peran kh. ahmad dasuki adnan dalam pengembangan...
TRANSCRIPT
PERAN KH. AHMAD DASUKI ADNAN DALAM
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-
WASHILAH JAKARTA TAHUN 1988-2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
Aulia Fauziah
NIM : 11140220000070
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN
PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2018
PEDOMAN TRANSLITERASI
a. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya
dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
B be ب
T te ت
Ts te dan es ث
J je ج
h ha dengan garis di ح
bawah
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
Ḏ de dengan garis di ض
bawah
Ṯ te dengan garis di bawah ط
Ẕ zet dengan garis di ظ
bawah
koma terbalik di atas ‘ ع
hadap kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ھ
Apostrof ` ء
Y ye ي
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan
vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentual
alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
_َ__ a Fathah
¯ِ¯¯ i Kasra
_ُ__ u Ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــَـ ي
au a dan u ــَـ و
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang
dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf,
yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
â a dengan topi di ـَا
atas
î i dengan topi di ـِي
atas
û u dengan topi di ـٌو
atas
ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan tentang Peran KH. Ahmad
Dasuki Adnan dalam Pengembangan Pondok Pesantren Al-
Washilah Jakarta tahun 1988-2010. Kiai Dasuki sebagai
pendiri telah berupaya mengembangkan Pondok Pesantren
dibidang pendidikan diantaranya, kurikulum hingga sarana
prasarana. Kiai Dasuki memadukan antara dua sistem
pendidikan yakni sistem Khalafi dan salafi. Lebih tepatnya
memiliki transformasi kearah modern karena memadukan
pelajaran umum yang dikembangkan menjadi sekolah umum
dalam lingkungan pondok pesantren.
Pondok Pesantren Al-Washilah terlihat mengalami
perkembangan maju, karena mengkombinasikan antara
kurikulum DIKNAS dan DEPAG serta mempertahankan
pengkajian terhadap kitab kuning. Selain itu Kiai Dasuki
berupaya untuk mencetuskan kader-kader muballigh muda
dan minat bakat santri yang dikembangkan melalui program-
program di pondok pesantren. Peran KH. Ahmad Dasuki
Adnan dalam pengembangan Pondok Pesantren Al-Washilah
menjadi inti pembahasan skripsi ini.
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan
menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh melalui
penelusuran observasi lapangan dan menggunakan sumber
wawancara. Penelitian ini menggunakan teori perubahan
sosial yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirjo.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa di tahun
1988-2010 KH. Ahmad Dasuki Adnan memiliki pengaruh
besar terhadap kemajuan pondok pesantren Al-Washilah. Kiai
Dasuki juga peduli terhadap keadaan sosial masyarakat pada
saat itu, dalam kasus tindak asusila Kiai Dasuki membuat
program PREMAN (Pembinaan Pemuda Remaja dan
Beriman) yang bertujuan untuk rehabilitas spiritual agama
terhadap remaja yang teridentifikasi aksi kriminal dan
meningkatkan kualitas pendidikan remaja PREMAN dengan
bebas biaya.
Kata kunci : KH. Ahmad Dasuki Adnan, Pengembangan
Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil’alamin atas segala nikmat iman,
Islam, kesempatan, kesabaran serta kekuatan yang telah
diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam untuk
tuntunan dan suri tauladan yang baik Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau
yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang
sampai saat ini menerangi hingga manusia di setiap penjuru
dunia.
Skripsi ini berjudul “PERAN KH. AHMAD DASUKI
ADNAN DALAM PENGEMBANGAN PONDOK
PESANTREN AL-WASHILAH JAKARTA TAHUN 1988-
2010” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Humaniora. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas
dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil M.Ag Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah
Jakarta, beserta para Wakil Dekan, I, II, III dan seluruh
jajaran Staf pengajar serta pegawai Fakultas Adab dan
ii
Humaniora atas segala ilmu dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Bapak H. Nurhasan, M.A. Selaku ketua Jurusan Sejarah
Peradaban Islam yang selalu mengingatkan dan bertekad
menjadikan mahasiswa yang berakademisi handal.
4. Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd Selaku Sekretaris Jurusan
Sejarah Peradaban Islam yang melayanin Mahasiswa
dengan penuh kesabaran.
5. Bapak Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag, Pembimbing
skripsi yang telah memberikan waktu dan ilmunya dengan
ikhlas dan penuh kesabaran sehingga dapat terselesaikan
skripsi ini.
6. Bapak Saiful Umam, Ph. D dan Bapak Drs. Azhar Saleh,
MA. Selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik
serta saran kepada penulis agar tulisan menjadi lebih baik.
7. Bapak Imam Subchi, MA selaku Penasehat Akdemik yang
memberi bimbingan kepada penulis hingga akhir
perkuliahan.
8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaiora jurusan
Sejarah Peradaban Islam yang sangat luar biasa
memotivasi dan membimbing penulis untuk mewujudkan
cita-cita penulis.
9. Ustazah Hj Siti Fuaedah Dasuki selaku Istri Alm. K.H
Ahmad Dasuki Adnan, kepada K.H Sanusi selaku
Penasehat Pondok Pesantren Al-Washilah, K.H Sahidi
Rahman selaku lurah pondok Pesantren Al-Washilah,
iii
bapak Ust. Taufiq MA yang telah memberi izin kepada
penulis untuk melakukan observasi dan memberi
informasi di Pondok Pesantren Al-Washilah.
10. Bapak Syamsudin S.Pd, Bapak Kiming, ibu Nurhayati,
serta ketua RW 10 yang telah membantu memberikan
informasi terkait kepenulisan.
11. Kepada kepala Kementrian agama Jakarta Barat dan
Badan Pusat Statistik, Arsip Nasional Republik Indonesia
yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data-
data terkait sumber penulisan.
12. Kedua orang tua tersayang dan tercinta ayah dan ibu.
Ayah Tamuzi dan Ibu Hj. Atikah yang memberikan ke
ikhlasan mendidik, mengasuh, dan membimbing dengan
kasih sayang yang tulus dan memberikan fasilitas yang
sangat mencukupi. Sehinga penulis dapat
menyeselesaikan studi sampai keperguruan tinggi, serta
keluarga besar Bapak alm. Ma’ruf
13. Sahabat-sahabat ter- Receh julid tapi berharga sebut saja
mereka Yulianah Nurhayu, Hardiyanti, Putri Hasanah,
Toatun, Sri Hesti Damayanti, Indana Zulfah, Nida Auliah,
Siti Hajar, Sarah Fadhilah, Vida Melati. Terimakasih atas
tumpangannya squad Kos Latanza. dan Kepada sahabat-
sahabat SKI B 2014 yang telah membantu memotivasi,
Erik, Wanti, Dessy.
14. Sahabat-sahabat Al-Itqon, Mia, Nia, Neneng, Sovie,
Hafilda, Hamdiyah, dan khususnya Anyzah Oktaviani
iv
yang siap membantu dan menemani mencari sumber
disaat penulis kesulitan. Serta tidak lupa kepada Slamet
Rifaldi yang telah siap memberi bantuan tenaga, motivasi,
kesabaran dan tiada lagi kata yang penulis ucapkan.
15. Sahabat-sahabat perjuanganku, Komunitas exellant bacth
6, dan teman-teman terinspirasiku KKN ADYATMA dan
Komunitas 15.
16. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penulis hanya bisa
berdoa, Semoga Allah Membalas kebaikan-kebaikan
mereka dengan setimpal. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis memohon
maaf bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik
dan saran kami hargai demi penyempurnan penulisan serupa
dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi
semua pihak.
Penulis
Aulia Fauziah
NIM. 11140220000070
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING
PEDOMAN TRANSLITERASI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................ 5
C. Batasan Masalah ..................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................. 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 6
F. Metode Penelitian ................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka Terdahulu ................................. 13
H. Sistematika Penulisan ........................................... 14
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................ 17
A. Landasan Teori ...................................................... 17
B. Kajian Pustaka ...................................................... 19
C. Kerangka Berfikir ................................................. 24
BAB III : PONDOK PESANTREN AL-WASHILAH ........ 27
A. Gambaran umum wilayah Pondok Pesantren
Al-Washilah tahun 1988 ....................................... 27
B. Latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-
Washilah .............................................................. 33
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Washilah ..... 35
D. Struktur Organisasi yayasan Pondok Pesantren
Al-Washilah .......................................................... 36
E. Tata tertib santri Pondok Pesantren Al-
Washilah ............................................................... 40
BAB IV : BIOGRAFI KH.AHMAD DASUKI ADNAN ....... 43
A. K.H Ahmad Dasuki Adnan dan keluarganya ...... 43
vi
B. Pendidikan KH Ahmad Dasuki Adnan................ 45
C. Perjalanan aktifitas dakwahnya ........................... 49
D. Aktifitas Sosialnya............................................... 53
BAB V : PERAN KH. AHMAD DASUKI ADNAN
DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN
AL-WASHILAH JAKARTA 1988-2010 ................................ 57
A. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Washilah . 57
B. Bidang Pendidikan ............................................... 59
1. Pendidikan formal ......................................... 60
2. Pendidikan Nonformal ................................... 63
a. Pengajian Kitab Kuning .......................... 63
b. Pengembangan Bahasa Asing.................. 67
c. Kegiatan Ekstrakulikuler.......................... 68
C. Bidang Kurikulum ............................................... 73
D. Sumber Daya Manusia ........................................ 75
E. Sarana dan Prasarana ........................................... 78
BAB VI : PENUTUP ............................................................... 79
A. KESIMPULAN .................................................. 79
B. SARAN-SARAN ................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................. 83
LAMPIRANLAMPIRAN ....................................... 88
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Peta Kembangan Jakarta 1988 ............................... 27
Tabel 3.2 jumlah penduduk Kelurahan Kembangan Utara
tahun 2010 ................................................................................. 29
Tabel 5.3: Data Statistik Guru di Pondok Pesantren ............... 76
Tabel 5.4: Data Statistik santri di Pondok Pesantren ................ 77
viii
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Ucapan Ahlan wasahlan depan Ponpes ............... 88
Lampiran 2: Foto keluarga besar kiai ...................................... 88
Lampian 3 : Foto kiai bersama masyarakat ............................. 89
Lampiran 4: Foto bagian depan Ponpes Al-Washilah ............. 89
Lampiran 5: Foto Masjid Al-Washilah ..................................... 90
Lampiran 6: Lomba PMR Al-Washilah Jakarta ...................... 90
Lampiran 7: Foto Pengobatan gratis ........................................ 91
Lampiran 8: Aksi Komnas Dhuafah ........................................ 91
Lampiran 9: Fasilitas wartel, warnet di Ponpes ....................... 92
Lampiran 10 Foto Kopontren Ponpes Al-Washilah .................. 92
Lampiran 11: Foto para santri .................................................. 93
Lampiran 12: Foto Pak Kiming ................................................ 93
Lampiran 13: Foto Pak Syamsudin S.pd ................................... 94
Lampiran 14: Foto K.H Sahidi Rahman ................................... 94
Lampiran 15: Foto Ibu Hj. Fuaedah ......................................... 94
Lampiran 16: Surat Arsip Nasional Republik Indonesia ......... 95
Lampiran 17: Surat izin observasi dari Al-Washilah ............... 96
Lampiran 18: Surat Balasan observasi dari BPS ...................... 97
Lampiran 19: Bukti wawancara ................................................ 98
Lampiran 20 Surat Kabar Komnas Dhuafa .............................. 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
tradisional Islam dan sebagai tempat untuk mempelajari,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari.1 Pondok berasal dari kata
bahasa arab funduq yang diartikan sebagai hotel atau asrama
bagi para santri. Pesantren diawali dengan kata pe dan
diakhiri dengan an yang diartikan sebagai tempat tinggal para
santri.2
Pondok pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga
pendidikan yang ikut bertanggung jawab terhadap proses
pencerdasan kehidupan bangsa secara integral. Secara khusus
pesantren memiliki fungsi untuk bertanggung jawab terhadap
kelangsungan tradisi keagamaan dalam kehidupan
masyarakat.3
1Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang
Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1994), 18 2Pigeaud, Theodore G, 1968-1980, Literature of Java: Catalogue
Reaisone of Javanese manuscript. Vols 3: Martinus Nijhoff. 3Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS,
1994), 59
2
Sejak awal abad ke 16, pesantren merupakan jenis
pusat Islam kedua setelah masjid. Keberadaan pondok
pesantren memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
penyebaran agama Islam maupun dalam upaya meningkatkan
kualitas kehidupan keagamaan masyarakat.
Pertumbuhan suatu pesantren dapat di lihat tergantung
pribadi kiai, karena kiai mempunyai otoritas sepenuhnya di
dalam pesantren. Maju mundurnya pesantren dipengaruhi oleh
wibawa seorang kiai, maka sering terlihat jika kiai disuatu
pondok meninggal, pamor pondok pesantren akan merosot,
dan kiai yang menggantikannya tidak sepopuler kiai yang
telah meninggal.4
Sistem pendidikan pesantren umumnya terbagi
menjadi dua kategori yaitu pesantren salafi dan khalafi.
Pesantren salafi mengajarkan kitab-kitab klasik sebagai inti
dari pendidikan dan dengan menerapkan sistem pendidikan
madrasah. Sistem salafi seperti sorogan, weton/bandongan,
halaqah, dan hafalan, Sistem pendidikan ini umum dilakukan
pesantren-pesantren salafi di Indonesia. Martin menjelaskan
bahwa pesantren di Indonesia cenderung lebih dekat dengan
salah satu model sistem pendidikan di Al-Azhar dengan
sistem pendidikan riwaq yang didirikan pada akhir abad ke 18
M. Hal ini adalah salah satu bukti bahwa ulama-ulama di
4Saiful Akbar Lubis, Konseling Islami Kiayi dan Pesantren
(Yogyakarta: El Saq Press, 2007), 169.
3
Indonesia memiliki hubungan keilmuan dengan ulama
Haramyn.5 Selanjutnya adalah kategori khalafi. Sistem ini
dapat dikatakan memiliki transformasi kearah modern karena
memadukan pelajaran umum yang dikembangkan menjadi
sekolah umum dalam lingkungan pondok pesantren.6
Pondok pesantren dengan kekhasannya memiliki daya
tarik tersendiri. Potensi pembelajaran keilmuan Islam di
pesantren dirasa sangat efektif. Karena pembelajaran Islam di
pesantren cenderung diamalkan secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari dan mendapat pengawasan langsung
oleh kiai maupun para ustadz yang membantu.
Pondok pesantren yang menggunakan sistem
pembelajaran salafi pada saat ini, khususnya di Jakarta Barat
jarang memiliki murid yang lebih banyak dari pesantren
modern maupun pesantren semi tradisional. Gaya dan pola
pesantren salafi yang cenderung sederhana, kini mulai
ditinggalkan. Berkaitan dengan era modern, fasilitas pesantren
lengkap yang memiliki perkembangan IPTEK memadai lebih
banyak peminat, karena selain belajar ilmu agama secara
intensif, santri juga dapat mengembangkan diri. Supaya ketika
seorang santri sudah selesai masanya di pondok, mampu
5Martin Van Bruinessen, Kitab kuning: Pesantren dan Tarekat
(Bandung: Mizan, 1992), 35. 6Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang
Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1994), 41-42.
4
bersaing di dunia yang menuntut santri harus mengikuti arus
globalisasi modern.
Pondok pesantren Al-Washilah sebagai lembaga
pendidikan yang didirikan oleh K.H Ahmad Dasuki Adnan
mempunyai visi mencetak generasi muslim terampil, kreatif
dan dinamis baik itu secara ilmiyah amaliyah atau pun secara
amaliyah ilmiyah. Misinya selain mempertahankan pondok
pesantren salaf, Kiai Dasuki juga mengkombinasikan
kurikulum Departemen Agama (DEPAG) dan Departemen
Pendidikan Nasional (DIKNAS). Serta mempersiapkan kader-
kader muslim yang menguasai IPTEK, mampu berkreasi
secara inovatif aktif dan dinamis berlandasan iman dan taqwa.
Peran Kiai Dasuki dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Al-Washilah mampu mempertahankan pesantren
dengan sistem salafi dan memadukan sentuhan modern ke
pondok pesantren. Pondok Pesantren Al-Washilah termasuk
dalam pesantren semi tradisional sejak tahun berdirinya 1988.
Kiai Dasuki memiliki peran dan pengaruh yang besar
terhadap perkembangan pondok pesantren sejak tahun 1988.
Sebelumnya berbentuk pendidikan informal kemudian
menjadi pondok pesantren dengan sistem khalafi. Keaktifan
Kiai Dasuki dalam mengelola pondok pesantren terhenti dan
digantikan oleh KH Sanusi7 sejak awal 2010. Kiai Dasuki
7 KH Ahmad Sanusi (merupakan anak ke dua Kiai Dasuki)
5
mengalami sakit, hingga akhirnya pada Senin, 24 mei 2010
jam 10.00 WIB Kiai Dasuki mengembuskan nafas terakhir.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam tentang Pondok Pesantren Al-
Washilah yang terletak di Kembangan Jakarta Barat dalam
sebuah karya ilmiah yang berjudul “Peran KH. Ahmad
Dasuki Adnan dalam Pengembangan Pondok Pesantren Al-
Washilah Jakarta Tahun 1988-2010”.
B. Identifikasi Masalah
Mengenai latar belakang masalah tersebut penulis
berhasil mengidentifikasi beberapa masalah di antaranya:
1. Biografi KH. Ahmad Dasuki Adnan.
2. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Washilah
Jakarta.
3. Peran KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam
Pengembangan Pondok Pesantren Al-Washilah
Jakarta.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah di fokuskan dengan mengangkat
satu tokoh pendiri Pondok Pesantren Al-Washilah yaitu KH.
Ahmad Dasuki Adnan dan berupaya menjelaskan bagaimana
Perannya dalam mengembangkan Pondok Pesantren Al-
Washilah di tahun 1988-2010.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka
permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana biografi KH. Ahmad Dasuki Adnan?
2. Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Al-
Washilah?
3. Bagaimana Peran KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam
pengembangan Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta
Barat?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hal berikut ini :
a. Untuk mengenal KH Ahmad Dasuki Adnan.
b. Untuk mengetahui Perkembangan Pondok Pesantren
Al-Washilah Jakarta Barat.
c. Untuk mengetahui Peran KH Ahmad Dasuki Adnan
dalam perkembangan Pondok Pesantren Al-Washilah
Jakarta Barat.
2. Manfaat Penelitian
Sebagai suatu kajian ilmiah, maka penelitian ini
memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Untuk Prodi Sejarah Peradaban Islam di Fakultas
Adab dan Humaniora, dan sebagai bahan
7
pengetahuan untuk mahasiswa mengenai Pondok
Pesantren Al-Washilah Jakarta Barat.
b. Untuk lembaga Pendidikan daerah, sebagai sumber
informasi terkait dengan pondok pesantren Al-
Washilah di Jakarta Barat.
c. Untuk masyarakat daerah, sebagai sumber informasi
pondok pesantren di daerah Kampung Baru,
Kembangan Jakarta Barat.
d. Untuk diri sendiri dan bagi mahasiswa yang ingin
mengatahui pendidikan di pesantren.
F. Metode Penelitian
1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan
dimulai dari bulan juni sampai pada november. Sedangkan
tempat penelitian adalah Pondok Pesantren Al-Washilah
Jakarta Barat.
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskripsi.
Metode ini di gunakan penelitian sejarah untuk mencapai
hasil tulisan sejarah. Data kualitatif berbentuk analisa yang
dituangkan kedalam bentuk kalimat menjadi satu kesatuan.
