif bagi masyarakat

Suriah terutama warga kota Hama karena sampai sekarang rezim al-Assad

melarang peristiwa itu menjadi topik pembicaraan dan diskusi publik bagi rakyat

sipil. Peristiwa tersebut dikenal sebagai „al-Ahdath‟. Buku tersebut juga

menggambarkan peran IMS dalam gerakan sosial di masyarakat Suriah, respon

masyarakat terhadap rezim dan peristiwa al-Ahdath, dan secara umum

pemerintahan Hafez al-Assad.

Buku terakhir berjudul The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition,

karya Alison Pargeter.36

Buku yang terdiri dari enam bab ini menganalisis evolusi

organisasi Ikhwanul Muslimin dan menilai misi dan strategi yang digunakannya

untuk mencapai tujuan mereka selama ini. Selain membahas IMM sejak berdiri,

buku tersebut juga mengulas secara menyeluruh dan tuntas tentang IMS dan

cabang-cabang lainnya di berbagai negara. Pembahasan IMS tentang pergeseran

orientasi menjadi kekerasan pada tahun 1980-an, kemudian kembali menjadi

diplomasi. Menurut Alison, IMS merupakan salah satu cabang yang paling

progresif dan kontroversial.

E. Kerangka Teori

Pada penelitian ini akan menerapkan teori sebagai landasan dari

pembahasan Peranan Ikhwanul Muslimin Suriah dalam bidang agama dan sosial

sejak berdiri tahun 1945 hingga 1982. Teori gerakan sosial dianggap relevan

35

Aron Lund, The Ghost Of Hama, The Bitter Legacy of Syria‟s Failed 1979-1982

Revolution, (Stockholm: Swedish International Liberal Centre, 2011). 36

Alison Pargeter, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, (Beirut: Saqi

Books, 2010).

Page 25: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

13

dengan realitas dan data yang ditemukan peneliti karena Organisasi Ikhwanul

Muslimin dapat dikategorikan gerakan sosial dengan paham aliran revivalis Islam,

solidaritas yang kuat, program-program yang menyeluruh di berbagai bidang, dan

bersama melawan Rezim Ba‟ath. Menurut teori Charles Tilly bahwa Gerakan

sosial menggabungkan tiga macam klaim, yaitu: program, identitas, dan

kedudukan. Klaim program melibatkan dukungan atau penolakan terhadap

tindakan aktual atau yang diajukan oleh objek gerakan. Klaim identitas terdiri dari

pernyataan bahwa gerakan penuntut mempunyai kekuatan terpadu yang harus

diperhitungkan. Klaim kedudukan seperti persamaan kekuatan dengan lawan

politiknya.37

Dalam penelitian ini Ikhwanul Muslimin Suriah dapat dianalisis dan

diuraikan sebagai gerakan sosial yang memiliki dan menggabungkan 3 macam

klaim tersebut.

IMS bukanlah organisasi sosial-keagamaan semata tetapi juga berkiprah

dalam politik Suriah, sehingga bisa dikategorikan sebagai gerakan sosial-politik.

Menurut Tilly dalam buku Sosiologi Perubahan Sosial, bahwa gerakan sosial

politik adalah upaya mengubah stratifikasi politik, ekonomi, dan kelas. Gerakan

ini senantiasa menentang penguasa negara atas nama rakyat yang mempunyai

kekuasaan formal sangat kecil.38

Sebuah gerakan sosial yang tercipta antara

sekelompok masyarakat yang mempunyai ideologi yang sama dan tujuan yang

sama, serta mempunyai lawan dari kelompok yang lebih kecil tetapi memegang

kekuasaan besar. Teori ini bisa diterapkan karena pada dasarnya organisasi

Ikhwanul Muslimin Suriah adalah sebuah gerakan sosial yang tercipta antara

kelompok masyarakat yang mempunyai ideologi dan tujuan yang sama serta

mempunyai lawan dari kelompok yang lebih kecil tetapi memegang kekuasaan

lebih besar.

Menurut Quintan Wiktorowicz dalam bukunya Islamic Activism: A Social

Movement Theory Approach, teori pergerakan sosial sebagai kerangka dan agenda

yang menyatu dapat menyediakan cara penyelidikan yang efektif untuk

37

Charles Tilly, Social Movements, 1768-2004, (London: Paradigm Publishers, 2007), h.

12. 38

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h.

333.

Page 26: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

14

memperluas batas-batas penelitian tentang aktivisme Islam. Aktivisme Islam itu

sendiri merujuk pada gerakan sosial Islam dan dapat diartikan sebagai mobilisasi

perseteruan untuk mendukung kepentingan dan tujuan kaum Muslim.39

Kebangkitan aktivisme Islam karena adanya ketegangan politik di bawah

pemerintahan otoriter sehingga massa tidak memiliki akses politik formal untuk

mengurangi dampak buruk dari proyek modernisasi dan kemerosotan kualitas

hidup. Karena gerakan politik dilarang di bawah rezim otoriter seperti yang terjadi

antara Rezim Ba‟ath yang melarang organisasi IMS, sehingga aktivisme Islam

menjadi kendaraan dan wadah alami untuk ketidakpuasan publik. Organisasi IMS

mulai memperbaiki kebijakan yang salah dengan menggunakan agama.40

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan tahap-tahap sebagai

berikut: heuristik, kritik sumber, interpretasi, pendekatan sosiologis dan politik,

kemudian penulisan sejarah.

a. Heuristik atau pengumpulan sumber mayoritas melalui website seperti

Jstor, Proquest, dan booksc.org yang banyak memuat data e-books, artikel,

jurnal, dan berita yang dapat membantu sebagai sumber penulisan dalam

penelitian ini. Beberapa buku tentang Suriah didapatkan dari perpustakaan

utama dan perpustakaan pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Kritik Sumber. Pada penelitian ini menggunakan dua sumber yaitu sumber

primer dan sumber sekunder tertulis. Sumber primer diunduh via internet

yang sudah dialihbahasakan menjadi bahasa Inggris. Sebagian besar artikel

yang menjadi sumber adalah dari jurnal yang terpercaya maka sedikit

perbedaan fakta yang terjadi antara berbagai sumber. Kritik Intern dilakukan

terhadap semua sumber dengan dibandingkan satu sama lain. Kesalahan

penulisan tahun dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada saat itu,

39

Zakiyah Darojat, Jihad Dalam Sejarah Islam Indonesia Kontemporer (1945-2005);

kajian atas Wacana dan Praksis Jihad Gerakan Sosial, Disertasi, (Jakarta: UIN Syarif

HIdayatullah, 2014), h. 104. 40

Quintan Wiktorowicz, Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach, (Indiana:

Indiana University Press, 2004), h. 4-10.

Page 27: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

15

penulis temukan dari salah satu artikel. Beberapa sumber juga memuat data

angka yang berbeda sehingga penulis harus menganalisis data tersebut.

c. Interpretasi atau melakukan tafsiran terhadap sumber-sumber yang sudah

dibaca sebelumnya dengan objektif tanpa ada kecenderungan memihak atau

mengarahkan sisi subjek sejarah yang sedang diteliti.

d. Pendekatan sosiologi dan politik. Konstruksi sejarah dengan pendekatan

sosiologis dapat dikatakan sebagai sejarah sosial, karena pembahasannya

mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik

berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan, dan status sosial. Secara

metodologi penggunaan sosiologi dalam kajian sejarah bertujuan memahami

arti subjektif dari perilaku sosial, menemukan motif-motif dari suatu

tindakan atau faktor-faktor dari suatu peristiwa, dan upaya pemahaman

kausalitas antara pergerakan sosial dan perubahan sosial. Model pendekatan

Sosiologi yang akan dipakai untuk penelitian ini ialah model sistematis yang

dipergunakan untuk menelusuri sejarah masyarakat dalam konteks

perubahan sosial. Pada penulisan sejarah dibutuhkan penjelasan dan

penelaahan sejarah yang berdasarkan pada analisis political-scientific.

Pendekatan politik akan membantu menjelaskan bagaimana sistem itu

berfungsi, serta perkembangan hukum dan kebijakan-kebijakan sosial yang

meliputi: partai-partai politik, kelompok-kelompok kepentingan,

komunikasi, pendapat umum, birokrasi, dan administrasi.41

Pada penelitian

ini pendekatan politik akan sangat membantu bagaimana politik Suriah yang

didominasi oleh partai Ba‟ath membuat kebijakan dan peraturan yang tidak

menguntungkan bagi Ikhwanul Muslimin.

e. Penulisan Sejarah merupakan proses penyusunan hasil penelitian ke dalam

bentuk tulisan dengan gaya bahasa komunikatif dan menarik. Setelah

langkah-langkah di atas selesai, maka penulis mulai menyusun penelitian ini

dengan judul “Peran Ikhwanul Muslimin Suriah dalam Bidang Sosial dan

Agama Tahun 1945-1982.”

41

Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.

11-18.

Page 28: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

16

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian tengah dan

bagian akhir. Secara sistematis bagian-bagian tersebut akan dibagi menjadi 5 bab

yang di dalamnya akan terdiri dari beberapa subbab untuk membantu merangkai

dan menganalisis permasalahan penelitian ini. Berikut pembagian bab dan

subbab dalam skripsi ini:

Bab I, Pendahuluan. Bagian ini memuat Latar belakang, Identifikasi

Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian,

Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, dan Sistematika Penelitian.

Bab II, Suriah dalam Lintasan Sejarah. Bab ini mencakup Demografi

Suriah, Suriah masa Islam, Suriah masa Protektorat Perancis, dan Suriah pasca-

kemerdekaan hingga masa Hafez al-Assad.

Bab III, Sejarah dan Perkembangan Organisasi Revivalisme Islam. Bab ini

akan membahas Sejarah berdiri dan berkembangnya Ikhwanul Muslimin Mesir,

serta munculnya organisasi berideologi revivalisme Islam di beberapa negara

seperti Yordania, Aljazair, Uni Emirat Arab, Sudan, Pakistan, Indonesia, dan

Malaysia.

Bab IV, Kancah Ikhwanul Muslimin Suriah. Bab ini membahas Sejarah dan

Perkembangan Ikhwanul Muslimin Suriah, menjabarkan Peran IMS dalam bidang

keagamaan dan sosial, respons masyarakat Suriah terhadap IMS, dan Organisasi

Ikhwanul Muslimin Suriah pasca-peristiwa al-Ahdath.

Bab V, Penutup. Bab ini akan berisi kesimpulan dari analisis yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya, saran-saran dan rekomendasi untuk

penelitian lanjutan.

Page 29: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

17

BAB II

SURIAH DALAM LINTASAN SEJARAH

A. Demografi Suriah

Republik Arab Suriah merupakan negara yang terletak di pesisir Laut

Tengah di Asia Barat, berbatasan dengan Turki di sebelah Utara, Irak di sebelah

Timur, Laut Tengah di sebelah Barat dan Yordania di sebelah Selatan. Negara

Suriah luasnya sekitar 185.180 kilometer persegi.42

Ia telah menjadi jembatan

strategis untuk peradaban antara Eropa, Asia, dan Afrika.

Negara ini mempunyai iklim Mediterania yaitu musim dingin yang tetap

kering dan musim panas pada bulan Juli menyentuh 30 derajat celcius. Wilayah

tengah dan utara adalah padang rumput dengan curah hujan 150 sampai 500 mm

per tahun.43

Suriah merupakan negara yang dialiri oleh tiga sungai besar yaitu

sungai Eufrat, Orontes, dan Tigris. Tetapi negara Suriah merupakan negara yang

mengalami kekurangan air secara serius.44

Karena Suriah terlibat hidropolitik

sungai. Sungai Tigris mempunyai makna yang relatif besar karena menjadi garis

batas timur Suriah, sungai Orontes mengalir dari Suriah ke Turki dan Tigris berada

di bawah penguasaan negara Turki.

Sektor pertanian lebih dominan karena sepertiga daratan dipakai menjadi

lahan pertanian. Produksi terigu dan gandum mencapai dua pertiga dari seluruh

produksi. Hasil pertanian lainnya seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tembakau,

kapas, dan zaitun. Sektor industri yang dimiliki seperti minyak, tekstil, makanan,

tembakau, dan penambangan fosfat. Sumber kekayaan alami Suriah yaitu minyak

bumi, fosfat, bijih besi, marmer, aspal, dan tenaga air.

Pada tahun 1946 hanya ada

42

Raymond Hinnenbusch, The Middle East: Edition 13, (Washington DC: Sage

Publications, 2014), h. 765. 43

A. Rapp, “Syria: Can Desert Encroachment Be Stopped?,” Ecological Bulletins, No. 24,

(1976), h. 121.

44 Ewan W. Anderson dan Liam D. Anderson, An Atlas of Middle Eastern Affairs, (New

York: Routledge, 2010), h. 152.

Page 30: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

18

2,8 juta orang yang menempati Suriah. Pada tahun 1985 diperkirakan

mencapai 10,3 juta orang.45

Pada tahun 1975, setengah dari populasi Suriah

berumur di bawah 15 tahun yang artinya signifikansi politik berada di aktivisme

kaum muda.46

Negara Suriah menjadi negara dengan pertumbuhan yang sangat

cepat berdasarkan pada data tersebut. Masyarakat Suriah melakukan urbanisasi

besar-besaran. Pada tahun 1960, 37% dari seluruh masyarakat Suriah tinggal di

kota-kota.

Komposisi penduduk Suriah adalah Arab yang menjadi mayoritas dengan

90,3%, sedangkan Kurdi, Armenia, dan yang lainya hanya 9,7%. Agama yang

dianut oleh penduduk Suriah ialah Muslim Sunni 74%, Alawi, Druze dan sekterian

Muslim lainnya 16%, Kristen 10%, komunitas kecil Yahudi berada di Aleppo,

Damaskus, dan al-Qamishili.

Masyarakat Suriah yang beragam membuat bahasa yang digunakan oleh

masyarakatnya juga beragam seperti Bahasa Arab, Kurdi, Armenia, Aramik,

Circassian, Perancis, dan Inggris. Bentuk pemerintahan Suriah sejak merdeka dari

Prancis adalah Republik. Akan tetapi pada kenyataannya dari tahun 1960-an,

pemerintahan Suriah di dominasi oleh satu partai yaitu Ba‟ath.

Pendapatan negara Suriah 64.7 miliar per dollar dan 5,100 dolar per kapita

pada tahun 2011. Pendapatan terbesar negara Suriah pada sektor minyak dan

pertanian. Lahan yang dipakai untuk pertanian sekitar 29-27% sedangkan untuk

irigasi sebesar 13,330 km persegi. Pertumbuhan masyarakat Suriah berada di

urutan 108 dari seluruh negara-negara.

Negara Suriah terdiri dari beberapa kota yaitu, Damaskus, Bushra, Palmyra,

Aleppo, Hamah, Himsh, Latakia, Raqqa, Deir ez-Zawr, Tartus, dan Suweida. Kota

Damaskus merupakan kota yang paling banyak memiliki 125 monumen dari

berbagai masa sepanjang sejarah kota tersebut. Kota Damaskus ditetapkan sebagai

Situs Peradaban Dunia oleh UNESCO pada tahun 1979.47

Peradaban wilayah

45

Trevor Mostyn dan Albert Hourani, The Cambridge Encyclopedia of The Middle East

and North Africa, (Cambridge: Cambridge University Press, 1988), h. 422. 46

Umar F. Abdullah, The Islamic Struggle in Syria, h. 47

Agus Santosa, World Heritage Nature and Culture Under The Protection of UNESCO,

vol II : North Africa and Middle East, Batara Publishing, Surakarta, 2009, h. 208.

Page 31: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

19

Suriah di mulai sejak tahun 5000 sebelum masehi dan orang-orang Arab Semit

yang telah mendiami Suriah. Berdasarkan penemuan bahwa Kerajaan Semit telah

membangun kota Ebla dan Mari secara bertahap.48

Kota-kota tersebut dan

aktivitasnya tercatat pada lembaran-lembaran tulisan Baji.49

Selama abad kedua

sebelum masehi, negara Suriah dikuasai secara bergantian oleh beberapa bangsa

yaitu bangsa Kan‟an, Funisia, Aram, Mesir, Sumeria, Assyria, Babilonia, dan Het.

Pada tahun 333 SM Suriah tunduk kepada Alexander Agung dari Makedonia.

Setelah itu pada tahun 64 SM, Romawi menyerbu Suriah dan terus berkuasa

sampai 635 Masehi.50

Pada abad 7 Masehi Suriah berada dalam kekuasaan Islam,

secara bertahap penduduk mulai masuk agama Islam dan mengadopsi bahasa Arab

sebagai bahasa utama.

B. Suriah Masa Islam

Setelah berbagai bangsa menulis sejarah di Suriah pada abad ke-7, wilayah

ini menjadi saksi peradaban Islam. Islam pertama kali menyentuh Suriah saat

perang Mu‟tah pada bulan Jumadil Ula 8 Hijriyah. Perang Mu‟tah yaitu perang

antara kaum muslimin dengan Byzantium terjadi karena Harits ibn „Umayr seorang

delegasi dari Rasulullah menuju Basrah dibunuh dengan cara kepalanya

dipenggal.51

Kejadian tersebut melanggar aturan politik internasional sehingga

Nabi Muhammad SAW menyiapkan 3.000 prajurit untuk berperang melawan

Romawi. Kaum muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid berhasil

memenangkan peperangan tersebut. Setelah perang Mu‟tah wilayah Suriah Selatan

berada di bawah Islam.

Suriah secara utuh menjadi wilayah kekuasaan Islam pada masa Abu Bakar

dan Umar bin Khattab. Pada tahun 633 M pasukan muslim menyerang Suriah

48

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam: Damaskus, (Jakarta:

Tazkia Publishing, 2012), h. 17. 49

Tulisan Baji atau Cuneiform adalah tulisan-gambar kuno dengan simbol-simbol

berbentuk kapak yang mulai digunakan sekitar tahun 3200 sebelum masehi dan terus dipakai lebih

dari 3000 tahun. Stephen D.Houston, The Shape of Script: How and Why Writing System Change,

(School for Advanced Research Press , 2012), h. 3. 50

Abu Fatiah Al-Adnani, Journey to Damascus, (Surakarta: Granada Mediatama, 2014),

h. 30 51

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak

Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Kini, (Jakarta: Zaman, 2014), penj. Zainal Arifin, h. 78.

Page 32: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

20

dengan pertempuran kecil sampai berhasil di tahun 655 M. Kaisar Heraklius dari

Romawi yang mengetahui lepasnya Suriah mengirimkan 40.000 tentara dan

berhasil memukul mundur pasukan Muslim sampai di sungai Yarmuk. Di lembah

Sungai Yarmuk peperangan antara kaum Muslimin dengan panglima Khalid bin

Walid dan pasukan Romawi ini terjadi dengan kemenangan jatuh kepada Islam.

Setelah perang Yarmuk seluruh wilayah Suriah telah masuk ke dalam wilayah

Islam.

Suriah memasuki babak baru dalam sejarahnya pada tahun 661 Masehi

sebagai pusat pemerintahan Islam. Mu‟awiyah bin Abi Sufyan yang telah

mendirikan Dinasti Umayyah menempatkan Damaskus menjadi pusat

pemerintahannya. Selama rentang waktu dari 661 sampai 750 Masehi, Damaskus

menjadi ibukota Dinasti Umayyah.52

Salah satu peninggalan Dinasti Umayyah

adalah Masjid Umayyah.

Pada tahun 750 Masehi Dinasti Umayyah berakhir di tangan Dinasti

Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Abus al-Abbas as-Saffah

memilih untuk memindahkan ibu kota dari kota Damaskus di Suriah ke Baghdad

di Irak. Pada tahun 1258 Dinasti Abbasiyah runtuh karena serangan Bangsa

Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.

Damaskus menjadi pusat pemerintahan lagi pada masa Sultan Salah ad-Din

Yusuf bin Ayyub atau Dinasti Ayyubiyah tahun 1187. Salahuddin al-Ayyubi

dengan tentaranya memukul mundur pasukan Salib pada tanggal 2 Oktober 1187

dan membebaskan wilayah Palestina, Mesir, Suriah, dan Yaman.53

Pada abad ke

11-12 Suriah berada di bawah Dinasti Saljuk. Pada abad ke 13 sampai ke-15

berada di bawah Dinasti Mamluk. Pada tahun 1516, Sultan Salim I menaklukkan

Suriah. Setelah itu, selama 400 tahun Suriah menjadi bagian dari Khilafah Turki

Utsmani sampai Perang Dunia I.

Di bawah pemerintahan Dinasti Turki Utsmani (1516-1918), Suriah

bukanlah suatu kesatuan akan tetapi perwujudan dari politik yang terpisah-pisah.54

52

Philip K. Hitti, Syria A Short History, (New York: The Macmillan Company, 1959), h.5. 53

Philip K. Hitti, Syria A Short History, h. 184. 54

Moshe Mo‟az dan Avner Yaniv, Syria Under Assad: Domestic Constraints and Regional

Risk, (New York: Routledge, 2014), h. 10.

