peran modal sosial dalam kelompok ekonomi sale lestari...
TRANSCRIPT
Peran Modal Sosial Dalam Kelompok Ekonomi Sale
Lestari Dusun Krajan, Sirnoboyo, Pacitan, Jawa Timur
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
DWI WAHYU SAPUTRO
NIM. 1112111000045
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa tentang “Modal Sosial Kelompok Ekonomi Sale
Lestari Dusun Krajan, Sirnoboyo, Pacitan. Tujuan penelitian ini untuk
mempelajari dan menganalisa modal sosial yang dimiliki oleh kelompok ekonomi
sale lestari serta peran modal sosial tersebut bagi kelompok ekonomi Sale Lestari.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Kerangka teori yang
digunakan dalam menganalisa penelitian ini menggunakan konsep modal sosial
milik Francis Fukuyama.
Dari hasil analisis dengan menggunakan kerangka teori modal sosial,
penulis menemukan bahwa (i) terdapat keterkaitan antara nilai budaya jawa
dengan pembentukan norma serta adanya penguatan jaringan karena kebersamaan.
kelompok Sale Lestari dapat berkembang dan bertahan karena modal sosial yang
mereka miliki yaitu jaringan, kepercayaan, dan norma ; dan (ii) ketiga elemen
yang terdapat kelompok tersebut memainkan perannya masing-masing. Jaringan
berperan dalam mempermudah kelompok sale lestari dalam memperluas
kerjasama dan memasarkan barang komoditas dalam cakupan lebih luas dan
mendapat kemudahan dalam pemenuhan bahan baku utama produksi. Trust
digunakan sebagai landasan awal dalam membangun jaringan dan juga sebagai
upaya dalam mengurangi biaya produksi (cost production) dengan diikat oleh
norma yang berfungsi sebagai kontrol terhadap perilaku anggota kelompok dan
jaringan agar menghasilkan manfaat yang besar dan hasil yang optimal.
Kata kunci : Modal sosial, Jaringan, Trust, Norma.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kesehatan, rahmat, dan nikmat, serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat berseta salam semoga terlimpahkan atas keharibaan junjungan kita
yakni Nabi Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabatnya.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik
secara moril maupun materil. Dengan segala bantuan dan dukungan yang
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si., selaku Sekretaris Prodi Sosiologi dan
dosen pembimbing penulis, yang selalu mendukung dan memberi
masukan dalam proses penulisan skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
vi
5. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dalam kepengurusan
berkas dan administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam
mencari buku-buku referensi yang dibutuhkan dalam proses penulisan
skripsi ini.
7. Ariffin, SE, selaku kepada desa Sirnoboyo, Pacitan, Jawa timur.
8. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Drs. Katni, MM. dan Ibu Sumarmah
yang telah memberikan dukungan dengan penuh ikhlas dan tulus, baik
secara moril maupun materil kepada penulis.
9. Kakak dan Adik penulis, yang juga selalu memberikan dukungan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Segenap teman-teman mahasiswa prodi sosiologi angkatan 2012,
FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
banyak pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan selama masa
perkuliahan.
11. Bapak Yanto, selaku ketua dari Kelompok Sale Lestari yang telah
bersedia untuk diwawancarai oleh penulis.
12. Segenap warga Dusun Krajan yang telah terpilih menjadi informan
penulis dalam skripsi ini, yang telah berbaik hati meluangkan waktu
untuk penulis wawancarai dalam proses pengumpulan data.
vii
13. Teman spesial Liza Nurita yang selalu setia menemani dan
memberikan dukungan serta semangat kepada penulis selama
penulisan skripsi ini.
14. Teman seperjuangan Ahmad Hartadi, Fajrul Mutalis, Fadly Robby,
Rifky Herdyandi, Aditya Pratama, Reza Alfahrin, Rifqi Qasthari,
Rahmi, Ara, Aul, Albi, Bintu Nafiah, Rusydan, Doyok, Faisal, dan
kawan-kawan lainnya, yang sudah membantu, menemani, berdiskusi,
dan berkeluh kesah bersama selama proses penulisan skripsi ini.
Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dicatat
dan diterima oleh Allah SWT., sebagai amal shalih dan mendapatkan balasan
yang berlipat ganda. Amin ya rabbal ‘alamin. Demikian ucapan terima kasih ini
penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang
studi sosiologi, dan semua pihak yang memerlukan dan membutuhkannya.
Jakarta, 09 Februari 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1
B. Pertanyaan penelitian ........................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5
E. Kajian Teori ........................................................................................ 9
E.1 Teori Modal Sosial ..................................................................... 9
E.2 Masyarakat .................................................................................. 15
F. Metodologi Penelitian ......................................................................... 17
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Sirnoboyo ................................................... 26
B. Gambaran Umum Kelompok Sale Lestari ........................................ 30
BAB III Modal Sosial Kelompok Sale Lestari
A. Produksi Sale Pisang Anggur .......................................................... 38
B. Pemasaran Komoditas Kelompok Sale Lestari ............................... 47
BAB IV ANALISIS MODAL SOSIAL PADA KELOMPOK SALE LESTARI
ix
A. Jaringan ............................................................................................ 52
A.1 Jaringan Ke dalam ................................................................... 52
A.2 Jaringan Ke luar ....................................................................... 55
B. Peran Jaringan.................................................................................. 57
C. Kepercayaan (Trust) ....................................................................... 58
D. Peran Trust ...................................................................................... 62
E. Norma ............................................................................................. 63
E.1 Norma Ke dalam ....................................................................... 63
E.2 Norma Ke luar .......................................................................... 66
F. Peran Norma ..................................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Responden Wawancara Kelompok Sale Lestari ................................. 20
Tabel 1.2 Responden Validitas Data ................................................................... 20
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Sirnoboyo Dusun Krajan Bulan
September 2016 .................................................................................. 27
Tabel 2.2 Jumlah Pendidikan Masyarakat Desa Sirnoboyo ................................ 27
Tabel 2.3 Jumlah Pekerja Desa Sirnoboyo ......................................................... 29
Tabel 2.4 Pendidikan Terakhir Anggota Kelompok Sale Lestari ....................... 34
Tabel 3.1 Harga Yang Diberikan Kepada Anggota Kelompok Sale
Lestari ................................................................................................. 44
Tabel 3.2 Harga Yang Dijual Keluar Oleh Kelompok Sale Lestari .................... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Desa Sirnoboyo ....................................................................... 30
Gambar 2.2 Logo Kelompok Sale Lestari........................................................... 31
Gambar 2.3 Proses Pembuatan Sale Pisang Anggur ........................................... 33
Gambar 2.4 Acara Arisan Kelompok Sale Lestari .............................................. 36
Gambar 3.1 Kulit Pisang Sebagai Makanan Hewan Ternak ............................... 46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkrip Wawancara ..................................................................... xv
Lampiran 2. Dokumentasi Visual ....................................................................... xl
1
BAB I
Pendahuluan
A. Pernyataan Masalah
Kota Pacitan merupakan kota yang berada di pesisir selatan jawa
dengan kekayaan SDA (sumber daya alam) seperti bebatuan, situs
peninggalan jaman purba, dan juga pesona laut yang dapat memikat bagi
setiap pengunjung yang hadir. Potensi tersebut kemudian dikelola oleh
pemerintah daerah agar tetap terjaga. Selain itu, pengelolaan tempat wisata
berguna sebagai usaha dalam memajukan wilayah Pacitan. Dengan majunya
pariwisata yang ada di kota Pacitan, maka akan lebih lagi dalam menarik
minat para wisatawan untuk berkunjung baik domestik dan mancanegara.
Data menunjukan bahwa Jumlah kunjungan wisatawan domestik
pariwisata Pacitan pada 2011 adalah 22.105 orang dan wisatawan
mancanegara sebanyak 1.293 orang. Sementara pada 2015 jumlah kunjungan
sudah naik pesat menjadi 1.555.502 orang dan wisatawan mancanegara
sebanyak 1.448 orang (www.pacitanku.com). Kenaikan jumlah pengunjung
tentu saja membawa angin segar bagi pemerintah daerah dan juga pada
masyarakat sekitar.
Selain dari sisi pariwisata, makanan khas daerah tidak terlepas dari
sasaran pengunjung domestik dan mancanegara. Makanan khas yang terdapat
di kota Pacitan sangat beragam antara lain sego gobyos (nasi panas), jadah
bakar (ketan bakar), sate tahu tuna, sego pecel kembang turi (nasi pecel
kembang turi), pentol bakar (bakso bakar), madu mongso, sale pisang goreng,
2
dan sale pisang anggur. Sale pisang anggur merupakan makanan yang
diciptakan dalam bentuk varian yang tidak biasa dan berbeda seperti sale
pisang pada umumnya namun dengan bahan utama yang sama. Bentuknya
yang menarik dapat memikat hati kepada setiap pengunjung yang melihatnya.
Sale pisang anggur sebagai makanan tradisional bertransformasi dari waktu
ke waktu dari awal mulanya hanya dikemas secara sederhana hingga saat ini
dikemas menyerupai bentuk buah anggur. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dalam menarik kembali minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan
tradisional sehingga dapat meningkatkan kembali semangat kelompok
ekonomi kreatif dalam berinovasi menciptakan kreasi baru yang bernilai
ekonomis.
Pada saat ini, produsen dari sale pisang anggur ini cukup banyak mulai
dari level individu sampai pada kelompok. Pemasaran dari sale pisang ini
mulai dari dalam kota sampai pada luar kota. Perkembangan penjualan
tersebut merupakan pencapaian yang besar bagi para produsen lokal dan
tentunya sangat menguntungkan mengingat jumlah angka pengunjung
domestik dan mancanegara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
sehingga keadaan pasar tetap stabil. Salah satu kelompok yang tetap produksi
saat ini dan memiliki jaringan yang bisa dikatakan tidak sedikit berada pada
Dusun Krajan, Desa Sirnoboyo yaitu kelompok Sale Lestari.
Kelompok ini mempunyai daya tarik tersendiri, disamping dari
produksi yang masih aktif dan jaringan yang luas yaitu anggota kelompok
yang di dominasi oleh perempuan. Beberapa dari mereka ada yang berprofesi
3
sebagai ibu rumah tangga dan juga ada yang membantu suaminya bekerja.
Concern dari kelompok ini yaitu pada pemberdayaan perempuan dengan hasil
akhir adalah munculnya kemandirian dan juga penambahan skill
(keterampilan) diluar dari kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Pemberian keterampilan tambahan kepada perempuan yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga diharapkan dapat memberi kontribusi yang besar
terhadap perekonomian keluarga. Apabila dilihat dari sudut pandang feminis,
Scott dalam Hellen A. Moore dan Jane C. Ollenburger menyatakan bahwa
feminisme kemiskinan adalah sebuah istilah untuk menggambarkan
kegoyahan ekonomi tertentu bagi wanita yang secara sendirian menyokong
penghidupan mereka sendiri dan/ atau anak-anak mereka (2002:124-125).
Adanya kelompok ini diharapkan menjadi jalan keluar dalam pemecahan
masalah dalam bidang ekonomi karena jika mengandalkan dari hasil bertani
dan berkebun saja dirasa kurang dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Seperti yang dinyatakan Blanchard dalam Usman Kolip dan Elly M.
Setiadi bahwa :
“Pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dimana
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan adalah meningkatkan kemampuan dan
meningkatkan kemandirian masyarakat.” (2011:809).
Sebelum adanya kelompok ini, sebagian masyarakat berprofesi sebagai
petani, nelayan, dan berkebun karena keadaan topografi kota Pacitan yaitu
pesisir dan pegunungan. Pendapatan ekonomi mereka hanya mengandalkan
4
dari hasil bertani, berkebun, dan nelayan karena sulitnya dalam mencari
pekerjaan di kota kecil dengan jumlah penduduk yang banyak dan tidak
sedikit juga jumlah warga yang tidak bekerja. Jumlah penduduk berdasarkan
data BPS Kota Pacitan tahun 2013 yaitu wanita berjumlah 39.259 jiwa dan
pria berjumlah 37.250 jiwa dengan total keseluruhan mencapai 76.509 jiwa
(http://pacitankab.bps.go.id/).
Dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka menjadi
menarik peneliti untuk membahas mengenai bagaimana bentuk-bentuk modal
sosial yang terdapat dalam kelompok Sale Lestari dan juga melihat sejauh
mana peran modal sosial tersebut terhadap kelompok Sale Lestari.
B. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah diatas mengenai modal sosial
kelompok ekonomi Sale Lestari, maka penelitian ini berfokus pada
pertanyaan untuk melihat :
1. Apa bentuk modal sosial yang dimiliki oleh kelompok ekonomi Sale
Lestari ?
2. Bagaimana peran modal sosial yang terdapat dalam kelompok ekonomi
Sale Lestari ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan penjabaran dari pernyataan masalah di atas, maka tujuan
umum dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari dan menganalisa modal
sosial yang dimiliki oleh kelompok ekonomi Sale Lestari serta peran modal
5
sosial tersebut bagi kelompok ekonomi Sale Lestari. Selain itu, penelitian ini
untuk menghasilkan antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Menjadi landasan dalam menganalisa modal sosial dan elemen-
elemen yang ada di dalamnya.
b. Dapat menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan modal sosial dan bisa dikembangkan lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui
bagaimana cara untuk menerapkan modal sosial dalam
pengembangan sumber daya.
D. Tinjauan pustaka
Penulis akan menggunakan penelitian sebelumnya yang sekiranya
relevan dan diharapkan dapat menunjang proses penelitian. Adapun
penelitian yang digunakan sebagai acuan yaitu Pertama, jurnal yang ditulis
oleh Dini Veranita jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya dengan judul Modal Sosial Dalam Industri Rumah
Tangga Kerupuk Di Desa Meranjat II Kecamatan Indralaya Selatan
Kabupaten Ogan Ilir tahun 2013. Peneliti menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Data dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan
menarik kesimpulan atau verifikasi dan teknik triangulasi data. Teori yang
digunakan berasal dari banyak tokoh seperti Putnam, Fukuyama, dan
Coleman. Hasil temuan penelitian ini adalah pemilik usaha tersebut
6
mempunyai hubungan yang didasari oleh adanya kepercayaan, norma, dan
juga di dukung oleh adanya jaringan-jaringan yang ada.
Kedua, jurnal yang ditulis oleh Ichsan Pramatya jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang 2013 dengan judul Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di
Jalan Gambir Tanjungpinang (studi PKL sayur-sayuran). Penelitian
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis secara kualitatif,
berdasarkan dukungan teori yang berkaitan dengan objek penelitian dari
responden dengan cara wawancara maupun observasi kemudian ditarik suatu
kesimpulan mengenai hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa
adanya nilai modal sosial yang terbentuk dan terjalin di antara pedagang dari
aturan-aturan informal yang berlaku di kelompok pedagang mampu mereka
patuhi bersama. Meskipun tidak ada perjanjian tertulis, sehingga aturan-
aturan informal tersebut menjadi norma yang berkembang dan dilaksanakan
bersama-sama seperti saling memberi, saling percaya, dan adanya jaringan
sosial. Teori yang digunakan untuk menganalisa menggunakan Putnam dan
Fukuyama sebagai landasan teori penelitian tersebut.
Ketiga, jurnal milik Raisya Nur Pratisthita, Mumun Munandar, dan
Siti Homzah program Magister Manajemen dan Pembangunan Peternakan
Universitas Padjajaran dengan judul Peran Modal Sosial Dalam Menunjang
Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus Di Kelompok 3 TPK
Pulosari Pangalengan). Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif
7
kualitatif dengan objek penelitian adalah modal sosial dan dinamika
kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan dengan teknik purposive sampling.
Konsep modal sosial yang dipakai milik Fukuyama. Pada pembahasan terlihat
bahwa modal sosial dalam kelompok tersebut sudah cukup baik dengan
adanya kepercayaan yang baik antara sesama anggota dalam kelompok,
ditandai dengan seringnya mereka berbagi pikiran dalam masalah yang
dihadapi. Pertisipasi anggota dalam setiap kegiatan cukup baik. Rasa timbal
balik yang terjadi dalam kelompok dirasakan anggota sebagai hukum alam,
pertolongan yang mereka dapatkan karena mereka juga suka menolong
anggota lain. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok ialah
meningkatkan interaksi atau kerjasama dalam kelompok meningkatkan fungsi
dan tugas di dalam kelompok.
Keempat, yaitu jurnal milik Heni Nopianti dan Nia Elvina Jurusan
Sosiologi Universitas Bengkulu dengan judul Modal Sosial Pada Komunitas
Nelayan di Pulau Baai (studi pada nelayan di kelurahan sumber jaya
kecamatan kampung melayu Kota Bengkulu). Metode yang digunakan yaitu
kualitatif dengan pengumpulan data melalui teknik wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi dengan teknik snowball sampling dalam memilih
informan untuk diwawancarai.
Analisis data dilakukan secara simultan bersamaan dengan proses
pengumpulan data dengan menggunakan teknik analisis yang lazim berlaku
dalam penelitian kualitatif yang meliputi pengujian, pemilihan, kategorisasi,
8
evaluasi, membandingkan, melakukan sintesa dan merenungkan kembali data
yang dilakukan secara berulang untuk membangun inferensi-inferensi,
menguji kembali dan kemudian menarik kesimpulan. Hasil data temuan
menunjukan bahwa segi tiga pilar modal sosial yaitu saling percaya, pranata,
dan jaringan sosial dengan berbagai komponen di dalamnya secara bersama-
sama dapat membangun kelompok madani dalam komunitas nelayan. Inter
relasi ketiga pilar modal tersebut akhirnya akan bermuara pada sifat
hubungan saling percaya antar individu dalam kelompok atau kelompok
dengan kelompok.
Terdapat beberapa persamaan dalam ke empat penelitian di atas yaitu
dari segi metode penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Penelitian
tersebut membahas mengenai sebuah kelompok baik yang bergerak dalam
bidang industri, ekonomi, peternakan, dan nelayan. Penelitian ini memiliki
kesamaan fokus seperti Jurnal milik Veranita, Ichsan Pramatya dan Raisya
Nur Pratisthita dalam melihat modal sosial yang terbentuk dan peran modal
sosial bagi suatu kelompok yang dijadikan subjek penelitian. Berbeda dengan
jurnal milik Heni Nopianti dan Nia Elvina yang berfokus pada relasi dari tiga
pilar modal sosial. Hasil dari keseluruhan penelitian tersebut menunjukan
adanya nilai modal sosial yang terbentuk seperti munculnya kepercayaan,
jaringan, serta norma yang berdampak baik bagi perkembangan setiap
kelompok.
9
Perbedaan dengan ke empat penelitian di atas yaitu dari segi
penggunaan konsep modal sosial. Penelitian yang akan dilakukan
menggunakan konsep modal sosial Francis Fukuyama sebagai dasar dari
analisa. Penelitian milik Veranita, Ichsan Pramatya dan Raisya Nur Pratisthita
menggunakan lebih dari satu tokoh dalam menganalisa modal sosial yaitu
Putnam, Fukuyama, dan Coleman. Dalam pemilihan konsep modal sosial,
penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Raisya Nur Pratisthita, Mumun Munandar, dan Siti Homzah yaitu
menggunakan pemikiran Francis Fukuyama mengenai modal sosial.
Dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan. Meskipun penelitian ini dengan penelitian milik Raisya Nur
Pratisthita, Mumun Munandar, dan Siti Homzah memiliki kesamaan dari segi
teori dan fokus penelitiannya, akan tetapi berbeda dari segi subjeknya
sehingga penelitian ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Meskipun memiliki perbedaan, ke empat
penelitian tersebut tetap menjadi acuan dalam penelitian ini karena dalam
penelitian ini akan sama-sama menjelaskan bagaimana sebuah modal sosial
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan bagi kelompok dan masyarakat.
E. Kajian Teoritis
1. Modal Sosial
Banyak tokoh yang membahas mengenai modal sosial seperti
Putnam, Coleman, dan Francis Fukuyama. Bourdieu dalam John Field
10
menyatakan bahwa modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual, atau
maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena
memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan
dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalkan (2010:23).
Pemikiran dari Bourdieu mengenai modal sosial tidak terlepas dari Marxis
yang dimana melihat aset sumber daya adalah milik dari kelas sosial atas,
seperti yang dinyatakan oleh John Field bahwa Bourdieu meletakan
pendekatan ini pada satu arah, melihat modal sosial sebagai aset yang
dimanfaatkan oleh kelompok elite, khususnya mereka yang memiliki
modal finansial dan/atau modal budaya terbatas, seperti bangsawan
Prancis dalam menjalani profesinya (2010:65).
Putnam dalam Damsar menyatakan bahwa modal sosial sebagai
jaringan-jaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul diantara para
anggota perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk
manfaat bersama (2009:210). Definisi lain mengenai modal sosial
dinyatakan oleh Fukuyama (2001) melihat modal sosial sebagai norma
informal yang bisa cepat mendukung kerjasama antara individu-individu
dan norma informal itu berupa timbal balik antara dua orang atau lebih
yang didasarkan pada rasa kepercayaan (trust). Dari definisi tersebut dapat
dilihat bahwa Putnam dan Fukuyama berada pada tingkatan yang makro.
Francis Fukuyama dalam melihat modal sosial berfokus pada tingkah laku
dan sikap dengan ukuran penelitiannya berupa trust, norma, dan nilai.
11
Berdasarkan penjelasan mengenai modal sosial dari tokoh tersebut,
maka penulis memilih modal sosial Fukuyama sebagai dasar dari analisis
dari penelitian yang dilakukan. Pemilihan tersebut atas dasar pertimbangan
adanya relevansi antara data yang ditemukan di lapangan dengan konsep
modal sosial yang dirumuskan oleh Francis Fukuyama.
Berbicara tentang norma, Fukuyama melihat norma informal
sebagai faktor penting yang bisa cepat mendukung sebuah kerjasama yang
dilakukan antara dua orang atau lebih. Kerjasama tersebut bisa berupa
kerjasama dalam bidang ekonomi dan sosial. Sosial dalam artian
berorientasi pada kemajuan dan pengembangan masyarakat. Iklim
kerjasama yang baik akan mengedepankan sebuah timbal balik yang
seimbang antar kedua belah pihak agar kepercayaan yang terjalin semakin
menguat.
Dalam karya lainya, Francis Fukuyama (2002) melihat modal
sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang
dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang
memungkinkan terjalinya kerja sama diantara mereka, modal sosial dapat
digunakan untuk mencermati :
a. Hubungan sosial, merupakan bentuk komunikasi bersama
melalui hidup berdampingan sebagai interaksi antar individu.
b. Adat dan nilai budaya lokal yang menjunjung tinggi
kebersamaan, kerja sama, dan hubungan sosial dalam
masyarakat
c. Toleransi merupakan salah satu kewajiban moral yang harus
dilakukan setiap orang ketika berada/hidup bersama orang
lain.
d. Kesediaan untuk mendengar berupa sikap menghormati
pendapat orang lain.
12
e. Kejujuran menjadi salah satu hal pokok dari
keterbukaan/transparansi untuk kehidupan lebih demokratis.
f. Kearifan lokal dan pengetahuan lokal sebagai pendukung
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
g. Jaringan sosial dan kepemimpinan sosial yang terbentuk
berdasar kepentingan/ketertarikan individu secara
prinsip/pemikiran dimana kepemimpinan sosial terbentuk
dari kesamaan visi, hubungan personal atau keagamaan.
h. Kepercayaan merupakan hubungan sosial yang di bangun
atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki bersama.
i. Kebersamaan dan kesetiaan berupa perasaan ikut memiliki
dan perasaan menjadi bagian dari sebuah komunitas.
j. Tanggung jawab sosial merupakan rasa empati masyarakat
terhadap upaya perkembangan lingkungan masyarakat.
k. Partisipasi masyarakat berupa kesadaran diri seseorang untuk
ikut terlibat dalam berbagai hal berkaitan dengan diri dan
lingkungan.
l. Kemandirian berupa keikutsertaan masyarakat dalam
pengambilan keputusan (h.42-45).
Fokus pada penelitian ini untuk mencermati adanya hubungan
sosial yang terjalin di dalam maupun di luar kelompok, adat dan nilai,
jaringan, dan kepercayaan. Kepercayaan merupakan komponen yang
penting dalam proses kerjasama antar jaringan serta individu. Selain itu,
dalam hubungan kerjasama sangatlah dibutuhkan sebuah norma dalam
mengikat sebuah hubungan agar tidak timbul hal-hal yang dapat
menimbulkan prasangka curiga dan konflik. Kepercayaan adalah sebuah
pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku
normal, jujur, dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki
demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu (Fukuyama, 1995).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa kepercayaan
kita dapatkan ketika kejujuran diterapkan dalam hubungan kerjasama
dengan timbal balik yang baik diantara kedua pihak atau lebih. Fukuyama
13
(1995) melihat trust bermanfaat bagi penciptaan ekonomi unggul karena
bisa diandalkan untuk mengurangi adanya biaya (cost). Bagi masyarakat
high trust, mereka memiliki solidaritas komunal yang tinggi yang
mengakibatkan rakyat mau bekerja mengikuti aturan yang berlaku
sehingga dapat memperkuat rasa kebersamaan diantara mereka. Sementara
masyarakat dengan low-trust dianggap lebih inferior dalam perilaku
kolektifnya sehingga apabila hal itu terjadi maka negara dibutuhkan dalam
kapasitasnya untuk membimbing masyarakat (Francis Fukuyama,1995).
Kesuksesan sebuah kelompok tergantung bagaimana kelompok
tersebut dalam menjalin kerjasama dengan banyak jaringan. Menurut
Fukuyama jaringan adalah sekelompok orang yang memiliki norma-norma
atau nilai-nilai informal disamping norma-norma atau nilai-nilai yang
diperlukan untuk transaksi biasa di pasar (2005:245). Norma formal yang
biasa dilakukan dalam hubungan kerjasama maupun pada saat proses
transaksi tidak cukup dalam membentuk jaringan, norma informal juga
dibutuhkan sebagai nilai lebih dalam mengikat transaksi.
Fukuyama (2002) melihat jaringan sosial dan kepemimpinan sosial
yang terbentuk berdasarkan adanya kepentingan atau ketertarikan individu
secara prinsip maupun pemikiran dimana kepemimpinan sosial terbentuk
dari kesamaan visi dan juga hubungan personal atau keagamaan.
Kepentingan atau ketertarikan individu secara prinsip dan pemikiran yang
sama dalam kelompok Sale Lestari yaitu bagaimana menciptakan peluang
usaha yang dapat membantu masyarakat pada kelas menengah ke bawah
14
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk diproses menjadi
barang dengan nilai ekonomis yang dapat membantu meringankan biaya
hidup masyarakat. Dari kesamaan prinsip dan pemikiran itulah maka
terjadilah kerjasama atau bisa dikatakan terciptanya sebuah jaringan.
Pendapat lain mengenai jaringan dinyatakan oleh Lawang dalam Damsar
(2009) yaitu :
a. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang
dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan
sosial diikat dengan kepercayaan. kepercayaan itu
dipertahankan oleh norma yang mengikat dua belah pihak.
b. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui
media hubungan sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja
bersama-sama.
c. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang
terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama,
dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.
d. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat
berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka
keseluruhan jaring itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai
simpul itu diperbaiki.
e. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat
dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya tidak
dapat dipisahkan.
f. Ikatan atau pengikut (simpul) adalah norma yang mengatur
dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara
dan dipertahankan (h.157-158).
Tidak hanya trust dan jaringan, terdapat unsur lainya dalam modal
sosial yaitu sebuah norma. Norma memiliki peran dalam menjaga sikap-
sikap para anggotanya agar tidak mengarah pada perilaku yang tidak
diharapkan. Norma tidak bisa muncul langsung namun harus dibangun dan
dikembangkan dari sejarah kerjasama yang terdahulu kemudian diterapkan
sebagai dukungan dalam proses bekerjasama (Francis Fukuyama, 1995).
15
Norma tidak bisa terbentuk secara tiba-tiba namun melalui proses
yang panjang dimana ketika kerjasama terbangun dan semakin
berkembang seiring dengan interaksi yang terjadi. Menurut Damsar dan
Indrayani bahwa norma dipahami sebagai aturan main bersama yang
menuntun perilaku seseorang (2009:216). Dalam setiap tindakan yang
dilakukan harus sesuai dengan ketentuan dan aturan yang digunakan
sebagai acuan untuk mengendalikan tingkah laku kita agar dapat
menunjang proses kerjasama berjalan lancar. Norma dihasilkan dari
konsensus bersama yang kemudian harus di taati dan diterapkan oleh
anggota dari kelompok tersebut demi kelancaran proses kerjasama.
Manusia pada dasarnya merupakan mahluk rasional yang
mempertimbangkan untung dan rugi pada setiap tindakan yang
dilakukannya. Kerjasama yang menguntungkan akan memunculkan
kerjasama selanjutnya dengan harapan keuntungan yang sama dan
munculah norma sebagai aturan main bersama yang harus dijaga.
2. Masyarakat
Definisi mengenai masyarakat sudah banyak di bahas oleh banyak
tokoh dan salah satunya adalah Paul B. Horton dalam Usman Kolip dan
Elly M. Setiadi menyatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama cukup lama, mendiami
wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan
sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut (2011:36). Definisi lain
mengenai masyarakat dinyatakan oleh Koentjaraningrat bahwa kesatuan
16
hidup manusia yang berinteraksi sesuai sistem adat-istiadat tertentu yang
bersifat berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(2003:122).
Terdapat beberapa syarat dalam membentuk masyarakat menurut
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2011) yaitu :
a. Terdapat sekumpulan orang
b. Bermukim di wilayah tertentu dalam jangka waktu yang
relatif lama
c. Akibat dari hidup di tempat tertentu dalam jangka waktu
yang lama tersebut akhirnya menghasilkan pola-pola
kelakuan yang sering disebut kebudayaan, seperti sistem
nilai, sistem ilmu pengetahuan, dan benda-benda material
(h.38).
Apabila semua syarat sudah dipenuhi, maka dapat dikatakan
sebagai suatu masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku pada
masyarakat tersebut. Konteks masayarakat yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu masyarakat asli kota Pacitan yang berada di desa
Sirnoboyo Krajan yang sudah hidup menetap bersama dengan waktu yang
cukup lama dan tentunya termasuk dalam anggota kelompok ekonomi Sale
Lestari.
Di dalam masyarakat terdapat suatu kelompok-kelompok yang
dibentuk memiliki tujuan yang berbeda-beda satu sama lain. Kelompok
sosial adalah manusia yang hidup bersama dalam satu kesatuan dan adanya
hubungan diantara mereka. Hubungannya dapat berupa saling
mempengaruhi dan timbal balik diantara mereka dengan sebuah kesadaran
untuk saling tolong-menolong (Soejono Soekanto, 2006).
17
Kelompok sosial yang dimaksud disini adalah kelompok Sale
Lestari yang berada di kota Pacitan yang bergerak pada produksi sale
pisang anggur yang kemudian dipasarkan di kota Pacitan hingga di
distribusikan keluar kota. Di dalam kelompok tersebut, mereka mengenal
satu sama lain dengan di ikat oleh hubungan yang sangat erat dan dengan
pengaruh akan sadarnya tolong-menolong, mereka tidak segan untuk
menolong anggota kelompok apabila ada yang mendapat kesulitan atau
musibah. Kelompok Sale Lestari adalah kelompok yang berorientasi pada
sektor ekonomi dimana mereka memiliki tujuan bersama untuk bisa
meningkatkan kualitas hidup dengan diiringi peningkatan dalam hal
ekonomi.
Definisi peningkatan yaitu adanya kenaikan derajat taraf dan
sebagainya mempertinggi memperhebat produksi dan sebagainya (Peter
Salim dan Yeni Salim, 1995). Diharapkan pada nantinya kelompok
ekonomi Sale Lestari ini dapat menaikan derajat dan taraf hidup bagi
anggota kelompok tersebut. Dengan adanya kenaikan taraf hidup nantinya
diharapkan juga dapat menambah dan meningkatkan jumlah produksi sale
pisang anggur yang di produksi setiap anggota kelompok Sale Lestari.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Menurut Creswell, metode penelitian kualitatif merupakan
18
sebuah proses penyelidikan untuk memahami suatu masalah sosial atau
manusia, didasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang
dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara
terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah (1998:15). Syarifudin
Hidayat dan Sedarmayanti memiliki pandangan berbeda mengenai
penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa penelitian untuk
mengungkap gejala holistik-kontekstual menjadi pengumpulan data dari
latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kunci
(2011:200).
Metode ini dipilih karena dalam penyusunan skripsi, penulis
membutuhkan sebuah informasi yang akurat serta dapat lebih mendalami
sebuah permasalahan yang sedang digali oleh peneliti. Menurut Wiratna,
penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian
tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi
organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain (2014:6).
Menurut Wiratna menyatakan bahwa studi kasus merupakan
penelitian tentang manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun
individu), peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian ini
mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang
diteliti (2014:22). Dengan adanya studi kasus dapat mempermudah
peneliti mendalami sebab dan tujuan bergabungnya masyarakat menjadi
anggota kelompok Sale Lestari.
19
Menurut Robert K. Yin menambahkan bahwa metode studi kasus
tepat digunakan ketika permasalahan yang diangkat di dalam penelitian
berkenaan mengenai masalah-masalah kekinian (2006:1). Fenomena sale
pisang anggur merupakan fenomena kekinian dimana masyarakat belum
mengenal bentuk dari sale pisang anggur itu sendiri yang dijadikan sebagai
mata pencaharian bagi beberapa masyarakat sebagai wujud dari inovasi di
bidang makanan tradisional.
2. Subjek dan Lokasi penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun Krajan
Desa Sirnoboyo yang menjadi anggota kelompok Sale Lestari. Hal
ini senada dengan yang dinyatakan oleh Wiratna yaitu mengenai
sampling purposive yaitu teknik penentuan sample dengan
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu (2014:72). Dengan
pemilihan subjek yang memenuhi kriteria diharapkan bisa menggali
informasi dan mendapatkan data penelitian secara valid.
Dalam proses seleksi, diperlukan kriteria-kriteria khusus bagi
subjek penelitian. Penelitian ini difokuskan pada anggota kelompok
Sale Lestari dengan kriteria : (1) subjek penelitian merupakan
anggota kelompok Sale Lestari, (2) subjek penelitian telah
bergabung sebagai anggota kelompok Sale Lestari minimal satu
tahun. Unit analisis yang diteliti adalah modal sosial yang dimiliki
20
oleh kelompok Sale Lestari dan manfaat yang dirasakan oleh
anggota kelompok Sale Lestari.
Informan yang akan diwawancarai berjumlah 11 orang yang
terdiri dari :
Tabel 1.1 Responden Wawancara Kelompok Sale Lestari
No Nama Jabatan Waktu bergabung
1 Katmiyati Anggota 2009
2 Aning Anggota 2009
3 Ratih Indriyani Sekertaris 2013
4 Sulastri Bendahara 2007
5 Sri Anggota 2008
6 Erna Anggota 2013
7 Siti Anggota 2005
8 Yanto ketua pendiri
Tabel 1.2 Responden Validitas Data
No Nama Profesi Awal kerjasama
1 Puri Penjaga toko Awal 2016
2 Winarni Penjual pisang 2004
3 Fery Agen travel 2010
Sumber : hasil data wawancara
b. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di wilayah desa Sirnoboyo
Krajan RT 03/04, Kecamatan Pacitan, Jawa Timur. Alasan memilih
desa tersebut karena mayoritas anggota kelompok Sale Lestari
21
adalah masyarakat yang tinggal di dusun Krajan dan masih aktif
dalam memproduksi sale pisang anggur. Selain itu, seluruh kegiatan
kelompok Sale Lestari juga dilaksanakan di dusun tersebut sehingga
bisa didapatkan hasil data yang akurat dan relevan.
3. Jenis dan teknik pengumpulan data
Terdapat dua jenis data yang pada nantinya akan digunakan
sebagai sumber yaitu data primer dan sekunder. Menurut Wiratna (2014)
berdasakan sumbernya, data dibagi menjadi :
a. Data primer : data yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil
wawancara peneliti dengan nara sumber.
b. Data sekunder : data yang didapat dari catatan, buku, majalah
berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan
pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan
lain sebagainya (h.73-74).
Untuk data primer pada penelitian ini hanya menggunakan dari
hasil wawancara peneliti dengan narasumber dan data sekunder sebagai
pendukung dari data primer. Teknik-teknik yang digunakan dalam
memperoleh data yang relevan dan akurat yaitu :
a. Observasi
Menurut Syarifudin Hidayat dan Sedarmayanti menyatakan
bahwa observasi atau pengamatan dianggap suatu teknik atau
metode yang mudah, padahal apabila observasi atau
pengamatan ini dilakukan dengan baik dan cermat dan disertai
dengan peneliti yang mempunyai atau menguasai teori yang
22
cukup banyak, maka teknik ini dapat memberi gambaran
kondisi yang memuaskan, artinya memberi gambaran yang
menyeluruh dan apa adanya (2011:74).
Seperti yang dinyatakan oleh Wiratna bahwa observasi
partisipasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan dimana peneliti terlibat dalam keseharian
informan (2014:33). Observasi akan dilakukan di wilayah kota
Pacitan tepatnya di dusun Krajan desa Sirnoboyo RT 03/04
dengan jumlah anggota keseluruhan 11 orang. Pengamatan
yang dilakukan meliputi kegiatan para anggota mulai dari
proses produksi sale pisang anggur dan penyetoran kepada
ketua untuk di distribusikan kembali baik kedalam maupun
keluar daerah.
b. Wawancara
Pada umumnya wawancara digunakan sebagai media dalam
memperoleh informasi dan bisa sebagai pembuktian terhadap
informasi dan isu yang sedang diteliti. Wiratna menyatakan
bahwa wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang
diangkat dalam penelitian (2014:31). Dalam proses wawancara
juga tidak dilakukan sembarangan, narasumber yang dipilih
23
harus sesuai dengan kriteria tertentu agar data yang diperoleh
bisa relevan dan akurat.