Bentuk analisa historis yang di sampaikan oleh Dien
Madjid bahwa merupakan jenis penelitian sejarah yang
8
memanfaatkan teori dan metodologi.8 Selanjutnya untuk
mencapai Historiografi terdapat langkah-langkah
penelitian. Menurut Louis gottschalk langkah-langkah
penelitian sejarah merupakan proses menguji dan
menganalisis kesaksian sejarah untuk menemukan data
autentik dan dapat dipercaya sehingga menjadi tulisan
sejarah yang sesuai dengan fakta.9
3. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan penulis adalah peran
KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam mengembangkan
Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta. Penelitian ini
mendeskripsikan mengenai keberadaan individu dan
kelembagaan dalam kondisi tertentu. Maka hasil dari
penelitian terfokus pada situasi yang menggambarkan
keberadan individu dan kelembagaan tersebut. Unsur yang
diteliti yakni pertama, pelaku dan kelembagaan yang
dimiliki, Kedua, tempat lokasi kejadian, dan ketiga aktifitas
yang dilakukan KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Al-Washilah.
Sumber Data dibagi menjadi dua, yakni sumber primer
dan sumber sekunder.
a. Sumber Primer
8M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah sebuah
pengantar, (Jakarta: Kencana, 2014) 218. 9Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI press, 1986)
33.
9
Sumber primer yang digunakan penulis terdapat dua
kategori, yakni pertama sumber wawancara dan
pengamatan langsung di lapangan. Sejarah Lisan
(wawancara) Di dalam buku Ilmu Sejarah: Sebuah
Pengantar oleh Dien Madjid dan Johan Wahyudi,
menjelaskan bahwa sejarah lisan bersifat melengkapi
data-data tertulis.10
Metode Sejarah lisan adalah salah
satu yang dijadikan sebagai sumber primer, karena
kemungkinan untuk di palsukan sedikit sekali. Sumber
lisan ini juga perlu pengawasan ketat dalam pemilihan
narasumber utama yang akan dijadikan sebagai sumber
sejarah lisan. Yang kedua sumber dokumentasi pribadi
KH. Ahmad Dasuki Adnan dan arsip-arsip pondok
Pesantren Al-Washilah dan berupa foto-foto. Penulis
juga melakukan pengamatan langsung melalui media
sosial seperti youtube, karena ada video K.H Ahmad
Dasuki Adnan berceramah ketika ia masih hidup, hal
tersebut berfungsi agar penulis dapat mengetahui
pemikiran dakwahnya melalui ceramah yang
disampaikannya.
b. Sumber Sekunder
Untuk dapat melengkapi data-data primer, penulis
membutuhkan data sekunder sebagai pendukung dari
studi yang diteliti. Sumber sekunder merupakan sumber
10
Dien Madjid, Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah ; Sebuah Pengantar
(Jakarta : Kencana, 2014) 122.
10
dari saksi pandang kedua. Disini penulis mewawancarai
alumni-alumni pada periode kepemimpinan KH Ahmad
Dasuki Adnan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi kepustakawan atau Library Research.
Penulis mengumpulkan buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian dengan mengunjungi beberapa
perpustakaan seperti, Perpustakaan Nasional yang
berada di jalan Merdeka Selatan, kemudian
Perpustakaan Utama maupun Fakultas Adab dan
Humaniora di Universitas Islam Negeri Jakarta,
Perpustakaan yang ada di Badan Pusat Statistik,
Perpustakaan Kementrian Pendidikan dan Budaya,
selnjutnya Perpustakaan Universitas Indonesia Gedung
Crystal of knowledge yang berada di Pondok Cina,
depok.
b. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan data dalam bentuk arsip Penulis
menggunakan Arsip pribadi Pondok Pesantren Al-
Washillah, data Arsip dari Badan Pusat Statistik Jakarta
Barat untuk mengetahui wilayah demografi Kelurahan
Kembangan Utara 2009-2010 dalam angka.
11
c. Wawancara
wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.11
Sedangkan menurut Arikunto wawancara
adalah dialog tertentu yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari narasumber.12
Penulis
mewawancari beberapa orang yang memiliki kredibilitas
sebagai sumber primer diantaranya mewawancari Hj.
Fuaedah Dasuki ia adalah istri dari K.H Ahmad Dasuki
Adnan, selanjutnya DR. K.H Sanusi Lc, ia adalah anak
K.H Ahmad Dasuki Adnan dan merupakan penerus
pimpinan sebagai penasihat Pondok Pesanten Al-
Washilah Jakarta sejak K.H Ahmad Dasuki Adnan
meninggal. Kemudian penulis mewawancarai K.H Sahidi
Rahman, MA sebagai lurah di Pondok Pesantren Al-
Washilah ia juga yang bertanggung jawab penuh atas
kegiatan-kegiatan santri Pondok Pesantren Al-Washilah.
Penulis juga mewawancarai Bapak Syamsudin yang
merupakan guru di Al-Washilah dan tokoh masyarakat
kampung baru. Penulis juga mewawancari Bapak Kiming
dan ibu Nurhayati sesepuh di Kampung baru, dan 3
alumni pondok pesantren Al-Washilah Jakarta.
11
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya cet 6, 1997) 135. 12
Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006) 236.
12
5. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan pengolahan,
pengelompokan, sistematisasi penafsiran dan verifikasi
data.13
Pada tahap ini penulis menilai terlebih dahulu
sumber-sumber yang penulis dapat melalui kritik ekstren
dan intern. Sebagai peneliti sejarah ketika melakukan
tahapan verifikasi terhadap sumber yang di dapat adalah
berguna untuk mengetahui suatu keabsahan.14
terhadap
sumber-sumber yang sudah dikumpulkan. Hal ini di
karenakan untuk mengklafikasi keotentikan sumber-
sumber sejarah yang digunakan. Hasil di dapati menjadi
berupa fakta-fakta sebagai hasil sintesis melalui eksplanasi
historis.15
Dalam mengkritik data- data yang dijadikan
sumber referensi, penulis dapat membedakan sumber
primer dan sumber sekunder dari fakta-fakta yang sudah
terkumpul. Dalam kritik sumber internal kita mengetahui
bahwa sumber yang kita gunakan adalah sumber dari orang
pertama dan tidak mengalami perubahan-perubahan.
Sedangkan sumber external untuk mengetahui kredibilitas
sumber yang di gunakan. Setelah melakukan kritik sumber
selanjutnya menganalisis data atau interpretasi. Interpretasi
menurut Noto Susanto 1971 yaitu menetapkan makna dan
13
Margono, S. (Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004) 167. 14
Kuntowijoyo, Pendekatan Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya, 1995) 77. 15
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1992) 34.
13
saling berhubungan dari fakta yang diperoleh sejarah itu.16
Dalam artian lain Interpretasi adalah langkah untuk
menafsirkan sumber-sumber yang sudah kategorikan
sebagai sumber primer dan sumber sekunder.
G. Tinjauan Pustaka Terdahulu
Kajian Tokoh KH. Ahmad Dasuki Adnan secara
spesifik belum ada yang menuliskan, sejauh penelitian penulis
terhadap peran KH. Ahmad Dasuki Adnan terlihat sekali
sangat mempengaruhi perkembangan Islam ke arah lebih
maju di Kampung Baru kelurahan Kembangan Utara Jakarta
Barat. Berikut tulisan yang penulis temui mengenai Peran
KH. Ahmad Dasuki Adnan.
Pertama skripsi yang di tulis oleh Nenden Nelawati
dari KPI UIN Jakarta tahun 2016 dengan judul Implementasi
etika komunikasi dari kitab Al-akhlaq lil banat dalam
komunikasi antara santri dengan ustadzah di Pondok
Pesantren Al-Washilah Jakarta Barat. Kajian tersebut
mengambil objek kepada guru dan santri Al-Washilah.
Kekurangan dalam skripsi tersebut tidak banyak di ulas
tentang Peran KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam
pengembangan pondok pesantren. Kedua artikel yang ditulis
oleh Abdul Rahman Wahid mengenai sedikit biografi KH.
Ahmad Dasuki Adnan dan beberapa lembaga-lembaga yang ia
16
Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, (Bandung : CV Pustaka
Setia, 2014) 75.
14
pimpin. Namun, artikel tersebut adalah tidak menggambarkan
secara kronologis bentuk ulasan, dan terdapat beberapa
sumber yang tidak jelas dalam penulisannya.
H. Sistematika Penulisan
Hasil dari penelitian ini penulis membagi pembahasan
dalam 6 Bab yang terdiri dari sub Bab pada masing-masing
dan keteraturan dalam penulisan skripsi, adapun Sistematika
penulisannya sebagai berikut :
BAB I: Berupa pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, pokok masalah rumusan masalah, lingkup
permasalahan, manfaat dan tujuan penelitian, metode
penelitian, tinjauan terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II: Berupa Kajian Pustaka, yang berisi landasan
teori, kajian pustaka, kerangka berfikir.
BAB III: Membahas mengenai Pondok Pesantren Al-
Washilah Jakarta, meliputi sejarah Pondok Pesantren Al-
Washilah, berikut visi dan misi, struktur organisasi Sebagai
maksud mengetahui kondisi umum Pondok Pesantren Al-
Washilah Jakarta Barat.
BAB IV: Mengenai KH Ahmad Dasuki Adnan,
biografi KH. Ahmad Dasuki Adnan, perjalanan hidup KH.
Ahmad Dasuki Adnan, aktifitas dakwah KH. Ahmad Dasuki
Adnan, dan aktifitas sosial KH. Ahmad Dasuki Adnan.
15
BAB V: Peran KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam
pengembangan Pondok Pesantren Al-Washilah, di bidang
pendidikan, bidang kurikulum, serta bidang sarana dan
prasarana di Pondok Pesantren Al-Washilah.
BAB VI : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-
saran.
16
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Penulis menggunakan teori perubahan sosial.
Perubahan sosial dapat di lihat dengan meneliti suatu
masyarakat. Perubahan sosial adalah gejala sosial, karena
perubahan itu sendiri menggambarkan bahwa masyarakat
mengalami pertumbuhan atau perkembangan. Ketika
masyarakat mengalami perubahan sosial, proses tersebut
dapat mempertahankan eksistensi atau beradaptasi dengan
lingkungan, serta lebih efektif mencapai tujuan.1
Perubahan sosial di sini muncul pertanyaan bagaimana
pola perkembanganya dan perubahan tersebut membawa
masyarakat ke arah mana. Sartono Kartodirjo mengungkapkan
bahwa perkembangan diarahkan oleh kekuatan menuju suatu
tujuan. Konsep perubahan sosial dari Sartono memiliki
kolerasi dengan penelitian ini salah satunya yaitu dinamika
masyarakat menunjukan pergerakan dan tingkat
perkembangannya dari yang terdahulu dan ke yang kemudian,
lazimnya dari yang sederhana ke yang lebih maju kepada
perubahan yang lebih baik.2
1Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode
Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 162. 2Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode
Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 99
18
Perubahan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah bahwa Peran Kiai Dasuki telah membawa perubahan
Pondok Pesantren Al-Washilah ke arah yang lebih maju. Kiai
Dasuki mempunyai prinsip agar santri mendapatkan
keseimbangan antara ilmu umum dan agama. Aktifitas Kiai
Dasuki dalam merealisasikan prinsipnya terlihat dalam
pengembangan di bidang pendidikan, kurikulum, serta
memperbaharui sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Al-
Washilah. Selain itu perubahan juga terjadi pada masyarakat
karena digerakan oleh suatu lembaga yakni Pondok Pesantren
Al-Washilah Jakarta. Pondok Pesantren Al-Washilah
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membawa
perubahan pendidikan di Kampung Baru kelurahan
Kembangan-Jakarta Barat. Maka dari itu, pesantren juga dapat
menetukan bagaimana mengukur perkembangan Islam disuatu
masyarakat.3 Sejak tahun 1988, Pesantren Al-Washilah dan
Masjid Al-Washilah menjadi lembaga pendidikan Islam
pertama di daerah tersebut. Kiai Dasuki dan lembaganya
memiliki pengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat
dalam aspek sosial agama kearah lebih baik dan maju.
Terlihat memang sebelum Kiayi Dasuki datang, masyarakat
Kampung Baru memiliki perkembangan Islam yang cukup
lamban, terutama dalam bidang pendidikan.4 Pondok
3Manfred ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:
Perhimpunan pengembangan pesanren dan masyarakat,1983) 19. 4Bpk. Kiming (93 thn), Sesepuh Kampung Baru Kembangan
Jakarta Barat, wawancara pribadi pada 11 september 2018.
19
Pesantren Al-Washilah dalam perkembangannya, memiliki
hubungan dengan masyarakat, terlebih Kiai Dasuki di awal
kedatangannya aktif berceramah dan mengajar mengaji di
daerah tersebut.
B. Kajian Pustaka
1.Hakikat Kiai
a. Pengertian kiai
Kiai merupakan elemen paling central di suatu
pesantren. Menurut M. Amin Haedari dkk, Kiai mengacu
kepada pengertian gelar yang diberikan kepada para
pemimpin agama Islam atau pondok pesantren. Istilah
kiyai ini biasanya lazim digunakan di Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Sementara di Jawa Barat digunakan istilah
“Ajengan”, di Aceh dengan Tengku, sedangkan di
Sumatera Utara dinamakan Buya. Gelar kiai juga
dianugrahkan sebagai bentuk penghormatan kepada
seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu
keagamaan. Dengan kata lain, bahwa gelar kiai tetap
dipakai bagi seorang ulama yang mempunyai ikatan
primordial5 dengan kelompok Islam tradisional. Bahkan
dalam banyak hal, gelar kiai juga dipakai oleh para
muballigh. Kebanyakan masyarakat Islam tradisional di
Jawa, kiai di pesantren dianggap sebagai figur sentral
5Ikatan Pimodial adalah ikatan paling dasar antara ulama dan
masyarakat.
20
yang mempunyai wewenang dan otoritas di lingkungan
pesantren.6
Menurut Dhofier asal-usul arti Kiai dalam Bahasa
Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda:7
1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat, umpamanya, “Kyai Garuda
Kecana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada
di Kraton Yogyakarta.
2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada
umumnya.
3) Kiai, juga sering disebut seorang alim (orang yang
dalam pengetahuan Islamnya).
b. Fungsi Peran Kiai
Dalam buku Hiroko Horikoshi yang berjudul “Kiai
dan Perubahan Sosial” yang ditulis pada tahun 1987,
mengatakan bahwa masjid dan madrasah merupakan
jantung kelembagaan masyarakat Islam. Menurutnya
tugas ulama pun mencakup kegiatan-kegiatan duniawi.8
Bukan hanya itu keluarga dari kiai pun memiliki peranan
untuk mendukung juga membantu kiai dalam
6HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren ( Dalam
Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas global), (Jakarta :
IDR Pres, 2006) 30. 7Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren Tentang Pandangan
Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES, 1995), 93. 8Horikoshi, Hiroko, Kyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta:
PerhimpunanPesantren dan Masyarakat, (P3M), 1987), 8.
21
menciptakan perlindungan terhadap masyarakat dari
ancaman luar yang berusaha masuk, serta melakukan
pertahanan kebudayaan Islam yang homogeni bagi
masyarakat itu.
Selain itu, kiai juga mengadakan pengajian, karena
pengajian merupakan perkumpulan informal yang
bertujuan mengajarkan dasar-dasar agama pada
masyarakat umum. Sehingga pengajian sangat vital sekali
sebagai usaha Islamisasi terhadap massa. Sering kali isi
dari pengajian tersebut ketika kiai mengajar, menunjukan
dalil-dalil dari Al-Quran kemudian dihubungkan dengan
persoalan-persoalan duniawi yang kerap terjadi pada
kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu fungsi kiai salah
satunya dapat dimintai jawaban atas perkara yang terjadi
dalam masyarakat.
c. Ciri-Ciri Kiai
Sayyid Abdulah bin Alawi Al-Haddad mengemukakan
kriteria kiai, diantaranya: Seseorang yang takut kepada
Allah, bersikap zuhud kepada dunia, (qona’ah)9 dengan
rezeki yang sedikit dan bersedekah, di dalam masyarakat
sering memberi nasehat ber amar ma’ruf nahi munkar
serta membimbing masyarakat ke arah kebaikan agar
mendapatkan hidayah dari Allah, mempunyai sikap
9Sifat qonaah adalah merasa cukup dan tidak berlebih-
lebihan.menerima apa adanya rezeki dari Allah.
22
tawadhu dan tidak tamak, mempunyai sifat berlapang
dada dan berakhlak baik.10
2. Hakikat Pondok Pesantren
1. Pengertian Pesantren
Nurchalish Madjid menegaskan bahwa, pesantren
adalah artefak peradaban Indonesia yang dibangun
sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak
tradisional, unik dan indigenous.11
Karel Steenbrink dan
Clifford Geerts sepakat bahwa pesantren merupakan
lembaga pendidikan tradisional asli Indonesia. Namun,
penelusuran asal-usul pesantren dapat dikategorikan
dalam dua kelompok besar.12
Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa
pesantren merupakan hasil kreasi sejarah anak bangsa
setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya
pra-Islam. Pesantren merupakan sistem pendidikan Hindu-
Budha. Pesantren disamakan dengan mandala atau
asrama pada lembaga pendidikan pra-Islam. Kedua,
kelompok yang berpendapat, pesantren diadopsi dari
lembaga pendidikan Islam Timur-Tengah. Bagi mereka
10
A. Musthofa Bisri, Percik-percik keteladanan Kyai Hamid
Ahmad Pasuran (Rembang: Lembaga Informasi dan Studi Islam, yayasan
Ma’had As-Salafiyah, 2003) xxvi. 11
Nurchalish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret
Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), 10 12
Hanun Asrahah, dkk, Pesantren di Jawa: Asal-usul,
Perkembangan, dan pelembagaan (2002, 1-7)
23
yang berpendapat ini meragukan ungkapan bahwa
lembaga mandala atau asrama yang sudah ada pada
zaman Hindu-Budha merupakan tempat berlangsungnya
pembelajaran sama dengan pesantren. Hal ini juga
diungkapkan oleh Martin Van Bruinessen dalam bukunya
yang berjudul, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Ia
membicarakan bahwa pesantren di Indonesia cenderung
lebih dekat dengan salah satu model sistem pendidikan di
Al-Azhar dengan sistem pendidikan riwaq13
yang
didirikan pada akhir abad ke 18 M. Kitab yang berasal
dari Azhar Kairo memang telah di pelajari sejak abad
pertengahan. Abad ke 19, di Al-Azhar memiliki sekitar 30
murid yang mana murid-murid tersebut tinggal di salah
satu riwaq yang diperuntukan bagi orang jawa
dimaksudkan bagi orang-orang Islam dari Nusantara.
Sejak abad ke 18 dan ke 19 menunjukan adanya hubungan
yang dekat dengan kurikulum pesantren di Indonesia abad
ke 19, karena kitab-kita yang dipelajari sama. Hal tersebut
menunjukan bahwa kemungkinan adanya pegaruh Al-
Azhar dengan pesantren. Perkembangan yang mencolok
dalam kurkulum abad ke 19 tampak muncul ushul fiqh
hadis dan berbagai tafsir yang dipelajari.14
13
Riwaq adalah sebutan semacam Asrama 14
Martin Van Bruinesses, Kitab Kuning (Pesantren dan Tarekat),
(Bandung : Mizan, 1999) 30-35.
24
Zamakhsyari Dhofier juga berpendapat dalam
bukunya yang berjudul Tradisi Pesantren: Studi tentang
Pandangan Kiai, mengatakan bahwa Pesantren khususnya
di Jawa, merupakan kombinasi antara madrasah dan pusat
kegiatan tarekat, bukan antara Islam dan Hindu-Budha.15
b. Fungsi Pondok Pesantren
Pesantren pada umumnya sering disebut sebagai
pendidikan Islam tradisional. di mana seluruh santri
tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang
kiai. Pondok Pesantren memiliki fungsi bahwa dengan
sistem pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang
hari. Kehidupan dengan model pondok juga sangat
mendukung bagi pembentukan kepribadian santri yang
baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat.16
C. Kerangka Berfikir
Pondok Pesantren Al-Washilah didirikan oleh KH.
