peran orang tua asuh dalam mendukung …...harus dipersiapan sejak dini oleh orang tua melalui...
TRANSCRIPT
PERAN ORANG TUA ASUH DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN
KEMANDIRIAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA
REMAJA (PSBR) BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
MAYGIE PRIAYUDANA
NIM: 109054100018
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahw :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyartan memeperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Januari 2014
MAYGIE PRIAYUDANA
109054100018
i
ABSTRAK
Maygie PriayudanaPeran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur.
Anak atau remaja merupakan investasi bagi orang tua, bahkan merupakan potensi kesejahteraan serta aset bangsa di masa depan. Untuk mencetak generasi yang kelak dapat menjadi tulang punggung bangsa, persiapan sejak dini oleh orang tua melalui pemenuhan kebutuhan baik fisik, mental maupun sosial yang sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, menjadi penting.Namun sayangnya, perbedaan tingkat sosial ekonomi membuat tidak semua keluarga mampumemenuhi kebutuhan anak, termasuk kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan formal. Hal inilah yang kemudian berdampak munculnya fenomena putus sekolah pada anak dan remaja.
Sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan remaja putus sekolah, Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus bertugas memberikan pelayanan sosial secara profesional. Dengan menggunakan sistem asuhan keluarga, para penerima manfaat di PSBR ditempatkan dalam satu rumah asuh yang terdiri dari orangtua asuh dan anak-anaknya. Dengan adanya orang tua asuh yang berrtugas sebagai pengganti orang tua kandung, diharapkan anak asuh dapat berkembang secara wajar, merasa nyaman dan memiliki sikap dan perilaku yang positif serta menjadi pribadi yang mandiri.
Atas dasar itu meneliti tentang peran orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur menjadi penting bagi penelliti. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan pendekatan penelitiannya adalah penelitian kualitatif, serta pemilihan subjek dan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan melakukan wawancara terhadap empat penerima manfaat, tiga orang tua asuh, dan satu staff tata usaha PSBR Bambu Apus Jakarta timur.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa : Pertama, pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua asuh kepada penerima manfaat adalah pola pengasuhan otoritatif. Dengan pola pengasuhan yang bersifat otoritatif dimana pola ini biasanya mengakibatkan perilaku anak yang kompeten secara sosial. Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan beorientasi pada prestasi. Kedua, orang tua asuh sangat berperan dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Hal ini tentunya sejalan dengan visi PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur yakni terwujudnya kemandirian remaja.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolongan Allah SWT
sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peran Orang Tua Asuh
Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi juga tidak akan bisa penulis lewati tanpa adanya bimbingan dan motivasi
dari orang-orang yang menyayangi dan berarti bagi penulis. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya
kepada:
1. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Muryadi dan Ibunda Muinah serta
kakak-kakaku yang telah memberikan motivasi, support serta do’a baik
materil maupun imateriil dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Siti Napsiyah, M.SW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan saran
dan motivasi kepada penulis.
5. Ibu Artiarini Puspita A., M.Psi. sebagai pembimbing skripsi yang telah
sangat sabar dan telah banyak memberikan ilmu dan saran serta semangat
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap bapak dan ibu dosen pengajar pada Jurusan Kesejahteraan Sosial
yang telah memberikan banyak ilmunya dan mengajar dengan sabar.
7. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih selaku staf tata usaha dan orang tua asuh yang
telah memberikan izin serta memberikan informasi kepada penulis untuk
iii
melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Jakarta Timur.
8. Ibu Habibi, Ibu Yuni, Bapak Suroso dan segenap keluarga besar Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur yang telah berbaik hati
menerima dan memberikan informasi kepada penulis dalam melakukan
penelitian.
9. Untuk Garis Keras (GK) UIN Jakarta dan para personil band The Parkiran
UIN Jakarta terima kasih untuk segala bentuk dukungannya.
10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2009 yang telah berbagi ilmu
serta kakak-kakak senior dan adik-adik junior Kesejahteraan Sosial yang
telah memberikan semangat.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
skripsi ini.
Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada orang-orang tersayang selain
ucapan terima kasih dan seuntaian do’a. Semoga Allah SWT memberikan dan
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang membaca
skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi para pembaca serta peneliti lainnya pada umumnya. Amin
Jakarta, 22 Januari 2013 Penulis,
Maygie Priayudana(109054100018)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iv
DAFTAR BAGAN………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………….……………... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 8
D. Metodologi Penelitian………………………………………… 9
E. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………….. 10
F. Objek dan Subjek Penelitian…………………………………... 10
G. Teknik Pemilihan Informan…………………………………… 11
H. Sumber Data…………………………………………………... 11
I. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 12
J. Keabsahan Data……………………………………………….. 14
K. Pedoman Penulisan Skripi……………………………………... 15
L. Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 15
M. Sistematika Penulisan…………………………………………... 16
v
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………… 18
A. Peran…………………………………...………………………. 18
1. Pengertian Peran……………………………………………. 18
B. Orang Tua Asuh……….……………………………………….. 20
1. Pengertian……………………………………………………. 20
2. Konsep Pengasuhan…………………………………………. 21
3. Tujuan Pengasuhan………………………………………….. 21
4. Fungsi Pengasuhan………………………………………….. 22
C. Pola Asuh………………………………………………………. 22
1. Pengertian…………………………………………………... 22
2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua…………………………... 23
3. Indikator Pola Asuh………………………………………... 25
D. Perkembangan Kemandirian Remaja…………………………... 26
1. Pengertian Perkembangan …………………………………. 26
2. Pengertian Kemandirian…………………………………….. 27
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian…………... 28
4. Aspek-aspek Kemandirian…………………………………... 30
5. Indikator Kemandirian………………………………………. 32
6. Pentingnya Kemandirian……………………………………. 34
E. Remaja………………………………………………………….. 36
1. Pengertian Remaja…………………………………………... 36
2. Ciri-ciri Masa Remaja………………………………………. 38
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja………………………… 40
F. Putus Sekolah.............................................................................. 41
vi
1. Pengertian Putus Sekolah…………………………………… 41
2. Penyebab Remaja Putus Sekolah............................................. 42
BAB III GAMBARAN LEMBAGA……………………………………….. 46
A. Sejarah Berdirinya Panti………………………………………... 46
B. Visi dan misi Lembaga…………………………………………. 46
C. Fungsi…………………………………………………………... 47
D. Tugas…………………………………………………………… 47
E. Program....................................................................................... 48
F. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga……………………………. 48
G. Mekanisme Penerimaan………………………………………... 49
H. Staff dan Struktur Lembaga........................................................ 53
I. Profil Pegawai………………………………………………….. 53
J. Deskripsi Pekerjaan…………………………………………….. 54
K. Sarana dan Prasarana................................................................... 55
L. Kerjasama dan Layanan Lembaga............................................... 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA............................................... 57
A. Data Informan............................................................................. 57
B. Pola Pengasuhan Orang Tua Asuh di PSBR Bambu Apus, Jakarta
Timur........................................................................................... 61
C. Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan
Kemandirian Remaja Putus sekolah di PSBR Bambu Apus, Jakarta
Timur............................................................................................ 67
vii
BAB PENUTUP…………………………………………………………. 75
A. Kesimpulan……………………………………..……...……….. 75
B. Saran……………………………………………………………. 76
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 77
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 80
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Staff dan Struktur Lembaga 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pegawai PSBR 53
Tabel 2. Jabatan Pegawai PSBR 54
Tabel 3. Pangkat/Golongan 54
Tabel 4. Pendidikan Pegawai PSBR 54
Tabel 5. Sarana dan Prasarana Lembaga 56
Tabel 6. Penerima Manfaat 1 57
Tabel 7. Penerima Manfaat 2 58
Tabel 8. Penerima Manfaat 3 59
Tabel 9. Penerima Manfaat 4 60
Tabel 10. Informan Orang tua asuh dan staff tata usaha 61
Tabel 12. Kategori kemandirian yang berkembang pada infoman 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak atau remaja merupakan investasi bagi orang tua, bahkan
merupakan potensi kesejahteraan serta aset bangsa di masa depan. Untuk
mencetak generasi yang kelak dapat menjadi tulang punggung bangsanya
harus dipersiapan sejak dini oleh orang tua melalui pemenuhan kebutuhan
baik fisik, mental maupun sosial yang sesuai dengan masa tumbuh
kembangnya, menjadi penting. Merupakan tanggung jawab orang tua untuk
memberikan kesejahteraan bagi anak sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Salah satu hak yang harus dipenuhi orang tua adalah hak akan
pendidikan bagi anak. Dengan terpenuhinya hak akan pendidikan, anak dapat
mengembangkan potensi-potensi dan bakat yang ada pada dirinya dan dapat
bertumbuh kembang secara baik. Namun sayangnya, kondisi ekonomi
masyarakat yang berbeda-beda membuat tidak semua keluarga memiliki
kemampuan ekonomi yang memadai sehingga mampu memenuhi segala
2
kebutuhan anaknya. Keluarga dengan status sosial ekonomi menengah ke
bawah harus merogoh kantong lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, termasuk dalam pemenuhan hak anak akan pendidikan. Ditambah
dengan tingginya biaya pendidikan, semakin banyak keluarga yang tidak
mampu membiayai sekolah sehingga akhirnya sang anak terpaksa mengalami
putus sekolah.
Apresiasi Wahono menilai orang tua khususnya di Indonesia rata-rata
sadar akan pentingnya pendidikan. Karenanya, penyebab mendasar anak
putus sekolah bukanlah akibat kurangnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan, melainkan akibat faktor ekonomi. Dengan kata lain, terdapat
kaitan yang erat antara beban ekonomi masyarakat dengan kegiatan
pendidikan anak. Kesulitan finansial seringkali membuat anak-anak yang
harus membantu ekonomi keluarga pada akhirnya memiliki pendidikan yang
terbengkalai, bahkan mengalami putus sekolah.1
Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari
suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Putus sekolah yang dimaksud
disini adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Jumlah anak putus sekolah di Indonesia
meningkat dengan pesat pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010. Menurut
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO), data terbaru menunjukkan bahwa 260,000 anak Indonesia putus
1Wahono, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Cet. 3, Jakarta:
Rineka Cipta, 1995), h. 109.
3
sekolah tahun 2011, peningkatan yang tajam dibandingkan angka 160,000
pada tahun 2010.2
Ketika seorang anak memasuki usia remaja, anak mengalami
peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal sebagai masa storm and stress, dimana remaja telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan
baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung
jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak
memiliki masa depan dengan baik.3
Dan ketika mereka mengalami putus sekolah maka mereka menjadi
tidak terarah dengan baik, sehingga muncul berbagai masalah antara lain
terlibat dalam kenakalan remaja, tawuran, minum-minuman, dan perkelahian,
menjadi anak jalanan serta timbulnya perasaan minder dan rendah diri.
Ketiadaan waktu khusus untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah
membuat remaja putus sekolah lebih rentan masuk ke dalam pergaulan yang
bebas. Mereka juga cenderung mudah terlibat interaksi dengan siapa saja,
bahkan mungkin dengan pecandu narkoba. Ketiadaan aturan dan kesepakatan
kemudian membuat remaja putus sekolah tidak lagi mau menerima masukan
apapun, pulang semaunya, terlampau sering bermain, dan cenderung tidak
memperhatikan norma kesusilaan dan norma agama. Tidak hanya itu, putus
2 ACDP INDONESIA, UNESCO: Semakin Banyak Anak Putus Sekolah di
Indonesia. artikel diakses pada 23 oktober 2013 http://acdpindonesia.com/2013/06/10/unesco-semakin-banyak-anak-putus-sekolah-di-indonesia/
3Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, h. 13
4
sekolah juga membuka ‘kran’ pengangguran dan menutup masa depan yang
cerah bagi mereka yang mengalaminya.4
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa remaja yang
mengalami putus sekolah terlantar perlu mendapat perhatian dan penanganan.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002, “Setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan minat dan bakatnya”5.
Berdasarkan undang-undang tersebut dapat dipahami bahwa remaja
putus sekolah terlantar membutuhkan penanganan dan pelayanan sosial agar
kelak tidak menimbulkan masalah bagi diri sendiri dan lingkungannya serta
dapat mencapai kesejahteraan. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979
tentang kesejahteraan anak. kesejahteraan anak merupakan “Suatu sistem
kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial”.6
Selain membantu pemenuhan kebutuhan baik dari segi fisik, mental
dan sosial, bentuk perhatian yang juga diperlukan remaja putus sekolah
adalah mendapatkan pengasuhan, perlindungan dan pendidikan sebagaimana
hak yang dimiliki seorang anak. Dengan mendapatkan pendidikan dan
pengasuhan yang baik, para remaja tersebut diharapkan dapat bersikap dan
perilaku positif serta menjadi pribadi mandiri.
4St Wardah Hanafie Das & Abdul Halik, Masalah Putus Sekolah dan
Pengangguran Tinjauan Sosiologi Pendidikan. Artikel diakses pada 23 Oktober 2013dari http://abdulhalik11.blogspot.com/2011/10/masalah-putus-sekolah-danpengangguran.html.
5 Undang-undang No. 23 tahun 2002 Pasal 9 ayat 1.6 Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
5
Sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan
remaja putus sekolah terlantar, Kementerian Sosial RI mendirikan Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Kementerian Sosial RI yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.
PSBR bertugas memberikan pelayanan sosial secara profesional bagi remaja
putus sekolah terlantar. Tujuan dari pelayanan sosial ini adalah agar mereka
memiliki kemampuan dan kemandirian, serta dapat berkembang secara wajar
ditengah masyarakat sehingga mereka dapat terampil dan aktif berpartisipasi
dalam pembangunan.7
Dengan Visi “Terwujudnya Kemandirian Remaja”, PSBR Bambu
Apus memberikan bimbingan dan pelayanan bersiat preventif, rehabilitatif
dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial pelatihan
keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi remaja terlantar putus
sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat. PSBR juga memfasilitasi penerima manfaat yang ingin ikut
sekolah kejar paket SLTP dan SLTA agar dapat sekolah kembali dan
mendapatkan ijazah sebagai modal untuk melamar pekerjaan.8
PSBR melakukan bimbingan dan pelayanan yang bersifat holistik
dengan menggunakan sistem asuhan keluarga berbeda dengan sistem di panti
sosial lain yang menggunakan asrama sebagai tempat tinggal dan tempat
sosialisasi para penerima manfaat. Dengan keluarga asuh, setiap penerima
7 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari http://bambuapus.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=13
8 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
6
manfaat dikelompokan dan dan ditempatkan dalam satu rumah asuh yang
terdiri dari orang tua asuh dan anak-anaknya. Mereka membaur sebagaimana
layaknya anak dengan orangtuanya sendiri. Dengan demikian, orang tua asuh
ini diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada remaja agar
menjadi remaja yang mandiri.9
Dari sisi remaja penerima manfaat, mereka diharapkan dapat
mengikuti pembinaan dengan baik. Penekanan yang dilakukan oleh lembaga
PSBR bagi penerima manfaat adalah adanya perubahan sikap dan perilaku
bagi remaja agar menjadi mandiri. Kemandirian itu sendiri merupakan salah
satu tugas perkembangan remaja sehingga kegagalan dalam usaha mencapai
kemandirian akan menimbulkan kesulitan dalam sebagian besar bidang
kehidupan. Dengan kata lain, untuk menjadi dewasa, kematangan fisik saja
tidaklah cukup, seorang remaja harus matang secara sosial, salah satunya
memiliki perilaku mandiri.10 Setelah keluar dari lembaga, remaja atau
penerima manfaat diharapkan dapat bersikap lebih baik agar dapat diterima
oleh masyarakat, dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, serta dapat
melaksanakan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang mandiri, aktif dan
produktif.