Kriteria dalam pemilihan narasumber minimal sudah
bergabung selama 1 tahun dan tentunya anggota kelompok
Sale Lestari dan validasi data membutuhkan tiga sumber yaitu
dari pihak agen travel, penjaga toko, dan penjual pisang.
Wawancara akan berfokus pada bagaimana sejarah kelompok
Sale Lestari terbentuk, modal sosial yang terdapat pada
kelompok tersebut, dan juga peran modal sosial itu sendiri bagi
kelompok Sale Lestari.
Jenis wawancara yang akan digunakan yaitu wawancara
terarah (guided interview) seperti yang dinyatakan oleh
Wiratna yaitu peneliti menanyakan kepada subyek yang diteliti
berupa pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan pedoman
yang disiapkan sebelumnya (2014:32).
c. Studi Dokumen
Studi Dokumen menurut Wiratna yaitu metode
pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta dan data
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian
besar berbentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya (2014:33). Selain
dari wawancara dan observasi, pengumpulan data juga
didapatkan dari jurnal kegiatan kelompok Sale Lestari dan juga
24
arsip foto yang dimiliki kelompok tersebut yang diharapkan
dapat menambah informasi terhadap penelitian yang sedang
dilakukan.
4. Metode analisis data
Setelah semua data yang diperlukan sudah terkumpul, selanjutnya
penulis akan menganalisa data tersebut dengan cara mengambil
kesimpulan dari temuan yang ada di lapangan dengan mengumpulkan
seluruh data baik berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
didapatkan langsung dari narasumber yang nantinya akan menghasilkan
sebuah kesimpulan atau juga berupa ide pokok dari penelitian ini.
Menurut Miles dan Faisal dalam Wiratna (2014) bahwa analisis
data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data
dengan alur tahapan sebagai berikut :
a. Reduksi data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data
yang tereperinci. Laporan tersebut disusun berdasarkan data yang
diperoleh kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang
pokok, dan difokuskan pada hal-hal yang penting.
b. Penyajian data yang diperoleh dikategorikan menurut pokok
permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga
memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data
dengan data lainya.
25
c. Penyimpulan dan verifikasi, kegiatan penyimpulan merupakan
langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data.
Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas,
tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan
memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu diverifikasi.
Teknik yang dapat digunakan adalah triangulasi sumber data dan
metode, diskusi teman sejawat, dan pengecekan anggota.
d. Kesimpulan akhir, diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara
yang telah diverifikasi. Kesimpulan final diharapkan dapat
diperoleh setelah pengumpulan selesai.
26
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran umum desa Sirnoboyo Krajan, Pacitan, Jawa Timur.
Asal muasal nama Pacitan berasal dari bahasa jawa yaitu
Pacewetan, Pace dan Wetan. Pace adalah salah satu nama buah, sedangkan
Wetan adalah arah angin yang berarti timur. Didalam referensi lain juga
disebutkan bahwa kata Pacitan berasal dari kata Pacitan yang berarti
camilan, yaitu berupa makanan ringan atau makanan kecil yang tidak
sampai mengenyangkan perut. Fakta ini menjadi alasan cukup logis
mengingat bahwa kondisi daerah Pacitan merupakan daerah minus,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya tidak sampai
mengenyangkan, artinya tidak bisa lebih, atau dengan kata lain adalah pas
– pasan (www.pacitanku.com).
Walaupun daerah Pacitan merupakan daerah minus, tetapi Pacitan
memiliki potensi alam yang prospektif dijadikan sebagai daerah pariwisata
dengan daya tarik seperti gua, sungai, dan juga pantai yang memiliki
keindahan tersendiri. Perlu digaris bawahi yaitu penggunaan perumpanaan
minus disini adalah keadaan topografi yang berupa daerah pegunungan
dengan tipe tanah kapur dan dekat dengan pesisir pantai sehingga sukar
untuk digunakan untuk berkebun dan hanya tanaman tertentu yang bisa
tumbuh.
27
Objek penelitian dipusatkan pada Dusun Krajan yang berada di
wilayah administrasi Desa Sirnoboyo. Hasil data observasi dan wawancara
dengan perangkat desa mengenai wilayah desa tersebut adalah :
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Sirnoboyo Dusun Krajan Bulan
September 2016
No Desa Wanita Pria Jumlah
1 Krajan 524 529 1.053
2 Suruhan 693 667 1.360
3 Mendole 237 247 484
4 Ngemplak 755 745 1.500
Sumber : Balai Desa Sirnoboyo
Penelitian ini berfokus pada dusun Krajan karena di dusun tersebut
terdapat kelompok Sale Lestari yang menjadi subjek penelitian. Selain itu
terdapat data mengenai pendidikan warga Desa Sirnoboyo yaitu :
Tabel 2.2 Jumlah Pendidikan Masyarakat Desa Sirnoboyo
No Jenis Pendidikan Jumlah
Pria Wanita
1 Play Group 25 36
2 Tk 91 98
3 Sd 359 382
4 SMP 331 325
5 SMA 690 731
6 D1 51 52
7 D2 43 39
8 D3 32 37
9 S1 53 48
10 S2 5 1
11 Tidak tamat sekolah 32 30
Sumber : Data Balai Desa Sirnoboyo
28
Mayoritas pendidikan warga desa Sirnoboyo yaitu SMA dengan
jumlah 1.421 jiwa. Hanya sedikit dari lulusan SMA yang melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi mulai dari D1 sampai pada S2. Masyarakat
Desa Sirnoboyo Krajan mayoritas memeluk Agama Islam dan hanya
beberapa saja yang menganut agama lain. Hal ini ditunjukan dengan data
yang bersumber pada Balai Desa Sirnoboyo menunjukan bahwa jumlah
pemeluk agama Islam pria berjumlah 2.192 jiwa dan perempuan 2.215
jiwa. Sedangkan agama Kristen pria berjumlah 2 orang dan perempuan 2
orang.
Desa Sirnoboyo Krajan memiliki luas wilayah yaitu 163,195 hektar
dengan warna tanah abu-abu dengan tinggi dari permukaan 4-5 Mdpl
(meter diatas permukaan laut) dan batas wilayah berdasarkan hasil yang
diperoleh dari balai desa Sirnoboyo yaitu :
a. Utara = Desa Arjowinangun Kec. Pacitan, Kab. Pacitan.
b. Selatan = Desa Kembang
c. Timur = Desa Kayen dan Sukoharjo
d. Barat = Kel. Baleharjo dan Desa Arjowinangun
Keadaan topografi Desa Sirnoboyo yaitu persawahan dan juga di
kelilingi bukit-bukit dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari pesisir laut.
Kondisi tersebut membuat beberapa warga berprofesi sebagai nelayan dan
petani. Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Desa Sirnoboyo
menunjukan bahwa jumlah petani pria berjumlah 369 orang dan
perempuan 41 orang, serta jumlah nelayan yang di dominasi para pria
29
berjumlah 184 orang dan tidak sedikit juga yang memilih untuk beternak
karena lingkungan desa yang masih sangat terjaga dan berlimpahnya
sumber makanan menjadi pertimbangan bagi mereka untuk beternak.
Jumlah warga yang beternak mencapai 251 orang untuk pria dan wanita
berjumlah 10 orang. Berikut ini adalah data lengkap mengenai pekerjaan
warga desa Sirnoboyo :
Tabel 2.3 Jumlah Pekerja Desa Sirnoboyo
No Pekerjaan Pria Wanita Jumlah
1 Petani 369 41 410
2 Buruh 24 18 42
3 Buruh migran 1 12 13
4 PNS 79 61 140
5 PRT 42 148 190
6 Pedagang keliling 86 221 307
7 Peternak 251 10 261
8 Nelayan 184 0 184
9 Montir 20 0 20
10 Pensiunan 55 38 93
11 Pengusaha 7 1 8
12 Karyawan 9 0 9
13 Arsitek 2 0 2
14 Seniman 3 2 5
15 Dosen 4 0 4
16 Pengobatan alternatif 17 2 19
17 Polisi 12 0 12
18 TNI 3 0 3
19 Perawat swasta 2 6 8
20 Bidan swasta 0 2 2
21 Dokter swasta 1 0 1
Sumber : Balai Desa Sirnoboyo
Pekerja yang dominan terdapat di Desa Sirnoboyo yaitu pedagang
keliling, PRT (pembantu rumah tangga), nelayan, peternak, dan petani.
Terdapat salah satu home industri yang terdapat di desa Sirnoboyo yaitu
30
bergerak pada sektor produksi sale anggur. Dusun Krajan memiliki 2
kelompok yang memproduksi sale pisang anggur yaitu kelompok Sale
Lestari dan kelompok yang terdiri dari satu keluarga yang bekerja sama
dengan salah satu toko yang ada di kota Pacitan yaitu Sari Rasa.
Gambar 2.1 Peta Desa Sirnoboyo
Sumber : http//2.bp.blogspot.com.
B. Kelompok Sale Lestari
Kelompok Sale Lestari merupakan sebuah kelompok padat karya
yang bergerak pada sektor produksi sale pisang yang dibentuk menyerupai
anggur. Sejarah awal hingga terbentuknya kelompok ini belum diketahui
secara pasti tanggal dan bulannya, tetapi sejarah awal terbentuknya pada
tahun 1989 yang diprakarsai oleh ibu Mursiyati yang tinggal di Dusun
Krajan dan dibawah bimbingan oleh BKKBN serta dibuatkan logo sebagai
31
ciri dari usaha yang dimiliki bu Mursiyati. Pada tahun tersebut, ibu
Mursiyati berjualan sale pisang goreng yang di titipkan pada warung-
warung sekitar dusun tersebut.
Gambar 2.2 Logo Kelompok Sale Lestari
Sumber : Kelompok Sale Lestari
Setelah ibu Mursiyati meninggal, usaha yang sudah dibangun sejak
lama tersebut diteruskan oleh anaknya yaitu bapak Yanto yang kemudian
setelah berjalannya waktu memutuskan untuk membentuk kelompok Sale
Lestari pada tahun 2005. Seperti yang dikatakan oleh Yanto sebagai ketua
kelompok Sale Lestari :
“Awalnya itu hanya spesifik di sale goreng itu berdiri 1989 yang
pembuat almarhum ibu saya..terus berjalanya waktu 2005, kita
produksi sale anggur juga terus ada sale goreng biasa, ada sale
press dan sale kipas yang dulu bentuknya seperti kipas pada saat itu
dan di bimbing bkkbn sampai logo dibuatkan oleh mereka“ (hasil
wawancara tanggal 30/09/2016).
32
Berdasarkan hasil penelusuran dan wawancara, sale pisang anggur
merupakan hasil kreasi dari warga Sirnoboyo yang kemudian di
perkenalkan kepada masyarakat, kemudian berkembang seiring dengan
kebutuhan pasar seperti yang dinyatakan oleh Yanto :
“Kalo itu..itu sih kreasi ajah dari temen-temen waktu itu di pacitan,
sirnoboyo..tapi bukan di krajan sana..untuk yang anggurnya..kalo
dulu awalnya anggur itu ada yang warna-warna sama yang satu itu
sale nya itu enggak dikasih kertas kobot jadi sale nya keliatan dari
luar....dan itu juga ga dikasih daun..itu polosan dan langsung
dikasih label..tapi kelemahanya gabisa bertahan lebih lama karena
plastik yang membungkusnya rangkep satu dan dua..dan isinya
hanya 12 bulatan..kalo sale yang anggur yang warna itu isinya 13
tapi ukuranya lebih kecil “ (hasil wawancara tanggal 30/09/2016).
Sale pisang anggur yang dimaksudkan adalah kreasi sale pisang
yang dibentuk bulat lalu kemudian bulatan sale pisang tersebut disatukan
menyerupai anggur yang jumlah nya bervariasi ada yang 9,12, dan 13
bulatan dalam satu sale pisang anggur. Untuk proses pembuatan sale tidak
bisa di tentukan karena sepenuhnya bergantung kepada cuaca. Jika cuaca
bagus, maka pembuatan sale bisa dikerjakan hanya dalam 5 hari.
Katmiyati menyatakan bahwa :
“Kalo proses untuk dari awal sampe jadi itu sekitar 5 hari. Karena
awal proses yaitu ngerajang, ngeler, dijemur sehari, dibalik dan
dijemur kembali selama satu hari, lalu ngelintingi, kemudian di
pelintisi, dan di odoti sekalian di hias dengan daun agar terlihat
menarik “
“Kalau proses untuk dari awal sampai jadi itu sekitar 5 hari.
Karena awal proses yaitu di iris, dijemur, dijemur sehari, dibalik
dan dijemur kembali selama satu hari, lalu di bungkus, kemudian di
lipat, dan di tarik sekalian di hias dengan daun agar terlihat
menarik.” (wawancara tanggal 23/09/2016).
33
Gambar 2.3 Proses Pembuatan Sale Pisang Anggur
Sumber : Hasil Data Observasi dan Wawancara
Bahan baku utama dalam pembuatan sale pisang anggur yaitu
pisang awak yang bisa diperoleh di pasar. Mayoritas pekerjaan masyarakat
sebagai petani pisang berdampak baik bagi home industry yang
memerlukan pisang sebagai bahan baku utama. Salah satu home industry
yang terdapat di dusun Krajan yaitu kelompok Sale Lestari merasakan
manfaatnya karena mereka tidak pernah kesulitan dalam mencukupi
pasokan bahan baku.
Kelompok ini memiliki struktur keanggotaan yang jelas berjumlah
11 orang dengan bidangnya masing-masing. berikut ini adalah susunan
kepengurusan kelompok Sale Lestari :
34
Sumber : Hasil wawancara dengan Yanto tanggal 30/09/2016
Anggota dari kelompok Sale Lestari adalah wanita yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir yaitu :
Tabel 2.4 Pendidikan Terakhir Anggota Kelompok Sale Lestari
No Nama Usia Pendidikan Jabatan
1 Yanto 39 tahun S1 Ketua
2 Anik 34 tahun SLTA Wakil ketua
3 Erna 41 tahun SLTA Anggota
4 Sirus 60 tahun SLTP Anggota
5 Siti 58 tahun SLTP Anggota
6 Ana 34 tahun SLTA Anggota
7 Aning 35 tahun SMK Anggota
8 Katmiyati 42 tahun SMK PGRI Anggota
9 Sri 30 tahun SMK Anggota
10 Ratih 29 tahun SMA Sekertaris
11 Sulastri 33 tahun SMU Bendahara
Sumber : Hasil data wawancara Kelompok Sale Lestari
KETUA
SEKERTARIS
ANGGOTA
BENDAHARA
ANGGOTA
WAKIL KETUA
35
Awal perekrutan anggota kelompok Sale Lestari karena informasi
dari satu orang yang kemudian menyebar kepada warga dusun Krajan RT
03/04. Setelah itu, mereka yang bersedia untuk bergabung memiliki
komitmen yang sama yaitu untuk bekerjasama dengan membentuk
kelompok agar lebih terorganisir seperti yang dikatakan oleh Yanto :
“awalnya dari bu sirus yang meminta untuk bekerjasama hingga
akhirnya si a, b, dan c datang tanpa harus ngajak-ngajak untuk
gabung..dengan kesamaan tujuan mas dan juga untuk menambah
pendapatan keluarga akhirnya tercetuslah kelompok tersebut“ (hasil
wawancara tanggal 30/09/2016).
Pemilihan ketua dalam kelompok tersebut karena beberapa
pertimbangan yang pertama adalah pak Yanto merupakan penerus dari ibu
Mursiyati yang lebih dulu memproduksi sale pisang dan kemudian
diteruskan oleh pak Yanto sebagai pendiri kelompok, dan yang kedua
adalah dari sisi pendidikan pak Yanto yang telah menempuh gelar sarjana
sehingga dalam kapasitasnya dapat mempermudah dalam mengembangkan
dan juga mengkoordinasi para anggota untuk kemajuan bersama.
Untuk masalah izin penjualan, kelompok Sale Lestari sudah
mendaftarkannya pada badan hukum yang legal seperti PIRT (pangan
industri rumah tangga), TDP (tanda daftar perusahaan), SIUP (surat izin
usaha perdagangan), dan TDI (tanda daftar idustri). Kelompok Sale Lestari
yang notabene adalah usaha menengah kebawah masih belum memiliki
koperasi, namun sebagai penggantinya terdapat sistem simpan pinjam
yang dikhususkan untuk anggota kelompok dengan harapan dapat
membantu menutupi kebutuhan yang terdesak, seperti yang dikatakan
36
Yanto bahwa “Koperasi kita gak punya..ya hanya kelompok itu saja
seperti simpan pinjam..sementara khusus buat kelompok ajah belom
keluar” (hasil wawancara tanggal 30/09/2016).
Sale Lestari memiliki agenda bulanan yaitu arisan sale yang
bertujuan sebagai silaturahmi antar anggota. Dalam arisan tersebut
masing-masing anggota wajib menyetorkan sale sebanyak 100 buah.
Setelah terkumpul, maka yang berhak mendapatkan sale tersebut sebanyak
dua orang. Hasil yang didapatkan bukan berupa sale, tetapi uang dari
jumlah keseluruhan sale yang terkumpul kemudian mereka wajib
membayarkan untuk pemasukan kas sebanyak Rp 50.000. Rata-rata setiap
anggota menyetorkan sale mereka mencapai angka 1000-2000 buah
tergantung dari seberapa mampu mereka membuat dan mengolah pisang
tersebut.
Gambar 2.4 Acara Arisan Kelompok Sale Lestari
Sumber : Hasil Data Observasi
Sale pisang anggur bisa ditemukan pada sekitar lokasi wisata dan
juga pasar tradisional. Peminat dari sale pisang ini banyak karena selain
enak, proses pembuatanya juga sangatlah mudah sehingga bisa
37
menguntungkan karena ongkos produksinya sangatlah sedikit. Sale pisang
anggur tersebut sangat dikenal oleh masyarakat Pacitan. Keadaan iklim
kota Pacitan yang dekat dengan laut sangat mendukung dalam proses
produksi karena dibutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi pada
saat penjemuran.
Kendala yang dihadapi mereka saat ini adalah dana untuk
pengembangan usaha. Apabila mengandalkan dari kelompok saja, tentu
akan terpenuhi namun dalam jangka waktu yang lama. Maka dari itu,
kelompok ini berupaya untuk mengajukan proposal bantuan dana kepada
pemerintah daerah Pacitan dan sampai saat ini belum ada tanggapan
mengenai proposal bantuan dana tersebut.