Page 33: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

21

Dua sekte minoritas yang mendapatkan semi-independen dari pemerintahan pusat

yaitu Alawiyah di Latakia dan Druze di Gunung Hauran. Akan tetapi pemerintahan

Turki Utsmani pertama kali menguasai Alawiyah pada akhir tahun 1850-an.

Sedangkan Druze pada akhir abad ke-19. Penguasaan terhadap komunitas

minoritas tersebut untuk memperluas identifikasi wilayah negara Turki Utsmani.

Gerakan reformasi (tanzimat) yang dilakukan Turki Utsmani untuk membangun

kerangka politik baru yang di dalmnya tanpa perbedaan agama, membangun

kembali otoritas sultan di provinsi-provinsi, untuk memperbaiki standar hidup, dan

memberikan status yang sama kepada non-Muslim.55

Pada tahun 1914 Perang Dunia I pecah dan Turki Utsmani memihak kepada

Blok Sentral yaitu Jerman, Austria, Hungaria, dan Bulgaria. Pada tahun 1916,

negara Prancis, Inggris, dan Rusia yang tergabung dalam blok sekutu membuat

perjanjian Sykes-Picot.56

Perjanjian itu dibuat untuk membagi wilayah Turki

setelah jatuh di Perang Dunia yang terbagi menjadi wilayah Suriah dan Lebanon

untuk Prancis, wilayah Irak dan Yordania untuk Inggris, dan wilayah

Konstantinopel untuk Rusia.57

Perjanjian inilah yang menyebabkan negara Suriah

berada di bawah protektorat Prancis untuk beberapa dekade selanjutnya.

C. Suriah Masa Protektorat Prancis

Pada abad ke-19 gerakan nasionalis Arab di mulai dan masuk ke Suriah.

Gerakan ini membentuk masyarakat Arab dan objek langsungnya ialah

penggulingan pemerintah Ottoman. Salah satu organisasi yang berpengaruh dari

gerakan dan ide Nasionalis Arab adalah Jami‟ah al-Arabiyah al-Fatat yang

didirikan tahun 1911 di Paris.58

Amir Faisal Husein merupakan anggota dari

organisasi tersebut yang kelak akan menjadi pemimpin nasionalis.

55

Moshe Mo‟az dan Avner Yaniv, Syria Under Assad: Domestic Constraints and Regional

Risk, h. 12. 56

Philip K. Hitti, Syria A Short History, h. 239-240. 57

Douglas A.Philiphs, Modern World Nations: Syria, h. 37-39. 58

Carl Leiden, “Political Instability in Syria,” The Southwestern Social Science Quarterly,

vol. 45, no. 4, pp. 353-360, (Maret 1965), h. 354.

Page 34: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

22

Sejak tanggal 5 Oktober 1918, wilayah Suriah, Lebanon, dan Palestina

menjadi wilayah kerajaan dengan Amir Faisal Husein sebagai raja.59

Pada tahun

1920 dalam Perang Maysalun, pasukan Prancis berhasil menguasai Suriah dan

mengusir Raja Faisal. Kekalahan pada perang Maysalun, masyarakat Suriah

menetapkan hari itu menjadi hari berkabung nasional. Pasca kekalahan Suriah,

pada Konferensi San Remo bulan April 1920 menempatkan Suriah di bawah

mandat Prancis menurut perjanjian Sykes-Picot.60

Mandat diumumkan pertama kali pada tahun 1923 yang di sambut oleh

protes masyarakat Suriah.61

Sistem mandat itu sendiri menyatakan bahwa Prancis

tidak bisa menetap di Suriah tanpa batas waktu. Prancis memulai sebuah projek

modernisasi tata perkotaan di bawah Michael Ecohard untuk menyelamatkan dan

merestorasi monumen kuno yang tersisa dan membentuk sebuah jalur penghubung

antara kawasan kota bersejarah dengan bagian kota modern.62

Negara Prancis

berusaha melestarikan tatanan sosial yang ada, membangun jalan-jalan dan

jaringan komunikasi, dan membangun infrastruktur administratif yang modern.

Prancis juga memacu proses perubahan bagi masyarakat Badui untuk menetap

menjadi petani dan kepala suku menjadi tuan tanah.

Pada tahun 1925, Prancis memisahkan negara Lebanon dari Suriah dan

menjadi negara sendiri.63

Untuk menopang administrasi yang efektif dan

menghambat terjadi gerakan kemerdekaan, Prancis membagi Suriah menjadi

beberapa wilayah etnis dan agama. Beberapa kota yang mendapatkan administrasi

mandiri yaitu, Kota Damaskus dan Aleppo yang mayoritas penduduknya Muslim-

Sunni, dan Kota Latakia yang mayoritasnya adalah masyarakat petani yang

beraliran Alawiyah. Prancis membuka sekolah militer bagi kaum Alawiyah,

sehingga pada masa yang akan datang tentara Suriah dipenuhi dari kaum tersebut.64

59

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam: Damaskus, h. 96. 60

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999),

h. 152. 61

Carl Leiden, “ Political Instability in Syria,” h. 354. 62

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam: Damaskus, h. 209. 63

Michael Adma, Handbooks to the Modern World: The Middle East, (New York: Facts on

File Publications, 1988), h. 137. 64

Jomana Qaddour, “Unlocking the Alawite Conundrum in Syria,” The Washington

Quarterly, Vol. 36, No. 4, (2013), h. 68.

Page 35: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

23

Sedangkan wilayah Druze di bagian selatan Suriah, bagian utara Suriah, dan Eufrat

juga mendapatkan hak otonomi regional. Kebijakan fragmentasi Prancis untuk

Suriah mewariskan isu-isu separatisme. Setiap wilayah mempunyai gubernur

sendiri dan kelompok penasihat Prancis. Sistem politik terpisah dirancang untuk

menghalagi dan menghambat perkembangan identitas nasional Suriah.

Pada masa protektorat Prancis, kota Damaskus yang merupakan ibu kota

Suriah di bagi menjadi empat bagian atau distrik yaitu: pertama, Damaskus tua

yang seluruh wilayahnya dikelilingi oleh dinding-dinding kuno dan merupakan

wilayah tempat tinggal muslim; kedua,wilayah pinggiran utara, barat dan selatan

dari kota tua yang terletar persis di luar tembok kuno dan tempat tinggal bagi umat

Kristiani; ketiga, terkenal dengan sebutan al-Madyan, wilayah yang memanjang

dan sempit setelah penaklukan Turki Utsmani ke Suriah pada abad ke-16. Wilayah

al-Madyan dihuni oleh masyarakat heterogen seperti petani Hawran, Druze, dan

komunitas kecil Kristen; keempat, wilayah dibelakang kota tua sampai lereng

Qaysalun, tempat ini paling terbelakang dan baru diselesaikan pada tahun 1930.

Tempat ini menjadi tempat paling terbuka karena tidak dibatasi oleh dinding-

dinding, merupakan tempat tinggal masyarakat kaya dari berbagai agama dan

perumahan mewah untuk pemerintahan Prancis.65

Dalam satu kota kita bisa melihat masyarakat yang begitu beragam tetapi

diberi sekat antara pemeluk satu agama dengan agama lainnya sehingga yang

terjadi hanya persatuan sesama agama tidak persatuan nasionalis. Jurang budaya

dan sosial semakin lebar di antara kelas atas dengan bawah, dan kalangan

berpendidikan modern atau keturunan Eropa dengan masyarakat lokal yang

tradisional.

Perlawanan Masyarakat Suriah terhadap Prancis yang paling penting terjadi

pada tahun 1925 sampai 1927. Pemberontakan dimulai oleh kaum Druze yang

tidak menerima peraturan kepemilikan tanah yang diterapkan kolonial Prancis.

Pemberontakan yang berhasil itu terdengar sampai kota-kota di Suriah, sehingga

kota Damaskus dan Homs ikut begabung untuk menciptakan gerakan nasional

65

Philiph Khoury, The Modern Middle East: A Reader, (New York: I.B. Taruris, 2009), h.

436.

Page 36: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

24

Suriah. Pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan oleh tentara angkatan udara

Prancis yang memakan korban hingga 6.000 orang dan merusak sebagian kota

Damaskus.66

Dari awal masa protektorat sampai 1946, hubungan antara Prancis

dengan Suriah terus memburuk. Contohnya, perjanjian antara Suriah dan Prancis

tahun 1936 dan Deklarasi Pembebasan Suriah tahun 1943 keduanya tidak berhasil.

Karena tidak ada perjanjian dan kompromi yang bertahan lama di antara kedua

pihak.

Dalam masyarakat Suriah muncul gerakan blok nasional yang

mengupayakan kemerdekaan Suriah dari Perancis. Blok Nasional atau al-Kutla al-

Wataniya didirikan oleh beberapa pemimpin yaitu Saadallah al-Jabari, Ibrahim

Hananu, Jamil Mardam Bey, Hashim al-Atasi, dan Shukri al-Quwatli.67

Prancis

menjanjikan kemerdekaan selama Perang Dunia kedua tetapi tertunda sampai

perang usai. Setelah mendapatkan tekanan dari berbagai negara seperti Amerika,

Rusia, dan Inggris, akhirnya tentara Prancis meninggalkan Suriah dan Lebanon.68

Pada tahun 1946 Suriah mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari Prancis dan

Shukri al-Quwatli sebagai presiden pertama. Setelah merdeka dari Prancis, Bangsa

Suriah berusaha mencari pola dan pemimpin yang ideal bagi seluruh negeri.

Demokrasi yang diselenggarakan untuk memilih pemimpin seringkali dinodai

dengan beberapa kali kudeta.

D. Suriah Pasca-Kemerdekaan Hingga Pemerintahan Hafez al-Assad

Setelah berbad-abad dikuasai bangsa lain, pada tahun 1946 tibalah masanya

negara Suriah dipimpin oleh bangsanya sendiri. Pasca kemerderkaan, Suriah

memiliki banyak partai. Setelah merdeka sampai beberapa dekade selanjutnya,

Suriah menjadi negara yang lemah dan tidak stabil. Bahkan negara Suriah

mendapatkan reputasi sebagai negara yang paling tidak stabil di Timur Tengah.

Pemerintahan yang berkuasa hanya sementara kemudian terjadi kudeta oleh pihak

66

Wiliam Cleveland and Marti Burton, A History of The Modern Middle East,

(Philadelphia: Westview Press, 2009), h. 222. 67

Raymond Hinnenbusch, The Middle East, h. 767. 68

William J. Spencer, Global Studies: The Middle East, (New York: McGraw-Hill, 2009),

h. 172.

Page 37: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

25

militer. Selama kurun waktu 1943 sampai 1963, Suriah memiliki 4 konstitusi dan

20 kabinet yang menjabat.69

Ketika Suriah merdeka, struktur sosial-politiknya ialah sistem

neofeodalisme. Suriah mulai memodernisasi tetapi jalaur utama tradisional tetap

utuh yaitu kota pra-industri lebih dominan dari pedesaan dan masyarakat tetap

dalam segmentasi menjadi komunitas kecil yang kebanyakan tidak memiliki

integrasi satu sama lain dan hanya terintegrasi dengan pemerintahan pusat.

Masyarakat memiliki struktur karaketeristik fragmentasi seperti persaingan antara

keluarga, klan, suku, desa, dan sekte yang relatif mandiri. Pada masa ini elite

pedagang dan tuan tanah Muslim Sunni yang dominan mengendalikan negara dan

pemerintahan pusat.70

Karena struktur sosial-politik Suriah seperti di atas, banyak

partai yang orientasi mereka merangkul kaum minoritas dan pedesaan seperti

Partai Kurdi, Partai Sosialis, dan Partai Ba‟ath. Partai yang paling berhasil

memenangkan kaum minoritas dan menduduki kursi pemerintahan ialah Partai

Ba‟ath.

Partai Ba‟ath (dapat dieja Ba‟th atau Baath) yang artinya kebangkitan. Partai

Ba‟ath didirikan secara resmi oleh Michel Aflaq (1910-1989) seorang Kristiani dan

Salah ad-Din al-Bitar (1912-1980) seorang Sunni pada tahun 1947. Partai Ba‟ath

menjadi kendaraan dari kalangan menengah yang radikal untuk bersaing dengan

penguasa oligarki yang lama. Partai ini merupakan penggabungan aliran politik

nasionalis Arab dan sosialis Arab.71

Slogan partai ini ialah Wahdah, Hurriyah, dan

Ishtirakiyah (persatuan, kebebasan, dan sosialisme) yang menjadi trimurti dari

Pan-Arabisme dunia Arab.72

Pada awalnya partai ini didirikan untuk seluruh warga

negara dan menggambarkan pengikut dari seluruh kalangan sosial. Partai Ba‟ath

yang mengusung nilai-nilai moderat diminati oleh kalangan minoritas maupun

mayoritas.

69

Douglas A. Philiphs, Modern World Nations: Syria, h. 42. 70

Raymond A. Hinnebusch, “Rural Politics in Ba‟athist Syria: A case Study in the Role of

the Countryside in the Political Development of Arab Societies,” The Review of Politics, Vol. 44,

No. 1 (Januari 1982), h. 112-113. 71

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 146. 72

Raymond Hinnenbusch, The Middle East, h. 769.

Page 38: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

26

Ideologi Pan-Arabisme yang diusung partai Ba‟ath mengantarkan negara

Suriah bersatu dengan Mesir (United Arab Republic atau UAR). Namun

persekutuan tersebut tidak berlangsung lama hanya dari 1958 sampai 1961, yang

diakhiri dengan revolusi militer. Setelah berpisah dari Mesir, para tokoh politik

Ba‟ath membangkitkan rasa nasionalisme pada kalangan menengah yang radikal.

Kelaparan merajalela di masyarakat petani sehingga menimbulkan kudeta partai

Ba‟ath pada sistem kekuasaan lama pada tahun 1963. Setelah kudeta hanya ada

satu-satunya partai yaitu Partai Ba‟ath yang mengontrol semua aktivitas politik.

Sejak tahun 1963 terjadi pergantian anggota partai, dan Suriah diperintah

oleh Amin al-Hafez yang memulai sebuah rezim militer. Partai Ba‟ath secara

internal mengalami perpecahan ideologi dari awal yaitu memprioritaskan kesatuan

bangsa-bangsa Arab. Sedangkan bagi kaum muda yang baru masuk lebih tertarik

dengan revolusi dalam negeri Suriah sendiri. Pergulatan internal partai terhadap

ideologi melebar menjadi persaingan antar sekterian Sunni dan kaum minoritas

yang mewakili partai dan militer. Kaum minoritas berhasil mengambil alih partai

dari mayoritas Sunni.

Sebuah fraksi minoritas radikal di bawah pimpinan Salah Jadid melakukan

kudeta internal dalam partai pada Februari tahun 1966. Kudeta tersebut disebut

Neo-Ba‟ath, yang sebagain besar didominasi kaum muda dan kaum pinggiran

pedesaan.73

Terdorong dari ideologi militer dan upaya mendapatkan legitimasi,

kaum radikal ini membantu Palestina untuk memerangi Israel. Pada tahun 1967,

kekalahan menimpa Suriah yang mengakibatkan terlepasnya Bukit Golan dari

teritorial Suriah.

Kekalahan tersebut menimbulkan celah perpecahan di Partai Ba‟ath. Pada

tahun 1970, Hafez al-Assad74

melakukan kudeta terhadap partai dan pemerintahan

73

Alasdair Drysdale, “The Syrian Political Elite 1966-1976: A Spatial and Social

Analysis,” Middle Eastern Studies, Vol. 17, no. 1, pp. 3-30, (1981), h. 4. 74

Hafez al-Assad lahir tanggal 6 Oktober 1930, di Qurhada dari keluarga Alawiyah yang

taat. Hafez mengenyam pendidikan formal ketika Prancis membuka sekolah dasar di desa-desa

terpencil. Pada tahun 1955 M, ia lulus dari sekolah penerbangan di Aleppo dan bergabung dengan

partai Ba‟ath. Karir yang ia bangun berawal dari pegawai rendahan di pemerintahan tahun 1960

hingga menjadi peran utama dalam kudeta tahun 1963. Setelah kudeta Asad menjadi Komandan

pangkat letnan jendral. Pada tahun 1966, Hafez al-Asad meraih posisi Menteri Pertahanan Suriah

dan sekali lagi bersama Salah Jadid memimpin kudeta tahun 1970. Ia meraih kekuasaan tertinggi

Page 39: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

27

Suriah. Kudeta yang dipimpin oleh Hafez al-Assad ini mengantarkan persatuan

dan kestabilan dalam Partai Ba‟ath dan pemerintahan dalam negeri. Hafez

menjadi Presiden Suriah terpilih (hanya satu-satunya kandidat) pada tahun 1971.

Terpilihnya Hafez al-Assad menjadi pukulan berat bagi masyarakat Muslim-Sunni

dan bertentangan dengan konstitusi Suriah tahun 1930, yang mengharuskan

kepala negara adalah seorang muslim-sunni.

Semenjak berkuasa pada tahun 1970, Hafez al-Assad berusaha mengurangi

dominasi aparat partai dan membuka saluran baru melalui militer dan polisi. Yang

lebih penting adalah dominasi kalangan Alawiyah yang hanya mewakili 10% dari

seluruh penduduk tetapi mereka menguasai militer dan partai tersebut. Kalangan

Alawiyah merupakan kekuatan penting dalam partai Ba‟ath dan dalam kelompok

militer yang berkuasa pada tahun 1960-an, mereka menggunakan pengaruhnya

untuk lebih menguntungkan kelompok minoritas dan menyingkirkan perwira

militer non-Alawiyah. Rezim Suriah memiliki kualitas sebagai rezim personal,

fraksional dan sektarian.75

Kontrol rezim terhadap masyarakat melalui tindakan

represif dan kooptasi di berbagai sektor sosial. Lembaga masyarakat sipil seperti,

serikat pekerja yang tadinya untuk koordinasi antar pekerja diubah menjadi

kerangka korporat yang dikendalikan oleh negara.76

Antara tahun 1966 dan 1970, lebih dari 65% keseluruhan komando militer

dan Jenderal terdiri dari orang-orang Alawiyah.77

Sementara tentara Sunni dalam

jumlah masih unggul, tetapi mengisi jabatan dan pangkat yang rendah. Partai

Ba‟ath juga merekrut para pemuda yang berasal dari kalangan menengah,

kalangan bawah, wilayah pedalaman, minoritas Alawiyah, Ismailiyah dan

di Suriah saat usianya 40 tahun dan menjalankan rezimnya selama 30 tahun. Hafez meninggal

pada tanggal 10 Juni 2000 di usia 69 tahun. Reeva S. Simon, dkk, Encyclopedia of the Modern

Middle East, (New York: Macmillan, 1996), h. 239. 75

Rezim Personal ialah pemerintahan yang dikuasai dan dipegang oleh satu orang. Rezim

faksional adalah pemerintahan yang berkuasa terdiri dan didukung oleh golongan atau kelompok

tertentu dari sebuah partai yang mempunyai kepentingan mereka sendiri. Rezim sektarian adalah

pemerintahan yang berkuasa dari golongan atau penganut aliran suatu sekte. Hafez al-Assad

merupakan penguasa personal yang berasal dari satu faksi yaitu Ba‟ath dan merupakan pengikut

dari sekte Alawiyah. B. N. Marbun, Kamus Politik, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007). 76

Armando Salvatore dan Dale F. Eickelman, Public Islam and The Common God,

(Leiden: Koninklijke Brill, 2004), h. 183. 77

Jomana Qaddour, “Unlocking the Alawite Conundrum in Syria,” h. 69.

Page 40: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

28

minoritas Kristen. Para kader partai ini menggantikan pos-pos perwira militer,

dinas pemerintahan, serikat pertanian dan beberapa organisasi pemuda.78

Pada masa Hafez al-Assad, Suriah menjadi negara dengan sistem

presidensial mutlak yang dikukuhkan oleh konstitusi permanen tahun 1973.79

Presiden menjadi komandan tertinggi angkatan bersenjata Suriah, memiliki

kebebasan politik, legislatif dan eksekutif. Dalam konstitusi tersebut agama Islam

tidak disebut dan Hafez menolak untuk mengumumkan secara resmi agama Islam

menjadi agama negara Suriah. Presiden Hafez mengembangkan sebuah

pemerintahan yang mengendalikan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi

rakyatnya. Pemerintahan Suriah di bawah kepemimpinan Hafez al-Assad

bertindak represif terhadap gerakan-gerakan Islam yang dianggap berpotensi

menjadi ancaman bagi kekuasaannya.

Kebijakan Hafez tahun 1976 yaitu mengirim pasukannya ke Lebanon untuk

membantu perang antara Kristen Maronit80

melawan muslim dan orang-orang

Palestina menimbulkan kerusuhan di seluruh Suriah.81

Kebijakan tersebut

melenceng dari ideologi Arab-Islam yang diyakini oleh mayoritas masyarakat.

Pengikut IMS menyerukan jihad melawan Hafez. Perjuangan melawan Hafez

mendapat dukungan dari penduduk kota dan kelompok liberal karena mereka

menyimpan keluhan terhadap korupsi yang meluas di pemerintahan, kondisi

ekonomi yang memburuk, dan penindasan terhadap kebebasan warga sipil.