Atas dasar pemaparan tersebut, muncul ketartarikan peneliti untuk
mengatahui bagaimana orang tua asuh berperan dalam mendukung
perkembangan kemandirian bagi remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus
9 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur Tahun 201310Yunni Rizkiani, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan
Memecahkan Masalah Pada Remaja,.Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 13
7
Jakarta Timur. Adapun, judul yang diangkat dalam penelitian ini adaah
”Peran Orang tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan
Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur.”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membatasi
masalah pada peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan
kemandirian remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus, Jakarta Timur. Maka masalah yang akan diteliti akan
dirumuskan sebagai berikut:
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua asuh di
PSBR Bambu Apus?
b. Bagaimana peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan
kemandirian remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
8
Sesuai dengan rumusan permasalahan maka tujuan penelitian skripsi ini
adalah :
a. Untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua asuh di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
b. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua asuh dalam
mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Untuk pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan penelitian
ini dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan
wawasan akademik dalam bidang kesejahteraan sosial.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur dalam merancang dan
memperbaiki program dan pelayanan yang sedang berjalan
untuk kedepan yang lebih baik.
b. Manfaat praktis
1) Menginformasikan tentang peran orang tua asuh dalam
mendukung perkembanga kemandirian remaja putus sekolah
di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur.
9
2) Penelitian ini juga sebagai bahan pembelajaran untuk
perlindungan bagi anak, khususnya anak remaja putus
sekolah.
3) Penelitian ini juga memberikan pemahaman dan masukan
untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dan juga praktisi di
lembaga.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Pendekatan
kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.11
2. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang mencoba memberikan gambaran yang
secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu.12
11 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009), cet ke-26, h. 4.12 Meely G.Tan, Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1990), h. 9-30
10
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan maka dalam
penelitian ini akan digambarkan tentang bagaimana peran orang tua asuh
dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah di
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Jl.
PPA. Bambu Apus Jakarta Timur pada bulan Juni sampai dengan bulan
November 2013.
F. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
sebagai lembaga (organisasi) yang atributnya akan diteliti. Sedangkan objek
penelitian adalah atribut dari sesuatu benda, orang, atau keadaan, yang
menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Objek penelitian dalam
skripsi ini adalah peran orang tua asuh dalam mendukung kemandirian remaja
putus sekolah.
11
G. Teknik Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, orang tersebut
harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.13
Teknik yang digunakan untuk penentuan informan dalam penelitian
ini adalah teknik purposive (bertujuan), dimana informan dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam
memberikan informasi.14 Adapun yang penulis jadikan sebagai informan
yaitu empat penerima manfaat atau anak asuh, tiga orang tua asuh dan satu
staff tata usaha.
H. Sumber Data
Menurut Lofland dalam buku Metodologi Penelitian, sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan
orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama.
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman
video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama
melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.15
13 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009), cet ke-26, h. 90.14 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu teknik penelitian bidang
kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004), h. 63
15 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, h. 122.
12
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak dapat diabaikan. Dilihat dari segi
sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip dan dokumen pribadi
dan dokumen resmi.16
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi
ini, maka peneliti menggunakan penelitian lapangan (field research). Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer yaitu data yang merupakan observasi dan wawancara
mendalam dengan penerima manfaat, orang tua asuh dan pegawai
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
2. Data Sekunder, yaitu data yang peneliti peroleh baik berupa dokumen,
arsip-arsip, atau catatan tertulis lainnya maupun gambar atau benda
peninggalan yang berkaitan dengan penelitian
I. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh
sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
16 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, h. 113.
13
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.17
Wawancara juga dapat dikatakan sebagai percakapan yang
dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu untuk mendapatkan data
serta informasi yang konkret dari hasil pertanyaan yang diajukan oleh
pewawancara.
Dalam wawancara penulis menggunakan waawancara terstruktur
(structured interview) dengan melakukan tanya jawab terhadap penerima
manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur, orang tua asuh dan staff
pegawai yang bekerja di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.18 Observasi merupakan salah satu cara
penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa hemat biaya dan dapat
dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan indera penglihatan
yakni mata untuk melihat data dan menilai lingkungan yang dilihat.
Dalam hal ini penulis menggunakan observasi partisipasi pasif,
yakni penulis mengamati, mendengarkan, dan menemukan jawaban, tetapi
tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan.
3. Dokumentasi
Yang dimaksud dengan dokumentasi adalah teknik pengumpulan
data yang sumber data utamanya diperoleh melalui dokumen-dokumen,
17 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, h. 9-10.18 Dr. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial
(Jakarta : PT Bumi Aksara. 2000), cet. Ke-3, h. 54
14
data-data catatan peristiwa yang sudah berlalu, buku-buku, majalah-
majalah dan literatur-literatur.19 Studi dokumentasi merupakan
perlengkapan dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Adapun studi dokumentasi yang penulis teliti yakni
berupa brosur profil lembaga, draft profil kepegawaian, dan dokumen-
dokumen terkait.
J. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan
valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi
terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas sosial serta
tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan
perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Penulis
menggunakan teknik triangulasi sumber. untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama20.
Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang
berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan
wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke
informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari
observasi.21
19 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1998), h. 73.20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung CV
Alvabeta, November 2009), Cet-ke 8, h. 24121 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung CV Alvabeta, Agustus
2007), Cet-ke 5, h. 83
15
K. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam
skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2
L. Tinjauan Pustaka
1. Peran Pendamping Dalam Membentuk Kemandirian Anak Terlantar di
Yayasan Sayap Ibu yang ditulis oleh Lina Mardiana mahasiswa jurusan
Kesejahteraan Sosial tahun 2013 Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dimana isi skripsi tersebut berisikan tentang
peran pendamping dalam membentuk kemandirian anak terlantar di
yayasan sayap ibu.
2. Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Memecahkan
Masalah Pada Remaja yang ditulis oleh Yunni Rizkiani mahasiswa
jurusan Psikologi Tahun 2007 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsi tersebut memfokuskan tentang bagaimana hubungan
antara kemandirian dengan kemampuan memecahkan masalah pada
remaja.
Sedangkan, judul skripsi ini adalah Peran orang tua asuh dalam
Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur.
16
Penelitian ini difokuskan pada analisis terkait peran orang tua asuh dalam
mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah dan pola
pengasuhan orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
M. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, mengemukakan teori-teori yang melandasi dan
mendukung penelitian. Dimana dalam bab ini akan membahas
tentang orang tua asuh, pola asuh orang tua, pengertian
kemandirian, pengertian remaja, pengertian putus sekolah.
BAB III Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus Jakarta Timur, meliputi latar belakang berdirinya Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur,
Struktur organisasi, fungsi dan divisi yang bergerak di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur.
BAB IV Temuan dan Analisis, merupakan bentuk analisa tentang pola
asuh dan peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan
kemandirian remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur.
17
BAB V Penutup, dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan dari
pemikiran sebelumnya serta saran-saran sebagai bentuk hasil dari
analisa dalam penelitian penulis.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran
1. Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat dan harus dilaksanakan.1
Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain,
tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Sebagaimana
halnya peran berasal dari kata peranan (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti yaitu setiap orang
mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menetukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang
diberikan oleh masyarakat kepadanya.2
Pentingnya peran karena peran mengatur perilaku seseorang, peran
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.6672 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994), h. 268.
19
menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang
sekelompoknya.
Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat yaitu (social-position) merupakan unsur statis yang lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai masyarakat
serta menjalankan suatu peran. Peran mungkin mencangkup tiga hal, yaitu
: 3
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peran-peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dari penjelasan tersebut diatas terlihat suatu gambar bahwa yang
dimaksud peran merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-
keharusan yang dilakukan sesorang karena kedudukannya di dalam status
tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana dia berada.
3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , h. 269-270.
20
B. Orang tua Asuh
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua asuh
diartikan dengan “Orang yang membiayai (sekolah dan sebagainya) anak
yang bukan anaknya sendirri atas dasar kemanusiaan”.4 Sedangkan dalam
keputusan bersama Menteri Sosial, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Dan Menteri Agama Republik Indonesia Bab
1 Pasal 1 ayat (8) yang berbunyi: “Orang tua asuh adalah masyarakat,
keluarga, dan perseorangan yang memberikan bantuan berupa biaya dan
sarana kepada anak kurang mampu, anak cacat, dan anak yang bertempat
tinggal di daerah terpencil agar mereka dapat mengikuti pendidikan pada
satuan pendidikan dasar dengan wajar dalam rangka wajib belajar”.5
Menurut Ary H Gunawan, orang tua asuh adalah “perorangan atau
keluarga atau masyarakat yang bertindak selaku orang tua atau wali anak
kurang mampu dengan memberikan bantuan biaya pendidikan atau sarana
belajar, agar mereka dapat mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan
tingkat dasar dalam rangka wajib belajar”.6
Berdasarkan beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan
bahwa orang tua asuh adalah perorangan, keluarga, atau masyarakat yang
mampu untuk siap menjadi orang tua wali bagi anak kurang mampu atau
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet X, h. 7065 Departemen Sosial RI, Keputusan Bersama Menteri Sosial, Menteri dalam
Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Agama RI, (Jakarta: Departeman Sosial RI, 1997, h. 6
6 Ary H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan din Indonesia, (Jakarta; Bumi Aksar, 1986), Cet. 1, h. 123
21
kurang beruntung dengan memberikan biaya dan sarana agar mereka dapat
mengikuti pendidikan dasar dalam rangka wajib belajar. Dan dalam hal ini
yang dimaksud dengan orang tua asuh di PSBR adalah orang dewasa yang
berusia minimal 27 tahun dan atau sudah menikah yang secara sukarela
serta memilik keterampilan dalam mengasuh seperti yang telah ditetapkan.
2. Konsep Pengasuhan
Konsep pengasuhan di PSBR Bambu Apus Jakarta yaitu: 7
a. Konsep pengasuhan di PSBR mencakup beberapa pengertian
pokok, antara lain: pengasuhan bertujuan untuk mendorong
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara
fisik, mental, maupun sosial.
b. Pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus
menerus antara orang tua dengan anak.
c. Pengasuhan adalah sebuah proses sosialisasi.
d. Sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi proses pengasuhan
tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan
3. Tujuan Pengasuhan
Pengasuhan di PSBR Bambu Apus Jakarta bertujuan untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak agar dapat terpenuhi kebutuhan fisik (kehangatan,
7 Data diambil dari dokumen yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur pada 13 September 2013
22
kebersihan, ketenangan, dan kepuasan), emosi (merasa dihargai, merasa
dicintai, memperoleh kesempatan umtuk menentukan pilihan dan untuk
mengetahui resikonya) dan sosial (tidak merasa terasing).8
4. Fungsi Pengasuhan
Pengasuhan di PSBR Bambu Apus Jakarta memeilikin fungsi
sebagai pengganti orang tua biologis yang mana orang tua mempunyai
peran utama untuk merawat, melindungi dan mengarahkan dalam setiap
tahap perkembangan anak sehingga anak akan mampu bertanggung
jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.9
C. Pola Asuh
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model,
sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh
mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri
sendiri.10 Tarmudji mengatakan pola asuh orang tua adalah interaksi antara
orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan.11 Sedangkan
8 Data diambil dari dokumen yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur pada 13 September 20139 Data diambil dari dokumen yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur pada 13 September 201310 TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar BahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 69211 Tarmudji, T. Hubungan pola asuh orang tua dengan agresifitas remaja.
Artikel Diakses pada 3 Februari 2014 pada http://www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hub_pola_asuh_orang_tua.htm
23
menurut Singgih D. Gunarsa pola asuh adalah gambaran yang dipakai
oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik) anak.12
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
pola asuh orang tua yaitu, tindakan atau sikap orang tua dalam berinteraksi
kepada anaknya. Pengasuhan orang tua diharapkan dalam memberikan
kedisiplinan terhadap anak, memberikan tanggapan yang sebenarnya agar
anak merasa orang tuanya selalu memberikan perhatian yang positif
terhadapnya.
2. Jenis - Jenis Pola Asuh Orang tua
Menurut Diana Baumrind ada 4 jenis pola pengasuhan orang tua,
yaitu:13
a. Pengasuhan Otoritarian (Authoritarian Parenting)
Pengasuhan otoritarian ini adalah pola yang membatasi dan
menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti
arahan orang tua dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Batas
dan kendali yang tegas diterapkan pada anak, dan sangat sedikit
tawar-menawar verbal yang diperbolehkan. Pola ini bisa
mengakibatkan prilaku anak yang tidak kompeten secara sosial. Anak
yang memiliki orang tua otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan,
minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu
12 Singgih, Gunarsa. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2000 ) h. 108-10913 John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 167
24
memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.
Putra dari orang tua yang otoriter mungkin berperilaku agresif.
b. Pengasuhan Otoritatif (Authoritatif Parenting)
Pola ini mendorong anak untuk mandiri, namun masih
menempatkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan
verbal memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap
hangat dan penyayang terhadap anak. Pola ini biasanya
mengakibatkan perilaku anak yang kompeten secara sosial. Anak yang
memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri
dan mandiri, dan beorientasi pada prestasi. Mereka cenderung
mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja
sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres dengan baik.
c. Pengasuhan Yang Mengabaikan (Neglectful Parenting)
Pola dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa
aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada diri mereka.
Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial dan
banyak diantaranya memiliki kemampuan pengendalian diri yang
buruk.
d. Pengasuhan Yang Menuruti (Indulgent Prenting)
Suatu pola dimana orang tua sangat terlibat penuh dengan anak
tetapi tidak menaruh banyak tuntutan dan kontrol yang ketat pada
mereka. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan
25
perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya.
Anak yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang belajar
menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk
mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin mendominasi,
egosentris, tidak menuruti aturan, dan kesulitan dalam hubungan
dengan teman sebaya.
3. Indikator Pola Asuh
Indikator dari pola asuh orang tua terhadap anaknya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:14
a. Pola asuh Yang Menuruti (Indulgent Prenting), antara lain
mempunyai indikator:
1) Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan
dari orang tua
2) Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak
berperilaku sosial baik
3) Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar
peraturan
4) Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak
sehari-hari
5) Orang tua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
14 Singgih, Gunarsa. Psikologi Perkembangan. Jakarta, 2000. : PT BPK
Gunung Mulia
26
b. Pola asuh otoritarian (Authoritarian Parenting), antara lain
mempunyai indikator:
1) Orang tua menerapkan peraturan yang ketat
2) Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
3) Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak
4) Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal)
5) Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
c. Pola asuh otoritatif (Authoritatif Parenting), antara lain mempunyai
indikator:
1) Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
2) Hukuman diberikan akibat perilaku salah
3) Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
4) Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan
kehendak kepada anak
5) Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak
tidak sesuai
6) Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap
anak.
D. Perkembangan Kemandirian Remaja
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi,
lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku
27
pada masa usia dini, anak-anak, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan
berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup.15
Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian
perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan
menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang
baru.16
Maka dengan kata lain dapat penulis disimpulkan bahwa sepanjang
hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses
tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth)
serta kamatangan (maturation) baik fisik maupun psikis
2. Pengertian Kemandirian Remaja
Menurut Steinberg, kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk
dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan
keinginannya sendiri setelah remaja tersebut mempelajari keadaan
sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan merupakan bagian
yang mempengaruhi perkembangan kemandirian. Perubahan fisik yang
terkait dengan pubertas mendorong remaja untuk tidak tergantung secara
emosi dengan orang tua tetapi mengarah kepada teman sebaya.