38
BAB III
Modal Sosial Kelompok Sale Lestari
A. Produksi Sale Pisang Anggur
Pacitan merupakan salah satu lokasi kota wisata yang berada di
provinsi Jawa Timur dengan pengunjung yang berasal dari dalam maupun
luar negri. Hal ini disambut baik oleh para kelompok padat karya untuk
membuat produk oleh-oleh khas kota Pacitan salah satunya adalah
kelompok Sale Lestari. Kelompok tersebut melihat pasar penjualan sedang
bagus karena adanya peningkatan wisatawan seperti yang dinyatakan oleh
Yanto :
“Karna gini, pada saat itu permintaan pasar kan lumayan
bagus..akhirnya saya beserta temen-temen membuat kelompok
yang mana kami sama-sama produksi tetapi untuk penjualanya
tetap lewat satu pintu..sehingga quality control untuk barangnya
itu insyaAllah bisa sama..” (hasil wawancara dengan bapak
Yanto tanggal 30/09/2016)
Tentu saja untuk memenuhi permintaan pasar, Yanto dibantu oleh
anggotanya yang berjumlah 11 orang. Berbagai alasan diungkapkan
anggotanya ketika memutuskan untuk bergabung dengan kelompok Sale
Lestari, berikut beberapa anggota yang telah penulis wawancarai yaitu
Aning usia 35 tahun mengatakan “Karena lebih mudah dalam pemasaran”
(wawancara tanggal 23/09/2016).
Alasan yang sama diutarakan oleh anggota lainnya yaitu Sulastri 33
tahun mengatakan bahwa “tambah modal mas..soalnya semua sulit
mas..biar pemasaranya mudah” (wawancara tanggal 23/09/2016). Serta
39
Erna mengungkapkan hal yang sama mengenai alasan bergabung
menyatakan “biar sale yang dibuat itu ada yang menyalurkan” (wawancara
tanggal 25/09/2016).
Berbeda dengan Ratih 29 tahun yang mengungkapkan alasan
bergabung karena ketidakjelasan kerjasama dengan pihak lain sebelum
bergabung menyatakan “tadinya di Ponorogo setor sendiri..karena yang
dulu ga jelas, akhirnya ngikut ke pak yanto yang jelas setiap bulan nyetor”
(wawancara tanggal 23/09/2016).
Untuk memproduksi sale pisang anggur membutuhkan modal yang
tidak sedikit. Sebagian besar anggota kelompok memiliki modal pribadi
dan beberapa anggota kelompok memperoleh modal dengan cara
meminjam pada KUR (kredit usaha rakyat). Katmiyati meminjam pada
KUR karena suaminya tidak memiliki pekerjaan sehingga untuk modal
awal mereka kesulitan untuk mendapatkannya. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Katmiyati bahwa “modal awal kali pinjam ke KUR
(Kredit Usaha Rakyat)” (wawancara tanggal 23/09/2016). Anggota lainya
yaitu ibu Sulastri yang modal awalnya diperoleh dari KUR mengatakan
“modal awal ambil bank dari KUR..akhirnya modal sendiri” (wawancara
tanggal 23/09/2016).
Pada awal sebelum bergabung, anggota yang tergabung dalam
kelompok Sale Lestari menghadapi kendala dimana mereka sulit untuk
menyalurkan sale yang dibuatnya. Meskipun sudah bergabung dengan
40
kelompok Sale Lestari, mereka tetap saja mencoba untuk menyetor ke
tempat lain karena alasan yang berbeda-beda seperti yang dilakukan oleh
Katmiyati mengatakan :
“Ya gimana lagi mas, kalo nunggu nyetor ke ketua itu harus
nunggu 2 minggu paling cepat untuk dikasih uangnya,
sementara kan buat makan harus tiap hari. Suami saya juga ga
punya kerja, hanya membantu saya saja membuat sale pisang
anggur. Terpaksa deh saya jual ke orang lain sebagian untuk
memenuhi kebutuhan yang terdesak” (wawancara tanggal
23/09/2016).
Selain proses pembayaran yang terbilang agak lama, kendala lain
yang membuat anggota Sale Lestari menjual ke tempat lain adalah ketika
stock yang terdapat di gudang penyimpanan penuh sehingga proses
penyetoran di stop dan harus menunggu dengan lama waktu yang tidak
diketahui. Seperti yang dinyatakan oleh Sri bahwa “kalo pak Yanto
stoknya banyak dan di stop dulu, ya saya kasih orang mas biar ada
pemasukan” (wawancara tanggal 23/09/2016). Hal yang sama dirasakan
juga oleh Siti yang menyatakan bahwa “Ya kalo pak Yantonya penuh kaya
gini, ya saya kasih kesana karena harganya lumayan juga dan transport
dikasih sana” (wawancara tanggal 25/09/2016).
Keadaan tersebut mendapat tanggapan langsung dari pendiri
sekaligus ketua kelompok Sale Lestari mengenai penyetoran kepada pihak
lain seperti yang dinyatakan oleh Yanto bahwa :
“Kalau mereka jual ke lain ya aku monggo-monggo ajah..kalo
aku sih asik-asik ajah mas..aku sih lebih suka terbuka daripada
sembunyi-sembunyi..minimal aku tetep dikasih tiap bulan..itulah
namanya kebersamaan mas..” (wawancara tanggal 30/09/2016).
41
Kita bisa melihat bahwa keterbukaan satu sama lain merupakan
kunci komunikasi yang baik antar sesama anggota. Dengan komunikasi
yang baik maka akan menciptakan hubungan yang baik dalam suatu
kelompok. Dalam kelompok Sale Lestari itu sendiri mereka mempunyai
aturan yang fleksibel dan menjaga ketat quality control komoditas yang di
produksi. Seperti yang dinyatakan oleh Yanto bahwa :
“Apa yaa..sebenernya yang menetapkan peraturan itu semua
anggota mas..bukan saya hehe..aturan quality control itu
sebenarnya agar bisa sama semua produknya agar tidak ada
yang besar maupun kecil agar tidak di komplain..retur itu
termasuk aturan..sebenarnya kalau tidak banyak dan mepet, aku
bisa kerjain sendiri..tp kan repot mas akhirnya aku lempar ke
temen-temen..lalu namanya kalo ada rezeki mas kan kita bisa
nikmatin bareng-bareng..dan untuk arisan itu dibuat tiap bulan
agar kita bisa ketemu dan menyuarakan aspirasi masing-
masing..kalo mereka ga dateng, ya mereka rugi karena unek-
unek mereka tidak tersampaikan..dan misal kepepet gapapa ga
harus sale anggur, bisa di tolerir dengan manggantinya dengan
uang..jadi aturan di kita itu fleksibel dan tidak
saklek..”(wawancara tanggal 30/09/2016).
Agenda arisan bulanan awalnya dimulai pada tahun 2013 memiliki
tujuan yang baik selain sebagai wadah silaturahmi, selain itu juga sebagai
media dalam mengeluarkan aspirasi dan masukan untuk kebaikan
kelompok. Selain itu, arisan itu sendiri merupakan trik yang dibuat agar
mengurangi intensitas kritikan langsung kepada anggota khususnya yang
usianya yang lebih tua. Dengan adanya kegiatan tersebut, kebersamaan
akan semakin kuat sehingga ketika ada yang ingin merenggangkan diri,
akan di rangkul bersama-sama oleh anggota lain agar tidak terpecah dan
keluar dari kelompok seperti yang dinyatakan oleh Yanto yaitu :
42
“Kalo ada salah satu yang mau merenggangkan diri, temen-
temen malah langsung yang ngerangkul mas..kalo ada yang
melanggar dari aturan tidak tertulis, malah temen-temen yang
mengingatkan..makanya mas aku kan sering mengkritik
mereka..tapi aku pikir-pikir kan aku masih muda kok kritik yang
tua terus nanti malah kakehan dosa, jadi akhirnya temen-temen
sendiri yang mengingatkan pada saat acara arisan itu..itu trik
juga mas sebenernya hehe..intinya bisa mengingatkan dan
silaturahmi mas kelompok itu..”(wawancara tanggal
30/09/2016).
Pendapat yang sering disampaikan pada saat berkumpul adalah
mengenai harga. Pada dasarnya semua sudah sepakat dengan harga yang
sudah ditentukan. Meskipun agak rendah, mereka harus menerimanya
karena keadaan di lapangan yang tidak memungkinkan untuk memberikan
nilai harga yang tinggi. Selain itu, tidak adanya alternatif penyaluran sale
menjadi penyebab utama mereka setuju untuk menerima ketentuan yang
ada dalam kelompok Sale Lestari seperti yang dikatakan oleh Aning
bahwa “aslinya engga sih mas, tapi bagaimana lagi nanti saya ga ada
pemasukan lagi buat sehari-hari” (wawancara tanggal 23/09/2016). Selain
itu, Katmiyati mengungkapkan hal yang serupa mengenai harga yaitu
“Aslinya engga sih mas, soalnya paling murah. Tapi bagaimana lagi udah
ga pilihan lain” (wawancara tanggal 23/09/2016).
Menanggapi hal tersebut, Yanto menjelaskan bahwa keadaan di
lapangan membuat beliau mengambil keputusan tersebut untuk
memberikan harga yang tidak tinggi dan belum sempat untuk memberikan
THR (tunjangan hari raya) pada saat lebaran kepada anggotanya. Seperti
yang dikatakan oleh Yanto yaitu :
43
“Soalnya di toko rata-rata kita mau naikin 50 sampai 100 rupiah
saja, kalo ga ada event tertentu, mereka gamau atau susah..kita
kalo mau naikin sesuatu harus punya alasan yang kuat..pertama
contoh alasan yang kuat seperti BBM naik, kita punya alibi
untuk menaikan..kalo seperti sekarang jokowi menetapkan harga
bbm mengikuti harga dunia..nah itu bbm sudah tidak bisa kita
jadikan alasan menaikan harga..jadi seperti di produksi seperti
ini, bingung terus terang aku kalo mau naikin harga..mereka
gamau tau..ini ga ada event apapun, apalagi mau
lebaran..lebaran ini kan waktunya saya metik hasil saya juga
harus memberikan karyawan dia THR juga..malah ada salah
satu toko di malang itu minta satu nota loh..semua yang masuk
ke toko itu harus memberikan satu nota untuk THR ke toko itu
untuk bayar ke karyawannya..itu kebijakanya mas, kalo gamau
ngasih yaudah putus..itu kebijakan baru menjelang lebaran
kemarin..tapi akhirnya aku putus sama dia mas..makanya mas
kalo di produksi seperti saya, lebaran itu malah bukan waktu
yang baik untuk mendapat keuntungan..malah rata-rata
rugi..betul loh mas..emang kita jualnya banyak, tapi
pengeluaranya juga lebih banyak..bisa di hitung kok hehehe..itu
baru untuk pemilik toko ya mas..waktu kita kirim, kadang
karyawan toko juga minta untuk ngasih bonus ke dia..meskipun
dia buka pengambil keputusan, tapi dia ikut membantu kita
dalam penataan barang atau view di toko tersebut..kalo kita ga
baik sama dia, kan yang rugi juga kita, karena kita gabisa
kontrol tiap hari..keadaan di lapangan real nya kaya gitu
mas..”(wawancara tanggal 30/09/2016).
Jumlah produksi komoditas antara anggota yang satu dengan yang
lainnya tidaklah sama tergantung dari kemampuan mereka dalam
mengolah bahan baku tersebut seperti yang dinyatakan oleh Yanto bahwa :
“Ga tentu mas..antara yang satu dengan lainya berbeda-beda
tergantung kemampuan kan..mereka setor berapa saja pasti
diterima..kalau diambil rata-rata antara 1000-2000 buah dalam
sebulan mereka setor..” (wawancara tanggal 30/09/2016).
Setiap sale pisang anggur yang di setorkan kepada ketua di hargai
senilai Rp 1.900 per buah dan dijual kembali pada pasar dengan selisih
harga yang bervariasi dari setiap anggota senilai Rp 350.000,00 sampai Rp
44
1.200.000,00 digunakan untuk operasional kelompok dan distribusi
komoditas seperti yang dikatakan Yanto bahwa :
“Saya membeli dari temen-temen produksi itu dengan harga Rp
1.900 dan saya jual kembali dengan harga Rp 2.250 - Rp2.500
tergantung dari tokonya..selisih uang itu saya gunakan sebagai
ongkos distribusi dan operasional serta sedikit keuntungan
pribadi” (wawancara tanggal 30/09/2016).
Tabel 3.1 Harga Yang Diberikan Kepada Anggota
Kelompok Sale Lestari
No Jumlah produksi Harga Total
1 1000 1.900 1.900.000
2 2000 1.900 3.800.000
Tabel 3.2 Harga Yang Di Jual Keluar Oleh Kelompok Sale
Lestari
No Jumlah produksi Harga Total
1 1000 2.250 2.250.000
2.500 2.500.000
2 2000 2.250 4.500.000
2.500 5.000.000
Keadaan tersebut tidak menyurutkan semangat untuk tetap
produksi sebanyak-banyaknya demi mendapatkan hasil yang banyak juga.
Seluruh anggota merasakan manfaat pada sektor ekonomi setelah
bergabung dengan kelompok Sale Lestari mulai dari menambah
penghasilan suami sampai dapat merenovasi rumah. Seperti yang
diungkapkan oleh Katmiyati bahwa “ekonomi makin tercukupi karena
pemasaran lancar sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan lain seperti
renovasi rumah, keperluan sekolah, dan rumah tangga” (wawancara
tanggal 23/09/2016). Lalu Sulastri adalah anggota kelompok Sale Lestari
yang menyatakan bahwa “Lumayan mas,,kan biasanya suami njaring..jadi
45
enak bisa buat pemasukan belanja mas kalo pas sepi” (wawancara tanggal
23/09/2016). Serta informan lain yaitu Siti menyatakan bahwa :
“Ada peningkatan toh kalo ada yang nampung itu otomatis
pendapatan agak beda toh..kalo ga punya yang nampung itu kan
nyari-nyari buat yang nampung kalo di pasar kan harganya
rendah dan gabisa nampung banyak juga toh..”(wawancara
tanggal 25/09/2016).
Dalam proses produksi, pengeringan menjadi problem utama bagi
mereka. Proses pengeringan membutuhkan intensitas cahaya matahari
untuk mendapat hasil sempurna. Namun ketika musim penghujan,
pengeringan membutuhkan waktu yang semakin lama karena minimnya
cahaya matahari. Cahaya matahari sangat diperlukan ketika proses
produksi karena jika pengeringan menggunakan oven, akan menciptakan
rasa yang berbeda dan ketahanan yang berbeda pula. Penggunaan oven
hanya dilakukan ketika musim penghujan namun dampak negatifnya
adalah ongkos produksi menjadi bertambah seperti yang dinyatakan oleh
Yanto bahwa :
“Sebenarnya ketika produksi itu khususnya sale pisang yang
pertama yaitu pengeringan kan kita butuh sinar matahari..kita
memang ada oven tapi kalo kita pakai oven, itu biaya
produksinya nambah..oven itu kita pakai di finishing dan kalau
ga ada sinar matahari atau musim penghujan..”(wawancara
tanggal 30/09/2016).
Pisang yang digunakan sebagai bahan baku untuk sale dikenal
dengan nama pisang awak. Sistem pembelian pisang menggunakan sistem
jual putus. Winarni merupakan bakul pisang (penjual pisang) yang sudah
berjualan selama 15 tahun yang menjadi langganan khususnya Yanto ketua
kelompok Sale Lestari menyatakan bahwa :
46
“Kalo bahan baku itu beli di pasar itu opsi yang pertama dan
yang kedua ada pedagang-pedagang keliling dan dari petani
langsung kita beli..kalo masalah harga itu fluktuatif..harga itu
biasanya kalo pas musim panas harga itu pasti naik karena
kondisi si pohon biasanya musim kemarau itu banyak yang
mati..jadi otomatis pisang yang dihasilkan jadi sedikit sehingga
harga naik..dan kalo musim hujan, pohon banyak tapi kita
kendala di pengeringan jadi otomatis harga turun tapi di
produksinya menjadi naik ongkosnya karena untuk oven nya
itu..dan untuk pisang aku sama mbak Win
Biasanya..”(wawancara tanggal 30/09/2016).
Hal ini dibenarkan oleh Winarni yang mengatakan “Piro yo
mas..wis suwe yo wis mulai dari awal awal kui..wis tahun 2004 lah”
“berapa ya mas..sudah lama sudah mulai dari awal-awal itu..sudah dari
2004 lah”(wawancara tanggal 1/10/2016). Produksi dari Sale pisang ini
sangat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan limbah. Limbah hasil
dari produksi yaitu kulit pisang dapat digunakan sebagai makanan bagi
hewan ternak. Masyarakat biasanya memberikan limbah tersebut kepada
kambing atau biasa di sebut wedus.
Gambar 3.1 Kulit Pisang Sebagai Makanan Hewan Ternak
Sumber : hasil data observasi
Hal ini merupakan keuntungan bagi pemilik hewan ternak karena
bisa menjadi pengganti rumput ketika rumput tersebut sedang sulit di
dapatkan. Anggota kelompok Sale Lestari rata-rata memberikan limbah
47
pisangnya kepada warga yang memiliki hewan ternak kambing seperti
yang dikatakan oleh beberapa anggota yaitu Katmiyati mengatakan bahwa
“biasanya buat pakan wedus. Disini wedusnya doyan sama kulit pisang”
(wawancara tanggal 23/09/2016). Serta Ratih menyatakan hal yang sama
bahwa “Biasanya buat pakan ternak mas” (wawancara tanggal
23/09/2016).
B. Pemasaran Komoditas Kelompok Sale Lestari
Kelompok ini meraih kesuksesan tidak terlepas dari jaringan yang
dibangun oleh kelompok tersebut hingga luar kota. Persamaan ide, tujuan,
dan kebutuhan menjadi awal terjalinya sebuah kerjasama. Seperti yang
dikatakan Yanto bahwa :
“Yang pertama akan berdasarkan kesamaan tingkat kebutuhan,
yang kedua adalah kesamaan produk sehingga dengan kita
bersatu dan membuat jaringan insyaAllah bisa menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di lapangan baik masalah penjualan
maupun produksinya..”(wawancara tanggal 30/09/2016)
Terdapat 10 lebih jaringan yang sudah terbangun di daerah lain
namun terdapat beberapa daerah yang di cut (potong) penjualanya
dikarenakan ketidaksanggupan memenuhi permintaan barang yang
banyak. hal ini terjadi karena ini merupakan usaha padat karya yang
dimana seluruh proses produksi menggunakan tenaga manusia sehingga
dengan anggota yang sedikit, pemenuhan permintaan pasar menjadi sedikit
lebih lama karena waktu nya realtif sedikit. Seperti yang dinyatakan oleh
Yanto :
“Ada 10 lebih mas..ga hapal mas, yang paling hafal
temenku..madiun, ponorogo, magetan, ngawi, jombang, malang,
48
batu, lamongan, bojonegoro, cepu, solo, terus kediri..masih aktif
gak ya..kemaren sempet sampai di pasuruan, probolinggo,
banyuwangi, jember, terus banyak yang sudah saya cut seperti
yang ke ntb, bali, jakarta itu sudah berhenti sama saya..karena
gini setiap kali dia minta, kita gabisa persiapkan..kita gak bisa
mencukupi permintaan dia..katakanlah mereka minta 2000,
kadang split waktu yang kita kirim lebih dari dua minggu..lama-
lama ya malu kita mas..kalo yang dijakarta kemarin kita putus
karena temenku yang disana meninggal..akhirnya
yaudah..”(wawancara tanggal 30/09/2016).