Aktivitas gerilya IMS terhadap pemerintahan Hafez al-Assad semakin

meningkat pada awal 1980-an dengan menyerang markas militer dan partai Ba‟ath

dan membunuh pejabat Alawiyah. Demonstrasi besar-besaran terjadi di kota

Aleppo, Hama, dan Homs pada bulan Maret 1980, warga dan anggota IMS

78

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999),

h. 161. 79

William J. Spencer, Global Studies: The Middle East, h. 173. 80

Kristen Maronit merujuk pada pengikut Gereja Maronit di Lebanon yang jumlahnya

sekitar 22% dari seluruh penduduk Lebanon. Nama Maronit berasal dari Santo Maronite yang

hidup di akhir abad ke-4. Kemudian para murid dan penikutnya berimigrasi dari Antiokhia ke

Lebanon pada 7 Masehi. Pengikutnya berjumlah sekitar 3 juta orang yang berdiaspora ke berbagai

negara seperti Eropa, Amerika Utara, dan Autralia. Father Steven Hawkes-Teeples S.J., The

Eastern Chrisians and Their Churces, (USA: Knights of Columbus Supreme Council, 2008), h. 9. 81

Moshe Ma‟oz, “Asad‟s Leadership of Syria”, Oriente Moderno, Nouva serie, Annao 12,

pp. 97-105, (1993), h. 103.

Page 41: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

29

menuntut demokrasi yang adil. Namun demonstrasi tersebut kehilangan

momentum setelah satu minggu anggota-anggota IMS diburu, ditangkap, dan

dipenjarakan. Untuk mengambil hati masyarakat Suriah setelah demonstrasi,

pemerintahan Hafez meningkatkan anggaran untuk pendidikan, gaji pegawai

negeri meningkat dan sebuah program besar untuk memperpanjang listrik, obat-

obatan, dan layanan lainnya ke pedesaan.

Pada Januari 1981, IMS menyebarkan program mereka yaitu “Deklarasi dan

Program Revolusi Islam di Suriah”.82

Program tersebut mendapat sambutan yang

bagus dan dukungan di masyarakat luas. Program IMS sangat menyeluruh dan

detail karena membawa ideologi hukum Islam untuk mengatur konstitusional,

hukum, ekonomi, militer, dan pendidikan di Suriah.

Masyarakat Suriah menginginkan perubahan dari pemerintahan Hafez yang

menghapus klausul-klausul Islam dari konstitusi, korupsi yang meluas, pelarangan

partai nasionalis, kekerasan terhadap kebebasan warga negara dalam berpolitik

dan berorganisasi, kebijakan ekonomi yang menyejahterakan penduduk desa

tetapi merugikan penduduk kota, dan keberpihakan pemerintah kepada Alawiyah,

Druze,dan Kristen.

Pada awal Februari 1982, Anggota IMS dan masyarakat umum sekali lagi

melakukan pemberontakan dan menyerang pusat rezim di kota Hama, mereka

berhasil menduduki kota selama sepuluh hari. Hafez al-Assad yang merasa

terancam pemerintahannya, memerintahkan untuk menjatuhkan bom ke kota

Hama yang dikuasai oleh pemberontak. Akibat bom tersebut ribuan orang

termasuk wanita dan anak-anak yang tidak bersalah meninggal terbunuh karena

sang penguasa ingin mempertahankan kekuasaannya. Setelah peristiwa tersebut

tidak ada rekonsiliasi antara Hafez dan IMS. Pemerintahan Hafez al-Assad

dilegitimasikan oleh masyarakat mayoritas Muslim-Sunni termasuk kalangan

intelektual sekuler sebagai pemerintahan yang gagal dan pemimpin militer

Alawiyah yang tidak sah. Respon kejam dari rezim Hafez al-Assad terhadap

pemberontakan yang ingin menggulingkannya dari kekuaasaan membuat IMS

82

Thomas Meyer, “The Islamic Opposition in Syria, 1961-1982,” Orient 24, (1983), h.

599.

Page 42: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

30

hancur dan terpecah. Membutuhkan waktu dan program yang baru untuk

organisasi IMS bangkit setelah bom Hama tersebut.

Demikian pembahasan tentang Suriah dalam lintasan Sejarah. Pada bab

berikutnya akan diuraikan tentang Sejarah serta perkembangan Ikhwanul

Muslimin di Mesir serta perkembangan organisasi revivalisme Islam di beberapa

negara Timur Tengah seperti Yordania, Aljazair, Uni Emirat Arab, dan Sudan.

Beberapa negara Asia yang mayoritas beragama Islam seperti, Pakistan,

Indonesia, dan Malaysia.

Page 43: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

31

BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI

REVIVALISME ISLAM

A. Sejarah dan Berkembangnya Ikhwanul Muslimin Mesir

Organisasi Ikhwanul Muslimin Mesir (selanjutnya ditulis IMM) tumbuh

pada masa pengaruh imperialisme negara Inggris yang telah merasuki dan

merusak negara Mesir dalam skala besar. Contohnya, cara hidup orang Inggris

yang bertentangan dengan ajaran al-Qur‟an, pemerintahan kolonial Inggris

menghancurkan otoritas negara, dan kapitalis Inggris menumbangkan ekonomi

negara Mesir. Segelintir masyarakat mulai resah dengan pengaruh Inggris yang

menjauhkan ajaran agama Islam dari umatnya. Dari kondisi seperti inilah muncul

seorang Hasan al-Banna yang ingin mengajak bangsanya untuk bangkit dan

menerapkan agama Islam dalam kehidupan mereka secara kaffah.

Syaikh Hasan Ahmad „Abd ar-Rahman al-Banna83

mendirikan Organisasi

IMM secara resmi pada bulan Dzul Qa‟dah 1347 H atau bulan April 1928 M di

Ismailiyah.84

IMM menjadi gerakan paling luas dan paling kuat bagi umat Muslim

pada abad ke-20. Hasan al-Banna dengan IMM menyebarkan pemurnian prinsip-

prinsip Islam dan seruan kembali kepada Shari‟ah. IMM menyebarkan sebuah

ideologi dasar yang ditunjukkan untuk membebaskan masyarakat, menghasilkan

ekonomi yang produktif, dan masyarakat Islam yang stabil secara politis.

Menggunakan al-Qur‟an sebagai sumber-sumber ideologi, IMM sering

menyerukan ideologi mereka di tempat-tempat umum. Di masjid-masjid IMM

83

Hasan al-Banna lahir pada tanggal 14 Oktober 1906 atau 25 Sya‟ban 1324 H di

Mahmudiyyah, Buhairah. Pada usia remaja, beliau berhasil menghafal al-Qur‟an dan belajar di

beberapa majelis. Pada tahun 1920 beliau lulus dari Darul Mu‟alimin di Damanhur kemudian

belajar kembali di Universitas Darul Ulum di Kairo. Setelah lulus pada tahun 1927, Hasan al-

Banna menjadi guru di kota Isma‟iliyah. Pada usia 22 tahun, beliau mendirikan Ikhwanul

Muslimin dan mengembangkan organisasi tersebut sampai akhir hayatnya. Hasan al-Banna

dibunuh saat berusia 43 tahun, pada tanggal 12 Februari 1949 M di kota Kairo. Karya Hasan al-

Banna yang monumental seperti Muzdakkirat al-Dakwah wa Da‟iyyah (Catatan Harian Dakwah

dan Da‟i) dan Majmu‟ah Rasail (Kimpulan Surat-Surat). Henry Mohammad, Tokoh-tokoh Islam

yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), h. 262-265. 84

Zakariya Hasan Bayumi, al-Ikhwanul al-Muslimun wa al-Jama‟at al-Islamiyah fi al-

Hayat as-Siyasiyah al-Misriyah 1928-1947, h. 81.

Page 44: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

32

sering mengisi ceramah, khutbah, pusat-pusat kajian Islam sebagai rangka

mobilisasi.85

Selain itu warung kopi dan pasar juga menjadi tempat paling efektif

untuk menyebarkan ideologi mereka.

Dakwah IMM dikonsentrasikan pada aspek-aspek Islam yang terabaikan

secara sengaja atau tidak seperti negara, umat, jihad, ekonomi, kebudayaan,

pendidikan, pemikiran, hukum, dan lain-lainya. IMM menyerukan pembentukan

pemerintahan Islam, penataan perekonomian yang selaras dengan syari‟ah,

prinsip sosialis, reformasi moral, dan pendidikan.86

Kebangkitan Islam kembali

bukan hanya misi defensif untuk menyelamatkan masyarakat Muslim dari Barat,

melainkan sebuah tawaran untuk membawa umat manusia yang tersesat kembali

kepada jalan yang benar. Seruan IMM ialah “Budaya dan Peradaban Islam yang

lebih pantas diadopsi daripada filsafat materialistik Eropa. Beberapa kegiatan

yang dilakukan IMM di antaranya adalah: 1) membangun lingkungan yang dekat

dengan masjid; 2) menciptakan institusi pendidikan yang menawarkan kursus

agama dan literasi; 3) rumah sakit kecil dan apotik untuk umum; 4) perusahaan

industri kecil dan komersial, yang dirancang untuk menyediakan lapangan kerja

serta pendapatan bagi organisasi; dan 5) klub-klub sosial yang sesuai dengan

kebutuhan anggota dan masyarakat umum. IMM mempunyai program penerbitan

berskala besar seperti buku, majalah, pamflet, dan lain-lainnya.87

Berdasarkan sejarah pergerakannya IMM di bagi menjadi tiga periode88

yaitu: pertama, awal mula tumbuh dan berkembang (1928-1939). IMM muncul

dari kekacauan politik dan berkembang menjadi gerakan anti-Inggris yang

berpusat pada Islam. Pada masa muda, pemikiran al-Banna selaras dengan

pemikiran ulama yang berideologi anti-Barat dan mengembangkan jaringan

mereka. Setelah mendapatkan reputasi bahwa beliau seorang aktivis dan

mengembangkan pengikut yang sama pemikirannya maka didirikanlah IMM.

85

Zakiyah Darojat, Jihad Dalam Sejarah Islam Indonesia Kontemporer (1945-2005);

kajian atas Wacana dan Praksis Jihad Gerakan Sosial, h. 110. 86

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 120. 87

Abd al-Monein Said Aly dan Manfred W. Wenner, “Modern Islamic Reform

Movements: The Muslim Brotherhood in Contemporary Egypt,” Middle East Journal, Vol. 36,

No. 3, pp. 336-361, (1982), h. 338-340. 88

Rupe Simms, “Islam Is Our Politics: A Gramscian Analysis of the Muslim Brotherhood

(1928-1953),” Social Compas, Vol. 49, pp. 563-582, (2001), h. 570-573.

Page 45: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

33

Hasan al-Banna menyebarkan ideologi dengan mengunjungi tempat-tempat

publik, masjid sampai menjadi pembicara publik, dan jurnalis untuk

mengembangkan IMM. Pada periode ini, pengikut IMM telah terbagi menjadi

kelompok yang mengorganisir masjid, sekolah, klinik, dan kerja sama antar

anggotanya. Pada bulan Oktober 1932, al-Banna pindah dari Isma‟iliyah ke Kairo

untuk mengembangkan dakwahnya.89

Muktamar pertama kali dilakukan pada

tahun 1933.

Kedua, ekspansi (penyebaran) dan penganiayaan (1939-1945). Organisasi

ini memasuki fase kedua yaitu mengalami perkembangan pesat, peningkatan

organisasi, dan aktivitas politik. Pada tahun 1939, IMM telah mendirikan sekitar

500 cabang di seluruh Mesir. Perkembangan yang paling penting ialah IMM

berhasil masuk ke Universitas Faud dan al-Azhar di Kairo, kalangan menengah

dan atas juga begabung dengan organisasi tersebut. Perdana Menteri (selanjutnya

ditulis PM) Husein Sirri Pasha (1894-1960) yang menjabat tahun 1940 mulai

menyerang organisasi IMM dengan menyita surat kabar IMM dan mesin

cetaknya, serta menangkap para pemimpinnya termasuk al-Banna sendiri. Tetapi

setelah Mustafa an-Nahhas Pasha naik menjadi PM tahun 1942, IMM dilepaskan

kembali.

Ketiga, penyiksaan dan kebangkitan (1945-1952). Pada tahun 1945, Hasan

al-Banna memberikan ultimatum kepada PM Mahmoud an-Nuqrashi Pasha yaitu:

“Apakah PM akan mengusir Inggris atau Hasan al-Banna akan memimpin

negara Mesir dalam jihad?”90

Konflik antara IMM dengan pemerintahan semakin

meningkat pasca kekalahan Mesir dari Israel saat berusaha membebaskan

Palestina. Pengalaman pasukan IMM dalam berperang membuat posisi PM an-

Nuqrashi terancam revolusi. Pada tanggal 8 Desember 1948, PM an-Nuqrashi

membubarkan seluruh cabang IMM, menyita dokumen, uang, mesin-mesin cetak,

dan menahan semua anggota. Pada tahun 1949, Hasan al-Banna dibunuh oleh

orang tidak dikenal. Pengikut yang lolos dari penjara ataupun pembunuhan

89

Zakariya Hasan Bayumi, al-Ikhwanul al-Muslimun wa al-Jama‟at al-Islamiyah fi al-

Hayat as-Siyasiyah al-Misriyah 1928-1947, h. 85. 90

Rupe Simms, “Islam Is Our Politics: A Gramscian Analysis of the Muslim Brotherhood

(1928-1953),” h. 571.

Page 46: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

34

mengalihkan gerakan IMM menjadi gerakan bawah tanah. Pencabutan larangan

organisasi IMM dilakukan berangsur-angsur setelah terpilihnya PM Mustafa an-

Nahhas Pasha tahun 1950. Anggota IMM bersatu dengan Gamal Abdul Nasser

untuk menumbangkan Raja Farouq pada tanggal 23 Juli 1952. Negara Mesir

secara resmi menjadi negara republik tahun 1953 setelah kudeta tersebut.

Setelah revolusi 1952, hubungan antara IMM dan Pemerintahan Mesir

berkembang melalui beberapa tahap yaitu: 1) periode antara bulan Juli 1952 dan

Maret 1954 merupakan tahap konsiliasi di antara keduanya. Pemerintahan mulai

membuka investigasi resmi untuk mencari pembunuh Hasan al-Banna dan

kegiatan keagamaan IMM bisa dilanjutkan kembali. 2) periode 1954-1970 adalah

periode ketegangan dalam hubungan IMM dan pemerintah. Pada tahun 1954,

enam anggota IMM disidang dan dijatuhi hukuman seumur hidup dan ribuan

anggota dipenjara tanpa proses pengadilan. Pada tahun 1964, Nasser memberikan

amnesti umum untuk membebaskan semua anggota IMM. Akan tetapi pada tahun

1965, sekali lagi IMM dituduh merencanakan penggulingan Nasser sehingga

banyak anggota ditangkap. Pada bulan Agustus 1965, tiga pemimpin utama IMM

digantung. 3) periode 1970-1981 ialah masa IMM mendapatkan izin untuk

berperan kembali dalam kehidupan politik Mesir.91

Selain Hasan al-Banna terdapat beberapa tokoh IMM yang terkenal yaitu:

tokoh yang pertama, Sayyid Quthb (1906-1968) yang terkenal dengan karyanya

yaitu al-Adalah al-Ijtima‟ayah fi al-Islam 1948 (Keadilan Sosial dalam Islam),

Tafsir Fi Zilal al-Qur‟an (Dibawah bayang-bayang al-Qur‟an) Ma‟arakat al-

Islam wa al- Ra‟sumaliyah 1951 (Pertarungan antara Islam dan Kapitalisme), dan

al-Salam al-A‟lami wa al-Islam 1951 (Perdamaian Dunia dan Islam).92

Pemerintahan Gamal Abdul Nasher pada tahun 1954 memutuskan untuk

membubarkan IMM. Para pemimpin IMM ditangkap, dipenjara, dan dihukum

mati. Sayyid Quthb termasuk salah satu pimpinan IMM yang dijatuhi hukuman

selama 15 tahun penjara. Pada tahun 1964 melalui bantuan Presiden Irak, Abd al-

91

Abd al-Monein Said Aly dan Manfred W. Wenner, “Modern Islamic Reform

Movements: The Muslim Brotherhood in Contemporary Egypt,” h. 342. 92

John L. Espasito, Islam and Politics, (New York: Syracuse University Press, 1987), h.

133.

Page 47: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

35

Salam Arif, beliau dibebaskan dari penjara. Akan tetapi setelah beberapa bulan

kemudian, Sayyid Quthb kembali ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung pada

akhir Agustus 1966 dengan tuduhan melakukan makar terhadap pemerintahan

Nasser.

Tokoh yang kedua, Dr. Hasan Isma‟il Hudaibi ( 1891- 1973) menggantikan

posisi Hasan al-Banna setelah pembunuhan sebagai mursyid‟am (pemimpin

utama). Beliau berprofesi sebagai hakim selama 20 tahun dan dikenal sebagai

sosok yang anti kekerasan dan toleran. Akan tetapi sikapnya berubah karena

desakan politik yang membawa IMM bersebrangan dengan pemerintahan Nasser.

Hudaibi tercatat menjadi salah satu tokoh yang merumuskan konsep gerakan

politik IMM. Beliau menulis buku karyanya berjudul Du‟at la Qudhat (Mengajak

bukan menghakimi) pada bulan Februari 1969 dan diedarkan diantara anggota

IMM di penjara. Dalam bukunya tersebut, beliau menuliskan pokok-pokok

pemikirannya dan konsep kepemimpinan dan negara Islam yang dicita-citakan

oleh IMM. Buku tersebut didistribusikan secara luas sampai tahun 1977 dan

diizinkankan kembali edarannya setelah kematian Gamal Abdul Nasser.93

IMM mempunyai sikap yang jelas yaitu persatuan nasional, persatuan Arab,

dan persatuan Islam.94

IMM menggangap bahwa di antara ketiganya tidak

bertentangan tetapi justru saling melengkapi. Setiap anggota diwajibkan bekerja

pertama untuk negerinya, kedua bangsanya, dan yang ketiga bagi agamanya yaitu

Islam. Karena ideologi tri kesatuan inilah IMM bisa berkembang dan diterima

oleh umat muslim di berbagai negara.

B. Perkembangan Organisasi Revivalisme Islam di Timur Tengah

Hasan al-Banna gencar mensosialisasikan ideologi revivalism Islam yang

diusung IMM di Universitas al-Azhar. Beliau memandang bahwa al-Azhar

menjadi titik penting dan pertemuan kaum pelajar, ulama, dan lembaga-lembaga

pendidikan. Ketika al-Azhar menjadi markas bagi anggota IMM, maka

93

Carrie Rosefsky Wickham, The Muslim Brotherhood: Evolution of an Islamist

Movement, (New Jersey: Princeton University Press, 2013), h. 29. 94

Yusuf al-Qaradhawi, 70 Tahun al-Ikhwanul al-Muslimin Kilas Balik Dakwah, Tarbiyah

dan Jihad, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999). h. 129.

Page 48: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

36

perkembangan dan penyebaran ideologi semakin luas ke berbagai negara. Karena

pelajar yang menuntut ilmu membawa pulang bibit ideologi revivalisme Islam ke

negaranya masing-masing. Pembentukan organisasi di berbagai negara tidak

semuanya mencetak persis seperti organisasi IMM. Banyak yang secara langsung

memakai nama Ikhwanul Muslimin dan menjadi cabang resmi. Akan tetapi juga

terdapat oganisasi yang mengusung konsep revivalisme Islam yang sama dengan

IMM. Beberapa cabang IMM dan organisasi revivaslisme Islam di negara-negara

seperti:

1. Yordania

Organisasi Ikhwanul Muslimin di Yordania (selanjutnya ditulis IMY)

didirikan pada 13 Ramadhan 1364 H yang bertepatan dengan 19 November 1945

M oleh H. Abd al-Latif Abu Qurah.95

IMY mendeklarasikan dan menyebarkan

organisasinya melalui koran Al-Jazirah no. 1074 tahun 1945. Pada tahun 1953 M,

IMY menjadi lembaga Islam yang bersifat umum, menyeluruh dan bukanlah

partai politik maupun yayasan sosial. Perubahan terjadi setelah penyusunan

AD/ART IMY yang baru.

IMY mempunyai tujuan dan corak sendiri sesuai dengan kebutuhan

masyarakat Yordania, yaitu: pertama, mengkosentrasikan upaya untuk

memperbaiki akhlak individu dan dakwah. Kedua, memberikan perhatian khusus

kepada pendidikan. Ketiga, tidak ada halangan bagi anggota IMY untuk ikut serta

dalam sistem-sistem pemerintahan yang sedang berkuasa. Keempat, IMY

memperbolehkan untuk menggunakan kekerasan atau kekuatan ketika masalah

yang dihadapi mengharuskan hal tersebut, tetapi tidak dengan revolusi. Kelima,

IMY mengumpulkan anggota untuk menyatukan pemikiran dan mengikat mereka

dengan penisbatan. Keenam, dalam metode perjuangan, sarana dan dakwahnya

IMY memakai metode motivasi dan peringatan.