Selanjutnya, perubahan fisik mempengaruhi perubahan pada penampilan
dan cara-cara individu berperilaku yang membuat remaja terlihat lebih
15 Soepalarto , Siti Aminah, Dr. SpS (K). Pendekatan Neurologi Pada Penilaian
Perkembangan Anak. YKAI : 200816 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, h. 11
28
matang sehingga orang tua mereka yakin untuk memberikan tanggung
jawab pada mereka. Perubahan kognitif remaja menjadikan remaja
tersebut mampu untuk membuat sebuah keputusan. Keputusan yang
dibuatnya sendiri setelah mendengarkan pendapat dari orang-orang yang
dianggap berkompeten untuk memberikan pendapat. Remaja juga akan
mampu memberikan alasan dengan cara-cara yang lebih baik serta
memprediksi akibat dari keputusannya. Perubahan peranan dan aktivitas
sosial remaja terkait dengan munculnya masalah yang berhubungan
dengan kebebasan. Untuk mencapai kebebasan yang remaja inginkan
remaja diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggungjawab, dapat
membuat keputusan yang bebas dari pengaruh orang lain dan
mengklarifikasi nilai-nilai personal.17
Berdasarkan pemaparan di atas, kemandirian remaja yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan remaja untuk mencapai
sesuatu yang diinginkannya setelah remaja mengeksplorasi sekelilingnya.
Hal ini mendorong remaja untuk tidak tergantung kepada orang tua secara
emosi dan mengalihkannya pada teman sebaya, mampu membuat
keputusan, bertanggungjawab dan tidak mudah dipengaruhi orang lain.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Sebagaiman aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga
bukanlah murni sebuah bawaan semata yang melekat pada individu sejak
17 Nasution, Perkembangan Kemandirian Remaja, Artikel diakses pada 18
September 2013 dari http.repository.usu.ac.id/bitstream/
29
ia dilahirkan kedunia. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai
stimulasi yang datang dari lingkungannya.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian, yaitu sebagai berikut18:
a. Gen atau keturunan orang tua.
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memilki kemandirian juga. Namun ada juga
pendapat yang mengatakan sesungguhnya bukan sifat kemandirian
orang tuanya itu yang menurun pada kepada anaknya, melainkan sifat
orang tuanya muncul bersamaan dengan cara orang tua mendidiknya.
b. Pola asuh orang tua.
Orang tua yang terlalu banyak melarang dan mengeluarkan
kata “jangan” kepada anak tanpa disertai penjelasan yang rasional
akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya orang
tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan
mendorong kelancaran perkembangan motorik sang anak. Demikian
juga, dengan orang tua yang sering membanding-bandingkan anak
yang satu dengan yang ainnya juga akan berpengaruh kurang baik
terhadap perkembangan kemandirian anak.
c. Sistem pendidikan disekolah.
Proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan
demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi
18 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, h.118
30
tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian
remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan
pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat
perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses pendidikan
yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi
anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi yang positif akan
memperlancar perkembangan kemandirian remaja.
d. Sistem kehidupan masyarakat.
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan
pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau
mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam
kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan
kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman,
menghargai ekspektasi potensi remaja dalam bentuk kegiatan dan
tidak berlaku hierarkis akan merangsang dan mendorong
perkembangan kemandirian remaja.
4. Aspek-aspek Kemandirian
Steinberg mengemukakan bahwa aspek-aspek kemandirian
meliputi: 19
a. Kemandirian Emosi (Emotional Autonomy)
19 Nasution, Perkembangan Kemandirian Remaja, Artikel diakses pada 18
September 2013 dari http repository.usu.ac.id/bitstream. h.177
31
Aspek emosional mengarah pada kemampuan remaja untuk
mulai melepaskan diri secara emosi dengan orang tua dan
mengalihkannya pada hubungan dengan teman sebaya. Tetapi bukan
memutuskan hubungan dengan orang tua. Remaja yang mandiri secara
emosional tidak membebankan pikiran orang tua meski dalam masalah.
Remaja yang mandiri secara emosional tidak melihat orang tua mereka
sebagai orang yang tahu atau menguasai segalanya. Remaja yang
mandiri secara emosi dapat melihat serta berinteraksi dengan orang tua
mereka sebagai orang-orang yang dapat mereka ajak untuk bertukar
pikiran.
b. Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)
Aspek kemandirian perilaku merupakan kemampuan remaja
untuk mandiri dalam membuat keputusanya sendiri dengan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Mereka mengatahui
kepada siapa harus meminta nasehat dalam situasi yang berbeda-beda.
Remaja mandiri tidak mudah dipengaruhi dan mampu
mempertimbangkan terlebih dahulu nasehat yang diterima. Remaja
yang mandiri secara perilaku akan terlihat lebih percaya diri dan
memiliki harga diri yang lebih baik. Mereka yang mandiri secara
perilaku tidak akan menunjukkan perilaku yang buruk atau semena-
mena yang dapat menjatuhkan harga diri mereka.
32
c. Kemandirian Nilai (Value Autonomy)
Remaja yang mandiri dalam nilai akan mampu berpikir lebih
abstrak mengenai masalah yang terkait dengan isu moral, politik, dan
agama untuk menyatakan benar atau salah berdasarkan keyakinan-
keyakinan yang dimilikinya. Remaja dapat memberi penilaian benar
atau salah berdasarkan keyakinannya dan tidak dipengaruhi aturan yang
ada pada masyarakat. Remaja yang mandiri dalam nilai akan lebih
berprinsip. Prinsip yang terkait dengan hak seseorang dalam kebebasan
untuk berpendapat atau persamaan sosial.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemandirian itu meliputi tiga aspek yakni kemandirian emosi yang
ditandai dengan kemampuan melepaskan diri atas ketergantungan
remaja dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dari orang tua.
Kemandirian perilaku yang ditandai dengan kemampuan mengambil
keputusan dan konsekuen dalam melaksanakan keputusan tersebut.
Kemandirian nilai yang ditandai dengan timbulnya keyakinan terhadap
nilai-nilai yang abstrak (moral) atau ukuran benar/salah.
5. Indikator Kemandirian
Steinberg mengemukakan beberapa indikator dari munculnya
kemandirian pada seorang remaja diantaranya adalah sebagai berikut:20
20 Nasution, Perkembangan Kemandirian Remaja, Artikel diakses pada 18
September 2013 dari http repository.usu.ac.id/bitstream. h.178-179
33
a. Indikator Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)
1) Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui
dengan pasti kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan nasehat
orang lain.
2) Mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan
yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan saran-saran
orang lain,
3) Mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana
seharusnya bertindak/melaksanakan keputusan dengan penuh
percaya diri.
b. Indikator Kemandirian Emosi (Emotional Autonomy)
1) Tidak serta merta lari atau mengadu kepada orangtuanya ketika
mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran, atau ketika
ia sedang membutuhkan bantuan.
2) Tidak lagi memandang orang tuanya sebagai orang yang mengetahui
segala-galanya atau menguasai segala-galanya.
3) Seringkali mempunyai energi emosional yang besar dalam rangka
menyelesaikan hubungan-hubungan di luar keluarganya, dan dalam
kenyataannya mereka merasa lebih dekat dengan teman-temannya
daripada orangtuanya sendiri.Mampu memandang dan berinteraksi
dengan orangtuanya sebagai orang pada umumnya, artinya bukan
semata-mata sebagai orangtuanya.
34
4) Mampu memandang dan berinteraksi dengan orangtuanya sebagai
orang pada umumnya, artinya bukan semata-mata sebagai
orangtuanya.
c. Indikator Kemandirian Nilai (Value Autonomy)
1) Cara remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin
abstrak.
2) Keyakinan-keyakinan remaja menjadi semakin bertambah mengakar
pada prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa basis idiologis,
3) Keyakinan-keyakinan remaja menjadi semakin bertambah tinggi
dalam nilai-nilai mereka sendiri, bukan hanya dalam suatu sistem
nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur pemegang kekuasaan
lainnya.
4) Mampu memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, hak
dan kewajiban, apa yang penting dan apa yang kurang atau tidak
penting.
6. Pentingnya Kemandirian
Kemandirian bukanlah hal yang baru dan berkembang ketika
individu menginjak usia remaja. Kemandirian sudah mulai berkembang
jauh sebelum mencapai tahap remaja. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan
seorang anak kecil yang kerap mengatakan “tidak” terhadap berbagai hal
yang diminta atau disuruh untuk dilakukan oleh orang tua. Dari contoh
ini terlihat bahwa dari sejak dini seorang individu selalu mencoba untuk
35
terlepas dari orang lain dan memiliki “kekuasaan” atas dirinya sendiri.
Kemandirian berkembang pada tiap tahapan perkembangan sesuai
dengan usia dan tuntutan pada tiap tahapnya.21
Menurut Smart & Smart kemandirian sudah dapat dilihat sejak
individu masih kanak-kanak dan mulai menemukan bentuknya pada
akhir masa remaja sampai akhirnya relatif menetap pada masa dewasa
awal. Kemandirian itu sendiri merupakan aspek kepribadian yang harus
dimiliki oleh setiap individu.22
Rice mengemukakan bahwa remaja perlu mengembangkan
kemandirian dalam prosesnya mencapai kedewasaan, hal ini disebabkan
karena kemandirian dibutuhkan seorang individu untuk menjalani
peranan tanggung jawab sebagai orang dewasa. Mussen menyatakan
bahwa mencapai kemandirian merupakan salah satu tugas utama remaja.
Kegagalan dalam usaha mencapai kemandirian akan menimbulkan
kesulitan dalam sebagian besar bidang kehidupan. Untuk benar-benar
menjadi dewasa dan tidak hanya secara fisik, remaja harus bisa memiliki
perilaku mandiri.23
Remaja harus dapat melepaskan diri dari ikatan orang tua atau
menjadi mandiri, karena remaja mengalami suatu perkembangan yang
semakin jelas diarahkan ke luar dirinya, ke luar lingkungan keluarga, ke
21Yunni Rizkiani, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan
Memecahkan Masalah Pada Remaja,.Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 13
22 Yunni Rizkiani, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Remaja, h. 13
23 Yunni Rizkiani, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Remaja, h. 13
36
orang lain di masyarakat dan tempat yang akan ditempatinya dalam
masyarakat.24
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
merupakan perilaku yang timbul karena dorongan dalam diri sendiri
tanpa dipengaruhi orang lain.
E. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata lain adolescere,
(kata bendanya adolescentia, yang berarti remaja), yang bererti “tumbuh”
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini adolescence seperti yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik.25
Menurut kamus besar bahasa Indonesia remaja memiliki arti mulai
dewasa.26 Masa remaja ialah suatu periode dari masa anak-anak menjadi
dewasa ketika manusia menguji berbagai peran yang mereka mainkan dan
mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi diri, suatu
identitas.27
24 Singgih Gunarsa dan Ny. Gunarsa, S,D, Psikologi Remaja. Jakarta: PT.BPK
Gunung Mulia, 1995 25 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi
ke- 5, h. 20626 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 73927 Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional),
Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 2006, h. 13
37
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah suatu
masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi perlalihan dari ketergantunagn
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.28
Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.29 Sedangkan Hurlock
membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17
tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 hingga 18 tahun), masa remaja
awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa
dewasa30
Masa remaja, menurut Tanley Hall, seorang bapak pelopor
psikologi perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai dan
stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia
akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung jawab, tetapi
28 Sarlito Wirawan. S, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994, h. 929 Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human development (8th ed).
Boston: McGraw-Hill, 2001, h. 12230 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi
ke- 5, h. 207
38
kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki
masa depan dengan baik.31
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang
berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.32
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa storm and stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan
tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri
dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu dan akan nampak jelas pada
remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
31Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia,
2004, h. 1332 Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (UNICEf, 2006), h. 128.
39
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak
yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik
yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat
berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang
menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan
dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga
terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi
berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati
dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan
kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang
40
menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka
sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
3. Tugas-tugas Perkembangan remaja
a. Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan (development task) yakni tugas-
tugas atau kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuai
dengan tahap perkembangan individu itu sendiri. Dari sejak
kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa akhir, setiap individu
harus melakukan tugas itu.33
Keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas
perkembangan pada periode usia tertentu akan mempengaruhi
berhasil atau tidaknya individu dalam menjalankan tugas
perkembangan pada periode selanjutnya
b. Jenis-jenis Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berprilaku secara
dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut
Hurlock adalah sebagai berikut:34
33 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia,
2004, h. 7734 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, h. 10
41
Beruhasa mampu menerima keadaan fisiknya
1) Berusaha mampu menerima dan memahami keadaan seks usia
dewasa
2) Berusaha mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis.
3) Berusaha mancapai kemandirian emosional.
4) Berusaha mancapai kemandirian ekonomi.
5) Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan
intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat.
6) Berusaha memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai
orang dewasa dan orang tua.
7) Berusaha mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial
yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
8) Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
9) Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung
jawab kehidupan keluarga.
F. Putus Sekolah
1. Pengertian Putus Sekolah
Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari
suatulembaga pendidikan tempat dia belajar. Anak putus sekolah yang
42
dimaksud disiniadalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan
formal, yangdisebabkan oleh berbagai faktor.35
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak putus sekolah adalah
anak yang meninggalkan sekolah sebelum tamat, berhenti sekolah, tidak
melanjutkan sekolah36
Dari paparan tentang pengertian putus sekolah maka penulis
menyimpulkan bahwa putus sekolah diartikan sebagai seseorang yang
telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu pada tingkat SD,
SMP, maupun SMA untuk belajar dan menerima pelajaran tetapi tidak
sampai tamat atau lulus kemudian mereka berhenti atau keluar dari
sekolah.
2. Penyebab Remaja Putus Sekolah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya anak putus
sekolah (drop out) antara lain adalah.37
a. Latar belakang pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua yang rendah sangat berpengaruh
terhadap cara pandang dan cara berpikir tentu tidak sejauh dan seluas
orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Orang tua yang hanya
35 Eddy Purnomo “Evaluasi Angka Putus Sekolah Dan Pengangguran Kota
Blitar2006-2010,” artikel diakses pada 12 Juni 2013 dari http://www.scribd.com/doc/62071883/7/Pengertian-Putus-Sekolah .
36 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-10, h. 568.
37 Abdul Rasyid,” Hal-hal Yang Menjadi FaktorPenyebab Putus Sekolah” Artikel diakses pada 12 Juni 2013 dari http://siunyupunyacerita.blogspot.com/2013/03/hal-hal-yang-menjadi-faktor-penyebab.html
43
tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-hal
tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Latar
belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang
mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus
sekolah dalam usia sekolah.
b. Lemahnya ekonomi keluarga
Hampir di setiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu
melanjutkan pendidikan. Pendidikan putus di tengah jalan disebabkan
karena berbagai kondisi yang terjadi dalam kehidupan, salah satunya
disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang memprihatinkan.
Disadari bahwa kondisi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi
seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan
pendidikan dan menyelesaikan. Kondisi ekonomi seperti ini
disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai
pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan
kemampuan dan faktor lainnya.
c. Kurangnya minat anak untuk bersekolah
Yang menyebabkan anak putus sekolah bukan hanya
disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, juga lemahnya
ekonomi keluarga tetapi juga datang dari dirinya sendiri yaitu
kurangnya minat anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah.
