peran keluarga dalam menyukseskan kualitas pendidikan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan dalam dewasa ini semakin berkembang pesat seiring
dengan perubahan era globalisasi, khususnya di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari
pengaruh proses pendidikan dan lingkungan pendidikan untuk mencapai maksud
dan tujuan penyelenggaraan pendidikan tersebut. Keberhasilan dari
penyelenggaraan pendidikan tentunya akan berimplikasi dalam meningkatkan
suatu kualitas pendidikan yang lebih baik. Namun pada kenyataanya, seringkali
tujuan dari pendidikan ini mengalami kendala dan tidak dapat tercapai secara
maksimal sehingga menyebabkan kualitas pendidikan yang ada tidak dapat
meningkat. Kendala tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor pendukung
suksesnya pendidikan serta lingkup pendidikan belum bisa berfungsi secara
optimal.
Dalam pencapaian tujuan pendidikan saat ini, tidak hanya bergantung pada
proses pendidikan yang dilakukan secara formal di sekolah, melainkan lingkungan
keluarga dan masyarakat juga sangat menentukan keberhasilan dari tujuan dan
kualitas pendidikan. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerjasama dengan
baik dalam mengupayakan tercapainya kualitas pendidikan yang lebih baik.
Keluarga merupakan faktor pendukung suksesnya pendidikan dan lingkungan
pendidikan yang paling awal dan terdekat dari anak dalam memperoleh
pendidikan. Keluarga juga merupakan tripusat pendidikan yang cukup penting dan
memiliki peranan yang besar terhadap perkembangan pendidikan anak, dimana
posisi anak yaitu sebagai anggota sekaligus subyek pendidikan. Dalam lingkungan
keluarga, anak akan mendapatkan adab kemanusiaan yang berpengaruh besar
terhadap perkembangan kepribadian serta pola pikirnya dan pendidikan yang tidak
didapatkan dari lingkup pendidikan formal lainnya.
Peranan keluarga dalam menunjang peningkatan kualitas pendidikan saat
ini memang dibutuhkan. Banyak sekali keadaan yang nyata saat ini menyangkut
tentang implikasi peran serta keluarga terhadap peningkatan ataupun penurunan
1
kualitas pendidikan. Suatu contoh riil ketika seorang anak yang latar belakang
keluarganya kurang harmonis/broken home maupun kurang peduli dengan
anaknya, sehingga mengakibatkan kondisi psikis seorang anak kacau dan
berimbas pada konsentrasinya menempuh jenjang pendidikan tidak bisa secara
maksimal. Kualitas pendidikan pun juga akan menurun sebagai dampak dari hal
tersebut. Merujuk pada kejadian yang demikian terjadi dalam dunia pendidikan
saat ini, maka perlu dibahas dan ditelaah tentang peran keluarga dalam
menyukseskan kualitas pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah definisi keluarga?
Bagaimanakah fungsi dan peranan keluarga?
Bagaimanakah kualitas pendidikan dalam keluarga?
Bagaimanakah peranan keluarga dalam menyukseskan kualitas
pendidikan?
1.3 Tujuan
Mendapatkan pemahaman definisi tentang keluarga.
Untuk mengetahui tentang fungsi dan peranan keluarga.
Untuk mengetahui kualitas pendidikan dalam keluarga.
Untuk mengetahui korelasi peranan keluarga dalam menyukseskan
kualitas pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah
kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk
keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) ataupun keluarga yang diperluas (ada orang
lain: kakek/nenek, pembantu, dll). Pada umumnya jenis kedualah yang banyak
ditemui di Indonesia. Meskipun ibu adalah anggota keluarga yang mula-mula
paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya
seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Dengan kata lain,
tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi
keluarganya. (La Sulo, 2008).
Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama seorang individu. Beberapa
fungsi dijalankan oleh keluarga dalam pembentukan karakter tiap-tiap
anggotanya. Salah satunya adalah fungsi sosialisasi. Dalam sosialisasi yang
dilakukan oleh keluarga, pendidikan informal telah terjalankan. Sebagai fungsi
utama dan terpenting yang dijalankan oleh keluarga adalah membentuk budi
pekerti dan perilaku sosial (Soeratman, 1986).
