peran jagung sebagai pendamping beras dalam pemasok bahan pangan pokok kota probolinggo.docx
TRANSCRIPT
Peran Jagung Sebagai Pendamping Beras dalam pemasok Bahan Pangan
Pokok Kota Probolinggo, Jawa Timur
Kota Probolinggo mempunyai luas tanah sawah 1.967,70 Ha (34,72%) dari luas non
sawah 5.667,70 Ha (65,28%) (Bappeda, 2011). Kota probolinggo memiliki beberapa
komoditas pertanian yang bisa diunggulkan seperti padi, jagung, bawang merah, kedelai,
cabai, dan sayuran lainnya. Selain itu kota Probolinggo memiliki potensi perkebunan yang
besar seperti tebu, mangga dan anggur. Posisi Kota Probolinggo juga sangat strategis di
tengah jalur pantura antara banyuwangi dan situbondo, serta beberapa tempat wisata seperti
gunung Bromo. Hal ini menyeabkan perekonomian Pendapatan Asli Daerah Probolinggo
(PAD) naik tahun 2011 hingga 42.831.970.932,19 juta rupiah, dengan rasio antara PAD dan
APBD sebesar 9% (Bappeda, 2011).
Namun demikian Pemerintah Kota Probolinggo berupaya melakukan pembangunan
bidang pertanian untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi makanan pokok seperti
padi dan jagung.Sebagian besar produksi jagung petani di Kota Probolinggo terserap pabrik
makanan ternak, dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi (dimakan). Meskipun hanya
berupa konsumsi ternak, namun hal ini termasuk dalam kriteria pemasok bahan pangan.
Pada dasarnya makanan pokok kota Probolinggo adalah nasi, namun disamping itu
jagung juga memiliki peran penting sebagai pemasok bahan pangan pokok kota probolinggo.
Selain itu, penyebaran hasil panen jagung dan padi di Kota Probolinggo tidak hanya
didistribusikan secara lokal, namun juga wilayah sekitar seperti Pasuruan, Lumajang, dan
Malang. Nilai produksi tanaman jagung dan padi yang fluktuasi akan mempengaruhi nilai
ekonomi kota probolinggo dan pasokan bahan pangan kota Probolinggo. Oleh karena itu
peningkatan produksi jagung dan padi yang stabil sangat penting dalam peningkatan nilai
ekonomi kota Probolinggo.
Paper ini menjelaskan bagaimana perkembangan nilai produksi jagung dan beras di
kota Probolinggo. Bagaimana Pengaruh perubahan nilai produksi jagung dan beras terhadap
pasokan bahan pangan kota Probolinggo. Serta mengidentifikasi faktor yang menyebabkan
perubahan peran tersebut dari tahun ke tahun. Sehingga dapat ditentukan solusi yang tepat
bagi permasalahan tersebut.
Berdasarkan data BPS kota Probolinggo tahun selama lima tahun berturut turut dari
tahun 2007 hingga 2011 peran sektor pertanian dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto
Daerah mengalami penurunan setiap tahunnya. Tahun 2007 prosentase sebesar 10,24 %
hingga tahun 2011 menurun menjadi 7,25 %. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan
dengan sektor lain seperti Perdagangan, Hotel, Restoran yang mencapai prosentase sebesar
45,66 % tahun 2011.Bahkan jika dibandingkan antar subsektor dalam sektor pertanian,
subsektor tanaman bahan makanan tidak mengalami pertumbuhan yang berarti. Pada tahun
2005 prosentase 23.40% (minus) hingga tahun 2009 prosentase 3.30% (plus).
Tabel 1. Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah (PDRB) Tahun 2007-2011
Sektor
Tahun
2011 2010 2009 2008 2007
Rupiah(Juta)
%Rupiah(Juta)
%Rupiah(Juta)
%Rupiah(Juta)
%Rupiah(Juta)
%
Pertanian 156.170 7,25 162.166 8,02 174.795 9,17 172.863 9,56 174.756 10,24
Pertambangan 24 0,00 23 0,00 24 0,00 24 0,00 24 0,00
Industri Pengolahan 290.99113,5
0274.869 13,60 268.785 14,11 267.245
14,78
262.597 15,39
Listrik dan air ersih 28.677 1,33 27.153 1,34 25.345 1,33 24.764 1,37 24.135 1,41
Bangunan 19.482 0,90 18.360 0,91 16.767 0,88 15.744 0,87 14.717 0,86
Perdagangan, hotel, restoran
983.86845,6
6902.306 44.65 822.768 43,18 757.525
41,89
692.299 40,58
Angkutan/Komunikasi
290.63613,4
9273.502 13,53 260.676 13,68 248.559
13,74
236.469 13,86
Bank/Keu/Perum 160.691 7,46 149.589 7,40 136.775 7,18 129.595 7,17 118.626 6,95
Jasa 224.36410,4
1212.859 10,53 199.292 10,46 192.135
10,62
182.220 10,68
Total 2.154.902 100 2.020.827 1001.905.22
7100 1.808.453 100 1.705.842 100
Laju Pertumbuhan 7 6 5 6 -
Sumber: (Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo, 2012)
Secara khusus pembahasan pada Produksi jagung dan beras, berdasarkan data yang
diperoleh dari Bappeda Kota Probolinggo tahun 2011 diperoleh jumlah produksi jagung yang
cenderung naik jumlahnya pertahun. Hanya pada tahun 2006 yang mengalami penurunan
sekitar 14,55% (minus), yaitu sebesar 16.575,60 ton pada tahun 2006 dan 19.128,00 ton pada
tahun 2005 (Tabel 2). Sebaliknya jumlah Gabah Kering Giling (GKG) lebih fluktuatif dari
pada jagung, setelah mengalami kenaikan selama 3 tahun, kemudian menurun selama 2
tahun, yaitu pada tahun 2008 hingga 2009.