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut
ilmu pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan
44
yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga
minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana
mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk
bersekolah adalah anak kurang mendapat perhatian dari orang tua
terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang
terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah
orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat
kurang.
d. Kondisi lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan.
Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau
lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam
membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif. Untuk
membina anak kearah yang lebih positif dan bermanfaat adalah
dengan adanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
sehingga anak timbul saling pengaruh dengan proses pendidikan akan
berjalan dengan lancar dan baik.
e. Keadaan masyarakat
Masalah kehidupan anak bukan saja berlangsung di dalam
rumah tangga dan sekolah, tetapi sebahagian besar kehidupannya
berada dalam masyarakat yang lebih luas. Kehidupan dalam
masyarakat merupakan lingkungan yang ketiga bagi anak yang juga
45
salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan
mereka. Karena dalam lingkungan masyarakat inilah anak menerima
bermacam-macam pengalaman baik yang sifatnya positif maupun
yang sifatnya negatif. Hal ini menunjukkan bahwa anak akan
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda antara
yang satu dengan yang lain. Orang tua dan sekolah adalah lembaga
yang khusus, mempunyai anggota tertentu, serta mempunyai tujuan
dan tanggung jawab yang pasti dalam mendidik anak. Berbeda dengan
masyarakat, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan.
46
BAB III
GAMBARAN TENTANG LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Panti
PSBR Bambu Apus berdiri sejak bulan Juli 1972, namun kegiatan
operasionalnya baru dimulai pada tanggal 15 September 1974. Panti ini
diresmikan oleh Menteri Sosial RI pada waktu itu yaitu H. MS
Mintaredja,SH. Pada tahun 1977 panti ini secara definitif memperoleh
anggaran dari Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial. PSBR Bambu
Apus semula bernama Panti Asuhan Percontohan yang selanjutnya berganti
nama menjadi Panti Penyantunan Anak (PPA). Pada tanggal 23 April 1994
berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 Panti ini
berubah nama menjadi PSBR Bambu Apus dan secara definitif berlaku mulai
tanggal 1 September 1994 sampai sekarang.1
B. Visi dan Misi Lembaga2
1. Visi :
“Terwujudnya Kemandirian Remaja”
2. Misi :
“Memecahkan permasalahan sosial remaja akibat putus sekolah,
menimbulkan kesadaran untuk mengembangkan potensinya, dan
meningkatkan jaringan kerja dalam upaya mencapai kemandirian”
1 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari http://bambuapus.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=13 pada 13
2 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur tahun 2013
47
1) Menyiapkan Prilaku “MaJu KeDePan” (Mandiri, Jujur, Kreatif,
Disiplin dan Pantang Menyerah.
2) Pengembang Jiwa Kewirausahaan, Melalui Keterampilan Hidup
Kreatif, Produktif serta Ekonomis.
3) Meningkatkan Jaringan Kerja Pelayanan Terhadap Remaja
Terlantar Putus Sekolah.
C. Fungsi3
1. Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri bagi remaja.
2. Pusat informasi, pendidikan pelatihan dan penelitian terutama yang
berkaitan dengan kinerja organisasi, prilaku sosial remaja.
3. Pusat rujukan tenteng penangan masalah sosial remaja baik bagi
upaya pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan, dukungan maupun
pengembangan.
D. Tugas4
Memberikan bimbingan, pelayanan yang bersifat preventif,
rehabilitative, dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental,
sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi, serta bimbingan lanjut
bagi remaja terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan
aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan
standar pelayanan rujukan.
3 Brosur PSBR Bambu Apus Jakarta Timur tahun 20134 Brosur PSBR Bambu Apus Jakarta Timur tahun 2013
48
E. Program 5
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut PSBR Bambu
Apus Jakarta memiliki beberapa program antara lain:
1. Pengembangan sikap (Maju Kedepan) Mandiri, Jujur, Kreatif.
2. Disiplin dan pantang menyerah. Melalui: Pengembangan jiwa
kewirausahaan, keterampilan hidup praktis dan produktif serta
ekonomos.
3. Ekstrakulikuler dengan aktivitas seni serta pengenalan komputer.
F. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga 6
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur sebagai Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) dilingkungan Direktorat Jendral Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI melaksanakan tugas
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial. Melalui kegiatan sosial,
mental, fisik serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja seperti
keterampilan otomotif, elektro, las, jahit dan salon. Pihak panti
menerima remaja terlantar putus sekolah yang tidak mampu dengan
batas usia dari umur 15 thn s/d 18 thn. Remaja tersebut pun tanpa
pernah menjenjang pendidikan hingga SLTA atau sederajat. Ruang
lingkup panti ini mencakup nasional yang bekerja sama dengan dinas-
dinas sosial terkait di beberapa daerah seluruh Indonesia.
5 Brosur PSBR Bambu Apus Jakarta Timur tahun 20136 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari
http://bambuapus.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=13 pada 13
49
G. Mekanisme Penerimaan7
1. Penjangkauan dan Perekrutan
Menyadari perlunya pusat pemberdayaan dan pengembangan diri
bagi remaja, sejak 1 September 1994 PSBR telah menerima sekitar 74
angkatan. Setiap tahun ada dua kali pendaftaran yang dilaksanakan setiap
bulan November dan Desember untuk angkatan pertama, sedangkan
angkatan kedua pada bulan Mei dan Juni. Berikut proses penjangkauan
dan perekrutan yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta.
2. Sosialisasi Program PSBR Bambu Apus Jakarta
Sosialisasi program adalah kegiatan diseminsi atau
penyebarluasan informasi tentang PSBR secara umum kepada
masyarakat. Tujuan sosialisasi ini adalah :
a. Peserta pertemuan mengetahui dan memahami tugas pokok dan
Fungsi PSBR.
b. Peserta pertemuan mengetahui dan memahami Status PSBR
sebagai UPT milik Kementrian Sosial RI.
c. Peserta pertemuan mengetahui dan memahami maksud dan tujuan
PSBR.
3. Pendaftaran
Pendaftaran merupakan kegiatan membagikan formulir
pendaftaran, mewawancarai, melakukan observasi sekaligus mencatat
anak remaja calon binaan PSBR di lokasi (tempat tinggal calon binaan).
7 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin ketua divisi Rehsos PSBR pada 4
September 2013
50
Beberapa aspek yang harus diperoleh dari kegiatan ini adalah :
a. Identitas calon binaan (nama calon, usia, pendidikan terakhir,
permasalahan yang dihadapi anak pada waktu tersebut)
b. Identitas Orang tua/wali (nama, alamat orang tua/wali, usia,
pekerjaan)
c. Jumlah saudara kandung calon (bila ada alamat keluarga/warga
terdekat yang tinggal di sekitar PSBR Bambu Apus)
d. Penyebab keterlantaran (putus sekolah).
4. Seleksi
Seleksi adalah kegiatan untuk memilah dan memilih atau
menentukan calon peserta atau penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus yang dilakukan tim seleksi. Tim Seleksi ini diketuai oleh
seorang pekerja sosial yang ditunjuk berdasarkan SK Pimpinan PSBR.
Seleksi terhadap calon penerima pelayanan PSBR didasarkan
pada aspek-aspek sbb :
a. Calon penerima pelayanan harus memenuhi syarat-syarat sbb:
1) Laki/perempuan
2) Usia antara 15 – 18 tahun
3) Sehat jasmani menurut keterangan dokter
4) Siap tinggal di asrama PSBR selama waktu pelayanan
5) Siap mengikuti segala peraturan yang ada
b. Keluarga calon penerima manfaat:
1) Status sosial ekonomi keluarga menengah-bawah
51
2) Siap mendukung proses pelayanan yang diberikan selama
anaknya berada PSBR
3) Siap menerima dan melanjutkan proses pelayanan yang telah
diberikan PSBR setelah anak selesai mengikuti pelayanan
nanti.
5. Registrasi
Registrasi adalah kegiatan mencatat, menyimpan serta
mengagendakan data-data calon penerima manfaat PSBR ke dalam
buku register. Kegiatan registrasi dilakukan di PSBR Bambu Apus
dan dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK Kepala panti.
6. Orientasi
Orientasi adalah proses yang diselenggarakan oleh PSBR
untuk melakukan penyesuaian fisik, psikis dan mental anak calon
penerima pelayanan ke dalam metode pelayanan yang ada.
a. Kriteria Pemilihan
1) Laki-laki
2) Usia 15-18 tahun
3) Putus sekolah SD, SMP, SLTA
4) Sehat jasmani dan rohani
5) Tidak bertato
6) Tidak narkoba
7) Tidak terlibat tindakan criminal
52
8) Sanggup mengikutu peraturan yang berlaku di PSBR
Bambu Apus.
9) Lulus seleksi
7. Waktu pendaftaran
a. Angkatan I : Pendaftaran bulan Desember, Mulai belajar bulan
Januari s/d Juni
b. Angkatan II : Pendaftaran bulan Juni, Mulai belajar bulan Juli s/d
Desember
8. Pengasuhan / Bimbingan
Setiap rumah asuh terdapat orang tua asuh. Sistem
pengasuhan adalah menganggap anak seperti keluarganya sendiri,
mengayomi anak. Orang tua asuh dapat menjadi teman, sahabat dan
guru bagi para penerima manfaat. Yang menjadi orang tua asuh adalah
pegawai PSBR Bambu Apus Jakarta yang bersedia menjadi orang tua
asuh.
53
H. Staff Lembaga dan Struktur lembaga8
Bagan 1
Struktur Lembaga
Sumber: Dokumentasi PSBR Tahun 2013
I. Profil Pegawai PSBR Bambu Apus Tahun 20139
Tabel 1
Pegawai PSBR
No Pegawai Jumlah1 Laki-laki 232 Perempuan 26
Sumber: Dokumentasi PSBR Bambu Apus Tahun 2013
8 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari
http://bambuapus.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=13 pada 139 Profil PSBR
Kepala LembagaDra.Ignatia Sri Wuwuh P , M.Si
Kepala Sub Bagian Tata UsahaDra. Kokom Komalawati, M.Si
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Namin Sunarto, AKS
Kepala Seksi Program dan Advokasi sosial
Dyah Wijayanti A.KS,M.Kesos
Koordinator Jabatan Fungsional
Dra. Habibi Tamher, M.Si
54
Tabel 2
Jabatan Pegawai
No Jabatan Jumlah1 Eselon IV 32 Eselon III 13 Fungsional 164 Staff 29
Sumber: Dokumentasi PSBR Bambu Apus Tahun 2013
Tabel 3
Pangkat/Golongan
No Pangkat/Golongan Jumlah1 Golongan IV 52 Golongan III 313 Golongan II 114 Golongan I 2
Sumber: Dokumentasi PSBR Bambu Apus Tahun 2013
Tabel 4
Pendidikan Pegawai
No Pendidikan Jumlah1 S2 82 S1/D4 203 Sarjana Muda / D3 74 SLTA 115 SLTP 36 SD -
Sumber: Dokumentasi PSBR Bambu Apus Tahun 2013
J. Deskripsi Pekerjaan10
1. Sub Bagian Tata Usaha
Melakukan penyiapan penyusunan rencana anggaran, urusan surat
menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta
kehumasan.
10Profil PSBR
55
2. Seksi Program dan Advokasi Sosial
Melakukan penyusunan rencana program rehabilitasi sosial,
pemberian informasi, advokasi sosial dan kerja sama, penyiapan standar
oprasional pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan.
3. Seksi Rehabilitasi Sosial
Melakukan observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani
dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar
pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan
lanjut.
K. Sarana dan Prasarana Lembaga11
PSBR Bambu Apus mempunyai lokasi tanah dan bangunan dengan
surat ukur situasi No.1 /437/1979 dengan luas 103.400 m2, terdiri atas
bangunan-bangunan sebagai berikut :
Tabel 5
Sarana dan Prasarana Lembaga
No Gedung atau bangunan Jumlah1 Gedung kantor dan ruang aula 1 unit2 Rumah asuh (cottage) 23 unit3 Poliklinik 1 unit4 Dapur umum dan ruang makan 1 unit5 Gedung instalasi produksi (shelter workshop) 1unit6 Ruang bimbingan / praktek keterampilan 5 unit7 Ruang ibadah (masjid) 1 unit8 Gedung fungsional PekSos dan Konseling 1 unit9 Pos jaga / keamanan 1 unit
11Profil PSBR
56
No Gedung atau bangunan Jumlah10 Rumah dinas kepala panti 1 unit11 Rumah dinas type 45 10 unit12 Rumah dinas type 70 9 unit13 Lapangan futsal 1 unit14 Lapangan volley ball/ basket 1 unit15 Gedung olah raga bulu tangkis 1 unit16 Taman kanak kanak ( TK ) 1 unit17 Taman anak sejahtera 1 unit18 Kendaraan roda empat 3 unit
Sumber: Dokumentasi PSBR Bambu Apus Tahun 2013
L. Kerja Sama dan Layanan Lembaga12
1. Internal
Lintas Program antar Direktorat Jendral dan Jaringan Antar Unit
Pelaksana Teknis Lingkungan Kementrian Sosial RI.
2. Eksternal
Antar instansi terkait baik pemerintah maupun swasta seperti
Puskesmas, Koramil, Kepolisian, Kementrian Agama, Dinas Sosial dan
sub Dinas Sosial, Balai Latihan Kerja (BLK), Perusahaan swasta di
lingkungan Jabodetabek.
12 Brosur PSBR Bambu Apus Jakarta tahun 2013
57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang peran orang tua asuh dalam
mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah dan pola
pengasuhan yang diterapkan di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Analisis
dilakukan dengan menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelaskan pada Bab II.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa hal mengenai peran orang tua
asuh dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah, dan
pola pengasuhan yang diterapkan di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
A. Data Informan Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan, pada bagian
pertama ini penulis akan mendeskripsikan profil penerima manfaat maupun
informan lainnya yang menjadi partisipan penelitian.
Tabel 6
Penerima Manfaat 1
No Data Penerima Manfaat 11 Nama Inisial AB2 Tempat tanggal lahir 21 Mei 19953 Jenis kelamin Laki-laki4 Gambaran Fisik Tinggi sedang, berbadan kurus,
rambut hitam, kulit sawo matang, penglihatan dan pendengaran normal
5 Alamat Cirebon6 Umur 18 tahun7 Agama Islam8 Orang tua Asuh Bapak Suroso, S.Sos.9 Tanggal masuk PSBR 24 Juni 201310 Tempat Wawancara Ruang Tamu PSBR
58
No Data Penerima Manfaat 1 No11 Waktu Wawancara 2 November 2013 Pukul 10.05Sumber: Wawancara pribadi dengan AB pada 2 November 2013
AB adalah anak kelima dari tujuh bersaudara, saat ini usia AB 18 tahun
dan sudah putus sekolah sejak lulus SLTP karena faktor ekonomi keluarganya.
Kedua orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh tani di desanya. AB berada di
PSBR sejak tanggal 24 Juni 2013 dan di PSBR AB mengambil jurusan las.