Ide awal untuk membangun jaringan keluar kota ketika Yanto
selesai kontrak kerja dan belum mendapatkan pekerjaan sebagai
penggantinya. Setelah itu, beliau teringat dengan usaha yang dia miliki dan
berniat untuk mengembangkannya. Dengan kesamaan ide dan kebutuhan,
maka Yanto beserta temannya mulai memasarkan produknya dari toko ke
toko menggunakan mobil sebagai alat transportasi.
Strategi distribusi barangnya yaitu dengan mengincar kota yang
memiliki daerah dengan sasaran para wisatawan yang berkunjung ke
daerah tersebut. Komitmen pada saat awal kerjasama antara satu toko
dengan toko lainya memiliki perbedaan. Pemilihan toko dilakukan secara
selektif dengan evaluasi yang dilakukan setiap bulannya untuk melihat
toko yang aktif dan pasif. Ketika toko tersebut sudah tidak aktif, maka
akan di cut agar tidak mengalami kerugian. Seperti yang dikatakan Yanto
bahwa :
“Gini awalnya waktu itu kan aku ada kerja dengan uni-eropa
dan kontrak ku sudah habis..terus mau ngapain kan..tak pikir-
pikir dirumah kan ada usaha sale, kenapa gak dipasarin
keluar..akhirnya kebetulan pada saat itu ada temen juga telfon
nanya kerjaan dan nganggur juga lalu kita ketemuan di
madiun..aku bawa sample 3 item waktu itu, lalu kita diskusi dan
49
deal abis itu kita sama sama masarin..awalnya itu dari sana
mas..habis dari madiun kita langsung nyebar naik mobil dari
toko ke toko..biasanya satu kabupaten kota, itu rata-rata diambil
3, 4, atau dua..awalnya pada saat kita nawarin itu kadang 15
toko..toko mana yang aktif dan toko mana yang kurang
aktif..yang ga aktif kita cut..tiga bulan kemudian kita evaluasi
lagi dan evaluasi lagi dan akhirnya tersisa itu..kalo kita terlalu
ngambil banyak toko, pasti ada banyak sisi negatifnya, mesti
banyak retur, mesti banyak sale rusak..di produksi kan
untungnya ga banyak, kalo kita dapat pengembalian returnya
banyak, kita rugi bisa sampe kapan kita bertahan..saya ngambil
kesimpulan di satu wilayah punya toko yang bagus itu enggak
lebih dari lima..kecuali di kota Batu..karena disana kan obyek
wisata, dari objek wisata yang satu ke yang lain itu mereka
punya toko-toko yang masih ramai..jadi rata-rata yang dekat
objek wisata itu ada satu atau dua..jadi ga semua kita kasih..kalo
semua kita kasih, habis modal kita di retur terus..rata-rata kan
toko gamau ngambil langsung beli..mereka mau beli namun
resiko mereka gamau nanggung..tetep dilempar ke kita
soale..misalnya mereka beli cash 100..ada komitmen kalau ada
resiko ditanggung oleh produsen..ga ada yang beli putus..tetep
kalo ada retur pasti dikembalikan.. rata-rata mereka semua
maunya titip..barang dateng ditaroh situ trus nota satu..nanti
kalau barang dateng yang kedua baru ngambil nota yang
pertama tapi hanya separoh..lalu barang dateng ketiga kita baru
ngambil nota pertama yang sisa setengahnya plus nota yang
kedua setengahnya..itu di daerah barat..jogja ke sana..rata-rata
seperti itu tapi ga semua..itu yang separo di bayar cash, yang
separo ga di bayar untuk MOU..itu komitmen dengan
mereka..selama kita ga putus kontrak, yang separo ga akan di
bayar..dan sekarang masih berjalan..jadi kita datangkan berapa
bakal di bayar full..kalau notaku hilang, aku gabisa minta
bayar..kan dasarnya ga punya..tapi tetep kalo ada retur akan
dikembalikan..”(wawancara tanggal 30/09/2016).
Pengiriman barang keluar kota salah satunya yaitu Malang
dibenarkan oleh pihak Travel Prima Jaya yang digunakan oleh kelompok
Sale Lestari untuk pendistribusian ke daerah tersebut. Fery 27 tahun
sebagai pegawai Travel Prima Jaya menyatakan bahwa “dari kapan ya
50
aduh hehe..udah lama lah..udah tahunan..sekitar tahun 2010’an”
(wawancara tanggal 01/10/2016).
Tidak hanya diluar kota, namun Sale Lestari bekerjasama dengan
toko yang ada di daerah pacitan yaitu Pusat Oleh-Oleh Tahu Tuna dimulai
pada awal tahun 2016 dengan kesepakatan pembayaran akan diberikan jika
barang sudah terjual. Puri 25 tahun sebagai penjaga toko membenarkan
informasi tersebut dan menyatakan bahwa “bapaknya itu kan titip disini,
trus nanti setiap biasanya ramenya itu kan sabtu minggu..jadi sebelumnya
itu bapaknya nili’i (mengecek) nanti yang laku tak bayar kalo gak laku ya
tetep disini..” (wawancara tanggal 01/10/2016). Alasan penerimaan barang
tersebut karena belum ada yang memasok sale anggur ke toko tersebut.
Disamping itu, bentuk serta tampilan yang menarik menjadi bahan
pertimbangan dalam penerimaan barang tersebut.
51
BAB IV
ANALISIS MODAL SOSIAL PADA KELOMPOK SALE LESTARI
Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisis yang mengaitkan
antara hasil data penelitian di lapangan dengan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Peneliti akan menggunakan konsep Fukuyama mengenai
modal sosial. Peneliti melihat bahwa dalam kelompok Sale Lestari
memiliki modal sosial seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama (2001)
melihat modal sosial sebagai norma informal yang bisa cepat mendukung
kerjasama antara individu-individu dan norma informal itu berupa timbal
balik antara dua orang atau lebih yang didasarkan pada rasa kepercayaan
(trust).
Norma informal yang dimaksud oleh Fukuyama dalam membahas
modal sosial yaitu berupa timbal balik yang terjadi diantara dua orang atau
lebih. Fakta dilapangan menunjukan bahwa terjadi timbal balik yang
sesuai antara ketua kelompok dengan anggotanya berupa saling memberi,
saling membantu, dan saling menerima. Timbal balik yang terjadi adalah
anggota yang memberikan jasa dan tenaga dalam memproduksi barang
komoditas dan ketua yang memberikan timbal balik berupa uang sebagai
penghargaan terhadap jasa dan tenaga yang diberikan sebagai upaya dalam
memenuhi permintaan pasar serta pemenuhan ekonomi tiap anggota
seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya mengenai penentuan
harga yang diberikan kepada anggota.
52
Dapat dilihat bahwa individu yang satu dengan yang lainya saling
bekerjasama dalam pemenuhan permintaan pasar sehingga bisa dikatakan
bahwa mereka menggunakan modal sosial sebagai kekuatan bagi
kelompok mereka dalam mencapai tujuan bersama dengan dasar bangunan
modal sosial berupa rasa percaya satu sama lain. Terdapat tiga elemen
modal sosial yang terdapat dalam kelompok Sale Lestari yaitu jaringan,
trust, dan norma.
A. Jaringan
Jaringan merupakan elemen dari modal sosial yang terbentuk karena
mungkin saja bersumber dari persamaan kepercayaan dalam hal agama
dan bisa juga terjadi karena berasal dari daerah yang sama. Fukuyama
melihat jaringan adalah sekelompok orang yang memiliki norma-norma
atau nilai-nilai informal disamping norma-norma atau nilai-nilai yang
diperlukan untuk transaksi biasa di pasar (1999:245). Melalui pemahaman
ini dapat dilihat bahwa modal sosial bukan hanya bermanfaat dalam hal
sosial melainkan dalam hal ekonomi. Kelompok Sale Lestari mencoba
untuk menerapkan modal sosial yang dimiliki untuk ke arah ekonomi
untuk mencapai tujuan bersama dan berusaha untuk meningkatkan
perekonomian anggota mereka untuk kehidupan yang lebih baik.
1. Jaringan Ke dalam
Awal kelompok Sale Lestari dapat membentuk jaringan sesuai dengan
yang dinyatakan oleh Fukuyama (2002) dalam melihat jaringan sosial dan
kepemimpinan sosial yang terbentuk berdasarkan adanya kepentingan atau
53
ketertarikan individu secara prinsip maupun pemikiran dimana
kepemimpinan sosial terbentuk dari kesamaan visi dan juga hubungan
personal atau keagamaan.
Kelompok ini membangun jaringan atas dasar adanya sebuah
kesamaan tingkat kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud dalam hal ini
berupa kebutuhan hidup serta kebutuhan permintaan pasar yang sedang
baik. Manusia memiliki tingkat kebutuhan hidup yang berbeda-beda, atas
dasar itulah mereka berkomitmen untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama. Selain adanya kesamaan tingkat kebutuhan, faktor yang
kedua karena memiliki kesamaan produk. Untuk produksi awal barang
komoditas memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga beberapa
anggota masih menggunakan pinjaman dari Bank dan selebihnya adalah
modal sendiri seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Dalam teori Fukuyama mengenai jaringan, jaringan terbentuk karena
adanya persamaan prinsip serta pemikiran. Masyarakat dusun Krajan yang
tergabung dalam kelompok Sale Lestari awalnya mereka memasarkan
komoditasnya sendiri ke pasar dan tempat-tempat wisata. Pasar sebenarnya
bersedia membeli barang mereka, namun permasalahan selanjutnya yang
hadir adalah pasar membeli barang komoditas mereka dengan harga yang
relatif murah dan tentunya dengan kuantitas yang sedikit karena khawatir
dengan kemungkinan buruk yang terjadi.
54
Tentu saja ini merupakan dilema bagi anggota yang sebelumnya
belum bergabung ke kelompok Sale Lestari karena fakta tersebut
mengakibatkan kerugian seperti yang dinyatakan oleh Siti 60 tahun yaitu
“kalo ga punya yang nampung itu kan nyari-nyari buat nampung..kalo di
pasar kan harganya rendah dan gabisa nampung banyak” (wawancara
25/09/2016).
Yanto melihat peluang untuk membangun kerjasama karena adanya
persamaan pemikiran untuk memasarkan produk yang sama yaitu sale
pisang anggur sehingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk
bergabung dengan penjualan melalui satu pintu agar quality control dari
komoditas tersebut terjaga karena akan di distribusikan ke luar daerah,
seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama yaitu “seiring dengan
terbentuknya kelompok-kelompok, persaingan antar kelompok mulai
terjadi, yang mendorong kerja sama yang lebih erat di dalam kelompok
(2005:213). Kebersamaan mempunyai pengaruh terhadap jaringan dengan
semakin banyak kompetisi antar kelompok, maka sesama anggota akan
saling menguatkan satu sama lain sebagai strategi bertahan dalam
persaingan.
Pada dasarnya pembangunan jaringan dalam kelompok Sale Lestari
ini karena sudah mengenal terlebih dahulu dan juga bisa dibilang ada
hubungan bertetangga sehingga dalam pembentukan jaringan ini tidak ada
dari individu yang tidak dikenal sebelumnya. Dalam hal ini terlihat bahwa
hubungan trust sudah terbangun terlebih dahulu sebagai dasar dari
55
pembentukan modal sosial sehingga masyarakat yang bergabung ke dalam
kelompok Sale Lestari mempercayakan sepenuhnya untuk dipimpin oleh
ketua mulai dari produksi sampai pada distribusi. Tugas dari jaringan ke
dalam ini untuk berkontribusi dalam pemenuhan kuota pemesanan yang
mencapai ribuan. Mereka harus menyetorkan barang komoditas semampu
mereka kepada ketua yang nantinya barang tersebut akan di pasarkan.
2. Jaringan Ke luar
Saat ini Kelompok tersebut sudah memiliki lebih dari 10 jaringan
yang terdapat di beberapa kota mulai dari Jawa Tengah hingga Jawa
Timur. Sasaran kota yang dituju adalah kota yang memiliki objek wisata
dengan pengunjung yang ramai. Strategi pemilihan jaringan melalui
evaluasi karena tidak semua jaringan tersebut aktif dalam penjualan.
Banyak yang sudah di cut karena pasif dalam penjualan. Hal tersebut
dilakukan bukan tanpa alasan melainkan untuk mengurangi defisit akibat
terlalu banyak retur dan kerusakan seperti yang sudah di bahas pada bab
sebelumnya.
Terbangunnya jaringan di luar kota terjadi karena adanya ketertarikan
pemikiran dan tujuan satu sama lain dengan timbal balik yang seimbang di
kedua belah pihak. Seperti yang dinyatakan oleh Axelrod dalam Fukuyama
(2005) dalam jangka panjang, strategi kerjasama menghasilkan manfaat
yang lebih besar bagi individu daripada strategi saling mengkhianati
sehingga secara rasional hasilnya optimal. Dengan adanya timbal balik
56
yang seimbang, maka akan menimbulkan kontinuitas hubungan kerjasama
dengan harapan hasil yang optimal.
Terdapat hubungan sosial yang terjalin dalam kerjasama berbentuk
nilai kekeluargaan yang kemudian menjadi landasan utama mereka dalam
bertransaksi di pasar untuk memasok bahan baku utama produksi yaitu
pisang seperti yang dinyatakan Yanto dan Winarni bahwa :
“Timbal balik opo mas ?
Kemudian pak Yanto menyatakan pendapatnya..”Gini loh mas
kita berbisnis itu selain kita ga melihat masalah rupiah nilai
ekonomi, kita yang terpenting itu juga adalah kekeluargaan dan
silaturahminya..jangan sampe karena hanya mungkin pisang
setandan dan uang 10.000, 15.000 jangan sampe kekeluargaan
kita jadi renggang..itu kan masuk ke jaringan juga..iya betul opo
ora mba” ?
Kemudian pernyataan yang di nyatakan oleh pak Yanto
dibenarkan oleh ibu Winarni dan menjawab.. “he’eh iyo
hehehe.” (wawancara 01/10/2016).
Hal yang sama juga terdapat dalam distribusi komoditas sale pisang
anggur, Yanto mempercayakan kepada temanya yang bekerja pada agen
travel seperti yang dinyatakan oleh Fery yang ditanyakan mengenai
hubungan dengan ketua Sale Lestari bahwa “ya baik hehehe..ya temen
sama pak Yanto” (wawancara 01/10/2016). Hal senada juga diperkuat oleh
Yanto ketika ditanyakan mengenai hubungan dengan agen travel yang
menyatakan bahwa “saya sih memilih karena percaya sama travel itu..terus
juga karena dia temen saya juga..” (wawancara 30/09/2016). Dengan
berlandaskan rasa percaya, yanto mempercayakan barang komoditasnya
untuk di distribusikan kepada jaringannya.
57
Pembentukan jaringan dalam sektor bahan baku terjadi karena
kontinuitas interaksi yang terjadi antara pak Yanto dan bu Winarni
sehingga timbul rasa percaya satu sama lain serta terjalinya rasa
kekeluargaan diantara dua belah pihak yang masih berlangsung sampai
saat ini. Hal serupa terjadi pada saat pembangunan jaringan dalam hal
distribusi barang komoditas. Jaringan yang terjalin karena dasar mengenal
satu sama lain yaitu antara pak Yanto dengan mas Fery yang keduanya
merupakan teman yang kemudian dipercayakan untuk mengirim barang
komoditas keluar kota salah satunya adalah malang. Terlihat trust sudah
terbangun karena pertemanan yang dilakukan oleh kedua pihak dan juga
selama dalam perjanjian pengiriman tidak pernah terjadi konflik akibat
pengiriman yang tidak sampai seperti yang dinyatakan oleh Fery “Tapi
mayoritas yo sampe ke tempat”(wawancara 01/10/2016). Dapat
disimpulkan bahwa kualitas hubungan jaringan yang terjalin sampai saat
ini masih terjaga dengan indikator tidak adanya konflik selama kerjasama
karena profesionalitas dan juga timbal balik yang seimbang diantara dua
belah pihak.
B. Peran Jaringan
Jaringan dalam kelompok Sale Lestari memiliki peran sebagai sarana
memperluas kerjasama penjualan barang komoditas. Komoditas tersebut
kemudian bertransformasi menjadi uang sebagai hasil timbal balik yang
terjadi pada saat transaksi di pasar. Hasil dari komoditas tersebut
kemudian dibagikan kepada seluruh anggota sebagai penghargaan
58
terhadap jasa mereka dalam memberikan dan membantu kelompok Sale
Lestari. Apabila semakin banyak jaringan yang terjalin, maka income
kelompok tersebut juga akan makin besar, sehingga anggota kelompok
yang mayoritas adalah perempuan bisa mendapatkan keuntungan yang
besar untuk membantu suami mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Sesuai dengan harapan para anggota kelompok sebelumnya bahwa
mereka memutuskan untuk bergabung karena mengalami kendala
pemasaran sale pisang anggur. Cakupan penjualan yang melingkupi satu
kota saja tidak cukup untuk menutupi ongkos produksi karena mereka
harus berkompetisi dengan barang komoditas lain. Dengan membentuk
kelompok, dapat mendorong anggota yang satu dan lainya untuk
mempererat kerjasama untuk membuka peluang besar untuk pemasaran
level makro yang dapat mencakup wilayah yang luas.
C. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan merupakan aspek penting dan utama dalam membentuk
dan membangun modal sosial yang kuat dalam masyarakat karena dapat
mendorong individu untuk bekerjasama dengan individu lain untuk
memunculkan tindakan bersama yang produktif. Fukuyama (1995) melihat
bahwa kepercayaan itu sebagai sebuah pengharapan pada suatu komunitas
dalam berperilaku jujur dan kooperatif yang muncul dari dalam sebuah
komunitas dengan norma yang dianut sebagai dasar dari acuan bertindak
masyarakat.
59
Fakta yang didapatkan di lapangan memiliki korelasi dengan teori
yang digunakan bahwa dalam kelompok Sale Lestari, anggota yang satu
dengan yang lainya memiliki rasa percaya satu sama lain dan berlaku jujur
pada setiap tindakan yang dilakukan. Keterbukaan menjadi kunci utama
dalam kebersamaan mereka dengan mengedepankan kerjasama kelompok
untuk mencapai tujuan bersama dengan mengesampingkan tujuan pribadi.
Hal ini dibuktikan oleh ibu Siti yang menyatakan bahwa “daripada umpet-
umpetan, enak blak-blakan” (wawancara 25/09/2016). Serta Ratih 29
tahun menyatakan bahwa “Sama pak Yanto sih kita jaga kepercayaan
nya..tapi percaya sih sama pak Yanto” (wawancara 23/09/2016).