Rentang tahun 1950 sampai 1960, organisasi IMY dianggap sebagai oposisi

yang sah terhadap rezim Hasyim. Pada saat itu Yordania menjadi tempat

pencarian suaka bagi aktivis dan pemimpin IMM yang melarikan diri. Selain

95

Abu Za‟rur, Seputar Gerakan Islam, (Bogor: al-Azhar Press, 2009), h. 146.

Page 49: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

37

IMM, para pemimpin dan anggota IMS juga menjadikan negara Yordania tempat

berlindung. Salah satu pemimpin IMS yang tinggal di Yordania ialah Sa‟id

Hawwa dari tahun 1978, beliau tidak pernah kembali lagi ke Suriah sampai

meninggal tahun 1989.96

Gerakan IMY berfokus pada institusi keagamaan, amal,

pendidikan, dakwah, dan sosial. Pada tahun 1989 untuk pertama kalinya IMY

berpartisipasi dalam pemilihan umum yang langsung memenangkan 30 kursi dari

80 kursi perwakilan di parlemen. Merespon hasil pemilihan yang mengejutkan,

Raja Hussein (1952-1999) mulai mengubah sistem pemilihan dan melembagakan

partai-partai politik di kerajaan. Hasilnya ialah penurunan kekuatan Islam dan

IMY hanya memenangkan 18 kursi pada pemilihan berikutnya.

Pada 28 Oktober 1992, organisasi tersebut membentuk sayap politik melalui

gerakan politik Islam independen yaitu Front Aksi Islam (Islamic Action Front/

IAF) yang menjadi perwakilan di parlemen. Pada pemilihan parlemen tahun 1994,

IMY atau IAF mendapatkan suara terbanyak. Namun, pembentukan dan

kemenangan IAF menyebabkan ketegangan dan keretakan baru antara konservatif

dengan modernis dan moderat dengan radikal. Di internal partai tersebut juga

mengalami pergesekan antara anggota kelompok Islamis independen dan anggota

IMY sendiri. Pada tahun 2000-an IMY menjadi radikal dan mulai berkonfrontasi

secara langsung dan terang-terangan dengan pemerintahan Yordania yang

dipimpin oleh raja Abdullah II (1999-sekarang).97

2. Aljazair

Pada tahun 1931, Abdul Hamed Ben Badis (l889-1940) mendirikan Asosiasi

Persatuan Ulama di kota Constantine, Aljazair.98

Sampai tahun 1938, Asosiasi

tersebut bukanlah partai politik akan tetapi memperjuangkan kebangkitan Islam

dan nilai-nilai nasionalisme seperti menentang peresmian bahasa Prancis di

Aljazair, membangun sekolah dan pusat sosial untuk mengurangi bahaya

96

Itzchak Weismann,“Sa‟id Hawwa: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria,” Middle Eastern Studies, Vol. 29, No. 4, (Oktober 1993), h. 619. 97

“The Muslim Brotherhood in the Arab World and Islamic Communities in Western

Europe,” The Meir Amit Intelligence and Terrorism Information Center, (January 2012), h. 21-26. 98

Gilles Kepel, Jihad: The Trial of Political Islam, (London: I.B. Tauris, 2004), h. 163.

Page 50: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

38

pengaruh Barat.99

Di bawah kepemimpinan Badis, orientasi untuk mendirikan

negara Islam bukanlah tujuan utama tetapi melepaskan bangsa Aljazair dari

Prancis. Motto yang diusung ialah “Islam adalah agama saya, Bahasa Arab adalah

bahasa saya, dan Aljazair adalah negara saya.”100

Ideologi yang di bawa oleh Ben

Badis sangat mirip dengan IM di Mesir akan tetapi pengaruh yang diberikan

sempit hanya kalangan tertentu. Perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan

yang tak kunjung berhasil, menyatukan seluruh masyarakat Muslim Aljazair di

bawah partai Nasionalis yaitu FLN (Front Liberation National). Pemberontakan

massif terjadi pada November 1954, meskipun memproklamirkan perjuangan

mereka atas nama Tuhan akan tetapi tidak menjadikan FLN sebagai gerakan

religius. Di bawah partai nasionalis FLN (Front Liberation National) seluruh

masyarakat Muslim Aljazair bersatu.

Sejak merdeka dari Perancis tahun 1962, Aljazair hanya memilki satu partai

yaitu FLN. Rezim FLN mulai mengesampingkan Islam, sehingga pada tahun 1963

sebuah koran membuat stigma bahwa “les ulémas du mal” ulama adalah orang

jahat.101

Untuk menanggapi peristiwa tersebut ulama mendidikan sebuah asosiasi

al-Qiyam al-Islamiyah dengan tujuan melawan ide westernisasi dan menegakkan

nilai Islam. Pada akhir tahun 1980-an, FLN menyapu semua asosiasi saingannya

dan aktivitas Islam dibatasi. Perlawanan umat Muslim ditunjukkan dengan

berdirinya FIS (Front Islamique Salut) pada tanggal 10 Maret 1989. FIS yang

digawangi oleh Ali Benhadj (1956-) dan Ali Abbas Madani (1931-) bertujuan

untuk mengislamkan rezim tanpa mengubah struktur dasar masyarakat. FIS

menyuarakan pembentukan negara Islam, mendepankan pendidikan Islam, hukum

berbasis Syari‟ah, Arabisasi pada sektor pemerintahan dan pendidikan

(penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa utama pada instansi tersebut), dan

meyakini proses demokrasi yang tidak melawan hukum Syari‟ah. Pada Juni 1990,

pemilihan multipartai di Aljazair menunjukkan kekuatan Islam dengan

99

Reihard Schulze, A Modern History of the Islamic World, (New York: New York

University Press, 2002), h. 86. 100

Aida Bamieh, “Literature and Ideology: Early Arabic Short Fiction in Algeria,”

Ufahamu: A Journal of African Studied, No.4,(Oktober 1973), h. 1. 101

Gilles Kepel, Jihad: The Trial of Political Islam. h. 162.

Page 51: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

39

kemenangan perolehan suara untuk FIS 62% sedangkan FLN hanya meraih 18%.

Pada tahun 1992, FIS memenangkan pemilihan secara mutlak di parlemen. Militer

mengambil alih negara Aljazair dengan memberhentikan Presiden Chadli

Benjedid (1929-2012) pada 11 Januari 1992, memutuskan untuk membatalkan

pemilihan yang seharusnya pada tanggal 13 Januari, dan membubarkan FIS pada

tanggal 4 Maret 1992.

3. Uni Emirat Arab

Cabang Ikhwanul Muslimin di Uni Emirat Arab (selanjutnya ditulis IME)

baru didirikan tahun 1974. Pengaruh IMM lambat masuk karena negara UEA baru

memulai program pembangunan setelah ditemukan sumber minyak pada tahun

1960-an. UEA sendiri baru merdeka dari penjajahan Inggris tahun 1971 dan

belum memiliki universitas sendiri. Pelajar yang mengenyam pendidikan di Mesir

inilah yang membawa ideologi IMM dan mendirikan cabangnya di UEA.

Para tokoh IME yang mendapatkan pendidikan tinggi dengan mudah

menjadi menteri seperti Saeed Abdullah Salman dan Muhammad Abu Rahman al-

Baker. Saeed Abdulah Salman menjabat sebagai Menteri Perumahan dan

Perencanaan Kota dari 1971-1977 dan Menteri Pendidikan dan Pemuda tahun

1979-1983. Sedangkan Muhammad Abu Rahman al-Baker menjabat sebagai

Menteri Kehakiman dan Waqaf Dari tahun 1971 sampai 1983. Namun, keduanya

tidak diangkat kembali dalam formasi pemerintahan berikutnya yang terjadi pada

bulan Juli 1983.102

Hubungan antara pemerintahan UEA dan IME merenggang

setelah jabatan anggota-anggota IME yang menjadi menteri digantikan pada tahun

1983. Tahun-tahun berikutnya dominasi IME dalam dunia pendidikan mulai

disingkirkan. Menteri Pendidikan mulai memberlakukan program bahasa Inggris

di setiap tingkat pendidikan.

Pada tahun 1978, IME menerbitkan jurnalnya sendiri dengan nama The

Islah Journal. Jurnal tersebut memproyeksikan citra murni dari gerakan IME

dengan melestarikan nilai-nilai Islam, memperingatkan agar tidak terjadi invasi

102

Mansour al-Noqaidan, Muslim Brotherhood in UEA Expansion and Decline, (Dubai:

Al-Mesbar Center for Studies and Research, 2009), h. 3.

Page 52: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

40

budaya asing, dan menyuarakan reformasi pemerintah di bidang pendidikan serta

program media televisi lokal. IME yang mengkritik pemerintahan melalui

jurnalnya, mendapatkan sangsi yaitu larangan penerbitan Jurnal Islah dari Oktober

1988 sampai April 1989.103

Salah satu topik favorit Jurnal tersebut ialah

pembasmian koruptor dan cara menganggarkan pendapatan minyak UEA yang

melimpah. Seiring berjalannya waktu, organisasi IME terus menunjukkan sikap

kritis terhadap pemerintahan. Konfrontasi muncul kembali saat IME menentang

pembebasan negara Kuwait oleh koalisi internasional pada tahun 1991.104

Pemerintahan tidak tinggal diam dan mulai mengurangi pengaruh IME

menggunakan cara seperti, merangkul gerakan Salafi lainnya yang lebih fleksibel

dan memisahkan afiliasi antara IME dengan IMM. Konfrontasi diam dan secara

tidak langsung antara IME dan pemerintah UEA terus terjadi sampai sekarang.

Pemerintahan UEA mulai menuntut pembubaran organisasi IME setelah

pembubaran organisasi Ikhwan cabang Qatar pada tahun 1999.105

4. Sudan

Para Mahasiswa Sudan yang belajar di Mesir, mulai mendirikan Ikhwanul

Muslimin Sudan pada tahun 1944. Pada saat yang sama kelompok pelajar dari

Universita Khartoum mendirikan Islamic Liberation Movement (ILM) atau

Gerakan Pembebasan Islam. Pada awal 1950-an terjadi persaingan dan

ketegangan di antara kedua kelompuk tersebut. Sampai tahun 1954 diadakan

kongres besar untuk menyatukan kelompok tersebut. Keputusan kongres

menetapkan bahwa nama Ikhwanul Muslimin yang akan dikukuhkan agar skala

organisasi mereka menjadi lebih luas. Secara resmi IM Sudan didirikan pada 21

Agustus 1954 dan dipimpin oleh al-Rashid al-Tahir (1954-1964).106

Organisasi

103

Mazhar al-Zo‟by, “Discourse and Oppositionality in the Arab Spring: the case of the

Muslim Brotherhood in the UEA,” International Sociology, vol. 30, pp. 401-417, (2015), h. 403-

405. 104

Al-Arabiya News, “The UAE Brotherhood: Loyal to whom?,” berita diakses pada 18

Desember 2017 23.37 WIB dari http://english.alarabiya.net/views/2012/03/19/201649.html 105

Al-Arabiya News, “The UAE Brotherhood: Loyal to whom?,” berita diakses pada 18

Desember 2017 pukul 23.37 WIB dari http://english.alarabiya.net/views/2012/03/19/201649.html 106

The Muslim Brotherhood in the Arab World and Islamic Communities in Western

Europe, h. 37.

Page 53: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

41

IM Sudan hanya berasal dari kalangan mahasiswa dan intelektual sampai

pertengahan 1960an.107

IM Sudan tidak terkait secara langsung kepada IMM

tetapi mempertahankan sikap independen mereka.

IM Sudan mempunyai misi yaitu Sudan merdeka. Organisasi ini tidak

mendirikan partai politik baru tetapi ikut bermain dalam kancah politik. Tujuan

utama IM Sudan adalah memperkenalkan ajaran Islam ke dalam sistem politik

yang dominan sekuler. Pemimpin IM Sudan yang paling terkenal adalah Hasan al-

Turabi (1932-2016). Ia berpendapat bahwa organisasi tersebut harus mempunyai

kekuatan politik dengan haknya sendiri.108

Selama masa kepemimpinannya Hasan

Turabi beberapa kali mendirikan Partai tersendiri sebagai wadah IM Sudan agar

dapat melenggang di panggung perpolitikan Sudan. Beberapa partai yang

didirikan silih berganti yaitu IFC ( the Islamic Front for the Constitution) 1958,

ICF ( Islamic Charter Front ) 1964, dan NIF ( the National Islamic Front ) 1986.

Pada tahun 1986, NIF memperoleh 20% suara dari kelas menengah perkotaan. IM

Sudan juga memperkenalkan perbankan Syari‟ah kepada Presiden.

Pada bulan November 1965, ketika seorang komunis Suriah berbicara di

depan masyarakat umum Sudan dan mencemooh agama, IM Sudan mengadakan

demonstrasi yang menyuarakan agar paham sekularisme dilarang. Salah satu

keberhasilah ICF ialah pada bulan Mei 1969, partai-partai sektarian di Sudan

menyetujui prinsip-prinsip konstitusi Islam. Namun kesuksesan tersebut diblokir

oleh kudeta militer, kemudian pemerintahan dikuasai oleh partai kiri. Sebagian

besar partai politik dilarang termasuk ICF dan pemimpinya Turabi dipenjara

beberapa tahun. Namun tahun 1977, beliau dibebaskan dan mulai bekerja sama

dengan pemerintahan sehingga bisa tetap melanjutkan aktivitas Islam tanpa

dicurigai.109

Pada tahun 1989, Turabi menjadi pemimpin rezim Islam yang

mengambil alih kekuasaan dalam kudeta militer. Turabi berpendapat bahwa Islam

dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh imprealisme Barat,

107

Gilles Kepel, Jihad: The Trial of Political Islam, h. 177. 108

Mohamed Zahid dan Michael Medley, “Muslim Brotherhood in Egypt and Sudan,”

Review of African Political Economy, Religion, Ideology and Conflict in Africa, Vol. 33, No. 110,

pp. 693-708 (September 2006), h. 696. 109

Mohamed Zahid dan Michael Medley, “Muslim Brotherhood in Egypt and Sudan,” h.

696-698.

Page 54: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

42

nasionalisme Arab ataupun ideologi-ideologi lainnya dan rezim Islam harus

berkuasa dengan cara demokratis daripada melalui revolusi.110

Secara

internasional, Rezim Turabi mendukung kelompok Islam yang ingin berjuang

seperti di Zaire, Uganda, dan Ethiopia.

C. Perkembangan Organisasi Revivalisme Islam di Asia

Pada abad ke-20, beberapa negara-negara Asia yang mayoritas

penduduknya Muslim mulai mengembangkan ide revivalisme Islam. IMM

menjadi organisasi paling terkenal dan menyebarkan secara luas ideologi

kebangkitan Islam sehingga muncul gerakan-gerakan serupa di beberapa negara

Asia antara lain ialah:

1. Pakistan

Organisasi al-Jama‟at al-Islamiyah (selanjutnya ditulis JI) di Pakistan

merupakan organisasi di bawah pengaruh Ikhwanul Muslimin. Organisasi tersebut

didirikan oleh Abu al-A‟la al-Maududi (1903-1979) pada tanggal 21 Agustus

tahun 1941. Latar belakang berdirinya dalam suasana perjuangan kemerdekaan

dari penjajahan Inggris dan mendirikan sebuah partai yang berasaskan Islam

murni. JI berperan aktif dalam politik Pakistan dan mempunyai tujuan yaitu

membangun sistem Islam melalui konstitusional.111

Pada akhir tahun 1947,

Maududi berpendapat bahwa dia tidak akan berperang untuk Pakistan karena hal

tersebut bukanlah sikap seorang Muslim. Akan tetapi pada bulan Oktober beliau

ditangkap dan dipenjara sampai bulan Mei 1950 dengan tuduhan sebagai dalang

dibalik kerusuhan yang terjadi di Kashmir.112

Misi JI ialah menciptakan sebuah

negara Islam di Pakistan. Selain program politik, JI juga menjalankan programnya

di bidang publikasi dan pekerjaan sosial. Program yang paling positif sejak

Februari 1952 ialah perawatan medis gratis. Pusat pelayannya kurang lebih 130

110

Noman Sattar, “al-Ikhwan al-Muslimin (Society of Muslim Brotherhood) Aims and

Ideology, Role and Impact,” Pakistan Horizon, Vol. 48, No. 2, pp. 7-30, (1995), h. 26. 111

Abdul Rashid Moten, Revolution to Revolution Jama‟at-e-Islami in the Politics of

Pakistan, (Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 2002), h. 11 112

Freeland Abbott, “The Jama‟at –i-Islami of Pakistan,” Middle East Journal, Vol.11,

No.1 (1957), h. 41.

Page 55: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

43

titik yang menyebar di seluruh Pakistan dan bantuan tersebut diberikan kepada

1.837.430 orang pada tahun 1955-56.113

Pendapatan yang masuk ke JI untuk

membiayai program-programnya hanya berasal dari iuran anggota, wakaf

anggota, dan infaq.

Organisasi JI erat hubungannya dengan IMM karena metode dan ideologi

yang diterapkan sama. Beberapa di antaranya yang sama yaitu: ideologi bahwa

menegakkan “kedaulatan Tuhan di muka bumi adalah sebuah keharusan seorang

Muslim” yang sama dan bersifat global, strategi penekanan terhadap kebangkitan

kesadaran Islam di kalangan massa, dan pendirinya menegaskan bahwa JI dalam

visi Universalisme Islam. Maududi berpendapat bahwa “Islamisasi dari atas‟”

melalui sebuah negara di mana kedaulatan akan dilaksanakan atas nama Alaah

dan Syari‟ah akan dilaksanakan dan menyatakan bahwa politik adalah bagian

integral dari keyakinan Islam yang tidak terpisahkan.114

Pemahaman dan penyebaran ideologi al-Maududi menggunakan buku yang

ditulis oleh beliau sendiri yaitu Toward Understanding of Islam (1930) dan

Purdah (1939). Ia juga menulis sebuah buku dengan judul Jihad fi Sabilillah

(Jihad di Jalan Allah) yang menerangkan beberapa gagasan jihad dan

menceritakan sepak terjang IMM melalui jihad, pengaruh IMM terhadap JI, dan

mengutarakan kesamaan pemikiran dengan Hasan al-Banna.115

Buku-buku

tersebut menjadi buku referensi untuk para anggota gerakan IMM dan gerakan

kebangkitan Islam lainnya.

2. Indonesia

Organisasi di Indonesia yang mengusung ideologi revivalisme Islam cukup

banyak seperti Muhamadiyyah dan Persis. Akan tetapi organisasi yang memiliki

hubungan cukup erat dengan IMS ialah Partai Keadilan Sejahtera (selanjutnya

ditulis PKS). PKS berawal dari gerakan dakwah kampus yang kemudian

bertransformasi menjadi Partai Keadilan (selanjutnya ditulis PK). PK didirikan

113

Freeland Abbott, “The Jama‟at –i-Islami of Pakistan,” h. 46. 114

Gilles Kepel, Jihad: The Trial of Political Islam, h. 34. 115

Muhammad Hatta, Al-Ikhwanul al-Muslimun: Kajian dari konsep dan Strategi

Dakwah, h. 178.

Page 56: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

44

pada tanggal 20 Juli 1998 kemudian baru dideklarasikan pada tanggal 9 Agustus

1998 di Lapangan Masjid al-Azhar Kebayoran Baru dengan jumlah massa yang

hadir mencapai 50.000 orang. Pada 3 Juli 2003 secara resmi Partai Keadilan

menjadi Partai Keadilan Sejahtera. PKS terinspirasi dari gerakan IMM, gerakan

tarbiyah yang merupakan tulang punggung dan pendukung utama partai ini untuk

mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam dengan kehidupan sehari-hari.116

Strategi

PKS dengan dakwah struktural yakni berupaya melakukan perubahan dan

pembaharuan tata aturan perundang-undangan yang lebih Isalmi.