Sebelumnya AB tidak mengetahui ada lembaga yang menangani permasalahan
tentang putus sekolah dan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan. AB
mengetahui PSBR dari informasi yang diberikan oleh kakaknya yang merupakan
alumni dari PSBR. Dalam hal ini keluarga sangat mendukung AB untuk berada di
PSBR untuk mendapatkan bimbingan sosial dan keterampilan untuk bekal
hidupnya dewasa nanti.1
Tabel 7
Penerima Manfaat 2
No Data Penerima Manfaat 2 Nama Inisial YK
2 Tempat tanggal lahir 13 April 19953 Jenis kelamin Laki-laki4 Gambaran Fisik Tinggi sedang, berbadan kurus,
rambut hitam bergelombang, kulit sawo matang, penglihatan dan pendengaran normal
5 Alamat Lampung6 Umur 18 tahun7 Agama Islam8 Orang tua Asuh Bapak Suroso, S.Sos.9 Tanggal masuk PSBR 24 Juni 201310 Tempat Wawancara Ruang Tamu PSBR11 Waktu Wawancara 2 November 2013 Pukul 11:00Sumber: Wawancara pribadi dengan YK pada 2 November 2013
1 Wawancara pribadi dengan AB di PSBR Bambu Apus pada 2 November 2013
59
YK adalah anak ketiga dari empat bersaudara, YK berada di PSBR sejak
24 Juni 2013. YK sudah tidak bersekolah sejak lulus dari SLTP karena jarak
sekolah yang cukup jauh dari rumahnya dan juga karena faktor ekonomi
keluarganya. YK mengetahui PSBR dari informasi yang diberikan saudaranya
yang sebelumnya pernah menjadi penerima manfaat. Kemudian YK tertarik untuk
menjadi peneriman manfaat di PSBR karena ia melihat bahwa teman-temannya
hanya menganggur dan ia tidak mau seperti teman-temannya tersebut. Keluarga
pun sangat mendukung YK berada di PSBR untuk mendapatkan bimbingan. YK
mengambil jurusan las di PSBR.2
Tabel 8
Penerima Manfaat 3
No Data Penerima Manfaat 31 Nama Inisial AIH2 Tempat tanggal lahir 3 April 19953 Jenis kelamin Perempuan 4 Gambaran Fisik Tinggi sedang, berbadan ramping,
kulit sawo matang, penglihatan dan pendengaran normal, gaya bicara agak pelan
5 Alamat Pemalang6 Umur 18 tahun7 Agama Islam8 Orang tua Asuh Ibu Sriyanti, S.Sos.9 Tanggal masuk PSBR 24 Juni 201310 Tempat Wawancara Ruang Tamu PSBR11 Waktu Wawancara 2 November 2013 Pukul 10.30Sumber: Wawancara pribadi dengan AIH pada 2 November 2013
AIH adalah anak keempat dari empat bersaudara, saat ini usia AIH 18
tahun. Keadaan ekonomi orang tua yang pas-pasan membuat AIH putus sekolah
sejak lulus SLTP. Ayah AIH sudah meninggal, sementara ibunya hanya penjual
2 Wawancara pribadi dengan YK di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada 2
November 2013
60
makanan rumahan yang dititip ke warung-warung di sekitar rumahnya. AIH
berada di PSBR kerena dibawa oleh kakaknya yang pernah berada di PSBR. AIH
sebelumnya tidak tahu tentang PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dan program-
program yang diberikan. Namun atas bujukan kakaknya AIH kemudian mau
mengikuti program di PSBR. AIH mengambil jurusan menjahit, awalnya AIH
belum sama sekali mengerti tentang menjahit, namun setelah berada di PSBR
kurang lebih 5 bulan, AIH sudah bisa membuat pola pakaian dan menjahit.3
Tabel 9
Penerima Manfaat 4
No Data Penerima Manfaat 41 Nama Inisial ATA2 Tempat tanggal lahir 28 Agustus 19953 Jenis kelamin Perempuan 4 Gambaran Fisik Tinggi sedang, berbadan ramping,
kulit sawo matang, penglihatan dan pendengaran normal
5 Alamat Cirebon6 Umur 18 tahun7 Agama Islam8 Orang tua Asuh Ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si9 Tanggal masuk PSBR 24 Juni 201310 Tempat Wawancara Ruang Tamu PSBR11 Waktu Wawancara 2 November 2013 Pukul 11:45Sumber: Wawancara pribadi dengan ATA pada 2 November 2013
ATA adalah anak keempat dari lima bersaudara, ATA berada di PSBR
sejak 24 Juni 2013. ATA sudah tidak bersekolah sejak lulus dari SD karena faktor
ekonomi keluarganya yang tidak sanggup membiayai pendidikannya. Ayahnya
hanya bekerja seabagai buruh tani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga yang
sekali-kali membuat opak untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
ATA mengetahui PSBR dari informasi yang diberikan saudaranya yang
3 Wawancara pribadi dengan AB di PSBR Bambu Apus pada 2 November 2013
61
sebelumnya pernah menjadi penerima manfaat. Kemudian ATA tertarik untuk
menjadi peneriman manfaat di PSBR dan dari keluarga pun mendorong ATA
untuk masuk ke PSBR. ATA mengambil jurusan elektro di PSBR dan mengambil
ekstra kulikuler voli.4
Selain penerima manfaat, informan lain dalam penelitian ini adalah tiga
orang tua asuh dan satu orang staf pegawai PBSR. Berikut adalah data informan
lainnya.
Tabel 10
Informan Orang Tua Asuh Dan Staff Tata Usaha
No Nama Jabatan Rumah asuh
Jumlah anak asuh
Jenis kelamin
anak asuh1 Suroso, S.Sos. Pekerja
Sosial dan Orang tua asuh
Gladiol 8 anak asuh
Laki-laki
2 Dra. Habibi Tamher, MSi
Koordinator Pekerja Sosial dan Orang tua asuh
Seruni 2 6 anak asuh
Laki-laki
3 Sriyanti, S.Sos. Staff Rehabilitasi Sosial dan Orang tua asuh
Seruni 3 6 anak asuh
Perempuan
4 Ibu Sri Wahyuni Staff Tata Usaha
- - -
Sumber: Dokumen PSBR Bambu Apus Jakarta Timur Tahun 2013
4 Wawancara pribadi dengan ATA di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada 2
November 2013
62
B. Pola Pengasuhan Orang Tua Asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan
kepada orang tua asuh di PSBR Bambu Apus, pada umumnya pola
pengasuhan yang diterapkan oleh seluruh orang tua asuh yang berada di
PSBR adalah pengasuhan yang mendidik setiap anak untuk berperilaku baik
dan mandiri. Hanya pada prakteknya setiap orang tua asuh melakukan dengan
cara yang berbeda dengan pendekatan yang berbeda pula terhadap setiap
anak, karena tidak ada standar pola pengasuhan yang baku.5 Pola asuh dalam
penelitian ini yaitu pola asuh yang diberikan orang tua asuh kepada anak
asuhnya dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam
tutur kata, sikap, dan tindakan.
Dalam memberikan aturan orang tua asuh menerapkan aturan umum
yang telah diterapkan oleh pihak PSBR terhadap penerima manfaat secara
konsisten atau terus-menerus. Cukup banyak aturan yang diberikan oleh
orang tua asuh, seperti tidak boleh merokok ketika berada di rumah asuh,
tidak boleh keluar tanpa izin dari orang tua asuh, pulang lebih dari jam 21.00
WIB. Semua dilakukan agar remaja bisa memahami makna disiplin dalam
kehidupannya dan apabila remaja melanggar aturan yang telah diterapkan
maka orang tua asuh akan memberikan sanksi.6
Ibu Habibi menerapkan kedisiplinan dan ketegasan hal ini terlihat
ketika setiap anak harus membiasakan diri untuk izin. Di samping itu beliau
juga menerapkan reward dan punishment kepada setiap anak asuhnya. Ketika
5 Wawancara dan observasi pada 31 Oktober 20136 Observasi pada tanggal 4 September 2013
63
ada anak asuhnya yang melanggar peraturan, beliau selalu memberikan
teguran. Begitu juga sebaliknya, ketika ada anak asuhnya yang berprilaku
baik, sopan dan kelihatan ada perubahan dari awalnya yang masih malas
menjadi rajin, beliau memberikan reward berupa pujian.
“Ketika setiap anak melakukan pelanggaran atau kesalahan tentunya hal yang pertama saya lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan agar mereka manjadi bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”7
Hal ini juga diungkapkan oleh penerima manfaat ATA yaitu:
“Orang tua asuh menerapkan aturan secara konsisten. ya kalau ada yang melanggar aturan langsung ditegur dan dinasehati biar ga ngelanggar aturan lagi”.8
Selain itu, setiap anak asuh dididik untuk disiplin dengan harus
menaati setiap peraturan yang ada dalam rangka perubahan perilaku untuk
mandiri. Ketika mereka melanggar peraturan diberikan teguran dan nasehat
untuk memberikan penjelasan bahwa apa yang telah dilakukannya tidak baik.
Hal ini disampaikan oleh bapak Suroso bahwa :
“Saya tidak memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh secara fisik, karena itu tidak dibenarkan”.9
Selain itu setiap anak dididik untuk disiplin dengan harus menaati
setiap peraturan yang ada dalam rangka perubahan perilaku untuk mandiri. Ini
disampaikan oleh ibu Sriyanti, bahwa :
7 Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua
asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013 8 Wawancara pribadi dengan ATA selaku penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013 9 Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31 Oktober 2013
64
“Ketika mereka melanggar peraturan yang tidak berat, anak asuh diberikan teguran dan nasehat untuk memberikan penjelasan bahwa apa yang telah dilakukannya tidak baik. Tetapi kalau melanggar aturan yang berat anak asuh diharuskan untuk membuat surat pernyataaan”.10
Dalam hal memahami perkembangan anak asuhnya, orang tua asuh
sangat ekstra dalam memahami karakter setiap anak asuhnya dengan karakter
anak yang berbeda-beda. Ada yang emosinya tinggi, emosinya sedang,
bahkan masih labil. Semua ini dapat dilihat dari bahasa tubuh apabila remaja
sedang ada masalah biasanya orang tua asuh berusaha mencari tahu apa
masalah yang sedang dihadapi.11 Hal ini disampaikan oleh ibu Sriyanti :
“Iyaa masa remaja kan dianggap sebagai masa badai dan stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Untuk itu saya berusaha untuk memahami dan megarahkan emosinya ini agar terarah dengan positif”.12
Hal ini juga disampaikan oleh penerima manfaat AIH bahwa :
“Dalam memahami perkembangan anak asuhnya biasanya orang tua asuh memehaminya dengan cara mendekatkan diri pada anak-anak, terus ditanya ada apa? kenapa? terus dinasehatin sampe masalahnya selesai”.13
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Habibi, beliau selalu
berusaha untuk mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak asuh merasa
10 Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 11 November 2013 11 Observasi pada tanggal 4 September 201312 Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013 13 Wawancara pribadi dengan AIH selaku penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November
65
nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau memantau
perkembangan dari setiap anak asuh.14
Bapak Suroso berusaha mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak
asuh merasa nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau
memantau perkembangan dari setiap anak asuh.
“Saya berusaha untuk selalu berkumpul, berinteraksi dengan anak asuh saya untuk membuat suasana di rumah asuh menjadi nyaman bagi mereka. Dan hal ini saya lakukan juga untuk memantau perkembangan dari setiap anak asuh saya dan berusaha untuk memahami emosinya”15
Melalui pengamatan yang penulis lakukan terhadap orang tua asuh
dalam hal mengetahui pola pengasuhan yang diterapkan di rumah asuh,
penulis melihat adanya komunikasi terbuka dari dua arah antara orang tua
asuh dan anak asuh. Misalnya antara orang tua asuh selalu memberikan
contoh berupa penjelasan dengan menerangkan alasan-alasan dari aturan yang
dibuat sehingga anak asuh menjadi mengerti dan paham. Kemudian dalam
memberikan tugas atau pekerjaan yang ada di rumah asuh, orang tua asuh
tidak memberikan tugas tersebut secara langsung, tetapi anak asuh diberikan
kebebasan untuk berdiskusi dengan anak asuh lainnya untuk mengerjakan
tugas atau pekerjaan tersebut. Hal ini dilakukan agar anak asuh dalam
mengerjakan tugas yang diberikan tidak merasa tertekan, dan hal inidi
14Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua
asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013 15 Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31Oktober 2013
66
lakukan juga agar selama di rumah asuh orang tua dan anak asuh selalu
mengedepankan sikap yang demokratis.16
Hal ini juga dijelaskan oleh ibu Habibi, misalnya dalam menentukan
kelompok piket bu Habibie tidak menunjuk anak asuh secara langsung, tetapi
anak dibolehkan untuk musyawarah untuk menentukan kelompok piket.
“Saya tidak menunjuk petugas piket secara langsung, namun saya memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih sendiri siapa yang mau piket dalam rumah atau halaman karena anak juga mempunyai hak untuk berpendapat, kita harus menghormati hak-hak anak, dalam upaya untuk melaksanakan undang-undang perlindungan anak.”17
Hal ini juga disampaikan oleh ibu Sriyanti dalam memberikan
tugas-tugas kepada anak asuh dengan tidak menunjuk langsung akan
tetapi ibu Sriyanti hanya memberikan jadwal kepada anak asuh dan
anak asuh lah yang menentukan untuk pembagian tugas-tugas tersebut.
“Saya tidak memberikan tugas langsung kepada setiap anak asuh atau penerima manfaat, tetapi saya hanya membuat jadwal kegiatan apa yang harus dilakukan oleh anak-anak, dan mereka lah yang menentukannya sendiri”18
Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Suroso bahwa:
“Saya berusaha untuk melibatkan anak asuh saya ketika ada kegiatan yang harus dilakukan di rumah asuh, jadi saya tidak memaksakan kehendak saya untuk menentukan siapa saja yang harus melakukan kegiatan tersebut, tetapi itu ditentukan atas dasar kesepakatan anak asuh namun saya masih memberi batas kepada mereka.”19
16 Observasi pada tanggal 4 September 201317 Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua
asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 201318 Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 11 November 201319 Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31 Oktober 2013
67
Pendapat lain juga disampaikan oleh AB, bahwa :
“Ya bila mau piket orang tua asuh tidak menyuruh atau menunjuk anak-anak langsung, tetapi orang tua asuh membebaskan anak-anak untuk mendiskusikannya. Dan kalau ada peraturan yang dilanggar oleh anak asuh, orang tua asuh tidak menghukum dengan berat, tetapi dinasehati dengan memberikan penjelasan bahwa aturan yang dilanggar itu tidak baik.”20
Berdasarkan pemaparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua asuh adalah pola pengasuhan
otoritatif. Dimana pada teori yang dijelaskan di bab II oleh Diana Baumrind
dan berdasarkan indikator-indikator kemandirian, pola asuh otoritatif ditandai
dengan adanya komunikasi terbuka dari dua arah, misalnya antara orang tua
asuh dan anak asuh selalu memberikan contoh, penjelasan yang menerangkan
alasan-alasan dari aturan yang dibuat sehingga anak asuh menjadi mengerti
dan paham. Namun tidak ada standar yang baku tentang pola pengasuhan di
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Ini tentunya menjadi bahan temuan baru
yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian.
C. Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian
Remaja Putus Sekolah di PSBR
Orang tua asuh di PSBR adalah orang dewasa yang berusia minimal
27 tahun dan atau sudah menikah yang secara sukarela serta memilik
keterampilan dalam mengasuh seperti yang telah ditetapkan.21 Dalam
20 Wawancara pribadi dengan AB selaku penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 201321 Wawancara dengan ibu Sri Wahyuni selaku staf tata usaha di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur pada 4 Spetember 2013
68
kegiatan sehari-hari dalam rumah asuh dari bangun tidur anak asuh sudah
mempunyai tugas masing-masing, semua dilibatkan dalam piket dari
menyapu, mengepel, hingga bagian mencuci piring dan lain-lain.22
Dengan pola pengasuhan orang tua asuh yang terarah serta adanya
peraturan yang harus ditaati oleh setiap penerima manfaat membuat mereka
menjadi terbiasa dengan segala aturan yang ada sehingga membuat diri
mereka disiplin hingga akhirnya membantu dalam mendukung perkembangan
kemandiriannya.23 Hal ini diungkapakan oleh salah satu penerima manfaat
yakni AB. Ia mengakui bahwa setelah berada di PSBR Bambu Apus ia
mendapatkan berbagai pengalaman dan pengajaran yang tidak ia dapatkan
sebelumnya di rumah dan di lingkungannya. Mulanya ia kaget dan belum
terbiasa dengan sistem pengasuhan yang tegas dan menekankan kedisplinan,
namun seiring berjalannya waktu AB mulai terbiasa untuk disiplin. Dengan
pola pengasuhan yang diterapkan orang tua asuhnya dan adanya aturan-aturan
yang harus ditaati sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku dia menjadi
mandiri. Dalam aspek kemandirian nilai, AB sudah mampu mengetahui
ukuran benar dan salah, dan dalam aspek kemandirian emosi AB belum
sepenuhnya mandiri. Hal ini diungkapkan oleh AB yakni :
“…Orang tua asuh ini sangat mendukung perkembangan kemandirian pada diri saya mas. saya merasa sangat beruntung, karena disini sikap dan prilaku saya bisa berubah, yang tadinya males-malesan sekarang saya jadi rajin. Terus juga saya bisa lebih mandiri, saya sudah tahu mana yang harus saya lakukan
22 Observasi penulis pada tanggal 2 November 201323 Observasi penulis pada tanggal 2 November 2013
69
tanpa harus disuruh oleh orang tua asuh, tetapi saya masih belum sepenuhnya bisa lepas dari orang tua asuh. 24
Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan oleh AB, penulis
menganalisa bahwa aspek kemandirian yang berkembang pada dirinya adalah
aspek kemandirian perilaku. Dimana aspek kemandirian perilaku ini ditandai
dengan kemampuan mengambil keputusan dan konsekuen dalam
melaksanakan keputusan tersebut. Dalam hal ini adalah kemampuan AB
dalam melakukan tugas-tugas di rumah asuh, ia sudah dapat mengambil
keputusan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuhnya. Hal tersebut
membuktikan bahwa orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
memberikan peran dalam membantu perkembangan kemandirian pada diri
AB, yakni pada aspek kemandirian perilaku dan nilai.
Hal lain juga diungkapkan oleh AIH. Ia mengaku bahwa orang tua
baginya sangat membantu dalam perkembangan kemandiriannya. Dimana
setelah ia mendapatkan pelayanan dan pengasuhan yang terarah dengan baik
dari orang tua asuh di PSBR Bambu Apus ia merasa dapat melepaskan diri
dari perilaku sebelum ia berada di PSBR yakni cenderung malas, manja
dengan ibunya, dan perilakunya masih kekanak-kanakan. Dalam aspek
kemandirian nilai AIH sudah mampu mengetahui ukuaran benar dan salah
atau baik dan buruk bagi dirinya maupun sekitarnya, sementara dalam aspek
kemandirian emosi, AIH belum sepenuhnya mandiri karena masih
membutuhkan peran orang tua untuk membinanya.
24 Wawancara pribadi dengan AB selaku penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
70
“Beda banget mas sekarang, dulu mah waktu di rumah manja banget sama ibu, sekarang saya sudah ada kemajuan saya lebih bisa mandiri, saya sudah tau hak dan kewajiban saya sebagai anak sehingga saya dapat mengerjakan tugas saya tanpa harus disuruh dahulu oleh orang tua asuh”25
Hal tersebut membuktikan bahwa orang tua asuh telah memberikan
peran terhadap perkembangan kemandirian bagi AIH. Dimana merujuk pada
teori yang ada di bab II tentang aspek kemandirian remaja, bahwa aspek
kemandirian yang berkembang dalam diri AIH adalah aspek kemandirian
perilaku. Aspek kemandirian perilaku kemampuan mengambil keputusan dan
konsekuen dalam melaksanakan keputusan tersebut.
Kemudian dari penerima manfaat YK juga mengakui bahwa selama ia
berada di PSBR Bambu Apus ia banyak mendapatkan bimbingan dan
pengajaran oleh orang tua asuhnya untuk dapat merubah sikap dan
perilakunya. Sebelum ia berada di PSBR Bambu Apus ia hanya nongkrong
dengan teman-temannya yang pengangguran yang perilakunya cenderung
malas.
”Sebelumnya saya nggak ngapa-ngapain kalau di rumah, teman-teman saya pengangguran semua. Yaa ketika selama saya berada disini kurang lebih sudah hampir 5 bulan, saya merasa beruntung banget mas, disini saya dapat pengalaman dan bimbingan keterampilan las, ya daripada saya di rumah nggak ngapa-ngapain mas, dan ketika saya di rumah asuh juga saya dapat lebih mandiri karena di adanya peraturan yang membuat saya menjadi disiplin. Saya jadi lebih bisa dalam mengatur waktu, saya sudah tahu mana yang harus saya lakukan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuh, saya juga jadi tau mana yang benar dan yang salah.”26
25 Wawancara pribadi dengan AIH selaku penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 201326 Wawancara pribadi dengan YK selaku penerima manfaat PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
71
Berdasarkan analisa yang penulis lakukan, Orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur memberikan peran dalam membantu
perkembangan kemandirian YK, yakni dalam aspek kemandirian perilaku.
Dimana ketika ia di PSBR Bambu Apus ia mulai dididik disiplin dengan
berbagai peraturan yang ada yang seiring dengan waktu membawa dan
membiasakan dirinya untuk disiplin sehingga membuat ia menjadi tau mana
yang harus dikerjakan.
Hal serupa juga disampaikan oleh ATA. Ia mengakui semenjak ia
berada di PSBR Bambu Apus dan tinggal di rumah asuh, ia dapat
meningkatkan kemandiriannya kurang lebihnya sama dengan apa yang orang
tua dan keluarganya terapkan yakni mulai dari belajar disiplin akan peraturan,
tanggung jawab akan tugas rumah, tentang nilai baik dan buruk, dan perilaku
lainnya dalam bergaul.
”Selama saya berada dirumah asuh menurut saya sistem asuhan keluarga disini sangat mendukung perkembangan kemandirian saya mas, karena kan kalau di rumah sendiri saya bebas mas mau ngapain aja gitu, tapi kalau disini yaa saya berusaha untuk menuruti segala peraturan yang ada, dan itu yang membuat saya menjadi disiplin dan mandiri. Disini membuat saya menjadi tidak bergantung pada orang tua.”27
Aspek kemandirian yang berkembang di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur pada ATA merujuk pada teori yang sebelumnya telah dijelaskan di
bab II, yakni aspek kemandirian emosi. Ketika di PSBR Bambu Apus ia
mampu untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tanpa memandang
27Wawancara pribadi dengan ATA selaku penerima manfaat PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
72
bahwa hal tersebut adalah peraruran misalnya dalam hal izin, kebersihan, dan
bisa menghadapi dan menyikapi masalah tanpa tergantung oleh orang tua
asuh.
Berikut adalah tabel kategori mengenai kemandirian yang
berkembang pada infoman yang merupakan penerima manfaat di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur berdasarkan temuan penelitian:
Tabel 11
Kategori kemandirian yang berkembang pada infoman
NoAspek
KemandirianAB YK ATA AIH
1 Perilaku Sudah mulai terbiasa untuk disiplin dan
sudah dapat mengambil keputusan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuhnya
Sudah terbiasa dengan disiplin selama di rumah asuh
sehingga tau mana yang harus dikerjakan.
Sudah belajar disiplin akan peraturan dan tanggung jawab sebagai anak asuh.
Sudah tau hak dan kewajiban sebagai anak dan dapat mengerjakan tugas saya tanpa harus disuruh dahulu oleh orang tua asuh
2 Nilai Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya.
Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya.
Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya.
Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya.
3 Emosi Belum sepenuhnya dapat mandiri dalam aspek emosi.
Belum sepenuhnya dapat mandiri dalam aspek emosi.
Sudah mampu untuk tidak selalu bergantung pada orang tua asuh.
Belum sepenuhnya dapat mandiri dalam aspek emosi.
Sumber: Hasil wawancara dan observasi penulis
73
Berdasarkan hasil temuan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
orang tua asuh berperan dalam mendukung perkembangan kemandirian
remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Merujuk pada bab
II dalam buku yang ditulis oleh Mohammad Ali dan Mohammad Asrori,
dengan judul Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, dijelaskan
dimana pola pengasuhan orang tua menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian remaja. Orang tua yang terlalu banyak melarang
dan mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai penjelasan yang
rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya
orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan
mendorong kelancaran perkembangan motorik sang anak Demikian juga,
dengan orang tua yang sering membanding-bandingkan anak yang satu
dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap
perkembangan kemandirian anak.28
Dari empat informan penerima manfaat, tiga diantaranya sudah mulai
dapat mengembangkan kemandirian dalam aspek kemandirian perilaku dan
nilai, dan masih belum sepenuhnya dapat mengembangkan kemandirian
dalam aspek emosi. Sementara satu penerima manfaat yakni AIH sudah
mampu untuk mengembangkan ketiga aspek kemandirian. Dari hasil analisis,
penulis dapat menyimpulkan bahwa yang lebih dominan dari ketiga aspek
kemandirian yang berkembang bagi keempat informan penerima manfaat di
28 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, h. 11
74
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur adalah aspek kemandirian perilaku dan
nilai.
Merujuk pada teori yang dijelaskan oleh Steinberg pada bab II dimana
Aspek kemandirian perilaku merupakan kemampuan remaja untuk mandiri
dalam membuat keputusanya sendiri dengan mempertimbangkan berbagai
sudut pandang. Mereka mengatahui kepada siapa harus meminta nasehat
dalam situasi yang berbeda-beda. Remaja mandiri tidak mudah dipengaruhi
dan mampu mempertimbangkan terlebih dahulu nasehat yang diterima.
Remaja yang mandiri secara perilaku akan terlihat lebih percaya diri dan
memiliki harga diri yang lebih baik. Mereka yang mandiri secara perilaku
tidak akan menunjukkan perilaku yang buruk atau semena-mena yang dapat
menjatuhkan harga diri mereka, dan kemandirian nilai yang ditandai dengan
timbulnya keyakinan terhadap nilai-nilai yang abstrak (moral) atau ukuran
benar atau salah.29
29 Nasution, Perkembangan Kemandirian Remaja, Artikel diakses pada 18
September 2013 dari http repository.usu.ac.id/bitstream. h.177
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang mengacu pada
pertanyaan dalam perumusan masalah pada bab sebelumnya. Diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola pengasuhan orang tua asuh di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur
yakni dengan menerapkan pola pengasuhan otoritatf. Dengan pola
pengasuhan yang bersifat otoritatif dimana pola ini biasanya
mengakibatkan perilaku anak yang kompeten secara sosial. Anak yang
memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan
mandiri, dan beorientasi pada prestasi
2. Orang tua asuh sangat berperan dalam mendukung kemandirian pada
remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Hal ini terlihat
dari hasil temuan dan analisa penulis dimana penerima manfaat selama
berada di rumah asuh merasa bahwa orang tua asuh sangat mendukung
perkembangan kemandirian mereka. Merujuk pada indikator
perkembangan kemandirian, dari empat penerima manfaat, tiga
diantaranya sudah mampu mengembangkan kemandirian dalam aspek
perilaku dan nilai, namun belum sepenuhnya dapat mengembangkan
kemandirian dalam aspek emosi. Sementara satu penerima manfaat sudah
mampu untuk mengembangkan ketiga aspek kemandirian. Hal ini tentunya
76
sejalan dengan visi PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur yakni terwujudnya
kemandirian remaja.
B. SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah
dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran-saran yang
akan disampaikan kepada para pembaca dan pihak Panti Sosial Bambu Apus
(PSBR) Jakarta Timur. Saran-saran tersebut antara lain:
1. Kepada orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur disarankan
agar dapat lebih mengembangkan aspek-aspek kemandirian berupa
kemandirian nilai, kemandirian perilaku, dan aspek kemandirian emosi
agar remaja atau anak asuh dapat memaksimalkan perkembangan
kemandiriannya.
2. Kepada pihak PSBR Bambu Apus Jakarta Timur disarankan untuk
membuat standar pola pengasuhan yang baku agar setiap orang tua asuh
memiliki pola pengasuhan yang seragam sehingga dapat mendukung
perkembangan kemandirian remaja.
77
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Gunarsa, Singgih dan Ny. Gunarsa, S,D. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995.
Hurlock B , Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke- 5.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung CV Alvabeta, November 2009), Cet-ke 8.
---------------------. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), cet ke-26.
Mr. O’Donnell. Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (UNICEF, 2006).
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: Center For Quality Development And Assurance, 2007. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Ruth D, Feldman., Human development (8th ed). Boston: McGraw-Hill, 2001
Rizkiani, Yunni. “Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Remaja”. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.
Santrock W, John. Perkembangan Anak. (Jakarta: Erlangga, 2007).
Sarwono, Sarlito. W. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
Siti Aminah, Soepalarto, Dr. SpS (K). Pendekatan Neurologi Pada Penilaian Perkembangan Anak. YKAI : 2008
78
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial : Suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung CV Alvabeta, Agustus 2007), Cet-ke 5.
Sutopo B, Heribertus. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996).
Tan G, Meely. Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1990).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-10.
Tim Penyusun. Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 2006.
Undang-undang No. 23 tahun 2002 Pasal 9 ayat 1.
Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Usman, Husaini dan Akbar Setiady, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta : PT Bumi Aksara. 2000), cet. Ke-3.
Wahono. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Cet. 3, Jakarta: Rineka Cipta, 1995).
Artikel Internet :
ACDP INDONESIA, UNESCO: Semakin Banyak Anak Putus Sekolah di Indonesia.http://acdpindonesia.com/2013/06/10/unesco-semakin-banyak-anak-putus-sekolah-di-indonesia/ artikel diakses pada 23 oktober 2013
Hanafie Das, St Wardah & Halik, Abdul. Masalah Putus Sekolah Dan Pengangguran Tinjauan Sosiologi Pendidikan. Artikel diakses pada 23 Oktober 2013 dari http://abdulhalik11.blogspot.com/2011/10/masalah-putus-sekolah-dan-pengangguran.html.
79
Lia, Pengertian Sistem Menurut Para Ahli. Artikel diakses pada 5 Februari 2014 pada http://liavietri.blogspot.com/2010/02/pengertian-sistem.html
M.Azzam nurjihad. “Remaja” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html.
Nasution. Perkembangan Kemandirian Remaja. Artikel diakses pada 18 September 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34205/4/Chapter%20II.pdf .
Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari http://bambuapus.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=13 pada 13
Sumber lain :
Brosur PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur tahun 2013
Dokumen yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur pada 13 September 2013
PEDOMAN WAWANCARAPeran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus,
Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Tempat, tanggal lahir :
4. Tanggal wawancara :
5. Waktu wawancara :
6. Tempat wawancara :
B. Wawancara
I. Bagaimana peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan
kemandirian remaja putus sekolah ? (Untuk Penerima Manfaat)
1. Silahkan kamu ceritakan tentang identitas kamu (nama, tempat
tanggal lahir, alamat, usia) !