Ahmad Dasuki Adnan sejak tahun 1988. Pesantren Al-
Washilah terus mengalami perubahan menyesuaikan
kebutuhan zaman. Maka dirasa perlu melakukan
pengembangan terhadap pendidikan Pesantren Al-Washilah,
pengembangan terhadap aspek kurikulum pengajaran dan
15
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang
Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1994), 34. 16
Ahmad Sumpeno dkk, Pembelajaran Pesantren: Suatu kajian
yang komperatif, (Proyek Pelaporan Depag RI), 12
25
pengembangan terhadap sarana pra-sarana di Pondok
Pesantren Al-Washilah.
Pada awal kedatangan Kiai Dasuki di Kampung Baru,
Kiai Dasuki Adnan mendapatkan respon yang terbilang
kurang baik di kalangan masyarakat, hal ini terlihat ketika
Kiai Dasuki mendirikan sebuah masjid dan pesantren bersama
masyarakat yang pro terhadap Kiai Dasuki Adnan.
Pengalamannya ketika membeli sebuah tanah sekitar pondok
pesantren harga yang ditawarkan cukup mahal. Namun, hal
itu tidak menjadikan Kiayi Dasuki pantang menyerah untuk
berdakwah.
Peran Kiai Dasuki dan lembaga pendidikan Pondok
Pesantren Al-Washilah telah berdampak kepada perubahan
kemajuan pendidikan agama Islam di Kampung Baru
Kembangan Jakarta. Di kawasan sekitar rumah kiai atau
sekitar pondok pesantren dijadikan oleh masyarakat sebagai
central pendidikan agama Islam.
26
Perkembangan Pondok
Pesantren Al-Washilah
Masalah
Metodelogi
Bagaimana Peran KH Ahmad Dasuki
Adnan dalam pengembang Pondok
Pesantren Al-Washilah tahun 1988-2010
Temuan
Pendekatan
n
Teori
Sosial
Perubahan
Sosial
Adanya Pondok
Pesantren Al-Washilah
masyarakat Kampung
Baru Kembangan mampu
meningkatkan
pengetahuan agama Islam
terlebih Kiayi Dasuki
membuka pengajian
umum untuk masyarakat
Pengembangan
pesantren dilakukan
mengikuti kebutuhan
zaman, hal ini sesuai
dengan visi, misi
Pesantren Al-
Washilah
Berkembangnya sarana
dan pra-sarana Pesantren
Al-Washilah
Berkembangnya
kurikulum Pesantren
Al-Washilah
Berkembangnya sumber
daya guru
27
BAB III
PONDOK PESANTREN AL-WASHILAH
Pada bab tiga ini, penulis akan menguraikan gambaran
umum wilayah Pondok Pesantren Al-Washilah serta
menjelaskan secara umum gambaran masyarakat dari segi
pendidikan, sosial dan agama sehingga menjadi sebab
kronologis berdirinya Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta
tahun 1988. Penulis juga menjelaskan bagaimana
perkembangan Pondok Pesantren Al-Washilah beserta visi
dan misinya.
A. Gambaran umum wilayah Pondok Pesantren Al-
Washilah tahun 1988
3.1: Peta Kembangan Jakarta 1988 ANRI
28
1. Letak Geografis
Pondok Pesantren Al-Washilah teletak di Kampung
Baru no: 20 Rt.004 Rw. 010, Kelurahan Kembangan
Utara dan terletak di bagian Barat Provinsi DKI Jakarta
berkecamatan di Kembangan. Secara geografis
Kecamatan Kembangan tahun 1988 memiliki area seluas
792.760 dengan berkependudukan sebesar 11.824 jiwa
dan jumlah kepala keluarga sebesar 2.461 KK jumlah
kelurahan yang ada di Kecamatan Kembangan terbagi
menjadi 6 kelurahan diantaranya:1
a. Kelurahan Joglo
b. Kelurahan Srengseng
c. Kelurahan Meruya Selatan
d. Kelurahan Meruya Utara
e. Kelurahan Kembangan Selatan
f. Kelurahan Kembangan Utara
Letak Wilayah Kampung Baru berada di kelurahan
Kembangan Utara, berbatasan dengan Rawa Buaya dan
Kedaung Kali Angke, di sebelah utara berbatasan dengan
Kedoya Utara, di sebelah timur berbatasan dengan
Kembangan Selatan.2
1Peta Data Statistik Penduduk Kelurahan Kembangan tahun
1988, No. 46, Arsip Nasional Republik Indonesia. 2Peta Data Statistik Penduduk Kelurahan Kembangan tahun
1988, No. 46, Arsip Nasional Republik Indonesia.
29
Kelurahan Jumlah Penduduk Hasil
Proyeksi (Jiwa) hingga pada
tahun 2010
Rasio Jenis
Kelamin
Hasil
Proyeksi
laki-
laki
perempuan Jumlah
99.86
Kembangan
Utara
150.295
150.507
300.802
Tabel : 3.2 jumlah penduduk Kelurahan Kembangan Utara
tahun 2010
Jumlah penduduk Kelurahan Kembangan Utara makin
bertambah seiring berjalannya waktu. Wilayah kampung
baru kelurahan kembangan-Jakarta Barat terdiri dari 9 RT
yakni RT.01 sampai RT.09. Pada setiap RT, terdapat 30
sampai 40 KK. Kampung Baru salah satu wilayah yang
cukup padat. Rata-rata pekerjaan warga RT Kampung
Baru adalah buruh, guru dan karyawan. Jumlah penduduk
asli dan pendatang sekitar perbandingan sama antara
50%.3
2. Bidang Agama
Berdasarkan dengan data BPS tahun 2009-2010,
agama penduduk Kecamatan Kembangan jika diurutkan
mulai dari yang terbesar sebagai berikut: Pemeluk Agama
Islam sebesar 21.302 Jiwa, Penduduk agama Kristen
3https:/jakbarkota.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/3 diakses
pada tanggal 1 september 2018.
30
Protestan sebesar 5.184 jiwa, pemeluk Agama Katolik
sebesar 3.176 jiwa, pemeluk Agama Budha sebesar 4.292
jiwa dan jumlah terkecil adalah pemeluk Agama Hindu
sebesar 970 jiwa dan jumlah total sekitar 34.924. 4
Jumlah
masjid di Kembangan Utara sekitar 9 masjid dan 29
musholah dan jumlah masjid di Kampung Baru yang
berkelurahan di Kembangan Utara memang terbilang
sedikit sekali untuk cangkupan dalam 9 RT. Hingga saat
ini hanya ada dua masjid, Masjid Al-Washilah dan Masjid
Al-Hidayah.5
Kegiatan di masjid Al-Washilah dominan digunakan
untuk para santri mengkaji ilmu agama. Untuk masyarakat
sekitar keseharianya digunakan sebagai tempat sholat,
kegiatan pengajian bulanan dan mingguan secara rutin
diadakan oleh Pesantren dan terbuka untuk wali santri
serta masyarakat umum. Kembangan Utara yang sekarang
ini terlihat sebagai kampung yang religius. Adapun
kegiatan di Masjid Al-Hidayah digunakan untuk ibadah,
mengaji serta acara-acara besar Islam.6
Sejak Pondok Pesantren Al-Washilah berdiri syiar
Islam mulai bergerak maju, hal ini ditandai dengan
4Tim BPS Kota Administrasi Jakarta Barat, “Kecamatan
Kembangan Dalam Angka 2010” (Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2010) 15. 5Tim BPS Kota Administrasi Jakarta Barat, “Kecamatan
Kembangan Dalam Angka 2010” (Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2010) 27. 6 Syamsudin S.pd, Tokoh masyarakat Kampung Baru, pada
tanggal 11 september 2018.
31
keaktifan para warga yang membuat perkumpulan majlis
ta’lim khusus bapak dan ibu yang dipelopori oleh Kiai
Dasuki. Kitab-kitab yang umum digunakan dalam
pengajian seperti kajian Fiqih menggunakan kitab
Safinatuunnajah7, Tauhid menggunakan kitab ‘Aqidatul
Awwam8 dan juga ceramah-ceramah agama. Tidak hanya
Kiai Dasuki yang terjun dalam masyarakat, anak-anak
beliau yakni KH. Sanusi Lc, KH. Sahidi Rahman MA dan
ustadz-ustadz di Al-Washilah lainnya juga sering mengisi
kajian-kajian ilmu agama di masyarakat Kampung Baru.
3. Bidang Sosial
Berdasarkan data RW.10 Kampung Baru yang
berkelurahan Kembangan Utara terdiri dari sembilan RT.
Wilayah Kampung baru sendiri merupakan wilayah yang
cukup padat. Etnis masyarakat Kampung Baru terdiri dari
berbagai etnis, diantaranya Betawi, Sunda dan Banten.9
Kultur keseharian di wilayah Kampung Baru Kembangan
Utara seperti pada umumnya kawasan Jakarta yang
didominasi oleh Betawi. Sejak Islam mulai berkembang
maju di tahun 1988, tradisi adat dan agama Islam
7Kitab Safinatunnajah adalah karangan Syaikh Al-Alim Al-
Fadhil Salim bin Sumair Al-Hadromi kitab ini Kitab yang membahas
masalah fikih (khususnya madzab syafi’i). 8‘kitab Aqidatul Awwam adalah karangan Syekh Ahmad bin
Muhammad bin Sayyid Ramadhan al-Marzuqi al-Hasani wal Husaini al-
Maliki, al-Mishriy al-Makki kitab ini berisi syair-syair (nadham) tentang
Tauhid. 9Tim BPS Kota Administrasi Jakarta Barat, “Kecamatan
Kembangan Dalam Angka 2010” (Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2010), 35.
32
masyarakat Kampung Baru, seperti kebanyakan orang
Betawi yang menjunjung tradisi dalam unsur agama Islam
dalam lingkup pernikahan, tradisi tahlilan. Dalam periode
ini ke-aktifan dan partisipasi masing-masing individu
warga Kampung Baru terlihat sangat antusias dalam
merayakan hari-hari besar Islam, seperti acara Muharom,
Idul Fitri, Idul Qurban dan Maulid Nabi Muhammad.
Acara-acara seperti tersebut sering dihadiri oleh
penceramah-penceramah dari luar daerah maupun kiai
yang berada di Al-Washilah.
Indikator bahwa Islam terlihat maju disuatu daerah
salah satunya terlihat kepada kondisi pendidikan Islam dan
keaktifan warga perihal keagamaan. Pembentukan
organisasi-organisasi yang berbasis agama Islam juga
menandai bagaimana kondisi masyarakat di Kampung
Baru. Wilayah Kampung Baru memiliki organisasi Karang
Taruna dan remaja masjid yang bergerak dalam bidang
dakwah, setiap RT mempunyai anggotanya masing-masing
dan semua berpusat di RW 10. Setiap mengadakan acara-
acara besar Islam, pemuda karang taruna di setiap RT
mempunyai peran aktif.10
Menurut data BPS Tahun 2009-2010 terdapat 22 unit
fasilitas kesehatan yang tersebar di wilayah tersebut.
Mengenai penyandang kesejahteraan sosial di Kampung
10
Ketua RW 10, wawancara pribadi, 28 juli 2018.
33
Baru pada kurun waktu 2009, sekitar 9 anak jalanan, 10
BKPN dan 9 bekas Napi.11
B. Latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-
Washilah.
Agama Islam telah menjadi agama mayoritas warga
Kampung Baru Kelurahan Kembangan Utara yang beraqidah
Ahlusunnah Waljama’ah dengan mazhab Syafi’i. Di
Indonesia aqidah Ahlusunnah Waljamaah telah menjadi
mayoritas pemahaman yang di anut, karena di nilai cocok
dengan kultur Islam di Indonesia.12
Kondisi masyarakat Kampung Baru Kelurahan
Kembangan Utara pada kurun waktu 1970-1980-an memang
di kenal dengan masyarakat yang kurang berpatisipasi dalam
tradisi keagamaan Islam maupun pendidikan Islam. Jumlah
tempat ibadah seperti mushola hanya satu pada tahun 1980.13
Kegiatan yang ada di mushola tersebut pun hanya digunakan
masyarakat sebagai tempat ibadah, dan pengajian Al-Quran.
Sedangkan pusat keilmuan agama Islam pada masa itu berada
di daerah Basmol Jakarta yang letaknya tidak jauh dari
11
Tim BPS Kota Administrasi Jakarta Barat, “Kecamatan
Kembangan Dalam Angka 2010” (Jakarta: BPS Jakrta Barat, 2010) 39. 12
Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan perkembangan kota-
kota Muslim di Indonesia (Jakarta: Menara Kudus, 2000) 1. 13
Ibu Nurhayati (53 Tahun), Sebagai saksi Sejarah, wawancara
pribadi, 28 juli 2018.
34
Kampung Baru Kembangan.14
Bahkan pada masa itu banyak
sekali yang masih mempercayai praktik kedukunan, dan
banyaknya jagoan-jagoan kampung seperti preman yang
berkuasa.15
Awal kedatangan Kiai Dasuki ke Jakarta memang
semata-mata untuk melakukan dakwah. Saat itu Kiai Dasuki
di undang oleh salah satu jama’ah kuliah subuh di Masjid At-
Taqwa Cirebon untuk mengisi pengajian di Jakarta. Kiai
Dasuki datang ke Jakarta dan memutuskan untuk bermukim di
Jakarta pada tahun1985 dan tinggal di Duri Kepa, kontrakan
tersebut diberi oleh H. Hamid salah satu tokoh masyarakat di
daerah tersebut. Selama tinggal di Duri Kepa Kiai Dasuki
aktif mengisi pengajian di masjid sekitar dan melakukan
program pesantren kilat. Tidak hanya itu, Kiai Dasuki juga
aktif berdakwah ke daerah sekitar Jakarta hingga wilayah
Kampung Baru Kembangan.
Dalam perjalanan dakwahnya Kiai Dasuki
mendapatkan rezeki dari Allah melalui salah satu jamaah
untuk membangun pesantren, hal yang mendasari Kiai Dasuki
untuk membangun pesantren karena melihat kondisi
pendidikan agama Islam sangat memperihatinkan di daerah
tersebut, maka ia memutuskan untuk membangun instansi
14
Bpk. Kiming (93 Tahun), Sesepuh Kampung Baru, wawancara
pribadi, 11 september 2018. 15
Bpk. Kiming (93 Tahun), Sesepuh Kampung Baru, wawancara
pribadi, 11 september 2018.
35
pendidikan dan sebuah masjid pertama yang dibutuhkan pada
saat itu. Pada dasarnya seorang Kiai memegang peranan
dominan yang berfungsi efektif dalam mempersatukan serta
berperan untuk membentengi umat dari ancaman dan
mewujudkan cita-cita Islam dari kekuatan sekuler dari luar.16
Pada tahun 1988 diletakannya batu pertama
pembangunan Pondok Pesantren AL-Washilah Jakarta. Al-
Washilah itu sendiri memilik arti sebagai perantara yang
dapat menyampaikan (dekat) dengan Allah. Kiai Dasuki
mengungkapkan bahwa jalan berdakwah yang ia tempu atas
izin Allah Kiai Dasuki dapat membangun pesantren dan
masjid. Melalui solat istikharah Kiai Dasuki memilih
Kampung Baru.17
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Washilah
1. Visi Pondok Pesanten Al-Washilah adalah mencetak
generasi muslim siap pakai, Kreatif dan Dinamis,
Ilmiyah Amaliyah, Amaliyah Ilmiyah.
2. Misi Pondok Pesantren Al-Washilah diantaranya :
a. Mengkombinasikan Kurikulum Pondok Pesantren
dengan Kurikulum Pendidikan Nasional
16
Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta:
Perhimpunan Pesantren dan Masyarakat, (P3M)), 1987). 17
Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018.
36
b. Mempersiapkan Kader-kader muslim yang
menguasai IPTEK, mampu berkreasi secara
inovatif aktif dan dinamis berlandasan iman dan
taqwa.
c. Meningkatkan kemampuan professional dan
pengetahuan tenaga kependidikan sesuai dengan
kebutuhan dunia.
d. Menanamkan jiwa tauhid dan daya juang yang
tinggi dengan landasan Qur’an dan hadist.
D. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Al-
Washilah
PEMBINA
KH. Ahmad Dasuki Adnan
dan Hj. Siti Fuaedah
BENDAHARA
PENGASUH
Dr. KH. Ahmad Sanusi Lc
MA
Hj. Ati Rohayati, S.Pd.i
KOORDINATOR
SEKRETARIS
Abd. Wahib,
S.BA
KOOR. UMUM
H. Muhammad Sahidi Rahman, MA
Drs. H.M Taufiq,
– Ahmad Zein,
ST
KOOR. PEND KOOR. HUMAS
Abd. Wahab,
S.Ag
H. Moh. Hasyim Adnan
KETUA
KOOR. KESEHATAN
Lukmanul Hakim,
S.Sos. I
37
Uraian kerja dari struktur organisasi Pondok Pesantren
Al-Washilah18
:
1. Pembina
a. Mencetuskan dasar-dasar pondasi berdirinya
pondok pesantren secara moril dan materil
b. Memberi arahan terhadap tujuan pondok pesantren
c. Mewujudkan dan mempertahankan visi dan misi
pondok pesantren
d. Memerintahkan terhadap pengasuh dalam
membina pondok pesantren
e. Mengupaya pengembangan pondok pesantren
dalam segala aspek
f. Mengontrol semua kegiatan di pondok pesantren
dari administasi, kurikulum pendidikan hingga tata
tertib di lingkungan pondok pesantren
2. Pengasuh
a. Membantu Pembina dalam mewujudkan dan
mempertahankan visi dan misi pondok pesantren
b. Memberi arahan tehadap rencana pendapatan dan
anggaran bersama bendahara dan sekretaris
c. Mengontrol santri dengan tata tertib yang berlaku
d. Mengatur kebijakan dan putusan yang berlaku bagi
penghuni pondok pesantren
e. Mengevaluasi terhadap kinerja para guru dan
asatidz
18
Blangko uraian kerja Pondok Pesantren Al-Washilah
38
f. Merencanakan pembangunan sarana dan prasarana
pondok pesantren
g. Mengawasi secara maksimal berjalannya
kurikulum pedidikan umum dan agama
3. Ketua
a. Ikut dalam mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
b. Memimpin rapat-rapat di pondok pesantren
c. Membimbing secara maksimal kemampuan
santri dalam berbahasa arab dan pengkajian
kitab kuning
d. Mendukung perencanaan pembangunan sarana
dan prasarana pondok pesantren
4. Bendahara
a. Membantu mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
b. Mengatur anggaran belanja pondok pesantren
c. Tanggung jawab tugas diatasi atas perintah
ketua
d. Menyusun laporan
5. Sekretaris
a. Membantu mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
b. Mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan
dengan skretariatan
39
c. Menyusun dan mengelola akademik dan
pegawai
d. Membuat laporan hasil dari musyawarah
e. Mengiventaris kebijakan-kebijakan yang
dibuat sesuai kesepakatan
6. Koordinator umum
a. Membantu mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
b. Mengatur pelaksanaan kebijakan yang berlaku
c. Mengontrol setiap divisi bawahannya
d. Tugas yang akan di laksanakan didapati
langsung dari musyawarah Pembina dan
pengasuh serta ketua
e. Mengontrol setiap struktur organisasi sekolah
RA, MTS dan SMK
7. Koordinator Pendidikan
a. Membantu mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
b. Membantu membuat kurikulum pendidikan di
Pondok Pesantren Al-Washilah
c. Berhubungan langsung dengan Departemen
Pendidkan Nasional dan Departemen
pendidikan agama
8. Koordinator Humas
a. Membantu mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
40
b. Membuat tata tertib pondok pesantren untuk
penghuni pondok pesantren
c. Mengontrol kegiatan santri di luar maupun
dalam pondok
d. Mengontrol keseharian santri dalam disiplin
solat, mengaji dan sekolah umum
e. Mengawasi santri yang melanggar peraturan
tata tertib pondok pesantren
9. Koordinator Kesehatan
a. Membantu mewujudkan dan mempertahankan
visi dan misi pondok pesantren
b. Mengontrol ruang UKS
c. Mengadakan penyuluhan kesehatan di pondok
pesantren
d. Mengawasi kebersihan pondok pesantren
E. Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Al-washilah
Tata tertib santri dibuat agar santri dapat terkontrol
dengan baik. Berikut tata tertib santri Pondok Pesantren
Al-Washilah dan bagi yang melanggar akan mendapatkan
sangsi yang berlaku.
a. Dilarang melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan syari’at Islam.
b. Dilarang pulang tanpa seizin pengurus pondok
pesantren.