Tokoh PKS yang diangkat sebagai mursyid pada tahun 1991-1997 ialah

Helmi Aminuddin (1947-). Sebelumnya Helmi Aminuddin disponsori oleh

Soeripto (1936-) untuk mempelajari ajaran dan manhaj IM di Timur Tengah. Pada

tahun 1985, Helmi Aminuddin mengadopsi ajaran, metode, dan berhubungan

langsung secara organisasi dengan organisasi IMS yang dipimpin oleh Sa‟id

Hawwa.117

Sementara Yusuf al-Qardawi pernah berkata bahwa gerakan Islam

yang paling mirip dengan IMM di Indonesia ialah PK.118

Sampai sekarang Helmy

Aminuddin tetap menjadi ketua Dewan Syuro PKS. Usaha PKS untuk

menyebarkan luaskan gagasan mereka dengan mendirikan beberapa lembaga

antara lain: lembaga bimbingan belajar Nurul Fikri, lembaga pendidikan Islam al-

Hikmah, lembaga dakwah Khoiru Ummah, lembaga pengkajian Sidik, majalah

Sabili dan beberapa penerbit buku seperti: Gema Insani Press, al-Ishlahy Press,

Pustaka al-Kautsar, Robbani Press, I‟tishom, Era Intermedia, dan asy-Syamil.119

Sistem pengkaderan PKS yang dilakukan di dalam lingkungan kampus

secara umum terbagi menjadi 3 tahapan yaitu ta‟rif, takwin dan tanfidz. Ta‟rif

ialah fase pengenalan Islam kepada objek dakwah melalui pendekatan personal

ataupun massal dan kemudian merekrut sejumlah anggota baru. Kelompok ini

mengadakan acara training dan dikenalkan dasar-dasar aqidah Islamiyah. Takwin

116

Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera; Wajah Baru Islam Politik Indonesia,

(Bandung: Harakatuna, 2005), h. 59. 117

Zuly Qodir, HTI dan PKS Menuai Kritik: Perilaku Gerakan Islam Politik Indonesia,

(Jogjakarta: Jusuf Kalla School of Government, 2013), h. 129. 118

Yon Machmudi, Indonesia and Egyptian Brothers: The Rise of Jamaah Tarbiyah and

the Prosperous Party (PKS), ANU Press, 2008, h. 135. 119

M. Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung

Parlemen, (Jogjakarta: LKis, 2008), h. 43.

Page 57: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

45

ialah tahap pengkaderan ketika objek yang direkrut saat ta‟rif menunjukkan

potensi menjadi aktivitas dakwah kampus. Pembinaan pada tahap ini dilakukan

dalam Halaqoh, yaitu kelompok kecil pembinaan 5 sampai 10 orang yang

dibimbing oleh seorang pembina (murabbi). Pada proses ini pembinaan berjalan

secara itensif dalam pertemua (liqa‟) yang dilaksanakan sekali dalam sepekan.

Tanfidz ialah tahap realisasi kerja-kerja dakwah. Para aktivis yang sudah lulus

pada tahap takwin yang dinilai sudah siap, diarahkan menjadi pendakwah kampus

yang sering disebut sebagai ADK (Aktivis Dakwah Kampus). Mereka difungsikan

menjadi murabbi-murabbi di kampus untuk membimbing halaqoh.

Materi-materi yang dibahas saat berkumpul atau halaqoh banyak

menggunakan buku karangan Sa‟id Hawwa yang merupakan seorang ideolog

IMS, di antaranya ialah buku Allah, al-Islam jilid 1 dan 2, ar-Rasul, Mensucikan

Islam, al-Madkhal, dan Jundullah.120

Buku-buku tersebut diterjemahkan dan

diterbitkan oleh salah satu penerbit PKS sendiri yaitu al-Islahy Press.121

3. Malaysia

HMM (Hizbu Muslimin Malaya) berdiri pada bulan Maret 1948. Pada 24

November 1951 secara resmi HMM diganti menjadi PAS (Persatuan Islam Se-

Malaysia).122

Ideologi PAS yaitu menerapkan semua aspek ajaran Islam seperti

politik, ekonomi, nilai sosial, dan lain-lain. PAS ingin membangun nasionalisme

Melayu dan negara Islam yang mencakup tujuan, doktrin, kedaulatan, struktur,

kewarganegaraan dan sistem ekonominya. Perjuangan PAS untuk memerdekakan

Malaya dari pemerintahan Inggris dengan mengajukan 5 tuntutan yaitu: pertama,

bangsa Melayu ialah pemilik sah Malaya. Kedua orang Melayu harus diberi hak

120

Zuly Qodir, HTI dan PKS Menuai Kritik: Perilaku Gerakan Islam Politik Indonesia, h.

131. 121

Selain buku-buku Sa‟id Hawwa, beberapa buku karangan organisasi revivalisem Islam

juga menjadi rujukan gerakan PKS ini seperti: buku Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan Aqidah

dan Risalah Ta‟lim; Abu al-A‟la al-Maududi, Prinsip-prinsip Islam; Yusuf al-Qaradhawi,

Karakteristik Islam, Khutbah Jum‟at tentang Demokrasi, Hakikat Tauhid, al-Halal wal Al-Haram,

Tsaqafatud Da‟iyyah, wasa‟ilut Tarbiyyah „inda Ikhwanil Muslimin, dan as-Sunah sebagai

Sumber Iptek dan Perdaban; Ibn al-Qayyim, Riyadlush Shalihin, ar-Ruh; Abu Hamid Muhammad

al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din; dan Imam an-Nawawi, Riyadhush Shalihin. M. Imdadun Rahmat,

Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 244-271. 122

Ibrahim Abu Bakar, “PAS and Its Islamist Fundamentalism in Malaysia,” Journal of

Human Sciences, No. 43, (July 2009), h. 5.

Page 58: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

46

istimewa. Ketiga, loyalitas kepada Malaya adalah kewarganegaraan Melayu.

Keempat, karena Islam adalah agama orang Melayu di Malaya, maka Islam harus

menjadi agama resmi negara ini. Dan yang terakhir Melayu harus menjadi bahasa

nasional. Komitmen utama PAS ialah kewarganegaraan Melayu, negara Islam,

ekonomi sosialis, dan anti-kolonialisme. PAS telah mengadopsi ajaran Ikhwanul

Muslimin.123

PAS memiliki 7 pemimpin sejak didirikan sampai tahun 2000-an yaitu:

Ahmad Fuad Hasan (1951-1953), Dr Abbas Alias (1953-1956), Dr. Burhanuddin

al-Helmy (1956-1969), Mohd Asri Muda (1969-1982), Yusof Rawa (1982-1988),

dan Fadzil Mohd Noor (1988-2002), dan Abdul Hadi Awang (2002-2008). Setiap

pemimpin PAS mempunyai perbedaan karakter dan pandangan selama

kepemimpinan. Dari tahun 1951 sampai 1956, PAS cenderung tradisionalis dan

orientasi utama hanya pada nasionalisme Melayu, anti kolonialisme, dan masalah

ekonomi-sosial. Pada masa 1965-1982, PAS menempatkan orientasinya pada

pembentukan tatanan negara setelah merdeka dari Inggris dan cenderung menjadi

lebih „Malaysia‟ karena bergabung dengan pemerintahan. Pada masa Mohd Asri

Muda 1969-1982), PAS mulai mengembangkan isu transnasionalis dengan isu

kelompok separatis muslim di Thailand dan bantuan kepada pasukan Muslim

Internasional untuk membantu Palestina pada tahun 1975. Pada masa

kepemimpinan Yusuf Rawa, Fadhil Noor, dan Abdul Hadi Awang, mereka

membawa PAS kepada jalan Islam yang sejati. Pengaruh Islamisme yang lebih

internasionalis yang di bawa karena latar pendidikaan mereka selama belajar di

luar negeri. Yusuf Rawa berada di bawah pengaruh IMM ketika belajar di Kairo

dan Abdul Hadi Awang yang belajar dari tahun 1974 sampai 1976 di Mesir,

berhubungan langsung dengan IMM.124

Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya suatu gerakan sosial atau

khususnya gerakan sosial Islam yaitu: faktor internal dari dalam umat Islam

123

Ran Meir, Malaysia Welcomes Hamas, Brotherhood: Report, Clarion Project News,

artikel diakses pada tanggal 30 November 2017 pukul 15.08 WIB, dari

https://clarionproject.org/malaysia-welcomes-hamas-brotherhood/. 124

Dominik M. Müller, “An Internatinalist National Islamic Struggle? Narratives of

„Brothers Abroad‟ in The Discursive Practices of The Islamic Party of Malaysia (PAS),” South

East Asia Research, Vol. 18, No.4, (2010), h. 760.

Page 59: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

47

sendiri dan faktor eksternal. Beberapa gerakan sosial Islam yang muncul pada

akhirnya memiliki tipologi sendiri yang menjadi ciri khas dan karakteristik.125

Pada dasarnya terdapat perbedaan terhadap gerakan yang terilhami oleh IMM

yaitu, pertama; gerakan yang mengusung dan memakai nama IM secara resmi

seperti IM Yordania, IM Sudan, dan IM UEA. Kedua; gerakan yang terinspirasi

dan memiliki persamaan ideologi, tujuan, konsep dengan IMM dan para tokoh

pendirinya pernah bertemu secara langsung dan menjalin hubungan dengan Hasan

al-Banna dan tokoh IM di berbagai negara seperti JI Pakistan, PAS Malaysia, dan

PKS. Dan yang ketiga; gerakan yang sama-sama mengusung konsep “tajdid

(pembaharuan) Islam” atau “revivalisme dalam diri Islam sendiri,”126

seperti FIS

Aljazair.

Demikian uraian sejarah dan perkembangan Ikhwanul Muslimin Mesir dan

pengaruhnya terhadap beberapa negara. Pada bab berikutnya yang merupakan inti

dari penelitian ini akan menguraikan tentang sejarah dan perkembangan Ikhwanul

Muslimin Suriah, peranannya di bidang sosial dan agama kepada masyarakat,

respons masyarakat Suriah terhadap organisasi tersebut serta organisasi IMS

pasca-peristiwa al-Ahdath tahun 1982.

125

Zakiyah Darojat, Jihad Dalam Sejarah Islam Indonesia Kontemporer (1945-2005);

kajian atas Wacana dan Praksis Jihad Gerakan Sosial, h. 103. 126

Tajdid atau Revivalisme Islam adalah kebangkitan kembali Islam dalam fenomena

sosial, budaya, dan politik modern sebagai respons terhadap faktor internal di dunia Islam yaitu

kemunduran dan stagnasi sedangkan faktor eksternal dari kolonialisme Barat. Para pemikir

Muslim mulai mengusulkan ide tersebut pada akhir abad ke-19 seperti Muhammad Abduh (Mesir

1849-1905), Sayyid Ahmad Khan (India 1817-1898), dan Jamaluddin al-Afghani (Afghanistan

1838-1897). Ibrahim Abu Rabi, “Facing Modernity: Ideological Origins of Islamic Revivalism,”

Harvard International Review, Vol. 19, No. 2, (1997), h. 12-13.

Page 60: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

48

BAB IV

PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG

SOSIAL DAN AGAMA

A. Sejarah dan Perkembangan Ikhwanul Muslimin di Suriah

Arus revivalis Islam yang menguasai Arab mulai menumbuhkan gerakan-

gerakan baru yang mengusung ideologi tersebut salah satunya ialah Ikhwanul

Muslimin. Jika di Mesir, IM berkembang karena ulama dianggap tidak responsif

terhadap kebutuhan umat Islam dalam masyarakat modern. Maka di Suriah, ulama

memainkan peran utama dalam organisasi IM tersebut. IMS berakar dari beberapa

Jam‟iyyat (asosiasi atau masyarakat) yang berkembang pada akhir abad 19.

Pada tahun 1920 sampai 1930, Jam‟iyyat berkembang di kalangan

menengah ke bawah dengan tujuan menghidupkan kembali Islam dan menentang

pengaruh budaya Barat, seperti bioskop dan cara berpakaian perempuan.

Keberadaan Jam‟iyyat menunjukkan bahwa gerakan IMS tumbuh dari akar asli.

Beberapa Jam‟iyyat yang ada di Suriah yaitu Jam‟iyyat al-Shubban al-Muslimin

(Asosiasi pemuda Muslim) di Aleppo, kelompok mahasiswa Universitas Suriah,

Shabab Muhammad (Pemuda Muhammad), Rabita al-Diniyya (Liga Agama) di

Homs, Jam‟iyyat al-Ghara, Jam‟iyyat al-Hidayah al-Islamiyyah di Damaskus dan

Jam‟iyyat al-Makarim wa Akhlaq al-Islamiyya (Asosiasi untuk moral mulia umat

Islam) mengadakan konferensi bersama untuk mempererat hubungan dan

menyatukan kegiatan mereka.127

Konferensi antara jam‟iyyat pertama kali diadakan di kota Aleppo pada

tahun 1935 dan diresmikan menjadi markas dengan sebutan Dar al-Arqam pada

tahun 1937.128

Konferensi kedua diselenggarakan di kota Homs pada tahun 1937

dan yang ketiga di kota Damaskus tahun 1938. Kemudian aktivitas menurun pada

pertengahan 1940-an karena PD II. Pada tahun 1943, konferensi keempat

diselenggarakan kembali di kota Homs dan memutuskan untuk mendirikan dua

127

Joshua Teitelbaum, “The Muslim Brotherhood in Syria, 1945-1958: Founding, Social

Origins, and Ideology,” h. 215-216. 128

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 24.

Page 61: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

49

organisasi pemuda militer yaitu Saraya dan Futuwwa. Pada konferensi kelima di

Aleppo tahun 1944 memutuskan untuk memindahkan kantor pusat dari Aleppo ke

Damaskus dan membentuk Komite Pusat Tertinggi.

Pada tahun 1945, sebagian besar Jam‟iyyat bersatu secara resmi sebagai

Ikhwanul Muslimin dan menunjuk Mustafa al-Siba‟i129

menjadi al-Muraqib al-

„Amm (pengawas umum). Tingkat kepemimpinan Siba‟i lebih rendah daripada

Hasan al-Banna yaitu Murshid al-„Amm (pembimbing atau pemimpin umum).

Akan tetapi Siba‟i sendiri mencatat bahwa tidak ada hubungan organisasi atau

administratif antara Mesir dan Suriah. Hubungan antara kedua kelompok hanya

saling mendukung secara politis dan persamaan ideologi. IMS berhutang banyak

kepada ide-ide berorganisasi IMM dan terinspirasi oleh keberhasilan IMM sebagai

gerakan Islam yang besar.

Setelah merdeka dari penjajahan Prancis tahun 1946, IMS mulai bersaing

dengan partai ideologis seperti Partai Ba‟ath dan Partai Komunis. Pengikut

Ikhwanul Muslimin mendapatkan pengikut paling banyak di kota Hama dan dari

kaum tradisional Sunni antara kelas menengah ke bawah. Sedangkan partai Ba‟ath

secara eksklusif didominasi oleh kaum urban dari daerah Hawran dan Jabal-Druz.

Partai Komunis meraih pengikut dari masyarakat Kristen, Sunni, dan Armenia.

Suara masyarakat Sunni terpecah karena tidak satu mendukung IMS dan banyak

yang mendukung partai lain seperti Ba‟ath dan Komunis.

Anggota dalam organisasi IMS di bagi menjadi 4 bagian yaitu, simpatisan,

pendukung, anggota aktif, dan anggota terhormat. Simpatisan merupakan anggota

yang hanya diminta membayar iuran dan kehadirannya di rapat tidak wajib.

Pendukung merupakan anggota yang mengajukan permintaan tertulis untuk

bergabung dengan IMS dan berada di bawah anggota aktif. Seorang anggota aktif

harus memiliki anggota pendukung setidaknya selama satu tahun dan bersama-

sama menghadiri rapat secara teratur, membayar iuran dan telah mengambil

129

Mustafa bin Husni al-Siba‟i lahir di kota Homs pada tahun 1915. Beliau berasal dari

keluarga ulama di Suriah dan melanjutkan kuliahnya di al-Azhar tahun 1933. Pada tahun 1941, ia

bergabung dengan IMM dalam berbagai demonstrasi menentang penjajahan Inggris. Pada tahun

1945, menjadi pemimpin tertinggi bagi IMS dan menjabat sampai tahun 1961. Beliau meninggal

pada usia 49 tahun di tahun 1964.

Page 62: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

50

sumpah sebagai Ikhwanul Muslimin. Seorang anggota yang memegang status

„kehormatan‟ merupakan seorang tokoh Muslim terkemuka yang ditawarkan oleh

organisasi IMS. Sedangkan di IMM tidak ada anggota yang lebih terhormat

daripada anggota jihadis. IMS menggunakan metode seperti ini karena

berkonsentrasi pada proses parlementer dan menghindari kegiatan teroris di

bawah Mustafa al-Siba‟i. Sebagai hasilnya pada pemilihan Juli 1947, IMS

berhasil menempatkan 3 perwakilannya duduk di parlemen. Atas keberhasilannya

tersebut, al-Siba‟i mengirim sebuah telegram kepada Hasan al-Banna yang

menyatakan pemilihan Suriah adalah “wakil resmi dari ide Islam yang pertama

kali dipilih ke parlemen di negara-negara Islam atau Arab”.130

Mustafa al-Siba‟i menekankan bahwa IMS berideologi sosialisme dan non-

sektarian karena menjunjung Arabisme dan universal. Filosofi nasionalisnya ialah

bahwa kami adalah Islam, bukan Islam yang dilembagakan atau aspek tata cara

keagamaannya yang hanya menyangkut umat Islam, tapi Islam dalam arti yang

luas dengan filososfi hidupnya yang menyeluruh, pengajaran etika umum, dan

undang-undang Islam (madani). Ini adalah filosofi kita sebagai Arab.131

IMS juga

menekankan bahwa pesan gerakan mereka bersifat religius tapi tidak sektarian

karena agama adalah persaudaraan sedangkan sektarianisme adalah permusuhan.

Ideologi dan pesan-pesan inilah yang disiarkan agar IMS mendapatkan pengikut

dari masyarakat beragama minoritas di Suriah.

IMS pertama kali mendapatkan penekan dari pemerintah pada saat kudeta

militer yang dilancarkan oleh Husni az-Zaim (1897-1949) pada bulan Maret tahun

1949. Pada bulan Mei, semua partai di Suriah dibubarkan termasuk IMS. Akan

tetapi pada bulan Agustus tahun 1949 pemerintahan di ambil alih oleh Hashim

Khalid al-Attasi (1875-1960). Pemerintahan Suriah kembali menjadi demokrasi

parlementer.132

Kudeta terjadi kembali pada bulan November 1951 oleh Kolonel

Adib Shishakli (1909-1964) yang mengambil alih institusi pemerintahan dan

130

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 29. 131

Mustafa al-Sibai‟i, Ikhwanul Muslimin, dalam artikel Joshua Teitelbaum, The Muslim

Brotherhood in Syria, 1945-1958: Founding, Social Origins, Ideology, h. 221. 132

Untuk mengetahui lebih lanjut urutan presiden Suriah bisa dilihat dalam lampiran

pertama.

Page 63: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

51

memainkan kediktatoran militer yang berlangsung sampai Februari tahun 1954.

Pada masa 2 tahun jabatannya Adib Shiskali memutuskan untuk membubarkan

semua partai termasuk IMS sehingga partai Ba‟ath menjadi partai tunggal yang

diakui pemeritahan.133

Setahun setelah kudeta Adib Shiskali, Mustafa al-Siba‟i dipenjara dan

gerakan IMS menyusut dari politik beralih ke pendidikan dan pekerjaan sosial.

Pada tahun 1954, IMS absen tidak mengikuti pemilihan parlemen. Aktivitas

politik IMS mengalami penurunan yang signifikan karena adanya penggabungan

antara Suriah dan Mesir (UAR) dari tahun 1958 sampai 1961.134

Pada tahun 1961

juga, Mustafa al-Siba‟i meregenerasi kepemimpinan IMS kepada „Isam al-

Attar.135

Setelah berpisah dari Mesir, IMS melanjutkan aktivitasnya dan berperan

aktif mengawal pemerintahan. IMS memenangkan sepuluh kursi pada pemilihan

parlemen tahun 1961, salah satu kursi tersebut diambil oleh al-Attar sendiri.136

Saat terjadi kudeta partai Ba‟ath tahun 1963, IMS menentang sifat sekuler

pemerintah dan reformasi sosialis yang merugikan pihaknya. Rentang tahun 1963

sampai 1982 merupakan tahun pertarungan antara partai Ba‟ath dan IMS di

panggung politik Suriah. Seringkali digambarkan sebagai perjuangan antara

modernitas dan fanatisme agama.

Pada tahun 1964, setelah „Isam al-Attar melakukan perjalanan ke Arab

Saudi untuk berhaji dan menghadiri konferensi Ikhwan, kemudian beliau dicegah

masuk ke Suriah oleh pihak berwenang. Alasan tidak diperbolehkan masuk

133

Itzchak Weismann,“Sa‟id Hawwa: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria,” h. 613. 134

Pada awalnya IMM dan IMS menyambut Nasser sebagai pahlawan dari sikap Arabisme

dan anti-kolonialisme. Sampai akhirnya Nasser mulai menunjukkan sikap sekulernya dan

membubarkan IMM pada tahun 1954. Kemudian pada tanggal 12 Maret 1958, Nasser kembali

mengumumkan sebuah dekrit yang membubarkan semua partai politik yang berada di wilayah

Suriah termasuk IMS. Alison Pargeter, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, h. 66.

Pemisahan di antara kedua negara tersebut karena Suriah mengalami perebutan kekuasaan dengan

kudeta militer yang dipimpin oleh Kolonel Hafiz al-Assad tahun 1961. 135

„Isam al-Attar lahir di kota Aleppo pada tahun 1927 dan berasal dari sebuah keluarga

yang mendukung Khalifah Turki Sultan Abdul Hamid II. Pada tahun 1951, al-Attar secara terbuka

menyerang kediktatoran Presiden Adib al-Shiskali kemudian melarikan diri ke Mesir. Beliau

menjalin menjalin kedekatan dengan Sayyid Qutb dan merupakan orang kepercayaan Mustafa al-

Siba‟i. Key Figures in the Syrian Muslim Brotherhood, Carneige Middle East Center, artikel

diakses pada tanggal 9 November 2017 pukul 20.41 WIB, dari http://carnegie-

mec.org/diwan/51470?lang=en 136

Alison Pargeter, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, h. 65.