2. Sejak kapan kamu berada di PSBR ?
3. Siapa yang membawa kamu sampai PSBR?
4. Apa yang membuat kamu berada di PSBR ?
5. Bagaimana dengan orangtua kamu ?
6. Saat ini apa yang kamu rasakan ketika berada di rumah asuh ?
7. Apa kamu nyaman berada di rumah asuh ?
8. Bagaimana menurut kamu tentang sistem asuhan keluarga (Cottage
System) di PSBR?
9. Apa saja aktivitas kamu selama berada di rumah asuh ?
10. Seberapa besar/ penting peran orang tua asuh selama di rumah asuh
menurut kamu ?
11. Apa sistem tersebut mendukung perkembangan kemandirian kamu?
12. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada di rumah
asuh ?
Pedoman Wawancara
(Untuk Orang tua Asuh)
1. Apa saja peran orang tua asuh terkait dalam mendukung
perkembangan kemandirian remaja ?
2. Bagaimana pola pengasuhan dari sistem asuhan keluarga dalam
melaksanakan perkembangan kemandirian remaja ?
3. Bagaimana orang tua asuh dalam memberikan sanksi atau hukuman
kepada anak asuh yang melanggar aturan ?
4. Apa saja upaya orang tua asuh dalam memahami perkembangan
anak asuhnya ?
5. Apa gaya pengasuhan yang diterapkan bapak kepada anak asuh atau
penerima manfaat ?
6. Apa saja kegiatan yang diberikan orang tua asuh selama berada di
rumah asuh ?
7. Bagaimana dengan sikap dan perilaku penerima manfaat selama di
rumah asuh?
8. Sejauh ini apa ada hasil yang terlihat atau terasa dari penerima
manfaat setelah mendapatkan sistem asuhan keluarga?
Pedoman Wawancara
(Untuk Staff Tata Usaha)
1. Silahkan bapak/ibu jelaskan apa yang dimaksud dengan cottage
system, sejak kapan cottage system diberlakukan, serta kriteria
penerima manfaat?
2. Siapa saja yang berhak menjadi orang tua asuh di PSBR ?
3. Apa dan siapa saja komponen yang terkait dari sistem asuhan
keluarga?
4. Apa saja kegiatan yang diberikan oleh lembaga dalam mendukung
perkembangan kemandirian remaja ?
5. Bagaimana pembagian kelompok rumah asuh (Cottage) bagi
penerima manfaat ?
Transkrip Wawancara
Nama Orang Tua Asuh : Dra. Habibi Tamher, MSi.
Nama Rumah Asuh : Seruni 2
Jabatan : Koordinator Pekerja Sosial
Jumlah Anak Asuh : 6
Jenis Kelamin Anak Asuh : Laki-laki
Waktu Wawancara : 44 Nopember 2013 Pukul
13.00 s/d 13:50
Tempat Wawancara : Ruang Pekerja Sosial
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja peran orang tua asuh terkait dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja ?
Orang tua asuh berperan untuk menggantikan orang tua kandung selama berada di PSBR untuk membimbing, membina, merawat, melindungi dan mengarahkan dalam setiap tahap perkembangan anak sehingga anak akan mampu bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya dan mengingatkan anak asuh agar menjadi pribadi yang mandiri
2 Bagaimana pola pengasuhan dari sistem asuhan keluarga dalam melaksanakan perkembangan kemandirian remaja ?
Pola pengasuhan yang ibu terapkan adalah ibu disini tidak terlalu mengekang anak asuh, dan juga ibu selalu berusaha dekat dengan anak-anak agar mereka nyaman disini. Saya juga selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anak agar mereka menjadi mandiri
3 Bagaimana orang tua asuh dalam memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh yang melanggar aturan ?
Ketika setiap anak melakukan pelanggaran atau kesalahan tentunya hal yang pertama saya lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan
agar mereka manjadi bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya
4 Apa saja upaya orang tua asuh dalam memahami perkembangan anak asuhnya ?
Saya selalu berusaha mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak asuh merasa nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau memantau perkembangan dari setiap anak asuh.
5 Apa gaya pengasuhan yang diterapkan bapak kepada anak asuh atau penerima manfaat ?
Saya tidak menunjuk petugas piket secara langsung, namun saya memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih sendiri siapa yang mau piket dalam rumah atau halaman karena anak juga mempunyai hak untuk berpendapat, kita harus menghormati hak-hak anak, dalam upaya untuk melaksanakan undang-undang perlindungan anak.
6 Apa saja kegiatan yang diberikan orang tua asuh selama berada di rumah asuh ?
Kegiatan selama dirumah asuh ya sama dengan di rumah pada umumnya yaa, ibu selalu berkumpul dengan anak-anak ketika mereka sudah tidak ada kegiatan lagi di lembaga, yaa kita membaur, ngobrol-ngobrol, curhat, yaa kadang saya sempatkan juga untuk memberikan motivasi kepda anak-anak.
7 Bagaimana dengan sikap dan perilaku penerima manfaat selama di rumah asuh?
Sikap dan perilaku anak-anak selama di rumah asuh cukup baikl, mereka sudah bisa mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, walaupun terkadang ada saja anak yang masih melanggar tapi itupun sangat jarang.
8 Sejauh ini apa ada hasil yang terlihat atau terasa dari penerima manfaat setelah mendapatkan sistem asuhan keluarga?
Hasil yang terlihat ya mereka menjadi lebih disiplin, mandiri dan bertanggung jawab. Jadi sikap dan perilaku mereka yang paling kelihatan yaa dapat mandiri. Mereka tidak perlu disuruh-suruh lagi, sudah tahu mana kewajibannya yang harus dikerjakan.
Transkrip Wawancara
Nama : Sriyanti, S.Sos.
Rumah Asuh : Seruni 3
Jabatan : Staff Rehabilitasi Sosial
Jumlah Anak Asuh : 6
Jenis Kelamin : Perempuan
Waktu Wawancara : 14 Nopember 2013 Pukul 11.05 s/d 12:10
Tempat Wawancara : Rumah Asuh
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja peran orang tua asuh terkait dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja ?
Saya memposisikan diri saya sebagai orang tua pengganti sewajarnya ya saya perlakukan seperti anak sendiri.
2 Bagaimana pola pengasuhan dari sistem asuhan keluarga dalam melaksanakan perkembangan kemandirian remaja ?
Pola pengasuhan yang saya terapkan tidak jauh berbeda dengan orang tua asuh lalinnya disini, dimana saya menjalankan tugas saya sebagai orang tua asuh dan saya mengikuti aturan-aturan di PSBR
3 Bagaimana orang tua asuh dalam memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh yang melanggar aturan ?
Ketika mereka melanggar peraturan yang tidak berat, anak asuh diberikan teguran dan nasehat untuk memberikan penjelasan bahwa apa yang telah dilakukannya tidak baik. Tetapi kalau melanggar aturan yang berat anak asuh diharuskan untuk membuat surat peryataaan. Aturan yang diterapkan dilakukan secara konsisten dan apabila ada yang melanggar maka akan diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
4 Apa saja upaya orang tua asuh dalam memahami perkembangan anak asuhnya ?
Iyaa masa remaja kan dianggap sebagai masa badai dan stres (Storm and Stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Untuk itu saya berusaha untuk memahami dan megarahkan emosinya ini agar terarah dengan positif”. “Ya ketika saya ada waktu saya berusaha untuk selalu memamntau anak asuh saya dan saya berikan motivasi kepada mereka. Ini saya lakukan agar mereka merasa nyaman berada dirumah asuh dan mereka merasa dekat dengan saya agar bila ada masalah mereka dapat menungkapkannya tanpa rasa takut.
5 Apa gaya pengasuhan yang diterapkan bapak kepada anak asuh atau penerima manfaat ?
Saya tidak memberikan tugas langsung kepada setiap anak asuh atau penerima manfaat, tetapi saya hanya membuat jadwal kegiatan apa yang harus dilakukan oleh anak-anak, dan mereka lah yang menentukannya sendiri.
6 Apa saja kegiatan yang diberikan orang tua asuh selama berada di rumah asuh ?
Kegiatan di rumah asuh ya paling piket, bersih-bersih rumah, yaa kalau ada masalah ya diselesaikan bersama-sama dirumah asuh, misalnya ada anak asuh saya yang lagi bête, yaa saya tanya ada apa? Kenapa bête?. Ada anak asuh yang sedang ada masalah yaa saya berusaha untuk membantu memecahkan masalanya secepatnya, tapi kalau dia agak susah untuk mengungkapkan masalahnya, ya kita bawa ke pekerja sosial untuk segera diselesaikan masalahnya
7 Bagaimana dengan sikap dan perilaku penerima manfaat selama di rumah asuh?
Sikap dan perilaku peneriman manfaat yaa berbeda-beda yaa tentunya, karena setiap anak kan punya karakter yang berbeda, yaa ada yang sudah bisa bertanggung jawab bagi dirinya sendiri, dan masih ada juga yang masih perlu diarahkan.
8 Sejauh ini apa ada hasil yang terlihat atau terasa dari penerima manfaat setelah mendapatkan sistem asuhan keluarga?
Hasil yang terasa dari peneriman manfaat menurut saya adalah sikapnya mas, karena sangat kelihatan sekali sikap dan perilaku anak ketika baru masuk rumah asuh. Ada yang manja, ada yang suka iseng atau jahil, dan ada juga yang malas, tapi setelah kurang lebih 3 bulanan ,mulai terlihat mas perubahannya, yang tadinya malas-malasan sekarang sudah agak rajin, yang tadinya harus disuruh dahulu untuk mengerjakan sesuatu sekarang sudah biasa mandiri.
Transkrip Wawancara
Nama Orang Tua Asuh : Suroso, S.Sos.
Nama rumah asuh : Gladiol
Jabatan : Pekerja Sosial
Jumlah Anak Asuh : 8 anak asuh
Jenis Kelamin Anak Asuh : Laki-laki
Waktu wawancara : Tanggal 31 Oktober 2013 Pukul
14.15 s/d15:10
Tempat wawancara : Ruang Pekerja Sosial
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja peran orang tua asuh terkait dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja ?
Saya berperan sebagai orang tua pengganti untuk mereka. Dan dalam kegiatan sehari-hari saya jua memposisikan mereka seperti anak saya sendiri yang harus ikut terlibat dalam setiap kegiatan di rumah asuh
2 Bagaimana pola pengasuhan dari sistem asuhan keluarga dalam melaksanakan perkembangan kemandirian remaja ?
Pola pengasuhan yang saya berikan yaa saya berusaha untuk melibatkan anak asuh saya ketika ada kegiatan yang harus dilakukan di rumah asuh, jadi saya tidak memaksakan kehendak saya untuk menentukan siapa saja yang harus melakukan kegiatan tersebut, tetapi itu ditentukan atas dasar kesepakatan anak asuh namun saya masih memberi batas kepada mereka
3 Bagaimana orang tua asuh dalam memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh yang melanggar aturan ?
Saya tidak memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh secara fisik, karena itu tidak dibenarkan. Misalnya ketika ada anak asuh yang pulang telat dan pintu rumah sudah dikunci kemudian mereka mengetuk-ngetuk pintu, saya tidak langsung membukakan pintu, namun setelah beberapa menit kemudian saya membukakan pintu untuknya. Hal
ini saya lakukan agar anak asuh menyadari atas kesalahan yang dilakukannya, kemudian setelah anak asuh tersebut masuk saya memberikan teguran kepada anak asuh saya untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukannya
4 Apa saja upaya orang tua asuh dalam memahami perkembangan anak asuhnya ?
Saya berusaha untuk selalu berkumpul, berinteraksi dengan anak asuh saya untuk membuat suasana di rumah asuh menjadi nyaman bagi mereka. Dan hal ini saya lakukan juga untuk memantau perkembangan dari setiap anak asuh saya dan berusaha untuk memahami emosinya.
5 Apa gaya pengasuhan yang diterapkan bapak kepada anak asuh atau penerima manfaat ?
Saya berusaha untuk melibatkan anak asuh saya ketika ada kegiatan yang harus dilakukan di rumah asuh, jadi saya tidak memaksakan kehendak saya untuk menentukan siapa saja yang harus melakukan kegiatan tersebut, tetapi itu ditentukan atas dasar kesepakatan anak asuh namun saya masih memberi batas kepada mereka.
6 Apa saja kegiatan yang diberikan orang tua asuh selama berada di rumah asuh ?
Kegiatan anak asuh ketika berada di rumah asuh dimulai setiap harinya yakni mulai dari bangun tidur yaitu pukul 04.30 sholat subuh untuk laki-laki wajjib berjamaah di masjid, kemudian mereka piket pagi sampai pukul 07.30. hal ini rutin dilakukan oleh setiap anak asuh yang tinggal di PSBR. Setelah itu anak asuh mengikuti kegiatan di PSBR sampai selesai kegiatan yaitu pukul 16.00 WIB. kemudian anak istirahat dan makan malam, dan setelah itu solat berjamaah wajib bagi laki-laki muslim. Kegiatan selama berada dirumah dimanfaatkan oleh orang tua asuh untuk memberikan motivasi, membantu memediasi jika ada permasalahan antar anak asuh, diskusi, curhat dan menonton tv bersama. Saya berusaha untuk selalu berkumpul,
berinteraksi dengan anak asuh saya untuk membuat suasana di rumah asuh menjadi nyaman bagi mereka. Dan hal ini saya lakukan juga untuk memantau perkembangan dari setiap anak asuh saya
7 Bagaimana dengan sikap dan perilaku penerima manfaat selama di rumah asuh?
Sikap dan perilaku penerima manfaat selama di rumah asuh menurut saya ya baik-baik saja mas, karena kan sebelumnya semua melalui tahap seleksi di lembaga dan juga ada tahap orientasi yang diberikan oleh koramil. Tapi ya namanya remaja mas, ada aja sih sikap yang kurang sopan ketika masih awal-awal.
8 Sejauh ini apa ada hasil yang terlihat atau terasa dari penerima manfaat setelah mendapatkan sistem asuhan keluarga?
Ya yang saya lihat dan saya rasakan penerima manfaat selama tinggal di rumah asuh (Cottage) sudah ada perubahan-perubahannya mas, karena kan disini ada peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap penerima manfaat, jadi yaa mereka menjadi disiplin dan juga dapat saya lihat penerima manfaat juga sudah cukup mandiri.
Transkrip Wawancara
Penerima Manfaat 1
Nama Inisial : AB
Tempat tanggal lahir : 21 Mei 1995
Jenis kelamin : Laki-laki
Gambaran Fisik :Tinggi sedang, berbadan kurus, rambut
hitam, kulit sawo matang, penglihatan dan
pendengaran normal
Alamat : Cirebon
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Tanggal masuk PSBR : 24 Juni 2013
Tempat Wawancara : Ruang Tamu PSBR
Waktu Wawancara : 2 Nopember 2013 Pukul 10.05
No Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan kamu berada di PSBR ? Saya berada disini sejak 24 Juni 2013
2 Siapa yang membawa kamu sampai PSBR ?
Kakak saya, dlu dia juga pernah disini, jadi saya diajak kakak saya untuk belajar disini.
3 Apa yang membuat kamu berada di PSBR?
Yaa awalnya karna kakak saya itu mas, saya jadi diajak kesini
4 Bagaimana dengan orangtua kamu ? Orang tua sangat mendukung saya disini mas
5 Saat ini apa yang kamu rasakan ketika berada di rumah asuh ?
Yang saya rasakan yaa beruntung mas, bersyukur juga saya bisa masuk ke sini
6 Apa kamu nyaman berada di rumah asuh ?
Alhamdulillah nyaman-nyaman aja mas hehe
7 Bagaimana menurut kamu tentang sistem asuhan keluarga?
Ya menurut saya baik mas, karena anak-anak jadi terkontrol gitu mas, ga diabaikian lah
8 Apa saja aktivitas kamu selama berada di rumah asuh ?
Aktivitas di rumah asuh kalau pagi piket, terus paling sore sampai malem ya biasa aktivitas seperti di rumah aja gitu.