Hubungan antar sesama anggota kelompok Sale Lestari dinilai rukun dan
guyub seperti yang dinyatakan oleh Katmiyati 42 tahun bahwa “rukun
sesama anggota” (wawancara 23/09/2016) dan ketika ditanya lebih lanjut
mengenai kerukunan itu, Katmiyati menambahkan “kan ada aja tuh mas
orang lain cari sale, pas aku engga punya itu, aku kasih ke anggota yang
lain yang masih ada stoknya” (wawancara 23/09/2016) serta Ratih 29
tahun menyatakan hal yang sama mengenai ikatan antar anggota yaitu
“guyub rukun mas semua” (wawancara 23/09/2016).
Kerukunan yang tergambar selain dari kebersamaan yang kuat dan
minimnya konflik yang terjadi, yang dimaksud rukun disini pada persoalan
pembeli lepas. Pembeli lepas adalah pembeli yang berasal dari luar
jaringan dan tidak bisa dipastikan kapan waktu pembeliannya dan jumlah
barang yang dibeli dengan kuantitas yang sedikit. Jika salah satu anggota
60
tidak memiliki sale pisang anggur, maka akan diarahkan kepada anggota
lain yang masih memiliki stock barang. Terlihat juga bahwa mereka tidak
mempersoalkan masalah rezeki yang datang karena pada dasarnya mereka
percaya bahwa rezeki setiap orang sudah ada yang mengatur dan tidak
akan tertukar. Seperti yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an mengenai
pembahasan rezeki bahwa “Allah melapangkan rezeki bagi orang yang
Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang
membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala seusatu”
(QS Al-Ankabut: 62).
Kenyataan di lapangan juga menguatkan data yang diberikan
narasumber bahwa selama peneliti berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
tersebut, tidak muncul perdebatan yang keras dan juga selisih paham.
Fakta di lapangan menunjukan adanya komunikasi yang baik antar sesama
anggota maupun dengan ketua kelompok. Ketika peneliti menyinggung
kepada anggota mengenai pemberian barang komoditas kepada pihak lain
di depan ketua pun tidak menimbulkan gesekan diantara dua belah pihak.
Ketua menaggapi hal tersebut dengan senyum dan guyon (bercanda) yang
membuat suasana terlihat cair dan tidak tegang. Dari sisi tersebut peneliti
melihat adanya kepercayaan yang tercipta baik anggota dengan ketua dan
sebaliknya.
Fukuyama (1995) melihat trust bermanfaat bagi penciptaan ekonomi
unggul karena bisa diandalkan untuk mengurangi adanya biaya (cost).
Kelompok Sale Lestari dibangun dengan dasar pemikiran yang sama yaitu
61
untuk meringankan beban produksi, apabila jumlah produksi meningkat,
maka beban serta resiko juga mengalami peningkatan dan akan jauh lebih
baik apabila beban produksi tersebut dapat di tanggung bersama. Beban
dan resiko inilah yang mereka coba atasi dengan cara membentuk
kelompok yang terjalin atas dasar rasa saling percaya diantara anggota.
Masyarakat yang memiliki kapabilitas trust yang tinggi (high trust)
maka akan memiliki potensi modal sosial yang kuat. Sebaliknya pada
masyarakat yang memiliki trust yang rendah (low trust) maka masyarakat
berpotensi memiliki modal sosial yang lemah. Kelompok Sale Lestari
merupakan kelompok dengan ciri high trust karena mereka memiliki
solidaritas yang kuat yang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti
kesamaan nasib, tujuan, dan nilai yang sudah terinternalisasi dalam dirinya
sehingga menimbulkan kesadaran dan keinginan untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan kelompok, membantu sesama anggota dalam
menghadapi masalah bersama, serta bebas dalam mengeluarkan pendapat
sehingga setiap anggota dalam kelompok tersebut merasakan kenyamanan
seperti berada dalam lingkungan keluarga sendiri.
High Trust yang terbentuk salah satunya adalah kebersamaan yang
terjalin kuat seperti ketika adanya retur, mereka dengan senantiasa
membantu dan merasa itu bukan kewajiban satu pihak saja namun
kewajiban bersama untuk segera di selesaikan. Fakta dilapangan
menunjukan bahwa seluruh anggota secara sukarela menawarkan diri
untuk membantu tanpa harus di tunjuk terlebih dahulu.
62
Dengan solidaritas yang kuat, maka seluruh anggota dalam kelompok
Sale Lestari ini bersedia untuk mengikuti aturan main yang berlaku pada
kelompok tersebut dan dapat menciptakan ikatan yang kuat antar anggota
dalam kelompok. Kesimpulan yang bisa di ambil adalah hasil akhir yaitu
ketika anggota bersedia untuk bekerja mengikuti aturan yang berlaku,
maka kelompok tersebut merupakan ciri high trust sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Fukuyama mengenai skala trust.
D. Peran Trust
Kepercayaan merupakan energi kolektif yang terbangun karena
terdapat sikap saling mempercayai dalam sebuah masyarakat yang dapat
membuat mereka dapat bersatu dan berkontribusi satu sama lain. Sikap
saling mempercayai inilah yang kemudian menjadi landasan untuk bersatu
untuk membentuk kelompok Sale Lestari dengan tujuan bersama untuk
meningkatkan ekonomi dan juga trust berguna sebagai landasan awal bagi
individu dalam bekerjasama.
Peran Trust dinilai bermanfaat dalam mereduksi tindakan-tindakan
yang mungkin terjadi dalam perumusan kontrak perjanjian kerjasama dan
juga berguna dalam mengurangi cost (biaya) dan waktu sehingga individu-
individu tersebut dapat bekerja sama lebih efektif karena mereka memiliki
kesediaan untuk menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan
individu yang berdampak pada peningkatan hasil produksi karena energi
63
kolektif yang menggerakan kesadaran untuk memberikan kontribusi dalam
mewujudkan peningkatan ekonomi anggota kelompok.
E. Norma
Kehidupan sosial ditandai dengan adanya aturan yang mengatur
perilaku anggota masyarakat yang terdapat pada lingkungan sosial. Norma
terbentuk sebagai upaya dalam mengatur individu dalam bertindak dan
juga mengikat perjanjian sebuah kerjasama serta untuk mengurangi
perselisihan dan juga pertikaian. Norma tidak dapat dipisahkan dari
jaringan dan kepercayaan jika struktur jaringan terbentuk karena adanya
pertukaran sosial. Pada pembahasan norma akan dibedakan menjadi dua
yaitu norma ke dalam dan norma ke luar. Norma ke dalam dalam artian
aturan yang dibentuk hanya untuk anggota kelompok dan norma ke luar
untuk perjanjian kerjasama dengan jaringan yang berada di luar kota.
Norma dalam pembahasan kali ini merujuk pada peraturan-peraturan yang
ditetapkan sebagai dasar dari kerjasama yang harus dipatuhi bersama dan
juga kontrol terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bekerjasama.
1. Norma Ke dalam
Norma yang terbangun dalam kelompok Sale Lestari bersifat fleksibel
berdasarkan konsensus bersama. Norma yang berlaku disini adalah
peraturan yang dibuat dengan mengedepankan musyawarah bersama
dalam setiap pengambilan keputusan. Permasalahan terjadi ketika quality
control untuk komoditas belum di tetapkan oleh ketua. Tentu saja hal ini
menimbulkan permasalahan yaitu komplain dari pihak yang bekerjasama
64
karena terdapat sale pisang anggur dengan ukuran yang berbeda-beda
namun dengan harga yang sama.
Maka dari itu, standar ukuran dalam pembuatan sale anggur
ditetapkan agar produk tersebut sama dan meminimalisir komplain. Dapat
dicermati bahwa munculnya peraturan tersebut karena adanya sejarah
kerjasama terdahulu yang dijadikan pembelajaran sebagai upaya perbaikan
untuk kontinuitas kerjasama selanjutnya.
Retur merupakan bagian dari aturan yang ditetapkan karena dalam
sebuah kerjasama, apabila terdapat kerusakan pada barang komoditas,
maka akan dikembalikan sebagai retur. Hal tersebut merupakan aturan
baku yang berlaku dalam setiap transaksi di lapangan. Barang retur yang
dikembalikan tidak bisa ditentukan kuantitasnya. Barang retur akan
dibagikan kepada seluruh anggota kelompok untuk diperbaiki bersama
dengan tujuan efisiensi waktu dan tenaga. Dalam sebuah perjanjian
kerjasama, kerusakan barang dan ketidaksesuaian dengan standar maka
menjadi tanggung jawab penjual yaitu kelompok Sale Lestari.
Selain retur, arisan merupakan salah satu agenda bulanan yang di buat
sebagai wadah silaturahmi dan juga penyampaian aspirasi agar
kebersamaan yang terjalin semakin kuat dan setiap anggota dalam
kelompok tersebut wajib menghadirinya seperti yang sudah di bahas pada
bab sebelumnya. Pengadaan arisan pada dasarnya digunakan sebagai trik
dalam mengurangi teguran langsung kepada seseorang yang lebih tua
usianya seperti yang dinyatakan oleh Yanto bahwa “ya itu mas seperti
65
yang saya bilang, selain sebagai wadah silaturahmi, arisan saya gunakan
sebagai sarana mengingatkan satu sama lain dan bagian dari trik
saya..karena saya kan masih muda, kalau saya terus mengkritik yang lebih
sepuh (tua) nanti takut dosa mas dan tidak enak juga menurut saya”
(wawancara tanggal 30/09/2016). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan
nilai dalam budaya jawa yang dinyatakan oleh Adisumarto dalam Suharti
bahwa “unggah-ungguh bahasa jawa adalah adat sopan santun, etika,
tatasusila, dan tata krama berbahasa jawa” (2001:69). Terdapat kaitan
dalam nilai budaya jawa dalam pembentukan arisan sebagai norma yang
harus dilaksanakan oleh anggota kelompok. Hal tersebut bisa terjadi
karena budaya jawa sangat menghormati kedudukan seseorang yang sudah
sepuh (sudah tua) dan menjunjung tinggi etika dan adat sopan santun.
Maka dari itu, pengadaan arisan sangat tepat sebagai strategi dalam
pengurangan intensitas kritikan langsung terhadap anggota yang sudah
sepuh dan menjadikan arisan sebagai wadah interaksi bagi anggota dalam
berbagi pendapat, opini, dan saran.
Ketika ada pelanggaran terhadap norma yang tidak tertulis, maka
anggota yang lain bertindak untuk mengingatkan untuk menjaga
kepercayaan dan kebersamaan. Hal itu berlaku pada saat ada yang ingin
merenggangkan, maka anggota yang lain berusaha merangkul untuk dapat
mengembalikan rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Yanto sebagai ketua
kelompok tidak terlalu mempermasalahkan bagi anggota yang melanggar
aturan, salah satunya menjual kepada pihak lain dengan syarat mereka
66
harus terbuka dan tetap memberikan jatah produksi kepada Yanto seperti
yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Norma yang terbentuk memiliki kaitan dengan agama yang dianut
oleh anggota kelompok Sale Lestari yang beragama Islam. Pada dasarnya
Agama Islam mengajarkan kepada umat manusia tentang nilai-nilai
kehidupan yaitu kejujuran seperti yang dinyatakan oleh Ratih bahwa “iya
takut mas..tapi kan saya terang-terangan mas ngasih taunya..kan apa-
apanya harus komunikasi..jadinya gapapa” (wawancara tanggal
23/09/2016), kebersamaan seperti yang dinyatakan oleh Aning “kuat mas
antar sesama solidaritasnya, apalagi kalau untuk kenaikan harga sale itu
sendiri hehehe..disini mah mas gotong royongnya kuat..misalnya ada yang
punya acara, ya kita Rewang (membantu) mas” (wawancara tanggal
23/09/2016), dan ahlak perilaku seperti yang sudah di bahas sebelumnya
mengenai hubunganya dengan budaya Jawa unggah-ungguh. Hal tersebut
merupakan wujud dari nilai dasar agama yang dianutnya yang kemudian
sudah terinternalisasi dalam dirinya untuk kemudian di aplikasikan pada
lingkungannya sehingga dapat dilihat bahwa agama berpengaruh dalam
pembentukan norma.
2. Norma Ke luar
Norma yang berlaku di luar keanggotaaan berupa MOU atau nota
sebagai tanda kontrak perjanjian dagang. Perjanjian dagang antara jaringan
yang satu dengan lainya berbeda-beda salah satunya seperti aturan dalam
67
pembelian bahan baku pisang yang berupa sistem beli putus dan tidak
memerlukan perjanjian khusus.
Dalam kerjasama, seluruh jaringan yang bekerjasama dengan
kelompok Sale Lestari tidak membeli barang tersebut secara langsung
melainkan dengan sistem menitipkan kepada toko dan diberikan
pembayaran setengah dari barang tersebut dan sebagian ditahan sebagai
MOU berbentuk nota sebagai tanda kontrak dengan toko tersebut. Selama
nota tidak diminta untuk dibayarkan, maka kerjasama akan terus berjalan.
Apabila terdapat kerusakan barang, maka retur barang menjadi tanggung
jawab penjual yaitu Kelompok Sale Lestari untuk digantikan dengan yang
baru. Kesepakatan tersebut terjadi karena sejarah kerjasama terdahulu
yang kemudian dipelajari dan diterapkan untuk pendukung kerjasama
selanjutnya. Seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama (1995) mengenai
pembentukan norma yaitu, norma tidak bisa muncul langsung namun
harus dibangun dan di kembangkan dari sejarah kerjasama yang terdahulu
kemudian diterapkan sebagai dukungan dalam proses bekerjasama.
F. Peran Norma
Norma merupakan sebuah aturan main yang dibuat berdasarkan
konsensus bersama untuk dapat dipatuhi seluruh anggota demi menjaga
sebuah keteraturan dan meminimalisir konflik serta prasangka curiga.
Norma yang dibentuk dalam kelompok Sale Lestari berperan sebagai
kontrol terhadap barang komoditas yang akan dipasarkan untuk mencegah
konflik akibat perbedaan ukuran barang komoditas.
68
Dengan peraturan tersebut, seluruh anggota tidak bisa melakukan
perilaku menyimpang seperti menggunakan bahan produksi bernilai
rendah sehingga barang tersebut tidak tahan lama. Peran norma lainya
yaitu bertujuan untuk mempererat kebersamaan dan silaturahmi berupa
kegiatan arisan kelompok yang dilakukan satu kali dalam sebulan.
Kegiatan arisan dilakukan sebagai upaya dalam menjaga jaringan di dalam
kelompok agar tidak terpecah karena konflik dan selisih paham antar
sesama anggota.
Fakta yang terdapat di lapangan menunjukan bahwa perdebatan
pernah terjadi pada saat arisan pada saat anggota bertanya mengenai
penyebab penetapan harga dan pada akhirnya diberikan penjelasan
mengenai situasi lapangan sehingga mereka bisa mengerti. Sesekali pak
Yanto menaikan harga sale pisang anggur hanya pada saat momen lebaran
dan kembali normal setelah lebaran. Terlepas dari itu, situasi pada saat
arisan kembali kondusif dengan interaksi yang hangat antar sesama
anggota kelompok dipenuhi dengan bercanda, tertawa, dan rasa
kekeluargaan yang kental. Keadaan tersebut membuat jaringan di dalam
kelompok terjaga sangat baik dan bertahan sampai saat ini.
Berbeda dengan norma ketika ditetapkan dalam kerjasama
perdagangan. Norma yang terbangun dari proses kerjasama tersebut
berperan sebagai persetujuan atas kerjasama selanjutnya dan menjadi
acuan validitas data legal dalam proses pembayaran, karena pola penjualan
sale pisang anggur berupa titipan dan diberikan nota sebagai bukti.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah di analisis dan dijelaskan oleh penulis berdasarkan
dokumen-dokumen terkait dan data lapangan yang telah dikumpulkan,
ditemukan bahwa modal sosial dalam kelompok tersebut mulai dari
adanya hubungan sosial yang terbangun, jaringan, kepercayaan dan norma
yang berlaku membuat mereka dapat berkembang dan bertahan sampai
saat ini serta berdampak pada pemberdayaan masyarakat khususnya
wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan memanfaatkan
waktu lost job mereka yang bisa bermanfaat ekonomis untuk menambah
income keluarga dan tidak mengganggu kewajibannya sebagai ibu rumah
tangga.
Secara lebih terperinci, penjelasan untuk menjawab pertanyaan
penelitian ialah sebagai berikut :
1. Terdapat keterkaitan satu sama lain berupa hubungan nilai budaya
Jawa dengan norma yang terbentuk serta penguatan jaringan
karena adanya kebersamaan yang terjalin. Terbangunya jaringan
atas dasar kesamaan tingkat kebutuhan dan kesamaan produk
serta adanya persamaan dalam prinsip dan pemikiran sehingga
dapat menghasilkan jaringan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
Kelompok Sale Lestari merupakan kelompok high-trust karena
mereka saling percaya dan seluruh anggota tersebut menerapkan
70
sikap terbuka satu sama lain yang merupakan cerminan dari sikap
jujur. Trust dinilai berguna oleh kelompok ini sebagai sarana
dalam meringankan beban produksi. Norma yang terdapat dalam
kelompok Sale Lestari berupa quality control, retur, nota sebagai
MOU, dan arisan. Semua aturan tersebut muncul karena proses
pengembangan dari sejarah kerja sama sebelumnya yang
dijadikan acuan dalam menentukan sebuah norma untuk
mendukung kerjasama selanjutnya.
2. Fungsi jaringan dalam kelompok Sale Lestari sebagai sarana
dalam memperluas kerjasama dan pemasaran pada level makro
serta memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku
dasar produksi. Tingginya solidaritas antar anggota berdampak
pada kesediaan anggota untuk berkontribusi dalam peningkatan
ekonomi dan pengurangan biaya (cost). Norma memainkan
perannya sebagai suatu kontrol terhadap barang komoditas dan
sebagai langkah preventif terhadap tindakan menyimpang. Selain
itu, terlihat adanya penguatan kebersamaan yang terjalin antar
anggota karena kontinuitas agenda silaturahmi kelompok Sale
Lestari.
B. Saran
Dengan hasil temuan penilitan ini, penulis menyarakan kepada
peneliti selanjutnya yang berfokus pada bidang studi Sosiologi untuk dapat
mengembangkan penelitian bertema modal sosial yang berkonsentrasi
71
kepada pemberdayaan masyarakat. Hal ini didasarkan kepada hambatan
yang peneliti dapatkan selama proses pengerjaan penelitian ini. Dengan
semakin banyaknya penelitian-penelitian yang mengkaji modal sosial,
akan semakin menambah rujukan referensi pada bidang studi Sosiologi
dalam melihat pemanfaatan modal sosial sebagai alat untuk bertahan atau
berkembang dan juga perbaikan kualitas SDM (sumber daya manusia).
xiii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Traditions. Sage Publications. Thousand Oaks.
Damsar dan Indrayani. 2009. Pengantar sosiologi ekonomi. Jakarta. Kencana
Field, John. 2010. Social Capital. Bantul. Kreasi Wacana.
Fukuyama, Francis. 2002. Great Disruption:Hakikat Manusia Dan
Rekonsitusi Tatanan Sosial. Yogyakarta. Qalam.