Keluarga merupakan benih akal penyusunan kematangan individu dan
struktur kepribadian. Anak-anak mengikuti orang tua dan berbagai kebiasaan dan
perilaku dengan demikian keluarga adalah elemen pendidikan lain yang paling
nyata, tepat dan amat besar. Keluarga adalah salah satu elemen pokok
pembangunan entitas-entitas pendidikan, menciptakan proses naturalisasi sosial,
membentuk kepribadian-kepribadian serta memberi berbagai kebiasaan baik pada
anak-anak yang akan terus bertahan lama. (Fuad Ihsan, 2011).
3
2.2 Fungsi dan Peranan Keluarga
Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat,
menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami
perubahan. Seperti telah dikemukakan pada mulanya keluargalah yang terutama
berperan baik pada aspek pembudayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan
keterampilan. Dengan meningkatnya kebutuhan aspirasi anak, maka keluarga
pada umumnya tidak mampu memenuhinya, oleh karena itu tujuan pendidikan itu
akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar
sekolah lainnya. Bahkan peran jalur pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan
aspek pengetahuan dan keterampilan. Hal ini tidak berarti bahwa keluarga dapat
melepaskan diri dari tanggung jawab pendidikan anaknya itu, karena keluarga
diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat pendidikan lainnya.
Menurut Fuad Ihsan fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu keluarga
merupakan pengalaman pertama bagi anak-anak, pendidikan di lingkungan
keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan
berkembang di lingkungan keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong,
tenggang rasa sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera,
keluarga berperan dalam meletakkan dasar pendidikan agama dan sosial.
Orang tua harus bisa menciptakan suasana keluarga yang damai dan
tentram dan mencurahkan kasih sayang yang penuh terhadap anak-anaknya,
meluangkan waktunya untuk sering berkumpul dengan keluarga, mengawasi
proses pendidikan dan melakukan tugas masing-masing ayah dan ibu. Agar
keluarga itu bisa dikatakan sehat dan bahagia, harus memiliki enam kriteria yang
amat penting bagi pertumbuhan seorang anak, yaitu kehidupan beragama dalam
keluarga, mempunyai waktu untuk bersama, mempunyai pola konsumsi yang baik
bagi sesama anggota keluarga, saling menghargai satu dengan yang lainnya,
masing-masing anggota merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok
bila terjadi sesuatu permasalahan dalam keluarga mampu menyelesaikan secara
positif konstruktif.
Keluarga memiliki dampak yang besar dalam pembentukan perilaku
individu serta pembentukan vitalitas dan ketenangan dalam benak anak-anak
karena melalui keluarga anak-anak mendapatkan bahasa, nilai-nilai, serta
4
kecenderungan mereka. Keluarga bertanggung jawab mendidik anak-anak dengan
benar dalam kriteria yang benar, jauh dari penyimpangan. Untuk itu dalam
keluarga memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab. Tugas dan kewajiban
keluarga adalah bertanggungjawab menyelamatkan faktor-faktor cinta kasih serta
kedamaian dalam rumah, menghilangkan kekerasan, keluarga harus mengawasi
proses-proses pendidikan, orang tua harus menerapkan langkah-langkah sebagai
tugas mereka.
Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat,
dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja,
akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya.
Khususnya untuk pendidikan keluarga, terdapat beberapa ketentuan dalam UU RI
No 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan
keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia
Indonesia seutuhnya.
Peranan keluarga sangat signifikan dan penting sebagai pengendali
lingkungan pendidikan yang ada pada anak. Misalnya dalam hal ini penyebab
perilaku menyimpang, mulai dari seks bebas, pemakaian narkoba, dan perilaku
amoral lainnya adalah rusaknya bangunan mental anak semenjak usia dini
sehingga ketika menginjak usia remaja banyak terkecoh oleh hal-hal yang negatif.