41
c. Dilarang keluar lingkungan pondok pesantren
tanpa seizin pengurus.
d. Dilarang berbelanja di luar pondok pesantren.
e. Dilarang membuat gaduh baik di dalam maupun di
luar lingkungan.
f. Dilarang membawa teman laki-laki masuk
kedalam komplek santri putri begitupun
sebaliknya
g. Dilarang menyimpan atau membaca yang kurang
bermanfaat seperti novel, komik, buku-buku
ponografi dan sebaliknya.
h. Dilarang mengenakan perhiasan yang mencolok.
i. Dilarang mengambil barang atau uang milik orang
lain.
j. Dilarang merokok di dalam maupun di luar
lingkungan pondok.
k. Dilarang membawa hp, laptop, mp3, radio, tape
recorder, senjata tajam, kamera dan barang
elektronik lainnya.
l. Dilarang meminum khomer, memakai atau
mengedarkan obat-obat terlarang.
m. Dilarang berbicara kotor.
n. Dilarang menonton bioskop, layar tancap, serta
pertunjukan lainnya.
o. Dilarang mengikuti kegiatan di luar pondok
pesantren tanpa seizing dari pengasuh.
42
p. Dilarang mengadakan latihan olahraga di luar
waktu yang telah ditentukan.
q. Dilarang memasuki kamar lain/tidur dikamar lain
tanpa seizin dari pengurus.
r. Dilarang pindah kamar tanpa seizin pengurus.
s. Dilarang pulang ke rumah tanpa seizin pengurus.
t. Dilarang mengadakan atau mengkordinir suatu
kegiatan tanpa adanya izin dari
pimpinan/pengasuh.
u. Dilarang pacaran, mengangkat adik atau kakak
lawan jenis
43
BAB IV
BIOGRAFI KH AHMAD DASUKI ADNAN
A. KH. Ahmad Dasuki Adnan dan keluarganya
Dalam Bab empat ini, penulis akan menarasikan lebih
intens tentang kehidupan Kiai Dasuki dan keluarga. Kiai
Dasuki memiliki nama asli Ahmad Dasuki Adnan, lahir di
Desa Tulang Kacang yang sekarang disebut (Arjasari)
Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Kiai Dasuki lahir
pada 8 Desember 1939. Ia merupakan anak bungsu dari enam
bersaudara dari pernikahan KH. Adnan bin Sanawi dengan
Hj. Mu’minah binti H. Soleh.1
Berdasarkan garis keturunan laki-laki, nama ayah
Kiai Dasuki bernama KH Adnan bin Sanawi yang berasal dari
Desa Panggang Cirebon. Menurut garis keturunan dari pihak
ibu, ibu Kiai Dasuki bernama Hj. Mu’minah berasal dari Desa
pinggir Sungai Cisanggarung Kecamatan Losari. Kabupaten
Brebes. KH. Adnan dan keluarga tinggal di Cirebon, namun
pada tahun 1930 KH. Adnan dan keluarga pindah ke
Indramayu karena wilayah saat itu memiliki potensi
menghasilkan banyak hasil pertanian karena dikenal dengan
daerah yang subur.2
1KH Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta,
wawancara pribadi, Jakarta Barat, 1 september 2018. 2Hj. Fuaedah,, Istri Kiai Dasuki, wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018.
44
Pada masa kecil Kiai Dasuki adalah seorang penjual
ubi merah keliling untuk membantu perekonomian keluarga
yang cukup memprihatinkan. Layaknya anak-anak yang lain,
Kiai Dasuki gemar bermain dan mengaji Al-Quran bersama
kawan-kawannya di surau Desa Arjasari. Sejak kecil Kiai
Dasuki sudah terlihat kecerdasanya mengolah kata untuk
disampaikan ketika berlatih berpidato atau ceramah Agama.
Latar belakang KH. Adnan dikenal religius dalam
mendidik anak-anaknya. Sejak kecil dan beranjak remaja Kiai
Dasuki sering mengaji kepada sang ayah. Selain mengajar
ilmu bacaan Al-Quran, KH. Adnan juga mengajarkan
mengkaji kitab kuning yang berlandaskan kepada paham
Ahlusunnah waljama’ah.
Beranjak remaja Kiai Dasuki sering berdakwah di
mushola-mushola kampung rumahnya. Ia juga sering menjadi
penceramah di acara-acara besar Islam seperti Isra Mi’raj,
Maulid Nabi Muhammad, 1 Muharrom dan acara-acara
hajatan lainnya.
KH. Adnan dikenal sebagai tokoh agama yang
memiliki sebuah madrasah. Pada tahun 1956 ketika Kiai
Dasuki beranjak dewasa, ia mulai mengajar madrasah diniyah
milik keluarganya. Seiring berjalannya waktu Kiai Dasuki
mengembangkan diri dengan merantau ke Cirebon. Hingga
45
akhirnya melabuhkkan hatinya kepada seorang wanita yang
bernama Hj. Siti Fuedah. Kiai Dasuki pun memiliki 8 anak
yakni; Ahmad Zeni, ST, H. Moh Hasyim Adnan, ST. Dr. KH
Ahmad Sanusi, Lc. MA, Abdul Wahib, SS, Abdul Wahab, Hj.
Ati Rohayati, S. Pd. I, Ustadzah Siti Suaebah Aslamiyah, S.
Pd. I, dan Lukmanul hakim. S.Sos. KH. Dasuki sebagai
seorang ayah yang islami, tegas, baik bersantun dan patut
dijadikan role model untuk anak-anaknya.3
B. Pendidikan K.H Ahmad Dasuki Adnan
Kiai Dasuki kecil mengaji ilmu agama kepada
ayahnya yang bernama KH. Adnan bin Sanawi. Pengakajian
kitab-kitab kuning seperti kitab tauhid, nahwu, fiqih dan tafsir
Al-Quran yang berfaham Ahlusunnah Waljamaah. Dalam
bidang fiqih Kiai Dasuki mempelajari fiqih mazhab Syafi’i.
selain itu Kiai Dasuki juga mengkaji ilmu di surau-surau
madrasah yang juga mempelajari ilmu Al-Quran yang didasari
faham Ahlusunnah Waljamaah. Definisi faham Ahlusunnah
Waljama’ah di Indonesia lebih lengkap seperti4 :
1. Dalam bidang hukum Islam, menganut ajaran-ajaran salah
satu dari empat madzhab. Sebenarnya dalam qaidah
(rumusan dasar) hukum Islam. Para kiai selain taat kepada
teori hukum dalam ar-risalah juga memilih tuntunan
farwah dalam Al-Um (Hukum Positif) Imam Syafii.
3KH Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta,
wawancara pribadi, Jakarta Barat, 1 september 2018. 4Zamaksyari Dofier, Tradisi Pesantren Tentang Pandangan
Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES. 1995) 37.
46
2. Dalam bidang tauhid, menganut ajaran-ajaran Imam Abu
Hassan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al – Maturidi.
3. Dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam
Abu Qosim Al-Junaidi.
Selain mendalami ilmu agama, Kiai Dasuki juga
menjalani pendidikan formal. Bermulai di SDN Bongas, kec.
Kandang Haur kabupaten Indramayu, Jawa Barat, namun
karena kesulitan ekonomi pada bangku kelas tiga ia akhirnya
di pindahkan ke SDN Bongis 1. Sambil melaksanakan
kewajiban mencari ilmu Kiai Dasuki bekerja menjadi
pedagang ubi merah keliling dengan berjalan hampir 10
kilometer.
Usai menamatkan pendidikan dasar, tahun 1951 Kiai
Dasuki melanjutkan ke jenjang MTS di Pondok Pesantren
Babakan Ciwaringin Cirebon. Kiai Dasuki memperdalam
ilmu agama di Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon5 pada
5Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon berdiri pada tahun 1705
M. yang didirikan oleh Syeikh Hasanuddin bin Abdul Latif dari Kajen
kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. Sepeninggal Syeikh Hasanuddin
bin Abdul Latif, Pesantren Babakan dipegang oleh menantunya yaitu KH.
Nawawi dan putera KH. Nawawi yaitu KH. Adzra’I. Kemudian secara
estafet dilanjutkan oleh para penerusnya yaitu KH. Syarqowi menantu KH.
Adzro’I mulai tahun 1225 H (1810 M). setelah itu dilanjutkan oleh KH.
Ismail putera dari KH. Adzro’I, lalu oleh KH. Muhammad Glembo bin
KH. Irsyad cucu KH. Adzro’i. pada tahun 1335 H (1916 M) Pondok
Pesantren Babakan Ciwaringin dipimpin oleh KH. Amin Sepuh bin KH.
Irsyad yang dibantu oleh saudara iparnya yaitu KH. Sanusi dimulai tahun
1341 (1922 M). lihat di Ahmad Ginajar Sya’ban di jurnal Alif.id.
47
masa pimpinan KH Sanusi6. KH Sanusi adalah salah satu
murid dari KH Hasyim ‘Asy’ari. Pesantren tersebut
memperdalam kitab kuning sebagai kajian sehari-hari santri di
pesantren. Kitab kuning yang dipakai tentunya berfaham
Ahlusunnah Waljama’ah. Selama menjalani kehidupan di
pondok pesantren Kiai Dasuki aktif membantu mengelola
sawah milik gurunya yakni, KH Sanusi dan KH Hanan selaku
pimpinan pondok pesantren.7
Ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Ciwaringin
Cirebon ia dikenal sebagai sosok santri yang disayangi oleh
KH Sanusi. sosoknya sebagai santri yang tulen dan cerdas
dalam membawakan ceramah-ceramah agama disertai dengan
6Lihat di jurnal Alif.id ( https://alif.id/read/ahmad-ginanjar/iki-
sejarah-ushul-fiqh-kitab-kritik-kaum-wahhabi-karya-kh-sanusi-babakan-
cirebon-1974-b209445p/) Ahmad Ginajar Sya’ban penulis dari Alif.id
mendapatkan satu eksemplar fotokopi kitab dari al-Fadhil Muhammad
Jauharuddin, yang terbilang sebagai cucu pengarang dan juga mahasiswa
pascasarjana UNUSIA Jakarta. K.H Sanusi menuliskan kitab yang
berjudul Iki Sejarah Ushul Fiqh yang ditulis dalam bahasa Jawa aksara
Arab (pegon) oleh KH. Muhammad Sanusi dari Pesantren Babakan,
Ciwaringin, Cirebon (KH. Sanusi Babakan) yang hidup di abad ke-20 M.
Kitab ini berisi tentang sejarah lahirnya ilmu ushul fikih serta signifikansi
ilmu tersebut guna memahami Alquran dan hadis serta merumuskan
hukum-hukum fikih yang dalil-dalilnya tidak ditemukan secara eksplisit di
dalam teks Alquran dan hadis.Tidak ada data kolofon yang
menginformasikan kapan karya ini diselesaikan. Namun bisa diperkirakan
jika kitab ini ditulis antara 1950-1980, ketika KH. Sanusi Babakan aktif
mengasuh pesantrennya. Tebal keseluruhannya sebanyak 31 halaman.
Kitab ini tampaknya tidak dicetak, namun disalin ulang dengan tulis
tangan dan khat (aksara) Arab jenis naskhi yang bagus, lalu diperbanyak
dengan cara difotokopi. 7 Alif, Sejarah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon,
jurnal Alif.id ( https://alif.id/read/ahmad-ginanjar/iki-sejarah-ushul-fiqh-
kitab-kritik-kaum-wahhabi-karya-kh-sanusi-babakan-cirebon-1974-
b209445p/)
48
kutipan-kutipan kitab kuning yang dipelajarinya. Sesekali
Kiai Dasuki ke Indramayu untuk berdagang dalam memenuhi
kebutuhannya selama sekolah dan mondok di Pesantren.
Tahun 1954 Kiai Dasuki melanjutkan pendidikannya
ke jenjang MA (Madrasah Aliyah) di Cirebon, setelah tiga
tahun di Cirebon Kiai Dasuki menamatkan pendidikan
Madrasah Aliyah melalui ujian persamaan di Bandung.
Setelah selesai menamatkan pendidikan Madrasah Aliyah
Kiai Dasuki mulai merintis sebagai mubaligh kampung
(pendakwah). 8
Dalam perjalanan pendidikan, Kiai Dasuki
meneruskan kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati Bandung dan
lulus tahun 1974 dengan skripsi yang berjudul Thoriqoh (Sufi
dan Tasawuf). Pada masa kuliah pun Kiai Dasuki berguru
kepada KH Musyadad dengan mempelajari metode ceramah.
Jika diperhatikan isi dari ceramah Kiai Dasuki banyak
menyinggung realita sosial yang terjadi dan dengan
pendekatan budaya lokal masyarakat setempat. Hampir setiap
malam Kiai Dasuki mendapatkan undangan ceramah,
meskipun begitu, Kiai Dasuki tidak memasang tarif atau
meminta bayaran.9
8KH Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta,
wawancara pribadi, Jakarta Barat, 1 september 2018. 9Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki, wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018.
49
Selesai menamatkan kuliahnya, Kiai Dasuki bertugas
menjadi guru agama di tingkat Aliyah di kota Cirebon. Kiai
Dasuki berprinsip menjadikan dirinya sebagai tholabul ilmi, ia
terus mencari ilmu, hal tersebut terlihat ketika Kiai Dasuki
kembali mengaji kitab kuning dan beguru kepada KH.
Mashadi Karang Ampel Indramayu. Setelah dirasa telah
cukup mengkaji kitab kuning KH. Ahmad Dasuki Adnan pun
meneruskan kembali pendidikan formal S2 di STAI Al-
Aqidah Jakarta dan lulus pada tahun 2006.10
Kepindahanya di
Jakarta, Kiai Dasuki juga mengajar di MAN 1 Grogol Jakarta
Barat sebagai guru agama Islam.
C. Perjalanan Aktifitas Dakwahnya
Terlahir dengan latar belakang agama Islam yang
cukup kuat, di usia remaja Kiai Dasuki sudah berkecimpung
dalam dunia pendidikan. Ia mengajar di sebuah madrasah
milik keluarganya. Pada tahun 1977 Kiai Dasuki mulai aktif
berceramah dan menjadi da’i di Indramayu dan sekitarnya.
Bahkan jadwal ta’limnya mencangkup wilayah Cirebon,
Indramayu, Kuningan dan Majalengka, hampir setiap malam
pergi untuk mengisi ta’lim.11
Kiai Dasuki juga memfokuskan dakwahnya melalui
pengajaran kuliah subuh di masjid At-Taqwa Cirebon. Hingga
suatu ketika ada satu jamaah kuliah subuh dari Jakarta tertarik
10
KH Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta,
wawancara pribadi, Jakarta Barat, 1 september 2018. 11
Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018.
50
dengan pembahasan Kiai Dasuki mengenai pengobatan Al-
Hikmah. Pengobatan Al-Hikmah adalah metode pengobatan
dengan tabarruk12
melalui bacaan Al-Quran atau doa-doa
mustajab. Jama’ah tersebut mengundang Kiai Dasuki untuk
mengahadiri kajian dakwah di salah satu masjid Jakarta.
Hingga Kiai Dasuki pun mengiyakan ajakan tersebut. Hal ini
adalah awal karir dakwah Kiai Dasuki di Jakarta.
Sesampainya di Jakarta pada tahun 1985 Kiai Dasuki
berdakwah di masjid Duri Kepa Jakarta Barat. Hingga pada
Kiai Dasuki dan keluarganya memutuskan untuk tinggal di
Jakarta. Kiai Dasuki diberikan tempat tinggal gratis oleh H.
Hamid tokoh masyarakat setempat pada masa itu.13
Kondisi masyarakat Duri Kepa pada saat itu masih
sepi penduduk karena dipenuhi lahan kosong dan banyaknya
pohon-pohon. Di Masjid Duri Kepa, Kiai Dasuki
mendapatkan amanat untuk menjadi pengurus masjid, selain
mengisi dengan kajian-kajian keislaman. Kiai Dasuki juga
mengadakan pesantren kilat di masjid tersebut pada bulan
Ramadhan. Pesantren kilat yang diadakan berisi pengajian-
pengajian kitab kuning dan ta’lim mengenai fastabiqul
khoirot.14
12
Tabarruk adalah mendekatkan diri dengan Allah. 13
Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018. 14
Fastabiqul khoirot memiliki arti berlomba-lomba dalam
kebaikan.
51
Perjuangan dakwah Kiai Dasuki tidak hanya terbatas
sampai di situ. Kiai Dasuki berdakwah hingga masjid-masjid
sekitar di Jakarta. Sampai pada saatnya Kiai Dasuki
mendapatkan panggilan ceramah dalam acara tahlilan di
daerah Kampung Baru Kembangan Jakarta. Kondisi
masyarakat tersebut sangat memprihatinkan dalam aspek
agama.15
Kiai Dasuki terus berdakwah dan makin dikenal oleh
masyarakat Kampung Baru sehingga dakwahnya berlanjut
dengan membuat program pesantren kilat. Pesantren kilat
pada waktu itu diadakan di suatu bangunan milik warga,
bukan seperti pesantren-pesantren kilat pada umumnya,
pesantren kilat ini tidak mengadakan sistem asrama, namun
Kiai Dasuki menyediakan ta’lim, ceramah dan pengajian-
pengajian kitab kuning di pagi hari hingga menjelang buka
puasa. Pada waktu itu Kiai Dasuki mengajar kitab tauhid
dasar seperti Aqidatul Awam dan kitab fiqih dasar seperti
Safinatunnajah.
Dalam perjalanan dakwahnya Kiai Dasuki
mendapatkan hibah berupa cek uang sebesar 30 juta. Kiai
Dasuki pun sempat meminta saran kepada istrinya, untuk
mendirikan sebuah pesantren. Dua lokasi pendirian pesantren
telah dipilih Kiai Dasuki, semua atas petunjuk Allah. Setelah
melakukan perjalanan memilih dengan solat istikhoroh, Kiai
Dasuki memantapkan pilihannya untuk membangun
15
Dinamakan pengajian pasaran atau disebut dengan pengajian
keliling.
52
Pesantren di Kampung Baru yang berkelurahan Kembangan
Jakarta Barat. Kondisi masyararakat pada waktu itu memang
belum ada satupun lembaga pendidikan.16
Pada tahun 1988 mulai peletakan batu pertama, semua
tidak terlepas dari peran partisipasi warga setempat.
Bersamaan dengan pendirian Pondok Pesantren Al-Washilah
Kiai Dasuki juga mempelopori pembangunan masjid pertama
di Kampung Baru yang masih dalam komplek pesantren.
Sumbangsi dari jama’ah dan warga pun bergotong royong
antusias.
Sebagai pendakwah tentulah Kiai Dasuki mempunyai
hambatan serta tantangan. hambatan terlihat ketika
pembangunan pesantren berlangsung, Kiai Dasuki ingin
membeli tanah untuk jalanan menuju Pondok Pesantren Al-
Washilah namun harga yang ditawarkan relatif mahal dari
harga normal oleh mereka yang kurang respect dengan Kiai
Dasuki, pada akhirnya Kiai Dasuki dan warga dapat membeli
tanah tersebut dengan harga yang mahal.17
Pada tahun 1988-2010 adalah tahun yang aktif bagi
Kiai Dasuki menjalankan dakwah. Setelah terbangunnya
Masjid dan Pondok Pesantren Al-Washilah, aktifitas instansi
pedidikan tersebut di tahun pertama pendirian,
16
Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018. 17
Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018
53
menyelenggarakan pendidikan informal seperti pesantren
kilat, pembentukan Masjlis Ta’lim rutin untuk masyarakat
sekitar yang hingga kini masih berjalan. Selain itu, juga
membentuk grup qosidah di daerah tersebut.
D. Aktifitas Sosialnya
1. Program PREMAN (Pembinaan Pemuda Remaja dan
Beriman).