Page 64: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

52

kembali ke Suriah karena salah satu kelompok IMS di Hama yang dipimpin oleh

Marwan Hadid (1934-1976) terlibat perselisihan dengan aparat keamanan.137

Attar

sendiri mengklaim bahwa ia tidak mengetahui tentang tindakan Hadid dan hanya

mengetahui peristiwa tersebut melalui media berita. Sampai tahun 1967, „Isam al-

Attar belum bisa kembali ke Suriah dan selama itu ia tinggal di beberapa negara

seperti Lebanon, Kuwait, Yordania, Jenewa, Belgia, dan Jerman.138

Dampak langsung dari pembuangan Attar ialah menciptakan kekosongan

dan menyebabkan krisis kepemimpinan organisasi IMS dan menyulitkan

kelompok berkembang lebih militan. Pada saat inilah muncul pergesekan antara

faksi Aleppo yang frustasi menghadapi ketegangan dengan rezim Ba‟ath,

sedangkan faksi Damaskus menyikapinya dengan lebih moderat dan pasif. Faksi

Aleppo yang unggul dalam jumlah anggotanya meminta untuk mengadakan

pemilihan pengawas umum yang akan menggantikan „Isam al-Attar. Abu Fatah

Abu Ghuddah (1917-1997) terpilih menjadi ketua IMS pada tahun 1972. Ia

menginginkan kegiatan IMS yang lebih fokus dalam dakwah dan pendidikan. Di

bawah kepemimpinannya IMS tidak berpartisipasi pada pemilihan daerah dan

legislatif yang terjadi pada tahun 1972 dan 1973, keputusan ini menjadi konflik

internal IMS kubu Aleppo dan Damaskus.

Adnan Saad Eddine (1929-2010) mengambil alih jabatan pengawas umum

IMS pada tahun 1975 dan pemilihan tersebut menandai dominasi fraksi Aleppo

secara formal. Menurut Alison Pargeter, setelah pergantian pemimpin tersebut

mengubah karakter IMS yang telah dibangun oleh Siba‟i dari tahap dakwah ke

fase jihad memperjuangkan negara Islam.139

Aktivis aksi militan IMS adalah

pelajar dan kaum intelektual yang berusia 20-30an. Mereka dari kalangan

137

Setelah perselisihan Marwan Hadid dan pengikutnya berlindung di Masjid Sultan.

Rezim Ba‟ath yang baru menanggapi dengan menyerang masjid menggunakan tank dan artileri.

Akibatnya 115 orang meninggal dalam penyerangan tersebut, tetapi Hadid dan pengikutnya yang

selamat di penjara dan dijatuhi hukuman mati. Pada tahun 1970-an, Hadid sempat dibebaskan oleh

Muhammad al-Hamid yang memohon kasusnya kepada Hafez al-Assad. Setelah dibebaskan ia

mendirikan kelompok jihad radikal al-Tali‟a al-Muqatila (Fighting Vanguard) di Hamah. Marwan

Hadid ditangkap dan dipenjara kembali pada tahun 1976 setelah melakukan pembunuhan

berdarah terhadap politikus Ba‟ath. Itzchak Weismann,“Sa‟id Hawwa: The Making of a Radical

Muslim Thinker in Modern Syria,” h. 616. 138

Alison Pargeter, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, h. 67. 139

Alison Pargeter, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, h. 70.

Page 65: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

53

mahasiswa, guru sekolah, insinyur, dokter, dan sejenisnya. Dari tahun 1967

hingga 1981, jumlah aktivis yang ditangkap mencapai 1.384. Di antaranya paling

sedikit 28% adalah siswa, 8% adalah guru sekolah, 13% adalah anggota profesi,

termasuk 79 insinyur, 57 dokter, 25 pengacara, dan 10 apoteker.140

Pada tanggal

27 Juni 1980, lebih dari 1.000 tahanan yang merupakan anggota Saraya dieksekusi

mati oleh regu tembak dan granat di penjara Tadmur, Palmyra. Eksekusi tersebut

terjadi karena adanya upaya percobaan pembunuhan yang gagal terhadap Hafez

al-Assad pada sehari sebelumnya.141

Pada bulan Agustus 1980, IMS

mengeluarkan sebuah seruan kepada semua Muslim Suriah untuk bersatu dengan

IMS di bawah naungan kepemimpinan yang lebih luas dan tidak partisian. Pada

bulan Oktober 1980, IMS mendirikan Front Islam di bawah kepemimpinan Abu

al-Nasr al-Bayanuni. Pada akhirnya IMS dari tahun 1980-1982, tidak memiliki

satu kepala kepemimpinan yang tertinggi.

B. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Bidang Sosial

Sejak awal IMS lahir dari masyarakat yang peduli akan lingkungan sosial,

politik dan agamanya. Mustafa al-Siba‟i sebagai pendiri merumuskan ideologi

IMS adalah Sosialisme Islam, yang di dalamnya mengakui lima hak yaitu: hak

untuk hidup, kebebasan, pengetahuan, martabat, dan hak kepemilikan. Untuk

mendukung terwujudnya sosialisme harus ada nasionalisasi, pengambilalihan

modal, keterbatasan kepemilikan, dan pajak progresif. Tujuan sebenarnya

sosialisme Islam ialah mencegah individu mengeksploitasi modal dengan

mengorbankan massa yang menderita, berusaha membangun kesetaraan sosial,

dan menghilangkan kemiskinan. Pada masa kepemimpinan Siba‟i tidak sama

sekali menyarankan untuk mengangkat senjata dalam melawan pemerintahan

Suriah, akan tetapi ia mencari perubahan melalui reformasi sosial.

140

Syria: Sunni Opposition to the Minority Alawite Regime, Directorate of Intelligence,

data rilis pada tanggal 11 April 2011. 141

Artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 12.36 WIB, dari

http://ikhwansyria.com/2016/09/%D9%85%D8%AC%D8%B2%D8%B1%D8%A9-

%D8%B3%D8%AC%D9%86-%D8%AA%D8%AF%D9%85%D8%B1/

Page 66: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

54

Organisasi Futuwwa yang didirikan oleh jam‟iyyat pada tahun 1943 terus

dipertahankan oleh Siba‟i. Organisasi tersebut menjadi salah satu pilar terpenting

bagi IMS, karena pelatihan ini menciptakan generasi yang kuat untuk

menyebarkan pesan Ikhwan dengan semangat, pengorbanan, ketaatan, dan

ketertiban. Tujuan utamanya ialah mempersiapkan pemuda Muslim untuk

menjalani jihad Islam berdasarkan pelatihan spiritual dan pengembangan tubuh.

Persayaratan untuk memasuki organisasi ini antara lain pemuda di atas umur 16

tahun, memiliki tubuh yang sehat, tidak menjadi bagian dari organisasi politik,

sosial, dan olahraga lainnya. Kecakapan yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat

antara lain: berkemah, pelacakan jejak, mengendarai sepeda dan motor, menghafal

sebagian al-Qur‟an, Hadits, biografi nabi, waktu shalat, dan bagaimana

menentukannya.

Siba‟i mengadakan kamp musim panas untuk pelatihan Futuwwa yang

diikuti kurang lebih 300 orang di kota Yabrud 1945, di kota Latakia 1946, dan di

kota Misyaf 1947. Pada tahun 1950 organisasi tersebut sudah ada di semua

cabang IMS, wilayah yang paling aktif ialah Homs, Aleppo, Damaskus, Hama,

Idlib, dan Dayr al-Zur.142

IMS juga mengoperasikan beberapa klub olahraga yang

anggotanya juga dari futuwwa. Klub terkuat yang berhasil diciptakan ialah klub

basket Nadi Fityan Badr di Damaskus dan klub Qadisiyya di Homs.

Peran IMS di tengah-tengah masyarakat mulai terasa dengan hadirnya surat

kabar al-Manar yang didirikan tahun 1947, editornya dikepalai oleh Siba‟i dan

Bashir al-„Awf. Walaupun surat kabar al-Manar dilarang pada pertengahan 1949

oleh Husni az-Za‟im, pada bulan November muncul kembali sebagai al-Manar al-

Jadid. Surat kabar ini menjadi juru bicara utama bagi IMS. Pada tahun 1952, surat

kabar ini dilarang kembali oleh Adib al-Shishakli. Akan tetapi mulai diterbitkan

kembali setelah Adib al-Shiskali lengser dari pemerintahan tahun 1954.

IMS menunjukkan perhatiannya pada „sosialisme‟ dengan mendirikan Front

Sosialis Islam (al-Jabha al-Islamiyyah al-Istikhariyyah) pada tahun 1949. FSI

mengorganisir berbagai kelompok pekerja untuk berbagai kegiatan seperti

142

Joshua Teitelbaum, “The Muslim Brotherhood in Syria, 1945-1958: Founding, Social

Origins, and Ideology,” h. 229.

Page 67: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

55

membangun sekolah dan memberikan konsultasi untuk para pekerja yang

memperjuangkan haknya. FSI juga membantu menyalurkan pekerjaan bagi kaum

miskin, memberikan perawatan medis bagi yang membutuhkan, dan menawarkan

pendidikan gratis bagi masyarakat buta huruf. IMS memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap serikat-serikat pekerja. Di kota Damaskus 70% serikat pekerja

setia kepada IMS, sedangkan di kota Homs dan kota Hama angggota IMS bahkan

yang menjadi pemimpin beberapa serikat. IMS juga membentuk koperasi di mana

semua pekerja berpartisipasi dan berbagi keuntungan. Dari koperasi ini juga

menawarkan pinjaman bagi pemuda yang ingin melanjutkan pendidikanya. Salah

satu contohnya ialah Marwan Hadid yang menuntaskan pendidikannya dalam

bidang teknik pertanian di Mesir berkat uang pinjaman tersebut.143

IMS di bawah Siba‟i mengembangkan agenda khusus yang menyerukan isu-

isu anti-feodalisme, ketergantungan pada kekuatan asing, dan dominasi kelas elit.

Dengan demikian Ikhwan memimpin perjuangan yang dimainkan antara kelas

menengah dan menengah ke bawah melawan kelas atas semi-feodal. Menurut

seorang analisis dalam buku Raphaël Lefèvre, pada awal 1950-an kegiatan sosial

dan ekonomi IMS telah menaungi dan mencakup banyak kehidupan di Suriah

sampai menjadikan organisasi tersebut “negara dalam sebuah negara” 144

Pada masa kepemimpinan I‟sam al-Attar (1961-1972), masyarakat, ulama

konservatif dan ulama moderat telah mencapai satu kepahaman bahwa visi

mereka “negara Islam” yang demokratis, membuka keran ijtihad, dan menjadikan

syari‟ah sebagai sumber undang-undang. Ketika berakhirnya UAR (1961), I‟sam

al-Attar mendapatkan ajakan dari Abdul Karim Nahlawi untuk mengkudeta

pemerintahan pada tahun 1962. Setelah kudeta berhasil, Presiden Nazim al-Qudsi

yang menawarkan posisi jabatan sebagai Perdana Menteri kepada al-Attar tetapi ia

menolak kembali. Menurut I‟sam al-Attar keterlibatan militer dalam politik tidak

dapat membawa kebaikan bagi demokrasi.145

Pada tahun 1963 terjadi kudeta

kembali dan Pemerintahan Suriah sejak saat itu dikuasai oleh Partai Ba‟ath.

143

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 99. 144

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 35. 145

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 89.

Page 68: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

56

Pada tahun 1963 menjadi titik balik bagi organisasi IMS dan Partai Ba‟ath

itu sendiri. Pemerintah Ba‟ath menjadi lebih sosialis-liberal dan sektarianisme.

Sedangkan I‟sam al-Attar tidak diperbolehkan masuk kembali ke negara Suriah.

Akibat pengasingan tersebut IMS dilanda krisis kepemimpinan sehingga banyak

anggota yang mulai bergerak sesuasi dengan tokoh lokal IMS. Pemimpin regional

dari Aleppo, Homs, dan Damaskus dari tahun 1964 sampai 1967 mengajak

masyarakat untuk menyerukan pencabutan pembatasan luar negeri dan

penanaman modal swasta kepada pemerintah. Meskipun I‟sam di luar negeri,

beliau menyerukan ratusan anggota IMS untuk berkumpul di Masjid Umayyah,

Damaskus pada Januari 1965, untuk melawan rezim dengan cara damai dan

menolak seruan untuk konfrontasi langsung dengan pasukan kemanan Ba‟ath.146

Kebijakan Hafez al-Assad menerapkan ekonomi yang liberal,

mengakibatkan kerugian yang signifikan terhadap perekonomian skala kecil bagi

pengrajin dan pedagang kecil di kota merupakan korban pertama dalam program

tersebut. Koperasi yang dijalankan IMS juga menawarkan pinjaman untuk

pedagang kecil yang membutuhkan modal atau membuka toko. IMS secara

konsisten sepanjang tahun 1970an, mendampingi masyarakat pemilik lahan yang

telah dirugikan atas kebijakan Ba‟ath terhadap reformasi kepemilikan tanah dan

usaha peminjaman uang pribadi. Kaum Sunni yang sebelumnya menjadi pemilik

lahan harus kehilangan sebagain besar lahannya akibat kebijakan tersebut. IMS

memainkan perannya membantu pemilik lahan untuk mempertahankan

kepemilikannya. Akan tetapi dengan membantu mempertahankan tanah para elit

Sunni, organisasi IMS mulai berubah dari dasar ideologi sosialismenya. Pada

masa ini IMS hanya berupaya bagaimana menggalakkan dukungan dari semua

kelas masyarakat Sunni dan bersatu melawan pemerintahan.

Penduduk kota Hama dan Aleppo menjadi korban utama kebijakan ekonomi

rezim Ba‟ath karena sebagian besar produksi kapas dari wilayah tersebut ke

wilayah timur laut Suriah. Areal yang digunakan untuk produksi kapas menurun

pada tahun 1971 dari 220.000 hektar menjadi 185.100 hektar saja, sehingga pada

tahun 1976 harga tekstil meningkat. Kota Hama dan Aleppo yang bergantung

146

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 89.

Page 69: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

57

pada kapas untuk manufaktur skala kecil sangat dirugikan dan meningkatkan anga

pengangguran di kota tersebut. Pada masa kepemimpinan IMS, Abdul al-Fattah

Abu Ghuddah inilah serikat pekerja menjadi aktif sekali dan memperjuangkan hak

mereka. Hubungan antara koperasi pekerja juga menjadi sangat bermanfaat karena

bergotong royong saling membantu ketika mereka membutuhkan modal.

Menurut Raymond Hinnebusch dalam buku Ashes of Hama The Muslim

Brotherhood in Syria, IMS pada akhir tahun 1970-an menjadi lawan yang paling

kejam dari kebijakan sosialis Ba‟ath dan menjadi perpanjangan tangan bagi kaum

pedagang kecil yang hampir gulung tikar. IMS terus menyuarakan kepada

pemerintah untuk mempertahankan nilai-nilai seperti hak kepemilikan properti

pribadi, kebebasan berdagang, dan dorongan investasi swasta dalam

perekonomian nasional.147

Pada tahun 1976, Suriah mencapai inflasi sebesar 30%, sehingga banyak

pekerja perkotaan tidak dapat mengikuti kenaikan biaya hidup sehari-hari yang

meningkat sampai 10 kali lipat. Pola transformasi sosial-ekonomi ini membuat

penduduk yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk tinggal di kota-kota besar

tidak mengubah generasi mereka dan bahkan tercerabut dari lingkungannya.148

Inflasi yang melanda ekonomi Suriah dilambangkan oleh banyak orang sebagai

kegagalan kebijakan ekonomi sosialis yang menjadi doktrin penting partai Ba‟ath

sejak akhir 1940-an. Revolusi ideologi partai Ba‟ath menjungkirbalikkan tatanan

sosial, ekonomi, dan politik tradisional yang ada.

Pada tahun 1980, program yang dijalankan IMS ialah mengatur pembagian

petani tanpa tanah hanya di wilayah yang telah sah menjadi milik negara. Pada

masa inilah kalangan elit tradisional ini mulai bergabung dan memberikan dana

kepada IMS. Demonstrasi untuk revolusi Suriah semakin tumpah dan riuh di kota-

kota besar. Seperti yang dikemukakan oleh Quintan bahwa gerakan aktivisme

Islam meluap karena ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah, sehingga

masyarakat ingin memperbaiki kehidupan mereka kembali menggunakan agama.

IMS merupakan gerakan aktivisme Islam yang bergerak karena kepentingan

147

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 52-53. 148

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 53.

Page 70: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

58

anggota dan kalangan Sunni agar kualitas hidup mereka kembali baik dan terbebas

dari pemerintahan minoritas.

Setiap pemimpin IMS mencanangkan program baru yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat Sunni dan tetap meneruskan program-program yang

sebelumnya sudah dijalankan. Berikut beberapa program unggulan dari setiap

pemimpin IMS, yaitu:

Pemimpin IMS Program Unggulan

Mustafa al-Siba‟i (1945-1961)

Program Futuwwa dan Saraya,

Pembentukan cabang FSI, Program

pembentukan klub-klub olahraga secara

regional, Kompetisi olahraga antar klub,

pendidikan gratis bagi masyarakat buta

huruf, perawatan medis gratis, dan Surat

kabar al-Manar.

I‟sam al-Attar (1961-1972)

Kesepakatan antara masyarakat, ulama

konserfatif, dan moderat bahwa visi IMS

ialah negara Islam yang demokratis,

menempatkan 10 wakilnya di kursi

parlemen, koperasi untuk pedagang, dan

beasiswa untuk anggota.

Abdul Fattah Abu Ghuddah (1972-

1975)

Koperasi modal antar pekerja,

memperjuangkan hak-hak pekerja,

koperasi modal khusus untuk kalangan

yang bekerja untuk agama, mobilisasi

serikat pekerja dan tuan tanah untuk

memperjuangkan usaha bebas dan

kepemilikan pribadi.

Adnan Saad Eddine (1975-1980)

Program pendistribusian petani pada

wilayah yang telah sah menjadi milik

negara, Program membantu pemilik tanah

Page 71: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

59

untuk memperjuangkan, kepemilikannya,

dan mobilisasi masyarakat untuk revolusi

Suriah.

C. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Bidang Agama

Mustafa al-Siba‟i sebagai pendiri IMS percaya bahwa tugas utama gerakan

tersebut adalah dakwah daripada politik. Gerakan IMS hanya berupaya tidak ada

aksi pelarangan aktivitas bagi umat Muslim yang ingin menjalankan ibadahnya.

IMS menuntut penutupan pub di dekat masjid, sejumlah insiden di mana wanita

dilecehkan karena mengenakan rok pendek, pemilik restoran yang menyajikan

alkohol, dan musik keras saat adzan berlangsung.149

Salah satu usaha IMS yang dilaporkan berhasil oleh Legasi Amerika dalam

artikel Joshua, ialah kampanye mencegah prostitusi pada bulan Juli tahun 1947.

Melalui surat kabar al-Manar, IMS menyebarkan dan mengingatkan kembali nilai-

nilai rumah tangga dalam Islam, ganjaran untuk perzinahan, dan semangat

menghidupkan lingkungan Islami.150

Bahkan surat kabar tersebut pernah

menyerang Roxy Teater di Damaskus yang menayangkan iklan wanita dan pada

tahun 1951 membahas isu-isu iklan untuk film yang menunjukkan aurat wanita.

Isi keseluruhan surat kabar tersebut ialah penekanan terhadap nilai Islam yang

puritan. Ketika surat kabar yang lain banyak memuat iklan-iklan produk asing,

surat kabar al-Manar al-Jadid tidak memiliki masalah biaya produksi tanpa

memasang iklan satupun.

IMS menjaga nilai-nilai Islam dalam negeri Suriah dari invasi budaya asing.

Upaya yang dilakukan IMS antara lain, kecaman IMS pada penyair Suriah yang

telah menerbitkan bait-bait romantis yang membuat referensi eksplisit dari tubuh

seorang wanita akhir tahun 1940-an, IMS melayangkan protes tertulis untuk

pembatalan terhadap publikasi Britannia & Eve yang memuat sebuah artikel

149

Line Khatib, Islamic and Islamist Revivalism in Syria: The Rise and Fall of Secularism

in Ba‟athist Syria, h. 15. 150

Joshua Teitelbaum, “The Muslim Brotherhood in Syria, 1945-1958: Founding, Social

Origins, and Ideology,” h. 230.