Penanggulangan perilaku menyimpang terutama kenakalan remaja perlu
dilakukan oleh orang tua sejak anak berada dalam kandungan, karena pendidikan
anak dari dalam kandungan dan tahap 5 tahun pertama usia anak merupakan dasar
anak untuk menghadapi kehidupannya selanjutnya. Oleh karena itu, peran
keluarga sangat vital dalam pembentukan kepribadian dan pendidikan anak.
Pada konteks ini, orang tua adalah pemegang kendali utama tanggung
jawab atas proses pembentukan karakter anak. Peran orang tua menjadi sangat
penting untuk memberikan pemahaman kepada anak sebagai bekal utama sebelum
mereka terjun ke masyarakat melalui sekolahan dan media interaksi sosial lainnya.
Karena itu, teladan sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-
anak mereka. Hal ini penting karena pada fase perkembangan manusia, usia anak
adalah tahapan untuk mencontoh sikap dan perilaku orang di sekitar mereka.
Dengan sikap dan teladan yang baik ditambah dengan penguatan ikatan emosi
5
antara anak dengan orang tua, upaya infiltrasi nilai-nilai moral dan karakter yang
baik pada anak akan lebih mudah untuk dilakukan. Selain itu, sikap keterbukaan
antara anak dan orang tua juga sangat dibutuhkan untuk menghindari anak dari
pengaruh nilai-nilai negatif yang ada di luar lingkungan keluarga.
Selain itu, upaya untuk menghindarkan anak-anak dari paparan
kencangnya arus negatif di masyarakat dapat dilakukan melalui penyaluran minat
dan bakat anak ke kegiatan-kegiatan positif. Memberikan perhatian kepada
penyaluran bakat yang diminati oleh anak-anak dapat menjadi alternatif upaya
untuk mencegah anak agar tidak terjebak pada kegiatan negatif ketika mereka
berusaha untuk menyalurkan kondisi stress mereka yang mungkin disebabkan
oleh beban belajar yang tinggi di sekolah.
Dengan demikian, peran keluarga sebagai unit utama penanaman nilai-
nilai karakter bagi anak dapat kembali digalakkan. Sehingga nilai moral yang baik
akan tertanam kuat di diri anak-anak kita. Apabila hal tersebut telah terlaksana,
anak-anak dengan sendirinya akan dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan
tahap perkembangannya. Karena dengan penguatan karakter individu anak,
diharapkan mereka tidak mudah terbawa arus perkembangan negatif di
lingkungan sekitar.
Dalam hal ini keluarga memiliki beberapa fungsi dalam membentuk
kepribadian dan mendidik anak di rumah yaitu:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2. Menjamin kehidupan emosional anak
3. Menanamkan dasar pendidikan moral anak
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Meletakan dasar-dasar pendidikan agama
6. Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
7. Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak
sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
8. Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan
proses belajar yang utuh.
6
9. Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan
pendidikan agama sesuai perintah Tuhan, sebagai tujuan akhir manusia.
Sedangkan fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan anak
di sekolah adalah:
1. Orang tua bekerjasama dengan sekolah.
2. Sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua
terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua
terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
3. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan
memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala
usahanya.
4. Orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar di
rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi dan membimbimbing
anak dalam belajar.
5. Orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar
anak.
6. Orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan
dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga
pendidikan.
Agar fungsi tersebut dapat dijalankan secara maksimal, orang tua harus
memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang
sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran
mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu
tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang
dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam
menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan
kepribadian anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah peletak dasar bagi
pendidikan, namun perlu didasari oleh teori pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Artinya keluarga juga harus memahami masalah atau hal-
7
hal yang berkaitan dengan bagaimana mendidik anak sesuai dengan
perkembangan anak. Di samping itu keluarga dalam mendidik tidak boleh
memaksakan kehendak kepada anak, namun harus memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih, dengan tetap mendampingi agar anak tidak salah
dalam memilih.
2.3. Kualitas Pendidikan dalam Keluarga
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral dan keterampilan (UU no 2 tahun 1989, pasal 10 ayat 4).