9 Seberapa besar/ penting peran orang tua asuh selama di rumah asuh menurut kamu ?
Kalau menurut saya si yaa sangat penting mas, karena kan orang tua asuh yang membimbing kita, yaa kalau gak ada dia yaa ada yang kurang aja gitu mas.
10 Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada di rumah asuh ?
Banyak mas, yang tadinya saya kurang disiplin sekarang Alhamdulillah mas udah bisa disiplin hehe
11 Apa sistem tersebut mendukung perkembangan kemandirian kamu?
sistem asuhan keluarga ini sangat mendukung perkembangan kemandirian pada diri saya mas. Yaa memang dua minggu pertama awalnya saya tidak betah berada di rumah asuh karena banyaknya peraturan yang harus saya ikuti, kan biasa dirumah saya bebas-bebas aja mas, terus semakin lama saya di rumah asuh saya merasa sangat beruntung, karena disini sikap dan prilaku saya bisa berubah, yang tadinya males-malesan sekarang saya jadi rajin. Terus juga saya bisa lebih mandiri,saya sudah tahu mana yang harus saya lakukan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuh, tetapi saya masih belum sepenuhnya bisa lepas dari orang tuaasuh.
12 Apa saja pengaruh atau hasil dari sistem asuhan keluarga terhadap perkembangan kemandirian kamu ?
Wah banyak mas, tapi ya yang saya paling rasakan yaitu tadi, saya jadi tambah disiplin, saya juga bisa bertanggung jawab dan jadi lebih mandiri mas, saya ga tergantung sama orang tua lagi.
Transkrip Wawancara
Penerima Manfaat 2
Nama Inisial : AIH
Tempat tanggal lahir : 13 April 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Gambaran Fisik :Tinggi sedang, berbadan ramping, kulit
sawo matang, penglihatan dan pendengaran
normal, gaya bicara agak pelan
Alamat : Pemalang
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Tanggal masuk PSBR : 24 Juni 2013
Waktu Wawancara : 2 Nopember 2013 Pukul 10.30
No Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan kamu berada di PSBR ? Saya disini akhir juni mas, tanggal 24
2 Siapa yang membawa kamu sampai PSBR ?
Kakak saya, karena dulu juga dia pernah disini
3 Apa yang membuat kamu berada di PSBR?
Yang membuat saya disini yaa kakak saya, terus juga didukung sama keluarga
4 Bagaimana dengan orangtua kamu ? orang tua mendukung mas
5 Saat ini apa yang kamu rasakan ketika berada di rumah asuh ?
Yang saya rasakan yaa Alhamdulillah saya jadi bisa menjahit, dulu saya sama sekali gak bisa mas
6 Apa kamu nyaman berada di rumah asuh ?
Yaa Alhamdulillah saya nyaman berada disini
7 Bagaimana menurut kamu tentang sistem asuhan keluarga?
Bagus mas, karena anak –anak jadi gak merasa kesepian. Orang tua asuhnya juga baik mas
8 Apa saja aktivitas kamu selama berada di rumah asuh ?
Aktivitas saya kalau pagi piket, siang bimbingan keterampilan menjahit, terus kalau sore ya kumpul di rumah asuh
9 Seberapa besar/ penting peran orang tua asuh selama di rumah asuh menurut kamu ?
Penting mas, karena kan orang tua asuh disini yang menggantikan peran orang tua kandung, jadi kalau ga ada orang tua asuh ya jadi gak maksimal lah
10 Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada di rumah asuh ?
Banyak mas, dulu mah waktu di rumah manja banget sama ibu. Nggak mau makan kalau nggak sama ibu, terus males juga nggak kaya sekarang lah ada kemajuan saya lebih bisa mandiri, saya sudah tau hak dan kewajiban saya sebagai anak sehingga saya dapat mengerjakan tugas saya tanpa harus disuruh dahulu oleh orang tua asuh. Yaa intinya disini saya bisa disiplin dan lebih mandiri.
11 Apa sistem tersebut mendukung perkembangan kemandirian kamu?
Ya mendukung.
12 Apa saja pengaruh atau hasil dari sistem asuhan keluarga terhadap perkembangan kemandirian kamu ?
Ya hasilnya yang utama si saya merasa lebih mandiri dan disiplin, karena disini ka nada peraturan yang harus ditaati dan ada orang tua asuh yang selalu mengawasi kita, jadi yaa semakin kesini saya sudah tau mana kewajiban saya yang saya harus kerjakan tanpa perlu disuruh lagi. Saya juga jadi tambah rajin mas disini.
Transkrip Wawancara
Penerima Manfaat 3
Nama inisial : YK
Tempat tanggal lahir : 13 April 1995
Jenis kelamin : Laki-laki
Gambaran Fisik :tinggi sedang, berbadan kurus, rambut
hitam bergelombang, kulit sawo matang,
penglihatan dan pendengaran normal
Alamat : Lampumg
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Tanggal masuk PSBR : 24 Juni 2013
Waktu Wawancara : 2 Nopember 2013 Pukul 11:00
No Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan kamu berada di PSBR ? Dari tanggal 24 Juni 2013 mas
2 Siapa yang membawa kamu sampai PSBR ?
Yang bawa saya kesini saya awalnya karena dibilangin sama kakak aja, kalau di rumah nggak ngapa-ngapain mending ke PSBR aja begitu mas. Yaudah jadi saya putuskan untukn kesini saya mas.
3 Apa yang membuat kamu berada di PSBR?
Ya yang membuat saya di PSBR sih awalnya kakak saya mas.
4 Bagaimana dengan orangtua kamu ? Orang tua sih mendukung ya mas, karena kan kakak saya juga pernah di PSBR, jadi orang tua sudah tau
5 Saat ini apa yang kamu rasakan ketika berada di rumah asuh ?
Yaa yang saya rasakan si saya bersyukur sekali yaa mas bisa berada disini, karena segala kebutuhan dasar disini sudah terpenuhi dan juga disni kita diajarkan bimbingan keterampilan untuk bekal hidup nanti mas setelah keluar dari PSBR. Alhamdulillah lah
6 Apa kamu nyaman berada di rumah asuh ?
Alhamdulilah ya mas saya disini nyaman-nyaman aja, yaa kalu ga nyama saya bikin nyaman sendiri hhe, yaa karena kan ini semua untuk kepentingan saya juga nantinya
7 Bagaimana menurut kamu tentang sistem asuhan keluarga?
Kalau untuk sistem asuhan keluarga yam as menueut saya si bagus mas, karena kita jadi bisa dikontrol atau diperhatikan oleh orang tua asuh. Orang tua asuh juga disini baik-baik mas, yaa kalau suka membentak sih wajar-wajar aja kalu kitnta bandel .hehehe
8 Apa saja aktivitas kamu selama berada di rumah asuh ?
Kalau di rumah asuh paling pagi piket, terus sama sore kadang-kadang piket lagi dan malamnya paling kumpul sama orang tua asuh yhaa kadang-kadang dikasih motivasi juga sama orang tua asuh
9 Seberapa besar/ penting peran orang tua asuh selama di rumah asuh menurut kamu ?
Wahh…sangat penting mas. Orang tua asuh disini banyak membantu saya untuk tetap semangat mengikuti program di PSBR ini, karena kalau nggak ada orang tua asuh ya saya merasa kurang diperhatikan aja begitu mas
10 Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada di rumah asuh ?
Alhamdulillah saya selama disini beda sekali mas dengan di rumah, disini saya bisa lebih hidup teratur, disiplin dan mandiri mas, karena disini kan kita tidak harus bergantung terus dengan orang tua, jadi saya merasa selama disni ya saya lebih mandiri mas.
11 Apa sistem tersebut mendukung perkembangan kemandirian kamu?
Yaa sangat mendukung mas
12 Apa saja pengaruh atau hasil dari sistem asuhan keluarga terhadap perkembangan kemandirian kamu ?
Yaa sebelumnya saya nggak ngapa-ngapain kalau di rumah, teman-teman saya pengangguran semua. Tapi waktu saya pulang ke rumah saya ajak teman saya kesini nggak mau mereka mas. Yaa ketika selama saya berada disini kurang lebih sudah hampir 5 bulan, saya merasa beruntung banget mas, disini saya dapat pengalaman dan bimbingan keterampilan las, ya daripada saya di rumah nggak ngapa-ngapain mas, dan ketika saya di rumah asuh juga saya dapat lebih mandiri karena di adanya peraturan yang membuat saya menjadi disiplin. Saya jadi lebih bisa dalam mengatur waktu, Saya juga jadi tau mana yang benar dan yang salah saya,saya sudah tahu mana yang harus saya lakukan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuh, kalau saya bisa saya kerjain sendiri yaa saya kerjakan .
Transkrip Wawancara
Penerima Manfaat 4
Nama Inisial : ATA
Tempat tanggal lahir : 28 Agustus 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Gambaran Fisik :Tinggi sedang, berbadan ramping,
kulit sawo matang, penglihatan dan
pendengaran normal
Alamat : Cirebon
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Tanggal masuk PSBR : 24 Juni 2013
Waktu Wawancara : 2 Nopember 2013 Pukul 11:45
No Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan kamu berada di PSBR ? Di PSBR itu saya akhir juni mas, tanggal 24
2 Siapa yang membawa kamu sampai PSBR ?
Kakak saya, karena sebelumnya kakak saya pernah disini, terus saya disuruh kakak saya untuk ke PSBR.
3 Apa yang membuat kamu berada di PSBR?
Yaa kata kakak saya si disini ada pelatihan keterampilan-keterampilan gitu, terus says tertarik sama keterampilan montir yaa jadi saya kesini deh.
4 Bagaimana dengan orangtua kamu ? Orang tua si mendukung mas
5 Saat ini apa yang kamu rasakan ketika berada di rumah asuh ?
Sekarang si yang saya rasakan ada perbedaan ya mas sebelum saya disini. Dulu saya cuma bantuyin orang tua aja dirumah ga punya keterampilan , tapi sekarang ya saya jadi bisa dan tau tentang teknik montir (senyum)
6 Apa kamu nyaman berada di rumah asuh ?
Nyaman-nyaman aja mas.
7 Bagaimana menurut kamu tentang sistem asuhan keluarga?
Bagus, saya jadi nggak merasa kesepian, ka nada orang tua asuh yang berperan sebagai pengganti orang tua kandung.
8 Apa saja aktivitas kamu selama berada di rumah asuh ?
Di rumah asuh paling pagi piket, terus kumpul sama teman-teman rumah. Ya kalau lagi libur paling nonton tv bareng
9 Seberapa besar/ penting peran orang tua asuh selama di rumah asuh menurut kamu ?
Penting mas, kalau ga ada orang tua asuh, anak-anak jadi benadel-bandel mas, jadi bebas gitu gak ada yang ngatur-ngatur biar disiplin.
10 Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada di rumah asuh ?
Selama saya berada dirumah asuh menurut saya sistem asuhan keluarga disini sangat mendukung perkembangan kemandirian saya mas, karena kan kalau di rumah sendiri saya bebas mas mau ngapain aja gitu, tapi kalau disini yaa saya berusaha menjadi disiplin dan mandiri. Disini membuat saya menjadi tidak bergantung pada orang lain untuk menuruti segala peraturan yang ada, dan itu yang membuat saya lebih bisa bertanggung jawab terhadap diri saya sendiri dan lebih mandiri.
11 Apa sistem tersebut mendukung perkembangan kemandirian kamu?
Yaa…mendukung sekali
12 Apa saja pengaruh atau hasil dari sistem asuhan keluarga terhadap perkembangan kemandirian kamu ?
Pengaruhnya yaa saya jjadi lebih disiplin dan menjadi mandiri, saya juga bisa bertanggung jawab pada diri saya sendiri
Transkrip Wawancara
Gambaran Umum Lembaga
Nama : Ibu Sri Wahyuni
Jabatan : Staff Tata Usaha
Tanggal Wawancara : 4 September 2013
Waktu Wawancara : Pukul 14.00 s/d 15.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Tata Usaha
No Pertanyaan Jawaban
1 Silahkan bapak/ibu jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem asuhan keluarga (cottage system), sejak kapan (cottage system)diberlakukan, serta kriteria penerima manfaat?
Sistem asuhan keluarga ini adalah dimana peneriman manfaat dikelompokan menjadi beberapa kelompok kemudian ditempatkan di rumah (Cottage) dimana dalam rumah asuh tersebut terdapat orang tua asuh yang akan menjadi orang tua pengganti peneriman manfaat selama berada di panti. Orang tua asuh berperan untuk membimbing, melindungi, membina dan mengarahkan anak asuhnya untuk dapat melaksanakan tugas danmkewajibannya selama berada di PSBR. Sistem asuhan keluarga diberlakukan sejak PSBR berdiri sampai sekarang. Untuk kruteria penerima manfaat yaitu harus lulus seleksi, memenuhi persyaratan yang ada di PSBR
2 Siapa saja yang berhak menjadi orang tua asuh di PSBR ?
Yang berhak menjadi orang tua asuh adalah semua pegawai di PSBR dan yang bersedia menjadi orang tua asuh.
3 Apa dan siapa saja komponen yang terkait dari sistem asuhan keluarga?
Untuk komponen sistem asuhan keluarga ada alh yang pertama tentu adanya keluarga asuh, yang kedua adanya rumah asuh dan perlengkapannya, dan yang terakhir adalah anak asuh atau penerima manfaat di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur.
4 Apa saja kegiatan yang diberikan oleh lembaga dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja ?
Kegiatan yang diberikan oleh lembaga yaitu ada bimbingan sosial, bimbingan agama, bimbingan keterampilan. Selain bimbingan-bimbingan juga ada olahraga, ekskul,lomba-lomba, wisata, dan magang untuk satu bulan terakhir.
5 Bagaimana pembagian kelompok rumah asuh (Cottage) bagi penerima manfaat ?
Untuk pembagian kelompok disini setelah penerima manfaat lolos seleksi maka akan dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan yang perempuan. Kemudian kan penerima manfaat ini dari berbagai daerah, suku, dan latar belakang yang berbeda, nah disini kita campur antara penerima manfaat dengan yang berbeda latar belakangnya agar mereka tidak membuat “gang” dalam setiap rumah asuh dan agar mereka juga dapat mengetahui latar belakang temannya yang berbeda daerah.
Patung selamat datang PSBR Bambu Apus Jakarta Timur (tampak depan)
Halaman depan PSBR Bambu Apsu Jakarta Timur
Rumah asuh seruni 2, salah satu rumah asuh (Cottage) di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Salah satu kamar tidur untuk penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Ruang berkumpul orang tua asuh dan anak asuhnya (penerima manfaat) di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Bapak Suroso selaku orang tua asuh dan pekerja sosial di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Wawancara dengan Bapak Suroso pada 31 Oktober 2013 pukul 14:00 di ruang Pekerja Sosial PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Wawancara dengan ATA salah seorang penerima manfaat di PSBR Bambu ApusJakarta Timur pada 2 Nopember 2013
Wawancara dengan YK, salah seorang penerima manfaat di PSBR Bambu Apsu Jakarta Timur pada 2 Nopember 2013
Wawancara dengan AB, salah seorang penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada 2 Nopember 2013
Wawancara dengan AIH penerima manfaat PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada 2 Nopember 2013