Setelah Pondok Pesantren Al- Washilah berdiri. Kiai
Dasuki peduli terhadap keadaan sosial masyarakat di
daerah Kampung Baru Kelurahan Kembangan Jakarta
barat. Hal ini terlihat pada tahun 1995 Kiai Dasuki
membuat program PREMAN (Pembinaan Pemuda
Remaja dan Beriman). Pembinaan tersebut dilakukan Kiai
Dasuki di Pondok Pesantren Al-Washilah dengan ikhlas
dan tidak memungut bayaran. Program ini diperuntukan
bagi remaja-remaja yang teridentifikasi sebagai anak
jalanan atau preman dan bagi anak-anak yang tidak
mampu.18
Dalam hal ini Kiai Dasuki menyadari
bahwasanya masa remaja adalah fase terpenting dalam
menentukan masa depan suatu bangsa. Masa remaja harus
diperbaiki bagi mereka-mereka yang tidak mampu untuk
mengenyam bangku sekolah. Pada Progam PREMAN ini
Kiai Dasuki fokus membina spiritual mereka, agar
menjadi santri yang berakhlak karimah (mempunyai sifat
18
KH Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta,
wawancara pribadi, Jakarta Barat, 1 september 2018.
54
yang baik). Remaja-remaja diprogram PREMAN, dididik
layaknya santri dan mengikuti kegiatan santri sesuai tata
tertib yang berlaku. Selain bidang agama dengan
mempelajari bacaan Al-quran para remaja tersebut juga
mempelajari kitab-kitab kuning dan lebih memfokuskan
pelajaran kitab akhlak.19
2. Santunan dan Pengobatan gratis
Pondok Pesantren Al-Washilah secara rutin
mengadakan santunan dan pengobatan gratis di setiap
milad Pondok pesantren Al-Washilah Jakarta yang diikuti
oleh orang tua wali santri maupun warga sekitar ponpes di
Kembangan, Jakarta Barat.
3. K.H Ahmad Dasuki Adnan mencetuskan metode
GEMPAR
(Gerakan Metode Praktis baca Al-Quran) memiliki
tujuan agar memudahkan orang-orang yang tidak bisa
membaca Al-Quran dapat melafazhkan huruf hijaiyah
dengan fashih dan sesuai hukum tajwid, walaupun hukum
tajwid dipelajari setelah pengenalan pengucapan huruf
hijaiyah dalam bentuk kalimat-kalimat dalam Al-Quran.20
19
Hj. Fuaedah, Istri Kiai Dasuki wawancara pribadi, Jakarta
Barat, 1 Desember 2018. 20
KH Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta,
wawancara pribadi, Jakarta Barat, 1 september 2018
55
4. Membentuk Komnas Dhuafa
K.H Ahmad Dasuki Adnan peduli terhadap kaum
dhuafa kemudian membentuk Komnas Dhuafa dengan di
selenggarakan beberapa program seperti: komite
perlindungan fakir miskin dan yatim piatu, pengobatan
gratis dan bakti sosial.21
21
Surat Kabar Suara Dhuafa edisi ke 4 pada 12 Desember 2004.
56
57
BAB V
PERAN KH AHMAD DASUKI ADNAN DALAM
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-
WASHILAH 1988-2010
Dalam Bab lima ini akan dibahas peran Kiai Dasuki
dalam pengembangan Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta
melalui pengembangan intensif di bidang pendidikan,
kurikulum, dan bidang-bidang pengembangan kualitas
terhadap para santri dan guru.
A. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Washilah
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Washilah terjadi
karena beberapa faktor. Terdapat dua faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangannya :
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor dari dalam yang
mempengaruhi perkembangan pesantren. Faktor ini dapat
dikatakan hal yang sangat inti mengenai kepemimpinan
pesantren.1 Dalam hal ini Kiai Dasuki tidak membentengi diri
dan pondok pesantren yang di bangunnya terhadap perubahan
sistem moderen, Kiai Dasuki terlihat dapat membaca situasi
zaman ini. Pondok Pesantren Al-Washilah telah banyak
mengalami perubahan ke arah lebih maju dalam sistem
1Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali
Perss, 2015) :17
58
pendidikan dan teknologi informatika. Hingga saat ini Pondok
Pesantren Al-Washilah terus berkembang dengan tujuan agar
membuat para santri aktif dalam berkarya.
2. Faktor eksternal
Faktor dari luar juga sangat mempengaruhi
perkembangan suatu pesantren. Seperti bantuan pemerintah
yang diberikan kepada Pondok pesantren. Bantuan ditetapkan
sejak tahun 1978 oleh keputusan direktur jendral bimbingan
masyarakat Islam mengenai subsidi atau bantuan-bantuan
terhadap lembaga agama, dakwah, perguruan tinggi Islam dan
pondok pesantren di Indonesia.2 Kiai Dasuki dalam
menjalankan pesantren tidak menutup diri, hal inilah yang
membuat Pondok Pesantren Al-Washilah cepat mengalami
modernisasi dalam perkembangannya.
Sikap masyarakat terhadap pesantren atau institusi
modern lainnya juga mempengaruhi perkembangan Pondok
Pesantren Al-Washilah karena melibatkan masyarakat dan
sebagainya untuk melihat kemandirian pesantren. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, perlu ditelusuri melalui watak-
watak luhur pendiri dan pengurus pondok pesantren yang
berkembang dalam kehidupan pesantren. Sistem nilai yang
berkembang di dunia pesantren di lihat dari tiga watak dasar
2Kementrian Agama II 1976-2000, keputusan direktur jendral
bimbingan masyarakat Islam mengenai subsidi atau bantuan-bantuan
terhadap lembaga agama, dakwah, perguruan tinggi Islam dan pondok
pesantren, No. 46, Arsip Nasional Republik Indonesia
59
(Indegenousitas) yaitu keikhlasan, zuhud, dan kecintaan
kepada ilmu sebagai bentuk ibadah. Ketiga watak tersebut
berangkat dari cara pandang pesantren terhadap kehidupan
secara menyeluruh sebagai ibadah, agar santri diperkenalkan
dimana peribadahan adalah kedudukan tertinggi. Hal ini
tampak dari jadwal dan disiplin ketat dalam menjalankan
ibadah seperti salat berjamaah dan ibadah-ibadah sunnah
lainnya di pesantren. Para santri dilatih untuk senanantiasa
tulus dan ikhlas dalam menjalankan semua aspek kehidupan.
Upaya kiai dari mulai merintis dan mendirikan hingga
berkembang pesatnya suatu pesantren tanpa mengharapkan
imbalan duniawi. Upaya tersebut akan menjadi teladan bagi
para santri untuk berkhidmat kepada kiai dengan tulus. Hal
tersebut juga menjadikan santri agar dapat membatasi diri dari
hal-hal di luar kepatuhan.3
B. Bidang Pendidikan
Pada dasarnya, pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam yang berupaya menanamkan nilai-nilai
Islam di dalam diri santri. Kiai Dasuki tidak membatasi
pondok pesantren untuk berkembang maju. Usahanya sebagai
pimpinan adalah mengkombinasikan pendidikan umum dan
pendidikan tradisional secara seimbang. seiring dengan
meningkatnya jumlah santri.
3H.M Amin dkk, Masa depan pesantren (dalam tantangan
modernitas dan tantangan komplesitas global), (IRD press : Jakarta, 2004)
188.
60
Dalam menjawab tantangan perubahan dan berbagai
kebutuhan masyarakat, Kiai Dasuki terhadap pengembangan
Pondok Pesantren Al-Washilah telah melakukan beragam
inovasi pada sistem pendidikannya. Secara histroris Kiai
Dasuki berperan dalam melakukan pengembangan Pondok
Pesantren yang bertransformasi ke arah lebih maju, namun
tetap mempertahanan pengkajian kitab klasik dalam tradisi
keilmuan Pondok Pesantren Al-Washilah.
1. Pendidikan Formal
Pada saat awal berdiri Pondok Pesantren Al-Washilah
di tahun 1988 hanya bergerak pada bidang pendidikan
informal seperti majlis ta’lim, pesantren kilat, festival qosidah
dan kegiatan Islam lainnya. Namun di penghujung tahun 1989
Kiai Dasuki mulai membuat beberapa inovasi sistem
pendidikan. Selain mengadakan pendidikan agama, Kiai
Dasuki juga mengadakan pendidikan formal.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
sistematis, berstruktur, bertingkat dari jenjang yang lebih
rendah, hingga jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan formal
yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al-Washilah
diantaranya Raudhatul Athfal Al-Wardah, Madrasah
Tsanawiyah Al-Washilah, SMK Al-Washilah jurusan
Administrasi perkantoran dan Mekanik Otomatif.
61
Pendidikan formal juga merupakan solusi untuk
membentuk SDM yang berkualitas, karena dengan pendidikan
memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan
akademisi maupun keterampilan yang digunakan kepada
peserta didik dengan efektif sebagai bekal hidupnya. Di
samping itu Kiai Dasuki mempertahankan pengkajian
terhadap kitab-kitab kuning klasik. Terlihat hal ini intensif
dilakukannya kepada santri dalam kegiatan sehari-hari di
pondok pesantren.
Jadwal kegiatan harian santri Pondok Pesantren Al-
Washilah Jakarta.4
Waktu Kegiatan
04.00 – 04.00 Bangun pagi dan dilanjutkan
sholat malam
04.00 - 04.30 Sholat subuh dan mengaji
kitab kuning
05.00 – 05.30 Persiapan sekolah formal
05.30 – 06.30 Sarapan pagi
06.30 – 07.00 Mengaji Al-Quran dan
hafalan mufrodat bahasa arab
dan inggris
07.00 – 13.30 Sholat Dzuhur, kuliah tujuh
menit dan makan siang
4 Blangko kerja pondok pesantren Al-Washilah 2006-2010
62
13.30 – 15.15 Madrasah diniyah (pengajian
kitab kuning)
15.15 – 15.45 Sholat ashar berjamaah
15.45 – 16.30 Membersihkan lingkungan
pondok
16.30 – 17.00 Makan sore
17.00 – 18.00 Pengajian kitab kuning
18.00 – 18.30 Sholat magrib berjamaah
18.30 – 19.30 Mengaji Al-Quran
19.30 – 20.00 Sholat isya berjamaah
20.00 – 21.00 Kegiatan takhossus, bahasa
dan pelatihan muballigh
21.00 – 22.00 Persiapan istirahat
22.00 – 03.30 Tidur malam
Sekolah formal di Pondok Pesantren Al-Washilah
memang sudah terdaftar sejak tahun 1989 akhir. Pada tahun
awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Washilah menyediakan
pilihan kepada santri yang bersekolah formal untuk tinggal di
pondok pesantren atau pulang pergi hingga tahun 2006. Di
tahun 2006 akhir Kiai Dasuki mewajibkan untuk seluruh
santri wajib tinggal di Pondok Pesantren Al-Washilah. Kiai
Dasuki juga membuat program PREMAN (Pembinaan
Pemuda Remaja dan Beriman) yang mewajibkan untuk
tinggal di pondok pesantren bagi anak-anak yang
63
mendapatkan rehabilitas karena teridentifikasi sebagai anak-
anak kurang mampu dan lain-lain masalahnya.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan non formal tentu ada disetiap pondok
pesantren yang mencirikan pesantren tersebut sebagai ke
khasanya, dibidang bahasa maupun bidang nahwu shorof
(kajian kitab kuning). Pondok Pesantren Al-Washilah juga
menyediakan kegiatan ekstrakulikuler agar para santri dapan
mengembangkan diri melalui kegiatan-kegiatan tersebut
a. Pengajian Kitab Kuning
Tradisi keilmuan klasik mempunyai pengaruh
terhadap pesantren-pesantren di Indonesia. Kitab-kitab yang
merupakan penopang utama tradisi keilmuan Islam ditulis
pada abad ke 10 sampai abad 15 M. Tradisi kitab kuning
bukan berasal dari Indonesia. Semua kitab klasik yang
dipelajari di Indonesia berbahasa arab dan sebagian besar
ditulis sebelum Islam tersebar di Indonesia. Kebanyakan kitab
arab klasik yang dipelajari di pesantren adalah kitab komentar
(syarh, Indonesia/Jawa: syarah) atau komentar atas komentar
(hasyiyah) atas teks yang lebih tua (matan). Format umum
kitab kuning yang dipelajari di pesantren yakni lebih kecil
dari kertas kuarto (26 cm) dan tidak dijilid. Lembaran-
lembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul,
64
sehingga para santri dapat membawa halaman yang sedang
dipelajari.5
Kiai Dasuki adalah salah satu kiai di Jakarta yang
mempertahankan pengkajian terhadap kitab kuning sejak
tahun 1988. Berikut kitab-kitab yang dipelajari santri Pondok
Pesantren Al-Washilah yang berfaham Ahlusunnah
Waljama’ah :
a) Al-Qur’anul Karim
Santri-santri yang ada di Pondok Pesantren Al-
Washilah mempelajari bacaan ayat-ayat Al-Quran dengan
tajwid dan nada-nada bacaan Al-Qura’an seperti : Bayyati,
Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika, Jiharka.
b) Tafsir Jalalain, kitab ini untuk mempelajari tafsir Al-
Qur’an.
c) Mukhtaral Al-Hadist, kitab ini untuk mempelajari
kumpulan hadist-hadist Nabi Muhammad.
d) Tanqihul Qaul, kitab ini mempelajari keutamaan
bersholawat kepada Nabi Muhammad.
e) Riyadus Sholihin, kitab ini memuat
kitab tarbiyah (pembinaan) yang baik yang
menyentuh aneka ragam aspek kehidupan individual
(pribadi) dan sosial kemasyarakatan yang mudah
dipahami oleh orang khusus dan awam.
5Martin Van Bruinesses, Kitab Kuning (Pesantren dan Tarekat),
(Bandung : Mizan, 1999), 142.
65
f) Fathul Qorib, mempelajari tentang fiqih dan sunah
yang bermahdzab Syafi’i.
g) Al- Aqaid Ad-Duniyah, yang mempelajari tentang
tauhid untuk mengenal sifat-sifat Allah wajib dan
mushtahil.
h) Jawahirul Kalamiyah, yang merupakan kitab Tauhid.
i) Amsilatu At-Tashrifiyah, yang merupakan kitab Shorof
sebagai pedoman untuk mengetahui tata Bahasa Arab.
j) Mukhtashor Jiddan, yang merupakan kitab nahwu
sebagai pedoman untuk mengetahui tata Bahasa Arab.
k) Arba’in Nawawi, merupakan kitab yang memuat
empat puluh dua hadits pilihan yang disusun
oleh Imam Nawawi.
l) Kitab Tajwid, yang mempelajari mengenai hukum-
hukum tajwid dalam bacaan Al-Qur’an.
m) Hadi Silsalatul Haramayn.
n) Rawi Barzanji merupakan Syair-syair yang
melambangakan cinta kepada Rasulullah.
o) Nashoihul Ibaad.
p) Ta’limul Muta’alim yang merupkan kitab Akhlak
Adab murid kepad guru.
q) Akhlaqul Banin yang merupkan kitab Akhlak Adab
anak kepada orang tua, kepada sesama manusia dan
kepada guru.
r) Bulughul Maram disusun oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar
Al-Asqalani (773 H - 852 H). Kitab ini
66
merupakan kitab hadis tematik yang memuat hadis-
hadis yang dijadikan sumber pengambilan hukum
fikih (istinbath) oleh para ahli fikih.
s) Durratun Naashihin, di dalam kitab ini banyak
dijelaskan tentang keutamaan-keutamaan bulan
Ramadhan.
t) Tafsir Yasin adalah kitab tafsir dari surah Yasin.
u) Fathu Mu’in adalah kitab fiqih yang membahas
mengenai permasalahan fiqhiyah, mulai dari bidang
ubudiyah, mu’amalah munakahah dan jinayah.
v) Durusul Fiqih merupakan kitab yang membahas fiqih
Ahlusunnah Waljama’ah.
w) Alfiyah Adalah Nazhom-nazhom6 dari kitab Ibn A’qil
dan merupakan kitab nahwu.
Untuk memperdalam pengkajian terhadap kitab-kitab
kuning, Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta mengadakan
pengajian Takhasus (pengajian unggulan) pada semester
ganjil selama 15 hari dengan materi 5 kitab kuning. Pengajian
ini diikuti Kurang lebih 300 santriwan / santriwati SMK
dengan harapan semoga santri terbudayakan membaca kitab
kuning. Pengajian takhasus diadakan setiap libur semester di
6Nadhom atau Nadzhom adalah bentuk Syair-syair berbahasa
arab yang pendek dan memilki makna.
67
bulan Ramadhan. Selain itu juga diadakan pula kelompok-
kelompok pengkhatam Al-Qur’an.7
b. Pengembangan Bahasa Asing
Terdapat dua pengembangan bahasa yakni, Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris. Usaha Kiai Dasuki untuk
meningkatkan kualitas santri adalah melakukan kerja sama
dengan guru-guru yang berkompeten di bidangnya seperti
mendatangkan langsung guru-guru bahasa dari Pare Jawa
Tengah. Penguasaan terhadap bahasa dinilai sangat penting
dan pengaruh terhadap skill untuk mewujudkan santri yang
berkualitas. Seperti uraian kegiatan harian santri,
pengembangan bahasa dimulai dengan penghafalan mufrodat
bahasa yang diwajibkan menyetor ke asatidz sekitar 10 vocab
dan 10 mufrodat setiap harinya dengan tujuan agar para santri
terbiasa berbahasa inggris dan arab dalam kegiatan sehari-hari
dan untuk memperkaya pengetahuan bahasa. Pondok
Pesantren Al-Washilah juga mengadakan program English
program two weeks Ponpes Al-Washilah Jakarta yang
bertujuan agar lebih efektif dan intensif dalam pengajaran
bahasa Inggris.8 Kegiatan pengembangan bahasa ditekankan
dalam hafalan mufrodat Bahasa inggris maupun Bahasa arab
7Ade Badar Taufiq, ST, Pengajian Takhasus Al-washilah
http://alwashilah-pesantren.blogspot.com/ Jakarta : 2008. Ade Badar
Taufiq merupakan kepala sekolah Madrasah Stanawiyah tahun 2008. 8KH Sahidi Rahman, Lurah Pondok Pesantren, wawancara
pribadi pada 9 oktober 2018.
68
di jam sebelum berangkat ke sekolah formal (06.30)-(07.00)
dan malam setelah solat isya di jam (20.00-21.00). untuk
pengajaran structure atau tata bahasa dilakukan rutin di hari
sabtu. Hari wajib praktik full berbahasa arab dan inggris
dibagi setiap 3 hari bahasa arab dan 3 hari berbahasa inggris.
Bagi yang melanggar tentu ada sanksi yang akan didapat.
c. Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan Ekstrakulikuler berfungsi sebagai penyalur
dalam mengembangkan minat dan bakat santri. Agar memberi
kegiatan kepada santri terhadap hal-hal positif. kegiatan
ekstrakulikuler dilakukan diluar jam sekolah. Kegiatan ini
dikembangkan oleh Kiai Dasuki untuk membekali santri
kepada kemampuan selain bidang akademis. Kegiatan
ekstrakulikuler di Pondok Pesantren Al-Washilah
diantaranya9 :
a) PMR (Palang Merah Remaja)
PMR merupakan salah satu kegiatan estrakulikuler
yang banyak diminati oleh para santri Pondok Pesantren Al-
Washilah sejak tahun 2000-an. PMR merupakan wadah
pembinaan yang melaksanakan kegiatan kemanusiaan. Dalam
kegiatan ini para santri dilatih untuk memiliki jiwa sosial
yang tinggi dalam menolong sesama. Para santri yang
menjadi anggota juga diberikan pelatihan khusus dalam
9 Blangko kerja Pondok Pesantren Al-Washilah tahun 2006-2010
69
menangani suatu kejadian yang berkaitan dengan aksi
keselamatan manusia. Dalam hal ini, para anggota PMR
dilatih untuk merasa bertanggung jawab memberikan
petolongan pertama bagi yang membutuhkan.