Dalam penjelasan undang-undang tersebut ditegaskan bahwa pendidikan keluarga
itu merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pengalaman seumur hidup. Selanjutnya, dalam penjelasan pasal 10 ayat 5,
ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk
melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungan sendiri guna untuk
menyokong dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena
pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga dan
dididik oleh orang tua. Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor
yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam
tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak,
membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi
yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak.
Pendidikan dalam keluarga perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya
dengan mengetahui dan mencari pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya, antara
lain:
1. Pola Asuh Otoritative (Otoriter)
Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari ,fokus
lebih pada masa kini.
Untuk kemudahan orang tua dalam pengasuhan.
Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang
ditentukan sepihak oleh orang tua.
8
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan ragu-ragu dan pasif,
serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.
Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif,
impulsive dan perilaku buruk lainnya.
Anak perempuan cenderung menjadi dependen.
2. Pola Asuh Permisive (Pemanjaan)
Pola asuh yang dimaksudkan disini adalah segala sesuatunya terpusat pada
kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut anak
menangis dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak :
Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak
kurang matang (manja), impulsive dan mementingkan diri sendiri, kurang
percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan
atau kesulitan dalam tugas-tugasnya.
Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. Pola Asuh Indulgent (Penelantaran)
Menelantarkan secara psikis.
Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
Anak dibiarkan berkembang sendiri.
Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena
kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :
Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja
seperti penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak kriminal
lainnya.
Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu
aktivitas atau kegiatan.
9
Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. Pola Asuh Autoritatif (Demokratis)
Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan
yang dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa kini.
Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan
anak.
Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki
emosi dan pikirannya sendiri.
Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak:
Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan
introspeksi serta pengendalian diri.
Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadap aturan.
Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
Merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan
permasalahan.
Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Dalam hal pendidikan keluarga ini, menyepakati pola asuh yang paling
efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun awal
kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa datang. Dari segi
pendidikan keluarga merupakan suatu kesatuan hidup (sistem hidup) yang
menyediakan situasi belajar anak.
Peran keluarga bagi pendidikan anak adalah :
Melatih anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan,
berbicara, berjalan, berdoa dan yang lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan
perkembangan diri anak sebagai seorang pribadi.
Sikap orang tua kepada anak sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Sikap menerima atau menolak, sayang atau acuh tak acuh, sabar atau
terburu-buru, melindungi atau membiarkan anak, secara langsung
memberikan pengaruh kepada anak dalam hal reaksi emosional anak.
10
2.4. Peranan Keluarga dalam Menyukseskan Kualitas Pendidikan
Keluarga (pendidikan informal) adalah merupakan peletak dasar pertama
dalam proses pendidikan dimana dilatihkan berbagai kebiasaaan positif tentang
hal-hal yang berhubungan dengan kesopanan dan moralitas. Mereka juga
ditanamkan keyakinan dan hal-hal yang bersifat religius. Hal ini dilakukan pada
masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio mendominasi perilakunya.
Kebiasaan yang baik dan positif serta keyakinan penting untuk ditanamkan agar
dapat menjadi filter untuk bisa eksis terhadap setiap perubahan sebagai akibat dari
proses pembangunan.
Keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka melakukan
sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Meskipun jumlah institusi
pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi
semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam transformasi nilai
edukatif ini tetap tidak tergantikan. Karena itulah, peran keluarga dalam hal ini tak
ringan sama sekali. Bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai
pengetahuan yang didapatkan di bangku meja formal tidak akan ada artinya sama
sekali. Sekilas memang tampak bahwa peran keluarga tidak begitu ada artinya,
namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan betapa berat
peran yang disandang keluarga.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang maupun
pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan
wujudnya, untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang
utuhm tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orangtua
sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya
keawajiban ibu bapak itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi,
mereka senantiasa untuk melakukan usaha yang sebaik-baiknya untuk kemajuan
anak-anaknya dalam pengembangan pendidikan.