Page 72: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

60

bergambar di dalamnya menunjukkan Nabi Adam, Hawa, dan istri Nabi

Muhammad dengan pakaian yang tidak semestinya yang ditulis oleh Matania

Muhammad, dan IMS juga menulis kepada Presiden dan Perdana Menteri terkait

hal tersebut.151

IMS sering digambarkan sebagai organisasi fanatik agama yang sebenarnya

siap untuk menunjukkan sikap pragmatisme terhadap otoritas politik selama

kepentingan dan nilai-nilai Islam yang mereka bawa maju. Sikap pragmatisme

ditampilkan setelah IMS sepakat bergabung dengan pemerintahan bulan

Desember 1949. Perdebatan terjadi ketika penyusunan konstitusi baru terdapat isu

yang kontroversial yaitu hubungan antara agama dan negara. IMS di bawah

Mustafa al-Siba‟i bersikeras bahwa konstitusi harus mengabadikan agama Islam

sebagai “agama negara.” Masalah ini cukup sensitif karena masyarakat Suriah

yang beragama minoritas cukup banyak jumlahnya dan beragam. Pada akhirnya,

al-Siba‟i cukup meyakinkan parlemen dengan menetapkan bahwa agama kepala

negara ialah agama Islam dan undang-undang bersumber kepada klausul fiqh

Islam.

Pada tahun 1963 dan seterusnya, perjuangan IMS lebih militan karena

revolusi neo-Ba‟ath mengakibatkan pemerintahan yang lebih radikal dan semakin

sekuler. Hal ini terbukti dengan Kongres Nasional Keenam yang diselenggarakan

di tahun itu, Ba‟ath menyerukan transformasi sosial radikal masyarakat Suriah

melalui penghapusan agama sebagai subjek yang diajarkan di sekolah-sekolah

negeri dan juga sekularisasi Hukum Kepemilikan Pribadi yang berbasis syariah.152

Pengenalan langkah-langkah ini membuat marah tokoh agama tertentu yang

menghadiri kongres tersebut. Pada tahun 1964, untuk pertama kalinya di kota

Hama terjadi demonstrasi menyerukan kebijakan pemerintah yang dinilai anti-

agama. Demonstrasi massal dan pemogokan umum tersebut berlangsung selama

29 hari, gerakan tersebut dipimpin oleh anggota IMS yaitu Marwan Hadid.

Kesenjangan pendapatan terjadi antara orang-orang yang bekerja untuk

agama dengan perwira militer. Pendapatan perwira senior militer bisa mencapai

151

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 32. 152

Line Khatib, Islamic and Islamist Revivalism in Syria: The Rise and Fall of Secularism

in Ba‟athist Syria, h. 53.

Page 73: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

61

8.000 pound Suriah setiap bulan, mereka bisa membeli barang bersubsidi di

koperasi, membangun rumah dengan pinjaman dari negara yang sangat mudah,

dan penggunaan mobil dinas tanpa pemeriksaan. Sedangkan kalangan yang

bekerja untuk agama seperti: imam shalat pendapatannya sekitar 385-610;

pengajar sekitar 285-455; khatib sekitar 250-420; mu‟azzin (pengumandang

adzan) sekitar 285-320; Qari‟ (pembaca al-Qur‟an) sekitar 150-270; muwaqqit

(pengingat waktu) sekitar 180-250; dan seorang pengurus masjid sekitar 305-385

pound Suriah.153

Dari data di atas maka bisa disimpulkan gaji seorang khatib

bahkan lebih rendah dari pengurus masjid. Gaji para mufti dan qadi juga tidak

jauh tinggi, padahal kehadiran mereka sangat dibutuhkan bagi umat beragama.

Mereka tidak bisa hanya mengandalkan gaji dari pelayanan agama maka

kebanyakan menjadi pedagang kecil, pengrajin, dan berjualan buku. IMS

membentuk koperasi modal terpisah untuk membantu kalangan agama tersebut

agar bisa memulai usaha mereka. Masyarakat yang mengabdikan dirinya untuk

agama semakin tertekan setelah pemerintah pada tahun 1965 mengeluarkan

kebijakan bahwa mereka berhak untuk menunjuk dan memberhentikan seorang

khatib di masjid.

IMS mulai menyuarakan penolakkan terhadap pemerintahan tahun 1966

yang mulai terlibat secara itensif dalam penunjukkan ulama, membawa institusi

Waqaf di bawah naungan pemerintah, serta mengendalikan dan melarang

pengajaran agama di luar masjid.154

Jumlah dan kepadatan ulama juga tidak

merata pada tahun 1970-an, dari 3.000 ulama terdapat 2.000 ulama yang

terkosentrasi di daerah perkotaan sementara hanya ada 1.000 ulama untuk 5.000

desa di berbagai wilayah.155

Hal ini juga terjadi karena fragmentasi masyarakat

Suriah, di mana wilayah perkotaan menjadi pemukiman mayoritas Sunni dan

wilayah pedesaan menjadi basis minoritas.

Pada tahun 1970, hubungan beragama antara masyarakat dan negara mulai

membaik karena Hafez al-Assad merumuskan kembali kebijakan presiden

sebelum dirinya. Hubungan harmonis tersebut tidak berlangsung lama ketika

153

Hana Batatu, “Syria‟s Muslim Brethren,” h. 19. 154

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 46. 155

Hana Batatu, “Syria‟s Muslim Brethren,” h. 14.

Page 74: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

62

Januari 1973, Hafez al-Assad menerbitkan sebuah rancangan konstitusi yang

memicu demonstrasi dan kerusuhan karena “ketidaktentuan agama” dari dokumen

tersebut. Draft tersebut secara implisit menyebutkan Syari‟at Islam sebagai

sumber undang-undang utama, tetapi tidak memasukkan pasal status khusus yang

ditetapkan oleh Konstitusi tahun 1950 yang menyatakan bahwa Agama seorang

kepala negara harus Islam.156

Protes yang berasal dari kota Hama langsung

menyebar ke kota-kota sampai ke ibukota, Damaskus. Tokoh IMS Sa‟id Hawwa

menyatukan seluruh jaringan ulama untuk meningkatkan koordinasi aksi

mempertahankan nilai kredensial Islam yang berada di ujung tanduk. Tanggapan

yang diberikan Hafez al-Assad hanya menyiarkan sebuah artikel bahwa “agama

Presiden adalah Islam.” Namun, ia tetap menolak tuntutan bahwa Islam

dinyatakan sebagai “agama negara.” Penentangan IMS dan masyarakat Muslim-

Sunni tidak hanya terhadap sikap sekularisme Ba‟ath tetapi kebenaran agama

Alawiyah yang dianut oleh Hafez al-Assad semakin jelas.

Pada akhirnya program utama IMS ialah merevaluasi pemerintahan Suriah

dengan cara Suriah menjadi negara Islam, pengadilan independen yang

berlandaskan hukum syari‟ah, dan meniadakan sesuatu yang bertentangan dengan

hukum Islam. Kebebasan berekspresi, persaingan partai terjamin, hukum Islam

akan mengatur setiap cabang kehidupan sosial-agama di Suriah, dan

pemberantasan judi, alkohol, pelacuran, serta klub malam.157

D. Respon Masyarakat Suriah terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin

Setelah merdeka dari Prancis, Masyarakat Suriah disuguhkan berbagai

macam partai antara lain Partai Ba‟ath yang didirikan oleh Michel Aflaq dan

Salah ad-Din al-Bitar, Partai Komunis oleh Balid Bakhsad, Partai Sosialis Arab

oleh Akram al-Hawrani, Partai Nasionalis Suriah oleh Antun Sa‟ada, dan IMS

oleh Mustafa al-Siba‟i.158

Kalangan pemuda di kota banyak yang tertarik dengan

156

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 48. 157

Raymond Hinnebusch, Syria Revolution from Above, (New York: Routledge, 2001), h.

91. 158

Itzchak Weismann,“Sa‟id Hawwa: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria,” h. 607.

Page 75: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

63

sosok Akram al-Hawrani, seorang aktivis populis yang memainkan peran penting

pada masa awal politik Suriah. IMS harus berkompetisi dengan Ba‟ath dan

Komunis untuk mendapatkan dukungan kaum urban Sunni tradisional.

Pada tahun 1950-an, IMS sedikit meraih anggota dari kalangan menengah

dan atas.159

IMS mendapatkan anggota terdiri dari pedagang kecil, pengrajin,

ulama, dan guru. Menurut Hana Batatu bahwa kalangan agamawan mempunyai

kebutuhan ekonomi yang sama dengan pedagang kecil sehingga mereka pada

kelas yang sama.160

Akan tetapi masyarakat Sunni elite sebagai pemilik tanah,

mulai bergabung dan membantu IMS pada tahun 1970-an setelah kebijakan

reformasi kepemilikan tanah.

Bagi masyarakat pedesaan dan etnis minoritas, bergabung dengan partai

Ba‟ath menjadi pilihan yang baik karena pluralitas yang diusung dan fokus Ba‟ath

menyamakan sarana, ekonomi, dan pendidikan bagi wilayah pinggiran. Pengikut

Partai Ba‟ath banyak dari kalangan guru dan tentara. Pada awal berdirinya partai

ini, masyarakat Suriah menyambut dengan hangat karena Ba‟ath bisa menjadi

jembatan antara kelas dan perpecahan sektarian yang telah mempolarisasi

masyarakat. Pada tahun 1953, Partai Ba‟ath bersatu dengan Partai Sosialis Arab

yang menjadikannya partai terbesar di Suriah.161

Akan tetapi Partai Ba‟ath yang menjadi penguasa pemerintahan Suriah,

setidaknya berevolusi dua kali yang menandakan perubahan besar-besaran pada

internal penguasa dan ideologinya yaitu pada tahun 1963 dan tahun 1970. Kudeta

tahun 1963 dan 1970 di Suriah merupakan produk konspirasi dari militer bukan

dari pergerakan rakyat. „Revolusi dari atas‟ ingin menggantikan kekuasaan yang

lama dan membuat konstitusi baru secara masif. Pada tahun 1970, Partai Ba‟ath

mulai membersihkan anggotanya yang berasal dari Sunni dan merekrut anggota

berasal dari Alawiyah dan Druze. Masyarakat Sunni yang pada awalnya terpecah

memihak ke berbagai partai, mulai bersatu bersama IMS karena melihat

persaingan yang nyata antara mayoritas sebagai rakyat dengan minoritas sebagai

pemerintah.

159

Raymond Hinnebusch, Syria Revolution from Above, h. 33. 160

Hana Batatu, “Syria‟s Muslim Brethren,” h. 19. 161

Raymond Hinnebusch, Syria Revolution from Above, h. 28.

Page 76: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

64

Kebijakan rezim Ba‟ath tahun 1960-an seperti maraknya koperasi pertanian,

koperasi konsumen, proyek pembenahan lahan, dan redistribusi tanah skala besar

mendapatkan reaksi negatif masyarakat perkotaan. Kebijakan pemerintahan

tersebut merubah struktur, pola tradisional, dan mengancam kepentingan

kelompok tertentu, maka IMS semakin kuat muncul sebagai kekuatan Islam

konservatif dan mewakili masyarakat yang terganggu tersebut.

Penduduk kota Hamah juga terusik dengan masuknya pendatang baru dari

pedesaan yang membanjiri pusat kota. Selain itu masyarakat Aleppo mulai

semarak meneriaki slogan-slogan “Aleppo for Aleppans” (Aleppo untuk orang-

orang Aleppo). Kemudian slogan tersebut juga menyebar di beberapa kota,

sehingga dimanfaatkan dengan baik oleh IMS untuk mendapatkan dukungan dari

masyarakat kota. Akan tetapi IMS tidak memiliki banyak anggota di daerah

pedesaan, kecuali di beberapa desa yang dekat dengan kota. Sedangkan partai

Ba‟ath memiliki banyak kader di desa-desa.

Pada masa 1970-an, masyarakat Sunni tersadar dan mulai berbondong-

bondong masuk ke dalam IMS. Sekitar 500-700 jumlah anggota baru IMS pada

tahun 1975 dan pada tahun 1978 skala nasional anggota IMS mencapai 30.000.162

Masyarakat kembali merasakan permusuhan antara sekte Alawiyah dengan Sunni

dan mereka mulai bersekutu dengan afiliasinya masing-masing. Masyarakat Sunni

kalangan atas yang merasakan kerugian dari kebijakan rezim Ba‟ath, mulai

mendukung IMS melakukan revolusi. Puncak kesatuan masyarakat Sunni dengan

IMS pada masa 1979 sampai 1982, semua kalangan melakukan demonstrasi

besar-besaran untuk menggulingkan Hafez al-Assad.163

Pertarungan ini membawa banyak dimensi antara IMS dengan Ba‟ath, Sunni

dengan Alawiyah, mayoritas dengan minoritas, dan opisisi melawan rezim

pemerintahan. Pada bulan Februari 1982, Hafez al-Assad memutuskan untuk

membom kota Hama yang menjadi pusat pemberontakan terhadap kekuasaanya.

Dilaporkan sekitar 40.000 masyarakat sipil menjadi korban atas pengeboman

162

Raymond Hinnebusch, Syria Revolution from Above, h. 90. 163

Raymond Hinnebusch, Syria Revolution from Above, h. 81.

Page 77: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

65

tersebut.164

Sampai sekarang peristiwa tersebut menjadi memori luka kolektif bagi

masyarakat Suriah. Bagi masyarakat Suriah, bulan Februari merupakan bulan

yang kelam karena pemerintahan yang keras membuat puluhan ribu orang yang

tinggal di kota Hama harus hidup di antara bom dan kehancuran.165

E. Organisasi Ikhwanul Muslimin Suriah Pasca-Peristiwa al-Ahdath

Semakin populernya politik Islam yang digalakkan masyarakat Sunni, maka

harus mempertimbangkan penguasa Suriah yang semakin ingin mengkooptasi

para ulama dan perubahan konstitusi yang semakin liberal. Setelah peristiwa al-

Ahdath Februari tahun 1982, semua program terpaksa berhenti dan organisasi

IMS menjadi gerakan bawah tanah.

Pada 7 Maret 1982, Hafez al-Assad berpidato untuk menerangkan bahwa

menjatuhkan bom di kota Hama tidak bisa terelakkan karena pemberontakan dari

masyarakat Sunni dan IMS. Dalam pidatonya tersebut, IMS merupakan

pengkhianat bagi negara Suriah karena didanai oleh Amerika Serikat dan

dipersenjatai oleh Iraq. Ia menambahkan bahwa anggota IMS tidak segan-segan

membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan bahkan keluarga di dalam satu

rumahnya sendiri.166

Hasil penemuan dari berbagai sumber, anggota IMS

melakukan kekerasan dan pembunuhan kepada kadet militer Alawiyah, pejabat

Alawiyah, dan percobaan pembunuhan kepada Hafez al-Assad. Tidak ada warga

negara sipil yang secara khusus menjadi target kekerasan dari IMS. Akan tetapi

berbanding terbalik ketika Hafez al-Assad menjatuhkan bom di kota Hama.

Karena sebuah bom yang meledak tidak bisa memilih korbannya, semua warga

negara sipil atau target tertentu yang berada di jangkauan ledakan bom tersebut

akan terluka. Hafez al-Assad menghukum para pemimpin IMS dengan

pengasingan. Menurut Ahmed al-Uthman seorang anggota IMS, ketika kabar kota

Hama di bom sampai di kota Aleppo, kota tersebut relatif sepi karena

164

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 77. 165

Artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 14.20 WIB, dari

http://ikhwansyria.com/2014/02/بيان-في-ذكرى-مجزرة-شباط-2891-في-سوريت-شعب-ي/ 166

Pidato Hafez al-Assad tentang "Muslim Brotherhood", 1982,” video diakses pada

tanggal 22 Februari 2017 pukul 02.13 WIB, dari

https://www.youtube.com/watch?v=dTDeGAp8HAs

Page 78: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

66

masyarakatnya relatif memilih diam dan takut jika mereka memberontak akan

mendapatkan nasib yang sama.167

Kepemimpinan IMS kehilangan kredibilitas dengan anggota mereka sendiri.

Para pemimpin pelopor kelompok radikal seperti Adnan Uqlah mengungsi ke

Yordania, tetapi ia terbujuk untuk kembali ke Suriah akhirnya ditangkap dan

dieksekusi. Petinggi IMS lainnya seperti Sa‟id Hawwa tinggal di Yordania, Adnan

Saad Eddine tinggal di Eropa, Hasan al-Huwaidi serta Abdul Fattah Abu Ghuddah

bahkan disambut oleh pemerintahan Arab Saudi dan mereka tidak pernah kembali

lagi ke Suriah.168

Sementara anggota biasa IMS yang hidup di Suriah

menyembunyikan identitasnya agar tidak tertangkap kemudian dipenjara oleh

pemerintah.

Pada tahun 1983, Sa‟id Hawwa mengundurkan dirinya dari komite eksekutif

IMS. Di balik pengunduran dirinya menurut Ali Sadr al-Din al-Baynuni

menjelaskan bahwa seorang anggota faksi Aleppo yang ideologinya radikal

mungkin telah merasakan tanggung jawab khusus dari akhir tragisnya

pemberontakan Hama. Kelompok jihadis yang diasingkan di Amman dan Iraq

mulai menata kembali organisasi mereka dan membangun gerakan jihadis global

yang semakin berkembang dan beberapa tahun kemudian lahir al-Qaeda.

Organisasi IMS sendiri pada 11 Maret 1982, bergabung dengan koalisi baru

yaitu Front Nasional untuk Pembebasan Suriah. Pada tahun 1984 dari koalisi ini

menerbitkan sebuah pamflet yang isinya ajakan untuk “membunuh Asad.”169

Pada

bulan Februari 1990 didirkan koalisi baru yang bernama Front Nasional untuk

Menyelamatkan Suriah secara resmi. Menurut Ali Sadr al-Din al-Baynuni

meskipun namanya berganti, berbagai aliansi bergabung dari yang Islamis sampai

nasionalis tetapi tujuannya satu yaitu menurunkan Rezim Asad dari kursi

pemerintahan. Pada abad ke-21, IMS terus menjalin alinasi dengan pihak oposisi

sampai tahun 2006 terdapat 15 grup oposisi yang bersatu dengan memakai nama

NSF (the National Salvation Front).

167

Interview dengan Ahmed al-Uthman di Paris, 2 Juni 2011 dalam buku Raphaël Lefèvre,

Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 59. 168

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 137-140 169

Liad Porat, The Syrian Muslim Brotherhood and the Asad Regime, h. 4.

Page 79: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

67

Demikian pembahasan bab yang menjabarkan sejarah dan perkembangan

IMS, peran dan kontribusinya dalam bidang sosial dan agama, respon masyarakat

Suriah terhadap gerakan tersebut, dan organisasi Ikhwanul Muslimin pasca-

peristiwa al-Ahdath 1982. Selanjutnya saya akan menyimpulkan hasil dari

penelitian ini dan saran bagi penelitian selanjutnya.

Page 80: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Awal abad ke-20, menjadi periode dimana negara-negara Timur Tengah

mencari jati diri dan bentuk pemerintahan yang sesuai dengan mereka.

Pemahaman dan ideologi banyak diadopsi seperti sosialisme, sekularisme, liberal,

komunisme, nasionalisme, modernisasi, dan tidak sedikit yang mengembangkan

kembali ideologi revivalisme Islam. Berdirinya organisasi Ikhwanul Muslimin

merupakan buah dari pemahaman revivalisme yang dikembangkan oleh

masyarakat. Organisasi Ikhwanul Muslimin Suriah (IMS) yang berakar dari

kumpulan beberapa jam‟iyyat, mulai menggiatkan nilai-nilai Islam pada

masyarakatnya dan berjuang melawan penjajahan Prancis. Setelah kemerdekaan

Suriah tahun 1946, IMS yang mengusung ideologi sosialisme-Islam mulai

melancarkan program-program pada bidang sosial dan agama yang menunjukkan

konsistensi di sepanjang waktu dan tempat. Namun ideologi sosialisme-Islam

yang dicanangkan oleh Mustafa al-Siba‟i tidak berlanjut karena pemimpin-

pemimpin IMS setelahnya bersikap pragmatis dan mengutamakan cara

menjatuhkan rezim Ba‟ath.

Peran IMS semakin terasa ketika perubahan politik yang terjadi di Suriah,

perlahan-lahan masyarakat elite Sunni-moderat yang sebelumnya berpihak kepada

partai Ba‟ath mulai dimarginalkan dan kaum minoritas Alawiyah mulai mengisi

posisi penting di dalam partai dan pemerintahan. Program yang digencarkan

bukan hanya untuk anggota IMS saja melainkan masyarakat luas dari kalangan

atas dan bawah. IMS merangkul masyarakat Sunni pemilik tanah agar mereka

tidak kehilangan semua lahannya akibat kebijakan reformasi kepemilikan tanah

dan membantu memberdayakan masyarakat yang berprofesi di bidang keagamaan

dan pedagang kecil dengan koperasi untuk menyambung modal mereka.