Pelatihan umum yang diperkenalkan yaitu; 1. Alat
perlindungan diri (Apd), 2. Mengenali Anatomi dan faal
dasar, 3. Penilaian terhadap korban, 4. Mengetahui cedera
korban. Santri Pondok Pesantren Al-Washilah juga aktif
dalam mengikuti kegiatan PMR diluar pondok pesantren,
seperti Latgab PMR DKI Jakarta, bakti sosial dan pengobatan
gratis yang rutin dilakukan jika acara-acara besar Pondok
Pesantren Al-Washilah.
b) PASKIBRA (Pasukan Pengebar Bendera)
Menyadari minat dan bakat santri berbeda, Pondok
Pesantren Al-Washilah membuka eskul PASKIBRA sebagai
wadah dari minat tersebut. Pasukan paskib ini melatih disiplin
dalam waktu, fokus baris berbaris serta kerja sama antar
anggota. Waktu latihan Paskibra ini diluar jam sekolah dan
madrasah diniah. Setiap hari mingggu para santri rutin
mempraktikan. Biasanya Paskibra ini bertugas langsung jika
upacara kemerdekaan atau lainnya. Banyak manfaat positif
yang dapat diambil dari kedisiplinan berkegiatan Paskibra
selain melatih kedisplinan adalah menguatkan fisik, memiliki
70
rasa cinta tanah air, bersosialisasi, dan memupuk jiwa
kepemimpinan.
c) Taewkondo
Salah satu ekstrakulikuler yang diminati santri putra
dan putri adalah olahraga beladiri yang satu ini. Selain
melatih ketangkasan olahraga juga melatih kedisiplinan
individu. Taewkondo Al-Washilah juga sudah sering
mendapatkan kejuaraan diperlombaan yang diikuti.
d) Futsal
Olahraga ini memiliki anggota terbanyak rata-rata
diikuti oleh santri laki-laki, kegiatan ini berlangsung pada hari
minggu pagi.
e) Pelatihan Muballigh (Muhadhoroh)
Pelatihan muballigh atau yang disebut dengan
kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan yang dilakukan Kiai
Dasuki untuk mencetuskan dai-dai muda. Para santri dilatih
keberaniannya dalam menyampaikan isi ceramah di depan
santri lainnya. Para santri akan mendapatkan gilirannya
masing-masing dan diberi waktu 1 minggu untuk menyiapkan
isi pidatonya. Pelatihan muhadhoroh dinilai sangat efektif
dalam melatih santri dalam keberanian dan percaya diri. Kiai
Dasuki bermaksud membekali para santri dalam bidang
dakwah billisan agar santri terbiasa.
71
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a-yad’u-
da’watan yang berarti menyeru, memanggil, dan mengajak.
Pengertian dakwah menurut Sayyid Qutb yaitu mengajak atau
menyeru orang lain masuk kedalam jalan Allah baik dalam
lisan maupun perbuatan sebagai ikhtiar mewujudkan ajaran
Islam menjadi di kehidupan pribadi.10
Dakwah menurut
Amrulah Ahmad yakni, “Dakwah Islam merupakan
aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam
suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur utuk
mempengaruhi cara, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia
pada dataran kenyataan indifidual dan sosio kultural dalam
mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi
kehidupan dengan menggunakan cara tersebut.” 11
Prinsip yang melatar belakangi Kiai Dasuki untuk
mencetuskan Da’i muda yakni perintah Allah pada Q.S 16:
125 yang memiliki arti “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik an
bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesunguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengtahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. Melalui firman
tersebut Perintah Alah kepada umat Islam terlebih kepada
10
Sayyid Qutb, Terjemahan fi Dzilail Qur’an, (Beirut: Ihyatut
turotsi Al-Araby, 1976) jilid V.110. 11
Amrullah Achmad, Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial,
(Yogyakarta: PLP2M, 1985) 2.
72
muballigh agar berdakwah yang di landasi dengan
kebijaksanaan dan tidak memaksa, penyampaianya dapat
dengan lisan atau melalui diskusi lainnya. Sehingga dapat
mencapai pesan dakwah kepada objek dakwah.12
f) Pelatihan penyiaran radio
Sejak tahun 2000 Pondok Pesantren Al-Washilah telah
membuat Radio Al-Washilah dengan Channel AM 16.02 Khz
dan dibimbing langsung oleh Abdul Wahib, SS. Radio Al-
Washilah memfokuskan kepada penyiaran Islam. Sebagai
wadah penyaluran minat dan bakat santri, radio ini berisikan
ceramah-ceramah agama serta alunan qosidah dan hadroh
yang terkadang di tayangkan langsung secara live di radio.
Wilayah cangkupan channel AM 16.02 Khz ini meliputi
wilayah Cengkareng- Duri Kosambi-dan Kembangan Jakarta
Barat.
g) Pelatihan Qosidah
Tahun 1988 merupakan tahun berdirinya Pondok
Pesantren Al-Washilah, pada saat pertama membuat kegiatan
salah satunya adalah membuat grup qosidah ibu-ibu untuk
12
Metode Dakwah Dalam Surah AN-Nahl (16) ayat 125. Lihat
channel youtube Haji Muhammad Sahidi Rahman video ceramah Kiai
Dasuki, Dipublikasikan tanggal 30 Mei 2016
73
masyarakat di Kampung Baru Kembangan-Jakarta Barat dan
berlanjut rutin membuat festifal qosidah hingga saat ini.
h) Pelatihan Hadroh
Pelatihan Hadroh13
dilakukan diluar jam sekolah
formal maupun kegiatan wajib di pondok. Pelatihan bermain
alunan hadroh memicu kreatifitas santri. Kebanyakan yang
mengikuti grup hadroh adalah laki-laki. Hadroh juga
berfungsi sebagai pengiring pada saat maulid Nabi
Muhammad.
i) Pelatihan Interpreneur
Sarana di Pondok Pesantren Al-Washilah salah
satunya adalah membuat kopontren dan bermitra dengan
indomaret, bertujuan agar melatih para santri untuk
berwirausaha. Hal ini usaha Kiai Dasuki dalam
merealisasikan visi yang menjadi dasar adalah meningkatkan
kemampuan profesional dan pengetahuan tenaga
kependidikan sesuai dengan kebutuhan dunia.
C. Bidang Kurikulum
Pesantren adalah institusi pendidikan tradisional yang
pada dasarnya memiliki tiga jenis model kurikulum
diantaranya: tradisional (salafiah), modern (Khalafiah).
13
Hadroh adalah sebuah alat musik yang berasal dari Timur
Tengah.
74
Pondok Pesanren Al-Washilah adalah salah satu pondok
pesantren dengan model semi tradisional. Kurikulum Pondok
pesantren Al-Washilah terbagi menjadi dua yakni kurikulum
pembelajaran Ma’hadiyah14
dan pembelajaran Madrasiyah15
atau bisa disebut dengan tradisional (salafiah) dan modern
(Khalafiah). Pada dasarnya pesantren merupakan pusat
spiritual dan intelektual masyarakat. Maka dari itu pesantren
juga dapat menetukan bagaimana mengukur perkembangan
Islam di suatu masyarakat.16
Kurikulum adalah seluruh usaha sekolah (lembaga
pendidikan) untuk mengetahui anak belajar, baik dalam
lingkungan kelas di halaman sekolah maupun diluar
sekolah.17
Pembaharuan dan modernisasi pendidikan Islam di
pesantren yang sudah terlihat sejak abad 20. Dalam konteks
pesantren tantangan pertama datang dari sistem pendidikan
Belanda. Bagi Sutan Takdir Alisjahbana, sistem pendidikan
pesantren harus ditinggalkan atau setidaknya, di
14
Kurikulum Ma’hadiyah adalah kurikulum yang dibuat pesantren
biasanya diadakan kegiatan-kegiatan mengkaji kitab kuning ataupun
kegiatan extrakulikuler lainya seperti pelatihan Muhadoroh yang bisa
disebut pelatihan dalam menjadi muballigh. 15
Kurikulum madrasiyah adalah kurikulum yang sesuai dengan
keputusan kepemerintahan, yang memakai Sistem sekolah formal. 16
Manfred ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:
Perhimpunan pengembangan pesantren dan masyarakat, 1983) 19. 17
Mustajab, Masa Depan Pesantren, Telaah atas Model
Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren Salafi, (LKiS : Yogyakarta,
2015), 158
75
transformasikan sehingga mampu mengantarkan kaum
muslim ke gerbang rasionalitas dan kemajuan.18
Pendidikan formal yang ada di yayasan Pondok
Pesantren Al-Washilah di naungi oleh DIKNAS. Di mulai
dari RA Al-Wardah, MTS Al-Washilah dan SMK Al-
Washilah. Selain itu, Pondok Pesantren Al-Washilah
menggabungkan antara kurikulum DIKNAS dengan DEPAG.
Kurikulum DEPAG adalah menggabungkan pelajaran-
pelajaran umum dengan pelajaran agama Islam seperti Aqidah
Akhlak, Sejarah kebudayaan Islam, Fiqih dan Al-Quran
Hadist. Selain itu sekolah madrasah diniyah yang dinaungi
oleh kurikulum DEPAG.
D. Sumber Daya Manusia
a. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memiliki peranan
penting dalam dunia pendidikan. Kiai Dasuki berusaha untuk
menyediakan tenaga pengajar yang berkompeten dibidangnya.
Guru-guru di Al-Washilah tidak hanya mereka yang mengajar
di pendidikan formal, namun sebutan guru juga temasuk
kepada mereka yang menjadi para pengasuh pondok pesantren
dan tinggal bersama para santri di pondok pesantren.
18
Nurcholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret
Perjalanan, (Jakarta: Paradigma, 1997), Xiii.
76
Ustadz atau pengasuh yang ada di Pondok Pesantren
Al-Washilah merupakan alumni yang mengabdi setelah lulus
dari pesantren tersebut. Kiai Dasuki juga memberikan
pengajaran terhadap ustadz maupun ustadzah yang mengabdi.
Pengajaran yang diberikan Kiai Dasuki adalah pengajaran
kitab kuning yang tingkatannya lebih tinggi. Selain itu ustadz
yang notabene sebagai pengabdi mempunyai tugas untuk
mengawasi aktifitas seahari-hari santri secara langsung.19
Jumlah Statistik Guru Pondok Pesantren Al-Washilah
Data statistik jumlah guru 5.3
19
Sahidi Rahman, MA, lurah Pondok Pesantren Al-Washilah
Jakarta, wawancara pribadi, pada 9 oktober 2018.
0
5
10
15
20
25
30
19
88
- 1
99
4
19
94
- 1
99
6
19
96
- 1
99
8
19
98
- 1
99
9
19
99
- 2
00
0
20
00
-2
00
1
20
01
- 2
00
2
20
02
- 2
00
3
20
03
- 2
00
4
20
04
-2
00
5
20
05
- 2
00
6
20
06
- 2
00
7
20
07
- 2
00
8
20
09
- 2
01
0
RA
MTS
SMK
77
b. Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar di
pesantren. Pondok Pesantren Al-Washilah mempunyai
kategori santri pertama santri mukim20
. Kedua santri kalong21
.
Namun hal itu berlangsung hingga pertengahan tahun 2000
an. Kebijakan Kiai Dasuki hingga kini mewajibkan santri
untuk bemukim di pesantren. jumlah statistik santri di Pondok
Pesantren Al-Washilah relative stabil naik dari tahun ketahun.
Berikut table Jumlah statistik santri Pondok Pesantren Al-
Washilah :
Data Statistik Santri 5.4
20
Santri mukim adalah biasanya berasal dari daerah yang jauh dan
mengharuskan mereka untuk tinggal di pondok. Lihat, Amin Haedari.
Dkk, Masa Depan Pesantren (Dalam tantangan modernitas dan
tantangan komplesitas global (Jakarta : IRD Press, 2006), 35. 21
Santri kalong adalah umumnya mereka yang tinggal di sekitaran
pondok pesantren. Lihat, Amin Haedari. Dkk, Masa Depan Pesantren
(Dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global (Jakarta :
IRD Press, 2006), 35.
020406080
100120140160
19
88
-19
94
19
94
-19
96
19
96
-19
98
19
98
-19
99
19
99
-20
00
20
00
-20
01
20
01
-20
02
20
02
-20
03
20
03
-20
04
20
04
-20
05
20
05
-20
06
20
06
-20
07
20
07
-20
08
20
08
-20
09
20
09
-20
10
RA
MTS
SMK
78
E. Sarana dan prasarana
1. Uks
2. Lapangan
3. Masjid
4. Aula
5. Lab. Bahasa
6. Lab. Komputer
7. Perpustakaan
8. Radio AM 16.02 Khz
9. Café pondok pesantren
10. Wartel dan Warnet
11. Koperasi pondok
12. Asrama
13. Sekolah
14. Peralatan olahraga
79
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dipaparkan pada bab-bab di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa KH Ahmad Dasuki Adnan mempunyai
peran besar dalam pengembangan Pondok Pesantren Al-
Washilah Tahun 1988-2010. Dengan bukti sebagai berikut :
1. Kiai Dasuki membangun Pondok Pesantren Al-
Washilah tahun 1988. Pondok Pesanren Al-Washilah
mengalami perkembangan yang baik, pada awal
pembangunanya hanya terdapat pendidikan nonformal
seperti majlis ta’lim, pesantren kilat dan pembentukan
grup qosidah, Kemudian pada tahun 1994 mengalami
kemajuan ke Jenjang pendidikan formal tingkat RA,
MTS, SMK jurusan Administrasi Perkantoran dan
Mekanik Otomotif.
2. Kiai Dasuki memiliki peran penting dalam
pengembangan Pondok Pesantren Al-Washilah, upaya
pengembangannya antara lain, dalam bidang
pendidikan, kurikulum dan SDM santri dan guru.
3. Untuk pengembangan minat dan bakat diadakan
program-program extrakulikuler dan yang diwajibkan
serta ditekankan adalah pelatihan muballigh
80
(Muhadhoroh) untuk melahirkan dai-dai muda di
masyarakat.
4. Pada perkembangannya di tahun 2000 dibuat Radio
Al-Washilah AM 16.02 Khz
5. Untuk mengantisipasi zaman moderen Kiai Dasuki
membuat kegiatan pengembangan bahasa asing, agar
lebih efektif, maka diwajibkan para santri untuk
memakai bahasa inggris atau arab di hari-hari wajib
berbahasa asing.
6. Pondok Pesantren Al-Washilah mampu menjawab
masalah yang terjadi dan mampu memberi harapan
kepada anak-anak jalanan, anak-anak yang
teridentifikasi sebagai anak yang rentan dengan
tindakan kriminal. Kiai Dasuki dalam programnya
Pembinaan Pemuda dan Beriman (PREMAN), dan
program Pemberdayaan anak jalanan memberikan
fasilitas gratis untuk mengenyam pendidikan di
Pondok Pesantren Al-Washilah.
7. Sarana dan prasarana terlihat lebih berkembang oleh
Kiai Dasuki.
81
B. Saran
Peran KH. Ahmad Dasuki Adnan dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Al-Washilah Jakarta
tahun 1988-2010 penulis menyarankan:
1. Agar penerus yayasan Pondok Pesantren Al-Washilah
melanjutkan perjuangan Kiai Dasuki
2. Agar dapat membuka lebih banyak dan sering
terhadap kajian-kajian Islam di Pondok Pesantren
untuk masyarakat umum.
3. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut tentang Pondok
Pesantren Al-Washilah Jakarta ditinjau dari berbagai
bidang yang lebih spesifik.
82
83
DAFTAR PUSTAKA
Koran dan Arsip
Departemen Agama II 1976-2000 N0. 58, Arsip Nasional
Republik Indonesia.
Peta BPS Kembangan 1980 No. 46, Arsip Nasional Republik
Indonesia.
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri
dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, No, 3, Tahun 1975 Departemen Agama,
1990.
“Kerjasama Komnas Dhuafa dengan Polri” Surat Kabar
Suara Dhuafah vol V, 4 desember 2004.
Artikel/Jurnal
Ade Badar Taufiq, ST, Pengajian Takhasus http://alwashilah-
pesantren.blogspot.com/ Jakarta, 21 Desember 2008.
Di akses pada 28 Juli 2018.
Buku-buku
Achmad, Amrullah, Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial,
Yogyakarta: PLP2M, 1985.
Arikunto, Suharsimi Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Aziz, Moh. Ali, Dakwah pemberdayaan masyarakat
paradigma aksi metodelogi, Surabaya: Pustaka
Pesantren: 2005.
Arifin, Anwar, Dakwah Kontemporer, sebuah Studi
Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
84
Bisri, Musthofa, Percik-percik keteladanan Kyai Hamid
Ahmad Pasuran, Rembang: Lembaga Informasi dan
Studi Islam, yayasan Ma’had As-Salafiyah 2003.
Bruinesses, Martin, Van, Kitab Kuning (Pesantren dan
Tarekat), Bandung: Mizan, 1999.
Dofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren Tentang Pandangan
Hidup Kyai, Jakarta : LP3ES, 1995.
Fajar, Marheini, Ilmu komunikasi (Teori dan praktek), Jakarta
: Graha Ilmu, 2009.
Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI press, 1986.
Haedari, HM. Amin, dkk, Masa Depan Pesantren (Dalam
Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas
global), Jakarta : IDR Pres, 2006.
Horikoshi, Hiroko, Kyai dan Perubahan Sosial, Jakarta:
Perhimpunan Pesantren dan Masyarakat, (P3M), 1987.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodelogi Sejarah Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Kuntowijoyo, Pendekatan Ilmu Sejarah Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya, 1995.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah, Jakarta : Gramedia 1992.
Lubis, Saiful, Akbar, Konseling Islami Kiayi dan Pesantren,
Yogyakarta: El Saq Press, 2007.
85
Mohammad, Ayub, Manajemen Masjid :Petunjuk Praktis
Bagi Para Pengurus, Jakarta: Gema Insani Press,
1996.
Madjid, M. Dien, Wahyudi, Johan, Ilmu Sejarah sebuah
pengantar, Jakarta : Kencana, 2014.
Moleong, Lexy, J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya cet 6, 1997.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Madjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret
Perjalanan, Jakarta: Paradigma, 1997.
Mustari, Mohammad, Manajemen Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2015.
Priyadi, Sugeng, Sejarah Lokal Konsep, Metode, dan
tantanganya, Yogyakara: Ombak, 2015.
Qutb, Sayyid, Terjemahan fi Dzilail Qur’an jilid V, Beirut:
Ihyatut turotsi Al-Araby, 1976.
Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, Bandung : CV Pustaka
Setia, 2014.
Tyonbee, Arnold, The Study of History, Vol I, London:
Oxford University Press, 1955.
Tim BPS Kota Administrasi Jakarta Barat, “Kecamatan
Kembangan Dalam Angka 2010” Jakarta: BPS Jakarta
Barat, 2010.
Tjandrasasmita, Uka, Pertumbuhan dan perkembangan kota-
kota Muslim di Indonesia, Jakarta: Menara Kudus,
2000.
86
Ziemek, Manfred Pesantren dalam Perubahan Sosial,
Jakarta: Perhimpunan pengembangan pesantren dan
masyarakat, 1983.
Media Online
BPS Jakarta Barat, “Kecamatan Kembangan Dalam Angka
2003,
https:/jakbarkota.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id
/3 di akses pada tanggal 1 september 2018.
Organisasi Satkar Ulama bentukan Golkar,
https://ampi.partaigolkar.or.id/sejarah_organisasi
diakses pada 11 Oktober 2018
K.H Sanusi Di Pesantren Babakan Ciwaringin,
https://alif.id/read/ahmad-ginanjar/iki-sejarah-
ushufiqh-kitab-kritik-kaum-wahhabi-karya-kh-
sanusi-babakan-cirebon-1974-b209445p/) Di akses
pada 11 Oktober 2018
Jurnal online : https://regional.kompas.com › News › Regional
https://youtu.be/NO1OzugjcyQ Dokumentasi TVRI
dalam Channel Haji Muhammad Sahidi Rahman pada
12 November 2006. Di akses pada 11 Oktober 2018.
Wawancara
Wawancara dengan Dr. KH Ahmad Sanusi,Lc. MA, anak dari
K.H Ahmad Dasuki Adnan, pada 6 Oktober 2018.