Bahan Pangan (Ton) 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Jagung 19.128,00 16.575,60 21.350,06 24.648,20 34.229,58
Produksi Padi GKG 10.982,00 12.982,00 13.719,29 11.556,60 11.974,40
Tabel 2. Jumlah Produksi Jagung dan Gabah Kering Giling (GKG) Kota Probolinggo Tahun
2005-2009
Sumber: (Bappeda Kota Probolinggo, 2011)
a. Pengaruh Perubahan Jumlah Produksi Jagung dan Padi terhadap Pasokan Bahan Pangan
Kota Probolinggo
Tabel 3. Data Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo Sektor Pertanian Berdasarkan
PDRB Tahun 2005-2009 (Persen)
Subsektor 2005 2006 2007 2008 2009
Tanaman Bahan Makanan -23,40 -20,00 4,21 4,14 3,30
Tanaman Perkebunan -6,77 -4,12 -34,21 -8,97 -7,11
Peternakan 10,42 5,90 5,88 2,87 1,35
Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Perikanan 16,21 10,26 2,92 -3,97 0,00
Sumber: (Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo, 2010)
Sektor pertanian kompleks (Agrokompleks) pada evaluasi laju pertumbuhan ekonomi
Kota Probolinggo berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah (PDRB) Tahun
2005-2009 terdiri dari tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan.Setiap subsektor saling mempengaruhi membentuk nilai akhir untuk leju
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Jumlah produksi yang fluktuatif dari satu atau dua
komoditas bahan pangan akan mempengaruhi sektor pertanian secara langsung. Pada Tabel. 3
terdapat kenaikan laju pertumbuhan terhadap subsektor tanaman bahan makanan kecuali pada
tahun 2008 4,14% dan tahun 2009 yang menurun hingga 3,30 %.Jagung dan padi merupakan
tanaman bahan makanan atau pemasok bahan pangan. Setiap komoditas memiliki perannya
untuk mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, satu atau dua komoditas akan
mempengaruhi nilai laju pertumbuhan ekonomi subsektor pertanian.
Jika produksi jagung dan padi menurun maka perputaran, distribusi, serta nilai
penjualan akan menurun, jika nilai penjualan menurun maka PDRB juga akan menurun
seperti pada tahun 2009. Secara umum tidak hanya jagung dan beras, seperti pada penjelasan
sebelumnya ada kedelai, bawang merah dan lain-lain. Namun, luas area jagung dan padi
paling besar dari pada komoditas lain, serta iklim daerah probolinggo yang panas sesuai bagi
budidaya jagung dan padi. Sehingga dua komoditas ini yang paling berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan ekonomi subsektor tanaman bahan makanan. Menurunnya laju pertumbuhan
ekonomi sektor pertanian akan mempengaruhi nilai pertumbuhan ekonomi secara umum Kota
Probolinggo. Hal ini menyebabkan anggaran untuk membeli pasokan bahan pangan lain
menurun.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nilai Fluktuatif dari Jumlah Produksi Jagung dan
Beras dalam Pengaruh terhadap Pasokan Bahan Pangan Kota Probolinggo
Nilai yang fluktuatif dari produksi jagung dan padi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dijelaskan sebagai berikut.
Cuaca yang berubah secara mendadak akan menyebabkan proses fisiologis dari
tanaman budidaya terganggu sehingga massa kering panen jagung ataupun gabah kering akan
berkurang sehingga nilai produksi juga berkurang. Selain itu hujan yang berlebihan pada
waktu yang tidak sesuai memnyebabkan penyakit akan menyebar dan berkembang dengan
cepat.