Anak akan menjadi baik atau buruk tergantung dengan pendidikan
keluarganya. Refleksi pendidikan oleh keluarga tersebut dimunculkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk dalam pendidikan formal di luar. Sebagaimana
11
yang disebutkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Tokoh Pendidikan, keluarga
sebagai salah satu dari Tri Pusat Pendidikan yang dicetuskannya yang mana Tri
Pusat Pendidikan tersebut terdiri dari Pusat Keluarga, Pusat Keguruan (sekolah),
dan Pusat Pergerakan Pemuda (masyarakat). Pusat keluarga disini artinya begitu
penting peran keluarga dalam pendidikan karena pegaruh kehidupan keluarga
terus menerus dirasakan oleh anak sehingga begitu melekat dan direfleksikan anak
dalam tingkah lakunya.
Di lingkungan pendidikan formal seperti sekolah, antara orang tua dan
sekolah saling terkait dalam memajukan pendidikan anak. Dalam hal ini peran
keluarga dalam pusat sekolah antara lain menyediakan waktu belajar dan
membantu kesulitan belajar anak di rumah dengan mengawasi dan membimbing
penyelesaian tugas-tugas tertentu. Apabila tingkah laku atau dasar-dasar yang
ditanamkan oleh keluarga terhadap anak tersebut baik, maka akan baik pula
refleksi yang dimunculkan di luar (pendidikan formal). Untuk itu antara keluarga
dan sekolah sebagai pendidikan formal anak harus terjalin kerjasama yang baik.
Begitu juga masyarakat sebagai pusat pergerakan pemuda, dimana masyarakat
adalah sebagai ladang refleksi hasil pendidikan yang telah didapatkan.
Peran keluarga terhadap kualitas pendidikan yang tercantum dalam Tri
Pusat Pendidikan, yang mana ketiga hal tersebut merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Maka sudah sepatutnyalah keluarga
menjalankan fungsinya dengan baik demi mengasilkan bibit-bibit pemuda yang
berkualitas untuk kemajuan bangsa.
Keluarga memiliki dampak yang besar dalam pembentukan perilaku
individu serta pembentukan vitalitas dan ketenangan dalam benak anak-anak
karena melalui keluarga anak-anak mendapatkan bahasa, nilai-nilai, serta
kecenderungan mereka. Keluarga bertanggung jawab mendidik anak-anak dengan
benar dalam kriteria yang benar, jauh dari penyimpangan. Untuk itu dalam
keluarga memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab. Tugas dan kewajiban
keluarga adalah bertanggungjawab menyelamatkan faktor-faktor cinta kasih serta
kedamaian dalam rumah, menghilangkan kekerasan, keluarga harus mengawasi
proses-proses pendidikan, orang tua harus menerapkan langkah-langkah sebagai
tugas mereka.
12
Peranan keluarga dalam menunjang peningkatan kualitas pendidikan saat
ini memang dibutuhkan. Banyak sekali keadaan yang nyata saat ini menyangkut
tentang implikasi peran serta keluarga terhadap peningkatan ataupun penurunan
kualitas pendidikan. Suatu contoh riil ketika seorang anak yang latar belakang
keluarganya kurang harmonis/broken home maupun kurang peduli dengan
anaknya, sehingga mengakibatkan kondisi psikis seorang anak kacau dan
berimbas pada konsentrasinya menempuh jenjang pendidikan tidak bisa secara
maksimal. Kualitas pendidikan pun juga akan menurun sebagai dampak dari hal
tersebut.
Seperti pada suatu masalah yang dialami oleh anak jalanan untuk
memperoleh pendidikan salah satunya adalah minusnya, bahkan tak adanya, peran
keluarga ini. Kalaupun akhirnya mereka bersekolah, mereka hanya mendapatkan
pengetahuan formal saja. Sementara kasih sayang, sopan santun, moralitas, cinta
dan berbagai nilai afektif lainnya sulit mereka dapatkan. Mereka merasa tidak ada
tempat yang baik untuk berlindung dan mengungkapkan seluruh perasaan secara
utuh dan bebas.
Umumnya mereka tidak memiliki keluarga yang mengemban peran
tersebut. Kalaupun mereka memiliki keluarga, tidak ada situasi yang kondusif
untuk saling berbagi perasaan antar anggota dalam sebuah keluarga. Ini
merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang mencoba memberdayakan anak jalanan. Mungkin persoalan
sulitnya bagaimana dia mendapatkan pendidikan secara formal, tidak sesulit
bagaimana dia memperoleh kasih sayang sejati.