Wawancara dengan Sahidi Rahman, M.A, selaku Lurah
Pondok Pesantren Al-Washilah, pada 9 Oktober 2018.
Wawancara dengan Syamsudin S.Pd Tokohmasyarakat di
Kampung Baru Kembangan utara, murid K.H Ahmad
Dasuki Adnan, pada 11 September 2018.
87
Wawancara dengan Pak Kiming (93 th) sesepuh Kampung
Baru Kembangan, pada 11 september 2018
Wawancara dengan ibu Nurhayati saksi hidup KH Ahmad
Dasuki Adnan. pada 28 Juli 2018.
Wawancara dengan Ushwatun Hasanah (Alumni), murid K.H
Ahmad Dasuki Adnan. pada 13 Agustus 2018.
Wawancara dengan Slamet Rifaldi (Alumni), murid K.H
Ahmad Dasuki Adnan. pada 13 Agustus 2018.
88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Foto Ucapan Ahlan Wasahlan K.H Ahmad
Dasuki Adnan
Sumber : Arsip Pribadi
Lampiran 2 : Foto Keluarga Pendiri Pondok Pesanren Al-
Washilah
Sumber : Al-Washilah_pondok_Pesantren
89
Lampiran 3: Foto K.H Ahmad Dasuki Adnan dengan kondisi
sudah mulai sakit bersama masyarakat
Sumber : Al-Washilah pondok Pesantren
Lampiran 4: Foto bagian depan Pondok Pesantren Al-
Washilah
Sumber : Arsip Pribadi
90
Lampiran 5: Masjid Al-Washilah
Sumber: Arsip Pribadi
Lampiran 6: Lomba PMR Al-Washilah Jakarta
Sumber : Arsip Al-Washilah
91
Lampiran 7 : Dalam rangka Ulang Tahun ke-28 Ponpes Al-
Washilah mengadakan baksos dan pengobatan gratis yang
diikuti oleh warga sekitar ponpes di Kembangan, Jakarta
Barat.
Sumber : Arya Manggala Metrotvnews.com, Jakarta 2016
Lampiran 8 : Aksi Komnas Dhuafah
Sumber : Al-Washilah_pondok_Pesantren
92
Lampiran 9: wartel, warnet dan Pondok Pesantren Al-
Washilah
Sumber : Arsip Pribadi
Lampiran 10: Foto Kopontren yang bermitra dengan
Indomaret
Sumber: Arsip Pribadi
93
Lampiran 11: Foto Santri sedang mengikuti belajar-mengajar
Bahasa Inggris di Aula Ponpes Al-Washilah.
Sumber : Arsip Pribadi
Lampiran 12: Pak Kiming (Sesepuh di Kampung Baru,
Kembangan)
Sumber: Arsip Pribadi
94
Lampiran 13: Foto Penulis dengan Pak Syamsudin S.pd
(Tokoh Masyarakat di Kampung Baru, Kembangan). Sumber:
Arsip Pribadi
Lampiran 14: Foto Penulis dengan K.H Sahidi Rahman
(Lurah Ponpes Al-Washilah). Sumber : Arsip Pribadi.
Lampiran 15: Foto Penulis dengan ibu Hj. Fuaedah (istri KH
Ahmad Dasuki Adnan) Sumber : Arsip Pribadi.
95
Lampiran 16
96
Lampiran 17
97
Lampiran 18
98
Lampiran 19
99
Lampiran 10 Surat Kabar Suara Dhuafa edisi ke 4 pada 12
Desember 2004.
100
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Narasumber : DR. KH Ahmad Sanusi,Lc. MA
Waktu : 6 Oktober 2018
Tempat : Pondok Pesantren Al-Washilah.
T : Bagaimana Latar Belakang keluarga dan pendidikan KH
Ahmad Dasuki Adnan
J : KH Ahmad Dasuki Adnan lahir di Desa Tulang Kacang
yang sekarang di sebut (Arjasari) Kecamatan Sukra,
Kabupaten Indramayu. KH Ahmad Dasuki Adnan lahir pada
tanggal 8 Desember 1939. Yang merupakan anak bungsu dari
enam bersaudara dari pernikahan K.H Adnan bin Sanawi
dengan Hj. Mu’minah binti H. Soleh. Kakek saya atau KH
Adnan dahulu asli Demak kemudian pindah ke Losari lalu ke
Cirebon kemudian pindah lagi ke Indramayu. pak Kiai Dasuki
kecil di Losari dahulu juga sudah menekuni pengajian bacaan
Al-Quran, pengajian kitab-kitab kuning yang berfaham
Ahlisunnah Waljama’ah seperti contoh Kitab Safinatunnajah,
Kitab Fathul Qorib. Menginjak masa-masa remaja pak Kiai
Dasuki Adnan tinggal di daerah Indramayu. Ketika masih
Kecil Karena memang latar belakang keluarga dari sang ayah
yang religi, pak Kiai Dasuki sudah belajar mengaji Al-Quran
dan saat remaja pak kiai juga mengkaji kitab kuning kepada
ayahnya yaitu KH Adnan. Kitab-kitab yang dipelajari pak
Kiai Dasuki dahulu adalah kitab yang berfaham Ahlisunnah
Waljama’ah. Disamping itu pak Kiai Dasuki juga mengenyam
pendidikan formal di sekolah dasar di SDN Bongis 1. Sambil
melaksanakan kewajiban mencari ilmu pak Kiai Dasuki
bekerja menjadi pedagang ubi merah dengan berjalan hampir
10 kilometer. Nah, prinsip keluarga kami adalah ilmu akhirat
dan ilmu umum harus sama-sama wajib dipelajari, maka dari
itu pak Kiai Dasuki melanjutkan pendidikannya ke jenjang
MTS di Pondok Pesantren Cawaringan Cirebon pada masa
pemimpin pondok pesantren itu dipegang oleh KH Sanusi,
KH Sanusi ini merupakan murid dari KH Hasyim Asy’ari.
K.H Sanusi dan K.H Hanan selaku pimpinan Pondok
Pesantren. Ketika menjadi santri di Pondok Pesantren
Ciwaringin Cirebon beliau dikenal sebagai sosok santri yang
disayangi oleh K.H Sanusi. sosok beliau sebagai santri yang
tulen dan cerdas dalam membawakan ceramah-ceramah
agama disertai dengan kutipan-kutipan kitab kuning yang
dipelajarinya. Sesekali pak Kiai Dasuki ke Indramayu untuk
berdagang dalam memenuhi kebutuhannya selama sekolah
dan mondok di Pesantren. pak Kiai Dasuki juga melanjutkan
pendidikannya ke jenjang MA (Madrasah Aliyah), setelah
empat tahun di Cirebon pak Kiai Dasuki menamatkan
pendidikan Madrasah Aliyah melalui ujian persamaan di
Bandung. Setelah selesai menamatkan pendidikan Madrasah
Aliyah pak Kiai Dasuki mulai merintis sebagai mubaligh
kampung atau di sebut sebagai pendakwah. Dalam perjalanan
pendidikanya pak Kiai Dasuki meneruskan kuliahnya di
Universitas Sunan Gunung Jati Cirebon dengan mendapatkan
gelar BA/D3 di tahun 1974. Selanjutnya pak Kiai Dasuki pun
kembali meneruskan kuliah di Universitas Sunan Gunung Jati
di Bandung dan mendapatkan gelar Drs. Sejak masa kuliah
Pak Kiai Dasuki berteman baik dengan pak Pof. Dr. Duhaya S
praja. Pada masa kuliah pun pak Kiai Dasuki berguru kepada
K.H Musyadad dengan mempelajari metode ceramah. Isi dari
ceramah pak Kiai Dasuki banyak menyinggung realita sosial
dengan pendekatan budaya lokal masyarakat setempat.
Setelah kuliah di Bandung Pak Kiai Dasuki juga berguru
kepada K.H Mashadi Karang Ampel Indramayu asli Cirebon
ahli hikmah dan K H Dasuki dari Indramayu ahli ceramah.
Pak Kiai Dasuki semasa hidupnya Hampir setiap malam pak
Kiai Dasuki mendapatkan panggilan ceramah. Meskipun
begitu, pak Kiai Dasuki tidak memasang tarif atau meminta
bayaran. Pernah suatu ketika berceramah di jombang pak Kiai
Dasuki tidak mau menerima uang transport sedikitpun dari
jama’ah. Selanjutnya pak Kiai Dasuki kemudian mengikuti
pengarungan Guru (PEGUNU Perguruan NU). Setelah lulus
pada tahun 1966, pak Kiai Dasuki di angkat menjadi pegawai
negeri sipil (PNS) dan bertugas menjadi guru agama di
tingkat SD di wilayah kota Cirebon. Sambil menjadi guru
agama pak Kiai Dasuki melanjutkan pendidikan ke tingkat
perguruan tinggi dengan melanjutkan kuliah di Fakultas
Ushuludin IAIN Cirebon. pak Kiai Dasuki berprinsip
menjadikan dirinya sebagai tholabul ilmi dan orang yang haus
akan ilmu, beliau terus mencari ilmu, hal tersebut terlihat
bahwa pak Kiai Dasuki pun melanjutkan kuliah di IAIN
Sunan Gunung Jati Bandung. Setelah selesai dengan jenjang
S1, dengan skripsi yang berjudul Thoriqoh (Sufi dan
Tasawuf). pak Kiai Dasuki kembali mengaji kitab kuning di
Cirebon dan beguru kepada K.H Mashadi Karang Ampel
Indramayu. Setelah dirasa telah cukup mengkaji kitab kuning
pak Kiai Dasuki pun meneruskan kembali pendidikan formal
S2, hingga pada tahun 2006 K.H Ahmad Dasuki Adnan
berhasil mendapatkan gelar Magister of Art di Bidang Politik.
Di Jakarta K.H Ahmad Dasuki Adnan aktif sebagai Muballigh
di berbagai majelis ta'lim dan di Masjid-masjid.
T : Siapakah Guru-guru KH Dasuki Adnan yang berpengaruh
dalam hidupnya?
J : KH. Sanusi Babakan Cawaringin Cirebon, KH. Hanan,
KH. Musyadad, Mashadi Karang Ampel Indramayu asli
Cirebon ahli hikmah dan K H Dasuki dari Indramayu ahli
ceramah dan beberapa Kiai lainya di sekitar Cirebon dan
Indramayu.
T : Melihat KH Ahmad Dasuki Adnan yang sangat aktif
menjadi pendakwah di Cirebon dan sekitarnya, apa alasan
utama yang melatar belakangi KH Ahmad Dasuki Adnan
merantau ke Jakarta?
J : Awalnya pak Kiai Dasuki sedang mengisi kuliah subuh di
Masjid At-Taqwa Cirebon, nah, salah satu jamaah pak kiai
tertarik dengan pembahasan pak kiai mengenai metode
pengobatan (Al-Hikmah) melalui ayat-ayat syifa dalam Al-
Quran. Salah satu muridnya yang mengundang kiai untuk isi
ceramah di Komda Jaya itu bernama bapak Jend. Tri Sutrisno
masa kepemerintahan Soeharto. Kemudian pak Kiai Dasuki
memutuskan untuk tinggal di Jakarta dengan memboyong
anak-anak dan istrinya.
T : Bagaimana Aktifitas dakwah KH Ahmad Dasuki Adnan di
Jakarta ?
J : Awalnya pak kiai diberikan tempat tinggal gratis oleh pak
Kiai Abdul Hamid di Kebon Jeruk, dan aktif mengisi
pengajian-pengajian di masjid dan musholah-musholah
sekitar.kemudian pindah lagi ke Duri Kepa juga tanpa harus
bayar sepeserpun yang di berikan oleh Ketua RW 03 yang
bernama H. Idi. Setelah itu pak Kiai Dasuki diberikan oleh
hamba Allah tanah waqaf di daerah Kampung Baru Kelurahan
Kembanga Utara. Sebelumya pak kiai sudah ada banyak ngisi
ceramah di daerah tersebut dan mengajar pengajian di daerah
tersebut. Sehingga Pak Kiai Dasuki berceramah di kawasan
Serang – Banten.
T : Bagaimana usaha KH Ahmad Dasuki Adnan dalam
melakukan pngembangan Islam di Kampung Baru kelurahan
Kembangan Utara?
J : Usaha yang pak Kiai Dasuki lakukan pertamakali adalah
melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar dengan
mengisi ceramah-ceramah pengajian dan membuat program
pesantren kilat di daerah tersebut untuk masyarakat sekitar.
Selanjutnya Pak Kiai Dasuki Kemudian terbentuknya Masjid
dan Pondok Pesantren Al-Washilah dan membuat beberapa
program sebagai respon Kiai Dasuki terhadap keadaan sosial
di Kampung Baru. Programnya itu seperti Pesantren kilat
yang terbuka bagi masyarakat sekitar, kemudian Pesantren
Anak Jalanan yang bekerja sama dengan pemerintah pada
waktu itu.
T : Sebagai seorang pendatang, bagaimana pak Kiai Dasuki
menghadapi rintangan berdakwah terlebih pada tahun 1980-an
masyarakat di daerah Kampung Baru kental dengan
kepercayaan mistisnya dan praktik kedukunan masih ada dan
terkenal dengan daerah yang memiliki jagoan-jagoan
kampung?
J : yang pertama Kiai Dasuki lakukan adalah menjalin
komunikasi yang baik antara beliau dan masyarakat. Memang
pada waktu itu pak Kiai Dasuki sudah memasuki daerah
tersebut dengan berceramah di sekitarnya dan membuat
program Pesantren Kilat. Jadi ada sebagian orang yang sudah
mengundang beliau untuk berceramah di acara-acara tahlilan,
nikahan dan lain-lain yang berkaitan dengan acara Islam.
Pertama kalinya di bangun sebuah pondok pesantren dan
masjid Al-Washilah pak Kiai selalu berpesann bahwa, masjid
ini dan pesantren ini adalah milik warga Kampung Baru dan
terus selalu di utarakan ketika mengisi ceramah-ceramah. Pak
Kiai Dasuki terus mengajak masyarakat Kampung Baru untuk
solat berjama’ah. Pak Kiai Dasuki itu menjalin komunikasi
sesepuh kampung sini, sampai-sampai rutin pak Kiai Dasuki
menjadikannya Imam solat di Masjid Al-Washilah. Selain itu
ceramah-ceramah pak Kiai Dasuki sudah banyak yang suka
karena metode ceramah yang dibawakan pak Kiai Dasuki
menarik, Hal tersebut menjadikan pak Kiai Dasuki dekat
dengan warga dan syiar Islam berkembang.
T : Apa yang melatar belakangi KH Ahmad Dasuki Adnan
untuk membangun Pesantren Al-Washilah?
J : Hal yang pertama kondisi masyarakat yang belum terlalu
mengenal Islam dan Pak Kiai Dasuki sangat peduli dengan
hal seperti itu, walaupun ada rintangan yang harus dihadapi.
Pertama kali sebelum mendirikan pondok pesantren pak Kiai
Dasuki dimulai dengan membentuk majlis ta’lim dan
bergerak di bidang pendidikan informal seperti kuliah
ramadhan, festifal qosidah serta kegiatan-kegiatan Islam
lainnya. Setelah itu berkembang dan mendirikan pendidikan
formal pada tahun 1989 yakni TK, TPA, MTS, SLTP, SLTA,
SMK dan Perguruan Tinggi.
T : Apa saja karya tulis dan karir organisasi yang pernah KH
Ahmad Dasuki Adnan buat?
J: Buku Metode GEMPAR (Gerakan Metode Praktis Baca Al-
Quran) pada tahun 1992, dan pada tahun 1995 melakukan
Pembinaan Pemuda Remaja dan Beriaman (PREMAN).
Selanjutnya pernah menjadi Ketua Komisi Perdamaian Umat
Beragama pada tahun 2002, dan membentuk Komite Nasional
Perlindungan Fakir Miskin dan Yatim Piatu (KOMNAS
DU’AFAH) pada tahun 2002, selanjutnya mencetuskan Radio
Al-Washilah AM 16.02 Khz pada tahun 2000.
T: Bagaimana sosok KH Ahmad Dasuki Adnan di mata
keluarga?
J: Beliau adalah sosok kepala keluarga yang tegas dalam
mendidik anaknya. Beliau sangat kreatif dan peduli dengan
masalah-masalah sosial di masyarakat.
P: Apa kendala yang KH Dasuki Adnan hadapi dalam
berdakwah di kawasan Kampung Baru kembangan, Jakarta
Barat?
J: Tentu ada, dahulu pas pendirian pesantren mendapatkan
perlawanan dari masyarakat yang tidak religius, serta preman-
preman kampung pernah sampai menutup jalan.
P: Apa Pesan yang sering di sampaikan KH. Dasuki Adnan
ketika masih hidup?
J: Pesantren ini tidak boleh di komersilkan dan Pesantren ini
sudah diwakafkan. Pak Kiai Dasuki memiliki jiwa sosial yang
sangat tinggi.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Narasumber : Sahidi Rahman, M.A
Waktu : 9 Oktober 2018
Tempat : Kantor Kepala Diniyah Pondok Pesantren Al-
Washilah.
T : Bagaimana Sejarah Pondok Pesantren Al-Washilah?
J : Pondok Pesantren Al-Washilah didirikan pada tahun 1988
di atas tanah seluas 8.000 M yang beralamat di Jl.Kampung
Baru no. 20 Rt. 004/010 Kelurahan Kembangan Utara Jakarta
Barat. Pada tahun tersebut hanya bergerak pada bidang
informal saja seperti pengajian-pengajian, Kuliah Ramadhan
dan festifal qosidah. Karena mengantisipasi kemajuan zaman
penting dualitas keilmuan agama dan umum secara
berdampingan. Karena menyadari hal tersebut penting
memiliki legalitas ijazah. Maka dari itu didirikanlah
pendidikan sekolah-sekolah formal dan terdaftar pada Dinas
Sosial di tahun 1988. Jenjang pendidikan yang ada di
Pesantren Al-Washilah yakni dari mulai pendidikan TK Al-
Quran kemudian TPA, MTS, SLTP, SLTA, SMK dan
perguruan tinggi.
T : Bagaimana Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Washilah?
J: Visi Pondok Pesanten Al-Washilah adalah mencetak
generasi muslim siap pakai, Kreatif dan Dinamis, Ilmiyah
Amaliyah, Amaliyah Ilmiyah. Misi Pondok Pesantren Al-
Washilah diantaranya :
1. Mengkombinasikan Kurikulum Pondok Pesantren
dengan Kurikulum Pendidikan Nasional
2. Mempersiapkan Kader-kader muslim yang menguasai
IPTEK, mampu berkreasi secara inovatif aktif dan
dinamis berlandasan iman dan taqwa.
3. Meningkatkan kemampuan professional dan
pengetahuan tenaga kependidikan sesuai dengan
kebutuhan dunia.
4. Menanamkan jiwa tauhid dan daya juang yang tinggi
dengan landasan Qur’an dan hadist.
T : Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-
Washilah?
J : KH Ahmad Dasuki Adnan memberikan kontribusi
yang sangat berpengaruh dalam Perkembangan Pesantren
Al-Washilah. Beliau salah satu kiai yang aktif dalam
kegiatan sosial. Maka dari itu banyak diantara
kegiatatannya yang melibatkan langsung dengan
masyarakat sekitar.
T: Bagaimana pemikiran KH Ahmad Dasuki Adnan
dalam berdakwah?
J: KH Ahmad Dasuki Adnan memegang prinsip dalam
berdakwah yakni, Ikhlas, tawakal dan tidak menerima
imbalan ketika dimintai untuk berceramah disuatu tempat.