Peran yang dicurahkan IMS pada bidang sosial dan agama semakin itensif

pada tahun 1970 sampai 1982. Pada periode ini partai Ba‟ath yang memonopoli

Page 81: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

69

pemerintahan Suriah mengalami revolusi sehingga lahir partai “neo-Ba‟ath” yang

berisi kaum minoritas Alawiyah. Perubahan yang terjadi dalam internal partai

Ba‟ath justru meningkatkan pengikut, simpati, dan dukungan masyarakat Sunni

yang seakan tersadar bahwa mereka membutuhkan organisasi seperti IMS yang

mengusung nilai-nilai Islam. Rezim Ba‟ath berubah menjadi liberal dan mulai

menekan organisasi IMS dengan undang-undang pelarangan pada bulan Juli tahun

1970.

Meskipun pada akhirnya organisasi tersebut tidak berhasil melakukan

revolusi di Suriah, IMS berhasil mencatatkan kontribusinya yang komprehensif

kepada masyarakat sehingga muncul pernyataan bahwa organisasi IMS seperti

“negara dalam sebuah negara.” Peran yang sukses dimainkan IMS dalam bidang

sosial, di antaranya:

1. IMS membangun masyarakat yang sehat secara jiwa dan jasmani dengan

menyelenggarakan kompetisi olahraga antar klub dan program Futuwwa.

Program tersebut merupakan serangkaian pelatihan kecakapan fisik

selayaknya tentara, pengembangan spiritual, dan pengetahuan agama yang

mendalam bagi kaum muda Muslimin Suriah.

2. IMS dengan program-programnya seperti: koperasi khusus bagi pedagang,

perserikatan pekerja, beasiswa, pendidikan serta pengobatan gratis menjadi

penyambung hidup bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.

3. IMS bukanlah organisasi yang berpihak kepada satu kalangan sosial saja,

akan tetapi merangkul semua kalangan yang mendapat kerugian dari

pemerintahan Hafez al-Assad.

Sementara dalam bidang agama, peran IMS di antaranya:

1. IMS membendung paham-paham sekularisme, plularisme, dan liberalisme

yang menerjang masyarakat Suriah.

2. IMS menjaga nilai-nilai Islam tetap semarak dan kegiatan keagamaan

berjalan dengan lancar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Suriah.

Page 82: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

70

3. IMS terus menggalakkan “Negara Islam” atau setidaknya

mempertahankan Islam terus menjadi dasar negara dan pemimpin Suriah

adalah seorang Muslim.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini maka penulis memiliki saran yakni:

1. Studi tentang Ikhwanul Muslimin Suriah belum banyak dilakukan oleh

peneliti Indonesia, sehingga tema ini bisa dikembangkan dan diteliti

kembali oleh peneliti-peneliti lain.

2. Kepada organisasi-organisasi massa keagamaan Islam di Indonesia bisa

lebih belajar dari pengalaman IMS tentang keterlibatanya dalam bidang

sosial dan keagamaan. Sehingga organisasi-organisasi Islam di Indonesia

lebih memainkan peran penting dalam masyarakat luas bukan hanya

anggota organisasi, dan ikut membangun reformasi sosial dan penggiat

nilai-nilai keagamaan.

3. Indonesia dan Suriah memiliki persamaan yaitu agama yang beragam.

Tetapi Indonesia menghargai perbedaan yang ada sehingga konfrontasi

antar kelompok bisa diminimalisir. Berbeda dengan Suriah yang

mendapatkan warisan fragmentasi sosial dari penjajahnya dahulu.

Peristiwa yang terjadi di negara Suriah bisa menjadi pelajaran berharga

untuk kita semua agar terus menciptakan kondisi bermasyarakat yang

toleransi, rukun dan damai.

Page 83: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

71

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abbu Rumman, Mohammad, Islamist, Religion and the Revolution in Syria,

Jordan, Friedrich-Ebert-Stiftung, 2013.

Abdurrahman, Hafidz, Kembalinya Suriah Bumi Khalifah Yang Hilang, Bogor,

Al-Azhar Freshzone, 2013.

Adma, Michael, Handbooks to the Modern World: The Middle East, New York,

Facts on File Publications, 1988.

al-Noqaidan, Mansour, Muslim Brotherhood in UEA Expansion and Decline,

Dubai: al-Mesbar Center for Studies and Research, 2009.

al-Qaradhawi, Yusuf, 70 Tahun al-Ikhwan al-Muslimun; Kilas Balik Dakwah,

Tarbiyah dan Jihad, penerjemah: Mustolah Maufur dan Abdurrahman

Husain, Pustaka al-Kautsar, 1999.

Anderson, Ewan W. and Liam D. Anderson, An Atlas of Middle Eastern Affairs,

New York, Routledge, 2010.

Antonio, Muhammad Syafii, Ensiklopedia Peradaban Islam Damaskus, Jakarta,

Tazkia Publishing, 2012.

Cleveland, Wiliam and Marti Burton, A History of The Modern Middle East,

Philadelphia, Westview Press, 2009.

Darojat, Zakiyah, Jihad Dalam Sejarah Islam Indonesia Kontemporer (1945-

2005); kajian atas Wacana dan Praksis Jihad Gerakan Sosial, Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Defense Intelligence Agency, Syria Muslim Brotherhood Pressure Intensifies,

May, 1982.

Fatiah, Abu Al-Adnani, Journey to Damascus, Surakarta, Granada, Mediatama,

2014.

Hawkes, Steven ,Teeples S.J., The Eastern Chrisians and Their Churces, USA,

Knights of Columbus Supreme Council, 2008.

Houston, Stephen D., The Shape of Script: How and Why Writing System Change,

School for Advanced Research Press , 2012.

Hinnebusch, Raymond, Syria Revolution from Above, New York, Routledge,

2001.

________ The Middle East, Edition 13, Washington DC, Sage Publications, 2014.

Hitti, Philip K., Syria A Short History, New York, The Macmillan Company,

1959.

Ibrahim, Qasim A. dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak

Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Kini, Jakarta, Zaman, 2014,

Isma‟il, Hasan al-Hudhaibi, Ikhwanul Muslimin Mengajak bukan Menghakimi,

Pustaka, Bandung, 1984.

Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, Jakarta,

Amzah, 2005.

Karya, Soekma H., Ensiklopedia Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos

Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1966.

Page 84: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

72

Kawakibi, Salam, Political Islam in Syria, Center For European Policy Studies,

2007.

Khoury, Philiph, The Modern Middle East: A Reader, New York, I.B. Taruris,

2009.

Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,

1999.

Lefèvre, Raphaël, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, London,

Hurst & Co., 2013.

Lund, Aron, The Ghost Of Hama, The Bitter Legacy of Syria‟s Failed 1979-1982

Revolution, Stockholm, Swedish International Liberal Centre, 2011.

Machmudi, Yon, Islamising Indonesian: The Rise of Jemaah Tarbiyah and The

Prosperous Justice Party (PKS), ANU Press, 2008.

Machmudi, Yon, Partai Keadilan Sejahtera; Wajah Baru Islam Politik Indonesia,

Bandung, Harakatuna, 2005. Marbun, B. N., Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2007.

Mo‟az, Moshe dan Avner Yaniv, Syria Under Assad: Domestic Constraints and

Regional Risk, New York: Routledge, 2014. Mostyn, Trevor and Albert Hourani, The Cambridge Encyclopedia of The Middle

East and North Africa, Cambridge University Press, Cambridge, 1988.

Pargeter, Alison, The Muslim Brotherhood: The Burden of Tradition, Saqi Books,

Beirut, 2010.

Philips, Douglas A., Modern World Nation: Syiria, Chelsea House, New York,

2010.

Qodir, Zuly, HTI dan PKS Menuai Kritik: Perilaku Gerakan Islam Politik

Indonesia, Jusuf Kalla School of Government, Yogyakarta, 2013.

Rahmat, M. Imdadun, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung

Parlemen, Jogjakarta, LKis, 2008.

Ranko, Annete, The Muslim Brotherhood and its Quest for Hegemony in Egypt

State-Discourse and Islamist Counter- Discourse, Springer VS, Hamburg,

2015.

Salvatore, Armando dan Dale F. Eickelman, Public Islam and The Common God,

Koninklijke Brill, Leiden, 2004.

Santosa, Agus, World Heritage Nature and Culture Under The Protection of

UNESCO, Vol II: North Africa and Middle East, Batara Publishing,

Surakarta, 2009.

Schulze, Reihard, A Modern History of the Islamic World, New York: New York

University Press, 2002.

Simon, Reeva S., dkk, Encyclopedia of the Modern Middle East, New York,

Macmillan, 1996.

Spencer, William J., Global Studies: The Middle East, New York: McGraw-Hill,,

2009.

Sucipto, Hery, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik, dan Pendiri

Muhamadiyah, Jakarta: Best Media Utama, 2010.

Syafii, Muhammad Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam: Damaskus, Jakarta:

Tazkia Publishing, 2012.

Page 85: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

73

Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media Group, Jakarta,

2008.

Tilly, Charles, From Mobilization to Revolution, McGraw-Hill: California, 1978.

Wickham, Carrie Rosefsky, The Muslim Brotherhood: Evolution of an Islamist

Movement, New Jersey: Princeton University Press, 2013. Wiktorowicz, Quintan, Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach,

Indiana: Indiana University Press, 2004. Zollner, Barbara H. E., The Muslim Brotherhood Hasan Al-Hudaybi and

Ideology, New York: Routledge, 2009.

Jurnal

Abbott, Freeland “The Jama‟at–i-Islami of Pakistan,” Middle East Journal,

Vol.11, No.1, 1957. Abu, Ibrahim Bakar, “PAS and Its Islamist Fundamentalism in Malaysia,”

Journal of Human Sciences, No. 43, July, 2009.

al-Monein, Abd Said Aly dan Manfred W. Wenner, “Modern Islamic Reform

Movements: The Muslim Brotherhood in Contemporary Egypt,” Middle

East Journal, Vol. 36, No. 3, pp. 336-361, 1982.

Batatu, Hanna, “Syria‟s Muslim Brethren,” MERIP Reports, Vol. 12, No. 9,

November 1982. http://www.merip.org/mer/mer110/syrias-muslim-

brethren.

Drysdale, Alasdair, “The Asad Regime and Its Troubel,” MERIP Reports, Vol. 12,

No. 9, November 1982. http://www.merip.org/mer/mer110/asad-regime-

its-troubles

Drysdale, Alasdair, “The Syrian Political Elite 1966-1976: A Spatial and Social

Analysis,” Middle Eastern Studies, Vol. 17, No. 1, pp. 3-30, 1981.

Faksh, Mahmud A., “The Alawi Community of Syria: A New Dominant Poltical

Force,” Middle Eastern Studies, Vol. 20, No. 2, April, 1984.

Hinnebusch, Raymond, “Rural Politics in Ba‟athist Syria: A case Study in the

Role of the Countryside in the Political Development of Arab Societies,”

The Review of Politics, Vol. 44, No. 1, Januari, 1982.

Isaac, Steven, “The Ba‟ath of Syria and Iraq,” Longwood University, artikel

diakses pada tanggal 8 Februari 2018 pukul 10. 52 WIB, dari

http://www.longwood.edu/staff/isaacsw/Ba'th%20Excerpt.pdf

Lefèvre, Raphaël, The Muslim Brotherhood Prepares for A Comeback in Syria,

Washington DC: Carnegie Endowment for International Peace, Mei,

2003.

Leiden, Carl, “Political Instability in Syria,” The Southwestern Social Science

Quarterly, Vol. 45, No. 4, pp. 353-360, Maret, 1965.

Müller, Dominik M., “An Internatinalist National Islamic Struggle? Narratives of

„Brothers Abroad‟ in The Discursive Practices of The Islamic Party of

Malaysia (PAS),” South East Asia Research, Vol. 18, No.4, pp. 757-791,

2010.

Dam, Nikolas Van, “The Islamic Struggle in Syria,” Middle East Studies Bulletin,

Vol. 18, No. 1, July, 1984.

Page 86: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

74

Padmo, Soegijanto, “Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa Ke Masa:

Sebuah Pengantar,” Humaniora, Vol. 19, No. 2, Juni, 2007.

Porat, Liad, “The Syrian Muslim Brotherhood and The Asad Regime,” Crown

Center For Middle East Studies, No. 47, Desember, 2010.

Qaddour, Jomana, “Unlocking the Alawite Conundrum in Syria,” The Washington

Quarterly, Vol. 36, No. 4, pp. 67-78, 2013.

Rabi, Ibrahim Abu, “Facing Modernity: Ideological Origins of Islamic

Revivalism,” Harvard International Review, Vol. 19, No. 2, 1997.

Rapp, A., “Syria: Can Desert Encroachment Be Stopped?,” Ecological Bulletins,

No. 24, 1976.

Sattar, Noman, “al-Ikhwan al-Muslimin (Society of Muslim Brotherhood) Aims

and Ideology, Role and Impact,” Pakistan Horizon, Vol. 48, No. 2, pp. 7-

30, 1995.

Simms, Rupe, “Islam Is Our Politics: A Gramscian Analysis of the Muslim

Brotherhood,” Social Compas, Vol. 49, pp. 563-582, 2001.

Talhamy, Yvette, “The Syrian Muslim Brothers and the Syrian-Iranian

Relationship,” The Middle East Journal, Vol. 63, No.4, 2009.

Teitelbaum, Joshua, “The Muslim Brotherhood and the „Struggle For Syria‟ 1947-

1958 Between Accomodation and Ideology,” Middle Eastern Studies Vol.

40, No. 3, May 2004.

“The History of Muslim Brotherhood,” 9 Bedford Row International, London,

2015.

“The Muslim Brotherhood in the Arab World and Islamic Communities in

Western Europe,” The Meir Amit Intelligence and Terrorism Information

Center, January, 2012.

Weismann, Itzchak, “Sa‟id Hawwa: The Making of a Radical Muslim Thinker in

Modern Syria,” Middle Eastern Studies, Vol. 29, No. 4, pp. 601-623.

1993.

Zahid, Mohamed dan Michael Medley, “Muslim Brotherhood in Egypt and

Sudan,” Review of African Political Economy, Vol. 33, No. 110, Religion,

Ideology and Conflict in Africa, September, pp. 693-708, 2006.

Surat Kabar

Al-Arabiya News, “The UAE Brotherhood: Loyal to whom?,” artikel diakses

pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 23.37 WIB, dari

http://english.alarabiya.net/views/2012/03/19/201649.html

Key Figures in the Syrian Muslim Brotherhood, Carneige Middle East Center,

artikel diakses pada tanggal 9 November 2017 pukul 20.41 WIB,

http://carnegie-mec.org/diwan/51470?lang=en

Meir, Ran, Malaysia Welcomes Hamas, Brotherhood: Report, Clarion Project

News, artikel diakses pada tanggal 30 November 2017 pukul 15.08 WIB,

dari https://clarionproject.org/malaysia-welcomes-hamas-brotherhood/

Report from Amnesty International to the Government of the Syrian Arab

Republic, Amnesty International Publications, 1983.

Page 87: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

75

https://www.amnesty.org/download/Documents/200000/mde240041983en

.pdf

Saied Rassas, Mohammad, Syria‟s Muslim Brotherhood: Past and Present,

diakses pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 20.39, http://www.al-

monitor.com/pulse/politics/2014/01/syria-muslim-brotherhood-past-

present.html

Sejarah Persatuan Islam, http://persis.or.id/sejarah-persatuan-islam/

Special Report The Muslim Brotherhood, The Clarion Project,

http://www.clarionproject.org/sites/default/files/Muslim-Brotherhood-

Special-Report.pdf

Sumber Elektronik

Artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 14.20 WIB dari

http://ikhwansyria.com/2014/02/-بيان-في-ذكرى-مجزرة-شباط-2891-في-سوريت

/شعب-ي

Gambar Abd al-Fattah Abu Ghuddah diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul

14.09 WIB, dari http://www.sunnah.org/history/Scholars/aboghoudah.htm

Gambar Adnan Saad Eddine diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 13.56

WIB, dari http://www.aljazeera.net/home/print/0353e88a-286d-4266-

82c6-6094179ea26d/981a9714-aba1-40d3-824a-def1fbc12641 Gambar I‟sam al-Attar diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 13.11 WIB,

dari https://www.youtube.com/watch?v=RZCp99DJ67Q Gambar Kota Hama sebelum dan setelah di bom tahun 1982 diakses pada tanggal

21 Maret pukul 1024 WIB, dari

http://foreignpolicy.com/2012/09/21/history-repeats-itself-as-tragedy/

Gambar Mustafa al-Siba‟I diakses pada tangga 25 Januari 2018 pukul 11.59 WIB,

dari

http://ikhwansyria.com/2016/09/%D8%A7%D9%84%D8%B5%D8%B1%

D8%A7%D8%B9-%D9%85%D8%B9-%D8%AD%D8%B2%D8%A8-

%D8%A7%D9%84%D8%A8%D8%B9%D8%AB-

%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%A7%D9%83%D9%85/

Gambar Peta Fragmentasi Agama di Suriah diakses pada tanggal 9 Februari 2018

pukul 10.25 WIB, dari https://www.fragilestates.org/2012/02/20/syrias-

ethnic-and-religious-divides/

Gambar Peta Suriah diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 12.53 WIB, dari

http://printable-maps.blogspot.co.id/2011/12/map-of-syria.html

Pidato Hafez tentang "Muslim Brotherhood", 1982. Video diakses pada tanggal

22 Februari 2017 pukul 02.13 WIB,

https://www.youtube.com/watch?v=dTDeGAp8HAs

Page 88: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

76

LAMPIRAN

Gambar 1: Peta Negara Suriah170

170

Gambar diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 12.53 WIB, dari http://printable-

maps.blogspot.co.id/2011/12/map-of-syria.html

Page 89: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

77

Gambar 2: Peta fragmentasi masyarakat di Suriah171

171

Gambar diakses pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 10.25 WIB, dari

https://www.fragilestates.org/2012/02/20/syrias-ethnic-and-religious-divides/

Page 90: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

78

Daftar Pemimpin dan Presiden negara Suriah:172

NO PEMIMPIN MASA JABATAN

1 Hasyim al-Atassi (1875-1960) 21 Desember 1936 - 7 Juli 1939

2 Bahij al-Khatib (1895-1981) 10 Juli 1939 - 16 September 1941

3 Khalid al-Azm (1903-1965) 4 April - 16 September 1941

4 Tajuddin al-Hasani (1885-1943) 16 September 1941 - 17 Januari 1943

5 Jamil al-Ulshi (1883-1951) 17 Januari - 25 Maret 1943

6 Ata Bay al-Ayyubi (1877-1951) 25 Maret - 17 Agustus 1943

7 Shukri al-Quwatli (1981-1967) 17 Agustus 1943 - 30 Maret 1949

8 Husni al-Za‟im (1897-1949) 30 Maret - 14 Agustus 1949

9 Hasyim al-Atassi (1875-1960) 15 Agustus 1949 - 2 Desember 1951

10 Fauzi Selu (1905-1972) 3 Desember 1951 - 11 Juli 1953

11 Adib al-Shishaki (1909-1964) 11 Juli 1953 - 25 Februari 1954

12 Hasyim al-Atassi (1875-1960) 28 Februari - 6 September 1955

13 Shukri al-Quwatli (1981-1967) 6 September 1955- 22 Februari 1958

14 Bagian Uni Republik Arab 22 Februari 1958 - 29 September 1961

15 Ma‟amun al-Kuzbari (1914-1998) 29 September - 20 November 1961

16 Izzat an-Nuss (1913-2000) 20 November - 14 Desember 1961

17 Nazim al-Qudsi (1906-1998) 14 Desember 1961 - 8 Maret 1963

18 Lu‟ay al-Atassi (1926-2003) 9 Maret - 27 Juli 1963

19 Amin al-Hafez (1921-2009) 27 Juli 1963 - 23 Februari 1966

20 Nuraedin al-Atassi (1929-1992) 25 Februari 1966 - 18 November 1970

172

Hafidz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khalifah Yang Hilang, h. 198.

Page 91: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

79

21 Ahmad al-Khatib (1933-1982) 18 November 1970 - 22 Februari 1971

22 Hafez al-Assad (1930-2000) 22 Februari 1971 - 10 Juni 2000

Daftar Pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah173

:

No. PEMIMPIN MASA JABATAN

1 Mustafa al-Siba‟I (1915-1964) 1945-1961

2 I‟sam al-Attar (1927-) 1961-1972

3 Abd al-Fattah Abu Ghuddah (1917-

1997) 1972-1975

4 Adnan Saad Eddine (1929-2010) 1975-1980

173

Raphaël Lefèvre, Ashes of Hama The Muslim Brotherhood in Syria, h. 209.

Page 92: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

80

Page 93: PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39060/1/PUTRI...PERAN IKHWANUL MUSLIMIN SURIAH DALAM BIDANG SOSIAL DAN AGAMA TAHUN

81

Gambar 6: Adnan Saad Eddine177

Gambar 7: Kota Hama sebelum dan sesudah dijatuhkan bom 1982178

177

Gambar diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 13.56 WIB, dari

http://www.aljazeera.net/home/print/0353e88a-286d-4266-82c6-6094179ea26d/981a9714-aba1-

40d3-824a-def1fbc12641 178

Gambar diakses pada tanggal 21 Maret pukul 1024 WIB, dari

http://foreignpolicy.com/2012/09/21/history-repeats-itself-as-tragedy/