______. 2001. Social capital, civil society, and development. Third World
Quarterly, Vol.22, No.1
______. 2005. Guncangan besar : kodrat manusia dan tata sosial baru.
Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
______. 1995. Trust : kebajikan sosial dan penciptaan kemakmuran.
Yogyakarta. Qalam.
Hidayat, Syarifudin dan Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian.
Bandung. Mandar Maju.
Kolip, Usman dan Elly M. Setiadi. 2011. Pengantar sosiologi : pemahaman
fakta dan gejala permasalahan sosial : teori, aplikasi, dan
pemecahannya. Jakarta. kencana.
Ollenburger, Jane C. dan Helen A. Moore. 2002. A Sociology Of Women.
Jakarta. PT Rineka Cipta.
Salim, Peter dan Yeni Salim. 1995. Kamus bahasa indonesia kontemporer.
Jakarta. Modern Press.
Soekanto, Soejono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.
Suharti. 2001. Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama Dalam keluarga Sebagai
Sarana Pendidikan Sopan Santun. Makalah Konggres. Yogyakarta.
Konggres Bahasa Jawa III
xiv
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi penelitian. Yogyakarta.
PUSTAKABARUPRESS.
Yin, Robert K. 2006. Studi kasus : desain dan metode. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.
JURNAL
Nopianti, Heni dan Nia Elvina. 2011. Modal Sosial Pada Komunitas Nelayan
di Pulau Baai (studi pada nelayan di kelurahan sumber jaya
kecamatan kampung melayu Kota Bengkulu). [Jurnal] diunduh
pada 18 April 2016. (http://repository.unib.ac.id/138/1/5-
Akses%20Vol%208%20no1.pdf).
Pramatya, Ichsan. 2013. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir
Tanjungpinang (studi PKL sayur-sayuran). [Jurnal] diunduh pada
18 April 2016. (http://jurnal.umrah.ac.id/wp-
content/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSAN-PRAMATYA-
080569201048-SOSIOLOGI-2013.pdf).
Pratisthita, Raisya Nur, Mumun Munandar, dan Siti Homzah. 2014. Peran
Modal Sosial Dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak
Sapi Perah (Studi Kasus Di Kelompok 3 TPK Pulosari
Pangalengan). [Jurnal] diunduh pada 09 Maret 2017.
(http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/download/5148/2
574).
Veranita, Dini. 2013. Modal Sosial Dalam Industri Rumah Tangga Kerupuk
Di Desa Meranjat II Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten
Ogan Ilir. [Jurnal] diunduh pada 18 April 2016.
(http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_070
81002108.pdf).
WEBSITE
www.pacitanku.com, diakses pada 08 November 2016.
www.pacitankab.bps.go.id, diakses pada 08 November 2016
xv
LAMPIRAN I
TRANSKRIP WAWANCARA
Transkrip wawancara I (23/09/2016)
Nama = Katmiyati
Usia = 42 Tahun
Jabatan = Anggota
Pendidikan = SMK PGRI
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Sejak tahun 2009 mulai bergabung.
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Karena untuk menambah penghasilan.
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Sebelumnya jadi buruh pembungkusan sale anggur milik orang lain sampe
akhirnya bergabung dengan kelompok dan memproduksi sendiri.
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Berasal dari tetangga yaitu mbah jilah yang nyaranin untuk ke pak yanto
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal awal kali pinjam ke KUR (Kredit Usaha Rakyat)
- Berapa lama proses produksi Sale pisang anggur ?
- Kalo proses untuk dari awal sampe jadi itu sekitar 5 hari. Karena awal
proses yaitu ngerajang, ngeler, dijemur sehari, dibalik dan dijemur
kembali selama satu hari, lalu ngelintingi, kemudian di pelintisi, dan di
odoti sekalian di hias dengan daun agar terlihat menarik.
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Biasanya buat pakan wedus. Disini wedusnya doyan sama kulit pisang.
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
xvi
- Hubunganya dekat karena tetangga juga.
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Tidak boleh setor ke tempat lain, harganya harus standar ketua, kalo ada
acara harus ikut seperti sunatan, hajatan, sakit, dan lain-lain.
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
- Pernah, tapi tanpa sepengetahuan ketua.
- Apa alasanya ?
- Ya gimana lagi mas, kalo nunggu nyetor ke ketua itu harus nunggu 2
minggu paling cepat untuk dikasih uangnya, sementara kan buat makan
harus tiap hari. Suami saya juga ga punya kerja, hanya membantu saya
saja membuat sale pisang anggur. Terpaksa deh saya jual ke orang lain
sebagian untuk memenuhi kebutuhan yang terdesak.
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Ya takut sih mas, tapi bagaimana lagi wong wis kepepet jadi terpaksa mas.
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Aslinya engga sih mas, soalnya paling murah. Tapi bagaimana lagi udah
ga pilihan lain.
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- Rukun sesama anggota.
- Rukun itu maksudnya seperti apa ?
- Kan ada aja tuh mas orang lain cari sale, pas aku engga punya itu, aku
kasih ke anggota yang lain yang masih ada stok nya.
- Program apa saja yang terdapat pada kelompok sale lestari ?
- Arisan sale mas..
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Ekonomi makin tercukupi karena pemasaran lancar sehingga bisa untuk
memenuhi kebutuhan lain seperti renovasi rumah, keperluan sekolah, dan
rumah tangga.
xvii
Transkrip wawancara II (23/09/2016)
Nama = Aning
Usia = 35 Tahun
Jabatan = Anggota
Pendidikan = SMK
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Sejak tahun 2009 kurang lebih
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Karena lebih mudah dalam pemasaran
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Dahulu saya bekerja sebagai pelayan toko mas. Tapi sekarang sudah
engga. Aku milih bantu suami kadang kalo grosok (barang bekas) nya lagi
rame..bantu nimbangin.
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Memang sebelumnya sudah kenal dengan beliau pendiri sale lestari
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal sendiri aja mas.
- Berapa lama proses produksi sale pisang anggur ?
- Kalo proses hampir dua minggu mas soalnya kan ini sambilan, bukan
kerjaan yg saya fokusin.
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Biasanya buat pakan ternak mas.
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
- Hubunganya akrab mas karena setiap bulan kumpul.
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Ukuran sale nya mas, jika ada kerusakan di benerin bareng-bareng.
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
xviii
- Pernah, tapi tanpa sepengetahuan ketua.
- Apa alasanya ?
- Ya gimana lagi mas, kalo nyetor ke ketua itu murah mas. Mending saya
kasih orang yang ngasih harga tinggi.
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Engga sih mas, yang penting terbuka ajah..
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Aslinya engga sih mas, tapi bagaimana lagi nanti saya ga ada pemasukan
lagi buat sehari-hari.
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- Kuat mas antar sesama solidaritasnya, apalagi kalau untuk kenaikan harga
sale itu sendiri hehehe..disini mah mas gotong royongnya kuat..misalnya
ada yang punya acara, ya kita Rewang (membantu) mas.
- Program apa saja yang terdapat pada kelompok sale lestari ?
- Arisan, seminar mengenai strategi pemasaran mas agar lebih baik. Dan
banyak mas kalo disebutin, aku lupa hehehe..
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Ada mas, jadi keperluan yang kurang bisa terpenuhi dari penjualan sale
anggur. Daripada nganggur kan, mending ikut mas jadi ada pemasukan
deh.
- Biasanya ngambil pisang dimana bu ?
- Beli di pasar pisang. Langganan ku sih ada mas, tapi kalo lagi ga ada, saya
pindah ke tempat lain.
- Siapa saja yang membantu dalam produksi sale ?
- Saya ngeburuhin orang mas untuk bantu, soalnya kalo sendiri ga nuntut
mas. Mending saya nyuruh orang biar lebih cepet.
xix
Transkrip wawancara III (23/09/2016)
Nama = Ratih Indriyani
Usia = 29 Tahun
Jabatan = Sekertaris
Pendidikan = SMA
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Sejak tahun 2013 febuari
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Tadinya di ponorogo setor sendiri..karena yang dulu ga jelas, akhirnya
ngikut ke pak yanto yang jelas setiap bulan nyetor.
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Ibu rumah tangga.
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Dari ibuku mas..
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal sendiri mas..tergantung beli pisang sama bahan bakunya mas.
- Berapa lama proses produksi Sale pisang anggur ?
- Tergantung banyak pisangnya bisa sampe sebulan mas..
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Biasanya buat pakan ternak mas.
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
- Alhamdulillah baik baik saja..namanya kelompok kalo selisih paham kan
bubar nanti.
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Berat sale min 1 KG jadi 16 anggur..setiap mutus (narik) potongan 40
rebu, bisa peminjaman uang misal 100 rebu jasanya 5000.
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
xx
- Masih jalan mas ke ponorogo..
- Apa alasanya ?
- Setor kesana sih Cuma pas hari besar aja mas, soalnya mereka mintanya
besar sampe 1000 buah..tapi yang penting setor ke pak yanto nya tetep
mas sesuai dengan permintaannya.
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Iya takut mas..tapi kan saya terang-terangan mas ngasih taunya..kan apa-
apanya harus komunikasi..jadinya gapapa
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Sepakat mas sama harganya.
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- Guyub rukun mas semua..
- Program apa saja yang terdapat pada kelompok sale lestari ?
- Arisan aja mas..ga ada yang lain..
- Apakah anda percaya dengan ketua ?
- Sama pak yanto sih kita jaga kpercayaan nya..tapi percaya sih sama pak
yanto
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Ada sihh mas, lebih maju ikut pak yanto mas jadinya kalo buat kehidupan
sehari-hari.
- Siapa saja yang membantu dalam produksi sale ?
- Saya nyuruh orang mas untuk bantu, soalnya kalo sendiri ga bisa jalan
mas. Biasanya saya ngasih 5 kilo mas maksimal buat bantu.
xxi
Transkrip wawancara IV (23/09/2016)
Nama = Sulastri
Usia = 33 Tahun
Jabatan = Bendahara
Pendidikan = SMU
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Sejak tahun 2007 udah lama tapi kelompok nya baru.
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Tambah modal mas..soalnya semua sulit mas..biar pemasaranya mudah.
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Ibu rumah tangga
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Ibu mertua mas..terus saya melanjutkan.
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal awal ambil bank dari KUR..akhirnya modal sendiri.
- Berapa lama proses produksi Sale pisang anggur ?
- 15 hari mas biasanya buat sale ini.
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Biasanya buat pakan ternak mas. Kalo banyak biasanya dibuang.
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
- Semuanya baik mas hubunganya..ga ada selisih paham mas..
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Berat sale min 1 KG jadi 16 anggur..setiap mutus (narik) potongan 40
rebu, bisa peminjaman uang misal 100 rebu jasanya 5000, pambayaran
tergantung nunggu 1 bulan sekali kadang dua minggu sekali.
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
- Pernah kalo lebaran ajah di sari rasa.
xxii
- Apa alasanya ?
- Karena lebih mahal mas kalo di sari rasa bayarnya
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Biasanya sudah bilang..gapapa sama pak yanto jadi nyantai ajah soalnya
masih sodara sendiri.
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Aslinya ga setuju mas,
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- Ikatanya baik kok mas..
- Program apa saja yang terdapat pada kelompok sale lestari ?
- Arisan aja mas..ga ada yang lain..
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Lumayan mas,,kan biasanya suami njaring..jadi enak bisa buat pemasukan
belanja mas kalo pas sepi.
- Biasanya ngambil pisang dimana bu ?
- Di pasar mas..saya ikut nitip dibelikan sama adek.
- Siapa saja yang membantu dalam produksi sale ?
- Suami saja.
xxiii
Transkrip wawancara V (23/09/2016)
Nama = Sri
Usia = 30 Tahun
Jabatan = Anggota
Pendidikan = SMK
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Sejak tahun 2008
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Ga punya bakul sendiri jadi pemasaranya agak sulit karena banyak yang
bikin.
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Ya jadi Ibu rumah tangga.
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Pas masih ada bu Kantun terus akhirnya merembet jadi pada ikut semua
deh.
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal sendiri mas..soalnya ga ada yang ngasih modal mas..
- Berapa lama proses produksi Sale pisang anggur ?
- 2 mingguan mas soalnya lama dan banyak
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Biasanya buat pakan kambing mas
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
- Baik baik saja mas
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Ga ada mas
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
- Yaa pernah,
xxiv
- Apa alasanya ?
- kalo pak yanto stoknya banyak dan di stop dulu, ya saya kasih orang mas
biar ada pemasukan.
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Pak yanto nya gatau mas,,ya gapapa deh jadinya mas
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Yaa gak setuju mas..soalnya harganya murah mas..
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- Yaa rukun aja mas semuanya
- Program apa saja yang terdapat pada kelompok sale lestari ?
- Arisan doang mas..
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Yaa biasa biasa saja mas..tapi lumayan mas pemasukanya
- Biasanya ngambil pisang dimana bu ?
- Biasa ngambil di pasar mas,,ga ada langganan nya
- Siapa saja yang membantu dalam produksi sale ?
- Saya nyuruh orang mas untuk bantu, soalnya kalo sendiri ga bisa jalan
mas. Biasanya saya ngasih 5 kilo mas maksimal buat bantu
xxv
Transkrip wawancara VI (25/09/2016)
Nama = Erna
Usia = 41 Tahun
Jabatan = Anggota
Pendidikan = SLTA
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Sejak tahun 2013
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Biar sale yang dibuat itu ada yang menyalurkan
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Ya Ibu rumah tangga.
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Dari pak yanto, soalnya kan udah kenal dari sebelumnya.
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal sendiri
- Berapa lama proses produksi Sale pisang anggur ?
- 2 mingguan mas soalnya lama dan banyak
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Kambing mas..dikasihkan ke ternak kambing
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
- Ya rukun mas
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Tiap bulan harus setor sale untuk arisan itu
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
- Ya pernah,
- Apa alasanya ?
xxvi
- Sini buatnya banyak tapi pak yanto nya engga banyak nampung, jadi buat
orang lain
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Yaa ga takut..orang sama- sama dijual kok hehehe
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Ya setuju
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- Yaa guyub mas
- Program apa saja yang terdapat pada kelompok sale lestari ?
- Arisan doang mas..
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Yaa dikit-dikit ada loh mas
xxvii
Transkrip wawancara VII (25/09/2016)
Nama = Siti
Usia = 58 Tahun
Jabatan = Anggota
Pendidikan = SLTP
- Sejak kapan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Udah lama..pirang tahun yo arisan sale, wis pirang puteran..wis suwe yoo
dari 2005
- Apa alasan bergabung dengan kelompok sale lestari ?
- Biar lancar usahanya..bisa kalo yang satu penuh bisa kasih sini kasih sana
- Sebelum bergabung dalam kelompok ini, pekerjaan sebelumnya sebagai
apa ?
- Dulu dagang punya kios, karena sakit-sakitan ga bisa jualan jadinya kios
di sana di kontrakan..bikin sale ini untuk kegiatan dirumah daripada
nganggur.
- Berasal darimana informasi mengenai kelompok sale lestari ?
- Dari sekitaran sini soalnya saya kan bukan yang pertama kali.
- Berasal darimanakah modal yang digunakan untuk produksi sale pisang
anggur ?
- Modal sendiri.
- Berapa lama proses produksi Sale pisang anggur ?
- Ga mesti kan orang tua ini, Cuma sekedar aja kalo badanya engga sakit
dapet banyak, kalo gaenak badan ya lama.
- Bagaimana dengan limbah kulit pisang sisa hasil produksi ?
- Diambilin sama orang-orang itu buat pakan ternak.
- Bagaimana hubungan dengan anggota yang lainya ?
- Baik-baik ajah.
- Apa ada peraturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut ?
- Ya harus bersih, rapih dan steril.
xxviii
- Apakah pernah menyetor pada selain ketua ?
- Yaa pernah, itu langganan saya orang bali itu tapi yang ngambil orang
tulungagung.
- Apa alasanya ?
- Ya kalo pak yantonya penuh kaya gini, ya saya kasih kesana karena
harganya lumayan juga dan transport dikasih sana.
- Apa anda tidak takut ketahuan ?
- Daripada umpet-umpetan enak blak-blakan.
- Apakah anda sepakat dengan harga yang diberikan oleh ketua kelompok ?
- Ya engga apa-apa.
- Bagaimana ikatan kebersamaan antar anggota ?
- baik-baik aja..kalo umpama ada yang kurang bisa ngambil dari temen biar
bisa buat nutup.
- Adakah perubahan yang dirasakan setelah bergabung dengan kelompok
tersebut ?
- Ada pengingkatan toh kalo ada yang nampung itu otomatis pendapatan
agak beda toh..kalo ga punya yang nampung itu kan nyari-nyari buat yang
nampung..kalo di pasar kan harganya rendah dan gabisa nampung banyak
juga toh.
xxix
Transkrip wawancara VIII (30/09/2016)
Nama = Yanto
Usia = 31 Tahun
Pendidikan = S1
Jabatan = Ketua Sale Lestari
- Siapa penemu pertama kali sale pisang aggur ?
- Kalo penemu pertama itu aku lupa..kalo penemu pertama itu ga inget..
- Kalau yang pertama kali mengenalkan ?
Kalo itu..itu sih kreasi ajah dari temen-temen waktu itu di pacitan,
sirnoboyo..tapi bukan di krajan sana..untuk yang anggurnya..kalo dulu
awalnya anggur itu ada yang warna-warna sama yang satu itu sale nya itu
enggak dikasih kertas kobot jadi sale nya keliatan dari luar....dan itu juga
ga dikasih daun..itu polosan dan langsung dikasih label..tapi kelemahanya
gabisa bertahan lebih lama karena plastik yang membungkusnya rangkep
satu dan dua..dan isinya hanya 12 bulatan..kalo sale yang anggur yang
warna itu isinya 13 tapi ukuranya lebih kecil..
- Kapan dan bagaimana awal berdirinya kelompok sale lestari ?
- Awalnya itu hanya spesifik di sale goreng itu berdiri 1989 yang pembuat
almarhum ibu saya..terus berjalanya waktu 2005, kita produksi sale anggur
juga terus ada sale goreng biasa, ada sale press dan sale kipas yang dulu
bentuknya seperti kipas pada saat itu dan di bimbing bkkbn sampai logo
dibuatkan oleh mereka.. arisan itu (2013)
- Berasal darimanakah ide untuk membentuk kelompok tersebut ?
- Karna gini pada saat itu permintaan pasar kan lumayan bagus..akhirnya
saya beserta temen-temen membuat kelompok yang mana kami sama-
sama produksi tetapi untuk penjualanya tetap lewat satu pintu..sehingga
quality control untuk barangnya itu insyaAllah bisa sama..
- Bagaimana status Sale Lestari (badan hukum) ?
- Badan hukum kita punya PIRT, TDP, SIOP, dan TDI
xxx
- Apa tujuan didirikanya Sale Lestari ?