Berkurangnya Luas Panen Jagung dan Padi, pada tahun 2007-2009 luas lahan panen
padi berkurang 2.089 Ha (2007) hingga 1.870,50 Ha (2009). Sedangkan untuk luas areal
jagung relatif naik dari tahun 2007 4.253 Ha, tahun 2008 4.910 Ha, tahun 2009 4.343 Ha.
Berkurangnya luas areal panen ini diakibakan konversi lahan pertanian ke non-pertanian.
Terbukti lahan dataran rendah di Kota Probolinggi banyak dikonversi ke industri,
Serangan Hama dan Penyakit Tanaman, pada beberapa tahun terakhir dari tahun
2008-hingga 2010 serangan penyakit bulai menyebabkan produksi tanaman jagung menurun
(Surabaya post, 2010). Selain itu pada padi juga diserang oleh tikus kerusakan padi di 90 Ha
sawah mencapai 9-18,5% (Surabaya Post, 2012). Serangan yang tidak terduga setiap tahun
dapat terjadi. Padi dapat rusak juga akibat serangan penyakit atau hama lain yang resisten
terhadap pestisida yang digunakan.
Manajemen Petani, nilai produksi yang tinggi pada tahun sebelumnya tidak diimbangi
dengan persiapan untuk tahun selanjutnya. Sehingga banyak petani jagung maupun petani
padi yang tidak menganalisa apa yang akan terjadi tahun berikutnya, baik dari segi alam
maupun manusia. Selain itu benih yang digunakan juga tidak selalu bagus, benih sebar yang
pertama digunakan sebagai benih sebar ke-dua pada tanaman jagung akan mengurangi
tingkat produktivitas setiap individu tanaman.
Pengolahan Pasca Panen, pada tanaman padi yang siap panen akan diambil gabahnya
terlebih dahulu. Saat itu juga, beberapa bulir padi tidak akan terangkut dengan sempurna.
Selain itu, penggilingan gabah kering menjadi beras juga akan mengurangi berat sebesar
20%. Pengolahan pasca panen yang tepat akan mengurangi tingkat kerusakan dan kehilangan
bulir padi. Sehingga beras yang dihasilkan tidak berkurang drastis, dengan kualitas yang
memenuhi pasar.
c. Solusi yang Dapat Diaplikasikan
Dari beberapa permasalahan diatas dapat ditemukan beberapa solusi, yaitu sebagai
berikut.
Effective Controllingdari pemerintah sebagai pengingat kepada petani agar petani
dapat berproduksi dengan baik. Kontrol yang dimaksud dapat berupa kontrol panen, kualitas
lahan, infrastruktur pertanian, dan informasi teknologi terbaru.
Pengenalan teknonogi secara cepat dan tepatdari Dinas Pertanian sebagai pencegahan
terhadap serangan hama penyakit tanaman dan pencegahan terhadap cuaca ekstrim.
Intensifikasi Organik secara bijaksana oleh petani dan Dinas Pertanian sebagai solusi
dari menurunnya lahan pertanian dan serangan hama penyakit tanaman. Lahan yang
digunakan terus menerus harus diperbaiki secara perlahan dengan bahan organik, agar
kualitas dan kuantitas yang dihasilkan tinggi secara jangka panjang.
Modal yang mudah disebarkan oleh perbankan daerah memdahan petani untuk bisa
meningkatkan input produksi secara maksimal, sehingga meningkatkan jumlah produksi.
Kesimpulan
Jumlah Produksi Jagung menurun pada tahun 2006, sedangkan jumlah produksi GKG
tahun 2008
Jumlah Produksi Jagung dan GKG mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan
Masalah utama menurunnya jumlah produksi jagung dan beras adalah cuaca,
berkurangnya luas panen, serangan hama penyakit, penanganan pasca panen, dan
manajemen petani.
Solusi yaitu Effective Controlling, Pengenalan teknonogi secara cepat dan tepat,
Intensifikasi Organik secara bijaksana, Modal
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda. 2011. Profil Derah Kota Probolinggo Jawa Timur Tahun 2007-2011.
www.Bappeda.go.id Diakses tanggal 9 Maret 2013
BPS. 2010. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo Sektor Pertanian Berdasarkan
PDRB Tahun 2005-2009. http://probolinggokota.bps.go.id. Diakses tanggal 9
Maret 2013
BPS. 2012. Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah (PDRB) Tahun 2007-2011.
http://probolinggokota.bps.go.id. Diakses tanggal 9 Maret 2013
Surabaya Post. 2010. Hujan Picu Bulai Jagung. http://www.surabayapost.co.id. Edisi Selasa,
08/06/2010 | 11:50 WIB. Diakses tanggal 9 Maret 2013
Surabaya Post. 2012. Tikus Serang 90 Hektare Padi. http://www.surabayapost.co.id. Edisi
Jumat, 15/06/2012 | 10:43 WIB. Diakses tanggal 9 Maret 2013