Hal tersebut beliau lakukan sejak awal mulai berdakwah.
prinsip beliau selanjutnya adalah peduli terhadap masa
depan Islam, peduli dengan kondisi sosial yang terjadi
dalam masyarakat, hal tersebut maka KH Ahmad Dasuki
Adnan membuat program Pesantren yang menaungi anak
jalanan dan bekerjasama dengan pemerintah. Selanjutnya
beliau juga memegang prinsip pemersatu. Sadar karena
Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, KH
Ahmad Dasuki Adnan mencoba merangkul umat
beragama lainnya untuk hidup bersama dengan toleransi
dan meminimalisir perpecahan umat. Di Pondok
Pesantren Alwashilah beliau juga sering menyampaikan
pentingnya menjaga keutuhan bangsa.
T : Media apa saja yang digunakan KH Ahmad Dasuki
Adnan dalam berdakwah?
J : selain berceramah secara langsung KH Ahmad Dasuki
Adnan juga melakukan dakwah di media online di radio
milik Pondok Pesantren Al-Washilah da nada satu akun
youtube yang menampilkan ceramah-ceramah beliau.
T : kitab-kitab apa saja yang dipelajari para santri?
J : Al-Qur’anul Karim : Santri-santri yang ada di Pondok
Pesantren Al-Washilah Mempelajari bacaan ayat-ayat Al-
Quran dengan Tajwid dan nada-nada bacaan Al-Qura’an,
Tafsir Jalalain kitab ini untuk mempelajari tafsir Al-
Qur’an, Mukhtaral Al-Hadist kitab ini untuk mempelajari
kumpulan Hadist-hadist Nabi Muhammad, Tanqihul Qaul,
kitab ini mempelajari keutamaan bersholawat kepada Nabi
Muhammad, Riyadus Sholihin, Fathul Qorib, mempelajari
tentang fiqih dan sunah yang bermahdzab Syafi’I, Al-
Aqaid Ad-Duniyah, yang mempelajari tentang tauhid
untuk mengenal sifat-sifat Allah wajib dan mushtahil,
Jawahirul Kalamiyah, Amsilatu At-Tashrifiyah,
Mukhtashor Jiddan, Arba’in Nawawi, Kitab Tajwid, Hadi
Silsalatul Haramayn, Rawi Barzanji, Nashoihul Ibaad,
Ta’limul Muta’alim, Akhlaqul Banin, Buluhul Maram,
Durratun Naashihin, Tafsir Yasin, Fathu Mu’in, Irsadul
I’bad, Durusu Fiqih, Alfiyah Ibn Malik.
T : bagaimana sosok K.H Ahmad Dasuki Adnan dalam
pandangan bapak?
J : K.H Ahmad Dasuki Adnan adalah seorang yang
istiqomah dalam berdakwah. Tegas kepemimpinanya,
banyak orang yang mnyukai ceramahnya, terlebih
memang perjuangannya dalam syiar Islam sangat sulit
ketika pertama kali datang ke daerah Kampung Baru.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Narasumber : Syamsudin S.Pd.
Waktu : 11 September 2018
Tempat : Kediaman Syamsudin S.Pd. di Kampung Baru,
Kembangan.
P: Apakah Bapak mengenal K.H Ahmad Dasuki Adnan?
J: Ya, saya sangat mengenalnya. Beliau sosok yang luar biasa,
pendidikan KH Ahmad Dasuki Adnan sendiri lengkap yang,
formal dan informal beliau seimbangkan, seperti ilmu umum
dan ilmu agama. saya memang bukan asli Jakarta, bukan asli
Kampung baru kembangan, saya perantauan, saya dari Bima.
Ketika saya datang ke daerah ini dan tinggal di daerah
kampung Baru Jakarta, memang Al-washilah sudah di bangun
kurang lebih satu tahun sebelum kedatangan saya, kemudian
saya menjadi guru di Al-washilah pada tahun 1989, Saya ikut
serta di dalam pesantren, saya juga mendapat didikan dari
beliau K.H Ahmad Dasuki Adnan, semua guru mendapatkan
didikan untuk disiplin dan kita di ajari ngaji.
P: Bagaimana sosok K.H Ahmad Dasuki Adnan dalam
pandangan bapak?
J: Beliau sosok yang luar biasa dan memiliki sosialisasi
bermasyarakat yang sangat bagus, terlebih beliau juga seorang
perantauan, pendekatan terhadap masyarakat yang di tekankan
kepada beliau adalah yang paling utama beliau lakukan,
memang dahulu daerah ini, daerah kampung baru ini Islamnya
sangat kurang dalam artian mereka Islam tapi masih sedikit
yang menunaikan ajaran Islam, perjudian juga banyak sekali
dahulu itu, kemudian kepercayaan kedukunan masih banyak
terjadi.
P: Apa respon masyarakat terhadap kedatangan K.H Ahmad
Dasuki Adnan ?
J:Awalnya memang respon masyarakat tidak begitu baik,
karena dulu daerah sini banyak jagoan-jagoan penguasa
daerah sini. Lambat laun K.H Ahmad Dasuki Adnan
istiqomah dalam berdakwah, suka ceramah di musholah di kp.
Baru karena memang dahulu belum ada masjid yang berdiri.
Lambatlaun K.H Ahmad Dasuki Adnan membuat sebuah
bangunan rumah menjadi pondok pesantren kilat pada bulan
Ramadhan, antusias masyarakat Kp. Baru mulai terlihat,
banyak yang anaknya di masukan ke pondok pesanren kilat.
Seiring berjalannya waktu K.H Ahmad Dasuki Adnan
membeli sebuah tanah dan dibangunnya sebuah pesantren dan
dibarengi oleh pembangunan masjid pertama dan sampai sat
ini merupakan masjid satu-satunya di kp. Baru. Nah, ketika
pesantren dan masjid Al-Washilah terbangun beliau memang
istiqomah dalam berdakwah, mengajak masyararakat untuk
rajin solat, (dakwah billisan). Saya ingat betul dan tidak akan
lupa akan sosok beliau yang khas menyerukan di toa masjid “
ayo-ayo solat, ini pesantren bukan milik saya, ini pesantren
milik masyarakat kp. Baru, beliau itu selalu berbicara seperti
itu, dalam khutbah-khutbah jumat atau ketika sedang
berceramah di masyarakat kp. Baru. Pemikiran saya pada saat
itu memang beliau K.H Ahmad Dasuki Adnan ingin
masyarakat kp. Baru mempunyai rasa memiliki terhadap
pesantren dan masjid Al-Washilah.
P: Apakah K.H Ahmad Dasuki Adnan memiliki peranan
terhapad kemajuan Islam di kp. Baru?
J: Sangat berpengaruh, Syiar Islam cepat berkembang di
kp.baru memang di mulai ketika berdirinya pondok pesantren
AL-Washilah. Walaupu memang dahulu sedikit masyarakat
yang mengaji di wilayah pesantren Basmol. Nah, mulai
pesantren dan masjid berdiri Warga-warga mulai banyak yang
solat di masjid, partisipasi warga terhadap pengajian pun
mulai meningkat. Di pesantren beliau juga membuat saluran
Radio yang diniatkan beliau agar Syiar Islam meluas, hingga
saat ini Radio nya masih ada. K.H Ahmad Dasuki Adnan juga
memiliki peranan ketika sudah mulai menjalakan pondok
pesantren Al-Washilah, beliau perhatian dengan generasi
muda yang ada di jalanan, di pinggir jalan, seperti anak Punk ,
pengamen, preman jalanan, beliau kumpulkan kemudian
dimasukan ke dalam pesantren dan di fasilitasi untuk
menuntut ilmu dan segala keperluan pesanten dengan biaya
gratis.
P ; Masjid pertama di Kampung baru kan di Al-washilah ini
dan pada saat ini menjadi masjid satu-satunya di kawasan
Kampung baru, apa saja kegiatan di dalam masjid?
J: Kegiatan yang mendominasi memang di peruntukan untuk
santri, namun juga di buka untuk umum, sperti solat, dan
kegiatan hari-hari besar Islam, yang mengandeng masyarakat
setempat. Ada juga pengajian bulanan untuk umum.
P: Biasanya pengajian seperti apa yang di lakukan K.H
Ahmad Dasuki Adnan dan adakah perkumpulan pengajian
dari bapak-bapak dan Ibu-ibu di daerah kampung baru
kembangan Jakarta barat?
J: Beliau banyak mengisi ceramah-ceramah di masyarakat,
kemudian juga isi pengajian kitab fiqih seperti kitab
Safinatunnajah.ada pekumpulan
P : Organisasi-organisasi Islam seperti apa yang ada di
kampung baru?
J: Karang taruna Tingkat RT dan RW, yang menjalankan
acara-acara, sepeti perayaan Obor Muharrom, santunan anak
Yatim, dan acara-acara besar lainnya.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Narasumber : Pak Kiming
Waktu : 11 september 2018
Tempat : Toko Taylor Kampung Baru Kembangan Jakarta
Barat.
P; Apakah Bapak mengenal K.H Ahmad Dasuki Adnan?
J; iya kenal
P: Bagaimana sosok K.H Ahmad Dasuki Adnan dalam
pandangan bapak?
J: Peduli, ramah sama masyarakat sini. Sering juga isi
pengajian dulu dan ceramahnya bagus, pengajian kitab
kuningya juga bagus,
P: Apa respon masyarakat terhadap kedatangan K.H Ahmad
Dasuki Adnan ?
J: respon masyarakat mendukung, dulu itu muridnya di
pesantrenn kilat dikit, tapi lama-lama jadi banyak yang ikut
dan ketika mulai untuk membuat pesantren pas peletakan batu
pertama, saya hadir, Tahunnya saya lupa.
P: Apakah K.H Ahmad Dasuki Adnan memiliki peranan
terhapad kemajuan Islam di kp. Baru?
J: Ya pak kiai berperan dalam syiar Islam, buktinya
Alhamdulillah sekarang kemajuan Islam menjadi lebih baik di
daerah sini, di pesantren banyak yang ngaji orang dari mana-
mana ada, masyarakat sini juga banyak. Pengajian tersebut
diadakan sebulan sekali di Pesantren Al-Washilah.
P : Bagaimana kondisi Islam masyarakat Kampung Baru
sebelum K.H Ahmad Dasuki Adnan datang? Atau sebelum
berdirinya Pondok Pesantren Al-Washilah?
J ; sangat memperhatikan, orang-orang sini belum mengenal
banget Islam, dulu saya pun kalau mengaji waktu sebelum
adanya pesantren saya mengaji di Basmol, mengaji kitab-kita
fiqih gitu dan memang pendidikan Islam sendiri masih kurang
didaerah sini. Di kawasan Kampung Baru palin pojok itu
banyak banget orang-orang judi dan banyak orang-orang yang
percaya kedukunan. Banyak orang-orang non religius yang
berkuasa disini. Dulu sampai-sampai kalau ada orang baru di
kampung ini, bisa-bisa di hadang sama mereka-mereka itu,
gak seneng lah istiahnya sama orang baru. Nah dulu itu pas
pak kiai datang kemari, banyak isi ceramah di musholah
maupun di tempa-tempat acara hajatan atau lainnya, orang-
orang sini pada demen sama ceramahnya pak kiai karena seru
dan pendekatan sama masyarakat bagus, terlebih dulu pak kiai
membuat program pesantren kilat dan diadakan festifal
qosidah dan juga sempat membuat program dimana anak-anak
yang kurang atau disebut preman di tamping gratis oleh pak
kiai., kawasan Kampung Baru mulai terbentuk image yang
baik di masyarakat luas.
P ; Masjid pertama di Kampung baru kan di Al-washilah ini
dan pada saat ini menjadi masjid satu-satunya di kawasan
Kampung baru, apa saja kegiatan di dalam masjid?
J: Ya betul, kegiatan di masjid tersebut tentunya yang paling
utama sebagai tempat Ibadah, dan di gunakan masyarakat dan
santri Pondok Pesantren Al-Washilah. Ada pengajian juga
untuk santri yang paling utama, kalau untuk masyarakat di
adakan 1 bulan sekali.
P: Biasanya pengajian seperti apa yang di lakukan K.H
Ahmad Dasuki Adnan dan adakah perkumpulan pengajian
dari bapak-bapak dan Ibu-ibu di daerah kampung baru
kembangan Jakarta barat?
J: Pengajian dengan ceramah, kadang kitab fiqih gitu.
Perkumpulan pengajian dari bapak-bapak dan ibu-ibu ada,
diadakan di rumah-rumah warga, jadi kadang ust-ust dari Al-
Washilah yang menggantikan untuk mengajar, kalau pak kiai
tidak mengajar.
P : Organisasi-organisasi Islam seperti apa yang ada di
kampung baru?
J; karang taruna anak muda di setiap RT dan di gabung per
RW, banyak mereka mengadakan acara-acara besar Islam.
P: Apakah K.H Ahmad Dasuki Adnan memiliki peranan
terhapad kemajuan Islam di kp. Baru?
J: Tentu, Islam benar-benar ada kemajuan ya pas Pesantren
Al-Washilah ini dibangun kami. sebagai warga asli kampun
baru sangat bangga, mulai banyak perlahan-lahan orang yang
mau mengaji dan musholah mulai dipenuhi oleh warga kita,
apalagi amai juga karena program pesantren kilat yang
dibentuk beliau.
P: Biasanya pengajian seperti apa yang di lakukan K.H
Ahmad Dasuki Adnan dan adakah perkumpulan pengajian
dari bapak-bapak dan Ibu-ibu di daerah kampung baru
kembangan Jakarta barat?
J: waktu itu pengajian fiqih ya yang lebih sering diisi pak kiai,
dan juga melalui ceramah-ceramah agamannya. Kemudia
Pengajian berlanjut dan tetap diadakan di rumah warga sering
hampir setiap malam jumat untuk tahlilan dan membaca
rawian terkadang kitab dan juga ceramah agama.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Narasumber: Ibu Nurhayati
Waktu : 28 juli 2018
Tempat : Kediaman Ibu Nurhayati.
T: Apakah Ibu mengenal K.H Ahmad Dasuki Adnan?
J: Ya saya kenal sekali dengan beliau, dahulu beliaudekat
dengan bapak saya. Dan ketika beliau pindah ke daerah
Kampung Baru saat itu saya berumur 15 tahun dan sudah
menikah.
P: Bagaimana sosok K.H Ahmad Dasuki Adnan dalam
pandangan Ibu?
J: Beliau mempunyai kharisma dan tegas dalam bicara dan
melakukan tindakan, Saat petama kemari, KH Ahmad Dasuki
Adnan membuat program pesantren kilat, kemudian
membangun Pesantren Al-Washilah.
P : Bagaimana kondisi Islam masyarakat Kampung Baru
sebelum K.H Ahmad Dasuki Adnan datang? Atau sebelum
berdirinya Pondok Pesantren Al-Washilah?
J: Syiar Islam di kawasan Kampung Baru belum begitu
mendalam. Pengajian-pengajian yang di lakukan dahulu
hanya terdapat di rumah-rumah warga setempat. Dahulu
daerah sini masih mempercayai Praktik kedukunan, dan
banyaknya jagoan-jagoan kampung seperti preman-preman.
P: Bentuk pengajian ketika K.H Ahmad Dasuki Adnan aktif
mengajar seperti apa?
J : Pak kiai Ceramah
P: Biasanya pengajian seperti apa yang di lakukan K.H
Ahmad Dasuki Adnan dan adakah perkumpulan pengajian
dari bapak-bapak dan Ibu-ibu di daerah kampung baru
kembangan Jakarta barat?
J: Wah sekarang sudah banyak sekali pengajian bapak-bapak
dan ibu-ibu sejak kedatangan beliau. Setiap RT pasti ada
sekiar 2 smpai 3 yang beranggota khusus bapak-bapak dan
khusus ibu-ibu dan pengajian tersebut rutin diakukan di
rumah-rumah warga setempat. Anak muda daerah sini juga
aktif. Nah sejak KH Ahmad Dasuki Adnan meninggal, yang
mengantikam beliau adalah murid-murid beliau dan anak-
anak beliau masih sangat aktif meneruskan dakwah beliau.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Nama : Ushwatun Hasanah (Alumni Al-Washilah 2010)
Waktu : 13 Agustus 2018.
Tempat : KFC Semanan
T : Sudah berapa tahun mondok?
J : 6 Tahun
T : Apa saja yang sudah didapat selama di pondok?
J: Banyak, terutama ilmu agama, terus pengembangan diri
dalam membentuk minat dan kegiatan estakulikuler yang
seru.
T : K.H Dasuki Adnan mengajar apa ?
J: Dahulu ketika saya MTS mengajar Kitab Kuning, nah,
setlah itu pak kiai sakit dan digantikan oleh K.H Sanusi anak
beliau.
T : Bagaimana pendapatmu mengenai sosok K.H Ahmad
Dasuki Adnan di dalam lingkungan pondok?
J: Sosok yang luar biasa untuk menjadi panutan para santri,
jadi kita dulu dibekali untuk menjadi dai. Beliau sangat
humble kalau sedang berceramah dan kebanyakan isi
ceramahnya menyinggung masalah sosial yang terjadi. Beliau
cepat respon gitu, dalam bidang teknologi beliau open minded
banget.
T : Apakah kamu mengetahui program Anak Pesantren
Jalanan ?
J: Tahu, tapi pas saya mulai mondok program itu udah ga
berjalan lagi, semenjak pak kiai mulai sakit-sakitan. Dulu itu
ada jenjang sekolahan STM di Al-Washilah yang rata-rata
muridnya dari anak-anak jalanan itu, tapi pas angkatan saya
itu terakhir di tahun 2010 itu STM udah di bubarin, ga
diterusin lagi, sayang banget ya.
T : Apakah kamu mengetahui program Gerakan Metode
Praktis Baca Al-Quran?
J: Tahu, tapi kan makin lama diperbarui lagi, untuk konsep
Gerakan Metode Praktis Baca Al-Quran pas awal aku kurang
bisa bedain, intinya udah diperbarui lagi. Dulu itu pak kiai
ngajar bacaan Al-Quran pertama kali kita harus fasih
penyebutan huruf hijaiyah ya, dan bacanya itu kalau ada mad
Tobi’i di goyang kan 2 ketukan gitu, pokoknya waktu belajar
1 Surah aja, waktu itu surah Al-Fatihah lama banget bisa satu
bulanan lebih.
T : Apa yang dibekali Pondok Pesantren Al-Washilah kepada
alumni? Agama, umum toleransi beragama.
J: Alhamdulillah selain ilmu agama yang dibekali cukup
banyak yah, intinya pondok pesantren menyiapkan generasi
yang siap mengahadapi ruang kerja juga.
Nama : Slamet Rifaldi (Alumni Al-Washilah 2010), 13
Agustus 2018
T : Sudah berapa tahun mondok?
J : 3 Tahun
T : Apa saja yang sudah didapat selama di pondok?
J : Ilmu agama Islam, Kitab kuning, bimbingan bahasa asing,
dan pelatihan menjadi muballigh.
T : K.H Dasuki Adnan mengajar apa ?
J : Angkatan saya jarang di ajari beliau karena beliau sudah
mulai sakit-sakitan. Saya sering dengar ceramahnya secara
langsung jika ada acara besar di pondok pesantren.
Ceramahnya bagus dan tidak membosankan, asyik dan tidak
kaku di depan audiens, saya belajar banyak dari pak kiai.
T : Bagaimana pendapatmu mengenai sosok K.H Ahmad
Dasuki Adnan di dalam lingkungan pondok?
J: Sosok yang Kharismatik, mempunya sifat terpuji dan
qonaah.
T : Apakah kamu mengetahui program Anak Pesantren
Jalanan ?
J : Tahu, baca di buku kenang-kenangan pondok
T : Apakah kamu mengetahui program Gerakan Metode
Praktis Baca Al-Quran?
J: Tahu, pak kiai yang mencetuskan, waktu saya belajar dulu,
lebih menekankan kefasihan lafazh quran dan pengenalan
huruf menyambung dan disambung. Dan hukum tajwid.
T : Apa yang dibekali Pondok Pesantren Al-Washilah kepada
alumni?
J: Ilmu Agama, umum, dan bersikap toleransi beragama.