Dari gambaran permasalahan tersebut kita bisa mengerti betapa peran
penting keluarga dalam rangka mengemban misi-misi pendidikan tidak bisa
diabaikan. Di dalam keluarga tercermin jalinan kasih dan cinta dalam mana ikatan
emosional, darah dan kekerabatan sangat mendominasi. Dengan demikian,
keluarga merupakan cetak biru (blue print) akan menjadi apa seorang anak kelak.
Sebagian orang secara tidak sadar mengatakan bahwa sebenarnya peran keluarga
adalah sekunder, alias hanya menjadi pelengkap saja. Sebab pengetahuan formal
sudah mereka dapatkan di bangku sekolahan. Logika ini tidak saja keliru secara
etis, tapi juga patut dipertanyakan pula pandangan moralnya terhadap keluarga.
13
Faktanya, keluarga justru merupakan institusi pendidikan pertama dan utama,
kemudian baru dilengkapi dengan nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan dari
bangku sekolahan.
Peran orang tua dalam menyukseskan pendidikan anaknya antara lain
dengan tidak melakukan tindakan pengekangan kepada anaknya. Orang tua hanya
perlu melakukan pengarahan dan pengawasan terhadap anak. Pada fase remaja,
anak akan membutuhkan pengarahan dan pertimbangan dari kedua orang tuanya
untuk masalah kelanjutan pendidikannya. Disinilah orang tua perlu berperan
dalam pemilihan tempat pendidikan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan
kepribadian anaknya tanpa perlu pemaksaan kehendak orang tua kepada anaknya.
Berdasarkan semua hal yang sudah dibahas sebelumnya, tidak bisa
dipungkiri bahwa peran keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam
menyukseskan kualitas pendidikan. Keterkaitan ini memang telah dibuktikan
dengan keadaan nyata dan memiliki korelasi serta berimplikasi pada kualitas
pendidikan yang dialami anak.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan faktor pendukung suksesnya pendidikan dan
merupakan lingkungan pendidikan yang paling awal dan terdekat dari anak dalam
memperoleh pendidikan. Keluarga termasuk dalam tripusat pendidikan yang
cukup penting dan memiliki peranan yang besar terhadap perkembangan
pendidikan anak, dimana posisi anak yaitu sebagai anggota sekaligus subyek
pendidikan. Keluarga juga merupakan institusi yang sangat berperan dalam
rangka melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Pada
keluarga memiliki peranan yang sangat signifikan dan penting sebagai
transformasi nilai edukatif dan pengendali lingkungan pendidikan yang ada pada
anak. Dalam mengemban misi-misi pendidikan, peran keluarga memiliki andil
yang cukup besar dalam menyukseskan kualitas pendidikan sehingga tidak bisa
diabaikan. Semakin berfungsi dan berjalannya peranan keluarga dengan baik,
maka akan semakin meningkat dalam menyukseskan kualitas pendidikan yang
lebih baik dan maju terhadap pendidikan yang dialami oleh anak sebagai peserta
didik.
3.2 Saran
Dalam makalah ini telah dipaparkan kajian tentang peranan keluarga
dalam menyukseskan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, hendaknya semua
lingkup keluarga khusunya di Indonesia bisa lebih berperan aktif secara positif
dalam menunjang pendidikan yang dialami oleh anak sebagai peserta didik agar
pendidikan yang berlangsung dapat mencapai tujuan pendidikan itu sendiri,
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan dan menyukseskan kualitas
pendidikan secara global di Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan: Komponen MKDK. Jakarta:
Rineka Cipta
Mujiran, Paulus. 2002. Pernik-Pernik Pendidikan (Manifestasi dalam Keluarga,
Sekolah dan Penyadaran Gender). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soeratman, Darsiti. 1986. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Sobur, Alex. 1987. Pembinaan Anak dalam Keluarga. Jakarta; BPK Gunung
Mulia
Tirtarahardja, Umar. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Tillar, Henry. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
16