- Yang pertama untuk meningkatkan penjualan yang jelas..terus yang kedua
bisa meringankan beban produksi juga..terus yang ketiga si pembeli atau
pemilik toko itu tidak merasa apa ya..misalnya mereka order 1000 atau
2000 buah jadi kan kalau bersama kita bisa mem back up semua..tapi
kalau sendiri, ga bisa memenuhi..
- Darimana bantuan modal yang pernah didapatkan ?
- Kalau bantuan dari pemerintah kita dapat dua kali tapi sistemnya
pinjaman,,kita tetep ngangsur ke bank jatim..tapi pinjamanya via skpd dari
dinas koperasi tapi ngangsurnya ke koperasi atau ke bank jatim.
- Digunakan untuk apa bantuan tersebut ?
- Pertama untuk penambahan pembelian pisang terus yang kedua untuk
sarana prasarana..ya waktu itu buat beli wajan terus bikin rak terus untuk
beli perekat..waktu itu yang dapet untuk human nya, bukan kelompok..jadi
kelompoknya belum keluar..
- Apa masalah yang sering dihadapi dan apa penyebabnya ?
- Sebenarnya ketika produksi itu khususnya sale pisang yang pertama yaitu
pengeringan kan kita butuh sinar matahari..kita memang ada oven tapi
kalo kita pakai oven, itu biaya produksinya nambah..oven itu kita pakai di
finishing dan kalau ga ada sinar matahari atau musim penghujan..
- Bagaimana awal proses pembentukan jaringan ?
- Yang pertama akan berdasarkan kesamaan tingkat kebutuhan, yang kedua
adalah kesamaan produk sehingga dengan kita bersatu dan membuat
jaringan insyaAllah bisa menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
lapangan baik masalah penjualan maupun produksinya..
- Bagaimana dengan bahan baku ?
- Kalo bahan baku itu beli di pasar itu opsi yang pertama dan yang kedua
ada pedagang-pedagang keliling dan dari petani langsung kita beli..kalo
masalah harga itu fluktuatif..harga itu biasanya kalo pas musim panas
harga itu pasti naik karena kondisi si pohon biasanya musim kemarau itu
banyak yang mati..jadi otomatis pisang yang dihasilkan jadi sedikit
xxxi
sehingga harga naik..dan kalo musim hujan, pohon banyak tapi kita
kendala di pengeringan jadi otomatis harga turun tapi di produksinya
menjadi naik ongkosnya karena untuk oven nya itu..
- Bapak langganan nya untuk pisang itu siapa pak ?
- Aku sama mbak win biasanya
- Bagaimana awal cerita pengiriman barang sampai keluar kota ?
- Gini awalnya waktu itu kan aku ada kerja dengan uni-eropa dan kontrak
ku sudah habis..terus mau ngapain kan..tak pikir-pikir dirumah kan ada
usaha sale, kenapa gak dipasarin keluar..akhirnya kebetulan pada saat itu
ada temen juga telfon nanya kerjaan dan nganggur juga lalu kita ketemuan
di madiun..aku bawa sample 3 item waktu itu, lalu kita diskusi dan deal
abis itu kita sama sama masarin..awalnya itu dari sana mas..habis dari
madiun kita langsung nyebar naik mobil dari toko ke toko..biasanya satu
kabupaten kota, itu rata-rata diambil 3, 4, atau dua..
- Kenapa bisa begitu pak ?
- Gini rata-rata awalnya pada saat kita nawarin itu kadang 15 toko..toko
mana yang aktif dan toko mana yang kurang aktif..yang ga aktif kita
cut..tiga bulan kemudian kita evaluasi lagi dan evaluasi lagi dan akhirnya
tersisa itu..kalo kita terlalu ngambil banyak toko, pasti ada banyak sisi
negatifnya, mesti banyak retur, mesti banyak sale rusak..di produksi kan
untungnya ga banyak, kalo kita dapat pengembalian returnya banyak, kita
rugi bisa sampe kapan kita bertahan..saya ngambil kesimpulan di satu
wilayah punya toko yang bagus itu enggak lebih dari lima..kecuali di kota
Batu..karena disana kan obyek wisata, dari objek wisata yang satu ke yang
lain itu mereka punya toko-toko yang masih ramai..jadi rata-rata yang
dekat objek wisata itu ada satu atau dua..jadi ga semua kita kasih..kalo
semua kita kasih, habis modal kita di retur terus..rata-rata kan toko gamau
ngambil langsung beli..mereka mau beli namun resiko mereka gamau
nanggung..tetep dilempar ke kita soale..misalnya mereka beli cash
100..ada komitmen kalau ada resiko ditanggung oleh produsen..ga ada
yang beli putus..tetep kalo ada retur pasti dikembalikan.. rata-rata mereka
xxxii
semua maunya titip..barang dateng ditaroh situ trus nota satu..nanti kalau
barang dateng yang kedua baru ngambil nota yang pertama tapi hanya
separoh..lalu barang dateng ketiga kita baru ngambil nota pertama yang
sisa setengahnya plus nota yang kedua setengahnya..itu di daerah
barat..jogja ke sana..rata-rata seperti itu tapi ga semua..itu yang separo di
bayar cash, yang separo ga di bayar untuk MOU..itu komitmen dengan
mereka..selama kita ga putus kontrak, yang separo ga akan di bayar..dan
sekarang masih berjalan..jadi kita datangkan berapa bakal di bayar
full..kalau notaku hilang, aku gabisa minta bayar..kan dasarnya ga
punya..tapi tetep kalo ada retur akan dikembalikan..
- Bagaimana dengan pembelian bahan baku ?
- Kalo beli pisang itu kita beli putus..katakanlah harga 500 ribu, yaudah kita
bayar 500 udah gitu ajah..
- Bagaimana dengan pembagian keuntungan ?
- Jadi ga ada pembagian keuntungan..jadi berapapun dia produksi, ya itu
yang sudah kita tetapkan..jadi pinter-pinternya dia mengolah pisang
dengan mencari pisang dengan harga yang lebih murah..
- Banyak yang komen dengan permasalahan harga yang diberikan,
bagaimana tanggapan bapak ?
- Soalnya di toko rata-rata kita mau naikin 50 sampai 100 rupiah saja, kalo
ga ada event tertentu, mereka gamau atau susah..kita kalo mau naikin
sesuatu harus punya alasan yang kuat..pertama contoh alasan yang kuat
seperti BBM naik, kita punya alibi untuk menaikan..kalo seperti sekarang
jokowi menetapkan harga bbm mengikuti harga dunia..nah itu bbm sudah
tidak bisa kita jadikan alasan menaikan harga..jadi seperti di produksi
seperti ini, bingung terus terang aku kalo mau naikin harga..mereka gamau
tau..ini ga ada event apapun, apalagi mau lebaran..lebaran ini kan
waktunya saya metik hasil saya juga harus memberikan karyawan dia
THR juga..malah ada salah satu toko di malang itu minta satu nota
loh..semua yang masuk ke toko itu harus memberikan satu nota untuk
THR ke toko itu untuk bayar ke karyawannya..itu kebijakanya mas, kalo
xxxiii
gamau ngasih yaudah putus..itu kebijakan baru menjelang lebaran
kemarin..tapi akhirnya aku putus sama dia mas..makanya mas kalo di
produksi seperti saya, lebaran itu malah bukan waktu yang baik untuk
mendapat keuntungan..malah rata-rata rugi..betul loh mas..emang kita
jualnya banyak, tapi pengeluaranya juga lebih banyak..bisa di hitung kok
hehehe..itu baru untuk pemilik toko ya mas..waktu kita kirim, kadang
karyawan toko juga minta untuk ngasih bonus ke dia..meskipun dia buka
pengambil keputusan, tapi dia ikut membantu kita dalam penataan barang
atau view di toko tersebut..kalo kita ga baik sama dia, kan yang rugi juga
kita, karena kita gabisa kontrol tiap hari..keadaan di lapangan real nya
kaya gitu mas..
- Anggota bapak juga menyinggung mengenai THR, bagaimana tanggapan
bapak ?
- Dari kemaren malah temen-temen produksi malah belom kepikiran untuk
kesana..anak-anaku malah belom kebagian hahaha..itu aja baru satu
toko..dikali 10 jadi berapa hehe..
- Ada berapakah jaringan yang sudah dibangun ?
- Ada 10 lebih mas..ga hapal mas, yang paling hafal temenku..madiun,
ponorogo, magetan, ngawi, jombang, malang, batu, lamongan,
bojonegoro, cepu, solo, terus kediri..masih aktif gak ya..kemaren sempet
sampai di pasuruan, probolinggo, banyuwangi, jember, terus banyak yang
sudah saya cut seperti yang ke ntb, bali, jakarta itu sudah berhenti sama
saya..karena gini setiap kali dia minta, kita gabisa persiapkan..kita gak bisa
mencukupi permintaan dia..katakanlah mereka minta 2000, kadang split
waktu yang kita kirim lebih dari dua minggu..lama-lama ya malu kita
mas..kalo yang dijakarta kemarin kita putus karena temenku yang disana
meninggal..akhirnya yaudah..
- Tapi apakah pasaran nya bagus di jakarta ?
- Yaa lumayan mas..dia kan punya sales sendiri sampai 5 orang..tapi untuk
yang toko di madiun itu kan satu toko kita kasih tapi akhirnya pergi juga
xxxiv
ke jakarta..yang punya toko itu juga punya cabang sendiri seperti di
surabaya dan jakarta..
- Apa timbal balik yang diberikan selama kerjasama?
- Kalau timbal baliknya ga ada mas hanya sebatas jual beli
saja..kekeluargaannya tidak ada..kalo kita pergi kesana kan jarang ketemu
sama yang punya..paling sama karyawan tokonya saja..
- Apa peran sale lestari selama ini pak ?
- Untuk anggota ya pertama untuk bisa menambah pendapatan income
keluarga..yang kedua adalah waktu nganggur atau lost job apalagi buat
ibu-ibu rumah tangga kan mereka pengangguran..sebenarnya mereka kan
bekerja, tapi dari pagi dia bekerja menyiapkan makanan buat anak dan
suami..suami berangkat kerja dan anak berangkat sekolah, dia lost..dia ga
ada kerjaan sampai anaknya pulang sekolah baru ada kerjaan lagi..setelah
sehabis magrib sampai menjelang tidur itu adalah waktu kosong yang bisa
digunakan untuk menambah pendapatan..jadi dari waktu kosong itulah
akhirnya produksi sale ini bisa berjalan..jadi tidak mengganggu aktivitas
mereka dan kedua bisa menambah pendapatan keluarga..(pemanfaatan
waktu kosong yang bisa bermanfaat ekonomis) jadi kan ini merupakan
produksi padat karya..padat karya itu tidak bisa tergantikan oleh
mesin..dan limbahnya untuk pakan ternak..
- Adakah koperasi dalam sale lestari ?
- Koperasi kita gak punya..ya hanya kelompok itu saja seperti simpan
pinjam..sementara khusus buat kelompok ajah belom keluar..
- Mengapa tidak menambah anggota nya pak ?
- Kalo pertanyaan itu aku belum tau hehe..sementara dengan anggota ini
sudah cukup..kita biasanya itu kumpul arisan sale atau uang dan mutus
berupa uang..
- Apa peraturan yang terdapat di kelompok tersebut ?
- Apa yaa..sebenernya yang menetapkan peraturan itu semua anggota
mas..bukan saya hehe..aturan quality control itu sebenarnya agar bisa sama
semua produknya agar tidak ada yang besar maupun kecil agar tidak di
xxxv
komplain..retur itu termasuk aturan..sebenarnya kalau tidak banyak dan
mepet, aku bisa kerjain sendiri..tp kan repot mas akhirnya aku lempar ke
temen-temen..lalu namanya kalo ada rezeki mas kan kita bisa nikmatin
bareng-bareng..dan untuk arisan itu dibuat tiap bulan agar kita bisa ketemu
dan menyuarakan aspirasi masing-masing..kalo mereka ga dateng, ya
mereka rugi karena unek-unek mereka tidak tersampaikan..dan misal
kepepet gapapa ga harus sale anggur, bisa di tolerir dengan manggantinya
dengan uang..jadi aturan di kita itu fleksibel dan tidak saklek..
- Rata-rata mereka setor ke bapak berapa banyak dalam sebulan ?
- Ga tentu mas..antara yang satu dengan lainya berbeda-beda tergantung
kemampuan kan..mereka setor berapa saja pasti diterima..kalau diambil
rata-rata antara 1000-2000 buah dalam sebulan mereka setor..
- Bapak mengambil untung tidak dalam penjualan ?
- Saya membeli dari temen-temen produksi itu dengan harga Rp 1.900 dan
saya jual kembali dengan harga Rp 2.250 - Rp2.500 tergantung dari
tokonya..selisih uang itu saya gunakan sebagai ongkos distribusi dan
operasional serta sedikit keuntungan pribadi.
- Bagaimana dengan masalah anggota yang menjual ke orang lain ?
- Kalau mereka jual ke lain ya aku monggo-monggo ajah..kalo aku sih asik-
asik ajah mas..aku sih lebih suka terbuka daripada sembunyi-
sembunyi..minimal aku tetep dikasih tiap bulan..itulah namanya
kebersamaan mas..
- Apakah pernah renggang ?
- Kalo ada salah satu yang mau merenggangkan diri, temen-temen malah
langsung yang ngerangkul mas..kalo ada yang melanggar dari aturan tidak
tertulis, malah temen-temen yang mengingatkan..makanya mas aku kan
sering mengkritik mereka..tapi aku pikir-pikir kan aku masih muda kok
kritik yang tua terus nanti malah kakehan (kebanyakan) dosa, jadi
akhirnya temen-temen sendiri yang mengingatkan pada saat acara arisan
itu..itu trik juga mas sebenernya hehe..intinya bisa mengingatkan dan
silaturahmi mas kelompok itu..
xxxvi
- Adakah peran arisan lainnya pak selain yang bapak sebutkan ?
- Ya itu mas seperti yang saya bilang, selain sebagai wadah silaturahmi,
arisan saya gunakan sebagai sarana mengingatkan satu sama lain dan
bagian dari trik saya..karena saya kan masih muda, kalau saya terus
mengkritik yang lebih sepuh (tua) nanti takut dosa mas dan tidak enak juga
menurut saya.
- Kalau masalah pengiriman gimana ?
- Aku sih pake travel mas..travel prima jaya..
- Apa yang membuat bapak memilih travel itu ?
- Saya sih memilih karena percaya sama travel itu..terus juga karena teman
saya..
- Bagaimana perekrutan dulu ?
- Awalnya dari bu sirus yang meminta untuk bekerjasama hingga akhirnya
si a, b, dan c datang tanpa harus ngajak-ngajak untuk gabung..dengan
kesamaan tujuan mas dan juga untuk menambah pendapatan keluarga
akhirnya tercetuslah kelompok tersebut.
xxxvii
Transkrip wawancara IX (01/10/2016)
Nama = Puri
Usia = 25 Tahun
Profesi = Penjaga toko
- Sejak kapan berjualan disini ?
- Buka nya kurang tau saya..tetapi saya sudah disini sejak tiga tahun yang
lalu
- Tau engga mba kapan Sale Lestari menaruh barang disini ?
- Awal tahun ini mas..
- Kalo kesepakatan pembelianya gimana itu mba ?
- Bapaknya itu kan titip disini, trus nanti setiap biasanya ramenya itu kan
sabtu minggu..jadi sebelumnya itu bapaknya nili’i nanti yang laku tak
bayar kalo gak laku ya tetep disini..
- Alasanya apa mba menerima barang tersebut ?
- Kelihatanya itu disini juga belom ada yang ukuran kecil-kecil
itu..bentuknya juga menarik juga hehe..
- Hubungan personal dengan pak yanto bagaimana mba ?
- Hubunganya baik hehe
- Barangnya itu banyak peminatnya engga mba ?
- Lumayan banyak, Cuma kalo untuk bulan-bulan ini wisata gak begitu
rame yaa..masalahnya kan bulan ini banyak sumbangan hehe..
- Biasanya ramai nya itu kapan ?
- Biasanya liburan sekolah, lebaran itu juga rame.
xxxviii
Transkrip Wawancara X (01/10/2016)
Nama = Winarni
Usia = 49 Tahun
Jabatan = Penjual pisang
- Sejak kapan ibu mulai berjualan ?
- Tahun piro (berapa) yo mas..sudah 15 tahun mas hehe
- Sejak tahun kapan pak yanto mulai mengambil pisang ?
- Piro yo mas..wis suwe yo wis mulai dari awal awal kui..wis tahun 2004
lah
- Hubungan dengan pak yanto bagaimana bu ?
- Yo apik mas hehehe
- Bagaimana dengan timbal balik yang didapatkan ?
- Timbal balik opo mas ?
Kemudian pak Yanto menyatakan pendapatnya..”Gini loh mas kita
berbisnis itu selain kita ga melihat masalah rupiah nilai ekonomi, kita yang
terpenting itu juga adalah kekeluargaan dan silaturahminya..jangan sampe
karena hanya mungkin pisang setandan dan uang 10.000, 15.000 jangan
sampe kekeluargaan kita jadi renggang..itu kan masuk ke jaringan
juga..iya betul opo ora mba” ?
Kemudian pernyataan yang di nyatakan oleh pak yanto sependapat dengan
ibu Winarni dan menjawab.. “he’eh iyo hahaha.”
- Langganan sama pak yanto sudah lama bu ?
- Udah lama..sampe sekarang
- Sistem pembeliannya itu bagaimana ?
- Ya kalo udah dibeli yaudah gabisa dikembalikan..kadang kalo murah tak
imbuhi (di lebihkan)
- Bagaimana dengan harga bu ?
- Kalo pas larang (mahal) yo larang (mahal) nek murah yo murah mas.
xxxix
Transkrip wawancara XI (01/10/2016)
Nama = Fery
Usia = 27 Tahun
Jabatan = Travel Prima Jaya
- Ini berdirinya dari kapan mas ?
- Tahun 2007
- Pak yanto langganan disini dari kapan ?
- Dari kapan ya aduh hehe..udah lama lah..udah tahunan..sekitar tahun
2010’an
- Bagaimana dengan proses pengiriman ?
- Pengiriman yo seperti biasa..ongkos bayar gitu ajah..
- Bagaimana kalo barangnya tidak sampai ?
- Tapi mayoritas yo sampe ke tempat..
- Bagaimana hubungan dengan pak yanto ?
- Yaa baik hehehe..ya temen sama pak Yanto
- Biasane kirim berapa kali ?
- Ga mesti lah mas..
- Biasanya kalo ramainya itu kapan mas ?
- Ga mesti juga mas..paling pas liburan ajah..
xl
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI VISUAL
Foto : Dokumentasi proses produksi sale pisang anggur oleh anggota Sale Lestari
xli
Foto : Dokumentasi kegiatan wawancara kepada anggota kelompok Sale Lestari
xlii
Foto: Dokumentasi wawancara kepada jaringan sebagai validitas data
xliii
Foto : Dokumentasi kegiatan arisan bulanan kelompok Sale Lestari di kediaman
Ibu Ratih.
xliv
Foto : Dokumentasi limbah kulit pisang sale pisang anggur yang diberikan
sebagai makanan hewan ternak.